Aspirin Intoxication Case
-
Upload
nita-andriyani -
Category
Documents
-
view
236 -
download
0
Transcript of Aspirin Intoxication Case
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
1/22
10
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
A. BIOENERGETIK (TERMODINAMIKA BIOKIMIA)
Bioenergetik adalah ilmu pengetahuan tentang perubahan energi yang
menyertai perubahan reaksi biokimia. Bioenergetik hanya
berhubungan dengan keadaan awal dan akhir dari komponen reaksi,
tidak terhadap mekanisme atau waktu yang dibutuhkan untuk
berlangsungnya reaksi kimia. Seluruh pengetahuan mengenai
bioenergetik adalah berdasarkan 3 pernyataan yang disebut hukum-
hukum termodinamika.
1). Hukum Termodinamika I
Biasanya juga disebut hukum kekekalan energi yang bunyinya sebagai
berikut :
Jumlah energi dalam suatu sistem yang terisolasi adalah tetap.
Dengan kata lain, energi dalam suatu sistem dapat berubah dari
bentuk satu ke bentuk lain, tapi ia takdapat dibuat atau dihilangkan.
Energi ialah kemampuan mengadakan kerja .
Perubahan energi dalam ini terjadi bila :
1 . suatu sistem melakukan kerja atau kerja dilakukan pada sistem
tersebut .
2 . suatu sistem mengabsorpsi panas atau mengeluarkan panas
U = q - w
U : perubahan energi dalam sistem
q : kalor ;(+) energi dalam sistem; (-) energi dilepas
sistem
w : usaha ;(+) sistem menerima kerja (-) sistemmelakukan kerja
2). Hukum temodinamika II
Hukum termodinamika II berbunyi Entropi total sebuah sistem harus
meningkat bila proses ingin berlangsung spontan.
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
2/22
10
Dengan kata lain , selalu terdapat peningkatan entropi pada setiap
proses yang terjadi secara spontan. Maksudnya, semua perubahan
kimia/fisika cenderung berjalan menuju arah sedemikian rupa sehingga
energi yang bermanfaat terurai secara ireversibel akan diubah menjadi
energi panas.
G = H - TS
G : Perubahan energi bebas
o akan melepas energi (eksogenik) apabila bernilai (-)
o akan menyerap energi (endogenik) apabilla bernilai (+)
H : Perubahan entalpi (ukuran perubahan panas dalam reaktan dan
produk)
T : Temperatur Absolut dalam Kelvin (0K) : 0K = 0C +273
S : Perubahan Entropi (ukuran perubahan ketidakteraturan atauacak dari reaktan dan produk)
Nilai dari perubahan energy bebas (free energy change) dapat
digunakan untuk memprediksi jalannya suatu reaksi dalan
temperature dan tekanan yang konstan. Didasarkan pada reaksi :
A B
a) G bernilai negatif : Jika G bernilai negatif, berarti
melepaskan energy, dan reaksi berjalan spontan, A dirubah menjadi
B, seperti pada gambar (a). Reaksi ini disebut exergonik.
b) G bernilai positif : Jika G bernilai positif, berarti
menerima energy, dan reaksi tidak berjalan spontan dari B ke A,
seperti pada gambar (b). Reaksi ini disebut reaksi endergonik, dan
energy harus ditambahkan kedalam sistem untuk membuat reaksi
dari B ke A.
c) G bernilai nol : Jika G = 0, reaktan berada dalam
keseimbangan. Catatan : ketika reakdi berjalan dengan spontan
yaitu energy bebas dilepaskan lalu reaksi berlanjut sampai G
mencapai nol dan terbentuk suatu keseimbangan.
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
3/22
10
Gambar : perubahan energy bebas (G) selama reaksi. (a) produk
memiliki energy bebas yang lebih sedikit daripada reaktan. (b) produk
memiliki energy bebas yang lebih banyak daripada reaktan.
(Lippincotts Illustrated Reviews : Biochemistry, 3rdEdition)
3). Hukum termodinamika III
Hukum termodinamika III berbunyi, Nol Absolut tidak pernah
tercapai.
Gambar :Termodinamika dalam metabolism mahluk hidup.
