ANALISIS KINERJA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY …

131
ANALISIS KINERJA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) BERDASARKAN PENGUNGKAPAN TOPIK MATERIAL DALAM LAPORAN KEBERLANJUTAN (Studi Kasus pada PT Unilever Indonesia Tbk Tahun 2013-2018) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi Program Studi Akuntansi Oleh: Agnes Bertha Arintya Devi NIM: 162114105 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of ANALISIS KINERJA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY …

ANALISIS KINERJA CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR) BERDASARKAN

PENGUNGKAPAN TOPIK MATERIAL DALAM

LAPORAN KEBERLANJUTAN

(Studi Kasus pada PT Unilever Indonesia Tbk Tahun 2013-2018)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Agnes Bertha Arintya Devi

NIM: 162114105

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

i

ANALISIS KINERJA CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR) BERDASARKAN

PENGUNGKAPAN TOPIK MATERIAL DALAM

LAPORAN KEBERLANJUTAN

(Studi Kasus pada PT Unilever Indonesia Tbk Tahun 2013-2018)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Agnes Bertha Arintya Devi

NIM: 162114105

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

LEMBAR PERSEMBAHAN

“Whatever you ask for in prayer, believe that you have received it, and it will be yours”

Mark 11:24

“Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan

dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan

Allah dari awal sampai akhir.”

Pengkhotbah 3:11

Kupersembahkan untuk:

Tuhan Yesus

Bunda Maria

Bapak Gabriel Sapto Setyo Nugroho dan Ibu Fransiska Hariningsih

Kakakku Ludovicus Bram Alvian Nugroho

Mbah Yasto dan Mbah Satariyah

Mbah Koto dan Mbah Win

Sahabat-sahabat dan teman-teman yang selalu mendoakan, membantu dan mendukung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………………………………………............ i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………............ ii

HALAMAN PENGESAHAN …………………………………… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………………… iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS …. v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ………………….….……… vii

HALAMAN DAFTAR ISI ……….……………………………… ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ….……………………………… xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR………………………………. xii

ABSTRAK …….…………………..……………………………… xiii

ABSTRACT ……………………………………………………… xiv

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………... 1

A. Latar Belakang Masalah ………………....................... 1

B. Batasan Penelitian……………………………..………..… 7

C. Rumusan Masalah......................................................... 7

D. Tujuan Penelitian........................................................... 8

E. Manfaat Penelitian......................................................... 8

F. Sistematika Penulisan..................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………… 10

A. Stakeholder Theory….……………………………………. 10

B. Legitimacy Theory……………..…..……………………… 11

C. Corporate Social Responsibility (CSR).…………….. .... 11

D. Kinerja……………………………………………….. 12

E. Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report)……… 13

F. GRI (Global Reporting Initiative) …………………… 13

G. Topik Material………………………………………… 19

H. Proses Pemilihan Topik Material berdasarkan Standar 20

BAB III METODE PENELITIAN……………………………… 29

A. Jenis Penelitian ………………………………….…… 29

B. Subjek dan Objek Penelitian…………………….…… 29

C. Jenis Data dan Sumber Data……………………..…… 30

D. Teknik Pengumpulan Data ……………………………. 30

E. Pengukuran Data……………………………………… 30

F. Teknik Analisis Data……………………………..…… 32

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN……………… 37

A. Sejarah Singkat Perusahaan…………………………… 37

B. Perkembangan PT.Unilever Indonesia……………..… 37

C. Visi dan Misi PT. Unilever Indonesia………………… 39

D. Brand Unilever Indonesia……………………………. 40

E. Kehidupan Berkelanjutan…………………………….. 40

F. Laporan Keberlanjutan Perusahaan…………………… 43

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN…………… 44

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

A. Data Hasil Penelitian dan Pembahasan……………… 45

BAB VI PENUTUP…………………………………………… 111

A. Kesimpulan……………………………………… 118

B. Keterbatasan……………………………………… 119

C. Saran……………………………………………… 119

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………… 121-122

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Matriks Keberadaan Topik Material…………………………. 31

Tabel 2 Matriks identifikasi Keberadaan Topik Material……………. 44-45

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Presentasi visual Aspek yang diprioritaskan...................... 22

Gambar 2 Reprensentasi visual dari penentuan prioritas topik.......... 28

Gambar 3 Kriteria Bidang yang Relevan ………………………….. 48

Gambar 4 Matriks Materialitas tahun 2013/2014…………………… 48

Gambar 5 Topik dalam Kriteria Bidang yang Relevan……………. 49

Gambar 6 Matriks Materialitas 2017/2018……………………….. 52

Gambar 7 Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik

“Improving Health and Well-Being”…….......................

53

Gambar 8 Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik

“Reducing Environmental Impact”……………………

53

Gambar 9 Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik "Enchaing

Livelihoods"………………………………….

54

Gambar 10 Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik

"Responsible Bisiness Practices"………………………

54

Gambar 11 Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik "Wider

Sustainability Topics"……………………………………

55

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

ABSTRAK

ANALISIS KINERJA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

BERDASARKAN PENGUNGKAPAN TOPIK MATERIAL DALAM

LAPORAN KEBERLANJUTAN

(Studi Kasus pada PT Unilever Indonesia Tbk. Tahun 2013-2018)

Agnes Bertha Arintya Devi

NIM: 162114105

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses penentuan topik material

dan kinerja CSR PT. Unilever Indonesia Tbk. berdasarkan pengungkapan topik

material dalam Laporan Keberlanjutan yang berpedoman pada Standar G4 dan

Standar GRI 2016.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Data yang

digunakan untuk penelitian yaitu data proses penentuan topik material dan data

pengungkapan Topik Material dalam empat Laporan Keberlanjutan PT. Unilever

Indonesia Tbk. Penelitian ini menggunakan matriks Topik Material untuk

mengidentifikasi keberadaan Topik Material dan melakukan Content Analysis

dalam melakukan analisis data untuk menarik kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses penentuan topik material

tidak sesuai dengan Standar G4/GRI 2016. Di sisi lain, kinerja CSR berdasarkan

pengungkapan Topik Material menunjukkan sembilan di antaranya mengalami

peningkatan kinerja CSR, dua di antaranya menunjukkan penurunan, sepuluh di

antaranya menunjukkan kinerja CSR yang tetap, dan satu topik material

menunjukkan kinerja CSR yang mengalami peningkatan dan penurunan.

Kata kunci: Kinerja CSR, CSR, Topik Material, Laporan Keberlanjutan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

ABSTRACT

ANALYSIS OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

PERFORMANCE BASED ON DISCLOSURE OF MATERIAL TOPIC IN

SUSTAINABILITY REPORT

(Case Study at PT Unilever Indonesia Tbk. 2013-2018)

Agnes Bertha Arintya Devi

NIM: 162114105

This study aims to determine the process of determining the material topic

and CSR performance of PT. Unilever Indonesia Tbk. based on material topic

disclosures in the Sustainability Report which is guided by the G4 Standards and

the 2016 GRI Standards.

Type of this research is a qualitative descriptive study. The data used for

the research were data on the process of determining material topics and data on

the disclosure of material topics in the four Sustainability Reports of PT. Unilever

Indonesia Tbk. This study uses a material topic matrix to identify the existence of

material topics and conducts content analysis in analyzing data to draw

conclusions.

The result showed that the process of determining material topics was not

in accordance with the 2016 G4 / GRI Standards. On the other hand, the CSR

performance based on disclosure of material topics showed that nine of them was

increased, two of them showed a decrease, ten of them showed a steady CSR

performance, and one material topic showed an increase and decrease in CSR

performance.

Keywords: CSR performance, CSR, material topics, sustainability report

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Siapa yang tidak mengenal PT. Unilever Indonesia? PT. Unilever

Indonesia adalah salah satu perusahaan besar di Indonesia yang merupakan

anak perusahaan dari Unilever. PT. Unilever Indonesia memproduksi

makanan, minuman, pembersih, olesan makanan dan juga keperluan untuk

perawatan tubuh. Nama PT. Unilever Indonesia sudah tidak asing lagi bagi

masyarakat di Indonesia dikarenakan banyak sekali produk-produk dari

perusahaan ini yang digunakan masyarakat sehari-hari. Produk-produk dari

perusahaan ini sebagian besar dikemas menggunakan plastik, mulai dari

produk yang dikemas menggunakan botol plastik hingga kemasan isi ulang

dan produk sachet. Semua produk dari PT. Unilever Indonesia

didistribusikan ke seluruh Indonesia dengan distributor lebih dari seribu.

Dapat dibayangkan berapa banyak sampah plastik yang dapat merusak

lingkungan. Hal ini juga dilihat dari fungsi produk yang hampir setiap hari

digunakan oleh masyarakat di Indonesia. Selain itu, beberapa produk

mengandung bahan kimia yang dapat merusak lingkungan. Dalam

Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 2012, pemerintah menegaskan

peraturan bahwa Perseroan Terbatas (PT) diwajibkan untuk

bertanggungjawab terhadap lingkungan dan sosial. Supaya produk-produk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

yang dihasilkan oleh perusahaan seperti PT. Unilever ini tetap dapat

diterima oleh masyarakat dan operasi perusahaan tetap dapat berlanjut,

maka suatu perusahaan harus menunjukkan kinerja

pertanggungjawabannya terhadap sosial dan lingkungan. Menurut Astuti

(2013), Kinerja (Performance) merupakan suatu pencapaian persyaratan

pekerjaan tertentu yang akhirnya secara nyata dapat dilihat dari hasil yang

keluar. Salah satu cara menunjukkan kinerja pertanggungjawaban terhadap

sosial dan lingkungan adalah dengan membuat Corporate Social

Responsibility (CSR). Untung (2014:1) mengatakan CSR merupakan

bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap lingkungannya bagi

kepedulian sosial maupun tanggung jawab lingkungan. Dapat disimpulkan

bahwa kinerja CSR adalah suatu pencapaian perusahaan atas

pertanggungjawabannya terhadap sosial dan lingkungan yang dapat dilihat

dari hasil yang dikeluarkan. Salah satu cara yang dapat dilakukan

perusahaan untuk menunjukkan kinerja CSR-nya yaitu dengan membuat

dan mempublikasikan Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report).

Perusahaan-perusahaan yang biasanya membuat laporan

keberlanjutan adalah perusahaan tambang dan manufaktur, yang dalam

kegiatan produksinya menghasilkan limbah berbahaya bagi lingkungan.

Selain itu, perusahaan sejenis manufaktur dan tambang biasanya

menggunakan bahan baku yang berasal dari alam. Apabila penggunaannya

tidak dibatasi dan tidak diawasi serta tidak adanya laporan atas kegiatan

tersebut, maka hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada alam. Laporan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

keberlanjutan juga berguna bagi citra perusahaan untuk menunjukkan

transparansi kepada pemangku kepentingan perusahaan dan kepercayaan

kepada masyarakat terutama konsumen. Kepercayaan para pemangku

kepentingan dan calon investor menjadi hal yang sangat penting bagi

perusahaan. Oleh sebab itu suatu perusahaan harus dapat melaporkan

pertanggungjawabannya terhadap keberlanjutan lingkungan sosial dan

lingkungan alam yang dapat memengaruhi keberlanjutan perusahaan.

Salah satu standar yang dapat digunakan oleh perusahaan dalam

membuat pelaporan pertanggungjawabannya terhadap sosial dan

lingkungan yaitu Standar GRI (Global Reporting Initiative). Standar GRI

dikeluarkan oleh Global Sustainability Standards Board (GSBB). Dalam

Laporan Keberlanjutan yang berpedoman pada Standar GRI, terdapat

topik-topik yang mencerminkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan

dari organisasi atau perusahaan yang disebut sebagai topik material.

Penting bagi perusahaan untuk menentukan topik materialnya karena topik

material tersebut menunjukkan dampak yang signifikan dari organisasi.

Perusahaan yang ingin membuat laporan keberlanjutan, dapat melihat

Standar GRI untuk mengetahui langkah dalam menentukan topik

materialnya.

PT. Unilever Indonesia menjadi salah satu perusahaan yang

membuat laporan keberlanjutan menggunakan Standar GRI. Hingga tahun

2018, PT. Unilever Indonesia sudah membuat tujuh laporan keberlanjutan

berdasarkan Panduan Standar GRI. Menurut hasil pencarian pada website

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

PT. Unilever Indonesia, hanya terdapat empat Laporan Keberlanjutan yaitu

Laporan Keberlanjutan periode 2013/2014, 2015/2016, 2017, dan Laporan

Keberlanjutan periode 2018. Dilansir dari website resminya, PT. Unilever

Indonesia mendapat beberapa penghargaan atas program CSR-nya di tahun

2016 yaitu tiga penghargaan dalam ajang CECT (Center for

Entrepreneurship, Change and Third Sector) CSR Awards antara lain

Special Achievement - Creating Sustainable Partnership: Community

Enterprise; CSR Performance in Each Fundamental Aspect: Community

Development; dan CSR Performance Based on Overall Fundamental

Aspects. CECT (Center for Entrepreneurship, Change and Third Sector)

merupakan pusat studi dibawah Universitas Trisakti. Selain itu, CECT

berfungsi sebagai konsultan CSR di Jakarta. CECT CSR Awards memiliki

tujuan utama yaitu mengapresiasi perusahaan-perusahaan yang memiliki

kinerja CSR yang baik berdasarkan ISO 26000, yaitu standar panduan

CSR. Namun penghargaan atas penerapan laporan keberlanjutan

berdasarkan GRI belum didapatkan oleh PT. Unilever.

Pada kenyataannya, kondisi alam tidak sesuai dengan banyaknya

penghargaan yang didapat. Bulan Oktober 2018, Greenpeace muncul

dengan berita yang menghebohkan masyarakat terutama bagi perusahaan

besar di Indonesia yang terseret namanya. Greenpeace Indonesia

mengeluarkan hasil survei mereka yang dilakukan pada 3 pantai di

Indonesia yaitu Pantai Pandansari di Yogyakarta, Pantai Mertasari di Bali,

dan Pantai Cituis di Tangerang. Dalam hasil surveinya, Greenpeace

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

menyatakan bahwa mereka menemukan lebih dari 700 merek sampah

plastik, yang mana nama Unilever termasuk dalam nama perusahaan

dengan sampah plastik terbanyak. Hal tersebut menjadi pukulan besar bagi

PT. Unilever Indonesia, pasalnya pemberitaan tersebut membuat nama

perusahaan menjadi buruk di mata masyarakat. Menariknya, setelah

kejadian tersebut, PT. Unilever Indonesia langsung mengambil tindakan

cepat dan mengeluarkan komitmen melalui website resmi mereka untuk

memangkas penggunaan virgin plastic dalam kemasan produk mereka

hingga separuhnya. Selain itu perusahaan juga berkomitmen akan

mengumpulkan dan memproses lebih banyak kemasan plastik produk

mereka dari pada yang mereka jual paling lambat tahun 2025. Selanjutnya,

mereka menyatakan komitmen menguatkan inovasi mereka dengan

membuat kemasan isi ulang. Tindakan dan keputusan dari pihak

perusahaan atas pemberitaan yang negatif sangat penting dilakukan untuk

tetap menjaga nama baik perusahaan dan tetap mendapat kepercayaan dari

konsumen.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik dengan tindakan yang

dilakukan oleh PT. Unilever Indonesia dalam menunjukkan

pertanggungjawaban mereka. Dan menurut Standar G4/GRI 2016,

stakeholder memerlukan suatu keterbandingan untuk mengevaluasi kinerja

dengan membandingkan informasi kinerja ekonomi, lingkungan dan sosial

organisasi saat ini terhadap organisasi masa lalu. Oleh sebab itu, penulis

ingin mengetahui seperti apa kinerja CSR PT. Unilever Indonesia dilihat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

dari Laporan Keberlanjutan dari PT. Unilever Indonesia tahun 2013 hingga

2018 berdasarkan Standar G4 dan Standar GRI. Penulis tertarik melakukan

penelitian ini karena menurut penulis perusahaan tersebut merupakan

perusahaan yang besar dan selalu berinovasi untuk mengembangkan

produknya, namun kegiatan operasi maupun produk perusahaan ini juga

menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Penulis ingin mengetahui

seperti apa pertanggungjawaban dari PT. Unilever Indonesia terhadap

sosial dan lingkungan dilihat dari pengungkapan topik material sosial dan

lingkungan yang ada di dalam Laporan Keberlanjutan PT. Unilever

Indonesia. Setelah mengetahui kinerja pertanggungjawaban sosial dan

lingkungan (CSR) yang dilakukan PT. Unilever Indonesia berdasarkan

pengungkapan Topik Material dalam Laporan Keberlanjutan, penulis dan

pembaca maupun stakeholder dapat mengetahui kinerja CSR PT. Unilever

dari tahun 2013 hingga tahun 2018 yang didalamnya memuat dampak

yang ditimbulkan perusahaan dan penanganan yang dilakukan perusahaan

dari tahun ke tahun. Selanjutnya apabila pembaca merasa kinerja CSR

perusahaan tidak menunjukkan peningkatan atau cenderung merugikan,

maka pembaca dapat mengajukan tuntutan pertanggungjawaban yang lebih

kepada perusahaan atau dapat melaporkan hal tersebut kepada pemerintah.

Dengan mengetahui kinerja CSR PT. Unilever, Pemangku kepentingan

dapat menjadikannya sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk

mendukung atau menolak perusahaan untuk beroperasi. Oleh karena itu

peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

Kinerja Corporate Social Responsibility (CSR) Berdasarkan

Pengungkapan Topik Material dalam Laporan Keberlanjutan (Studi Kasus

pada PT Unilever Indonesia Tbk Tahun 2013-2018)”

B. Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini yaitu melihat dan melakukan analisis terhadap

pengungkapan Topik Material dengan lingkup topik sosial dan lingkungan

yang berada di Laporan Keberlanjutan yang diterbitkan oleh PT. Unilever

Indonesia tahun 2013 hingga 2018 dalam laporan yang berpedoman pada

Standar G4 dan Standar GRI 2016. Topik dengan lingkup ekonomi tidak

dibahas karena disesuaikan dengan CSR yang menunjukkan hanya

pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan sosial. Laporan

Keberlanjutan yang menggunakan Standar G4 digunakan perusahaan

untuk membuat dua Laporan Keberlanjutan, yaitu laporan periode tahun

2013-2014 dan 2015-2016, sedangkan Laporan Keberlanjutan yang

menggunakan Standar GRI 2016 yaitu laporan periode tahun 2017 dan

2018.

C. Rumusan Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana proses penentuan topik material yang dilaporkan dalam

Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia tahun 2013-2018?

2. Bagaimana kinerja CSR PT. Unilever Indonesia berdasarkan

pengungkapan topik material dalam laporan keberlanjutan perusahaan

dari tahun 2013-2018?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui proses penentuan topik material yang dilaporkan

dalam Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia tahun 2013-2018

2. Untuk mengetahui kinerja CSR PT. Unilever Indonesia berdasarkan

pengungkapan topik material dalam Laporan Keberlanjutan

perusahaan dari tahun 2013-2018

E. Manfaat Penelitian

1. Akademisi

Dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya

yang terkait dengan laporan keberlanjutan

2. Perusahaan

Sebagai acuan untuk meningkatkan kinerja CSR untuk tahun

selanjutnya yang berdasarkan pada Standar GRI.

3. Masyarakat

Sebagai tambahan pengetahuan masyarakat, bahwa sekarang ini

kegiatan perusahaan diawasi oleh banyak pihak termasuk masyarakat

yang dapat ikut andil didalamnya.

F. Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi mengenai latar belakang, batasan penelitian,

rumusan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJUAN PUSTAKA

Bab ini berisi mengenai teori-teori yang digunakan untuk

mendukung penelitian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini berisi penjelasan mengenai jenis penelitian, subjek

dan objek penelitian, jenis dan sumber data, teknik

pengumpulan data, pengukuran data, dan teknik analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Isi pada bab ini mengenai gambaran umum dari subjek yang

digunakan dalam penelitian.

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi mengenai pembahasan analisis data sesuai

dengan temuan pada Laporan Keberlanjutan

BAB VI PENUTUP

Bab ini berisi mengenai kesimpulan dari penelitian yang

menjawab pertanyaan penelitian, keterbatasan penelitian, serta

saran untuk perusahaan yang membuat Laporan Keberlanjutan,

pemerintah dan penelitian selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Stakeholder Theory

Pemangku kepentingan (Stakeholder) adalah setiap kelompok atau

individu yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan

perusahaan (Freeman et al., 1984). Gagasan pemangku kepentingan dapat

digunakan baik sebagai konsep untuk analisis organisasi dan sebagai prinsip

manajemen untuk organisasi (Maria Bonnafous-Boucher, 2005). Stakeholder

termasuk karyawan, pelanggan, pemasok, pemegang saham, bank, pencinta

lingkungan, pemerintah dan kelompok lain yang dapat membantu atau

merugikan korporasi (Freeman et al., 1984)

Teori ini mendukung implementasi CSR dalam perusahaan, yang mana

perusahaan tidak hanya mementingkan laba tetapi juga hubungan serta

tanggung jawab dengan pemegang kepentingan, terutama masyarakat yang

berhubungan langsung dengan perusahaan atau yang terkena dampak dari

aktivitas perusahaan. Teori ini dapat digunakan untuk menjelaskan bahwa

CSR suatu perusahaan harus bertanggungjawab kepada sosial dan lingkungan

terutama yang berhubungan langsung dengan perusahaan atau yang terkena

dampak kegiatan perusahaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

B. Legitimacy Theory

Teori legitimasi lebih berfokus kepada hubungan antara perusahaan dan

masyarakat. Octaviana (2014) menyatakan “perusahaan dalam menjalankan

kontrak sosial lingkungan perusahaan juga harus memperhatikan norma-

norma yang ada di lingkungan masyarakat agar selaras dengan nilai-nilai

sosial yang ada”.

