BAB II TINJAUAN dan LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Umum II...
Transcript of BAB II TINJAUAN dan LANDASAN TEORI II.1. Tinjauan Umum II...
10
BAB II
TINJAUAN dan LANDASAN TEORI
II.1. Tinjauan Umum
II.1.1. Pengertian Loft
Di dalam kamus, terdapat beberapa definisi dari kata ’loft’:
Noun (N) 1. a. A large, usually unpartitioned floor over a factory, warehouse, or other
commercial or industrial space. Suatu lantai luas biasanya tanpa partisi dibangun di atas pabrik, gudang, atau ruang komersil atau industri lain.
b. Such a floor converted into an apartment or artist's studio. Seperti sebuah lantai yang diubah menjadi sebuah apartement atau studio artis.
2. An open space under a roof; an attic or garret. Sebuah ruang terbuka (tanpa sekat) dibawah atap; loteng, loteng di bawah atap.
(http://education.yahoo.com/;Yahoo!Education Dictionary;3 Maret 2008;16:15)
Menurut ensiklopedi, ’loft’ dapat diartikan sebagai:
o In architecture, upper space within a building, or a large undivided space in a building used principally for storage in business or industry.
Di dalam arsitektur, ruang teratas dari sebuah bangunan, atau sebuah ruang besar tanpa sekat di dalam sebuah bangunan yang secara prinsip digunakan sebagai gudang penyimpanan dalam bisnis atau industri. (http://www.britannica.com; Britannica Encyclopedia; 3 Maret 2008; 14:10)
o Loft mainly refers to two different types of rooms. It typically refers to an upper storey or attic in a building, directly under the roof. Alternatively, it can refer to a loft apartment which is a large adaptable open space either created or converted for residential use.
Loft umumnya mengarah kepada dua tipe ruangan berbeda. Loft khusus mengarah pada gudang atas di dalam bangunan yang berada tepat di bawah atap. Arti lainnya, mengarah pada Loft Apartment dimana merupakan sebuah ruang terbuka (tanpa sekat) besar yang dapat beradaptasi baik dibuat secara sengaja atau dirubah untuk digunakan sebagai tempat tinggal. (http://en.wikipedia.org/wiki/Loft_apartment; Wikipedia Encyclopedia; 4 Maret 2008; 18:17)
11
II.1.2. Pengertian Apartemen
Kata Apartemen, sesungguhnya merupakan adaptasi dari bahasa Inggris
‘Apartement’. Beberapa arti ‘apartement’ dalam kamus bahasa Inggris, diantaranya:
Noun (N) 1. A room or suite of rooms designed as a residence and generally located in a
building occupied by more than one household. 2. An apartment house: a row of high-rise apartments. 3. A room. 4. Apartments Chiefly British. A suite of rooms within a larger building set
aside for a particular purpose or person. (http://www.answer.com, http://education.yahoo.com/Yahoo; Yahoo!Education Dictionary; 5 Maret 2008; 16:08)
1. a room or set of rooms fitted especially with housekeeping facilities and usually leased as a dwelling
2. a building containing several individual apartments (http://www.merriam-webster.com/dictionary/apartment; Miriam-Webster Dictionary; 5 Maret 2008; 16:18)
Beberapa definisi dari ‘Apartement’ di dalam ensiklopedi adalah:
o An apartment is a self-contained housing unit that occupies only part of a building. Apartments may be owned (by an owner-occupier) or rented (by tenants). The term "apartment" is favored in North America, whereas the term "flat" is sometimes, but not exclusively used in the United Kingdom and most other English-speaking areas and Commonwealth nations
(http://en.wikipedia.org/wiki/Apartment; Wikipedia Encyclopedia; 5 Maret 2008; 19:09)
o Apartment block , or block of flats building containing more than one dwelling unit, most of which are designed for domestic use, but sometimes including shops and other nonresidential features.
(http://www.britannica.com; Britannica Encyclopedia; 5 Maret 2008; 19:07)
Berikut ini adalah beberapa pengertian dari apartemen jika diartikan ke
dalam bahasa Indonesia:
o Kamar atau beberapa kamar (ruangan) dengan peruntukan tempat tinggal yang
terdapat di dalam suatu bangunan yang biasanya mempunyai kamar atau
ruangan semacam itu.
(Poerwadarminta, W.J.S. (1976). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta)
12
o Sebuah bangunan yang terdiri dari tiga atau lebih hunian yang merupakan suatu
kehidupan bersama dan masing-masing unit dapat digunakan secara terpisah.
(Gorlier. (1975).The American People Encyclopedia.Gorlier Incorporated, New York)
o Bangunan hunian yang dipisahkan secara horizontal dan vertikal, agar tersedia
hunian yang berdiri sendiri dan mencakup bangunan bertingkat rendah atau
bertingkat tinggi, dilengkapi dengan fasilitas fasilitas yang sesuai dengan
standart yang telah ditentukan.
(Neufert, Ernest. (1980). Architect Data 1st Edition. Granada Publishing,-)
o Apartemen adalah satu ruangan atau lebih biasanya merupakan bagian dari
sebuah struktur hunian yang dirancang untuk ditempati oleh lebih dari satu
keluarga. Normalnya, berfungsi sebagai perumahan sewa dan tidak pernah
dimiliki oleh penghuninya yang dikelola oleh pemilik atau pengelola property.