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
Prosesreaksi
Prosesreaksi
Energy
bebas
(G
)
Energy
beb
as
(G
)
A B B A
B
A
B
A
(a)
(b)
Gnegatif
Gpositif
Termodinamika
Metabolisme
Anabolime
(memperolehenergi bebas ;endergonik)
Katabolisme
(menghasilkanenergi bebas ;eksergonik)
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
4/22
10
Anabolisme: reaksi perubahan ikatan kimia yang sederhana menjadi
ebih kompleks yang membutuhkan energy. Contoh :
asam amino sintesis protein baru
glukosa + fruktosa sukrosa
Katabolisme : reaksi
perubahan ikatan kimia yang kompleks menjadi yang lebih sederhana
yang melepaskan / menghasilkan energi. Contoh :
glikolisis
dekarboksilasi oksidatif
siklus krebs
B. REAKSI REDUKSI DAN OKSIDASI (REDOKS)
Oksidasi merupakan proses pelepasan elektron, sedangkan reduksi
merupakan proses penangkapan elektron. Untuk memudahkan dalam
memahami oksidasi dan reduksi, perhatikan table dibawah.
Oksidasi Reduksi
1. Pengikatan dengan oksigen
(O2)
2. Pelepasan Hidrogen
3. Pelepasan elektron
4.Peningkatan bilangan oksidasi
1. Pelepasan oksigen (O2)
2. Pengikatan Hidrogen
3. Menangkap elektron
4.Penurunan bilangan oksidasi
Reaksi reduksi oksidasi (redoks) adalah reaksi yang meliputi transferelektron dari reduktor(pereduksi, substansi yang mengalami oksidasi)
kepada oksidator (pengoksidasi; substansi yang mengalami reduksi).
Contoh reaksi redoks :
Oksidasi : Zn Zn2+ +
2e-
Reduksi : Cu2+ + 2e- CuReaksi
Keseluruhan
: Zn + Cu2+ Zn2+ + Cu
Donor Elektron, merupakan :
1. Substansi yang melepas elektron
2. Substansi yang dioksidasi
3. Juga disebut agen pereduksi / reduktor
Contoh donor elektron adalah :
Fe2+ Fe3+ + 1e-
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
5/22
10
Sedangkan Penerima Elektron, merupakan :
1. Substansi yang menangkap elektron
2. Substansi yang direduksi
3. Disebut juga agen pengoksidasi / oksidator
Contoh penerima elektron adalah :
Fe3+ + 1e- Fe2+
H+ + 1e- H2
Acetaldehyde + 2H+ +2e- Ethanol
C. RADIKAL BEBAS DAN ANTIOKSIDAN
1). Radikal Bebas
Radikal bebas didefinisikan sebagai atom atau molekul yang memiliki
satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan.
Kecenderungan untuk selalu memperoleh atau menerima elektrondari substansi lain, menjadikan radikal bebas ini bersifat reaktif.
Sehingga dapat menyebabkan kerusakan sel, berkurangnya
kemampuan adaptasi sel, sampai kematian sel.
Biasanya suatu radikal bebas diberi simbol dengan sebuah titik
yang menggambarkan elektron yang tidak berpasangan.
Contoh dari radikal bebas itu sendiri adalah:
1. Superoksida O2
2. Hidroksil OH
3. Alkoksil RO
4. Peroksil ROO
Radikal bebas terjadi melalui sederetan mekanisme reaksi. Reaksi
radikal bebas merupakan rekasi rantai yang terdiri dari:
1. Inisiasi : pembentukan awal radikal bebas
2. Propagasi : terbentuknya radikal bebas baru
3. Terminasi : pembentukan radikal bebas stabil dan tak reaktif
Adapun sumber dari radikal bebas adalah :
a. Berasal dari dalam tubuh :
Dapat dihasilkan dari autoksidasi, oksidasi enzimatik, fagositosis
dalam respirasi, transfor elektron di mitokondria, peroksida lipid,dan oksidasi ion-ion transisi.
b. Berasal dari luar tubuh :
Dari sinar UV, polusi lingkungan ( asap rokok, asap kendaraan
bermotor, radiasi), dan dari obat-obatan.
Terdapat pula insiator radikal bebas dan inhibitor radikal bebas.
Insiator radikal bebas adalah zat yang menyebabkan pembentukan
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
6/22
10
radikal bebas, contohnya cahaya dan peroksida. Sedangkan inhibitor
radikal bebas adalah zat yang membentuk radikal bebas tak reaktif,
contohnya fenol.
Radikal bebas berperan dalam terjadinya berbagai penyakit. Hal ini
disebabkan karena radikal bebas adalah spesi kimia yang memiliki
pasangan elektron bebas dikulit terluarnya sehingga rektif dan mampu
bereaksi dengan protein, lipid, karbohidrat dan DNA. Reaksi radikal
bebas dengan molekul ini menyebabkan pada timbulnya suatu
penyakit.
