ANALISIS DUA VARIET AS JAGUNG P ANEN MUDA DI...

67
Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 2016 64 ANALISIS DUA VARIETAS JAGUNG PANEN MUDA DI KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI I Nyoman Adijaya 1 dan I Nyoman Sutresna 2 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jl. By Pass Gst. Ngurah Rai Pesanggaran-Denpasar Selatan E-mail: [email protected] date submitted: 2 Juni 2016 date approved: 30 Juli 2016 ABSTRACT Analysis Variety of Two Young Corn Haverst in the District Klungkung , Bali The highest demand of corn consumption are sweet corn and sticky corn. Analysis of two varieties of young corn harvest is done at Subak Gelgel, Gelgel Village, Klungkung District, Klungkung Regency, Bali during cropping patern season from April to June 2016. The analysis was done on the farm by observing each in three farmers. Analysis was conducted on the agronomic components and feasibility of farming. The analysis showed Bonaza sweet corn growth and yield have significantly higher compared with the sticky corn average yield of 13.15 t/ha and 9.79 t/ha. Bonanza sweet corn farming more profitable than corn sticky. The average profit farming of Bonanza sweet corn and sticky corn is 44.215 million, - and 36.288 million per hectare. Farming of sweet corn and sticky corn in this area are viable. This can be seen from the B/C ratio> 1 are respectively 2.41 and 2.07. Judging from the revenue and the profits generated in accordance with the current conditions do these analyzes are advised to seek Bonaza sweet corn, but if there is a promising market demand with an increase in the selling price of sticky corn can be used as an alternative to cultivate. Key words: Analysis, agronomic, farming, young corn harvest ABSTRAK Kebutuhan jagung konsumsi tertinggi adalah jagung manis dan jagung pulut. Analisis terhadap dua varietas jagung panen muda tersebut dilakukan di Subak Gelgel, Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Bali pada musim tanam April-Juni 2016. Analisis dilakukan pada usahatani dengan melakukan pengamatan masing-masing pada 3 petani.Analisis dilakukan terhadap komponen agronomis dan kelayakan usahatani. Hasil analisis menunjukkan jagung manis Bonaza memiliki pertumbuhan dan hasil yang nyata lebih tinggi dibandingkan dengan jagung pulut dengan rata-rata hasil 13,15 t/ha dan 9,79 t/ha. Usahatani jagung manis Bonanza lebih menguntungkan dibandingkan dengan jagung pulut. Rata-rata keuntungan usahatani jagung manis Bonanza dan jagung pulut yaitu 44.215.000,- dan 36.288.000 per hektar. Usahatani jagung manis dan jagung pulut di daerah ini layak diusahakan. Hal ini terlihat dari B/C ratio yang >1 yaitu masing-masing 2,41 dan 2,07.Dilihat dari penerimaan dan keuntungan yang dihasilkan sesuai dengan kondisi saat dilakukan analisis ini disarankan untuk mengusahakan jagung manis Bonaza, namun apabila ada permintaan pasar yang menjanjikan dengan adanya peningkatan harga jual jagung pulut dapat dijadikan alternatif untuk diusahatanikan. Kata kunci: Analisis, agronomis, usahatani, jagung panen muda PENDAHULUAN Jagung merupakan salah satu tanaman terpenting di dunia selain padi dan gandum. Jagung merupakan sumber karbohidrat yang merupakan alternatif pangan (Nurwahidah et al ., 2015). Pramono (2015) menyatakan Jagung merupakan komoditas tanaman pangan yang menjadi prioritas setelah padi. Pemerintah mencanangkan upaya peningkatan produksi jagung tahun 2014 dengan target yang harus dicapai tahun 2015 yaitu 20,31 juta ton dengan pertumbuhan 5,57% melalui upaya khusus (UPSUS) peningkatan produksi Pajale (padi jagung kedelai). Peningkatan pertumbuhan

Transcript of ANALISIS DUA VARIET AS JAGUNG P ANEN MUDA DI...

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201664

ANALISIS DUA VARIETAS JAGUNG PANEN MUDADI KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI

I Nyoman Adijaya1 dan I Nyoman Sutresna2

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Gst. Ngurah Rai Pesanggaran-Denpasar Selatan

E-mail: [email protected]

date submitted: 2 Juni 2016 date approved: 30 Juli 2016

ABSTRACT

Analysis Variety of Two Young Corn Haverst in the District Klungkung , Bali

The highest demand of corn consumption are sweet corn and sticky corn. Analysis of two varieties of youngcorn harvest is done at Subak Gelgel, Gelgel Village, Klungkung District, Klungkung Regency, Bali duringcropping patern season from April to June 2016. The analysis was done on the farm by observing each inthree farmers. Analysis was conducted on the agronomic components and feasibility of farming. The analysisshowed Bonaza sweet corn growth and yield have significantly higher compared with the sticky corn averageyield of 13.15 t/ha and 9.79 t/ha. Bonanza sweet corn farming more profitable than corn sticky. The averageprofit farming of Bonanza sweet corn and sticky corn is 44.215 million, - and 36.288 million per hectare.Farming of sweet corn and sticky corn in this area are viable. This can be seen from the B/C ratio> 1 arerespectively 2.41 and 2.07. Judging from the revenue and the profits generated in accordance with thecurrent conditions do these analyzes are advised to seek Bonaza sweet corn, but if there is a promisingmarket demand with an increase in the selling price of sticky corn can be used as an alternative to cultivate.

Key words: Analysis, agronomic, farming, young corn harvest

ABSTRAK

Kebutuhan jagung konsumsi tertinggi adalah jagung manis dan jagung pulut. Analisis terhadap dua varietasjagung panen muda tersebut dilakukan di Subak Gelgel, Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung, KabupatenKlungkung, Bali pada musim tanam April-Juni 2016. Analisis dilakukan pada usahatani dengan melakukanpengamatan masing-masing pada 3 petani.Analisis dilakukan terhadap komponen agronomis dan kelayakanusahatani. Hasil analisis menunjukkan jagung manis Bonaza memiliki pertumbuhan dan hasil yang nyatalebih tinggi dibandingkan dengan jagung pulut dengan rata-rata hasil 13,15 t/ha dan 9,79 t/ha. Usahatanijagung manis Bonanza lebih menguntungkan dibandingkan dengan jagung pulut. Rata-rata keuntunganusahatani jagung manis Bonanza dan jagung pulut yaitu 44.215.000,- dan 36.288.000 per hektar. Usahatanijagung manis dan jagung pulut di daerah ini layak diusahakan. Hal ini terlihat dari B/C ratio yang >1 yaitumasing-masing 2,41 dan 2,07.Dilihat dari penerimaan dan keuntungan yang dihasilkan sesuai dengankondisi saat dilakukan analisis ini disarankan untuk mengusahakan jagung manis Bonaza, namun apabilaada permintaan pasar yang menjanjikan dengan adanya peningkatan harga jual jagung pulut dapat dijadikanalternatif untuk diusahatanikan.

Kata kunci: Analisis, agronomis, usahatani, jagung panen muda

PENDAHULUAN

Jagung merupakan salah satu tanamanterpenting di dunia selain padi dan gandum. Jagungmerupakan sumber karbohidrat yang merupakanalternatif pangan (Nurwahidah et al., 2015).Pramono (2015) menyatakan Jagung merupakan

komoditas tanaman pangan yang menjadi prioritassetelah padi. Pemerintah mencanangkan upayapeningkatan produksi jagung tahun 2014 dengantarget yang harus dicapai tahun 2015 yaitu 20,31juta ton dengan pertumbuhan 5,57% melalui upayakhusus (UPSUS) peningkatan produksi Pajale(padi jagung kedelai). Peningkatan pertumbuhan

65

ini sebagai upaya pemenuhan kebutuhan akankomoditas ini yang terus meningkat.

Peningkatan kebutuhan akan jagungmeningkat seiring dengan meningkatnya jumlahpenduduk selain jugapeningkatan kebutuhanindustri pangan dan industri pakan ternak.Kumaret al. (2013) menyatakan kebutuhan jagungkonsumsi sangat beragam seperti jagung baby(baby corn), jagung berondong, jagung proteintinggi dan jagung dengan kandungan minyak yangtinggi, namun Riadi et al. (2015) menyatakan darisemua jagung konsumsi tersebut yang palingbanyak dibutuhkan adalah jagung manis danjagung pulut.

Kedua jenis jagung ini merupakan jagungyang dipanen muda dan banyak disukai olehmasyarakat. Konsumsi jagung jenis ini lebihbanyak untuk jagung bakar, rebus atau sayuran.Selama ini pemenuhan jagung termasuk jagungmanis di Bali lebih banyak didatangkan dari Jawa.Hal ini sesuai dengan pernyataan Basuki danYuwono (2011) yang menyatakan usahatani jagungmanis di Jawa memiliki pangsa pasar salahsatunya Provinsi Bali.

Lima tahun terakhir usahatani jagung panenmuda seperti jagung manis dan jagung pulutsangat berkembang. Hal ini merupakan salah satuyang mempengaruhi penurunan luas panen tanamjagung di Bali selain faktor kekurangan air dan alihfungsi komoditi dan lahan.Badan Pusat StatistikProv. Bali (2015) menyatakan penurunan luaspanen jagung di Bali tahun 2015 sebesar 10,96%.

Subak Gelgel, di Kabupaten Klungkungmerupakan salah satu subak yangmengembangkan usahatani jagung panen muda.Jagung manis dan jagung pulut merupakan jenisjagung yang banyak diusahakan sepanjang tahunkarena prospek pasarnya yang menjanjikan. Selainprospek pasar yang menjanjikan usahatani jagungtersebut memerlukan waktu, tenaga dan biayayang lebih rendah dari usahatani padi.Usahatanikedua jenis jagung ini memiliki perbedaan dalampenggunaan biaya produksi dan produktivitas,sehingga perlu dianalisis untuk mengetahuikeragaan dan kelayakan usahataninya.

METODE PENELITIAN

Analisis terhadap usahatani jagung inidilakukan di Subak Gelgel, Desa Gelgel,Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung,Bali pada musim tanam April-Juni 2016. Analisis

dilakukan pada usahatani petani denganmelakukan pengamatan masing-masing pada 3petani dengan luasan antara 500m2-2.000 m2.

Budidaya T anaman

Jagung manis

Budidaya tanaman seperti yang umumdilakukan oleh petani. Penanaman dilakukan padalahan dengan TOT (tanpa olah tanah). Dua minggusebelum dilakukan penanaman dilakukanpenyemprotan lahan dengan herbisida.Penanaman dilakukan dengan cara tugalmenggunakan varietas jagung manis hibridaBonanza. Penanaman dilakukan dengan jaraktanam 80 cm x 40 cm dengan 2-3 biji/lubangtanam. Arah barisan tanaman searah denganmatahari (Timur-Barat). Penjarangan dilakukanpada umur tanaman 14 hari dengan menyisakan2 tanaman/lubang.

Pemupukan menggunakan 400 kg Urea/hadan 400 kg Ponska/ha diberikan 2 kali pada umurtanaman 14 hst dan 35 hst masing-masing ½dosis. Pemberian pupuk diberikan dengan caratugal, diberikan + 10 cm dari pangkal batang.

Pemeliharaan tanaman meliputi pengendaliangulma, pengendalian OPT (organisme pengganggutanaman) dan penyiraman. Pengendalian gulmadilakukan sebelum dilakukan pemupukan ke dua(35 hst) dengan menggunakan herbisida,sedangkan pengendalian OPT dilakukan denganmengkombinasikan pengendalian secara fisik dankimia sesuai dengan kondisi OPT di lapang.Pemberian pupuk daun diberikan umur 20 hst dan40 hst. Pengairan dilakukan secara berkala (1minggu sekali) atau disesuaikan dengan kondisilapang dengan memasukkan air ke lahan/petakan(cara leb).

Jagung pulut

Jagung pulut yang digunakan adalah jagungpulut hibrida. Teknis budidaya yang diterapkanpada usahatani jagung pulut hampir sama denganjagung manis. Yang membedakan hanyapenggunaan jarak tanam yang lebih rapat yaitudengan jarak tanam 75 cm x 40 cm. Dosispemupukan jagung pulut menggunakan yangsama dengan jagung manis yaitu dosis 400 kgUrea/ha dan 400 kg Ponska/ha.

Analisis dua Varietas Jagung Panen Muda di Kabupaten Klungkung, Bali| I Nyoman Adijaya, dkk.

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201666

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Pengamatan dan pengumpulan data dilaku-kan terhadap keragaan agronomis kedua jenisjagung. Pengamatan dilakukan terhadap kompo-nen pertumbuhan, komponen hasil dan hasil tana-man. Komponen pertumbuhan yang diamati yaitutinggi tanaman, jumlah daun dan berat berang-kasan tanaman sedangkan pengamatan terhadapkomponen hasil dilakukan terhadap berat babycorn, berat tongkol tanpa kelobot dan tongkol ku-pas. Pengamatan dilakukan dengan pengambilan2 titik pengamatan setiap petani dengan sampelmasing-masing 10 sampel setiap titik pengamatan.

Pengukuran hasil/ha dan berat berangkasan/ha dilakukan dengan melakukan ubinan.Pengambilan ubinan jagung manis dengan luas4,80 m2 (2,4 m x 2,0 m), sedangkan ubinan jagungpulut 4,50 m2 (2,25 m x 2,0 m). Perhitungan hasiltongkol ekonomis/ha dihitung dengan formula:

Sedangkan berat berangkasan per hektardihitung dengan formula:

Analisis Data

Data agronomis tanaman dianalisis denganuji t (t-test) untuk membandingkan komponenpertumbuhan, komponen hasil dan hasil jagungmanis dan jagung pulut. Sedangkan untukmengetahui kelayakan usahatani masing-masingvarietas jagung tersebut dilakukan analisisusahatani.Pendapatan usahatani dihitung denganmenggunakan rumus (Soekartawi. 2002):Pd = TR - TVCPd = (Q. Pq) - TVC

Perhitungan keuntungan usahatanimenggunakan suatu persamaan matematis :Ð = TR – TCTC = TFC + TVC

Keterangan :Pd = Pendapatan petanið = Keuntungan usahataniTR = Total penerimaan dari usahataniQ = Jumlah produksiPq = Harga per unit produksiTC = Total biayavariabel

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan Agronomis

Hasil analisis terhadap dua varietas jagungpanen muda di Subak Gelgel, KecamatanKlungkung, Kabupaten Klungkung menunjukkanbahwa komponen pertumbuhan jagung manisBonanza berbeda nyata terhadap komponenpertumbuhan yang diamati kecuali terhadap jumlahdaun per tanaman dibandingkan dengan jagungpulut (Tabel 1). Jagung manis Bonanza memilikihabitus tanaman yang lebih tinggi dan besar yangditandai dengan tinggi tanaman dan beratberangkasan yang lebih tinggi dibandingkandengan jagung pulut.

Hal serupa juga ditunjukkan terhadapkomponen hasil tanaman dimana komponen hasiltanaman jagung manis Bonanza nyata lebih beratdibandingkan dengan komponen hasil jagung pulutkecuali terhadap variabel jumlah tongkol panenmuda (Tabel 2). Secara agromonis terlihattanaman dengan habitus yang lebih besar memilikipotensi untuk menghasilkan hasil yang lebih tinggi.Hal ini disebabkan tanaman sejenis yang yang

Tabel 1. Rata-rata komponen pertumbuhan dua varietas jagung panen muda di Subak Gelgel, KabupatenKlungkung tahun 2016

VarietasVariabel

Jagung manis Bonanza Jagung Pulut

Tinggi tanaman (cm) 292,15* 275,30Jumlah daun maksimum (helai) 14,20ns 14,00Berangkasan/tanaman (g) 850,90* 715,80Berangkasan per hektar (ton) 42,50* 38,17

Keterangan: tanda * pada kolom yang sama menujukkan berbeda nyata dan ns menunjukkan tidak berbedanyata pada uji t.

67

memiliki habitus yang lebih besar akan mampumenghasilkan fotosintat yang lebih banyak denganmengoptimalkan proses metabolisme tanaman(fotosintesis).

Daun tanaman sebagai organ yang berfungsidalam proses fotosintesis akan berfungsi optimaljika faktor pembatas dapat diminimalkan.Fotosintat yang dihasilkan tanaman jagung sangatdipengaruhi oleh ILD (indeks luas daun).Purnomo(2005) menyatakan bahwa apabila indeks luasdaun tanaman jagung sebesar 1,14-2,42 berartiprediksi cahaya yang diintersep 79-89% sehinggamasih meningkatkan hasil ekonomis tanaman danberpemngaruh terhadap peningkatan indekspanen. Goldsworthy cit. Fischer dan Palmer (1995dalam Indradewa et.al. 2005), bahwa indeks luasdaun optimum untuk hasil biji bernilai antara 2,5sampai 5,0. Jika indeks luas daun lebih besardaripada nilai tersebut, tambahan bahan keringyang dihasilkan lebih banyak tertimbun dalambatang.

Pengaturan jarak tanam merupakan hal yangperlu diperhatikan. Tanaman dengan habitus yanglebih kecil akan mampu memanfaatkan ruang yanglebih kecil sehingga jarak tanam lebih rapat.Adijaya (2010) menyatakan peningkatankerapatan tanaman jagung akan meningkatkanILD. Semakin meningkatnya ILD sampai batasoptimum akan meningkatkan translokasi asimilatke organ penyimpanan. Peningkatan ini umumnyaditandai dengan meningkatnya indeks panen.

Faktor lain yang mempengaruhi kemampuansuatu tanaman untuk tumbuh dan berproduksiadalah faktor genetik. Faktor genetik pada keduavarietas jagung yang dianalisis menunjukkanperbedaan diantaranya habitus dan umur panen.

Jagung pulut memiliki umur panen yang lebihgenjah serta habitus tanaman yang lebih kecildibandingkan dengan jagung manis Bonanza.Secara umum tanaman dalam satu spesies yangmemiliki umur yang lebih pendek akan memilikihabitus yang lebih kecil. Harjadi (1979)menyatakan kemampuan menghasilkan suatutanaman sangat ditentukan oleh faktor genetiktanaman tersebut serta dipengaruhi oleh faktorlingkungan. Semakin besar kemampuan tanamandalam beradaptasi akan berpengaruh terhadappeningkatan pertumbuhan dan hasil tanamantersebut. Lebih lanjut Azrai (2004) mendapatkanpertumbuhan dan hasil varietas jagung yang samasangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya,semakin tinggi adaptasi varietas terhadaplingkungannya maka pertumbuhan akan semakinmeningkat yang ditandai dengan peningkatan biomasa tanaman dan peningkatan komponen hasiltanaman.

Hasil penelitian Safruddin et al. (2012)terhadap tiga varietas jagung manis jugamenunjukkan bahwa faktor genetik sangatberperan terhadap pertumbuhan dan hasil. Padaperlakuan yang sama ketiga varietas yang diujimemberikan respon yang berbeda. Hal inimenunjukkan bahwa potensi gen sangatmenentukan dan hasil akan bisa lebih maksimaljika didukung oleh faktor lingkungan.Hal ini sejalandengan hasil penelitian Antara (2012) yangmendapatkan jenis jagung yang berbeda jugamemiliki respon yang berbeda terhadap perlakuanpemupukan dimana jagung hibrida lebih responterhadap pemupukan kimia dibandingkan denganjagung non hibrida.

Tabel 2. Rata-rata komponen hasil, umur panen dan hasil dua varietas jagung panen muda di SubakGelgel, Kabupaten Klungkung tahun 2016

VarietasVariabel

Jagung manis Bonanza Jagung Pulut

Berat baby corn per tanaman (g) 6,75 -Berat baby corn (kg/ha) 337,50 -Jumlah tongkol per tanaman (tongkol) 1,00ns 1,00Umur panen (hari) 67,50* 63,00Berat tongkol dengan kelobot per tanaman (g) 398,00* 274,00Berat tongkol kupas per tanaman (g) 263,00* 183,50Bobot total tongkol ekonomis (ton/ha) 13,150* 9,79Kisaran umur panen (hari) 60-65 65-70

Keterangan: tanda * pada kolom yang sama menujukkan berbeda nyata dan ns menunjukkan tidak berbedanyata pada uji t.

Analisis dua Varietas Jagung Panen Muda di Kabupaten Klungkung, Bali| I Nyoman Adijaya, dkk.

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201668

Analisis Finansial Usahatani

Hasil analisis usahatani terhadap dua varietasjagung panen muda yang diusahatkan di SubakGelgel, Desa Gelgel, Kecamatan Klungkung,Kabupaten Klungkung menunjukkan keragaanpemanfaatan input produksi dan penerimaanusahatani dalam satu siklus produksi. Perbedaanpenggunaan input produksi usahatani jagungmanis dan jagung pulut terlihat pada penggunaanbiaya benih dan panen. Hal ini disebabkan olehharga benih jagung manis lebih tinggi dibandingkanjagung pulut sedangkan peningkatan biaya panenjagung manis disebabkan oleh adanya biaya untukpanen jagung baby.

Perbedaan penerimaan disebabkan olehadanya perbedaan produktivitas dan tingkat hargaselain juga adanya penerimaan dari penjualanjagung baby yang dihasilkan pada usahatanijagung manis namun tidak dihasilkan padausahatani jagung pulut. Peningkatan penjualanjagung panen muda disebabkan oleh produktivitasjagung manis yang lebih tinggi dibandingkandengan jagung pulut walaupun harga jual per satuanlebih rendah. Tingkat harga per kg jagung manisyaitu Rp 4.500/kg sedangkan jagung pulut Rp5.500/kg.

Perbedaan penerimaan ditentukan olehbesaran input dan besaran output masing-masingusahatani jagung. Usahatani jagung manismenggunakan input yang lebih tinggi dibandingkanjagung pulut. Biaya yang lebih besar tersebutdisebabkan adanya pengeluaran yang lebih besar

untuk pembelian benih dan adanya biayatambahan panen jagung baby. Namun pengeluarantersebut diimbangi oleh peningkatan penerimaandari penjualan jagung baby dan jagung panen mudadibandingkan dengan jagung pulut.

Peningkatan penerimaan ini juga berpengaruhterhadap besaran keuntungan yang diterima danmempengaruhi B/C ratio dari usahatani jagungyang dilakukan.Hasil analisis menunjukkanusahatani kedua varietas jagung yangdilaksanakan di daerah ini layak untukdiusahakan. Hal ini terlihat dari B/C ratio yangdihasilkan yaitu masing-masing 2,41 padausahatani jagung manis dan 2,07 pada usahatanijagung pulut. Soekartawi (2002) menyatakan suatuusahatani dianggap layak apabila B/C ratio > 1.Hal ini menunjukkan setiap Rp 1 yang dikeluarkandalam proses produksi menghasilkan keuntungansebesar Rp 2,41 dan Rp 2,07. Lebih lanjut Antara(2012) menyatakan semakin tinggi B/C ratiomenunjukkan usahatani yang dilakukan semakinefisien. Hal ini menunjukkan usahatani jagungmanis lebih efisien dibandingkan usahatani jagungpulut.

Nugroho (2015) menyatakan efisiensi teknissuatu usahatani yang dilakukan ditunjukkandengan adanya pengeluaran minimum denganoutput yang sama. Namun pada analisis yangdilakukan terhadap kedua varietas jagung padakajian ini hal tersebut belum bisa tercapai karenapeningkatan peningkatan penerimaan masih diikutioleh peningkatan pengeluaran input usahatani.

Tabel 3. Hasil analisis usahatani dua varietas jagung panen muda di Subak Gelgel, Kabupaten Klungkungtahun 2016

Varietas

UraianJagung manis Bonanza Jagung Pulut

Saprodi 6.015.000 5.935.000- Bibit 3.080.000 3.000.000- Pupuk 1.900.000 1.900.000- Pestisida 1.035.000 1.035.000Tenaga Kerja 6.440.000 5.720.000- Persiapan lahan dan tanam 960.000 960.000- Pemeliharaan 1.880.000 1.880.000- Panen 3.600.000 2.880.000Sewa lahan 600.000 600.000Penerimaan 62.550.000 53.823.000- Baby corn 3.375.000 0- Jagung muda 59.175.000 53.823.000Total Biaya 18.335.000 17.535.000Keuntungan 44.215.000 36.288.000B/C ratio 2,41 2,07

69

KESIMPULAN DAN SARAN

Jagung manis Bonaza memiliki pertumbuhandan hasil yang nyata lebih tinggi dibandingkandengan jagung pulut dengan rata-rata hasil 13,15t/ha dan 9,79 t/ha. Usahatani jagung manisBonanza lebih menguntungkan dibandingkandengan jagung pulut. Rata-rata keuntunganusahatani jagung manis Bonanza dan jagung pulutyaitu 44.215.000,- dan 36.288.000 per hektar.Usahatani jagung manis dan jagung pulut di daerahini layak diusahakan. Hal ini terlihat dari B/C ratioyang >1 yaitu masing-masing 2,41 dan 2,07.

Dilihat dari penerimaan dan keuntungan yangdihasilkan sesuai dengan kondisi saat dilakukananalisis ini disarankan untuk mengusahakanjagung manis Bonaza, namun apabila adapermintaan pasar yang menjanjikan denganadanya peningkatan harga jual jagung pulut dapatdijadikan alternatif untuk diusahatanikan.

DAFTAR PUSTAKA

Adijaya, N. 2010. Pengaruh Dosis Pupuk Kandangdan Bio Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan danHasil Jagung (Zea mays L.) di Lahan Kering.Tesis. Program Studi Pertanian Lahan KeringProgram, Pascasarjana Universitas Udayana.68 hal.

Antara, M. 2012. Analisis Produksi dan Komparatifantara Usahatani Jagung Hibrida denganNonhibrida di Kecamatan Palolo KabupatenSigi. Agroland17(1):56-62.

Azrai, M. 2004. Penampilan Varietas JagungUnggul Baru Bermutu Protein Tinggi di Jawadan Bali. Buletin Plasma Nutfah 10(2): 49-55.

Badan Pusat Statistik Prov. Bali. 2015. ProduksiPadi Jagung dan Kedelai. Angka Ramalan IItahun 2015. Berita Resmi Statistik ProvinsiBali No. 74/11/51/Th. IX, 2 November 2015

Basuki, S. dan D. M. Yuwono. 2011. AnalisisNilai Tambah Komoditas Jagung Manis. (Studi

Kasus di Kabupeten Temanggung). ProsidingSemiloka Nasional Dukungan Agro-Inovasiuntuk Pemberdayaan. Kerjasama UNDIP,BPTP Jateng dan Pemprov Jateng. Hal. 602-610.

Harjadi, M.M.S.S. 1979. Pengantar Agronomi.Jakarta: Penerbit PT Gramedia. 197 hal.

Indradewa, D., Kastono, D., Soraya, Y. 2005.Kemungkinan Peningkatan Hasil Jagungdengan Pemendekan Batang. Jurnal IlmuPertanian 12(2):117-124.

Kumar, R., J.P. Shabhi and K. Srivastava. 2013.Estimation of heterosis in field corn and sweetcorn at marketable stage.The Bioscan 8(4):1165-1170.

Nugroho, B. A. 2015. Analisis fungsi Produksi danEfisiensi Jagung di kecamatan PateanKabupeten Kendal. Jurnal Ekonomi danKebijakan, 8(2):163-177.

Nurwahidah, S., H.D. Dwidjono dan R.W. Lestari.2015. Technical efficiency of corn in SumbawaRegency. International Journal of ComputerApplications 126(7): 36-40.

Pramono, J. 2015. Dukungan Balitbangtan padaProgram UPSUS Peningkatan Produksi Padi,Jagung dan Kedelai di Jawa Tengah. WartaInovasi 8(2):4-8.

Purnomo, J. 2005. Respons of Maize Variety inLow Irradiation. Jurnal Agrosains 7(1):86-93.

Riadi, M., A.M. Jaya, A.T. Makkulawu dan M.H.Said. 2015. Pertumbuhan dan ProduksiJagung Hibrida Hasil Persilangan AntaraJagung Manis Komersial dan Jagung Pulut.Jurnal Agrotan1(1): 88-99.

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI-Press.Universitas Indonesia.

Syafruddin, N., dan R. Wati. 2012. Pengaruh JenisPupuk Terhadap Pertumbuhan dan HasilBeberapa Varietas Jagung Manis. JurnalFloratek 7(1):107-114.

Analisis dua Varietas Jagung Panen Muda di Kabupaten Klungkung, Bali| I Nyoman Adijaya, dkk.

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201670

DAMPAK INTRODUKSI KOMPONEN TEKNOLOGI T ANAMAN SEHA TTERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KAKAO

I Wayan Sunanjaya

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran-Denpasar Selatan, Bali,80222

E-mail: [email protected]

data submitted: 30 Mei 2016 data approved: 28 Juni 2016

ABSTRACT

Impact of Plant Technology Components Healthy Introduction to Growth and Results of Cocoa

Cocoa as one export commodity that is now greatly reduced its presence both in terms of growth anddevelopment in the province of Bali. Cocoa in the province of Bali is a small-scale plantation businesspeople and almost entirely not managed properly. The assessment emphasizes, accelerate the adoption ofinnovation and obtain optimum yield of cocoa. The introduction of technological innovations in the form of apackage of innovative technology to increase crop productivity, sustainable cocoa. Component technologiesintroduced include: pruning, sanitation, fertilization, harvest often, side grafting and sarungisasi. Involvingfarmers in Subak Abian Buwana Mekar, angkah Village, District West Selemadeg Tabanan, from May toOctober 2015. The introduction of innovative technology components and significantly different effect on theoverall parameters of vegetative and generative observed. The average number of primary branches,secondary branches, turning branches, diseased branches, hanging branches, shoots better water per tree,each as much as 36.24; 57.54; 231.08; 242.18; 226.41 and 201.69%. Number of young fruit, healthy fruit, fruitrot / rotten fruit, attacked by PBK better with a healthy plant cultivation technology implementation whencompared to their respective controls 19.54; 358.88; 176.47 and 164.98%. While the percentage of weedsthat grow in the garden area which is 15.74% less with the introduction of technology, while at the controls48.80%.

Key words: Cocoa, introduction of technology, healthy plants

ABSTRAK

Kakao sebagai salah satu komoditas ekspor yang kini keberadaannya sangat menurun baik dari sisipertumbuhan dan perkembangannya di provinsi Bali. Kakao di provinsi Bali merupakan usaha perkebunanrakyat berskala kecil dan hampir keseluruhannya belum dikelola dengan baik. Pengkajian lebih menekankan,mempercepat adopsi inovasi dan memperoleh hasil kakao yang optimal. introduksi inovasi teknologi dalambentuk paket teknologi inovatif untuk meningkatkan produktivitas tanaman kakao serta berkelanjutan.Komponen teknologi yang diintroduksikan meliputi : pemangkasan, sanitasi, pemupukan, panen sering,sambung samping dan sarungisasi. Melibatkan petani di Subak Abian Buwana Mekar, Desa Angkah,Kecamatan Selemadeg Barat Kabupaten Tabanan , mulai Mei sampai Oktober 2015. Introduksi inovasikomponen teknologi berpengaruh dan berbeda nyata pada keseluruhan parameter vegetatif dan generatifyang diamati. Rata-rata banyaknya cabang primer, cabang skunder, cabang balik, cabang sakit, cabanggantung, tunas air per pohon lebih baik, masing-masing sebesar 36,24; 57,54; 231,08; 242,18; 226,41 dan201,69%. Jumlah buah muda, buah sehat, buah busuk/busuk buah, buah terserang PBK lebih baik denganimplementasi teknologi budidaya tanaman sehat bila dibandingkan dengan kontrol masing-masing 19,54;358,88; 176,47 dan 164,98%. Sementara persentase gulma yang tumbuh di areal kebun lebih sedikit yakni15,74% dengan introduksi teknologi sedangkan pada kontrol 48,80%.

Kata kunci : Kakao, introduksi teknologi, tanaman sehat

71

PENDAHULUAN

Tanaman kakao atau coklat Theobroma cacaoL. merupakan salah satu komoditi ekspor yangpenting bagi Indonesia di pasaran dunia. Kakaojuga merupakan salah satu komoditas pertanianyang peranannya sangat penting bagiperekonomian regional, khususnya dalammenyediakan kesempatan kerja, sumberpendapatan petani dan devisa negara. Produksikakao Indonesia mencapai 652.396 ton/tahun atau16% volume produksi kakao dunia yang diperolehdari areal seluas 992.448 ha. Dalam hal ini kakaomemberi kontribusi nyata terhadap perolehandevisa negara dari sektor perkebunan dengan nilaisekitar USD 568 per tahun (4,3%) yangmenempati urutan ketiga setelah perolehan devisakelapa sawit dan karet. Di samping itu hal yanglebih penting bahwa kakao memberi kontribusinyata penciptaan lapangan pekerjaan berbasismasyarakat pedesaan. Selama kurun waktu 25tahun terakhir terjadi peningkatan luas areal danproduksi kakao secara nyata, masing-masingsebesar 15,2%/ tahun dan 19,43%/tahun. Namunpeningkatan luas areal dan produksi tersebut tidaksepadan dengan peningkatan produktivitastanaman yang hanya mencapai 1,2%/tahun (DitjenPerkebunan, 2006).

Kakao sebagai salah satu komoditas eksporyang kini keberadaannya juga sangat menurun baikdari sisi pertumbuhan dan perkembangannya diProvinsi Bali. Kakao di Provinsi Balikeseluruhannya merupakan usaha perkebunanrakyat berskala kecil dan hampir keseluruhannyabelum dikelola dengan baik. Dari hasil wawancaradan observasi lapang terbatas, yang dilakukanterhadap kondisi kebun petani khususnya diTabanan ternyata disebabkan oleh tersendatnyausaha sanitasi kebun dan rampasan buahterserang. Petani biasanya menaruh danmenumpuk limbah buah dan buah terserang dibawah pohon kakao di sekitar kebun. Kebiasaantersebut dilakukan oleh sebagian besar petaniwalaupun pemerintah telah berupaya membuatkanbak penampung limbah untuk buah terserang disekitar kebun. Namun bak-bak penampung limbahtersebut kurang difungsikan untuk usaha sanitasidi dalam usaha pengendalian hama dan penyakityang ada di sekitar kebun petani. Sebaran limbahbuah terserang itu kurang dipahami oleh petanisebagai sumber inokulum penyakit busuk buahdan menjadi media penyempurnaan siklus hidupPBK yang telah ada di dalam buah. Sebagianpetani kakao juga tidak merawat dengan baik

tanamannya, justru lebih banyak melakukan panensaja. Sehingga dapat dikatakan pengelolaan yangjustru sangat jauh dari teknologi budidaya tanamansehat. Petani juga kurang memahami potensimusuh alami di dalam ekosistem kebunnya yangsangat besar dan berlimpah jumlahnya sehinggamereka kurang memberi perhatian terhadapsumber daya hayati tersebut. Dampak besarmenurunnya hasil kakao yang disebabkan olehhama dan penyakit tanaman dan kurangnyasanitasi menyebabkan perlu dilakukan introduksibudidaya tanaman sehat sebagai prinsip dasarPHT. Dalam proses belajar SL-PHT Kakao,ditekankan pada penguasaan/pemahaman 4(empat) prinsip dasar PHT yakni budidayatanaman sehat, pelestarian musuh alami,pengamatan rutin (mingguan), petani ahli PHT(Ditjen Perkebunan, 2006)

Penerapan teknologi tersebut sudah menjadikebijakan dasar pengendalian OPT (OrganismePengganggu Tanaman) di seluruh sentrapertanaman kakao di Indonesia. Walaupun usahatransformasi teknologi itu sudah dilakukan namunfakta serangan di berbagai daerah tetap tinggimengancam pendapatan petani kakao di seanteronusantara dan Bali khususnya.