(Savitri, Esti, Marcel Ignatius, Amelia Budihardjo, Imelda Anwar, dan Viva Rahwidyasa., Aditya, Ferihan F. (2007). Indonesia Apartment: Design Concept Lifestyle. PT. Griya Asri Prima, Jakarta)
II.1.3. Pengertian Loft Apartment
Unit apartemen bertipe loft adalah ruangan tempat tinggal yang mempunyai
langit-langit yang tinggi, denah ruangan yang terbuka tanpa dinding dan
memanfaatkan cahaya maksimal dari luar karena mempunyai jendela-jendela yang
besar. Asal mula loft adalah perubahan fungsi dari gudang-gudang dan pabrik-
pabrik besar berlantai banyak yang kualitas bangunannya sangat baik di Amerika
yang dijadikan tempat tinggal. Bangunan-bangunan tersebut berusia hampir satu
abad dan mempunyai ”amplop” bangunan yang sangat tebal dengan jendela-jendela
13
yang tinggi dan lebar. Ketika apartemen dibagi menjadi unit-unit apartemen kecil,
banyak pemilik gedung yang hanya merehabilitasinya secara terbatas dengan
membiarkan langit-langitnya diekspos dan tanpa dinding-dinding penyekat ruang.
Dinding hanya terbatas pada area kamar mandi. Walaupun begitu, tipe loft ini laku
keras karena biasanya berlokasi si tengah kota dan mempunyai nilai historis yang
berkesan. Tipologi ini banyak diterapkan oleh para pengembang apartemen karena
peminatnya cukup banyak. Apartemen tipe ini mempunyai luas yang berkisar sama
dengan apartemen tipe keluarga.
(Savitri, Esti, Marcel Ignatius, Amelia Budihardjo, Imelda Anwar, dan Viva Rahwidyasa., Aditya, Ferihan F. (2007). Indonesia Apartment: Design Concept Lifestyle. PT. Griya Asri Prima, Jakarta)
II.1.4. Karakteristik Loft Apartment
Pada dasarnya ’Loft Apartment’ mempunyai karakteristik umum yang tidak
berbeda dengan apartemen lain pada umumnya, yaitu:
o Kapasitas, desain per unit, dan fasilitas yang disediakan harus diperhitungkan
secara tepat dengan kemungkinan perluasan atau penambahan ruang.
o Desain ruang yang efisien, efektif, dan ekonomis.
o Fleksibel dalam pencapaian pemanfaatan ruang secara maksimal.
o Daya tahan bangunan dan peralatan digunakan dalam jangka waktu panjang.
o Sistem keamanan yang memperhatikan masalah keselamatan pengguna ruang
atau unit (penghuni) dan pengguna peralatan.
(Skripsi Tugas Akhir Christian Tadjipramana, Apartemen dan Town House, Universitas Bina Nusantara, 2006, p9)
Sedangkan karakteristik khusus dari ’Loft Apartement’ itu sendiri terletak
pada susunan ruang dalam unit dimana merupakan area terbuka tanpa sekat. Hal ini
14
dimaksudkan agar penghuni dapat seleluasa mungkin mengatur pola ruang dan
besaran ruang dalam di dalam unit masing-masing sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan mereka. Oleh karena itu, dalam perancangan yang diutamakan adalah
fleksibilitas ruang di dalam unit. Untuk menunjang kefleksibilitasan tersebut, langit-
langit didesain tinggi dan tidak diberi penutup seperti plafon dan ductwork yang
diexpose untuk memudahkan pengaturan dan penggeseran saluran jika diperlukan.
II.1.5. Sejarah dan Perkembangan Loft Apartement
A) Sejarah
Loft berasal dari Paris, pada pertengahan abad ke-19 sebagai studio atau
tempat kerja para seniman. Lukisan yang terlampau besar pada saat ini
mengharuskan mereka memakai studio yang luas dengan langit-langit yang tinggi,
inilah yang kemudian menjadi loft yang pertama. Ruang loft yang asli dimulai ke
Amerika pada awal abad ke-20 sebagai gudang penyimpanan di dekat pelabuhan
perlayaran di New York dan Boston. Pada awal tahun 1940an, beberapa orang New
York meninggalkan ruang loft di SoHo (South of Houston Street) yang didiami oleh
seniman-seniman yang kelaparan. Pada tahun 1970an, SoHo mempunyai lantai
penuh ruang loft yang kemudian direnovasi dan ditransformasi dari properti
komersil menjadi properti hunian. Secara teknis, daerah tersebut merupakan zona
komersil, oleh karena itu 92% dari hunian ini illegal. Tetapi, jumlah pertumbuhan
hunian baru yang tinggi mendorong kota tersebut untuk menzona ulang area
tersebut dan memperbolehkan bangunan tersebut untuk dirubah menjadi apartemen.
15
Para awalnya, Loft Apartment dibangun di dalam bekas gedung industri.
Pada saat pembangunan industri berkembang, tempat tinggal kondominium menjadi
populer daripada apartemen, Loft Apartment pada akhirnya juga disebut sebagai
Loft Condominium. Istilah umum warehouse-to-loft conversions terkadang
digunakan untuk perbangunan yang semula gedung industri menjadi apartemen dan
kondominium. ”Loft-style” juga dapat mengarah pada pembangunan dimana usaha
kecil atau ”street-level business” menempati lantai pertama sementara Loft
Apartment menempati lantai dua yang terletak tepat diatasnya.
Loft Apartment differs aesthetically from other types of apartment. These were carved out of empty industrial buildings because of the immense space, openness, light, and affordability they offered die-hard urbanites who often wanted to work where they lived and needed the space to spread out the tools and furnishings of their trade. As this style of apartment has become more accepted and mainstream, it has been copied with chic lofts built from scratch in the suburbs and outlying city areas. (Buchholz, Barbara B., Margaret Crane. (2000). Apartment Living: New Design for Urban Living. Rockport Publishers, Inc., Massachusetts. Hal. 10)
Apartemen tipe loft ini kemudian menjadi populer dan menyebar dari SoHo,
New York ke daerah-daerah perkotaan lainnya di sekitar negara tersebut lebih dari
20 tahun kemudian. Pada tahun 1980, psikolog pemerintah pada saat itu, Susan
Seagart, menanyakan pada lebih dari 2.500 pekerja di 53 perusahaan dan institusi di
Denver dan hasilnya menyatakan bahwa terdapat target pasar yang kuat untuk
hunian di kota yang ramai diantara wanita dan pria single, ibu tunggal, dan
pasangan tidak menikah untuk tinggal bersama-sama. Sebagian besar kota-kota
utama di Amerika memulai penghidupan kembali kota (urban revitalization) pada
tahun 1980an dengan pembangunan hunian di pusat keramaian kota dan merenovasi
16
bangunan menarik klasik. Hunian loft bermunculan di sekitar negara tersebut di
dalam gedung kantor, gudang, pabrik, dan toko-toko.
