BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

40
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup Auditing 2.1.1. Pengertian Auditing Menurut Arens, et al. (2012:24) auditing adalah : Auditing is the accoumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria.Definisi diatas menyatakan bahwa auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Agoes (2013:3) auditing adalah : “suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuanganyang telah disusun oleh pihak manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan dapay memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.” Menurut Mulyadi (2002:9) auditing adalah : “Proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan- pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep dan Ruang Lingkup Auditing

2.1.1. Pengertian Auditing

Menurut Arens, et al. (2012:24) auditing adalah :

“Auditing is the accoumulation and evaluation of evidence about information to

determine and report on the degree of correspondence between the

information and established criteria.”

Definisi diatas menyatakan bahwa auditing adalah pengumpulan dan evaluasi bukti

tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara

informasi dan kriteria yang telah ditetapkan.

Menurut Agoes (2013:3) auditing adalah :

“suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak

yang independen, terhadap laporan keuanganyang telah disusun oleh pihak

manajemen, beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti

pendukungnya, dengan tujuan dapay memberikan pendapat mengenai

kewajaran laporan keuangan tersebut.”

Menurut Mulyadi (2002:9) auditing adalah :

“Proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif

mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi,

dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-

pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian

hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.”

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

11

Dari beberapa pengertian di atas mengenai auditing, maka dapat disimpulkan

bahwa auditing adalah suatu proses pemeriksaan, pengevaluasian dan pengumpulan

bukti-bukti beserta catatan, pembukuan, dan bukti pendukungnya terhadap suatu

kejadian ekonomi yang mana bukti tersebut dapat memberikan hasil informasi

dengan kriteria yang telah ditetapkan dan memberikan kewajaran terhadap laporan

keuangan guna pengambilan keputusan. Auditing memiliki tujuan utama untuk

memberi pendapat atau opini atas wajar tidaknya laporan keuangan yang disajikan

oleh klien agar bisa dijadikan acuan bagi pihak-pihak yang berkepentingan untuk

melakukan keputusan ekonomi. Dalam melakukan audit untuk menjaga dan

meningkatkan profesinya, seorang akuntan publik diharuskan untuk selalu bersikap

profesinal dan independen dalam arti dalam menjalankan tugasnya seorang akuntan

publik tidak boleh memihak kepada siapapun, bersikap obyektif, dan jujur.

2.1.2. Jenis Audit

Agoes (2013) menyatakan ada empat jenis audit yang umum dilaksanakan.

Keempat jenis tersebut yakni:

1. Manajemen Audit (Operational Audit)

Operational atau management audit merupakan atas semua atau sebagai

prosedur dan metode operasional suatu organisasi untuk menilai efisiensi,

efektifitas, dan ekonomisasinya. Audit operasional dapat menjadi alat

menejemen yang efektif dan efisien untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

12

Hasil audit operasional berupa rekomendasi-rekomendasi perbaikan mengenai

manajemen sehingga audit jenis ini lebih merupakan konsultasi manajemen.

2. Audit Ketaatan (Compliance Audit)

Compliance Audit merupakan pemeriksaan untuk mengetahui apakah

prosedur dan aturan yang sudah ditetapkan oleh otoritas berwenang sudah

ditaati oleh personel di organisasi tersebut. Compliance Audit biasanya

ditugaskan oleh otoritas berwenang yang telah menetapkan prosedur atau

peraturan perusahaan sehingga hasil audit jenis ini tidak untuk dipublikasikan

tetapi untuk intern manajemen.

3. Audit Laporan Keuangan (Financial Audit)

Pemeriksaan atas laporan keuangan merupakan evaluasi kewajaran laporan

keuangan yang disajikan oleh manajemen secara keseluruhan dibandingkan

dengan standar akuntansi keuangan yang berlaku secara umum. Dalam

pengertian apakah laporan keuangan secara umum merupakan informasi yang

dapat ditukardan dapat diverifikasi lalu telah disajikan sesuai dengan criteria

tertentu. Umumnya criteria yang dimaksud adalah standar akuntansi yang

berlaku secara umum seperti prinsip akuntansi yang berlaku umum. Hasil

audit atas laporan keuangan adalah opini auditor yaitu, Unqualified Opinion,

Qualified Opinion, Disclamer Opinion dan Adverse Opinion.

4. Audit Sistem Informasi (Computer Audit)

Audit sistem informasi sangat dibutuhkan karena auuditor yang melakukan

audit laporan keuangan harus memahami dan menguji sistem dan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

13

pengendalian internnya (list of control), dan dalam rangka memeriksa data

akuntansi (subtantive test). Audit SI merupakan jenis audit terhadap laporan

keuangan yang sistem akuntansinya bebasis teknologi informasi (hardware,

software, netware, infrastructure, dan dataware).

Khusus dalam bidang pemeriksaan secara mendalam mengenai kecurangan-

kecurangan, audit terbagi menjadi audit khusus yaitu:

1. Audit Forensik

Audit yang dapat didefinisikan sebagai aplikasi keahlian mengaudit atas

keadaan yang memiliki konsekuensi hukum. Audit forensik umumnya

digunakan untuk melakukan pekerjaan investigasi secara luas. Pekerjaan

tersebut meliputi suatu investigasi atau urusan keuangan suatu entitas dan

sering dihubungkan dengan investigasi terhadap tindak kecurangan (fraud),

oleh karena itu audit forensik sering juga diartikan sebagai audit investigasi.

2. Audit investigasi

Audit investigasi itu sendiri merupakan salah satu metode di dalam audit

kecurangan (fraud audit), yaitu merupakan fraud audit pelaksanaan setelah

diketahui teridentifikasi adanya kecurangan, misalkan korupsi.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

14

2.1.3. Standar Auditing

Dalam menunjang profesinya sebagai akuntan publik seorang auditor dalam

melaksanakan tugas auditnya harus berpedoman pada Standar Profesionalisme

Akuntan Publik (SPAP) yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, seperti yang

tercantum dalam SPAP (2001:150:1), yakni:

1. Standar Umum

a. Audit harus dilakukan oleh orang yang sudah mengikuti pelatihan dan

memiliki kecakapan teknis yang memadai sebagai seorang auditor.

b. Dalam semua hal yang berkaitan dengan perikatan, independensi

dalam sikap mental harus tetap di pertahankan auditor.

c. Dalam audit pelaksaan dan penyusunan laporannya, auditor wajib

menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.

