BAB II TANGGUNG JAWAB PERSONAL GUARANTOR DALAM ...
Transcript of BAB II TANGGUNG JAWAB PERSONAL GUARANTOR DALAM ...
15
BAB II
TANGGUNG JAWAB PERSONAL GUARANTOR DALAM KEPAILITAN
1. Guarantor dengan Personal Guarantee :
1.1 Definisi
Guarantor is a person or entity that agrees to be responsible for
another’s debt or a performance under a contract, if the other fails to pay
or perform.21 Dalam peraturan Indonesia yakni BW istilah guarantor
dikenal dengan nama penanggung utang. Istilah penanggungan utang
terdiri dari dua kata yakni penanggungan dan utang. Pada Pasal 1820 BW
definisi Penanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang
pihak ketiga, guna kepentingan si kreditor, mengikatkan diri untuk
memenuhi perikatan si debitor ketika debitor tidak dapat memenuhi
kewajibannya, sehingga dapat dikatakan pengertian penanggungan adalah
menjamin dipenuhinya kewajiban atau prestasi yang dapat dinilai dengan
uang yang timbul dari suatu perikatan hukum.22 Sedangkan personal
guarantee adalah penanggungan utang yang dilakukan oleh orang baik
secara individu atau bersama-sama yang mengikatkan diri mereka secara
pribadi.
Definisi utang berdasarkan Pasal 1 angka 6 UU Kepailitan dan
PKPU yaitu:
21 http://www.legal-dictionary.thefreedictionary.com/guarantor by Gerald N. Hill andKathleen T.Hill diakses pada 20 desember 2014
22 Salim H S, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia , Raja GrafindoPersada,Jakarta ,2004, h.21
15
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
16
“kewajiban yang dinyatakan atau dapat dinyatakan dalam jumlahuang baik dalam mata uang Indonesia maupun mata uang asing,baik secara langsung maupun yang akan timbul karena perjanjianatau undang-undang dan yang wajib dipenuhi oleh debitor dan bilatidak dipenuhi memberi hak kepada kreditor untuk mendapatpemenuhannya dari harta kekayaan debitor”.
Apabila dikaitkan dengan Pasal 1234 BW dapat pula
diklasifikasikan sebagai utang yaitu kewajiban untuk memberikan sesuatu
atau untuk melakukan sesuatu atau untuk tidak melakukan sesuatu, baik
itu yang menimbulkan kerugian dan juga yang tidak menyebabkan
kerugian,23 Contoh seperti:
a. Kewajiban penjual untuk menyerahkan barang kepada pembeli barang
tersebut
b. Kewajiban pembangun untuk membuat sebuah rumah dan
menyerahkannya kepada pembeli rumah tersebut
c. Kewajiban penyewa rumah untuk merawat rumah yang disewanya,
tidak membongkar rumahnya atau merenovasi rumah yang disewanya
d. Kewajiban penanggung (guarantor) untuk menjamin pembayaran
kembali pinjaman debitor kepada kreditor.
Apabila definisi utang dalam UU Kepailitan dan PKPU dikaitkan
dengan Pasal 1234 BW adalah suatu prestasi. Prestasi dapat timbul dari
perjanjian, undang-undang, dan Putusan Hakim. Prestasi adalah kewajiban
debitor terhadap pemenuhan hak kreditor.
Pada dasarnya guarantor tidak pernah memiliki utang kecuali
debitor gagal membayar utangnya kepada kreditor dan harta debitor tidak
23 Adrian sutedi, Hukum Kepailitan, Ghalia Indonesia, Bogor, 2009, h. 33
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
17
cukup untuk melakukan pembayaran utangnya, maka timbullah hak dan
kewajiban guarantor yang berupa utang kepada kreditor.
1.2 Konsep Hubungan Keperdataan Kreditor, Debitor dan Guarantor
Debitor berdasar Pasal 1 angka 3 UU Kepailitan dan PKPU adalah
orang yang mempunyai utang karena perjanjian atau undang-undang yang
pelunasannya dapat ditagih di muka pengadilan; Sedangkan yang
dimaksud kreditor berdasar Pasal 1 angka 2 UU Kepailitan dan PKPU
adalah orang yang mempunyai piutang karena perjanjian atau undang-
undang yang dapat ditagih di muka pengadilan, sehingga apabila pasal
tersebut dikaitkan maka, dapat dikatakan debitor adalah pihak yang
memiliki utang (prestasi) terhadap kreditor dan kreditor adalah pihak
yang memiliki piutang (kontra prestasi ) terhadap debitor.
