ANALISIS CHOICE BASED CONJOINT PADA PREFERENSI …repository.ub.ac.id/4120/1/NAILAH MARIRAH...
Transcript of ANALISIS CHOICE BASED CONJOINT PADA PREFERENSI …repository.ub.ac.id/4120/1/NAILAH MARIRAH...
ANALISIS CHOICE BASED CONJOINT PADA
PREFERENSI MAHASISWA UNIVERSITAS
BRAWIJAYA DALAM PEMILIHAN PAKET KURSUS
TOEFL PREPARATION
(Studi pada Peserta Didik Brawijaya Language Center
Tahun 2017, Universitas Brawijaya, Kota Malang)
SKRIPSI
oleh:
NAILAH MARIRAH ZAIN
135090501111013
PROGRAM STUDI STATISTIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
i
ANALISIS CHOICE BASED CONJOINT PADA
PREFERENSI MAHASISWA UNIVERSITAS
BRAWIJAYA DALAM PEMILIHAN PAKET KURSUS
TOEFL PREPARATION
(Studi pada Peserta Didik Brawijaya Language Center
Tahun 2017, Universitas Brawijaya, Kota Malang)
SKRIPSI
oleh:
NAILAH MARIRAH ZAIN
135090501111013
PROGRAM STUDI STATISTIKA
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
ii
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI
ANALISIS CHOICE BASED CONJOINT PADA PREFERENSI
MAHASISWA UNIVERSITAS BRAWIJAYA DALAM
PEMILIHAN PAKET KURSUS TOEFL PREPARATION
(Studi pada Peserta Didik Brawijaya Language Center Tahun
2017, Universitas Brawijaya, Kota Malang)
oleh:
NAILAH MARIRAH ZAIN
135090501111013
Setelah dipertahankan di depan Majelis Penguji
Pada tanggal 20 Juli 2017
Dan dinyatakan memenuhi syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains dalam bidang Statistika
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Solimun, MS
NIP. 196112151987031002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Matematika
Fakultas MIPA
Universitas Brawijaya
Ratno Bagus Edy Wibowo, S.Si, M.Si, Ph.D.
NIP. 197509082000031003
iii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : NAILAH MARIRAH ZAIN
NIM : 135090501111013
Jurusan : MATEMATIKA
Program Studi : STATISTIKA
Skripsi berjudul :
ANALISIS CHOICE BASED CONJOINT PADA PREFERENSI
MAHASISWA UNIVERSITAS BRAWIJAYA DALAM
PEMILIHAN PAKET KURSUS TOEFL PREPARATION
(Studi pada Peserta Didik Brawijaya Language Center Tahun
2017, Universitas Brawijaya, Kota Malang)
Dengan ini menyatakan bahwa:
1. Isi dari skripsi yang saya buat adalah benar-benar karya
sendiri dan tidak menjiplak karya orang lain, selain nama-
nama yang termaktub di isi dan tertulis di daftar pustaka dalm
skripsi ini.
2. Apabila di kemudian hari ternyata skripsi yang saya tulis
terbukti hasil jiplakan, maka saya akan bersedia menanggung
segala resiko yang akan saya terima.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan segala kesadaran.
Malang, 20 Juli 2017
Yang menyatakan,
NAILAH MARIRAH ZAIN
135090501111013
iv
ANALISIS CHOICE BASED CONJOINT PADA PREFERENSI
MAHASISWA UNIVERSITAS BRAWIJAYA DALAM
PEMILIHAN PAKET KURSUS TOEFL PREPARATION
(Studi pada Peserta Didik Brawijaya Language Center Tahun
2017, Universitas Brawijaya, Kota Malang)
ABSTRAK
Lulusan Universitas Brawijaya selalu bertambah tiap tahun. Untuk
mencetak lulusan yang unggul, terdapat syarat kelulusan yaitu
TOEFL. Banyak calon sarjana UB yang menyiapkan TOEFL dengan
menempuh pendidikan nonformal TOEFL preparation di Brawijaya
Language Center karena merupakan lembaga bahasa dibawah
naungan UB yang mengadakan TOEFL untuk para calon sarjana. Oleh
karena itu, tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui atribut dan
level apa yang memengaruhi preferensi mahasiswa UB dalam memilih
paket kursus TOEFL preparation dengan analisis konjoin. Karena
analisis konjoin digunakan untuk memahami bagaimana responden
mengembangkan preferensinya terhadap semua jenis objek
berdasarkan kombinasi atribut yang ditawarkan dengan cara
memberikan skor (skala likert). Data yang digunakan adalah data
primer hasil survey dengan cara menyebarkan angket kepada
mahasiswa yang menempuh TOEFL preparation di BLC. Didapatkan
hasil penelitian bahwa mahasiswa peserta didik TOEFL preparation
menyukai kursus dengan tatap muka/minggu sebanyak 4 kali (lama
kursus 1 bulan 1 minggu) dan harga kursus sebesar Rp 2.500.000/10
orang.
Kata Kunci: analisis konjoin, brawijaya language center, preferensi
v
Choice Based Conjoint Analysis on Preference of
Brawijaya University Students in Choosing
TOEFL Preparation Package Course
(Study on Brawijaya Language Center Students 2017,
Brawijaya University, Malang City)
ABSTRACT
Brawijaya University graduates always increase every year. To get a
superior graduates, there is a TOEFL graduation requirement. Many
UB undergraduate candidates who prepare TOEFL by taking non-
formal education TOEFL preparation in Brawijaya Language Center
because it is a UB language institution that holds TOEFL for
undergraduate candidates. Therefore, the purpose of this study is to
know what attributes and levels affect the preferences of UB students
in choosing TOEFL preparation course packages with conjoint
analysis. Because conjoint analysis is used to understand how
respondents develop their preferences for all types of objects based on
the combination of attributes offered by scoring (likert scale). The data
used is the primary data survey results by distributing questionnaires
to students who take TOEFL preparation in BLC. It was found out that
the students of TOEFL preparation students like 4 weekly courses (1
month 1 week course) and course price Rp 2,500,000 / 10 people.
Keywords: conjoint analysis, brawijaya language center, preference
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji hanyalah milik Allah SWT, Dzat yang telah
melimpahkan berbagai kenikmatan dan karunia, khususnya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini.
Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada Nabi
Muhammad SAW, juga segenap keluarga, sahabat, serta umat beliau
hingga akhir zaman. Amin Ya Robbal Alamin.
Proposal skipsi ini berjudul Analisis Choice Based Conjoint
Pada Preferensi Mahasiswa Universitas Brawijaya Dalam Pemilihan
Paket Kursus Toefl Preparation yang bertujuan untuk mengetahui
preferensi mahasiswa Universitas Brawijaya yang menempuh
pendidikan nonformal di Brawijaya Language Center terhadap paket
kelas yang telah ditempuhnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal skripsi
hingga penulisan telah banyak bantuan dan dukungan yang diterima
oleh penulis. Oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terima kasih
dan rasa hormat kepada:
1. Dr. Ir. Solimun, MS. selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan banyak waktu dan selalu sabar untuk memberikan
bimbingan dan saran pada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Heni Kusdarwati, MS. selaku dosen penguji 1 yang telah
memberikan bimbingan dan saran pada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Nurjannah, S.Si., M.Phil, Ph.D selaku dosen penguji 2 yang telah
memberikan bimbingan dan saran pada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Ratno Bagus E.W., S.Si, M.Si, Ph.D selaku Ketua Jurusan
Matematika.
5. Mama, Ayah, Mba Nadiya, Dek Falah, Dek Nabilah, Budhe Ida,
Pakde Mahmud serta keluarga yang telah memberikan dukungan
dan kasih sayang yang tidak dapat dibandingkan dengan apapun.
6. Seluruh teman statistika 2013 yang dicintai.
vii
7. Seluruh sahabat “Katanya Teman”, Dita RKP, ST Ananda, Nur
Afifah Savitri, Gracia Krisantiana, Malinda Ayu, Fariz Agyan,
Effrihan, Tri Antono yang telah menemani suka duka selama 4
tahun di perkuliahan ini.
8. Dinul Wijaya Putra, yang telah menemani dan selalu
mengingatkan, semangat untuk skripsinya.
9. Seluruh Sahabat SMA, Laxsmi Widya, Laili Munifah, Shohibatul
Fadlilah, Farida Nur Azizah, Faiza YB, Rani Zakiyah, Ria Rizki,
Pratiwi Nuzulil, keluarga Survivor, dan Naisyan.
10. Sahabat yang bertemu di KKN Giripurno, Aini Fauziyah dan
Novalia Ena Agustin yang telah menemani, semangat untuk
skripsinya.
11. Seluruh jajaran dosen, staff, dan karyawan Jurusan Matematika
Universitas Brawijaya yang telah membantu proses penyelesaian
proposal skripsi.
12. Semua Pihak yang telah membantu penulis yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Dengan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pembuatan
proposal skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun demi kesempurnaan proposal skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusuna skripsi ini masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, diharapkan saran dan
kritik yang membangun agar penulis dapat menyusun laporan yang
lebih baik di lain kesempatan. Semoga skripsi ini memberikan manfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Malang, 2017
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ..................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN .......................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................... iv
ABSTRACT .................................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................. viii
DAFTAR TABEL ......................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................. 4
1.3 Batasan Masalah ................................................................ 4
1.4 Tujuan Penelitian ............................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian ............................................................. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................. 7
2.1 Analisis Konjoin ................................................................ 7
2.1.1 Pengertian Analisis Konjoin ................................. 7
2.1.2 Metode Analisis Konjoin ...................................... 7
2.1.2.1 Metode Traditional Conjoint .................. 8
2.1.2.2 Metode Adaptive Conjoint ...................... 9
2.1.2.3 Metode Choice-Based Conjoint .............. 9
2.1.3 Penentuan Atribut dan Level ................................ 10
2.1.4 Metode Pembuatan Rancangan Stimuli ................ 11
2.1.5 Fractional Factorial Design ................................. 14
2.1.6 Data Input ............................................................. 15
2.1.7 Prosedur Analasis Konjoin ................................... 16
2.1.8 Analisis Konjoin dengan Regresi Peubah
Dummy ................................................................. 18
2.1.9 Koefisien Part-Worth ........................................... 21
2.1.10 Nilai Kepentingan Relatif Atribut (Relative
Importance Weight) .............................................. 22
ix
2.1.11 Pengukuran Ketepatan Prediksi dan Pengujian
Validitas Internal .................................................. 23
2.2 Preferensi ........................................................................... 24
2.3 Brawijaya Language Center (BLC) .................................. 25
2.4 Preferensi Mahasiswa Universitas Brawijaya berdasarkan
Paket Kursus TOEFL Preparation di Brawijaya
Language Center (BLC ..................................................... 25
2.4.1 Fasilitas Pembelajaran ............................................. 25
2.4.2 Sarana dan Prasarana ............................................... 26
2.4.3 Bonus Spesial .......................................................... 27
2.4.4 Tatap Muka per-Minggu (1,5 jam tiap tatap muka) 28
2.4.5 Harga Kursus ........................................................... 28
BAB III METODE PENELITIAN .............................................. 29
3.1 Lokasi Penelitian ............................................................... 29
3.2 Data Penelitian .................................................................. 29
3.3 Atribut dan Level Penelitian di BLC ................................. 29
3.4 Stimuli ............................................................................... 30
3.5 Instrumen Penelitian dan Pengukuran Stimuli .................. 31
3.6 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ......... 31
3.7 Metode Langkah Analisis Data ......................................... 33
3.8 Diagram Alir ...................................................................... 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................... 37
4.1 Analisis Regresi dengan Peubah Dummy .......................... 37
4.1.1 Penentuan Level Acuan ........................................... 37
4.1.2 Pengkodean Peubah Dummy ................................... 37
4.1.3 Pendugaan Parameter Regresi Peubah Dummy ....... 38
4.1.4 Pengukuran Ketepatan Prediksi Goodness of Fit .... 38
4.2 Koefisien Part-worth ......................................................... 39
4.3 Utilitas Level pada Masing-Masing Atribut ...................... 40
4.3.1 Utilitas Level pada Atribut Tatap Muka/Minggu
(1,5 jam tiap tatap muka) ......................................... 41
4.3.2 Utilitas Level pada Atribut Harga Kursus (20 kali
pertemuan) ............................................................... 42
4.3.3 Utilitas Level pada Atribut Fasilitas Pembelajaran . 43
4.3.4 Utilitas Level pada Atribut Sarana dan Prasarana ... 44
4.3.5 Utilitas Level pada Atribut Bonus Spesial .............. 45
x
4.4 Pengukuran Ketepatan Prediksi Korelasi Pearson ............ 45
4.5 Interpretasi Hasil Pelitian .................................................. 46
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................ 49
5.1 Kesimpulan ........................................................................ 49
5.2 Saran .................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................... 51
LAMPIRAN .................................................................................. 53
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Perbandingan Alternatif Metode Kojoin ...................... 8
Tabel 2.2 Pengkodean Peubah Dummy ........................................ 19
Tabel 2.3 Paket Kursus TOEFL Peparation di BLC .................... 25
Tabel 3.1 Atribut dan Level Penelitian di BLC ............................ 28
Tabel 3.2 Data Mahasiswa Universitas Brawijaya yang
Menempuh Kelas TOEFL Preparation di BLC
Tahun 2017 ................................................................... 30
Tabel 3.3 Data Populasi dan Sampel pada Paket Kelas TOEFL
Preparation di BLC ...................................................... 32
Tabel 4.1 Penentuan Level Acuan ................................................ 37
Tabel 4.2 Hasil Pendugaan Parameter Regresi Peubah Dummy ... 38
Tabel 4.3 Hasil Nilai Koefisien Part-Worth dan Nilai
Kepentingan Relatif (NKR) .......................................... 39
xii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Diagram Alir Analisis Konjoin ................................... 35
Gambar 4.1 Nilai Kepentingan Relatif (NKR)................................ 40
Gambar 4.2 Diagram Batang Utilitas Tatap Muka/Minggu
(1,5 jam tiap tatap muka) ........................................... 41
Gambar 4.3 Diagram Batang Utilitas Harga Kursus (20 kali
pertemuan) ................................................................. 42
Gambar 4.4 Diagram Batang Utilitas Fasilitias Pembelajaran ....... 43
Gambar 4.5 Diagram Batang Utilitas Sarana dan Prasarana .......... 44
Gambar 4.6 Diagram Batang Utilitas Bonus Spesial ..................... 45
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Atribut dan Level Penelitian di BLC ....................... 53
Lampiran 2. Syntax Fractional Factorial Design dengan
Software SPSS 21 .................................................... 54
Lampiran 3. Hasil Pembentukan Stimuli dengan Software
SPSS 21 Fractional Factorial Design ..................... 55
Lampiran 4. Angket Preferensi Mahasiswa Universitas
Brawijaya dalam Pemilihan Paket Kursus
TOEFL Preparation ................................................. 58
Lampiran 5. Profil Responden ...................................................... 62
Lampiran 6. Input Data (Penilaian Responden) ........................... 69
Lampiran 7. Hasil Pengkodean Peubah dummy ........................... 75
Lampiran 8. Hasil Pendugaan Parameter Regresi Peubah
Dummy ..................................................................... 76
Lampiran 9. Syntax Analisis Konjoin dengan Software SPSS 21 77
Lampiran 10. Hasil Output Analisis Konjoin dengan Software
SPSS 21 ................................................................... 78
Lampiran 11. Hasil Part-Worth Pada Analisis Konjoin dengan
Perhitungan Manual ................................................. 80
Lampiran 12. Hasil Nilai Kepentingan Relatif Pada Analisis
Konjoin dengan Perhitungan Manual ...................... 84
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan adalah proses bimbingan yang dilaksanakan
secara sadar oleh pendidik terhadap suatu proses perkembangan
jasmani dan rohani peserta didik, dengan tujuan agar kepribadian
peserta didik terbentuk dengan sangat unggul. Kepribadian yang
dimaksud ini bermakna cukup dalam yaitu pribadi yang tidak hanya
pintar, pandai secara akademis saja, akan tetapi baik juga secara
karakter (Marimba, 1989).
