digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/14604/5/bab 2.pdf · Created Date: 2/20/2015 9:54:50 AM
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/16375/16/BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran - digilib.unila.ac.iddigilib.unila.ac.id/16375/16/BAB II.pdf ·...
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pemasaran
Menurut Kotler (2000: 9) dalam Laksana (2008: 4), "Marketing is a societal
process by which individuals and groups obtain what they need and want through
creating, offering, and freely exchanging products and services of value with
others”. Menurut Laksana (2008: 4), “Pemasaran adalah segala kegiatan yang
menawarkan suatu produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen”.
Pemasaran sebagai kegiatan manusia yang diarahkan untuk memenuhi dan
memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pemasaran (Assauri, 1992:
5). Zeithaml dan Bitner (2003) dalam Nurmuyasarah dkk (2013: 117) menyatakan
bahwa pemasaran jasa adalah berkenaan dengan janji-janji, yaitu janji yang dibuat
kepada pelanggan dan harus dijaga.
2.2 Perilaku Konsumen
American Marketing Association (AMA) dalam Sunyoto (2015: 1)
mendefinisikan bahwa perilaku konsumen (consumer behavior) sebagai interaksi
dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar kita di
mana manusia melakukan aspek dalam hidup mereka. Engel, Blackwell, dan
Miniard (1995) dalam Sunyoto (2015: 3) mendefinisikan perilaku konsumen
10
sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengonsumsi, dan
menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan
menyusuli tindakan ini.
Menurut Winardi (1991) dalam Sunyoto (2015: 3) menyatakan bahwa:
“Perilaku konsumen dapat dirumuskan sebagai perilaku yang ditunjukkan oleh
orang-orang dalam hal merencanakan, membeli, dan menggunakan barang-
barang ekonomi dan jasa-jasa. Sedangkan perilaku pembeli (buyer behavior)
memusatkan perhatian pada perilaku individu khusus, yang membeli produk
yang bersangkutan, sekalipun orang itu tidak terlibat dalam hal merencanakan
pembelian tersebut, atau menggunakan produk tersebut”.
David L. Loudon dan Albert J. Della Bitta (1984: 6) dalam Mangkunegara (2012:
1) menyatakan bahwa:
“Consumer behavior may be defined as decision process and physical activity
individuals engange in when evaluating, acquairing, using or disposing of
goods and services. (Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai proses
pengambilan keputusan dan aktivitas individu secara fisik yang dilibatkan
dalam proses mengevaluasi, memperoleh menggunakan atau dapat
mempergunakan barang-barang dan jasa)”.
Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf (1979: 6) dalam Mangkunegara (2012:
1) mengemukakan bahwa:
“Consumer behavior are acts, process and social relationships exhibited by
individuals, groups and organizations in the obtainment, use of, and
consequent experience with products, services and other resources. (Perilaku
konsumen adalah tindakan-tindakan, proses dan hubungan sosial yang
dilakukan individu, kelompok, dan organisasi dalam mendapatkan,
menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu akibat dari
pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan sumber-sumber lainnya)”.
11
2.3 Sistem Informasi
Sistem berasal dari bahasa Yunani yaitu “sistema” yang berarti kesatuan, yakni
keseluruhan dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan satu dengan yang
lainnya. Informasi adalah data-data yang diolah sehingga memiliki nilai tambah
dan bermenfaat bagi pengguna (Taufiq, 2013: 15).
Azar Susanto (2007) dalam Taufiq (2013: 17) menyatakan bahwa sistem
informasi merupakan kumpulan dari subsistem apapun baik phisik ataupun non
phisik yang saling berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis
untuk mencapai satu tujuan yaitu mengolah data menjadi informasi yang berarti
dan berguna.
Menurut James A O’Brien (2005) dalam Taufiq (2013: 18), “Sistem Informasi
dapat merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-orang, hardware, software,
jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah dan
menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi”.
2.4 E-Banking
Electronic Banking (E-Banking) merupakan suatu aktifitas layanan perbankan
yang menggabungkan antara sistem informasi dan teknologi, e-banking meliputi
phone banking, mobile banking, dan internet banking. E-banking didefinisikan
sebagai penghantaran otomatis jasa dan produk bank secara langsung kepada
nasabah melalui elektronik, saluran komunikasi interaktif. E-banking meliputi
sistem yang memungkinkan nasabah bank, baik individu ataupun bisnis, untuk
mengakses rekening, melakukan transaksi bisnis, atau mendapatkan informasi
12
produk dan jasa bank melalui jaringan pribadi atau publik, termasuk internet.
Nasabah dapat mengakses e-banking melalui piranti elektronik seperti
komputer/PC, PDA, ATM, atau telepon.
