Jaringan Komunikasi Dan Peran Perempuan Dalam Mempertahankan
Analisis Strategi Marketing Public Relations Dalam ......strategi yang tepat untuk membangun...
Transcript of Analisis Strategi Marketing Public Relations Dalam ......strategi yang tepat untuk membangun...
Analisis Strategi Marketing Public Relations Dalam
Mempertahankan Corporate Image TRANS TV
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Oleh Maria Zen Budiati
NIM : 602012009
PROGRAM STUDI PUBLIC RELATIONS
FAKULTAS TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
1
2
3
4
5
1. PENDAHULUAN
Televisi menjadi media yang selalu digunakan oleh banyak orang untuk menyebarkan
informasi, sehingga muncul beberapa perusahaan pertelevisian yang sekarang ini semakin
berkembang. PT Televisi Transformasi Indonesia atau TRANS TV merupakan salah satu
perusahaan pertelevisian Nasional milik swasta di Indonesia. TRANS TV memperoleh izin
siaran nasional pada Oktober 1998 setelah dinyatakan lulus dari uji kelayakan yang dilakukan
tim antar departemen pemerintah, kemudian resmi siaran secara komersial pada 15 Desember
2001. Usahanya di bawah naungan Trans Corp yang dimiliki oleh CT Corp. Dikutip dari
detik.com, TRANS TV dinilai mampu menunjukan konsistensinya mempertahankan citra
yang baik di mata publik. Hal tersebut diuji melalui sebuah survei independen yang dilakukan
oleh Frontier Consulting Group dalam pengukuran corporate image index score. TRANS TV
meraih Corporate Image Award secara berturut-turut mulai tahun 2011 sampai dengan 2015.
Penghargaan ini diselenggarakan oleh majalah Bloomberg Business Week bersama dengan
Frontier Consulting Group.1
Bagi suatu perusahaan, faktor jangka panjang yang penting adalah mempertahankan
reputasi baik. Proses dalam membangun reputasi perusahaan sebagai perusahaan baik
merupakan kegiatan yang berkelanjutan hasil dari citra perusahaan, selain itu dibutuhkan
koordinasi dari antar bagian dan divisi untuk mewujudkan reputasi yang baik. Reputasi
menggambarkan intepretasi publik terhadap citra perusahaan dan prospek jangka panjang
perusahaan. Pengelolaan dan pemeliharaan reputasi mengharuskan adanya komunikasi dan
interaksi yang terjalin antara karyawan dan organisasi, konsumen, kelompok-kelompok
masyarakat dan pihak-pihak lain. Keberhasilan perusahaan membangun citra terlihat pada
cara perusahaan berinteraksi dengan shareholder dan stakeholdernya. Banyaknya perusahaan
serupa akan memunculkan competitor yang membuat setiap perusahaan harus memiliki
strategi yang tepat untuk membangun corporate image dan mempertahankan reputasinya.
Dalam merancang strategi, perusahaan memerlukan sebuah Departemen Public
Relations (PR) untuk mengelola komunikasi internal dan eksternal agar sejalan dengan tujuan
utama perusahaan. Seperti yang diungkapkan oleh Beard (2004, 2-3), PR merupakan disiplin
manajemen yang relatif baru berdasarkan bentuknya yang terorganisir dan terbina secara
pasti. PR harus mampu mengambil dan mengelola reputasi organisasi melalui pola perilaku
dan komunikasi yang dimilikinya. Fungsi manajemen PR yang baik akan turut menentukan
keberhasilan atau kegagalan suatu perusahaan/organisasi.
PR di TRANS TV berada di Divisi Marketing Public Relations yang memiliki tugas
menganalisis, membuat, menyusun strategi Public Relations jangka panjang dan jangka
pendek yang mencakup Marketing Public Relations dan Marketing Off-Air, serta mendukung
dan melaksanakan kebijakan perusahaan terkait area Marketing dan Public Relations agar
berdampak pada keberhasilan pencapaian visi dan misi perusahaan.
Berdasarkan paparan di atas, peneliti ingin menganalisis strategi yang digunakan oleh
Divisi Marketing Public Relations di TRANS TV untuk membangun dan mempertahankan
corporate image sehingga perusahaan tersebut memiliki reputasi baik dan meraih Corporate
Image Award 2016 dari Frontier Consulting Group.
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas kajian ilmu komunikasi yang berkaitan
dengan teori public relations dan corporate image management. Serta diharapkan dapat
menjadi literatur untuk penelitian yang relevan.
1 http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/2272865/trans-tv-raih-penghargaan-corporate-image-award
diakses 7 Oktober 2016
6
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Terdapat sejumlah penelitian sebelumnya yang mengulas mengenai strategi Marketing
Public Relations dan Corporate Image, peneliti akan membahas dua penelitian terdahulu
yang berkaitan. Pertama, merupakan penelitian yang dilakukan oleh Siti Khadijah (2012)
dengan judul “Strategi Publik Relations Dalam Membangun Citra Perusahaan (Studi
Deskriptif Membangun Hubungan Baik Dengan Media Dalam Upaya Meningkatkan Citra
Perusahaan).” Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah Public Relations sering
dikaitkan perannya dalam hubungan dengan media. Media merupakan penghubung
komunikasi dan informasi antara Public Relations kepada stakeholders baik internal dan
eksternal perusahaan. Melalui media relations citra positif perusahaan dapat dibangun.
Kedua, penelitian ini berjudul “Strategi Public Relations PT. Telkomsel Branch Manado
Dalam Mempertahankan Citra Perusahaan.” Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Agnes Datuela (2013) didapatkan hasil bahwa strategi utama yang dilakukan PR PT.
Telkomsel branch Manado dalam mempertahankan citra di mata masyarakat ialah dengan
mengkoordinasi masalah yang ada dengan pihak Pusat (Jakarta) dan pihak area (Makassar),
karena Divisi Coordinate Communication (corcom) hanya ada di sana.
Menurut hasil dari dua penelitian di atas, disimpulkan bahwa peran Public Relations
sebagai penghubung komunikasi dan penyebar informasi kepada publiknya (internal dan
eksternal) sangat penting dalam membangun dan mempertahankan citra positif perusahaan.
Dalam penelitian ini memiliki persamaan pembahasan terhadap dua penelitian tersebut,
yaitu mengenai strategi public relations dan corporate image. Sedangkan perbedaan
penelitian ini adalah peneliti akan membahas strategi public relations yang telah mengalami
perluasan peran menjadi marketing public relations dalam mempertahankan corporate image
instansi.
2.2. Penerapan Public Relations ke dalam Marketing
Menurut Soemirat dan Elvinaro (2008:99), idealnya bahwa antara public relations dan
marketing itu secara struktural sama-sama memiliki departemen (divisi) sendiri-sendiri.
Tetapi secara fungsional kedua departemen bersatu untuk mencapai tujuan perusahaan.
Meskipun antara public relations dan marketing secara filosofis berbeda. Public Relations
bertujuan untuk membangun citra (kepada target publik) sedangkan marketing bertujuan
menjual produk (product selling) kepada target market. Perpaduan antara dua elemen penting
organisasi ini melahirkan konsep Marketing Public Relations (MPR) (Kriyantono, 2008:57).
