Analisis Pengaruh Experiential Marketing Terhadap ...eprints.undip.ac.id/29858/1/JURNAL.pdf ·...

29
1 Analisis Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Keputusan Pembelian ( Studipada Derajat Celcius ) Atina Arlia Wardani Idris SE, M.Si ABSTRACT Derajat Celcius, as a company operating in printing business, needs to create a positive perception in customer’s minds because it is an important factor in the success of the selling of a product, which is, by conveying or communicating a product by touching customers’ emotional aspects. One of marketing concepts that may be used in order to influence customers’ emotions so that they may improve buying decisions is through the experiential marketing consisting of five aspects, which are sense, feel, think, act, and relate. the implementation of experiential marketing in Derajat Celcius may give information and experiences to customers in order to make buying decisions. Therefore, this research has an objective of finding out the influence of experiential marketing ( sense, feel, think, act, and relate ) on the buying decisions. Based on the analysis results of questionnaire data of 100 customers of Derajat Celcius collected using the accidental sampling technique, several analyses are conducted on the collected data. Those analyses include : validity and reliability tests, classical assumption test, multiple regression analysis, hypothesis examination through the t test and F test, and analysis of determination coefficient (R 2 ) Hypothesis examination using t test shows that there are two examined independent variables, which are the variables of think and relate, that influence positively and significantly on the dependent variable of buying decisions. Meanwhile, the other three independent variables, which are sense, feel, and act influence positively but not significantly on the dependent variable of buying decisions. Then, by using the F test, it is found that those five independent variables are appropriate to examine the dependent variable of buying decisions. The Adjusted R Square number as much as 0.535 shows tha 53.5 percent of the buying decisions variable can be explained by those five independent variables in the regressions equation. Meanwhile, the rest 46.5 percent is explained by other variables outside of those five variables used in this research. Keywords : buying decisions, sense, feel, think, act, and relate

Transcript of Analisis Pengaruh Experiential Marketing Terhadap ...eprints.undip.ac.id/29858/1/JURNAL.pdf ·...

1

Analisis Pengaruh Experiential Marketing Terhadap Keputusan Pembelian

( Studipada Derajat Celcius )

Atina Arlia Wardani

Idris SE, M.Si

ABSTRACT

Derajat Celcius, as a company operating in printing business, needs to create a positive

perception in customer’s minds because it is an important factor in the success of the selling of a product,

which is, by conveying or communicating a product by touching customers’ emotional aspects. One of

marketing concepts that may be used in order to influence customers’ emotions so that they may improve

buying decisions is through the experiential marketing consisting of five aspects, which are sense, feel,

think, act, and relate. the implementation of experiential marketing in Derajat Celcius may give

information and experiences to customers in order to make buying decisions. Therefore, this research has

an objective of finding out the influence of experiential marketing ( sense, feel, think, act, and relate ) on

the buying decisions.

Based on the analysis results of questionnaire data of 100 customers of Derajat Celcius collected

using the accidental sampling technique, several analyses are conducted on the collected data. Those

analyses include : validity and reliability tests, classical assumption test, multiple regression analysis,

hypothesis examination through the t test and F test, and analysis of determination coefficient (R2)

Hypothesis examination using t test shows that there are two examined independent variables,

which are the variables of think and relate, that influence positively and significantly on the dependent

variable of buying decisions. Meanwhile, the other three independent variables, which are sense, feel,

and act influence positively but not significantly on the dependent variable of buying decisions. Then, by

using the F test, it is found that those five independent variables are appropriate to examine the

dependent variable of buying decisions. The Adjusted R Square number as much as 0.535 shows tha 53.5

percent of the buying decisions variable can be explained by those five independent variables in the

regressions equation. Meanwhile, the rest 46.5 percent is explained by other variables outside of those

five variables used in this research.

Keywords : buying decisions, sense, feel, think, act, and relate

2

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia bisnis saat ini semakin pesat, persaingan yang semakin ketat

menjadi tantangan maupun ancaman bagi pelaku bisnis. Agar dapat memenangkan persaingan,

setiap bisnis dituntut harus selalu peka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada pasar

dan harus mampumenciptakan ide-ide yang kreatif agar produk yang ditawarkan dapat menarik

bagi konsumen, sehingga apa yang diinginkan oleh konsumen dapat dipenuhi dengan baik dan

perusahaan dapat bertahan dalam memenangkan persaingan.

Pada era kompetisi yang semakin ketat ini keberhasilan menciptakan persepsi positif

dibenak konsumen merupakan faktor penting dalam kesuksesan penjualan suatu produk,maka

dari itu perusahaan perlu menyampaikan atau mengkomunikasikan suatu produk dengan

menyentuh sisi emosional konsumen.

Salah satu konsep marketing yang dapat digunakan untuk mempengaruhi emosi

konsumen adalah melalui experiential marketing,yaitu suatu konsep pemasaran yang tidak hanya

sekedar memberikan informasi dan peluang pada pelanggan untuk memperoleh pengalaman atas

keuntungan yang didapat tetapi juga membangkitkan emosi dan perasaan yang berdampak

terhadap pemasaran, khususnya penjualan. Andreani(2007, h.2).

Inti dari experiential marketing adalah untuk membangun hubungan yang langgeng

dengan pelanggan melalui 5 aspek yaitu panca indera (sense), perasaan (feel), cara berpikir

(think), kebiasaan (act) dan pertalian atau relasi (relate). Semua produk atau jasa kini harus bisa

menyentuh kelima unsur tersebut.Konsumen mesti bisa merasakan, memikirkan dan bertindak

sesuai harapan.Bahkan jika memungkinkan tercipta rasa memiliki terhadap suatu produk atau

jasa sehingga akhirnya hal ini menjadi diferensiasi bagi produk atau jasa tersebut.Kertajaya

(2006, h.228).

Experiential marketing memberikan peluang pada pelanggan untuk memperoleh

serangkaian pengalaman atas merek, produk dan jasa yang memberikan cukup informasi untuk

melakukan keputusan pembelian.Aspek emosional dan aspek rasional adalah aspek yang ingin

dibidik pemasar melalui program ini dan seringkali kedua aspek ini memberikan efek yang luar

biasa dalam pemasaraan Andreani (2007, h.5).

3

Expriential marketing telah diterapkan di banyak tempat, salah satunya adalah di sektor

percetakan. Para pebisnis yang terjun dalam sektor percetakan berlomba–lomba untuk menarik

konsumen dengan menawarkan berbagai produk dengan desainmenarik, berkualitas dan harga

yang kompetitif, hal tersebut sedang diterapkan oleh Derajat Celcius yang merupakan salah satu

bisnis yang bergerak di sektor percetakan. Bisnis ini menghasilkan berbagai macam produk

seperti kartu nama, undangan, buku, brosur, X-banner, dll.

