2016 November 00 Sampul Vol 20 No...

17
Vol. 20 No. 1 November 2016 Jurnal Vol. 20 No. 1 Halaman Yogyakarta ISSN Penelitian 1-102 November 2016 1410-5071 ISSN 1410-5071 Written Corrective F ritten Corrective F ritten Corrective F ritten Corrective F ritten Corrective Feedback in W eedback in W eedback in W eedback in W eedback in Writing Class: riting Class: riting Class: riting Class: riting Class: Students’ P Students’ P Students’ P Students’ P Students’ Preferences and T references and T references and T references and T references and Types of Errors ypes of Errors ypes of Errors ypes of Errors ypes of Errors Yuseva Ariyani Iswandari Perantara Peluruhan Proton dalam Model Korespondensi Spinor-Skalar Perantara Peluruhan Proton dalam Model Korespondensi Spinor-Skalar Perantara Peluruhan Proton dalam Model Korespondensi Spinor-Skalar Perantara Peluruhan Proton dalam Model Korespondensi Spinor-Skalar Perantara Peluruhan Proton dalam Model Korespondensi Spinor-Skalar Albertus Hariwangsa Panuluh & Mirza Satriawan Hubungan antara Kompetensi Kerja Tim dan Efektivitas Tim Proyek Hubungan antara Kompetensi Kerja Tim dan Efektivitas Tim Proyek Hubungan antara Kompetensi Kerja Tim dan Efektivitas Tim Proyek Hubungan antara Kompetensi Kerja Tim dan Efektivitas Tim Proyek Hubungan antara Kompetensi Kerja Tim dan Efektivitas Tim Proyek pada Kerja Kelompok Mahasiswa Psikologi USD pada Kerja Kelompok Mahasiswa Psikologi USD pada Kerja Kelompok Mahasiswa Psikologi USD pada Kerja Kelompok Mahasiswa Psikologi USD pada Kerja Kelompok Mahasiswa Psikologi USD R. Landung Eko Prihatmoko Pembentukan Karakter Bangsa Ala Sukarno dan Suharto Pembentukan Karakter Bangsa Ala Sukarno dan Suharto Pembentukan Karakter Bangsa Ala Sukarno dan Suharto Pembentukan Karakter Bangsa Ala Sukarno dan Suharto Pembentukan Karakter Bangsa Ala Sukarno dan Suharto dalam Perspektif Sejarah Pemerintahan di Indonesia dalam Perspektif Sejarah Pemerintahan di Indonesia dalam Perspektif Sejarah Pemerintahan di Indonesia dalam Perspektif Sejarah Pemerintahan di Indonesia dalam Perspektif Sejarah Pemerintahan di Indonesia Yulius Dwi Cahyono Pergerakkan Darat Ikan Amfibi: Pergerakkan Darat Ikan Amfibi: Pergerakkan Darat Ikan Amfibi: Pergerakkan Darat Ikan Amfibi: Pergerakkan Darat Ikan Amfibi: Periophthalmus Gracilis Eggert Periophthalmus Gracilis Eggert Periophthalmus Gracilis Eggert Periophthalmus Gracilis Eggert Periophthalmus Gracilis Eggert Gatot Nugroho Susanto Improving Learning Outcomes Improving Learning Outcomes Improving Learning Outcomes Improving Learning Outcomes Improving Learning Outcomes of Catholic Religious Education Method by Make a Mach of Catholic Religious Education Method by Make a Mach of Catholic Religious Education Method by Make a Mach of Catholic Religious Education Method by Make a Mach of Catholic Religious Education Method by Make a Mach FX. Sumarna Seputar Modul Auto Invarian Seputar Modul Auto Invarian Seputar Modul Auto Invarian Seputar Modul Auto Invarian Seputar Modul Auto Invarian Dewa Putu Wiadnyana Putra Implementasi Gaya Kepemimpinan T Implementasi Gaya Kepemimpinan T Implementasi Gaya Kepemimpinan T Implementasi Gaya Kepemimpinan T Implementasi Gaya Kepemimpinan Transformasional-Heroik ransformasional-Heroik ransformasional-Heroik ransformasional-Heroik ransformasional-Heroik dalam Bidang Pendidikan di Indonesia dalam Bidang Pendidikan di Indonesia dalam Bidang Pendidikan di Indonesia dalam Bidang Pendidikan di Indonesia dalam Bidang Pendidikan di Indonesia Ignas Suryadi Sw. Peranan Kepemimpinan Instruksional dalam Pendidikan: Peranan Kepemimpinan Instruksional dalam Pendidikan: Peranan Kepemimpinan Instruksional dalam Pendidikan: Peranan Kepemimpinan Instruksional dalam Pendidikan: Peranan Kepemimpinan Instruksional dalam Pendidikan: Konsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan di Indonesia Konsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan di Indonesia Konsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan di Indonesia Konsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan di Indonesia Konsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan di Indonesia Audra Febriandini Logho Balanced Scorecard: Balanced Scorecard: Balanced Scorecard: Balanced Scorecard: Balanced Scorecard: Sebuah T Sebuah T Sebuah T Sebuah T Sebuah Tantangan Baru Dunia P antangan Baru Dunia P antangan Baru Dunia P antangan Baru Dunia P antangan Baru Dunia Pendidik endidik endidik endidik endidikan di Indonesia an di Indonesia an di Indonesia an di Indonesia an di Indonesia Aleksandrea Tri Amboro Penggunaan enggunaan enggunaan enggunaan enggunaan Ex Ex Ex Ex Ex elsa Moodle elsa Moodle elsa Moodle elsa Moodle elsa Moodle sebagai Sumber Belajar Digital sebagai Sumber Belajar Digital sebagai Sumber Belajar Digital sebagai Sumber Belajar Digital sebagai Sumber Belajar Digital pada Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran pada Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran pada Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran pada Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran pada Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran Cecilia Paulina Sianipar

Transcript of 2016 November 00 Sampul Vol 20 No...

  • Vol. 20 No. 1 November 2016

    Jurnal Vol. 20 No. 1 Halaman Yogyakarta ISSNPenelitian 1-102 November 2016 1410-5071

    ISSN 1410-5071

    WWWWWritten Corrective Fritten Corrective Fritten Corrective Fritten Corrective Fritten Corrective Feedback in Weedback in Weedback in Weedback in Weedback in Writing Class:riting Class:riting Class:riting Class:riting Class:Students’ PStudents’ PStudents’ PStudents’ PStudents’ Preferences and Treferences and Treferences and Treferences and Treferences and Types of Errorsypes of Errorsypes of Errorsypes of Errorsypes of Errors

    Yuseva Ariyani Iswandari

    Perantara Peluruhan Proton dalam Model Korespondensi Spinor-SkalarPerantara Peluruhan Proton dalam Model Korespondensi Spinor-SkalarPerantara Peluruhan Proton dalam Model Korespondensi Spinor-SkalarPerantara Peluruhan Proton dalam Model Korespondensi Spinor-SkalarPerantara Peluruhan Proton dalam Model Korespondensi Spinor-SkalarAlbertus Hariwangsa Panuluh & Mirza Satriawan

    Hubungan antara Kompetensi Kerja Tim dan Efektivitas Tim ProyekHubungan antara Kompetensi Kerja Tim dan Efektivitas Tim ProyekHubungan antara Kompetensi Kerja Tim dan Efektivitas Tim ProyekHubungan antara Kompetensi Kerja Tim dan Efektivitas Tim ProyekHubungan antara Kompetensi Kerja Tim dan Efektivitas Tim Proyekpada Kerja Kelompok Mahasiswa Psikologi USDpada Kerja Kelompok Mahasiswa Psikologi USDpada Kerja Kelompok Mahasiswa Psikologi USDpada Kerja Kelompok Mahasiswa Psikologi USDpada Kerja Kelompok Mahasiswa Psikologi USD

    R. Landung Eko Prihatmoko

    Pembentukan Karakter Bangsa Ala Sukarno dan SuhartoPembentukan Karakter Bangsa Ala Sukarno dan SuhartoPembentukan Karakter Bangsa Ala Sukarno dan SuhartoPembentukan Karakter Bangsa Ala Sukarno dan SuhartoPembentukan Karakter Bangsa Ala Sukarno dan Suhartodalam Perspektif Sejarah Pemerintahan di Indonesiadalam Perspektif Sejarah Pemerintahan di Indonesiadalam Perspektif Sejarah Pemerintahan di Indonesiadalam Perspektif Sejarah Pemerintahan di Indonesiadalam Perspektif Sejarah Pemerintahan di Indonesia

    Yulius Dwi Cahyono

    Pergerakkan Darat Ikan Amfibi: Pergerakkan Darat Ikan Amfibi: Pergerakkan Darat Ikan Amfibi: Pergerakkan Darat Ikan Amfibi: Pergerakkan Darat Ikan Amfibi: Periophthalmus Gracilis EggertPeriophthalmus Gracilis EggertPeriophthalmus Gracilis EggertPeriophthalmus Gracilis EggertPeriophthalmus Gracilis EggertGatot Nugroho Susanto

    Improving Learning OutcomesImproving Learning OutcomesImproving Learning OutcomesImproving Learning OutcomesImproving Learning Outcomesof Catholic Religious Education Method by Make a Machof Catholic Religious Education Method by Make a Machof Catholic Religious Education Method by Make a Machof Catholic Religious Education Method by Make a Machof Catholic Religious Education Method by Make a Mach

    FX. Sumarna

    Seputar Modul Auto InvarianSeputar Modul Auto InvarianSeputar Modul Auto InvarianSeputar Modul Auto InvarianSeputar Modul Auto InvarianDewa Putu Wiadnyana Putra

    Implementasi Gaya Kepemimpinan TImplementasi Gaya Kepemimpinan TImplementasi Gaya Kepemimpinan TImplementasi Gaya Kepemimpinan TImplementasi Gaya Kepemimpinan Transformasional-Heroikransformasional-Heroikransformasional-Heroikransformasional-Heroikransformasional-Heroikdalam Bidang Pendidikan di Indonesiadalam Bidang Pendidikan di Indonesiadalam Bidang Pendidikan di Indonesiadalam Bidang Pendidikan di Indonesiadalam Bidang Pendidikan di Indonesia

    Ignas Suryadi Sw.