Berdasarkan fakta tersebut diatas perludilakukan pendampingan dalam bentuk kaji terap.Tujuannya adalah untuk lebih menekankan,mempercepat dan diperoleh hasil kakao yangoptimal dalam bentuk paket teknologi inovatif gunameningkatkan produktivitas tanaman kakao sertaberkelanjutan. Diharapkan petani kakao dapatmelihat, melakukan secara langsung danmenikmati hasilnya yang lebih baik, sehinggakajian ini dapat bermanfaat langsung kepadapetani.

METODE PENELITIAN

Pengkajian di laksanakan di Subak AbianBuwana Mekar, Desa Angkah, KecamatanSelemadeg Barat Kabupaten Tabanan , mulai Meisampai Oktober 2015. Alat dan bahan yangdigunakan dalam pengkajian ini meliputi kebunkakao, kertas koran, spidol, krayon, selotif,kantong plastik, blangko pengamatan, tali rafia,alat pangkas, cangkul, gembor, ember, counter,thermohigrometer, alat tulis kantor, dan kamera.

Pengkajian di laksanakan di lahan milik petaniseluas 1 ha. Pelaksanaan pengkajian di bagi dalam2 petak percobaan yakni petak dengan introduksiteknologi dan petak non introduksi teknologi (cara

Dampak Introduksi Komponen Teknologi Tanaman Sehat terhadap Pertumbuhandan Hasil Kakao | I Wayan Sunanjaya

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201672

petani setempat). Menentukan pohon contohsecara acak sebanyak 10% per petani dari jumlahpohon kakao yang dimiliki. Jumlah petani yangterlibat masing-masing sebanyak 10 orang.Komponen teknologi yang diintroduksikanmeliputi : pemangkasan, sanitasi, pemupukan,panen sering, sambung samping dan sarungisasi.

Pemangkasan dilakukan pada tanamanpelindung dan tanaman kakao. Pemangkasantanaman, meliputi pemangkasan pemeliharaan,pemangkasan berat untuk kakao tua (diatas 15tahun). Sanitasi kebun, didalamnya menyangkut: kebersihan lahan tempat tanaman kakao,penanung, tanaman lainnya yang ada dalamhamparan lahan bersangkutan. Sanitasi jugadilakukan dengan membersihkan gulma yangmengganggu tanaman kakao. Pembuatan rorak,disesuaikan dengan kondisi kemiringan lahan dilapangan yang difungsikan untuk tempatpenampungan limbah kebun. Pemupukandilakukan dengan cara ditugal. Pupuk yangdigunakan adalah 500 gr pupuk ponska dan 30 kgpupuk kandang per pohon sesuai dengan pupukrekomendasi. Pengendalian hama dan penyakitterpadu, dengan pembuatan sarang semut hitamserta peningkatan populasi kutu putih, panensering , penurunan buah-buah busuk, penyarunganbuah muda dan penggunaan fungisida nabati untukpengendalian busuk buah. Sementara pada petaknon introduksi disesuaikan dengan kondisi petani.

Pengamatan dilakuan setiap 2 minggu sekali.Tanaman yang diamati sebanyak 10 tanamankakao pada petani yang konsinten melaksanakantahapan-tahapan teknologi yang diintroduksikan.Untuk keseragaman letak sasaran pengamatanpada tanaman dihitung atau diamati mulai cabangskunder. Parameter yang diamati meliputi cabangprimer, cabang skunder, cabang balik,cabangsakit, cabang gantung, tunas air, jumlah bunga,jumlah pentil, jumlah buah, buah sehat, buahbusuk, buah terserang PBK. Data-data yangdiperoleh dianalisis t-test (Gomez dan Gomez,1995)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Cabang primer , cabang skunder , cabangbalik, cabang sakit, cabang gantung, tunasair per pohon

Introduksi inovasi komponen teknologi yangdiintroduksikan berpengaruh dan berbeda nyatapada keseluruhan parameter vegetatif dan generatifyang diamati (Tabel 1 dan 2). Tabel 1 menunjukkancabang primer, cabang skunder, cabang balik,cabang sakit, cabang gantung, tunas air per pohonberbeda nyata antara komponen teknologiterintroduksi dengan kontrol (kebiasaan petani)setempat. Rata-rata banyaknya cabang primer,cabang skunder, cabang balik, cabang sakit,cabang gantung, tunas air per pohon lebih baik,masing-masing sebanyak 36,24; 57,54; 231,08;242,18; 226,41 dan 201,69%.

Persentase cabang dan tunas yang optimalpada pertumbuhan vegetatif tanaman sebagaidampak tanaman terhadap perlakuan introduksikomponen teknologi tanaman sehat. Distribusisinar matahari masuk kedalam tanaman dan kebunsebagai sasaran pokok dapat meningkatkanpruduktivitas tanaman kakao. Pemangkasankakao sebagai salah satu upaya agar lajufotosintesis berlangsung optimal. Hasil bersihfotosintesis maksimal dan distribusinya keorgan-organ yang membutuhkan berlangsunglancar. Besarnya intensitas sinar matahari yangditerima daun merupakan salah satu faktoryang menentukan kegiatan fotosintesis,disamping beberapa faktor lainnya sepertipenyediaan dan tingkat difusi CO

2, status air, dan

nutrisis di dalam daun serta kandungan klorofil.Fotosintesis tanaman kakao berlangsungoptimal pada penyinaran matahari 60% - 80%penyinaran (Giri et al., 2012). Sinar yang idealuntuk tanaman kakao sekitar 75% dari sinarmatahari penuh. Pohon kakao sebaiknyamenerima sekitar 50%, sedangkan 25% lainnyasampai ke tanah (Konam et al., 2009).

Tabel 1. Rata-rata beberapa parameter yang diamati akibat introduksi komponen teknologi budidaya kakao

Perlakuan Cabang Cabang Cabang Cabang Cabang Tunas Airprimer/ skunder balik sakit gantung (batang)wiwilan (batang) (batang) (batang) (batang)(batang)

Introduksi Teknologi 3.67 b 43.19 b 2.96 b 2.56 b 3.37 b 2.96 b

Kontrol 5.00 a 68.04 a 9.80 a 8.76 a 11.00 a 8.93 a

Standar Deviation (SD) 0.73 13.71 3.78 3.46 4.23 3.35

Keterangan : angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan perbedaan nyata t-tes taraf 5%

73

Jumlah bunga, jumlah pentil, jumlah buahmuda, buah sehat, buah busuk, buahterserang PBK, gulma

Komponen produksi akhir kakao yangditentukan dan tergantung kepada jumlah bunga,pentil, jumlah buah, buah sehat, buah busuk, buahterserang HPT. Introduksi teknologi berpengaruhdan menunjukkan perbedaan nyata padaparameter produksi/generatif yang diamati (Tabel2). Jumlah buah muda, buah sehat, buah busuk/busuk buah, buah terserang PBK lebih baik denganimplementasi teknologi budidaya tanaman sehatbila dibandingkan dengan kontrol masing-masing19,54; 358,88; 176,47 dan 164,98%. Sementarapersentase gulma yang tumbuh di areal kebun lebihsedikit yakni 15,74% dengan introduksi teknologisedangkan pada kontrol 48,80% (Tabel 2).

Ari Sandria (2015) menyatakan, pemangkasanyang sesuai mampu meningkatkan kemampuantanaman untuk membentuk buah kakao, bungadan buah tumbuh merata di bagian pokok dancabang tanaman kakao. Pemangkasan identikdengan mengoptimalkan jumlah daun lazimnyadinyatakan dengan LAI (leaf area index) yaitubesaran yang menyatakan nisbah (perbandingan/rasio) antara jumlah luas semua daun dan tanahyang ternaungi. Hasil fotosintesis akan meningkatdengan meningkatnya LAI, tetapi sesungguhnyajuga sangat bergantung pada struktur tajuk danpencahayaan. Daun-daun yang ternaungi tidakoptimal dalam melakukan fotosintesis.

Kurang diterapkannya budidaya tanamansehat menyebabkan penurunan produktivitaskakao rata-rata mencapai 50% dengan kisaran10% hingga 90%. Lebih lanjut dijelaskan, besarnyapenurunan produksi tersebut disebabkan olehbelum adanya kebersamaan petani dalammelakukan pengendalian hama PBK danlambatnya proses adopsi teknologi pengendalianhama PBK (Nusyirwan Hasan dan Rifda Roswita,2013).

Hasil kakao sudah menunjukkanpeningkatan pada perlakuan dengan pemberiandosis kompos 9 kg/tanaman. Berat kering bijikakao cenderung lebih besar pada perlakuandengan dilakukan pemangkasan. Kombinasiantara pemberian kompos 13,5 kg/tanamandengan pemangkasan menunjukkan rata-ratatertinggi pada peubah total buah dan beratkering biji kakao. Pemberian pupuk organik 15ton/ha menghasilkan hasil kakao terbaik (AkhmadBaihaqi dkk. 2015). Penerapan inovasi teknologitelah dapat meningkatkan produktivitas kakao dariawal dengan rata-rata produktivitas 450,71menjadi 702,50 kg ha-1th-1 atau meningkat 55,86%

PHT merupakan suatu cara pendekatanatau cara berpikir tentang pengendalian OPTyang didasarkan pada dasar pertimbanganekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangkapengelolaan agroekosistem yang berwawasanlingkungan yang berkelanjutan. Teknologi PsPSPmerupakan suatu inovasi dan memerlukan suatuproses sampai diadopsi oleh petani. MenurutRogers (1995), adopsi suatu inovasi merupakanproses mental sejak seseorang mengetahuiadanya inovasi sampai mengambil keputusanuntuk menerima atau menolak dan kemudianmengukuhkannya. Secara lebih rinci, prosesadopsi dapat dibagi dalam lima tahapan yaitupengenalan, persuasi, keputusan, implementasidan konfirmasi. Tiga tahapan yang terakhir dapatdipandang sebagai satu tahapan implementasiatau adopsi inovasi, sehingga proses adopsiteknologi dapat dibagi dalam tiga tahapan yaitutahap perubahan pengetahuan, tahappembentukan sikap dan tahap tindakan/penerapanteknologi. Melalui introduksi komponen PHTdiharapkan akan diperoleh populasi OPT dankerusakan tanaman tetap pada aras secaraekonomi tidak merugikan, pengurangan resikopencemaran lingkungan akibat penggunaanpestisida yang berlebihan, produksi pertanianyang optimum, dan kesejahteraan petanimeningkat (Dirjenbun, 2014).

Tabel 2. Rata-rata beberapa parameter yang diamati akibat introduksi komponen teknologi budidaya kakao

Perlakuan Jumlah Jumlah Jumlah Buah Buah Buahbunga pentil buah muda sehat busuk terserang.(dompolan) (buah) (buah) (buah) (buah) PBK

(buah)

Introduksi Teknologi 44.44 a 35.00 b 22.63 b 9.96 a 1.02 b 2.57 b

Kontrol 46.11 b 39.43 a 18.93 a 2.17 b 3.00 a 6.81 a

Standar Deviation SD) 2.82 11.17 3.95 4.77 1.09 2.64

Keterangan : angka yang diikuti huruf berbeda menunjukkan perbedaan nyata t-tes taraf 5%

Dampak Introduksi Komponen Teknologi Tanaman Sehat terhadap Pertumbuhandan Hasil Kakao | I Wayan Sunanjaya

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201674

KESIMPULAN DAN SARAN

Introduksi teknologi budidaya tanaman sehatmeningkatkan komponen produksi tanamankakao, menurunkan serangan penggerek danbusuk buah buah kakao di Subak Abian BuwanaMekar, Desa Angkah, Kecamatan SelemadegBarat.

Penerapan inovasi teknologi budidayatanaman sehat pada komoditas kakao wajibdilakukan secara lengkap dengan berbasiskawasan untuk menjamin keberlanjutannya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yangsebesar-besarnya kepada petugas POPT dananggota Subak Abian Buwana Mekar, DesaAngkah, Kecamatan Selemadeg Barat

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad Baihaqi, A Humam Hamid, Ashabul Anhar,Yusya Abubakar, T. Anwar, Yuvi Zazunar, 2015.Penerapan teknik budidaya serta hubunganantara pemangkasan dan peningkatanproduktivitas kakao di Kabupaten Pidie. ProdiAgribisnis, Fakultas Pertanian UniversitasSyiah Kuala, Banda Aceh. Agrisep Vol (16)No. 2 , 2015

Ari Sandria, 2015. Pengaruh Pemangkasan PadaTanaman Kakao. http://agronomiunhas.b l o g s p o t . c o . i d / 2 0 1 5 / 0 1 / p e n g a r u h -pemangkasan-pada-tanaman-kakao.htmlDiakses 9 Agustus 2016

Direktorat Jenderal Perkebunan (2006). Roadmapkomoditas kakao 2005—2025. Jakarta,Oktober 2006, 27 p.

Dirjenbun. 2014. Pedoman Teknis SekolahLapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) Perkebunan tahun 2014. DirektoratJenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.54 h

Gomez, K.A., A.A. Gomez. 1995. ProsedurStatistik Untuk Penelitian. (Syamsudin, E.,Baharsyah, J.S., Pentj.). Jakarta: UniversitasIndonesia Press. 698 h

Giri, A., Suharman,M. J. Sianturi, B. Lesmana,M. Syahrir. 2012. Penerapan BudidayaTerbaik Tanaman Kakao. Ed. SCPP-Swisscontact. 178 h.

Herman, M. Parulian Hutagaol, Surjono H.Sutjahjo, Aunu Rauf dan D. S. Priyarsono,2009. Analisis faktor-faktor yang mempe-ngaruhi adopsi teknologi pengendalian hamapenggerek buah kakao : Studi kasus diSulawesi Barat. Pelita Perkebunan 22 (3),222 – 236.

Konam J., Namaliu Y., Daniel R. dan Guest D.I.2009. Pengelolaan Hama dan PenyakitTerpadu untuk Produksi Kakao Berkelanjutan;Panduan Pelatihan untuk Petani danpenyuluh. ISBN 978 1 921531 92 7 (online).Monograf ACIAR No. 131a, 36 hal.

Rogers, E.M. (1995). Diffusion of Innovations. TheFree Press, New York.

Nusyirwan Hasan dan Rifda Roswita, 2013.Peningkatan Produktivitas dan Mutu KakaoMelalui Diseminasi Multi-Channel (DMC) diNagari Parit Malintang, Kabupaten PadangPariaman. Universitas Mulawarman. JurnalTeknologi Pertanian 8(2): 75-82 ISSN1858-2419

75

EVALUASI KINERJA PMT WILAYAH KALIMANT ANBERDASARKAN INDIKA TOR KINERJA

Yennit a Sihombing

Balai Besar Pengkajian Dan Pengembangan Teknologi PertanianJl. Tentara Pelajar No. 10 Bogor, 16114E-mail:[email protected]

date submitted: 24 Mei date approved: 28 Juli 2016

ABSTRACT

PMT Performance Evaluation in the Kalimantan Area Based on Performance Indicators

An agriculture is a key sector of destitution in the underdeveloped or developing countries, including Indonesia.Most of Indonesiandestitution live in rural areas and work in an agriculture. One of the government programsare to solve a poverty in agricultural development and acapital problem faced by farmers is the program ofRural Agribusiness (PUAP). PUAP recipient village is a poor village, and in the village there areGapoktan.Farmers Group Association (union) is a farmer implementing institutional PUAP for channelingcapital assistance for members. To achieve maximum results in the implementation of PUAP, Gapoktanaccompanied by Extension personnel escort and Supervisor Mitra Tani.Kalimantan area in fact it alsoexperienced financial problems for farmers, and in 2008 received financial assistance PUAP. The locationchoice based on the accomplishments achieved by Gapoktan and an success that has been achieved.Thepurpose of this study is to identify and analyze the performance of PMT period 2008-2014 in 2015, to expectthe results to be obtained are more effective coordination between the PMT with the relevant agenciesinvolved.The method employed in this study was360-degree feedback assessment andthe sampling methodis using purposive sampling. The datacollection methods used primary data and secondary data. Thisanalysis used a scoring analysis. Based on the results of the assessment in 2015 conducted responsibleperson PUAP in BPTP to the performance of PMT in 33 provinces showed the performance Ineffective (9Province/27.27% ), Effective Enough (16 provinces/48.49% ) and Effective (8 Provincial/24.24%).

Key words: PUAP, gapoktan, 360-degree feedback assessment

ABSTRAK

Pertanian merupakan sektor kunci mengenai kemiskinan di negara-negara terbelakang atau berkembangtermasuk Indonesia. Sebagianbesar penduduk miskin indonesia tinggal diperdesaan dan bekerja dipertanian. Salah satu program pemerintah dalam mengentaskankemiskinan dalam pembangunan pertaniandan permasalahan modal yang dihadapi petani ialah dengan adanya program Program Usaha AgribisnisPerdesaan (PUAP). Desa penerima PUAP adalah desa miskin dan di desa tersebut terdapatGapoktan.Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan kelembagaan tani pelaksana PUAP untukpenyaluran bantuan modal usaha bagi anggota.Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelaksanaanPUAP, Gapoktan didampingi oleh tenaga Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani.Wilayah Kalimantanmengalami permasalahan modal petani, dan pada tahun 2008 mendapat bantuan dana PUAP. Pemilihanlokasi ini didasarkan pada prestasi yang diraih oleh Gapoktan dan keberhasilan yang telahdicapai.Tujuandari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dan menganalisa kinerja PMT periode 2008-2014 di tahun2015, sehingga diharapkan hasil yang akan diperoleh yaitu koordinasi yang lebih efektif antar PMT denganinstansi terkait yang terlibat.Metode yang digunakan adalah penilaian umpan balik 360 derajat,danpengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.Metode pengumpulan data yangdigunakan menggunakan data primer dan data sekunder.Analisis yang digunakan merupakan analisisskoring. Berdasarkan hasil penilaian di tahun 2015 yang dilakukan penanggung jawab PUAP BPTP terhadapkinerja PMT di 33 provinsi, menunjukan kinerja yang Tidak Efektif (9 Provinsi/27,27%), Cukup Efektif (16Provinsi/48,49%) dan Efektif (8 Provinsi/24,24%).

Kata Kunci: PUAP, gapoktan, umpan balik 360 derajat

Evaluasi Kinerja PMT Wilayah Kalimantan Berdasarkan Indikator Kinerja| Yennita Sihombing

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201676

PENDAHULUAN

Kemiskinan di pedesaan merupakan masalahpokok nasional yang harus segera ditanggulangiguna tercapainya kesejahteraan sosial bagimasyarakat.Desa adalah agen pemerintahterdepan dalam mewujudkan tujuan pembangunannasional yang menjangkau kelompok sasaran riilyang hendak disejahterahkan (Ramadhana et al,2011).Dalam pembangunan Perdesaan paling tidakada 3 faktor utama yangpatut dijadikan sebagaibahan “ramuan” yakni: Aspek sumber dayamanusia(SDM), kelembagaan, dan potensi sumberdaya alam yang ada (Taryoto,2014).Kemiskinanmerupakan cerminan entitas sosial dan ekonomimayoritas penduduk di perdesaan yang terkait eratdengan ketimpangan yang sebagian besar terjadiakibat bekerjanya sistem kapitalisme yangmengkooptasi perdesaan Indonesia sejak masakolonialisme (Elizabeth, 2007).Berbagai upayayang ditujukan untuk memberdayakan masya-rakat, akan menjadi sangat relevan, terutama yangterkait dengan pemberdayaan usaha ekonomimasyarakat (Sunaryo, 2007). Pembangunanekonomi nasional berbasis pertanian danperdesaan secara langsung maupun tidaklangsung akan berdampak pada penguranganpenduduk miskin.

Dalam rangka penanggulangan kemiskinan,penciptaan lapangan kerja dan fasilitasi bantuanmodal usaha untuk petani, Kementerian Pertanianmenetapkan Program PUAP. Sasaran penerimaPUAP iniadalah petani kecil/rumah tangga miskinpada wilayah nagari/desa denganjumlah sekitar25% dari jumlah penduduk, dimana sekitar 75%adalahpara petani di perdesaan (Syahyuti, 2007).Diharapkan dana BLM-PUAP dapat mendorongperekonomian di pedesaan dan meningkatkanpendapatan petani sehingga petani keluar darikemiskinan(Kementerian Pertanian, 2010).Untukkeberhasilan program juga dilakukan perekrutanPenyelia Mitra Tani (PMT) sebagai tenagapendamping Gapoktan PUAP untuk membentukLembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A).LKM-Ayang berhasil ditumbuh-kembangkanoleh Gapoktan diharapkan dapat meningkatkanakumulasi modal melalui dana ke swadaya yangdikumpulkan oleh anggota melalui tabunganmaupun melalui saham anggota (Kementan,2014).Pelaksanaan PUAP di pedesaan dimulai tahun2008 sampai dengan tahun 2014, telah disalurkankepada 49.186 Gabungan Kelompok Tani(Gapoktan) dan di tahun 2015 direncanakan masihakan ada penambahan sebanyak 3000 Gapoktan.

Sementara sampai dengan tahun 2014, PMT yangtelah direkrut sebanyak 1528 orang dan di tahun2015 masih akan ada perekrutan baru PMT(Direktorat Pembiayaan Pertanian, 2014).

Permasalahan mendasar yang dihadapipetani adalah kurangnya akses kepada sumberpermodalan, pasar dan teknologi serta organisasitani yang masih lemah.Salah satu kegiatan pokokPUAP adalah penyaluran dana Bantuan Langsung(BLM) kepada Gapoktan sebesar Rp 100 jutauntuk penguatan permodalan yang digunakanpada: (a) budidaya tanaman pangan, hortikultura,perternakan, perkebunan dan (b) usaha nonbudidaya meliputi usaha industri rumah tanggapertanian, pemasaran skala kecil/bakulan, danusaha lain berbasis pertanian. Ashari (2009)menyatakan modal dapat (1) membantu petanikecil dalam mengatasi keterbatasan modal denganbunga relatif kecil, dan (2) mengurangiketergantungan petani pada pedagang perantaradan pelepas uang.Penguatan modal Gapoktanmerupakan satu kesatuan upaya pemerintahdalam mengembangkan kegiatan ekonomi rakyatyang diprioritaskan pada penduduk miskin dipedesaan melalui peningkatan SDM danpenerapan inovasi teknologi dan kelembagaanpertanian.Tujuan dari pengembangan program iniyaitu: (i) mengurangi kemiskinan dan -melaluipenumbuhan dan pengembangan kegiatan usahaagribisnis di perdesaan sesuai potensi wilayah,(ii) meningkatkan kemampuan pelaku usahaagribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh, danPenyelia Mitra Tani, (iii) memberdayakankelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untukpengembangan usaha kegiatan agribisnis, dan (iv)meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi petanimenjadi jejaring atau mitra lembaga keuangandalam rangka akses permodalan. Pada dasarnyaprogram ini mempunyai misi, yaitu pemberdayaanmasyarakat pedesaan secara partisipatif dalamupaya meningkatkan kesejahteraannya.

Pelaksanaan PUAP telah banyak mendapatfasilitas, seperti penyediaan tenaga Penyelia MitraTani (PMT), penyuluh pendamping (PP),pendampingan teknologi oleh BPTP, pembinaanoleh provinsi dan kabupaten, untuk meningkatkankinerja Gapoktan PUAP dan Lembaga KeuanganMikro Agribisnis/LKM-A (Biro OK Kemtan, 2012).Indikator keberhasilan kinerja PMT dapat diukurdari jumlah unit simpan pinjam (USP) yang adadi Gapoktan setelah tahun ke tiga dapatmembentuk Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis(LKM-A).Apabila setiap gapoktan beranggotakanlima poktan, makadalam satu kali introduksi

77

teknologi di satu gapoktan, maka akansamadengan menemukan 100-125 orang petani.Oleh karena itu, introduksi teknologi melaluiGapoktan cukup efisien dan efektif (Hendayana,2011).

LKM-A merupakan unit otonom Gapoktan danmemiliki manajemen yang terpisah dari Gapoktanyang harus dibangun PMT sebagai tupoksinya.Bentuk usaha lembaga ini mencakup pelayananjasa pinjaman/kredit dan penghimpunan danamasyarakat yang terkait dengan persyaratanpinjaman atau bentuk pembiayaan lainnya(Kementerian Pertanian, 2013).Sebagai langkahpemberdayaan lebih lanjut dari GapoktanPUAPmenjadi LKM-A dimaksudkan untuk: (1)Memberikan kepastian pelayanan sertakemudahan akses petani pada fasilitaspembiayaan, (2) Proseduryang sederhana dancepat, (3) Kedekatan lokasi pelayanan dengantempatusaha petani, dan (4) Pengelola LKM-Asangat memahami karakter petanisebagainasabah (Kementerian Pertanian, 2010b).Tujuanpembentukan LKM-A adalah untuk membantumemfasilitasi kebutuhan modal usahatani bagipetani. Untuk evaluasi Gapoktan menurutSuryahadi (2007) dibagi menjadi 2 jenis, yakni:menurut waktu pelaksanaan yangmerupakanevaluasi formatif dan evaluasi summative. Hasilevaluasi dari 31.527 sampel Gapoktan 2008-2013,ternyata baru 3.898 Gapoktan (12,36%)yang telahberhasil membentuk LKM-A. Sementara GapoktanPUAP 2008-2013 ada 37.123 Gapoktan.Hal inimenunjukan masih rendahnya kinerja PMT(BBP2TP,2014).Struktur organisasi masing-masing LKM-A menurut Setiani danHariyanto(2009) berbeda, tergantung padabentuknya. Ada tiga komponen yang perludipertimbangkan, yaitu: kompleksitas, formalitas,dan sentralitas.

METODE PENELITIAN

Pendampingan PMT kepada Gapoktan yangsudah memiliki unit usaha simpan pinjam danmenumbuhkembangkan LKM-A dan melakukankemitraan dengan lembaga perbankan dan ataulembaga keuangan lainnya, lembaga usaha, dalamrangka memperkuat struktur permodalanGapoktan. Indikator efektifitas pendampingandapat dilihat dari capaian keberhasilanpembentukan LKM-A serta peningkatanproduktivitas dan pengembangan inovasi teknologipada program empat target sukses KementerianPertanian. Kegiatan dilaksanakan antara Maret-

Desember 2015 melalui pengumpulan data lapangkinerja PMT 2008-2014 dengan responden PMTPenjab PUAP di BPTP, Gapoktan, Tim TeknisKabupaten/Kota dan Penyuluh Pendamping(purposive sampling). Melakukan pengumpulandata primer dengan metode survei melaluiwawancara mendalam (indepth interview),sedangkan data sekunder diperoleh dari instansiterkait ditingkat Provinsi (Dinas, Bakorluh, danBPTP), Kabupaten (Dinas dan Bapeluh) danKecamatan (BPP). Kegiatan dilaksanakan di 30Provinsi. Minimal dipilih 2 kabupaten pada setiapprovinsi terpilih.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam pengkajian iniadalah data primer dan sekunder, baik berupa datakualitatif maupun kuantitatif.Data primer diperolehmelalui wawancara dengan PJ PUAP.Pengumpulan data dan informasi dari penanggungjawab melalui wawancara secara langsung, denganmenggunakan kuesioner yang telah dipersiapkan.Selanjutnya melakukan indepth study ke Gapoktanterpilih. Pengumpulan data dari Gapoktan melaluiwawancara dengan pengurus Gapoktan.Selain itudilakukan juga wawancara dengan PenyuluhPendamping. Untuk melengkapi informasi datapenelitian serta sebagai upaya verifikasi informasidata tersebut, dilakukan wawancara dengan PMT.Sedangkan data sekunder diperoleh dari BalaiBesar Pengkajian dan Pengembangan TeknologiPertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian,Kementerian Pertanian dan Instansi Terkaitlainnya.

Teknik Pengolahan dan Analisis Dat a

Penilaian kinerja merupakan alat untukmengukur kontribusi karyawan (PMT) terhadapsuatu organisasi (PUAP) dan untukmengembangkan diri karyawan itu sendiri.SkoringPMT didasarkan pada keragaan kinerja PMT.Dalam penelitian ini penilaian kineja PMT ditinjaudari 5 (lima) atribut kinerja PMT. Kelima atributtersebut adalah aspek keterampilan, aspekkesediaan berbagi ilmu dan keterampilan, aspekadministrasi, aspek kedisiplinan, dan aspekkomunikasi. Atribut kinerja tersebut yang dijadikansebagai instrumen dalam penggalian data-datayang dibutuhkan dalam penelitian.Keseluruhanindikator dianalisis menggunakan sistempemberian skor penilaian, yang kemudiandiuraikan secara deskriptif.Penentuan skortersebut menggunakan skala Likert. Skala terbesar

Evaluasi Kinerja PMT Wilayah Kalimantan Berdasarkan Indikator Kinerja| Yennita Sihombing

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201678

adalah 5 (lima) untuk jawaban yang palingmendukung, dan skala terendah adalah 1 (satu)untuk jawaban yang kurang mendukung. Maksuddari jawaban yang mendukung adalah adanyakesesuaian antara kondisi yang seharusnya(harapan) dengan kondisi yang terjadi (eksisting)pada sampel. Berdasarkan perolehan skor darisampel, selanjutnya ditentukan rentang skala atauselang untuk menentukan kinerja PMT, baik perindividu contoh untuk 4 sample (Tabel 1) maupunsecara keseluruhan untuk 4 sample (Tabel 2).

Tabel 1. Skala skor penilaian kinerja PMT perIndividu

Interpretasi Rentang Skala

Efektif 32 – 40Cukup Efektif 21 – 31Tidak Efektif 10 – 20

Tabel 2. Skala skor penilaian kinerja PMTKeseluruhan

Interpretasi Rentang Skala

Efektif 242 – 320Cukup Efektif 161 – 241Tidak Efektif 80 – 160

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penilaian Kinerja PMT oleh PenanggungJawab PUAP BPTP

Untuk melihat kinerja PMT dalam pelaksanaanprogram PUAP dilakukan pengukuran terhadapatribut kinerja PMT. Atribut atau indikator yangdigunakan untuk penilaian, yang dilakukan olehPenanggung Jawab (PJ) PUAP BPTP dalammengukur kinerja PMT pada pengkajian ini, terdiriatas: (1) rencana kerja dan rencana kegiatanpenyeliaan, (2) penyampaian pelaporan rutinbulanan kepada BPTP, (3) penyampaian data daninformasi kepada Tim PUAP Pusat, (4)penyampaian laporan kerja pendampinganGapoktan kepada BPTP setiap bulan, dan (5)prestasi kerja dalam masa bakti tahun 2008-2014.Kelima atribut ini sebagai instrumen dalampenggalian data dan informasi terkait penilaiankinerja PMT.Namun sebelum dilakukan penilaianterhadap PMT, PJ PUAP terlebih dahulu

diwawancara terkait tugas dan fungsi (tupoksi)sebagai PJ PUAP.Hal ini dimaksudkan untukmenggali informasi lebih awal mengenaipemahaman yang bersangkutan terhadap tupoksitersebut.Sehingga penilaian terhadap PMT,hasilnya benar-benar obyektif, adil, dan transparan.

Materi wawancara sudah dipersiapkansebelumnya, terdiri atas 15 pertanyaan terkaitaktivitas kegiatan sebagai PJ PUAP.Setiappertanyaan diberikan skor penilaian.Adapun hasilakhir berupa akumulasi nilai dari ke-15 pertanyaantersebut.Akumulasi nilai kemudian diterjemahkankedalam kategorikal, seperti tidak memahami,cukup memahami, dan memahami tentang tuposisebagai PJ PUAP di BPTP. Berdasarkanakumulasi jawaban responden (PJ PUAP)terhadap 15 (lima belas) item pertanyaan diperolehnilai 60 atau 80% dari 75 sebagai skor maksimal.Hal ini menunjukkan bahwa PJ PUAP secara garisbesar cukup memahami tugas dan fungsi sebagaiPJ dalam melaksanakan aktivitas kegiatanprogram PUAP. Selanjutnya, PJ PUAP melakukanpenilaian terhadap kinerja PMT. Hasil penilaianmemfokuskan pada explorasi bagaimanaperspektif responden tentang kinerja PMT. Sepertiyang sudah diuraikan sebelumnya, yang menjadiresponden dalam melakukan penilaian terhadapkinerja PMT selain PJ PUAP, yakni Gapoktan(pengurus), Penyuluh Pendamping, dan TimTeknis Kabupaten. Hasil penilaian kinerja PMTyang dilakukan oleh PJ PUAP BPTP di 33 provinsidisajikan pada Tabel 3. Hasil penilaian di tahun 2015 yang dilakukanPJ PUAP BPTP terhadap kinerja PMT di 33provinsi, menunjukan kinerja yang Tidak Efektif (9Provinsi/27,27%), Cukup Efektif (16 Provinsi/48,49%) dan Efektif (8 Provinsi/24,24%) di dalammelaksanakan aktivitas kegiatan program PUAPdi wilayah binaannya. Keefektifan kinerja iniberpengaruh terhadap output yang dihasilkan,salah satunya terbentuknya LKM-A di setiapGapoktan yang dibinanya, selain itu juga terjadipeningkatan asset keuangan Gapoktan, walaupunbelum terbentuknya LKM-A, karena adanyabeberapa kendala diluar kemampuan PMT.Hasilevaluasi PJ PUAP pada 33 provinsi terhadap kinerjaPMT adalah sebagai berikut:1. PMT telah memahami tugas dan fungsinya.

Hal ini ditunjukkan oleh nilai kinerja per individuPMT yang tergolong memahami.Sedangkansecara kelompok keseluruhan respondenPMT (100%) juga tergolong memahami.

2. PMT selalu membuat rencana kerja danrencana kegiatan penyeliaannya yang akan

79

dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatanke depan dan sebagai dasar untuk kegiatanmonitoring dan evaluasi.

3. PMT selalu memberikan laporan bulanankepada BPTP terkait dengan pelaksanaanPUAP di tingkat kabupaten/kota. Kegiatan inimerupakan kewajiban PMT memberikanlaporan kepada sekertariat PUAP/BPTPuntuk direkap dan hasil laporam PMTditeruskan ke ketua Tim Pembina Provinsi,Tim Pembina Pusat sebagai laporan,walaupun banyak yang tidak tepat waktu

4. PMT tidak pernah mengirimkan data hasilentry aplikasi SIM-PUAP dalam bentuk softcopy atau laporan dalam bentuk hasil hardcopy ke Tim PUAP Pusat (Pusdatin) karenaprogram SIM belum jalan atau belumteraplikasi dengan baik oleh tenaga PMT.

