Analisis Cross Polarisation Interference

75
  ANALISIS CROSS POLARISATION INTERFERENCE (CPI) DENGAN MENGGUNAKAN SPECTRUM ANALYZER PADA PELANGGAN SATELIT TELKOM-1 Laporan Kerja Praktek di PT Telekomun ikasi Indonesia, .Tbk Sub Divisi Satelit Infratel Stasiun Pengendali Utama Cibinong, Bogor Oleh: Nama : Rizki Setyadi NPM : 054108009 Bidang Peminatan : Teknik Telekomunika si PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR 2012

description

Analisis Cross Polarisation Interference

Transcript of Analisis Cross Polarisation Interference

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 1/75

 

ANALISIS CROSS POLARISATION INTERFERENCE (CPI)

DENGAN MENGGUNAKAN SPECTRUM ANALYZER PADA

PELANGGAN SATELIT TELKOM-1

Laporan Kerja Praktek di PT Telekomunikasi Indonesia,.Tbk 

Sub Divisi Satelit Infratel Stasiun Pengendali Utama

Cibinong, Bogor

Oleh:

Nama : Rizki Setyadi

NPM : 054108009

Bidang Peminatan : Teknik Telekomunikasi

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PAKUAN

BOGOR

2012

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 2/75

 

LEMBAR PENGESAHAN

Mengetahui dan menyetujui Laporan Kerja Praktek yang telah

dilaksanakan oleh, 

Rizki Setyadi NPM. 054108009

Tempat Kerja Praktek 

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Sub Divisi Satelit Infratel Stasiun Pengendali Utama

Cibinong, Bogor

Judul Laporan : 

ANALISIS CROSS POLARISATION INTERFERENCE (CPI) DENGAN

MENGGUNAKAN SPECTRUM ANALYZER PADA PELANGGAN

SATELIT TELKOM-1

Bogor, Maret 2012

Pembimbing Lapangan Pembimbing Penulisan

Imam MPB, ST.,MT Achmadi Suryo.H, Ir

ASMAN HelpDesk Koordinator KerjaPraktek 

Imam MPB, ST.,MT Evyta Wismiana, ST.,MT

Program Studi Teknik Elektro

Ketua,

Dede Suhendi, Ir.,MT

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 3/75

 

LEMBAR NILAI

Nama Tempat Kerja Praktek : PT Telekomunikasi Indonesia Tbk.

SubDivSat Infratel SPU Cibinong, Bogor

Alamat : Jl. Raya Narogong Km. 26.5

Klapanunggal Bogor

Lama Kerja Praktek  : 1(satu) bulan

Mulai Kerja Praktek  : 1 November 2011

Akhir Kerja Praktek : 30 November 2011 

Selama melakukan Kerja Praktek, mahasiswa menunjukan sikap dan

disiplin kerja dengan PREDIKAT sebagai berikut:

( ) BAIK

( ) CUKUP BAIK

( ) PERBAIKAN LAPORAN

Bogor, Maret 2012

Pembimbing Lapangan

Imam MPB, ST.,MT

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 4/75

 

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat

limpahan rahmat dan hidayah-Nya maka Laporan Kerja Praktek ini dapat

diselesaikan.

Laporan Kerja Praktek yang berjudul “ANALISIS CROSS

POLARISATION INTERFERENCE (CPI) DENGAN MENGGUNAKAN

SPECTRUM ANALYZER PADA PELANGGAN SATELIT TELKOM-1”

yang merupakan syarat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Kerja Praktek 

pada Program Studi Elektro Universitas Pakuan.

Atas semua bantuan yang telah diberikan, baik secara langsung maupun

tidak langsung selama penyusunan tugas akhir ini hingga selesai, penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1.  Ibu DR., Titik Penta Artiningsih, Ir., MT selaku Dekan Fakultas Teknik 

Universitas Pakuan.

2.  Bapak Dede Suhendi, Ir.,MT selaku Ketua Program Studi Teknik Elektro

Fakultas Teknik Universitas Pakuan.

3.  Ibu Evyta wismiana, ST.,MT selaku Kordinator Kerja Praktek.

4.  Bapak Achmadi Suryo.H, Ir selaku dosen pembimbing yang telah membantu

dalam memberikan bimbingan selama proses penyusunan Laporan Kerja Praktek.

5.  Kedua Orang tua yang selalu mendukung dengan do’a dan motivasi.  

6.  Bapak Imam MPB, ST.,MT selaku pembimbing Lapangan sekaligus ASMAN

 HelpDesk PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. SubDivSat Infratel SPU Cibinong.

7.  Rekan-rekan bagian HelpDesk  yang selalu membimbing penulis.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 5/75

 

8.  Pimpinan dan seluruh jajaran PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. SubDivSat

Infratel SPU Cibinong.

9.  Teman-teman Elektro 2008 yang selalu memberikan semangat dan juga motivasi

kepada penulis selama penyusunan Laporan Kerja Praktek.

10. Eci, yang selalu memberikan do’a, motivasi dan inspirasi selama penyusunan

kerja praktek.

11. Semua pihak yang secara tidak langsung terlibat dalam pembuatan laporan kerja

praktek dan tidak mungkin dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini belum sempurna, baik 

dari segi materi maupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang

membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan Laporan Kerja Praktek ini.

Terakhir penulis berharap, semoga Laporan Kerja Praktek ini dapat

memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan

khususnya bagi penulis.

Bogor, Maret 2012

Penulis,

(Rizki Setyadi)

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 6/75

 

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………….. i

LEMBAR PERSETUJUAN……………………………………………..... ii 

LEMBAR PENILAIAN................................................................................. iii

KATA PENGANTAR..................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR....................................................................................... ix

DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xi

BAB. I PENDAHULUAN…………………………………………... 1

1.1. Latar Belakang……………………………………… 1

1.2. Tujuan Kerja Praktek……………………………… 3

1.3. Batasan Masalah……………………………………. 4 

1.4. Tempat dan waktu Pelaksanaan Kerja Praktek….. 4

1.5. Sistematika Penulisan…….......................................... 4

BAB II PROFIL PERUSAHAAN…………………………………... 6

2.1 Sejarah PT Telekomunikasi Indonesia,Tbk…......... 6

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 7/75

 

2.1.1. Periode 1976 sampai dengan 1980……......... 6

2.1.2. Periode 1980 sampai dengan 1990……............ 8

2.1.3 Periode 1990 sampai dengan sekarang…….... 8

2.2. Aspek Teknis Satelit milik Telkom............................... 9 

2.2.1.  Palapa A................................................................ 9

2.2.2 Palapa B................................................................... 10

2.2.3. Telkom-1............................................................... 10

2.3. Visi dan Misi

PT Telekomunikasi Indonesia SubDivSat SPU............... 11

2.3.1. Visi........................................................................ 11

2.3.2. Misi........................................................................ 11

2.4. Deskripsi Perusahaan...................................................... 12

2.5 Logo dan arti Perusahaan............................................... 12

2.6 Struktur Organisasi......................................................... 14

2.7 Generasi Satelit TELKOM............................................. 16

BAB III LANDASAN TEORI.................................................................... 18

3.1 Definisi Satelit................................................................... 18

3.2 Orbital Satelit................................................................ 18

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 8/75

 

3.2.1 Orbit Dasar Satelit........................................... 20

3.2.2. Fungsi Satelit..................................................... 22

3.3. Sistem Komunikasi Satelit........................................... 23

3.3.1 Stasiun Bumi...................................................... 24

3.3.2 Perangkat Stasiun Bumi.................................. 24

3.4 Parameter Satelit........................................................... 29

3.5 Parameter Stasiun Bumi.............................................. 29

3.6 Frekuensi Kerja Satelit…………………………….. 34

3.7 Pengenalan Spectrum Analyzer.............................................. 30 

3.7.1 Pengaturan Frekuensi SpektrumAnalyzer... 35

3.7.2 Cross Polarisation Interference...................... 46

BAB IV PENGAMATAN DAN DATA...................................... 48

4.1. Pengamatan Monitoring

Cross Polarisation Interference (CPI)........................ 48

4.2 Data hasil monitoring………………………………. 52 

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISA............................... 55

5.1 Perhitungan Cross Polarisation Interference (CPI)

dengan menggunakan persamaan…………………. 55 

5.2 Menentukan Parameter Stasiun Bumi...................... 60

BAB VI KESIMPULAN.......................................................................... 64

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 9/75

 

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 65

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 10/75

 

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Logo Telkom................................................................... 13

Gambar 2.2 Struktur Organisasi PT. Telekomunikasi Indonesia

Tbk Subdivsat Infratel SPU Cibinong........................ 15

Gambar 3.1 Circular Polar Orbits.................................................... 20

Gambar 3.2 Elliptical Inclined Orbits.............................................. 21

Gambar 3.3 Circular Equatorial Orbits........................................... 22

Gambar 3.4 Diagram blok Perangkat Stasiun bumi...................... 24

Gambar 3.5 Posisi pengaturan antena parabola pada saat

Crosspol……………………………………………... 25

Gambar 3.6 Posisi pergerakan antena parabola pada saat

Crosspol.......................................................................... 26

Gambar 3.7 Spectrum Analyzer tampak depan............................. 41

Gambar 3.8 Input pada Spectrum Analyzer................................... 41

Gambar 3.9 Spectrum Analyzer tampak belakang........................ 42

Gambar 3.10 Frekuensi Pelanggan Telkom-1................................... 44

Gambar 3.11 Frekuensi Pelanggan Telkom-2................................... 45

Gambar 4.1 Lebar Bandwidth dalam 1 transponder..................... 49

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 11/75

 

Gambar.4.2 Frekuensi IF setelah di bandingkan........................... 49

Gambar 4.3 Frekuensi IF untuk frekuensi Center......................... 50

Gambar 4.4 Hasil monitoring Telkom-1 / 8 Horisontal................ 52

Gambar 4.5 Bentuk main Carrier pada saat pengaturan

Elevasi............................................................................. 53

Gambar 4.6 Bentuk Carrier pada saat pengaturan

Azimuth.......................................................................... 54

Gambar 5.1 Hasil monitoring Pelanggan Telkom-1 / 9

Horisontal sebelum Crosspol...................................... 55

Gambar 5.2 Grafik menentukan Frekuensi Center……………. 56 

Gambar 5.3 Gr afik menentukan Frekuensi Downlink………… 56 

Gambar 5.4 Hasil monitoring Pelanggan Telkom-1 / 9

Horisontal setelah crosspol.......................................... 63

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 12/75

 

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbandingan Sistem Satelit Domestik Indonesia............... 16

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 13/75

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Satelit telekomunikasi merupakan sub sistem telekomunikasi yang berbasis

teknologi modern dan aplikasinya bagi sistem telekomunikasi baru berkembang

beberapa dasawarsa belakangan ini. Bagi indonesia, kehadiran satelt selain

bermakna strategis juga sekaligus membanggakan, karena dengan peluncuran

satelit palapa A-1 menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga di dunia yang

memiliki satelit telekomunikasi, setelah Amerika Serikat dan Kanada. Satelit

merupakan komponen telekomunikasi yang berada di luar angkasa, satelit ini

bergerak mengelilingi bumi menurut orbit tertentu. Sehingga sistem satelit dapat

dikatakan sebagai sistem komunikasi yang menggunakan satelit sebagai repeater  

yang didalamnya dapat berfungsi sebagai penguatan sinyal komunikasi. 

