Agribisnis Terpadu Bersistem Leisa di Lahan Basah : Model ... · Pertanian konvensional yang sarat...

12
Bul. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000) Agribisnis Terpadu BersistemLeisa di Lahan Basah : Model Hipotetik') Integrated Agribisniss UsingSystem in Wet Land: Hipotetic Model Wahju Q. MugDisjah2), Suwarto2), daDAhmad S. SolihiDJ) ABSTRACT LEISA refers to forms of agriculture that seek to optimize the useof locally available resources by combining the different components of the farm system (i.e. plants, animals, soil, water, climate and people) so that they complement each other and have the greatestpossible synergeticeffects:In the systemof LEISA proposed here, ecologicalrisks generated by the external inputsare avoided; and reversally,the farm system performanceis enriched by the useof internal inputs (including by products) producedin the agro-ecosystem. The external inputs in the form of agro-chemicals (inorganicfertilizers and pesticides) are usedin a limited to replace nutrients transportedout of the a~ro-ecosystem through harvest. Selecting a hypothetical modelof LEIS A by integratingcrop production (1.25 ha),fish nursery (0.50 ha), and duck husbandry(1000 ducksat the dike of pond) showsthat the system beingfeasible. The hypothetical modelneeds investation cost as muchas Rp 64 195 000 and operationalcost of Rp 41289825, giving a total cost of Rp 105484825 (as lending cost).Based on the estimation of monthlycash flow with annual DF 18% and ~raceperiodof II months, the hypothetical model givesNPV at the 36th month,=Rp 38 556 960, Net B/C = 1.43,IRR = 39.42.andpayback periods = 25 months. Key words: Lei.\'u, Agribisniss, Wet land; Model PENDAHULUAN Sampai dengan pertengahan kedua PELITA VI Indonesia telah berhasil mening-katkan pertumbuhan ekonomi (5%/tahun),kesejahteraan rakyat (pendapatan per kapita US$ I 300), dan kemajuan-kemajuan fisik lainnya. Namun, pertumbuhan ekonomi tersebut menyebabkan kesenjangan penghasilan yang semakin besar antara golongan rakyat berpenghasilan tinggi dan yang berpenghasilan rendah. Daya beli rakyat berpenghasilan rendah babkansemakin merosot dengan terjadinyakrisis moneterpadatahun 1997yang diikuti oleh, antara lain, krisis ekonomi, yang dampaknya masih terasa hingga kini. Krisis ekonomi 1997 telah menyebabkan penghasilan bangsa Indonesia kembali ke taraf yang dicapai padaawal PELIT A I, 30 tabun yang lalu (pendapatan per kapita US$300).The World Bank (1998)telah menganalisis situasi Indonesia dalamkrisis ekonomi tersebut di atas lebih rinci lagi. Para pakar ekonomi makro bahkan memperkirakan bahwa kebangkitan ekonomi nasional masih memerlukan waktu yang lama. Petani, khususnya petani penggarap, sangat merasakandampak dari kepailitan ekonomi di atas karena umumnya teknologi pertanian mereka dilaksanakan dengan taraf penggunaan agrokimia yang tinggi. Pertanian konvensional yang sarat masukan impor tersebuttidak tercukupi kebutuhanmasukannya karena daya beli petani yang rendah, selain kadang- kadang terdapat kelangkaan sarana produksinya di pasar. Bukan saja petani tanaman, peternak juga mengalami kesulitan yang sarna karena pakan harus dibeli, lebih-lebih yang berbahan baku impor, yang harganya tinggi. Karena itu, dalam hubungan ini dapat dipahami pendapat Baharsjah (1992) sebelumnya, bahwa kebijakan pembangunan pertanian hendaknya terkait langsung dengan upaya penanggulangan kemiskinan dalamskala yang bersifatnasional. I) 2) 3) Mode! hipotetik ini disusun berdasarkan praktek usahatani yang dilaksanakan oleh penulis ketiga Star Pengajar Jurusan Budidaya Pertanian Faperta IPB Wiraswastawan di Cina.iur 49

Transcript of Agribisnis Terpadu Bersistem Leisa di Lahan Basah : Model ... · Pertanian konvensional yang sarat...

Page 1: Agribisnis Terpadu Bersistem Leisa di Lahan Basah : Model ... · Pertanian konvensional yang sarat masukan ... Hal ini terjadi karena adanya tekanan penduduk dan konversi lahan pertanian

Bul. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000)

Agribisnis Terpadu Bersistem Leisa di Lahan Basah :Model Hipotetik')

Integrated Agribisniss Using System in Wet Land:Hipotetic Model

Wahju Q. MugDisjah2), Suwarto2), daD Ahmad S. SolihiDJ)

ABSTRACT

LEISA refers to forms of agriculture that seek to optimize the use of locally available resources by combiningthe different components of the farm system (i.e. plants, animals, soil, water, climate and people) so that theycomplement each other and have the greatest possible synergetic effects: In the system of LEISA proposed here,ecological risks generated by the external inputs are avoided; and reversally, the farm system performance is enrichedby the use of internal inputs (including by products) produced in the agro-ecosystem. The external inputs in the form ofagro-chemicals (inorganic fertilizers and pesticides) are used in a limited to replace nutrients transported out of thea~ro-ecosystem through harvest. Selecting a hypothetical model of LEIS A by integrating crop production (1.25 ha),fishnursery (0.50 ha), and duck husbandry (1000 ducks at the dike of pond) shows that the system being feasible. Thehypothetical model needs investation cost as much as Rp 64 195 000 and operational cost of Rp 41289825, giving atotal cost of Rp 105484825 (as lending cost). Based on the estimation of monthly cash flow with annual DF 18% and~raceperiodof II months, the hypothetical model gives NPV at the 36th month ,= Rp 38 556 960, Net B/C = 1.43, IRR= 39.42. and payback periods = 25 months.

