Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi...

22
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393 Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 129 PERTIMBANGAN AUDITOR DALAM MEMBERIKAN OPINI AUDIT GOING CONCERN Badingatus Solikhah [email protected] Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang 50229 ABSTRACT Going concern audit opinion will cause a decline in public trust and may even accelerate the company went bankrupt, as in the hypothesis of a self-fulfilling prophecy. This study examines the financial and non-financial faktors that can be obtained comprehensive model that can be considered by the auditor in assessing business continuity auditee. The purpose of this study was to test the effect of financial distress, debt default, prior audit opinion, auditor’s reputation and auditor client tenure to the possibility of receiving going concern audit opinion. The population of this study is a manufacturing company listed in the Indonesia Stock Exchange in the year 2008-2010. The samples of 28 companies were selected based on criteria that the companies are scored negative net profit after tax. Secondary data obtained is processed by using Logistic Regression analysis. The results revealed that the debt default and prior audit opinion affect on going concern audit opinion. As stated in the PSA 30, that debt default be an important indicator before the auditor issued a going concern opinion. The financial distress, auditor reputation and auditor client tenure had no effect on the possibility of receiving going concern audit opinion. Key words: going concern, financial distress, debt default, auditor reputation, auditor client tenure ABSTRAK Opini audit going concern akan menyebabkan menurunnya kepercayaan publik dan bahkan mungkin akan mempercepat perusahaan mengalami kebangkrutan sebagaimana dalam hipotesis self-fulfilling prophecy. Penelitian ini menguji faktor keuangan dan non keuangan dengan harapan dapat diperoleh model yang komprehensif yang dapat dipertimbangkan auditor dalam menilai kelangsungan usaha auditee. Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh kondisi keuangan perusahaan, kegagalan membayar hutang, opini audit tahun sebelumnya, reputasi auditor, dan lama perikatan audit terhadap kecenderungan penerimaan opini going concern. Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Sampel sebanyak 28 perusahaan dipilih berdasarkan criteria yaitu perusahaan yang mengalami laba negatif. Selanjutnya data sekunder yang telah terkumpul dianalisis dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegagalan membayar hutang dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan opini going concern. Sebagaimana tercantum dalam PSA 30 bahwa debt default menjadi indikator penting sebelum auditor mengeluarkan opini going concern. Sementara kesulitan keuangan perusahaan, reputasi auditor dan lama perikatan audit tidak terbukti mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini audit going concern. Kata kunci: opini going concern, kesulitan keuangan, gagal bayar, reputasi auditor, lama perikatan audit. PENDAHULUAN Menurut Arens dan Loebbecke (1996), laporan audit penting sekali dalam suatu kegiatan audit atau proses atestasi. Hal tersebut dikarenakan laporan audit meng- informasikan kepada pemakainya mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya. Lebih jauh lagi, mereka mengungkapkan bahwa hasil akhir dari proses pemeriksaan oleh auditor adalah laporan audit yang merupakan alat komuni- kasi antara auditor dengan pihak pemakai

Transcript of Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi...

Page 1: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

129

PERTIMBANGAN AUDITOR DALAM MEMBERIKANOPINI AUDIT GOING CONCERN

Badingatus [email protected]

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang 50229

ABSTRACT

Going concern audit opinion will cause a decline in public trust and may even accelerate the company wentbankrupt, as in the hypothesis of a self-fulfilling prophecy. This study examines the financial and non-financialfaktors that can be obtained comprehensive model that can be considered by the auditor in assessing businesscontinuity auditee. The purpose of this study was to test the effect of financial distress, debt default, prior auditopinion, auditor’s reputation and auditor client tenure to the possibility of receiving going concern auditopinion. The population of this study is a manufacturing company listed in the Indonesia Stock Exchange in theyear 2008-2010. The samples of 28 companies were selected based on criteria that the companies are scorednegative net profit after tax. Secondary data obtained is processed by using Logistic Regression analysis. Theresults revealed that the debt default and prior audit opinion affect on going concern audit opinion. As stated inthe PSA 30, that debt default be an important indicator before the auditor issued a going concern opinion. Thefinancial distress, auditor reputation and auditor client tenure had no effect on the possibility of receiving goingconcern audit opinion.

Key words: going concern, financial distress, debt default, auditor reputation, auditor client tenure

ABSTRAK

Opini audit going concern akan menyebabkan menurunnya kepercayaan publik dan bahkan mungkinakan mempercepat perusahaan mengalami kebangkrutan sebagaimana dalam hipotesis self-fulfillingprophecy. Penelitian ini menguji faktor keuangan dan non keuangan dengan harapan dapat diperolehmodel yang komprehensif yang dapat dipertimbangkan auditor dalam menilai kelangsungan usahaauditee. Tujuan penelitian ini untuk menguji pengaruh kondisi keuangan perusahaan, kegagalanmembayar hutang, opini audit tahun sebelumnya, reputasi auditor, dan lama perikatan auditterhadap kecenderungan penerimaan opini going concern. Populasi penelitian ini adalah perusahaanmanufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Sampel sebanyak 28 perusahaandipilih berdasarkan criteria yaitu perusahaan yang mengalami laba negatif. Selanjutnya data sekunderyang telah terkumpul dianalisis dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwakegagalan membayar hutang dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaanopini going concern. Sebagaimana tercantum dalam PSA 30 bahwa debt default menjadi indikatorpenting sebelum auditor mengeluarkan opini going concern. Sementara kesulitan keuanganperusahaan, reputasi auditor dan lama perikatan audit tidak terbukti mempengaruhi kecenderunganpenerimaan opini audit going concern.

Kata kunci: opini going concern, kesulitan keuangan, gagal bayar, reputasi auditor, lama perikatanaudit.

PENDAHULUANMenurut Arens dan Loebbecke (1996),

laporan audit penting sekali dalam suatukegiatan audit atau proses atestasi. Haltersebut dikarenakan laporan audit meng-informasikan kepada pemakainya mengenai

apa yang dilakukan auditor dan kesimpulanyang diperolehnya. Lebih jauh lagi, merekamengungkapkan bahwa hasil akhir dariproses pemeriksaan oleh auditor adalahlaporan audit yang merupakan alat komuni-kasi antara auditor dengan pihak pemakai

Page 2: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

130 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 129 – 150

yang sekaligus merupakan pertanggung-jawaban auditor atas penugasan yangditerimanya.

Standar Profesional Akuntan Publik(SPAP) menyebutkan bahwa dalam pe-nugasan umum, auditor ditugasi untukmemberi opini atas laporan keuangan suatusatuan usaha. Auditor dituntut untuk mem-berikan keyakinan memadai atas suatulaporan keuangan perusahaan, bahwalaporan tersebut tidak mengandung salahsaji material yang nantinya akan menyesat-kan pengguna laporan keuangan. Opiniyang diberikan merupakan pernyataan ke-wajaran, dalam semua hal yang material,posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kassesuai prinsip akuntansi yang berlakuumum (IAI: SPAP, 2001). Selanjutnya, da-lam Pernyataan Standar Auditing No. 30disebutkan bahwa auditor bertanggungjawab untuk mengevaluasi apakah terdapatkesangsian besar terhadap kemampuanentitas dalam mempertahankan kelangsu-ngan hidupnya dalam periode waktu pan-tas, tidak lebih dari satu tahun sejak tanggallaporan keuangan yang sedang diaudit (IAI,2001:SA Seksi 341), oleh karena itu, meski-pun auditor tidak bertanggung jawab ter-hadap kelangsungan hidup perusahaanauditee, tetapi dalam melaksanakan pekerja-an audit, kelangsungan hidup (going con-cern) perusahaan perlu menjadi pertimbang-an auditor dalam pemberian opini.

Faktor yang mendorong auditor me-ngeluarkan opini going concern pentinguntuk diketahui karena opini ini dapatdijadikan referensi investor berkaitan inves-tasinya. Auditor dipandang sebagai pihakindependen yang mampu memberikan per-nyataan yang bermanfaat mengenai kondisikeuangan klien. Going concern (GC) adalahkemampuan satuan usaha dalam mem-pertahankan kelangsungan hidupnya se-lama periode waktu pantas, yaitu tidaklebih dari satu tahun sejak tanggal laporankeuangan auditan (SPAP, 2001). Laporanaudit dengan modifikasi mengenai goingconcern merupakan suatu indikasi bahwadalam penilaian auditor terdapat risiko

auditee tidak dapat bertahan dalam bisnis.Kegagalan auditor dalam memodifikasiopini terhadap perusahaan yang mengalamikebangkrutan adalah suatu kasus dimanasuatu perusahaan yang mengalami ke-bangkrutan tidak menerima opini denganpengecualian.

Apabila dalam pelaksanaan prosedurstandar audit yang lainnya auditor me-nyimpulkan terdapat keraguan terhadapkemampuan perusahaan untuk melanjutkanusaha sebagai GC, laporan audit harusdimodifikasi untuk merefleksikan simpul-an tersebut. PSA 29 paragraf 11 huruf dmenyatakan bahwa keragu-raguan yangbesar tentang kemampuan satuan usaha un-tuk mempertahankan keberlanjutan usaha-nya merupakan keadaan yang mengharus-kan auditor menambahkan paragraf pen-jelasan dalam laporan audit, meskipuntidak mempengaruhi pendapat Wajar Tan-pa Pengecualian yang dinyatakan olehauditor.

Auditor sering kali mengalami dilemadalam memberikan opini going concernkarena sulitnya menilai kelangsungan usa-ha sebuah perusahaan. Pemberian opiniaudit going concern bukanlah suatu pe-kerjaan yang mudah (Koh dan Tan, 1999).Svanberg dan Ohman (2014) menyampai-kan bahwa auditor dimungkinkan membuatdua tipe kesalahan dalam menerbitkanopini GC. Tipe kesalahan pertama adalahketika auditor memberikan opini GC bagiperusahaan yang dapat mempertahankankelangsungan hidupnya. Tipe kesalahan ke-dua adalah ketika auditor gagal menerbit-kan opini GC bagi perusahaan yang meng-alami kebangkrutan dalam jangka satutahun. Tipe kesalahan pertama disebut errorI dan tipe kesalahan kedua disebut error II(Hopwood et al., 1989; McKeown et al.,1991).

Beberapa penelitian sebelumnya, me-nemukan bahwa opini audit GC akan ber-dampak signifikan terhadap konsekuensiekonomi sebuah perusahaan seperti returnsaham yang negatif serta akan meningkat-kan kemungkinan kebangkrutan perusaha-

Page 3: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

Pertimbangan Auditor Dalam Memberikan Opini Audit Going Concern... – Solikhah 131

an (Geiger et al., 1998; Kausar et al., 2009).Bahkan penelitian O’Reilly dan Dennis(2010) berhasil membuktikan bahwa inves-tor menggunakan opini GC sebagai infor-masi yang relevan dalam menilai hargasaham perusahaan. Opini audit GC merupa-kan bad news bagi pemakai laporan keuang-an (Januarti, 2007). Beberapa penyebabnyaantara lain, self-fullfing propechy yang di-khawatirkan apabila auditor memberikanopini going concern akan mempercepatkebangkrutan perusahaan karena banyaknya investor yang membatalkan investasi-nya atau kreditor yang menarik dananya(Venuti, 2007), namun demikian, opini goingconcern harus diungkapkan dengan harapandapat segera mempercepat usaha pe-nyelamatan perusahaan yang bermasalah.Penyebab lain adalah tidak terdapatnyaprosedur penetapan status going concernyang terstuktur (Joanna, 1994).

