ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA DAN …

22
Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021 P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro. 155 ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA DAN MALAYSIA Fitria Marisya Politeknik Darussalam Email: [email protected] Abstract. This research focuses on the analysis of Bank Financial Performance in Indonesia and Malaysia in 2010 - 2014. The study tries to discover the influence of NPL (non performing loans), Good Corporate Governance (GCG), Operational Expenses Compared to Operational Revenue (BOPO) and Capital Adequacy Ratio (CAR) toward profitability (ROA) of banking Indonesia and Malaysia. Using the purposive sampling technique, 54 banks, 27 in Indonesia and 27 in Malaysia, were used as sample. The data were analyzed using multiple regression analysis. The result show that (1) NPL partially gives negative siqnificant contribution toward ROA of banks in Indonesia and Malaysia, while GCG, BOPO, and CAR partially give positive siqnificant contribution toward it; (2) NPL, GCG, BOPO and CAR simultaneously give positive significant contribution toward ROA of banks in Indonesia and Malaysia. The result of this study might be a metter of consideration for investor in taking decision in investment particularly in banking sector both in Indonesia and Malaysia. Keywords: Non Performing Loans (NPL), Good Corporate Govermance (GCG), Operational expenses compared to operational revenues (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA) Abstrak. Penelitian ini berfokus pada analisis Kinerja Keuangan Bank di Indonesia dan Malaysia tahun 2010 - 2014. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh NPL (Non Performing Loan), Good Corporate Governance (GCG), Biaya Operasional Dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap profitabilitas (ROA) perbankan di Indonesia dan Malaysia. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, 54 bank, 27 di Indonesia dan 27 di Malaysia, digunakan sebagai sampel. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) NPL secara parsial memberikan kontribusi negatif terhadap ROA bank-bank di Indonesia dan Malaysia, sedangkan GCG, BOPO, dan CAR secara parsial memberikan kontribusi positif terhadapnya; (2) NPL, GCG, BOPO dan CAR secara simultan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ROA bank-bank di Indonesia dan Malaysia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi khususnya di sektor perbankan baik di Indonesia maupun Malaysia. Kata Kunci: Non Performing Loans (NPL), Good Corporate Govermance (GCG), Operational expenses compared to operational revenues (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Asset (ROA) Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Kinerja bank merupakan gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh perusahaan perbankan dalam suatu periode tertentu melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efektif dan efisien, yang

Transcript of ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN DI INDONESIA DAN …

Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021

P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X

DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.

155

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN

DI INDONESIA DAN MALAYSIA

Fitria Marisya

Politeknik Darussalam

Email: [email protected]

Abstract. This research focuses on the analysis of Bank Financial Performance in Indonesia and

Malaysia in 2010 - 2014. The study tries to discover the influence of NPL (non performing loans), Good Corporate Governance (GCG), Operational Expenses Compared to

Operational Revenue (BOPO) and Capital Adequacy Ratio (CAR) toward profitability

(ROA) of banking Indonesia and Malaysia. Using the purposive sampling technique, 54 banks, 27 in Indonesia and 27 in Malaysia, were used as sample. The data were analyzed

using multiple regression analysis. The result show that (1) NPL partially gives negative

siqnificant contribution toward ROA of banks in Indonesia and Malaysia, while GCG,

BOPO, and CAR partially give positive siqnificant contribution toward it; (2) NPL, GCG, BOPO and CAR simultaneously give positive significant contribution toward ROA of

banks in Indonesia and Malaysia. The result of this study might be a metter of

consideration for investor in taking decision in investment particularly in banking sector both in Indonesia and Malaysia.

Keywords: Non Performing Loans (NPL), Good Corporate Govermance (GCG), Operational expenses compared to operational revenues (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR),

Return On Asset (ROA)

Abstrak. Penelitian ini berfokus pada analisis Kinerja Keuangan Bank di Indonesia dan Malaysia tahun 2010 - 2014. Penelitian ini mencoba untuk mengetahui pengaruh NPL (Non

Performing Loan), Good Corporate Governance (GCG), Biaya Operasional

Dibandingkan Pendapatan Operasional (BOPO) dan Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap profitabilitas (ROA) perbankan di Indonesia dan Malaysia. Dengan

menggunakan teknik purposive sampling, 54 bank, 27 di Indonesia dan 27 di Malaysia,

digunakan sebagai sampel. Analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa (1) NPL secara parsial memberikan kontribusi negatif terhadap ROA bank-bank di Indonesia dan Malaysia, sedangkan GCG, BOPO, dan CAR

secara parsial memberikan kontribusi positif terhadapnya; (2) NPL, GCG, BOPO dan

CAR secara simultan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ROA bank-bank di Indonesia dan Malaysia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan

pertimbangan bagi investor dalam mengambil keputusan dalam berinvestasi khususnya di

sektor perbankan baik di Indonesia maupun Malaysia.

Kata Kunci: Non Performing Loans (NPL), Good Corporate Govermance (GCG), Operational

expenses compared to operational revenues (BOPO), Capital Adequacy Ratio (CAR),

Return On Asset (ROA)

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang

Kinerja bank merupakan gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh

perusahaan perbankan dalam suatu periode tertentu melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan secara efektif dan efisien, yang

Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia

Fitria Marisya

156

perkembangannya dapat diukur menggunakan analisis terhadap data-data keuangan yang

tercermin dalam laporan keuangan. Oleh karena itu sangat penting bagi sebuah bank untuk

mempertahankan tingkat kinerja yang baik. Tingkat kinerja bank yang baik meningkatkan

kepercayaan masyarakat untuk menggunakan jasa keuangan dari bank tersebut.

Pengertian bank dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 31 tentang

Akuntansi Perbankan salah satunya yaitu bank merupakan salah satu industry yang dalam

kegiatan usahanya mengandalkan kepercayaan masyarakat sehingga tingkat kesehatan bank

perlu dipelihara. Pemeliharaan kesehatan bank antara lain dilakukan dengan tetap menjaga

likuiditasnya sehingga bank dapat memenuhi kewajiban kepada semua pihak yang menarik

atau mencairkan simpanannya sewaktu-waktu. Kesiapan memenuhi kewajiban setiap saat ini,

menjadi semakin penting artinya mengingat peranan bank sebagai lembaga yang berfungsi

memperlancar lalu lintas pembayaran. Di samping faktor likuiditas, keberhasilan usaha bank

ditentukan oleh kesanggupan para pengelola dalam menjaga rahasia keuangan nasabah yang

dipercayakan kepadanya serta keamanan atas uang atau aset lainnya yang dititipkan pada

bank (Rusdiana, 2012).

Sebelumnya sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum menggunakan sistem

penilaian yang dikenal dengan nama CAMELS (Capital, Asset quality, Management,

Earnings, Liquidity & Sensitivity to market risk) berdasarkan Peraturan Bank Indonesia

Nomor 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank Umum yang ditetapkan

oleh Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 12 April 2004 dan mulai berlaku sejak

tanggal ditetapkan. Sekarang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum

menggunakan Pendekatan Berdasarkan Risiko (Risk-based Bank Rating) yang terdiri dari

komponen RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance (GCG), Earnings, &

Capital) berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian

Tingkat Kesehatan Bank Umum yang ditetapkan oleh Gubernur Bank Indonesia pada

tanggal 5 Januari 2011 dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan (SE.Bank Indonesia, 2011)

Perubahan sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum dari CAMELS menjadi

RGEC disebabkan krisis keuangan global yang terjadi beberapa tahun terakhir

memberi pelajaran berharga bahwa inovasi dalam produk, jasa, dan aktivitas perbankan

yang tidak diimbangi dengan penerapan Manajemen Risiko yang memadai dapat

menimbulkan berbagai permasalahan mendasar pada Bank maupun terhadap sistem

keuangan secara keseluruhan. Pengalaman dari krisis keuangan global tersebut

mendorong perlunya peningkatan efektivitas penerapan Manajemen Risiko dan

GCG. Tujuannya adalah agar Bank mampu mengidentifikasi permasalahan secara lebih

dini, melakukan tindak lanjut perbaikan yang sesuai dan lebih cepat, serta

menerapkan GCG dan Manajemen Risiko yang lebih baik sehingga Bank lebih tahan

dalam menghadapi krisis. Sejalan dengan perkembangan tersebut di atas, Bank Indonesia

menyempurnakan metode penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan menambahkan

komponen Risk Profile dan Good Corporate Governance (GCG) dalam sistem

penilaian tingkat kesehatan bank

umum.(http://pustakauntuksemua.blogspot.com/2016/06/penilaian-kesehatan bank -

rgec.html)

Pada prinsipnya tingkat kesehatan, pengelolaan Bank, dan kelangsungan usaha

Bank merupakan tanggung jawab sepenuhnya dari manajemen Bank. Oleh karena itu,

Bank wajib memelihara dan memperbaiki tingkat kesehatannya dengan menerapkan prinsip

kehati-hatian dan Manajemen Risiko dalam melaksanakan kegiatan usahanya termasuk

melakukan penilaian sendiri (self assessment) secara berkala terhadap tingkat kesehatannya

dan mengambil langkah-langkah perbaikan secara efektif. Di lain pihak, Bank Indonesia

mengevaluasi, menilai Tingkat Kesehatan Bank, dan melakukan tindakan pengawasan

yang diperlukan dalam rangka menjaga stabilitas sistem keuangan.(Putri, 2013)

2

Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021

P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X

DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.

