Analisis Kinerja dengan Menggunakan Metode Balanced ...€¦ · Analisis Kinerja dengan Menggunakan...
Transcript of Analisis Kinerja dengan Menggunakan Metode Balanced ...€¦ · Analisis Kinerja dengan Menggunakan...
Analisis Kinerja dengan Menggunakan Metode Balanced Scorecard
(Studi Kasus pada PT Bukit Asam (Persero) Tbk)
Hikmah Aulia Rosyada
(Fakultas Ekonomi – Universitas Trisakti)
ABSTRACT
In era globalization, the world of business experienced growth to resulting in an increasingly
competitive conditions competition. Accordingly, the performance appraisal system is needed
that describes the condition of the company's performance accurately.
The Balanced scorecard is one of the alternative performance measure that aims to combine the
size of financial and non financial performance. There are four aspects that are measured in the
balanced scorecard is a financial perspective, customer perspective, internal business process
perspective, growth and learning perspective.
Based on explanation concept, the author will try to measures performance at PT Bukit Asam
(Persero) Tbk from 2012 to 2014 by balanced scorecard concept.
Keywords : performance appraisal, balanced scorecard, financial perspective, customers
perspective, internal business process perspective, learnings and growth
perspective
BAB I
PENDAHULUAN
Alat ukur kinerja perusahaan perlu penyesuaian sesuai dengan perkembangan zaman
yang begitu pesat dan persaingan yang begitu ketat. Pengukuran kinerja dengan menggunakan
pendekatan tradisional adalah pengukuran yang paling mudah dilakukan perusahaan karena
hanya bersumber dari keuangan perusahaan saja. Pengukuran dengan menggunakan pendekatan
tradisional menyebabkan orientasi perusahaan hanya berfokus pada jangka pendek dan
cenderung mengabaikan keberlangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang.
Oleh karena itu dibutuhkan suatu alat untuk mengukur kinerja sehingga dapat diketahui
sejauh mana strategi dan sasaran yang telah ditentukan dapat tercapai. Penilaian kinerja
memegang peranan penting dalam dunia usaha, dikarenakan dengan dilakukanya penilaian
kinerja dapat diketahui efektivitas dari penetapan suatu strategi dan penerapannya dalam kurun
waktu tertentu. Penilaian kinerja dapat mendeteksi kelemahan atau kekurangan yang masih
terdapat dalam perusahaan, untuk selanjutnya dilakukan perbaikan dimasa mendatang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Pengukuran Kinerja
2.1.1 Pengertian Pengukuran Kinerja
Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran mengenai keadaan keuangan suatu
perusahaan dalam periode tertentu yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan.
Mulyadi (2001) mengatakan bahwa kinerja adalah keberhasilan personel, tim, atau unit
organisasi dalam mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan
perilaku yang diharapkan.
Mulyadi (2007) mengungkapkan penilaian kinerja sebagai penentu secara periodik
efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan karyawan berdasarkan sasaran,
standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
2.1.2 Tujuan Sistem Pengukuran Kinerja
Tujuan sistem pengukuran kinerja menurut Robert & Anthony (2001) adalah untuk
membantu dalam menetapkan strategi. Terdapat empat konsep dasar dalam sistem pengukuran
kinerja :
1. Menentukan strategi
2. Menentukan pengukuran strategi
3. Mengintegrasikan pengukuran ke dalam sistem manajemen
4. Mengevaluasi pengukuran hasil secara berkesinambungan
2.1.3 Manfaat Pengukuran Kinerja
Menurut Mulyadi (2001) manfaat sistem pengukuran kinerja adalah sebagai berikut :
1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan
secara maksimum.
2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti promosi,
pemberhentian dan mutasi.
3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan
kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.
4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai
kinerja mereka.
5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
6. Penghargaan digolongkan dalam dua kelompok, yaitu :
a. Penghargaan intrinsik
b. Penghargaan ekstrinsik
2.1.4 Kelemahan Pengukuran Kinerja
Menurut Kaplan dan Norton (2000) bahwa kelemahan-kelemahan pengukuran kinerja
yang menitik beratkan pada kinerja keuangan yaitu :
1. Ketidakmampuan mengukur kinerja harta-harta tidak tampak (intangible assets) dan harta-
harta intelektual (sumber daya manusia) perusahaan.
2. Kinerja keuangan hanya mampu bercerita mengenai sedikit masa lalu perusahaan dan tidak
mampu sepenuhnya menuntun perusahaan ke arah yang lebih baik.
2.1.5 Jenis-Jenis Pengukuran Kinerja
Menurut Gunawan (2015) jenis-jenis pengukuran kinerja dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Balanced Scorecard
2. Performance Prism Performance
3. Integrated Performance Measurement System (IPMS)
2.2 Balanced Scorecard
2.2.1 Pengertian Balanced Scorecard
Konsep balanced scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan implementasi
konsep tersebut. Menurut Mulyadi (2001) balanced scorecard terdiri dari dua kata yaitu :
a. Kartu skor (scorecard) yaitu kartu yang digunakan untuk mencatat skor hasil kinerja
seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk merencanakan skor yang hendak
diwujudkan oleh personel di masa depan.
b. Berimbang (balanced) yaitu menunjukkan bahwa kinerja personel atau karyawan diukur
secara seimbang dari dua aspek : keuangan dan non keuangan, jangka pendek dan jangka
panjang, intern dan ekstern.
Menurut Umar (2002) balanced scorecard merupakan penekanan pendekatan pada
perbaikan yang berkesinambungan (continuous improvement), bukan hanya sekedar pada
pencapaian suatu tujuan yang sempit, seperti laba sekian miliar rupiah. Perbaikan yang
berkesinambungan ini penting agar organisasi dapat bersaing.
Menurut Kaplan dan Norton (2000) balanced scorecard merupakan ukuran kinerja
keuangan saja tidaklah cukup untuk menilai kinerja perusahaan yang diharapkan berhasil di masa
depan tetapi juga harus memperhatikan empat aspek ukuran kinerja yaitu : perspektif keuangan,
perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan.
Menurut Mulyadi (2001) bahwa balanced scorecard merupakan seperangkat peralatan
manajemen yang digunakan untuk mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipat gandakan
kinerja keuangan yang mencakup empat perspektif yaitu : keuangan, konsumen, proses bisnis /
internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan.
Yuwono (2003) mengemukakan balanced scorecard merupakan suatu sistem
manajemen, pengukuran dan pengendalian secara cepat, tepat, dan komprehensif dapat
memberikan pemahaman terhadap manajer tentang performance bisnis.
Menurut Munawir (2002) pengertian balanced scorecard adalah suatu kartu skor yang
digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan,
dan untuk mencatat skor hasil kinerja yang sesungguhnya dicapai oleh seseorang.
