ARTIKEL PUBLIKASI.docx
-
Upload
fitrianita-samiun -
Category
Documents
-
view
91 -
download
6
Transcript of ARTIKEL PUBLIKASI.docx
UJI BAKTERIOLOGI DAN GAMBARAN HIGIENE PENJUAL AIR TEBU DI PASAR TRADISIONAL KOTA PEKANBARU
Dewi Anggraini1, Fifia Chandra2, Fitrianita3
AbstractPekanbaru traditional markets is one place that becomes an option for the vendors to sell sugarcane water. Some of the sugarcane water vendors who are found in those markets demonstrate hygiene behaviors that do not fulfill the requirements of hygiene. Contamination of sugarcane water can occur due to various factors, which is because the vendors who are less good hygiene. The aim of this research was to know the contamination of coliform, fecal coliform and Escherichia coli (E. coli) in sugarcane water and the description of the vendors hygiene in the Pekanbaru traditional market. The type of this research was descriptive. Assessment of bacteriological quality of sugarcane water used Most Probable Number (MPN) and description hygiene data was collected by observation and questionnaire. The results of bacteriological assessment, all samples obtained sugarcane water (100%) contaminated of coliform, fecal coliform and in the identification was found E. coli. The result of observation and questionnaire about the hygiene vendors, almost all sugarcane water vendors did not fulfill hygiene requirements except the requirements 45.5% did not use a jewelry on their hand and 45.5% vendors use a head covering. In conclusion, sugarcane water were sold in Pekanbaru traditional market not fulfill requirements for the bacteriological drinking water based on Kepmenkes RI No.907/Menkes/SK/VII/2002 and almost all the sugarcane water vendors did not fulfill hygiene requirements based on Kepmenkes RI No.942/Menkes/ SK/VII/2003.
Keywords: coliform, fecal coliform and Escherichia coli, sugar cane water, traditional market, vendor hygiene
Pendahuluan
Air tebu merupakan salah satu minuman jajanan tanpa kemasan
khusus yang banyak didapatkan di pasar tradisional. Air tebu diperoleh dari
hasil pemerasan batang tebu dengan menggunakan alat penggilingan
khusus.1 Sebagai air minum yang layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat
1Coresponding Author. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau.2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Riau.3Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Jl.Diponegoro No.1 Pekanbaru
dan tidak menyebabkan gangguan kesehatan maka air tebu yang dikonsumsi
harus memenuhi persyaratan kesehatan.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.907/Menkes/SK/VII/2002, bahwa air minum yang aman bagi kesehatan
apabila memenuhi persyaratan bakteriologis, kimiawi, radioaktif dan fisik.2,3
Parameter untuk persyaratan bakteriologis, air minum tidak boleh
mengandung coliform, fecal coliform dan Escherichia coli (E. coli).
Keberadaan coliform, fecal coliform dan E. coli pada sampel air minum
mengindikasikan adanya bakteri patogen lainnya yang ikut
mengkontaminasi air minum.2,4,5 Berdasarkan hasil Studi Basic Human
Services tahun 2006, ditemukan hampir 47,5% air minum yang dikonsumsi
masyarakat Indonesia mengalami kontaminasi bakteri E. coli hal ini terjadi
karena air minum tidak dikelola dengan baik.6
Air tebu menjadi salah satu minuman jajanan yang menjadi pilihan
masyarakat, sebagai air minum yang aman dikonsumsi maka perlu
diperhatikan kualitas bakteriologinya.
Kualitas bakteriologi air minum sangat dipengaruhi oleh faktor higiene
penjual. Tingkat higiene penjual minuman yang rendah dapat mempengaruhi
terjadinya kontaminasi pada minuman. Semua penjual minuman harus selalu
memelihara kebersihan perorangan, terbiasa berperilaku hidup bersih dan
sehat selama bekerja, seperti perilaku mencuci tangan dengan sabun sebelum
mengolah minuman, keadaan kuku yang pendek dan bersih, tidak
menggunakan perhiasan tangan, menggunakan sarung tangan, menggunakan
celemek, menggunakan masker, menggunakan penutup kepala, menutup
bahan mentah dan menutup peralatan yang digunakan serta mencuci semua
peralatan yang digunakan.8,9
1Coresponding Author. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau.2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Riau.3Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Jl.Diponegoro No.1 Pekanbaru
Pasar tradisional Kota Pekanbaru merupakan salah satu tempat
yang banyak dikunjungi oleh masyarakat dan merupakan tempat yang
menjadi pilihan bagi para penjual untuk menjual air tebu. Berdasarkan
hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti di pasar tradisional Kota
Pekanbaru, hampir semua penjual tidak memperhatikan higiene dalam
mengolah air tebu seperti penjual tidak mencuci tangan atau mencuci
tangan tetapi tidak menggunakan sabun dan air mengalir sebelum
mengupas tebu, menggiling dan membungkus air tebu. Penjual juga
tidak menutup rapat tebu-tebu yang telah dikupas dan tidak menutup
peralatan yang digunakan, tidak mencuci alat penggilingan, tidak
mencuci alat pengupas tebu dan tidak mencuci tebu-tebu yang telah
dikupas. Di sekitar gerobak penjualan banyak dijumpai lalat dan
serangga lainnya. Hal ini memungkinkan air tebu yang dijual di pasar
tradisional Kota Pekanbaru terkontaminasi bakteri patogen.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan
suatu penelitian tentang uji bakteriologi pada air tebu dan gambaran
higiene penjual air tebu di pasar tradisional Kota Pekanbaru.
