Keamanan Transaksi Elektronik-DR. Muhammad Mustafa Sarinanto
ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...
Transcript of ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN ...
ANALISIS PENGARUH NILAI TUKAR, TRANSAKSI BERJALAN, DAN
PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP CADANGAN DEVISA DI
INDONESIA, MALAYSIA DAN SINGAPURA PERIODE 2001-2014
SKRIPSI
Diajukkan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
Indri Filiyana Sari
NIM: 1111084000036
JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H / 2015 M
iv
Abstract
The study aimed to analyze the factors that influence the dynamics of foreign exchange reserves in Indonesia, Malaysia and Singapore during 2001-2014. The data are obtained from secondary data published by Bank Indonesia and IRFCL (International Reserves and Foreign Currency Liquidity) during 2001-2014. The methodology used the analysis of panel data estimation with Fixed Effects Model (FEM). From the three variables are tested, the results showed that variable exchange rates has significant negative effect on foreign exchange reserves. Current Account has significant positive effect on foreign exchange reserves. However, economic growth has no significant influence to the Foreign Reserves of Indonesia, Malaysia and Singapore during 2001-2014.
Keywords: foreign exchange reserves, exchange rate, current account, economic growth, Indonesia, Malaysia and Singapore
v
Abstrak
Penelitian in bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dinamika cadangan devisa di Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-2014. Data penelitian didapat dari data sekunder terbitan Bank Indonesia dan IRFCL (International Reserves and Foreign Currency Liquidity) periode 2001-2014. Metodologi yang digunakan yakni analisis data panel dengan estimasi Model Efek Tetap (MET). Dari tiga variable yang diujikan, Hasil penelitian menunjukkan Variabel nilai tukar berpengaruh negatif signifikan terhadap Cadangan Devisa. Variabel Transaksi Berjalan berpengaruh positif signifikan terhadap cadangan devisa. Namun, variabel pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh signifikan terhadap Cadangan Devisa Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-2014.
Kata kunci: cadangan devisa, nilai tukar, transaksi berjalan, pertumbuhan ekonomi, Indonesia, Malaysia dan singapura
vi
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat,
rizki, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat waktu. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu
syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah. Terselesaikannya skripsi ini tentu dengan dukungan, bantuan,
bimbingan, semangat, dan do’a dari orang-orang terbaik yang ada disekeliling
penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Maka dari itu penulis
menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Allah SWT, karena tanpa kehendak dan segala pertolongan Nya tidak
mungkin saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala
kemudahan dan nikmat yang Engkau berikan, ya Rabb.
2. Orang Tua ku, Endyanto dan Ririn Filtrini, dan kakak serta dua adik ku
Austine Fillendri, Refilian Al Rani dan Renda Audi Permaisuri yang
tercinta, terima kasih atas Do’a, motivasi dan semangat yang diberikan
selama ini hingga aku bisa mencapai bangku kuliah dan menyelesaikan
studi ku. Semoga selanjutnya Indri bisa menjadi kebanggaan di keluarga.
Amiin.
3. Bapak Roikhan Moch. Aziz, selaku Dosen Pembimbing Akademik yang
selalu meluangkan waktunya untuk berkonsultasi dari awal semester 1
hingga kini aku menyelesaikan studi ku.
4. Bapak Pheni Chalid, Ph.D selaku Dosen Pembimbing 1 yang dengan
kerendahan hatinya selalu bersedia meluangkan waktu untuk memberikan
pengarahan, ilmu, serta bimbingan yang sangat berarti selama proses
penyelesaian skripsi ini. Terima Kasih atas saran dan arahan yang bapak
berikan selama proses penulisan, semoga Allah SWT membalas kebaikan
Bapak.
5. Bapak Tony S. Chendrawan, ST., SE., Msi. Selaku Dosen Pembimbing
Skripsi 2 yang dengan kerendahan hatinya selalu bersedia meluangkan
vii
waktu untuk memberikan pengarahan, ilmu, serta bimbingan yang sangat
berarti selama proses penyelesaian skripsi ini. Terima Kasih atas saran dan
arahan yang bapak berikan selama proses penulisan, semoga Allah SWT
membalas kebaikan Bapak.
6. Bapak Zuhairan Y. Yunan, SE., M.Sc dan Bapak Zaenal Muttaqin, MPP,
selaku Ketua Jurusan dan Sekretaris jurusan Ilmu Ekonomi Studi
Pembangunan, di Fakultas Ekonomi Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah meluangkan waktu dan arahan yang baik selama saya
berkonsultasi.
7. Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi Bisnis, yang telah memberikan
ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi saya. Semoga Allah selalu
memberikan pahala yang sebesar-besarnya atas kebaikan para dosen FEB
UIN Jakarta. Jajaran karyawan dan Staff UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah melayani dan membantu saya selama perkuliahan.
8. Bapak Edy Supandhi, Ibu wiwiek, Ibu Ance, Mbak Alya, Mbak Ning, Pak
Slamet, Mas Hendra, dan pak Budi selaku staf perpustakaan Umum Bank
Indonesia yang telah memberikan pelajaran berharga selama Magang di
Grup Riset Edukasi Kebanksentralan BI dan membantu mencari referensi
tambahan bagi skripsi ini.
9. Teman-Teman Beasiswa Bidikmisi 2011 dan rekan sepermainan di
Asrama Putri UIN Jakarta yakni Purnamasari, Suhartika, Desi Agustin,
Syarifah, Ida Daroyani, Nurkhaliza, Fafa, Yanti, Nita dll yang tidak bisa
disebutkan satu persatu. Sukses buat kalian kedepannya dan cepat
menyusul yaa.
10. Teman-teman IESP Ekonomi Pembangunan 2011, Refi, Dilla, Fajar, Ayu,
Isti, Ella, Nilam, Vina. Anisa, Julia, Weli, Mirna, Risna, Asmah, Mona,
Tiara, Rahma, Feris, Azhar, Dimas, Bilal, Rudi, Rio, Ariad, dan teman
teman angkatan 2011 lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu,
terimakasih atas empat tahun kebersamaan kita yang penuh warna semoga
kalian cepat menyusul dan kita pasti bertemu lagi.
viii
11. Teman-Teman KKN-Teropong UIN Jakarta 2014 (Refi, Fajar, Lia, Nung,
Nepho, Maryanti, Uswah, Ucup, Izzat, Indras, Ridho, Doni, Ade dan
Eko), terimakasih atas kebersamaan selama satu bulan penuh KKN di
Bogor. Kalian Luar Biasa sekali. Semoga kalian sukses dan kita pasti
bertemu lagi.
Seperti peribahasa “Tak ada Gading yang Tak Retak” Penulis menyadari
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun bagi
skripsi ini. Terimakasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juni 2015
Indri Filiyana Sari
ix
DAFTAR ISI
Cover Lembar Pengesahan Pembimbing Skripsi Lembar Pegesahan Ujian Komprehensif Lembar Pengesahan Ujian Skripsi Lembar Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah Daftar Riwayat Hidup .............................................................................................. ii Abstract ..................................................................................................................... iv
Abstrak ...................................................................................................................... v
Kata Pengantar ....................................................................................................... vi Daftar Isi ................................................................................................................. ix
Daftar Tabel ............................................................................................................ xiii Daftar Gambar ......................................................................................................... xiv
Daftar Grafik ........................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B.Perumusan Masalah....................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 7
D.Manfaat Penelitian ........................................................................................ 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori ............................................................................................ 9
1. Perekonomian Terbuka ........................................................................... 9
a) Neraca Pembayaran .......................................................................... 11
b) Komponen Neraca Pembayaran ........................................................ 11
c) Pendekatan Monetary Approach to the Balance of Payment ............. 12
(MABOP) versi Johnsonian ................................................................. 12
2. Cadangan Devisa ................................................................................... 13
a) Pengertian Cadangan Devisa ............................................................. 13
b) Komponen Cadangan Devisa ............................................................ 15
x
c) Peranan Cadangan Devisa ................................................................. 16
d) Faktor yang berpengaruh terhadap strategi pengelolaan Devisa ......... 17
3. Nilai Tukar ............................................................................................ 18
a) Pengertian Nilai Tukar ...................................................................... 18
b) Teori Nilai Tukar .............................................................................. 19
c) Kebijakan Nilai Tukar ....................................................................... 22
d) Hubungan Nilai Tukar dengan Cadangan Devisa .............................. 23
4. Neraca Transaksi Berjalan ...................................................................... 24
a) Pengertian Neraca Transaksi Berjalan .............................................. 24
b ) Teori Perdagangan ........................................................................... 24
c ) Hubungan Neraca Transaksi Berjalan dengan Cadangan Devisa ....... 26
5. Pertumbuhan Ekonomi ........................................................................... 26
a) Pengertian Pertumbuhan Ekonomi..................................................... 26
b) Teori Pertumbuhan Ekonomi ............................................................ 28
c) Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Cadangan Devisa ............. 30
B. Penelitian Terdahulu .................................................................................. 31
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 40
D. Hipotesis .................................................................................................... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................................... 44
B. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 44
C. Metode Analisis Data ................................................................................. 45
1. Estimasi Regresi Data Panel ................................................................... 45
a) Pooled Least Squared ........................................................................ 47
b) Fixed Effect Model ........................................................................... 48
c) Random Effect Model ....................................................................... 49
2. Pemilihan Model Estimasi Data Panel .................................................... 50
a) Uji Chow .......................................................................................... 50
b) Uji Hausman ..................................................................................... 51
3. Uji Asumsi Klasik .................................................................................. 52
xi
a) Uji Normalitas .................................................................................. 52
b) Uji Multikolinearitas ......................................................................... 53
c) Uji Heteroskedastisitas ...................................................................... 53
d) Uji Autokorelasi ............................................................................... 54
4. Uji Hipotesis Statistik ............................................................................ 56
a) Uji Statistik - F ................................................................................. 56
b) Uji Statistik – t .................................................................................. 56
6. Analisis Koefisien Determinasi R2 ......................................................... 57
E. Operasional Variabel Penelitian .................................................................. 57
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gamaran Objek Penelitian .......................................................................... 59
1. Profil Negara dan Letak Geografis ......................................................... 61
2. Profil Ekonomi Negara Indonesia, Malaysia dan Singapura .................... 62
3. Perkembangan Cadangan Devisa periode 2001-2014 .............................. 63
4. Perkembangan Nilai Tukar periode 2001-2014 ....................................... 67
5. Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan periode 2001-2014 ................ 69
6. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi periode 2001-2014 ..................... 71
B. Uji Asumsi Klasik ...................................................................................... 73
1. Uji Normalitas ....................................................................................... 73
2. Uji Multikolinearitas ............................................................................. 74
3. Uji Heteroskedastisitas ........................................................................... 75
4. Uji Autokorelasi..................................................................................... 76
C. Memilih Estimasi Data Panel :.................................................................... 77
1. Pooled Least Square ............................................................................... 77
2. Fixed Effects Model ............................................................................... 78
3. Pemilihan Data Panel ............................................................................. 79
a. Uji Chow .......................................................................................... 79
D. Pengujian Hipotesis.................................................................................... 81
1. Uji t-statistik (parsial) ............................................................................ 81
2. Uji Hipotesis F-statistik dan Koefisien Determinasi R2 ........................... 84
xii
E. Analisis Ekonomi ....................................................................................... 87
1. Nilai Tukar terhadap Cadangan Devisa................................................... 87
2. Neraca Transaksi Berjalan terhadap Cadangan Devisa ............................ 90
3. Pertumbuhan Ekonomi terhadap Cadangan Devisa ................................. 92
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ................................................................................................ 94
B. Implikasi ................................................................................................... 95
Daftar Pustaka
Daftar Lampiran
xiii
Daftar Tabel
1.1 Nilai Tukar Rupiah, Ringgit, dan Dolar Singapura terhadap 1 Dolar AS 5
1.2 Neraca Transaksi Berjalan Indonesia, Malaysia dan Singapura 5
1.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Malaysia dan Singapura 6
2.1 Ikhtisar Arus Barang dan Modal Internasional 10
2.2 Model Mundell Fleming : Ringkasan dan Dampak Kebijakan Kurs 22
2.3 Matriks Penelitian Terdahulu 37
3.1 Tabel Operasional Penelitian 58
4.1 Cadangan Devisa Negara ASEAN-5 Tahun 2013 59
4.2 Global Competitiveness Index 2013-2014 Rankings Kawasan ASEAN 60
4.3 Perbandingan GDP Indonesia, Malaysia dan Singapura tahun 2013 63
4.4 Nilai Tukar Rupiah, Ringgit dan Dollar Singapura terhadap 1 US$ 68
4.5 Transaksi Berjalan Indonesia, Malaysia dan Singapura 70
4.6 Matriks Korelasi – Uji Multikolinearitas 74
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas 75
4.8 Hasil Output Pooled Least Squares 78
4.9 Hasil Output Fixwd Effects Model – GLS 79
4.10 Hasil Output Uji t-statistik Parsial pada Metode Efek Tetap – GLS 81
4.11 Hasil Output F-statistik dan R2 85
4.12 Kondisi Harga Barang saat Apresiasi dan Depresiasi 88
4.13 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs dalam Jangka Panjang 89
xiv
Daftar Gambar
2.1 Kerangka Berpikir Konseptual 42
2.2 Kerangka Berpikir Hipotesis 43
3.1 Uji Durbin Wattson 54
4.1 Hasil Output Uji Normalitas 74
4.2 Hasil Output Uji Chow 80
xv
Daftar Grafik
1.1 Cadangan Devisa Indonesia, Malaysia, Singapura periode 2004-2013 2
4.1 Cadangan Devisa Indonesia, Malaysia, Singapura periode 2001-2014 65
4.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Malaysia dan Singapura periode
2001-2014 71
4.3 Pertumbuhan Ekspor – Impor Indonesia, Malaysia dan Singapura
Periode 2001-2014 73
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perekonomian tiap negara, dewasa ini semakin terintegrasi dengan
perekonomian global. Hal ini merupakan konsekuensi dari dianutnya sistem
perekonomian terbuka yang dalam aktivitasnya tidak terlepas dari fenomena
arus barang, jasa dan finansial lintas negara. Menurut Krugman, (1999:35)
fokus dari perekonomian terbuka, terletak pada manfaat yang diperoleh dari
kegiatan ekonomi Internasional yang dilakukan antar negara. Kegiatan tersebut
menghasilkan sejumlah valuta asing yang kemudian melalui mekanisme
perbankan akan membentuk dinamika cadangan devisa suatu negara yang
berbeda.
Menurut Gandhi (2006:1), cadangan devisa merupakan bagian dari
tabungan nasional sehingga laju perubahan dan dinamika cadangan devisa
merupakan sinyal bagi Global Financial Markets megenai kredibilitas
kebijakan moneter dan Creditworthiness suatu negara. Cadangan devisa bagi
suatu negara mempunyai tujuan dan manfaat seperti halnya manfaat kekayaan
bagi individu. Seperti motif kepemilikkan seseorang yang dikatakan Keynes
identik dengan motif Transaksi, berjaga-jaga dan spekulasi. Dalam hal ini,
cadangan devisa pun secara umum memiliki peran yang sama diantaranya
motif transaksi untuk membiayai impor, motif berjaga-jaga berkaitan dengan
2
menjaga nilai tukar, dan motif spekulasi untuk lebih menghasilkan return dari
investasi agar kekayaan negara meningkat.
Cadangan Devisa merupakan salah satu indikator yang sangat penting
untuk menunjukkan sejauh mana fundamental perekonomian negara
berlangsung. Menurut analisis RBC Capital Markets dimuat pada Koran
Jakarta, 19 Des 2014 “Cadangan devisa Bank Sentral Global, untuk pertama
kalinya turun pada kuartal keempat 2014 sebesar 240 miliar dollar AS menjadi
12 triliun dollar AS. Ini merupakan penurunan kali pertama sejak akhir 2008.”
Singapura sebagai negara dengan jumlah Cadangan Devisa terbesar di Asia
Tenggara, dan Malaysia sebagai negara dengan Indeks Persaingan Global
rangking dua setelah Singapura di ASEAN (GCI-World Economic Forum
2014), telah mampu menghasilkan cadangan devisa sebagai berikut:
Grafik 1.1 Cadangan Devisa Indonesia, Malaysia, Singapura periode 2004-2013
Sumber: Bank Indonesia- SEKI Sektor Eksternal Dari Grafik tersebut terlihat Cadangan Devisa ketiga negara periode 2004
hingga 2007 mengalami peningkatan, sedangkan pada tahun 2008 -2009
nilainya jutru menurun dari garis potensialnya. Menurut Tambunan (2012:9)
0
50
100
150
200
250
300
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Cada
ngan
Dev
isa
-M
illia
r USD
CADEV_IND
CADEV_SGP
CADEV_MLY
Linear (CADEV_IND)
Linear (CADEV_SGP)
Linear (CADEV_MLY)
3
Hal ini trerutama disebabkan oleh krisis keuangan paling serius yang pernah
terjadi di AS setelah depresi tahun 1930an, yang akhirnya merambat ke negara-
negara maju lainnya seperti Jepang, UE melalui keterkaitan keuangan dan
investasi global. Baru setelah beberapa bulan kemudian ekonomi dunia mulai
mengalami resesi yang ditandai dengan penurunan pendapatan dan merosotnya
permintaan global yang juga berimbas pada perekonomian Indonesia, Malaysia
dan Singapura dan banyak negara lainnya di dunia yang sangat tergantung pada
ekspor terutama ke pasar-pasar tujuan AS, UE dan Jepang. Namun pada tahun
2010, seiring dengan stabil kembali harga komoditi internasional kinerja
Neraca perdagangan ketiga negara mengalami perbaikan sehingga posisi
cadangan Devisa periode 2010-2013 pun kembali stabil.
Berbeda dengan kondisi pasca Krisis Keuangan Global, pada Krisis
keuangan Asia yang terjadi pada periode 1997-1998 yang melanda Indonesia,
Malaysia dan Singapura ini bisa juga masuk kategori (Contagion Effect),
karena sebelum ekonomi Indonesia dilanda krisis Asia, ekonomi Thailand
sudah terlebih dahulu tergoncang oleh krisis ekonomi tersebut. Beberapa bulan
setelah mata uang Baht mengalami depresiasi besar terhadap dolar AS, rupiah
mulai goncang sekitar pertengahan tahun 1997, yang mencapai klimaksnya
pada pertengahan pertama 1998 ketika nilai tukar rupiah terhadap dolar
mencapai diatas Rp10000, dibandingkan dengan periode awal 1997 yang
berada di kisaran Rp2000 per satu dollar AS. (Tambunan,2012:8). Berbeda
dengan Indonesia saat itu yang menganut sistem nilai tukar bebas terkendali,
pemerintah Malaysia langsung bertindak tegas dengan menetapkan sistem nilai
4
tukar atau kurs tetap dengan mematok sekitar 3 ringgit per satu dolar AS.
(Tambunan,2012:53)
Penurunan nilai tukar ini atau depresiasi terhadap dolar AS ini, sangat
berpengaruh terhadap jumlah penawaran valuta asing dan permintaan valuta
asing. Dimana menurut Salvatore (1997:46) dalam Monetary approach ini,
dijelaskan bahwa kurs tercipta dalam proses penyamaan atau keseimbangan
stok atau total permintaan (D) dan penawaran (S) mata uang nasional di
masing-masing negara. Saat nilai tukar suatu negara mengalami Depresiasi
maka ketersediaan Cadangan Devisa justru akan berkurang, mengingat adanya
intervensi yang dilakukan Otoritas Moneter untuk menstabilkan nilai tukar,
baik dengan menjual Sertifikat Bank Indonesia dsb. Berikut data Nilai tukar
Rupiah, Ringgit dan Dolar singapura terhadap mata uang utama Vehicle
Currency Dolar Amerika Serikat selama 5 tahun terakhir yang mengalami
depresiaisi terhadap satu Dolar AS:
Tabel 1.1
Nilai Tukar Rupiah, Ringgit dan Dolar Singapura Terhadap 1 Dolar AS
Tahun Rupiah - IDR Ringgit – MYG Dolar – SGD 2010 8996 1,3 3,1 2011 9069 1,3 3,17 2012 9793 1,22 3,06 2013 12173 1,26 3,28 2014 12388 1,33 3,5
Sumber: Bank Indonesia – SEKI Sektor Eksternal
Selain dipengaruhi oleh Nilai tukar, menurut Tambunan (2001:157)
Cadangan Devisa suatu negara juga dipengaruhi oleh Net Ekspor barang dan
Jasa yang tercatat dalam Neraca Transaksi Berjalan suatu Negara. dimana saat
5
kondisi net ekspor atau transaksi berjalan suatu negara mengalami defisit,
maka hal tersebut akan mengurangi pos cadangan devisa. Dimana nilai Impor
barang dan jasa melebihi kemampuan ekspor. Data Transaksi Berjalan
disajikan sebagai berikut:
Tabel 1.2
Neraca Transaksi Berjalan Indonesia, Malaysia dan Singapura 2010-2014
Tahun Neraca Transaksi Berjalan (Miliar USD) NTB_IND NTB_SGP NTB_MLY
2010 0.9 16.4 7.5 2011 -2.3 13.3 7.5 2012 -7.8 17.4 7.1 2013 -4.3 13.3 4.5 2014 -6.2 17.4 1.7
Sumber: Bank Indonesia – SEKI Sektor Eksternal
Data pada tabel 1.2 tersebut memperlihatkan kondisi Neraca Transaksi
Berjalan Indonesia khususnya memiliki nilai defisit yang berfluktuatif selama
lima terakhir. Kondisi defisit US$6,2 miliar atau (2,81% PDB) ini dipengaruhi
oleh menurunnya impor akibat melemahnya permintaan domestik sebagai
dampak dari moderasi pertumbuhan ekonomi. (Lap.NPI BI 2014).