Secara umum sistem komunikasi satelit tersusun atas dua bagian penting

yaitu peralatan yang berada di bumi Ground Segment dan peralatan yang berada

di luar angkasa Spacecraft Segment. Dalam ground segment  terdapat beberapa

perangkat utama di bagian pengirim (up-link ) diantaranya adalah Modem, up-

converter, High Power Amplifer  (HPA) dan antena Tx. Dan sama juga dengan

penerima (down-link ) diantararnya terdapat antena Rx,   Low Noise Amplifier  

(LNA), down-converter , Modem. Seperti di atas di jelaskan up-link  sebagai

pengirim dan down-link sebagai penerima, Up-link sendiri berfungsi untuk.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 14/75

 

memancarkan sinyal Radio Frekuensi (RF) dari Stasiun Bumi ke satelit sedangkan

fungsi dari Down-link memancarkan sinyal RF dari satelit ke stasiun Bumi.

Dalam sistem komunikasi satelit juga tidak ketinggalan dengan

perkembangan teknologi yang semakin pesat, dalam hal ini untuk melakukan

akselerasi dalam menjangkau fasilitas yang ada di sinipun akan dikenalkan alat

yang memiliki fungsi cukup vital khususnya dalam melakukan layanan up-link  

maupun down-link  yaitu Spectrum Analyzer  yang memiliki fungsi utama untuk 

mengukur signal transmisi. Dalam dunia komunikasi satelit alat ini sering

digunakan untuk  pointing antena (mengarahkan antena parabola ke satelit yang

akan digunakan). Dengan memanfaatkan alat ukur ini, memudahkan teknisi dalam

menentukan apakah antena sudah mengarah ke satelit yang benar. Pada Spectrum

 Analyzer  dapat dilihat pola signal yang diterima dan dapat membuat acuan

(refferensi) untuk setiap satelit yang ada, Pada umumnya memanfaatkan signal

beacon untuk membedakan satelit satu dengan lainnya. Kesulitan dalam

mengarahkan antena ke satelit yang benar dikarenakan letak orbit satelit di

angkasa sangat berdekatan, Maka diperlukan Spectrum Analyzer untuk memonitor

signal yang diterima.

Selain untuk kebutuhan tadi, Spectrum Analyzer  juga banyak digunakan

untuk melakukan pengetesan performa alat transmisi satelit dan quality & control.

Misalnya untuk mengukur Gain Flatness (Kerataan Gain), Intermodulasi Product  

(Kondisi dimana sebuah Out Door Unit  (ODU) mengkonversi 2 signal input ),

Spourius ( Noise yang dihasilkan pada saat penguatan signal). Untuk melihat

beberapa kondisi diatas diperlukan Spectrum Analyzer dan tentunya kemampuan

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 15/75

 

sang operator dalam menggunakannya. Dalam hal ini peranan Spectrum Analyzer  

sangat penting khususnya untuk melakukan crosspol maupun juga pointing,

sebagai contoh pada saat adanya pelanggan yang sedang transmit meminta

perbandingan nilai Cross polarisation Interference (CPI). Untuk CPI hal ini

sangat perlu diperhatikan karena menyangkut perbandingan level daya carrier  

yang akan ditentukan. Semakin baik nilai CPI dari suatu antena maka semakin

baik pula kualitas transmisi sinyal yang dihasilkan.

1.2  Tujuan Kerja Praktek 

Laporan Kerja Praktek ini merupakan suatu pencapaian hasil akhir dari

rangkaian program Kerja Praktek yang dilakukan di PT. Telekomunikasi

Indonesia Tbk. Tujuan dari pengambilan judul ini adalah untuk mengetahui

parameter perhitungan mencari nilai CPI dan juga membandingkan hasil dari

menggunakan Spectrum Analyzer  dengan menggunakan persamaan rumus yang

sudah ditentukan. Adapun manfaat yang didapatkan dari kerja praktek ini adalah

dapat menambahkan pengalaman dan wawasan mengenai dunia kerja yang

sesungguhnya, serta dapat melatih potensi diri untuk dapat beradaptasi pada saat

memasuki dunia kerja nantinya.

1.3 Batasan Masalah

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 16/75

 

Penulisan Laporan Kerja Praktek ini dibatasi pada pembahasan mengenai

analisis Cross Polarisation Interference (CPI) dengan menggunakan Spectrum

 Analyzer  pada pelanggan satelit Telkom-1.

1.4 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kerja Praktek

Kerja Praktek ini dilaksanakan pada posisi   Help desk bagian monitoring

transmisi satelit  PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Sub Divisi Satelit Infratel

Stasiun Pengendali Utama Jl. Raya Narogong Km. 26.5 Klapanunggal Bogor.

Kerja Praktek ini dilakukan dari tanggal 1 November 2011 sampai dengan 30

November 2011.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan Laporan Kerja Praktek ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang masalah, tujuan kerjapraktek,

batasan masalah, tempat dan waktu pelaksanaan kerja praktek dan

sistematika penulisan laporan.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 17/75

 

Bab ini menjelaskan tentang sejarah singkat, visi dan misi serta,

struktur organisasi PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. Sub Divisi

Satelit Infratel Stasiun Pengendali Utama.

BAB III LANDASAN TEORI

Bab ini menjelaskan tentang pengertian satelit, jenis-jenis orbital

satelit, pengendalian komunikasi satelit, frekuensi kerja satelit,

Spectrum Analyzer dan juga Cross Polarisation Interference.

BAB IV PENGAMATAN DAN DATA KERJA PRAKTEK

Bab ini menjelaskan cara kerja awal menggunakan Spectrum

 Analyzer  ketika ada pelanggan yang melakukan transmit .

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISA

Bab ini menjelaskan tentang perhitungan Uplink dan downlink juga

menghitung CPI dan C/N.

BAB VI KESIMPULAN

Bab ini menjelaskan tentang kesimpulan dari pembahasan data dan

analisa . 

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 18/75

 

BAB II

PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Sejarah PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk SubDivSat Stasiun

Pengendali Satelit

Dalam sistem satelit telekomunikasi selain satelit sebagai space segment. 

Keberadaan perangkat di bumi ground segment seperti stasiun pengendali antena

dan lain-lain sangat penting. Salah satu sub sistem ruas bumi yang berperan

penting dalam sejarah sistem satelit telekomunikasi di Indonesia adalah SPU

(Stasiun Pengendali Utama) Cibinong yang keberadaannya sama tuanya dengan

operasional satelit telekomunikasi di Indonesia. SPU Cibinong mulai di bangun

bersamaan dengan persiapan fisik pembuatan satelit pertama di Indonesia (palapa

A). Untuk memberikan gambaran perjalanan SPU Cibinong dari masa ke masa,

berikut adalah ringkasan sejarahnya.

2.1.1 Periode 1976 sampai dengan 1980

SPU dibangun dalam rangka program peluncuran satelit Palapa A. Kontrak 

pembuatan satelit dan master kontrolnya (pengendali utama) dimenangkan oleh

hughes, kontrak untuk pembangunan gedung SPU Cibinong dilaksanakan oleh

PT. Graha Gapura  Engineering dan CV Modern. Total anggaran untuk 

pembangunan sistem komunikasi satelit domestik (SKSD) mencapai USD 161,8

 juta, belum termasuk dana rupiah.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 19/75

 

SPU Cibinong yang di bangun di atas lahan seluas 11 hektar, diresmikan

tahun 1976. Saat peluncuran satelit Palapa A-1 pada tanggal 9 Juli 1976 pukul

06.31 WIB yang diluncurkan dari Cape Caneveral, Florida Amerika Serikat dan

ditempatkan pada slot orbit 83 derajat Bujur Timur, SPU Cibinong berfungsi

sebagai pengendali utama di belahan bumi bagian Timur.

Peran yang sama juga dilakukan SPU Cibinong pada peluncuran Satelit

Palapa A-2 pada 11 Maret 1977 dari tempat yang sama, yang ditempatkan di slot

orbit 77 derajat bujur timur. Sejak itu SPU Cibinong mengendalikan dua satelit,

yaitu Satelit palapa A-1 (12 transponder ) dan Satelit Palapa A-2 (12

transponder).

Sebagai subsistem pengendali utama satelit, SPU Cibinong dilengkapi

dengan fasilitas perangkat pengendali satelit Palapa A yang antara lain terdiri dari:

a) 

Full Motion Antenna (FMA) 9,8 meter buatan SA (Scientific Atlanta Inc)

b)  Spaceraft control Equipment (SCE) dengan komputer pengendali bermerek HP-5

Mx ( Hewlett packard ).

Tahun 1980, organisasi SPU Cibinong berubah menjadi Dinas Operasi

Satelit (DINOPSAT) di bawah pimpinan Direktur Operasi dan Teknik 

Telekomunikasi. Kepala Dinopsat waktu itu adalah Ir. Remedy Paranginangin,

terakhir sebagai dirut PT. Ratelindo.

2.1.2 Periode 1980 sampai dengan 1990

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 20/75

 

Pada sub sistem pengendalian satelit, perangkat pengendali pada tahun

1981 di “upgrade” dengan perangkat baru yang di dukung oleh komputer 

pengendali PDP 11/70. Pada tanggal 18 Juni 1983 SPU Cibinong kembali

memegang peran pengendalian belahan bumi Timur untuk peluncuran Palapa B-1.

Selanjutnya pada tanggal 21 Maret 1987 SPU Cibinong mengendalikan

peluncuran Palapa B2P. Demikian pula pada tanggal 14 april 1990 peranan yang

sama dilakukan dengan baik oleh SPU Cibinong, ketika peluncuran Palapa B2R.

Tahun 1983 sebagai KAOPSAT adalah Ir Sahala Silalahi. Tak lama

kemudian struktur organisasi SPU Cibinong berganti lagi, kali ini berada di bawah

wewenang Wilayah Operasi (Wilop) SKSD membawahi 10 zona. Sebagai

KAWILOP SKSD Ir. Benny Syahrial Nasution, yang kemudian di gantikan Ir.

Sahala Silalahi pada tahun 1987.

2.1.3 Periode 1990 sampai dengan sekarang

Pada periode 1990-an, Telkom membangun stasiun pengendali satelit baru

di kawasan jalan Daan Mogot, Jakarta Barat. Satelit ini selain untuk 

mengoperasikan satelit yang ada juga untuk mengendalikan satelit Palapa generasi

C. Gedung dan perangkat ini kemudian di kelola PT. Satelindo untuk 

pengoperasian satelit Palapa C.

