ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

19
1

Transcript of ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

Page 1: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

1

Page 2: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

2

Page 3: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

3

Page 4: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

4

ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA

DALAM SEKTOR INFORMAL

(Studi pada pedagang sayur di Pasar Pinasungkulan Karombasan)

Grace Jenny Soputan

ABSTRACT

The aim of this Research was to find the woman problems which possible effect

to woman aspiration and also the relation! of men and woman at informal sector.

In this research was used by an approach qualitative, technique of data

collecting through observation and interview. The Data obtained to be analyst by using

interpretation.

The resulted of this research was the theme about: work differentiated from

career, independence, friendship with the couple, balance live as the common

aspiration, and domicile the good men and women in family and also in society.

Key words: the Aspiration of Worker Women, the Relation of women and men at

informal sector, Gender mainstreaming.

Perempuan sebagai individu mempunyai harapan-harapan, kebutuhan-kebutuhan,

minat-minat dan potensinya sendiri. Perempuan juga membutuhkan aktualisasi diri yang

seoptimal mungkin untuk pengembangan dirinya yang akan berdampak positif bagi

pengembangan sumber daya manusia secara umum. Aktualisasi perempuan sebagai

sumber daya dalam masyarakat, dan pengembangan diri perempuan ini hanya dapat

terjadi dalam situasi kondisi lingkungan masyarakat yang kondusif, yang memungkinkan

hal tersebut dapat terjadi.

Dalam kenyataannya meskipun iklim yang berkembang mulai memberikpeluang

banyak aspek yang berkaitan dengan faktor-faktor kultural dan sosial yang masih

menghambat pengembangan perempuan. Peran domestik yang terlanjur diberikan pada

perempuan membuat perempuan terkungkung dengan kesibukan di sekitar rumah

____________________________________________________________________

Grace Jenny Soputan adalah dosen Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Manado

Page 5: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

5

tangganya yang tidak mempunyai nilai uang.

Aspirasi dalam hal ini tidak terlepas dari dua hal, yaitu suatu dorongan yang

berasal dari dalam diri, dan atau keinginan untuk memenuhi tanggung jawab dengan apa

yang diharapkan individu dari suatu lingkungan sosial. Masalah aspirasi menjadi sangat

relevan dibicarakan dalam kaitan dengan perempuan, khususnya perempuan muda.

Adanya perubahan dalam masyarakat yang diakibatkan oleh perubahan kehidupan sosial

perempuan yang memiliki sekaligus peluang untuk mengembangkan dirinya.

Peran perempuan dan laki-laki di sektor informal dalam kajian ini difokuskan

pada hubungan kekuasaan laki-laki dan perempuan pedagang sayur yang terdapat di

pasar Pinasungkulan Karombasan Manado Provinsi Sulawesi Utara. Beberapa hasil

penelitian menunjukkan, bahwa besarnya peranan perempuan dalam pekerjaan dan

pendapatan di sektor informal, tidak selalu dibarengi dengan meningkatnya kedudukan,

otonomi, maupun kekuasaan mereka dalam rumah tangga dan di masyarakat Persyaratan

ini berlaku bagi perempuan dan laki-laki, namun dalam hal ini perempuan menghadapi

kendala yang jauh lebih berat karena perempuan masih serba ketinggalan dalam berbagai

bidang, di bidang pendidikan pada umumnya, sains dan teknologi pada khususnya.

Keadaan ini akan sangat merugikan perempuan dalam memanfaatkan peluang kerja yang

tersedia, termasuk dalam melaksanakan perannya sebagai ibu dan pendidik anak-

anaknya. Tanpa penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cukup, sulit

diharapkan perempuan akan dapat memahami kebutuhan dan permasalahan yang

dihadapinya, keluarganya, dan anak-anaknya, serta memberikan bimbingan yang

diharapkan. Jadi peningkatan kualitas manusia yang ditekankan mencakup penguasaan

ilmu pengetahuan dan teknologi.

Tantangan kemajuan dan globalisasi tersebut mengharuskan kita melihat peranan

perempuan dan laki-laki dalam satu tatanan kemitrasejajaran yang saling mengisi.

Meskipun antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan secara biologis, namun

perlu pengkajian kembali perbedaan gender yang stereotipe yang tidak sesuai lagi dengan

tuntutan perkembangan masyarakat sekarang ini yang harus diubah.

