Artificial Neural Network in EOR

download Artificial Neural Network in EOR

of 19

Transcript of Artificial Neural Network in EOR

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    1/19

    TM4031

    Intelgensia Artifisial Perminyakan

    TUGAS AKHIR

    PENENTUAN RECOVERY FACTOR TAMBAHAN PADA METODE SURFAKTAN

    HUFF ‘N’ PUFF MENGGUNAKAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK (ANN) 

    Anggota Kelompok : Rizky Veronica Widya 12211004

     Nadira Octavia Wisesa 12211054

    Muhammad Ikhsan Akbar 12211073

    Dosen : Prof. Ir. Sudjati Rachmat, DEA

     Nama Asisten ` : Steven Chandra 12210010

    I Made Artha Segara 12211018

    Gusti Ardiansah Putra P. 12211039

    Achmad Zufikar Khomaini 12211082

    Tanggal Penyerahan : Rabu, 19 Mei 2015

    FAKULTAS TEKNIK PERTAMBANGAN DAN PERMINYAKAN

    PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

    INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

    2015 

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    2/19

     Abstract

    Metode Huff and Puff   dengan menggunakan surfaktan merupakan salah satu metode

    EOR yang dapat memperoleh produksi kumulatif minyak yang lebih tinggi sehingga kita bisa

    mendapatkan recovery factor   yang lebih tinggi. Metode ini diterapkan dengan

    menginjeksikan surfaktan bukan ke dalam sumur injeksi melainkan sumur produksi. Siklus

    ini terdiri dari injeksi surfaktan, lalu menutup sumur produksi menunggu agar surfaktan

    meresap disebut sebagai  soaking time  dan pada akhirnya menghasilkan kumulatif prodiksi

    minyak yang lebih tinggi daripada saat deplesi alami.

    Keuntungan dari metode ini adalah efisiensi biaya tinggi karena fasilitas permukaan

    tidak terlalu rumit dan tidak diperlukan sumur injeksi. Selain itu metode ini lebih efektif

    daripada surfaktan  flooding   karena dalam metode tersebut, surfaktan mengalir sepanjangantara sumur injeksi dan produksi dengan jarak yang berjauhan, sehingga ketika mencapai

    sumur produksi hanya terdapat air dan tidak ada lagi surfaktan. Oleh karena itu, metode  Huff

    and Puff  diusulkan untuk meningkatkan efektivitas dan nilai ekonomi dalam memproduksi

    minyak.

    Introduction

    Aplikasi peningkatan perolehan minyak atau  Enchanced Oil Recovery  di Indonesiamasih sangat terbatas sekarang meskipun banyak lapangan Indonesia diklasifikasikan sebagai

    lapangan yang telah mature. Indonesia masih memiliki 40 miliar barel minyak yang masih

    dapat diproduksi. Sebagian besar minyak ini tidak dapat diproduksi dengan teknologi yang

    tersedia karena kondisi reservoir yang tidak memungkinkan untuk diproduksi dan minyak

     juga yang tersisa tersebar luas didalam reservoir.

    Seperti dijelaskan sebelumnya, dari lapangan produksi 579 di Indonesia, 460 lapangan

    diklasifikasikan sebagai lapangan yang telah mature, 138 bidang sebagai immature, dan 31

    lainnya sebagai lapangan yang belum dikembangkan (status hingga 1 Januari 2008). Jumlah

    tersebut menunjukan bahwa kesulitan untuk menemukan deposit minyak baru. Kondisi ini

    akan menjadi alasan yang kuat untuk menerapkan metode EOR di lapangan yang telah

    mature Sayangnya, penerapan metode EOR masih terbatas pada metode injeksi termal saja.

    Metode lain dari EOR masih dalam tahap penelitian. Selain itu, pemerintah cenderung

    enggan menerima proposal aplikasi EOR pada lapangan yang telah mature karena pemerintah

    telah memberikan sejumlah besar insentif setelah memberikan izin pada aplikasi EOR. Hal

    tersebut menjadi kendala bagi pertumbuhan EOR di Indonesia Untungnya, di tahun-tahun

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    3/19

    mendatang, akan ada waktu berprospek untuk EOR injeksi kimia untuk pertumbuhan, salah

    satunya adalah injeksi surfaktan dengan metode Huff and Puff .

