BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB...

44
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Media Massa a. Pengertian Media Massa Istilah media massa berasal dari bahasa Inggris, yaitu singkatan dari mass media of communication atau media of massa communication, yang dalam bahasa Indonesia berarti komunikasi media massa atau komunikasi massa. Adapun komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan media elektronik) yang dapat menjangkau massa sebanyak-banyaknya dan arena seluas-luasnya (Nurudin, 2007:2). Menurut Wahyudi (1991:90), media massa adalah sarana untuk menyampaikan isi pesan/pernyataan/informasi yang bersifat umum, kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar, tinggalnya tersebar, heterogen, anonim, tidak terlembagakan, perhatiaannya terpusat pada isi pesan yang sama, yaitu pesan dari media massa yang sama, dan tidak dapat memberikan arus balik secara langsung pada saat itu.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Media Massa

a. Pengertian Media Massa

Istilah media massa berasal dari bahasa Inggris, yaitu singkatan dari

mass media of communication atau media of massa communication, yang

dalam bahasa Indonesia berarti komunikasi media massa atau komunikasi

massa. Adapun komunikasi massa adalah komunikasi melalui media

massa (media cetak dan media elektronik) yang dapat menjangkau massa

sebanyak-banyaknya dan arena seluas-luasnya (Nurudin, 2007:2).

Menurut Wahyudi (1991:90), media massa adalah sarana untuk

menyampaikan isi pesan/pernyataan/informasi yang bersifat umum,

kepada sejumlah orang yang jumlahnya relatif besar, tinggalnya tersebar,

heterogen, anonim, tidak terlembagakan, perhatiaannya terpusat pada isi

pesan yang sama, yaitu pesan dari media massa yang sama, dan tidak dapat

memberikan arus balik secara langsung pada saat itu.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

10

b. Karakteristik Media Massa

Ciri-ciri atau karakteristik media massa secara umum dinyatakan oleh

Jensen dan kawan-kawan (2003:19) adalah:

1) Sifatnya satu arah

2) Selalu ada proses seleksi

3) Karena media massa mampu menjangkau masyarakat secara luas,

jumlah media yang diperlukan sebenarnya tidak terlalu banyak sehingga

kompetisinya selalu berlangsung ketat

4) Untuk meraih khalayak sebanyak mungkin harus berusaha membidik

sasaran tertentu

5) Komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka terhadap

kondisi lingkungannya.

Adapun menurut Muhtadi (1999:80) bahwa karakteristik media massa

adalah sebagai berikut:

1) Publisitas. Media massa diperuntukkan bagi masyarakat umum. Tidak

ada batasan siapa yang boleh atau harus membaca, menonton, atau

mendengarkan dan siapa yang tidak boleh atau harus membaca,

menonton, atau mendengarkan.

2) Universalitas. Media massa bersifat umum dalam menyampaikan suatu

materi pada khalayaknya.

3) Aktualitas. Media massa harus mampu menyampaikan berita secara

cepat kepada khalayak.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

11

Sedangkan karakteristik media massa menurut Cangara (2002:134-

135) adalah sebagai berikut:

1) Bersifat melembaga.

2) Bersifat satu arah.

3) Meluas dan serempak.

4) Memakai peralatan teknis atau mekanis, seperti radio, televisi, surat

kabar dan semacamnya.

5) Bersifat terbuka.

c. Fungsi dan Peranan Media Massa

Media massa sebagai sarana komunikasi antara manusia untuk

penyebaran informasi dan gagasan. Sehingga, media massa tersebut

tentunya memegang peranan penting dalam kehidupan manusia dalam

berbagai bidang, seperti ekonomi, politik, budaya, dan sebagainya.

Shoemaker & Reese (1996) menyatakan ada beberapa fungsi media

(massa) tersebut, yaitu:

1) Untuk pengawasan lingkungan, atau fungsi surveillance of

environment. Dalam fungsi pengawasan ini, media berupaya

mengumpulkan dan menyebarluaskan informasi mengenai berbagai

peristiwa di dalam atau di luar lingkungan suatu masyarakat. Berita

yang disebarluaskan diharapkan oleh khalayak sebagai peringatan awal

agar khalayak dapat menilai dan menyesuaikan pada kondisi yang

sedang berkembang dan berubah. Fungsi ini terlihat jelas dalam upaya

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

12

mengatur opini publik, memonitor dan mengontrol kekuasaan dan

sebagainya.

2) Untuk korelasi antar bagian-bagian masyarakat dalam memberikan

respon terhadap lingkungan, atau fungsi correlation of the parts of

society. Fungsi ini berkaitan dengan interpretasi terhadap informasi dan

preskripsi untuk mencapai konsensus dalam upaya mencegah

konsekuensi-konsekuensi yang tidak diinginkan akan terjadi.

3) Untuk transmisi/sosialisasi atau pewarisan nilai-nilai pengetahuan dari

satu generasi kepada generasi berikutnya, atau fungsi transmition of the

social heritage. Pada fungsi ini, media massa diharapkan dapat

melakukan pendidikan kepada masyarakat melalui informasi, karena

melalui informasi yang diterimanya ini, anggota masyarakat tertenti

merasa menjadi satu dengan anggota masyarakat lainnya. Fungsi media

ini menjadi sangat penting dalam memelihara identifikasi anggota-

anggota masyarakat bersangkutan. Dahulu fungsi ini banyak dilakukan

oleh para orang tua dan guru-guru sekolah, namun dengan adanya

urbanisasi, setelah banyak orang yang meninggalkan keluarga atau

merantau, atau ketika terjadi isolasi dan anonimitas pada orang banyak,

peranan media massa menjadi amat penting dalam proses sosialisasi

dan pemindahan warisan sosial.

4) Untuk mendapatkan hiburan (entertainment). Fungsi ini menunjuk pada

usaha-usaha yang dilakukan media massa dalam memberikan hiburan

pada masyarakat. Anggota masyarakat yang memanfaatkan media

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

13

untuk fungsi ini menjadikan media sebagai salah satu sarana untuk

melepas rasa lelah dan mengatasi kejenuhan.

Adapun peranan media massa dalam kehidupan manusia dapat

dirumuskan secara singkat (Sutaryo, 2005:290-295), antara lain:

1) Media massa dapat membantu untuk menyusun agenda kegiatan atau

kerja, rencana berbagai kegiatan yang hendak dilakukan, bahkan

mengubah ataupun mengatur kembali rencana-rencana yang sebenarnya

sudah lama ditetapkan.

2) Media massa dikenal sebagai media hiburan.

3) Media massa membantu anggota masyarakat dalam melakukan

sosialisasi.

4) Media massa sebagai pemberi informasi kepada masyarakat dan

membantu manusia untuk mengetahui secara jelas segala sesuatu

tentang dunia sekelilingnya.

5) Media massa telah membantu sekalian untuk mengenali, memahami

dan berhubungan dengan berbagai kelompok etnis yang tersebar di

seluruh wilayah Nusantara bahkan yang berada di luar negeri sekalipun.

Media massa dapat digunakan untuk membujuk dalam berbagai

khalayak dalam berbagai kegiatan termasuk kegiatan bisnis.

d. Jenis Media Massa

Pada dasarnya media massa dapat dibagi menjadi dua kategori yakni

media massa cetak dan media massa elektronik. Media cetak yang dapat

memenuhi kriteria sebagai media massa adalah surat kabar dan majalah,

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

14

sedangkan media elektronik berupa radio siaran, televisi, film, dan media

online (internet) (Ardianto dan Erdinaya, 2007:103).

1) Surat kabar

Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan

dengan jenis media massa lainnya. Sejarah telah mencatat keberadaan

surat kabar dimulai sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johann

Guternberg di Jerman. Untuk menyerap isi surat kabar, pembaca

dituntut untuk bisa membaca serta memiliki kemampuan intelektualitas

tertentu.

2) Majalah

Edisi perdana majalah diluncurkan di Amerika Serikat pada

pertengahan 1930-an, meraih kesuksesan besar. Majalah telah membuat

segmentasi pasar tersendiri dan membuat fenomena baru dalam dunia

media massa. Majalah merupakan media yang paling sederhana

organisasinya, relatif lebih mudah mengelolanya, serta tidak

membutuhkan modal yang besar.