    Peranan Kepemimpinan Instruksional dalam Pendidikan:Peranan Kepemimpinan Instruksional dalam Pendidikan:Peranan Kepemimpinan Instruksional dalam Pendidikan:Peranan Kepemimpinan Instruksional dalam Pendidikan:Peranan Kepemimpinan Instruksional dalam Pendidikan:Konsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan di IndonesiaKonsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan di IndonesiaKonsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan di IndonesiaKonsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan di IndonesiaKonsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan di Indonesia

    Audra Febriandini Logho

    Balanced Scorecard:Balanced Scorecard:Balanced Scorecard:Balanced Scorecard:Balanced Scorecard: Sebuah T Sebuah T Sebuah T Sebuah T Sebuah Tantangan Baru Dunia Pantangan Baru Dunia Pantangan Baru Dunia Pantangan Baru Dunia Pantangan Baru Dunia Pendidikendidikendidikendidikendidikan di Indonesiaan di Indonesiaan di Indonesiaan di Indonesiaan di IndonesiaAleksandrea Tri Amboro

    PPPPPenggunaan enggunaan enggunaan enggunaan enggunaan ExExExExExelsa Moodle elsa Moodle elsa Moodle elsa Moodle elsa Moodle sebagai Sumber Belajar Digitalsebagai Sumber Belajar Digitalsebagai Sumber Belajar Digitalsebagai Sumber Belajar Digitalsebagai Sumber Belajar Digitalpada Mata Kuliah Perencanaan Pengajaranpada Mata Kuliah Perencanaan Pengajaranpada Mata Kuliah Perencanaan Pengajaranpada Mata Kuliah Perencanaan Pengajaranpada Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran

    Cecilia Paulina Sianipar

  • JURNAL PENELITIANISSN 1410-5071

    Volume 20, Nomor 1, November 2016, hlm. 1-102

    Jurnal Penelitian yang memuat ringkasan laporan hasil penelitian ini diterbitkan oleh LembagaPenelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Sanata Dharma, dua kali setahun: Mei dan November.

    D E W A N R E D A K S I

    Pemimpin RedaksiDr. Anton Haryono, M.Hum.

    Ketua LPPM Universitas Sanata Dharma

    Sekretaris RedaksiDr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum.

    Kepala Pusat Penerbitan dan Bookshop Universitas Sanata Dharma

    Tim Redaksi Nomor IniDr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum.

    Prof. Dr. Praptomo Baryadi Isodarus, M.Hum.,Dra. Novita Dewi, M.S., M.A. (Hons.), Ph.D.

    Alamat Redaksi dan Administras Gedung LPPM Universitas Sanata Dharma, Mrican, Tromol Pos 29,Yogyakarta 55002, Telepon: (0274) 513301, 515352, ext. 1527, Fax: (0274) 562383. Homepage: http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/. E-mail: [email protected]

    Redaksi menerima naskah ringkasan laporan hasil penelitian baik yang berbahasa Indonesia maupun yangberbahasa Inggris. Naskah harus ditulis sesuai dengan format di Jurnal Penelitian seperti tercantum padahalaman belakang bagian “Ketentuan Penulisan Artikel Jurnal Penelitian” dan harus diterima oleh Redaksipaling lambat dua bulan sebelum terbit.

    Administrasi & Sirkulasi: Administrasi Keuangan:Maria Dwi Budi Jumpowati, S.Si. Maria Imaculata Rini Hendriningsih, SE.

    Gutomo Windu, S.Pd. Agnes Sri Puji Wahyuni, Bsc.Caecilia Venbi Astuti, S.Si.

    Administrasi Distribusi: Tata LetakVeronika Margiyanti Thomas A. Hermawan Martanto, Amd.

  • JURNAL PENELITIANISSN 1410-5071

    Volume 20, Nomor 1, November 2016, hlm. 1-102

    DAFTAR ISI

    Daftar Isi iii

    Kata Pengantar iv

    Written Corrective Feedback in Writing Class: Students’ Preferencesand Types of Errors 1~9Yuseva Ariyani Iswandari

    Perantara Peluruhan Proton dalam Model Korespondensi Spinor-Skalar 10~15Albertus Hariwangsa Panuluh & Mirza Satriawan

    Hubungan antara Kompetensi Kerja Tim dan Efektivitas Tim Proyekpada Kerja Kelompok Mahasiswa Psikologi USD 16~24R. Landung Eko Prihatmoko

    Pembentukan Karakter Bangsa Ala Sukarno dan Suharto dalam PerspektifSejarah Pemerintahan di Indonesia 25~35Yulius Dwi Cahyono

    Pergerakkan Darat Ikan Amfibi: Periophthalmus Gracilis Eggert 36~39Gatot Nugroho Susanto

    Improving Learning Outcomes of Catholic Religious Education Methodby Make a Mach 40~48FX. Sumarna

    Seputar Modul Auto Invarian 49~53Dewa Putu Wiadnyana Putra

    Implementasi Gaya Kepemimpinan Transformasional-Heroikdalam Bidang Pendidikan di Indonesia 54~68Ignas Suryadi Sw.

    Peranan Kepemimpinan Instruksional dalam Pendidikan:Konsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan di Indonesia 69~80Audra Febriandini Logho

    Balanced Scorecard: Sebuah Tantangan Baru Dunia Pendidikandi Indonesia 81~92Aleksandrea Tri Amboro

    Penggunaan Exelsa Moodle sebagai Sumber Belajar Digitalpada Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran 93~101Cecilia Paulina Sianipar

    Biografi Penulis 102

    iii

  • KATA PENGANTAR

    Sama seperti jurnal penelitian sebelumnya,persoalan pendidikan dan pengajaran masih menjadisorotan utama dalam Jurnal Penelitian UniversitasSanata Dharma Vol. 20 No. 1 November 2016 kaliini. Selain karena Sanata Dharma memiliki tradisi yangpanjang dan kuat dalam bidang pendidikan danpengajaran, kini Sanata Dharma memiliki programMagister Manajemen (MM USD) yang salah satukonsentrasinya adalah pendidikan. Intervensi disiplinmanajemen terhadap dunia pendidikan merupakansebuah conditio sine qua non. Keberhasilan duniapendidikan mencapai tujuannya banyak tergantungpada kemampuan dan keterampilan majemen, baik ditingkat guru, kepala sekolah, pengurus yayasan,sampai pada pemerintah.

    Dalam jurnal ini, ada tiga artikel yang ditulismahasiswa MM USD konsentrasi pendidikan. Artikelpertama berjudul “Implementasi Gaya KepemimpinanTransformasional-Heroik dalam Bidang Pendidikan diIndonesia” ditulis oleh Ignas Suryadi Sw. Dalam duniapendidikan, gaya kepemimpinan kepala sekolah danpemangku kepentingannya sangat berpengaruhterhadap penciptaan budaya sekolah dan kualitaslulusannya. Selain kepemimpinan instruksional yangdominan di dunia pendidikan, kepemimpinantransformasional dan kepemimpinan heroik dipandangsebagai solusi terhadap persoalan pendidikan diIndonesia. Tulisan ini merangkum dua gayakepemimpinan sekaligus, yaitu kepemimpinantransformasional dan kepemimpinan heorik yangditawarkannya sebagai formula model kepemimpinanbaru: kepemimpinan transformasional-heroik. Denganformula ini para pemimpin, khususnya dalambidang pendidikan, seharusnya memiliki: (1) Kesadarandiri (self awareness) dan pengaruh ideal (idealinfluence); (2) Motivasi inspirasional (inspirationalmotivation); (3) Stimulasi intelektual (intellectualstimulation) yang didukung dengan kepintaran atauingenuitas (ingenuity); (4) Pertimbangan individual(individualized consideration) dan kepahlawanan atauheroisme (heroism); dan (5) Cinta kasih (love) dansemangat magis.

    Tulisan kedua oleh Audra Febriandini Loghoberjudul “Peranan Kepemimpinan Instruksional dalamPendidikan: Konsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan

    iv

    di Indonesia” mengemukakan pentingnya gayakepemimpinan instruksional kepala sekolah dalammemicu iklim akademis di dunia persekolahan.Kepemimpinan instruksional merupakan kepemimpinanyang terfokus pada peningkatan mutu pembelajarananak didik melalui guru. Gaya kepemimpinan ini sangatbermanfaat bagi banyak pihak mulai dari sekolahitu sendiri, kepala sekolah, anak didik, guru bahkanbagi pengguna lulusan. Seorang pemimpin dengan gayakepemimpinan instruksional dapat mengimplementasikanmodel kepemimpinan ini melalui strategi modeling,monitoring dan professional dialog and discussion.(1) Modeling yang artinya keteladanan kepala sekolahmenjadi contoh atau model yang ditiru oleh guru disekolah yang dipimpinnya, (2) monitoring artinyamelakukan pemantauan kinerja guru ke kelas saatguru melaksanakan proses pembelajaran di kelas sertamemanfaatkan hasil pemantauan tersebut untukpembinaan lebih lanjut, (3) professional dialog anddiscussion artinya berarti membicarakan secara aktif,interaktif, efektif, aspiratif, inspiratif, produktif,demokratik dan ilmiah tentang hasil penilaian kinerjadan rencana tindak lanjut peningkatan mutu prosesdan hasil pembelajaran siswa.

    Tulisan ketiga berujudul “Balanced Scorecard:Sebuah Tantangan Baru Dunia Pendidikan DiIndonesia” ditulis oleh Aleksandrea Tri Amboro.Balanced scorecard yang awalnya merupakan alatmanajemen strategis di dunia bisnis, kini telahdigunakan dalam mengembangkan dunia pendidikandi berbagai negara maju. Balanced scorecard terbuktidapat membantu lembaga pendidikan menjadi lebihefektif dan akuntabel. Melihat tantangan sekolahswasta di Indonesia yang kian berat, balanced scorecarddapat memberikan jawaban atas kondisi tersebut.Balanced scorecard diyakini dapat membantu sekolah-sekolah swasta di Indonesia untuk berjalan lebih“tegap” menghadapi berbagai tantangan duniapendidikan di Indonesia.