    Berdasarkan penelitian sebelumnya (Muhammad Romadhona, 2013) variabel penting

    yang menunjukkan efektivitas dari injeksi surfaktan dengan metode Huff and Puff merupakan

     Additional Recovery Factor  (ARF) sebagai rasio antara produksi kumulatif minyak dengan

    injeksi surfaktan  Huff and Puff  dan produksi kumulatif minyak tanpa injeksi surfaktan  Huff

    and Puff   (deplesi alami). Biasanya, simulasi reservoir digunakan untuk memperoleh ARF,

    tetapi akan memakan waktu yang lama dan kurang efektif. Oleh karena itu, diperlukan suatu

    metode cepat tetapi akurat untuk memperkirakan ARF. Sebagai kelanjutan dari penelitian

    sebelumnya yang dilakukan oleh Muhammad Romadhona, penelitian ini akan

    mengembangkan metode kecerdasan buatan untuk memperkirakan ARF dengan cepat dan

    mudah, tetapi memiliki tingkat akurasi yang baik, dan juga mengetahui parameter yang

     paling berpengaruh dalam ARF.

    Enchanced Oil Recovery

    Enhanced Oil Recovery adalah fase terakhir dari produksi minyak setelah  primary

    recovery (deplesi alami) dan  secondary recovery (water flooding ). Produksi primer minyak

    dimulai ketika lapangan minyak yang ditemukan, perbedaan tekanan antara reservoir dandasar sumur yang menyebabkan minyak dalam reservoir bergerak maju dan kemudian

    diproduksi. Mekanisme produksi minyak biasanya disebut deplesi alami. Ketika terjadi

     penurunan tekanan reservoir menyebabkan produksi minyak menurun, oleh karena itu energi

    tambahan dari luar reservoir diperlukan untuk mendapatkan produksi minyak lebih banyak.

    Fase ini disebut dengan  secondary recovery. Salah satu cara untuk melakukan  secondary

    recovery  adalah dengan menginjeksikan air ke dalam reservoir. Sebagai air terhadap rasio

     produksi lapangan minyak mendekati batas operasi ekonomi dan injeksi water flood   tidak

    lagi ekonomi, produksi minyak akan bergerak ke tahap berikutnya, yang biasanya disebut

     Enhanced Oil Recovery (EOR). Kombinasi produksi kumulatif minyak oleh perolehan primer

    dan sekunder umumnya kurang dari 40% dari jumlah minyak di reservoir. Oleh karena itu,

    fase EOR mengambil porsi yang lebih tinggi dari produksi minyak dari fase lainnya. Melihat

    kondisi lapangan minyak di Indonesia, pengembangan EOR mendapat perhatian lebih untuk

    mendapatkan produksi minyak yang lebih tinggi.

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    4/19

    Surfactant Flooding dan Metode Huff and Puff

    Salah satu metode EOR yang akan berprospek dalam beberapa tahun mendatang

    adalah injeksi surfaktan. Injeksi surfaktan dapat diterapkan pada reservoir dengan dua

    metode, yang pertama adalah  surfactant flooding , metode ini diterapkan dengan

    menginjeksikan surfaktan pada sumur injeksi dan yang kedua adalah menginjeksikan

    surfaktan dengan metode  Huff and Puff , diterapkan dengan menginjeksikan surfaktan pada

    sumur produksi.

    Gambar 1 - Surfactant Flooding

    Surfactan flooding   dapat diterapkan pada reservoir  sandstone  dan karbonat. Prinsip

    utama metode ini adalah meningkatkan efisiensi perpindahan di daerah displacement dengan

    mengurangi tekanan kapiler dan tegangan antar muka antara minyak dan air. Istilah huff and

     puff  berasal dari proses ketika larutan surfaktan dengan air pertama diinjeksikan ke dalam

    sumur produksi (huff ) dan kemudian sumur ditutup selama beberapa hari untuk membiarkan

    surfaktan membasahi dan akhirnya dibuka lagi untuk menghasilkan minyak ( puff).

    Gambar 2 - Metode Huff and Puff dengan Surfaktan 

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    5/19

    Faktor yang Mempengaruhi Additional Recovery Factor  (AFR)

    Seperti disebutkan sebelumnya, variabel penting dalam penelitian ini adalah

     Additional Recovery Factor (ARF) yang dapat diperoleh dari membandingkan produksi

    kumulatif minyak menggunakan metode  Huff and Puff dan produksi minyak kumulatif

    dengan penurunan alami. Dengan mengetahui nilai ARF, kita dapat melihat seberapa efektif

    metode  Huff and Puff dengan surfaktan untuk mendapatkan produksi minyak lebih tinggi.

