ANALISIS PENGARUH RASIO RASIO KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/29313/1/JURNAL_C2A007103.pdf · yang...

27
1 ANALISIS PENGARUH RASIO RASIO KEUANGAN TERHADAP PREDIKSI KEBANGKRUTAN BANK (Studi Empiris Pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Direktori Bank Indonesia periode 2004-2008) Disusun oleh : Reny Sri Harjanti ( C2A007103) Dosen Pembimbing : Drs. R. Djoko Sampurno. MM. ABSTRACT This study aims to examine the effect of the ratio of financial ratios such as the CAR (Capital Adequecy Ratio), NPL (non performing loans), ROA (Return On Asset), ROE (Return On Equity), NIM (Net Interest Margin), BOPO (operating costs compared with operating income), and LDR (Loan Deposit Ratio) to the prediction of bank bankruptcy empirical studies on private bank with foreign exchange from year observation period 2004- 2008, and data obtained from the Directory of Banking and Infobank sampling of this study using a purposive sampling technique with a period observations in 2004-2008. Data obtained from Bank Indonesia and Infobank directory. The method used for this research is logistic regression. Based on the feasibility of the 27 banks selected for 2004, 2005, 2006, 2007 and 2008 using logistic regression, it can be concluded that the appropriate variable to analyze the variables above the prediction of insolvency in the bangking sector. The results of this study indicate that financial ratios such as CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO and LDR can be used to predict the bank's bankruptcy. The resulting regression equation is Y = -0.509 - 0.060 + 0.006 CAR NPL ROA + 0.155 - 0.147 + 0.300 ROE NIM BOPO +0.015 - 0.014 LDR. From the results obtained by the CAR regression, NIM, and BOPO no significant effect on bank bankruptcy prediction, this is indicated from its significance value less than 0.05, while the ROA, ROE, NPL and LDR have an influence on bank bankruptcy prediction. Keywords: bank bankruptcy prediction, CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR, logistic regression.

Transcript of ANALISIS PENGARUH RASIO RASIO KEUANGAN …eprints.undip.ac.id/29313/1/JURNAL_C2A007103.pdf · yang...

1

ANALISIS PENGARUH RASIO RASIO KEUANGAN TERHADAP PREDIKSI

KEBANGKRUTAN BANK

(Studi Empiris Pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa yang terdaftar di Direktori

Bank Indonesia periode 2004-2008)

Disusun oleh : Reny Sri Harjanti ( C2A007103)

Dosen Pembimbing : Drs. R. Djoko Sampurno. MM.

ABSTRACT

This study aims to examine the effect of the ratio of financial ratios such as the CAR

(Capital Adequecy Ratio), NPL (non performing loans), ROA (Return On Asset), ROE

(Return On Equity), NIM (Net Interest Margin), BOPO (operating costs compared with

operating income), and LDR (Loan Deposit Ratio) to the prediction of bank bankruptcy

empirical studies on private bank with foreign exchange from year observation period 2004-

2008, and data obtained from the Directory of Banking and Infobank sampling of this study

using a purposive sampling technique with a period observations in 2004-2008. Data

obtained from Bank Indonesia and Infobank directory.

The method used for this research is logistic regression. Based on the feasibility of

the 27 banks selected for 2004, 2005, 2006, 2007 and 2008 using logistic regression, it can

be concluded that the appropriate variable to analyze the variables above the prediction of

insolvency in the bangking sector.

The results of this study indicate that financial ratios such as CAR, NPL, ROA, ROE,

NIM, BOPO and LDR can be used to predict the bank's bankruptcy. The resulting

regression equation is Y = -0.509 - 0.060 + 0.006 CAR NPL ROA + 0.155 - 0.147 + 0.300

ROE NIM BOPO +0.015 - 0.014 LDR. From the results obtained by the CAR regression,

NIM, and BOPO no significant effect on bank bankruptcy prediction, this is indicated from

its significance value less than 0.05, while the ROA, ROE, NPL and LDR have an influence

on bank bankruptcy prediction.

Keywords: bank bankruptcy prediction, CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO, LDR, logistic

regression.

2

I. PENDAHULUAN

Pembangunan besar-besaran dalam bidang ekonomi seolah-olah menjadi tonggak

pada suatu negara. Indonesia memerlukan waktu yang panjang dalam menjalankan kegiatan

perekonomian untuk mencapai kemajuan yang pesat. Salah satu yang menjadi peran serta

strategis dalam menyelesaikan dan menyeimbangkan unsur dibidang pembangunan

ekonomi, adalah perbankan.

Pengertian Perbankan menurut UU No. 10 Tahun 1998:

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Perbankan memiliki suatu peran yang vital, hal ini tidak lepas dari fungsi bank

sendiri, yaitu sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

kepada masyarakat dengan lebih efektif dan efisien. Jadi dengan demikian bank bisa

menjadi andalan dalam pembangunan di bidang ekonomi. Jika sistem dan kelembagaan

industri perbankan baik, perbankan akan sangat bermanfaat bagi pembangunan Indonesia.

Dengan demikian proses penyaluran pembiayaan perbankan harus dilakukan secara aktif,

berhati hati, dan didasarkan pada pengetahuan atau informasi yang tepat mengenai sektor /

industri usaha tertentu yang produktif.

Krisis perbankan yang lalu disamping selain masih menyisakan pengalaman yang

pahit bagi pelaku ekonomi, juga telah memakan biaya rehabilitasi sistem yang cukup

signifikan (Tarmizi dan Willyanto, 2003). Di Indonesia, akibat terjadinya krisis ekonomi

sebanyak 64 (25,78%) bank telah dilikuidasi selama tiga tahun berturut-turut (1997-1999).

Bank yang telah terlikuidasi akan berakibat buruk mengingat sektor perbankan mempunyai

peranan yang cukup dominan dalam menggerakkan sektor riil (Januarti, 2002). Pada

umumnya bank-bank di Indonesia mengalami masalah yang serupa yaitu dalam hal struktur

permodalan, permasalahan dalam likuiditas bank, permasalahan dengan kredit macet, biaya

operasi yang tinggi, tingginya spread antara bunga tabungan dengan bunga kredit,

permasalahan ekonomi makro, dan permasalahan krisis kepercayaan yang mulai terlihat dari

adanya beberapa bank yang mengalami rush oleh masyarakat. (Sihol, Kalvin. 2007).

Dampak dari kejadian permasalahan perbankan tahun 1997 adalah banyaknya bank bank

yang di likuidasi atau pengehentian kegiatan usaha dan banyak juga bank yang dimerger

dengan bank yang lain (CAR/Capital Adequecy Ratio). Bank yang dilikuidasi adalah bank

yang memiliki CAR minus. Sedangkan bank yang harus di merger adalah bank yang

memiliki CAR kurang dari yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Surat Keputusan

3

Direksi Bank Indonesia No. 26/20/KEP/DIR yaitu sebesar 8%. (Sihol, Kalvin. 2007).