Menurut Elvinaro Ardianto (2009:120-121), masuknya bidang Public Relations ke
dalam marketing, karena peningkatan kebutuhan dan minat konsumen, harga semakin
kompetitif, perlu memperluas distribusi, dan banyaknya promosi dari produk/jasa sejenis.
Public Relations dapat menjadi efektif menopang fungsi marketing, jika terlebih dahulu
diperjelas dalam perencanaan marketing. Perencanaan harus matang dalam menentukan
sasaran dan target perusahaan, yaitu dengan penerapan strategi dan taktik promosi untuk
penjualan suatu produk. Karena itu, hubungan antara humas dan pemasaran harus sangat
kuat. Sedangkan menurut Anggoro (2005:242), Humas dan kaitannya dengan pemasaran
sangat penting untuk membangun brand awareness (kesadaran produk), dan future market,
serta mendidik konsumen dan masyarakat mengenai manfaat produk atau jasa yang
ditawarkan.
2.3. Pengertian Marketing Public Relations
Menurut Harris dalam Kriyantono (2008:58), Marketing Public Relations didefinisikan
sebagai sebuah proses perencanaan, eksekusi, dan evaluasi program-program yang
mendorong atau menganjurkan pembelian dan kepuasan konsumen melalui komunikasi yang
kredibel dalam menyampaikan informasi dan menciptakan impresi yang mengidentifikasi
perusahaan dan produknya dengan kebutuhan, keinginan, perhatian, dan kepentingan
7
konsumen. Menurut Kotler dan Keller (2007:279) Marketing Public Relations (MPR) dapat
membangun kesadaran dengan menempatkan berita di media untuk menarik perhatian orang
pada suatu produk, jasa, orang, organisasi atau gagasan. Marketing Public Relations dapat
membangun kredibilitas dengan menyampaikan pesan dalam konteks editorial. Marketing
Public Relations dapat membantu untuk meningkatkan antusiasme tenaga penjualan dan
penyalur dengan cerita-cerita mengenai produk baru sebelum diluncurkan. Marketing Public
Relations dapat menurunkan biaya promosi karena Marketing Public Relations
menghabiskan biaya yang lebih rendah daripada surat langsung dan iklan media.
2.4. Peran Marketing Public Relations
Menurut Ardianto (2009:121) Marketing Public Relations ini adalah konsep Public
Relations yang berorientasi pemasaran. Sebelum dan sesudah marketing dijalankan, maka
perlu diakses dahulu atau dipelihara oleh Public Relations dengan melakukan pembentukan
citra (image building) suatu produk atau jasa yang positif. Bila citra perusahaan, produk atau
jasa sudah positif di mata konsumen, maka mempermudah upaya pemasaran publik untuk
menjadi pelanggan.
Marketing Public Relations pada prinsipnya adalah merupakan suatu kegiatan yang
terencana dan suatu usaha yang terus menerus untuk dapat memantapkan dan
mengembangkan itikad baik (good will) dan pengertian yang timbal balik (mutual
understanding) antara suatu organisasi dengan masyarakat. Marketing public relation (MPR)
penekanannya bukan pada selling (seperti pada kegiatan periklanan), namun peran pemberian
informasi, pendidikan dan upaya peningkatan pengertian lewat penambahan pengetahuan
mengenai suatu produk/jasa/perusahaan akan lebih kuat dampaknya dan agar lebih lama
diingat oleh konsumen, maka MPR merupakan suatu konsep yang lebih tinggi dan lengkap
dari iklan yang biasa.
Menurut Anggoro (2005:243), ada tiga pendekatan strategis yang harus dilakukan
terhadap humas dan pemasaran. Pertama, kedua fungsi itu harus diletakkan sebagai bagian
dari keutuhan kelangsungan usaha. Kedua, kegiatannya difokuskan untuk meningkatkan
upaya awareness dan meningkatkan pembelian produk/jasa yang ditawarkan. Dan ketiga,
orientasinya harus difokuskan untuk menciptakan kepuasan konsumen dan dimanfaatkan
guna membentuk long term customer relationship.
2.5. Strategi Komunikasi dalam Marketing Public Relations
Menurut Hallahan (1988) yang dikutip dari Iriantara (2004:110) bahwa strategi komunikasi
ini akan berkaitan dengan bagaimana mewujudkan gagasan sehingga bisa mencapai objektif
yang ditetapkan. Dalam strategi ini biasanya dinyatakan apa yang akan dilakukan. Dalam
menyusun strategi komunikasi ada beberapa hal yang mesti diperhatikan.
1. Khalayak. Tentukan khalayak mana yang akan dijangkau oleh kegiatan komunikasi
sejalan dengan objektif yang sudah ditetapkan. Dalam penyusunan strategi ini,
penting untuk memprioritaskan publik organisasi. Namun, dengan tidak
melupakan publik intermediary (berpengaruh) yang akan membantu
mengkomunikasikan pesan.
2. Tema. Pesan yang disusun pun harus konsisten dengan objektif. Tema yang baik
adalah tema yang jelas, langsung, relevan, aktual, dan jujur. Selain itu bisa juga
kreatif, dramatis atau bernilai berita. Harap diingat, tema itu tidak sama dengan
slogan.
3. Event dan Media. Di sini mempertimbangkan bagaimana pesan itu disampaikan.
Apakah media publik, media interaktif, media yang terkontrol, komunikasi tatap
muka, ataukah menyelenggarakan kegiatan atau membuat kegiatan. Media dan events
yang dipilih dilakukan dengan mempertimbangkan khalayak yang dijangkau melalui
kegiatan komunikasi tersebut.
8
2.6. Evaluasi Kinerja Marketing Public Relations
Harrison, Graham (2009) mengemukakan bahwa pengukuran komunikasi pemasaran
beraneka ragam, termasuk hasil penjualan langsung dapat diatribusikan dengan kegiatan
komunikasi pemasaran, dibantu dengan kesadaran merek, brand image dan atribut, liputan
media, luasnya liputan media, sikap pelanggan, kehadiran pada pameran dagang dan acara,
pembaca dari publikasi dan pengaruh dari perilaku pembelian, pertanyaan pelanggan dan
keluhan kepada pusat layanan.
2.7. Pengertian Corporate Image
Konsep citra telah berkembang dan menjadi perhatian para marketer. Citra yang baik
dari suatu brand atau perusahaan akan mempunyai dampak yang menguntungkan, sedangkan
citra yang negatif akan merugikan. Citra yang baik berarti masyarakat/publik mempunyai
kesan positif terhadap suatu brand atau perusahaan, sedangkan citra yang kurang baik
mempunyai kesan yang negatif. Kotler & Fox mendefinisikan bahwa citra adalah jumlah dari
keyakinan-keyakinan, gambaran-gambaran, dan kesan-kesan yang dipunyai seseorang pada
suatu objek (Sutisna, 2002).