Manfaat e-banking:
1. Dengan memanfaatkan e-banking, nasabah dapat menghemat waktu dan
tenaga karena e-banking dapat dilakukan dimana saja selama nasabah
memiliki sarana pendukung. Selain itu, nasabah juga tidak perlu mengantri
untuk melakukan transaksi.
2. Dengan adanya e-banking, bank dapat meningkatkan pendapatan berbasis
komisi atau biaya (fee based income) yang sebagian besar berasal dari
layanan e-banking.
E-banking meliputi (http://ajengbells-tinkerbell.blogspot.co.id) :
1) Phone Banking
Phone banking adalah saluran yang memungkinkan nasabah untuk
melakukan transaksi dengan bank via telepon. Pada awalnya lazim diakses
melalui telepon rumah, namun seiring dengan makin populernya telepon
genggam/HP, maka tersedia pula nomor akses khusus via HP bertarif
panggilan flat dari manapun nasabah berada. Awalnya, layanan phone
banking hanya bersifat informasi yaitu untuk informasi jasa/produk bank dan
informasi saldo rekening serta dilayani oleh Customer Service Operator
(CSO). Namun kemudian berkembang untuk transaksi pemindahbukuan antar
rekening, pembayaran (kartu kredit, listrik, dan telepon), pembelian (voucher
13
dan tiket), dan transfer ke bank lain, serta dilayani oleh Interactive Voice
Respoonse (IVR).
2) Internet banking
Internet banking termasuk saluran terbaru e-banking yang memungkinkan
nasabah melakukan transaksi via internet dengan menggunakan komputer/PC
atau PDA. Fitur transaksi yang dapat dilakukan sama dengan phone banking
yaitu informasi jasa/produk bank, informasi saldo rekening, transaksi
pemindahbukuan antar rekening, pembayaran (kartu kredit, listrik, dan
telepon), pembelian (voucher dan tiket), dan transfer ke bank lain. Kelebihan
dari saluran ini adalah kenyamanan bertransaksi dengan tampilan menu dan
informasi secara lengkap terpampang di layar komputer/PC atau PDA.
3) Mobile Banking
Mobile banking pada dasarnya evolusi lebih lanjut dari phone banking, yang
memungkinkan nasabah untuk bertransaksi via HP dengan perintah SMS.
Fitur transaksi yang dapat dilakukan yaitu informasi saldo rekening,
pemindahbukuan antar rekkening, pembayaran (kartu kredit, listrik, dan
telepon), dan pembelian voucher.
2.5 Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT)
Teori ini dikembangkan oleh Venkatesh et al. yang merupakan penggabungan dari
kedelapan model teori sebelumnya. Teori ini dirumuskan dengan empat macam
penentu inti (core determinants) suatu minat dan penggunaan teknologi informasi
dengan empat moderator dari hubungan pokok (key relationships). Keempat core
determinants yang dimaksud adalah ekpektansi kinerja (performance expectancy),
14
ekspektansi usaha (effort expectancy), pengaruh sosial (social influence), dan
kondisi-kondisi pemfasilitasi (facilitating conditions). Sedangkan keempat
moderator yang dimaksud adalah jenis kelamin (gender), usia (age), pengalaman
(experience) dan kesukarelaan menggunakan (voluntariness of use).
Gambar 2.1 Model Penelitian UTAUT
Ekspektansi
Kinerja
(Performance
Expectancy)
Kondisi-
kondisi
Pemfasilitasi
(Facilitating
Conditions)
Pengaruh
Sosial (Social
Influence)
Ekspektansi
Usaha (Effort
Expectancy)
Kesukarelaan
penggunaan
(Voluntariness
of use)
Gender Usia
(Age)
Perilaku
Menggunakan
(Use Behavior)
Minat
menggunakan
(Behavioral
Intention)
Pengalaman
(Experience)
15
2.5.1 Ekspektansi Kinerja
Jogiyanto (2007: 315) mendefinisikan ekspektansi kinerja (Performance
expectancy) sebagai seberapa tinggi seseorang percaya bahwa menggunakan suatu
sistem akan membantu dia untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan kinerja
dipekerjaannya. Lima konstruk yang termasuk dalam ekpektansi kinerja yang
diperoleh dari beberapa model sebelumnya adalah:
1. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) di TAM/TAM2 dan TAM+TPB
2. Motivasi ekstrinsik (extrinsic motivation) di MM
3. Kecocokan-tugas (job-fit) di MPCU
4. Keuntungan relatif (relative advantage) di IDT
5. Ekspektansi-ekspektansi hasil (outcome expectations) di SCT
Konstruk-konstruk ini sebenarnya banyak kesamaannya, yaitu:
1. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) dengan motivasi ekstrinsik
(extrinsic motivation)
2. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) dengan kesesuaian-pekerjaan
(job-fit)
3. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) dengan keuntungan relatif
(relative advantage)
4. Kegunaan persepsian (perceived usefulness) dengan ekspektansi-ekspektansi
hasil (outcome expectations)
16
Tabel 2.1 Konstruk-konstruk Akar dari Ekpektansi Kinerja
Konstruk Definisi Item-item*
Kegunaan
persepsian
(perceived
usefulness)
Seberapa jauh seseorang percaya
bahwa menggunakan suatu sistem
tertentu akan meningkatkan kinerja
pekerjaannya. (The degree to which a
person believes that using a
particular system would enhance his
or her job performance).