Key words: Lei.\'u, Agribisniss, Wet land; Model

PENDAHULUAN

Sampai dengan pertengahan kedua PELITA VIIndonesia telah berhasil mening-katkan pertumbuhanekonomi (5%/tahun), kesejahteraan rakyat (pendapatanper kapita US$ I 300), dan kemajuan-kemajuan fisiklainnya. Namun, pertumbuhan ekonomi tersebutmenyebabkan kesenjangan penghasilan yang semakinbesar antara golongan rakyat berpenghasilan tinggi danyang berpenghasilan rendah. Daya beli rakyatberpenghasilan rendah babkan semakin merosot denganterjadinya krisis moneter pada tahun 1997 yang diikutioleh, antara lain, krisis ekonomi, yang dampaknyamasih terasa hingga kini. Krisis ekonomi 1997 telahmenyebabkan penghasilan bangsa Indonesia kembali ketaraf yang dicapai pada awal PELIT A I, 30 tabun yanglalu (pendapatan per kapita US$300). The World Bank(1998) telah menganalisis situasi Indonesia dalam krisisekonomi tersebut di atas lebih rinci lagi. Para pakar

ekonomi makro bahkan memperkirakan bahwakebangkitan ekonomi nasional masih memerlukanwaktu yang lama.

Petani, khususnya petani penggarap, sangatmerasakan dampak dari kepailitan ekonomi di ataskarena umumnya teknologi pertanian merekadilaksanakan dengan taraf penggunaan agrokimia yangtinggi. Pertanian konvensional yang sarat masukanimpor tersebut tidak tercukupi kebutuhan masukannyakarena daya beli petani yang rendah, selain kadang-kadang terdapat kelangkaan sarana produksinya dipasar. Bukan saja petani tanaman, peternak jugamengalami kesulitan yang sarna karena pakan harusdibeli, lebih-lebih yang berbahan baku impor, yangharganya tinggi. Karena itu, dalam hubungan ini dapatdipahami pendapat Baharsjah (1992) sebelumnya,bahwa kebijakan pembangunan pertanian hendaknyaterkait langsung dengan upaya penanggulangankemiskinan dalam skala yang bersifat nasional.

I)2)3)

Mode! hipotetik ini disusun berdasarkan praktek usahatani yang dilaksanakan oleh penulis ketigaStar Pengajar Jurusan Budidaya Pertanian Faperta IPBWiraswastawan di Cina.iur

49

Page 2: Agribisnis Terpadu Bersistem Leisa di Lahan Basah : Model ... · Pertanian konvensional yang sarat masukan ... Hal ini terjadi karena adanya tekanan penduduk dan konversi lahan pertanian

8ul. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000)

Kelemahan sistem pertanian konvensionalmonokultur sebagaimana yang dikemukakan di atasmemerlukan adanya altematif sistem pertanian lain yanglebih memberikan harapan untuk meningkatkanpendapatan petani. Tulisan ini bermaksud menunjukkanketangguhan sistem pertanian berkelanjutan denganmasukan ekstemal rendah (LEISA, low-external-inputand sustainable agriculture) dengan memilih modelpertanian terpadu di lahan basah yang terdiri dariusahatani pertanaman, temak itik petelur, clan temakbenih ikan.

pada masukan kimia artifisial seperti yang telahdikemukakan. Oi pihak lain, LEIA, meskipunmenggunakan masukan ekstemal yang rendah, bahkanmungkin tanpa masukan ekstemal sarna sekali,bukanlah merupakan sistem pertanian yang ramahlingkungan. Hal ini terjadi karena sistem ini banyakdipraktekkan di kawasan yang tersebar daD rawan erosi,seperti di lahan-lahan yang berlereng di perbukitan.Karena tidak ada lahan altematif yang bisa diusahakan,petani sering kali terdorong untuk mengeksploitasilahan marginal tersebut di luar daya dukungnya.Oegradasi tanah berlangsung akibat hara yang terangkutkeluar kebun oleh basil pallen tidak terganti oleh kurangatau tidak adanya masukan ekstemal. Perluasan LEIAke kawasan barn yang umumnya juga marginalmenyebabkan penggundulan bulan, degradasi tanah, danpeningkatan kerentanan terhadap serangan harna-penyakit daD bencana kekeringan yang berkepanjangan.Seperti halnya LEIA, sistem LEIA pun tidak ber-

kelanjutan.

II. KONSEP EKOLOGIK LEISAKONTEKS PERKEMBANGANPERT ANIAN TROPIKA

DALAMSISTEM

A. Arah Perkembangan Sistem Pertanian Tropika

B. Konsep Ek%gik LEISA

Adanya kelernahan-kelernahan dari sistem HEIAclan LEIA telah mengundang keperluan untuk mencarisistem pertanian alternatif yang meniru ekosistemalamiah yang "matang". Ekosistem alamiah demikiandinilai sebagai ekosistem yang berkelanjutan clan diantara sistem buatan yang diinginkan itu, menurutReijntjes et al. (1992) adalah sistem LEISA. Sistem inimerupakan bentuk pertanian yang berupaya meng-optimalkan penggunaan sumberdaya yang tersediasecara lokal dengan mengkombinasikan komponen yangberbeda dalam siStem lapang produksi (yaitu tanaman,hewan, tanah, air, iklim, clan manusianya) sehinggakomponen-komponen terse but saling melengkapi danmemiliki pengaruh sinergik yang maksimal. Oalamsistem LEISA, resiko ekologik dari masukan eksternalyang tinggi dihindari, karena itu, masukan eksternalberupa bahan-bahan agrokimia hanya digunakan secaraterbatas. Sebaliknya, kinerja sistem diperkaya denganpelibatan masukan internal yang diproduksi sendiri didalam sistem, yakni dengan mendaurulangkan biomasyang dihasilkan di dalam sistem ke dalam ekosistem danmenekan transportasi biomas ke luar ekosistem hinggaminimal. Selain itu, biodiversitas (khususnya tanaman)ditingkat-kan. Oengan karakteristik demikian, ekosistemyang diharapkan ini akan menjadi produktif daDberkelanjutan karena memiliki fungsi ekologik yangbaik akibat adanya peran komplementer dan sinergikdari aneka spesies tanaman, hewan, clan mikro-organisme yang menghasilkan masukan internal clanmenciptakan fungsi protektif. Sistem LEISA telahterbukti merupakan pertanian yang bernilai ekonomibagi kalangan petani Kunming, Cina, meskipunterminologi tersebut tidak digunakan. Ketangguhansistem tersebut dicapai akibat adanya efisiensi usahatani