2). Antioksidan
Antioksidan didefinisikan sebagai inhibitor yang bekerja menghambat
oksidasi dengan cara bereaksi dengan radikal bebas reaktif untuk
membentuk radikal bebas yang tak reaktif dan relative stabil.
Macam-macam dari antioksidan :a. Antioksidan enzim, terdiri dari :
1. Antioksidan preventif : antioksidan yang mengurangi kecepatan
inisiasi (permulaan) rantai reaksi.
Contohnya : enzim katalase ( yang berfungsi mengubah
hydrogen peroksida menjadi air dan oksigen) serta peroksida lain
yang berikatan dengan ROOH dan zat-zat khelasi ion logam
seperti DTPA (dietilenetriaminepentaasetat) serta EDTA
( etilenediaminetetraasetat)
2. Antioksidan pemutus rantai : antioksidan yang memotong reaksi
berantai yang menangkap radikal bebas.
Contohnya : enzim superoksida dismutase yang berperan dalam
melawan radikal bebas pada mitokondria, sitoplasma dan bakteri
aerob dengan mengurangi bentuk radikal bebas superoksida.
b. Antioksidan vitamin. Contohnya vitamin A, -karoten, vitamin C, dan
vitamin E (sumber anti oksidan yang kerjanya mencegah lipid
peroksida dari asam lemak tak jenuh dalam memran sel).
Sumber antioksidan : sereal, biji-bijian, sayur dan buah-buahan.
D. Transfer Elektron dan Fosforilasi OksidatifFosforilasi Oksidatif merupakan proses dimana ATP dibentuk sebagai
hasil dari transfer elektron dari NADH atau FADH2 kepada O2 dengan
rangkaian transfer elektron. Baik transfer elektron maupun fosforilasi
oksidatif bertempat di inner membran mitokondria.
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
7/22
10
Gambar : Struktur mitokondria
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
8/22
10
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
NADHdehydrogenase
FMNFe-S centers
SuccinatedehydrogenaseFAD (covalent)Fe-S centersb-type heme
Complex I
Complex II
UQ/UQH2
pool
Cytochrome bc1
complex
2 b-type hemesRieske Fe-S center
c-type heme (cyt c1)
Complex III
NADH: ubiquinone(Q)oxidoreductase
Succinate: ubiquinone(Q)oxidoreductase
Ubiquinol (QH2):
cytochrome coxidoreductase
Cytochrome c
Cytochrome aa3
complex2 a-type hemes
Cu ions
Complex IV
Cytochrome coxidase
O2
H2O
Rangkaian TransferElektron
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
9/22
10
1). Complex I: NADH-Ubiquinone Oxidoreductase
Complex I, sering disebut NADH dehydrogenase, transfer elektron dari
NADH ke ubiquinone (coenzim Q). Oksidasi NADH dimulai dengan
transfer dua elektron dan dua proton dari NADH + H+ ke FMN, flavin
mononucleotide, mengandung riboflavin moiety (vitamin B2), yang
memiliki ikatan yang kuat ke satu subunit.
NADH + H+ + FMN NAD+ + FMNH2Elektron kemudian ditransfer melalui susunan dari jenis FeS centers,
2Fe2S dan 4Fe4S, ke ubiquinone. Disini, FMN sebagai dua aseptor
elektron dari NADH dan satu donor elektron ke FeS centers.
Ubiquinone juga sebagai satu atau dua aseptor elektron dan dapat
berperan mentransfer elektron dari complex I dan complex II ke
complex III.
Selama mentransfer dua elektron ke ubiquinone oleh complex I, 4
proton juga dipompa dari sisi matrix (N untuk negatif) ke sisi cytosolic(P untuk positif) pada inner membran. Energi dilepaskan selama reaksi
oksidatif yang dipacu oleh perpindahan proton melintasi membran.
2). Complex II: Succinate-Ubiquinone Oxidoreductase
Complex II dikenal dengan succinate dehydrogenase, yang
mengandung ikatan kovalen FAD ke residu histidin yang mengandung
tiga iron-sulfur centers dan dua protein hidropobik kecil. Pada oksidasi
succinate menjadi fumarate, dua elektron dan dua proton ditransfer ke
FAD. FADH2 mentransfer elektron ke ubiquinone melalui FeS centers
dari complex II dengan reaksi:
Succinate fumarate + 2H+ + 2e-
UQ + 2H+ + 2e UQH2(Keseluruhan ) Succinate + UQ fumarate + UQH2
E0 = 0.029V; G0 = -5.6 kJ mol-1
Jumlah energi bebas dalam reaksi ini tidak cukup untuk memompa
empat proton melintasi membran.