Selain Neraca transaksi Berjalan sebagai faktor yang diduga berpengaruh
terhadap laju perubahan cadangan Devisa, menurut Sukirno, (2010:17)
indikator kinerja makroekonomi salah satunya terlihat dari Kondisi Neraca
Pembayaran dan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Dalam kajian yang
dilakukan oleh Masdjojo (2010) disebutkan Pertumbuhan Ekonomi
berpengaruh signifikan terhadap Neraca Pembayaran atau dalam konteks ini
cadangan devisa di Indonesia periode 1983-2008. Selain itu, menurut
6
penelitian yang dilakukan J.J Polak tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
Net Foreign Assets di Negara Jepang, Swedia, Australia dan Spanyol
dikatakan “Perubahan Pendapatan Nasional atau pertumbuhan GDP
berpengaruh positif terhadap Net Aset Asing”. Berikut disajikan Data
pertumbuhan Ekonomi Negara Indonesia, Malaysia dan Singapura.
Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Malaysia dan Singapura
Tahun Pertumbuhan Ekonomi % GRO_IND GRO_SGP GRO_MLY
2010 6,9 12 4,8 2011 6,5 3,6 5,3 2012 6,1 2,2 6,5 2013 5,7 4,9 5,1 2014 5 2,1 5,8 Mean 6,04 4,96 5,5
Sumber: Bank Indonesia – SEKI Sektor Eksternal
Tabel 1.3 memperlihatkan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia selama
periode 2010 hingga 2014 atau lima tahun terakhir memiliki rata-rata tertinggi
yakni 6,04 persen dibandingkan dengan Singapura dan Malaysia yang masing
di kisaran rata-rata 4,94 persen dan 5,5 persen. Hal ini bisa menjadi kekuatan
tersendiri bagi Indonesia dengan pertumbuhan tersebut agar memacu kinerja
ekonomi di sektor riil dan finansial sebagaimana akan mempengaruhi pos
Neraca Transaksi Berjalan dan Neraca Taransaksi Modal Finansial.
Setelah mengamati fenomena yang terjadi pada dinamika Perubahan
Cadangan Devisa di ketiga negara tesebut, serta memperhatikan proposisi
mengenai faktor yang mempengaruhinya pada kajian terdahulu. Maka saya
7
tertarik untuk menganalisis sejauh mana variabel Moneter dan ekonomi dalam
mempengaruhi Laju Perubahan Cadangan Devisa di tiga Negara Kawasan Asia
Tenggara. Analisis tersebut akan dibahas pada Skripsi berjudul “Analisis
Pengaruh Nilai Tukar, Transaksi Berjalan, dan Pertumbuhan Ekonomi
terhadap Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia dan Singapura Periode
2001-2014”.
B.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan sebelumnya, maka
penulis ingin melakukan pembuktian secara empiris dengan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar, Transaksi Berjalan, dan Pertumbuhan
Ekonomi terhadap Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia, dan
Singapura Periode 2001-2014 secara parsial atau individual?
2. Bagaimana pengaruh Nilai Tukar, Transaksi Berjalan, dan Pertumbuhan
Ekonomi terhadap Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia, dan
Singapura Periode 2001-2014 secara simultan atau bersama-sama?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas, maka tujuan
dilaksanakannya penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh Nilai Tukar, Transaksi Berjalan, dan Pertumbuhan
Ekonomi terhadap Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia, dan
Singapura Periode 2001-2014 secara parsial atau individual.
8
2. Mengetahui pengaruh Nilai Tukar, Transaksi Berjalan, dan Pertumbuhan
Ekonomi terhadap Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia, dan
Singapura Periode 2001-2014 secara simultan atau bersama-sama.
D.Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada tujuan penulisan penelitian ini, manfaat yang akan
didapat dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini merupakan kajian ilmiah dan aplikasi ilmu
pengetahuan yang diharapkan dapat menjadi wacana bagi penelitian
berikutnya terutama penelitian yang berhubungan dengan Cadangan
Devisa di negara kawasan Asia Tenggara.
2. Manfaat Akademis
Diharapkan hasil penelitian dapat menambah literatur dan sumber
informasi di lingkungan program sarjana di Fakultas Ekonomi dan Bsinis
khusunya program studi Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Perekonomian Terbuka
Macroeconomics having to do with the whole or the agregate of an economy, such as the total receipts and payments of a nation and the general price index (Salvatore,1996:4). International economics deals with the economics relations and interdependence among nations, these influence (and are in turn influence by) the political, social, cultural, and military relations among the nation’. Balance of payments is the measure nation’s total receipts from and total payments to the rest of the world, also called open economy macroeconomics. (Salvatore-Schaum’s,1996:3)
Berbeda dengan Makroekonomi tertutup, suatu perekonomian terbuka
dapat menabung dengan cara melakukan investasi domestik dan investasi
luar negeri. Oleh karena itu, tabugan nasionalnya sama dengan investasi
domestik ditambah saldo transaksi berjalan. “Suatu perekonomian terbuka
dapat menabung dengan cara menumpuk cadangan modalnya atau dengan
menciptakan kekayaan luar negeri, sedangkan perekonomian tertutup hanya
menabung dengan cara menumpuk cadangan modalnya”
(Krugman,1999:36). Berikut perbedaan Pendapatan Nasional pada
perekonmian terbuka dan tertutup.
Y = C + I + G (2.1)
Dalam suatu perekonomian yang tertutup terhadap pedagangan
internasional, GDP habis dikonsumsikan, diinvestasikan atau
dibelanjakan pemerintah Y = C + I + G. Bagi sebuah perekonomian
10
tertutup, investasi merupakan satu-satunya cara menabung pada tingkat
agregat; oleh karena itu, seluruh tabungan dari sektor swasta maupun
pemerintah, yakni tabungan nasional harus sama dengan Investasi dengan
persamaan S = I.
Y = C + I + G + NX (2.2)
Dalam persamaan 2.2 dijelaskan bahwa sebuah perekonomian
terbuka, GNP atau Y adalah penjumlahan C + I + G + NX. Perdagangan
tidak harus selalu seimbang, karena diantara perekonomian terbuka bisa
pinjam-meminjam. Saldo transaksi berjalan, yakni selisish antara ekspor
dan impor suatu negara (suatu perekonomian) sama dengan selisih antara
jumlah output yang dihasilkannya dengan jumlah barang dan jasa yang
digunakannya NX = X - M. Berikut disajikan dalam tabel 2.1
penjelasannya.
Tabel 2.1
Ikhtisar Arus Barang dan Modal Internasional
Surplus Perdagangan Perdagangan Berimbang Defisit Perdagangan
X > M X = M X < M
NX > 0 NX = 0 NX < 0
Y > C + I + G Y = C + I + G Y < C + I + G
Tabungan > Investasi Tabungan = Investasi Tabungan < Investasi
Arus Modal Keluar Netto > 0 Arus Modal Keluar Netto = 0 Arus Modal Keluar Netto < 0 Sumber: N.G Mankiw, Macroeconomics 6th Edition, 2007
Ikhtisar dari hasil kegiatan perekonomian terbuka disajikan pada
Neraca Pendapatan Nasional dan Neraca Pembayaran suatu negara.
11
Kedua-nya merupakan hal penting dalam mempelajari makro ekonomi
semua perekonomian terbuka yang saling tergantung satu sama lain,
karena kedua hal tersebut menunujukkan pola-pola pengeluaran nasional
dan dampak-dampak internasionalnya (Krugman,1999:35).
a) Neraca Pembayaran
Balance of Payments is a summary statement of all the economic
transaction of a nation with the rest of the world during a given year.
(Salvatore-Schaum’s, 1996:164). Neraca pembayaran atau (Balance of
Paayment) merupakan dokumen sistematis dari semua transaksi
ekonomi antara penduduk suatu negara (residen) dengan penduduk
negara lain (nonresiden) dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu
tahun. (Apridar, 2009:135). Sedangkan menurut Salvatore (1997:68)
Balance of Payment atau neraca pembayaran merupakan ringkasan
pernyataan atau laporan yang pada intinya menyebutkan semua
transaksi yang dilakukan oleh penduduk dari suatu negara dengan
penduudk negara lain dan dicatat dengan metode tertentu dan dalam
kurun waktu tertentu.
b) Komponen Neraca Pembayaran
Neraca pembayaran suatu negara mencakup seluruh transaksi
internasional yang diartikan sebagai akktivitas pertukaran barang, jasa
serta aset (alat pembayaran atau benda-benda lain yang mengandung
nilai ekonomi) antara penduduk dari suatu negara dengan penduduk
dari negara lain. Istilah penduduk di sini tidak hanya individu tapi juga
12
merujuk pada perusahaan, badan hukum, dan pemerintah. Selain itu,
hadiah dan beberapa bentuk transfer yang tidak disertai dengan
pembayaran juga dimasukkan dalam pencatatan Neraca Pembayaran.
Setiap transaksi yang mengakibatkan suatu pembayaran kepada pihak
luar negeri akan masuk dalam pencatatan Debet serta dibubuhi tanda
negatif atau kurung. Sedangkan transaksi yang menghasilkan
penerimaan akan dicatat dalam sisi Kredit dan bertanda positif. Neraca
pembayaran juga mencakup seluruh transaksi yang menyebabkan
perubahan-perubahan dalam posisi devisa suatu negara, baik yang
drisebabkan oleh transaksi perdagangan dan jasa maupun transaksi
finansial lintas negara (Basri, 2010:13). Persamaan NPI = NTB +
NTMF, dimana NPI adalah neraca Pembayaran Internasional, NTB
adalah Neraca Transaksi Berjalan dan NTMF adalah Neraca Transaksi
Modal Finansial.
c) Pendekatan Monetary Approach to the Balance of Payment
(MABOP) versi Johnsonian
Pendekatan pada penelitian ini mengacu pada pendekatan Neraca
Pembayaran versi Johnsonian dalam “The Two Monetary Approaches
to the Balance of Payments (MABOP):Keynesian and Johnsonian dari
IMF Working Paper WP/01/100. Penelitian oleh J.J Polak (2001) ini
menganalisis Neraca Pembayaran versi Johnsonian dan Keynesian.
Titik perbedaannya terletak pada ekspansi kredit yag memiliki
pengaruh terhadap kondisi Balance of Payment. MABOP versi
13
Johnsonian merupakan pembuktian pada empat negara maju yakni
Australia, Jepang, Swedia dan Spanyol. Dalam penelitian versi
Johnsonian ini didapat persamaan sebagai berikut:
∆MO = ∆R + ∆D (2.3)
∆R = ∆M – ∆D (2.4)
Dimana: ∆MO sebagai money supply yang merupakan fungsi dari
p (tingkat harga), y (pendapatan riil), i (tingkat suku bunga), ∆R sebagai
Reserves / Cadangan Devisa, ∆D sebagai Kredit Domestik
R = f ( p, y, i, D) (2.5)
Dimana berdasarkan persamaan 2.5 tersebut terlihat bahwa kondisi
Neraca Pembayaran juga dipengaruhi oleh (fluktuasi pada p,y,i) dan
dampak dari risiko spesifik negara (∆D), terhadap perubahan cadangan
devisa (∆R) .
2. Cadangan Devisa
a) Pengertian Cadangan Devisa
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), cadangan
diartikan sebagai sesuatu atau persediaan untuk suatu keperluan yang
akan dipakai apabila diperlukan saja, sedangankan devisa diartikan
sebagai alat pembayaran luar negeri yang dapat ditukarkan dengan uang
luar negeri.
“Cadangan devisa yang sering disebut dengan internasional reserves and foreign currency liquidity (IRFCL) atau Official reserve asset didefinisikan sebagai seluruh aktiva luar negeri yang dikuasai oleh otoritas moneter dan dapat digunakan setiap waktu, guna membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran atau dalam rangka stabilitas
14
moneter dengan melakukan intervensi di pasar valuta asing dan untuk tujuan lainnya” (Gandhi,2006:3)
Cadangan Devisa dituntut harus dapat dipergunakan setiap saat
apabila diperlukan, maka cadangan devisa biasanya berupa kekayaan
dalam bentuk uang asing yang mudah diperjualbelikan, emas, dan
tagihan jangka pendek kepada bukan penduduk yang bersifat likuid.
Selanjutnya agar cadangan devisa tersebut bersifat likuid, maka
cadangan devisa sebaiknya dalam bentuk aset yang dapat dengan
mudah dipergunakan setiap saat sesuai kebutuhan (dalam definisi IMF,
kriteria likuid adalah dapat dicairkan sebelum jangka waktu satu tahun)
(Gandhi,2006:4). Oleh karena itu, cadangan devisa harus tersimpan
sebagai tagihan pemerintah kepaada bukan penduduk dalam bentuk
valuta asing yang mudah dikonversikan. Dengan demikian aset yang
tidak dikuasai pemerintah dan yang terkait persyaratan tertentu untuk
jangka waktu lebih dari satu tahun tidak dapat dikatakan sebagai
Official Reserve Assets.
Cadangan devisa bertambah ataupun berkurang tampak dalam
neraca lalu lintas moneter. Cadangan devisa disimpan dalam neraca
pembayaran (BOP). Cadangan devisa lazim diukur dengan rasio
cadangan resmi terhadap impor, yakni jika cadangan devisa cukup
untuk menutupi impor suatu negara selama 3 bulan, lazim dipandang
sebagai tingkat yang aman, dan jika hanya 2 bulan atau kurang maka
akan menimbulkan tekanan terhadap neraca pembayaran (Rustian
Kamaluddin, 1998).
15
Dalam perkembangan ekonomi nasional Indonesia dikenal dua
terminologi cadangan devisa, yaitu official foreign exchange reserve
dan country foreign exchange reserve, yang masing-masing mempunyai
cakupan yang berbeda. Pertama, merupakan cadangan devisa milik
negara yang dikelola, diurus, dan ditatausahakan oleh bank sentral,
sesuai dengan tugas yang diberikan oleh UU No. 13 Tahun 1968.
Kedua, mencakup seluruh devisa yang dimiliki badan, perorangan,
lembaga, terutama lembaga keuangan nasional yang secara moneter
merupakan bagian dari kekayaan nasional (Halwani, 2005).
b) Komponen Cadangan Devisa
Secara umum, menurut Metadata Departemen Pengelola Devisa
Bank Indonesia, cakupan data devisa setiap negara yang melaporkan
cadangan devisa nya ke IMF mengacu pada the Balance of Payments
Manual 6th edition (BPM6) dan The International Reserve and Foreign
Currency Liquidity (IRFCL) Guidelines for a Data Template yang
dikeluarkan oleh IMF pada 23 Maret 1999 yakni meliputi:
1. Cadangan dalam Valuta Asing (foreign currency reserves)
adalah keseluruhan tagihan Bank Indonesia kepada bukan
penduduk baik dalam bentuk simpanan dan uang kertas asing
(deposits and currency) maupun surat-surat berharga
(securities);
2. Posisi cadangan di IMF (Reserve Posistion in the Fund -RPF);
3. Hak tarik khusus (Special Drawing Rights - SDR);
4. Emas Moneter (Monetary Gold) ;
5. Cadangan devisa lainnya (other Reserve Assets).
16
c) Peranan Cadangan Devisa
Cadangan devisa resmi Indonesia (Indonesia Official Reserve
Assets) merupakan aset eksternal yang dapat langsung tersedia bagi dan
berada di bawah kontrol bank Indonesia selaku otoritas moneter untuk
“membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran, menjaga
ketahanan perekonomian, dan berperan sebagai bantalan terhadap net
kewajiban Indonesia dalam perekonomian terbuka.” (Metadata
Departemen Pengelolaan Devisa Bank Indonesia).
Menurut Bank Dunia, fungsi dan peranan cadangan devisa adalah:
1) Untuk melindungi negara dari guncangan eksternal. Krisis
keuangan pada akhir 1990 an membuat para pembuat
kebijakan memperbaiki pandangannya atas nilai dari
cadangan devisa sebagai proteksi dalam melindungi dari krisis
mata uang.
2) Tingkat cadangan devisa merupakan faktor penting dalam
penilaian kelayakan kredit dan kredibilitas kebijakan secara
umum, sehingga negara dengan tingkat cadangan devisa yang
cukup dapat memberi pinjaman dengan kondisi yang lebih
nyaman.
3) Kebutuhan likuiditas untuk mempertahankan stabilitas nilai
tukar.
17
Menurut hasil pengamatan dari lembaga Keuangan Internasional JP.
Morgan Fleming, alasan suatu negara memiliki Cadangan Devisa adalah
sebagai berikut (Gandhi,2006:31) :
1. Melakukan intervensi dan memenuhi kebutuhan likuiditas negara
2. Memenuhi kebutuhan impor
3. Memberi tambahan pendapatan bagi pemerintah
4. Mendukung peningkatan kekayaan negara dalam jangka panjang
d) Faktor yang berpengaruh terhadap strategi pengelolaan Devisa
Menurut Gandhi (2006:9) strategi pengelolaan cadangan devisa
merupakan rangkaian kebijakan dan kegiatan yang berkaitan erat dengan
tujuan kepemilikkan cadangan devisa. Motif kepemilikkan cadangan
Devisa dapat dianalogikan dengan motif seseorang atau individu untuk
memegang uang (Roger,1993 dalam Gandhi,2006:6) yakni: (1) Motif
transaksi ditujukan terutama untuk mencukupi kebutuhan likuiditas
internasional, membiayai defisit neraca pebayaran, dan memberikan
jaminan kepada pihak eksternal bahwa kewajiban luar negeri senantiasa
dapat dibayar tepat waktu (Zero default) dengan biaya seminimal mungkin
tanpa mengurangi optimalisasi pendapatan bagi negara. (2) Motif
Berjaga-jaga ditujukan terutama dalam rangka pelaksanaan kebijakan
moneter dan kebijakan nilai tukar, yakni memelihara kepercayaan pasar,
dan memberikan kepercayaan kepada pelaku pasar domestik bahwa mata
uang domestik senantiasa di Back-up oleh aset valas. (3) Motif Spekulasi
18
ditujukan terutama untuk memperoleh return dari kegiatan investasi
cadangan devisa.
faktor yang berpengaruh terhadap pengelolaan cadangan devisa
diantaranya (1) Kecukupan cadangan devisa dan sistem nilai tukar; (2)
Kecukupan Cadangan Devisa dan Keterbukaan Perekonomian; (3)
Kecukupan Cadangan Devisa dan Utang Negara (Ruang Fiskal)
3. Nilai Tukar
a) Pengertian Nilai Tukar
Menurut Case-Fair (2002:358) tingkat kurs adalah rasio dua mata
uang yang dipertukarkan, atau harga satu mata uang yang dinyatakan
dalam mata uang lain. Kurs juga dapat diartikan sebagai harga satu unit
mata uang domestik dalam satuan valuta asing (Salvatore,1997:13).
Dapat disimpulkan, Kurs (Excahnge Rate) adalah harga sebuah mata
uang dari suatu negara yang diukur atau dinyatakan dalam mata uang
lainnya. Kurs memainkan peranan penting dalam keputusan-keputusan
pembelanjaan, karena kurs memungkinkan kita menerjemahkan harga-
harga dari berbagai negara ke dalam satu bahasa yang sama.
Dalam tulisan Krugman, (1999:73) dijelaskan bila semua kondisi
Cateris Paribus atau faktor lain dianggap tetap, depresiasi mata uang
dari suatu negara terhadap segenap mata uang lainnya (kenaikan harga
valuta asing bagi negara yang bersangkutan) menyebabkan ekspornya
lebih murah dan impornya lebih mahal. Sedangkan apresiasi
19
(penurunan harga valuta asing di negara yang bersangkutan) membuat
ekspornya lebih mahal dan impornya lebih murah.
b) Teori Nilai Tukar
1. Pendekatan Elastisitas
Pendekatan ini melihat bahwa nilai tukar atau kurs antara dua
mata uang dari dua negara ditentukan oleh besar kecilnya
perdagangan barang dan jasa yang berlangsung di antara kedua
negara tersebut, (Salvatore,1997:43). Pendekatan ini juga disebut
pendekatan perdagangan (trade approach). Pada pendekatan ini,
kurs ekulibrium akan menyeimbangkan nilai impor dan ekspor dari
suatu negara. Jika nilai M > X artinya negara tersebut mengalami
defisit perdagangan, maka kurs mata uangnya akan mengalami
peningkatan (artinya mengalami depresiasi atau penurunan nilai
tukar). Hal seperti ini akan berlangsung secara cepat pada sisitem
kurs mengambang.