5. PMT dalam menyampaikan laporan kerjapendampingan Gapoktan ke BPTP tidaksecara rutin setiap bulan. Dalampenyampaian laporan bulanan (Form Excel)belum dilaksanakan secara teratur, baikkepada Direktorat Pembiayaan Pertanian

Tabel 3. Penilaian Penanggung Jawab PUAP BPTP Terhadap Kinerja PMT di 33 Provinsi tahun 2015

Jml Indikator KinerjaProvinsi Rspd Renc Laporan Penyampaian Laporan Prestasi Jml Skor Kriteria

en Kerja Bulanan Data Kerja KerjaPendam- masa

pingan 2008-2014

Aceh 1 5 5 4 5 4 23 CukupEfektifSumut 1 4 4 5 4 4 21 Cukup EfektifSumbar 1 6 7 7 7 6 32 EfektifRiau 1 5 5 4 5 4 23 CukupEfektifKepri 1 4 4 5 5 4 22 CukupEfektifBabel 1 4 5 5 4 4 22 TidakEfektifJambi 1 5 5 5 3 4 22 Cukup efektifBengkulu 1 5 5 5 3 4 22 Cukup efektifSumsel 1 5 5 4 5 4 23 CukupEfektifLampung 1 6 7 7 6 6 32 EfektifBanten 1 5 5 5 3 4 22 Cukup efektifJabar 1 4 6 6 6 6 28 Cukup EfektifJateng 1 6 7 7 6 6 32 EfektifJatim 1 6 7 7 7 6 33 EfektifDIY 1 6 7 7 6 6 32 EfektifDKI 1 4 4 4 4 4 20 TidakEfektifKalbar 1 5 4 4 3 4 22 Tidak efektifKalsel 1 6 6 7 7 6 32 EfektifKalteng 1 4 4 5 5 4 22 CukupEfektifKaltim 1 4 5 5 4 3 21 CukupEfektifGorontalo 1 4 4 5 3 4 20 Tidak efektifSulut 1 5 4 4 4 3 20 Tidak EfektifSulbar 1 5 4 4 3 4 20 Tidak EfektifSulteng 1 6 7 7 6 6 32 EfektifSulsel 1 6 7 6 6 6 31 EfektifSultra 1 4 4 4 4 4 20 TidakEfektifBali 1 5 4 5 5 4 23 Cukup EfektifNTB 1 4 5 5 5 4 23 Cukup efektifNTT 1 4 4 4 4 4 20 TidakEfektifMaluku 1 4 4 5 4 4 21 Cukup efektifMalut 1 4 5 5 4 4 23 Cukup efektifPapua 1 4 4 4 4 4 21 Tidak efektifPapua Barat 1 4 5 5 5 4 22 CukupEfektif

Sumber: Hasil Olahan Data Lapang 2015

Evaluasi Kinerja PMT Wilayah Kalimantan Berdasarkan Indikator Kinerja| Yennita Sihombing

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201680

maupun ke BPTP/LPTP. Dalam hal ini,Penjab PUAP di BPTP diminta untukmemberikan teguran kepada PMT.

6. Beberapa Gapoktan di pada daerah remotearea (wilayah kepulauan) jarang dikunjungiPMT atau hanya sekali dalam setahun.

Beberapa langkah perbaikan kinerja PMTyaitu: (a) peningkatan budaya kerja, (b)memperkecil rasio antara PMT dengan wilayahbinaan yang spesifik lokasi, (c) perlu adapenyegaran baru untuk PMT lama melalui pelatihansesuai perkembangan ilmu pengetahuan, dan (d)perlu perekrutan calon tenaga PMT secara terbuka.

Hasil Penilaian Gapokt an Tahun 2015Terhadap Kinerja PMT W ilayah Kalimant an

Rata-Rata Skor Penilaian Gapoktan di Provinsitersaji pada Tabel 4.

Kinerja PMT berdasarkan indikator aspekketerampilan, berbagi i lmu, adminstrasi,kedisiplinan dan komunikasi dari hasil penilaianGapoktan pada 3 provinsi di wilayah PulauKalimantan memperlihatkan hasil yang baik (Skor4= sangat baikKinerja PMT Provinsi KalimantanSelatan dibandingkan Kalimantan Barat danKalimantan Timur lebih baik hal ini mungkindisebabkan jumlah Gapoktan yang dibina oleh

seorang PMT tidak terlalu banyak (Ratio 1orangPMT: 31 Gapoktan). Selain itu transportasijangkauan wilayah binaan PMT lebih baikdibandingkan dengan dua provinsi lainnya,sehingga kunjungan PMT kepada Gapoktan setiapbulannya cukup intensif (biaya transpotasi Lebihmurah).

Dari gambar 1 diketahui bahwa berdasarkanpenilaian Gapoktan terhadap PMT tahun 2015,ditinjau dari aspek keterampilan ProvinsiKalimantan Selatan memperoleh nilai tertinggiyaitu sebesar 3.55, aspek berbagi ilmu nilai tertinggiberada di Provinsi Kalimantan Barat, aspekadministratif nilai tertinggi diperoleh ProvinsiKalimantan Timur, dan Provinsi KalimantanSelatan memperoleh nilai tertinggi sebesar 3.25.Sedangkan untuk aspek komunikasi, ketigaprovinsi di wilayah Kalimantan memperoleh nilaiyang sama yaitu sebesar 3.13. Hal inimenunjukkan bahwa PMT di wilayah Kalimantansudah bekerja dengan cukup baik, karena adanyadukungan dari pemerintah pusat dan pemerintahdaerah setempat.Penilaian Gapoktan terhadapPMT pada 3 provinsi di wilayah Pulau Kalimantantertinggi pada aspek keterampilan dan terendahpada aspek komunikasi.Secara terperinci penilaianGapoktan terhadap PMT pada setiap provinsi diwilayah Pulau Kalimantan di sajikan padaTabel 5.

Tabel 4. Rata-Rata Skor Penilaian Gapoktan Di Provinsi

Rata-rata Skor Penilaian Gapoktan di PropinsiIndikator Kinerja

Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Selatan

Aspek Keterampilan 3.24 3.25 3.55Aspek Berbagi Ilmu 3.28 3.13 3.05Aspek Administratif 3.24 3.25 3.28Aspek Kedisiplinan 3.17 3.10 3.25Aspek Komunikasi 3.13 3.13 3.13

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer 2015

Gambar 1. Histogram Hasil Penilaian Gapoktan Terhadap PMT Wilayah Kalimantan

81

Tabel 5. Persentase Jawaban Gapoktan Terhadap Kinerja PMT

1. Propinsi Kalimantan Barat

Persentase Jawaban Parameter

4 3 2 1

PMT berkomunikasi baik dengan Gapoktan 30.4 69.6 0.0 0.0PMT memotivasi Gapoktan 21.7 73.9 4.3 0.0PMT sering berkomunikasi dengan Gapoktan 17.4 78.3 4.3 0.0PMT bersedia berbagi ilmu 43.5 56.5 0.0 0.0PMT melibatkan Gapoktan dalam pembuatan RUB 17.4 82.6 0.0 0.0PMT melakukan pembinaan administrasi 34.8 60.9 4.3 0.0PMT memonitor perkembangan dana PUAP 43.5 56.5 0.0 0.0PMT melakukan pertemuan rutin dengan Gapoktan 8.7 73.9 17.4 0.0PMT melakukan bimbingan dalam pemanfaatan dana PUAP 30.4 69.6 0.0 0.0PMT melakukan bimbingan dalam usaha agribisnis 13.0 69.6 17.4 0.0

2. Propinsi Kalimantan Timur

Persentase Jawaban Parameter

4 3 2 1

PMT berkomunikasi baik dengan Gapoktan 30.0 70.0 0.0 0.0PMT memotivasi Gapoktan 20.0 80.0 0.0 0.0PMT sering berkomunikasi dengan Gapoktan 15.0 80.0 5.0 0.0PMT bersedia berbagi ilmu 15.0 85.0 0.0 0.0PMT melibatkan Gapoktan dalam pembuatan RUB 35.0 60.0 5.0 0.0PMT melakukan pembinaan administrasi 25.0 70.0 5.0 0.0PMT memonitor perkembangan dana PUAP 25.0 75.0 0.0 0.0PMT melakukan pertemuan rutin dengan Gapoktan 5.0 85.0 10.0 0.0PMT melakukan bimbingan dalam pemanfaatan dana PUAP 20.0 80.0 0.0 0.0PMT melakukan bimbingan dalam usaha agribisnis 15.0 75.0 10.0 0.0

3. Propinsi Kalimantan Selatan

Persentase Jawaban Parameter

4 3 2 1

PMT berkomunikasi baik dengan Gapoktan 65.0 35.0 0.0 0.0PMT memotivasi Gapoktan 50.0 45.0 5.0 0.0PMT sering berkomunikasi dengan Gapoktan 10.0 85.0 5.0 0.0PMT bersedia berbagi ilmu 10.0 85.0 5.0 0.0PMT melibatkan Gapoktan dalam pembuatan RUB 55.0 40.0 5.0 0.0PMT melakukan pembinaan administrasi 0.0 100 0.0 0.0PMT memonitor perkembangan dana PUAP 60.0 35.0 5.0 0.0PMT melakukan pertemuan rutin dengan Gapoktan 15.0 70.0 15.0 0.0PMT melakukan bimbingan dalam pemanfaatan dana PUAP 45.0 55.0 0.0 0.0PMT melakukan bimbingan dalam usaha agribisnis 5.0 70.0 25.0 0.0

Sumber : Hasil Pengolahan Data Primer 2015

Keterangan:Skor 1 (Pada Persentase Jawaban)= Tidak BaikSkor 2 (Pada Persentase Jawaban)= Kurang BaikSkor 3 (Pada Persentase Jawaban)= BaikSkor 4 (Pada Persentase Jawaban)= Sangat Baik

Evaluasi Kinerja PMT Wilayah Kalimantan Berdasarkan Indikator Kinerja| Yennita Sihombing

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201682

dilihat dari intensifnya kunjungan PMT kepadaPenyuluh Pendamping setiap bulannya sehinggamajunya usaha agribisnis Gapoktan. Dari gambar2 diketahui bahwa berdasarkan penilaian penyuluhpendamping terhadap PMT tahun 2015, ditinjaudari aspek keterampilan Provinsi KalimantanSelatan memperoleh nilai tertinggi yaitu sebesar3.39, aspek berbagi ilmu, kedisiplinan dankomunikasi berada di Provinsi Kalimantan Timurberturut – turut sebesar 3.30, 3.15 dan 3.10.Penilaian Penyuluh Pendamping terhadap PMTpada 3 provinsi di wilayah Pulau Kalimantantertinggi pada aspek berbagi ilmu dan keterampilanserta yang terendah pada aspek disiplin dankomunikasi.

Secara terperinci penilaian PenyuluhPendamping terhadap PMT pada setiapprovinsi di wilayah Pulau Kalimantan di sajikanpada Tabel 7.

Salah satu tugas dari penyuluh pendampingadalah memberikanpendampinganteknispengembangan agribisnis perdesaan sepertibudidaya pertanian,pasca panen/ pengolahan hasipertanian, dan pemasaran hasil pertanian. Hal inisudah tercermin di wilayah Kalimantan dimanaperan penyuluh pendamping sebagai pembinaan

Tabel 6.Rata-rata Skor Penilaian Penyuluh Pendamping di Propinsi

Rata-rata Skor Penilaian Penyuluh Pendamping di Propinsi Indikator Kinerja

Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Selatan

Aspek Ketrampilan 3.23 3.25 3.39Aspek Berbagi Ilmu 3.19 3.30 3.22Aspek Administratif 3.19 3.15 2.94Aspek Kedisiplinan 2.96 3.15 3.00Aspek Komunikasi 3.08 3.10 2.83

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer 2015

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa penilaianGapoktan terhadap PMT berkisar diantara skor 3dan 4. Hal ini berarti bahwa PMT sudah melakukantugasnya dengan cukup baik dan professional.Pembinaan oleh tenaga profesional diharapkandapat meningkatkan kinerja Gapoktan dalammenuju kemandirian perekonomian perdesaanyang berbasis pertanian (Sunanto dan Nasrullah,2010). Pembinaan petani/ kelompok tani/Gapoktanpada bidang organisasi, administrasi, keuangan,usaha produktif, dan teknologi serta kemitraandengan pihak lain sangat diperlukan.

Hasil Penilaian Penyuluh PendampingTerhadap Kinerja PMT W ilayah Kalimant an

Kinerja PMT berdasarkan indikator aspekketerampilan, berbagi i lmu, adminstrasi,kedisiplinan dan komunikasi dari hasil penilaianPenyuluh Pendamping pada 3 provinsi di wilayahPulau Kalimantan memperlihatkan hasil yang baik(Skor 4= sangat baik). Rata-Rata Skor PenilaianPenyuluh Pendamping di Wilayah Kalimantantersaji pada Tabel 6.

Koordinasi antara PMT dengan PenyuluhPendamping sangat intensif, hal tersebut dapat

Gambar 2. Histogram Hasil Penilaian Penyuluh Pendamping Terhadap PMT Pada Wilayah Kalimantan

83

Tabel 7. Persentase Jawaban Penyuluh Pendamping Terhadap Kinerja PMT

1. Propinsi Kalimantan Barat

Persentase Jawaban Parameter

4 3 2 1

PMT berkoordinasi baik dengan penyuluh 46.2 46.2 7.7 0.0PMT memotivasi penyuluh 15.4 76.9 7.7 0.0PMT sering berkomunikasi dengan penyuluh 15.4 69.2 15.4 0.0PMT bersedia berbagi ilmu pengetahuan dengan penyuluh 38.5 61.5 0.0 0.0PMT memonitor pemanfaatan dana PUAP kepada penyuluh 23.1 76.9 0.0 0.0PMT meminta laporan penyaluran dana PUAP kepada penyuluh 23.1 76.9 7.7 0.0PMT hadir bersama penyuluh pada kegiatan rapat Gapoktan 7.7 92.3 0.0 0.0PMT melakukan pertemuan rutin dengan penyuluh 0.0 84.6 15.4 0.0PMT melakukan bimbingan bersama penyuluh dalam 30.8 61.5 7.7 0.0pemanfaatan dana PUAPPMT bersama penyuluh melakukan bimbingan dalam usaha 0.0 92.3 7.7 0.0agribisnis ke petani

2. Propinsi Kalimantan Timur

Persentase Jawaban Parameter

4 3 2 1

PMT berkoordinasi baik dengan penyuluh 40.0 60.0 0.0 0.0PMT memotivasi penyuluh 10.0 90.0 0.0 0.0PMT sering berkomunikasi dengan penyuluh 40.0 60.0 0.0 0.0PMT bersedia berbagi ilmu pengetahuan dengan penyuluh 20.0 80.0 0.0 0.0PMT memonitor pemanfaatan dana PUAP kepada penyuluh 20.0 80.0 0.0 0.0PMT meminta laporan penyaluran dana PUAP kepada penyuluh 10.0 90.0 0.0 0.0PMT hadir bersama penyuluh pada kegiatan rapat Gapoktan 30.0 70.0 0.0 0.0PMT melakukan pertemuan rutin dengan penyuluh 10.0 80.0 10.0 0.0PMT melakukan bimbingan bersama penyuluh dalam 20.0 80.0 0.0 0.0pemanfaatan dana PUAPPMT bersama penyuluh melakukan bimbingan dalam usaha 20.0 60.0 20.0 0.0agribisnis ke petani

3. Propinsi Kalimantan Selatan

Persentase Jawaban Parameter

4 3 2 1

PMT berkoordinasi baik dengan penyuluh 55.6 44.4 0.0 0.0PMT memotivasi penyuluh 22.2 77.8 0.0 0.0PMT sering berkomunikasi dengan penyuluh 22.2 77.8 0.0 0.0PMT bersedia berbagi ilmu pengetahuan dengan penyuluh 22.2 77.8 0.0 0.0PMT memonitor pemanfaatan dana PUAP kepada penyuluh 33.3 44.4 22.2 0.0PMT meminta laporan penyaluran dana PUAP kepada penyuluh 22.2 33.3 44.4 0.0PMT hadir bersama penyuluh pada kegiatan rapat Gapoktan 22.2 77.8 0.0 0.0PMT melakukan pertemuan rutin dengan penyuluh 22.2 33.3 44.4 0.0PMT melakukan bimbingan bersama penyuluh dalam 22.2 77.8 0.0 0.0pemanfaatan dana PUAPPMT bersama penyuluh melakukan bimbingan dalam usaha 11.1 22.2 66.7 0.0agribisnis ke petani

Sumber: Hasil Pengolahan Data Primer 2015Keterangan:Skor 1 (Pada Persentase Jawaban)= Tidak BaikSkor 2 (Pada Persentase Jawaban)= Kurang BaikSkor 3 (Pada Persentase Jawaban)= BaikSkor 4 (Pada Persentase Jawaban)= Sangat Baik

Evaluasi Kinerja PMT Wilayah Kalimantan Berdasarkan Indikator Kinerja| Yennita Sihombing

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201684

penyuluh dan bersama PMT bersama-samamemberikan pembinaan pengelolaan dana PUAPkepada petani, dan selalu menjalin kerjasamadengan kelompoktani dan instansi lain untukmeningkatkan SDM petani. Pada Tabel 5menunjukkan bahwa persepsi responden terhadapperan penyuluh pendamping dan PMT rata-ratamendapat skor 3 dan 4, dengan kategori baik dansangat baik.

KESIMPULAN

Hasil penilaian di tahun 2015 yang dilakukanPJ PUAP BPTP terhadap kinerja PMT di 33provinsi, menunjukan kinerja yang Tidak Efektif(9 Provinsi/27,27%), Cukup Efektif (16 Provinsi/48,49%) dan Efektif (8 Provinsi/24,24%).Keefektifan kinerja ini berpengaruh terhadap outputyang dihasilkan yaitu terbentuknya LKM-A danterjadi peningkatan asset keuangan Gapoktan,walaupun belum terbentuknya LKM-A, karenaadanya beberapa kendala diluar kemampuan PMT.

Penilaian Gapoktan terhadap indikator aspekkinerja PMT, tertinggi pada aspek keterampilandan berbagi ilmu, sedangkan terendah pada aspekkomunikasi.Berdasarkan hasil analisis PPM,terlihat bahwa adanya hubungan yang erat antarakinerja Gapoktan terhadap pendapatan usahatanipadi petani anggota. Besarnya nilai hubunganyakni sebesar 0,735.Nilai tersebut bertanda positif,artinya terdapat hubungan yang searah.Hal inibermakna semakin tinggi kinerja PMTmenyebabkan semakin berkembang nilai assetGapoktan.Sebaliknya, semakin rendah kinerjaPMT maka semakin menurun asset Gapoktan.

Berdasarkan uji signifikansinya, diperoleh P-hitung sebesar 0,038 atau lebih kecil dari tingkatkesalahan yang dipasang yaitu 0,05 (5%). Hal inimenunjukkan bahwa hubungan yang terjadi adalahsignifikan.Secara umum penilaian PenyuluhPendamping terhadap aspek indikator kinerja PMTpada 33 provinsi, tertinggi pada aspekketerampilan dan berbagi ilmu sedangkan terendahpada aspek kedisiplinan dan komunikasi.

DAFTAR PUSTAKA

Ashari. 2009. Analisis dan Kinerja Program DanaPenguatan ModalLembaga Usaha EkonomiPerdesaan (DPM LUEP) Studi Kasus:Kabupaten Ngawi Jawa Timur. AnalisisKebijakan Pertanian 7(2)147-168. PusatAnalisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan

Pertanian.Badan Penelitian dan Pengem-bangan Pertanian. DepartemenPertanian.Bogor.

BBP2TP dan Direktorat Pembiayaan Pertanian.2014. Data base Gapoktan PUAP2008-2013.Kerjasama BBP2TP dengan DirektoratPembiayaan. Tidak dipublikasi.

Biro Organisasi dan Kepegawaian Kemtan 2012.Laporan Kinerja PMT 2011, Tidak dipublikasi.

Chandra, R. 2010. Analisis Pelaksanaan ProgramKeluarga Harapan (PKH) dan Dampaknyaterhadap Peserta Program. Tesis. UniversitasIndonesia. Jakarta.

Departemen Pertanian. 2008. PedomanPenumbuhan Dan Pengembangan KelompokTani Dan Gabungan Kelompok Tani. Jakarta:Departemen Pertanian RI.

Direktorat Pembiayaan Pertanian 2014. LaporanHasil Perekrutan PMT 2014 (Tidakdipublikasi).

Dirjen PSP, 2014. Petunjuk Teknis PendampingPengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan(PUAP) Tahun 2014. Direktorat JenderalPrasarana dan Sarana Pertanian.Kementerian Pertanian.

Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian 2015.Petunjuk Teknis Pendampingan PUAP 2015.

Elizabeth, R. 2007. Fenomena SosiologisMetamorphosis Petani Kearah KeberpihakanPada Masyarakat Petani Perdesaan YangTerpinggirkan Terkait Konsep Ekonomi

Gardiner dkk.(2007). Kumpulan Bahan LatihanPemantauan Evaluasi Program-ProgramPenanggulangan Kemiskinan. Modul 3 :Target, Indikator danBasis Data. Bappenas.Jakarta. www.ditpk.bappenas.go.id.

Habibillah, A. D. (2010). Evaluasi PelaksanaanProgram DanaPenguatan Modal (DPM APBNTA. 2006) melalui Mekanisme PinjamanbagiPembudidaya Ikan Skala Kecil di KotaMetro.Tesis.UniversitasIndonesia. Jakarta.

Hendayana, R. 2011. Penguatan Modal PetaniPada Gabungan KelompokTani Penerima BLMPUAP. Hlm 13 – 24. Dalam K. Subagyono,R.Hendayana, S. Bustaman (Ed). Petani ButuhModal. Jakarta:Badan Litbang Pertanian.

Kementerian Pertanian. 2010. Pedoman UmumPengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan(PUAP), Jakarta, Deptan Press.

85

Kementerian Pertanian. 2010b. LKM-Agribisnis.Pedoman Dan Modul PengembanganLembaga Keuangan Mikro Agribisnis PadaGapoktan PUAP. Jakarta.

Kementerian Pertanian. 2014. PedomanPengembangan LKM-A padaGapoktan PUAPTahun 2014. Direktorat PembiayaanPertanian, Direktorat Jenderal Prasarana danSarana Pertanian. Kementerian Pertanian.

Kerakyatan.Forum Agro Ekonomi (FAE) Vol. 25Juli 2007.PSE-KP.BogorKementerianPertanian. 2013. Pedoman Umum Pengem-bangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)2013. Jakarta. 40 hlm.

Pasaribu, A. M. 2012. Perencanaan & EvaluasiProyek Agribisnis (Konsepdan Aplikasi).Jakarta. Lily Publisher.

Ramadana, C.B, H,Rihawanto dan Suwundo. 2011.Keberadaan BadanUsaha Milik Desa (BUMDes) Sebagai Penguatan Ekonomi Desa(Studi di Desa Landungsari, Kecamatan Dau,Kabupaten Malang).Jurnal Administrasi Publik1(6):1068-1076. Jurusan Administrasi Publik,Fakultas Ilmu Administrasi, UnviersitasBrawijaya Malang.

Rivai, R. 2009. Seminar Hasil Penelitian TA 2009Penentuan Lokasi dan Evaluasi Kinerja SertaDampak Awal PUAP. PSE-KP.

Setiani C dan W. Hariyanto.2009. AspekKelembagaan Lembaga KeuanganMikroAgribisnis dalam Buku Membangun Lembaga

KeuanganMikro Agribisnis.BPTP JawaTengah.

Suryahadi, Asep. (2007). Kumpulan Bahan LatihanPemantauan Evaluasi Program-ProgramPenanggulangan Kemiskinan. Modul 4 :Persyaratan dan Unsur-unsur Evaluasi yangBaik. Bappenas,Jakarta.www.ditpk.bappenas.go.id.

Sunaryo. 2007. Pemberdayaan EkonomiMasyarakat Desa Melalui Badan Usaha MilikDesa (BUMDes). Prosiding LokakaryaNasional Akselerasi Diseminasi InovasiTeknologi Pertanian Mendukung Pemba-ngunan Berawal dari Desa.Balai BesarPengkajian dan Pengembangan TeknologiPertanian. Badan Litbang Pertanian.Departemen Pertanian.

Sunanto dan Nasrullah. 2010. Analisis KinerjaGapoktan Menuju LKM-A diSulawesi Selatan.Prosiding Seminar Nasional Pengakjian danDiseminasi Inovasi Pertanian MendukungProgram Startegis Kementerian Pertanian.Cisarua 9-11 Desember 2010.142

Syahyuti.2007. Kebijakan PengembanganGabungan Kelompok Tani (GAPOKTAN)Sebagai Kelembagaan Ekonomi Di Perde-saan.Jurnal Analisis Kebijakan Pertanian(Maret): 15-35.

Taryoto, A. 2014. Pembangunan Pedesaan,Kemiskinan, dan Ruralisasi.CV. RajawaliCorporation. Bogor.

Evaluasi Kinerja PMT Wilayah Kalimantan Berdasarkan Indikator Kinerja| Yennita Sihombing

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201686

FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETAHANAN PANGANPETANI SL-PTT PADI DI BALI

I Ketut Mahaputra

Balai Pengkajian Teknologi PertanianJl. Bypass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar,

E-mail: [email protected]

date submitted: 23 Mei 2016 date approved: 27 Juli 2016

ABSTRACT

Factors Affecting the Food Security SL-PTT Rce Farmers in Bali

Some indicators improving the welfare of farmers, among others: the development of the income structure,the structure of food expenditure, the level of household food security, household purchasing power and theexchange rate farmers. Food security is an important aspect in improving the welfare of farm household. Inthe context of food security analysis, or share knowledge about the proportion of food expenditure to totalhousehold food expenditure is an indicator of household food security are very influential. The basic methodused in this research is descriptive method of analysis, data collection using survey techniques. The researchlocation determined by purposive in Bali Province. Based on harvest area, the number of SL-PTT locationsas well as a rice paddy rice production centers in the one districts designated as a research location that isTabanan. The term of study for 8 months (March-November 2014). Determination of the respondent farmersusing stratified sampling techniques (stratified random sampling). Strata used is the approach pattern withand without the project. Analysis of data using the specification model used to estimate parameters oftechnology and production inputs to the production of paddy rice by using Maximum Likelihood Estimation(MLE) from Cobb Douglas production function approach OLS (Ordinary Least Square). Calculation of theshare of food expenditure (PF) in a variety of conditions, namely the aggregate non PTT and PTT by using thefollowing formula: PPtPFt = x 100% TPtTo measure the degree of household -level food security , cross-classification used two indicators of foodsecurity , ie the share of food expenditure and adequacy of energy consumption ( kcal ) . The results showedFactors that influence the degree of household food security paddy rice farmers varies greatly between thedegree of food security itself was influenced by the individual characteristics and the price of food itself. Thedegree of household food security cooperator farmers still relatively better than the farmer cooperators andoverall degree of household food security paddy rice farmers in the position of the dominant food secure .

Key words : Food security , SL- PTT rice

ABSTRAK

Beberapa indikator peningkatan kesejahteraan petani antara lain : perkembangan struktur pendapatan,struktur pengeluaran pangan, tingkat ketahanan pangan rumah tangga, daya beli rumah tangga danperkembangan nilai tukar petani. Ketahanan pangan merupakan aspek penting dalam peningkatankesejahteran rumahtangga petani.Dalam konteks analisis ketahanan pangan, pengetahuan tentang proporsiatau pangsa pengeluaran pangan terhadap total pengeluaran pangan rumahtangga merupakan indikatorketahanan pangan rumah tangga yang sangat berpengaruh. Metode dasar yang digunakan dalam penelitianini adalah metode deskriptif analisis, pengumpulan data menggunakan teknik survei. Lokasi penelitianditentukan secara purposive yaitu di Provinsi Bali.Berdasarkan luas areal panen, jumlah lokasi SL-PTT padisawah dan juga sebagai sentra produksi padi maka ditetapkan kabupaten Tabanan sebagai lokasipenelitian.Jangka waktu penelitian selama 8 bulan (Maret – November 2014).Penentuan petani respondenmenggunakan teknik penarikan contoh berstrata (stratified random sampling). Strata yang digunakan adalahpola pendekatan with and without project. Analisis data menggunakan spesifikasi model yang digunakan

87

untuk menduga parameter teknologi dan input produksi terhadap produksi padi sawah dengan menggunakanmetode Maximum Likelihood Estimation (MLE) dari fungsi produksi Cobb Douglas dengan pendekatanOLS (Ordinary Least Square). Perhitungan pangsa pengeluaran pangan (PF) pada berbagai kondisi, yaituagregat PTT dan non PTT dengan menggunakan formula berikut : PPtPFt = x 100% TPtUntuk mengukur derajat ketahanan pangan tingkat rumah tangga, digunakan klasifikasi silang dua indikatorketahanan pangan, yaitu pangsa pengeluaran pangan dan kecukupan konsumsi energi (Kkal). Hasil kajianmenunjukkanFaktor-faktor yang mempengaruhi derajat ketahanan pangan rumahtangga petani padi sawahsangat bervariasi antar derajat ketahanan pangan itu sendiri baik yang dipengaruhi oleh karakteristik individumaupun harga-harga pangan itu sendiri.Derajat ketahanan pangan rumahtangga petani koperator masihrelatif lebih baik dibandingkan petani koperator dan secara keseluruhan derajat ketahanan panganrumahtangga petani padi sawah dominan berada pada posisi tahan pangan.

Kata kunci:Ketahanan pangan, sl-ptt padi

PENDAHULUAN

Beras masih merupakan komoditas yangmemiliki nilai strategis secara ekonomi, sosialbudaya maupun politik.Hal ini disebabkan berasuntuk sebagian besar masyarakat dimanfaatkansebagai makanan pokok yang belumtergantikan.Untuk itu kecukupan persediaan berasdengan harga terjangkau ikut menjadi tanggungjawab pemerintah dalam upaya pemenuhankebutuhan masyarakat. Berbagai hal telahdilakukan terkait dengan komoditas pokoktersebut, diantaranya melalui pembangunaninfrastuktur daninvestasi teknologi produkpertanian dalam hal produksi, atau melaluikebijakan impor beras disaat produksi tidaktercapai dalam upaya menstabilkan harga.

Disamping kendala dari sisi produksi, tingkatkonsumsi beras dimasyarakat juga menjadi suatupermasalahan tersendiri dalam upaya penyediaanberas secara nasional. Konsumsi beras diIndonesia termasuk diantara yang tertinggi didunia. Rata-rata konsumsi beras nasional tahun2010 adalah 139,15 kg per kapita/tahun danterkoreksi menjadi 113,48 kg per kapita/tahuntahun 2011. Dikoreksi kembali berdasarkan dataBPSdengan perkiraan jumlah pendudukIndonesiasejumlah 255,462 juta jiwa, tingkatkonsumsi beras perkapita pertahun sebesar 124,89kgmaka dalam tahun 2015 diperlukan berassejumlah 33,368 juta ton(Anonim, 2015).Perbandingan dengan angka konsumsi berasdibeberapa negara tetangga seperti :Thailand (90kg/orang/tahun), Malaysia (80 kg/orang/tahun),Jepang (60 kg/orang/tahun) atau dibandingkandengan rata-rata konsumsi beras dunia yanghanya 60 kg per kapita/tahun.

Bagi sebagian besar negara berkembang,pemenuhan kebutuhan pangan itu terutama

mengandalkan kemampuan produksi domestik.Bagi bangsa Indonesia, definisi ketahanan panganyang diformulasikan dalam Undang-undang Nomor7 Tahun 1996 tentang Pangan, dimana untukimplementasinya dituangkan dalam GBHN 1999-2004 mengarahkan agar ketahanan pangan inidicapai dengan memanfaatkan sumber daya,kelembagaan dan budaya lokal sertamemperhatikan kesejahteraan para produsennyayang pada umumnya adalah para petani, peternakdan nelayan kecil. Ketahanan pangan di tingkatrumah tangga hakekatnya menunjukkankemampuan rumah tangga memenuhi kecukupanpangan.Kemampuan tersebut dipengaruhi banyakfaktor yang sangat kompleks, tetapi secara umumterkait dengan perubahan aspek perilaku produksipangan, konsumsi dan alokasi sumberdaya dalamrumah tangga.Adanya kendala anggaranmengakibatkan penambahan satu alokasipengeluaranakan mengurangi alokasi pengeluaranlainnya. Oleh karena pengeluaran pangamenentukan tingkat kecukupan (konsumsi) giziatau energi, perubahan pada pengeluaran lainakan berdampak pada perubahan kecukupan giziatau energi. Selain kedua perubahan tersebut,seberapa besar pengeluaran pangan mendorongkenaikan kecukupan gizi atau energi jugadipengaruhi oleh interaksi faktor preferensi,pengetahuan pangan gizi, struktur dan karakteristikrumahtangga (Hardono, 2003).

Ketahanan pangan tingkat rumahtangga dapatdiketahui melalui pengumpulan data konsumsi danketersediaan pangan dengan cara survei pangansecara langsung dan hasilnya dibandingkandengan angka kecukupan yang telah ditetapkan.Selain pengukuran konsumsi dan ketersediaanpangan melalui survei tersebut dapat puladigunakan data mengenai sosial ekonomi dandemografi untuk mengetahui resiko ketahanan

Faktor Yang Berpengaruh terhadap Ketahanan Pangan Petani SL-PTT Padi di Bali| I Ketut Mahaputra

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201688

pangan seperti pendapatan, pendidikan, strukturkeluarga, harga pangan, pengeluaran pangan dansebagainya.Data tersebut dapat digunakansebagai indikator risiko terhadap ketahananpangan pada tingkat rumah tangga (Sukandar etal., 2001). Lebih lanjut hasil penelitian Halik (2007)yang menganalisis tingkat ketahanan panganpedesaan di Kabupaten Bone menunjukkan bahwafaktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkatketahanan pangan masyarakat adalah luaspemilikan lahan, tingkat pendapatan per kapita dantingkat pendidikan kepala rumah tangga.Sedangkan alokasi jam kerja, jumlah anggotarumah tangga dan ibu rumahtangga buta huruftidak memberikan pengaruh yang nyata terhadaptingkat ketahana pangan. Meskipun tingkatketahanan pangan masyarakat pedesaan cukuptahan, namun status gizi masyarakat masihrendah sebagai akibat pemanfaatan yang belumoptimal.

Dalam konteks analisis ketahanan pangan,pengetahuan tentang proporsi atau pangsapengeluaran pangan terhadap total pengeluaranpangan rumahtangga merupakan indikatorketahanan pangan rumah tangga yang sangatpenting. Hukum Working (1943) seperti dikutipoleh Pakpahan et al. (1993) menyatakan bahwapangsa pengeluaran pangan mempunyai hubunganyang negatif dengan pengeluaran rumah tangga,sedangkan ketahanan pangan mempunyaihubungan yang negatif dengan pangsa pengeluaranpangan. Hal ini berarti semakin besar pangsapengeluaran pangan suatu rumah tangga, semakinrendah ketahanan pangannya.Ariani (2004)mengemukakan bahwa pangsa pengeluaranpangan rumah tangga di perdesaan lebih tinggidibandingkan dengan di perkotaan, inimenunjukkan bahwa tingkat kesejahteraanmasyarakat di perkotaan lebih baik daripada diperdesaan. Dengan perkataan lain, pembangunanperekonomian yang dilaksanakan oleh pemerintahdan juga sektor swasta masih bias pada perkotaandan hasilnya lebih banyak dinikmati pendudukperkotaan. Kondisi ini menyebabkan terjadinyakesenjangan kesejahteraan antara penduduk kotadan desa.