Setiap perusahaan mempunyai citra yang mempengaruhi pandangan publik tentang
kualitas produk/jasa yang diberikan perusahaan, sejalan dengan pengalaman dan penilaian
konsumen terhadap produk/jasa tersebut. Paul R. Smith menjelaskan secara khusus tentang
citra perusahaan (Smith, 1995:332), citra perusahaan merupakan sekumpulan persepsi orang
terhadap sebuah organisasi. Citra dalam persepsi terbentuk melalui indera penglihatan, suara,
aroma, sentuhan, cita rasa, dan perasaan berdasarkan pengalaman memakai produk,
pelayanan, lingkungan usaha maupun komunikasi perusahaan.
Selanjutnya Smith menguraikan bahwa citra perusahaan meliputi berbagai aktivitas
perusahaan mulai dari kesan visual, logo, kop dokumen, stempel, poster dan proses
keramahan pelayanan, tata letak kantor, pilihan warna dan corak seragam, karpet,
wallpaper, penyejuk ruangan, aroma kantor, desain interior hingga masalah yang
langsung berkaitan dengan kualitas bisnis perusahaan baik barang maupun jasa.
Berdasarkan uraian diatas, bisa dikatakan bahwa corporate image adalah bagaimana suatu
perusahaan dipersepsikan dan dilihat oleh masyarakat atau publik, dalam hal ini konsumen,
pesaing, suplier, pemerintah dan masyarakat umum. Corporate image terbentuk dari kontak
dengan perusahaan tersebut dan dengan menginterpretasikan informasi mengenai perusahaan
tersebut. Informasi-informasi ini dapat didapatkan dari program-program dan iklan-iklan dari
perusahaan tersebut.
2.8. Pentingnya Corporate Image
Norris dalam Frank Jefkins (1996:71) tentang pentingnya citra bagi perusahaan
menyebutkan bahwa sangat penting bagi perusahaan untuk memiliki kesan dan reputasi yang
baik sama baiknya dengan nama baik seorang usahawan dan untuk alasan yang sama nama
perusahaan sangat berkaitan dengan keputusan pembelian konsumen.
Citra perusahaan (corporate image) adalah pemberi bentuk dan dasar bagi langkah
perusahaan dalam membentuk citra merek. Jika citra perusahaan biasa-biasa saja (tidak baik
juga tidak buruk) maka tidak akan mempengaruhi citra merek (brand image). Sebaliknya jika
terdapat citra perusahaan, baik itu citra positif atau negatif maka akan memberi pengaruh
pada pembentukan brand image. Menurut Terence A. Shimp (2003), Corporate image yang
posittif dapat meningkatkan dikenalnya nama perusahaan, membangun itikad baik bagi
perusahaan serta produknya, atau mengidenfitikasikan dirinya sendiri dengan beberapa
aktivitas yang bisa diterima secara sosial dan bermakna.
9
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di PT Televisi Transformasi Indonesia yang terletak di Jalan
Kapten Tendean Kav. 12-14 A, Mampang, Jakarta Selatan. Sedangkan waktu penelitian
dilakukan dari bulan Januari-April 2016. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan metodologinya merupakan
penelitian kualitatif.
Dalam penelitian ini, teknik pengambilan data yang dipakai adalah observasi, kuisioner,
dan wawancara. Dalam memilih responden untuk mengisi kuisioner, peneliti menggunakan
sample secara acak menggunakan accidental sampling, yaitu memilih siapa saja yang
kebetulan dijumpai dapat dijadikan sampel (Kriyantono, 2008:160). Sementara sumber
informan untuk wawancara, peneliti memilih sendiri informan yang akan diwawancara
menggunakan purposive sampling. Purposive sampling memungkinkan peneliti untuk
menentukan sendiri informan yang menurutnya paling kompeten dan relevan untuk dimintai
keterangan dan dapat memberikan gambaran yang kaya, sesuai dengan kebutuhan peneliti
(Suharyanti, 2012:174). Sumber informan dan responden yang akan dilibatkan dalam
penelitian memiliki kriteria-kriteria yang telah ditentukan:
1. Supervisor MPR Trans TV (Ichwan Murni)
2. Staff MPR Trans TV (Yola Utami, Gabriella F. Siregar, Danu Prakoso, dan
Markus Johanes)
3. 50 responden acak
Teknik analisa data dengan menggunakan model Miles dan Huberman, dimana
terdapat tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan verifikasi. Serta dilakukan
triangulasi data.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Profil TRANS TV
4.1.1. Lokasi dan Fasilitas
Gambar 4.1 Logo PT Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV)
Gedung TRANS TV2 dibangun dengan arsitektur neo klasik, terletak di atas tanah
seluas ± 2 hektar, berlokasi di Jalan Kapten Piere Tendean Kav. 12-14 A, Jakarta 12790, dan
merupakan gedung pertama di Indonesia yang dirancang khusus bagi stasiun televisi. Gedung
sembilan lantai ini ditanam kabel-kabel, termasuk kabel serat optik, sepanjang 1.300 meter
guna mendukung sistem siaran digital yang digunakan TRANS TV.
Tiga studio yang digunakan untuk memproduksi program-program inhouse drama
maupun non drama terletak di lantai pertama. Studio tersebut adalah Studio 1 seluas 900 m2
dengan kursi penonton permanen sejumlah 365 buah, Studio 2 dengan luas 600 m2, dan
Studio 3 seluas 400 m2.
Di lantai dua terdapat Master Control Room (MCR) atau ruang kontrol utama sebagai
jantung operasi penyiaran TRANS TV yang dibangun dengan teknologi digital penuh.
Melalui teknologi tersebut maka MCR mampu beroperasi nyaris tanpa pita (tapeless
operation). Selain MCR, pada lantai ini juga terdapat ruang kontrol Studio 1, ruang kontrol
Studio 2, ruang edit, tape cassette library, ruang logistik, dan ruang wardrobe.
2 http://transtv.co.id diakses 5 September 2016
10
Lantai tiga merupakan markas besar divisi News TRANS TV serta bertempatnya satu
studio berteknologi Virtual Set yang menggunakan green screen untuk menunjang siaran
pemberitaan, yaitu Studio 5. Lantai bernuansa biru ini dirancang agar dapat beroperasi setiap
hari selama 24 jam, sehingga dilengkapi dengan kamar-kamar tidur maupun kamar mandi
yang terpisah bagi pria dan wanita.
4.1.2. Sejarah
TRANS TV memperoleh ijin siaran nasional pada Oktober 1998 setelah dinyatakan
lulus dari uji kelayakan yang dilakukan tim antar departemen pemerintah, kemudian resmi
siaran secara komersial pada 15 Desember 2001. Usahanya di bawah naungan TRANS
CORP yang dimiliki oleh CT CORP.
TRANS TV mulai mengudara secara teknis selama beberapa jam per hari di wilayah
Jakarta, Bogor, Tangerang, dan Bekasi pada 22 Oktober 2001. Kemudian pada 25 Oktober
2001 mulai menyiarkan program bertajuk Trans Tune-In serta siaran langsung upacara
peresmian Bandung Supermall, sekaligus memperluas jangkauan siaran TRANS TV hingga
wilayah Bandung dan sekitarnya. Berkat perencanaan yang baik, TRANS TV dapat
memperoleh alokasi frekuensi UHF yang rendah dibandingkan stasiun-stasiun televisi lain.