3) Radio

Radio adalah media massa elektronik tertua dan sangat luwes.

Selama hampir satu abad lebih keberadaanya. Perbedaan mendasar

antara media cetak dengan radio siaran ialah media cetak dibuat untuk

dikonsumsi mata, sedangkan radio siaran untuk konsumsi telinga.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

15

4) Televisi

Dari semua media komunikasi yang ada, televisi yang paling

berpengaruh pada kehidupan manusia. Dari sekian fungsi komunikasi

massa yang ada, fungsi menghibur lebih dominan dalam media massa

televisi. Pada umumnya tujuan utama khalayak menonton televisi

adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh

informasi.

5) Film

Film atau gambar bergerak adalah bentuk dominan dari komunikasi

massa visual di belahan dunia ini. Film Amerika diproduksi di

Hollywood. Film yang dibuat di sini membanjiri pasar global dan

mempengaruhi sikap, perilaku dan harapan orang-orang di belahan

dunia. Film lebih dahulu menjadi media hiburan dibanding siaran radio

dan televisi. Menonton film di bioskop ini menjadi aktifitas populer

bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an.

6) Media Online (Internet)

Internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang

menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Misi awalnya menyediakan

sarana bagi para peneliti untuk mengakses data dari sejumlah sumber

daya perangkat keras komputer yang mahal. Namun, sekarang internet

telah berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan

efektif, sehingga telah menyimpang jauh dari misi awalnya. Dewasa ini,

internet telah tumbuh berkembang menjadi sedemikian besar dan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

16

berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tak dapat

diabaikan.

2. Program Acara Televisi

Tidak ada yang lebih penting dari acara atau program sebagai faktor

yang paling penting dan menentukan dalam mendukung keberhasilan

finansial suatu stasiun penyiaran radio dan televisi. Adalah program yang

membawa audien mengenal suatu stasiun penyiaran. Pendapatan dan

keuntungan stasiun penyiaran sangat dipengaruhi oleh programnya

(Morissan, 2009:199). Dalam penelitian ini program acara reality show ”86”

yang ditayangkan oleh stasiun televisi nasional Net.tv.

a. Program Televisi Berdasarkan Jenisnya

Menurut Morissan (2009:208-219) berbagai jenis program televisi

dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya,

yaitu:

1) Program Informasi

Program informasi adalah segala jenis siaran yang tujuannya untuk

memberikan tambahan pengetahuan (informasi) kepada khalayak

audien. Program informasi tidak hanya melulu program berita dimana

presenter atau penyiar membacakan berita tetapi segala bentuk

penyajian informasi termasuk juga talk show (perbincangan), misalnya

wawancara dengan artis, orang terkenal atau dengan siapa saja.

Program informasi dapat dibagi menjadi dua bagian besar yaitu

berita keras (hard news) dan berita lunak (soft news).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

17

a) Berita Keras (Hard News)

Berita keras atau hard news adalah segala informasi penting

dan/atau menarik yang harus segera disiarkan oleh media penyiaran

karena sifatnya yang harus segera segera ditayangkan agar dapat

diketahui oleh khalayak audiens secepatnya. Media televisi biasanya

menyajikan berita keras secara reguler yang ditayangkan dalam

suatu program berita. Berita keras disajikan dalam suatu program

berita yang berdurasi mulai dari beberapa menit saja (misalnya

breaking news) hingga program berita yang berdurasi 30 menit,

bahkan satu jam. Dalam hal ini berita keras dapat dibagi ke dalam

beberapa bentuk berita, yaitu: straight news, features, dan

infotainment.

b) Berita Lunak (Soft News)

Berita lunak atau soft news adalah segala informasi yang penting

dan menarik yang disampaikan secara mendalam (indepth) namun

tidak bersifat harus segera ditayangkan. Program yang masuk ke

dalam kategori berita lunak ini adalah: current affair, magazine,

dokumenter, dan talk show.

2) Program Hiburan

Program hiburan adalah segala bentuk siaran yang bertujuan untuk

menghibur audien dalam bentuk musik, lagu, cerita, dan permainan.

Program yang termasuk dalam kategori hiburan adalah drama,

permainan (game), musik, dan pertunjukan.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

18

a) Drama

Kata “drama” berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti

bertindak atau berbuat (action). Program drama adalah pertunjukan

(show) yang menyajikan cerita mengenai kehidupan atau karakter

seseorang atau beberapa orang (tokoh) yang diperankan oleh pemain

(artis) yang melibatkan konflik dan emosi. Program televisi yang

termasuk dalam program drama adalah sinema elektronik (sinetron)

dan film.

b) Permainan

Permainan atau game show merupakan suatu bentuk program

yang melibatkan sejumlah orang baik secara individu ataupun

kelompok (tim) yang saling bersaing untuk mendapatkan sesuatu.

Program ini pun dapat dirancang dengan melibatkan audiens.

Permainan merupakan salah satu produksi acara televisi yang paling

mudah dibuat. Program permainan biasanya membutuhkan biaya

produksi yang relatif rendah namun dapat menjadi acara televisi

yang sangat digemari. Program permainan dapat dibagi menjadi tiga

jenis, yaitu: quiz show, ketangkasan, dan reality show.

c) Musik

Program musik dapat ditampilkan dalam dua format, yaitu

videoklip atau konser. Program musik berupa konser dapat dilakukan

di lapangan (outdoor) ataupun di dalam studio (indoor). Program

musik di televisi saat ini sangat ditentukan dengan kemampuan artis

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

19

menarik audiens. Tidak saja dari kualitas suara namun juga

berdasarkan bagaimana mengemas penampilannya agar menjadi

lebih menarik.

d) Pertunjukan

Pertunjukkan adalah program yang menampilkan kemampuan

(performance) seseorang atau beberapa orang pada suatu lokasi baik

di studio ataupun di luar studio, di dalam ruangan (indoor) ataupun

di luar ruangan (outdoor).

Berdasarkan jenisnya, program acara reality show “86” di Net.TV

termasuk jenis program informasi. Program informas dalam tayangan

reality show “86” di Net.TV tersebut dalam bentuk berita lunak (soft news)

yang tergolong dokumenter.

b. Program Televisi Berdasarkan Formatnya

Format acara televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu

konsep acara televisi yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain

produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang

disesuaikan dengan tujuan dan target pemirsa acara tersebut (Naratama,

2004:63). Ada tiga bagian dari format acara televisi, yaitu drama, non

drama, dan berita olahraga. Bisa juga dikategorikan menjadi fiksi,

nonfiksi, dan news-sport.

1) Fiksi (Drama)

Fiksi atau drama adalah sebuah format acara televisi yang

diproduksi dan dicipta melalui proses imajinasi kreatif dari kisah-kisah

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

20

drama atau fiksi yang direkayasa dan dikreasi ulang. Format yang

dipergunakan merupakan interpretasi kisah kehidupan yang diwujudkan

dalam suatu runtutan cerita dalam sejumlah adegan. Contoh: drama

percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi (action),

dan sebagainya.

2) Non Fiksi (Non Drama)

Non fiksi atau non drama adalah sebuah format acara televisi yang

diproduksi dan dicipta melalui proses pengolahan imajinasi kreatif dari

realitas kehidupan sehari-hari tanpa harus menginterprestasi ulang dan

tanpa harus menjadi dunia khayalan. Nondrama bukanlah sebuah

runtutan cerita fiksi dari setiap pelakunya. Untuk itu, format-format

program acara nondrama merupakan sebuah runtutan pertunjukan

kreatif yang mengutamakan unsur hiburan yang dipenuhi dengan aksi,

gaya dan musik. Contoh: talk show, konser musik, dan variety show.

3) Berita dan Olahraga (news-sport)

Berita dan olahraga adalah sebuah format acara televisi yang

diproduksi berdasarkan informasi dan fakta atas kejadian dan peristiwa

yang berlangsung pada kehidupan masyarakat sehari-hari. Format ini

memerlukan nilai-nilai faktual dan aktual yang disajikan dengan

ketepatan dan kecepatan waktu dimana dibutuhkan sifat liputan yang

independen. Contoh: berita ekonomi, liputan siang, dan laporan

olahraga (Naratama, 2004:66).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

21

Berdasarkan bentuk formatnya, program acara reality show “86” di

Net.TV termasuk ke dalam format berita karena menyajikan kejadian dan

peristiwa aktual tentang upaya penegakan hukum yang dilakukan oleh

pihak Kepolisian RI.