Untuk memenangkan persaingan bisnis dibidang percetakan, Derajat Celcius

menciptakan keunggulan kompetitif pada strategi bisnis yang di jalankan, yaitu dengan

membidik keunggulan kompetitif di bidang kecepatanmelalui program mencetak kartu nama 1

hari jadi pada produk andalan utama Derajat Celcius yaitu kartu nama. Sedangkan kebanyakan

bisnis percetakan lain pada umumnya membutuhkan waktu beberapa hari untuk mencetak kartu

nama.

Menurut informasi dari Manajer Derajat Celcius bahwa Derajat Celcius melirik

kecepatan sebagai salah satu keunggulan kompetitif karena kebanyakan konsumen mereka

merupakan para pelaku bisnis dan perusahaan yang di tuntut untuk mengejar deadline. Sehingga

kecepatan dalam mencetak produk yang di tawarkan Derajat Celcius diharapkan dapat

memberikan pengalaman baru, berbeda dan membuat konsumen tertarik untuk membeli kartu

nama di Derajat Celcius.

Derajat Celcius juga memberikan pengetahuan kepada konsumen mengenai bahan–bahan

dari produk yangakan dipesan konsumen. Salah satunya dengan cara memperlihatkan berbagai

bahan yang digunakan dan membiarkan konsumen memilih bahan yang sesuai dengan keinginan

konsumen.

1.2 Rumusan Masalah

Persaingan bisnis saat ini semakin tinggi, oleh karena itu setiap bisnis diharapkan dapat

memilki keunggulan kompetitif dari bisnis lain, hal ini bisa diperoleh salah satunya dengan

menerapkan strategi experiential marketing pada perusahaan.Experiential marketing merupakan

strategi yang jitu untuk menarik perhatian konsumen namun apabila strategi ini tidak diterapkan

dengan efektif dan benar-benar memperhatikan keiinginan konsumen maka strategi ini tidak

akanmembawa hasil yang memuaskan bagi perusahaan. Hal inilah yang sedang dialami oleh

Derajat Celcius, berdasarkan hasil wawancara dengan manajer Derajat Celcius diperoleh

4

rumusan masalah yaitu terdapat indikasi bahwa strategi experiential marketing yang dijalankan

perusahaan ini ternyata belum sepenuhnya efektif karena pada kenyataanya masih ada konsumen

merasa bahwa keiinginannya tidak dipahami oleh perusahaan, dan konsumen tidak dapat

menyalurkan saran dan kritik mereka pada perusahaan karena belum tersedianya kotak kritik

dan saran atau sarana untuk menampung hal tersebut. Oleh karena itu diharapkan Derajat Celcius

bisa meninjau kembali dan mengevaluasi strategi experiential yang telah dilakukan.

Dari latar belakang yang baru saja diuraikan maka diperoleh rumusan masalah sebagai

berikut :

1. Apakah pengaruh antara aspeksense terhadap keputusan pembelian produk di Derajat

Celcius ?

2. Apakah pengaruh antara aspekfeel terhadap keputusan pembelian produk di Derajat

Celcius ?

3. Apakah pengaruh antara aspek think terhadap keputusan pembelian produk di Derajat

Celcius ?

4. Apakah pengaruh antaraaspekact terhadap keputusan pembelian produk di Derajat

Celcius ?

5. Apakah pengaruh antara aspek relate terhadap keputusan pembelian produk di Derajat

Celcius ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya dan rumusan masalah,

maka tujuan dari penilitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis pengaruh aspek sense terhadap keputusan pembelian produk di

Derajat Celcius.

2. Untuk menganalisis pengaruh aspek feel terhadap keputusan pembelian produk di Derajat

Celcius

3. Untuk menganalisis pengaruh aspekthink terhadap keputusan pembelian produk di

Derajat Celcius.

4. Untuk menganalisis pengaruh aspekact terhadap keputusan pembelian produk di Derajat

Celcius.

5

5. Untuk menganalisis pengaruh aspekrelate terhadap keputusan pembelian produk di

Derajat Celcius.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan sebagai berikut :

1. Bagi Konsumen

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan tambahan informasi kepada

konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian produk di Derajat Celcius.

2. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat membantu Derajat Celcius untuk mengetahui seberapa

besar pengaruh experiential marketing terhadap keputusan pembelian produk dan sebagai

masukan informasi untuk bahan evaluasi kepada Derajat Celcius dalam membuat

keputusan mengenai strategiexperiential marketing yang paling sesuai dan efektif di

waktu mendatang.

6

II. TELAAH PUSTAKA

2.1 Grand Teori

2.1.1 Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan hal yang lazim dipertimbangkan konsumen dalam

proses pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa. Keputusan pembelian adalah segala sesuatu

yang dikerjakan konsumen untuk membeli, membuang dan menggunakan produk dan jasa.

Dalam keputusan pembelian umumnya ada lima macam peranan yang dapat dilakukan

seseorang. Kelima peran tersebut meliputiKotler(2005, h.220) :

1. Pemrakarsa (Initiator), pemrakarsa merupakan orang yang pertama kali menyadari

adanya keinginan atau kebutuhan yang belum terpenuhi dan mengusulkan ide untuk

membeli suatu barang atau jasa tertentu.

2. Pemberi pengaruh (Influencer), merupakan orang yang memberi pandangan, nasehat,

atau pendapat sehingga dapat membantu keputusan pembelian.

3. Pengambil keputusan (Decider), yaitu orang yang menentukan keputusan pembelian,

apakah jadi membeli, apa yang dibeli, bagaimana cara membeli, atau dimana

membelinya.

4. Pembeli (Buyer), yaitu orang yang melakukan pembelian secara aktual (nyata)

5. Pemakai (User), yaitu orang yang mengkonsumsi atau menggunakan barang atau jasa

yang telah dibeli.

Perusahaan yang cerdik melakukan riset atas proses keputusan pembelian kategori

produk mereka. Mereka menanyai konsumen kapan mereka pertama kali mengenal kategori

produk tersebut, serta seperti apa keyakinan merek mereka, seberapa besar mereka terlibat

dengan produk yang bersangkutan, bagaimana mereka melakukan pemilihan merek, dan

seberapa puas mereka setelah pembelian.

Tahap-tahap proses keputusan pembelian Kotler (2005, h.224) :

1. Pengenalan masalah

Proses pembelian dimulai ketika pembeli mengenali sebuah masalah atau kebutuhan.