Menurut teori ini, perusahaan dalam melakukan segala kegiatan

operasinya harus sesuai dengan nilai sosial masyarakat. Legitimasi digunakan

perusahaan untuk menunjukkan pertanggungjawabannya terhadap sosial dan

lingkungan sesuai dengan norma yang berlaku pada masyarakat. Maka, CSR

digunakan perusahaan untuk mendapat legitimasi dari masyarakat dengan

program-program kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

C. Corporate Social Responsibility (CSR)

CSR seperti yang didefinisikan oleh Komisi Eropa (2001) dalam

Mardikanto (2014) adalah sebuah konsep dimana perusahaan

mengintegrasikan kepedulian sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis dan

dalam interaksi dengan para pemangku kepentingan secara sukarela, yang

kemudian semakin menyadarkan bahwa perilaku bertanggungjawab

mengarah pada keberhasilan yang berkelanjutan. Corporate Social

Responsibility menurut Untung (2014:3) merupakan suatu komitmen

berkelanjutan dari dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan

kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun

masyarakat luas. Dewasa ini, definisi Corporate Social Responsibility (CSR)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

masih belum ada satu pun yang diakui secara global, karena definisi CSR dan

komponen CSR dapat berbeda-beda di negara-negara atau daerah yang lain,

namun umumnya CSR berbicara hubungan antara perusahaan dan stakeholder

yang di dalamnya terdapat nilai-nilai pemenuhan ketentuan hukum, maupun

penghargaan terhadap masyarakat dan lingkungan, serta komitmen

perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan berkelanjutan

(Mardikanto, 2014).

Dari pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan usaha perusahaan dalam

menunjukkan tindakan etisnya atas kepedulian perusahaan terhadap

masyarakat dan lingkungan serta menunjukkan partisipasi perusahaan dalam

pembangunan yang berkelanjutan.

D. Kinerja

Kinerja adalah hasil yang didapatkan oleh suatu organisasi tersebut

bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu

periode waktu (Fahmi,2010). Kinerja dapat diketahui hanya jika individu atau

kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah

ditetapkan (Mahsun,2006)

Dari pengertian-pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

kinerja merupakan hasil yang diperoleh atas pencapaian keberhasilan selama

satu periode tertentu berdasarkan kriteria yang telah di tetapkan. Hal ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

mempunyai kesinambungan dengan CSR yang kinerjanya tentukan

berdasarkan topik material dalam laporan keberlanjutan sebagai kriterianya.

E. Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report)

Seperti yang dijelaskan pada website GRI, Sustainability Report atau

Laporan Keberlanjutan adalah laporan yang diterbitkan oleh perusahaan atau

organisasi tentang dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang disebabkan

oleh kegiatan sehari-harinya. Laporan Keberlanjutan dibuat oleh perusahaan

yang ingin melaporkan pertanggungjawabannya terhadap lingkungan dan

sosial. Biasanya, perusahaan yang menerbitkan Laporan Keberlanjutan adalah

perusahaan tambang dan manufaktur yang kegiatan utamanya mengolah

bahan baku dari alam. Dalam membuat Laporan Keberlanjutan, perusahaan

dapat meminta bantuan ahli ataupun membuat tim sendiri.

F. GRI (Global Reporting Initiative)

Berdasarkan website GRI, Global Reporting Initiative (GRI)

merupakan organisasi independen internasional yang membantu bisnis dan

organisasi lain bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan, dengan

menyediakan Bahasa umum global untuk melaporkan dampak tersebut.

Standar GRI dikeluarkan oleh Global Sustainability Standard Board (GSBB).

Pelaporan keberlanjutan menurut Standar GRI 2016 adalah praktik pelaporan

organisasi secara transparan mengenai dampak ekonomi, lingkungan,

dan/atau sosialnya, dan karena itu juga termasuk kontribusinya (positif atau

negatif) terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan. Menurut National

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

Center for Sustainability Reporting (NCSR), laporan keberlanjutan

berdasarkan Standar GRI dapat digunakan untuk mengukur kinerja organisasi

sehubungan dengan undang-undang, norma, kode, standar kinerja dan

inisiatif sukarela; menunjukkan komitmen organisasi terhadap pembangunan

berkelanjutan dan membandingkan kinerja organisasi dari waktu ke waktu.

Berdasarkan sejarah yang dimuat dalam website GRI, versi pertama dari

Standar GRI yang diterbitkan yaitu Pedoman GRI (G1) pada tahun 2002,

kemudian terjadi pembaharuan menjadi Pedoman (G2). Dikarenakan

permintaan untuk pelaporan GRI terus tumbuh, pedoman diperluas dan

ditingkatkan mengarah ke G3 (2006) dan kemudian ke G4 hingga pada tahun

2016 mengeluarkan standar dengan nama Standar GRI atau GRI 2016.

Berikut pengungkapan Standar G4 dan GRI 2016:

1. Pengungkapan Standar G4

a. Pengungkapan Standar Umum

1) Strategis dan Analisis

2) Profil Organisasi

3) Aspek Material dan Boundary Teridentifikasi

4) Keterlibatan Pemangku Kepentingan

5) Profil Laporan

6) Tata Kelola

7) Etika dan Integritas

b. Pengungkapan Standar Khusus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

Dalam standar khusus ini perusahaan harus mengungkapkan

pendekatan manajemen dan indikator-indikator aspek material.

Pengungkapan pendekatan manajemen berisi penjelasan organisasi

terhadap pengelolaan dampak ekonomi, lingkungan dan sosial

yang berkaitan dengan Aspek Material, sedangkan indikator

memberikan informasi tentang kinerja atau dampak di bidang

ekonomi, lingkungan dan sosial dari suatu organisasi terkait

dengan Aspek Material. Berikut indikator-indikator dalam

pengungkapan Standar Khusus:

1) Kategori: Ekonomi

a) Kinerja Ekonomi

b) Keberadaan di Pasar

c) Dampak Ekonomi Tidak Langsung

d) Praktik Pengadaan

2) Kategori: Lingkungan

a) Bahan

b) Energi

c) Air

d) Keanekaragaman hayati

e) Emisi

f) Efluen dan Limbah

g) Produk dan Jasa

h) Kepatuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

i) Transportasi

j) Lain-lain

k) Asesmen Pemasok atas Lingkungan

l) Mekanisme Pengaduan Masalah Lingkungan

3) Kategori: Sosial

a) Sub-Kategori: Praktik Tenaga Kerja dan Pekerjaan yang

Layak

Terdapat beberapa topik dalam Sub-Kategori ini, yaitu

Kepegawaian, Hubungan Industrial, Kesehatan dan

Keselamatan Kerja, Pelatihan dan Pendidikan, Keberagamaan

dan Kesetaraan Peluang, Kesetaraan Remunerasi Perempuan

dan Laki-laki, Asesmen Pemasok atas Praktik

Ketenagakerjaan, Mekanisme Pengaduan Masalah

Ketenagakerjaan

b) Sub-Kategori: Hak Asasi Manusia

Sub-Kategori ini memuat topik, antara lain; Investasi,

Non-diskriminasi, Kebebasan Berserikat dan Perjanjian Kerja

Bersama (PKB), Pekerja Anak, Pekerja Paksa atau Wajib

Kerja, Praktik Pengamanan, Hak Adat, Asesmen, Asesmen

Pemasok atas Hak Asasi Manusia, Mekanisme Pengaduan

Masalah Hak Asasi Manusia

c) Sub-Kategori: Masyarakat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

Sub-Kategori ini memuat topik, antara lain; Masyarakat

Lokal, Anti-korupsi, Kebijakan Publik, Anti-persaingan,

Kepatuhan, Asesmen Pemasok atas Dampak terhadap

Masyarakat, Mekanisme Pengaduan Dampak terhadap

Masyarakat

d) Sub-kategori: Tanggung Jawab Produk

Sub-Kategori ini memuat topik, antara lain; Kesehatan

dan Keselamatan Pelanggan, Pelabelan Produk dan Jasa,

Komunikasi Pemasaran, Privasi Pelanggan, Kepatuhan

2. Pengungkapan Standar GRI

Terdapat 2 pengungkapan dalam Standar GRI, yaitu Standar

Universal dan Standar Topik Spesifik. Berikut isi untuk setiap

pengungkapan:

a. Standar Universal

1) GRI 101: Landasan

2) GRI 102: Pengungkapan Umum

3) GRI 103: Pendekatan Manajemen

b. Standar topik spesifik

1) GRI 200: Ekonomi

a) 200: Ekonomi

b) 201: Kinerja Ekonomi

c) 202: Keberadaan Pasar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

d) 203: Dampak Ekonomi Tidak Langsung

e) 204: Praktik Pengadaan

f) 205: Anti-korupsi

g) 206: Perilaku Anti-persaingan

2) GRI 300: Lingkungan

a) 301: Material

b) 302: Energi

c) 303: Air

d) 304: Keanekaragaman Hayati

e) 305: Emisi

f) 306: Air Limbah (efluen) dan Limbah

g) 307: Kepatuhan Lingkungan

h) 308: Penilaian Lingkungan Pemasok

3) GRI 400: Sosial

a) 401: Kepegawaian

b) 402: Hubungan Tenaga Kerja/Manajemen

c) 403: Kesehatan dan Keselamatan Kerja

d) 404: Pelatihan dan Pendidikan

e) 405: Keanekaragaman dan Kesempatan Setara

f) 406: Non-diskriminasi

g) 407: Kebebasan Berserikat dan Perundingan Kolektif

h) 408: Pekerja Anak

i) 409: Kerja Paksa atau Wajib Kerja

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

j) 410: Praktik Keamanan

k) 411: Hak-Hak Masyarakat Adat

l) 412: Penilaian Hak Asasi Manusia

m) 413: Masyarakat Lokal

n) 414: Penilaian Sosial Pemasok

o) 415: Kebijakan Publik

p) 416: Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan

q) 417: Pemasaran dan Pelabelan

r) 418: Privasi Pelanggan

s) 419: Kepatuhan Sosial Ekonomi

G. Topik Material

Menurut Standar GRI 2016, topik material adalah topik yang

menunjukkan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang signifikan dari

organisasi. sedangkan di dalam GRI G4 topik material disebut sebagai aspek

materi, yang artinya adalah aspek-aspek yang mencerminkan dampak

ekonomi, lingkungan, dan sosial yang signifikan dari organisasi; atau dapat

memengaruhi secara substantif asesmen dan keputusan pemangku

kepentingan. Meskipun berbeda dalam pendefinisiannya, namun topik

material dan aspek material mempunyai arti yang sama.

Membahas topik material dalam Laporan Keberlanjutan berturut-turut

tiap tahun sangat baik dilakukan untuk melihat konsistensi suatu perusahaan

dalam melaporkan dampak positif maupun negatif dari kegiatan operasi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

perusahaannya. Dengan melihat topik material berturut-turut setiap tahunnya,

para pemangku kepentingan dapat menilai kinerja perusahaan dan bisa

menjadikan hal tersebut sebagai salah satu dasar keputusan yang akan diambil

oleh pemangku kepentingan untuk mendukung atau tidak mendukung

perusahaan dalam melanjutkan kegiatan operasinya. Selain itu, topik material

yang diungkapkan berturut-turut dapat menunjukkan keseriusan perusahaan

dalam kepeduliannya terhadap keadaan sosial, lingkungan, dan ekonomi.

H. Proses Pemilihan Topik Material berdasarkan Standar G4 dan Standar

GRI 2016

Dalam menentukan topik material yang akan digunakan perusahaan

dalam laporan keberlanjutannya, perusahaan harus menentukan topik material

sesuai dengan standar. Berikut proses pemilihan topik material berdasarkan

Standar G4 dan Standar GRI 2016:

1) Proses Pemilihan Topik Material Berdasar Standar G4

Menurut Panduan Penerapan Standar G4, terdapat empat langkah untuk

menentukan topik material berdasarkan Standar G4 yang dapat dilakukan

oleh perusahaan yang ingin membuat laporan keberlanjutan. Berikut

empat langkah tersebut:

a) Langkah 1: Identifikasi

Dalam langkah ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu

mengidentifikasi topik yang relevan, dan menentukan Boundary

(lokasi terjadinya topik material) untuk topik yang relevan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

Bagian pertama yaitu mengidentifikasi topik yang relevan.

Menurut Standar G4, topik yang relevan adalah topik yang

sewajarnya dianggap penting yang mencerminkan dampak ekonomi,

lingkungan, dan sosial organisasi; atau memengaruhi asesmen dan

keputusan pemangku kepentingan. pelaksanaan identifikasi topik

uang relevan dilakukan dengan mempertimbangkan dampak yang

terkait dengan semua kegiatan, produk, layangan, dan hubungan

organisasi, terlepas dari terjadinya dampak tersebut diluar atau

didalam organisasi.

Bagian kedua yaitu menentukan Boundary (lokasi terjadinya

topik material) untuk topik yang relevan. Boundary merujuk pada

penjelasan mengenai di mana suatu dampak terjadi pada setiap Apek

Material. Dalam menentukan Boundary, organisasi harus

mempertimbangkan dampak di dalam dan di luar organisasi.

b) Langkah 2: Prioritasi

Langkah selanjutnya dalam menentukan konten laporan

adalah Prioritasi Aspek dan topik relevan lainnya, dimulai dari

mengidentifikasi hal-hal yang material dan akan dilaporkan. Prioritas

harus berdasarkan pada Prinsip Materialitas dan Pelibatan Pemangku

Kepentingan. Perusahaan harus mempertimbangkan tingkat

signifikansi aspek dan topik relevan terhadap dampak ekonomi,

lingkungan dan sosial atau pengaruh substantifnya terhadap asesmen

dan keputusan para pemangku kepentingan. Dalam definisi Prinsip

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

Materialitas, laporan harus mencangkup aspek yang mencerminkan

dampak ekonomi, lingkungan dan sosial yang signifikan dari

organisasi, atau secara substansial memengaruhi asesmen dan

keputusan pemangku kepentingan. kemudian, perusahaan harus

menganalisis mengenai „pengaruh pada asesmen dan keputusan

pemangku kepentingan‟ dan „signifikansi dampak ekonomi,

lingkungan, dan sosial organisasi‟. Sifat dari dampak dan aspek

Boundary organisasi dipertimbangkan saat menentukan fokus

geografis suatu keterlibatan. Setelah melakukan analisis tersebut,

perusahaan bisa mengidentifikasi aspek berdasarkan kedua sudut

pandang tersebut. Perusahaan selanjutnya menetapkan nilai ambang

(kriteria) yang membuat suatu aspek material menjadi penting.

Penetapan tersebut dilakukan dengan diskusi, analisis kualitatif, dan

asesmen kuantitatif untuk memahami seberapa signifikansi sebuah

aspek. Dalam menentukan nilai ambang, perusahaan harus

menetapkan bagaimana menjelaskan aspek yang lebih penting

daripada aspek lain pada sebuah sudut pandang. Berikut gambaran

visual proses identifikasi ini:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Gambar I: Presentasi visual aspek yang diprioritaskan

Sumber: Standar G4

Area diantara dua sumbu menyertakan aspek yang

diidentifikasi selama langkah identifikasi. Dalam grafik tersebut,

aspek ditempatkan sehubungan dengan „Pengaruh pada asisten dan

keputusan pemangku kepentingan‟ dan „Signifikansi dampak

ekonomi, lingkungan, dan sosial organisasi‟. Semua aspek dalam

grafik tersebut harus dipertimbangkan dalam langkah prioritas.

Perusahaan juga harus mempertimbangkan tingkat cakupan.

Tingkat cakupan ini merujuk pada seberapa bagus, seberapa

banyak jumlah data, dan penjelasan naratif yang diungkapkan oleh

organisasi pada aspek material. Pada akhir langkah prioritas,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

perusahaan memiliki daftar semua aspek material yang akan

disertakan dalam laporan, bersama dengan Boundary dan tingkat

cakupannya.

c) Langkah 3: Validasi-Ikhtisar

Pada langkah ini dilakukan asesmen pada semua Aspek

Material yang teridentifikasi terhadap Prinsip Kelengkapan

sebelum mengumpulkan informasi yang akan dilaporkan. Langkah

Validasi ini meliputi asesmen Aspek Material terhadap; Cakupan,

apek Boundary, dan waktu. Validasi dilakukan dengan tujuan untuk

memastikan laporan memberikan representatif yang wajar dan

seimbang mengenai kinerja keberlanjutan organisasi, termasuk

dampak positif dan negatifnya. Prinsip Kelengkapan dan Pelibatan

Pemangku Kepentingan diterapkan pada langkah ini untuk

memfinalisasi proses identifikasi konten laporan. Penting untuk

daftar Aspek Material teridentifikasi disetujui terlebih dahulu oleh

pembuat keputusan senior internal yang relevan di organisasi.

Setelah daftar Aspek Material yang teridentifikasi disetujui, Aspek

Material yang teridentifikasi harus diterjemahkan menjadi

Pengungkapan Standar untuk dilaporkan. Setelah langkah Validasi,

perusahaan mengumpulkan semua informasi yang akan dilaporkan

atas setiap Apek Material, dan menyusun laporan akhir.

d) Langkah 4: Reviu-Ikhtisar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

Terakhir, setelah laporan diterbitkan, organisasi harus

melakukan reviu terhadap laporannya. Reviu ini dilakukan saat

organisasi sedang menyiapkan siklus pelaporan berikutnya. Reviu

berfokus tidak hanya pada Aspek Material dalam periode pelaporan

sebelumnya tetapi juga mempertimbangkan kembali Prinsip

Pelibatan Pemangku Kepentingan dan Konteks Keberlanjutan.

Temuan-temuan dari kegiatan ini akan memberikan informasi dan

masukan bagi Langkah Identifikasi pada siklus pelaporan

berikutnya.

2) Proses Pemilihan Topik Material Berdasarkan Standar GRI

2016

Berdasarkan pada Standar GRI 2016 bagian

„Mengidentifikasi topik material dan Batasannya‟, organisasi atau

perusahaan yang ingin melaporkan Laporan Keberlanjutan harus

mengidentifikasi topik materialnya menggunakan Prinsip-prinsip

pelaporan untuk menentukan isi laporan, yaitu Prinsip Inklusifitas

Pemangku Kepentingan, Konteks Keberlanjutan, Materialitas, dan

Prinsip Kelengkapan. Topik material adalah topik yang telah

diprioritaskan organisasi. Penetapan prioritas menurut standar ini

dilakukan menggunakan prinsip-prinsip Inklusifitas Pemangku

Kepentingan dan Materialitas. Prinsip Materialitas menentukan

topik material berdasarkan dua dimensi yaitu pentingnya dampak

ekonomi, lingkungan sosial organisasi dan pengaruh substansial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

dampak-dampak itu terhadap penilaian dan keputusan para

pemangku kepentingan. Menurut standar ini, langkah pertama

dalam menentukan topik material yaitu perusahaan pelapor

disarankan untuk berkonsultasi dengan Pengungkapan Sektor yang

relevan, jika tersedia, untuk membantu dalam mengidentifikasi

topik materialnya dengan tidak menggantikan pengaplikasian

Prinsip-prinsip Pelaporan untuk menentukan isi laporan. Langkah

selanjutnya yaitu menghubungkan topik material yang

diidentifikasi dengan Standar GRI mengacu pada subjek ekonomi,

lingkungan dan sosial yang lebih luas seperti Dampak Ekonomi

Tak Langsung, Air, atau Pekerjaan. Apabila identifikasi topik

material suatu perusahaan tidak sesuai dengan Standar topik

spesifik yang ada, dan jika topik materialnya mirip dengan salah

satu Standar topik yang ada atau dapat dianggap berkaitan, maka

organisasi diharapkan untuk menggunakan standar itu untuk

melaporkan topik tersebut. Langkah terakhir yaitu melaporkan

Batasan (Boundary) untuk setiap topik material. Batasan topik

dideskripsikan sebagai lokasi terjadinya dampak untuk topik

material, dan keterlibatan organisasi dengan dampak-dampak

tersebut. Suatu organisasi atau perusahaan yang ingin

mempersiapkan Laporan Keberlanjutan menggunakan Standar GRI

ini diharapkan tidak hanya melaporkan dampak yang disebabkan

saja, tetapi juga dampak yang muncul karena kontribusi organisasi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

serta dampak yang terhubung langsung dengan aktivitas, produk,

atau jasa/layanannya melalui hubungan bisnis. Dalam konteks

Standar GRI ini, hubungan bisnis suatu organisasi atau perusahaan

dapat mencangkup hubungan dengan mitra bisnis, entitas dalam

rantai nilainya, dan semua badan Negara atau bukan Negara yang

terhubung langsung dengan operasi bisnis, produk atau

jasa/layanannya.

