1.docx

download 1.docx

of 60

description

1.docx

Transcript of 1.docx

  • 5/27/2018 1.docx

    1/60

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah

    Dunia pendidikan sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang

    cepat diluar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh

    dunia pendidikan. Jika praktik-praktik pengajaran dan pendidikan di Indonesia

    tidak dirubah, bangsa Indonesia akan ketinggalan oleh negara-negara lain. Pada

    saat ini, praktik-praktik pembelajaran dan pendidikan di sekolah-sekolah perlu

    diperbaharui. Peranan dunia pendidikan dalam mempersiapkan peserta didik agar

    optimal dalam kehidupan bermasyarakat, maka proses dan model pembelajaran

    perlu terus diperbaharui.

    Upaya pembaharuan proses tersebut, terletak pada tanggung jawab guru,

    bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami oleh peserta didik

    secara benar. Dengan demikian, proses pembelajaran ditentukan sampai sejauh

    mana guru dapat menggunakan metode dan model pembelajaran dengan baik.

    Fisika sebagai suatu pertanda perkembangan intelegensi manusia, fisika

    juga merupakan salah satu cara mengembangkan cara berpikir oleh karena itu

    fisika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam

    menghadapi kemajuan IPTEK. Mengingat siswa SMA pada dasarnya memiliki

    perkembangan intelektual yang berada pada tahap operasi formal. Pada tahap ini,

    siswa sudah mulai berpikir secara logika tanpa kehadiran benda-benda kongkrit,

    sehingga fisika perlu dibekalkan pada peserta didik sejak usia dini.

  • 5/27/2018 1.docx

    2/60

    2

    MAN Tomini merupakan sekolah yang pada dasarnya input dari siswa

    yang mendaftar rata-rata mempunyai kemampuan menegah kebawah. Sebagai

    contohnya, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil ujian untuk seleksi calon

    siswa baru yang telah dilakukan oleh pihak sekolah, dimana mata pelajaran yang

    diujikan antara lain pelajaran agama, bahasa, serta matematika dan IPA.

    Terkhusus untuk pelajaran IPA, mata pelajaran yang diujikan salah satunya adalah

    pelajaran fisika. Adapun hasil ujian yang diperoleh siswa pada mata pelajaran

    fisika dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut.

    Tabel 1.1 Data Hasil Ujian Fisika Siswa Baru MAN Tomini Sumberagung

    Tahun Ajaran 2011/2012.

    Kelas Nilai rata-rata hasil ujian

    XA

    XB

    XC

    XD

    XE

    69,60

    64,43

    63,63

    64,21

    63,86(Sumber: MAN Tomini Sumberagung)

    Berdasarkan tabel, ketuntasan hasil ujian hanya terjadi pada kelas XA saja.

    Adapun nilai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 65,00.

    Dari tabel dapat dilihat pula bahwa kelas XC merupakan kelas yang memperoleh

    nilai rata-rata hasil ujian yang terendah, sehingga kelas XC dijadikan sebagai

    subyek penelitian.Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika di MAN Tomini

    Sumberagung, diketahui bahwa pada proses belajar-mengajar fisika di MAN

    Tomini Sumberagung sering terjadi keluhan dari siswa. Siswa merasa bahwa

    pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit karena banyak terdapat rumus-

    rumus yang sulit untuk dipahami dan fisika adalah pelajaran yang membosankan.

  • 5/27/2018 1.docx

    3/60

    3

    Akibat dari paradigma siswa ini, sehingga minat siswa terhadap pelajaran fisika

    menjadi kurang baik dan hasil belajar yang diperoleh menjadi rendah.

    Berdasarkan hasil observasi, masalah yang menunjukan bahwa upaya

    pembelajaran fisika pada siswa MAN Tomini Sumberagung belum mencapai hasil

    yang maksimal (masih rendah) salah satunya adalah proses pembelajaran fisika

    tidak berlangsung timbal balik, dimana guru hanya memfokuskan diri pada

    penyampaian materi sedangkan siswa disibukan mencatat materi yang

    disampaikan oleh guru. Guru menjadi pusat pembelajaran sedangkan siswa hanya

    aktif sebagai pendengar dan perekam informasi melalui catatan mereka. Hal

    tersebut mengakibatkan pelajaran menjadi tidak menarik dan membosankan bagi

    siswa. Selain itu kurangnya kerjasama dan komunikasi antara siswa dalam proses

    belajar mengajar juga merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar

    siswa.

    Bertolak dari masalah di atas, maka penulis menduga bahwa strategi dan

    pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru fisika di MAN Tomini

    Sumberagung belum efektif terhadap upaya untuk meningkatkan hasil belajar

    fisika. Menurut Wahyu Widyaningsih (2008: 8) salah satu upaya untuk dapat

    memperbaiki proses pembelajaran adalah dengan menerapkan pembelajaran

    kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah merupakan sistem pembelajaran yang

    memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam tugas yang

    berstruktur. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan

    dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan

    tugas, anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami bahan

  • 5/27/2018 1.docx

    4/60

    4

    pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman belum menguasai bahan

    pembelajaran. Kecakapan kerja sama perlu dilatihkan pada siswa karena dengan

    dimilikinya kecakapan kerja sama yang disertai saling pengertian, saling

    menghargai, dan saling membantu siswa akan mampu untuk membangun

    semangat komunitas yang harmonis.

    Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan

    kepada siswa untuk melakukan interaksi berupa komunikasi dan kerja sama dalam

    kelompok yaitu kooperatif tipe artikulasi. Suasana belajar demikian, perlu

    diciptakan dalam proses pembelajaran agar memberikan peluang kepada seluruh

    siswa untuk memunculkan aspek kecakapan, kerjasama dan komunikasi guna

    meningkatkan hasil belajarnya.