Perusahaan menggunakan fokus pengukuran balanced scorecard untuk menghasilkan
proses manajemen. Keempat proses tersebut menurut (Kaplan dan Norton, 2000) adalah :
a. Menterjemahkan visi, misi dan strategi perusahaan.
b. Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategis balanced
scorecard.
c. Merencanakan, menetapkan sasaran, menyelaraskan berbagai inisiatif strategis.
d. Meningkatkan Umpan balik dan pembelajaran strategis.
2.2.2 Keunggulan Balanced Scorecard
Menurut Mulyadi (2001) keunggulan pendekatan balanced scorecard dalam sistem
perencanaan strategik adalah mampu menghasilkan rencana strategik yang memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. Komprehensif
Meluas ke tiga perspektif, yaitu : pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan
pertumbuhan. Perluasan perspektif rencana strategik ke perspektif non keuangan
menghasilkan manfaat, antara lain :
a. Menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka panjang.
b. Menumpukan perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang kompleks.
2. Koheren
Sasaran strategis yang ada di setiap perspektif balanced scorecard memiliki hubungan sebab
akibat (causal relationship) baik secara langsung maupun tidak langsung yang kesemuanya
bermuara pada sasaran strategi yang ada di perspektif keuangan.
3. Seimbang
Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan strategik penting
untuk menghasilkan kinerja keuangan berjangka panjang.
4. Terukur
Semua strategi yang ditetapkan di tiap perspektif balanced scorecard memiliki tolok ukur
masing-masing. Sasaran strategis yang ada di perspektif non keuangan merupakan hal yang
tidak mudah diukur, namun dalam pendekatan balanced scorecard sasarna-sasaran strategis
pada perspektif pelanggan, proses bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan.
2.2.3 Manfaat Balanced Scorecard
Manfaat Balanced Scorecard bagi perusahaan menurut Kaplan dan Norton (2000) adalah
sebagai berikut :
a. Balanced scorecard mengintegrasikan strategi dan visi perusahaan untuk mencapai tujuan
jangka pendek dan jangka panjang.
b. Balanced scorecard memungkinkan manajer untuk melihat bisnis dalam perspektif keuangan
dan non keuangan (pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran dan pertumbuhan).
c. Balanced scorecard memungkinkan manajer menilai apa yang telah mereka investasikan
dalam pengembangan sumber daya manusia, sistem dan prosedur demi perbaikan kinerja
perusahaan dimasa mendatang.
d. Membangun balanced scorecard, sebelum balanced scorecard diterapkan oleh suatu
organisasi, organisasi terlebih dahulu harus membangun atau menyusun balanced scorecard.
2.2.4 Langkah-langkah Membangun Balanced Scorecard
Menurut Kaplan dan Norton (2000), terdapat proses empat langkah yang digunakan
perusahaan untuk membangun sebuah balanced scorecard yang berhasil yaitu :
1. Menentukan arsitektur ukuran
2. Membangun konsensus di seputar tujuan strategis
3. Memilih dan merancang ukuran
4. Membuat rencana pelaksanaan
2.3 Perspektif Balanced Scorecard
2.3.1 Perspektif Keuangan
Menurut Kaplan dan Norton (2000) pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan
adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis yaitu :
1. Tahap Pertumbuhan (Growth)
2. Tahap Bertahan (Sustained)
3. Tahap Panen (Harvest)
Menurut Brigham et.al dalam Himawan dan Juarsah (2005) dijelaskan bahwa pengukuran
perspektif keuangan dapat diukur dengan jenis-jenis rasio di bawah ini :
a. Liquidity Ratio
b. Asset Management Ratio
c. Debt Management Ratio
d. Profitability Ratio
2.3.2 Perspektif Pelanggan
Menurut Kaplan dan Norton (2000) terdapat dua kelompok pengukuran perspektif
pelanggan, yaitu :
1. Kelompok Pengukuran Inti (Care Measurement Group), ada lima tolak ukur :
a. Market Share (pangsa pasar)
b. Customer Acquisition (akuisisi pelanggan)
c. Customer Retention (retensi pelanggan)
d. Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan)
e. Customer Profitability (profitabilitas pelanggan)
2. Proporsi Nilai Pelanggan (Customer Value Proposition), ada tiga kategori atribut yang
disajikan perusahaan, yaitu :
a. Product or Services Atributes (Atribut Produk atau Jasa)
b. Customer Relationship (Hubungan dengan Pelanggan)
c. Image and Reputation (Reputasi dan Citra Perusahaan)
2.3.3 Perspektif Proses Bisnis Internal
Menurut Kaplan dan Norton (2000) ada tiga pengukuran dalam perspektif proses bisnis
internal, yaitu :
a. Proses Inovasi
b. Proses Operasi
c. Proses Layanan Purna Jual
2.3.4 Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Menurut Kaplan dan Norton (2000), Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran adalah
proses mengidentifikasi infrastruktur yang harus dibangun perusahaan dalam menciptakan
pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Dalam perspektif ini, terdapat tiga
dimensi penting yang harus diperhatikan untuk melakukan penilaian kinerja adalah people,
system, dan organizational procedure (Kaplan dan Norton, 2000) yaitu :
1. People
Dalam hal ini people dimaksudkan sebagai tenaga kerja pada perusahaan. Dalam kaitan
dengan sumber daya manusia ada tiga hal yang perlu ditinjau dalam menerapkan balanced
scorecard yaitu :
a. Tingkat Kepuasan Karyawan
b. Tingkat Perputaran Karyawan (Retensi Karyawan)
c. Tingkat Produktivitas Karyawan
2. System
Dalam hal ini System merupakan suatu sistem informasi yang dibutuhkan oleh karyawan.
Karyawan di bidang operasional memerlukan informasi yang cepat, tepat waktu, dan akurat
sebagai umpan balik.
3. Organizational Procedure
Prosedur yang dilakukan suatu organisasi perlu diperhatikan untuk mencapai suatu kinerja
yang handal. Karena apabila mereka tidak dimotivasi untuk bertindak selaras dengan tujuan
perusahaan atau apabila mereka tidak diberikan kebebasan untuk mengambil keputusan
bertindak, maka hal tersebut akan mempengaruhi kinerja perusahaan.
2.4 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Hasil
Novella
Aurora
(2010)
Penerapan Balanced Scorecard
sebagai Tolok Ukur Penilaian
kinerja pada RSUD Tugurejo
Semarang Barutama Kudus
Kinerja rumah sakit sesudah menggunakan BSC
dan analisis kinerja rumah sakit sebelum
menggunakan BSC, dapat terlihat bahwa skor
sesudah menggunakan BSC lebih tinggi
dibandingkan kinerja rumah sakit sebelum
menggunakan BSC.
Ahmad Falah
Rusdiyanto
(2010)
Analisis Kinerja dengan
Pendekatan Balanced Scorecard
pada PDAM
Kinerja perusahaan berdasarakan BSC dengan
emapat perspektif, secara keseluruhan hasil analisis
dengan BSC pada PDAM Kab.Semarang
menunjukkan hasil kinerja yang berkategori baik.