1. using the system in my job
would enable me to
accomplish tasks more
quickly.
2. Using the system in my job
would improve my job
performance.
3. Using the system in my job
would increase my
productivity.
4. Using the system would
enhance my effectiveness on
the job.
5. Using the system would make
it easier to do my job.
6. I would find the system useful
in my job.
Motivasi
ekstrinsik
(extrinsic
motivation)
Persepsi yang diinginkan pemakai
untuk melakukan suatu aktivitas
karena dianggap sebagai alat dalam
mencapai hasil-hasil bernilai yang
berbeda dari aktivitas itu sendiri,
semacam kinerja pekerjaan,
pembayaran, dan promosi-promosi.
(The perception that users will want
to perform an activity because it is
perceived to be instrumental in
achieving valued outcomes that are
distinct from the activyty itself, such
as improved job performance, pay,
or promotions).
Motivasi ekstrinsik (extrinsic
motivation) dioperasionalkan
menggunakan item-item yang
sama dengan kegunaan persepsian
(perceived usefulness) di TAM
(sama dengan 6 item di atas).
Kesesuaian-
pekerjaan
(job-fit)
Bagaimana kemampuan-kemampuan
dari suatu sistem meningkatkan
kinerja pekerjaan individual (How
the capabilities of a system enhance
an individual’s job performance).
1. Use of the system will have no
effect on the performance of
my job (reverse scored).
2. Use of the system can
decrease the time needed for
my important job
responsibilities.
3. Use of the system can
significantly increase the
quality of output on my job.
4. Use of the system can increase
the effectiveness of performing
job tasks.
5. Use can increase the quantity
of output from the same
amount of effort.
6. Considering all tasks, the
general extent to which use of
the system could assist on the
17
job (different scale used for
this item).
Keuntungan
relatif
(relative
advantage)
Seberapa jauh menggunakan suatu
inovasi dipersepsikan sebagai lebih
baik daripada menggunakan
pendahulunya (The degree to which
using an innovation is perceived as
being better than using its
precursor).
1. Using the system enable me to
accomplish tasks more
quickly.
2. Using the system improves the
quality of the work I do.
3. Using the system makes it
easier to do my job.
4. Using the system enhances my
effectiviness on the job.
5. Using the system increase my
productivity.
Ekspektansi-
ekspektansi
hasil
(outcome
expectations)
Ekspektansi-ekspektansi hasil
(outcome expectations) berhubungan
dengan konsekuensi-konsekuensi dari
perilaku. Berbasis pada bukti empiris,
mereka dipisahkan ke dalam
ekspektansi-ekspektansi kinerja
(performance expectations) dan
ekspektansi-ekspektansi personal
(personal expectations).
Untuk alasan pragmatis, empat
dari item-item muatan terbesar
dari ekspektansi-ekspektansi
kinerja (performance
expectations) dan tiga dari item-
item muatan terbesar dari
ekspektansi-ekspektansi personal
(personal expectations) dari
Compeau dan Higgins (1995b),
dan Compeau et al. (1999) dipilih
untuk dimasukkan sebagai item-
item di penelitian ini sebagai
berikut ini.
If I use the system...
1. I will increase my
effectiveness on the job.
2. I will spend less time on
routine job tasks.
3. I will increase the quality of
output of my job.
4. I will increase the quantity of
output for the same amount of
effort.
5. My coworkers will perceive
me as competent.
6. I will increase my chances of
obtaining a promotion.
7. I will increase my chances of
getting a raise.
*pernyataan-pernyataan item memang sengaja tetap dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa
Inggris tanpa diterjemahkan.
Sumber: Venkatesh et al. (2003) dalam Jogiyanto (2007: 317)
18
2.5.2 Ekspektansi Usaha
Jogiyanto (2007: 318) mendefinisikan ekspektansi usaha (effort expectancy)
sebagai tingkat kemudahan yang dihubungkan dengan penggunaan suatu sistem.