2. Standar Pekerjaan lapangan

a. Pekerjaan harus direncanakan dengan sebaik-baiknya dan jika

digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya.

b. Pemahaman yang memadai atas struktur pengendalian intern harus

dapat diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sikap, saat

dan lingkup pengujian yang akan dilakukan.

c. Bukti audit kompeten yang cukup harus dapat diperoleh melalui

inpeksi, pengamatan, pengujian, pernyataan dan konfirmasi sebagai

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

15

dasar yang memadai untuk dapat menyatakan pendapat atas laporan

keuangan auditan

3. Standar Pelaporan

a. Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah

disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum di

Indonesia.

b. Laporan auditor harus menyatakan jika ada ketidak konsistenan

penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan

periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi

tersebut dalam periode sebelumnya.

c. Pengungkapan informasi dalam laporan keuangan harus dipandang

memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor

d. Laporan auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan

keuangan secara keseluruhan atas suatu asersi.

2.1.4. Proses Auditing

Menurut Mulyadi (2002:56) terdapat tahap-tahap dalam pelaksanaan

proses audit, yaitu:

1. Penerimaaan penugasan audit

Langkah awal pekerjaan audit atasl laporan keuangan berupa

pengambilan keputusan untuk men menerima atau menolak penugasan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

16

audit dariklien berulang. Terdapat enam langkah yang harus ditempuh

auditor dalammempertimbangkan penerimaan penugasan audit dari

calon kliennya, yaitu:

a. Mengevaluasi integritas manajemen.

b. Mengidentivikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa

c. Menilaikompetensi untuk melakukan audit

d. Mengevaluasi independen

e. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kecermatan dan

keseksamaan.

f. Membuat surat penugasan audit (engagement letter)

2. Perencanaan audit

Dalam perencanaan audit terdapat delapan tahap yaitu:

a. Memahamani bisnis dan industri klien

b. Melaksanakanprosedur analitik

c. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal

d. Mempertimbangkan risiko bawaan.

e. Mempertimbangkan berbagai faktor yang mempengaruhi

terhadap saldo awal, jika penugasan klien berupa audit tahun

pertama.

f. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan.

g. Mereview informasi yang berhubungan dengan kewajiban-

kewajiban klien.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

17

h. Memahami struktur pengendalian internal klien

3. Pelaksanaan Pengujian Audit

Pada tahap ini disebut juga dengan pekerjaan lapangan. Tujuan

utamanya adalah untuk memperoleh bukti audit tentang efektivitas

struktur pengendalian internal klien dan kewajiban laporan keuangan

klien. Secara garis besar, pengujian audit dibagi menjadi tiga, yaitu ;

a. Pengujian analitik (analytical test)

b. Pengujian pengendalian (test of control)

c. Pengujian substansif (substantif test)

4. Pelaporan audit

Dalam proses audit langkah terakhir dari suatu pemeriksaan auditor

adalah penerbitan laporan audit. Untuk itu auditor perlu menyusun

laporan keuangan auditan (audit Financial Statement), penjelasan

laporan keuangan (notes to financial statement) dan pernyataan

pendapat auditor.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

18

2.1.5. Tipe Auditor

Menurut Mulyadi (2002:29) ada jenis auditor yang paling umum, yaitu auditor

independen, auditor pemerintah, dan auditor intern. Berikut penjelasannya:

1. Auditor Independen

Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya

kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan

yang dibuat oleh kliennya. Profesi auditor independen memperoleh honorarium

dari kliennya dalam menjalankan keahliannya, namun auditor independen harus

independen, tidak memihak kepada kliennya.

2. Auditor pemerintah.

Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi

pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit pertanggungjawaban

keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah atau

pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Auditor

yang bekerja di instansi pemerintah pada umumnya di Indonesia terbagi

menjadi dua bagian yaitu auditor yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan

(BPK) sebagai auditor eksternal dan auditor yang bekerja di Badan Pengawasan

Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai auditor internal pemerintah.

3. Auditor Intern.

Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan

negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

19

apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah

dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan

organiasai, menentukan efisiensi dan efektifitas prosedur kegiatan organisasi,

serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian

organisasi.

2.2. Keahlian Audit

2.2.1. Definisi Keahlian Audit

Dalam melaksanakan proses audit suatu perusahaan, seorang auditor dituntut

untuk dapat menunjukan sikap independensi dan kompetensi serta ahli dalam

bidangnya. Hal tersebut dikarenakan hasil auditan yang dihasilkan tidak hanya

dipertanggungjawabkan kepada klien saja tetapi kepada masyarakat umum yang

berkaitan dengan perusahaan tersebut.

Definisi auditor ahli menurut International Standart on Auditing 620 (2009)

adalah:

“An individual or organization possessing expertise in a field other than

accounting or auditing, whose work in that field is used by the auditor to

assist the auditor in obtaining sufficient appropriate audit evidence.”

Kutipan tersebut menyatakan bahwa auditor ahli adalah individu atau organisasi yang

memiliki keahlian dalam bidang akuntansi atau audit, yang bekerja dalam bidang

tersebut yang digunakan oleh bidang audit, untuk membantu auditor dalam

memdapatkan bukti audit yang tepat dan memadai.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

20

Definisi auditing menurut Arens, et al (2012) bahwa:

“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about information

to determine and report on the degree of correspondence between the

information and established criteria. Auditing should be done by a competent

dan independent person”

Kutipan tersebut menyatakan bahwa auditing adalah akumulasi dan evaluasi bukti

tentang informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara

informasi dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh auditor

yang kompeten dan independen.

Dalam kedua kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa keahlian audit adalah

keahlian yang dimiliki oleh seorang individu (auditor) dalam bidang auditing, dalam

proses pengumpulan dan evaluasi bukti informasi audit untuk menentukan dan

melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi bukti audit dan kriteria yang telah

ditetapkan dalam audit agar dapat menghasilkan hasil audit yang berkualitas.

Keahlian audit sangat dibutuhkan dalam proses pengauditan agar dapat menghasilkan

hasil audit yang berkualitas dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses audit,

oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui karakteristik seorang auditor agar

dapat mengetahui keahlian audit yang dimilikinya.

Dalam standar umum SA seksi 210 tentang pelatihan dan keahlian Auditor

Independen yang terdiri atas paragraph 03-05, menyebutkan secara jelas tentang

keahlian auditor disebutkan dalam paragraf pertama sebagai berikut “Audit harus

dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan yang cukup

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

21

sebagai auditor” (SPAP, 2001). Menurut Lambe (2007), keahlian merupakan

kombinasi kombinasi dari empat hal, yaitu:

1. Pengetahuan Teknis (Technical Knowledge)

Pengetahuan teknis ini dapat diperoleh melalui studi dan memerlukan

pengalaman. Para ahli biasanya akan memerlukan praktek dan pengalaman

dari waktu ke waktu untuk benar-benar menguasai keahlian audit tersebut.