3). Complex III: Ubiquinol-Cytochrome c Oxidoreductase
Complex III, atau cytochrome bc1 complex mengkatalis transferelektron dari ubiquinol ke cytochrome c dengan translokasi proton
melintasi membran. Pada mamalia enzim complex ini terdiri dari 11
subunit yang tiga diantaranya memiliki kelompok prostetik yang
bekerja sebagai redox centers. Yaitu cytochrome b yang mengandung
dua heme, cytochrome c1 yang mengandung satu kelompok heme dan
Rieske iron-sulfur protein yang mengandung kelompok 2Fe2S.
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
10/22
10
4). Complex IV: Cytochrome c oxidase
Complex IV mentransfer elektron dari cytochrome c ke O2, terminal
aseptor elektron, menjadi bentuk water coupled untuk translokasi
proton melintasi membran. Pada complex mamalia terdiri dari 13
subunit yang mengandung dua cytochrome, a dan a3, dan dua copper
centers, dikenal sebagai CuA dan CuB. Cytochrome c oxidase yang lebih
simpel hanya mengandung tiga atau empat subunit, yang mengkatalis
transfer elektron dan reaksi memompa proton yang ada dalam
bacterial membran.
5). Complex V : Fosforilasi Oksidatif
Yaitu komplek ATP sintase, terjadi pembentukan ADP + Pimenjadi ATP. Dimana proton proton yang dihasilkan oleh komplek-
kompleks menuju inter membrane space masuk ke dalam ATP sintase
dengan bantuan elektrikal gradien. Elektrikal gradien ini membuat
proton-proton yang berada di inter membrane space kembali lagi
masuk ke dalam matriks melalui inner mitokondria yaitu ATP sintase
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
11/22
10
Gambar : Tranfer elektron dan fosforilasi oksidatif yang terjadi dalam innermembran mitokondria; ATP dihasilkan dengan pemanfaatan perbedaangradient muatan dan konsentrasi; H+ masuk ke matrix mitokondria dari
intermembran mitokondria melalui ATP sintase menghasilkan ATP.
E. ASPIRIN
Aspirin merupakan salah satu obat anti inflamasi nonsteroid,
yang umum dipakai. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk mengaktivasi
atau merusak organism yang menyerang, menghilangkan zat iritan,
dan mengatur derajat perbaikan jaringan. Jika penyembuhan lengkap,
proses peradangan biasanya reda. Namun, terkadang inflamasi terjadi
oleh suatu zat yang tidak berbahaya seperti tepung sari, atau oleh
suatu respon imun, seperti asma atau arthritis rematoid. Pada kasus
seperti ini, reaksi pertahanan mereka sendiri mungkin menyebabkan
luka jaringan progresif, dan obat-obat anti inflamasi atau imunosupresimungkin diperlukan untuk memodulasi proses peradangan.
1). Prostaglandin
Pada umumnya obat anti inflamasi bekerja dengan jalan
menghambat sintesis prostaglandin. Prostaglandin merupakan turunan
dari asam lemak tak jenuh yang mengandung 20 karbon yang
berbentuk suatu struktur cincin siklik.
2). Sintesis Prostaglandin
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
12/22
10
Gambar : sintesis prostaglandin ; Asam arakidonat merupakan precursor
utama prostaglandin. Aspirin menghambat sintesis prortaglandin di
siklooksigenase.
Asam arakidonat, suatu asam lemak 20-karbon, adalah precursor
utama prostaglandin dan senyawa yang berkaitan. Asam arakidonat
terdapat dalam komponen fosfolipid membrane sel, terutama fosfatilid
inositol dan kompleks lipid lain-lainnya. Asam arakidonat bebas
dilepaskan dari jaringan fosfolipid oleh kerja fosfolipase A2 dan asil
hidrolase lainnya, melalui suatu proses yang dikontrol oleh hormone
dan rangsangan lain. Ada dua jalan utama sintesis eikosanoid dariasam arakidonat.
1. Jalan siklo-oksigenase; semua eikosanoid berstruktur cincin
sehingga, prostaglandin, trombokstan,dan prostasiklin, disintesis
melalui jalan siklooksigenase. Telah diteliti dua siklooksigenase :
COX-1 dan COX-2. Yang pertama bersifat ada di mana-mana dan
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
13/22
10
pembentuk, sedangkan yang kedua diinduksi dalam respon
terhadap rangsangan inflamasi.