    Mengingat bahwa dalam pelajaran fisika banyak sekali materi pelajaran

    yang bersifat abstrak sehinggga banyak siswa yang merasa kesulitan dalam

    memahami dan mencerna materi pelajaran fisika serta implementasinya dalam

    kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik harus bisa berupaya

    bagamana caranya supaya materi fisika yang bersifat abstrak tersebut dapat

    dengan mudah dipahami oleh siswa.

    Salah satu bentuk upaya yang bisa diterapkan oleh seorang guru untuk

    dapat menyampaikan materi fisika yang bersifat abstrak tersebut sehingga mudah

    dipahami oleh siswa adalah dengan cara menampilkan konsep-konsep materi

    fisika yang bersifat abstrak tersebut kedalam suatu bentuk animasi ataupun

    dengan menampilkan simulasi-simulasi. Seiring dengan berkembangnya

    kemajuan teknologi, maka pada saat ini telah ditemukan suatu aplikasi software

  • 5/27/2018 1.docx

    5/60

    5

    yang dapat menampilkan bentuk animasi tiga dimensi, sehingga konsep-konsep

    fisika yang bersifat abstrak bisa dengan mudah dipahami oleh siswa. Aplikasi

    software tersebut adalah Macromedia Flash. Menurut Eko Cahyono (2010: 9)

    Macromedia Flash adalah suatu software animasi yang dapat digunakan untuk

    mempermudah penyampaian suatu konsep yang bersifat abstrak yang dalam

    penerapannya yaitu dengan menggunakan media komputer.

    Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, menimbulkan minat

    penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar

    Fisika Dan Keterampilan Sosial Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

    Artikulasi Berbantuan Macromedia Flash Pada Siswa Kelas XC MAN Tomini

    Sumberagung .

    Penelitian model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi ini sebelumnya

    telah dilakukan oleh Diana di SMP Negeri 35 Bandung (Diana : 2005), dari hasil

    yang diperoleh model pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil

    belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti akan menerapkan model pembelajaran

    yang sama di MAN Tomini Sumberagung dengan berbantuan macromedia flash.

    1.2 Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka

    rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah hasil belajar fisika dan

    keterampilan sosial dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran

    kooperatif tipe artikulasi berbantuan Macromedia Flash pada siswa kelas XC

    MAN Tomini Sumberagung? .

  • 5/27/2018 1.docx

    6/60

    6

    1.3 Tujuan Penelitian

    Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah

    untuk meningkatkan hasil belajar fisika dan keterampilan sosial melalui penerapan

    model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuanMacromedia Flashpada

    siswa kelas XC MAN Tomini Sumberagung.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:

    1)Bagi siswa, diharapkan dapat membantu siswa untuk belajar lebih aktif, saling

    bekerja sama dalam membagi pengalaman belajarnya, serta belajar

    bertanggung jawab.

    2)Bagi guru, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan

    menerapkan bentuk pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar

    mengajar.

    3)Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan masukan terutama dalam rangka

    meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar siswa.

  • 5/27/2018 1.docx

    7/60

    7

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

    2.1 Kajian Pustaka

    2.2.1Pembelajaran Kooperatif Tipe Artikulasi

    Cooperative learning merupakan suatu strategi pembelajaran yang

    menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan

    akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil (Saptono, 2003:32).

    Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja

    sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman

    sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa

    yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan

    baik strategi ini dilengkapi dengan LKS yang berisi tugas atau pertanyaan yang

    harus dikerjakan siswa. Selama bekerja dalam kelompok, setiap anggota

    kelompok berkesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan memberikan

    respon terhadap pendapat temannya. Setelah menyelesaikan tugas kelompok,

    masing-masing kelompok menyajikan hasil pekerjaannya didepan kelas untuk

    didiskusikan dengan seluruh siswa.

    Sementara itu, menurut Sri Sulastri (2001: 3) pembelajaran yang

    menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki ciri-ciri

    sebagai berikut :

    a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi

    belajarnya.

  • 5/27/2018 1.docx

    8/60

    8

    b.Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan

    rendah.

    c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis

    kelamin yang berbeda-beda.

    d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

    Pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran fisika, perlu dipahami

    terutama bagaimana cara menerapkannya dalam proses belajar. Pembelajaran

    artinya cara menjadikan seorang belajar, sedangkan kooperatif artinya kerjasama

    sebagai sifat. Sehingga dapat diambil makna bahwa pembelajaran kooperatif

    merupakan hal yang tepat untuk diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran

    dan memungkinkan membuat siswa saling membantu dalam belajar guna

    mencapai tujuan yaitu pencapaian hasil belajar yang tinggi.

    Pada pembelajaran kooperatif tipe artikulasi, setiap siswa diberi

    kesempatan untuk berinteraksi dengan saling mewawancarai langsung dan

    menyampaikan kembali hasil wawancaranya serta dituntut untuk bisa bertanggung

    jawab terhadap tugas yang diembannya sebagai salah satu pendukung

    keberhasilan pencapaian tujuan (Suyatno, 2008).

    Adapun tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe artikulasi:

    1.Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

    2.Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.

    3.Untuk mengetahui daya serap siswa, maka dibentuk kelompok berpasangan

    dua orang atau lebih.

  • 5/27/2018 1.docx

    9/60

    9

    4.Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menjelaskan materi yang baru

    diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-

    catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.

    5.Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak untuk menyampaikan hasil

    wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah

    menyampaikan hasil wawancaranya.

    6.Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami

    siswa.

    7.Guru memberikan LKS yang berisi tugas/pertanyaan yang harus dijawab oleh

    siswa pada setiap kelompok.

    8.Kesimpulan/penutup.