2. Keterampilan (skill)

Banyak keterampilan yang dapat dilatih, tetapi keterampilan para ahli tidak

dapat diperoleh hanya melalui pelatihan. Seperti pengetahuan teknis,

keterampilan ahli dikembangkan dan diperdalam melalui kombinasi pelatihan

dan praktek. Tidak seperti pengetahuan teknis, sangat sering keterampilan

yang tidak dapat dibuat eksplisit, namun perlu dikomunikasikan melalui

kombinasi pelatihan, pembinaan demontrasi, dan praktek.

3. Pengalaman (Experience)

Pengalaman mendasari semua elemen lainnya dari keahlian, termasuk

keterampilan dan pengetahuan teknis. Para ahli menggabungkan pola

pengetahuan teknis baru dan memungkinkan mereka untuk menerapkan

keterampilan mereka secara lebih mendalam dan dengan efek yang lebih

besar.

4. Rutinitas (Routine)

Rutinitas ini dikembangkan dengan memanfaatkan pengetahuan mereka, tapi

begitu mereka telah dikembangkan mereka dapat cukup sering

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

22

didokumentasikan sebagai cara, metode atau template dan ditransfer dalam

bentuk eksplisit untuk staf yang kurang berpengalaman.

2.2.2. Indikator Keahlian Audit

Abdolmohammadi & Shentau (1991) dalam penelitiannya menjelaskan

karakteristik- karakteristik yang berperan membentuk suatu keahlian audit, beberapa

karakteristik dalam membentuk suatu keahlian audit adalah:

1. Pengetahuan (Knowledge)

2. Komunikasi (Communication)

3. Kepercayaan diri (Self- Confidence)

4. Tanggung jawab (Responsibility)

Keahlian auditor bisa juga diukur melalui banyaknya ijazah/sertifikat yang

dimiliki serta jumlah atau banyaknya keikutsertaan yang bersangkutan dalam

pelatihan-pelatihan, seminar atau simposium. Semakin banyak sertifikat yang dimiliki

dan semakin sering mengikuti pelatihan atau seminar/simposium diharapkan auditor

yang bersangkutan akan semakin cakap dalam melaksanakan auditor.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

23

2.3. Pengalaman Audit

2.3.1. Pengertian Pengalaman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia:

“Pengalaman adalah sesuatu yang pernah dialami (dijalani, dirasai, ditanggung,

dsb) (Badudu & Sutan, 2002).”

Menurut Mulyadi (2002):

“Pengalaman auditor merupakan akumulasi gabungan dari semua yang

diperoleh melalui interaksi. Seorang auditor harus mempunyai pengalaman

dalam kegiatan auditnya, pendidikan formal dan pengalaman kerja dalam

profesi akuntan merupakan dua hal penting dan saling melengkapi”

Menurut Suraida (2005):

“Pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan

keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang

pernah ditangani.”

Berdasarkan uraian pengalaman diatas, maka dapat dinyatakan bahwa

pengalaman audit merupakan pengalaman yang dimiliki oleh auditor yang

merupakan keterampilan dan pengetahuan tentang audit yang merupakan gabungan

dari interaksi selama proses audit yang diukur melalui segi lamanya waktu dan

banyaknya penugasan audit yang pernah dijalankan auditor tersebut. Pengalaman

tersebut juga dapat membantu auditor dalam mendeteksi potensi terjadinya

kecurangan yang dilakukan klien, dan membuat auditor memahami penyebab

munculnya kecurangan tersebut.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

24

Di bidang audit, pengalaman audit yang dimiliki seorang auditor merupakan

faktor yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaanya. Pengalaman audit

merupakan faktor penting dalam memprediksi dan mendeteksi kinerja auditor, karena

auditor yang berpengalaman lebih memiliki ketelitian yang tinggi mengenai

kecurangan dari pada yang kurang atau belum berpengalaman. Berbagai penelitian

auditing menunjukkan bahwa semakin berpengalaman seorang auditor semakin

mampu dia menghasilkan kinerja yang baik dalam tugas-tugas yang semakin

kompleks (Libby 1995 dalam Koroy 2005).

2.3.2. Indikator Pengalaman Audit

1. Lamanya Bekerja Sebagai Auditor

Pengalaman kerja merupakan suatu hal yang menjadikan salah satu indikator

dan ciri seorang auditor dapat dilihat kemampuannya dalam bidang audit..

Pengalaman tersebut menjadi salah satu persyaratan dalam memperoleh izin

menjadi Akuntan Publik (SK Menkeu No.17/PMK.01/2008) tentang Jasa

Akuntan Publik menyebutkan bahwa :

“Seorang akuntan publik harus memiliki pengalaman praktik di bidang

audit umum atas laporan keuangan paling sedikit 1000 (seribu) jam dalam

5 (lima) tahun terakhir dan paling sedikit 500 (lima ratus) jam diantaranya

memimpin dan/atau mensupervisi perikatan audit umum yang disahkan

oleh Pemimpin/Pemimpin Rekan KAP”.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

25

Berdasarkan syarat dan ketentuan tersebut, maka untuk menjadi seorang

auditor yang berpengalaman harus memiliki minimal 5 (lima) tahun dan

sekurang-kurangnya 500 (lima ratus) jam sebagai akuntan dan memiliki

pengalaman audit dengan reputasi baik. Libby dan Frederick (1990) dalam

Mayangsari (2003) menemukan bahwa auditor yang berpengalaman

mempunyai pemahaman yang lebih baik. Mereka juga lebih mampu memberi

penjelasan yang masuk akal atas kesalahan-kesalahan dalam laporan keuangan

dan dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan pada tujuan audit dan

struktur dari sistem akuntansi yang mendasarinya.

2. Frekuensi Melakukan Tugas Audit

Menurut Arens, et al. (2012:289) mengatakan bahwa :

“The engagement may require more experienced staff. CPA firms should

staff all engagements with qualified staff. For low acceptable audit risk

clients, special care is appropriate in staffing, and the importance of

professional skepticism should be emphasized. “

Dalam setiap penugasan audit harus dilakukan oleh staf yang memiliki

pengalaman audit, Kantor Akuntan Publik (KAP) juga harus menugaskan

staf memiliki kualitas audit agar risiko audit yang diterima rendah, yaitu

dengan cara memberikan perhatian khusus dalam memilih staf, dan

menerapkan skeptisisme profesional dalam mengaudit.