Kanal frekuensi yang rendah tersebut memudahkan pemirsa mencari gelombang siaran
TRANS TV. Sampai saat ini TRANS TV tetap konsisten memproduksi secara inhouse
maupun menayangkan program-program dengan citra “Trendsetter, Lifestyle, dan HBOnya
Indonesia” seperti Extravaganza, Ceriwis, Termehek-mehek, atau pun Bioskop TRANS TV
yang menjadikan TRANS TV memiliki ciri khas tersendiri serta membedakannya dari
stasiun-stasiun televisi lainnya.
4.1.3. Visi dan Misi
4.1.3.1. Visi :
Menjadi televisi terbaik di Indonesia maupun ASEAN, memberikan hasil usaha yang
positif bagi stakeholders, menyampaikan program-program berkualitas, berperilaku
berdasarkan nilai-nilai moral budaya kerja yang dapat diterima oleh stakeholders serta mitra
kerja, dan memberikan kontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan serta kecerdasan
masyarakat.
4.1.3.2. Misi :
Wadah gagasan dan aspirasi masyarakat untuk mencerdaskan serta mensejahterakan
bangsa, memperkuat persatuan dan menumbuhkan nilai-nilai demokrasi.
4.2. Analisis Proses Bisnis
4.2.1. Target Audience
Berdasarkan SES (Social Economic Status), TRANS TV membidik segmen pemirsa
kelas menengah atas atau dalam istilah pemasaran dikenal sebagai kelompok ABC.
Kelompok A adalah target audience yang memiliki pengeluaran rumah tangga sebesar Rp
4.000.001,- ke atas per bulannya, kelompok B adalah target audience dengan pengeluaran Rp
2.500.001,- s/d Rp 4.000.000,- per bulannya, sedangkan kelompok C memiliki pengeluaran
sesesar Rp 1.000.001,- s/d Rp 2.500.001,- per bulan.
4.2.2. Program Content
Pada dasarnya program TRANS TV menganut konsep general entertainment sehingga
pemirsanya bisa menikmati berbagai tayangan hiburan drama maupun non drama serta
tayangan berita.
a. Tahun I : 60% program asing, 40% program lokal.
(50% dari komposisi program lokal merupakan produksi TRANS TV)
b. Tahun II : 45% program asing, 55% program lokal.
c. Tahun III : 30% program asing, 70% program lokal.
d. Tahun IV : lebih dari 75% merupakan program lokal.
11
Kemudian di tahun VI, yaitu 2007 sampai dengan saat ini TRANS TV telah
menayangkan 85% program produksi sendiri (inhouse production) dan 15% program beli
(lokal maupun asing).
4.3. Proses Komunikasi Marketing PR dengan Audiens
Model komunikasi yang diterapkan Marketing PR TRANS TV adalah Two Way
Asymmetric. Model ini memiliki tujuan untuk mempersuasif komunikan. Komunikasinya dua
arah dengan efek-efek tak berimbang. Model ini digunakan untuk merencanakan suatu
aktivitas dan memilih sasaran-sasaran, serta evaluatif, menemukan jika sasaran telah dicapai.
Bisnis yang kompetitif dan perusahaan-perusahaan public relations merupakan tempat praktik
utama di masa-masa sekarang (Gozali, 2005).
Gambar 4.2 Penjabaran Proses Komunikasi di TRANS TV dan audience
Dapat dikatakan bahwa pihak Marketing PR TRANS TV berperan sebagai sumber yang
memberikan pesan kepada audience/publik sebagai penerima. Setelah pesan diterima oleh
audience, pesan akan dikembalikan kepada pihak Marketing PR TRANS TV dengan
menyertakan feedback. Proses komunikasi akan berhenti setelah audience merespon pesan
yang dikirimkan oleh Marketing TRANS TV. Respon yang diberikan oleh audience dapat
diamati di media sosial TRANS TV. Media sosial yang aktif digunakan oleh MPR TRANS
TV adalah instagram, facebook, dan twitter. Sedangkan situs berbagi video yang paling
sering digunakan adalah youtube.
4.4. Perluasan Peran PR di TRANS TV
Public Relations bertujuan membangun persepsi publik hingga sesuai dengan kebijakan
manajemen. Menurut Wasesa (2006:71), perluasan peran dan fungsi Public Relations dapat
dilakukan dengan:
1. Perluasan untuk kepentingan internal perusahaan. PR bertanggung jawab membentuk
citra perusahaan di kalangan stakeholder internal.
2. Perluasan untuk kepentingan eksternal perusahaan. PR harus mendukung kinerja
manajemen dalam membangun relasi yang saling menguntungkan dengan stakeholder
eksternal. Melalui peran eksternal PR di Indonesia yang semakin berkembang, muncul tiga
perluasan bidang PR, yaittu financial PR, marketing PR, dan trade PR. Marketing PR fokus
pada upaya membangkitkan minat pihak ketiga agar mau menceritakan tentang kebaikan
merek.
Tugas PR di TRANS TV lebih berfokus pada perluasan eksternal yaitu maintance
audience dan publik, sehingga untuk perluasan internal lebih terkait pada bagian audiens
sebagai penghubung antara Divisi Produksi dan audience/penonton.
12
Publik utama yang dijadikan sasaran oleh MPR untuk mengembangkan hubungan baik
adalah pemirsa dan penonton potensional. Publik yang berpengaruh, seperti pemerintah dan
kelompok masyarakat dan komunitas juga penting. Kegiatan MPR berkonsentrasi pada
kerjasama antara perusahaan, rekanan bisnis perusahaan, dan komunitas. MPR di TRANS TV
memiliki kewenangan untuk merancang dan melakukan promosi program acara secara off air,
tentu dengan persetujuan dari Direktur Sales dan Marketing.
Kebutuhan manajemen public relations setiap perusahaan berbeda satu dengan yang
lain. Di TRANS TV, Departemen PR berada di bawah Sales dan Marketing. Peran PR di
TRANS TV mengalami perluasan menjadi Marketing Public Relations (MPR). Marketing PR
adalah bagian dari public relations yang digunakan untuk tujuan marketing. MPR merupakan
cara mendekatkan kerenggangan antara Marketing dan PR untuk keuntungan konsumen
(audience), bisnis dan sosial. Marketing PR berkontribusi untuk mencapai tujuan komunikasi
brand (perusahaan) dan dengan keterlibatan lebih besar dalam proses marketing (Kitchen,
2014). Sedangkan tiap-tiap divisi mempunyai susunan struktur organisasi yang independent
dipimpin oleh seorang direktur. Hal ini bertujuan untuk mempermudah pengawasan
kepegawaian dan produksi pada tiap-tiap divisi.
4.5. Mempertahankan Corporate Image TRANS TV
4.5.1. Strategi Perencanaan Kegiatan PR
Dalam mempertahankan Corporate Image TRANS TV, Marketing Public Relations
menggunakan strategi perencanaan PR sebagai pendekatan untuk melakukan perencanaan
kegiatan. Menurut Ronald D. Smith (2013), terdapat empat bagian dalam perencanaan, yaitu
formative research, strategy, tactics, dan evaluative research.