    2.1.2Hasil Belajar Fisika

    Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

    memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

    hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Hasil tidak lain

    adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu

    maupun secara kelompok dalam bidang usaha tersebut (Slamet, 2003:2). Jadi

    yang dimaksud hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa baik individu maupun

    kelompok baik materi yang telah dilakukan dalam waktu tertentu, melalui proses

    evaluasi yang dinyatakan dalam skor (angka). Untuk mengetahui hasil belajar

    yang dicapai siswa diadakan penilaian. Penilaian dapat dilakukan setiap saat

    selama kegiatan pembelajaran berlangsung dapat juga diadakan setelah siswa

  • 5/27/2018 1.docx

    10/60

    10

    menyelesaikan suatu program pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, misalnya

    setelah semester.

    Adanya berbagai pandangan mengenai konsep belajar, membuktikan

    bahwa masalah belajar adalah masalah yang menarik. Oleh karena itu, setiap

    individu yang belajar perlu memahami prinsip-prinsip belajar tersebut, yakni:

    1.Setiap belajar mempunyai tujuan baik secara tertulis maupun tidak tertulis

    2.Setiap belajar menghendaki perubahan

    3.Setiap belajar menghadapi bermacam-macam kesulitan

    4.Setiap belajar memperlihatkan aktivitas

    5.Setiap belajar terjadi transfer

    6.Setiap belajar dapat memecahkan masalah

    7.Setiap belajar memerlukan motivasi

    Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kecerdasan,

    motivasi, kemampuan kognitif, yang semuanya berasal dari dalam diri siswa itu

    sendiri. Hasil belajar siswa itu juga dipengaruhi dari luar diri siswa seperti faktor

    lingkungan, sikap dan kemampuan motorik. Diantara hasil belajar, aspek

    kognitiflah yang paling dinilai oleh para guru disekolah yang berkaitan dengan

    kemampuan siswa dalam menguasai isi pelajaran.

    Jadi, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

    fisika adalah tingkat keberhasilan siswa baik individual maupun kelompok

    terhadap pelajaran fisika setelah mengikuti pembelajaran dalam waktu tertentu

    yang dinyatakan dalam skor atau angka yang diperoleh melalui penilaian atau

    evaluasi dan tes prestasi.

  • 5/27/2018 1.docx

    11/60

    11

    2.1.3Keterampilan Sosial

    Keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk berinteraksi dengan

    orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara khusus yang dapat diterima oleh

    lingkungan dan pada saat bersamaan dapat menguntungkan individu, atau bersifat

    saling menguntungkan atau menguntungkan orang lain. Menurut Libet (dalam

    Fajar, 2007) yang menjelaskan bahwa keterampilan sosial merupakan suatu

    kemampuan yang kompleks untuk melakukan perbuatan yang akan diterima dan

    menghindari perilaku yang akan ditolak oleh lingkungan. Secara lebih spesifik,

    Elksnin (dalam Fajar, 2007) mengidentifikasi keterampilan sosial dengan

    beberapa ciri, yaitu:

    1.Perilaku interpersonal

    Merupakan perilaku yang menyangkut keterampilan yang dipergunakan

    selama melakukan interaksi sosial. Perilaku ini disebut juga keterampilan

    menjalin persahabatan, misalnya menawarkan bantuan, dan memberikan atau

    menerima pujian.

    2.Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri

    Merupakan keterampilan mengatur diri sendiri dalam situasi sosial,

    misalnya keterampilan memahami perasaan orang lain, mengontrol kemarahan

    dan sejenisnya.

    3.Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademis

    Merupakan perilaku atau keterampilan sosial yang dapat mendukung

    prestasi belajar di sekolah, misalnya mendengarkan dengan tenang saat guru

    menerangkan pelajaran, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik,

  • 5/27/2018 1.docx

    12/60

    12

    melakukan apa yang diminta oleh guru, dan semua perilaku yang mengikuti

    aturan kelas.

    4.Peer acceptanceMerupakan perilaku yang berhubungan dengan penerimaan sebaya,

    misalnya memberi dan meminta informasi, mengajak teman terlibat dalam

    suatu aktivitas, dan sejenisnya.

    5.Keterampilan komunikasi

    Keterampilan komunikasi merupakan salah satu keterampilan yang

    diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik. Kemampuan anak dalam

    berkomunikasi dapat dilihat dalam beberapa bentuk, antara lain menjadi

    pendengar yang responsif, mempertahankan perhatian dalam pembicaraan dan

    memberikan umpan balik terhadap kawan bicara.

    Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas, dapat

    disimpulkan bahwa keterampilan sosial merupakan suatu kemampuan mengatur

    pikiran, emosi dan perilaku untuk memulai dan memelihara hubungan atau

    interaksi dengan lingkungan sosial secara efektif dengan mempertimbangkan

    norma dan kepentingan sosial serta tujuan pribadi. Secara umum, keterampilan

    sosial ini dapat dilihat dalam beberapa bentuk perilaku: pertama, perilaku yang

    berhubungan dengan diri sendiri (bersifat intrapersonal) seperti mengontrol emosi,

    menyelesaikan permasalahan sosial secara tepat, memproses informasi dan

    memahami perasaan orang lain; kedua, perilaku yang berhubungan dengan orang

    lain (bersifat interpersonel) seperti memulai interaksi dan komunikasi dengan

  • 5/27/2018 1.docx

    13/60

    13

    orang lain; dan ketiga perilaku yang berhubungan dengan akademis, seperti

    mematuhi peraturan dan melakukan apa yang diminta oleh guru.

    2.1.4Macromedia F lash

    Menurut Eko Cahyono (2010: 9)Macromedia Flashadalah suatusoftware

    animasi yang dapat digunakan untuk mempermudah penyampaian suatu konsep

    yang bersifat abstrak yang dalam penerapannya yaitu dengan menggunakan media

    komputer.