Hasil penelitian yang dilakukan olehMenon dan Schwartz tahun 1986 menunjuk-kan bahwa hanya 50% perusahaan yangmengalami kebangkrutan menerima opiniGC dari auditor untuk laporan keuanganterakhir sebelum perusahaan tersebutbenar-benar mengalami kebangkrutan. Halini menunjukkan bahwa sebagian dariperusahaan yang berpotensi bangkrut,ternyata menerima opini non going concerndari auditor. Hasil tersebut juga didukungoleh temuan penelitian yang dilakukan olehpeneliti berikutnya yaitu Chen dan Church(1992) serta Johnson dan Khurana (2003).Meskipun penilaian auditor mengenai ke-langsungan usaha kliennya tersebut tidakdimaksudkan untuk memprediksi ke-bangkrutan, namun pengguna laporan ke-uangan menggunakan opini GC sebagaiperingatan awal atas kegagalan perusahaandimasa yang akan datang (Cybinski danWinsor, 2005).

Pada tahun 1998-an disaat Indonesiamengalami krisis moneter, Basri (1998) da-lam Fanny dan Saputra (2005) memberikanbukti bahwa sekitar 80% dari 280 per-usahaan go public sebenarnya dapat di-kategorikan sudah bangkrut. Hal tersebut

didasarkan kepada nilai aset perusahaan-perusahaan tersebut yang jauh di bawahangka nominal utang atau pinjaman luarnegerinya. Sementara itu, beberapa diantaraperusahaan tersebut justru mendapatkanopini clean atau auditor tidak meragukankelangsungan perusahaan dimasa men-datang.

Berdasarkan uraian temuan penelitiandi atas menunjukkan bahwa opini audit GCpenting untuk diperhatikan baik oleh mana-jemen perusahaan, auditor maupun olehinvestor. Kesalahan dalam memberikanopini audit akan berakibat fatal bagi parapemakai laporan keuangan tersebut. Pihakyang berkepentingan terhadap LaporanKeuangan tersebut sudah barang tentu akanmengambil tindakan/kebijakan yang salahpula. Hal ini berarti menuntut auditoruntuk lebih mewaspadai hal–hal potensialyang dapat mengganggu kelangsunganhidup suatu satuan usaha.

Penelitian terdahulu yang telah meng-analisis faktor-faktor tersebut diantaranyaadalah Feldmann dan Read (2013); Fosterdan Zurada (2013); Habib (2013); Young danWang (2010); Agarwal dan Taffler (2008);dan Kurupu et al. (2003). Feldmann danRead (2013) meneliti perusahaan bangkrutdi USA dari tahun 2000–2009 denganmenggunakan data yang tersedia di www.BankruptcyData.com. Hasil penelitiannyamenunjukkan bahwa kemungkinan pe-nerbitan opini audit GC dipengaruhi olehrating kredit yang diterbitkan oleh Standardand Poor’s (S&P). Sementara Habib (2013)meneliti 73 paper penelitian terkait opiniGC dari tahun 1982–2011 dengan pendekat-an meta analisis. Hasil penelitian tersebutmenunjukkan bahwa Kantor Akuntan Pu-blik (KAP) yang berafiliasi dengan Big Ndan Audit Report Lag berhubungan positifterhadap kecenderungan penerimaan opiniGC. Sementara variabel yang berhubungandengan perusahaan seperti size, leverage,dan profitabilitas sebagian besar konsistendengan hipotesis yang dirumuskan dalamstudi yang dipublikasikan.

Page 4: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

132 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 129 – 150

Sementara itu penelitian mengenaifaktor-faktor yang berpengaruh terhadapopini audit GC juga sudah banyak dilaku-kan dalam konteks Indonesia. DiantaranyaSetyarno (2006) yang menguji bagaimanapengaruh rasio-rasio keuangan auditee (rasiolikuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktifitas,rasio leverage dan rasio pertumbuhan pen-jualan), ukuran auditee, skala auditor danopini audit tahun sebelumnya terhadapopini audit going concern. Hasil penelitian-nya menyimpulkan bahwa rasio likuiditasdan opini audit tahun sebelumnya secarasignifikan berpengaruh terhadap opini goingconcern. Sementara penelitian Rahayu (2007)menggunakan variabel rasio keuangan danvariabel non keuangan. Variabel non ke-uangan yang digunakan adalah afiliasikomisaris independen dengan komite audit,opini audit tahun sebelumnya dan reputasiauditor. Hasil penelitian menunjukkan bah-wa rasio keuangan dan afiliasi tidak ber-pengaruh terhadap CG, sedangkan opinisebelumnya dan reputasi audit berpe-ngaruh terhadap GC. Sementara itu pe-nelitian Junaidi dan Hartono (2010) khususmeneliti faktor non keuangan yang mem-pengaruhi penerimaan opini going concern.Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenur,reputasi auditor dan pengungkapan ber-pengaruh terhadap GC, sedangkan ukuranperusahaan tidak berpengaruh.

Berdasarkan hasil penelitian sebelum-nya, maka penelitian ini dimaksudkanuntuk menguji faktor keuangan dan nonkeuangan yang diprediksi mempengaruhiauditor dalam pengambilan keputusan ataskelangsungan usaha auditee. Sebagaimanayang telah dilakukan banyak peneliti se-belumnya, faktor keuangan yang digunakanadalah model Z-Score Altman. Peneliti jugamenambahkan variabel debt default sebagai-mana Foster dan Zurada (2013) menyaran-kan kepada auditor untuk memperhatikansecara serius atas kegagalan membayarhutang dalam mempertimbangkan modifi-kasi GC atas opini auditnya. Dalam pe-nelitian ini digunakan tiga variabel nonkeuangan yaitu opini audit tahun sebelum-

nya, reputasi auditor dan auditor clienttenure dengan harapan dapat diperoleh mo-del yang komprehensif yang dapat diper-timbangkan auditor dalam menilai ke-langsungan usaha auditee.

Beberapa penelitian sebelumnya yangmenggunakan model prediksi kebangkrut-an Altman (Z-Score) yang dihubungkandengan kemungkinan penerimaan opiniaudit GC misalnya adalah Young dan Wang(2010); Agarwal dan Taffler (2008); Rahayu(2007); Setyarno (2006); Fanny dan Saputra(2005) dan Kurupu et al. (2003). Agarwaldan Taffler (2008) menemukan sedikit per-bedaan dalam hal akurasi prediksi, antaramodel berbasis pasar dan berbasis akun-tansi yaitu Z-Score, namun mengingat bia-ya kesalahan klasifikasi dan lingkunganyang kompetitif, mereka merekomendasi-kan Model Z-Score. Begitu juga dalampenelitian ini, model Z-Score Altman di-gunakan untuk mengukur kondisi keuang-an perusahaan secara komprehensif.

Tujuan penelitian ini untuk memberi-kan bukti empiris mengenai pengaruhkondisi keuangan perusahaan, kegagalanmembayar hutang, opini audit tahun se-belumnya, reputasi auditor, dan lama per-ikatan audit terhadap kecenderungan pe-nerimaan opini going concern.

TINJAUAN TEORETISAgency Theory

Jansen dan Meckling (1976) meng-gambarkan adanya hubungan kontrak anta-ra agent (manajemen) dan principial (pe-milik). Manajemen diberi wewenang olehpemilik untuk melakukan operasional per-usahaan, sehingga manajemen lebih banyakmemiliki informasi mengenai perusahaandibandingkan pemilik. Ketimpangan infor-masi yang terjadi antara pihak manajemendan pemilik biasa disebut dengan asymetriinformation. Baik agen maupun pemilikdiasumsikan sebagai orang ekonomi rasio-nal dan semata-mata termotivasi untukkepentingan pribadi. Hal tersebut dapatmemicu terjadinya konflik keagenan. Untukitu dibutuhkan pihak ketiga yang inde-

Page 5: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

Pertimbangan Auditor Dalam Memberikan Opini Audit Going Concern... – Solikhah 133

pendean sebagai mediator dalam penilaianlaporan yang dibuat agen. Tugas auditoradalah memberikan jasa untuk menilailaporan keuangan yang dibuat oleh pihakpemimpin perusahaan dengan hasil akhirmengeluarkan opini audit.

Kaitan teori agensi dengan penerimaanopini audit going concern adalah ketika agenbertugas dalam menjalankan perusahaandan menghasilkan laporan keuangan se-bagai bentuk dari pertanggungjawabanmanajemen. Laporan keuangan ini yangnantinya akan menunjukkan kinerja per-usahaan dan digunakan oleh prinsipal se-bagai dasar dalam pengambilan keputusan.Dari laporan keuangan ini dapat dilihatseberapa besar tingkat profitabilitas, tingkatlikuiditas, tingkat aktivitas dan ukuran-ukuran kinerja lainnya yang telah dihasil-kan perusahaan. Agen sebagai pihak yangmenghasilkan laporan keuangan memilikikeinginan untuk mengoptimalisasi ke-pentingannya, sehingga dimungkinkanagen melakukan manipulasi data ataskondisi perusahaan.

Auditor dianggap sebagai pihak yangmampu menjembatani kepentingan prinsi-pal dan agen dalam melakukan monitoringterhadap kinerja manajemen (Rahman danSiregar, 2012). Auditor akan menilai apakahmanajemen sebagai agen telah bertindaksesuai dengan kepentingan principal/pe-milik melalui sebuah sarana yaitu laporankeuangan. Tugas dari auditor adalah mem-berikan jasa untuk menilai atas kewajaranlaporan keuangan perusahaan yang dibuatoleh agen, dengan hasil akhir adalah opiniaudit. Selain itu, auditor juga harus meng-ungkapkan permasalahan going concernyang dihadapi perusahaan, apabila auditormeragukan kemampuan perusahaan dalammempertahankan kelangsungan hidupnya.

Teori Pengambilan KeputusanPengambilan keputusan terjadi sebagai

suatu reaksi terhadap suatu masalah yangdihadapi (Robbins, 2003). Laporan auditharus menyatakan apakah laporan keuang-an telah disusun sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum di Indonesia(Ikatan Akuntan Indonesia, 2001: SA Seksi410). Laporan audit merupakan laporanyang dikeluarkan oleh auditor yang berisiopini audit. Dalam Standar ProfesionalAkuntan Publik juga disebutkan bahwaauditor bertanggung jawab untuk meng-evaluasi apakah terdapat kesangsian besarterhadap kemampuan entitas dalam mem-pertahankan kelangsungan hidupnya dalamperiode waktu pantas, tidak lebih dari satutahun sejak tanggal laporan keuangan yangsedang diaudit (IAI 2001: SA Seksi 341).Ketika audiee mengalami masalah goingconcern, auditor harus dapat mengambilkeputusan yang tepat mengenai opini ter-hadap laporan keuangan yang seharusnyaditerima auditee.