1. Formative Research
Terdapat tiga tahap analisis pada bagian ini :
a. Analyzing The Situation
PT Televisi Transformasi Indonesia (TRANS TV) adalah perusahaan yang
menawarkan produk berupa jasa di bidang bisnis pertelevisian. TRANS TV berada dibawah
naungan TRANS Corp platform Media yang masih menjadi bagian dari CT Corp.
Gambar 4.3 Struktur Perusahaan CT CORP
(Sumber : http://www.ctcorpora.com/business-transcorpora.php)
TRANS TV merupakan stasiun tv pertama dari CT Corp yang sekarang menjadi salah
satu pelopor (leading) jaringan tv di Indonesia. TRANS TV memiliki kemampuan membuat
13
rumah produksi sendiri yang kuat dan kreatif sehingga menghasilkan program acara yang
menjadi tolak ukur stasiun tv serupa.
b. Analyzing The Organization
Pada tahap ini teknik analisis yang digunakan adalah SWOT (Strength, Weakness,
Opportunity, Threat). Dalam menganalisis tahap ini, peneliti menggunakan elemen
pendekatan internal dan eksternal.
1) Strength
TRANS TV memiliki image dan positioning yang semakin kuat sebagai TV
trendsetter, lifestyle, dan Box Office Movie Indonesia
2) Weakness
Kurangnya awareness audience pada program-program baru yang ditayangkan dan
banyak terdapat perubahan jadwal program
3) Opportunity
Program yang bervariasi dan memiliki keunikan menjadi daya tarik dan alternatif dari
jenuhnya pemirsa terhadap tayangan sinetron
4) Threat
Kompetisi yang semakin ketat dalam industri pertelevisian nasional dan regulasi KPI
yang multi tafsir
c. Analyzing Public
Karakter publik juga harus diperhatikan secara detail, karena pemahaman ini akan
memudahkan untuk memilah audiens. Terdapat tiga pembagian audiens menurut Wasesa
(2006: 212) :
1) Audiens Primer
Publik yang masuk dalam kategori ini merupakan mereka yang terlibat secara langsung
terhadap perusahaan, seperti stakeholder dan shareholder TRANS TV.
2) Audiens Sekunder
Mereka yang menjadi pemirsa yang menyaksikan program acara TRANS TV melalui
media elektronik akan dikategorikan ke dalam audiens sekunder. Audiens ini secara tidak
langsung akan membiasakan diri terhadap stereotip yang telah berkembang di masyarakat
mengenai perusahaan.
3) Audiens Tersier
Audiens ini merupakan yang masih potensial untuk menjadi target market. Publik yang
menjadi target adalah orang-orang yang belum terlalu terpengaruh stereotip dari audiens
primer dan sekunder, contohnya WNI di luar negri yang tentunya untuk menyaksikan
program acara TRANS TV menggunakan media online (streaming) dan orang yang memilih
tv berlangganan.
2. Strategy
a. Establishing Goals and Objectives
1) Goals : mempertahankan reputasi TRANS TV sebagai stasiun televisi yang
menjadi trendsetter stasiun tv serupa di Indonesia.
2) Objectives : meningkatkan rating program acara, mempersuasif publik untuk
menyaksikan TRANS TV, membuat partnership dengan rekanan bisnis,
mempertahankan dan meningkatkan loyalitas audiens.
b. Formulating Actions and Response Strategies
Marketing PR TRANS TV menggunakan strategi proaktif untuk mencapai goals dan
objectives.
1) Action :
Partnership melalui bagian Event dan Community Development.
Media partner melalui bagian Media Non TV dan Media Relations
14
2) Communication :
Penyebaran pesan informasi melalui bagian Social Media Content dan Publicity
c. Developing The Message Strategy
Pesan diinterpretasikan dalam konteks pengetahuan persuasi ini yang dihasilkan oleh
kesadaran bahwa iklan adalah persuasif komunikasi. Menurut Salomon dan Englis dalam
Baker (2008), persuasi pertemuan komersial dan media hiburan media, yang sering jatuh di
bawah kategori komunikasi kabur. Konsumen terkena bentuk-bentuk komunikasi pemasaran
tradisional (misalnya, iklan antara program) umumnya sadar maksud persuasif, dan kesadaran
ini mungkin melawan dampak persuasif pesan ini.
Berdasarkan pengamatan, Marketing Public Relations bagian Media Sosial dan
Publicity memiliki peran dalam pembuatan content informasi yang dapat mengajak dan
menarik audience untuk berpartisipasi pada kegiatan/acara melalui platform online.
3. Tactics
Selecting Communications Tactics and Implementing The Strategic Plan
Marketing Public Relations memiliki peranan dalam upaya mencapai tujuan yang
diantaranya adalah membangun brand awareness perusahaan, membangun kepercayaan
publik, mendorong minat ketertarikan publik, dan menekan biaya promosi. Brand
awareness adalah kesadaran publik untuk mengenali dan mengingat kembali sebuah merek.
MPR pada dasarnya mencakup segala sesuatu yang mempengaruhi bagaimana orang-
orang memahami stasiun TV, citra (image) yang ingin diperlihatkan ke publik untuk
membentuk reputasi yang ingin ditampilkan oleh perusahaan melalui opini publik. Menurut
Wasesa (2006), dalam membangun image, TRANS TV menggunakan dua jenis aktivitas
untuk membentuk opini publik, yaitu :
1. Media Direct
a. Formal :
1) Press Conference : TRANS TV mengundang sejumlah media partner melalui media
relations untuk hadir dalam press conference mengenai suatu tema.
2) Press Release : TRANS TV mengirimkan release pers melalui media relations untuk
dimuat oleh media partner (cetak dan radio).
3) Product Launching (Program Launching) : Kegiatan ini biasanya diselenggarakan
setelah press conference untuk peluncuran program acara baru atau acara khusus.
b. Informal :
Media Gathering : mengundang media partner bergabung dalam forum semi formal,
biasanya untuk menjelaskan beberpa isu yang berkaitan dengan perusahaan.
2. Media Indirect
a. Kunjungan Instansi : TRANS TV memberikan kesempatan pada instansi yang ingin
mengadakan kunjungan. Hal ini dilakukan untuk membina hubungan yang baik
dengan instansi tersebut.
b. Seminar pihak ketiga : TRANS TV bekerjasama dengan beberapa brand untuk
menjadi sponsor ataupun narasumber dalam seminar yang berkaitan.
c. Event pihak ketiga : TRANS TV merancang event yang berksitsn dengan brand yang
bekerjasama dan perusahaan atau program acara.
4. Evaluative
Evaluating The Strategic Plan
Pada tahap evaluasi ini, peneliti menggunakan metode pengukuran tahap outcome jenis
survey untuk menampilkan hasil evaluasi dari perencanaan MPR TRANS TV. Terdapat
empat jenis pertanyaan yang diberikan, yaitu tingkat pendidikan, tanggapan audiens terhadap
program acara, durasi audiens menonton tv, dan sumber informasi yang diperoleh audiens.