Peristiwa likuidasi yang menimpa banyak bank telah menimbulkan kepanikan pada

masyarakat karena hal ini diluar dugaan mereka. Selain itu alasan pemerintah dalam

melikuidasi dirasa kurang transparan. Penilaian kinerja perbankan mempunyai maksud

untuk menilai keberhasilan manajemen didalam mengelola suatu badan usaha. Penilaian ini

diproksikan dengan, finnacial ratio, ketentuan penilaian kesehatan perbankan dalam

peraturan Bank Indonesia, fluktuasi harga saham dan return saham. Sedangkan pelaporan

keuangan diharpkan dapat memberikan informasi tentang kinerja keuangan dan

pertanggungjawaban manajemen bank kepada stakeholder bank. Namun menurut Pankoff

dan Vigill (1970) dalam Achmad dan Willyanto (2003) mengemukakan bahwa manfaat

laporan keuangan tidak dapat diukur hanya keakuratannya dalam mencerminkan keadaan

keuangan pada masa lalu tetapi juga harus diukur manfaatnya dalam memprediksi kondisi

keuangan perusahaan pada masa yang akan datang.

Rasio keuangan berguna bagi analis internal untuk membantu manajemen membuat

evaluasi tentang hasil hasil opreasi perusahaan, memperbaiki kesalahan kesalahan dan

menghindari keadaan yang dapat menyebabkan kesulitan keuangan. Suatu rasio akan lebih

bernilai bila diperbandingkan dengan rasio yang lain. (Handayani, 2005). Rasio rasio

keuangan yang terkandung dalam laporan keuangan sangat berguna bagi para pelaku bisnis,

baik pemerintah dan para pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai kondisi

keuangan suatu perusahaan termasuk perbankan. Menurut Khasmir (2000) dalam Sihol

(2007), suatu metode analisis keuangan bank dan alat pengukuran kinerja keuangan yang

telah ditetapkaan oleh Bank Indonesia dan berpengaruh terhadap kondisi perkembangan

bank biasanya disebut dengan CAMEL (Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity).

Aspek capital meliputi CAR, aspek aset meliputi NPL, aspek earning meliputi NIM, dan

BO/PO, sedangkan aspek likuidity meliputi LDR dan GWM. Untuk mengetahui sejauh

mana kinerja keuangan perusahaan dapat menggunakan berbagai rasio, diantaranya total

aset, rasio kecukupan modal /capital adequacy ratio (CAR), NPL-Gross (non performing

loan)/kredit bermasalah), return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) untuk laba, net

interest margin (NIM), dan loan to deposit ratio (LDR). Makin besar CAR suatu bank,

berarti kesiapannya menghadapi kredit macet besar pula (Almilia dan Herdiningtyas, 2005).

Bank Indonesia menetapkan kebijakan standar minimum CAR untuk perbankan sebesar 8%.

NPL atau kredit tidak lancar yang termasuk kategori NPL jika kredit yang diberikan berada

dalam perhatian khusus, kurang lancar, diragukan, dan macet. Bank yang memiliki tingkat

NPL lebih rendah dari tahun sebelumnya, layak memperoleh nilai maksimal. LDR atau

4

perbandingan kredit yang disalurkan dengan dana pihak ketiga yang dihimpun perbankan,

baik berupa tabungan dan deposito. Bank yang memiliki LDR sangat kecil berarti bank

tersebut tidak menjalankan fungsi intermediasi dengan baik. Lalu ada ROA dan ROE, atau

dalam bahasa yang sangat sederhana, adalah laba. Dalam penelitian Surifah (1998) dalam

Tarmizi (2003) menunjukkan bahwa rata rata rasio CAMEL bank sukses lebih besar dari

bank bangkrut yang tahun tahun sebelumnya mengalami kebangkrutan. Sebaliknya

penelitian yang dilakukan oleh Aryati (2007) rasio NPL memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap probabilitas sehat dan tidak sehat pada bank sedangkan rasio CAR, ROA, ROE,

LDR dan NIM menunjukkan hasil yang tidak signifikan atau tidah berpengaruh dalam

menguji kesehatan bank. Dalam penelitian Aryati dan Balafi (2007) rasio ROA tidak

memiliki pengaruh terhadap probabilitas bank bermasalah. Penelitian Almilia dan

Herdiningtyas (2005) rasio ROA tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

probabilitas bank bangkrut. Sedangkan menurut Tarmizi dan Willyanto (2003) ROA tidak

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebangkrutan bank.

Dalam penelitian Aryati dan Balafi (2007) ROE tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap probabilitas bank bermasalah. Sedangkan menurut Surifah (1998) dalam

Tarmizi (2003) rasio ROE mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap probabilitas bank

tidak sehat. Menurut penelitian Aryati dan Balafi (2007) rasio NPL mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap probabilitas bank bermasalah. Sedangkan pada penelitian Almilia

dan Herdiningtyas (2005) NPL tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kondisi

bermasalah bank. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Herdiningtyas

(2005) adalah bahwa rasio BOPO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

kemungkinan bank dalam kondisi bermasalah/bangkrut. Sedangkan menurut Yudhi, dkk

(2002) dalam Asmoro (2010) rasio BOPO tidak signifikan terhadap prediksi kondisi

kebangkrutan bank. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Herdiningtyas

(2005) rasio LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap prediksi kebangkrutan bank.

Sedangkan penelitian Tarmizi dan Willyanto (2003) menunjukkan bahwa LDR berpengaruh

signifikan terhadap kebangkrutan bank.

5

II. TELAAH PUSTAKA

2.1 PERBANKAN

Sebagai lembaga intermesidasi, bank sangat berperan penting dalam pembangunan

nasional. Tujuan perbankan dijelaskan dalam pasal 3 UU No. 10 / 1998 tentang perbankan

yaitu perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam

rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional kearah

peningkatan kesejahteraan rakyat banyak. Menurut Judisseno (2005) dalam Asmoro (2010)

hakikat bank. adalah suatu lembaga yang lahir karena fungsinya sebagai agent of trust dan

agent of development. Definisi dari agent of trust adalah suatu lembaga perantara

(intermediacy) yang dipercaya untuk melayani segala kebutuhan keuangan dari dan untuk

masyarakat. Sedangkan sebagai agent of development, bank adalah suatu lembaga perantara

yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan-

kemudahan pembayaran dan penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh para

pelaku ekonomi. Menurut Wilopo (2001) meskipun setiap bank di Indonesia selalu diawasi

oleh Bank Indonesia dengan penilaian yang menggunakan rasio keuangan model CAMEL

serta laporannya selalu dipublikasikan media cetak, namun masih terdapat ebberapa bank

yang kinerjanya buruk sehingga harus dilikuidasi.

2.2 KEBANGKRUTAN BANK

Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam

menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba (Supardi, 2003:79). Sedangkan

menurut Undang-Undang No. 4 tahun 1998 adalah dimana suatu institusi dinyatakan oleh

keputusan pengadilan bila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar

sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Kebangkrutan sering juga

disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan ataupun insolvibilitas.

Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan didefinisikan

dalam beberapa pengertian menurut Supardi (2003: 79) dalam Asmoro (2007), yaitu:

1. Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed). Kegagalan dalam ekonomi berarti bahwa

perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi

biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai

sekarang dari arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban.