2. Jalan lipoksigenase; jalan ini, beberapa lipoksigenase dapat bekerja
pada asam arakidonat untuk membentuk 5-HPETE, 12-HPETE DAN
15-HPETE, yang merupakan turunan peroksidasi tidak stabil yang
dikonversi menjadi turunan hidroksilasi yang sesuai (HETES), atau
menjadi leukotrien atau lipoksin, yang tergantung pada jaringan.
3). Mekanisme Kerja Aspirin
Efek antipiretik dan antiinflamasi salisilat terjadi karena
penghambatan sintesis prostaglandin di pusat pengatur panas dalam
hipotalamus dan perifer di daerah target. Lebih lanjut, dengan
menurunkan sintesis prostaglandin, salisilat juga mencegah sensitilasi
reseptor rasa sakit terhadap rangsangan mekanik dan kimiawi. Aspirin
juga menekan rangsang nyeri pada daerah subkortikal (yaitu thalamus
dan hipotalamus).
Gambar : metabolisme aspirin dan asetilasi siklooksigenase oleh aspirin
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
14/22
10
4). Fungsi Aspirin
Obat-obat anti inflamasi termasuk aspirin, mempunyai tiga efek
terapi utama, yaitu mengurangi inflamasi (anti-inflamasi), rasa sakit
(analgesic), dan demam (antipiretik).
1. Anti-Inflamasi
Karena aspirin menghambat aktivitas siklooksigenase, maka aspirin
mengurangi pembentukan prostaglandin dan juga memodulasi
beberapa aspek inflamasi dan prostaglandin bertindak sebagai
mediator. Aspirin menghambat inflamasi pada arthritis, tetapi tidak
menghentikan progresivitas penyakit ataupun menginduksi remisi.
2. Analgesik
Prostaglandin E2 (PGE2) diduga mensensitilasi ujung saraf terhadap
efek bradikinin, histamine, dan mediator kimiawi lainnya yang
dilepaskan secara local oleh proses inflamasi. Jadi, denganmenurunkan sintesis PGE2, aspirin dan obat anti inflamasi lainnya
menekan sensasi rasa sakit. Salisilat diduga terutama untuk
menanggulangi rasa sakit intensitas ringan sampai sedang yang
timbul dari struktur integument daripada yang berasal dari visera.
Obat-obat anti inflamasi lebih superior daripada opioid dalam
menanggulangi rasa sakit yang melibatkan inflamasi; kombinasi
opioid dan obat anti inflamasi efektif dalam pengobatan rasa sakit
yang ganas.
3. Anti Piretik
Demam terjadi jika set point pada pusat pengatur panas di
hipotalamus anterior meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh
sintesis PGE2, yang dirangsang bila suatu zat penghasil demam
endogen (pirogen) seperti sitokin dilepaskan dari sel darah putih
yang diaktivasi oleh infeksi, hipersensitivitas, keganasan, atau
inflamasi. Salisilat menurunkan suhu tubuh penderita demam
dengan jalan menghalangi sintesis dan pelepasan PGE2. Aspirin
mengembalikan thermostat kembali ke kondisi normal dan cepat
menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan meningkatkan
pengeluaran panas sebagai akibat vasodilasi perifer danberkeringat. Aspirin tidak mempunyai efek pada suhu tubuh normal.
5). Efek Samping Aspirin
1. Pada saluran pencernaan; efek salisilat terhadap saluran cerna yang
paling umum adalah distress epigastrium, mual, dan muntah.
Pendarahan mikroskopik saluran cerna hampir umum terjadi pada
penderita yang mendapat pengobatan salisilat. Aspirin adalah
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
15/22
10
asam. Pada pH lambung, aspirin tidak dibebaskan, akibatnya
mudah menembus sel mukosa dan aspirin mengalami ionisasi
(menjadi bermuatan negatif), dan terperangkap, jadi berpotensi
menyebabkan kerusakan sel secara langsung. Aspirin seharusnya
diberi bersama makanan dan cairan volume besar untuk
mengurangi gangguan saluran cerna. Aspirin juga menghambat
terbentuknya prostasiklin (PGI1) yang berfungsi menghambat
sekresi asam lambung, dan juga PGE2 dan PGF2 yang berfungsi
merangsang sintesis mucus protektif dalam lambung dan usus kecil.
Akibatnya sekresi asam lambung menigkat dan mucus protektif
berkurang, sehingga keluhan seperti distress epigastrium, ulkus,
dan/atau pendarahan terjadi.
2. Darah; Asetilasi ireversibel siklooksigenase trombosit menurunkan
kadar trombosit TXA2, mengakibatkan penghambatan agregasi
trombosit dan perpanjangan waktu pendarahan.3. Pernapasan ; pada dosis toksik, salisilat menimbulkan depresi
pernafasan dan suatu kombinasi respirasi yang tidak
terkompensasidan asidosis metabolik. Pada dosis terapi, aspirin
meningkatkan ventilasi alveoli.