    Selanjutnya, kami menyajikan tulisan-tulisanyang secara teknis berkaitan dengan pembelajarandalam bidang ilmu yang lebih spesifik. Tulisan YusevaAriyani Iswandari “Paragraph Writing Students’Preferences on Written Corrective Feedback”merupakan penelitiannya mengenai penulisan

  • v

    Jurnal Penelitian. Volume 20, No. 1, November 2016

    v

    paragraf mahasiwa PBI dan solusi terhadap persoalanyang dihadapi. Gatot Nugroho Susanto dari ProdiPendidikan Biologi menyajikan hasil penelitiannyatentang “Pergerakkan Darat Ikan Amfibi:Periophthalmus Gracilis Eggert.” Studi ini tentubermanfaat bagi kajian di bidang ilmu biologi. Penelitiankerjasama dua dosen Pendidikan Fisika USD danUGM, Albertus Hariwangsa Panuluh dan MirzaSatriawan menghasiljan studi berjudul “MassaLeptoquark Perantara Peluruhan Proton dalam ModelKorespondensi Spinor-Skalar.” Studi ini tentubermanfaat bagi pengembangan bidang ilmu fisika.Tulisan Dewa Putu Wiadnyana Putra berjudul “SeputarModul Auto Invarian” berkaitan langsung denganbidang studi Pendikan Matematika.

    Di bidang psikologi dan pendidikan, ada empathasil penelitian yang sangat bermanfaat dalam bidangcharacter building. Pertama, tulisan Robertus LandungEko Prihatmoko berjudul “Hubungan AntaraKompetensi Kerja Tim dan Efektivitas Tim Proyekpada Kerja Kelompok Mahasiswa Psikologi USD.”Tulisan ini memberikan perspektif teoretis yang barutentang team building. Kedua tulisan Yulius DwiCahyono berjudul “Pembentukan Karakter Bangsa Ala

    Sukarno dan Suharto dalam Perspektif SejarahPemerintahan di Indonesia: Demokrasi Terpimpinhingga Masa Transisi Demokrasi 1998-2003.” Artikelini secara spesifik membandingkan dua model karakterbangsa, model Sukarno dan Suharto, yang dapatdipahami dan diimplementasikan berbasis sejarah.Tulisan FX. Sumarna berjudul “Improving LearningOutcomes of Catholic Religious Education Method ByMake A Mach” berguna bagi guru agama dalammengajarkan materi iman dan martabat manusia.

    Tulisan terakhir dari Cecilia Paulina Sianiparberjudul “Penggunaan Exelsa Moodle Sebagai SumberBelajar Digital pada Mata Kuliah PerencanaanPengajaran” memberikan wawasan bagi semuapendidik mengenai penggunaan teknologi yangmendukung pembelajaran.

    Artikel-artikel di atas merupakan hasil kajiandan temuan ilmiah yang perlu dicermati karenamemberikan perspektif akademis dan teoretis dalammenghadapi persoalan-persoalan empiris dalamdunia pendidikan kita. Solusi akademis tentumemiliki kontribusi dan implikasi yang penting bagipenyelesaian masalah empiris yang kita hadapi

    sehari-hari.

    Selamat membaca!

  • 6

  • PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSAALA SUKARNO DAN SUHARTO

    DALAM PERSPEKTIF SEJARAH PEMERINTAHANDI INDONESIA

    Yulius Dwi CahyonoAlumni Program Studi Pendidikan Sejarah, FKIP, Universitas Sanata Dharma

    Alamat korespondensi: Kampus I Mrican, Jl. Afandi, YogyakartaE-mail: [email protected]

    ABSTRACT

    The purpose of this study was to determine: (1) the establishment of a national character by Sukarno.(2) the formation of national character by Suharto. (3) the impact of national character formationpattern between Sukarno and Suharto for Indonesia. This study uses historical research and writtendescriptive. The results of this study indicate that 1. Education Sukarno character in general is tomake the Indonesian nation spirited nationalist and able to appear in the international communityin the fight against imperialism, colonialism, neo-colonialism, and capitalism. 2. Establishment ofthe characters in the Suharto era can be said to be almost non-existent, in the Suharto govermentfilled with unhealthy practices in politics which later formed the continuous negative mentality.3. Impact of character formation pattern Sukarno and Suharto is a break continuity charactereducation during the Sukarno era, because of popaganda Suharto (Orde Baru) to remove Sukarnoin public memory and history.Keyword: Character, Sukarno, Suharto, history of Government, Indonesia.

    1. LATAR BELAKANG MASALAH

    Berbicara mengenai perkembangan danwarna sejarah Indonesia modern tidak dapatdilepaskan antara lain dari dua tokoh besar yangpernah berkuasa dalam pemerintahan yaitu, Sukarnodan Suharto. Kedua tokoh ini memiliki pola danpemikiran yang sangat berbeda dalam membawa danmembentuk karakter bangsa Indonesia. Pemikirandari ke dua tokoh tersebut tentu sangat berpengaruhbesar bagi rakyat Indonesia. Menurut Andi & Iyep(2012: 133) bahwa ada keterkaitan antarapembangunan karakter bangsa dengan keteladanandari seorang pemimpin bangsa. Hal ini karenaseorang pemimpin, terutama Presiden Indonesia,adalah figur panutan dan contoh teladan bagi rakyatIndonesia. Menurut penulis keteladanan seseorang(seseorang menjadi teladan) tentunya tumbuh daricara berpikir seseorang, yang kemudian mempengaruhisikap dan tindakannya. Cara berpikir seseorangtentunya tidak dapat dilepaskan dari interaksi danpengaruh lingkungan di masa mudanya.

    Sukarno sebagai founding father bangsa initelah meletakan ide-ide atau ajaran-ajaran penting

    bagi generasi penerus bangsa ini untuk berdaulat.Bagi Sukarno, integrasi bangsa adalah kunci utamadalam membangun bangsa yang berkarakter.Sementara Suharto melihat keamanan nasionaladalah kunci utama dalam membangun karakterbangsa.

    Suharto dapat dikatakan sebagai salah satutokoh kontroversi, yang beruntung menjadi peneruskepemimpinan bangsa sebagai presiden keduaIndonesia. Dilihat dari riwayat hidupnya, jikadiperbandingkan dengan Sukarno, dia memilikiperbedaan kemampuan yang sangat mencolok dalamhal ilmu kenegaraan. Kedua tokoh dengan perbedaanpola pemerintahannya itu secara tidak langsungmembawa pengaruh dalam pembentukan karakterbangsa ini.

    Kedua era kepemimpinan ini sangat menarikuntuk dikaji dalam penelitian ini, secara khususuntuk melihat perkembangan karakter bangsadewasa ini. Di era Sukarno sejarah digunakansebagai sebuah sarana edukasi bangsa. Sementaradi era Suharto sejarah “meski awalnya ditarik darifakta-fakta yang riil dan menampilkan hasilkeputusan analisis yang teliti, tetapi pada akhirnya

    25

  • Jurnal Penelitian. Volume 20, No. 1, November 2016, hlm. 25-35

    26

    sejarah adalah sebuah pencitraan yang lebihberfungsi untuk menginspirasi daripada mengedukasi”(Michael Wood, 2013: 234).

    Warisan masa lampau dalam bentuk pemikiranatau cara berpikir dari ke dua tokoh di atas perluuntuk dikritisi dan dianalisis untuk melihat pengaruhdan peran kedua tokoh dalam pembentukan karakterbangsa yang sungguh memprihatinkan dewasa ini.Dalam beberapa kasus dapat dilihat dari banyakkejadian dalam bidang politik dan pemerintahan yangmenunjukkan ketidakdewasaan dalam berdemokrasi.Salah satu contoh kasus yang aktual di tahun 2015adalah kasus POLRI vs KPK dan banyak kasuslainnya. Hal ini menjadi semakin menarik ketikapolitik balas budi ikut bermain di dalamnya. Melaluiwarisan masa lampau ini akan diitelisik mengapadapat terjadi peristiwa semacam ini.

    2. METODE PENELITIAN

    Penelitian ini ditulis secara deskriptif analitismenggunakan metode penelitian sejarah. Melaluimetode ini penelitian dilakukan dengan cara mengujidan menganalisa secara kritis rekaman dan peninggalanmasa lampau (Louis Gottchalk, 1985:32). Secara rincimetode ini terdiri dari 4 tahap yaitu: Heuristik, KritikSumber, Intepretasi dan Historiografi.

    Heuristik merupakan pengumpulan sumbersejarah yang relevan atau sesuai dan berhubungandengan permasalahan yang diteliti. Sumber sejarahdalam penelitian ini diperoleh dari literatur dalambentuk buku, jurnal dan video dokumenter. Sumberdalam bentuk buku ini terdiri dari sumber primerdan sekunder.

    Kritik sumber atau verifikasi data merupakansuatu tahap menyeleksi dan meneliti tingkat otentitasdan tingkat kredibilitas sumber sejarah. Kritiksumber ini terdiri dari kritik ektern dan interen.Kritik eksternal digunakan untuk mengetahuikeaslian sumber yang digunakan seperti dokumen.Dalam kritik ini yang diuji adalah keasilan sumberdilihat dari segi: sifat bahan, gaya penulisan, bahasadan huruf yang dipakai. Sementara dalam kritikinteren digunakan untuk menguji suatu sumberdapat dipercaya atau tidak sehingga dapatdiper tanggung jawabkan kebenarannya. Kritikinteren ini dilakukan dengan membandingkanberbagai sumber untuk menemukan suatu faktayang dapat dipercaya kebenaranya.