Menurut Standar GRI 2016 pada bagian pengujian

Materialitas, organisasi pelapor harus memperhitungkan beberapa

faktor dalam menentukan topik material. Berikut faktor-faktor yang

diperhitungkan dalam menentukan topik material; dampak

ekonomi, lingkungan, dan/atau sosial yang penting (seperti

perubahan iklim, HIV-AIDS, atau kemiskinan) yang sudah

diidentifikasi melalui penyelidikan yang kukuh oleh orang-orang

dengan keahlian yang diakui, atau oleh badan-badan ahli mandat

yang diakui; kepentingan dan harapan para pemangku kepentingan

yang secara khusus diinvestasikan dalam organisasi, seperti

karyawan dan pemegang saham; kepentingan ekonomi, sosial,

dan/atau lingkungan yang lebih luas, serta topik-topik yang

dikemukakan oleh para pemangku kepentingan seperti pekerja

yang bukan karyawan, pemasok, masyarakat setempat, kelompok

rentan, dan masyarakat sipil; topik utama dan tantangan masa

depan untuk sektor, seperti yang diidentifikasi oleh rekan-rekan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

dan pesaing; hukum, peraturan, perjanjian internasional, atau

perjanjian sukarela tentang signifikansi strategis untuk organisasi

dan pemangku kepentingan; nilai, kebijakan, strategi, sistem

manajemen operasional, tujuan , dan sasaran organisasi yang

utama; kompetensi inti dari organisasi dan cara mereka dapat

berkontribusi untuk pembangunan berkelanjutan; konsekuensi bagi

organisasi yang terkait dengan dampaknya terhadap ekonomi,

lingkungan, dan/atau masyarakat (misalnya, risiko untuk model

bisnis atau reputasinya); topik material secara tepat diprioritaskan

dalam laporan

Gambar II: Representasi visual dari penentuan prioritas topik

Sumber: Standar GRI 2016

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan jenis penelitian

deskriptif kualitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini berupa data Topik

Material mengenai proses penentuan dan pengungkapannya yang terdapat

dalam Laporan Keberlanjutan PT. Unilever. Data tersebut digunakan untuk

mengetahui proses penentuan Topik Material dan pengungkapan Topik

Material untuk mengetahui bagaimana kinerja CSR PT. Unilever

berdasarkan Topik Material dalam Laporan Keberlanjutan.

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu PT. Unilever Indonesia Tbk.

Objek penelitian yang diteliti yaitu Topik Material yang berada dalam

Laporan Keberlanjutan (Sustainability Report) dengan lingkup aspek

lingkungan dan sosial yang diterbitkan oleh PT Unilever tahun 2013-2018.

Yang mana dalam lingkup tahun tersebut, perusahaan mempunyai 4

(empat) laporan keberlanjutan berdasarkan standar GRI G4 dan GRI

Standards. Laporan pertama yaitu Laporan Keberlanjutan periode tahun

2013/2014 dengan berpedoman pada Standar GRI G4, Laporan

Keberlanjutan kedua yaitu laporan periode tahun 2015/2016 yang

berpedoman pada Standar GRI G4, Laporan Keberlanjutan ketiga yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

laporan periode tahun 2017 dengan berpedoman pada Standar GRI 2016,

dan yang terakhir yaitu Laporan Keberlanjutan periode tahun 2018 yang

berpedoman pada Standar GRI 2016.

C. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data kualitatif

(data berupa kalimat). Sumber data dalam penelitian ini adalah data

sekunder, yaitu dari Laporan Keberlanjutan PT Unilever yang disajikan

pada website perusahaan yaitu https://www.unilever.co.id/ .

D. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan

yaitu teknik dokumentasi. Teknik ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan data sekunder yang akan digunakan peneliti dan diambil

dari website resmi perusahaan. Data sekunder yang digunakan dalam

penelitian ini berupa data mengenai proses penentuan topik material dan

pengungkapan topik material yang terdapat dalam Laporan Keberlanjutan

PT. Unilever. Data tersebut digunakan untuk mengetahui proses penentuan

Topik Material dan pengungkapan Topik Material untuk mengetahui

bagaimana kinerja CSR PT. Unilever berdasarkan Topik Material dalam

Laporan Keberlanjutan.

E. Pengukuran Data

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengidentifikasi pengungkapan

topik material. Untuk mengukur pengungkapan topik material dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

laporan keberlanjutan perusahaan dari tahun 2013-2018, peneliti melihat

dari setiap topik material yang diungkapkan oleh perusahaan setiap

tahunnya mengalami perubahan atau tidak. Apabila suatu topik tidak

dilanjutkan ke tahun berikutnya, peneliti akan mendalami alasannya dan

melihat topik material lainnya apakah mengalami kemajuan pencapaian.

Agar mudah dalam melihat perbedaan topik material setiap tahunnya,

peneliti menggunakan bantuan matriks. Berikut (Tabel 1) matriks untuk

membantu dalam pengukuran:

Tabel 1. Matriks Keberadaan Topik Material

No Topik Material

Periode Tahun

Laporan

Keberlanjutan

2013-2

014

2015-2

016

2017

2018

A Topik Sosial

1

2

3 dst.

B Topik Lingkungan

1

2

3 dst.

Sumber: Diolah sendiri

Dalam Matriks tersebut penulis akan mengidentifikasi keberadaan topik

material perusahaan untuk empat tahun periode laporan yang diteliti dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

memasukkan topik material dari keempat Laporan Keberlanjutan ke dalam

kolom Topik Material sesuai klasifikasi Topik Lingkungan atau Topik Sosial.

Dalam kolom Periode Laporan Keberlanjutan dengan Empat periode laporan

tersebut akan berisi centang berdasarkan analisis data yang mengindikasikan

keberadaan Topik Material disesuaikan pada tahun berapa suatu topik diterapkan.

Empat tahun periode laporan yang dimaksud yaitu periode tahun 2013-2014 dan

2015-2016 untuk laporan yang menggunakan Standar G4, kemudian tahun 2017

dan tahun 2018 untuk laporan yang menggunakan Standar GRI. Dengan begitu

penulis akan lebih mudah melihat pada tahun berapa saja topik material

diungkapkan, dan dapat mudah melihat topik yang konsisten diterapkan ataupun

tidak. Sehingga dapat memudahkan penulis dalam analisis lebih lanjut.

F. Teknik Analisis Data

1. Untuk menjawab rumusan pertanyaan penelitian yang pertama:

a) Melakukan analisis isi (Content Analysis) untuk mengetahui

mengenai proses penentuan/identifikasi Topik Material dalam

Laporan Keberlanjutan perusahaan sesuai atau tidak sesuai

dengan proses penentuan/identifikasi Topik material dalam

Standar G4/GRI 2016. Analisis ini dilakukan dengan cara

melihat satu per satu proses penentuan/identifikasi Topik

Material yang ada dalam Laporan Keberlanjutan perusahaan

apakah sama dengan setiap proses penentuan Topik Material

yang ada dalam Standar G4/GRI 2016.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

b) Menarik kesimpulan atas analisis yang sudah dilakukan.

Kesimpulan berisi mengenai pernyataan sesuai atau tidak sesuai

proses penentuan/identifikasi Topik Material yang dilakukan

perusahaan dalam Laporan Keberlanjutannya dengan

proses/identifikasi Topik Material berdasarkan standar G4/GRI

2106. Apabila proses/identifikasi Topik Material yang

diungkapkan perusahaan tidak sesuai dengan Standar G4/GRI

2016, maka peneliti akan mencari penjelasan dari perusahaan

mengapa proses yang dilakukan berbeda dengan Standar G4/GRI

dan jika perusahaan tidak memberikan penjelasan atas

ketidaksesuaian tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

dalam menentukan Topik Material Laporan Keberlanjutan

perusahaan tidak sesuai dengan standar.

2. Untuk menjawab rumusan pertanyaan penelitian yang kedua:

a) Mengidentifikasi keberadaan Topik Material yang diungkapkan

PT. Unilever dalam Laporan Keberlanjutan. Analisis ini

dilakukan dengan cara melihat terlebih dahulu Laporan

Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk periode tahun

2013/2014 sebagai tahun dasar identifikasi, kemudian melihat

daftar topik material yang diterapkan perusahaan pada periode

tersebut dan memasukkan Topik Material yang diterapkan ke

dalam Matriks Topik Material pada kolom Topik Material dan

memberi tanda centang pada kolom tahun 2013/2014. Untuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

identifikasi topik material periode selanjutnya, peneliti melihat

daftar topik material yang diterapkan perusahaan dan apabila

daftar topik material yang diterapkan perusahaan masih sama

dengan daftar topik material pada periode 2013/2014, peneliti

tidak menuliskan kembali topik material pada Matriks Topik

Material tetapi hanya memberi tanda centang pada kolom tahun.

Jika pada tahun 2017 dan 2018 ditemukan Topik Material yang

belum ada pada periode 2013/2014, maka peneliti akan melihat

terlebih dahulu apakah indeks topik tersebut sama dengan indeks

topik material periode 2013/2014, apabila berbeda maka dapat

disimpulkan bahwa topik tersebut adalah topik baru yang

selanjutnya dimasukkan ke dalam Matriks Topik Material dan

memberikan centang sesuai pada tahun berapa topik diterapkan.

Kemudian melakukan checklist dalam matriks keberadaan Topik

Material untuk mengetahui pada tahun berapa keberadaan setiap

Topik Material diungkapkan.

b) Melakukan analisis isi (Content Analysis) satu per satu

pengungkapan Topik Material dari Laporan periode 2013/2014

sebagai tahun dasar hingga periode 2018 untuk mengetahui

peningkatan ataupun penurunan kinerja CSR perusahaan

berdasarkan pada setiap Topik Material yang diungkapkan

perusahaan. Analisis ini dilakukan hingga mengetahui makna dari

setiap topik untuk melihat kinerja CSR perusahaan dari tahun ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

tahun. Untuk mengetahui kinerja CSR perusahaan mengalami

peningkatan, penurunan ataupun tetap dilihat dari hasil dari setiap

program CSR yang dilakukan dan dari Standar G4/GRI 2016.

Hasil analisis ini dikelompokkan dalam sub-sub bab berdasarkan

pada tahun keberadaan.

c) Menarik kesimpulan atas analisis yang sudah dilakukan pada

setiap Topik Material yang diungkapkan dalam empat periode

laporan yang diteliti. Kesimpulan berisi mengenai apakah kinerja

CSR perusahaan berdasarkan isi pengungkapan Topik Material

terkait mengalami peningkatan, penurunan, atau tetap, selama

empat periode laporan yang diteliti. Kinerja CSR perusahaan

dikatakan meningkat apabila dari tahun ke tahun program dalam

Topik Material yang diungkapkan semakin banyak, dan

membuahkan hasil yang positif (contoh: Topik Material Anti

Korupsi mengalami peningkatan karena dari tahun ke tahun

program anti korupsi semakin banyak dan dikembangkan dan

membuahkan hasil kasus korupsi dan laporan atas korupsi

berkurang). Kinerja CSR perusahaan dikatakan menurun apabila

dari tahun ke tahun hasil dari Topik Material mengalami

penurunan dan membuahkan hasil negatif (contoh: Topik

Material Efluen dan Limbah mengalami penurunan karena dari

tahun ke tahun program yang dijalannya tidak mengalami

perkembangan bahkan cenderung sama setiap tahunnya,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

sedangkan dari tahun ke tahun limbah semakin banyak dan

mencemari lingkungan sekitar operasi perusahaan. Kinerja CSR

perusahaan dikatakan tetap/stabil apabila Topik Material yang

terkait berisi mengenai data dan/atau bukan program (contoh:

Topik Material yang berisi mengenai jumlah tenaga kerja

berdasarkan gender), selain itu juga dikatakan tetap/stabil apabila

Topik Material program dan hasilnya dari tahun ke tahun tidak

mengalami peningkatan maupun penurunan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Unilever Indonesia didirikan di daerah Angke, Jakarta Utara

berdasarkan akta No. 23 dari Mr. A.H. Van Ophuijsen sebagai notaris di

Batavia pada 5 Desember 1933 dengan nama “Lever‟s Zeepfabrieken

N.V.”. Nama perusahaan resmi berganti menjadi PT. Unilever Indonesia

pada 22 Juli 1980 dengan akta no. 171 dari Notaris Ny. Kartini Muljadi

SH. Pada 30 Juni 1997 perusahaan resmi berganti nama PT. Unilever

Indonesia Tbk dengan notaris publik Bp. Mudofir Hadi SH. dengan akta

no. 92 yang disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan surat keputusan

No.C2-1.049HT.01.04 TH.98 tanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan

dalam Berita Negara NO. 2620 tanggal 15 Mei 1998, Tambahan N0.39.

B. Perkembangan PT. Unilever Indonesia

Pada tanggal 22 November tahun 2000 Unilever Indonesia

mengadakan perjanjian dengan PT. Anugrah Indah Pelangi, dengan tujuan

mendirikan perusahaan baru dengan nama PT. Anugrah Lever (PT AL)

yang bergerak di bidang manufaktur, perkembangan, pemasaran dan

penjualan produk kecap, saus cabai dan saus lainnya di bawah Bango dan

merek lainnya di bawah lisensi perusahaan untuk PT AL.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Dua tahun kemudian, tanggal 3 Juli 2002, Unilever Indonesia

mengadakan perjanjian dengan TExchem Resources Berhada untuk

mendirikan perusahaan baru dengan nama PT Technopia Lever yang

bergerak di bidang distribusi, ekspor dan impor barang-barang dengan

merek dagang Domestos Nomos. Pada tanggal 7 November 2003,

Texchem Resouces Berhada setuju menandatangani perjanjian untuk

menjual semua sahamnya kepada PT Technopia Singapore Pte.Ltd.

Pada tanggal 21 Januari 2004 Unilever Indonesia resmi

mengakuisisi saham PT Knorr Indonesia (PT KI) dari Unilever Overseas

Holdings Limited (pihak Terkait). Tanggal 30 Juli 2004, Unilever

bergabung dengan PT KI. Merger dicatat dengan menggunakan metode

yang mirip dengan metode penyatuan kepemilikan. Penggabungan ini

sesuai dengan persetujuan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

dalam surat No/ 740 / III / PMA / 2003 tanggal 9 Juli 2004. Tahun 2007

perusahaan menandatangani perjanjian bersyarat untuk membeli merek

“Buavita” dan “Gogo” minuman Vitality berbasis buah dari Ultra.

Transaksi selesai pada Januari 2008. Pada tahun 2008 Unilever Indonesia

juga membangun pabrik perawatan kulit (skin care) terbesar se-Asia di

Cikarang. Pada tahun 2014 Unilever Indonesia meluncurkan program

“Bitobe untuk Indonesia” sebagai wujud komitmen jangka panjang

Lifeboy untuk menciptakan masyarakat yang lebih sehat. Tahun 2015

Unilever kembali membuka pabrik ke-9 seluas enam hektar di Cikarang,

yang memiliki kapasitas produksi sebanyak tujuh juta unit bumbu masak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

dan kecap setiap tahunnya. Tahun 2016 Unilever memindahkan kantor

pusat ke gedung baru seluas tiga hektar di BSD City Tangerang. Kantor

baru ini ditempati oleh 1.200 karyawan dan diresmikan tahun 2017. Pada

tahun 2018 Unilever meluncurkan kategori baru yaitu saus sambal dengan

mengeluarkan produk saus sambal Jawara dan meluncurkan brand

perawatan tubuh baru Korea Glow.

C. Visi dan Misi PT. Unilever Indonesia

1. Visi

Untuk meraih rasa cina dan penghargaan dari Indonesia dengan

menyentuh kehidupan setiap orang Indonesia setiap harinya.

2. Misi

a) Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik

setiap hari.

b) Kami membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik

dan lebih menikmati hidup melalui brand dan layanan yang baik

bagi mereka dan orang lain.

c) Kami menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil

setiap harinya yang bila digabungkan bisa mewujudkan

perubahan besar bagi dunia.

d) Kami senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis

yang memungkinkan kami tumbuh dua kali lipat sambal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

mengurangi dampak terhadap lingkungan, dan meningkatkan

dampak sosial.

D. Brand Unilever Indonesia

1. Foods & Refreshment

Produk-produk dalam kategori ini yaitu Bango, Buavita, Cornetto,

Feast, Jawara, Lipton, Magnum, Paddlepop, Populaire, Royco, Seru,

Sariwangi, Wall‟s Taste Joy, Helmans.

2. Home Care

Produk-produk dalam kategori ini meliputi Cif, Domestos, Rinso,

Sunlight, Super Pell, Vixal, Wipol.

3. Personal Care

Produk-Produk dalam kategori ini meliputi Axe, Citra, Clear, Closeup,

Dove, Fair and lovely, Hijab Fresh, Koreaglow, Lakmé, Lifeboy, Lux,

Nameera, Pepsodent, Pond‟s, Rexona. Sunsilk, Tresemmé, Vaseline,

Zwitsal, Love Beauty and Planet.

E. Kehidupan Berkelanjutan

1. Prinsip Bisnis Berkelanjutan

Pada tahun 2010, Unilever meluncurkan program dengan nama

„Unilever Sustainable Living Plan’. Program ini menciptakan

pertumbuhan berkelanjutan melalui beberapa hal: brand yang

memiliki tujuan mulia, memangkas biaya bisnis, mengurai risiko, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

membantu membangun kepercayaan. Unilever Sustainable Living

Plan ditetapkan untuk meningkatkan pertumbuhan, mengurangi jejak

lingkungan, serta meningkatkan manfaat sosial yang positif bagi

masyarakat. Program ini memiliki tiga sasaran besar untuk dicapai,

didasari oleh sembilan komitmen, dan target yang mencangkup

kinerja sosial, lingkungan dan ekonomi di seluruh rantai nilai. Tiga

sasaran besar tersebut meliputi:

1. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan untuk lebih dari 1

miliar orang

2. Mengurangi dampak terhadap lingkungan hingga separuhnya

3. Meningkatkan penghidupan untuk jutaan orang

2. Prakarsa Keberlanjutan

Dalam upaya Unilever menerapkan strategi Unilever Sustainable

Living Plan, maka Unilever menjalankan berbagai macam prakarsa

keberlanjutan yang dituangkan ke dalam program-program. Prakarsa

dan program-program tersebut meliputi;

a. Prakarsa di Bidang Kesehatan

Unilever menciptakan dampak yang besar untuk kesehatan dan

kebersihan dengan cara mempromosikan mencuci tangan, sanitasi

yang baik, merawat gigi, dan kepercayaan diri. Selain itu juga

program untuk mengurangi dampak bencana dan keadaan darurat.

Beberapa programnya dalam prakarsa ini yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

1) Program Sekolah Sehat

2) Dove Self-Esteem Project

3) Hari Cuci Tangan Sedunia

4) Program Institusi Profesional

a) Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN)

b) Hari Kesehatan Gigi dan Mulut Sedunia

c) Pepsodent Dental Expert Center (PDEC)

5) Program Komunitas

a) Program Kesehatan Ibu dan Anak (Mothers Programe)

b) Gerakan Bersih-Bersih Masjid

c) Vaseline Healing Project

6) Meningkatkan Nutrisi

a) Pentingnya makanan bagi kehidupan

b) Mendorong pola makan sehat melalui resep masakan

c) Mengurangi gula pada portofolio produk makanan

d) Menggunakan asam lemak tak jenuh ganda

(polyunsaturated fat) dari minyak nabati

e) Kandungan garam (natrium) yang disesuaikan

f) Memberikan informasi mengenai gizi dalam produk

g) Membantu jutaan masyarakat untuk mendapatkan

bahan-bahan nabati

b. Prakarsa di bidang Lingkungan

1) Limbah dan Kemasan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

2) Penggunaan Air

3) Emisi Gas Rumah Kaca

4) Perolehan Bahan Baku yang Berkelanjutan

c. Prakarsa di Bidang Peningkatan Penghidupan

1) Bisnis Inklusif

2) Keadilan di tempat kerja

3) Peluang bagi perempuan

F. Laporan Keberlanjutan Perusahaan

Dalam website perusahaan, disajikan empat Laporan Keberlanjutan

dalam dua Bahasa, yaitu Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Laporan

Keberlanjutan yang disajikan yaitu periode 2013-2014, 2015-2016, 2017,

dan 2018. Menurut laporan keberlanjutan perusahaan periode 2013-2014,

laporan periode 2013-2014 merupakan laporan keempat yang dibuat oleh

perusahaan dengan Panduan GRI-opsi inti. Namun, tiga laporan sebelum

periode ini tidak disajikan pada web perusahaan. PT. Unilever Indonesia

mempunyai tim yang merancang Laporan Keberlanjutan yang diberi nama

Tim Pelaporan Keberlanjutan Unilever Indonesia, yang terdiri dari para

perwakilan berbagai departemen dan fungsi dalam perusahaan. Laporan

Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia periode tahun 2013-2014, 2015-

2016, dan 2018 sudah di Assure oleh M&R Assurance (Moores Rowland).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

BAB V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Data hasil penelitian ini diperoleh dari data sekunder berupa Topik Material

yang terdapat dalam Laporan Keberlanjutan yang didapat dari website PT.