2. Kegagalan Keuangan (Financial Distressed). Pengertian financial distressed menurut

Supardi (2003: 79) dalam Asmoro (2010) mempunyai makna kesulitan dana baik dalam

arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja.

6

Menurut Willyanto (2002), kebangkrutan adalah kesulitan likuiditas yang sangat parah,

sehingga perusahaan tidak mampu menjalankan operasi dengan baik, sedangkan financial

distress adalah kesulitan keuangan atau likuiditas yang mengawali kebangkrutan. Semakin

awal tanda tanda kebangkrutan tersebut diketahui semakin baik bagi pihak manajemen

kareana mereka dapat melakukan perbaikan perbaikan sebelum terlambat, sedangkan

dipihak kreditur dan pemegang saham bias melakukan antisipasi berbagai kemungkinan

kemungkinan buruk. .

Menurut Beaver dalam Titi Aryati (1999: 29) rasio keuangan yang dapat digunakan

untuk mendeteksi kebangkrutan adalah:

1. Cash flow to total debt (arus kas terhadap total utang)

2. Net income to total assets (keuntungan bersih terhadap total aktiva)

3. Current assets to current liabilities (aktiva lancar terhadap kewajiban lancar)

4. Total debt to tatal assets (total utang terhadap total assets)

5. Working capital to total assets (modal kerja terhadap total assets)

Menurut Payamta (1998) dalam Willyanto (2002) analisis kebangkrutan usaha sangat

membantu pembuatan keputusan untuk menentukan sikap terhadap perusahaan yang

mengalami kebangkrutan tersebut.

2.3 KINERJA PERBANKAN

Kinerja dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan.

Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu sering kali digunakan sebagai

dasar untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa depan. Kinerja yang baik

merupakan hal penting yang harus dicapai oleh perusahaan dalam menjalankan bisnisnya,

karena kinerja merupakan cerminan oleh perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan

sumber dananya (Mulyadi, 1999). Cara pengukuran kinerja perbankan salah satunya adalah

dengan mengukur kemampuan perbankan dalam menghasilkan laba atau profit dari berbagai

kegiatan yang dilakukan.

2.4 ANALISIS RASIO KEUANGAN

Kinerja keuangan dapat diukur dengan efisiensi, sedangkan efisiensi bisa diartikan

rasio perbandingan antara masukan dan keluaran. Dengan pengeluaran biaya tertentu

diharapkan memperoleh hasil yang optimal atau dengan hasil tertentu diharapkan

mengeluarkan biaya seminimal mungkin. Kinerja keuangan perusahaan diukur dari

7

efisiensinya diproksikan dengan beberapa tolak ukur yang tercermin di dalam keuangan

(Machfoedz, 1999) dalam Asmoro (2010).

2.5 CAR (Capital Adequecy Ratio)

CAR (Capital Adequecy Ratio) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam

membayar kembali simpanan nasabah pada saat ditarik dengan alat likuiditas yng

dimilikinya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Herdiningtyas (2005)

menunjukan bahwa CAR berpengaruh negatif terhadap kondisi bermasalah bank, semakin

rendah rasio ini maka akan semakin besar kemungkinan bank mengalami kebangkrutan.

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, bank yang dinyatakan termasuk sebagai bank yang

sehat harus memiliki CAR minimum sebesar 8%.

H1= CAR (Capital Adequecy Ratio) berpengaruh negatif terhadap prediksi

kebangkrutan bank.

2.6 NPL (Non Performing Loan)

Giniarto dan Ibad (2003) dalam Asmoro (2010) mengatakan semakin besar

prosentase NPL maka bertambah besar juga cadangan yang harus dibentuk, dan akan

semakin tinggi pula opportunity cost yang harus ditanggung oleh bank dan biasanya

mengakibatkan kerugian. Non Performing Loan (NPL) adalah salah satu indikator kunci

untuk menilai kinerja bank, NPL yang tinggi akan menyebabkan gagalnya bank dalam

mengelola bisnis. Penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan Herdiningtyas (2005)

menunjukkan bahwa NPL berpengaruh positif terhadap kondisi bermasalah pada bank.

Semakin tinggi NPL maka akan semakin tinggi pula probabilitas bank bangkrut.

H2 = NPL (Non Performing Loan) berpengaruh positif terhadap prediksi

kebangkrutan bank.

2.7 ROA (Return On Asset)

ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen

dalam memperoleh keuntungan atau laba secara keseluruhan. Menurut Aryati dan Balafi

(2007) berpengaruh positif terhadap prediksi kebangkrutan perbankan yang berarti semakin

tinggi rasio ROA kemungkinan bank bangkrut semakin kecil.

H3= ROA (Return On Assets) berpengaruh positif terhadap prediksi kebangkrutan

bank.

8

2.8 ROE (Retrun On Equity)

ROE merupakan perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri. ROE adalah

rasio yang berguna bagi pemegang saham dan calon investor untuk mengetahui kemampuan

dalam memperoleh laba bersih. Menurut Wirda (2006) dalam Asmoro (2010) semakin

tinggi ROE maka kemungkinan bank akan bangkrut akan semakin kecil. Dalam Aryati dan

Balafi (2005) ROE berpengaruh negatif terhadap kemungkinan bank bangkrut, artinya

semakin kecil ROE maka probabilitas bank bangkrut semakin besar.

H4= ROE (Return On Equity) berpengaruh negatif terhadap prediksi kebangkrutan

bank.

2.9 NIM (Net Interest Margin)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Aryati dan Balafi (2007) rasio NIM

berpengaruh positif terhadap kebangkrutan bank yang artinya semakin tinggi rasio NIM

maka kemungkinan suatu bank mengalami kebangkrutan akan semakin kecil.

H5= NIM (Net Interest Margin) berpengaruh positif terhadap prediksi kebangkrutan

bank.

2.10 BOPO (Biaya Operasional/Pendapatan Operasional)

BOPO, Biaya Operasional merupakan rasio yang digunakan dalam mengukur tingkat

kemampuan bank dalam menjalankan kegiatan operasionalnya (Dendawijaya,2009).

Semakin kecil BOPO maka berarti semakin kecil pula efisiensi biaya operasional bank

tersebut, hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya kebangkrutan bank itu juga akan

semakin kecil (Almilia,2005). Almilia (2005) dalam Asmoro (2010) menunjukkan bahwa

BOPO berpengaruh positif dalam kondisi bermasalah perbankan. Artinya semakin besar

rasio BOPO maka probabilitas bank bangkrut juga semakin besar.

H6= BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional) berpengaruh positif

terhadap prediksi kebnagkrutan bank.

2.11 LDR (Loan to Deposit Ratio)

LDR merupakan rasio untuk mengukur seberapa besar kemampuan suatu bank

dalam membayar kembali penarikan dana dengan mengandalkan kredit yang diberikan

sebgai sumber likuiditas. Menurut Santoso (2006) dalam Asmoro (2010) mengatakan bahwa

semakin tinggi rasio LDR maka akan semakin tinggi pula probabilitas kebangkrutan

9

banknya. Dalam penelitian Aryati dan Balafi (2007) LDR berpengaruh positif terhadap

prediksi kebangkrutan bank, artinya semakin besar LDR maka semakin besar probabilitas

bank mengalami kebangkrutan.

