Asi Chan-jas Super Done - Copy
-
Upload
adi-suryadarma-moo -
Category
Documents
-
view
221 -
download
0
Transcript of Asi Chan-jas Super Done - Copy
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
1/36
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Upaya perbaikan gizi di Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan status
gizi masyarakat diprioritaskan pada kelompok masyarakat risiko tinggi yaitu
golongan bayi, balita, usia sekolah, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui serta
usia lanjut (Rosita, 2008). Pemberian Air Susu Ibu (ASI) sangat dianjurkan,
dimana bagi bayi yang diberikan ASI selama 6 bulan memiliki penurunan
risiko terhadap berbagai penyakit akut maupun kronis, termasuk infeksi
saluran pencernaan (diare), infeksi saluran nafas bawah (pneumonia), infeksi
saluran kencing, infeksi telinga (otitis media), dan reaksi alergi sepeti
dermatitis atopi dan asma. ASI berisi antibodi bakteri dan virus termasuk
kadar antibody IgA sekretori dan makrofag dalam kolostrum yang relatif
tinggi hingga mampu mencegah masuknya mikroorganisme.(Hidayat, 2009)
Salah satu pengalaman yang berharga yang dialami ibu dan bayi adalah
menyusui bayi secara eksklusif. ASI Eksklusif adalah pemberian hanya ASI
saja tanpa cairan atau makanan padat apapun kecuali vitamin, mineral atau
obat dalam bentuk tetes atau sirup sampai usia 6 bulan. Sayangnya, tidak
semua ibu menyadari akan pentingnya pemberian ASI Eksklusif tersebut. ASI
mengandung semua nutrisi penting yang diperlukan bayi untuk tumbuh
kembangnya, disamping itu juga mengandung antibodi yang akan membantu
bayi membangun sistem kekebalan tubuh dalam masa pertumbuhannya.
Pemberian ASI Eksklusif juga dapat menciptakan iklim psikologis dan kasih
sayang yang kuat antara ibu dan bayi. (Hartanti, 2004)Melihat berbagai keunggulan pemberian ASI tersebut, pemerintah
sebenarnya tengah gemar menggalakkan program ASI Eksklusif, namun
ternyata fakta di lapangan sangat memprihatinkan. Hasil survey demografi
kesehatan Indonesia tahun 1997, menunjukkan pemberian ASI Eksklusif
sampai dengan umur 6 bulan baru mencapai 52%. Survei yang dilaksanakan
pada tahun 2002 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS)
bekerjasama dengan Balitbangkes dan Helen Keller International di empat
1
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
2/36
perkotaan (Jakarta, Surabaya, Semarang, Makasar) dan 8 Desa (Sumber,
Lampung, Banten, Jabar, Jateng, Jatim, NTB, Sulsel), menunjukan bahwa
cakupan ASI Eksklusif 4-5 bulan di perkotaan antara 4%-12%, sedangkan di
pedesaan 4%-25%.Pencapaian ASI Eksklusif 5-6 bulan di perkotaan berkisar
antara 1%-13% sedangkan di pedesaan 2%-13%. Untuk wilayah Bali, balita
umur 2-4 tahun yang mendapat ASI Eksklusif minimal 6 bulan baru mencapai
16,86%.(SUSEDA, 2008) Dalam era globalisasi banyak ibu yang bekerja,
dimana keadaan ini sering menjadi kendala bagi seorang ibu untuk
memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya sehingga pemberian ASI
Eksklusif mungkin tidak tercapai (Mardeyanti, 2007).
Dalam hal kegagalan pemberian ASI Eksklusif, terdapat banyak faktor
yang dapat mempengaruhi perilaku pemberian ASI, antara lain: tingkat
pengetahuan dan pemahaman, tingkat penghasilan, pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI), dukungan lingkungan sekitar, penampilan ibu,
kelancaran produksi ASI, serta penyuluhan yang didapat dari petugas
kesehatan. (Siregar, 2004). Sedangkan alasan yang sering menjadi penyebab
kegagalan praktek ASI Eksklusif bermacam-macam, seperti misalnya budaya
memberikan makanan pralakteal, memberikan tambahan susu formula karena
ASI tidak keluar, menghentikan pemberian ASI karena bayi atau ibu sakit, ibu
harus bekerja, serta ibu ingin mencoba susu formula. (Fikawati, 2010)
Pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif sangat berkaitan dengan sikap dan
perilaku pemberian ASI eksklusif. Dalam penelusuran awal yang kami
lakukan terhadap 10 orang responden, yakni ibu-ibu asal desa Bongan Kauh
yang memiliki bayi berusia 0-6 bulan yang sedang memeriksakan kondisi
bayinya di Puskesmas Tabanan I, mengesankan bahwa pengetahuan ibutentang ASI eksklusif masih sangat rendah. Berdasarkan hasil survey 40%
responden mengetahui definisi ASI eksklusif, namun 100% responden tidak
mengetahui manfaat ASI eksklusif serta akibat yang disebabkan jika tidak
memberikan ASI eksklusif. Dari hasil wawancara didapatkan pula 70%
responden tidak memberikan ASI eksklusif dengan berbagai alasan.
Pada program perbaikan gizi mengenai bayi mendapat ASI Eksklusif di
Puskesmas Tabanan I didapatkan data mengenai persentase pencapaian hanya
2
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
3/36
24,7%. Angka ini masih jauh dari target yang direncanakan dalam program
yaitu sebesar 80%. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah bayi yang tidak
mendapatkan ASI Eksklusif sangat besar di wilayah kerja Puskesmas Tabanan
I. Dari data sebelumnya pada tahun 2009 pemberian ASI eksklusif mencapai
228 dari 343 bayi dengan persentase mencapai 66,6%, sedangkan pada tahun
2010 pemberian ASI eksklusif mencapai 211 bayi dari 478 bayi dengan
persentase 44,4%. Dari data tersebut terlihat penurunan angka pemberian ASI
eksklusif pada bayi berusia 0 sampai 6 bulan. Data tersebut menyatakan
bahwa dalam tiga tahun berturut-turut terjadi penurunan persentase pemberian
ASI eksklusif.
Untuk mengatasi permasalahan ASI Eksklusif di wilayah kerjanya,
puskesmas Tabanan I melalui program gizi telah melakukan berbagai upaya,
yang salah satunya yaitu mengadakan penyuluhan. Adapun materi
penyuluhannya salah satunya adalah tentang ASI Eksklusif, yang lebih
ditekankan pada ibu hamil dan ibu menyusui. Selain itu, bagi ibu-ibu
menyusui yang bekerja sudah dijelaskan bagaimana cara penyimpanan ASI
dalam botol jika ibu sedang bekerja. Jenis penyuluhannya terdapat penyuluhan
perseorangan maupun kelompok. Penyuluhan juga dilakukan oleh kader-kader
posyandu kepada ibu-ibu hamil dan menyusui tentang pentingnya ASI
Eksklusif. Selain itu bentuk edukasi dalam ruang lingkup yang lebih sempit
juga dilakukan dengan memberikan informasi tentang manfaat dan pentingnya
ASI Eksklusif kepada ibu hamil yang menjalani pemeriksaan Antenatal Care
(ANC), serta kepada ibu-ibu yang baru melahirkan. Kegiatan tersebut
dilakukan secara berkala mengikuti jadwal program puskesmas.
Dengan tingginya distribusi informasi program penyuluhan yangdijalankan oleh Puskesmas Tabanan I seharusnya program ASI Eksklusif
dapat dilaksanakan, namun dari data pencapaian program dijumpai suatu
kesenjangan dari apa yang diharapkan dengan kenyataan yang terjadi.
