BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/16375/16/BAB II.pdf ·...

23
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran Menurut Kotler (2000: 9) dalam Laksana (2008: 4), "Marketing is a societal process by which individuals and groups obtain what they need and want through creating, offering, and freely exchanging products and services of value with others”. Menurut Laksana (2008: 4), “Pemasaran adalah segala kegiatan yang menawarkan suatu produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen”. Pemasaran sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pemasaran (Assauri, 1992: 5). Zeithaml dan Bitner (2003) dalam Nurmuyasarah dkk (2013: 117) menyatakan bahwa pemasaran jasa adalah berkenaan dengan janji-janji, yaitu janji yang dibuat kepada pelanggan dan harus dijaga. 2.2 Perilaku Konsumen American Marketing Association (AMA) dalam Sunyoto (2015: 1) mendefinisikan bahwa perilaku konsumen (consumer behavior) sebagai interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita di mana manusia melakukan aspek dalam hidup mereka. Engel, Blackwell, dan Miniard (1995) dalam Sunyoto (2015: 3) mendefinisikan perilaku konsumen

Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/16375/16/BAB II.pdf ·...

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pemasaran

Menurut Kotler (2000: 9) dalam Laksana (2008: 4), "Marketing is a societal

process by which individuals and groups obtain what they need and want through

creating, offering, and freely exchanging products and services of value with

others”. Menurut Laksana (2008: 4), “Pemasaran adalah segala kegiatan yang

menawarkan suatu produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen”.

Pemasaran sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan

memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pemasaran (Assauri, 1992:

5). Zeithaml dan Bitner (2003) dalam Nurmuyasarah dkk (2013: 117) menyatakan

bahwa pemasaran jasa adalah berkenaan dengan janji-janji, yaitu janji yang dibuat

kepada pelanggan dan harus dijaga.

2.2 Perilaku Konsumen

American Marketing Association (AMA) dalam Sunyoto (2015: 1)

mendefinisikan bahwa perilaku konsumen (consumer behavior) sebagai interaksi

dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita di

mana manusia melakukan aspek dalam hidup mereka. Engel, Blackwell, dan

Miniard (1995) dalam Sunyoto (2015: 3) mendefinisikan perilaku konsumen

10

sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan

menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan

menyusuli tindakan ini.

Menurut Winardi (1991) dalam Sunyoto (2015: 3) menyatakan bahwa:

“Perilaku konsumen dapat dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh

orang-orang dalam hal merencanakan, membeli, dan menggunakan barang-

barang ekonomi dan jasa-jasa. Sedangkan perilaku pembeli (buyer behavior)

memusatkan perhatian pada perilaku individu khusus, yang membeli produk

yang bersangkutan, sekalipun orang itu tidak terlibat dalam hal merencanakan

pembelian tersebut, atau menggunakan produk tersebut”.

David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta (1984: 6) dalam Mangkunegara (2012:

1) menyatakan bahwa:

“Consumer behavior may be defined as decision process and physical activity

individuals engange in when evaluating, acquairing, using or disposing of

goods and services. (Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses

pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan

dalam proses mengevaluasi, memperoleh menggunakan atau dapat

mempergunakan barang-barang dan jasa)”.

Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf (1979: 6) dalam Mangkunegara (2012:

1) mengemukakan bahwa:

“Consumer behavior are acts, process and social relationships exhibited by

individuals, groups and organizations in the obtainment, use of, and

consequent experience with products, services and other resources. (Perilaku

konsumen adalah tindakan-tindakan, proses dan hubungan sosial yang

dilakukan individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan,

menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari

pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan sumber-sumber lainnya)”.

11

2.3 Sistem Informasi

Sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu “sistema” yang berarti kesatuan, yakni

keseluruhan dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan satu dengan yang

lainnya. Informasi adalah data-data yang diolah sehingga memiliki nilai tambah

dan bermenfaat bagi pengguna (Taufiq, 2013: 15).

Azar Susanto (2007) dalam Taufiq (2013: 17) menyatakan bahwa sistem

informasi merupakan kumpulan dari subsistem apapun baik phisik ataupun non

phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis

untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang berarti

dan berguna.

Menurut James A O’Brien (2005) dalam Taufiq (2013: 18), “Sistem Informasi

dapat merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software,

jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan

menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi”.

2.4 E-Banking

Electronic Banking (E-Banking) merupakan suatu aktifitas layanan perbankan

yang menggabungkan antara sistem informasi dan teknologi, e-banking meliputi

phone banking, mobile banking, dan internet banking. E-banking didefinisikan

sebagai penghantaran otomatis jasa dan produk bank secara langsung kepada

nasabah melalui elektronik, saluran komunikasi interaktif. E-banking meliputi

sistem yang memungkinkan nasabah bank, baik individu ataupun bisnis, untuk

mengakses rekening, melakukan transaksi bisnis, atau mendapatkan informasi

12

produk dan jasa bank melalui jaringan pribadi atau publik, termasuk internet.

