%284%29_B._Yulistiyanto-UGM

11
 KAJIAN PENGEMBANGAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PADA WILAYAH SUNGAI PROGO-OPAK SERANG DENGAN RIBASIM  Study of Water R esources Man agement Deve lopment in Progo-Opa k-Serang  River Bas in using RIBASIM Bamban g Yulistiyanto 1) dan Bamban g Agus Kironoto 2) 1) , 2) Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada Jl. Gr afika 2 Yo gyakarta; email : [email protected] dan [email protected]  ABSTRACT  Land use change in Progo -Opak -Seran g (POS ) River Basin has caused hydrologic behavio r change , which it is  shown by th e flooding ev ents durin g the rainy se ason, and th e lack of wate r allocatio n during the dr y season . To anticipa te hydrologic behavior and water demand changes in the future, integrated water resources managements in Progo-Opak- Serang (PO S) River Basin, should be elaborated in the arrangement as well as develop ment progra m. Water resour ces allocations of the Progo-Opak-Serang (POS) River Basin at the present time (in the year of 2005) and in the future (i.e. in the year of 2015 and 2025) which are based on several difference developement scenarios were analysed and modeled by using RIBASIM Software. Calculation of water resources allocation was carried out by dividing the POS River Basin area into 52 water districts. Water balance analysis show there is surplus of water in most of water districts in Progo-Opak- Serang River Basin during the rainy season, and some of them are shortage of water during the dry season The highest water demand of POS River Basin is used for irrigation, which achieves to 82 % of total water demands, while for MDI (Muni cipal, Domes tic, and Industry) achie ves to 17.6 %, and fish pond, 0.4 %. By applying sever al scenarios of water resources development managements, i.e., by increasing the irrigation efficiency at about 5 %, rearranging the planting cultivation, and providing a new reservoir in down stream Progo River basin, i.e, Tinalah reservoir, the deficit of water balance during the dry season can be reduced significantly.  Keywo rds : water b alance , water r esources man agement, sce narios o f water resour ces de velopment, Rib asim PENDAHULUAN Wi layah Sungai (WS) Pr ogo Opak Serang terdiri dari tiga buah sungai utama yaitu: Kali Progo, Kali Opak (dan Kal i Oyo yang me rupak an anak sungai utama K. Opak), dan Kali Serang. Sebagian  besar dari areal wilayah sungai Progo Opak Serang  berada di wi layah admi ni st ra si DIY dan Jawa Tengah. Manajemen pengalokasian air yang ada saat ini bel um opt ima l, dimana bel um ada koo rdi nas i antara pe ng ambi la n ai r di ba gi an hulu de ng an  pengambilan air di hilirnya. Ada kecenderungan  pengambilan air di hulu berlebih, sehingga alokasi air di hilir, terutama pada musim kemarau, hanya mengandalkan local inflow saja. Hal ini dapat dilihat,  pada musim kemarau pada sebagian besar bendung tidak ada air yang melimpas ke hilir, karena semua masuk ke pintu pengambilan. Sungai-sungai di WS Pr ogo Opak Ser ang se cara umum juga te rdapa t  permasalahan besarnya fluktuasi debit sungai yang semaki n besar yan g mer upa kan indikator kur ang  baiknya pengelolaan DAS. Seirin g deng an keing inan pemer intah untu k meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan adanya  peningkatan pemenuhan kebutuhan masyarakat, se pe rti pe nin gk atan ke but uha n ak an saran a  permukiman, peningkatan daerah industri /  perdagangan, perhubungan, perkantoran, pariwisata, dll., mengakibatkan perubahan fisiografi (tata guna) lahan yan g ber dampak pad a per uba han per ila ku hidrologis, terutama yang menyangkut pola distribusi ali ran tahunan (continuo us flow behavio r ) mau pun  pola aliran puncak (  peak flow behavior ). Peru bahan peril aku hidro logi dan peru bahan fi si ografi (t at a guna) lahan te lah me nyebabkan  perubahan pola ketersediaan air yang ditandai dengan fenomena banjir di beberapa kawasan pada mus im huj an, dan kek eri nga n di mus im kemara u. Sehubu nga n den gan itu per lu ada nya sua tu upa ya  pengaturan kembali pengelolaan dan pengembangan sumber da ya air se cara le bi h te rp adu, de ng an memperhitungkan berbagai kemungkinan perubahan di masa yang akan datang.   Kajian Pengemb angan Pengelol aan Su mber Day a ............(B. Yulistiyanto dan B.A. Kironoto)  10

Transcript of %284%29_B._Yulistiyanto-UGM

Page 1: %284%29_B._Yulistiyanto-UGM

5/17/2018 %284%29_B._Yulistiyanto-UGM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/28429byulistiyanto-ugm 1/11

 

KAJIAN PENGEMBANGAN PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR 

PADA WILAYAH SUNGAI PROGO-OPAK SERANG DENGAN RIBASIM

 Study of Water Resources Management Development in Progo-Opak-Serang 

 River Basin using RIBASIM 

Bambang Yulistiyanto 1) dan Bambang Agus Kironoto 2)