Penanggungan dalam istilah bahasa Belanda disebut Borgtoch atau
Personal Guarantee dalam bahasa Inggris, orangnya disebut sebagai
Borg (istilah Belanda) atau Guarantor (istilah bahasa Inggris) atau
Penanggung (istilah yang digunakan di Indonesia BW) adalah orang atau
badan hukum yang memberikan jaminan dengan mengikatkan diri kepada
kreditor bahwa dia akan menanggung atau menjamin kewajiban Debitor
terhadap perikatan yang terjadi diantara kreditor dan debitor.
Jaminan perorangan ini dituangkan secara tegas dalam perjanjian
personal guarantee antara pihak kreditor dengan seorang atau lebih
guarantor sebagaimana diatur dalam Pasal 1820 BW yang menyebutkan
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
18
bahwa guarantor adalah suatu perjanjian dengan mana pihak ketiga, guna
kepentingan si kreditor, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan si
debitor, manakala dia tidak memenuhinya.
Dari perumusan pasal tersebut, terdapat beberapa unsur terkait
tentang perjanjian personal guarantee yaitu:
a. Personal Guarantee merupakan suatu perjanjian
b. Guarantor adalah pihak ketiga
c. Guarantor diberikan demi kepentingan kreditor
d. Guarantor mengikatkan diri untuk memenuhi perikatan debitor
jika debitor tidak memenuhi kewajibannya.
Bentuk dari perjanjian personal guarantee adalah tidak
dipersangkakan, tetapi harus diadakan dengan pernyataan yang tegas dan
tidak diperbolehkan memperluas personal guarantee hingga melebihi
ketentuan- ketentuan yang menjadi syarat saat perjanjian.24 Namun dapat
melebihi suatu perikatan pokok, yang meliputi segala akibat utangnya
bahkan biaya-biaya gugatan yang dimohonkan terhadap debitor serta
terhitung pula segala biaya yang dikeluarkan setelah si guarantor
diperingatkan tentang itu.25 perikatan para guarantor dapat beralih kepada
ahli warisnyanya.26
24 Pasal 1824 BW
25 Pasal 1825 BW
26 Pasal 1826 BW
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
19
Dalam melaksanakan kewajibannya, guarantor oleh undang-
undang diberi hak-hak tertentu yang sifatnya memberikan perlindungan
bagi guarantor. Hak-hak guarantor tersebut menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan berupa :
a. Hak untuk menuntut kembali (hak Regres)27
Hak untuk menuntut kembali kepada debitor agar debitor membayar
kembali apa yang sudah dibayarkan guarantor kepada kreditor sebesar
jumlah yang dibayarkan. Hak ini disebut hak regres yang timbul
karena diberikan oleh undang-undang. Penuntutan kembali ini
didasarkan pada Pasal 1839 ayat (1) BW yang menyatakan bahwa si
guarantor yang telah membayar dapat menuntutnya kembali dari yang
berpiutang, baik personal guarantee itu telah diadakan dengan maupun
tanpa pengetahuan si debitor.
b. Hak guarantor menggantikan demi hukum semua hak- hak di kreditor
kepada debitor
guarantor yang telah membayar itu karena hukum bertindak
menggantikan kedudukan kreditor mengenai hak-haknya terhadap si
debitor. Pasal 1840 BW dinyatakan bahwa si guarantor yang telah
membayar menggantikan demi hukum segala hak si berpiutang
terhadap si berutang. Pergantian kreditor terjadi karena subrogasi.28
Subrogasi adalah penggantian hak-hak si kreditor oleh seorang pihak
27 Trisadini, Op.Cit, h.111
28 J. Satrio, Cessie, Subrogatie, Novatie , Kompensatie dan Percampuran Utang, Alumni ,Bandung, 1999,h.50
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
20
Ke tiga, yang membayar kepada kreditor itu, yang terjadi berdasarkan
persetujuan maupun demi undang-undang.29
c. Hak untuk membagi utang30
Bila dalam perjanjian ada beberapa guarantor yang mengikatkan
diri untuk menjamin satu debitor dan utang yang sama maka masing-
masing guarantor terikat untuk seluruh utang, sehingga guarantor
bertanggung jawab untuk menjamin seluruh utang. Adanya lebih dari
seorang guarantor dapat berupa:31
1. Sesama Guarantor
Pasal 1836 BW secara tegas menyebutkan adanya kemungkinan
personal guarantee yang seperti itu. Kesemua guarantor tersebut
mengikatkan diri kepada kreditor untuk menjamin debitor yang
sama dan untuk perikatan tertentu yang sama. pada asasnya
masing-masing guarantor dapat ditagih untuk seluruh utang
debitor
a. Guarantor khusus
Terkait dengan adanya suatu perjanjian personal guarantee khusus
yang menyimpang dari perjanjian personal guarantee yang umum.