3. Konstruksi Realitas Sosial

a. Konstruksi Sosial Peter L. Berger & Thomas Luckmann

Peter L. Berger, seorang sosiolog dari New School for Social

Reserach, New York, Amerika Serikat dan Thomas Luckmann, sosiolog

dari University of Frankfurt, Jerman, punya kaitan sangat erat dengan teori

konstruksi sosial. Mereka memperkenalkan konstruksi realitas sosial

sebagaimana tertulis dalam buku mereka yang berjudul “The Social

Construction of Reality, a Treatise in the Sociological of Knowledge” di

tahun 1966. Berger dan Luckman menjelaskan dalam buku mereka, bahwa

realitas sosial adalah suatu teori yang memisahkan pemahaman

“kenyataan” dan “pengetahuan”. Kenyataan diartikan sebagai kejadian

yang memiliki keberadaan (being) yang tidak tergantung kepada kehendak

manusia sendiri. Sedangkan pengetahuan didefinisikan sebagai kejadian

dengan karakteristik yang dibentuk secara spesifik (Bungin, 2010:191).

Pendek kata realitas tidak terbentuk dengan sendirinya tanpa adanya

individu-individu yang membentuknya.

Contoh kasus yang memperkuat statement di atas misalnya;

masyarakat Indonesia dengan sadar mengetahui masih banyak rakyat

Indonesia yang hidup di bawah garis kemiskinan. Sumber daya alam

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

22

Indonesia belum dikelola dengan maksimal dan permasalahan sosial lain

seperti maraknya tindak kriminal dikarenakan sempitnya lapangan kerja.

Namun di balik kesadaran tersebut ada sekelompok masyarakat Indonesia

mengklaim bahwa Indonesia adalah negara yang kaya. Sumber daya alam

juga sumber daya manusia di Indonesia melimpah ruah. Wilayah

kekuasaan Indonesia sangatlah luas. Pendapat sekelompok masyarakat ini

terus digemakan kepada masyarakat lain secara rutin dan

berkesinambungan yang berefek pada kepercayaan masyarakat lain bahwa

Indonesia adalah negara yang kaya raya. Padahal disamping kepercayaan

itu, masyarakat sadar betul keadaan nyata yang sebenarnya belum serupa

dengan pernyataan sekelompok masyarakat lain tersebut. Maksud dari

contoh kasus di atas ialah, realitas tidaklah muncul dengan sendirinya

namun dibentuk oleh subjektivitas individu-individu yang kemudian

berlanjut membentuk objektivitas baru.

Masyarakat senantiasa menganggap realitas adalah suatu objektivitas

dan fakta riil yang muncul dan terjadi dengan sendirinya. Pandangan

masyarakat ini kemudian disebut paradigma positivis. Di balik pandangan-

pandangan tersebut realitas sosial adalah ibarat gedung kokoh yang

dibangun dengan berbagai unsur yang didapat dari kehidupan sosial itu

sendiri. Proses konstruksi realitas sosial dibentuk oleh masyarakat sendiri

melalui interaksi sosial satu sama lain secara berkesinambungan.

Masyarakat melakukan dialog, tatap muka, bahkan di era internet

masyarakat pun telah berinteraksi tanpa perlu jumpa antarindividu. Tanpa

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

23

disadari masyarakat telah mengonstruksi realitas sosial yang menjadi

kerutinan maupun kebiasaan. Kebiasaan tersebutlah yang kemudian

menjadi konstruksi realitas sosial.

Menurut Berger, masyarakat merupakan produk dari manusia dan

manusia merupakan produk masyarakat. Namun seseorang dapat menjadi

diri sendiri yang beridentitas ketika ia tetap tinggal dalam masyarakatnya.

Bungin (2010:15) menyatakan bahwa proses dialektika tersebut terjadi

dalam tiga tahap. Tahap pertama eksternalisasi, yakni proses ketika

seseorang menerima realitas nyata yang didapati dari lingkungan dimana

ia menetap. Realitas tersebut merupakan buah pikir individu-individu lain

yang diselaraskan dengan kondisi sosial di lingkungan tersebut. Kedua

objektivasi, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif

yang dilembagakan atau mengalami proses institusionalisasi. Proses ini

adalah tahapan ketika seseorang menerima realitas dan disaring sesuai

dengan pola pikir dan persetujuan diri yang dilandasi pengetahuan juga

pengalaman. Pada tahap ini, seseorang memilih apakah akan menerima

realita tersebut atau menolaknya. Ketiga adalah internalisasi, yakni proses

individu mengidentivikasi dirinya sendiri terhadap lembaga sosial dimana

dia tinggal. Dengan kata lain internalisasi merupakan proses seseorang

menyerap kembali realitas objektif ke dalam kesadaran, kemudian

dibentuk sesuai subjektivitasnya. Bagi Berger realitas tidak dibentuk

secara ilmiah dan tidak juga diturunkan oleh Tuhan, akan tetapi realitas

merupakan hasil bentukan dan dikosntruksi oleh manusia itu sendiri.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

24

Dengan kata lain manusia mengonstruksi realitas yang ada dalam

masyarakat tersebut.

Atas dasar pemahaman itu realitas bersifat dinamis dan berwajah

ganda atau plural. Setiap orang akan memiliki konstruksi yang berbeda-

beda atas suatu realitas. Hal tersebut didasari oleh pengalaman, preferensi,

pendidikan, lingkungan dan pergaulan antara satu individu dengan

individu yang lain, dari sini lah setiap orang akan menafsirkan realitas

sosial itu dengan konstruksinya masing-masing (Eriyanto, 2012:16-17).

Dalam tiga proses tahapan eksternalisasi, objektivasi, dan

internalisasi tersebut, masyarakat mengonstruksi sendiri realitas sosial

yang ada dalam masyarakat. Realitas-realitas tersebut ada yang bersifat

objektif dan juga ada yang bersifat subjektif. Realitas objektif terjadi

akibat proses eksternalisasi individu terhadap lingkunganya. Sedangkan

realitas subjektif terjadi akibat proses internalisasi. Individu menyerap

realitas yang terobjektivasi tersebut ke dalam pikirannya sehingga

mengakibatkan subjektivitas individu.

Berger menegaskan bahwa realitas sehari-hari memiliki dimensi

subjektif dan objektif. Manusia merupakan instrumen dalam menciptakan

realitas sosial yang objektif melaui proses eksternalisasi. Hal tersebut

memengaruhi dalam proses internalisasi yang mencerminkan realitas

sosial secara subjektif. Berger juga melihat masyarakat adalah produk dari

manusia dan manusia adalah produk dari masyarakat (Polama, 2013:320).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

25

Realitas sosial dalam masyarakat merupakan bentukan atau

dikonstruksi oleh manusia yang ada dalam masyarakat tersebut.

Manusialah yang membentuk sebuah kelompok yang mengakibatkan

timbulnya sebuah kelompok sosial. Selain itu manusia dapat berkembang

tidak hanya dengan lingkungan tertentu, tetapi dengan tatanan budaya dan

sosial tertentu (Bungin, 2010:66). Dengan kata lain, manusia dapat

berkembang tidak hanya berinteraksi dengan lingkunaganya, namun juga

dengan sosial budaya yang ada di lingkungan tersebut.

Di dalam realitas sosial bentukan individu tersebut akan timbul sebuah

kebudayaan, karena kebudayaan adalah produk dari seluruh rangkaian

proses sosial yang dijalankan oleh manusia dalam masyarakat dengan

segala aktivitas. Kebudayaan ini merupakan hasil dari proses objektivitas.

Hasil dari kebudayaan tersebut merupakan realitas objektif bagi

masyarakat. Sementara itu manusia memiliki kodrat sendiri atau lebih

jelasnya manusialah yang mengostruksi kodratnya sendiri atau dapat

dibilang manusia menghasilkan diri sendiri (Berger & Luckmann,

1966:67).