Kebutuhan tersebut dapat dicetuskan oleh rangsangan internal dan eksternal.Pemasar

perlu mengidentifikasi keadaan yang memicu kebutuhan tertentu. Dengan

mengumpulkan informasi dari sejumlah konsumen, pemasar dapat mengidentifikasi

7

rangsangan yang paling sering membangkitkan minat akan suatu kategori produk.

Pemasar kemudian dapat mengembangkan strategi pemasaran yang memicu minat

konsumen.

2. Pencarian informasi

Konsumen yang terasang kebutuhanya akan terdorong untuk mencari informasi yang

lebih banyak. Kita dapat membaginya dalam dua tingkat.Situasi pencarian informasi

lebih ringan dinamakan perhatian yang menguat.Pada tingkat itu seseorang hanya

menjadi lebih peka terhadap informasi tentang produk.

3. Evaluasi alternatif

Tidak ada proses evaluasi tunggal sederhana yang digunakan oleh semua konsumen atau

oleh satu konsumen dalam situasi pembelian. Terdapat beberapa proses evaluasi

keputusan, dan model-model yang terbaru memandang proses evaluasi konsumen sebagai

proses yang berorientasi kognitif. Yaitu, model tersebut menganggap konsumen

membentuk penilaian atas produk terutama secara sadar dan rasional. Beberapa konsep

dasar akan membantu kita dalam proses evaluasi konsumen. Pertama, konsumen

berusaha untuk memenuhi suatu kebutuhan.Kedua, konsumen mencari manfaat tertentu

dari solusi produk.Ketiga, konsumen memandang produk sebagai kumpulan atribut

dengan kemampuan yang berebeda-beda dalam memberikan manfaat yang digunakan

untuk memuaskan kebutuhan itu.Para konsumen memiliki sikap yang berbeda-beda

dalam memandang atribut-atribut yang dianggap relevan dan penting. Mereka akan

memberikan perhatian terbesar pada atribut yang memberikan manfaat yang dicarinya.

Pasar sebuah produk sering dapat disegmentasi berdasarkan atribut yang menonjol dalam

suatu kelompok konsumen yang berbeda-beda.

4. Keputusan pembelian

Dalam tahap evaluasi, konsumen membentuk prefensi atas merek-merek dalam kumpulan

pilihan.Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk yang paling

disukai.Namun, dua faktor berikut dapat berada diantara niat pembelian dan keputusan

pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Sejauh mana sikap orang lain

mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal yaitu

intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan

motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.faktor kedua adalah faktor

8

situasi yang tidak terantisipasi yang dapat muncul dan mengubah niat pembelian.

Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda dan menghindari suatu keputusan

pembelian sangat dipengaruhi oleh risiko yang dirasakan.Besarnya risiko yang dirasakan

berbeda-beda menurut besarnya uang yang dipertaruhkan, besarnya ketidakpastian

atribut, dan besarnya kepercayaan diri konsumen.

5. Tindakan pasca pembelian

Kepuasan dan ketidakpuasan konsumen terhadap suatu produk akan mempengaruhi

perilaku selanjutnya. Jika konsumen puas, ia akan menunjukan kemungkinan yang lebih

tinggi untuk membeli kembali produk tersebut. Para pelanggan yang tidak puas bereaksi

sebaliknya. Mereka mungkin akan membuang atau mengembalikan produk tersebut.

Mereka mungkin mencari informasi yang mengkonfirmasikan nilai produk yang tinggi

tersebut. Komunikasi pascapembelian dengan pembeli telah terbukti menghasilkan

penurunan pengembalian produk dan pembatalan pesanan.

2.1.2 Experiential Marketing

Experiential marketing merupakan sebuah pendekatan dalam pemasaran yang sebenarnya

telah dilakukan sejak jaman dulu hingga sekarang oleh para pemasar.Pendekatan ini dinilai

sangat efektif karena sejalan dengan perkembangan jaman dan teknologi, para pemasar lebih

menekankan diferensiasi produk untuk membedakan produknya dengan produk kompetitor.

Dengan adanya experiential marketing, pelanggan akan mampu membedakan produk dan jasa

yang satu dengan lainnya karena mereka dapat merasakan dan memperoleh pengalaman secara

langsung melalui lima pendekatan (sense, feel, think, act, relate), baik sebelum maupun ketika

mereka mengkonsumsi sebuah produk atau jasa.(Andreani, 2007, h.1).

Experiential marketing adalah suatu usaha yang digunakan oleh perusahaan atau pemasar

untuk mengemas produk sehingga mampu menawarkan pengalaman emosi hingga menyentuh

hati dan perasaan konsumen Schmitt (1999, h.22) .

Pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi barang dan jasa erat kaitanya dengan

konsep experiential marketing.Experiential marketing dapat sangat berguna untuk sebuah

perusahaan yang ingin meningkatkan merek yang berada pada tahap penurunan, membedakan

produk mereka dari produk pesaing, menciptakan sebuah citra dan identitas untuk sebuah

9

perusahaan, meningkatkan inovasi dan membujuk pelanggan untuk mencoba dan membeli

produk.

Hal yang terpenting adalah menciptakan pelanggan yang loyal, pelanggan mencari

perusahaan dan merek–merek tertentu untuk dijadikan bagian dari hidup mereka.Pelanggan juga

ingin perusahaan-perusahaan dan merek-merek tersebut dapat berhubungan dengan hidup

mereka, mengerti mereka, menyesuaikan dengan kebutuhan mereka dan membuat hidup mereka

lebih terpenuhi. Dalam era informasi, teknologi, perubahan dan pilihan, setiap perusahaan perlu

lebih selaras dengan para pelanggan dan pengalaman yang diberikan produk atau jasa mereka

Rini (2009, h.16)Tahap awal dari sebuah experiential marketing yaituterfokus pada tiga kunci

pokok :

1. Pengalaman Pelanggan

Pengalaman pelanggan melibatkan panca indera, hati, pikiran yang dapat menempatkan

pembelian produk atau jasa di antara konteks yang lebih besar dalam kehidupan.

2. Pola Konsumsi

Analisis pola konsumsi dapat menimbulkan hubungan untuk menciptakan sinergi yang

lebih besar.Produk dan jasa tidak lagi dievaluasi secara terpisah, tetapi dapat dievaluasi

sebagai bagian dari keseluruhan pola penggunaan yang sesuai dengan kehidupan

konsumen.Hal yang terpenting, pengalaman setelah pembelian diukur melalui kepuasan

dan loyalitas.

3. Keputusan rasional dan emosional

Pengalaman dalam hidup sering digunakan untuk memenuhi fantasi, perasaan dan

kesenangan.Banyak keputusan dibuat dengan menuruti kata hati dan tidak

rasional.Experiential marketing pelanggan merasa senang dengan keputusan pembelian

yang telah dibuat.