Dalam UU No. 20 Tahun 2003, Pasal 13 Ayat 1 dinyatakan
bahwa jalur pendidikan terdiri dari tiga bagian, yaitu pendidikan
formal, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal. Pendidikan
formal, nonfomal, dan informal adalah jalur pendidikan yang tidak
bisa berdiri sendiri karena antara satu dengan yang lain saling
memiliki keterikatan dalam membangun kepribadian unggul.
Pendidikan formal merupakan pendidikan wajib dan penting yang
diselenggarakan oleh sekolah serta mempunyai jenjang pendidikan
yang jelas mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah
pertama, pendidikan menengah atas, sampai pendidikan tinggi.
Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan
formal yang dilakukan secara terstruktur dan berjenjang di suatu
lembaga kursus guna menunjang pendidikan formal. Pendidikan
informal adalah jalur pendidikan yang tidak ditempuh pada suatu
lembaga, melainkan pendidikan pembangunan karakter seseorang
yang dilakukan dalam lingkup keluarga dan lingkungan dengan tidak
memiliki jenjang, tidak ada lembaga penyelenggara, dan tidak ada
ujian.
Selain pendidikan formal, pendidikan nonformal juga
memegang peranan yang sangat penting. Pendidikan nonformal
diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan
pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan
pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan
potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan
pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap
2
dan kepribadian professional (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 26 ayat
1 dan 2). Pendidikan nonformal biasanya ditempuh oleh seseorang
pada suatu lembaga maupun tempat kursus.
Jumlah mahasiswa baru dan lulusan Universitas Brawijaya
semakin bertambah tiap tahun. Data jumlah mahasiswa perbulan Mei
2017 sebanyak 14.483 mahasiswa baru dan 13.623 mahasiswa
lulusan Universitas Brawijaya. Untuk mencetak lulusan yang unggul
maka bagi calon sarjana lulusan Universitas Brawijaya terdapat
persyaratan kelulusan yang harus dipenuhi, yaitu TOEFL. Selain
sebagai syarat kelulusan, TOEFL juga salah satu pesiapan untuk
melangkah pada jenjang yang lebih tinggi yaitu melanjutkan kuliah,
mendapatkan beasiswa di dalam negeri maupun luar negeri dan
memasuki dunia kerja. TOEFL (Test of English as a Foreign
Language) adalah tes yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kemampuan seseorang dalam berbahasa Inggris. TOEFL ditujukan
bagi orang yang tidak menggunakan bahasa inggris sebagai bahasa
utama. Sebelum menempuh TOEFL, biasanya para mahasiswa
menyiapkan diri dengan mengikuti kursus bahasa inggris, khususnya
kelas TOEFL preparation di berbagai lembaga bahasa asing.
Di Kota Malang, banyak lembaga bahasa asing yang
menawarkan kelas dengan fasilitas yang sangat lengkap. Salah
satunya adalah Brawijaya Language Center (BLC) Universitas
Brawijaya, lembaga tersebut menaungi kursus bahasa asing bagi
mahasiswa Universitas Brawijaya maupun kalangan mahasiswa luar.
BLC menyediakan pelatihan dan pendidikan nonformal yang
berkaitan dengan bahasa asing, diantaranya TOEFL ITP Test,
TOEFL Equivalent Test, TOEFL Preparation, IELTS Preparation,
Bahasa Inggris untuk Penutur Asing (BIPA), Conversation,
Academic Writing, Translation, Proof Reading, dan In House
Training.
BLC merupakan lembaga bahasa di bawah naungan
Universitas Brawijaya yang mengadakan dan mengeluarkan setifikat
TOEFL untuk para calon sarjana. Sampai Mei 2017, BLC telah
menjadi satuan unit kerja penyelenggara sertifikasi kompetensi
bahasa inggris bagi calon sarjana Universitas Brawijaya. Tercatat
sejumlah 3.521 mahasiswa telah mengikuti TOEFL sebagai syarat
kelulusan dengan nilai rata-rata 425 dengan kata lain mahasiswa
Universitas Brawijaya memiliki kompetensi bahasa inggris sebagai
3
bahasa asing yang cukup. Oleh karena itu, BLC menjadi pilihan
mahasiswa Universitas Brawijaya untuk menempuh pendidikan
nonformal TOEFL preparation karena merupakan lembaga
pengadaan TOEFL dan memiliki letak yang strategis sekitar 500
meter dari pintu gerbang veteran Universitas Brawijaya.
Dengan manajemen pengelolaan yang terorganisir, hal ini
dapat menciptakan kenyamanan bagi mahasiswa yang menempuh
pendidikan nonformal kelas TOEFL preparation di BLC. Salah satu
upaya yang dilakukan oleh pihak pengelola BLC dalam
meningkatkan kenyamanan mahasiswa yang menempuh pendidikan
nonformal TOEFL di sana adalah dengan memperhatikan masalah
ketertiban, fasilitas yang menunjang pembelajaran, dan kebersihan.
Fasilitas yang diterima mahasiswa dalam pembelajaran adalah ruang
kelas biasa, ruang kelas multimedia, pengajar yang profesional,
modul pembelajaran yang lengkap, dan sertifikat. Dengan fasilitas
yang lengkap diharapkan dapat membuat mahasiswa nyaman
menempuh pendidikan nonformal TOEFL di BLC. Untuk itu perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui konsep BLC yang dirasa
nyaman bagi mahasiswa.
Analisis konjoin merupakan bagian dari analisis multivariat
yang dipakai secara spesifik untuk memahami bagaimana responden
membangun preferensi terhadap produk baik barang maupun jasa.
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas
Brawijaya yang menempuh nonformal TOEFL di Brawijaya
Language Center (BLC) kelas TOEFL preparation. Sistem analisis
konjoin adalah dengan cara mengukur tingkat kegunaan dan nilai
kepentingan relatif berbagai atribut dari suatu produk. Analisis
konjoin sangat erat hubungannya dengan profil produk. Profil
produk adalah stimuli yang merupakan kombinasi level dari setiap
atribut yang digunakan. Atribut dan level yang dipilih harus
merupakan atribut dan level yang memiliki peran dalam
memengaruhi preferensi responden untuk memilih produk yang akan
dikonsumsinya. Setelah melakukan analisis konjoin, maka akan
didapatkan suatu kesimpulan mengenai atribut dan kombinasi level
dari setiap atribut yang paling diminati oleh responden. Menurut
Pullman dan Moore (1999), hasil penelitian yang diperoleh dengan
menggunakan analisis konjoin lebih rinci, mudah dipahami dan dapat
diandalkan. Dengan menggunakan analisis konjoin, dapat diketahui
4
karakteristik produk yang diinginkan oleh mahasiswa Universitas
Brawijaya pada kelas TOEFL preparation di BLC.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Pada atribut mana yang paling diminati oleh mahasiswa
Universitas Brawijaya yang menempuh pendidikan kelas
TOEFL preparation di BLC dengan menggunakan metode
Choice Based Conjoint?
2. Pada level dalam atribut mana yang paling diminati oleh
mahasiswa Universitas Brawijaya yang menempuh
pendidikan kelas TOEFL preparation di BLC?
1.3 Batasan Masalah
Batasan masalah memiliki tujuan agar fokus pada
permasalahan penelitian sehingga tidak menyimpang dari tujuan.
Batasan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Subjek penelitian atau responden adalah mahasiswa
Universitas Brawijaya yang menempuh pendidikan kelas
TOEFL preparation di BLC.
2. Atribut-atribut yang diduga mempengaruhi preferensi
mahasiswa adalah fasilitas pembelajaran, sarana dan
prasarana, bonus spesial yang didapatkan, tatap muka, dan
harga kursus.
3. Penelitian dilakukan di Gedung INBIS lantai 2 tepatnya pada
Brawijaya Language Center (BLC) Universitas Brawijaya,
Kota Malang.
4. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
regresi dengan peubah dummy dan jenis metode Choice
Based Conjoint.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang ada,
maka tujuan penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui atribut mana yang paling diminati oleh
mahasiswa Universitas Brawijaya yang menempuh
pendidikan kelas TOEFL preparation di BLC menggunakan
5
metode Choice Based Conjoint dalam menentukan
preferensinya.
2. Mengetahui level dalam atribut mana yang paling diminati
oleh mahasiswa Universitas Brawijaya yang menempuh
pendidikan kelas TOEFL preparation di BLC dalam
menentukan preferensinya.
1.5 Manfaat Peneitian
Hasil penelitian ini, diharapkan dapat bermafaat bagi:
1. Pihak Brawijaya Language Center (BLC), sebagai
sumbangan pemikiran dan informasi baru tentang kombinasi
atribut tertentu yang memengaruhi preferensi mahasiswa
Universitas Brawijaya dalam memilih paket kursus TOEFL
preparation. Dengan mengetahui kombinasi atribut tersebut,
dapat menjadi masukan bagi pihak Brawijaya Language
Center (BLC) dalam melakukan perbaikan beberapa atribut
dan paket kelas yang ditawarkan.
2. Penulis, sebagai salah satu sarana untuk mengetahui
penerapan analisis konjoin secara nyata dengan mengetahui
kegunaan dalam keadaan yang sebenarnya, serta
mengembangkan wawasan dan pengetahuan terhadap
permasalahan dalam hal preferensi mahasiswa Universitas
Brawijaya dalam memilih tempat kursus khususnya kelas
TOEFL preparation.
3. Pihak lain, sebagai tambahan informasi baru mengenai
atribut yang memengaruhi preferensi mahasiswa Universitas
Brawijaya dalam memilih tempat kursus khususnya kelas
TOEFL preparation di BLC, serta sebagai literatur mengenai
analisis konjoin untuk penelitian selanjutnya.
6
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Analisis Konjoin
2.1.1 Pengertian Analisis Konjoin
Menurut Hair et al. (2010), analisis konjoin adalah suatu
teknik multivariat yang secara khusus digunakan untuk memahami
bagaimana responden mengembangkan preferensinya terhadap
semua jenis objek (produk, pelayanan, atau ide). Analisis konjoin
merupakan analisis yang unik di antara metode-metode dalam
analisis multivariat karena peneliti mula-mula merancang produk.
Produk tersebut dirancang dengan cara memadukan semua
kemungkinan atribut dan masing-masing level. Kemudian produk
tersebut diberikan kepada responden dan akan dievaluasi secara
keseluruhan. Peneliti akan merancang produk dengan cara
sedemikian rupa sehingga kepentingan masing-masing atribut dan
level atribut dapat dianalisis berdasarkan nilai atau peringkat
keseluruhan yang diberikan kepada responden.
