Antonius Setiadi_2009.04.0.0042

15
POLA REGIMENTASI OBAT PADA PASIEN DENGAN INFEKSI SALURAN KEMIH DI DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RUMKITAL DR. RAMELAN SURABAYA PERIODE JULI-DESEMBER 2012 Antonius Setiadi Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya [email protected] ABSTRACT: This study aims to determine the prevalence data of urinary tract infection (based on the fulfillment of the diagnostic criteria, gender, age, and comorbidities) and determine the pattern of regimentation of antibiotics in patients with UTI in poly internal medicine dr. Ramelan Surabaya period july-december 2012. Research methods using case report limited time sampling of medical records. The number of patients who fullfill the criteria for a sample of 68 people. Based on the fulfillment of the diagnostic criteria, obtained 31 patients suspected UTI and 38 patients diagnosis UTI. By sex obtained male patients is 43% and female patients is 57%. Based on the age distribution of male patients can be inferred age of peak incidence in the age interval ≥ 60 years. Based on the age distribution of female patiens can be inferred age of the peak incidence int the age interval 31-40 years. Based on the patient’s comorbidities obtained with as many as 14 patients with comorbidity, and distribution of comorbidities was most hyperuricemia and gout, neprholithiasis, impaired tolerance glucose and diabetic mellitus, peptic ulcer. By treatment with antibiotics regimentation as many as 87% patients. Based on the number of classes of antibiotics are given, patiens given single antibiotic management as many as 93% and as many as 7% patients who were given combination antibiotics. Management of the patiens who were given an antibiotic obtained the highest single antibiotic is a quinolone class 63%. While the management patiens who were given combination antibiotics which most is th use of quinolone and TMP-SMX 75%. After being given the antibiotic treatment, the number, of patiens who come back to the poly internal medicine as many as 25 patiens. By the monitoring results of therapy can be done with improved patients outcome (72%), still (8%), deteriorated (3%), and relapse (8%). Key words: pattern of the regimentation, antibiotics, urinary tract infection,dr.Ramelan navy hospital Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data prevalensi infeksi saluran kemih (berdasarkan pemenuhan kriteria diagnosa, jenis kelamin, usia, dan penyakit penyerta) dan mengetahui pola regimentasi obat antibiotik pada pasien ISK di poli penyakit dalam RUMKITAL dr.Ramelan Surabaya peiode juli-desember 2012. Metode penelitian menggunakan metode case report time limitied sampling dari rekam medis. Jumlah pasien yang memenuhi kriteria sampel sebanyak 68 orang. Berdasarkan pemenuhan kriteria diagnostik, didapatkan yang suspect ISK 31 pasien dan diagnosa ISK 38 pasien. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan pasien laki-laki 43% dan perempuan 57%. Berdasarkan distribusi usia pada pasien laki-laki dapat disimpulkan usia puncak kejadian pada interval usia 61-70 tahun. Berdasarkan distribusi usia pada pasien perempuan dapat disimpulkan usia puncak kejadian pada interval usia 31-40 tahun. Berdasarkan penyakit penyerta didapatkan pasien yang

description

ISK

Transcript of Antonius Setiadi_2009.04.0.0042

  • POLA REGIMENTASI OBAT PADA PASIEN DENGAN INFEKSI SALURAN

    KEMIH DI DEPARTEMEN PENYAKIT DALAM RUMKITAL DR.

    RAMELAN SURABAYA PERIODE JULI-DESEMBER 2012

    Antonius Setiadi

    Fakultas Kedokteran Universitas Hang Tuah Surabaya

    [email protected]

    ABSTRACT: This study aims to determine the prevalence data of urinary tract

    infection (based on the fulfillment of the diagnostic criteria, gender, age, and

    comorbidities) and determine the pattern of regimentation of antibiotics in patients

    with UTI in poly internal medicine dr. Ramelan Surabaya period july-december 2012.

    Research methods using case report limited time sampling of medical records. The

    number of patients who fullfill the criteria for a sample of 68 people. Based on the

    fulfillment of the diagnostic criteria, obtained 31 patients suspected UTI and 38

    patients diagnosis UTI. By sex obtained male patients is 43% and female patients is

    57%. Based on the age distribution of male patients can be inferred age of peak

    incidence in the age interval 60 years. Based on the age distribution of female

    patiens can be inferred age of the peak incidence int the age interval 31-40 years.

    Based on the patients comorbidities obtained with as many as 14 patients with

    comorbidity, and distribution of comorbidities was most hyperuricemia and gout,

    neprholithiasis, impaired tolerance glucose and diabetic mellitus, peptic ulcer. By

    treatment with antibiotics regimentation as many as 87% patients. Based on the

    number of classes of antibiotics are given, patiens given single antibiotic management

    as many as 93% and as many as 7% patients who were given combination antibiotics.

    Management of the patiens who were given an antibiotic obtained the highest single

    antibiotic is a quinolone class 63%. While the management patiens who were given

    combination antibiotics which most is th use of quinolone and TMP-SMX 75%. After

    being given the antibiotic treatment, the number, of patiens who come back to the

    poly internal medicine as many as 25 patiens. By the monitoring results of therapy

    can be done with improved patients outcome (72%), still (8%), deteriorated (3%), and

    relapse (8%).

    Key words: pattern of the regimentation, antibiotics, urinary tract

    infection,dr.Ramelan navy hospital

    Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui data prevalensi infeksi saluran

    kemih (berdasarkan pemenuhan kriteria diagnosa, jenis kelamin, usia, dan penyakit

    penyerta) dan mengetahui pola regimentasi obat antibiotik pada pasien ISK di poli

    penyakit dalam RUMKITAL dr.Ramelan Surabaya peiode juli-desember 2012.