Dalam menghadapi masa depan, potensi sumber daya pembangunan khususnya

perempuan di Provinsi Sulawesi Utara, harus didayagunakan secara maksimal. Upaya ini

Page 6: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

6

memang tidak sederhana, karena aneka ragam latar belakang adat-istiadat, budaya,

agama, pendidikan, dan dengan kepentingan, aspirasi dan tingkat perkembangan yang

berbeda-beda, serta harapan dan tuntutan baru makin berkembang sesuai dengan

kemajuan yang dicapai pembangunan yang makin meningkat dan penuh dinamika,

Perempuan sebagai individu mempunyai harapan-harapan, kebutuhan kebutuhan,

minat dan potensinya sendiri.Perempuan juga memerlukan aktualisasi diri yang seoptimal

mungkin untuk pengembangan drinya yang akan berdampak positif bagi pengembangan

sumberdaya pembangunan secara umum. Aktualisasi diri perempuan ini hanya dapat

terjadi dalam situasi kondisi lingkungan masyarakat yang kondusif, yang memungkinkan

hal tersebut dapat terjadi.

Dalam kenyataannya meskipun iklim yang berkembang mulai memberikan

peluang, namun banyak aspek yang berkaitan dengan faktor-faktor kultural dan sosial

yang masih menghambat pengembangan keberdayaan perempuan. Peran domestik yang

terlanjur diberikan kepada perempuan membuat perempuan terkungkung dengan

kesibukan di sekitar rumah tangganya yang tidak mempunya nilai uang.

Dilandasi dengan uraian di atas, maka akan bermanfaat apabila kondisi dan

permasalahan perempuan-perempuan di Sulawesi Utara ditelusuri, untuk menemukan

gambaran permasalahan dan kondisi yang ada dalam masyarakat, khususnya perempuan

muda yang masih memiliki peluang besar untuk mengembangkan diri mengenai aspirasi,

keberdayaan dan peranannya dalam berbagai aspek khidupannya, serta bagaimana

perempuan menampilkan diri.

Pembagian kerja secara seksual atau secara jenis kelamin menurut Budiman Arief

(1981), perempuan berada dalam sektor domestik atau di sekitar rumah tangga, dengan

tugas utama melahirkan dan membesarkan anak-anaknya, melayani suami dan anak-anak

supaya rumah tangganya tenteram. Sedangkan laki-laki berada dalam sektor publik atau

di luar rumah untuk mencari nafkah bagi keluarganya. Pembagian kerja ini sudah

berlangsung ribuan tahun lamanya, yaitu semenjak adanya manusia dan berlangsung

sampai hari ini.Namun sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, maka terjadi

pula pergeseran peran pada laki-laki dan perempuan dalam melakukan kegiatan

kehidupannya.

Page 7: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

7

Perdebatan tentang perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan pada

dasarnya berputar di sekitar dua teori, yaitu nature dan nurture. Pengikut teori nature

beranggapan bahwa perbedaan psikologis antara laki-laki dan perempuan disebabkan

oleh faktor-faktor biologis kedua insan tersebut. Perbedaan tersebut menyebabkan laki-

laki lebih rasional, lebih agresif, dan lebih aktif; sedangkan perempuan lebih emosional,

lebih submisif, dan lebih pasif.

Adapun teori nurture berpendapat bahwa perbedaan tersebut tercipta melalui

proses belajar dari lingkungan (Budiman, 1981). Teori ini menjelaskan bahwa apa yang

terjadi selama ini terhadap perempuan adalah hasil konstruksi masyarakat melalui sistem

institusi, baik melalui keluarga atau rumah tangga, sekolah atau lembaga pendidikan.

Psikologi humanistik melihat manusia sebagai memiliki potensi-potensi yang baik

atau sedikitnya netral, dan berkembang menuju realisasi potensi tersebut bila kondisi

lingkungan di sekitarnya memungkinkan. Perilaku negatif merupakan reaksi terhadap

kondisi-kondisi yang menghalangi, menghambat, atau merampas kebutuhan dasar

individu. Bila individu mampu mengatasi kondisi sosial yang menghalanginya serta dapat

terpenuhi kebutuhan dasarnya, maka ia akan menampilkan tidak saja reaksi terhadap

masa kini, tetapi juga cita--cita, harapan, rencana, dan tujuan masa depannya

.Poerwandari E.K, 1995). Selanjutnya dikatakan bahwa kemungkinan tingkah laku yang

ditampilkan manusia dipengaruhi oleh orang.orang yang menjalin kontak dengan

individu-individu tersebut oleh gen sosialisasi. Salah satu aspek penting dalam sosialisasi

adalah penerimaan dan pembentukan nilai, peran, posisi, dan preferensi jenis kelamin

yang sesuai.

Pandangan Allport seperti dikutip Poerwandari (1995) yang mendasari gambaran

umum peneliti tentang manusia yakni bahwa manusia bersifat dinamis, selalu

berkembang "menjadi". Namun individu manusia tidak lepas berdiri sendiri, melainkan

hidup dalam konteks lingkungan sosial budayanya.

