ABSTRACT THE EFECT OF ACIDITY OF THE PADDY-FIELD … · DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA PEKERJA SAWAH...

31
1 ABSTRACT THE EFECT OF ACIDITY OF THE PADDY-FIELD LAND AND THE INCIDENT OF DERMATITIS IRITAN CONTACT IN THE PADDY-FIELD WORKER IN THE WATESKROYO VILLAGE THE BESUKI SUBDISTRICT THE TULUNGAGUNG REGENCY By: Indasah Dermatitis Iritan Contact was the non specific response skin towards direct chemical damage that released mediators inflamasi that most came from the cell epidermis. The cause of the emergence Dermatitis Iritan Contact was the material that was iritan, for example the material of solvent, detergent, lubricating oil, acid, wood dust, the material abrasive, the enzyme, the solution to concentrate salt, heavy plastic the low molecule or the chemical higroskopik. The plan of research in this research was analytical with the appoarch cross sectional. The population totalling 200 paddy-field workers and the sample who were researched by as many as 30 respondents by using the technique Simple Random Sampling. The independent variable in this research was the level of the acidity of the paddy-field land, the dependent variable in this research was the the incident of Dermatitis Iritan Contact. Whereas the confounding variable in this research was age, gender, the story of the allergic illness and for a long time the work. Results of the analysis of the data between the age and the incident of Dermatitis Iritan Contact by using the test of Correlation Statistics Serial showed had the connection. And results of the analysis of the data between the level of the acidity (pH) of the paddy-field land and the incident of Dermatitis Iritan Contact by using the test of Correlation Statistics Serial showed had the connection. The conclusion in this research was to have the connection between the level of the acidity (pH) of the paddy-field land and the incident of Dermatitis Iritan Contact in the paddy-field worker. Hopefully to the paddy-field worker so that more paid attention to the health of their skin foot by means of carrying out the early prevention before beginning to carry out the activity in the paddy-field and early medical treatment when signs from Dermatitis Iritan Contact began to emerge. Key word : the level of the acidity (pH) of the paddy-field land, the incident of Dermatitis Iritan Contact, the paddy-field worker.

Transcript of ABSTRACT THE EFECT OF ACIDITY OF THE PADDY-FIELD … · DERMATITIS KONTAK IRITAN PADA PEKERJA SAWAH...

1

ABSTRACT

THE EFECT OF ACIDITY

OF THE PADDY-FIELD LAND AND THE INCIDENT OF DERMATITIS

IRITAN CONTACT IN THE PADDY-FIELD WORKER IN THE

WATESKROYO VILLAGE THE BESUKI SUBDISTRICT

THE TULUNGAGUNG REGENCY

By: Indasah

Dermatitis Iritan Contact was the non specific response skin towards direct

chemical damage that released mediators inflamasi that most came from the cell

epidermis. The cause of the emergence Dermatitis Iritan Contact was the material that

was iritan, for example the material of solvent, detergent, lubricating oil, acid, wood

dust, the material abrasive, the enzyme, the solution to concentrate salt, heavy plastic

the low molecule or the chemical higroskopik.

The plan of research in this research was analytical with the appoarch cross

sectional. The population totalling 200 paddy-field workers and the sample who were

researched by as many as 30 respondents by using the technique Simple Random

Sampling. The independent variable in this research was the level of the acidity of the

paddy-field land, the dependent variable in this research was the the incident of

Dermatitis Iritan Contact. Whereas the confounding variable in this research was age,

gender, the story of the allergic illness and for a long time the work.

Results of the analysis of the data between the age and the incident of

Dermatitis Iritan Contact by using the test of Correlation Statistics Serial showed had

the connection. And results of the analysis of the data between the level of the acidity

(pH) of the paddy-field land and the incident of Dermatitis Iritan Contact by using the

test of Correlation Statistics Serial showed had the connection.

The conclusion in this research was to have the connection between the level of

the acidity (pH) of the paddy-field land and the incident of Dermatitis Iritan Contact

in the paddy-field worker. Hopefully to the paddy-field worker so that more paid

attention to the health of their skin foot by means of carrying out the early prevention

before beginning to carry out the activity in the paddy-field and early medical

treatment when signs from Dermatitis Iritan Contact began to emerge.

Key word : the level of the acidity (pH) of the paddy-field land, the incident of

Dermatitis Iritan Contact, the paddy-field worker.

2

ABSTRAK

DAMPAK KEASAMAAN TANAH SAWAH TERHADAP KEJADIAN

DERMATITIS KONTAK IRITAN

PADA PEKERJA SAWAH DI DESA WATESKROYO

KECAMATAN BESUKI

KABUPATEN TULUNGAGUNG

Oleh : Indasah

Dermatitis Kontak Iritan merupakan respon non spesifik kulit terhadap

kerusakan kimia langsung yang melepaskan mediator-mediator inflamasi yang

sebagian besar berasal dari sel epidermis. Penyebab munculnya Dermatitis Kontak

Iritan adalah bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak

pelumas, asam, serbuk kayu, bahan abrasif, enzim, larutan garam konsentrat, plastik

berat molekul rendah atau bahan kimia higroskopik.

Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan

cross sectional. Populasi sebanyak 200 pekerja sawah dan sampel yang diteliti

sebanyak 30 responden dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah derajat keasaman (pH) tanah sawah,

variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian Dermatitis Kontak Iritan.

Sedangkan variabel perancu dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, riwayat

penyakit alergi dan lama kerja.