guarantor khusus dibedakan menjadi dua yaitu:
b. Guarantornya-guarantor
29 Pasal 1400, 1401, 1402 BW
30 Pasal 1836 BW
31 Dini Nemandasari. Tanggung Gugat Pihak Penanggung (Borg) dalam PerjanjianPenanggungan Akibat Debitor Wanprestasi. Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 2008.h.31
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
21
Sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1832 ayat (2) BW, yang
menyebutkan bahwa orang dapat pula menjadi guarantor, bukan
hanya untuk debitor melainkan juga untuk seorang guarantor yang
terikat pada debitor (guarantor utama). Pada guarantornya-
guarantor disini ada lebih dari seorang guarantor, guarantor yang
kedua ini mengikatkan diri pada kreditor untuk menjamin bahwa
guarantor utama akan memenuhi janjianya kepada kreditor.
Guarantornya-guarantor tidak menjamin utang debitor.
Konsekuensinya adalah kalau guarantornya-guarantor membayar
prestasi guarantor, maka ia hanya mempunyai hak regres terhadap
guarantor utama saja. guarantor utama mempunyai hak regres
kepada debitor. Karena guarantornya-guarantor mengikatkan diri
kepada kreditor, maka prinsipnya bisa menuntut guarantor utama
maupun guarantornya-guarantor.
2. Guarantor kedua
merupakan bentuk dari adanya lebih dari seorang guarantor, dimana
ada orang yang mengikatkan diri kepada kreditor untuk menanggung
pelaksanaan prestasi debitor dalam suatu perikatan yang sudah
ditanggung oleh guarantor utama. Guarantor kedua ini mengikatkan
diri untuk menanggung prestasi guarantor utama jika guarantor utama
tidak mau melaksanakan kewajibannya. Beda guarantor utama dengan
guarantornya-guarantor adalah bahwa guarantornya-guarantor
menanggung prestasinya guarantor utama, sedangkan guarantor
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
22
kedua menanggung prestasi debitor, tetapi secara bersyarat, yaitu
apabila guarantor utama tidak melaksanakan kewajibannya terhadap
kreditor. Konsekuensi dari bentuk personal guarantee seperti ini
adalah guarantor kedua memiliki hak regres, baik terhadap debitor
maupun terhadap guarantor utama.
3. Hak untuk mengajukan tangkis gugat (Pasal 1849, 1845 BW)
Guarantor dapat mempunyai hak untuk mengajukan tangkisan yang
dapat dipakai debitor kepada kreditor mengenai utang itu sendiri.
Tangkisan dapat diajukan misal perjanjian terjadi karena bertentangan
dengan undang-undang, tata krama, atau ketertiban umum. Dapat juga
berupa tangkisan karena ketentuan waktu, tagihan tersebut belum
matang untuk ditagih. Hak yang dapat dikemukakan oleh guarantor
tersebut diatur dalam Pasal 1847 BW dimana maksud ketentuan
tersebut adalah guarantor dapat memakai semua tangkisan yang
mengenai utang itu sendiri, yang bisa juga diajukan oleh debitor.
Disini dibedakan antara tangkisan yang dapat dimajukan Debitor yang
mengenai pribadi debitor itu sendiri dan yang mengenai utang itu
sendiri. Tangkisan yang mengenai pribadi debitor misalnya: ketidak-
cakapan bertindak atau adanya kesempatan penundaan pembayaran,
tangkisan karena adanya keadaan overmacht, dll. 32
Hak untuk mangajukan tangkisan yang mengenai sifat debitor tidak
dapat diajukan oleh guarantor, ia hanya dapat mengajukan tangkisan
32 Ibid, h.29
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
23
yang mengenai utang itu sendiri, sehingga apabila guarantor tidak
mengetahui dengan benar tangkisan –tangkisan apa saja yang mungkin
dimiliki debitor, maka jalan aman dalam hal ini ia dapat menggugat
kerditor dengan meminta debitor membebaskan dirinya (dalam arti
vrijwaren).33
4. Hak untuk menuntut terlebih dahulu (voorrecht van uitwinning)34
Penaggung dapat menuntut pelunasan terlebih dahulu kepada kreditor
terhadap harta debitor. Guarantor yang meminta kepada kreditor agar
menyita dan melelang harta kekayaan debitor terlebih dahulu
mempunyai kewajiban menunjukkan harta kekayaan debitor dan
menyediakan biaya sita dan lelang.
Si guarantor tidak dapat menuntut hak nya supaya harta debitior
terlebih dahulu disita dan dilelang untuk melunasi hutangnya. Dalam
hal:35
1. Apabila ia telah melepaskan hak istimewanya untuk menuntutdilakukannya lelang sita lebih dahulu atas harta benda debitortersebut.