    Interpretasi merupakan tahap memaknaisuatu peristiwa dengan merangkaikan satu peritiwadengan peristiwa yang lain. Interpretasi inidigunakan dan diperlukan untuk mengurangi unsursubjektifitas dari penulis sumber data yangdigunakan dalam penelitian. Historiografi, merupakanlangkah terakhir dalam penelitian sejarah dalambentuk rekonstruksi imajinatif dari masa lampauberdasarkan data yang diperoleh.

    3. PEMBENTUKAN KARATERMENURUT SUKARNO

    3.1 Sukarno MudaSukarno, berasal dari keturunan Jawa Timur

    dan Bali. Ia adalah putra kedua dari pasangan RadenSoekemi Sosrodiharjo dan Idayu Nyoman Rai.Ayahnya berasal dari Tulungagung, Kediri, JawaTimur. Ibunda Sukarno berasal dari Bali berkastaBrahmana yang tinggal di Banjar Bali Agung,Singaraja. Sukarno nama kecilnya adalah Koesno.Nama lengkapnya Koseno Sosro Sukarno, yangkemudaian dikenal dengan nama Sukarno olehmasyarakat Indonesia.

    Raden Soekemi memberi nama Sukarnokarena rasa cintanya terhadap kisah pewayanganPandawa dan Kurawa dalam kisah Mahabarata. Iamengagumi sosok Karna yang mematahkankesombongan Arjuna dengan mengatakan “KetahuliahArdjuna, bahwa harga dan nilai seseorang itu bukanditentukan oleh asal-keturunannya ataupunkekayaanya, melainkan ditentukan oleh keluhuranbudinya” (Solichin Salam, 1966:35). Kearifan dankebijakan Karna ini yang kemudian membuat RadenSoekemi terkesan dan memberi nama Koesnodengan nama Sukarno. Harapanya puteranyamemiliki jiwa dan watak yang arif dan bijaksanaseperti Karna.

    Melalui penelusuran masa muda Sukarno ini,dapat kita ketahui karakter Sukarno Muda yangkemudian berpengaruh pada pola kepemimpinannyaketika ia menjadi Presiden RI. Nilai-nilai luhur dalampewayangan seper ti kerendahan hati tur utberpengaruh terhadap pribadi Sukarno, yang sejakkecil gemar menonton wayang bersama ayahnya.Pengaruh dunia pewayangan nampak dari tokohBima, yang menjadi tokoh idola Sukarno. Pandangandan sikap politiknya sangat kuat dipengaruhi olehsifat-sifat Bima. Sikap nonkooperasi Sukarno

  • 27

    Yulius Dwi Cahyono, Pembentukan Karakter Bangsa Ala Sukarno dan Suharto dalam Perspektif ....

    terhadap musuh-musuhnya (kaum imperalis dankapitalis) dan kesediaan untuk berkomporomidengan rekan seperjuangannya meskipun berbedapandangan dapat dikatakan berasal dari Bima (PeterKasenda, 2010: 12). Sikap non kooperasi ini iatunjukkan dengan tidak mau bekerja pada lembagakolonial Belanda, tetapi ia lebih memilih mendirikanbiro teknik bersama teman sekelasnya Ir. Anwari,setelah lulus sebagai sarjana teknik sipil 25 Mei 1928(Peter Kasenda, 2010: 21). Kemandirian dan jiwaberdikari pemuda Indonesia telah nampak dalam diriSukarno dan teman-temanya. Semangat ini yangkemudian tertanam dalam pemikiran Sukarno untukditularkan dan ditanamkan dalam pikiran dan jiwarakyat Indonesia pada masanya.

    Sikap tokoh Bima ini sungguh melekat dalamdiri Sukarno. Sikap kompromi dengan temanseperjuangan sebagai aktualisasi karakter tokohBima dalam diri Sukarno, menunjukkan bahwa iamemiliki sikap terbuka dan merangkul semuakalangan sebagai sesama pelaku perjuangan. Sikapini yang menjadi salah satu penguat dalam diriSukarno untuk menciptakan persatuan rakyat.

    Jiwa pemersatu yang merakyat ini nampakdan berangkat dari perkara kecil yaitu kata panggilanuntuk Sukarno dengan sebutan Bung Karno. Sejakaktif dalam perjuangan, Sukarno lebih senangdipanggil Bung Karno. Bung berarti Kakak, kataBung ini menandakan bahwa Sukarno tidak inginberjarak dengan sesama dan rakyatnya, ia inginmenyatu dengan rakyat dan menyatukan rakyat.Prinsip ini turut mempengaruhi pola perjuangannyabahwa apa yang ia pikirkan dan lakukan adalah(difokuskan) untuk rakyat dan menyatukan rakyat.Pemikiran ini ter tuang jelas dalam pernyataanSukarno ketika diwawancarai oleh Cindy Adam.Ketika itu Cindy Adam menanyakan kepada Sukarno“Pernahkah terpikir, bila anda sudah tidak ada,bagaimana anda ingin dikuburkan?”

    Sukarno menjawab: “di bawah pohonbesar, di bawah batu besar, di batu nisanmereka tidak boleh menulis: di siniterbaring yang terhormat, yang teragungPresiden Sukarno. Cukup ditulis di siniterbaring Bung Karno bagian dari rakyatIndonesia” (Video Dokumenter WawancaraTerakhir Presiden Sukarno SesudahPeristiwa G30S).

    Pernyataan ini menggambarkan bahwaSukarno memposisikan dirinya sama dengan rakyatIndonesia. Sikap kepemimpinan ini tentu tidak lepasdari pengaruh pendidikan Raden Soekemi kepadaSukarno ketika masa kecilnya. Nilai luhur yangterdapat dari kisah pewayangan tentunya melekatdalam diri Raden Soekemi untuk mendidik Sukarnodan membentuk karakternya.

    Kedekatan Sukarno dengan rakyat ini menjadisebuah sarana baginya untuk menyatukan rakyatnya.Hal ini nampak dalam pemikiran politiknya.Sehingga tidaklah keliru jika Sukarno disebutsebagai bapak pemersatu bangsa. Sikap dan karakterSukarno ini yang kemudian membentuk Sukarnosebagai Presiden yang bersikeras untuk mewujudkanpersatuan di dalam masyarakat dan menghilangkanpengkotak-kotakan masyarakat. Nampak jelasmelalui konsep NASAKOM yang ia cetuskan danpendirian PNI (Partai Nasional Indonesia). PNI inisebagai wujud dari pemikirannya bahwa bersatuadalah suatu keharusan. Pemikiran ini lahir daripengalamannya melihat perpecahan dalam SarekatIslam.

    Karakter Sukarno yang mendapat pengaruhdari dunia pewayangan (tokoh Bima) juga nampakpada masa ia mulai masuk sekolah kelas 5 ELS(Europeese Lagere Scholl) di Mojokerto. Sukarno diELS semakin pesat perkembangan akademiknya.Gejala lain di luar kemampuan akademik mulaimuncul dalam diri Sukarno. Di ELS Sukarno sukaberkelahi dengan sinjo-sinjo Belanda. Setiap berkelahiia selalu dibantu oleh teman-temanya Tionghoaseperti Oen Bo Hin (Solichin Salam, 1966: 41).

    Pengalaman Sukarno melawan sinjo-sinjoBelanda ini tidak dapat dipungkiri menjadi benih dandasar perjuangan Sukarno. Bentuk perlawananterhadap kesewenangan orang Belanda telah iatunjukkan dari peristiwa ini. Keberanian sosok Sukarnomuda begitu nampak pada masa itu. Keberanian inidikemudian hari nampak di mata dunia danmengguncangkan dunia, terlebih dunia barat.

    Kesadaran Sukarno akan adanya diskriminasisawo matang muncul ketika ia masuk di HBS. Kulitsawo matang menjadi kelompok minoritas,perlakuan yang merendahkan harga diri orang kulitsawo matang kerap kali terjadi. Sukarno seringmendapatkan tamparan dari laki-laki Belanda (PeterKasenda, 2010:17). Pengalaman pribadi ini telahmemotivasinya untuk membebaskan bangsanya dariperlakukan diskriminatif pihak Belanda.

  • Jurnal Penelitian. Volume 20, No. 1, November 2016, hlm. 25-35

    28

    Di samping pengaruh dunia pewayangan,Karakter Sukarno muda juga terbentuk danmendapat pengaruh dari orang-orang terdekat,tokoh-tokoh perjuangan pada masa itu dan darimasyarakat kecil. Dari Raden Soekemi, sang ayah,Sukarno mendapat pendidikan yang keras, penuhdisiplin, dan untuk mencintai mahkluk tak berdaya.Sementara dari sang ibu, Idayu Nyoman Rai,Sukarno mendapat pengaruh pemikiran mistikHindu dan sifat lembut serta penuh kasih sayang.Dari pembantunya Sarinah, Sukarno mengatakan iamemperoleh pengaruh sifat kemanusiaan dan sikapemansipatif. Sukarno kagum kepada kebijaksanaandan budinya yang luhur (Peter Kasenda, 2010: 14).Relasi berikutnya berasal dari kalangan masyarakatmiskin, bernama Wagiman. Ia adalah seorang petanimiskin dari Mojokerto yang sering bercerita wayangkepada Sukarno. Melalui realitas kehidupan danpersahabatannya dengan Wagiman yang dikelilingidengan kemiskinan, Sukarno tergerak untuk mulaimemfokuskan perhatiannya kepada perjuangan untukmengentaskan masyarakat kecil dari kemiskinan.Pemikiran ini kemudian yang melahirkan konsepMarhaenisme dan golongan seperti Wagiman inikemudian dikenal sebagai Marhaen.