Analisis konjoin didasarkan pada subjektivitas konsumen
terhadap beberapa kombinasi fitur yang ditawarkan. Subjektivitas
konsumen ini diukur dengan cara memberikan peringkat (rank) atau
memberi skor (skala Likert). Hasil analisis konjoin berupa informasi
kuantitatif yang dapat memodelkan preferensi konsumen untuk
beberapa kombinasi fitur produk (Green dan Krieger, 1991).
Kelebihan analisis konjoin adalah dapat mengikutsertakan atribut
yang belum terjadi tapi diperkirakan bisa terjadi, dapat mengetahui
model produk mana yang paling disukai konsumen, dan dapat
memberikan informasi yang spesifik dalam preferensi konsumen
terhadap atribut-atribut baru yang dimunculkan dari suatu produk.
2.1.2 Metode Analisis Konjoin
Sebelum melakukan analisis, hal yang perlu diperhatikan
adalah membuat suatu rancangan dan pengukuran. Menurut Hair et
al. (2010) terdapat 3 macam metode perancangan dan pengukuran,
yaitu: Traditional Conjoint, Adaptive/Hybrid Conjoint, dan Choice-
Based Conjoint. Penelitian ini menggunakan metode perancangan
dan pengukuran Choice-Based Conjoint karena banyak atribut
8
sebanyak 5 buah. Berikut merupakan perbandingan alternatif
metode konjoin:
Tabel 2.1 Perbandingan Alternatif Metode Konjoin
Metode Konjoin
Karakteristik Traditional
Conjoint
Adaptive
Conjoint
Choice-Based
Conjoint
Banyak
Atribut
Maksimum
9 30 6
Level
Analisis Individu Individu
Aggregat atau
Individu
Model
Konjoin Aditif Aditif Aditif+Interaksi
Pemilihan
Stimuli
Mengevaluasi
stimuli Full-
Profiles dalam
satu waktu
Penilaian dari
sekumpulan
atribut
Pemilihan
terhadap satu set
stimuli
Format
Koleksi Data Semua format
Umumnya
berbasis
komputer
Semua format
Estimasi
Model
Konjoin
Pada umumnya
menggunakan
MONANOVA
dan Linmap
MONANOVA
dan Linmap
MONANOVA,
Linmap, model
Logit, atau
Regresi Dummy
(Sumber: Hair et al., 2010)
2.1.2.1 Metode Traditional Conjoint
Traditional Conjoint Analysis merupakan metode yang
menduga individual utility dari masing-masing level tiap atributnya.
Penggunaannya baik itu pada single profile atau pada pairwise full
profile dapat dilakukan secara manual atau secara komputerisasi.
Perancangannya meliputi penentuan atribut, penentuan level, dan
menentukan format kuesioner yang tepat. Nilai utility pada
traditional conjoint analysis dapat diduga dengan menggunakan
OLS (Ordinary Least Square) pada data metrik (rating data) atau
9
menggunakan monotone regression pada data nonmetrik (ranking
data). Penggunaan metode ini akan bekerja efektif jika digunakan
pada jumlah atribut kurang dari 6.
2.1.2.2 Metode Adaptive Conjoint
ACA (Adaptive Conjoint Analysis) merupakan metode yang
digunakan untuk merancang full-profile. Istilah adaptive mengacu
bahwa wawancara dilakukan secara komputerisasi dan berisi tahap-
tahap yang akan menentukan tingkat keinginan dari suatu taraf dan
tingkat kepentingan dari tiap atribut. Responden dihadapkan pada
suatu pertanyaan berupa kuesioner kemudian diminta untuk
menjawab pertanyaan di dalamnya. Pertanyaan yang dihadapkan
pada responden dapat berupa tipe pertanyaan pilihan, ranking, atau
rating. Tipe pertanyaan berupa tingkat kepentingan atribut atau tipe
pertanyaan pasangan.
Dugaan nilai kegunaan didapat dari tingkat preferensi
responden tiap taraf dan tingkat kepentingan tiap atribut. Pertama
kali ACA diperkenalkan, nilai kegunaan diduga dengan
menggunakan OLS (Ordinary Least Square). Namun seiring
perkembangan zaman, ACA berkembang menjadi beberapa versi
yang memiliki tingkat kesulitan yang lebih kompleks. Seperti saat ini
ACA-Hierarchical Bayes Estimation (HB) digunakan untuk
menduga nilai kegunaan suatu produk. Dalam suatu pasar produk,
nilai kegunaan responden digunakan untuk menduga kekuatan
pilihan produk atau pelayanan.
Metode ACA ini akan efektif jika digunakan pada jumlah
atribut sampai dengan 30 untuk tiap atribut memiliki sampai dengan
15 taraf dan tidak akan memberikan keuntungan apabila digunakan
pada jumlah atribut kurang dari 6, walaupun setidaknya akan bekerja
seperti pada full profile. Dengan jumlah atribut yang besar, analisis
data hanya mungkin dilakukan secara komputerisasi karena tidak
mungkin dilakukan responden dengan manual. Seperti full profile,
ACA dapat mengukur utility taraf tiap individu dan hanya dapat
mengukur efek utama tiap atributnya.
2.1.2.3 Metode Choice-Based Conjoint
Choice Based Conjoint (CBC) adalah suatu metode dengan
cara memberikan beberapa pilihan (choice sets) dari hasil kombinasi
atribut yang telah dirancang. Atribut tersebut adalah faktor-faktor
10
yang dapat memengaruhi responden dalam menentukan pilihannya.
CBC dapat dilakukan pada atribut kecil maupun besar, secara manual
ataupun komputerisasi.
Menurut Supranto (2010) CBC merupakan bentuk penelitian
berdasarkan pilihan. Keunggulan utama dari metode CBC
dibandingkan metode klasik Traditional Conjoint dan Adaptive
Conjoint adalah data yang dikumpulkan secara langsung telah
mencerminkan perilaku pasar yang sesungguhnya karena responden
memberikan pendapat tentang keinginan dalam memilih salah satu
konsep produk.
2.1.3 Penentuan Atribut dan Level
Atribut dan level tidak ditentukan secara sembarangan.
Atribut dan level harus memenuhi beberapa pertimbangan dan
melihat kondisi asli objek yang akan diteliti. Menurut Supranto
(2010), berikut adalah hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
menetapkan atribut dan level yang akan dipilih, yaitu:
1. Actionable measure
Atribut dan level dapat ditetapkan dalam praktek, dimana
atribut dan level harus berbeda, jelas dan mewakili suatu
konsep yang diterapkan.
2. Communicable measure
Atribut dan level harus dapat dikomunikasikan dengan
mudah dan mudah untuk dimengerti.
3. Banyak atribut dan level
Banyak atribut dan level yang digunakan secara langsung
memengaruhi efisiensi dan reliabilitas dari hasil penelitian.
Semakin banyak atribut dan level, jumlah parameter yang
akan diestimasi meningkat sehingga membutuhkan jumlah
stimuli yang lebih besar atau pengurangan reliabilitas dari
parameter.
4. Jumlah level yang seimbang
Dalam perancangan stimuli, keseimbangan jumlah dari
atribut dan level harus dijaga sebaik mungkin. Jika suatu
variabel memiliki jumlah kategori yang terlalu banyak maka
akan menyebabkan konsumen lebih berfokus pada variabel
tersebut dibandingkan variabel lainnya.
11
5. Range dan level
Jarak dari level ditetapkan sedikit diluar nilai yang ada
sekarang ini, tetapi masih memungkinkan kriteria dari level
yang relevan dan feasible juga harus ditetapkan karena level
yang tidak dapat digunakan dalam kenyataannya
memengaruhi hasil.
2.1.4 Metode Pembuatan Rancangan Stimuli
Menurut Hair et al. (2010) terdapat tiga cara untuk
membentuk stimuli dalam analisis konjoin, yaitu:
1. Metode Trade-Off
Metode trade-off dilakukan dengan cara
membandingkan dua atribut beserta level-levelnya.
Kombinasi dari dua atribut ini biasanya disajikan seperti
bentuk matriks yang dinamakan matriks trade-off (trade-off
matrices). Menurut Hair et al. (2010) metode ini
mempunyai kelebihan bagi responden, yaitu: sederhana,
mudah dilakukan, dan dapat menghindari beban informasi
yang berlebihan. Namun, metode ini kurang realistis karena
meminta responden membandingkan hanya sepasang
variabel (padahal pada kenyataannya variabel bisa lebih dari
dua). Metode ini dapat membuat responden bingung jika
terdapat banyak atribut dan banyak level karena akan banyak
matriks yang dihasilkan dan dievaluasi oleh responden.
Jumlah matriks trade-off bergantung pada banyaknya atribut
yang ada dan dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑀𝑇 = 𝑁(𝑁−1)
2 (2.1)
Keterangan:
MT : Jumlah matriks trade-off
N : Banyaknya atribut.
2. Metode Full Profile
Metode full profile menyajikan seluruh
kemungkinan kombinasi dan level-level atributnya. Setiap
stimuli dipresentasikan secara terpisah dan konsep
evaluasinya dapat dilakukan dengan cara me-ranking
maupun me-rating oleh responden. Keuntungan
menggunakan rancangan stimuli full profile, yaitu kita dapat
memperoleh deskripsi yang lebih sesuai d e n g a n
12
kenyataan yang ada dengan menjelaskan setiap stimuli yang
berisi sebuah level dari masing-masing atribut.
Metode ini memiliki dua keterbatasan, yaitu:
1. Semakin banyak atribut dan level, maka akan semakin
banyak stimulus yang akan dievaluasi oleh responden.
Sehingga responden mempunyai kecenderungan untuk
mempermudah keputusannya dengan cara hanya
memperhatikan beberapa atribut saja, padahal mereka
seharusnya mempertimbangkan setiap atribut.
2. Urutan atribut-atribut yang berada pada stimuli dapat
memengaruhi evaluasi. Jadi, untuk meminimalisasi
pengaruhnya perlu dirubah urutan atribut antar
responden.
Stimuli yang dihasilkan mengikuti prinsip-prinsip
desain eksperimen. Menurut Gudono (2012) jika level dari
atribut diberi peluang berpasangan dengan masing-masing
level atribut lainnya maka teknik ini disebut full factorial
design. Banyaknya stimuli yang dihasilkan dapat dirumuskan
sebagai berikut:
𝑘 × 𝑘 × … × 𝑘 = 𝑘𝑁 (2.2)
Apabila jumlah level berbeda pada tiap variabel maka
menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑘 × 𝑘 … × 𝑘 × 𝑙 × 𝑙 … × 𝑙 = 𝑘𝑁 × 𝑙𝑀 (2.3)
Keterangan:
k,l : Banyak level yang sama pada atribut
N,M : Banyak variabel yang jumlah levelnya sama.
Apabila jumlah stimuli yang dihasilkan terlalu
banyak, maka perlu dilakukan pengurangan jumlah stimuli
dengan cara menggunakan metode fractional factorial
design. Metode ini adalah metode yang menyajikan stimuli-
stimuli dengan konsep orthogonal array. Orthogonal Array
memilih sejumlah stimuli dari keseluruhan stimuli yang
hanya mengukur efek utamanya saja, sementara interaksi
antar atribut tidak terukur atau diabaikan dan jumlah stimuli
yang terbentuk akan berkurang. Cara membuat rancangan
stimuli adalah dengan menggunakan bantuan software SPSS
21, yaitu dengan menggunakan syntax fractional dari
13
software SPSS atau dapat langsung memilih menu desain
orthogonal pada software SPSS.
Keuntungan menggunakan metode ini adalah :
1. Diperoleh deskripsi yang lebih realistis dengan
menjelaskan setiap stimuli berisikan sebuah taraf dari
masing-masing atribut.
2. Menggambarkan trade-off yang lebih jelas antara
seluruh atribut yang tersedia.
3. Memungkinkan pemakaian tipe-tipe penilaian preferensi
lainnya.
Sedangkan kendala menggunakan metode ini adalah :
1. Seiring bertambahnya jumlah atribut yang diteliti akan
menambah kemungkinan diperoleh kelebihan informasi.
2. Urutan atribut-atribut yang tertulis dalam stimuli bisa
berdampak pada evaluasi. Oleh sebab inilah metode
full-profile disarankan apabila jumlah atribut yang
diteliti kurang dari enam atau sama dengan enam.
3. Metode Pairwise Comparison
Metode pairwise comparison merupakan gabungan
dari metode trade-off dengan full profile. Metode ini mirip
dengan metode trade-off tetapi terdapat perbedaan pada apa
yang dibandingkan. Menurut Hair et al. (2010) pada metode
pairwise comparison yang dibandingkan adalah dua buah
stimuli dan diminta menunjukkan preferensi mereka dengan
menggunakan skala rating, sedangkan pada trade-off yang
dibandingkan adalah dua buah atribut.
Pada penelitian ini rancangan stimuli menggunakan
metode full profile di mana peringkat dari kombinasi produk
ditentukan oleh level dari semua faktor tertentu. Masalahnya
adalah meskipun dengan sangat selektif dipilih kombinasi
fitur produk yang paling berpotensi tetapi jumlah kombinasi
yang dihasilkan sangat banyak. Pada penelitian tersebut
terdapat 5 atribut dengan setiap atribut memiliki banyak
levelnya 2 × 2 × 2 × 4 × 3 akan menghasikan 96
kombinasi. Seorang responden akan kesulitan memberi skor
dari 96 kombinasi produk tersebut selain membutuhkan
waktu yang relatif lama. Untuk mengatasi masalah ini,
14
desain yang digunakan bukan factorial design melainkan
fractional factorial design.