2. Apabila ia telah mengikatkan dirinya bersama-sama dengan debitorsecara tanggung menanggung, dalam hal ini akibat-akibatperikatannya diatur menurut asas–asas yang ditetapkan untukutang-utang tanggung-menanggung.
3. Jika debitor mengajukan tangkisan yang hanya mengenai dirinyasendiri secara pribadi
4. Jika debitor dalam keadaan pailit5. Dalam halnya personal guarantee yang diperintahkan oleh hakim.
33 Ibid, h.31 sebgaimana mengutip J. Satrio, Hukum Jaminan, Hak-Hak Jaminan Pribadi,Tentang Perjanjian Penanggungan dan Perikatan Tanggung Menanggung, Citra Aditya Bakti,Purwokerto, 1996, h.111
34 Pasal 1831 BW
35 Ibid h.23
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
24
2. Hakikat kepailitan
Kepailitan adalah upaya pemenuhan hak dan pelaksanaan kewajiban
para pihak khususnya kewajiban debitor terhadap hak-hak kreditor yang
dipercayakan padanya. Pailit merupakan upaya terakhir yang dapat
dimohonkan untuk mengajukan pembayaran utang dengan syarat mutlak
adanya suatu utang dan terdapat dua atau lebih kreditor,36 sehingga setiap
orang maupun badan hukum yang memenuhi syarat pailit dapat dipailitkan
Prinsip utama kepailitan, dalam penyelesaian utang dari debitor
terhadap para kreditornya mengacu pada prinsip paritas creditorium, pari
passu prorate parte, dan structured prorata.37
Prinsip paritas creditorium (kesetaraan kedudukan para kreditor) bahwa
kreditor memiliki hak yang sama terhadap semua harta benda debitor,
dengan kata lain bahwa semua kekayaan debitor baik yang berupa barang
bergerak ataupun barang tidak bergerak maupun harta yang sekarang telah
dipunyai debitor dan barang barang dikemudian hari akan dimiliki debitor
terikat pada penyelesaian kewajiban Debitor.38
Prinsip paritas creditorium adalah bahwa yang menjadi jaminan umum
terhadap utang-utang debitor hanya terbatas pada harta kekayaan debitor
saja bukan aspek lainnya, seperti status pribadi dan hak-hak lainnya diluar
36 Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan dan PKPU
37 Hadi Shubhan, Op.Cit, h.27
38 Ibid, h.27
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
25
harta kekayaan sama sekali tidak terpengaruh terhadap utang piutang
debitor.39
Prinsip pari passu prorata parte bahwa harta kekayaan tersebut
merupakan jaminan bersama untuk para kreditor dan hasilnya harus dibagi
secara proporsional antara mereka, kecuali jika diantara para kreditor
tersebut berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan harus
didahulukan pembayarannya.40
Tujuan utama kepailitan adalah untuk melaukan pembagian antara para
kreditor atas kekayaan debitor oleh kurator. Kepailitan dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditor
dan menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama sehingga
kekayaan debitor dapat dibagikan kepada semua kreditor sesuai dengan
hak masing-masing. 41
Lembaga kepailitan pada dasarnya memiliki dua fungsi sekaligus yaitu
sebagai lembaga pemberi jaminan kepada kreditor bahwa debitor tidak
akan berbuat curang dan tetap bertanggung jawab terhadap semua utang-
utangnya kepada semua kreditor dan kepailitan sebagai lembaga yang juga
memberi perlindungan kepada debitor terhadap kemungkinan eksekusi
masal oleh kreditor-kreditornya.42
39 Ibid, h.28
40 Ibid, h.29
41 Arwakhudin Widiarso, Pembuktian Sederhana Dalam Perkara Kepailitan, Tesis,Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 2009, h.19
42 Ibid, h.20
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
26
Kepailitan merupakan proses legal untuk mengupayakan pembayaran
utang melalui Pengadilan Niaga apabila debitor tidak sanggup atau tidak
mau membayar utangnya.
Namun saat ini banyak para pengusaha (kreditor dan debitor)
memanfaatkan lembaga kepailitan dalam mengatasi permasalahannya
melalui Personal Guarantee. Minimnya pengaturan yang khusus
mengenai kedudukan, hak dan kewajiban guarantor dalam UU Kepailitan
dan PKPU membuat Personal Guarantee disalahgunakan dan pada
akhirnya dianggap bahwa kedudukan guarantor sama dengan debitor
sehingga kreditor dapat menagih utang debitor langsung kepada guarantor
tanpa menagih terlebih dahulu kepada debitor.