Hasil analisa data antara umur dan kejadian Dermatitis Kontak Iritan dengan

menggunakan uji statistik korelasi Serial menunjukkan ada keterkaitan. Dan hasil

analisa data antara derajat keasaman (pH) tanah sawah dan kejadian Dermatitis

Kontak Iritan dengan menggunakan uji statistik korelasi Serial menunjukkan ada

keterkaitan.

Kesimpulan penelitian ini adalah ada keterkaitan antara derajat keasaman

(pH) tanah sawah dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah.

Diharapkan pekerja sawah lebih memperhatikan kesehatan kulit kaki mereka dengan

cara melakukan pencegahan dini sebelum mulai melakukan aktivitas di sawah dan

pengobatan dini ketika tanda-tanda Dermatitis Kontak Iritan muncul.

Kata kunci: derajat keasaman (pH) tanah sawah, kejadian Dermatitis Kontak Iritan,

pekerja sawah

3

Latar Belakang

Dermatitis Kontak Iritan (DKI) merupakan inflamasi pada kulit yang

bermanifestasi sebagai eritema, edema ringan dan pecah-pecah. Dermatitis

Kontak Iritan merupakan respon non spesifik kulit terhadap kerusakan kimia

langsung yang melepaskan mediator-mediator inflamasi yang sebagian besar

berasal dari sel epidermis. Penyebab munculnya Dermatitis Kontak Iritan adalah

bahan yang bersifat iritan, misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas,

asam alkali, serbuk kayu, bahan abrasif, enzim, minyak, larutan garam konsentrat,

plastik berat molekul rendah atau bahan kimia higroskopik. Dermatitis Kontak

Iritan sering terjadi di pekerjaan yang melibatkan kegiatan mencuci tangan atau

paparan berulang kulit terhadap air, bahan makanan atau iritan lainnya.

(http://citrajourney.blogspot.com)

Menurut data dasar profil desa Wateskroyo tahun 2006, desa Wateskroyo

adalah salah satu desa di Kecamatan Besuki. Mayoritas penduduk desa

Wateskroyo bermatapencaharian sebagai petani, yaitu sebanyak 1.313 orang dari

jumlah penduduk 2.725 orang pada tahun 2006. Dan luas lahan pertanian sawah

yang ada di desa ini adalah 96 hektar. Berdasarkan data awal Laporan Bulanan

(LB1) tentang data kesakitan di puskesmas pembantu desa Wateskroyo untuk

bulan Januari dan Februari 2008, diketahui penderita penyakit kulit gatal-gatal

adalah sebanyak 9 orang (7,96%) dan 6 orang (4,7%) serta menduduki peringkat

ke-5.

4

Berdasarkan hasil wawancara 10 orang pekerja sawah, 8 orang pekerja

sawah di desa Wateskroyo saat melakukan aktivitas di sawah tidak memakai alat

pelindung kaki, mereka langsung kontak pada tanah sawah. Apalagi saat musim

tanam padi, mereka langsung kontak dengan lumpur sawah tanpa memakai alat

pelindung kaki selama berjam-jam. Akibatnya banyak yang menderita gangguan

kesehatan kulit seperti gatal-gatal pada kaki, kadang kutu air, kulit kaki pecah-

pecah.

Peradangan hanya merupakan salah satu aspek sindrom Dermatitis Kontak

Iritan (DKI). Apabila terpajan dengan konsentrasi suboptimal maka reaksi yang

terjadi langsung kronik (www2.kompas.com). Sehingga apabila hal tersebut

terjadi pada pekerja sawah, maka proses produksi pangan di Indonesia ini akan

terganggu. Menurut Sularsito dan Djuanda dalam Ilmu Penyakit Kulit dan

Kelamin 2005, upaya pengobatan Dermatitis Kontak Iritan yang terpenting adalah

menghindari pejanan bahan iritan, baik yang bersifat mekanik, fisis maupun

kimiawi, serta menyingkirkan faktor yang memperberat. Pemakaian alat

pelindung diri yang adekuat diperlukan bagi mereka yang bekerja dengan bahan

iritan, sebagai salah satu upaya pencegahan. (Djuanda dkk, 2005)

Berdasarkan data yang diperoleh tersebut, penulis tertarik untuk meneliti

tentang Dampak Keasaman Tanah Sawah terhadap Kejadian Dermatitis Kontak

Iritan pada Pekerja Sawah di Desa Wateskroyo, Kecamatan Besuki, Kabupaten

Tulungagung.

5

.

METODE PENELITIAN

Rancangan penelitian dalam penelitian ini adalah analitik dengan

pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika

korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan,

observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).

Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran

dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.

Hal ini tidak berarti bahwa semua subjek penelitian diamati pada waktu yang

sama. (Notoatmodjo, 2005)

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pekerja sawah di Desa

Wateskroyo, yaitu sejumlah 200 orang dan semua tanah sawah yang ada di

Desa Wateskroyo yaitu seluas 96 ha yang terbagi dalam 6 kelompok atau 6

lokasi.

Sampel adalah sebagian dari populasi yang merupakan wakil dari

populasi. (Ircham Machfoeds,2006).Dalam penelitian ini peneliti mengambil

sampel 15% dari jumlah populasi. Jadi, jumlah sampel petani dalam penelitian

ini adalah sebanyak 30 orang dan untuk jumlah sampel tanah sawah

menyesuaikan jumlah sampel petani.