Pada saat ini SPU Cibinong mengendalikan 3 buah satelit secara

bersamaan. Di tahun yang sama pula, SPU Cibinong mendapat tugas tambahan

untuk mengendalikan Palapa B1 dalam inclined orbit operation untuk 

kepentingan PT. Pasifik Satelin Nusantara (PSN) sebagai Perusahaan afiliasi

TELKOM. Hal yang sama juga di lakukan SPU Cibinong dalam mendukung

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 21/75

 

pengoperasian satelit Palapa B2P setelah di alihkan kepada PT PSN pada 1996.

Seiring dengan beroperasinya satelit Telkom-1 yang di luncurkan sebagai

pengganti satelit Palapa B2R, SPU Cibinong mulai disibukkan dengan program

kerja baru, yaitu persiapan peralihan pengoperasian posisi orbit baru untuk Palapa

B2R yang akan di alihkan pemakaiannya kepada suatu perusahaan asing. Tugas

spesifik dari SPU Cibinong selain menggeser satelit dari ke lukasi baru, juga

merubah posisi satelit sehingga berbalik 180 derajat, sesuai permintaan calon

pelanggan.

2.2 Aspek Teknis Satelit milik Telkom

2.2.1 Palapa A

Satelit pertama yang di miliki Indonesia adalah Palapa A-1 yang di

luncurkan dengan roket peluncur Delta 2914 di Kennedy Space Center Cape

Canaveral florida AS pada 9 Juli 1976. Palapa A-1 di tempatkan pada posisi 83

derajat Bujur Timur pada orbit GEO dengan ketinggian 36.000 Km di atas

Khatulistiwa.Penggunaan satelit Palapa A-1 adalah untuk merelai percakapan

telepon serta hubungan telegram dan teleks yang ditangani oleh Perumtel dalam

lingkungan Departemen Perhubungan yang saat itu merencanakan 415.000

sambungan telepon pada akhir pelita II. Dalam satelit ini terpasang 12 transponder

yang masing-masing dapat melayani 400 sirkuit atau 800 saluran sambungan

telepon atau 1 saluran televisi berwarna. Dengan berakhirnya pula satelit generasi

pertama, maka diluncurkan satelit generasi kedua, yakni Palapa B.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 22/75

 

2.2.2 Palapa B

Seluruh satelit generasi kedua (Palapa B) memiliki kapasitas24

transponder, transponder merupakan perangkat elektronik yang berfungsi sebagai

penguat sinyal bila menerima getaran sinyal dari stasiun bumi. Setiap transponder  

aktif dapat melayani sebanyak 1000 jalur suara satu arah atau transmisi televisi

berwarna. Selain itu sateltit generasi kedua ini membawa enam transponder tak 

aktif yang memenuhi fungsi 5 untuk 4 redudansi. Artinya, dari setiap lima

transponder hanya empat yang aktif dan sisanya satu berfungsi sebagai cadangan

yang akan terpakai jika satu dari lima transponder dalam kelompok ini tak 

berfungsi.

2.2.3 Telkom-1

Basis satelit Gtelkom-1 adalah model A2100A berbentuk kubus dengan

 jenis three axis stabilized . Tipe ini berbeda dengan satelit-satelit sebelumnya,

yakni Palapa A dan B yang berjenis spiner satellite. Bobot total satelit Telkom-1

adalah 2.784 Kg. Dengan kemampuan penggunaan daya yang efisien sehingga

dapat beroperasi mencapai 20 tahun. Total kapasitas  payload 36 transponder  di

bandingkan Palapa B2R yang hanya memiliki 24 transponder dengan daya serta

tingkat keandalan lebih tinggi EIRP-nya 38 dBW-41 dBW, reablity 0,8 pada end 

of life. Dengan daya yang lebih tinggi maka para pengguna Telkom-1 akan

mendapatkan kualitas sinyal yang lebih baik serta memungkinkan penggunaan

antena dengan ukuran lebih kecil, sehingga diharapkan harga terminal lebih

ekonomis. Penggunaan spektrum frekuensi C-band  dan   Extended C-band 

merupakan solusi tepat untuk daerah tropis dengan curah hujan yang tinggi seperti

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 23/75

 

Indonesia karena faktor redamannya lebih rendah dibandingkan bila

menggunakan spektum frekuensi lain, misalnya Ku-Band dan Ka-Band.

2.3 Visi dan Misi PT Telekomunikasi Indonesia SubDivSat SPU

2.3.1 Visi

Visi dari PT. Telekomunikasi Indonesia adalah sebagai berikut:

Telkom : To become a leading infocom player in the region

Divisi Infratel : To become a leading infocom infrastructure provider 

in the region

SubDivSat : The dominant player of satellite full service network 

2.3.2 Misi

Misi dari PT. Telekomunikasi Indonesia adalah sebagai berikut: 

Telkom : one stop infocom service with excellence quality and 

competitive price and to be role models as the best 

managed Indonesian corporation.

Divisi Infratel : Managing infocom infrastructure the best practices,

optimizing superior human resources and 

synergizing partners.

SubDivSat : Providing a fast and competitive services.

2.4 Deskripsi Perusahaan

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 24/75

 

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk 

(“TELKOM”, ”Perseroan”, “Perusahaan”, atau “Kami”) merupakan Badan Usaha

Milik Negara dan penyedia layanan telekomunikasi dan jaringan terbesar di

Indonesia. TELKOM menyediakan layanan  InfoComm, telepon kabel tidak 

bergerak (  fixed wireline) dan telepon nirkabel tidak bergerak (  fixed wireless),

layanan telepon seluler, data dan internet, serta jaringan dan interkoneksi, baik 

secara langsung maupun melalui anak perusahaan.

2.5 Logo Perusahaan

Sebuah logo akan menjadi suatu   Brand Images dimana dari suatu

perusahaan. Sudah banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan transformasi

visi dan misi melalui logo contohnya Pertamina dan Telkom. Logo juga bersifat

persepsi kuat terhadap perusahaan. Adapun Arti dari simbol-simbol logo tersebut

dapat dilihat pada gambar 2.1 [1] sebagai berikut:

Gambar 2.1. Logo Telkom

Arti dari Logo Telkom:

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 25/75

 

a)  Lingkaran sebagai simbol dari kelengkapan produk dan layanan dalam portofolio

bisnis baru TELKOM yaitu TIME (Telecommunication, Information, Media &

 Edutainment ). Expertise.

b)  Tangan yang meraih ke luar. Simbol ini mencerminkan pertumbuhan dan ekspansi

ke luar. Empowering. 

c)  Jemari tangan. Simbol ini memaknai sebuah kecermatan, perhatian, serta

kepercayaan dan hubungan yang erat. Assured. 

d)  Kombinasi tangan dan lingkaran. Simbol dari matahari terbit yang maknanya

adalah perubahan dan awal yang baru. Progressive. 

e)  Telapak tangan yang mencerminkan kehidupan untuk menggapai masa depan.

 Heart.

Warna-warna yang digunakan adalah :

a)    Expert Bluepada teks Telkom melambangkan keahlian dan pengalaman yang

tinggi

b)  Vital Yellow pada telapak tangan mencerminkan suatu yang atraktif, hangat, dan

dinamis

c)   Infinite sky blue pada teks Indonesia dan lingkaran bawah mencerminkan inovasi

dan peluang yang tak berhingga untuk masa depan.

2.6 Struktur Organisasi PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Sub

Divisi Satelit Infratel Stasiun Pengendali Utama

Struktur organisasi di SPU Cibinong memiliki 6 bagian utama, yaitu:

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 26/75

 

1.  Bagian Pengendalian Satelit (Dalsat Telkom-1, OPS Palapa

B4/B2R, analisa orbital, dan data OPS).

2.  Bagian Pengendalian Komunikasi Satelit (Harkat SPU, ME dan

SARPEN, Help Desk Transmisi Satelit).

3.  Bagian Pengembangan  Net  dan performansi (analist network 

improvement, Korsat dan regulasi).

4.  Bagian Operasi Harian (Transponder , Management Stasiun Bumi,

 Broadcast)

5.  Bagian Pengelolaan Produk (jasa transponder, jasa turutan).

6.  Bagian Administrasi ( Officer SDM, Officer Umum dan logistik).

Diagram struktur organisasi PT Telekomunikasi Indonesia SubDivSat SPU

cibinong diperlihatkan pada gambar 2.2 [1] di bawah ini.

GENERAL MANAGERSATELIT

MANAGER

DALSAT

MANAGER

DALKOMSAT

MANAGER

BANGNET DANPERFORMANSI

MANAGER

OPHAR

MANAGER

PENGELOLAANPRODUK

MANAGER

ADMINISTRASI

ASMANDALSAT

TELKOM-1

ASMAN

ASMANHARKAT SPU

ASMAN

ASMANJASA

TRANSPONDER

ASMAN

OFFICER-1SDM

OFFICER-1

OFFICER-1SEKRETARIAT

DAN STAF

TACTRANSAT

TACTRANSPONDER

TAC

STASIUN BUMI(2)

TACSYSTEM IDR

OFFICER-1ANALIST

NETWORK

IMPROVEMENT

OFFICER-1

ASMANTRANSPONDER

ASMAN

STRUKTUR ORGANISASI SUBDIVSATKD.30/PS150/CTG-10/2004

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 27/75

ASMAN ASMAN OFFICER 1

 

Gambar 2.2 Struktur Organisasi SubDivsat SPU Cibinong

2.7 Generasi Satelit TELKOM

Dengan keputusan menggeluti kembali teknologi serta bisnis satelit dalam

 porfolio manajemen dan bisnisnya, maka timbul euphoria yang baru di

lingkungan TELKOM untuk memandang bidang satelit ini sebagai suatu bidang

bisnis yang tak terpisahkan dari agenda utama PT TELKOM, dan bahkan

menempatkannya sebagai suatu alat produksi strategik perusahaan.

Tahun 1999 ini akan segera diluncurkan sebuah satelit pengganti Palapa

B2R, yang disebut satelit TELKOM-1, dengan performansi yang jauh di atas

satelit pendahulunya (Lihat Tabel 2.1 [1]). Sistem ini akan dimanfaatkan

sebanyak-banyaknya untuk menjawab kebutuhan akses kecepatan tinggi secara

komplementer terhadap akses kabel tetapi dengan penggelaran yang lebih cepat.

Termasuk dalam pelayanan ini ialah pelayanan akses multimedia berbasis satelit

dengan berlabel Telkomnet Turbo. 

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 28/75

 

Tabel 2.1: Perbandingan Sistem Satelit Domestik Indonesia.