Opini Audit Going Concern (GC)Going Concern (GC) menurut Belkaoui

(2000) adalah suatu dalil yang menyatakanbahwa kesatuan usaha akan menjalankanterus operasinya dalam jangka waktu yangcukup lama untuk mewujudkan proyeknya,tanggung jawab serta aktivitas-aktivitasnyayang tidak berhenti. Opini audit modifikasimengenai going concern merupakan opiniaudit yang dalam pertimbangan auditorterdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidupperusahaan dalam menjalankan operasinyapada kurun waktu yang pantas, tidak lebihdari satu tahun sejak tanggal laporan ke-uangan yang sedang diaudit (SPAP, 2001).Going concern adalah salah satu konseppenting yang mendasari pelaporan keuang-an (Gray et al., 2010). Going concern sendiridipakai sebagai asumsi dalam pelaporankeuangan sepanjang tidak terbukti adanyainformasi yang menunjukkan hal yangberlawanan. Biasanya informasi yang secarasignifikan dianggap berlawanan denganasumsi going concern adalah berhubungandengan ketidakmampuan entitas bisnis me-menuhi kewajiban pada saat jatuh tempotanpa melakukan penjualan sebagian besaraktiva kepada pihak luar bisnis biasa,restrukturisasi utang, perbaikan operasi

Page 6: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

134 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 129 – 150

yang dipaksakan dari luar dan kegiatanserupa yang lain (PSA No. 30).

Kajian atas going concern dapat di-lakukan dengan melihat kondisi internalperusahaan dan prospek perusahaan di-masa mendatang. Prediksi tentang ke-mungkinan bangkrut atau tidaknya suatuperusahaan termasuk salah satu komponenkeputusan tentang going concern (Rama-dhani dan Niki, 2009). Mengacu kepadaStatement On Auditing Standard (SAS 1988)Nomor 59, auditor harus memutuskanapakah mereka yakin bahwa perusahaanklien akan bisa bertahan di masa yang akandatang. Laporan audit dengan modifikasimengenai going concern merupakan suatuindikasi bahwa dalam penilaian auditorterdapat risiko auditee tidak dapat bertahandalam bisnis. Dari sudut pandang auditor,keputusan tersebut melibatkan beberapatahap analisis. Auditor harus memper-timbangkan hasil dari operasi, kondisi eko-nomi yang mempengaruhi perusahaan,kemampuan membayar hutang, dan ke-butuhan likuiditas di masa yang akandatang.

Pernyataan Standar Auditing (PSA) No.30PSA No.30 Seksi 341 tentang “Per-

timbangan Auditor atas Kemampuan Entitasdalam Mempertahankan Kelangsungan Hidup-nya”, berlaku efektif sejak tahun 1998. Padaparagraph 2 Standar Auditing seksi me-wajibkan auditor bertanggung jawab untukmengevaluasi apakah terdapat kesangsianbesar terhadap kemampuan entitas dalammempertahankan kelangsungan hidupnyadalam periode pantas tidak lebih dari satutahun sejak tanggal laporan keuangandiaudit. Oleh karenanya, auditor harusmelakukan evaluasi apakah terdapat “ke-sangsian” bukan “kepastian”.

PSA 30 paragraf 6 menyebutkan bahwaauditor dapat mengidentifikasi informasimengenai kondisi atau peristiwa tertentuyang jika dipertimbangkan secara ke-seluruhan, menunjukkan adanya kesangsi-an besar tentang kemampuan entitas dalammempertahankan kelangsungan hidupnya

dalam jangka waktu yang pantas. Contohkondisi dan peristiwa tersebut antara lain(1) Tren negatif, sebagai contoh kerugianoperasi yang berulangkali terjadi, kekurang-an modal kerja, arus kas negatif dari kegiat-an usaha, rasio keuangan penting yangjelek; (2) Petunjuk lain tentang kemungki-nan kesulitan keuangan, sebagai contoh ke-gagalan dalam memenuhi kewajiban utang-nya atau perjanjian serupa, penunggakanpembayaran deviden, penolakan oleh pe-masok terhadap pengajuan permintaan kre-dit biasa, restrukturisasi utang, kebutuhanuntuk mencari sumber atau metoda pen-danaan baru atau penjualan sebagian besaraktiva; (3) Masalah intern, sebagai contoh,pe- mogokan kerja atau kesulitan hubunganperburuhan yang lain, ketergantungan be-sar atas sukses proyek tertentu, komitmenjangka panjang yang tidak bersifat eko-nomis, kebutuhan untuk secara signifikanmemperbaiki operasi; (4) Masalah luar yangterjadi, sebagai contoh, pengaduan gugatanpengadilan, keluarnya undang-undang ataumasalah-masalah lain yang kemungkinanmembahayakan kemampuan entitas untukberoperasi; kehilangan franchise, lisensiatau paten penting, kehilangan pelangganatau pemasok utama; kerugian akibat ben-cana besar seperti gempa bumi, banjir,kekeringan, yang tidak diasuransikan ataudiasuransikan namun dengan pertanggung-an yang tidak memadai.

Selanjutnya dalam PSA No. 30 tersebutjuga memberikan pedoman kepada auditortentang dampak kemampuan satuan usahadalam mempertahankan kelangsunganhidupnya terhadap opini auditor yangdapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Jikaauditor yakin bahwa terdapat kesangsianmengenai kemampuan satuan usaha dalammempertahankan kelangsungan hidupnyadalam jangka waktu pantas, ia harus mem-peroleh informasi mengenai rencana mana-jemen yang ditujukan untuk mengurangidampak kondisi dan peristiwa tersebut danmenetapkan kemungkinan bahwa rencanatersebut secara efektif dilaksanakan; (2) Jikamanajemen tidak memiliki rencana yang

Page 7: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

Pertimbangan Auditor Dalam Memberikan Opini Audit Going Concern... – Solikhah 135

mengurangi dampak kondisi dan peristiwaterhadap kemampuan satuan usaha dalammempertahankan kelangsungan hidupnya,auditor mempertimbangkan untuk mem-berikan pernyataan tidak memberikan pen-dapat; (3) Jika manajemen memiliki rencanatersebut, langkah selanjutnya yang harusdilakukan oleh auditor adalah menyimpul-kan efektivitas rencana tersebut dengan opsi(a) jika auditor berkesimpulan rencana ter-sebut tidak efektif, auditor menyatakantidak memberikan pendapat, (b) jika auditorberkesimpulan rencana tersebut efektif danklien mengungkapkan dalam catatan lapor-an keuangan, auditor menyatakan pendapatwajar tanpa pengecualian, (c) jika auditorberkesimpulan rencana tersebut efektif akantetapi klien tidak mengungkapkan dalamcatatan laporan keuangan, auditor mem-berikan pendapat tidak wajar.

Rerangka Teoritis dan PengembanganHipotesisKondisi Keuangan Perusahaan (FinancialDistress)

Kondisi keuangan perusahaan adalahsuatu tampilan atau keadaan secara utuhatas keuangan perusahaan selama periode/kurun waktu tertentu (Sawir, 2005). Mediayang dapat dipakai untuk meneliti kondisikesehatan perusahaan antara lain laporankeuangan. Kondisi keuangan perusahaanmenggambarkan tingkat kesehatan per-usahaan sesungguhnya (Ramadhani danNiki, 2009). Ross et al. (2015) mengungkap-kan bahwa indikasi kebangkrutan dapatdilihat dari apakah perusahaan mengalamikesulitan keuangan (financial distress), yaitusuatu kondisi dimana arus kas operasiperusahaan tidak mencukupi untuk me-menuhi kewajiban lancarnya. Pada akhir-nya, kesulitan keuangan ini akan mengarahkepada kebangkrutan sehingga going con-cern perusahaan diragukan. Carcello danNeal (2003) dalam penelitiannya menge-mukakan bahwa semakin kondisi keuanganperusahaan terganggu atau memburukmaka akan semakin besar perusahaan me-nerima opini audit going concern dari

auditor. Sebaliknya bagi perusahaan yangtidak pernah mengalami kesulitan keuang-an, maka auditor tidak akan memodifikasiopini audit going concern.

Penelitian mengenai kebangkrutan per-usahaan diawali dari analisis rasio keuang-an, karena laporan keuangan lazimnya me-miliki informasi-informasi penting menge-nai kondisi dan prospek perusahaan dimasayang akan datang (Gray et al., 2010). Pe-nelitian Altman dan McGough (1974) me-nemukan bahwa ramalan kebangkrutansuatu perusahaan dengan menggunakansuatu model prediksi mencapai tingkatkeakuratan 82% dan menyarankan peng-gunaan model prediksi kebangkrutan untukkelangsungan usaha perusahaan. McKeown et al. (1991) menemukan bahwaauditor hampir tidak pernah memberikanopini audit going concern pada perusahaanyang tidak mengalami kesulitan keuangan.Penelitian-penelitian sebelumnya menyata-kan bahwa prediksi kebangkrutan memilikipengaruh signifikan terhadap kegagalanperusahaan (Altman, 1968; Urgurlu danAksoy, 2006). Perusahaan dengan Z Scoreyang rendah berpotensi besar menerimaopini going concen dari auditor, sedangkanperusahaan dengan Z Score yang tinggitidak berpotensi menerima opini going con-cen dari auditor. Hasil penelitian terdahuludalam konteks Indonesia (Ramadhany,2004; Fanny dan Saputra, 2005; Santosa danWedari, 2007) juga memberikan bukti empi-ris bahwa kondisi keuangan perusahaanberpengaruh negatif terhadap opini goingconcern, sehingga dapat dirumuskan hipo-tesis sebagai berikut:Ha1 : Kondisi keuangan perusahaan ber-

pengaruh negatif terhadap kemungki-nan penerimaan opini audit goingconcern.

Debt DefaultKegagalan dalam memenuhi kewajiban

hutang dan atau bunga merupakan indi-kator going concern yang banyak digunakanoleh auditor dalam menilai kelangsunganhidup suatu perusahaan (PSA 30; Januarti,

Page 8: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

136 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 129 – 150

2007). Dapat diakatakan bahwa status hu-tang perusahaan merupakan faktor pertamayang akan diperiksa oleh auditor untukmengukur kesehatan keuangan perusahaan.Chen dan Church (1992) telah melakukanpenelitian tentang pengaruh pemeringkatobligasi yang gagal bayar (default) denganpenerimaan opini audit GC. Hasil penelitianChen dan Church (1992) memberikan buktiyang empiris bahwa adanya suatu asosiasiyang kuat antara pemeringkat obligasi yanggagal bayar dengan penerimaan opini auditGC oleh perusahaan penerbit obligasi ter-sebut. Penelitian Chen dan Church (1992)ini didukung oleh hasil penelitian Januarti(2007) dan Praptitorini dan Januarti (2011)yang menyatakan bahwa perusahaan yangmengalami default akan menerima opiniaudit GC. Demikian juga Foster dan Zurada(2013) menyarankan kepada auditor untukmemperhatikan secara serius atas kegagalanmembayar hutang dalam mempertimbang-kan modifikasi GC atas opini auditnya.