B) Perkembangan Loft Apartment
Dewasa ini, pembangunan Loft Apartment telah berkembang dan menjadi
populer sehingga pembangunannya tidak lagi menggunakan gedung bekas industri
saja, tetapi ada juga yang merupakan bangunan baru yang dibangun secara sengaja
dengan konsep desain loft, contoh: Thronton Park Central Lofts, Orlando; Piano
Craft Guild Lofts, Boston. Selain itu, Loft Apartment yang dibuat banyak yang tidak
berasal dari bangunan bekas pabrik industri, tetapi ada juga yang menggunakan
bekas bangunan sekolah, seperti Eastside Lofts dan Westside Lofts yang masing-
masing menggunakan bangunan bekas Eastside High School dan Westside Junior
High School, Arkansas, dan menggunakan bekas bangunan pameran, seperti
Fashion Square Loft Apartment, St. Louis, Washington. Populasi terbesar dari
pengguna ruang loft ini adalah orang-orang yang tidak mempunyai anak, orang-
orang yang tidak atau belum berpasangan, dan para mahasiswa.
Desain unit dari loft apartment kemudian ikut mulai berkembang. Pada
awalnya, karena dibangun pada bekas gedung industri atau gedung-gedung lain
yang direnovasi dan digunakan kembali dengan perbedaan fungsi, maka desain
setiap unit ruangnya hanya berupa ruang terbuka yang kosong sama sekali dengan
langit-langit yang tinggi, besaran unit yang luas, dan pipa saluran yang diexpose.
Seiring dengan perkembangan jaman, apartemen tipe loft ini kemudian menjadi tren
di kalangan masyarakat kota. Desain loft seringkali dikaitkan dengan kehidupan
perkotaan atau yang biasa disebut dengan urban living.
17
Kehidupan masyarakat kota yang indentik dengan kesibukan dan bekerja,
serta keterbatasan waktu membuat masyarakat kota memerlukan suatu tempat
tinggal yang fleksibel dan efisien tetapi tetap nyaman, yang menjadi sasaran utama
dari loft living ini. Fleksibel karena tempat tinggal yang memiliki living space yang
luas sehingga dapat mereka atur dan gunakan sekaligus sebagai tempat kerja.
Efisien dalam penggunaan waktu, mereka tetap dapat bekerja di dalam tempat
tinggal mereka sendiri, serta mendapatkan kehidupan perkotaan dari fasilitas-
fasilitas yang disediakan apartemen pada umumnya seperti minimarket, restoran,
dan fasilitas olahraga. Efisien dalam penggunaan ruang, dilihat dari luasan ruang
yang digunakan oleh suatu apartemen jika dibandingkan dengan rumah tinggal
dengan kapasitas manusia yang sama.
Loft apartment kemudian menjadi populer sehingga para developer mencoba
untuk membangun loft apartment pada bangunan baru yang mereka bangun.
Mereka percaya, bahwa lofts mengarah pada semua apartemen yang cocok dengan
prinsip-prinsip dasar dari desain loft: open layouts, jendela yang besar, langit-langit
yang tinggi, saluran utilitas dan kabel-kabel yang diexpose, serta berlokasi di kota.
Pada loft apartment baru ini, meskipun masih berprinsip open layouts, tetapi
mayoritas unit yang didesain memiliki letak kamar mandi atau toilet dan letak
dapur, terutama zink dan kompor (kompor gas) yang sudah tetap. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan pengaturan saluran utilitas apartemen. Pada
beberapa loft apartment, unit yang disediakan juga diberi partisi tidak menyeluruh
(unfinished separation of space) sebagai dasar awal pembagian ruang.
18
Di Indonesia, para developer juga sudah mencoba untuk mulai membangun
housing dengan konsep Loft Apartment, contoh: City Loft - Kelapa Gading Square
dan The Summit Apartment. Keduanya merupakan apartemen dengan gedung baru.
II.1.6. Persyaratan Loft Apartment
Berdasarkan definisi-definisi dan contoh-contoh serta artikel-artikel
mengenai Loft Apartment yang saya dapat, maka dapat saya simpulkan bahwa
persyaratan utama dalam mendesain Loft Apartment adalah:
o Original Unit yang disediakan berupa ruangan kosong yang lapang tanpa sekat
sehingga penghuni dapat dengan mudah dan leluasa mengatur susunan ruang
(denah) dari unit tersebut, kecuali untuk kamar mandi/toilet dan dapur (letak
sink). Terkadang diberikan contoh desain lay-out alternatif pembagian ruang.
o Desain unit haruslah sefleksible mungkin agar dapat dirubah sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan penghuni, sehingga pengaturan letak dan ukuran
jendela, saluran utilitas, dan kabel-kabel harus diperhatikan.
o Langit-langit dan lantai biasanya belum diberi finishing (penutup lantai dan
plafond). Hal ini dimaksudkan agar pada saat pemasangan kabel-kabel dan
saluran mudah untuk mengikuti susunan ruang yang diinginkan penghuni.
19
II.1.7. Perbedaan Apartemen dan Loft Apartment
Tabel 1. Perbedaan Apartemen dengan Loft Apartment
Apartemen Loft Apartment
Unit yang disediakan dengan susunan ruangan (denah) sudah diatur (didesain).
Unit yang disediakan berupa ruang kosong luas tanpa sekat pembatas.
Lay-out Lay-out ruangan biasanya sudah baku dan sulit untuk dirubah.
Lay-out ruangan dibebaskan sesuai keinginan penghuni dan dan mudah untuk dirubah karena desain unit yang sefleksibel mungkin.