4. Proses metabolik ; dosis besar salisilat melepaskan fosforilasi
oksidatif. Energi yang digunakan untuk menghasilkan ATP secara
normal dikeluarkan sebagai panas, yang menerangkan terjadinya
hipetermia yang disebabkan oleh pengambilan salisilat dalam
jumlah toksik.
5. Hipersensitivitas; sekitar 15 % pasien yang mengkonsumsi aspirin
mengalami reaksi sensitivitas. Gejala alergi yang asli adalah
urtikaria, bronkokonstriksi, atau edema angioneurotik. Jarang terjadi
anafilaktik syok yang fatal.
6. Sindrom Reye; Aspirin yang diberikan selama infeksi virus ada
hubungannya dengan peningkatan insidens sindrom Reye,
seringkali fatal, menimbulkan hepatitis dengan edema serebral.
Terutama terjadi terjadi pada anak-anak, sehingga lebih baik diberi
asetaminofen daripada aspirin jika pengobatan diperlukan.
6). Dosis AspirinPada dosis rendah, salisilat menunjukan aktivitas analgesic; hanya
pada dosis lebih tinggi obat ini menunjukan aktivitas anti inflamasi.
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
16/22
10
Gambar : dosis aspirin dan efeknya.
BAB II
PEMBAHASAN KASUS
A. PERMASALAHAN
Pasien adalah bayi berusia 18 bulan yang telah masuk
rumah sakit dengan keluhan utama : flu, muntah-muntah, dan
demam.
1). Riwayat Penyakit
Menurut ibu pasien, pasien baik-baik saja sampai tiga hari
sebelum mendaftarkan diri ke rumah sakit. Mulai saat itu, pasien
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
17/22
10
mulai batuk tidak berdahak, hidung tersumbat, dan demam rendah.
Karena gejala ini, Ibu pasien mulai mengobati pasien dengan
aspirin. Setelah pemberian aspirin tersebut, flu (hidung tersumbat
dan batuk) tidak bertambah buruk, walaupun pasien mulai
mengalami muntah-muntah dan sakit perut. Ibu pasien menemukan
bluish (kebiru-biruan) di sekitar mulut dan jarinya. Pada saat
mendaftarkan diri di rumah sakit, pasien sangat lesu dan sangat
sulit untuk bangkit.
2). Riwayat Pengobatan
Untuk beberapa penyakit utama tampat tidak luar biasa.
Imunisasi sudah berjalan. Perkembangan telah sesuai dengan usia
pasien. Dan sebelumnya, pasien tidak menjalani pengobatan lain
untuk penyakit ini.
3). Pemeriksaan Fisik
Tes Nilai KeteranganTemperatur 38,5 0C TinggiDenyut Nadi 136 kali/menit NormalKecepatan
pernafasan
82 kali/menit Tinggi
Tekanan Darah 90/60 mmHg TinggiKeluhan lain Agak susah berjalan
Paien sangat sulit untuk dibangunkan walaupun telah memakai
stimulasi rasa sakit. Tidak ada tanda meningeal seperti kekakuan
nuchal.
Telinga, Hidung,
Tenggorokan (THT)
Membran timpani terlihat normal. Pupil
bulat, seimbang dan reaktif terhadap
cahaya. Tes Fundoskopik tidak terlihat
abnormalitas, hidung memperlihatkan
hambatan menengah dengan pembebasan
mucopurulent halus. Oropharynx aman dan
leher lentur.Dada Aman, jantung berdetak secara regular dan
tidak ada murmur.
Abdomen Halus tanpa organomegaliGenitalia Terlihat normalNeurological Memperlihatkan masa otot dan tone normal
dengan reflek seimbang dan fisiologis. Tidak
ada respon ekstensor plantar.Alat gerak Agak kebiru-biruan (bluish)Pemeriksaan Hb 11,5 gm/dl Normal
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
18/22
10
Laboratorium WBC 18000/mm3
Normal diff. count
Normal
Serum Sodium 130
mEq/L
Potasium 6,0
mEq/L
Klorida 90 mEq/L
Bikarbonat 8
mEq/L
BUN 30 mg/dl
Gula darah 180
mg/dl
Rendah
Tinggi
Rendah
Rendah
Tinggi
Tinggi
Urinalis Spesifik gravity, 1024
pH, 5
positif keton dan glukosa
protein negative
Penambahan FeCl3 pada urin
menimbulkan warna unguGas Darah pH 7,11
PCO2 26 mmHgHCO3 8 mEq/L
PO2 100 mmHg
Rendah
Rendah
Rendah
Normal
4). Pengobatan
Berdasarkan data-data yang ada, dicurigai pasienmenderita keracunan salisilat. Pada anak dilakukan penyuntikan
cairan glukosa (intravena). Penyuntikan bikarbonat pun telah
dilakukan sambil memonitoring pH urin sampai mencapai paling
sedikit 7.