2. Teori Paritas Daya Beli
Pendekatan ini lebih relevan diaplikasikan dalam mengamati
pergerakan kurs dalam jangka panjang daripada jangka pendek. Teori
Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity, PPP) versi absolut
merumuskan bahwa kurs antara dua mata uang adalah identik dengan
rasio dari tingkat harga umum di kedua negara bersangkutan
(Salvatore,1997:44). Sebagai contoh harga satu liter beras di Amerika
Serikat adalah $1, sedangkan harga di Indonesia adalah Rp12.000 per
20
liter, maka kurs yang berlaku antara dollar dan rupiah adalah R =
$1/Rp12.000 . Jadi, berdasarkan hukum satu harga (Law of one price)
tersebut, komoditi yang sama seharusnya memiliki harga yang sama
pula (dalam kondisi itulah daya beli dari kedua mata uang negara tadi
berada dalam kondisi paritas atau persamaan). Pendekatan ini dinilai
sulit dijadikan pegangan baku, mengingat asumsi yang digunakan
seperti mengabaikan biaya transportasi, tarif dan arus barang dan uang
secara bebas masih jauh dari keadaan real. Pendekatan PPP versi
Relatif lebih potensial, dalam teori ini dikatakan perubahan dalam
kurs senantiasa proporsional atau sebanding dengan perubahan rasio
tingkat-tingkat harga di kedua negara. Namun, dalam kenyataannya
proses penyesuaian yang berlangsung melalui arbitrase komoditi tidak
selamanya beriringan dengan pergerakan kurs sehingga apa yang
dikemukakan oleh terori PPP ini lebih tepat disebut sebagai “Ramalan
kurs dalam jangka panjang”
3. Pendekatan moneter
Pendekatan ini, memberikan penjelasan yang sangat kontras ,
dimana pada pendekatan sebelumnya dibahas berdasarakan pendekatan
perdagangan dan elastisitas yang terbentuk oleh arus-arus dana yang
bersumber dari perdagangan barang dan jasa antar negara. Pada
Monetary approach ini, dijelaskan bahwa kurs tercipta dalam proses
penyamaan atau keseimbangan stok atau total permintaan (D) dan
penawaran (S) mata uang nasional di masing-masing negara
21
(Salvatore,1997:46). Penawaran uang di suatu negara diasumsikan
dapat ditetapkan secara independen oleh otoritas moneter dari negara
bersangkutan. Sedangkan permintaan uang sangat ditentukan oleh
tingkat pendapatan riil negara (Yriil) tersebut atau tingkat harga-harga
umum yang berlaku (p) serta suku bunga (r).
e = f (Yrill, p, r) (2.6)
Pendekatan ini sesuai dengan Motif permintaan uang (Md) yang
dikemukakan Keynes (Sukirno,2010:300) yakni motif transaksi -
transaction (Qt), berjaga-jaga-precautionary (Qp) dan speculation
(Qs) yang juga bisa menurunkan persamaan permintaan akan uang
valas yang dipengaruhi oleh Pendapatan riil terhadap motif berjaga-
jaga dan transaksi serta motif spekulasi dari turunan suku bunga.
Md = f (Qt,Qp,Qs) (2.7)
4. Pendekatan Portofolio
Secara umum pendekatan moneter menarik, namun masih dinilai
gagal menjelaskan terjadinya pergerakan-pergerakan kurs mata uang
utama dunia selama periode berlakunya sistem kurs mengambang
yang dimulai tahun 1973 (Salvatore,1997:47). Berbeda dengan
pendekatan moneter, Model keseimbangan portofolio atau (asset-
market model) mengasumsikan obligasi-obligasi domestik dan luar
negeri sebagai substitusi yang tidak sempurna. Perbedaan lainnya dari
keseimbangan portofolio ini adalah keseimbangan stok atau total
22
permintaan dan total penawaran aset – aset finansial (dalam hal ini,
uang dipandang hanya merupakan salah satu bentuk dari sekian
banyak jenis asset finansial) di setiap negara.
c) Kebijakan Nilai Tukar
Model Mundell Fleming menunjukkan bahwa dampak dari
sebagain besar kebijakan ekonomi terhadap perekonomian terbuka kecil
tergantung pada apakah kurs mengambang atau tetap. Yang pasti, dampak
yang dihasilkan pada kurs tetap berbeda dengan pada kurs mengambang.
Agar lebih spesifik, model Mundell Fleming menunjukkan bahwa
kekuatan kebijakan fiskal dan moneter untuk mempengaruhi pendapatan
agregat tergantung pada rezim kurs (Mannkiw, 2007). Ringkasan dampak
yang ditimbulkan oleh masing-masing kebijakan ditunjukkan dalam tabel
2.2 dibawah ini (Mankiw, 2007 ).
Tabel 2.2
Model Mundell Fleming : Ringkasan Dampak Kebijakan Kurs
Kebijakan
Rezim Kurs Mengambang Tetap
Berdampak Pada Y E NX Y E NX
Ekspansi Fiskal
Tetap Naik turun Naik tetap Tetap
Ekspansi Moneter
Naik Turun naik Tetap tetap Tetap
Sumber: Mankiw, 6th Edition, (2007:351)
Tabel 2.2 menunjukkan di bawah kurs mengambang, hanya
kebijakan Ekspansi moneter yang bisa mempengaruhi pendapatan.
Selain itu, dibawah rezim kurs tetap, hanya kebijakan ekspansi Fiskal
23
yang dapat meningkatkan pendapatan. Berikut akan dijelaskan jenis
kondisi Nilai Tukar seperti dijelaskan dalam Salvatore (1996) :
1. Appreciation: A decrease in the domestic currency price of the
foreign currency. (Salvatore-Schaum’s,1996:143)
2. Depreciation: An increase in the domestic currency price of the
foreign currency. (Salvatore-Schaum’s, 1996:143)
3. Devaluation: an increase in the exchange rate from one par
value to another made by the nation’s monetary authorities.
(Salvatore-Schaum’s,1996:212)
4. Revaluation: a decrease in the exchange rate from one par
value to another made by the nation’s monetary authorities.
(Salvatore-Schaum’s,1996:212)
d) Hubungan Nilai Tukar dengan Cadangan Devisa
Nilai tukar mempengaruhi cadangan devisa melalui mekanisme
harga, menurut pendekatan KBPT, apabila nilai tukar mengalami
apresiasi, maka hal ini secara relatif dapat menurunkan harga barang
ekspor. Penurunan harga barang ekspor ini akan mendorong
peningkatan jumlah ekspor dan menurunkan jumlah impor. Apabila
peningkatan ekspor lebih besar daripada penurunan impor atau NX
(surplus) maka pengaruhnya terhadap NPI dan Cadangan Devisa
bersifat positif. Maka hubungan antara Nilai tukar dan Cadangan
Devisa menurut pendekatan Keynes ini adalah positif (Masdjojo,
2010: 117). Berikut persamaan nya:
CADit = β0 + β1KURSit (apresiasi) (2.8)
24
4. Neraca Transaksi Berjalan
a) Pengertian Neraca Transaksi Berjalan
Dalam Makroekonomi Internasional, posisi neraca pembayaran
dan cadangan devisa merupakan indikator dan likuiditas alat
pembayaran luar negeri suatu negara. Salah satu komponen yang ada
dalam neraca pembayaran yakni neraca transaksi berjalan dan Neraca
Transaksi Modal Finansial. Jika defisit neraca pembayaran berlaku
maka arus devisa yang keluar (permintaan terhadap valuta asing) lebih
besar dari arus devisa yang masuk (penawaran terhadap valuta asing).
Nilai positif pada neraca transaksi berjalan berarti terjadi current
account surplus dan berlaku sebaliknya. Pada dasarnya, neraca
transaksi berjalan merupakan ikhtisar dari nilai ekspor dan impor
barang dan jasa; atau dengan kata lain neraca perdagangan plus jasa-
jasa (Basri, 2010; 21).
b ) Teori Perdagangan
Teori Absolute Advantages- Adam Smith sering juga disebut teori
murni (pure theory) perdagangan internasional. Arti murni ini
memfokuskan perhatiannya kepada variabel riil seperti misalnya nilai
suatu barang diukur dengan banyaknya jumlah tenaga kerja yang
digunakan untuk menghasilkan barang tertentu. Semakin banyak tenaga
kerja yang dimiliki maka nilai barang tersebut akan semakin tinggi
(Labor Theory of value). (Nopirin,1999).
Teori Comparative Advantage - David Ricardo
25
1. Cost Comparative Advantage ( Labor efficiency )
Dalam teori cost comparative advantage (labor efficiency),
suatu Negara akan memperoleh keuntungan dari perdagangan
internasional apabila negara tersebut menspesialisasikan
produksi dan mengekspor barang dimana negara tersebut dapat
berproduksi relative lebih efisien dan mengimpor komoditas
tertentu dimana negara tersebut berproduksi relative kurang atau
tidak efisien. (Nopirin,1999).
2. Production Comparative Advantage ( Labor produktifiti)
Guna mrendapatkan manfaat dari kegiatan perdagangan
internasional, suatu negara harus menspesialisasikan produksi
serta mengekspor suatu komoditas dimana negara tersebut dapat
berproduksi relative lebih produktif dan mengimpor barang
dimana negara berproduksi relative kurang produktif atau tidak
produktif.
Teori perdagangan modern Heckscher-Ohlin (H-O) menjelaskan
suatu negara cenderung mengekspor barang-barang yang
menggunakan faktor produksi yang relatif lebih banyak atau
melimpah dan relative murah. Menurut Heckscher-Ohlin,
perdagangan internasional terjadi dikarenakan perbedaan opportunity
cost suatu produk antara suatu negara dengan negara lain. Karena
adanya perbedaan faktor produksi yang dimiliki suatu negara inilah
perdagangan nasional dapat terjadi
26
c ) Hubungan Neraca Transaksi Berjalan dengan Cadangan Devisa
Transaksi Berjalan merupakan ikhtisar dari nilai ekspor dan impor
barang dan jasa; atau dengan kata lain neraca perdagangan plus jasa-jasa
(Basri, 2010; 21). Hubungan ekspor dengan cadangan devisa yakni saat
suatu negara melakukan kegiatan ekspor maka suatu negara akan
memperoleh sejumlah uang dalam valuta asing atau biasa disebut dengan
istilah devisa, yang juga merupakan salah satu sumber pemasukan negara.
Namun apabila nilai impor nya lebih besar, dalm artian nilai NTB nya
mengalami defisit maka nilai negatif tersebut justru akan mengurangi
Cadangan Devisa. Maka hubungan antara Neraca Transaksi Berjalan dan
Cadangan Devisa adalah positif. Persamaannya dapat dituliskan sebagai
berikut.
CADit = β0 + β2 NTBit (2.9)
5. Pertumbuhan Ekonomi
a) Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi menurut Case-Fair (2002:323) diartikan
sebagai kenaikan keluaran total suatu perrekonomian, dan beberapa ahli
ekonomi mndefinisikan sebagai kenaikan GDP riil per kapita.
Sedangkan menurut McEachern (2000: 146), GDP artinya mengukur
nilai pasar dari barang dan jasa akhir yang diproduksi oleh sumber daya
yang berada dalam suatu negara selama jangka waktu tertentu, biasanya
satu tahun. GDP juga dapat digunakan untuk mempelajari
perekonomian dari waktu ke waktu atau untuk membandingkan
27
beberapa perekonomian pada suatu saat. Syarat pertumbuhan ekonomi
yakni apabila pertumbuhan output melebihi pertumbuhan penduduk,
sistem perekonomian dapat memproduksi apa yang diinginkan atau
dibutuhkan dan demikian pertumbuhan akan menaikkan standar hidup
seseorang.
Menurut Sukirno (2010:17) Salah satu alat ukur untuk menilai
prestasi kegiatan ekonomi dapat dihitung melalui pendapatan nasional
riil yakni PDB yang dihitung menurut harga-harga yang berlaku dalam
tahun dasar. Tingkat pertumbuhan ekonomi dihitung dari pertambahan
PDB riil yang berlaku dari tahun ke tahun. Adapun perhitungan nya
diformulasikan sebagai berikut:
Tingkat Pertumbuhan PDBn = PDBriil tahun(n) – PDB riil tahun(푛− 1)
PDB riil tahun(푛− 1) 푋 100
Pendapatan Nasional (PDB) dari setiap negara jika dibagi dengan
jumlah penduduk dalam negara tersebut akan menghasilkan angka
pendapatan per kapita. Nilai inilah yang dijadikan acuan oleh World
Bank 2008, dan dari nilai tersebut, diklasifikasikan tingkatan negara
berdasarkan GNI per kapita sebagai berikut: (Kuncoro,2010:42)
1) Low-Income Economies – Negara berpenghasilan rendah
dengan GNI per kapita kurang atau sama dengan < US$ 975.
2) Middle-Income Economies – Negara berpenghasilan menengah
dengan GNI per kapita lebih dari US$ 975 namun kurang dari
28
US$ 11.905. Kelompok ini dibagi lagi menjadi dua yakni:
Lower-middle income economies (US$ 976-US$ 3.855); dan
Upper middle income economies (US$ 3.856-US$ 11905).
3) High-Income Economies – negara berpenghasilan tinggi
dengan GNI per Kapita lebih dari US$11.906.
b) Teori Pertumbuhan Ekonomi
Menurut teori pertumbuhan ekonomi klasik ada empat faktor
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu wialayah, yakni:
jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan
kekayaan alam serta tingkat teknologi yang digunakan
(Sukirno,2010:433)
Menurut Teori Schumpeter (Sukirno,2010:434) Kegiatan
ekonomi suatu negara dipengaruhi olleh peranan wirausaha atau
Enterpreneurship dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi. Dalam
teori ini dijelaskan, para pengusaha akan terus menerus melakukan
inovasi atau pembaharuan dalam kegiatan ekonomi. Inovasi ini akan
meningkatkan efisiensi produksi suatu barang, memperkenalkan
barang-barang baru, memperluas pasar barang, dan mengembangkan
sumber bahan mentah alternatif yang dapat terbaharui. Namun
pendekatan teori ini pada akhirnya akan emenemui sebuah pangkal
dimana para pengusaha membutuhkan modal atau investasi lebih dalam
upaya memperluas pasaran dan terus melakukan inovasi.
29
Teori Harord Domar, menyadari akan pentingnya peningkatan
kapasitas barang modal tersebut, maka analisis ini menganalisis
bagaimana syarat agar kapasitas barang modal yang bertambah itu akan
sepenuhnya digunakan? Pendekatan ini merupakan pelengkap dan
kelanjutan dari pendekatan Keynesian. Pada pendekatan ini, disebutkan
barang barang modal yang bertambah dapat sepenuhnya digunakan
apabila AE1 = C + I1 + G1 + (X-M)1 dimana I1 + G1 + (X-M)1 sama
dengan (I +∆퐼). Maka pertumbuhan ekonoi yang teguh hanya mungkin
dicapai bila I + G + (X-M) terus meneru bertambah dengan tingkat
yang berkelanjutan.
Teori Pertumbuhan Neo-Klasik, sebagai perluasan dari teori
Keynes, Harord Domar yang melihat pertumbuhan dari segi
permintaan. Teori pertumbuhan neo-klasik ini melihat dari sudut
pandang yang berbeda, yakni dari segi penawaran. Menurut teori ini
yang dikemukakan oleh Abramovits dan Solow, pertumbuhan ekonomi
tergantung pada perkembangan faktor-faktor produksi. Dalam
persamaan nya dirumuskan sebagai berikut (Sukirno, 2010:437):
∆풀 = 풇 (∆푲,∆푳,∆푻) (2.10)
Dimana: ∆푌 adalah tingkat pertumbuhan Ekonomi ∆퐾 adalah tingkat pertumbuhan Modal ∆퐿 adalah tingkat pertumbuhan Penduduk ∆푇 adalah tingkat pertumbuhan Teknologi
Formula matematis tersebut selanjutnya dikembangkan oleh
Solow dan telah dibuktikan secara kajian empiris bahwa “Faktor
30
terpenting yang mewujudkan pertumbuhan ekonomi bukanlah
pertambahan modal dan pertambahan tenaga kerja saja melainkan
faktor yang paling penting adalah kemajuan teknologi dan pertambahan
kemahiran dan kepakaran tenaga kerja”, (Sukirno,2010:437). Setelah
itu, beberapa ahli ekonomi juga melakukan kajian yang sama salah
satunya Denison, ia menganalisis faktor yang mengakibatkan
perkembangan di negara maju tahun 1950-1962, dan mencapai
kesimpulan “Bukan modal, tetapi teknologi dan perkembangan
keterampilam yang menjadi faktor utama demi mewujudkan
pertumbuhan ekonomi”
c) Hubungan Pertumbuhan Ekonomi dengan Cadangan Devisa
Menurut pendekatan Keynesian to the Balance of Payment
(KBPT), pertumbuhan ekonomi mempengaruhi perubahan Cadangan
Devisa melalui mekanisme pendapatan. Ada pengaruh negatif antara
variabel Pertumbuhan Ekonomi dengan Cadangan Devisa. Dengan
Asumsi Cateris Paribus, jika terjadi Pertumbuhan Ekonomi positif maka
pendapatan masyarakat akan naik dan kemampuan daya beli
masyarakat meningkat, hal itu akan mendorong naiknya permintaan
domestik. Pada saat penawaran domestik tidak mampu lagi memenuhi
kelebihan permintaan itu, maka harga domestik akan naik. Hal itu
menimbulkan competitiveness price turun karena inflasi, sehingga
ekspor turun dan impor meningkat. Hal ini menyebabkan terjadinya
defisit neraca perdagangan yang selanjutnya dapat menurunkan
31
Cadangan Devisa, demikian sebaliknya (Masdjojo, 2010:116). Secara
singkat hubungan pertumbuhan ekonomi dan Cadangan Devisa adalah
negatif, berikut ditulis dalam persamaan 2.11:
CADit = β0 + β3 GROit (2.11)
Berbeda dengan yang dikemukakan oleh pendekatan KBPT,
menurut pendekatan Monetary Approach to the Balance of Payments
(MABP) pertumbuhan Ekonomi akan mempengaruhi keseimbangan di
pasar uang domestik melalui perubahan terhadap permintaan uang
domestik. Adanya peningkatan pertumbuhan ekonomi akan mendorong
peningkatan pendapatan masyarakat. Apabila pemerintah kemudian
menerapkan kebijakan tight money policy untuk mengantisipasi
terjadinya inflasi, maka kenaikan tingkat bunga di satu sisi akan
menekan pemberian kredit domestik dan di sisi lain justru menjadi daya
tarik masuknya modal asing yang cenderung mendatangkan surplus
pada NPI. Surplus NPI tersebut akan meningkatkan pendapatan devisa.
oleh karena itu hubungan pertumbuhan ekonomi dengan posisi NPI
(Cadangan Devisa) adalah positif (Masdjojo, 2010: 119), berikut
dituliskan pada persamaan 2.12:
CADit = β0 + β3 GROit (2.12)
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang Cadangan Devisa dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya telah banyak dilakukan baik di dalam negeri maupun luar
32
negeri. Penelitian tersebut dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya yang
akan membahas penelitan sejenis. Dalam penelitian kali ini, penelitian yang
dijadikan acuan dasar adalah penelitian yang dilakukan oleh:
1. Mega Febriyenti, Hasdi Aimon dan Zul Azhar (2013)
Penelitian Pertama berjudul “”Faktor – Faktor yang Mempengaruhi
Cadangan Devisa dan Net Ekspor di Indonesia” menggunakan metodologi
Indirect Least Squared atau Persamaan Simultan. Periode penelitian yakni
Q1-2000 hingga Q4-2011. Adapun persamaan model dan variabel dalam
penelitian ini yakni:
CDt = β0 + β1 NX + β2 Dt + β3 FDI + β4 CDt-1 + µit (2.13)
Dimana: CDt : Cadangan Devisa; NX : Net Ekspor; D: Debt atau
Utang Luar Negeri; FDI: Foreign Direct Investment; CDt-1: Cadangan
Devisa tahun sebelumnya; β0: sebagai Constanta, β1, β2, β3, β4: sebagai
Intercept dan µit sebagai Error term.
Hasil dari penelitian menunujukkan Net Ekspor, Utang Luar
Negeri dan Cadangan Devisa tahun sebelumnya berpengaruh signifikan
terhadap Cadangan devisa Indonesia pada periode tersebut. Sedangkan
Foreign Directt Investment (FDI) tidak berpengaruh signifikan terhadap
Cadangan Devisa, pengaruh yang tidak signifikan ini dijelaskan karena
FDI tidak memberikan efek atau dampak jangka pendek, melainkan jangka
panjang. Oleh karena itu efek atau pengaruhnya tidak bisa dirasakan secara
langsung dalam jangak pendek.
33
2. I Putu Kusuma Juniantara dan Made Kembar Sri Budhi (2011)
Penelitian keempat berjudul “Pengaruh Ekspor Impor dan Kurs
terhadap Cadangan Devisa Nasional Periode 1999-2010”. Metodologi
yang digunakan yakni Regresi Linear Berganda dengan Ordinary Least
Squared (OLS). Adapun model dan variabel yang digunakan yakni:
CAD = β0 + β1 X + β2 M + β3 Kurs + µit (2.14)
Dimana: CAD merupakan cadangan Devisa, X merupakan Ekspor,
Mmerupakan Impor dan Kurs merupakan nilai tukar.
