MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

20
KORDINAT Vol. XX No.1 Tahun 2021 ISSN 1411-6154 | EISSN 2654-8038 107 Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA DENGAN PENDEKATAN HURUF HIJAIYAH Mahfudzi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Email: [email protected] Abstract : Studying the Science of Religion has different characteristics and levels of difficulty from studying general science, because studying the Science of Religion does not only emphasize mastery of material/cognitive/IQ alone, but it must also be able to instill attitudes of Spiritual/SQ intelligence and Emotional intelligence (EQ) simultaneously. Therefore, religious knowledge claimants must be able and willing to plan and formulate effective and efficient learning strategies and models so as to be able to shape spiritual attitudes and social attitudes. The reality is that learning Religion is carried out repeatedly starting from elementary school and equivalent, junior high school and equivalent, high school and up to tertiary level, but the knowledge is sometimes not in line with his actions, in other terms it is often referred to as intellectual arrogance. which is a self-righteous attitude. Therefore it is necessary to inculcate a creative and innovative attitude from someone to study the science of religion to its roots in order to improve the learning outcomes of religious knowledge which can provide an explanation of the meaningfulness of religious knowledge in daily life or religious moderation. Keywords : character, religious moderation, hijaiyah letters

Transcript of MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Page 1: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

KORDINAT Vol. XX No.1 Tahun 2021 ISSN 1411-6154 | EISSN 2654-8038

107 Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA

DENGAN PENDEKATAN HURUF HIJAIYAH

Mahfudzi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Email: [email protected]

Abstract : Studying the Science of Religion has different characteristics and

levels of difficulty from studying general science, because studying

the Science of Religion does not only emphasize mastery of

material/cognitive/IQ alone, but it must also be able to instill

attitudes of Spiritual/SQ intelligence and Emotional intelligence

(EQ) simultaneously. Therefore, religious knowledge claimants must

be able and willing to plan and formulate effective and efficient

learning strategies and models so as to be able to shape spiritual

attitudes and social attitudes.

The reality is that learning Religion is carried out repeatedly starting

from elementary school and equivalent, junior high school and

equivalent, high school and up to tertiary level, but the knowledge is

sometimes not in line with his actions, in other terms it is often

referred to as intellectual arrogance. which is a self-righteous

attitude. Therefore it is necessary to inculcate a creative and

innovative attitude from someone to study the science of religion to

its roots in order to improve the learning outcomes of religious

knowledge which can provide an explanation of the meaningfulness

of religious knowledge in daily life or religious moderation.

Keywords : character, religious moderation, hijaiyah letters

Page 2: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Membentuk Karakter Melalui…

108 Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

Abstrak : Mempelajari Ilmu Agama itu mempunyai karakteristik dan tingkat kesulitan yang berbeda dengan mempelajari ilmu umum, karena

mempelajari Ilmu Agama tidak saja menekankan penguasaan materi

/kognitif /IQ semata, disamping itu juga harus mampu menanamkan

Sikap kecerdasan Spiritual/SQ dan kecerdasan Emosional (EQ)

secara simultan.. oleh karena itu para penuntut ilmu agama harus

mampu dan mau merencanakan dan merumuskan strategi dan model

belajar yang efektif dan efisien sehingga mampu membentuk sikap

spiritual dan sikap sosial.

Realita yang ada bahwa belajar ilmu Agama yang dilakukan secara

berulang-ulang mulai jenjang SD dan sederajat, SMP dan sederajat,

SMA dan sederat sampai dengan tingkat perguruan tinggi, tetapi

ilmunya terkadang tidak sejalan dengan perbuatannya, dalam istilah

lain sering di sebut dengan istilah arogansi intelektual yang

merupakan bentuk sikap merasa benar sendiri. Oleh karena itu perlu

adanya penanaman sikap kreatif dan inovatif dari seorang untuk

mengkaji ilmu agama sampai ke akar-akarnya dalam rangka

meningkatkan hasil belajar ilmu agama yang dapat memberikan

penjelasan tentang kebermaknaan ilmu Agama dalam kehidupan

sehari- hari atau moderasi agam.