Tujuan
Untuk mengetahui kualitas bakteriologi dan gambaran higiene
penjual air tebu di pasar tradisional Kota Pekanbaru.
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengetahui
kualitas bakteriologi air tebu dan gambaran higiene penjual air tebu di pasar
tradisional Kota Pekanbaru.
Waktu dan Tempat Penelitian
1Coresponding Author. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau.2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Riau.3Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Jl.Diponegoro No.1 Pekanbaru
Penelitian ini dilakukan di pasar tradisional Kota Pekanbaru yang
dikelola oleh Dinas Pasar Kota Pekanbaru dan pihak ketiga yang tercatat
dalam Peraturan Daerah Kota Pekanbaru No 8 tahun 2006 tentang Retribusi
Pelayanan Pasar. Pemeriksaan sampel dilakukan di Laboratorium
Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau, penelitian ini mulai
dilaksanakan pada bulan Desember 2010 sampai dengan bulan Juni 2011.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian ini adalah kualitas bakteriologi air tebu dan
gambaran higiene penjual air tebu (mencuci tangan menggunakan sabun dan
air mengalir sebelum mengolah air tebu, kondisi kuku dan tangan, penggunaan
perhiasan, penggunaan sarung tangan, penggunaan celemek, penggunaan
masker, penggunaan penutup kepala, menutup tebu yang telah dikupas dan
menutup peralatan, mencuci peralatan (gelas, wadah penampung air tebu dan
penyaringan), mencuci alat penggilingan tebu, mencuci alat pengupas tebu,
mencuci tebu yang telah dikupas kulitnya serta perilaku penjual pada saat
bersin)
Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat-alat untuk
pemeriksaan kualitas bakteriologi air tebu (spuit 10 ml steril, tabung reaksi,
rak tabung reaksi, tabung Durham, kapas steril, inkubator, api bunsen, tabung
erlenmeyer, handschoen, masker dan ice box.
Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan kualitas bakteriologi air
tebu adalah Media Lactose Broth (LB), Media Brilliant Green Lactose Broth
(BGLB), media agar endo, media agar nutrient miring, lugol, alkohol 96%,
air fucshin, gentian violet, sampel air tebu yang dibeli di pasar tradisional
Kota Pekanbaru dan alkohol 70%.1Coresponding Author. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau.2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Riau.3Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Jl.Diponegoro No.1 Pekanbaru
Prosedur Penelitian
1. Sampel diambil dengan membeli air tebu tanpa es yang dimasukkan ke
dalam kantong plastik oleh penjual.
2. Sampel yang dibungkus plastik tersebut dimasukkan ke dalam termos
es yang telah didesinfeksi dengan alkohol 70% sebelumnya, lalu
termos es diberi label sesuai lokasi penjualan air tebu, selanjutnya
dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Riau.
3. Setelah sampai di laboratorium, dengan tekhnik aseptik air tebu
dituang ke labu erlenmeyer steril.
4. Setelah sampel diambil, selanjutnya dilakukan uji kualitatif coliform,
fecal coliform dan Escherichia coli yang terdiri dari tiga tahap,
yaitu:
a. Uji Penduga (Presumptive test)
1. Inokulasi air tebu sebanyak 10 ml dengan menggunakan pipet
steril ke dalam 5 tabung medium berisi 10 ml laktose broth.
2. Inokulasi air tebu sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet
steril ke dalam 5 tabung medium berisi 10 ml laktose broth.
3. Inokulasi air tebu sebanyak 0,1 ml dengan menggunakan pipet
steril ke dalam 5 tabung medium berisi 10 ml laktose broth.