Kegagalan pemberian ASI Eksklusif kepada bayi oleh ibu dipengaruhi oleh
berbagai faktor (multifaktorial). Apa yang mendorong ibu untuk tidak
memberikan ASI secara ekslusif belum diketahui dengan pasti.
Atas latar belakang tersebut, maka dalam penelitian ini akan diteliti
3
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
4/36
bagaimana gambaran sikap dan perilaku ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan
dalam hal kegagalan pemberian ASI Eksklusif, khususnya apa yang
mendorong ibu untuk memutuskan tidak memberikan ASI secara ekslusif.
Data yang diperoleh diharapkan dapat dijadikan masukan bagi puskesmas
dalam mengelola program untuk meningkatkan pemberian ASI Eksklusif pada
bayi sehingga program bayi mendapat ASI Eksklusif dapat mencapai target
yang telah ditetapkan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran sikap dan perilaku ibu yang memiliki bayi usia 0-6
bulan dalam hal kegagalan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Tabanan I pada bulan September 2012?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran sikap dan perilaku ibu yang memiliki bayi usia
0-6 bulan dalam hal kegagalan pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Tabanan I pada bulan September 2012.
1.3.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui sikap ibu yang gagal memberikan ASI Eksklusifdalam
hal pemberian makanan/minuman tambahan ASI kepada bayinya.
2. Untuk mengetahui perilaku ibu yang gagal memberikan ASI Eksklusif
dalam hal pemberian makanan/minuman tambahan ASI kepada bayinya.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Tabanan I
Memberikan informasi bagi tenaga kesehatan di puskesmas mengenai
gambaran sikap dan perilaku ibu yang mendorong kegagalan pemberian
ASI Eksklusif sehingga dapat mengambil langkah-langkah tertentu untuk
meningkatkan angka pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerjanya.
4
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
5/36
2. Bagi Masyarakat
Mengurangi angka kesakitan bayi serta mengurangi biaya yang dibutuhkan
suatu keluarga untuk pengobatan bayi mereka
3. Bagi Peneliti
a. Merupakan media belajar peneliti dalam menerapkan ilmu yang telah
diperoleh selama mengikuti perkuliahan
b. Menambah wawasan dan pengetahuan serta memberikan pengalaman
langsung dalam melakukan penelitian dan penulisan karya ilmiah.
5
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
6/36
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sikap dan Perilaku
Sikap mulai menjadi fokus pembahasan dalam ilmu sosial semenjak awal
abad 20. Secara bahasa, Oxford Advanced Learner Dictionary,
mencantumkan bahwa sikap (attitude) berasal dari bahasa Italia attitudine
yang artinya cara menempatkan atau membawa diri, atau cara merasakan,
jalan pikiran, dan perilaku. Sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau
tidak melakukan suatu perilaku tertentu, dimana perilaku merupakan suatu
bentukan tindakan yang tercermin dari sikap seseorang. Predisposisi atau
tendensi ini diperoleh individu dari proses belajar, sedangkan objek sikap
dapat berupa benda, situasi, dan orang. Komponen sikap antara lain :
(Notoatmojo, 2003)
1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek
2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap objek
3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh
(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh, tentunya pengetahuan,
pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh
misalnya, seorang ibu telah mendengar tentang enyakit polio (penyebabnya,
akibatnya, pencegahannya, dan sebagainya). Pengetahuan ini akan membawa
ibu untuk berpikir dan berusaha supaya anaknya tidak terkena polio. Dalam
berpikir ini, komponen emosi dan keyakinan ikut bekerja sehingga ibu
tersebut berniat mengimunisasikan anaknya untuk mencegah supaya anaknyatidak terkena polio. Ibu ini mempunyai sikap tertentu terhadap objek yang
berupa penyakit polio (Notoatmojo, 2003)
Selain itu, seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari berbagai
tingkatan:
6
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
7/36
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan objek. Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi.
2. Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan
tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu
usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,
terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang
menerima ide tersebut.
3. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu
yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke
posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah bukti bahwa si ibu
tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak.
4. Bertanggungjawab (Responsible)
Bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, seorang ibu mau
menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau
orang tuanya sendiri. Sikap digolongkan menjadi positif, ragu-ragu dan
negatif.
2.2 Pengertian ASI Eksklusif
ASI adalah emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, dan berbagai garamorganik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu yang berguna sebagai
makanan yang utama bagi bayi. (Roesli, 2010). ASI Eksklusif, atau lebih
tepatnya pemberian ASI secara eksklusif adalah pemberian ASI saja pada
bayi tanpa tambahan cairan lain seperti, susu formula, air jeruk, madu, air teh,
air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur
susu, biskuit, bubur nasi, dan tim selama 6 bulan pertama usianya. (WHO,
2010)
7
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
8/36
2.3 Manfaat ASI Eksklusif bagi Bayi
Beberapa manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi bayi, antara lain (Hartanti,
2004):
a. ASI sebagai nutrisi
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI
adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun
kuantitasnya. Dengan tatalaksana menyusui yang benar, ASI sebagai
makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal
sampai dengan usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai diberi
makanan padat, tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau
lebih.
b. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat
kekebalan tubuh) dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar zat ini akan
cepat sekali menurun segera setelah bayi lahir. Bayi dapat membuat zat
kekebalan namun zat ini mencapai kadar protektif pada saat bayi berusia
sekitar 9 sampai 12 bulan. Pada saat kadar zat kekebalan bawaan menurun,
sedangkan yang dibentuk oleh badan bayi belum mencukupi maka akan
terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi.
Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI, karena
ASI adalah cairan hidup yang mengandung zat kekebalan yang akan
melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, parasit, dan
jamur. Kolostrum mengandung zat kekebalan 10-17 kali lebih banyak
dari susu matang (mature). Zat kekebalan yang terdapat pada ASI antaralain akan melindungi bayi dari penyakit mencret (diare). Di Brasil Selatan
bayi-bayi yang tidak diberi ASI mempunyai kemungkinan meninggal
karena mencret 14,2 kali lebih sering daripada bayi ASI Eksklusif. ASI
juga akan menurunkan kemungkinan bayi terkena penyakit infeksi telinga,
batuk, pilek, dan penyakit alergi. Bayi ASI Eksklusif ternyata akan lebih
sehat dan lebih jarang sakit dibandingkan dengan bayi yang tidak
mendapat ASI Eksklusif.