Unilever Indonesia. Laporan Keberlanjutan yang diteliti yaitu 4 periode laporan,

berikut judul Laporan Keberlanjutan setiap tahunnya;

1. Laporan Keberlanjutan Tahun 2013-2014 “Bersama Untuk Masa Depan

Yang Lebih Cerah”

2. Laporan Keberlanjutan Tahun 2015-2016 “MAKING SUSTAINABLE

LIVING COMMONPLACE (MEMASYARAKATKAN KEHIDUPAN

YANG BERKELANJUTAN)”

3. Laporan Keberlanjutan Tahun 2017 “Building a Sustainable Future Every

Day (Menciptakan Masa Depan Berkelanjutan Setiap Hari”

4. Laporan Keberlanjutan Tahun 2018 “Transformasi Untuk Masa Depan

Berkelanjutan”

Data yang diperoleh dari website PT. Unilever Indonesia tersebut

menggunakan dua dasar pedoman standar yang berbeda. Laporan periode tahun

2013/2014 dan 2015/2016 menggunakan Standar G4, sedangkan laporan periode

tahun 2017 dan 2018 menggunakan pedoman Standar GRI, namun dalam laporan

periode 2018 khusus pada indeks GRI 403 mengenai kesehatan dan keselamatan

kerja dan GRI 303 mengenai Air dan Efluen menggunakan standar terbaru yaitu

Standar GRI 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

A. Data Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil penelitian berupa deskripsi/narasi yang bersumber dari

pengungkapan Topik Material dalam Laporan Keberlanjutan PT. Unilever

yang berpedoman pada Standar G4 dan Standar GRI 2016.Berikut adalah

hasil penelitian yang peneliti dapatkan dan pembahasannya:

1. Menjawab rumusan masalah pertama yaitu “Bagaimana proses penentuan

topik material yang dilaporkan dalam Laporan Keberlanjutan PT.

Unilever Indonesia tahun 2013-2018?”

a. Proses penentuan Topik Material yang dilaporkan dalam Laporan

Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia tahun 2013-2018 ditinjau

berdasarkan proses penentuan Topik Material dalam Standar G4

dan Standar GRI 2016. Standar G4 digunakan untuk Laporan

Keberlanjutan periode tahun 2013/2014 dan tahun 2015/2016,

sedangkan Standar GRI 2016 digunakan untuk Laporan

Keberlanjutan periode tahun 2017 dan 2018. Berikut data proses

identifikasi Topik Material dan analisisnya:

1) Proses Identifikasi Topik Material Laporan Keberlanjutan

PT. Unilever periode tahun 2013-2014

Dalam menentukan Topik Material pada Laporan

Keberlanjutan periode tahun 2013/2014, Proses yang pertama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

yang diterapkan sesuai dengan Standar G4 yaitu mengidentifikasi

aspek-aspek keberlanjutan yang relevan dan batasan dari setiap

aspek. Dalam tahapan ini PT. Unilever Indonesia menerapkan

kerangka kerja Unilever Sustainable Living Plan (USLP) global

yang disesuaikan dengan kebutuhan dan ekspektasi pemangku

kepentingan di Indonesia. Perusahaan juga melibatkan pemangku

kepentingan dalam merancang program. Dengan wawasan yang

didapat dari pemangku kepentingan tersebut, perusahaan dapat

menjawab tantangan lingkungan dan sosial yang utama. Teori

Stakeholders dalam penelitian ini melandasi bahwa keterlibatan

pemangku kepentingan memengaruhi Topik Material yang

diterapkan perusahaan. Laporan pada periode tahun ini berfokus

pada kegiatan perusahaan, termasuk di kantor pusat, kantor

perwakilan, pabrik-pabrik, dan pusat distribusi di seluruh

Indonesia. Batasan dalam laporan ini yaitu tidak mencangkup

kegiatan-kegiatan yang dialihdayakan maupun kegiatan para

pemasok, namun aspek material yang dapat dikendalikan seperti

HAM, praktik tenaga kerja, kepatuhan terhadap hukum dan

undang-undang, serta kinerja lingkungan dari pemasok dan mitra

usaha di dalam rantai pasokan tetap disertakan dalam laporan ini.

Tahapan kedua yang diterapkan dan sesuai dengan

Standar G4 yaitu dilakukan PT.Unilever untuk menentukan topik

material sudah sesuai dengan proses yang ada dalam Standar G4,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

yaitu memprioritaskan aspek-aspek dan isu-isu keberlanjutan

dalam menentukan setiap aspek. Dalam tahapan ini, perusahaan

melibatkan pemangku kepentingan untuk menganalisis mengenai

“pengaruh pada asesmen dan keputusan pemangku kepentingan‟

dengan melakukan survei dalam rangka membantu perusahaan

mendefinisikan isu-isu yang penting bagi pemangku kepentingan

sekaligus bagi pendekatan keberlanjutan perusahaan. Survei ini

juga digunakan untuk mengidentifikasi topik-topik dalam

Laporan Keberlanjutan periode 2013/2014 ini. Dalam tahap ini

perusahaan menggunakan matriks materialitas untuk melakukan

pemetakan terhadap isu-isu yang sudah diidentifikasi dengan

fokus di setiap bidang yang telah ditetapkan berdasarkan tiga

kriteria. Berikut matriks materialitas dan kriteria bidang yang

relevan:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

Gambar III: Matriks Materialitas tahun 2013/2014

Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk

Gambar IV: Matriks Materialitas tahun 2013/2014

Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

Dalam matriks tersebut, perusahaan menyatakan bahwa

para pemangku kepentingan mendapat perhatian lebih tinggi

dalam bagaimana perusahaan menjamin kualitas produk-

produknya. Aspek material lain yang lebih diperhatikan oleh

pemangku kepentingan yaitu kinerja lingkungan, sumber daya

manusia, dan kontribusi sosial.

Berikut gambar yang menunjukkan topik yang masuk

dalam tiga kriteria bidang yang relevan yang sudah dibuat oleh

PT. Unilever Indonesia:

Gambar V: Matriks Materialitas tahun 2013/2014

Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk

Tidak ditemukan adanya penerapan langkah ketiga dan

keempat dalam menentukan/mengidentifikasi Topik Material

dalam Laporan Keberlanjutan pada periode 2013/2014, sehingga

dapat disimpulkan bahwa dalam menentukan Topik Material

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Laporan Keberlanjutan pada periode tahun 2013/2014 belum

sesuai dengan proses/identifikasi Topik Material dalam Standar

G4.

2) Proses Identifikasi Topik Material Laporan Keberlanjutan

PT. Unilever periode tahun 2015/2016

Dalam Laporan Keberlanjutan periode ini, perusahaan tidak

menjelaskan proses yang dilakukan dalam mengidentifikasi topik

material. Perusahaan hanya memberikan pernyataan bahwa

topik-topik yang disajikan dalam laporan ini mencangkup aspek-

aspek dalam Unilever Sustainable Living Plan (USLP) dan

prinsip-prinsip dalam United Nations Global Compact (UNCG)

serta analisis materialitas yang dilakukan sebelumnya. dalam

laporan periode ini tidak ditemukan hal mengenai analisis

materialitas. Ada kemungkinan bahwa yang dimaksudkan

„analisis materialitas yang dilakukan sebelumnya‟ adalah analisis

materialitas yang dilakukan pada periode tahun 2013/2014.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada Laporan

Keberlanjutan periode 2015/2016 ini, PT. Unilever tidak

melakukan identifikasi topik material sesuai dengan Standar G4.

3) Proses Identifikasi Topik Material Laporan Keberlanjutan

PT. Unilever periode tahun 2017 dan 2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Pada Laporan Keberlanjutan periode 2017 dan 2018 tidak

ditemukan pengungkapan yang menjelaskan mengenai proses

penentuan topik material. Pada tahun 2017, perusahaan hanya

memberikan pernyataan bahwa mencangkup topik-topik dalam

Unilever Sustainable Living Plan (USLP) dan prinsip-prinsip

dalam United Nations Global Compact (UNCG) serta analisis

materialitas yang dilakukan sebelumnya. pernyataan ini sama

dengan pernyataan yang terdapat pada laporan periode

2015/2016. Selanjutnya perusahaan memberikan pernyataan

bahwa Laporan Keberlanjutan tahun 2017 memuat topik baru

tentang Hak Asasi Manusia untuk melengkapi topik-topik yang

telah dilaporkan dalam Laporan Keberlanjutan tahun 2015-2016.

Pada Laporan Keberlanjutan periode 2018, perusahaan hanya

memberikan pernyataan bahwa isi laporan pada periode ini tetap

sama dengan Laporan Keberlanjutan tahun 2017.

Dalam Laporan Keberlanjutan periode 2017 dan 2018,

proses identifikasi topik material yang dilakukan perusahaan

pada periode tahun 2017 dan 2018 tidak sesuai dengan proses

identifikasi topik material dalam Standar GRI 2016 karena dalam

kedua Laporan Keberlanjutan ini proses identifikasi topik

material yang dilakukan berbeda dengan Standar GRI dan tidak

mengikuti langkah demi langkah sesuai dengan Standar GRI

2016, tetapi hanya memberikan arahan untuk mengunjungi link

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

https://www.unilever.com/sustainable-living/our-approach-to-

reporting/defining-our-material-issues/ yang tertera pada kedua

laporan untuk melihat proses identifikasi topik-topik yang

material. Berikut proses identifikasi topik material yang

diterapkan PT. Unilever untuk Laporan Keberlanjutan periode

2017 dan 2018 berdasarkan link yang tertera dalam laporan;

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

Gambar VI: Matriks Materialitas tahun 2017/2018

Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Gambar VII: Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik “Improving Health and Well-Being”

Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Gambar VIII: Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik “Reducing Enviromental Impact”

Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Gambar IX: Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik “Enhancing Liverlihoods”

Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

Gambar X: Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik “Responsible Business Practices”

Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

Gambar XI: Matriks Materialitas 2017/2018- Isu dan Topik “Wider Sustainability Topics”

Sumber: Laporan Keberlanjutan PT. Unilever Indonesia Tbk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Dalam link yang disediakan oleh perusahaan mengenai

proses penentuan topik material tahun 2017 dan 2018 tersebut,

perusahaan memberikan penjelasan mengenai matriks materialitas

bahwa penilaian materialitas digunakan untuk membantu

mengidentifikasi masalah keberlanjutan prioritas dan memastikan

strategi fokus di bidang yang tepat, menilai keadaan keberlanjutan

yang berubah, serta untuk memahami dan memprioritaskan

masalah yang penting bagi bisnis dan pemangku kepentingan.

Menurut penjelasan mengenai matriks materialitas tersebut,

terdapat 177 topik yang diidentifikasi dan dikelompokkan menjadi

24 masalah yang disajikan ke dalam tabel dengan

mengklasifikasikan topik-topik menjadi lima fokus area. Dengan

tiga tujuan besar Unilever Sustainable Living Plan (USLP) yaitu

meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, mengurangi dampak

lingkungan dan meningkatkan mata pencaharian.

Berdasarkan analisis tersebut, dapat disimpulkan bahwa

proses identifikasi topik material yang dilakukan PT. Unilever

pada Laporan Keberlanjutan periode 2017 dan 2018 secara

keseluruhan tidak sesuai dengan Standar GRI 2016. Meskipun PT.

Unilever Indonesia sudah menyatakan proses penentuan

menggunakan matriks materialitas, namun hal tersebut tetap tidak

memenuhi ketentuan proses penentuan topik material berdasarkan

Standar GRI 2016.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

2. Menjawab rumusan masalah kedua yaitu “Bagaimana kinerja CSR PT.

Unilever Indonesia berdasarkan pengungkapan topik material dalam

Laporan Keberlanjutan tahun 2013-2018?”

Tabel 2. Matriks Identifikasi Keberadaan Topik Material

No Topik Material

Periode Tahun

Laporan

Keberlanjutan

2013-2

014

2015-2

016

2017

2018

A Topik Sosial

1 Anti korupsi ✓ ✓ ✓ ✓

2 Pelabelan Produk dan Jasa/Layanan Pelanggan ✓ ✓ ✓ ✓

3 Ketenagakerjaan ✓ ✓ ✓ ✓

4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja/Keadilan di

Tempat Kerja ✓ ✓ ✓ ✓

5 Pelatihan dan Pendidikan ✓ ✓ ✓ ✓

6 Masyarakat Lokal/Bisnis Inklusif/peluang untuk

perempuan/Kesehatan dan Kebersihan ✓ ✓ ✓ ✓

7 Keberagaman dan Kesempatan yang Setara/Peluang

untuk Perempuan/Keadilan ditempat Kerja ✓ ✓ ✓ ✓

8 Anti Diskriminasi/keadilan ditempat kerja ✓ ✓ ✓ ✓

9 Penilaian Kinerja HAM Pemasok/Bahan Baku

Berkelanjutan ✓ ✓ ✓

10 Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan/Tanggung

Jawab Produk ✓ ✓ ✓

11 Penilaian Kinerja Pemasok Terkait Praktik ✓ ✓ ✓

12 Keadilan Ditempat Kerja (Asesmen Hak Asasi

Manusia) ✓

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

No Topik Material

Periode Tahun

Laporan

Keberlanjutan

2013-2

014

2015-2

016

2017

2018

13 Privasi Pelanggan ✓

B Topik Lingkungan

1 Air ✓ ✓ ✓ ✓

2 Emisi/Gas Rumah Kaca ✓ ✓ ✓ ✓

3 Efluen dan Limbah ✓ ✓ ✓ ✓

4 Penilaian Kinerja Pemasok Terkait Lingkungan ✓ ✓ ✓

5 Praktik Pengadaan/Bahan Baku Berkelanjutan ✓ ✓ ✓

6 Energi ✓ ✓

7 Produk dan Jasa ✓

8 Kepatuhan ✓

9 Transportasi ✓

Sumber: Data Diolah

Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, kolom tahun yang diberi

tanda centang berarti bahwa topik material diterapkan pada tahun tersebut. Untuk

kolom tahun yang tidak diberi tanda centang (kosong) berarti pada tahun tersebut

topik material terkit tidak diterapkan. Berikut analisis dari setiapo pengungkapan

topik material sesuai dengan identifikasi yang telah dilakukan:

Tabel 2. Matriks Identifikasi Keberadaan Topik Material (Lanjutan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

a. Topik Material yang diungkapkan Selama Empat Tahun Berturut-

turut

Dalam kelompok Topik Material yang diterapkan oleh perusahaan

selama empat periode berturut-urut terdapat 10 Topik Material. Dari 10

topik tersebut terdapat topik yang mengalami peningkatan kinerja CSR,

penurunan kinerja CSR, dan terdapat topik yang tiap tahun kinerja CSR-nya

sama. Berikut topik-topik yang diterapkan PT. Unilever selama empat tahun

pelaporan berturut-urut:

1) Anti Korupsi (G4-SO3, SO4, SO5)/Etika dan Integritas (GRI 205)

Dalam empat periode pelaporan yang diteliti, topik material

Anti-Korupsi konsisten diterapkan oleh perusahaan. Dalam empat

periode laporan tersebut, mengungkapkan bahwa perusahaan

menerapkan kode etik Unilever Indonesia dengan sebutan Kode Etika

Bisnis Perusahaan atau Code of Business Principles (CoBP) yang

berisi standar perilaku yang dianut oleh perusahaan. Pada laporan

periode 2013/2014 dinyatakan bahwa audit internal PT. Unilever yaitu

Satuan Audit Internal Unilever Indonesia (IAU) memberikan

kepastian objektif dan independen terhadap integritas perusahaan serta

mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko yang signifikan. Dalam

laporan periode ini perusahaan juga membuat sebuah mekanisme

untuk melaporkan adanya pelanggaran atau dugaan pelanggaran

terhadap CoBP yang disebut dengan Mekanisme Pelaporan

Pelanggaran Payung Biru (Blue Umbrella). Pelaporan adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

pelanggaran dapat disampaikan kepada unit independen atau melalui

hotline etika Unilever Global dan selanjutnya akan ditindaklanjuti

penyelidikan oleh tim Blue Umbrella. Pada tahun 2013 perusahaan

juga mengadakan pelatihan anti-korupsi untuk semua karyawan serta

pelatihan dan kampanye kesadaran berperilaku etis untuk seluruh

karyawan.

Pada laporan periode 2015/2016, dilaksanakan beberapa

prakarsa yang digunakan untuk memperkuat nilai perusahaan dan

kepatuhan terhadap pedoman. Salah satunya yaitu kampanye yang

dilaksanakan oleh Divisi Integritas Bisnis dengan mengundang

Komisi Pemberantas Korupsi sebagai pembicara dalam Talkshow

mengenai budaya integritas dan anti-korupsi serta masih banyak

prakarsa lainnya yang berhubungan dengan integritas perusahaan,

sedangkan untuk pelaporan pelanggaran, pada laporan periode tahun

2015/2016 ini masih sama yaitu melalui Komite Blue Umbrella.

Berbeda dengan laporan tahun sebelumnya, pada laporan periode

tahun ini mengungkapkan bahwa terdapat beberapa laporan mengenai

potensi pelanggaran Prinsip Bisnis dan pelanggaran Kode Etik dari

karyawan dan pihak ketiga. Pada laporan periode ini juga terdapat

beberapa perubahan prinsip dari periode sebelumnya, dan dalam

kinerja tata kelola perusahaan mengungkapkan bahwa perusahaan

telah mengadopsi rekomendasi dari Pedoman Umum Good Corporate

Governance yang baik dan ASEAN Corporate Governance Scorecard

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

(ACGS). Dalam laporan periode tahun ini, ditahun 2015 terdapat 15

laporan mengenai potensi pelanggaran Prinsip Bisnis yang berasal dari

karyawan dan 1 laporan berasal dari pihak ke-3, sedangkan ditahun

2016 tercatat 31 laporan ataupun pertanyaan mengenai potensi

pelanggaran Kode Etik. Setelah diselidiki, 17 diantaranya

ditindaklanjuti dan telah selesai.

Laporan periode tahun 2017 masih menggunakan prinsip

bisnis Unilever dan yang sama dengan laporan sebelumnya dan tidak

ada perubahan ditahun 2017. Pada tahun 2017 Divisi Business

Integrity Unilever mengadakan kegiatan yang melibatkan tim

Procerment yang salah satu kegiatannya yaitu workshop Anti-Bribery

and Anti-Corruption. Dalam hal melaporkan adanya pelanggaran kode

etik perusahaan, pada laporan periode 2017 ini masih sama dengan

laporan tahun sebelumnya yaitu bisa melalui Global Phone Hotline,

Global Website Hotline atau langsung lapor kepada Blue Umbrella,

Line Manager dan Business Integrity Officer. Mulai ditahun 2017

perusahaan menyatakan dalam laporan mengenai tiga pilar pendekatan

integritas bisnis yaitu pencegahan, deteksi dan respons. Pada tahun

2017 dilaporkan bahwa terdapat 23 laporan wistlebower, dan 20 kasus

yang diselidiki dan 23 kasus terselesaikan. Integritas bisnis Unilever

tahun 2017 telah diaudit dan mendapat nilai memuaskan. Pada laporan

2018, perusahaan tidak menjelaskan lagi mengenai CoBP, tetapi pada

laporan periode tahun 2018 terdapat penjelasan bahwa pada tanggal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

27 Agustus 2018, ASEAN Responsible Business Forum (ARBF)

mencatat PT Unilever Indonesia Tbk sebagai 10 perusahaan teratas

dengan tingkat pengungkapan tertinggi di 5 negara ASEAN. Laporan

periode 2018 juga mengungkapkan adanya beberapa kegiatan

Business Integrity, yaitu 4 kali Integrity Moment dalam Townhall

meeting oleh Pimpinan Senior, 12 pertemuan Business Integrity

Committee Meeting, 3 Workshop Business Integrity yaitu workshop

untuk pihak ketiga yang memiliki risiko tinggi terhadap korupsi, serta

sembilan kampanye dan pelatihan. Media yang digunakan dalam

menyampaikan adanya pelanggaran kode etik pada laporan periode ini

masih sama dengan laporan tahun sebelumnya. Laporan periode 2018

ini mengungkapkan bahwa terdapat 14 laporan Whistleblower, 14

kasus yang diinvestigasi dan 18 kasus yang selesai termasuk kasus

ditahun sebelumnya. Dari keempat laporan tersebut terlihat jelas

bahwa perusahaan menggunakan prinsip bisnis dan kode etik khusus

untuk perusahaan dan juga terdapat program dan kampanye integritas

untuk menekan terjadinya pelanggaran termasuk korupsi. Program dan

kampanye yang dilakukan perusahaan setiap periodenya semakin

banyak dari tahun ke tahun.

Dapat dilihat bahwa pada laporan periode 2013-2014 tidak ada

catatan pelaporan kasus, namun periode tahun 2015-2016 hingga

periode tahun 2018 tercatat terjadi pengurangan laporan kasus

pelanggaran. Dapat ditarik kesimpulan bahwa kinerja CSR dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

topik material Anti-Korupsi mengalami peningkatan dengan bukti

semakin berkurangnya kasus pelaporan pelanggaran.