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa banyaknya tugas yang

dilakukan seorang auditor akan meningkatkan pengalaman yang dimiliki dan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

26

memperoleh banyak pengetahuan dalam mengaudit, sehingga kepercayaan

diri auditor akan bertambah besar. Apabila seorang auditor banyak

melakukan penugasan audit, maka dia akan terbiasa dan akan memperoleh

lebih banyak pengetahuan tentang kecurangan yang mungkin dilakukan oleh

klien. Tubbs (1992) dalam Suraida (2005) menemukan dalam penelitiannya

bahwa auditor yang mempunyai pengalaman audit lebih banyak akan

menemukan kesalahan lebih banyak dan item-item kesalahan yang dilakukan

lebih kecil dibandingkan dengan auditor yang mempunyai pengalaman yang

lebih sedikit. Selain itu, auditor yang berpengalaman akan mempertimbangan

pelanggaran yang terjadi.

3. Jenis-Jenis Perusahaan yang Ditangani

Arens, et al. (2008) menyatakan bahwa auditor harus memiliki kualifikasi

teknis serta berpengalaman dalam industri-industri yang mereka audit, ini

akan membuat auditor lebih dapat menemukan kecurangan dari klien yang

mereka audit. Banyaknya penugasan yang dilakukan oleh auditor dengan

jenis-jenis perusahaan yang ditangani, maka auditor akan semakin mampu

memahami kecurangan yang mungkin dilakukan oleh klien. Dengan

seringnya melakukan penugasan di berbagai jenis perusahaan yang berbeda,

maka auditor akan lebih paham, memiliki keunggulan dalam mendeteksi

kesalahan, dan mencari penyebab masalah serta peka terhadap informasi-

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

27

informasi perusahaan terutama dalam menentukan tingkat materialitas untuk

akun atau item dalam laporan keuangan.

4. Pendidikan yang Berkelanjutan

Standar Umum pertama tersebut menegaskan bahwa syarat yang harus

dipenuhi oleh seorang akuntan untuk melaksanakan audit adalah harus

memiliki pendidikan serta pengalaman yang memadai dalam bidang auditing.

Pengalaman seorang auditor sangat berperan penting dalam meningkatkan

keahlian sebagai perluasan dari pendidikan formal yang telah diperoleh

auditor. Sebagaimana yang telah diatur dalam paragraf ketiga SA seksi 210

tentang pelatihan dan keahlian independen disebutkan:

“Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu pernyatan pendapatan,

auditor harus senantiasa bertindak sebagai seorang yang ahli dalam bidang

akuntan dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan

pendidikan formalnya yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman

selanjutnya dalam praktik audit……..(SPAP, 2001).”

Auditor diharuskan mengikuti pendidikan berkelanjutan dengan tujuan

meningkatkan keahliannya. Auditor harus berusaha memperoleh informasi

tentang kemajuan dan perkembangan baru dalam standar, prosedur, dan

teknik-teknik audit. Diharapkan dengan mengikuti pendidikan berkelanjutan,

auditor dapat meningkatkan keahliannya, termasuk dalam hal mengumpulkan

bahan bukti audit yang kompeten.

Dalam Peraturan Menteri Keuangan (SK MenKeu No.17/PMK.01/2008)

tentang jasa Akuntan Publik menyebutkan bahwa :

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

28

Pasal 5 poin b :

“Seorang akuntan publik harus memiliki Sertifikat Tanda Lulus Ujian

Sertifikasi Akuntan Publik (USAP) yang diselenggarakan oleh IAPI”.

Pasal 5 poin c :

“Dalam hal tanggal kelulusan USAP sebagaimana dimaksud pada poin b telah

melewati masa 2 (dua) tahun, maka wajib menyerahkan bukti telah mengikuti

Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL) paling sedikit 60 (enam puluh)

Satuan Kredit PPL (SKP) dalam 2 (dua) tahun terakhir”.

Secara formal, memang para auditor ini bisa mengikuti pendidikan

berkelanjutan yang diadakan di berbagai instansi atau lembaga pendidikan

yang telah terukur kualitasnya, seperti pendidikan profesi akuntansi dan

magister akuntansi. Pengetahuan auditor bisa diperoleh dari berbagai

pelatihan formal maupun dari pengalaman khusus, berupa kegiatan seminar,

lokakarya serta pengarahan dari auditor senior kepada auditor juniornya.

Seseoarang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang

dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang

tidak memiliki pengetahuan yang cukup memadai akan tugasnya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

29

2.4 Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan

2.4.1 Definisi Kecurangan

Menurut Arens, et al. (2012) kecurangan adalah:

“ Kecurangan terjadi ketika salah saji dibuat dalam suatu keadaan yang

mengetahui bahwa hal itu adalah suatu kepalsuan dan dilakukan dengan

maksud untuk melakukan kecurangan.”

Sedangkan menurut the Association of Certified Fraud Examinations (2000),

kecurangan dalam Tuanakotta (2007), adalah:

“Perbuatan-perbuatan yang melawan hukum yang dilakukan dengan sengaja

untuk tujuan tertentu (manipulasi atau memberikan laporan keliru terhadap pihak

lain) dilakukan orang-orang dari dalam atau luar organisasi untuk mendapatkan

keuntungan pribadi ataupun kelompok yang secara langsung atau tidak langsung

merugikan pihak lain.”

Berdasarkan kesimpuulan diatas dapat disimpulkan bahwa kecurangan adalah

tindakan disengaja yang merupakan tindakan illegal yang dapat merugikan organisasi

untuk kepentingan pribadi. Ada dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan

auditor tentang kecurangan dalam audit. Atas laporan keuangan - Salah saji yang

timbul sebagai akibat dari kecurangan dalam pelaporan keuangan dan Salah saji yang

timbul dari penyalahgunaan aset.

Istilah kecurangan (fraud) berbeda dengan istilah kekeliruan (errors).

Tindakan yang dilakukan secara sengaja disebut kecurangan (fraud) sedangkan

tindakan yang dilakukan tidak secara sengaja, maka disebut dengan kekeliruan

(errors) (Arens, et al. 2008: 186).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

30

2.4.2. Jenis-jenis Kecurangan

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE-2000) dalam Tuanakotta (2007)

mengkategorikan kecurangan ke dalam tiga kelompok (fraud tree), yaitu:

1. Corruption (korupsi), korupsi menurut ACFE, terbagi dalam pertentangan

kepentingan (conflict of interest), suap (bribery), pemberian ilegal (illegal

gratuity), dan pemerasan (economic exortion).