    Pengalaman berikutnya adalah, pengalamanberrelasi dengan tokoh-tokoh politik pada masa itu.Tokoh pergerakan pertama yang ia kenal adalahH.O.S. Tjokoroaminoto seorang tokoh Sarekat Islam.Ia mengenal tokoh ini ketika ia sebagai siswa HBS(Hogere Burger School) di Surabaya. Selamabersekolah di HBS Sukarno mondok di rumahTjokroaminoto. Perkenalan dengan tokoh inimemberikan pelajaran dan pengalaman yang luarbiasa bagi Sukarno, melalui tokoh ini pula Sukarnobelajar menjadi seorang ahli pidato ulung. Tidakhanya itu, selama berrelasi dengan Tjokoaminoto,Sukarno dapat berkenalan dengan beberapa tokohnasionalis sekuler E.F.E. Douwes Dekker, TjiptoMangunkusumo, dan K.H. Dewantara. Tokoh militanIslam K.H. Ahmad Dahlan dan Haji Agus Salim.Tokoh sosialis kiri seper ti Alimin, Musso danDharsono. Di HBS Sukarno juga bertemu dengantokoh Marxis, seperti H. Sneevliet, Adolf Baars danC. Hartogh. Sukarno mulai mengenal marxismeDari tokoh C. Hartogh ini, ia adalah guru bahasaJerman di HBS, ia juga terdaftar sebagai anggotadari ISDV.

    Dari beberapa tokoh di atas dapat digambarkanbahwa Sukarno bertemu dengan tokoh dari berbagaialiran mulai dari aliran sekuler, religius, dan sosialiskiri. Tukar pikiran pun turut mewarnai realisasinyadengan para tokoh di atas. Sukarno mulai tertarikdi bidang politik sejak berelasi dengan para tokohtersebut. Ketertarikan Sukarno di bidang politik iatunjukkan dengan menuangkan aspirasinya dalambentuk tulisan di surat kabar Oetoesan Hindiadengan menggunakan nama samaran Bima. Kata-kata dalam tulisanya tajam seperti “...hancurkansegera kapitalisme yang dibantu oleh budaknya,imperialisme. Dengan kekuatan Islam, Insya Allahitu segera dilaksanakan...” (Peter Kasenda, 2010: 17).Kata-katanya yang profokatif dalam tulisannya inimenandakan bahwa Sukarno telah berpolitik melaluitulisan. Sukarno juga mulai terlibat secara nyatadalam dunia politik dengan masuk menjadi anggotaPartai Politik Sarekat Islam sampai berubah menjadiPartai Sarekat Islam (PSI).

    Kisah Sukarno muda di atas menunjukkanbahwa lingkungan dan relasi Sukarno sungguhberpengaruh dalam membentuk pemikiran dankepribadiannya. Pengaruh-pengaruh pemimpinpolitik tersebut di atas telah membentuk pandanganpolitiknya, seperti yang dikatakan oleh Sukarno“bahwa saya ini campuran daripada Keagamaan,Nasionalisme, dan Sosialisme” (Solichin Salam, 1966:54). Sukarno dalam berpolitik ingin menyatukanmasyarakat Indonesia, dalam pandangannya masyarakatIndonesia tidak terpecah karena kedudukansosialnya melainkan karena aliran dan ideologinya.Menyatukan ketiga ideologi besar di atas adalahsuatu keharusan dalam pemikiran sukarno, sebagaikekuatan untuk menumbangkan rezim kolonial.Setelah era kemerdekaan kekuatan tersebutdigunakan untuk melawan neo kolonialisme danneo imperealisme.

    Dari pemikirannya ini sangat jelas bahwakarakter Sukarno sebagai pemimpin adalah seorangpemersatu atau berjiwa pemersatu bangsa.Karakater Sukarno lainnya adalah tipe pemimpinyang pemberani dan revolusioner. Karakter ini dapatdilihat dari tulisannya di surat kabar Oetoesan Hindiadan idenya melahirkan PNI. Sukarno seorang yangberjiwa mandiri, jiwa mandirinya ini yang kemudianmelahirkan konsep berdikari (berdiri di kaki sendiri)dalam pemerintahannya

  • 29

    Yulius Dwi Cahyono, Pembentukan Karakter Bangsa Ala Sukarno dan Suharto dalam Perspektif ....

    3.2 Pemikiran Sukarnodan Pembetukan Karakter Bangsa

    3.2.1 Pemikiran SukarnoSeperti yang telah diungkapkan dalam latar

    belakang bahwa pemikiran seorang pemimpin akanberpengaruh terhadap sikap dan tindakan pemimpindalam pemerintahannya. Sikap dan tindakan ini yangkemudian akan membentuk keteladanan bagi warganegaranya, melalui keteladanan ini karakter bangsaterbentuk. Berikut ini adalah pemikiran-pemikiranbesar Sukarno yang turut mempengaruhi dalampembentukan karakter bangsa. Melalui pemikiran-pemikian tersebut, pembentukan karakter bangsadiedukasikan pada masa Demokarasi Terpimpin.Berikut ini adalah pemikiran besar Sukarno.

    3.2.1.1 NasionalismePemikiran Sukarno tentang nasionalisme

    mulai muncul secara tegas pada masa terjadinyaperpecahan dalam tubuh SI. Pada masa itu SIterpecah menjadi dua SI Putih dan SI Merah.Perpecahan ini terjadi ketika SI mendapat pengaruhdari ISDV terkait dengan pemikiran-pemikiransosialis, tokoh yang mendapatkan pengar uhpemikiran ini adalah Semaun, Dharsono, Musso danAlimin. Mereka kemudian dikeluarkan dari SI.Peristiwa ini yang membuat hubungan SI dan PKImemanas. PKI menuduh SI mengabdikan diri padaPan-Islamisme bukan pada penderitaan rakyatIndonesia. Petinggi SI menuduh PKI mendahulukankepentingan Revolusi Dunia daripada kepentinganIndonesia (Peter Kasenda, 2010: 24).

    Berangkat dari pengalamannya melihatperpecahan dalam tubuh SI, Sukarno memiliki idekeharusan untuk bersatu dan mulai merintis ke arahpembentukan suatu organisasi massa yangmencakup keseluruhannya sebagai sarana untukmengembangkan kekuatan yang mampu menentangkekuasaan penjajah (Peter Kasenda, 2010: 24). PNImenjadi salah satu wujud atau realisasi daripemikirannya ini.

    Bedasarkan pemikiran Sukarno di atas, dapatditarik sebuah kesimpulan bahwa persatuan adalahbangunan dasar dari nasionalisme. Sementara didalam masyarakat kala itu terlebih dalam bentukorganisasi didominasi oleh pemikiran, bahwaideologi masing-masing kelompok adalah jalan dandasar nasionalisme. Sukarno mengkritisi pemikiranini. Sukarno melihat ketika ideologi masing-masingkelompok sebagai jalan dan dasar dari nasionalisme,

    masyarakat tidak mungkin dapat disatukan karenaideologi satu dan yang lainnya akan salingbertentangan. Tidak mengherankan jika Sukarnomenilai bahwa masyarakat kita tidak terbagi-bagidalam kedudukan sosial melainkan terbagi dalamberbagai aliran dan ideologi (Peter Kasenda, 2010:24). Ide persatuan menjadi solusi untuk meredamperbedaan pandangan di dalam masyarakatuntuk diarahkan pada nasionalisme itu sendiri.Sederhananya Sukarno melakukan pembentukankarakter organisasi politik Indonesia melalui prosespenyadaran pemikiran masing-masing kelompokakan tujuan bersama sebagai sebuah bangsa, dalampandangan Sukarno tujuan bersama ini harusmengakar pada masing-masing kelompok.

    Ide persatuan Sukarno ini sebenarnya mendapatpengaruh dari pemikiran Ernest Renan tentangbangsa pada tahun 1882, yang mengatakan bahwa:

    “bangsa itu...satu nyawa, satu asas-akal,yang terjadi dari dua hal: pertama-tamarakyat itu dulunya harus bersama-samamenjalani satu riwayat; kedua, rakyat itusekarang harus mempunyai kemauan,keinginan hidup menjadi satu. Bukanyajenis (ras), bukannya bahasa, bukannyaagama, bukannya persamaan butuh,bukannya pula batas-batas negeriyang menjadikan bangsa itu” (Sukarno,1964: 3).

    Melalui ide persatuannya ini Sukarno mencobamendamaikan perbedaan di antara tiga golonganyang saling ber tentangan yaitu Nasionalisme,Islamisme, dan Marxisme. Sukarno mengkritisi danmencari titik persamaan dari masing-masing ideologitersebut untuk diusung sebagai pemersatu. Sukarnojuga menyatakan bahwa perbedaan di antara ketigaidelogi tersebut menjadi sebuah kenyataan yang adadi dalam masyarakat dan menjadi suatu hal yanglumrah. Sukarno berangkat dari kenyataan tersebut,tidak memfokuskan pada perbedaan atauper tentangan tersebut namun mencari potensipemersatu dari ke tiga idelogi tersebut.

    Hal ini nampak jelas dalam pernyataanSukarno bahwa: “Kaum Islam tidak boleh lupabahwa kapitalisme, musuh marxisme itu, ialahmusuh Islam pula. Sepanjang paham marxisme,meerwarde pada hakikatnya tidak lain dari pada ribadalam paham Islam. ...karena Islam adalah kaum

  • Jurnal Penelitian. Volume 20, No. 1, November 2016, hlm. 25-35

    30

    tertindas maka pemeluk Islam mestilah nasionalis...Karena modal di Indonesia adalah modal asing makakaum Marxis yang berjuang melawan kapitalisharuslah pejuang nasionalis...” (Peter Kasenda,2010: 25).

    Melalui pemikirannya ini nampak bahwaSukarno bukan semata-mata hanya sebagai seorangpresiden akan tetapi ia juga seorang yang seringmenghasilkan pemikiran kritis terkait pemerintahandan kenegaraan. Pemikiran kritis tersebut secaratidak langsung menjadi teladan untuk ditiru generasiberikutnya dalam memandang nasionalisme secarakritis. Sukarno dalam hal ini juga dapat dikatakanmelakukan edukasi kepada masyarakat dan atauorganisasi politik kala itu, melalui kritik dan koreksiyang ia munculkan dalam bentuk pemikiran-pemikiran baru. Sederhananya Sukarno seorangpresiden sekaligus guru bangsa, yang selalumengarahkan cara pikir bangsanya.