Hasil penelitian Feldmann dan William(2013) menemukan bahwa perusahaan yangmemiliki peringkat kredit mendekati gagalbayar pada bulan sebelum tanggal penerbit-an opini audit secara signifikan lebih mung-kin untuk menerima opini GC. Studi lainoleh Gaganis et al. (2007) dengan sampelperusahaan di UK menunjukkan hubunganantara peringkat kredit yang buruk danpenerbitan opini GC.

Ketika jumlah hutang perusahaan su-dah sangat besar, maka aliran kas perusaha-an tentunya banyak dialokasikan untukmenutupi hutangnya, sehingga akan meng-ganggu kelangsungan operasi perusahaan.Apabila hutang ini tidak mampu dilunasi,maka kreditor akan memberikan statusdefault. Perusahaan yang gagal membayarhutangnya (debt default) memiliki potensiyang lebih besar untuk menerima opini GCdari auditor, sehingga dapat dirumuskanhipotesis sebagai berikut:Ha2 : Debt default berpengaruh positif ter-

hadap kemungkinan penerimaan opi-ni audit going concern.

Opini Audit Tahun SebelumnyaMuchtler (1984) telah melakukan

wawancara dengan praktisi auditor yangmenyatakan bahwa perusahaan yang me-nerima opini audit GC pada tahun sebelum-nya lebih cenderung untuk menerima opiniyang sama pada tahun berjalan. Dalam pe-nelitiannya tersebut, Mutchler (1985) meng-uji pengaruh ketersediaan informasi publikterhadap prediksi opini audit going concern,yaitu tipe opini audit yang telah diterimaoleh perusahaan. Hasil penelitiannya ter-sebut menunjukkan bukti empiris bahwamodel analisis diskriminan yang memasuk-kan tipe opini audit tahun sebelumnyamemiliki akurasi prediksi keseluruhan yangpaling tinggi yaitu 89,9 persen dibanding-kan model yang lain. Santosa dan Wedari(2007) membuktikan berdasarkan data pe-nelitian yang telah dilakukan, dari 310jumlah observasi, 237 perusahaan menerimaopini audit yang sama pada tahun berikut-nya dan sisanya menerima opini audit yangberbeda dengan tahun sebelumnya. Nogler(1995) menemukan bukti bahwa setelahauditor menerbitkan opini audit going con-cern, perusahaan harus menunjukkan pe-ningkatan keuangan yang signifikan untukmemperoleh opini bersih pada tahunberikutnya, jika tidak ada peningkatan ke-uangan maka opini audit going concern akandiberikan kembali.

Penelitian yang telah dilakukan olehLennox (2000), Ramadhany (2004), Setyarnoet al. (2006), Januarti (2007), Rahayu (2007),Januarti dan Fitrianasari (2008), Praptitorinidan Januarti (2011), memperkuat buktibahwa opini audit GC yang diterima tahunsebelumnya akan mempengaruhi penerima-an opini audit GC tahun berjalan. Apabilapada tahun sebelumnya auditor telah me-nerbitkan opini going concern, maka akansemakin besar kemungkinan auditor untukmenerbitkan kembali opini yang sama padatahun berjalan. Dari uraian tersebut dapatditarik hipotesis sebagai berikut:Ha3 : Opini audit tahun sebelumnya ber-

pengaruh positif terhadap ke-

Page 9: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

Pertimbangan Auditor Dalam Memberikan Opini Audit Going Concern... – Solikhah 137

mungkinan penerimaan opini auditgoing concern.

Reputasi AuditorSeperti yang dikutip dalam Setyarno et

al. (2006) dari DeAngelo (1981) menyata-kan bahwa auditor skala besar memilikiinsentif yang lebih untuk menghindarikritikan kerusakan reputasi dibandingkanpada auditor skala kecil. Auditor skalabesar juga lebih cenderung untuk meng-ungkapkan masalah-masalah yang ada ka-rena mereka lebih kuat menghadapi risikoproses pengadilan. Argumen tersebut ber-arti bahwa auditor skala besar memilikiinsentif lebih untuk mendeteksi dan me-laporkan masalah GC kliennya. Auditorpada KAP besar berskala internasionalmemiliki karakteristik yang dapat dikaitkandengan kualitas seperti pelatihan, pengaku-an internasional, serta adanya peer review(Craswell et al., 1995). Dalam artikelnya,DeAngelo (1981) berpendapat bahwa KAPyang lebih besar dapat dikatakan mampumenghasilkan kualitas audit yang lebih baikdibandingkan kantor akuntan kecil. Lebihlanjut lagi, KAP skala besar memiliki insen-tif yang lebih besar untuk menghindarikritikan kerusakan reputasi dibandingkanKAP skala kecil. Auditor yang memilikireputasi baik akan cenderung untuk mem-pertahankan kualitas auditnya agar reputasi-nya terjaga dan tidak kehilangan klien(Januarti, 2007), serta lebih cenderung akanmengeluarkan opini audit going concernapabila klien terdapat masalah mengenaigoing concern (Santosa dan Wedari, 2007).

Mutchler et al. (1997) menemukan buktiunivariat bahwa auditor big 6 lebih cende-rung menerbitkan opini audit GC padaperusahaan yang mengalami financial dis-tress dibandingkan auditor non big 6. Audi-tor skala besar dapat menyediakan kualitasaudit yang lebih baik dibanding auditorskala kecil, termasuk dalam mengungkap-kan masalah GC perusahaan. Hasil peneliti-an tersebut didukung oleh Fanny danSaputra (2005), Setyarno et al. (2006), Junaididan Hartono (2006) serta Rahayu (2007).

Sementara penelitian meta-analysis Habibtahun 2013 menemukan bahwa auditoryang berafiliasi dengan Big N berhubunganpositif terhadap kecenderungan modifikasiopini audit. Auditor skala besar dapatmenyediakan kualitas audit yang lebih baikdibanding auditor skala kecil, termasukdalam mengungkapkan masalah GC per-usahaan, maka dapat diambil hipotesisberikut:Ha4 : Reputasi auditor berpengaruh positif

terhadap kemungkinan penerimaanopini audit going concern.

Auditor Client TenureAuditor client tenure (lama perikatan

audit) merupakan jumlah tahun dimanaKAP melakukan perikatan audit denganauditee yang sama. Semakin lama auditormengaudit perusahaan yang sama, makapemahaman auditor akan perusahaan ter-sebut akan terus bertambah menjadi lebihbaik. Disisi lain, perikatan auditor denganperusahaan yang semakin lama memung-kinkan hubungan erat diatara keduanyayang akan berdampak pada independensiauditor. Hal tersebut diperkuat pendapatJunaidi dan Hartono (2010) yang menyebut-kan semakin lama hubungan penugasanKAP oleh perusahaan, dikhawatirkan dapatberpengaruh terhadap tingkat independensidari KAP tersebut. Pendapat tersebut di-perkuat penelitian Yuvisa et al. (2008),ketika hubungan antara klien dengan KAPtelah berlangsung bertahun-tahun, kliendapat dipandang sebagai sumber peng-hasilan bagi KAP yang secara potensialdapat mengurangi independensi KAP ter-sebut. Geiger dan Raghunandan (2002)meneliti mengenai auditor tenure dan ke-gagalan pelaporan audit. Penelitiannyamemperlihatkan bukti bahwa secara signi-fikan kegagalan pelaporan audit terjadipada tahun-tahun awal auditor berhubu-ngan dengan klien dibandingkan ketikaauditor telah memberikan jasanya untukmasa jabatan yang lama. Konsisten denganpenelitian yang dilakukan Geiger danRaghunandan (2002), Carcello dan Nagy

Page 10: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

138 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 129 – 150

(2004) menemukan bukti empiris bahwakegagalan pelaporan audit terjadi antaratahun pertama sampai tahun ketiga sejakauditor berhubungan dengan klien.

Penelitian tentang auditor client tenure(lama perikatan audit), telah dilakukan olehJunaidi dan Hartono (2010). Dalam pe-nelitian tersebut dikatakan bahwa semakinlama hubungan auditor dengan klien, makasemakin kecil kemungkinan perusahaanuntuk mendapatkan opini audit GC. Se-belumnya, Januarti (2007) juga telah melakukan penelitian untuk melihat pengaruhantara auditor client tenure. Dari hasil pe-nelitiannya disimpulkan bahwa semakin

lama auditor melakukan perikatan denganklien, akan semakin sulit untuk memberi-kan opini audit GC. Dari uraian diatas,hipotesis yang diajukan adalah:Ha5 : Auditor client tenure berpengaruh ne-

gatif terhadap kemungkinan pe-nerimaan opini audit going concern.

Berdasarkan uraian yang telah di-kemukakan dan telaah pustaka yang di-kembangkan, maka variabel yang terkaitdalam penelitian ini dapat dirumuskanmelalui suatu kerangka pemikiran teoritissebagaimana tertuang dalam Gambar 1.

Gambar 1Rerangka Pemikiran Teoritis

METODE PENELITIANPopulasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruhperusahaan yang go public di Bursa EfekIndonesia (BEI) selama tahun 2008, 2009,2010. Tahun 2008–2010 diteliti denganpemikiran banyak perusahaan yang terkenadampak krisis keuangan global tahun 2008.Selanjutnya dari jumlah populasi tersebut,sampel penelitian dipilih secara purposive

untuk perusahaan yang bergerak dalambidang manufaktur. Sektor manufaktur di-pilih untuk menghindari adanya industrialeffect yaitu resiko industri yang berbedaantara suatu sektor industri yang satudengan yang lain mengingat dalam peneliti-an ini juga menggunakan rasio keuangan.Secara terperinci, kriteria sampel yangdipilih nampak dalam Tabel 1.

KondisiKeuangan

FaktorKeuangan

Debt Default

Opini AuditTahun

Sebelumnya

Opini Audit GoingConcern

(1=opini goingconcern)

(0=opini non goingconcern)

Auditor ClientTenure

ReputasiAuditor

Faktor NonKeuangan

H1

H2

H3

H4

H5

Page 11: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

Pertimbangan Auditor Dalam Memberikan Opini Audit Going Concern... – Solikhah 139

Tabel 1Proses Seleksi Sampel Berdasarkan Metode Purposive Sampling

No Kriteria PelanggaranKriteria Akumulasi

1. Total perusahaan manufaktur yang listing di BEIpada tahun 2007-2010 151

2. Listing di BEI sebelum 1 Januari 2007 (10) 1413. Tidak delisting selama periode penelitian (4) 1374. Menerbitkan laporan keuangan yang telah

diaudit selama periode penelitian dalam matauang rupiah

(26) 111

5. Mengalami laba bersih setelah pajak yangnegatif sekurang-kurangnya satu tahun (83) 28

Tahun pengamatan (tahun) x 3Jumlah sampel total 84

Definisi Operasional dan PengukuranVariabelVariabel Dependen

Opini audit going concern adalah opiniaudit modifikasi yang dalam pertimbanganauditor terdapat ketidakmampuan atau ke-tidakpastian signifikan atas kelangsunganhidup perusahaan dalam menjalankanoperasinya (IAI, 2001). Termasuk dalamopini audit GC ini adalah opini goingconcern unqualified/qualified dan going concerndisclaimer opinion. Variabel terikat dalampenelitian ini adalah variabel dummy, dimana kategori 1 untuk auditee yang me-nerima opini audit going concern dan kate-gori 0 untuk auditee yang menerima opiniaudit non going concern.