Sikap dan karakteristik pribadi, bila dikaji tidak dapat dilepaskan dari situasi

kondisi yang dihadapinya. Maslow berasumsi bahwa manusia memiliki kebutuhan-

kebutuhan dasar dan kebutuhan akan pertumbuhan, yang semuanya intrinsik pada

manusia, sehingga karenanya harus dapat direalisasikan. Di lain pihak, dikatakan bahwa

Page 8: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

8

kebutuhan tersebut dapat tidak terealisasi karena manusia mudah dikuasai atau diarahkan

oleh proses belajar, oleh kebiasaan, dan tradisi yang keliru. Di lain pihak individu yang

tidak mengalami hambatan berarti dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dasarnya

akan lebih mudah menemukan dirinya dan tidak saja bersifat reaktif terhadap kondisi

yang dihadapi. Dengan demikian individu memiliki gambaran lebih jelas dan mampu

mengungkapkan cita-cita, harapan, rencana, dan tujuan untuk masa depannya

(Poerwandari, 1995)

Dalam lapangan pekerjaan, hubungan sosial antara laki-laki dan perempuan tidak

diikat oleh hubungan keluarga tetapi oleh kepentingan ekonomi dari masing-masing

pekerja. Tetapi pola kerja di rumah seperti sudah dikemukakan dalam pembagian kerja

secara seksual atau jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, dalam rumah tangga

terdapat perbedaan antara tugas domestik untuk perempuan dan publik untuk laki-laki

Demikian pula ada pembedaan upah buruh pada laki-laki dan perempuan, karena

perempuan dianggap lebih lemah dan hanya mengerjakan pekerjaan yang lebih ringan

dibandingkan laki-laki di sektor informal.

Sektor informal ditandai oleh kegiatan dengan ciri-ciri, antara lain:

1. Pola kegiatan tidak teratur baik, dalam arti waktu, permodalan, maupun

penerimaannya.

2. Tidak tersentuh oleh peraturan-peraturan atau ketentuan yang ditetapkan oleh

pemerintah.

3. Modal, peralatan, perlengkapan maupun omzetnya biasanya kecil dan diusahakan atas

dasar perhitungan harian.

4. Tidak berlangsung di tempat yang tetap dan terikat dengan usaha lain.

5. Umumnya dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat berpenghasilan rendah.

6. Tidak membutuhkan ketrampilan atau keahlian khusus, sehingga secara luas dapat

menyerap bermacam-macam tingkat tenaga kerja.

7. Tidak menerapkan sistem pembukuan dan tidak menaruh akses pada sistem

perkreditan.

8. Kecenderungan mobilitas kerja dan tempat tinggal cukup tinggi (Sihite Romany,

1995).

Page 9: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

9

Temuan Ann Stoler (Sihite Ramany, 1995) menunjukkan bahwa perempuan di

daerah pedesaan mencari nafkah di luar rumah, antara lain dengan berdagang kecil-

kecilan, memberi pelayanan kebutuhan lokal. Pendapatan perempuan telah menempatkan

perempuan pada posisi sentral dalam ekonomi rumah tangga.

Hal-hal yang dianggap penting secara sosial maupun budaya , misalnya konsep

budaya tentang fungsi laki-laki dan perempuan dalam rumah tangganya mempengaruhi

peran normatif gender, sehingga perempuan dilarang bekerja sekali atau memasuki

pekerjaan yang berkaitan dengan tugas domestik.

Menurut Keppi Sukaesih (1995) dalam hubungan sosial laki-laki dan perempuan

ditinjau dari hubungan kekuasaan, dapat dilihat pada siapa yang melakukan pekerjaan

tertentu atau kegiatan tertentu, siapa menguasai pekerjaan, dan siapa menentukan untuk

melakukan pekerjaan. Hubungan antara gender dan kekuasaan, diidentifikasi dengan

siapa memiliki, siapa memutuskan, dan siapa mendominasi di antara kedua kategori

identitas gender tersebut.

Peningkatan peranan perempuan dalam mewujudkan manusia seutuhnya dalam

pembangunan adalah pemberian kemampuan dan memperbesar kemauan serta penambah

fasilitas dan kemudahan kepada perempuan untuk melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya dalam mengasuh, membina, mendidik, dan membesarkan anak,

sehingga berwatak, berkepribadian dan berkelakuan serta bertindak sebagai manusia

seutuhnya (Maftuchah Yusuf:2000). Menurut Maftuchah Yusuf, perlu diadakan kategori-

kategori kelompok perempuan sebagai berikut:

(1) Kelompok perempuan yang sudah memiliki kemampuan dan kemauan serta fasilitas,

kesempatan dan saran yang cukup bagi perannya, jumlah kelompok ini sangat kecil,

(2) Kelompok perempuan yang sudah memiliki kemampuan terbatas, karena hasil

pendidikan atau kedudukannya, namun masih memerlukan motivasi untuk mempertinggi

kemauan kerjanya. Kemungkinan besar masih memerlukan tambahan fasilitas,

kesempatan dan sarana, jumlah kelompok ini cukup besar,

(3) Kelompok perempuan yang tidak atau kurang memiliki kemampuan serta tasilitas,

kesempatan, dan sarana untuk melaksanakan tugasnya, sebagian besar dari mereka semi

buta huruf atau buta huruf, dan mereka menderita karena kekurangan, kemiskinan,

Page 10: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

10

keterbelakangan dan ketidaktahuan dalam hidupnya, jumlah kelompok ini lebih dari 50%

dari jumlah perempuan di Indonesia.