157

Analisis kinerja keuangan dan tingkat kesehatan bank tentunya bukan hal yang

mudah tetapi dapat dilakukan analisis kinerja keuangan dan tingkat kesehatan

bank secara sederhana melalui laporan keuangan tahunan yang dipublikasi secara

umum oleh bank yang bersangkutan. Salah satu tujuan dari pelaporan keuangan

adalah untuk memberikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan modal yang

dimiliki dan dikelola perusahaan untuk membantu para pengguna informasi akuntansi

dalam mengevaluasi kekuatan dan kelemahankeuangan perusahaan. Berdasarkan pasal 2

dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/22/PBI/2001 tentang Transparansi Kondisi

Keuangan Bank yang ditetapkan oleh Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 13 Desember

2001 dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dalam rangka peningkatan transparansi

kondisi keuangan, Bank wajib menyusun dan menyajikan laporan keuangan sebagaimana

terdiri dari Laporan Tahunan, Laporan Keuangan Publikasi Triwulanan, Laporan Keuangan

Publikasi Bulanan dan Laporan Keuangan Konsolidasi.

Sebagai ukuran keberhasilan bank, kinerja keuangan bank dapat diukur melalui

laporan keuangan yang diterbitkan oleh bank yang berisi informasi mengenai laporan posisi

keuangan perusahaan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas, laporan

arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, yang sangat berguna untuk mendukung

pengambilan keputusan yang tepat bagi pihak eksternal maupun internal. Selain itu, kinerja

bank merupakan cerminan dari tingkat kesehatan bank. Hal itu dinyatakan dalam Peraturan

Bank Indonesia (PBI) No.6/10/PBI/2004 tentang “Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank

Umum” yang menyebutkan bahwa kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua

pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank dan Bank

Indonesia selaku otoritas pengawasan bank.

Kemudian Bank Indonesia menyempurnakan metode penilaian tingkat kesehatan

bank umum tentang penilaian tingkat kesehatan dengan menggunakan pendekatan risiko

(Risk-Based Bank Rating) yang meliputi empat faktor pengukuran, yaitu profil risiko

(risk profile), good corporate governance (GCG), rentabilitas (earnings), dan permodalan

(capital) yang selanjutnya disingkat dengan RGEC. RGEC merupakan metode

penilaian kesehatan bank yang merujuk pada peraturan Bank Indonesia no.13/1/PBI/2011

tentang penilaian kesehatan bank umum sejak 1 januari 2012. Metode RGEC merupakan tata

cara penilaian bank yang menggantikan tata cara penilaian bank sebelumnya yaitu

CAMEL. Dengan adanya pergeseran metode dari metode CAMEL ke RGEC maka

terdapat suatu perbaikan penilaian terhadap kesehatan bank.

Faktor yang mempengaruhi kinerja bank dapat bersumber dari berbagai kinerja

profitabilitas yang ditunjukkan beberapa indikator (menurut Nasser & Titik Aryati dikutip

dari Manikam, 2013). Rasio yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas bank adalah

Return On Asset (ROA). Rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan keuntungan dalam pemanfaatan aset yang dimilikinya. ROA merupakan

rasio antara laba sebelum pajak terhadap total aset. Semakin besar ROA menunjukkan kinerja

bank semakin baik, karena tingkat pengembalian (return) yang semakin besar pula.

Teori profitabilitas menurut Brigham dan Houston (2009:107), bahwa semakin

tingginya tingkat laba yang dihasilkan berarti prospek perusahaan untuk menjalankan

operasinya di masa depan juga tinggi sehingga nilai perusahaan yang tercermin dari harga

saham perusahaan akan meningkat pula.

Performance (kinerja) bank merupakan hal yang penting bagi pihak-pihak yang

berkepentingan, karena dari sini kita bisa mengambil suatu keputusan.Pihak-pihak yang

berkepentingan dengan bank yaitu investor, kreditor, pelanggan, karyawan, pemerintah dan

masyarakat sekitar. Penilaian performance bank dapat dilakukan dengan cara melihat laporan

3

4

Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia

Fitria Marisya

158

keuangan secara teratur diterbitkan oleh bank go public atau biasanya diterbitkan oleh Bank

Indonesia, berupa neraca,laporan L/R, laporan komitmen dan kontijensi serta laporan kualitas

aktiva produktif. Informasi pada laporan keuangan ini hanyalah angka-angka dari salinan

transaksi yang terjadi, namun angka-angka ini sangat berarti bagi semua pihak, ketika kita

mengetahui makna dan guna dari angka-angka tersebut.Analisis data yang sering dilakukan

pada laporan keuangan adalah analisis laoran keuangan yeng berupa rasio-rasio laporan

keuangan. Seperti rasio likuiditas, yang mana rasio ini digunakan untuk menunjukkan atas

kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka waktu

pendek, kedua adalah rasio solvabilitas, yaitu kemampuan perusahaan dalam memenuhi

kewajiban yang jatuh tempo dalam jangka panjang, sedangkan rasio terakhir yaitu rasio

profitabilitas yaitu kemampuan perusahaan dalam keuntungan dengan sumber daya yang

dimiliki (Perkasa,2007).

Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukana diantaranya: penelitian yang

dilakukan oleh Mahardian (2008) menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR)

berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA. Hal ini serupa dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nusantara (2009) dan Ayuningrum (2011). Sedangkan Perkasa (2007)

menyatakan hasil yang berbeda bahwa CAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan

terhadap ROA.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Perkasa (2007) menemukan bahwa Loan to

Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA. Hal ini serupa

dengan peneltian yang dilakukan oleh Mahardian (2008), Nusantara (2009) dan Ayuningrum

(2011). Namun hasil berbeda ditemukan oleh Rusdiana (2012) yang menyatakan bahwa LDR

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA.

Penelitian yang dilakukan oleh Nusantara (2009) menunjukkan hasil bahwa Non

Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap ROA. Hal ini serupa

dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuningrum (2011) dan Rusdiana (2012). Namun

Perkasa (2007) menunjukkan hasil yang berbeda yaitu bahwa NPL berpengaruh negatif

secara signifikan terhadap ROA.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Perkasa (2007) menunjukkan bahwa Net

Interest Margin (NIM) berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA. Hal ini serupa

dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Mahardian (2008), dan Rusdiana (2012). Tetapi

hasil berbeda ditunjukkan oleh Ayuningrum (2011) yang menyatakan bahwa NIM

berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap ROA.

Penelitian yang dilakukan Ibrahim et.al. (2003) menyajikan beberapa alternatif

pengukuran kinerja dan laporan yang digunakan dalam bank Islam sesuai dengan tujuan

pendiriannya, yaitu sosio ekonomi yang berkeadilan dengan membandingkan antara Bahrain

Islamic Bank dengan Bank Islam Malaysia Berhad. Penelitian ini menggunakan

IslamicityDisclosure Index (IDI) dengan tiga indikator utama yaitu indikator ketaatan

terhadap syariah, indikator corporate governancedan indikator sosial / lingkungan. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja Bahrain Islamic Bank lebih baik daripada Bank

Islam Malaysia Berhad (BIMB)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mahardian (2008) menunjukkan bahwa

Biaya Operasi dibanding Pendapatan Operasi (BOPO) berpengaruh negatif secara signifikan

terhadap ROA. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Perkasa (2007), dan

Ayuningrum (2011). Tetapi hasil berbeda ditunjukkan oleh Sabir (2012) yang menyatakan

bahwa BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA. Maka peneliti melakukan

penelitian lanjutan mengenai pengaruh aspek RGEC yang diproksikan menggunakan rasio-

rasio keuangan sebagai berikut:Non Performing Loan (NPL), Good Corporate Govermance

(GCG), Biaya Operasi dibanding Pendapatan Operasi (BOPO),Capital Adequacy Ratio

(CAR) terhadap kinerja bank yang diproksikan dengan menggunakan Return On Asset

6

5

Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021

P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X

DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.

159

(ROA). Sehingga adanya inkonsistensi hasil peneletian yang telah dilakukan perbankan

Indonesia dan adanya research gap yaitu adanya perbedaan perkembangan data keuangan

dengan teori yang ada, namun peneliti tidak untuk melakukan perbandingan atau

membandingkan dikedua negara tersebut karena ada beberapa hal yang tidak sepadan untuk

dibandingkan dilihat dari total aset (modal ) yang dimiliki dikedua negara, sehingga

mendorong peneliti untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kinerja keuangan

perbankan di Indonesia dan Malaysia yang di proksi ROA (Return On Assets). Penelitian ini

berjudul “Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia dan Malaysia”

1.2. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa

terdapat permasalahan adanya fenomena dan juga terdapat research gap dimana hasil

penelitian terdahulu menunjukkan adanya inkonsistensi pada hasil penelitian. Oleh karena itu,

penelitian untuk menganalisis mengenai pengaruh kepemilikan institusional, pertumbuhan,

struktur modal, likuiditas, leverage, dan modal kerja terhadap kinerja keuangan perusahaan

BUMN dan BUMS di Bursa Efek Indonesia ini dilakukan. Berdasarkan research gap yang

telah diuraikan sebelumnya maka yang menjadi pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh kepemilikan institusional, pertumbuhan (growth), struktur modal

(DER), likuiditas (CR), leverage, dan modal kerja (WCT) terhadap profitabilitas

perusahaan BUMN dan BUMS ?