    Semakin tinggi nilai ARF, semakin efektif metode  Huff and Puff dengan surfaktan untuk

    diterapkan. Faktor yang mempengaruhi ARF meliputi:

    • Porositas (Ф) 

    • Permeabilitas (k) 

    • Ketebalan (h)

    • Saturasi Minyak (So) 

    • Laju Injection (ft3 / hari) 

    • Waktu Injeksi (hari) 

    • Soaking Time (hari)

    • Konsentrasi Surfaktan (fraksi) 

    Dalam kasus deplesi alami, hanya digunakan empat variabel pertama diatas sementara

    di kasus injeksi Huff and Puff digunakan semua variable diatas.

     Artificial Intelligence

    Pada studi ini, penulis membuat sebuah Artificial Neutral Network (ANN) sebagai

    kelanjutan dari penelitian sebelumnya. Tujuan dari ANN ini untuk membuat suatu hubungan

    antara data yang tersedia untuk emnentukan ARF. Meskipun ARF dapat ditentukand ari

    simulasi reservoir, namun penulis ingin membuat suatu metode lain untuk mentukan ARF

    lebih cepat namun mempunyai tingkat akurasi yang baik. Sehingga, penulis menggunakan

    ANN untuk menentukan ARF.

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    6/19

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    7/19

    Metodologi

    Pada tugas akhir ini, penulis menggunakan simulator CMG-STARS untuk pemodelan

    dan simulasi reservoir untuk mengetahui produksi minyak, baik dengan atau tanpa injeksi

    surfaktan Huff ‘n’ Puf f sehingga dapat diketahui ARF. Setelah data dari simulasi reservoir

    telah diperoleh, maka data tersebut diproses dengan software pengembangan ANN., Alyuda

     Neurointelligence. Software ini mengembangkan system artificial intelligence yang dapat

    digunakan untuk mengetahui ARF secara cepat tapi dengan tingkat akurasi yang baik. Alur

    kerja metodologi penulis dibagi menjadi dua bagian, bagian pertama yaitu simulasi untuk

    mendapatkan data ARF dan yang kedua yaitu pembuatan ANN. Untuk lebih jelasnya, gambar

    dibawah ini menunjukkan alur kerja.

    Gambar 4 - Alur kerja Penentuan ARF

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    8/19

    Pemodelan dan Simulasi Reservoir

    Penulis menggunakan model yang telah dikembangkan pada penelitian sebelumnya.

    Penulis menggunakan CMG-STARS untuk membuat dan mensimulasikan injeksi surfaktan

    Huff ‘n’ Puff. Model reservoir tersebut berbentuk persegi dengan dimensi 31x31x5 grid,

     panjang sumbu-x 3100 ft, sumbu-y 3100 ft, dan ketebalan 50 feet. Model reservoir

    mempunyai total 4805 grid. Reservoir ini diasumsikan reservoir finite tanpa mekanisme

     pendorongan, isotropic, fluida dua fasa, dan tanpa skin pada wellbore. Ilustrasi model

    tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

    Gambar 5 - Reservoir Grid Model

    Sumur produksi dan injeksi digabungkan dalam satu sumur karena penulis

    menggunakan metode Huff ‘n’ Puff, yang berlokasi di tengah reservoir dengan coordinate

    (16,16) dan diperforasi pada semua lima palisan reservoir. Untuk konstrain produksi, BHP

    dioperasikan dengan tekanan 3400 psi. untuk konstrain injeksi, BHP maksimum diset pada

    5745 psi. Model reservoir ini menggunakan property batuan dan fluida dari North Sea dan

     property batuan dapat ditunjuukan pada gambar di tabel berikut.