Sejarah pertanian menunjukkan bahwa sistempertanian telah berkembang dari sistem indigenus yangramah lingkungan ke sistem konvensional, industrial,atau modem yang tidak ramah lingkungan.Ketidakramahan sistem pertanian konvensional, yangnota bene berkembang lebih dahulu di negara-negaramaju, terjadi karena penggunaan teknologi yang saratmasukan luar berupa agrokimia, terutama pupukinorganik dan pestisida buatan. Di negara berkembangyang beriklim tropika, termasuk Indonesia, ketidak-ramahan sistem pertanian lebih besar lagi akibatbergesemya lahan-lahan pertanian ke daerah perbukitan.Hal ini terjadi karena adanya tekanan penduduk dankonversi lahan pertanian menjadi lahan permukimandan industri manufaktur. Akibatnya, pertanian tropikatelah cenderung berkembang menuju sistem yangmenggunakan masukan ekstemal berlebihan (disebuthigh-external-input agriculture, HEIA) atau sistem yangmenggunakan sumberdaya lokal secara intensif dengansedikit atau tidak sarna sekali masukan ekstemal, tetapimengakibatkan kerusakan sumberdaya alam (disebutlow-external-input agriculture, LEIA).

Reijntjes, Haverkort, dan Waters-Bayer (1992)menulis bahwa HEIA merupakan pertaniankonvensional dan banyak dipraktekkan di lahan-lahanyang secara ekologik relatif seragam dan dapat denganmudah dikontrol. Lahan-lahan demikian biasanya jugaberaksesibilitas baik sehingga memiliki kemudahandalam pengadaan sarana produksi dan pemasaranhasilnya. Sistem ini telah terbukti berhasilmeningkatkan produksi pertanian berkat dukunganmasukan ekstemal yang berupa benih varietas unggul(terutama hibrid), agrokimia (terutama pupuk inorganikdan pestisida buatan), bahan bakar asal fosil untukmekanisasi, dan dalam beberapa kasus juga irigasi.Namun, HEIA disadari berdampak pacta hal-hal yangtidak diinginkan, berupa kondisi lingkungan yang rusakdan berbahaya bagi mahluk hidup termasuk manusia.Hal ini terjadi karena sistem tersebut sangat tergantung

50 Wahju Q. Mugnisjah, Suwarto, dan Ahmad S. Solihin

Page 3: Agribisnis Terpadu Bersistem Leisa di Lahan Basah : Model ... · Pertanian konvensional yang sarat masukan ... Hal ini terjadi karena adanya tekanan penduduk dan konversi lahan pertanian

Bul. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000)

yang tinggi dalam agroekosistem sebagaimana yangdilaporkan Cai (1995) untuk model pekarangan.

Reijntjes et at. (1992) mengajukan lima prinsipekologik dari sistem LEISA yang perlu dijadikanrujukan dalam praktek bertani. Kelima prinsip terse butadalah sebagai berikut: (I) mengamankan kondisi tanahagar sesuai untuk tanaman, terutama dengan mengelolabahan organik dan merangsang kehidupan jasad hidupdi dalam tanah; (2) meng-optimalkan ketersediaan haradan menyeimbangkan arus hara, terutama dengan meng-introduksikan tanaman penambat nitrogen, mendaur-ulangkan hara, dan menggunakan pupuk ekstemalsecara komplementer; (3) meminimalkan kehilanganakibat radiasi matahari, udara, dan air (misalnyapenguapan air berlebihan, kekeringan, kebanjiran, danrebah) dengan cara mengelola mikroklimat, mengelolaair, dan mengendalikan erosi; (4) meminimalkankehilangan basil oleh hama dan penyakit denganmengendalikannya secara terpadu; (5) menggali potensikegunaan sumberdaya genetik secara komplementer dansinergik dengan mempertahankan biodiversitas yangtinggi. Secara substantif kelima prinsip ini tidak berbedadengan delapan prinsip yang dikemukakan oleh Cai(1995), tetapi peneliti ini menyebutnya dengan prinsipagro-ekologik, yang memberikan penekanan padaperlunya keseimbangan antara aspek ekologik dan aspekekonomik dari agroekosistem yang bersangkutan.

dibangun untuk mencapai sistem ini. Langkah-langkahyang dapat digunakan sebagai panduan nonnatif dalampembangunan sistem LEISA di lahan basah adalahsebagai berikut: (I) penetapan lokasi dan penilaianpotensi lahannya, (2) penetapan peruntukan lahan danragam jenis komoditinya (diversifikasi horizontal), (3)pemilihan dan penetapan komoditi untuk LEISA, (4)penyusunan pola tanaman dan tala letak pertanaman,temak, dan ikan di kebun, (5) penetapan tarapenanganan sarana produksi dan produknya, (6)implementasi kegiatan agribisnis dengan sistemtersebut, (7) penilaian keberlanjutan kegiatan agribisnistersebut, dan (8) pengembangan sistem tersebut jikalayak ke daerah sekitar atau daerah lain. Deskripsiringkas daTi setiap langkah tersebut dikemukakandalam sistem LEISA hipotetik di bawah ini.

