ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

125
ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP CADANGAN DEVISA DI INDONESIA, MALAYSIA DAN SINGAPURA PERIODE 2001-2014 SKRIPSI Diajukkan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Disusun oleh: Indri Filiyana Sari NIM: 1111084000036 JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H / 2015 M

Transcript of ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

Page 1: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP CADANGAN DEVISA DI

INDONESIA, MALAYSIA DAN SINGAPURA PERIODE 2001-2014

SKRIPSI

Diajukkan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Disusun oleh:

Indri Filiyana Sari

NIM: 1111084000036

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1436 H / 2015 M

Page 2: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...
Page 3: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...
Page 4: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...
Page 5: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...
Page 6: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

iv

Abstract

The study aimed to analyze the factors that influence the dynamics of foreign exchange reserves in Indonesia, Malaysia and Singapore during 2001-2014. The data are obtained from secondary data published by Bank Indonesia and IRFCL (International Reserves and Foreign Currency Liquidity) during 2001-2014. The methodology used the analysis of panel data estimation with Fixed Effects Model (FEM). From the three variables are tested, the results showed that variable exchange rates has significant negative effect on foreign exchange reserves. Current Account has significant positive effect on foreign exchange reserves. However, economic growth has no significant influence to the Foreign Reserves of Indonesia, Malaysia and Singapore during 2001-2014.

Keywords: foreign exchange reserves, exchange rate, current account, economic growth, Indonesia, Malaysia and Singapore

Page 7: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

v

Abstrak

Penelitian in bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dinamika cadangan devisa di Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-2014. Data penelitian didapat dari data sekunder terbitan Bank Indonesia dan IRFCL (International Reserves and Foreign Currency Liquidity) periode 2001-2014. Metodologi yang digunakan yakni analisis data panel dengan estimasi Model Efek Tetap (MET). Dari tiga variable yang diujikan, Hasil penelitian menunjukkan Variabel nilai tukar berpengaruh negatif signifikan terhadap Cadangan Devisa. Variabel Transaksi Berjalan berpengaruh positif signifikan terhadap cadangan devisa. Namun, variabel pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap Cadangan Devisa Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-2014.

Kata kunci: cadangan devisa, nilai tukar, transaksi berjalan, pertumbuhan ekonomi, Indonesia, Malaysia dan singapura

Page 8: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat,

rizki, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

tepat waktu. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan, bantuan,

bimbingan, semangat, dan do’a dari orang-orang terbaik yang ada disekeliling

penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu penulis

menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Allah SWT, karena tanpa kehendak dan segala pertolongan Nya tidak

mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala

kemudahan dan nikmat yang Engkau berikan, ya Rabb.

2. Orang Tua ku, Endyanto dan Ririn Filtrini, dan kakak serta dua adik ku

Austine Fillendri, Refilian Al Rani dan Renda Audi Permaisuri yang

tercinta, terima kasih atas Do’a, motivasi dan semangat yang diberikan

selama ini hingga aku bisa mencapai bangku kuliah dan menyelesaikan

studi ku. Semoga selanjutnya Indri bisa menjadi kebanggaan di keluarga.

Amiin.

3. Bapak Roikhan Moch. Aziz, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

selalu meluangkan waktunya untuk berkonsultasi dari awal semester 1

hingga kini aku menyelesaikan studi ku.

4. Bapak Pheni Chalid, Ph.D selaku Dosen Pembimbing 1 yang dengan

kerendahan hatinya selalu bersedia meluangkan waktu untuk memberikan

pengarahan, ilmu, serta bimbingan yang sangat berarti selama proses

penyelesaian skripsi ini. Terima Kasih atas saran dan arahan yang bapak

berikan selama proses penulisan, semoga Allah SWT membalas kebaikan

Bapak.

5. Bapak Tony S. Chendrawan, ST., SE., Msi. Selaku Dosen Pembimbing

Skripsi 2 yang dengan kerendahan hatinya selalu bersedia meluangkan

Page 9: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

vii

waktu untuk memberikan pengarahan, ilmu, serta bimbingan yang sangat

berarti selama proses penyelesaian skripsi ini. Terima Kasih atas saran dan

arahan yang bapak berikan selama proses penulisan, semoga Allah SWT

membalas kebaikan Bapak.

6. Bapak Zuhairan Y. Yunan, SE., M.Sc dan Bapak Zaenal Muttaqin, MPP,

selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris jurusan Ilmu Ekonomi Studi

Pembangunan, di Fakultas Ekonomi Bisnis UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta yang telah meluangkan waktu dan arahan yang baik selama saya

berkonsultasi.

7. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi Bisnis, yang telah memberikan

ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi saya. Semoga Allah selalu

memberikan pahala yang sebesar-besarnya atas kebaikan para dosen FEB

UIN Jakarta. Jajaran karyawan dan Staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah melayani dan membantu saya selama perkuliahan.

8. Bapak Edy Supandhi, Ibu wiwiek, Ibu Ance, Mbak Alya, Mbak Ning, Pak

Slamet, Mas Hendra, dan pak Budi selaku staf perpustakaan Umum Bank

Indonesia yang telah memberikan pelajaran berharga selama Magang di

Grup Riset Edukasi Kebanksentralan BI dan membantu mencari referensi

tambahan bagi skripsi ini.

9. Teman-Teman Beasiswa Bidikmisi 2011 dan rekan sepermainan di

Asrama Putri UIN Jakarta yakni Purnamasari, Suhartika, Desi Agustin,

Syarifah, Ida Daroyani, Nurkhaliza, Fafa, Yanti, Nita dll yang tidak bisa

disebutkan satu persatu. Sukses buat kalian kedepannya dan cepat

menyusul yaa.

10. Teman-teman IESP Ekonomi Pembangunan 2011, Refi, Dilla, Fajar, Ayu,

Isti, Ella, Nilam, Vina. Anisa, Julia, Weli, Mirna, Risna, Asmah, Mona,

Tiara, Rahma, Feris, Azhar, Dimas, Bilal, Rudi, Rio, Ariad, dan teman

teman angkatan 2011 lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,

terimakasih atas empat tahun kebersamaan kita yang penuh warna semoga

kalian cepat menyusul dan kita pasti bertemu lagi.

Page 10: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

viii

11. Teman-Teman KKN-Teropong UIN Jakarta 2014 (Refi, Fajar, Lia, Nung,

Nepho, Maryanti, Uswah, Ucup, Izzat, Indras, Ridho, Doni, Ade dan

Eko), terimakasih atas kebersamaan selama satu bulan penuh KKN di

Bogor. Kalian Luar Biasa sekali. Semoga kalian sukses dan kita pasti

bertemu lagi.

Seperti peribahasa “Tak ada Gading yang Tak Retak” Penulis menyadari

bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan

pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun bagi

skripsi ini. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, Juni 2015

Indri Filiyana Sari

Page 11: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

ix

DAFTAR ISI

Cover Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi Lembar Pegesahan Ujian Komprehensif Lembar Pengesahan Ujian Skripsi Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah Daftar Riwayat Hidup .............................................................................................. ii Abstract ..................................................................................................................... iv

Abstrak ...................................................................................................................... v

Kata Pengantar ....................................................................................................... vi Daftar Isi ................................................................................................................. ix

Daftar Tabel ............................................................................................................ xiii Daftar Gambar ......................................................................................................... xiv

Daftar Grafik ........................................................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B.Perumusan Masalah....................................................................................... 7

C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7

D.Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ............................................................................................ 9

1. Perekonomian Terbuka ........................................................................... 9

a) Neraca Pembayaran .......................................................................... 11

b) Komponen Neraca Pembayaran ........................................................ 11

c) Pendekatan Monetary Approach to the Balance of Payment ............. 12

(MABOP) versi Johnsonian ................................................................. 12

2. Cadangan Devisa ................................................................................... 13

a) Pengertian Cadangan Devisa ............................................................. 13

b) Komponen Cadangan Devisa ............................................................ 15

Page 12: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

x

c) Peranan Cadangan Devisa ................................................................. 16

d) Faktor yang berpengaruh terhadap strategi pengelolaan Devisa ......... 17

3. Nilai Tukar ............................................................................................ 18

a) Pengertian Nilai Tukar ...................................................................... 18

b) Teori Nilai Tukar .............................................................................. 19

c) Kebijakan Nilai Tukar ....................................................................... 22

d) Hubungan Nilai Tukar dengan Cadangan Devisa .............................. 23

4. Neraca Transaksi Berjalan ...................................................................... 24

a) Pengertian Neraca Transaksi Berjalan .............................................. 24

b ) Teori Perdagangan ........................................................................... 24

c ) Hubungan Neraca Transaksi Berjalan dengan Cadangan Devisa ....... 26

5. Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................... 26

a) Pengertian Pertumbuhan Ekonomi..................................................... 26

b) Teori Pertumbuhan Ekonomi ............................................................ 28

c) Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Cadangan Devisa ............. 30

B. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 31

C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 40

D. Hipotesis .................................................................................................... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 44

B. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 44

C. Metode Analisis Data ................................................................................. 45

1. Estimasi Regresi Data Panel ................................................................... 45

a) Pooled Least Squared ........................................................................ 47

b) Fixed Effect Model ........................................................................... 48

c) Random Effect Model ....................................................................... 49

2. Pemilihan Model Estimasi Data Panel .................................................... 50

a) Uji Chow .......................................................................................... 50

b) Uji Hausman ..................................................................................... 51

3. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 52

Page 13: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

xi

a) Uji Normalitas .................................................................................. 52

b) Uji Multikolinearitas ......................................................................... 53

c) Uji Heteroskedastisitas ...................................................................... 53

d) Uji Autokorelasi ............................................................................... 54

4. Uji Hipotesis Statistik ............................................................................ 56

a) Uji Statistik - F ................................................................................. 56

b) Uji Statistik – t .................................................................................. 56

6. Analisis Koefisien Determinasi R2 ......................................................... 57

E. Operasional Variabel Penelitian .................................................................. 57

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gamaran Objek Penelitian .......................................................................... 59

1. Profil Negara dan Letak Geografis ......................................................... 61

2. Profil Ekonomi Negara Indonesia, Malaysia dan Singapura .................... 62

3. Perkembangan Cadangan Devisa periode 2001-2014 .............................. 63

4. Perkembangan Nilai Tukar periode 2001-2014 ....................................... 67

5. Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan periode 2001-2014 ................ 69

6. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi periode 2001-2014 ..................... 71

B. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 73

1. Uji Normalitas ....................................................................................... 73

2. Uji Multikolinearitas ............................................................................. 74

3. Uji Heteroskedastisitas ........................................................................... 75

4. Uji Autokorelasi..................................................................................... 76

C. Memilih Estimasi Data Panel :.................................................................... 77

1. Pooled Least Square ............................................................................... 77

2. Fixed Effects Model ............................................................................... 78

3. Pemilihan Data Panel ............................................................................. 79

a. Uji Chow .......................................................................................... 79

D. Pengujian Hipotesis.................................................................................... 81

1. Uji t-statistik (parsial) ............................................................................ 81

2. Uji Hipotesis F-statistik dan Koefisien Determinasi R2 ........................... 84

Page 14: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

xii

E. Analisis Ekonomi ....................................................................................... 87

1. Nilai Tukar terhadap Cadangan Devisa................................................... 87

2. Neraca Transaksi Berjalan terhadap Cadangan Devisa ............................ 90

3. Pertumbuhan Ekonomi terhadap Cadangan Devisa ................................. 92

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan ................................................................................................ 94

B. Implikasi ................................................................................................... 95

Daftar Pustaka

Daftar Lampiran

Page 15: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

xiii

Daftar Tabel

1.1 Nilai Tukar Rupiah, Ringgit, dan Dolar Singapura terhadap 1 Dolar AS 5

1.2 Neraca Transaksi Berjalan Indonesia, Malaysia dan Singapura 5

1.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Malaysia dan Singapura 6

2.1 Ikhtisar Arus Barang dan Modal Internasional 10

2.2 Model Mundell Fleming : Ringkasan dan Dampak Kebijakan Kurs 22

2.3 Matriks Penelitian Terdahulu 37

3.1 Tabel Operasional Penelitian 58

4.1 Cadangan Devisa Negara ASEAN-5 Tahun 2013 59

4.2 Global Competitiveness Index 2013-2014 Rankings Kawasan ASEAN 60

4.3 Perbandingan GDP Indonesia, Malaysia dan Singapura tahun 2013 63

4.4 Nilai Tukar Rupiah, Ringgit dan Dollar Singapura terhadap 1 US$ 68

4.5 Transaksi Berjalan Indonesia, Malaysia dan Singapura 70

4.6 Matriks Korelasi – Uji Multikolinearitas 74

4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas 75

4.8 Hasil Output Pooled Least Squares 78

4.9 Hasil Output Fixwd Effects Model – GLS 79

4.10 Hasil Output Uji t-statistik Parsial pada Metode Efek Tetap – GLS 81

4.11 Hasil Output F-statistik dan R2 85

4.12 Kondisi Harga Barang saat Apresiasi dan Depresiasi 88

4.13 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs dalam Jangka Panjang 89

Page 16: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

xiv

Daftar Gambar

2.1 Kerangka Berpikir Konseptual 42

2.2 Kerangka Berpikir Hipotesis 43

3.1 Uji Durbin Wattson 54

4.1 Hasil Output Uji Normalitas 74

4.2 Hasil Output Uji Chow 80

Page 17: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

xv

Daftar Grafik

1.1 Cadangan Devisa Indonesia, Malaysia, Singapura periode 2004-2013 2

4.1 Cadangan Devisa Indonesia, Malaysia, Singapura periode 2001-2014 65

4.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Malaysia dan Singapura periode

2001-2014 71

4.3 Pertumbuhan Ekspor – Impor Indonesia, Malaysia dan Singapura

Periode 2001-2014 73

Page 18: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perekonomian tiap negara, dewasa ini semakin terintegrasi dengan

perekonomian global. Hal ini merupakan konsekuensi dari dianutnya sistem

perekonomian terbuka yang dalam aktivitasnya tidak terlepas dari fenomena

arus barang, jasa dan finansial lintas negara. Menurut Krugman, (1999:35)

fokus dari perekonomian terbuka, terletak pada manfaat yang diperoleh dari

kegiatan ekonomi Internasional yang dilakukan antar negara. Kegiatan tersebut

menghasilkan sejumlah valuta asing yang kemudian melalui mekanisme

perbankan akan membentuk dinamika cadangan devisa suatu negara yang

berbeda.

Menurut Gandhi (2006:1), cadangan devisa merupakan bagian dari

tabungan nasional sehingga laju perubahan dan dinamika cadangan devisa

merupakan sinyal bagi Global Financial Markets megenai kredibilitas

kebijakan moneter dan Creditworthiness suatu negara. Cadangan devisa bagi

suatu negara mempunyai tujuan dan manfaat seperti halnya manfaat kekayaan

bagi individu. Seperti motif kepemilikkan seseorang yang dikatakan Keynes

identik dengan motif Transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Dalam hal ini,

cadangan devisa pun secara umum memiliki peran yang sama diantaranya

motif transaksi untuk membiayai impor, motif berjaga-jaga berkaitan dengan

Page 19: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

2

menjaga nilai tukar, dan motif spekulasi untuk lebih menghasilkan return dari

investasi agar kekayaan negara meningkat.

Cadangan Devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting

untuk menunjukkan sejauh mana fundamental perekonomian negara

berlangsung. Menurut analisis RBC Capital Markets dimuat pada Koran

Jakarta, 19 Des 2014 “Cadangan devisa Bank Sentral Global, untuk pertama

kalinya turun pada kuartal keempat 2014 sebesar 240 miliar dollar AS menjadi

12 triliun dollar AS. Ini merupakan penurunan kali pertama sejak akhir 2008.”

Singapura sebagai negara dengan jumlah Cadangan Devisa terbesar di Asia

Tenggara, dan Malaysia sebagai negara dengan Indeks Persaingan Global

rangking dua setelah Singapura di ASEAN (GCI-World Economic Forum

2014), telah mampu menghasilkan cadangan devisa sebagai berikut:

Grafik 1.1 Cadangan Devisa Indonesia, Malaysia, Singapura periode 2004-2013

Sumber: Bank Indonesia- SEKI Sektor Eksternal Dari Grafik tersebut terlihat Cadangan Devisa ketiga negara periode 2004

hingga 2007 mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2008 -2009

nilainya jutru menurun dari garis potensialnya. Menurut Tambunan (2012:9)

0

50

100

150

200

250

300

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

Cada

ngan

Dev

isa

-M

illia

r USD

CADEV_IND

CADEV_SGP

CADEV_MLY

Linear (CADEV_IND)

Linear (CADEV_SGP)

Linear (CADEV_MLY)

Page 20: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

3

Hal ini trerutama disebabkan oleh krisis keuangan paling serius yang pernah

terjadi di AS setelah depresi tahun 1930an, yang akhirnya merambat ke negara-

negara maju lainnya seperti Jepang, UE melalui keterkaitan keuangan dan

investasi global. Baru setelah beberapa bulan kemudian ekonomi dunia mulai

mengalami resesi yang ditandai dengan penurunan pendapatan dan merosotnya

permintaan global yang juga berimbas pada perekonomian Indonesia, Malaysia

dan Singapura dan banyak negara lainnya di dunia yang sangat tergantung pada

ekspor terutama ke pasar-pasar tujuan AS, UE dan Jepang. Namun pada tahun

2010, seiring dengan stabil kembali harga komoditi internasional kinerja

Neraca perdagangan ketiga negara mengalami perbaikan sehingga posisi

cadangan Devisa periode 2010-2013 pun kembali stabil.

Berbeda dengan kondisi pasca Krisis Keuangan Global, pada Krisis

keuangan Asia yang terjadi pada periode 1997-1998 yang melanda Indonesia,

Malaysia dan Singapura ini bisa juga masuk kategori (Contagion Effect),

karena sebelum ekonomi Indonesia dilanda krisis Asia, ekonomi Thailand

sudah terlebih dahulu tergoncang oleh krisis ekonomi tersebut. Beberapa bulan

setelah mata uang Baht mengalami depresiasi besar terhadap dolar AS, rupiah

mulai goncang sekitar pertengahan tahun 1997, yang mencapai klimaksnya

pada pertengahan pertama 1998 ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar

mencapai diatas Rp10000, dibandingkan dengan periode awal 1997 yang

berada di kisaran Rp2000 per satu dollar AS. (Tambunan,2012:8). Berbeda

dengan Indonesia saat itu yang menganut sistem nilai tukar bebas terkendali,

pemerintah Malaysia langsung bertindak tegas dengan menetapkan sistem nilai

Page 21: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

4

tukar atau kurs tetap dengan mematok sekitar 3 ringgit per satu dolar AS.

(Tambunan,2012:53)

Penurunan nilai tukar ini atau depresiasi terhadap dolar AS ini, sangat

berpengaruh terhadap jumlah penawaran valuta asing dan permintaan valuta

asing. Dimana menurut Salvatore (1997:46) dalam Monetary approach ini,

dijelaskan bahwa kurs tercipta dalam proses penyamaan atau keseimbangan

stok atau total permintaan (D) dan penawaran (S) mata uang nasional di

masing-masing negara. Saat nilai tukar suatu negara mengalami Depresiasi

maka ketersediaan Cadangan Devisa justru akan berkurang, mengingat adanya

intervensi yang dilakukan Otoritas Moneter untuk menstabilkan nilai tukar,

baik dengan menjual Sertifikat Bank Indonesia dsb. Berikut data Nilai tukar

Rupiah, Ringgit dan Dolar singapura terhadap mata uang utama Vehicle

Currency Dolar Amerika Serikat selama 5 tahun terakhir yang mengalami

depresiaisi terhadap satu Dolar AS:

Tabel 1.1

Nilai Tukar Rupiah, Ringgit dan Dolar Singapura Terhadap 1 Dolar AS

Tahun Rupiah - IDR Ringgit – MYG Dolar – SGD 2010 8996 1,3 3,1 2011 9069 1,3 3,17 2012 9793 1,22 3,06 2013 12173 1,26 3,28 2014 12388 1,33 3,5

Sumber: Bank Indonesia – SEKI Sektor Eksternal

Selain dipengaruhi oleh Nilai tukar, menurut Tambunan (2001:157)

Cadangan Devisa suatu negara juga dipengaruhi oleh Net Ekspor barang dan

Jasa yang tercatat dalam Neraca Transaksi Berjalan suatu Negara. dimana saat

Page 22: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

5

kondisi net ekspor atau transaksi berjalan suatu negara mengalami defisit,

maka hal tersebut akan mengurangi pos cadangan devisa. Dimana nilai Impor

barang dan jasa melebihi kemampuan ekspor. Data Transaksi Berjalan

disajikan sebagai berikut:

Tabel 1.2

Neraca Transaksi Berjalan Indonesia, Malaysia dan Singapura 2010-2014

Tahun Neraca Transaksi Berjalan (Miliar USD) NTB_IND NTB_SGP NTB_MLY

2010 0.9 16.4 7.5 2011 -2.3 13.3 7.5 2012 -7.8 17.4 7.1 2013 -4.3 13.3 4.5 2014 -6.2 17.4 1.7

Sumber: Bank Indonesia – SEKI Sektor Eksternal

Data pada tabel 1.2 tersebut memperlihatkan kondisi Neraca Transaksi

Berjalan Indonesia khususnya memiliki nilai defisit yang berfluktuatif selama

lima terakhir. Kondisi defisit US$6,2 miliar atau (2,81% PDB) ini dipengaruhi

oleh menurunnya impor akibat melemahnya permintaan domestik sebagai

dampak dari moderasi pertumbuhan ekonomi. (Lap.NPI BI 2014).