    3.2.1.2 MarhenismePemikiran Sukarno berikutnya terkait dengan

    upaya memperjuangkan dan mewujudkankesejahteraan rakyat atau masyarakat kecil yangterabaikan sebagai dampak dari imperialisme.Kelompok masyarakat kecil ini beliau sebutMarhaen. Istilah ini mucul ketika Sukarno sedangberbincang dengan seorang petani bernamaMarhaen. Sukarno melalui perbincangan tersebutmenangkap penderitaan rakyat kecil bahwa kerjakeras mereka hanya sekedar mampu untukmemenuhi kebutuhan makan sehari-hari keluarganya,tidak ada kelebihan untuk dijual. Sukarno dalammenggambarkan kelompok masyarakat kecil yangterabaikan kesejahteraanya ini menggunakansebutan Marhaen.

    Lahirnya istilah Marhaen ini menunjukkanbahwa Sukarno, telah melakukan analisis sosial ataskondisi riil masyarakat Indonesia menggunakan teoriMarx. Melalui analisis ini ia ingin menunjukkanbahwa istilah proletar tidak sesuai dengan kondisiriil masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesiapada masa itu belum masyarakat Industrialis sepertidi Eropa, dengan demikian istilah Marhaen berbedadengan konsep proletar. Marhaen tidak hanya terdiridari satu kelompok saja, tetapi beragam kelompokkecil seperti: petani kecil, pengusaha kecil, buruhkecil, dan nelayan kecil. Kelompok ini sama-samamenanggung beban kekejaman imperialisme (Peter

    Kasenda, 2010: 50). Sederhananya Sukarno dalammempelajari Marxisme tidak ia terima mentah-mentahtetapi ia olah atau analisis dan menyesuaikannyadengan situasi yang ada di Indonesia.

    Melalui istilah Marhaen Sukarno lebihmengedepankan arti penting massa rakyat dari padakonsep proletar. Ia menilai bahwa bentuk perlawananseharusnya menitikberatkan pada perjuanganmasyarakat Indonesia sebagai suatu keseluruhanmelawan kekuasaan kolonial Belanda. Pemikiranyamengenai Marhaen kemudian ia kembangkan untuklebih menempatkan perjuangan dalam skala nasional(Peter Kasenda, 2010: 51). Berangkat dari istilah danpemikiran Marhaen ini kemudain melahirkankonsep “Marhaenisme” yang merupakan suatupaham yang secara praktis meliputi setiap orangIndonesia yang berkehendak untuk mengadakanperubahan hidup kaum Marhaen. Konsep ini lebihmengarah pada kepentingan atau perjuangannasional. Memperjuangkan kaum Marhaen merupakanperjuangan seluruh rakyat Indonesia untuk seluruhrakyat bukan untuk kelompok tertentu.

    Melalui konsep Marhaenisme, Sukarnosebenarnya telah menunjukkan salah satupembangunan mental bangsa atau dalam ungkapanlain telah melakukan pendidikan karakter bangsauntuk bangga dan mengagungkan kepribadiannasional. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Sukarnobahwa “perkataan Marhaenisme adalah lambangdari penemuan kembali kepribadian nasional kami”(Cindy Adams, 2014: 75). Konsep Marhaenismetersebut lahir bukan dari mengimpor ide dari negaralain tetapi murni dari proses interaksi dan olah pikirdengan situasi nyata yang ada di Indonesia

    3.2.2 Pembetukan Karakter pada MasaDemokrasi Terpimpin

    Pemikiran-pemikiran Sukarno di atas turutmewarnai pembentukan karakter bangsa pada masaDemokrasi Terpimpin 1959-1966. Penelusurankembali kepemimpinan Sukarno pada era tersebutperlu untuk dilakukan dalam rangka melihatpembentukan karakter bangsa menurut Sukarno.Pendidikan karakter bangsa yang akan dibahas padasubab ini hanya terbatas pada tiga pendidikankarakter Sukarno, mengingat keterbatasan waktupenelitian. Demokrasi Terpimpin dapat dikatakansebagai era pemerintahan yang diwarnai denganberbagai konflik dan pertentangan diantara partai

  • 31

    Yulius Dwi Cahyono, Pembentukan Karakter Bangsa Ala Sukarno dan Suharto dalam Perspektif ....

    politik dan militer dengan partai politik. Konflik inimerupakan dampak dan kelanjutan dari konflikantara empat partai besar pada akhir 1958 yaituPNI, Masyumi, NU, dan PKI. Sumber utama daripertikaian ini adalah usaha teguh kaum Muslimuntuk mendirikan Negara Islam melalui Konstituante,dimana komunisme dibasmi sampai ke akar-akarnya(Malcolm Caldwell&Ernst Utrecht, 2011: 215).

    Wakil umat Muslim di dalam Konstituantemengusahakan suatu undang-undang yangmewajibkan segenap umat Muslim Indoneisa (85%dari populasi) untuk mematuhi peraturan-peraturandan tradisi-tradisi Muslim dalam kehidupan sehari-hari, sebagai langkah per tama membuka jalanterbentukanya Negara Islam. Upaya ini ditentangoleh partai-partai non Muslim di dalam Konstiutante,yang menginginkan negara Pancasila. Konflik inipada akhirnya meluas sampai di luar Konstituantediantara partai-partai politik dan militer dipihak lain.Militer bersikap antipati terhadap partai karenapecekcokan yang tidak kunjung berakhir. Partaipunjuga harus berhadapan dengan militer untukmenjaga kepentingan ekonomi mereka melawancampur tangan militer yang semakin meningkat didalam pemerintahan sipil.

    Berangkat dari situasi politik ini, Sukarnomulai mengkritisi konflik di antara partai politik yangtidak kunjung reda dan kinerja Konstituante yangmelemah akibat konflik antar partai. Arah dari kritikini adalah Sukano ingin menciptakan situasi politikyang lebih kondusif dan teratur. Sukarno memilikisebuah konsep sebagai jalan keluar dari masalah iniyaitu konsep “Demokrasi Terpimpin”, suatu strukturpolitik yang di dalamnya partai-partai politik akantunduk pada suatu otoritas nasional pusat, yang akanmenerima kebijaksanaan cara “musyawarah”,perundingan bersama dengan partai-partai politiksebagai ganti dari konfrontasi dengan par tai-par tai politik (Malcolm Caldwell&Ernst Utrecht,2011: 217).

    Konsep ini dapat dikatakan wujud pertamapendidikan karakter bangsa ala Sukarno dalammasa berdirinya Demokrasi Terpimpin itu sendiri.Persatuan dan musyawarah menjadi hal yang inginditanamkan pertama kali dalam era ini. Sukarnosebagai presiden hendak mendidik bangsa Indonesiaterkait dua hal tersebut melalui sikap tegasnyadalam mengatasi pertikaian atau konflik antar partaipolitik yang tidak kujung usai dalam Konstituante.

    Ketegasan penyelesaian dan teladan ini yang kemudianhilang di era reformasi 1998-2003. Sementara padamasa Orde Baru lebih pada otoriter dan ketegasanmiliter dalam pemerintahan. Sebuah ketegasanpembelengguan bukan ketegasan mendidik.

    Unsur persatuan dalam kasus ini diupayakanmelalui jalan tengah mengembalikan UUD dariUUDS ke UUD 1945 yang memberikan presidenmemiliki kekuasaan lebih untuk mengambilkebijaksanaan politik dalam situasi buntu yangcenderung tidak membangun kedewasaan bangsasebagai bangsa yang pluralis. Penetapan kembaliUUD 1945 ini juga sebagai dasar pemberlakukankonsep Demokrasi Terpimpin. Pada tanggal 22 April1959 dalam sidang paripurna Presiden Sukarnomemohon kepada konstituante untuk kembalimelaksanakan UUD 1945 secara murni tanpaamandemen sebagai UUD terakhir. Permohonanresmi ini menunjukkan bahwa Sukarno memberikanteladan dalam upaya mengambil tindakan politiksesuai dengan aturan perundang-undangan yangberlaku pada massa itu.

    Sukarno mengambil tindakan tegas ketikaupaya untuk memberlakukan kembali UUDS 1945ditolak oleh Konstituane, karena perwakilan Muslimbersikeras dengan syarat menjalankan Syariat Islam.Amandemen ini ditolak oleh kelompok non Muslim.Karena kedua kelompok tidak memperoleh suaramayoritas dua pertiga Konstituante gagal kembali.Kegagalan ini memposisikan Sukarno untuk bertindaktegas dengan mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli1959, mengenai pembubaran Konstituante danberlakunya kembali UUD 1945. Sejak saat itupembetukan karakter per tama dalam masaDemokrasi Terpimpin terlaksanakan.

    Sukarno ingin menunjukkan bahwa Persatuandan Musyarawah menjadi kunci utama dalam sebuahnegara. Negara terbentuk bukan semata-matakarena memiliki pengalaman sejarah yang samatetapi lebih dikarenakan adanya keinginan masyarakatuntuk bersatu menjadi sebuah bangsa, terlebihdalam negara yang prulais seperti di Indonesia.Keinginan ini salah satunya tergambarkan dalambentuk persatuan dan musyawarah sesuai dengankonsep Demokarsi Terpimpin. Konsep persatuandan musyawarah dalam negara prulal seperti inidigambarkan oleh Sukarno bahwa tidak dapatdidasarkan oleh budaya, suku dan agama padakhsususnya, mengingat agama, tetapi persatuan dan

  • Jurnal Penelitian. Volume 20, No. 1, November 2016, hlm. 25-35

    32

    musyawarah berlaku secara keseluruhan bagiseluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.