Hasil penelitian ini adalah Ekspor berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap cadangan devisa nasional. Impor tidak berpengaruh
positif secara signifikan terhadap cadangan devisa nasional. Kurs
berpengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa nasional.
3. Gregorius Nasiansenus Masdjojo (2010)
Penelitian kedua berjudul “Kajian Pendekatan Keynesian dan
Monetaris terhadap Dinamika Cadangan Devisa melalui penelusuran
Neraca Pembayaran Internasional” (Studi Empiris Indonesia periode 1983-
2008). Metodologi yang dipakai yakni Regresi Linear Berganda dengan
model Error Correction Model (ECM) adapun persamaan dan variabel
yang digunakan yakni:
NPI = f (Yw + Yn + e + Id + If) (2.15)
34
Dimana: NPI: Neraca Pembayaran Indonesia dalam hal ini
Cadangan Devisa, Yw : Pendapatan Dunia, Yn: Pendapatan Nasional, e:
Kurs, Id: suku bunga domestik, dan If: Suku bunga International.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa dalam jangka panjang
perubahan cadangan devisa dipengaruhi oleh Pertumbuhan Ekonomi,
perubahan Kredit Domestik, perubahan Nilai Tukar, perubahan Tingkat
bunga dan Krisis Ekonomi. Dalam uji konsistensi juga disebutkan bahwa
pertumuhan ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap Cadangan
Devisa. Selain itu Apresiasi Nilai Tukar juga berpengaruh negatif terhadap
Cadangan Devisa.
4. Katryn N. Pasaribu (2007)
Penelitian ketiga berjudul “Pengaruh Risiko Sistemik dan Nonsitemik
Pasar Keuangan Internasional terhadap Laju Perubahan Cadangan Devisa
Negara Studi Kasus Malaysia periode Q1-1986 hingga Q4-1996”.
Metodologi yang digunakan yakni Ordinary Least Squared (OLS). Adapun
persamaan model dan variabel yang digunakan yakni:
Log (Reserve) = f (CRP, RiskPoil, RiskYGap, Risk_ Liq(DC/Exp) (2.16)
Dimana: Log Reserve adalah variabel eksogen yaknni Perubahan
Cadangan Devisa, CRP adalah risiko bunga T-Bills 3 bulan Malaysia
relatif terhadap T-Bills 3 bulan Amerika Serikat, Risk Poil adalah Indikator
risiko perubahan harga minyak mentah dunia, Risk Ygap adalah indikator
risiko perubahan pendapatan nasional, dan Risk_Liq adalah indikator
risiko likuiditas keuangan negara (porsi ekspansi kredit terhadap ekspor).
35
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Risiko perubahan tingkat
suku bunga, risiko perubahan harga komoditi internasional dan risiko
likuiditas mempengaruhi secara negatif terhadap laju perubahan
cadangan devisa. Sedangkan risiko perubahan pendapatan nasional
mempengaruhi laju cadangan devisa secara positif.
5. Jacques J. Polak (2001)
Penelitian kelima berjudul “The Two Monetary Approaches to the
Balance of Payments (MABOP):Keynesian and Johnsonian IMF
Working Paper WP/01/100. Penelitian ini menganalisis Neraca
Pembayaran versi Johnsonian dan Keynesian. Titik perbedaannya
terletak pada ekspansi kredit yag memiliki pengaruh terhadap kondisi
Balance of Payment. MABOP versi Johnsonian merupakan pembuktian
pada empat negara maju yakni Australia, Jepang, Swedia dan Spanyol.
Dalam penelitian versi Johnsonian ini didapat persamaan sebagai berikut:
∆MO = ∆R + ∆D (2.17)
∆R = ∆MO – ∆D (2.18)
∆MO = f ( p, y, i ) (2.19)
Dimana: ∆MO sebagai money supply yang merupakan fungsi dari
p (tingkat harga), y (pendapatan riil), i (tingkat suku bunga), ∆R sebagai
Reserves / Cadangan Devisa, ∆D sebagai Kredit Domestik
R = f ( p, y, i, D) (2.20) Dimana berdasarkan persamaan 2.19 tersebut terlihat bahwa kondisi
Neraca Pembayaran juga dipengaruhi oleh (fluktuasi pada p,y,i) dan
36
dampak dari risiko spesifik negara (∆D), terhadap perubahan cadangan
devisa(∆R).
6. Aekapol Chongvilaivan (2011)
Penelitian berjudul, “Undoing a Myth of the Global Financial
Crisis and Growth Prospects; Evidence from Selected Asia Paciic
Economies” ini menganalisis bagaimana Krisis Keuangan Global
berdampak besar terhadap perekonomian di Asia. Walaupun secara
geografis awal terjadinya krisis tersebut terjadi di Kawasan Uni Eropa
dan Amerika Serikat. Dalam penelitian ini setidaknya ada hal prinsipil,
yang menjadi alasan mengapa kawasan Ekonomi Asia menjadi kawasan
yang paling parah terkena dampak krisis Global tersebut diantaranya
yakni: (i) Global Trade Collapse; (ii) FDI Inflow Reversals; (iii)
Declining International Remittances. Adapun ruang lingkup dalam
penelitian ini membahas negara Asia Pasifik terpilih termasuk ASEAN-
10 ditambah negara Australia, China, Hongkong, Japan, Korea, and New
Zealand.
37
Tabel 2.3
Matriks Penelitian Terdahulu
No Tahun Peneliti Judul Penelitian Metode Hasil
1
2013
Mega Febriyenti,
Hasdi Aimon, Zul Azhar
Faktor- Faktor yang
Mempengaruhi Cadangan Devisa dan Net Ekspor di
Indonesia
Model
Persamaaan Simultan dengan
Indirect Least Squared
(ILS)
Net Ekspor, utang luar negeri, dan cadangan devisa periode sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap cadangan devisa Indonesia. Foreign Direct Investment (FDI) tidak berpengaruh signifikan terhadapa Cadangan Devisa Indonesia. Selain itu, Pertumbuhan ekonomi Indonesia, Pertumbuhan Ekonomi Jepang, dan Nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap Net Ekspor di Indonesia.
2
2011 I Putu Kusuma
Juniantara dan Made Kembar
Sri Budhi
Pengaruh Ekspor Impor
dan Kurs terhadap Cadangan Devisa Nasional
Periode 1999-2010
Ordinary
Least Square (OLS)
Ekspor berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap cadangan devisa nasional. Impor tidak berpengaruh positif secara signifikan terhadap cadangan devisa nasional. Kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap cadangan devisa nasional.
3
2010
Gregorius
Nasiansenus Masdjojo
Kajian Pendekatan
Keynesian dan Monetaris terhadap Dinamika
Cadangan Devisa Melalui Penelusuran Neraca
Pembayaran Internasional:
Error
Correction Model (ECM)
Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif terhadap perubahan Cadangan Devisa. Perubahan Kredit Domestik berpengaruh negatif terhadap perubahan Cadangan Devisa. Apresiasi Nilai Tukar Valuta Asing meningkatkan perubahan Cadangan Devisa. Perubahan Tingkat Bunga Internasional berpengaruh
38
Studi Empiris di Indonesia Periode 1983-2008
negatif terhadap perubahan Cadangan Devisa. Krisis Ekonomi berpengaruh negatif terhadap perubahan Cadangan Devisa. Bentuk-bentuk hubungan antara variabel-variabel bebas tersebut dengan perubahan Cadangan Devisa sejalan dengan teori MABP. Secara statistik pengaruh pengaruh tersebut signifikan baik untuk pengaruh parsial maupun pengaruh simultan.
4
2007
Katryn N. Pasaribu
Pengaruh Risiko Sistemik
dan Nonsistemik Pasar Keuangan Internasional
Terhadap Laju Perubahan Cadangan Devisa Negara
Studi Kasus Malaysia (1986Q1-1996Q4)
Ordinary
Least Square (OLS)
Risiko perbedaan tingkat suku bunga, risiko perubahan harga komoditi internasional, dan risiko likuiditas mempengaruhi laju stok cadangan devisa negara secara negatif. Risiko perubahan pendapatan nasional mempengaruhi laju stok cadangan devisa secara positif.
5
2001
Jacques J.Polak
The Two Monetary
Approaches to the Balance of Payments: Keynesian
and Johnsonian
Pendekatan
Teori , Dekriptif Kualitatif
Berdasarkan penelitian versi Johnsonian dikatakan bahwa kondisi Neraca Pembayaran juga dipengaruhi oleh (fluktuasi pada p,y,i) dan dampak dari risiko spesifik negara (∆D), terhadap perubahan cadangan devisa (∆R)
6
2011
Aekapol
Chongvilaivan
Undoing a Myth of the
Global Financial Crisis
Analisis Data
Panel Ada hal prinsipil, yang menjadi alasan mengapa kawasan Ekonomi Asia menjadi kawasan yang paling
39
and Growth Prospects; Evidence from Selected Asia Paciic Economies
parah terkena dampak krisis Global diantaranya yakni: (i) Global Trade Collapse; (ii) FDI Inflow Reversals; (iii) Declining International Remittances. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini membahas negara Asia Pasifik terpilih termasuk ASEAN-10 ditambah negara Australia, China, Hongkong, Japan, Korea, and New Zealand.
40
C. Kerangka Berpikir
Pada umumnya keseimbangan yang harus dicapai dalam sebuah
perekonomian adalah Keseimbangan Internal dan Keseimbangan Eksternal.
Menurut Slavatore “Internal balance is objective to having full employment with
price stability” (Salvatore-Schaum’s,1996:212). Intinya adalah keseimbangan
Internal untuk mencapai stabilitas harga dan tercapainya Kesempatan kerja penuh.
Dalam Makroekonomi Internasional, khususnya bagi negara yang
menganut sistem perekoomian terbuka, ada keseimbangan yang juga harus dicapai
yakni External Balance. Keseimbangan Eksternal, yang menurut Salvatore
dijelaskan dengan “External balance is objective to having equilibrium in the
nation’s balance of payments. (Salvatore-Schaum’s,1996:212). Dalam pernyataan
tersebut salvatore menjelaskan bahwa keseimbangan eksternal merupakan upaya
untuk mecapai keseimbangan pada Neraca Pembayaran.
Komponen Neraca Pembayaran suatu Negara secara umum terdiri dari
komponen Neraca Transaksi Berjalan dan Neraca Transaksi Modal serta
Finansial. Komponen dalam neraca Pembayaran suatu negara dapat
menggambarkan kemampuan suatu negara khususnya dalam menghasilkan
Cadangan Devisa.
Adanya sinyal turunnya Cadangan Devisa Global pada kuartal keempat
tahun 2014 merupakan hal yang harus diantisipasi oleh setiap negara. Dalam hal
ini, tiap negara harus berupaya untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang
diduga mempengaruhi proporsi Cadangan Devisa.
41
Penelitian ini merujuk pada penelitian yang telah dilakukan oleh Gregorius
Nasiansenus Masdjojo (2010) yang menyebutkan bahwa “Apresiasi Nilai Tukar
mempengaruhi Cadanga Devisa Indonesia periode 1983-2008”. Kedua yakni
penelitian yang dilakukan oleh Mega Febriyenti (2013) yang menyebutkan bahwa
“Net Ekspor berpengaruh positif terhadap Cadangan Devisa Indonesia”. Selain
itu, yakni penelitian yang dilakukan Katryn N. Pasaribu (2007) studi kasus
negara Malaysia dan penelitian oleh J.J Polak (2001) dalam IMF Working Paper
berjudul The Two Monetary Approaches to the Balance of Payments: Keynesian
and Johnsonian. J.J Polak dan Katryn menjelaskan bahwa “Pertumbuhan
Ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap laju perubahan Cadangan
Devisa di Malaysia oleh Katryn dan di Jepang, Australia,Jepang, Swedia dan
Spanyol - 2001 oleh J.J Polak.
Merujuk pada perumusan masalah dan tinjauan literatur serta penelitian
terdahulu maka didapat proporsi bahwa kebijakan otoritas moneter dalam
mengetahui proporsi Cadnagan Devisa negaranya untuk waktu mendatang di
pengaruhi juga oleh beberapa perubahan indikator makroekonomi dan Kebijakan
perdagangan maupun kebijakan Moneter negara bersangkutan. Maka penulis
menggambarkan Kerangka Berpikir Konseptual sebagai berikut:
42
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Konseptual
Fenomena
-Adanya sinyal Turunnya Cadangan Devisa Global di Kuartal keempat 2014
-Pentingnya menjaga keseimbangan Eksternal (Balance of Payment)
-Terjadi Depresiasi mata uang Rupiah terhadap mata uang utama Dolar AS
-Terjadi defisit Transaksi Berjalan Indonesia
-Krisis Asia 1998 dan Krisis Keuangan Global 2008 melanda Indonesia, Singapura dan Malaysia berefek pada resesi ekonomi di periode tersebut.
Identifikasi Masalah
-KKG dan Krisis Asia 98 menyebabkan kinerja ekonomi di sektor riil dan finansial terganggu -Kinerja Ekonomi Internasional, keseimbangan Internal & Eksternal terganggu -Perlu diketahui faktor – faktor penyebab Keseimbangan Eksternal pada Neraca Pembayaran
Grand Theory
Nilai Tukar
-Teori Paritas Daya Beli (PPP)
-Pendekatan Elastisitas, Moneter & Portofolio
Pertumbuhan Ekonomi
-Pendekatan MABOP Versi Johnsonian -Teori Harord Domar dan Neo Klasik
Neraca Transaksi Berjalan
-Teori Neraca Pembayaran
-Teori Absolut,Comparative Advantage, Heckscher Ohlin
Jurnal Pendukung
-Gregorius Nasiansenus Masdjojo (2010) : Apresiasi Nilai Tukar mempengaruhi Cadangan Devisa Indonesia -Mega Febriyenti (2013) : Net Ekspor berpengaruh positif terhadap Cadangan Devisa Indonesia -Katryn N. Pasaribu (2007) & J.J Polak (2001): Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif signifikan terhadap laju perubahan Cadangan Devisa di Malaysia, (Jepang, Australia,Jepang, Swedia dan Spanyol - 2001 )
43
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Hipotesis
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu proporsi, kondisi atau prinsip untuk sementara waktu
dianggap benar agar bisa ditarik suatu konsekuensi logis dan dengan cara ini
kemudian diadakan pengujian tentang kebenarannya dengan menggunakan data
empiris dari hasil penelitian.
Berdasarkan Proposisi yang sudah dipaparkan pada Latar Belakang,
Tinjauan Teori, Penelitian Terdahulu serta Kerangka Berpikir, maka dapat
ditarik beberapa hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Nilai Tukar berpengaruh negatif terhadap Cadangan Devisa di
Indonesia, Malaysia, dan Singapura Periode 2001-2014.
2. Transakasi Berjalan berpengaruh positif terhadap Cadangan Devisa di
Indonesia, Malaysia, dan Singapura Periode 2001-2014.
3. Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh positif terhadap Cadangan Devisa
di Indonesia, Malaysia, dan Singapura Periode 2001-2014
Nilai Tukar (-)
Cadangan Devisa (Indonesia, Singapura, Malaysia)
Neraca Transaksi Berjalan (+)
Pertumbuhan Ekonomi (+)
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup pada penelitian ini adalah tiga Negara di kawasan Asia
Tenggara yakni Negara Indonesia, Malaysia dan Singapura. Periode penelitian
masing-masing negara yakni selama 14 tahun terakhir dengan periode objek
penelitian tahun 2001-2014 (data tahunan). Waktu penelitian dimulai tahun
2001 mengingat sejak tahun 2000, negara yang melaporkan Cadangan Devisa
ke IMF mulai melakukan pencatatan baru dari Gross Foreign Assets (GFA) ke
sistem pencatatan International Reserves and Foreign Currency Liquidity
(IRFCL).
B. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan hal yang harus dilakukan dalam penyusunan
penelitian ini, karena dengan pengumpulan data kita dapat memperoleh hasil
yang sesuai dengan tujuan penelitian. Data dalam penelitian ini diperoleh
melalui studi pustaka sebagai metode pengumpulan data. Data yang digunakan
adalah data sekunder tahun 2001 – 2014 yang bersumber dari Statistik
Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI-BI Sektor Eksternal berbagai edisi).
Kajian literatur, juga digunakan sebagai bahan pendukung dalam penelitian ini
yakni buku referensi, jurnal dalam negeri dan internasional, surat kabar
elektronik, serta beberapa situs resmi terkait seperti Badan Pusat Statistik,
45
Asian Development Bank (ADB), dan International Monetary Fund (IMF)
yang beruhubungan dengan objek penelitian yakni mengenai kondisi ekonomi
di negara Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-2014.
C. Metode Analisis Data
Pada penelitian ini, digunakan analisis regresi data panel. Data yang
digunakan adalah data tahunan periode 2001-2014 dengan objek tiga negara
kawasan Asia Tenggara sebagai sampelnya. Prosedur pengolahan data yang
dilakukan adalah mengkonversikan data-data yang diperoleh ke satuan LOG
terlebih dahulu menggunakan Software Microsoft Excel untuk tiap tahunnya.
Kemudian dilakukan pengujian hipotesis pengaruh variabel Independen
(Cadangan Devisa) terhadap variabel dependen (Nilai Tukar, Neraca Transaksi
Berjalan dan Pertumbuhan Ekonomi) dengan analisis regresi data panel
menggunakan Software Eviews versi 7.0. Dalam meregresikan variabel-
variabel penelitian, semua variabel dimasukkan kedalam model secara
bersamaan agar dapat melihat bagaimana kontribusi masing-masing variabel
bebas dalam menjelaskan variabel terikat. Setelah diperoleh output atau hasil
pengolahan data, selanjutnya dilakukan analisis deskriptif dan analisis regresi.
Kemudian dapat ditarik analsis kesimpulan dari pengolahan data. Berikut akan
dijelaskan Pengertian Regresi Data Panel dan tahapan estimasi regresi data
panel:
1. Estimasi Regresi Data Panel
Data Panel merupakan gabungan antara data silang (cross section)
dengan data runtut waktu (time serries). Data runtut waktu adalah data
46
yang meliputi satu objek, tetapi meliputi beberapa periode, sedangkan data
silang terdiri atas beberapa atau banyak objek atau individu. Maka, panel
data adalah data yang memiliki jumlah cross section dan jumlah time
serries, dikumpulkan dalam suatu rentang waktu terhadap beberapa objek
atau individu (Winarno, 2007:9.1). Berikut disajikan dalam bentuk
persamaan data Cross section dan Time Serries:
Model dengan data cross section
Yi = α + β Xi + εi ; i = 1,2,....,N (3.1)
N: banyaknya data cross section
Mode dengan data time series
Yt = α + β Xt + εt ; t = 1,2,....,T (3.2)
T: banyaknya data time series
Data panel merupakan gabungan dari data cross section dan time series,
maka modelnya dituliskan dengan:
Yit = α + β Xit + εit ; i = 1,2,....,N; t = 1,2,….., T (3.3)
di mana :
N = banyaknya observasi T = banyaknya waktu N x T = banyaknya data panel Keunggulan regresi data panel menurut Wibisono (2005) antara lain :
Pertama. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara
ekspilisit dengan mengizinkan variabel spesifik individu; kedua. Kemampuan
mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data panel dapat
digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku lebih kompleks;
Ketiga, data panel mendasarkan diri pada observasi cross-section yang
47
berulang-ulang (time series), sehingga metode data panel cocok digunakan
sebagai study of dynamic adjustment; Keempat, tingginya jumlah observasi
memiliki implikasi pada data yang lebih informative, lebih variatif, dan
kolinieritas (multikol) antara data semakin berkurang, dan derajat kebebasan
(degree of freedom/df) lebih tinggi sehingga dapat diperoleh hasil estimasi
yang lebih efisien; Kelima, data panel dapat digunakan untuk mempelajari
model-model perilaku yang kompleks; Keenam, Data panel dapat digunakan
untuk meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan oleh agregasi data
individu.