1) , 2) Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada

Jl. Grafika 2 Yogyakarta; email : [email protected] dan [email protected] 

ABSTRACT

 Land use change in Progo-Opak-Serang (POS) River Basin has caused hydrologic behavior change, which it is

 shown by the flooding events during the rainy season, and the lack of water allocation during the dry season. To anticipatehydrologic behavior and water demand changes in the future, integrated water resources managements in Progo-Opak-

Serang (POS) River Basin, should be elaborated in the arrangement as well as development program. Water resourcesallocations of the Progo-Opak-Serang (POS) River Basin at the present time (in the year of 2005) and in the future (i.e. in

the year of 2015 and 2025) which are based on several difference developement scenarios were analysed and modeled byusing RIBASIM Software. Calculation of water resources allocation was carried out by dividing the POS River Basin area

into 52 water districts. Water balance analysis show there is surplus of water in most of water districts in Progo-Opak-

Serang River Basin during the rainy season, and some of them are shortage of water during the dry season The highest water demand of POS River Basin is used for irrigation, which achieves to 82 % of total water demands, while for MDI 

(Municipal, Domestic, and Industry) achieves to 17.6 %, and fish pond, 0.4 %. By applying several scenarios of water 

resources development managements, i.e., by increasing the irrigation efficiency at about 5 %, rearranging the planting cultivation, and providing a new reservoir in down stream Progo River basin, i.e, Tinalah reservoir, the deficit of water 

balance during the dry season can be reduced significantly.

 Keywords : water balance, water resources management, scenarios of water resources development, Ribasim

PENDAHULUAN

Wilayah Sungai (WS) Progo Opak Serang

terdiri dari tiga buah sungai utama yaitu: Kali Progo,

Kali Opak (dan Kali Oyo yang merupakan anak 

sungai utama K. Opak), dan Kali Serang. Sebagian

 besar dari areal wilayah sungai Progo Opak Serang

 berada di  wilayah administrasi DIY dan Jawa

Tengah.

Manajemen pengalokasian air yang ada saat

ini belum optimal, dimana belum ada koordinasiantara pengambilan air di bagian hulu dengan

 pengambilan air di hilirnya. Ada kecenderungan

 pengambilan air di hulu berlebih, sehingga alokasi

air di hilir, terutama pada musim kemarau, hanya

mengandalkan local inflow saja. Hal ini dapat dilihat,

 pada musim kemarau pada sebagian besar bendung

tidak ada air yang melimpas ke hilir, karena semua

masuk ke pintu pengambilan. Sungai-sungai di WS

Progo Opak Serang secara umum juga terdapat

 permasalahan besarnya fluktuasi debit sungai yang

semakin besar yang merupakan indikator kurang

 baiknya pengelolaan DAS.

Seiring dengan keinginan pemerintah untuk 

meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan adanya

 peningkatan pemenuhan kebutuhan masyarakat,

seperti peningkatan kebutuhan akan sarana

 permukiman, peningkatan daerah industri /

 perdagangan, perhubungan, perkantoran, pariwisata,

dll., mengakibatkan perubahan fisiografi (tata guna)

lahan yang berdampak pada perubahan perilakuhidrologis, terutama yang menyangkut pola distribusi

aliran tahunan (continuous flow behavior ) maupun

 pola aliran puncak ( peak flow behavior ).

Perubahan perilaku hidrologi dan perubahan

fisiografi (tata guna) lahan telah menyebabkan

 perubahan pola ketersediaan air yang ditandai

dengan fenomena banjir di beberapa kawasan pada

musim hujan, dan kekeringan di musim kemarau.

Sehubungan dengan itu perlu adanya suatu upaya

 pengaturan kembali pengelolaan dan pengembangan

sumber daya air secara lebih terpadu, dengan

memperhitungkan berbagai kemungkinan perubahan

di masa yang akan datang.

  Kajian Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya ............(B. Yulistiyanto dan B.A. Kironoto)

 

10

Page 2: %284%29_B._Yulistiyanto-UGM

5/17/2018 %284%29_B._Yulistiyanto-UGM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/28429byulistiyanto-ugm 2/11

 

METODE PENELITIAN

Langkah kegiatan kajian imbangan air dan

upaya pengembangan dapat diuraikan sebagai

 berikut ini.

Dalam melakukan kajian imbangan air 

diperlukan data sekunder berupa :

1. data hujan, dievaluasi dari 126 stasiun hujan

yang menyebar di WS Progo Opak Serang,

dengan periode pencatatan terpanjang tahun

1970 s/d 2004,

2. data klimatologi, dievaluasi dari 5 stasiun

klimatologi,

3. data aliran, dievaluasi dari data debit yang

diperoleh dari 30 stasiun pencatat debit (AWLR),

4. data penduduk,

5.  peta-peta informasi lahan diperoleh dari analisis

 peta topografi digital Bakosurtanal, Tahun 2001

dan 2004, dan

6. data skenario pengembangan ke depan (isu-isu

 pengembangan) yang diperoleh dari berbagai

sumber informasi, baik yang sifatnya sedang

dalam proses realisasi, maupun yang masih

dalam wacana pengembangan.