2) Pelabelan Produk dan Jasa (G4-PR3)/Layanan Pelanggan (GRI-417)

Topik material ini konsisten dicantumkan oleh perusahaan ke

dalam laporan keberlanjutan selama empat periode pelaporan yang

diteliti. Pada laporan periode tahun 2013/2014, perusahaan

menyatakan bahwa selalu menerapkan kebijakan ketat mengenai

seluruh proses produksi di pabrik, pengujian produk, dan cermat

memerhatikan label produk yang mana proses ini dilakukan sebelum

produk dikirim dan di distribusi. Dalam pelabelan produk, perusahaan

melalui banyak persyaratan untuk memastikan keamanan dan kualitas

produk termasuk persetujuan dari BPOM. Dalam melakukan

komunikasi dan pemasaran produk, perusahaan menerapkan beberapa

peraturan dan etika yaitu peraturan BPOM dan Kementerian

Kesehatan, Prinsip Pemasaran dan Periklanan Unilever, dan posisi

Unilever tentang Pelabelan Nutrisi yang akan dikembangkan sebagai

pendekatan internasional nutrisi. Perusahaan menyediakan informasi

produk untuk memastikan keamanan produk pada tingkat kualitas

tertinggi konsumen. Perusahaan memenuhi persyaratan global yang

menjadi dasar dalam pendekatan internasional di bidang pelabelan

informasi nutrisi. Kemudian memastikan semua produk sudah diberi

label yang diwajibkan melalui sistem persetujuan BLUE UMBRELLA

sebelum dikirim ke konsumen. Sebelum label dicetak, label harus

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

ditinjau oleh semua fungsi departemen penelitian dan pengembangan,

pemasaran, urusan regulasi dan hukum serta manajemen rantai

pasokan. Melalui sistem ini, perusahaan memastikan syarat desain

kemasan sudah sesuai dengan peraturan BPOM sebelum di produksi.

Dalam membangun hubungan dengan konsumen, perusahaan

membuat layanan dengan nama “Suara konsumen” yang mana

layanan ini memberikan tanggapan cepat terhadap keluhan dan

pertanyaan seputar produk dan meningkatkan kepuasan konsumen

terhadap produk. selain melalui Suara Konsumen, konsumen dapat

memberikan tanggapannya melalui email, surat maupun media sosial.

Keluhan yang diterima selama periode laporan ini yaitu mengenai

akses masuk pemasaran digital Unilever yang mana ada batasan

server. Kemudian keluhan lainnya yaitu mengenai produk.

Laporan periode tahun 2015/2016 isi dari topik ini masih sama

dengan tahun 2013/2014 hanya saja pada laporan tahun ini ada banyak

penambahan mengenai tanggung jawab produk dan label serta

menyajikan jaminan produk halal dan beberapa sertifikat yang

diperoleh serta menyajikan tingkat keluhan dan tanggapan konsumen.

Beberapa sertifikat yang diperoleh yaitu Sistem Manajemen Mutu ISO

9001 yang diperoleh semua pabrik home & personal care, sertifikat

Food Safety System Certification (FSSC 22000) yang diterima semua

pabrik Food & Refreshment, serta semua produk Personal care sudah

memenuhi cara Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB). Perusahaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

juga menerapkan jaminan halal untuk 9 pabrik Unilever. Layanan

konsumen melalui layanan Suara Konsumen di tahun ini juga sudah

dilaksanakan dengan baik, dimana semua keluhan di selesaikan secara

memuaskan dengan total keluhan sebanyak 2.441 di tahun 2015 dan

1.296 di tahun 2016. Perusahaan juga membuat persentase kepuasan

konsumen yang mana pada tahun 2015 kepuasan konsumen sebesar

92,4% dan di tahun 2016 sebesar 95%. Untuk melindungi konsumen

dari produk palsu, perusahaan berupaya melakukan beberapa

pendekatan. Selain itu, rahasia pelanggan juga dijamin aman oleh

perusahaan.

Laporan periode tahun 2017 isi topik material ini masih sama

dengan tahun sebelumnya. Pada bagian layanan suara konsumen,

perusahaan menyatakan bahwa akan berupaya untuk menangani

semua respon yang masuk melalui protokol yang ketat oleh Agen

Pelayanan Keluhan Konsumen (Customer Advisory Service-CAS) dan

keluhan yang masuk akan dikategorikan ke dalam kategori normal,

tinggi, atau darurat. Jika agen CAS tidak bisa memberikan jawaban,

maka isu tersebut akan dibawa ke departemen atau divisi yang

ditunjuk. Dan apabila solusi yang diberikan kepada konsumen tidak

dapat diterima konsumen, maka kasus akan dibawa ke YLKI

(Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) atau melalui jalur hukum.

Di tahun ini tingkat kepuasan konsumen mencapai 90% lebih rendah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

dari tahun sebelumnya. dan keluhan yang diterima serta diselesaikan

sebanyak 1.886.

Pada tahun 2018 ini, perusahaan menyajikan tanggung jawab

produk mulai dari nutrisi yang terkandung dalam semua produk

terutama produk makanan yang mana menjadi tantangan bagi

perusahaan untuk membuat nutrisi produk perusahaan sesuai standar

namun dengan rasa yang enak dan dapat diterima oleh konsumen.

Dalam laporan ini, perusahaan menyatakan mengenai dampak

lingkungan yang dihasilkan dari sampah produk dari produk yang

digunakan oleh konsumen. Namun, dalam hal ini perusahaan baru

memberikan kiat-kiat dan inovasi untuk mengubah kemasan mereka

menjadi plastik yang dapat didaur ulang dan terurai di tahun 2025

mendatang. Terdapat beberapa inisiatif yang dijalani di tahun 2018

yaitu mengenai kemasan produk di pabrik Foods and Refreshment.

Untuk keseluruhan tanggung jawab produk hingga layanan konsumen

pada laporan tahun ini masih sama dengan laporan tahun sebelumnya.

dengan keluhan yang diterima dan selesai sebanyak 1.379 dan tingkat

kepuasan konsumen sebesar 87,03% lebih rendah dari tahun

sebelumnya. Berbeda dengan tahun sebelumnya, di laporan tahun ini

menyajikan pencapaian perusahaan mengenai pengurangan kemasan

yang dapat merusak lingkungan.

Dari laporan empat periode tersebut, upaya-upaya yang

dilakukan perusahaan sebagian besar sama setiap tahunnya. Namun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

sejak periode tahun 2015/2016 hingga tahun 2018, sesuai dengan yang

dilaporkan oleh perusahaan, tingkat kepuasan konsumen menurun.

Dan tidak terdapat pernyataan yang menyebabkan kepuasan

konsumen menurun. Dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk topik

material ini, kinerja CSR PT. Unilever Indonesia menurun, hal

tersebut sesuai dengan hasil tingkat kepuasan konsumen yang semakin

menurun.

3) Ketenagakerjaan (G4-LA1, LA2)/(GRI-401)

Topik material ini secara konsisten diterapkan oleh perusahaan

dari tahun ke tahun. Untuk tahun 2013/2014, perusahaan menyatakan

banyaknya karyawan berdasarkan usia, lokasi, gender serta staf

manajerial dalam sebuah diagram persentase. Untuk presentasi

karyawan berdasarkan usia ditahun 2014, usia dibawah 20 tahun

sebesar 4%, usia diatas 21 sebesar 29%, usia diatas 26 sebesar 28%,

usia diatas 31 tahun sebesar 14%, usia diatas 36 tahun sebesar 10%,

usia diatas 41 tahun sebesar 8%, usia diatas 51 tahun sebesar 5%.

Presentasi jumlah karyawan berdasarkan lokasi di tahun 2014, untuk

lokasi Area sebesar 10%, untuk lokasi di Pabrik sebesar 74%, untuk

lokasi di kantor pusat dan kantor lainnya sebesar 16%. Persentase

karyawan berdasarkan gender ditahun 2014 untuk staf perempuan

sebanyak 36.63% sebagai manajer, 35.59% sebagai manajer senior,

dan 28.57% sebagai direksi. Perusahaan juga memberikan paket

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

manfaat untuk memenuhi karyawan dan keluarga meliputi, manfaat

kesehatan, cuti hamil dan punya anak, dana pensiun, tunjangan hari

raya dan manfaat untuk karyawan dan keluarga intinya. Namun

ditahun ini perusahaan tidak menjelaskan karyawan turnover.

Dalam laporan periode tahun 2015/2016, perusahaan

menyajikan total karyawan baru sebanyak 631 karyawan. Sedangkan

total karyawan menurut gender disajikan dengan gambar diagram

presentasi yang mana karyawan perempuan sebesar 20,3% (1.050

orang) dan karyawan laki-laki sebesar 79,7% (5.135 orang). Berbeda

dengan tahun sebelumnya, dalam laporan periode ini perusahaan tidak

menjelaskan tunjangan yang diberikan kepada karyawan dan jumlah

karyawan turnover. Laporan periode 2017 menyajikan topik material

ini kedalam beberapa tabel meliputi, jumlah karyawan berdasarkan

usia, jumlah karyawan berdasarkan status ketenagakerjaan, jumlah

tenaga kerja baru berdasarkan usia, turnover jumlah berdasarkan usia,

dan juga persentase pegawai berdasarkan gender. Untuk total

karyawan perempuan sebanyak 1.019 orang, sedangkan total

karyawan laki-laki sebanyak 4.988 orang. Untuk tenaga kerja baru

perempuan sebanyak 75 orang dan tenaga kerja baru laki-laki

sebanyak 340 orang. Jumlah turnover yaitu sebesar 3%. Pada tahun ini

perusahaan tidak menjelaskan tunjangan yang diberikan kepada

karyawan. Dalam laporan periode tahun 2018 masih sama dengan

laporan 2017 yang mana menyajikan topik material ini dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

beberapa tabel meliputi, jumlah karyawan baru berdasarkan usia,

tingkat turnover berdasarkan usia, jumlah karyawan berdasarkan usia,

jumlah karyawan berdasarkan status dan persentase karyawan

berdasarkan gender. Untuk total karyawan baru sebanyak 462 dengan

karyawan perempuan sebanyak 128 dan karyawan laki-laki sebanyak

334. Sedangkan tingkat turnover pada tahun ini untuk karyawan

perempuan sebesar 9% dan karyawan laki-laki sebesar 8%. Dalam

laporan ini perusahaan memberikan cuti untuk karyawan hamil selama

empat bulan dan memberikan cuti ayah selama tiga minggu.

Berdasarkan analisis tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa

kinerja CSR PT. Unilever Indonesia berdasarkan Topik Material

Ketenagakerjaan menghasilkan hasil yang sama setiap tahunnya.

Dikatakan setiap tahun menghasilkan hasil yang sama karena pada

topik material ini hanya mengungkapkan mengenai identitas karyawan

berkaitan dengan gender.

4) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (G4-LA6)/Keadilan di Tempat Kerja

(GRI 403)

Dalam laporan periode 2013/2014, perusahaan menggunakan

Total Recordable Frequency Rate (TRFR) untuk memantau kinerja

keselamatan dan untuk menghitung seluruh cedera yang terjadi

ditempat kerja, perusahaan menggunakan Lost Time Injury (LTI),

namun untuk cedera ringan hanya perlu penanganan sederhana yaitu

P3. Menurut laporan tahun periode ini tidak terjadi kecelakaan kerja di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

perusahaan. Dalam laporan ini terdapat pernyataan bahwa kesehatan

dan keselamatan kerja karyawan Unilever dalam semua kegiatan

operasional didasarkan pada Sistem Standar Kerangka Kerja yang

digunakan secara global dan dikembangkan berdasarkan ISO 14001

dan OHSAS 18001. Unilever memiliki Komite Keselamatan

Kesehatan dan Lingkungan Terpusat yang dipimpin oleh Direktur

Utama dan terdiri dari 7 sub-komite yang mana setiap unit dipimpin

seorang direktur. Hal ini bertujuan untuk memelihara keselamatan

kerja melalui kepemimpinan yang nyata dan teladan. Menurut laporan,

ancaman terbesar dalam kesehatan bukan akibat dari kegiatan

operasional perusahaan melainkan dari perilaku dan gaya hidup

karyawan sendiri. Untuk itu, perusahaan mendukung keluarga

karyawan untuk menjalankan pola hidup dan perilaku positif dengan

memberikan pendidikan, pelatihan, program pengendalian risiko dan

program pengobatan. Selain itu perusahaan juga melakukan vaksinasi

dan menyediakan tempat penitipan anak dan fasilitas menyusui bagi

karyawan. Perusahaan juga melakukan beberapa kampanye

keselamatan.

Laporan periode tahun 2015/2016 Komite Keselamatan masih

berjalan ditambah dengan adanya pengelolaan kesehatan dan

keselamatan kerja dan lingkungan atau Safety, Health and

Environment (SHE) yang semakin intensif dilakukan. Pada periode

tahun ini, perusahaan membuat kunci utama untuk mendukung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

karyawan dalam mengambil keputusan saat bekerja yang diberi nama

Unilever Indonesia’s Six Cardinal Rules of Safety. Isi dari aturan ini

yaitu mencangkup prosedur dan perilaku mengemudikan kendaraan,

melaksanakan kegiatan bisnis, bekerja di ketinggian, bekerja di

ruangan tertutup, menggunakan peralatan listrik dan saat mengangkat

beban/barang. Pada periode tahun ini perusahaan juga melakukan

beberapa kampanye keselamatan guna meningkatkan kinerja

keselamatan. Mulai tahun 2015 perusahaan menjalankan program

perilaku yang sehat dan aman yang bernama BeSafE (Behavior-Based

Safety: Keselamatan Berbasis Perilaku) yang berlingkup korporasi

yang melibatkan seluruh lini organisasi karyawan pabrik hingga

Direksi. Program ini dirancang untuk meningkatkan pemahaman

mengenai risiko yang berkaitan dengan pekerjaan dan mendorong

peserta untuk menerapkan perilaku selamat baik bagi diri sendiri

maupun sekitarnya. Sistem manajemen K3 Unilever Indonesia

mengimplementasikan Sistem Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang

disebut Medical Occupational Health di semua pabrik. Sistem ini

mewajibkan karyawan untuk bertanggung jawab dalam menjaga

tempat kerja, meminimalisir cedera dan kecelakaan serta bahaya

kesehatan terkait pekerjaan bagi seluruh mitra usaha dan kontraktor.

Pada periode ini dilaksanakan audit keselamatan untuk mengevaluasi

tingkat kepatuhan terhadap kebijakan, prosedur dan proses

keselamatan. Audit keselamatan meliputi audit regional (SHE) PAR

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Audits, audit SHE eksternal, audit re-sertifikasi OHSAS, audit

pergudangan, audit pemakaian aerosol, audit manufacturing pihak

ketiga, dan audit pabrik. Perusahaan juga menerapkan langkah-

langkah keselamatan kepada kontraktor dan mitra, termasuk pelatihan

dasar safety bagi kontraktor secara berskala kesempatan pelatihan

petugas K3 kontraktor dan audit K3 kontraktor. Selain itu perusahaan

juga membuat kampanye keselamatan diluar tempat kerja dengan

meningkatkan kesadaran risiko kesehatan dan keselamatan di rumah,

di jalan dan di luar tempat kerja lainnya serta menyelenggarakan

kampanye, brosur, dan petunjuk keselamatan jika terjadi bencana atau

peristiwa yang tidak diinginkan.

Pada laporan periode tahun 2017 masih sama dengan tahun

periode sebelumnya hanya saja terdapat penambahan 2 inisiatif besar

K3 yang diluncurkan ditahun 2017 karena berdasarkan pembelajaran

insiden ditahun sebelumnya, dua inisiatif besar tersebut yaitu Safe

Travel khusus pengemudi dan 3 for Zero Fatalities bagi pekerja di

pabrik yang masih mempunyai program didalamnya. Perusahaan juga

memerhatikan kesehatan karyawan dengan melakukan pemeriksaan

bagi kesehatan seluruh karyawan dengan intensitas lebih sering

dilakukan pemeriksaan kepada karyawan yang bekerja dengan risiko

yang lebih tinggi. Upaya lain yang dilakukan perusahaan agar

karyawan sehat, divisi communication relations dan human resources

mengadakan kampanye „Biggest Loser‟ kampanye ini berisi tantangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

bagi karyawan agar mengadopsi hidup yang lebih sehat dengan

mengikuti outdoor run, seminar kesehatan dan nutrisi, gym, yoga, dan

kegiatan lainnya. Perusahaan juga membuat program „Employee

Assistant Programme‟ yang mana karyawan dapat berkonsultasi

kepada tenaga konselor profesional mengenai berbagai masalah yang

dihadapi. Program ini lebih menuju kepada kesehatan mental

karyawan. Evaluasi K3 masih berjalan di tahun 2017. Untuk angka

Total Recordable Frequency Rate pada tahun 2017 meningkat

menjadi 0,58 yang mana ditahun sebelumnya hanya 0,34. Di tahun

2017 ini perusahaan berhasil mencapai prestasi “Tanpa Insiden Fatal”,

namun tingkat kecelakaan yang tinggi terjadi pada bagian kontraktor

dan pabrik pemasok pihak ketiga. Secara keseluruhan, perusahaan

mencatat adanya peningkatan kinerja K3 yang menunjukkan

pencapaian target-target program.

Di tahun 2018, komite Central of Safety, Health &

Environment Committee CSHEC terdiri dari 5 sub-komite yang

masing-masing dipimpin oleh dua anggota BOD. Berbeda dengan

komite pada periode tahun 2013/2014 yang mana terdiri dari tujuh

komite dan dipimpin oleh direksi. Unit Komite Keselamatan

Kesehatan dan Lingkungan (USHEC) juga dibentuk dengan direktur

Site sebagai pemimpinnya. Dalam laporan periode ini terdapat

pernyataan bahwa pada tahun 2018 program-program yang dijalankan

merupakan lanjutan dari program-program tahun sebelumnya. Selain

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

itu terdapat juga program-program baru yang dikembangkan di tahun

ini dari program tahun sebelumnya pada tahun 2018 perusahaan

melaksanakan audit Fire & Explosion Risk Analysis (FERA) ke pabrik

pihak ketiga. Audit ini mengenai Audit Keselamatan Kebakaran

khusus yang diluncurkan pada operasi manufaktur pemasok

perusahaan dalam melaksanakan analisis kesenjangan kepatuhan

Keselamatan Kebakaran terhadap NFPA (National Fire Protection

Assosiaciation). Program ini berjalan sejak bulan Februari 2018 dan

telah menilai 27 pemasok. Tindakan perbaiki akan dilaksanakan

perusahaan sebagai tindaklanjut penemuan audit. Di tahun 2018,

perusahaan meningkatkan program kesehatan kerja di 4 bidang aspek

kesehatan yaitu nutrisi, fisik, mental, dan purpose. Dalam hal ini

perusahaan menyediakan fasilitas untuk 4 aspek tersebut untuk

seluruh karyawan dan menyediakan tim pemantauan untuk

memfasilitasi karyawan serta memberikan saran tindak lanjut. Pada

tahun ini juga perusahaan mendapat sertifikasi karena operasi kantor

pusat telah menerapkan sistem manajemen K3 yang efektif dan sesuai

dengan persyaratan hutan dan standar kesehatan dan keselamatan yang

berlaku. Evaluasi tahun 2018 secara umum perusahaan sudah

mencapai kinerja keselamatan yang baik dengan TRFR 0,39 untuk

karyawan dan 0,13 untuk Kontraktor. Dibandingkan dengan tahun

sebelumnya Deverity Index juga menurun menjadi nol. perusahaan

juga telah mencapai insiden keselamatan proses nol di semua pabrik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Namun, perusahaan masih membutuhkan peningkatan keselamatan di

pihak ketiga dan mitra bisnis karena pada tahun ini perusahaan

menerima laporan kecelakaan dari pihak ketiga dan mitra bisnis.

Perusahaan sudah menyelenggarakan banyak upaya untuk mengurangi

kecelakaan pada pihak ketiga di tahun 2018.

Dari pernyataan yang terdapat di laporan tersebut, perusahaan

mulai memperbanyak program keselamatan kerja untuk menekan

terjadinya kecelakaan di tahun 2015/2016 dan program-program

tersebut semakin berkembang dan bertambah pada tahun 2017 dan

paling banyak ditahun 2018. Meskipun pada tahun 2017 mengalami

kenaikan Total Recordable Frequency Rate TRFR namun perusahaan

berhasil menurunkan TRFR di tahun 2018. Dapat ditarik kesimpulan

bahwa kinerja CSR pada topik material ini mengalami peningkatan.

5) Pelatihan dan Pendidikan (G4-LA9, LA11)/Mengelola Sumber Daya

Manusia (GRI 404)

Topik material ini secara konsisten diterapkan perusahaan

pada keempat laporan. Untuk tahun periode tahun 2013/2014,

perusahaan menyatakan bahwa belajar sembari bekerja adalah hal

penting dan karyawan perusahaan sudah melalui beragam pelatihan

dan bimbingan yang dipimpin para manajer. Perusahaan telah

mengembangkan pusat pengembangan untuk meningkatkan keahlian

pekerja dengan modul pelatihan yang mencangkup keahlian di bidang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

manajemen, kepemimpinan, keselamatan dan profesional. Perusahaan

juga menyediakan Learning Management System (LMS) yang tersedia

secara online untuk semua karyawan dan juga mengikutsertakan

karyawan dalam kursus-kursus kelas dunia. Dalam laporan ini juga

perusahaan menyajikan tabel yang berisi mengenai pendidikan dan

pelatihan yang sudah diberikan oleh karyawan. Perusahaan

mempunyai gedung pusat pelatihan dan pengembangan karyawan

yang terletak di Mega Mendung, Jawa Barat. Selama periode ini,

perusahaan telah menyelenggarakan 112 kegiatan pelatihan dan

pengembangan karyawan meliputi pelatihan, rapat dan lokakarya

dengan total peserta sebanyak 4.099.