3. Kedudukan Personal Guarantee dalam proses kepailitan
3.1. pihak yang terkait dalam perkara pailit
Pihak-pihak yang terkait dalam perkara kepailitan antara lain adalah :
a. Pihak Pemohon Pailit
Pihak pemohon pailit adalah pihak yang mengambil inisiatif untuk
mengajukan permohonan pailit ke Pengadilan Niaga. Berdasar pada Pasal
2 UU Kepailitan dan PKPU yang dapat menjadi pemohon dalam suatu
perkara pailit adalah:43
43 Syamsudin, Op.cit , h.99
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
27
1. Debitor: yang memperkirakan atau dapat memperkirakan bahwa
dirinya tidak sanggup membayar utangnya yang telah jatuh tempo dan
dapat ditagih
2. kreditor: baik kreditor konkuren, kreditor separatis, maupun kreditor
preferen. kreditor preferen dan sparatis yang mengajukan permohonan
pailit tidak kehilangan hak agunan atas kebendaan yang dimiliki dan
juga tidak kehilangan haknya untuk didahulukan.
3. Kejaksaan : untuk kepentingan umum,44 yakni kepentingan bangsa dan
Negara, dan /atau kepentingan masyarakat luas sepanjang tidak ada
pihak yang mengajukannya.
4. Bank Indonesia: apabila debitornya adalah bank
5. Badan Pengawas Pasar Modal: jika debitornya adalah Perusahaan
Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan penjaminan, Lembaga
Penyimpanan dan Penyelesaian.
6. Menteri Keuangan: dalam hal debitor adalah Perusahaan Asuransi,
Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau Badan Usaha Milik Negara
yang bergerak dibidang kepentingan publik.
b. Pihak Debitor Pailit
Pihak debitor pailit adalah pihak yang memohon atau dimohonkan
pailit ke Pengadilan Niaga yang mempunyai dua atau lebih kreditor dan
tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat
ditagih.
44 Pasal 2 ayat (2) PP No 17 Tahun 2000 tentang Permohonan Pailit Untuk KepentinganUmum
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
28
Dalam hal ada personal guarantee, maka ada dua perjanjian yang
berbeda tetapi berkaitan erat satu sama lain, yaitu perjanjian pokok yang
dijamin dan perjanjian personal guarantee sebagai jaminan dari
perjanjian poko. Pada perjanjian Pokok yang terlibat adalah debitor (A)
dan kreditor (B). Debitor bertanggung jawab atas kewajiban/ prestasi dari
suatu perikatan terhadap seluruh harta bendanya yang mana kekayaan
debitor bisa dijual paksa dengan dieksekusi untuk diambil sebagai
pelunasan. Pada perjanjian personal guarantee disamping adanya
perjanjian pokok ada pula perjanjian accesoir atau perjanjian ikutan
dimana ada pihak ke tiga (C) yaitu guarantor yang akan menanggung
kewajiban dari (A) terhadap (B).
A B : perjanjian pokok
C B : perjanjian personal guarantee
Dari skema yang ada maka terlihat ada dua debitor. A adalah debitor
berdasar perjanjian pokok dan C adalah debitor berdasarkan personal
guarantee. Walaupun perjanjian yang ada berdiri sendiri-sendiri, tapi
memiliki kaitan yang erat terhadap pemenuhan hak kreditor B.
c. Guarantor sebagai Pihak Ketiga
guarantor seperti yang telah diuraikan di atas, dalam hubungan hukum
antara kreditor dengan debitor sebenarnya berkedudukan sebagai pihak
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
29
ketiga, namun guarantor secara sukarela telah mengikatkan diri sebagai
debitor kepada kreditor untuk prestasi yang sama.
Jadi guarantor juga berkedudukan sebagai debitor yang berdasar
perjanjian personal guarantee bertanggung jawab dengan seluruh harta
kekayaannya untuk pemenuhan perikatan pokok antara kreditor dan
debitor, sehingga dapat dikatakan bahwa sesudah debitor wanprestasi
maka kreditor memiliki dua orang debitor yang sama-sama bisa ditagih
untuk seluruh utang dan pembayaran yang satu akan membebaskan yang
lain.