Dalam analisis neraca air (perhitungan

keseimbangan dan alokasi air), WS Progo Opak Serang dibagi menjadi sejumlah Water District 

(Daerah Pelayanan Air). Pembagian Water District di

WS Progo Opak Serang dilakukan dengan

memperhatikan lokasi bangunan air (bendung,

waduk), daerah irigasi yang dilayani, dan saluran-

saluran suplesi seperti Saluran Induk Progo Manggis,

Saluran Mataram, dan Saluran Kalibawang.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka WS Progo

Opak Serang dibagi menjadi 52 Water District , yang

terdiri dari 31 Water District di DAS Progo, 8 Water 

 District  di DAS Serang, 8 Water District  di DAS

Opak, dan 5 Water District di DAS Oyo.Dalam melakukan kegiatan analisis,

ketersediaan air dalam pengertian sumberdaya air 

dapat berasal dari ketersediaan air hujan

(atmosferik), air permukaan, dan air tanah.

Pencatatan hujan pada stasiun hujan umumnya lebih

mudah di dapat dari pada data debit dari AWLR,

sehubungan dengan itu dilakukan kalibrasi hujan-

aliran dengan  Model Mock. Data hujan yang

digunakan untuk kalibrasi yaitu data dari sub-

das/daerah pelayanan yang mempunyai data hujan

dan aliran yang mempunyai rentang waktu yang

sama.

Analisa kebutuhan air baku meliputi

kebutuhan air untuk domestik, non-domestik dan

industri. Jenis kebutuhan air tersebut antara lain

kebutuhan untuk air minum, rumah tangga,

 pelayanan listrik, komersial, kantor-kantor; dan

kebutuhan air untuk industri-industri. Kebutuhan air 

yang lain meliputi: industri besar, pemeliharaansungai, peternakan, perikanan, dan irigasi.

Dalam analisis lahan digunakan bantuan

 software Arc View (GIS), yang digunakan antara lain

untuk analisis data base, posisi kebutuhan air dalam

water district , serta proyeksi jumlah penduduk dalam

water district .

Simulasi alokasi air di WS POS dilakukan

dengan menggunakan bantuan perangkat lunak  DSS 

 RIBASIM . Kondisi imbangan air disamping

disimulasikan pada kondisi eksisting (Tahun 2005),

 juga dikaji beberapa skenario pengembangan

 pemanfaatan sumberdaya air denganmempertimbangkan proyeksi kebutuhan air untuk 

irigasi dan non-irigasi (utamanya pengusahaan

PDAM dan pemenuhan kebutuhan bagi industri,

untuk mengurangi tekanan penggunaan air tanah)

untuk tahun 2010 dan 2025 dengan skenario

 pengembangan sebagai berikut ini.

1. Skenario 1 : Kondisi Tahun 2010 dimana terjadi

 perubahan jumlah penduduk, perubahan luas

sawah, efisiensi irigasi tetap, pola tanam, dan tata

tanam tetap.

2. Skenario 2 : Skenario 1 + peningkatan efisiensiirigasi sekitar 5 %.

3. Skenario 3 : Skenario 2 + ada pengurangan

ketersediaan air permukaan karena ada

 pengambilan air dari sumber-sumber air di

Magelang sebesar 2 m3/dt, dan pengambilan air 

 baku dari Kali Progo untuk Kawasan Industri

Sentolo sebesar 0,5 m3/dt.

4. Skenario 4 : Kondisi tahun 2025 dengan kondisi

sama dengan Skenario 3 dengan perubahan

 jumlah penduduk, perubahan luas sawah

disesuaikan dengan proyeksi keadaan tahun 20255. Skenario 5 : Skenario 4 + dengan pola dan tata

tanam yang teratur (Padi-Padi Polowijo)

6. Skenario 6 : Skenario 5 + pembangunan Waduk 

Tinalah di DAS Progo hilir.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemodelan Alokasi Air

Pemodelan ketersediaan dan kebutuhan air dengan RIBASIM dilakukan sebagai berikut ini.

  Kajian Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya ............(B. Yulistiyanto dan B.A. Kironoto)

 

11

Page 3: %284%29_B._Yulistiyanto-UGM

5/17/2018 %284%29_B._Yulistiyanto-UGM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/28429byulistiyanto-ugm 3/11

 

- Ketersediaan air berasal dari air permukaan dan

air tanah. Air permukaan yang berasal dari air 

hujan dalam DSS RIBASIM dibedakan sebagai

aliran run-off  dan aliran base-flow, yang besarnya

dapat dianalisa dengan Model Mock. Aliran

 permukaan ini dimasukkan sebagai input data

dalam mensimulasi aliran run-off  maupun base flow ke dalam Variable Inflow Node.

-  pemodelan kebutuhan air irigasi disimulasikan

dengan Advanced Irrigation Node.

- Kebutuhan air  RKI  dalam DSS RIBASIM di

skematisasi dalam jaringan dengan  Public Water 

Supply Node. 

Skematisasi Jaringan pada RIBASIM

Skematisasi wilayah sungai disusun

sedemikian rupa sehingga ketersediaan air pada

setiap bangunan kontrol dan bangunan pengambilan

utama telah terwakili. Gambar 1 berikut ini

memberikan Sistem Jaringan untuk semua Water-

 District  di WS Progo Opak Serang. Pada gambar 

tersebut diperlihatkan sistem jaringan dan

 penggunaan titik-titik tertentu yang dipakai untuk 

memodelkan bangunan-bangunan air dan

ketersediaan air di setiap water district . Dengan

 bantuan software RIBASIM disimulasikan alokasi air 

di WS Progo Opak Serang. Hasil Running RIBASIM

dapat dijelaskan berikut ini.

  Gambar 1. Skematisasi Jaringan pada RIBASIM

Debit Air di Kali Progo

Pada Gambar 2 diberikan debit aliran pada

Kali Progo di lokasi Bendung Karang Talun yang

merupakan hasil simulasi dengan RIBASIM. Pada

Bendung Karang Talun terdapat dua pengambilan,

yaitu pengambilan untuk Saluran Kalibawang, dan

 pengambilan air untuk Karang Talun (Saluran

Mataram), juga diberikan debit di hulu dan hilir 

 bendung serta besarnya pengambilan di kedua intake

tersebut. Besarnya debit di Karang Talun padamusim kemarau bisa mencapai sekitar 22 m3/dt,

sementara di bagian hilir bendung, debit air 

mencapai sekitar 6 m3/dt, tergantung besarnya

 pengambilan air di Saluran Kalibawang dan Saluran

Mataram.

Kebutuhan Air

Hasil analisa kebutuhan air irigasi dan non

irigasi dengan RIBASIM di WS Progo Opak Serang

diberikan pada Tabel 1, dimana diperlihatkan

menurunnya kebutuhan air untuk irigasi pada tahun-

tahun prediksi yang disebabkan oleh menyusutnyaluas areal irigasi dan meningkatnya efisiensi irigasi.

Secara lebih detail perubahan kebutuhan air irigasi

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Januari 2008 : 10 – 20 12

Page 4: %284%29_B._Yulistiyanto-UGM

5/17/2018 %284%29_B._Yulistiyanto-UGM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/28429byulistiyanto-ugm 4/11

 

Kond is i Deb i t d i Bd Karang

0

2 0

4 0

6 0

8 0

1 00

1 20

  J  a  n -  1

  J  a  n -  2

   F  e   b -  1

   F  e   b -  2

   M  a  r  e  t

 -  1

   M  a  r  e  t -  2

  A  p  r   i   l -  1

  A  p  r   i   l -  2

   M  e   i -  1

   M  e   i -  2

  J  u  n   i -

  1  J  u  n   i -

  2  J  u   l   i -  1

  J  u   l   i -  2

  A  g   u  s  t -  1

  A  g   u  s  t -  2

  S  e  p  t -

  1

  S  e  p  t -

  2  O   k

  t -  1  O   k

  t -  2   N  o

  v -  1   N  o

  v -  2   D  e

  s -  1   D  e

  s -  2

      (     m

      3      /      d      t      )

H ulu In tak e K ara ng Ta lu n In ta ke Ka liba wa ng H ilir  

 

Gambar 2  Kondisi Debit Aliran di Bendung Karang Talun

tersebut diberikan pada sub-sub WS/DAS di WS

Progo Opak Serang, seperti diberikan pada Tabel 2.

Tabel 1. Kebutuhan air hasil Analisa dengan RIBASIM

Jenis

Kebutuhan

Kebutuhan Air (Juta m3/th)

Th 2005Tahun 2010 Tahun 2025

Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4 Skenario 5 Skenario 6  

Irigasi 2493 2388 2107 2114 2019 1575 1562

RKI 534 559 559 559 400 400 400

Kolam Ikan 12 12 12 12 12 12 12

Total 3039 2959 2678 2685 2430 1987 1974

Tabel 2. Kebutuhan Air Irigasi di sub-sub WS /DAS Progo Opak Serang

Sub WS /

DAS

Kebutuhan Irigasi (Juta m3/th)

Tahun

2005

Tahun 2010 Tahun 2025

Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4 Skenario 5 Skenario 6  

Opak Hilir 632,1 597,0 546,6 547,1 522,1 397,8 384,9

Serang 251,5 241,4 212,0 211,8 208,8 174,1 174,1

Oyo 103,7 101,8 91,6 91,6 88,0 69,5 69,5

Opak hulu 402,6 372,6 313,0 313,0 300,3 252,5 252,5

Progo hilir 98,0 88,3 81,4 81,4 82,0 66,1 66,1

Progo hulu 1004,8 986,5 862,1 868,6 817,3 614,9 614,9

  Kajian Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya ............(B. Yulistiyanto dan B.A. Kironoto)

 

13

Page 5: %284%29_B._Yulistiyanto-UGM

5/17/2018 %284%29_B._Yulistiyanto-UGM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/28429byulistiyanto-ugm 5/11

 

Total 2492,7 2387,6 2106,7 2113,6 2018,5 1574,9 1562,0

(sumber : hasil analisa dengan RIBASIM)bu

tuh

Gambar 3. Kebutuhan Air di WS Progo Opak Serang untuk Tahun 2005

Dari hasil analisa kebutuhan air dengan

 bantuan software RIBASIM, dapat diketahui bahwa

kebutuhan air terbesar dipakai untuk irigasi, yang

mencapai 82 % dari kebutuhan air total di WS Progo

Opak Serang. Pada Gambar 3 diperlihatkan besarnya

kebutuhan air irigasi dan non-irigasi (RKI, kolam

ikan, ternak, penggelontoran kota, dan pengambilan

PDAM) untuk Tahun 2005.

Imbangan Air

Dengan bantuan software RIBASIM

selanjutnya dihitung imbangan air (kebutuhan dan

alokasi air) untuk masing-masing jenis kebutuhan

air, di masing-masing water district. Secara

keseluruhan di WS POS, kondisi ketersediaan dan

kebutuhan air Tahun 2005 dapat diberikan pada

Gambar 4.

Untuk melihat lebih detail kondisi

keseimbangan air di WS POS, pada kajian

keseimbangan air ini dipilih hasil imbangan air di

salah satu water district yaitu, Water District Jombor 

dan Water District Van Der Wijck.

Water District Jombor, dipilih untuk mewakili

water district yang berada di bagian hulu. Gambar 5

memberikan pemenuhan kebutuhan air irigasi di

Water District Jombor. Pemenuhan kebutuhan air 

irigasi pada sawah-sawah yang ada di hulu (terutama

Progo Hulu dan Opak Hulu, terutama pada musimkemarau, sebagian dipenuhi oleh mata air yang

 banyak dijumpai di daerah tersebut. Mengingat data

mata air yang tersebar di water district bagian hulu

tidak terinventarisasi, baik lokasi maupun debitnya,

maka dalam simulasi Ribasim besarnya debit mata

air di water district  diinput kan sedemikian rupa

sehingga pemenuhan kebutuhan irigasi berada di atas

60%.

Pada Gambar tersebut juga diperlihatkan

kondisi  supply-demand  di water district  Jombor,

dimana pada masa tanam ketiga masih terjadi defisit

air. Pada gambar tersebut juga ditunjukkan bahwa

 pada masa tanam ke-3, ketersediaan air yang ada

hanya mampu mengairi sekitar 62 % dari luas sawah

 baku yang ada di Water District Jombor.

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Januari 2008 : 10 – 20 14

Kebutuhan Air di WS Progo Opak Serang Tahun2005

Kolam Ikan, 12 juta m3 

(0.4%)

RKI, 535 juta m3 

(17.6%)

Irigasi, 2493 juta m3

(82.0%)

Irigasi

RKIKolam Ikan

 

Supply-Demand di SWS POO th 2005

0

50

100

150

200

250

300

350

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23

1/2 bulan ke

    m     3     /     d

Demand = 3051 juta m3

supply = 4077 juta m3

 

Keseimbangan Air di WS Progo Opak Serang Th 2005

Page 6: %284%29_B._Yulistiyanto-UGM

5/17/2018 %284%29_B._Yulistiyanto-UGM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/28429byulistiyanto-ugm 6/11

 

Gambar 4. Keseimbangan Air Total di WS Progo Opak Serang (Th 2005)

Dengan demikian pada Water District Jombor 

mempunyai intensitas tanam sebesar 262. Untuk 

kebutuhan  RKI  di Water District  Jombor, yang

mengambil dari air tanah, tingkat pemenuhan

kebutuhan air RKI dapat mencapai 100 %

Water District  Van Der Wijck, dipilih untuk 

mewakili water district  yang mendapat suplesi air dari Saluran Mataram di bagian hulu. Gambar 6

memberikan pemenuhan kebutuhan air irigasi di

Water District  Van Der Wijck, dimana ditunjukkan

 besar debit ketersediaan dan kebutuhan air irigasi di

Water District  Van Der Wijck. Limpasan air, yang

merupakan sisa air yang tidak termanfaatkan, akan

menjadi debit suplesi ke daerah hilir, dalam hal ini

masuk ke Sungai Progo. Pada Gambar 6b tersebut,

tampak bahwa ketersediaan air yang ada mampu

mengairi luas sawah yang ada di Water District Van

Der Wijck, kecuali pada masa tanam ketiga dimana

hanya 58 % sawah yang terairi. Kebutuhan air untuk 

kolam ikan, yang dalam hal ini diasumsikan konstan

sepanjang tahun di WD Van Der Wijck sebesar 0,02

m3/th. Mengingat kondisi yang ada saat ini untuk 

sebagian besar kolam ikan menggunakan air darisaluran irigasi, sehingga tingkat pemenuhannya

tercukupi 100 %.

Hasil analisis imbangan air untuk  water 

district  yang lain diberikan pada Gambar 7 dan

Gambar 8 untuk Sub DAS Progo hilir dan Sub DAS

Opak. Hasil alokasi air untuk sub WS progo hulu,

Serang dan Oyo juga dikaji dengan RIBASIM, akan

tetapi tidak ditampilkan dalam tulisan ini.

Gambar 5. Ketersediaan dan Kebutuhan Air Irigasi di Water District Jombor.

Gambar 6. Ketersediaan Ai dan Kebutuhan Air Irigasi di Water District Van Der Wijck 

  Kajian Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya ............(B. Yulistiyanto dan B.A. Kironoto)

 

15

Supply dan Demand Air Irigasi WD Jombo

0

2

4

6

8

10

12

  J  a  n -  1

  J  a  n -  2

  F  e   b -

  1  F  e   b -

  2

   M  a  r  e  t -  1

   M  a  r  e  t -  2

  A  p  r   i   l -

  1

  A  p  r   i   l -  2

   M  e   i -

  1   M

  e   i -  2

  J  u  n   i -

  1

  J  u  n   i -

  2  J  u   l   i -  1

  J  u   l   i -  2

  A  g   u  s  t -  1

  A  g   u  s  t -  2

  S  e  p  t

 -  1

  S  e  p  t -

  2  O   k

  t -  1  O   k

  t -  2   N  o

  v -  1

   N  o  v -  2

   D  e  s -  1

   D  e  s -  2

     (    m     3     /     d     t     )

Demand Air irigasi

Supply Air Irigasi

Supply dan Demand Air Irigasi WD Van Der Wijc

0

1

2

3

4

5

6

7

  J  a  n -  1

  J  a  n -  2

  F  e   b -

  1  F  e   b -

  2

   M  a  r  e  t -  1

   M  a  r  e  t -

  2

  A  p  r   i   l -

  1

  A  p  r   i   l -

  2   M  e

   i -  1   M  e

   i -  2

  J  u  n   i -

  1

  J  u  n   i -

  2  J  u   l   i -  1

  J  u   l   i -  2

  A  g   u  s  t -  1

  A  g   u  s  t -  2

  S  e  p  t -

  1

  S  e  p  t -

  2  O   k

  t -  1  O   k

  t -  2

   N  o  v -  1

   N  o  v -  2

   D  e  s -  1

   D  e  s -  2

     (    m     3     /     d     t     )

Demand Air Irigasi

Supply Air Irigasi

Page 7: %284%29_B._Yulistiyanto-UGM

5/17/2018 %284%29_B._Yulistiyanto-UGM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/28429byulistiyanto-ugm 7/11

 

Gambar 7. Ketersediaan Air dan Kebutuhan Air Irigasi pada Beberapa Water District 

di Sub DAS Opak 

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Januari 2008 : 10 – 20 16

Page 8: %284%29_B._Yulistiyanto-UGM

5/17/2018 %284%29_B._Yulistiyanto-UGM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/28429byulistiyanto-ugm 8/11

 

Gambar 8. Ketersediaan Air dan Kebutuhan Air Irigasi pada Beberapa Water District 

di Sub DAS Progo hilir 

Keseimbangan air pada Th. 2010 dan Th. 2025

di WS Progo Opak Serang diberikan pada Gambar 4.

Pada gambar tersebut juga diperlihatkan kondisi

ketersediaan air di WS Progo Opak Serang, yang

diasumsikan konstan. Dari gambar tersebut, terlihat bahwa terjadi penurunan kebutuhan air total pada

Skenario 2, 4, dan Skenario 6, yang meliputi

kebutuhan air irigasi dan non irigasi (RKI, kolam

ikan, ternak, penggelontoran kota dan pengambilan

PDAM); dengan asumsi ketersediaan air tidak 

 berubah, terlihat bahwa pada musim kemarau, defisit

air masih tetap terjadi.

Gambar 9 memberikan perbandingan

kebutuhan air di WS Progo Opak Serang untuk 

Skenario 1 sampai dengan Skenario 6; dimana juga

ditampilkan kebutuhan air pada Tahun 2005.

Pada gambar tersebut juga diperlihatkan bahwakondisi kebutuhan air di WS Progo Opak Serang

 pada Skenario 2, dan Skenario 3 tidak berubah secara

signifikan (lihat Gambar 9, dimana kedua Skenario

tersebut ditunjukkan dengan kurva yang hampir 

 berimpit). Hal ini menunjukkan bahwa adanya

rencana pengambilan air dari Kali Progo untuk PDAM Kartamantul sebesar 2 m3/th, tidak banyak 

 berpengaruh terhadap kebutuhan air secara

keseluruhan di WS Progo Opak Serang. Pengaruh

 pengambilan air untuk PDAM tersebut hanya

 berakibat pada menurunnya tingkat pemenuhan

kebutuhan air irigasi pada beberapa water district 

yang mendapat suplesi air dari Selokan Mataram.

Kondisi yang sama juga diperlihatkan pada

Skenario 5 dan 6, pada Gambar 9 kurvanya hampir 

 berimpit, yang menunjukkan pembangunan Waduk 

Tinalah tidak memberikan pengaruh yang besar pada

keseimbangan air di WS Progo Opak Serang secarakeseluruhan.

  Kajian Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya ............(B. Yulistiyanto dan B.A. Kironoto)

 

17

Page 9: %284%29_B._Yulistiyanto-UGM

5/17/2018 %284%29_B._Yulistiyanto-UGM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/28429byulistiyanto-ugm 9/11

 

Gambar 9. Imbangan Air di WS Progo Opak Serang Th 2005, 2010, dan 2025

Untuk memberikan penjelasan lebih detail

tentang kondisi keseimbangan air, berikut ini

diberikan contoh perubahan kondisi keseimbangan

air untuk tahun 2005 dan 6 Skenario untuk salah satu

water district , yaitu WD Van Der Wijck. WD Van

Der Wijck, dipilih untuk mewakili water district 

yang mendapat suplesi air dari Selokan Mataram di

 bagian hulu. Gambar 10  memberikan  supply-demand  air irigasi di WD Van Der Wijck, dimana

diperlihatkan terjadi defisit pada musim tanam ketiga

 pada tahun 2005 dan tahun 2010, sedangkan pada

Skenario 5 (dengan pola tanam Padi-Padi-Polowijo

 pada seluruh luasan sawah yang ada) kebutuhan air 

irigasi di WD Van Der Wijck terpenuhi 100%.

Kondisi pemenuhan kebutuhan air non irigasi (RKI

dan kolam ikan) secara umum terpenuhi karena

disamping kebutuhan non irigasi tidak besar (sekitar 

10-20 % dari kebutuhan air total), juga dalam

RIBASIM diberikan prioritas yang lebih tinggidibandingkan dengan kebutuhan air irigasi (UU.

SDA No. 7 Th. 2004).

Gambar 10. Ketersediaan dan Kebutuhan Air Irigasi di WD Van Der Wijck untuk Beberapa Skenario Pengembangan

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Januari 2008 : 10 – 20 18

Supply-Demand di WS POO th 2005, th 2010 (Skenario 1,2,3)

dan th 2025 (Skenario 4,5,6)

0

50

100

150

200

250

300

350

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

1/2 Bulan ke-

    m     3     /     d    e     t

Supply th 2005 = 4077 juta m3

Demand th 2005 = 3039.3 juta m3

Demand Skenario 1 = 2958.6 juta m3

Demand Skenario 2 = 2677.8 juta m3

Demand Skenario 3 = 2684.6 juta m3

Demand Skenario 4 = 2430.1juta m3

Demand Skenario 5 = 1986.5 juta m3

Demand Skenario 6 = 1973.6 juta m3

Supply dan Demand Air Irigasi WD Van Der Wijck

0

1

2

3

4

5

6

7

  J  a  n -  1

  J  a  n -  2

  F  e  b -  1

  F  e  b -  2

  M  a  r  e  t

 -  1

  M  a  r  e  t

 -  2

  A  p  r  i  l -  1

  A  p  r  i  l -  2

  M  e  i

 -  1

  M  e  i

 -  2

  J  u  n  i -

  1

  J  u  n  i -

  2  J  u

  l  i -  1

  J  u  l  i -  2

  A  g   u  s  t -  1

  A  g   u  s  t -  2

  S  e  p  t

 -  1

  S  e  p  t

 -  2

  O  k  t -

  1  O  k  t -

  2

  N  o  v -  1

  N  o  v -  2

  D  e  s -  1

  D  e  s -  2

    (   m    3

/    d    t

Demand th 2005Demand Skenario 1Demand Skenario 2Demand Skenario 3Demand Skenario 4

Demand Skenario 5Demand Skenario 6Supply Air Irigasi th 2005

Page 10: %284%29_B._Yulistiyanto-UGM

5/17/2018 %284%29_B._Yulistiyanto-UGM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/28429byulistiyanto-ugm 10/11

 

Kondisi ketersediaan air di WS Progo Opak 

Serang mengalami fluktuasi debit yang besar antara

debit pada musim kemarau dan debit pada musim

hujan. Pada musim hujan ketersediaan air yang ada

sangat besar dan jauh melebihi kebutuhan air yang

ada, dan pada beberapa lokasi menyebabkan banjir.Sedangkan pada musim kemarau terjadi kekurangan

air. Kondisi defisit air irigasi tersebut untuk tiap

water district  diberikan pada Tabel 3. Pada tabel

tersebut diperlihatkan bahwa defisit air irigasi

menurun cukup signifikan dari tahun 2005 ke

skenario 1, yang disebabkan menyusutnya luas

sawah sehingga kebutuhan air irigasi berkurang.

Pada Skenario 2 defisit air irigasi juga semakin

 berkurang dengan adanya upaya peningkatan

efisiensi irigasi. Sedangkan pada Skenario 3 terjadi

 peningkatan defisit air irigasi dibandingkan pada

Skenario 2. Hal ini disebabkan oleh adanya

 pengurangan debit Kali Progo karena adanya

 pengambilan air dari mata air di Magelang sebesar 2

m3/dt untuk PDAM Kartamantul. Pada Skenario 4

diperlihatkan berkurangnya defisit air irigasi pada

Tahun 2025 dibandingkan pada Tahun 2010(Skenario 3). Pengurangan defisit air yang cukup

signifikan diperlihatkan pada Skenario 5, dimana

diterapkan pola tanam Padi-Padi-Polowijo. Pada

Skenario 6 disimulasikan kondisi dimana ada waduk 

Tinalah, dimana diperlihatkan adanya Waduk 

Tinalah hanya berpengaruh pada pengurangan defisit

air di beberapa water district  di selatan Selokan

Mataram. Kondisi defisit air irigasi untuk masing-

masing water district juga ditunjukkan dalam bentuk 

 jumlah ½ bulanan defisit.

Tabel 3. Defisit Air di WS POS (dalam satuan debit m3/dt dan dalam ½ bulanan defisit)

Satuan

Defisit Air Irigasi di 52 Water District 

Tahun

2005

Tahun 2010 Tahun 2025

Skenario 1 Skenario 2 Skenario 3 Skenario 4 Skenario 5 Skenario 6 

Juta m3/th 412,08 345,66 227,15 236,63 176,36 67,57 39,3

Jumlah ½

 bulanan

defisit air 

180 162 112 114 88 58 47

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada

MEE dan Dinas Kimpraswil DIY atas penyediaan

dana dan pengadaan  software RIBASIM untuk 

kegiatan studi ini. Terima kasih juga kami sampaikan

kepada para asisten yang telah membantu proses

analisis data, terutama kepada Sdr. Diani Rahman,

Amd, Fachrudin Hanafi, S.Si, Adi Satya, S.T., danArvandi, S.T.

 

KESIMPULAN

Dari hasil kajian dalam studi ini dapat

diperoleh beberapa disimpulkan sebagai berikut ini.

- Alokasi air di WS POS disimulasikan dengan

software RIBASIM untuk kondisi eksisting (Th

2005) dan skenario pengembangan pada 10 dan 20

tahun mendatang.

-Kebutuhan air di WS POS sebagian besar 

dipakai untuk kebutuhan irigasi, yang mencapai 82

% dari total kebutuhan, sedangkan RKI

membutuhkan 17,6 %, dan kolam ikan mencapai

0,4 %.

- Kondisi Imbangan air di WS POS, menunjukkan

surplus air pada musim penghujan dan defisit air 

 pada musim kemarau (Gambar 4).

- Dengan menerapkan beberapa alternatif 

skenario pengembangan pemanfaatan sumberdaya

air, besarnya defisit air selama musim kemarau

dapat berkurang.

DAFTAR PUSTAKA

- European Union dan Dinas Kimpraswil DIY,

2005,

Laporan Penunjang Penyusunan Rencana

Induk PSDA WS Progo-Opak-Oyo, BWRP

WS Progo Opak Oyo, Yogyakarta.

- Indra Karya, PT., 2003, Studi

Pengembangan

SWS Progo-Opak-Oyo Propinsi DIY,

Yogyakarta.

  Kajian Pengembangan Pengelolaan Sumber Daya ............(B. Yulistiyanto dan B.A. Kironoto)

 

19

Page 11: %284%29_B._Yulistiyanto-UGM

5/17/2018 %284%29_B._Yulistiyanto-UGM - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/28429byulistiyanto-ugm 11/11

 

- Korgt Der Van W.N.M., 2003a,  RIBASIM 

Version

6.31., User manual, Delft Hydraulics, Delft,

the Netherlands.

- Korgt Der Van W.N.M., 2003b,  RIBASIM 

Version

6.31., Technical Reference Manual, DelftHydraulics, Delft, the Netherlands

- Unit Perencanaan DIY, 2004, Laporan

Pendahuluan Studi BWRP SWS

Progo-Opak-Oyo Propinsi DIY

- Unit Perencanaan Jawa-Tengah, 2002,

Laporan

 Reconnaissance BWRP SWS Progo Propinsi

Jawa Tengah.

- UU SDA, No 7 Tahun 2004.

dinamika TEKNIK SIPIL, Volume 8, Nomor 1, Januari 2008 : 10 – 20 20