Hubungan gender dan kekuasaan diidentifikasi dengan siapa memiliki siapa dan

siapa memutuskan dan siapa mendominasi di antara kedua kategori identitas gender

tersebut. Teori kekuasaan pada awalnya berkembang pada hubungan antara kelas pekerja

dan majikan, antara elit dan rakyat jelata, antara yang mendominasi dan subordinatnya.

Davis dan Oldersma (Keppi Sukaesih:1995) mengemukakan adanya dua. respons yang

membuktikan adanya pihak yang dikuasai dan menguasai. Dalam hubungan sosial laki-

laki dan perempuan hubungan kekuasaan dapat dilihat pada siapa melakukan pekerjaan

atau kegiatan tertentu, siapa menguasai hasil pekerjaan, dan siapa menentukan untuk

melakukan pekerjaan. Jadi dalam konteks kekuasaan siapa mendominasi keputusan

dalam rumah tangga, dan siapa yang mendominasi dalam lapangan pekerjaan/memilih

pekerjaan.

Tujuan penelitian ini dimaksudkan untuk menemukan permasalahan perempuan

yang mungkin berpengaruh terhadap aspirasi perempuan, serta hubungan dan peranan

antara laki-laki dan perempuan dalam berbagai bidang dan sektor kerja baik dalam

keluarga maupun di masyarakat. Secara khusus dalam kajian ini ingin mengetahui

hubungan dan peranan antara karakteristik laki-laki dan perempuan untuk

mengaktualisasikan diri dalam bidang pekerjaannya, terutama pada sektor informal.

METODE

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggambarkan

permasalahan perempuan yang bekerja di sektor informal sebagai pedagang sayur di

pasar tradisional. Pendekatan kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya

deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, rekaman dan lain

sebagainya.

Lokasi, Subjek Penelitian

Lokasi penelitian ini di Pasar Pinasungkulan Manado Provinsi Sulawesi Utara.

Subjek Penelitian adalah Pedagang Sayur khususnya perempuan, sebanyak 15 orang,

rentang usia berkisar 37 tahun dan 64 tahun, agama responden bervariasi, yaitu Kristen

Page 11: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

11

Protestan, Katolik, dan Islam. Pendidikan juga bervariasi yaitu SD, SMP dan SMA dan

ada juga tidak tamat SD. Status mereka ada yang janda dan ada juga yang bersuami.

Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data digunakan teknik pengumpulan data melalui observasi

dan wawancara kepada pedagang sayur perempuan yang berjumlah 15 orang.. Penelitian

demikian secara sengaja membiarkan kondisi yang diteliti berada dalam keadaan yang

sesungguhnya, dan menunggu apa yang akan muncul dan ditemukan.

Teknik Analisis Data

Data yang dikumpulkan dianalisis dengan teknik interpretasi dan deskripsi,

melalui cara wawancara.

Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data

Untuk memperoleh data, digunakan teknik pengumpulan data melalui observasi

dan wawancara. Penelitian demikian sengaja membiarkan kondisi yang diteliti berada

dalam keadaan sesungguhnya, dan menunggu apa yang akan muncul atau ditemukan.

Faktanya, kondisi sosial seringkali kompleks, bervariasi dan tidak statis kondisinya.

Dengan dasar pemikiran demikian, penelitian kualitatif dilakukan dan diupayakan

untuk dapat mengenali kenyataan yang kompleks itu. Penelitian kualitatif memberi

penekanan pada dinamika dan proses, selain itu lebih memfokuskan pada variasi

pengalaman dari individu-individu atau kelompok yang berbeda. Data yang diperoleh

dianalisis dengan menggunakan interpretasi dan deskripsi.

Dalam wawancara dibuatkan pedoman sebagai berikut:

1. Aspirasi Perempuan

1.1. Fakta dan harapan perempuan atas pembagian kerja di dalam rumah tangga

domestik dan publik)

1.2. Fakta dan harapan perempuan atas pembagian kerja di lingkungan kerabat suami atau

kerabat isteri

1.3. Masalah dan tantangan responden yang ditemui dalam kegiatan berdagang

1.4. Fakta dan harapan perempuan atas kegiatan berdagang di lingkungan tempat tinggal.

1.5. Keinginan responden untuk tetap bekerja menurut kelompok umur sampai umur

Page 12: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

12

berapa tetap bekerja.