Selain Neraca transaksi Berjalan sebagai faktor yang diduga berpengaruh

terhadap laju perubahan cadangan Devisa, menurut Sukirno, (2010:17)

indikator kinerja makroekonomi salah satunya terlihat dari Kondisi Neraca

Pembayaran dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam kajian yang

dilakukan oleh Masdjojo (2010) disebutkan Pertumbuhan Ekonomi

berpengaruh signifikan terhadap Neraca Pembayaran atau dalam konteks ini

cadangan devisa di Indonesia periode 1983-2008. Selain itu, menurut

Page 23: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

6

penelitian yang dilakukan J.J Polak tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

Net Foreign Assets di Negara Jepang, Swedia, Australia dan Spanyol

dikatakan “Perubahan Pendapatan Nasional atau pertumbuhan GDP

berpengaruh positif terhadap Net Aset Asing”. Berikut disajikan Data

pertumbuhan Ekonomi Negara Indonesia, Malaysia dan Singapura.

Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Malaysia dan Singapura

Tahun Pertumbuhan Ekonomi % GRO_IND GRO_SGP GRO_MLY

2010 6,9 12 4,8 2011 6,5 3,6 5,3 2012 6,1 2,2 6,5 2013 5,7 4,9 5,1 2014 5 2,1 5,8 Mean 6,04 4,96 5,5

Sumber: Bank Indonesia – SEKI Sektor Eksternal

Tabel 1.3 memperlihatkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia selama

periode 2010 hingga 2014 atau lima tahun terakhir memiliki rata-rata tertinggi

yakni 6,04 persen dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia yang masing

di kisaran rata-rata 4,94 persen dan 5,5 persen. Hal ini bisa menjadi kekuatan

tersendiri bagi Indonesia dengan pertumbuhan tersebut agar memacu kinerja

ekonomi di sektor riil dan finansial sebagaimana akan mempengaruhi pos

Neraca Transaksi Berjalan dan Neraca Taransaksi Modal Finansial.

Setelah mengamati fenomena yang terjadi pada dinamika Perubahan

Cadangan Devisa di ketiga negara tesebut, serta memperhatikan proposisi

mengenai faktor yang mempengaruhinya pada kajian terdahulu. Maka saya

Page 24: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

7

tertarik untuk menganalisis sejauh mana variabel Moneter dan ekonomi dalam

mempengaruhi Laju Perubahan Cadangan Devisa di tiga Negara Kawasan Asia

Tenggara. Analisis tersebut akan dibahas pada Skripsi berjudul “Analisis

Pengaruh Nilai Tukar, Transaksi Berjalan, dan Pertumbuhan Ekonomi

terhadap Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia dan Singapura Periode

2001-2014”.

B.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka

penulis ingin melakukan pembuktian secara empiris dengan rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar, Transaksi Berjalan, dan Pertumbuhan

Ekonomi terhadap Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia, dan

Singapura Periode 2001-2014 secara parsial atau individual?

2. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar, Transaksi Berjalan, dan Pertumbuhan

Ekonomi terhadap Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia, dan

Singapura Periode 2001-2014 secara simultan atau bersama-sama?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan

dilaksanakannya penelitian ini adalah:

1. Mengetahui pengaruh Nilai Tukar, Transaksi Berjalan, dan Pertumbuhan

Ekonomi terhadap Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia, dan

Singapura Periode 2001-2014 secara parsial atau individual.

Page 25: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

8

2. Mengetahui pengaruh Nilai Tukar, Transaksi Berjalan, dan Pertumbuhan

Ekonomi terhadap Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia, dan

Singapura Periode 2001-2014 secara simultan atau bersama-sama.

D.Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penulisan penelitian ini, manfaat yang akan

didapat dari pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini merupakan kajian ilmiah dan aplikasi ilmu

pengetahuan yang diharapkan dapat menjadi wacana bagi penelitian

berikutnya terutama penelitian yang berhubungan dengan Cadangan

Devisa di negara kawasan Asia Tenggara.

2. Manfaat Akademis

Diharapkan hasil penelitian dapat menambah literatur dan sumber

informasi di lingkungan program sarjana di Fakultas Ekonomi dan Bsinis

khusunya program studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan di UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

Page 26: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Perekonomian Terbuka

Macroeconomics having to do with the whole or the agregate of an economy, such as the total receipts and payments of a nation and the general price index (Salvatore,1996:4). International economics deals with the economics relations and interdependence among nations, these influence (and are in turn influence by) the political, social, cultural, and military relations among the nation’. Balance of payments is the measure nation’s total receipts from and total payments to the rest of the world, also called open economy macroeconomics. (Salvatore-Schaum’s,1996:3)

Berbeda dengan Makroekonomi tertutup, suatu perekonomian terbuka

dapat menabung dengan cara melakukan investasi domestik dan investasi

luar negeri. Oleh karena itu, tabugan nasionalnya sama dengan investasi

domestik ditambah saldo transaksi berjalan. “Suatu perekonomian terbuka

dapat menabung dengan cara menumpuk cadangan modalnya atau dengan

menciptakan kekayaan luar negeri, sedangkan perekonomian tertutup hanya

menabung dengan cara menumpuk cadangan modalnya”

(Krugman,1999:36). Berikut perbedaan Pendapatan Nasional pada

perekonmian terbuka dan tertutup.

Y = C + I + G (2.1)

Dalam suatu perekonomian yang tertutup terhadap pedagangan

internasional, GDP habis dikonsumsikan, diinvestasikan atau

dibelanjakan pemerintah Y = C + I + G. Bagi sebuah perekonomian

Page 27: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

10

tertutup, investasi merupakan satu-satunya cara menabung pada tingkat

agregat; oleh karena itu, seluruh tabungan dari sektor swasta maupun

pemerintah, yakni tabungan nasional harus sama dengan Investasi dengan

persamaan S = I.

Y = C + I + G + NX (2.2)

Dalam persamaan 2.2 dijelaskan bahwa sebuah perekonomian

terbuka, GNP atau Y adalah penjumlahan C + I + G + NX. Perdagangan

tidak harus selalu seimbang, karena diantara perekonomian terbuka bisa

pinjam-meminjam. Saldo transaksi berjalan, yakni selisish antara ekspor

dan impor suatu negara (suatu perekonomian) sama dengan selisih antara

jumlah output yang dihasilkannya dengan jumlah barang dan jasa yang

digunakannya NX = X - M. Berikut disajikan dalam tabel 2.1

penjelasannya.

Tabel 2.1

Ikhtisar Arus Barang dan Modal Internasional

Surplus Perdagangan Perdagangan Berimbang Defisit Perdagangan

X > M X = M X < M

NX > 0 NX = 0 NX < 0

Y > C + I + G Y = C + I + G Y < C + I + G

Tabungan > Investasi Tabungan = Investasi Tabungan < Investasi

Arus Modal Keluar Netto > 0 Arus Modal Keluar Netto = 0 Arus Modal Keluar Netto < 0 Sumber: N.G Mankiw, Macroeconomics 6th Edition, 2007

Ikhtisar dari hasil kegiatan perekonomian terbuka disajikan pada

Neraca Pendapatan Nasional dan Neraca Pembayaran suatu negara.

Page 28: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

11

Kedua-nya merupakan hal penting dalam mempelajari makro ekonomi

semua perekonomian terbuka yang saling tergantung satu sama lain,

karena kedua hal tersebut menunujukkan pola-pola pengeluaran nasional

dan dampak-dampak internasionalnya (Krugman,1999:35).

a) Neraca Pembayaran

Balance of Payments is a summary statement of all the economic

transaction of a nation with the rest of the world during a given year.

(Salvatore-Schaum’s, 1996:164). Neraca pembayaran atau (Balance of

Paayment) merupakan dokumen sistematis dari semua transaksi

ekonomi antara penduduk suatu negara (residen) dengan penduduk

negara lain (nonresiden) dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu

tahun. (Apridar, 2009:135). Sedangkan menurut Salvatore (1997:68)

Balance of Payment atau neraca pembayaran merupakan ringkasan

pernyataan atau laporan yang pada intinya menyebutkan semua

transaksi yang dilakukan oleh penduduk dari suatu negara dengan

penduudk negara lain dan dicatat dengan metode tertentu dan dalam

kurun waktu tertentu.

b) Komponen Neraca Pembayaran

Neraca pembayaran suatu negara mencakup seluruh transaksi

internasional yang diartikan sebagai akktivitas pertukaran barang, jasa

serta aset (alat pembayaran atau benda-benda lain yang mengandung

nilai ekonomi) antara penduduk dari suatu negara dengan penduduk

dari negara lain. Istilah penduduk di sini tidak hanya individu tapi juga

Page 29: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

12

merujuk pada perusahaan, badan hukum, dan pemerintah. Selain itu,

hadiah dan beberapa bentuk transfer yang tidak disertai dengan

pembayaran juga dimasukkan dalam pencatatan Neraca Pembayaran.

Setiap transaksi yang mengakibatkan suatu pembayaran kepada pihak

luar negeri akan masuk dalam pencatatan Debet serta dibubuhi tanda

negatif atau kurung. Sedangkan transaksi yang menghasilkan

penerimaan akan dicatat dalam sisi Kredit dan bertanda positif. Neraca

pembayaran juga mencakup seluruh transaksi yang menyebabkan

perubahan-perubahan dalam posisi devisa suatu negara, baik yang

drisebabkan oleh transaksi perdagangan dan jasa maupun transaksi

finansial lintas negara (Basri, 2010:13). Persamaan NPI = NTB +

NTMF, dimana NPI adalah neraca Pembayaran Internasional, NTB

adalah Neraca Transaksi Berjalan dan NTMF adalah Neraca Transaksi

Modal Finansial.

c) Pendekatan Monetary Approach to the Balance of Payment

(MABOP) versi Johnsonian

Pendekatan pada penelitian ini mengacu pada pendekatan Neraca

Pembayaran versi Johnsonian dalam “The Two Monetary Approaches

to the Balance of Payments (MABOP):Keynesian and Johnsonian dari

IMF Working Paper WP/01/100. Penelitian oleh J.J Polak (2001) ini

menganalisis Neraca Pembayaran versi Johnsonian dan Keynesian.

Titik perbedaannya terletak pada ekspansi kredit yag memiliki

pengaruh terhadap kondisi Balance of Payment. MABOP versi

Page 30: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

13

Johnsonian merupakan pembuktian pada empat negara maju yakni

Australia, Jepang, Swedia dan Spanyol. Dalam penelitian versi

Johnsonian ini didapat persamaan sebagai berikut:

∆MO = ∆R + ∆D (2.3)

∆R = ∆M – ∆D (2.4)

Dimana: ∆MO sebagai money supply yang merupakan fungsi dari

p (tingkat harga), y (pendapatan riil), i (tingkat suku bunga), ∆R sebagai

Reserves / Cadangan Devisa, ∆D sebagai Kredit Domestik

R = f ( p, y, i, D) (2.5)

Dimana berdasarkan persamaan 2.5 tersebut terlihat bahwa kondisi

Neraca Pembayaran juga dipengaruhi oleh (fluktuasi pada p,y,i) dan

dampak dari risiko spesifik negara (∆D), terhadap perubahan cadangan

devisa (∆R) .

2. Cadangan Devisa

a) Pengertian Cadangan Devisa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cadangan

diartikan sebagai sesuatu atau persediaan untuk suatu keperluan yang

akan dipakai apabila diperlukan saja, sedangankan devisa diartikan

sebagai alat pembayaran luar negeri yang dapat ditukarkan dengan uang

luar negeri.

“Cadangan devisa yang sering disebut dengan internasional reserves and foreign currency liquidity (IRFCL) atau Official reserve asset didefinisikan sebagai seluruh aktiva luar negeri yang dikuasai oleh otoritas moneter dan dapat digunakan setiap waktu, guna membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran atau dalam rangka stabilitas

Page 31: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

14

moneter dengan melakukan intervensi di pasar valuta asing dan untuk tujuan lainnya” (Gandhi,2006:3)

Cadangan Devisa dituntut harus dapat dipergunakan setiap saat

apabila diperlukan, maka cadangan devisa biasanya berupa kekayaan

dalam bentuk uang asing yang mudah diperjualbelikan, emas, dan

tagihan jangka pendek kepada bukan penduduk yang bersifat likuid.

Selanjutnya agar cadangan devisa tersebut bersifat likuid, maka

cadangan devisa sebaiknya dalam bentuk aset yang dapat dengan

mudah dipergunakan setiap saat sesuai kebutuhan (dalam definisi IMF,

kriteria likuid adalah dapat dicairkan sebelum jangka waktu satu tahun)

(Gandhi,2006:4). Oleh karena itu, cadangan devisa harus tersimpan

sebagai tagihan pemerintah kepaada bukan penduduk dalam bentuk

valuta asing yang mudah dikonversikan. Dengan demikian aset yang

tidak dikuasai pemerintah dan yang terkait persyaratan tertentu untuk

jangka waktu lebih dari satu tahun tidak dapat dikatakan sebagai

Official Reserve Assets.

Cadangan devisa bertambah ataupun berkurang tampak dalam

neraca lalu lintas moneter. Cadangan devisa disimpan dalam neraca

pembayaran (BOP). Cadangan devisa lazim diukur dengan rasio

cadangan resmi terhadap impor, yakni jika cadangan devisa cukup

untuk menutupi impor suatu negara selama 3 bulan, lazim dipandang

sebagai tingkat yang aman, dan jika hanya 2 bulan atau kurang maka

akan menimbulkan tekanan terhadap neraca pembayaran (Rustian

Kamaluddin, 1998).

Page 32: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

15

Dalam perkembangan ekonomi nasional Indonesia dikenal dua

terminologi cadangan devisa, yaitu official foreign exchange reserve

dan country foreign exchange reserve, yang masing-masing mempunyai

cakupan yang berbeda. Pertama, merupakan cadangan devisa milik

negara yang dikelola, diurus, dan ditatausahakan oleh bank sentral,

sesuai dengan tugas yang diberikan oleh UU No. 13 Tahun 1968.

Kedua, mencakup seluruh devisa yang dimiliki badan, perorangan,

lembaga, terutama lembaga keuangan nasional yang secara moneter

merupakan bagian dari kekayaan nasional (Halwani, 2005).

b) Komponen Cadangan Devisa

Secara umum, menurut Metadata Departemen Pengelola Devisa

Bank Indonesia, cakupan data devisa setiap negara yang melaporkan

cadangan devisa nya ke IMF mengacu pada the Balance of Payments

Manual 6th edition (BPM6) dan The International Reserve and Foreign

Currency Liquidity (IRFCL) Guidelines for a Data Template yang

dikeluarkan oleh IMF pada 23 Maret 1999 yakni meliputi:

1. Cadangan dalam Valuta Asing (foreign currency reserves)

adalah keseluruhan tagihan Bank Indonesia kepada bukan

penduduk baik dalam bentuk simpanan dan uang kertas asing

(deposits and currency) maupun surat-surat berharga

(securities);

2. Posisi cadangan di IMF (Reserve Posistion in the Fund -RPF);

3. Hak tarik khusus (Special Drawing Rights - SDR);

4. Emas Moneter (Monetary Gold) ;

5. Cadangan devisa lainnya (other Reserve Assets).

Page 33: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

16

c) Peranan Cadangan Devisa

Cadangan devisa resmi Indonesia (Indonesia Official Reserve

Assets) merupakan aset eksternal yang dapat langsung tersedia bagi dan

berada di bawah kontrol bank Indonesia selaku otoritas moneter untuk

“membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran, menjaga

ketahanan perekonomian, dan berperan sebagai bantalan terhadap net

kewajiban Indonesia dalam perekonomian terbuka.” (Metadata

Departemen Pengelolaan Devisa Bank Indonesia).

Menurut Bank Dunia, fungsi dan peranan cadangan devisa adalah:

1) Untuk melindungi negara dari guncangan eksternal. Krisis

keuangan pada akhir 1990 an membuat para pembuat

kebijakan memperbaiki pandangannya atas nilai dari

cadangan devisa sebagai proteksi dalam melindungi dari krisis

mata uang.

2) Tingkat cadangan devisa merupakan faktor penting dalam

penilaian kelayakan kredit dan kredibilitas kebijakan secara

umum, sehingga negara dengan tingkat cadangan devisa yang

cukup dapat memberi pinjaman dengan kondisi yang lebih

nyaman.

3) Kebutuhan likuiditas untuk mempertahankan stabilitas nilai

tukar.

Page 34: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

17

Menurut hasil pengamatan dari lembaga Keuangan Internasional JP.

Morgan Fleming, alasan suatu negara memiliki Cadangan Devisa adalah

sebagai berikut (Gandhi,2006:31) :

1. Melakukan intervensi dan memenuhi kebutuhan likuiditas negara

2. Memenuhi kebutuhan impor

3. Memberi tambahan pendapatan bagi pemerintah

4. Mendukung peningkatan kekayaan negara dalam jangka panjang

d) Faktor yang berpengaruh terhadap strategi pengelolaan Devisa

Menurut Gandhi (2006:9) strategi pengelolaan cadangan devisa

merupakan rangkaian kebijakan dan kegiatan yang berkaitan erat dengan

tujuan kepemilikkan cadangan devisa. Motif kepemilikkan cadangan

Devisa dapat dianalogikan dengan motif seseorang atau individu untuk

memegang uang (Roger,1993 dalam Gandhi,2006:6) yakni: (1) Motif

transaksi ditujukan terutama untuk mencukupi kebutuhan likuiditas

internasional, membiayai defisit neraca pebayaran, dan memberikan

jaminan kepada pihak eksternal bahwa kewajiban luar negeri senantiasa

dapat dibayar tepat waktu (Zero default) dengan biaya seminimal mungkin

tanpa mengurangi optimalisasi pendapatan bagi negara. (2) Motif

Berjaga-jaga ditujukan terutama dalam rangka pelaksanaan kebijakan

moneter dan kebijakan nilai tukar, yakni memelihara kepercayaan pasar,

dan memberikan kepercayaan kepada pelaku pasar domestik bahwa mata

uang domestik senantiasa di Back-up oleh aset valas. (3) Motif Spekulasi

Page 35: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

18

ditujukan terutama untuk memperoleh return dari kegiatan investasi

cadangan devisa.

faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan cadangan devisa

diantaranya (1) Kecukupan cadangan devisa dan sistem nilai tukar; (2)

Kecukupan Cadangan Devisa dan Keterbukaan Perekonomian; (3)

Kecukupan Cadangan Devisa dan Utang Negara (Ruang Fiskal)

3. Nilai Tukar

a) Pengertian Nilai Tukar

Menurut Case-Fair (2002:358) tingkat kurs adalah rasio dua mata

uang yang dipertukarkan, atau harga satu mata uang yang dinyatakan

dalam mata uang lain. Kurs juga dapat diartikan sebagai harga satu unit

mata uang domestik dalam satuan valuta asing (Salvatore,1997:13).

Dapat disimpulkan, Kurs (Excahnge Rate) adalah harga sebuah mata

uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang

lainnya. Kurs memainkan peranan penting dalam keputusan-keputusan

pembelanjaan, karena kurs memungkinkan kita menerjemahkan harga-

harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama.

Dalam tulisan Krugman, (1999:73) dijelaskan bila semua kondisi

Cateris Paribus atau faktor lain dianggap tetap, depresiasi mata uang

dari suatu negara terhadap segenap mata uang lainnya (kenaikan harga

valuta asing bagi negara yang bersangkutan) menyebabkan ekspornya

lebih murah dan impornya lebih mahal. Sedangkan apresiasi

Page 36: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

19

(penurunan harga valuta asing di negara yang bersangkutan) membuat

ekspornya lebih mahal dan impornya lebih murah.

b) Teori Nilai Tukar

1. Pendekatan Elastisitas

Pendekatan ini melihat bahwa nilai tukar atau kurs antara dua

mata uang dari dua negara ditentukan oleh besar kecilnya

perdagangan barang dan jasa yang berlangsung di antara kedua

negara tersebut, (Salvatore,1997:43). Pendekatan ini juga disebut

pendekatan perdagangan (trade approach). Pada pendekatan ini,

kurs ekulibrium akan menyeimbangkan nilai impor dan ekspor dari

suatu negara. Jika nilai M > X artinya negara tersebut mengalami

defisit perdagangan, maka kurs mata uangnya akan mengalami

peningkatan (artinya mengalami depresiasi atau penurunan nilai

tukar). Hal seperti ini akan berlangsung secara cepat pada sisitem

kurs mengambang.