Jarak antara lantai ke langit-langit relatif lebih rendah, mayoritas < 3 meter.
Jarak antara lantai ke langit-langit (ceiling) relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan apartemen biasa. Langit-
langit Ceiling dan lantai sudah difinishing dan diberi penutup lantai dan plafond.
Langit-langit dan lantai biasanya belum diberi penutup, hanya finishing.
Saluran utilitas ditutup. Saluran utilitas pada langit-langit terlihat. Saluran Utilitas / Ductwork
Kabel-kabel dan saluran utilitas sudah fix dan tidak dapat digeser.
Kabel-kabel dan saluran utilitas di dalam unit dapat digeser mengikuti susunan ruang yang diinginkan.
Jendela Memiliki ukuran jendela biasa. Memiliki jendela dengan luasan yang besar karena jendela relatif t inggi mengikuti langit-langit yang tinggi.
II.1.8. Kesimpulan
Pada kesimpulannya, terdapat beberapa aspek yang dapat menjadikan suatu
hunian disebut bertipe Loft, diantaranya:
A. Urban Location
Berlokasi di lingkungan perkotaan yang ramai.
Urban Living Urban Environment.
B. Open Layouts
Unit yang disediakan berupa open space units. Biasanya letak yang sudah
ditentukan hanya kamar mandi atau toilet dan dapur (sink).
20
C. A Concrete Floor
Lantai tidak diberi finishing akhir penutup lantai. Finishing berupa penutup
lantai akhir diberikan sesuai dengan keinginan penghuni setelah ruang-ruang
dalam unit selesai diatur sesuai keinginan penghuni.
D. Exposed Ductwork
Karena desain unit yang fleksibel dan memungkinkan penggeseran-penggeseran
ruangan di dalam unit, maka saluran utilitas diexpose agar memudahkan jika
terjadi penggeseran saluran utilitas.
E. High Ceilings
Memiliki jarak dari lantai ke langit-langit yang tinggi. (contoh: Lofts At 160 di
Nashville, jarak lantai ke langit-langit mencapai 6 meter.)
F. Converted Building
Bangunan merupakan penggunaan kembali dari bangunan komersil yang
direnovasi menjadi bangunan untuk hunian.
G. An Attic
Hunian berada di lantai teratas suatu bangunan, berada tepat di bawah atap.
Bagian yang paling menyenangkan bagi masyarakat urban dari hunian
bertipe loft ini adalah pemilik atau penghuni sendiri yang memutuskan fungsi dari
ruang yang tersedia, bukan developer ataupun arsitek dari bangunan tersebut.
21
II.2. Tinjauan Khusus Topik
II.2.1. Arsitektur Berkelanjutan
Sustainable architecture atau dalam bahasa Indonesianya adalah arsitektur berkelanjutan, adalah sebuah konsep terapan dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumber daya alam agar bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet, sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur. (http://www.astudio.id.or.id/artkhus54sustainable_architecture.htm;oleh Probo Hindarto; 9 Maret 2008; 14:04)
Sustainable architecture, also known as "Green building" (or "green architecture"), is a general term that describes environmentally-conscious design techniques in the field of architecture. Sustainable architecture is framed by the larger discussion of sustainability and the pressing economic and political issues of our world. In the broad context, sustainable architecture seeks to minimize the negative environmental impact of buildings by enhancing efficiency and moderation in the use of materials, energy, and development space. (http://en.wikipedia.org/wiki/Sustainable_architecture#Designers_noted_for_their_contribution_to_sustainable_architecture; 9 Maret 2008; 14:07)
Menurut Kelly Hart, ada beberapa pilihan dalam hidup ini yang dapat
membuat perubahan dalam kualitas hidup seperti apa yang akan diberikan kepada
mereka yang hidup setelah kita. Mengikuti arus kebudayaan kita sangat sulit untuk
dihindari, dan sayangnya arus tidak berada pada arah yang benar untuk
berkembangnya masa depan yang berkelanjutan (Sustainable Future). Salah satu
pilihan yang paling penting yang akan dibuat oleh setiap dari kita adalah jenis dari
rumah yang akan kita tinggali. Oleh Karena itu, Kelly Hart memberikan 13 prinsip
dari Sustainable Architecture yang diharapkan dapat membantu kita dalam memilih
tempat tinggal atau hunian, yaitu: Small is Beautiful, Heat with the Sun, Keep Your
Cool, Let Nature Cool Your Food, Be Energy Efficiency, Conserve Water, Use
Local Materials, Use Natural Materials, Save the Forests, Recycle Materials, Built
22
to Last, Grow Your Food, dan Share Facilities. Tetapi Heat with the Sun
penerapannya tidak dilakukan di Indonesia karena Indonesia berada di daerah
khatulistiwa dan sudah mendapatkan panas yang berlebih dari sinar matahari.
The needed aim of sustainable design is to produce places, products and services in a way that reduces use of non-renewable resources, minimizes environmental impact, and relates people with the natural environment. Sustainable design is often viewed as a necessary tool for achieving sustainability.
Tujuan utama dari sustainable design adalah untuk memproduksi ruang, produk, dan pelayanan dengan mengurangi penggunaan sumber (bahan atau material) yang tidak dapat didaur ulang, memperkecil dampak terhadap lingkungan, dan menghubungkan manusia dangan lingkungan alami. Sustainable design sringkali dipandang sebagai alat yang diperlukan untuk mencapai kesustainabelan. (http://en.wikipedia.org/wiki/Sustainable_design; 6 Maret 2008; 10:25)
Sustainable development is development which meets the needs of the present without compromising the ability of future generation to meet their own needs.
Sustainable development adalah pembangunan dimana mempertemukan kebutuhan dari masa sekarang tanpa kemampuan berkompromi dari generasi masa depan untuk menemui kebutuhan mereka sendiri. (World Commission on Environment and Development, Our Common Future, pp. 4, Oxford University Press, New York, 1987. This definition has been formulated by the World Commission on Environment and Development (WCED), led by the Norwegian prime minister Gro Harlem Brundtland, in 1987.)