6

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple

Random Sampling, karena pengambilan anggota sampel dari populasi

dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi

itu. (Sugiyono, 2008)

Definisi Operasional

Perumusan definisi operasional dalam penelitian ini akan diuraikan dalam

table berikut ini:

Variabel Definisi

Operasional Indikator Alat Ukur Skala Skor

Variabel

independen:

Derajat

keasaman

(pH) tanah

sawah.

Variabel

dependen:

Kejadian

Dermatitis

Kontak

Iritan

Adalah suatu

nilai yang

menentukan

apakah tanah

sawah tersebut

bersifat asam,

basa ataupun

netral.

Adalah salah

satu jenis

penyakit kulit

akibat kerja

yang

disebabkan

oleh adanya

interaksi

langsung

antara kulit

dengan bahan

toksik pada

lingkungan

kerja.

Asam = < 7

Natral = 7

Basa = > 7

Ada rasa

gatal

Ada eritema

Ada edema

Skuama

Kulit tebal

Difus

Kulit retak

Ada vesikel

Ada pustula

Ada erosi

-

pH Meter

Checklist

observasi

terstruktur

Dermatitis

Kontak

Iritan

Rasio

Ordinal

-

1. 0%-20%=

sangat lemah

2. 21%-40%=

lemah

3. 41%-60%=

cukup

4. 61%-80%

=kuat

5. 81%-

100%=

sangat kuat

(Riduwan,

2005)

7

Variabel

perancu:

1. Umur

2. Jenis

Kelamin

3. Lama

kerja

4. Riwayat

penyakit

alergi

Adalah

lamanya waktu

dari seseorang

lahir ke dunia

sampai dengan

ulang tahun

yang terakhir.

Adalah

penentuan sifat

manusia atau

pembagian dua

jenis kelamin

manusia yang

ditentukan

secara biologis

yang melekat

pada jenis

kelamin

tertentu.

Adalah

lamanya waktu

dari seseorang

mulai menjadi

pekerja sawah

sampai dengan

tahun terakhir

di mana

seseorang

tersebut masih

menjadi

pekerja sawah.

Adalah segala

macam gejala

alergi yang

pernah diderita

atau dialami.

-

-

Pernah

biduran

Selalu

Keluar

ingus pada

pagi hari

Wawancara

terstruktur

Observasi

terstruktur

Wawancara

terstruktur

Wawancara

terstruktur

Rasio

Nominal

Rasio

Nominal

-

1. Laki-laki

2. Perempuan

(Riduwan,

2005)

-

1. Ya

2. Tidak

(Riduwan,

2005)

8

Penentuan derajat keasamaan

a. Derajat keasaman (pH) tanah sawah:

1) Sebelum menggunakan pH meter terlebih dahulu alat tersebut

dikalibrasi.

2) Setelah pH meter dikalibrasi, kemudian peneliti membawa alat

tersebut ke lokasi penelitian yaitu sawah untuk mulai melakukan

pengukuran derajat keasaman (pH) tanah sawah di mana sampel dalam

penelitian ini melakukan aktivitasnya.

3) Pengukuran derajat keasaman (pH) tanah sawah dimulai dengan

membuka tutup pH meter.

4) Menghidupkan pH meter dengan menggeser tombol on-off.

5) Kemudian kocok pH meter seperti mengocok termometer mercuri.

6) Celupkan ke tanah sawah yang ada airnya sampai pada batas yang ada

pada pH meter.

7) Tunggu beberapa menit sampai angka yang ditunjukkan pada layar pH

meter berhenti, kemudian catat. Angka tersebut merupakan angka

derajat keasaman (pH) tanah sawah.

b. Kejadian Dermatitis Kontak Iritan:

1) Peneliti pergi ke lokasi penelitian yaitu sawah pada jam 10.00 WIB, di

mana pada jam-jam tersebut biasanya pekerja sawah istirahat siang

dari aktivitasnya di sawah.

9

2) Peneliti mendatangi pekerja sawah tersebut satu persatu kemudian

menjelaskan tentang tujuan penelitian kepada pekerja sawah, bila

pekerja sawah tersebut bersedia menjadi sampel penelitian, maka

peneliti mempersilahkan pekekerja sawah untuk menandatangani

lembar persetujuan.

3) Kemudian peneliti mulai melakukan wawancara terstruktur untuk

mengetahui umur, lama menjadi pekerja sawah dan riwayat penyakit

Alergi pada pekerja sawah dan juga dilakukan observasi terstruktur

untuk mengetahui tanda-tanda kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada

pekerja sawah dan observasi terstruktur untuk mengetahui jenis

kelamin pekerja sawah. Dan pencatatan dilakukan pada saat itu juga

oleh peneliti.

1. Cara Analisis Data

Data yang telah diperoleh diolah dengan membuat tabulasi dan

didistribusikan menurut kategorinya. Sebelumnya setiap item pertanyaan

diberi skor sebagai berikut:

a. Pengukuran derajat keasaman (pH) tanah sawah

1) Untuk nilai < 7, maka asam.

2) Untuk nilai =7, maka netral.

3) Untuk nilai > 7, maka basa. (Hanifah, 2007)

b. Cheklist Dermatitis Kontak Iritan

Untuk jawaban Ya = 1.

10

Untuk jawaban Tidak = 0.