Schmitt (dikutip dari Andreani, 2009, h.16) memberikan suatu framework alternative

yang terdiri dari dua elemen, yaitu strategic experience modulesyang terdiri dari beberapa tipe

experiencedanexperience producers yaitu agen-agen yang dapat menghantarkan experience ini.

strategic experience modulesterdiri dari lima tipe yaitu :

1. Panca Indera (Sense)

Di dalam jurnalnya Andreani (2007, h.2) menyatakan sense berkaitan dengan gaya

(styles) dan simbol-simbolverbal dan visual yang mampu menciptakankeutuhan sebuah

10

kesan. Untuk menciptakankesan yang kuat, baik melalui iklan,packaging ataupun

website, seorang pemasarperlu memilih warna yang tepat sejalan dengancompany

profile.Pilihan warna ini harus menarikuntuk membangkitkan perhatian

pelanggannya.Sedangkan Rini (2009, h.16) berpendapat sense adalah aspek-aspek yang

berwujud dan dapat dirasakan dari suatu produk yang dapat ditangkap oleh kelima indera

manusia,meliputi pandangan, suara, bau, rasa, dan sentuhan.Sense bagi konsumen,

berfungsi untuk mendiferensiasikan suatu produk dari produk yang lain,untuk

memotivasi pembeli untuk bertindak, dan untuk membentuk value pada produk atau jasa

dalam benak pembeli. Penelitian Rinawati (2010) terbukti bahwa terdapat hubungan yang

kuat antara sense dengan keputusan pembelian konsumen yaitu sebesar 0.606, dan

besarnya pengaruh sense terhadap pembentukan keputusan pembelian konsumen yaitu

sebesar 36,72%. Scmitt (1999, h.26) mengemukakan bahwa sense menawarkan

pemahaman baru tentang hubungan antara produkperusahaan dengan konsumennya, dan

sense juga sangat berpengaruh bagikonsumen dalam mengambil tindakan pada saat akan

melakukan pembelian.

H1: Sense berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

2. Perasaan (Feel)

Rini(2009, h.16)menyatakanPerasaan berhubungan dengan perasaan yang paling dalam

dan emosi pelanggan. Iklan yang bersifat feel good biasanya digunakan untuk membuat

hubungan dengan pelanggan, menghubungkan pengalaman emosional mereka dengan

produk atau jasa, dan menantang pelanggan untuk bereaksi terhadap pesan feel campaign

sering digunakan untuk membangun emosi pelanggan secara perlahan. Ketika pelanggan

merasa senang terhadap produk yang ditawarkan perusahaan, pelanggan akan menyukai

produk dan perusahaan. Sebaliknya, ketika pelanggan merasa tidak senang terhadap

produk yang ditawarkan perusahaan, maka konsumen akan meninggalkan produk

tersebut dan beralih kepada produk lain. Jika sebuah strategi pemasaran dapat

menciptakan perasaan yang baik secara konsisten bagi pelanggan, maka perusahaan dapat

menciptakan loyalitas merek yang kuat dan bertahan lama.Schmitt (1999, h.125)

menyatakan feel experience dapat ditampilkan melalui reputasi akan pelayanan terhadap

pelanggan, dengan adanya reputasi pelayanan yang baik kepada pelanggan akan

membuat pelanggan terdorong untuk melakukan pembelian produk perusahaan.

11

H2 :Feel berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

3. Pikiran (Think)

Andreani (2007, h.2) berpendapat bahwa “dengan berpikir (think) dapat merangsang

kemampuan intelektual dan kreativitas seseorang”. Sedangkan menurut Rini (2009, h.17)

melalui aspek think perusahaan berusaha untuk menantang konsumen, dengan cara

memberikan problem-solving experiences, dan mendorong pelanggan untuk berinteraksi

secara kognitif atau secara kreatif dengan perusahaan atau produk. Aspek think dapat

dibangun melalui kejutan, kejutan harus bersifat positif, yang berarti pelanggan

mendapatkan lebih dari yang mereka minta, lebih menyenangkan dari yang mereka

harapkan, atau sesuatu yang sama sekali lain dari yang mereka harapkan yang pada

akhirnya dapat membuat pelanggan merasa senang membeli produk Rini (2009, h.17).

H3: Think berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

4. Tindakan (Act)

Andreani (2007, h.3) berpendapat bahwaact berkaitan dengan perilaku yang nyata dan

gaya hidup seseorang.Act meliputi perilaku yang nyata atau gaya hidup yang lebih luas.

Act marketing bertujuan untuk menciptakan pelanggan untuk merubah perilaku dan gaya

hidup pelanggaan. Act memperlihatkan kepada pelanggan suatu alternatif lain untuk

berbuat sesuatu seperti melakukan pembelian Yulianto (2010 h.125).

H4: Act berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

5. Hubungan (Relate)

Andreani (2007, h.3) berpendapat bahwa relateberkaitan dengan budaya seseorang dan

kelompok referensinya yang dapat menciptakan identitas sosial. Seorang pemasar harus

mampu menciptakan identitas sosial (generasi, kebangsaan, etnis) bagi pelanggannya

dengan produk atau jasa yang ditawarkan.Pemasar dapat menggunakan simbol budaya

dalam kampanye iklan dan desain web yang mampu mengidentifikasikan kelompok

pelanggan tertentu.Relate menghubungkan pelanggan secara individu dengan

masyarakat, atau budaya. Relate menjadi daya tarik keinginan yang paling dalam bagi

pelanggan untuk pembentukan self-improvement, status socio-economic, danimage.

Relate campaign menunjukkan sekelompok orang yang merupakan target pelanggan

dimana seorang pelanggan dapat berinteraksi, berhubungan, dan berbagi kesenangan

yang samaRini (2009, h.17).

12

H5: Relate berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian

Kelima tipe dari experience ini disampaikan kepada konsumen melalui experience

provider. Agen–agen yang bisa menghantarkan experience ini adalah Rini (2009, h.18) :

1. Komunikasi, meliputi iklan, komunikasi perusahaan baik internal maupun

eksternal, dan public relation.

2. Identitas dan tanda baik visual maupun verbal, meliputi nama, logo, warna, dan

lain-lain.

3. Tampilan produk, baik desain, kemasan, maupun penampakan.

4. Co-branding, meliputi even–even pemasaran, sponsorship, aliansi dan rekanan

kerja, lisensi, penempatan produk dalam film, dan sebagainya.

5. Lingkungan spatial, termasuk desain kantor, baik interior maupun eksterior, outlet

penjualan, ekshibisi penjualan, dan lain-lain.