Variabel IndependenKondisi Keuangan Perusahaan (FinancialDistress)

Kondisi keuangan perusahaan adalahsuatu tampilan atau keadaan secara utuhatas keuangan perusahaan selama periode/kurun waktu tertentu (Sawir, 2005). Sepertipada penelitian yang dilakukan Fanny danSaputra (2005), dalam penelitian ini diguna-kan model prediksi kebangkrutan untukmengukur kesulitan keuangan perusahaanyaitu The Altman Model. Kriteria yang di-gunakan untuk memprediksi kebangkrutanperusahaan dengan model diskriminan ada-

lah dengan melihat zone of ignorance yaitudaerah nilai Z, dimana klasifikasi per-usahaan bangkrut tersebut dijelaskan dalamTabel 2.

Tabel 2Kriteria titik cut off Model Z Score

Kriteria Nilai ZTidak bangkrut jika Z > 2,99Bangkrut jika Z < 1,81Daerah rawan bangkrut (greyarea) 1,81

Sumber: Sawir 2005

Rumus prediksi kebangkrutan AltmanZ Score yang digunakan adalah:Z = 0,012Z1 + 0,014Z2 + 0,033Z3 + 0,006Z4 +

0,999Z5

Dimana :Z1 = working capital/total assetZ2 = retained earnings/total assetZ3 = earnings before interest and taxes/total

assetZ4 = market capitalization/book value of debtZ5 = sales/total asset

Debt DefaultDebt default telah didefinisikan sebagai

kegagalan debitor (perusahaan) untuk mem-bayar hutang pokok dan/atau bunganya

Page 12: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

140 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 129 – 150

pada waktu jatuh tempo (Chen dan Church,1992). Dalam penelitian ini kriteria untukmenentukan auditee terkena status defaultatau tidak mengacu pada kriteria yangdikemukakan oleh Chen dan Church (1992).Variabel ini diukur dengan menggunakanvariabel dummy, yaitu memberikan skor 1untuk status debt default dan memberikanskor 0 untuk status tidak debt default.

Opini Audit tahun sebelumnyaOpini Audit tahun sebelumnya di-

definisikan sebagai opini audit yang di-terima oleh auditee pada tahun sebelumnya(t-1). Variabel opini audit tahun sebelumnyadiukur secara dummy. Jika pada tahun se-belumnya (t-1) perusahaan menerima opiniaudit GC, maka diberi kode 1, sedangkanjika menerima opini audit non GC diberikode 0.

Reputasi AuditorPengukuran reputasi auditor diukur

dengan variabel dummy, yaitu memberikanskor 1 untuk auditee yang diaudit oleh KAPbesar (big four), dan 0 untuk auditee yangtidak diaudit oleh KAP besar (non big four).Adapun KAP big four yang digunakan da-lam penelitian ini mengacu pada penelitianRahayu (2007) serta Junaidi dan Hartono(2010) yang terdiri dari: Price Water HouseCoopers (PWC); Deloitte Touche Tohmatsu(DTT); Klynveld Peat Marwick Goerdeler(KPMG) dan Ernst and Young (E & Y). Padatahun 2008, empat KAP lokal yang ber-afiliasi dengan The Big four KAP adalah se-bagai berikut: (1) KAP Purwantono, Sarwo-ko, Sandjaja berafiliasi dengan Ernst &Young, (2) KAP Osman Bing Satrio danRekan berafiliasi dengan Deloitte Touche Toh-matsu, (3) KAP Siddharta, Siddharta, danWidjaja berafiliasi dengan KPMG, (4) KAPHaryanto Sahari berafiliasi dengan Price-waterhouse Coopers.

Pada tahun 2009-2010, empat KAP lokalyang berafiliasi dengan The Big Four KAPyaitu: (1) KAP Purwantono, Sarwoko, San-djaja berafiliasi dengan Ernst & Young, (2)KAP Osman Bing Satrio berafiliasi dengan

Deloitte Touche Tohmatsu, (3) KAP Sidharta,Sidharta, Widjaja berafiliasi dengan KPMG,(4) KAP Tanudireja Wibisana & Rekanberafiliasi dengan Pricewaterhouse Coo- pers.

Auditor Client TenureDalam penelitian ini, pengukuran me-

ngenai auditor client tenure mengacu padapenelitian yang dilakukan Rahayu (2007).Auditor client tenure diukur dengan variabeldummy, yaitu memberikan skor 1 untukauditee yang diaudit oleh KAP yang samadengan KAP yang mengauditnya tahunlalu, dan memberikan skor 0 untuk auditeeyang tidak diaudit oleh KAP yang sama.

Prosedur Pengumpulan DataData yang digunakan dalam penelitian

ini merupakan data sekunder. Data keuang-an dan rasio-rasio keuangan diperoleh darilaporan keuangan tahunan masing-masingperusahaan dengan mengakses websitewww.idx.co.id serta Indonesian Capital Mar-ket Directory (ICMD) baik yang disampaikankepada BEI maupun yang ditampilkan diWebsite masing–masing perusahaan. Dataterkait opini audit tahun berjalan, opiniaudit tahun sebelumnya, nama kantorakuntan publik serta lama perikatan auditdiperoleh dari laporan auditor independen,sedangkan data debt default diperoleh darilaporan kinerja, laporan tahunan sertacatatan atas laporan keuangan.

Analisis Data dan PengujianMetode analisis data yang digunakan

dalam penelitian ini adalah: (1) Analisisdeskriptif digunakan untuk mengetahuidemografi sampel serta gambaran kondisimasing-masing variable; (2) Analisis Statis-tik Inferensial untuk pengujian hipotesisyang diajukan. Pengujian hipotesis dalampenelitian ini dengan menggunakan modelregresi logistik sebagai berikut:

ACTREP

OPINIDEBTZSCOREGC

GCLn

54

3211

Keterangan Notasi:

Page 13: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

Pertimbangan Auditor Dalam Memberikan Opini Audit Going Concern... – Solikhah 141

GC

GCLn1

= opini audit going cocern

= KonstantaZSCORE = Kondisi keuangan perusaha-

an yang diproksikan AltmanZ Score

DEBT = Debt default (kegagalan mem-bayar hutang)

OPINI = Opini audit tahun sebelum-nya

REP = Reputasi auditorACT = Auditor client tenure

= Kesalahan Residual

ANALISIS DAN PEMBAHASANDeskripsi Objek Penelitian

Hasil analisis statistik deskriptif untukkeseluruhan sampel ditampilkan dalamTabel 3. Hasil analisis statistik deskriptifmenunjukkan jumlah sampel (N) sebanyak84 yang merupakan jumlah sampel totalselama periode penelitian tahun 2008-2010(28 perusahaan x 3 tahun pengamatan).

Tabel 3Analisis Statistik Deskriptif

N Minimum Maximum Mean Std. DeviationZSCORE 84 .06 2.22 .9070 .45873

Variabel kondisi keuangan perusahaanyang diproksikan dengan model prediksikebangkrutan Z-Score Altman menunjukkanbahwa Z-Score minimum yang dihasilkanadalah sebesar 0,06 yang dimiliki oleh PTPanasia Filament Inti Tbk tahun 2010,sedangkan Z-Score maksimum adalah 2,22yang dimiliki oleh PT Inter Delta Tbk tahun2009. Rata-rata Z-Score adalah sebesar0,9070 yang menunjukkan bahwa perusaha-an diprediksi bangkrut. Variabel lainnyayang terdiri dari debt default, reputasiauditor, opini audit tahun sebelumnya danauditor client tenure tidak diikutsertakandalam perhitungan statistik deskriptif ka-rena variabel-variabel tersebut diukur de-ngan variabel dummy yang mempunyaiskala nominal.

Menilai Model FitPengujian dilakukan dengan mem-

bandingkan nilai antara -2LL awal dengannilai -2LL pada langkah berikutnya. Adanyapengurangan nilai antara -2LL awal dengannilai -2LL pada langkah berikutnya me-nunjukkan bahwa model yang dihipotesis-kan fit dengan data. Penurunan Log Like-lihood menunjukkan model regresi semakinbaik (Ghozali, 2006).

Tabel 4Perbandingan Nilai -2LL Awal dengan -

2LL Akhir

-2LL awal (Block Number = 0) 115.255-2LL akhir (Block Number = 1) 20.920

Dari tabel 4 dapat dilihat terdapat pe-nurunan nilai -2LL yang pada awal sebesar115,255 menjadi 20,920 pada nilai -2LLakhir. Penurunan likelihood (-2LL) ini me-nunjukkan model regresi yang lebih baikatau dengan kata lain model yang dihipo-tesiskan fit dengan data.

Menilai Kelayakan Model RegresiKelayakan model regresi dinilai dengan

menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Good-ness-of-fit Test. Pengujian kelayakan modelregresi dinilai dengan menggunakan Hos-mer and Lemeshow’s Goodness-of-fit Test di-tampilkan dalam Tabel 5.

Hipotesis untuk menilai kelayakanmodel regresi adalah:H0 : Tidak ada perbedaan antara model

dengan dataHa : Ada perbedaan antara model dengan

data

Page 14: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

142 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 129 – 150

Tabel 5Hosmer and Lemeshow’s

Goodness-of-fit Test

Step Chi-square Df Sig.1 2.005 8 .981

Tabel 5 menunjukkan nilai signifikansiyang diperoleh adalah 0,981. Nilai signi-fikansi tersebut lebih besar dari 0,05, makaH0 diterima yang berarti tidak ada per-bedaan antara model dengan data. Hal iniberarti model regresi layak untuk diguna-kan dalam analisis selanjutnya karenamodel cocok dengan data.

Koefisien DeterminasiNilai Nagelkerke’s R2 dari hasil pe-

ngolahan data dengan SPSS versi 16.0menunjukkan hasil sebesar 0,904 yang ber-arti bahwa variabilitas variabel dependenyang dapat dijelaskan oleh variabel inde-penden adalah sebesar 90,4%, sedangkansisanya sebesar 9,6% dijelaskan oleh varia-bel lain di luar model penelitian ini.