    Andi Pramono (2007: 1) mengatakan bahwa Macromedia Flash adalah

    sebuah software animasi yang saat ini menjadi software favorit dan banyak

    digunakan para web designeruntuk membuat webnya lebih dinamis.Macromedia

    Flash Professional 8 merupakan salah satu software animasi yang sudah tidak

    asing lagi bagi kebanyakan orang yang berkecimpung dalam pembuatan program

    animasi. software ini mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan

    software animasi lainnya diantaranya adalah program yang berorientasi objek,

    mampu mendesain gambar berbasis vektor, kemampuannya menghasilkan

    animasi gerak dan suara dan dapat dipergunakan sebagai softwarepembuat situs

    website, serta masih banyak keunggulan lainnya dibandingkan dengan software

    animasi lain. Dengan keunggulan dan kelebihan yang dimilikinya, Macromedia

    Flash Professional 8 sebagai teknologi audiovisual, mampu menghasilkan fitur-

    fitur baru yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan.

  • 5/27/2018 1.docx

    14/60

    14

    2.2 Bahan Ajar

    2.2.1Besaran Fisika dan Pengukurannya

    a. Besaran, Satuan, dan Dimensi

    1. Besaran Pokok dan Besaran Turunan

    Dalam ilmu fisika setiap besaran akan memiliki satuan-satuan tertentu.

    Berdasarkan satuannya tersebut, besaran dibagi menjadi dua yaitu besaran

    pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya

    telah ditentukan terlebih dahulu. Satuan besaran-besaran itu telah ditentukan

    sebagai acuan dari satuan besaran-besaran lain. Sedangkan besaran turunan

    adalah besaran yang satuannya ditentukan dari penurunan satuan besaran-

    besaran pokok penyusunnya.

    Besaran pokok dan besaran turunan beserta dengan satuannya dapat

    dilihat dalam tabel.

    No. Besaran Pokok Satuan SI/MKS Singkatan

    1 Panjang meter m

    2 Massa kilogram kg

    3 Waktu detik s

    4 Suhu kelvin K

    5 Kuat arus listrik ampere A

    6 Intensitas cahaya candela cd

    7 Jumlah zat kilo mol kmol

    Selain tujuh besaran pokok di atas, terdapat dua besaran pokok

    tambahan, yaitu sudut bidang datar dengan satuan radian (rad) dan sudut ruang

    dengan satuan steradian (sr).

  • 5/27/2018 1.docx

    15/60

    15

    No. Besaran Turunan Lambang Satuan Sistem MKS

    1 Luas L m2

    2 Volume V m3 Massa Jenis kg/m

    4 Kecepatan v m/s

    5 Percepatan a m/s

    6 Gaya F kg. m/s atau N

    7 Usaha W Nm atau J

    8 Daya P J/s atau Watt

    2. Dimensi

    Dimensi adalah cara penulisan suatu besaran dengan menggunakan

    simbol (lambang) besaran pokok. Hal ini berarti dimensi suatu besaran

    menunjukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokok.

    No. Besaran Pokok Satuan Lambang Dimesi

    1 Panjang meter (m) [L]

    2 Massa kilogram (kg) [M]

    3 Waktu sekon (s) [T]

    4 Suhu kelvin (K) []

    5 Kuat arus listrik ampere (A) [I]6 Intensitas cahaya kandela (cd) [J]

    7 Jumlah zat mol (mol) [N]

    Adapun manfaat dimensi antara lain dapat digunakan untuk

    membuktikan kebenaran suatu persamaan dan dapat digunakan untuk

    menurunkan persamaan suatu besaran dari besaran-besaran yang

    mempengaruhinya.

    b. Pengukuran dan Notasi Ilmiah

    Pengukuran merupakan proses mengukur. Sedangkan mengukur

    didefinisikan sebagai kegiatan untuk membandingkan suatu besaran dengan

    besaran standart yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. Dari pengertian ini dapat

    diturunkan pengertian berikutnya yaitu besaran dan satuan. Besaran didefinisikan

  • 5/27/2018 1.docx

    16/60

    16

    sebagai segala sesuatu yang didapat dari hasil pengukuran yang dinyatakan dalam

    bentuk angka dan satuannya.

    1.Pengambilan Data dan Angka Penting

    Proses pengukuran hingga memperoleh data hasil pengukuran itulah

    yang dinamakan pengambilan data. Proses pengukuran banyak terjadi

    kesalahan. Kesalahan bisa terjadi dari orang yang mengukur, alat ukur atau

    lingkungannya. Untuk memuat semua keadaan itu maka pada hasil pengukuran

    dikenal ada angka pasti dan angka taksiran. Gabungan kedua angka itu disebut

    angka penting.

    Angka penting adalah angka yang didapat dari hasil pengukuran yang

    terdiri dari angka pasti dan angka taksiran. Nilai setiap hasil pengukuran

    merupakan angka penting. Angka pasti yaitu angka yang ditunjukkan pada

    skala alat ukur dengan nilai yang ada, dan angka taksiran yaitu angka hasil

    pengukuran yang diperoleh dengan memperkirakan nilainya. Nilai ini muncul

    karena yang terukur terletak diantara skala terkecil alat ukur. Dalam setiap

    pengukuran hanya diperbolehkan memberikan satu angka taksiran.