Permodelan dengan menggunakan teknik regresi data panel dapat
dilakukan dengan tiga pendekatan alternatif metode pengolahannya yaitu,
metode Common Effect (Pooled Least Square), metode Fixed Effect Model
(FEM), dan metode Random Effect Model (REM). Berikut dijelaskan
karakteristik dari masing-masing pendekatan model
a) Pooled Least Squared
Pada model Common Effect ini, data panel dianalisis menggunakan
metode OLS (Ordinary Least Square). Pendekatan ini merupakan
pendekatan yang paling sederhana dibandingkan dengan kedua pendekatan
lainnya, namun pada pendekatan ini kita tidak bisa melihat perbedaan
antar individu dan perbedaan antara waktu karena intercept maupun slope
dari model nilainya sama, maka diasumsikan bahwa perilaku data antar
negara sama dalam berbagai kurun waktu adalah sama. Persamaan untuk
PLS ditulis dengan persamaan sebagai berikut: Dalam persamaan 3.4
48
digunakan subskripsi it, i menunjukkan objek (negara) dan t menunjukkan
waktu (tahun), CAD sebagai Cadangan Devisa, KURS sebagai Nilai tukar
Kurs, NTB sebagai Neraca Transaksi Berjalan, GRO sebagai Pertumbuhan
Ekonomi. Persamaan nya ditulis sebagai berikut:
CADit = β0 + β1KURSit + β2 NTBit + β3 GROit + µit (3.4)
Kelemahan dalam pendekatan PLS ini tidak memperhatikan
dimensi individu maupun waktu, dan dapat diasumsikan bahwa perilaku
data antar perusahaan sama dalam berbagai rentang waktu. Asumsi ini
jelas sangat jauh dari realita sebenarnya, karena karakteristik antar negara
baik dari segi kewilayahan jelas sangat berbeda dalam hal menghasilkan
Cadangan Devisa.
b) Fixed Effect Model
Metode Fixed Effect adalah metode yang mengestimasi data panel
dengan menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya
perbedaan intersep. Metode ini mengasumsikan bahwa koefisien regresi
(slope) tetap antar individu dan antar waktu. Namun intersepnya berbeda
antar Negara dan sama antar waktu (time invariant). Akan tetapi metode
ini membawa kelemahan yaitu berkurangnya derajat kebebasan (degree
of freedom) yang pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Untuk
membedakan satu objek dengan objek lainnya, digunakan variabel semu
(Dummy). Oleh karena itu, model ini sering juga disebut dengan Least
49
Squares Dummy Variables dan disingkat LSDV (Winarno, 2007:9.14)
persamaan model ini adalah sebagai berikut:
CADit = β0i + β1KURSit + β2 NTBit + β3 GROit + β4d1i + β5d2i + β6d3i + µi (3.5)
Persamaan 3.5 menunjukkan saat ini konstan β0i diberi subskrip
0i, i menunujukkan objeknya. Dengan demikian masing-masing objek
memiliki konstan yang berbeda. Variabel semu d1i = 1 untuk objek
pertama dan 0 untuk objek lainnya. Variabel semu d2i = 1 untuk objek
kedua. variabel semu d3i = 1 untuk objek ketiga dan 0 untuk objek
lainnya.
c) Random Effect Model
Metode Random Effect adalah metode yang akan mengestimasi
data panel di mana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar
waktu dan antar individu (Winarno, 2007:9.16). Tenik yang digunakan
dalam Metode Random Effect adalah dengan menambahkan variabel
gangguan (error terms) yang mungkin saja akan muncul pada hubungan
antar waktu dan antar kabupaten/kota. Teknik metode OLS tidak dapat
digunakan untuk mendapatkan estimator yang efisien, sehingga lebih
tepat untuk menggunakan Metode Generalized Least Square (GLS).
Persamaan yang digunakan adalah mirip dengan persamaan (3.4), kecuali
konstannya yang bebeda, yakni:
CADit = β0 + β1KURSit + β2 NTBit + β3 GROit + µit (3.6)
50
Tidak seperti pada model efek tetap, (β0 dianggap tetap), pada
model ini β0 diasumsikan bersifat random, sehingga dapat dituliskan
dalam persamaan:
β0 = β0 + ui, i = 1, ... , n (3.7)
2. Pemilihan Model Estimasi Data Panel
Dalam memilih permodelan regresi data panel ketiga estimasi model
regresi yakni dengan melakukan Uji Chow dan Uji Hausman yang ditujukan
untuk menentukan apakah model data panel dapat diregresi dengan metode
Common Effect, metode Fixed Effect, atau metode Random Effect.
(Widarjono,2006).
a) Uji Chow
Uji ini digunakan untuk menentukan apakah model data panel
diregresi dengan metode Common Effect atau dengan metode Fixed Effect.
Pengujian yang dilakukan menggunakan Chow-test atau Likelihood ratio
test, dengan asumsi yaitu:
H0: model menggunakan pendekatan Pool Least Square, dan
H1: model menggunakan pendekatan Fixed Effect.
Pengujian ini mengikuti distribusi F statistik, dimana jika F statistik lebih
besar dari F tabel maka H0 ditolak. Nilai Chow menunjukkan nilai F
statistik dimana bila nilai Chow yang kita dapat lebih besar dari nilai F
tabel maka model yang digunakan adalah model Fixed Effect. Namun,
menurut Nachrowi (2006: 318) untuk menganalisis dengan metode efek
tetap ini, ada suatu syarat yakni jika data penel yang dimiliki memiliki
51
jumlah waktu (t) lebih besar dari jumlah individu (i) maka disarankan
untuk menggunakan metode FEM ini.
b) Uji Hausman
Apabila dari hasil uji Chow tersebut ditentukan bahwa metode
Common Effect yang digunakan, maka tidak perlu diuji kembali dengan
Uji Hausman, namun apabila dari hasil Uji Chow tersebut ditentukan
bahwa metode Fixed Effect yang digunakan, maka harus ada uji lanjutan
dengan Uji Hausman untuk memilih antara metode Fixed Effect atau
metode Random Effect yang akan digunakan untuk mengestimasi regresi
data panel. Pengujian yang dilakukan menggunakan Hausman test dengan
asumsi, yaitu:
H0: model menggunakan pendekatan Random Effect, dan
H1: model menggunakan pendekatan Fixed Effect
Pada uji ini digunakan distribusi Chi Square dimana jika probabilitas dari
hausman lebih keci dari α (hasil hausman test signifikan) maka H0 ditolak
dan model Fixed Effect digunakan. Namun, menurut Nachrowi (2006:
318) untuk menganalisis dengan metode efek random ini, ada suatu syarat
yakni jika data panel yang dimiliki memiliki jumlah waktu (t) lebih kecil
dari jumlah individu (i) maka disarankan untuk menggunakan metode
REM ini. Selain itu, metode ini juga bisa dipakai jika jumlah individu
(Cross section) lebih besar daripada koefisien termasuk intercept. Disini
terbukti bahwa saran-saran pemilihan FEM atau REM sebagaimana
dijelaskan diatas memang bukan sesuatu yang mutlak.
52
3. Uji Asumsi Klasik
Dalam melakukan estimasi persamaan linear dengan menggunakan OLS,
maka asumsi BLUE harus terpenuhi. Menurut Winarno (2007:4.2) Asumsi
BLUE (Best Linear Unbiased Estimator) adalah:
Nilai harapan dari rata-rata kesalahan adalah nol
Varians tetap (homokedastis), minimum atau efisien
Estimator β1 bersifat linear terhadap variabel dependen
Tidak ada huungan antara variabel bebas dengan error term
Tidak ada korelasi serial antara error
Tidak ada multikolinearitas atau hubungan linear antar variabel bebas
Maka, untuk mengetahui apakah persamaan yang dibuat sudah terbebas
dari pelanggaran asumsi klasik, perlu dilakukan pengujian berikut:
a) Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak pada variabel terikat dan variabel bebas.
Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi
normal. Uji normalitas diantaranya dilakukan dengan dua cara, yaitu
histogram dan uji Jarque-Bera (J-B). Untuk melihat data terdistribusi
normal atau tidak adalah dengan melihat koefisian J-B dan
probabilitasnya. Bila nilai J-B tidak signifikan (lebih kecil dari 2) maka
data terdistribusi normal. Sedangkan bila probabilitas lebih besar dari
5%, maka data terdistribusi normal. Jika data tidak terdistribusi normal
53
cara mengilangkannya dengan cara diferensiasi tingkat pertama, atau
dengan cara menambah data (Winarno, 2011 : 5.37-5.39).
b) Uji Multikolinearitas
Multikoliniearitas adalah kondisi adanya hubungan linier antar
variabel independen. Karena melibatkan beberapa variabel independen,
maka multikolinieartias tidak akan terjadi pada persamaan regresi
sederhana yang terdiri atas satu variabel dependen dan satu variabel
independen (Winarno, 2011:5.1). Indikasi multikoliniearitas ditunjukan
dengan beberapa informasi antara lain:
Nilai R2 tinggi, tetapi variabel independen banyak yang tidak
signifikan.
Dengan melihat matriks kerelasi antar variabel independen pada
output Eviews 7.0. Apabila korelasi antar variabel independen
diatas 0,8 atau 80% maka mengandung multikolinearitas.
Dengan menggunakan regresi auxiliary.
c) Uji Heteroskedastisitas
Asumsi dalam model regresi adalah dengan memenuhi (1) residual
memiliki nilai rata-rata nol, (2) residual memiliki varian yang konstan,
dan (3) residual suatu observasi tidak saling berhubungan dengan
residual observasi lainnya sehingga menghasilkan estimator yang
BLUE. Apabila asumsi (1) terpenuhi yang terpengaruh hanyalah slope
estimator dan ini tidak membawa koefisien serius dalam analisis
ekonometrik. Sedangkan jika asumsi (2) dan (3) tidak tepenuhi, maka
54
akan berdampak pada prediksi dengan model yang dibangun. Dalam
kenyataannya, nilai residual sulit memiliki varian yang konstan. Hal ini
sering terjadi pada data yang bersifat crosssection dibanding timeseries
(Winarno,2011:5.8). Dalam penelitian ini, uji yang digunakan untuk
mengidentifikasi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas yakni
dengan uji White (White’s general Heteroscedasticity test – Cross
Section Standard Error Covariance). Hipotesa yang digunakan adalah:
H0 : Homoskedastis dan
H1 : lainnya
d) Uji Autokorelasi
Autokolerasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pada periode t-I (sebelumnya). Tentu saja
model regresi yang baik adalah regresi bebas dari autokolerasi.
(Gujarati 2007:112). Untuk mengetahui ada tidaknya gejala
Autokorelasi dilakukan uji Durbin Watson sebagai berikut:
Gambar 3.1
Uji Durbin Watson
Sumber: Winarno (2007:5.26)
55
Apabila D-W berada diantara 1,54 hingga 2,46 maka model
tersebut terbebas dari gejala autokolerasi. Sebaliknya, jika D-W tidak
berada diantara 1,54 hingga 2,46 maka model tersebut terdapat gejala
autokolerasi (Winarno,2007:5.27) Sedangkan menurut Santoso
(2014:194) pengambilan ada atau tidaknya Autokolerasi adalah sebagai
berikut :
1. Angka D-W ( Durbin Watson ) dibawah -2 berarti ada
autokolerasi positif.
2. Angka D-W ( Durbin Watson ) diantara -2 sampai +2 berarti
tidak ada Autokolerasi.
3. Angka D-W ( Durbin Watson ) diatas +2 berarti ada
Autokolerasi negatif.
Kelebihan penelitian menggunakan data panel dan menggunakan
Generalized Least Square (GLS) adalah data yang digunakan menjadi lebih
informatif, variabilitasnya lebih besar, kolineariti yang lebih rendah diantara
variabel dan banyak derajat bebas (degree of freedom) dan lebih efisien
(Hariyanto, 2005). Panel data dapat mendeteksi dan mengukur dampak dengan
lebih baik dimana hal ini tidak bisa dilakukan dengan metode cross section
maupun time series. Panel data memungkinkan mempelajari lebih kompleks
mengenai perilaku yang ada dalam model sehingga pengujian data panel tidak
memerlukan uji asumsi klasik (Gujarati 1992). Dengan keunggulan regresi data
panel maka implikasinya tidak harus dilakukannya pengujian asumsi klasik dalam
model data panel.
56
4. Uji Hipotesis Statistik
a) Uji Statistik - F
Uji ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independent
secara signifikan terhadap variabel dependen. Dimana jika signifikansi F
lebih kecil dari 5% maka variabel independen secara bersama-sama
memiliki pengaruh terhadap variabel dependen dengan kata lain jika nilai
signifikansi F lebih dari 5% maka variabel independen secara bersama-
sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, dimana tingkat
signifikansi yang digunakan yaitu 5 %. Kriteria pengujiannya adalah
seperti berikut ini.
H0 diterima dan Ha ditolak _ value > 0.05 atau bila nilai signifikansi
lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara bersama
– sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
H0 ditolak dan Ha diterima _ value < 0.05 atau bila nilai signifikansi
kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara
bersama – sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
b) Uji Statistik – t
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas
secara sendiri-sendiri mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel
terikat. Dengan kata lain, untuk mengetahui apakah masing-masing variabel
independen dapat menjelaskan perubahan yang terjadi pada variabel dependent
secara nyata. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel bebas secara
57
individual mempengaruhi variabel terikat dengan asumsi variabel independen
lainnya konstan. Kriteria pengujiannya adalah seperti berikut ini.
H0 diterima dan Ha ditolak _ value > 0.05 atau bila nilai signifikansi
lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara
individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
H0 ditolak dan Ha diterima _ value < 0.05 atau bila nilai signifikansi
kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara
individual berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
6. Analisis Koefisien Determinasi R2
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui besarnya proporsi sumbangan
pengaruh dari independen variabel yaitu Nilai Tukar, Neraca Transaksi
Berjalan dan Pertumbuhan Ekonomi terhadap dependen variabel yakni
Cadangan Devisa di Indoesia, Malaysia dan Singapura. Besarnya koefisien
determinasi berkisar antara 0 sampai dengan 1,00. Semakin besar R2 yang
mendekati angka 1,00 maka semakin kuat pengaruh dari variabel bebas
terhadap variabel terikat.
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel merupakan sesuatu yang mempunyai nilai yang dapat
berbeda/berubah. Nilai ini dapat berbeda dalam waktu yang lain untuk
objek/individu yang sama atau dapat juga berbeda pada waktu yang sama
untuk objek/individu yang berbeda. Penelitian ini menggunakan dua variabel
utama, yaitu variabel independen dan dependen, Adapun definisi dan
pengukuran masing-masing variabel akan dijelaskan sebagai berikut.
58
Tabel 3.1 Tabel Operasional Penelitian
Variabel Definisi Satuan Cadangan
Devisa (CAD)
Sebagai Y (Variabel
Dependen)
Internasional reserves and foreign currency liquidity (IRFCL) atau Official reserve asset
didefinisikan sebagai seluruh aktiva luar negeri yang dikuasai oleh otoritas moneter dan dapat
digunakan setiap waktu (Gandhi,2006:3) tersimpan dalam satuan Dolar AS
Miliar Dolar AS
Nilai Tukar (KURS)
(X1)
Harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya disebut kurs atau nilai tukar mata uang/
exchange rate (Salvatore, 1997)
Rasio terhadap 1 Dollar AS
Neraca Transaksi Berjalan (NTB)
(X2)
Ikhtisar dari nilai ekspor dan impor barang dan jasa; atau dengan kata lain neraca perdagangan
plus jasa-jasa (Basri, 2010:21).
Miliar Dollar AS
Pertumbuhan Ekonomi (GRO)
(X3)
Nilai pertambahan yang sebenarnya dari barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan dalam suatu perekonomian dan dalam jangka waktu
tertentu (Sukirno, 2010: 50) dalam penelitian ini digunakan data pertumbuhan GDP konstan
tahunan dari masing-masing negara.
Persen
Sumber: Berbagai Sumber
59
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gamaran Objek Penelitian
Periode Maret 2013 Lima negara di kawasan Asia Tenggara atau biasa
disebut ASEAN-5 yakni Singapura, Thailand, Malaysia, Indonesia dan
Philiphina tercatat memiliki Cadangan Devisa terbesar dari 10 Negara ASEAN
lainnya. Berikut disajikan data tabel peringkat lima besar negara dengan
cadangan devisa terbesar di kawasan Asia Tenggara dan posisi di dunia (dari
100 negara).
Tabel 4.1 Cadangan Devisa Negara ASEAN -5
Negara Cadangan Devisa 2013 (Milyar Dollar AS)
Peringkat dari 100 Negara di Dunia
Peringkat dari 10 Negara di ASEAN
Singapura 258,174 11 1 Thailand 177,803 15 2 Malaysia 139,652 19 3 Indonesia 105,183 24 4 Philiphina 85,76 25 5 Sumber: Detik Forum
Pada Tabel 4.1 diatas terlihat bahwa Singapura dengan nilai Cadangan
Devisa terbesar di Asia Tenggara juga dikenal sebagai negara peraih Global
Competitiveness Indeks tertinggi di kawasan Asia Tenggara, yakni berada di
posisi 1 untuk kawasan Asia Tenggara dan posisi ke-2 dari 148 negara di
Dunia. Mengutip data World Economic Forum (WEF, 2013-2014), kinerja
ekonomi dan tingkat produktivitas Negara ASEAN dalam perdagangan global
(terkait Global Competitiveness Index, yang meliputi indikator institusi,
60
infrastruktur, stabilitas makroekonomi, efisiensi pasar barang, tenaga kerja,
pasar keuangan, teknologi, dan market size) berada pada posisi berikut:
Tabel 4.2 Global Competitiveness Index 2013-2014 Rangkings kawasan ASEAN
Country/Economy
GCI 2013-2014 World
Rank from 148
Country
ASEAN Rank from 10 Country
Singapore 2 1 Malaysia 24 2 Brunei Darussalam 26 3 Thailand 37 4 Indonesia 38 5 Philippines 59 6 Vietnam 70 7 Cambodia 88 8 Timor-Leste 138 9 Myanmar 139 10
Sumber: World Economic Forum 2013-2014
Tabel 4.2 menunjukkan GCI negara Singapura dan Malaysia berada di
posisi tertinggi di kawasan Asia Tengara, disusul negara Brunei Darussalam,
Thailand dan Indonesia. Penelitian ini terfokus pada dua negara dengan peraih
GCI tertinggi di kawasan ASEAN dan ditambah dengan negara Indonesia
khususnya. Selain itu fokus pada penelitian ini juga yakni pada Negara dengan
proporsi Cadangan Devisa dominan di kawasan Asia Tenggara. Berikut
dijelaskan profil terkini dari Negara Indonesia, Malaysia dan Singapura.
61
1. Profil Negara dan Letak Geografis
Indonesia, Malaysia dan Singapura memiliki kesamaan Letak
Geografis yakni berada di Kawasan Asia bagian Tenggara. Tiga negara
ini juga memiliki kesaman visi dan misi yang tertuang dalam Persatuan
Negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN sejak 8 Agiustus
1967. Ketiga negara ini juga disebut sebagai negara pendiri ASEAN
yakni ASEAN 5 (Indonesia, Thailand, Singapura, Malaysia, dan
Filiphina).
a. Indonesia merupakan Negara yang terletak di antara Samudera
Hindia dan Samudera Pasifik, serta berbatasan dengan negara
Singapura, Malaysia. Luas wilayah 1.904.000 Km2 dan jumlah
penduduk 255.461.700.00 jiwa (Proyeksi BPS 2014). Negara
Indonesia memiliki bentuk pemerintahan Republik dan pusat
pemerintahan atau Ibukota di DKI Jakarta. Mata Uang Negara
Indonesia yakni (IDR) Indonesian Rupiah.
b. Singapura merupakan Negara yang berbatasan dengan negara
Indonesia, Selat Johor, Selat Karimata dan Selat Malaka. Luas
wilaah Singapura yakni 621,4 Km2 dengan jumlah penduduk 5,39
juta Jiwa pada tahun 2013 (WorldBank April 2015). Negara
Singapura memiliki bentuk pemerintahan Republik dan pusat
pemerintahan atau Ibukota Singapura. Mata Uang Negara
Singapura yakni (SGD) Singapore Dollar.
62
c. Malaysia merupakan Negara yang berbatasan dengan negara
Indonesia, Singapura, Brunei dan Selat Malaka. Malaysia memiliki
Luas wilayah 333.647 Km2 dan jumlah Penduduk 29,72 juta jiwa
pada tahun 2013 (World Bank April 2015). Negara Malaysia
memiliki bentuk pemerintahan Kerajaan dan pusat pemerintahan
atau Ibukota di Kuala Lumpur. Mata Uang Negara Malaysia yakni
(MYR) Malaysian Ringgit.
2. Profil Ekonomi Negara Indonesia, Malaysia dan Singapura
“Indonesia – is a lower–middle income economy. Despite slowing down in recent years, Indonesia’s growth trajectory remains impressive. The country’s gross national income per capita has steadily risen, from $2,200 in the year 2000 to $3,524 in 2014. Today, Indonesia is the world’s fourth most populous nation, the world’s 10th largest economy in terms of purchasing power parity, and a member of the G-20. It has made enormous gains in poverty reduction, more than halving the poverty rate since 1999, to 11.3 percent in 2014. Out of a population of 252 million, more than 28 million Indonesians currently live below the poverty line and approximately half of all households remain clustered around the national poverty line set at 292,951 rupiahs per month ($24.4). (World Bank- Indonesia Overview 2015).