Kemudian jawaban masing-masing responden diprosentasekan dengan

cara: nilai

nilai

tertinggi

observasi × 100%

Setelah prosentase diketahui, hasilnya diinterpretasikan menggunakan

skala ordinal dengan skoring sebagai berikut:

1) 0% - 20% = sangat lemah

2) 21% - 40% = lemah

3) 41% - 60% = cukup

4) 61% - 80% = kuat

5) 81% - 100% = sangat kuat (Riduwan, 2005)

c. Jenis kelamin

1) Laki-laki

2) Perempuan (Riduwan, 2005)

d. Umur

Data umur yang telah diperoleh berskala rasio jadi tidak perlu diberi skor.

e. Lama menjadi pekerja sawah

Data lama menjadi pekerja sawah yang telah diperoleh berskala rasio jadi

tidak perlu diberi skor.

f. Riwayat penyakit Alergi

1) Ya = 1

2) Tidak = 0 (Riduwan, 2005)

11

Selajutnya data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan:

a. Uji Korelasi Serial untuk mencari keterkaitan antara:

1) derajat keasaman (pH) tanah sawah dengan kejadian Dermatitis

Kontak Iritan pada pekerja sawah dengan kejadian Dermatitis Kontak

Iritan pada pekerja sawah

2) lama menjadi pekerja sawah dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan

pada pekerja sawah

3) umur pekerja sawah dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada

pekerja sawah

b. Uji koefisien Eta-Kuadrat untuk mencari keterkaitan antara:

1) jenis kelamin dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada petani

2) riwayat penyakit Alergi dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan

pada petani

HASIL PENELITIAN

12

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan data menunjukkan bahwa jumlah penduduk Desa

Wateskroyo yang bermatapencaharian sebagai petani adalah 1.313 orang,

tetapi yang aktif sebagai pekerja sawah yaitu sebanyak 200 orang. Dan karena

dalam penelitian ini besar sampel yang diambil sebesar 15% dari jumlah 200

pekerja sawah, maka jumlah sampel atau responden dalam penelitian ini

adalah 30 orang pekerja sawah. Berikut ini merupakan karakteristik sampel

atau responden yang meliputi:

a. Umur Responden

Berdasarkan data dari penelitian tentang umur responden didapatkan

gambaran sebagai berikut :

40%

23%20%

17%

Umur 20-45 tahun

Umur 46-54 tahun

Umur 55-64 tahun

Umur >=65 tahun

Gambar Diagram pie distribusi responden berdasarkan kelompok umur di

Desa Wateskroyo Kecamatan Besuki Kabupaten

Tulungagung

13

Diagram pie di atas menunjukkan bahwa umur responden dalam

penelitian ini yang berumur 20-45 tahun sebanyak 7 orang (23%), umur

46-54 tahun sebanyak 12 orang (40%), umur 55-64 tahun sebanyak 5

orang (17%) dan umur ≥60 tahun sebanyak 6 orang (20%).

b. Jenis Kelamin

Berdasarkan data dari penelitian tentang umur responden didapatkan

gambaran sebagai berikut :

47%53% Laki-laki

Perempuan

Gambar Diagram pie distribusi responden berdasarkan jenis kelamin di

Desa Wateskroyo Kecamatan Besuki Kabupaten

Tulungagung

Diagram pie di atas menunjukkan bahwa jenis kelamin responden

dalam penelitian ini terdiri dari laki-laki sebanyak 14 orang (47%) dan

perempuan sebanyak 16 orang (53%).

c. Lama menjadi Pekerja Sawah

Berdasarkan data dari penelitian tentang lama kerja responden

didapatkan gambaran sebagai berikut :

14

30%

10%

13%7%20%

20%

1-10 tahun

11-20 tahun

21-30 tahun

31-40 tahun

41-50 tahun

51-60 tahun

Gambar Diagram pie distribusi responden berdasarkan lama kerja sebagai

pekerja sawah di Desa Wateskroyo Kecamatan Besuki

Kabupaten Tulungagung

Diagram pie di atas menunjukkan bahwa lama kerja responden

dalam penilitian ini terdiri dari 1-10 tahun sebanyak 4 orang (13%), 11-20

tahun sebanyak 3 orang (10%), 21-30 tahun sebanyak 9 orang (30%), 31-

40 tahun sebanyak 6 orang (20%), 41-50 tahun sebanyak 6 orang (20%),

51-60 tahun sebanyak 2 orang (7%).

d. Riwayat Penyakit Alergi Responden

Berdasarkan data dari penelitian tentang riwayat penyakit alergi

responden didapatkan gambaran sebagai berikut:

10%

90%

Ya Tidak

15

Gambar Diagram pie riwayat penyakit alergi responden di Desa

Wateskroyo Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung

Diagram pie di atas menunjukkan bahwa riwayat penyakit alergi

responden dalam penelitian ini terdiri dari responden yang memiliki

riwayat penyakit alergi sebanyak 3 orang (10%) dan responden yang tidak

memiliki riwayat penyakit alergi sebanyak 27 orang (90%).

B. Karakteristik Variabel

1. Derajat Keasaman (pH) Tanah Sawah

Berdasarkan data dari penelitian tentang derajat keasaman (pH) tanah

sawah di Desa Wateskroyo didapatkan gambaran sebagai berikut:

No. pH Tanah Sawah Jumlah Sampel Tanah Prosentase

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

5,4

5,6

5,7

5,8

5,9

6,0

6,1

6,2

6,6

1

4

2

6

3

9

1

3

1

3,3%

13,3%

6,7%

20%

10%

30%

3,3%

10%

3,3%

Total 30 100%

Tabel Derajat keasaman (pH) tanah sawah di Desa Wateskroyo kecamatan

Besuki Kabupaten Tulungagung

16

Tabel di atas menunjukkan hasil penelitian derajat keasaman (pH) tanah

sawah, di mana 1 sampel tanah sawah (3,3%) mempunyai pH sebesar 5,4 , 4

sampel tanah sawah (13,3%) mempunyai pH sebesar 5,6 , 2 sampel tanah

sawah (6,7%) mempunyai pH sebesar 5,7 , 6 sampel tanah sawah (20%)

mempunyai pH sebesar 5,8 , 3 sampel tanah sawah (10%) mempunyai pH

sebesar 5,9 , 9 sampel tanah sawah (30%) mempunyai pH sebesar 6,0 , 1

sampel tanah sawah (3,3%) mempunyai pH sebesar 6,1 , 3 sampel tanah

sawah (10%) mempunyai pH sebesar 6,2 , 1 sampel tanah sawah (3,3%)

mempunyai pH sebesar 6,6.