Kalau sistem mudah digunakan, maka usaha yang dilakukan tidak akan terlalu
tinggi dan sebaliknya jika sistem sulit digunakan maka diperlukan usaha yang
tinggi untuk menggunakannya.
Tiga konstruk yang berasal dari model-model sebelumnya sudah ada yang
menangkap konsep ekspektansi usaha ini. Ketiga konstruk ini adalah sebagai
berikut ini.
1. Kemudahan penggunaan persepsian (perceived ease of use) di TAM/TAM2.
2. Kerumitan (complexity) di MPCU.
3. Kemudahan penggunaan (ease of use) di IDT.
Konstruk ekspektansi usaha (effort expectancy) dalam masing-masing model
signifikan baik pada kondisi sukarela maupun pada kondisi mandatori. Akan
tetapi, masing-masing konstruk ini hanya signifikan pada periode pertama kali
digunakan saja (yaitu tahap TI atau periode setelah pelatihan) dan menjadi tidak
siginifikan dengan berubahnya waktu.
19
Tabel 2.2 Konstruk-konstruk Akar dari Ekpektansi Usaha
Konstruk Definisi Item-item*
Kemudahan
penggunaan
persepsian
(perceived
ease of use)
Seberapa jauh seseorang percaya
bahwa menggunakan suatu sistem
akan bebas dari usaha (The degree
to which a person believes that
using a system would be free of
effort).
1. Learning to operate the system
would be easy for me.
2. I would find it easy to get the
system to do what I want it to
do.
3. My interaction with the system
would be clear and
understandable.
4. I would find the system to be
flexible to interact with.
5. It would be easy for me to
become skillful at using the
system.
6. I would find the system easy to
use
Kerumitan
(complexity)
Seberapa jauh suatu sistem
dipersepsikan sebagai sesuatu
yang secara relatif susah untuk
dipahami dan digunakan (The
degree to which a system is
perceived as relatively difficult to
understand and use).
1. Using the system takes too
much time from my normal
duties.
2. Working with the system is so
complicated, it is difficult to
understand what is going on.
3. Using the system involving too
much time doing mechanical
operations (e.g., data input).
4. It takes too long to learn how to
use the system to make it worth
the effort.
Kemudahan
penggunaan
(ease of use)
Seberapa jauh menggunakan
suatu inovasi dipersepsikan
sebagai yang sulitt untuk
digunakan (The degree to which
using an innovation is perceived
as being difficult to use).
1. My interaction with the system
is clear and understandable.
2. I believe that it is easy to get
the system to do what I want to
do.
3. Overall, I believe that the
system is easy to use.
4. Learning to operate the system
is easy for me.
*pernyataan-pernyataan item memang sengaja tetap dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa
Inggris tanpa diterjemahkan.
Sumber: Venkatesh et al. (2003) dalam Jogiyanto (2007: 320
2.5.3 Pengaruh Sosial
Jogiyanto (2007: 318) mendefinisikan pengaruh sosial (Social influence) sebagai
sejauh mana seorang individual mempersepsikan kepentingan yang dipercaya oleh
20
orang-orang lain yang akan mempengaruhinya menggunakan sistem yang baru.
Pengaruh sosial (Social influence) sebagai suatu penentu langsung terhadap minat
diwakili oleh beberapa konstruk sebagai berikut:
1. Norma subyektif (subjective norm) di TRA, TAM2. TPB/DTPB, dan
TAM+TPB.
2. Faktor-faktor sosial (social factors) di MPCU, dan image di IDT.
Thompson et al. (1991) dalam Jogiyanto (2007: 318) menggunakan istilah norma-
norma sosial (social norms) dalam mendefinisikan konstruk ini dan mengaku
konstruk ini sama dengan norma subyektif (subjective norm) di TRA. Walaupun
mereka berbeda label, namun masing-masing konstruk ini mengandung baik
secara implisit maupun eksplisit pemahaman bahwa perilaku individual
dipengaruhi oleh cara yang mana mereka percaya orang-orang lain akan
memandang perilaku mereka sebagai hasil dari menggunakan teknologi.
Tabel 2.3 Konstruk-konstruk Akar dari Pengaruh Sosial
Konstruk Definisi Item-item*
Norma subyektif
(subjective norm)
Persepsi seseorang bahwa
kebanyakan orang yang penting
baginya berpikir bahwa dia
seharusnya melakukan perilaku
bersangkutan (The person’s
perception that most people who
are important to him think he
should or should not perform the
behavior in question).
1. People who influence my
behavior think that I
should use the system.
2. People who are important
to me think that I should
use the system.