6. Web sites

7. Orang, meliputi penjual, representasi perusahaan, customer service dan operator

call centre.

13

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Variabel Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan objek penelitian.

Di dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang akan diteliti. Adapun variabel yang akan

diteliti di dalam penelitian ini adalah

1. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel dependenyang digunakan dalam penelitian ini yaitu keputusan pembelian

produk percetakan di Derajat Celcius (Y).

2. Variabel Bebas (Independent Variable)

Sedangkan Variabel independen dalam penelitian ini diantaranya adalah :

a. Sense (X1)

b. Feel (X2)

c. Think (X3)

d. Act (X4)

e. Relate (X5)

3.2 Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konsumen yang melakukan pembelian di

Derajat Celcius.Penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan Non Probability

Samplingdengan menggunakansampling insidental, penentuan sampel yang diambil berdasarkan

kebetulan, yaitu siapa yang kebetulan bertemu dapat dijadikan sampel jika orangtersebut sesuai

atau cocok sebagai sumber data Sugiyono (2009, h.122).

Pada metode ini, setiap anggota populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk

terpilih menjadi sampel. Penggunaan metode ini didasarkan pada pertimbangan waktu yang

relatif lebih cepat dan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan sampel probabilistik.

Penetapan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus dari Slovinyaitu

sebagai beriku Yulianto (2010, h.66) :

14

Keterangan :

n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi (1740 konsumen Derajat Celcius)

e = Tingkat kesalahan maksimum yang diduga oleh peneliti sebesar 10%

Dengan menggunakan rumus tersebut ukuran sampel secara keseluruhan dapat dihitung

sebagai berikut:

100

Jadi diketahui dari perhitungan ukuran sampel secara keseluruhan dengan tingkat

kesalahan maksimum yang diduga sebesar 10% adalah sebanyak 94.56 responden sehingga

peneliti memutuskan mengambil sample sebanyak 100 responden.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Dalam usaha untuk mendapatkan data yang dibutuhkan metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah :

1. Kuesioner (daftar pertanyaan)

Metode ini dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan kepada

responden.Pertanyaan-pertanyaan diukur dengan menggunakan skala dengan interval 1-5,

yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

2. Observasi

Pengamatan dilakukan secara langsung pada obyek penelitian yang berhubungan dengan

experiential marketing di Derajat Celcius.

3. Wawancara

Wawancara dilakukanmelalui tanyajawab secara lisan dengan pihak-pihak dari Derajat

Celcius untuk memperoleh informasi yang berhubungan dengan penelitian.

15

4. Studi pustaka

Informasi yang berhubungan dengan penelitian diperoleh dengan cara mempelajari buku-

buku, makalah dan skripsi.

3.4 Metode Analisis Data

Untuk mencapai tujuan penelitian digunakan analisis regresi berganda.Analisis regresi ini

dapat digunakan untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai hubungan antar

variabel secara menyeluruh baik secara simultan atau secara parsial.Sedangkan untuk mengukur

sah atau valid tidaknya suatu kuesioner digunakan uji validitas dan reliabilitas yang merupakan

alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel.Dalam

penggunaan regresi berganda harus menghindari adanya kemungkinan penyimpangan asumsi–

asumsi klasik yaitu dengan menggunakan Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, dan Uji

Heterokedastisitas.Selanjutnya dilakukan uji Goodness Of Fit yang ditunjukkan oleh nilai

koefisien determinasinya, uji statistic F kemudian uji hipotesis dengan menggunakan uji t.

16

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Uji Validitas

Pengujian ini untuk mengukur tingkat sah atau valid tidaknya suatu alat ukur yang berupa

indikator variabel pada kuesioner. Hasil perhitungan dapat dilihat dalam Tabel 4.1 di bawah ini:

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas No Indikator Korelasi Sig Keterangan

1.

Sense

- Indikator 1

- Indikator 2

- Indikator 3

- Indikator 4

- Indikator 5

0,658

0,505

0,612

0,757

0,714

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

2. Feel

- Indikator 1

- Indikator 2

- Indikator 3

- Indikator 4

- Indikator 5

0,651

0,836

0,784

0,762

0,747

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

3. Think

- Indikator 1

- Indikator 2

- Indikator 3

- Indikator 4

- Indikator 5

0,657

0,584

0,621

0,656

0,606

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

4. Act

- Indikator 1

- Indikator 2

- Indikator 3

- Indikator 4

- Indikator 5

0,664

0,619

0,717

0,606

0,540

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

5. Relate

- Indikator 1

- Indikator 2

- Indikator 3

- Indikator 4

- Indikator 5

0,630

0,749

0,726

0,569

0,608

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

6. Keputusan pembelian

- Indikator 1

- Indikator 2

- Indikator 3

- Indikator 4

- Indikator 5

0,639

0,687

0,753

0,705

0,672

0,000

0,000

0,000

0,000

0,000

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

17

Sumber : hasil uji validitas , 2011.

Tabel 4.1 menunjukkan semua indikator yang digunakan dalam variabel penelitian ini

valid, karena ada korelasi antara masing-masing indikator terhadap total skor konstruk

menunjukan hasil yang signifikan.

4.2 Uji Reliabilitas

Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau memiliki keandalan jika jawaban responden

terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Adapun hasil uji

reliabilitas dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Tabel 4.2berikut ini:

Tabel 4.2

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Alpha Keterangan

Sense 0,660 Reliabel

Feel 0,814 Reliabel

Think 0,610 Reliabel

Act 0,626 Reliabel

Relate 0,672 Reliabel

Keputusan pembelian 0,744 Reliabel

Sumber : hasil uji reliabilitas, 2011.

Dari Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel yang digunakan dalam

penelitian ini dikatakan reliabel karena nilai Apha yang lebih besar dari 0,6 atau > 60%. Hal ini

berarti kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kuesioner yang reliabel atau

handal.

4.3 Uji Asumsi Klasik

Pengujian ini dilakukan untuk menganalis asumsi-asumsi dasar yang harus dipenuhi

dalam penggunaan regresi. Penelitian ini menggunakan tiga pengujian asumsi klasik yaitu uji

multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji normalitas yang akan dijelaskan sebagai

berikut:

4.3.1 Uji Multikolinearitas

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah model regresi yang digunakan dalam

penelitian ini ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.Apabila terdapat korelasi,

18

maka diidentifikasi ada masalah multikolinearitas sebab model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinieritas

Variabel independen Tolerance VIF

Sense 0,649 1,540

Feel 0,693 1,443

Think 0,480 2,084

Act 0,415 2,407

Relate 0,594 1,682

Sumber : hasil uji multikolinieritas, 2011.