2. Kejadian Dermatitis Kontak Iritan

Berdasarkan data dari penelitian tentang kejadian Dermatitis Kontak

Iritan pada pekerja sawah di Desa Wateskroyo didapatkan gambaran sebagai

berikut:

No. Kejadian Dermatitis

Kontak Iritan

Jumlah

responden Prosentase

1.

2.

3.

4.

5.

Sangat lemah

Lemah

Cukup

Kuat

Sangat kuat

1

10

18

1

0

3,3%

33,3%

60%

3,3%

0%

Total 30 100%

17

Table Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah di Desa

Wateskroyo Kecamatan Besuki Kabupaten Tulungagung

Table di atas menunjukkan hasil penelitian kejadian Dermatitis Kontak

Iritan pada pekerja sawah, di mana 1 orang (3,3%) mengalami kejadian

dermatitis Kontak Iritan dengan kriteria sangat lemah, 10 orang (33,3%)

mengalami kejadian Dermatitis Kontak Iritan dengan kriteria lemah, 18 orang

(60%) mengalami kejadian Dermatitis Kontak Iritan dengan kriteria cukup

dan 1 orang (3,3%) mengalami kejadian Dermatitis Kontak Iritan dengan

kriteria kuat.

E. Hasil Uji Statistik

1. Keterkaitan antara Umur dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan

pada Pekerja Sawah

Berdasarkan uji statistik korelasi Serial melalui perhitungan secara

manual didapatkan nilai korelasi serial (rser) sebesar 0,698 dan nilai koefisien

korelasi “r” pada table Product Moment dengan taraf signifikansi 0,05 (5%)

sebesar 0,361. Dengan demikian pada hasil penelitian ini nilai korelasi serial

(rser) sebesar 0,698 lebih besar dari nilai korelasi pada table (rtab), yang berarti

ada keterkaitan antara umur dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan.

18

2. Keterkaitan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Iritan pada Pekerja Sawah

Hasil uji statitstik koefisien Eta Kuadrat menggunakan bantuan SPSS

11.5, dengan α= 0,05 didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,938 (lebih besar

dari 0,05) dan nilai Eta Squared sebesar 0,000 , yang berarti keeratan

hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada

pekerja sawah dalam penelitian ini sangat lemah dan dikatakan tidak ada

keterkaitan.

3. Keterkaitan antara Riwayat Penyakit Alergi dengan Kejadian Dermatitis

Kontak Iritan pada Pekerja Sawah

Hasil uji statitstik koefisien Eta Kuadrat menggunakan bantuan SPSS

11.5, dengan α= 0,05 didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,382 (lebih besar

dari 0,05) dan nilai Eta Squared sebesar 0,027 , yang berarti keeratan

hubungan antara riwayat penyakit alergi dengan kejadian Dermatitis Kontak

19

Iritan pada pekerja sawah dalam penelitian ini sangat lemah dan dikatakan

tidak ada keterkaitan.

4. Keterkaitan antara Lama Kerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Iritan pada Pekerja Sawah

Hasil uji statistik korelasi Serial melalui perhitungan secara manual

didapatkan nilai korelasi serial (rser) sebesar 0,105 dan nilai koefisien korelasi

“r” pada table Product Moment dengan taraf signifikansi 0,05 (5%) sebesar

0,361. Dengan demikian pada hasil penelitian ini nilai korelasi serial (rser)

sebesar 0,105 kurang dari nilai korelasi pada table (rtab), yang berarti tidak ada

keterkaitan antara lama kerja dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan.

5. Keterkaitan antara Derajat Keasaman (pH) Tanah Sawah dengan

Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Sawah

Hasil uji statistik korelasi Serial melalui perhitungan secara manual

didapatkan nilai korelasi serial (rser) sebesar 3,386 dan nilai koefisien korelasi

“r” pada table Product Moment dengan taraf signifikansi 0,05 (5%) sebesar

0,361. Dengan demikian pada hasil penelitian ini nilai korelasi serial (rser)

sebesar 0,386 lebih besar dari nilai korelasi pada table (rtab), yang berarti ada

20

keterkaitan antara derajat keasaman (pH) tanah sawah dengan kejadian

Dermatitis Kontak Iritan.

PEMBAHASAN

A. Derajat Keasaman (pH) Tanah Sawah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dari 30 sampel tanah

sawah yang diukur derajat keasamannya, semua tanah sawah tersebut bersifat

asam dengan pH < 7. Menurut Guyton dan Hall 1997, Asam adalah molekul yang

mengandung atom-atom hidrogen yang dapat melepaskan ion-ion hidrogen. Satu

contoh adalah asam hidroklorida (HCl), berionisasi dalam air membentuk ion-ion

hidrogen (H+) dan ion klorida (Cl

-).