    2.Pengolahan Data

    Pengukuran dalam fisika bertujuan untuk mendapatkan data. Adapun

    jenis-jenis pengolahan data diantaranya yaitu:

    a. Metode Generalisasi (penarikan kesimpulan)

    b. Metode Kesebandingan (perbandingan)

    c. Metode Statistik (perhitungan rata-rata)

  • 5/27/2018 1.docx

    17/60

    17

    3.Alat Ukur Panjang, Massa, dan Waktu

    a. Alat ukur panjang

    Panjang, lebar atau tebal benda dapat diukur dengan mistar. Tetapi jika

    ukurannya kecil dan butuh ketelitian maka dapat digunakan alat lain yaitu

    jangka sorong dan mikrometer sekrup.

    b. Alat ukur massa

    Untuk mengetahui massa sebuah benda, maka digunakan alat ukur massa

    yang disebut dengan timbangan atau neraca, seperti neraca pegas, neraca

    ohaus, neraca digital dan lain-lain.

    Gambar 2.1 Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup

    Gambar 2.2 Neraca Analitis Dua Lengan, Neraca Digital, dan

    Neraca Ohauss

  • 5/27/2018 1.docx

    18/60

    18

    c. Alat ukur waktu

    c. Besaran Vektor dan Besaran Skalar

    Berdasarkan nilai dan arahnya, besaran dapat dikelompokkan menjadi dua,

    yaitu besaran vektor dan besaran skalar. Besaran vektor adalah besaran yang

    memiliki nilai dan arah. Besaran ini selain dipengaruhi nilainya juga akan

    dipengaruhi oleh arahnya. Contoh besaran ini adalah perpindahan, gaya,

    momentum, dan kecepatan. Besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki

    nilai saja. Contoh besaran skalar adalah massa, jarak, waktu, volume, dan energi.

    1.Penggambaran Vektor

    Untuk menulis suatu besaran vektor dapat langsung menyebutkan nilai

    dan arahnya. Tetapi untuk mempermudah pemahaman dan analisa, besaran

    vektor dapat diwakili dengan gambar yang berlaku secara universal yaitu

    gambar anak panah. Panjang anak panah menggambarkan nilai vektor

    sedangkan arah anak panah menggambarkan arah vektornya.

    Gambar 2.3 Stopwatch dan Jam Tangan

  • 5/27/2018 1.docx

    19/60

    19

    2.Penguraian Vektor

    Setiap vektor dapat diuraikan menjadi dua komponen yang saling tegak

    lurus. Komponen-komponen penguraian vektor ini disebut juga proyeksi

    vektor. Besar komponen atau proyeksi vektor ini memenuhi perbandingan

    trigonometri seperti persamaan berikut.

    Fx= Fcos . (1)

    Fx= Fcos . (2)

    Jika diketahui dua komponen vektornya maka vektor yang

    diproyeksikan itu juga dapat ditentukan yaitu memenuhi dalil Pythagoras.

    Persamaannya sebagai berikut.

    F2= Fx

    2+ Fy2..(3)

    3.Resultan Vektor

    Resultan vektor sejajar atau segaris dapat langsung dijumlahkan jika

    searah dan dikurangkan jika berlawanan arah. Sedangkan dua vektor yang

    saling tegak lurus maka resultannya dapat digunakan metode grafis (poligon)

    sehingga membentuk segitiga siku-siku. Besar resultannya memenuhi dalil

    Pythagoras.

    Jika dua vektor membentuk sudut maka resultannya dapat digunakanmetode jajaran genjang,dan berlaku rumus aturan cossinus.

    FR2= F1

    2+ F22+ 2 F1F2 cos (4)

    Metode poligon (metode grafis) merupakan cara meresultankan vektor

    dengan menyambungkan gambar-gambar vektor tersebut. Untuk metode

    analitis dapat dilakukan dengan langkah:

  • 5/27/2018 1.docx

    20/60

    20

    a. memproyeksikan vektor-vektor pada dua sumbu tegak lurus,

    b. menentukan resultan setiap proyeksi:Fx danFy,

    c. resultan vektor memenuhi dalil Pythagoras

    FR= dan tg = (5)4.Perkalian Vektor

    Perkalian vektor ada dua jenis, yaitu perkalian titik (dot product) dan

    perkalian silang (cross product), yang masing-masing dapat dirumuskan

    sebagai berikut.

    ()| | ()

    2.3 Hipotesis Penelitian

    Berdasarkan kajian pustaka tersebut, maka hipotesis tindakan penelitian

    adalah sebagai berikut: Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe

    artikulasi berbantuan Macromedia Flashdapat meningkatkan hasil belajar fisika

    dan keterampilan sosial pada siswa kelas XC MAN Tomini Sumberagung .

  • 5/27/2018 1.docx

    21/60

    21

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    3.1 Rancangan Penelitian

    3.1.1 Desain Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Desain penelitian ini

    mengacu pada model Kemmis dan MC.Taggart (dalam Depdiknas, 2004 : 19)

    yang terdiri dari empat kelompok yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,

    observasi, dan refleksi. Diagram alur desain penelitian ini ditunjukan pada

    Gambar 3.1 berikut :

    Gambar 3. 1 Diagram Alur Desain Penelitian Model Kemmis dan Mc. Taggart.

    a 1

    2

    3

    4

    0

    b7

    6

    8

    5

    Keterangan:

    0 : Pratindakan1 : Rencana siklus 1

    2 : Pelaksanaan siklus 1

    3 : Observasi siklus 1

    4 : Refleksi siklus 1

    5 : Rencana siklus 2

    6 : Pelaksanaan siklus 2

    7 : Observasi siklus 2

    8 : Refleksi siklus 2

    a : Siklus 1

    b : Siklus 2

  • 5/27/2018 1.docx

    22/60

    22

    3.1.2 Subyek Penelitian

    Penelitian ini dilaksanakan di MAN Tomini Sumberagung dan kelas yang

    dijadikan subyek penelitian adalah kelas XC dengan jumlah siswa 34 orang yang

    terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan. Data tahun

    ajaran 2011/2012.