2. Apakah terdapat perbedaan profitabilitas perusahaan BUMN dan BUMS ?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kepemilikan institusional, pertumbuhan

(growth), struktur modal (DER), likuiditas (CR), leverage, dan modal kerja (WCT)

terhadap profitabilitas perusahaan BUMN dan BUMS.

2. Untuk mengetahui perbedaan profitabilitas perusahaan BUMN dan BUMS.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat praktis dan teoritis,

sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Aplikasi pemahaman konsep teoritis dan materi ilmu pengetahuan, yang telah diperoleh

dari Program Studi Magister Ilmu Manajemen, Fakultas Ekonomi, Program Pasca

Sarjana Universitas Sriwijaya.

b. Penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan kontribusi kepada ilmu pengetahuan,

khususnya yang berkaitan dengan kinerja keuangan, kepemilikan institusional,

pertumbuhaan (Growth), struktur modal (DER), likuiditas (CR), leverage, dan modal

kerja (WCT) BUMN dan BUMS.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Investor

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan

keputusan investasi.

b. Bagi Perusahaan

Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia

Fitria Marisya

160

Penelitian ini dapat menghasilkan konsep mengenai perbedaan struktur kepemilikan,

pertumbuhan (growth), struktur modal (DER), likuiditas (CR), leverage, modal kerja

(WCT), dan kinerja keuangan perusahaan BUMN dan BUMS.

c. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini dapat menjadi salah satu referensi bagi penelitian sejenis dan untuk

pengembangan penelitian berikutnya.

Tinjauan Pustaka

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan (Agency Theory) memiliki hubungan dengan kinerja bank, pencapaian

tujuan serta kinerja dari suatu perusahaan perbankan tidak dapat dipisahkan dengan

manajemen bank. Oleh karena itu, pemegang saham (principal) memiliki hubungan dengan

pihak manajer (agent). Hal tersebut sejalan dengan teori keagenan yang merupakan

keterkaitan antara dua atau lebih pihak. Menurut Jensen dan Meckling (1976) teori keagenan

adalah hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak dimana satu atau lebih pihak (principal)

melibatkan pihak lain (agent) untuk melakukan beberapa layanan atas nama principal. Kedua

belah pihak saling berkaitan karena disatukan oleh sebuah perjanjian untuk mengatur

wewenang dan tanggung jawab di antara mereka. Pemegang saham sebagai principal

memberikan wewenangnya kepada manajer (agent) untuk menjalankan perusahaan dan

menggunakan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan, dan membuat keputusan

yang dapat menguntungkan para pemegang saham. Dengan adanya hubungan ini manajer

mempunyai tanggung jawab untuk melaporkan hasil kerjanya kepada para pemegang saham

atau pemilik.

2.1.2. Bank

Menurut Undang–Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, “Bank adalah badan

usaha yang menghimpun dana dari masyarkat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya

kepada masyarakat dalam bentuk kredit. dan atau bentuk–bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Ikatan Akuntan Indonesia dalam Standar

Akuntansi Keuangan No. 31 (2007) menyatakan bahwa: “Bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Berdasarkan beberapa uraian dari definisi

bank dapat diambil kesimpulan bahwa bank adalah suatu badan hukum yang kegiatannya

menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat yang membutuhkan

dana.

2.1.3. Kinerja Perbankan

Penilaian kinerja berkaitan dengan tingkat kesehatan bank. Menurut Undang-Undang

Nomor 7 tahun 1992 tentang “Perbankan” sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

No.10 Tahun 1998, bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan

kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan

aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai

dengan prinsip kehati-hatian. Karena tujuan dari perbankan Indonesia adalah menunjang

pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, pertumbuhan

ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak

(Djumhana, 2010)

2.1.4. Risk Profile

8

Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021

P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X

DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.

161

NPL merupakan besarnya jumlah kredit bermasalah pada suatu bank dibanding dengan

total keseluruhan kreditnya. Kredit dalam hal ini merupakan kredit yang diberikan oleh bank

kepada pihak ketiga yaitu nasabah pribadi atau badan, tidak termasuk kredit kepada bank

lain. Kredit yang termasuk golongan kredit bermasalah adalah kredit kurang lancar,

diragukan, dan macet.

Semakin tinggi nilai NPL maka semakin menurun kinerja atau profitabilitas perbankan.

Standar NPL yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah kurang dari 5%, dengan rasio

dibawah 5% maka Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) yang harus disediakan

bank guna menutup kerugian yang ditimbulkan oleh aktiva produktif non lancar (dalam hal

ini kredit bermasalah) menjadi kecil (Mahardian, 2008). Bank dengan NPL yang tinggi akan

memperbesar biaya baik pencadangan aktiva produktif maupun biaya lainnya, sehingga

berpotensi terhadap kerugian bank (Mawardi, 2005 dalam Perkasa, 2007).

2.1.5. Good Corporate Govermance

Ada beberapa teori mengenai corporate governance yang dapat diformulasikan dalam

model yang bersifat mainstream seperti yang dinyatakan oleh Syakhroza (2003), yaitu

finance model (agency theory), stewardship model (stewardship theory), stakeholder model

(stakeholders theory), atau political model (political theory), serta myopic market model.

Baghani, Rivandy, dan Saghiri (2014) juga menjelaskan definisi dan konsep corporate

governance sebagai berikut:

“Corporate governance is rules, regulations, structures, processes, cultures and

systems that achieve the goals of accountability, transparency, justice and rights of

beneficiaries. Generally, corporate governance is corporate control and guidance

systems in one company. A system that determines controls and guides the

relationship between the company and its stakeholders.”

Prinsip-prinsip dasar corporate governance yang dikeluarkan OECD yang dikutip

dalam Prasetyo (2009) juga menyatakan bahwa kerangka kerja corporate governance

seharusnya dapat (1) melindungi hak pemegang saham; (2) memperlakukan seluruh

pemegang saham dengan sama; (3) mengakui hak-hak stakeholder sesuai dengan hukum

yang berlaku dan menerapkan konsep corporate yang baik; (4) mengungkapkan seluruh hal

yang material perusahaan dengan akurat dan tepat waktu, termasuk kondisi keuangan,

kinerja, kepemilikan, dan tata kelola perusahaan; serta (5) memastikan panduan strategik

perusahaan, pengawasan manajemen oleh dewan yang efektif dan pertanggungjawaban

dewan kepada perusahaan dan pemegang saham.

2.1.6. Rentabilitas (Earnings)

Aspek ini mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan laba setiap periode. Aspek

ini juga mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank. Efisiensi dan

daya saing institusi keuangan tidak dapat diukur dengan mudah, karena produk dan

layanannya yang bersifat tidak berwujud (Kosmidou dan Zopounidis, 2008). Dalam

perusahaan perbankan, efisiensi operasi dilakukan untuk mengetahui operasi bank pada usaha

pokok bank telah dilakukan dengan benar atau sesuai dengan harapan manajemen atau

pemegang saham bank. Efisiensi operasi juga berpengaruh terhadap kinerja bank, yaitu untuk

menunjukkan apakah bank telah menggunakan semua faktor produksinya dengan tepat guna

(Mawardi, 2005 dalam Mahardian, 2008).

2.1.7. Permodalan (Capital)

10

Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia

Fitria Marisya

162

Untuk mengukur permodalan digunakan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR

adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk

menunjang aset yang mengandung atau menghasilkan risiko, misalkan kredit yang diberikan

bank. Sementara menurut Peraturan Bank Indonesia, CAR (Capital Adequancy Ratio) adalah

rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung

resiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal

sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank. Angka rasio CAR

yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah minimal 8%, jika rasio CAR sebuah bank berada

dibawah 8% berarti bank tersebut tidak mampu menyerap kerugian yang mungkin timbul dari

kegiatan usaha bank, kemudian jika rasio CAR diatas 8% menunjukkan bahwa bank tersebut

semakin solvable. Dengan semakin meningkatnya tingkat solvabilitas bank, maka akan

berpengaruh pada meningkatnya kinerja bank, karena kerugian-kerugian yang ditanggung

bank dapat diserap oleh modal yang dimiliki bank tersebut.

2.1.8. Profitabilitas

Profitabilitas adalah rasio dari efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian

yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Rasio profitabilitas terdiri atas profit margin,

basic earning power, return on assets, dan return on equity. Menurut Gitman dan Joehnk

(2010) “profitability is the relationship between revenues and cost generated by using the

firm's assets-both current and fixed-in productive activities.” Brigham dan Houston (2010)

mengatakan bahwa profitabilitas adalah hasil bersih dari serangkaian kebijakan dan

keputusan. Profitabilitas masa lalu perusahaan dan jumlah laba yang tersedia untuk ditahan

akan menjadi penentu yang penting dalam struktur pendanaan sekarang. Pencapaian laba

merupakan indikator yang dominan karena hasil akhir kinerja operasi usaha selalu mengarah

pada earning before tax (EBT).