Nama  Palapa-A  Palapa-B  Palapa-C  Telkom-1 

Type HS-333 HS-376 HS-601 LM-

A2100

Kapasitas 12

Transponder

24

Transponder

34

sponder

36

Transponder

EIRP 30 dBW 33 dBW 37 dBW 38/41 dBW

G/T 1 dBK 1 dBK 1 dBK 1 dBK

Reliability 0.7 0.7 0.75 0.8

Life Time 7 Tahun 9 Tahun 12 Tahun 15 tahun

Peluncur Delta 2914 Space Shuttle Ariane-4 Ariane-5

Gambaran

Visual

Palapa A Palapa-b Palapa-C Telkom-1

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 29/75

 

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Definisi Satelit

Satelit merupakan komponen telekomunikasi yang berada di luar angkasa,

satelit ini bergerak mengelilingi bumi menurut orbit tertentu. Sehingga

komunikasi satelit dapat dikatakan sebagai sistem komunikasi yang menggunakan

satelit sebagai repeater  yang di dalamnya berfungsi sebagai penguatan sinyal

dalam komunikasi. Satelit berfungsi sebagai pengulang (repeater ), ini berarti

satelit harus mempunyai antena pemancar dan penerima yang sangat terarah.

Satelit menerima sinyal-sinyal dan memancarkan kembali ke stasiun bumi tujuan

dengan frekuensi yang berbeda.

3.2 Orbital Satelit

Ditinjau dari daerah orbital dan wilayah cakupannya satelit dapat

digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu terdiri dari sebagai berikut:

a)   Low Earth Orbit (LEO)

Satelit ini mengorbit pada ketinggian 300 Km sampai dengan 1500 Km

di atas permukaan bumi. Satelit LEO digunakan untuk komunikasi

suara tanpa menimbulkan delay propagasi dan daya yang digunakan

relatif kecil.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 30/75

 

b).  Medium Earth Orbit (MEO)

Satelit ini mengorbit pada ketinggian 1.500 sampai dengan 36.000 Km

diatas permukaan bumi. Satelit ini memiliki coverage yang lebih sempit

dan delay yang lebih kecil.

c). Geosyncronous Earth Orbit (GEO)

Satelit jenis ini mengorbit pada ketinggian ± 36.000 Km. Memerlukan

waktu 0,25 detik sinyal untuk mentransmisikan sinyal.

Keuntungan:

a)  Waktu yang dibutuhkan satelit GEO untuk mengitari bumi sama dengan

waktu bumi berotasi mengitari porosnya.

b)  Coverage satelit ini dapat mencapai 1/3 permukaan bumi.

c)  Sistem pelacakan dan kontrol satelit yang mudah

Kerugian:

a)  Jarak yang jauh menyebabkan redaman free space loss yang cukup besar.

b)  Membutuhkan delay transmisi yang cukup lama dan membutuhkan power

yang besar dalam proses pentransmisiannya.

Orbit satelit yang digunakan pada sistem Very Small Aperture Terminal 

(VSAT) metode akses Single Channel Per Carrier (SCPC) merupakan orbit GEO,

dimana pada orbital ini satelit bergerak searah dengan pergerakan rotasi bumi

sehingga akan menyelesaikan putaran pada sumbu bumi dalam waktu yang

bersamaan. Sehingga posisi satelit relatif tetap berada disuatu tempat tertentu

diatas permukaan bumi.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 31/75

 

3.2.1 Satelit Dasar Orbit

Dalam menjangkau daerah yang amat jauh dari perkotaan, misalnya daerah

pedesaan maupun daerah terpencil lainnya, termasuk di tengah laut, maka orang

merekayasa sistem wireless access yang lain dengan menggunakan teknologi

Satelit. Maka dalam Sistem Komunikasi Satelit, basic orbits di bagi menjadi tiga

 jenis basic orbits, yaitu :

a)  Circular Polar Basic 

  Basic Orbits ini dapat menjangkau ke seluruh permukaan bumi secara

merata, oleh sebab itu orbit ini dipakai untuk setelit-satelit keperluan riset ilmu

pengetahuan, metrologi / cuaca, militer, navigasi. Namun untuk keperluan

komunikasi, diperlukan sejumlah satelit agar hubungan komunikasi tetap konstan.

Berikut ini dapat dilihat lintasan circular polar orbit pada gambar 3.1 [4] sebagai

berikut ini:

Gambar 3.1 Circular Polar Orbits

b)   Elliptical Inclined Orbits 

Untuk keperluan komunikasi yang konstan tentunya revolusi dari orbit ini

cukup mengganggu yang dapat berhubungan setiap 12 jam. Oleh karena itu,

bentuk orbit ini unik, dimana sudut inklinasinya membentuk sudut 630

(derajat),

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 32/75

 

dan untuk sekali putar dibutuhkan 12 jam sama dengan keperluan komunikasi.

Untuk membentuk komunikasi yang kontinu perlu disusun beberapa satelit yang

saling bergantian. Keuntungan dari orbit ini adalah dapat melampaui kutub utara

dan kutub selatan, sehingga orbits ini dipakai oleh sistem komunikasi satelit

Soviet. Berikut ini dapat dilihat lintasan  Elliptical Inclined Orbits pada gambar

3.2 [4] sebagai berikut ini:

Gambar 3.2 Elliptical Inclined Orbits

c)  Circular Equitorial Orbits 

Bidang orbit ini memotong bidang equtor , dan jaraknya dari permukaan

bumi sejauh 35.800 Km. Satelit yang terletak di orbit ini kecepatannya sama

dengan kecepatan bumi, oleh sebab itu orbits ini disebut juga orbits Geostasioner .

Karena satelit pada orbit kecepatannya sama dengan bumi, maka untuk keperluan

komunikasi dapat berlangsung selama 24 jam. Orbits ini banyak dipakai satelit

komunikasi domestik maupun internaional. Untuk sistem INTELSAT, satelitnya

berada di orbit ini. Berikut ini dapat dilihat lintasan circular equitorial orbits pada

gambar 3.3 [4] sebagai berikut ini:

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 33/75

 

Gambar 3.3 Circular Equitorial Orbits

3.2.2 Fungsi Satelit

Berdasarkan fungsinya, satelit dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

a). Satelit Astronomi, merupakan satelit yang digunakan untuk mengamati dan

mempelajari objek-objek yang ada diluar angkasa seperti planet,

komet,galaksi, dan benda-benda angkasa lainnya. Jadi pada dasarnya satelit

ini di gunakan untuk kepentingan ilmu pengetahuan.

b). Satelit Cuaca, berguna untuk memantau dan mengamati keadaan cuaca dan

iklim yang yang ada di bumi. Dengan demikian kondisi cuaca dan iklim

yang akan terjadi pada suatu tempat dapat diprediksi dan diketahui.

c). Satelit Navigasi, berfungsi untuk keperluan navigasi atau untuk mengetahui

dimana letak atau posisi suatu objek tesebut berada. Sistem satelit navigasi

yang saat ini sedang banyak digunakan adalah Global Positioning System 

(GPS).

3.3 Sistem Komunikasi Satelit 

Sistem Komunikasi satelit merupakan suatu sistem komunikasi yang mana

media transmisinya adalah satelit yang memiliki fungsi sebagai penguat sinyal.

Satelit komunikasi adalah sebuah pesawat ruang angkasa yang ditempatkan pada

orbit disekeliling bumi dan didalamnya terdapat peralatan-peralatan penerima dan

pemancar gelombang mikro yang mampu me-relay (menerima dan memancarkan

kembali) sinyal dari satu titik ke titik lain di bumi. Satelit berfungsi sebagai

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 34/75

 

pengulang (repeater), ini berarti satelit harus mempunyai antena pemancar dan

penerima yang sangat terarah. Satelit menerima sinyal-sinyal dan memancarkan

kembali ke stasiun bumi tujuan dengan frekuensi yang berbeda. Frekuensi yang

digunakan dalam sistem komunikasi adalah bidang C (C-band ) dan bidang ku (ku-

band ). C-band memiliki daerah frekuensi yang biasa digunakan adalah 4-6 GHz

dan ku-band  pada frekuensi 12-14 GHz. Frekuensi 4 GHz pada C-band  dan 12

GHz pada ku-band adalah frekuensi untuk hubungan satelit ke stasiun bumi yang

dituju (downlink ), sedangkan frekuensi 6 GHz pada C-band dan 14 GHz pada ku-

band merupakan frekuensi untuk hubungan dari stasiun bumi ke satelit (uplink ).

3.3.1 Stasiun Bumi

Stasiun Bumi berfungsi untuk menerima sinyal dari satelit dan

memancarkan sinyal ke satelit. Stasiun bumi pengendali atau Stasiun Pengendali

Utama (SPU). Stasiun bumi ini selain berfungsi sebagai stasiun pengendali satelit

dan pengendali komunikasi juga berfungsi untuk menyalurkan informasi dari dan

ke nusantara, oleh karena itu selain dilengkapi dengan perangkat untuk pengendali

satelit yang berupa Satelitte Control Equipment  (SCE), yang berfungsi untuk 

memonitor, mengawasi dan mengontrol satelit secara periodik. Juga dilengkapi

dengan perangkat untuk komunikasi Master Control Communication Station

(MCCS).

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 35/75

 

3.3.2 Perangkat Stasiun Bumi

Perangkat stasiun bumi terdiri atas antena, High Power Amplifier (HPA),

 Low Noise Amplifier (LNA), modulator/demodulator, encoder/decoder, dan 

up/down converter. Bentuk diagram dari perangkat stasiun bumi dapat dilihat

pada gambar 3.4 [4] sebagai berikut: 

Gambar 3.4 Diagram Blok Perangkat Stasiun Bumi

Berikut ini adalah beberapa perangkat yang terdapat pada stasiun bumi:

 a)  Antena

Antena yang digunakan pada jaringan VSAT pada umumnya adalah antena

parabola yang mudah dipasang dan dipindahkan sesuai dengan keinginan

pemakai. Antena terdiri dari 3 bagian penting pada saat melakukan  pointing (

mengarahkan antena ke arah satelit pada saat melakukan transmit) yaitu feed horn,

elevasi, azimuth. Berikut ini dapat dilihat pengaturan crosspol pada antena pada

gambar 3.5 [4] sebagai berikut: 

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 36/75

 

Gambar 3.5 Posisi Pengaturan Antena Parabola pada saat melakukan Crosspol

Dari gambar 3.5 diatas menunjukkan struktur dari antena VSAT yang

terdiri dari:   feed horn yang berguna untuk pengaturan   polarisasi, elevasi 

pergerakannya dilakukan naik turun, dan yang terakhir azimuth. Ketiga struktur

ini sangatlah berperan penting saat melakukan crosspol antena.

Berikut ini dapat dilihat posisi pergerkan antena pada saat crosspol pada gambar

3.6 [4] sebagai berikut: 

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 37/75

 

Gambar 3.6 Posisi Pergerakan Antena Parabola pada saat Crosspol

Pengaturan crosspol pada antena: 

1.  Pada pengaturan polarisasi dilakukan pengaturan pada   feed horn yang diputar

searah jarum jam, putaran dilakukan secara berkala sampai mendapatkan titik 

posisi yang sesuai dengan arah satelit.

2.  Pada pengaturan elevasi dilakukan pengaturan pergerakan elevasi yang diatur

secara naik dan turun sesuai dengan arah Utara dan Selatan. Pergerakan

dilakukan secara berkala sebab untuk melakukan proses ini harus mendapatkan

nilai yang pas untuk sampai mendapatkan titik posisi yang sesuai dengan arah

satelit.