H7= LDR (Loan to Deposit Ratio) berpengaruh positif terhadap prediksi

kebangkrutan bank.

Kerangka Pemikiran Teori

Sumber : Almilia dan Herdiningtyas (2005), Aryati (2007), Asmoro (2010), Wilopo (2001)

10

III. METODE PENELITIAN

3.1 POPULASI DAN SAMPEL

Populasi yang terdapat di dalam penelitian ini adalah bank yang terdapat di Bank

Indonesia yang ada pada periode 2004 – 2008 sebanyak 104 bank. Metode pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah dengan teknik purposive sampling, sehingga didapat 27

bank yang dapat dijadikan sampel. Penggunaan metode ini bertujuan untuk mendapatkan

sampel yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria kriteria tersebut adalah:

(1) Bank Umum Swasta Devisa yang terdaftar di Direktori Bank Indonesia (periode tahun

2004 sampai 2008), (2) Bank Umum Swasta Devisa yang menyajikan laporan keuangan dan

data perhitungan rasio secara lengkap (periode 2004 sampai 2008), (3) Bank Umum Swasta

Devisa yang masih beroperasi pada periode 2004 sampai 2008. Dengan kriteria bank

bangkrut yaitu bank yang telah di merger, bank yang ijinnya telah dicabut oleh Bank

Indonesia pada tahun terakhir periode pengamatan dan bank yang menurun perolehan

labanya, maka dengan 27 sampel bank yang diamati dan periode pengamatan lima tahun

sebanyak 135 bank maka diperoleh bank dengan prediksi kemungkinan bank bangkrut

sebesar 33 bank.

3.2 METODE ANALISIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

A. CAR (Capital Adequacy Ratio)

CAR (Capital Adequacy Ratio) adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar

jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga,

tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana dari

sumber-sumber di luar bank. CAR minimum yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia

adalah senilai 8%. Rasio CAR diperoleh dari modal yang dibagi dengan ATMR (Aktiva

Tertimbang Menurut Risiko). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai (SE BI Nomor 07/ 10

/DPNP tanggal 31 Maret 2005):

B. NPL (Non Performing Loan)

NPL (Non Performing Loan) merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan

manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. NPL

dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah kredit yang bermasalah dibandingkan

11

dengan total kredit. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI Nomor 07/ 10

/DPNP tanggal 31 Maret 2005):

C. ROA (Return On Assets)

ROA (Return On Assets) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank

dalam memperoleh keuntungan (laba sebelum pajak) yang dihasilkan dari total asset bank

yang bersangkutan. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI Nomor 07/ 10

/DPNP tanggal 31 Maret 2005:

D. ROE (Return On Equity)

ROE merupakan perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri. ROE adalah

rasio yang berguna bagi pemegang saham dan calon investor untuk mengetahui kemampuan

dalam memperoleh laba bersih. Semakin rendah nilai rasio ini maka akan probabilitas bank

bangkrut akan semakin besar. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI Nomor 07/

10 /DPNP tanggal 31 Maret 2005:

E. NIM (Net Interest Margin)

NIM (Net Interest Margin) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen

bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.

Rasio NIM diperoleh dari perbandingan antara pendapatan bunga bersih dibandingkan

dengan rata-rata aktiva produktif. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI Nomor

07/ 10 /DPNP tanggal 31 Maret 2005 :

F. BOPO (Biaya Operasional/Pendapatan Operasional)

BO/PO (Biaya Operasional pada Pendapatan Operasional) digunakan untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap

12

pendapatan operasional. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI Nomor 07/ 10

/DPNP tanggal 31 Maret 2005:

F. LDR (Loan to Deposit Ratio)

LDR (Loan to Deposit Ratio) digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan

cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Rasio ini

untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para

nasabah yang telah menanamkan dana dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada

para debiturnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut (SE BI Nomor 07/ 10 /DPNP

tanggal 31 Maret 2005:

3.3 Perumusan Model

Uji Kolmogorov-Smirnov

Sebelum melakukan uji beda, pertama kali dilakukan uji kenormalan data dengan

menggunakan uji Kolmogorov –Smirnov (KS) dengan tingkat signifikansi 5%. Jika nilai KS

signifikan (< 0,05) maka nilai residual tidak terdistribusi secara normal. Sebaliknya jika

nilai KS tidak signifikan (> 0,05) maka nilai residual terdistribusi secara normal. Uji ini

digunakan untuk mengetahui jenis alat analisis yang digunakan untuk melakukan uji beda

(non parametrik atau parametrik). Jika data tidak normal maka digunakan uji beda non

parametrik dengan menggunakan Mann-Whitney U, sebaliknya jika data normal digunakan

uji T. Uji beda dilakukan untuk mengetahui jenis rasio keuangan model CAMEL yang dapat

membedakan bank yang bangkrut dengan bank yang tidak bangkrut. Pengujian

nonparametrik (Mann-Whitney U) dan parametrik (T – test) digunakan dengan tingkat

signifikansi α = 5%. Jika tingkat signifikansi < 0,05 berarti terdapat perbedaan yang secara

statistik signifikan antara rasio keuangan CAMEL pada bank yang bangkrut dengan bank

yang tidak bangkrut.

13

Regresi Logistik

Menurut Hair, et all (2006) dalam Asmoro (2010) ada beberapa alasan mengapa

regresi logistik merupakan sebuah alternatif yang atraktif untuk analisis diskriminan di

mana variabel dependen hanya mempunyai dua kategori :

1. Regresi logistik dipengaruhi lebih sedikit dibandingkan analisis diskriminan oleh

ketidaksamaan variance/covariance dalam kelompok, sebuah asumsi dasar dari

analisis diskriminan.

2. Regresi logistik dapat menghandel variabel independent categorical secara mudah

di mana pada analisis diskriminan penggunaan variabel dummy menimbulkan

masalah dengan kesamaan variance/covariance.

3. Regresi logistik menghasilkan persamaan regresi berganda berkenaan interpretasi

dan pengukuran diagnosis casewise yang tersedia untuk residual yang diuji.

Persamaan uji regresi Logistik adalah sebagai berikut (Ghozali,2007):

Ln (p/1 – p) = Y = b0 +b1 CAR + b2 NPL + b3ROA+b4 ROE +b5 NIM +b6 BOPO

+b7LDR+e

Dimana:

Y = prediksi kebangkrutan bank

b0 = konstanta

b1- b5= koefisien regresi

CAR = Capital Adequecy Ratio

NPL = Non Performing Loans

ROA = Return On Assets

ROE = Return On Equity

NIM = Net Interest Margin

BOPO= Biaya Operasional/Pendapatan Operasional

LDR= Loan to Deposit Ratio

Langkah-langkah analisis dalam regresi logistik menurut Ghozali (2007) :

a. Menilai Model Fit

Statistik yang digunakan berdasarkan pada fungsi likehood. Likehood L dari model

adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesakan menggambarkan dapa input. Untuk

menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Cox dan Snell’s

R Squre merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression yang

didasarkan pada teknik estimasi likehood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu)

sehingga sulit diinterpretasikan. Nagelkerke’s R square merupakan modifikasi dari koefisien

14

Cox dan Snell’s R2 dengan nilai maksimumnya. Nilai Nagelkerke’s R2 dapat

diinterpretasikan seperti R2 pada multiple regression.

Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol bahwa data

empiris cocok atau sesuai dengan model. Jika nilai Statistik Hosmer and Lemeshow’s

Goodness of Fit Test lebih besar dari 0.05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak dan berarti

model mampu memprediksikan nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat

diterima karena cocok dengan data observasinya.

b. Estimasi Parameter dan Interpretasinya

Untuk menilai hasil analisis regresi kita menggunakan model persamaan kedua yang

memasukkan semua komponen dari variabel independen, yang dapat dilihat dari Variabel in

The Equation (Ghozali, 2007). Wald statistic untuk menguji signifikansi koefisien regresi

logistik masing-masing prediktor, dengan formulasi hipotesis statistik sebagai berikut:

H0 : r = 0

H1 : r ≠ 0 dimana r = 1, 2, 3, …, n

Kriteria:

Jika Sig. > α, maka H0 diterima

Jika Sig. < α, maka H0 ditolak

15

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskriptif Variabel

Statistik deskriptif memperlihatkan nilai maksimum, nilai minimum, dan nilai rata

rata pada hasil pengolahan data dengan variabel independen CAR, ROA, ROE, NPL, NIM,

BOPO,dan LDR.

N Minimum Maximum MeanStd.

Deviation

Statistik Statistik Statistik StatistikStd.

Error StatistikCAR 135 8.08 107.93 22.7221 1.40482 16.32249NPL 135 .17 29.58 3.5212 .31065 3.60944ROA 135 -152.99 7.66 .5536 1.16031 13.48153ROE 135 -165.09 42.70 10.0108 2.12556 24.69683NIM 135 -9.99 18.68 5.4130 .23227 2.69869BOPO 135 50.63 253.73 88.3839 2.19191 25.46764LDR 135 21.35 110.90 69.6428 1.53903 17.88192Valid N(listwise) 135

CAR dengan nilai minimum sebesar 8,08 % , nilai maksimum sebesar 107,93%

dengan rata rata 22,722 %. Hal ini mengindikasikan bahwa bank swasta umum nasional

devisa pada periode 2004-2008 dengan rata-rata yang tinggi berarti bank memiliki

kemampuan yang tinggi pula untuk dapat menyembunyikan kerugiannya atas aktiva yang

beresiko yang dimilikinya.

Variabel NPL dengan nilai minimum 0,17 % dapat dikatakan bahwa bank umum

devisa pada periode 2004-2008 memiliki tingkat kredit bermasalah yang cukup rendah.

Sedangkan nilai maksimum NPL sebesar 29,58 % memperlihatkan banyak bank yang

kurang berhati hati dan waspada terhadap penyaluran kredit. Nilai rata rata NPL sebesar

3,52% memperlihatkan bahwa sebagian besar bank di Indonesia sudah memiliki

kemampuan yang cukup baik dalam pengelolaan kredit yang bermasalah.

Variabel ROA memiliki nilai maksimum sebesar 7,66 %, nilai minimum sebesar -

152,99%. Nilai ROA yang menunjukkan negatif ini membuktikan bahwa pada periode

pengamatan bank tahun 2004 – 2008 terdapat bank yang mengalami kerugian. Variabel

ROE memiliki nilai minimum sebesar -165,09%, nilai maksimum 42,70% dan nilai rata-

ratanya 10,01%. Semakin tinggi nilai ROE yang diperoleh maka akan semakin kecil pula

16

kemungkinan bank tersebut mengalami kebangkrutan hal ini bias dilihat dari angka nilai

minimum sebesar -165,09%. Variabel BOPO dengan nilai minimum 50,63%, nilai

maksimum sebesar 253,735 dan nilai rata-rata 88,83%. Dapat dilihat dari nilai maksimum

sebesar 253,73 % maka mengindikasikan bahwa masih terdapat bank yang belum

menjalankan efisiensi usahanya, namun jika dilihat dari nilai rata-rata sebesar 88,38% maka

dapat dilihat pula bahwa bank umum swasta nasional devisa sebagian besar sudah cukup

baik dalam menjalankan kegiatan usahannya dan kemampuan operasinya.

Variabel LDR dengan nilai minimum sebesar 21,35%, nilai maksimum sebesar

110,90% dengan nilai rata-rata sebesar 69,64%. Jika dilihat dari nilai maksimum sebesar

110,90% maka mengindikasikan bahwa masih ada bank yang belum memperlihatkan

likuiditasnya. Dengan angka lebih besar dari 110% maka memperlihatkan bahwa bank

belum mampu memasarkan dananya dalam bentuk kredit. Variabel NIM dengan nilai

minimum -9,99%, nilai maksimum sebesar 18,68% dan nilai rata-rata sebesar 5,413%.

Dapat dilihat dengan angka nilai maksimum sebesar 18,68% maka mengindikasikan bahwa

kemampuan bank umum swasta nasional dalam mengelola aktiva produktifnya untuk

menghasilkan pendapatan bunga bersih cukup baik.

4.2 Analisis Data

Pengujian penelitian ini menggunakan regresi logistik dengan variabel CAR, ROA,

ROE, NPL, NIM, BOPO, dan LDR. Pengujian ini menggunakan pengujian Kolmogorov

Smirnov terlebih dahulu untuk mengetahui normalitas data, apabila data tidak normal

kemudian menggunakan uji Mann Whitney U setelah itu menggunakan uji regresi logistik

karena variabel dependennya adalah data yang berbentuk dummy yaitu dengan

mengkategorikan bahwa variabel “1” untuk kategori bank bangkrut/ yang diprediksi

bangkrut dan variabel “0” untuk kategori bank yang sehat. Penghitungan statistik dan

pengujian hipotesis ini dengan regresi logistik menggunakan program komputer SPSS versi

16.

4.3 Uji Kolmogorov-Smirnov

Uji ini digunakan untuk mengetahui jenis alat yang digunakan untuk melakukan uji

beda (nonparametrik dan parametrik).

17

One-Sample Kolmogorov-Smirnov TestDifference between observed

and predicted probabilitiesN 135Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .37016496Most ExtremeDifferences

Absolute .256Positive .256Negative -.081

Kolmogorov-Smirnov Z 2.969Asymp. Sig. (2-tailed) .000a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa nilai dari uji Kolmogorov Smirnov

sebesar 2,969 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 yang berarti bahwa nilai residual tidak

terdistribusi secara normal. Dengan demikian uji beda dilakukan dengan menggunakan uji

nonparametrik (Mann-Whitney U).