3.2 Peran dan Tanggung Jawab Personal Guarantee
Dalam rumusan Pasal 1820 BW suatu personal guarantee adalah
perjanjian yang melahirkan perikatan yang bersyarat, yaitu perikatan
dengan syarat tangguh sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1253 BW jo
Pasal 1258 BW yaitu :
Pasal 1253 BW Suatu perikatan adalah bersyarat manakala ia
digantungkan pada suatu peristiwa yang masih akan datang dan yang masih
A
C
B
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
30
belum tentu akan terjadi, baik secara menangguhkan perikatan hingga
terjadinya peristiwa semacam itu, maupun secara membatalkan perikatan
menurut terjadi atau tidak terjadinya peristiwa itu
Pasal 1258 BW jika suatu perikatan tertanggung pada suatu syarat
bahwa suatu peristiwa akan terjadi didalam suatu waktu tertentu, maka
syarat tersebut dianggap tidak ada, apabila waktu tersebut telah lampau
dengan tidak terjadi peristiwa tersebut.
Jika waktu tidak ditentukan, maka syarat tersebut setiap waktu dapat
terpenuhi, dan syarat itu tidak dianggap tidak ada sebelum ada kepastian
bahwa peristiwa itu tidak akan terjadi
Sebagai perjanjian yang melahirkan perikatan dengan syarat tangguh,
maka kewajiban dari guarantor dalam suatu personal guarantee utang baru
ada pada saat syarat yang disebutkan tersebut terjadi. Syarat tersebut
berdasar pada Pasal 1820 BW adalah peristiwa cedera janji atau
wanprestasi dari debitor dalam perikatan pokok yang ditanggung oleh
guarantor tersebut. Untuk mengetahui kapan guarantor berkewajiban
untuk melaksanakan perikatan, prestasi atau kewajibannya berdasarkan
perjanjian personal guarantee maka harus diketahui kapan wanprestasi
debitor dianggap terjadi.
Perikatan berdasar Pasal 1234 BW diwujudkan dalam 3 macam yaitu :
a. Kewajiban atau Prestasi untuk memberikan atau menyerahkan sesuatu
b. Kewajiban atau prestasi untuk melakukan atau berbuat sesuatu
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
31
c. Kewajiban atau prestasi untuk tidak melakukan atau untuk tidak berbuat
sesuatu.
Selanjutnya apabila memperhatikan ketentuan yang diatur dalam :
Pasal 1236 BW
“Debitor adalah wajib memberikan ganti biaya, rugi dan bungakepada Kreditor, apabila ia telah membawa dirinya dalam keadaantak mampu untuk menyerahkan kebendaannya, atau telah tidakmerawat sepatutnya guna menyelamatkannya.”
Pasal 1239 BW
“Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidakberbuat sesuat, apabila si debitor tidak memenuhi kewajibannya,mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban memeberikanpenggantian biaya, rugi dan bunga.”
Pasal 1240 BW
“Dalam pada itu si kreditor adalah berhak menuntut akanpenghapusan segala sesuatu yang telah dibuat berlawanan denganperikatan, dan bolehlah ia meminta supaya, dikuasakan oleh hakimuntuk menyuruh menghapuskan segala sesuatu yang telah dibuattadi atas biaya si debitor; dengan tak mengurangi hak menuntutpenggantian biaya, rugi dan bunga jika ada alasan untuk itu.”
Pasal 1242 BW
“Jika perikatan itu bertujuan untuk tidak berbuat sesuatu, makapihak yang manapun jika yang berbuat berlawanan denganperikatan, karena pelanggaran itu dank arena itu pun saja, wajiblahia akan penggantian biaya, rugi dan bunga.”
Dari beberapa Pasal di atas dapat diketahui bahwa setiap perikatan, baik
yang terwujud dalam prestasi untuk memberikan sesuatu, melakukan
sesuatu atau untuk tidak melakukan sesuatu, membawa pada kewajiban
untuk mengganti dalam bentuk biaya, rugi dan bunga, jika perikatan
tersebut tidak di penuhi oleh debitor. Penggantian dalam bentuk biaya,
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
32
rugi dan bunga adalah suatu bentuk prestasi yang merupakan kuantifikasi
dalam jumlah tertentu yang dapat dinilai dengan uang. Ini berarti pada
prinsipnya setiap perikatan membawa kepada suatu prestasi yang selalu
dapat diukur dengan uang, apapun jenis atau macam prestasinya. Ini
berarti pada dasarnya seluruh kewajiban atau prestasi adalah utang yang
harus dipenuhi yang merupakan konsekuensi logis dari Pasal 1131 BW.