    Tabel 1 - Skenario sifat fisik batuan

    Rock Properties

    Porosity 0.22

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    9/19

    Horizontal Permeability 250 mD

    Vertical Permeability 25 mD

    Reservoir Temperature 200 F

    Initial Oil Saturation 0.8

    Reservoir Thickness 50 ft

    Reservoir Rock Type Water Wet

    Tabel 2 - Skenario sifat fisik fluida

    Fluid Properties

    µ @15 C 1.93129 cp

    Oil density @15 C

    @3999.4 psi20.5003 kg/ft3

    Bo @15 C @3999.4 psi 141.428

    Bo @15 C @15 psi 129.942

    Cw 3.00E-06

    Cchemical 3.00E-06

    Co 1.00E-06

    Molar Density of Oil 204.1 gmole/ft3

    Surfactant Type propoxy-ethoxyglyceryl-

    sulphonate surfactants

    Pada studi ini, ARF diamati dengan mengubah nilai beberapa parameter yang telah

    dipilih pada studi sebelumnua. Rentang data simulasi untuk setiap parameter dapat dilihat

     pada tabel berikut.

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    10/19

    Tabel 3 - Rentang Data Simulasi

    Parameter Min Max

    Porosity (frac) 0.11 0.3

    Permeability (mD) 30 3350

    Oil Saturation (frac) 0.5 0.9

     Net Thickness (ft) 15 135

    Injection Rate (ft3/day) 2150 52500

    Injection Time (days) 7 56

    Soaking Time (days) 7 60

    Surfactant Concentration (frac) 0.001 0.05

    Pembuatan Artificial Neural Network (ANN)

    Setelah diperoleh data simulasi reservoir untuk penentuan ARF, penulis membuat

    ANN menggunakan software Alyuda Neurointelligence.

    Tahap pertama pembuatan ANN adalah pemilihan data, pada tahap ini data yang

    diperoleh mulai dianalisa apakah valid atau anomali. Pada proses analisis data, pemilihan

    data dikategorikan menjadi tiga kategori: training, validasi, dan pengujian. Training data

    adalah bagian input data yang menggunakan neural network. Validasi data adalah bagian

    input data set yang mengharmonisasikan topologi network. Pengujian data adalah bagian

    input data set yang mengecek seberapa baik neural network. Gambar di bawah ini

    menunjukkan detail tahap pertama.

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    11/19

     

    Gambar 6 - Tahap pertama pembangunan ANN

    Tahap berikutnya adalah pemrosesan ulang data, dimana data yang telah dipilih

    sebelumnya dimodifikasi sebelum dimasukkan ke neural network. Hal ini dilakukan karena

    neural network tidak dapat mengolah data berjenis text. Sehingga, data text harus

    dimodifikasi menjadi data numerik. Pada kasus ini, semua data set yang digunakan adalah

    data numeric. Detail pemrosesan data dapat dilihat pada gambar berikut.

    Gambar 7 - Pemrosesan Ulang Data

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    12/19

    Setelah data diproses ulang, tahap berikutnya adalah pemilihan arsitektur neural

    network yang akan digunakan dalam pembangunan ANN. Pada kasus ini, arsitektur diilih

    secara otomatis oleh Alyuda Neurointelligence. Software ini akan mencari arsitektur terbaik

    sesuai kriteria. Pertimbangan pemilihan arsitektur adalah kecocokan angka , korelasi, serta R-

    squared yang paling tinggi. Arsitektur neural network akan ditandai dengan tebal. Ilustrasi

     pemilihan arsitektur terbaik untuk ANN dapat dilihat pada gambar berikut.

    Gambar 8 - Pemilihan Arsitektur

    Tahap keempat dari pembangunan ANN adalah traiing network dari tahap

    sebelumnya. Hal tersebut bertujuan untuk menyiapkan network untuk menentukan ARF.

    Pada proses ini, network yang telah dipilih dilatih dengan iterasi sampai eror dan validasi eror

    mencapai nilai minimum. Pada penelitian ini, penulis menentukan validasi eror dan training

    adalah 0.01. selain itu, tahap keempat pembangunan ANN juga dapat mengetahui parameter

    yang paling berpengaruh terhadap nilai ARF. Untuk lebih detail dapat dilihat pada gambar

    dan tabel berikut.