Uji Mann Whitney U

Test Statisticsa

CAR NPL ROA ROE NIM BOPO LDRMann-Whitney U 1.604E3 1.516E3 839.500 869.000 1.432E3 954.000 1.472E

3Wilcoxon W 2.234E3 6.566E3 1.470E3 1.499E3 2.062E3 6.004E3 6.522E

3Z -.736 -1.175 -4.572 -4.423 -1.599 -3.997 -1.398Asymp. Sig. (2-tailed) .462 .240 .000 .000 .110 .000 .162

a. Grouping Variable: prediksi bank bankrupt

Berdasarkan tabel diatas hanya variabel ROA, ROE dan BOPO yang memiliki nilai

signifikansi < 0,05. Hal ini berarti bahwa hanya ROA, ROE dan BOPO yang dapat

membedakan antara bank bangkrut dengan bank yang tidak bangkrut. Sedangkan variabel

CAR, NPL, NIM, dan LDR (signifikansi > 0,05) tidak dapat membedakan antara bank

bangkrut dengan bank yang tidak bangkrut.

18

4.4 Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit)

Uji Model Fit

Uji Model Fit Hasil-2 Log Likelihood -2 Log Likelihood Block

Number 0154,516

-2 Log Likelihood BlockNumber 1

117,376

Cox & Snell R SquareNagelkerke R Square

Cox 0,241Negel 0,353

Hosmer and Lemeshow Test Chi Square 13,820Sig 0,087

Model fit dapat dinilai dari nilai statistik –2 LogL yaitu tanpa variabel hanya

konstanta saja sebesar 154,516 setelah dimasukan variabel baru maka nilai -2 LogL turun

menjadi 117,376 atau terjadi penurunan sebesar 37,14 penurunan ini signifikan atau dapat

dibandingkan dengan t tabel dengan df (selisih df dengan konstanta saja dengan df dengan 7

variabel). Df 1 = (n-k) = 135 dan df2 = 135 – 7 = 128. Jadi selisih df = 135 – 128 = 7 dari t

tabel dengan df = 7 didapat angka 2,3646. Oleh karena penurunannya 37,14 lebih besar dari

t tabel maka dapat dikatakan bahwa selisih penurunan -2 LogL signifikan, hal ini berarti

penambahan variabel independen ke dalam model memperbaiki model fit. Hosmer and

Lemeshow’S Goodness of Fit menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai

dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat

dikatakan Fit). Nilai statistik Hosmer itu sebesar 13,820 dengan probabilitas signifikansi

0,087 yang nilainya jauh di atas 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa model dapat

diterima.

4.5 Uji Overall Model Fit

Pengujian Overall Model Fit dilakukan dengan membandingkan -2 LogLikelihood

pada awal (Block Number = 0) dengan nilai -2 Log Likelihood pada akhir (Block Number =

1) untuk mengetahui apakah model fit dengan data.

Hosmer and Lemeshow Goodness FitStep Chi-square Df Sig.1 13.820 8 .087

19

Iteration Historya,b,c

Iteration-2 Log

likelihood

Coefficients

ConstantStep 0 1 154.714 -.963

2 154.516 -1.0483 154.516 -1.0504 154.516 -1.050

a. Constant is included in the model.

b. Initial -2 Log Likelihood: 154.516c. Estimation terminated at iterationnumber 4 because parameterestimates changed by less than .001.

Berdasarkan tabel diatas maka dapat terlihat bahwa nilai -2 Log Likelihood (Block

Number = 0) adalah sebesar 154,516 % setelah dimasukkan kelima variabel independen,

maka nilai -2 Log Likelihood (block Number = 1) mengalami penurunan menjadi 117,316%.

Penurunan Likelihood ini menunjukkan model regresi yang lebih baik atau dengan kata lain

model yang dihipotesiskan fit dengan data.

Uji koefisiensi regresi secara overall model dari kelima prediktor dapat dilakukan

dengan menggunakan omnibus test of model coefficient.

Model Koefisien Omnibus

Omnibus Tests of Model CoefficientsChi-square df Sig.

Step 1 Step 37.140 7 .000Block 37.140 7 .000Model 37.140 7 .000

Sumber: data diolah dengan SPSS

Berdasarkan diatas diperoleh hasil omnibus maka nilai Chi Square 37,140 dengan

signifikasi sebesar 0,000 ini berarti nilai signifikansinya lebih kecil dari 0,05 dapat

disimpukan bahwa kondisi bermasalah dapat diprediksi oleh variabel rasio keuangan CAR,

NPL, ROA, ROE, NIM, LDR, BOPO.

4.6 Uji Koefisien Secara Parsial

Pengujian kemaknaan prediktor secara parsial dapat dilihat dengan menggunakan uji

Wald.

20

Berdasarkan tabel diatas maka dapat diperoleh persamaan Logistik Regression

sebagai berikut:

Ln (p/1 – p) = -0,509 – 0,060 CAR + 0,006 NPL + 0,155 ROA – 0,147 ROE

+0,300 NIM +0,015 BOPO – 0,014 LDR

Atau

p/(1-p) = e(-0,509 – 0,060 CAR + 0,06 NPL+0,155 ROA – 0,147 ROE + 0,300 NIM + 0,015 BOPO – 0,014 LDR)

= e(-0,509) x e(- 0,060) x e(0,006) x e(0,155) x e(- 0,147) x e(0,300) x e(0,015) x e(-0,014)

Pengujian hipotesis untuk mengetahui pengaruh rasio rasio keuangan CAR, ROA,

ROE, NIM, NPL, BOPO dan LDR terhadap prediksi kebangkrutan bank umum swasta

devisa dapat dijelaskan sebagai berikut:

Persamaan Variabel Uji Logit

Keterangan Prediksi B Sig EXP (B)CAR Negatif -0,60 0,17 0,942NPL Positif 0,006 0,957 1,006ROA Positif 0,155 0,008 1,167ROE Negatif -0,147 0,003 0,863NIM Positif 0,300 0,050 1,350

BOPO Positif 0,015 0,540 1,015LDR Positif -0,014 0,389 0,987

Konstanta -0,509 0,873 0,601Sumber: data sekunder yang diolah

Variabels in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)Step 1a CAR -.060 .025 5.716 1 .017 .942

NPL .006 .110 .003 1 .957 1.006ROA .155 .058 7.068 1 .008 1.167ROE -.147 .049 9.105 1 .003 .863NIM .300 .153 3.850 1 .050 1.350BOPO .015 .024 .376 1 .540 1.015LDR -.014 .016 .742 1 .389 .987Constant -.509 3.179 .026 1 .873 .601

a. Variabel(s) entered on step 1: CAR, NPL, ROA,ROE, NIM, BOPO, LDR.