Nasabah dapat mengakses e-banking melalui piranti elektronik seperti

komputer/PC, PDA, ATM, atau telepon.

Manfaat e-banking:

1. Dengan memanfaatkan e-banking, nasabah dapat menghemat waktu dan

tenaga karena e-banking dapat dilakukan dimana saja selama nasabah

memiliki sarana pendukung. Selain itu, nasabah juga tidak perlu mengantri

untuk melakukan transaksi.

2. Dengan adanya e-banking, bank dapat meningkatkan pendapatan berbasis

komisi atau biaya (fee based income) yang sebagian besar berasal dari

layanan e-banking.

E-banking meliputi (http://ajengbells-tinkerbell.blogspot.co.id) :

1) Phone Banking

Phone banking adalah saluran yang memungkinkan nasabah untuk

melakukan transaksi dengan bank via telepon. Pada awalnya lazim diakses

melalui telepon rumah, namun seiring dengan makin populernya telepon

genggam/HP, maka tersedia pula nomor akses khusus via HP bertarif

panggilan flat dari manapun nasabah berada. Awalnya, layanan phone

banking hanya bersifat informasi yaitu untuk informasi jasa/produk bank dan

informasi saldo rekening serta dilayani oleh Customer Service Operator

(CSO). Namun kemudian berkembang untuk transaksi pemindahbukuan antar

rekening, pembayaran (kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (voucher

13

dan tiket), dan transfer ke bank lain, serta dilayani oleh Interactive Voice

Respoonse (IVR).

2) Internet banking

Internet banking termasuk saluran terbaru e-banking yang memungkinkan

nasabah melakukan transaksi via internet dengan menggunakan komputer/PC

atau PDA. Fitur transaksi yang dapat dilakukan sama dengan phone banking

yaitu informasi jasa/produk bank, informasi saldo rekening, transaksi

pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (kartu kredit, listrik, dan

telepon), pembelian (voucher dan tiket), dan transfer ke bank lain. Kelebihan

dari saluran ini adalah kenyamanan bertransaksi dengan tampilan menu dan

informasi secara lengkap terpampang di layar komputer/PC atau PDA.

3) Mobile Banking

Mobile banking pada dasarnya evolusi lebih lanjut dari phone banking, yang

memungkinkan nasabah untuk bertransaksi via HP dengan perintah SMS.

Fitur transaksi yang dapat dilakukan yaitu informasi saldo rekening,

pemindahbukuan antar rekkening, pembayaran (kartu kredit, listrik, dan

telepon), dan pembelian voucher.

2.5 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)

Teori ini dikembangkan oleh Venkatesh et al. yang merupakan penggabungan dari

kedelapan model teori sebelumnya. Teori ini dirumuskan dengan empat macam

penentu inti (core determinants) suatu minat dan penggunaan teknologi informasi

dengan empat moderator dari hubungan pokok (key relationships). Keempat core

determinants yang dimaksud adalah ekpektansi kinerja (performance expectancy),

14

ekspektansi usaha (effort expectancy), pengaruh sosial (social influence), dan

kondisi-kondisi pemfasilitasi (facilitating conditions). Sedangkan keempat

moderator yang dimaksud adalah jenis kelamin (gender), usia (age), pengalaman

(experience) dan kesukarelaan menggunakan (voluntariness of use).

Gambar 2.1 Model Penelitian UTAUT

Ekspektansi

Kinerja

(Performance

Expectancy)

Kondisi-

kondisi

Pemfasilitasi

(Facilitating

Conditions)

Pengaruh

Sosial (Social

Influence)

Ekspektansi

Usaha (Effort

Expectancy)

Kesukarelaan

penggunaan

(Voluntariness

of use)

Gender Usia

(Age)

Perilaku

Menggunakan

(Use Behavior)

Minat

menggunakan

(Behavioral

Intention)

Pengalaman

(Experience)

15

2.5.1 Ekspektansi Kinerja

Jogiyanto (2007: 315) mendefinisikan ekspektansi kinerja (Performance

expectancy) sebagai seberapa tinggi seseorang percaya bahwa menggunakan suatu

sistem akan membantu dia untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan kinerja

dipekerjaannya. Lima konstruk yang termasuk dalam ekpektansi kinerja yang

diperoleh dari beberapa model sebelumnya adalah:

1. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) di TAM/TAM2 dan TAM+TPB

2. Motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation) di MM

3. Kecocokan-tugas (job-fit) di MPCU

4. Keuntungan relatif (relative advantage) di IDT

5. Ekspektansi-ekspektansi hasil (outcome expectations) di SCT

Konstruk-konstruk ini sebenarnya banyak kesamaannya, yaitu:

1. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) dengan motivasi ekstrinsik

(extrinsic motivation)

2. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) dengan kesesuaian-pekerjaan

(job-fit)

3. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) dengan keuntungan relatif

(relative advantage)

4. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) dengan ekspektansi-ekspektansi

hasil (outcome expectations)

16

Tabel 2.1 Konstruk-konstruk Akar dari Ekpektansi Kinerja

Konstruk Definisi Item-item*

Kegunaan

persepsian

(perceived

usefulness)

Seberapa jauh seseorang percaya

bahwa menggunakan suatu sistem

tertentu akan meningkatkan kinerja

pekerjaannya. (The degree to which a

person believes that using a

particular system would enhance his

or her job performance).

1. using the system in my job

would enable me to

accomplish tasks more

quickly.

2. Using the system in my job

would improve my job

performance.

3. Using the system in my job

would increase my

productivity.

4. Using the system would

enhance my effectiveness on

the job.

5. Using the system would make

it easier to do my job.

6. I would find the system useful

in my job.

Motivasi

ekstrinsik

(extrinsic

motivation)

Persepsi yang diinginkan pemakai

untuk melakukan suatu aktivitas

karena dianggap sebagai alat dalam

mencapai hasil-hasil bernilai yang

berbeda dari aktivitas itu sendiri,

semacam kinerja pekerjaan,

pembayaran, dan promosi-promosi.

(The perception that users will want

to perform an activity because it is

perceived to be instrumental in

achieving valued outcomes that are

distinct from the activyty itself, such

as improved job performance, pay,

or promotions).

Motivasi ekstrinsik (extrinsic

motivation) dioperasionalkan

menggunakan item-item yang

sama dengan kegunaan persepsian

(perceived usefulness) di TAM

(sama dengan 6 item di atas).

Kesesuaian-

pekerjaan

(job-fit)

Bagaimana kemampuan-kemampuan

dari suatu sistem meningkatkan

kinerja pekerjaan individual (How

the capabilities of a system enhance

an individual’s job performance).

1. Use of the system will have no

effect on the performance of

my job (reverse scored).

2. Use of the system can

decrease the time needed for

my important job

responsibilities.

3. Use of the system can

significantly increase the

quality of output on my job.

4. Use of the system can increase

the effectiveness of performing

job tasks.

5. Use can increase the quantity

of output from the same

amount of effort.

6. Considering all tasks, the

general extent to which use of

the system could assist on the

17

job (different scale used for

this item).

Keuntungan

relatif

(relative

advantage)

Seberapa jauh menggunakan suatu

inovasi dipersepsikan sebagai lebih

baik daripada menggunakan

pendahulunya (The degree to which

using an innovation is perceived as

being better than using its

precursor).

1. Using the system enable me to

accomplish tasks more

quickly.

2. Using the system improves the

quality of the work I do.

3. Using the system makes it

easier to do my job.

4. Using the system enhances my

effectiviness on the job.

5. Using the system increase my

productivity.

Ekspektansi-

ekspektansi

hasil

(outcome

expectations)

Ekspektansi-ekspektansi hasil

(outcome expectations) berhubungan

dengan konsekuensi-konsekuensi dari

perilaku. Berbasis pada bukti empiris,

mereka dipisahkan ke dalam

ekspektansi-ekspektansi kinerja

(performance expectations) dan

ekspektansi-ekspektansi personal

(personal expectations).

Untuk alasan pragmatis, empat

dari item-item muatan terbesar

dari ekspektansi-ekspektansi

kinerja (performance

expectations) dan tiga dari item-

item muatan terbesar dari

ekspektansi-ekspektansi personal

(personal expectations) dari

Compeau dan Higgins (1995b),

dan Compeau et al. (1999) dipilih

untuk dimasukkan sebagai item-

item di penelitian ini sebagai

berikut ini.

If I use the system...

1. I will increase my

effectiveness on the job.

2. I will spend less time on

routine job tasks.

3. I will increase the quality of

output of my job.

4. I will increase the quantity of

output for the same amount of

effort.

5. My coworkers will perceive

me as competent.

6. I will increase my chances of

obtaining a promotion.

7. I will increase my chances of

getting a raise.

*pernyataan-pernyataan item memang sengaja tetap dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa

Inggris tanpa diterjemahkan.