2. Teori Paritas Daya Beli

Pendekatan ini lebih relevan diaplikasikan dalam mengamati

pergerakan kurs dalam jangka panjang daripada jangka pendek. Teori

Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity, PPP) versi absolut

merumuskan bahwa kurs antara dua mata uang adalah identik dengan

rasio dari tingkat harga umum di kedua negara bersangkutan

(Salvatore,1997:44). Sebagai contoh harga satu liter beras di Amerika

Serikat adalah $1, sedangkan harga di Indonesia adalah Rp12.000 per

Page 37: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

20

liter, maka kurs yang berlaku antara dollar dan rupiah adalah R =

$1/Rp12.000 . Jadi, berdasarkan hukum satu harga (Law of one price)

tersebut, komoditi yang sama seharusnya memiliki harga yang sama

pula (dalam kondisi itulah daya beli dari kedua mata uang negara tadi

berada dalam kondisi paritas atau persamaan). Pendekatan ini dinilai

sulit dijadikan pegangan baku, mengingat asumsi yang digunakan

seperti mengabaikan biaya transportasi, tarif dan arus barang dan uang

secara bebas masih jauh dari keadaan real. Pendekatan PPP versi

Relatif lebih potensial, dalam teori ini dikatakan perubahan dalam

kurs senantiasa proporsional atau sebanding dengan perubahan rasio

tingkat-tingkat harga di kedua negara. Namun, dalam kenyataannya

proses penyesuaian yang berlangsung melalui arbitrase komoditi tidak

selamanya beriringan dengan pergerakan kurs sehingga apa yang

dikemukakan oleh terori PPP ini lebih tepat disebut sebagai “Ramalan

kurs dalam jangka panjang”

3. Pendekatan moneter

Pendekatan ini, memberikan penjelasan yang sangat kontras ,

dimana pada pendekatan sebelumnya dibahas berdasarakan pendekatan

perdagangan dan elastisitas yang terbentuk oleh arus-arus dana yang

bersumber dari perdagangan barang dan jasa antar negara. Pada

Monetary approach ini, dijelaskan bahwa kurs tercipta dalam proses

penyamaan atau keseimbangan stok atau total permintaan (D) dan

penawaran (S) mata uang nasional di masing-masing negara

Page 38: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

21

(Salvatore,1997:46). Penawaran uang di suatu negara diasumsikan

dapat ditetapkan secara independen oleh otoritas moneter dari negara

bersangkutan. Sedangkan permintaan uang sangat ditentukan oleh

tingkat pendapatan riil negara (Yriil) tersebut atau tingkat harga-harga

umum yang berlaku (p) serta suku bunga (r).

e = f (Yrill, p, r) (2.6)

Pendekatan ini sesuai dengan Motif permintaan uang (Md) yang

dikemukakan Keynes (Sukirno,2010:300) yakni motif transaksi -

transaction (Qt), berjaga-jaga-precautionary (Qp) dan speculation

(Qs) yang juga bisa menurunkan persamaan permintaan akan uang

valas yang dipengaruhi oleh Pendapatan riil terhadap motif berjaga-

jaga dan transaksi serta motif spekulasi dari turunan suku bunga.

Md = f (Qt,Qp,Qs) (2.7)

4. Pendekatan Portofolio

Secara umum pendekatan moneter menarik, namun masih dinilai

gagal menjelaskan terjadinya pergerakan-pergerakan kurs mata uang

utama dunia selama periode berlakunya sistem kurs mengambang

yang dimulai tahun 1973 (Salvatore,1997:47). Berbeda dengan

pendekatan moneter, Model keseimbangan portofolio atau (asset-

market model) mengasumsikan obligasi-obligasi domestik dan luar

negeri sebagai substitusi yang tidak sempurna. Perbedaan lainnya dari

keseimbangan portofolio ini adalah keseimbangan stok atau total

Page 39: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

22

permintaan dan total penawaran aset – aset finansial (dalam hal ini,

uang dipandang hanya merupakan salah satu bentuk dari sekian

banyak jenis asset finansial) di setiap negara.

c) Kebijakan Nilai Tukar

Model Mundell Fleming menunjukkan bahwa dampak dari

sebagain besar kebijakan ekonomi terhadap perekonomian terbuka kecil

tergantung pada apakah kurs mengambang atau tetap. Yang pasti, dampak

yang dihasilkan pada kurs tetap berbeda dengan pada kurs mengambang.

Agar lebih spesifik, model Mundell Fleming menunjukkan bahwa

kekuatan kebijakan fiskal dan moneter untuk mempengaruhi pendapatan

agregat tergantung pada rezim kurs (Mannkiw, 2007). Ringkasan dampak

yang ditimbulkan oleh masing-masing kebijakan ditunjukkan dalam tabel

2.2 dibawah ini (Mankiw, 2007 ).

Tabel 2.2

Model Mundell Fleming : Ringkasan Dampak Kebijakan Kurs

Kebijakan

Rezim Kurs Mengambang Tetap

Berdampak Pada Y E NX Y E NX

Ekspansi Fiskal

Tetap Naik turun Naik tetap Tetap

Ekspansi Moneter

Naik Turun naik Tetap tetap Tetap

Sumber: Mankiw, 6th Edition, (2007:351)

Tabel 2.2 menunjukkan di bawah kurs mengambang, hanya

kebijakan Ekspansi moneter yang bisa mempengaruhi pendapatan.

Selain itu, dibawah rezim kurs tetap, hanya kebijakan ekspansi Fiskal

Page 40: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

23

yang dapat meningkatkan pendapatan. Berikut akan dijelaskan jenis

kondisi Nilai Tukar seperti dijelaskan dalam Salvatore (1996) :

1. Appreciation: A decrease in the domestic currency price of the

foreign currency. (Salvatore-Schaum’s,1996:143)

2. Depreciation: An increase in the domestic currency price of the

foreign currency. (Salvatore-Schaum’s, 1996:143)

3. Devaluation: an increase in the exchange rate from one par

value to another made by the nation’s monetary authorities.

(Salvatore-Schaum’s,1996:212)

4. Revaluation: a decrease in the exchange rate from one par

value to another made by the nation’s monetary authorities.

(Salvatore-Schaum’s,1996:212)

d) Hubungan Nilai Tukar dengan Cadangan Devisa

Nilai tukar mempengaruhi cadangan devisa melalui mekanisme

harga, menurut pendekatan KBPT, apabila nilai tukar mengalami

apresiasi, maka hal ini secara relatif dapat menurunkan harga barang

ekspor. Penurunan harga barang ekspor ini akan mendorong

peningkatan jumlah ekspor dan menurunkan jumlah impor. Apabila

peningkatan ekspor lebih besar daripada penurunan impor atau NX

(surplus) maka pengaruhnya terhadap NPI dan Cadangan Devisa

bersifat positif. Maka hubungan antara Nilai tukar dan Cadangan

Devisa menurut pendekatan Keynes ini adalah positif (Masdjojo,

2010: 117). Berikut persamaan nya:

CADit = β0 + β1KURSit (apresiasi) (2.8)

Page 41: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

24

4. Neraca Transaksi Berjalan

a) Pengertian Neraca Transaksi Berjalan

Dalam Makroekonomi Internasional, posisi neraca pembayaran

dan cadangan devisa merupakan indikator dan likuiditas alat

pembayaran luar negeri suatu negara. Salah satu komponen yang ada

dalam neraca pembayaran yakni neraca transaksi berjalan dan Neraca

Transaksi Modal Finansial. Jika defisit neraca pembayaran berlaku

maka arus devisa yang keluar (permintaan terhadap valuta asing) lebih

besar dari arus devisa yang masuk (penawaran terhadap valuta asing).

Nilai positif pada neraca transaksi berjalan berarti terjadi current

account surplus dan berlaku sebaliknya. Pada dasarnya, neraca

transaksi berjalan merupakan ikhtisar dari nilai ekspor dan impor

barang dan jasa; atau dengan kata lain neraca perdagangan plus jasa-

jasa (Basri, 2010; 21).

b ) Teori Perdagangan

Teori Absolute Advantages- Adam Smith sering juga disebut teori

murni (pure theory) perdagangan internasional. Arti murni ini

memfokuskan perhatiannya kepada variabel riil seperti misalnya nilai

suatu barang diukur dengan banyaknya jumlah tenaga kerja yang

digunakan untuk menghasilkan barang tertentu. Semakin banyak tenaga

kerja yang dimiliki maka nilai barang tersebut akan semakin tinggi

(Labor Theory of value). (Nopirin,1999).

Teori Comparative Advantage - David Ricardo

Page 42: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

25

1. Cost Comparative Advantage ( Labor efficiency )

Dalam teori cost comparative advantage (labor efficiency),

suatu Negara akan memperoleh keuntungan dari perdagangan

internasional apabila negara tersebut menspesialisasikan

produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat

berproduksi relative lebih efisien dan mengimpor komoditas

tertentu dimana negara tersebut berproduksi relative kurang atau

tidak efisien. (Nopirin,1999).

2. Production Comparative Advantage ( Labor produktifiti)

Guna mrendapatkan manfaat dari kegiatan perdagangan

internasional, suatu negara harus menspesialisasikan produksi

serta mengekspor suatu komoditas dimana negara tersebut dapat

berproduksi relative lebih produktif dan mengimpor barang

dimana negara berproduksi relative kurang produktif atau tidak

produktif.

Teori perdagangan modern Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan

suatu negara cenderung mengekspor barang-barang yang

menggunakan faktor produksi yang relatif lebih banyak atau

melimpah dan relative murah. Menurut Heckscher-Ohlin,

perdagangan internasional terjadi dikarenakan perbedaan opportunity

cost suatu produk antara suatu negara dengan negara lain. Karena

adanya perbedaan faktor produksi yang dimiliki suatu negara inilah

perdagangan nasional dapat terjadi

Page 43: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

26

c ) Hubungan Neraca Transaksi Berjalan dengan Cadangan Devisa

Transaksi Berjalan merupakan ikhtisar dari nilai ekspor dan impor

barang dan jasa; atau dengan kata lain neraca perdagangan plus jasa-jasa

(Basri, 2010; 21). Hubungan ekspor dengan cadangan devisa yakni saat

suatu negara melakukan kegiatan ekspor maka suatu negara akan

memperoleh sejumlah uang dalam valuta asing atau biasa disebut dengan

istilah devisa, yang juga merupakan salah satu sumber pemasukan negara.

Namun apabila nilai impor nya lebih besar, dalm artian nilai NTB nya

mengalami defisit maka nilai negatif tersebut justru akan mengurangi

Cadangan Devisa. Maka hubungan antara Neraca Transaksi Berjalan dan

Cadangan Devisa adalah positif. Persamaannya dapat dituliskan sebagai

berikut.

CADit = β0 + β2 NTBit (2.9)

5. Pertumbuhan Ekonomi

a) Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi menurut Case-Fair (2002:323) diartikan

sebagai kenaikan keluaran total suatu perrekonomian, dan beberapa ahli

ekonomi mndefinisikan sebagai kenaikan GDP riil per kapita.

Sedangkan menurut McEachern (2000: 146), GDP artinya mengukur

nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya

yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya

satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari

perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan

Page 44: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

27

beberapa perekonomian pada suatu saat. Syarat pertumbuhan ekonomi

yakni apabila pertumbuhan output melebihi pertumbuhan penduduk,

sistem perekonomian dapat memproduksi apa yang diinginkan atau

dibutuhkan dan demikian pertumbuhan akan menaikkan standar hidup

seseorang.

Menurut Sukirno (2010:17) Salah satu alat ukur untuk menilai

prestasi kegiatan ekonomi dapat dihitung melalui pendapatan nasional

riil yakni PDB yang dihitung menurut harga-harga yang berlaku dalam

tahun dasar. Tingkat pertumbuhan ekonomi dihitung dari pertambahan

PDB riil yang berlaku dari tahun ke tahun. Adapun perhitungan nya

diformulasikan sebagai berikut:

Tingkat Pertumbuhan PDBn = PDBriil tahun(n) – PDB riil tahun(푛− 1)

PDB riil tahun(푛− 1) 푋 100

Pendapatan Nasional (PDB) dari setiap negara jika dibagi dengan

jumlah penduduk dalam negara tersebut akan menghasilkan angka

pendapatan per kapita. Nilai inilah yang dijadikan acuan oleh World

Bank 2008, dan dari nilai tersebut, diklasifikasikan tingkatan negara

berdasarkan GNI per kapita sebagai berikut: (Kuncoro,2010:42)

1) Low-Income Economies – Negara berpenghasilan rendah

dengan GNI per kapita kurang atau sama dengan < US$ 975.

2) Middle-Income Economies – Negara berpenghasilan menengah

dengan GNI per kapita lebih dari US$ 975 namun kurang dari

Page 45: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

28

US$ 11.905. Kelompok ini dibagi lagi menjadi dua yakni:

Lower-middle income economies (US$ 976-US$ 3.855); dan

Upper middle income economies (US$ 3.856-US$ 11905).

3) High-Income Economies – negara berpenghasilan tinggi

dengan GNI per Kapita lebih dari US$11.906.

b) Teori Pertumbuhan Ekonomi

Menurut teori pertumbuhan ekonomi klasik ada empat faktor

yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu wialayah, yakni:

jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan

kekayaan alam serta tingkat teknologi yang digunakan

(Sukirno,2010:433)

Menurut Teori Schumpeter (Sukirno,2010:434) Kegiatan

ekonomi suatu negara dipengaruhi olleh peranan wirausaha atau

Enterpreneurship dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam

teori ini dijelaskan, para pengusaha akan terus menerus melakukan

inovasi atau pembaharuan dalam kegiatan ekonomi. Inovasi ini akan

meningkatkan efisiensi produksi suatu barang, memperkenalkan

barang-barang baru, memperluas pasar barang, dan mengembangkan

sumber bahan mentah alternatif yang dapat terbaharui. Namun

pendekatan teori ini pada akhirnya akan emenemui sebuah pangkal

dimana para pengusaha membutuhkan modal atau investasi lebih dalam

upaya memperluas pasaran dan terus melakukan inovasi.

Page 46: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

29

Teori Harord Domar, menyadari akan pentingnya peningkatan

kapasitas barang modal tersebut, maka analisis ini menganalisis

bagaimana syarat agar kapasitas barang modal yang bertambah itu akan

sepenuhnya digunakan? Pendekatan ini merupakan pelengkap dan

kelanjutan dari pendekatan Keynesian. Pada pendekatan ini, disebutkan

barang barang modal yang bertambah dapat sepenuhnya digunakan

apabila AE1 = C + I1 + G1 + (X-M)1 dimana I1 + G1 + (X-M)1 sama

dengan (I +∆퐼). Maka pertumbuhan ekonoi yang teguh hanya mungkin

dicapai bila I + G + (X-M) terus meneru bertambah dengan tingkat

yang berkelanjutan.

Teori Pertumbuhan Neo-Klasik, sebagai perluasan dari teori

Keynes, Harord Domar yang melihat pertumbuhan dari segi

permintaan. Teori pertumbuhan neo-klasik ini melihat dari sudut

pandang yang berbeda, yakni dari segi penawaran. Menurut teori ini

yang dikemukakan oleh Abramovits dan Solow, pertumbuhan ekonomi

tergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam

persamaan nya dirumuskan sebagai berikut (Sukirno, 2010:437):

∆풀 = 풇 (∆푲,∆푳,∆푻) (2.10)

Dimana: ∆푌 adalah tingkat pertumbuhan Ekonomi ∆퐾 adalah tingkat pertumbuhan Modal ∆퐿 adalah tingkat pertumbuhan Penduduk ∆푇 adalah tingkat pertumbuhan Teknologi

Formula matematis tersebut selanjutnya dikembangkan oleh

Solow dan telah dibuktikan secara kajian empiris bahwa “Faktor

Page 47: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

30

terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah

pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja saja melainkan

faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan

kemahiran dan kepakaran tenaga kerja”, (Sukirno,2010:437). Setelah

itu, beberapa ahli ekonomi juga melakukan kajian yang sama salah

satunya Denison, ia menganalisis faktor yang mengakibatkan

perkembangan di negara maju tahun 1950-1962, dan mencapai

kesimpulan “Bukan modal, tetapi teknologi dan perkembangan

keterampilam yang menjadi faktor utama demi mewujudkan

pertumbuhan ekonomi”

c) Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Cadangan Devisa

Menurut pendekatan Keynesian to the Balance of Payment

(KBPT), pertumbuhan ekonomi mempengaruhi perubahan Cadangan

Devisa melalui mekanisme pendapatan. Ada pengaruh negatif antara

variabel Pertumbuhan Ekonomi dengan Cadangan Devisa. Dengan

Asumsi Cateris Paribus, jika terjadi Pertumbuhan Ekonomi positif maka

pendapatan masyarakat akan naik dan kemampuan daya beli

masyarakat meningkat, hal itu akan mendorong naiknya permintaan

domestik. Pada saat penawaran domestik tidak mampu lagi memenuhi

kelebihan permintaan itu, maka harga domestik akan naik. Hal itu

menimbulkan competitiveness price turun karena inflasi, sehingga

ekspor turun dan impor meningkat. Hal ini menyebabkan terjadinya

defisit neraca perdagangan yang selanjutnya dapat menurunkan

Page 48: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

31

Cadangan Devisa, demikian sebaliknya (Masdjojo, 2010:116). Secara

singkat hubungan pertumbuhan ekonomi dan Cadangan Devisa adalah

negatif, berikut ditulis dalam persamaan 2.11:

CADit = β0 + β3 GROit (2.11)

Berbeda dengan yang dikemukakan oleh pendekatan KBPT,

menurut pendekatan Monetary Approach to the Balance of Payments

(MABP) pertumbuhan Ekonomi akan mempengaruhi keseimbangan di

pasar uang domestik melalui perubahan terhadap permintaan uang

domestik. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi akan mendorong

peningkatan pendapatan masyarakat. Apabila pemerintah kemudian

menerapkan kebijakan tight money policy untuk mengantisipasi

terjadinya inflasi, maka kenaikan tingkat bunga di satu sisi akan

menekan pemberian kredit domestik dan di sisi lain justru menjadi daya

tarik masuknya modal asing yang cenderung mendatangkan surplus

pada NPI. Surplus NPI tersebut akan meningkatkan pendapatan devisa.

oleh karena itu hubungan pertumbuhan ekonomi dengan posisi NPI

(Cadangan Devisa) adalah positif (Masdjojo, 2010: 119), berikut

dituliskan pada persamaan 2.12:

CADit = β0 + β3 GROit (2.12)

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang Cadangan Devisa dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya telah banyak dilakukan baik di dalam negeri maupun luar

Page 49: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

32

negeri. Penelitian tersebut dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya yang

akan membahas penelitan sejenis. Dalam penelitian kali ini, penelitian yang

dijadikan acuan dasar adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1. Mega Febriyenti, Hasdi Aimon dan Zul Azhar (2013)

Penelitian Pertama berjudul “”Faktor – Faktor yang Mempengaruhi

Cadangan Devisa dan Net Ekspor di Indonesia” menggunakan metodologi

Indirect Least Squared atau Persamaan Simultan. Periode penelitian yakni

Q1-2000 hingga Q4-2011. Adapun persamaan model dan variabel dalam

penelitian ini yakni:

CDt = β0 + β1 NX + β2 Dt + β3 FDI + β4 CDt-1 + µit (2.13)

Dimana: CDt : Cadangan Devisa; NX : Net Ekspor; D: Debt atau

Utang Luar Negeri; FDI: Foreign Direct Investment; CDt-1: Cadangan

Devisa tahun sebelumnya; β0: sebagai Constanta, β1, β2, β3, β4: sebagai

Intercept dan µit sebagai Error term.

Hasil dari penelitian menunujukkan Net Ekspor, Utang Luar

Negeri dan Cadangan Devisa tahun sebelumnya berpengaruh signifikan

terhadap Cadangan devisa Indonesia pada periode tersebut. Sedangkan

Foreign Directt Investment (FDI) tidak berpengaruh signifikan terhadap

Cadangan Devisa, pengaruh yang tidak signifikan ini dijelaskan karena

FDI tidak memberikan efek atau dampak jangka pendek, melainkan jangka

panjang. Oleh karena itu efek atau pengaruhnya tidak bisa dirasakan secara

langsung dalam jangak pendek.

Page 50: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

33

2. I Putu Kusuma Juniantara dan Made Kembar Sri Budhi (2011)

Penelitian keempat berjudul “Pengaruh Ekspor Impor dan Kurs

terhadap Cadangan Devisa Nasional Periode 1999-2010”. Metodologi

yang digunakan yakni Regresi Linear Berganda dengan Ordinary Least

Squared (OLS). Adapun model dan variabel yang digunakan yakni:

CAD = β0 + β1 X + β2 M + β3 Kurs + µit (2.14)

Dimana: CAD merupakan cadangan Devisa, X merupakan Ekspor,

Mmerupakan Impor dan Kurs merupakan nilai tukar.

Hasil penelitian ini adalah Ekspor berpengaruh secara positif dan

signifikan terhadap cadangan devisa nasional. Impor tidak berpengaruh

positif secara signifikan terhadap cadangan devisa nasional. Kurs

berpengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa nasional.