1.6. Jenis pekerjaan yang sebenamya diinginkan.

1.7. Alasan responden untuk berdagang

1.8. Aspirasi dan keterkaitannya dengan latar belakang keluarga (sosial budaya dan

sosial-ekonomi).

1.9. Keterlibatan responden dalam kegiatan berorganisasi di lingkungan masyarakat

sekitarnya.

1.10. Harapan responden dan pemerintah atau pihak lain untuk kelangsungan bahkan

meningkatkan usaha berdagang.

2.. Hubungan laki-laki dan perempuan

2.1.Hubungan suami istri dalam pengambilan keputusan responden berdagang, keputusan

sendiri atau permintaan suami

2.2. Perlakuan suami terhadap isteri dan sebaliknya dalam kegiatan di sekitar rumah

tangga.

2.3. Hubungan kerja laki-Iaki dan perempuan sebagai sesama pedagang kecil di sektor

informal.

2.4. Pola hubungan kekuasaan laki-laki dan perempuan di tempat kerja.

2.5. Nilai gender (kesetaraan dan keadilan gender) dalam hubungan kekuasaan laki-laki

dan perempuan di dalam rumah tangga. Nilai gender (kesetaraan dan keadilan

gender) dalam hubungan kekuasaan laki-laki dan perempuan di luar rumah tangga.

HASIL

Aspirasi Perempuan Bekerja

Mengacu pada jawaban-jawaban yang diberikan responden, tampaknya aspirasi

dapat diartikan sebagal konsep infegrasi yang mencakup segala bentuk keinginan, ambisi,

harapan, cita-cita, dorongan untuk mendekati atau menjauhi, baik yang realistis maupun

yang tidak realistis, disadari secara jelas maupun samar-samar, kongkret maupun abstrak,

sederhana maupun sangat kompleks, yang dipikirkan untuk kehidupan jangka pendek,

maupun jangka panjang seorang individu.

Sesuai dengan pandangan bahwa aspirasi dibentuk oleh dua hal, yaitu keinginan

untuk mengembangkan diri dan keinginan untuk memenuhi tanggung jawab sesuai

Page 13: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

13

dengan apa yang diharapkan lingkungan sosialnya, jawaban responden memang

menampilkan ciri demikian. Responden memberikan jawaban yang sangat bervariasi,

mulai dari aspirasi yang tampaknya merupakan dorongan pribadi, tetapi lebih banyak lagi

merupakan aspirasi yang didasari pula oleh keinginan untuk memenuhi tanggung jawab

sesuai dengan apa yang diharapkan lingkungan sosialnya.

Fakta tentang pembagian kerja, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan

perempuan, kedua-duanya dapat bekerja sesuai dengan keinginan masing-masing. Namun

dalam pembagian kerja di dalam rumah, perempuan lebih banyak harus melakukan tugas-

tugasnya yang berkaitan dengan peran domestik, yaitu memasak, mencuci,

membersihkan rumah dan halaman, mengurus keperluan anak-anak bahkan ada yang

masih merawat orangtua kandung dan mertua. Para perempuan tersebut mengharapkan

agar laki-laki lebih berempati pada beban pekerjaan yang dipikul perempuan dalam

rumahtangganya, yaitu membantu perempuan mengurus rumah dan anak-anak.

Di lingkungan tempat tinggal setiap pedagang perempuan, mereka merasa bebas

berdagang dan berharap masyarakat di sekitar tempat tinggal mereka dapat lebih

memaklumi dan menghargai aktivitas yang dilakukan oleh perempuan pedagang sayuran.

Rata-rata responden terlibat dalam kegiatan organisasi keagamaan, gereja dan mesjid, dan

ada juga yang ikut dalam kegiatan PKK di tempat tinggalnya.

Tujuan mereka berdagang sayuran tersebut menurut responden untuk membantu

ekonomi rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan keluarga, termasuk menyekolahkan

anaknya. Ada beberapa di antara responden rumahnya di desa/kampungnya, sehingga

mereka tinggal di pasar sebagai pedagang sayuran dan seminggu sekali (Sabtu) pulang ke

rumahya. Rata-rata responden berharap mereka tetap dapat bekerja sampai tua, bahkan

ada yang bercita-cita. memuka kios sembako. Mereka tetap mau bekerja supaya ada

penghasilan sendiri, bebas menentukan/mengambil keputusan untuk belanja.