    Metode penelitian menggunakan metode case report time limitied sampling dari

    rekam medis. Jumlah pasien yang memenuhi kriteria sampel sebanyak 68 orang.

    Berdasarkan pemenuhan kriteria diagnostik, didapatkan yang suspect ISK 31 pasien

    dan diagnosa ISK 38 pasien. Berdasarkan jenis kelamin didapatkan pasien laki-laki

    43% dan perempuan 57%. Berdasarkan distribusi usia pada pasien laki-laki dapat

    disimpulkan usia puncak kejadian pada interval usia 61-70 tahun. Berdasarkan

    distribusi usia pada pasien perempuan dapat disimpulkan usia puncak kejadian pada

    interval usia 31-40 tahun. Berdasarkan penyakit penyerta didapatkan pasien yang

  • dengan penyakit penyerta sebanyak 14 pasien, dan distribusi penyakit penyerta

    terbanyak adalah hiperurisemia dan gout, nefrolitiasis, GTG dan DM, dan peptic

    ulcer. Berdasarkan penanganan dengan regimentasi obat antibiotik sebanyak 87%.

    Berdasarkan jumlah golongan antibiotik yang diberikan, pasien yang diberi

    manajemen antibiotik tunggal sebanyak 93% dan yang diberi antibiotik kombinasi

    sebanyak 7%. Dari pasien yang diberi manajemen antibiotik tunggal didapat

    antibiotik terbanyak adalah golongan kuinolon 63%. Sedangkan dari pasien yang

    diberi manajemen antibiotik kombinasi yang terbanyak adalah penggunaan golongan

    antibiotik kuinolon dan TMP-SMX 75%. Setelah diberi penanganan antibiotik,

    jumlah pasien yang datang kembali ke poli penyakit dalam untuk kontrol sebanyak 25

    pasien. Dari tersebut dapat dilakukan monitoring hasil terapi dengan hasil pasien

    membaik (72%), tetap (8%), memburuk (3%), dan kambuh (8%).

    Kata-kata kunci : pola regimentasi obat, antibiotik, infeksi saluran kemih,

    RUMKITAL dr.Ramelan

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keradangan bakterial saluran kemih mulai

    dari korteks renalis sampai meatus uretra eksternal disertai adanya kolonisasi mikroba

    di urine. (Pranawa et all, 2007)

    Sebagian besar organisme penyebab ISK berasal dari flora vagina dan fecal:

    E.coli adalah patogen tersering infeksi saluran kemih tanpa komplikasi pada pasien

    rawat jalan. (Frederick, 2003)

    Pada pasien simptomatik, bakteri biasanya tampak pada urine dalam jumlah

    yang banyak (> 105/mL). Pada pasien asimptomatik, dua spesimen urine harus

    dilakukan pemeriksaan bakteriologi sebelum terapi dilakukan, dan jumlah bakteri >

    105/mL pada setiap sediaan mengindikasikan adanya infeksi. Jumlah bakteri > 10

    2/mL

    dalam urine dari sediaan yang diambil pada daerah suprapubik dengan menggunakan

    kateter mengindikasikan adanya infeksi. (Stamm,2008)

    Penggunaan antiobiotik tertentu secara terus menerus menyebabkan

    peningkatan dari resistensi patogen terhadap antibiotik tersebut. Bentuk resistensi ini

    memiliki efek yang berarti pada pemilihan terapi obat antimikroba secara empiris

    untuk ISK. (Gupta, 2002)

    Tujuan Penelitian

    1. Mengetahui data prevalensi infeksi saluran kemih berdasarkan pemenuhan kriteria diagnosa ISK, jenis kelamin, usia, dan penyakit penyerta.

    2. Mengetahui Pola regimentasi obat antibiotik pada pasien infeksi saluran kemih di poli penyakit dalam RUMKITAL dr.Ramelan Surabaya periode Juli

    Desember 2012.

  • METODE PENELITIAN

    Disain Penelitian

    Disain penelitian yang dilakukan adalah observasional. Metode observasi yang

    digunakan adalah metode observasi deskriptif. Metode ini bertujuan untuk melihat

    gambaran fenomena yang terjadi di dalam suatu populasi tertentu, kemudian

    dilakukan penilaian dan hasilnya dapat digunakan untuk merencanakan perbaikan dari

    suatu program. (Notoatmodjo, 2010)

    Metode Penelitian

    Penelitian dekriptif yang menggunakan metode case report time limited sampling.

    Populasi Penelitian

    Populasi penelitian adalah data rekam medik pasien poli penyakit dalam Rumkital Dr

    Ramelan Surabaya dengan suspect dan diagnosa ISK periode Juli- Desember 2012.

    Kriteria Sampel

    Kriteria Inklusi sampel: pasien dengan tanda dan gejala infeksi saluran kemih,

    pemeriksaan laboratorium lebih lanjut (urinalisis dan kultur urine), manajemen pasien

    dengan menggunakan regimentasi obat,data rekam medis lengkap.

    Kriteria eksklusi sampel: Data Rekam Medik kurang lengkap atau tidak ada.

    Besar Sampel

    Besar sampel dalam penelitian ini adalah seluruh data rekam medis yang memenuhi

    kriteria inklusi sampel.

    Alat dan Bahan Penelitian

    Pengumpulan data dengan menggunakan penelusuran dokumen rekam medis.