.

2.1. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini menggunakan variabel yang terdiri dari satu variable dependen

yaitu kinerja bank yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA).Dan empat variabel

independen yaitu NPL, Good Corporate Govermance, BOPO, and CAR.

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Penelitian

2.2. Hipotesis

Bank di

Indonesia

Kinerja Bank

ROA

Bank di

Malaysia

GCG

CAR

NPL

BOPO

H1

H2

H3

H4

H5

Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021

P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X

DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.

163

Menurut Sugiyono (2009:96), hipotesis adalah pernyataan tentang sesuatu yang untuk

sementara waktu dianggap benar, bisa juga diartikan sebagai pernyataan yang akan diteliti

sebagai jawaban sementara dari suatu masalah. Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan

pustaka dan kerangka pemikiran teoritis yang digambarkan, maka dapat diajukan hipotesis

sebagai berikut:

H1: NPL (non performing loans) berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank yang

diproksikan dengan Return On Asset (ROA) Bank Indonesia dan Malaysia tahun 2010

sampai tahun 2014.

H2 : Good Corporate Govermance (GCG) berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank yang

diproksikan dengan Return On Asset (ROA) Bank Indonesia dan Malaysia tahun 2010

sampai tahun 2014.

H3: Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh signifikan

terhadap kinerja bank yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) Bank

Indonesia dan Malaysia tahun 2010 sampai tahun 2014.

H4 : CAR (Capital Adequacy Ratio) berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank yang

diproksikan dengan Return On Asset (ROA) Bank Indonesia dan Malaysia tahun 2010

sampai tahun 2014.

H5 : Secara simultan, NPL (non performing loans), Good Corporate Govermance (GCG),

Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO), CAR (Capital

Adequacy Ratio) berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank yang diproksikan

dengan Return On Asset (ROA) Bank Indonesia dan Malaysia tahun 2010 sampai tahun

2014.

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis melakukan analisis terhadap perbandingan yang dilihat

pada perbankan di dua negara yaitu Indonesia dan Malaysia, yang tecatat pada Bursa Efek

Indonesia (BEI) dengan Bank umum yang ada di Malaysia yang tercatat di Kuala Lumpur

Stock Exchange (KLSE) selama periode 2010-2014.

3.2. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analsis data kuantitatif, analisis

kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data yang diangkakan (Kuncoro,2009:145)

dimana analisis data kuantitatif dibagi menjadi dua yaitu data interval dan data rasio, dalam

penelitian ini data yang dipergunakan adalah data analisis kuantitatif yang berskala rasio

Penelitian ini juga menggunakan data skunder dalam bentuk laporan keuangan

perbankan di Indonesia selama periode 2010-2014 yang telah dikumpulkan, data tersebut

diambil dari IDX (Indonesia Stock Exchange) yang telah dipublikasi melalui websaite IDX

yaitu www.idx.co.id dan untuk data laporan keuangan perbankan di negara Malaysia, data

tersebut di ambil dari KLSE (Kuala Lumpur Stock Exchange) yaitu

http://www.bursamalaysia.com

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiono (2009, 115) populasi adalah wilayah generalisasi dari objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karatristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan diambil kesimpulan. Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan perbankan

12

Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia

Fitria Marisya

164

yang terdaftar di BEI sebanyak 36 perusahaan perbankan untuk di Indonesia dan KLSE

sebanyak 27 perusahaan perbankan untuk di Malaysia dengan kurun waktu 5 tahun (2010-

2014)

3.3.2. Sampel Penelitian

Sugiyono (2009:116), juga mendefinisikan sampel sebagai bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu. Adapun penentuan sampel dalam penelitian

ini menggunakan metode purposive sampling. Pengertian purposive sampling menurut Sanusi

(2012:95), yaitu cara pengambilan sampel yang didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan

tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti. Berdasarkan kriteria tersebut, maka sampel yang

memenuhi persyaratan dan digunakan pada penelitian ini adalah sebanyak 41 perusahaan.

Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini berupa data panel dengan jumlah

pengamatan sebanyak 205 pengamatan.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik dokumentasi,

yaitu mengumpulkan data-data sekunder yang diperoleh dari PT. Bursa Efek Indonesia yang

berupa laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan yang menjadi sampel penelitian

selama periode 2009-2013. Peneliti juga mengumpulkan data dari berbagai sumber dengan

metode studi pustaka seperti, mengumpulkan data berupa literatur-literatur, karya ilmiah

berupa jurnal, dan dokumen-dokumen lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.5. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu variabel

dependen, dan variabel independen. Variabel dependen adalah kinerja keuangan perusahaan

yang dihitung dengan menggunakan Return On Assets (ROA) yang berdasarkan kinerja

operasional perusahaan. sampel data sebanyak 54 dimana terdiri dari 27 bank umum di

Indonesia dan 27 di Malaysia.

3.6. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif. Penelitian

kuantitatif adalah metode penelitan yang bersifat deskriptif dan lebih banyak menggunakan

analisis. penelitan kuantitatif bertujuan mencari hubungan yang menjelaskan sebab - sebab

dalam fakta-fakta sosial yang terukur, menunjukan hubungan variabel serta menganalisa.

Penelitian kuantitatif ini dilakukan dengan mengumpulkan data dan hasil analisis untuk

mendapatkan informasi yang harus disimpulkan.

Penelitian ini akan menggunakan teknik analisis regresi berganda dan uji beda dengan

bantuan program SPSS 22.0. Regresi linear adalah alat statistik yang dipergunakan untuk

mengetahui pengaruh antara satu atau beberapa variabel terhadap satu buah variabel. Variabel

yang mempengaruhi sering disebut variabel bebas, variabel independen atau variabel

penjelas. Variabel yang dipengaruhi sering disebut dengan variabel terikat atau variabel

dependen.

3.6.1. Analisis Regresi Berganda

Analisis regresi berganda Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear

antara dua atau lebih variable independen (X1, X2, .Xn) dengan variabel dependen (Y).

Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan

untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami

kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio.

Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021

P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X

DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.

165

Penelitian ini untuk menguji pengaruh dari Permodalan yang diproksikan dengan Non

Performing Loan/ NPL (X1), GCG/ Good Corporate Govermance (X2), Biaya Operasi

dibanding Pendapatan Operasi/ BOPO (X3). Capital Adequacy Ratio/ CAR (4), Dalam

penelitian ini dengan variabel dependennya yaitu kinerja bank yang diproksikan dengan

Return On Asset (ROA). Berdasarkan variabel independen dan dependen tersebut, maka

dapat disusun persamaan sebagai berikut (Ghozali, 2006):

Model regresi:

Yi = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4+ e

Ym = α + β1X1 + β2X2+β3X3 + β4X4+ e

Keterangan:

Yi= Return On Asset (ROA) Bank Indonesia

Ym= Return On Asset (ROA) Bank Malaysia

α = Konstanta

β = Koefisien regresi

X1= NPL

X2= Good Corporate Govermance

X3= BOPO

X4= CAR

e= standard error

3.6.1.1. Analisis Deskriptif

Penelitian ini menggunakan Statistik Deskriptif, analisis ini digunakan untuk

memberikan gambaran secara umum data dalam penelitian. Deskripsi yang diberikan dilihat

dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,

kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi). Metode yang digunakan dalam penelitian

deskriptif ini adalah metode numerik yang berfungsi untuk mengenali pola sejumlah data,

merangkum informasi yang terdapat dalam data, dan menyajikan informasi tersebut dalam

bentuk yang diinginkan (Ghozali, 2006).

3.6.1.2. Uji Normalitas

Uji Normalitas adalah pengujian untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi

normal atau tidak. Model regresi memerlukan normalitas pada nilai residualnya bukan pada

masing-masing variabel penelitian. Uji normalitas dapat dilakukan dengan uji histogram, uji

normal P Plot, uji Chi Square, Skewness dan Kurtosis atau uji Kolmogorov Smirnov. Uji

statistik yang dapat digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik

nonparametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Jika hasil Kolmogorov-Smirnov menunjukkan

nilai signifikan di atas (>0,05) maka data residual terdistribusi dengan normal. Sedangkan

jika hasil Kolmogorov Smirnov menunjukkan nilai signifikan (<0,05) maka data residual

terdistribusi tidak normal (Ghozali, 2006).

3.6.1.3. Uji Asumsi Klasik

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis, maka data yang telah diperoleh dalam

penelitian ini akan diuji terlebih dahulu untuk memenuhi asumsi dasar. Pengujian yang

dilakukan antara lain :

Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas merupakan pengujian untuk mengetahui ada atau tidaknya

korelasi yang signifikan antara variabel-variabel independen dalam suatu model regresi linear

Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia

Fitria Marisya

166

berganda. Model regresi yang baik memiliki variabel-variabel bebas yang tidak berkorelasi.

Alat statistik yang sering dipergunakan untuk uji multikolinearitas adalah dengan menghitung

nilai Variance Inflation Factor (VIF) dan tolerance value tiap-tiap variabel independen.

(Ghozali, 2006). Dasar analisisnya adalah jika nilai tolerance > 0,10 atau sama dengan nilai

VIF < 10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel bebas

dalam model regresi. Sedangkan jika nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10,

maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variable bebas dalam model

regresi.