Hasil penelitian Halik (2007) yang mengana-lisis tingkat ketahanan pangan pedesaan diKabupaten Bone menunjukkan bahwa faktor-faktoryang berpengaruh terhadap tingkat ketahananpangan masyarakat adalah luas pemilikan lahan,tingkat pendapatan per kapita dan tingkatpendidikan kepala rumah tangga. Sedangkanalokasi jam kerja, jumlah anggota rumah tanggadan ibu rumahtangga buta huruf tidak memberikan

pengaruh yang nyata terhadap tingkat ketahanapangan. Meskipun tingkat ketahanan panganmasyarakat pedesaan cukup tahan, namun statusgizi masyarakat masih rendah sebagai akibatpemanfaatan yang belum optimal.

Implementasi program pembangunanpertanian seperti halnya SL-PTT padi sawah sudahseharusnya perlu dievaluasi terkait denganseberapa besar dampak manfaat yang mampudiciptakan dari pelaksanaan program tersebutterhadap peningkatan produktivitas dankesejahteraan petani. Beberapa indikatorpeningkatan kesejahteraan petani antara lain:perkembangan struktur pendapatan, strukturpengeluaran pangan, tingkat ketahanan panganrumah tangga, daya beli rumah tangga danperkembangan nilai tukar petani. Ketahananpangan merupakan aspek penting dalampeningkatan kesejahteran rumahtanggapetani.Darwanto (2005) menyatakan bahwaprogram peningkatan ketahanan pangan belumbisa sepenuhnya terlepas dari beras sebagaikomoditi basis yang strategis. Namun demikianupaya peningkatan produktivitas pangan jugamenghadapi beberapa kendala seperti semakinberkurangnya luas garapan petani, keterbatasanpasokan air irigasi, mahalnya harga input sertarelatif rendahnya harga produk. Untuk itu upayapeningkatan produktivitas pangan khususnya padisawah melalui PTT diharapkan dapat mengan-tisipasi faktor-faktor pembatas tersebut.Terkaitdengan hal tersebut melalui penelitian ini yangmempunyai tujuan menganalisis fakor yangberpengaruh terhadap ketahanan pangan rumahtangga petani diharapkan mampu memberikaninformasi terhadap kegiatan SL-PTT padi yangtelah dilaksanakan di Provinsi Bali.

METODE PENELITIAN

Metode dasar yang digunakan dalampenelitian ini adalah metode deskriptif analisis,bertujuan untuk membuat gambaran hubunganantar fenomena, menguji hipotesis-hipotesis,membuat prediksi serta implikasi suatu masalahyang ingin dipecahkan (Nasir, 1988). Pengumpulandata menggunakan teknik survei. Lokasi penelitianditentukan secara purposive yaitu di ProvinsiBali.Berdasarkan luas areal panen, jumlah lokasiSL-PTT padi sawah dan juga sebagai sentraproduksi padi maka ditetapkan kabupaten Tabanansebagai lokasi penelitian.Jangka waktu penelitianselama 8 bulan (Maret – November 2014).Penentuan petani responden menggunakan teknik

89

penarikan contoh berstrata (stratified randomsampling). Strata yang digunakan adalah polapendekatan with and without project.Jumlah petanisampel adalah sebanyak 60 orang terdiri daripetani pelaksana program SL-PTT Padi (koperator)sebanyak 30 orang dan non koperator 30 orang.

Model yang lazim diterapkan untukmengestimasi probabilitas pilihan terhadapsejumlah alternatif, dimana jumlah alternatif yangdipilih lebih dari dua kategori adalah modelmultinomial logit (mlogit) atau multinomial probit(mprobit).Pengujian hipotesis menggunakanMaximum Likelihood Estimastion (MLE) untukmenghitung nilai Ratio Index (LRI) yang setaradengan koefisien determinasi (R2) pada regresiOLS, uji Likelihood Ratio (LR) yang setara denganuji F pada regresi OLS dan uji Wald yang setaradengan uji t pada regresi OLS (Green, 2003).Selanjtnya untuk menguji pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabeldependen melalui perubahan odds digunakan UjiWald. W hitung (Wald) = (â/SE)2 = Z. W hitungdibandingkan dengan Chi Square tabel (X2).JikaW hitung > Chi Square tabel (X2) berarti Ho ditolakatau variabel independen yang diuji secara individuberpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai LRI(Liklihood Ratio Index) atau uji R2 sebesar 0,545yang berarti bahwa 54,5 persen variasi peluangderajat ketahanan pangan dapat dijelaskan olehmodel logistik ini. Selanjutnya berdasarkan ujiLikelihood Ratio (LR) diperoleh nilai LR sebesar308,825 lebih besar dari pada nilai Chi-square (X2

0,05

42) yang meiliki nilai 93,890 dan dengan nilaisignifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilaisigifikansi uji sebesar 0,05 yang mengindikasikanbahwa variabel independen secara bersama-samaberpengaruh nyata terhadap peluang derajatketahanan pangan rumah tangga petani.

Likelihood Ratio Test of Independent VariableEffect (LRTIV) pada Tabel 1, bertujuan untukmengetahi variabel independent yang dominanberpengaruh terhadap semua model yang bukandijadikan kategori referensi. Berdasarkan tabeltersebut diketahui bahwa faktor-faktor yangdominan mempengaruhi peluang derajatketahanan pangan rumahtangga petani adalahjumah anggota rumahtangga, harga beras, hargadaging, jumlah pendapatan rumatangga tani,petani peserta PTTdan status petani.LRTIV

Tabel 1. Likelihood Ratio Test of Independent Variable Effect (LRTIV)

Likelihood Ratio Test

-2 LL of Likelihood Ratio TestEffect Reduce Model

Ch-Square df Sig Sign

Intercept 321,686 13,430 3 0,005 ***Jumlah anggota keluarga 331,179 22,435 3 0,000 ***Tingkat pendidikan 308,960 1,002 3 0,979 nsUmur 309,504 0,535 3 0,709 nsHarga beras 317,750 8,817 3 0,032 **Harga tempe 311,605 2,456 3 0,848 nsHarga daging 318,243 8,982 3 0,023 **Harga ikan 314,611 5,642 3 0,135 nsHarga telur 312,774 3,859 3 0,237 nsHarga minyak goreng 311,386 2,615 3 0,427 nsHarga mie 309,705 0,665 3 0,848 nsHarga sayur 309,260 0,796 3 0,875 nsPendapatan rumahtangga 329,196 19,254 3 0,000 ***Dummy PTT 321,450 13,585 3 0,009 ***Dummy status petani 316,855 8,743 3 0,033 **

*** signifikan pada á 1%** dignifikan pada á 5%

Faktor Yang Berpengaruh terhadap Ketahanan Pangan Petani SL-PTT Padi di Bali| I Ketut Mahaputra

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201690

dijadikan indikasi awal bahwa 6 variabel independentersebut berpengaruh nyata pada peluang derajatketahanan pangan rumahtangga petani.Penjelasanpengaruh nyata dari masing-masing variabelterdapat pada uji Wald.

Tabel 2.Rekapitulasi Estimasi Parameter

rumahtangga berpendidikan tinggi tidakberpengaruh terhadap peluang derajat ketahananpangan. Secara umum semakin tinggi pendidikanmaka akan berpeluang terhadap derajat ketahananpangan keluarga. Dengan pengetahuan tersebut

sesungguhnya dapat mengatur pola konsumsiyang dapat memenuhi kecukupan energi sesuaidengan yang diharapkan sehingga menjadi tahanpangan.

Variabel umur responden juga tidakmemberikan pengaruh yang signifikan terhadappeluang derajat ketahanan pangan rumahtangga,hal ini disebabkan selaku kepala keluarga padausia berapapun akan selalu menyediakankebutuhan pangan dalam jumlah yang sesuaidengan kebutuhan aktivitas anggota rumahtanggadan sesuai dengan tingkat pendapatannya. Polamakan telah disesuaian dengan usia, karenakebutuhan energi untuk aktivitas masing-masinganggota keluarga tela disesuaiakan dengan usia.Selanjutnya variabel harga beras berpengaruhsignifikan pada peluang rawan pangan pada tingkatkepercayaan 95% tetapi tidak berpengaruh padapeluang kurang pangan dan tahan pangan.Hal inimenjelaskan bahwa pada rumahtangga denganpendapatan rendah daya beli terhadap produkberas berpengaruh terhadap peluang rumahtanggakearah rawan pangan.Adanya perbedaan antaratanda koefisien yang diharapkan pada peluangtahan pangan disebabkan karena pada hargaberapapun rumahtangga memerlukan berassebagai makanan pokok sehingga ketika hargatinggi, rumahtangga tetap membelinya untukmempertahankan tingkat ketahanan panganrumahtangganya. Demikian juga halnya pada

Jumlah anggota rumah tangga pada peluangrawan pangan berpengaruh signifikan pada tingkatkepercayaan 90 persen.Hal ini menunjukkanbahwa jumlah anggota keluarga menentukanpeluang derajat ketahanan pangan rumahtangga.Pada peluang tahan pangan, jumlah anggotarumahtangga tidak berpengaruh signifikan karenapendapatan tidak menjadi batasan untukmemenuhi kebutuhan pangan. Sedangkan nilaiodds ratio peluang rawan pangan jumlah anggotakeluarga sebesar 4,310 menunjukkan bahwapeluang rumahtangga ke arah rawan pangankarena pengaruh naik turunnya jumlah anggotakeluarga kearah rawan pangan karena pengaruhnaik turunnya jumlah anggota rumahtangga adalahsebesar 4,310 kali lebih terpengaruh dibandingrumahtangga rentan pangan sebagai kategorireferensi. Sedangkan pada rumahtangga tahanpangan, jumlah anggota keluarga tidak berpe-ngaruh signifikan terhadap derajat ketahananpangan walaupun memliki arah yang negatif, dima-na semakin sedikit anggota keluarga maka derajatketahanan pangan akan semakin meningkat.

Tingkat pendidikan ibu rumahtangga baikpetani koperator maupun non koperator tidakberpengaruh signifikan terhadap peluang derajatketahanan pangan, artinya bahwa antara iburumahtangga yang berpendidikan rendah dan ibu

Kategori referensi : Rentan panganChi-square (X2

0,05 1) = 3,481Chi-square (X2

0,10 1) = 2,706

91

variabel harga daging dan harga telur hanyamemiliki pengaruh signifikan pada peluang rawanpangan, sedangkan pada kurang pangan dantahan pangan tidak memiliki pengaruh yangsignifikan.

Variabel harga pangan lainnya seperti hargatempe, harga ikan harga minyak goreng, hargamie dan harga sayur cenderung tidak berpengaruhterhadap derajat ketahanan pangan rumah tanggapetani, hal ini terjadi karena harga yang diterimakonsumen cenderung relatif sama dan beberapaproduk seperti sayur ummnya mereka produksisendiri selain itu beberapa pangan diatas juga asihdapat disubstitusi dengan produk lain apabilaterjadi kenaikan harga dengan asupan energi yangrelatif sama sehingga medorong rumahtanggabergerak kearah peluang derajat ketahanan panganyang lebih tinggi.

Pada sisi pendapatan rumah tanggaberpengaruh positif terhadap peluang derajatketahanan pangan rumah tangga, semakin tinggipendapatan rumah tangga, maka rumah tanggaakan semakin tahan pangan. Pendapatanmerupakan faktor utama dalam ketahanan panganrumah tangga.Dengan pendapatan yang dimilikimaka rumah tangga mempunyai daya beli ataukemampuan untuk membeli segala keperluanrumah tangganya, mempunyai kemampuanmembeli pangan dan fasilitas lain (pendidikan,perumahan, kesehatan, dan lain-lain) yang dapatmempengaruhi status gizi (Suhardjo, 1986).

Dummy petani koperator tidak berpengaruhterhadap peluang rawan pangan artinya bahwa baikpetani koperator maupun non koperator tidakterdapat perbedaan peluang rawan pangan.Variabel dummy petani PTT berpengaruh signifikanterhadap peluang kurang pangan pada tingkatkepercayaan 95% dan memberikan pengaruhsignifikan sebesar 99 persen pada rumahtanggatahan pangan, artinya bahwa rumahtangga petanikoperator memiliki peluang kurang pangan lebihbesar dibanding rumahtangga non koperator.Demikian halnya pada peluang rumahtangga tahanpangan petani koperator lebih dominan dibandingnon koperator.Hal ini diduga berkaitan erat dengantingkat produktivitas padi sawah petani koperatordibandingkan petani non koperator, sehinggapendapatan rumahtangga petani koperator jugameningkat.Selain itu dengan meningkatnyaproduktivitas padi sawah maka ketersediaanpangan rumah tangga juga meningkat. Demikianhalnya pada dummy status petani, dimana padapetani pemilik penggarap memberikan pengaruhyang signifikan pada rumahtangga kurang pangandan tahan pangan, namun tidak memberikanpengaruh signifikan pada rumahtangga tani rawan

pangan. Hal ini diduga bahwa petani dengan statuslahan milik dan digarap sendiri memiliki tingkatpendapatan yang lebih baik dibanding petanidengan status nyakap, gadai ataupun sewa lahan.

KESIMPULAN

Faktor-faktor yang mempengaruhi derajatketahanan pangan rumahtangga petani padi sawahsangat bervariasi antar derajat ketahanan panganitu sendiri baik yang dipengaruhi oleh karakteristikindividu maupun harga-harga pangan itusendiri.Derajat keahanan pangan juga dipengaruhioleh tingkat konsumsi, keanekaragaman pangandan pendapatan rumah tangga petani.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2015. Indonesia Surplus Beras. http://nasional.news.viva.co.id/news/read/647096-2015

Darwanto, D.H. 2005. Ketahanan Pangan BerbasisProduksi dan Kesejahteraan Petani.IlmuPertanian Vol 12 No 2.

Greene, W. H., 2003. Econometric Analysis.FifthEds. Pearson Education., Upper Saddle River,New Jersey.

Halik, A. 2007. Ketahanan Pangan MasyarakatPedesaan (Studi Kasus di DesaPammusureng Kec.Bonto Cani Kab. Bone).Jurnal Agrisystem Vol 3 (2) : 87 – 94.

Hardono, G.S. 2003.Simulasi Dampak PerubahanFaktor-faktor Ekonomi Terhadap KetahananPangan Rumahtangga Pertanian. Jurnal AgroEkonomi Vol 21 (1) : 1-25.

Nasir, M., 1988. Metode Penelitian Survai.GhaliaIndonesia. Jakarta.

Pakpahan, A., H.P. Saliem., S.H. Suhartini dan NSyafaat. 1993. Penelitian tentang KetahananPangan Masyarakat Pedesaan -Rendah.Monograph Series No.14. Pusat PenelitianSosial Ekonomi Pertanian. Bogor.

Suhardjo. 1996. Pengertian dan Kerangka PikirKetahanan Pangan umahtangga. Makalahdisampaikan pada Lokakarya KetahananPangan Rumahtangga, 20-30 Mei1996.Yogyakarta.

Sukadar, D. 2001. Model Ketahanan PanganTingkat Rumahtangga Pada Agroekologi Padi.Media Gizi dan Keluarga Vol 26 (1).

Faktor Yang Berpengaruh terhadap Ketahanan Pangan Petani SL-PTT Padi di Bali| I Ketut Mahaputra

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201692

KAJIAN PENYEBARLUASAN INOV ASI PERTANIAN MELALUI P AMERAN PEKANDAERAH (PEDA) KTNA PROVINSI BALI KE XXV DI KABUP ATEN BANGLI 2015

I Made Sugianyar 1, Ketut Kasih Sukraeni 2 dan Nyoman Budiana 3

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar-Selatan, Bali, 80222

E-mail: [email protected]

date submitted: 8 Juni 2016 date approved: 21 Juli 2016

ABSTRACT

Dissemination of Agricultural Innovations Assessment through The Regional Fair ExhibitionBali Province XXV at Bangli Regency 2015

Dissemination of agricultural innovations through the exhibition is an information dissemination activitiesresults of research / assessment of agriculture to the user by using the material exhibits, props, and products.Studies conducted at the Regional Fair exhibition (PEDA) XXV in Bangli Regency on 10-15 May 2015, inorder to determine the perceptions of visitors to the exhibition material, exhibition support material (propsagricultural innovation), the ability of the guide, the arrangement of booths and visitor satisfaction to theimplementation exhibition, and the involvement of BPTP Bali at each exhibit. also to get feedback related toinformation / agricultural innovation is needed and suggestions for improvements to the exhibition in thefuture. Based on the results of a study of 65 visitors, known as a whole (100%) of respondents said exhibitionmaterial helpful to very helpful and can add knowledge in agriculture. The desire to try out the technologypackage on display, as a whole (100%) stated are eager to want to try it out as well as a whole (100%) ofrespondents are eager to want to know more technology packages produced by the Agency for AgriculturalResearch (BPTP Bali). In addition, all respondents agreed participation BPTP Bali take part in any agriculturalfairs. All respondents (100%) declared free tour guide was very friendly to friendly and almost all respondents(96.93%) said they were satisfied to very satisfied about the information required from the exhibition guide.Regarding the arrangement of exhibition material, 98.46% of respondents said is good. Some feedback canbe collected exhibition material needs more and varied both in the form of print media (books, brochures,leaflets, posters, liptan) or in the form of goods such as sample VUB (the results of innovation), propstechnology and the souvenirs given to visitors such as plant seeds in small packages is provided free ofcharge, as well as the need for demonstration / demonstrations on the exhibition stand. Arrangement of theexhibition also needs to be improved to be more attractive and, as expected BPTP always took part in fillingthe agricultural fairs.

Key words: Agricultural innovation, disemination, regional fair exhibition

ABSTRAK

Diseminasi inovasi pertanian melalui pameran merupakan suatu kegiatan penyebaran informasi hasil-hasil penelitian/pengkajian pertanian ke pengguna dengan menggunakan materi pameran, alat peraga,dan produk. Kajian dilaksanakan pada pameran Pekan Daerah (PEDA) XXV di Kabupaten Bangli tanggal10-15 Mei 2015, dengan tujuan untuk mengetahui persepsi pengunjung terhadap materi pameran, bahanpendukung pameran (alat peraga inovasi pertanian), kemampuan pemandu, penataan stand serta kepuasanpengunjung terhadap pelaksanaan pameran, dan keterlibatan BPTP Bali pada setiap pameran. juga untukmendapatkan umpan balik yang berkaitan dengan informasi/inovasi pertanian yang dibutuhkan dan saranperbaikan untuk pelaksanaan pameran dimasa yang akan datang. Berdasarkan hasil kajian terhadap 65pengunjung, diketahui secara keseluruhan (100%) responden menyatakan materi pameran bermanfaatsampai sangat bermanfaat serta dapat menambah pengetahuan dibidang pertanian. Keinginan untukmencoba paket teknologi yang dipamerkan, secara keseluruhan (100%) menyatakan sangat ingin sampaiingin mencobanya serta secara keseluruhan (100%) responden sangat ingin sampai ingin mengetahuilebih jauh paket-paket teknologi yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian (BPTP Bali). Selain itu

93

seluruh responden menyatakan setuju keikut sertaan BPTP Bali ambil bagian dalam setiap pameranpertanian. Seluruh responden (100%) menyatakan pemandu pameran sangat ramah sampai ramah sertahampir seluruh responden (96,93%) menyatakan puas sampai sangat puas tentang informasi yangdiperlukan dari pemandu pameran. Mengenai penataan materi pameran, 98,46% responden menyatakansudah bagus. Beberapa umpan balik yang dapat dihimpun materi pameran perlu lebih banyak dan bervariasibaik dalam bentuk media cetak (buku, brosur, leaflet, poster, liptan) maupun dalam bentuk barang sepertisampel VUB (hasil inovasi), alat peraga teknologi dan adanya cindera mata yang diberikan kepadapengunjung seperti benih tanaman dalam paket kecil disediakan secara gratis, serta perlu adanya peragaan/demontrasi pada stand pameran. Penataan pameran juga perlu ditingkatkan agar lebih menarik sertadiharapkan BPTP selalu ikut ambil bagian dalam mengisi pameran pertanian.

Kata kunci: Inovasi pertanian, penyebaran, pameran pekan daerah

PENDAHULUAN

Peran utama Badan Litbang Pertanian dalamsistem inovasi pertanian nasional adalah: (1)menemukan atau menciptakan inovasi pertanianmaju dan strategis, (2) mengadaptasikan teknologiinovasi pertanian menjadi tepat guna spesifikpemakai dan lokasi, dan (3) menginformasikan danmenyediakaan materi dasar inovasi/teknologi.Namun kegiatan penyuluhan, advokasi, danfasilitasi agar inovasi tersebut diadopsi secara luastidak termasuk dalam tugas pokok Badan LitbangPertanian (Simatupang, 2004). Dengan demikian,tidak mengherankan apabila peran Badan LitbangPertanian terhenti pada segmen pengadaan inovasi(generating subsystem), sedangkan perannyapada subsistem penyampaian inovasi (deliverysubsystem) masih terbatas, dan praktis tidakterlibat aktif pada subsistem penerimaan inovasi(receiving subsystem). Dua subsistem terakhirtersebut merupakan penghambat (bottleneck) yangmenyebabkan proses adopsi dan difusi inovasimenjadi melambat (Eko Sri Mulyani dkk., 2006).Oleh karena itu perlu diupayakan kegiatan yangdapat mendekatkan inovasi pertanian kepadapengguna, antara lain melalui peragaan teknologisesuai dengan kebutuhan pengguna.

Diseminasi inovasi memerlukan suatu mediayang dapat dijangkau oleh semua sasaran.Terbatasnya media dapat mempengaruhi transperteknologi tersebut sehingga pemilihan media yangtepat terhadap media informasi merupakan suatufaktor yang dapat memperlancar upayapenyampaian informasi teknologi pertanian. Adabeberapa faktor yang dapat mempengaruhi suatuinovasi lebih cepat diadopsi oleh pengguna antaralain: inovasi tersebut harus berkualitas, kesesuaianteknologi, efektifitas penyuluhan, motivasipengguna teknologi, serta adanya faktorpendukung seperti kebijakan terhadap infut, pasardan harga produksi (Manwan et al., 1990)

Dalam upaya mempercepat agar teknologiyang telah dihasilkan oleh BPTP dapat diadopsi

oleh petani dalam suatu sistem pertanian yangberkelanjutan, diperlukan kegiatan yang dapatmenjembatani/menyebarluaskan hasil-hasilpenelitian dan pengkajian kepada pengguna(Asopa dan Beye, 1997). Melalui salurankomunikasi yang tepat dengan memperhatikankondisi, sistem nilai, dan kebiasaan petani, suatuinovasi teknologi dapat disebarluaskan dari sumberteknologi kepada petani dan pengguna teknologilainnya (Harsono, 1991). Keberhasilan BPTPditentukan oleh tingkat pemanfaatan informasi danpenerapan teknologi yang digunakan olehmasyarakat tani diwilayahnya.

Agar hasil-hasil penelitian dan pengkajiandapat dimanfaatkan oleh masyarakat tani danpelaku agribisnis lainnya, maka dilakukan upayadiseminasi hasil pengkajian. Dalam pelaksanaandi lapangan, kegiatan diseminasi tidak terpisahatau berdiri sendiri, melainkan merupakan bagianyang tidak terpisahkan dari pelaksanaan penelitiandan pengkajian. Kegiatan ini mencakup berbagaikegiatan yang ditujukan untuk meningkatkankapasitas institusi dari aspek informasi dankomunikasi yang akan berdampak padapeningkatan dukungan dari pengguna terhadapinstitusi. Salah satu cara untuk mengkomu-nikasikan hasil-hasil penelitian dan pengkajianyang dilakukan oleh BPTP Bali adalah melaluikegiatan pameran

Pameran merupakan salah satu kegiatankomunikasi untuk memberikan informasi kepadapeminat dalam bentuk alat bantu peraga yangdapat menggambarkan tugas dan fungsi sertahasil-hasil kegiatan suatu institusi. Penyampaianinovasi pertanian melalui pameran dimaksudkanuntuk memberikan informasi tentang hasil-hasilpenelitian/pengkajian, serta kegiatan lain darisuatu lembaga penelitian dan pengkajian yangdiwujudkan dalam bentuk alat peraga dan produk.Peminat yang diharapkan datang ke pameranadalah para pejabat, penyuluh pertanian, petani,pengusaha, mahasiswa/pelajar, dan masyarakatumum (Getarawan dan Sulaiman 2001).

Kajian Penyebarluasan Inovasi Pertanian Melalui Pameran Pekan Daerah (PEDA)KTNA Provinsi Bali Ke XXV ..... | I Made Sugianyar, dkk.

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201694

Kegiatan penyebaran inovasi pertanianmelalui pameran bertujuan untuk : (1) memberikaninformasi dan pemahaman kepada penggunamengenai tugas dan fungsi serta hasil-hasil yangtelah dicapai institusi penyelenggara pameran; (2)sosialisasi dan advokasi mengenai peran institusisebagai sumber inovasi dan informasi pertaniandiwilayah kerjanya; dan memperkuat kesan bahwainstitusi yang melakukan penyampaian inovasipertanian melalui pameran merupakan sumber danrujukan teknologi, baik yang dihasilkan olehinstitusi tersebut maupun sumber teknologi/informasi pertanian lainnya.

Kegiatan pameran yang dilakukan BPTP Balipada tahun 2015 yaitu pameran pada PekanDaerah (PEDA) KTNA yang ke- XXV di KabupatenBangli, Bali. Kajian ini bertujuan untuk mengetahuipersepsi pengunjung terhadap materi pameran,manfaat, penampilan dan kemampuan pemandu,penataan stand pameran serta untuk mendapatkanumpan balik dari pengunjung pameran.

METODE PENELITIAN

Kajian penyebar luasan inovasi pertanianmelalui pameran dilaksanakan pada tahun 2015yaitu pada pameran Pekan Daerah (PEDA) ke-XXV yang berlangsung di Kabupaten Bangli, padatanggal 10 – 15 Mei 2015. Pengambilan datadilakukan secara random sampling denganmenggunakan kuisener yang dibagikan padapengunjung pameran. Kajian penyebaran inovasipertanian melalui pameran pada Pekan Daerah(PEDA) XXV di Kabupaten Bangli dilaksanakanmelalui survey terhadap 65 orang pengunjung yangmeliputi pegawai/PNS, siswa/pelajar, petani danlain-lain.

Indikator yang diamati meliputi materipameran, bahan pendukung pameran (alat peraga),pemandu pameran, penataan stand dan kepuasanpengunjung. Untuk menjaring umpan balik daripengunjung, dalam kajian ini dilakukan pulapengumpulan umpan balik yang berkaitan denganinformasi/ inovasi pertanian yang dibutuhkan olehpengguna dan saran untuk perbaikan pameran dimasa yang akan datang.

Data yang dikumpulkan melalui kuisenerditabulasi, dikompilasi, dan dianalisis berdasarkanmasing-masing indikator. Analisis data dilakukansecara sederhana berdasarkan persentasependapat responden terhadap indikator yang telahditetapkan dilengkapi dengan deskripsi dananalisis kualitatif berdasarkan desk study (studiliteratur)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pekan Daerah (PEDA) KTNA Provinsi Baliyang ke-XXV tahun 2015 merupakan salah satuwahana untuk meningkatkan motivasi,pengetahuan dan ketrampilan serta sikapKelompok Tani Nelayan Andalan dilaksanakan diKabupaten Bangli selama 5 hari dari tanggal 10-14 Mei 2015, bertepatan dengan HUT KabupatenBangli ke 811 dan bertempat di Lapangan KaptenMudita, dengan tema “Melalui Peningkatan SDMdan Penguatan Kelembagaan Ekonomi KitaWujudkan Petani Nelayan Profesional, Kreatif,Inovatif dan Berwawasan Global dalam RangkaPercepatan Terwujudnya Bali Mandara”. Kegiatandihadiri oleh perwakilan petani nelayan, pemudatani nelayan, wanita tani nelayan, koperasi taninelayan dan asosiasi petani nelayan se-ProvinsiBali yang tergabung dalam KTNA, yang tentunyajuga disuport oleh pemerintah daerah kabupatenmasing-masing. PEDA KTNA 2015 diisi denganbeberapa kegiatan seperti pameran, temu wicara,temu sukses petani dan penyuluh, temu usahaagribisnis, gelar dan temu teknologi, temu karya,penguatan kelembagaan kelompok KTNA,peragaan, unjuk tangkas dan asah terampil, karyawirausaha petani nelayan dan berbagai lomba.

BPTP Bali sebagai salah satu pesertapameran dalam PEDA mengangkat tema “MelaluiDiseminasi Inovasi Teknologi Spesifik Lokasi KitaSukseskan PEDA XXV Tahun 2015 Menuju BaliMandara.” Oleh karenanya BPTP Bali menugas-kan para penyuluhnya untuk berpartisipasi aktifdalam pelaksanaan PEDA agar para peserta danpengunjung dapat secara langsung tanya jawabinteraktif dengan para penyuluh.

Identitas Responden

Responden yang diwawancarai dalam rangkakajian kegiatan pameran PEDA KTNA ke XXVsebanyak 65 orang, terdiri atas 51 orang laki-lakidan 14 orang perempuan. Respondendikatagorikan menjadi 4 kelompok, yaitu pegawai(PNS), pelajar, petani dan lain-lain (pedagang,wiraswasta, pensiunan). Dari 4 klasifikasiresponden, terbesar adalah pegawai (PNS)sebanyak 40 %. Responden dari katagori pegawai(PNS) lebih banyak berasal dari penyuluh yangikut serta sebagai pendamping/pembina dari KTNAmasing-masing Kabupaten.

Usia responden yang termuda adalah 17tahun (pelajar SMA) dan yang tertua 66 tahun (Tabel2). Dilihat dari usia responden terbesar berada

95

pada kelompok usia 34 – 50 tahun yang diikutidengan usia 51 – 66 (24,62 %) dan sekitar 18,46% berada pada kisaran usia 17 – 33 tahun

Tabel 1. Katagori responden pada kajianpenyebarluasan inovasi pertanian melaluipameran pada PEDA KTNA ke-XXV diKabupaten Bangli, 2015

Uraian Jumlah Persentase (%)

Pegawai (PNS) 26 40,00Siswa/pelajar 2 3,08Petani 22 33,85Lain-lain 15 23,08

Total 65 100

Sumber: Data primer diolah

Tabel 2. Sebaran usia responden pada kajianpenyebarluasan inovasi pertanian melaluipameran pada PEDA KTNA XXV diKabupaten Bangli, 2015

Usia (tahun) Jumlah Persentase (%)

17 – 33 12 18,4634 – 50 37 56,9251 – 66 16 24,62

Jumlah 65 100

Sumber: Data primer diolah

Materi dan Substansi Pameran

Setiap pekerjaan yang dilakukan tentunyamemiliki tujuan dan manfaat yang diharapkan.Cahyono (2002) menjelaskan tujuanpenyelenggaraan pameran diantaranya: tujuansosial, tujuan komersial, dan tujuan kemanusiaan.Selanjutnya dikatakan tujuan pemeran inovasipertanian adalah memperkenalkan inovasiteknologi yang dihasilkan BPTP dan lembagapenelitian yang lain, meningkatnya kesadaran,minat dan motivasi masyarakat terhadap inovasiteknologi pertanian serta meningkatnya dukunganmasyarakat dan pemerintah daerah terhadapBPTP.

Sebanyak 43,08% pengunjung yang datangke stand pameran BPTP Bali menyatakan materiyang disajikan bermanfaat, bahkan 52, 92%menyatakan sangat bermanfaat. Artinya semuapengunjung/responden merasa materi-materi yangdipamerkan sangat bermanfaat terutama bagi

penyuluh dalam melaksanakan tugas dilapangbegitu juga petani selaku pelaku utama dalampembangunan pertanian.

Materi pameran yang disajikan oleh BPTP Baliadalah hasil pengkajian dan komoditi unggulanpetani yang menjadi binaan BPTP Bali yang adadi Provinsi Bali. Beberapa materi tersebut antaralain: pupuk organik padat dan cair (bio urine),berbagai varietas benih padi, jagung, kedelai(kegiatan SLPTT dan UPBS), aneka jenis sayurandaun dan buah dengan polybag (konsep MKRPL),produk olahan (mie dari jagung, tepung keladi,tepung ubi jalar, sabun susu kambing dan lainnya),dekomposer Rummino bacillus (Rb), Azoto bacter(Azba) dan Super Inokulan serta probiotik bio castemuan peneliti BPTP Bali, buah pepaya VUB(Calina), jagung manis, sorgum, beras merah(Inpari 24) dan sampel beras inpari lainnya,berbagai varietas padi inpari, berbagai varietasbawang merah, juga dipamerkan atabela jarwo,caplak jajar legowo dan yang lainnya.

Media informasi yang bersifat tertulis dariberbagai kegiatan dan hasil pengkajian BPTP Balidan dari Badan Litbang lainnya juga dipamerkanuntuk memberikan informasi kepada pengunjung,antara lain melalui leaflet berbagai kajian danteknologi tepat guna, buletin dari tahun 2000hingga 2015, dan poster berbagai kegiatanpengkajian seperti: Kalender Tanam (Katam)Terpadu, energi bio gas sebagai energi alternatifrumah tangga pedesaan, kopi luwak probiotik,program school garden, teknis produksi bio urinekelinci, leaflet kambing gembrong, leaflet bio cas(probiotik untuk penggemukan sapi), leafleat sabunlemak kakao, masker kakao, pemangkasanberbatang tunggal pada kopi, kompos jerami,pengendalian penyakit busuk buah kakao, BIO L(probiotik untuk unggas petelur, BIO Cas (probiotik

Tabel 3. Sebaran pendapat responden terhadaptingkat kemanfaatan materi pameran padakajian penyebarluasan inovasi pertanianmelalui pameran pada PEDA KTNA XXV diKabupaten Bangli, 2015

Uraian Jumlah Persen (%)

Sangat bermanfaat 37 56,92Bermanfaat 28 43,08Ragu-ragu 0 0Kurang bermanfaat 0 0Tidak bermanfaat 0 0

Jumlah 65 100

Sumber: Data primer diolah

Kajian Penyebarluasan Inovasi Pertanian Melalui Pameran Pekan Daerah (PEDA)KTNA Provinsi Bali Ke XXV ..... | I Made Sugianyar, dkk.