3. Gregorius Nasiansenus Masdjojo (2010)

Penelitian kedua berjudul “Kajian Pendekatan Keynesian dan

Monetaris terhadap Dinamika Cadangan Devisa melalui penelusuran

Neraca Pembayaran Internasional” (Studi Empiris Indonesia periode 1983-

2008). Metodologi yang dipakai yakni Regresi Linear Berganda dengan

model Error Correction Model (ECM) adapun persamaan dan variabel

yang digunakan yakni:

NPI = f (Yw + Yn + e + Id + If) (2.15)

Page 51: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

34

Dimana: NPI: Neraca Pembayaran Indonesia dalam hal ini

Cadangan Devisa, Yw : Pendapatan Dunia, Yn: Pendapatan Nasional, e:

Kurs, Id: suku bunga domestik, dan If: Suku bunga International.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang

perubahan cadangan devisa dipengaruhi oleh Pertumbuhan Ekonomi,

perubahan Kredit Domestik, perubahan Nilai Tukar, perubahan Tingkat

bunga dan Krisis Ekonomi. Dalam uji konsistensi juga disebutkan bahwa

pertumuhan ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap Cadangan

Devisa. Selain itu Apresiasi Nilai Tukar juga berpengaruh negatif terhadap

Cadangan Devisa.

4. Katryn N. Pasaribu (2007)

Penelitian ketiga berjudul “Pengaruh Risiko Sistemik dan Nonsitemik

Pasar Keuangan Internasional terhadap Laju Perubahan Cadangan Devisa

Negara Studi Kasus Malaysia periode Q1-1986 hingga Q4-1996”.

Metodologi yang digunakan yakni Ordinary Least Squared (OLS). Adapun

persamaan model dan variabel yang digunakan yakni:

Log (Reserve) = f (CRP, RiskPoil, RiskYGap, Risk_ Liq(DC/Exp) (2.16)

Dimana: Log Reserve adalah variabel eksogen yaknni Perubahan

Cadangan Devisa, CRP adalah risiko bunga T-Bills 3 bulan Malaysia

relatif terhadap T-Bills 3 bulan Amerika Serikat, Risk Poil adalah Indikator

risiko perubahan harga minyak mentah dunia, Risk Ygap adalah indikator

risiko perubahan pendapatan nasional, dan Risk_Liq adalah indikator

risiko likuiditas keuangan negara (porsi ekspansi kredit terhadap ekspor).

Page 52: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

35

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Risiko perubahan tingkat

suku bunga, risiko perubahan harga komoditi internasional dan risiko

likuiditas mempengaruhi secara negatif terhadap laju perubahan

cadangan devisa. Sedangkan risiko perubahan pendapatan nasional

mempengaruhi laju cadangan devisa secara positif.

5. Jacques J. Polak (2001)

Penelitian kelima berjudul “The Two Monetary Approaches to the

Balance of Payments (MABOP):Keynesian and Johnsonian IMF

Working Paper WP/01/100. Penelitian ini menganalisis Neraca

Pembayaran versi Johnsonian dan Keynesian. Titik perbedaannya

terletak pada ekspansi kredit yag memiliki pengaruh terhadap kondisi

Balance of Payment. MABOP versi Johnsonian merupakan pembuktian

pada empat negara maju yakni Australia, Jepang, Swedia dan Spanyol.

Dalam penelitian versi Johnsonian ini didapat persamaan sebagai berikut:

∆MO = ∆R + ∆D (2.17)

∆R = ∆MO – ∆D (2.18)

∆MO = f ( p, y, i ) (2.19)

Dimana: ∆MO sebagai money supply yang merupakan fungsi dari

p (tingkat harga), y (pendapatan riil), i (tingkat suku bunga), ∆R sebagai

Reserves / Cadangan Devisa, ∆D sebagai Kredit Domestik

R = f ( p, y, i, D) (2.20) Dimana berdasarkan persamaan 2.19 tersebut terlihat bahwa kondisi

Neraca Pembayaran juga dipengaruhi oleh (fluktuasi pada p,y,i) dan

Page 53: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

36

dampak dari risiko spesifik negara (∆D), terhadap perubahan cadangan

devisa(∆R).

6. Aekapol Chongvilaivan (2011)

Penelitian berjudul, “Undoing a Myth of the Global Financial

Crisis and Growth Prospects; Evidence from Selected Asia Paciic

Economies” ini menganalisis bagaimana Krisis Keuangan Global

berdampak besar terhadap perekonomian di Asia. Walaupun secara

geografis awal terjadinya krisis tersebut terjadi di Kawasan Uni Eropa

dan Amerika Serikat. Dalam penelitian ini setidaknya ada hal prinsipil,

yang menjadi alasan mengapa kawasan Ekonomi Asia menjadi kawasan

yang paling parah terkena dampak krisis Global tersebut diantaranya

yakni: (i) Global Trade Collapse; (ii) FDI Inflow Reversals; (iii)

Declining International Remittances. Adapun ruang lingkup dalam

penelitian ini membahas negara Asia Pasifik terpilih termasuk ASEAN-

10 ditambah negara Australia, China, Hongkong, Japan, Korea, and New

Zealand.

Page 54: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

37

Tabel 2.3

Matriks Penelitian Terdahulu

No Tahun Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil

1

2013

Mega Febriyenti,

Hasdi Aimon, Zul Azhar

Faktor- Faktor yang

Mempengaruhi Cadangan Devisa dan Net Ekspor di

Indonesia

Model

Persamaaan Simultan dengan

Indirect Least Squared

(ILS)

Net Ekspor, utang luar negeri, dan cadangan devisa periode sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap cadangan devisa Indonesia. Foreign Direct Investment (FDI) tidak berpengaruh signifikan terhadapa Cadangan Devisa Indonesia. Selain itu, Pertumbuhan ekonomi Indonesia, Pertumbuhan Ekonomi Jepang, dan Nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap Net Ekspor di Indonesia.

2

2011 I Putu Kusuma

Juniantara dan Made Kembar

Sri Budhi

Pengaruh Ekspor Impor

dan Kurs terhadap Cadangan Devisa Nasional

Periode 1999-2010

Ordinary

Least Square (OLS)

Ekspor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap cadangan devisa nasional. Impor tidak berpengaruh positif secara signifikan terhadap cadangan devisa nasional. Kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa nasional.

3

2010

Gregorius

Nasiansenus Masdjojo

Kajian Pendekatan

Keynesian dan Monetaris terhadap Dinamika

Cadangan Devisa Melalui Penelusuran Neraca

Pembayaran Internasional:

Error

Correction Model (ECM)

Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif terhadap perubahan Cadangan Devisa. Perubahan Kredit Domestik berpengaruh negatif terhadap perubahan Cadangan Devisa. Apresiasi Nilai Tukar Valuta Asing meningkatkan perubahan Cadangan Devisa. Perubahan Tingkat Bunga Internasional berpengaruh

Page 55: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

38

Studi Empiris di Indonesia Periode 1983-2008

negatif terhadap perubahan Cadangan Devisa. Krisis Ekonomi berpengaruh negatif terhadap perubahan Cadangan Devisa. Bentuk-bentuk hubungan antara variabel-variabel bebas tersebut dengan perubahan Cadangan Devisa sejalan dengan teori MABP. Secara statistik pengaruh pengaruh tersebut signifikan baik untuk pengaruh parsial maupun pengaruh simultan.

4

2007

Katryn N. Pasaribu

Pengaruh Risiko Sistemik

dan Nonsistemik Pasar Keuangan Internasional

Terhadap Laju Perubahan Cadangan Devisa Negara

Studi Kasus Malaysia (1986Q1-1996Q4)

Ordinary

Least Square (OLS)

Risiko perbedaan tingkat suku bunga, risiko perubahan harga komoditi internasional, dan risiko likuiditas mempengaruhi laju stok cadangan devisa negara secara negatif. Risiko perubahan pendapatan nasional mempengaruhi laju stok cadangan devisa secara positif.

5

2001

Jacques J.Polak

The Two Monetary

Approaches to the Balance of Payments: Keynesian

and Johnsonian

Pendekatan

Teori , Dekriptif Kualitatif

Berdasarkan penelitian versi Johnsonian dikatakan bahwa kondisi Neraca Pembayaran juga dipengaruhi oleh (fluktuasi pada p,y,i) dan dampak dari risiko spesifik negara (∆D), terhadap perubahan cadangan devisa (∆R)

6

2011

Aekapol

Chongvilaivan

Undoing a Myth of the

Global Financial Crisis

Analisis Data

Panel Ada hal prinsipil, yang menjadi alasan mengapa kawasan Ekonomi Asia menjadi kawasan yang paling

Page 56: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

39

and Growth Prospects; Evidence from Selected Asia Paciic Economies

parah terkena dampak krisis Global diantaranya yakni: (i) Global Trade Collapse; (ii) FDI Inflow Reversals; (iii) Declining International Remittances. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini membahas negara Asia Pasifik terpilih termasuk ASEAN-10 ditambah negara Australia, China, Hongkong, Japan, Korea, and New Zealand.

Page 57: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

40

C. Kerangka Berpikir

Pada umumnya keseimbangan yang harus dicapai dalam sebuah

perekonomian adalah Keseimbangan Internal dan Keseimbangan Eksternal.

Menurut Slavatore “Internal balance is objective to having full employment with

price stability” (Salvatore-Schaum’s,1996:212). Intinya adalah keseimbangan

Internal untuk mencapai stabilitas harga dan tercapainya Kesempatan kerja penuh.

Dalam Makroekonomi Internasional, khususnya bagi negara yang

menganut sistem perekoomian terbuka, ada keseimbangan yang juga harus dicapai

yakni External Balance. Keseimbangan Eksternal, yang menurut Salvatore

dijelaskan dengan “External balance is objective to having equilibrium in the

nation’s balance of payments. (Salvatore-Schaum’s,1996:212). Dalam pernyataan

tersebut salvatore menjelaskan bahwa keseimbangan eksternal merupakan upaya

untuk mecapai keseimbangan pada Neraca Pembayaran.

Komponen Neraca Pembayaran suatu Negara secara umum terdiri dari

komponen Neraca Transaksi Berjalan dan Neraca Transaksi Modal serta

Finansial. Komponen dalam neraca Pembayaran suatu negara dapat

menggambarkan kemampuan suatu negara khususnya dalam menghasilkan

Cadangan Devisa.

Adanya sinyal turunnya Cadangan Devisa Global pada kuartal keempat

tahun 2014 merupakan hal yang harus diantisipasi oleh setiap negara. Dalam hal

ini, tiap negara harus berupaya untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang

diduga mempengaruhi proporsi Cadangan Devisa.

Page 58: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

41

Penelitian ini merujuk pada penelitian yang telah dilakukan oleh Gregorius

Nasiansenus Masdjojo (2010) yang menyebutkan bahwa “Apresiasi Nilai Tukar

mempengaruhi Cadanga Devisa Indonesia periode 1983-2008”. Kedua yakni

penelitian yang dilakukan oleh Mega Febriyenti (2013) yang menyebutkan bahwa

“Net Ekspor berpengaruh positif terhadap Cadangan Devisa Indonesia”. Selain

itu, yakni penelitian yang dilakukan Katryn N. Pasaribu (2007) studi kasus

negara Malaysia dan penelitian oleh J.J Polak (2001) dalam IMF Working Paper

berjudul The Two Monetary Approaches to the Balance of Payments: Keynesian

and Johnsonian. J.J Polak dan Katryn menjelaskan bahwa “Pertumbuhan

Ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap laju perubahan Cadangan

Devisa di Malaysia oleh Katryn dan di Jepang, Australia,Jepang, Swedia dan

Spanyol - 2001 oleh J.J Polak.

Merujuk pada perumusan masalah dan tinjauan literatur serta penelitian

terdahulu maka didapat proporsi bahwa kebijakan otoritas moneter dalam

mengetahui proporsi Cadnagan Devisa negaranya untuk waktu mendatang di

pengaruhi juga oleh beberapa perubahan indikator makroekonomi dan Kebijakan

perdagangan maupun kebijakan Moneter negara bersangkutan. Maka penulis

menggambarkan Kerangka Berpikir Konseptual sebagai berikut:

Page 59: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

42

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Konseptual

Fenomena

-Adanya sinyal Turunnya Cadangan Devisa Global di Kuartal keempat 2014

-Pentingnya menjaga keseimbangan Eksternal (Balance of Payment)

-Terjadi Depresiasi mata uang Rupiah terhadap mata uang utama Dolar AS

-Terjadi defisit Transaksi Berjalan Indonesia

-Krisis Asia 1998 dan Krisis Keuangan Global 2008 melanda Indonesia, Singapura dan Malaysia berefek pada resesi ekonomi di periode tersebut.

Identifikasi Masalah

-KKG dan Krisis Asia 98 menyebabkan kinerja ekonomi di sektor riil dan finansial terganggu -Kinerja Ekonomi Internasional, keseimbangan Internal & Eksternal terganggu -Perlu diketahui faktor – faktor penyebab Keseimbangan Eksternal pada Neraca Pembayaran

Grand Theory

Nilai Tukar

-Teori Paritas Daya Beli (PPP)

-Pendekatan Elastisitas, Moneter & Portofolio

Pertumbuhan Ekonomi

-Pendekatan MABOP Versi Johnsonian -Teori Harord Domar dan Neo Klasik

Neraca Transaksi Berjalan

-Teori Neraca Pembayaran

-Teori Absolut,Comparative Advantage, Heckscher Ohlin

Jurnal Pendukung

-Gregorius Nasiansenus Masdjojo (2010) : Apresiasi Nilai Tukar mempengaruhi Cadangan Devisa Indonesia -Mega Febriyenti (2013) : Net Ekspor berpengaruh positif terhadap Cadangan Devisa Indonesia -Katryn N. Pasaribu (2007) & J.J Polak (2001): Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap laju perubahan Cadangan Devisa di Malaysia, (Jepang, Australia,Jepang, Swedia dan Spanyol - 2001 )

Page 60: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

43

Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Hipotesis

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu proporsi, kondisi atau prinsip untuk sementara waktu

dianggap benar agar bisa ditarik suatu konsekuensi logis dan dengan cara ini

kemudian diadakan pengujian tentang kebenarannya dengan menggunakan data

empiris dari hasil penelitian.

Berdasarkan Proposisi yang sudah dipaparkan pada Latar Belakang,

Tinjauan Teori, Penelitian Terdahulu serta Kerangka Berpikir, maka dapat

ditarik beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Nilai Tukar berpengaruh negatif terhadap Cadangan Devisa di

Indonesia, Malaysia, dan Singapura Periode 2001-2014.

2. Transakasi Berjalan berpengaruh positif terhadap Cadangan Devisa di

Indonesia, Malaysia, dan Singapura Periode 2001-2014.

3. Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif terhadap Cadangan Devisa

di Indonesia, Malaysia, dan Singapura Periode 2001-2014

Nilai Tukar (-)

Cadangan Devisa (Indonesia, Singapura, Malaysia)

Neraca Transaksi Berjalan (+)

Pertumbuhan Ekonomi (+)

Page 61: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup pada penelitian ini adalah tiga Negara di kawasan Asia

Tenggara yakni Negara Indonesia, Malaysia dan Singapura. Periode penelitian

masing-masing negara yakni selama 14 tahun terakhir dengan periode objek

penelitian tahun 2001-2014 (data tahunan). Waktu penelitian dimulai tahun

2001 mengingat sejak tahun 2000, negara yang melaporkan Cadangan Devisa

ke IMF mulai melakukan pencatatan baru dari Gross Foreign Assets (GFA) ke

sistem pencatatan International Reserves and Foreign Currency Liquidity

(IRFCL).

B. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan hal yang harus dilakukan dalam penyusunan

penelitian ini, karena dengan pengumpulan data kita dapat memperoleh hasil

yang sesuai dengan tujuan penelitian. Data dalam penelitian ini diperoleh

melalui studi pustaka sebagai metode pengumpulan data. Data yang digunakan

adalah data sekunder tahun 2001 – 2014 yang bersumber dari Statistik

Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI-BI Sektor Eksternal berbagai edisi).

Kajian literatur, juga digunakan sebagai bahan pendukung dalam penelitian ini

yakni buku referensi, jurnal dalam negeri dan internasional, surat kabar

elektronik, serta beberapa situs resmi terkait seperti Badan Pusat Statistik,

Page 62: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

45

Asian Development Bank (ADB), dan International Monetary Fund (IMF)

yang beruhubungan dengan objek penelitian yakni mengenai kondisi ekonomi

di negara Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-2014.

C. Metode Analisis Data

Pada penelitian ini, digunakan analisis regresi data panel. Data yang

digunakan adalah data tahunan periode 2001-2014 dengan objek tiga negara

kawasan Asia Tenggara sebagai sampelnya. Prosedur pengolahan data yang

dilakukan adalah mengkonversikan data-data yang diperoleh ke satuan LOG

terlebih dahulu menggunakan Software Microsoft Excel untuk tiap tahunnya.

Kemudian dilakukan pengujian hipotesis pengaruh variabel Independen

(Cadangan Devisa) terhadap variabel dependen (Nilai Tukar, Neraca Transaksi

Berjalan dan Pertumbuhan Ekonomi) dengan analisis regresi data panel

menggunakan Software Eviews versi 7.0. Dalam meregresikan variabel-

variabel penelitian, semua variabel dimasukkan kedalam model secara

bersamaan agar dapat melihat bagaimana kontribusi masing-masing variabel

bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Setelah diperoleh output atau hasil

pengolahan data, selanjutnya dilakukan analisis deskriptif dan analisis regresi.

Kemudian dapat ditarik analsis kesimpulan dari pengolahan data. Berikut akan

dijelaskan Pengertian Regresi Data Panel dan tahapan estimasi regresi data

panel:

1. Estimasi Regresi Data Panel

Data Panel merupakan gabungan antara data silang (cross section)

dengan data runtut waktu (time serries). Data runtut waktu adalah data

Page 63: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

46

yang meliputi satu objek, tetapi meliputi beberapa periode, sedangkan data

silang terdiri atas beberapa atau banyak objek atau individu. Maka, panel

data adalah data yang memiliki jumlah cross section dan jumlah time

serries, dikumpulkan dalam suatu rentang waktu terhadap beberapa objek

atau individu (Winarno, 2007:9.1). Berikut disajikan dalam bentuk

persamaan data Cross section dan Time Serries:

Model dengan data cross section

Yi = α + β Xi + εi ; i = 1,2,....,N (3.1)

N: banyaknya data cross section

Mode dengan data time series

Yt = α + β Xt + εt ; t = 1,2,....,T (3.2)

T: banyaknya data time series

Data panel merupakan gabungan dari data cross section dan time series,

maka modelnya dituliskan dengan:

Yit = α + β Xit + εit ; i = 1,2,....,N; t = 1,2,….., T (3.3)

di mana :

N = banyaknya observasi T = banyaknya waktu N x T = banyaknya data panel Keunggulan regresi data panel menurut Wibisono (2005) antara lain :

Pertama. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara

ekspilisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu; kedua. Kemampuan

mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data panel dapat

digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku lebih kompleks;

Ketiga, data panel mendasarkan diri pada observasi cross-section yang

Page 64: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

47

berulang-ulang (time series), sehingga metode data panel cocok digunakan

sebagai study of dynamic adjustment; Keempat, tingginya jumlah observasi

memiliki implikasi pada data yang lebih informative, lebih variatif, dan

kolinieritas (multikol) antara data semakin berkurang, dan derajat kebebasan

(degree of freedom/df) lebih tinggi sehingga dapat diperoleh hasil estimasi

yang lebih efisien; Kelima, data panel dapat digunakan untuk mempelajari

model-model perilaku yang kompleks; Keenam, Data panel dapat digunakan

untuk meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan oleh agregasi data

individu.