2.1.5 Fractional Factorial Design
Rancangan fractional factorial adalah rancangan percobaan
dengan lebih dari satu atribut, dengan perlakuan yang merupakan
kombinasi dari level-level satu atribut dengan level-level atribut yang
lain. Rancangan fractional factorial merupakan rancangan yang
hanya melakukan sebagian dari kombinasi perlakuan lengkap.
Penerapan rancangan fractional factorial dapat menghilangkan
informasi tentang pengaruh interaksi tingkat tinggi, tetapi tidak
menghilangkan informasi tentang pengaruh faktor utama dan
interaksi tingkat rendah yang merupakan informasi penting dalam
percobaan (Gomes & Gomes 1995). Fraksi percobaan yang sering
digunakan adalah:
1. Fraksi setengah, mencobakan hanya setengah bagian dari
kombinasi perlakuan lengkap. Contoh: melakukan 16
kombinasi perlakuan dari 32 kombinasi perlakuan lengkap.
2. Fraksi seperempat, percobaan fraksi seperempat mencobakan
hanya seperempat bagian dari kombinasi perlakuan lengkap.
Contoh: melakukan 8 dari 32 kombinasi perlakuan lengkap..
Penentuan fraksi percobaan yang digunakan harus
menyeimbangkan antara informasi yang ingin diperoleh
dengan biaya yang tersedia (Montgomery, 2013).
Rancangan faktorial fraksional dilakukan jika peneliti dapat
mengasumsikan bahwa interaksi orde tinggi (interaksi yang memuat
lebih dari dua faktor) tertentu diabaikan, kemudian informasi efek
utama dan interaksi orde rendah (interaksi yang memuat dua atau
tiga faktor) dapat diperoleh dengan mengerjakan hanya sebagian dari
rancangan faktorial lengkap, akibatnnya akan ada faktor-faktor yang
mempunyai sifat yang sama dengan faktor lainnya. Rancangan
faktorial fraksional 2k-p (p adalah pembangkit rancangan) yaitu
rancangan dengan (1
2)p dari seluruh kombinasi perlakuan yang harus
dilakukan (Montgomery, 2013).
15
2.1.6 Data Input
Setelah stimuli (kombinasi atribut) terbentuk, maka untuk
penilaian stimuli tersebut dilakukan oleh responden. Pada analisis
konjoin, terdapat 2 cara untuk menilai stimuli yang telah terbentuk,
yaitu:
1. Metrik (Rating)
Pengukuran menggunakan rating menghasilkan penilaian
preferensi dalam skala metrik, di mana responden diminta
untuk memberikan nilai skala tertentu di setiap stimuli
dan rating akan kurang diskriminatif dibandingkan dengan
rangking, karena pada rating memungkinkan responden
memberikan nilai yang sama pada stimuli. Namun,
pengukuran dengan skala metric lebih mudah dianalisis dan
memingkinkan analisis konjoin dilakukan dengan regresi
peubah dummy. Selain itu, responden akan lebih merasa
tidak terdiskriminasi jika dibandingkan dengan data ranking
karena cara tersebut dapat digunakan untuk jumlah stimuli
yang banyak. Pemberian nilai atau rating dapat dilakukan
melalui beberapa cara:
a. Menggunakan skala likert, artinya penilaian untuk
stimuli digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang. Dengan penjabaran penilaian dimulai
dari 1 hingga 5 (1= paling tidak disukai, 5= paling
disukai) atau disebut dengan pernyataan positif.
b. Menggunakan nilai terbalik, artinya penilaian untuk
stimuli yang paling disukai diberi nilai tertinggi setara
dengan jumlah stimuli yang ada, sedangkan stimuli yang
paling tidak disukai diberi nilai 1.
2. Non metrik (Ranking)
Pengukuran ranking/mengurutkan, dimana responden
diminta untuk mengurutkan stimuli dari yang paling disukai
hingga yang paling tidak disukai. Ranking menjadi sulit
apabila jumlah stimuli banyak dibandingkan dengan
menggunakan rating.
16
2.1.7 Prosedur Analasis Konjoin
Menurut Gudono (2012), secara umum bentuk rancangan
produk konjoin sebagai berikut:
𝑃𝑟𝑒𝑓 (𝑋) = ∑ ∑ 𝛼𝑖𝑗𝑥𝑖𝑗 + 𝜀𝑘𝑗=1
𝑚𝑖=1 (2.4)
Keterangan:
𝑃𝑟𝑒𝑓 (𝑋): Preferensi (keseluruhan)
𝑎𝑖𝑗 : Part-worth atau nilai kegunaan dari atribut ke-i
(i=1,2,...,m) dengan level ke-j (j=1,2,...,k)
𝑘 : Banyaknya level dari atribut
𝑚 : Banyaknya atribut
𝑥𝑖𝑗 : Peubah dummy atribut ke-i level ke-j. 1 apabila level
ke-j dari atribut ke-i muncul dan bernilai 0 apabila tidak
𝑈(𝑋) = ∑ ∑ 𝑎𝑖𝑗𝑥𝑖𝑗𝑘𝑗=1
𝑚𝑖=1 (2.5)
Keterangan:
𝑈(𝑋) : Utility (total kegunaan)
𝑎𝑖𝑗 : Part-worth atau nilai kegunaan dari atribut ke-i (i=1,2,..,m)
dengan level ke-j (j=1,2,...,k)
𝑘 : Banyaknya level dari atribut ke-i
𝑚 : Banyaknya atribut
𝑥𝑖𝑗 : Peubah dummy atribut ke-i level ke-j. 1 apabila level ke-j
dari atribut ke-i muncul dan bernilai 0 apabila tidak
Terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan model dasar dari analisis konjoin. Beberapa metode
tersebut bergantung pada cara pengumpulan data yang dilakukan.
Berikut merupakan beberapa metode yang umum digunakan dalam
analisis konjoin:
1. Multidimensional scaling
Menurut Hair et al. (2010) metode multidimensional
scaling bertujuan untuk mentransformasikan penilaian
responden mengenai preferensi ke dalam jarak yang
dipresentasikan dalam suatu ruang multidimensional.
Persepsi seseorang akan kesamaan beberapa objek
dituangkan oleh jarak geometri antar objek, yang
digambarkan dalam ruang berdimensi tertentu, sedemikian
sehingga hubungan relatif atau jarak posisi antar objek
menunjukkan persepsi perbedaan responden.
17
Hasil dari proses metode multidimensional scaling
berupa peta yang menggambarkan posisi tiap subjek yang
dibandingkan. Walaupun subjek memberikan bobot yang
sama terhadap sejumlah atribut (objek) dalam menentukan
penilaiannya, tetapi masing-masing subjek tetap mempunyai
preferensi yang berbeda. Terdapat satu titik yang merupakan
titik yang paling disukai oleh subjek yang dinamakan titik
ideal. Dapat dikatakan masing-masing subjek mempunyai
satu titik kombinasi atribut yang merupakan titik idealnya.
Sehingga objek yang dekat dengan titik idealnya merupakan
atribut yang paling disukai.
2. Regresi linier dengan peubah dummy
Metode tersebut digunakan untuk data yang berjenis
nonmetrik maupun metrik menggunakan metode regresi
dengan peubah dummy, dimana data telah diperoleh melalui
pengurutan (ranking) maupun penilaian (rating) terhadap
kombinasi atribut yang telah dirancang sebelumnya (stimuli).
Terdapat beberapa prosedur yang digunakan untuk menduga
model dasar dengan regresi peubah dummy, diantaranya:
a. Data yang digunakan berasal dari stimuli yang telah
dirancang sebelumnya dan penilaian dilakukan dengan
menggunakan skala likert, maka regresi dengan peubah
dummy dapat dihitung langsung dengan pendekatan
Ordinary Least Square (OLS).
b. Penilaian stimuli diperoleh melalui pengurutan
(ranking), maka data harus diubah terlebih dahulu
menjadi skala interval dengan monotonic regression atau
multidimensional scalling yang dikombinasikan dengan
Monotoric Analysis of Variance (MONANOVA) dan
metode linear progamming (LINMAP). Kemudian
dilanjutkan dengan regresi dengan peubah dummy.
c. Data diperoleh melalui penilaian secara terpisah dari
masing-masing atribut, dimana variabel yang tidak bebas
umumya berupa intensitas pilihan, atau penilaian stimuli
menggunakan rating maka analisis yang digunakan
adalah model LOGIT atau dengan regresi menggunakan
peubah dummy.
18
Pada penelitian ini metode yang digunakan untuk
menyelesaikan model dasar dari analisis konjoin adalah metode
regresi linier peubah dummy dengan pendekatan OLS karena
rancangan stimuli akan dinilai oleh responden dengan menggunakan
skala likert dengan penjabaran penilaian dimulai dari 1 hingga 5 (1=
paling tidak disukai, 5= paling disukai).
2.1.8 Analisis Konjoin dengan Regresi Peubah Dummy
Berdasarkan persamaan (2.5) bentuk rancangan analisis
konjoin selanjutnya dilakukan penyelesaian model dengan
menggunakan model regresi dengan peubah dummy. Regresi dengan
peubah dummy dapat dihitung langsung dengan menggunakan
pendekatan OLS. Menurut Hair et al. (2010) terdapat ketentuan suatu
bilangan yang dibangkitkan dari level-level atribut dalam regresi
peubah dummy, yaitu:
1. Peubah dummy bernilai 0 atau 1. Apabila level yang
bersangkutan ada maka diberi nilai 1, berlaku sebaliknya jika
level yang bersangkutan tidak ada maka diberi nilai 0.
2. Jumlah peubah dummy dari suatu atribut sebanyak k-1,
dimana k adalah banyaknya level dalam suatu atribut.
Menurut Gudono (2012), sebelum melakukan pendugaan
parameter pada regresi peubah dummy, hal yang diperlukan adalah
melakukan pengkodean peubah dummy. Pada pengkodean peubah
dummy, hal yang perlu dilakukan adalah menentukan level acuan.
Level acuan disini merupakan kontrol. Level acuan akan diberikan
kode 0 dan merupakan kelompok terendah atau tidak memiliki sifat
atau ciri yang khas. Pengkodean peubah dummy dilakukan untuk
masing-masing stimuli. Berikut merupakan bentuk umum
pengkodean peubah dummy pada analisis konjoin untuk regresi
peubah dummy. Tabel ini digunakan pada setiap atribut.