    Prosedur Pengambilan atau Pengumpulan Data

    Data dari Rekam Medik Kesehatan dikelompokkan secara selektif sesuai dengan kriteria inklusi.

    Data yang diperlukan dipindahkan ke lembar pengumpulan data.

    Rekapitulasi data.

    Pengolahan data dalam bentuk tabel, grafik dan diagram, data yang meliputi: 1. Prevalensi infeksi saluran kemih berdasarkan:

    Suspect dan diagnosa ISK Jenis kelamin Usia Penyakit penyerta

    2. Profil regimentasi obat, yang meliputi : Pemberian obat antibiotik atau tidak Jumlah pemberian obat antibiotik Golongan antibiotik yang sering digunakan Monitoring hasil terapi

  • HASIL PENELITIAN

    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan secara retrospektif dengan menggunakan

    penelusuran data rekam medis pasien poli penyakit dalam didapatkan jumlah pasien

    yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 68 orang.

    Jumlah Pasien ISK di Poli Penyakit Dalam RUMKITAL dr.Ramelan Surabaya

    Periode Juli-Desember 2012

    Berdasarkan pemenuhan kriteria diagnosa ISK dapat dibagi menjadi suspect

    ISK dan yang memenuhi kriteria diagnosa ISK. Dari hasil penelitian didapatkan 31

    pasien suspect ISK (46%) dan 37 pasien (54%) memenuhi kriteria diagnosa ISK.

    Diagram pembagian pasien berdasarkan pemenuhan kriteria diagnosa dapat dilihat

    pada gambar 5.1.

    Gambar 5.1. Diagram pembagian pasien berdasarkan pemenuhan kriteria diagnosa.

    Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin

    Berdasarkan jenis kelamin dapat dibagi menjadi pasien perempuan sejumlah

    39 pasien (57%) dan pasien laki-laki sejumlah 29 pasien (43%). Persentase

    berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada gambar 5.2.

    Gambar 5.2. Diagram persentase berdasarkan jenis kelamin pasien

    Persentase Berdasarkan Usia Pada Pasien Dengan Jenis Kelamin Laki-laki

    Persentase berdasarkan usia dengan interval 10 tahun pasien laki-laki adalah

    sebagai berikut:

    46% 54%

    SUSPECT ISK

    DIAGNOSA ISK

    57%

    43%

    Jenis Kelamin Pasien

    Perempuan

    Laki-laki

  • Tabel 5.1. Persentase pasien laki-laki berdasarkan rentang usia 10 tahun

    No. Rentang Usia Jumlah Pasien Persentase

    1 0-10 tahun 0 0 %

    2 11-20 tahun 1 4 %

    3 21-30 tahun 1 4 %

    4 31-40 tahun 7 24 %

    5 41-50 tahun 7 24 %

    6 51-60 tahun 3 10 %

    7 > 60 tahun 10 34 %

    Total 29 100%

    Gambar diagram persentase jumlah pasien laki-laki berdasarkan rentang usia

    dengan interval 10 tahun dapat dilihat pada gambar 5.3.

    Gambar 5.3. Diagram persentase pasien laki-laki berdasarkan usia.

    Persentase Berdasarkan Usia Pada Pasien Dengan Jenis Kelamin Perempuan

    Persentase berdasarkan usia dengan interval 10 tahun pada pasien perempuan

    adalah sebagai berikut:

    Tabel 5.2. Persentase pasien perempuan berdasarkan rentang usia 10 tahun.

    No. Rentang Usia Jumlah Pasien Persentase

    1 0-10 tahun 0 0 %

    2 11-20 tahun 0 0 %

    3 21-30 tahun 1 2 %

    4 31-40 tahun 11 29 %

    5 41-50 tahun 9 23 %

    6 51-60 tahun 8 20 %

    7 > 60 tahun 10 26 %

    Total 39 100 %

    0% 4% 4%

    24%

    24% 10%

    34%

    Persentase Pasien Laki-laki Berdasarkan Usia

    0 - 10 tahun

    11 - 20 tahun

    21 - 30 tahun

    31 - 40 tahun

    41- 50 tahun

    51- 60 tahun

    > 60 tahun

  • Gambar diagram persentase jumlah pasien perempuan berdasarkan rentang

    usia dengan interval 10 tahun dapat dilihat pada gambar 5.4.

    Gambar 5.4. Diagram persentase pasien perempuan berdasarkan usia.

    Persentase Berdasarkan Disertai atau Tanpa Penyakit Penyerta

    Infeksi saluran kemih dapat disertai atau tanpa penyakit penyerta. Adapun hasil

    penelitian berdasarkan pembagian tersebut adalah pasien dengan penyakit penyerta

    sebanyak 14 pasien (21%) dan pasien tanpa penyakit penyerta sebanyak 54 pasien

    (79%).

    Persentase Jenis Penyakit Penyerta Pada Pasien

    Penyakit penyerta pada pasien ISK ada bermacam-macam dengan

    persentasenya sebagai berikut: Hiperurisemia dan Gout 2 pasien (14,5%),

    Nefrolitiasis 2 pasien (14,5%), gangguan toleransi glukosa dan DM 2 pasien (14,5%),

    peptic ulcer 2 pasien (14,5%), Thypoid 1 pasien (7%), Albuminuria 1 pasien (7%),

    Konstipasi 1 pasien (7%), ISPA 1 pasien (7%), febris 1 pasien (7%), klasifikasi ekstra

    vessica 1 pasien (7%). Gambar diagram persentase penyakit penyerta berdasarkan

    jenis dapat dilihat pada gambar 5.6.