Sumber: Venkatesh et al. (2003) dalam Jogiyanto (2007: 317)

18

2.5.2 Ekspektansi Usaha

Jogiyanto (2007: 318) mendefinisikan ekspektansi usaha (effort expectancy)

sebagai tingkat kemudahan yang dihubungkan dengan penggunaan suatu sistem.

Kalau sistem mudah digunakan, maka usaha yang dilakukan tidak akan terlalu

tinggi dan sebaliknya jika sistem sulit digunakan maka diperlukan usaha yang

tinggi untuk menggunakannya.

Tiga konstruk yang berasal dari model-model sebelumnya sudah ada yang

menangkap konsep ekspektansi usaha ini. Ketiga konstruk ini adalah sebagai

berikut ini.

1. Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) di TAM/TAM2.

2. Kerumitan (complexity) di MPCU.

3. Kemudahan penggunaan (ease of use) di IDT.

Konstruk ekspektansi usaha (effort expectancy) dalam masing-masing model

signifikan baik pada kondisi sukarela maupun pada kondisi mandatori. Akan

tetapi, masing-masing konstruk ini hanya signifikan pada periode pertama kali

digunakan saja (yaitu tahap TI atau periode setelah pelatihan) dan menjadi tidak

siginifikan dengan berubahnya waktu.

19

Tabel 2.2 Konstruk-konstruk Akar dari Ekpektansi Usaha

Konstruk Definisi Item-item*

Kemudahan

penggunaan

persepsian

(perceived

ease of use)

Seberapa jauh seseorang percaya

bahwa menggunakan suatu sistem

akan bebas dari usaha (The degree

to which a person believes that

using a system would be free of

effort).

1. Learning to operate the system

would be easy for me.

2. I would find it easy to get the

system to do what I want it to

do.

3. My interaction with the system

would be clear and

understandable.

4. I would find the system to be

flexible to interact with.

5. It would be easy for me to

become skillful at using the

system.

6. I would find the system easy to

use

Kerumitan

(complexity)

Seberapa jauh suatu sistem

dipersepsikan sebagai sesuatu

yang secara relatif susah untuk

dipahami dan digunakan (The

degree to which a system is

perceived as relatively difficult to

understand and use).

1. Using the system takes too

much time from my normal

duties.

2. Working with the system is so

complicated, it is difficult to

understand what is going on.

3. Using the system involving too

much time doing mechanical

operations (e.g., data input).

4. It takes too long to learn how to

use the system to make it worth

the effort.

Kemudahan

penggunaan

(ease of use)

Seberapa jauh menggunakan

suatu inovasi dipersepsikan

sebagai yang sulitt untuk

digunakan (The degree to which

using an innovation is perceived

as being difficult to use).

1. My interaction with the system

is clear and understandable.

2. I believe that it is easy to get

the system to do what I want to

do.

3. Overall, I believe that the

system is easy to use.

4. Learning to operate the system

is easy for me.

*pernyataan-pernyataan item memang sengaja tetap dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa

Inggris tanpa diterjemahkan.

Sumber: Venkatesh et al. (2003) dalam Jogiyanto (2007: 320

2.5.3 Pengaruh Sosial

Jogiyanto (2007: 318) mendefinisikan pengaruh sosial (Social influence) sebagai

sejauh mana seorang individual mempersepsikan kepentingan yang dipercaya oleh

20

orang-orang lain yang akan mempengaruhinya menggunakan sistem yang baru.

Pengaruh sosial (Social influence) sebagai suatu penentu langsung terhadap minat

diwakili oleh beberapa konstruk sebagai berikut:

1. Norma subyektif (subjective norm) di TRA, TAM2. TPB/DTPB, dan

TAM+TPB.

2. Faktor-faktor sosial (social factors) di MPCU, dan image di IDT.

Thompson et al. (1991) dalam Jogiyanto (2007: 318) menggunakan istilah norma-

norma sosial (social norms) dalam mendefinisikan konstruk ini dan mengaku

konstruk ini sama dengan norma subyektif (subjective norm) di TRA. Walaupun

mereka berbeda label, namun masing-masing konstruk ini mengandung baik

secara implisit maupun eksplisit pemahaman bahwa perilaku individual

dipengaruhi oleh cara yang mana mereka percaya orang-orang lain akan

memandang perilaku mereka sebagai hasil dari menggunakan teknologi.

Tabel 2.3 Konstruk-konstruk Akar dari Pengaruh Sosial

Konstruk Definisi Item-item*

Norma subyektif

(subjective norm)

Persepsi seseorang bahwa

kebanyakan orang yang penting

baginya berpikir bahwa dia

seharusnya melakukan perilaku

bersangkutan (The person’s

perception that most people who

are important to him think he

should or should not perform the

behavior in question).

1. People who influence my

behavior think that I

should use the system.