19
Tabel 2.2 Pengkodean Peubah Dummy
Level X1 X2 ..... Xk j-1
1 1 0 ..... 0
2 0 1 ..... 0
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
kj-1 0 0 ...... 0
kj 0 0 ...... 1
Pada analisis konjoin, regresi peubah dummy digunakan
untuk menduga part-worth. Setelah dilakukan pengkodean peubah
dummy, selanjutnya dilakukan pendugaan parameter regresi peubah
dummy. Secara umum persamaan untuk regresi dengan peubah
dummy menurut Montgomery (2013) adalah sebagai berikut:
𝑌ℎ = 𝛽0 + 𝛽1𝐷ℎ1 + 𝛽2𝐷ℎ2 + ⋯ + 𝛽𝑘−𝑚𝐷ℎ,𝑘−𝑚 + 𝜀ℎ (2.6)
Keterangan:
Yh : Nilai yang diberikan responden pada sebuah stimuli
(secara individu) atau nilai rata-rata dari responden
terhadap stimuli ke-h (h = 1,2,....,w)
𝛽0 : Intersep model regresi
𝛽1, … , 𝛽𝑘−1 : Koefisien peubah dummy, yang merupakan level-
level perlakuan (bukan merupakan level acuan)
𝐷ℎ1, … , 𝐷ℎ,𝑘−1 : Peubah dummy
k : Banyaknya level
m : Banyaknya atribut
𝜀ℎ : Galat pada pengamatan ke-h
Pendugaan parameter pada regresi peubah dummy untuk
populasi tidak dapat diestimasi secara langsung sehingga dapat
diestimasi dengan regresi peubah dummy untuk sampel dengan
bentuk model sebagai berikut:
�̂�ℎ = �̂�0 + �̂�1𝐷1ℎ + �̂�2𝐷2ℎ + ⋯ + �̂�𝑘−𝑚𝐷𝑘−𝑚,ℎ (2.7)
Tujuan dari OLS yaitu untuk meminimumkan Jumlah
Kuadrat Galat (JKG). Pendugaan parameter dengan OLS dapat
diuraikan sebagai berikut:
20
�̂�ℎ = �̂�0 + �̂�1𝐷1ℎ + �̂�2𝐷2ℎ + ⋯ + �̂�𝑘−𝑚𝐷𝑘−𝑚,ℎ (2.8)
𝜀ℎ̂ = 𝑌ℎ − �̂�ℎ (2.9)
𝜀ℎ̂ = 𝑌ℎ − (�̂�0 + �̂�1𝐷1ℎ + �̂�2𝐷2ℎ + ⋯ + �̂�𝑘−𝑚𝐷𝑘−𝑚,ℎ) (2.10)
𝜀ℎ̂ = 𝑌ℎ − �̂�0 − �̂�1𝐷1ℎ − �̂�2𝐷2ℎ − ⋯ − �̂�𝑘−𝑚𝐷𝑘−𝑚,ℎ (2.11)
JKG = ∑ 𝜀ℎ̂2𝑛
ℎ=1 (2.12)
JKG = ∑ (𝑌ℎ − �̂�0 − �̂�1𝐷1ℎ − �̂�2𝐷2ℎ − ⋯ − �̂�𝑘−𝑚𝐷𝑘−𝑚,ℎ)2𝑛ℎ=1 (2.13)
Keterangan:
�̂�ℎ : Penduga nilai yang diberikan responden pada sebuah
stimuli (secara individu) atau nilai rata-rata dari responden
terhadap stimuli ke-h
𝜀ℎ̂ : Penduga galat pada pengamatan ke-h
Nilai JKG dapat diperoleh melalui perhitungan matriks,
dengan membentuk persamaan (2.6) menjadi motasi matriks sebagai
berikut:
𝐘 = 𝐗𝛃 + 𝛆 (2.14)
(
𝑌1
𝑌2
⋮𝑌𝑤
) = (
1 𝑋11 𝑋12 … 𝑋1(𝑘−𝑚)
1 𝑋21 𝑋22 … 𝑋2(𝑘−𝑚)
⋮1
⋮𝑋𝑤1
⋮ ⋱ ⋮𝑋𝑤2 … 𝑋𝑤(𝑘−𝑚)
) (
𝛽0
𝛽1
⋮𝛽(𝑘−𝑚+1)
) + (
𝜀1𝜀2
⋮𝜀𝑤
)
Keterangan:
𝐘 : Vektor preference rating berukuran (w x 1)
𝐗 : Matriks peubah dummy [(w) x (k-m+1)] yang
berasal dari pengkodean untuk masing masing stimuli
𝛃 : Vektor koefisien regresi peubah dummy [(k-m+1) x 1]
𝛆 : Vektor galat berukuran (w x 1)
JKG dapat ditulis dalam bentuk notasi matriks sebagai
berikut:
JKG = (𝛆′𝛆) (2.15)
= (𝐘 − 𝐗𝛃)′(𝐘 − 𝐗𝛃)
= 𝐘′𝐘 − 𝛃′𝐗′𝐘 − 𝐘′𝐗𝛃 + 𝛃′𝐗′𝐗𝛃
= 𝐘′𝐘 − 𝟐𝛃′𝐗′𝐘 + 𝛃′𝐗′𝐗𝛃 (2.16)
Sesuai dengan tujuan OLS yaitu meminimumkan JKG,
sehingga dilakukan penurunan JKG secara parsial terhadap β dan
disamadengankan nol menjadi:
21
𝜕(𝛆′𝛆)
𝜕(𝛃)= 0 (2.17)
𝜕(𝐘′𝐘−𝟐𝛃′𝐗′𝐘+𝛃′𝐗′𝐗𝛃)
𝜕(𝛃)= 0 (2.18)
−2𝐗′𝐘 + 2𝐗′�̂� = 0
2𝐗′�̂�=2𝐗′𝐘
2
𝐗′�̂� = 𝐗′𝐘
�̂� = (𝐗′𝐗)−𝟏(𝐗′𝐘) (2.19)
Keterangan:
�̂� : Vektor koefisien regresi peubah dummy [(k-m+1) x 1]
𝐗 : Matriks peubah dummy [(w) x (k-m+1)] yang berasal
dari pengkodean untuk masing masing stimuli
𝐘 : Vektor preference rating (w x 1), di mana merupakan
rata- rata penilaian semua responden pada stimuli ke-h)
𝐗′ : Transpose matriks peubah dummy [(w) x (k-m+1)]
(𝐗′𝐗)−𝟏: Invers matriks (𝐗′𝐗) [(w) x (k-m+1)]
2.1.9 Koefisien Part-Worth
Part-worth digunakan untuk mengetahui dampak terhadap
utilitas secara agregat atau individu. Berdasarkan utility, nilai positif
menunjukkan bahwa responden menyukai level yang ditawarkan dan
sebaliknya. Menurut Hair et al. (2010), metode yang paling umum
digunakan adalah pengamatan terhadap estimasi part-worth. Nilai-
nilai part-worth dapat diplot ke dalam grafik untuk
mengidentifikasi pola. Analisis konjoin dapat juga digunakan untuk
mengukur tingkat kepentingan relatif dari setiap atribut. Tingkat
kepentingan relatif menunjukkan prioritas atribut yang menjadi
pertimbangan pertama bagi konsumen ketika memilih suatu produk.
Berikut merupakan langkah untuk memperoleh koefisien
part-worth.
1. Koefisien part-worth dari atribut pertama
𝛼11 − 𝛼12 = 𝛽1 (2.20)
𝛼11 + 𝛼12 = 0 (2.21)
2. Koefisien part-worth dari atribut kedua
𝛼21 − 𝛼22 = 𝛽2 (2.22) 𝛼21 + 𝛼22 = 0 (2.23)
22
3. Koefisien part-worth dari atribut ketiga
𝛼31 − 𝛼32 = 𝛽3 (2.24)
𝛼31 + 𝛼32 = 0 (2.25)
4. Koefisien part-worth dari atribut keempat
𝛼41 − 𝛼44 = 𝛽4 (2.26)
𝛼42 − 𝛼44 = 𝛽5 (2.27)
𝛼43 − 𝛼44 = 𝛽6 (2.28)
𝛼41 + 𝛼42 + 𝛼43 + 𝛼44 = 0 (2.29)
5. Koefisien part-worth dari atribut kelima
𝛼51 − 𝛼53 = 𝛽7 (2.30)
𝛼52 − 𝛼53 = 𝛽8 (2.31)
𝛼51 + 𝛼52 + 𝛼53 = 0 (2.32)
Keterangan:
𝛼11, 𝛼12 : koefisien part-worth level ke-1 dan ke-2
untuk atribut pertama
𝛼21, 𝛼22 : koefisien part-worth level ke-1 dan ke-2
untuk atribut kedua
𝛼31, 𝛼32 : koefisien part-worth level ke-1 dan ke-2
untuk atribut ketiga
𝛼41, 𝛼42, 𝛼43, 𝛼44 : koefisien part-worth level ke-1, ke-2, ke-3,
dan ke-4 untuk atribut keempat
𝛼51, 𝛼52, 𝛼53 : koefisien part-worth level ke-1, ke-2, dan
ke-3 untuk atribut kelima
2.1.10 Nilai Kepentingan Relatif Atribut (Relative Importance
Weigth)
Nilai Kepentingan Taraf (NKT) digunakan untuk
menentukan nilai pentingnya suatu taraf relatif terhadap taraf yang
lain pada suatu atribut. NKT didapat dari nilai peubah untuk taraf
suatu atribut yang dimasukan ke dalam model analisis konjoin,
dimana nilai taraf peubah untuk atribut yang lain tetap atau
dimasukan nilai 0.
Menurut Supranto (2010), hasil dari penelitian konjoin
adalah total kepuasan responden dari berbagai atribut yang terdapat
dalam konsep. Tingkat kepentingan dari tiap atribut didefinisikan
sebagai selisih antara nilai kegunaan maksimum dan nilai kegunaan
minimum atau nilai penting atribut, diformulasikan sebagai berikut:
23
𝐼𝑖 = {max(𝛼𝑖𝑗) − min(𝛼𝑖𝑗)}, untuk setiap i (2.33)
Keterangan:
𝐼𝑖 : Tingkat kepentingan atribut ke-i
𝛼𝑖𝑗 : Nilai kegunaan atribut ke-i level ke-j
Menurut Supranto (2010), Nilai Kepentingan Relatif (NKR)
suatu atribut terhadap atribut lainnya adalah sebagai berikut:
𝑊𝑖 = 𝐼𝑖
∑ 𝐼𝑖𝑚𝑖=1
(2.34)
Keterangan:
Wi : Tingkat kepentingan relatif
𝐼𝑖 : Tingkat kepentingan atribut ke-i
2.1.11 Pengukuran Ketepatan Prediksi dan Pengujian Validitas
Internal
Pada analisis konjoin, pengukuran ketepatan prediksi dan
pengujian validitas dapat dilihat melalui nilai Godness of fit, korelasi
Pearson atau Tau Kendall.
1. Goodness of fit model prediksi harus dievaluasi. Prosedur
dengan menggunakan regresi peubah dummy dapat dilihat
dari R2, di mana R2 akan menunjukkan seberapa jauh model
(regresi peubah dummy) cocok/tepat untuk data yang
dianalisis. Menurut Eubank (1999) rumus koefisien
determinasi didefinisikan sebagai berikut:
𝑅2 =∑ (𝑦�̂�−�̅�)2𝑛
𝑖=1
∑ (𝑦𝑖−�̅�)2𝑛𝑖=1
(2.35)
Keterangan:
𝑅2 : Koefisien determinasi
�̂�𝑖 : Estimasi respon pada pengamatan ke-i
�̅� : Rata-rata variabel respon
𝑦𝑖 : Respon pengamatan ke-i
2. Menurut Santoso (2015), analisis konjoin pada prinsipnya
bertujuan untuk memperkirakan pola pendapat responden,
yang disebut dengan pendugaan part-worth, kemudian
membandingkan dengan pendapat responden yang
sebenarnya (aktual). Hasil konjoin diharapkan untuk tidak
berbeda jauh dengan pendapat responden yang sebenarnya,
yang dicerminkan dengan melihat tingginya nilai korelasi
antara hasil pendugaan dengan hasil aktual atau pengamatan.
Apabila koefisien korelasi bernilai ≥ 0,95 mengindikasi
24
prediksi yang baik. Menurut Cohen dkk. (1975), berikut
merupakan hipotesis untuk pengujian korelasi Pearson:
𝐻𝑜 ∶ 𝜌 = 0
𝐻𝑜 ∶ 𝜌 ≠ 0
𝑟 =𝑆𝑌𝑈
𝑆𝑌×𝑆𝑈
𝑟 =𝑛 ∑ 𝑌ℎ
𝑤ℎ=1 𝑈ℎ−(∑ 𝑌ℎ)𝑤
ℎ=1 (∑ 𝑈ℎ)𝑤ℎ=1
√[𝑛 ∑ 𝑌ℎ2𝑤
ℎ=1 −(∑ 𝑌ℎ)𝑤ℎ=1
2][𝑛 ∑ 𝑈ℎ
2𝑤ℎ=1 −(∑ 𝑈ℎ)𝑤
ℎ=12
]
(2.36)
Keterangan:
𝑌ℎ : Data hasil pengamatan (aktual) ke-h (1,2,.....,w)
𝑈ℎ : Data hasil pendugaan ke-h (1,2,.....,w)
𝑤 : Banyaknya stimuli (produk)
Statistik uji:
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =𝑟√𝑤−2
√1−𝑟2 ~𝑡(
𝛼
2,𝑑𝑏) (2.37)
Keterangan:
𝑟 : Merupakan korelasi antara data hasil pengamatan
(aktual)
𝑤 : Banyaknya stimuli (produk)
𝛼 : Titik kritis
𝑑𝑏 : Derajat bebas (w-2)
Kriteria keputusan:
Apabila -thit ≤ ttabel ≥ thit, maka 𝐻𝑜 ditolak
Apabila p-value > 0,05, maka 𝐻𝑜 diterima
Apabila p-value ≤ 0,05, maka 𝐻𝑜 ditolak
2.2 Preferensi
Preferensi konsumen menunjukkan kesukaan konsumen dari
berbagai pilihan produk atau jasa yang ada. Teori preferensi dapat
digunakan untuk menganalisis tingkat kepuasan bagi konsumen.
Faktor yang merupakan bagian dari perilaku konsumen adalah
preferensi konsumen. Menurut Kotler (2000), preferensi adalah
kesukaan, pilihan atau sesuatu yang lebih disukai konsumen.
Konsumen memiliki sikap berbeda-beda dalam memandang atribut
yang dianggap relevan penting dan akan memberikan perhatian
terbesar pada atribut yang memberikan manfaat-manfaat yang
dicarinya.
25
2.3 Brawijaya Language Center (BLC)
Brawijaya Language Center (BLC) adalah lembaga
pengembangan bahasa asing yang berada dibawah naungan
Universitas Brawijaya. BLC menyediakan pelatihan dan pendidikan
nonformal yang berkaitan dengan bahasa asing, diantaranya TOEFL
ITP Test, TOEFL Equivalent Test, TOEFL Preparation, IELTS
Preparation, Bahasa Inggris untuk Penutur Asing (BIPA),
Conversation, Academic Writing, Translation, Proof Reading, dan In
House Training. Berikut ini merupakan paket kursus TOEFL
preparation yang ditawarkan oleh BLC pada tahun 2017:
Tabel 2.3 Paket kursus TOEFL preparation di BLC
Kelas Jumlah
Peserta/Kelas
Biaya Jumlah
Pertemuan
Reguler 10 orang Rp 400.000/orang 20 kelas
3 kali tes TOEFL
Khusus 6-10 orang Rp 3.000.000/kelas 20 kelas
3 kali tes TOEFL
Private 1-2 orang Rp 1.200.000/kelas 20 kelas
3 kali tes TOEFL
(Sumber: Brawijaya Languange Center, 2017).