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201696

untuk ternak rumminansia, pengendalian diplodiapada tanaman jeruk, olah limbah mikroorganisme(MOL) dan lainnya. Sebanyak 52,31 % respondenmenyatakan materi pameran dapat menambahpengetahuan, bahkan 47,69% menyatakan sangatmenambah pengetahuan (Tabel 4)

Tabel 4. Sebaran pendapat responden terhadappengetahuan tentang pertanian dalam artiluas pada kajian penyebarluasan inovasipertanian melalui pameran pada PEDAKTNA XXV di Kabupaten Bangli, 2015

Uraian Jumlah Persen (%)

Sangat menambah 31 47,69pengetahuanMenambah pengetahuan 34 52,31Ragu-ragu 0 0Kurang menambah 0 0pengetahuanTidak menambah 0 0pengetahuanJumlah 65 100

Sumber: Data primer diolah

Sejalan dengan pendapat Cahyono (1994)penyelenggaraan pameran memiliki manfaat,diantaranya: (1) menumbuhkan dan menambahkemampuan pengunjung dalam memberi apresiasiterhadap karya orang lain; (2) menambah wawasandan kemampuan dalam melaksanakan tugasdilapang; (3) membangkitkan motivasi dalamberusaha tani dan (4) sebagai sarana untukpenyegaran bagi penyuluh dari kejenuhan rutinitaspekerjaan sehari-hari.

Berkaitan dengan keinginan mencoba danmengetahui paket-paket teknologi lebih jauh yangdihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian,sebanyak 50,77% responden menyatakan sangatingin dan 49,23% menyatakan ingin mencoba.Serta 55,38% ingin mengetahui lebih jauh paket-paket teknologi yang dihasilkan Badan LitbangPertanian (Tabel 5). Ini berarti keberadaan BPTPBali sebagai unit pelaksana teknis Badan Litbangdi daerah dan keikut sertaan dalam setiap pameransangat diperlukan oleh pengguna.

Suatu teknologi akan diadopsi oleh pengguna,apabila teknologi tersebut mampu memberikannilai tambah bagi pengguna. Berdasarkanpendapat beberapa peneliti seperti Malian (2004),Musyafak dan Tatang Ibrahim (2005) dapatdisarikan bahwa setidaknya ada lima indikator nilaitambah untuk sebuah teknologi, antara lain: (1)aspek keuntungan relatifnya suatu teknologi; (2)tingkat kecocokan sebuah teknologi; (3)kompleksibilitas atau kerumitan teknologi; (4)tingkat kesulitan, dan (5) tingkat kecepatan responsebuah teknologi. Dengan demikian inti dari sebuahteknologi yang dibutuhkan pengguna harus bersifatinovatif. Dalam menghasilkan sebuah teknologiyang inovatif, maka Badan Litbang Pertaniandituntut untuk mampu menggerakkan sumber dayapertanian. Teknologi pertanian yang inovatif harussegera didiseminasikan agar segera diadopsi olehpengguna. Untuk diperlukan upaya perakitan dandiseminasi hasil pengkajian sebagai materipenyuluhan. Hal tersebut sejalan dengan tugaspokok dan fungsi BPTP berdasarkan PeraturanMenteri Pertanian (Permentan) No 16 tahun2006.(Permentan, 2006)

Tabel 5. Sebaran pendapat responden terhadap keinginan untuk mencoba paket teknologi yang dipamerkandan keinginan untuk mengetahui lebih jauh paket-paket teknologi hasil Litbang Pertanian padapenyebarluasan inovasi pertanian melalui pameran pada PEDA KTNA XXV di Kabupaten Bangli,2015

Keinginan untuk mencoba paket- Keinginan untuk mengetahui lebih jauh paket- paket teknologi yang dipamerkan paket teknologi Badan Litbang PertanianUraian

Jumlah Persen (%) Jumlah Persen (%)

Sangat ingin 33 50,77 36 55,38Ingin 32 49,23 29 44,62Ragu-ragu 0 0 0 0Kurang ingin 0 0 0 0Tidak ingin 0 0 0 0

Jumlah 65 100 65 100

Sumber: Data primer diolah

97

Selain memberikan manfaat, pameran sejenisjuga sangat diperlukan dimasa yang akan datang.Ditinjau dari tingkat keperluan keikut sertaan BPTPBali dalam pameran ternyata sebanyak 72,31%menyatakan sangat setuju dan 27,69%menyatakan setuju. Ini artinya pameran PEDAKTNA berdampak banyak memberikan manfaatsehingga diperlukan pada masa mendatang,mengingat ini pertama kali BPTP Bali ikut ambilbagian pada pameran PEDA KTNA sehinggasasaran yang dituju lebih tepat.

Tabel 6. Sebaran pendapat responden terhadapkeikut sertaan BPTP Bali setiap adapameran untuk ikut ambil bagian dalammemperkenalkan paket-paket teknologihasil Litbang Pertanian pada PEDA KTNAXXV di Kabupaten Bangli, 2015

Uraian Jumlah Persen (%)

Sangat setuju 47 72,31Setuju 18 27,69Ragu-ragu 0 0Kurang setuju 0 0Tidak setuju 0 0

Jumlah 65 100

Sumber: Data primer diolah

Diketahui bahwa PEDA KTNA merupakansarana promosi atau peragaan (display) secarautuh tentang keberhasilan penyelenggaranpenyuluhan pertanian yang telah dicapai olehpemerintah daerah. Disamping itu potensikeunggulan daerah masing-masing Kabupatenyang terkait dengan pembangunan di bidangpertanian dipamerkan oleh masing-masing KTNA.Dari acara PEDA KTNA ini kita dapat mengenalbudaya dan potensi setiap daerah di Bali. Olehkarena itu pameran ini diperlukan dan dilaksanakansecara kontinyu.

Pemandu Pameran

Pemandu pameran sangat menentukankeberhasilan penyelenggaraan pameran, terutamadalam memperkenalkan dan mempromosikanproduk, bahkan dalam menarik pengunjung untukdatang ke stand. Karena itu pemandu pameranharus menguasai materi yang dipamerkan agardapat memberikan penjelasan terhadappertanyaan ataupun informasi yang dibutuhkanpengunjung. Pelayanan dan penampilan pemandupameran juga perlu diperhatikan agar pengunjungmerasa nyaman dan terdorong memberikan respon

terhadap materi yang disajikan. Selain dapatmempromosikan inovasi hasil penelitian danpengkajian, pemandu pameran diharapkan dapatmenghimpun informasi dari pengunjung sebagaiumpan balik untuk perbaikan kegiatan pengkajiandan pelaksanaan pameran selanjutnya.

Stand pameran BPTP Bali, saat pameranPEDA KTNA XXV di Kabupaten Bangli untukpengisian materi dibantu juga dari Balai BesarPengkajian dan Pengembangan Pertanian, BalaiBesar Pasca Panen. Pemandu pameran disiapkan4 (empat) orang setiap hari, karena pamerandiselenggarakan selama lima hari dan standdibuka mulai pukul 09.00 hingga 21.00 pemandupameran bertugas secara bergantian.

Tabel 7. Sebaran pendapat responden terhadapsikap pemandu pameran pada kajianpenyebarluasan inovasi pertanian melaluipameran pada PEDA KTNA XXV diKabupaten Bangli, 2015

Uraian Jumlah Persen (%)

Sangat ramah 39 60Ramah 26 40Ragu-ragu 0 0Kurang ramah 0 0Tidak ramah 0 0

Jumlah 65 100

Sumber: Data primer diolah

Dari seluruh responden menyatakan pemandupameran ramah sampai sangat ramah, khususnyadalam melayani pengunjung (Tabel 7 ). Seluruhpemandu berusaha senantiasa ramah saatmelayani pengunjung, dan pemandu memberikanbeberapa benih sayuran serta mempersilahkanpengunjung untuk mengambil materi pameranseperti leaflet, brosur, selebaran, liptan dll, yangdibutuhkan oleh pengunjung. Permentan. 2006.Tugas Pokok dan Fungsi Balai PengkajianTeknologi Pertanian Bali. Peraturan MenteriPertanian (Permentan) No 16 tahun 2006.Diunggah dari http://www.litbang.deptan.go.id/unker/one/1274/ (23 Desember 2015)

Selain penampilan dan sikap, kemampuanpemandu pameran menjelaskan materi yangdisajikan juga penting dalam mendukungkeberhasilan pameran. Hanya satu respondenyang menyatakan kurang puas dalam memberikaninformasi yang dibutuhkan pengunjung dan saturesp onden yang mengatakan ragu-ragu.Selebihnya, 24,62% responden menyatakansangat puas dan 72,31% menyatakan puas

Kajian Penyebarluasan Inovasi Pertanian Melalui Pameran Pekan Daerah (PEDA)KTNA Provinsi Bali Ke XXV ..... | I Made Sugianyar, dkk.

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 201698

terhadap informasi yang diberikan oleh pemandu(Tabel 8 ).

Tabel 8. Sebaran pendapat responden terhadapkepuasan informasi yang didapatkan daripemandu pameran pada kajian penye-barluasan inovasi pertanian melaluipameran pada PEDA KTNA XXV diKabupaten Bangli, 2015

Uraian Jumlah Persen (%)

Sangat puas 16 24,62Puas 47 72,31Ragu-ragu 1 1,54Kurang puas 1 1,54Tidak puas 0 0

Jumlah 65 100

Sumber: Data primer diolah

Manfaat dari sistem pemandu pameranadalah pelayan/pemandu/pemberi informasikepada pengunjung. Selama ini untuk memandusebuah barang yang dipamerkan masihmembutuhkan manusia, si pemandu tersebutharus benar-benar tahu, mengerti dan mempunyaikemampuan untuk dapat berbicara di depan orangbanyak, dengan harapan pemandu dapatmemberikan informasi ataupun solusi bagipengunjung.

Penataan Pameran

Materi pameran perlu ditata agar mampumemberikan informasi yang dibutuhkan olehpengunjung. Selain materi pameran dan tata letakalat peraga, dekorasi stand penting puladiperhatikan. Berdasarkan hasil kajian hanya satuorang ( 1,54%) responden yang menyatakankurang bagus, 76,92 menyatakan bagus dan 21,54persen menyatakan sangat bagus.

Tabel 9. Sebaran pendapat responden terhadappenataan materi pameran pada kajianpenyebarluasan inovasi pertanian melaluipameran pada PEDA KTNA XXV diKabupaten Bangli, 2015

Uraian Jumlah Persen (%)

Sangat bagus 14 21,54Bagus 50 76,92Ragu-ragu 0 0Kurang bagus 1 1,54Tidak bagus 0 0

Jumlah 65 100

Sumber: Data primer diolah

Umpan Balik Penyebaran Inovasi

Pameran merupakan salah satu mediapromosi sekaligus sarana untuk memperolehumpan balik dari pengunjung. Berdasarkan hasilkajian, diperoleh umpan balik yang bermanfaatbagi pelaksanaan pameran di masa yang akandatang. Umpan balik yang berhasil dikumpulkandibagi menjadi dua kelompok, yaitu informasi yangdibutuhkan pengunjung dan saran bagipelaksanaan pameran selanjutnya. Informasi yangdibutuhkan pengunjung adalah tentang sumberbenih baru (hasil inovasi), penanggulangan hamapenyakit pada tanaman jeruk dan cendana,teknologi tepat guna spesifik lokasi, informasiteknologi dan ketrampilan tentang produkkosmetik. Saran untuk perbaikan pameran dimasayang akan datang antara lain adalah materipameran perlu lebih banyak dan bervariasi baikdalam bentuk media cetak (buku, brosur, leaflet,poster, liptan) maupun dalam bentuk barangseperti sampel VUB (hasil inovasi), alat peragateknologi dan adanya cindera mata yang diberikankepada pengunjung seperti benih tanaman dalampaket kecil disediakan secara gratis, serta perluadanya peragaan/ demontrasi pada standpameran. Penataan pameran juga perluditingkatkan agar lebih menarik serta diharapkanBPTP selalu ikut ambil bagian dalam mengisipameran pertanian.

KESIMPULAN DAN SARAN

Jumlah responden terbesar adalah golonganpegawai/PNS (40,%), dengan kelompok terbesarusia rata-rata responden 34-50 tahun (56,92%).Materi yang dipamerkan pada stand BPTP Balidari segi kemanfaatan materi dan pengetahuan,56,92% responden menyatakan materi pameransangat bermanfaat dan 52,31% respondenmenyatakan materi pameran dapat menambahpengetahuan. Mengenai keinginan untuk mencobapaket –paket teknologi yang dipamerkan sertakeinginan untuk mengetahui lebih jauh mengenaipaket-paket teknologi yang dihasilkan oleh BadanLitbang Pertanian (BPTP Bali), 50,7% respondenmenyatakan keinginan untuk mencoba dan55,38% responden ingin mengetahui lebih jauhpaket-paket teknologi yang dihasilkan oleh BadanLitbang Pertanian. Untuk penataan stand pameran,76,92% responden menyatakan sangat bagus.Seluruh responden menyatakan sangat ramah danramah terhadap pemandu pameran sedangkan

99

mengenai kepuasan informasi yang didapat daripemandu pameran hanya 1 orang (1,54%)menyatakan kurang puas dan 1 orang (1,54%)menyatakan ragu-ragu, selebihnya menyatakanpuas 72,31% dan sangat puas 24,62%. Mengenaiketerlibatan BPTP Bali pada setiap ada pameran,seluruh responden setuju sampai sangat setujuagar setiap ada pameran BPTP Bali ikut serta ambilbagian dalam memperkenalkan paket-paketteknologi hasil Litbang Pertanian.

Meskipun pelaksanaan pameran dari segimateri, penataan stand, pemandu pameran secarakeseluruhan sudah baik, namun beberapa hal yangperlu ditingkatkan yaitu materi pameran agar lebihbanyak dan variatif dalam bentuk media cetak(buku, brosur, leaflet, poster, liptan) maupun dalambentuk barang seperti sampel VUB (hasil inovasi),alat peraga teknologi. Adanya cindramata berupabenih tanaman dalam paket kecil yang dibagikankepada pengunjung secara gratis. Adanyaperagaan/demontrasi pada stand pameran. Standpameran agar lebih luas serta dekorasi lebihmenarik.

DAFTAR PUSTAKA

Asopa, VN. Dan Beye, G. 1997. Management ofagricultural research: Formation services anddocumentation. A Trainning Manual: 97 pp.Rome. Food and Agricultural Organization ofthe United Nations.

Bachrein, S., Bahtiar, dan Hasanuddin, A., 1995.Percepatan adopsi teknologi melaluipendekatan partisifasi petani dan teknologisederhana. Prosiding Simposium PenelitianTanaman Pangan III. Kinerja PenelitianTanaman Pangan. Puslitbang TanamanPangan. Hal 1814-1824

Eko Sri Mulyani, Retno Sri HM., dan Penny I.Iskak, 2006. Pengkajian penyampaian inovasipertanian melalui pameran di Kalimantan

Barat. Jurnal Pusat Perpustakaan danPenyebaran Teknologi Pertanian. Vol 15Nomor 2, Bogor.

Getarawan, E dan Sulaiman, 2001. PedomanPenyelenggaraan Kegiatan DiseminasiTeknologi dan Informasi Pertanian. Jakarta.Badan Penelitian dan PengembanganPertanian.

Harsono, S. 1991. Strategi KomunikasiPembangunan Pedesaan dalamPembangunan 25 Tahun II.Fisip UI.

Permentan. 2006. Tugas Pokok dan Fungsi BalaiPengkajian Teknologi Pertanian Bali.Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No16 tahun 2006. Diunggah dari http://www.litbang.deptan.go.id/unker/one/1274/(23 Desember 2015)

Manwan, I., Tjitropranoto,P., dan Syam, M. 1990.Hubungan penelitian dan penyuluhan dalampenelitian sistem usaha tani. Risalah SistemUsahatani di Lima Agroekosistem. RisalahLokakarya Penelitian Usaha Tani. Tanggal 14-15 Desember 1988. Puslitbangtan, Bogor.

Musyafak, A dan T.M. Ibrahim 2005. Strategipercepatan adopsi dan difusi inovasi pertanianmendukung Prima Tani. Jurnal AnalisisKebijakan Pertanian Pusat Sosial Ekonomidan Kebijakan Pertanian. Vol 3 Nomor 1,Bogor.

Nasriati, Ely Novianti dan Bambang Wijayanto.2015. Pengkajian Penyampaian InovasiPertanian Melalui Pameran JamborePenyuluh Pertanian Nasional di ProvinsiLampung. Prosiding Seminar Nasional Sainsdan Inovasi Pertanian. BPTP Lampung

Simatupang, P. 2004. Prima Tani sebagai langkahawal pengembangan sistem dan usahaagribisnis industrial. Analisis KebijakanPertanian. 2(3): 209-225

Kajian Penyebarluasan Inovasi Pertanian Melalui Pameran Pekan Daerah (PEDA)KTNA Provinsi Bali Ke XXV ..... | I Made Sugianyar, dkk.

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 2016100

KERAGAAN PRODUKTIVIT AS BEBERAP A AYAM LOKAL ASLI INDONESIA

Nyoman Suyasa

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) BaliJalan By Pass Ngurah Rai – Pesanggaran Denpasar Bali

E-mail:[email protected]

date submitted: 24 mei 2016 date approved: 26 Juli 2016

ABSTRACT

Productivity Performance of Some Local Chicken Original Indonesia

Local chicken or sometimes called Kampung chicken, or chicken vegetable, or Buras (not race) is a birdnative to Indonesia. Local chicken is a chicken native grew up in Indonesia. There are various types of localchickens from various areas such as Kedu, Pelung, Cemani, Sentul, Nunukan and others and observed thatthere were 32 types of local chickens in Indonesia. Maintenance of local chickens survived until todaybecause people are increasingly aware that meat including chicken meat is a source of animal protein whichcan be obtained easily and has a high nutritional value. For the Balinese themselves will demand of localchicken meat and eggs from year to year continues to increase in accordance with the increase in population,the increase in consumer tastes and an increasing number of tourists coming to Bali for both domestic andinternational. Local chickens are also grouped according to each character such as the type of layer (KeduBlack, White, Wareng, Nusa Penida), broilers (Pelung, Nagrak, Gaok and Sedayu) and dual-purpose (layinghens and broilers) as Sentul, Olagan, Bangkalan and Melayu ). Chicken Pelung weighs tall adult reaches2200 to 3500 grams / tail, while Black Kedu, White and Nunukan grown almost equal weight, namely 2157,2156 and 2151 g / tail. Native Chicken has an average adult weight of the lowest among the other types,namely 1400 g / tail. For chicken egg productivity Black Kedu has the highest productivity 58.8% followedWhite Kedu 54%, Nunukan 50% and Kampung 41.3% and the lowest was Pelung.32.5%

Key words: Local chickens, productivity, weight, animal protein

ABSTRAK

Ayam lokal atau sering juga disebut ayam Kampung, atau ayam Sayur, atau Buras (bukan Ras) merupakanunggas asli Indonesia. Ayam lokal merupakan ayam asli yang tumbuh dan berkembang di wilayah Indonesia.Ada berbagai jenis ayam lokal dari berbagai daerah seperti ayam Kedu, Pelung, Cemani, Sentul, Nunukandan lainnya dan hasil pengamatan ada 32 jenis ayam lokal di Indonesia. Pemeliharaan ayam lokal masihbertahan sampai saat ini dikarenakan masyarakat semakin menyadari bahwa daging termasuk dagingayam merupakan sumber protein hewani yang dapat diperoleh dengan mudah dan memiliki nilai nutrisiyang tinggi. Untuk Bali sendiri permintaan akan daging dan telur ayam lokal dari tahun ke tahun terusmengalami peningkatan sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk, peningkatan selera konsumsiserta peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke Bali baik domestik maupun internasional. Ayam lokaljuga dikelompokkan sesuai dengan karakternya masing-masing seperti tipe petelur (Kedu Hitam, Putih,Wareng, Nusa Penida), pedaging (Pelung, Nagrak, Gaok dan Sedayu) dan dwiguna (petelur dan pedaging)seperti Sentul, Olagan, Bangkalan dan Melayu). Ayam Pelung memiliki bobot dewasa yang tinggi mencapai2200 sampai 3500 gram/ekor sedangkan Kedu Hitam, Putih dan Nunukan bobot dewasa hampir berimbangyaitu 2157, 2156 dan 2151 gram/ekor. Ayam Kampung memiliki bobot dewasa rata-rata terendah diantarajenis yang lain yaitu 1400 gram/ekor. Untuk produktivitas telur ayam Kedu Hitam memiliki produktivitastertinggi 58,8% diikuti Kedu Putih 54%, Nunukan 50% dan Kampung 41,3% dan terendah adalah Pelung32,5%

Kata Kunci : Ayam lokal, produktivitas, bobot, protein hewani

101

PENDAHULUAN

Permintaan terhadap produk peternakanmeningkat setiap tahun seiring denganbertambahnya jumlah penduduk sertameningkatnya pengetahuan dan kesadaranmasyarakat tentang pentingnya mengkonsumsipangan yang bergizi (Ahmad Gozali Nataamijaya,2010). Pada tahun 2006, kontribusi produkpeternakan (daging, telur dan susu) terhadapProduk Domestik Bruto (PDB) pertanian mencapai7% dan terhadap PDB nasional 1%. Ayampeliharaan daerah tropis merupakan sumberpangan paling penting di dunia (National ResearchCouncil 1993 dalam Achmad Gozali Nataamijaya,2010). Ayam lokal atau ayam buras (bukan ras),disebut pula ayam kampung atau ayam sayurmerupakan ternak yang paling banyak dipeliharaoleh masyarakat baik yang berada di pedesaanmaupun yang daerah transisi. Selain mudahdipelihara ayam buras mampu memberikanbanyak manfaat kepada pemeliharanya.

Ayam buras juga merupakan salah satupenyedia daging sekaligus protein hewani yangdigemari oleh sebagaian besar masyarakatIndonesia. Di Indonesia yang merupakan Negarakepulauan selain memiliki suku dan budaya yangberagam, juga memiliki beberapa jenis ayam lokalatau juga disebut sebagai ayam buras (bukan ras)atau memiliki nama di daerahnya sendiri sepertimisalnya ayam Sentul, Pelung, Cemani, Nunukan,Kedu Hitam dan masih banyak lagi yang lainnya.Ayam kampung sempat menjadi tumpuan parapeternak karena harga jual yang relatif tinggidibandingkan harga satuan ayam ras (SofyanIskandar, 2005) dan bertahannya industry ayamkampung selama ini ada kemungkinan besardimotivasi oleh tingkat konsumen domestik yangcukup baik (Hermanto, et al. 1995 dalam SofyanIskandar, 2005).

Di Bali selain telur dan dagingnya ayam burasjuga banyak dimanfaatkan sebagai sarana upacaraAgama. Saat ini populasi ayam buras di Balimencapai 4.111.438 ekor hanya 24,72% dari jumlahayam secara keseluruhan. (Disnakkeswan. Prov.Bali, 2014). Kebutuhan daging dan telur ayamburas dari tahun ke tahun terus meningkat sejalandengan meningkatnya jumlah penduduk, perkapitaincome serta jumlah wisatawan baik domestikmaupun internasional yang datang ke Bali. Telurmerupakan salah satu bahan pangan sumberprotein hewani yang paling mudah diperoleh danmudah untuk diolah serta dapat diperoleh dari telurayam ras dan ayam lokal (Juliana F. Sodak. 2011).Di Indonesia permintaan akan telur ayam lokal

mencapai 13% dari jumlah permintaan telur secarakeseluruhan yaitu 195.000 ton telur dari 1.477.200ton telur (Ditjennak, 2010). Menurut Nataamijaya(2000) dalam Tike Sartika, et al. (2004),di Indonesiatelah dikemukakan 32 breed ayam lokal yangberbeda berdasarkan penampilan fenotipnya.Perbedaan tampilan fenotip tersebut diduga karenaadanya diferensiasi genetik dari suatu populasiyang disebabkan migrasi demografi. Oleh karenaitu, terbentuknya breed ayam lokal di Indonesiakebanyakan berdasarkan perbedaan demografiyang secara genetik perlu dipelajari lebih lanjut.Namun untuk saat ini akan kami bahas 5 ayamlokal yang ada di Indonesia yaitu ayam Kampung(Sayur), Nunukan, Kedu Hitam, Kedu Putih danayam Pelung yang akan dilihat dari segiproduktivitasnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan data-datasekunder yang diperoleh dari studi literaturememanfaatkan referensi dari buku-buku sepertiProsiding, Jurnal, Majalah Ilmiah Popular, Buletindan lainnya. Referensi juga diambil dari beberapatulisan yang dimuat di media digital dan elektronikbaik berupa Jurnal, Prosiding ataupun bentuk yanglain. Penulisan Data selalu diikuti denganpenulisan sumber referensi dan apabila diperolehsecara elektronik selain sumber data juga disertaidengan waktu pengunduhan data tersebut. Datadisajikan dalam bentuk tabel dan grafik sertadianalisis secara deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Ayam Lokal Indonesia

Di Indonesia dilaporkan terdapat 32 jenisayam lokal (ecotype) dan masing-masing jenismemiliki keunggulan tersendiri, seperti ayamPelung, Sentul, Kedu, Merawang,Gaok dan NusaPenida. Ayam peliharaan dari daerah tropismerupakan sumber pangan paling penting di dunia(National Research Council 1993). Dinegaraberkembang usaha ternak ayam lokal berperanpenting dalam meningkatkan pendapatanmasyarakat karena usaha tersebut melibatkansebagian besar penduduk miskin (Sonaiya, 2007).Ayam lokal Indonesia merupakan hasildomestikasi ayam hutan merah (Gallus gallus)oleh penduduk setempat dan memiliki ciri yangsangat berbeda dengan ayam dari Negara lain

Keragaan Produktivitas Beberapa Ayam Lokal Asli Inonesia | Nyoman Suyasa.

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 2016102

(Sulandari et al. 2007), serta dapat dikelompokanmenjadi tpe pedaging, petelur, dwiguna atausebagai ayam hias atau kegemaran (AhmadGozali Nataamijaya, 2010).

Di Indonesia terdapat berbagai jenis ayamlokal, baik yang asli maupun hasil adaptasi yangdilakukan puluhan bahkan ratusan tahunyang lalu.Ayam lokal yang tidak memiliki karakteristikkhusus disebut ayam kampung. Ayam yangdigolongkan tipe pedaging diantaranya Pelung,Nagrak, Gaok dan sedayu dan digolongkan peteluryaitu Kedu hitam, Kedu Purih, Nusa Penida,Nunukan, Merawang, Wareng dan ayam Sumateraserta ayam lokal yang masuk kategori dwigunaadalah Ayam Sentul, Bangkalan, Olagan, Ayunai,Melayu, dan ayam Siem. Selain itu menurutAhmad Gozali Nataamijaya, (2010), dikenal pulaayam tipe petarung yaitu : Ayam Banten, Ciparage,Tolaki, dan Bangkok serta ayam Bali masuk dalamkategori petarung terutama untuk pejantannya.Bebrapa diantara ayam lokal yang termasukkategori kegemaran atau hias adalah ayam Pelung,Gaok, Tukung, Burgo, Bekisar, Walik dan ayamKetawa.

Ayam lokal merupakan asset yang sangatberharga dalam pembentukan bibit unggul ayamlokal yang terbukti mampu beradaptasi padalingkungan setempat (Nataamijaya, 2000). Dilihatdari asalnya, masing-masing ayam memilikidaerah asal mula ditemukan yang selanjutnyadapat menyebar ke seluruh Indonesia. Ayampelung merupakan ayam asli daerah Cianjur JawaBarat dan Sentul berasal ari daerah Ciamis JugaJawa Barat. Sedangkan Ayam Kedu (Hitam danPutih) merupakan ayam asal Keresidenan KedukabupatenTemanggung Jawa Tengah (Muryanto,2005) serta ayam Nunukan merupakan ayam asliKalimantan Timur yang merupakan tipe ayampetelur (Nataamijaya, 2000 dalam Achmad GozaliNataamijaya, 2010).

Produktivitas Pertumbuhan 5 Jenis AyamLokal Indonesia

Bobot lahir ayam lokal Indonesia padaumumnya memiliki bobot lahir yang hampir samadengan kisaran 25 – 27 gram per ekor kecualibobot lahir ayam Nunukan dan Pelung yangmemiliki bobot lahir diatas rata-rata ayamkampung lainnya yaitu 30,2 gram dan 29,6 gram/ekor. Bobot umur 4 minggu juga antara ayammemiliki bobot yang mirip antar jenis dengankisaran 146 – 164 gram/ekor kecuali ayam Pelungdimana bobot umur 1 bulan (4 minggu) mencapai

174 gram/ekor. Untuk umur 8 minggu (2 bulan)ayam lokal Indonesia memiliki bobot dengankisaran 500 – 550 gram/ekor, pada umur ini bobottertinggi dicapai oleh ayam Kedu Hitam yangmencapai bobot 602 gram/ekor melebhi ayamPelung yang hanya mencapai bobot 589 gram/ekor. Pada umur 12 minggu (3 bulan) bobot ayamlokal Indonesia mencapai kisaran 750 – 850 gram/ekor, dan bobot tertinggi dicapai oleh ayam Pelungdengan bobot 917 gram/ekor. Secara fisik ayamPelung memiliki postur tubuh yang tinggi dan besarsehingga memiliki bobot lahir dan pertumbuhanyang melebihi ayam lokal lainnya.

Bobot dewasa untuk aya lokal di Indonesiasedikit bervariasi karena ayam kampung atau sayurmemeiliki bobot paling rendah dengan kisaran1400 – 1700 gram/ekor sedangkan ayam KeduHitam atau putih dan Nunukan memiliki bobotdewasa yang hampir sama yaitu 2150 gram/ekor,sama dengan yang dicapai oleh Sulandari et al(2006) dan Tike sartika et al (2006) dimana rata-rata bobot jantan 2151,48+359,99 dengan bobotjantan maksimal mencapai 2930 dan minimal 1473gram/ekor. Ayam Pelung memiliki bobot tertinggiyang mencapai 2200 gram/ekor terberat diantaraayam lokal yang lainnya. Bobot ayam yang adapada tabel 1 adalah bobot ayam secara umumdan ada perbedaan antara jantan dan betinadimana bobot jantan lebih tinggi dibandingkanbetina. Produktivitas pertumbuhan ayam kampungalias ayam sayur nampaknya yang paling rendahsedangkan ayam Pelung memiliki bobot yangpaling tinggi diantara ayam lokal yang ada (Tabel1), bahkan ayam Pelung jantan yang merupakanayam asli dari daerah Cianjur ini mampu mencapaibobot sampai 3 -3,25 kg/ekor, (Abubakar, et al.2005), dan Soeparna et al (2005) memperolehbobot ayam Pelung dalam kajiannya 3,515 kg/ekor,sedangkan Achmad Gozali Nataamijaya (2010)melaporkan bahwa ayam Pelung mampu mencapaibobot 2,20 kg/ekor pada saat berumur 20 minggu.Selanjutnya dinyatakan bahwa bobot ayam yangdipelihara secara intensif akan lebih rendahdibandingkan dengan bobot ayam yang diumbarpada umur yang sama.

Untuk ayam kampung bobot dewasa yangdicapai adalah 1400 gram atau 1,4 kg/ekor jauhdibawah bobot dewasa ayam lokal lainnya yangmecapai bobot diatas 2 kg/ekor (tabel 1).Sedangkan Abubakar, et al. (2005),mengemukakan bahwa bobot ayam kampungjantan dewasa mencapai rata-rata 1,8 kg/ekorsedangkan betina dewasa mencapai 1,57 kg/ekor.

103

Bobot yang dimiliki oleh ayam Kedu Putihmaupun Hitam tidak jauh berbeda diantarakeduanya. Baik mulai bobot lahir sampai denganbobot dewasa. Sedangkan untuk ayam Nunukanbobot lahir sedikit lebih tinggi daripada ayamPelung yaitu 30,2 berbanding 29,6 gram/ekor.Namun setelah dewasa ayam pelung memilikibobot yang lebih tinggi dibandingkan ayamNunukan 2200 gram/ekor berbanding 2151 gram/ekor. Bobot dewasa ayam Nunukan mendekatibobot ayam Kedu Hitam ataupun Kedu Putih.

Produktivit as Telur dan Konsumsi Pakan AyamLokal Indonesia

Rata rata ayam kampung atau ayam lokalmulai bertelur umur 5 bulan atau 151 hari. Apabiladilihat tabel 2 maka ayam Kedu hitam palingpendek umur mulai berproduksi telur yaitu 138 harisedangkan ayam Pelung memiliki umur mulaibertelur yang paling panjang 165 hari atau 5,5bulan. Namun Ayam Pelung yang paling rendah

puncak produksinya hanya 44% jauh lebih rendahdibandingkan ayam Kedu Hitam atau Kedu Putihyang memiliki puncak produksi 75 dan 72% (tabel2). Produksi henday baik secara persentaseataupun jumlah telur yang dihasilkan ayam KeduHitam menempati persentase tertinggi dengan58,8% disusul oleh Kedu Putih dan Nunukandengan 54,0 dan 50% sedangkan produksi hendaytelur tertinggi juga dicapai oleh ayam kampungdengan 259 butir yang kedua Kedu Putih 215 danNunukan 182 butir. Tike Sartika, et al. (2006)mengemukakan bahwa produktifitas ayamNunukan pada puncak produksi mencapai 62%dengan henday butir juga mencapai 182 danproduksi henday(%) bervariasi dari 41,3 – 50%.Untuk produktivitas telur ayam Pelung memilikiproduksi yang paling rendah dibandingkan denganempat ayam lokal yang lainnya (tabel 2). Hal inidisebabkan karena ayam Pelung memang bukantipe petelur tetapi tipe ayam Kegemaran/Hobi danmengarah ke tipe pedaging.Muryanto (2005)melaporkan produktifitas 5 ayam lokal yang

Tabel 1. Pertumbuhan Beberapa Jenis Ayam Lokal Indonesia

Peubah Kampung Kedu Hitam Kedu Putih Nunukan Pelung

Bobot Hidup (g/ekor)

1 Hari 26.2 27.7 25.5 30.2 29.64 Minggu 164 168 146 160 1748 Minggu 553 602 550 482 58912 Minggu 872 831 857 754 917Dewasa 1400 2157 2156 2151 2200

Sumber : Creswell dan Gunawan, 1982 dalam Sofyan Iskandar (2005) ; Muryanto dan Subiharta (1989) ; T.Sartika et al (2006)

Grafik 1. Perkembangan Pertumbuhan Bobot tubuh ayam Lokal Indonesia

Keragaan Produktivitas Beberapa Ayam Lokal Asli Inonesia | Nyoman Suyasa.

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 2016104

dipelihara selama 52 minggu mampu mempro-duksi telur Henday (%) secara berturut-turut, Keduhitam, Kedu Putih, Nunukan, Buras dan Pelungmasing-masing 58,8% ; 54,0% ; 50,0% ; 41,3%dan 32,0%.

Untuk puncak produksi yang tertinggi dicapaioleh ayam Kedu Hitam yang mencapai 75%disusul Kedu Putih dengan 72% dan Nunukan62%, sedangkan yang terendah produksinyaadalah ayam Pelung hanya mencapai 44% padasaat puncak produksi. Untuk produktivitas ayamKampung pada tabel 2 lebih tinggi kalaudibandingkan dengan data yang disajikan olehPrawirodigdo (2005) produktivitas telur ayam lokaldengan konsumsi dan kandungan protein (PK) 16dan Energi metabolic (EM) 10 produksi telurmencapai 48,9 butir dalam 120 hari atau 40,75%sedangkan pemberian pakan dengan PK14 /EM10mampu memproduksi telur 49,0 butir/120 hari atau40,83%.