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    13/19

     

    Gambar 9 –  Network Training

    Tabel 4 - Tingkat pengaruh parameter

    Input column name Importance, %

     por 24.67

    k (md) 6.14

    injection rate (ft3/day) 24.64

    injection time (days) 1.75

    soaking time (days) 0.01

    oil sat 20.77

    h (ft) 21.64

    Surfactant

    Concentration0.39

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    14/19

    Tahap berikutnya adalah mengecek nilai Absolute Error (AE) dan Absolute Relative

    Error (ARE). Nilai tersebut merepresentasikan perbedaan antara nilai sebenarnya (hasil

    simulasi) dan nilai output (hasil ANN). Jika hasil menunjukkan network yang dipilih tidak

    cukup baik (dilihat dari nilai korelasi dan R-squeared), network dapat dipilih ulang dengan

    mengubah training, validasi, dan pengujian data. Tahap ini terus diulang sampai ARE dan AE

    menyentuh nilai terkecil. ARE dan AE dapat dihitung menggunakan persamaan:

      |  |(1)

      | |

        (2)

    Untuk lebih deail, ilustrasi tahap ini dapat dilihat pada gambar berikut,.

    Gambar 10 –  Pengujian Network

    Hasil dan Diskusi

    Proses simulasi telah dilakukan dengan 499 kasus. Proses simulasi dibagi menjadi 2

     jenis kasus, yaitu kasus injeksi huff ‘n’ puff dan tanpa injeksi huff ‘n’ puff (natural depletion).

    Setiap kasus disimulasikan dengan mengganti nilai 8 parameter yang sebelumnya telah

    disebutkan. Gambar dibawah ini menunjukkan perbandingan produksi kumulatif minyak

    antara kasus injeksi huff ‘n’ puff dan tanpa injeksi huff ‘n’ puff .

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    15/19

     

    Gambar 11 - Cumulative Oil Production Natural Depletion Case 

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    16/19

     

    Gambar 12 - Cumulative Oil Production with Surfactant Huff ‘n’ Puff Case  

    Seperti yang ditunjukkan pada gambar diatas, injeksi huff ‘n’ puff surfaktan dapat

    meningkatkan produksi minyak. Produksi kumulatif minyak tambahan ini disebut dengan

     Additional Recovery Factor (ARF). ARF akan menjadi indikator yang representasikan

    keefektifan injeksi huff ‘n’ puff surfaktan. Nilai ARF lebih dari 1, mengindikasikan bahwa

     produksi minyak kumulatif menggunakan huff ‘n’ puff surfaktan lebih besar dari natural

    depletion. Hal ini membuktikan bahwa huff ‘n’ puff surfaktan lebih efektif ddalam

    meningkatkan produksi kumulatif minyak.

    Setelah semua data dari simulasi dikumpulkan, langkah selanjutnya adalah membuat

     Artificial Neural Network menggunakan  Alyuda Neurointelligence. Dari 499 data, 57 data

    ditolak karena terdapat masalah anomali data dan tidak termasuk dalam pembuatan  Artificial

     Neural Network . Beberapa arsitektur  Artificial Neural Network dibuat dan dipilih

    menggunakan  software  trial dan error . Proses pemilihan dilakukan berulangkali untuk

    memilih jaringan yang paling baik dan sistem yang memiliki nilai eror paling sedikit, dan

     juga memiliki korelasi dan nilai R-squared mendekati 1.

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    17/19

    Setelah beberapa kali melakukan trial dan error , merubah masukan set data, merubah

    arsitektur jaringan, diperoleh arsitektur artificial neural network 8-5-6-1.  Artificial neural

    network yang dipilih memiliki nila rata-rata AE 0,010236 dan rata-rata ARE 0,63%. Gambar

    dibawah menunjukkan arsitektur jaringan yang telah dipilih.

    Gambar 13 - Selected Network Architecture

    Parameter-parameter yang dapat menjadi indikator validasi artificial neural network  

    adalah korelasi dan nilai  R-squared . Dari proses pengujian, nilai korelasi adalah 0,997421

    dan nilai  R-squared adalah 0,994772, yang memiliki keakuratan yang tinggi. Urutan

     parameter yang mempengaruhi dalam penentuan ARF adalah porositas, laju injeksi, net

    thickness, saturasi minyak, permeabilitas, waktu injeksi, konsentrasi surfaktan dan  soaking

    time.

    Kesimpulan

    1.  Metode  Huff ‘n’ Puff surfaktan dapat diaplikasikan untuk meningkatkan produksi

    minyak sebagai Enhanced Oil Recovery (EOR). Direpresentasikan dengan nilai ARF

    yang selalu lebih besar dari 1 pada simulasi ini.