Pada Tabel 4.3 menunjukan hasil bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki

nilai tolerance kurang dari 0,10 dan tidak ada satupun variabel yang memiliki nilai Variance

Inflation Factor (VIF) yang menunjukkan angka lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa

tidak ada multikolinieritas antar variabel dalam model regresi.

4.3.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas ini dilakukan untuk mengetahui variasi residual antar pengamatan,

karena pengujian regresi berganda menghendaki agar variasiresidual antar pengamatan adalah

homogen.

Gambar 4.1

Hasil Uji Heteroskedastisitas

Berdasarkan gambar 4.1 dapat terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak, baik di atas

maupun di bawah nol pada sumbu Y dan tidak membentuk suatu pola khusus tertentu. Dengan

19

demikian dapat disimpulkan bahwa data penelitian homoskedastisitas atau tidak terjadi

heteroskedastisitas pada model regresi, oleh karena itu model regresi dalam penelitian ini dapat

dipakai untuk memprediksi variabel keputusan pembelian berdasarkan variabel-variabel

independen yang meliputi sense, feel, think, act, dan relate.

4.3.3 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, residu dari

persamaan regresinya mempunyai distribusi normal atau tidak.Hal tersebut dapat dibuktikan

dengan bentuk distribusi datanya, yaitu pada grafik normal probability plot.

Gambar 4.2

Uji Normalitas dengan Grafik Normal Plot

Dengan melihat tampilan pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar

garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal. Oleh karena itu, model regresi dapat dikatakan

memenuhi asumsi normalitas.

4.4 Uji Goodness of Fit

4.4.1 Koefisien Determinasi ( R2 )

Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen yaitu sense, feel,

think, act dan relate dalam menjelaskan variabel dependen yaitu keputusan pembelian sangat

terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir

20

semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.Nilai koefisien

determinasi pada penelitian ini adalah :

Tabel4.4

Hasil Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of

the Estimate

1 0.748a 0.559 0.535 1.525

a. Predictors: (Constant), relate, feel, sense, think, act

Pada Tabel 4.4 terlihat tampilan output SPSS model summary yang menunjukkan bahwa

koefisien determinasi memiliki adjusted R square sebesar 0,535. Hal ini berarti 53,5% variabel

dependen keputusan pembelian (Y) dapat dijelaskan oleh variabel-variabel independen yaitu

sense, feel, think, act, relate. Sedangkan sisanya (100% - 53,5% =46,5%) dijelaskan oleh

variabel-variabel lain di luar model yang tidak dijelaskan dalam penelitian ini seperti bauran

promosi, ekuitas merek, atau pelayanan pelanggan.

4.4.2 Uji Statistik F

Uji F digunakan untuk mengetahui tingkat siginifikansi pengaruh variabel-variabel

independen yaitu sense, feel, think, act, dan relate secara bersama-sama terhadap variabel

dependen yaitu keputusan pembelian Ghozali (2006, h.88). Kriteria yang digunakan adalah :

Jika probabilitas > 0,1 dan jika F hitung < F tabel maka Hoditerima.

Jika probabilitas < 0,1 dan jika F hitung > F tabel maka Ho ditolak.

Tabel4.5

Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 277.056 5 55.411 23.816 0.000a

Residual 218.704 94 2.327

Total 495.760 99

a. Predictors: (Constant), relate, feel, sense, think, act

b. Dependent Variable: keputusan pembelian

21

Dari hasil perhitungan statistik yang menggunakanSPSS 17 yang tertera pada Tabel 4.5,

diperoleh nilai Fhitung sebesar 23,816dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena Fhitung

(23,861) > F tabel (2,31) dan tingkat signifikansi 0,000 < 0,1 maka model regresi dapat

digunakan untuk memprediksi keputusan pembelian (Y) atau dikatakan bahwa sense, feel,think,

act dan relate secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian.

4.4.3 Uji T

Uji t yaitu suatu uji untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel bebas (sense, feel,

think, act, dan relate) secara individual menerangkan variabel terikat (keputusan pembelian).

Tabel 4.6

Hasil Uji t

Variabel Bebas t hitung Signifikansi

Sense 0,840 0,403

Feel 1,629 0,107

Think 2,065 0,042

Act 1,849 0,068

Relate 3,721 0,000

Sumber: hasil uji regresi berganda & uji t, 2011.

Hasil analisis uji t adalah sebagai berikut :

1. Pengujian Hipotesis Pertama

Nilai thitung pada variabel sense (X1) adalah sebesar0,840 dengan tingkat

signifikansi 0,403. Karena 0,403 > 0,1 maka hal ini mengindikasikan bahwa

hipotesis 1 (H1) ditolak.Kesimpulan: variabel sense berpengaruh positif

tetapitidak signifikan terhadap keputusan pembelian.

2. Pengujian Hipotesis Kedua

Tingkat signifikansi pada variabel feel (X2) adalah sebesar 0,107 .

Karena0,107 > 0,1, maka hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis 2 (H2)

ditolak.Kesimpulan: variabel feel berpengaruh positif tetapi tidak signifikan

terhadap keputusan pembelian.

3. Pengujian Hipotesis Ketiga

Dari hasil uji dengan menggunakan SPSS didapat nilai thitung pada variabel

think (X3) sebesar 2,065 dengan tingkat signifikansi 0,042. Karena 0,042 <

0,1, maka hal ini mengindikasikan bahwa hipotesis 3 (H3)

22

diterima.Kesimpulan: variabel think berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keputusan pembelian.

4. Pengujian Hipotesis Keempat

Hipotesis 4 (H4) diterima karena diperolehtingkat signifikansi pada variabel

act (X4) adalah sebesar 0,068 (0,068 < 0,1) dan nilai t hitung pada variabel act

(X4) adalah sebesar 1,849.Kesimpulan: variabel act berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keputusan pembelian.

5. Pengujian Hipotesis Kelima

Variabel relate (X5) memiliki nilai t hitung sebesar 3,721 dengan tingkat

signifikansi 0,000 Karena0,000<0,1, maka hal ini mengindikasikan bahwa

hipotesis 5 (H5) diterima.Kesimpulan: variabel relate berpengaruh positif dan

signifikan terhadap keputusan pembelian.

23

V. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI MANAJER

5.1 Kesimpulan

Derajat Celcius sebagai bisnis percetakan perlu menciptakan persepsi positif dibenak

konsumen karena merupakan faktor penting dalam kesuksesan penjualan suatu produk yaitu

dengan menyampaikan atau mengkomunikasikan suatu produk dengan menyentuh sisi emosional

konsumen. Salah satu konsep marketing yang dapat digunakan untuk mempengaruhi emosi

konsumen agar dapat meningkatkan keputusan pembelian adalah melalui experiential marketing

yang terdiri dari lima aspek yaitu sense, feel, think, act dan relate. Penerapan experiential

marketing di Derajat Celcius mampu memberikan informasi dan pengalaman kepada konsumen

untuk melakukan keputusan pembelian. Untuk itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh experiential marketing (sense, feel, think, act dan relate) terhadap keputusan

pembelian.