“Malaysia is a highly open upper-middle income economy. Malaysia was one of 13 countries identified by the Commission on Growth and Development in its 2008 Growth Report to have recorded average growth of more than 7 percent per year for 25 years or more. Economic growth was inclusive, as Malaysia also succeeded in nearly eradicating poverty: the share of households living below the national poverty line (USD 8.50 per day in 2012) fell from over 50 percent in the 1960s to less than 1.0 percent currently.” (World Bank- Malaysia Overview 2015)
“Singapore is a high-income economy with a gross national income of $54,040 per capita (Atlas Method), as of 2013. The country provides the world’s most business-friendly regulatory environment for local entrepreneurs and is ranked among the world’s most competitive economies. In the decades after independence, Singapore rapidly
63
developed from a low income country to a high income country. GDP grew with an average of 7.7% since independence; in the first 25 years growth topped 9.2%. Per capita GDP over the same periods grew by 5.4% and 7.2%. Rapid industrialization took momentum in the 1960s and, by the end of the decade, manufacturing had become the lead sector of the country’s economic growth. By the early 1970s, Singapore had reached full employment. In the 1980s, Singapore had joined the ranks of Hong Kong, South Korea and Taiwan among the newly industrializing countries in Asia. Presently, the strong manufacturing and services sectors have become the twin pillars of the Singapore economy. There is a wide range of businesses, with a particular focus on high value added activities.” (World Bank-Singapore Overview 2015)
Berikut disajikan data GDP tahun 2013 menurut World Bank 2013:
Tabel 4.3
Perbandingan GDP Indonesia, Malaysia dan Singapura Tahun 2013
Negara GDP (US$) GDP per Kapita(US$)
Kategori
Indonesia $746,24 bilion** $3.016,5** Lower Middle
Income
Malaysia $313,2 billion* $10.430* Upper Middle
Income
Singapura $297,9 billion* $54.040* High Income
Sumber: *World Bank Country Overview 2015 ** Konversi BPS 2014
3. Perkembangan Cadangan Devisa periode 2001-2014
Dalam kegiatan perdagangan internasional, misalnya kegiatan ekspor dan
impor, diperlukan alat pembayaran yang diakui oleh dunia, alat pembayaran
tersebut menggunakan mata uang kuat (hard currencies). Dunia mengakui ada
delapan mata uang sebagai hard currencies, yaitu Amerika Serikat dengan mata
uangnya US Dolar, Jepang-Yen, Inggris-Poundsterling, Prancis-Franc,
Switzerland-Franc, Germany-DM (Deutsche Mark), Canada-Dollar, dan
64
European-Euro. Devisa memiliki fungsi yang pada umumnya sama seperti
fungsi uang, hanya saja digunakan dalam lingkup transaksi internasional atau
antarnegara sebagai pembayaran antarnegara, pertukaran barang dan jasa,
mengukur kekayaan, menimbun kekayaan, dan cadangan moneter.
Baik pemerintah maupun swasta dalam melakukan perdagangan
internasional harus memiliki cadangan devisa guna menjaga stabilitas moneter
dan ekonomi makro suatu negara. Cadangan devisa sendiri merupakan
indikator moneter yang menunjukkan kuat lemahnya ekonomi suatu negara.
Cadangan devisa didefinisikan sebagai sejumlah valas yang dicadangkan Bank
Sentral (Bank Indonesia) untuk keperluan pembiayaan dan kewajiban luar
negeri, seperti pembiayaan impor dan pembayaran lainnya kepada pihak asing.
IMF atau International Monetary Fund sejak tahun 2000
memberlakukan sistem pencatatan Devisa Internasional menggunakan konsep
IRFCL atas dasar harga berlaku dengan format Official Reserve Asset (ORA).
Konsep IRFCL hanya mencakup aset yang tergolong likuid dan penilaiannya
menggunakan kurs yang berlaku pada saat akhir periode laporan. Bank
Indonesia, dalam Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (SEKI - Sektor
Eksternal) menyajikan data Cadangan Devisa negara Indonesia, Malaysia dan
Singapura sebagai berikut:
65
Grafik 4.1
Cadangan Devisa Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-2014
Sumber: SEKI – Sektor Eksternal Bank Indonesia
Grafik 4.1 menunjukkan Posisi cadangan devisa Indonesia per akhir
2001 bernilai 28,01 Miliar Dollar AS, nilai ini tidak jauh berbeda dengan nilai
Cadangan Devisa Malaysia yang pada saat yang sama mencapai 29,89 Miliar
Dollar AS. Pada tahn 2012 pun, nilai Cadangan Devisa Indonesia dan Malaysia
masih tidak jauh berbeda yakni berada di kisaran masing-masing 32,03 dan
33,74 Miliar Dollar AS. Berbeda dengan Nilai Cadangan Devisa Indonesia dan
Malaysia, Negara Singapura mampu memiliki Cadangan Devisa 3x lipat dari
Indonesia dan Malaysia pada Periode 2001 dan 2002 pasca pemulihan Krisis
Moneter Asia 1998-1999.
Krisis Global tahun 2008 dan 2009 telah membawa dampak yang cukup
serius bagi Negara Indonesia dan Malaysia. Pasalnnya pada priode tersebut,
nilai Cadangan Devisa keduanya mengalami penurunan dari 101,3 Miliar Dolar
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
CAD_MLY 29,8 33,7 44,2 66,2 70,1 82,4 101, 91,5 96,6 106, 133, 139, 136, 125,
CAD_SGP 75,6 82,2 96,2 112, 116, 136, 162, 174, 187, 225, 237, 259, 273, 256,
CAD_IND 28,0 32,0 36,2 36,3 34,7 42,5 56,9 51,6 66,1 96,2 110, 112, 99,3 111,
0
50,000
100,000
150,000
200,000
250,000
300,000Ca
dang
an D
evis
aM
iliar
USD
$
66
AS turun ke posisi 91,53 Dolar AS untuk Malaysia. Indonesia juga mengalami
penurunan dari 56,92 Miliar Dolar AS ke posisi 51,63 Miliar Dolar AS. Seperti
dikemukakan Kian-Teng Kwek dalam ISEAS (2010:119) “The year 2009 saw
a sluggish global demand due to the great recession and Asia was being driven
by a highly synchronized contraction in demand and output across the global
economy.” Pernyataan tersebut menjelaskan, bahwa Krisis Global tahun 2008
dan menurunnya permintaan Global telah membawa dampak pada Resesi
Ekonomi Asia. Hal itu terjadi karena Indonesia dan Malaysia mengalami
kesulitan dalam menyesuaikan kontraksi menurunnya permintaan dan Output
Global. Berbeda dengan Indonesia dan Malaysia, negara Singapura yang
menjadi ikon Asia Tenggara sebagai negara dengan predikat the world’s most
business-friendly regulatory environment for local entrepreneurs and is ranked
among the world’s most competitive economies mampu bertahan dan terus
stabil hingga akhir periode 2014 dengan Nilai Cadangan Devisa per 2014
mencapai 256.8 Miliar Dolar AS.
Pasca Krisis Global 2008 yang melanda (Contagion Effect), Indonesia dan
Malaysia terus berupaya menggairahkan perekonomiannya. Malaysia dengan
“knowledge and innovation based approach – nya” disinyalir akan merubah
Malaysia menjadi Negara berpenghasilan Tinggi - High income economy pada
tahun 2020. Begitu pula Indonesia, pasca krisis 2008 Indonesia terus
memperbaiki Bauran kebijakan Fiskal dan Moneter, sehingga Cadangan
Devisa kembali stabil posistif. Tahun 2014, Nilai Cadangan Devisa Indonesia
yakni mencapai 111.8 Miliar Dollar AS, nilai ini dapat membiayai 6,8 bulan
67
impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah,
serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Bank Indonesia menilai level cadangan devisa tersebut mampu mendukung
ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi
Indonesia ke depan.
Fluktuasi nilai Cadangan Devisa yang dipengaruhi oleh fluktuasi naik
turunnya perekonomian eksternal juga perlu diantisispasi dampak serta
penyebabnya. Mengingat pentingnya peran Cadangan Devisa dalam
perekonomian terbuka, maka perlu diketahui faktor-faktor apa sajakah yang
mempengaruhi keseimbangan Eksternal yang tercermin dari Neraca
Pembayaran suatu negara. Berikut akan dijelaskan kondisi dan perkembangan
Variabel yang diduga mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia
dan Singapura yakni Kurs, Neraca Transaksi Berjalan dan Pertumbuhan
Ekonomi.
4. Perkembangan Nilai Tukar periode 2001-2014
Model Mundell Fleming menunjukkan bahwa dampak dari sebagain besar
kebijakan ekonomi terhadap perekonomian terbuka kecil tergantung pada
apakah kurs mengambang atau tetap. Yang pasti, dampak yang dihasilkan pada
kurs tetap berbeda dengan pada kurs mengambang. Agar lebih spesifik, model
Mundell Fleming menunjukkan bahwa kekuatan kebijakan fiskal dan moneter
untuk mempengaruhi pendapatan agregat tergantung pada rezim kurs
(Mannkiw, 2007).
68
Selain itu, Teori nilai tukar seperti PPP – Purchasing Powr Parity, Law of
One Price, teori pendekatan Moneter dan pendekatan portofolio telah mampu
menjadi faktor pendorong dalam menggeser posisi Nilai Tukar suatu negara.
Berikut disajikan data Nilai Tukar negara Indonesia, Malaysia dan Singapura
terhadap mata uang penggerak (Vehicle Currency) dalam satu Dolar AS.
Tabel 4.4
Nilai Tukar Rupiah, Ringgit dan Dolar Singapura terhadap 1 US$
Periode 2001-2014
Tahun Kurs 1 US$ IDR SGD MYR
2001 10400 1,9 3,8 2002 8950 1,7 3,8 2003 8420 1,7 3,8 2004 9270 1,6 3,8 2005 9830 1,7 3,8 2006 8995 1,5 3,5 2007 9393 1,4 3,3 2008 11120 1,4 3,5 2009 9404 1,4 3,4 2010 8996 1,3 3,1 2011 9069 1,3 3,17 2012 9793 1,22 3,06 2013 12173 1,26 3,28 2014 12388 1,33 3,5
Sumber: SEKI – Sektor Eksternal Bank Indonesia
Tabel 4.4 menunjukkan, nilai tukar IDR atau Indonesia Rupiah bertengger
di nilai Rp10.400,00 per satu dolar AS, tentu saja nilai ini pada tahun 2001
merupakan nilai yang cukup tinggi. Hal ini merupakan akibat dari krisis 1998
yang masih dirasakan efeknya, terutama di pasar keuangan dan finansial
69
Derivatif. Krisis 2008 juga telah berefek pada terdepresiasinya nilai tukar
Rupiah ke level Rp11.120,00 pada tahun tersebut.
5. Perkembangan Neraca Transaksi Berjalan periode 2001-2014
Laporan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) menyebutkan pada triwulan
IV-2014 NPI mencatat surplus sebesar US$2,4 miliar. Surplus NPI ini
ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial sebesar US$7,8 miliar yang
melampaui defisit transaksi berjalan sebesar US$6,2 miliar (2,81% PDB).
Surplus NPI triwulan IV-2014 tersebut pada gilirannya mendorong kenaikan
posisi cadangan devisa dari US$111,2 miliar pada akhir triwulan III-2014
menjadi US$111,9 miliar pada akhir triwulan IV-2014.
Dari pernyataan tersebut tersirat bahwa salah satu komponen
pembentuk Neraca Pembayaran suatu Negara yakni Neraca Transaksi Berjalan
(NTB) dan Neraca Trasnasaksi Modal Finansial (NTMF). Saat terjadi defsisit
pada Neraca Transaksi Berjalan, maka Transaksi Finansial akan berupaya
menutup kekurangan Likuiditas tersebut melalui pinjaman resmi atau kredit.
Dari pernyataan tersebut dapat diformulasikan NPI merupakan fungsi dari
NTMF dan NTB salah satunya yang akan dibahas pada tabel berikut;.
70
Tabel 4.5
Transaksi Berjalan Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-2014
Tahun Transaksi Berjalan dalam Miliar US$ NTB_IND NTB_SGP NTB_MLY
2001 1.1 3.0 1.5 2002 1.9 3.7 2.1 2003 2.4 5.4 2.8 2004 0.5 5.7 3.6 2005 0.8 6.8 4.5 2006 2.2 9.4 7.7 2007 3.4 9.0 8.3 2008 -0.6 6.6 8.3 2009 3.5 9.6 8.1 2010 0.9 16.4 7.5 2011 -2.3 13.3 7.5 2012 -7.8 17.4 7.1 2013 -4.3 13.3 4.5 2014 -6.2 17.4 1.7
Sumber: SEKI – Sektor Eksternal Bank Indonesia
Tabel 4.5 menunjukkan kinerja Transakasi Berjalan dari Negara Indonesia
mengalami penurunan cukup signifikan pada tahun 2008 yakni negatif 0,6
miliar Dolar AS. Hal ini disebabkan karena kinerja ekonomi yang menurun dan
diakibatkan oleh Contagion Effect Krisis Global 2008 yang melanda Asia.
Indonesia, sebagai negaa yang juga pengekspor utama ke Negara AS, dan
negara yang terkena dampak krisis utama, mengalami kontraksi dari segi
permintaan Output Global. Begitu pula yang terjadi dengan Singapura, yang
mengalami penurunan dari 9,0 Miliar Dolar AS menjadi 6.6 miliar Dolar AS
pada tahun 2008.
71
6. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi periode 2001-2014
Pertumbuhan Ekonomi merupakan salah satu indikator makro yang
digunakan untuk menggambarkan sejauh mana suatu negara atau
perekonomian dapat menghasilkan peningkatan Barang dan Jasa pada periode
tertentu. Tabel 4.6 menunujukkan sejauh mana perekonomian Indonesia,
Malaysia dan Singapura bergerak sejak tahun 2001 pasca Krisis Moneter 1998
hingga melalui tahap Krisis Global 2008 dan kini berada di posisi tahun 2014
terakhir.
Grafik 4.2 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Malaysia dan Singapura
periode 2001-2014
Sumber: SEKI – Sektor Eksternal Bank Indonesia
Pada tahun 2001. Kinerja pertumbuhan ekonomi ketiga negara masih
sangat minim, pasca krisis Moneter 1998. Indonesia dengan pertumbuhan
Ekonomi 1,6 persen, Malaysia dengan nilai 0,2 persen dan pertumbuhan
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014
GRO_IND 1.6 4.7 4.6 7.2 5.1 6.1 5.8 5.3 5.4 6.9 6.5 6.1 5.7 5
_GRO_SGP -5.1 6.3 8.9 6.6 9.7 7.6 6.5 -2.6 4.8 12 3.6 2.2 4.9 2.1
GRO_MLY 0.2 6.9 6.5 4.9 5.9 5.4 7.5 0.2 4.6 4.8 5.3 6.5 5.1 5.8
-6
-4
-2
0
2
4
6
8
10
12
14
Pert
umbu
han
Ekon
omi -
Ann
ual G
DP
Gro
wth
(%)
72
ekonomi Singapura bernilai negatif 5,1 persen. Hal ini masih dianggap wajar
mengingat kesatuan ekonomi Singapura yang sangat kecil (berpenduduk 5,4
juta jiwa) dan menggantungkan kinerja ekonomi internal nya nya oleh kinerja
eksternal menyebabkan Singapura pada tahun 2001 belum mampu
menstabilkan perekonomian nya pasca krisis 1998.
Berbeda dengan Indonesia, Jumlah Penduduk yang besar dan sektor
perdagangan yang besar telah mampu membantu Indonesia bertahan pada
Krisis 1998 dan 2008. Hal ini terlihat dari nilai pertumbuhan Ekonomi tahun
2001 sebesar 1,6 persen dan tahun 2008 yang mampu bertengger di psosisi 5,3
persen. Nilai ini disebabkan oleh kinerja perdagangan dan GDP yang masih
ditopang oleh nilai konsumsi Rumah Tangga Dalam Negeri yang cukup besar
dari jumlah penduduk mencapai seperempat Milyar jiwa. Siregar dalam
(ISEAS, 2010:109) juga menyebutkan Indonesia as “The country relatively
limited reliance on tradeable sectors and more on domestic household
consumption played a huge factor in its ability to emerge from the recent crisis
in a better shape relative to its regoinal partners.”
Pasca Krisis 1998 dan saat Krisis 2008, Nilai pertumbuhan Ekonomi
Indonesia paling besar diantara Singapura dan Malaysia. Hal ini salah satunya
ditopang oleh nilai pertumbuhan Net Ekspor yang cukup besar. Penjelasan ini
akan disampaikan pada grafik dibawah ini:
73
Grafik 4.3 Pertumbuhan Ekspor – Impor Indonesia, Malaysia dan Singapura
periode 2001-2014
Sumber: SEKI – Sektor Eksternal Bank Indonesia
Tahun 2001, ketiga negara mengalami penurunan persentase Ekspor
Impor. Hal ini juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi ketiga negara pada
periode bersangkutan. Tahun 2008 saat terjadi krisis 2008, Indonesia seperti
dikatakan pada penjelasan sebelumnya telah mampu bertahan dengan
persentase ekspor impor yang tidak negatif. Dibandingkan dengan Singapura
dan Malaysia, yang pada saat itu nilainya mencapai negatif 9,0 dan 16,4. Tahun
2009, 2012, 2013 dan 2014 kinerja Ekspor Indonesia mengalami penurunan
dan hal ini berdampak pada neraca Transaksi Berjalan menjadi Negatif, dan
saat NTB negatif ini, akan mengurangi posisi cadangan Devisa suatu Negara.
B. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah residualya
telah terdistribusi secara normal. Menurut Winarno (2007:3.10), jika nilai
-30.0
-20.0
-10.0
-
10.0
20.0
30.0
40.0
50.0
Eksp
or Im
por (
%)
Ann
ual P
erce
nt C
hang
e
Tahun
IND
MLY
SGP
74
Jarque-Berra (JB) lebih kecil dari 2 maka data terdistribusi normal. Selain
itu jika nilai probability nya lebih besar dari 0,05 (α =5%) maka data
terdistribusi Normal.
Gambar 4.1 Hasil Output Uji Normalitas
Sumber: Eviews 7.0
Gambar 4.1 Menunjukkan nilai JB sebesar 1,221153, artinya nilai tersebut
lebih kecil dari 2 dan data dikatakan terdistribusi normal. Selain itu jika
dilihat dari nilai probability nya sebesar 0,543038 artinya nilai tersebut lebih
besar dari 0,05 (α =5%) maka data pada penelitian ini sudah terdistribusi
normal.
2. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antar
variabel independen dalam model regresi. Untuk melihat ada tidaknya
hubungan linear antar variabel independen tersebut, dapat dilihat pada
matrix correlation berikut:
Tabel 4.6 Matriks Korelasi - Uji Multikolinearitas
Dependen KURS NTB GRO KURS 1.0 -0.692 0.075 NTB -0.692 1.0 -0.013 GRO 0.075 -0.013 1.0
Sumber: Eviews 7.0
0
2
4
6
8
10
-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3
Series: Standardized ResidualsSample 2001 2014Observations 35
Mean 1.40e-16Median 0.000471Maximum 0.280521Minimum -0.200471Std. Dev. 0.112522Skewness 0.456495Kurtosis 3.061745
Jarque-Bera 1.221153Probability 0.543038
75
Keterangan: KURS : Nilai Tukar atau Kurs NTB : Neraca Transaksi Berjalan GRO : Pertumbuhan Ekonomi
Masalah Multikolinearitas menurut Winarno (2011:5.1) ditemukan jika
nilai korelasi antar variabel independen bernilai lebih dari atau sama dengan
0,8 atau 80%. Pada tabel 4.6 ditunujukkan nilai korelasi tidak ada yang
melebihi atau sama dengan 0,8, artinya data variabel independen pada
model ini terbebas dari unsur multikolinearitas.
3. Uji Heteroskedastisitas
Dalam Gujarati (2006:103) Asumsi kritis model regresi linear klasik
adalah bahwa gangguan ui semua residual memiliki varians yang konstan
atau sama (artinya homoskedastis). Jika asumsi ini tidak terpenuhi, maka
terjadi masalah heteroskedastis. Permasalahan Heteroskedastisitas, menurut
Gujarati juga dapat diatasi dengan menggunakan metode GLS (Generalized
Least Squared). Metode GLS dalam penelitian ini pun telah diberikan
perlakuan “White Heteroskedasticity- Consistent Covariance” untuk
mengantisipasi data yang tidak bersifat homoskedastis. Maka dalam hasil
output GLS –Weight ditunjukkan sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Heteroskedatisitas
Weighted Statistic Sum Squared resid 0,430483
Unweighted Statistics Sum Squared resid 0,477081
Sumber: Eviews 7.0
76
Dari hasil Output dengan metode GLS, didapat nilai Sum Squared
Resid Weighted Statistic yang lebih kecil dari nilai Sum Squared resid
Unweighted Statistics. Dengan nilai (0,430483 < 0,477081) artinya
heteroskedastis dapat diabaikan dengan mengestimasi model yang diberi
perlakuan Cross Section Weighted dan White heteroskedasticity – consistent
standart error and covariance. Metode ini menurut Gujarati (2006:97)
disebut juga disebut sebagai metode estimator kuadrat terkecil tertimbang
(Weighted Least Squares). Dengan WLS ini juga akan mengurangi masalah
heteroskedastisitas, karena transformasi menekan skala-skala pengukuran
variabel.
4. Uji Autokorelasi
Autokolerasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-I (sebelumnya). Tentu saja model regresi
yang baik adalah regresi bebas dari autokolerasi. (Gujarati 2006:112).
Menurut Santoso (2014:194) pengambilan ada atau tidaknya Autokolerasi
adalah sebagai berikut :
a) Angka D-W ( Durbin Watson ) dibawah -2 berarti ada autokolerasi
positif.
b) Angka D-W ( Durbin Watson ) diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada
Autokolerasi.
c) Angka D-W ( Durbin Watson ) diatas +2 berarti ada Autokolerasi
negatif.