4. Inkubasi semua tabung reaksi kedalam inkubator pada suhu
37oC selama 24 jam.
5. Setelah diinkubasi selama 24 jam lihat hasilnya, apabila
terbentuk gas yang tertangkap ke dalam tabung Durham maka
hasilnya positif (+), hal ini menandakan terdapatnya coliform
pada sampel. Apabila tidak terdapat gas yang terperangkap
dalam tabung Durham, inkubasi dilanjutkan hingga 48 jam, jika 1Coresponding Author. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau.2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Riau.3Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Jl.Diponegoro No.1 Pekanbaru
hasilnya tetap tidak terdapat gas di dalam tabung Durham
tersebut, maka hasilnya negatif (-).
6. Jumlah sampel tabung yang positif dibandingkan dengan
indeks MPN coliform untuk memperkirakan jumlah total
coliform dalam 100 ml sampel.
b. Uji Penguat (Confirmed test)
1. Masukkan 1 tetes sampel positif dari setiap seri pada uji
penduga dalam 2 tabung reaksi yang telah berisi tabung
Durham dan 5 ml medium BGLB.
2. Proses inkubasi dilakukan secara duplo, yaitu salah satu tabung
reaksi tersebut diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam dan
satu tabung reaksi sisanya diinkubasi pada suhu 44,5oC selama
24 jam.
3. Terdapatnya gas yang terperangkap dalam tabung Durham (+)
pada suhu 37oC, hal ini menguatkan data dari uji penduga,
tentang adanya kontaminasi coliform.
4. Terdapatnya gas yang terperangkap dalam tabung Durham (+)
pada suhu 44,5oC, hal ini menunjukkan adanya kontaminasi
fecal coliform.
c. Uji pelengkap (completed test)
1. Sampel air di kultur pada medium agar endo dari sampel air
yang telah positif pada uji penguat suhu 37oC , lalu diinkubasi
selama 24 jam pada suhu 37oC.
2. Menghasilkan koloni yang khas untuk E. coli yaitu koloni
merah kehijauan dengan kilat metalik (metallic sheen).
Inokulasi suspensi bakteri dari medium agar endo dalam tabung
reaksi yang berisi medium BGLB, dan diinkubasi selama 24
jam pada suhu 37oC.1Coresponding Author. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau.2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Riau.3Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Jl.Diponegoro No.1 Pekanbaru
3. Koloni membentuk gas dalam BGLB, maka dikatakan uji
pelengkap positif, hal ini menguatkan data dari uji penguat.
4. Suspensi bakteri diinokulasi dalam medium agar nutrient
miring, dan diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37oC.
5. Dilanjutkan dengan pewarnaan Gram, kemudian dilihat
dibawah mikroskop. Escherichia coli berbentuk batang dan
gram negatif.
Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dengan sistem
komputerisasi. Data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan laboratorium
serta hasil observasi dan wawancara disajikan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
Hasil Penelitian
Tabel 4.1 Hasil uji penduga pada sampel air tebu
Sampel air tebu
Indeks MPN/100 ml sampel
Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D Sampel E Sampel F Sampel G Sampel H Sampel I Sampel J Sampel K
> 1800 > 1800 > 1800 > 1800 > 1800 > 1800 > 1800 > 1800 > 1800 > 1800 > 1800
Berdasarkan Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa pada uji penduga
didapatkan seluruh sampel memberikan hasil positif (terbentuk gas pada 1Coresponding Author. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau.2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Riau.3Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Jl.Diponegoro No.1 Pekanbaru
tabung Durham) dengan indeks MPN > 1800/100 ml sampel. Hal ini
menandakan adanya kontaminasi coliform pada seluruh sampel air tebu.
Tabel 4.2 Jumlah total coliform pada sampel air tebu (Hasil dari uji penguat yang diinkubasi pada suhu 37oC)
Sampel air tebu
Indeks MPN/100 ml sampel
Kontaminasi coliform
Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D Sampel E Sampel F Sampel G Sampel H Sampel I Sampel J Sampel K
28 7 11 11 25 9 19 19 9 17 32
Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+)
Berdasarkan Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa hasil dari uji penguat yang
diinkubasi pada suhu 37oC, seluruh sampel air tebu (100%) memberikan hasil
positif dengan indeks MPN 7-32 per 100 ml sampel. Hal ini menguatkan
tentang adanya kontaminasi coliform pada sampel air tebu.