Selain paket yang telah ditawarkan, di BLC juga terdapat
beberapa fasilitas diantaranya: ruang kelas biasa, ruang kelas
bersound system tunggal untuk listening, kamar mandi, musholla,
dan ruang administrasi.
2.4 Preferensi Mahasiswa Universitas Brawijaya
berdasarkan Paket Kursus TOEFL Preparation di
Brawijaya Language Center (BLC)
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi mahasiswa
Universitas Brawijaya untuk menempuh kursus di BLC. Berikut
merupakan beberapa atribut yang ditawarkan pada paket kursus
TOEFL preparation, diantaranya:
2.4.1 Fasilitas Pembelajaran
Menurut Suryosubroto (2002), fasilitas adalah segala sesuatu
yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu
usaha, dapat berupa benda maupun uang. Dan pembelajaran menurut
26
UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 20 dijelaskan bahwa proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa fasilitas pembelajaran adalah segala sesuatu yang bersifat
fisik maupun material, yang dapat memudahkan dan memperlancar
terselenggaranya suatu proses belajar mengajar. Fasilitas
pembelajaran pada BLC meliputi:
a. Kelas Audio Visual
Ruang pembelajaran yang dilegkapi dengan seperangkat
komputer, headset, dan microphone untuk menunjang pembelajaran.
Headset adalah perangkat audio yang terdiri dari headphone (sebagai
perangkat output audio) dan microphone (sebagai perangkat input
audio). Headset biasanya dihubungkan dengan sound card pada
komputer melalui kabel input dan output audio atau pada beberapa
jenis perangkat terbaru menggunakan port USB atau bluetooth.
Dalam proses pembelajaran menggunakan kelas audio
visual, bentuk-bentuk informasi yang dapat ditampilkan berupa kata-
kata, gambar, video, musik, angka, atau tulisan tangan. Dengan
komputer, bentuk informasi dalam pembelajaran semuanya diolah
dari data digital. Sehingga memudahkan siswa menyerap dan
mengingat materi-materi yang disampaikan dalam proses
pembalajaran. Headset pada kelas audio visual tersebut tersedia pada
setiap komputer untuk mendengarkan penjelasan tutor dari komputer
induk selama pembelajaran. Sedangkan microphone bagi peserta
didik digunakan saat sesi tanya jawab.
b. Kelas Multimedia
Ruang pembelajaran yang dilengkapi dengan sound system
tunggal untuk menunjang proses pembelajaran. Sound system adalah
perangkat elektronik untuk mengolah sinyal suara dan meningkatkan
level suara sehingga terjadi kelipatan gain suara yang kemudian
disalurkan ke bagian loudspeaker sehingga terdengar kembali oleh
telinga dengan kekuatan suara yang telah meningkat. Sinyal suara
tersebut bisa diatur tingkatan bunyinya menurut kapasitas ruang dan
audience. Sumber suara tersebut bisa berasal dari input berupa audio
dari file tertentu.
2.4.2 Sarana dan Prasarana
Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan
dala proses belajar mengajar, agar pencapaian tujuan pendidikan
27
berjalan dengan lancar, teratur, efisien dan efektif. Sedangkan
prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung
menunjang jalannya proses pendidikan, seperti: jalan yang ditempuh
menuju tempat tersebut, tata tertib, wifi, dan sebagainya. Dalam
dunia pendidikan, sarana dan prasarana memiliki keterkaitan yang
erat sebagai penunjang berjalannya aktifitas pembelajaran. Sarana
dan prasarana bersifat mutlak untuk dipenuhi karena memberikan
kemudahan dalam menyelenggarakan suatu kegiatan. Sarana dan
prasarana pada BLC meliputi:
a. Wifi
Wifi merupakan kependekan dari Wireless Fidelity yaitu
sebuah media penghantar komunikasi data tanpa kabel yang bisa
digunakan untuk komunikasi atau mentransfer program dan data
dengan kemampuan yang sangat cepat.Wifi memerlukan sebuah titik
akses yang biasa disebut dengan hotspot untuk menghubungkan dan
mengontrol antara pengguna wifi dengan jaringan internet pusat.
Sebuah hotspot pada umumnya dilengkapi dengan password yang
bisa meminimalisasi siapa saja yang bisa menggunakan fasilitas
tersebut.
b. Stop Kontak
Stop kontak merupakan material instalasi listrik yang
berfungsi sebagai muara penghubung antara arus listrik dengan
peralatan listrik.
2.4.3 Bonus Spesial
Bonus spesial untuk para peserta didik TOEFL preparation
adalah sesuatu di luar fasilitas yang diberikan secara cuma-cuma
kepada mahasiswa yang dapat menunjang sistem belajar mahasiswa,
diantaranya:
a. E-book “Jaminan Skor TOEFL > 500”
E-book adalah singkatan dari electronik book. Atau jika
diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi buku elektronik.
E-book adalah sebuah buku panduan dalam versi digital, di mana
buku tersebut dapat dibuka melalui perangkat elektronik. E-book
berfungsi seperti buku-buku lainnya, di mana fungsi utamanya
adalah sebagai media pembelajaran. E-book yang diberikan kepada
peserta didik tersebut berisi tips dan trik untuk mengerjakan TOEFL
dengan skor lebih dari 500.
28
b. Video Strategi Menjawab Soal TOEFL
Video adalah elemen penting yang ikut berperan
dalam membangun sebuah sistem komunikasi yang ditampilkan
dalam bentuk gambar bergerak. Bonus spesial yang didapatkan
adalah 27 strategi video untuk 50 pertanyaan listening, 60 strategi
video untuk 40 pertanyaan structure dan 13 strategi untuk 50
pertanyaan reading.
2.4.4 Tatap Muka per-Minggu (1,5 jam setiap tatap muka)
Tatap muka adalah bagian dari sistem pembelajaran, dimana
terjadi interaksi secara langsung antara tutor dengan peserta
pembelajaran. Interaksi pembelajaran yang terjadi dalam tatap muka
meliputi pemberian input materi, tanya jawab, diskusi, latihan,
praktik, dan penilaian. Tatap muka tersebut berguna untuk
menyelesaikan materi yang telah disusun dalam pembelajaran. Pada
kelas TOEFL preparation di BLC tatap muka per-minggu bisa 1
sampai 4 kali. Semakin banyak tatap muka yang dilakukan pada
setiap minggunya, semakin cepat pula kursus tersebut ditempuh.
2.4.5 Harga Kursus
Harga adalah nilai uang yang ditentukan secara global yang
harus dikeluarkan oleh seseorang untuk mendapatkan suatu produk
atau pelayanan jasa yang diinginkan. Apabila harga terlalu tinggi
akan menyebabkan penjualan akan menurun, namun apabila jika
harga terlalu rendah akan mengurangi keuntungan yang dapat
diperoleh perusahaan tersebut. Harga kursus kelas TOEFL
preparation yaitu:
a. Rp 2.500.000,00/10 orang.
b. Rp 1.500.000,00/5 orang.
c. Rp 400.000,00/orang.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Brawijaya Language Center (BLC)
Universitas Brawijaya, tepatnya di Jalan Veteran nomor 10-11
Gedung INBIS lantai 2, Kota Malang. Diharapkan penelitian ini dapat
memberi masukan kepada BLC agar dapat memperbaiki sistem
pembelajaran dan paket kelas yang ditawarkan agar menarik lebih
banyak mahasiswa Universitas Brawijaya untuk menempuh
pendidikan nonformal kelas TOEFL preparation di tempat tersebut
dengan nyaman dan mengambil paket kursus sesuai dengan keinginan.
3.2 Data Penelitian
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer
hasil dari menyebarkan instrumen penelitian berupa angket kepada
responden secara langsung. Responden yang dijadikan sebagai objek
penelitian merupakan mahasiswa Universitas Brawijaya yang
menempuh pendidikan nonformal pada kelas TOEFL preparation
guna mempersiapkan TOEFL untuk syarat kelulusan.
3.3 Atribut dan Level Penelitian di BLC
Dasar penelitian adalah hal yang paling penting dalam
mendesain stimuli pada analisis konjoin, karena nantinya akan
dievaluasi oleh responden. Desain stimuli adalah atribut dan level
yang digunakan harus dijadikan sebagai pertimbangan yang penting.
Atribut dan level adalah hal yang sangat memengaruhi efektivitas
stimuli dan ketepatan hasil. Berikut ini merupakan atribut dan level
yang akan diteliti:
30
Tabel 3.1 Atribut dan Level Penelitian di BLC
Atribut Level Keterangan
Fasilitas
Pembelajaran
1 Kelas Audio Visual
2 Kelas Multimedia
Sarana dan
Prasarana
1 Wifi
2 Stop kontak
Bonus Spesial
1 E-book “Jurus Jitu Skor TOEFL >500”
2 Video Strategi Menjawab Soal
TOEFL
Tatap Muka
/Minggu
(1,5 jam setiap
tatap muka)
1 4 kali (lama kursus 1 bulan 1 minggu)
2 3 kali (lama kursus 1 bulan 3 minggu)
3 2 kali (lama kursus 2 bulan 2 minggu)
4 1 kali (lama kursus 5 bulan)
Harga Kursus
(20 kali
pertemuan)
1 Rp 2.500.000,00 /10 orang
2 Rp 1.500.000,00 /5 orang
3 Rp 400.000,00 /orang
3.4 Stimuli
Pada penelitian tersebut terdapat 5 atribut dengan masing-
masing atribut memiliki 2 sampai 3 level. Kemudian dilakukan
kombinasi masing-masing level pada tiap atribut sehingga terbentuk
96 stimuli. Untuk mereduksi rancangan stimuli dapat dilakukan
dengan cara fractional factorial design yaitu metode dengan
menggunakan konsep orthogonal array. Fractional factorial design
berguna untuk mengurangi kompleksitas kombinasi stimuli. Pada
konsep ini hanya memilih sejumlah stimuli dari keseluruhan stimuli
yang hanya mengukur efek utamanya saja, sementara interaksi antar
atribut tidak terukur atau diabaikan dan jumlah stimuli yang terbentuk
akan berkurang. Dari rancangan stimuli sebanyak 96 buah dilakukan
fractional 1
6 nya yaitu sebanyak 16 stimuli. Setelah didapatkan stimuli
sebanyak 16 buah, selanjutnya dilakukan pembuatan rancangan
stimuli menggunakan bantuan software SPSS 21 dan dihasilkan
kombinasi yang acak, namun hasil dari bantuan SPSS 21 tidak dapat
langsung digunakan, sehingga perlu dirubah menjadi rancangan
stimuli yang rasional dan dapat dilihat pada Lampiran 3
31
3.5 Instrumen Penelitian dan Pengukuran Stimuli
Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan
data pada penelitian ini berupa angket. Angket tersebut disebarkan
langsung kepada responden. Responden penelitian tersebut adalah
mahasiswa Universitas Brawijaya yang mengikuti kelas TOEFL
preparation di BLC. Responden diminta untuk memberikan
persepsinya terhadap pilihan produk yang memengaruhi preferensi
mahasiswa kelas TOEFL preparation di BLC.
Untuk menilai stimuli tentang preferensi mahasiswa kelas
TOEFL preparation di BLC adalah dengan cara menggunakan data
metrik atau rating. Data yang digunakan merupakan rating, sehingga
digunakan Skala Likert untuk menilai stimuli. Nilai yang akan
diberikan pada angket tersebut bernilai 1-5 yang memiliki arti sangat
tidak menyukai sampai sangat menyukai, yang dijelaskan sebagai
berikut:
1 = Apabila Saudara/i sangat tidak menyukai dengan paket kelas
yang ditawarkan.
2 = Apabila Saudara/i tidak menyukai dengan paket kelas yang
ditawarkan.
3 = Apabila Saudara/i tidak memiliki kecenderungan pilihan jawaban
(netral) dengan paket kelas yang ditawarkan.
4 = Apabila Saudara/i menyukai dengan paket kelas yang
ditawarkan.
5 = Apabila Saudara/i sangat menyukai dengan paket kelas yang
ditawarkan
3.6 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi merupakan seluruh objek penelitian sedangkan
sampel merupakan bagian dari suatu populasi. Pengambilan sampel
berasal dari bagian populasi yang dipilih. Pada penelitian ini, yang
menjadi populasi adalah seluruh peserta didik kelas TOEFL
preparation di BLC tahun 2017. Peserta didik kelas TOEFL
preparation terbagi menjadi empat bagian dengan berdasarkan bulan
pendaftaran, yakni pendaftar bulan Januari sebanyak 114 orang
dengan rincian 8 orang kelas private dan 106 orang kelas reguler,
pendaftar bulan Februari sebanyak 147 orang dengan rincian 8 orang
kelas private dan 139 orang kelas reguler, pendaftar bulan Maret
sebanyak 216 orang dengan rincian 16 orang kelas private dan 200
32
orang kelas reguler, dan pendaftar bulan April sebanyak 111 orang
dengan rincian 12 orang kelas private dan 93 orang kelas reguler. Dan
total seluruh peserta didik kelas TOEFL preparation di BLC tahun
2017 sebanyak 582 orang. Data peserta didik tahun 2017 dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.2 Data Mahasiswa Universitas Brawijaya yang Menempuh
Kelas TOEFL Preparation di BLC Tahun 2017
Pendaftar
Kelas
TOEFL
Private
Kelas
TOEFL
Reguler
Total
Banyak pendaftar bulan
Januari - April 44 orang 538 orang 582 orang
Pada proses pengambilan data dengan menyebarkan
instrument penelitian berupa angket, terdapat kriteria responden yang
dapat mengisi angket tersebut, yaitu:
1. Mahasiswa aktif Universitas Brawijaya.
2. Menempuh pendidikan non-formal TOEFL preparation di
BLC untuk menyiapkan TOEFL sebagai syarat kelulusan.