15
Gambar 4.4 Hasil Survei Tanggapan Responden Terhadap TRANS TV
Berdasarkan hasil grafik diatas diketahui bahwa 98% responden berlatar pendidikan
diatas jenjang SMA, yang bedampak pada kemampuan responden sebagai audiens dalam
menangkap informasi yang diberikan dari MPR. Terdapat 74% responden berpendapat bahwa
program acara yang disajikan TRANS TV baik, hal ini dapat membuktikan TRANS TV
sebagai trendsetter acara-acara yang berkualitas. Rentang waktu yang dihabiskan 48%
responden untuk menyaksikan acara di TRANS TV adalah pukul 19.00-21.00 WIB.
Informasi mengenai ticketing audiens diperoleh melalui teman sebanyak 56%.
4.5.2. Konsep Strategi yang Digunakan Marketing Public Relations TRANS TV
Menurut observasi yang telah dilakukan, Marketing PR menggunakan konsep AIDA
(Attention, Interest, Desire, Action). Konsep ini merupakan salah satu konsep strategi
pemasaran yang bertujuan untuk memberi kepuasan pada konsumen dan memberi
keuntungan pada perusahaan.
1. Attention
Di tahap perhatian (attention) komunikator melakukan strategi agar calon audiens
tertarik terhadap penawaran yang dilakukannya. Strategi yang digunakan untuk mendapatkan
perhatian dari calon audiens, komunikator harus menampilkan sikap yang baik, tutur kata dan
cara berpakaian yang menarik agar mendapatkan penilaian yang positif dari calon audiens.
Proses tersebut bisa dikatakan sebagai proses awareness / kesadaran akan adanya produk
yang disampaikan ke konsumen (Kotler dan Keller, 2009:178).
2. Interest
Tahap ini komunikator berusaha meningkatkan perhatian calon audiens menjadi minat
dengan cara menciptakan suasana yang menyenangkan, mendengarkan, dan memahami
kebutuhan konsumen. Interest merupakan adanya minat yang menarik perhatian konsumen
akan pesan yang ditunjukkan.
3. Desire
Pada tahap ini komunikator harus dapat meyakinkan calon audiens dengan menjelaskan
keuntungan yang akan didapat calon audiens. Dengan setelah adanya ketertarikan akan
menimbulkan hasrat, keinginan (desire) konsumen untuk membeli dan menggunakan produk
yang ditawarkan oleh komunikator tersebut.
4. Action
Pada tahap tindakan (action) komunikator memberikan keyakinan bahwa barang, jasa,
dan ide yang telah dibeli merupakan langkah tepat yang dapat memberikan keuntungan bagi
komunikan/audiens.
4.5.3. Strategi Komunikasi Marketing Public Relations TRANS TV
IMC (Integrated Marketing Communication) sebagai konsep di mana suatu perusahaan
secara hati-hati mengintegrasikan dan mengkoordinasikan saluran komunikasinya yang
16
banyak untuk menyampaikan pesan yang jelas, konsisten, dan meyakinkan mengenai
perusahaan dan produknya (Kotler dan Armstrong, 2001:138).
MPR dalam konsepsi IMC melakukan pekerjaan yang sangat luas dan beragam, tidak
hanya bertugas mengumpulkan opini publik saja, tetapi juga bertugas mengatur corporate
brand dan menjaga reputasinya.
Marketing PR TRANS TV memiliki beragam kegiatan yang mendukung promosi
program acara secara off air. Tentu untuk memberitahukan informasi mengenai program
acara tersebut membutuhkan cara komunikasi yang tepat kepada audience. Dalam menyusun
strategi komunikasi ada beberapa hal yang diperhatikan.
1. Khalayak. Target yang ditentukan oleh TRANS TV berdasarkan kategori usia,
seperti anak-anak, remaja, dan keluarga.
2. Tema. Tim Audience Development merencanakan progam-program off air
untuk sesuai program acara baru yang dibuat oleh produksi dan merancang program
untuk acara yang bekerjasama dengan sponsor sesuai kriteria tema yang diinginkan klien.
3. Event dan Media. Event yang dilakukan oleh Marketing PR biasanya secara off
air dengan media penyebaran informasi melalui platform social media TRANS TV.
4.5.4. Strategi Marketing Public Relations Mempertahankan Corporate Image
TRANS TV
Dalam menjalankan strateginya, pendekatan marketing yang digunakan oleh Marketing
PR TRANS TV :
1. Content Marketing
Menurut Joe Pulizzi, pendiri Content Marketing Institute, content marketing adalah
pendekatan pemasaran strategis berfokus pada menciptakan dan mendistribusikan secara
berharga, relevan, dan konten yang konsisten untuk menarik dan mempertahankan audiens,
dan pada akhirnya, untuk mendorong tindakan pelanggan yang menguntungkan.3 Marketing
PR TRANS TV menggunakan pendekatan ini untuk memberikan informasi kepada
followernya. Isi dari pesan/informasi itu terkait hari, tanggal, waktu, tempat, dan tema
program acara yang akan diadakan. Bagian Social Media akan mengemas isi pesan tersebut
sehingga menarik audiens untuk menyimak dan mengikuti acara.
2. Affinity Marketing
Affinity marketing adalah model bisnis yang dilakukan berdasarkan kemitraan.4 Sebuah
metode penjualan produk dan jasa dengan menciptakan hubungan kerjasama dengan
perusahaan dan brands yang sejeni atau relevan. TRANS TV dibawah naungan
TRANSMEDIA bermitra dengan beberapa perusahaan selain untuk keuntungan financial
tetapi juga memperoleh pemberitaan sehingga TRANS TV dan perusahaan tersebut
mendapatkan reputasi yang baik di publik.
3. Event Marketing
Event marketing adalah sebuah bentuk promosi merek yang mengingat suatu merek
dengan kegiatan kebudayaan, sosial, olahraga atau tipe kegiatan lainnya yang mengandung
tingkat keterkaitan publik yang tinggi (Shimp, 2003).
Mendukung pendapat Shimp, menurut Kotler dan Keller (2007:205) perusahaan
mensponsori kegiatan dan program- program yang dirancang untuk menciptakan interaksi
setiap hari atau interaksi yang berkaitan dengan merek.
Pada intinya definisi dari event marketing adalah memberikan konsumen pengalaman
menarik yang berhubungan dengan suatu produk tertentu. TRANS TV sering menggelar
3 http://contentmarketinginstitute.com/getting-started/ diakses 3 November 2016 4 http://swa.co.id/swa/ceo-interview/masukan-customer-menjadi-bahan-inovasi-produk-asuransi-cigna diakses
3 November 2016
17
acara hiburan, seperti acara bertema musik, yang bekerjasama dengan brand tertentu sebagai
sponsorship. Acara ini mengajak audiens untuk hadir ikut serta memeriahkan.
4. Digital Marketing
Menurut Coviello, Milley, dan Marcolin (2001:26) digital marketing adalah
penggunaan internet dan penggunaan teknologi interaktif lain untuk membuat dan
menghubungkan dialog antara perusahaan dan konsumen yang telah teridentifikasi.