2. People who are important

to me think that I should

use the system.

21

Faktor-faktor

sosial (social

factors)

Internalisasi seseorang tentang

kultur subyektif grup acuan dan

kesepakatan interpersonal spesifik

yang dilakukan seseorang dengan

orang-orang lain di situasi-situasi

sosial spesifik (The individual’s

internalization of the reference

group’s subjective culture and

specific interpersonal agreements

that the individual has made with

others in specific social

situations).

1. I use the system because of

the proportion of the

coworkers who use the

system.

2. The senior management of

this business has been

helpful in the use of

system.

3. My supervisor is very

supportive of the use of the

system for my job.

4. In general, the

organization has

supported the use of the

system.

Image Sejauh mana penggunaan suatu

inovasi dipersepsikan

meningkatkan imej atau status

seseorang di sistem sosialnya (The

degree to which use of an

innovation is perceived to

enhance one’s image or status in

one’s social system).

1. People in my organization

who use the system have

more prestige than those

who do not.

2. People in my organization

who use the system have a

high profile.

3. Having the system is a

status symbol in my

organization.

*pernyataan-pernyataan item memang sengaja tetap dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa

Inggris tanpa diterjemahkan.

Sumber: Venkatesh et al. (2003) dalam Jogiyanto (2007: 322)

2.5.4 Kondisi-kondisi Pemfasilitasi

Jogiyanto (2007: 318) mendefinisikan kondisi-kondisi pemfasilitasi (fasilitating

conditions) sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa infrastruktur

organisasional dan teknikal tersedia untuk mendukung sistem. Definisi ini

mendukung konsep yang sama dengan konstruk-konstruk kontrol perilaku

persepsian (perceived behavioral control) di TPB/DTPB, TAM+TPB. Kondisi-

kondisi pemfasilitasi di MPCU, dan kompatibilitas (compability) di IDT. Masing-

masing konstruk ini dioperasionalkan secara sama untuk memasukkan aspek-

22

aspek lingkungan teknologikal atau organisasional yang dirancang untuk

menghilangkan halangan-halangan menggunakan.

Tabel 2.4 Konstruk-konstruk Akar dari Kondisi-kondisi Pemfasilitasi

Konstruk Definisi Item-item*

Kontrol

perilaku

persepsian

(perceived

behavioral

control)

Merefleksikan persepsi-persepsi

dari batasan-batasan internal dan

eksternal pada perilaku dan

meliputi keyakinan sendiri, kondisi-

kondisi pemfasilitasi sumberdaya,

dan kondisi-kondisi pemfasilitasi

teknologi (reflects perceptions of

internal and external constraints on

behavior and encompasses self-

efficacy, resource facilitating

conditions, and technology

facilitating conditions).

1. I have control over using the

system.

2. I have the resources

necessary to use the system.

3. I have the knowledge

necesarry to use the system.

4. Given the resources,

opportunities and

knowledge it takes to use the

system, it would be easy for

me to use the system.

5. The system is not compatible

with other system I use.

Kondisi-

kondisi

pemfasilitasi

(facilitating

conditions)

Faktor-faktor obyektif di

lingkungan yang mana pengamat-

pengamat setuju membuat suatu

tindakan untuk mudah dilakukan,

termasuk penyediaan dukungan

komputer (obyective factors in the

environment that observers agree

make an act easy to do including

the provision of computer support ).

1. Guidance was available to

me in the selection of the

system.

2. Specialized instruction

concerning the system was

available to me.

3. A specific person (or group)

is available for assistance

with system difficulties.

Kompatibilitas

(compability)

Seberapa jauh suatu inovasi

dipersepsikan sebagai sesuatu yang

konsisten dengan nilai-nilai yang

ada, kebutuhan-kebutuhan, dan

pengalaman-pengalaman dari

pengadopsi-pengadopsi potensial

(the degree to which an innovation

is perceived as being consistent

with existing values, needs, and

experiences of potential adopters).

1. Using the system is

compatible with all aspects

of my work.

2. I think that using the system

fits well with the way I like

to work.

3. Using the system fits into my

work style.

*pernyataan-pernyataan item memang sengaja tetap dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa

Inggris tanpa diterjemahkan.

Sumber: Venkatesh et al. (2003) dalam Jogiyanto (2007: 324)

23

2.5.5 Minat menggunakan

Konsistensi dengan teori yang sudah ada, minat menggunakan (behavioral

intention) akan mempunyai pengaruh ke penggunaan teknologi secara positif.