Ritzer dalam Bungin (2010:15) menjelaskan bahwa manusialah yang

menjadi aktor kreatif dari realitas sosial berdasarkan ide dasar teori dalam

paradigma definisi sosial yang sebenarnya. Manusia secara kreatif

memiliki kebebasan berekspresi untuk membentuk sebuah realitas sosial

yang ada dalam lingkungannya.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

26

Kreativitas yang ada dalam masyarakat tersebut menghasilkan

lingkungan dengan tingkat sosial yang berbeda-beda sesuai dengan

keadaan mereka bercampur dengan individu-individu lainnya. Ini karena

memang setiap individu tidaklah dapat membentuk sebuah realitas sosial

tanpa ada individu yang lainya. Realitas sosial merupakan keadaan yang

sebenarnya dalam kehidupan masyarakat, namun realitas yang ada tersebut

merupakan hasil kreatif masyarakat dengan menggunakan kekuatan

kosntruksi sosial masyarakat.

Selain itu juga dalam pandangan ontologi konstruktivis, realitas

merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu (). Individu

bebas melakukan sesuatu sesuai keinginannya agar terbentuk sebuah

hubungan antara individu dengan individu lain, karena pada dasarnya

manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa ada orang lain di sekitarnya.

Walaupun individu bebas melakukan sesuatu sesuai kreativitas

masing-masing, namun pastilah mereka memiliki sebuah tujuan yang

berguna bagi dirinya atupun masyarakat di sekitarnya. Seperti yang

dijelaskan oleh Max Webber, realitas sosial merupakan perilaku sosial

yang memiliki makna subjektif, karena perilaku memiliki tujuan dan

motivasi.

b. Konstruksi Media Terhadap Realitas

Media massa dapat berperan dalam mengonstruksi suatu peristiwa

untuk membentuk realitas sosial. Pendekatan konstruksi sosial telah

menjadi gagasan penting dan populer dalam ilmu sosial. Menurut Keneth

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

27

Gergen, konstruksi sosial memusatkan perhatiannya pada proses dimana

individu menanggapi kejadian di sekitarnya berdasarkan pengalaman

mereka (Sendjaja, 2015:83).

Pandangan konstruktivisme memahami tugas dan fungsi media massa

berbanding terbalik dengan pandangan positivisme. Positivisme

memandang media massa sebagai alat penyampai pesan dari komunikator

(wartawan, jurnalis) ke khalayak. Media massa benar-benar merupakan

alat netral, mempunyai tugas utama penyampai pesan, tanpa maksud lain.

Jika media menyampaikan suatu peristiwa atau kejadian, memang itulah

yang terjadi. Itulah realitas sebenarnya. Tidak ditambah tidak dikurang

(Sendjaja, 2015:83).

Dalam pandangan konstruktivisme, menurut Bennet dalam Imran

(2011:62) bahwa media massa bukan hanya menyampaikan pesan, tetapi

juga sebagai subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan

pandangan, bias, dan pemihakan. Di sini, media massa dipandang sebagai

agen konstruksi sosial yang mendefinisikan realitas.

Dalam pembentukan opini publik, media massa secara umum

melakukan tiga kegiatan. Pertama, menggunakan simbol-simbol untuk

memunculkan pengenalan. Kedua, melakukan strategi pengemasan pesan

(framing), hal ini bertujuan agar pesan yang sampai pada masyarakat

sesuai dengan apa yang media harapkan. Ketiga, melakukan fungsi agenda

media untuk menentukan prioritas pesan mana yang disampaikan kepada

audiens media massa tersebut (Hamad, 2014:2-3).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

28

Pelaksanaan tiga kegiatan tersebut bisa saja terpengaruhi oleh faktor

internal berupa kebijakan redaksional yang didasari keterpihakan

pengelola media dalam menaik-turunkan tokoh, atau bahkan kelompok,

dan berbagai faktor eksternal seperti tekanan pasar audiens, sistem hukum

negara, maupun kekuatan-kekuatan publik lainnya. Dengan demikian, bisa

jadi satu peristiwa mampu menimbulkan opini publik yang berbeda

tergantung cara masing-masing media melaksanakan tiga kegiatan tersebut

(Hamad, 2014:2-3).

Khalayak penikmat media maka selayaknya menyadari, bahwa media

harus dipandang sebagai hasil konstruksi dari realita-realitas yang dikemas

hingga sedemikian rupa. Pengemasan program atau acara didasari atas

konsepsi yang berbeda-beda, sesuai pola pandang dan interaksi pegiat

media dengan realita, kemudian disajikan bagi publik. Dalam dunia politik

modern media massa sering menjadi media pembentuk citra terutama oleh

para penguasa, juga menjadi pintu bagi setiap kelompok sosial sebagai

jalur propaganda guna mempengaruhi opini publik (Hamad, 2014:8).

Pembentukan ini dilakukan dengan upaya membangun opini dan

karakteristik yang gencar ditampilkan terus-menerus.

4. Citra

a. Pengertian Citra

Citra memiliki banyak pengertian dari berbagai ahli, sebagaimana

yang dirangkum oleh Soemirat dan Ardianto (2010:111-171) berikut ini.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

29

1) G. Sach: citra adalah pengetahuan mengenai kita dan sikap-sikap

terhadap kita yang mempunyai kelompok-kelompok yang berbeda.

2) Katz: citra adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah

perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas.

3) Bill Canton: citra adalah kesan, perasaan, gambaran dari publik

terhadap perusahaan. Kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu

obyek, orang atau organisasi.

4) Jalaludin Rakhmat: citra adalah gambaran tentang realitas dan tidak

harus sesuai dengan realitas, citra adalah dunia menurut persepsi.

Jefkins (2003:93) mengemukakan pengertian citra dalam konteks

humas, citra diartikan sebagai kesan, gambaran, atau impresi yang tepat

(sesuai dengan kenyataan) atas sosok keberadaan berbagai kebijakan

personil-personil atau jasa-jasa dari suatu organisasi atau perusaahaan.

Citra dapat dikatakan sebagai persepsi masyarakat dari adanya

pengalaman, kepercayaan, perasaan, dan pengetahuan masyarakat itu

sendiri terhadap perusahaan, sehingga aspek fasilitas yang dimiliki

perusahaan, dan layanan yang disampaikan karyawan kepada konsumen

dapat mempengaruhi persepsi konsumen terhadap citra.

Kotler (2009:299) mendefinisikan citra sebagai seperangkat

keyakinan, ide, dan kesan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu

objek. Adapun menurut Alma (2007:375) bahwa citra adalah kesan yang

dipikirkan dan yang diketahui oleh seseorang atau kelompok mengenai

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

30

suatu hal, baik perusahaan maupun produknya yang diperoleh melalui

pengalaman.

Berdasarkan berbagai definisi tersebut di atas, maka dapat

disimpulkan pengertian citra adalah gambaran kesan yang diperoleh

seseorang dari lingkungan sekitar atau pihak lain sebagai hasil dari

pengalaman dan pengetahuannya tentang suatu obyek.

b. Jenis-jenis Citra

Menurut Anggoro (2010:59-69) bahwa terdapat 5 (lima) jenis citra

yang melekat pada seseorang atau organisasi, yakni:

1) Citra bayangan

Citra ini melekat pada orang dalam atau anggota-anggota

organisasi mengenai anggapan pihak luar tentang organisasinya.

Dengan kata lain, citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang

dalam mengenai pandangan luar terhadap organisasinya. Citra ini sering

kali tidak tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak

memadainya informasi, pengetahuan maupun pemahaman yang dimiliki

oleh kalangan dalam organisasi mengenai pendapat atau pandangan

pihak luar. Citra ini cenderung positif, bahkan terlalu positif, karena

kita biasa membayangkan hal yang serba hebat mengenai diri kita

sendiri sehingga kita pun percaya bahwa orang lain juga memiliki

pemikiran yang serupa dengan kita.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

31

2) Citra yang berlaku

Citra ini adalah suatu citra atau pandangan yang melekat pada

pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Namun sama halnya

dengan citra bayangan, citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan

jarang, sesuai dengan kenyataan karena semata-mata terbentuk dari

pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang bersangkutan

yang biasanya tidak memadai. Biasanya pula citra ini cenderung

negatif. Citra ini amat ditentukan oleh banyak sedikitnya informasi

yang dimiliki oleh penganut atau mereka yang mempercayainya.