Responden berharap mendapatkan bantuan modal usaha tanpa bunga atau bunga

kecil, karena selama ini mereka mendapatkan modal usaha dengan pola sebagai berikut:

1. Modal Rp. 500.000,- setor 48 hari xRp. 12.500,

2. Modal Rp. 500.000,- setor 40 hari x Rp. 15.000,

Page 14: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

14

3. Modal Rp. 500.000,- setor 30 han x Rp. 20.000,

Masalah-masalah yang dihadapi pedagang sayur di pasar Karombasan Manado

dapat dikategorikan sebagai benkut:

1. Masalah yang berkaitan dengan kegiatan non-ekonomi, seperti beban kerja fisik,

yang teramat berat menurut mereka pada saat tertentu, pada saat haid, tubuh terasa

lemah; kecapaian bolak-balik di tempat jualan yang di pinggir jalan, karena, diusir

sementara jualan. Beban psikis, yang mereka temui adalah: sering digoda oleh

laki-laki yang usil di tempat kerja atau berdagang; sering dimarahi suami jika

salah dalam pengaturan keuangan (modal dagang); ada juga yang sinis dan

berkata "mau cari uang model bagaimana lagi, atau so ngana tu suka mo polo

dunia"; status sosial pedagang sayuran dianggap lebih rendah dan perempuan

yang bekerja sebagai pegawai.

2. Masalah yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi, seperti modal untuk berdagang

atau keuangan. Mereka biasanya tidak memiliki simpanan atau cadangan uang,

sehingga kadang-kadang terikat utang atau pinjaman dengan bunga yang cukup

tinggi. Kadang-kadang pula rugi berdaganglberjualan karena sayuran'tidak laku

atau sayuran sudah mulai membusuk sehingga tidak diminati oleh pelanggan.

Karena itu bila sewaktu-waktu membutuhkan modal tambahan, atau menderita

kerugian, tak ada cadangan dana yang tersedia.

Biaya hidup sehari-hari kebanyakan terserap pada kebutuhan pangan, biaya

sekolah anak-anak; biaya jajananak-anak, bahkan biaya kontrak rumah. Kesukaran-

kesukaran yang mereka hadapi dari segi keuangan mengisyaratkan bahwa bantuan modal

untuk golongan pedagang kecil seperti ini mutlak perlu.

Pedagang sayur perempuan yang berperan ganda, yaitu sebagai penunjang

ekonomi keluarga dan sebagai ibu rumah tangga, tetap dapat membagi waktu antara tugas

di luar rumah dan tugas di dalam rumah. Dalam penelitian ini juga mencoba

mengidentifikasikan sejauh mana responden tetap terlibat dalam mengelola pekerjaan

reproduktifnya. Persoalan perempuan bekerja menjadi mencuat di permukaan, karena

mereka tidak bisa menjamin keseimbangan antara peranan domestik dengan publik.

Karena menjalankan usaha berarti menunda banyak tugas dalam rumah.

Page 15: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

15

Hubungan laki-laki dan Perempuan Bekerja

Berkaitan dengan hubungan kekuasaan laki-Iaki dan perempuan, kekuasaan

dimaksudkan sebagai kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain agar

bertindak sesuai dengan yang dikehendaki. Banyak di antara responden mempunyai

beban tanggungan yang cukup berat, karena umumnya dari keluarga tidak mampu, selain

harus menanggung anak-anak mereka, ada juga yang harus menanggung orang tua,

mertua, bahkan adik, kakak, dan saudara lainnya. Pedagang sayur yang berjualan di pasar

tersebut, pada umumnya pendidikannya rendah, menyebabkan mereka tidak punya

pilihan dalam bekerja. Peluang bekerja yang mudah bagi mereka adalah di sektor

informal, dan mereka memutuskan untuk bekerja selain karena bekerja merupakan hak

setiap orang, juga karena kesulitan ekonomi atau harus membantu keluarga.

Hubungan suami isteri dalam pengambilan keputusan berdagang, atas persetujuan

suami dan kadang kala suami memberikan saran tentang jenis sayuran yang akan dijual

oleh isterinya. Sedangkan yang berstatus janda lebih bebas untuk menentukan jenis

sayuran apa yang akan dijual di pasar.

Dalam kesehariannya para isteri tetap menjalankan fungsinya sebagai isteri dan

ibu dalam rumah tangga, sehingga peran mereka sebenarnya adalah berperan ganda,

sebagai ibu dan pekerja di sektor informal. Dari sebagian responden pekerjaan rumah

tangga dibantu oleh suami dan anak-anaknya, namun ada juga suami yang tidak mau

membantu isterinya dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Keadaan mereka lebih parah, mana kala mereka mengalami sakit, karena tidak

ada jaminan kesehatan, uang untuk berobat ke dokter juga terbatas, sehingga mereka

mencari obat alternatif atau beli obat di warung yang ada di pasar tempat mereka

berjualan sayur.