3.  Pada pengaturan azimuth dilakukan dengan pengaturan pergerakan putaran

azimuth pada antena yang diputar searah jarum jam. Putaran dilakukan secara

berkala sampai mendapatkan titik posisi yang sesuai dengan arah satelit

Antena mempunyai salah satu bagian penting dalam sistem komunikasi

yang berfungsi menerima dan memancarkan sinyal dan mempunyai jenis yang

bermacam-macam. 

b)  Perangkat Pemancar

Perangkat pemancar ini terdiri atas:

1.   Encoder  

Suatu alat yang berfungsi mengolah sinyal analog kedalam bentuk sinyal digital

dengan sistem Pulse Code Modulation (PCM).

2. 

 Modulator  

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 38/75

 

Berfungsi dalam proses modulasi. Dengan modulasi berarti sinyal informasi

ditumpangkan pada sinyal pembawa yang memiliki frekuensi lebih tinggi

sehingga dapat mencapai jarak yang lebih jauh. Dari gambar terlihat bahwa

masukan pada modulator  adalah sinyal pita dasar yang akan memodulasi

pembawa Intermediate Frequency (IF).

3.  Up Converter  

Perangkat yang berfungsi untuk mengubah sinyal  Intermediate Frequency (IF)

menjadi sinyal  Radio Frequency (RF). Misalnya sinyal IF 70 MHz keluar dari

perangkat modulator menjadi sinyal RF 6 GHz.

4.   High Power Amplifier (HPA)

Merupakan sub-sistem penguat daya. HPA/ penguat daya tinggi adalah suatu

perangkat yang berfungsi sebagai penguat sinyal frekuensi tinggi (RF) yang

dipancarkan agar dapat diterima satelit. Posisi satelit berada pada orbit

geostasioner , 36.000 km dari permukaan bumi, tegak lurus. Jarak stasiun bumi ke

satelit lebih jauh lagi, sehingga sinyal yang dipancarkan dari stasiun bumi akan

tiba di satelit dengan arah yang rendah. Oleh karena itu sebelum ditransmisikan ke

satelit diperlukan perangkat penguat sinyal.

c)  Perangkat Penerima

Perangkat penerima ini terdiri atas:

1.   Low Noise Amplifier (LNA)

Merupakan perangkat penerima sinyal pertama dari satelit sebelum diproses pada

perangkat lainnya. Perangkat LNA ini berfungsi untuk menguatkan sinyal dengan

derau yang sangat rendahkarena berfungsi untuk menguatkan sinyal dengan

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 39/75

 

derau yang sangat tinggi. LNA merupakan sub-sistem pada penerima yang

berfungsi utamanya adalah untuk menekan derau sinyal yang diterima dan

menguatkan sinyal informasi.

2.   Down Converter  

Cara kerjanya berlawanan dengan up converter , yaitu berfungsi untuk mengolah

sinyal   Radio Frequency (RF) yang dipancarkan dari satelit menjadi sinyal

 Intermediate Frequency (IF).

3.   Demodulator  

Berfungsi untuk melakukan proses demodulasi, yaitu mengembalikan sinyal

 Intermediate Frequency (IF) kembali ke bentuk sinyal pita dasarnya.

4.   Decoder  

Fungsinya berlawanan dengan encoder , yaitu berfungsi mengubah sinyal digital 

menjadi sinyal analog dengan Pulse Code Modulation (PCM).

3.4 Parameter Satelit

Parameter satelit adalah parameter komponen yang terdapat dalam satelit

yang berfungsi untuk efisiensi proses komunikasi, terdiri dari :

a.   Effective Isotropic Radiated Power (EIRP) 

 EIRP merupakan besaran yang menyatakan kekuatan daya pancar suatu

antena, sehingga parameter ini merupakan hasil kali dari daya yang dipancarkan

oleh antena dengan penguatan antena tersebut. Tanpa melihat pada jenis antena

yang digunakan, kita dapat menganggap bahwa suatu sinyal berasal dari sumber

yang isotropis (memiliki arah pancaran ke segala jurusan).

b.  Figure of Merit (G/T)

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 40/75

 

G/T  adalah perbandingan antara penguatan penerimaan antena dengan

temperatur derau sistem penerima yang menunjukan unjuk kerja sistem penerima

dalam kaitannya dengan sensitivitas penerima sinyal. Semakin besar penguatan

antena, semakin besar pula nilai G/T nya. Demikian pula halnya jika temperatur

derau antena semakin rendah, maka semakin besar pula nilai G/T nya.

3.5 Parameter Stasiun Bumi

Komponen stasiun bumi merupakan komponen yang dimiliki oleh stasium

bumi. Komponen ini mempunyai beberapa parameter yang terdiri dari :

a.  Perhitungan lintasan ke atas (Uplink) 

Sinyal yang dikirimkan ke satelit harus berkualitas baik. Kualitas sinyal

yang dipancarkan ke atas tersebut berdasarkan perhitungan dari parameter-

parameter yang terdapat pada stasiun pengirim.

Perhitungan untuk lintasan ke atas :

1.  GTxmax, menyatakan besarnya penguatan suatu antena pemancar secara

maksimal, dapat dihitung dengan persamaan 3.1 [4] berikut:

 

dengan :

GTmax = Penguatan antena pemancar maksimum (dB)

Η = Efisiensi antena

f U = Frekuensi uplink (GHz)

D = Diameter antena pemancar (m)

Sedangkan untuk  gain antena ideal dapat dihitung dengan persamaan 3.2 [4]

berikut :

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 41/75

 

 

dengan :

G1 = Gain antena ideal untuk luasan 1m2 (dB)

= Panjang gelombang (m)

2. RU adalah jarak  uplink  antara stasiun bumi dengan satelit, dapat dihitung

dengan persamaan 3.3 [4] berikut :

= 42.643,66km√   

dimana :

Rukm = Jarak uplink antara stasiun bumi dengan satelit (Km)

L = Koordinat lintang selatan antena pemancar ( Latitude) (0LS)

L = Selisih antara koordinat satelit GSO dengan antena pemancar

(0BT)

3. LU adalah rugi-rugi lintas ke atas, dapat dihitung dengan persamaan 3.4

[4] berikut :

 

dimana :

LU = Rugi-rugi lintas ke atas (dB)

LFSU = Rugi ruang hampa lintas ke atas (dB)

LAU = Rugi atmosfer (dB)

LTU = Rugi pointing (dB)

LHU = Rugi hujan (dB)

Sedangkan nilai LFSU dapat dihitung dengan persamaan 3.5 [4] berikut :

 

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 42/75

 

4. EIRPSB, yaitu besaran yang menyatakan kekuatan daya pancar stasiun

bumi, dapat dihitung dengan persamaan 3.6 [4] berikut :

 

dimana :

EIRPSB = Kekuatan daya pancar stasiun bumi (dBW)

LFTX = Rugi-rugi feeder (dB)

PHPA = Daya HPA (Watt)

b.  Perhitungan lintasan ke bawah (Downlink) 

Kekuatan daya pancar stasiun bumi (dBW) kualitas sinyal pada lintasan ke

bawah tergantung pada kuat sinyal yang dapat ditransmisikan kembali dari satelit

ke bumi, dan keadaan stasiun bumi penerimanya.

Perhitungan untuk lintasan ke bawah :

1. GRxmax, menyatakan besarnya penguatan antena penerima suatu stasiun

bumi, dapat dihitung dengan persamaan 3.7 [4] berikut :

   

dimana :

GRxmax = Penguatan antena penerima maksimum (dB)

f D = Frekuensi downlink (GHz)

D = Diameter antena penerima (m)

2. RD adalah jarak  downlink  antara satelit dengan stasiun penerima, dapat

dihitung dengan persamaan 3.8 [4] berikut :

= 42.643,66km√   

dimana :

RD = Jarak downlink antara satelit dengan stasiun penerima (Km)

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 43/75

 

L = Koordinat lintang selatan antena penerima ( Latitude) (0LS)

L = Selisih antara koordinat satelit GSO dengan antena penerima (0BT)

3. LD adalah rugi-rugi lintas ke bawah, dapat dihitung dengan persamaan 3.9

[4] berikut :

 

dimana :

LD = Rugi-rugi lintas ke bawah (dB)

LFSD = Rugi ruang hampa lintas ke bawah (dB)

LAD = Rugi atmosfer (dB)

LHD = Rugi hujan (dB)

LR = Rugi tracking (dB)

Sedangkan nilai LFSD dapat dihitung dengan persamaan 3.10 [4] berikut :

 

dengan :

f D = Frekuensi downlink (GHz)

RD = Jarak antara stasiun penerima dengan satelit (Km)

4. G/TD, adalah besaran yang menyatakan kinerja dari perangkat penerima

stasiun bumi, dapat dihitung dengan persamaan 3.11 [4] berikut :

()

 

dengan :

G/TD = Besaran kinerja perangkat stasiun bumi (dB/K)

Lpol = Rugi polarisasi (dB)

LFRx = Rugi feeder (dB)

Perhitungan EIRPSL dapat dihitung dengan persamaan 3.12 [4] berikut :

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 44/75

 

EIRPSL - LD + GASB (rx) – LFRX + GLNB - PRX = C 

EIRPSL = LD - GASB (rx) + LFRX - GLNB + PRX + C

PRX = merupakan redaman pada perangkat penerima

GLNB = merupakan gain low noise block 

C = carrier 

Perhitungan Gain antena SB dapat dihitung menggunakan persamaan 3.13 [4]

berikut:

=20,4 + 10log + 20log +20logD

=Gainantena stasiun bumi

 

D=diameter antena

3.6 Frekuensi Kerja Satelit 

Berdasarkan frekuensi kerjanya, satelit dibagi menjadi:

a)  C-Band:

1. Digunakan oleh banyak satelit di orbit GEOstasioner 

2. Uplink BW: 5.925 Mhz – 6.425 Mhz

3.  Downlink BW: 3.700 Mhz – 4.200 Mhz

b)   Ext. C-Band:

1. Digunakan oleh banyak satelit di orbit GEOstasioner 

2. Uplink BW: 6.425 Mhz – 6.650 Mhz

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 45/75

 

3. Downlink BW: 3.400 Mhz – 3.625 Mhz

c)  Ku-Band:

1. Digunakan oleh banyak satelit di orbit GEOstasioner  

2. Uplink BW: 13.750 Mhz – 14.500 Mhz

d)   Downlink BW: 11.700 Mhz – 12.750 Mhz Ka-Band:

1. Uplink BW: 3,0 Ghz

2.  Downlink BW: 2,0 Ghz

e)   L-Band:

1. Uplink BW: 1,6 Ghz

2.  Downlink BW: 1,5 Ghz

 f)  S-Band 

1. Uplink BW: 1,9 Ghz

2.  Downlink BW: 2,5 Ghz

3.7 Pengenalan Spectrum Analyzer

Berdasarkan hasil monitoring yang di lakukan pada saat melakukan kerja

praktek di PT. Telekomunikasi Indonesia,Tbk membahas mengenai pengaturan

pelayanan crosspol yang dilakukan di SPU Cibinong dan juga  pointing yang di

lakukan di Stasiun Bumi tempat si pelanggan berada. Fasilitas yang di berikan

adalah melakukan crosspolarisation dengan menggunakan Spectrum Analayzer.