3) Citra harapan

Citra harapan adalah suatu citra yang diharapkan oleh pihak

manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang sebenanya.

Biasanya citra harapan lebih baik atau lebih menyenangkan daripada

citra yang ada, walaupun dalam kondisi tertentu, citra yang terlalu baik

juga bisa merepotkan. Namun secara umum yang disebut sebagai citra

harapan itu memang sesuatu yang berkonotasi lebih baik. Citra harapan

ini biasanya dirumuskan dan diperjuangkan untuk menyambut sesuatu

yang relatif baru, yakni ketika khalayak belum mempunyai informasi

yang memadai.

4) Citra perusahaan

Citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara

keseluruhan, jadi bukan citra atas produk dan pelayanannya saja. Citra

perusahaan ini terbentuk oleh banyak hal. Hal-hal positif yang dapat

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

32

meningkatkan citra suatu perusahaan antara lain adalah sejarah atau

riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan di

bidang keuangan yang pernah diraihnya, sukses ekspor, hubungan

industri yang baik, reputasi yang baik sebagai pencipta lapangan kerja

dalam jumlah besar, kesediaan turut memikul tanggung jawab sosial,

komitmen mengadakan riset dan sebagainya.

5) Citra majemuk

Setiap perusahaan atau organisasi pasti memiliki banyak unit dan

pegawai (anggota). Masing-masing unit dan individu tersebut memiliki

perilaku dan perangai tersendiri, sehingga secara sengaja atau tidak

sengaja mereka pasti memunculkan suatu citra yang belum tentu sama

dengan citra organisasi atau perusahaan secara keseluruhan. Jumlah

citra yang dimiliki suatu perusahaan boleh dikatakan sama banyaknya

dengan jumlah pegawai yang dimilikinya. Untuk menghindari berbagai

hal yang tidak diinginkan, variasi citra itu harus ditekan seminim

mungkin dan citra perusahaan secara keseluruhan harus ditegakkan.

Banyak cara yang dapat ditempuh antara lain dengan mewajibkan

semua karyawan untuk mengenakan seragam, menyamakan jenis dan

warna mobil dinas, bentuk toko yang khas, simbol-simbol tertentu, dan

sebagainya.

c. Proses Pembentukan Citra

Citra adalah kesan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengetahuan

dan pengertian tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk mengetahui citra

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

33

seseorang terhadap suatu objek dapat diketahui dari sikapnya terhadap

objek tersebut. Semua sikap bersumber pada organisasi kognitif, pada

informasi, dan pengetahuan yang kita miliki. Tidak akan ada teori sikap

atau aksi sosial yang ridak didasarkan pada penyelidikan tentang dasar-

dasar kognitif. Efek kognitif dari komunikasi sangat mempengaruhi proses

pembentukkan citra seseorang. Citra terbentuk berdasarkan pengetahuan

dan informasi-informasi yang didapat seseorang. Komunikasi tidak dapat

secara langsung menimbulkan perilaku tertentu, tetapi cenderung

mempengaruhi cara kita mengorganisasikan citra kita terhadap lingkungan

(Soemirat dan Ardianto, 2010:114).

Proses pembentukan citra dalam struktur kognisi yang sesuai dengan

pengertian sistem komunikasi yang dijelaskan oleh Nimpoeno dalam

Soemirat dan Ardianto (2010:115), yakni:

Gambar 1

Model Pembentukan Citra

Sumber: Nimpoeno dalam Soemirat dan Ardianto (2010:115)

Proses pembentukan citra dalam struktur kognitif yaitu public

relations digambarkan sebagai output-input. Proses intern dalam model ini

Kognitif

Motivasi

Persepsi Sikap Stimulus

Rangsang Respon

Perilaku

Pengalaman mengenai stimulus

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

34

adalah pembentukan citra, sedangkan input adalah stimulus yang diberikan

dan output adalah tanggapan atau perilaku tertentu. Citra itu sendiri

digambarkan melalui persepsi, kognisi, motivasi, dan sikap.

Model pembentukan citra ini menunjukkan bagaimana stimulus yang

berasal dari luar diorganisasikan dan mempengaruhi respon. Stimulus

(rangsang) yang diberikan pada individu dapat diterima atau ditolak. Jika

rangsang ditolak, maka proses selanjutnya tidak dapat berjalan. Hal ini

menunjukkan bahwa rangsang tersebut tidak efektif dalam mempengaruhi

individu karena tidak ada perhatian dari individu tersebut. Sebaliknya jika

rangsang diterima oleh individu, maka itu berarti terdapat komunikasi dan

perhatian organisme, dengan demikian proses selanjutnya dapat berjalan.

d. Faktor-faktor yang Membentuk Citra

Ada 4 (empat) komponen citra menurut Nimpoeno dalam Soemirat

dan Ardianto (2010:115) yakni persepsi, kognisi, sikap dan motivasi yang

diartikan sebagai citra individu terhadap rangsangan. Jika stimulus

mendapat perhatian, maka individu akan berusaha untuk mengerti tentang

rangsangan tersebut. Penjelasan keempat komponen itu adalah sebagai

berikut:

1) Persepsi

Persepsi diartikan sebagai hasil pengamatan terhadap unsur

lingkungan yang dikaitkan dengan suatu proses pemaknaan. Dengan

kata lain, individu akan memberikan makna terhadap rangsangan

berdasarkan pengalamannya mengenai rangsangan. Kemampuan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

35

mempersepsikan itulah yang dapat melanjutkan proses pembentukan

citra. Persepsi atau pandangan individu akan positif bila informasi yang

diberikan oleh rangsangan dapat memenuhi kognisi individu.

2) Kognisi

Kognisi yaitu suatu keyakinan diri dari individu terhadap stimulus.

Keyakinan akan timbul apabila individu telah mengerti rangsang

tersebut, sehingga individu harus diberikan informasi-informasi yang

cukup yang dapat mempengaruhi perkembangan kognisinya.

3) Sikap

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpersepsi, berpikir, dan

merasa dalam menghadapi objek, ide situasi atau nilai. Sikap bukan

perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan

cara-cara tertentu. Sikap mempunyai daya pendorong atau motivasi.

Sikap menentukan apakah orang harus pro atau kontra terhadap sesuatu,

menentukan apa yang disukai, diharapkan dan diinginkan. Sikap

mengandung aspek evaluatif, artinya mengandung nilai menyenangkan

atau tidak menyenangkan. Sikap ini juga dapat diperteguh atau diubah.

4) Motivasi

Motivasi adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong

keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna

mencapai suatu tujuan.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

36

5. Framing

a. Konsep Framing

Menurut Eriyanto (2012:4) bahwa framing atau bingkai berfungsi

untuk menjaga pandangan kita terhadap suatu gambar yang ada. Tuchman

framing sebagai jendela. Apa yang ada di luar jendela terlihat dari

bagaimana jendela yang kita pakai untuk melihatnya. Jendela yang luas,

misalnya, akan memungkinkan kita melihat tidak hanya halaman rumah

kita saja, tapi juga rumah-rumah lain atau pemandangan lain yang bisa

lebih luas jangkauannya. Berbeda dengan apabila kita menggunakan

jendela berukuran kecil yang pada akhirnya sangat membatasi apa yang

bisa kita lihat.

Menurut Eriyanto (2012:71) bahwa konsep framing dalam studi media

banyak berasal dari lapangan psikologi dan sosiologi. Dalam dimensi

psikologi, framing dilihat dari pengaruh kognisi seseorang yang

membentuk skema tentang diri. Skema lahir dari proses pengetahuan dan

pengalaman seseorang. Selain itu, lingkungan sosial juga ikut

mempengaruhi kehadiran skema. Skema merupakan aktivitas kognitif

seseorang dalam melihat dunia sosialnya dengan perspektif tertentu.

Secara psikologis, individu akan cenderung melihat realitas yang

kompleks dengan perspektif pribadi (Eriyanto, 2012:72). Kecenderungan

ini yang membuat perspektif tentang suatu realitas antar individu berbeda.