Sri Wahyuni
(2011)
Analisis Balanced Scorecard
Sebagai Alat Pengukuran
Kinerja pada PT Semen Bosowa
Maros
Kinerja perusahaan PT Semen Bosowa Maros
dengan metode balanced scorecard secara
keseluruhan dapat dikatakan cukup baik.
Mahavira
Citrawati
(2011)
Analisis Penilaian Kinerja
Perusahaan Yang Diukur dengan
Konsep Balanced Scorecard
pada PT Pura Kabupaten
Semarang
Dengan menggunakan konsep balance scorecard
secara keseluruhan kinerja perusahaan PT Pura
Barutama dapat dikatakan cukup baik.
Sumber : Dikembangkan untuk kepentingan penelitian
2.5 Kerangka Pemikiran
Untuk memudahkan penelitian, maka akan digambarkan dalam kerangka pemikiran
seperti gambar dibawah ini :
Gambar 2.5
Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kantor pusat PT Bukit Asam (Persero) Tbk yang berlokasi Jl.
Parigi No. 1 Tanjung Enim, Sumatera Selatan dengan pertimbangan bahwa selain sangat relevan
dengan permasalahan yang diteliti, juga dapat memudahkan peneliti dalam mendapatkan data
atau informasi yang dibutuhkan.
3.2 Metode Pengumpulan Data
a. Tinjauan Pustaka
Bentuk penelitian yang dilakukan dengan membaca literatur-literatur, karangan ilmiah serta
berbagai bahan pustaka lainnya yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi ini.
Tinjauan pustaka yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengumpulkan landasan-
landasan teori yang dapat menunjang penelitian.
b. Dokumentasi
Pada penelitian ini, peneliti mengumpulkan data berupa laporan keuangan dan laporan laba
rugi perusahaan, data karyawan, data pelatihan karyawan, serta data-data lain yang berkaitan
dengan penelitian ini.
3.3 Jenis dan Sumber Data
3.3.1 Jenis Data yang Digunakan
a. Data Kuantitatif
Yaitu data berupa angka-angka secara tertulis seperti : data neraca, laporan laba rugi, serta
data-data lain yang terkait dengan penelitian yang digunakan untuk perhitungan rasio pada
Penilaian Kinerja
Balanced
Scorecard
Perspektif
Keuangan
Perspektif
Pelanggan
Perspektif
Proses Bisnis
Internal
Perspektif
Pembelajaran dan
Pertumbuhan
perspektif keuangan. Dalam penelitian analisis kuantitatif menggunakan perhitungan rasio-
rasio kemudian diberikan penjelasan mengenai perhitungan tersebut.
b. Data Kualitatif
Yaitu data yang tidak berbentuk angka-angka dan tidak dapat dihitung dengan satuan hitung.
Dalam penelitian ini yang termasuk data kualitatif yaitu sejarah berdirinya perusahaan, data
anak perusahaan, visi dan misi perusahaan, dan struktur organisasinya, serta digunakan untuk
menginterpretasikan hubungan antar empat perspektif dalam balanced scorecard yaitu
perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif bisnis internal, serta perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan. Kemudian dijelaskan dengan perbandingan dari tahun ke
tahun yang didasarkan pada data analisis kuantitatif.
3.3.2 Sumber Data yang Digunakan
Sumber data yang digunakan dari penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan
sumber data penelitian yang peneliti peroleh secara tidak langsung melalui media perantara atau
diperoleh dan dicatat dari pihak lain. Diantaranya : sejarah singkat PT Bukit Asam (Persero)
Tbk, data anak perusahaan, visi dan misi perusahaan dari website resmi perusahaan. Laporan
Rugi Laba tahun 2012 s/d 2014, Neraca tahun 2012 s/d 2014 dari Annual Report perusahaan,
serta data-data lainnya yang mendukung penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Menurut Sugiyono (2009) analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain secara sistematis
sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan
deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2009) metode deskriptif adalah
metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi
tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Dalam penelitian ini peneliti
mendeskripsikan kinerja perusahaan melalui metode balanced scorecard yang terdiri dari empat
perspektif.
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengukuran Kinerja Perspektif Keuangan
a) Return on Assets (ROA)
Analisis Return on Assets (ROA) menggambarkan perbaikan atas kinerja operasi dan
mengukur efisiensi dari penggunaan total aktiva untuk menghasilkan profit.
PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK
RETURN ON ASSET (ROA)
PERIODE 2012-2014
(DALAM JUTAAN RUPIAH)
Tahun Net Income Total Asset ROA (%)
2012 2.909.421 12.728.981 22,8
2013 1.854.281 11.677.155 15,8
2014 2,019,214 14.812.023 13,6 Sumber : Hasil Olahan Data
Berdasarkan analisis tabel diatas menunjukkan terjadinya penurunan dari tahun ke
tahun. Pada tahun 2013 Return on Asset-nya sebesar 15,8% yang menurun dari tahun 2012
yaitu sebesar 22,8%. Pada tahun 2014 Return on Asset-nya juga mengalami penurunan yaitu
sebesar 13,6%. Berdasarkan perhitungan ROA diatas dapat dilihat bahwa kinerja perusahaan
menurun dan belum mampu efisien dalam menggunakan total aktivanya, karena ROA
digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
b) Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih yang diukur dari perbandingan antara laba bersih setelah pajak (net income) dengan
jumlah ekutias.
PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK
RASIO RETURN ON EQUITY (ROE)
PERIODE 2012-2014
(DALAM JUTAAN RUPIAH)
Tahun Net Income Equity Capital ROE (%)
2012 2.909.421 8.505.169 34,2
2013 1.854.281 7.551.569 24,5
2014 2,019,214 8,670,842 23,2 Sumber : Hasil Olahan Data
Berdasarkan analisis tabel tersebut menunjukkan bahwa Return on Equity untuk tahun
2012 sebesar 34,5%. ROE tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 24,5% diikuti dengan
net income dan equity capital yang juga menurun, sedangkan untuk ROE tahun 2014 juga
mengalami penurunan sebesar 23,2%. Penurunan ROE dari tahun ke tahun yang terjadi pada
perusahaan PT Bukit Asam (Persero) Tbk menunjukkan penurunan kinerja perusahaan
dalam mengelola modalnya untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham.
c) Total Assets Turnover (TATO)
Total Assets Turnover (TATO) adalah ukuran yang digunakan untuk mengukur tingkat
efisiensi penggunaan keseluruhan aset perusahaan dalam menghasilkan volume penjualan
tertentu.
PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK
RASIO TOTAL ASSET TURNOVER (TATO)
PERIODE 2012-2014
(DALAM JUTAAN RUPIAH)
Tahun Net Sales Total Asset TATO (%)
2012 11.594.057 12.728.981 91,0
2013 11.209.219 11.677.155 95,9
2014 13,077,962 14.812.023 88,2 Sumber : Hasil Olahan Data
Berdasarkan tabel tersebut yakni perhitungan Total Asset Turnover pada tahun 2012
sebesar 91,0%, pada tahun 2013 Total Asset Turnover perusahaan mengalami peningkatan
sebesar 95,9% yang berarti perusahaan semakin efisien dalam menggunakan keseluruhan
asset di dalam menghasilkan penjualan. Namun tahun 2014 mengalami penurunan menjadi
88,2% yang berarti adanya penurunan efisiensi penggunaan asset perusahaan dalam
menghasilkan volume penjualan.
d) Profit Margin on Sales (PMOS)
Profit Margin on Sales (PMOS) adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan
untuk memperoleh laba bersih setelah pajak (net income) dari setiap penjualan.
PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK
PROFIT MARGIN ON SALES (PMOS)
PERIODE 2012-2014
(DALAM JUTAAN RUPIAH)
Tahun Net Income Total Sales PMOS (%)
2012 2.909.421 11.594.057 25,0
2013 1.854.281 11.209.219 16,5
2014 2.019.214 13.077.962 15,4 Sumber : Hasil Olahan Data
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa perhitungan Profit Margin on Sales
pada tahun 2013 mengalami penurunan yaitu sebesar 16,5% dari tahun 2012 sebesar 25,0%,
dan pada tahun 2014 Profit Margin on Sales-nya juga mengalami penurunan sebesar 15,4%.
Semakin tinggi rasio PMOS, menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang
tinggi pada tingkat penjualan tertentu, sebaliknya menurunnya rasio PMOS menandakan
penjualan yang terlalu rendah untuk tingkat biaya tertentu, atau biaya yang terlalu tinggi
untuk tingkat penjualan tertentu, atau kombinasi dari kedua hal tersebut. Turunnya rasio
PMOS selama tiga periode ini menunjukkan menurunnya kinerja perusahaan, artinya
penurunan ini menunjukkan ketidakefisienan perusahaan.
e) Sales Growth
Sales Growth (SG) digunakan untuk melihat seberapa besar pertumbuhan penjualan
perusahaan dibandingkan periode sebelumnya.
PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK
SALES GROWTH (SG)
PERIODE 2012-2014
(DALAM JUTAAN RUPIAH)
Tahun
Penjualan
Periode
Sekarang
Penjualan
Periode
Sebelumnya
Sales
Growth (%)
2012 11.594.057 10.581.570 9,5
2013 11.209.219 11.594.057 (3,3)
2014 13,077,962 11.209.219 16,6 Sumber : Hasil Olahan Data
Berdasarkan tabel Sales Growth diatas, Sales Growth pada tahun 2012 yaitu sebesar
9,5%. Pada tahun 2013 Sales Growth-nya menurun sebesar (3,3%) lalu Sales Growth-nya
meningkat signifikan di tahun 2014 sebesar 16,6%. Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan
sudah cukup baik karena di tahun 2014 sudah menunjukkan tren positif dibanding periode
sebelumnya.
f) Current Ratio (CR)
Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban lancar. Rasio ini
memperbandingkan jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar.
PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK
CURRENT RATIO (CR)
PERIODE 2012-2014
(DALAM JUTAAN RUPIAH)
Tahun Current
Assets
Current
Liabilities Current Ratio (%)
2012 8.718.297 1.770.664 492,3
2013 6.479.783 2.260.956 286,5
2014 7.416.805 3.574.129 207,5 Sumber: Hasil Olah Data
Berdasarkan tabel Current Ratio tersebut, Current Ratio secara berturut-turut
menurun. Pada tahun 2012 sebesar 492,3%, di tahun 2013 sebesar 286,5%, dan sebesar
207,5% di tahun 2014. Pengukuran ini bertujuan untuk menandakan seberapa jauh
perusahaan dapat melunasi hutang jangka pendeknya. Berdasarkan penurunan Current Ratio
selama tiga periode tersebut, kinerja perusahaan menurun setiap tahunnya, artinya
kemampuan perusahaan dalam melunasi hutang jangka pendeknya semakin menurun.
g) Debt Ratio (DR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai
dengan total hutang.
PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK
DEBT RATIO (DR)
PERIODE 2012-2014
(DALAM JUTAAN RUPIAH)
Tahun Total Debt Total Assets Debt Ratio (%)
2012 4.223.812 12.728.981 33,1
2013 4.125.586 11.677.155 35,3
2014 6.141.181 14.812.023 41,4 Sumber: Hasil Olah Data
Berdasarkan tabel Debt Ratio diatas menunjukkan terjadinya peningkatan setiap
tahunnya, yakni 33,1% di tahun 2012, 35,3% di tahun 2013, dan 41,4% di tahun 2014. Hal
ini mencerminkan kinerja perusahaan meningkat setiap tahunnya, karena peningkatan ini
menandakan meningkatnya keuntungan yang diperoleh perusahaan dari jumlah modal
pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva yang dihasilkan.
4.2 Pengukuran Kinerja Perspektif Pelanggan
a) Pangsa Pasar (Market Share)
Pangsa Pasar (Market share) digunakan untuk mengetahui seberapa luas tingkat penguasaan
pangsa pasar yang dikuasai oleh suatu perusahaan.
PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK
KOMPOSISI PENJUALAN DOMESTIK DAN EKSPOR
PERIODE 2012-2014
(DALAM TON)
Pasar 2012 2013 2014
Domestik 8.427.779 8.170.818 9.300.547
Ekspor 6,906,994 9.589.337 8.664.003
Total Penjualan 15.334.773 17.760.155 17.964.551 Sumber : PT Bukit Asam (Persero) Tbk Annual Report 2014
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa terjadinya peningkatan penjualan
setiap tahunnya. Volume panjualan tahun 2013 mengalami kenaikan 16%, dari 15,33 juta ton
tahun 2012 menjadi 17,76 juta ton di tahun 2013. Tahun 2014, perusahaan berhasil
mempertahankan tren peningkatan penjualan seperti tahun-tahun sebelumnya. Sepanjang
tahun 2014, volume penjualan total yang berhasil dibukukan perusahaan mencapai 17,96 juta
ton atau 94,28% dari target 19,05 juta ton. Jumlah tersebut meningkat 1,15% jika
dibandingkan dengan penjualan total tahun 2013 yang mencapai 17,76 juta ton. Kenaikan
volume penjualan tersebut berasal dari peningkatan volume penjualan domestik sebesar 14%
dari 8,16 juta ton pada tahun 2013 menjadi 9,3 juta ton pada tahun 2014 atau 99% dari target
9,39 juta ton. Kenaikan volume penjualan selama tiga tahun berturut-turut ini mencerminkan
kinerja perusahaan sudah baik.
b) Profitabilitas Pelanggan (Customer Profitability)
Profitabilitas Pelanggan (Customer Profitability) digunakan untuk mengukur seberapa besar
keuntungan yang berhasil dicapai PT Bukit Asam (Persero) Tbk dari pendapatan penjualan
yang ditawarkan kepada pelanggan.
PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK
CUSTOMER PROFITABILITY
PERIODE 2012-2014
(DALAM JUTAAN RUPIAH)
Tahun Laba Bersih
Sebelum Pajak Penjualan Bersih
Customer
Profitability (%)
2012 3.911.587 11.594.057 33,7
2013 2.461.362 11.209.219 21,9
2014 2.674.726 13,077,962 20,4 Sumber : Hasil Olahan Data
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa perhitungan Customer Profitability
diatas pada 3 tahun terakhir mengalami penurunan. Pada tahun 2012 sebesar 33,7%
keuntungan yang berhasil di dapat perusahaan, tahun 2013 keuntungan yang diterima sebesar
21,9%, dan tahun 2014 sedikit menurun menjadi 20,4%. Kinerja perusahaan berdasarkan
tabel diatas dengan menggunakan tolak ukur Customer Profitability menunjukkan kinerja
perusahaan menurun, karena keuntungan yang berhasil dicapai PT Bukit Asam (Persero) Tbk
dari pendapatan penjualan yang ditawarkan kepada pelanggan mengalami penurunan.
c) Penghargaan
Tolok ukur yang digunakan adalah banyaknya penghargaan yang diterima oleh perusahaan.
Penghargaan merupakan citra dan reputasi yakni bentuk apresiasi pihak luar atas kinerja yang
telah dilakukan oleh perusahaan. Semakin banyak penghargaan yang diterima oleh suatu
perusahaan, maka hal ini menunjukkan perusahaan tersebut telah dipercaya dan dihargai oleh
para pemangku kepentingan sebagai perusahaan yang professional (Christina, 2013).
PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK
JUMLAH PENGHARGAAN
PERIODE 2012-2014
Tahun Penghargaan yang Diterima
2012 17
2013 24
2014 14 Sumber : Website PT Bukit Asam (Persero) Tbk
Berdasarkan tabel diatas, penghargaan yang diterima perusahaan meningkat di tahun
2013 sebanyak 24 penghargaan dari tahun sebelumnya yaitu sebanyak 17 penghargaan. Dan
penghargaan di tahun 2014 menurun menjadi 14 penghargaan yang diterima. Banyaknya
penghargaan yang diterima perusahaan mencerminkan apresiasi yang diberikan pihak luar
terhadap kinerja perusahaan PT Bukit Asam (Persero) Tbk.
4.3 Pengukuran Kinerja Perspektif Proses Bisnis Internal
a) Inovasi
Inovasi dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK
INOVASI PERUSAHAAN
PERIODE 2012-2014
No. Inovasi- Inovasi Perusahaan
1 Membangunan PLTU Tanjung ENIM 3x10 MW, PLTU Tarahan 2x8
MW untuk, PLTU Peranap 2x10 MW, PLTU Banjarsari 2x110 MW Memenuhi kebutuhan listrik
2 Pengembangan benefisiasi batubara Meningkatkan nilai tambah batubara
3 Melakukan sistem Back Filling Menimbun lahan bekas tambang dan memperpendek
jarak angkut dari lokasi
4 Melakukan upgrade Link 20 CHF Meningkatkan efisiensi operasional
5 Mengoperasikan Bucket Wheel Excavator (BWE) dan Conveyor Belt
System
Menggantikan penggunaan Shovel & Truck, yang berdampak positif pada penurunan biaya bahan bakar
untuk operasional tambang.
6 Menggunakan aplikasi sistem teknologi informasi yang disebut
Supply Chain Management System Meningkatkan akurasi pemantauan volume dan
kualitas persediaan
7 Perbaikan dan pemasangan magnet separator Mendeteksi besi-besi yang terangkut agar dapat
dipisahkan dengan batubara
8 Melakukan modifikasi, perbaikan, penambahan dan pembuatan
peralatan Rotary Car Dumper (RCD) dan sejenisnya Meningkatkan efisiensi operasional
9 Mengelolaan lumpur dengan sistem gravitasi Menggantikan metode konvensional yang
menggunakan pompa atau metode shovel & truck
10
Memperbesar kapasitas tamping temporary stockpile dan
membangun Train Loading Station (TLS) baru termasuk pemasangan
unit back up hydraulic
Meningkatkan efisiensi operasional
11 Membangunan dermaga baru Meningkatkan kapasitas sandar pelabuhan Tarahan
agar mampu melayani kapal berukuran 210.000 DWT
12 Meningkatkan kapasitas stockpile dan conveyor system Mendukung peningkatan kapasitas di pelabuhan
Tarahan
13 Meningkatkan kinerja pengelolaan stockpile, stock opname dan
monitoring persediaan barang dan suku cadang Meningkatkan efektivitas sistem kerja
Sumber: PT Bukit Asam (Persero) Tbk
Berdasarkan tabel Inovasi tersebut menunjukkan bahwa perusahaan berupaya untuk
meningkatkan kinerja perusahaan dengan melakukan inovasi-inovasi yang dapat meningkatkan
kinerja perusahaan untuk mengoptimalkan pelayanan kepada pelanggan perusahaan PT Bukit
Asam (Persero) Tbk.
b) Operasi
Dalam tolak ukur ini, perusahaan PT Bukit Asam (Persero) Tbk mengimplementasikan
Supply Chain Management System (SCMS) yang terdiri dari lima tahap :
PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK
SUPPLY CHAIN MANAGEMENT SYSTEM
PERIODE 2012-2014
Tahap
pertama
Phase Mine to Train Loading
Station (TLS)
Menangani material/ batubara mulai area tambang
hingga Stockpile/ TLS
Tahap
kedua Phase TLS to Port
Menangani batubara mulai dari TLS sampai dengan
Pelabuhan
Tahap
ketiga Marketing dan Penagihan
Pengelolaan pemasaran dan penjualan batubara serta
proses penagihan
Tahap
keempat Integrasi dan Keuangan
Mengintegrasikan SCMS dengan sistem lainnya
yang ada di PTBA termasuk dengan sistem
keuangan
Tahap
kelima
Optimasi dan Executive
Information System (EIS)
Mengimplementasikan modul optimasi dan
Executive Information System (EIS) Sumber: Annual Report PT Bukit Asam (Persero) Tbk
Berdasarkan tabel SCMS di atas, perusahaan melakukan tahapan-tahapan tersebut guna
menyampaikan produk kepada pelanggan yang ada secara efisien, konsisten, dan tepat waktu.
Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan PT Bukit Asam (Persero) Tbk sudah baik.
c) Layanan Purna Jual
Perusahaan mengutamakan prinsip transparansi dan responsibilitas dalam memberikan
layanan kepada pelanggan demi memenuhi komitmen layanan terbaik. Perusahaan
memberikan tanggapan yang cepat terhadap setiap permintaan dan keluhan konsumen
sebagai bagian dari komitmen pelayanan perusahaan. Untuk menjamin pelayanan pada
pelanggan, perusahaan membuka layanan pengaduan melalui saluran telepon, email maupun
surat.
Selama tahun 2014 perusahaan tidak menerima pengaduan dari pelanggan. Selama
tahun 2013 perusahaan menerima satu kali pengaduan dari pelanggan yang seluruhnya telah
di tindaklanjuti dan diselesaikan. Di tahun 2012 perusahaan menerima sepuluh kali
pengaduan dari pelanggan dan seluruhnya telah di tindaklanjuti dan diselesaikan.
Dilihat dari tiga tahun terakhir, pengaduan yang diterima perusahaan menurun setiap
tahunnya. Hal ini menunjukkan kinerja perusahaan berdasarkan tolak ukur Layanan Purna
Jual sudah baik.
4.4 Pengukuran Kinerja Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
a) Program Pelatihan Karyawan (Employee Training Program)
Pengukuran kinerja dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran dapat dilakukan dengan
cara memberi kesempatan yang sama kepada seluruh pegawai untuk mengikuti program
pelatihan dan pengembangan SDM, tanpa memperhatikan gender, ras dan agama.
PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK
REALISASI PROGRAM PELATIHAN KARYAWAN
PERIODE 2012-2014
Tahun Rencana Terealisasi
2012 2052 2388
2013 3196 5666
2014 2686 2862 Sumber : Hasil PT Bukit Asam (Persero) Tbk
Berdasaran tabel tersebut, pencapaian pelatihan pada tahun 2012 terealisasi 2388
orang dari rencana 2052 orang atau melebihi target dari rencana sebesar 116%. Untuk tahun
2013 pelatihan tenaga kerja menargetkan 3196 orang dan terealisasi 5666 orang atau
melebihi target dari rencana sebesar 177%. Pelatihan tenaga kerja pada tahun 2014 yang
terealisasi 2862 orang dari rencana 2686 orang atau presentasi realisasi terhadap rencana
sebesar 107% yang artinya melebihi target. Hal ini menunjukkan perusahaan memperhatikan
kualitas dari karyawannya dengan cara mengembangkan sumber daya manusia yang
dimilikinya.
b) Retensi Karyawan (Employee Retention)
Retensi karyawan (Employee Retention) adalah tingkat perputaran karyawan yang
merupakan kemampuan perusahaan untuk mempertahankan selama mungkin pekerja yang
diminati perusahaan.
PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK
PENGURANGAN KARYAWAN
PERIODE 2012-2014
(DALAM ORANG)
Tahun TDH RD AL UZ DH MD Jumlah Pengurangan
Karyawan
2012 1 0 125 0 6 17 149
2013 0 0 125 0 2 14 141
2014 0 0 192 0 3 12 207 Sumber: Manajemen Kepegawaian SDM PT Bukit Asam (Persero) Tbk
Keterangan :
TDH : Tidak Dengan Hormat DH : Dengan Hormat
AL : Alami MD : Meninggal Dunia
UZ : Uzur RD : Redudansi
PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK
RETENSI KARYAWAN
PERIODE 2012-2014
Tahun Karyawan yang
Keluar
Jumlah
Karyawan Retensi Karyawan (%)
2012 149 2.953 5,0%
2013 141 3.115 4,5%
2014 207 2.903 7,1% Sumber : Hasil Olahan Data dari Satuan Kerja Administrasi Kepegawaian
Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel retensi karyawan diatas bahwa tingkat
perputaran karyawan pada tahun 2012 sebesar 5,0%, di tahun 2013 menurun menjadi 4,5%
dan meningkat signifikan menjadi 7,1% di tahun 2014.
Banyaknya karyawan yang keluar dari perusahaan di dominasi dengan alasan pensiun
alami dengan komposisi 125 orang di tahun 2012 dan 2013, sebanyak 192 orang di tahun
2014. Tentu hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak dapat mempertahankan
pegawainya yang sudah waktunya pensiun selama mungkin bekerja di perusahaan.
c) Produktivitas Karyawan (Employee Productivity)
Tolak ukur ini digunakan untuk mengukur tingkat produktivitas kinerja karyawan perusahaan
PT Bukit Asam (Persero) Tbk dalam bekerja.
PT BUKIT ASAM (PERSERO) TBK
PRODUKTIVITAS KARYAWAN
PERIODE 2012-2014
Tahun Laba Bersih Sebelum
Pajak
Jumlah
Karyawan
Tingkat Produktivitas
Karyawan
2012 Rp 3.911.587 Juta 2.953 Rp 1324,61 Juta
2013 Rp 2.461.362 Juta 3.115 Rp 790,16 Juta
2014 Rp 2.674.726 Juta 2.903 Rp 921,36 Juta Sumber : Hasil Olahan Data
Dari tabel di atas terlihat bahwa tingkat produktivitas karyawan secara global
mengalami penurunan di tahun 2013 dan mengalami peningkatan di tahun 2014. Tingkat
produktivitas karyawan pada tahun 2012 yaitu sebesar Rp 1324,61 juta, yang artinya setiap
karyawan mengkontribusikan pendapatan kepada perusahaan sebesar Rp 1324,61 juta. Di
tahun 2013 tingkat produktivitas karyawan yaitu sebesar Rp 790,16 juta, yang artinya setiap
karyawan mengkontribusikan pendapatan kepada perusahaan sebesar Rp 790,16 juta. Di
tahun 2014 yang merupakan peningkatan dari tahun 2013 memiliki tingkat produktivitas
sebesar Rp 921,36 juta, yang artinya setiap pekerja mengkontribusikan pendapatan kepada
perusahaan sebesar Rp 921,36 juta. Kinerja perusahaan PT Bukit Asam (Persero) Tbk
berdasarkan tolak ukur produktifitas karyawan sudah cukup baik, karena tingkat produktifitas
karyawannya fluktuatif.
d) Sistem Informasi
Sejalan dengan visi menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan,
perusahaan mengembangkan sistem teknologi informasi yang handal dan dapat mendukung
kinerja perusahaan agar memiliki keunggulan kompetitif di pasar global.
Perusahaan memerlukan perencanaan strategis teknologi informasi yang
komprehensif yang akan menjadi pedoman utama dalam pengembangan TI perusahaan.