Apabila melihat ketentuan Pasal 1243 BW dapat kita ketahui kapan
wanprestasi atau cedera janji dianggap telah terjadi yaitu :
a. Dalam hal ditetapkannya suatu waktu, maka dengan lewatnya waktu
tersebut, debitor belum juga melaksanakan kewajibannya
b. Dalam hal tidak ditentukan suatu waktu tertentu, maka setelah debitor
diberitahukan mengenai saat pelaksanaan kewajiban atau prestasinya
dan dalam hal debitor tidak juga melaksanakannya, telah ditegur
dengan pantas oleh kreditor
Namun perlu diperhatikan jika dibaca lebih lanjut mengenai ketentuan
yang mengatur tentang penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak
terpenuhinya suatu perikatan terdapat dua pasal pokok yang memberikan
alasan pemaaf dan alasan pembenar bagi debitor yang tidak dapat
melaksanakan prestasinya sesuai dengan kewajiban yang telah ditentukan
dan pada saat yang telah ditetapkan, yaitu Pasal 1244 dan Pasal 1245 BW.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
33
Dalam ketentuan yang diuraikan dalam Pasal tersebut dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :45
1. Ada alasan pembenar dan pemaaf yang merupakan alasan yang
memungkinkan debitor yang tidak melaksanakan kewajibannya sesuai
perikatan pokok, tidak diwajibkan untuk mengganti biaya, kerugian
dan bunga.
2. Alasan pembenar dan pemaaf tersebut bersifat limitatif, dengan
pengertian bahwa selain yang disebut dalam BW tidak dimungkinkan
bagi debitor untuk mengajukan alasan lain yang dapat
membebaskannya dari kewajiban untuk mengganti biaya, rugi dan
bunga dalam hal debitor telah wanprestasi. Hal ini harus dibedakan
dari suatu keadaan dimana kreditor tidak menuntut pelaksanaan
penggantian biaya, rugi, dan bunga dari debitor yang telah wanprestasi.
3. Yang dimaksud dengan alasan pembenar adalah alasan yang
berhubungan dengan ketidak mampuan obyektif untuk memenuhi
perikatan yang ada. Sedangkan alasan pemaaf adalah alasan yang
berhubungan dengan ketidak mampuan subyektif dalam memenuhi
perikatan.
4. Alasan pembenar yang diperbolehkan adalah suatu keadaan memaksa
atau kejadian yang tidak disengaja yang mengakibatkan debitor
terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan,
atau melakukan suatu perbuatan yang terhalang baginya. Yang
45 Gunawan Widjaja & Kartini Muljadi, Penanggungan Utang dan Perikatan TanggungMenanggung, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, h.98
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
34
dimaksud keadaan memaksa atau kejadian yang tidak disengaja ini
adalah suatu alasan yang bersifat obyektif, yang dalam pandangan
setiap orang, tidak hanya semata-mata debitor pribadi, dengan
terjadinya peristiwa memaksa atau tidak terduga tersebut, tidak
mungkin dapat melaksanakan perikatan yang telah ditetapkan.
5. Alasan pemaaf yang dapat dijadikan alasan adalah terjadinya suatu hal
yang tak terduga, yang tidak dapat dipertanggungkan kepadanya,
selama tidak ada itikad buruk kepadanya. Dalam konteks alasan
pemaaf ini, unsur tidak dapat dipertanggung jawabakan kepada debitor
memegang peran yang sangat penting, oleh karena alasan ini semata-
mata bergantung pada kemampuan subyektivitas dari debitor tersebut.
Jadi jika debitor masih dapat dipertanggungjawabkan atas tidak dapat
dipenuhinya kewajiban atau prestasi yang wajib dipenuhi olehnya
tersebut, maka debitor berkewajiban untuk membayar ganti rugi, biaya
dan bunga.
Dengan ketentuan tersebut berarti debitor tidak diwajibkan utuk
memberikan biaya, rugi dan bunga kepada kreditor, meskipun kreditor
telah lalai melaksanakan kewajibannya. maka kemudian pertanyaan yang
muncul adalah apakah dengan terjadinya suatu hal yang tak terduga,
keadaan memaksa dan kejadian yang tak disengaja berdasar Pasal 1244
dan 1245 BW terhadap diri debitor, seorang guarantor juga dibebaskan
dari kewajibannya untuk memenuhi prestasi atau kewajiban dalam
perikatan pokok debitor yang ditanggung olehnya. Penggantian biaya, rugi
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
35
dan bunga tidak demi hukum membebaskan guarantor dari kewajibannya
untuk memenuhi prestasi pokok debitor yang menjadi tanggungannya
sepanjang tidak pula terjadi hal-hal sebagaimana dimaksud Pasal 1244 dan
Pasal 1245 BW, tidak ada pembebasan utang oleh kreditor terhadap
debitor sebagaimana yang diatur oleh Pasal 1381, 1438, dan 1442 BW.