Lovelock (2007) dalam Nurmuyasarah dkk (2013: 119) mengemukakan bahwa

adanya manfaat yang dirasakan oleh pemakai sistem informasi akan

meningkatkan minat mereka untuk menggunakan sistem informasi. Sedangkan

Umar (2008) dalam Nurmuyasarah dkk (2013: 119) menyatakan bahwa

keyakinan seseorang akan kegunaan sistem informasi akan meningkatkan minat

mereka dan pada akhirnya individu tersebut akan menggunakan sistem informasi

dalam pekerjaannya.

Minat penggunaan (Behavioral Intention) didefinisikan sebagai tingkat keinginan

atau niat pemakai menggunakan sistem secara terus menerus dengan asumsi

bahwa mereka mempunyai akses terhadap informasi. Minat penggunaan

diwujudkan oleh tingkat keinginan atau niat pengguna (Handayani, 2007: 80).

2.5.6 Perilaku Menggunakan

Triandis (1980) dalam Handayani (2007: 79) mengemukakan bahwa perilaku

seseorang merupakan ekspresi dari keinginan atau minat seseorang (intention),

dimana keinginan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, perasaan (affect),

dan konsekuensi-konsekuensi yang dirasakan (perceived consequences).

24

2.5.7 Pemoderasi

Beberapa variabel moderasi yang digunakan antara lain gender, usia, pengalaman,

dan kesukarelaan menggunakan.

2.6 Penelitian terdahulu

Berikut ini merupakan ringkasan dari penelitian terdahulu yang berhubungan

dengan penelitian ini, seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu

Peneliti Tahun Judul Kesimpulan

Rini

Handayani

2007 Analisis Faktor-

Faktor yang

Mempengaruhi

Minat Pemanfaatan

Sistem Informasi

dan Penggunaan

Sistem Informasi

(Studi Empiris

Pada Perusahaan

Manufaktur di

Bursa Efek Jakarta)

1. Ekspektasi kinerja mempunyai pengaruh

positif signifikan terhadap minat pemanfaatan

SI.

2. Variabel ekspektasi usaha berpengaruh positif

signifikan terhadap minat pemanfaatan SI.

3. Faktor sosial berpengaruh positif tetapi

pengaruh tersebut tidak signifikan terhadap

minat pemanfaatan SI.

4. Kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai

terbukti mempunyai pengaruh positif dan

signifikan terhadap penggunaan SI.

5. Minat pemanfaatan SI berpengaruh positif

tetapi tidak signifikan terhadap penggunaan

SI.

I Gusti

Nyoman

Sedana dan

St. Wisnu

Wijaya

2010 UTAUT Model for

Understanding

Learning

Management

System

1. Variabel performance expectancy, social

influence dan facilitating conditions

terbukti signifikan mempengaruhi

behavioral intention Mahasiswa

Universitas Sanata Dharma dalam

menggunakan Exelsa. Sementara variabel

effort expectancy terbukti tidak

signifikan.

2. Variabel behavioral intention terbukti

signifikan mempengaruhi use behavior.

Sementara variabel facilitating conditions

terbukti tidak signifikan.

3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

model UTAUT belum bisa menjelaskan

dengan baik penerimaan dan penggunaan

Learning Management System di

kalangan mahasiswa Universitas Sanata

Dharma.

25

Kamal

Ghalandari

2012 The Effect of

Performance

Expectancy, Effort

Expectancy, Social

Influence and

Facilitating

Conditions on

Acceptance of E-

Banking Service in

Iran: the

Moderating Role of

Age and Gender

Berdasarkan analisis regresi linear sederhana

menunjukkan bahwa keempat variabel yaitu

ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha,

pengaruh sosial dan kondisi memfasilitasi

mempunyai pengaruh positif dan signifikan

pada minat dan perilaku pengguna untuk

menggunakan layanan e-banking dan

variabel usia dan gender memoderasi

hubungan diantara variabel ini.

Wedha

Achmad

Hartono

dan Wahyu

Meiranto

2013 Pengaruh

Pemanfaatan dan

Penggunaan Sistem

Informasi terhadap

Kinerja Individu

(Studi kasus pada

Perum BULOG

Divisi Regional

Jawa Tengah)

1. Ekspektansi kinerja dan ekspektansi

usaha tidak berpengaruh positif terhadap

minat pemanfaatan sistem informasi.

2. Pengaruh sosial memiliki pengaruh yang

besar terhadap minat seseorang untuk

pemanfaatan sistem informasi.

3. Kondisi yang memfasilitasi mempunyai

pengaruh yang positif terhadap

penggunaan sistem informasi.

4. Aplikasi sistem informasi yang masih

tergolong baru dan belum stabil

menyebabkan kurangnya minat karyawan

untuk menggunakan sistem informasi.

R.