Kata Kunci : karakter, moderasi beragama, huruf hijaiyah

Page 3: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Mahfudzi

109 | Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

PENDAHULUAN

Indonesia sedang dilanda krisis moral akibat derasnya pengaruh

globalisasi. Globalisasi bukan hanya menjamah di kota-kota besar, tetapi di

daerah-daerah terpencil pun sudah terkontaminasi dengan virus-virus globalisasi.

Perkembangan informasi dan teknologi di era globalisasi, begitu juga tingkat

adopsi masyarakat terhadap budaya luar begitu mudah diterima dan beradaptasi

dalam kehidupan masyarakat dewasa ini. Era globalisasi yang dihadapi saat ini

menawarkan suatu nilai yang baik, juga nilai yang tidak baik, seperti:

konsumerisme, seks bebas, narkoba, pelampiasan nafsu manusiawi dengan

melupakan hidup imani dan rohani. Fenomena ini menyebabkan kemerosotan

karakter, sering terjadinya konflik antar suku, agama, ras, kepentingan

kelompok. Hal ini diperparah Llagi dengan persoalan hidup yang makin

kompleks, kepekaan sosial masyarakat yang semakin berkurang dan

perkembangan individualisme yang semakin tinggi

Masyarakat dewasa ini, khususnya remaja, memiliki kebiasaan mengikuti

perkembangan gaya hidup yang sedang trend, mulai dari cara berpakaian, gaya

berbicara, pergaulan yang selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi, serta budaya luar yang sedang populer. Hal ini berdampak pada

menurunnya minat generasi muda pada hal-hal yan positif dan meningkatnya

minat ke arah yang negatif, yang antara lain terwujud dalam bentuk pergaulan

bebas, penggunaan obat terlarang, minuman keras, dan perjudian dll padahal

pendidikan agama sudah di alaminya selama bertahun tahun. Hal ini disinyalir

dari akibat pemahaman yang kurang komprehensip tentang pemahaman teks

keagamaan(al-quran hadist), minimnya pengetahuan atau pengenalan terhadap

tuhannya, serta tentang cara pandang manusia yang kurang maksimal terhadap

ciptaan tuhan nya. Keseluruhan pemahaman dan cara pandang yang sangat

dangkal tersebut menimbulkan pola pikir manusia yang seolah-olah tidak butuh

Tuhannya, hal ini berujung pada interaksi manusia yang kurang dekat/harmonis

dengan tuhannya melalui prilaku yang tidak menghargai eksistensi tuhannya

sebagai pengatur tunggal kehidupan manusia yang sudah tertuang di dalam al-

quran sebagai petunjuk hidupnya. Menyikapi fenomena itu, maka dunia

pendidikan harus memberi peran penting dalam menangkal dekadensi moral

bangsa, dalam upaya menyiapkan generasi muda masa depan yang lebih baik.

Dalam sistem pendidikan nasional, Undang-Undang telah mengamanatkan agar

tujuan pendidikan diarahkan agar para generasi muda dengan bekal ilmu

agama, dapat menjadi manusia beriman dan bertakwa, memiliki akhlak mulia,

sehat lahir maupun bathin, berilmu, memiliki kecakapan dan kreatifitas, memiliki

kemandirian, menjadi warga Negara yang demokratis dan memiliki sikap yang

bertanggung jawab di kemudian nanti.

Pengkajian yang kurang komprehensip tentang pemahaman teks

keagamaan, minimnya pengetahuan atau pengenalan terhadap tuhannya, serta

tentang cara pandang manusia yang kurang maksimal terhadap ciptaan tuhan nya.