Matriks KlasifikasiMatriks klasifikasi akan menunjukkan

kekuatan prediksi dari model regresi untukmemprediksi kemungkinan penerimaan opi-ni audit GC. Matriks klasifikasi ditampilkan dalam Tabel 6. Tabel 6 menunjukkankekuatan prediksi dari model regresi untukmemprediksi kemungkinan penerimaanopini audit GC pada auditor sebesar 94,6%,hal ini berarti bahwa dengan model regresiyang digunakan terdapat 35 sampel dari 37

sampel yang menerima opini audit GCdinyatakan layak untuk menerima opinitersebut.

Kekuatan model prediksi untuk ke-mungkinan penerimaan opini audit non-GCadalah sebesar 95,7% yang berarti denganmodel regresi yang diajukan ada 45 sampelyang layak menerima opini audit non-GCdari total 47 perusahaan yang menerimaopini audit non-GC. Secara keseluruhankekuatan prediksi dari model regresi dalampenelitian ini adalah sebesar 95,2%.

Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaanterhadap Penerimaan Opini Audit GC

Hasil pengujian atas variabel kondisikeuangan perusahaan yang diproksikan de-ngan analisis kebangkrutan Z-Score Altmandiperoleh bukti bahwa Ha1 tidak berhasildidukung (ditolak). Dengan kata lain dapatdikatakan bahwa kondisi keuangan per-usahaan tidak berpengaruh terhadap pe-nerimaan opini audit GC.

Hasil penelitian ini bertentangan de-ngan beberapa penelitian sebelumnya (Alt-man, 1968; Altman, 1983; Urgurlu danAksoy, 2006). Penelitian di Indonesia yangtelah dilakukan oleh Rudyawan dan Badera(2009) menyimpulkan bahwa model pre-diksi kebangkrutan (Z-Score) berpengaruhpada penerimaan opini audit GC.

Hasil penelitian ini juga berbeda de-ngan penelitian yang dilakukan oleh Rama-dhany, 2004; Fanny dan Saputra (2005);Setyarno et al. (2006); dan Santosa danWedari, 2007 yang membuktikan bahwakondisi keungan perusahaan berpengaruh

Tabel 6Matriks Klasifikasi

Observed

PredictedGC Percentage

Correct0 1Step 1 GC 0 45 2 95.7

1 2 35 94.6

Overall Percentage 95.2

Page 15: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

Pertimbangan Auditor Dalam Memberikan Opini Audit Going Concern... – Solikhah 143

Hasil Penelitian

Tabel 7Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis

Hipotesis Keterangan Nilai B & Sig HasilHa1 Kondisi keungan perusahaan berpengaruh

negatif terhadap peningkatan kemungkinanpenerimaan opini audit GC

B = -0,570Sig = 0,610 Ditolak

Ha2 Debt default berpengaruh positif terhadappeningkatan kemungkinan penerimaan opiniaudit GC

B = 4,392Sig = 0,004 Diterima

Ha3 Opini audit tahun sebelumnya berpengaruhpositif terhadap kemungkinan penerimaanopini audit GC

B = 5,706Sig = 0,000 Diterima

Ha4 Reputasi auditor berpengaruh positif terhadapkemungkinan penerimaan opini audit GC

B = -1,662Sig = 0,304 Ditolak

Ha5 Auditor client tenure berpengaruh negatifterhadap kemungkinan penerimaan opiniaudit GC

B = -1,531Sig = 0,352 Ditolak

negatif terhadap penerimaan opini auditGC, namun demikian, hasil penelitian inisejalan dengan penelitian yang dilakukanoleh Januarti (2007) yang menyimpulkanbahwa financial distress (kesulitan keuangan)tidak berpengaruh terhadap opini audit GC.Dalam penelitian tersebut mengindikasikanbahwa perusahaan yang mengalami finan-cial distress tidak semuanya menerima opiniaudit GC.

Hasil penelitian ini menunjukkan bah-wa auditee yang keuangannya mengalamimasalah (financial distress) tidak menerimaopini audit GC. Hal ini dimungkinkanbahwa auditor dalam memberikan opiniaudit GC tidak hanya mempertimbangkanmasalah keuangan perusahaan auditee se-mata. Auditor beranggapan bahwa masalahkesulitan keuangan dapat diatasi olehauditee sehingga tidak sampai menghambatkelangsungan usaha perusahaan. Selain itu,menurut Venuti (2007) dalam Januarti(2007) hal tersebut bisa juga disebabkankarena auditor takut untuk mengeluarkan

opini audit GC karena justru akan me-nambah buruk keadaan perusahaan karenapara investornya akan menarik dananya, inisesuai dengan hipotesis self-fulfilling pro-phecy.

Nogler (2004) mendefinisikan self-fulfilling prophecy sebagai kegagalan per-usahaan yang secara khusus disebabkanoleh ketidakmampuan memperoleh pen-danaan melalui utang atau investasi karenapemberian opini GC. Apabila auditor mem-berikan opini audit GC, maka banyakinvestor dan kreditur yang menarik dananya dari perusahaan karena yakin per-usahaan akan bangkrut. Akibatnya per-usahaan akan menjadi lebih cepat bangkrut,bukan karena faktor pendorong dikeluar-kannya opini audit GC, melainkan karenakehilangan investor dan krediturnya yangyakin perusahaan akan bangkrut karenaadanya opini audit GC. Hal inilah yangtidak diinginkan auditor serta kliennyadengan dikeluarkannya opini audit GCsehingga auditor sangat berhati-hati dalam

Page 16: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

144 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 129 – 150

mengeluarkan opini GC. Pendapat tersebutdiperkuat hasil penelitian eksperimen olehMulia et al. (2014) dimana auditor yangmempertimbangkan pengaruh reaksi inves-tor dan kreditor atas prediksi kebangkrutanperusahaan auditan memiliki kecenderung-an lebih kecil dalam memberikan judgmentGC. Dimana pemberian opini GC sangatdipengaruhi oleh fator keperilakuan audi-tor. Faktor tersebut memegang peran pen-ting mengenai pertimbangan atas dampakjudgment yang dikeluarkan auditor.

Namun demikian, arah hubungan anta-ra variabel kondisi keuangan perusahaandengan opini audit GC menunjukkan tandanegatif (-) sesuai dengan yang dihipotesis-kan. Artinya bahwa semakin kecil nilai Z-Score perusahaan maka semakin kecilkemungkinan perusahaan menerima opiniaudit GC.

Pengaruh Debt Default terhadap Penerima-an Opini Audit GC

Hasil pengujian atas variabel debtdefault (DEBT) mempunyai angka proba-bilitas signifikansi 0.004 dibawah tingkatsignifikansi 0,05 (5%) dengan nilai koefisienpositif sebesar 4,392. Angka ini memberikanarti bahwa log of odd perusahaan akan me-nerima opini GC searah dengan kegagalanperusahaan membayar utang. Jika variabelindependen lain dianggap konstan makaperusahaan yang gagal membayar utangakan menerima opini audit GC sebesar 4,392atau dengan kata lain, resiko perusahaanmenerima opini GC akan naik denganfaktor 80,765 (e4.392). Angka ini memberikanarti bahwa perusahaan yang gagal mem-bayar utangnya beresiko menerima opiniGC 81 kali lebih besar dibandingkan denganauditee yang menerima opini non GC.

Hasil penelitian ini mendukung hasilpenelitian yang telah diakukan sebelumnyaoleh Chen dan Church (1992) dan Januarti(2007) yang menyatakan bahwa perusahaanyang mengalami default akan menerimaopini audit GC. Hasil ini juga senadadengan Feldmann dan Read (2013) yang

berhasil membuktikan bahwa pemberianopini GC berkorelasi dengan rating kredit.

Hasil penelitian ini berarti telah sesuaidengan pernyataan yang tercantum dalamPSA No. 30 tentang kondisi yang perlu di-pertimbangkan oleh auditor dalam menilaikelangsungan hidup perusahaan, dimanadalam salah satu pointnya disebutkan ten-tang kemungkinan suatu perusahaan meng-alami kesulitan keuangan yaitu kegagalandalam memenuhi kewajiban hutangnyaatau perjanjian serupa. Perusahaan yangmengalami gagal bayar (debt default) akanmemicu auditor untuk mengeluarkan opiniaudit GC.

Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnyaterhadap Penerimaan Opini Audit GC

Pengujian berikutnya ditemukan buktiempiris bahwa opini audit yang diterimapada tahun sebelumnya secara signifikanberpengaruh positif terhadap kemungkinanpenerimaan opini GC pada tahun berikut-nya. Hal ini dapat dilihat dari hasil ujiregresi logistik pada Tabel 7 dimana varia-bel OPINI mempunyai angka probabilitassignifikansi 0,000 dibawah tingkat signi-fikansi 0,05 (5%) dengan nilai koefisienpositif sebesar 5,706. Angka ini memberikanarti bahwa log of odd perusahaan akanmenerima opini GC searah dengan opiniaudit yang diterima pada tahun sebelum-nya. Apabila pada tahun lalu auditee me-nerima opini GC, maka besar kemungkinanuntuk menerima opini GC lagi pada tahunsekarang. Jika variabel independen laindianggap konstan, setiap kali penerimaanopini GC pada tahun lalu akan menambahlog of odd perusahaan menerima kembaliopini GC pada tahun sekarang sebesar 1,961atau dengan kata lain, resiko perusahaanmenerima opini GC akan naik dengan fak-tor 300,711 (e5,706). Angka ini memberikanarti bahwa perusahaan yang tahun lalumenerima opini GC beresiko menerimakembali opini GC pada tahun sekarang 301kali lebih besar dibandingkan denganauditee yang menerima opini non GC.

Page 17: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

Pertimbangan Auditor Dalam Memberikan Opini Audit Going Concern... – Solikhah 145

Hasil penelitian ini mendukung pe-nelitian yang dilakukan oleh Cancello danNeal (2000), Setyarno (2006), Santosa danWedari (2007), Januarti (2007) dan Rahayu(2007). Hasil penelitian mereka menemukanbukti bahwa opini GC yang diterima padatahun sebelumnya mempengaruhi keputus-an auditor untuk menerbitkan kembaliopini GC. Temuan empiris ini menunjukkanbahwa auditor sangat memperhatikan opiniGC yang diterima pada tahun sebelumnya.Hal ini sesuai dengan pendapat yangdikemukakan oleh Muthcler (1985) bahwaperusahaan yang menerima opini GC padatahun sebelumnya lebih cenderung untukmenerima opini yang sama pada tahunberjalan. Walaupun sebenarnya penerbitankembali opini GC ini tidak didasarkankepada opini GC yang diterima pada tahunsebelumnya semata, namun lebih kepadaefek yang disebabkan oleh pemberian opiniGC tersebut yaitu hilangnya kepercayaandari publik akan keberlanjutan usaha auditeetermasuk dari investor, kreditur, dan konsu-men sehingga akan semakin mempersulitmanajemen perusahaan untuk dapat bang-kit kembali dari kondisi keterpurukan. Halini mendukung pendapat yang dikemuka-kan oleh Nogler (2004) bahwa suatu laporanyang dimodifikasi mengenai GC dapatmempercepat perusahaan mengalami ke-bangkrutan.