3. Mahasiswa semester ≥ 6.
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah nonprobability sampling dan cara pengambilan
sampel yang digunakan adalah quota sampling. Quota sampling
adalah teknik pengambilan sampel dengan cara menetapkan jumlah
tertentu sebagai target yang harus dipenuhi dalam pengambilan
sampel dari populasi. Pada quota sampling banyaknya sampel yang
ditetapkan itu hanya sekedar perkiraan akan relatif memadai untuk
mendapatkan data yang diperlukan yang diperkirakan dapat
mencerminkan populasinya. Sedangkan cara untuk pengambilan
sampel pada penelitian tersebut menggunakan kriteria responden.
Besar sampel adalah 233 mahasiswa Universitas Brawijaya.
Besar sampel masing-masing paket kelas yang diambil berdasarkan
sub populasi pada penelitian yang ditunjukkan dalam Tabel 3.3
dengan menggunakan metode quota sampling
33
Tabel 3.3 Data Populasi dan Sampel pada Paket Kelas TOEFL
Preparation di BLC
No. Kelas Populasi Jumlah sampel
1 TOEFL Private 44 𝑛𝑖 = 44 × 40% = 18
2 TOEFL Reguler 538 𝑛𝑖 = 538 × 40% = 215
Total 582 233 mahasiswa
Setelah mendapatkan besar sampel dari masing-masing sub
populasi, cara pengambilan sampel adalah accidental sampling
dengan kriteria responden yang telah ditentukan.
3.7 Metode Langkah Analisis Data
Langkah-langkah memperoleh data penelitian sebagai
berikut:
1. Menentukan metode perancangan analisis konjoin.
2. Menentukan atribut dan level dari permasalahan yang
diangkat yang dapat dilihat pada Tabel 3.1.
3. Memilih metode penyajian rancangan kombinasi atribut
(stimuli).
4. Membentuk stimuli.
5. Menetapkan instrumen penelitian.
6. Menentukan populasi, sampel, dan teknik pengambilan
sampel. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan sebagai
obyek penelitian sebanyak 233 responden.
7. Membuat angket penelitian.
8. Melakukan penelitian dengan cara menyebarkan instrumen
penelitian berupa angket kepada responden.
9. Analisis konjoin dengan regresi peubah dummy.
Langkah-langkah analisis data penelitian sebagai berikut:
1. Menduga parameter peubah dummy sesuai persamaan 2.6
sampai 2.19.
2. Melakukan regresi dummy yang sesuai dengan persamaan 2.6.
3. Menghitung koefisien part-worth sesuai dengan persamaan
2.20 sampai 2.32.
34
4. Menghitun Nilai Kepentingan Relatif (NKR) atribut dengan
persamaan 2.33 dan 2.34.
5. Mengukur ketepatan prediksi dengan Goodness of Fit sesuai
dengan persamaan 2.35.
6. Menguji validitas internal dengan korelasi pearson sesuai
dengan persamaan 2.36 dan 2.37.
7. Interpretasi.
35
3.8 Diagram Alir
Langkah-langkah atau tahapan dalam analisis konjoin dapat
digambarkan oleh diagram alir sebagai berikut:
Mulai
Menentukan metode perancangan dan
pengukuran
Pemilihan metode penyajian rancangan
kombinasi atribut
Memilih metode penyajian rancangan
kombinasi
Membentuk stimuli penelitian
Menetapkan instrumen penelitian
Menentukan populasi, sampel, dan
teknik pengambilan sampel.
A
Menentukan atribut dan level penelitian
36
Gambar 3.1. Diagram Alir Analisis Konjoin
A
Data
Penghitungan koefisien parth-worth
Analisis Konjoin
Regresi dummy untuk menduga
parameter
Pengukuran ketepatan prediksi
Interpretasi
Selesai
Mengumpulkan data penelitian
Membuat angket
37
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Regresi dengan Peubah Dummy
4.1.1 Penentuan Level Acuan
Menurut Hardy (1993) sebelum melakukan pendugaan
parameter regresi dengan peubah dummy, hal yang perlu dilakukan
adalah menentukan level acuan atau kontrol. Level acuan akan
diberikan kode 0 yang merupakan angka terendah atau tidak
memiliki sifat atau ciri yang khas. Berikut merupakan level acuan
dari masing-masing atribut:
Tabel 4.1 Penentuan Level Acuan
Atribut Level Acuan
Fasilitas Pembelajaran Kelas Multimedia
Sarana dan Prasaran Stop Kontak
Bonus Spesial Video Strategi Menjawab Soal
TOEFL
Tatap Muka/Minggu (1,5 jam
setiap tatap muka) 1 kali (lama kursus 5 bulan)
Harga Kursus (20 kali pertemuan) Rp 400.000/orang
Penentuan level acuan pada masing-masing atribut tersebut
didasarkan hasil survey dengan pihak pengelola Brawijaya Language
Center (BLC).
4.1.2 Pengkodean Peubah Dummy
Berdasarkan Tabel 4.1 maka akan dibentuk pengkodean
peubah dummy yang didapatkan dengan cara sebagai berikut:
Y : Rata-rata penilaian 233 responden
A1 (Fasilitas Pembelajaran) : 1, Kelas Audio Visual
0, Kelas Multimedia
B1 (Sarana dan Prasarana) : 1, Wifi
0, Stop Kontak
C1 (Bonus Spesial) : 1, E-book “Jurus Jitu Skor TOEFL
> 500”
0, Video Strategi Menjawab Soal
TOEFL
D1, D2, D3 (TM/Minggu) : (1,0,0) 4 kali
38
(0,1,0) 3 kali
(0,0,1) 2 kali
(0,0,0) 1 kali
E1, E2 (Harga Kursus) : (1,0) Rp 2.500.000,00/10 orang
(0,1) Rp 1.500.000,00/5 orang
(0,0) Rp 400.000/orang
Hasil pengkodean dengan peubah dummy dapat dilihat pada
Lampiran 7. Selanjutnya dilakukan pendugaan parameter regresi
dengan peubah dummy dengan 16 stimuli yang terbentuk.
4.1.3 Pendugaan Parameter Regresi Peubah Dummy
Penilaian responden terhadap stimuli yang terbentuk
dilakukan secara aggregate, dimana Y merupakan rata-rata penilaian
233 responden terhadap setiap stimuli yaitu sebanyak 16 buah
stimuli. Hasil pendugaan peubah dummy menggunakan bantuan
software SPSS 21 dapat dilihat pada Lampiran 8.
Setelah mendapatkan nilai hasil pendugaan parameter regresi
peubah dummy, langkah selanjutnya adalah membuat model sesuai
dengan persamaan 2.7. Hasil pendugaan parameter pada regresi
peubah dummy tidak dapat dibentuk sebuah model yang kemudian
langsung diinterpretasikan, karena hasil pendugaan parameter regresi
dummy pada analisis konjoin hanya digunakan untuk menduga
koefisien part-worth. Berikut merupakan model regresi peubah
dummy pada penelitian tersebut:
Y = 3,883 + 0,055 A1 + 0,138 B1 – 0,048 C1 + 0,476 D1 + 0,234 D2
+ 0,146 D3 + 0,125 E1 +0,052 E2
4.1.4 Pengukuran Ketepatan Prediksi Goodness of Fit
Pengukuran ketepatan prediksi dapat dilihat dari nilai
Goodness of fit. Pada prosedur dengan menggunakan regresi peubah
dummy dapat dilihat dari nilai R2 pada Lampiran 8. Berdasarkan
perhitungan dengan bantuan software SPSS 21 diperoleh nilai R2
sebesar 0,895. Atau dapat disimpulkan bahwa model persamaan
regresi dengan peubah dummy yang dihasilkan sangat baik untuk
diprediksi, karena 89,5% keragaman total utilty responden dapat
dijelaskan oleh atribut-atribut yang ada.
39
4.2 Koefisien Part-worth
Nilai koefisien part-worth dapat dilihat pada hasil output
analisis konjoin pada Tabel 4.3 atau dapat dihitung secara manual
berdasarkan persamaan 2.20 sampai 2.32 yang dapat dilihat pada
Lampiran 11. Sedangkan untuk Nilai Kepentingan Relatif dapat
dihitung secara manual menggunakan persamaan 2.33 dan 2.34 yang
dapat dilihat pada Lampiran 12. Berikut merupakan hasil perhitungan
manual maupun output berupa nilai koefisien part-worth dan NKR:
Tabel 4.3 Hasil Nilai Koeifisien Part-Worth dan Nilai Kepentingan
Relatif (NKR)
Atribut Level
Koefisien
part-
worth
Nilai
Kepentingan
Relatif
(NKR)
Fasilitas
Pembelajaran
Kelas Audio Visual 0,028 14,353%
Kelas Multimedia -0,028
Sarana dan
Prasarana
Wifi 0,069 12,614%
Stop Kontak -0,069
Bonus Spesial
E-book “Jurus Jitu
Skor TOEFL >500” -0,024
12,429% Video Strategi
Menjawab Soal
TOEFL
0,024
Tatap
Muka/Minggu
(1,5 jam setiap
tatap muka)
4 kali (lama kursus 1
bulan 1 minggu) 0,262
33,660%
3 kali (lama kursus 1
bulan 3 minggu) 0,020
2 kali (lama kursus 2
bulan 2 minggu) -0,068
1 kali (lama kursus 5
bulan) -0,214
Harga Kursus
(20 kali
pertemuan)
Rp 2.500.000,00 /
10 orang 0,066
26,514% Rp 1.500.000,00 /
5 orang -0,007
Rp 400.000,00
/orang -0,059
40
Hasil nilai koeifisien part-worth dan nilai kepentingan relatif
pada Tabel 4.3 dihitung menggunakan bantuan software SPSS 21
yang dapat dilihat pada Lampiran 10.
Gambar 4.1 Nilai Kepentingan Relatif (NKR)
Berdasarkan Tabel 4.3 dan Gambar 4.1, atribut yang paling
diminati oleh peserta didik TOEFL preparation BLC hingga yang
kurang diminati adalah tatap muka/minggu memiliki nilai
kepentingan atribut paling besar yakni sebesar 33,66%, harga kursus
yang ditawarkan menempati posisi atribut yang diminati kedua
dengan nilai kepentingan atribut paling besar sebesar 26,514%,
fasilitas pembelajaran yang disediakan sebesar 14,353%, sarana dan
prasarana sebesar 12,614%, dan yang terakhir bonus spesial yang
diberikan sebesar 12,429%.
4.3 Utilitas Level pada Masing-Masing Atribut
Besar utilitas atau part-worth pada masing-masing atribut
dapat dilihat dari grafik batang. Part-worth digunakan untuk
mengetahui dampak terhadap utilitas secara agregat atau individu.
Berdasarkan utility, nilai positif menunjukkan bahwa responden
menyukai level yang ditawarkan dan sebaliknya.
14,35%
12,61%
12,43%
33,66%
26,51%
Nilai Kepentingan Relatif
Fasilitas Pembelajaran
Sarana dan Prasarana
Bonus Spesial
Tatap Muka/Minggu
Harga Kursus
41
4.3.1 Utilitas Level pada Atribut Tatap Muka/Minggu (1,5 jam
tiap tatap muka)
Utilitas tatap muka/minggu kelas TOEFL prepartion
terdapat beberapa pilihan diantaranya dapat ditempuh sebanyak 4
kali, 3 kali, 2 kali, dan 1 kali dapat dilihat pada diagram batang
sebagai berikut:
Gambar 4.2 Diagram Batang Utilitas Tatap Muka/Minggu (1,5 jam
tiap tatap muka
Atribut pertama yang diminati oleh responden adalah
banyaknya tatap muka per-minggu dimana setiap tatap muka
ditempuh selama 1 jam 30 menit. Berdasarkan hasil penelitian pada
Gambar 4.2, menunjukkan bahwa 233 responden peserta didik
TOEFL preparation BLC yang diteliti lebih memilih tatap muka
yang paling banyak tiap minggu yaitu sebanyak 4 kali per-minggu
hal ini dibuktikan dengan besarnya koefisien part-worth sebesar
0,262. Banyaknya tatap muka yang diminati kedua adalah 3 kali per-
minggu dengan nilai koefisien part-worth sebesar 0,02. Untuk tatap
muka 2 kali per-minggu mempunyai nilai koefisien part-worth
sebesar -0,068. Dan yang terakhir, tatap muka yang kurang diminati
4 kali
(lama
kursus 1
bulan 1
minggu)
3 kali
(lama
kursus 1
bulan 3
minggu)
2 kali
(lama
kursus 2
bulan 2
minggu)
1 kali
(lama
kursus 5
bulan)
Tatap Muka/Minggu ,262 ,020 -,068 -,214
-,300
-,200
-,100
,000
,100
,200
,300
Uti
lita
s
Utilitas Tatap Muka/Minggu
42
responden adalah 1 kali per-minggu dengan nilai koefisien part-
worth sebesar -0,214.