Tabel 4.3 Jumlah fecal coliform pada sampel air tebu (Hasil dari uji penguat yang diinkubasi pada suhu 44,5oC)
Sampel air tebu
Indeks MPN/100 ml sampel
Kontaminasi fecal coliform
Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D Sampel E Sampel F Sampel G
19 5 9 9 17 4 17
Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+)
1Coresponding Author. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau.2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Riau.3Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Jl.Diponegoro No.1 Pekanbaru
Sampel H Sampel I Sampel J Sampel K
19 9 15 24
Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+)
Berdasarkan Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa hasil dari uji penguat yang
diinkubasi pada suhu 44,5oC, seluruh sampel air tebu (100%) memberikan
hasil positif dengan indeks MPN 4-24 per 100 ml sampel. Hal ini
menunjukkan bahwa seluruh sampel air tebu terkontaminasi fecal coliform.
Tabel 4.4 Kontaminasi E. coli pada sampel air tebuSampel air tebu
Kontaminasi E. coli
Sampel A Sampel B Sampel C Sampel D Sampel E Sampel F Sampel G Sampel H Sampel I Sampel J Sampel K
Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+) Positif (+)
Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa semua sampel air tebu
(100%) positif terkontaminasi E. coli.
Hasil observasi dan wawancara terhadap sebelas penjual air tebu di
pasar tradisional Kota Pekanbaru dapat dilihat pada tabel 4.5 dan 4.6, yaitu
menggambarkan perilaku higiene penjual air tebu yang buruk. Hampir seluruh
variabel yang diteliti didapatkan bahwa seluruh penjual air tebu tidak
memenuhi persyaratan higiene kecuali pada beberapa variabel yaitu variabel
penggunaan perhiasan tangan (masih ditemukan 45,5% penjual yang tidak
1Coresponding Author. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau.2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Riau.3Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Jl.Diponegoro No.1 Pekanbaru
menggunakan perhiasan tangan) dan penggunaan penutup kepala (masih
ditemukan 45,5% penjual yang menggunakan penutup kepala).
1Coresponding Author. Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Riau.2Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Riau.3Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Jl.Diponegoro No.1 Pekanbaru
Tabel 4.5 Hasil observasi higiene penjual air tebu di pasar tradisional Kota Pekanbaru
Penjual Air tebu
Cuci tangan dengan sabun
dan air mengalir sebelum
mengolah tebu
Kondisi kuku dan tangan
Menggunakan perhiasan
tangan
Penggunaan sarung tangan
Penggunaan celemek
Penggunaan masker
Penggunaan penutup kepala
Menutup bahan mentah dan peralatan
Mencuci peralatan sebelum
digunakan
Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk
Penjual A
Penjual B
Penjual C
Penjual D
Penjual E
Penjual F
Penjual G
Penjual H
Penjual I
Penjual J
Penjual K
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
-
-
-
√
-
√
-
√
√
√
√
√
√
√
-
√
-
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
-
√
√
√
-
√
-
-
-
-
√
√
-
-
-
√
-
√
√
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Jumlah 0 11 0 11 5 6 0 11 0 11 0 11 5 6 0 11 0 11
% 0% 100% 0% 100% 45,5% 54,5% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 45,5% 54,5% 0% 100% 0% 100%
Tabel 4.6 Hasil wawancara mengenai higiene penjual air tebu di pasar tradisional Kota Pekanbaru
Penjual air tebu
Mencuci alat penggiling tebu dengan
sebelum digunakan
Mencuci alat pengupas tebu dengan air bersih
dan sabun
Mencuci tebu yang telah dikupas
kulitnya
Perilaku penjual air tebu ketika bersin
Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk Baik Buruk
Penjual A
Penjual B
Penjual C
Penjual D
Penjual E
Penjual F
Penjual G
Penjual H
Penjual I
Penjual J
Penjual K
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Jumlah 0 11 0 11 0 11 0 11
% 0% 100% 0% 100% 0% 100% 0% 100%
Pembahasan
Hasil dari penelitian ini didapatkan bahwa seluruh sampel air tebu (100%)
terkontaminasi coliform (indeks MPN 7-32 per 100 ml sampel), fecal coliform (indeks
MPN 4-24 per ml sampel) dan hasil identifikasi ditemukan adanya kontaminasi E. coli.