Bila tanah alkalis aerobik digenangi, maka dalam beberapa hari pertama pH

turun hingga minimum, kemudian beberapa minggu berikutnya pH naik sampai

stabil 6,5-7,0 dalam larutan tanah. Pengaruh penggenangan secara keseluruhan

pada tanah masam menyebabkan kenaikan pH, sedangkan pada tanah alkalis

menyebabkan penurunan pH. Penggenagan menyebabkan pH semua tanah

mendekati 6,5-7,0 kecuali gambut masam atau tanah dengan kadar Fe aktif (Fe2+

)

rendah. (Hardjowigeno & Rayes, 2005). Sehingga nilai derajat keasaman (pH)

tanah sawah yang telah diukur pada penelitian ini sesuai dengan teori yang telah

ada.

21

Berdasarkan teori telah disebutkan bahwa pengaruh penggenangan secara

keseluruhan pada tanah masam menyebabkan kenaikan pH, sedangkan pada tanah

alkalis menyebabkan penurunan pH. Apabila dilihat dari hasil pengukuran derajat

keasaman (pH) tanah sawah dalam penelitian ini yaitu

mengalami penurunan dari pH normal maka dapat dikatakan bahwa tanah sawah

tersebut termasuk tanah alkalis. Namun perlu penelitian lebih lanjut tentang jenis

tanah sawah secara laboratorium dan lebih spesifik.

B. Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Sawah

Berdasarkan data dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada 30 pekerja

sawah, di mana 18 orang (60%) mengalami kejadian Dermatitis Kontak Iritan

dengan kriteria cukup, 10 orang (33,3%) mengalami kejadian Dermatitis Kontak

Iritan dengan kriteria lemah, 1 orang (3,3%) mengalami kejadian Dermatitis

Kontak Iritan dengan kriteria kuat, 1 orang (3,3%) mengalami kejadian Dermatitis

Kontak Iritan dengan kriteria sangat lemah.

Menurut Marwali Harahap dalam Ilmu Penyakit Kulit 2000, Dermatitis

Kontak Iritan terjadi karena kulit berkontak dengan bahan iritan. Bahan iritan

adalah bahan yang pada kebanyakan orang dapat mengakibatkan kerusakan sel

bila dioleskan pada kulit pada waktu tertentu. Bahan iritan ini dapat merusak kulit

dengan cara menghabiskan lapisan tanduk secara bertahap melalui denaturasi

keratin sehingga mengubah kemampuan kulit untuk menahan air.

22

Menurut Adhi Djuanda dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 2005,

gejala klasik Dermatitis Kontak Iritan kumulatif berupa kulit kering, eritema,

skuama, lambat laun kulit tebal (hiperkeratosis) dan likenifikasi, difus. Bila

kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur).

Hasil penelitian ini menunjukkan semua pekerja sawah mengalami kejadian

Dermatitis Kontak Iritan kumulatif. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi

tanda-tanda Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah yang menunjukkan

bahwa tanda-tanda yang meliputi skuama, kulit tebal dan kulit retak-retak dialami

oleh semua pekerja sawah. Meskipun gejala dari jenis Dermatitis Kontak Iritan

lainnya juga muncul namun ketiga gejala di atas merupakan gejala yang paling

kuat.

C. Keterkaitan antara Umur dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada

Pekerja Sawah

Berdasarkan hasil uji statistik korelasi Serial melalui perhitungan secara

manual didapatkan nilai korelasi (rser) sebesar 0,698 dan nilai koefisien korelasi

“r” pada table Product Moment dengan taraf signifikansi 0,05 (5%) sebesar 0,361.

Dengan demikian dalam penelitian ini rser sebesar 0,698 lebih besar dari rtab

sebesar 0,361 maka kesimpulannya adalah terima hipotesis penelitian, artinya

bahwa ada keterkaitan antara umur dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan

pada pekerja sawah.

23

Menurut Adhi Djuanda dkk dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 2005,

factor-faktor yang mempengaruhi Dermatitis Kontak Iritan yaitu faktor individu

(misalnya ras, usia, lokasi, atopi, penyakit kulit lain) dan faktor lingkungan

(misalnya suhu dan kelembaban udara).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian Dermatitis Kontak Iritan

dengan kriteria cukup paling tinggi terjadi pada pekerja sawah dengan golongan

umur 46-54 tahun yang termasuk pra usia lanjut dini dan yang terendah terjadi

pada golongan umur ≥65 tahun yang termasuk usia lanjut. Akan tetapi pada

golongan usia lanjut tersebut terdapat kejadian Dermatitis Kontak iritan dengan

kriteria kuat padahal pada golongan umur lainnya kriteria tersebut tidak muncul.

Hal tersebut terjadi karena pada golongan umur 46-54 tahun memiliki

kuantitas kontak pada tanah sawah lebih lama dari pada pekerja sawah dengan

golongan umur di bawahnya yaitu golongan umur 20-45 tahun. Dan apabila

dibandingkan dengan golongan umur di atasnya yaitu golongan umur 55-64 tahun

dan ≥65 tahun yang mana lama kerjanya jauh lebih lama akan tetapi pekerja

sawah dengan golongan umur 46-54 tahun tetap lebih tinggi angka kejadian

Dermatitis Kontak Iritan dengan kriteria cukup kemungkinan dikarenakan pada

golongan umur di atas 46-54 tahun kuantitas kontak dengan tanah sawah atau

aktivitas di sawah telah berkurang dan tidak sebanyak pakerja sawah dengan

golongan umur 46-54 tahun, karena faktor usia yang sudah semakin tua di mana

kondisi badan dan kesehatan mereka sudah tidak seperti pekerja dengan golongan

umur di bawahnya.