PEMBAHASAN

Dari penelitian ini nampak, bahwa sebagian besar responden memilih

mengkombinasikan pekerjaan di rumah dan dan tetap bekerja mencari nafkah bagi

keluarganya. Kegiatan yang dilakukan di luar rumah berhubungan dengan kegiatan

sosial, yaitu mengikuti kegiatan keagamaan, arisan masih didominasi oleh perempuan.

Page 16: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

16

Namun dalam hal memilih kegiatan yang berkaitan dengan pekerjaan, dalam menentukan

membeli barang, atau dalam mengijinkan anak melakukan kegiatan di luar rumah, masih

tergantung pada laki-laki sebagai kepala rumah tangga. Jadi perempuan masih banyak

juga yang belum dapat menentukan pilihan dan masih tergantung pada suami, meskipun

untuk menentukan bekerja atau tidak dalam menambah nafkah keluarga adalah

merupakan keputusan perempuan itu sendiri.

Dikaitkan dengan nilai kesetaraan gender dalam rumah tangga, sebagian besar

responden menyatakan dalam hubungan kekuasaan atau mengambil keputusan laki-laki

dan perempuan mempunyai hak yang sama atau dibicarakan bersama. Sebagian kecil saja

dari responden menyatakan bahwa laki-laki yang memegang kendali dalam rumah

tangga, dan isteri sebagai perempuan ikut saja apa yang sudah diputuskan oleh suami atau

laki-aki dalam rumah tangganya. Masih kuatnya nilai-nilai yang mengatur hubungan

social antara laki-laki dan perempuan yang merupakan sumber pembagian kekuasaan

yang tidak setara pada berbagai kegiatan mereka.

Peran serta perempuan dalam kegiatan reproduksi di sektor informal ini terdorong

oleh maksud untuk menambah penghasilan keluarga. Perempuan yang bekerja di sektor

informal ini punya tanggung jawab yang besar karena masih memikirkan kelangsungan

hidup dari rumah tangganya, dan juga memikirkan kelangsungan pendidikan dari anak-

anak mereka. Kemandirian dan kemampuan untuk tidak bergantung, bila dikembangkan

akan lebih lanjut memudahkan pencapaian iklim kesetaraan dan keadilan laki-laki dan

perempuan dalam masyarakat. Terungkap pula adanya kekerasan dalam rumah tangga

terhadap isteri yang dilakukan oleh suaminya ada yang berupa sindiran atau kata-kata

tajam, bahkan ada pula yang melakukan pemukulan terhadap isterinya.

KESIMPULAN

Dari uraian berdasarkan wawancara dan observasi yang sudah dilakukan di lapangan,

maka dapat dimunculkan tema-tema yang berkaitan dengan aspirasi perempuan dan

hubungan laki-laki dan perempuan bekerja di sektor informal sebagai berikut:

1. Pekerjaan yang dibedakan dari karir. Aspirasi bukan merupakan konsep yang

berdiri sendiri, melainkan berkaitan dengan faktor sosial, karena selain dibentuk

Page 17: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

17

oleh keinginan untuk mengembangkan diri, aspirasi juga banyak dipengaruhi

keinginan memenuhi tanggung jawab sesuai yang diharapkan lingkungan sosial.

2. Kemandirian. Nilai yang mengatur hubungan sosial antara laki-laki dan

perempuan seperti yang terdapat di Jawa maupun di daerah lain di Indonesia,

tidak berpengaruh banyak terhadap sikap dan perilaku perempuan sehari-hari.

Peran serta perempuan dalam kegiatan produksi di sektor informal ini terdorong

oleh maksud untuk menambah penghasilan rumah tangga. Perempuan juga bisa

mencari nafkah dan berperan sebagai ibu keluarga (orang tua tunggal atau single

parent) bagi keluarganya, termasuk mengatur dan memutuskan kegiatan penting

dalam keluarga, meskipun kebanyakan mereka berasal dari kelompok sosial-

ekonomi menengah ke bawah. Hanya sosok mandiri yang tetap bertahan dalam

kegiatan mencari nafkah untuk menambah/mencari penghasilan bagi keluarganya.

3. Persahabatan dengan pasangan. Keinginan kuat akan adanya persahabatan dan

hubungan akrab dengan suami, menunjukkan semakin mengarahnya perempuan

pada konsep kesetaraan laki-laki dan perempuan sebagai suami isteri, bahkan

hubungan manusia dengan manusia lain yang terlibat dalam pergaulan sosial

maupun di tempat kerja yang didasari kesetaraan dan kerjasama. Walaupun

kegiatan di pasar ada kalanya bukan pilihan mereka, tetapi pembagian kerja

menurut jenis kelamin dengan pasangan masih ketat utamanya tugas sosialisasi

anak, sehingga pilihan ini dianggap menguntungkan karena kerja produktif

semacam ini bisa sewaktu-waktu dapat dihentikan.