21
Faktor-faktor
sosial (social
factors)
Internalisasi seseorang tentang
kultur subyektif grup acuan dan
kesepakatan interpersonal spesifik
yang dilakukan seseorang dengan
orang-orang lain di situasi-situasi
sosial spesifik (The individual’s
internalization of the reference
group’s subjective culture and
specific interpersonal agreements
that the individual has made with
others in specific social
situations).
1. I use the system because of
the proportion of the
coworkers who use the
system.
2. The senior management of
this business has been
helpful in the use of
system.
3. My supervisor is very
supportive of the use of the
system for my job.
4. In general, the
organization has
supported the use of the
system.
Image Sejauh mana penggunaan suatu
inovasi dipersepsikan
meningkatkan imej atau status
seseorang di sistem sosialnya (The
degree to which use of an
innovation is perceived to
enhance one’s image or status in
one’s social system).
1. People in my organization
who use the system have
more prestige than those
who do not.
2. People in my organization
who use the system have a
high profile.
3. Having the system is a
status symbol in my
organization.
*pernyataan-pernyataan item memang sengaja tetap dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa
Inggris tanpa diterjemahkan.
Sumber: Venkatesh et al. (2003) dalam Jogiyanto (2007: 322)
2.5.4 Kondisi-kondisi Pemfasilitasi
Jogiyanto (2007: 318) mendefinisikan kondisi-kondisi pemfasilitasi (fasilitating
conditions) sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa infrastruktur
organisasional dan teknikal tersedia untuk mendukung sistem. Definisi ini
mendukung konsep yang sama dengan konstruk-konstruk kontrol perilaku
persepsian (perceived behavioral control) di TPB/DTPB, TAM+TPB. Kondisi-
kondisi pemfasilitasi di MPCU, dan kompatibilitas (compability) di IDT. Masing-
masing konstruk ini dioperasionalkan secara sama untuk memasukkan aspek-
22
aspek lingkungan teknologikal atau organisasional yang dirancang untuk
menghilangkan halangan-halangan menggunakan.
Tabel 2.4 Konstruk-konstruk Akar dari Kondisi-kondisi Pemfasilitasi
Konstruk Definisi Item-item*
Kontrol
perilaku
persepsian
(perceived
behavioral
control)
Merefleksikan persepsi-persepsi
dari batasan-batasan internal dan
eksternal pada perilaku dan
meliputi keyakinan sendiri, kondisi-
kondisi pemfasilitasi sumberdaya,
dan kondisi-kondisi pemfasilitasi
teknologi (reflects perceptions of
internal and external constraints on
behavior and encompasses self-
efficacy, resource facilitating
conditions, and technology
facilitating conditions).
1. I have control over using the
system.
2. I have the resources
necessary to use the system.
3. I have the knowledge
necesarry to use the system.
4. Given the resources,
opportunities and
knowledge it takes to use the
system, it would be easy for
me to use the system.
5. The system is not compatible
with other system I use.
Kondisi-
kondisi
pemfasilitasi
(facilitating
conditions)
Faktor-faktor obyektif di
lingkungan yang mana pengamat-
pengamat setuju membuat suatu
tindakan untuk mudah dilakukan,
termasuk penyediaan dukungan
komputer (obyective factors in the
environment that observers agree
make an act easy to do including
the provision of computer support ).
1. Guidance was available to
me in the selection of the
system.
2. Specialized instruction
concerning the system was
available to me.
3. A specific person (or group)
is available for assistance
with system difficulties.
Kompatibilitas
(compability)
Seberapa jauh suatu inovasi
dipersepsikan sebagai sesuatu yang
konsisten dengan nilai-nilai yang
ada, kebutuhan-kebutuhan, dan
pengalaman-pengalaman dari
pengadopsi-pengadopsi potensial
(the degree to which an innovation
is perceived as being consistent
with existing values, needs, and
experiences of potential adopters).
1. Using the system is
compatible with all aspects
of my work.
2. I think that using the system
fits well with the way I like
to work.
3. Using the system fits into my
work style.
*pernyataan-pernyataan item memang sengaja tetap dalam bahasa aslinya, yaitu bahasa
Inggris tanpa diterjemahkan.
Sumber: Venkatesh et al. (2003) dalam Jogiyanto (2007: 324)
23
2.5.5 Minat menggunakan
Konsistensi dengan teori yang sudah ada, minat menggunakan (behavioral
intention) akan mempunyai pengaruh ke penggunaan teknologi secara positif.
Lovelock (2007) dalam Nurmuyasarah dkk (2013: 119) mengemukakan bahwa
adanya manfaat yang dirasakan oleh pemakai sistem informasi akan
meningkatkan minat mereka untuk menggunakan sistem informasi. Sedangkan
Umar (2008) dalam Nurmuyasarah dkk (2013: 119) menyatakan bahwa
keyakinan seseorang akan kegunaan sistem informasi akan meningkatkan minat
mereka dan pada akhirnya individu tersebut akan menggunakan sistem informasi
dalam pekerjaannya.