Setiap individu mempunyai perspektif masing-masing yang tidak sama

sesuai dengan aktivitas kognisinya.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

37

Untuk itu, skema digunakan untuk menyederhanakan realitas-realitas

kompleks yang ditangkap individu tersebut. Penyederhanaan tersebut

dilakukan agar pikiran kita mudah mengerti dan memahami suatu realitas

(Eriyanto, 2012:86). Skema ini pula bergantung pada pengetahuan dan

pengalaman yang dialami individu. Pembentukan makna akan sesuatu bagi

anak-anak pastinya berbeda dengan yang sudah dewasa. Oleh karenanya,

framing dilihat sebagai perspektif yang membatasi pandangan individu

terhadap suatu realitas tersebut.

Dengan skema, maka sesorang akan mampu untuk membedakan satu

hal dan yang lainnya berdasarkan klasifikasi. Klasifikasi ini merupakan

perspektif yang dibuat seseorang untuk memberikan ciri-ciri khusus agar

mudah diingat dan membedakannya dengan hal serupa namun tak sama

maknanya (Eriyanto, 2012:87).

Selain itu, skema juga membuat kita mengeneralisir suatu hal. Kalau

klasifikasi berhubungan dengan bagaimana satu peristiwa atau orang

dibedakan dengan ciri-cirinya, generalisasi berhubungan dengan

bagaimana satu orang yang mempunyai ciri dan sifat yang berdeketan

digeneralisasikan dengan melekatkan pada ciri-ciri yang sama (Eriyanto,

2012:88). Tidak hanya menyederhanakan realitas, mengklasifikasikan, dan

mengeneralisir saja, namun skema juga bisa mengasosiasikan peristiwa

satu dan yang lainnya. Hal ini yang menyebabkan sesuatu yang sering

dihubung-hubungkan dengan hal lain sehingga memunculkan perspektif

yang kadang bias.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

38

Sedangkan dalam dimensi sosiologis, konsep framing banyak berasal

dari Alfred Schutz, Erwin Goffman, dan juga Peter Berger (Eriyanto,

2012:79-80). Gagasan Schutz tentang manusia sebagai aktor kreatif dalam

pemberian makna diartikan bahwa teks berita di media massa awalnya

hanya berupa teks biasa tanpa makna, namun, kita sendiri sebagai pembaca

yang memberikan makna tersebut (Poloma, 2013:299). Itu pula yang

terjadi pada proses peliputan dan penulisan berita oleh wartawan dan pihak

redaksi. Peristiwa yang mereka lihat adalah mereka sendiri yang

memaknainya.

Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson

tahun 1955, yang menjelaskan bahwa mulanya, frame dimaknai sebagai

struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisir

pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan

kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas (Sobur, 2012:161).

Konsep ini kemudian dikembangkan lebih jauh oleh Goffman pada 1974,

yang mengandaikan frame sebagai kepentingan-kepentingan perilaku

(strips of behavior) yang membimbing individu dalam membaca realitas

oleh media.

Goffman menjelaskan bahwa strips adalah urutan aktivitas sesorang

dengan framing sebagai pola dasar yang mendefinisikan strips (Eriyanto,

2012:82). Alat makan, mengambil makanan, kemudian memakannya

merupakan strips yang diorganisasikan menjadi satu pola bernama

aktivitas makan yang merupakan frame. Begitu pula dalam konteks berita.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

39

Peristiwa yang ada diruntun dengan bahasa dan simbol yang sedemikian

rupa oleh wartawan yang disebut strips lalu menjadi satu berita utuh yang

merupakan frame.

Setiap wacana memiliki struktur internal sendiri di dalamnya. Struktur

internal tersebut memiliki sebuah gagasan inti yang kita bahas sekarang,

yaitu framing. Sebagai suatu metode analisis wacana, framing bertugas

menemukan perspektif media dalam wacananya. Perspektif media inilah

yang digunakan untuk mengkonstruksi suatu peristiwa. Perspektif itu pada

akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang

ditonjolkan dan dihilangkan, serta hendak dibawa kemana berita tersebut

(Nugroho dkk, 2009:21).

Dengan framing, maka wacana itu bisa dilihat lebih dalam tentang

bagaimana pesan diorganisir, digunakan, dan dipahami. Proses framing

(pembingkaian pesan), menurut George J. Aditjondro merupakan metode

penyajian realitas dimana kebenaran tentang suatu kejadian tidak diingkari

secara total, tetapi dibelokkan secara halus (Siahaan, 2005:9).

Framing dipandang sebagai sebuah strategi penyusunan realitas

sedemikian rupa, sehingga dihasilkan sebuah wacana (discourse) yangdi

dalam media massa wacana ini paling banyak mengambil bentuk dalam

wujud berita. Seperti halnya teori semiotika yang bisa dipakai sebagai

wacana teori semiotika, teori framing juga bisa dipakai sebagai salah satu

metode untuk memahami “information strategy” dari strategi penyusunan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

40

realitas, maka analisis framing berfungsi untuk membongkar muatan

wacana (Hamad, 2014:21-22).

Proses framing juga dapat menjadi implikasi politik yang sangat

signifikan. Framing dapat membentuk rekayasa opini publik tentang suatu

kasus. Dengan mempertajam frame tertentu tentang sebuah isu politik,

mereka dapat mengklaim bahwa opini publik yang berkembang

mendukung kepentingan mereka, atau konvergen dengan “klaim

kebenaran” mereka (Sudibyo, 2009:188).

Realitas dan peristiwa itu begitu kompleks dan acak, ia harus

diidentifikasi (diberi nama, diidentifikasi, dan dihubungkan dengan

peristiwa lain yang diketahui oleh khalayak) dan ditempatkan dalam

konteks sosial tertentu dimana khalayak tersebut berada (sering kali itu

dilakukan dengan menempatkan peristiwa dalam kerangka acuan yang

familiar dari khalayak) (Eriyanto, 2012:119). Maka dari itu, efek framing

yang paling mendasar adalah realitas sosial yang kompleks dan tidak

beraturan dibuat sederhana dan beraturan. Framing menyediakan alat

bagaimana peristiwa dibentuk dan dikemas dalam kategori yang dikenal

khalayak. Khalayak bukan disediakan informasi yang rumit, melainkan

informasi yang tinggal ambil, kontekstual, berarti bagi dirinya, dan diingat

dalam benak mereka.

b. Pengertian Framing

Beberapa pengertian framing yang disampaikan oleh beberapa ahli

telah dirangkum dan diringkas oleh Eriyanto (2012:67-68), antara lain:

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

41

1) Menurut Robert Etman: framing adalah proses seleksi di berbagai aspek

realitas sehingga aspek tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol

dibandingkan aspek lainnya. Ia juga menyatakan informasi-informasi

dalam konteks yang khas sehingga tertentu mendapatkan alokasi lebih

besar daripada sisi lainnya.

2) Menurut Todd Gitlin: framing adalah strategi bagaimana realitas atau

dunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan

kepada khalayak. Peristiwa-peristiwa ditampilkan dalam pemberitaan

agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu

dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan dan presentasi aspek

tertentu dari realitas.

3) Menurut David Snow dan Robert Benford: framing adalah pemberian

makna untuk ditafsirkan peristiwa dari kondisi yang relevan. Frame

mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata

kunci tertentu, seperti anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi dan

kalimat tertentu.

4) Menurut Zhongdan dan Pan Konsicki: framing didefinisikan sebagai

konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan

dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa dihubungkan dengan

rutinitas dan konvensi pembentukan berita.

Proses pembentukan dan konstruksi realita tersebut hasil akhirnya ada

bagian-bagian tertentu yang ditonjolkan dan ada bagian-bagian yang lain

disamarkan atau bahkan dihilangkan. Aspek yang tidak ditonjolkan

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

42

kemudian akan terlupakan oleh khalayak karena khalayak digiring pada

satu realitas yang ditonjolkan oleh media tersebut. Framing adalah sebuah

cara bagaimana peristiwa disajikan oleh media. Di tambah pula dengan

berbagai kepentingan, maka konstruksi realitas politik sangat ditentukan

oleh siapa yang memiliki kepentingan dengan berita tersebut (Sobur,

2012:167).