The related concepts of sustainable development and sustainability are integral to green building. Effective green building can lead to 1) reduced operating costs by increasing productivity and using less energy and water, 2) improved public and occupant health due to improved indoor air quality, and 3) reduced environmental impacts by, for example, lessening storm water runoff and the heat island effect.
Konsep yang berhubungan dari sustainable development dan kesustainabelan adalah integral dengan green building. Green building yang efektif dapat mengarah kepada: 1. Berkurangnya biaya operasional dengan meningkatkan produktivitas dan
menggunakan lebih sedikit energi dan air. 2. Memperbaiki kesehatan public dan penghuni dalam wacana untuk
meningkatkan kualitas udara di dalam ruangan. 3. Mengurangi dampak lingkungan dengan, sebagai contoh, mengurangi ancaman
kekurangan air dan efek pemanasan pulau. (http://en.wikipedia.org/wiki/Green_building; 9 Maret 2008; 16:04)
23
Dalam pembangunan berkelanjutan, terdapat tiga dimensi keberlanjutan
yang saling berhubungan yang jika ketiga dimensi tersebut dapat tercapai
seluruhnya, maka kehidupan manusia yang baik (well human being) dapat tercapai
pula. Ketiga dimensi tersebut adalah dimensi keberlanjutan lingkungan, dimensi
keberlanjutan sosial, dan dimensi keberlanjutan ekonomi.
Gambar 1. Sustainability Dimensions
(Sumber: http://www.arch.hku.hk/research/BEER/sustain.htm#3.3;; 6 Maret 2008; 10:09)
Integrasi dari dimensi-dimensi berkelanjutan di atas dapat tercapai dengan
melalui berbagai macam proses, yaitu: proses perencanaan, proses desain, proses
konstruksi, dan proses operasi dan perawatan.
Gambar 2. Sustainabile Development Process
(Sumber: http://www.arch.hku.hk/research/BEER/sustain.htm#3.3; 6 Maret 2008; 10:09)
24
Inti dari proses-proses pembangunan berkelanjutan di atas adalah:
o Efficiency management terhadap sumber air.
o Pengaturan air bekas pakai agar dapat digunakan dan dijadikan sumber air.
Definisi pembangunan berkelanjutan berasal dari keinginan untuk
merangkul ide ekologi global agar dapat direalisasikan dengan penuh tanggung
jawab baik secara ekologi, ekonomi, maupun etika sebagai bagian dari ukuran alam
yang berevolusi. Kebijakan dari sustainable building harus bisa dikembangkan agar
alam dapat memenuhi kebutuhan manusia pada saat ini dan masa yang akan datang.
(http://www.arch.hku.hk/research/BEER/sustain.htm#3.3; Sustainable Architecture and Building Design; 6 Maret 2008; 10:09 Putra, Yulesta. (2004). e-USU Repository, Universitas Sumatera Utara)
Architecture presents a unique challenge in the field of sustainability. Construction projects typically consume large amounts of materials, produce tons of waste, and often involve weighing the preservation of buildings that have historical significance against the desire for the development of newer, more modern designs. (sumber:http://www.arch.hku.hk/research/BEER/sustain.htm#3.3; Sustainable Architecture and Building Design; kutipan: http://www.earthpledge.org/; Earth Pledge-Innovative Environmental Solutions; 10 Maret 2008; 10:10)
II.2.2. Efisiensi Air
Hampir seluruh permukaan bumi kita ini terdiri dari air, 97% dari air
tersebut merupakan air laut, 2.4% dalam bentuk es dan glasier, serta air sungai dan
danau sebesar 0.6%. Untuk dapat bertahan hidup, manusia memerlukan air bersih
dalam kehidupan sehari-harinya sebagai kebutuhan yang esensial.
Air, secara konstan, terus dibersihkan dan didaur ulang melalui siklus air
bumi. Tetapi, kita masih tetap memerlukan penghematan air karena kita
menggunakan air segar planet kita ini lebih cepat daripada air tersebut dapat terisi
kembali lagi secara natural. Ditambah dengan populasi manusia dunia yang
25
betambah banyak sehingga kebutuhan akan air segar dan bersih meningkat pula,
terutama bagi kelangsungan hidup di masa depan.
Bukti dari perlunya melakukan penghematan air dapat kita lihat dari
turunnya permukaan tanah yang mengakibatkan banjir. Permukaan tanah yang turun
ini akibat dari menipisnya persediaan air tanah atau groundwater. Oleh karena itu,
dengan melakukan penghematan ini diharapkan air tanah dapat terisi kembali dan
sekaligus mencegah terjadi laginya penurunan permukaan tanah.
Empat hal yang merupakan pendukung untuk menjadikan air bersih sebagai salah satu komoditi yang paling berharga pada abad 21 ini adalah: 1. Bertambahnya populasi penduduk dunia. 2. Perubahan iklim. 3. Meningkatnya campur tangan manusia dalam aliran alami air. 4. Polusi. (Roaf, 2003, p252)
1.) Penerapan Environmental Sustainablility
Penerapan ini dalam efisiensi air dapat dilakukan dengan pembuatan sumur
resapan, memperluas area hijau sehingga memaksimalkan peresapan air ke dalam
tanah, ataupun dengan pemilihan material dengan mengganti area perkerasan pada
ruang luar dengan menggunakan konblok ataupun grassblock, sehingga air tetap
dapat terserap ke dalam tanah.
2.) Penerapan Social Sustainability
Kita dapat memulai penerapan ini dari kebiasaan dan budaya kita sendiri.
Seperti budaya saat mandi dengan menggunakan bak mandi atau bathtub yang
diganti dengan menggunakan shower sehingga penggunaan air bersih menjadi lebih
hemat. Begitu pula dalam pemilihan kloset, dengan memilih kloset dengan
teknologi low flush sehingga tingkat konsumsi air sepadan.