8
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
9/36
c. ASI Eksklusif meningkatkan kecerdasan
Faktor yang mempengaruhi kecerdasan, yaitu:
faktor genetik
faktor lingkungan
Terdapat tiga jenis kebutuhan untuk faktor lingkungan, yaitu:
kebutuhan untuk pertumbuhan fisik maupun otak
kebutuhan untuk perkembangan emosional dan spiritual
kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi
ASI Eksklusif memenuhi ketiga kebutuhan lingkungan. Dengan
memberikan ASI secara eksklusif sampai bayi berusia 6 bulan akan
menjamin tercapainya pengembangan potensi kecerdasan anak secara
optimal. Hal ini karena selain sebagai nutrien yang ideal, dengan
komposisi yang tepat, serta disesuaikan dengan kebutuhan bayi, ASI juga
mengandung nutrien-nutrien khusus yang diperlukan otak bayi agar
tumbuh optimal. Nutrien-nutrien khusus tersebut tidak terdapat atau hanya
sedikit terdapat pada susu sapi. Hasil penelitian Dr Lucas dkk (1993)
terhadap 1000 bayi premature, membuktikan bahwa bayi-bayi premature
yang diberi ASI-eksklusif mempunyai IQ yang lebih tinggi secara
bermakna (8,3 point lebih tinggi) dibanding bayi prematur yang tidak
diberi ASI. Pada penelitian Dr. Riva (1997) ditemukan bahwa bayi yang
diberi ASI Eksklusif ketika berusia 9,5 tahun mempunyai tingkat IQ 12,9
point lebih tinggi dibanding anak yang ketika bayi tidak diberi ASI
Eksklusif.
d. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu karena menyusu akan
merasakan kasih sayang ibunya. Ia juga akan merasa aman dan tenteram,
terutama karena masih dapat mendengar detak jantung ibunya yang telah ia
kenal sejak dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah
yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk
kepribadian yang percaya diri, spiritual yang baik. ASI Eksklusif akan
memenuhi kebutuhan awal secara optimal bagi bayi untuk tumbuh
kembang fisik, keandalan, emosional, spiritual, dan sosialisasinya.
9
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
10/36
2.4 Manfaat ASI Eksklusif bagi Ibu
Adapun manfaat ASI Eksklusif bagi ibu bila memberikan ASI Eksklusif
(Roesli, 2005), yaitu :
a. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan karena pada ibu
menyusui terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna juga untuk
konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga perdarahan akan lebih
cepat berhenti.
b. Mengurangi terjadinya anemia akibat kekurangan zat besi karena
menyusui mengurangi perdarahan.
c. Menjarangkan kehamilan karena menyusui merupakan carakontrasepsi yang aman, murah dan cukup berhasil.
d. Mengecilkan rahim karena kadar oksitosin ibu menyusui yang
meningkat membantu rahim ke ukuran sebelum hamil.
e. Lebih cepat langsing kembali karena menyusui membutuhkan
energi maka tubuh akan mengambilnya dari lemak yang tertimbun
selama hamil.
f. Mengurangi kemungkinan penderita kanker.
g. Lebih ekonomis dan murah karena dapat menghemat pengeluaran
untuk susu formula, perlengkapan menyusui dan persiapan pembuatan
susu formula.
h. Tidak merepotkan dan hemat waktu karena ASI dapat diberikan
segera tanpa harus menyiapkan atau memasak air.
i. Portabel dan praktis karena mudah dibawa kemana-mana sehingga
saat bepergian tidak perlu membawa berbagai alat untuk menyusui.
j. Memberi ibu kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang
mendalam karena telah berhasil memberikan ASI Eksklusif.
2.5 Gagal Memberikan ASI Eksklusif
Menurut Hartanti (2004), secara keseluruhan pemberian ASI Eksklusif
mencakup hal-hal sebagai berikut:
a. Hanya ASI sampai umur 6 bulan
b. Menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir
10
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
11/36
c. Tidak memberikan pralaktat seperti air gula atau air tajin kepada bayi
baru lahir
d. Menyusui sesuai kebutuhan bayi (on demand)
e. Berikan kolostrum yaitu ASI yang keluar pada hari-hari pertama kepada
bayi
f. Menyusui sesering mungkin, termasuk pemberian ASI pada malam hari
g. Cairan lain yang diperbolehkan hanya vitamin atau mineral dan obat
dalam bentuk drops atau sirup
Gagal memberikan ASI Eksklusif berarti memberikan selain ASI selama 6
bulan pertama usianya. Ini berarti bayi diberikan air putih, teh, minuman
ramuan, cairan lain, maupun makanan lainnya pada saat usia bayi 0-6 bulan,
dimana hal tersebut berarti mengurangi manfaat optimal dari ASI bagi bayi.
2.6 Faktor yang Memengaruhi Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif pada bayi,
antara lain:
a. Faktor Ibu
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan faktor yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang, dimana hal itu dikuatkan dengan penelitian yang
dilakukan Rongers yang mengungkapakan bahwa perilaku yang didasari
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari pengetahuan yaitu:7
1. Awareness (Keasadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek)2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini
sikap objek sudah mulai timbul
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus
11
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
12/36
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
Pada sebagian besar kasus dimana pemberian ASI eksklusif gagal diberikan,
maka faktor pengetahuan mempunyai peranan penting. Pada penelitian yang
dilakukan kelurahan Purwoyoso kecamatan Ngaliyan ditemukan bahwa faktor
yang berhubungan dengan pemberian ASI adalah tingkat pengetahuan ibu
dengan nilai contingent coefficient sebesar 0,538 (berada pada rentang 0,40-
0,59).18 pada survei ibu tentang pengetahuan ASI eksklusif dengan perilaku
pemberian ASI di desa Sadang kecamatan Jekulo Kabupaten Kudus
dikemukakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan
ibu dengan pemberian ASI eksklusif (dengan p 0,00 dan koefisien kontingensi
0,61).19
Status Pekerjaan
Proporsi pemberian ASI Eksklusif mempunyai hubungan dengan
kegiatan yang dilakukan oleh ibu. Kegiatan yang dilakukan ibu tentunya
berhubungan dengan pekerjaan ibu. Semakin banyak kegiatan yang
dilakukan oleh ibu, terutama kegiatan diluar rumah maka semakin sedikit
waktu ibu untuk memberikan ASI Eksklusif sehingga dapat menurunkan
pemberian ASI Eksklusif (Nugroho, 2003)
Sosial Ekonomi
Pengaruh Sosial ekonomi terhadap pemberian ASI Eksklusif pada bayi
masih belum jelas. Namun penelitian menunjukkan bahwa sosial
ekonomi tidak memiliki pengaruh yang bermakna terhadap pemberian
ASI Eksklusif (Soeparmanto & Rahayu, 1998). Penelitian ini juga
menyatakan bahwa pengeluaran rata-rata sebulannya tinggi, rata-rata
pengeluaran untuk makan tinggi, dan penghasilan bersih dari pekerjaan
utama tinggi, tampaknya tidak mempunyai pengaruh langsung pada
kemungkinan pemberian ASI Eksklusif
Jumlah anak
Semakin banyak jumlah anak maka akan menurunkan pemberian ASI
Eksklusif pada bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang
mempunyai 1-2 anak mempunyai kemungkinan menyusui ASI Eksklusif
12
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
13/36
10 kali dibandingkan dengan ibu-ibu yang tidak mempunyai anak
sejumlah itu (Soeparmanto & Rahayu, 1998).
Sedangkan menurut Sulistyoningsih, (2005), faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif pada bayi, antara lain:
a. Praktek Pemberian ASI
Pemberian kolostrum
Pemberian kolostrum dapat dilakukan dengan baik jika early initiation
dilakukan oleh bidan atau perawat. Ibu yang berhasil menyusui pada jam
pertama dan minggu pertama setelah persalinan maka ia akan berhasil
memberikan ASI Eksklusif pada bayinya.
Pemberian makanan/minuman prelakteal
Pemberian makanan/minuman pralakteal adalah pemberian makanan atau
minuman kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar (dengan kata lain
mendahului pemberian ASI), biasanya telah dilakukan dalam 3 hari
pertama. Pemberian susu formula sebagai prelaktal sering dilakukan di
BPS, RB maupun RS dengan alasan utama karena ASI belum keluar dan
bayi masih kesulitan menyusu sehingga bayi akan menangis bila
dibiarkan saja.