Permodelan dengan menggunakan teknik regresi data panel dapat

dilakukan dengan tiga pendekatan alternatif metode pengolahannya yaitu,

metode Common Effect (Pooled Least Square), metode Fixed Effect Model

(FEM), dan metode Random Effect Model (REM). Berikut dijelaskan

karakteristik dari masing-masing pendekatan model

a) Pooled Least Squared

Pada model Common Effect ini, data panel dianalisis menggunakan

metode OLS (Ordinary Least Square). Pendekatan ini merupakan

pendekatan yang paling sederhana dibandingkan dengan kedua pendekatan

lainnya, namun pada pendekatan ini kita tidak bisa melihat perbedaan

antar individu dan perbedaan antara waktu karena intercept maupun slope

dari model nilainya sama, maka diasumsikan bahwa perilaku data antar

negara sama dalam berbagai kurun waktu adalah sama. Persamaan untuk

PLS ditulis dengan persamaan sebagai berikut: Dalam persamaan 3.4

Page 65: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

48

digunakan subskripsi it, i menunjukkan objek (negara) dan t menunjukkan

waktu (tahun), CAD sebagai Cadangan Devisa, KURS sebagai Nilai tukar

Kurs, NTB sebagai Neraca Transaksi Berjalan, GRO sebagai Pertumbuhan

Ekonomi. Persamaan nya ditulis sebagai berikut:

CADit = β0 + β1KURSit + β2 NTBit + β3 GROit + µit (3.4)

Kelemahan dalam pendekatan PLS ini tidak memperhatikan

dimensi individu maupun waktu, dan dapat diasumsikan bahwa perilaku

data antar perusahaan sama dalam berbagai rentang waktu. Asumsi ini

jelas sangat jauh dari realita sebenarnya, karena karakteristik antar negara

baik dari segi kewilayahan jelas sangat berbeda dalam hal menghasilkan

Cadangan Devisa.

b) Fixed Effect Model

Metode Fixed Effect adalah metode yang mengestimasi data panel

dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya

perbedaan intersep. Metode ini mengasumsikan bahwa koefisien regresi

(slope) tetap antar individu dan antar waktu. Namun intersepnya berbeda

antar Negara dan sama antar waktu (time invariant). Akan tetapi metode

ini membawa kelemahan yaitu berkurangnya derajat kebebasan (degree

of freedom) yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Untuk

membedakan satu objek dengan objek lainnya, digunakan variabel semu

(Dummy). Oleh karena itu, model ini sering juga disebut dengan Least

Page 66: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

49

Squares Dummy Variables dan disingkat LSDV (Winarno, 2007:9.14)

persamaan model ini adalah sebagai berikut:

CADit = β0i + β1KURSit + β2 NTBit + β3 GROit + β4d1i + β5d2i + β6d3i + µi (3.5)

Persamaan 3.5 menunjukkan saat ini konstan β0i diberi subskrip

0i, i menunujukkan objeknya. Dengan demikian masing-masing objek

memiliki konstan yang berbeda. Variabel semu d1i = 1 untuk objek

pertama dan 0 untuk objek lainnya. Variabel semu d2i = 1 untuk objek

kedua. variabel semu d3i = 1 untuk objek ketiga dan 0 untuk objek

lainnya.

c) Random Effect Model

Metode Random Effect adalah metode yang akan mengestimasi

data panel di mana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar

waktu dan antar individu (Winarno, 2007:9.16). Tenik yang digunakan

dalam Metode Random Effect adalah dengan menambahkan variabel

gangguan (error terms) yang mungkin saja akan muncul pada hubungan

antar waktu dan antar kabupaten/kota. Teknik metode OLS tidak dapat

digunakan untuk mendapatkan estimator yang efisien, sehingga lebih

tepat untuk menggunakan Metode Generalized Least Square (GLS).

Persamaan yang digunakan adalah mirip dengan persamaan (3.4), kecuali

konstannya yang bebeda, yakni:

CADit = β0 + β1KURSit + β2 NTBit + β3 GROit + µit (3.6)

Page 67: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

50

Tidak seperti pada model efek tetap, (β0 dianggap tetap), pada

model ini β0 diasumsikan bersifat random, sehingga dapat dituliskan

dalam persamaan:

β0 = β0 + ui, i = 1, ... , n (3.7)

2. Pemilihan Model Estimasi Data Panel

Dalam memilih permodelan regresi data panel ketiga estimasi model

regresi yakni dengan melakukan Uji Chow dan Uji Hausman yang ditujukan

untuk menentukan apakah model data panel dapat diregresi dengan metode

Common Effect, metode Fixed Effect, atau metode Random Effect.

(Widarjono,2006).

a) Uji Chow

Uji ini digunakan untuk menentukan apakah model data panel

diregresi dengan metode Common Effect atau dengan metode Fixed Effect.

Pengujian yang dilakukan menggunakan Chow-test atau Likelihood ratio

test, dengan asumsi yaitu:

H0: model menggunakan pendekatan Pool Least Square, dan

H1: model menggunakan pendekatan Fixed Effect.

Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik, dimana jika F statistik lebih

besar dari F tabel maka H0 ditolak. Nilai Chow menunjukkan nilai F

statistik dimana bila nilai Chow yang kita dapat lebih besar dari nilai F

tabel maka model yang digunakan adalah model Fixed Effect. Namun,

menurut Nachrowi (2006: 318) untuk menganalisis dengan metode efek

tetap ini, ada suatu syarat yakni jika data penel yang dimiliki memiliki

Page 68: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

51

jumlah waktu (t) lebih besar dari jumlah individu (i) maka disarankan

untuk menggunakan metode FEM ini.

b) Uji Hausman

Apabila dari hasil uji Chow tersebut ditentukan bahwa metode

Common Effect yang digunakan, maka tidak perlu diuji kembali dengan

Uji Hausman, namun apabila dari hasil Uji Chow tersebut ditentukan

bahwa metode Fixed Effect yang digunakan, maka harus ada uji lanjutan

dengan Uji Hausman untuk memilih antara metode Fixed Effect atau

metode Random Effect yang akan digunakan untuk mengestimasi regresi

data panel. Pengujian yang dilakukan menggunakan Hausman test dengan

asumsi, yaitu:

H0: model menggunakan pendekatan Random Effect, dan

H1: model menggunakan pendekatan Fixed Effect

Pada uji ini digunakan distribusi Chi Square dimana jika probabilitas dari

hausman lebih keci dari α (hasil hausman test signifikan) maka H0 ditolak

dan model Fixed Effect digunakan. Namun, menurut Nachrowi (2006:

318) untuk menganalisis dengan metode efek random ini, ada suatu syarat

yakni jika data panel yang dimiliki memiliki jumlah waktu (t) lebih kecil

dari jumlah individu (i) maka disarankan untuk menggunakan metode

REM ini. Selain itu, metode ini juga bisa dipakai jika jumlah individu

(Cross section) lebih besar daripada koefisien termasuk intercept. Disini

terbukti bahwa saran-saran pemilihan FEM atau REM sebagaimana

dijelaskan diatas memang bukan sesuatu yang mutlak.

Page 69: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

52

3. Uji Asumsi Klasik

Dalam melakukan estimasi persamaan linear dengan menggunakan OLS,

maka asumsi BLUE harus terpenuhi. Menurut Winarno (2007:4.2) Asumsi

BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) adalah:

Nilai harapan dari rata-rata kesalahan adalah nol

Varians tetap (homokedastis), minimum atau efisien

Estimator β1 bersifat linear terhadap variabel dependen

Tidak ada huungan antara variabel bebas dengan error term

Tidak ada korelasi serial antara error

Tidak ada multikolinearitas atau hubungan linear antar variabel bebas

Maka, untuk mengetahui apakah persamaan yang dibuat sudah terbebas

dari pelanggaran asumsi klasik, perlu dilakukan pengujian berikut:

a) Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual

terdistribusi normal atau tidak pada variabel terikat dan variabel bebas.

Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi

normal. Uji normalitas diantaranya dilakukan dengan dua cara, yaitu

histogram dan uji Jarque-Bera (J-B). Untuk melihat data terdistribusi

normal atau tidak adalah dengan melihat koefisian J-B dan

probabilitasnya. Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2) maka

data terdistribusi normal. Sedangkan bila probabilitas lebih besar dari

5%, maka data terdistribusi normal. Jika data tidak terdistribusi normal

Page 70: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

53

cara mengilangkannya dengan cara diferensiasi tingkat pertama, atau

dengan cara menambah data (Winarno, 2011 : 5.37-5.39).

b) Uji Multikolinearitas

Multikoliniearitas adalah kondisi adanya hubungan linier antar

variabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel independen,

maka multikolinieartias tidak akan terjadi pada persamaan regresi

sederhana yang terdiri atas satu variabel dependen dan satu variabel

independen (Winarno, 2011:5.1). Indikasi multikoliniearitas ditunjukan

dengan beberapa informasi antara lain:

Nilai R2 tinggi, tetapi variabel independen banyak yang tidak

signifikan.

Dengan melihat matriks kerelasi antar variabel independen pada

output Eviews 7.0. Apabila korelasi antar variabel independen

diatas 0,8 atau 80% maka mengandung multikolinearitas.

Dengan menggunakan regresi auxiliary.

c) Uji Heteroskedastisitas

Asumsi dalam model regresi adalah dengan memenuhi (1) residual

memiliki nilai rata-rata nol, (2) residual memiliki varian yang konstan,

dan (3) residual suatu observasi tidak saling berhubungan dengan

residual observasi lainnya sehingga menghasilkan estimator yang

BLUE. Apabila asumsi (1) terpenuhi yang terpengaruh hanyalah slope

estimator dan ini tidak membawa koefisien serius dalam analisis

ekonometrik. Sedangkan jika asumsi (2) dan (3) tidak tepenuhi, maka

Page 71: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

54

akan berdampak pada prediksi dengan model yang dibangun. Dalam

kenyataannya, nilai residual sulit memiliki varian yang konstan. Hal ini

sering terjadi pada data yang bersifat crosssection dibanding timeseries

(Winarno,2011:5.8). Dalam penelitian ini, uji yang digunakan untuk

mengidentifikasi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas yakni

dengan uji White (White’s general Heteroscedasticity test – Cross

Section Standard Error Covariance). Hipotesa yang digunakan adalah:

H0 : Homoskedastis dan

H1 : lainnya

d) Uji Autokorelasi

Autokolerasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah

model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada

periode t dengan kesalahan pada periode t-I (sebelumnya). Tentu saja

model regresi yang baik adalah regresi bebas dari autokolerasi.

(Gujarati 2007:112). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala

Autokorelasi dilakukan uji Durbin Watson sebagai berikut:

Gambar 3.1

Uji Durbin Watson

Sumber: Winarno (2007:5.26)

Page 72: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

55

Apabila D-W berada diantara 1,54 hingga 2,46 maka model

tersebut terbebas dari gejala autokolerasi. Sebaliknya, jika D-W tidak

berada diantara 1,54 hingga 2,46 maka model tersebut terdapat gejala

autokolerasi (Winarno,2007:5.27) Sedangkan menurut Santoso

(2014:194) pengambilan ada atau tidaknya Autokolerasi adalah sebagai

berikut :

1. Angka D-W ( Durbin Watson ) dibawah -2 berarti ada

autokolerasi positif.

2. Angka D-W ( Durbin Watson ) diantara -2 sampai +2 berarti

tidak ada Autokolerasi.

3. Angka D-W ( Durbin Watson ) diatas +2 berarti ada

Autokolerasi negatif.

Kelebihan penelitian menggunakan data panel dan menggunakan

Generalized Least Square (GLS) adalah data yang digunakan menjadi lebih

informatif, variabilitasnya lebih besar, kolineariti yang lebih rendah diantara

variabel dan banyak derajat bebas (degree of freedom) dan lebih efisien

(Hariyanto, 2005). Panel data dapat mendeteksi dan mengukur dampak dengan

lebih baik dimana hal ini tidak bisa dilakukan dengan metode cross section

maupun time series. Panel data memungkinkan mempelajari lebih kompleks

mengenai perilaku yang ada dalam model sehingga pengujian data panel tidak

memerlukan uji asumsi klasik (Gujarati 1992). Dengan keunggulan regresi data

panel maka implikasinya tidak harus dilakukannya pengujian asumsi klasik dalam

model data panel.

Page 73: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

56

4. Uji Hipotesis Statistik

a) Uji Statistik - F

Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independent

secara signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika signifikansi F

lebih kecil dari 5% maka variabel independen secara bersama-sama

memiliki pengaruh terhadap variabel dependen dengan kata lain jika nilai

signifikansi F lebih dari 5% maka variabel independen secara bersama-

sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, dimana tingkat

signifikansi yang digunakan yaitu 5 %. Kriteria pengujiannya adalah

seperti berikut ini.

H0 diterima dan Ha ditolak _ value > 0.05 atau bila nilai signifikansi

lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara bersama

– sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

H0 ditolak dan Ha diterima _ value < 0.05 atau bila nilai signifikansi

kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara

bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

b) Uji Statistik – t

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas

secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel

terikat. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel

independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependent

secara nyata. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara

Page 74: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

57

individual mempengaruhi variabel terikat dengan asumsi variabel independen

lainnya konstan. Kriteria pengujiannya adalah seperti berikut ini.

H0 diterima dan Ha ditolak _ value > 0.05 atau bila nilai signifikansi

lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara

individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

H0 ditolak dan Ha diterima _ value < 0.05 atau bila nilai signifikansi

kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara

individual berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.

6. Analisis Koefisien Determinasi R2

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui besarnya proporsi sumbangan

pengaruh dari independen variabel yaitu Nilai Tukar, Neraca Transaksi

Berjalan dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap dependen variabel yakni

Cadangan Devisa di Indoesia, Malaysia dan Singapura. Besarnya koefisien

determinasi berkisar antara 0 sampai dengan 1,00. Semakin besar R2 yang

mendekati angka 1,00 maka semakin kuat pengaruh dari variabel bebas

terhadap variabel terikat.

E. Operasional Variabel Penelitian

Variabel merupakan sesuatu yang mempunyai nilai yang dapat

berbeda/berubah. Nilai ini dapat berbeda dalam waktu yang lain untuk

objek/individu yang sama atau dapat juga berbeda pada waktu yang sama

untuk objek/individu yang berbeda. Penelitian ini menggunakan dua variabel

utama, yaitu variabel independen dan dependen, Adapun definisi dan

pengukuran masing-masing variabel akan dijelaskan sebagai berikut.

Page 75: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

58

Tabel 3.1 Tabel Operasional Penelitian

Variabel Definisi Satuan Cadangan

Devisa (CAD)

Sebagai Y (Variabel

Dependen)

Internasional reserves and foreign currency liquidity (IRFCL) atau Official reserve asset

didefinisikan sebagai seluruh aktiva luar negeri yang dikuasai oleh otoritas moneter dan dapat

digunakan setiap waktu (Gandhi,2006:3) tersimpan dalam satuan Dolar AS

Miliar Dolar AS

Nilai Tukar (KURS)

(X1)

Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata uang/

exchange rate (Salvatore, 1997)

Rasio terhadap 1 Dollar AS

Neraca Transaksi Berjalan (NTB)

(X2)

Ikhtisar dari nilai ekspor dan impor barang dan jasa; atau dengan kata lain neraca perdagangan

plus jasa-jasa (Basri, 2010:21).

Miliar Dollar AS

Pertumbuhan Ekonomi (GRO)

(X3)

Nilai pertambahan yang sebenarnya dari barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan dalam suatu perekonomian dan dalam jangka waktu

tertentu (Sukirno, 2010: 50) dalam penelitian ini digunakan data pertumbuhan GDP konstan

tahunan dari masing-masing negara.

Persen

Sumber: Berbagai Sumber

Page 76: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

59

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gamaran Objek Penelitian

Periode Maret 2013 Lima negara di kawasan Asia Tenggara atau biasa

disebut ASEAN-5 yakni Singapura, Thailand, Malaysia, Indonesia dan

Philiphina tercatat memiliki Cadangan Devisa terbesar dari 10 Negara ASEAN

lainnya. Berikut disajikan data tabel peringkat lima besar negara dengan

cadangan devisa terbesar di kawasan Asia Tenggara dan posisi di dunia (dari

100 negara).

Tabel 4.1 Cadangan Devisa Negara ASEAN -5

Negara Cadangan Devisa 2013 (Milyar Dollar AS)

Peringkat dari 100 Negara di Dunia

Peringkat dari 10 Negara di ASEAN

Singapura 258,174 11 1 Thailand 177,803 15 2 Malaysia 139,652 19 3 Indonesia 105,183 24 4 Philiphina 85,76 25 5 Sumber: Detik Forum

Pada Tabel 4.1 diatas terlihat bahwa Singapura dengan nilai Cadangan

Devisa terbesar di Asia Tenggara juga dikenal sebagai negara peraih Global

Competitiveness Indeks tertinggi di kawasan Asia Tenggara, yakni berada di

posisi 1 untuk kawasan Asia Tenggara dan posisi ke-2 dari 148 negara di

Dunia. Mengutip data World Economic Forum (WEF, 2013-2014), kinerja

ekonomi dan tingkat produktivitas Negara ASEAN dalam perdagangan global

(terkait Global Competitiveness Index, yang meliputi indikator institusi,

Page 77: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

60

infrastruktur, stabilitas makroekonomi, efisiensi pasar barang, tenaga kerja,

pasar keuangan, teknologi, dan market size) berada pada posisi berikut:

Tabel 4.2 Global Competitiveness Index 2013-2014 Rangkings kawasan ASEAN

Country/Economy

GCI 2013-2014 World

Rank from 148

Country

ASEAN Rank from 10 Country

Singapore 2 1 Malaysia 24 2 Brunei Darussalam 26 3 Thailand 37 4 Indonesia 38 5 Philippines 59 6 Vietnam 70 7 Cambodia 88 8 Timor-Leste 138 9 Myanmar 139 10

Sumber: World Economic Forum 2013-2014

Tabel 4.2 menunjukkan GCI negara Singapura dan Malaysia berada di

posisi tertinggi di kawasan Asia Tengara, disusul negara Brunei Darussalam,

Thailand dan Indonesia. Penelitian ini terfokus pada dua negara dengan peraih

GCI tertinggi di kawasan ASEAN dan ditambah dengan negara Indonesia

khususnya. Selain itu fokus pada penelitian ini juga yakni pada Negara dengan

proporsi Cadangan Devisa dominan di kawasan Asia Tenggara. Berikut

dijelaskan profil terkini dari Negara Indonesia, Malaysia dan Singapura.

Page 78: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

61

1. Profil Negara dan Letak Geografis

Indonesia, Malaysia dan Singapura memiliki kesamaan Letak

Geografis yakni berada di Kawasan Asia bagian Tenggara. Tiga negara

ini juga memiliki kesaman visi dan misi yang tertuang dalam Persatuan

Negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN sejak 8 Agiustus

1967. Ketiga negara ini juga disebut sebagai negara pendiri ASEAN

yakni ASEAN 5 (Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia, dan

Filiphina).

a. Indonesia merupakan Negara yang terletak di antara Samudera

Hindia dan Samudera Pasifik, serta berbatasan dengan negara

Singapura, Malaysia. Luas wilayah 1.904.000 Km2 dan jumlah

penduduk 255.461.700.00 jiwa (Proyeksi BPS 2014). Negara

Indonesia memiliki bentuk pemerintahan Republik dan pusat

pemerintahan atau Ibukota di DKI Jakarta. Mata Uang Negara

Indonesia yakni (IDR) Indonesian Rupiah.

b. Singapura merupakan Negara yang berbatasan dengan negara

Indonesia, Selat Johor, Selat Karimata dan Selat Malaka. Luas

wilaah Singapura yakni 621,4 Km2 dengan jumlah penduduk 5,39

juta Jiwa pada tahun 2013 (WorldBank April 2015). Negara

Singapura memiliki bentuk pemerintahan Republik dan pusat

pemerintahan atau Ibukota Singapura. Mata Uang Negara

Singapura yakni (SGD) Singapore Dollar.

Page 79: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

62

c. Malaysia merupakan Negara yang berbatasan dengan negara

Indonesia, Singapura, Brunei dan Selat Malaka. Malaysia memiliki

Luas wilayah 333.647 Km2 dan jumlah Penduduk 29,72 juta jiwa

pada tahun 2013 (World Bank April 2015). Negara Malaysia

memiliki bentuk pemerintahan Kerajaan dan pusat pemerintahan

atau Ibukota di Kuala Lumpur. Mata Uang Negara Malaysia yakni

(MYR) Malaysian Ringgit.

2. Profil Ekonomi Negara Indonesia, Malaysia dan Singapura

“Indonesia – is a lower–middle income economy. Despite slowing down in recent years, Indonesia’s growth trajectory remains impressive. The country’s gross national income per capita has steadily risen, from $2,200 in the year 2000 to $3,524 in 2014. Today, Indonesia is the world’s fourth most populous nation, the world’s 10th largest economy in terms of purchasing power parity, and a member of the G-20. It has made enormous gains in poverty reduction, more than halving the poverty rate since 1999, to 11.3 percent in 2014. Out of a population of 252 million, more than 28 million Indonesians currently live below the poverty line and approximately half of all households remain clustered around the national poverty line set at 292,951 rupiahs per month ($24.4). (World Bank- Indonesia Overview 2015).