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut maka dapat disimpulkan

bahwa framing adalah proses membuat suatu pesan lebih menonjol,

menempatkan informasi lebih daripada yang lain sehingga khalayak lebih

tertuju pada pesan tersebut. Adapun analisis framing digunakan untuk

membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksikan fakta.

Analisis ini mencermati strategi seleksi, penonjolan, dan tautan fakta ke

dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti atau lebih

diingat, untuk menggiring interpretasi khalayak sesuai perpektifnya.

Analisis framing dalam penelitian ini menggunakan model framing Robert

Entman.

c. Framing Robert Entman

Framing Robert Entman menjadi model framing paling terdepan yang

mendefinisikan framing adalah memilih beberapa aspek dari realitas yang

dirasakan dan membuat mereka lebih menonjol dalam teks komunikasi,

sedemikian rupa untuk mempromosikan definisi masalah tertentu,

interpretasi kausal, evaluasi moral, dan/atau rekomendasi pengobatan

(Entman, 1993).

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

43

Entman dalam McQuail (2010:380) juga menyebutkan bahwa aspek

utama dari sebuah framing adalah pendefinisian masalah, penyebab

masalah, evaluasi moral, dan solusi penyelesaian masalah. Menurut

Entman (1993), „Framing melibatkan seleksi dan arti-penting‟. Dia

merangkum aspek utama pembingkaian dengan mengatakan bahwa

kerangka mendefinisikan masalah, mendiagnosis penyebab, membuat

penilaian moral, dan menyarankan pengobatan. Jelas bahwa sejumlah

besar perangkat tekstual dapat digunakan untuk melakukan aktivitas ini.

Mereka termasuk menggunakan kata-kata atau frase tertentu, membuat

referensi kontekstual tertentu, memilih gambar atau film tertentu,

memberikan contoh-contoh yang khas, mengacu pada sumber-sumber

tertentu dan sebagainya.

Pembahasan utama framing dari Entman adalah soal penyeleksian dan

penonjolan isu. Aspek penyeleksian isu terjadi oleh pihak redaksi dimana

ada pemilihan isu yang nantinya akan disebarkan lewat pemberitaannya

atau tulisan di media massanya. Penyeleksian ini meliputi soal pemilihan

isu mana yang akan diambil dan mana yang tidak. Tidak semua bisa

ditampilkan oleh pihak media, oleh karenanya, isu yang sudah diterima

khalayak adalah hasil penyeleksian dari wartawan dan redaksi media

tersebut.

Framing pada dasarnya adalah penonjolan isu di mana suatu peristiwa

ditonjolkan dengan menggunakan aksen-aksen tambahan serta bahasa

yang menjadikannya mudah diingat pembaca. Dengan bentuk seperti iti,

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

44

sebuah ide/gagasan/informasi lebih mudah terlihat, lebih mudah

diperhatikan, diingat, dan ditafsirkan, karena berhubungan dengan skema

pandangan khalayak (Eriyanto, 2012:186).

Proses framing adalah kegiatan yang tak terpisahkan dari pihak media

dalam mengkonstruksikan fakta. Bagaimana si wartawan memilih

peristiwa yang akan diangkatnya menjadi sebuah berita yang memiliki

nilai berita, siapa saja yang ia pilih untuk menjadi narasumbernya, serta

bagaimana ia menuliskannya. Tentunya menjadikan berita yang ia tulis

menjadi subjektif secara tidak langsung. Tidak hanya wartawan, karena

pemilihan angle atau tema atas berita yang ditulis juga menjadi keputusan

rapat redaksi media bersangkutan. Berita yang ditulis wartawan pun

nantinya akan kembali disunting oleh editor yang juga sesuai dengan

perspektif si editor atas berita tersebut. Redaktur pun memiliki

kewenangan dalam memutuskan apakah cerita tersebut layak muat atau

tidak. Begitu pula dengan para layouter atau tata letak, mereka akan

menambahkan gambar, karikatur, dan aksen lainnya untuk memperkuat

gagasan dalam tulisan tersebut baik tanpa maupun melalui kebijakan dari

redakturnya.

Entman menerangkan bahwa framing bahkan bisa menjadi sebuah

paradigma sendiri. Ini dikarenakan proses dari praktik jurnalistik yang

demikian. Ada pemilihan dan penonjolan isu sendiri yang akan diangkat

oleh pihak redaksi dari media bersangkutan.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

45

Model framing Entman, sebagaimana yang ia selalu tekankan dalam

definisinya tentang framing adalah dilakukannya pengidentifikasian

masalah (problem identification), mencari penyebab masalah (causal

interpretation), membuat keputusan moral (moral judgement), dan solusi

atas masalah (treatment recommendation).

Pada pendefinisian masalah akan dilihat bagaimana suatu masalah

atau peristiwa dilihat. Satu masalah atau peristiwa akan dimaknai berbeda

oleh wartawan yang berbeda. Itu dikarenakan skema individu yang

berbeda, karena setiap individu memiliki perspektifnya masing-masing

atas suatu masalah. Secara luas, pendefinisian masalah ini menyertakan, di

dalamnya, konsepsi dan skema interpretasi wartawan (Eriyanto,

2012:189). Menurut Entman (1993) bahwa identifikasi masalah adalah

mengidentifikasi apa yang dilakukan agen penyebab masalah dengan

menggunakan istilah-istilah umum yang sesuai dengan nilai budaya

setempat.

Memperkirakan penyebab masalah (causal interpretation) merupakan

tahapan dimana peristiwa dilihat dari siapa atau apa yang

menyebabkannya. Di sini, Entman menyebutkan bahwa causal

interpretation adalah pengidentifikasian kekuatan yang menyebabkan

masalah. Penyebab masalah tidak harus terpaku oleh apa, namun juga

siapa aktor, yang dalam wacana tersebut dituding sebagai peenyebab

masalah. Dalam tahap ini, dapat terlihat bahwa ada yang dianggap sebagai

pelaku dan juga ada yang dianggap sebagai korban.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

46

Membuat pilihan moral (make moral judgement), tahapan ini adalah

tahapan dimana terjadi evaluasi terhadap si penyebab masalah dan efek

yang ditimbulkan oleh masalah tersebut. Ada penguatan argument dalam

pendefinisian masalah. Artinya, ada argument lain yang menegaskan

gagasan yang ingin disampaikan wartawan dan pihak redaksi. Gagasan

yang dikutip berdasarkan sesuatu yang familiar dan dikenal oleh khalayak

(Eriyanto, 2012:191).

Elemen yang terakhir adalah solusi atas masalah atau treatment

recommendation. Dengan tahapan ini, kita bisa mencari apa sebenarnya

yang ditawarkan penulis sebagai solusi atas masalah yang diangkat

sebagaimana yang ada di pengidentifikasian masalah. Apa yang menjadi

jalan keluar yang menunjukkan sikap wartawan atau redaksi yang

ditawarkan untuk menyelesaikan masalah tersebut.

Keempat tahapan atau elemen di atas merupakan alat untuk memilah

dan mengetahui framing yang dipakai media untuk mengemas suatu

perstiwa atau berita. Eriyanto (2012:189) menyatakan tentang dua level

frame berita yang timbul, yaitu bahwa frame berita timbul dalam dua level.

Pertama, konsepsi mental yang digunakan untuk memproses informasi

dan sebagai karakteristik dari teks berita. Kedua, perangkat spesifik dari

narasi berita yang dipakai untuk membengun pengertian mengenai

peristiwa. Frame berita dibentuk dari kata kunci, metafora, konsep,

simbol, citra yang ada dalam narasi berita.

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

47

Model framing Entman memang banyak berbicara tentang aksen-

aksen yang menjadikan suatu wacana menonjol dan mendapat perhatian

lebih. Seperti misalnya, penempatan berita menjadi headline yang bearada

di halaman muka surat kabar. Jenis font yang dicetak tebal dan besar.

Belum lagi, penambahan foto, gambar, diagram, karikatur, dan lain-lain

yang membuatnya menjadi menonjol sehingga menarik khalayak untuk

membacanya.