Minat penggunaan (Behavioral Intention) didefinisikan sebagai tingkat keinginan
atau niat pemakai menggunakan sistem secara terus menerus dengan asumsi
bahwa mereka mempunyai akses terhadap informasi. Minat penggunaan
diwujudkan oleh tingkat keinginan atau niat pengguna (Handayani, 2007: 80).
2.5.6 Perilaku Menggunakan
Triandis (1980) dalam Handayani (2007: 79) mengemukakan bahwa perilaku
seseorang merupakan ekspresi dari keinginan atau minat seseorang (intention),
dimana keinginan tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, perasaan (affect),
dan konsekuensi-konsekuensi yang dirasakan (perceived consequences).
24
2.5.7 Pemoderasi
Beberapa variabel moderasi yang digunakan antara lain gender, usia, pengalaman,
dan kesukarelaan menggunakan.
2.6 Penelitian terdahulu
Berikut ini merupakan ringkasan dari penelitian terdahulu yang berhubungan
dengan penelitian ini, seperti pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.5 Penelitian Terdahulu
Peneliti Tahun Judul Kesimpulan
Rini
Handayani
2007 Analisis Faktor-
Faktor yang
Mempengaruhi
Minat Pemanfaatan
Sistem Informasi
dan Penggunaan
Sistem Informasi
(Studi Empiris
Pada Perusahaan
Manufaktur di
Bursa Efek Jakarta)
1. Ekspektasi kinerja mempunyai pengaruh
positif signifikan terhadap minat pemanfaatan
SI.
2. Variabel ekspektasi usaha berpengaruh positif
signifikan terhadap minat pemanfaatan SI.
3. Faktor sosial berpengaruh positif tetapi
pengaruh tersebut tidak signifikan terhadap
minat pemanfaatan SI.
4. Kondisi-kondisi yang memfasilitasi pemakai
terbukti mempunyai pengaruh positif dan
signifikan terhadap penggunaan SI.
5. Minat pemanfaatan SI berpengaruh positif
tetapi tidak signifikan terhadap penggunaan
SI.
I Gusti
Nyoman
Sedana dan
St. Wisnu
Wijaya
2010 UTAUT Model for
Understanding
Learning
Management
System
1. Variabel performance expectancy, social
influence dan facilitating conditions
terbukti signifikan mempengaruhi
behavioral intention Mahasiswa
Universitas Sanata Dharma dalam
menggunakan Exelsa. Sementara variabel
effort expectancy terbukti tidak
signifikan.
2. Variabel behavioral intention terbukti
signifikan mempengaruhi use behavior.
Sementara variabel facilitating conditions
terbukti tidak signifikan.
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
model UTAUT belum bisa menjelaskan
dengan baik penerimaan dan penggunaan
Learning Management System di
kalangan mahasiswa Universitas Sanata
Dharma.
25
Kamal
Ghalandari
2012 The Effect of
Performance
Expectancy, Effort
Expectancy, Social
Influence and
Facilitating
Conditions on
Acceptance of E-
Banking Service in
Iran: the
Moderating Role of
Age and Gender
Berdasarkan analisis regresi linear sederhana
menunjukkan bahwa keempat variabel yaitu
ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha,
pengaruh sosial dan kondisi memfasilitasi
mempunyai pengaruh positif dan signifikan
pada minat dan perilaku pengguna untuk
menggunakan layanan e-banking dan
variabel usia dan gender memoderasi
hubungan diantara variabel ini.
Wedha
Achmad
Hartono
dan Wahyu
Meiranto
2013 Pengaruh
Pemanfaatan dan
Penggunaan Sistem
Informasi terhadap
Kinerja Individu
(Studi kasus pada
Perum BULOG
Divisi Regional
Jawa Tengah)
1. Ekspektansi kinerja dan ekspektansi
usaha tidak berpengaruh positif terhadap
minat pemanfaatan sistem informasi.
2. Pengaruh sosial memiliki pengaruh yang
besar terhadap minat seseorang untuk
pemanfaatan sistem informasi.
3. Kondisi yang memfasilitasi mempunyai
pengaruh yang positif terhadap
penggunaan sistem informasi.
4. Aplikasi sistem informasi yang masih
tergolong baru dan belum stabil
menyebabkan kurangnya minat karyawan
untuk menggunakan sistem informasi.
R.