4.3.2 Utilitas Level pada Atribut Harga Kursus (20 kali
pertemuan) Utilitas harga kursus selama 20 kali pertemuan di Brawijaya
Language Center antara lain Rp 2.500.000,00/10 orang, Rp
1.500.000,00/5 orang, dan Rp 400.000,00/orang dapat dilihat pada
diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4.3 Diagram Batang Utilitas Harga Kursus (20 kali
pertemuan)
Atribut yang cukup diminati peserta didik TOEFL
preparation BLC setelah banyaknya tatap muka per-minggu adalah
harga kursus. Berdasarkan Gambar 4.3 responden lebih memilih
harga kursus yang relatif lebih murah yaitu Rp 2.500.000,00
/10 orang dengan nilai koefisien part-worth sebesar 0,066 dimana
setiap orang dikenakan biaya sebesar Rp 250.000,00. Harga kursus
yang diminati selanjutnya adalah Rp 1.500.000,00/5 orang dengan
nilai koefisien part-worth sebesar -0,007. Sedangkan harga kusrus
Rp 400,000,00/orang merupakan harga kursus yang paling kurang
diminati dengan nilai koefisien part-worth sebesar -0,059.
Rp
2.500.000,00
/10 orang
Rp
1.500.000,00
/5 orang
Rp 400.000,00
/orang
Harga Kursus ,066 -,007 -,059
-,080
-,060
-,040
-,020
,000
,020
,040
,060
,080
Uti
lita
s
Utilitas Harga Kursus
43
4.3.3 Utilitas Level pada Atribut Fasilitas Pembelajaran Utilitas fasilitas pembelajaran di kelas TOEFL preparation
berupa kelas audio visual dan kelas multimedia dapat dilihat pada
diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4.4 Diagram Batang Utilitas Fasilitas Pembelajaran
Atribut ketiga yang cukup diminati oleh responden adalah
fasilitas pembelajaran yang disediakan untuk menunjang berjalannya
pembelajaran yang nyaman yaitu kelas audio visual yang dilengkapi
dengan seperangkat komputer, headset dan microphone dengan nilai
koefisien part-worth sebesar 0,028. Sedangkan untuk kelas
multimedia kurang diminati responden karena hanya dilengkapi
dengan sound system tunggal hal ini dibuktikan dengan nilai
koefisien part-worth sebesar -0,028.
Kelas Audio
VisualKelas Multimedia
Fasilitas Pembelajaran ,028 -,028
-,040
-,030
-,020
-,010
,000
,010
,020
,030
,040
Uti
lita
s
Utilitas Fasilitas Pembelajaran
44
4.3.4 Utilitas Level Pada Atribut Sarana dan Prasarana
Utilitas sarana dan prasarana wifi dan stop kontak dapat
dilihat pada diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4.5 Diagram Batang Utilitas Sarana dan Prasarana
Atribut keempat yang mungkin cukup diminati oleh
responden setelah fasilitas pembelajaran adalah sarana dan
prasarana. Responden lebih memilih wifi dengan nilai koefisien part-
worth sebesar 0,069 dibandingkan stop kontak dengan nilai koefisien
part-worth sebesar -0,016.
Wifi Stop Kontak
Sarana dan Prasarana ,069 -,069
-,080
-,060
-,040
-,020
,000
,020
,040
,060
,080
Uti
lita
s
Utilitas Sarana dan Prasarana
45
4.3.5 Utilitas Level pada Atribut Bonus Spesial
Utilitas bonus spesial yang didapatkan berupa E-book “Jurus
Jitu Skor TOEFL >500” dan Video Strategi Menjawab Soal TOEFL
dapat dilihat pada diagram batang sebagai berikut:
Gambar 4.6 Diagram Batang Utilitas Bonus Spesial
Atribut terakhir yang kurang menjadi pertimbangan atau
kurang diminati responden adalah bonus spesial yang didapatkan.
Berdasarkan Gambar 4.6 responden lebih memilih mendapatkan
bonus Video Strategi Menjawab Soal TOEFL yang berisi 27 strategi
video untuk 50 pertanyaan listening, 60 strategi video untuk 40
pertanyaan structure, dan 13 strategi untuk 50 pertanyaan reading
dengan nilai koefisien part-worth sebesar 0,024 daripada
mendapatkan E-book “Jurus Jitu Skor TOEFL >500” yang berisi
berisi tips dan trik untuk mengerjakan TOEFL agar mencapai skor
lebih dari 500 dengan nilai koefisien part-worth sebesar -0,024.
4.4 Pengukuran Ketepatan Prediksi Korelasi Pearson
Korelasi pearson atau Pearson’s R sering digunakan untuk
sebagai alat untuk mengukur validitas dari nilai utilitas yang telah
diperoleh. Berikut merupakan hasil korelasi pearson dengan bantuan
software SPSS 21. Berdasarkan Lampiran 10, didapatkan nilai
E-book “Jurus Jitu
Skor TOEFL >500”
Video Strategi
Menjawab Soal
TOEFL
Bonus Spesial -,024 ,024
-,030
-,020
-,010
,000
,010
,020
,030
Uti
lita
s
Utilitas Bonus Spesial
46
peluang sebesar 0,0000 maka tolak 𝐻0, yang artinya adalah terdapat
korelasi yang kuat antara nilai pengamatan dan nilai dugaan
(pendapat responden yang diteliti) secara keselurahan atau terdapat
ketepatan dalam memprediksi. Arti lain menunjukkan bahwa atribut-
atribut yang digunakan memang secara signifikan dipertimbangkan
oleh mahasiswa Universitas Brawijaya dalam menentukan
preferensinya.
Diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,996 artinya koefisien
korelasi ≥ 0,95 maka prediksi yang dilakukan adalah baik. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa atribut-atribut yang digunakan memang
secara signifikan dipertimbangkan oleh peserta didik TOEFL
preparation BLC dalam menentukan preferensinya.
4.5 Interpretasi Hasil Penelitian
Hasil analisis konjoin pada preferensi mahasiswa Universitas
Brawijaya dalam pemilihan paket kursus TOEFL preparation di
BLC diperoleh atribut yang telah diurutkan dari yang paling disukai
sampai kurang disukai dan masing-masing level yang paling disukai
peserta didik TOEFL preparation pada setiap atribut sebagai berikut:
1. Tatap Muka/Minggu (1,5 tiap tatap muka)
Pada atribut tatap muka/minggu (1,5 tiap tatap muka),
peserta didik TOEFL preparation BLC lebih menyukai tatap
muka sebanyak 4 kali/minggu dibandingkan 3 kali/minggu, 2
kali/minggu, maupun 1 kali/minggu. Karena dengan adanya
tatap muka 4 kali/minggu para peserta didik akan
mempertimbangkan cepat lambat nya kelas TOEFL
preparation yang akan ditempuh untuk mempersiapkan
TOEFL sebagai syarat kelulusan. Sementara untuk tatap
muka 3 kali/minggu, 2 kali/minggu, maupun 1 kali/minggu
dirasa cukup lambat apabila ditempuh untuk mempersiapkan
TOEFL sebagai syarat kelulusan.
2. Harga Kursus (20 kali pertemuan)
Pada atribut harga kursus (20 kali pertemuan), peserta didik
TOEFL preparation BLC lebih menyukai harga yang paling
murah ditawarkan yaitu Rp 2.500.000,00/10 orang
dibandingkan Rp 1.500.000,00/5 orang maupun Rp
400.000,00/orang. Karena apabila semakin banyak
mahasiswa dalam suatu kelas maka harga yang akan
47
dibayarkan per-orang semakin murah, oleh karena itu banyak
responden yang lebih meyukai harga kursus Rp 2.500.000/10
orang.
3. Fasilitas Pembelajaran
Pada atribut fasilitas pembelajaran, peserta didik TOEFL
preparation BLC lebih menyukai kelas audio visual daripada
kelas multimedia. Karena selain melakukan pembelajaran
pada kelas multimedia, perlu dilakukan pembaharuan pada
ruang kelas agar suasana kelas tidak membosankan dan lebih
hidup dengan cara dilakukannya pembelajaran listening di
kelas audio visual.
4. Sarana dan Prasarana
Pada atribut sarana dan prasarana, peserta didik TOEFL
preparation BLC lebih menyukai wifi dibandingkan stop
kontak. Karena di dalam gedung INBIS ada beberapa
operator yang memiliki sinyal kurang baik, dengan adanya
wifi peserta didik TOEFL preparation BLC dapat dengan
mudah mengakses internet di dalam gedung INBIS.
Sementara untuk stop kontak, peserta didik TOEFL
preparation BLC tidak banyak yang membutuhkan, karena
lama waktu yang ditempuh pendidikan untuk pendidikan
nonformal TOEFL preparation BLC hanya 1 jam 30 menit.
5. Bonus Spesial
Pada atribut bonus spesial, peserta didik TOEFL preparation
BLC lebih menyukai mendapatkan bonus Video Strategi
Menjawab Soal TOEFL daripada E-book “Jurus Jitu Skor
TOEFL >500”. Karena dengan adanya Video semakin
memudahkan peserta didik untuk belajar dimanapun dan
kapanpun dan semakin mengasah kepekaan listening peserta
didik dalam berbahasa inggris. Sementara untuk bonus
spesial berupa e-book hanya dapat dibaca dan dipelajari
tanpa ada bimbingan melalui video.
48
49
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai atribut-
atribut yang telah ditentukan pada penelitian tersebut, maka
didapatkan hasil sebagai berikut:
1. Atribut yang paling disukai adalah atribut tatap
muka/minggu (1,5 jam tiap tatap muka) dan harga kursus (20
kali pertemuan). Karena kedua atribut tersebut merupakan
atribut yang dapat menunjang kebutuhan peserta didik agar
tercipta kenyamanan terhadap kelas TOEFL preparation di
Brawijaya Language Center.
2. Peserta didik TOEFL preparation Brawijaya Language
Center lebih menyukai tatap muka sebanyak 4 kali/minggu.
Sedangkan untuk harga kursus selama 20 kali pertemuan
peserta didik lebih menyukai harga kursus sebesar Rp
2.500.000,00/10 orang.
5.2 Saran 1. Untuk atribut yang paling disukai peserta didik TOEFL
preparation seperti tatap muka/minggu dengan level berupa
4 kali/ minggu (lama kursus 1 bulan 1 minggu), dan harga
kursus (20 kali pertemuan) sebesar Rp 2.500.000,00/10
orang agar dapat menjadi prioritas utama bagi pengelola
untuk mempromosikan konsep kelas baru dan ditawarkan
secara intensif kepada mahasiswa Universitas Brawijaya.
50
51
DAFTAR PUSTAKA
Brawijaya Language Center. 2016. Paket Kursus Brawijaya
Language Center. http://blc.ub.ac.id/id/profil/. Diakses pada
tanggal 22 April 2017.
Cohen, J., dan Cohen, P. 1975. Applied Multiple Regression/
Correlation Analysis for the Behavioral Science. New York:
John Willey & Sons Inc.
Eubank, R. L. 1999. Spline Smoothing and Nonparametric
Regression, 2nd edition, Marcel Dekker/CRC.
Green, Paul E. dan Krieger, Abba M. 1991. Segmenting Markets with
Conjoint Analysis. Journal of Marketing, Vol. 55 (October),
hal. 20-31.
Gudono. 2012. Analisis Data Multivariat, edisi kedua. Badan
Penerbit Fakultas Ekonomi. Yogyakarta.
Hair, J.F., Black, W.C., Babin, B.J., dan Anderson, R.E. 2010.
Multivariate Data Analysis Seventh Edition. New Jersey,
United States of America: Prentice Hall International Inc.
Hardy, M.A. 1993. Regression with Dummy Variables. Florida:
Sage Publication Inc.
Kotler. 2000. Manajemen Pemasaran. Jilid 1 Edisi Milenium.
Prehallindo. Jakarta.
Marimba, Ahmad D. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.
Bandung: Al-Ma`Arif.
52
Montgomery, D. C., dan Peck, E. A., Vining, G.G. 2013. Intoduction
to Linier Regression Analysis fifth edition. New York: John
Willey & Sons, Inc.
Pullman, M.E, Moore, W.L. 1999. Optimal Service Design:
Intergrating Marketing and Operation Perspectives.
International Journal of Service Industry Management, vol. 10,
no. 2. Hal. 239.
Purwanto, Erwan A., Dyah R. S. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif. Yogyakarta: Gava Media.
Republik Indonesia. 2003. Undang-undang No. 20 Tahun 2003
Pasal 26 Ayat 1 dan 2 tentangSistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Sekretariat Negara.
Republik Indonesia. 2003. Undang-undang No. 20 Tahun 2003
Pasal 1 Ayat 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: Sekretariat Negara.
Santoso, S. 2015. Menguasai Statistika Multivariat. Jakarta: PT Elex
Media Kamputindo Kelompok Gramedia.
Suryosubroto B. 2002. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah,
Jakarta: Rineka Cipta
Supranto J. 1992. Teknik Sampling: Untuk Survei dan Ekperimen.
PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Supranto J. 2010. Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi. PT.
Rineka Cipta. Jakarta