Pengobatan tambahan, pada pasien dilakukan pencucian
lambung (gastric lavage). Pasien juga menjalani lumbar puncture
dengan analisis cairan spinal normal. Kemudian, pasien dapat
berjalan walaupun susah payah, pernafasan secara berangsur-
angsur membaik dan anak lebih waspada (sadar). Kadar salisilatpada awal pemeriksaan adalah 90 mg per 100 ml darah.
B. OVER DOSIS SALISILAT
Aspirin akan memberikan efek analgesiK dan antipiretik
pada konsentrasi dibawah 10 mg/dl, dan selanjutnya akan
memberikan efek anti inflamasi pada konsentrasi 10 mg/dl sampai
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
19/22
10
50 mg/dl (lihat dosis aspirin hal. 15). Dan jika kadar salisilat dalam
darah pasien mencapai lebih dari 50 mg/dl akan menyebabkan
intoksikasi ringan sampai berat dan bahkan bila konsentrasi salisilat
lebih dari 150 mg/dl akan menyebabkan kematian.
Dalam kasus diketahui bahwa kadar salisilat dalam darah
pasien mencapai 90 mg/dl. Mengacu pada konsentarasi tersebut
dapat dikategorikan sebagai dosis salisilat yang berlebih dalam
darah, lebih tepatnya terjadi keracunan ringan pada pasien.
C. SINTESIS ATP TERGANGGU
Dosis besar salisilat dapat mengakibatkan lepasnya
fosforilasi oksidatif. Energi yang digunakan untuk menghasilkan ATP
secara normal dikeluarkan sebagai panas, yang menerangkan
terjadinya hipetermia yang disebabkan oleh pengambilan salisilat
dalam jumlah toksik. Transfer electron dan fosforilasi oksidatif bertempat di
membran dalam mitokondria (hal.7). Berbeda dengan membrane
luarnya, membran dalam mitokondria bersifat impermeable
terhadap molekul kecil dan ion, temasuk H+. Salisilat merupakan
agen uncopling (pelepas) pada proses fosforlasi oksidatif. Zat ini
menambah tingkat permeabilitas dari inner membrane mitokondria.
Akibatnya molekul kecil dan ion, termasuk H+, yang merupakan
proton yang akan membantu sintesi ATP pada fosforilasi oksidatif,
dapat melewati membrane ini dengan bebas. Hal ini menyebabkan
gradient proton antara inner membrane dan inter membrane
mitokondria terganggu, dan sintesis ATP tidak dapat berjalan secara
maksimal.
Berdasarkan hukum temodinamika I yang berbunyi,
Jumlah energy dalam suatu system yang terisolasi adalah tetap
atau dengan kata lain, energi dalam suatu sistem dapat berubah
dari bentuk satu ke bentuk lain, tapi tidak dapat dibuat atau
dimusnahkan, maka potensial energy yang ada dari fosforilasi
oksidatif ini dirubah bentuknya menjadi energy panas yang
meningkatkan suhu tubuh pasien lalu menimbulkan demam (fever).
D. METABOLISME ASPIRIN MENGHASILKAN RADIKAL BEBAS
Metabolisme pada aspirin dapat menghasilkan radikal
bebas, yaitu atom atau molekul yang mempunyai satu atau lebih
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
20/22
10
electron yang tidak berpasangan (hal.5). Dalam kasus ini zat hasil
metabolisme aspirin diduga sebagai oksidator kuat yang
menyebabkan pembentukan Methemoglobin (metHb), yaitu
bentukan dari hemoglobin yang ion Fe2+ (ferro) nya dioksidasi
menghasilkan Fe3+ (ferri). Karena struktur hemoglobin yang
berubah, maka dia tidak bisa mengikat dan mentransport O2.
Methemoglobin dengan jumlah yang sangat sedikit di dalam
darah adalah normal, mengingat sel darah merah memiliki sebuah
system yang efektif (system NADH-sitokrom b5 methemoglobin
reduktase) untuk mereduksi Fe3+ kembali kepada keadaan Fe2+.