“Malaysia is a highly open upper-middle income economy. Malaysia was one of 13 countries identified by the Commission on Growth and Development in its 2008 Growth Report to have recorded average growth of more than 7 percent per year for 25 years or more. Economic growth was inclusive, as Malaysia also succeeded in nearly eradicating poverty: the share of households living below the national poverty line (USD 8.50 per day in 2012) fell from over 50 percent in the 1960s to less than 1.0 percent currently.” (World Bank- Malaysia Overview 2015)

“Singapore is a high-income economy with a gross national income of $54,040 per capita (Atlas Method), as of 2013. The country provides the world’s most business-friendly regulatory environment for local entrepreneurs and is ranked among the world’s most competitive economies. In the decades after independence, Singapore rapidly

Page 80: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

63

developed from a low income country to a high income country. GDP grew with an average of 7.7% since independence; in the first 25 years growth topped 9.2%. Per capita GDP over the same periods grew by 5.4% and 7.2%. Rapid industrialization took momentum in the 1960s and, by the end of the decade, manufacturing had become the lead sector of the country’s economic growth. By the early 1970s, Singapore had reached full employment. In the 1980s, Singapore had joined the ranks of Hong Kong, South Korea and Taiwan among the newly industrializing countries in Asia. Presently, the strong manufacturing and services sectors have become the twin pillars of the Singapore economy. There is a wide range of businesses, with a particular focus on high value added activities.” (World Bank-Singapore Overview 2015)

Berikut disajikan data GDP tahun 2013 menurut World Bank 2013:

Tabel 4.3

Perbandingan GDP Indonesia, Malaysia dan Singapura Tahun 2013

Negara GDP (US$) GDP per Kapita(US$)

Kategori

Indonesia $746,24 bilion** $3.016,5** Lower Middle

Income

Malaysia $313,2 billion* $10.430* Upper Middle

Income

Singapura $297,9 billion* $54.040* High Income

Sumber: *World Bank Country Overview 2015 ** Konversi BPS 2014

3. Perkembangan Cadangan Devisa periode 2001-2014

Dalam kegiatan perdagangan internasional, misalnya kegiatan ekspor dan

impor, diperlukan alat pembayaran yang diakui oleh dunia, alat pembayaran

tersebut menggunakan mata uang kuat (hard currencies). Dunia mengakui ada

delapan mata uang sebagai hard currencies, yaitu Amerika Serikat dengan mata

uangnya US Dolar, Jepang-Yen, Inggris-Poundsterling, Prancis-Franc,

Switzerland-Franc, Germany-DM (Deutsche Mark), Canada-Dollar, dan

Page 81: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

64

European-Euro. Devisa memiliki fungsi yang pada umumnya sama seperti

fungsi uang, hanya saja digunakan dalam lingkup transaksi internasional atau

antarnegara sebagai pembayaran antarnegara, pertukaran barang dan jasa,

mengukur kekayaan, menimbun kekayaan, dan cadangan moneter.

Baik pemerintah maupun swasta dalam melakukan perdagangan

internasional harus memiliki cadangan devisa guna menjaga stabilitas moneter

dan ekonomi makro suatu negara. Cadangan devisa sendiri merupakan

indikator moneter yang menunjukkan kuat lemahnya ekonomi suatu negara.

Cadangan devisa didefinisikan sebagai sejumlah valas yang dicadangkan Bank

Sentral (Bank Indonesia) untuk keperluan pembiayaan dan kewajiban luar

negeri, seperti pembiayaan impor dan pembayaran lainnya kepada pihak asing.

IMF atau International Monetary Fund sejak tahun 2000

memberlakukan sistem pencatatan Devisa Internasional menggunakan konsep

IRFCL atas dasar harga berlaku dengan format Official Reserve Asset (ORA).

Konsep IRFCL hanya mencakup aset yang tergolong likuid dan penilaiannya

menggunakan kurs yang berlaku pada saat akhir periode laporan. Bank

Indonesia, dalam Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI - Sektor

Eksternal) menyajikan data Cadangan Devisa negara Indonesia, Malaysia dan

Singapura sebagai berikut:

Page 82: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

65

Grafik 4.1

Cadangan Devisa Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-2014

Sumber: SEKI – Sektor Eksternal Bank Indonesia

Grafik 4.1 menunjukkan Posisi cadangan devisa Indonesia per akhir

2001 bernilai 28,01 Miliar Dollar AS, nilai ini tidak jauh berbeda dengan nilai

Cadangan Devisa Malaysia yang pada saat yang sama mencapai 29,89 Miliar

Dollar AS. Pada tahn 2012 pun, nilai Cadangan Devisa Indonesia dan Malaysia

masih tidak jauh berbeda yakni berada di kisaran masing-masing 32,03 dan

33,74 Miliar Dollar AS. Berbeda dengan Nilai Cadangan Devisa Indonesia dan

Malaysia, Negara Singapura mampu memiliki Cadangan Devisa 3x lipat dari

Indonesia dan Malaysia pada Periode 2001 dan 2002 pasca pemulihan Krisis

Moneter Asia 1998-1999.

Krisis Global tahun 2008 dan 2009 telah membawa dampak yang cukup

serius bagi Negara Indonesia dan Malaysia. Pasalnnya pada priode tersebut,

nilai Cadangan Devisa keduanya mengalami penurunan dari 101,3 Miliar Dolar

2001

2002

2003

2004

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

CAD_MLY 29,8 33,7 44,2 66,2 70,1 82,4 101, 91,5 96,6 106, 133, 139, 136, 125,

CAD_SGP 75,6 82,2 96,2 112, 116, 136, 162, 174, 187, 225, 237, 259, 273, 256,

CAD_IND 28,0 32,0 36,2 36,3 34,7 42,5 56,9 51,6 66,1 96,2 110, 112, 99,3 111,

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000Ca

dang

an D

evis

aM

iliar

USD

$

Page 83: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

66

AS turun ke posisi 91,53 Dolar AS untuk Malaysia. Indonesia juga mengalami

penurunan dari 56,92 Miliar Dolar AS ke posisi 51,63 Miliar Dolar AS. Seperti

dikemukakan Kian-Teng Kwek dalam ISEAS (2010:119) “The year 2009 saw

a sluggish global demand due to the great recession and Asia was being driven

by a highly synchronized contraction in demand and output across the global

economy.” Pernyataan tersebut menjelaskan, bahwa Krisis Global tahun 2008

dan menurunnya permintaan Global telah membawa dampak pada Resesi

Ekonomi Asia. Hal itu terjadi karena Indonesia dan Malaysia mengalami

kesulitan dalam menyesuaikan kontraksi menurunnya permintaan dan Output

Global. Berbeda dengan Indonesia dan Malaysia, negara Singapura yang

menjadi ikon Asia Tenggara sebagai negara dengan predikat the world’s most

business-friendly regulatory environment for local entrepreneurs and is ranked

among the world’s most competitive economies mampu bertahan dan terus

stabil hingga akhir periode 2014 dengan Nilai Cadangan Devisa per 2014

mencapai 256.8 Miliar Dolar AS.

Pasca Krisis Global 2008 yang melanda (Contagion Effect), Indonesia dan

Malaysia terus berupaya menggairahkan perekonomiannya. Malaysia dengan

“knowledge and innovation based approach – nya” disinyalir akan merubah

Malaysia menjadi Negara berpenghasilan Tinggi - High income economy pada

tahun 2020. Begitu pula Indonesia, pasca krisis 2008 Indonesia terus

memperbaiki Bauran kebijakan Fiskal dan Moneter, sehingga Cadangan

Devisa kembali stabil posistif. Tahun 2014, Nilai Cadangan Devisa Indonesia

yakni mencapai 111.8 Miliar Dollar AS, nilai ini dapat membiayai 6,8 bulan

Page 84: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

67

impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah,

serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

Bank Indonesia menilai level cadangan devisa tersebut mampu mendukung

ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi

Indonesia ke depan.

Fluktuasi nilai Cadangan Devisa yang dipengaruhi oleh fluktuasi naik

turunnya perekonomian eksternal juga perlu diantisispasi dampak serta

penyebabnya. Mengingat pentingnya peran Cadangan Devisa dalam

perekonomian terbuka, maka perlu diketahui faktor-faktor apa sajakah yang

mempengaruhi keseimbangan Eksternal yang tercermin dari Neraca

Pembayaran suatu negara. Berikut akan dijelaskan kondisi dan perkembangan

Variabel yang diduga mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia

dan Singapura yakni Kurs, Neraca Transaksi Berjalan dan Pertumbuhan

Ekonomi.

4. Perkembangan Nilai Tukar periode 2001-2014

Model Mundell Fleming menunjukkan bahwa dampak dari sebagain besar

kebijakan ekonomi terhadap perekonomian terbuka kecil tergantung pada

apakah kurs mengambang atau tetap. Yang pasti, dampak yang dihasilkan pada

kurs tetap berbeda dengan pada kurs mengambang. Agar lebih spesifik, model

Mundell Fleming menunjukkan bahwa kekuatan kebijakan fiskal dan moneter

untuk mempengaruhi pendapatan agregat tergantung pada rezim kurs

(Mannkiw, 2007).

Page 85: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

68

Selain itu, Teori nilai tukar seperti PPP – Purchasing Powr Parity, Law of

One Price, teori pendekatan Moneter dan pendekatan portofolio telah mampu

menjadi faktor pendorong dalam menggeser posisi Nilai Tukar suatu negara.

Berikut disajikan data Nilai Tukar negara Indonesia, Malaysia dan Singapura

terhadap mata uang penggerak (Vehicle Currency) dalam satu Dolar AS.

Tabel 4.4

Nilai Tukar Rupiah, Ringgit dan Dolar Singapura terhadap 1 US$

Periode 2001-2014

Tahun Kurs 1 US$ IDR SGD MYR

2001 10400 1,9 3,8 2002 8950 1,7 3,8 2003 8420 1,7 3,8 2004 9270 1,6 3,8 2005 9830 1,7 3,8 2006 8995 1,5 3,5 2007 9393 1,4 3,3 2008 11120 1,4 3,5 2009 9404 1,4 3,4 2010 8996 1,3 3,1 2011 9069 1,3 3,17 2012 9793 1,22 3,06 2013 12173 1,26 3,28 2014 12388 1,33 3,5

Sumber: SEKI – Sektor Eksternal Bank Indonesia

Tabel 4.4 menunjukkan, nilai tukar IDR atau Indonesia Rupiah bertengger

di nilai Rp10.400,00 per satu dolar AS, tentu saja nilai ini pada tahun 2001

merupakan nilai yang cukup tinggi. Hal ini merupakan akibat dari krisis 1998

yang masih dirasakan efeknya, terutama di pasar keuangan dan finansial

Page 86: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

69

Derivatif. Krisis 2008 juga telah berefek pada terdepresiasinya nilai tukar

Rupiah ke level Rp11.120,00 pada tahun tersebut.

5. Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan periode 2001-2014

Laporan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) menyebutkan pada triwulan

IV-2014 NPI mencatat surplus sebesar US$2,4 miliar. Surplus NPI ini

ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial sebesar US$7,8 miliar yang

melampaui defisit transaksi berjalan sebesar US$6,2 miliar (2,81% PDB).

Surplus NPI triwulan IV-2014 tersebut pada gilirannya mendorong kenaikan

posisi cadangan devisa dari US$111,2 miliar pada akhir triwulan III-2014

menjadi US$111,9 miliar pada akhir triwulan IV-2014.

Dari pernyataan tersebut tersirat bahwa salah satu komponen

pembentuk Neraca Pembayaran suatu Negara yakni Neraca Transaksi Berjalan

(NTB) dan Neraca Trasnasaksi Modal Finansial (NTMF). Saat terjadi defsisit

pada Neraca Transaksi Berjalan, maka Transaksi Finansial akan berupaya

menutup kekurangan Likuiditas tersebut melalui pinjaman resmi atau kredit.

Dari pernyataan tersebut dapat diformulasikan NPI merupakan fungsi dari

NTMF dan NTB salah satunya yang akan dibahas pada tabel berikut;.

Page 87: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

70

Tabel 4.5

Transaksi Berjalan Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-2014

Tahun Transaksi Berjalan dalam Miliar US$ NTB_IND NTB_SGP NTB_MLY

2001 1.1 3.0 1.5 2002 1.9 3.7 2.1 2003 2.4 5.4 2.8 2004 0.5 5.7 3.6 2005 0.8 6.8 4.5 2006 2.2 9.4 7.7 2007 3.4 9.0 8.3 2008 -0.6 6.6 8.3 2009 3.5 9.6 8.1 2010 0.9 16.4 7.5 2011 -2.3 13.3 7.5 2012 -7.8 17.4 7.1 2013 -4.3 13.3 4.5 2014 -6.2 17.4 1.7

Sumber: SEKI – Sektor Eksternal Bank Indonesia

Tabel 4.5 menunjukkan kinerja Transakasi Berjalan dari Negara Indonesia

mengalami penurunan cukup signifikan pada tahun 2008 yakni negatif 0,6

miliar Dolar AS. Hal ini disebabkan karena kinerja ekonomi yang menurun dan

diakibatkan oleh Contagion Effect Krisis Global 2008 yang melanda Asia.

Indonesia, sebagai negaa yang juga pengekspor utama ke Negara AS, dan

negara yang terkena dampak krisis utama, mengalami kontraksi dari segi

permintaan Output Global. Begitu pula yang terjadi dengan Singapura, yang

mengalami penurunan dari 9,0 Miliar Dolar AS menjadi 6.6 miliar Dolar AS

pada tahun 2008.

Page 88: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

71

6. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi periode 2001-2014

Pertumbuhan Ekonomi merupakan salah satu indikator makro yang

digunakan untuk menggambarkan sejauh mana suatu negara atau

perekonomian dapat menghasilkan peningkatan Barang dan Jasa pada periode

tertentu. Tabel 4.6 menunujukkan sejauh mana perekonomian Indonesia,

Malaysia dan Singapura bergerak sejak tahun 2001 pasca Krisis Moneter 1998

hingga melalui tahap Krisis Global 2008 dan kini berada di posisi tahun 2014

terakhir.

Grafik 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Malaysia dan Singapura

periode 2001-2014

Sumber: SEKI – Sektor Eksternal Bank Indonesia

Pada tahun 2001. Kinerja pertumbuhan ekonomi ketiga negara masih

sangat minim, pasca krisis Moneter 1998. Indonesia dengan pertumbuhan

Ekonomi 1,6 persen, Malaysia dengan nilai 0,2 persen dan pertumbuhan

2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

GRO_IND 1.6 4.7 4.6 7.2 5.1 6.1 5.8 5.3 5.4 6.9 6.5 6.1 5.7 5

_GRO_SGP -5.1 6.3 8.9 6.6 9.7 7.6 6.5 -2.6 4.8 12 3.6 2.2 4.9 2.1

GRO_MLY 0.2 6.9 6.5 4.9 5.9 5.4 7.5 0.2 4.6 4.8 5.3 6.5 5.1 5.8

-6

-4

-2

0

2

4

6

8

10

12

14

Pert

umbu

han

Ekon

omi -

Ann

ual G

DP

Gro

wth

(%)

Page 89: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

72

ekonomi Singapura bernilai negatif 5,1 persen. Hal ini masih dianggap wajar

mengingat kesatuan ekonomi Singapura yang sangat kecil (berpenduduk 5,4

juta jiwa) dan menggantungkan kinerja ekonomi internal nya nya oleh kinerja

eksternal menyebabkan Singapura pada tahun 2001 belum mampu

menstabilkan perekonomian nya pasca krisis 1998.

Berbeda dengan Indonesia, Jumlah Penduduk yang besar dan sektor

perdagangan yang besar telah mampu membantu Indonesia bertahan pada

Krisis 1998 dan 2008. Hal ini terlihat dari nilai pertumbuhan Ekonomi tahun

2001 sebesar 1,6 persen dan tahun 2008 yang mampu bertengger di psosisi 5,3

persen. Nilai ini disebabkan oleh kinerja perdagangan dan GDP yang masih

ditopang oleh nilai konsumsi Rumah Tangga Dalam Negeri yang cukup besar

dari jumlah penduduk mencapai seperempat Milyar jiwa. Siregar dalam

(ISEAS, 2010:109) juga menyebutkan Indonesia as “The country relatively

limited reliance on tradeable sectors and more on domestic household

consumption played a huge factor in its ability to emerge from the recent crisis

in a better shape relative to its regoinal partners.”

Pasca Krisis 1998 dan saat Krisis 2008, Nilai pertumbuhan Ekonomi

Indonesia paling besar diantara Singapura dan Malaysia. Hal ini salah satunya

ditopang oleh nilai pertumbuhan Net Ekspor yang cukup besar. Penjelasan ini

akan disampaikan pada grafik dibawah ini:

Page 90: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

73

Grafik 4.3 Pertumbuhan Ekspor – Impor Indonesia, Malaysia dan Singapura

periode 2001-2014

Sumber: SEKI – Sektor Eksternal Bank Indonesia

Tahun 2001, ketiga negara mengalami penurunan persentase Ekspor

Impor. Hal ini juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi ketiga negara pada

periode bersangkutan. Tahun 2008 saat terjadi krisis 2008, Indonesia seperti

dikatakan pada penjelasan sebelumnya telah mampu bertahan dengan

persentase ekspor impor yang tidak negatif. Dibandingkan dengan Singapura

dan Malaysia, yang pada saat itu nilainya mencapai negatif 9,0 dan 16,4. Tahun

2009, 2012, 2013 dan 2014 kinerja Ekspor Indonesia mengalami penurunan

dan hal ini berdampak pada neraca Transaksi Berjalan menjadi Negatif, dan

saat NTB negatif ini, akan mengurangi posisi cadangan Devisa suatu Negara.

B. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah residualya

telah terdistribusi secara normal. Menurut Winarno (2007:3.10), jika nilai

-30.0

-20.0

-10.0

-

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

Eksp

or Im

por (

%)

Ann

ual P

erce

nt C

hang

e

Tahun

IND

MLY

SGP

Page 91: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

74

Jarque-Berra (JB) lebih kecil dari 2 maka data terdistribusi normal. Selain

itu jika nilai probability nya lebih besar dari 0,05 (α =5%) maka data

terdistribusi Normal.

Gambar 4.1 Hasil Output Uji Normalitas

Sumber: Eviews 7.0

Gambar 4.1 Menunjukkan nilai JB sebesar 1,221153, artinya nilai tersebut

lebih kecil dari 2 dan data dikatakan terdistribusi normal. Selain itu jika

dilihat dari nilai probability nya sebesar 0,543038 artinya nilai tersebut lebih

besar dari 0,05 (α =5%) maka data pada penelitian ini sudah terdistribusi

normal.

2. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antar

variabel independen dalam model regresi. Untuk melihat ada tidaknya

hubungan linear antar variabel independen tersebut, dapat dilihat pada

matrix correlation berikut:

Tabel 4.6 Matriks Korelasi - Uji Multikolinearitas

Dependen KURS NTB GRO KURS 1.0 -0.692 0.075 NTB -0.692 1.0 -0.013 GRO 0.075 -0.013 1.0

Sumber: Eviews 7.0

0

2

4

6

8

10

-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3

Series: Standardized ResidualsSample 2001 2014Observations 35

Mean 1.40e-16Median 0.000471Maximum 0.280521Minimum -0.200471Std. Dev. 0.112522Skewness 0.456495Kurtosis 3.061745

Jarque-Bera 1.221153Probability 0.543038

Page 92: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

75

Keterangan: KURS : Nilai Tukar atau Kurs NTB : Neraca Transaksi Berjalan GRO : Pertumbuhan Ekonomi

Masalah Multikolinearitas menurut Winarno (2011:5.1) ditemukan jika

nilai korelasi antar variabel independen bernilai lebih dari atau sama dengan

0,8 atau 80%. Pada tabel 4.6 ditunujukkan nilai korelasi tidak ada yang

melebihi atau sama dengan 0,8, artinya data variabel independen pada

model ini terbebas dari unsur multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Dalam Gujarati (2006:103) Asumsi kritis model regresi linear klasik

adalah bahwa gangguan ui semua residual memiliki varians yang konstan

atau sama (artinya homoskedastis). Jika asumsi ini tidak terpenuhi, maka

terjadi masalah heteroskedastis. Permasalahan Heteroskedastisitas, menurut

Gujarati juga dapat diatasi dengan menggunakan metode GLS (Generalized

Least Squared). Metode GLS dalam penelitian ini pun telah diberikan

perlakuan “White Heteroskedasticity- Consistent Covariance” untuk

mengantisipasi data yang tidak bersifat homoskedastis. Maka dalam hasil

output GLS –Weight ditunjukkan sebagai berikut:

Tabel 4.7

Hasil Uji Heteroskedatisitas

Weighted Statistic Sum Squared resid 0,430483

Unweighted Statistics Sum Squared resid 0,477081

Sumber: Eviews 7.0

Page 93: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

76

Dari hasil Output dengan metode GLS, didapat nilai Sum Squared

Resid Weighted Statistic yang lebih kecil dari nilai Sum Squared resid

Unweighted Statistics. Dengan nilai (0,430483 < 0,477081) artinya

heteroskedastis dapat diabaikan dengan mengestimasi model yang diberi

perlakuan Cross Section Weighted dan White heteroskedasticity – consistent

standart error and covariance. Metode ini menurut Gujarati (2006:97)

disebut juga disebut sebagai metode estimator kuadrat terkecil tertimbang

(Weighted Least Squares). Dengan WLS ini juga akan mengurangi masalah

heteroskedastisitas, karena transformasi menekan skala-skala pengukuran

variabel.

4. Uji Autokorelasi

Autokolerasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model

regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pada periode t-I (sebelumnya). Tentu saja model regresi

yang baik adalah regresi bebas dari autokolerasi. (Gujarati 2006:112).

Menurut Santoso (2014:194) pengambilan ada atau tidaknya Autokolerasi

adalah sebagai berikut :

a) Angka D-W ( Durbin Watson ) dibawah -2 berarti ada autokolerasi

positif.

b) Angka D-W ( Durbin Watson ) diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada

Autokolerasi.

c) Angka D-W ( Durbin Watson ) diatas +2 berarti ada Autokolerasi

negatif.