Sistem yang dilakukan perusahaan PT Bukit Asam (Persero) Tbk adalah sebagai berikut :
1. Sistem E-Success plan yang membantu manajemen mencari kandidat terbaik untuk
menempati suatu jabatan
2. Upgrade fungsionalitas E-Procurement
3. Manajemen risiko berbasis TI
4. Implementasi E-Learning
5. Implementasi upgrade Microsoft infrastruktur, meliputi : upgrade perangkat keras,
upgrade email, implementasi Portal Korporat, implementasi Enterprise Project
Management
6. Upgrade Aplikasi Ellipse ke versi 8 dan diteruskan di tahun 2015
7. Meneruskan rencana pembangunan Aplikasi Geographic Information System (GIS) untuk
Satker Pertahanan, Perencanaan Lingkungan dan CSR
Berdasarkan tujuh sistem pada perusahaan PT Bukit Asam (Persero) Tbk,
menunjukkan bahwa kinerja TI perusahaan dilakukan dengan benar untuk menjaga kinerja
layanan yang baik.
4.5 Rangkuman Hasil Pengukuran Kinerja
Berdasarkan hasil analisis data yang meliputi empat perspektif, yaitu: perspektif
keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan dapat dibuat ringkasan untuk memudahkan membaca hasil analisis data apakah
telah sesuai dengan konsep balanced scorecard. Ringkasan tersebut tampak pada tabel berikut :
PENGUKURAN KINERJA PERUSAHAAN
PT BUKIT ASAM (PERSERO), TBK
PERIODE 2012-2014
No.
Perspektif
Balanced
Scorecard
Balanced Scorecard
PTBA Konsep Balanced Scorecard Kesimpulan
1 Perspektif
Keuangan
• Rerurn on Assets
• Return on Equity
• Total Assets Turnover
• Profit Margin on Sales
• Sales Growth
• Current Ratio
• Debt Ratio
• Liquidity Ratio
• Asset Management Ratio
• Debt Management Ratio
• Profitability Ratio
Sudah sesuai dengan konsep balanced
scorecard. Karena Liquidity Ratio (Current Ratio), Asset Management
Ratio (Total Assets Turnover), Debt
Management Ratio (Debt Ratio), Profitability Ratio (Rerurn on Assets,
Return on Equity, Profit Margin on
Sales), Growth Ratio (Sales Growth).
2 Perspektif Pelanggan
• Pangsa Pasar
• Profitabilitas Pelanggan
• Penghargaan
• Kelompok Pengukuran Inti
(Care Measurement
Group)
• Proporsi Nilai Pelanggan
(Customer Value Proposition)
Sudah sesuai dengan konsep balanced
scorecard. Karena Pangsa Pasar dan
Profitabilitas Pelanggan termasuk dalam Kelompok Inti Pengukuran dan
Penghargaan termasuk dalam Proporsi
Nilai Pelanggan.
3
Perspektif
Proses Bisnis
Internal
• Inovasi
• Operasi
• Layanan Purna Jual
• Inovasi
• Operasi
• Layanan Purna Jual
Sudah sesuai dengan konsep balanced scorecard.
4
Perspektif Pembelajaran
dan
Pertumbuhan
• Program Pelatihan
Karyawan
• Retensi Karyawan
• Produktifitas Karyawan
• Sistem Informasi
• People
• System
• Organizational Procedure
Sudah sesuai dengan konsep balanced
scorecard.
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja PT Bukit Asam
(Persero) Tbk dengan konsep balanced scorecard sudah sesuai dengan konsep balanced
scorecard.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan masalah dan pembahasan pada bab sebelumnya, peneliti dapat
menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Penilaian kinerja dengan menggunakan metode balanced scorecard dapat diukur dengan
menggunakan empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif
proses bisnis internal, serta perspektif pertumbuhan dan pembelajaran.
2. Pengukuran kinerja balanced scorecard PT Bukit Asam (Persero) Tbk sudah sesuai dengan
konsep balanced scorecard.
3. Perspektif Keuangan
Dalam perspektif keuangan, rasio keuangan yang digunakan adalah ROA, ROE, TATO,
PMOS, Sales Growth, Current Ratio, dan Debt Ratio. Penurunan ROA selama tiga periode
berturut-turut menunjukkan bahwa kinerja perusahaan menurun dan belum mampu efisien
dalam menggunakan total aktivanya. Penurunan ROE dari tahun ke tahun yang terjadi pada
perusahaan PT Bukit Asam (Persero) Tbk menunjukkan penurunan kinerja perusahaan dalam
mengelola modalnya untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham. TATO perusahaan
bergerak fluktuatif, peningkatan di tahun 2013 menandakan perusahaan semakin efisien
dalam menggunakan keseluruhan asset di dalam menghasilkan penjualan. Namun tahun 2014
mengalami penurunan yang berarti adanya penurunan efisiensi penggunaan asset perusahaan
dalam menghasilkan volume penjualan. Turunnya rasio PMOS selama tiga periode
imenunjukkan menurunnya kinerja perusahaan, artinya penurunan ini menunjukkan
ketidakefisienan perusahaan. Sales Growth perusahaan bergerak fluktuatif, namun di tahun
2014 sudah menunjukkan tren positif, maka kinerja perusahaan sudah cukup baik karena
adanya perbaiakan ditahun terakhir dibanding periode sebelumnya. Selama tiga periode
Current Ratio PTBA menurun setiap tahunnya, artinya kemampuan perusahaan dalam
melunasi hutang jangka pendeknya semakin menurun. Berdasarkan tolak ukur Debt Ratio,
kinerja perusahaan meningkat setiap tahunnya. Hal ini menandakan meningkatnya
keuntungan yang diperoleh perusahaan dari jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk
investasi pada aktiva yang dihasilkan. Pada perspektif keuangan ini, secara keseluruhan
kondisi finansial perusahaan merupakan dampak dari melemahnya harga batubara dunia. Hal
ini disebabkan karena melimpahnya pasokan batubara dunia yang terus melebihi demand dan
melambatnya kinerja perekonomian dunia.
4. Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, tolak ukur yang digunakan adalah Pangsa Pasar, Profitabilitas
Pelanggan, dan Penghargaan. Besarnya profitabilitas pelanggan yang berhasil di dapatkan
perusahaan dari pendapatan penjualan yang ditawarkan pelanggan masih kurang karena
terjadinya penurunan setiap tahunnya yang menunjukkan kinerja perusahaan menurun,
karena keuntungan yang berhasil dicapai perusahaan dari pendapatan penjualan yang
ditawarkan kepada pelanggan mengalami penurunan. Pangsa Pasar perusahaan PT Bukit
Asam (Persero) Tbk berhasil mempertahankan tren peningkatan penjualan, kinerja
perusahaan pada tolak ukur ini mencerminkan proporsi bisnis dalam satu area bisnis tertentu
meningkat. Tolak ukur yang selanjutnya adalah Penghargaan yang diterima perusahaan.
Penghargaan yang diterima meningkat di tahun 2013 sebanyak 24 penghargaan dari tahun
sebelumnya yaitu sebanyak 17 penghargaan, dan adanya penurunan di tahun 2014 menjadi
14 penghargaan yang diterima. Penurunan jumlah penghargaan yang diterima perusahaan
mencerminkan penurunan kinerja perusahaan.