    Gambar 5.6. Diagram persentase penyakit penyerta berdasarkan jenis

    0% 0% 2 %

    29%

    23% 20%

    26%

    Persentase Pasien Perempuan Berdasarkan Usia

    0 - 10 tahun

    11 - 20 tahun

    21 - 30 tahun

    31 - 40 tahun

    41- 50 tahun

    51- 60 tahun

    > 60 tahun

    14,5%

    14,5%

    14,5%

    14,5% 7%

    7%

    7%

    7%

    7% 7%

    Persentase Penyakit Penyerta Berdasarkan Jenis

    Hiperurisemia dan Gout

    Nefrolitiasis

    GTG dan DM

    Peptic ulcer

    Thypoid

    Albuminuria

    Konstipasi

    ISPA

    Kalsifikasi ekstravessica

    febris

  • Persentase Manajemen Regimentasi Obat Berdasarkan Dengan atau tanpa

    Antibiotik

    Manajemen ISK dengan menggunakan regimentasi obat. Hasil penelitian

    berdasarkan manajemen dengan atau tanpa antibiotik pada infeksi saluran kemih

    dapat dibagi sebagai berikut pasien yang manajemennya dengan menggunakan

    antibiotik sebanyak 59 pasien (87%), dan pasien yang manajemennya tanpa

    menggunakan antibiotik sebanyak 9 pasien (13%). Gambar diagram persentase

    manajemen regimentasi obat berdasarkan dengan atau tanpa antibiotik dapat dilihat

    pada gambar 5.7.

    Gambar 5.7. Diagram persentase manajemen regimentasi obat

    Persentase Berdasarkan Jumlah Antibiotik yang Digunakan Pada Manajemen

    ISK Dengan Regimentasi Obat

    Dari data penelitian didapatkan jumlah pasien yang diberikan regimentasi

    antibiotik tunggal adalah sebanyak 55 pasien (93%), sedangkan yang diberikan

    regimentasi antibiotik kombinasi sebanyak 4 pasien (7%). Gambar diagram persentase

    berdasarkan jumlah antibiotik yang digunakan pada manajemen pasien dapat dilihat

    pada gambar 5.8.

    Gambar 5.8. Diagram persentase antibiotik berdasarkan jumlah yang diberikan.

    Persentase Penggunaan Antibiotik Tunggal Berdasarkan Golongan

    Antibiotiknya

    Hasil penelitian terhadap penggunaan antibotik tunggal yang digunakan untuk

    manajemen pasien ISK berdasarkan golongan antibiotik didapatkan hasilnya sebagai

    berikut penggunaan golongan Kuinolon sebanyak 35 pasien (63%), golongan TMP-

    SMX sebanyak 12 pasien (22%), golongan kloramfenikol sebanyak 6 pasien (11%),

    dan golongan sefalosporin sebanyak 2 pasien (4%). Gambar diagram persentase

    87%

    13% Regimentasi Obat

    Dengan Antibiotik

    Tanpa Antibiotik

    93%

    7%

    Persentase Penggunaan Antibiotik Berdasarkan Jumlah

    Antibiotik Tunggal

    Antibiotik Kombinasi

  • penggunaan antibiotik tunggal berdasarkan golongan antibiotiknya dapat dilihat pada

    gambar 5.9.

    Gambar 5.9. Diagram persentase antibiotik tunggal berdasarkan golongan antibiotik.

    Persentase Penggunaan Antibiotik Kombinasi Berdasarkan Golongan Antibiotik

    Manajemen pasien ISK ada juga yang menggunakan lebih dari 1 golongan

    antibiotik. Dari hasil penelitian didapatkan penggunaan kombinasi golongan Kuinolon

    & TMP-SMX digunakan pada 3 pasien (75%), golongan Kuinolon & vancomicin

    digunakan pada 1 pasien (25%). Gambar diagram persentase penggunaan antibiotik

    kombinasi berdasarkan golongan antibiotik dapat dilihat pada gambar 5.10.

    Gambar 5.10. Diagram persentase antibiotik kombinasi berdasarkan golongan.

    Monitoring Pasien

    Dari hasil penelitian didapatkan pasien yang datang kembali untuk kontrol

    sebanyak 25 pasien (42%), dan pasien yang tidak kontrol sebanyak 34 pasien (58%).

    Monitoring Hasil Terapi

    Dari hasil penelitian didapatkan hasil monitoring terapi sebagai berikut:

    membaik sebanyak 18 pasien (72%), tetap sebanyak 2 pasien (8%), memburuk

    sebanyak 3 pasien (12%), dan kambuh kembali sebanyak 2 pasien (8%). Gambar

    diagram monitoring hasil terapi dari pasien yang melakukan kontrol kembali setelah

    diberikan manajemen regimentasi obat dapat dilihat pada gambar 5.12.

    63% 22%

    11% 4%

    Persentase Penggunaan Antibiotik Tunggal Berdasarkan Golongan Antibiotik

    Kuinolon

    TMP-SMX

    Kloramfenikol

    Sefalosporin

    75%

    25%

    Persentase Penggunaan Antibiotik Kombinasi Berdasarkan Golongan Antibiotik

    Kuinolon & TMP-SMX

    Kuinolon & Vancomicin

  • Gambar 5.12. Diagram monitoring hasil terapi setelah manajemen regimentasi obat.