Keseluruhan pemahaman dan cara pandang yang sangat dangkal tersebut

menimbulkan pola pikir manusia yang seolah-olah tidak butuh Tuhannya, hal ini

berujung pada interaksi manusia yang kurang dekat/harmonis dengan tuhannya

melalui prilaku yang tidak menghargai eksistensi tuhannya sebagai pengatur

tunggal kehidupan manusia yang sudah tertuang di dalam al-quran sebagai

petunjuk hidupnya. Oleh karena itu maka Moderasi Agama/mempelajari agama

seutuhnya adalah jalan terbaik untuk membentuk karakter Integritas Intelektual

Page 4: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Membentuk Karakter Melalui…

110 Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

PEMBAHASAN

Moderasi Agama Melalui Huruf Hijaiyah

A. Membentuk sikap selalu mengkoreksi diri sebelum dikoreksi

Moderasi agama di mulai dari mengenal huruf hijaiyah. Huruf hijaiyah

adalah asal mula terbentuknya sebuah kalimat . di antaranya kalimat fi‟il yang

menunjukan perbuatan. Adapun i‟rob kalimat fi‟il yaitu:

فعم

يعثد.أنيعثد.نميعثد

Kalimat fi‟il adalah kalimat yang menunjukan perbuatan. Pada akhir

kalimat fi‟il terkadang tanda bacanya mengalami perubahan. Pada saat fi‟ilnya

rofa‟ maka tanda bacanya dhommah (kumpul), pada saat fi‟ilnya nashob maka

tanda bacanya fathah(terbuka), dan pada saat fi‟ilnya jazm maka tanda bacanya

sukun dan semua tanda baca di akhir kalimat fi‟il berada di atas huruf. Hal

tersebut menunjukan bahwa seluruh perbuatan manusia harus mengarah kepada

hidup mulia dan matipun dalam kemuliaan. Kalimat fi‟il tidak menerima kasrah

karena kasrah artinya pecah/kasar/melanggar aturan, hal itu menunjukan bahwa

perbuatan manusia dilarang bercampur dengan sifat kasar. Emosi, melanggar

aturan .jika ada manusia yang perbuatannya bercampur dengan sifat kasar, emosi,

melanggar aturan dll maka akan jatuh derajatnya seperti posisi kasrah yang ada di

bawah huruf hijaiyah.

B. Membentuk sikap Meminta Ke Atas Memberi Ke Bawah

س

تستسم

ح

انحانحمد

Pada huruf hijaiyah terdapat huruf yang berekor(huruf yang rela

berkorban) salah satu contohnya adalah huruf „ha‟.huruf ha terlahir sudah ada

ekornya. Huruf ha, saat bergaul dengan huruf lain, maka bentuknya sama seperti

bentuk aslinya yaitu masih ada ekornya sehingga posisinya pasti selalu di

belakang kalimat, tetapi jika huruf ha mau mengorbankan ekornya demi huruf lain

maka pasti posisinya akan naik ke atas/ke depan seperti contoh di atas. Pelajaran

yang dapat diambil dari huruf ha adalah jika ingin diangkat derajat oleh Allah

SWT maka angkatlah derajat orang lain yang membutuhkan. Intinya jika ingin

memuliakan diri sendiri maka muliakanlah orang lain terlebih

dahulu.tanamkanlah pada diri kita bahwa jika kita ingin meminta, maka mintalah

ke atas jangan kebawah dan jika kita ingin memberi, maka berilah ke bawah

jangan ke atas.

C. Membentuk Sikap Menghargai Sesuatu Sebelum Kehilangan Sesuatu

أنحمدللهربانعانميه

Setiap kalimat yang terdapat di dalam Al-Qur‟an sering kali di awali oleh

tanda baca hidup kemudian di susul dengan tanda baca mati seperti contoh di atas.

Pelajaran yang dapat diambil adalah bahwa setelah kehidupan pasti ada kematian

dan setelah kematian pasti ada tanggung jawab. Oleh karena itu hargailah

kehidupan dengan cara menghargai kematian sebagaimana kita bisa membaca

Page 5: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Mahfudzi

111 | Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

„AL‟ pada contoh di atas dimana huruf hamzah dan alif yang bertanda baca hidup mau menghargai huruf „LAM‟ yang sudah bertanda baca mati. Jaga hidup

sebelum datang kematian, hargailah kematian dengan cara berbuat baik dimasa

hidup

D. Membentuk Sikap melakukan Kewajiban Sebelum Meminta Hak

Huruf hijaiyah memiliki posisi masing-masing. Jika salah satu huruf

hijaiyah tersebut mengambil posisi huruf lain maka sebuah tulisan tersebut pasti

tidak akan terlihat lurus seperti contoh di atas dimana huruf JIM mengambil posisi

huruf lain seperti posisi huruf ba, ta tsa yang berada di atas garis. Padahal posisi

huruf jim itu dalam tulisan adalah kepala di atas garis sedangkan ekornya ada di

bawah garis. Terlihat jelas bahwa garis merah yang pertama terlihat tidak lurus

karena huruf JIM keluar dari posisinya, sedangkan garis merah yang ke 2,3,4

terlihat lurus karena masing –masing huruf sudah berada pada posisinya.