Keberadaan coliform dalam penelitian ini ditentukan dari uji penduga dan di konfirmasi
dengan uji penguat yang diinkubasi pada suhu 37oC. Uji penduga merupakan tahap awal
untuk menentukan adanya kontaminasi coliform, kemudian dilanjutkan dengan uji
penguat yang diinkubasi pada suhu 37oC untuk mengkonfirmasi tentang kebenaran
adanya kontaminasi coliform. Keberadaan fecal coliform ditentukan dari uji penguat yang
diinkubasi pada suhu 44,5oC. Keberadaan E. coli dalam penelitian ini ditentukan dari uji
pelengkap dengan mengidentifikasi koloni yang tumbuh pada agar endo, kemudian
dilanjutkan dengan penilaian pada medium BGLB, agar nutrient dan gambaran pada hasil
pewarnaan Gram.4,25,31,32
Keberadaan coliform, fecal coliform dan E. coli pada sampel mengindikasikan
adanya bakteri patogen lainnya yang ikut mengkontaminasi.4,5 Jumlah coliform dan fecal
coliform dalam sampel di nilai dari indeks MPN. Jadi, semakin besar indeks MPN yang
didapat dari setiap sampel air tebu maka semakin besar jumlah bakteri patogen lainnya
yang ikut mengkontaminasi air tebu. Bakteri patogen yang sering ditemukan dalam air
terutama adalah bakteri-bakteri penyebab infeksi saluran pencernaan seperti Vibrio
cholera penyebab kolera, Shigella dysenteriae penyebab disentri basiler, Salmonella
typhosa penyebab demam tifoid, virus polio dan hepatitis, Entamoeba histolytica
penyebab disentri amuba.32,33
Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas bakteriologi air tebu adalah faktor
higiene penjual. Berdasarkan hasil observasi pada penjual air tebu, sebanyak 11 (100 %)
penjual air tebu tidak mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir sebelum mengolah
tebu. Hasil ini didukung oleh penelitian Djaja (2003) 12,5% makanan terkontaminasi E.
coli melalui tangan pengolah.34 Menurut penelitian lain, Mayasari (2011) menyatakan
bahwa 52,8% penjamah makanan tidak mencuci tangan dengan sabun sebelum mengolah
dan menyajikan makanan.35 Naria menyatakan bahwa 58,6% pengolah makanan jajanan
tidak mencuci tangan dengan sabun.11 Agustina (2009) juga menyatakan bahwa 86,9%
pedagang makanan jajanan tidak mencuci tangan saat hendak menjamah makanan.10
Berdasarkan Kepmenkes RI (2003), penjamah makanan jajanan harus mencuci tangan
setiap kali saat melakukan kegiatan penanganan makanan jajanan.21
Berdasarkan hasil observasi terdapat 11 (100%) penjual air tebu mempunyai kuku
panjang atau pendek kotor, ditemukan dari salah satu penjual mempunyai beberapa kuku
pendek kotor dan beberapa kuku lainnya panjang. Hal ini berarti termasuk dalam kategori
buruk dan tidak sesuai dengan Kepmenkes RI (2003). Penelitian ini didukung oleh
penelitian Mayasari (2011) 55,6% penjamah makanan dengan kondisi kuku panjang dan
kotor, hasil yang sama didapatkan oleh Agustina, (2009) 34,8% pedagang makanan
jajanan memiliki kuku yang kotor dan berwarna hitam.10,35 Menurut Susanna (2003) ada
hubungan bermakna antara kuku tangan penjamah makanan dengan kontaminasi
makanan.37 Berdasarkan Kepmenkes RI (2003), penjamah makanan jajanan harus
menjaga kebersihan kuku dan tangan saat melakukan kegiatan penanganan makanan
jajanan.21
Hasil observasi lainnya, yaitu penjual menggunakan perhiasan, ditemukan
sebanyak 6 (54,5%) penjual air tebu menggunakan perhiasan seperti arloji/jam tangan,
gelang dan cincin, yaitu 1 penjual wanita menggunakan gelang tangan, 3 penjual wanita
menggunakan cincin dan 2 penjual laki-laki menggunakan jam tangan, hal ini termasuk
dalam kategori buruk. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Mayasari (2011),
terdapat 33,3% penjamah makanan menggunakan perhiasan.35 Perhiasan yang boleh
dipakai sebatas perhiasan tidak berukir. Perhiasan seperti cincin, gelang, termasuk arloji
sebaiknya tidak dipakai saat mengolah air minum. Kotoran akan menumpuk pada sela-
sela perhiasan, hal ini dapat menyebabkan makanan dan minuman terkontaminasi.20
Seluruh penjual air tebu 11 (100%) tidak menggunakan sarung tangan. Hasil
penelitian ini didukung oleh penelitian Agustina F (2009) dan Mayasari A (2011), yaitu
69,6% pedagang makanan jajanan tradisional menjamah makanan dengan tanpa alas
tangan dan 77,8% penjamah makanan tidak menggunakan sarung tangan.10,35 Berdasarkan
Kepmenkes RI (2003), penjamah makanan jajanan harus menggunakan sarung
tangan/alas tangan saat melakukan kegiatan penanganan makanan jajanan.21
Berdasarkan hasil observasi, ditemukan sebanyak 11 (100%) penjual air tebu tidak
menggunakan celemek. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Naria ditemukan
sebanyak 86,2% pengolah makanan jajanan tidak menggunakan celemek.11 Menurut
Mayasari A (2011), yaitu 94,4% penjamah makanan tidak menggunakan celemek.35
Agustina (2009) juga menyatakan bahwa 100% pedagang makanan jajanan tidak
menggunakan celemek.10 Berdasarkan Kepmenkes RI (2003), penjamah makanan jajanan
harus menggunakan celemek saat melakukan kegiatan penanganan makanan jajanan.21
Hasil observasi lainnya, seluruh penjual air tebu 11 (100%) tidak menggunakan
masker. Hasil ini didukung oleh penelitian Mayasari A (2011) 100% penjamah makanan
tidak menggunakan masker.35 Masker digunakan untuk mencegah percikan ludah, melalui
percikan ludah akan menjadi sumber pencemaran yang diperantarai oleh udara, pada saat
pengolahan penjual tidak dibenarkan berkata-kata karena percikan ludah bisa jatuh ke air
minum. Hal ini akan menyebabkan air minum terkontaminasi.20
Penjual berjumlah sebelas orang, yaitu 5 penjual wanita dan 6 penjual laki-laki.