Uji Heterokadastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali,

2006). Heterokedastisitas berarti penyebaran titik data populasi pada bidang regresi

membentuk pola tertentu yang teratur. Gejala ini ditimbulkan dari perubahan situasi yang

tidak tergambarkan dalam model regresi. Jika variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain tetap, maka disebut sebagai homoskedastisitas dan jika berbeda disebut

heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas. Uji

heterokedastisitas dapat menggunakan Uji Glejser. Uji ini menggunakan nilai absolute dari

residual dan jika nilai signifikansi > 0,05 maka tidak terjadi heterokedastisitas.

Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada

korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1

(Ghozali, 2005). Autokorelasi muncul karena observasi yangberurutan sepanjang waktu

berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi

ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Uji autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW), dimana

hasil pengujian ditentukan berdasarkan nilai Durbin-Watson (DW).

3.6.1.4. Pengujian Hipotesis

Untuk melakukan pengujian hipotesis pengaruh struktur kepemilikan, ukuran

perusahaan, dan pertumbuhan perusahaan terhadap kinerja keuangan perusahaan (H1, H2,

dan H3) digunakan alat analisis regresi linier berganda. Dalam penelitian ini, pengujian

hipotesis yang digunakan antara lain adalah uji koefisiensi regresi simultan (uji F), pengujian

signifikan parameter individual (uji t) dan Koefisien Determinan (Uji R2).

Uji Pengaruh Parsial (Uji t )

Menurut Ghozali (2006) uji stastistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen.

Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level 0,05 (α=5%).

Uji Pengaruh Simultan ( Uji F )

Ghozali (2006) menyatakan bahwa uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah

semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan ke dalam model memiliki pengaruh

secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.

Uji Koefisien Determinasi ( R2 )

Untuk menguji seberapa jauh kemampuan model penelitian dalam menerangkan

variabel dependen (goodness of fit), yaitu dengan menghitung koefisien determinasi (R2).

Ghozali (2006) mengatakan Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien

Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021

P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X

DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.

167

determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-

variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas.

Hasil Penelitian Dan Pembahasan

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Pengujian Hipotesis

4.1.1.1. Uji Pengaruh Parsial ( Uji t )

Pertama, berdasarkan hasil uji pengaruh parsial (Uji t) bahwa NPL perbankan Indonesia

mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai probabilitas, yaitu 0.004< 0.050, maka

H1 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa NPL perbankan Indonesia memiliki

pengaruh signifikan terhadap ROA. NPL perbankan Malaysia mempunyai nilai signifikan

lebih kecil daripada nilai probabilitas, yaitu 0.024 < 0.050, maka H1 diterima dan H0 ditolak.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar Non Performing Loan maka

Return on Asset yang diperoleh akan semakin kecil. Peningkatan Non Performing Loan akan

mempengaruhi profitabilitas bank, karena semakin tinggi Non Performing Loan (NPL) maka

akan semakin buruk kualitas kredit bank yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah

semakin besar, dan oleh karena itu bank harus menanggung kerugian dalam kegiatan

operasionalnya sehingga berpengaruh terhadap penurunan laba (ROA) yang diperoleh bank.

Non Performing Loan (NPL) yang rendah mengindikasikan kinerja keuangan bank semakin

baik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan oleh Nusantara (2009) menunjukkan

hasil bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif secara signifikan terhadap

ROA. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayuningrum (2011) dan

Rusdiana (2012). Namun Mahardian (2008) yang menunjukkan bahwa Loan to Deposit

Ratio (LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap Return On Asset (ROA).

GCG perbankan Indonesia mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai

probabilitas, yaitu 0.027< 0.050, maka H2 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa

GCG perbankan Indonesia memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Indonesia.

GCG perbankan Malaysia mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai probabilitas,

yaitu 0.034 < 0.050, maka H2 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa GCG

perbankan Malaysia memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Indonesia.

Penerapan GCG yang konsisten diharapkan akan dapat meningkatkan kualitas dari

laporan keuangan perusahaan. Pihak manajemen cenderung tidak akan melakukan rekayasa

terhadap laporan keuangan, karena adanya kewajiban untuk mematuhi berbagai aturan dan

prinsip akuntansi yang berlaku dan penyajian informasi yang transparan. Dalam hal ini

penerapan GCG bank perbankan diharapkan dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan

perusahaan karena tingkat kualitas laporan keuangan perusahaan dapat dipercaya dengan

adanya penyajian laporan keuangan yang transparan. Secara teoritis, pelaksanaan GCG dapat

meningkatkan nilai perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan. Kemungkinan terbesar

keadaan ini terjadi karena terbatasnya informasi. Padahal untuk mengukur GCG harus

mengetahui berbagai informasi tentang karakteristik, budaya dan hubungan keterikatan

pemerintah terhadap perusahaan dan semua informasi tersebut termasuk kriteria rahasia

perusahaan yang tidak dipublikasikan. Selain itu, jika dilihat dari jangka waktunya GCG

lebih bersifat jangka panjang sehingga tidak dapat diukur kesuksesannya jika hanya

mengandalkan satu periode akuntansi saja sedangkan perhitungan profitabilitas lebih bersifat

jangka pendek, dimana hasil yang dicapai dari periode tersebut merupakan hasil tambah

perusahaan yang dapat berdiri sendiri. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Wati

18

19

Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia

Fitria Marisya

168

(201) yang menemukan bahwa Good Corporate Governance yang mempengaruhi kinerja

keuangan perusahaan (ROE dan NPM). Berbeda dengan Windah dan Andono (2013) yang

menemukan menunjukkan tidak adanya pengaruh signifikan antara variabel independen GCG

terhadap kinerja keuangan yang diukur dengan ROA

BOPO perbankan Indonesia mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai

probabilitas, yaitu 0.030< 0.050, maka H3 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa

BOPO perbankan Indonesia memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan

Indonesia. BOPO perbankan Malaysia mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai

probabilitas, yaitu 0.012 < 0.050, maka H3 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa

BOPO perbankan Malaysia memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan

Indonesia. Semakin besar BOPO maka akan semakin kecil atau menurun kinerja keuangan

perbankan. Begitu juga sebaliknya, semakin kecil rasio BOPO, berarti semakin efisien biaya

operasional yang dikeluarkan sehingga kemungkinan bank dalam memperoleh keuntungan

akan menjadi lebih besar. Sebaliknya semakin besar rasio BOPO menunjukkan semakin

tidak efisien suatu bank dalam melakukan operasi usahanya, sehingga kemungkinan

untuk mendapatkan keuntungan juga menjadi lebih kecil.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mahardian (2008) menunjukkan bahwa

BOPO berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA. Hal ini serupa dengan penelitian

yang dilakukan oleh Perkasa (2007), dan Ayuningrum (2011). Tetapi hasil berbeda

ditunjukkan oleh Sabir (2012) yang menyatakan bahwa BOPO tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap ROA.

CAR perbankan Indonesia mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai

probabilitas, yaitu 0.044< 0.050, maka H4 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa

CAR memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Indonesia. CAR perbankan

Malaysia mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai probabilitas, yaitu 0.002 <

0.050, maka H4 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa CAR perbankan Malaysia

memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Malaysia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin besar Capital Adequacy Ratio

(CAR) maka Return On Asset (ROA) yang diperoleh bank akan semakin besar, karena

semakin besar Capital Adequacy Ratio (CAR) maka semakin tinggi kemampuan

permodalan bank dalam menjaga kemungkinan timbulnya risiko kerugian kegiatan

usahanya, sehingga kinerja bank juga akan meningkat. Selain itu, semakin tinggi

permodalan bank maka bank dapat melakukan ekspansi usahanya dengan lebih aman.

Adanya ekspansi usaha pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja keuangan bank yang

bersangkutan.

Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan diantaranya: penelitian yang

dilakukan oleh Mahardian (2008) menyatakan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR)

berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA. Hal ini serupa dengan penelitian yang

dilakukan oleh Nusantara (2009) dan Ayuningrum (2011). Sedangkan Sabir dkk (2012)

menemukan bahwa CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.

4.1.1.2. Uji Pengaruh Simultan ( Uji F )

Pertama, dari hasil uji pengaruh simultan (Uji F) perbankan Indonesia diperoleh nilai

Fhitung sebesar 7.309 dengan nilai probabilitas (sig) = 0.000. Nilai Fhitung (7.309) > Ftabel

(2.44), sedangkan nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 atau 0.000 < 0.05. Maka

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara NPL, GCG, BOPO, dan

CAR secara simultan terhadap kinerja keuangan Perbankan Indonesia.

Kedua, dari hasil uji pengaruh simultan (Uji F) perbankan Malaysia diperoleh nilai

Fhitung sebesar 7.378 dengan nilai probabilitas (sig) = 0.000. Nilai Fhitung (7.378) > Ftabel

(2.44), sedangkan nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas 0.05 atau 0.001 < 0.05. maka

20

Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021

P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X

DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.

169

dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara NPL, GCG, BOPO, dan

CAR secara simultan terhadap kinerja keuangan Perbankan Malaysia.