2. Fraudulent Statements (kecurangan laporan keuangan), kecurangan ini

didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam

bentuk salah saji material laporan keuangan yang merugikan investor dan

kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat finansial maupun non finansial.

3. Asset misappropriation (penyalahgunaan aset), penyalahgunaan aset dapat

digolongkan ke dalam kecurangan kas dan kecurangan atas persediaan dan

asset lainnya, serta pengeluaran-pengeluaran biaya secara curang (fraudulent

disbursement).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

31

2.4.3. Faktor faktor Terjadinya Kecurangan

Terdapat 3 (tiga) faktor pendorong seseorang melakukan kecurangan, yang

dikenal sebagai "fraud triangle" (Tuanakotta, 2007), yaitu:

Pressure

Opportunity Rationalization

Gambar 2.1 Fraud Triangle

1. Pressure

Pressure adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud,

contohnya hutang atau tagihan yang menumpuk, gaya hidup mewah,

ketergantungan narkoba, dll. Pada umumnya yang mendorong terjadinya

fraud adalah kebutuhan atau masalah finansial.Tapi banyak juga yang hanya

terdorong oleh keserakahan.

2. Opportunity

Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi. Biasanya

disebabkan karena pengendalian internal suatu organisasi yang lemah,

kurangnya pengawasan, dan penyalahgunaan wewenang. Di antara 3 elemen

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

32

fraud triangle, opportunity merupakan elemen yang paling memungkinkan

untuk diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan kontrol dan

upaya deteksi dini terhadap fraud.

3. Rationalization

Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku

mencari pembenaran atas tindakannya, misalnya:

1) Bahwasanya tindakannya untuk membahagiakan keluarga dan orang-

orang yang dicintainya.

2) Masa kerja pelaku cukup lama dan dia merasa seharusnya berhak

mendapatkan lebih dari yang telah dia dapatkan sekarang (posisi, gaji,

promosi, dll).

3) Perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar dan tidak

mengapa jika pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut.

2.4.4. Pendeteksian Kecurangan

Kecurangan merupakan tindakan yang salah/keliru yang dilakukan dengan

sengaja yang dilakukan oleh karyawan atau manajemen dalam lingkungan perusahaan

atau laporan keuangan perusahaan. Auditor dituntut untuk mampu memahami cara-

cara mendeteksi kecurangan yang terjadi agar mendeteksi kecurangan dapat berjalan

dengan maksimal. Setiap masing-masing kecurangan memiliki karakteristik sendiri,

sehingga untuk mendeteksi kecurangan diperlukan pemahaman secara luas tentang

kecurangan-kecurangan yang akan dan dapat timbul diperusahaan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

33

Cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi kecurangan adalah dengan

melihat tanda, sinyal, atau red flags suatu tindakan yang diduga menyebabkan atau

potensial menimbulkan kecurangan. Secara garis besar, tanda-tanda yang digunakan

untuk mengindikasikan kecurangan dibagi menjadi dua yaitu tanda-tanda kecurangan

yang berasal dari dalam dan luar perusahaan. Berikut adalah gambaran secara garis

besar pendeteksian kecurangan berdasarkan penggolongan kecurangan oleh

Association of Certified Fraud Examinations (2000) dalam Tuanakotta (2007) adalah

sebagai berikut:

1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat dideteksi

melalui analisis laporan keuangan sebagai berikut:

a. Analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis

hubungan antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau Laporan

arus kas dengan menggambarkannya dalam persentase. Sebagai contoh,

adanya kenaikan persentase hutang niaga dengan total hutang dari rata-

rata 28% menjadi 52% dilain pihak adanya penurunan persentase biaya

penjualan dengan total penjualan dari 20% menjadi 17% mungkin dapat

menjadi satu dasar adanya pemeriksaan kecurangan.

b. Analisis horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis persentase-persentase

perubahan item laporan keuangan selama beberapa periode laporan.

Sebagai contoh adanya kenaikan penjualan sebesar 80% sedangkan harga

pokok mengalami kenaikan 140%. Dengan asumsi tidak ada perubahan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

34

lainnya dalam unsur-unsur penjualan dan pembelian, maka hal ini dapat

menimbulkan sangkaan adanya pembelian fiktif, penggelapan, atau

transaksi ilegal lainnya.

c. Analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai item

dalam laporan keuangan. Sebagai contoh adalah current ratio, adanya

penggelapan uang atau pencurian kas dapat menyebabkan turunnya

perhitungan rasio tersebut.

2. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation)

Teknik untuk mendeteksi kecurangan-kecurangan kategori ini sangat banyak

variasinya. Namun pemahaman yang tepat atas pengendalian internal yang

baik dalam pos-pos tersebut akan sangat membantu dalam melaksanakan

pendeteksian kecurangan. Dengan demikian, terdapat banyak sekali teknik

yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi setiap kasus penyalahgunaan aset.

Masing-masing jenis kecurangan dapat dideteksi melalui beberapa teknik

yang berbeda. Misalnya, untuk mendeteksi kecurangan dalam pembelian ada

beberapa metode deteksi yang dapat digunakan. Metode-metode tersebut akan

sangat efektif bila digunakan secara kombinasi gabungan, setiap metode

deteksi akan menunjukkan gejala penyimpangan yang dapat diinvestigasi

lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya kecurangan. Selain itu, metode-

metode tersebut akan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam

pengendalian internal dan memberi peringatan pada auditor akan adanya

potensi terjadinya kecurangan di masa mendatang.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

35

Teknik-teknik yang digunakan untuk mendeteksi kecurangan (fraud) yaitu

sebagai berikut :

1) Analytical review

Suatu review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan

ketidakbiasaan atau kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan. Sebagai

contoh adalah perbandingan antara pembelian barang persediaan dengan

penjualan bersihnya yang dapat mengindikasikan adanya pembelian yang

terlalu tinggi atau terlalu rendah biala dibandingkan dengan tingkat

penjualannya. Metode analitis lainnya adalah perbandingan pembelian

persediaan bahan baku dengan tahun sekarang yang mungkin

mengindikasikan adanya kecurangan overbilling scheme atau kecurangan

pembelian ganda.

2) Statistical sampling

Sebagaimana persediaan, dokumen dasar pembelian dapat diuji secara

sampling untuk menentukan ketidakbiasaan (irregularities), metode

deteksi ini akan efektif jika ada kecurigaan terhadap satu atributnya,

misalnya pemasok fiktif. Suatu daftar alamat PO BOX akan

mengungkapkan adanya pemasok fiktif Vendor or outsider complaints

atau keluhan dari konsumen, pemasok, atau pihak lain merupakan alat

deteksi yang baik yang dapat mengarahkan auditor untuk melakukan

pemeriksaan lebih lanjut.