Pelajaran yang dapat diambil adalah bahwa manusia yang ingin selalu berada

pada jalan yang lurus maka harus selalu berada pada posisinya sebagai

khalifah(pengelola numi) diantaranya adalah bahwa manusia itu disebut di dalam

Al-Qur‟an dengan Istilah AN-NAS bahwa manusia itu harus dapat menciptakan

hubungan yang harmonis terhadap sesama manusia bahkan terhadap sang

pencipta alam semesta yaitu Allah AWT. Jika kewajiban tersebut sudah kita

lakukan maka kita akan mendapatkan hak dari Allah SWT. Ingat lah‟ ucapan

yang benar adalah kewajiban dan hak bukan hak dan kewajiban dan senada

dengan ucapan itu adalah kasih dan sayang bukan sayang dan kasih.

Adapun posisi tulisan huruf hijaiyah adalah

1. Posisi Huruf Alif

ج

ابتث

ابتثجحخدذرز

سشصضطظعغف

قكلمنوهءي

Page 6: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Membentuk Karakter Melalui…

112 Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

2. Posisi Huruf Ba‟

3. Posisi Huruf Ta‟

4. Posisi Huruf Ṡa‟

Page 7: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Mahfudzi

113 | Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

5. Posisi Huruf Jim

6. Posisi Huruf Ha‟

7. Posisi Huruf Kho‟

Page 8: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Membentuk Karakter Melalui…

114 Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

8. Posisi Huruf Dal

9. Posisi Huruf Dzal

10. Posisi Huruf Ra‟

Page 9: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Mahfudzi

115 | Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

11. Posisi Huruf Zai

12. Posisi Huruf Sin

13. Posisi Huruf Syin

Page 10: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Membentuk Karakter Melalui…

116 Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

14. Posisi Huruf Shod

15. Posisi Huruf Dhod

16. Posisi Huruf To‟

Page 11: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Mahfudzi

117 | Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

17. Posis Huruf Zo‟

18. Posisi Huruf „Ain

19. Posisi Huruf Ghoin

Page 12: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Membentuk Karakter Melalui…

118 Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

20. Posisi Huruf Fa‟

21. Posisi Huruf Qof‟

22. Posisi Huruf Kaf

Page 13: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Mahfudzi

119 | Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

23. Posisi Huruf Lam

24. Posisi Huruf Mimat

25. Posisi Huruf Nun

Page 14: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Membentuk Karakter Melalui…

120 Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

26. Posisi Huruf Wawun

27. Posisi Huruf Ha‟

28. Posisi Huruf Hamzah

Page 15: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Mahfudzi

121 | Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

29. Posisi Huruf Ya‟

Posisi huruf hijaiyah dalam tulisan itu sudah sangat jelas, Jika tulisan

huruf hijaiyah ditempatkan sesuai dengan posisinya maka huruf tersebut akan

nyaman dipandang dan indah dilihat. Begitupula posisi manusia, sudah jelas

sekali digambarkan di dalam Al-Qur‟an bahwa manusia diperintahkan untuk

memikirkan alam semesta agar lebih yakin dan akrab dengan Allah dan bukan

sebaliknya dengan memikirkan alam semesta malah bertambah jauh dengan

manusia dan Allah SWT. insyaallah jika manusia mengetahui posisinya, maka

sudah pasti Allah akan melakukan kewajibannya untuk memberikan hak

hambanya.