    3.2 Tahap-tahap Penelitian

    Secara umum kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu

    tahap pratindakan dan tahap pelaksanaan tindakan.

    3.2.1 Tahap Pratindakan

    Kegiatan awal yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan adalah:

    a. Peneliti bersama kolaborator membahas metode kooperatif tipe artikulasi,

    proposal penelitian beserta instrumen pengumpul data.

    b.Menentukan materi pada setiap siklus penelitian beserta alokasi waktunya.

    c. Memberi petunjuk cara belajar dengan metode kooperatif tipe artikulasi pada

    siswa kelas XC MAN Tomini Sumberagung.

    d.Memberikan tes awal pada siswa kelas XC MAN Tomini Sumberagung. Tes

    yang diberikan berupa tes uraian. Tujuan pemberian tes awal ini dijadikan

    dasar untuk pembentukan kelompok.

    3.2.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan

    Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan menurut alur siklus-

    siklus, yang setiap siklusnya terdiri atas: perencanaan, implementasi tindakan,

    observasi, dan refleksi.

  • 5/27/2018 1.docx

    23/60

    23

    3.2.2.1 Siklus 1

    1. Perencanaan

    Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai

    berikut:

    a. Mempersiapkan buku teks pelajaran dan bahan-bahan lain yang berkaitan

    dengan materi pelajaran.

    b.Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilengkapi dengan skenario

    pembelajaran (Lampiran 3 Hal 68 & Lampiran 4.a dan 4.b Hal 70 dan 76).

    c. Membuat instrumen evaluasi (Lampiran 5.a dan 6.a Hal 83 dan 86).

    d.Menyusun format lembar observasi aktivitas guru dan siswa (Lampiran 7.a dan

    7.b Hal 89 dan 93 & Lampiran 8.a dan 8.b Hal 98 dan 101).

    e. Membagi siswa dalam kelompok yang telah dibentuk dari hasil tes awal

    (Lampiran 2 Hal 67).

    2. Pelaksanaan Tindakan

    1. Kegiatan Awal

    Kegiatan awal yang dilakukan pada tahap ini yaitu memberikan

    apersepsi dan motivasi pada siswa yang berkaitan dengan materi yang akan

    diajarkan, dan menyampaikan inti tujuan pembelajaran.

    2. Kegiatan Inti

    1) Guru menjelaskan materi sebagaimana biasanya.

    2) Guru membimbing siswa dalam pembentukan kelompok.

    3) Meminta setiap siswa mengulangi informasi mengenai materi yang baru

    diterima dari guru untuk disampaikan kepada teman kelompoknya dengan

  • 5/27/2018 1.docx

    24/60

    24

    saling mewawancarai, diskusi dalam kelompok, bertanya pada guru atau

    memperhatikan bila ada teman yang bertanya.

    4) Setiap siswa membuat catatan-catatan kecil yang diperoleh dari hasil

    wawancara dengan teman sekelompoknya.

    5) Meminta perwakilan salah seorang siswa dari setiap kelompok untuk

    mempresentasikan hasil wawancaranya secara bergiliran.

    6) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum

    dipahami oleh siswa.

    7) Guru membagikan LKS yang berisi pertanyaan yang harus dijawab oleh

    setiap siswa dalam kelompok.

    3. Kegiatan Penutup

    Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi, memberi evaluasi

    untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah

    dipelajari dan memberikan tugas rumah.

    3. Observasi

    Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini yaitu untuk mendokumentasikan

    segala sesuatu berkaitan dengan pemberian tindakan, yaitu perilaku subyek

    penelitian (siswa) dan guru (peneliti) selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

    Kegiatan ini didokumentasikan dengan menggunakan lembar observasi yang telah

    disiapkan. Lembar observasi ini dijadikan sebagai alat evaluasi untuk

    melaksanakan siklus selanjutnya.

  • 5/27/2018 1.docx

    25/60

    25

    4. Refleksi

    Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis hasil yang

    diperoleh dalam tahap observasi, sekaligus mempertimbangkan hasil respon siswa

    terhadap pelaksanaan pembelajaran

    3.2.2.2 Siklus II

    Pelaksanaan tindakan siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I, yang

    berbeda hanyalah materi ajar dan apa yang dianggap kurang pada siklus I dapat

    diperbaiki kemudian diterapkan pada siklus II.

    3.3 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data

    3.3.1 Jenis Data

    Jenis data yang didapatkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan

    data kuantitatif.

    1. Data Kualitatif

    Data kualitatif yaitu data yang akan diperoleh dari hasil observasi aktivitas

    siswa dan aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar.

    2. Data Kuantitatif

    Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil tes yang diberikan pada

    siswa dan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa.

    3.3.2Cara Pengumpulan Data

    Pengumpulan data dalam penelitian adalah sebagai berikut:

    1.Pemberian Tes, yang terdiri dari:

  • 5/27/2018 1.docx

    26/60

    26

    a. Tes awal, tes ini diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan

    awal siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan materi

    yang akan diajarkan.

    b.Tes akhir tiap tindakan, tes ini diberikan pada setiap akhir siklus dengan

    tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa setelah diajar

    dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi. Tes yang

    diberikan dalam bentuk pilihan ganda.

    2. Observasi, dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung baik siklus I

    maupun siklus II, pelaksanaan observasi terhadap guru (peneliti) dan siswa

    bertujuan untuk mengetahui atau melihat keterlaksanaan pembelajaran yang

    mengikuti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan skenario

    pembelajaran.

    Penggunaan Lembar Observasi

    Kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berupa pengamatan

    terhadap aktivitas siswa dan guru. Dalam melakukan pengunaan lembar

    observasi yaitu:

    1.Lembar observasi untuk siswa, yakni lembar observasi aktivitas siswa

    selama kegiatan pembelajaran berlangsung, yang juga dinilai meliputi aspek

    psikomotor, afektif, dan keterampilan sosial siswa.