Spectrum Analyzer  memiliki fungsi utama untuk mengukur signal

transmisi, dalam dunia komunikasi satelit alat ini sering digunakan untuk  pointing 

antena (mengarahkan antena parabola ke satelit yang akan digunakan). Dengan

memanfaatkan alat ukur ini, memudahkan seorang teknisi dalam menentukan

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 46/75

 

apakah antena sudah mengarah ke satelit yang benar. Pada spectrum analyzer  

dapat dilihat pola signal yang diterima oleh karena itu bisa membuat acuan

(refferensi) untuk setiap satelit yang ada, umumnya orang memanfaatkan signal

beacon untuk membedakan satelit satu dengan lainnya. Kesulitan dalam

mengarahkan antena ke satelit yang benar dikarenakan letak orbit satelit di

angkasa sangat berdekatan, oleh karena itu dipererlukan Spectrum Analyzer untuk 

memonitor signal yang diterima.

3.7.1 Pengaturan frekuensi Spectrum Analyzer  

Untuk mengatur frekuensi penganalisis spektrum, ada dua pilihan yang

dapat dibuat. Ini adalah independen satu sama lain. Seleksi pertama adalah pusat

frekuensi. Seperti namanya, ini set frekuensi pusat skala dengan nilai yang dipilih.

Hal ini biasanya di mana sinyal yang akan dipantau akan berada. Dengan cara ini,

sinyal utama dan daerah sisi dapat dipantau. Pemilihan kedua yang dapat

dilakukan pada analyzer  adalah span, atau luasnya wilayah kedua sisi pusat

frekuensi yang akan dilihat atau dipantau. Span mungkin memberikan sebagai

frekuensi yang diberikan per divisi, atau span total yang terlihat di bagian

dikalibrasi layar, yaitu dalam luasan maksimum kalibrasi pada graticule tersebut.

Pilihan lain yang sering tersedia adalah untuk menetapkan awal dan frekuensi

scan. Ini merupakan cara lain untuk mengungkapkan span sebagai perbedaan

antara mulai dan berhenti frekuensi sama dengan span. Berikut ini adalah

beberapa langkah untuk melakukan pengaturan pada spectrum analyzer :

a)  Cara Kalibrasi

Ada banyak kontrol lain penganalisis spektrum. Sebagian besar hal ini

menjadi salah satu dari dua kategori. Yang pertama adalah terkait dengan

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 47/75

 

keuntungan atau redaman bagian dalam spectrum analyzer . Jika bagian yang

kelebihan beban, maka sinyal palsu dapat dihasilkan di dalam instrumen tersebut .

Jika hal ini terjadi maka pembacaan palsu akan diberikan. Untuk mencegah hal ini

terjadi kita perlu memastikan bahwa tahapan input khususnya tidak kelebihan

beban dan RF attenuator  digunakan. Namun jika terlalu banyak  attenuasi

dimasukkan, keuntungan tambahan diperlukan pada tahap selanjutnya (IF

keuntungan) dan tingkat kebisingan latar belakang adalah meningkat dan sinyal

tingkat ini kadang-kadang dapat rendah. Jadi pilihan cermat tingkat keuntungan

yang relevan dalam penganalisa spektrum diperlukan untuk mendapatkan kinerja

yang optimal.

 b)   Filter bandwidth

Kontrol lain pada spektrum analyzer menentukan bandwidth unit. Ada dua

kontrol utama yang digunakan : 

1.   IF bandwidth

IF  filter , kadang-kadang disebut sebagai resolusi bandwidth menyesuaikan

resolusi penganalisa spektrum dalam hal frekuensi. Menggunakan resolusi

bandwidth sempit adalah sama dengan menggunakan filter sempit pada penerima

radio . Memilih filter bandwidth sempit atau resolusi pada penganalisa spektrum

akan memungkinkan sinyal harus dilihat yang berdekatan. Ini juga akan

mengurangi tingkat kebisingan dan memungkinkan sinyal yang lebih kecil untuk 

dilihat .

 2. Video bandwidth

Video filter memungkinkan suatu bentuk rata-rata yang akan diterapkan

pada sinyal. Hal ini memiliki efek mengurangi variasi yang disebabkan oleh

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 48/75

 

kebisingan dan ini bisa membantu rata-rata sinyal dan dengan demikian

mengungkapkan sinyal yang tidak mungkin hal lain yang dapat dilihat .

Penyesuaian dari IF atau bandwidth resolusi dan bandwidth filter   video 

pada penganalisa spektrum memiliki efek pada tingkat di mana analyzer mampu

untuk memindai . Kontrol harus disesuaikan sama untuk menyediakan scan yang

seakurat mungkin seperti yang dijelaskan di bawah ini.

c). Scan Rate

Penganalisa spektrum beroperasi dengan memindai rentang frekuensi yang

diperlukan dari rendah ke tinggi akhir rentang diperlukan. Kecepatan di mana

perangkat ini melakukan hal ini adalah penting. Semakin lambat scan, maka

dibutuhkan banyak waktu untuk melakukan pengukuran tersebut. Akibatnya,

selalu ada kebutuhan untuk memastikan bahwa scan dibuat secepat mungkin.

Namun tingkat scan penganalisa spektrum dibatasi oleh beberapa faktor:

1.   IF bandwidth filter 

IF bandwidth atau resolusi bandwidth memiliki efek pada tingkat di mana

analyzer  dapat memindai.  Bandwidth yang sempit, maka semakin lambat  filter  

akan menanggapi setiap perubahan, dan dengan demikian lambat penganalisa

spektrum harus scan untuk memastikan semua sinyal yang diperlukan terlihat.

2.  Video filter bandwidth 

Demikian pula  filter  video yang digunakan untuk rata-rata sinyal seperti

diuraikan di atas. Sekali lagi sempit  filter , semakin lambat akan merespon dan

lambat harus scan.

3.  Scan bandwidth 

 Bandwidth yang akan discan memiliki efek langsung proporsional pada

waktu scan. Jika filter dalam spectrum analyzer menentukan scan rate maksimum

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 49/75

 

dalam hal  Hertz per detik, maka bandwidth yang lebih luas bahwa yang akan

dipindai.

Biasanya prosesor dalam spectrum analyzer  akan memperingatkan jika

tingkat scan terlalu tinggi untuk pengaturan penyaring. Hal ini sangat berguna

karena memungkinkan tingkat scan untuk diperiksa tanpa melakukan perhitungan.

Juga jika pemindaian tampaknya sangat panjang, lebar awal scan dapat dilakukan,

dan ini dapat diikuti oleh scan sempit pada mengidentifikasi tempat masalah.

Selain untuk kebutuhan tadi, Spectrum Analyzer   juga banyak digunakan

untuk melakukan pengetesan performa alat transmisi satelit dan quality & control.

Misalnya untuk mengukur Gain Flatness (Kerataan Gain), Intermodulasi Product  

(Kondisi dimana sebuah ODU mengkonversi 2 signal input ), Spourius ( Noise

yang dihasilkan pada saat penguatan signal). Untuk melihat beberapa kondisi

diatas diperlukan Spectrum Analyzer  dan tentunya kemampuan sang operator

dalam menggunakannya. Cara menggunakan sebuah Spectrum Analyzer  

sebenarnya tidak terlalu sulit (untuk penggunaan standart tentunya), kita hanya

cukup men-setup center frequency yang akan dimonitor (misal : 6,165 GHz), lalu

mengatur Span (lebar bandwidth yang dimonitor, misal : 10 Mhz), lalu hal yang

perlu diperhatkan adalah  Log/Scale (skala kerapatan, ha ini menentukan ukuran

tiap kotak dalam dB. misalnya : 5 dB/div). Dari settingan standart diatas kita bisa

menyimpulkan sebuah Spectrum Analyzer  akan digunakan untuk mengukur

(melihat)  frequency 6,160 GHz - 6, 170 GHz (karena span 10 Mhz), dengan

center frequency nya 6,165 GHz, dan tinggi tiap kotak adalah 5 dB. Misalnya

pada sebuah spectrum analyzer , sinyal terukur 3 kotak tingginya, hal ini bisa

diasumsikan sinyal tersebut memiliki besar (tinggi) signal 15 dB (scale 5 dB/Div).

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 50/75

 

Spectrum Analyzer  merupakan sebuah alat ukur yang harganya sangat

mahal oleh karena itu ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam

penggunaan dan perawatannya, antara lain:

1.  Tidak boleh ada tegangan masuk pada input signal RF (max : 0 Volt)

2. Parameter yang di Setup harus sesuai dengan kriteria signal yang akan

diukur (agar lebih presisi)

3. Diusahakan untuk menghindari air, api dan zat-zat kimia yang bisa tumpah

ke perangkat ini

4. Dilakukan kalibrasi agar spectrum akurat dalam mengukur

Berikut ini adalah perangkat spectrum analyzer tipe Advantest U3771 dapat

dilihat pada gambar 3.7 [3]sebagai berikut ini: 

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 51/75

 

Gambar 3.7

  Spectrum Analyzer tampak depan

Dibawah ini adalah gambar dari input spectrum analyzer dapat dilihat pada

gambar 3.8 [3] sebagai berikut ini:

Gambar 3.8 Input pada

spectrum analyzer

Gambar 3.9 Spectrum Analyzer tampak belakang 

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 52/75

 

Pada umumnya berikut adalah beberapa komponen penting yang biasanya

digunakan pada saat melakukan crosspol:

1. 

Frekuensi, digunakan pada saat akan

2.  melakukan crosspol. Frekuensi yang dimasukkan adalah frekuensi IF

3.  Span, digunakan untuk melihat besarnya lebar bandwidth pada spectrum analyzer.

Untuk standar satelit Telkom-1 sebesar 2 Khz dan satelit Telkom-2 sebesar 5 Khz.

Untuk 1 transponder sebesar 40 Mhz yang dapat di isi oleh beberapa channel.

4.   Amplitude, digunakan untuk mengatur tinggi rendahnya bentuk carrier pada

spectrum analyzer .

5.   Resolution Band Width (RBW), digunakan untuk memperhalus bentuk carrier .

6.  Video Band Width (VBW), digunakan untuk mempertajam bentuk carrier agar

mudah dilihat. Untuk VBW dan RBW diatur secara bersamaan karena memiliki

fungsi yang sama yaitu untuk memperjelas bentuk carrier , makin kecil nilai VBW

dan RBW yang diberikan maka makin tajam pula bentuk  carrier yang nampak 

pada s  pectrum analyzer dan makin tinggi nilai VBW dan RBW yang diberikan

maka makin jelek (tidak jelas) pula yang tampak pada spectrum analyzer.

7.  SWP time, digunakan untuk mengatur kecepatan carrier yang melintas dari kiri ke

kanan. Semakin tinggi SWP time-nya maka akan semakin lambat carrier  yang

melintas pada spectrum analyzer.