3) Site visit – observation

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

36

Observasi ke lokasi biasanya dapat mengungkapkan ada tidaknya

pengendalian internal di lokasi-lokasi tersebut. Observasi terhadap

bagaimana transaksi akuntansi dilaksanakan kadangkala akan memberi

peringatan pada CFE akan adanya daerah-daerah yang mempunyai potensi

bermasalah.

4) Vendor or Outsider Complaints

Komplain atau keluhan dari konsumen, pemasok, atau pihak lain

merupakan alat deteksi yang baik yang dapat mengarahkan auditor untuk

melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Dalam banyak kasus kecurangan, khususnya kasus penggelapan aset dan

pencurian aset biasanya terdapat tiga faktor penyebab, yaitu:

a. Ada satu tekanan pada seseorang, seperti kebutuhan keuangan,

b. Ada kesempatan untuk melakukan kecurangan,

c. Ada kesempatan untuk menyembunyikan kecurangan yang dilakukan,

d. Adanya cara pembenaran perilaku tersebut yang sesuai dengan

tingkatan integritas pelakunya.

3. Korupsi (Corruption)

Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan

kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dan

menyampaikan komplain ke perusahaan. Atas sangkaan terjadinya

kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap tersangka atau

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

37

transaksinya. Pendeteksian atas kecurangan ini dapat dilihat dari karakteristik

(Red flag) si penerima maupun si pemberi.

2.4.5. Indikator Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan

Auditor adalah seseorang yang mengembangkan kepercayaan publik, oleh

karena itu, auditor harus memiliki kemampuan yang akan digunakannya dalam

melaksanakan tugas audit. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki auditor adalah

kemampuan untuk mendeteksi kecurangan yang dapat saja terjadi dalam tugas

auditnya. Kemampuan auditor dalam mendeteksi kecurangan (fraud) merupakan

kesanggupan seorang auditor dalam menemukan atau menentukan tindakan ilegal

yang mengakibatkan salah saji material dalam pelaporan keuangan yang dilakukan

secara sengaja.

Tipe tindakan kecurangan berhubungan dengan gejala-gejala yang dapat

digunakan sebagai sinyal adanya kecurangan. Hillison et al. (1999) dalam Setiawan

(2003) menyampaikan beberapa bentuk sinyal kecurangan, meliputi adanya dokumen

yang hilang, adanya pembayaran ganda, adanya jumal yang tidak biasa pada awal

atau periode akuntansi, adanya komplain dari pelanggan, adanya pembayaran atau

pengeluaran yang tidak masuk akal, dan lain-lain.

Kemampuan mendeteksi kecurangan dalam penelitian ini diukur dari

pernyataan-pernyataan mengenai gejala-gejala kecurangan (fraud symptoms) yang

dapat ditemukan oleh auditor. DiNapoli (2008) mengukur variabel ini dengan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

38

instrumen kesanggupan dan frekuensi auditor dalam mendeteksi kecurangan dengan

menggunakan redflags baik red falgs karyawan maupun redflags manajemen.

Redflags atau bendera merah sering digunakan dalam literatur auditng.auditor atau

investigator menggunakan tanda bahaya sebagai petunjuk adanya indikasi atau

potensi terjadinya fraud. Kemahiran auditor dalam membaca dan memaknakan tanda-

tanda bahaya akan meningkatkan probabilitas mendeteksi terjadinya suatu

kecurangan. Redflags karyawan meliputi perubahan gaya hidup karyawan yang tidak

sesuai dengan pendapatannyadan terdapat karyawan yang menolak cuti atau liburan.

Sedangkan redflags manajemen meliputi keengganan manajemen untuk memberikan

informasi kepada auditor, keputusan manajemen didominasi oleh seseorang atau

kelompok orang, terdapat pengendalian internal yang lemah terdapat transaksi tidak

normal di akhir tahun, terdapat program kompensasi yang melewati proporsi yang

telah ditentukan dan terdapat program kompensasi yang melewati proporsi yang telah

ditentukan, terdapat dokumen yang hilang dan ganda. Kemampuan mendeteksi

kecurangan dalam penelitian ini juga diukur dari pernyataan-pernyataan mengenai

gejala-gejala kecurangan (fraud symptoms) yang dikembangkan oleh Fullerton dan

Durtschi (2004) yang terdiri dari gejala kecurangan terkait dengan lingkungan

perusahaan (corporate environment) dan gejala kecurangan terkait catatan keuangan

dan praktek akuntansi (financial records and accounting practice).

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

39

2.5 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1

Review Penelitian Terdahulu

Nama

Peneliti Judul Persamaan Perbedaan

Hasil

Penelitian

Noviyani,

Putri, dan

Bandi (2002)

Pengaruh

Pengalaman

dan Pelatihan

Terhadap

Struktur

Pengetahuan

Auditor

Tentang

Kekeliruan

1. Metodologi

yang

digunakan

regresi

berganda

2. Variabel

independen

yaitu

pengalaman

1. Indikator

variabel

pengalaman

yang

dipakai

2. Objek

penelitian

akuntan

publik di

KAP pulau

jawa

berpengalama

n akan

memiliki

pengetahuan

tentang

kekeliruan

dan

kecurangan

yang lebih

banyak

sehingga

Tirta dan

Sholihin

(2004)

Pengaruh

Pengalaman

Kerja,

Independensi,

dan

Kompetensi

Terhadap

Kualitas Audit:

Etika Auditor

Sebagai

Variabel

Pemoderasi

1. Variabel

independen

yaitu

pengalama

n dan

kompetensi

yang

merupakan

keahlian

auditor

2. Metodologi

regresi

berganda

1. Indikator

yang

digunakan

dalam

mengukur

pengalama

n.

2. Objek

penelitian

auditor

BPK-RI

dan

Mahasiswa

3. Variabel

dependen

yang

digunakan

pengetahuan

pengalaman

yang dimiliki

auditor akan

membantu

auditor dalam

meningkatkan

pengetahuann

ya mengenai

kekeliruan dan

kecurangan.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

40

Lastanti, H.S.

(2005)

Tinjauan

Terhadap

Kompetensi

dan

Independensi

Akuntan

Publik:

Refleksi Atas

Skandal

Keuangan.

1. Variabel

dependen

kompetensi

yang

merupakan

keahlian

audit

2. Variabel

dependen

membahas

tentang

kecurangan

1. objek

penelitian

yang diteliti

2. pengukuran

indikator

dari variabel

yang diteliti.