    2.Lembar observasi untuk guru, yakni lembar observasi pengelolaan

    pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.

  • 5/27/2018 1.docx

    27/60

    27

    Pelaksanaannya dilakukan dengan mengisi analisa data yang telah

    disiapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas siswa, dan

    aktivitas guru pada saat pelaksanaan tindakan.

    Aktivitas siswa yang akan diobservasi selama proses pembelajaran

    berlangsung dipantau/diamati oleh observer dengan mengunakan panduan

    observasi yang sudah disiapkan. Kegiatan ini dilakukan pada setiap

    pelaksanaan tindakan tiap-tiap siklus penelitian.

    3.4 Teknik Analisa Data

    Teknik analisa data yang akan digunakan dalam menganalisa data

    kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes belajar siswa dan menentukan presentase

    ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

    3.4.1 Analisa Data Kuantitatif

    a) Daya Serap Individu (DSI)

    Analisa data untuk mengetahui daya serap masing-masing siswa adalah

    sebagai berikut:

    DSI =

    Sm

    Mx 100 % .(1)

    Dengan : M = Skor yang diperoleh siswa

    Sm = Skor maksimal soal

    DSI = Daya serap individu

    Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara individu jika presentase daya

    serap individu sekurang-kurangnya 65% (MAN Tomini, 2011).

  • 5/27/2018 1.docx

    28/60

    28

    b) Ketuntasan Belajar Klasikal

    Analisa data untuk mengetahui ketuntasan belajar seluruh siswa yang menjadi

    sampel dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:

    KBK =N

    n

    x 100 % (2)

    Dengan: n = Banyaknya siswa yang tuntas

    N = Banyaknya siswa seluruhnya

    KBK = Ketuntasan belajar klasikal

    Suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal jika rata-rata 80% siswa telah

    tuntas secara individual (MAN Tomini, 2011).

    c.) Daya Serap Klasikal

    Analisa data untuk mengetahui daya serap klasikal atau daya serap

    seluruh sampel penelitian, maka digunakan rumus sebagai berikut :

    DSK =y

    x

    x 100% ..(3)

    Dengan: X = Skor total persentase

    Y = Skor ideal seluruh siswa

    DSK = Daya serap klasikal

    Suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal jika persentase daya serap

    klasikal sekurang-kurangnya 80% (MAN Tomini, 2011).

    3.4.2 Analisa Data Kualitatif

    Analisa data dalam penelitian ini akan dilakukan selama dan setelah

    pengumpulan data. Adapun tahap-tahap kegiatan analisis data kualitatif adalah

    mereduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.

  • 5/27/2018 1.docx

    29/60

    29

    a. Mereduksi Data

    Mereduksi data adalah proses kegiatan menyeleksi, memfokuskan, dan

    menyederhanakan semua data yang akan diperoleh.

    b.Penyajian Data

    Penyajian data akan dilakukan dalam rangka mengorganisasikan hasil reduksi

    dengan cara menyusun secara naratif sekumpulan informasi yang akan

    diperoleh dari hasil reduksi, sehingga dapat memberikan kemungkinan

    penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.

    c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi

    Penarikan kesimpulan adalah proses penampilan intisari terhadap hasil

    penafsiran dan evaluasi. Kegiatan ini mencakup pencarian makna data serta

    memberi penjelasan.

    3.5 Indikator Kinerja

    3.5.1 Indikator Data Kualitatif

    Indikator kualitatif pembelajaran dapat dilihat dari observasi aktivitas

    siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru, hasil analisis terhadap penilaian

    afektif siswa, penilaian psikomotor dan keterampilan sosial siswa. Penelitian ini

    dinyatakan berhasil jika kualitas hasil belajar untuk aspek yang dinilai tersebut

    telah berada dalam kriteria baik atau sangat baik dengan model pembelajaran yang

    diterapkan.

  • 5/27/2018 1.docx

    30/60

    30

    3.5.2 Indikator Data Kuantitatif

    Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini apabila persentase daya

    serap individual memperoleh nilai minimal 65% dan ketuntasan klasikal minimal

    80 % (Depdiknas, 2004).

  • 5/27/2018 1.docx

    31/60

    31

    BAB IV

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    4.1Hasil Penelitian

    4.1.1Pra Tindakan

    Sebelum melakukan tindakan siklus I dan siklus II, peneliti melakukan

    kegiatan observasi awal di SMP Negeri 18 Palu. Peneliti melakukan observasi di

    kelas VIIA SMP Negeri 18 Palu, yang dijadikan sebagai subyek penelitian. Pada

    tahap ini untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi fisika yang

    telah diajarkan, peneliti memberikan tes awal pada tanggal 18 juli 2011. Tes awal

    yang diberikan berjumlah 5 soal. Soal-soal tes awal dapat dilihat pada (Lampiran

    1.a Hal. 62). Adapun hasil analisis tes awal dapat dilihat pada (Lampiran 1.d Hal.

    66).

    Kegiatan selanjutnya peneliti membentuk kelompok kooperatif yang

    heterogen dimana kelompok tersebut terbentuk dari hasil tes awal. Selanjutnya

    peneliti akan melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai sekenario pembelajaran

    yang akan diterapkan pada siswa kelas XC tersebut yaitu dengan model kooperatif

    tipe artikulasi berbantuanMacromedia Flash.