4. Keseimbangan hidup sebagai aspirasi umum; perempuan yang menjadi responden

atau subyek penelitian dengan adpirasi yang diungkapkan, secara umum

menyadari apa yang dibutuhkan dan diinginkan bagi dirinya sendiri. Sesuai

dengan situasi dan kondisi masing-masing perempuan mengambil keputusan yang

dianggapnya terbaik bagi dirinya sendiri, khususnya berkaitan dengan keinginan

untuk dapat menyeimbangkan aspek kehidupan dan aspek pekerjaan. Bantuan

modal lebih banyak diperoleh atas hubungan yang bersifat informal, seperti

melalui jalur keluarga, teman dan kerabat daripada bantuan melalui jaringan yang

bersifat formal, seperti melalui bank, koperasi, dan sebagainya. Modal mereka

Page 18: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

18

yang rata-rata berskala kecil ini, merupakan bukti bahwa mereka ada pada strata

rendah dari hierarki perdagangan.

5. Namun meskipun aspirasi yang tinggi akan kemandirian tampaknya berkaitan

dengan kesadaran subyek penelitian, bahwa kedudukan perempuan baik dalam

keluarga maupun masyarakat sampai saat ini memang lebih rentan dibandingkan

kedudukan laki-laki, sehingga secara khusus kaum perempuan perlu menguatkan,

memampukan, dan memberdayakan dirinya sendiri.

SARAN

Berdasarkan uraian dan kesimpulan yang sudah dikemukakan di atas, maka dikemukakan

rekomendasi sebagai berikut:

1. Bagi lembaga atau instansi terkait yang peduli akan perempuan, supaya dilakukan

strategi pengembangan usaha dengan tambahan keterampilan khusus melalui

penyuluhan dan pembinaan dari berbagai pihak, termasuk Perguruan Tinggi,

sebagai salah satu bentuk aktualisasi diri perempuan dalam masyarakat yang

masih didominasi oleh kaum laki-laki.

2. Bagi pihak lembaga swasta dan pemerintah, supaya memberikan bantuan modal

dengan cara mencicil tanpa bunga atau diberikan secara cuma-cuma (hibah),

sebagai bantuan, atau pinjaman modal disalurkan lewat koperasi.

3. Bagi petugas medis di Puskesmas atau Posyandu, supaya meningkatkan kesehatan

mereka dengan memberikan jam layanan ekstra, karena jam layanan kesehatan

bersamaan dengan jam-jam mereka berdagang dipasar.

4. Bagi keluarga, supaya memantapkan nilai kesetaraan dan keadilan gender antara

laki-laki dan perempuan dalam aspek kehidupan.

KEPUSTAKAAN

Page 19: ASPIRASI PEREMPUAN BEKERJA:

19

Budiman, Arief. 1981. Pembagian Kerja Secara Seksual. PT Gramedia, Jakarta.

Darwin, Muhadjir M.2005. Negara dan Perempuan: Reorientasi Kebijakan

Publik. Media Wacana. Yogyakarta.

Djarkasi, Agnes S. 2000. Peranan Wanita dalam Kependudukan: Dilema Wanita

Karir, dalam Mencipta Generasi Membangun Bangsa. Pustaka Pelajar.

Yogyakarta.

-------, 2006. Aspirasi Perempuan bekerja: Hubungan Kekuasaan Perempuan dan Laki-

laki dalam Sektor Informal (Penelitian). Lemlit. UNIMA

Kementrian Pemberdayaan Perempuan Republik Indonesia, 2001.

Kesetaraan dan Gender. Jakarta

Poerwandari, Kristi. 1995. Aspirasi Perempuan Bekerja dan Aktualisasinya dalam

Kajian Wanita dalam Pembangunan. Penyunting Ihromi O. Yayasan Obor

Indonesia. Jakarta.

Sihite, RR. 1995. Pola Kegiatan Wanita di Sektor Informal dalam Kajian

Wanita dalam Pembangunan. Penyunting Ihromi O.Yayasan Obor

Indonesia. Jakarta.

Sukesi, Keppi. 1995. Wanita da/am Perkebunan Rakyat: Hubungan kekuasaan Pria-

Wanita dalam Perkebunan Tebu dalam Kajian Wanita dalam Pembangunan.

Penyunting Ihromi O. Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

Yusuf, Maftuchah. 2000. Perempuan, Agama dan Pembangunan. Lembaga Studi dan

Inovasi Pendidikan. Yogyakarta.

Wiludjeng Henny, Attashendartini Habsjah, Dhevy Setya Wibawa. 2005. Dampak

Pembakuan Peran Gender terhadap Perempuan Kelas Bawah di Jakarta.

Pengantar Ari Sunarijati. Pusat Kajian Pembangunan Masyarakat UNIKA

Atmajaya bekerjasama dengan Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan

Indonesia untuk Keadilan, LBH-APIK. Jakarta