Sumber: data diolah dengan SPSS

21

a. Berdasarkan tabel di atas maka dapat dilihat bahwa nilai konstanta sebesar -0,509

menunjukkan variabel dianggap konstan, maka probabilitas (odds ) kondisi

bermasalah bisa naik dengan faktor 0,601 dapat menaikan konstanta.

b. Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai CAR adalah sebesar – 0,60

memiliki koefisiensi negatif, dengan nilai CAR tersebut maka tidak memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap prediksi kebangkrutan suatu bank. Hal ini

ditunjukkan oleh tingkat signifikansi sebesar 0,17 yang lebih besar 0,05 dalam hasil

regresi dapat disimpulkan bahwa bahwa NPL, ROA, ROE NIM, BOPO, dan LDR

dianggap konstan maka odds bank akan mengalami penurunan. Maka Hipotesis satu

ditolak.

c. Berdasarkan Tabel diatas maka diperoleh bahwa nilai NPL positif yaitu sebesar

0,006. Hal ini menunjukkan bahwa tidak memiliki pengaruh yang siginifikan

terhadap prediksi kebangkrutan bank swasta nasional. Selain itu dapat dilihat dari

nilai signifikansinya yang sebesar 0,957 yang lebih besar dari 0,05. Dari hasil regresi

maka hubungan antara odds bank bermasalah dengan variabel NPL jika CAR, ROE,

ROA, NIM, BOPO, dan LDR dianggap konstan maka odds bank bangkrut akan naik.

Maka hipotesis dua ditolak.

d. Berdasarkan Tabel diatas maka diperoleh nilai ROA sebesar 0,155 dan dapat

disimpulkan bahwa variabel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prediksi

kebangkrutan bank. Selain itu dapat dilihat dari nilai signifikansinya sebesar 0,008

yang lebih kecil dari 0,05. dilihat dari hasil regresi dapat dilihat antara odds bank

bangkrut terhadap variabel ROA jika CAR, NPL, ROE, NIM,BOPO, dan LDR

dianggap konstan maka odds bang bangkrut akan turun. Maka hipotesis tiga

diterima.

e. Berdasarkan Tabel diatas maka diperoleh nilai ROE negatif yaitu sebesar -0,147 dan

dapat disimpulkan bahwa variabel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

prediksi kebangkrutan bank. Selain itu dapat dilihat pula dari nilai signifikansinya

sebesar 0,003 yang jauh lebih kecil daripada 0,05. Maka jika dilihat dari hasil regresi

hubungan antara odds bank bangkrut dengan variabel jika CAR, ROA, NPL, BOPO

dan LDR dianggap konstan maka odds bank akan mengalami penurunan. Maka dapat

disimpulkan bahwa hipotesis empat diterima.

f. Berdasarkan Tabel diatas maka dapat diperoleh nilai NIM positif yaitu berada pada

nilai 0,300 dan dapat dilihat bahwa variabel memiliki pengaruh yang signifikan

terhadap prediksi kebangkrutan bank. Hal ini dapat dilihat dari nilai signifikansinya

22

sebesar 0,050. jika dilihat dari hasil regresinya maka hubungan antara odds bank

bangkrut dengan variabel jika CAR, ROA, ROE, NPL BOPO dan LDR dianggap

konstan maka odds bank akan mengalami penurunan. Maka hipotesis lima diterima.

g. Berdasarkan tabel di atas maka dapat diperoleh bahwa nilai BOPO positif yaitu

berada pada nilai 0,015 dan dapat dilihat bahwa variabel tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap prediksi kebangkrutan bank, hal ini ditunjukkan pada nilai

signifikansinya yang mencapai 0,540. dari hasil regresi maka terlihat hubungan odds

bank bangkrut dengan variabel, jika CAR, ROA, ROE, NPL,NIM, dan LDR

dianggap konstan maka odds bank terhadap variabel akan mengalami penurunan.

Maka hipotesis enam ditolak.

h. Berdasarkan tabel di atas maka dapat diperoleh nilai LDR negatif yaitu berada pada

nilai -0,014 dapat disimpulkan bahwa variabel tidak memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap prediksi kebangkrutan bank hal ini ditunjukan pada tingkat

signifikansinya yang berada pada nilai0,389 lebih besar dari 0,05. jika dilihat dari

hasil regresi maka terlihat hubungan antara odds bank bangkrut dengan variabel

adalah jika CAR, ROA, ROE, NPL, NIM, dan BOPO dianggap konstan maka odds

bank terhadap variabel akan mengalami kenaikan. Maka hipotesis tujuh ditolak.

23

V. PENUTUP

5.1 Simpulan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio keuangan seperti CAR, ROA, ROE,

NIM, BOPO, LDR dan NPL terhadap prediksi kebangkrutan bank pada Bank Umum Swasta

Nasional Devisa tahun 2004 – 2008. Berdasarkan uji kelayakan dari 27 bank yang terpilih

selama 2004, 2005, 2006, 2007 dan 2008 dengan menggunakan regresi logistik maka dapat

disimpulkan bahwa variabel variabel diatas layak untuk menganalisis prediksi kebangkrutan

pada sektor perbankan.

Hasil pengujian hipotesis dan analisis regresi logistik dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Variabilitas variabel dependen (prediksi kebangkrutan) dapat dijelaskan oleh

variabel independen (CAR, ROA, ROE, NPL, NIM, BOPO, dan LDR)

2. Nilai CAR adalah sebesar – 0,60 memiliki koefisiensi negatif dengan nilai CAR

tersebut maka tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prediksi

kebangkrutan suatu Bank Umum Swasta Nasional Devisa 2004 - 2008.

3. Nilai NPL positif yaitu sebesar 0,006. Hal ini menunjukkan bahwa tidak memiliki

pengaruh yang siginifikan terhadap prediksi kebangkrutan bank swasta nasional.

4. Nilai ROA sebesar 0,155 dan nilai signifikansinya 0,008 maka dapat disimpulkan

bahwa variabel memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prediksi kebangkrutan

bank.

5. Nilai ROE negatif yaitu sebesar 0,147 dan dapat disimpulkan bahwa variabel

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prediksi kebangkrutan bank. Selain itu

dapat dilihat pula dari nilai signifikansinya sebesar 0,003 yang jauh lebih kecil

daripada 0,05.

6. Nilai NIM positif yaitu berada pada nilai 0,300 dan dapat dilihat bahwa variabel

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prediksi kebangkrutan bank. Hal ini

dapat dilihat dari nilai signifikansinya sebesar 0,050.

7. Nilai BOPO positif yaitu berada pada nilai 0,015 dan dapat dilihat bahwa variabel

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prediksi kebangkrutan bank, hal ini

ditunjukkan pada nilai signifikansinya yang mencapai 0,540.

8. Nilai LDR negatif yaitu berada pada nilai -0,014 dapat disimpulkan bahwa variabel

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prediksi kebangkrutan bank hal ini

ditunjukan pada tingkat signifikansinya yang berada pada nilai 0,389 lebih besar dari

0,05.

24

5.2 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini adalah :

1. Bank yang dijadikan sampel dalam penelitian ini hanya 27 bank dengan periode

penelitian lima tahun dan menggunakan bank umum swasta nasional devisa.

2. Data yang ada dalam penelitian ini adalah data tahunan yang diterbitkan untuk

publik.

3. Rasio-rasio yang digunakan untuk penelitian ini sebanyak 7 variabel yaitu CAR,

NPL, ROA, ROE, NIM, BOPO dan LDR.