Kristoforus
Jawa Bendi
dan Sri
Andayani
2013 Penerapan Model
UTAUT untuk
Memahami
Perilaku Pengguna
Sistem Informasi
Akademik
Hasil analisis menunjukkan bahwa
behavioral intention dipengaruhi oleh faktor
performance expectancy, effort expectancy
dan facilitating conditions. Sedangkan faktor
social influence ditemukan tidak
mempengaruhi behavioral intention.
Agus
Kurniawan
2014 Analisis Faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Minat Pemanfaatan
Sistem Informasi
(Studi Kasus pada
Bank BRI
Sekarisidenan
Surakarta)
1. Variabel ekspektansi kinerja mempunyai
pengaruh terhadap minat pemanfaatan.
2. Variabel ekspektansi usaha mempunyai
pengaruh terhadap minat pemanfaatan.
3. Variabel faktor sosial mempunyai
pengaruh terhadap minat pemanfaatan.
26
Atika
Putriana
2015 Analisis Minat
Pengguna Sistem
Informasi dengan
Pendekatan Model
UTAUT pada
kantor Pos di
Wilayah Bantul.
1. Ekspektansi kinerja berpengaruh
terhadap minat penggunaan sistem
informasi.
2. Ekspektansi usaha tidak berpengaruh
terhadap minat penggunaan sistem
informasi.
3. Faktor sosial berpengaruh terhadap
minat penggunaan sistem informasi.
4. Kondisi yang memfasilitasi
berpengaruh terhadap minat
penggunaan sistem informasi
2.7 Hubungan antar Variabel
2.7.1 Hubungan Ekspektansi Kinerja dengan Minat Menggunakan
Ekspektansi kinerja (performance expectancy) didefinisikan sebagai tingkat
dimana seorang individu meyakini bahwa dengan menggunakan sistem akan
membantu dalam meningkatkan kinerjanya. Konsep ini menggambarkan manfaat
sistem bagi pemakainya yang berkaitan dengan perceived usefulnees, motivasi
ekstrinsik, job fit, keuntungan relatif (relative advantage) (Venkatesh et al. dalam
Jogiyanto, 2007: 315).
Penelitian Handayani (2007), Sedana dan Wijaya (2009), Ghalandari (2012),
Bendi dan Andayani (2013), Kurniawan (2014), Putriana (2015), menunjukkan hasil
yang mendukung bahwa ekspektansi kinerja merupakan faktor penentu yang
signifikan terhadap minat individu untuk menggunakan sistem. Dalam penelitian
ini, peneliti menguji kembali apakah ekspektansi kinerja berpengaruh terhadap
minat penggunaan e-banking Mandiri di Kec. Rajabasa Bandar Lampung.
H1 Ekspektansi kinerja berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking
Mandiri.
27
2.7.2 Hubungan Ekspektansi Usaha dengan Minat Menggunakan
Ekspektansi usaha (effort expectancy) merupakan tingkat kemudahan penggunaan
sistem yang akan dapat mengurangi upaya (tenaga dan waktu) individu dalam
melakukan pekerjaannya. Hal ini berarti bahwa individu yang menggunakan SI
dalam pekerjaan akan lebih mudah daripada dengan cara manual. Tiga konstrak
yang membentuk konsep ini adalah kemudahan penggunaan persepsian (perceived
ease of use), kemudahan penggunaan (ease of use), dan kompleksitas (Venkatesh
et al. dalam Jogiyanto, 2007: 318).
Penelitian Handayani (2007), Sedana dan Wijaya (2009), Ghalandari (2012),
Bendi dan Andayani (2013), Kurniawan (2014), menunjukkan hasil yang
mendukung bahwa ekspektansi usaha merupakan faktor penentu yang signifikan
terhadap minat individu untuk menggunakan sistem. Dalam penelitian ini, peneliti
menguji kembali apakah ekspektansi kinerja berpengaruh terhadap minat
menggunakan e-banking Mandiri di Kec. Rajabasa Bandar Lampung.
H2 Ekspektansi usaha berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking
Mandiri.
2.7.3 Hubungan Pengaruh Sosial dengan Minat Menggunakan
Jogiyanto (2007: 318) mendefinisikan pengaruh sosial (Social influence) sebagai
sejauh mana seorang individual mempersepsikan kepentingan yang dipercaya oleh
orang-orang lain yang akan mempengaruhinya menggunakan sistem yang baru.
Penelitian Ghalandari (2012), Hartono dan Meiranto (2013), Kurniawan (2014),
Putriana (2015), menunjukkan hasil yang mendukung bahwa pengaruh sosial
28
merupakan faktor penentu yang signifikan terhadap minat individu untuk
menggunakan sistem. Sedangkan penelitian Handayani (2007) menunjukkan
bahwa pengaruh sosial berpengaruh positif terhadap minat menggunakan tetapi
pengaruh tersebut tidak signifikan. Dalam penelitian ini, peneliti menguji kembali
apakah pengaruh sosial berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking
Mandiri di Kec. Rajabasa Bandar Lampung.