Dalam laporan tahun periode 2015/2016, perusahaan

menyelenggarakan berbagai macam pelatihan, baik pelatihan profesi,

umum, maupun kepemimpinan yang dilakukan agar karyawan

memiliki pengetahuan, keterampilan dan kepercayaan diri untuk

mendukung pertumbuhan bisnis. Tiga jenis pelatihan utama yang

sediakan mencangkup pelatihan profesional, fungsional atau teknis,

kompetensi soft skill, dan pelatihan kualifikasi profesional/sertifikat.

Karyawan juga dapat mengakses berbagai sumber pembelajaran

termasuk buku online, TEDx Talks dan kelas belajar melalui Learning

Hub Online. Selama tahun 2015, total jam belajar yaitu 2.656 jam

dengan 205 modul pelatihan dan tahun 2016 sebanyak 2.428 jam

dengan 228 modul pelatihan. Perusahaan membuat suatu metode

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

kepemimpinan yang disebut Unilever Future Leaders Program

(UFLP) melalui program management trainee selama tiga tahun dari

hasil rekrutmen. Kandidat yang sukses bergabung dengan UFLP akan

mengikuti pelatihan yang terstruktur, pembelajaran terus menerus,

mentoring dengan standar kelas dunia dan pengalaman di berbagai

disiplin ilmu baik di Indonesia maupun luar negeri. Perusahaan juga

berinvestasi untuk meluncurkan pelatihan kepada lebih dari delapan

ratus mitra bisnis eksternal dan distributor.

Laporan tahun 2017 ini, perusahaan menyatakan bahwa

perusahaan terus menyelenggarakan beragam program untuk

mengembangkan kompetensi. Program yang dijalankan pada tahun ini

masih sama dalam tiga jenis pelatihan utama, namun pada tahun ini

program yang dijalankan didalamnya lebih banyak dengan 50.987 jam

belajar dan ikuti oleh 7.666 peserta. Fasilitas lain yang sudah

diterapkan ditahun sebelumnya juga masih berjalan di tahun ini.

Perusahaan juga meluncurkan program baru yang dinamai Degreed.

Program ini merupakan program pembelajaran masa depan yang mana

didalamnya proses pembelajaran dan berbagi pengetahuan dilakukan

sebagai sebuah pengalaman sosial, sehingga seseorang dapat

mengetahui apa yang sedang dipelajari orang lain dan dapat

memberikan masukan. Karyawan juga bisa mendapatkan rekomendasi

yang dapat dipelajari dari kolega dan mendapat manfaat dari berbagai

sumber.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Pada laporan 2018, perusahaan memberikan pelatihan soft

competency untuk karyawan agar memiliki perilaku kepemimpinan

agar dapat bekerja dengan efektif dan memberikan hasil jangka

pendek dan strategis jangka panjang. Selain itu, perusahaan juga

memberikan pelatihan kompetensi teknis, pelatihan sertifikasi dan

pelatihan keterampilan profesional. Perusahaan juga membantu

karyawan agar dapat memberikan hasil sesuai dengan harapan dari

peran karyawan serta mengembangkan penguasaan profesional di

bidang masing-masing. Selain platform digital Degreed yang

diluncurkan di tahun 2017, tahun 2018 perusahaan meluncurkan

aplikasi ID untuk memberikan informasi dan pengetahuan mengenai

perusahaan bagi karyawan yang bergabung sejak hari pertama.

Menurut catatan, pengguna Degreed sudah mencapai 2.265 dengan

total jam sebanyak 33.485 jam. Untuk pelatihan sertifikasi pada tahun

ini diikuti oleh 5 partisipan. Pelatihan soft competencies diikuti oleh

2.002 partisipan. Pelatihan technical competencies diikuti oleh 15.506

partisipan dan pelatihan profesional skill diikuti oleh 1.306 partisipan.

Topik material ini dari tahun ke tahun mengalami perubahan

setiap tahunnya dengan pertambahan program-program pelatihan dari

perusahaan. Selain itu juga perusahaan menambahkan aplikasi yang

dapat membantu karyawan dalam mengembangkan pengetahuannya.

Karyawan yang mengikuti pelatihan dan pengembangan dari

perusahaan setiap tahunnya juga mengalami pertambahan. Dari hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

analisis tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat peningkatan

kinerja CSR perusahaan terhadap kepedulian sosial karyawannya

untuk bisa mendapatkan pendidikan yang lebih baik dan semakin

berkembang.

6) Masyarakat Lokal (G4-SO1)/ Bisnis Inklusif / Peluang untuk

Perempuan / Kesehatan dan Kebersihan (GRI413)

Berbeda dengan analisis topik material sebelumnya, pada

analisis ini terdapat gabungan beberapa topik material dengan isi

Standar yang sama, yang mana pada tahun periode 2013-2014 dan

2015-2016 menggunakan Standar G4 dengan satu topik material.

Akan tetapi, pada tahun 2017 dan 2018 yang menggunakan Standar

GRI, perusahaan membuat tiga topik material, sehingga untuk analisis

dijadikan satu. Dalam Topik Material ini, terdapat implementasi Teori

Legitimasi yang menunjukkan adanya hubungan perusahaan dengan

masyarakat.

Pada tahun 2013-2014, perusahaan meningkatkan mata

pencaharian masyarakat seperti petani dan pedagang eceran skala

kecil melalui pembinaan dari perusahaan. Dalam bidang pertanian,

perusahaan membuat program pengembangan bagi para petani yang

pernah mengikut sekolah petani untuk memastikan kelanjutan

program mengenai aktivitas cocok tanam, manajemen dan riset.

Perusahaan juga mengenalkan pedoman pertanian keberlanjutan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

kepada petani dengan pelatihan Pedoman Pertanian Keberlanjutan

Unilever (USAC). Program lainnya yaitu Pemberdayaan Petani

Perempuan (TUTUR). Dalam program ini, perusahaan melakukan

pelatihan keahlian komunikasi dan audio visual yang ditujukan pada

petani kadang kedelai dan teh hitam. Perusahaan mendorong petani

perempuan untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan pendapatan.

Dan program ini berhasil meningkatkan harga jual bahan baku

pasokan. Kemitraan antara bank-bank lokal dengan perusahaan juga

mendukung pertumbuhan petani. Sepanjang tahun pelaporan ini

perusahaan menyelenggarakan seminar dan lokakarya mengenai cara

mempertahankan kualitas produk. Selanjutnya, perusahaan membuat

program fertilisasi untuk mendorong peningkatan hasil produksi dan

berhasil meningkatkan produksi dari 0.3 kg menjadi 0,4 kg gula per

pohon per hari. Perusahaan juga memperkenalkan prinsip dan

implementasi Rainforest Alliance kepada petani lokal. Hal tersebut

membawa hasil positif yang mana persentase teh bersertifikat

Rainforest Alliance mengalami peningkatan. Program lainnya yaitu

“Program Toko yang lebih Banyak, Toko yang Lebih Baik” yang

bertujuan membantu meningkatkan kinerja toko pelanggan dengan

pelatihan dan pendidikan yang terkait kegiatan mendasar, pengelolaan

rantai pasokan, pengelolaan kategori, penjualan, keuangan, pelayanan

pelanggan dan penyusunan tata ruang toko. Program ini berhasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

melipatgandakan penghasilan rata-rata toko sebesar 1,5 hingga 2 kali

dari sebelumnya.

Pada laporan periode tahun 2015-2016, perusahaan

menyelenggarakan program Untuk Indonesia Sehat yang

mengintegrasikan inisiatif di Bidang kesehatan, sanitasi dan nutrisi

yang dilakukan melalui 4 inisiatif utama yaitu:

a) Program Sekolah Sehat

Program ini didesain dengan kegiatan promosi

kesehatan sesuai dengan usia dan jenjang pendidikan. Untuk

anak SD, kegiatan difokuskan pada 6 kebiasaan hidup sehat

sedangkan untuk usia 13-18 lebih difokuskan pada

peningkatan kepercayaan diri dan kesehatan reproduksi.

b) Remaja Berani Hidup Sehat

Program ini merupakan bentuk edukasi di sekolah yang

bertujuan memberikan pemahaman hidup sehat kepada remaja

untuk menjadikan remaja menjadi nyaman dengan penampilan

dan kebersihan pribadi mereka.

c) Program Komunitas Sehat

Program ini melibatkan masyarakat yang tergabung

dalam kegiatan Posyandu dan pedagang pasar tradisional

dengan mengintegrasikan promosi kebiasaan hidup sehat,

program sanitasi komunitas dan perbaikan nutrisi. Perusahaan

juga mendukung Gerakan Masyarakat Hidup Sehat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

(GERMAS). Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)

diluncurkan oleh Kementerian Kesehatan. Perusahaan

mendukung peluncuran ini dengan menyediakan Instalasi

Lengkap dan peralatan untuk kegiatan Cuci Tangan Pakai

Sabun dan Sikat Gigi di Bantul, Yogyakarta.

d) Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN)

Program ini mengangkat pentingnya peran orang tua

untuk mengenal dan mengetahu cara mencegah kebiasaan yang

berakibat buruk bagi gigi, sehingga dapat melakukan

pencegahan kerusakan gigi sedini mungkin.

Program lainnya yaitu meningkatkan sanitasi

lingkungan. Pada tahun 2015 perusahaan menjangkau

Indonesia Timur dengan kegiatan meningkatkan akses fasilitas

air bersih dan sanitasi, edukasi dan melatih guru,

mendistribusikan materi edukasi kesehatan dan kebersihan.

Tahun 2015 perusahaan juga memberikan edukasi kepada

masyarakat Jakarta untuk mewujudkan rumah yang bersih dan

sehat, terhindar dari kuman dan penyakit menular. Program

lain yang yang melibatkan pemasok masih sama dengan tahun

sebelumnya.

Program yang dijalani ditahun 2017 masih sama

dengan program yang ada di laporan tahun 2013-2014 dan

2015-2016. Ditambah dengan program bersih-bersih masjid

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

yang dilakukan pada 1.011 masjid di 33 kota dalam 11

provinsi. Selanjutnya untuk laporan periode tahun 2018 juga

masih melanjutkan program-program sebelumnya ditambah

beberapa program meliputi, edukasi kesehatan gigi dan

pemeriksaan gigi gratis, Program Pasar Sehat Berdaya dan

Selling With Purpose. Melalui Program Pasar Sehat Berdaya,

perusahaan memberikan edukasi pentingnya kesehatan dan

kebersihan dan mendorong pedagang untuk rutin melakukan

pemeriksaan kesehatan. Selain itu perusahaan juga

memberikan pemeriksaan kesehatan gratis bagi para pedagang

pasar. Dalam Program Selling With Purpose, perusahaan

memperkenalkan solusi berbasis teknologi kepada para peritel

tradisional agar mampu bersaing di pasar.

Berdasarkan analisis dari keempat laporan tersebut,

dapat dilihat bahwa kinerja CSR berdasarkan topik material ini

dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dengan semakin

bertambahnya program-program yang melibatkan masyarakat

di setiap tahun pelaporan. Program-program tersebut

dilaksanakan dengan tujuan pengembangan hidup dan

kehidupan yang lebih sehat bagi masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

7) Keberagaman dan Kesempatan yang Setara (G4-12)/ Keadilan di

Tempat Kerja / Peluang untuk Perempuan (GRI 405)

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, keempat Laporan

Keberlanjutan menerapkan topik material ini. Dalam laporan tahun

2013-2014, perusahaan memberikan pernyataan bahwa pada tahun

periode laporan ini rasio gaji dasar dan remunerasi antara laki-laki dan

perempuan adalah 1:1, dengan Direksi Perusahaan terdiri dari 6 orang

laki-laki dan 3 orang perempuan. Persentase jumlah karyawan berusia

<20 tahun sebesar 5%, >51 tahun sebesar 2%, 21-25 tahun sebesar

29%, 26-30 tahun sebesar 28%, 31-35 tahun sebesar 14%, 36-40 tahun

sebesar 10%, 41-45 tahun sebesar 8%, 46-50 tahun sebesar 4%.

Persentase karyawan staf perempuan yaitu 36.63% sebagai Manajer,

35.59% sebagai Manajer Senior, dan 28.57% sebagai Direksi.

Pada tahun 2015, total tenaga kerja dengan usia <30 tahun

sebanyak 502 orang perempuan dan 2.868 orang laki-laki, 30-50 tahun

sebanyak 504 orang perempuan dan 2.346 orang laki-laki, >50 tahun

sebanyak 37 orang perempuan dan 94 orang laki-laki. Sedangkan di

tahun 2016, total tenaga kerja dengan usia <30 tahun sebanyak 478

orang perempuan dan 2.496 orang laki-laki, 30-50 tahun sebanyak 534

orang perempuan dan 2.538 orang laki-laki, >50 tahun sebanyak 38

orang perempuan dan 101 orang laki-laki. Pada tahun 2015 dan 2016

posisi Presiden Direktur diduduki oleh satu orang laki-laki. Untuk

posisi Direktur, pada tahun 2015 terdapat 3 orang perempuan dan 6

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

orang laki-laki, Sedangkan pada tahun 2016 diduduki oleh 2 orang

perempuan dan 3 orang laki-laki. Untuk kedudukan Kepala Divisi,

pada tahun 2015 terdapat 19 orang perempuan dan 36 orang laki-laki,

sedangkan ditahun 2016 terdapat 17 orang perempuan dan 31 orang

laki-laki. Diposisi Manajer, pada tahun 2015 terdapat 109 orang

perempuan dan 178 orang laki-laki. Di tahun 2016 terdapat 113

perempuan dan 173 laki-laki.

Pada laporan periode tahun 2017, jumlah karyawan yang

berusia <30 tahun sebanyak 431 perempuan dan 2.123 laki-laki. Usia

30-50 tahun berjumlah 551 perempuan dan 2.753 laki-laki. Usia >50

tahun sebanyak 37 perempuan dan 113 laki-laki. Persentase pegawai

berdasarkan gender pada posisi sebagai Direksi dan Dewan Komisaris

yaitu perempuan sebanyak 35% dan laki-laki sebanyak 65%. Untuk

posisi Manajer, perempuan sebanyak 39% dan laki-laki sebanyak

61%.

Pada laporan periode tahun 2018, jumlah karyawan yang

berusia <30 tahun sebanyak 375 perempuan dan 1.714 laki-laki. Usia

30-50 tahun berjumlah 569 perempuan dan 2.922 laki-laki. Usia >50

tahun sebanyak 28 perempuan dan 121 laki-laki. Persentase pegawai

berdasarkan gender pada posisi sebagai Direktur yaitu perempuan

sebanyak 40% dan laki-laki sebanyak 60%. Untuk posisi Manajer,

perempuan sebanyak 40% dan laki-laki sebanyak 60%.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Berdasarkan analisis dari keempat Laporan Keberlanjutan

yang memuat topik material ini, dapat dilihat bahwa dari setiap

tahunnya, tenaga kerja laki-laki lebih banyak dari pada perempuan,

namun pada setiap jajaran pekerjaan perempuan ikut andil

didalamnya. Apa yang tercantum pada laporan mengenai topik

material ini sesuai dengan standar. Maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa kinerja CSR PT. Unilever Indonesia dalam topik material ini

membuahkan hasil yang sama setiap tahunnya.

8) Anti Diskriminasi (G4-HR3)/ Keadilan di Tempat Kerja (GRI-406)

Berdasarkan analisis sebelumnya, topik material ini diterapkan

pada keempat Laporan Keberlanjutan dalam penelitian ini. Dari

keempat laporan, tidak ditemukan adanya laporan terjadinya insiden

diskriminasi, dengan kata lain kinerja CSR terhadap kasus

diskriminasi menghasilkan dampak yang positif.

Berdasarkan analisis tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa

kinerja CSR PT. Unilever berdasarkan topik material ini mempunyai

dampak positif yang sama.

9) Air (G4-EN8)/(GRI-303)

Topik Material Air konsisten diterapkan oleh PT Unilever

dalam empat periode laporan berturut-turut. Dalam setiap tahunnya

perusahaan melaporkan bahwa terjadi peningkatan cara dalam

pengurangan air dan laporan menunjukkan adanya pengurangan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

penggunaan air. Pada periode laporan tahun 2013/2014, jumlah

konsumsi air sebesar 1.495.150,23 m3 lebih rendah dari nilai di tahun

2008. Pengurangan ini berhasil karena adanya penggunaan kembali

limbah hasil proses produksi untuk lini produksi lain. Selain itu juga

karena adanya alat penampung hujan yang dipasang di semua pabrik

Unilever Indonesia. Dalam laporan tahun ini perusahaan menyatakan

bahwa mendapatkan air dari perusahaan pemasok air di kawasan

industri pabrik berada, dengan investasi sistem perawatan air, sistem

penanganan limbah yang cair, dan pengendalian emisi udara. Seluruh

air limbah dari perusahaan dibuang ke fasilitas pengolahan air limbah

di kawasan industri pabrik berada. Secara rutin, ada Tim Utilitas yang

mengawasi dalam penggunaan air di setiap pabrik Unilever untuk di

data dan selanjutnya data akan dianalisis guna menyempurnakan

sistem dimasa yang akan datang.

Laporan periode 2015-2016 menyajikan inovasi yang

dilakukan perusahaan dalam mengurangi jejak air. Salah satu

contohnya yaitu melalui brand pelembut pakaian „Molto‟ dengan

pesan „satu kali bilas‟ hal tersebut menjadi inovasi yang dapat

menghemat air hingga dua pertiga saat mencuci pakaian. Menurut data

yang ada, kontribusi Molto sekali bilas dapat menghemat air hingga

32.185 juta m3 di tahun 2015 dan naik menjadi 54.677 juta m3 di

tahun 2016. Cara memperoleh air yang dilakukan perusahaan dalam

operasi yang dilaksanakan di pabrik masih sama dengan tahun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

sebelumnya, namun sejak tahun 2015 pabrik perusahaan yang berada

di Cikarang mulai menggunakan teknologi yang bernama Ultra

Filtration dan Reverse Osmosis dan pemasangan hot water boiler

yang mana teknologi tersebut secara signifikan mengurangi

penggunaan air baku serta memaksimalkan daur pakai air. Upaya

lainnya yang dilakukan perusahaan periode tahun 2015-2016 yaitu

membangun sistem penampungan air hujan dengan kapasitas 600m3

di pabrik Skin & Deo Cikarang dan mampu mengurangi konsumsi air

di menara pendingin kompresor sebanyak 60% di tahun 2016,

kemudian dipabrik NSD dilakukan daur ulang limbah serta

menggunakan kembali 100% air dalam pembuatan produk sabun cuci

piring cair dan hal tersebut mampu mengurangi konsumsi air hingga

23%, perusahaan juga melakukan upaya mengurangi pemakaian air

dengan memasang sistem osmosis balik dan Belt Press pada instalasi

ice cream dan teh dengan hasil mengurangi air sebanyak 12,5% di

pabrik es krim serta mengurangi klaim dari kawasan industri karena

COD berada di bawah persyaratan sebanyak 800 ppm. Pada tahun

2016 juga terdapat upaya lain dalam mengurangi pemakaian air di

pabrik dengan daur ulang dan daur pakai air sisa proses keperluan

lain, selain itu perusahaan memperbaiki proses pendinginan air yang

dapat mengurangi pemakaian make-up water di pabrik Skin Care dan

Household Care. Perusahaan juga melakukan upaya pengurangan

penggunaan air yang diterapkan pada pertanian dan perkebunan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

memasok bahan baku ke pabrik dengan cara pendekatan pencegahan

deforestasi dan penerapan pola pertanian yang baik supaya air dapat

dilestarikan, efisiensi pemakaian air dan panen yang produktif. Pada

tahun 2015 intensitas penggunaan air sebesar 1,23 M3/ton produk,

sedangkan ditahun 2016 sebesar 1,19 M3/ton produk.

Laporan periode tahun 2017 dalam mendapatkan air masih

sama dengan periode sebelum-sebelumnya yaitu dari pemasok air dan

pemanfaatan air hujan. Inisiatif untuk mengurangi pemakaian air juga

masih sama dengan laporan tahun 2015/2016 tidak ada perubahan atau

tambahan begitu pula pada pertanian dan perkebunan pemasok.

Meskipun upaya dalam pengurangan pemakaian air sama dengan

tahun sebelumnya, tetapi dari data yang disajikan, terlihat adanya

kenaikan pemakaian air dari tahun sebelumnya menjadi sebesar 1,205

M3/ton produk dan tidak ada penjelasan alasan terjadinya kenaikan

pemakaian air.

Laporan periode tahun 2018 menunjukkan bahwa terdapat

upaya baru dalam mengurangi penggunaan air dengan program utama

yaitu pengurangan glycerine carry over di pabrik produksi Rungkut.

Upaya lain yang dilakukan yaitu penggunaan kembali air dari proses

clean-in-place (CIP), peningkatan PW pada instalasi pengolahan air

limbah, peningkatan gliserin mentah dan penurunan carry over,

perubahan rencana pemrosesan, pengendalian blowdown secara

otomatis dan Total Dissolved Solids (TDS) untuk boiler, dan Ozone

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

treatment. Pada tahun 2018 ini, ada banyak upaya pula yang dilakukan

untuk mengurangi penggunaan air, namun menurut data penggunaan

air di tahun 2018 menunjukkan kenaikan menjadi sebesar 1,31

m3/ton. Berbeda dengan laporan tahun 2017, laporan tahun 2018 ini

memberikan alasan adanya kenaikan penggunaan air, perusahaan

menyatakan bahwa sudah mengurangi penggunaan secara signifikan

dan kenaikan konsumsi air terjadi karena perubahan prosedur dalam

menjaga kualitas produk yang mana frekuensi pembersihan dilakukan

dua kali dari yang sebelumnya.

Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan tersebut, upaya

perusahaan untuk mengurangi penggunaan air semakin banyak setiap

tahunnya. Pada tahun 2013-2014 ke tahun 2015-2016, penggunaan air

semakin berkurang. Akan tetapi pada tahun 2017 dan 2018,

penggunaan air semakin meningkat. Dalam kenaikan penggunaan air

ini, pada laporan tahun 2017 perusahaan tidak memberikan penjelasan

mengenai peningkatan, namun laporan pada laporan tahun 2018,

perusahaan memberikan penjelasan mengenai peningkatan

penggunaan air ini sebabkan karena adanya prosedur tambahan dalam

membersihkan produk untuk menjaga kualitas produk. Maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa kinerja CSR PT. Unilever pada topik

material ini mengalami kinerja meningkat pada periode tahun

2013/2014 ke tahun 2015/2016 dan mengalami kinerja yang menurun

pada periode tahun 2017 ke tahun 2018.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

10) Emisi (G4-EN15)/Gas Rumah Kaca (GRI-305)

Topik material emisi/gas rumah kaca konsisten diterapkan oleh

perusahaan ke dalam empat periode laporan keberlanjutan. Menurut

laporan tahun 2013/2014, sumber terbesar emisi gas rumah kaca

adalah dari penggunaan energi yaitu berupa bahan bakar. Bahan bakar

yang digunakan yaitu berupa Light Fuel Oil dan Gas Alam sebagai

energi langsung serta listrik sebagai energi tidak langsung. Berhubung

penggunaan Light Fuel Oil menghasilkan CO2 yang tinggi, maka

perusahaan telah berhasil mengurangi penggunaan bahan bakar

tersebut dengan diganti menggunakan Gas Alam. Hasilnya, ditahun

2013 dam 2014 emisi Sox yaitu 0,0006 dan 0,0002 per ton hasil emisi

Sox ini menjadi paling rendah dari pabrik Unilever di Negara lain.

Langkah lain dalam mengurangi GRK yaitu mengurangi penggunaan

AC dan lift serta mengganti lampu menjadi LED. Selain itu ada

beberapa langkah inisiatif yang dilakukan guna mengurangi GRK

meliputi penggantian ketel konvensional (boiler) dengan ketel air

panas, mengganti penggunaan truk sebagai transportasi logistik

dengan kereta dan menjadi lebih efisien, serta mengganti lemari es

krim yang tadinya menggunakan bahan yang merusak lapisan ozon

dengan lemari es krim yang menggunakan hidrokarbon yang lebih

ramah lingkungan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Laporan tahun 2015/2016, dinyatakan bahwa upaya dalam

mengurangi GRK dibarengi dengan upaya efisiensi energi kegiatan

operasi. Pada laporan periode tahun ini, ada banyak upaya yang

dilakukan oleh perusahaan sehingga menghasilkan penurunan hingga

3,9% dari keseluruhan emisi CO2 di lokasi kerja non-manufaktur.

Upaya lain dalam efisien energi untuk mengurangi GRK dalam proses

distribusi dan transportasi dilakukan dengan meningkatkan beban

pengangkutan hingga 90%, mengurangi armada dari gudang ke pabrik

Cikarang hingga 22% dan menekan penggunaan listrik di gudang

sampai 50%. Keberhasilan lain pada periode ini yaitu emisi oksida

sulfur ke udara (Sox) yang mengalami penurunan 6 kali lipat dari

tahun sebelumnya.

Dalam laporan periode 2017, upaya yang dilakukan

perusahaan masih sama dengan periode laporan tahun 2015/2016 dan

hanya ada sedikit perbedaan yaitu dalam modifikasi proses

penggunaan alat yang lebih hemat menggunakan gas water heater,

electrical blower, economizer dan expert fridge. Pada tahun 2017

CO2e yang dihasilkan sebesar 103.048 kg/ton produk lebih kecil

dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 105.400 kg/ton produk.

Dalam laporan 2018 perusahaan menyatakan bahwa masih

melanjutkan upaya-upaya yang dilakukan pada tahun 2017 dalam

mengurangi GRK serta upaya lain yaitu pemasangan motor efisiensi

tinggi di jalur pengemasan, pemasangan pemanas beban otomatis,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

pengurangan kebocoran udara terkompresi dan peningkatan kinerja

kompresor udara, peningkatan kinerja HVAC, pemasangan blowdown

otomatis dan kontrol TDS untuk boiler, pemasangan inverter untuk

pompa transfer, dan pemasangan Ozone treatment, penggantian steam

trap. Upaya tersebut dapat membuahkan hasil sehingga CO2 yang

dihasilkan menjadi 101,69 kg/ton produk dari 103.048 kg/ton produk.

Dari empat laporan yang konsisten menyajikan topik material

Emisi/Gas Rumah Kaca, dari periode tahun 2013/2014 hingga 2018

mengalami penurunan emisi gas rumah kaca yang berarti terdapat

perbaikan dan upaya yang semakin baik dari kinerja CSR perusahaan.

11) Efluen dan Limbah (G4-EN22)/Limbah (GRI306)

Topik material efluen dan limbah konsisten diterapkan

perusahaan dalam empat periode laporan yang ada. Untuk laporan

periode tahun 2013/2014, perusahaan memberi pernyataan bahwa

perusahaan menerapkan prinsip penggunaan kembali, pengurangan,

daur ulang dan eliminasi yang mencangkup limbah pada tahapan

produk dan kemasan. Untuk mengurangi dampak lingkungan,

perusahaan meningkatkan volume bahan mentah yang dapat didaur

ulang. Untuk sampah plastik dan kertas akan didaur ulang oleh

perusahaan, dan sampah akan dijadikan sebagai kompos, kain minyak

sekali pakai diganti kertas minyak yang dapat digunakan berulang

kali. Limbah yang tidak berbahaya didaur ulang dengan cara

dikirimkan ke perusahaan pengolahan yang berlisensi. Air limbah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

dikelola dengan mengukur Chemical Oxygen Demand (COD) dan

memastikan kualitas COD sesuai dengan standar yang berlaku

sebelum dibuang ke fasilitas umum. Pada tahun 2013 dan 2014

Unilever berkolaborasi dengan Holcim-Geocycle untuk mendaur ulang

limbah berbahaya yang dihasilkan perusahaan. Dari kolaborasi ini,

perusahaan berhasil mengurangi 50% limbah lumpur dengan didaur

ulang dan digunakan sebagai bahan bakar alternatif. Secara umum,

perusahaan mampu mengurangi limbah pabrik sebanyak 79,8% di

tahun 2013 dan 100% di tahun 2014. Pada tahun 2013 limbah

berbahaya yang dihasilkan 0,094 kg/ton produk dan limbah tidak

berbahaya sebesar 2.125 kg/ton produk, sedangkan pada tahun 2014

perusahaan nihil limbah. Perusahaan juga tidak pernah membayar

denda atas pelanggaran lingkungan dan tidak pernah terjadi tumpahan

limbah.

Di tahun 2015/2016, perusahaan melakukan pengelolaan

limbah dengan pendekatan Reduce-Reuse-Recycle (R3) pada semua

limbah yang dihasilkan jenis limbah non-Bahan Beracun Berbahaya

(B3) maupun limbah (B3). Semua limbah padat non B3 digunakan

kembali, didaur ulang, dijadikan kompos atau dibuang dengan cara

ramah lingkungan. Perusahaan juga meminta pemasok agar mengubah

kemasan yang bisa digunakan kembali oleh pemasok. Untuk

pengolahan limbah B3 masih sama dengan tahun sebelumnya yaitu

bekerja sama dengan Holcim Geocycle. Perusahaan juga mengganti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

lampu merkuri dengan lampu LED. Pada tahun 2016 intensitas limbah

perusahaan naik dibandingkan tahun sebelumnya karena adanya

perubahan produk yang cenderung memproduksi produk dengan

kemasan yang lebih kecil. Untuk limbah dari pabrik Cikarang

dijadikan sebagai pupuk organik dan digunakan oleh petani di wilayah

Cikampek dan Subang.

Pada tahun 2017, cara perusahaan dalam mengurangi limbah

masih sama dengan tahun 2015/2016. Berdasarkan grafik yang

disajikan perusahaan, tahun 2017 intensitas COD yang dihasilkan

sebanyak 0,16 M3/ton produk, lebih rendah dari tahun 2016 sebesar

0,20 M3/ ton produk. untuk intensitas limbah yang dihasilkan tahun

2017 sebesar 26.230 Kg/ton produk lebih rendah dari tahun 2016 yang

sebesar 26.420. kualitas limbah cair diperbaiki oleh perusahaan

dengan cara mengganti bahan kimia yang digunakan sehingga

cemaran COD dalam air limbah berkurang.

Dalam laporan 2018 ini, perusahaan menyatakan bahwa dalam

mengelola limbah berbahaya dan tidak berbahaya menggunakan

pendekatan full life cycle berbeda dengan tahun 2016 yang

menggunakan pendekatan 3C. pendekatan ini yaitu mengurangi,

menggunakan kembali, mendaur ulang, dan menghilangkan. Di tahun

2018 ini ada banyak upaya yang dilakukan untuk menurunkan limbah

B3 dan non-B3. Upaya untuk menurunkan limbah B3 meliputi

pergantian bahan kimia pengolahan air limbah, mendaur ulang limbah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

laboratorium, mengoptimalkan beltpress untuk mengurangi kadar air

lumpur, CT sludge natural drying, mengurangi glycerine carry over,

menggunakan minyak pelumas sesuai umurnya, mengoptimalkan

sudut scrapper untuk mengurangi limbah, mengolah kembali pasta

gigi, debu sabun halus dan sabun. Upaya yang dilakukan untuk

menurunkan limbah non-B3 yaitu dengan cara mengembalikan

kemasan ke pemasok, memisahkan limbah dengan konsisten untuk

mengoptimalkan pemanfaatannya, meningkatkan kerja sama dengan

pemasok dalam menurunkan limbah, mendaur ulang sampah kebun

dan pekarangan menjadi kompos, membuat perjanjian dengan

penyedia kantin agar mengimplementasikan program zero to landfill.

Total limbah di tahun 2018 sebesar 26.050 kg/ton produk lebih kecil

dibanding tahun 2017 yang sebesar 16.420.

Dari pernyataan yang telah laporkan oleh perusahaan dari

empat periode laporan tersebut, upaya yang dilakukan untuk

menurunkan limbah dari tahun ke tahun semakin banyak dan berhasil

menurunkan limbah dari tahun Ketahun. Hal ini mengindikasikan

adanya peningkatan kinerja CSR berdasarkan topik material ini.

b. Topik Material yang diungkapkan hanya pada periode tahun

2013/2014

1) Privasi Pelanggan (G4-PR8)

Topik material ini hanya diterapkan perusahaan pada laporan

periode 2013/2014 dengan pernyataan bahwa perusahaan tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

menerima laporan mengenai pelanggaran data atau privasi pelanggan.

Topik material ini tidak dilanjutkan lagi ke tahun-tahun setelahnya

karena mengenai privasi pelanggan sudah masuk dalam topik

Pelabelan Produk dan Jasa/Layanan Pelanggan. Maka pada tahun-

tahun selanjutnya tidak diberi tanda centang karena pada tahun

selanjutnya topik ini tidak menjadi topik material melainkan masuk

dalam topik material lain. Dan dari data yang diambil dari topik

Pelabelan Produk dan Jasa/Layanan Pelanggan tidak ditemukan

adanya laporan pelanggaran privasi pelanggan/konsumen. Dapat

ditarik kesimpulan bahwa kinerja CSR PT. Unilever berdasarkan topik

material ini menghasilkan dampak positif.

2) Produk dan Jasa (G4-EN27)

Topik material ini hanya diterapkan perusahaan untuk laporan

periode 2013/2014 dan tidak dilanjutkan untuk laporan tahun-tahun

selanjutnya. Pada topik ini, perusahaan menyatakan dalam upaya

mengurangi jumlah bahan kemasan dengan cara salah satunya adalah

menggunakan karton daur ulang dan bekerja sama dengan pemasok

untuk mengembangkan solusi yang berfokus mengurangi kemasan.

Semua bahan yang digunakan sudah dievaluasi oleh Pusat Jaminan

Keselamatan Lingkungan dan beberapa proyek sudah dilakukan.

Perusahaan mengupayakan adanya daur ulang kemasan setelah

digunakan. Salah satu cara yang diambil yaitu mendirikan koalisi

nirlaba dengan lima perusahaan multinasional dan nasional dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

nama Koalisi untuk Kemasan Keberlanjutan (Coalition for

Sustainable Packaging-CSP) untuk mengatasi masalah limbah

kemasan pasca penggunaan. Selain itu, perusahaan juga melakukan

program pengumpulan sampah berbasis masyarakat dimana

didalamnya perusahaan mengembangkan program terkait

pengumpulan sampah seperti komunitas bank sampah, pengumpulan

melalui beberapa toko dan rumah penduduk, dan kerja sama dengan

pemulung. Di tahun 2013 perusahaan menerbitkan buku sistem bank

sampah sebagai pengetahuan agar menginspirasi masyarakat untuk

berperan dan peduli terhadap sampah. Di tahun 2014, sebanyak 976

bank sampah berbasis masyarakat Unilever di sepuluh kota besar

berhasil didirikan dan dikembangkan dengan 35.756 anggota dan

2.135 ton sampah anorganik terkumpul dengan nilai penjualan

mencapai Rp 2,84 miliar. Untuk laporan 2015/2016, 2017 dan 2018

tidak menerapkan topik material ini. Menurut Standar GRI topik

material ini tidak dilanjutkan pada Standar GRI 2016 untuk

menghindari duplikasi pelaporan. Topik ini tidak dijadikan topik

material lagi di tahun-tahun selanjutnya karena disesuaikan dengan

standar, maka pada matriks tidak diberikan tanda centang.

Berdasarkan analisis tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa

kinerja CSR PT. Unilever pada tahun 2013 dan 2014 berdasarkan

topik material ini menghasilkan dampak positif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

3) Kepatuhan (G4-EN29)

Topik material ini hanya diterapkan perusahaan untuk laporan

periode 2013/2014 dan tidak dilanjutkan untuk laporan tahun-tahun

selanjutnya. Dalam laporan ini perusahaan menyatakan bahwa selama

masa operasional sepanjang tahun 2013 dan 2014, perusahaan tidak

pernah menerima penalti atas pelanggaran hukum dan peraturan yang

terkait dengan lingkungan. Perusahaan juga tidak pernah mendapatkan

laporan terjadinya tumpahan limbah. Untuk laporan 2015/2016, 2017

dan 2018 tidak menerapkan topik material ini dan tidak ada penjelasan

dihentikannya topik material ini.

Berdasarkan analisis diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa

kinerja CSR PT. Unilever berdasarkan Topik Material Kepatuhan

pada periode 2013/2014 menghasilkan dampak yang positif. Tetapi

untuk laporan periode tahun 2015/2016, 2017 dan 2018 perusahaan

tidak menerapkan topik ini.

4) Transportasi (G4- EN30)

Topik material ini hanya diterapkan perusahaan untuk laporan

periode 2013/2014 dan tidak dilanjutkan untuk laporan tahun-tahun

selanjutnya. Pada topik material ini, perusahaan memberi pernyataan

sebagian besar distribusi melalui kemitraan dan penyedia jasa logistik

pihak ketiga, maka perusahaan bekerja sama dengan mitra logistik

pihak ketiga untuk membantu melacak kinerja lingkungan dengan cara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

mengurangi jarak tempuh, meminimalkan emisi GRK dan mengurangi

kemacetan di jam-jam sibuk. Perusahaan berupaya untuk

mengoptimalkan jaringan distribusi dan perencanaan rute di seluruh

operasi serta faktor beban angkut di seluruh armada, menggali peluang

dan pilihan untuk memperbaiki transportasi, memperluas cakupan

pengemudi dari perspektif keselamatan hingga efisiensi lingkungan,

meningkatkan efisiensi dan kinerja pergudangan, berinvestasi dalam

inovasi dan teknologi baru. Hingga akhir tahun 2014 perusahaan

berhasil membawa lebih dari 90% daya beban yang berarti ada lebih

banyak produk yang diantarkan dalam sekali jalan dan menghemat

banyak pengeluaran, 60% seluruh unit kontainer BIG MAMA yang

digunakan sehingga semakin banyak produk yang dibawa sekali

angkut dan mengurangi intensitas emisi karbon yang dihasilkan, 22%

pengurangan armada yang mengantarkan bahan baku dari gudang

pusat ke pabrik Cikarang. Untuk laporan 2015/2016, 2017 dan 2018

tidak menerapkan topik material ini. Menurut Standar GRI topik

material ini tidak dilanjutkan pada Standar GRI 2016 untuk

menghindari duplikasi pelaporan. Topik ini tidak dijadikan topik

material lagi di tahun-tahun selanjutnya karena disesuaikan dengan

standar, maka pada matriks tidak diberikan tanda centang.

Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa kinerja CSR PT. Unilever berdasarkan Topik Material

Transportasi menghasilkan hasil yang baik/ dampak positif.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

c. Topik Material yang diungkapkan pada periode tahun 2013/2014

dan tahun 2015/2016

1) Energi (G4-EN5, EN6)

Topik material ini hanya diterapkan oleh perusahaan dalam

laporan periode tahun 2013/2014 dan 2015/2016. Untuk laporan

periode tahun 2013/2014 perusahaan menyajikan intensitas energi

yang digunakan pada tahun 2013 sebesar 1.077 kg/ton dan 1.016

kg/ton untuk tahun 2014. Untuk laporan periode tahun 2015/2016

perusahaan menyajikan intensitas energi yang digunakan pada tahun

2015 yaitu sebesar 0,95 GJ/Ton produk, sedangkan pada tahun 2016

sebesar 0,89 GJ/Ton Produk. Untuk tahun 2017 dan 2018 tidak

menerapkan topik material ini karena sudah jadi satu dengan topik

material Emisi GRK, maka pada matriks tidak diberikan tanda

centang. Berdasarkan hasil yang dilihat pada tahun 2013 ke tahun

2015, intensitas penggunaan energi semakin menurun tiap tahunnya,

yang berarti bahwa upaya perusahaan dalam mengurangi

penggunaan energi semakin baik.

Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa kinerja CSR PT. Unilever berdasarkan Topik Material Energi

mengalami peningkatan dari tahun 2013 ke tahun 2015 dengan

semakin menurunnya penggunaan energi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

d. Topik Material yang diungkapkan pada periode 2013/2014, 2017,

dan 2018

1) Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan (G4-PR1)/Tanggung Jawab

Produk (GRI-416)

Dari keempat Laporan Keberlanjutan, laporan tahun 2015-

2016 tidak menyampaikan topik ini dan tidak ditemukan keterangan

mengenai tidak diterapkannya topik tersebut pada tahun 2015/2016.

Hanya saja laporan yang menggunakan Standar G4 memberi nama

topik ini dengan nama Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan

sedangkan untuk laporan yang menggunakan Standar GRI menamai

topik ini dengan nama Tanggung Jawab Produk.

Pada laporan tahun 2013-2014, perusahaan memberikan

pernyataan bahwa perusahaan berhati-hati dalam memilih bahan

baku untuk produk yang dibuat. Perusahaan menerapkan kebijakan

ketat pada seluruh proses produksi di pabrik dan dalam melakukan

pengujian produk serta cermat dalam memperhatikan label produk.

Prosedur ini dilaksanakan sebelum produk dikirim dan

didistribusikan kepada konsumen. Semua produk yang dihasilkan

harus memenuhi dua kriteria yaitu memberikan kualitas produk yang

telah disepakati kepada konsumen dan memastikan bahwa produk

aman, bebas dari bahaya fisik, mikrobiologi, toksikologi dan alergen.

Perusahaan hanya menggunakan pengawet apabila produk berisiko

terkontaminasi dan apabila memang dibutuhkan pengawet.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

Penggunaan pengawet juga diawasi dengan ketat. Sebelum pengawet

digunakan, dilakukan prosedur ilmiah terlebih dahulu yang

dilakukan oleh Pusat Jaminan Keselamatan dan Lingkungan Hidup

Unilever dan bekerja sama dengan BPOM dalam memastikan

takaran berdasarkan hukum dan peraturan yang terkait. Pada tahun

2014, semua produk perawatan tubuh sudah memenuhi peraturan

penggunaan pengawet BPOM mengenai Persyaratan Teknis Bahan

Kosmetika. ASEAN Cosmetic Directive, dan European Cosmetic

Regulation. Semua produk makanan juga sudah memenuhi Peraturan

BPOM mengenai Penerapan Batas Maksimum Pengawet Makanan.

Untuk memastikan kualitas dan keamanan produk, perusahaan

menerapkan Praktik Manufaktur yang Baik (Good Manufacturing

Practices-GMP) dan telah diakui secara internasional. Perusahaan

menggunakan sistem Analisis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis

(Hazard Analysis and Critical Control Point-HACCP). Sistem ini

mengidentifikasi, mengevaluasi dan mengawasi apabila terdapat

bahaya keamanan pangan dan risiko kontaminasi yang meliputi

seluruh proses produksi. Dalam pemilihan materi dan bahan baku,

setiap produk harus menggunakan bahan yang disetujui oleh Pusat

Jaminan Keselamatan dan Lingkungan Hidup Unilever.