26
Teknologi
A. WC (Water Closet)
Pemilihan jenis toilet yang tepat dapat mengurangi penggunaan air, seperti
pada penggunaan toilet dual flush dengan tangi air yang terletak di atas closet.
B. Shower
Di Inggris, perbandingan perkiraan rata-rata penggunaan air untuk mandi
biasa dan menggunakan shower adalah 80 liter air : 30 liter air. Penggunaan shower
dapat membantu mengurangi pemakaian air sehari-hari.
3.) Penerapan Econommical Sustainability
Hal ini dapat berdampak pada perekonomian serta produktifitas lahan.
Misalnya dengan penghematan air pada masa konstruksi. Penghematan ini dapat
berupa pemilihan material yang tidak atau sedikit menggunakan air dalam proses
pembuatan dan penggunaannya. Selain itu dengan memanfaatkan air hujan, dapat
meningkatkan volume air tanah serta mengurangi penggunaan air bersih dari PAM.
A. Sistem Penampungan Air Hujan
Di negara tropis dengan curah hujan yang tinggi seperti Indonesia, sudah
seharusnya kita memanfaatkan potensi air hujan ini dengan maksimal. Teknologi
pemanfaatan air hujan ini telah dipraktekkan di banyak negara, seperti Amerika,
Jerman, Australia, Brazil, Thailand, Sri Lanka, dan India. Air hujan yang ditampung
dapat kita gunakan untuk keperluan sehari-hari, seperti menyiram tanaman, mandi,
mencuci pakaian, membilas kloset, dan lain-lain. Air ini juga dapat kita alirkan
kembali ke tanah untuk mengisi ulang suplai air tanah yang telah dan terus kita
konsumsi untuk keperluan kehidupan sehari-hari kita.
27
Sistem Darinase Berkelanjutan atau Sustainable Drainage System (SuDS, dahulu disebut Drainase Urban Berkelanjutan) bertujuan untuk: o Mengurangi muatan STP. o Mencegah polusi. o Mengontrol banjir. o Mengisi kembali supplay air tanah. o Menempatkan kembali habitan rawa-rawa yang telah hilang. o Mempertinggi nilai keramahan. (Roaf, 2003, p261)
B. Pembuatan Sumur Resapan
Hal ini merupakan usaha jangka panjang dalam usaha menghemat
penggunaan air. Keberadaan sumur resapan membuat air hujan yang mengalir di
saluran tidak terbuang begitu saja. Air yang tertampung juga dapat menggantikan
air tanah yang sudah kita pakai dan dapat sebagai air cadangan di musim kemarau.
Beberapa cara untuk membantu penyerapan air hujan ke dalam tanah, yaitu:
o Meminimumkan daerah perkerasan pada permukaan tanah.
o Desain jalan setapak yang mendukung penyerapan air ke tanah, contoh:
penggunaan konblok untuk jalan setapak.
o Memelihara dan memaksimalkan area vegetasi pada site.
Perkembangan efisiensi dalam penggunaan air mengarah pada keuntungan
lain, seperti pengurangan konsumsi energy, kebisingan yang lebih kecil, dan bahkan
penampilan yang lebih baik, contoh:
o Efisien penggunaan bak WC dan tangki air secara hidrolik, contoh: tidak hanya
mengurangi volume flush.
o Mengomtimalkan pipa air dead-legs dan insulasi.
o Optimalisasi bentuk kamar mandi.
o Desain shower.
28
o Desain taman, tanaman dan rumput yang tahan terhadap musim kemarau.
o Sulitnya untuk terjadi kebocoran.
(Akmal, Imelda. (2007). Mari Terapkan Konstruksi Berkelanjutan Sekarang. Seri Rumah Ide: Sustainable Construction, Edisi special. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. pp37-pp38 Ward, Ian C. (2004). Energy and Environmental Issues for the Practising Architect. Thomas Telford, Bodmin. Pp198-pp199 Roaf, Sue. (2003). Ecohouse 2: A Design Guide. -, Italy. pp250 – pp263 http://www.jea.com/community/education/effi ciency/wisely/save.html; 9 Maret 2008; 22:09, http://www.mott.org/Home/publications/Mott%20Mosaic/December%202006%20v5n3/env%20December%202006.aspx; 7 Maret 2008; 10:09)
II.3. Tinjauan Khusus Tapak
II.3.1. Kriteria Pemilihan Tapak
Dasar-dasar pertimbangan pemilihan tapak adalah:
- Dekat dengan jalan-jalan utama serta dilalui oleh kendaraan umum.
- Berada di jalan besar, sehingga tidak menjadi sumber kemacetan.
- Lokasi tapak memiliki minimal 2 bukaan jalan, sehingga arus masuk dan keluar
kendaraan dari jalan yang berbeda serta perbedaan service entrance.
- Dekat dengan fasilitas-fasilitas umum seperti rumah makan, salon, dan lain-lain.
II.3.2. Tapak 1
1.) Latar Belakang Pemilihan Tapak
Dasar-dasar pertimbangan pemilihan tapak adalah:
- Tapak memiliki 2 bukaan jalan di jalan besar dan 2 bukaan jalan di jalan kecil.
- Lokasi tapak berada di salah satu jalan utama (Rawa Belong) yang merupakan
lokasi yang strategis yang ramai dilalui kendaraan pribadi dan umum, dekat
dengan jalan tol, daerah kemanggisan, dan tanjung duren.
- Daerah padat penduduk dengan pertumbuhan penduduk 4% per tahun.
29
- Lokasi tapak dekat dengan pemukiman penduduk dan kampus, sehingga sangat
potensial bagi mahasiswa menyewa unit hunian di daerah ini.
- Terdapat fasilitas-fasilitas umum di sekitar lokasi, seperti rumah makan, toko
baju dan aksesoris, toko buku&majalah, salon, dan lain-lain.