3. Metodologi

penelitian

yang dipakai

Keahlian

audit juga

dapat

mengasah

sensitivitas

(kepekaannya

) dalam

menganalisis

laporan

keuangan

yang di

auditnya

sehingga

auditor

mengetahui

apakah di

dalam laporan

keuangan

tersebut,

terdapat

tindakan

kecurangan

atau tidak

serta mampu

mendeteksi

trik-trik

rekayasa

yang

dilakukan

dalam

melakukan

kecurangan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

41

Mayangsari

(2003)

Pengaruh

Keahlian Audit

dan

Independensi

terhadap

Pendapat

Audit : Sebuah

kuasi

eksperimen

1. Variabel

independen

keahlian audit

1. Metedologi

yang

digunakan

ANOVA

Multiple

Comparison

Procedure

Benferroni

2. Objek

penelitian

auditor dan

mahasiswa di

Jakarta

3. Merupakan

penelitian

kuasieksperi

men

4. Variabel

dependen

pendapat

audit

Keahlian

audit

merupakan

faktor penting

yang

berkaitan

dengan

kemampuan

prediksi

auditor.

Alim, dkk

(2007)

Pengaruh

Kompetensi

dan

Independensi

terhadap

Kualitas Audit

dengan Etika

Auditor

sebagai

Variabel

Moderasi.

1. Metodologi

penelitian

regresi

berganda

2. Variabel

dependen

kompetensi

yang

merupakan

keahlian

audit

1. Objek

penelitian

akuntan

public di

KAP Jawa

Timur

(Malang dan

Surabaya)

2. Variabel

dependen

kualitas

audit

3. Metode

sampling

yaitu sample

random

Keahlian

audit

berpengaruh

signifIkan

terhadap

kualitas audit,

di mana salah

satu indikasi

kualitas audit

yang baik

adalah jika

kecurangan

yang ada

dalam audit

tersebut dapat

terdeteksi.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

42

sampling

2.6 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

2.6.1. Hubungan Keahlian Audit dengan Kemampuan Auditor Mendeteksi

Kecurangan

Pada pernyataan standar umum pertama dalam Standar Profesional Akuntan

Publik, dinyatakan bahwa pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan

profesional yang memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. Keahlian dalam

hal proses audit merupakan kemampuan auditor melaksanakan audit sesuai dengan

peraturan yang ada. Ini berarti auditor wajib memiliki keahlian audit yang diperoleh

melalui pendidikan, pelatihan dan pengalaman. Lastanti, (2005) dalam peneletiannya

menyimpulkan bahwa kompetensi yang merupakan keahlian audit seorang auditor

diperlukan agar auditor dapat mendeteksi dengan cepat dan tepat ada tidaknya

kecurangan serta trik-trik rekayasa yang dilakukan dalam melakukan kecurangan

tersebut karena keahlian yang dimilikinya dapat menjadikannya lebih sensitif (peka)

terhadap tindak kecurangan. Mayangsari (2003) menyatakan dalam penelitiannya

bahwa keahlian audit merupakan faktor yang berkaitan dengan kemampuan prediksi

auditor, auditor yang ahli memiliki perbedaan perhatian terhadap jenis informasi yang

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

43

digunakan sebagai dasar pendeteksian kecurangan yang mungkin terjadi. Alim, dkk.

(2007) juga membuktikan dalam penelitiannya bahwa keahlian audit berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit, di mana salah satu indikasi kualitas audit yang baik

adalah jika kecurangan yang ada dalam audit tersebut dapat dideteksi.

2.6.2. Hubungan pengalaman audit dengan kemampuan auditor mendeteksi

kecurangan

Auditor merupakan seseorang yang dianggap ahli oleh masyarakat untuk

melakukan pemeriksaan pada suatu perusahaan. Sebagai orang yang ahli, auditor

wajib mempunyai kemampuan yang memadai mengenai berbagai teknik

pemeriksaan. Hal ini didasarkan pada paragraph selanjutnya dari standar umum

pertama dari standar auditing menyatakan bahwa dalam pelaksanaan audit untuk

sampai pada tahap menyatakan pendapat, seorang auditor harus bertindak sebagai

seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing, dimana pencapaian

keahlian tersebut dimulai dari pendidikan formal dan pelatihan teknis yang diperluas

melalui pengalaman-pengalaman selanjutnya dalam pelaksanaan auditing (SA Seksi

210, Paragraf 03). Pengalaman tersebut dapat diperoleh melalui pendidikan formal,

seminar, sertifikasi serta pengalaman ketika melakukan pemeriksaan.

Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang pernah

dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi seseorang untuk

melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas pengalaman kerja seseorang,

semakin trampil melakukan pekerjaan dan semakin sempurna pola berpikir dan sikap

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

44

dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Arens, et al. (2008)

menyatakan bahwa auditor harus memiliki kualifikasi teknis serta berpengalaman

dalam industri-industri yang mereka audit, ini akan membuat auditor lebih dapat

menemukan kecurangan dari klien yang mereka audit. Tubbs (1992) dalam

penelitiannya menyimpulkan bahwa auditor yang mempunyai pengalaman audit lebih

banyak, maka akan menemukan kesalahan yang lebih banyak, dan item-item

kesalahan lebih besar dibandingkan auditor yang pengalaman auditnya sedikit. Selain

itu auditor menjadi lebih sadar mengenai kesalahan yang tidak lazim serta lebih

menonjol dalam menganalisis hal-hal yang berkaitan dengan penyebab kesalahan

tersebut. Auditor berpengalaman juga mengingat lebih banyak kesalahan yang tidak

lazim. Pengetahuan harus dimiliki oleh auditor dengan mengembangkan pengalaman

auditor untuk mendeteksi kondisi atau keadaan yang seharusnya dan untuk

mempertimbangkan salah saji material yang ada. Penelitian Noviyani dan Bandi

(2002) menyebutkan bahwa auditor yang berpengalaman akan memiliki pengetahuan

tentang kekeliruan dan kecurangan yang lebih banyak dan didukung oleh penelitian

Tirta dan Sholihin (2004) sehingga akan menghasilkan kinerja yang lebih baik dalam

mendeteksi kasus-kasus kecurangan dibandingkan dengan auditor yang tidak

berpengalaman.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

45

2.6.3. Kerangka Pemikiran

Auditor merupakan pihak yang bertanggung jawab untuk memberikan

penilaian atas kewajaran dari laporan keuangan perusahaan, sehingga masyarakat

pada umumnya, dan para pelaku bisnis pada khususnya, memperoleh infomasi

keuangan yang andal sebagai dasar memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi.