Hasil observasi ditemukan sebanyak 6 (54,5%) penjual laki-laki tidak menggunakan
penutup kepala. Berdasarkan Kepmenkes RI (2003), penjamah makanan jajanan harus
menggunakan penutup kepala pada saat melakukan kegiatan penanganan makanan
jajanan.21 Penelitian ini didukung oleh penelitian Mayasari (2011), yaitu 77,8% penjamah
makanan tidak menggunakan penutup kepala.35 Menurut Agustina (2009) sebanyak
39,1% pedagang makanan jajanan tidak menggunakan penutup kepala.10 Penutup kepala
merupakan sebagai pelindung makanan dan minuman dari rambut.
Berdasarkan hasil observasi pada penjual air tebu, diperoleh 11 (100%) tidak
menutup rapat bahan mentah dan peralatan yang digunakan dengan penutup plastik.
Menurut Desmawati (2008), bahan mentah yang tidak disimpan dengan baik dan
dibiarkan terbuka akan mudah terkontaminasi, lalat sebagai vektor membawa bakteri
patogen dan kemudian hinggap pada tebu yang telah dikupas kulitnya akan menyebabkan
tebu terkontaminasi.7
Peralatan (gelas, piring, sendok) harus selalu dijaga kebersihannya setiap
digunakan, kebersihan peralatan yang terjaga akan sangat membantu mencegah
pencemaran atau kontaminasi pada makanan dan minuman.38 Hasil pada penelitian ini
ditemukan sebanyak 11 (100%) tidak mencuci peralatan sebelum digunakan dengan air
matang, seperti alat penyaring, gelas dan wadah penampung air tebu. Berdasarkan
Kepmenkes RI (2003), penjamah makanan jajanan harus mejaga peralatan dengan cara
mencuci, dikeringkan kemudian disimpan ditempat yang bebas pencemaran.21
Berdasarkan hasil wawancara sebanyak 11 (100%) penjual tidak mencuci alat
penggiling tebu dengan air matang dan tidak mencuci alat pengupas tebu dengan
menggunakan air mengalir dan sabun terlebih dahulu sebelum digunakan. Sebanyak 11
(100%) penjual tidak mencuci tebu yang telah dikupas kulitnya. Menurut Desmawati
(2008) kontaminasi terhadap alat pemeras atau wadah air tebu, gelas, tempat penampung
air tebu dan alat lainnya dapat terjadi karena peralatan yang digunakan dicuci dengan air
yang terkontaminasi oleh feses.