Peta 1. Peta Lokasi Tapak Tugas Akhir 1
(Sumber: Peta Jakarta 2005)
Foto 1. Foto Udara Lokasi Tapak 1
(Sumber: Google Earth)
Peta 2. Peta Perencanaan Pemerintah Lokasi Tapak Tugas Akhir 1
(Sumber: Kantor Kecamatan Kebon Jeruk)
30
Foto 2: Foto situasi tapak 1 Foto 3: Foto situasi tapak 2
Foto 4: Foto situasi tapak 3 – Batas Utara Foto 5: Foto situasi tapak 4 – Batas Timur
Foto 6: Foto situasi tapak 5 – Batas Barat Foto 7: Foto situasi tapak 6 – Batas Selatan
31
2.) Data Tapak
A. Luas tapak : + 10.000 m2
B. Batas tapak :
- Utara : Jl. Kebon Jeruk Raya
- Selatan : Jalan kecil
- Timur : Jl. Rawa Belong
- Barat : Jalan kecil
C. Rencana Batas Wilayah Kota DKI Jakarta:
- Peruntukan lahan pada tapak : Wisma dagang dan Perkantoran
- Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 50 %
KDB = 50 %
Luas lantai dasar bangunan maksimal = 50% dari Luas tapak
= 50/100 x 10.000 m2
= 5.000 m2
- Koefisien Luas Bangunan (KLB) : 2
KLB = 2
Luas total bangunan = 2 x Luas lahan
= 2 x 10.000 m2
= 20.000 m2
- Maksimal jumlah lantai : 4 lantai
12 lantai dengan izin khusus Gubernur
- Garis Sepadan Bangunan (GSB) :
* Untuk mengatur jarak minimal letak bangunan dari batas tapak.
32
Utara : 10 meter
* Bangunan boleh berada paling dekat 10 meter dari batas
tapak di sebelah utara.
Selatan : 5 meter
* Bangunan boleh berada paling dekat 5 meter dari batas
tapak di sebelah selatan.
Barat : 5 meter
* Bangunan boleh berada paling dekat 5 meter dari batas
tapak di sebelah barat.
Timur : 10 meter
* Bangunan boleh berada paling dekat 10 meter dari batas
tapak di sebelah timur.
D. Analisa Tapak
- Kelembaban udara : 60 – 95 %
- Kecepatan angin : ± 2 – 4 m/s
- Curah hujan : ± 2000 Mm
- Arah angin : Barat Laut – Tenggara
Tenggara – Barat Laut
- Sumber bising : 1. Pertigaan
2. sebelah Timur
3. sebelah Utara
4. sepelah Barat
- Arah matahari pagi : Timur
33
Gambar 3. Informasi pada Lokasi Tapak Tugas Akhir 1
3.) Kondisi Tapak dan Lingkungan
Lokasi yang letaknya dekat dengan Binus University sangat mempengaruhi
keadaan lingkungan dan aktivitas penduudk yang tinggal di sana. Sebuah lokasi
yang didominasi oleh keberadaan para mahasiswa membuat lain pemandangan
lingkungan sekitar. Banyaknya mahasiswa yang datang dari luar Jakarta membuat
penghuni sekitar melihat lapangan kerja baru bagi mereka. Banyak bermunculan
rumah-rumah kost dan restoran, bahkan sekarang ini juga bermunculan toko baju,
salon, toko aksesoris, dan lain-lain di sekitar Binus University. Ada juga penduduk
setempat yang menjual tanah miliknya kepada developer untuk kemudian
dikembangkan menjadi rumah kost, restoran maupun kios sewa yang merupakan
kebutuhan utama dari mahasiswa dan mahasiswi dari luar Jakarta. Tetapi tidak
34
sedikit pula bermunculan kios-kios kecil yang tidak teratur dan pedagang kaki lima.
Hal ini jelas berdampak negatif bagi lingkungan. Keadaan lalu lintas di sekitar
lokasipun kerap kali menjadi macet dikarenakan ruas jalan yang menyempit dan
kendaraan umum yang sering kali berhenti di sembarang tempat.
Kemacetan bertambah parah pada jam-jam aktif perkuliahan, dimana arus
kendaraan dan pejalan kaki yang datang dan pergi semakin banyak. Sangat
disyukuri pemerintah merencanakan perluasan jalan pada lokasi tapak.
Oleh karena itu, lokasi menjadi cocok untuk dibangun hunian dengan arah
pembangunan ke arah vertikal untuk mengurangi tingkat kepadatan bangunan. Hal
ini terlihat dari banyaknya perumahan baru yang dibangun di sekitar lokasi tapak
yang membuktikan banyaknya permintaan akan tempat tinggal. Ditambah lagi
dengan kurangnya green area di daerah sekitar lokasi tapak karena bangunan yang
terlampau padat, sehingga penyerapan air di sekitar lokasi tapakpun menjadi sangat
minim. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan topik sustainable architecture
with water efficiency cocok diterapkan di lokasi ini. Kita harus sudah mulai peka
terhadap lingkungan demi kelangsungan kehidupan kita di masa depan.
Foto 8: Foto Bangunan Sekitar Tapak
Toko menyewa VCD Toko aksesoris Kawasan Perumahan
35
II.3.3. Tapak 2
1.) Latar Belakang Pemilihan Tapak
Dasar-dasar pertimbangan pemilihan tapak adalah:
- Lokasi tapak memiliki 2 bukaan di jalan besar dan 2 bukaan di gang kecil.
- Lokasi tapak berada di jalan besar yang ramai dilalui kendaraan.
- Dilalui oleh kendaraan umum.
- Lokasi tapak dekat dengan tempat kos dan pemukiman penduduk.
- Bangunan di sekitar berupa toko-toko.