H3 Pengaruh sosial berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking Mandiri.
2.7.4 Hubungan kondisi-kondisi pemfasilitasi dengan perilaku menggunakan
Jogiyanto (2007: 318) mendefinisikan kondisi-kondisi pemfasilitasi (fasilitating
conditions) sebagai sejauh mana seseorang percaya bahwa infrastruktur
organisasional dan teknikal tersedia untuk mendukung sistem.
Penelitian Sedana dan Wijaya (2009) menunjukkan hasil bahwa kondisi-kondisi
pemfasilitasi tidak berpengaruh terhadap perilaku menggunakan sistem.
Sedangkan, penelitian Handayani (2007), Hartono dan Meiranto (2013),
menunjukkan bahwa kondisi-kondisi pemfasilitasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap perilaku menggunakan. Dalam penelitian ini, peneliti menguji kembali
apakah kondisi yang memfasilitasi berpengaruh terhadap perilaku menggunakan
e-banking Mandiri di Kec. Rajabasa Bandar Lampung.
H4 Kondisi-kondisi pemfasilitasi berpengaruh terhadap perilaku menggunakan e-
banking Mandiri.
29
2.7.5 Hubungan Minat Menggunakan dengan Perilaku Menggunakan
Penelitian Ghalandari (2012), menunjukkan hasil yang mendukung bahwa minat
menggunakan merupakan faktor penentu yang signifikan terhadap perilaku
individu untuk menggunakan sistem. Sedangkan, penelitian Handayani (2007)
menunjukkan bahwa minat menggunakan memiliki pengaruh positif terhadap
perilaku menggunakan tetapi tidak signifikan. Dalam penelitian ini, peneliti
menguji kembali apakah minat menggunakan berpengaruh terhadap perilaku
menggunakan e-banking Mandiri di Kec. Rajabasa Bandar Lampung.
H5 Minat menggunakan berpengaruh terhadap perilaku menggunakan e-banking
Mandiri.
2.8 Kerangka Pemikiran
Unified Theory of Acceptance and Use of Technology (UTAUT) dikembangkan
oleh Venkatesh et al. Model ini menggabungkan delapan model penerimaan
teknologi yang telah dikembangkan sebelumnya. Delapan model tersebut antara
lain Theory Reasoned Action (TRA), Technology Acceptance Model (TAM),
Motivational Model (MM), Theory of Planned Behavior (TPB), Combined TAM
and TPB, Model of PC Utilization (MPCU), Innovation Diffusion Theory (IDT)
dan Social Cognitive Theory (SCT). Dibandingkan dengan kedelapan model
lainnya, UTAUT terbukti lebih berhasil menjelaskan hingga 70% varian minat
menggunakan.
Model UTAUT memiliki empat konstruk utama yang memainkan peran penting
sebagai determinan langsung dari minat menggunakan dan perilaku menggunakan
30
yakni ekspektansi kinerja, ekspektansi usaha, pengaruh sosial, dan kondisi-kondisi
pemfasilitasi. Selain itu terdapat empat moderator yakni usia, jenis kelamin,
pengalaman, dan kesukarelaan menggunakan yang diposisikan untuk memoderasi
dampak dari konstruk-konstruk pada minat menggunakan dan perilaku
menggunakan.
Penelitian ini menggunakan model UTAUT (The Unified Theory of Acceptance
and Use of Technology) yang telah dimodifikasi sehingga menjadi lebih
sederhana. Penelitian ini tidak memasukkan variabel moderator seperti usia, jenis
kelamin, pengalaman, dan kesukarelaan menggunakan untuk memoderasi minat
menggunakan dan perilaku menggunakan.
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Ekspektansi
Kinerja
(Performance
Expectancy)
Kondisi-
kondisi
Pemfasilitasi
(Facilitating
Conditions)
Pengaruh
Sosial (Social
Influence)
Ekspektansi
Usaha (Effort
Expectancy) Perilaku
Menggunakan
(Use
Behavior)
Minat
Menggunakan
(Behavioral
Intention)
31
2.9 Hipotesis
Dari model penelitian tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H1 : Ekspektansi kinerja berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking
Mandiri.
H2 : Ekspektansi usaha berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking
Mandiri.
H3 : Pengaruh sosial berpengaruh terhadap minat menggunakan e-banking
Mandiri.
H4 : Kondisi-kondisi pemfasilitasi berpengaruh terhadap perilaku menggunakan
e-banking Mandiri.
H5 : Minat menggunakan berpengaruh terhadap perilaku menggunakan e-
banking Mandiri.