Auditee yang menerima opini GC biasa-nya mempunyai permasalahan keuanganyang serius, kesulitan likuiditas, tidak mem-punyai modal kerja yang cukup, sertamengalami defisit equitas. Tanpa adanyatindakan penanggulangan yang radikalguna mendongkrak posisi keuangan per-usahaan sudah barang tentu semakin lamakondisi keuangan perusahaan akan semakinmemburuk dan semakin memperbesar ke-mungkinan penerimaan opini GC kembali.O’Reilly dan Dennis (2010) menyebutkanbahwa perusahaan yang menerima opiniaudit going concern dapat mengalami pe-nurunan harga saham. Selain itu, penerima-an opini audit going concern dapat ber-dampak pada kesulitan perusahaan untuk

mencari pinjaman. Nogler (1995) juga mem-perkuat premis bahwa setelah auditormengeluarkan opini going concern maka per-usahaan harus menunjukkan peningkatankeuangan yang signifikan untuk memper-oleh opini wajar tanpa pengecualian (un-qualified opinion) pada tahun berikutnya, jikatidak maka kemungkinan besar perusahaanakan menerima kembali opini going concern.

Pengaruh Reputasi Auditor terhadapPenerimaan Opini Audit GC

Hasil pengujian variabel reputasi audi-tor tidak memiliki pengaruh signifikanterhadap kemungkinan penerimaan opiniaudit GC. Hasil penelitian ini bertentangandengan hasil penelitian yang dilakukan olehHabib (2013), Junaidi dan Hartono (2010),Rahayu (2007) serta Fanny dan Saputra(2005) yang menemukan pengaruh antarareputasi Kantor Akuntan Publik (KAP)terhadap opini audit GC. KAP yang ber-afiliasi dengan KAP besar dunia cenderungmemberikan opini audit GC terhadapauditee yang mengalami masalah keber-langsungan usaha jika dibandingkan de-ngan KAP yang tidak berafiliasi denganKAP besar dunia, namun demikian, hasilpenelitian ini mendukung penelitian yangdilakukan Setyarno el al. (2006) serta Fannydan Saputra (2005) yang tidak menemukanpengaruh antara reputasi Kantor AkuntanPublik (KAP) dengan opini audit GC.

Hasil dari penelitian ini menunjukkanbahwa reputasi auditor tidak berpengaruhterhadap kemungkinan auditor untuk me-ngeluarkan opini audit GC. Temuan pe-nelitian ini memberikan bukti empiris bah-wa kualitas audit tidak dapat dijadikansebagai faktor yang dapat memengaruhiopini audit going concern. Hal ini berartibahwa KAP yang berafiliasi dengan KAPBig 4 ataupun yang tidak berafiliasi denganKAP Big 4 sama-sama memberikan kualitasaudit yang baik dan bersikap independenserta obyektif dalam mengeluarkan opiniaudit going concern. Temuan ini meng-konfirmasi hasil penelitian Nogler (1995)yang memberikan bukti bahwa auditor

Page 18: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

146 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 129 – 150

yang memberikan opini GC menghadapibiaya kehilangan klien dan reputasi. Fannydan Saputra (2005) mengatakan bahwareputasi Kantor Akuntan Publik (KAP)tidak berpengaruh terhadap opini audit GC,hal ini dikarenakan sebuah Kantor AkuntanPublik (KAP) akan berusaha mempertahan-kan nama baiknya dan sebisa mungkin agarterhindar dari masalah-masalah yang akanmerusak citra dan reputasi yang bisa me-rusak Kantor Akuntan Publik (KAP) ter-sebut, sehingga sebuah Kantor AkuntanPublik (KAP) akan selalu bersikap objektifterhadap pekerjaannya. Susanto (2009) me-ngatakan bahwa Kantor Akuntan Publik,baik yang berskala besar maupun yangberskala kecil, akan selalu bersikap obyektifdalam memberikan pendapat GC kepadaperusahaan yang mengalami keraguan da-lam kelangsungan hidup usahanya.

Auditor spesialis berusaha untuk mem-pertahankan reputasinya dengan bersikapobjektif terhadap opini audit yang di-keluarkannya (Habib 2013), namun di Indo-nesia belum terdapat klasifikasi auditspesialis untuk industri-industri tertentusehingga pengaruhnya belum dapat dibuktikan. Di Indonesia baru terdapat penge-lompokan sebatas KAP besar (big four) danyang bukan termasuk KAP besar (non bigfour).

Temuan Chen dan Church (1992)menyatakan bahwa profesi auditor telahgagal melakukan tanggungjawab profesi-onalnya, sehingga mendorong timbulnyaanggapan bahwa auditor besar maupunauditor kecil tidak memiliki banyak per-bedaan. Hal tersebut menunjukkan bahwadi mata masyarakat reputasi auditor tidakmempengaruhi kualitas audit, dalam hal iniberupa opini audit yang dikeluarkan.Deskriptif menunjukkan bahwa terdapatauditor dengan reputasi non big fourmengeluarkan opini audit GC.

Pengaruh Auditor Client Tenure terhadapPenerimaan Opini Audit GC

Hasil pengujian variabel auditor clienttenure tidak berhasil didukung (ditolak).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwalamanya perikatan yang dilakukan olehauditor dan auditee tidak akan mengurangikemungkinan penerimaan opini audit GC.Hal ini kemungkinan disebabkan karenaauditor di Indonesia dapat tetap menjagaindependensinya dan tidak takut kehilang-an kontrak serta fee dari auditee bila me-ngeluarkan opini audit GC. Selain itu,adanya pembatasan waktu perikatan antaraauditor dengan klien yang telah diaturbedasarkan keputusan Menteri KeuanganNo.17/PMK.01/2008 dan Peraturan KetuaBAPEPAM No.Kep-310/BL/2008 tentangjasa akuntan publik yang mengatur tentangpemberian jasa audit umum atas laporankeuangan dari suatu entitas yang dilakukanoleh KAP paling lama enam tahun bukuberturut-turut dan oleh seorang akuntanpublik paling lama tiga tahun bukuberturut-turut menjadikan auditor dapattetap menjaga independensinya karenarelatif singkatnya waktu perikatan auditordengan kliennya. Dimana peraturan ter-sebut telah diubah dengan Peraturan Pe-merintah No.20/2015 dengan hanya mem-batasi pemberian jasa audit oleh AkuntanPublik paling lama untuk 5 tahun bukuberturut-turut. Hasil analisis deskriptifvariabel Auditor Client Tenure menunjukkanbahwa terdapat auditee yang diaudit olehauditor yang sama tetapi mendapatkanopini audit GC berturut-turut selama masaperikatan.

Hasil penelitian ini tidak konsistendengan penelitian Januarti (2007) yang me-nunjukkan bahwa auditor client tenureberpengaruh negatif pada penerimaan opiniaudit going concern, namun hasil penelitianini sejalan dengan temuan Januarti danFitrianasari (2008) yang menemukan bahwaauditor client tenure tidak berpengaruh signi-fikan pada penerimaan opini audit goingconcern. Melalui hasil penelitiannya, Lennox(2000) juga memperkuat bukti bahwaauditor client tenure kurang dipertimbangkanoleh auditor dalam memberikan opini auditgoing concern. Hasil penelitian ini memberi-kan bukti empiris bahwa independensi

Page 19: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

Pertimbangan Auditor Dalam Memberikan Opini Audit Going Concern... – Solikhah 147

auditor tidak terganggu dengan lamanyaperikatan yang terjadi antara auditor de-ngan kliennya.

SIMPULAN DAN SARANBerdasarkan analisis data dan pem-

bahasan yang telah dilakukan maka dapatdiambil suatu simpulan sebagai berikut:berdasarkan hasil pengujian dengan meng-gunakan regresi logistik menunjukkan hasilbahwa variabel debt default dan opini audittahun sebelumnya berpengaruh positif ter-hadap kemungkinan penerimaan opiniaudit GC. Sementara kondisi keuangan per-usahaan (financial distress), reputasi auditordan auditor client tenure tidak terbukti ber-pengaruh terhadap kemungkinan penerima-an opini audit GC.

Keterbatasan dalam penelitian ini di-antaranya adalah pengukuran variableauditor client tenure menggunakan variabledummy dalam rentang waktu dua tahunsaja. Penelitian mendatang disarankan un-tuk menggunakan jumlah tahun perikatansehingga mampu menggambarkan lamaperikatan yang sesungguhnya dan hasilpenelitian dimungkinkan akan lebih baik.Periode penelitian yang digunakan dalampenelitian ini hanya tiga tahun pasca krisiskeuangan pada awal tahun 2008, penelitianselanjutnya dapat mengambil periode pe-nelitian yang lebih panjang untuk dapatmenentukan tren penerbitan opini goingconcern dan dapat mempertimbangkanuntuk membedakan antara periode krisisdan periode kondisi ekonomi normal.

Dengan terbuktinya pengaruh variabelkegagalan membayar utang (debt default)dan variabel opini audit tahun sebelumnyaterhadap penerimaan opini audit GC, pe-nelitian ini memberikan implikasi kepadapara investor dan calon investor yang akanmelakukan investasi sebaiknya memper-hatikan kedua variabel tersebut. Kepadamanajemen perusahaan hendaknya dapatmengenali lebih dini tanda-tanda ke-bangkrutan usaha dengan memperhatikankondisi keuangan perusahaan, serta opini

audit pada tahun sebelumnya agar ter-hindar dari penerimaan opini GC.

DAFTAR PUSTAKAAgarwal, V. dan R. Taffler. 2008. Comparing

The Performance of Market-Based AndAccounting-Based Bankruptcy Predic-tion Models. Journal of Banking &Finance 30 8): 1541-1551.

Altman, E. 1968. Financial Ratios, Discrimi-nate Analysis And The Prediction ofCorporate Bankruptcy. Journal of Finan-ce 23: 589-609.

_________. 1983. Corporate Financial Distress;A Complete Guide to Predicting, Avoiding,and Dealing With Bankruptcy. New York:Wiley – Interscience Publication.

Altman, E. dan T. McGough. 1974. Evalua-tion of A Company as A Going concern.Journal of Accountancy: 50-57.

Arens, A. A. dan J. L. Loebecke. 1996.Auditing Pendekatan Terpadu. EdisiIndonesia. Salemba Empat. Jakarta.

Belkaoui, A. R. 2000. Teori Akuntansi. EdisiTerjemahan. Jilid 1. Salemba Empat.Jakarta.

Carcello, J. V. dan A. L. Nagy. 2004. AuditFirm Tenure and Fraudulent FinancialReporting. Auditing: A Journal of Practiceand Theory 23(2): 55-69.

Carcello, J. V. dan T. Neal. 2003. AuditCommittee Characteristics And AuditorDismissals Following ‘New’ Going-Concern Report. The Accounting ReviewJanuary: 95-117.

Chen, K. C. W. dan Church. 1992. Defaulton Debt obligations and AuditorReport. Auditing: A Journal of Practice &Theory: 30–49.