Page 94: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

77

Hasil Output regresi dengan Fixed Effects GLS, menunjukkan nilai

DW sebesar 1,077562. Dengan nilai K = 3 dan N = 35, diperoleh angka dL

1,28 dan dU 1,65. Artinya nilai DW 1,077562 < dL 1,38 dan hal ini sesuai

dengan pernyataan Santoso yakni apabila nilai DW bernilai antara -2

hingga 2 maka data dalam model penelitian ini tidak ada gejala

Autokorelasi. Hal ini, sesuai dengan penjelasan Gujarati (2006:124),

bahwa model penelitian yang menggunakan metode GLS (Generalized

Least Square) akan terbebas atau terminimalisasi dari gejala autokorelasi.

Karena model yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Fixed

Effects dengan GLS maka maslalah autokorelasi dapat teratasi, dan dengan

demikian dapat disimpulkan data model pada penelitian ini terbebas dari

gejala Multikolinearitas, Heteroskedastisitas dan Autokorelasi.

C. Memilih Estimasi Data Panel :

1. Pooled Least Square

Hasil output metode Pooled Least Squares menunjukkan, nillai

probability yang signifikan hanya pada variabel Nerasa Transaksi Berjalan

(NTB) dan Constanta (C), sedangkan variabel Kurs (KURS) dan

Pertumbuhan Ekonomi (GRO) tidak signifikan. Hal ini terlihat dari nilai

probability masing – masing variabel yakni 0,3108 dan 0,1446 yang

melebihi α = 5% atau 0,05.

Page 95: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

78

Tabel 4.8

Hasil Output Pooled Least Squares

Variable Coefficient Probability C 5,771285 0,0000 Kurs -0,026712 0,3108 NTB 0,532419 0,0000 GRO 0,112346 0,1446

R2 Squared 0,716974

Sumber: Eviews 7.0

Metode Pooled Least Square akan dipilih apabila tidak terdapat

perbedaan antara data matriks pada dimensi cross section. Pada model ini

akan mengestimasi nilai α yang constant atau sama pada setiap individu atau

objek. Menurut Gujarati (2004) nilai intersep yang sama pada tiap objek ini

merupakan hal yang membatasi (restricted). Sehingga kelemahannya, model

PLS ini tidak dapat melihat gambaran sebenarnya atas hubungan yang

terjadi antara variabel bebas dan terikat, begitu pula dengan hubungan

antara tiap individu crosss section. Selain itu, seperti yang dijelaskan pada

BAB III - metodologi mengatakan bahwa metode PLS atau Common Effects

ini terlalu sederhana untuk mendeskripsikan fenomena yang ada. Maka, hal

yang selanjutnya dilakukan adalah mengolah data dengan metode Fixed

Effects Model (FEM)

2. Fixed Effects Model

Hasil Output Metode Fixed Effects dengan GLS (Generalized

Least Squares) menunjukkan bahwa variabel Kurs (KURS) dan Neraca

Transaksi Berjalan (NTB) signifikan pada alpha 5%, sedangkan

Page 96: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

79

Pertumbuhan Ekonomi (GRO) tidak signifikan karena nilai probability

sebesar 0,4434 yang lebih besar dari alpha 0,05.

Tabel 4.9 Hasil Output Fixed Effects Model –GLS

Variable Coefficient Probability

C 11,92024 0,0000 Kurs -2,558504 0,0000 NTB 0,239064 0,0427 GRO 0,035646 0,4434

Fixed Effects (Cross) IND_C 6,654681 SGP_C -2,707937 MLY_C -1,956920

R2 Squared 0,923593

Sumber: Eviews 7.0

Pada model Fixed Effects ini juga diperoleh nilai koefisien determinasi

R2 yang lebih besar daripada model Pooled Least Squares. Selain itu, pada

model ini didapat nilai konstanta Fixed Effects Cross dari tiap objek yang

berbeda-beda, sehingga dapat menggambarkan fenomena yang ada pada

model penelitian.

3. Pemilihan Data Panel

a. Uji Chow

Menurut Nachrowi, untuk menentukan apakah model data panel

diregresi dengan metode Common Effect atau dengan metode Fixed Effect.

Pengujian yang dilakukan menggunakan Chow-test atau Likelihood ratio

test, dengan asumsi yaitu:

H0: model menggunakan pendekatan Pool Least Square, dan

H1: model menggunakan pendekatan Fixed Effect.

Page 97: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

80

Gambar 4.2

Hasil Output Uji Chow

Redundant Fixed Effects Tests Pool: Untitled Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 16.492055 (2,29) 0.0000

Pengujian ini mengikuti distribusi F-statistik, dimana jika F-statistik

lebih besar dari F-tabel maka H0 ditolak. Nilai Chow menunjukkan nilai F-

statistik sebesar 16,49052 dan nilai F-tabel pada alpha 5% (2,29) adalah

3,32 dimana (16,49 > 2,29) artinya nilai Chow F- stat yang kita dapat lebih

besar dari nilai F-tabel maka H0 ditolak. Selain itu, nilai Probability 0,00000

lebih kecil dari alpha 5 %, sehingga H0 ditolak dan model yang digunakan

adalah model Fixed Effect. Namun, menurut Nachrowi (2006: 318) untuk

menganalisis dengan metode efek tetap ini, ada suatu syarat yakni jika data

panel memiliki jumlah waktu (t) lebih besar dari jumlah individu (i) t > i

maka disarankan untuk menggunakan metode Fixed Effect Model (FEM).

Oleh karena itu pengujian dan pemilihan model Random Efek

tidak dilakukan dalam penelitian ini. Model estimasi data panel yang

digunakan adalah model estimasi data panel dengan metode efek tetap

(Fixed Effects Model GLS) sesuai pengujian yang dilakukan pada Uji Chow.

Metode efek tetap adalah metode yang mengestimasi data panel dengan

menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan

intersep. Metode ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope)

Page 98: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

81

tetap antar individu dan antar waktu. Oleh karena itu, model ini sering juga

disebut dengan Least Square Dummy Variables dan disingkat LSDV

(Winarno, 2007:9.14).

D. Pengujian Hipotesis

1. Uji t-statistik (parsial)

Pengujian ini dilakukan dengan dua tahap uji, yakni bagi masing-

masing variabel bebas pada model penelitian dengan uji t-statistik dan t

tabel serta uji signifikansi probability atas p-value atas nilai koefisiennya.

Tabel 4.10 Hasil Output Uji t-statistik Parsial pada Metode Efek Tetap (GLS)

Sumber: Output Eviews 7.0

a. Variabel Nilai Tukar (KURS)

Uji atas pengaruh variabel Nilai tukar (KURS) terhadap

Cadangan Devisa (CAD) dilakukan dengan membandingkan nilai t-

statistik dan t- tabel. Apabila nilai t-statistik lebih besar dari t-tabel

maka H0 ditolak dan terdapat pengaruh antara variabel KURS

terhadap CAD. Dari tabel 4.10 diatas terlihat bahwa nilai t-statistik

KURS adalah -5,330635 yang lebih besar dari t-tabel (t0,05-n-k-1) yakni

sebesar 1,6449. Maka, karena (t-sttistik -5,330635 > t-tabel 1,6449)

maka H0 ditolak dan berarti ada pengaruh antara KURS dan CAD.

Uji signifikansi terlihat dari p-value t-stat. Hasil output regresi

Fixed Effects Model (FEM-GLS) menunjukkan, bahwa pada tingkat

Variable Coefficient t-stat Probability Berpengaruh Hubungan KURS -2.558501 -5.330635 0.0000 Signifikan Negatif NTB 0.239064 2.119649 0.0427 Signifikan Positif GRO 0.035646 0.777134 0.4434 Tidak Signifikan --

Page 99: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

82

signifikansi 95% (α = 5%) variabel Nilai Tukar (KURS) memiliki p-

value 0,0000. Nilai tersebut < dari 0,05 maka variabel KURS berada

pada daerah tolak H0. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

variabel KURS merupakan variabel yang berpengaruh signifikan

terhadap Proporsi Cadangan Devisa di Negara Indonesia, Malaysia

dan Singapura pada periode 2001-2014.

Selanjutnya perlakuan atas uji arah, untuk menentukan apakah

hubungan antara variabel independen (KURS) dan dependen (CAD)

merupakan hubungan yang positif atau negatif dapat terlihat dari nilai

koefisiennya. Output hasil regresi diatas menunjukkan bahwa

koefisien KURS bernilai -2,558501. Dari angka tersebut dapat

diintrepretasikan bahwa hubungan searah / negatif karena apabila

KURS meningkat sebesar 1 satuan maka akan mengurangi proporsi

Cadangan Devisa (CAD) di negara Indonesia, Malaysia dan Singapura

sebesar 2,558501 satuan (variabel lain dianggap constan – Cateris

Paribus).

b. Variabel Neraca Transaksi Berjalan (NTB)

Uji atas pengaruh variabel Neraca Transaksi Berjalan (NTB)

terhadap Cadangan Devisa (CAD) dilakukan dengan membandingkan

nilai t-statistik dan t- tabel. Apabila nilai t-statistik lebih besar dari t-

tabel maka H0 ditolak dan terdapat pengaruh antara variabel NTB

terhadap CAD. Dari tabel 4.10 diatas terlihat bahwa nilai t-statistik

NTB adalah 2,119649 yang lebih besar dari t-tabel (t0,05-n-k-1) yakni

Page 100: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

83

sebesar 1,6449. Maka, karena (t-statistik 2,119649 > t-tabel 1,6449)

maka H0 ditolak dan berarti ada pengaruh antara NTB dan CAD.

Uji signifikansi terlihat dari nilai p-value t-stat. Hasil output regresi

Fixed Effects Model (FEM-GLS) menunjukkan, bahwa pada tingkat

signifikansi 95% (α = 5%) variabel Neraca Transaksi Berjalan (NTB)

memiliki p-value 0,0427. Nilai tersebut < dari 0,05 maka variabel NTB

berada pada daerah tolak H0. Sehingga dapat diambil kesimpulan

bahwa variabel NTB merupakan variabel yang berpengaruh signifikan

terhadap Proporsi Cadangan Devisa di Negara Indonesia, Malaysia dan

Singapura pada periode 2001-2014.

Selanjutnya perlakuan atas uji arah, untuk menentukan apakah

hubungan antara variabel independen (NTB) dan dependen (CAD)

merupakan hubungan yang positif atau negatif dapat terlihat dari nilai

koefisiennya. Output hasil regresi diatas menunjukkan bahwa koefisien

NTB bernilai 0,239064. Dari angka tersebut dapat diintrepretasikan

bahwa hubungan searah / positif karena apabila NTB meningkat

sebesar 1 satuan maka akan menambah proporsi Cadangan Devisa

(CAD) di negara Indonesia, Malaysia dan Singapura sebesar 0,239064

satuan.Dan sebaliknya, apabila Neraca transaksi Berjalan mengalami

defisit atau turun sebesar 1 satuan maka akan mengurangi pos

cadangan devisa juga sebesar 0,239064 satuan (variabel lain dianggap

constan – Cateris Paribus).

c. Variabel Pertumbuhan Ekonomi (GRO)

Page 101: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

84

Uji atas pengaruh variabel Pertumbuhan Ekonomi (GRO) terhadap

Cadangan Devisa (CAD) dilakukan dengan membandingkan nilai t-

statistik dan t- tabel. Apabila nilai t-statistik lebih besar dari t-tabel

maka H0 ditolak dan terdapat pengaruh antara variabel GRO terhadap

CAD. Dari tabel 4.10 diatas terlihat bahwa nilai t-statistik GRO adalah

0,777134 yang lebih kecil dari t-tabel (t0,05-n-k-1) yakni sebesar 1,6449.

Maka, karena (t-statistik 0,777134 < t-tabel 1,6449) maka H0 diterima

dan berarti tidak ada pengaruh antara GRO dan CAD.

Uji signifikansi yang dilakukan pada variabel bebas dapat dilihat dari

nilai p-value t-stat. Pada hasil output regresi Fixed Effects Model

(FEM-GLS) menunjukkan, bahwa pada tingkat signifikansi 95% (α =

5%) variabel Pertumbuhan Ekonomi (GRO) memiliki p-value 0,4434.

Nilai tersebut lebih besar dari > 0,05 maka variabel GRO berada pada

daerah terima H0. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel

GRO merupakan variabel tidak berpengaruh signifikan terhadap

Proporsi Cadangan Devisa di Negara Indonesia, Malaysia dan

Singapura pada periode 2001-2014.

2. Uji Hipotesis F-statistik dan Koefisien Determinasi R2

Dari hasil output regresi dengan metode Fixed Effects Model

didapatkan hasil sebagai berikut:

Page 102: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

85

Tabel 4.11

Hasil Output F-statistik dan R2 - Fixed Effects Model (GLS)

Fixed Effects Model Prob F-statistik 0,000000 R-Squared 0.923593 Adjusted R-Squared 0.910419

Sumber: Output Eviews 7.0

Dari pengujian yang dilakukan terlihat pada model FEM-GLS ini,

nilai Prob F-statistik sebesar 0,000000 lebih kecil dari alpha 5%. Artinya

nilai tesebut berada pada daerah tolak H0 dan secara bersama-sama

variabel independen (KURS,NTB,GRO) berpengaruh signifikan terhadap

variabel dependen (CAD) di negara Indonesia, Malaysia dan Singapura

pada periode 2001-2014.

Selain itu didapat nilai R-squared sebesar 92,3593 atau

92,35%. Nilai tesebut mengintrepretasikan bahwa kontribusi variabel

independen (KURS, NTB, GRO) terhadap variabel dependen Cadangan

Devisa (CAD) adalah sebesar 92,53% dan sisanya sebesar 7,47%

dipengaruhi oleh faktor lain diluar model penelitian. Maka dari uji

Hipotesis secara parsial dan simultan tersebut, Berikut persamaan model

dalam penelitian yang didapat menjadi:

Model Fungsi:

CAD = f (KURS, NTB) (4.1)

Persamaan Model Efek Tetap

CADit = β0i + β1KURSit + β2 NTBit + β3d1i + β4d2i + β5d3i + µi (4.2)

Keterangan: CAD : Cadangan Devisa (IND, MLY, SGP)

Page 103: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

86

KURS : Nilai Tukar (IND, MLY SGP)

NTB : Neraca Transaksi Berjalan (IND, MLY, SGP)

β0 : Intercept / Constanta

β1,...6 : Slope

µi : Standard Error

i : Objek Negara

t : Periode

Persamaan diatas menunjukkan konstan β0i diberi subskrip 0i, i

menunujukkan objeknya. Dengan demikian masing-masing objek memiliki

konstan yang berbeda. Variabel semu d1i = 1 untuk objek pertama

(Indonesia) dan 0 untuk objek lainnya. Variabel semu d2i = 1 untuk objek

kedua (Singapura). Variabel semu d3i = 1 untuk objek ketiga (Malaysia) dan

0 untuk objek lainnya.

Estimation Equations Fixed Effects ========================= CAD_IND = β (4) + β (1) + β (2)*KURS_IND + β (3)*NTB_IND CAD_MLY = β (5) + β (1) + β (2)*KURS_MLY + β (3)*NTB_MLY CAD_SGP = β (6) + β (1) + β (2)*KURS_SGP + β (3)*NTB_SGP Substituted Coefficients: ================== CAD_ 3_NEGARA = 6.65468070003_ IND + (-) 1.9569204195_MLY + (-) 2.70793670227_SGP + 11.9202288113 + 2.55850134505*KURS + 0.239064068669*NTB CAD_IND = 6.65468070003 + 11.9202288113 - 2.55850134505*KURS_IND + 0.239064068669*NTB_IND CAD_MLY = -1.9569204195 + 11.9202288113 - 2.55850134505*KURS_MLY+ 0.239064068669*NTB_MLY

Page 104: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

87

CAD_SGP = -2.70793670227 + 11.9202288113 - 2.55850134505*KURS_SGP + 0.239064068669*NTB_SGP

Dari persamaan diatas terlihat bahwa jumlah proporsi Cadangan Devisa

negara Indonesia adalah yang paling besar nilai Constanta nya atau nilai

Individual efek sebesar 6,65468070003 satuan. Dibandingkan dengan Singapura

yang hanya sebesar – 2,70793670227, Malaysia masih lebih besar nilai Constanta

nya yakni – 1,9569204195 satuan. Hal ini disebabkan karena kesatuan ekonomi

dari masing masing wilayah yang berbeda. Indonesia memiliki luas wilayah dan

populasi penduduk (kurang lebih 250 juta jiwa) yakni lebih besar 8 kali lipat dari

jumlah penduduk malaysia (kurang lebih 30 juta jiwa) dan 50 kali lipat lebih besar

dari jumlah penduduk Singapura (kurang lebih 5,6 juta jiwa). Selain itu nilai

constanta negara singapura yang kecil juga disebabkan oleh perekonomian negara

tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian eksternal atau gloobal.

E. Analisis Ekonomi

1. Nilai Tukar terhadap Cadangan Devisa

Pada penjelasan analisis output sudah dikatakan bahwa Variabel Nilai Tukar

(KURS) pada penelitian ini berpengaruh negatif signifikan terhadap Cadangan

Devisa (CAD) di Indonesia, Malaysia dan Singapura pada periode 2001-2014.

Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Masdjoo (2010) yag

juga mengatakan bahwa apresiasi nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap posisi

Cadangan Devisa di Indonesia periode penelitian 1983-2008.

Kurs begitu penting, perannya dalam transaksi dan Interaksi Ekonomi

Internasional, karena kurs dapat mempengaruhi harga barang domestik relatif

Page 105: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

88

terhadap harga barang luar negeri. Ketika mata uang suatu negara terapresiasi

(nilainya naik secara relatif terhadap mata uang lainnya), barang yang

dihasilkan oleh negara tersebut di luar negeri menjadi lebih mahal dan barang

barang luar negeri di negara tersebut menjadi lebih murah (asumsi harga

domestik konstan di kedua negara). Sebaliknya ketika mata uang suatu

negara terdepresiasi, barang-barang negara tersebut yang di luar negeri

menjadi lebih murah dan barang-barang luar negeri di negara tersebut

menjadi lebih mahal. (Mishkin, 2008:111)

Tabel 4.12

Kondisi Harga Barang saat Apresiasi dan Depresiasi

Kondisi Mata Uang

Mata Uang Rupiah terhadap Dolar AS

Asumsi Nilai Harga Barang

Domestik di Luar Negeri

Harga Barang Luar Negeri di Dalam

Negeri

Apresiasi Rp12.000 ke

Rp10.000 (menguat)

Menjadi Lebih Mahal

Menjadi Lebih Murah

Depresiasi Rp10.000 ke

Rp12.000 (melemah)

Menjadi Lebih Murah

Menjadi Lebih Mahal

Mengingat pentingnya peran nilai Tukar dalam mempengaruhi posisi

Cadangan Devisa, Mishkin, (2008:114) menjelaskan bahwa dalam janga

panjang faktor-faktor yang mempengaruhi kurs diantaranya harga relatif; tarif

dan kuota; preferensi untuk barang domestik versus barang luar negeri, dan

produktivitas. Berikut dijelaskan ringkasannya dalam tabel 4.13

Page 106: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

89

Tabel 4.13

Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs dalam jangka panjang

Faktor Perubahan dalam Faktor

Respons dai Kurs, E*

Tingkat Harga Domestik Naik Depresiasi Hambatan Perdagangan Semakin Ketat Apresiasi Permintaan Impor Meningkat Depresiasi Permintaan Ekspor Meningkat Apresiasi Produktivitas Meningkat Apresiasi Sumber: (Mishkin, 2008:117)

Dalam jangka panjang, kenaikan harga suatu negara (relatif terhadap

tingkat luar negeri) menyebabkan mata uangnya terdepresiasi, dan sebaliknya

penurunan tingkat harga secara relatif menyebabkan mata uangnya

terdepresiasi.

Hambatan menuju pedagangan bebas seperti tarif (pajak pada barang-

barang yang diimpor) dan kuota (pembatasan jumlah barang-barang luar

negeri yang dapat diimpor) dapat mempengaruhi kurs. Misalnya saat

Indonesia meningkatkan tarif atau menetapkan kuota yang lebih kecil

terhadap Baja jepang, maka meningkatnya hambatan perdagangan ini

meningkatkan permintaan untuk Baja Indonesia, dan dolar cenderung

menguat karena Baja Indonesia akan terus terjual dengan baik sekalipun

dengan nilai mahal. Meningktnya hambatan perdagangan menyebabkan mata

uang suatu negara menguat dalam jangka panjang.

Preferensi untuk barang Domestik versus Barang Luar Negeri juga

mempengaruhi kus dalam jangka panjang. Meningkatnya permintaan untuk

ekspor suatu negara menyebabkan mata uangnya menguat, dalam jangka

Page 107: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

90

panjang; sebaliknya meningkatnya permintaan untuk impor menyebabkan

mata uang domestik melemah.