Peta 3. Peta Lokasi Tapak Tugas Akhir 2
(Sumber: Peta Jakarta)
Foto 9. Foto Udara Lokasi Tapak 2
(Sumber: Google Earth)
36
Peta 4. Peta Perencanaan Pemerintah Lokasi Tapak Tugas Akhir 2
(Sumber: Kantor Kecamatan Palmerah)
Foto 10: Foto Lokasi Tapak 2 Foto 11: Foto Tampak Depan
Foto 12: Foto Suasana Pertigaan Foto 13: Foto Suasana Jalan Rawa Belong
37
2.) Data Tapak
A. Luas tapak : 8.500 m2
B. Batas tapak :
- Utara : Jalan kecil
- Selatan : Jl. Palmerah Barat
- Timur : Jalan kecil
- Barat : Jl. Rawa Belong
C. Rencana Batas Wilayah Kota DKI Jakarta:
- Peruntukan lahan pada tapak : Wisma deret
- Koefisien Dasar Bangunan (KDB) : 50 %
KDB = 50 %
Luas lantai dasar bangunan maksimal = 50% dari Luas tapak
= 50/100 x 8.500 m2
= 4.250 m2
- Koefisien Luas Bangunan (KLB) : 2
KLB = 2
Luas total bangunan = 2 x Luas lantai dasar maksimal
= 2 x 8.500 m2
= 17.000 m2
- Maksimal jumlah lantai : 4 lantai
12 lantai dengan izin khusus Gubernur
- Garis Sepadan Bangunan (GSB) :
* Untuk mengatur jarak minimal letak bangunan dari batas tapak.
38
Utara : 4 meter
* Bangunan boleh berada paling dekat 4 meter dari batas
tapak di sebelah utara.
Selatan : 7 meter
* Bangunan boleh berada paling dekat 7 meter dari batas
tapak di sebelah utara.
Barat : 10 meter
* Bangunan boleh berada paling dekat 10 meter dari batas
tapak di sebelah utara.
Timur : 4 meter
* Bangunan boleh berada paling dekat 4 meter dari batas
tapak di sebelah timur.
D. Analisa Tapak
- Kelembaban udara : 60 – 95 %
- Kecepatan angin : ± 2 – 4 m/s
- Curah hujan : ± 2000 Mm
- Arah angin : Barat Laut – Tenggara
Tenggara – Barat Laut
- Sumber bising : 1. Pertigaan
2. sebelah Barat
3. sebelah Selatan
- Arah matahari pagi : Timur
39
Gambar 4. Informasi pada Lokasi Tapak Tugas Akhir 2
3.) Kondisi Tapak dan Lingkungan
Lokasi yang letaknya dekat dengan Binus University sangat mempengaruhi
keadaan lingkungan dan aktivitas penduudk yang tinggal di sana. Sebuah lokasi
yang didominasi oleh keberadaan para mahasiswa membuat lain pemandangan
lingkungan sekitar. Banyaknya mahasiswa yang datang dari luar Jakarta membuat
penghuni sekitar melihat lapangan kerja baru bagi mereka. Banyak bermunculan
rumah-rumah kost dan restoran, bahkan sekarang ini juga bermunculan toko baju,
salon, toko aksesoris, dan lain-lain di sekitar Binus University. Ada juga penduduk
setempat yang menjual tanah miliknya kepada developer untuk kemudian
dikembangkan menjadi rumah kost, restoran maupun kios sewa yang merupakan
kebutuhan utama dari mahasiswa dan mahasiswi dari luar Jakarta. Tetapi tidak
sedikit pula bermunculan kios-kios kecil yang tidak teratur dan pedagang kaki lima.
40
Hal ini jelas berdampak negatif bagi lingkungan. Keadaan lalu lintas di sekitar
lokasipun kerap kali menjadi macet dikarenakan ruas jalan yang menyempit dan
kendaraan umum yang sering kali berhenti di sembarang tempat.
Kemacetan bertambah parah pada jam-jam aktif perkuliahan, dimana arus
kendaraan yang datang semakin banyak, tetapi tidak mempengaruhi jumlah pejalan
kaki karena letaknya tidak berada di jalan antara Kampus Anggrek dan Kampus
Syahdan yang biasa dilewati oleh mahasiswa. Sehingga tingkat keramaiannya lebih
sedikit jika dibandingkan dengan lokasi tapak pertama.
Oleh karena itu, lokasi menjadi cocok untuk dibangun hunian dengan arah
pembangunan ke arah vertikal untuk mengurangi tingkat kepadatan bangunan. Hal
ini terlihat dari banyaknya perumahan baru yang dibangun di sekitar lokasi tapak
yang membuktikan banyaknya permintaan akan tempat tinggal. Ditambah lagi
dengan kurangnya green area di daerah sekitar lokasi tapak karena bangunan yang
terlampau padat, sehingga penyerapan air di sekitar lokasi tapakpun menjadi sangat
minim. Hal inilah yang menjadi salah satu alasan topik sustainable architecture with
water efficiency cocok diterapkan di lokasi ini. Kita harus sudah mulai peka
terhadap lingkungan demi kelangsungan kehidupan kita di masa depan.
41
II.4. Kelengkapan dan Relevansi Data Pendukung
II.4.1. Studi Banding
Tabel 2. Perbandingan Hasil Studi Banding
42
II.4.2. Kesimpulan
Dari hasil studi banding di atas, dapat saya simpulkan ciri-ciri loft
apartement yang akan saya desain adalah sebagai berikut:
- Terletak di lingkungan kota yang padat (downtown), lingkungan urban.
- Open Layouts, tanpa dinding penyekat kecuali untuk kamar mandi / toilet.
- Pada denah hanya diberikan pengaturan letak kamar mandi/toilet dan dapur.
- Mempunyai jendela dengan tinggi 7’ agar seimbang dengan langit-langit yang
tinggi serta dapat memaksimalkan penerimaan cahaya alami.
- Langit-langit yang tinggi didapat dikarenakan langit-langit yang tidak diberi
penutup berupa plafond serta exposed ductwork.
- Baik permukaan dinding, lantai, maupun langit-langit belum diberi penutup atau
pelapis, hanya finishing berupa lantai, langit-langit, dan dinding yang disemen
dan dihaluskan (concrete floor).