77
Hasil Output regresi dengan Fixed Effects GLS, menunjukkan nilai
DW sebesar 1,077562. Dengan nilai K = 3 dan N = 35, diperoleh angka dL
1,28 dan dU 1,65. Artinya nilai DW 1,077562 < dL 1,38 dan hal ini sesuai
dengan pernyataan Santoso yakni apabila nilai DW bernilai antara -2
hingga 2 maka data dalam model penelitian ini tidak ada gejala
Autokorelasi. Hal ini, sesuai dengan penjelasan Gujarati (2006:124),
bahwa model penelitian yang menggunakan metode GLS (Generalized
Least Square) akan terbebas atau terminimalisasi dari gejala autokorelasi.
Karena model yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Fixed
Effects dengan GLS maka maslalah autokorelasi dapat teratasi, dan dengan
demikian dapat disimpulkan data model pada penelitian ini terbebas dari
gejala Multikolinearitas, Heteroskedastisitas dan Autokorelasi.
C. Memilih Estimasi Data Panel :
1. Pooled Least Square
Hasil output metode Pooled Least Squares menunjukkan, nillai
probability yang signifikan hanya pada variabel Nerasa Transaksi Berjalan
(NTB) dan Constanta (C), sedangkan variabel Kurs (KURS) dan
Pertumbuhan Ekonomi (GRO) tidak signifikan. Hal ini terlihat dari nilai
probability masing – masing variabel yakni 0,3108 dan 0,1446 yang
melebihi α = 5% atau 0,05.
78
Tabel 4.8
Hasil Output Pooled Least Squares
Variable Coefficient Probability C 5,771285 0,0000 Kurs -0,026712 0,3108 NTB 0,532419 0,0000 GRO 0,112346 0,1446
R2 Squared 0,716974
Sumber: Eviews 7.0
Metode Pooled Least Square akan dipilih apabila tidak terdapat
perbedaan antara data matriks pada dimensi cross section. Pada model ini
akan mengestimasi nilai α yang constant atau sama pada setiap individu atau
objek. Menurut Gujarati (2004) nilai intersep yang sama pada tiap objek ini
merupakan hal yang membatasi (restricted). Sehingga kelemahannya, model
PLS ini tidak dapat melihat gambaran sebenarnya atas hubungan yang
terjadi antara variabel bebas dan terikat, begitu pula dengan hubungan
antara tiap individu crosss section. Selain itu, seperti yang dijelaskan pada
BAB III - metodologi mengatakan bahwa metode PLS atau Common Effects
ini terlalu sederhana untuk mendeskripsikan fenomena yang ada. Maka, hal
yang selanjutnya dilakukan adalah mengolah data dengan metode Fixed
Effects Model (FEM)
2. Fixed Effects Model
Hasil Output Metode Fixed Effects dengan GLS (Generalized
Least Squares) menunjukkan bahwa variabel Kurs (KURS) dan Neraca
Transaksi Berjalan (NTB) signifikan pada alpha 5%, sedangkan
79
Pertumbuhan Ekonomi (GRO) tidak signifikan karena nilai probability
sebesar 0,4434 yang lebih besar dari alpha 0,05.
Tabel 4.9 Hasil Output Fixed Effects Model –GLS
Variable Coefficient Probability
C 11,92024 0,0000 Kurs -2,558504 0,0000 NTB 0,239064 0,0427 GRO 0,035646 0,4434
Fixed Effects (Cross) IND_C 6,654681 SGP_C -2,707937 MLY_C -1,956920
R2 Squared 0,923593
Sumber: Eviews 7.0
Pada model Fixed Effects ini juga diperoleh nilai koefisien determinasi
R2 yang lebih besar daripada model Pooled Least Squares. Selain itu, pada
model ini didapat nilai konstanta Fixed Effects Cross dari tiap objek yang
berbeda-beda, sehingga dapat menggambarkan fenomena yang ada pada
model penelitian.
3. Pemilihan Data Panel
a. Uji Chow
Menurut Nachrowi, untuk menentukan apakah model data panel
diregresi dengan metode Common Effect atau dengan metode Fixed Effect.
Pengujian yang dilakukan menggunakan Chow-test atau Likelihood ratio
test, dengan asumsi yaitu:
H0: model menggunakan pendekatan Pool Least Square, dan
H1: model menggunakan pendekatan Fixed Effect.
80
Gambar 4.2
Hasil Output Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests Pool: Untitled Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 16.492055 (2,29) 0.0000
Pengujian ini mengikuti distribusi F-statistik, dimana jika F-statistik
lebih besar dari F-tabel maka H0 ditolak. Nilai Chow menunjukkan nilai F-
statistik sebesar 16,49052 dan nilai F-tabel pada alpha 5% (2,29) adalah
3,32 dimana (16,49 > 2,29) artinya nilai Chow F- stat yang kita dapat lebih
besar dari nilai F-tabel maka H0 ditolak. Selain itu, nilai Probability 0,00000
lebih kecil dari alpha 5 %, sehingga H0 ditolak dan model yang digunakan
adalah model Fixed Effect. Namun, menurut Nachrowi (2006: 318) untuk
menganalisis dengan metode efek tetap ini, ada suatu syarat yakni jika data
panel memiliki jumlah waktu (t) lebih besar dari jumlah individu (i) t > i
maka disarankan untuk menggunakan metode Fixed Effect Model (FEM).
Oleh karena itu pengujian dan pemilihan model Random Efek
tidak dilakukan dalam penelitian ini. Model estimasi data panel yang
digunakan adalah model estimasi data panel dengan metode efek tetap
(Fixed Effects Model GLS) sesuai pengujian yang dilakukan pada Uji Chow.
Metode efek tetap adalah metode yang mengestimasi data panel dengan
menggunakan variabel dummy untuk menangkap adanya perbedaan
intersep. Metode ini juga mengasumsikan bahwa koefisien regresi (slope)
81
tetap antar individu dan antar waktu. Oleh karena itu, model ini sering juga
disebut dengan Least Square Dummy Variables dan disingkat LSDV
(Winarno, 2007:9.14).
D. Pengujian Hipotesis
1. Uji t-statistik (parsial)
Pengujian ini dilakukan dengan dua tahap uji, yakni bagi masing-
masing variabel bebas pada model penelitian dengan uji t-statistik dan t
tabel serta uji signifikansi probability atas p-value atas nilai koefisiennya.
Tabel 4.10 Hasil Output Uji t-statistik Parsial pada Metode Efek Tetap (GLS)
Sumber: Output Eviews 7.0
a. Variabel Nilai Tukar (KURS)
Uji atas pengaruh variabel Nilai tukar (KURS) terhadap
Cadangan Devisa (CAD) dilakukan dengan membandingkan nilai t-
statistik dan t- tabel. Apabila nilai t-statistik lebih besar dari t-tabel
maka H0 ditolak dan terdapat pengaruh antara variabel KURS
terhadap CAD. Dari tabel 4.10 diatas terlihat bahwa nilai t-statistik
KURS adalah -5,330635 yang lebih besar dari t-tabel (t0,05-n-k-1) yakni
sebesar 1,6449. Maka, karena (t-sttistik -5,330635 > t-tabel 1,6449)
maka H0 ditolak dan berarti ada pengaruh antara KURS dan CAD.
Uji signifikansi terlihat dari p-value t-stat. Hasil output regresi
Fixed Effects Model (FEM-GLS) menunjukkan, bahwa pada tingkat
Variable Coefficient t-stat Probability Berpengaruh Hubungan KURS -2.558501 -5.330635 0.0000 Signifikan Negatif NTB 0.239064 2.119649 0.0427 Signifikan Positif GRO 0.035646 0.777134 0.4434 Tidak Signifikan --
82
signifikansi 95% (α = 5%) variabel Nilai Tukar (KURS) memiliki p-
value 0,0000. Nilai tersebut < dari 0,05 maka variabel KURS berada
pada daerah tolak H0. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
variabel KURS merupakan variabel yang berpengaruh signifikan
terhadap Proporsi Cadangan Devisa di Negara Indonesia, Malaysia
dan Singapura pada periode 2001-2014.
Selanjutnya perlakuan atas uji arah, untuk menentukan apakah
hubungan antara variabel independen (KURS) dan dependen (CAD)
merupakan hubungan yang positif atau negatif dapat terlihat dari nilai
koefisiennya. Output hasil regresi diatas menunjukkan bahwa
koefisien KURS bernilai -2,558501. Dari angka tersebut dapat
diintrepretasikan bahwa hubungan searah / negatif karena apabila
KURS meningkat sebesar 1 satuan maka akan mengurangi proporsi
Cadangan Devisa (CAD) di negara Indonesia, Malaysia dan Singapura
sebesar 2,558501 satuan (variabel lain dianggap constan – Cateris
Paribus).
b. Variabel Neraca Transaksi Berjalan (NTB)
Uji atas pengaruh variabel Neraca Transaksi Berjalan (NTB)
terhadap Cadangan Devisa (CAD) dilakukan dengan membandingkan
nilai t-statistik dan t- tabel. Apabila nilai t-statistik lebih besar dari t-
tabel maka H0 ditolak dan terdapat pengaruh antara variabel NTB
terhadap CAD. Dari tabel 4.10 diatas terlihat bahwa nilai t-statistik
NTB adalah 2,119649 yang lebih besar dari t-tabel (t0,05-n-k-1) yakni
83
sebesar 1,6449. Maka, karena (t-statistik 2,119649 > t-tabel 1,6449)
maka H0 ditolak dan berarti ada pengaruh antara NTB dan CAD.
Uji signifikansi terlihat dari nilai p-value t-stat. Hasil output regresi
Fixed Effects Model (FEM-GLS) menunjukkan, bahwa pada tingkat
signifikansi 95% (α = 5%) variabel Neraca Transaksi Berjalan (NTB)
memiliki p-value 0,0427. Nilai tersebut < dari 0,05 maka variabel NTB
berada pada daerah tolak H0. Sehingga dapat diambil kesimpulan
bahwa variabel NTB merupakan variabel yang berpengaruh signifikan
terhadap Proporsi Cadangan Devisa di Negara Indonesia, Malaysia dan
Singapura pada periode 2001-2014.
Selanjutnya perlakuan atas uji arah, untuk menentukan apakah
hubungan antara variabel independen (NTB) dan dependen (CAD)
merupakan hubungan yang positif atau negatif dapat terlihat dari nilai
koefisiennya. Output hasil regresi diatas menunjukkan bahwa koefisien
NTB bernilai 0,239064. Dari angka tersebut dapat diintrepretasikan
bahwa hubungan searah / positif karena apabila NTB meningkat
sebesar 1 satuan maka akan menambah proporsi Cadangan Devisa
(CAD) di negara Indonesia, Malaysia dan Singapura sebesar 0,239064
satuan.Dan sebaliknya, apabila Neraca transaksi Berjalan mengalami
defisit atau turun sebesar 1 satuan maka akan mengurangi pos
cadangan devisa juga sebesar 0,239064 satuan (variabel lain dianggap
constan – Cateris Paribus).
c. Variabel Pertumbuhan Ekonomi (GRO)
84
Uji atas pengaruh variabel Pertumbuhan Ekonomi (GRO) terhadap
Cadangan Devisa (CAD) dilakukan dengan membandingkan nilai t-
statistik dan t- tabel. Apabila nilai t-statistik lebih besar dari t-tabel
maka H0 ditolak dan terdapat pengaruh antara variabel GRO terhadap
CAD. Dari tabel 4.10 diatas terlihat bahwa nilai t-statistik GRO adalah
0,777134 yang lebih kecil dari t-tabel (t0,05-n-k-1) yakni sebesar 1,6449.
Maka, karena (t-statistik 0,777134 < t-tabel 1,6449) maka H0 diterima
dan berarti tidak ada pengaruh antara GRO dan CAD.
Uji signifikansi yang dilakukan pada variabel bebas dapat dilihat dari
nilai p-value t-stat. Pada hasil output regresi Fixed Effects Model
(FEM-GLS) menunjukkan, bahwa pada tingkat signifikansi 95% (α =
5%) variabel Pertumbuhan Ekonomi (GRO) memiliki p-value 0,4434.
Nilai tersebut lebih besar dari > 0,05 maka variabel GRO berada pada
daerah terima H0. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel
GRO merupakan variabel tidak berpengaruh signifikan terhadap
Proporsi Cadangan Devisa di Negara Indonesia, Malaysia dan
Singapura pada periode 2001-2014.
2. Uji Hipotesis F-statistik dan Koefisien Determinasi R2
Dari hasil output regresi dengan metode Fixed Effects Model
didapatkan hasil sebagai berikut:
85
Tabel 4.11
Hasil Output F-statistik dan R2 - Fixed Effects Model (GLS)
Fixed Effects Model Prob F-statistik 0,000000 R-Squared 0.923593 Adjusted R-Squared 0.910419
Sumber: Output Eviews 7.0
Dari pengujian yang dilakukan terlihat pada model FEM-GLS ini,
nilai Prob F-statistik sebesar 0,000000 lebih kecil dari alpha 5%. Artinya
nilai tesebut berada pada daerah tolak H0 dan secara bersama-sama
variabel independen (KURS,NTB,GRO) berpengaruh signifikan terhadap
variabel dependen (CAD) di negara Indonesia, Malaysia dan Singapura
pada periode 2001-2014.
Selain itu didapat nilai R-squared sebesar 92,3593 atau
92,35%. Nilai tesebut mengintrepretasikan bahwa kontribusi variabel
independen (KURS, NTB, GRO) terhadap variabel dependen Cadangan
Devisa (CAD) adalah sebesar 92,53% dan sisanya sebesar 7,47%
dipengaruhi oleh faktor lain diluar model penelitian. Maka dari uji
Hipotesis secara parsial dan simultan tersebut, Berikut persamaan model
dalam penelitian yang didapat menjadi:
Model Fungsi:
CAD = f (KURS, NTB) (4.1)
Persamaan Model Efek Tetap
CADit = β0i + β1KURSit + β2 NTBit + β3d1i + β4d2i + β5d3i + µi (4.2)
Keterangan: CAD : Cadangan Devisa (IND, MLY, SGP)
86
KURS : Nilai Tukar (IND, MLY SGP)
NTB : Neraca Transaksi Berjalan (IND, MLY, SGP)
β0 : Intercept / Constanta
β1,...6 : Slope
µi : Standard Error
i : Objek Negara
t : Periode
Persamaan diatas menunjukkan konstan β0i diberi subskrip 0i, i
menunujukkan objeknya. Dengan demikian masing-masing objek memiliki
konstan yang berbeda. Variabel semu d1i = 1 untuk objek pertama
(Indonesia) dan 0 untuk objek lainnya. Variabel semu d2i = 1 untuk objek
kedua (Singapura). Variabel semu d3i = 1 untuk objek ketiga (Malaysia) dan
0 untuk objek lainnya.
Estimation Equations Fixed Effects ========================= CAD_IND = β (4) + β (1) + β (2)*KURS_IND + β (3)*NTB_IND CAD_MLY = β (5) + β (1) + β (2)*KURS_MLY + β (3)*NTB_MLY CAD_SGP = β (6) + β (1) + β (2)*KURS_SGP + β (3)*NTB_SGP Substituted Coefficients: ================== CAD_ 3_NEGARA = 6.65468070003_ IND + (-) 1.9569204195_MLY + (-) 2.70793670227_SGP + 11.9202288113 + 2.55850134505*KURS + 0.239064068669*NTB CAD_IND = 6.65468070003 + 11.9202288113 - 2.55850134505*KURS_IND + 0.239064068669*NTB_IND CAD_MLY = -1.9569204195 + 11.9202288113 - 2.55850134505*KURS_MLY+ 0.239064068669*NTB_MLY
87
CAD_SGP = -2.70793670227 + 11.9202288113 - 2.55850134505*KURS_SGP + 0.239064068669*NTB_SGP
Dari persamaan diatas terlihat bahwa jumlah proporsi Cadangan Devisa
negara Indonesia adalah yang paling besar nilai Constanta nya atau nilai
Individual efek sebesar 6,65468070003 satuan. Dibandingkan dengan Singapura
yang hanya sebesar – 2,70793670227, Malaysia masih lebih besar nilai Constanta
nya yakni – 1,9569204195 satuan. Hal ini disebabkan karena kesatuan ekonomi
dari masing masing wilayah yang berbeda. Indonesia memiliki luas wilayah dan
populasi penduduk (kurang lebih 250 juta jiwa) yakni lebih besar 8 kali lipat dari
jumlah penduduk malaysia (kurang lebih 30 juta jiwa) dan 50 kali lipat lebih besar
dari jumlah penduduk Singapura (kurang lebih 5,6 juta jiwa). Selain itu nilai
constanta negara singapura yang kecil juga disebabkan oleh perekonomian negara
tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian eksternal atau gloobal.
E. Analisis Ekonomi
1. Nilai Tukar terhadap Cadangan Devisa
Pada penjelasan analisis output sudah dikatakan bahwa Variabel Nilai Tukar
(KURS) pada penelitian ini berpengaruh negatif signifikan terhadap Cadangan
Devisa (CAD) di Indonesia, Malaysia dan Singapura pada periode 2001-2014.
Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Masdjoo (2010) yag
juga mengatakan bahwa apresiasi nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap posisi
Cadangan Devisa di Indonesia periode penelitian 1983-2008.
Kurs begitu penting, perannya dalam transaksi dan Interaksi Ekonomi
Internasional, karena kurs dapat mempengaruhi harga barang domestik relatif
88
terhadap harga barang luar negeri. Ketika mata uang suatu negara terapresiasi
(nilainya naik secara relatif terhadap mata uang lainnya), barang yang
dihasilkan oleh negara tersebut di luar negeri menjadi lebih mahal dan barang
barang luar negeri di negara tersebut menjadi lebih murah (asumsi harga
domestik konstan di kedua negara). Sebaliknya ketika mata uang suatu
negara terdepresiasi, barang-barang negara tersebut yang di luar negeri
menjadi lebih murah dan barang-barang luar negeri di negara tersebut
menjadi lebih mahal. (Mishkin, 2008:111)
Tabel 4.12
Kondisi Harga Barang saat Apresiasi dan Depresiasi
Kondisi Mata Uang
Mata Uang Rupiah terhadap Dolar AS
Asumsi Nilai Harga Barang
Domestik di Luar Negeri
Harga Barang Luar Negeri di Dalam
Negeri
Apresiasi Rp12.000 ke
Rp10.000 (menguat)
Menjadi Lebih Mahal
Menjadi Lebih Murah
Depresiasi Rp10.000 ke
Rp12.000 (melemah)
Menjadi Lebih Murah
Menjadi Lebih Mahal
Mengingat pentingnya peran nilai Tukar dalam mempengaruhi posisi
Cadangan Devisa, Mishkin, (2008:114) menjelaskan bahwa dalam janga
panjang faktor-faktor yang mempengaruhi kurs diantaranya harga relatif; tarif
dan kuota; preferensi untuk barang domestik versus barang luar negeri, dan
produktivitas. Berikut dijelaskan ringkasannya dalam tabel 4.13
89
Tabel 4.13
Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs dalam jangka panjang
Faktor Perubahan dalam Faktor
Respons dai Kurs, E*
Tingkat Harga Domestik Naik Depresiasi Hambatan Perdagangan Semakin Ketat Apresiasi Permintaan Impor Meningkat Depresiasi Permintaan Ekspor Meningkat Apresiasi Produktivitas Meningkat Apresiasi Sumber: (Mishkin, 2008:117)
Dalam jangka panjang, kenaikan harga suatu negara (relatif terhadap
tingkat luar negeri) menyebabkan mata uangnya terdepresiasi, dan sebaliknya
penurunan tingkat harga secara relatif menyebabkan mata uangnya
terdepresiasi.
Hambatan menuju pedagangan bebas seperti tarif (pajak pada barang-
barang yang diimpor) dan kuota (pembatasan jumlah barang-barang luar
negeri yang dapat diimpor) dapat mempengaruhi kurs. Misalnya saat
Indonesia meningkatkan tarif atau menetapkan kuota yang lebih kecil
terhadap Baja jepang, maka meningkatnya hambatan perdagangan ini
meningkatkan permintaan untuk Baja Indonesia, dan dolar cenderung
menguat karena Baja Indonesia akan terus terjual dengan baik sekalipun
dengan nilai mahal. Meningktnya hambatan perdagangan menyebabkan mata
uang suatu negara menguat dalam jangka panjang.
Preferensi untuk barang Domestik versus Barang Luar Negeri juga
mempengaruhi kus dalam jangka panjang. Meningkatnya permintaan untuk
ekspor suatu negara menyebabkan mata uangnya menguat, dalam jangka
90
panjang; sebaliknya meningkatnya permintaan untuk impor menyebabkan
mata uang domestik melemah.
Produktivitas, ketika suatu negara produktivitasnya meningkat, maka
negara tersebut cenderung untuk menaikkan sektor domestik yang
menghasilkan barang barang yang diperdagangkan secara efisien. Akibatnya
saat permintaan akan barang tersebut meningkat, mata uang cenderung
terapresiasi. Tatapi ketika produktivitas suatu negara tertinggal dengan negara
lainnya, maka barang-barang yang diperdagangkan menjadi lebih mahal
secara relatif atau kalah saing efisiensi nya dan menyebabkan mata uang
cenderung menjadi terdepresiasi.