Perilaku penjual air tebu pada saat bersin ketika sedang mengolah air tebu,
sebanyak 11 (100%) tidak menutup mulut dengan pelindung seperti saputangan atau tisue
dan tidak menjauhi air tebu. Hasil ini didukung oleh penelitian Mayasari A (2011) 11,1%
penjamah tidak menutup mulut dan menjauhi makanan pada saat bersin.35 Menurut
Kepmenkes RI (2003), penjamah makanan jajanan harus menutup mulut dan menjauhi
makanan jajanan yang akan disajikan.21
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap penjual air tebu, perilaku
higiene penjual tidak sesuai dengan prinsip higiene perorangan yang telah ditentukan oleh
Kepmenkes RI No.942/Menkes/SK/VII/2003 tentang higiene sanitasi makanan dan
minuman, yaitu disebutkan jika suatu usaha dengan peralatan dan fasilitas yang memadai,
semua itu akan sia-sia bila individunya tidak berperilaku higiene. Seperti misalnya tidak
mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja, meludah disembarang tempat, bersin,
batuk, tangan dengan kuku yang panjang, pakaian pekerja serta tidak menempatkan
makanan atau minuman dalam wadah tertutup. Kebiasaan perilaku higiene bagi setiap
individu perlu diperhatikan untuk menciptakan keadaan individu dengan higiene yang
baik untuk memelihara dan melindungi kebersihan individu agar tidak menimbulkan
penyakit atau gangguan kesehatan.20,21
SimpulanSeluruh sampel air tebu yang diperiksa dari sebelas penjual di pasar tradisional
Kota Pekanbaru terkontaminasi coliform dan fecal coliform. Hasil dari identifikasi,
didapatkan seluruh sampel air tebu terkontaminasi Escherichia coli. Secara bakteriologi,
seluruh sampel air tebu yang dijual di pasar tradisional Kota Pekanbaru tidak memenuhi
persyaratan air minum berdasarkan Kepmenkes RI No.907/Menkes/SK/VII/2002.
Hasil observasi dan wawancara, hampir seluruh penjual air tebu di pasar
tradisional Kota Pekanbaru tidak memenuhi persyaratan higiene berdasarkan Kepmenkes
RI No.942/Menkes/SK/VII/2003, kecuali pada persyaratan higiene tentang penggunaan
perhiasan (45,5% penjual tidak menggunakan perhiasan tangan) dan penggunaan penutup
kepala (45,5% penjual menggunakan penutup kepala).
Saran
Perlu dilakukan sosialisasi tentang higiene penjual minuman jajanan, khususnya
air tebu dan dilakukan pengawasan berkala terhadap kualitas bakteriologi air tebu di pasar
tradisional Kota Pekanbaru agar aman dikonsumsi bagi kesehatan.
Ucapan terima kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Dewi Anggraini, Sp.MK dan ibu
Fifia Chandra, SKM, MKM selaku dosen pembimbing I dan II, yang telah bersedia
membimbing dan mengarahkan penulisan dan penelitian ini. Penulis juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
Daftar Pustaka
1. Bahar E. Uji Bakteriologis Terhadap Minuman Segar Air Tebu yang Beredar Di Pasar Raya Padang. Majalah Kedokteran Andalas. 2005;29-7. [cited 2010 September 28]. Available from:http://repository.unand.ac.id .
2. Menteri Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 907/Menkes/SK/VII/2002 tentang persyaratan kualitas air minum. Departemen Kesehatan RI;2002.
3. Chandra B. Pengantar kesehatan lingkungan. Jakarta: EGC; 2006.p39-40.
4. Ottawa, Ontario. Guildelines for Canadian drinking water quality. Canada;2006. [cited 2010 October 11]. Available from: http://www.hc-sc.gc.ca .
5. Dewanti R, Irayadi. Bakteri indikator sanitasi dan keamanan air minum. Dapartement of Food Science and Technology IPB;2005. [cited 2010 October 08]. Available from: http://web.ipb.ac.id .
6. Menteri Kesehatan RI. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang strategi nasional sanitasi total berbasis masyarakat. Departemen Kesehatan RI;2008.
7. Desmawati. Total koloni bakteri pada minuman air tebu yang dijual di pasar Raya Padang [skripsi]: Universitas Andalas;2008.
8. Jurusan Kesehatan Lingkungan FKM UI. Teknik Penyehatan Makanan dan Minuman Bagi Penjaja Makanan di Kampus UI Depok 1998. Depok: Proyek Pengembangan Pusat Studi Lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.1999.
9. Depkes Republik Indonesia. Penyehatan Makanan dan Minuman. Departemen Kesehatan RI;1999.
10. Agustina F, Pambayun R, Febry F. Higiene dan sanitasi pada pedagang makanan jajanan tradisional di lingkungan sekolah dasar di Kelurahan Demang Lebar Daun Palembang Tahun 2009; 2009. [cited 2011 june 23]. Available from: http://repository.usu.ac.id
11. Naria E. Higiene sanitasi makanan dan minuman jajanan di Komplek USU, Medan. [cited 2011 july 23]. Available from: http://repository.usu.ac.id
12. Setiati. Persyaratan makanan. Pasundan. [cited 2010 Februari 22]. Available from: http://www.unpas.ar.id .
13. Departemen Kesehatan RI. Kumpulan modul kursus penyehatan makanan bagi pengusaha makanan dan minuman. Jakarta; Departemen Kesehatan;2006
14. Mulia R. Kesehatan lingkungan. Graha ilmu. Jakarta;2005
15. Depkes RI Ditjen dan PL. kumpulan modul kursus penyehatan makanan bagi pengusaha makanan dan minuman. Jakarta: Yayasan Pesan;2001.