Pemberian Pakan dan Kandungan Proteinyang Diberikan pada Ayam Lokal

Pakan merupakan pada ayam localmerupakan hal terpenting dalam pertumbuhan danproduktivitas. Prawirodigdo (2005),menyebutkankebutuhan pakan dan nutrien yang cukupdibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan hidup,tumbuh dan berproduksi. Ternak ayam lokal adalahhewan berperut tunggal (monogastrict animal),yang memiliki sistem pencernaan dan kebutuhannitrien mirip bangsa burung lainnya. Ayam lokalmerupakan ternak yang masih natural atau asliberbeda dengan hasil rekayasa genetik sepertiBroiler atau layer yang sudah sangat efisien dalammemanfaatkan pakan untuk produktivitas.Kebutuhan pakan ayam lokal tergantung padakarakter genetiknya,sehingga masing-masing jenisayam akan membutuhkan jumlah pakan yang

berbeda jumlahnya. Secara umum kebutuhanpakan ayam lokal pada saat masih muda masihmemiliki selisih jumlah yang kecil dan akanbertambah seiring umur ternak.

Untuk ayam lokal yang masih berumur 1 harisampai dengan 8 minggu (2 bulan) membutuhkanpakan dengan jumlah 5 – 10 gram/ekor/hari,dimana fase ini disebut fase starter dan pakan yangdiberikan adalah pakan dengan kandungan proteinyang tinggi 18 – 19%. Setelah memasuki masapertumbuhan atau grower 1 dengan umur ayam 8– 12 minggu kebutuhan pakan meningkat menjadi20 – 30 gram/ekor/hari dengan kandungan proteinlebih rendah dari starter yaitu 16 – 17% namunenergy metabolis (ME) sama 2900 – 3000 kkal/kg. Ayam berumur diatas 12 minggu sampai 18minggu masuk kategori grower 2 dengan jumlahpakan yang diberikan 40 – 60 gram/ekor/haridengan kandungan protein yang jauh lebih rendahyaitu 12 – 14% termasuk energy metabolisnyahanya 2800 – 2900 kkal/kg. Setalah masukkategori layer/petelur umur 18 minggu keatasjumlah pakan yang diberikan rata-rata mencapai80 – 100 gram/ekor/hari dengan kandungan protein15% dan energy metabolis 2750 -2850 kkal/kg(tabel 3). Menurut Prawiridigdo (2005) kandunganprotein dan energy pakan pada ayam lokal akanmempengaruhi penampilan produksi. Lebih lanjutdikemukakan konsumsi pakan ayam lokal berbedapada level protein dan energy metabolis yangberbeda, dimana rata konsumsi ayam lokalbervariasi antara 89,4 – 92,8 gram/ekor/hari padamasa produksi.Desmayati Zainuddin (2005) padatabel 3 menunjukkan kebutuhan protein ayamstarter umur 0 – 8 minggu adalah 18 – 19%,sedangkan Iskandar, et al (1998) dalam Hetiresnawati dan I.A.K Bintang, (2005) menyatakanbahwa kebutuhan protein ayam kampung/lokalpedaging adalah 15% pada umur 0 – 6 minggudan 1pada umur 6 – 12 minggu.

Tabel 2. Produktivitas Telur Beberapa Jenis Ayam Lokal Indonesia

Keterangan Kampung Kedu Hitam Kedu Putih Nunukan Pelung

Umur pertama bertelur (hari) 151 138 170 153 165Umur 40% produksi (hari) 184 166 202 186 191Puncak Produksi (%) 55 75 72 62 44Produksi henday (%) 41.3 58.8 54.0 50 32.5Produksi henday (telur) 151 215 197 182 119Produksi hen house (%) 37.1 54.8 49.6 46.3 28.4Rata-rata Bobot telur (g/butir) 43.6 44.7 39.2 47.5 40.6Konsumsi pakan (g/ekor/hari) 88 93 82 85 93Bobot konsumsi pakan/g telur 2.7 3.6 3.8 3.6 7.1

Sumber : Creswell dan Gunawan, 1982 dalam Sofyan Iskandar (2005)

105

KESIMPULAN DAN SARAN

Banyak jenis ayam lokal yang ada diIndonesia, yang baru terdeksi 32 jenis dan di bagimenjadi beberapa tipe yaitu tipe petelur, pedagingdan tipe dwiguna (petelur sekaliguspedaging).Namun apabila dilihat dari produktivitastelur, ayam Kedu Hitam memiliki produktivitas telurtertinggi diantara 5 jenis ayam lokal yaitu :Kampung, Kedu Hitam, Kedu Putih, Nunukan danPelung. Untuk ayam lokal kebutuhan akan pakandan kandungan protein akan berbeda tergantungumur dan tipe ayam tersebut, demikian pula antarakebutuhan protein dalam pakan akan berbedaantara ayam pedaging dan petelur. Untuk kedepan,pengamatan dan karakteristik masing-masingayam lokal yang ada di Indonesia perlu dilakukanuntuk mengetahui keragaman dan karakteristikayam dan daerahnya.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Gozali Nataamijaya. 2010.Pengembangan Potensi Ayam Lokal UntukMenunjang Peningkatan KesejahteraanPetani. Jurnal Litbang Pertanian 29 (4), 2010.

Abu Bakar., Gigih Tri Pambudi dan Sunarto.2005.Performans Ayam buras dan Biosekuritas diBalai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwigunadan Ayam. Prosiding Lokakarya NasionalTeknologi Pengembangan Ayam Lokal. PusatPenelitian dan Pengembangan Ternak danFakultas Peternakan Universitas Diponegoro,Semarang.

BPS. 2010. Badan Pusat Statistik 2010. Populasiternak 2000-2010. http://www.bps.go.id/tab_sub /v i ew.php / tabe l=1&da f ta r =1&id_subyek=24&notab=12. (diunduh : 2Maret 2015).

Cecep Hidayat, S. Iskandar Dan T. Sartika.2011.Respon Kinerja Perteluran AyamKampung Unggul Balitnak (KUB) terhadapPerlakuan Protein Ransum pada MasaPertumbuhan. JITV Vol. 16 No. 2 Th. 2011:83-89.

Desmayati Zainuddin. 2005. Strategi PemanfaatanPakan Sumberdaya Lokal dan PerbaikanManajemen Ayam Lokal. Prosiding LokakaryaNasional Teknologi Pengembangan AyamLokal. Pusat Penelitian dan PengembanganTernak dan Fakultas Peternakan UniversitasDiponegoro, Semarang.

Disnakkeswan Prov. Bali. 2014. Informasi DataPeternakan Di Provinsi Bali Tahun 2014. DinasPeternakan dan Kesehatan Hewan ProvinsiBali. Denpasar.

Fransisco Delgado Vargas.,O. Parede Lopez.,1998. Effects Of Sunlight Illumination OfMarigold Flower Meals On Egg YolkPigmentation. J. Agric. Food Chem., 1998, 46 (2), Pp 698–706

Gufron, AR, LM Dan Tatang M, Ibrahim. 2005.Potensi Ayam Tukong Sebagai Ayam Lokaldi Kalimantan Barat. Prosiding LokakaryaNasional Teknologi Pengembangan AyamLokal. Pusat Penelitian dan PengembanganTernak dan Fakultas Peternakan UniversitasDiponegoro, Semarang.

Heti Resnawati dan Ida AK. Bintang. 2005.Produktivitas Ayam Lokal yang Dipeliharasecara Intensif. Prosiding Lokakarya NasionalTeknologi Pengembangan Ayam Lokal. PusatPenelitian dan Pengembangan Ternak danFakultas Peternakan Universitas Diponegoro,Semarang.

Hidayat, C., Iskandar, S., & Sartika, T. (2013)Respon Kinerja Perteluran Ayam Kampung

Tabel 3. Kandungan Zat Nutrisi (Protein dan Energi metabolis) serta jumlah pemberian pakan ayam lokalberdasarkan fase umur ayam.

Kandungan Zat Nutrisi Jumlah PemberianUmur Ayam pakan (gram/ekor/hari)

Protein (%) Energi Metabolis (kkal/kg)

Starter (BR 1) (1 hari – 8 minggu) (18 – 19) 2900 - 3000 5 – 10 gramGrower 1 (8 – 12 minggu) (16 – 17) 2900 – 3000 20 – 30 gramGrower 2 (12 – 18 minggu) (12 – 14) 2800 – 2900 40 – 60 gramLayer (Petelur) (> 18 Minggu) 15 2750 – 2850 80 – 100 gram

Sumber : Zainuddin et al. (2000) dan Gunawan et al. (2003) dalam Desmayati Zainuddin (2005)

Keragaan Produktivitas Beberapa Ayam Lokal Asli Inonesia | Nyoman Suyasa.

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 2016106

Unggul Balitnak (KUB) terhadap PerlakuanProtein Ransum pada Masa Pertumbuhan.

Juliana, F. Sodak. 2011. Karakteristik dan kimiatelur Ayam Arab pada Dua Peternakan diKabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

Kusuma Diwyanto dan Eko Handiwirawan. 2004.Peran Litbang Dalam Mendukung UsahaAgribisnis Pola Integrasi Tanaman-Ternak.Prosiding Seminar Nasional Sistem Integrasitanaman Ternak. Pusat Penelitian danPengembangan Peternakan bekerjasamadengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian(BPTP) Bali.

Muryanto. 2005. Hasil-hasil Penelitian danSumbangan Pemikiran Pengembangan AyamKedu. Prosiding Lokakarya Nasional TeknologiPengembangan Ayam Lokal. PusatPenelitian dan Pengembangan Ternak danFakultas Peternakan Universitas Diponegoro,Semarang.

Prawiridogdo, S. 2005. Urgensi Evaluasi BahanPakan Asli Indonesia Sebagai Pilar UtamaUntuk Menopang Usaha Ayam Lokal. .Prosiding Lokakarya Nasional Teknologi

Pengembangan Ayam Lokal. PusatPenelitian dan Pengembangan Ternak danFakultas Peternakan Universitas Diponegoro,Semarang.

Sulandari,S. M. S. A. Zein, S. Paryanti, dan T.Sartika. 2007. Taksonomi dan Asal Usul AyamDomestikasi Hlm. 5 – 25. Dalam K. Diwyantodan SN. Prijono (Ed) Keanekaragaman SumberDaya Hayati Ayam Lokal Indonesia : Manfaatdan Potensi. Pusat Penelitian Biologi, LembagaIlmu Pengetahuan Indonesia, Bogor.

Sonaiya, E.B. 2007. Family Poultry, Food Securityand The Impact of HPAI. J. World’s Poultry Sci.63 : 132 - 138

Tike Sartika,. Sri Sulandari,. M. S. A. Zein dan SriParyanti. 2006. Ayam Nunukan : KarakteristikGenetik, Fenotipe dan Pemanfaatannya.Wartazoa Vol. 16 No. 4 Th. 2006.

Tike Sartika.Iskandar, L.H. Prasetyo.AndM.Mitsuru. 2004. Kekerabatan Genetik AyamKampung,Pelung, Sentul dan Kedu Hitamdengan Menggunakan Penanda DNAMikrosatelit: I. Grup Pemetaan pada MakroKromosom. JITV Vol. 9 No. 2 Th. 2004.

107

MORFOLOGI DAN KANDUNGAN HARA NITROGEN, PHOSPATDAN KALIUM DAUN P ADA FASE-FASE PERKEMBANGAN

ORGAN BUNGA TANAMAN JERUK SIAM

Ni Putu Anom Sulistyawati 1 dan Ni Made Delly Resiani 2

1 Universitas Warmadewa-DenpasarJalan Terompong-Denpasar, BaliE-mail: [email protected]

2Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran-Denpasar Selatan, Bali,80222

E-mail: [email protected]

date submitted: 3 Juni 2016 date approved: 1 1 Juli 2016

ABSTRACT

Morphology and Nutrient Content of Nitrogen, Phosphate and Potassium Leaves onDevelopment Phases of Siam Orange Plant

The four phases of the development of orange flowers are the induction phase, the phase of differentiation,maturation phase and phase of flower bloom. The study aims to determine the morphology of flowerdevelopment and nutrient nitrogen, phosphate and potassium leaves on a four phase development oforange flowers. The study was conducted in the village of Catur, Kintamani, Bangli Regency and in theAnalytical Laboratory of Plant Warmadewa University, began February to September 2015. The researchwas conducted on a natural plot of 3.5 ha owned by farmers, 10 families of farmers. The results showed thatvisual development of flower morphology in the induction phase buds have not changed, on phase ofdifferentiation new buds swell and swell base, will appear flower that grows at the end of the shoot. In thephase of maturation occurs more complex developments, among others, pistil, petal statements anddevelopments but not yet blooming flowers. The flowers bloom phase already occurred development ofprimordial ovule and flower jewelry began to open with five strands flower jewelry. NPK nutrient content ofleaves at flowering and flowering buds show significant differences. At the flowering shoots, leaf NPK contentof the induction phase respectively 1.10; 0.04; 1.35% and leaves no flowering shoots of 2.25; 0.05 and2.02%. At the flowering shoots, leaf NPK content of phase differentiation are 1.06; 0.04 and 1.13% and noflowering shoots are 1.27; 0.05 and 1.45%. At the flowering shoots, leaf NPK content of the maturation phaserespectively 1.05, 0.03 and 1.12% and no flowering shoots are 1.26; 0.05 and 1.12%. the flowering shoots ofthe phase of flower blooms, leaf NPK content are 1.04; 0.02 and 1.04% and no flowering are 1.06; 0.03 and1.19%.

Key words: Morphology,leaf NPK, siam orange

ABSTRAK

Fase perkembangan organ bunga tanaman jeruk siam terdiri dari empat fase; fase induksi, fase deferensiasi,fase pendewasaan dan fase mekar bunga. Penelitian bertujuan untuk mengetahui morfologi perkembanganbunga dan kandungan hara nitrogen, phospat dan kalium daun pada empat fase perkembangan organbunga tanaman jeruk siam. Penelitian dilakukan di Desa Catur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Banglidan di Laboratorium Analitik Tanaman Universitas Warmadewa, mulai Pebruari sampai September 2015.Penelitian dilakukan pada petak alami milik petani seluas 3,5 ha, 10 KK petani. Hasil penelitian menunjukkanbahwa secara visual perkembangan morfologi bunga pada fase induksi pucuk belum mengalami perubahan,fase deferensiasi tunas baru pangkalnya membesar dan membengkak, kemudian muncul bakal bungayang tumbuh di ujung pucuk. Pada fase pendewasaan terjadi perkembangan yang lebih komplek antaralain pistil, statemen dan petal perkembang tetapi bunga belum mekar dan fase mekar bunga sudah terjadiperkembangan primordial bakal biji dan perhiasan bunga mulai terbuka dengan jumlah lima helai perhiasan

Morfologi dan Kandungan Hara Nitrogen, Phospat dan Kalium DaunPada Fase-fase Perkembangan ..... | Ni Putu Anom Sulistyawati, dkk..

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 2016108

bunga. Kandungan hara NPK daun pada pucuk berbunga dan tidak berbunga menunjukkan perbedaannyata. Pada pucuk berbunga, kandungan NPK daun fase induksi masing-masing 1,10;0,04;1,35% danpucuk tidak berbunga sebesar 2,25;0,05 dan 2,02%. Pada pucuk berbunga, kandungan NPK daun fasedeferensiasi masing-masing 1,06;0,04 dan 1,13% dan pucuk tidak berbunga sebesar 1,27;0,05 dan 1,45%.Pada pucuk berbunga, kandungan NPK daun fase pendewasaan masing-masing 1,05;0,03 dan 1,12% danpucuk tidak berbunga sebesar 1,26;0,05 dan 1,12% serta pada pucuk berbunga, kandungan NPK daunfase mekar bunga masing-masing 1,04;0,02 dan 1,04% dan pucuk tidak berbunga sebesar 1,06;0,03 dan1,19%.

Kata kunci: Morfologi, NPK daun, jeruk siam

PENDAHULUAN

Jeruk siam (Citrus nobilis var mikrocarpa L.)merupakan tanaman yang mempunyai sifatberbunga dan berbuah musiman.Tanaman jerukdikenal sangat pendek periode berbunganyasehingga memiliki masa juvenile atau masatanaman untuk menghasilkan pembungaan lama.Pembungaannya sering kali mengalami kendalakarena memerlukan syarat khusus untuk dapatterinduksi berbunga dan berbuah (Poerwanto, 2002;Ogaya dan Penuelas, 2007).

Pembungaan merupakan suatu kejadiankompleks, yang secara morfologi terjadi perubahandari fase vegetatif ke fase generatif . Saatdimulainya pembungaan terjadi peralihan daristruktur daun yang relatif sederhana menjadistruktur bunga yang lebih kompleks. Hal tersebutdiawali dengan berhentinya meristem membentukcalon daun dan mulai menghasilkan organ bunga(Fosket, 1994; Lyndon, 1990).

Bunga tanaman jeruk muncul dari pucuk/ketiak-ketiak yang sebelumnya telah mengalamidormansi (Prosea, 1992; Dennis, 1994). Selamamasa berbunga tidak semua ketiak atau pucukpada tanaman jeruk bisa berbunga, ini akibat tidaksemua ketiak atau pucuk dapat terinduksi danbertransisi dari fase vegetatif ke fase generatifsehingga tidak keseluruhan ketiak/pucukmenghasilkan bunga, dengan kata lain pada satutanaman pada saat bersamaan ada pucuk/ketiakyang berbunga dan ada pucuk/ketiak yang tidakberbunga. Bahkan sering pula terjadi ketiak/pucukyang sudah berbuah pada saat musim berbuahsebelumnya, tidak dapat berbunga lagi padamusim berikutnya sehingga produktivitas pohontidak optimal dalam setiap musim berbuah.Perbedaan fenomena prilaku tanaman jeruktersebut belum diketahui penyebabnya. Peralihandari struktur daun yang relatif sederhana menjadistruktur bunga yang lebih kompleks yang diawalidengan berhentinya meristem membentuk calondaun dan mulai menghasilkan organ bunga (Geneet al., 2007). Kemampuan tanaman bertransisi ke

fase reproduktif tergantung pada kemampuannyamenginduksi bunga (Hempel et al., 2000; Hankeet al., 2009).

Pucuk atau ketiak dapat terinduksi atau tidakterinduksi berbunga pada kebanyakan tanamanbuah-buahan erat kaitannya dengan perbedaankandungan hormon tumbuh (Koshita et al., 1999),Perbedaan keseimbangan karbohidrat dan nitrogenserta kondisi nutrisi yang optimum bersamaandengan perubahan-perubahan dalam tunas pucukatau ketiak (Hempel et al, 2000). Berdasarkan haltersebut diatas dilakukan penelitian yang bertujuanuntuk mengetahui mofologi dan kandungan unsurhara nitrogen, phospat dan kalium daun padafase-fase perkembangan organ bunga padatanaman jeruk siam.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di lapang dan dilaboratorium. Penelitian lapang dilakukan di sentraproduksi jeruk Desa Catur, Kecamatan Kintamani,Kabupaten Bangli, sedangkan penelitianlaboratorium dilakukan di Laboratorium AnalitikTanaman Universitas Warmadewa, mulai Pebruarisampai September 2015.

Penelitian lapang dilakukan pada petak alamimilik petani seluas 3,5 ha, 10 KK petani sebagaiulangan. Jumlah sampel yang diamati sebanyak10 pohon jeruk per petani. Penelitian ini difokuskanpada perkembangan morfologi bunga secara visualdan identifikasi kandungan N, P, K pucuk/ketiakdaun terminal pada tanaman jeruk siam. Periodepembungaan yang diamati ditentukan pada faseinduksi, deferensiasi, pendewasaan dan mekarbunga.

Pengamatan terhadap karakter perkem-bangan morfologi bunga dilakukan secara visualdengan melihat perubahan warna daun danpembesaran serta pembengkakan pangkal pucuk,lalu didokumentasikan dengan alat fotografi.Sementara analisis kandungan hara nitrogen,phospat dan kalium daun dilakukan dengan

109

pengambilan sampel daun pucuk berbunga dantidak berbunga. Sampel yang diambil sebanyak50 % daun pucuk yang diambil pada bagian tengahtajuk secara vertical pada empat stadia tersebut.Selang waktu pengambilan sampel setiap 2 harisekali untuk fase induksi dan deferensiasi serta 3hari sekali untuk fase pendewasaan dan bungamekar. Parameter yang diamati adalahperkembangan morfologi bunga dan kandunganhara nitrogen, phospat dan kalium daun jeruksiam pada keempat fase tersebut. Data-data yangdiperoleh dianalis dengan t - test (Gomez danGomez, 1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembungaan merupakan suatu kejadiankompleks, yang secara morfologi terjadi perubahandari fase vegetatif ke fase generatif. Sebagianbesar bunga tanaman jeruk munculnya ditandaidengan terjadinya perubahan warna daun hijaumuda transparan menjadi hijau tua, tetapi ada jugayang muncul bunga saat tanaman jeruk daunnyasudah berwarna hijau tua (Gambar 1).

Hasil pengamatan visual perkembanganmorfologi bunga pada ke empat faseperkembangan organ bunga tersebut menunjukkanbeberapa perbedaan. Pada fase induksi morfologibunga tampak pucuk belum mengalamiperubahan, fase deferensiasi tunas barupangkalnya membesar dan membengkak,

kemudian muncul bakal bunga yang tumbuh diujung pucuk, fase pendewasaan terjadiperkembangan yang lebih komplek antara lainpistil, statemen dan petal perkembang tetapibunga belum mekar dan mekar bunga terjadiperkembangan primordial bakal biji dan perhiasanbunga mulai terbuka dengan jumlah lima helaiperhiasan bunga.

Koshita et al. (1999) dan Kowalska (2008)menyatakan bahwa secara morfologi pembungaanadalah terjadinya perubahan dari fase vegetatif kefase reproduktif yakni terbentuknya organ-organbunga. Hempel et al. (2000) dan Lizawati (2008)menyatakan bahwa keberhasilan tanamanbertransisi dari fase vegetatif ke fase generativetergantung atas kemampuan tanamanmenginduksi bunga. Induksi pembungaanmerupakan suatu proses dimana terjadirangsangan dari luar menuju ke titik tumbuh danhal tersebut menginduksi primordia bunga.

Hasil analisis kandungan NPK daun pada keempat fase perkembangan organ bunga tersebutjuga menunjukkan perbedaan antar pucukberbunga dan pucuk tidak berbunga. Kandunganhara NPK daun pada pucuk berbunga dan tidakberbunga menunjukkan perbedaan nyata. Padapucuk berbunga fase induksi, kandungan NPKdaun masing-masing 1,10;0,04;1,35% dan pucuktidak berbunga sebesar 2,25;0,05 dan 2,02%.Pada pucuk berbunga fase deferensiasi,kandungan NPK daun masing-masing 1,06;0,04dan 1,13% dan pucuk tidak berbunga sebesar

Gambar 1. Perubahan warna daun dari hijau muda transparan-hijau tua

Morfologi dan Kandungan Hara Nitrogen, Phospat dan Kalium DaunPada Fase-fase Perkembangan ..... | Ni Putu Anom Sulistyawati, dkk..

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 2016110

1,27;0,05 dan 1,45%. Pada pucuk berbunga fasependewasaan, kandungan NPK daun masing-masing 1,05;0,03 dan 1,12% dan pucuk tidakberbunga sebesar 1,26;0,05 dan 1,12% serta padapucuk berbunga fase mekar bunga, kandunganNPK daun masing-masing 1,04;0,02 dan 1,04%dan pucuk tidak berbunga sebesar 1,06;0,03 dan1,19% (Tabel 1.).

Tabel 1 menunjukkan, diperoleh perbedaannyata kandungan N, P, K pada setiap paseperkembangan bunga, kecuali kandungan K padapase diferensiasi. Morfologi visual aktifitaspertumbuhan ke arah vegetatif lebih besar padapucuk tidak berbunga yang ditunjukkan oleh warnadaun. Dilihat dari stadia perkembangan bunga,kandungan unsur hara N lebih tinggi pada pucuktidak berbunga dibandingan dengan pucukberbunga. Tingginya kandungan N, P, dan K padapucuk yang tidak terinduksi berbungamenggambarkan aktivitas pertumbuhan vegetatiflebih tinggi pada pucuk tidak berbunga lebih tinggi.Kejadian ini sesuai dengan hasil penelitian yangdilakukan oleh Rai (2004) dan Muhamad et al.(2009). Pada pucuk tidak berbunga didapatkanbahwa mulai dari fase induksi jumlah N lebih tinggiatau C/N rasio yang lebih kecil membuat tanamanjeruk tetap pada fase vegetatif.

Rai (2004) dan Shivashankara et al. (1999)juga menyatakan bahwa salah satu pemicuterjadinya proses pembungaan adalah adanyaakumulasi karbohidrat hasil fotosintesis yangdisimpan pada tanaman jeruk yang berhubungan

dengan ratio karbon dan nitrogen pada tajuk.Karbon sangat penting bagi tanaman karenamerupakan bahan baku pembentuk energi,sedangkan kalau nilai N berlimpah pada tanamandan begitu juga nilai karbohidrat sama-samaberlimpah maka tanaman akan mengarah kepertumbuhan vegetatif

Estiti (2001) menyatakan bahwa tanamanyang tetap berada dalam fase vegetatif akanmengalami masalah pada proses pembungaan,sebab syarat terjadinya proses pembungaanadalah tercapainya fase generatif. Tanaman denganC/N ratio yang tinggi akan lebih mudah dirangsanguntuk segera memasuki fase generatif sehinggaproses pembungaan dapat segera terjadi. Apabilanilai C yang terlalu tinggi tanpa diimbangi olehjumlah nitrogen yang cukup akan menyebabkantidak berbunganya pada musim berikutnya.

KESIMPULAN

Perkembangan morfologi bunga padakeempat fase perkembangan organ bungatersebut secara visual menunjukkan perbedaan.Perkembangan morfologi bunga pada fase induksipucuk belum mengalami perubahan, fasedeferensiasi tunas baru pangkalnya membesar danmembengkak, kemudian muncul bakal bunga yangtumbuh di ujung pucuk, fase pendewasaan terjadiperkembangan yang lebih komplek antara lainpistil, statemen dan petal perkembang tetapi

Tabel 1 . Kandungan unsur hara nitrogen, phospat dan kalium daun pada fase - fase perkembanganorgan bunga pada pucuk berbunga dan tidak berbunga pada tanaman jeruk siam

Stadia perkembangan organ bunga Pucuk berbunga Pucuk tidak berbunga

Kandungan hara N daun (%)Sebelum induksi 1,10 b 1,25 aInduksi 1,06 b 1,27 aDefrensiasi 1,05 b 1,26 aMekar 1,04 b 1,06 a

Kandungan hara P daun (%)Sebelum induksi 0,04 b 0,05 aInduksi 0,04 b 0,05 aDefrensiasi 0,03 b 0,05 aMekar 0.02 b 0,03 a

Kandungan hara K daun (%)Sebelum induksi 1,35 b 2,02 aInduksi 1,13 b 1,45 aDefrensiasi 1,12 a 1,12 aMekar 1,04 b 1,19 a

Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkanperbedaan tidak nyata dengan uji t test

111

bunga belum mekar dan fase mekar bunga terjadiperkembangan primordial bakal biji dan perhiasanbunga mulai terbuka dengan jumlah lima helaiperhiasan

Kandungan hara N PK daun pada pucukberbunga dan tidak berbunga pada ke empat faseperkembangan organ bunga tersebut menunjukkanperbedaan. Unsur hara N lebih besar pada pucuktidak berbunga.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepadapetani di lokasi penelitian atas bantuannya dalampelaksanaan penelitian ini. Terima kasih jugapenulis sampaikan kepada rekan-rekan yang turutmembantu pelaksanaan penelitian ini hinggatersusunnya karya tulis ini, semoga senantiasadiberi kesehatan dalam hidup ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dennis JFG. 1994. Dormancy-What we know (anddon’t know). Hort. Science 29:1249-1255.

Estiti BM. 2001. Anatomi tumbuhan Berbiji.Bandung: Penerbit ITB. Bandung.

Fosket, D.E.1994. Plant growth and development.A moleculer approach. New York; AcademicPress. P 274-341

Gene, A.l., Juan, I.V. 2007. Flower bud inductionof sweet orange trees citrus sinensis L.).Osbeck effect of low temperatures, crop loadbud age. Horticultural science university ofFlorida FAs citrus research and educationcerter 700. Experiment station road cokeapred FL.

Gomez, K.A., A.A. Gomez. 1995. ProsedurStatistik Untuk Penelitian. (Syamsudin, E.,Baharsyah, J.S., Pentj.). Jakarta: UniversitasIndonesia Press. 698 h.

Hanke, M.V., Flachowsky, A. Peil, and C.Hattasch. 2009. No Flower No Fruit-GeneticPotentials to Trigger Flowering in Fruit Trees.Genes, Genomes and Genomic 1 (1):1-20.

Hempel, F.D.,D.R. Welch, L.J. Fieldman. 2000.Floral Induction and Determination Where isFlowering Controled. Trends in Plant Sciense5(1):17-21.

Koshita Y, Takara T, Ogata T, Goto A. 1999.Involvement o endogenous plnt hormones(IAA< ABA< GA3) in leaves and floer budformations of Satsuma Mandarin (Citrusunshiu Marc.). Sci. Horticulturae 79:185-194.

Kowalska, G. 2008. Flowering Biology of Eggplantand Procedures IntensifyingFruit-set. ActaScientiarum Polonorum, Hortorum Cultus7(4):63-76.

Lyndon, R.F.1990. Plant development. The cellulerbasis. London Unwin Hyman Inc. 320p

Lizawati (2008).Induksi pembungaan danPembuahan Tanaman Buah denganPenggunaan Retadan.Jurnal Agronomi Vol.12No. 2, Juli-Desember 2008.

Muhamad Thamrin, Slamet Susanto, dan EdiSantosa (2009). Effectivitas of Strangulationof Flowering Induction on Different Fruit Loadsof “Cikoneng” Pummelo (Citrus grandis (L.)Osbeck).J.Agron.Indonesia 37 (1) 40 – 45.

Ogaya, R., J. Penuelas. 2007. Drought Effects onflower and fruit Production in a MediterraneanOak Forest. An International Journal of ForestResearch 80(3):351-357

Poerwanto, R. 2002. Peningkatan Produksi MutuUntuk Mendukung Ekspor Manggis.Direktorat Jendral Bina Produksi HortikulturaDepertemen Pertanian.

Prosea, 1992. Plant recources of south-east Asia.Edible fruit and nuts. Verheij EMW, CoronelRE(Eds). Bogor; Prosea Foundation. 177h.

Shivashankara KS, Mathai CK. 1999. Inhibition ofphotosynthesis by flowering in mango(mangifera indica L) A study by gas exchangemethods. Sci. Horticulturae 83:205-212.

Rai I Nyoman. 2004. Fisiologi Pertumbuhan danPembungaan. Universitas Udayana.

Morfologi dan Kandungan Hara Nitrogen, Phospat dan Kalium DaunPada Fase-fase Perkembangan ..... | Ni Putu Anom Sulistyawati, dkk..

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 2016112

MUTU SARI BUAH ANGGUR LOKAL BALIBERDASARKAN PENERIMAAN P ANELIS SELAMA PENYIMPANAN

Wayan Trisnawati

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJln. By Pass Ngurah Rai Pesanggran Denpasar; Tlp. (0361) 720498

E-mail: [email protected]

date submitted: 3 Juni 2016 date approved: 1 1 Juli 2016

ABSTRACT

Quality Sari Bali by Local Fruit Wines Panelist Acceptance During Storage

The grapes are very susceptible to changes in physiological, chemical, and physical if not handled properly,so the quality of the fruit down and not fresh. To overcome the damage caused by poor handling andanticipate the harvest season can be done by processing the fruit. The purpose of this study is to investigatethe quality of grape juice balinese seen from the reception panelist during storage. Treat for determining thequality of the quality of juice is to store the juice product for 3 (three) months and made observations everymonth. Observations carried out on organoleptic test using a hedonic scale of 1-5, the color, flavor, overallacceptance, sweetness and mouthfeel. The results of storage research local products grape juice Bali for 3(three) months, judging by the preference of panelists in a degraded, with a score of 2.53 -3.20 (do not liketo like) of the color, flavor, sweetness, mouthfeel and overall acceptance

Keywords: Fruit juice, wine, panelists, and storage

ABSTRAK

Buah anggur sangat mudah mengalami perubahan fisiologis, kimia, dan fisik bila tidak ditangani secaratepat, sehingga mutu buah turun dan tidak segar. Untuk mengatasi kerusakan akibat penanganan yangkurang baik dan mengatisipasi musim panen dapat dilakukan dengan melakukan pengolahan pada buah.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mutu sari buah anggur lokal Bali dilihat daripenerimaan panelis selama penyimpanan. Perlakukan untuk menentukan kualitas mutu sari buah adalahdengan menyimpan produk sari buah selama 3 (tiga) bulan dan dilakukan pengamatan setiap bulan.Pengamatan dilakukan terhadap uji organoleptik dengan menggunakan skala hedonik 1-5, terhadap warna,flavor, penerimaan secara keseluruhan, rasa manis dan rasa dimulut. Hasil penelitian penyimpanan produksari buah anggur lokal Bali selama 3 (tiga) bulan, dilihat berdasarkan preferensi panelis mengalamipenurunan mutu, dengan skor 2,53 -3,20 (tidak suka sampai suka) terhadap warna, flavor, rasa manis, rasadimulut dan penerimaan secara keseluruhan.

Kata Kunci : Sari buah, anggur, panelis, dan penyimpanan

PENDAHULUAN

Buah merupakan produk yang berdaya gunaanatar lain sebagai penunjang gizi, sumberpendapatan, serta menyerap tenaga kerja biladiusahakan secara intensif. Ditinjau darikandungan gizinya buah merupakan sumber zatpengatur yaitu vitamin dan mineral yang berperanuntuk kelancaran metabolisme dalam pencernaanmakanan (Satuhu, 1996). Buah lokal seperti

anggur lokal Bali saat ini diupayakan dapatmengurangi penggunaan buah import, karenakualitas mutunya tidak kalah dengan anggur import(seperti buah anggur import merah dan hijau).Dilihat dari pertumbuhannya untuk wilayahIndonesia, sangat sesuai karena kondisiagroekologi yang cocok, lahan yang tersediasangat luas dan memiliki varietas anggur yangdapat tumbuh dan berproduksi dengan baik dilingkungan tropis.

113

Pertumbuhan tanaman anggur sangattergantung pada faktor iklim yaitu ketinggiantempat (elevasi) yang berkaitan dengan suhu,kelembaban udara, curah hujan dan sinar matahari.Kondisi pertanaman yang sangat cocok untukpembudidayaan adalah dataran rendah beriklimkering pada ketinggian 0-300 meter diataspermukaan laut ( m dpl) dengan suhu 25-31oC,kelembaban udara 40-80%, intensitas sinarmatahari 50-80%, memupnyai 3-4 bulan kering dancurah hujan 800 mm/tahun Rukmana (2005).Kondisi iklim seperti ini sangat cocok dengankondisi iklim di Desa Patas Kecamatan GerokgakKabupaten Buleleng yang merupakan daerahdataran rendah beriklim kering.