4.1.1.3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Pertama, berdasarkan Uji Koefisien Determinasi perbankan Indonesia dan Malaysia

“Model Summary” perbankan Indonesia dapat disimpulkan bahwa NPL, GCG, BOPO, dan

CAR berpengaruh terhadap ROA sebesar 18,4% terhadap kinerja keuangan perbankan

Indonesia, sedangkan 81,6% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak diteliti.“Model

Summary” Perbankan Malaysia dapat disimpulkan bahwa NPL, GCG, BOPO, dan CAR

berpengaruh Terhadap ROA sebesar 18,5% terhadap kinerja keuangan perbankan Malaysia,

sedangkan 81,5% dipengaruhi oleh variable lain yang tidak diteliti.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Analisis Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap ROA BUMN dan BUMS

Berdasarkan hasil pengujian data BUMN diperoleh bahwa besarnya pengaruh

kepemilikan institusional terhadap kinerja keuangan (ROA) adalah sebesar -2.931 dengan

tingkat signifikansi sebesar 0.005. Hal ini berarti bahwa semakin banyak kepemilikan

institusional, makan akan semakin tidak bagus kinerja keuangan (ROA) BUMN. Sedangkan

berdasarkan hasil pengujian data BUMS diperoleh bahwa besarnya pengaruh kepemilikan

institusional terhadap kinerja keuangan (ROA) adalah sebesar 2.102 dengan tingkat

signifikansi sebesar 0.037. Hal ini berarti bahwa semakin banyak kepemilikan institusional,

makan akan semakin bagus kinerja keuangan (ROA) BUMS.

Penelitian yang mendukung hasil temuan ini adalah Abdurrahman dan Septyanto

(2008), Ardianingsih dan Ardiyani (2010), Hanifah (2011), Widowati (2012), Noviawan dan

Septiani (2013), Putra dan Wirawati (2013), Widyati (2013), Immanuela (2014),

membuktikan bahwa struktur kepemilikan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

4.2.2. Analisis NPL terhadap ROA Perbankan Indonesia dan Malaysia

Berdasarkan hasil pengujian data perbankan Indonesia bahwa NPL mempunyai nilai t

hitung -2.932 dengan nilai signifikan lebih kecil daripada nilai probabilitas, yaitu 0.004<

0.050, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa NPL memiliki pengaruh

negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan perbankan Indonesia sedangkan perbankan

Malaysia diperoleh NPL mempunyai nilai t hitung -1.277 mempunyai nilai signifikan lebih

kecil daripada nilai probabilitas, yaitu 0.024 < 0.050, maka H1 diterima dan H0 ditolak. Dapat

disimpulkan bahwa NPL memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja keuangan

perbankan Malaysia. Dimana artinya jika rasio NPL naik maka rasio ROA akan turun, jika

kredit macet tinggi maka bank tidak akan mendapatkan pendapatan yang berasal dari bunga

kredit, jika pendapatan yang diperoleh tidak maksimal maka laba yang diperoleh juga tidak

maksimal, maka dapat kita bandingkan NPL pada perbankan di Indonesia lebih besar dengan

rata-rata 1.9624 ,dari hasil penelitian pada perbankan di Indonesia pada rasio BOPO rata-rata

perbankan diIndonesia lebih tinggi sebesar 78,56% dengan begitu NPL di Indonesia

dipengaruhi karena biaya operasional terhadap pendapatan yang tinggi sehingga

mempengaruhi kredit macet yang lebih tinggi yang berakibat NPL perbankan di Indonesia

dinilai tidak sehat. Dalam penelitian ini terjadinya ketidak sesuai terhadap teori yang

menjelaskan semakin tinggi NPL maka ROA semakin menurun namun dalam penelitian ini

berbeda terhadap teori yang terjadi di kedua negara ini baik di Indonesia maupun Malaysia

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Mahardian (2008:13), yang menyatakan

bahwa semakin tinggi nilai NPL maka semakin menurun kinerja atau profitabilitas

Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia

Fitria Marisya

170

perbankan. Penelitian yang mendukung hasil temuan ini adalah penelitian yang dilakukan

oleh Nusantara (2009) menunjukkan hasil bahwa Non Performing Loan (NPL) berpengaruh

negatif secara signifikan terhadap ROA. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan

oleh Ayuningrum (2011) dan Rusdiana (2012), sedangkan Perkasa (2007) menunjukkan hasil

yang berbeda yaitu bahwa NPL berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA,

dikarenakan Perkasa hanya menggunakan data dalam kurun waktu 1 tahun yaitu pada tahun

2005 dan jumlah sampel yang lebih sedikit yaitu sebanyak 131.

4.2.3. Analisis GCG terhadap ROA Perbankan Indonesia dan Malaysia

Berdasarkan hasil pengujian data perbankan Indonesia diperoleh bahwa GCG

mempunyai nilai t hitung 2.242 dengan nilai signifikan lebih kecil daripada nilai probabilitas,

yaitu 0.027< 0.050, maka H2 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa GCG

memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Indonesia. Perbankan Malaysia

diperoleh bahwa GCG mempunyai nilai t hitung 2.148 mempunyai nilai signifikan lebih kecil

daripada nilai probabilitas, yaitu 0.034< 0.050, maka H2 diterima dan H0 ditolak. Dapat

disimpulkan bahwa GCG memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Malaysia.

Hal ini berarti bahwa variabel GCG memberikan pengaruh positif terhadap ROA Malaysia.

Pengaruh positif yang ditunjukkan oleh nilai GCG mengindikasikan bahwa semakin tinggi

penerapan GCG dalam pengelolaan bank yang ditunjukkan dalam variabel GCG maka akan

meningkatkan pendapatan bank yang tercermin melalui ROA.

Di Indonesia terdapat beberapa peraturan yang telah dikeluarkan berkaitan dengan

penerapan prinsip Good Corporate Governance (GCG) antara lain peraturan Bank Indonesia

No. 8/4/PBI/2006 yang disempurnakan dengan peraturan Bank Indonesia No. 8/14/PBI/2006

tentang “Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum”, yang menunjukkan

keseriusan Bank Indonesia dalam meminta pengurus perbankan agar taat untuk menerapkan

manajemen risiko guna melindungi kepentingan para pemangku kepentingan (stakeholder).

Banyaknya ketentuan yang mengatur sektor perbankan dalam rangka melindungi kepentingan

masyarakat menjadikan sektor perbankan sebagai sektor yang ”highly regulated”.maka dapat

kita simpulkan bahwa pengaruh GCG ini dapat mempengaruhi nilai profitabilitas yang

diproksikan ke ROA karena semakin baik penerapan GCG pada perbankan di suatu negara

maka akan memberikan singnal kepada para investor sehingga dapat meningkatkan ROA.

Untuk perbankan di Indonesia dari tahun ketahun keterlibatan pemerintah atau rasio GCG

terhadap perbankan sudah lebih baik dari tahun ke tahun dari hasil penelitian ini rata-rata

GCG perbankan di Indonesia sebesar 20,21 berarti pengaruh GCG terhadap perbankan di

Indonesia hampir mencapai nilai sempurna sebesar 22. Sedangkan untuk di Malaysia

pengaruh GCG terhadap perbankan di Malaysia sudah dari tahun sebelumnya telah

diterapkan oleh pemerintah Malaysia dapat kita lihat dari tingkat perizinan terhadap

kepemilikan asing terhadap bank umum dimalaysia lebih rendah dari Indonesia dimana

malaysia sebesar 30% sedangkan di Indonesia terhadap perizinan kepemilikan asing terhadap

bank umum sebesar 99,9% (http://lampost.co/berita/integrasi-perbankan-nasional-masih-

kalah-dari-malaysia)

Menurut OECD corporate governance adalah sistem yang dipergunakan untuk

mengarahkan dan mengendalikan kegiatan bisnis perusahaan. Corporate governance yang

mengatur pembagian tugas, hak dan kewajiban mereka yang berkepentingan terhadap

kehidupan perusahaan, termasuk pemegang saham, Dewan Pengurus, para manajer, dan

semua anggota stakeholders non-pemegang saham. Dengan pembagian tugas, hak, dan

kewajiban serta ketentuan dan prosedur pengambilan keputusan penting, maka perusahaan

mempunyai pegangan bagaimana menentukan sasaran usaha (corporate objectives) dan

strategi untuk mencapai sasaran tersebut.

23

Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021

P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X

DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.

171

Kebutuhan untuk menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG)

dirasakan sangat kuat dalam industri perbankan. Situasi eksternal dan internal perbankan

semakin kompleks. Risiko kegiatan usaha perbankan kian beragam. Keadaan tersebut

semakin meningkatkan kebutuhan akan praktik tata kelola perusahaan yang sehat (good

corporate governance) di bidang perbankan.

Pelaksanaan Good Corporate Governance (GCG) sangat diperlukan untuk membangun

kepercayaan masyarakat dan dunia internasional sebagai syarat mutlak bagi dunia perbankan

untuk berkembang dengan baik dan sehat. Oleh karena itu Bank for International Sattlement

(BIS) sebagai lembaga yang mengkaji terus menerus prinsip kehati-hatian yang harus dianut

oleh perbankan, telah pula mengeluarkan Pedoman Pelaksanaan Good Corporate

Governance (GCG) bagi dunia perbankan secara internasional. Pedoman serupa dikeluarkan

pula oleh lembaga-lembaga internasional lainnya.