Pemberian Makanan Pendamping ASI
Kebanyakan ibu yang mulai memberikan makanan kepada bayinya
mengalami sindrom ASI kurang, yaitu keadaan di mana ibu merasa
bahwa ASI-nya kurang, dengan berbagai alasan yang menurut ibu
merupakan tanda tersebut, misalnya payudara kecil, ASI berubah
kekentalannya, bayi lebih sering minta disusui, bayi minta disusui pada
malam hari, dan bayi lebih cepat selesai menyusu disanding sebelumnya.
b. Faktor Pendorong
Kurangnya pengetahuan ASI Eksklusif
Secara teoritis semakin tinggi pengetahuan ibu tentang manfaat ASI
Eksklusif dapat meningkatkan perilaku pemberian ASI Eksklusif
(Nugroho, 2003). Akan tetapi, seiring dengan meningkatnya iklan susu
buatan yang secara gencar memasarkan produk susunya sebagai
13
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
14/36
pengganti ASI dapat mempengaruhi ibu untuk mengganti ASI Eksklusif
dengan susu formula (Howard et al, 2010).
Kurangnya motivasi pemberian ASI Eksklusif
Sebagian ibu tidak mengetahui ASI Eksklusif sehingga mereka tidak
mempunyai motivasi untuk memberikan ASI Eksklusif. Namun mereka
umumnya memiliki motivasi untuk menyusui bayinya. Mereka
beranggapan bahwa ASI penting untuk bayi karena dapat mencerdaskan
otak dan mempercepat pertumbuhan.
c. Faktor Pemungkin
Kurangnya kampanye ASI Eksklusif
Pemerintah sebenarnya sangat gencar mempromosikan ASI Eksklusif.
Hal ini bisa terlihat dengan adanya iklan-iklan di media cetak maupun
elektronik. Namun kurangnya penyuluhan di puskesmas dan posyandu
menyebabkan promosi tentang ASI Eksklusif kurang optimal.
Fasilitas tempat bersalin
Fasilitas tempat bersalin (BPS/RB/RS) sebenarnya sangat mendukung
pelaksanaan ASI Eksklusif karena sebagian besar telah memiliki fasilitas
rawat gabung. Bahkan ada BPS yang merawat ibu dan anak dalam satu
tempat tidur. Namun karena biasanya ibu berada di tempat bersalin
hanya 1 hingga 2 hari maka penjelasan tentang menyusui dan perawatan
payudara kurang dapat disampaikan dengan baik.
d. Faktor Penguat
Peranan petugas kesehatan
Peranan petugas kesehatan yang sangat penting dalam melindungi,
meningkatkan, dan mendukung usaha menyusui. Sebagai individu yang
bertanggung jawab dalam gizi bayi dan perawatan kesehatan, petugas
kesehatan mempunyai posisi unik yang dapat mempengaruhi organisasi
dan fungsi pelayanan kesehatan ibu, baik sebelum, selama maupun
setelah kahamilan dan persalinan.
Peranan dukun bayi
Keberadaan dukun bayi saat ini sudah sangat jarang. Pemilihan dukun
bayi sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan karena
14
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
15/36
beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti
dan dapat membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran
nak serta merawat ibu dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga masih
adanya keterbatasan jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.
Peranan keluarga
Peranan keluarga terhadap berhasil tidaknya subjek memberikan ASI
Eksklusif sangat besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang
tinggal serumah dengan nenek bayi mempunyai peluang sangat besar
untuk memberikan MP-ASI dini pada bayi.
15
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
16/36
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN
Sumber : Notoatmodjo, S, 2003. Soetjiningsih, 1997 (Dengan Penyesuaian)
16
Gambar 1. Kerangka konsep
Faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi
kegagalan pemberian ASI eksklusif
Umur
Tingkat
pendidikan
Pekerjaan
Faktor
pengetahuan
Faktor sosial
budaya
Faktor psikologis ibu
Faktor fisik ibu
Faktor akses
informasi
Faktor promosi
susu formula
Perilaku Kegagalan
PemberianASI eksklusif
Faktor Sikap
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
17/36
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tabanan I,
Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan pada bulan September-Oktober
2012.
4.2 Rancangan Penelitian
Desain atau rancangan penelitian yang dipakai yaitu studi deskriptifcross
sectional.
4.3 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh ibu-ibu yang memiliki bayi yang berusia 0-
6 bulan pada bulan September 2012 yang gagal memberikan ASI Eksklusif
yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tabanan I, yaitu sebanyak 134
orang.
4.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi adalah ibu-ibu yang memiliki bayi yang berusia 0-6 bulan
pada bulan September 2012 yang gagal memberikan ASI Eksklusif yang
tinggal di wilayah kerja Puskesmas Tabanan I dan dipilih secara simple
random samplingdari data Puskesmas Tabanan I.
4.3.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah:
1. Ibu yang menolak berpartisipasi2. Ibu yang tidak bisa diketahui tempat tinggalnya
3. Ibu yang tidak bisa memberikan ASI Eksklusif karena:
menderita penyakit berat, seperti HIV/AIDS, TBC, psikosis, dan
lain-lain
sedang minum obat-obatan seperti kortikosteroid dosis tinggi, dan
obat anti kanker.
17
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
18/36
4.4 Sampel Penelitian
4.4.1 Besar sampel
Besar sampel di hitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
n : besar sampel
: besarnya kesalahan tipe I 0.05 (z 1.96)
p : prevalensi di populasi (dari pustaka) 0.75 (didapat dari 1-0.25)
Nilai P menunjukkan prevalensi Ibu yang gagal memberikan ASI yang
didapat dari pustaka, namun dalam penelitian ini nilai P yang dipakai adalah
nilai 1 dikurangi dengan prevalensi ibu yang berhasil memberikan ASI
Eksklusif dari pustaka.
q : (1-p) 0.25
d : tingkat ketepatan absolut yang dikehendaki 10%
2
2
1.0)25.075.0(96.1
=n
7203,72 =n orang
Jumlah populasi dalam penelitian ini terbatas (kurang dari 10000), maka
jumlah sampel yang dibuat dari perhitungan rumus diatas perlu dikoreksi.
Jumlah sampel dengan koreksi dihitung dengan rumus sebagai berikut :
N
n
nnK
+
=
1
Keterangan :
nK: besar sampel dengan koreksi
n : besar sampel
N : besar populasi sampel penelitian
18
2
2 )(
d
pqZn
=
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
19/36
134
721
72
+
=nK
4705,47 =n orang
Untuk mengantisipasi drop out pada sampel, kami memperhitungkan
dengan penambahan 10% dari jumlah sampel awal (7 sampel). Sehingga
jumlah total sampel untuk penelitian adalah 54 sampel.
4.4.2 Cara pengambilan sampel
Peneliti menggunakan cara pengambilan sampel di wilayah kerja puskesmas
Tabanan I secara simple random sampling, dimana sampel dipilih secara
acak dari seluruh jumlah ibu yang gagal memberikan ASI Eksklusif daridata yang didapat dari puskesmas sampai memenuhi jumlah sampel yang
dibutuhkan.
4.5 Responden
Sampel ibu-ibu yang mempunyai bayi usia 0-6 bulan pada bulan September
2012 yang gagal memberikan ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Tabanan I yang terpilih selanjutnya ditetapkan sebagai responden untuk
memperoleh informasi mengenai ASI Eksklusif.