Penyimpanan baik bahan baku maupun barang jadi disimpan di

gudang perusahaan dengan menerapkan standar keselamatan

konsumen dan praktik pergudangan yang ketat dan baik. Perusahaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

juga bekerja sama dengan pihak ketiga dengan perusahaan logistik

dan mitra distribusi yang sudah memenuhi persyaratan Sistem

Kualifikasi Pemasok Unilever dan Standar International BRC untuk

menyimpan dan mendistribusikan. Untuk melindungi konsumen dari

produk palsu, perusahaan memantau secara rutin di pasar melalui

tenaga penjualannya. Apabila ditemukan adanya produk palsu yang

berlabelkan nama Unilever, perusahaan akan mengirimkan surat

peringatan kepada pemilik toko untuk menarik produk tersebut dan

berhenti menjualnya. Apabila yang bersangkutan tetap menjual

produk palsu tersebut, maka perusahaan bersama dengan pihak

berwenang akan melakukan razia dan penyitaan barang-barang palsu

tersebut. Perusahaan juga akan mencari produsen yang membuat

produk palsu dan menghentikan pemalsuan langsung dari

sumbernya. Selain itu, untuk membuat konsumen lebih percaya

terhadap keselamatan mereka, perusahaan menjadi anggota aktif

Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan (MIAP).

Tahun 2017, perusahaan menyatakan bahwa produk yang

berkualitas dan aman adalah salah satu strategi yang diprioritaskan.

Dalam proses pembuatan produk yang aman dan berkualitas terdapat

langkah-langkahnya. Dimulai dari seleksi atas bahan baku dari

pemasok yang harus sesuai dengan visi keberlanjutan perusahaan.

Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 diterapkan di semua pabrik home

& personal care, Sistem Manajemen Keamanan Pangan FSSC22000

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

diterapkan di semua pabrik food & refreshment, dan Good

Manufacturing Practice di pabrik-pabrik serta Good Warehousing

Practice di rantai distribusi yang mana menjadi bentuk jaminan

tanggung jawab atas kualitas dan keamanan produk Unilever

Indonesia. Tahun ini pula seluruh pabrik Unilever Indonesia sudah

mendapat Sertifikat Jaminan Halal. Dalam melindungi konsumen

dari produk palsu, perusahaan melakukan beberapa pendekatan,

meliputi;

a) Memberdayakan armada penjual (sales) perusahaan yang

merupakan ujung tombak yang bersentuhan langsung dengan

konsumen dan retailer untuk mengidentifikasi produk-produk

palsu di pasar.

b) Bersama pihak yang berwenang untuk secara rutin memantau

keadaan pasar.

c) Bersama dengan Masyarakat Indonesia Anti Pemalsuan

(MIAP) aktif memerangi pemalsuan dengan memberikan

edukasi kepada masyarakat tentang dampak buruk produk

palsu.

d) Bekerja sama dengan pihak berwenang dalam edukasi

pengenalan produk palsu.

e) Menindaklanjuti kasus-kasus terjadinya pemalsuan produk

sesuai dengan koridor hukum yang berlaku.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

f) Menerapkan aplikasi GUARD Tool. GUARD adalah sebuah

sistem elektronik untuk melawan produk palsu. Perangkat ini

meningkatkan pengetahuan dan pendidikan internal dalam

bentuk modul-modul pembelajaran elektronik.

g) Unilever Indonesia telah menerbitkan booklet sebagai panduan

untuk tim operasional ketika menemukan adanya indikasi

produk palsu di pasar.

h) Melindungi merek terdaftar agar tidak dipergunakan oleh

pihak lain.

Perusahaan juga menghormati privasi konsumen yang sudah

berinteraksi dengan perusahaan dengan menyimpan semua data

konsumen secara aman dalam sistem penjualan global Unilever.

Untuk isi topik material ini di laporan tahun 2018 masih sama

dengan tahun 2017.

Dari analisis tersebut dapat terlihat bahwa setiap tahun,

upaya perusahaan dalam melindungi konsumen dan menunjukkan

pertanggungjawabannya terhadap produk semakin banyak. Namun

topik material ini berhubungan dengan keluhan konsumen yang

diterima perusahaan. Menurut catatan, keluhan konsumen yang

masuk, setiap tahunnya bertambah.

Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa kinerja CSR PT. Unilever berdasarkan topik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

material ini menghasilkan hasil kinerja yang menurun sesuai dengan

keluhan konsumen yang semakin bertambah setiap tahunnya.

2) Penilaian Kinerja HAM Pemasok (G4-HR10)/ Bahan Baku

Berkelanjutan (GRI 414)

Berdasarkan identifikasi yang sudah dilakukan sebelumnya,

topik material ini hanya diterapkan pada laporan periode tahun

2013/2014, 2017 dan 2018 dan tidak ditemukan keterangan

mengenai tidak diterapkannya topik tersebut pada tahun 2015/2016.

Pada laporan ketiga periode tersebut, perusahaan hanya menyatakan

bahwa perusahaan mempublikasikan standar hak asasi manusia

kepada seluruh karyawan, konsumen, pemasok dan mitra bisnis

sebagai bagian dari kriteria pemilihan pemasok pihak ketiga.

Berdasarkan analisis tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan

bahwa kinerja CSR pada topik ini sama setiap tahunnya karena

hanya mengenai standar Hak Asasi Manusia.

3) Praktik Pengadaan (G4-EC9)/ Bahan Baku Berkelanjutan (GRI-

204)

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat terlihat

bahwa dari keempat Laporan Keberlanjutan, laporan periode

2015/2016 tidak mengungkapkan topik material Praktik

Pengadaan / Bahan Baku Berkelanjutan dan tidak ditemukan

keterangan mengenai tidak diterapkannya topik tersebut pada

tahun 2015/2016.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

Pada periode 2013-2014, dalam laporan menyatakan

bahwa perusahaan bekerja sama dengan 500 pemasok lokal.

Pemasok lokal yang dimaksud adalah produsen sawit, produk

kimia dasar dan pemasok dengan keahlian khusus. Dalam laporan

ini perusahaan menyajikan tabel yang menunjukkan pengadaan 4

produk terbesar perusahaan yang berasal dari petani kecil. Untuk

mendapatkan pasokan kacang kedelai hitam, perusahaan

mempunyai 9 petani sebagai pemasok yang berasal dari Indonesia

dengan nilai pengadaan pada tahun 2013 sebesar 0.5 juta Euro dan

0.7 juta Euro di tahun 2014. Untuk mendapatkan pasokan gula

kelapa, perusahaan mempunyai 11 petani dari Indonesia dan

Myanmar dengan nilai pengadaan sebesar 45 juta Euro di tahun

2013 dan 48.4 juta Euro di tahun 2014. Dalam pengadaan minyak

sawit, pemasok perusahaan sebanyak 6 petani dari Indonesia

dengan nilai pengadaan 82 juta Euro di tahun 2013 dan 100 juta

Euro di tahun 2014. Untuk pasokan teh, perusahaan mempunyai

12 petani pemasok dari Indonesia, Afrika, India Utara, Sri Lanka,

dan Vietnam dengan nilai pengadaan di tahun 2013 sebesar 9 juta

Euro dan 11.5 juta Euro ditahun 2014.

Dalam laporan periode 2017 dan 2018, tidak ditemukan

adanya pengungkapan mengenai topik material ini. Sehingga ada

kemungkinan bahwa perusahaan tidak mengungkapkan topik

material ini. Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan tersebut,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

dapat di tarik kesimpulan bahwa kinerja CSR PT. Unilever

Indonesia berdasarkan topik material ini hanya terlihat pada

periode 2013/2014 yang menunjukkan kinerja CSR yang tetap.

4) Penilaian Kinerja Pemasok terkait Lingkungan (G4-EN33)/ Bahan

Baku Berkelanjutan (GRI-308)

Topik material ini diterapkan perusahaan pada laporan

periode tahun 2013/2014, 2017 dan 2018 dan tidak ditemukan

keterangan mengenai tidak diterapkannya topik tersebut pada tahun

2015/2016. Dalam laporan tahun 2013/2014 perusahaan

mengungkapkan bahwa untuk menjadi pemasok, calon pemasok

harus menjalani proses audit untuk penilaian kinerja yang

didasarkan atas ketahanan uji, manajemen mutu, manajemen

lingkungan, hak asasi manusia dan isu sosial lainnya yang sudah

tercantum kedalam standar-standar perusahaan. Pemasok juga

disyaratkan untuk memenuhi standar kesehatan, keamanan dan

perlindungan lingkungan dari perusahaan. Pada laporan periode

tahun 2017, kriteria calon pemasok masih sama dengan tahun

2015/2016. Namun pada tahun 2017 perusahaan membuat kembali

Responsible Sourching Policy (RSP) sebagai rangkaian persyaratan

yang wajib dipenuhi oleh pemasok. Masih sama dengan laporan

2017, laporan tahun 2018 juga mewajibkan pemasok memenuhi

persyaratan RSP. Selain itu pada tahun 2018 ini, secara global

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

perusahaan bertujuan untuk menyertifikasi 40 pemasok awal

terhadap Unilever Sustainable Agriculture Code (USAC) 2017.

Dilihat dari tiga periode laporan yang disajikan perusahaan,

topik material ini menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun

perusahaan mengupayakan pengembangan kriteria pemasok yang

berkelanjutan. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja CSR PT.

Unilever dari tahun ke tahun menunjukkan kinerja yang semakin

meningkat.

5) Penilaian Kinerja Pemasok terkait Praktik (G4-LA14)

Berdasarkan identifikasi yang sudah dilakukan

sebelumnya, pada laporan tahun 2013/2014 perusahaan

mempublikasikan Kode Etika Bisnis Perusahaan, standar praktik

ketenagakerjaan, standar hak asasi manusia, dan standar

operasional Unilever Indonesia kepada semua karyawan,

konsumen, pemasok, mitra bisnis yang signifikan, berbagai

badan, event organizer dan kontraktor sebagai bagian dari

kriteria pemilihan pemasok dari pihak ketiga. Para pemasok

produk teh perusahaan telah diaudit dan mendapat sertifikat dari

Rainforest Alliance. Tantangan yang dihadapi perusahaan adalah

memperkenalkan prinsip dan implementasi dari Rainforest

Alliance. Dengan program sekolah petani, perusahaan berhasil

meningkatkan persentase teh bersertifikat Rainforest Alliance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

yang berasal dari petani lokal. Laporan Periode 2015/2016 tidak

menerapkan topik ini dan tidak ditemukan keterangan mengenai

tidak diterapkannya topik tersebut pada tahun 2015/2016.

Laporan periode tahun 2017, syarat agar menjadi

pemasok yang diakui oleh perusahaan, calon pemasok harus

menjalani proses audit untuk penilaian kinerja berdasarkan

ketahanan uji, manajemen mutu, manajemen lingkungan, hak-

hak asasi manusia dan isu sosial yang tercantum dalam standar

perusahaan. Semua pemasok juga wajib untuk memenuhi standar

kesehatan, keamanan dan perlindungan lingkungan dari

perusahaan. Pada tahun 2017 perusahaan meluncurkan

Responsible Sourching Policy (RSP) sebagai persyaratan wajib

apabila pemasok ingin bekerja sama dengan Unilever. RSP berisi

prinsip fundamental sebagai berikut:

a) Bisnis dilakukan secara sah dan berintegritas.

b) Pekerjaan dilakukan atas dasar kesepakatan bersama dan

terdokumentasi dalam persyaratan ketenagakerjaan.

c) Semua pekerja diperlakukan sama dan penuh hormat dan

serta bermartabat.

d) Pekerjaan dilakukan atas kemauan sendiri.

e) Semua pekerja berusia layak untuk bekerja.

f) Semua pekerja dibayar dengan upah yang wajar.

g) Jam kerja untuk semua pekerja harus wajar.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

h) Semua pekerja bebas menggunakan atau tidak

menggunakan haknya untuk membentuk dan/atau

bergabung dengan serikat pekerja; dan untuk melakukan

tawar-menawar secara kolektif.

i) Kesehatan dan keselamatan pekerja dilindungi di tempat

kerja.

j) Pekerja memiliki akses ke prosedur dan pemulihan yang

wajar.

k) Hak tanah masyarakat, termasuk masyarakat adat, akan

dilindungi dan dijunjung tinggi.

l) Bisnis dilakukan dengan cara-cara yang mengedepankan

keberlanjutan dan mengurangi dampak negatif

lingkungan.

Ditahun 2018 masih sama dengan tahun 2017 yaitu

pemasok harus mematuhi Responsible Sourching Policy (RSP).

Perusahaan akan memverifikasi penyelarasan dan penerapan

persyaratan wajib RSP melalui deklarasi mandiri pemasok,

penilaian online, serta penilaian risiko tinggi termasuk audit

pihak ketiga. Dasar-dasar dari RSP masih sama dengan tahun

2017.

Dari tiga laporan mengenai topik material ini dapat

disimpulkan bahwa terdapat peningkatan kinerja CSR dari

laporan periode tahun 2013 ke tahun 2017, yang dapat dilihat di

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

tahun 2017 perusahaan meluncurkan RSP yang menjadi seleksi

sosial pemasok. Adanya RSP yang dibuat perusahaan, dapat

membantu perusahaan dalam menilai calon pemasok. Upaya

yang dilakukan perusahaan dengan membuat RSP menunjukkan

bahwa dari tahun ke tahun perusahaan memedulikan

keberlanjutan lingkungan dan peduli terhadap kehidupan para

pemasok yang menjadi pemangku kepentingan perusahaan.

e. Topik Material yang diungkapkan perusahaan pada periode

2018

1) Keadilan di Tempat Kerja (G4-HR1)/Asesmen Hak Asasi

Manusia (GRI-412)

Berdasarkan identifikasi keberadaan topik material ini

pada keempat Laporan Keberlanjutan, topik ini hanya

diterapkan pada laporan periode 2018. Untuk laporan periode

2013 hingga 2016 tidak ditemukan adanya pengungkapan topik

ini dan tidak ditemukan keterangan mengenai alasan tidak

diterapkannya topik ini. Pada laporan tahun 2017 perusahaan

memberi pernyataan mengenai isi topik ini namun diluar dari

Laporan Keberlanjutan. Yang berarti hanya laporan tahun 2018

saja yang melaporkan mengenai topik material ini. Pada tahun

2018, perusahaan menyatakan bahwa dalam menanamkan

pentingnya hak asasi manusia di perusahaan dilakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

berbagai upaya seperti pemberantasan kerja paksa di rantai

pasokan, meningkatkan kesadaran dan kegiatan pelatihan,

kompensasi yang adil.

Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, kinerja

CSR berdasarkan topik material ini menyatakan hasil yang

positif dengan dilakukannya berbagai upaya yang

mencerminkan keadilan serta mewujudkan HAM.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan, peneliti menyimpulkan

bahwa dalam menentukan Topik Material Laporan Keberlanjutan, PT.

Unilever Indonesia Tbk belum sesuai dengan Standar G4 dan GRI 2016

karena tidak mengikuti langkah demi langkah sesuai dengan standar.

Kemudian untuk kinerja CSR PT. Unilever Indonesia tidak selalu

mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Beberapa topik yang

mengalami peningkatan yaitu Topik Material Anti Korupsi, Kesehatan dan

Keselamatan Kerja, Pelatihan dan Pendidikan, Masyarakat Lokal/ Bisnis

Inklusif / Peluang untuk Perempuan / Kesehatan dan Kebersihan, Emisi,

Efluen dan Limbah, Energi, Penilaian Kinerja Pemasok Terkait Praktik,

dan Topik Material Penilaian Kinerja Pemasok terkait Lingkungan. Untuk

topik material yang mengalami penurunan yaitu Topik Material Pelabelan

Produk dan Jasa, dan Kesehatan dan Keselamatan Pelanggan. Ada pula

topik material yang mengalami kenaikan di tahun 2013-2014 ke tahun

2015-2016 dan berlanjut mengalami penurunan pada tahun 2017 dan 2018

yaitu Topik Material Air. Yang terakhir, topik material dengan

pengungkapan sama tiap tahunnya, baik yang terjadi karena beberapa

faktor seperti, hanya dilaksanakan dalam satu periode laporan atau

memang hasil dari tahun ke tahun selalu sama. Topik material yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

dimaksud yaitu Topik Material Privasi Pelanggan, Produk dan Jasa,

kepatuhan, Transportasi, Penilaian Kinerja HAM Pemasok,

Ketenagakerjaan, Keberagaman dan Kesempatan yang Setara, Anti

Diskriminasi, Praktik Pengadaan/Bahan Baku Berkelanjutan, dan Topik

Material Keadilan di Tempat Kerja/Asesmen Hak Asasi Manusia

B. Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu keterbatasan dokumen yang

memebuat peneliti tidak menemukan dokumen yang berisi

pernyataan/keterangan dalam Laporan Keberlanjutan perusahaan

mengenai topik material yang tidak dilanjutkan ataupun topik material

yang sudah tidak menjadi signifikan bagi perusahaan.

C. Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka peneliti memberikan saran

sebagai berikut:

1. Perusahaan membuat Laporan Keberlanjutan yang isinya sesuai

dengan topik material dan topik material juga terlampir dalam

indeks beserta letak isi topik material yang dimaksud di dalam

laporan. Akan lebih baik apabila Laporan Keberlanjutan

selanjutnya dibuat seperti laporan tahun 2013-2014 dan 2015-

2016 yang mana setiap paragraf pernyataan, dibawahnya diberi

tanda Indeks Standar GRI yang dimaksud. Serta lebih lengkap

menyertakan pernyataan apabila perusahaan menimbulkan suatu

dampak baik negatif maupun positif di semua Topik Material.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

2. Akan lebih baik apabila pemerintah membuat kebijakan bagi

semua pelaku usaha untuk membuat Laporan Keberlanjutan untuk

mendorong pelaku usaha dalam bertanggung jawab kepada sosial

dan lingkungan dan memberikan sanksi bagi pelaku usaha yang

tidak bertanggung jawab.

3. Bagi penelitian selanjutnya untuk menambah variabel penelitian

yang sesuai isi Standar GRI agar hasil penelitian dapat mendorong

perusahaan untuk semakin menyesuaikan laporan dengan Standar

GRI.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Y. (2013). Hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja karyawan PT. PLN

(Persero) Area Malang. 14.

Bonnafous, M., Boucher, & Pesqueux, Y. (2005). Stakeholder Theory A European

Perspective. New York: PALGRAVE MACMILLAN.

Fahmi, I. (2010). Manajemen Kinerja. Bandung: Alfabeta.

Freeman, R. E. (1984). Strategic Management : A Stakeholder Approach . boston: Pitman

Publishing Inc.

GSSB. (t.thn.). GRI STANDARDS. Diambil kembali dari GRI :

https://www.globalreporting.org/standards

Indonesia, G. (2018, October 4). Diambil kembali dari GREENPEACE:

https://www.greenpeace.org/indonesia/siaran-pers/1052/greenpeace-

menemukan-lebih-dari-700-merek-sampah-plastik-dari-tiga-lokasi/

Indonesia, P. U. (t.thn.). Berita dan Media. Diambil kembali dari www.unilever.co.id:

https://www.unilever.co.id/news/press-releases/2016/Unilever-Indonesia-Raih-

Beragam-Penghargaan-2016.html

Initiative, G. R. (t.thn.). GRI Standards Download Homepage. Diambil kembali dari

www.globalreporting.org: https://www.globalreporting.org/standards

Mahsun, M. (2006). Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA.

mardikanto, t. (2014). Corporate Social Responsibility (tanggung Jawab Sosial

Perusahaan). bandung: Alfabeta.

Natta, D. (t.thn.). GRI G4 Versi Indonesia. Diambil kembali dari Academia:

https://www.academia.edu/17948172/GRI_G4_Versi_Indonesia

NCSR. (t.thn.). Diambil kembali dari National Center For Sustainability Reporting:

https://www.ncsr-id.org/id/

Peraturan Pemerintah No.47 . (2012).

PT. Unilever Indonesia Tbk. (2020, Agustus). Information. Diambil kembali dari Unilever

Indonesia: https://www.globalreporting.org/information/sustainability-

reporting/Pages/default.aspx

PT. Unilever Indonesia. (t.thn.). Unilever Indonesia. Diambil kembali dari Unilever:

https://www.unilever.co.id/

Reporting, A. S. (t.thn.). Daftar Peringkat. Diambil kembali dari www.ncsr-id.org:

https://www.ncsr-id.org/id/asia-sr-rating/

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

122

Unilever . (t.thn.). Tentang kami. Dipetik April 17, 2019, dari Unilever Indonesia:

https://www.unilever.co.id/about/

Unilever Indonesia. (2019). Diambil kembali dari Unilever : https://www.unilever.co.id/

Unilever Indonesia. (t.thn.). Brand kami. Dipetik April 17, 2019, dari Unilever Indonesia:

https://www.unilever.co.id/brands/

Unilever Indonesia. (t.thn.). Kehidupan Berkelanjutan. Dipetik April 17, 2019, dari

Unilever Indonesia: https://www.unilever.co.id/sustainable-living/

Unilever. (t.thn.). Tentang kami. Dipetik April 17, 2020, dari unilever Indonesia:

https://www.unilever.co.id/about/

Untung, B. (2014). CSR dalam Dunia Bisnis. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI