repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view...

110
STUDI PENGARUH KONSENTRASI KOH DAN LAMA EKSTRAKSI TERHADAP KARAKTERISTIK KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii) Oleh ST. FATIMAH MUSTAMIN G 611 08 003 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

Transcript of repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view...

Page 1: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

STUDI PENGARUH KONSENTRASI KOH DAN LAMA EKSTRAKSITERHADAP KARAKTERISTIK KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT

(Eucheuma cottonii)

Oleh

ST. FATIMAH MUSTAMING 611 08 003

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2012

Page 2: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

STUDI PENGARUH KONSENTRASI KOH DAN LAMA EKSTRAKSI

TERHADAP KARAKTERISTIK KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT

(Eucheuma cottonii)

Oleh

ST. FATIMAH MUSTAMIN

G 611 08 003

SKRIPSISebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada

Jurusan Teknologi Pertanian

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGANJURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR2012

Page 3: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL : STUDI PENGARUH KONSENTRASI KOH DAN LAMA EKSTRAKSI TERHADAP KARAKTERISTIK KARAGENAN DARI RUMPUT LAUT (Eucheuma cottonii)

NAMA : ST. FATIMAH MUSTAMIN

STAMBUK : G 611 08 003

PROGRAM STUDI : ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN

JURUSAN : TEKNOLOGI PERTANIAN

Disetujui,

1. Tim Pembimbing

Februadi Bastian, STP., M.Si Prof. Dr. Ir. Hj. Meta MahendradattaPembimbing I Pembimbing II

Mengetahui

2. Ketua Jurusan Teknologi Pertanian 3. Ketua Panitia Ujian Sarjana

Prof. Dr. Ir. Hj. Mulyati M. Tahir, MS Prof. Dr. Ir. Elly Ishak, M.ScNIP. 19570923 198312 2 001 NIP. 19430717 196903 2 001

Tanggal Lulus : 2012

Page 4: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

St. Fatimah Mustamin (G61108003) Studi Pengaruh Konsentrasi KOH dan Lama Ekstraksi terhadap Karakteristik Karagenan dari Rumput Laut (eucheuma cottonii). Dibawah bimbingan Februadi Bastian dan Meta Mahendradatta.

ABSTRACT

Eucheuma cottonii is one of the carrageenan-producing red algae species it is often found in the waters of Indonesia. Carrageenan production is currently produced mostly semirefine carrageenan (SCR) which in chips form or powder. It is not yet as refined carrageenan. The objective of this research was to produce refined carrageenan by alkali extraction process. The extraction process used KOH with the concentration of 5%, 10%, and 15%. The extraction time was 15 and 18 hours.

The results showed that treatment of 10% KOH treatment 18 hours (a2b2) produced yield of 30.05%, moisture content of 11.98%, ash content of 31.29%, viscosity of 16cp, and fiber content of 3.30%. The treatment of KOH gave a significent difference of all parameters, on the other hard, the extraction time did not affect the characteristic of the carrageenan.

Key words : Carrageenan, Eucheuma cottonii, seaweed

Page 5: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

St. Fatimah Mustamin (G61108003) Studi Pengaruh Konsentrasi KOH dan Lama Ekstraksi terhadap Karakteristik Karagenan dari Rumput Laut (eucheuma cottonii). Dibawah bimbingan Februadi Bastian dan Meta Mahendradatta.

RINGKASAN

Eucheuma cottonii merupakan salah satu spesies ganggang merah penghasil karagenan yang banyak dijumpai di perairan Indonesia. Produksi karagenan saat ini kebanyakan menghasilkan semirefine carrageenan(SCR) yang terbentuk chips atau serbuk belum mendapatkan refine carrageenan. Oleh karena itu pada penelitian ini berupaya untuk menghasilkan refine carragenan yang dilakukan melalui proses ekstraksi alkali. Proses ekstraksi karagenan menggunakan pelarut KOH dengan konsentrasi 5%, 10%, 15% dan lama ekstraksi 15, 18 jam.Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perlakuan KOH 10% 18 jam (A2B2) menghasilkan rendemen 30,05%, kadar air 11,98%, kadar abu 31,29%, viskositas 16cp, kadar serat 3.30%. Hasil analis akhir memperlihatkan erlakuan KOH berpengaruh terhadap kadar air, kadar abu, rendemen, viskositas, dan kadar serat sedangkan perlakuan waktu ekstraksi tidak mempengaruhi proses ekstraksi terhadap karakteristik karagenan yang dihasilkan.

Kata Kunci : Karagenan, Eucheuma cottoni, Rumput Laut

Page 6: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Segala puji bagi Allah Sang Maha Kuasa Pencipta

Semesta Alam, hanya kepadaNya penulis selalu memohon berkah dan

perlindungan. Sembah sujud sebagai ungkapan rasa syukur atas segala

Rahmat dan Hidayah serta nikmat kesehatan yang diberikanNya sehingga

penulis mampu menyusun dan menyelesaikan skripsi ini dengan

walaupun berbagai hambatan dan tantangan penulis hadapi, akan tetapi

penulis sangat menyadari sepenuhnya bahwa semua ini adalah ridho

Allah SWT. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh

gelar kesarjanaan pada jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian,

Universitas Hasanuddin Makassar.

Penyusun karya tulis ini saya persembahkan kepada kedua Orang

tua Ayahanda Drs. H. Mustamin, MM dan Ibunda Hj. Nelly, SKM,

saudara saya Muhammad Irfan Mustamin, SH dan keluarga yang

senantiasa memberikan bantuan serta mencurahkan cinta dan kasih

sayangnya. Penyusun karya tulis ini, juga tidak terlepas dari bantuan yang

telah diberikan oleh banyak pihak, baik bantuan materi maupun non

materi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Februadi Bastian, STP., M.Si dan Prof. Dr. Ir. Hj. Meta Mahendradatta

atas selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan,

kritikan, saran dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi

Page 7: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

2. Selaku penguji Ir. Nandi K. Sukendar, M.App.Sc dan

Dr. Ir. Jumriah Langkong, MP yang ikhlas meluangkan waktunya

untuk memberikan arahan, masukan dan petunjuk dalam penyusunan

skripsi ini.

3. Bapak/Ibu Dosen Jurusan Teknologi Pertanian yang telah membekali

ilmu pengetahuan serta mendidik penulis.

4. Kepada Kakanda Suhartono Arifin, STP yang selalu memberikan

semangat dan motifasi sampai skripsi ini tersusun sehingga penulis

dapat menyelesaikan studi di Universitas Hasanuddin.

5. Sahabat seperjuangan “Tekpert08”, dan sahabat tersayang

Nusyahbania STP, Dian Ayu Utami STP, Nilarisa Meganita,

Andi Suciati, Mifraitmaannah. Teman seperjuangan penelitian Rachmi

Hatta STP, Meilty Christy Ishak STP, Eni F STP, Reskiaty W.A STP,

Ahmad Igfar. Kepada kanda Yazid STP,

6. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

tetapi disadari bahwa kesalahan merupakan motivasi dan langkah

untuk menuju keberhasilan, oleh karena itu saran dan kritik

membangun dari semua pihak sangat diharapkan. Selain itu penulis

juga berharap semoga skripsi ini dapat digunakan bagi yang

memerlukannya.

WassalamMakassar, Juli 2012

Penulis

Page 8: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

RIWAYAT HIDUP PENULIS

St. Fatimah Mustamin lahir di Ujung

Pandang pada Tanggal 29 Desember 1990.

Penulis merupakan anak kedua dari pasangan

H. Mustamin dan Hj. Nelly dan memiliki dua

orang saudara yaitu Muh. Irfan Mustamin dan

Muh. Ikramullah Mustamin.

Pendidikan formal yang pernah dijalani

adalah :

1. TK Departemen Agama (DEPAG) . Jeneponto. Tahun 1995-1996

2. Sekolah Dasar Negeri 48 Bontosunggu Kota. Jeneponto. Tahun 1996-2002.

3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 3 Makassar. Tahun 2002-2005.

4. Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Binamu. Jeneponto. Tahun 2005-2008.

5. Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin

Makassar, tahun 2008-2012

Selama menjadi mahasiswa Teknologi Pertanian Universitas

Hasanuddin, penulis aktif sebagai dalam organisasi Himpunan Mahasiswa

Teknologi Pertanian (Himatepa UH).

Page 9: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI………………………………………………………………...ix

DAFTAR TABEL …………………………………………………………xi

DAFTAR GAMBAR............................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................xiii

I. PENDAHULUAN

a. Latar Belakang.......................................................................1

b. Rumusan Masalah.................................................................4

c. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian..........................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Rumput Laut ..........................................................................5

II.2 Eucheuma Cottonii.................................................................9

II.3 Karagenan .............................................................................11

II.3.1 Kelarutan .....................................................................16

II.3.2 Viskositas .....................................................................18

II.3.3 Kekuatan Gel ……………………...................................19

II.3.4 Pembentukan Gel ........................................................20

II.4 Ekstraksi Karagenan..............................................................22

III. METODE PENELITIAN

III.1 Waktu dan Tempat ...............................................................28

III.2 Alat dan Bahan......................................................................28

III.3 Prosedur Penelitian...............................................................28

Page 10: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

III.3.1 Ekstraksi Karagenan....................................................28

III.4 Parameter Pengamatan........................................................30

III.4.1 Metode Analisa Pengamatan ......................................30

III.4.1.1 Kadar Air........................................................30

III.4.1.2 Kadar Abu......................................................30

III.4.1.3 Viskositas.......................................................31

III.4.1.4 Rendemen......................................................32

III.4.1.5 Kadar Serat ...................................................32

III.5 Rancangan Percobaan.........................................................32

III.6 Pengolahan Data .................................................................33

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Rendemen............................................................................35

IV.2 Kadar Air...............................................................................38

IV.3 Kadar Abu ............................................................................40

IV.4 Viskositas .............................................................................42

IV.5 Kadar Serat ..........................................................................44

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan............................................................................47

V.2 Saran.....................................................................................47

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................48

LAMPIRAN.........................................................................................52

Page 11: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Daya kelarutan karagenan pada berbagai media pelarut....... 17

2. Stabilitas karagenan dalam berbagai media pelarut.............. 19

3. Standar mutu karagenan........................................................ 22

4. Unit-unit monomer karagenan................................................ 24

Page 12: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Rumput Laut........................................................................... 10

2. Struktur molekul kappa karagenan......................................... 12

3. Struktur molekul Iota Karagenan............................................ 13

4. Struktur molekul lamda Karagenan........................................ 15

5. Ekstraksi karagenan rumput laut (Eucheuma cottonii) …... 34

6. Pengaruh penambahan KOH dan waktu ekstraksi terhadap rendemen karagenan murni (refined carragenan) yang dihasilkan..................................................

36

7. Pengaruh penambahan KOH terhadap rendemen karagenan yang dihasilkan ...................................................

36

8. Pengaruh penamban KOH dan waktu ekstraksi terhadap kadar air karagenan murni (refined carragenan) yang dihasilkan

39

9. Pengaruh penamban KOH dan waktu ekstraksi terhadap kadar abu karagenan murni (refined carragenan) yang dihasilkan

41

10. Pengaruh penambahan KOH terhadap kadar abu karagenan yang dihasilkan ...................................................

41

11. Pengaruh penamban KOH dan waktu ekstraksi terhadap viskositas karagenan murni (refined carragenan) yang dihasilkan ……………………………………………………..

43

12. Pengaruh penamban KOH dan waktu ekstraksi terhadap kadar serat karagenan murni (refined carragenan) yang dihasilkan

45

13. Pengaruh penambahan KOH terhadap kadar serat karagenan yang dihasilkan ...................................................

45

Page 13: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Perhitungan Analisa Rendemen1.1 Rekapitulasi hasil analisa rendemen karagenan ……..1.2 Tabel hasil analisa sidik ragam pengaruh berbagai

perlakuan terhadap hasil analisa rendemen pada karagenan murni (refined carragenan) ………………...

1.3 Data rekapitulasi pengaruh konsentrasi KOH terhadap rendemen …………………………………………………

1.4 Uji Lanjut Duncan pengaruh konsentrasi KOH terhadap rendemen...................................................................................................................................................

52

52

53

53

2. Perhitungan Analisa Kadar Air2.1 Rekapitulasi hasil analisa kadar air karagenan ………2.2 Tabel hasil analisa sidik ragam pengaruh berbagai

perlakuan terhadap hasil analisa kadar air pada karagenan murni (refined carragenan)………………....

54

54

3. Perhitungan Analisa Kadar Abua. Rekapitulasi hasil analisa kadar abu karagenan ……..b. Tabel hasil analisa sidik ragam pengaruh berbagai

perlakuan terhadap hasil analisa kadar abu pada karagenan murni (refined carragenan) ………………

c. Data rekapitulasi pengaruh konsentrasi KOH terhadap kadar abu ………………………………………

d. Uji Lanjut Duncan pengaruh konsentrasi KOH terhadap kadar abu ……………………………………...

55

55

56

56

4. Perhitungan Analisa Kadar Serat4.1Rekapitulasi hasil analisa kadar serat karagenan …….4.2Tabel hasil analisa sidik ragam pengaruh berbagai

perlakuan terhadap hasil analisa kadar serat pada karagenan murni (refined carragenan) …………………

4.3Data rekapitulasi pengaruh konsentrasi KOH terhadap kadar serat ………………………………………………...

4.4Uji Lanjut Duncan pengaruh konsentrasi KOH terhadap kadar serat ……………………………………..

57

57

58

58

5. Perhitungan Analisa Viskositas5.1 Rekapitulasi hasil analisa viskositas karagenan …… 59

6. Rumput Laut (Eucheuma cottonii) …………………………. 59

Page 14: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

7. Perlakuan Alkali (Pencampuran NaOH, akuades) ................ 60

8. Gambar Proses Penghancuran ............................................. 60

9. Gambar Proses Ekstraksi Rumput Laut (Eucheuma cottonii) dan alkali KOH + akuades …………………………

61

10. Gambar Proses Filtrasi (penyaringan) Menggunakan Kain Saring …………………………………………........................... 61

11. Gambar Proses Penambahan Alkohol 95% hingga berbentuk serat...................................................................... 62

12. Gambar Hasil Endapan.......................................................... 62

13. Tepung Karagenan Setelah Pengeringan.............................. 63

Page 15: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

I. PENDAHULUAN

6.1 Latar Belakang

Rumput laut tergolong jenis tanaman yang sederhana atau tingkat

rendah, karena tanaman ini tidak mempunyai akar, batang, maupun daun

sejati, tetapi hanya menyerupai batang yang disebut thallus. Rumput laut

tumbuh di alam dengan melekatkan dirinya pada karang, lumpur, pasir,

batu, dan benda keras lainnya. Rumput laut juga dapat melekat pada

tumbuhan lain secara epitik.

Algae atau ganggang terdiri dari empat kelas, yaitu Rhodophyceae

(ganggang merah), Phaeophyceae (ganggang coklat), dan Chlorophyceae

(ganggang hijau), Cyanophyceae (ganggang hijau - biru). Rumput laut

yang sering dimanfaatkan adalah dari jenis ganggang merah

karena mengandung agar-agar, karagenan, porpiran, maupun furcelaran

(Idriani, 1999).

Rumput laut memiliki kandungan karbohidrat 39-55% (gula atau

vegetable-gum), protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu

1,5% yang sebagian besar merupakan senyawa garam natrium dan

kalium. Selain itu, rumput laut juga mengandung vitamin-vitamin, seperti

vitamin A, B1, B2, B6, B12, dan C ; betakaroten ; serta mineral, seperti

kalium, kalium fosfor, natrium, zat besi, dan yodium. Beberapa jenis

rumput laut mengandung lebih banyak vitamin dan mineral penting,

seperti kalsium dan zat besi bila dibandingkan dengan sayuran dan buah-

buahan serta mengandung protein yang cukup tinggi, zat-zat tersebut

Page 16: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

sangat baik untuk dikonsumsi sehari-hari karena mempunyai fungsi dan

peran penting untuk menjaga dan mengatur metabolisme tubuh manusia.

Kandungan utama yang fungsional rumput laut yang dipakai yaitu agar,

karagenan, dan alginat.

Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut penghasil

karagenan, jenis karagenan yang dihasilkan yaitu kappa karagenan yang

mengandung lebih dari 34% 3,6 anhidro-D-galaktosa dan 25% ester

sulfat. Karagenan dibagi menjadi 3 fraksi berdasarkan unit penyusunnya

yaitu kappa, iota, dan lambda karagenan. Ketiganya berbeda dalam sifat

gel dan reaksinya terhadap protein. Kappa karagenan menghasilkan gel

yang kuat, sedangkan iota membentuk gel yang halus dan mudah

dibentuk, dan lambda tidak dapat membentuk gel.

Karagenan yaitu senyawa hidrokoloid yang merupakan senyawa

polisakarida rantai panjang yang diekstraksi dari rumput laut jenis-jenis

karaginofit, seperti Eucheuma sp., Chondrus sp., Hypnea sp., dan

Gigartina sp. Polisakrida tersebut tersusun dari sejumlah unit galaktosa

dengan ikatan α (1,3) D-galaktosa dan β (1,4) 3,6-anhidrogalaktosa

secara bergantian, baik mengandung ester sulfat atau tanpa sulfat.

Karagenan merupakan komponen fungsional utama dari rumput laut

karagenan, alginat dan agar. Karagenan dimanfaatkan sebagai bahan

penstabil, pengemulsi, pembentukan gel, penetral, serta banyak

digunakan pada industri pangan, contohnya yaitu pada pemanfaatan

indusri makanan yang menghasilkan produk coklat, bakso, sosis, dll.

Page 17: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Pembuatan karagenan ini menggunakan metode ekstraksi

dimana dilakukan pemisahan komponen solute (cair) dan

campurannya menggunakan sejumlah massa solven sebagai tenaga

pemisah. Proses ekstraksi menggunakan larutan alkali untuk melepaskan

karagenan dari unit intraseluler dan juga untuk memisahkan lemak dan

protein. Setelah itu dilakukan penambahan alkohol yang berfungsi untuk

mengendapkan karagenan.

Saat ini produksi karaginan kebanyakan menghasilkan semirefine

carrageenan (SRC) belum mendapatkan refine carrageenan oleh karena

itu pada penelitian ini berupaya untuk menghasilkan refine karagenan

dengan menggunakan metode alkohol. Pada proses ekstraksi karagenan

dengan metode alkohol digunakan larutan alkali yaitu KOH untuk

memisahkan karaginan dari rumput laut. KOH merupakan salah satu basa

kuat dan bersifat alkali sehingga dapat membantu ekstraksi polisakarida

dari rumput laut dan berfungsi untuk mengkatalisis hilangnya

gugus-6-sulfat dari unit monomernya dengan membentuk

3,6-anhidrogalaktosa sehingga dapat meningkatkan kekuatan gel dan

reaktifitas produk terhadap protein.

Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan penelitian untuk

menetukan berapa persen penambahan KOH lama waktu ekstraksi yang

diperlukan untuk menghasilkan rendemen karagenan yang tinggi serta

memiliki karakteristik yang baik.

Page 18: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

6.2 Rumusan Masalah

Produksi karagenan saat ini kebanyakan menghasilkan semirefine

carrageenanan(SCR) yang terbentuk chips atau serbuk. Oleh karena itu,

pada penelitian ini dilakukan proses ekstraksi karagenan menggunakan

metode alkohol yang diawali oleh ekstraksi karagenan dari rumput laut

dengan menggunakan perlakuan alkali KOH, kemudian dilanjutkan

dengan penyaringan untuk memisahkan karagenan dengan selulosanya

kemudian dilanjutkan dengan pengendapan menggunakan alkohol untuk

mendapatkan karagenan murni. Pada penelitian ini akan diketahui berapa

persen penambahan KOH dan berapa lama waktu yang diperoleh selama

proses ekstraksi berlangsung untuk menghasilkan rendemen karagenan

yang tinggi dan karakteristik yang baik.

6.3 Tujuan Dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa persen

penambahan KOH dan berapa lama waktu yang diperlukan selama

proses ekstraksi serta untuk mengetahui berapa rendemen yang

dihasilkan dan bagaimana karakteristik karagenan yang dihasilkan.

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi pada

pengoptimalan rumput laut menjadi produk turunannya untuk

menghasilkan karagenan.

Page 19: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Rumput Laut

Perairan indonesia memiliki potensi rumput laut yang sangat besar,

baik dari segi keanekaragaman hayati maupun potensi produksinya.

Potensi rumput laut dapat dikembangkan dan dimanfaatkan untuk

kesejahteraan rakyat, dimana rumput laut sudah lama digunakan sebagai

makanan dan obat terutama oleh masyarakat pesisir di negara-negara

Asia-Pasifik. Akan tetapi belum semua potensi rumput laut yang ada

dimanfaatkan secara maksimal. Daerah-daerah penghasil utama rumput

laut di Indonesia adalah laut Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,

Sulawesi Tengah, Maluku, NTB, NTT, Jawa Barat, D.I Yogyakarta, Jawa

Timur, Bengkulu dan Lampung (Munaf 2000). Produksi rumput laut

kering di Indonesia sekitar 50.000 ton senilai US$ 25 juta per tahun

(Anonim 2005).

Pembeli terbanyak rumput laut Indonesia adalah Singapura dan

Hongkong. Setelah diolah kemudian negara-negara tersebut mengekspor

ke Amerika Serikat, Perancis dan Denmark. Harga pasaran dunia untuk

produk dari Indonesia masih rendah. Hal ini disebabkan karena kualitas

rumput laut yang diolah masih belum sesuai dengan standar mutu

Internasional. Kandungan air rumput laut Indonesia masih tinggi,

dan masih tercampur dengan benda pengotor seperti pasir, karang, dan

Page 20: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

ranting kecil (Angka dan Suhartono 2000). Nilai jual rumput laut akan

lebih tinggi jika diekspor tidak dalam bentuk bahan mentah rumput laut

kering tetapi dalam bentuk hasil olahan, contohnya karagenan.

Penelitian yang dilakukan oleh Van Bosse (1913-1928) melaporkan

bahwa sekitar 555 jenis spesies rumput laut tumbuh di perairan Indonesia

(Basmal 2000). Rumput laut yang telah dimanfaatkan sebagai bahan

makanan ada 61 jenis dan 21 jenis diantaranya dapat dimanfaatkan

sebagai obat tradisional (Anggadiredja 1992). Rumput laut yang

mempunyai nilai ekonomis tinggi dan dijadikan sebagai bahan komoditi

ekspor yaitu Eucheuma, Gracilaria, Gelidium, Sargassum dan Hypnea

(LIPI 2000). Salah satu bentuk hasil olahan rumput laut yang paling

potensial dan bernilai ekonomis tinggi yaitu polisakarida alga, dan salah

satunya adalah karagenan (Satari 1996).

Rumput laut merupakan bagian dari tanaman laut biasanya dikenal

dengan sebutan seaweed nama umum untuk berbagai jenis alga yang

tumbuh di laut. Jenis rumput laut yang banyak dimanfaatkan adalah dari

jenis ganggang merah karena mengandung agar-agar, karagenan. Secara

taksonomi, rumput laut dikelompokkan ke dalam Divisio Thallophyta.

Berdasarkan kandungan pigmennya, rumput laut dikelompokkan menjadi

4 kelas (Othmer 1968) yaitu sebagai berikut :

1. Ganggang merah/red seaweed (Rhodophyceae), mendapatkan warna

merahnya dari Rhodophyta. Jenis ini tumbuh di bagian laut yang

paling dalam yaitu pada kedalaman 879 kaki. Warna merah pada

Page 21: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

rumput laut ini adalah unsur vital yang menunjang kelangsungan

hidupnya dan mempunyai peranan yang serupa dengan klorofil yaitu

menyerap cahaya biru dan ungu matahari yang menembus air laut.

2. Ganggang cokelat/brown seaweed (Phaeophyceae), yaitu warna

coklat pada brown seaweed ini di peroleh dari Phaeophyta. Jenis

rumput laut ini biasanya di jumpai di daerah sub tropis dan kutub.

3. Ganggang hijau/Green seaweed (Cyanophyceae), banyak di jumpai di

lautan yang dangkal dan biasanya dalam bentuk lembaran. Ulva atau

selada laut adalah jenis rumput laut dari jenis green seaweed yang

paling umum. Berbentuk seperti pita dengan kepanjangan yang bisa

mencapai 3 atau 4 feet dan merupakan sumber makanan untuk

hewan-hewan laut seperti kerang, kura-kura dan ikan.

Ketiga kelompok ini yang tumbuh di laut perkirakan ada sekitar

9000 jenis yang masing adalah sekitar 6000 jenis Rhodophyceae,

2000 jenis Phaeophyceae dan 1000 jenis Cholophyceae. Alga lainnya

yang berukuran kecil dan hanya terlihat dengan bantuan alat pembesar

seperti mikroskop tidak termasuk ke dalam kelompok rumput laut tetapi

merupakan kelompok tersendiri yang disebut plankton. Kelompok ini

selain kecil ukurannya juga gerakannya sangat dipengaruhi pergerakan air

sehingga keberadaannya sebagian besar bergantung kepada kondisi fisik

perairan selain faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap

pertumbuhannya.

Page 22: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Rumput laut memiliki kandungan karbohidrat (gula atau vegetable-

gum), protein, sedikit lemak, dan abu yang sebagian besar merupakan

senyawa garam natrium dan kalium. Selain itu, rumput laut juga

mengandung vitamin-vitamin, seperti vitamin A, B1, B2, B6, B12, dan C;

bekaroten ; serta mineral, seperti kalium, kalium fosfor, natrium, zat besi,

dan yodium. Beberapa jenis rumput laut mengandung lebih banyak

vitamin dan mineral penting, seperti kalsium dan zat besi bila

dibandingkan dengan sayuran dan buah-buahan. Beberapa jenis rumput

laut juga mengandung protein yang cukup tinggi, zat-zat tersebut sangat

baik untuk dikonsumsi sehari-hari karena mempunyai fungsi dan peran

penting untuk menjaga dan mengatur metabolisme tubuh manusia.

Rumput laut yang tumbuh diperairan Cina dimanfaatkan sebagai

obat dalam bentuk herbal medicine. Di Indonesia, meskipun tidak tercatat

dalam literatur obat tradisional, ternyata masyarakat di wilayah pesisir

sudah sejak lama dimanfaatkan beberapa jenis rumput laut untuk tujuan

pengobatan. Pada umumnya, air rebusan (decoction) rumput laut

digunakan untuk pengobatan dalam maupun luar. Cara pemanfaatan lain

yaitu dengan digerus terlebih dahulu, kemudian digunakan untuk obat luar

dalam bentuk bubur (Anggadiredja, 1996).

Rumput laut di bidang pengobatan tradisional digunakan untuk

pengobatan berbagai jenis penyakit. Sebagai antipiretik, digunakan jenis

Sargassum siliquosum, Ulva lactuca, Enteromorpha compressa, dan

Enteromorpha prolifera. Sebagai obat cacingan (anthelmintik dan

Page 23: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

vermifuges), digunakan Caloglosa sp, Grateloupia filicina, Codium sp.

Untuk pengobatan bronkhitis, asma, dan, batuk digunakan jenis-jenis

Porphyra atropurpurae, Eucheuma gelatinae, Euceuma muricatum,

Enteromorpha compressa, dan Enteromorpha prolifera. Untuk pengobatan

hemorroids, digunakan air rebusan (decoction) Gelidium amansii,

Gelidium latifolium, Gracilaria verucosa, Gracilaria eucheumoides,

Eucheuma gelatine, dan Euchema muricatum. Untuk mengatasi bisul,

pendarahan idung (mimisan), dan pemeliharaan kulit, digunakan gerusan

dari jenis Ulva lactuca, Enteromorpha (Anggadiredja, 1996).

Selain digunakan untuk bahan makanan dan obat, ekstrak rumput

laut yang merupakan hidrokoloid seperti agar, karagenan, dan alginat juga

banyak diperlukan dalam berbagai industri. Rumput laut dimanfaatkan

sebagai bahan penstabil, pengemulsi, pembentuk gel, pengental,

pensuspensi, pembentuk busa, dan pembentuk film. Karagenan

dimanfaatkan oleh industri farmasi, kosmetik, makanan dan minuman

seperti, saus, keju, kecap, susu cokelat, sirop (Anggadiredja, 1996).

II.2 Eucheuma cottonii

Eucheuma cottonii merupakan salah satu jenis rumput laut merah

(Rhodophyceae) penghasil karagenan, jenis karagenan yang dihasilkan

dari rumput laut Eucheuma cottonii adalah kappa karagenan. Eucheuma

cottonii memiliki ciri-ciri fisik seperti thallus silindris, permukaan licin,

cartilogineus. Keadaan warna tidak selalu tetap, kadang-kadang berwarna

hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah. Perubahan warna sering terjadi

Page 24: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

hanya karena faktor lingkungan. Kejadian ini merupakan suatu proses

adaptasi kromatik yaitu penyesuaian antara proporsi pigmen dengan

berbagai kualitas pencahayaan (Aslan, 1998).

Jenis Eucheuma cottonii mempunyai penampakan thallus bervariasi

mulai dari bentuk sederhana sampai kompleks. Duri-duri pada thallus

runcing memanjang, agak jarang-jarang dan tidak bersusun melingkari

thallus. Percabangan ke berbagai arah dengan batang-batang utama

keluar saling berdekatan ke daerah basal (pangkal). Rumput laut

Eucheuma cottonii memerlukan sinar matahari untuk proses fotosintesa.

Oleh karena itu, rumput laut jenis ini hanya mungkin dapat hidup pada

lapisan fotik, yaitu pada kedalaman sejauh sinar matahari masih mampu

mencapainya (Jana-Anggadiredjo, 2006). Gambar rumput laut Eucheuma

cottoni dapat dlihat sebagai berikut :

Gambar 1. Rumput Laut Eucheuma Cottonii

Umumnya Eucheuma cottonii tumbuh dengan baik didaerah pantai

terumbu karena tempat ini mempunyai persyaratan untuk pertumbuhan,

yaitu faktor kedalaman suhu, cahaya, substrat dan gerakan air. Habitat

Page 25: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

khasnya adalah daerah yang memperoleh aliran air laut yang tetap,

variasi suhu harian yang kecil dan substrat batu karang mati karena

tempat ini (Atmadja 1996).

Beberapa jenis Eucheuma mempunyai peranan penting dalam dunia

perdagangan internasional sebagai penghasil ekstrak karagenan. Kadar

karagenan dalam setiap spesies Eucheuma berkisar antara 54-73%

tergantung pada jenis dan lokasi tumbuhnya. Jenis asal mulanya didapat

dari perairan Sabah (Malaysia) dan kepulauan Suhu (Filipina).

Klasifikasi Eucheuma cottonii menurut (Aslan 1998) adalah sebagai

berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Rhodophyta

Kelas : Rhodophyceae

Ordo : Gigartinales

Famili : Solieraceae

Genus : Eucheuma cottonii

II.3 Karagenan

Karagenan yaitu getah rumput laut yang diperoleh dari hasil ekstraksi

rumput laut merah dengan menggunakan air panas (hot water)

atau larutan alkali pada temperatur tinggi (Glikcksman 1983). Karagenan

merupakan nama yang diberikan untuk keluarga polisakarida

linear yang diperoleh dari alga. Polisakrida tersebut tersusun dari

Page 26: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

sejumlah unit galaktosa dengan ikatan α (1,3) D-galaktosa dan

β (1,4) 3,6-anhidrogalaktosa secara bergantian, baik mengandung ester

sulfat atau tanpa sulfat.

Doty (1987), membedakan karagenan berdasarkan kandungan

sulfatnya menjadi dua fraksi yaitu kappa karagenan yang mengandung

sulfat kurang dari 28 % dan iota karagenan jika lebih dari 30 %. Winarno

(1996) menyatakan bahwa kappa karagenan dihasilkan dari rumput laut

jenis Eucheuma cottonii, iota karagenan dihasilkan dari Eucheuma

spinosum, sedangkan lambda karaginan dari Chondrus crispus,

selanjutmya membagi karaginan menjadi 3 fraksi berdasarkan unit

penyusunnya yaitu kappa, iota dan lambda karagenan yaitu :

Gambar 2. Struktur moleku kappa karagenan (Tojo dan Prado 2003).

Kappa-karagenan tersusun dari α(1,3)-D-galaktosa-4-sulfat dan

β(1,4)-3,6-anhidro-D-galaktosa. Kappa-karagenan juga mengandung

D-galaktosa-6-sulfat ester dan 3,6-anhidro-D-galaktosa-2-sulfat ester.

Adanya gugusan 6-sulfat, dapat menurunkan daya gelasi dari kappa-

karagenan, tetapi dengan pemberian alkali mampu menyebabkan

Page 27: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

terjadinya transeliminasi gugusan 6-sulfat, yang menghasilkan

3,6-anhidro-D-galaktosa. Dengan demikian derajat keseragaman molekul

meningkat dan daya gelasinya juga bertambah (Winarno, 1996)

Kappa karagenan jika dimasukkan ke dalam air dingin akan

membesar membentuk sebaran kasar yang memerlukan pemanasan

sampai 700C untuk melarutkannya. Suhu pembentukan gel dan kualitas

gel dipengaruhi oleh konsentrasi, jumlah dan adanya ion-ion logam seperti

K+, NH4+, Ca++, Sr++ dan Ba++. Secara umum karagenan membentuk gel

yang keras pada suhu antara 450C dan 650C dan meleleh kembali jika

suhu dinaikkan sampai 10-200C dari suhu yang telah ditetapkan tadi. Gel

yang lebih lemah terbentuk jika terdapat ion NH4+, Ca++, Sr++ dan Ba++.

Kappa karagenan mempunyai tipe gel yang rigid atau mudah pecah

dicirikan dengan tingginya sineresis, yaitu adanya aliran cairan pada

permukaan gel. Aliran ini berasal dari pengerutan gel sebagai akibatnya

meningkatnya gumpalan pada daerah penghubung. Sineresis tergantung

pada konsentrasi kation-kation yang ada dan harus dicegah dalam jumlah

yang berlebih (Anonim 1977). Gel yang terbentuk dari kappa karagenan

berwarna agak gelap dan mempunyai tekstur mudah retak (Fardiaz 1989).

Gambar 3. Struktur kimia iota karagenan (Tojo dan Prado 2003)

Page 28: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Iota karagenan diisolasi dari Eucheuma spinosum mengandung kira-kira

30% 3,6 anhidro-D-galaktosa dan 32% ester sulfat. Iota mempunyai gel

yang bersifat elastis, bebas sineresis (Anonim 1977). Gel yang terbentuk

berwarna lebih jernih dibandingkan jenis kappa karagenan dan

mempunyai tekstur empuk dan elastis (Fardiaz 1989). Molekul iota

karagenan ditandai dengan adanya 4-sulfat ester pada setiap residu

D-galaktosa dan gugus 2-sulfat ester pada setiap gugusan 3,6 anhidro-

D-galaktosa.

Iota karagenan mempunyai sifat larut dalam air dingin dan larutan

garam natrium. Di dalam larutan garam kation lain seperti K+ dan Ca2+

tidak dapat larut dan hanya menunjukkan pengembangan, yang

dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis dan konsentrasi kation,

densitas karagenan, suhu, pH, adanya ion penghambat dan yang lainnya.

Larutan iota karagenan stabil pada lingkungan elektrolit kuat seperti NaCl

20-25% (Angka dan Suhartono 2000).

Adapun sifat fisik yang dimiliki karagenan tipe iota ini adalah:

1. larutan memperlihatkan karakteristik thiksotropik

2. larut dalam air panas, Natrium karagenan iota larut dalam air dingin dan

air panas.

3. penambahan ion kalsium akan menyebabkan pembentukan gel tahan

lama, elastik, dan meningkatkan temperatur pembentukan gel dan

pelelehan.

4. gel bersifat elastik, membentuk heliks dengan ion Kalsium.

Page 29: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

5. gel bening

6. stabil dalam keadaan dingin

7. tidak dapat larut dalam sebagian besar pelarut organik

8. diperkirakan mengandung  32% ester sulfat dan 30% 3,6-AG

9. penggunaan konsentrasi 0.02-2.0%

Gambar 4. Struktur kimia lambda karagenan (Tojo dan Prado 2003)

Karagenan tipe lambda berbeda dengan kappa dan iota kargenan,

karena mengandung residu disulfat-D-galaktose, sedangkan kappa dan

iota karaginan selalu memiliki gugus 4-fosfat ester (Winarno 1996).

Struktur kimia lambda karagenan dapat dilihat pada gambar 4.

Adapun sifat fisik yang dimiliki karagenan tipe lambda ini adalah:

1. aliran bebas, larutan pseudo-plastik non-gel dalam air

2. larut sebagian dalam air dingin, dan larut dengan baik dalam air

panas.

3. tidak terbentuk gel, rantai polimer terdistribusi acak

4. kekentalan bervariasi dari kekenatalan rendah hingga tinggi

5. penambahan kation memberikan efek  yang kecil terhadap viskositas.

6. sesuai untuk pelarut yang dapat bercampur dengan air

Page 30: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

7. tidak dapat larut dalam sebagian besar pelarut organic

8. stabil dalam berbagai variasi temperatur, termasuk temperatur

pembekuan

9. larut dalam larutan garam 5%, baik dingin maupun panas

10. diperkirakan mengandung  35% ester sulfat dan sedikit atau bahkan

tidak mengandung 30% 3,6-AG sama sekali

11. penggunaan konsentrasi 0.1-1.0%

Berdasarkan pada stereotipe struktur molekul dan posisi ion

sulfatnya, iotakaraginan, kappa-karagenan, dan lambda karagenan yang

dibedakan oleh jumlah dan posisi ester sulfat dan kandungan 3,6 anhidro-

D-galaktosa. Ketiganya berbeda dalam sifat gel dan reaksinya terhadap

protein . Kappa karagenan menghasilkan gel yang kuat (rigid), sedangkan

iota-karagenan membentuk gel yang halus (flaccid) dan mudah dibentuk

(Anggadiredja, 1996).

Sifat dasar karagenan terdiri dari tiga tipe karagenan yaitu kappa,

iota dan lambda karaginan. Tipe karagenan yang paling banyak dalam

aplikasi pangan adalah kappa karagenan. Sifat-sifat karagenan meliputi

kelarutan, viskositas, pembentukan gel dan stabilitas pH.

II.3.1 Kelarutan

Kelarutan karagenan dalam air dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya tipe karagenan, temperatur, pH, kehadiran jenis ion tandingan

dan zat-zat terlarut lainnya. Gugus hidroksil dan sulfat pada karagenan

bersifat hidrofilik sedangkan gugus 3,6-anhidro-D-galaktosa lebih

Page 31: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

hidrofobik. Lambda karagenan mudah larut pada semua kondisi karena

tanpa unit 3,6-anhidro-D-galaktosa dan mengandung gugus sulfat yang

tinggi. Karagenan jenis iota bersifat lebih hidrofilik karena adanya gugus

2-sulfat dapat menetralkan 3,6-anhidro-D-galaktosa yang kurang hidrofilik.

Karagenan jenis kappa kurang hidrofilik karena lebih banyak memiliki

gugus 3,6-anhidro-D-galaktosa (cPKelco ApS 2004).

Karakteristik daya larut karagenan juga dipengaruhi oleh bentuk

garam dari gugus ester sulfatnya. Jenis sodium umumnya lebih mudah

larut, sementara jenis potasium lebih sukar larut. Hal ini menyebabkan

kappa karagenan dalam bentuk garam potasium lebih sulit larut dalam air

dingin dan diperlukan panas untuk mengubahnya menjadi larutan,

sedangkan dalam bentuk garam sodium lebih mudah larut. Lambda

karagenan larut dalam air dan tidak tergantung jenis garamnya

(cPKelco ApS 2004). Daya kelarutan karagenan pada berbagai media

dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Daya kelarutan karagenan pada berbagai media pelarutSifat-sifat Kappa Iota Lambda

Air panas Air dingin Susu panas Susu dingin Larutan gula Larutan garam Larutan organik

Larut suhu>60oCLarut Na Larut Kental Larut (panas)Tidak larut Tidak larut

Larut suhu>60oCLarut Na+

Larut Kental Susah larut Tidak larut Tidak larut

Larut Larut garam Larut Lebih kental Larut (panas) Larut (panas) Tidak larut

Sumber : cPKelco ApS (2004) Gliksman (1983)

Page 32: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

II.3.2 Viskositas

Viskositas adalah daya aliran molekul dalam sistem larutan.

Viskositas suatu hidrokoloid dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu

konsentrasi karagenan, temperatur, jenis karaginan, berat molekul dan

adanya molekul-molekul lain (Towle 1973; FAO 1990). Jika konsentrasi

karagenan meningkat maka viskositasnya akan meningkat secara

logaritmik. Viskositas akan menurun secara progresif dengan adanya

peningkatan suhu, pada konsentrasi 1,5% dan suhu 75oC. nilai viskositas

karagenan berkisar antara 5 – 800 cP (FAO 1990).

Viskositas larutan karagenan terutama disebabkan oleh sifat

karagenan sebagai polielektrolit. Gaya tolakan (repulsion) antar muatan-

muatan negatif sepanjang rantai polimer yaitu gugus sulfat,

mengakibatkan rantai molekul menegang. Karena sifat hidrofiliknya,

polimer tersebut dikelilingi oleh molekul-molekul air yang terimobilisasi,

sehingga menyebabkan larutan karagenan bersifat kental (Guiseley et al.

1980). Moirano (1977) mengemukakan bahwa semakin kecil kandungan

sulfat, maka nilai viskositasnya juga semakin kecil, tetapi konsistensi

gelnya semakin meningkat.

Adanya garam-garam yang terlarut dalam karagenan akan

menurunkan muatan bersih sepanjang rantai polimer. Penurunan muatan

ini menyebabkan penurunan gaya tolakan (repulsion) antar gugus-gugus

sulfat, sehingga sifat hidrofilik polimer semakin lemah dan menyebabkan

Page 33: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

viskositas larutan menurun. Viskositas larutan karagenan akan menurun

seiring dengan peningkatan suhu sehingga terjadi depolimerisasi yang

kemudian dilanjutkan dengan degradasi karagenan (Towle 1973).

II.3.3 Stabilitas pH

Karaginan dalam larutan memiliki stabilitas maksimum pada

pH 9 dan akan terhidrolisis pada pH dibawah 3,5. Pada pH 6 atau lebih

umumnya larutan karaginan dapat mempertahankan kondisi proses

produksi karaginan (Anonim 2004). Hidrolisis asam akan terjadi jika

karaginan berada dalam bentuk larutan, hidrolisis akan meningkat sesuai

dengan peningkatan suhu. Larutan karaginan akan menurun viskositasnya

jika pHnya diturunkan dibawah 4,3 (Imeson 2003).

Kappa dan iota karaginan dapat digunakan sebagai pembentuk gel

pada pH rendah, tetapi tidak mudah terhidrolisis sehingga tidak dapat

digunakan dalam pengolahan pangan. Penurunan pH menyebabkan

terjadinya hidrolisis dari ikatan glikosidik yang mengakibatkan kehilangan

viskositas. Hidrolisis dipengaruhi oleh pH, temperatur dan waktu. Hidrolisis

dipercepat oleh panas pada pH rendah (Moirano 1977). Stabilitas

karaginan dalam berbagai media pelarut dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Stabilitas karaginan dalam berbagai media pelarutStabilitas Kappa Iota Lamda

pH netral dan alkali

pH asam

Stabil

Terhidrolisis jikadipanaskan. Stabildalam bentuk gel

Stabil

Terhidrolisisdalam. Stabildalam bentuk

gel

Stabil

Terhidrolisis

Sumber: Glicksman (1983)

Page 34: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

II.3.4 Pembentukan Gel

Menurut Fardiaz (1989), pembentukan gel adalah suatu fenomena

penggabungan atau pengikatan silang rantai-rantai polimer sehingga

terbentuk suatu jala tiga dimensi bersambungan. Selanjutnya jala ini

menangkap atau mengimobilisasikan air di dalamnya dan membentuk

struktur yang kuat dan kaku. Sifat pembentukan gel ini beragam dari satu

jenis hidrokoloid ke jenis lain, tergantung pada jenisnya. Gel mempunyai

sifat seperti padatan, khususnya sifat elastis dan kekakuan.

Kappa-karaginan dan iota-karaginan merupakan fraksi yang

mampu membentuk gel dalam air dan bersifat reversible yaitu meleleh

jika dipanaskan dan membentuk gel kembali jika didinginkan. Proses

pemanasan dengan suhu yang lebih tinggi dari suhu pembentukan gel

akan mengakibatkan polimer karaginan dalam larutan menjadi random coil

(acak). Bila suhu diturunkan, maka polimer akan membentuk struktur

double helix (pilinan ganda) dan apabila penurunan suhu terus dilanjutkan

polimer-polimer ini akan terikat silang secara kuat dan dengan makin

bertambahnya bentuk heliks akan terbentuk agregat yang bertanggung

jawab terhadap terbentuknya gel yang kuat (Glicksman 1969).

Jika diteruskan, ada kemungkinan proses pembentukan agregat terus

terjadi dan gel akan mengerut sambil melepaskan air. Proses terakhir ini

disebut sineresis (Fardiaz 1989).

Page 35: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Manfaat karagenan sangat penting perannya sebagai stabilizer

(penstabil), thickener (bahan pengental), pensuspensi, pembentuk gel,

pengemulsi dan lain-lain. Menurut Sadhori (1989), manfaat karagenan

dalam bidang industri adalah sebagai berikut :

a. Bidang makanan

Industri makanan sebagai pengental pensuspensi, penstabil dan

pengemulsi, seperti pada produk-produk chocolate milk, ice cream,

keju, jelly, produk susu, makanan untuk diet, saus, mentega, sayur,

produk daging, ikan kaleng.

b. Bidang kosmetik

Industri kosmetika digunakan untuk pembuatan sabun, krim, pasta

gigi, lotion, shampo dan pewarna rambut.

c. Bidang kosmetika

Industri farmasi digunakan untuk peluntur, bahan suspensi,

pengemulsi, penstabil, tablet, salep, kapsul, plester, dan sebagainya.

d. Sebagai bahan adhesive dalam industri kertas dan industri tekstil,

pengalengan makanan, industri fotografi, inseksida, pastisida.

Sebagai bahan pengisi dalam industri tekstil.

Di Indonesia sampai saat ini belum ada standard mutu karagenan.

Standard mutu karagenan yang telah diakui dikeluarkan oleh Food

Agriculture Organization (FAO) dan Food Chemicals Codex (FCC)

European Economic Community (EEC). Spesifikasi mutu karagenan dapat

dilihat pada Tabel 3.

Page 36: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Tabel 3. Standar mutu karagenan

Parameter Karagenan komersial

Karaginan standar

FAO

Karaginan standar

FAO

Karaginan standar

FAOKadar air (%) 14,24±0,25 Maks 12 Maks 12 Maks 12Kadar abu (%) 18,60±0,22 15 – 40 18 – 40 15 – 40Kekuatan gel (dyne/cm2)

685,5024±13,43 - - -

Titik leleh (oC) 50,21±1,05 - - -Titik gel (oC) 34,10±1,86 - - -

Sumber : A/S Kobenhavas Pektifabrik (1978).

II.4 Ekstraksi Karagenan

Karagenan merupakan ekstrak rumput laut yang diperoleh dari hasil

ekstraksi rumput laut (alga merah) dengan menggunakan air panas atau

larutan alkali pada temperatur tinggi (Glicksman 1983). Karagenan

terdapat dalam dinding sel rumput laut atau matrix intraseluler dan

merupakan bagian penyusun terbesar dari berat kering rumput laut.

Karagenan merupakan senyawa hidrokoloid yang terdiri atas

ester kalium, natrium, magnesium dan kalium sulfat dengan galaktosa

3,6 anhidrogalaktosa kopolimer. Karagenan adalah suatu bentuk

polisakarida linear dengan berat molekul di atas 100 kDa atau berkisar

antara 100-800 ribu Da. Karagenan tersusun dari perulangan unit-unit

galaktosa dan 3,6-anhidrogalaktosa (3,6-AG). Keduanya, baik yang

berikatan dengan sulfat atau tidak, dihubungkan dengan ikatan glikosidik

α –1,3 dan β-1,4 secara bergantian (Winarno, 1996).

Jumlah dan posisi sulfat membedakan macam-macam polisakarida

rhodophyceae. Untuk dapat diklasifikasikan sebagai karagenan,

polisakarida tersebut harus mengandung 20 % sulfat berdasarkan berat

Page 37: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

kering membedakan karagenan berdasarkan kandungan sulfatnya, yaitu

kappa karagenan yang mengandung sulfat kurang dari 28 % dan

iota karagenan jika lebih dari 30 %. Sementara membagi karagenan

menjadi 3 fraksi berdasarkan unit penyusunnya yaitu kappa, iota dan

lambda karagenan. Kappa-karagenan dihasilkan dari rumput laut jenis

Kappaphycus alvarezii, iota-karagenan dihasilkan dari Eucheuma

spinosum, sedangkan lambda-karagenan dari Chondrus crispus,

Kappa-karagenan tersusun dari α(1,3)-D-galaktosa-4-sulfat dan

β(1,4)-3,6-anhidro-D-galaktosa. Kappa-karagenan juga mengandung

D-galaktosa-6-sulfat ester dan 3,6-anhidro-D-galaktosa-2-sulfat ester.

Adanya gugusan 6-sulfat, dapat menurunkan daya gelasi dari kappa-

karagenan, tetapi dengan pemberian alkali mampu menyebabkan

terjadinya transeliminasi gugusan 6-sulfat, yang menghasilkan

3,6-anhidro-D-galaktosa. Dengan demikian derajat keseragaman molekul

meningkat dan daya gelasinya juga bertambah (Winarno, 1996).

Iota-karagenan ditandai dengan adanya 4-sulfat ester pada setiap

residu D-glukosa dan gugusan 2-sulfat ester pada setiap gugusan

3,6-anhidro-D-galaktosa. Gugusan 2-sulfat ester tidak dapat dihilangkan

oleh proses pemberian alkali seperti kappa-karagenan. Iota-karagenan

sering mengandung beberapa gugusan 6-sulfat ester yang menyebabkan

kurangnya keseragaman molekul dan ini dapat dihilangkan dengan

Page 38: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

pemberian pelarut alkali. Lambda-karagenan berbeda dengan kappa- dan

iota- karagenan, karena memiliki residu disulpat α (1-4) D-galaktosa,

sedangkan kappa dan iota karagenan selalu memiliki gugus 4-fosfat ester

(Winarno, 1996).

Monomer-monomer dalam setiap fraksi karagenan dihubungkan oleh

jembatan oksigen melalui ikatan β-1,4 glikosidik. Monomer-monomer yang

telah berikatan tersebut digabungkan bersama monomer-monomer yang

lain melalui ikatan α-1,3 glokisidik yang membentuk polimer. Ikatan

1,3 glikosidik dijumpai pada bagian monomer yang tidak mengandung

sulfat yaitu monomer D-galaktosa-4-sulfat dan D-galaktosa-2-sulfat. Ion

sulfat tidak pernah ada pada atom C3, ikatan 1,4 glikosidik terdapat pada

bagian monomer yang mengandung jembatan anhidro yaitu monomer-

monomer 2,6-anhidro-D-galaktosa-2-sulfat dan 3,6-anhidro-D-galaktosa

serta pada D-galaktosa-2,6-disulfat (Glicksman, 1983). Unit-unit monomer

karagenan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Unit-unit monomer karagenan Fraksi

KaragenanMonomer

Kappa D-galaktosa 4-sufat 3,6 anhidro-D-galaktosaIota D-galaktosa 4-sulfat 3,6-anhidro-D-galaktosa

2-sulfatLambda D-galaktosa 2-sulfat D-galaktosa 2,6-disulfat

Sumber: Towle (1973)

Ekstraksi karagenan dari rumput laut Eucheuma cottonii pada

prinsipnya dimulai dengan sistem ekstraksi dengan suatu basa yang

kemudian dilanjutkan dengan penyaringan, pengendapan dan

penggilingan hingga menjadi suatu tepung. Untuk memperoleh tepung

Page 39: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

karagenan dengan kekuatan gel yang tinggi, rumput laut yang digunakan

sebaiknya rumput laut yang telah diberi perlakuan alkali panas.

Rasyid (2010), menjelaskan bahwa perbedaan penggunaan basa

berpengaruh pada kekentalan dan kekuatan gel karaginan. Jika diinginkan

suatu produk yang kental dengan kekuatan gel rendah maka digunakan

garam natrium, untuk gel yang elastis digunakan garam kalsium

sedangkan garam kalium menghasilkan gel yang keras. Untuk kappa

karaginan lebih sensitif terhadap ion-ion kalium sedangkan iota karaginan

lebih sensitif dengan ion-ion kalsium .

Towle (1973) menyatakan bahwa larutan alkali mempunyai dua

fungsi yaitu membantu ekstraksi polisakarida dari rumput laut dan

berfungsi untuk mengkatalisis hilangnya gugus-6-sulfat dari unit

monomernya dengan membentuk 3,6-anhidrogalaktosa sehingga

mengakibatkan kenaikan kekuatan gelnya. Hal ini didukung oleh hasil

penelitian Sheng Yao et al. (1986) ekstraksi yang dilakukan dengan NaOH

2 % mempunyai gel 3 – 5 kali lebih kuat jika dibanding dengan air.

Disamping itu alkali berfungsi untuk mencegah terjadinya hidrolisis

karagenan (Guiseley et a.l, 1980). KOH dipilih karena efek kation terhadap

kappa karagenan yang menghasilkan gel lebih kuat dibandingkan dengan

alkali lain seperti NaOH dan Ca(OH)2.

Ekstraksi karaginan dilakukan dengan metode pengepresan sebagai

berikut: rumput laut kering dicuci dengan air sampai bersih kemudian

rumput laut diekstraksi dengan menggunakan panci double unit dengan

Page 40: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

volume pelarut sebanyak 25 kali berat rumput laut kering. Ekstraksi

dilakukan menggunakan perlakuan bahan pengekstrak yaitu Soda Abu

dan NaOH dengan konsentrasi masing-masing 0,5% (b/v). Suhu selama

ekstraksi berkisar antara 90-95oC dan lama waktu ekstraksi 3 jam. Rumput

laut kemudian disaring dengan menggunakan kain penyaring. Filtrat yang

diperoleh kemudian dipanaskan kembali dengan menggunakan bahan

penjendal KOH 3% dan KCl 3%, serta bahan pengendap organik Isopropil

alkohol yang akan menarik air dari filtrat karaginan sehingga akan

diperoleh serat karaginan. Filtrat dibiarkan semalam sehingga menjendal

kemudian diiris dengan menggunakan alat pemotong agar-agar sehingga

diperoleh gel karaginan yang berupa lembaran dengan ketebalan + 0,8

cm. Lembaran karaginan kemudian dibungkus dengan menggunakan kain

blacu, selanjutnya dipress. Pengepresan dilakukan di dalam kotak kayu

dan diberi beban berupa batu yang ditambahkan secara bertahap.

Pengepresan dilakukan selama semalam, sehingga air keluar dan

diperoleh lembaran tipis. Setelah pengepresan selesai karaginan dijemur

beserta kainnya sehingga diperoleh karaginan kertas. Karaginan kertas

kemudian ditepungkan sehingga diperoleh karaginan tepung.

Pengendapan karagenan hasil ekstraksi yang telah mengalami

filtrasi dapat dilakukan dengan alkohol (Glicksman, 1983). Alkohol yang

dapat digunakan yaitu methanol, etanol dan isopropil alkohol. Kebanyakan

karagenan yang dipakai dalam pangan isolasi dengan pengendapan

selektif oleh isopropil alkohol karena hasilnya lebih murni dan

Page 41: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

pekat/kental. Hanya satu kekurangan Isopropil alkohol yaitu lebih mahal

dibanding methanol dan etanol.

Karaginan dapat dipisahkan menjadi dua komponen utama dengan

menggunakan ion Natrium yaitu fraksi tidak larut yang disebut kappa

karagenan dan fraksi larut yaitu lambda karagenan serta fraksi intermediat

yaitu iota karagenan (Soegiarto et al. 1978). Fraksi tidak larut disusun oleh

kappa karagenan yang mempunyai sifat menjedal, yang dapat dipisahkan

dengan terjadinya presipitasi dengan logam alkali tanah. Serat yang tidak

dapat larut air adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignin. Serat yang dapat

larut dalam air adalah pektin, gum, mucilage, glikan dan alga

Menurut Kasim (2004) kadar serat makanan dari rumput laut

Eucheuma cottonii mencapai 65,07% yang terdiri dari 39,47% serat

makanan yang tak larut air dan 25,7% serat makanan yang larut air

sehingga karaginan berpotensi untuk dijadikan sebagai bahan makanan

yang menyehatkan. Hal ini didasarkan pada banyak penelitian bahwa

makanan berserat tinggi mampu menurunkan kolesterol darah dan gula

darah.

Page 42: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

III. METODOLOGI PENELITIAN

III.1 Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober - Februari 2012

di Laboratorium Teknologi Pengolahan Pangan, Program Studi Ilmu dan

Teknologi Pangan, Jurusan teknologi Pertanian, Fakultas pertanian

Universitas Hasanuddin, Makassar.

III.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian kali ini yaitu erlenmeyer, gelas

piala, magnetic stirer, sendok, batang pengaduk, timbangan analitik, kain

saring, kertas pH, hotplate, termometer, batang penyangga, sentrifug,

baskom kecil.

Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah rumput laut

jenis Eucheuma cottonii yang diperoleh dari daerah Bantaeng.

Bahan-bahan kimia yang digunakan selama proses ekstraksi karaginan

adalah KOH, isopropanol, NaOH dan akuades.

III.3 Prosedur Penelitian

III.3.1 Ekstraksi Karagenan

1. Persiapan

Rumput laut kering yang digunakan adalah Eucheuma cottonii berasal

dari daerah Bantaeng.

Page 43: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

2. Perlakuan Alkali

Rumput laut dimasak dalam larutan alkali (penambahan NaOH 2%

hingga mencapai pH 8-9) dengan perbandingan aquades 1:20 pada

temperatur 85-90oC selama 2 jam. .

3. Penghancuran/agitasi

Rumput laut dihancurkan setelah mengalami perlakuan alkali seperti

bubur dengan proses pengadukan atau agitasi.

4. Ekstraksi

Rumput laut dimasak dalam kondisi alkali KOH (5%, 10%, 15%)

pH 9-10 dengan perbandingan aquades 1:3 pada temperatur

pemanasan 90oC selama 15 dan 18 jam . selama proses ekstraksi,

larutan diaduk menggunakan magnetik stirer untuk membantu proses

pengadukan.

5. Penyaringan/filtrasi

Bubur disaring dengan cepat dalam keadaan panas menggunakan kain

saring sampai filtrat dalam bentuk sol (cairan kental) terpisah dari

residu/ampas padat.

6. Penambahan alkohol

Ditambahkan Isopropanol 95% berlahan-lahan (sedikit-demi sedikit)

pada filtrat, pada suhu 60-70oC sambil diaduk sampai terbentuk

endapan karaginan yang akan terpisah dengan cairannya.

Page 44: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

7. Pengeringan/penepungan

Serat karaginan didinginkan dalam alat pengering pada suhu 60-70oC

selama 12 jam.

III.4 Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah rendemen

karaginan yang dihasilkan, sifat kimia karaginan yang meliputi kadar air,

kadar abu, serta sifat fisik karaginan (kadar serat dan viskositas.)

III.4.1 Metode analisa pengamatan

III.4.1.1 Kadar Air (Sudarmadji dkk, 1997)

Penentuan kadar air didasarkan pada perbedaan berat contoh

sebelum dan sesudah dikeringkan. Cawan porselin yang akan digunakan,

dikeringkan terlebih dahulu kira-kira 1 jam pada suhu 105oC, lalu

didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang hingga

beratnya tetap (A). contoh ditimbang kira-kira 2 g (B) dalam cawan

tersebut, dikeringkan dalam oven pada suhu 100-105oC selama 5 jam

atau beratnya tetap. Cawan yang berisi contoh didinginkan di dalam

desikator selama 30 menit lalu ditimbang hingga beratnya tetap (C).

Kadar air dihitung dengan rumus :

Kadar air (%) = (A+B )−C

Cx100%

III.4.1.2 Kadar Abu (Sudarmadji dkk., 1997)

Penentuan kadar abu didasarkan menimbang sisa mineral sebagai

hasil pembakaran bahan organik pada suhu sekitar 550oC. Cawan porselin

Page 45: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

dikeringkan di dalam oven selama satu jam pada suhu 105oC, lalu

didinginkan selama 30 menit didalam desikator dan timbang hingga

didapatkan berat tetap (A). Ditimbang contoh sebanyak 2 g (B), dimasukkan

ke dalam cawan porselin dan dipijarkan diatas nyala api pembakar bunsen

hingga tidak berasap lagi. Setelah itu dimasukkan kedalam tanur listrik

dengan suhu 650oC selama 12 jam. Selanjutnya cawan didinginkan selama

30 menit pada desikator, kemudian ditimbang hingga didapatkan berat

tetap (C). Kadar abu dihitung menggunakan rumus :

Kadar abu (%) = (A+B )−C

Cx100%

III.4.1.3 Viskositas (AOAC, 1995)

Viskositas adalah pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk

mengalir. Satuan dari viskositas adalah poise (1 poise=100 cP). Makin

tinggi viskositas menandakan makin besarnya tahanan cairan yang

bersangkutan. Larutan karaginan dengan konsentrasi 1,5% dipanaskan

dalam bak air mendidih sambil diaduk secara teratur sampai suhu

mencapai 75oC. Viskositas diukur dengan Viscometer Brookfield.

Spindel terlebih dahulu dipanaskan pada suhu 75oC kemudian

dipasang ke alat ukur viscometer brookfield. Posisi spindel dalam larutan

panas diatur sampai tepat, viskometer dihidupkan dan suhu larutan

diukur. Ketika suhu larutan mencapai 75oC dan nilai viskositas diketahui

dengan pembacaan viskometer pada skala 1 sampai 100. Pembacaan

dilakukan setelah satu menit putaran penuh 2 kali untuk spindel no 1.

Page 46: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

III.4.1.4 Rendemen (AOAC, 1995)

Rendemen karaginan sebagai hasil ekstraksi dihitung

berdasarkan rasio antara berat karaginan yang dihasilkan dengan berat

rumput laut kering yang digunakan.

Rendemen (%) = Berat karaginan keringBerat rumput laut kering

x100%

III.4.1.5 Kadar Serat (AOAC, 1995)

Sampel sebanyak 2 g dimasukan ke dalam labu Erlenmeyer 300

ml kemudian ditambahkan 50 ml H2SO4 0,325 N. Hidrolisis dengan Hot

Plate selama 30 menit pada suhu 1000 C. Setelah itu sampel ditambahkan

NaOH 1,25 N sebanyak 50 ml, kemudian dihidrolisis selama 30 menit.

Sampel disaring dengan kertas saring Whatman No. 41 yang telah

dikeringkan dan diketahui bobotnya. Kertas saring tersebut dicuci

berturut-turut dengan air panas. Kertas saring dikeringkan dalam oven

suhu 1050 C selama tiga jam, pengeringan dilanjutkan sampai bobot tetap.

Kemudian dihitung dengan rumus:

Serat kasar = bobot kertas saring dan serat – bobot kertas saring x 100%bobot sampel awal

III.5 Rancangan Percobaan

Penelitian ini akan mengkaji perbandingan hasil KOH dan

waktu ekstraksi. Rancangan percobaan yang dilakukan menggunakan

Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor yaitu konsentrasi KOH

(faktor A) dan waktu ekstraksi (faktor B) :

Page 47: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Konsentrasi KOH (faktor A) terdiri dari 3 taraf yaitu :

A1 = 5 %

A2 = 10 %

A3 = 15 %

Waktu eksraksi (faktor B) terdiri dari 2 taraf yaitu :

B1 = 6 jam

B2 = 9 jam

B3 = 12 jam

Masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak 2 kali ulangan.

III.6 Pengolahan Data

Data diperoleh dianalisis dengan menggunakan Analisis Sidik

Ragam Uji F, untuk mengetahui perbedaan pengaruh faktor yang

dicobakan, maka dilakukan uji Jarak Berganda menurut Duncan.

Page 48: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Gambar 05. Ekstraksi Karagenan Rumput Laut Eucheuma cottonii

Rumput Laut Kering

Perlakuan Alkali

Rumput laut dimasak dalam larutan Alkali pH 8-9 T : 85-90oC selama 2 jam

Persiapan bahan rumput laut(Eucheuma cottonii 25 g)

Pengeringan/Penepungan

Penghancuran/agitasii

EkstraksiRumput laut dimasak dalam

kondisi alkali/basa pH 9-10 dan T: 90C selama (15,18 jam)

Penambahan Alkohol , hingga berbentuk serat pada suhu (60-

70oC)

Filtrasi(dalam keadaan panas)

Alkali NaOH 2%

Aquades 1:20 (20 ml : 1g RL)

Aquades 1:3 (3ml : 1gr RL)

KOH(5%, 10%, 15%)

Isopropanol 95%

Analisa Pengamatan

- Kadar Air - Viskositas- Kadar Abu - Kadar Serat- Rendemen

Tepung Karaginan

Page 49: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Rendemen

Rendemen merupakan perbandingan berat produk yang diperoleh

terhadap berat bahan baku yang digunakan. Perhitungan rendemen

dilakakukan berdasarkan berat kering bahan. Rendemen tepung

menyatakan nilai efisiensi dari proses pengolahan sehingga dapat

diketahui jumlah tepung yang dihasilkan dari bahan dasar awalnya.

Perhitungan rendemen dilakukan untuk mengetahui persentase

karagenan yang dihasilkan dari rumput laut kering yang digunakan

berdasarkan konsentrasi KOH dan lama ekstraksi (Chapman dan

Chapman 1980).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen tertinggi

pada karagenan yang dihasilkan diperoleh dari perlakuan konsentrasi

KOH 10% dan lama ekstraksi 18 jam (A2B2 ) dengan nilai kadar

air sebesar 30,05%, Sedangkan rendemen terendah diperoleh

perlakuan konsentrasi KOH 5% dan lama 15 jam (A1B1) sebesar

16,10%. Berdasarkan data tersebut maka rendemen yang dihasilkan

pada karagenan sesuai dengan standar 27,72-35,53% (Paranginangin

dan Yunizial, 1999).

Hasil analisa sidik ragam faktor konsentrasi KOH terhadap rendemen

menunjukkan hasil yang berpengaruh sangat nyata. Sedangkan perlakuan

faktor waktu ekstraksi dan interaksi antara faktor penambahan KOH

dan

Page 50: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

faktor waktu ekstraksi menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap

rendemen yang diperoleh.

KOH 5% 15 jam

KOH 5% 18 jam

KOH 10% 15 jam

KOH 10% 18 jam

KOH 15% 15 jam

KOH 15% 18 jam

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

16.1018.85

26.6030.05

18.1016.60

Penambahan Konsentrasi KOH dan Waktu Ekstraksi

Rend

emen

(%)

Gambar 6. Pengaruh Penambahan KOH dan Waktu Ekstraksi Terhadap Rendemen Karagenan Murni (Refined Carragenan) yang dihasilkan

5% 10% 15%0

5

10

15

20

25

30

17.475

28.325

17.35

Jumlah Penambahan KOH

PERS

ENTA

SE (%

)

Gambar 7. Pengaruh Penambahan KOH Terhadap Rendemen Karaginan yang dihasilkan.

Page 51: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Dari hasil pengujian uji lanjut Duncan terhadap rendemen karagenan,

faktor penambahan KOH menunjukkan bahwa penambahan 5% KOH dan

15% tidak berbeda nyata dan penambahan KOH 10% menunjukkan

berbeda nyata dengan penambahan 5% dan 15%. Hasil dapat dilihat pada

Gambar 7.

Penambahan 5-10% KOH menyebabkan terjadinya peningkatan

jumlah rendemen karagenan yang dihasilkan, karena perlakuan

penambahan alkali menyebabkan kemampuan untuk mengekstrak

semakin tinggi, di mana perlakuan alkali membantu ektraksi polisakarida

menjadi sempurna dan mempercepat terbentuknya 3,6 anhidrogalaktosa

selama proses ekstraksi berlangsung. Hal ini sesuai dengan pernyataan

Glicksman (1983) bahwa kappa karagenan mempunyai jenis yang sensitif

terhadap ion kalium dan ion kalsium. Namun pada penambahan

15% dapat menurunkan rendemen yang dihasilkan dimana dalam proses

ekstraksi optimalisasi kesetimbangan harus diperhatikan antara pelarut

dan bahan yang akan diekstrak. Konsentrasi lebih dari 10% solven

(pelarut) terlalu tinggi sehingga menyebabkan kesetimbangan pelarut dan

bahan yang akan diekstrak tidak seimbang, sehingga menyebabkan

proses ekstraksi tidak optimal, hal ini menyebabkan penggunaan KOH

15% tidak menghasilkan rendemen yang tinggi. Hal ini sesuai dengan

pernyataan (Dian dan Intan 2009) bahwa dalam proses pembuatan

karagenan menggunakan metode ekstraksi dimana dilakukan pemisahan

Page 52: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

komponen solute (cair) dan campurannya menggunakan sejumlah massa

solven sebagai tenaga pemisah. Proses ekstraksi ini terdiri dari tiga

langkah besar yaitu proses pencampuran, proses pembuatan fasa

setimbang, dan proses pemisahan fasa setimbang. Solven merupakan

faktor terpenting dalam proses ekstraksi, sehingga pemilihan solven

merupakan faktor penting.

IV.2 Kadar Air

Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan

yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik

yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi

penampakan, tekstur dari bahan pangan (Winarno, 1997).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar air tertinggi pada

karagenan yang dihasilkan diperoleh dari perlakuan KOH 10% dan lama

ekstraksi 18 jam (A2B2) dengan nilai kadar air sebesar 11,98% Sedangkan

kadar air terendah terdapat pada konsentrasi 15% dan lama

ekstraksi 15 jam (A3B1) sebesar 8,97%. Berdasarkan data tersebut maka

kadar air yang diperoleh sudah memenuhi syarat tepung karaginan yang

dikeluarkan oleh FAO yaitu sebesar 12%.

Hasil analisa sidik ragam pada karagenan menunjukkan hasil

masing-masing perlakuan pada konsentrasi KOH dan Waktu Ekstraksi

yang diberikan tidak berpengaruh nyata pada taraf 5% dan 1% terhadap

nilai kadar air karagenan.

Page 53: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Pengaruh penambahan KOH terhadap kadar air karagenan

menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi KOH maka kadar air

karagenan semakin tinggi. Penambahan KOH hingga 10% menghasilkan

kadar air yang tinggi, namun pada konsentrasi KOH 15% kadar airnya

lebih sedikit. Hal ini disebabkan karena rendemen yang dihasilkan pada

KOH 15% juga sedikit, dan jika dibandingkan dengan kadar abu,

penambahan KOH 15% menunjukkan hasil bahwa kadar abunya lebih

tinggi. Artinya rendemen karagenan pada konsentrasi 15% lebih sedikit

sehingga air yang terikat juga lebih sedikit.

KOH 5% 15 jam

KOH 5% 18 jam

KOH 10% 15 jam

KOH 10% 18 jam

KOH 15% 15 jam

KOH 15% 18 jam

0.002.004.006.008.00

10.0012.0014.00

11.30 10.69 10.1711.98

8.9710.34

Penambahan Konsentrasi KOH dan Waktu Ekstraksi

KADA

R AI

R (%

)

Gambar 8. Pengaruh Penambahan KOH dan Waktu Ekstraksi Terhadap Kadar Air Karagenan Murni (Refined Carragenan) yang dihasilkan.

Pengaruh lama ekstraksi karagenan menunjukkan bahwa semakin

lama waktu ekstraksi maka semakin tinggi kadar air yang dihasilkan.

Hal ini disebabkan karena sifat karagenan yang mengikat air. Dalam hal

ini semakin lama ekstraksi berlangsung semakin banyak air yang terikat

pada karagenan.

Page 54: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

IV.3 Kadar Abu

Abu merupakan bahan tersisa hasil pembakaran yang merupakan

zat-zat anorganik berupa mineral. Hal tersebut terjadi karena proses

pembakaran pada pengukuran kadar abu menyebabkan zat-zat organik

pada bahan akan terbakar dan menyisakan abu. Rumput laut merupakan

bahan yang kaya akan mineral seperti Na, K, Ca, dan Mg. Pengukuran

kadar abu bertujuan untuk mengetahui besarnya kandungan mineral yang

terdapat dalam tepung karagenan hasil ekstraksi KOH dari rumput laut

Eucheuma cottonii.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar abu tertinggi pada

karaginan yang dihasilkan diperoleh dari perlakuan KOH 15% dan

lama ekstraksi 18 jam (A3B2) dengan nilai kadar abu sebesar

39,34% Sedangkan kadar abu terendah terdapat pada konsentrasi

5% dan lama ekstraksi 15 jam (A1B1) sebesar 17,93%. Berdasarkan data

tersebut maka kadar abu yang dihasilkan pada karagenan sesuai dengan

standar mutu karagenan (FAO) 18-40%.

Hasil analisa sidik ragam faktor konsentrasi KOH terhadap kadar abu

menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata. Sedangkan perlakuan faktor

waktu ekstraksi dan interaksi antara faktor penambahan KOH dan faktor

waktu ekstraksi menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap kadar

abu yang diperoleh.

Page 55: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Dari hasil pengujian uji lanjut Duncan terhadap kadar abu karagenan,

faktor penambahan KOH menunjukkan penambahan 5% KOH dan

10% tidak berbeda nyata dan penambahan KOH 15% menunjukkan

berbeda nyata dengan penambahan 5% dan 10%. Hasil dapat dilihat pada

Gambar 10.

KOH 5% 15 jam

KOH 5% 18 jam

KOH 10% 15 jam

KOH 10% 18 jam

KOH 15% 15 jam

KOH 15% 18 jam

0.005.00

10.0015.0020.0025.0030.0035.0040.0045.00

17.9322.03 23.82

31.2935.42

39.34

Penambahan Konsentrasi KOH Pelarut dan Waktu Ekstraksi

KADA

R AB

U (%

)

Gambar 9. Pengaruh Penambahan KOH dan Waktu Ekstraksi Terhadap Kadar Abu Karagenan Murni (Refined Carragenan) yang dihasilkan.

5% 10% 15%0.00

5.0010.00

15.0020.00

25.0030.00

35.0040.00

19.98

27.55

37.38

Jumlah Penambahan KOH

Gambar 10. Pengaruh Penambahan KOH Terhadap Kadar Abu Karagenan yang dihasilkan

Page 56: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Hasil penelitian (gambar 10) menunjukkan bahwa penambahan KOH

mempengaruhi persentase kadar abu pada karagenan yang dihasilkan.

Semakin tinggi konsentrasi KOH yang ditambahkan semakin tinggi kadar

abu yang dihasilkan. Dalam hal ini Kalium (K) melekat pada rumput laut

selama ekstraksi berlangsung. Dimana banyaknya kalium dan mineral

lainnya yang melekat pada rumput laut selama ekstraksi mengakibatkan

meningkatnya kadar abu pada karagenan yang dihasilkan.

Besarnya kadar abu dalam suatu bahan pangan menunjukkan

tingginya kandungan mineral dalam bahan pangan tersebut namun kadar

abu juga ditunjukkan dengan adanya unsur logam yang tidak larut dalam

air terutama Ca yang menempel pada bahan rumput laut (Sudarmadji

1984). Kandungan mineral total dalam bahan pangan dapat diperkirakan

sebagai kandungan abu yang merupakan residu an-organik yang tersisa

setelah bahan-bahan organik terbakar habis, semakin banyak kandungan

mineralnya maka kadar abu menjadi tinggi begitu juga sebaliknya apabila

kandungan mineral sedikit maka kadar abu bahan juga sedikit.

III.4 Viskositas

Viskositas merupakan salah satu sifat fisik karagenan yang cukup

penting. Pengujian viskositas dilakukan untuk megetahui tingkat

kekentalan karagenan sebagai larutan pada konsentrasi dan suhu

tertentu. Viskositas karagenan biasanya diukur pada suhu 75oC dengan

konsentrasi 1,5%(FAO 1990).

Page 57: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Viskositas pada karagenan yang dihasilkan menunjukkan nilai rata-

rata yang sama pada setiap perlakuan. Penambahan KOH dan waktu

ekstraksi tidak mempengaruhi viskositas karaginan yang dihasilkan.

Viskositas pada karaginan dipengaruhi oleh adanya garam-garam yang

terlarut dalam karaginan akan menurunkan muatan bersih sepanjang

rantai polimer. Penurunan muatan ini menyebabkan penurunan gaya

tolakan (repulsion) antar gugus-gugus sulfat, sehingga sifat hidrofilik

polimer semakin lemah dan menyebabkan viskositas larutan menurun.

Viskositas larutan karagenan akan menurun seiring dengan peningkatan

suhu sehingga terjadi depolimerisasi yang kemudian dilanjutkan dengan

degradasi karagenan (Towle 1973).

KOH 5% 15 jam

KOH 5% 18 jam

KOH 10% 15 jam

KOH 10% 18 jam

KOH 15% 15 jam

KOH 15% 18 jam

0.001.002.003.004.005.006.007.008.009.00

8.00 8.00 8.00 8.00 8.00 8.00

Penambahan Konsentrasi KOH dan Waktu Ekstraksi

VISK

OSI

TAS

Gambar 11. Pengaruh Penambahan KOH dan Waktu Ekstraksi Terhadap Viskositas Karagenan Murni (Refined Carragenan) yang dihasilkan.

Page 58: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

III.5 Kadar Serat

Serat yang terdapat pada karaginan merupakan jenis serat yang

larut dalam air. Almatsier (2009) menyatakan bahwa ada 2 macam

golongan serat yaitu yang tidak dapat larut dalam air dan yang dapat larut

air. Serat yang tidak dapat larut air adalah selulosa, hemiselulosa, dan

lignin. Serat yang dapat larut dalam air adalah pektin, gum, mucilage,

glikan dan alga. Serat pada karagenan mempunyai kemampuan

membentuk gel yang berpengaruh terhadap daya ikat air dan rendemen.

Hal ini sesuai dengan pendapat Wirjatmadi et al (2002) bahwa serat yang

larut dalam air cenderung bercampur dengan air membentuk jaringan gel

(seperti agar) atau jaringan yang peka .

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar serat tertinggi pada

karagenan yang dihasilkan terdapat pada konsentrasi KOH 5% dan

lama ekstraksi 15 jam (A1B1) dengan nilai kadar serat sebesar

6,92% Sedangkan kadar serat terendah terdapat pada konsentrasi KOH

15% dan lama ekstraksi 18 jam (A3B2) sebesar 2,01%.

Hasil analisa sidik ragam faktor konsentrasi KOH terhadap kadar

serat menunjukkan hasil yang berpengaruh nyata. Sedangkan perlakuan

faktor waktu ekstraksi dan interaksi antara faktor penambahan KOH dan

Page 59: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

faktor waktu ekstraksi menunjukkan tidak berpengaruh nyata terhadap

kadar serat yang diperoleh.

KOH 5% 15 jam

KOH 5% 18 jam

KOH 10% 15 jam

KOH 10% 18 jam

KOH 15% 15 jam

KOH 15% 18 jam

0.001.002.003.004.005.006.007.008.00

6.92

4.42 4.303.30

2.28 2.01

Penambahan Konsentrasi KOH dan Waktu Ekstraksi

KADA

R SE

RAT

(%)

Gambar 12. Pengaruh Penambahan KOH dan Waktu Ekstraksi Terhadap Kadar Serat Karagenan Murni (Refined Carragenan) yang dihasilkan.

Dari hasil pengujian uji lanjut Duncan terhadap kadar serat

karagenan, faktor penambahan KOH menunjukkan penambahan 5% KOH

dan 15% berbeda nyata dan penambahan KOH 10% menunjukkan tidak

berbeda nyata dengan penambahan 5% dan 15%. Hasil dapat dilihat pada

gambar 13.

5% 10% 15%0.001.002.003.004.005.006.00 5.67

3.80

2.14

Jumlah Penambahan KOH

PERS

ENTA

SE (%

)

Gambar 13. Pengaruh Penambahan KOH Terhadap Kadar Serat Karaginan yang dihasilkan

Page 60: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Hasil penelitian (gambar 13) menunjukkan bahwa penambahan KOH

mempengaruhi persentase kadar serat pada karagenan yang dihasilkan.

Semakin tinggi konsentrasi KOH yang ditambahkan semakin rendah kadar

serat yang dihasilkan. Peningkatan konsentrasi KOH dapat meningkatkan

pemisahan karagenan dengan serat kasar rumput laut. Serat yang

terdapat pada karagenan merupakan jenis serat yang larut dalam air.

Almatsier (2009) menyatakan bahwa ada 2 macam golongan serat yaitu

yang dapat larut dalam air dan yang dapat larut air. Serat yang tidak

dapat larut air adalah selulosa,hemiselulosa, dan lignin. Serat yang dapat

larut dalam air adalah pektin, gum, mucilage, glikan dan alga.

Page 61: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

V. KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan data yang telah didapatkan dari penelitian yang telah

dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Perlakuan KOH berpengaruh terhadap kadar air, kadar abu,

rendemen, viskositas, dan kadar serat sedangkan perlakuan waktu

ekstraksi tidak mempengarui proses ekstraksi terhadap karakteristik

karagenan yang dihasilkan

2. Perlakuan terbaik yang dihasilkan terhadap ekstraksi karaginan

Eucheuma cottoni dari penambahan KOH dan waktu ekstraksi

yaitu perlakuan KOH 10% 18 jam (A2B2) menghasilkan rendemen

30,05%, kadar air 11,98%, kadar abu 31,29%, viskositas 8cp, kadar

serat 3.30%.

V.1 Saran

Disarankan mengenai penggunaan alkohol jenis lain dalam proses

pengendapan karagenan.

Page 62: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1977. Carragenan. USA: Marine Colloids Division, FMC. Corporation. 1-35P.Dalam Pengaruh Pencampuran Kappa dan Iota Karagenan Terhadap Viskositas dan Kekuatan Gel Karagenan Campuran. Institut Petanian. Bogor.

Almatsier, S. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Aslan, L.M. 1998. Seri Budidaya Rumpu Laut. Kanisius. Yogyakarta.

Atmadja, WS., Kadi A Sulistijo, Rahmaniar. 1996. Pengenalan Jenis Algae Merah (Rhodophyta). Dalam Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi, LIPI. Jakarta.

Anggadiredja, J.T., 1992. Etnobotany and Etnopharmacology Study of Indonesian Marine Marco Algae. Study Report BPP Technology. Jakarta.

Anggadiredja, J.T., 1996. Kusmiyati, Sri Istini, dan H. Purwoto. Potensi dan Manfaat Rumput Laut Indonesia dalam Bidang Farmasi, Prosiding Seminar Nasional Rumput Laut, APBIRI. Jakarta.

Anggadiredjo, J.T., 2006. Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.

AOAC., 1995. Official Methods of Analysis of The Association of Official Analytical Chemists. Washington.

Angka, S. L., Suhartono MT. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian. Bogor.

Basmal, J., 2000. Perkembangan Teknologi Riset Penanganan Pasca Panen. Pusat Riset Pengolahan Produk dan sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan. Badan Riset Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta.

Chapman, V.J., dan D.J. Chapman. 1980. Seawed and Their Uses. Third edition Capman and Hall. Metheun Co. Ltd. London. P. 194-271.

Dian, dan Intan Dewi., 2009. Optimasi Proses Ekstraksi pada Pembuatan Karaginan dari Rumput Laut Eucheuma Cottonii Untuk Mencapai Foodgrade. Jurnal Teknik Kimia Universias Diponegoro. Semarang.

Page 63: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Doty, MS., Santos, GA., 1987. The Production and Uses of Eucheuma Dalam : Studies of Seven Commercial Seaweeds Resources. Ed. By : M.S. Doty, J.F. Caddy and B. Santelices. FAO Fish. Tech. Paper No. 281 Rome.

Eko Pebrianata, 2005. Dalam Skripsi Pengaruh dan Pencampuran Kappa dan Iota Karagenan Terhadap Kekuatan Gel dan Viskositas Karagenan Campuran. Bogor. http://www.cPKelco.com . Diakses tanggal 3 April 2012.

Eko Pebrianata, 2005. Dalam Skripsi Pengaruh dan Pencampuran Kappa dan Iota Karagenan Terhadap Kekuatan Gel dan Viskositas Karagenan Campuran. Bogor. http://www.beritasore.com/ekuin4.06.05.05.html. Diakses tanggal 2 Januari 2012..

Fardiaz, D., 1989. Hidrokoloid. Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor.

FAO, 1990. Training Manual on Glacilaria Culture and seawed Processing in China. Rome.

Glicksman, 1983. Seaweed extracts. Di dalam Glicksman M (ed). Food Hydrocolloids Vol II. CRC Press, Boca Raton, Florida.

Guiseley, KB., Stanley NF, Whitchouse PA. 1980. Carrageenan. Di dalam Whistler RL (ed). Handbook of Water Soluble Gums and Resins. New york : McGraw Hill Book Co.

Indriyani, H. dan E. Sumiarsih. 1999. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta.

Imeson, A. P., 2000. Carrageenan di dalam Handbook of Hydrocolloids. G. O. Badan riset Kelautan dan Perikanan. 2003. Proyek riset Kelautan dan Perikanan.Departemen Kelautan dan Perikanan : Jakarta

Kasim, S. R., 2004. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi dan Lamanya Waktu Pemberian Rumput Laut Eucheuma Cottoni Terhadap Kadar Lipid Serum Darah Tikus. (Skripsi Fakultas Perikanan) Universitas Brawijaya. Malang.