4.6 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sikap ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif,
2. Prilaku ibu dalam memberikan ASI Eksklusif.
4.7 Definisi Operasional Variabel1. Sikap ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif
Sikap adalah pandangan ibu terhadap pemberian ASI Eksklusif usia 0 - 6
bulan. Sikap ini diukur dari delapan indikator di bawah ini.
a. Pemberian ASI pada bayi usia 0 - 6 bulan.
b.Pemberian makanan dan minuman tambahan pada bayi berumur 6
bulan.
19
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
20/36
c.Fungsi ASI bagi ibu:
1) menurunkan berat badan ibu setelah melahirkan,
2) membentuk jalinan kasih sayang ibu dan anak,
3) menjarangkan kehamilan,
4) mencegah kanker payudara.
d.Fungsi ASI bagi bayi:
1) membantu peningkatan kecerdasan bayi,
2) mencegah penyakit infeksi pada bayi (mencret,
radang paru).
2. Prilaku ibu dalam memberikan ASI Eksklusif
Prilaku adalah tindakan ibu dalam memberikan ASI Eksklusif usia 0 - 6
bulan. Prilaku ini diukur dari tiga indikator di bawah ini.
a. Masa pemberian makanan/minuman tambahan selain ASI.
b.Intensitas pemberian ASI Eksklusif dalam satu hari.
c. Jenis makanan/minuman yang dikonsumsi selama pemberian ASI
Eksklusif.
4.8 Alat Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuesioner dalam bentuk
wawancara terstruktur untuk memperoleh data kuantitatif.
4.9Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan langsung oleh peneliti yang berjumlah 2 orang.
Data dikumpulkan dengan menanyakan pertanyaan menggunakan kuisioner
pada ibu yang memiliki bayi berumur 0-6 bulan yang gagal memberikan ASIEksklusif. Wawancara dilakukan dengan cara mengunjungi rumah responden.
Bila responden yang menjadi sampel tidak dijumpai dalam 2 kali kunjungan
ke rumah dilakukan penggantian dengan mengganti responden tersebut
dengan responden lainnya pada kerangka sampling.
4.10 Analisis Data
Analisa data dilakukan dengan cara deskriptif meliputi distribusi frekuensi
berdasarkan data yang diperoleh dari hasil kuesioner lalu ditabulasi. Hasil
20
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
21/36
penelitian dijabarkan dengan menggunakan tabel dan dijelaskan secara
naratif. Analisis deskriptif dilakukan pada dua hal tersebut di bawah ini
1. Karakteristik responden
Karakteristik responden disajikan dalam distribusi frekuensi meliputi
umur ibu, agama, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pekerjaan utama,
lama bekerja
2. Gambaran sikap
Analisis deskriptif untuk mendapatkan penilaian tentang sikap ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif ditempuh dengan tahapan sebagai berikut.
a. Menentukan total skor jawaban respoden pada setiap variabel.
b. Menentukan nilai rata-rata jawaban respoden pada setiap variabel
dengan rumus yang disampaikan Supranto (2010: 86) di bawah ini.
=
=n
i
iXn
X1
1...................................................................................... (1)
c. Menentukan nilai interval kelas pada nilai jawaban respoden pada
setiap variabel dengan rumus yang disampaikan Supranto (2010: 64)
di bawah ini.
kXXc n 1= ...................................................................................... (2)
Keterangan:
c = perkiraan besarnya kelas
k = banyaknya kelas
Xn = nilai observasi terbesar
Xi = nilai observasi terkecil
Berdasarkan nilai rata-rata dan nilai interval tersebut maka disusunlah
gambaran kriteria sikap dan prilaku ibu dalam memberikan ASI
Eksklusif.
1) Xi + (3 x c) < Sangat Baik Xn
2) Xi + (2 x c) < Baik Xi + (3 x c)
3) Xi + c < Tidak Baik Xi + (2 x c)
4) Xi Sangat Tidak Baik Xi + c
21
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
22/36
3. Gambaran perilaku responden
Perilaku responden disajikan dalam distribusi frekuensi meliputi pengasuh
bayi, jenis makanan/minuman yang diberikan selain ASI, bentuk
makanan/minuman yang diberikan selain ASI, alasan memberikan
makanan/minuman selain ASI, masa pemberian makanan/minuman selain
ASI, intensitas pemberian ASI dalam sehari.
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini dibedakan dalam 10 karakter.
Penjelasan dari masing-masing karakter adalah sebagai berikut.
1. Umur
Umur responden dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5.1 di bawah
ini.
Tabel 5.1
Karakteristik responden berdasarkan umur
No Kelompok JumlahPersentase
(%)
1 25 tahun 26 48,15
2 26 30 tahun 28 51,85
Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar responden
(51,85%) berusia antara 26 30 tahun.
2. Agama
Agama responden dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5.1 di bawah
ini.
Tabel 5.2
Karakteristik responden berdasarkan agama
No Kelompok Jumlah
Persentase
(%)
22
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
23/36
1 Hindu 45 83,33
2 Islam 4 7,41
3 Kristen 5 9,26
Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 5.2 diketahui bahwa sebagian besar responden
(83,33%) beragama Hindu.
3. Pendidikan
Pendidikan responden dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5.3 di
bawah ini.
Tabel 5.3
Karakteristik responden berdasarkan pendidikan
No Kelompok Jumlah Persentase (%)
1 Tidak sekolah 5 9,26
2 Tamat SD 11 20,37
3 Tamat SMP 11 20,37
4 Tamat SMA 27 50,00
Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 5.3 diketahui bahwa sebagian besar responden tamat
SMA (50%) yaitu sebanyak 27 orang, sedangkan yang tamat SMP dan SD
sama banyak (20,37%) yaitu 11 orang.
4. Status Bekerja
Status bekerja responden dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5.4 di
bawah ini.
Tabel 5.4
Karakteristik responden berdasarkan status bekerja
No Kelompok Jumlah Persentase (%)
1 Bekerja 43 85,192 Tidak Bekerja 8 14,81
Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja
(85,19%) yaitu sebanyak 46 orang, sedangkan yang tidak bekerja (14,81%)
sebanyak 8 orang.
5. Pekerjaan
Pekerjaan responden dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5.5 di bawah
ini.
23
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
24/36
Tabel 5.5
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan
No Kelompok Jumlah Persentase (%)
1 Tidak Bekerja 8 14,812 Pegawai Negeri 5 9,26
3 Pegawai Swasta 9 16,67
4 Petani 13 24,07
5 Pedagang 19 35,19
Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 5.5 diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja
sebagai pedagang (35,19%) sebanyak 19 orang dan petani (24,07%)
sebanyak 13 orang, sedangkan yang paling sedikit bekerja sebagai pegawai
negeri (9,26%) yaitu sebanyak 5 orang.
6. Jam Bekerja
Jam bekerja responden dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5.6 di bawah
ini.
Tabel 5.6
Karakteristik responden berdasarkan jam bekerja
No Kelompok Jumlah Persentase (%)
1 Tidak Bekerja 8 14,812 9 jam 7 12,96
Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 5.6 diketahui bahwa sebagian besar responden bekerja
sebanyak 6-9 jam sehari (48,15%) sebanyak 26 orang sedangkan yang bekerja
> 9jam (12,96%) sebanyak 7 orang.
7. Jumlah Anak
Jumlah anak responden dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5.7 di
bawah ini.
Tabel 5.7
Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak
No Kelompok Jumlah Persentase (%)
1 1 9 16,67
2 2 21 38,89
3 3 20 37,04
4 4 4 7,41
24
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
25/36
Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 5.7 diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai
2 orang anak ( 38,89% ) sebanyak 21 responden dan 3 orang anak (37,04%)
sebanyak 20 responden.