B. Gambaran Hipotetik Agribisni Bersistem LE/SA

1. Penetapan Lokasi don Peni/aian Potensi Lahan

Sistem LEISA hipotetik yang dikemukakandalam tulisan ini bertempat di lahan sehamparan (seluastidak kurang dari 1.75 hektar) yang berpotensi cukupbaik di Desa Sindangasih, Kecamatan Karang Tengah,Kabupaten Cianjur. Lahan terse but terdiri dari 1.25 hasawah dan 0.50 ha kolam yang masing-masing dimilikioleh petani yang berbeda (dua orang), karenanya,dengan manajemen usahatani yang terpisah. Lahansawah (sebelum diubah menjadi sistem LEISA)biasanya diusahakan dengan pola tanam padiapadiaberaatau padiaubi jalara bera dengan teknologi pertaniankonvensional sebagaimana yang dianjurkan oleh DinasPertanian Tanaman Pangan setempat. Lahan yangberupa kolam pacta saat ini diusahakan untuk betemakikan (nila, bawal, .dan patin) dan itik dengan teknologiyang dikembangkan oleh petani sendiri. Kedua bidanglahan tersebut akan diintegrasikan pengelolaannyamenjadi satu kesatuan manajemen dengan modelpertanian terpadu bersistem LEISA.

III. MODEL HIPOTETIK AGRIBISNIS BERSIS-TEM LEISA DI LAHAN BASAH

A. Langkah Pembangunan Agroekosistem LEISA

Keberlanjutan sistem LEISA lebih cepat dicapaijika komoditi yang diusahakan merupakan komoditiyang dapat beradaptasi dengan lingkungannya. SistemLEISA, karenanya, merupakan sistem pertanian yangspesifik lokasi. Hal ini berarti bahwa keberlanjutansistem LEISA dapat dicapai oleh ekosistem-ekosistemyang berbeda komponennya. Dengan demikian, terdapatkeperluan untuk selalu menilai kinerja ekosistem yang

Tabel Unit-unit lahan sebelum dikonsolidasikan dengan sistem LEISA

Peruntukan Laban saat iniJenis

Laban}Luas(ha)

Teknologi Pertaniansaat ini

Petani Pemilik

Kedua bidang lahan ini dikelola sendiri-sendiri

Agribisnis Terpadu. 51

Page 4: Agribisnis Terpadu Bersistem Leisa di Lahan Basah : Model ... · Pertanian konvensional yang sarat masukan ... Hal ini terjadi karena adanya tekanan penduduk dan konversi lahan pertanian

Bul. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000)

I Lahan dibagi 3 subbidang, masing-masing untuk ketiga komoditi terse but yang dirotasikan

Penetapan lahan tersebut dilakukan denganpertimbangan ekonomik sebagai berikut: (I) usahataniyang kini dilaksanakan masih dapat ditingkatkanefisiensinya dengan sistem LEISA; (2) lokasi lahanberaksesibilitas baik, tidak terlalu jauh dari pasar saranaproduksi clan produk usahatani; (3) tidak ada kendalaketersediaan tenaga kerja. Pertimbangan ekologik yangdiambil rnencakup hal-hat berikut: (I) lahan dapatditanami sepanjang tahun (tiga musim tanam); (2) laban,khususnya sawah, biasanya diusahakan denganteknologi pertanian konvensional; (3) terdapat saluran

air untuk memasok keperluan laban, khususnya kolam,sepanjang tahun. Pertimbangan sosialnya adalah (I)pemilik lahan tidak keberatan jika lahannya dikeloladengan sistem LEISA; (2) instansi pemerintah terkait,antara lain, Balai Informasi daD Penyuluhan Pertanian,Dinas Perikanan, daD Dinas Petemaan mendukungusahatani ini; (3) Pemerintah Daerah (Pemda)Kabupaten Cianjur telah" menetapkan visi berupaterwujudnya Kabupaten Cianjur sebagai salah satu pusatagribisnis daD pariwisata andalan Jawa Barat di eraotonomi daerah (Anonimus, 2001a; Anonimus, 200Ib).

Jenis-jenis tanarnan clan hewan yang diusahakan dalam agribisnis bersistem LEISA di tiga unit usahataniyang dikonsolidasi

Tabel3.

.~ Unit Laban clan Jenis Luas Laban Jumlab Fungsi dalam Kebun I

Komoditi (ha) (ekor)/(kg)/(liter)T Laban Sawab I

Padi sawab') I125~~~~

21 Cabai ,-Menghasilkan pangan clan limbah bahankompos (jerami, sekam) clan pakan ikan(dedak, menir, split); keong mas untukpakan itik (sehingga tidak menjadi hama) I-4

3. Jagung manis )

.. Keong mas Sejumlah yangberkembang alamiah

R Kolam lkanPatinBawal !

Nila iltik I

(di pematang kolam)

-cf3O0.20 I

0.10 I

75000 ekor I100000ekor I

Me"righasi-ikan-- Genih ikM

020-o-J56

41-i~1000 ekor Menghasilkan telur, daging, daD pupuk

kandang untuk pertanaman; kotoran untukikan

4

Sejumlah yang ber- I

kern bang alamiah iPakan itik5 Keong mas

(di kolam)0.50

1) Padi, cabai, dan jagung rnanis rnasing-rnasing ditanarn rnenernpati kurang lebih sepertiga luas sawah dandirotasikan satu sarna lain

2. Peruntukan Lahan dan Ragam Jenis Komoditi

Peruntukan lahan ditetapkan dengan memper-hatikan kelayakannya sebagai tempat kegiatan pertanian

berpendekatan LEISA, yang terdiri dari satu kesatuanpengelolaan usahatani tanaman, temak itik, daD ikan.