Aksen-aksen tersebut merupakan penguatan yang dilakukan terhadap

teks berita atau wacana. Kata menjadi senjata utama bagi para penulis

dalam mengemas isu mereka. Oleh karenanya, dengan model framing

Entman, pembedahan kata-kata tersebut akan lebih mudah teridentifikasi.

Kata memiliki kekuatan yang besar untuk memengaruhi cara

memaknai teks oleh pembaca. Kata hanya mempunyai makna setelah ia

diasosiasikan dengan referen. Artinya, ketika kita berbicara tentang

denotasi, kita merujuk pada asosiasi primer yang dimiliki sebuah kata bagi

kebanyakan anggota suatu masyarakat linguistik tertentu, sedangkan

konotasi merujuk pada asosiasi sekunder yang dimiliki sebuah kata bagi

seorang atau lebih anggota masyarakat itu (Tubbs & Moss, 2008:71).

Oleh karenanya, Entman memandang bahwa wacana merupakan arena

pertarungan simbolik antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan

pokok persoalan wacana. Masing-masing pihak saling menonjolkan

perspektif dan argumennya agar diterima khalayak. Setiap pihak juga

menggunakan simbol, retorika, dan bahasa-bahasa tertentu dengan

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

48

konotasi tertentu. Dengan kata lain, proses framing menjadikan media

massa sebagai suatu arena di mana informasi tentang masalah-masalah

tertentu diperebutkan dalam suatu perang simbolik antara berbagai pihak

yang sama-sama menginginkan pandangannya didukung pembaca

(Eriyanto, 2012:196). Inilah yang disebut Eriyanto dengan efek framing.

Namun Entman juga menyatakan bahwa sebuah kalimat bisa saja

menunjukkan lebih dari satu dari empat elemen framing-nya, walaupun

banyak kalimat dalam teks yang sama yang tidak menunjukkan satu pun

dari keempat framing tersebut.

Dalam proses komunikasi, setidaknya ada empat lokasi yang

menunjukkan suatu framing, yaitu komunikator, teks, si penerima, dan

juga budaya. Komunikator berperan membuat suatu bingkai yang secara

disadari maupun tidak menentukan apa yang ingin dikatakan dan

menggiring dengan menggunakan schemata yang telah diorganisasikan.

Teks yang terdiri atas potongan bingkat tersebut kemudian dikonstruksi

dan ditonjolkan dengan menggunakan kata-kata kunci tertentu, frase,

gambar, sumber informasi, atau apa pun yang bisa menggiring si pembaca

ke arah bingkai yang dimaksud si komunikator. Framing pun kemudian

diterima si pembaca yang sesuai dan diperkuat dengan nilai-nilai budaya

dari suatu kelompok tersebut.

Cara framing bekerja adalah menonjolkan beberapa informasi dari

teks. Kata penonjolan itu sendiri pun perlu diberi makna. Artinya,

membuat potongan sebuah informasi itu lebih ditandai pembaca, lebih

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

49

bermakna, dan juga lebih diingat pembaca. Sebuah teks bisa saja menjadi

menonjol dengan penempatan-penempatan di kolom yang lebih besar,

lebih mudah ditemukan, dan sebagainya. Atau teks tersebut selalu diulang

untuk meninggalkan kesan yang kuat untuk diingat. Teks yang dianalisis

framing dalam penelitian ini adalah ucapan atau kata-kata pihak

Kepolisian RI dalam tayangan reality show 86 di Net.TV.

B. Penelitian Terdahulu

Damayanti (2013) melakukan penelitian dengan judul “Konstruksi

Makna Tayangan Indonesia Bersatu Debat Capres-Cawapres Pilpres 2009 di

Metro TV”. Penelitian ini memfokuskan makna konstruktif dari Metro TV

pada debat pencalonan presiden dan wakil presiden dalam Pemilihan Presiden

2009. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

paradigma konstruktif. Pendekatan studi kasus terlihat paling

menggambarkan aktivitas humas politik dalam penelitian ini. Penelitian ini

dibagi menjadi dua bagian, pertama, analisis framing visual di Metro TV.

Temuan tersebut menunjukkan bahwa makna konstruksi di Metro TV dalam

sebuah debat yang disiarkan di “Indonesia bersatu” melalui sebuah bingkai:

Perdebatan 2009 yang merupakan pesta demokrasi sebagai sebuah peristiwa

politik rakyat Indonesia. Artifisial konstruktif yang disiarkan di Metro TV

mencoba memberi pengertian kepada masyarakat Indonesia terutama para

pemirsa untuk menjadi pemilih yang rasional, bukan yang emosional dengan

menyiarkan diskusi tentang debat presiden 2009.

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

50

Penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu memiliki beberapa

kesamaan, terutama dalam hal media yang dianalisis yakni berupa tayangan

atau program acara yang disiarkan oleh televisi nasional, objek penelitian

berupa ucapan dari narasumber, dan penggunaan analisis framing dengan

model Robert N. Entman. Tetapi penelitian sekarang dengan penelitian

terdahulu juga memiliki beberapa perbedaan, terutama pada jenis tayangan

atau program televisi, media televisi yang menyiarkan tayangan, dan

konstruksi yang dibangun dalam analisis framing. Penelitian terdahulu

menggunakan jenis program televisi berupa talkshow, sedangkan penelitian

sekarang berupa reality show. Penelitian terdahulu menggunakan tayangan

yang disiarkan oleh Metro TV, sedangkan penelitian sekarang menggunakan

tayangan yang disiarkan oleh Net.TV. Konstruksi yang dibangun dalam

analisis framing pada penelitian terdahulu adalah kontruksi makna tayangan

debat, sedangkan penelitian sekarang berupa konstruksi citra lembaga

penegak hukum atau institusi Kepolisian RI.

C. Kerangka Pemikiran

Berikut ini adalah kerangka pemikiran dalam penelitian ini sebagaimana

terlihat pada gambar berikut.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

51

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan gambar 2.1 di atas maka dapat dijelaskan bahwa Kepolisian

RI bekerjasama dengan Net.TV menyelenggarakan dan menyiarkan suatu

tayangan atau program acara reality show dengan nama “86”, yang menampilkan

kehidupan nyata dan aksi-aksi anggota Kepolisian RI saat sedang bertugas di

lapangan. Pada setiap episode terdapat seorang anggota Polisi yang menjadi

narasumber yang menjelaskan permasalahan yang terjadi dan evaluasi dari

masalah tersebut di depan kamera. Ucapan narasumber tersebut baik berupa kata,

frase, maupun kalimat dituangkan dalam bentuk teks atau ditranskripsi oleh

peneliti sebagai data atau objek yang akan diteliti. Analisa data dalam penelitian

ini menggunakan analisis framing, khususnya model framing yang dikembangkan

oleh Robert N. Entman. Model tersebut dipilih karena analisisnya bersifat tahapan

Tayangan Reality Show

“86” di Net.TV Narasumber Anggota Polisi

Transkripsi

Analisis Framing

Model R.N. Entman

Konstruksi Citra

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. a. Pengertian ...eprints.umm.ac.id/40887/3/BAB II.pdf · Contoh: drama percintaan (love story), tragedi, horor, komedi, legenda, aksi

52

sehingga dapat lebih mudah untuk melakukan pembingkaian. Selain itu, model

Entman juga cenderung bersifat solutif karena menyediakan rekomendasi solusi

atas penyelesaian dari permasalahan yang telah teridentifikasi.

Analisis framing model Robert N. Entman dilakukan dengan empat cara

atau tahapan. Pertama, identifikasi masalah (problem identification), yaitu

peristiwa dilihat sebagai sesuatu yang mana positif dan yang mana negatif. Kedua,

interpretasi penyebab masalah (causal interpretation), yaitu siapa yang dianggap

penyebab masalah. Ketiga, evaluasi moral (moral evaluation), yaitu penilaian atas

penyebab masalah; dan keempat, saran penanggulangan masalah (treatment

recommendation), yaitu menawarkan suatu cara penanganan masalah dan kadang

kala memprediksikan hasilnya. Berdasarkan kerangka hasil framing model Robert

N. Entman maka dapat dibingkai citra atau kesan seperti apa yang ingin dibangun

oleh Kepolisian RI melalui tayangan reality show 86 di Net.TV kepada khalayak.