8.   Attenuasi,  attenuasi pada spectrum analyzer  yang digunakan di SPU Cibinong

sebesar 10 dB ini adalah redaman pada spectrum analyzer.

9.  MK, digunakan untuk mengatur lebar frekuensi pada main carrier .

10. MK∆ CF, digunakan untuk mengatur main carrier pada posisi center.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 53/75

 

11. Trace, digunakan untuk mengatur referensi awal bentuk  carrier  yang nampak 

pada spectrum analyzer . Misalnya pada Trace A milik   Horisontal sebagai

referensi awal lalu dikunci dan pindah ke Trace B milik vertikal.

12. CPL, digunakan sebagai control panel untuk menggunakan tombol fungsi dari

main function.

13. Peak , digunakan untuk menentukan puncak pada bentuk carrier.

14. File, untuk memasukkan hasil dari transmit kepada file dan biasanya langsung di

copy yang bertujuan untuk di print. 

Dalam melakukan kontrol transmit pada setiap pelanggannya PT

Telekomunikasi herus menentukan nilai frekuensi setiap transponder, Dibawah ini

adalah tabel frekuensi pelanggan Telkom-1 pada gambar 3.10 [2]

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 54/75

 

Gambar3.10 Frekuensi Pelanggan Telkom-1

Dibawah ini adalah tabel frekuensi pelanggan Telkom-1 pada gambar 3.11

[2] dapat dilihat dibawah ini.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 55/75

 

Gambar 3.11 Frekuensi Pelanggan Telkom-2 

3.7.2 Cross Polarisation Interference (CPI)

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 56/75

 

Cross Polarisation Interference ini didefinisikan sebagai perbandingan

level daya carrier  yang diterima polarisasi utama terhadap level daya carrier  

bocoran yang diterima pada arah polarisasi ortogonal (arah polarisasi balikannya)

dari sinyal pada frekuensi IF yang sama. Semakin baik nilai Cross Polarisasi

 Interference dari suatu antena maka semakin baik pula kualitas transmisi sinyal

yang dihasilkan.

Crosspol adalah proses memaksimalkan nilai CPI pada ground segment  

antena VSAT, sehingga interferensi antena bidang polarisasi linier  satelit pada

setiap alokasi channel Stasiun Bumi menjadi lebih kecil. Antena dengan diameter

yang lebih besar umumnya akan mempunyai nilai CPI yang lebih tinggi, besarnya

diskrimininasi cross polarisasi mencapai 40-50 dB, namun untuk standar

operasional Telkom nilai CPI sebesar ≥30 dB. Jika Xe dan Xs merupakan

diskriminasi perbandingan cross polarisasi dari antena Stasiun Bumi dan besarnya

(C/I)cpi dapat di hitung dengan menggunakan persamaan 3.14 [5] sebagai berikut:

( = 10 log *

Persamaan 3.14 Menentukan CPI

Dimana:

Xe adalah nilai cross polarisasi pada antena operasional

Xs adalah cross polarisasi yang dimiliki oleh antena monitoring pada operator

Untuk menentukan hasil dari CPI terlebih dahulu menentukan besaran nilai dari

elevasi, azimuth lalu kemudian dicari nilai dari CPI. Untuk persamaannya dapat

dilihat persamaan 3.15 [5] sebagai berikut:

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 57/75

 

    =    

Persamaan 3.15 Menentukan Azimuth lokasi SB 

Dibawah ini merupakan persamaan untuk menentukan elevasi, dapat dilihat pada

gambar 3.16 [5] sebagai berikut:

E= * +-|)

Persamaan 3.16 Menentukan elevasi

Dimana:

r = jari-jari geostasioner sebesar 42.380 km

Re= jari-jari bumi sebesar 6.380 km

Lt= latitude stasiun bumi

Ln= longitude stasiun bumi

Ps= Posisi satelit

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 58/75

 

BAB IV

PENGAMATAN DAN DATA

ANALISA CROSS POLARISATION INTERFERENCE (CPI) DENGAN

MENGGUNAKAN SPEKTRUM ANALYZER PADA PELANGGAN

TELKOM-1

4.1. Pengamatan Monitoring Cross  Polarisation Interference (CPI)

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk memberikan pelayanan transmisi satelit

diantaranya adalah transmisi uplink  dan downlink  untuk para pelanggan yang

ingin melakukan transmit . Pada saat pelanggan yang sedang melakukan transmit ,

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk khususnya pada bagian transmisi satelit

biasanya langsung melakukan proses crosspole. Crosspole adalah mengarahkan

antena pada posisi normal yang mengarah pada satelit yang mana telah diatur

secara posisi   Azimuth, Elevasi, polarisasi dengan menggunakan Spectrum

 Analyzer pada Stasiun Bumi. Untuk lebih jelasnya, dibawah ini akan di jelaskan

proses pengaturan crosspole pada saat pelanggan sedang melakukan transmit. 

Sebelum melakukan pelayanan pada pelanggan transponder , adanya hal-hal

yang perlu di ketahui untuk melakukan pelayanan transmit diantaranya:

1. Menentukan titik posisi pelanggan misalnya dalam hal ini untuk pelanggan

Telkom-1 8/H yang artinya pelanggan menyewa pada satelit Telkom-1

transponder 8 Horisontal. Yang mana pada posisi ini milik TransTv pada

frekuensi Center 4000 Mhz dan frekuensi IF 75 Mhz. setelah itu lakukan

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 59/75

 

penghitungan untuk mencari nilai frekuensi Up-link dan frekuensi  Down-

link.

Dibawah ini adalah cara menentukan frekuensi IF dapat dilihat pada gambar 4.1

[5] sebagai berikut ini:

Gambar 4.1 Lebar bandwidth dalam 1 transponder sebesar 40 Mhz

Setelah diketahui frekuensi IF sebesar 75 Mhz, kemudian masukkan

perbandingannya yang dapat dilihat pada gambar 4.2 [5] dibawah ini.

Gambar.4.2 Frekuensi IF setelah di bandingkan

Kemudian lakukan perbandingan pada frekuensi center , dapat dilihat pada gambar

4.3 [5] dibawah ini.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 60/75

 

Gambar 4.3 Frekuensi IF untuk frekuensi center 

Jadi, ini adalah frekuensi downlink yang didapat sebesar 4.005 Mhz yang

masuk pada Spectrum Analyzer  di SPU Cibinong. Sementara untuk permintaan

pelanggan frekuensi Uplink  sebesar 4.005 + 2.225 = 6.230 Mhz (frekuensi

tersebut masuk untuk spectrum Analyzer pada pelanggan).

2. Setelah didapatkan frekuensi IF-nya, lalu setting frekuensi carrier  yang

4.005 Mhz pada spectrum analyzer di SPU Cibinong.

3. Setting pengaturan spectrum analyzer  untuk mendapatkan bentuk  main

carrier , dengan cara menekan tombol-tombol pada komponen yang terdapat

pada spectrum analyzer diantaranya;

a)  Atur Span yang mana normalnya sebesar 40 Mhz, namun untuk hal ini pada

pelanggan yang transmit  menggunakan satelit TELKOM-1 yang berarti

menggunakan Span sebesar 2 Khz sementara untuk TELKOM-2 sebesar 5 Khz,

Hal ini berfungsi untuk melihat jelas bentuk carrier yang akan dilihat.

b)  Kemudian tekan tombol CPL→RBW sebesar 100 Khz →VBW sebesar 100 hz,

hal ini berfungsi untuk memperhalus bentuk carrier yang akan dilihat.

c)  Bila pelanggan sudah melakukan transmit akan terlihat bentuk main carrier yang

nampak ditengah layar LCD pada spectrum analyzer. 

d)  Bila bentuk  main carrier  belum terlihat pada posisi center  maka tekan tombol

 MARKER CF

e)  Bila bentuk carrier sudah didapat dengan jelas lakukan crosspol dengan mengatur

azimuth, elevasi, dan polarisasi

 f)  Lalu kunci bentuk  main carrier  awal sebagai acuan referensi dengan cara

menekan tombol TRACE→TRACE A 

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 61/75

 

g)  Lalu setelah dikunci bentuk carrier yang awal, langkah selanjutnya adalah

memindahkan switch dari posisi  Horisontal ke posisi Vertical, hal ini dilakukan

secara berulang kali untuk mendapatkan bentuk azimuth  , elevasi dan  polarisasi

yang diinginkan.

h)  Kemudian lakukan pengaturan  Azimuth, setelah melakukan settingan spectrum

analyzer untuk crosspole dapat dilihat bentuk carrier. Lakukan pengaturan, yang

mana sebagai patokannya adalah perbandingan antara main carrier  dan side

carrier harus sebanding dengan standar C/N >30dB.

i)  Kemudian lakukan pengaturan  Elevasi, pengaturannya adalah perbandingan

antara main carrier dan side carrier yang tampak pada spectrum analyzer harus

dalam satu penempatan main carrier yang sama.(Trace A: posisi Horisontal yang

di view, Trace B: posisi Vertical yang bergerak) pada hal ini bentuk Trace B harus

lebih baik carrier nya lebih tinggi dari Trace A karena bentuk nilai carrier selalu

berubah maka dari itu alangkah baiknya bentuknya lebih tinggi dari referensi awal

tadi.

 j)  Kemudian lakukan pengaturan  polarisasi, pengaturannya adalah bentuk  Cross

Polarisation Interference. Pada hal ini CPI < C/N yang mana sebagai

standarisasinya adalah >30dB.

k)  Dan hasil akhirnya didapat nilai CPI dan C/N yang berdasarkan standarisasinya

adalah >30 dB.

4. Untuk melakukan crosspol ini tidak mudah karena harus saling sinkron

antara kondisi antena pada pelanggan dengan kondisi pada spectrum

analyzer di SPU Cibinong.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 62/75

 

4.2 Data hasil monitoring

Dibawah ini dapat dilihat hasil dari monitoring Telkom-1 / 8 Horisontal,

transponder ini dimiliki oleh stasiun bumi Trans Tv sebagai penyewa transponder.

Hasil monitoring dapat dilihat pada gambar 4.4 [2] sebagai berikut ini:

Gambar 4.4 Hasil monitoring Telkom-1 / 8 Horisontal

Seperti yang dapat diketahui bahwa sebelum menentukan nilai dari cross

 polarisation interference (CPI), terlebih dahulu ditentukan perbandingan nilai dari

elevasi dan azimuth. Dibawah ini dapat dilihat perbandingan dari elevasi pada

transponder Telkom-1 / 8 Horisontal pada gambar 4.5 [2] sebagai berikut:

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 63/75

 

Gambar 4.5 Bentuk Main Carrier pada saat Pengaturan Elevasi 

Dari gambar 4.5 diatas dapat dilihat bentuk dari carrier pada saat

melakukan pengaturan elevasi.