5.2 Deskripsi Data Variabel Sikap
5.2.1 Deskripsi Data
Variabel sikap dibentuk oleh delapan indikator. Jawaban responden pada
kedelapan indikator tersebut disajikan pada Tabel 5.12 di bawah ini.
Tabel 5.12Deskripsi data pada variabel sikap
NO Indikator
PernyataanRata-
rataSS S TS STS
F % F % F % F %
1 Pemberian ASI padabayi usia 0 - 6 bulan
39 72.22
9 16.67
5 9.26 1 1,85 3,59
2 Pemberian makanandan minuman
tambahan pada bayiberumur 6 bulan.
0 0 5 92.6 40 74.07
9 16.67
1,93
3 ASI menurunkan beratbadan ibu setelah
melahirkan
0 0 13 24,07
36 66,67
5 9,26 2,15
4 ASI membentuk
jalinan kasih sayangibu dan anak,
9 16,6
7
37 68,5
2
8 14,8
1
0 0 3,02
5 ASI menjarangkankehamilan
0 0 9 16,67
41 75,93
4 7,41 2,09
6 ASI mencegah kankerpayudara
0 0 23 42,59
29 53,70
2 3,70 2,39
7 ASI membantupeningkatan
kecerdasan bayi
8 14,81
34 62,96
11 20,37
1 1,85 2,91
8 ASI mencegahpenyakit infeksi padabayi (mencret, radang
paru)
15 27,78
21 38,89
17 31,48
1 1,85 2,93
Sumber: Lampiran 6
5.2.2 Sikap ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dalam hal kegagalan
pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tabanan I
Analisis deskriptif untuk mendapatkan penilaian tentang sikap ibu dalam
memberikan ASI Eksklusif ditempuh dengan tahapan sebagai berikut.
25
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
26/36
a. Menentukan total skor jawaban respoden pada variabel sikap.
Lampiran 3 menunjukkan bahwa total skor jawaban responden pada
variabel sikap adalah sebesar 1.134.
b. Menentukan nilai rata-rata jawaban responden pada variabel sikap.
Lampiran 3 menunjukkan bahwa nilai rata-rata jawaban responden pada
variabel sikap adalah sebesar 2,63.
c. Menentukan nilai interval kelas pada nilai jawaban respoden pada
setiap variabel dengan rumus yang disampaikan Supranto (2010: 64) di
bawah ini.
k
XXc n 1
=
4
14=c
75,0=c
Berdasarkan nilai rata-rata dan nilai interval tersebut maka disusunlah
gambaran kriteria sikap ibu dalam memberikan ASI Eksklusif. Gambaran
ini disajikan pada Tabel 5.12.
Tabel 5.12
Gambaran kriteria sikap ibu dalam memberikan ASI Eksklusif
No Kriteria Kelas Interval
1 Sangat Baik 3,25 X 4,00
2 Baik 2,50 X 3,25
3 Tidak Baik 1,75 X 2,50
4 Sangat Tidak Baik 1,00X
1,75Sumber: data diolah 2012
d. Berdasarkan perbandingan nilai rata-rata jawaban responden pada
variabel sikap yang sebesar 2,63 dengan gambaran kriteria sikap ibu
dalam memberikan ASI Eksklusif maka sikap ibu dalam memberikan ASI
Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tabanan I pada bulan September
2012 adalah Baik.
5.3 Deskripsi Data Variabel Perilaku
26
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
27/36
5.3.1 Deskripsi Data
Variabel perilaku dibentuk oleh enam indikator. Penjelasan dari masing-
masing indikator adalah seperti berikut.
1. Pengasuh bayi
Pengasuh bayi dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5.11 di bawah ini.
Tabel 5.11
Gambaran kriteria perilaku responden berdasarkan pengasuh bayi
No Kelompok Jumlah Persentase (%)
1 Ibu 18 33,33
2 Suami 2 3,70
3 Nenek 29 53,70
4 Pengasuh 5 9,26
Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 5.11 diketahui bahwa sebagian besar bayi diasuh oleh
nenek (53,70%) yaitu sebanyak 29 bayi.
2. Jenis makanan/minuman selain ASI
Jenis makanan/minuman yang diberikan kepada bayi selain ASI dalam
penelitian ini disajikan pada Tabel 5.12 di bawah ini.
Tabel 5.12
Gambaran kriteria perilaku responden berdasarkan jenis
makanan/minuman yang diberikan selain ASI
No Kelompok Jumlah Persentase (%)
1 1 jenis 4 7,41
2 2 jenis 35 64,81
3 3 jenis 15 27,78
Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 5.12 diketahui bahwa sebagian besar responden
memberikan 2 jenis makanan/minuman tambahan kepada bayi (64,81%) yaitu
sebanyak 35 orang.
3. Bentuk makanan/ minuman selain ASI
27
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
28/36
Bentuk makanan/minuman yang diberikan kepada bayi selain ASI dalam
penelitian ini disajikan pada Tabel 5.13 di bawah ini.
Tabel 5.13
Gambaran criteria perilaku responden berdasarkan jenis
makanan/minuman yang diberikan selain ASI
No Kelompok Jumlah Persentase
1 Cair 38 70,37
2 Makanan lumat 12 22,22
3 Makanan lembek 4 7,41
Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 5.13 diketahui bahwa sebagian besar responden
memberikan makanan/minuman tambahan dalam bentuk cair kepada bayi
(70,37%) yaitu sebanyak 38 orang.
4. Alasan memberikan makanan/minuman selain ASI
Alasan memberikan makanan/minuman selain ASI kepada bayi dalam
penelitian ini disajikan pada Tabel 5.14 di bawah ini.
Tabel 5.14
Gambaran kriteria perilaku responden berdasarkan alasan memberikan
makanan/minuman selain ASINo Kelompok Jumlah Persentase
1 Ibu bekerja 7 12,96
2 Susu formula lebih praktis 10 18,52
3 Merasa ASI saja belum cukup memenuhi
kebutuhan nutrisi bayi
23 42,59
4 Bayi masih rewel walau sudah diberi ASI 13 24,07
5 Ibu enggan memberikan ASI 1 1,85
Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 5.14 diketahui bahwa sebagian besar responden (42,59%)
yaitu sebanyak 23 responden memberikan makanan/minuman tambahan
karena merasakan ASI saja belum cukup memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.
28
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
29/36
5. Umur pemberian makanan tambahan
Umur pemberian makanan tambahan kepada bayi dalam penelitian ini
disajikan pada Tabel 5.15 di bawah ini.
Tabel 5.15
Gambaran kriteria perilaku responden berdasarkan umur pemberian makanan
tambahan
No Kelompok Jumlah Persentase
1 0-2 bulan 26 48,15
2 2-4 bulan 21 38,89
3 4-6 bulan 7 12,96
Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 5.15 diketahui bahwa sebagian besar responden
memberikan makanan tambahan pada bayi pada umur 0-2 bulan (48,15%)
yaitu sebanyak 26 orang.
6. Intensitas pemberian ASI
Intensitas pemberian ASI kepada bayi dalam penelitian ini disajikan pada
Tabel 5.16 di bawah ini.
Tabel 5.16Gambaran kriteria perilaku responden berdasarkan intensitas pemberian ASI
No Kelompok Jumlah Persentase
1 1-2x sehari 26 48,15
2 3x sehari 18 33,33
3 > 3x sehari 10 18,52
Sumber: Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 5.16 diketahui bahwa sebagian besar responden
memberikan ASI sebanyak 1-2x sehari (48,15%) yaitu sebanyak 26 orang.