    Untuk merealisasikan persatuan ini Sukarnomenggiring masyarakat untuk menerima danmenjiawai Pancasila sebagai sebuah ideologi bangsa.Sebuah ideologi yang sejak awal mula ditolak olehsebagian besar perwakilan Muslim di dalam dan diluar konstituante. Melalui persatuan dalam bingkaiPancasila ini Sukarno memberikan pendidikankaraketer paling kuat bagi bangsa Indonesia.Karakter bangsa ini diharapkan sesuai denganPancasila. Sukarno sebagai seorang Muslim yangtaat menunjukkan bahwa negara Indonesia tidakdibenarkan di dasarkan oleh salah satu agama yangada di Indonesia sebagai pengatur dan penentukehidupan berbangsa dan bernegara. Sukarnomelalui Pancasila ini tidak membawa Indonesia kearah negara Agama maupun negara sekular tetapike arah negara Pancasila yang mengakui danmempercayai adanya Tuhan.

    Pendidikan karakter bangsa yang keduaadalah penyadaran akan pentingnya peran dankerjasama dalam mencapai tujuan bersama sebagaibangsa. Proses penyadaran ini dilakukan dalambentuk kerjasama dan persatuan di antara partaipolitik melalui NASAKOM (nasionalisme, agama dankomunisme). Sebuah konsep kerjasama danpenyatuan yang banyak dikatakan berbagai pihaksebagai sesuatu yang dipaksakan. Pendidikankarakter Sukarno dalam bagian ini difokuskan bukanpada partai dan Ideologi yang berbeda satu samalain tetapi bagaimana masyarakat partai Indonesiapada masa itu dapat lebih kritis untuk melihatpotensi persamaan yang mampu mendukung tujuanbersama sebagai sebuah bangsa. Tujuan bersamamenjadi semacam pengingat bersama untukmeminimalisir konflik dan pertentangan di antarapartai politik. Melalui NASAKOM Sukarno mencobauntuk menampilkan demokrasi model Indonesia,bahwa membangun demokrasi Indonesia tidakhanya sekedar meniru demokrasi Barat. Hal ini jugasesuai dengan gaya pemikiran Sukarno bahwa iaselalu melakukan modifikasi pemikiran baik daridunia barat maupun timur untuk disesuaikan dengankepribadian dan situasi riil bangsa Indonesia. Gayapemikiran Sukarno ini dalam kontek sejarah dapatdikatakan menjadi teladan bagi generasi muda untukselalu kritis dan tajam dalam menerapkan ilmupengetahuan untuk memajukan bangsa.

    Pendidikan karakter bangsa yang ketiga,membangun jiwa bangsa Indonesia untuk berani tampildi tingkat dunia, sebagai pelopor anti imperialisme,kolonialisme, neo kolonialisme, feodalisme dankapitalisme. Langkah ini telah dimulai oleh Sukarnojauh sebelum Demokrasi Terpimpin terbentuk dalamKonfresi Asia Afrika (KAA). Dunia telah mencatatdalam sejarah bahwa Sukarno sebagai peloporlahirnya KAA. Pembentukan KAA ini lahir darikonsepsinya mengenai sosio-internasionalismeSukrano pada tahun 1928 yang dinamakan sebagai“Indonesianisme dan Pan-Asiatisme”. Konsepsi inidirealisasikan dalam KAA 1 di Bandung 1955, dalamkofrensi ini Sukarno menyapaikan amanatnya yangberjudul “Let New Asia and A New Afica Be Born”(Solichin Salam, 1966: 261).

    Peranan Sukarno di dunia Internasional inimendapatkan pengakuan dunia salah satunya dariMohammad Salem Ould Addaud, ketua delegasi dariMarutania, yang mengatakan “Bung Karno tidak sajasebagai pahlawan Asia-Afrika, tetapi juga pahlawanIslam”. Sukarno juga mendapat gelar “Champion ofIslam and Freedom.” Pada era Demokrasi TerpimpinIndonesia tetep berperan dalam KAA dalam AsianAfrica Journalist’s Conference di Jakarta 1963, AsianAfrica Minister’s Meeting di Jakarta 1964 dan AsianAfrica Islamic Conference di Bandung 1965. Melaluiperan Indonesia dalam KAA Sukarno ingin mendidikbangsa Indonesia dalam melihat dunia yang terpecahmenjadi dua OLDEFO (Old Established Forces)yang hendak mempertahankan kedudukannya.Oldefo ini adalah dunia dari kaum NEKOLIM (NeoKolonialisme). Sedangkan NEFO (New EmergingForces) adalah kekuatan baru yang sedang tumbuhdi dunia Asia, Afrika dan Amerika Latin dan dibelahan dunia lainya yang sedang berjuang melawanNEKOLIM. Melalui peran Sukarno dan Indonesiadalam KAA ini untuk membangun mental bangsaIndonesia sebagai bagian dari masyarakat duniauntuk tampil melawan imperialisme, kolonialisme,neo kolonialisme, feodalisme dan kapitalisme.

    Pada masa Orde Baru hal ini tidak nampakdan pada masa Reformasi hingga 2003 Indonesiabelum nampak pula. Dalam model pendidikankarakter ala Sukarno ini dapat disimpulkan bahwabingkai utama dari pendidikan karakternya adalahNasionalisme, yang diwujudkan dalam berbagai idependidikan mental bangsa.

  • 33

    Yulius Dwi Cahyono, Pembentukan Karakter Bangsa Ala Sukarno dan Suharto dalam Perspektif ....

    4. PEMBENTUKAN KARAKTERMENURUT SUHARTO

    4.1 Suharto MudaSuharto lahir dari pasangan Kertosudiro dan

    Sukirah pada 08 Juni 1921, di desa Kemusuk,Argomulya, Godean, Yogyakarta. Dalam biografiSoehar to dinyatakan bahwa ayah dari Suhartoadalah seorang ulu-ulu yang tidak memiliki sawahsejengkal pun (Ramahdhan & Dwipayana, 1989: 7).Saat usia sekolah, Suharto dititipkan orang tuanyakepada pamannya yang bernama Prawirowihardjoseorang mantri tani di Wuryantoro. Kehidupanperekonomian yang lebih baik dari ayah Suhartodipandang sebagai pilihan terbaik untukmemperkembangkan kehidupan Suharto termasukdalam segi pendidikan.

    Suharto kemudian sekolah di daerah tersebut,ia sangat menyukai pelajaran berhitung. Suhartobertemu pertama kali dengan Siti Hartinah (Bu TienSuharto) di Wuryantoro, ia adalah putri WedanaWuryantoro. Setamat dari sekolah rendah limatahun, Suharto melanjutkan ke sekolah lanjut rendah(schakel school) di Wonogiri. Suharto kemudianpindah di daerah Selogiri, 6 km dari Wonogiri. Iakemudian semakin menekuni pengetahuan di bidangpertanian di Wonogiri. Setelah tamat dari schakelschool, Suhar to tidak melanjutkan ke jenjangpendidikan berikutnya karena masalah keuangankeluarga orang tuanya yang tidak mendukung untukmelanjutkan sekolah. Ia kemudian sempat melamarsebagai pembantu klerek pada sebuah bank desa(Volks-bank). Suharto tidak lama bekerja sebagaipemantu klerek, ia keluar dan mengadu nasib diSolo, di kota ini pun ia tidak mendapatkan pekerjaandan ia kembali ke Wuryantoro.

    Jika dilakukan perbadingan masa mudaSuharto dengan Sukarno dalam bidang pendidikanterdapat perbedaan yang sangat mencolok bahwatingkat pendidikan di antara ke dua mantan presidenini sungguh sangat signifikan. Secara sederhanakemampuan akademik menjadi berbeda antara keduatokoh ini. Perbedaan ini tentunya akan berpengaruhdalam pola pemerintahan dari ke dua tokoh ini.

    4.2 Pemikiran Suhartodan Pembentukan Karakter BangsaBericara mengenai pemikiran atau ide-ide

    besar Suhar to, menjadi begitu singkat untuk

    diuraikan jika dibandingkan dengan Sukarno mudayang penuh dengan ide-ide sosial politik yang amategaliter penuh semangat pergerakan. Ia sangat kritisterhadap kolonialisme, imperialisme dan elitismepada masanya. Sukarno memiliki beberapa konseppolitik dan gagasan filosofis. Idenya merupakanpengembangan dari apa yang telah ia pelajari dan iakritisi sesuai dengan situasi riil di Indonesia,sehingga orisinalitasnya nampak dalam hal ide ataugagasan.

    Sementara untuk Suharato, terkait denganpemikiran dan ide atau gagasan sosial-politik nyaristidak dikenal sebagai orang yang memiliki filosofispolitik yang menonjol (Baskara T Wardaya, 2009:212). Menurut Baskara (2009: 212) sejak awalpemerintahnya sebagai presiden pendekatan yangia pakai murni otoritariant, bahkan militeristik. Iajuga cenderung anti-rakyat.

    Sekolah dan perjalanan karir Suharto tidakterlalu lancar, hingga ia bergabung dengan KNILpasukan kolonial untuk melindungi kepentinganBelanda dan menekan potensi perlawanan rakyatIndoneisa. Suharto pada 1943 bergabung denganPETA bentukan Jepang, setelah Indonesia merdekaia bergabung dengan TNI. Pada bulan Desember1956, karirnya mulai naik dengan menjabat sebagaiPangdam Diponegoro. Pada tahun ini ide-ideSukarno sudah terkenal dan terdengar di duniaInternasional. Catatan hitam menyertai Suhartoketika ia menyalahgunakan kedudukanya untukkorupsi, yang terbukti pada bulan Agustus 1959 olehtim anti korupsi yang dipimpin oleh Nasution. Jikaberbicara mengenai ide atau gagasan Suharto, lebihcenderung ditemukan ide-ide intrik politik untukmelanggengkan kekuasaanya.

    Pembentukan karakter bangsa pada masaSuharto hampir dapat dikatakan tidak ada. Hal yangnampak dan berkelanjutan adalah ditirunya modelatau memerintah yang cenderung diwarnai denganmengekang kebebasan rakyat dan pemiskinankarakater bangsa melalui berbagai korupsi danpraktik tidak sehat dalam berpemerintahan mulaisejak Suharto lengser pada tahun 1998 sampai padamasa reformasi tahun 2003, di mana kebebasanmenjadi tidak terkendali dan praktik-praktikberpolitik tidak sehat semakin nampak danterekspos di media massa secara bebas.