Kristoforus

Jawa Bendi

dan Sri

Andayani

2013 Penerapan Model

UTAUT untuk

Memahami

Perilaku Pengguna

Sistem Informasi

Akademik

Hasil analisis menunjukkan bahwa

behavioral intention dipengaruhi oleh faktor

performance expectancy, effort expectancy

dan facilitating conditions. Sedangkan faktor

social influence ditemukan tidak

mempengaruhi behavioral intention.

Agus

Kurniawan

2014 Analisis Faktor-

faktor yang

Mempengaruhi

Minat Pemanfaatan

Sistem Informasi

(Studi Kasus pada

Bank BRI

Sekarisidenan

Surakarta)

1. Variabel ekspektansi kinerja mempunyai

pengaruh terhadap minat pemanfaatan.

2. Variabel ekspektansi usaha mempunyai

pengaruh terhadap minat pemanfaatan.

3. Variabel faktor sosial mempunyai

pengaruh terhadap minat pemanfaatan.

26

Atika

Putriana

2015 Analisis Minat

Pengguna Sistem

Informasi dengan

Pendekatan Model

UTAUT pada

kantor Pos di

Wilayah Bantul.

1. Ekspektansi kinerja berpengaruh

terhadap minat penggunaan sistem

informasi.

2. Ekspektansi usaha tidak berpengaruh

terhadap minat penggunaan sistem

informasi.

3. Faktor sosial berpengaruh terhadap

minat penggunaan sistem informasi.

4. Kondisi yang memfasilitasi

berpengaruh terhadap minat

penggunaan sistem informasi

2.7 Hubungan antar Variabel

2.7.1 Hubungan Ekspektansi Kinerja dengan Minat Menggunakan

Ekspektansi kinerja (performance expectancy) didefinisikan sebagai tingkat

dimana seorang individu meyakini bahwa dengan menggunakan sistem akan

membantu dalam meningkatkan kinerjanya. Konsep ini menggambarkan manfaat

sistem bagi pemakainya yang berkaitan dengan perceived usefulnees, motivasi

ekstrinsik, job fit, keuntungan relatif (relative advantage) (Venkatesh et al. dalam

Jogiyanto, 2007: 315).

Penelitian Handayani (2007), Sedana dan Wijaya (2009), Ghalandari (2012),

Bendi dan Andayani (2013), Kurniawan (2014), Putriana (2015), menunjukkan hasil

yang mendukung bahwa ekspektansi kinerja merupakan faktor penentu yang

signifikan terhadap minat individu untuk menggunakan sistem. Dalam penelitian

ini, peneliti menguji kembali apakah ekspektansi kinerja berpengaruh terhadap

minat penggunaan e-banking Mandiri di Kec. Rajabasa Bandar Lampung.

H1 Ekspektansi kinerja berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking

Mandiri.

27

2.7.2 Hubungan Ekspektansi Usaha dengan Minat Menggunakan

Ekspektansi usaha (effort expectancy) merupakan tingkat kemudahan penggunaan

sistem yang akan dapat mengurangi upaya (tenaga dan waktu) individu dalam

melakukan pekerjaannya. Hal ini berarti bahwa individu yang menggunakan SI

dalam pekerjaan akan lebih mudah daripada dengan cara manual. Tiga konstrak

yang membentuk konsep ini adalah kemudahan penggunaan persepsian (perceived

ease of use), kemudahan penggunaan (ease of use), dan kompleksitas (Venkatesh

et al. dalam Jogiyanto, 2007: 318).

Penelitian Handayani (2007), Sedana dan Wijaya (2009), Ghalandari (2012),

Bendi dan Andayani (2013), Kurniawan (2014), menunjukkan hasil yang

mendukung bahwa ekspektansi usaha merupakan faktor penentu yang signifikan

terhadap minat individu untuk menggunakan sistem. Dalam penelitian ini, peneliti

menguji kembali apakah ekspektansi kinerja berpengaruh terhadap minat

menggunakan e-banking Mandiri di Kec. Rajabasa Bandar Lampung.

H2 Ekspektansi usaha berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking

Mandiri.

2.7.3 Hubungan Pengaruh Sosial dengan Minat Menggunakan

Jogiyanto (2007: 318) mendefinisikan pengaruh sosial (Social influence) sebagai

sejauh mana seorang individual mempersepsikan kepentingan yang dipercaya oleh

orang-orang lain yang akan mempengaruhinya menggunakan sistem yang baru.

Penelitian Ghalandari (2012), Hartono dan Meiranto (2013), Kurniawan (2014),

Putriana (2015), menunjukkan hasil yang mendukung bahwa pengaruh sosial

28

merupakan faktor penentu yang signifikan terhadap minat individu untuk

menggunakan sistem. Sedangkan penelitian Handayani (2007) menunjukkan

bahwa pengaruh sosial berpengaruh positif terhadap minat menggunakan tetapi

pengaruh tersebut tidak signifikan. Dalam penelitian ini, peneliti menguji kembali

apakah pengaruh sosial berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking

Mandiri di Kec. Rajabasa Bandar Lampung.