    2.  Sebuah  Artificial Neural Network untuk menentukan ARF metode injeksi surfaktan

    huff ‘n’ puff   dibuat dengan tingkat akurasi yang tinggi. Nilai yield korelasi adalah

    0,997421 dan nilai R-squared adalah 0,994772

    3.  Urutan parameter yang mempengaruhi metode injeksi surfaktan huff’n’ puff antara

    lain : porositas (21,67%), laju injeks (24,64%), net thickness (21,64%), saturasi

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    18/19

    minyak (20,77%), permeabilitas (6,14%), waktu injeksi (1,75%), konsentrasi

    surfaktan (0,39%) dan soaking time (0,01%)

    Saran1.

     

    Memperbesar lingkup data yang digunakan untuk input parameter, sehinggan sistem

    akan valid untuk lingkup data yang lebih besar.

    2.  Membuat analisis ekonomi untuk mengetahui efektivitas huff ‘n’ puff sehingga dapat

    di aplikasikan pada sumur minyak

    3.  Membuat sebuah ANFIS menggunakan MATLAB untuk membandingkan nilai

    dengan final project ANN.

    4.  Menambahkan parameter sensitivity lain yang mempengaruhi surfaktan huff ‘n’ puff ,

    Tegangan antar muka, menuju studi selanjutnya

    Nomenlacture

    ARF = Additional Recovery Factor, dimensionless

    Ф  = Porosity, fraction

    k h  = Horizontal Permeability, mD

    k v  = Vertical Permeability, mD

    h = Net Thickness, ft

    So = Oil Saturation, fraction

    Bo = Formation Volume Factor, RBbl/STB

    Cw  = Water Compressibility, 1/psi

    Co  = Oil Compressibility, 1/psi

    BHP = Bottom Hole Pressure, psia

    AE = Absolute Error, dimensionless

    ARE = Absolute Relative Error, %

    Referensi

    1.   Nur Hasan, Wahyuda, 2013. Additional Recovery Factor Determination of Surfactant

    Huff ‘N’ Puff Method Using Artificial Neural Network (ANN) : Final Project

    Petroleum Engineering Department, Bandung Institute of Technology.

    2. 

    Romadhona, Muhammad, 2013. A Study to Formulate Screening Criteria and

  • 8/18/2019 Artificial Neural Network in EOR

    19/19

    Predictive model of Newly Applied EOR Method in Indonesia: Surfactant Huff ‘n’

    Puff method: Final Project Petroleum Engineering Department, Bandung Institute of

    Technology.

    3.  Wagner, O., and Leach, R., 1996. Effect of Interfacial Tension on Displacement

    Efficiency: Old SPE Journal, 6, 335-344.

    4.  Taber, J.J., Kirby, J.C., and Schroeder, F.U., 1973. Studies on The Displacement of

    residual Oil Viscosity and Permeability Effect: Am. Inst. Chem. Eng., Symp. Ser,

    69(127), 53-56.

    5.  Mohaghegh, Shahab., Arefi, Reza., and Ameri, Samuel., 1994. A Methodological

    Approach for Reservoir Heterogeneity Characterization Using Artificial Neural

     Network: SPE Conference Paper 28394-MS.

    6. 

    Cai, Yudong, 1994. The Artificial Neural Network For Research of the Recovery

    Ratio of Oil Fields: SEG Conference Paper 1994-0791.

    7.  Wang, Y., Bai, B., Gao, H., He, L., and Zhao, F., 2008.Enhanced Oil Production

    through a Combined Application of Gel Treatment and Surfactant Huff ‘n’ Puff

    Technology: SPE International Symposium and Exhibition on Formation Damage

    Control held in Lafayette, Lousiana, U.S.A.

    8.  http://www.peeri.org/industrial/surfactant.htm. 

    9. 

    Santoso, Ade Anggi Naluriawan, 2013. Penentuan Waktu  Dewatering Pada Sumur

    Coalbed Methane (CBM) Jenis Vertical Well Sebagai Fungsi Sifat-Sifat Reservoir Dan

    Batubara Dengan Menggunakan  Artificial Neural Network : Tugas Akhir Departemen

    Teknik Perminyakan, Institut Teknologi Bandung.

    http://www.peeri.org/industrial/surfactant.htmhttp://www.peeri.org/industrial/surfactant.htmhttp://www.peeri.org/industrial/surfactant.htm