Peruntukan lahan saat ini disajikan dalam Tabel I,sedangkan rencana peruntukan lahan yang dikonsoli.dasikan menjadi LEISA disajikan dalam Tabel 2.

52 Wahju Q. Mugnisjah, Suwarto, dan Ahmad S. Solihin

Page 5: Agribisnis Terpadu Bersistem Leisa di Lahan Basah : Model ... · Pertanian konvensional yang sarat masukan ... Hal ini terjadi karena adanya tekanan penduduk dan konversi lahan pertanian

Bul. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000)

sistem (artinya juga menekan biaya usahatani). Jadi,baik tanaman maupun hewan ternak dan ikanmenghasilkan produk utama untuk memenuhikebutuhan pengelolanya (berupa penghasilan dan bahanpangan) dan produk ikutan untuk kebutuhan prosesproduksi tanaman dan hewan (sebagai sumber masukaninternal). Tabel 3 menyajikan jenis-jenis tanaman,ternak, dan ikan yang diusahakan berikut luas ataupopulasi serta fungsinya di dalam kebun. Biodiversitas(dengan polikultur) mendapatkan penekanan dalamsistem pertanian yang akan dibangun.

3. Pemilihan dan Penetapan Komoditi untuk LEISA

Penetapan komoditi LEISA dilakukan denganmempertimbangkan perlunya petani sesering mungkinmendapatkan penghasilan dari kebunnya. Pemeliharaanitik petelur memberikan penghasilan harian bagi petani;pemeliharaan ikan memberikan penghasilan setiap 40hari; pertanaman memberikan penghasilan setiap 3-5bulan. Selain itu, pengusahaan tanaman clan hewantemak juga ditujukan untuk melaksanakan fungsipendaurulangan hara di dalam sistem agar dapatmengurangi penggunaan masukan usahatani dari luar

Tabel 4. Frekuensi pengusahaan tanarnan dan temak/ikan di kebun

Frekuensi Kegiatan UsahataniP Tah Selama Pengembalian

er un Piniaman (3 Tahun)Uraian Kegiatan Usahatani

mT Produksi jagung man is I14." Produksi telur itik I

7.FrekuensiI) Tidak terhitung waktu penyiapan kegiatan produksi; pembesaran ikan berlangsung selama 40 hari,

pengusahaan ikan 6 kali per tahun dianggap moderat untuk sistem ini.

Sarana produksi daD produk di dalam kebunditangani sedemikian cara hingga daur ulang produkikutan atau limbah yang telah diolah dapat berlangsung.Sistem pengusahaan tanaman daD ternak memanfaatkanmasukan internal semaksimal mungkin. Penggunaanmasukan eksternal seperti pupuk inorganik daD pestisidabuatan akan sangat dibatasi. Bahan organik untuk pakanternak daD ikan yang didatangkan daTi luar lahan punakan diutamakan dengan menggunakan limbah pasarterdekat. Demikian pula, pemasaran produk diupayakanke pasar terdekat secara langsung tanpa perantara ataumengundang pembeli langsung datang ke lahanusahatani. Gambar 2 memperlihatkan arus materi daDuang menurut cara penanganan masukan dan produk

tersebut di atas.

4. Penetapan Pola Tanam dan Tata Letak Pertanaman,Ternak, dan lkan

Pola tan am dan pola pengusahaan temak dan ikan

ditentukan dengan mempertimbangkan prinsip intensitaspenggunaaan lahan yang tinggi, baik dari aspek

ekonomi maupun dari aspek ekologi (pendaur-ulanganhara). Pertanaman ganda dilakukan untuk mengu-rangiresiko ekonomi jika terjadi kegagalan pertanaman atauharga produk suatu jenis tanaman rendah. Rotasi

tanaman semusim dilakukan dengan mempertim-bangkan perlunya inkorporasi kompos biomas hasil

sampingan ke dalam tanah. Tabel 4 menyajikanfrekuensi pengusahaan tanaman dan temak di kebun per

tahun dan selama jangka waktu pengembalian uangcicilan kepada penyandang dana. Frekuensi

pengusahaan komoditi tersebut disesuaikan dengan

potensi lahan yang digunakan, khususnya denganketersediaan air atau curah hujan setempat (Gambar I).

6. Imp/ementasi Kegiatan Agribisnis

Kegiatan agribisnis dibagi ke dalam tiga tahap:tahap persiapan kegiatan, tahap pelaksanaan kegiatan,dan tahap pemantapan kegiatan (Gambar 3). Kegiatanyang lebih rinci di masing-masing tahapan adalah

sebagai berikut.

Penetapan Cara Penanganan Sarana Produksi don

Produk

53Agribisnis Terpadu.

Page 6: Agribisnis Terpadu Bersistem Leisa di Lahan Basah : Model ... · Pertanian konvensional yang sarat masukan ... Hal ini terjadi karena adanya tekanan penduduk dan konversi lahan pertanian

Bul. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000)

Pencatatan hal-hal penting yang terjadi selama prosesproduksi dilakukan dengan teliti, misalnya pelaksanaanjadwal penanaman clan pemeliharaan tanaman, jadwalpemberian pakan temak clan ikan, serta jadwal clan basilpanen komoditi yang diusahakan. Pengomposanmempakan kegiatan penting yang tidak boleh diabaikan.Volume basil clan nilai jual basil panen clan yangdikonsumsi oleh keluarga tani perlu dicatat pula.Sosialisasi kegiatan kebun kepada instansipemerintah/swasta terkait clan masyarakat setempatperlu dilakukan agar pengembangan kebunmemperoleh dukungan daTi mereka. Bahkan, hubungandengan universitas pertanian perlu dibina pula untuktujuan yang sarna. Untuk meningkatkan ketahananusaha, pasar/konsumen yang ada harus terusdipertahankan, bahkan, hams diupayakan pasar-pasaraltematifnya. Selain itu, kepercayaan daTi bank harusdijaga dengan upaya pengembaliaan pinjaman clanbunganya secara tepat waktu. Demikian pula,pelaksanaan daur produksi komoditi yang diusahakansecara berkala agar dijaga ketal sesuai dengan

pewaktuan yang semestinya.