BAB VI
PEMBAHASAN
29
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
30/36
6.1 Karakteristik Responden
Jumlah responden pada penelitian ini adalah 54 responden yang seluruhnya
adalah ibu-ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan pada bulan September2012
dan telah memberikan persetujuan untuk ikut serta dalam penelitian. Umur
responden bervariasi dan sebagian besar responden penelitian ini berada
dalam kelompok umur 26-30 tahun yaitu sebesar 51,85%. Hasil temuan
Pudjadi (2007) menyatakan bahwa umur adalah faktor yang menentukan
dalam pemberian ASI, karena dari segi produksi ASI, ibu yang berusia 19-23
tahun pada umumnya dapat menghasilkan cukup ASI. Hasil temuan ini juga
didukung oleh penelitian Setiawati (2009), didapatkan hubungan yang
bermakna antara faktor umur ibu terhadap praktek menyusui ASI eksklusif,
sehingga ia dapat menyimpulkan bahwa faktor umur merupakan faktor yang
berperan dalam praktek ibu menyusui.
Perbedaan hasil penelitian ini dengan teori, mungkin karena menurut
Swasono (2008) sebagai akibat promosi susu formula sangat gencar dilakukan
khususnya lewat tempat pelayanan kesehatan KIA misal RS (Rumah Sakit),
RSB (Rumah Sakit Bersalin), dan BPS (Bidan Praktek Swasta), sehingga
dapat menjadi stimulus bagi para ibu untuk lebih memilih memberikan susu
formula dibandingkan dengan pemberian ASI.
Pendidikan membantu seseorang untuk menerima informasi tentang
pertumbuhan dan perkembangan bayi, misalnya memberikan ASI eksklusif
hingga bayi berumur 6 bulan. Proses pencarian dan penerimaan informasi ini
akan cepat jika ibu berpendidikan tinggi. Distribusi responden menurut
tingkat pendidikan menunjukkan bahwa dari 54 responden terdapat 20.37%yang mempunyai tingkat pendidikan rendah (SD dan SMP) dan 50% pada
tingkat pendidikan lanjut (SMA).
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
Notoatmojo (2003) yaitu pendidikan ada kaitannya dengan pengetahuan,
semakin tinggi pendidikan yang ditempuh seseorang maka semakin baik
pengetahuan dan semakin luas dibandingkan dengan tingkat pendidikan yang
rendah. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi,
30
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
31/36
umumnya terbuka menerima berbagai hal baru guna pemeliharaan
kesehatannya. Pendidikan seorang ibu yang rendah memungkinkan ia lambat
dalam mengadopsi pengetahuan baru, khususnya tentang semua hal yang
berhubungan dengan pola pemberian ASI. Masalah pemberian ASI terkait
dengan masih rendahnya pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat
mengenai ASI.
Selain itu, kebiasaan memberikan makanan dan/atau minuman secara dini
pada sebagian masyarakat juga menjadi pemicu dari tidak berhasilnya
pemberian ASI Eksklusif. Ditambah lagi dengan kurangnya rasa percaya diri
pada sebagian ibu untuk dapat menyusui bayinya. Hal ini mendorong ibu
untuk lebih mudah menghentikan pemberian ASI dan menggantinya dengan
susu formula (Azwar, 2003). Promosi tentang ASI eksklusif termasuk
pelatihan perawatan payudara dan pemberdayaan masyarakat ibu menyusui,
perlu dilakukan oleh setiap unit pelayan kesehatan.
Sebagian besar responden telah bekerja, hanya sebanyak 8 orang sebagai
ibu rumah tangga. Pekerjaan utama mereka berimbang antara petani dan
pedagang. Jumlah jam kerja juga ditanyakan, dimana mereka yang bekerja
selama kurang dari 6 jam dengan lama bekerja 6-9 jam jumlahnya hampir
berimbang. Semakin lama ibu bekerja tentu semakin sedikit waktu ibu untuk
memberikan ASI eksklusif pada bayinya (Nugroho, 2003).
Semakin banyak jumlah anak maka akan menurunkan pemberian ASI
ekskusif pada bayi. Sebanyak 38,89% responden memiliki 2-3 anak. Menurut
penelitian Soeparmanto dan Rahayu (2009), ibu dengan kurang dari 3 anak
memiliki kemungkinan menyusui ASI eksklusif 10x lipat dibandingkan
dengan ibu yang memiliki jumlah anak lebih banyak dibandingkan denganitu.
Peranan keluarga terhadap berhasil atau tidaknya subjek untuk
memberikan ASI eksklusif adalah sangat besar. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa subjek yang tinggal serumah dengan ibu (nenek) mempunyai peluang
sangat besar untuk memberikan makanan pendamping ASI sejak dini pada
bayi (Diana Nur Afifah, 2007), dimana menurut hasil penelitian ini juga
31
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
32/36
menunjukkan bahwa pengasuh bayi yang paling banyak adalah nenek, yaitu
sebesar 53,57%.
Merasa ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
merupakan alasan yang paling banyak dikemukakan oleh responden mengapa
mereka memberikan makanan/minuman tambahan, yakni sebanyak 42,59%.
Hampir sebagian responden mengemukakan bahwa susu formula lebih praktis
bila diberikan kepada bayi. Ini bisa saja terkait dengan ibu sebagai pengasuh
bayi dan jumlah ibu yang bekerja juga cukup banyak (79,63%) sehingga
waktu yang tersedia untuk menyusui bayi menjadi lebih sedikit.
Hal ini sejalan dengan penelitian Rohani (2007), bahwa dalam
penelitiannya didapati hubungan antara pekerjaan terhadap pemberian ASI
Eksklusif. Ini menunjukkan bahwa akan terjadi penurunan pemberian ASI
Eksklusif jika disertai peningkatan pekerjaan ibu. Namun ini bertolak
belakang dengan penelitian Sulistyoningsih (2005), dalam penelitiannya tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan perilaku ibu
dalam memberikan ASI. Juga terdapat persamaan pada penelitian Al Murhan
(2002), yang menyatakan tidak terdapat hubungan pekerjaan dengan praktik
pemberian ASI Eksklusif. Dalam hal ini kemungkinan yang mempengaruhi
adalah persepsi ibu mengenai teknik pemberian ASI Eksklusif. Sehingga
penyelesaian masalah bukan untuk melarang ibu bekerja, melainkan
memberikan informasi tentang teknik-teknik dalam pemberian ASI eksklusif.
Pekerjaan ibu pada penelitian ini hampir merata antara petani dan
pedagang. Ibu yang berprofesi sebagai petani dan pedagang bisa diberikan
penyuluhan tentang teknik pemberian ASI dengan metode kanggoro, dimana
metode ini memberikan perlindungan kepada bayi karena ibu dan bayi selalubersama-sama. Metode ini memberikan perlindungan berupa kehangatan suhu
tubuh bagi bayi, lebih bisa mengawasi bayi, dan pemberian ASI yang
berkecukupan. Penelitian yang dilakukan di Ekuador oleh Sloan, dkk
menunjukkan bahwa manfaat yang didapat dengan metode kanggoro adalah
penurunan risiko terkena penyakit. Sedangkan penelitian oleh Kambarami,
dkk. di Zimbabwe menunjukkan adanya penurunan kunjungan bayi ke rumah
sakit dengan menggunakan metode kanggoro. (WHO, 2003)
32
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
33/36
6.2 Gambaran Sikap Responden Dalam Kegagalan Pemberian ASI Eksklusif
Dari nilai rata-rata yang didapatkan dari poin-poin penilaian sikap ibu
terhadap pemberian ASI Eksklusif menunjukkan bahwa sikap ibu adalah baik,
yaitu bernilai 2,63 dimana hal tersebut dinilai berdasarkan pada kepustakaan
Roesli (2005) dan Hartanti (2004) yang menyebutkan berbagai manfaat ASI
bagi ibu maupun bayi, yang berarti kebanyakan responden sudah memiliki
persepsi yang benar mengenai pemberian ASI Eksklusif dan hanya sebagian
kecil dari responden yang masih memiliki persepsi yang kurang benar.