24

D. Keterkaitan antara Jenis Kelamin dengan Kejadian Dermatitis Kontak

Iritan pada Pekerja Sawah

Berdasarkan uji statitstik koefisien Eta Kuadrat menggunakan bantuan SPSS

11.5, dengan α= 0,05 didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,938 (lebih besar dari

0,05) dan nilai Eta Squared sebesar 0,000. Maka kesimpulannya adalah tolak

hipotesis dalam penelitian ini, artinya tidak ada keterkaitan antara jenis kelamin

dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah. Dan nilai Eta

Squared sebesar 0,000 menunjukkan bahwa keeratan hubungan antara jenis

kelamin dan Dermatitis Kontak Iritan dalam penelitian ini termasuk dalam

kategori hubungan yang sangat lemah sehingga dikatakan tidak ada korelasi.

Faktor individu juga ikut berpengaruh pada Dermatitis Kontak Iritan,

misalnya perbedaan ketebalan kulit di berbagai tempat menyebabkan perbedaan

permeabilitas; usia (anak di bawah 8 tahun dan usia lanjut lebih mudah teriritasi);

ras (kulit hitam lebih tahan dari pada kulit putih); jenis kelamin (Insiden DKI

lebih banyak pada wanita); penyakit kulit yang pernah atau sedang dialami

(ambang rangsang terhadap bahan iritan menurun), misalnya dermatitis atopik.

(Djuanda, 2005)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara jenis

kelamin dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja Sawah padahal

secara teori insiden Dermatitis Kontak Iritan lebih banyak pada wanita. Hal

tersebut dikarenakan pekerja sawah yang berjenis kelamin perempuan dalam

25

penilitian ini cenderung lebih memperhatikan kesehatan kulit kaki mereka,

misalnya seperti mengoleskan minyak tanah dicampur dengan buah Pinang yang

disangrai yang mereka yakini bisa mencegah terjadinya penyakit kulit seperti

gatal-gatal setelah melakukan aktivitas di sawah seharian. Sehingga angka

kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah perempuan tidak terdapat

perbedaan yang signifikan bila dibandingkan dengan angka kejadian Dermatitis

Kontak Iritan pada pekerja sawah laki-laki.

E. Keterkaitan antara Riwayat Penyakit Alergi dengan Kejadian Dermatitis

Kontak Iritan pada Pekerja Sawah

Berdasarkan uji statitstik koefisien Eta Kuadrat menggunakan bantuan SPSS

11.5, dengan α= 0,05 didapatkan hasil signifikansi sebesar 0,382 (lebih besar dari

0,05) dan nilai Eta Squared sebesar 0,027. Maka kesimpulannya adalah tolak

hipotesis dalam penelitian ini, artinya tidak ada keterkaitan antara riwayat

penyakit alergi dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah.

Dan nilai Eta Squared sebesar 0,027 menunjukkan bahwa keeratan hubungan

antara jenis kelamin dan Dermatitis Kontak Iritan dalam penelitian ini termasuk

dalam kategori hubungan yang sangat lemah sehingga dikatakan tidak ada

korelasi.

Menurut Adhi Djuanda dkk dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 2005,

faktor individu yang juga mempengaruhi Dermatitis Kontak Iritan yaitu ras, usia,

lokasi, atopi, penyakit kulit lain. Dalam penelitian ini riwayat penyakit alergi

dimasukkan sabagai salah satu dari jenis penyakit kulit.

26

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara riwayat

penyakit alergi dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja Sawah.

Hal tersebut terjadi karena penentuan riwayat penyakit alergi pada pekerja sawah

dalam penelitian ini kurang akurat dan hanya berdasarkan riwayat biduran dan

riwayat ingusan pada pagi hari saja. Seharusnya dalam menentukan riwayat

penyakit alergi dengan menggunakan diagnosa yang lebih akurat.

F. Keterkaitan antara Lama Kerja dengan Kejadian Dermatitis Kontak Iritan

pada Pekerja Sawah

Berdasarkan hasil uji statistik korelasi Serial melalui perhitungan secara

manual didapatkan nilai korelasi (rser) sebesar 0,105 dan nilai koefisien korelasi

“r” pada table Product Moment dengan taraf signifikansi 0,05 (5%) sebesar 0,361.

Dengan demikian dalam penelitian ini rser sebesar 0,105 kurang dari rtab sebesar

0,361 maka kesimpulannya adalah tolak hipotesis penelitian, artinya bahwa tidak

ada keterkaitan antara lama kerja dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada

pekerja sawah.

Kelainan kulit yang terjadi pada Dermatitis Kontak Iritan selain ditentukan

oleh ukuran molekul, daya larut, konsentrasi bahan tersebut, juga dipengaruhi

oleh faktor lain. Faktor yang dimaksud yaitu lama kontak dan kekerapan.

(Djuanda dkk, 2005)

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada keterkaitan antara lama

kerja dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah. Pekerja

27

sawah yang mempunyai lama kerja lebih lama dan yang mempunyai lama kerja

belum lama tidak mempunyai perbedaan yang berarti dalam hal kejadian

Dermatitis Kontak Iritan. Hal tersebut dikarenakan pekerja sawah yang telah lebih

lama bekerja menjadi pekerja sawah mempunyai tingkat toleransi yang lebih

tinggi terhadap Dermatitis Kontak Iritan, kulit kaki mereka telah terbiasa dengan

kondisi tanah sawah.