E. Membentuk sikap selektif dalam bergaul

رذ

فيهذنكانكتابلارية

انرحمهانرحيم

Semua huruf hijaiyah yang terlulis di dalam Al-Qur‟an , tidak semuanya

dapat bersatu dengan huruf lain( disambung) seperti huruf alif, dzal, ra‟ seperti

contoh di atas tetapi huruf tersebut memiliki andil dalam melahirkan sebuah

makna atau arti dari kalimat tersebut seperti huruf RA‟ pada kalimat ROIBA yang

melahirkan makna keraguan, yang perlu diingat bahwa huruf RA‟ itu hanya

menjaga jarak dengan huruf di bawahnya seperti contoh di atas, sedangkan

dengan huruf RA‟ tidak pernah menjaga jarak dengan huruf yang ada di atasnya

seperti contoh di atas.

Pelajaran yang dapat diambil adalah bahwa manusia itu disebut makhluk

sosial, makhluk yang harus bergaul , jika bergaul dengan Allah maka kerahkan

jasmani dan rohani karena kita yakin bahwa Allah tidak akan mungkin

menzholimi hambanya, tetapi jika bergaul dengan manusia , maka silahkan

menjaga jarak secara jasmani dengan orang lain, tetapi rohani tetap menyatu

seperti ada istilah jauh dimata dekat dihati. Artinya kebersamaan, kedamaian,

kepedulian tetap di jaga karena sebaik-baiknya manusia adalah yang dapat

bermanfaat bagi manusia lain.

Page 16: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Membentuk Karakter Melalui…

122 Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

F. Membentuk sikap setia dengan pasangan

G. Membentuk sikap berhati-hati untuk berpoligami

Page 17: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Mahfudzi

123 | Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

H. Membentuk sikap menghormati orangtua

I. Membentuk sikap berhati-hati dengan hoax

Page 18: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Membentuk Karakter Melalui…

124 Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

PENUTUP

Jika kita mendambakan hidup sehat dunia dan akhirat maka jadikan lah

huruf hijaiyah teman hidup kita dengan cara ; 1) Literasi: membeca Al-Qur‟an

dan memperhatikan huruf hijaiyah sebagai Investasi ladang akhirat; Melakukan

Proses observasi / pengamatan terhadap pertemanan huruf hijaiyah di dalam Al-

Qur‟an ; Mengolah dan memahami informasi tentang pertemanan huruf hijaiyah

melalui proses membaca dan menulis; 2) Kompetensi: Kemauan bertindak secara

konsisten berdasarkan informasi yang sudah diketahui dan difahami melalui

penglihatan, pendengaran, perkataan, pemikiran, perasaan, bahkan keyakinan, 3)

Karakter: Melakukan konservasi atau pelestarian tindakan yang berdalil, agar

melahirkan sikap selalu tunduk kepada sang pencipta alam semesta menuju status

Protektor alam raya (khalifah) sebagai manifestasi/ perwujudan pikiran,

perkataan, pendengaran ,penglihatan, perasaan yang berbasis keimanan sehingga

melahirkan 1) sikap moral meliputi : sifat kejujuran, ketakwaan, sopan santun,

tatakrama, 2) sikap kinerja seperti: kerja keras, tangguh, tuntas, ulet, dan rajin,

dengan sikap tersebut maka harmonisasi terhadap sesama dan sang pencipta alam

semesta akan terwujud.

Oleh karena itu mulailah belajar menjaga fikirannya sebelum berkata,

menjaga perkataannya sebelum berbuat, menjaga perbuatannya sebelum menjadi

kebiasaan, menjaga kebiasaannya sebelum menjadi karakter, dan menjaga

karakternya sehingga menjadi manusia yang berintegritas. Kemudian tetaplah

berusaha menjadikan pengalaman sebagai guru, menjadikan guru sebagai teladan,

menjadikan teladan sebagai nasehat, menjadikan nasehat sebagai hukuman,

menjadikan hukuman sebagai harapan, dan menjadikan harapan sebagai motivasi

untuk selalu berusaha dan berupaya dalam mencerdaskan diri dengan ilmu,

menyadarkan diri dengan ibadah dan mengendalikan diri dengan akhlak yang

mulia.