T(lhap Pers;apan Keg;atan

Perancangan kegiatan usahatani dilakukan secararinci mencakup hal-hal yang telah dikemukakanterdahulu clan disusun jadwalnya. Peruntukan lahanditetapkan dengan prinsip bahwa arus energi clanpemanfaatan limbah di kebun dapat diupayakansemaksimal mungkin. Pendaur-ulangan hara yangefisien dipersiapkan dengan penataletakan komoditi clanproses produksi yang tepat di lapang produksi.

Pengadaan bahan clan alat produksi dilaksanakandengan mendahulukan yang diperlukan untukpembangunan prasarana usahatani. Pertemuanantaranggota pengelola clan pengelola dengan karyawandilakukan untuk mempersiapkan pelaksanaan kegiatandi lapang.

Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Sarana produksi pertanian (bahan daD alatpertanian) diadakan secara bertahap sesuai dengankegiatan kebun. Proses produksi pertanian dilaksanakandengan berpedoman pada prinsip-prinsip LEISA.

54 Wahju Q. Mugnisjah, Suwarto, daD Ahmad S. Solihin

Page 7: Agribisnis Terpadu Bersistem Leisa di Lahan Basah : Model ... · Pertanian konvensional yang sarat masukan ... Hal ini terjadi karena adanya tekanan penduduk dan konversi lahan pertanian

8ul. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000)

r(

I Padi (0.4 ha) I

) J. manis (0.4 ha) I

I J. manis (0.4 ha) IA

B

cItik (1000 ekor)

Ikan patin 6 kali (0.20 ha)Ikan bawal6 kali (0.10 ha)Ikan patin 6 kali (0.20 ha)

Keong mas

Gambar 1. Pol a tanam dan tata letak pertanaman, temak, 'dan ikan di lahan

Keterangan:(1) Angka dalam kurung menunjukkan luas tanaman (ha). jumlah temak (ekor), atau luas kolam ikan (ha)(2) Grafik menunjukkan curah hujan bulanan daTi Januari sampai Desember 1998 di kecamatan Cibeber, Cianjur

(tidak ada data curah hujan di Kecamatan Karang Tengah)(3) Keong mas tumbuh dan berkembang secara alamiah di kolam dan sawah kemudian dipanen(4) Urutan rotasi tanaman antar bidang lahan di Tahun II: A7B7C; di Tahun III: C7A7B

;~

I

55Agribisnis Terpadu

Page 8: Agribisnis Terpadu Bersistem Leisa di Lahan Basah : Model ... · Pertanian konvensional yang sarat masukan ... Hal ini terjadi karena adanya tekanan penduduk dan konversi lahan pertanian

Bul. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000)

II i

ProsesProduksiTanaman

.-

l.. ...

... +-

. .Proses!

ProduksiTemak & Ikan

-+-

Arus energi yang membangun sistem tertutup karena mampu menghasilkan masukan internal

Arus energi yang memungkinkan sistem terbuka sehingga mendatangkan masukan eksternal

Gambar 2. Daur materi dan uang dalam agribisnis dengan sistem LEISA

Implementasi kegiatan memerlukan kinerjamanajemen yang baik oleh para pengelolanya. Karenaitu, pertemuan lengkap berkala antar anggota pengeloladan antara pengelola dan tenaga kerja di lapang perludilaksanakan setidaknya sekali per bulan. Masalah yangtimbul harus diatasi sesegera mungkin, terrnasuk yang

menyangkut hubungan kerja dengan para petugas dilapangan. Ketidaksepahaman antara pengelola denganpetugas di lapangan tersebut harus diupayakanpenyelesaiannya secara kekeluargaan dengan memper-hatikan adat dan budaya setempat.

S6 Wahiu Q. Mugnisiah, Suwarto, dan Ahmad S. Solihin

Page 9: Agribisnis Terpadu Bersistem Leisa di Lahan Basah : Model ... · Pertanian konvensional yang sarat masukan ... Hal ini terjadi karena adanya tekanan penduduk dan konversi lahan pertanian

Bul. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000)

TAHAP PERSIAPAN KEGIATAN(bulan ke-l) :

~ I. Perancangan (rinci) kegiatan lapang2. Pengadaan prasarana dan sarana produksi pertanian3. Pertemuan pengelola dan dengan calon tenaga kerja-~

/'/

TAHAP PELAKSANAAN KEGIATAN(sejak bulan ke-2):

1. Pengadaan prasarana dan saran a produksi pertanian2. Proses produksi pertanian3. Pemasaran dan penguatan pasar basil pertanian4. Pertemuan berkala pengelola dan dengan karyawan5. Pemantauan dan perbaikan kegiatan oleh spesialis LEISA6. Pengembalian pinjaman dan bunganya7. Sosialisasi kepada lembaga pemerintah/swasta terkait dan

masyarakat setempat

\.