6.3 Gambaran Perilaku Responden Dalam Kegagalan Pemberian ASI
Eksklusif
Peranan keluarga terhadap berhasil atau tidaknya subjek untuk memberikan
ASI eksklusif adalah sangat besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
subjek yang tinggal serumah dengan ibu (nenek) mempunyai peluang sangat
besar untuk memberikan makanan pendamping ASI sejak dini pada bayi
(Diana Nur Afifah, 2007), dimana menurut hasil penelitian ini juga
menunjukkan bahwa pengasuh bayi yang paling banyak adalah nenek, yaitu
sebesar 53,57%.
Bentuk makanan cair adalah yang paling sering diberikan pada bayi oleh ibu-
ibu yang gagal dalam memberikan ASI Eksklusif yaitu sebesar 70,37%. Riset
yang dilakukan di pinggiran kota Lima, Peru menunjukkan bahwa 83% bayi
menerima air putih dan teh dalam bulan pertama. Penelitian di masyarakat
Gambia, Filipina, Mesir, dan Guatemala melaporkan bahwa lebih dari 60%
bayi baru lahir diberi air manis dan/atau teh. (LINKAGES, 2002)Merasa ASI saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
merupakan alasan yang paling banyak dikemukakan oleh responden mengapa
mereka memberikan makanan/minuman tambahan, yakni sebanyak 42,59%.
Hampir sebagian responden mengemukakan bahwa susu formula lebih
praktis bila diberikan kepada bayi. Ini bisa saja terkait dengan ibu sebagai
pengasuh bayi dan jumlah ibu yang bekerja juga cukup banyak (79,63%)
sehingga waktu yang tersedia untuk menyusui bayi menjadi lebih sedikit.
33
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
34/36
Usia pertama pemberian makanan/minuman selain ASI pada penelitian ini
dominan diberikan pada bayi usia 0-2 bulan yakni sebesar 48,15%.
Rekomendasi pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan tampaknya masih
terlalu sulit untuk dilaksanakan, dimana hal tersebut sesuai dengan penelitian
Pemberian ASI Eksklusif yang diadakan di Semarang pada tahun 2007 yang
menunjukkan bahwa pemberian MP-ASI paling awal diberikan pada saat bayi
berusia 4 bulan yaitu sebanyak 78%.
Upaya agar ibu bisa menyusui bayinya secara eksklusif sampai usia 4
bulan saja masih memiliki banyak kendala. Laporan dari berbagai studi
memperlihatkan rendahnya prevalensi ASI eksklusif 4 bulan, misalnya hasil
survey demografi dan kesehatan Indonesia tahun 1997 menunjukkan bahwa
pemberian ASI eksklusif untuk bayi 4-5 bulan sebesar 23,9%. Sasaran
program perbaikan gizi masyarakat untuk meningkatkan ASI eksklusif
menjadi 80% tampaknya terlalu tinggi. (Fikawati, 2010).
Untuk intensitas pemberian ASI Eksklusif dalam satu hari menunjukan
sebanyak 48,15% yang memberikan ASI sebanyak 1-2x sehari dan sebanyak
33,33% yang memberikan ASI sebanyak 3x sehari, sedangkan hanya 18,52%
yang memberikan ASI lebih dari 3x sehari. Berdasarkan WHO 2010
pemberian ASI yang paling benar adalah pemberian ASI lebih dari 3 kali
sehari dan sekerap mungkin sesuai kebutuhan bayi, dimana ini sesuai dengan
hasil penelitian bahwa perilaku pemberian ASI oleh kebanyakan ibu adalah
tidak baik.
6.4 Kelemahan Penelitian
Kemungkinan terjadinya recall bias pada responden, yaitu kesulitanmengingat kembali kejadian pemberian ASI eksklusif. Kemungkinan terjadi
bias yang berasal dari subjek penelitian, misalnya responden tahu dirinya
sedang diteliti sehingga berusaha bersikap baik. Bias diupayakan
dikendalikan dengan cara memberi pengarahan kepada subjek sebelum
diberikan kuesioner.
Banyaknya faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI pada
beberapa teori, kemungkinan variabel lain yang berhubungan namun tidak
34
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
35/36
dimasukkan dalam penelitian ini karena ada pertimbangan, minat dan
keterbatasan peneliti. Variabel yang diteliti hanya terbatas pada variabel yang
terdapat dalam kerangka konsep penelitian saja.
Dalam penelitian ini tidak dilakukan pengamatan langsung oleh peneliti
setiap harinya untuk mengetahui sikap dan perilaku responden, sehingga tidak
dapat menggambarkan sikap dan perilaku yang sesungguhnya.
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan tentang gambaran
sikap dan perilaku ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan dalam hal kegagalan
pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tabanan I pada bulan
September 2012.
1. Sikap ibu dalam memberikan ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Tabanan I pada bulan September 2012 adalah Baik. Ini didasarkan pada
perbandingan nilai rata-rata jawaban responden pada variabel sikap yang sebesar
2,63 dengan gambaran kriteria sikap ibu dalam memberikan ASI Eksklusif.
2. Perilaku ibu dalam memberikan ASI Eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Tabanan I pada bulan September 2012 adalah Tidak Baik. Ini didasarkan pada
perbandingan nilai rata-rata jawaban responden pada variabel perilaku yang
sebesar 0,35 dengan gambaran kriteria perilaku ibu dalam memberikan ASI
Eksklusif.
7.2 SaranBerdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat penulis sampaikan
guna meningkatkan cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas
Tabanan I antara lain sebagai berikut :
1. Sesuai dengan hasil penelitian yang didapat yaitu sebagian besar ibu menyusui
sudah memiliki pemahaman mengenai pemberian ASI Eksklusif yang sudah
termasuk dalam kategori baik sedangkan yang perlu diperbaiki adalah perilaku ibu
dalam pemberian ASI Eksklusif kepada bayi mereka dan cara yang paling tepat
35
-
7/29/2019 Asi Chan-jas Super Done - Copy
36/36
adalah Puskesmas Tabanan I diharapkan dapat melakukan pendampingan ibu
secara dini dalam hal pemberian ASI eksklusif dan kunjungan ke rumah-rumah
ibu menyusui bayi usia 0-6 bulan oleh kader-kader posyandu dalam hal
mengamati dan memperbaiki perilaku para ibu menyusui tersebut untuk
memberikan ASI eksklusif kepada bayi mereka, serta memberikan pelayanan
konseling baik untuk seluruh ibu menyusui maupun ibu hamil sebagai calon ibu
menyusui nantinya.
2. Bagi Puskesmas Tabanan I juga dapat mengadakan penyuluhan mengenai
metode menyusui kanggoro sebagai salah satu metode pemberian ASI secara rutin
di posyandu-posyandu di wilayah kerja Puskesmas Tabanan I.