16. Misran E. Industri tebu menuju zero waste industry. Sumatra Utara; 2005. [cited 2010 November 20]. Available from: http//repo sitory.usu.ac.id
17. Iswanto A. Papan pertikel dari ampas tebu (Saccharum officinarum). Sumatra Utara; 2009. [cited 2010 October 8]. Available from: http//.repository.usu.ac.id
18. Endjang I. Ilmu kesehatan masyarakat. Bandung: Citra Aditya Bakti;2000.
19. Supardi I, Sukamto. Mikrobiologi dalam pengolahan dan keamanan pangan. Bandung: Alumni;1999.
20. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Kumpulan modul kursus hygiene sanitasi makanan & minuman, Jakarta: Departemen Kesehatan; 2006. P.205-212.
21. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1098/MENKES/SK/VII/2003 tentang persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2006.
22. Jacob M. Save food handling. Geneve: World Health Organization; 1989.p.24-31
23. Badan pengawas obat dan makanan RI. Pengujian mikrobiologi pangan. Vol. 9, No. 2. Jakarta.2008. [cited 2010 October 30]. Available from: http:// perpustakaan.pom.go.id .
24. Ashbolt NJ, Grabow WOK, Snozzi M. Indicators of microbial water quality. London: WHO;2001. [cited 2010 November 10]. Available from: http//www.who.int/water_sanitation_health/dwq/iwachap13.pdf .
25. Harley, Prescott, Klein’s Microbiology. 7th editions. New York: McGraw-Hill;2008.p.1050-1053.
26. Cappucino JG, Sherman N. Microbiology a laboratory manual, 6 th edition. New York: Benjamin Cummings;2001. p. 303-308.
27. Nurapriani RdR, Tegar T, Renjani P. Identifikasi bakteri indikator sanitasi dan enteropatogenik pada minuman jajanan di kantin Sapta IPB Darmaga. Bogor; 2009.
28. Bhatia R, Ichhpujani RL. Essentials of medical microbiology, 4 th edition. New Delhi: Jaypee Brothers Medical; 2008. p. 224-225.
29. Jawetz E, Melnick JL, Adelbergs. Mikrobiologi Kedokteran. Volume 1. Jakarta: Salemba Medika; 2005. p. 358-359.
30. Wilkins, Dunbar, Mayon. Lecture Notes: Penyakit Infeksimandal. Jakarta: Erlangga; 2006.
31. Harley, Prescott. Laboratory exercises in microbiology. 5 th Ed. The McGraw-Hill Companies; 2002. p. 286.
32. Mackie, MC Cartney. Practical medical microbiology. 14th Ed. New York: Churchill Livingstine;1996.p. 883-887.
33. Brooks GF, Butel JS, Morse SA. Jawetz, Melnick & Adelbeg’s mikrobiologi kedokteran. Edisi 23. Jakarta: EGC; 2008. p. 351-359.
34. Djaja I Made. Kontaminasi E. coli pada makanan dari tiga jenis tempat pengolahan makanan (TPM) di Jakarta Selatan 2003. Jakarta; 2003. [cited 2011 july 23]. Available from: http://journal.ui.ac.id
35. Mayasari A. Pemeriksaan bakteriologis makanan dan gambaran higiene penjamah makanan di kantin kampus Universitas Riau Panam Pekanbaru [skripsi]: Pekanbaru; 2011
36. Rachmawati FJ dan Triyana SY. Perbandingan angka kuman pada cuci tangan dengan beberapa bahan sebagai standarisasi kerja di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta; 2008. [cited 2011 july 21]. Available from: http://journal.uii.ac.id
37. Susanna, Dewi dan Budi Hartonoi. Pemantauan kualitas makanan ketoprak dan gado-gado di lingkungan kampus UI Depok melalui pemeriksaan Bakteriologis. Jakarta; Makara Seri Kesehatan;2003. [cited 2011 july 21]. Available from: http://repository.usu.ac.id
38. Pohan D. Pemeriksaan Escherichia coli pada usapan peralatan makanan yang digunakan oleh pedagang makanan di Pasar Petisah Medan. Medan;2009. [cited 2011 july 21]. Available from: http://repository.usu.ac.id