4.2.4. Analisis BOPO terhadap ROA Perbankan Indonesia dan Malaysia

Berdasarkan hasil pengujian data perbankan Indonesia diperoleh bahwa BOPO

mempunyai nilai t hitung 2.191 dengan nilai signifikan lebih kecil daripada nilai probabilitas,

yaitu 0.030< 0.050, maka H3 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa BOPO

memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Indonesia. Perbankan Malaysia

diperoleh bahwa BOPO mempunyai nilai t hitung 2.548 mempunyai nilai signifikan lebih

kecil daripada nilai probabilitas, yaitu 0.002< 0.050, maka H3 diterima dan H0 ditolak. Dapat

disimpulkan bahwa BOPO memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Malaysia.

Hal ini berarti bahwa variabel BOPO memberikan pengaruh negatif terhadap ROA Malaysia.

Pengaruh positif yang ditunjukkan oleh nilai BOPO mengindikasikan bahwa semakin tinggi

rentabilitas bank yang ditunjukkan dalam variable BOPO maka akan meningkatkan

pendapatan bank yang tercermin melalui ROA.

Penelitian ini menghasilkan bahwa jika dibandingkan nilai BOPO pada perbankan di

Indonesia dan Malaysia, jika dilihat dari rata-rata BOPO di Indonesia lebih besar dari

Malaysia, mungkin hal ini lah yang mempengaruhi niali NPL pada perbankan Indonesia yang

lebih tinggi. Bank yang sehat adalah bank yang rentabilitasnya terus meningkat. Rasio yang

digunakan dalam aspek rentabilitas adalah BOPO (Biaya Operasional dibanding Pendapatan

Operasional). Biaya operasi merupakan biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam rangka

mengoperasikan usaha utama seperti biaya pemasaran, biaya tenaga kerja dan biaya operasi

lainnya. Pendapatan operasi merupakan pendapatan utama bank yang diperoleh dari

penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya.

Penelitian yang mendukung hasil temuan ini adalah oleh Mahardian (2008)

menunjukkan bahwa Biaya Operasi dibanding Pendapatan Operasi (BOPO) berpengaruh

negatif secara signifikan terhadap ROA. Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan

oleh Perkasa (2007), dan Ayuningrum (2011). Hasil berbeda ditunjukkan oleh Sabir (2012)

yang menyatakan bahwa BOPO tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA karena

pada penelitian Sabir, melakukan penlitian terhadap bank umum konvensional di Indonesia

dan pada tahun yang berbeda.

4.2.5. Analisis CAR terhadap ROA Perbankan Indonesia dan Malaysia

Berdasarkan hasil pengujian data perbankan Indonesia diperoleh bahwa CAR

mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai probabilitas, yaitu 0.044< 0.050, maka

H4 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa CAR memiliki pengaruh signifikan

25

Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia

Fitria Marisya

172

terhadap ROA perbankan Indonesia. Berdasarkan hasil pengujian data perbankan Malaysia

diperoleh bahwa CAR mempunyai nilai signifikan lebih kecil daripada nilai probabilitas,

yaitu 0.002 < 0.050, maka H4 diterima dan H0 ditolak. Dapat disimpulkan bahwa CAR

memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan Malaysia. Pengaruh positif yang

ditunjukkan oleh CAR mengindikasikan bahwa semakin tinggi modal ditunjukkan dalam

NPL maka akan menurunkan tingkat pendapatan bank yang tercermin melalui ROA.

Hasil penelitian ini sejalan dengan teori permodalan, yang menyebutkan bahwa modal

adalah faktor yang penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung

kerugian. Dimana rasio kecukupan modal (CAR), berarti jumlah modal sendiri yang

diperlukan untuk menutupi risiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman asset yang

mengandung risiko (Veithzal, dkk, 2007:709).

Penelitian yang mendukung hasil temuan ini adalah oleh Mahardian (2008) menyatakan

bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif secara signifikan terhadap ROA.

Hal ini serupa dengan penelitian yang dilakukan oleh Nusantara (2009) dan Ayuningrum

(2011). Perkasa (2007) menyatakan hasil yang berbeda bahwa CAR berpengaruh negatif dan

tidak signifikan terhadap ROA dikarenakan peneliti tersebut hanya meneliti menggunakan

data tahun 2005 yang telah dipublikasi tahun 2006 dengan menggunakan data hanya

perbankan yang beroperasi di Indonesia dengan sampel 131.

4.3. Implikasi Penelitian

Implikasi penelitian mencakup dua hal yaitu implikasi teoritis dan implikasi praktis.

Implikasi teoritis berhubungan dengan kontribusinya bagi perkembangan teori-teori NPL,

GCG, BOPO, dan CAR sedangkan implikasi praktis berkaitan dengan kontribusi temuan

penelitian terhadap pengembangan kebijakan pendanaan perusahaan dalam meningkatkan

kinerja keuangan perusahaan.

4.3.1. Implikasi Teoritis

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel NPL dapat mempengaruhi kinerja

keuangan perbankan, hal ini menambah referensi penelitian. Variabel GCG dapat

mempengaruhi kinerja keuangan perbankan secara signifikan, temuan ini menambah

referensi penelitian. Variabel BOPO dapat mempengaruhi kinerja keuangan perbankan secara

signifikan, temuan ini menambah referensi penelitian. Variabel CAR dapat mempengaruhi

kinerja keuangan perusahaan secara signifikan, temuan ini menambah referensi penelitian.

Dengan demikian, hasil temuan ini bermanfaat untuk mendukung konsep atau teori

perkembangan ilmu manajemen keuangan bank, khususnya berkaitan dengan NPL, GCG,

BOPO, CAR dan ROA.

4.3.2. Implikasi Praktis

a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini ditujukan bagi perbankan dalam mengelola kebijakan-kebijakan

perusahaan terutama yang berkaitan dengan penggunaan sumber dana dan pemanfaatan dana.

Perbankan dapat menggunakan variabel yang ada dalam penelitian ini (BOPO, dan CAR)

sebagai pengunaan dana dalam meningkatkan kinerja bank (ROA) sedangkan terhadap

pemanfaatan dana menggunakan variabel (NPL) serta variabel GCG, maka dapat kita lihat

kekuatan dan kelemahan yang terjadi pada bank di kedua negara tersebut yaitu untuk

perbankan di Malaysia adalah penerapan GCG atau keterikatan hubungan pemerintah

terhadap perbankan di Malaysia lebih baik, total aset atau modal yang di miliki lebih besar,

perizinan terhadap kepemilikan asing terhadap bank umum hanya sebesar 35% sedangkan

pada perbankan d Indonesia dalam penerapan GCG atau hubungan pemerintah dengan

perbankan sudah lebih baik dari sebelumnya, namun perizinan pihak asing terhadap

Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021

P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X

DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.

173

kepemilikan bank umum di Indonesia lebih tinggi yaitu sebesar 99,9%, dari total aset atau

modal yang dimiliki jauh lebih rendah dari Malaysia.

b. Bagi Kreditur

Hasil penelitian ini ditujukan bagi kreditur (pemeberi pinjaman) agar dapat

dimanfaatkan untuk mengetahui pemilihan struktur modal perusahaan, memberikan kredit

pada perusahaan dengan memperhatikan NPL, GCG, BOPO, dan CAR), dan kinerja

perusahaan (profitabilitas / ROA).

c. Bagi Investor

Hasil penelitian ini ditujukan bagi investor agar dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam hal pengambilan keputusan investasi khususnya pada semua sektor

perbankan di Indonesia maupun perbankan di Malaysia yang go public terutama dalam

penerapan GCG.

Kesimpulan Dan Saran

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini meneliti mengenai pengaruh NPL, GCG, BOPO, dan CAR terhadap

kinerja keuangan (ROA) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan

Malaysia. Periode penelitian ini selama 5 tahun, yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun

2014. Berdasarkan hasil penelitian serta hasil analisis yang telah dilakukan pada bab

sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan, sebagai berikut:

1. Pertama, secara parsial bahwa NPL, GCG, BOPO, dan CAR berpengaruh signifikan

terhadap kinerja keuangan (ROA) perbankan di Indonesia dan Malaysia.

2. Kedua, secara simultan bahwa NPL, GCG, BOPO, dan CAR berpengaruh signifikan

terhadap kinerja keuangan (ROA) perbankan di Indonesia dan Malaysia.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, maka perlu dilakukan penyempurnaan terhadap

penelitian yang dilakukan. Adapun saran untuk peneliti selanjutnya adalah sebagai berikut:

1. Bagi pihak perbankan, disarankan untuk lebih meningkatkan lagi efisiensi dan efektivitas

dalam pengelolaan BOPO, dan CAR sehingga akan berdampak terhadap peningkatan

kinerja keuangan (ROA).

2. Bagi pihak investor, sebelum melakukan investasi sebaiknya mempertimbangkan NPL,

GCG, BOPO, dan CAR dan kinerja keuangan (ROA).

3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan menambah periode penelitian agar mendapatkan

hasil yang lebih digeneralisir dan perlu menambahkan variabel lain yang diprediksi bisa

mempengaruhi kinerja keuangan (ROA).