    Berikut ini adalah salah satu contoh intrikpolitik tidak sehat dari Suharto mengenai rekayasa

  • Jurnal Penelitian. Volume 20, No. 1, November 2016, hlm. 25-35

    34

    Suharto untuk menduduki kursi presiden RI. SetelahSuharto melenyapkan dan menghacurkan PKI, iamerekayasa konsensus nasional (PJ Suwarno,2009: 117). Konsensus pertama terkait denganpelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secaramurni dan konsekuen. Kedua, mengenai cara-carapelaksanaanya. Proses ini telah dimulai pada tahun1966 pada bulan November dengan mengajukan tigaRUU kepada DPRGR. Panitia yang ditunjuk setelahmelakukan sidang sebanyak 53 kali tetap tidakmembuahkan hasil.

    Pada bulan Juli 1966 Suhar to mengambilinisiatif tanpa melalui DPRGR, dan berhasilmencapai persetujuan dengan para pemimpin partaitentang:1) Pemilihan akan diadakan dengan menggunakan

    sistem list.2) Keanggotaan DPR diperbesar dari 347 menjadi

    460 anggota.3) Pemerintah berhak mengangkat 100 orang

    anggota DPR (75 mewakili militer dan 25mewakili sipil non partai) dan 1/3 anggotaMPR (PJ. Suwarno, 2009: 117).T i n d a k a n S u h a r t o i n i j e l a s s e b u a h

    pelanggaran atas kewenangan dari DPRGR.Pelanggaran berikutnya untuk mempermudahjalan ia menjadi persiden adalah melalui MPRS.menetapkan 5 Juli 1968 sebagai pelaksanaan pemilu.Dalam penetapan hari pemilu ini, sebenarnya UUmengenai pemilu belum selesai disepakati di dalamsidang DPR. RUU ini justru ditempuh secara militermelalui pendapat atau suara dari staf dan diambilsebuah keputusan. Suharto kemudian berbicaradengan para pemimpin partai politik secara berulangdan diperoleh sebuah keputusan baru kemudiandisampaikan kepada fraksinya di DPR. Hal inimengandung arti bahwa keputusan telah disetujuidi luar sidang DPR, baru kemudian dibawa ke dalamsidang dan disetujui dengan hasil yang sama. Halini menjadi jelas bahwa di era Suharto dipenuhidengan manipulasi politik dan manipulasi demokrasitermasuk menjadikan Pancasila sebagai tamengpelanggengan kekuasaan tanpa melaksanakanPancasila secara utuh. Dalam hal ini menjaditidak mengherankan jika kemudian Suharto dapatdengan mudah mengantikan Sukarno sebagaiPresiden RI ke 2.

    5. DAMPAK POLA PEMBENTUKANKARAKTER BANGSASUKARNO VS SUHARTOBAGI BANGSA INDONESIA

    Berbicara mengenai dampak dari polapembentukan karakter bangsa bagi masa selanjutnyaterlebih masa reformasi ini harus dimulai dariera Sukarno dimana pendidikan karakter yang iabangun sejak masa ia menjadi presiden dapatdikatakan tidak dihidupi oleh masyarakat Indoneisa.Hal ini terjadi bukan karena ide atau gagasanSukarno tidak memiliki nilai akan tetapi adanyaupaya menghilangkan jejak Sukarno dalam sejarahatau dalam pemikiran masyarakat Indonesia.

    Seperti yang dijelaskan dalam buku PerspektifBaru Penulisan Sejarah Indonesia (2008) padasubbab “Mengapa tahun 1950-an penting bagi kajianIndonesia” yang ditulis oleh Adrian Vickers bahwapendidikan karakter Sukarno untuk bangsa ini telahterpotong atau terpangkas oleh propaganda Suharto.Sebagai dampaknya, karakter kuat yang telahdibangun oleh Sukarno di mata masyarkat Indonesiadan dunia Internasional tidak lagi diperhitungkan.

    Dapat dikatakan bahwa bangsa Indonesiasejak Presiden Sukarno turun dari kursi presiden,pendidikan karakter telah berhenti untuk bangsaIndonesia. Hal ini semakin diperkuat denganlahirnya Orde Baru di bawah Suharto. Pada masapemerintahanya masyarakat tidak disuguhi denganteladan dari sang presiden melainkan disuguhidengan pemerintahan yang otoriter dan militeristik.

    Sejak Orde Bar u masyarakat banyakmenerima Indoktrinasi melalui Industri sejarahmulai dari G30S hingga Serangan Umum 1 Maret.Hal jelas bahwa pemerintah Suharto membentukmasyarakat untuk menuruti kehendak penguasa dantunduk kepada penguasa. Kekritisan masyarakatIndonesia menjadi tumpul dan andaikata tidaktumpul, kekritisan tersebut hanya ada di dalambenak atau dalam hati para tokoh politis yang bersihdan para akademisi di tingkat perguruan tinggi.

    Setelah Orde Baru tumbang, era reformasi1998-2003 hanya berubah dalam kulit luarnya,sementara karakter yang masih melekat dari parapemimpin dan politisi adalah mental Orde Baru,sehingga dapat dikatakan bahwa era reformasi

  • 35

    Yulius Dwi Cahyono, Pembentukan Karakter Bangsa Ala Sukarno dan Suharto dalam Perspektif ....

    menjadi pelangengan mentalitas Orde Baru yanglebih terlihat terbuka melalui kebebasan perss di erareformasi. Meskipun demikian era keterbukaan diera reformasi belum mampu mengubah mentalitastersebut. Ketegasan terhadap dunia Internasional sepertipada era Sukarno juga tidak nampak hingga 2003.

    Menjadi tidak mengherankan jika di erareformasi ini banyak kasus yang tidak sejalandengan tujuan awal dari reformasi tersebut. Semisalkasus balas budi politis yang mengakibatkan oknumyang tidak bersih tetap dapat menduduki jabatanpolitik dalam pemerintahan. Mentalitas Orde Baruyang masih melekat kuat menjadi jawaban dariketidak berhasilan dari reformasi 1998-2003.

    6. PENUTUP

    Pembentukan karakter bangsa Indonesia tidakdapat dilepaskan dari dua masa pemerintaah Sukarnodan Suharto. Kedua pemerintahan ini memiliki andilyang sangat besar dan saling berkaitan satu denganyang lainnya. Pendidikan karakter bangsa ini sungguhsangat ditentukan dan tergantung dari sosok presiden

    secara pribadi. Segala pemikiran dan tindakanseorang presiden bagi warga negaranya menjadisebuah ukuran dan panutan dalam membentukmentalitas atau kesadaran mental bangsa.

    Berdasarkan perbandingan dari dua polapembentukan karakter dari kedua presiden ini justrunampak bahwa telah terjadi satu masa di manapendidikan karakter bangsa pada masa pemerintahanSukarno telah terblokir atau terbekukan, melaluipropaganda Suharto pada masa pemerintahan OrdeBaru. Suhar to mencoba menghilangkan jejakSukarno melalui banyak jalan mulai dari pendidikandan sejarah. Sebagai dampaknya masyarakat padamasa Orde Baru dan Reformasi tumbuh menjadimasyarakat yang tidak memiliki karakter yang kuatatau mentalitas bangsa menjadi tidak sesuai denganharapan para founding father kita. Keprihatinan inidalam dunia pendidikan kemudian memunculkan idemengintegrasikan pendidikan karakter kedalamsetiap matapelajaran, dari tingkat SD sampai denganPerguruan Tinggi. Menjadi sebuah renunganbersama bahwa bangsa yang berkarakter baik sangatditentukan oleh pemimpinnya atau teladan sangpemimpin dalam hal ini presiden.

    DAFTAR PUSTAKA

    Aminudin Kasdi. 1991. Pengantar Ilmu Sejarah.Surabaya: University Press IKIP Surabaya

    Andi Suwir ta & Iyep Candra Hermawan. 2012.“Masalah Karakter Bangsa dan FigurKepemimpinan di Indonesia: PerspektifSejarah”. Atikan Jurnal. Vol 2 (1) Juni 2012.

    Baskara T Wardaya. 2009. Bung Karno Mengugat:Dari Marhaen, CIA, Pembantaian Massal65 hingga G30S. Yogyakarta: Galang Perss.

    Cindy Adams. 2014. Bung Karno PenyambungLidah Indonesia. Jakarta: Yayasan BungKarno.

    Djoko Dwiyanto. 2012. Pendidikan KarakterBerbasis Pancasila Negara pancasila:Agama atau Sekuler, Sosial i s atauKapitalis. Yogyakarta: Ampera Utama.

    Kochar.S.K. 2008. Teaching of History. Jakarta: PTGrasindo.

    Louis Gottschalk. 1985. Mengerti Sejarah. Jakarta:UI-Press.

    Malcolm Caldwell&Ernst Utrecht. 2011. SejarahAlternatif Indonesia. Yogyakarta: DjamanBaroe.

    Nordholt-Henk Schulte, Bambang Purwanto danRatna Saptari (ed). 2008. Perspektif BaruPenulisan Sejarah Indonesia. Jakar ta:Yayasan Obor.

    Peter Kasenda. 2010. Sukarno: Biografi Pemikiran1926-1933. Jakarta: Komunitas Bambu.

    Ramahdhan & Dwipayana. 1989. Soeharto: Pikiran,Ucapan dan Tindakan Saya. Jakarta: PTCITRA LAMTORO GUNG PERSADA.

    Solichin Salam. 1966. Bung Karno Putera Fadjar.Jakarta: Gunung Agung.

    Sukarno. 1964. Di bawah Bendera Revolusi Jilid 1Cetakan ke 3. Jakarta: Panitiya PenerbitDibawah Bendera Revolusi.

    Suwarno, P.J. 2009. Rajawali Kemusuk MenjelajahNusantara. Yogyakarta: USD.

    “Video Dokumenter Wawancara Terakhir PresidenSukarno Sesudah Peristiwa G30S”. https:// w w w . y o u t u b e . c o m / w a t c h ? v =WFbXtLP_S0Y