Guarantor dalam kasus kepailitan adalah debitor dari kewajiban untuk
menanggung utang debitor (debitor dalam perjanjian pokok). Harta
guarantor, baru akan digunakan untuk pemenuhan utang kepada kreditor
ketika harta benda milik debitor telah disita dan di lelang terlebih dahulu
tetapi hasilnya tidak mencukupi untuk membayar utangnya atau si debitor
sudah tidak memiliki harta apapun, namun faktanya banyak kreditor
maupun hakim yang memberikan beban prestasi atau kewajiban (yang
sebenarnya adalah tanggung jawab debitor) kepada guarantor dengan
mengabaikan adanya harta debitor.
Dalam personal guarantee tidak ada benda tertentu yang diikat dalam
perjanjian, yang diikat dalam perjanjian adalah kesanggupan pihak ketiga/
penanggung/ borg/ guarantor untuk memenuhi kewajiban debitor dalam
memenuhi utangnya. Persoanal guarantee merupakan perjanjian ikutan
sehingga hanya dapat dipertahankan terhadap orang yang terikat dalam
perjanjian saja.
Dari skema kedudukan personal guarantee sebelumnya, dapat diketahui
sejauh mana tanggung jawab personal guarantee dalam suatu perkara
kepailitan yaitu :
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
36
a. Ikut bertanggung jawab atas pembayaran utang debitor, karena
guarantor telah menyetujui kewajiban untuk membayar utang ataupun
ganti rugi kepada kreditor bila debitor wanprestasi mengakibatkan
debitor tersebut dipailitkan. tetapi hal ini dapat dipenuhi oleh
guarantor.46
b. Dalam hal perkara pailit bertanggung jawab harus menunjuk pengganti
dirinya baik itu secara sukarela atau berdasar putusan hakim, bila tidak
mampu menjamin pembayaran utang debitor.47 Dalam hal guarantor
tidak mampu melakukan kewajibannya maka sebagai kreditor upaya
dan tindakan yang dapat dilakukan adalah mengajukan tuntutan agar
ditunjuk guarantor baru, dan apabila tidak berhasil menunjuk
guarantor yang baru maka berdasar Pasal 1830 BW sebagai gantinya
debitor atau guarantor yang ditunjuk oleh undang-undang maupun
putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap memberikan
jaminan gadai atau hipotik.
c. Bertanggung jawab sebagai cadangan dalam hal harta debitor tidak
mencukupi untuk melunasi utangnya.48 Namun dalam Pasal 1832 BW
terdapat pengecualian dari ketentuan Pasal 1831 BW yang membuat
kerditor memiliki peluang untuk langsung dapat menuntut kepada
guarantor untuk melaksanakan kewajibannya melunasi utang-utang
46 Pasal 1834 BW
47 Pasal 1829 BW
48 Pasal 1831 BW
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
37
debitor yang telah dilimpahkan kepadanya secara keseluruhan tanpa
harus menjual harta benda debitor terlebih dahulu.
3.3 Pelepasan hak istimewa oleh Guarantor
Dalam perjanjian personal guarantee adapun ketentuan-ketentuan
ataupun janji-janji yang biasa dicantumkan dalam akta adalah :49
1. Janji agar guarantor melepaskan haknya untuk menuntut penjualan
harta debitor lebih dahulu,
2. Janji agar guarantor melepaskan haknya untuk membagi-bagi
utangnya,
3. Janji agar guarantor melepaskan haknya untuk diberhentikan dari
prsonal guarantee, jika karena perbuatan kreditor mengakibatkan tidak
dapat lagi menggantikan hak-haknya, hipotiknya dan hak-hak utama
dari kreditor.50
Tiga hal ini lazim digunakan dalam perjanjian personal guarantee. Dalam
praktek pengadilan51 guarantor dalam perjanjian personal guarantee
disyaratkan melepaskan hak-hak istimewanya yang termaktub dalam Pasal
1430, 1431, 1821, 1831, 1833, 1837, 1843, 1847, 1848, 1849 BW.
Pelepasan Hak-hak ini sangat mempengaruhi kedudukan guarantor dalam
hal permohonan kepailitan oleh pihak yang terkait, karena dalam
49 Ali Bob Said, “Hubungan Hukum Antara Penanggung Dengan Kreditor DalamPerjanjian Penanggungan”, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Surabaya,2005, h.49
50 Pasal 1848 BW
51 Putusan Mahkamah Agung No. 419 K/ Pdt.Sus/2012, h. 14
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO
38
prakteknya berdasar pelepasan hak-hak inilah kreditor langsung
memohonkan pailit pihak Guarantor dan berdasar hal ini pula Hakim
tertentu mengabaikan harta debitor meskipun sebenarnya harta Debitor
cukup untuk melunasi utangnya kepada kreditor.
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga
Skripsi KEPAILITAN PERSONAL GUARANTEE AYU REZHITA SANTOSO