Marketing PR TRANS TV mengembangkan interaksi dengan audiens dengan memanfaatkan
platform online untuk berkomunikasi. Platform itu berupa media social, e-mail, dan
messenger.
Berdasarkan observasi yang dilakukan dalam penelitian ini, dihasilkan dimensi strategi
yang digunakan Marketing Public Relations TRANS TV mempertahankan corporate image :
1. Berpikir dari perspektif audiens.
Menempatkan diri dan mengubah cara pandang di posisi audiens, membuat MPR
mengerti kebutuhan dan keinginan audiens serta cara tepat untuk mengkomunikasikannya.
2. Mengetahui batas-batas perusahaan.
Menyoroti kelebihan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan dan membuatnya
berbeda dari kompetitor. Menggunakan hal ini sebagai keuntungan pada program-program
MPR yang akan direncanakan.
3. Membuat tranding melalui content social media
Menggunakan sebuah topik untuk membentuk tranding topik dan opini yang akan
dibicarakan oleh publik secara positif.
4. Memperoleh ulasan pemberitaan dari pihak ketiga
Membentuk partnership dengan beberapa media melalui bagian media non tv dan
media relations untuk bekerjasama dan mendapat timbal balik berupa brand awareness dan
opini publik yang berdampak pada reputasi perusahaan yang baik.
5. Search engine optimization (SEO)
Menempatkan brand pada posisi pertama di kolom pencarian yang relevan dengan
perusahaan akan meningkatkan reputasi yang baik bagi perusahaan.
6. Mengelola press kit.
Memberikan merchandise pada kolega yang relevan juga bisa sebagai bentuk promosi
dan brand awareness.
7. Menjadi pelopor
Menjadi pelopor memiliki pengaruh yang besar sebagai tolak ukur kompetitor, terlebih
mampu menghasilkan program secara secara mandiri (in house production) yang orisinil
karya dari staff produksi.
8. Menumbuhkan kesadaran konsumen terhadap program baru yang ditampilkan
Mempersuasif penonton untuk menyaksikan program acara baru yang disiarkan.
9. Hadir di acara-acara yang relevan
Berpartisipasi pada acara-acara yang relevan akan memperoleh brand awareness dan
reputasi yang baik pada perusahaan.
Media yang digunakan untuk memaksimalkan strategi MPR TRANS TV :
1. Digital
a. Social Media
Di era digital, social media menjadi media yang penting dan utama digunakan hampir seluruh
audience. Sehingga pemilihan content social media dan waktu penyebaran dibutuhkan untuk
memaksimalkan proses komunikasi.
18
Gambar 4.5 Media yang Digunakan oleh Marketing PR TRANS TV untuk
Penyebaran Informasi
b. Mobile Content
Media mobile berupa telfon dan sms blast masih digunakan untuk memudahkan penyebaran
informasi tanpa terkendala jaringan internet yang terkadang kurang stabil. Terkadang,
beberapa orang lebih memilih bertukar informasi atau sekadar menanyakan info melalui
messenger.
c. Web Content
Suatu perusahaan seharusnya memiliki website resmi untuk memudahkan konsumen
(audience) saat mencari informasi mengenai perusahaan tersebut. Selain content isi website,
yang perlu dipertimbangkan adalah desain website.
2. Konvensional
a. Terbitan : TRANS TV menggunakan media banner untuk mempromosikan program
acaranya. Banner akan diletakkan di depan studio saat program acara on air
berlangsung, banner juga diletakkan di dekat meja recepcionist. Ketika acara off air,
banner biasanya akan diletakkan di stand yang tersedia.
b. Acara-acara : MPR TRANS TV mengadakan acara-acara off air untuk
mempromosikan program acara terbarunya.
c. Pemberian dana sponsor : TRANS TV memberikan sponsorship pada kegiatan yang
dinilai sesuai dengan kriteria dan sejalan sengan tujuan perusahaan.
d. Berita : TRANS TV bekerjasama dengan beberapa media cetak untuk memuat
beberapa artikel mengenai program acara baru dan event yang dilakukan.
e. Ceramah : TRANS TV bekerjasama dengan beberapa perguruan tinggi di Indonesia
untuk mengadakan sejumlah seminar bertema jurnalistik.
f. Kegiatan Layanan Masyarakat : TRANS TV melakukan CSR melalui CT Foundation.
g. Media Identitas : TRANS TV memiliki identitas visual yang langsung dikenal
masyarakat. Identitas visual tersebut terdapat dalam logo perusahaan yang dimuat
juga pada alat tulis, brosur, tanda, formulir bisnis, kartu nama, bangunan, seragam,
aturan berpakaian, dan merchandise.
19
4.5.5. Evaluasi Strategi Marketing PR
Dalam mengevaluasi keberhasilan strategi MPR TRANS TV menggunakan metodologi
Media Content Analysis dan Survey.
1. Media Content Analysis
Gambar 4.6 Follower via Twitter dan Facebook
Pada chart follower Twitter TRANS TV mengalami peningkatan jumlah follower dari
bulan Januari – Maret 2016, disusul TRANS7 lalu SCTV. Sedangkan untuk follower di chart
Facebook, TRANS TV dan TRANS Corp berada di urutan ke-6 dan 7. Perbandingan jumlah
follower ini digunakan sebagai tolak ukur daya tarik content pesan yang disampaikan oleh
tim Social Media untuk mempengaruhi publik dan brand awareness audiences terhadap
TRANS TV.
2. Survey
Survei dari Frontier Consulting Group ini dilakukan pada empat kelompok responden,
yaitu praktisi manajemen bisnis, pemegang saham/investor, wartawan selain infotainment,
dan masyarakat. Kriteria responden dalam grup manajemen adalah mereka yang memiliki
setidaknya di posisi manajer di perusahaan produk dan antara 30 sampai 65 tahun. Investor
responden adalah mereka yang telah melakukan transaksi saham dalam satu tahun terakhir
dan/atau saat ini berinvestasi dalam saham, kewajiban, atau sekuritas perusahaan tertentu.
Rentang usia responden investor adalah 30 sampai 65 tahun. Responden wartawan adalah
orang-orang yang memiliki profesi wartawan yang meliput ekonomi dan bisnis (tidak
termasuk wartawan infotainment/hiburan) di media massa, antara 25 sampai 65 tahun.
Sementara itu, untuk umum diambil dari masyarakat, berusia antara 25-65 dan memiliki
keluarga yang menghabiskan minimal Rp 6 juta per bulan.
Ada 3670 responden dalam proyek ini. Metode survei yang digunakan adalah
wawancara tatap muka, wawancara telepon dan survei online. Metode sampling untuk
responden di dalam manajemen, pemegang saham/investor dan kelompok-kelompok
wartawan adalah sampling purposive, dan untuk responden umum adalah sampling acak
daerah multistage.