    PEMBAHASAN

    Jumlah Pasien ISK di Poli Penyakit RUMKITAL Dr. Ramelan Surabaya Dalam

    Periode Juli-Desember 2012

    Berdasarkan kriteria diagnosa ISK dapat dibagi menjadi pasien yang

    memenuhi kriteria diagnosa ISK dan pasien yang tidak memenuhi kriteria diagnosa

    ISK. Adapun kriteria diagnosa ISK yaitu:

    Didapatkan tanda dan gejala ISK seperti disuria, urgency, nyeri suprapubik, nyeri pada area flank, demam dan menggigil.

    Pemeriksaan laboratorium lebih lanjut dari urinalisis dengan hasil leukosit urine >10/mm

    3 dan hasil kultur >10

    5 CFU/ml.

    Dari hasil penelitian didapatkan jumlah pasien pasien yang memenuhi kriteria

    diagnosa sebanyak 37 pasien, dan yang suspect ISK sebanyak 31 pasien.

    Persentase Berdasarkan Jenis Kelamin

    Dari jumlah pasien 68 orang, berdasarkan jenis kelaminnya dapat dibagi

    menjadi jumlah pasien laki-laki sebanyak 29 pasien (57%) dan jumlah pasien

    perempuan sebanyak 39 pasien (43%). Dari hasil ini dapat dilihat berdasarkan jenis

    lebih sering terjadi pada pasien dengan jenis kelamin perempuan dibandingkan pada

    pasien dengan jenis kelamin laki-laki.

    Sesuai dengan yang tercantum di Diagnostic Microbiology, bahwa infeksi

    saluran kemih lebih sering terjadi pada perempuan daripada pada laki-laki.

    Berdasarkan Medical Microbiology and Infection pada pasien dengan jenis kelamin

    perempuan memiliki uretra yang lebih pendek sehingga mempermudah

    mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih.

    Persentase Berdasarkan Usia Pada Jenis Kelamin Laki-laki

    Usia puncak terjadinya ISK pada pasien jenis kelamin laki-laki adalah pada

    usia 60-70 tahun (30%).

    Berdasarkan epidemiologi ISK dari referensi Diagnostic Microbiology:

    72% 8%

    12% 8%

    Monitoring Hasil Terapi ISK

    Membaik

    Tetap

    Memburuk

    Kambuh

  • Pada usia pertama dari kehidupan angka kejadian ISK pada laki-laki 60 tahun.

    Persentase Berdasarkan Usia Pada Pasien Perempuan

    Untuk usia puncak kejadian ISK pada pasien perempuan adalah pada rentang

    usia 31-40 tahun (26% kasus)

    Berdasarkan epidemiologi ISK dari referensi Diagnostic Microbiology:

    Prevalensi angka kejadian ISK terus meningkat seiring pertambahan usia hingga 10-20% pada perempuan dengan usia yang lebh tua.

    Berdasarkan hasil penelitian di poli penyakit dalam RUMKITAL

    dr.Ramelan Surabaya periode juli-desember 2012 mulai usia 21 tahun

    hingga usia 40 tahun terjadi peningkatan angka kejadian ISK dari 3%

    hingga 26%, hal ini sesuai dengan referensi bahwa terjadi peningkatan

    kejadian ISK seiring pertambahan usia dan peningkatan aktivitas

    seksual. Sedangkan untuk usia mulai 40 tahun angka kejadian menurun

    hingga usia 60 tahun,hal ini karena aktivitas seksual sudah mulai

    menurun.

    Persentase Berdasarkan Disertai atau Tanpa Penyakit Penyerta

    Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pasien yang tanpa penyakit penyerta

    sebanyak 14 pasien (21%), dan yang tidak dengan penyakit penyerta sebanyak 54

    pasien (79%). Penyakit penyerta tersebut dapat mempengaruhi kecepatan

    perkembangan dari infeksi dan mempengaruhi proses pengobatan juga karena

    penggunaan obat-obat selain obat untuk infeksi saluran kemih.

    Persentase Penyakit Penyerta Pada Pasien

    Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penyakit penyerta terbanyak adalah

    Hiperurisemia dan Gout (14,5%), nefrolitiasis (14,5%), DM dan GTG (14.5%), peptic

    ulcer (14,5%). Untuk penyakit penyerta lain yang didapat dari hasil penelitian yaitu

    Demam thypoid, Albuminuria, Konstipasi, ISPA, Kalsifikasi ekstra vessica, dan febris

    Gout adalah penyakit heterogen yang disebabkan oleh penumpukan

    monosodium urat atau kristal urat akibat adanya supersaturasi asam urat. Ditandai

    dengan hiperurisemia, gout artritis, batu asam urat, nefropati asam urat, dan tofus.

    Penatalaksanaannya dengan diet rendah purin, obat colchicin, OAINS, steroid, atau

    allopurinol untuk menghambat xanthin oksidase. (Soeroso Juwono & Yuliasih, 2007)

  • Dari hasil penelitian data rekam medis pasien yang disertai penyakit penyerta

    hiperurisemia dan gout didapatkan untuk penatalaksanaannya diberikan allopurinol

    dan OAINS.

    Peptic ulcer adalah kerusakan jaringan mulai dari mukosa, submukosa sampai

    dengan muscularis mukosa dari saluran makanan bagian atas,, akibat pengaruh dari

    asam lambung dan pepsin. Penatalaksanaan mengatur jenis, jumlah, dan keteraturan

    makan, stop merokok, hindari alkohol, hindari obat yang menekan

    prostaglandin/OAINS/Steroid, istirahat, hindari stress dan obat anti tukak untuk

    menghambat sekresi asam lambung, sitoprotektif, prokinetik. (Hernomo et all, 2007)

    Dari hasil penelitian data rekam medis pasien yang disertai penyakit penyerta

    peptic ulcer didapatkan penyakit penyerta ini merupakan riwayat dari penyakit

    sebelumnya dan hingga saat terkena ISK, untuk penatalaksanaannya diberikan

    antasida untuk menurunkan jumlah asam lambung dan antispasmodik.