Setelah melakukan perbandingan dari yang didapat untuk mencari nilai dari

elevasi, selanjutnya adalah azimuth. Dapat dilihat pada gambar 4.6 [2] dibawah

ini.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 64/75

 

Gambar 4.6 Bentuk Carrier pada saat Pengaturan Azimuth

Dari gambar 4.6 diatas dapat dilihat bentuk dari carrier pada saat

melakukan pengaturan azimuth.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 65/75

 

BAB V

PEMBAHASAN DAN ANALISA

5.1 Perhitungan CPI dengan menggunakan Persamaan

Sebelum melakukan crosspol dibawah ini akan dijelaskan beberapa tahapan

untuk mendapatkan nilai CPI dan juga C/N. Berikut ini adalah data dari lokasi

stasiun bumi RCTI dan juga SPU Cibinong:

Pelanggan : Telkom-1/9 Horisontal (RCTI)

Frekuensi center : 4.040 Mhz

Frekuensi IF : 61 Mhz

Lokasi satelit : BT

Lokasi SB Tx Jakarta : BT dan LS

Lokasi SPU Cibinong : BT dan LS

Berikut ini adalah hasil dari monitoring Telkom-1 / 9 Horisontal sebelum

melakukan crosspol, dapat dilihat pada gambar 5.1 [2] dibawah ini:

Gambar 5.1 Hasil monitoring Pelanggan Telkom-1 / 9 Horisontal sebelum

crosspol

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 66/75

 

Setelah didapat data CPI sebelum crosspol sebesar 26,11 dB yang

merupakan nilai input untuk Xe, kemudian tentukan nilai IF. Dibawah ini

dijelaskan cara menentukan nilai IF. Dapat dilihat pada gambar 5.2 [5] sebagai

berikut.

61Mhz – 50 Mhz = 11Mhz (nilai frekuensi IF)

Gambar 5.2 Grafik menentukan Frekuensi Center 

Setelah didapat frekuensi center, selanjutnya adalah menentukan frekuensidownlink. Dibawah ini adalah cara menentukan nilai dari frekuensi downlink 

yang akan diterima di SPU Cibinong, dapat dilihat pada gambar 5.3 [5] sebagai

berikut.

Gambar 5.3 Grafik menentukan Frekuensi Downlink 

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 67/75

 

Kemudian langkah selanjutnya adalah memasukkan frekuensi downlink 

sebesar 4.029 Mhz lalu disetting pada spectrum analyzer di SPU Cibinong lalu

untuk mendapatkan frekuensi Uplink dapat dilihat pada penjumlahan dibawah ini.

4.029 MHz + 2.225 MHz = 6.254MHz

Dimana:

4.029 Mhz: Frekuensi downlink 

2.225Mhz:  Low Oscilator  (LO) satelit

6.254 Mhz: Frekuensi uplink 

Setelah didapat frekuensi IF, frekuensi downlink  dan juga frekuensi uplink 

selanjutnya adalah menghitung crosspoll (azimuth, elevasi, polarisasi). Untuk 

langkah awal menentukan azimuth menggunakan persamaan 3.14 [5] yang

terdapat pada halaman 43. Dapat dilihat dibawah ini:

   =    

    =    

=    

= 0,185

=  

Hasil dari sudut azimuth stasiun RCTI terhadap satelit sebesar .

Setelah didapat azimuth SB kemudian menentukan elevasi dengan menggunakan

persamaan 3.16 [5] yang terdapat pada halaman 4.3. Penghitungannya dapat

dilihat dibawah ini.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 68/75

 

Dimana:

  r= jari-jari geostasioner 42.380 km

  Re= jari-jari bumi 6.380 km

  H= Tinggi satelit pada ekuator 36.000 km

  K= Konstanta Boltzman 1,38 x J/K

E= * +|)

= (

)(

)

(

)-(0,994x0,999)

= - 

=( )-  

=-  

Hasil dari sudut elevasi stasiun RCTI sebesar .

Kemudian langkah selanjutnya menentukan CPI, menentukan CPI dapat

digunakan persamaan 3.14 [5] yang terdapat pada halaman 42 sebagai berikut ini.

Dimana:

Xe=26,11 dB

Xs=48 dB

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 69/75

 

( = 10 log *

( = 10 log *

( = 10 log *

= 10 log [] 

= 23,06 dB

Hasil menghitung CPI sebelum melakukan crosspol dengan

menggunakan persamaan diatas didapat 23,06 dB. Ini berarti masih belum

memenuhi standar Telkom sebesar >30dB. Sehingga pada kondisi ini masih

belum layak untuk siaran. Maka dari itu perlu dilakukan penghitungan kembali

dengan menggunakan persamaan diatas. Persamaannya dapat dilihat dibawah ini:

( = 10 log * + 

( = 10 log *

= 10 log 3.541

= 35,41 dB

Hasil tersebut didapatkan sebesar 35,41 dB. Itu berarti persamaan tersebut

sudah memenuhi standar dari Telkom >30dB. Maka dari hasil CPI ini sudah

dapat dikatakan layak digunakan untuk siaran langsung acara televisi stasiun bumi

RCTI.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 70/75

 

5.2 Menentukan Parameter Stasiun Bumi

Setelah diperoleh nilai yang sudah ditentukan diatas selanjutnya adalah

menentukan parameter stasiun bumi untuk menentukan carrier yang diterima pada

  feed horn di antena penerima stasiun bumi RCTI, berikut dibawah ini adalah

parameter stasiun bumi unuk menentukan nilai daya carrier horisontal pada  feed 

horn disaat melakukan crosspol.

1)  Untuk menghitung jarak stasiun bumi terhadap satelit dapat menggunakan

persamaan 3.3 [4] sebagai berikut:

= 42.643,66 √   

= 42.643,66   

= 35.825,66 km

Hasil tersebut merupakan jarak stasiun bumi terhadap satelit sebesar

35.825,66 km.

2)  Untuk menghitung rugi-rugi down link dapat menggunakan persamaan

3.9 [4] sebagai berikut:

=  

= 92,44+20log +20log 

= 92,44dB + 20log4,040Mhz +20log35.825,66km

= 195,65dB

Sebelum menentukan  terlebih dahulu menentukan dan hasil

yang diperoleh sebesar 195,65dB hasil ini merupakan rugi-rugi saturasi.Setelah itu menentukan seperti dibawah ini.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 71/75

 

=  

= 195,65 + 0,02 + 1 + 0,6

= 197,27dB

Hasil yang diperoleh sebesar 197,27dB. Hasil ini merupakan rugi-rugi

downlink dari satelit ke stasiunbumi RCTI.

3)  Untuk menghitung gain antena stasiun bumi dapat menggunakan

persamaan 3.13 [4] sebagai berikut:

=20,4 + 10log + 20log +20logD

= 41,9 dBi

Hasil yang didapat dari gain antena stasiun bumi diperoleh 41,9dBi

4)  Untuk menghitung daya carrier horizontal terhadap   feed horn dapat

menggunakan persamaan 3.12 [4] sebagai berikut:

=      

= 20dB – 197,27dB + 41,9dBi - 1dB + 40dB - 3dB

= -97,7dBW

= -67,7 dB + 30dB (ditambah 30dB, untuk mengkonversi menjadi

dBm)

= -67,77 dBm

5)  Untuk menghitung daya carrier vertikal pada antenna stasiun bumi RCTI

dapat menggunakan persamaan seperti pada poin 2, dan didapat nilai

sebesar Cv= -97,7dBm (hasil untuk posisi carrier vertikal RCTI didapat -

97,7dBm)

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 72/75

 

Hasil yang diperoleh dari Carrier  Vertikal merupakan hasil dari

penjumlahan -67,7dB + 30dB menjadi -97,7dBW, karena untuk  feed horn

yang diterima pada antena stasiun bumi RCTI posisinya vertikal dan untuk 

posisi horisontal antena RCTI ini sebagai pengirim sinyal yang akan

diterima oleh Stasiun Pengendali Utama Cibinong.

Dari perhitungan diatas dapat dianalisakan bahwa pada saat stasiun

bumi melakukan transmit ada pengaturan-pengaturan yang diperlukan

sebelum crosspol. Dan perhitungan diatas dijelaskan bahwa antena SB

RCTI mengirimkan sinyal kepada SPU Cibinong pada posisi antena

Horisontal dan diterima kembali oleh SB RCTI dengan posisi Vertikal.

Sebagai pertimbangannya harus menentukan terlebih dahulu tahapan-

tahapan melakukan crosspol seperti azimuth, elevasi dan  polarisasi yang

terdapat   feed horn, yang terutama pada   feed horn ini harus didapatkan

perbandingan level daya carrier >30dB. Nilai yang didapat diharuskan >30

dB ini merupakan syarat mutlak untuk  crosspol agar dapat bertransmisi

dengan lancar dan dapat memperperoleh informasi yang baik.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 73/75

 

Berikut ini adalah hasil dari monitoring CPI Telkom-1 / 9 Horisontal

setelah crosspol, dapat dilihat pada gambar 5.4 [2] dibawah ini.

Gambar 5.4 Hasil monitoring Pelanggan Telkom-1 / 9 Horisontal

setelah crosspol 

Dari gambar 5.4 diatas dapat dijelaskan bahwa hasil dari daya carrier

diperoleh 61,50 dBm. Hasil ini merupakan daya carrier yang sudah di crosspol 

dan diterima oleh stasiun bumi RCTI.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 74/75

 

BAB VI

KESIMPULAN

Dari analisis di BAB V dapat di simpulkan bahwa:

1.  Proses melakukan crosspol harus dilakukan dengan pengaturan azimuth,

elevasi dan polarisasi harus dengan teliti keadaannya antara posisi SPU

Cibinong dengan pelanggan satelit Telkom-1. Dengan nilai azimuth pada

pelanggan T1/9H adalah elevasinya adalah dan juga

CPI-nya sebelum crosspol adalah 23,06 dB dengan frekuensi center  

sebesar 4.029 Mhz, juga CPI setelah crosspol terhadap satelit sebesar

35,41 dB. Dapat dikatakan pula pada posisi ini sudah dapat mengarah ke

satelit dengan baik karena sudah melebihi standarnya sebesar >30dB.

2.  Pada saat melakukan crosspol di   feed horn harus diatur sedemikian kali

sampai dengan diperoleh lebih dari 30dB dengan hasil daya carrier  

maksimum yang diperoleh sebesar -67,77dBm. Perbandingan level daya

carrier  ini harus lebih dari 30dB karena merupakan syarat mutlak agar

dapat bertransmisi dengan baik.

5/15/2018 Analisis Cross Polarisation Interference - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/analisis-cross-polarisation-interference 75/75

 

DAFTAR PUSTAKA

[1] …, Dari Sumpah Palapa hingga bisnis infokom,2003, PT Telekomunikasi

Indonesia Tbk,Jakarta

[2] … http//:www.telkom.co.id/tentang-telkom/visi-misi

[3]… http//:www.slideshare.net/advantestU3771 

[4]… Diktat Sistem Komunikasi Satelit.Arsip:2011 

[5] Parlindungan, Ir. Sistem Komunikasi Satelit,2000, Fakultas Teknik

Universitas Indonesia, Jakarta