2. Neraca Transaksi Berjalan terhadap Cadangan Devisa
Pada penjelasan analisis output sudah dikatakan bahwa Variabel Neraca
Transaksi Berjalan (NTB) pada penelitian ini berpengaruh positif signifikan
terhadap Cadangan Devisa (CAD) di Indonesia, Malaysia dan Singapura
pada periode 2001-2014. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Tambunan (2001:157) bahwa Cadangan Devisa suatu negara
dipengaruhi oleh Net Ekspor yang tercatat pada Neraca Transaksi Berjalan
dan Neraca Modal
Mega Febriyenti (2013), juga menyatakan bahwa Variabel Net Ekspor
berpengaruh positif signifikan terhadap cadangan devisa di Indonesia periode
(Q1-2000 hingga Q4-2011). I putu Kusuma (2011) juga menyatakan bahwa
variabel Ekspor berpengaruh positif signifikan terhadap Posisi Cadangan
Devisa Indonesia pada periode 1999-2010. Karena Ekspor dan Net Ekspor
91
merupakan komponen utama yang termuat dalam ikhtisar Neraca Transakasi
Berjalan, maka pernyataan-pernyatan tersebut semakin memperkuat hasil
penelitian ini bahwa Transaksi Berjalan berpengaruh positif signifikan
terhadap Cadangan Devisa suatu Negara.
Selain itu kondisi Neraca transaksi berjalan juga merupakan keseimbangan
kegiatan perdagangan di suau negara. Hal itu terkait dengan pengertian
transaksi berjalan yang memuat ikhtisar ekspor-impor barang dan jasa di
suatu negara dalam kurun waktu tertentu, biasanya satu tahun. Hasil analisis
output eviews transaksi berjalan yang dipakai dalam penelitian ini semakin
memperkuat pernyataan bahwa Cadangan Devisa suatu negara dipengaruhi
oleh kondisi perdagangan tiap negara yang dapat menghasilkan Cadangan
Devisa / valuta asing melalui sitem mekanisme perbankan dan pembayaran
internasional.
Saat nilai transaksi berjalan suatu negara mengalami defisit atau bernilai
negatif maka hal ini akan mengurangi pos cadangan devisa suatu negara.
begitu pula sebaliknya saat neraca transaksi berjalan suatu negara mengalami
surplus maka hal ini akan menambah pos cadangan devisa Indonesia,
Malaysia dan Singapura.
Kondisi defisit atau surplus pada transaksi berjalan juga dipegaruhi oleh
faktor internal dari suatu negara, misalnya Spesialisasi Produk, Opportunity
Cost, Comparative Cost, dan juga Faktor-Faktor Produksi yang dimiliki suatu
negara yakni Kapital atau Modal, Labour atau Tenaga Kerja, Resources atau
Sumber Daya Alam dan Teknologi (f = K,L,R,T). Langkah yang dapat
92
diambil pembuat keijakan diantaranya dengan memberikan stimulus bagi para
wirausaha seperti kredit usaha, subsidi, izin usaha, undang-undang, dan
meningkatkan Inovasi produksi guna mencapai efisiensi.
3. Pertumbuhan Ekonomi terhadap Cadangan Devisa
Pada penjelasan analisis output sudah dikatakan bahwa Variabel
Pertumbuhan Ekonomi (GRO) pada penelitian ini tidak berpengaruh positif
signifikan terhadap Cadangan Devisa (CAD) di Indonesia, Malaysia dan
Singapura pada periode 2001-2014. Hal ini bertolak belakang dengan
penelitian yang dlakukan oleh J.J Polak (2001) dalam IMF Working Paper
“The Two Monetary Approaches to the Balance of Payment” tentang adanya
hubungan positif dari perubahan pendapatan nasional atau pertumbuhan
ekonomi terhadap posisi Cadangan Devisa di empat negara Maju (Australia,
Jepang, Swedia, dan Spanyol). Perbedaan hasil penelitian ini disebabkan oleh
pendekatan yang digunakan dan tergantung pada keadaan negara yang sedang
diamati. Boediono (1999) menjelaskan dalam teori mekanisme Keynes
didasarkan atas adanya pasar uang yang cukup berkembang sehingga
kenaikan stok uang tidak secara langsung mempengaruhi pengeluaran
masyarakat, tetapi lebih dulu lewat pasar uang. Sebaliknya, mekanisme
monetaris nampaknya lebih mencerminkan keadaan negara yang belum
mempuyai pasar uang yang telah berkembang. Dalam keadaan ini, bila ada
kenaikan stok uang masyarakat tidak akan mempertimbangkan apakah
tambahan uangg tersebut akan dipegang dalam bentuk uang tunai atau
obligasi (surat berharga), karena surat berharga memang belum banyak
93
tersedia atau digunakan. Yang dilakukan adalah jutrru apakah uang akan
dipegang sebagai uang tunai atau sebagai barang.
Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa saat suatu negara belum memiliki
pasar keuangan yang berkembang, maka pertumbuhan ekonomi tidak terlalu
berpengaruh signifikan terhadap posrsi cadangan devisa. Berbeda dengan
negara Maju yang memiliki kondisi pasar keuangan berkembang pesat. Saat
pertumbuhan ekonomi naik, lalu pendapatan masyarakat naik dan Masyarakat
akan menggunakan kelebihan stok uang lebih untuk membeli obligasi dsb.
Kelebihan uang yang dialihkan ke pasar uang tersebut akan meningkatkan
posisi Neraca Transaksi Modal dan Finansial yang tercakup dalam neraca
pembayaran dan akan menambah cadangan devisa bersangkutan.
Sedangkan pada negara berkembang, pertumbuhan ekonomi dan kenaikan
pendapatan masyarakat juustru lebih digunakan untuk membeli barang atau
disimpan dalam bentuk tunai. Sehingga tidak terlalu berpengaruh signifikan
terhadap industri keuangan dan pasar Modal atau Uang di Negara tersebut.
94
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dipaparkan
sebelumnya, penulis memperoleh kesimpulan atau benang merah dari
penelitian berjudul “Analisis Pengaruh Kurs, Transaksi Berjalan dan
Pertumbuhan Ekoomi di Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-
2014 yakni sebagai berikut:
1. Secara Bersama-sama Nilai Tukar, Transaksi Berjalan dan
Pertumbuhan Ekonomi berpengaruh signifikan terhadap Cadangan
Devisa di Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-2014.
2. Variabel Nilai Tukar Berpengaruh Negatif Signifikan terhadap
Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-
2014.
3. Variabel Transaksi Berjalan Berpengaruh Positif Signifikan terhadap
Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-
2014.
4. Variabel Pertumbuhan Ekonomi tidak berpengaruh Signifikan terhadap
Cadangan Devisa di Indonesia, Malaysia dan Singapura periode 2001-
2014. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh J.J Polak
(2001) karena, ruang lingkup penelitian Polak terdiri dari empat negara
maju yakni (Asutralia, Jepang, Swedia dan Spanyol).
95
B. Implikasi
Setelah mengetahui, bahwa Cadangan Devisa dipengaruhi oleh variabel Nilai
Tukar, dan Transaksi Berjalan, maka peran pemerintah dalam hal ini
diantaranya perlu menstabilkan fluktuasi nilai tukar baik Rupiah, Ringgit dan
Dolar Singapura secara kontinu atau berkelanjutan. Mengingat, dampak yang
diberikan dari variabel ini lebih besar dari variabel transaksi berjalan. Seperti
diketahui juga bahwa uang (currency) dalam hal ini memiliki peran multiplier
effect yang sangat besar maka, perlu diantisispasi penyebab perubahan pada
Nilai tukar itu sendiri seperti inflasi, dll.
Di bidang perdagangan, Indonesia khususnya perlu dapat raport
merah dan harus memperbaiki kondisi transaksi berjalan yang nilainya
terus mines di tahun 2011-2014. Defisit transaksi berjalan akan memicu
ketidakseimbangan eksternal karena nilai defisit tersebut akan mengurangi
pos cadangan devisa pada neraca pembayaran. Hal yang dapat dilakukan
diantaranya kebijakan substitusi impor, dan promosi ekspor serta
mendukung iklim usaha bagi UMKM di Indonesia sehingga dapat
mendorong produktivitas wirausaha Domestik. Peningkatan ekspor
dibandingkan impor akan menguntungkan pemerintah dengan
bertambahnya Cadangan Devisa. sehingga untuk menjaga nilai tukar dan
kondisi transaksi berjalan, diperlukan adanya bauran kebijakan baik
moneter maupun fiskal kedepannya yang lebih komprehensif.
96
Daftar Pustaka
Asian Development Bank. Country Economic Review.
Apridar. 2009. Ekonomi Internasional: Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan dalam Aplikasinya: edisi pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Bank Indonesia. 2007. Kerjasama Perdagangan Internasional. Jakarta: Gramedia. Boediono. 2001. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi Internasional. Yogyakarta:
BPFE.
Faisal Basri dan Haris Munandar. 2010. Dasar-Dasar Ekonomi Internasional; Pengenalan & Aplikasi Metode kuantitatif. Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Febriaty, Hastina. 2010. Jurnal: Analisis Determinan Cadangan devisa Indonesia
Gandhi, Dyah Virgoana. 2006. Pengelolaan Cadangan Devisa di Bank Indonesia. Jakarta: PPSK – Bank Indonesia.
Gujarati, Damodar.N. 2006. Dasar-Dasar Ekonometrika Edisi ketiga Jilid 2. Judul Asli Essentials of Econometrics, alih bahasa: Julius A. Mulyadi dan Yelvi Andri. Jakarta: Erlangga.
Gujarati, Damodar.N dan Porter C. Dawn. 2009. Basic Economtrics: Fifth Edition.
Singapore: Mc GrawHill. Hady, Hamdy. 2001. Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan Perdagangan
Internasional. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Halwani, Hendra. 2005. Ekonomi Internasional dan Globalisasi Ekonomi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Institute of Southeast Asian Studies. 2010. Regional Outlook: Southeast Asia. Singapore:
ISEAS.
Karl E. Case dan Ray, C. Fair. 2002. Prinsip-Prinsip Ekonomi Makro: Edisi Lima. Judul asli “The Principles of Economics”, alih Bahasa oleh Benyamin Molan. Jakarta: PT Prenhallindo, Pearson Education Asia.
Krugman, Paul R. 1999. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan; Moneter Edisi kedua; penerjemah Haris Munandar dan Faisal Basri. Jakarta; PT. Raja Grafindo.
Kuncoro, Mudrajad. 2010. Masalah, Kebijakan, dan Politik Ekonomika Pembangunan.
Jakarta: Erlangga.
Laporan Neraca Pembayaran Indonesia. Realisasi Triwulan IV – 2014. Bank Indonesia: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik.
97
Mankiw, N. Gregory. 2007. Macroeconomics: sixth Edition. New York: Worth Publisher.
Masdjojo, Gregorius Nasiansenus. 2010. Disertasi: Kajian Pendekatan Keynesian
dan Monetaris terhadap Dinamika Cadangan Devisa Melalui Penelusuran Neraca Pembayaran Internasional: Studi Empiris di Indonesia Periode 1983-2008. Universitas Diponegoro.
Mega Febriyenti, dkk. 2012. Jurnal: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Cadangan Devisa
dan Net Ekspor di Indonesia.
Metadata Divisi Pengelolaan Devisa Bank Indonesia.
Mishkin, Frederic S. 2009. The Economic of Money, Bangking, and Financial Markets, 8th ed. New Jersey: Pearson Education. (Penerjemah: Lana Soelistianingsih dan Beta Yulianita. Ekonomi, Uang, Perbankan dan Pasar Keuangan – Buku 2. Jakarta: Salemba Empat)
Murni, Asfia. 2006. Ekonomika Makro. Bandung: Refika Aditama.
Nachrowi, Djalal Nachrowi dan Hardius Usman. 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Pasaribu, Katryn, N. 2007. Tesis: Pengaruh Risiko Sistemik dan Nonsistemik Pasar
Keuangan Internasional Terhadap Laju Perubahan Cadangan Devisa Negara Studi Kasus Malaysia (1986Q1-1996Q4). Universitas Indonesia.
Polak, J. Jacques. 2001. The Two Monetary Approach to the Balance of Payment,
Keynesian and Johnsonian. IMF Working Paper Salvatore, Dominick. 1996. Schaum’s Outlines International Economics, Fourth
Edition. McGraw-Hill.
Salvatore, Dominick. 1997. Ekonomi Internasional Edisi Kelima: jilid 2, alih bahasa oleh Haris Munandar. Jakarta: Erlangga.
Sukirno, Sadono. 2000. Makroekonomi Modern. Jakarta: PT. Raja Grafindo.
Sukirno, Sadono. 2010. Makroekonomi, Teori Pengantar Edisi pertama. Jakarta: Rajawali The Global Competitiveness Index 2013-2014 rankings. 2013 World Economic
Forum. www.weforum.org/gcr Tulus tambunan. 2001. Perdagangan Internasional dan Neraca Pembayaran: teori dan
temuan empiris. Jakarta: LP3ES.
_____________. 2008. Ekonomi dan Utang Luar Negeri. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
98
_____________. 2012. Memahami Krisis: Siasat Membangun Kebijakan Ekonomi. Jakarta: LP3ES.
Winarno, Wing Wahyu. 2007. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan E-Views. Yogyakarta: STIM-YKPN.
Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan E-Views. Yogyakarta: STIM-YKPN.
www.bi.go.id www.bps.go.id www.worldbank.org www.pnri.go.id
99
LAMPIRAN 1
DATA OBSERVASI
Negara Tahun CAD KURS NTB GRO
IND
2001 28,016. 10400 1.1 1,6 2002 32,039 8950 1.9 4,7 2003 36,296 8420 2.4 4,6 2004 36,321 9270 0.5 7,2 2005 34,723 9830 0.8 5,1 2006 42,586 8995 2.2 6,1 2007 56,920 9393 3.4 5,8 2008 51,639 11120 -0,6 5,3 2009 66,105 9404 3.5 5,4 2010 96,207 8996 0,9 6,9 2011 110,123 9069 -2.3 6,5 2012 112,781 9793 -7.8 6,1 2013 99,387 12173 -4.3 5,7 2014 111.862 12388 -6.2 5
SGP
2001 75,677 1,9 3.0 -5,1 2002 82,219 1,7 3.7 6,3 2003 96,244 1,7 5.4 8,9 2004 112,575 1,6 5.7 6,6 2005 116,173 1,7 6.8 9,7 2006 136,261 1,5 9.4 7,6 2007 162,957 1,4 9.0 6,5 2008 174,196 1,4 6.6 -2,6 2009 187,809 1,4 9.6 4,8 2010 225,754 1,3 16.4 12 2011 237,737 1,3 13.3 3,6 2012 259,307 1,22 17.4 2,2 2013 273,065 1,26 13.3 4,9 2014 256,860 1,33 17.4 2,1
MLY
2001 29,896 3,8 1.5 0,2 2002 33,741 3,8 2.1 6,9 2003 44,208 3,8 2.8 6,5 2004 66,209 3,8 3.6 4,9 2005 70,183 3,8 4.5 5,9 2006 82,457 3,5 7.7 5,4 2007 101,345 3,3 8.3 7,5
100
2008 91,536 3,5 8.3 0,2 2009 96,678 3,4 8.1 4,6 2010 106,498 3,1 7.5 4,8 2011 133,642 3,17 7.5 5,3 2012 139,724 3,06 7.1 6,5 2013 136,297 3,28 4.5\ 5,1 2014 125,731 3,5 1.7 5,8
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia : (SEKI) Sektor Ekternal Bank Indonesia : berbagai Edisi Ket: Y(CAD) = Cadangan Devisa > Milliar USD / Billion USD X1 (KURS) = Kurs Terhadap Dollar USD > Rasio terhadap 1 US$ X2 (NTB) = Neraca Transaksi Berjalan > Milliar USD / Billion USD X4 (GRO) = Pertumbuhan Ekonomi > % GDP Annual
101
LAMPIRAN 2
POOLED LEAST SQUARE
Dependent Variable: CAD? Method: Pooled Least Squares Date: 04/19/15 Time: 14:10 Sample: 1 14 Included observations: 14 Cross-sections included: 3 Total pool (unbalanced) observations: 35
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 5.771285 1.026130 5.624322 0.0000
KURS? -0.026712 0.025927 -1.030304 0.3108 NTB? 0.532419 0.104074 5.115752 0.0000 GRO? 0.112346 0.075065 1.496665 0.1446
R-squared 0.716974 Mean dependent var 10.94697
Adjusted R-squared 0.689585 S.D. dependent var 0.296110 S.E. of regression 0.164978 Akaike info criterion -0.658804 Sum squared resid 0.843745 Schwarz criterion -0.481050 Log likelihood 15.52908 Hannan-Quinn criter. -0.597444 F-statistic 26.17689 Durbin-Watson stat 0.787695 Prob(F-statistic) 0.000000
102
LAMPIRAN 3
FIXED EFFECT MODEL
Dependent Variable: Y? Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 05/06/15 Time: 14:46 Sample: 1 14 Included observations: 14 Cross-sections included: 3 Total pool (unbalanced) observations: 35 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 11.92023 1.669297 7.140866 0.0000
X1? -2.558501 0.479962 -5.330635 0.0000 X2? 0.239064 0.112785 2.119649 0.0427 X3? 0.035646 0.045869 0.777134 0.4434
Fixed Effects (Cross) _IND--C 6.654681 _MLY--C -1.956920 _SGP--C -2.707937
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.923593 Mean dependent var 16.31411
Adjusted R-squared 0.910419 S.D. dependent var 9.945683 S.E. of regression 0.121837 Sum squared resid 0.430483 F-statistic 70.10907 Durbin-Watson stat 1.077560 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics R-squared 0.839968 Mean dependent var 10.94697
Sum squared resid 0.477081 Durbin-Watson stat 0.773691
103
LAMPIRAN 4
UJI CHOW
Redundant Fixed Effects Tests Pool: NEGARA Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 16.492055 (2,29) 0.0000
Representasi Output fixed Effect Model (FEM)
Estimation Equations Fixed Effects Model ada di lampiran ___: ===================== CAD_IND = β (5) + β (1) + β (2)*KURS_IND + β (3)*NTB_IND CAD_MLY = β (6) + C(1) + β (2)*KURS_MLY + β (3)*X2_MLY CAD_SGP = β (7) + β (1) + β (2)*KURS_SGP + β (3)*NTB_SGP Substituted Coefficients: ===================== CAD_IND = 6.65468070003 + 11.9202288113 - 2.55850134505*KURS_IND + 0.239064068669*NTB_IND CAD_MLY = -1.9569204195 + 11.9202288113 - 2.55850134505*KURS_MLY+ 0.239064068669*NTB_MLY CAD_SGP = -2.70793670227 + 11.9202288113 - 2.55850134505*KURS_SGP + 0.239064068669*NTB_SGP
104
LAMPIRAN 5
UJI NORMALITAS
0
2
4
6
8
10
-0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3
Series: Standardized ResidualsSample 2001 2014Observations 35
Mean 1.40e-16Median 0.000471Maximum 0.280521Minimum -0.200471Std. Dev. 0.112522Skewness 0.456495Kurtosis 3.061745
Jarque-Bera 1.221153Probability 0.543038
105
LAMPIRAN 6
UJI MULTIKOLINEARITAS
Dependen KURS NTB GRO
KURS 1.0 -0.692 0.075 NTB -0.692 1.0 -0.013 GRO 0.075 -0.013 1.0
106
LAMPIRAN 7
UJI HETEROSKEDASTISITAS
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.923593 Mean dependent var 16.31409
Adjusted R-squared 0.910419 S.D. dependent var 9.945652 S.E. of regression 0.121837 Sum squared resid 0.430483 F-statistic 70.10887 Durbin-Watson stat 1.077562 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics R-squared 0.839968 Mean dependent var 10.94697
Sum squared resid 0.477081 Durbin-Watson stat 0.773690
107
LAMPIRAN 8
UJI AUTOKORELASI
Cross-section fixed (dummy variables)
Weighted Statistics R-squared 0.923593 Mean dependent var 16.31409
Adjusted R-squared 0.910419 S.D. dependent var 9.945652 S.E. of regression 0.121837 Sum squared resid 0.430483 F-statistic 70.10887 Durbin-Watson stat 1.077562 Prob(F-statistic) 0.000000
108
LAMPIRAN 9
FIXED EFFECT MODELS
(Setelah Variabel Pertumbuhan Ekonomi Dihapus)
Dependent Variable: Y? Method: Pooled EGLS (Cross-section weights) Date: 06/24/15 Time: 22:46 Sample: 1 14 Included observations: 14 Cross-sections included: 3 Total pool (unbalanced) observations: 37 Linear estimation after one-step weighting matrix White cross-section standard errors & covariance (d.f. corrected)
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 11.82104 1.452654 8.137550 0.0000
X1? -2.390087 0.448524 -5.328786 0.0000 X2? 0.215409 0.096234 2.238377 0.0323
Fixed Effects (Cross) _IND--C 6.327626 _MLY--C -1.700752 _SGP--C -2.367007
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.928415 Mean dependent var 17.34801
Adjusted R-squared 0.919467 S.D. dependent var 10.98349 S.E. of regression 0.119932 Sum squared resid 0.460281 F-statistic 103.7556 Durbin-Watson stat 1.083098 Prob(F-statistic) 0.000000
Unweighted Statistics R-squared 0.835603 Mean dependent var 10.95308
Sum squared resid 0.504843 Durbin-Watson stat 0.624702