Fe3+ pada methemoglobin akan direduksi kembali menjadi Fe2+ oleh
kerja sitokrom b5 tereduksi.
Hb-Fe3+ + Cyt b5red Hb-Fe2+ + Cyt b5oks
1) BluishBluish pada pasien ditemukan di daerah jari dan mulut.
Keadaan ini menunjukan kerusakan hemoglobin yang berubah
menjadi methemoglobin, yang mana tidak bisa mengikat dan
mentransport oksigen.
Bluish juga mungkin disebabkan karena letak pembuluh
darah di daerah sekitar jari jauh dari jantung, dan dinding mukosa
mulut yang tipis mengakibatkan warna biru terlihat jelas
disekelilingnya disbanding di daerah yang lain.
2) Konsentrasi Asam Laktat Meningkat
Walaupun tubuh memiliki system yang disebutkan di atas,
tetapi karena kadar salisilat dalam darah sudah berlebih
(overdosis), maka metHb dalam darah mencapai lebih dari 1%
(normal, < 1%). Keadaan ini menyebabkan suplai oksigen untuk
metabolism karbohidrat terganggu. Pada akhirnya asam piruvat
(hasil dari glikolisis) tidak berlanjut pada siklus asam sitrat, dan
terjadi metabolism anaerob yang meningkatkan kadar asam laktat
meningkat dalam tubuh.
Karena metabolism anaerob dan terganggunya sintesis
ATP di fosforilasi oksidatif inilah yang mengakibatkan ATP (paketenergy tinggi) yang dihasilkan tidak mencukupi kebutuhan dan
pasien pun akhirnya terlihat lemah, lesu, bahkan sulit untuk
dibangunkan.
3) Glukoneogenesis Dirangsang
Karena kebutuhan energy yang tidak bisa ditunda lagi,
maka pembuatan glukosa dari bahan yang bukan karbohidrat atau
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
21/22
10
disebut glukoneogenesis pun dilakukan tubuh. Keadaan ini
menyebabkan peningkatan badan keton dalam tubuh. Badan keton
tersebut adalah : Asetoasetat, Aseton dan 3-Hidroksibutirat. Selain
itu, glukoneogenesis dari asam amino dapat meningkatkan hasil
samping dalam tubuh.
Keadaan ini menyebabkan kadar Blood Urea Nitrogen
(BUN) meningkat dalam tubuh pasien sebagai akibat
glukoneogenesis asam amino. Badan Keton pun ditemukan di urine
sebagai respon berlebihnya badan keton di dalam tubuh yang
berpotensi mengakibatkan asidosis, sebagai akibat glukoneogenesis
asam lemak. Hasil glukoneogenesis ini pula mengakibatkan kadar
gula dalam darah pasien meningkat. Tetapi walaupun demikian
tetap diberikan cairan glukosa intavena (dengan kadar terkontrol)
untuk membantu jumlah sintesis ATP.
E. EFEK DIHAMBATNYA SINTESIS PROSTAGLANDIN
Prostaglandin merupakan salah satu obat anti inflamasi
yang bekerja dengan cara menghambat sintesis prostaglandin pada
siklooksigenase (hal.11 dan 13). Salah satu prostaglandin yang
dihambat adalah prostasiklin (PGI1), PGE2 dan PGF2.
Secara normal PGI1 menghambat sekresi asam lambung,
sedangkan PGE2 dan PGF2 merangsang sintesis mucus protektif
dalam lambung dan usus kecil. Dengan adanya aspirin, prostanoid-
prostanoid ini tidak terbentuk, yang mengakibatkan sekresi asam
lambung meningkat dan mucus protektif berkurang. Pada pasien,
keadaan ini menyebabkan muntah-muntah (vomiting) dan sakit
perut (abdominal pain).
F. ASIDOSIS
Asidosis dapat didefinisikan sebagai keadaan patologik
akibat akumulasi asam pada, atau kehilangan basa dari tubuh. Pada
pasien, serum bikarbonat yang merupakan molekul untuk
mengurangi suasana asam dalam tubuh, berkonsentarsi rendah.
Sedangkan produksi molekul bersifat asam dalam tubuh, sepertibadan keton (Asam Asetoasetat, Aseton dan Asam 3-
Hidroksibutirat), asam laktat dan lainnya meningkat. Akibatnya
pasien mengalami asidosis, dan tindakan yang tepat adalah
memasukan cairan bikarbonat intavena agar suasana asam dalam
tubuh dapat berkurang.
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication
-
8/3/2019 Aspirin Intoxication Case
22/22
10
Laporan Kasus | Aspirin Intoxication