Buah anggur merupakan salah satu jenismakanan berserat yang sangat dianjurkan untukdikonsumsi. Karena memiliki kandungan gizi yangtinggi, terutama vitamin C dan A. Disamping itubuah anggur juga berkhasiat dalam memperbaikisistem kardiovaskuler, melindungi pembuluh daraharteri, menjaga kerja ginjal atau kandung kencingdan menenangkan sistem syaraf sehingga tidakterjadi kejang. Buah anggur juga berkhasiatsebagai obat anti kanker yang terdapat pada kulitbuah dengan konsentrasi 50-100 µg resveratrol,dimana zat ini berfungsi sebagai pencegahpenggumpalan darah, obat kanker dan mencegahpenyakit jantung (Rukmana, 2005).

Buah sangat mudah mengalami perubahanfisiologis, kimia, dan fisik bila tidak ditanganisecara tepat, sehingga mutu buah turun dan tidaksegar. Penanganan yang kurang hati-hati padasaat panen, pengemasan, pengangkutan, danpenyimpanan akan mengakibatkan kerusakanbuah. Untuk mengatasi kerusakan akibatpenanganan yang kurang baik dan mengatisipasimusim panen dapat dilakukan dengan melakukanpengolahan pada buah (Satuhu, 1996).

Buah anggur lokal Bali selain dikonsumsisegar sebagai buah meja, dapat diolah menjadisari buah. Pengolahan menjadi sari buah adalahuntuk memanfaatkan buah apkiran (buah denganukuran kecil) menjadi produk makanan dimanamerupakan salah satu alternatif penganeka-ragaman jenis makanan. Proses pengolahandilakukan secara sederhana sehingga bisadilakukan pada kelompoktani pada sentrapertanaman anggur.

Tujuan dari penelitian ini adalah untukmengetahui kualitas mutu sari buah anggur lokalBali dilihat dari penerimaan panelis selamapenyimpanan.

METODE PENELITIAN

Salah satu sentra pengembangan buahanggur di lahan kering adalah di Desa Patas padakelompoktani Abdi Pertiwi dengan luas arealtanam 3,16 ha, Kecamatan Gerokgak, KabupatenBuleleng. Proses pengolahan produk menjadi saribuah anggur dilakukan pada skala rumah tangga.

Bahan utama yang digunakan adalah buahanggur lokal Bali dan bahan tambahan berupa gulapasir, asam sitrat dan air. Sedangkan peralatanyang digunakan pada proses pengolahan adalahkompor, panci, sendok pengaduk dan saringan.

Perlakukan untuk menentukan kualitas mutusari buah adalah dengan menyimpan produk saribuah selama 3 (tiga) bulan. Selama penyimpanandilakukan pengamatan pada bulan ke-0, 1, 2 danbulan ke-3.

Pengamatan dilakukan terhadap ujiorganoleptik dengan menggunakan skala hedonik1-5, terhadap warna, flavor, penerimaan secarakeseluruhan, rasa manis dan rasa dimulut(Suarmadji et al., 1989). Pelaksanaan ujiorganoleptik dilakukan di Laboratorium TeknologiPengolahan Hasil Universitas Udayana.Sedangkan proses pengolahan dilakukan di lahanpetani bersama-sama dengan petani.

Data yang diperoleh dianalisa ragam (ANOVA)dan bila terjadi beda nyata dilanjutkan dengan ujibeda BNT.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produk olahan sari buah merupakan salah satualternatif bentuk olahan buah anggur untukmengatasi musim panen dan menambahpendapatan petani. Pada proses ini buah yangdipakai adalah buah afkir tetapi tidak busuk,sedangkan buah yang termasuk kualitas 1 dan 2di jual sebagai buah segar untuk di konsumsi.Buah anggur apkir tidak memiliki nilai jual,sehingga sering dibuang. Produk sari buah dapatdiolah menggunakan buah anggur apkir, yangdibuat dalam bentuk larutan daging buah yangdiencerkan sehingga mempunyai cita rasa yangsama dengan buah aslinya.

Hasil analisis statistik terhadap sari buahanggur lokal Bali terhadap uji organoleptik warna,flavor dan rasa manis selama penyimpananmenunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05),seperti disajikan pada Tabel 1. Warna makananmerupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

Mutu Sari Buah Anggur Lokal Bali Berdasarkan Penerimaan PanelisSelama Penyimpanan | Wayan Trisnawati

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 2016114

selera dalam menentukan pilihan suatu produk.Preferensi panelis terhadap warna menurun selamapenyimpanan. Perubahan warna produk terlihatjelas pada penyimpanan bulan ke-3 dengan skor2,53 (tidak suka sampai suka), dimana warna saribuah terlihat lebih pucat dibandingkan denganbulan sebelumnya.

Cita rasa/flavor merupakan faktor penting danmerupakan acuan konsumen dalam menentukanpilihan terhadap satu jenis makanan. Selama penyimpanan terjadi penurunan mutu saribuah berdasarkan preferensi panelis terhadapflavor dengan skor 2,67 (tidak suka sampai suka).

Tabel 1. Rata-Rata Uji Organoleptik TerhadapWarna, Flavor dan Rasa Manis Sari BuahAnggur Lokal Bali Selama Penyimpanan

Mutu HedonikPenyimpanan

Warna Flavor Rasa Manis

Bulan Ke-0 4,00 a 3,67 a 4,00 aBulan Ke-1 3,47 ab 2,93 b 3,27 bcBulan Ke-2 3,07 bc 2,73 b 3,60 abBulan Ke-3 2,53 c 2,67 b 2,93 c

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yangsama pada kolom yang sama tidakberbeda nyata pada uji ANOVA taraf 5%(á = 0.05)

Rasa manis sari buah anggur berdasarkanpreferensi panelis menurun selama penyimpanan.Penyimpanan pada bulan ke-3 dengan skor 2,93(tidak suka sampai suka). Rasa manis ditimbulkanoleh senyawa organik alifatik yang mengandunggugus OH seperti alkohol, beberapa asam amino,aldehida dan gliserol. Dimana sumber rasa manisterutama berasal dari gula atau sukrosa danmonosakarida atau disakarida. Penambahan gulapada produk sari buah selain sebagai pemberi rasamanis, juga bersifat menyempurnakan rasa asamdan cita rasa lainnya dan juga memberikan rasaberisi pada minuman karena memberikankekentalan (Purnomo, 1987). Menurut Ridwan(2008), makin tinggi konsentrasi gula produk akanmenjadi lebih manis sehingga pada konsentrasigula tertentu rasa enak yang ditimbulkan akanberkurang. Dalam hal ini komponen rasa akanberinteraksi dengan komponen rasa primer,sehingga terjadi penurunan intensitas rasa.

Hasil analisis statistik terhadap rasa dimuluttidak berbeda nyata, tetapi preferensi panelisterhadap penerimaan secara keseluruhanmenunjukkan perbedaan yang nyata (p<0,05),

disajikan pada Tabel 2. Preferensi panelis secarakeseluruhan terhadap produk sari buah menurunselama penyimpanan, dengan skor terendah padabulan ke-3 sebesar 2,87 (tidak suka sampai suka).

Tabel 2. Rata-Rata Uji Organoleptik Terhadap RasaDimulut dan Penerimaan Keseluruhan SariBuah Anggur Lokal Bali SelamaPenyimpanan

Mutu HedonikPenyimpanan

Rasa Di Mulut PenerimaanKeseluruhan

Bulan Ke-0 3,87 a 4,07 aBulan Ke-1 3,33 a 3,27 abBulan Ke-2 3,53 a 3,67 bcBulan Ke-3 3,20 a 2,87 c

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yangsama pada kolom yang sama tidakberbeda nyata pada uji ANOVA taraf 5%(á = 0.05)

Produk sari buah anggur lokal Bali mengalamipenurunan mutu berdasarkan uji organoleptik(terhadap warna, flavor, rasa manis, rasa dimulutdan penerimaan secara keseluruhan). Percobaanpenyimpanan produk selama 3 (tiga) bulan, denganrata-rata penerimaan panelis menurun (skor 2,53- 2,93). Rata-rata uji organoleptik produk sari buahanggur lokal Bali selama penyimpanan dapatditransformasikan pada grafik majemuk padaGambar 1.

Garfik majemuk pada Gambar 1 menunjukkanpenurunan mutu sari buah terhadap warna, flavor,rasa manis, rasa dimulut dan penerimaan secarakeseluruhan selama penyimpanan. Rata-rata skorpreferensi panelis pada penyimpanan bulan ke-03,67 sampai 4,07 (suka sampai sangat suka),makin lama penyimpanan skor preferensi panelismenurun antara 2,53 sampai 3,20 (tidak sukasampai suka).

Gambar 1. Grafik Majemuk Uji Organoleptik SariBuah Anggur Lokal Bali

115

KESIMPULAN

Penyimpanan produk sari buah anggur lokalBali selama 3 (tiga) bulan, dilihat berdasarkanpreferensi panelis mengalami penurunan mutudengan skor 2,53 -3,20 (tidak suka sampai suka)terhadap warna, flavor, rasa manis, rasa dimulutdan penerimaan secara keseluruhan.

DAFTAR PUSTAKA

Purnomo Hadi dan Adiono. 1987. Ilmu Pangan.Universitas Indonesia

Rukmana Rahmat. H. 2005. Anggur Budidaya danPenanganan Pasca Panen. Kanisius

Ridwan. 2008. Sifat-Sifat Organoleptik. TeknologiPengolahan Hasil Pertanian. UniversitasBangka Belitung.

Satuhu Suyanti. 1996. Penanganan danPengolahan Buah. Penebar Swadaya

Sudarmadji S; Bambang Haryono dan Suhardi.1989. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian.Penerbit Liberty Yogyakarta

Mutu Sari Buah Anggur Lokal Bali Berdasarkan Penerimaan PanelisSelama Penyimpanan | Wayan Trisnawati

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 2016116

PEMANFAATAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNGPENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN

I Made Sukadana

Balai pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran, Denpasar – Selatan, Bali, 80222

E-mail :[email protected]

data submitted: 9 Juni 2016 data approved: 29 Juli 2016

ABSTRACT

Utilization of Technological Innovation on Agribusiness Development on Rural Support

Utilization of technology innovation in supporting the development of agribusiness in pesedaan performedas efforts to accelerate the transfer of technological innovations that will be generated. Role Institute forAgricultural Technology ( BPTP ) of Bali is to facilitate the farmers to undertake farming activities in supportof sustainable development in rural areas that are useful to increase the income of farmers is done throughthe acceleration of technology transfer specifically by introducing varieties , technological and institutionalinnovations. Conceptually sustainable rural agribusiness development could be achieved through thedevelopment of a source - a source of economic development that have been run and the creation of sources- sources of new economic growth. Government programs in an effort to increase farmers’ income and thepreservation of the environment to support sustainable agriculture can be made through the RuralIndustrialization Development in Rural agribusiness.

Key words : Utilization, innovation technology, agribusiness, rural

ABSTRAK

Pemanfaatan inovasiteknologi dalam mendukung pengembangan agribisnis di pesedaan dilakukan sebagaiupaya percepatan alih inovasi teknologi yang akan dihasilkan. Peran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian(BPTP) Provinsi Bali adalah sebagai fasilitator para petani untuk melakukan kegiatan dalam mendukungpengembangan usahatani berkelanjutan di pedesaan yang berguna untuk meningkatkan pendapatan petaniyang dilakukan melalui percepatan alih teknologi secara spesifik dengan mengintroduksi varietas, inovasiteknologi dan kelembagaan.Secara konseptual pengembangan agribisnis berkelanjutan di pedesaan dapatditempuh melalui pengembangan sumber – sumber pengembangan ekonomi yang telah berjalan danpenciptaan sumber – sumber pertumbuhan ekonomi baru.Program pemerintah dalam upaya peningkatanpendapatan petani dan pelestarian lingkungan mendukung pertanian berkelanjutan dapat dilakukan melaluiIndustrialisasi Pedesaan dengan Pengembangan agribisnisdi Pedesaan.

Kata kunci : Pemanfaatan, inovasi teknologi, agribisnis, pedesaan

PENDAHULUAN

Inovasi teknologi adalah bagian dari sistempembangunan pertanian, dalam hal ini untukmeningkatkan produksi, berarti bahwa kinerjalembaga penelitian dipengaruhi oleh kinerjastakeholder lain dalam sistem tersebut.Stakeholder terkait seperti dinas/instansi teknislingkup pertanian yang bertugas sebagaipelaksana kegiatan pemberdayaan petani yang

secara implisit mengintroduksikan inovasiteknologi.Stakeholder utama adalah petanisebagai pemanfaat teknologi yang justeru telahdiidentifikasi bahwa mereka saat ini termasukkelompok masyarakat berpendapatan rendahdengan semua implikasinya, seperti terbatasnyakemampuan membiayai agribisnis termasuk untukmenerapkan teknologi. Tersedianya inovasiteknologi maju merupakan salah satu syaratutama dalam pembangunan pertanian.Secara

117

teknis tujuan pemanfaatan teknologi pertanianpada dasarnya untuk meningkatkan produksi.Dalam kontek agribisnis sebagai usaha ekonomi,tujuan akhir pemanfaatan teknologi adalah untukmemperoleh keuntungan tertinggi, karena produksitertinggi tidak sertamerta mendapatkankeuntungan tertinggi.

Pengunaan suatu teknologi dalam agribisnisselalu memiliki trade off yang harus di pertim-bangkan.Pemilihan suatu teknologi hendaknyaberdasarkan trade off yang paling minimal.Terlepas dari dampak positif dan negatif tersebutdi atas, teknologi di peroleh melalui suatu prosesyang di kembangkan oleh manusia yang memilikiilmu pengetahuan dan pengalaman yang cukup.

Ramli (2016) meyatakan bahwa sudahbanyak dihasilkan teknologi dan atau paket-paketteknologi pertanian maupun inovasi beruparekayasa model-model pengembangan pertaniandan atau agribisnis. Beberapa model yang pernahdilakukan antara lain SUTPA (Sistem AgribisnisPadi Berbasis Agribisnis), PenelitianPengembangan, Prima Tani (Program Rintisan danAkselerasi Pemasyarakatan Inovasi TeknologiPertanian), MKRPL (Model Kawasan RumahPangan Lestari), M-P3MI (Model PengembanganPertanian Perdesaan Melalui Inovasi) dan terakhirATP (Agro Techno Park) yang sekarang lebihdikenal dengan Taman Teknologi Pertanian. SL-PTT (Sekolah Lapang-Pengelolaan TanamanTerpadu), PUAP (Program Usaha AgribisnisPerdesaan).

Paket teknologi tidak diadopsi secaralengkap, atau semua paket teknologi diadopsitetapi dengan kualitas yang tidak sesuairekomendasi, seperti dosis pemupukan di bawahrekomendasi, pengolahan tanah yang kurangsempurna, dan seterusnya, hal tersebut bisa terjadidisebabkan oleh tidak tuntasnya adopsi teknologi.Menurut Ramli (2016), hal tersebut disebabkanoleh keadaan berbeda pada masing-masingdaerah tergantung dari lingkungan dan kondisiinfrastruktur pendukungnya. Selama belummendapatkan solusi pemecahan permasalahanyang dihadapi petani, sulit mengharapkan merekadapat melakukan agribisnis secara optimal.

Rumusan masalah yang dapat diambil dalampenulisan makalah ini adalah sebagai berikut : (1)Seberapa pentingkah inovasi teknologi pertanian;dan (2) Bagimana peran inovasi teknologi dalammendukung pengembangan agribisnis berke-lanjutan di pedesaan. Tujuan dari penulisanmakalah ini adalah untuk mengetahui seberapa

pentingkah inovasi teknoli pertanian dan peraninovasi teknologi dalam mendukung pengem-bangan agribisnis berkelanjutan di pedesaan.Kegunaan dari penulisan makalah ini adalahsebagai sarana pembelajaran untuk mengetahuihal-hal yang berkaitan dengan peran teknologidalam pengembangan agribisnis berkelanjutan dipedesaan dan sebagai penambah wawasan bagipara pembaca.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilakukan dengan data-datasekunder yang diperoleh dari studi pustakamemanfaatkan referensi dari buku-buku lainnya.Referensi juga diambil dari beberapa tulisan yangdimuat di media internet dan elektronik. PenulisanData selalu diikuti dengan penulisan sumberreferensi dan diperoleh secara elektronik selainsumber data juga disertai dengan waktupengunduhan data tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Proses Adop si InovasiT eknologi

Badan Litbang Pertanian merupakan penghasilsumber utama teknologi pertanian, disampingdihasilkan oleh lembaga-lembaga penelitian di luarKementerian Pertanian.Berdasarkan alur danmekanisme, hasil-hasil penelitian terlebih dahuludilakukan pengkajian dan atau kaji terap untukmemverifikasi dan memodifikasi untuk selanjutnyadiintroduksikan kepada petani.Kegiatan pengkajiandilakukan oleh Balai Pengkajian TeknologiPertanian (BPTP) yang keberadaannya di semuaprovinsi, sedangkan kaji terap dilakukan olehpenyuluh lapangan.

BPTP mempunyai tugas dalam menyediakanteknologi spesifik lokasi untuk memenuhikebutuhan riil petani, sehingga teknologi yangakan dihasilkan harus mempertimbangkankelayakan teknis, sosial ekonomi dan budaya dilingkungan setempat. Bila masalah teknis relatifmudah diatasi dengan teknologi, justeru saat inimasalah sosial ekonomi dan budaya masihmengemuka.Bisa saja ada paket teknologi secarateknis dan ekonomis sudah layak, namun karenapenerapan teknologi memerlukan biaya yang relatiftinggi sehingga sebagian petani tidak bisa

Pemanfaatan Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Pengembangan Agribisnisdi Pedesaan | I Made Sukadana

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 2016118

menerapkannya secara utuh.Pada masalah sosialbudaya, masih banyak petani yang belummemperlihatkan sikap kerja yang agresif.

Selama ini yang banyak memanfaatkanteknologi adalah pihak dinas/instansi teknis danpetani, perlu meningkatkan keterpaduan ketigapihak dalam proses perancangan teknologi danpengembangan pertanian. Salah satu tujuan daripembentukan BPTP adalah untuk memperpendekjalur proses diseminasi hasil pengkajian, olehsebab itu kelompok fungsional peneliti danpenyuluh ada di BPTP untuk merancang danmelaksanakan pengkajian. Tugas dan wewenangpenyuluh yang berada di BPTP berbeda denganpenyuluh di lapangan, tentu memiliki kompetensiyang berbeda pula.

Inovasi T eknologi Pert anian

Berbagai permasalahan yang semakinkompleks dihadapkan dalam pembangunan pertanianbaik pada saat ini dan masa mendatang.Isu ketahanan pangan, proses produksi yangefisien dalam rangka menghadapi pasar global,peningkatan kesejahteraan petani, penyediaanlapangan kerja, kemerosotan kualitas sumberdayalahan, produk pertanian yang ramah lingkungan(organic farming), perlu dipertimbangkan dalammembangun pertanian kedepan. Untuk itu penelitian dan pengkajian teknologi pertanian harusdiarahkan untuk mengatasi berbagai tantangantersebut

Untuk menjadikan pertanian sebagai sektorandalan dan penggerak utama pembangunanekonomi nasional, diperlukan kesiapan teknologiguna memacu peningkatan produktivitas, kualitasproduk, efisiensi serta teknologi pengolahanproduk primer menjadi produk olahansekunder.Sesuai dengan pergeseran paradigmadan tuntutan masyarakat, pengembanganusahatanIharus menjadi sasaran dalam setiapkegiatan pembangunan pertanian.Oleh karena itupenelitian dan kajian perlu diarahkan untukmenciptakan dan membangun suatu inovasiagribisnis yang sesuai dikembangkan denganmempertimbangkan aspek-aspek teknis,ekonomis, sosial budaya, dan lingkungan (Las, Idkk. 2006). Sampai saat ini telah banyak teknologipertanian hasil penelitian dan pengkajian BadanLitbang Pertanian yang dapat dikembangkan gunamendukung pengambangan agribisnis.

Budianto (2002), menyatakan bahwa ciriteknologi yang berorientasi agribisnis adalahmampu: (1) meningkatkan efisiensi dan costeffectiveness produksi melalui teknologi inovatif,

(2) menekan biaya produksi dan meningkatkankualitas produk, (3) menghasilkan produk primerberkualitas tinggi dengan standar harga pasar yangbaik, (4) mengurangi kehilangan hasil pada saatpra panen dan pasca panen, (5) mengolah by-product menjadi produk bernilai tambah, (6)mempertahankan produktivitas dan kualitasproduksi, serta suplai produk ke pasar secaraberkesinambungan, dan (7) mampu memperbaikikualitas kemasan untuk transportasi.

Dalam penerapan teknologi hingga saat inimasih sering terdengar adanya kesenjangan hasilpenelitian dengan hasil petani. Penyebabnyaantara lain adalah (1) Petani umumnya belummenerapkan teknologi hasil penelitian. Hal itusebagai akibat dari penggunaan teknologi tidaksesuai kebutuhan; dan (2) Teknologi terlalu sukarditerapkan, tidak menghasilkan nilai tambahekonomis yang nyata serta keterbatasan petanidalam mendapatkan hasil penelitian dan atau hasilpenelitian tidak sampai kepada petani. Kedua halini menjadi tantangan kita bersama, khususnyabagi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)yang mempunyai tugas melaksanakan pengkajiandan perakitan teknologi pertanian tepat gunaspesifik lokasi.

Disamping itu, salah satu penyebabnyaadalah lemahnya aspek diseminasi ataupenyampaian teknologi hasil penelitian danpengkajian kepada petani. Hal itu dapat dipahamikarena adanya beberapa kenyataan yaitu antaralain (a) lemahnya akses petani kepada lembagapenelitian (sumber teknologi), (b) beragamnyakondisi agroekologi wilayah (c) berubahnya sistempenyuluhan pertanian sebagai konsekuensipenerapan Otonomi Daerah.

Manfaat Inovasi T eknologi Pert anian

Seiring dengan peningkatan kualitas sumberdaya petani dan pelaku pertanian serta kemajuanteknologi informasi dan komunikasi sertapertimbangan efektivitas dan efisiensipenyebarluasan informasi, salah satu solusiditawarkan dalam rangka mengatasi persoalantransfer teknologi dan pengetahuan pertanianadalah pemanfaatan information andcommunication technologies (ICTs) yang untukpenyuluhan pertanian dikenal dengan sebutan“cyber extension” yang merupakan penggunaanjaringan on-line, computer dan digital interactivemultimedia untuk memfasilitasi diseminasiteknologi pertanian. Model ini dipandang sangatstrategis karena mampu meningkatkan aksesinformasi bagi petani, petugas penyuluh, peneliti

119

baik di lembaga penelitian maupun maupun diuniversitas serta para manajer penyuluhan.Selainmenggunakan “cyber extension” penyuluhanpertanian saat ini juga menggunakan multipleinformation sistem bagi masyarakat pedesaanuntuk mendukung usaha dan bisnis pertanianserta perbaikan ekonomi rumahtangga pedesaan,(Sumardjo,dkk,2010).

Inovasi T eknologi Mendukung Pengem-bangan Agribisnis

Diseminasi teknologi pertanian perlu terusdikembangkan sejalan dengan tuntutanmasyarakat pertanian. Peluang tersebut terbukadengan diluncurkan Program pengembanganagribisnis di pedesaandalam rangka untukmengatasi masalah keterlambatan penggunaanteknologi dalam menumbuhkan sistim usahapertanian yang berwawasan usaha ( agribisnis)agar dapat memberikan kesejahteraan kepadapetani. Di samping itu pengolahan hasil pertanianbelum dilakukan dengan baik sehingga produkyang dihasilkan di jual apa adanya (bahan mentah)sehingga belum memberikan nilai tambah padapetani. Oleh sebab itu pengolahan hasil pertanianperlu dikembangkan untuk memberikan nilaitambah terhadap petani.( Saragih,dkk,2005)

Program pengembangan agribisnis dipedesaan dapat dilaksanakan melalui empatstrategi, yaitu (1) menerapkan teknologi inovatiftepat guna melalui penelitian dan pengembanganpartisipatif (Participatory Research andDevelopment) , (2) membangun modelpercontohan sistem dan usaha agribisnis progresifberbasis teknologi inovatif denganmengintegrasikan sitem inovasi dan sistemagribisnis, (3) mendorong proses difusi danreplikasi model percontohan teknologi melaluiexpose dan demontrasi lapang, diseminasiinformasi,advokasi dan fasilitasi. (4) basispengembangan dilaksanakan berdasarkan wilayahagroekosistem dan kondisi sosial ekonomisetempat,(Budianto,2002).

Badan Litbang Pertanian,2006, menyatakandalam rangka mendukung PengembanganAgribisnis di Pedesaan maka kegiatan yang perludilakukan adalah: (1) Melakukan studikarakterisasi dengan metode PRA dan surveipendasaran (baseline survey) pada lokasi kegiatanuntuk menyusun rancang bangun modelpengembangan Laboratorium Agribisnis; (2)Membuat unit percontohan usaha agribisnisterpadu sesuai rancang bangun (unit percontohan

agribisnis berbasis kambing/sapi dan tanamanpangan/sayuran); (3) Melakukan diversifikasiusaha komoditas penunjang pada LaboratoriumAgribisnis; dan (4) Revitalisasi kelembagaankelompok tani dan embinaan/pelatihan petanisebagai pelaku agribisnis.

Penumbuhan dan Pengembangan KlinikAgribisnis

Peningkatan ekonomi masyarakat dapatditempuh melalui pengembangan sumber – sumberpengembangan ekonomi yang telah berjalan danpenciptaan sumber – sumber pertumbuhanekonomi baru. Program pemerintah dalam upayapeningkatan pendapatan petani dan pelestarianlingkungan mendukung pertanian berkelanjutandapat dilakukan melalui Industrialisasi Pedesaandengan Pengembangan Agribisnis di Pedesaan.Sejalan dengan program peningkatan pendapatanmelalui inovasi (P4MI) Badan Litbang PertanianIndustrialisasi Pedesaan bertujuan untukmendapatkan rintisan model Agribisnis IndustrialPedesaan (AIP) dan meningkatkan pendapatanpetani dengan menciptakan sumber pertumbuhanekonomi baru,( Simatupang, P. 2004).

Berkaitannya dengan penyediaan bahanpangan (ketahanan pangan) dan upayapeningkatan pendapatan masyarakat petani,sektor pertanian masih memiliki peranan pentingdan strategis sampai saat ini dan masa yang akanmendatang. Guna mencukupi kebutuhan panganregional maupun memasok kebutuhan pangan diBali peran teknologi hasil penelitian danpengkajian, sebagaimana telah dibuktikan padaera pencapaian swasembada beras, masih sangatdiperlukan untuk meningkatkan produktivitas hasil-hasil pertanian. Karena itu peran teknologipertanian sampai saat ini dan masa mendatangmasih terus diperlukan guna membantu mengatasipermasalahan dan tantangan yang semakinkomplek, (Sudaratmadja, dkk, 2004).

Peningkatkan kesejahteraan petani dengantetap mempertimbangkan ekosistem, sehinggatercapai suatu sistem usaha tani produktif yangberkelanjutan merupakan sasaran akhir dariprogram utama pembangunan pertanian.

Salmani, 2011 menyatakan bahwa sistemusaha tani yang berkelanjutan merupakan salahsatu model pendekatan pembangunan pertaniandengan menggunakan input luar yang rendah.Penerapan teknologi inovatif tepat guna melaluipenelitian dan pengembangan parstisipatif perludilaksanakan untuk mencapai Industrialisasi

Pemanfaatan Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Pengembangan Agribisnisdi Pedesaan | I Made Sukadana

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 2016120

pedesaan. Model percontohan sistem dan usahaagribisnis progresif berbasis tehnologi inovatifdengan mengintegrasikan sistim inovasi dan sistimagribisnis perlu dibangun. Mendorong proses divusidan replikasi model percontohan tehnologi inovatif(Badan Litbang Pertanian, (2004)

Sejalan dengan perubahan kebijakan dan arahpembangunan pertanian ke depan, operasionalpembangunan pertanian ke depan diarahkan padaupaya penajaman fokus kegiatan dan wilayahpengembangan, serta keterpaduan/intregrasikegiatan dan pembiayaan. Operasionalpembangunan pertanian ditempuh melaluipendekatan keterpaduan dengan melibatkan peranserta seluruh stakeholder. Dipandang perlu untukmerancang suatu program yang bertujuanmempercepat alih inovasi teknologi pertanian yangmemiliki kesesuaian teknis, ekonomis, sosial danbudaya kepada pengguna guna memperbaikikinerja penyampaian dan pemasyarakatan inovasipertanian kepada pengguna. Program Pengem-bangan agribisnis di pedesaan yang dilaksanakansecara partisipatif oleh semua pemangkukepentingan (stake holder) pembangunanpertanian dalam bentuk laboratorium agribisnismerupakan salah satu solusinya, ( Wiriatmadja ,S. 1978).

KESIMPULAN DAN SARAN

Pemanfaatan inovasi teknologi pertaniansangat penting untuk peningkatan peroduktifitas,kualitas produk, serta efisiensi produk pertanian.Ciri teknologi yang berorientasi agribisns sangatdi butuhkan untuk mempercepat pengembanganagribisnis di pedesaan. Program pengembanganagribisnis di pedesaan dapat di lakukan melaluistrategi yang di dalamnya terdapat penerapaninovasi teknologi tepat guna melalui penelitian dan

pengembangan.Peran dan inovasi teknologi yangmemiliki kesesuaian teknis, ekonomi, sosial danbudaya masyarakat pengguna sehingga terca-painya peningkatan kesejahteraan masyarakatdalam mendukung pembangunan pertaniannasional khususnya agribisnis pedesaan sangatdibutuhkan. Pemanfaatan inovasi teknologi sangatdibutuhkan dalam pengembangan agribinis dipedesaan oleh sebab itu pemerintah harus menaruhperhatian lebih pada desa khususnya memberikanbantuan pemberian teknologi-teknologi yang dapatmembantu produktifitas petani di desa sehinggaagribisnis dapat berkembang dengan baik dipedesaan

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang, Departemen Pertanian RI, 2004.Rencana Strategis Badan Penelitian danPengembangan Pertanian 2005 -2009.Jakarta: Badan Litbang, DepartemenPertanian RI.

Badan Litbang Pertanian. 2006. Petunjuk TeknisParticipatory Rural Appraisal (PRA) PrimaTani Badan Litbang Pertanian. Jakarta

Budianto. 2002. “Tantangan dan Peluang Penelitiandan Pengembangan Padi Dan PerspektifAgribisnis. Kebijakan Perberasan Dan InovasiTeknologi Padi” (Buku 1). Puslitbang TanamanPangan, Badan Litbang Pertanian,Jakarta.

http://pasarpetani.com/2013/01/peran-agribisnis-dalam-pembangunan.html.Diakses, 5 Juni2016

http://www.diperta.jabarprov.go.id/index.php/subMenu / in fo rmas i / ta juk_ rencana /detailsorotan/62.Diakses 5 Juni 2016.

121

http:/ / tabloidsinartani.com/content/read/rev i t a l i sas i - i novas i - t ekno log i -dan -pengembangan-agribisnis/). Diakses,3 Juli2016.

http://cybex.pertanian.go.id/gerbangnasional/detail/9005/penghargaan-tingkat-nasional-bagi-penyuluh-pertanian-tahun-2016.Diakses, 19 Oktober 2016

Las, I dkk. 2006. Isu Dan Pengelolaan LingkunganDalam Revitalisasi Pertanian. Jurnal LitbangPertanian, 25(3): 106-114.

Ramli, R. 2016. Revitalisasi Inovasi Teknologi danPengembangan Agribisnis.

Saragih, bungaran, siswono Yudo Husodo, dkk.2005. Pertanian Mandiri. Penebar swadaya,Jakarta.

Simatupang, P. 2004. Prima Tani sebagai LangkahAwal Pengembangan Sistem dan Usaha

Agribisnis Industrial. Bahan Rapat LingkupBadan Litbang Pertanian.

Sudaratmadja, I.G.A.K., N. Suyasa dan I.G.K DanaArsana, 2004. Subak dalam Perspektif SistemIntegrasi Padi-Ternak di Bali. ProsidingLokakarya Sistem dan Kelembagaan Usahatani Tanaman-Ternak. Badan LitbangPertanian, Jakarta.

Salmani. 2011. Pembagunan Berkelanjutan danImplikasinya di Indonesia. Bahan Mata KuliahKeseimbangan Lingkungan dan Pemba-ngunan. IPB.

Sumardjo L, Baga M, Mulyandari RSH. 2010.Cyber Extension: Peluang dan

Tantangan dalam Revitalisasi PenyuluhanPertanian. Bogor: IPB Pr.

Wiriatmadja , S. 1978. Pokok – Pokok penyuluhanPertanian. CV Yasaguna.

Pemanfaatan Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Pengembangan Agribisnisdi Pedesaan | I Made Sukadana

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 2016122

PENGARUH INTRODUKSI KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUTERHADAP KELIMPAHAN HAMA, PENYAKIT DAN MUSUH ALAMI KAKAO

Ni Made Delly Resiani

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BaliJl. By Pass Ngurah Rai Pesanggaran-Denpasar Selatan, Bali,80222

E-mail: [email protected]

data submitted: 23 Agustus 2016 data approved: 31 Oktober 2016

ABSTRACT

The Effect of Integrated Pest Control Components Introduction to Abundance Pest, Diseaseand Natural Enemy of Cocoa

Innovations to increase production of cocoa has been produced by the Agency for Agricultural Research andDevelopment, but has not been widely adopted by farmers. Field School Integrated Pest Management (IPM-FS) is the efforts to accelerate. The study aims to analyze the effect of the introduction of IPM components onthe abundance of pests, diseases, and natural enemies of cocoa. The study was condacted in Subak AbianBuwana Mekar, Angkah Village, West Selemadeg, Tabanan District, from May to October 2015. The studywas conducted in farmers’ fields of 1 ha which was divided into two experimental plots the IPM and non-IPMplots. On IPM and non-IPM plots were chosen 50 sample tree, for data collection at random. Ten farmer wereinvolved. The treatment given to the IPM plots include pruning, sanitation, watering, fertilizing, and pest anddisease control, while the non-IPM plots adapted to the conditions of farmers. The data collection wasperformed six times at intervals of 2 weeks in all the cocoa fruit. The parameters observed were abundanceof pests, diseases and natural enemies of cocoa on IPM and non-IPM plots. The data were analyzed usingthe SPSS software (t-test). The analysis showed that the spider is the dominant natural enemies followed bywasps and ants. An abundance of spiders, bees and ants 51.99; 25.00 and 64.12% higher at IPM plots.Found 4 types of pests associated with cocoa plants. Helopeltis dominate followed by pod borer, squirrels,and stem borers respectively; 43.98; 26,27; 68.56 and 100% higher in the non-IPM plots. Black pod diseaseand cancer stem is a dominant disease with attacks 60.84 and 51.89% lower in IPM plot. Concluded theintroduction of IPM components significantly affect the abundance of pests, diseases, and natural enemiesof cocoa.