5.3 Saran

Bagi Manajemen

1. Berdasarkan penelitian ini nilai CAR mengeluarkan nilai negatif. Hal ini berarti

kebijakan yang seharusnya diambil oleh bank adalah menjaga ketetapan minimum yang

ditentukan sebelumnya oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 8%, agar selanjutnya bank

mempunyai kemampuan modal yang cukup untuk menutupi timbulnya risiko akibat

meningkatnya aktiva yang mengandung risiko.

2. Berdasarkan penelitian ini hasil regresi NPL menunjukkan hubungan positif (0,006) yang

menunjukan bahwa semakinh besar nilai rasio ini maka akan semakin besar pula tingkat

prediksi kerugian yang dialami oleh bank tersebut. Maka kebijakan yang harus diambil

bank ialah dengan memenuhi ketentuan yang harus dipenuhi yaitu NPL sebesar 5%. Hal

ini dapat dilakukan dengan lebih baik lagi penyaluran kredit kepada nasabah.

3. Berdasarkan penelitian ini hasil nilai ROA yang bertanda positif maka menunjukkan

semakin besar rasio ini maka akan semakin besar pula tingkat prediksi kebangkrutan

bank tersebut. Maka kebijakan yang perlu diambil adalah semakin meningkatkan

kemampuan manajemen laba dalam memperoleh keuntungan.

4. Berdasarkan penelitian ini diperoleh -0,147 untuk rasio ROE dan memiliki hubungan

positif. Maka pihak bank pun harus memperhatikan kinerja manajemen laba agar

semakin memperoleh keuntungan yang tinggi dan perolehan laba bersih pun meningkat.

5. Berdasarkan pengujian regresi maka diperoleh nilai 0,300 untuk rasio NIM dan memiliki

hubungan positif serta berpengaruh yang signifikan terhadap terhadap prediksi

kebangkrutan bank. Maka seharusnya bank lebih memperhatikan kegiatan operasional

pada tubuh bank tersebut .

6. Berdasarkan pengujian regresi maka rasio BOPO memperoleh tingkat signifikansi 0,540

yang jauh lebih besar daripada 0,05. maka langkah yang seharusnya diambil adalah pihak

25

bank lebih memperhatikan kegiatan operasional dengan memperhatikan biaya

operasionalnya agar dapat mengetahui tingkat efisiensi yang telah dilakukan.

7. Hasil pengujian regresi logistik rasio LDR maka dihasilkan tingkat signifikasi 0,389 yang

lebih besar dari 0,05. bank seharusnya lebih memperhatikan batas toleransi yang telah

ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu sebesar 85 – 110%.hal ini bertujuan agar bank

mampu memenuhi permintaan kredit yang diajukan.

Bagi Peneliti selanjutnya

Saran yang disampaikan terkait dengan penelitian ini adalah;

1. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan sampel perusahaan yang lebih luas

tidak terbatas hanya pada bank tertentu ataupun perusahaan tertentu.

2. Penelitian selanjutanya diharapkan dapat menggunakan data yang lebih aktual serta

menggunakan lebih banyak variasi variabel sebagai prediktor.(Asmoro, 2010)

3. Untuk mendapatkan hasil yang lebih berkembang sebaiknya pada penelitian selanjutnya

dapat dmembedakan antara bank go publik dan belum go publik.

26

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Tarmizi. 2003. Analisis Rasio Keuangan Sebagai Indikator dalam MemprediksiPotensi Kebangkrutan Bank Indonesia. Jurnal Akuntasi dan Keuangan April 2006.

Almilia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas. 2005. Analisis Rasio Camel TerhadapPrediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode 2001 – 2002. JurnalAkuntansi dan Keuangan, Vol. 7 No. 2.

Altman, E.1968. Financial Ratio Diskriminant Analysis and The Prediction of CorporateBankruptcy. Journal of Finance : Vol. XXIII , No. 4.

Anonymous. 2005. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 Tentang SistemPenilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum di Indonesia. Jakarta : Bank Indonesia.

Arthesa, Ade dan Edia Handiman. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank. PTMacanan Jaya Cemerlang. Jakarta.

Aryati Titik dan Hekinus Manao. 2002. Rasio Keuangan Sebagai Prediktor bank IndonesiaBermasalah di Indonesia. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Vol. 5 No.2 : 137 – 147.

Aryati Titik dan Shirin Balafi. 2006. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi TingkatKesehatan Bank Dengan Regresi Logit. Jurnal Riset Akuntansi. 2008.

Bank Indonesia. 2004. Direktori Perbankan Indonesia tahun 2004.

_____________. 2005. Direktori Perbankan Indonesia tahun 2005.

_____________. 2006. Direktori Perbankan Indonesia tahun 2006.

_____________. 2007. Direktori Perbankan Indonesia tahun 2007.

_____________. 2008. Direktori Perbankan Indonesia tahun 2008.

Bank Indonesia. 1998. SK Dir BI No. 30/23/UPPB tanggal 19 Maret 1998 tentangPerubahan SE BI No.30/2/UPPB tanggal 30 April 1997 tentang Tatacara PenilaianTingkat Kesehatan Bank.

Bank Indonesia. 2005. SE BI No. 7/ 10/DPNP tanggal 31 Maret 2005 tentang Perubahanatas Surat Edaran Bank Indonesia No. 3/ 30/DPNP tanggal 14 Desember 2001

Dendawijaya, Lukman. 2009. Manajemen Perbankan. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Fakhrurozie. 2007. Analisis Pengaruh Kebangkrutan Bank Dengan Metode Altman Z-ScoreTerhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Jakarta.SkripsiFakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

27

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Badan PenerbitUniversitas Diponegoro. Semarang.

Infobank. No.346. Januari.2008.

_______. No.377. Agustus. 2010

Lely, Ni Ketut. 2007. Evaluasi Pengaruh CAMEL Terhadap Kinerja Perusahaan.Simposium Nasional Akuntansi III.

Manurung, Mandala. 2004. Uang, perbankan, dan Ekonomi Moneter . Fakultas MoneterFakultas Ekonomi Indonesia. Jakarta.

Nugroho, Fitri dan Dodi Hapsoro. 2007. Pengaruh Ratio Keuangan Camel, Tingkat Inflasidan Ukuran Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Perbankan di BEJ.Wahana. Vol. 10 No.2.

Pedoman Penyusunan Skripsi dan Pelaksanaan Ujian Akhir Program Sarjana Strata Satu(S1) Fakultas Ekonomi. 2008. Semarang : Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro.

Siamat, D. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Tiga. Jakarta : Fakultas EkonomiUniversitas Indonesia.

Sihol, Kalvin. 2007. Penilaian Kesehatan Bank Dengan Metode Camel : Studi Kasus PTBPR ABC. Jurnal Akuntansi Keuangan Vol. 1 no. 2 Agustus 2007.

Sugiyanto, F.X., Prasetiono, dan Hariyanto, Teddy. 2002. “Manfaat Indikator-IndikatorKeuangan Dalam Pembentukan Model Prediksi Kondisi Kesehatan Perbankan”. JurnalBisnis Strategi Vo.10/Desember/Th.VII, pp 11-26

Wilopo. 2001. Prediksi Kebangkrutan Bank. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 4 No.2Mei 2001.