G. Keterkaitan antara Derajat Keasaman (pH) Tanah Sawah dengan Kejadian

Dermatitis Kontak Iritan pada Pekerja Sawah

Berdasarkan hasil uji statistik korelasi Serial melalui perhitungan secara

manual didapatkan nilai korelasi (rser) sebesar 3,386 dan nilai koefisien korelasi

“r” pada table Product Moment dengan taraf signifikansi 0,05 (5%) sebesar 0,361.

Dengan demikian dalam penelitian ini rser sebesar 3,386 lebih besar dari rtab

sebesar 0,361 maka kesimpulannya adalah terima hipotesis penelitian, artinya

bahwa ada keterkaitan antara derajat keasaman (pH) tanah sawah dengan kejadian

Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah.

Menurut Adhi Djuanda dkk dalam Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin 2005,

penyebab munculnya Dermatitis Kontak Iritan adalah bahan yang bersifat iritan,

misalnya bahan pelarut, deterjen, minyak pelumas, asam, alkali dan serbuk kayu.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada keterkaitan antara derajat

keasaman (pH) tanah sawah dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan pada

28

pekerja sawah. Semakin asam derajat keasaman (pH) suatu tanah, cenderung

semakin tinggi resiko untuk terkena Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah

tersebut. Karena semakin asam tanah sawah, sifat iritan dari tanah sawah tersebut

akan semakin kuat. Sehingga akan semakin banyak pula kandungan asam (bahan

iritan) tersebut masuk pada kulit kaki pekerja sawah saat melakukan aktivitas di

sawah yang dapat menyebabkan terjadinya Dermatitis Kontak Iritan.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Tanah sawah yang diukur derajat keasamannya, semua bersifat asam dengan

pH < 7.

2. Ada keterkaitan antara derajat keasaman (pH) tanah sawah dengan kejadian

Dermatitis Kontak Iritan pada pekerja sawah.

B. SARAN

Bagi peneliti selanjutnya apabila ingin meneliti tentang riwayat penyakit

alergi pada pekerja sawah sebaiknya menggunakan diagnosa yang lebih akurat

dalam menentukan riwayat penyakit tersebut dan diperlukan penelitian lebih

lanjut tentang jenis tanah sawah secara laboratorium dan lebih spesifik. Selain itu

apabila ingin meneliti lebih lanjut mengenai derajat keasaman (pH) tanah sawah

29

dengan kejadian Dermatitis Kontak Iritan sebaiknya waktu penelitian benar-benar

disesuaikan dengan musim di mana pekerja sawah banyak melakukan aktivitas di

sawah seperti pada musim tanam padi. Serta bagi peneliti selanjutnya, diharapkan

dapat mengembangkan panelitian ini menjadi lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Hanafiah, Kemas. (2005). Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta

Citra. (2008). Laporan Kasus Dermatitis Kontak Iritan. [Internet]. Bersumber

dari: <http://citrajourney.blogspot.com/2008/08/laporan-kasus-dermatitis-

kontak-iritan.html>

[Diakses tanggal 31 Januari, jam 09.31 WIB]

Departemen Pertanian. (2000). Potensi Sumberdaya Manusia (SDM) Pertanian.

[Internet]. Bersumber dari:

<http://www.deptan.go.id/setjen/roren/ragam/pug_dlm_pemb.htm>

[Diakses tanggal 23 Desember 2008, jam 10.15 WIB]

Djuanda, Adhi dkk. (2005). Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Jakarta: Balai

Penerbit FKUI

Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Harahap, Marwali. (2000). Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates

30

Hartono. (2004). Statisitik untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Machfoedz, Ircham. (2006). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan.

Keperawatan, dan Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya

Mukono, H.J. (2005). Toksikologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga University

Press

Mul Mulyani Sutedjo & Kartasapoetra, A.G. (2005). Pengantar Ilmu Tanah

Terbentuknya Tanah dan Tanah Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta

Notoatmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka

Cipta

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Riduwan. (2005). Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:

Alfabeta

Sandjaja & Albertus Heriyanto. (2006). Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi

Pustakaraya

Sarwono Hardjowigeno & Luthfi Rayes. (2005). Tanah Sawah Karakteristik,

Kondisi, dan Permasalahan Tanah Sawah di Indonesia. Malang:

Bayumedia

Sastrawijaya, Tresna. (2000). Pencemaran Lingkungan. Jakarta : Rineka Cipta

Soemirat, Juli. (2003). Toksikologi Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press

Suhadi, Untung. (2002). Produksi Padi Dan Pemanasan Gobal: Tanah Sawah

Bukan Sumber Utama Emisi Metan. [Internet]. Bersumber dari:

<http://tumoutou.net/702_04212/untung_sudadi.htm>

[Diakses tanggal 28 Oktober 2008. Jam 09.30]

Sugiyono. (2007). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyono, (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta

31

Trihapsoro, Iwan. (2003). Dermatits Kontak Alergik pada Pasien Rawat Jalan di

RSUP Haji Adam Malik Medan. [Internet]. Bersumber dari:

<library.usu.ac.id/download/fk/kulit-iwan>

[Diakses tanggal 6 desember 2008, Jam 16.55]

Wikipedia. (2008). pH. [Internet]. Bersumber dari: <http://id.wikipedia.org/wiki/PH>

[Diakses tanggal 12 Januari 2009, jam 10.00 WIB]