5.3. Keterbatasan

Penelitian ini telah diusahakan dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun

beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh penelitian ini antara lain:

1. Periode observasi yang digunakan pada penelitian ini selama lima tahun dari tahun

2010 sampai dengan 2014.

2. Variabel dalam penelitian masih terbatas (hanya menggunakan variabel NPL, GCG,

BOPO, dan CAR dan profitabilitas), sehingga apabila penelitian ini dijadikan referensi

untuk penelitian selanjutnya perlu ditambahkan variabel lain untuk mendapatkan hasil

yang optimal.

Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia

Fitria Marisya

174

Daftar Pustaka

Ayuningtyas, Dwi dan Kurnia, 2013. “Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan:

Kebijakan Dividen dan Kesempatan Investasi Sebagai Variabel Antara”. Jurnal Ilmu

dan Riset Akuntansi, Volume 1 Nomor 1

Belkaoui, Ahmed Riahi. 2000. Teori Akuntansi. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

Budisantoso, T. dan Nuritomo. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba

Empat.

Brigham, Eugene F. dan Joel F. Houston, 2009. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Buku

Satu, Edisi Kesepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba Empat.

Cornett M. M, Guo, L. Khaksari, S. dan H. Tehrainan. 2009. The impact of state ownership

om performance differences in privately owned versus state owned bank on

international comparison, Tahun 2009. ISSN: 2146-7943

Dahlan Siamat, 2004. Manajemen Lembaga Keuangan,Edisi Keempat, Lembaga Penerbit

FakultasEkonomi Universitas Indonesia

Dewi, Kadek Ayu Krisna; Ni Kadek Sinarwati; Nyoman Ari Surya Darmawan. 2014.

PengaruhCapital Adequacy Ratio (CAR), Loan to Deposit Ratio (LDR), dan

Perbandingan BiayaOperasional dengan Pendapatan Operasional (BOPO)

terhadap Return On Assets (ROA) pada Bank Umum yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2008-2012. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha

Jurusan Akuntansi Program S1. Volume 2. Nomor.1

Djumhana,Muhammad, 2012, Hukum Perbankan di Indonesia,Cetakan ke7 Bandung:Citra

Aditya bakti,

Ferry, M.G., dan Jones, W.H. (1979). Determinants of financial structure: A new

methodologicalapproach. Journal of Finance, 01 XXXXIV(3)

Ghozali, I. 2001. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP

UNDIP.

Ghozali, I. 2002. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP

UNDIP.

Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: BP

UNDIP.

Hendrayana, Y. 2015. Pengaruh Komponen RGEC pada Perubahan Harga Saham

Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas

Udayana 10,2. 554-569

Ibrahim et al. 2003. American Journal of Public Health.Vol 93, No. 10.

Ika, S. R. dan Abdullah, N. 2011.A Comparative study of Financial performance of islamic

banks and conventional banks in Indonesia.Vol.2, No 15. Agustus 2011

Kasmir. 2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Edisi Revisi 8. Jakarta: PT.

RajaGrafindo Jakarta

Kasmir.2008. Dasar-dasar Perbankan. Edisi 1. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Margaretha, F. 2013. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan perbankan

Indonesia.Vol. 15, No.2.Desember 2013 Hal.133-141.

Integritas Jurnal Manajemen Profesional (IJMPro) Volume 2 Nomor 1 Edisi Januari 2021

P-ISSN : 2722-0958- E-ISSN : 2722-094X

DOI: https://doi.org/10.35908/ijmpro.

175

Manikam, J., dan Syafruddin, M. 2012. Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio (Car),

Net Interest Margin (Nim), Loan To Deposit Ratio (Ldr), Non 71 Performing Loan

(Npl) Dan Bopo Terhadap Profitabilitas Bank Persero Di Indonesia Periode 2005-

2012. Diponegoro Journal Of Accounting,2 (4): 110.

Mandasari, Jayanti. 2015. Analisis Kinerja Keuangan dengan Pendekatan Metode RGEC

Pada BankBumn Periode 2012-2013.E-jurnal administrasi bisnis.Vo 3.No 2

Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim,2003,Analisis Laporan Keuangan,AMP-

YKPN,Yogyakarta

Muftaqin, M.Z Kamaludin dan S.A, Prabawa. 2012. Analisis komparasi kinerja keuangan

antam perbankan syariah dengan perbankan konvensional yang sebanding di

indonesia dengan menggunakan rasio camels. Vol 13.oktber 2012.

Mudrajad Kuncoro dan Suharjono, 2011. Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi. Edisi

Kedua.Yogyakarta: BPFE

Minarrohmah, K. Yaningwati, F. dan N. F. Nuzula. 2014. Analisis Tingkat Kesehatan Bank

Dengan Menggunkan Pendekatan RGEC (Risk profile, Earnings, Good Corporate

Governance, dan Capital) (Studi pada PT. Bank Central Asia, Tbk Periode 2010-

2012). Jurnal Administrasi Bisnis. Vol. 17, No. 1.Desember 2014. Universitas

Brawijaya.

Nusantara. 2009.Analisi pengaruh NPL, CAR, LDR, dan BOPO terhadap Profitabilitas

Bank(Perbandingan Bank Umum Go Publikdan Bank Umum Non Go Publik di

Indonesia Periode Tahun 2005-2007). Dalamtesis,programstudi Magister

manajemen Universitas diponegoro Semarang.

Ongore, V. O. and Kusa G. 2013. Determinants of Financial Performance of Commercial

Banks in Kenya.Vol.3, No.1.

Panjaitan, dkk. 2004. Analisis Harga Saham, Ukuran Perusahaan dan Risiko terhadap

Return yangdiharapkan Investor pada Perusahaan Saham Aktif. Balalnce. Vol 1 hal

56-72.

Perkasa, Ponttie Prasnanugraha. 2007.Analisis Pengaruh Rasio-rasio Keuangan Terhadap

Kinerja Bank Umum di Indonesia. Tesis:Universitas Diponegoro.Purnamawati, I. G.

A. 2014.Analisis Komparatif kinerja keuangan perbankan ASEAN setelah krisis

global Vol.18, No.2.Mei 2014Hal.287-296.

Putri, D. 2013. Analisis Perbedaan Tingkat Kesehatan Bank Berdasakan RGEC pada

Perusahaan Besar dan Kecil. E- jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.2.Hal.483-

496.

Rimi, G.M and Dita, I, S. 2015. Evaluation of Banks Health Rate of Indonesia and Malaysia

Islamic Bank with RGEC Method. Vol 13, No.7 (2015): 5759-5787

Sabir, A. H. 2013. Pengaruh Rasio Kesehatan Bank terhadap Kinerja Keuangan Bank Umum

Syariah dan Bank Konvensional di Indonesia Vol.1, No. 1. Juni 2012

Subandi dan Ghozali, I. 2013.Determinan efisiensi dan dampaknya terhadap kinerja

profitabilitas industri perbankan di indonesia. Vol.17, No. 1.Januari 2013.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R &

D. Bandung: Alfabeta.

Analisis Kinerja Keuangan Perbankan Di Indonesia Dan Malaysia

Fitria Marisya

176

Sudiyatno, B. 2010.Analisis pengaruh dana pihak ke 3, BOPO,CAR, LDR terhadap kinerja

keuangan pada sektor perbankan yang Go-Public di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Vo.2 No.2, Mei 2010 Hal.125-137,ISSN. 1979-4878

Sanusi, A. 2012.Metodologi Penelitian Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Suripto. 2013. Implementasi sistem bunga dan bagi hasi terhadap kinerja perbankan di

Indonesia. Vol.1, No.1.Juni 2013.

Sukarno, K. W dan Syaichu, M.(2006) Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Bank Umum di Indonesia. Jurnal Studi Manajemen & Organisasi, 3 (2), hlm. 46-58

Taswan.2008. Akuntansi Perbankan Transaksi dalamValuta Rupiah edisi ketiga. UPP STIM

YKPN : Yogyakarta.

Veithzal Rivai. (2007). Bank and Financial Institute Management. Jakarta: PT.

RajaGrafindoPersada

Wijaya dan Lukman. 2009. Manajemen Perbankan .Jakarta : Penerbit Ghalia.Indonesia

Widjaja. 2009. Akuntansi Manajemen. Harvindo: Jakarta

Yessi, S. M. 2015.Analisis Tingkat Kesehatan Bank dengan Menggunakan Pendekatan

RGEC (Risk Profile, Good Corporate Govermance, Earnings, Capital).JAB.Vol.1,

No.1.Januari 2015.

----- ICMD ( Indonesian Capital Market Directory). 2009.

----- ICMD ( Indonesian Capital Market Directory). 2010.

----- ICMD ( Indonesian Capital Market Directory). 2011.

----- ICMD ( Indonesian Capital Market Directory). 2012.

----- ICMD ( Indonesian Capital Market Directory). 2013.

----- ICMD ( Indonesian Capital Market Directory). 2014.

http://bankirnews.com/penilaian-tingkat-kesehatan-bank.html

http://www.bursamalaysia.com

http://blog.pasca.gunadarma.ac.id/2012/04/29/analisis-kesehatan-bank-camels-vs-rgec/

http://www.idx.co.id/

http://www.bnm.gov.my