    Nefrolitiasis merupakan batu pada saluran kemih yang biasanya timbul akibat

    gangguan keseimbangan pengolahan air dan ekskresi material di ginjal.

    Penatalaksanaan dengan diuretika, dan sesuai dengan jenis batu, bila sudah terjadi

    obstruksi persistent, nyeri persistent, infeksi ginjal berat, perdarahan terus menerus,

    dan batu besar bisa dilakukan pembedahan. (pranawa et all, 2007)

    Dari hasil penelitian pada data rekam medis pasien yang disertai dengan

    penyakit penyerta nefrolitiasis didapatkan bahwa untuk jenis batu yang lebih sering

    adalah kalsium oksalat dan untuk manajemennya dilakukan untuk infeksinya terlebih

    dahulu dengan antibiotik golongan kuinolon.

    Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik sebagai akibat kurangnya

    insulin efektif baik karena adanya disfungsi sel beta pankreas atau penurunan ambilan

    glukosa di jaringan perifer, atau keduanya (DM tipe 2), atau kurangnya insulin

    absolute (DM tipe 1), dengan tanda hiperglikemia dan glukosuria, disertai dengan

    gejala klinis akut (poliuria, polidipsi, penurunan berat badan).Kadar glukosa plasma

    200 mg/dl pada 2 jam sesudah makan atau beban glukosa 75 gram pada TTGO.

    (apabila hasil 2 jam setelah TTGO kadar glukosa darah 140-199 mg/dl disebut GTG)

    Gangguan Toleransi Glukosa manajemennya dengan evaluasi status gizi,

    evaluasi penyulit DM, evaluasi dan perencanaan makanan sesuai kebutuhan, dan

    olahraga yang teratur, belum perlu obat hipoglikemik. Untuk penatalaksanaan DM

    selain penatalaksanaan sesuai dengan GTG, disertai penggunaan OHO yang memicu

    sekresi insulin, atau memperbaiki sensitifitas insulin, atau menghambat enzim di usus,

    atau kombinasi. (Tjokroprawiro et all, 2007)

    Dari hasil penelitian pada data rekam medis pasien dengan gangguan toleransi

    glukosa dilakukan penatalaksanaan dengan pengaturan makanan sesuai kebutuhan dan

    olahraga, tidak diberikan OHO. Sedangan dari hasil penelitian pada data rekam medis

    pasien dengan DM diberikan penatalaksanaan dengan pengaturan diet dan olahraga,

    penggunaan OHO yaitu Glipizide untuk memicu sekresi insulin (pasien DM tipe 2).

    Persentase Penanganan Regimentasi Obat Berdasarkan Dengan atau Tanpa

    Antibiotik

    Dari hasil penelitian didapatkan penanganan infeksi saluran kemih dengan

    menggunakan regimentasi obat antibiotik lebih banyak digunakan yaitu pada 59

  • pasien (87%), dibandingkan penanganan infeksi saluran kemih yang tidak

    menggunakan obat antibiotik yaitu sebanyak 9 pasien (9%).

    Persentase Berdasarkan Jumlah Antibiotik yang Digunakan Pada

    Manajemen ISK Dengan Regimentasi Obat.

    Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penggunakan antibiotik tunggal dalam

    penanganan pasien ISK lebih banyak yaitu sebanyak 55 pasien (93%), dibandingkan

    pasien yang diberikan antibiotik kombinasi yaitu sebanyak 4 pasien (7%).

    Persentase Penggunaan Antibiotik Tunggal Berdasarkan Golongan Antibiotik

    Berdasarkan referensi Harrisons Internal Medicine bahwa golongan antibiotik

    yang digunakan untuk terapi adalah golongan TMP, nitrofurantoin, amoksisilin,

    sephalosporin, monobaktam, asam klavulanatsulbaktam, karbapenem, dan kuinolon.

    Dari hasil penelitian didapatkan bahwa golongan antibiotik terbanyak yang

    digunakan pada penangan ISK dengan antibiotik tunggal adalah golongan kuinolon

    yaitu sebanyak 35 pasien (63%). Terbanyak kedua adalah TMP-SMX yaitu sebanyak

    12 pasien (22%). Sisanya adalah antibiotik kloramfenikol, sefalosporin.

    Persentase Penggunaan Antibiotik Kombinasi Berdasarkan Golongan.

    Dari hasil penelitian didapatkan pasien 4 pasien diberikan penanganan dengan

    antibiotik kombinasi, adapun kombinasi golongan antibiotik terbanyak yang diberikan

    adalah golongan TMP-SMX dan kuinolon sebanyak 3 orang (75%). Sisanya dengan

    menggunakan kombinasi golongan kuinolon & vankomisin sebanyak 1 pasien (25%).

    Monitoring Pasien

    Dari hasil penelitian didapatkan pasien yang tidak datang kembali untuk

    kontrol lebih banyak yaitu sebanyak 34 pasien (58%) dibandingkan pasien yang

    datang kembali untuk kontrol yaitu sebanyak 25 pasien (42%).

    Monitoring Hasil Terapi

    Berdasarkan prinsip-prinsip untuk manajemen pasien infeksi saluran kemih

    dengan obat antimikroba dinyatakan bahwa setiap pengobatan harus diklasifikasikan

    setelah selesai sebagai kegagalan (gejala dan/ atau bakteriuria tidak tereradikasi

    selama terapi atau pada kultur segera setelah pengobatan) atau membaik (terjadi

    penurunan bakteriuria dan tanda gejala yang mulai ringan), atau infeksi berulang.