DAFTAR PUSTAKA

A. Mas‟ud syafi‟i, Pelajaran Tajwid, Semarang: M.G

Abbuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2012.

Acep Iim Abdurohim, Pelajaran Ilmu Tajwid Lengkap,Bandung:

Diponegoro,2003.

Ahmad Soenarto, Pelajaran Tajwid Praktis dan Lengkap, Jakarta: PT

BintangTerang, 1988.

Ahmad Annuri, Panduan Tahsin Tilawah Al-Qur‟an dan Ilmu Tajwid,

Jakarta:Pustaka Al Kausar, 2005

Al -A‟zhami, Shafa‟ al-Din, Al-Muhîth bi Ushûl Riwâyat Qâlûn „an Nâfi‟ min

Tharîq Abi Nasyîth, al-Ribath: t.tp, 2007.

Abidin S, Zainal, Seluk Beluk Al-Qur‟an, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.

Abu al-Farah, Sayyid Lasyin, dan Khalid Muhammad al-Hafizh, Taqrîb al-Ma‟âni

fî Syarh Hirz al-Amâni fî al-Qirâ`ât al-Sab‟, Madinah: Dâr al-Zamân, cet.

VIII, 2003.

Abu al-Wafa, Ahmad Abd al-Akhir, Al-Mukhtâr min „Ulûm al-Qur‟ân al-Karîm,

Kairo: Al-Maktab al-Mashri al-Hadîts, cet. I, 2002.

Anis, Ibrahim, et. al, al-Mu‟jam al-Washîth, Kairo: Maktabah al-Syuruq al-

Dauliyah, cet. IV, 2004.

Anwar, Rosihon, Ulumul Quran Untuk IAIN, STAIN, dan PTAIS, Bandung: CV

Pustaka Setia, Cet. I, 2000.

Page 19: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Mahfudzi

125 | Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

Arif, Syamsuddin, “Tekstualisasi al-Qur‟an: Antara Kenyataan dan Kesalahpahaman,” Jurnal Tsaqafah, Vol. 12, No. 2, November 2016.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT.

Rineka Cipta, cet. XIV, 2010.

Azizy, Jauhar, dan Muhammad Sairi, “Al-Qur‟an Antara Wahyu Aural dan

Kodifikasi „Uthmânî,” Jurnal Ushuludin, Vol. 5, No. 2, Juli 2018.

al-Bagha, Musthafa Dyb dan Muhyi al-Din Dyb, Al-Wâdhih fî „Ulûm al-Qur‟ân,

Damaskus: Dâr al-Kalim al-Thayyib, cet. II, 1998.

Baqalah, Aiman, Tashîl „Ilm al-Qirâ`ât, t.tp.: t.p., 2009.

al-Dani, Abu „Amr Utsman bin Sa‟id, Al-Muqni‟ fî Rasm Mashâhif al-Amshâr,

Kairo: Maktabah al-Kulliyat al-Azhariyyah, t.th.

______, Al-Muhkam fî Naqth al-Mashâhif, Beirut: Dâr al-Fikr al-Mu‟âshir, cet.

II, 1997.

Dhamrah, Taufiq Ibrahim, Al-Jisr al-Ma‟mûn „ila Riwâyah Qâlûn, Oman: Dâirah

al-Maktabah al-Wathaniyah, 2006.

Djuanaedi, Wawan, Sejarah Qira‟at Al-Qur‟an di Nusantara, Jakarta: Pustaka

STAINU, 2008.

al-Dulaimi, Akram „Abd Khalifah, Jam‟ Al-Qur‟an, Dirâsat Tahlîliyah li

Marwiyyâtihi, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah, 2006.

al-Dzahabi, Thabaqât al-Qurra`, Riyadh: Markaz al-Malik Faishal, cet. I, 1997.

al-Fairuz Abadi, Majd al-Din, Al-Qâmûs al-Muhîth, Beirut: Dâr Al-Jail, 2005.

Fathoni, Ahmad, Kaidah Qiraat Tujuh, Jakarta: Darul Ulum Press, cet. II, 2009.