Key words: IPM, abundance of pests, diseases, natural enemies of cocoa

ABSTRAK

Inovasi untuk peningkatan produksi kakao telah banyak dihasilkan oleh Badan Penelitian dan PengembanganPertanian, tetapi belum banyak diadopsi oleh petani. Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) merupakan satu upaya percepatan. Kajian bertujuan untuk menganalisa pengaruh introduksikomponen PHT terhadap kelimpahan hama, penyakit, dan musuh alami kakao. Kajian di laksanakan diSubak Abian Buwana Mekar, Desa Angkah, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, mulai Meisampai Agustus 2015. Kajian dilakukan di lahan petani seluas 1 ha yang di bagi dalam 2 petak percobaanyakni petak PHT dan non PHT. Pada petak PHT dan non PHT ditentukan 50 pohon contoh untuk pengambilandata secara acak. Jumlah petani yang terlibat masing-masing 10 orang. Perlakuan yang diberikan padapetak PHT meliputi pemangkasan, sanitasi, penyiraman, pemupukan, serta pengendalian hama danpenyakit, sementara pada petak non PHT disesuaikan dengan kondisi petani. Pengambilan data dilakukan6 kali dengan interval 2 minggu pada semua buah kakao. Parameter yang diamati meliputi kelimpahanhama, penyakit dan musuh alami kakao pada petak PHT dan non PHT. Data-data yang diperoleh dianalisismenggunakan perangkat software SPSS (t-test). Hasil analisis menunjukkan laba-laba merupakan musuhalami dominan disusul tawon dan semut. Kelimpahan Laba-laba, lebah dan semut 51,99 ;25,00 dan64,12% lebih tinggi pada petak PHT. Ditemukan 4 jenis hama yang berasosiasi dengan tanaman kakao.Helopeltis mendominasi disusul PBK, tupai, dan penggerek batang masing-masing 43,98; 26,27; 68,56dan 100% lebih tinggi pada petak non PHT. Penyakit busuk buah dan kanker batang merupakan penyakitdominan dengan serangan 60,84 dan 51,89% lebih rendah pada petak PHT. Disimpulkan introduksikomponen PHT berpengaruh nyata terhadap kelimpahan hama, penyakit, dan musuh alami kakao.

Kata kunci: PHT, kelimpahan hama, penyakit, musuh alami kakao

123

PENDAHULUAN

Provinsi Bali merupakan salah satu wilayahpenghasil kakao di Indonesia. Daerahpengembangannya meliputi Kabupaten Tabanan,Jembrana, Buleleng, Gianyar, Bangli, Karangasem,dan Badung (Putra et al., 2011). Produktivitaskakao di Bali tergolong masih rendah dengan rerata658 kg/ha (Dirjenbun, 2011). Penyebab rendahnyaproduktivitas kakao di Bali diantaranya banyaktanaman kakao yang telah berusia diatas 15 tahun(tidak produktif), penggunaan bahan tanaman yangkurang baik, teknologi budidaya yang kurangoptimal, serta meluasnya serangan PenggerekBuah Kakao (PBK) dan Penyakit Busuk BuahKakao (Resiani, 2010;Indriati et al., 2013).

Kabupaten Tabanan merupakan salah satusentra pengembangan kakao di Bali, tetapi kondisiusahatani kakaonya belum memberikan hasil yangoptimal. Rata-rata produktivitas kakao yangdihasilkan masih kurang dari 700 kg ha-1th-1.Produktivitas tersebut masih jauh dari potensiproduksinya yang bisa mencapai lebih besar dari2 ton ha-1th-1. Rendahnya produktivitas ini salahsatu faktor penyebabnya adalah kurangnyaperawatan kebun. Hasil pengamatan di lapangmenunjukkan bahwa kebanyakan petani hanyamelakukan panen saja dan cangkang kakao panendibiarkan berserakan di bawah pohon. Kondisitersebut justru menjadi sumber inokulumberkembangnya hama dan penyakit kakao(Resiani, 2010).

Inovasi untuk peningkatan produksi kakaotelah banyak dihasilkan oleh Badan Penelitian danPengembangan Pertanian Kementerian Pertanian,diantaranya varietas unggul kakao dengan produksitinggi, pemupukan sepesifik lokasi, pemangkasantanaman kakao, pengendalian HP utama kakaodan peningkatan mutu biji kakao melalui inovasifermentasi biji kakao. Inovasi teknologi fermentasibiji kakao untuk peningkatan mutu biji kakao yangdihasilkan dan inovasi teknologi pemangkasantanaman kakao mempunyai peranan penting dalampeningkatan produksi kakao serta (Hasan, 2013).Sampai saat ini belum banyak inovasi tersebutdiadopsi oleh petani kakao, untuk itu perludilakukan kegiatan pendampingan. Salah satukegiatan pendampingan yang dicanangkanpemerintah adalah Sekolah Lapang PengendalianHama Terpadu (SL-PHT). SL-PHT merupakansuatu strategi perbaikan manajemen perkebunanrakyat, yang menekankan pada penguasaan/pemahaman 4 (empat) prinsip dasar PHT yaitu :(1) Budidaya Tanaman Sehat; (2) Pelestarian

Musuh Alami; (3) Pengamatan Rutin (mingguan);dan (4) Petani ahli PHT (Dirjenbun. 2014).Berdasarkan hal tersebut dilakukan kajian dengantujuan untuk menganalisa pengaruh introduksikomponen PHT terhadap kelimpahan hama,penyakit, dan musuk alami kakao.

METODE PENELITIAN

Pengkajian di laksanakan di Subak AbianBuwana Mekar, Desa Angkah, KecamatanSelemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, mulai Meisampai Oktober 2015. Alat dan bahan yangdigunakan dalam pengkajian ini meliputi kebunkakao, kertas koran, spidol, krayon, selotif,kantong plastik, blangko pengamatan, tali rafia,alat pangkas, cangkul, gembor, ember, counter,thermohigrometer, alat tulis kantor, dan kamera.

Pengkajian di laksanakan di lahan milik petaniseluas 1 ha. Pelaksanaan pengkajian di bagi dalam2 petak percobaan yakni petak perlakuan PHT danpetak non PHT. Pada petak PHT maupun petaknon PHT ditentukan 50 pohon contoh untukpengambilan data sampel secara acak. Jumlahpetani yang terlibat dalam kegiatan ini masing-masing sebanyak 10 orang. Perlakukan ataukegiatan teknis yang diberikan pada petak PHTmeliputi: pemangkasan, sanitasi, pemupukan,serta pengendalian hama dan penyakit. (1)Pemangkasan dilakukan pada tanaman pelindungdan tanaman kakao. Pemangkasan tanamanmeliputi pemangkasan pemeliharaan,pemangkasan berat untuk kakao tua (diatas 15tahun). (2) Sanitasi kebun, didalamnyamenyangkut : kebersihan lahan tempat tanamankakao, penanung, tanaman lainnya yang adadalam hamparan lahan bersangkutan. Sanitasi jugadilakukan dengan membersihkang gulma yangmengganggu tanaman kakao. Pembuatan rorak,disesuaikan dengan kondisi kemiringan lahan dilapangan yang difungsikan untuk tempatpenampungan limbah kebun. (3) Pemupukandilakukan dengan cara ditugal. Pupuk yangdigunakan adalah 500 gr pupuk NPK Ponska dan30 kg pupuk kandang sapi per pohon. (4)Pengendalian hama dan penyakit terpadu denganpembuatan sarang semut hitam dan peningkatanpopulasi kutu putih; panen sering; penurunan buah-buah busuk, penyarungan buah muda danpenggunaan fungisida nabati untuk pengendalianbusuk buah. Pada petak non PHT perlakuannyadisesuaikan dengan kondisi petani. Pengambilandata dari setiap ulangan dilakukan sebanyak 6 kali

Pengaruh Introduksi Komponen Pengendalian Hama Terpadu terhadap Kelimpahan Hama,Penyakit dan Musuh Alami Kakao | Ni Made Delly Hesiani

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 2016124

dengan interval 2 minggu pada semua buahkakao.

Parameter yang diamati meliputi kelimpahanhama, penyakit dan musuh alami kakao padapetak PHT dan non PHT. Data-data yang diperolehdianalisis menggunakan t-test (Gomez danGomez, 1995)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis menunjukan bahwa antaraperlakuan petak PHT dan non PHT terdapatperbedaan secara nyata. Kelimpahan hama padaperlakuan introduksi komponen PHT menunjukkanjumlah yang lebih rendah dibanding perlakuan nonPHT, demikian juga jenis penyakitnya. Sementarakelimpahan musuh alami lebih tinggi pada petakPHT (Tabel 1,2, dan 3).

Jenis musuh alami yang dijumpai pada petakPHT sama dengan petak Non PHT, tetapi berbeda

dalam jumlah kelimpahannya. Dilihat darikelimpahan musuh alami, laba-laba merupakanjenis musuh alami yang dominan pada perkebunankakao, disusul tawon dan semut (Tabel 1.). PadaTabel 1. tampak pada petak PHT musuh alamilaba-laba 51,99% lebih tinggi dibanding petak nonPHT. Demikian juga musuh alami lebah dan semut25,00 dan 64,12% lebih tinggi dibanding petak nonPHT.

Jenis hama yang dijumpai pada petak PHTmaupun petak Non PHT tidak menunjukkanperbedaan, namun dilihat dari kelimpahan hamaberbeda. Ditemukan 4 (empat) jenis hama yangberasosiasi dengan tanaman kakao di lokasikegiatan. Helopeltis merupakan jenis seranggahama yang mendominasi di lokasi kegiatan,disusul hama PBK, tupai, dan penggerek batangkakao, masing-masing 43,98; 26,27 dan 68,56 dan100% lebih tinggi pada petak non PHT (Tabel 2.).

Penyakit busuk buah dan kanker batangmerupakan jenis penyakit yang dijumpai pada

Tabel 1. Data kelimpahan musuh alami pada perlakuan introduksi komponen PHT dan non HT

Perlakuan Buah terhuni Laba-laba (ekor) Lebah (ekor) Capung (ekor)semut (%)

Introduksi komponen PHT 4.85 b 8.52 a 5.04 a 4.09 AKontrol 1.74 a 4.09 b 3.78 b 2.22 BStandar Deviation (SD) 1.75 2.48 1.50 1.14

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkaperbedaan tidak nyata dengan uji t test

Tabel 2. Data kelimpahan hama pada perlakuan introduksi komponen PHT dan non PHT

Perlakuan Hama PBK Helopeltis (ekor) Penggerek Tupai (ekor)(ekor) batang (ekor)

Introduksi komponen PHT 3.93 b 6.70 b 0.01 b 0.61 BKontrol 5.33 a 11.96 a 0.30 a 1.94 AStandar Deviation (SD) 1.11 3.15 0.27 0.74

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkanperbedaan tidak nyata dengan uji t test

Tabel 3. Data kelimpahan penyakit pada perlakuan introduksi komponen PHT dan non PHT

Perlakuan Busuk buah panen (buah) Penyakit kanker batang (pohon)

Introduksi komponen PHT 2.13 b 0.89 BKontrol 5.44 a 1.85 AStandar Deviation (SD) 1.90 0.82

Keterangan : angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkanperbedaan tidak nyata dengan uji t test

125

kegiatan introduksi komponen PHT dan Non PHTkakao. Pada petak PHT buah terserang penyakitbusuk buah saat panen lebih rendah 60,84%dibanding petak non PHT, demikian juga tanamanyang terserang penyakit kanker batang 51,89%lebih rendah dibanding petak non PHT (Tabel 3).

PHT merupakan suatu cara pendekatanatau cara berpikir tentang pengendalian OPTyang didasarkan pada dasar pertimbanganekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangkapengelolaan agroekosistem yang berwawasanlingkungan yang berkelanjutan. Melalui introduksikomponen PHT diharapkan akan diperoleh populasiOPT dan kerusakan tanaman tetap pada arassecara ekonomi tidak merugikan, penguranganresiko pencemaran lingkungan akibatpenggunaan pestisida yang berlebihan, produksipertanian yang optimum, dan kesejahteraanpetani meningkat (Dirjenbun, 2014).

Berdasarkan hasil analisa tersebut di atasintroduksi komponen PHT memberikan hasil yanglebih baik dibandingkan non PHT. Kejadiantersebut disebabkan oleh adanya efek budidayatanaman sehat. Budidaya tanaman sehat yangmeliputi pemangkasan, sanitasi, panen sering,pemupukan, sambung samping dan sarungisasimerupakan satu upaya dalam proses pengelolaanagroekosistem yang berwawasan lingkunganyang berkelanjutan.

Pemangkasan pada tanaman kakaomerupakan usaha meningkatkan produksi danmempertahankan umur ekonomis tanaman.Dengan melakukan pemangkasan, akanmencegah serangan hama dan penyakit,membentuk tajuk pohon, memelihara tanaman,dan memacu produksi (Core, 2009). Pemangkasankakao merupakan salah satu upaya agar lajufotosintesis berlangsung optimal, hasil bersihfotosintesis maksimal dan distribusinya keorgan-organ yang membutuhkan berlangsunglancar. Besarnya intensitas sinar matahari yangditerima daun merupakan salah satu faktoryang menentukan kegiatan fotosintesis,disamping beberapa faktor lainnya sepertipenyediaan dan tingkat difusi CO2, status air,dan nutrisis di dalam daun, kandungan klorofil dansebagai. Fotosintesis tanaman kakaoberlangsung optimal pada penyinaran matahari60%-80% penyinaran (Giri et al., 2012).

Sisa-sisa tanaman, gulma, dan tanamaninang lainnya di sekitar pertanaman merupakantempat bertahan hidup hama. Oleh karena itu,pemusnahannya perlu dilakukan untukmemperkecil sumber inokulum awal. Panen sering

bermanfaat untuk memutus siklus hidup hamapenggerek buah kakao dan mencegah penularanpenyakit busuk buah kakao. Panen buah kakaosebaiknya dilakukan sesering mungkin, minimal7-10 hari sekali (Dadan et al., 2002).

Pemupukan merupakan satu upaya dalambudidaya tanaman sehat. Rudy et al. (2006)menyatakan bahwa salah satu upaya untukmengatasi bunga dan pentil rontok adalah melaluipemupukan. Apabila pemupukan terlaksanadengan benar maka buah yang dihasilkan akantahan terhadap serangan hama dan penyakit.

Teknik pengendalian dengan penyarunganbuah muda (pentil) memberikan harapan positifuntuk mengendalikan hama khusunya hama PBK.Hasil penelitian. Mustafa (2005) menunjukkanbahwa penyarungan buah muda sangat efektifmelindungi buah, menghasilkan biji besar tidakmenghambat perkembangan buah, bahkan dapatmelindungi dari penyakit busuk buah. Sementaraitu hasil penelitian Suwitra, et al. (2010)menunjukkan bahwa intensitas serangan PBKdapat dikurangi dengan metode penyarungan buahpada saat ukurannya 5-8cm. Hasil penelitianYuliasmara et al. (2010) menunjukkan bahwaperlakuan penyarungan buah kakao efektifmenurunkan persentase buah terserang PBKmenjadi 33,8% dibandingkan tanpa penyarunganyang mencapai 84,7%. Hasil penelitian Rosmanaet al. (2010) juga menunjukkan bahwa penyarunganbuah kakao dengan plastik menyebabkanpenurunan kerusakan menjadi 8,4% dibandingkankontrol 62,3%. Hasil penelitian ini sama denganhasil penelitian yang dilakukan oleh Maya et al.(2006) di wilayah Sulawesi Utara, KalimantanTimur dan Maluku yang menunjukkan bahwapenyarungan buah dapat menekan serangan PBKhampir 80%. Demikian pula yang dilaporkan olehSenewe dan Wagiman (2010) bahwa penyarunganbuah muda mampu melindungi buah kakao dariserangan hama.

Hasil analisis pada petak non PHTmenunjukkan kelimpahan hama dan penyakityang lebih tinggi serta rendahnya musuh alami.Kondisi tersebut disebabkan oleh kebun milikpetani rata-rata kurang terpelihara dengan baik,kurangnya pembersihan gulma di bawah tanamankakao dan kurangnya pemangkasan tanaman,serta tidak dilakukannya pemupukan yangmemadai. Disamping itu upaya pengendalian hamadan penyakit yang dilakukan oleh petanimenggunakan insektisida kimia yang tidak efektif.Petani kebanyakan melakukan penyemprotanpada buah yang sudah tua. Menurut Azhar (2000)

Pengaruh Introduksi Komponen Pengendalian Hama Terpadu terhadap Kelimpahan Hama,Penyakit dan Musuh Alami Kakao | Ni Made Delly Hesiani

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian, Vol.14 No. 42 Agustus 2016126

infestasi hama khususnya PBK pada buah terjadisaat buah berumur sekitar 3 bulan dan infestasijarang ditemukan pada buah yang sudah masakatau yang masih terlalu muda.

Menurut Herman et al. (2006) dan DinasPerkebunan Provinsi Sulawesi Selatan (2000),penerapan PHT yang kegiatannya meliputi panensering, pemangkasan, sanitasi, pemupukan dankonservasi musuh alami, berhasil menekanserangan hama PBK dari 59,67% menjadi 31,5%dan menekan kehilangan produksi dari 17,7%menjadi 2,8%. Di lain pihak di petak non-PHT,serangan hama PBK meningkat menjadi 79,5%dengan kehilangan hasil 24,98%. Pengalaman lainyang dilaporkan oleh Iswanto dan Purwantara(2005) menunjukkan bahwa penerapan teknologipanen sering, pemangkasan, sanitasi, pemupukandan konservasi musuh alami di salah satuperkebunan besar swasta di Jawa Barat mampumenurunkan kerusakan biji kakao akibat seranganhama PBK dan busuk buah dari 40,64% menjadi6,53%. Pengalaman tersebut memberikangambaran bahwa teknologi panen sering,pemangkasan, sanitasi, pemupukan dankonservasi musuh alami cukup efektif untukmengendalikan serangan hama dan penyakit.

KESIMPULAN

Introduksi komponen PHT berpengaruh nyataterhadap kelimpahan hama, penyakit, dan musuhalami kakao. Kelimpahan hama dan penyakitkakao lebih tinggi pada perlakuan non PHT,sementara musuh alami lebih tinggi padaperlakuan introduksi PHT.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih yangsebesar-besarnya kepada petugas pengamathama atas bantuannya dalam pengamatan. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada kelompoktani atas bantuannya dalam kegiatan ini. Kepadarekan-rekan yang telah membantu dalam kegiatanini juga disampaikan terima kasih, semogasenantiasa diberi kesehatan dalam hidup ini.

DAFTAR PUSTAKA

Azhar, I. 2000. Measuring ovipositional preferenceof the cocoa pod borer, Conopomorphacramerella (Lepidoptera:Gracillariidae) tovarious cocoa clones In C.L. Bong, C.H. Lee& F.S. Shari (Eds.) Procceding of Incoped3rd International Seminar, Malaysian CocoaBord. p. 57-59.

Core, P. 2009. Pengelolaan Hama dan PenyakitTerpadu untuk Produksi Kakao Berkelan-jutan. Universitas Sydney. Australia. 36 h.

Dadan, H., D. Judawi, D. Priharyanto, G.C. Luther,J. Mangan, K. Untung, M. Sianturi, Mujiono,P. Mundy, Riyatno. 2002. Musuh Alami, Hamadan Penyakit Tanaman Kakao. ProyekPengendalian Hama Terpadu PerkebunanRakyat. Direktorat Perlindungan Perkebunan,Direktorat Jenderal Bina ProduksiPerkebunan. Departemen Pertanian. Jakarta.

Dinas Perkebunan Propinsi Sulawesi Selatan.2000. Sekolah Lapang Pengendalian HamaTerpadu. Pemandu Lapang PL II Kakao diSulawesi Selatan. Makalah pada InternationalWorkshop on Sustainable Cocoa Productionin Indonesia. Makasar.

Dirjenbun. 2011. Statistik Perkebunan KomoditasKakao Tahun 2010-2011. KementerianPertanian.

Dirjenbun. 2014. Pedoman Teknis SekolahLapang Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) Perkebunan tahun 2014. DirektoratJenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.54 h.

Giri, A., Suharman,M. J. Sianturi, B. Lesmana,M. Syahrir. 2012. Penerapan BudidayaTerbaik Tanaman Kakao. Ed. SCPP-Swisscontact. 178 h.

Gomez, K.A., A.A. Gomez. 1995. ProsedurStatistik Untuk Penelitian. (Syamsudin, E.,Baharsyah, J.S., Pentj.). Jakarta: UniversitasIndonesia Press. 698 h.

Hasan, N., Rifda Roswita. 2013. PeningkatanProduktivitas dan Mutu Kakao MelaluiDiseminasi Multi-Channel (dmc) di Nagari

127

Parit Malintang, Kabupaten Padang Pariaman.Jurnal Teknologi Pertanian 8(2): 75-82

Herman, Hutagaol, Sutjahjo, Rauf, Priyarsono .2006. Analisis Faktor- faktor yangMempengaruhi Adopsi TeknologiPengendalian Hama Penggerek Buah Kakao: Studi Kasus di Sulawesi Barat. PelitaPerkebunan 22(3), 222-236

Indriati, G., Samsudin, Rubiyo. 2013. KeefektifanPaket Teknologi Pengendalian PenggerekBuah Kakao (PBK) di Provinsi Bali. Buletinristri 4 (1): 65-70

Iswanto, A., A. Purwantara. 2005. Sambungsamping untuk rehabilitasi tanaman kakaonon produktif dan pengalaman pengelolaanhama penggerek buah kakao (PBK) danpenyakit busuk buah dengan panen sering.Makalah pada Seminar Nasional AkselarasiInovasi Teknologi Spesifik Lokasi MenujuPertanian Berkelanjutan. Kendari.

Maya, D. I. T., B. Priyono, Ruzelfin, K. Abiyoso.2006. Pedoman Teknis Pengendalian HamaPenggerek Buah Kakao (PBK) pada TanamanKakao. Dirjen Perkebunan. DepartemenPertanian.

Mustafa, B. 2005. Kajian penyarungan buah mudakakao sebagai suatu metode pengendalianpenggerek buah kakao (PBK) Conopomorphacramerella Snellen (Lepidoptera:Gracillariidae). Prosiding Seminar Ilmiah danPertemuan Tahunan PEI dan PFI XVI .Komda Sul-Sel. Hlm. 23-35.

Putra, I. G. A. P., N. L. Watiniasih, N. M. Suartini.2011. Inventarisasi Serangga padaPerkebunan Kakao (Theobroma cocoa).Laboratorium Unit Perlindungan TanamanDesa Bedulu, Kecamatan Blahbatuh,

Kabupaten Gianyar, Bali. Jurnal Biologi XIV(1): 19-24.

Rudy, E., A.A.S. Suyono, S. Winarso. 2006.Keefektifan Pemupukan Kalium LewatDaunTerhadap Pembungaan dan PembuahanTanaman Kakao. Pelita Perkebunan 22(1),13-24

Resiani, N.M.D. 2010.Pengaruh Penyarungandengan Berbagai Ketebalan Plastik danDiameter Buah Terhadap Serangan PenggerekBuah Kakao, Conopomorpha cramerella(SNELLEN) (LEPIDOPTERA;PYRALIDAE).“Tesis” Program Pasca sarjana UniversitasUdayana. 51 h.

Rosmana, A., M. Shepard, P. Hebbar, A. Mustari.2010. Control of cocoa pod borer andPhytopthora pod rot using degradable plasticpod sleeves and a nematode, Steinernemacarpocapsae. Indonesian J. of Agri. Sci.11(2): 41-47.

Senewe, R. E. and F. X. Wagiman. 2010. Theposition and wrapping of cocoa fruits to preventpest attack of Conopomorpha cramerella. J.Budidaya Pert. 6:21-24.

Suwitra, I. K., D. Mamesah, dan Ahdar. 2010.Pengendalian hama penggerek buah kakaoConopomorpha cramerella dengan metodesarungisasi pada ukuran buah kakao yangberbeda. Seminar Regional Inovasi TeknologiPertanian, mendukung program PertanianPropinsi. Sulawesi Utara. Hlm. 165-174.

Yuliasmara, F, F. Firdaus, E. Sulistyowati, dan A.A. Prawoto. 2010. Keefektifan beberapaformula pelapis nabati untuk melindungi buahkakao dari serangan hama penggerek buahkakao. Pelita Perkebunan 26 (3):142-155.

Pengaruh Introduksi Komponen Pengendalian Hama Terpadu terhadap Kelimpahan Hama,Penyakit dan Musuh Alami Kakao | Ni Made Delly Hesiani

hasil yang diperoleh dan bahasan yang berkaitandengan laporan-laporan sebelumnya. Hindarimengulang pernyataan yang telah disampaikanpada metode, hasil dan informasi lain yang telahdisajikan pada pendahuluan.

3.7 Kesimpulan dan Saran : Disajikan secara terpisahdari hasil dan pembahasan.

3.8 Ucapan Terima Kasih : Dapat disajikan biladipandang perlu. Ditujukan kepada yangmendanai penelitian dan untuk memberikanpenghargaaan kepada lembaga mau punperseorangan yang telah membantu penelitianatau proses penulisan ilmiah.

3.9 Daftar Pustaka : disusun secara alfabetismenurut nama dan tahun terbit. Singkatanmajalah/jurnal berdasarkan tata cara yangdipakai oleh masing-masing jurnal.

Contoh penulisan daftar pustaka :

Jurnal/Majalah :Suharno. 2006. Kajian pertumbuhan dan produksi 8 varietas

kedelai (Glysine max L) di lahan sawah tadah hujan.Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian. 2 (1) hlm. 66 - 72

Buku :Houghton J. 1994. Global Warming. Lion Publishing plc,

Oxford, England.

Bab dalam buku :Carter, J.G., 1980. Environmental and biological controls of

bivalve shell mineralogy and microstructure. In: Rhoads,D.C. and Lutz, R.A. (Eds), Skeletal growth of aquaticorganism. Plenum Press, New York and London: 93-134.

AbstrakWilcox GE, Chadwick BJ, Kertayadnya G. 1994. Jembrana

disease virus: a new bovine lentivirus producing anacute severe clinical disease ini Bos javanicus cattle.Abstrak 3rd Internastional Congress on VeterinaryVirology, Switserland Sept. 4-7.

Prosiding KonferensiHerawati T., Suwalan S., Haryono dan Wahyuni, 2000.

Perananan wanita dalam usaha tani keluarga di lahanrawa pasang surut, Prosiding Seminar NasionalPenelitian dan Pengembangan di Lahan Rawa.Cipayung, 25 – 27 Juli 2000, hlm 247 – 258.Puslitbangtan.

Tesis/Disert asiStone, I.G., 1963. A morphogenetic study of study stages in

the life-cycle of some Vitorian cryptograms. Ph.DThesis, Univ. of Melbourne.

Informasi di Internet:Badan Pusat Statistik. 2010. The results of population

census in 2010: The aggregate data per province.Jakarta, Agustus. http://www.bps. go.id/download_file/SP2010_agregat_data_ perProvinsi.pdf (Diakses:29/8/2010).

4. Naskah dari artikel ulas balik (review), dan laporankasus sesuai dengan aturan yang lazim.

5. Pengiriman naskah buletin dapat diserahkan kepadaredaksi di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)Bali berupa hardfile dan softfile.

PEDOMAN BAGI PENULIS

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERT ANIAN

1. Buletin Teknologi Pertanian memuat naskah ilmiah/semiilmiah dalam bidang pertanian dalam arti luas. Naskahdapat berupa : hasil penelitian, pengkajian, artikel ulasbalik (review). Naskah harus asli (belum pernahdipublikasikan) dan ditulis menggunakan bahasaindonesia.

2. Naskah diketik dengan kertas berukuran A4. Naskahdiketik dengan 1,15 menggunakan program olah kataMS Word, huruf Arial ukuran huruf 10.

3. Tata cara penulisan naskah hasil penelitian hendaknyadisusun menurut urutan sebagai berikut : judul, identitaspenulis, abstrak, abtract (bahasa Inggris),pendahuluan, materi dan metode, hasil danpembahasan, kesimpulan dan saran, ucapan terimakasih, dan daftar pustaka. Gambar dan tableditempatkan pada akhir naskah, masing-masing padalembar berbeda. Upayakan dicetak hitam\putih 1,15spasi, dan keseluruhan naskah tidak lebih dari 10halaman.3.1 Judul : Singkat dan jelas (tidak lebih dari 14 kata),

ditulis dengan huruf besar.3.2 Identitas penulis : Nama ditulis lengkap (tidak

disingkat) tanpa gelar. bila penulis lebih dariseorang, dengan alamat instansi yang berbeda,maka dibelakang setiap nama diberi indeks angka(superscript). Alamat penulis ditulis di bawahnama penulis, mencakup laboratorium, lembaga,dan alamat indeks dengan nomor telpon/faksimilidan e-mail. Indeks tambahan diberikan padapenulis yang dapat diajak berkorespondensi(corresponding author).

3.3 Abstrak : Ditulis dalam bahasa indonesia danbahasa Inggris. Abstrak dilengkapi kata kunci(key words) yang diurut berdasarkankepentingannya. Abstrak memuat ringkasannaskah, mencakup seluruh tulisan tanpamencoba merinci setiap bagiannya. Hindarimenggunakan singkatan. Panjang abstrakmaksimal 250 kata.

3.4 Pendahuluan : Memuat tentang ruang lingkup,latar belakang tujuan dan manfaat penelitian.Bagian ini hendaknya membeikan latar belakangagar pembaca memahami dan menilai hasilpenelitian tanpa membaca laporan-laporansebelumnya yang berkaitan dengan topik.Manfaatkanlah pustaka yang dapat mendukungpembahasan.

3.5 Metode Penelitian : Hendaknya diuraikan secararinci dan jelas mengenai bahan yang digunakandan cara kerja yang dilaksanakan, termasukmetode statiska. Cara kerja yang disampaikanhendaknya memuat informasi yang memadaisehingga memungkinkan penelitian tersebutdapat diulang dengan berhasil.

3.6 Hasil dan Pembahasan : Disajikan secarabersama dan pembahasan dengan jelas hasil-hasil penelitian. Hasil penelitian dpat disajikandalam bentuk penggunaan grafik jika hal tersebutdapat dijelaskan dalam naskah. Batas pemakainfoto, sajikan foto yang jelas menggambarkanhasil yang diperoleh. Gambar dan table harusdiberi nomor dan dikutip dalam naskah. Foto dapatdikirim dengan ukuran 4 R. Biaya pemuatan fotobewarna akan dibebani ke penulis. Grafik hasilpengolahan data dikirim dalam file yang terpisahnaskah ilmiah dan disertai nama program dandata dasar penyusunan grafik. Pembahasanyang disajikan hendaknya memuat tafsir atas

CONTENT CAN BE QUOTED WITH THE SOURCE

Bul. Tek & Info Pertanian Vol. 14 No. 42 Hal. 64-127 DenpasarAgustus 2016

ISSN: 1693 - 1262

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERT ANIANISSN: 1693 - 1262

Penanggung JawabKepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali

Dewan RedaksiDr. Ir. I Wayan Alit Artha Wiguna, M.Si (Peternakan dan Ilmu Lingkungan)

Dr. Ir. Ida Bagus Gede Suryawan, M.Si (Hama Penyakit)Dr. Drh. I Made Rai Yasa, M.Si (Sistem Usaha Pertanian)

Dr.I Gusti Komang Dana Arsana,SP.M.Si (Budidaya Pertanian)Ir. Ida Bagus Aribawa, MP (Ilmu Tanah)

Ir. Ida Ayu Parwati, MP (Sistem Usaha Pertanian)Drh. Nyoman Suyasa, M.Si (Sistem Usaha Pertanian)

Ir. Suprio Guntoro (Manajemen Peternakan)Ir. WayanTrisnawati, MP (Teknologi Pangan dan Pascapanen)

Mitra BestariProf. Ir.M Sudiana Mahendra, MAppSc, Ph.D (Ilmu Lingkungan)

Prof.Ir.I Made S. Utama, M.S,Ph.D (Teknologi Pascapanen Hortikultura)Prof. (Riset) Dr. I Wayan Rusastra, M.S (Agroekonomi dan Kebijakan Pertanian)

Dr. Ir. Rubiyo, M.Si (Pertanian Lahan Kering dan Budidaya Pertanian)

Redaksi PelaksanaIr. I Ketut Kariada, M.ScM.A Widyaningsih, SP

Fawzan Sigma Aurum, S.TPIr. Ni Putu Suratmini, M.Si

Alamat RedaksiBalai PengkajianTeknologi Pertanian (BPTP) - Bali

Jl. Bypass Ngurah Rai, Pesanggaran, Denpasar Selatan, Denpasar, Bali 80222PO.BOX 3480

Telepon/ Fax: (+62361) 720498email: [email protected]

website: http://www.bali.litbang.deptan.go.id

Buletin Teknologi dan Informasi Pertanian memuat pemikiran ilmiah, hasil – hasil kelitbangan, atautinjuan kepustakaan bidang pertanian secara luas yang belum pernah diterbitkan pada media

apapun, yang terbit tiga kali dalam satu tahun setiap bulan April, Agustus, dan Desember

BULETIN TEKNOLOGI DAN INFORMASI PERT ANIAN

Volume 14 Nomor 42, Agustus 2016

ISSN 1693 - 1262

TABLE OF CONTENT

ANALISIS DUA VARIETAS JAGUNG PANEN MUDADI KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI

I Nyoman Adijaya dan I Nyoman Sutresna ........................................................................... 64-69

DAMPAK INTRODUKSI KOMPONEN TEKNOLOGI TANAMAN SEHATTERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KAKAO

I Wayan Sunanjaya .............................................................................................................. 70-74

EVALUASI KINERJA PMT WILAYAH KALIMANTANBERDASARKAN INDIKATOR KINERJA

Yennita Sihombing............................................................................................................... 75-85

FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETAHANAN PANGANPETANI SL-PTT PADI DI BALI

I Ketut Mahaputra ................................................................................................................ 86-91

KAJIAN PENYEBARLUASAN INOVASI PERTANIAN MELALUI PAMERAN PEKAN DAERAH(PEDA) KTNA PROVINSI BALI KE XXV DI KABUPATEN BANGLI 2015

I Made Sugianyar, Ketut Kasih Sukraeni dan Nyoman Budiana ........................................... 92-99

KERAGAAN PRODUKTIVITAS BEBERAPA AYAM LOKAL ASLI INDONESIANyoman Suyasa ............................................................................................................... 100-106

MORFOLOGI DAN KANDUNGAN HARA NITROGEN, PHOSPAT DAN KALIUM DAUNPADA FASE-FASE PERKEMBANGAN ORGAN BUNGA TANAMAN JERUK SIAM

Ni Putu Anom Sulistyawati dan Ni Made Delly Resiani ...................................................... 107-111

MUTU SARI BUAH ANGGUR LOKAL BALI BERDASARKAN PENERIMAANPANELIS SELAMA PENYIMPANAN

Wayan Trisnawati .............................................................................................................. 112-115

PEMANFAATAN INOVASI TEKNOLOGI DALAM MENDUKUNGPENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN

I Made Sukadana .............................................................................................................116-121

PENGARUH INTRODUKSI KOMPONEN PENGENDALIAN HAMA TERPADUTERHADAP KELIMPAHAN HAMA, PENYAKIT DAN MUSUH ALAMI KAKAO

Ni Made Delly Resiani ...................................................................................................... 122-127