    Dari hasil penelitian data rekam medis didapatkan yang membaik setelah

    dilakukan penangan dengan regimentasi obat sebanyak 18 orang (72%), yang tetap 2

    orang (8%), yang memburuk 3 orang (12%), dan yang kambuh 2 orang (8%).

  • Dari penelusuran data rekam medis didapatkan penanganan pada pasien yang

    memiliki hasil terapi membaik adalah dengan menggunakan antibiotik golongan

    kuinolon sebanyak 10 orang, sisanya dengan antibiotik golongan TMP-SMX,

    kloramfenikol, sefalosporin, kombinasi kuinolon & vankomisin.

    Dari penelusuran data rekam medis didapatkan untuk penanganan pasien

    dengan regimentasi obat yang memiliki hasil terapi tetap adalah sebagai berikut:

    1 pasien awalnya diberikan terapi dengan antibiotik kuinolon tetapi setelah hasil terapi tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan dilakukan

    penggantian dengan antibiotik golongan kloramfenicol dan amokisillin serta

    karena disertai febris maka diberikan antipiretik.

    1 pasien yang lainnya diberikan penganan dengan antibiotik golongan kuinolon kemudian dilakukan pemeriksaan urinalisis dan hasilnya tetap,

    langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pemeriksaan ulang urinalisis

    karena tanda dan gejala pasien sudah mulai membaik.

    Dari penelusuran data rekam medis didapatkan untuk penanganan pasien

    dengan regimentasi obat yang memiliki hasil terapi memburuk adalah sebagai berikut:

    1 pasien diberikan terapi dengan menggunakan golongan kuinolon dan obat penunjangnya adalah vitamin dan mineral, kemudian dilakukan pemeriksaan

    lebih lanjut setelah terapi dan hasilnya keadaan pasien makin memburuk

    setelah dilakukan terapi, oleh karena itu dilakukan penggantian terapi dengan

    menggunakan obat antibiotik golongan kuinolon, amoksillin.

    1 pasien diberikan terapi dengan menggunakan obat antibiotik golongan TMP-SMX dan antispasmodik, kemudian dilakukan pemeriksaan lebih lanjut

    setelah terapi dan hasilnya keadaan pasien makin memburuk setelah terapi,

    oleh karena itu dilakukan penambahan antibiotik kuinolon.

    1 pasien dilakukan terapi dengan regimentasi obat antibiotik golongan TMP-SMX, anti spasmodik dan vitamin mineral, kemudian dilakukan pemeriksaan

    lebih lanjut setelah diberikan regimentasi obat dan hasilnya keadaan pasien

    semakin memburuk, oleh karena itu dilakukan penggantian regimentasi obat

    menjadi penggunaan obat golongan kuinolon

    Dari hasil penelusuran data rekam medis untuk penangan pada pasien yang

    kambuh lagi adalah sebagai berikut:

    1 pasien diberikan terapi dengan antibiotik golongan kuinolon, vankomisin dan kuinolon serta vitamin dan mineral, kemudian dilakukan monitoring

    hasil terapi dan pasien sembuh, setelah sembuh diberikan terapi antibiotik

    TMP-SMX, OAINS, Antasida, dan vitamin, 3,5 bulan kemudian pasien

    tersebut datang kembali dengan hasil pemeriksaan terkena infeksi saluran

    kemih dan diberikan antibiotik golongan TMP-SMX.

    1 pasien diberikan terapi dengan antibiotik golongan sefalosporin, antipiretik , analgesik, dan anti gout, kemudian dilakukan monitoring hasil terapi dan

    pasien sembuh, setelah pasien sembuh diberikan terapi dengan antibiotik

    golongan sefalosporin, antispasmodik, OAINS, dan anti gout, 2 minggu

    kemudian datang kembali dengan hasil pemeriksaan terkena infeksi saluran

    kemih dan diberikan antibiotik golongan kuinolon.

  • KESIMPULAN

    1. Jumlah pasien yang memenuhi kriteria sampel sebanyak 68 orang diantaranya suspect ISK sebanyak 31 pasien (46%) dan yang

    memenuhi kriteria diagnosa ISK sebanyak 37 pasien (54%).

    2. Berdasarkan jenis kelaminnya didapatkan jumlah pasien dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan pasien dengan

    jenis kelamin laki-laki, yaitu 39 pasien perempuan (57%)

    sedangkan pasien laki-laki sebanyak 29 pasien (43%).

    3. Berdasarkan usia pada pasien laki-laki didapatkan usia puncak kejadian pada rentang usia >60 tahun (30%).

    4. Berdasarkan usia pada pasien perempuan didapatkan usia puncak kejadian pada rentang usia 31-40 tahun (26%).

    5. Berdasarkan penyakit penyerta, jumlah pasien yang disertai dengan penyakit penyerta sebanyak 14 pasien (21%). Berdasarkan jenis

    penyakit penyerta terbanyak adalah peptic ulcer, nefrolitiasis, GTG

    dan DM, serta hiperurinemia dan Gout (masing-masing 14,5%).

    6. Manajemen pada pasien dengan antibiotik sebanyak 59 pasien (87%). Yang menggunakan antibiotik tunggal sebanyak 55 pasien

    (93%) sedangkan antibiotik kombinasi sebanyak 4 pasien (7%).

    7. Berdasarkan golongan antibiotik pada pasien yang diberikan regimentasi obat antibiotik tunggal, yang terbanyak adalah

    golongan kuinolon 35 pasien (63%).

    8. Berdasarkan golongan antibiotik pada pasien yang diberikan regimentasi antibiotik kombinasi yang terbanyak adalah kombinasi

    golongan TMP-SMX & kuinolon sebanyak 3 pasien (75%).

    9. Dari hasil penelitian monitoring pasien didapatkan pasien yang melakukan kontrol kembali setelah terapi 25 pasien (42%), lebih

    sedikit daripada pasien yang tidak kontrol yaitu 34 pasien (58%).

    10. Dari data pasien yang melakukan kontrol kembali dapat dilakukan monitoring hasil terapi dengan hasil yang terbanyak adalah

    membaik pada 18 pasien (72% dari pasien yang kontrol kembali).

    11. Pasien yang kondisinya membaik sebagian besar menggunakan antibiotik golongan kuinolon sebanyak 10 orang (55.5% dari

    pasien yang dapat dimonitoring dengan kondisi membaik).

    DAFTAR PUSTAKA

    Alatas Husein, Karyomanggolo WT, Musa Dahlan Ali, Boediarso Aswitha, Oesman

    Ismet N, 2011, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi Keempat,

    Sagung Seto, Jakarta.

    Bailey & Scotts, 2007, Diagnostic Microbiology, Edisi 12, Elsevier.

    Barza Michael, 1998, Microbial Disease, Edisi Ketiga, William & Wilkins, USA.

    Elliott Tom, Wrthington Tony, Osman Husam, Gill Martin, 2007, Medical

    Microbiology and Infection, edisi keempat, Blackwell Publishing, USA.

    Herawati Lina, 2009, Studi Penggunaan Obat Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran

    Kemih, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga, 18 Juli

    2013,

  • nt&view=article&id=517:studi-penggunaan-obat-antibiotik-pada-pasien-

    infeksi-saluran-kemih-&catid=57:abstrak-penelitian&Itemid=76>

    Hernomo, Kusumobroto, Oesman Nizam, dkk, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit

    Dalam, Cetakan Pertama, Airlangga University Press, Surabaya.

    Kasim Fauzi, Trisna Yulia, Kosasih, 2008, ISO Indonesia, Volume 43, Penerbit PT.

    ISFI, Jakarta.

    Katzung Bertram G, 2007, Farmakologi Dasar dan Klinik, Penerbit Buku Kedokteran

    EGC, Jakarta.

    Macejko Amanda M & Schaeffer Anthony J, 2008, Female Urology, Edisi Ketiga,

    Elsevier Inc., China.

    Maharani Arizzha, Marfianti Erlina, 2011, Pola Pengobatan Penyakit Infeksi Saluran

    Kemih di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Islam Klaten Tahun 2010,

    Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia.

    Mc Phee Stephen J, Papadakis Maxine A, Rabow Michael W, Cucina Russ, 2011,

    Current Medical Diagnosis & Treatment, McGraw-Hill, USA.

    Moore Keith L, Agur Anner MR, Dalley Arthur F, 2010, Clinically Oriented

    Anatomy, Edisi Keenam, Lippincitt Wiliams & Wilkins, USA.

    Notoatmodjo Soekidjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi revisi cetakan

    pertama, Rineka Cipta, Jakarta.

    Pagan Kathleen Deska, Pagana Timothy J., 2006, Mosbys Manual of Diagnostic and

    Laboratory Test, edisi ke 3, Elsevier, United State of America.

    Pardede Sudung O, Tambunan Taralan, Alatas Husein, Trihono Partini Pudjiastuti,

    Hidayati Eka Laksmi, 2011, Konsensus Infeksi Saluran Kemih Pada Anak,

    Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.

    Pramudianto Arlina, Evaria, 2010, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 10,

    PT. Bhuana Ilmu Populer, Jakarta.

    Pranawa, Yogiantoro M, Irwanadi Chandra, Santoso Djoko, Mardiana Nunuk, Thaha

    M, dkk, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Cetakan Pertama,

    Airlangga University Press, Surabaya.

    Pranawa, Moli, Yogiantoro, Irwandi Chandra, dkk, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit

    Dalam, Cetakan Pertama, Airlangga University Press, Surabaya.

    Purnomo Basuki B, 2011, Dasar-dasar Urologi, Edisi ketiga, Sagung Seto, Jakarta.

    Samirah, Darwati, Windarwati, Hardjoeno, 2006, Pola dan Sensitivitas Kuman di

    Penderita Infeksi Saluran Kemih, Indonesian Journal of Clinical Pathology

    and Medical Laboratory, Volume 12, No. 3; Hal 110-113.

    Soeroso Juwono & Yuliasih, 2007, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Cetakan

    Pertama, Airlanngga University Press, Surabaya.

    Soewandojo Eddy, Suharto, Hadi Usman, Nasronudin, 2007, Buku Ajar Ilmu

    Penyakit Dalam, Cetakan Pertama, Airlangga University Press, Surabaya.

    Southwick Frederick S, 2003, Infectious Disease In 30 Days, McGraw-Hill, USA.

    Stamm Walter E, 2008, Harrisons Internal Medicine, Edisi 17, The McGraw-Hill

    Companies, United States of America.

    Tjokroprawiro Askandar, Hendromartono, Stjahjo Ari, dkk, 2007, Buku Ajar Ilmu

    Penyakit Dalam, Cetakan Pertama, Airlangga University Press, Surabaya.

    Widjaja I. Harjadi, 2011, Anatomi Pelvis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.