Berdasarkan hasil analisis data kuesioner terhadap 100 responden yang menjadi sampel

penelitian mengenai aspek-aspek experiential marketing terhadap keputusan pembelian di

Derajat Celcius, memberikan beberapa hasil sebagai berikut :

1. Untuk indikator desain sekitar 30% responden menyatakan bahwa desain interior

Derajat Celcius sudah bagus dengan tema minimalis, namun sekitar 45,4% responden

menyatakan bahwa desain eksterior Derajat Celcius tidak terlalu menonjol dan 18,1%

berpendapat bahwa desain eksterior Derajat Celcius terlihat sederhana. Sedangkan

untuk indikator warna yang digunakan Derajat Celcius dapat menarik perhatian

konsumen sangat besar yaitu 51,35% , untuk indikator kebersihan sebanyak 42,4%

responden mengatakan didalam ruangan Derajat Celcius cukup bersih, tetapi untuk

indikator kenyaman ruangan 62,22% yang terdiri dari 31,11% responden menyatakan

ruangan Derajat Celcius kurang dingin dan 31,11% menyatakan ruangan Derajat

Celcius terlalu kecil sehingga tidak cukup untuk menampung konsumen dalam

jumlah yang banyak.

2. Dari hasil penelitian 35% responden berpandapat pelayanan yang diberikan Derajat

Celcius sudah terlihat tanggap dan sebanyak 57,6% responden menyatakan disambut

senyuman ketika datang oleh karyawan Derajat Celcius namun sebanyak 30,76%

responden mengatakan hal ini tidak dilakukan oleh semua karyawan

24

3. Di dalam penelitian dinyatakan bahwa melalui iklan dan promosi penjualan menarik

yang ditawarkan Derajat Celcius ternyata mememilki kemampuan yang besar untuk

mempengaruhi keputusan pembelian konsumen terhadap produk percetakan di

Derajat Celcius karena sebanyak 44% menyatakan bahwa promosi penjualan yang

diberikan Derajat Celcius mampu membuat konsumen terpancing untuk datang dan

sebesar 33,3% beranggapan penggunaan bahasa yang terdapat di iklan Derajat

Celcius menarik. Sebesar 36% responden menyatakan diberi kesempatan untuk

mengeluarkan ide konsumen dan sebesar 33,3% merasa keinginan konsumen dapat

didiskusikan. 28,57% responden berpendapat hasil produk yang dihasilkan Derajat

Celcius sesuai dengan pesanan.

4. Dari jawaban responden sekitar 53,33% beranggapan produk yang disediakan Derajat

Celcius beragam dan tersedia kelengkapan produk sesuai kebutuhan menurut34,78%

responden. Sekitar 30,76% responden setuju bahwa desain untuk produk yang

disedikan Derajat Celcius up to date. 36% reponden bependapat harga yang diberikan

kepada konsumen sudah sesuai dengan kualitas produk, dan sebagian konsumen

(40,9%) mengaku membeli produk di Derajat Celcius karena keinginan sendiri

melalui iklan yang dilakukan Derajat Celcius.

5. Sebanyak 55% responden menyatakan tidak menjalin hubungan dengan konsumen

Derajat Celcius yang lain, namun sebanyak 50% responden berpendapat Derajat

Celcius menjalin hubungan baik dengan konsumen secara langsung melalui

pelayanan pegawai Derajat Celcius yang ramah, sebanyak 33,33% responden

menyatakan bahwa Derajat Celcius patut direkomendasikan ke orang lain. Serta

sebanyak 19,04% responden mengakui mengetahui Derajat Celcius melalui

facebookdan melaluijejaring sosial inidapat memudahkan konsumen mendapatkan

informasi.

Setelah dilakukan pengujian keseluruhan hipotesis, maka diperoleh hasil untuk

mendukung hipotesis-hipotesis yang diajukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut :

1. Dari hasil analisis regresi berganda menunjukkan besarnya pengaruh variabel sense

(X1) terhadap keputusan pembelian (Y) adalah sebesar 0,071 dan nilai t hitung

sebesar 0,840 dengan tingkat signifikansi 0,403. Maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa hipotesis 1 (H1) ditolak dan mengindikasikan bahwa variabel

25

senseberpengaruh positiftetapi tidak signifikan terhadap keputusan pembelian di

Derajat Celcius.

2. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa variabel feel memiliki pengaruh yang tidak

signifikan terhadap keputusan pembelian produk di Derajat Celcius. Dari hasil

pengolahan data dengan SPSS, hasil analisis regresi berganda menunjukkan besarnya

pengaruh variabel feel (X2) sebesar 0,134 terhadap keputusan pembelian (Y) dan nilai

t hitung sebesar 1,629 dengan tingkat signifikansi 0,107 maka hipotesis 2 (H2) ditolak

dan mengindikasikan bahwa variabel feel berpengaruh positif tetapi tidak signifikan

terhadap keputusan pembelian produk di Derajat Celcius.

3. Dapat diketahui bahwa variabel think memiliki pengaruh yang positif dan signifikan

terhadap keputusan produk di Derajat Celcius. Hal ini ditunjukkan pada hasil

pengolahan data dengan SPSS, hasil analisis regresi berganda menunjukkan besarnya

pengaruh variabel think (X3) sebesar 0,204 terhadap keputusan pembelian (Y) dan

nilai t hitungsebesar 2,065 dengan tingkat signifikansi 0,042 maka hipotesis 3 (H3)

diterima dan mengindikasikan bahwa think berpengaruh positif dan signifikan

terhadap keputusan pembelian di Derajat Celcius.

4. Variabel act (X4) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan

pembelian di Derajat Celcius. Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian bahwa

besarnya t hitung pada variabel act(X4) adalah 1,849 dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,068. Sementara hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa variabel

act (X4) memiliki pengaruh positif terhadap keputusan pembelian sebesar 0,197, Oleh

karena itu hipotesis 4 (H4) diterima.

5. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa variabel relate berpengaruh positif sebesar

0,331 dan signifikan terhadap keputusan pembelian dengan t hitung sebesar 3,721 dan

tingkat signifikan sebesar 0,000 jadi dapat disimpulkan hipotesis 5 (H5) diterima.