5. Perspektif Proses Bisnis Internal
Kinerja pada perspektif proses bisnis internal menggunakan tolak ukur Inovasi, Operasi, dan
Layanan Purna Jual. Perusahaan melakukan berbagai inovasi guna meningkatkan kinerja
perusahaannya untuk mengoptimalkan pelayanan kepada pelanggan. Pada tolak ukur
Operasi, perusahaan melakukan tahapan-tahapan SCMS untuk menyampaikan produk
kepada pelanggan yang ada secara efisien, konsisten, dan tepat waktu. Hal ini menunjukkan
kinerja perusahaan sudah baik. Pada tolak ukur Layanan Purna Jual, perusahaan
mengutamakan prinsip transparansi dan responsibilitas dalam memberikan layanan kepada
pelanggan. Perusahaan memberikan tanggapan yang cepat terhadap setiap permintaan dan
keluhan konsumen. Perusahaan membuka layanan pengaduan melalui saluran telepon, email
maupun surat. Namun selama tiga periode ini, perseroan tidak menerima pengaduan dari
pelanggan.
6. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Dalam perspektif ini, tolak ukur yang digunakan adalah Program Pelatihan Karyawan,
Retensi Karyawan, Produktivitas Karyawan, dan Sistem Informasi. Program Pelatihan
Karyawan yang dilakukan perusahaan dapat dikatakan sangat baik. Perusahaan memandang
pengembangan SDM merupakan investasi jangka panjang yang akan memberikan dampak
bagi kinerja perusahaan. Untuk tolak ukur Retensi Karyawan pada perusahaan PT Bukit
Asam (Persero) Tbk dapat dikatakan cukup baik. Tingkat Retensi Karyawan bergerak
fluktuatif, hal ini menunjukkan bagaimana perusahaan dalam mempertahankan karyawannya.
Tolak ukur selanjutnya adalah Produktivitas Karyawan yang bergerak fluktuatif yang
menunjukkan kinerja perusahaan sudah cukup baik. Tolak ukur yang selanjutnya adalah
Sistem Informasi, berdasarkan tujuh sistem pada perusahaan PT Bukit Asam (Persero) Tbk,
menunjukkan bahwa kinerja TI perusahaan dilakukan dengan benar untuk menjaga kinerja
layanan yang baik.
5.2 Keterbatasan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menyadari bahwa adanya beberapa keterbatasan dan
kelemahan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian yang dibuat dan memerlukan
penyempurnaan di masa yang akan datang antara lain :
a. Tolak ukur untuk masing-masing perspektif masih belum lengkap karena keterbatasan data
perusahaan yang di dapat oleh peneliti.
b. Jangka waktu penelitian ini selama tiga tahun, menyebabkan keterkaitan antara tiap
perspektif tidak bisa dilakukan secara maksimal. Sehingga diharapkan penelitian berikutnya
dapat menambah waktu pengamatan sehingga bisa dilakukan evaluasi kinerja antara tiap
perspektif menggunakan konsep balance scorecard.
5.3 Saran
1. Bagi Perusahaan
• Strategi berdasarkan metode balanced scorecard pada PT Bukit Asam (Persero) Tbk
diharapkan dapat didukung oleh seluruh jajaran dalam struktur organisasi perusahaan.
• Keikutsertaan karyawan dalam mengembangkan balanced scorecard perlu
ditingkatkan melalui sosalisasi data balanced scorecard perusahaan sehingga seluruh
karyawan akan lebih dapat memahami kondisi perusahaannya.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
• Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perspektif keuangan menggunakan lima tolok
ukur: ROA, ROE, TATO, PMOS dan Sales Growth. Diharapkan pada penelitian
selanjutnya dapat menggunakan pengukuran rasio keuangan yang lebih lengkap.
• Pada perspektif non keuangan diharapkan dapat mengembangkan pengukuran diluar dari
penelitian ini.
• Dapat melakukan penelitian dengan membandingkan perusahaan saat belum
menggunakan balanced scorecard dan sesudah menggunakan balanced scorecard.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N dan Robert H Hermanson. 2001. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama.
Jakarta: Salemba Empat.
Aurora, Novella. 2010. Penerapan Balanced Scorecard sebagai Tolok Ukur Pengukuran kinerja
(Studi Kasus Pada RSUD Tugurejo Semarang). Skripsi.
Christina, Ni Putu Yessy dan I Putu Sudana. 2013. Penilaian Kinerja pada PT Adhi karya
dengan Pendekatan Balanced Scorecard. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana 5.3
(2013).
Citrawati, Mahavira. 2011. Analisis Penilaian Kinerja Perusahaan yang diukur dengan Konsep
Balanced Scorecard (Studi Kasus pada PT. Pura Barutama Kudus Unit Offset). Skripsi.
Gunawan, Hendra. 2015. Jenis-jenis Penilaian Kinerja yang Berkembang Saat Ini.
http://www.slideshare.net/hendragunawan5836/jenisjenis-penilaian-kinerja-yang-
berkembang-saat-ini. (Diakses tanggal 04 Februari 2016).
Himawan, Ferdinandus Agung dan Juarsah. 2005. Balanced Scorecard sebagai Alat Pengukuran
Kinerja Manajemen. ESENSI, Volume 8 No. 1/2005.
Kaplan, Robert S dan David P Norton. 2000, Balance Scorecard : Menerapkan Strategi Menjadi
Aksi, Terjemhan oleh Peter R. Yosi Pasla dari Transalting Strategi Into Action (1996).
Jakarta: Erlangga.
Munawir S. 2002. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Keempat, Cetakan Kedelapan. Yogyakarta:
Liberty.
Mulyadi. 2001. Balance Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer Untuk Pelipatgandaan
Kinerja Keuangan Perusahaan. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
_______ 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Rusdiyanto, Ahmad Falah. 2010. Analisis Kinerja dengan Pendekatan Balanced Scorecard pada
PDAM Kabupaten Semarang. Skripsi.
Sawir, Agnes. 2001. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan.
Cetakan Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2009. Metodelogi Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Tunggal, Amin Widjaja. 2003. Pengukuran Kinerja dengan Balanced Scorecard. Jakarta:
Hrvarindo.
Umar, H. 2002. Strategic Management In Action. Cetakan Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Wahyuni, Sri. 2011. Analisis Balanced Scorecard Sebagai Alat Pengukuran Kinerja pada PT
Semen Bosowa Maros. Skripsi.
Yuwono Sony dkk. 2003. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard Menuju Organisasi
yang Berfokus pada Strategi. Cetakan Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Zudia, Meirdania. 2010. Analisis Penilaian Kinerja Organisasi dengan Menggunakan Konsep
Balanced Scorecard pada PT Bank Jateng Semarang. Skripsi.