Seorang auditor juga bertanggung jawab mendeteksi apabila terjadi manipulasi-

manipulasi keuangan. Dalam proses audit, auditor dituntut kejujurannya ketika

memeriksa laporan keuangan klien. Auditor harus mampu dan yakin bahwa dalam

proses audit laporan keuangan yang dibuat oleh klien telah sesuai dengan prinsip

akuantansi yang berlaku secara umum. Dalam praktiknya, laporan keuangan yang

dibuat oleh klien tidak jarang sering mengandung kekeliruan atau kecurangan yang

mengandung salah saji yang material. Auditor harus menganalisa faktor-faktor

kecurangan yang dilakukan entitas klien. Beberapa kasus yang dijelaskan

sebelumnya, muncul permasalahan yaitu apakah auditor mampu mendeteksi

kecurangan yang dilakukan klien.

Faktor-faktor kecurangan dapat timbul dari luar dan dalam perusahaan. Dalam

melaksanakan pemeriksaan auditor harus menggunakan keahlian audit yang

dimilikinya agar dapat menerapkan prinsip-prinsip audit dan prosedur audit sehingga

auditor tidak gagal dalam mendeteksi kecurangan. Keahlian audit diperlukan agar

auditor dapat mendeteksi dengan cepat dan tepat ada atau tidaknya kecurangan serta

trik-trik rekayasa yang dilakukan klien untuk melakukan kecurangan tersebut.

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

46

Keahlian audit yang dimiliki auditor dapat menjadikannya lebih sensitive (peka)

terhadap suatu tindak kecurangan (Lastanti, 2005).

Keahlian audit berkaitan dengan pendidikan dan pengalaman memadai yang

dimiliki auditor dalam bidang auditing. Dalam melaksanakan audit, auditor harus

bertindak sebagai seorang yang ahli di bidang auditing. Pencapaian keahlian dimulai

dengan pendidikan formal, yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dalam

praktik audit. Selain itu, akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang cukup

yang mencakup aspek teknis maupun pendidikan umum. Asisten junior untuk

mencapai kompetensinya harus memperoleh pengalaman profesionalnya dengan

mendapatkan supervisi memadai dan review atas pekerjaannya dari atasannya yang

lebih berpengalaman. Auditor juga harus secara terus menerus mengikuti

perkembangan yang terjadi dalam bisnis dan profesinya. Bedard (1986) dalam Sri

Lastanti (2005) mengartikan keahlian atau kompetensi sebagai seorang yang memiliki

pengetahuan dan keterampilan prosedural yang luas yang ditunjukan dalam

pengalaman audit.

Pengetahuan mengenai kekeliruan dan kecurangan diperlukan untuk

memenuhi Standar pekerjaan lapangan sebagaimana diatur dalam Standar Profesional

Akuntan Publik (SPAP) No. 01 SPAP tersebut yang menjelaskan bahwa akuntan

pemeriksa memiliki tanggung jawab untuk mendeteksi kekeliruan dan

ketidakberesan. Pengetahuan tersebut bisa auditor dapatkan dari pengalaman selama

auditor tersebut menjalankan penugasan audit. Pengalaman membentuk seorang

auditor menjadi terbiasa dengan situasi dan keadaan dalam setiap penugasan.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

47

Pengalaman yang dimaksud disini adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit

laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu maupun banyaknya penugasan yang

pernah ditangani. PSA No. 4 Standar Umum juga menjelaskan bahwa seberapa tinggi

kemampuan seseorang dalam bidang auditing, ia tidak dapat memenuhi persyaratan

yang ditegaskan dalam standar auditng, jika ia tidak memiliki pendidikan serta

pengalaman memadai dalam bidang auditing.

SAS No. 53 mengasumsikan bahwa auditor yang dapat menemukan kesalahan

serta memiliki pengetahuan yang cukup maka dapat melanjutkan potensi sumber dan

dampak akibat adanya kesalahan tersebut dengan tepat. Pengetahuan harus dimiliki

oleh auditor dengan mengembangkan pengalaman auditor untuk mendeteksi kondisi

atau keadaan yang seharusnya dan untuk mempertimbangkan salah saji material yang

ada.

Dengan demikian, keahlian audit dan pengalaman audit merupakan dua faktor

yang memepengaruhi kemampuan auditor dalam melaksanakan audit. Penting bagi

seorang auditor untuk memiliki keahlian audit dan pengalaman audit dalam

melakukan pemeriksaan guna mendeteksi kecurangan yang dilakukan oleh klien.

Adanya kecenderungan pihak penyaji laporan keuangan akan menyembunyikan

kecurangan terjadi, membuat auditor harus betul-betul ahli dan berpengalaman

mengenai bidang pemeriksaan yang menjadi tugasnya. Auditor yang ahli dan

berpengalaman akan lebih mudah dalam mendeteksi kecurangan klien.

Dari penjelasan tersebut, maka dapat digambarkan sebuah model penelitian

yang dapat memepermudah penjelasan diatas, yaitu:

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

48

Gambar 2.2

Model Penelitian

Dari gambar model penelitian diatas yang dapat dikemukakan adalah analisis faktor

yang dapat berpengaruh terhadap kemampuan mendeteksi kecurangan. Dilihat dari

variabel keahlian audit, jika auditor memiliki keahlian audit yaitu auditor yang

memiliki pengetahuan, keterampilan dan kualitas individu yang berkaitan dengan

bidang audit maka diharapkan seorang auditor dengan keahliannya yang tinggi lebih

mampu dalam mendeteksi kecurangan pada kliennya. Kemudian dari variable

pengalaman audit, auditor yang memiliki pengalaman dibidang audit yang diperoleh

dari penugasan audit yang ditangani diharapkan akan lebih mampu mendeteksi

kecurangan yang mungkin dilakukan klien karena pemaham mengenai industri klien

semakin banyak.

Keahlian Audit

(X1)

Kemampuan Auditor

Mendeteksi Kecurangan

(Y1) Pengalaman Audit

(X2)

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep dan Ruang Lingkup ...

49

H1: Keahlian Audit memiliki Pengaruh signifikan terhadap Kemampuan Auditor

Mendeteksi Kecurangan.

H2: Pengalaman Audit memiliki pengaruh signifikan terhadap Kemampuan

Auditor Mendeteksi Kecurangan.

H3: Keahlian Audit, dan Pengalaman Auditor memiliki pengaruh signifikan

terhadap Kemampuan Auditor Mendeteksi Kecurangan.