5.2 Implikasi kebijakan

1. Sense pada Derajat Celciustelah mampu mempengaruhi keputusan pembelian

konsumen, namun agar pengaruhnya terhadap pembentukan keputusan pembelian

konsumen lebih besar lagi, hendaknya Derajat Celcius memperbaiki desain eksterior

kantor menjadi lebih menarik, karena dari hasil penelitian sebanyak 45,5% responden

26

berpendapat desain eksterior tidak terlalu memonjol dan 18,1% responden menyatakan

desain eksterior terlalu sederhana untuk itu sebaiknya Derajat Celcius dapat

memperbaiki desain eksteriornya karena desain eksterior yang menarik akan

memberikan kesan pertamabagi konsumen.

2. Menurut hasil penelitian indeks dari feel cukup tinggi namun variabel feel tidak

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian, karena meskipun 35%

responden menyatakan pelayanan yang diberikan Derajat Celcius terlihat tanggap,

ramah dan cepat namun 30,76% responden berpendapat bahwa hal ini tidak dilakukan

oleh semua karyawan, oleh karena itu sebaiknya Derajat Celcius melakukan pembinaan

pada setiap karyawan dan mengigatkan karyawan yang tidak melayani konsumen

dengan baik agar dapat bekerja lebih baik.

3. Aspek think yang diterapkan Derajat Celcius melalui memberikan kesempatan

konsumen untuk mengeluarkan ide perlu dipertahankan karena memiliki indeks yang

tinggi sebesar 82, namunhanya sekitar 16% yang berpendapat promosi penjualan yang

dilakukan Derajat Celcius beragam untuk itu perlu ditingkatkan variasi promosi

penjualan, karena berdasarkan hasil penelitian 44% responden datang ke Derajat

Celcius disebabkan terpancing promosi penjualan yang dilakukan Derajat

Celciussedangkanuntuk iklan frekuensi pelaksanaan perlu ditingkatkan karena terdapat

23,8% responden yang berpendapat Derajat Celcius jarang beriklan padahal indiktor

iklan memiliki indeks yang tinggi yaitu sebesar 77,6.

4. Sebanyak 53,33% responden didalam variabel act menyatakan bahwa produk yang

dihasilkan Derajat Celcius sudah beragam dan36% responden menyatakan harga

produk yang diberikan Derajat Celcius sudah sesuai dengan kualitas produk yang

diberikan Derajat Celcius, oleh karena itu sebaiknya Derajat Celcius tetap

mempertahankan menyediakan produk dengan berbagai tingkat harga dan menambah

keanekaragaman produk karena hal ini memperoleh indeks yang tinggi dari responden

yaitu sebesar 82,4.

5. Menurut 50% responden menyatakan Derajat Celcius sudah menjalin hubungan baik

dengan konsumen secara langsung melalui pelayanan pegawai yang ramah, hal ini

perlu dipertahankan karena dengan memberikan pelayanan yang baik kepada

konsumen akan membuat konsumen senang membeli produk di Derajat Celcius, namun

27

hanya 19,4% responden yang menyatakan menjalin hubungan dengan Derajat Celcius

melalui media jejaring sosial seperti facebook,untuk itu sebaiknya pihak Derajat

Celcius dapat meningkatkan keeksistensianya melalui dunia maya karenaselain

merupakan bentuk promosi yang cukup murah juga dapat memudahkan konsumen

untuk mendapatkan informasi mengenai Derajat Celcius.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa keterbatasan, antara lain :

a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sense, feel, think, act dan relate yang

hanya mampu menjelaskan 53,5 % faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan

pembelian di Derajat Celcius. Berarti masih sangat mungkin terdapat variabel lain yang

juga mempengaruhi keputusan pembelian di Derajat Celcius.

b. Data penjualan yang diperoleh hanya pada tahun 2010.

5.4 Saran Penelitian Yang Akan Datang

Saran-saran yang dapat diajukan untuk penelitian yang akan datang antara lain meliputi:

1. Karena nilai koefisien deteterminasi (R2) pada penelitan ini yang masih relatif kecil,

sehingga kemungkinan masih banyak faktor-faktor lain yang berpengaruh. Untuk itu

pada penelitian yang akan datang disarankan menambah variabel atau indikator

kedalam penelitian.

2. Penelitian mendatang hendaknya memperluas objek penelitian tidak hanya di outlet

Derajat Celcius Hasanudin tetapi juga di outlet Derajat Celcius lainnya.

28

DAFTAR PUSTAKA

Andreani, Fransisca. 2007. “Experiential Marketing (Sebuah Pendekatan Pemasaran).” Jurnal

Manajemen Pemasaran, Vol. 2, No. 1, h. 1-8.

Boyd. 2000. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Darmawan. 2006. http://wahyudidarmawan.blogspot.com, diakses 19 Maret 2011.

Ferdinand, Agusty. 2006.Metode Penelitian Manajemen (Pedoman Penelitian untuk Penulisan

Skripsi, Tesis, Disertasi Ilmu Manajemen). Semarang: Badan Penerbit Universitas

Diponegoro.

Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi keempat.

Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

-------------------. 2009. Ekonometrika. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Handi Chandra. 2008. Marketing Untuk Orang Awam. Palembang: Maxikom.

Kartajaya, Hermawan. 2004. Marketing in Venus. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jakarta:PT Prenhallindo.

Rinawati. 2010. “Sense Sebagai Experiential MarketingDalam Pengaruhnya Terhadap

Keputusan Pembelian Konsumen Pada Restoran Sambara Cabang Trunojoyo Bandung”.

Skripsi, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Rini, Endang. 2009. “Menciptakan Pengalaman Konsumen dengan Experiential Marketing.”

Jurnal Manajemen Bisnis, Vol. 2, No. 1, h. 15-20.

29

Schmitt, H. Brend. 1999. Experiential Marketing : How To Get Customers To Sense, Feel, Think,

Act, And Relate To Your Company And Brands. New York: The Free Press.

Stanton, William. 1993. Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:ALFABETA.

Subiyanto, Ibnu. 2000. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: UPP AMPYKPN.

Swasta, Basu. 2005. Azaz-azas marketing. Yogyakarta: Liberty.

Tjiptono, Fandy. 1997. Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi.

Utami, Mira. 2009. “Anteseden Experiential Marketing Dan Konsekuensinya Pada Customer’s

Brand Loyalty Motor Yamaha Dikota Semarang”. Thesis, Jurusan Magister Manajemen

Pasca SarjanaUniversitas Diponegoro.

Yulianto, Ade. 2010. “Dampak Experiential Marketing Terhadap Loyalitas Pelanggan Resort

Kampoeng Legok Lembang”. Skripsi, Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas

Komputer Indonesia.