Wawancara telepon dilakukan untuk panel umum, manajemen dan investor. Metode
pengambilan sampel adalah sampel acak dari database tiga panel. Survei ini dilakukan pada
bulan Maret-April 2016. Jumlah responden untuk survei Corporate Image 2016 adalah 900
untuk panel umum, 1.165 untuk panel manajemen, 1.325 untuk panel investor, dan 280 untuk
panel wartawan.5
5 http://imacaward.com/about/research-methodology/ diakses 7 Oktober 2016
20
Gambar 4.7 Pemenang CIA Kategori Televisi Nasional 2010-2016
Bila dilihat dari hasil CII tahun 2010-2016, TRANS TV mengalami perubahan yang
baik. Pada tahun dimulainya Corporate Image Award 2010, TRANS TV berada di posisi
kedua dengan hasil CII 3.957. Di tahun 2011-2013, TRANS TV meraih posisi kedua dengan
predikat Excellent. Tetapi di tahun 2014-2016, TRANS TV meraih posisi pertama dengan
predikat Excellent.
Berdasarkan evaluasi metode diatas, hasil yang didapat adalah TRANS TV mampu
mempertahankan reputasi baik terhadap stakeholder, shareholder, audiens, dan publiknya.
Dengan adanya reputasi yang baik, TRANS TV dapat memperoleh kepercayaan dari
masyarakat sebagai media pelopor program acara yang bernilai positif.
5. KESIMPULAN
TRANS TV merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertelevisian Nasional dan
memiliki reputasi baik di mata publik. Dalam proses komunikasi Marketing Public Relations
(MPR) TRANS TV menggunakan two way assymmetric, dengan tujuan untuk mempersuasif
audiens.
Kebutuhan manajemen Public Relations tiap perusahaan berbeda, perluasan peran PR
di TRANS TV menjadi MPR yang lebih fokus pada maintance audience dan publik serta
penghubung antara Divisi Produksi dan penonton. Kendati berada dibawah Sales dan
Marketing, Divisi MPR TRANS TV menggunakan strategi perencanaan PR dalam kegiatan
program. Melalui konsep pemasaran AIDA MPR memberi kepuasan pada penonton dan
memberi keuntungan pada perusahaan. Untuk mengkomunikasikan strateginya, MPR
TRANS TV menggunakan strategi IMC untuk mengumpulkan opini publik, mengatur
corporate brand, dan menjaga reputasinya.
Dalam mempertahankan Corporate Image perusahaan, MPR menggunakan pendekatan
marketing, yaitu content marketing, affinity marketing, event marketing, dan digital
marketing. Langkah strategi MPR TRANS TV mempertahankan corporate image adalah
berpikir dari perspektif audiens, mengetahui batas-batas perusahaan, membuat feedback
melalui content social media, memperoleh ulasan pemberitaan dari pihak ketiga, search
engine optimization (SEO), mengelola press kit (merchandise), menjadi pelopor bagi
perusahaan televisi lain, menumbuhkan kesadaran konsumen terhadap program baru yang
ditampilkan, dan hadir di acara-acara yang relevan.
Untuk mengevaluasi strategi MPR TRANS TV menggunakan metode Media Content
Analysis dan Survey. Hasil yang diperoleh melalui media content analysis adalah follower
Twitter TRANS TV mengalami peningkatan jumlah follower dari bulan Januari – Maret
2016. Perbandingan jumlah follower ini digunakan sebagai tolak ukur daya tarik konten
pesan yang disampaikan oleh tim Social Media untuk mempengaruhi publik dan brand
21
awareness audiences terhadap TRANS TV. Melalui metode survey oleh Frontier Consulting
Group, hasil CII di tahun 2014-2016, TRANS TV meraih posisi pertama dengan predikat
Excellent. Berdasarkan hasil evaluasi yang didapat, TRANS TV mampu mempertahankan
reputasi baik terhadap stakeholder, shareholder, audiens, dan publiknya.
6. DAFTAR PUSTAKA
Anggoro, Linggar. 2005.Teori dan Profesi Kehumasan. Jakarta: Bumi Aksara.
Ardianto, Elvinaro. 2009. Public Relations Praktis. Edisi pertama. Jakarta: Widya Padjajaran.
Baker, Michael and Susan Hart. 2008. The Marketing Book. Ed : 6th. London: Routledge.
Beard, Mike. 2004. Manajemen Departemen Public Relations. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Coviello, N., Milley, R. and Marcolin, B. 2001. Understanding IT-Enabled Interactivity in
Contemporary Marketing. Journal of Interactive Marketing Vol.15 No. 4.
Datuela, Agnes. 2013. Strategi Public Relations PT. Telkomsel Branch Manado Dalam
Mempertahankan Citra Perusahaan. Journal “Acta Diurna” Vol. II No. I Th. 2013.
Gozali, Dodi M. 2005. Communication Measurement: Konsep dan Aplikasi. Pengukuran
Kinerja Public Relations. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Harrison, G., Ray Donnelly, and Phil Megicks. 2009. CIM Coursebook: The Marketing
Planning Process. London: Elsevier.
Iriantara, Yosal, 2004. Community Relations: Konsep, dan Aplikasinya, Cetakan Pertama.
Bandung : Penerbit Simbiosa Rekatama Media Group.
Jefkins, Frank. 1996. Periklanan, Edisi 3. Jakarta: Erlangga.
Khadijah, Siti. 2012. Strategi Public Relations Dalam Membangun Citra Perusahaan (Studi
Deskriptif Membangun Hubungan Baik Dengan Media Dalam Upaya Meningkatkan
Citra Perusahaan). Fakultas Komunikasi, Sastra dan Bahasa Universitas Islam “45”
Bekasi.
Kitchen, Philip J. dan Patrick De Pelsmacker. 2014. Integrated Marketing Communications:
A Primer. London: Routledge.
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasaran Jilid 2. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Penerbit Indeks.
Kotler, Philip, dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran Jilid 2, Edisi ke-13.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kriyantono, Rachmat, 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset
Media, Public Relations, Advertishing, Komunikasi Organisasi, Komunikasi
Pemasaran. Jakarta: Kencana Prenada Media.
Smith, Paul. R. 1995. Marketing Communication Intergrat. Approach 2nd Ed. London:
Kogan Page, London.
Smith, R. D. 2013. Strategic Planning for Public Relations (4th ed.). New York: Routledge.
Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. 2008. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung:
PT.Remaja Rosdakarya.
Suharyanti, S. dan Achmad H. Sutawidjaya. 2012. Analisis Krisis Pada Organisasi
Berdasarkan Model Anatomi Krisis dan Prespektif Public Relations. Journal
Communication Spectrum Vol 2 No.2. Agustus 2012. Jakarta: FEIS UB.
Sutisna, 2002. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. Bandung: Penerbit PT.
Remaja Rosdakarya.
Shimp, Terence A. 2003. Periklanan Promosi Aspek Tambahan Komunikasi Terpadu.
Jakarta: Erlangga.
Wasesa, Silih Agung. 2006. Strategi Public Relations. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
http://transtv.co.id diakses 5 September 2016
http://contentmarketinginstitute.com/getting-started/ diakses 3 November 2016
22
http://swa.co.id/swa/ceo-interview/masukan-customer-menjadi-bahan-inovasi-produk-
asuransi-cigna diakses 3 November 2016
http://imacaward.com/about/research-methodology/ diakses 7 Oktober 2016
http://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/2272865/trans-tv-raih-penghargaan-
corporate-image-award diakses 7 Oktober 2016