H3 Pengaruh sosial berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking Mandiri.

2.7.4 Hubungan kondisi-kondisi pemfasilitasi dengan perilaku menggunakan

Jogiyanto (2007: 318) mendefinisikan kondisi-kondisi pemfasilitasi (fasilitating

conditions) sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa infrastruktur

organisasional dan teknikal tersedia untuk mendukung sistem.

Penelitian Sedana dan Wijaya (2009) menunjukkan hasil bahwa kondisi-kondisi

pemfasilitasi tidak berpengaruh terhadap perilaku menggunakan sistem.

Sedangkan, penelitian Handayani (2007), Hartono dan Meiranto (2013),

menunjukkan bahwa kondisi-kondisi pemfasilitasi berpengaruh positif dan signifikan

terhadap perilaku menggunakan. Dalam penelitian ini, peneliti menguji kembali

apakah kondisi yang memfasilitasi berpengaruh terhadap perilaku menggunakan

e-banking Mandiri di Kec. Rajabasa Bandar Lampung.

H4 Kondisi-kondisi pemfasilitasi berpengaruh terhadap perilaku menggunakan e-

banking Mandiri.

29

2.7.5 Hubungan Minat Menggunakan dengan Perilaku Menggunakan

Penelitian Ghalandari (2012), menunjukkan hasil yang mendukung bahwa minat

menggunakan merupakan faktor penentu yang signifikan terhadap perilaku

individu untuk menggunakan sistem. Sedangkan, penelitian Handayani (2007)

menunjukkan bahwa minat menggunakan memiliki pengaruh positif terhadap

perilaku menggunakan tetapi tidak signifikan. Dalam penelitian ini, peneliti

menguji kembali apakah minat menggunakan berpengaruh terhadap perilaku

menggunakan e-banking Mandiri di Kec. Rajabasa Bandar Lampung.

H5 Minat menggunakan berpengaruh terhadap perilaku menggunakan e-banking

Mandiri.

2.8 Kerangka Pemikiran

Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) dikembangkan

oleh Venkatesh et al. Model ini menggabungkan delapan model penerimaan

teknologi yang telah dikembangkan sebelumnya. Delapan model tersebut antara

lain Theory Reasoned Action (TRA), Technology Acceptance Model (TAM),

Motivational Model (MM), Theory of Planned Behavior (TPB), Combined TAM

and TPB, Model of PC Utilization (MPCU), Innovation Diffusion Theory (IDT)

dan Social Cognitive Theory (SCT). Dibandingkan dengan kedelapan model

lainnya, UTAUT terbukti lebih berhasil menjelaskan hingga 70% varian minat

menggunakan.

Model UTAUT memiliki empat konstruk utama yang memainkan peran penting

sebagai determinan langsung dari minat menggunakan dan perilaku menggunakan

30

yakni ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha, pengaruh sosial, dan kondisi-kondisi

pemfasilitasi. Selain itu terdapat empat moderator yakni usia, jenis kelamin,

pengalaman, dan kesukarelaan menggunakan yang diposisikan untuk memoderasi

dampak dari konstruk-konstruk pada minat menggunakan dan perilaku

menggunakan.

Penelitian ini menggunakan model UTAUT (The Unified Theory of Acceptance

and Use of Technology) yang telah dimodifikasi sehingga menjadi lebih

sederhana. Penelitian ini tidak memasukkan variabel moderator seperti usia, jenis

kelamin, pengalaman, dan kesukarelaan menggunakan untuk memoderasi minat

menggunakan dan perilaku menggunakan.

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Ekspektansi

Kinerja

(Performance

Expectancy)

Kondisi-

kondisi

Pemfasilitasi

(Facilitating

Conditions)

Pengaruh

Sosial (Social

Influence)

Ekspektansi

Usaha (Effort

Expectancy) Perilaku

Menggunakan

(Use

Behavior)

Minat

Menggunakan

(Behavioral

Intention)

31

2.9 Hipotesis

Dari model penelitian tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

H1 : Ekspektansi kinerja berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking

Mandiri.

H2 : Ekspektansi usaha berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking

Mandiri.

H3 : Pengaruh sosial berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking

Mandiri.

H4 : Kondisi-kondisi pemfasilitasi berpengaruh terhadap perilaku menggunakan

e-banking Mandiri.

H5 : Minat menggunakan berpengaruh terhadap perilaku menggunakan e-

banking Mandiri.