Craswell, A. T., J. R. Francis, dan S. L.Taylor. 1995. Auditor Brand NameReputations and Industry Speciali-zation. Journal of Accounting andEconomics 20: 297-322.

Cybinski, P. dan W. Carolyn. 2005. TheEfficacy of Auditors’ Going-ConcernOpinions Compared with a Temporaland an Atemporal Bankruptcy RiskModel: Analysing U.S Trade and

Page 20: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

148 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 129 – 150

Service Industry Failures 1974–1988.Pacific Accounting Review 17(1).

DeAngelo, L. E. 1981. Linda Elizabeth. 1981.Auditor Size and Audit Quality. Journalof Accounting and Economics 3: 183-199.

Fanny, M. dan S. Saputra. 2005. Opini AuditGoing Concern: Kajian BerdasarkanModel Prediksi Kebangkrutan, Per-tumbuhan Perusahaan, dan ReputasiKantor Akuntan Publik (Studi PadaEmiten Bursa Efek Jakarta). ProsidingSimposium Nasional Akuntansi VIII: Solo.

Feldmann, D. dan R. J. William. 2013.Going-concern audit opinions forbankrupt companies–impact of creditrating. Managerial Auditing Journal 28(4):345-363.

Foster, P. B. dan Z. Jozep. 2013. LoanDefaults And Hazard Models ForBankruptcy Prediction. ManagerialAuditing Journal 28(6).

Gaganis, C., F. Pasiouras, C. Spathis, dan C.Zopounidis. 2007. A comparison ofnearest neighbours, discriminant andlogit models for auditing decisions.Intelligent Systems in Accounting, Financeand Management: International Journal 15:23-40.

Geiger, M. A. dan K. Raghunandan. 2002.Auditor Tenure and Audit ReportingFailures, Auditing: A Journal of Practice &Theory 21(1): 67-78.

Geiger, M. A., Raghunandan, K., dan D. V.Rama. 1998. Costs Associated WithGoing-Concern Modified Audit Opini-ons: An Analysis of Auditor Changes,Subsequent Opinions, And ClientFailures. Advances in Accounting 16: 117-139.

Ghozali, I. 2006. Aplikai Analisis Multivaritedengan SPSS. Cetakan Keempat.Semarang: Badan Penerbit Universi-tas Diponegoro.

Gray, G. L., J. L. Turner, P. J. Coram, dan T.J. Mock. 2010. Perceptions and Misper-ceptions regarding the UnqualifiedAuditor's Report by Financial StatementPreparers, Users, and Auditors. Accoun-ting Horizons 25(4): 659-684.

Habib. 2013. A Meta-Analysis of TheDeterminants of Modified Audit Opini-on Decisions. Managerial AuditingJournal 28(3): 184-216.

Hopwood, W., J. McKeown, dan J.Mutchler. 1989. A Test of The Incre-mental Explanatory Power of OpinionsQualified For Consistency and Uncer-tainty. The Accounting Review 64(1): 28-59.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2001. StandarProfesional Akuntan Publik. SalembaEmpat. Jakarta.

Januarti, I. 2007. Analisis Pengaruh FaktorPerusahaan, Kualitas Auditor, Ke-pemilikan Perusahaan terhadap Pe-nerimaan Opini Audit Going Concern(Perusahaan Manufaktur yang Ter-daftar di Bursa Efek Indonesia).Prosiding Simposium Nasional AkuntansiX: Makasar.

Januarti, I. dan E. Fitrianasari. 2008. AnalisisRasio Keuangan dan Rasio Nonkeuangan yang Memengaruhi Auditordalam Memberikan Opini Audit GoingConcern pada Auditee (Studi Empirispada Perusahaan Manufaktur yangTerdaftar di BEJ 2000-2005). JurnalMAKSI 8(1): 43-58.

Jensen, M. dan W. Meckling. 1976. Theory ofthe firm: managerial behavior, agencycosts and ownership structure. Journalof Financial Economics 3: 305-60.

Joanna L. H. 1994. The Effect of Experienceon Consensus of Going-ConcernJudgements. Behavioral Research inAccounting 6: 160-172.

Johnson, V. E., I. K. Khurana, dan J. K.Reynolds. 2002. Audit-firm tenure andthe quality of financial reports.Contemporary Accounting Research 19(4):637-60.

Junaidi, dan J. Hartono. 2010. Faktor NonKeuangan pada Opini Going Concern.Prosiding Simposium Nasional AkuntansiXIII: Purwokerto.

Kausar, A., R. J. Taffler, dan C. Tan. 2009.The going-concern market anomaly,

Page 21: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

Pertimbangan Auditor Dalam Memberikan Opini Audit Going Concern... – Solikhah 149

Journal of Accounting Research 47(1): 213-239.

Koh, H. C., dan S. S. Tan. 1999. A NeuralNetwork Approach to Prediction ofGoing concern Status. Accounting andBusiness Research 29(3): 211-216.

Kuruppu, N., F. Laswad, dan P. Oyelere.2003. The efficacy of liquidity andbangkrupcy prediction model forassessing going concern. ManagerialAuditing Journal 18(6/7): 577-590.

Lennox, C. 2000. Do Companies Success-fully Engage in Opinion-Shopping?Evidence from the UK. Journal ofAccounting and Economics 29: 321-337.

McKeown, J. C., J. F. Mutchler, dan W.Hopwood. 1991. Towards an Expla-nation of Auditor Failure To ModifyThe Audit Opinions of BankruptCompanies. Auditing: A Journal ofPractice & Theory 10: 1-13.

Menon, K. dan K. B. Schwartz. 1987. AnEmpirical Investigation of Audit Quali-fication Decision I Presence of GoingConcern Uncertainties. ContemporaryAccounting Research 3(2): 302-315.

Mulia, W. T., J. Hartono, Supriyadi, dan E.Nahartyo. 2014. Pengaruh Bias SelfFulfilling Prophecy dan Inisiatif Pe-rubahan Manajemen sebagai UpayaPengurangbiasan Going Concern Judg-ment. Paper dipresentasikan pada acaraSimposium Nasional Akuntansi XVII:Mataram.

Mutchler, J. F. 1984. Auditor Perceptions ofthe Going-Concern Opinion Decisio.Auditing: A Journal of Practice & Theory3. Spring: 17–30.

. 1985. A Multivariate Analysisof the Auditor’s Going ConcernDecision. Journal of Accounting Research23(2): 668-682.

Mutchler, J. F., W. Hopwood, dan J. C.McKeown. 1997. The Influence ofContrary Information and MitigatingFaktors On Audit Opinion DecisionsOn Bankrupt Companies. Journal ofAccount- ing Research 35(2): 295-310.

Nogler, G. E. 1995. The Resolution ofAuditor Going Concern Opinions.Auditing: A Journal of Practice and Theory.Fall: 54-73.

___________. 2004. Long-term effects of thegoing concern opinion. ManagerialAuditing Journal 19(5): 681-688.

O’Reilly, M. dan Dennis. 2010. Do investorsperceive the going-concern opinion asuseful for pricing stocks”. ManagerialAuditing Journal 25(1): 4-16.

Praptitorini, M. D. dan I. Januarti. 2011.Analisis Pengaruh Kualitas Audit, DebtDefault, dan Opinion shopping terhadapOpini Going concern. Jurnal Akuntansidan Keuangan Indonesia 8(1): 78-93.

Rahayu, P. 2007. Assessing Going ConcernOpinion: A Study Based On Financialand Non-Financial Informations. Prosiding Simposium Nasional Akuntansi X:Makasar.

Rahman, A. dan B. Siregar. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecen-derungan Penerimaan Opini AuditGoing Concern pada PerusahaanManufaktur yang Terdaftar di BursaEfek Indonesia. Prosiding SimposiumNasional Akuntansi XV: Banjarmasin.

Ramadhani, A. S. dan N. Lukviarman. 2009.Perbandingan Analisis Prediksi Ke-bangkrutan Menggunakan ModelAltman Pertama, Altman Revisi danAltman Modifikasi dengan Ukuran danUmur Perusahaan sebagai VariabelPenjelas (Studi pada Perusahaan Manu-faktur yang Terdaftar di Bursa EfekIndonesia). Jurnal Siasat Bisnis 13(1): 15-28.

Ramadhany, A. 2004. Analisis Faktor-Faktoryang Mempengaruhi Penerimaan OpiniGoing Concern pada Perusahaan Manu-faktur yang Mengalami Financial Dis-tress di Bursa Efek Jakarta. JurnalMAKSI 4:146-160.

Robbins, S. P. 2003. Perilaku Organisasi, Jilid2 Edisi Alih Bahasa ke Bahasa Indo-nesia. Jakarta: PT. Indeks KelompokGramedia.

Page 22: Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 ABSTRACT · wajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum (IAI: SPAP,

150 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 2, Juni 2016 : 129 – 150

Ross, S., R. Westerfield, J. Jaffe, dan B.Jordan. 2015. Corporate Finance 11th

Edition. McGraw-Hill: New York.Rudyawan, A. P. dan I. D. N. Badera. 2009.

Opini Audit Going Concern: KajianBerdasarkan Model Prediksi Ke-bangkrutan, Pertumbuhan Perusaha-an, Leverage, dan Reputasi Auditor.Jurnal Akuntansi dan Bisnis 4(2): 129-138.

Santosa, A. F. dan L. K. Wedari. 2007.Analisis Faktor Faktor Yang Mem-pengaruhi Kecendeunagan PenerimaanOpini Audit Going Concern. JAAI 11(2):141-158.

Sawir, A. 2005. Analisis Kinerja Keuangan danPerencanaan Keuangan Perusahaan. PTGramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Setyarno E., I. Januarti, dan Faisal. 2006.Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Ke-uangan Perusahaan, Opini Audit Ta-hun Sebelumnya, Pertumbuhan Pe-rusahaan terhadap Opini Audit GoingConcern. Prosiding Simposium NasionalAkuntansi: Mataram.

Svanberg, J. dan P. Öhman. 2014. Lostrevenues associated with going concern

modified opinions in the Swedish auditmarket. Journal of Applied AccountingResearch 15(2):197-214.

Ugurlu, M. dan H. Aksoy. 2006. Predictionof corporate financial distress in anemerging market: the case of Turkey.Cross Cultural Management: An Inter-national Journal 13(4): 277-295.

Venuti, E. K. 2007. The Going ConcernAssumption Revisited Assessing aCompany’s Future Viability. TheCPA Journal 74(5): 40-43.

Yuvisa, E., A. Rohman, dan S. Handayani.2008. Pengaruh Identifikasi Auditoratas Klien Terhadap Objektivitas Audi-tor dengan Auditor Tenure, ClientImportance dan Client Image sebagaiVariabel anteseden (Penelitian terhadapAuditor Kantor Akuntan Publik yangListed di BEJ dengan Pendekatan PartialLeast Square). Prosiding SimposiumNasional XI: Pontianak.

Young, A. dan Y. Wang. 2010. Multi-riskLevel Examination of Going ConcernModifications. Managerial AuditingJournal 25(8): 756-791.