LIPI., 2000. Rumput Laut. http://www.warintek.net/rumputlaut.htm.

Page 64: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Moirano, AL., 1977. Sulfated Seaweed Polysacharides dalam Food Colloids. The AVI Publishing Company. Westport, Connecticut.

Munaf, DR., 2000. Rumput Laut. http//www.ristek.go.id. 16 Februari 2003.

Othmer, 1968. “Seaweed Colloids”, Encyclopedia of Chemical Technology, No 17: 763-784.

Paranginangin, R., dan Yunizial, 1999. Teknologi Ekstraksi Pikokoloid dari Rumput Laut. Prosiding Pra Kipnas VII Forum Komunikasi I Ikatan Fikologi Indonesia, 8 September, Puspitek, Serpong, Jakarta.

Rasyid, A. 2010. Ekstrak Natrium Alginat dari Alga Coklat. Pusat Penelitian Oseanografi.

Satari, R., 1996. Potensi Pemanfaatan Rumput Laut. Dalam Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi, LIPI. Jakarta.

Sadhori, N.S., 1989. Budidaya Rumput Laut. Balai Pustaka. Jakarta

Sheng, Yao., Wanging S.L., L.Zhien and Yanxia Z., 1986. Preparation and Properties of Carrageenan From some Species of Eucheuma in Hainan Island Cina. Jurnal Fish China.

Shoegiarto, A. et al., 1978. Rumput Laut (algae): manfaat, potensi dan usaha budidayanya. Lembaga Oseanologi Nasional, Jakarta.

Sudarmadji, S., Haryono dan Suhardi, 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Penerbit Angkasa. Bandung

Sudarmadji. S, H., Bambang dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian Edisi Ketiga. Liberty. Yogyakarta.

Towle, A.G., 1973. Carrageenan. In : R.L Whistler (Ed). Industrial Gum : Polysacharides and Their Derivates. Academic Press. London.

Tojo, E., Prado, J., 2003. Chemical composition of carrageenan blends determined by IR spectroscopy combined with a PLS multivariate calibration method. Carbohydrate Research.

Page 65: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Van, Bosse., 1913. A.W., List Des Alques du Siboga I: Myxophyceae, Chlorophyceae, Phaeophyceae avec le concours de M., 59a, 1186, Th. Reinhold, Siboga-Expeditie Monographic.

Winarno, FG., 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia. Jakarta.

Wirjatmadi, B. M., Adrianti dan S. Purwati., 2002. Pemanfaatan Rumput Laut (Eucheuma cottonii) dalam Meningkatkan Nilai Kandungan Serat dan Yodium Tepung Terigu dalam Pembuatan Mie Basah. Jurnal Penelitian Medika Eksakta.

Page 66: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

LAMPIRAN

Lampiran 1. Perhitungan Analisa Rendemen

Lampiran 1.1 Rekapitulasi Hasil Analisa Rendemen Karagenan

Perlakuan Rendemen (%) Total Rata-rataKOH Waktu Ekstraksi UL1 UL2

a1 b1 20.2 12 32.20 16.10

  b2 20.9 16.8 37.70 18.85

a2 b1 26.7 26.5 53.20 26.60

  b2 30.1 30 60.10 30.05

a3 b1 18.2 18 36.20 18.10

  b2 16.5 16.7 33.20 16.60

Total 132.60 120.00 252.60 126.30

Rata-rata 22.10 20.00 42.10 21.05

Lampiran 1.2 Tabel Hasil Analisa Sidik Ragam Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap Hasil Analisa Rendemen pada Karagenan Murni (Refined Carragenan).

Sumber Keragaman JK DB KT F hit. Sig.KOH 317.585 2 158.792 22.636 .002

Waktu Ekstraksi 7.363 1 7.363 1.050 .345

Interaksi 14.352 2 7.176 1.023 .415

Galat 42.090 6 7.015

Total 381.390 11

Keterangan :Sig > 0.05 = Tidak berpengaruh nyata (tn)0.01<Sig<0.05 = Berpengaruh Nyata (*)

Sig<0.01 = Berpengaruh Sangat Nyata (**)

Page 67: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Lampiran 1.3 Data Rekapitulasi Pengaruh Konsentrasi KOH terhadap Rendemen

KOH

Konsentrasi KOH UL1 UL2 Rata-rata

KOH 5% 20.55 14.4 17.475

KOH 10% 28.4 28.25 28.325

KOH 15% 17.35 17.35 17.35

Waktu Ekstraksi

Waktu Ekstraksi UL1 UL2 Rata-rata

15 jam 21.7 18.83333 20.26667

18 jam 22.5 21.16667 21.83333

Lampiran 1.4 Uji Lanjut Duncan Pengaruh Konsentrasi KOH terhadap Rendemen

Konsentrasi KOH NKelompok

1 215% 4 17.3500

5% 4 17.4750

10% 4 28.3250

Sig. .949 1.000Ket : Berpengaruh sangat nyata pada taraf 5%

Page 68: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Lampiran 2. Perhitungan Analisa Kadar Air

Lampiran 2.1 Rekapitulasi Hasil Analisa Kadar Air Karagenan

Perlakuan Kadar Air (%)Total Rata-rata

KOH Waktu Ekstraksi UL1 UL2

a1 b1 9.19 13.40 22.60 11.30

b2 9.67 11.71 21.38 10.69

a2 b1 9.54 10.80 20.35 10.17

b2 10.38 13.58 23.96 11.98

a3 b1 9.03 8.92 17.94 8.97

b2 11.54 9.15 20.69 10.34

Total 59.36 67.56 126.92 63.46

Rata-rata 9.89 11.26 21.15 10.58

Lampiran 2.2 Tabel Hasil Analisa Sidik Ragam Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap Hasil Analisa Kadar Air pada Karagenan Murni (Refined Carragenan).

Sumber Keragaman JK DB KT F hit. Sig.

KOH 5.046 2 2.523 .768 .505

Waktu Ekstraksi 2.210 1 2.210 .673 .444

Interaksi 3.309 2 1.654 .503 .628

Galat 19.719 6 3.286

Total 30.284 11

Ket. Tidak Berpengaruh Nyata pada taraf 5% dan 1%

Keterangan :Sig > 0.05 = Tidak Berpengaruh Nyata (tn)0.01<Sig<0.05 = Berpengaruh Nyata (*)

Sig<0.01 = Berpengaruh Sangat Nyata (**)

Lampiran 3. Perhitungan Analisa Kadar Abu

Page 69: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Lampiran 3.1 Rekapitulasi Hasil Analisa Kadar Abu Karagenan

Perlakuan Kadar Abu (%)Total Rata-rata

KOH Waktu Ekstraksi UL1 UL2

a1 b1 10.67 25.18 35.85 17.93

b2 21.93 22.13 44.06 22.03

a2 b1 26.98 20.66 47.64 23.82

b2 29.62 32.95 62.57 31.29

a3 b1 26.41 44.43 70.84 35.42

b2 35.85 42.83 78.68 39.34

Total 151.46 188.18 339.64 169.82

Rata-rata 25.24 31.36 56.61 28.30

Lampiran 3.2 Tabel Hasil Analisa Sidik Ragam Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap Hasil Analisa Kadar Abu pada Karagenan Murni (Refined Carragenan).

Sumber Keragaman JK DB KT F hit. Sig.

KOH 609.077 2 304.538 5.755 .040

Waktu Ekstraksi 79.980 1 79.980 1.511 .265

Interaksi 7.964 2 3.982 .075 .928

Error 317.526 6 52.921

Total 1014.546 11

Keterangan :Sig > 0.05 = Tidak berpengaruh nyata (tn)0.01<Sig<0.05 = Berpengaruh Nyata (*)

Sig<0.01 = Berpengaruh Sangat Nyata (**)

Lampiran 3.3 Data Rekapitulasi Pengaruh Konsentrasi KOH terhadap Kadar Abu

Page 70: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

KOHKonsentrasi KOH UL1 UL2 Rata-rata

KOH 5% 16.30 23.66 19.98

KOH 10% 28.30 26.81 27.55

KOH 15% 31.13 43.63 37.38

Waktu EkstraksiWaktu Ekstraksi UL1 UL2 Rata-rata

15 jam 21.35 30.09 25.72

18 jam 29.13 32.64 30.89

Lampiran 3.4 Uji Lanjut Duncan Pengaruh Konsentrasi KOH terhadap Kadar Abu

Konsentrasi KOH N Kelompok

1 2

5% 4 19.9775

10% 4 27.5525 27.5525

15% 4 37.3800

Sig. .191 .105

Ket : Berpengaruh Nyata pada taraf 5%.

Lampiran 4. Perhitungan Analisa Kadar Serat

Lampiran 4.1 Rekapitulasi Hasil Analisa Kadar Serat Karagenan

Page 71: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Perlakuan Kadar Serat (%)Total Rata-rata

KOH Waktu ekstraksi UL1 UL2

a1 b1 8.51 5.33 13.84 6.92

b2 4.78 4.06 8.84 4.42

a2 b1 4.25 4.34 8.59 4.30

b2 2.23 4.37 6.60 3.30

a3 b1 3.55 1.01 4.56 2.28

b2 2.29 1.72 4.01 2.01

Total 25.61 20.83 46.44 23.22

Rata-rata 4.27 3.47 7.74 3.87

Lampiran 4.2 Tabel Hasil Analisa Sidik Ragam Pengaruh Berbagai Perlakuan Terhadap Hasil Analisa Kadar Serat pada Karagenan Murni (Refined Carragenan).

Sumber Keragaman JK DB KT F hit. Sig.

KOH 24.918 2 12.459 6.797 .029

Waktu Ekstraksi 4.738 1 4.738 2.585 .159

Interaksi 2.578 2 1.289 .703 .532

Galat 10.997 6 1.833

Total 43.231 11Keterangan :Sig > 0.05 = Tidak berpengaruh nyata (tn)0.01<Sig<0.05 = Berpengaruh Nyata (*)Sig<0.01 = Berpengaruh Sangat Nyata (**)

Lampiran 4.3 Data Rekapitulasi Pengaruh Konsentrasi KOH terhadap Kadar Serat

Page 72: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

KOH

Konsentrasi KOH UL1 UL2 Rata-rata

KOH 5% 6.65 4.70 5.67

KOH 10% 3.24 4.36 3.80

KOH 15% 2.92 1.37 2.14

Waktu Ekstraksi

Waktu Ekstraksi UL1 UL2 Rata-rata

15 jam 5.44 3.56 4.50

18 jam 3.10 3.38 3.24

Lampiran 4.4 Uji Lanjut Duncan Pengaruh Konsentrasi KOH terhadap Kadar Serat

Konsentrasi KOH NKelompok

1 215% 4 2.1425

10% 4 3.7975 3.7975

5% 4 5.6700

Sig. .135 .098Ket : Berpengaruh Nyata 5%.

Page 73: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Lampiran 5. Perhitungan Analisa Viskositas

Lampiran 5.1 Rekapitulasi Hasil Analisa Viskositas Karagenan (%)

Perlakuan Viskositas Total Rata-rataKOH waktu ekstraksi 1 2

a1 b1 8 8 16.00 8.00

  b2 8 8 16.00 8.00

a2 b1 8 8 16.00 8.00

  b2 8 8 16.00 8.00

a3 b1 8 8 16.00 8.00

  b2 8 8 16.00 8.00

Total 48.00 48.00 96.00 48.00

Rata-rata 8.00 8.00 16.00 8.00

Lampiran 6. Rumput laut (Eucheuma cottonii)

Page 74: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Lampiran 7. Perlakuan alkali (pencampuran NaOH, dan akuades )

Lampiran 8. Gambar proses penghancuran

Page 75: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Lampiran 9. Gambar proses ekstraksi Rumput laut (Eucheuma cottonii) dan Alkali KOH + aquades

Lampiran 10. Gambar proses filtrasi (penyaringan) menggunakan kain saring

Page 76: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Lampiran 11. Gambar proses penambahan alkohol 95% hingga berbentuk serat

Lampiran 12. Gambar hasil endapan

Page 77: repository.unhas.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 1943... · Web view repository.unhas.ac.id, protein 17,2-27,13%, sedikit lemak 0,08%, dan abu 1,5% yang sebagian

Lampiran 13. Tepung Karagenan setelah pengeringan