Produktivitas, ketika suatu negara produktivitasnya meningkat, maka

negara tersebut cenderung untuk menaikkan sektor domestik yang

menghasilkan barang barang yang diperdagangkan secara efisien. Akibatnya

saat permintaan akan barang tersebut meningkat, mata uang cenderung

terapresiasi. Tatapi ketika produktivitas suatu negara tertinggal dengan negara

lainnya, maka barang-barang yang diperdagangkan menjadi lebih mahal

secara relatif atau kalah saing efisiensi nya dan menyebabkan mata uang

cenderung menjadi terdepresiasi.

2. Neraca Transaksi Berjalan terhadap Cadangan Devisa

Pada penjelasan analisis output sudah dikatakan bahwa Variabel Neraca

Transaksi Berjalan (NTB) pada penelitian ini berpengaruh positif signifikan

terhadap Cadangan Devisa (CAD) di Indonesia, Malaysia dan Singapura

pada periode 2001-2014. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang

dilakukan oleh Tambunan (2001:157) bahwa Cadangan Devisa suatu negara

dipengaruhi oleh Net Ekspor yang tercatat pada Neraca Transaksi Berjalan

dan Neraca Modal

Mega Febriyenti (2013), juga menyatakan bahwa Variabel Net Ekspor

berpengaruh positif signifikan terhadap cadangan devisa di Indonesia periode

(Q1-2000 hingga Q4-2011). I putu Kusuma (2011) juga menyatakan bahwa

variabel Ekspor berpengaruh positif signifikan terhadap Posisi Cadangan

Devisa Indonesia pada periode 1999-2010. Karena Ekspor dan Net Ekspor

Page 108: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

91

merupakan komponen utama yang termuat dalam ikhtisar Neraca Transakasi

Berjalan, maka pernyataan-pernyatan tersebut semakin memperkuat hasil

penelitian ini bahwa Transaksi Berjalan berpengaruh positif signifikan

terhadap Cadangan Devisa suatu Negara.

Selain itu kondisi Neraca transaksi berjalan juga merupakan keseimbangan

kegiatan perdagangan di suau negara. Hal itu terkait dengan pengertian

transaksi berjalan yang memuat ikhtisar ekspor-impor barang dan jasa di

suatu negara dalam kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun. Hasil analisis

output eviews transaksi berjalan yang dipakai dalam penelitian ini semakin

memperkuat pernyataan bahwa Cadangan Devisa suatu negara dipengaruhi

oleh kondisi perdagangan tiap negara yang dapat menghasilkan Cadangan

Devisa / valuta asing melalui sitem mekanisme perbankan dan pembayaran

internasional.

Saat nilai transaksi berjalan suatu negara mengalami defisit atau bernilai

negatif maka hal ini akan mengurangi pos cadangan devisa suatu negara.

begitu pula sebaliknya saat neraca transaksi berjalan suatu negara mengalami

surplus maka hal ini akan menambah pos cadangan devisa Indonesia,

Malaysia dan Singapura.

Kondisi defisit atau surplus pada transaksi berjalan juga dipegaruhi oleh

faktor internal dari suatu negara, misalnya Spesialisasi Produk, Opportunity

Cost, Comparative Cost, dan juga Faktor-Faktor Produksi yang dimiliki suatu

negara yakni Kapital atau Modal, Labour atau Tenaga Kerja, Resources atau

Sumber Daya Alam dan Teknologi (f = K,L,R,T). Langkah yang dapat

Page 109: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

92

diambil pembuat keijakan diantaranya dengan memberikan stimulus bagi para

wirausaha seperti kredit usaha, subsidi, izin usaha, undang-undang, dan

meningkatkan Inovasi produksi guna mencapai efisiensi.

3. Pertumbuhan Ekonomi terhadap Cadangan Devisa

Pada penjelasan analisis output sudah dikatakan bahwa Variabel

Pertumbuhan Ekonomi (GRO) pada penelitian ini tidak berpengaruh positif

signifikan terhadap Cadangan Devisa (CAD) di Indonesia, Malaysia dan

Singapura pada periode 2001-2014. Hal ini bertolak belakang dengan

penelitian yang dlakukan oleh J.J Polak (2001) dalam IMF Working Paper

“The Two Monetary Approaches to the Balance of Payment” tentang adanya

hubungan positif dari perubahan pendapatan nasional atau pertumbuhan

ekonomi terhadap posisi Cadangan Devisa di empat negara Maju (Australia,

Jepang, Swedia, dan Spanyol). Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan oleh

pendekatan yang digunakan dan tergantung pada keadaan negara yang sedang

diamati. Boediono (1999) menjelaskan dalam teori mekanisme Keynes

didasarkan atas adanya pasar uang yang cukup berkembang sehingga

kenaikan stok uang tidak secara langsung mempengaruhi pengeluaran

masyarakat, tetapi lebih dulu lewat pasar uang. Sebaliknya, mekanisme

monetaris nampaknya lebih mencerminkan keadaan negara yang belum

mempuyai pasar uang yang telah berkembang. Dalam keadaan ini, bila ada

kenaikan stok uang masyarakat tidak akan mempertimbangkan apakah

tambahan uangg tersebut akan dipegang dalam bentuk uang tunai atau

obligasi (surat berharga), karena surat berharga memang belum banyak

Page 110: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

93

tersedia atau digunakan. Yang dilakukan adalah jutrru apakah uang akan

dipegang sebagai uang tunai atau sebagai barang.

Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa saat suatu negara belum memiliki

pasar keuangan yang berkembang, maka pertumbuhan ekonomi tidak terlalu

berpengaruh signifikan terhadap posrsi cadangan devisa. Berbeda dengan

negara Maju yang memiliki kondisi pasar keuangan berkembang pesat. Saat

pertumbuhan ekonomi naik, lalu pendapatan masyarakat naik dan Masyarakat

akan menggunakan kelebihan stok uang lebih untuk membeli obligasi dsb.

Kelebihan uang yang dialihkan ke pasar uang tersebut akan meningkatkan

posisi Neraca Transaksi Modal dan Finansial yang tercakup dalam neraca

pembayaran dan akan menambah cadangan devisa bersangkutan.

Sedangkan pada negara berkembang, pertumbuhan ekonomi dan kenaikan

pendapatan masyarakat juustru lebih digunakan untuk membeli barang atau

disimpan dalam bentuk tunai. Sehingga tidak terlalu berpengaruh signifikan

terhadap industri keuangan dan pasar Modal atau Uang di Negara tersebut.

Page 111: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

94

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan

sebelumnya, penulis memperoleh kesimpulan atau benang merah dari

penelitian berjudul “Analisis Pengaruh Kurs, Transaksi Berjalan dan

Pertumbuhan Ekoomi di Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-

2014 yakni sebagai berikut:

1. Secara Bersama-sama Nilai Tukar, Transaksi Berjalan dan

Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Cadangan

Devisa di Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-2014.

2. Variabel Nilai Tukar Berpengaruh Negatif Signifikan terhadap

Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-

2014.

3. Variabel Transaksi Berjalan Berpengaruh Positif Signifikan terhadap

Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-

2014.

4. Variabel Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh Signifikan terhadap

Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-

2014. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh J.J Polak

(2001) karena, ruang lingkup penelitian Polak terdiri dari empat negara

maju yakni (Asutralia, Jepang, Swedia dan Spanyol).

Page 112: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

95

B. Implikasi

Setelah mengetahui, bahwa Cadangan Devisa dipengaruhi oleh variabel Nilai

Tukar, dan Transaksi Berjalan, maka peran pemerintah dalam hal ini

diantaranya perlu menstabilkan fluktuasi nilai tukar baik Rupiah, Ringgit dan

Dolar Singapura secara kontinu atau berkelanjutan. Mengingat, dampak yang

diberikan dari variabel ini lebih besar dari variabel transaksi berjalan. Seperti

diketahui juga bahwa uang (currency) dalam hal ini memiliki peran multiplier

effect yang sangat besar maka, perlu diantisispasi penyebab perubahan pada

Nilai tukar itu sendiri seperti inflasi, dll.

Di bidang perdagangan, Indonesia khususnya perlu dapat raport

merah dan harus memperbaiki kondisi transaksi berjalan yang nilainya

terus mines di tahun 2011-2014. Defisit transaksi berjalan akan memicu

ketidakseimbangan eksternal karena nilai defisit tersebut akan mengurangi

pos cadangan devisa pada neraca pembayaran. Hal yang dapat dilakukan

diantaranya kebijakan substitusi impor, dan promosi ekspor serta

mendukung iklim usaha bagi UMKM di Indonesia sehingga dapat

mendorong produktivitas wirausaha Domestik. Peningkatan ekspor

dibandingkan impor akan menguntungkan pemerintah dengan

bertambahnya Cadangan Devisa. sehingga untuk menjaga nilai tukar dan

kondisi transaksi berjalan, diperlukan adanya bauran kebijakan baik

moneter maupun fiskal kedepannya yang lebih komprehensif.

Page 113: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

96

Daftar Pustaka

Asian Development Bank. Country Economic Review.

Apridar. 2009. Ekonomi Internasional: Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan dalam Aplikasinya: edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Bank Indonesia. 2007. Kerjasama Perdagangan Internasional. Jakarta: Gramedia. Boediono. 2001. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi Internasional. Yogyakarta:

BPFE.

Faisal Basri dan Haris Munandar. 2010. Dasar-Dasar Ekonomi Internasional; Pengenalan & Aplikasi Metode kuantitatif. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Febriaty, Hastina. 2010. Jurnal: Analisis Determinan Cadangan devisa Indonesia

Gandhi, Dyah Virgoana. 2006. Pengelolaan Cadangan Devisa di Bank Indonesia. Jakarta: PPSK – Bank Indonesia.

Gujarati, Damodar.N. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika Edisi ketiga Jilid 2. Judul Asli Essentials of Econometrics, alih bahasa: Julius A. Mulyadi dan Yelvi Andri. Jakarta: Erlangga.

Gujarati, Damodar.N dan Porter C. Dawn. 2009. Basic Economtrics: Fifth Edition.

Singapore: Mc GrawHill. Hady, Hamdy. 2001. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan Perdagangan

Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Halwani, Hendra. 2005. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Institute of Southeast Asian Studies. 2010. Regional Outlook: Southeast Asia. Singapore:

ISEAS.

Karl E. Case dan Ray, C. Fair. 2002. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro: Edisi Lima. Judul asli “The Principles of Economics”, alih Bahasa oleh Benyamin Molan. Jakarta: PT Prenhallindo, Pearson Education Asia.

Krugman, Paul R. 1999. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan; Moneter Edisi kedua; penerjemah Haris Munandar dan Faisal Basri. Jakarta; PT. Raja Grafindo.

Kuncoro, Mudrajad. 2010. Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan.

Jakarta: Erlangga.

Laporan Neraca Pembayaran Indonesia. Realisasi Triwulan IV – 2014. Bank Indonesia: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik.

Page 114: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

97

Mankiw, N. Gregory. 2007. Macroeconomics: sixth Edition. New York: Worth Publisher.

Masdjojo, Gregorius Nasiansenus. 2010. Disertasi: Kajian Pendekatan Keynesian

dan Monetaris terhadap Dinamika Cadangan Devisa Melalui Penelusuran Neraca Pembayaran Internasional: Studi Empiris di Indonesia Periode 1983-2008. Universitas Diponegoro.

Mega Febriyenti, dkk. 2012. Jurnal: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cadangan Devisa

dan Net Ekspor di Indonesia.

Metadata Divisi Pengelolaan Devisa Bank Indonesia.

Mishkin, Frederic S. 2009. The Economic of Money, Bangking, and Financial Markets, 8th ed. New Jersey: Pearson Education. (Penerjemah: Lana Soelistianingsih dan Beta Yulianita. Ekonomi, Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan – Buku 2. Jakarta: Salemba Empat)

Murni, Asfia. 2006. Ekonomika Makro. Bandung: Refika Aditama.

Nachrowi, Djalal Nachrowi dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Pasaribu, Katryn, N. 2007. Tesis: Pengaruh Risiko Sistemik dan Nonsistemik Pasar

Keuangan Internasional Terhadap Laju Perubahan Cadangan Devisa Negara Studi Kasus Malaysia (1986Q1-1996Q4). Universitas Indonesia.

Polak, J. Jacques. 2001. The Two Monetary Approach to the Balance of Payment,

Keynesian and Johnsonian. IMF Working Paper Salvatore, Dominick. 1996. Schaum’s Outlines International Economics, Fourth

Edition. McGraw-Hill.

Salvatore, Dominick. 1997. Ekonomi Internasional Edisi Kelima: jilid 2, alih bahasa oleh Haris Munandar. Jakarta: Erlangga.

Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi, Teori Pengantar Edisi pertama. Jakarta: Rajawali The Global Competitiveness Index 2013-2014 rankings. 2013 World Economic

Forum. www.weforum.org/gcr Tulus tambunan. 2001. Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran: teori dan

temuan empiris. Jakarta: LP3ES.

_____________. 2008. Ekonomi dan Utang Luar Negeri. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Page 115: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

98

_____________. 2012. Memahami Krisis: Siasat Membangun Kebijakan Ekonomi. Jakarta: LP3ES.

Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan E-Views. Yogyakarta: STIM-YKPN.

Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan E-Views. Yogyakarta: STIM-YKPN.

www.bi.go.id www.bps.go.id www.worldbank.org www.pnri.go.id

Page 116: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

99

LAMPIRAN 1

DATA OBSERVASI

Negara Tahun CAD KURS NTB GRO

IND

2001 28,016. 10400 1.1 1,6 2002 32,039 8950 1.9 4,7 2003 36,296 8420 2.4 4,6 2004 36,321 9270 0.5 7,2 2005 34,723 9830 0.8 5,1 2006 42,586 8995 2.2 6,1 2007 56,920 9393 3.4 5,8 2008 51,639 11120 -0,6 5,3 2009 66,105 9404 3.5 5,4 2010 96,207 8996 0,9 6,9 2011 110,123 9069 -2.3 6,5 2012 112,781 9793 -7.8 6,1 2013 99,387 12173 -4.3 5,7 2014 111.862 12388 -6.2 5

SGP

2001 75,677 1,9 3.0 -5,1 2002 82,219 1,7 3.7 6,3 2003 96,244 1,7 5.4 8,9 2004 112,575 1,6 5.7 6,6 2005 116,173 1,7 6.8 9,7 2006 136,261 1,5 9.4 7,6 2007 162,957 1,4 9.0 6,5 2008 174,196 1,4 6.6 -2,6 2009 187,809 1,4 9.6 4,8 2010 225,754 1,3 16.4 12 2011 237,737 1,3 13.3 3,6 2012 259,307 1,22 17.4 2,2 2013 273,065 1,26 13.3 4,9 2014 256,860 1,33 17.4 2,1

MLY

2001 29,896 3,8 1.5 0,2 2002 33,741 3,8 2.1 6,9 2003 44,208 3,8 2.8 6,5 2004 66,209 3,8 3.6 4,9 2005 70,183 3,8 4.5 5,9 2006 82,457 3,5 7.7 5,4 2007 101,345 3,3 8.3 7,5

Page 117: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

100

2008 91,536 3,5 8.3 0,2 2009 96,678 3,4 8.1 4,6 2010 106,498 3,1 7.5 4,8 2011 133,642 3,17 7.5 5,3 2012 139,724 3,06 7.1 6,5 2013 136,297 3,28 4.5\ 5,1 2014 125,731 3,5 1.7 5,8

Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia : (SEKI) Sektor Ekternal Bank Indonesia : berbagai Edisi Ket: Y(CAD) = Cadangan Devisa > Milliar USD / Billion USD X1 (KURS) = Kurs Terhadap Dollar USD > Rasio terhadap 1 US$ X2 (NTB) = Neraca Transaksi Berjalan > Milliar USD / Billion USD X4 (GRO) = Pertumbuhan Ekonomi > % GDP Annual

Page 118: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

101

LAMPIRAN 2

POOLED LEAST SQUARE

Dependent Variable: CAD? Method: Pooled Least Squares Date: 04/19/15 Time: 14:10 Sample: 1 14 Included observations: 14 Cross-sections included: 3 Total pool (unbalanced) observations: 35

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.771285 1.026130 5.624322 0.0000

KURS? -0.026712 0.025927 -1.030304 0.3108 NTB? 0.532419 0.104074 5.115752 0.0000 GRO? 0.112346 0.075065 1.496665 0.1446

R-squared 0.716974 Mean dependent var 10.94697

Adjusted R-squared 0.689585 S.D. dependent var 0.296110 S.E. of regression 0.164978 Akaike info criterion -0.658804 Sum squared resid 0.843745 Schwarz criterion -0.481050 Log likelihood 15.52908 Hannan-Quinn criter. -0.597444 F-statistic 26.17689 Durbin-Watson stat 0.787695 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 119: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

102

LAMPIRAN 3

FIXED EFFECT MODEL

Dependent Variable: Y? Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 05/06/15 Time: 14:46 Sample: 1 14 Included observations: 14 Cross-sections included: 3 Total pool (unbalanced) observations: 35 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 11.92023 1.669297 7.140866 0.0000

X1? -2.558501 0.479962 -5.330635 0.0000 X2? 0.239064 0.112785 2.119649 0.0427 X3? 0.035646 0.045869 0.777134 0.4434

Fixed Effects (Cross) _IND--C 6.654681 _MLY--C -1.956920 _SGP--C -2.707937

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.923593 Mean dependent var 16.31411

Adjusted R-squared 0.910419 S.D. dependent var 9.945683 S.E. of regression 0.121837 Sum squared resid 0.430483 F-statistic 70.10907 Durbin-Watson stat 1.077560 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics R-squared 0.839968 Mean dependent var 10.94697

Sum squared resid 0.477081 Durbin-Watson stat 0.773691

Page 120: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

103

LAMPIRAN 4

UJI CHOW

Redundant Fixed Effects Tests Pool: NEGARA Test cross-section fixed effects

Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 16.492055 (2,29) 0.0000

Representasi Output fixed Effect Model (FEM)

Estimation Equations Fixed Effects Model ada di lampiran ___: ===================== CAD_IND = β (5) + β (1) + β (2)*KURS_IND + β (3)*NTB_IND CAD_MLY = β (6) + C(1) + β (2)*KURS_MLY + β (3)*X2_MLY CAD_SGP = β (7) + β (1) + β (2)*KURS_SGP + β (3)*NTB_SGP Substituted Coefficients: ===================== CAD_IND = 6.65468070003 + 11.9202288113 - 2.55850134505*KURS_IND + 0.239064068669*NTB_IND CAD_MLY = -1.9569204195 + 11.9202288113 - 2.55850134505*KURS_MLY+ 0.239064068669*NTB_MLY CAD_SGP = -2.70793670227 + 11.9202288113 - 2.55850134505*KURS_SGP + 0.239064068669*NTB_SGP

Page 121: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

104

LAMPIRAN 5

UJI NORMALITAS

0

2

4

6

8

10

-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3

Series: Standardized ResidualsSample 2001 2014Observations 35

Mean 1.40e-16Median 0.000471Maximum 0.280521Minimum -0.200471Std. Dev. 0.112522Skewness 0.456495Kurtosis 3.061745

Jarque-Bera 1.221153Probability 0.543038

Page 122: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

105

LAMPIRAN 6

UJI MULTIKOLINEARITAS

Dependen KURS NTB GRO

KURS 1.0 -0.692 0.075 NTB -0.692 1.0 -0.013 GRO 0.075 -0.013 1.0

Page 123: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

106

LAMPIRAN 7

UJI HETEROSKEDASTISITAS

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.923593 Mean dependent var 16.31409

Adjusted R-squared 0.910419 S.D. dependent var 9.945652 S.E. of regression 0.121837 Sum squared resid 0.430483 F-statistic 70.10887 Durbin-Watson stat 1.077562 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics R-squared 0.839968 Mean dependent var 10.94697

Sum squared resid 0.477081 Durbin-Watson stat 0.773690

Page 124: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

107

LAMPIRAN 8

UJI AUTOKORELASI

Cross-section fixed (dummy variables)

Weighted Statistics R-squared 0.923593 Mean dependent var 16.31409

Adjusted R-squared 0.910419 S.D. dependent var 9.945652 S.E. of regression 0.121837 Sum squared resid 0.430483 F-statistic 70.10887 Durbin-Watson stat 1.077562 Prob(F-statistic) 0.000000

Page 125: ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...

108

LAMPIRAN 9

FIXED EFFECT MODELS

(Setelah Variabel Pertumbuhan Ekonomi Dihapus)

Dependent Variable: Y? Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 06/24/15 Time: 22:46 Sample: 1 14 Included observations: 14 Cross-sections included: 3 Total pool (unbalanced) observations: 37 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 11.82104 1.452654 8.137550 0.0000

X1? -2.390087 0.448524 -5.328786 0.0000 X2? 0.215409 0.096234 2.238377 0.0323

Fixed Effects (Cross) _IND--C 6.327626 _MLY--C -1.700752 _SGP--C -2.367007

Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.928415 Mean dependent var 17.34801

Adjusted R-squared 0.919467 S.D. dependent var 10.98349 S.E. of regression 0.119932 Sum squared resid 0.460281 F-statistic 103.7556 Durbin-Watson stat 1.083098 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics R-squared 0.835603 Mean dependent var 10.95308

Sum squared resid 0.504843 Durbin-Watson stat 0.624702