______, “Studi Komparasi Riwayat Qalun dan Riwayat Hafs Q.S. al-Fatihah, al-

Baqarah, dan Ali „Imran,” Jurnal Suhuf, Vol. 5, No. 1, 2012.

Fauziah, Cut, “Implementasi Qiraat Sab‟ah dalam Qiraat Al-Qur‟an.” Jurnal At-

Tibyan, Vol. 4, No. 1, Juni 2019.

Fayyadh, Jamal, Silsilah Taisir al-Qiraat Al-Qur‟aniyyah min Thariq Thaybat al-

Nasyr Riwayat Qalun, (t.d.).

Gusmian, Islah, Memahami Kalam Tuhan, Surakarta: IAIN Surakarta, 2013.

Haidar, Hazim bin Sa‟id, Madkhal Ila al-Ta‟rîf bi al-Mushaf al-Syarîf, Jeddah:

Ma‟had al-Imam al-Syathibi, cet. I, 2014.

Hakim, Abdul, “Metode Kajian Rasm, Qiraat, Wakaf dan Dhabt pada Mushaf

Kuno.” Jurnal Suhuf, Vol. 11, No.1, Juni 2018.

Halimah B, “Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya dalam Isthinbat Hukum,” Jurnal

Al-Risalah, Vol. 19, No. 1, Mei 2019.

al-Hamad, Ghanim Qadduri, Al-Muyassar fî „Ilm Rasm al-Mushaf wa Dabthihi,

Jeddah: Jam‟iyah al-Khairiyah, 2012.

al-Hamawi, Yaqut al-Rumi, Mu‟jam al-Adibbâ‟, Beirut: Dâr al-Gharb al-Islami,

cet. I, 1993.

Hanafi, Muchlis M., Sejarah Penulisan Mushaf Al-Qur‟an Standar Indonesia

Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur‟an Balitbang dan Diklat

Kementrian Agama RI, 2013.

Hanief, Fakhrie, “Perbedaan Bacaan dalam Pembelajaran Ilmu Tajwid Menurut

Thariq Al-Syatibi dan Ibn Al Jazari Pada Qira‟at „Ashim Riwayat Hafs,”

Jurnal Tarbiyah Islamiyah, Vol. 5, No. 1, 2015.

Hasil Musyawarah Kerja (MUKER) Ulama Ahli Al-Qur‟an 1, Ciawi: 5-9

Februari 1974.

Hasil Musyawarah Kerja (MUKER) Ulama Ahli al-Qur‟an 7, Masjid Istiqlal, 19-

21 Maret 1985.

Page 20: MEMBENTUK KARAKTER MELALUI MODERASI BERAGAMA …

Membentuk Karakter Melalui…

126 Kordinat | Jurnal Komunikasi Antar Perguruan Tinggi Agama Islam

Ibn al-Jauzi, Abdurrahman bin „Ali, Zâd al-Masîr fî „Ilm al-Tafsîr, Beirut: Dâr Ibn Hazm, 2002.

Ibn al-Jazari, Al-Nasyr fî al-Qirâ`ât al-„Asyr, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyah,

t.th.

______, Ghâyat al-Nihâyah fî Thabaqât al-Qurrâ`, Beirut: Dâr al-Kutub al-

„Ilmiyyah, 2006.

______, Manzhûmah Thaibat al-Nasyr fî al-Qirâ`ât al-Asyr, Damaskus: Maktabah

Ibn al-Jazari, 2012.

______, Taqrîb al-Nasyr fi al-Qirâ`ât al-„Asyr, Riyadh: Majma‟ al-Malik Fahd,

1433 H.

Ibn Hajjaj, Muslim, Shahîh Muslîm, Riyadh: Dâr Thaybah, 2006.

Ibn Katsir, Tafsîr Al-Qur`ân al-„Azhîm, Kairo: Dâr al-Hadîts, 2003.

______, Fadhâ`il al-Qur‟ân, Kairo: Maktabah Ibn Taymiyyah, cet. I, 1416 H.

Ibn Khalawaih, Abu Abdullah Al-Husain bin Ahmad, Al-Hujjah fî al-Qirâ`ât al-

Sab‟, Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, cet. I, 1999