TAHAP PEMANTAPAN KEGIATAN(sejak bulan ke-24):

1. Pengembalian pinjaman dan bunganya hingga bulan ke-362. Penguatan pasar produk daD hubungan kelembagaan usahatani3. Promosi kegiatan kepada masyarakat tani setempat

/

Gambar 3. Implementasi kegiatan agribisnis~to

~

57Agribisnis Terpadu

Page 10: Agribisnis Terpadu Bersistem Leisa di Lahan Basah : Model ... · Pertanian konvensional yang sarat masukan ... Hal ini terjadi karena adanya tekanan penduduk dan konversi lahan pertanian

But. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000)

Tahap Pemantapan Kegiatan system LEISA hipotetik yang dikemukakan dapat diujidengan menggunakan analisis studi kelayakansebagaimana yang akan dikemukakan di bawah ini.

Laporan kegiatan usahatani disusun setiap enambulan oleh pendamping kegiatan dengan mendapatmasukan dari pengelola di lapang. Laporan kegiatantersebut digunakan sebagai dokumentasi kemajuankebun dan, jika diperlukan, untuk disampaikan kepadapenyandang dana. Laporan kegiatan mencakup kegiatanbudidaya, penggunaan dana pinjaman, clan keberhasilanproyek secara keseluruhan serta kemungkinanpengembang-annya ke lahan sekitar atau daerah lain.

Penguatan pasar produk usahatani ternsditingkatkan. Sisa angsuran pinjarnan dan bunganyajuga diteruskan pembayarannya hingga lunas. Promosiusaha kepada masya-rakat setempat dibina untuk

memperoleh peluang kemungkinan pengembangan/per-luasan usaha bersarna mereka jika basil penilaianmenunjukkan ketangguhan usaha ini.

Implementasi kegiatan agribisnis yangdikemukakan memerlukan adanya tenaga tetappengelola sehari-hari sebanyak 5 orang, masing-masingI orang yang bertindak sebagai manajer, pengurusadminstrasi dan keuangan, pekebun, petemak itik, danpetemak ikan yang hams "terikat" kepada kegiatan(bahkan tinggal) di atau dekat dengan kebun. Keempattenaga ini harus dapat bekerjasarna, saling membantu.Selain itu, spesialis LEISA diperlukan untukmendampingi petugas di lapang pada saat-saat tertentudan berperan sebagai pemantau dan penilai ketangguhanusahatani. Keenam orang tenaga pengelola merupakantenaga tetap. Tenaga kerja tidak tetap yang jumlahnyabisa lebih banyak pada saat diperlukan (musiman) hamsdiupayakan dari penduduk setempat. Tenaga tetapmendapat gaji bulanan, sedangkan tenaga tidak tetapmendapat upah harian atau borongan, tergantung jenis

pekerjaannya.

C. Keper/uan Dana dan Ke/ayakan Agribisnis LEISA

1. Keper/uan don Sumber Dana

Biaya usahatani hipotetik ini dijabarkan menurut

jenis komponen usahataninya yakni produksi tanaman,produksi telur itik, dan produksi benih ikan. Keperluanbiaya diasumsikan dapat diperoleh dari bank sebagaipinjaman dengan suku bunga 18% dan masa tenggangbayar selama 11 bulan. Biaya tersebut terdiri dari biayauntuk keperluaan investasi sebesar Rp 64 195 000,- danbiaya modal usaha untuk kegiatan usahatani komoditidaur pertarna sebesar Rp 41289 825,-.sehinggaseluruhnya berjQmlah Rp 105 484 825,-. pertanamanganda dan diversifikasi pengusahaan ikan lebih

menguntungkan ,dibanding monokultumya masing-masing jika biaya usahatani yang digunakan dalamsistem LEISA ini sarna dengan sistem monokultumyatersebut. Diperoleh garnbaran juga bahwa pemanfaatanpematang kolarn untuk betemak itik petelur mem-

berikan tambahan keuntungan usahatani dibandingkantanpa pemanfaatan tersebut.

7. Peni/aian Keber/anjutan Sistem LEISA

Supervisi dan pemantauan kegiatan yangdilakukan secara berkala dan pencatatan data yangberkaitan dengan kegiatan agribisnis secara tertib danteliti akan memudahkan penilaian ketangguhan usahaini. Penilaian secara obyektif atas keberhasilan usahaselanjutnya dilaksanakan dengan menganalisis datayang telah dikumpulkan terse but di atas. Secara teoritis

58 Wahju Q. Mugnisjah, Suwarto, dan Ahmad S. Solihin

Page 11: Agribisnis Terpadu Bersistem Leisa di Lahan Basah : Model ... · Pertanian konvensional yang sarat masukan ... Hal ini terjadi karena adanya tekanan penduduk dan konversi lahan pertanian

Bul. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000)

Tabel 6. Analisis Keuangan (Rupiah) Agribisnis Berkelanjutan Bersistem LEISA

64195000 35000002737897521623550

1050000001200450033904500

37305000-1537447512280950

-7044675196641501075532536325506408450

-761905015354250-223585013954250

457550-10791550

1180950-384575013464150-594575014432550

-1769155080809504254250464150

11954250-39542450

2208450-11819050

9154250-443585011954250-63100502208450

-118190509154250

-443585011954250-5467450

3730500021930525

34211475

27166800

4683095057586275

61218825

67627275

6000822575362475

73126625

8708087587538425

76746875

7792782574082075

87546225

81600475

9603302578341475

864224259067667591140825

103095075

6355262565761075

5394202563096275

5866042570614675

6430462566513075

5469402563848275

59412425

7136667565899225

1.0000000.985222

0.970662

373050002160642933207770

25980073441233835345505455987198609339875326996965911436630108177392584973216038632414986326564859254659689891436335340673456774590387216416609466329802656840667320132644457852453229163662774242210508386630424585426541139683419237113396460239063376358122694238224838556960

345678910II12131415161718192021222324252627282930313233343536

24249175222403502424917521171950254960502162355023750250222403502795025032446950296960502582355027950250264403502795025025371950296960502582355027950250264403502795025059446950296960502582355027950250264403502795025026214550296960502582355027950250264403502795025025371950

17204500419045003500450024804500319045001400450039104500200045004190450032904500189045002700450024104500399045002200450039804500120045003390450032204500269045003990450019904500319045001400450037104500220045003990450019904500319045001400450037[04500220045003990450019904500

0.9563170.9421840.9282600.9145420.9010270.8877110.8745920.8616670.8489330.8363870.8240270.8118490.7998520.7880310.7763850.7649120.7536070.7424700.7314980.7206880.7100370.6995440.6892060.6790210.6689860.6590990.6493590.6397620.6303080.6209930.6118160.6027740.5938660.585090

Rp3855696039.42

1.43

II bulan25 bulan

NPV(18%) =lRR=Net B/C =Grace periodsdiusulkan

Payback periods

60 Wahju Q. Mugnisjah, Suwarto, dan Ahmad S. Solihin

Page 12: Agribisnis Terpadu Bersistem Leisa di Lahan Basah : Model ... · Pertanian konvensional yang sarat masukan ... Hal ini terjadi karena adanya tekanan penduduk dan konversi lahan pertanian

Bul. Agron. (28) (2) 49 - 61 (2000)

Keperluan biaya usahatani untuk daur produksiselanjutnya bersumber dari pendapatan yang diterimadari kegiatan usahatani di musim sebelumnya.

petemakan domba garut dan mengembangkan mina-padi di sawah untuk memperluas cakupan diversifikasiusaha secara horizontal dan atau dengan memasukkankomponen usaha penetasan itik daD komponen usahapembesaran ikan di waduk CirataiJatiluhur/Sagulinguntuk mem-perluas cakupan diversifikasi usaha secaravertikal. Konversi kegiatan produksi tanaman menjadibenih sebagai produknya perlu dipertimbangkan pulauntuk meningkatkan keuntungan usahatani.

2. Biaya, Penerimaan, don Keuntungan Usahatani

Tabel 5 memperlihatkan besaran biaya,penerimaan, clan keuntungan menurut jenis kegiatanproduksi yang dilaksanakan. Usahatani dengan sistemLEISA temyata memberikan keuntungan meskipunpembandingan secara langsung dengan usahatanikonvensionalnya tidak dapat dilakukan. Namun,setidaknya diketahui bahwa pertanaman ganda clandiversifikasi pengusahaan ikan lebih menguntungkandisbanding monokultumya masing-masing jika biayausahatani yang digunakan dalam system LEISA inisarna dengan system monokultumya tersebut.Diperoleh gambaran juga bahwa pemanfaatan pematangkolam untuk betemak itik petelur memberikantarnbahan keuntungan usahatani dibandingkan tanpapernanfaatan tersebut.

UCAP AN TERIMA KASIH

Para penulis mengucapkan terima kasih kepadaSdr. Cecep Santiwa, A. Md. yang sejak lama menjaditernan berdiskusi mengenai hal-hal yang berkaitandengan implementasi sistem LEISA di lapangan.

DAFfARPUSTAKA

Anonimus. 2001a. PROPEDA (Program PembangunanDaerah) 2001-2005. Kabupaten Cianjur. (BukuSaku).

3. Kelayakan Sistem LE/SA

Kelayakan usaha dinilai dengan kriteria net presentvalue (NPV), net benefit cost ratio (Net B/C), daninternal rate of return (IRR). Selain itu, ditetapkan jugajangka waktu pengembalian investasi (payback periods)agribisnis. Berdasarkan perkiraan arus uang bulanandengan OF 18% per tahun sebagaimana disajikan pactaTabel 6 diperoleh NPV pacta akhir bulan ke-36 = Rp 38556 960,-, Net B/C = 1.43, daD IRR = 39.42, denganusulan tenggang waktu pengembalian pinjaman IIbulan dan jangka waktu pengembalian pinjaman 25bulan. Jadi, agribisnis yang diusulkan diduga meng-untungkan dan uang pinjaman ke bank berikutbunganya dapat dikembalikan pacta waktunya.

-. 2001 b. REPET ADA (RencanaPembangunan Tahunan Daerah) 2001 KabupatenCianjur. (Buku Saku).

Baharsjah, S. 1992. Kebijakan pembangunan pertanianclan penanggulangan kemiskinan. Pangan No.13(IV):43-48.

Cai. C. 1995. The theory and building up of agro-ecological garden. Handout for The SecondInternational Training Course on Upland Agro-ecological Construction for The DevelopingCountries. Kunming, China.

IV PENUTUP:USAHA

ARAH PENGEMBANGAN

Jika agribisnis ini terbukti menguntungkan puladalam implementasinya, pengembangan usaha perludipertimbangkan dengan membangun kemitraanbersama petani setempat, misalnya denganmenempatkan agribisnis ini sebagai inti dan usahatanidi sekitamya sebagai plasma. Terbuka pulakemungkinan mengembangkan usaha ini menjadiinkubator agribisnis bagi para petani setempat melaluijalinan kerjasama dengan instansi pemerintah (Balailnformasi dan Penyuluhan Pertan ian , Dinas PertanianTanaman Pangan, Dinas Perikanan, clan DinasPetemakan) serta lembaga swadaya masyarakat yangrelevan (seperti Himpunan Kerukunan Tani (HKTI),Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI), AsosiasiPetemak Unggas, clan Koperasi Serba Usaha).Pengembangan usaha bahkan dapat dilakukan di lahanyang sarna, misalnya dengan memasukkan komponen

Reijntjes, C., B. Haverkort A. Waters-Bayer. 1992.Farming for The Future: An Introduction to Low-External-Input and Sustainable Agriculture.MacMillan and ILEIA. Leusden, Netherlands.

The World Bank. 1998. Indonesia in Crisis:Macroeconomic Update. Washington, D.C.

A

Agribisnis Terpadu 61