    4.1.2Pelaksanaan Tindakan Siklus I

    Penelitian tindakan siklus I dilakukan dari tanggal 18 Juli sampai 23 Juli

    2011. Penelitian ini dilakukan 2 kali pertemuan untuk kegiatan belajar mengajar

    (KBM) dan satu kali pertemuan untuk tes akhir tindakan. Bahan kajian siklus I

    adalah Besaran, Satuan, Dimensi, dan Pengukuran. Pada kegiatan tindakan siklus

  • 5/27/2018 1.docx

    32/60

    32

    I ini peneliti bertindak sebagai pengajar yang didampingi oleh guru bidang studi

    fisika, yakni Ibu Siti Ulfaniamah, S.Pd dan Bapak Kodirin, S.Pd sebagai observer

    (pengamat).

    Pada siklus I ini diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi

    berbantuanMacromedia Flashsesuai dengan skenario pembelajaran (Lampiran 3.

    Hal. 68), serta rencana pelaksanaan pembelajaran (Lampiran 4.a dan 4.b.Hal. 70

    dan 76). Dalam proses pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi aktivitas

    guru dan siswa. Adapun untuk aktivitas siswa, selain yang diamati adalah

    aktivitas siswa seperti yang terdapat pada skenario pembelajaran juga yang

    diamati berupa keterampilan sosial siswa, penilaian afektif siswa dan penilaian

    psikomotor siswa.

    4.1.2.1 Hasil Observasi Tindakan Siklus I

    Observasi terhadap aktivitas siswa dan guru (peneliti) di kelas dilakukan

    pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dimana observasi tersebut dilakukan

    sebanyak 2 kali baik observasi aktivitas siswa maupun observasi aktivitas guru.

    1) Analisis Observasi Aktivitas Siswa

    Berdasarkan analisis seorang observer dalam hal ini adalah guru fisika

    kelas XC diperoleh data hasil anlisis observasi aktivitas siswa selama kegiatan

    belajar mengajar berlangsung. Observasi aktivitas siswa itu antara lain:

  • 5/27/2018 1.docx

    33/60

    33

    a.Aktivitas Siswa

    Kegiatan observasi ini dilakukan untuk melihat keaktifan siswa dalam

    mengikuti proses pembelajaran. Hasil observasi kegiatan siswa dapat dilihat

    pada tabel 4.1 berikut :

    Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I

    Tahap Indikator yang diamatiSkor

    Pert. ISkor

    Pert. II

    Awal

    Mencatat dan memperhatikan indikator dan tujuanpembelajaran yang disampaikan oleh guru

    3 3

    Memperhatikan penjelasan yang disampaikan olehguru tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe

    artikulasi3 4

    Inti

    Menyimak penjelasan materi yang disampaikan olehguru dan menanyakan hal-hal yang belum dipahami

    dari materi yang disajikan oleh guru.

    3 3

    Mencari anggota kelompoknya sesuai denganpembagian guru dan menyimak penjelasan materiyang disampaikan teman kelompoknya sambilmembuat catatan-catatan kecil

    2 2

    Menyimak penjelasan yang disampaikan oleh

    temannya dan memberikan tanggapan daripenyampaian temannya tersebut

    2 3

    Menyimak penjelasan yang disampaikan oleh guru

    dan melengkapi catatan-catatan yang diperoleh darihasil diskusi

    3 3

    Membaca dan mengerjakan soal yang diberikan olehguru

    4 4

    Penutup

    Mendengarkan kesimpulan dan membuat kesimpulanberdasarkan hasil diskusi serta siswa menerima tugasdan mengerjakannya dirumah

    3 3

    Jumlah 23 25

    Skor Total 32 32Persentase Aktivitas Siswa (%) 71,9 78,1

    Rata-rata Persentase Aktivitas (%) 75,0

    Kategori Cukup

    Berdasarkan hasil observasi pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa

    persentase keaktifan siswa pada siklus I adalah sebesar 75%. Hal ini berarti

    taraf keaktifan siswa dalam melakukan proses pembelajaran di kelas tergolong

  • 5/27/2018 1.docx

    34/60

    34

    berkategori cukup. Hasil observasi aktivitas masing-masing siswa pada

    (Lampiran 8.a dan 8.b Hal 98 dan 101).

    b.Penilaian Psikomotor Siswa

    Selanjutnya, untuk penilaian psikomotor siswa pada siklus I dapat dilihat pada

    tabel 4.2 berikut.

    Tabel 4.2 Persentase Penilaian Psikomotor Siswa Pada Siklus INo.

    Aspek Penilaian

    Psikomotor

    Pertemuan 1 Pertemuan 2

    Skor

    perolehan

    Ketercapain

    (%)

    Skor

    perolehan

    Ketercapain

    (%)

    1Bertanggungjawabterhadap tugasnya

    102 60,00 122 72,62

    2Menghargai pekerjaanorang lain

    93 55,36 121 72,02

    3Mendengarkan gagasanorang lain

    92 54,76 114 67,86

    4 Meyakinkan orang lain 90 54,00 109 64,88

    5Keterampilanmenyimpulkan

    74 44,00 97 57,74

    Skor Total 451 563

    Keberhasilan (%) 66,32 82,79Kategori Kurang Baik

    Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa dari seluruh jenis

    penilaian psikomotor yang diamati dalam kegiatan belajar mengajar (KBM),

    pada pertemuan pertama rata-rata aspek yang dinilai berada dalam kategori

    kurang dan pertemuan keduarata-rata aspek yang dinilai berada dalam kategori

    baik. Skor perolehan penilaian psikomotor masing-masing siswa dapat dilihat

    pada (Lampiran 10.a dan 10.b Hal. 112 & 115).

  • 5/27/2018 1.docx

    35/60

    35

    c. Penilaian Afektif Siswa

    Selanjutnya, untuk penilaian afektif siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel

    4.3 berikut.

    Tabel 4.3 Persentase Penilaian Afektif Siswa Pada Siklus INo.

    Aspek Penilaian Afektif

    Pertemuan 1 Pertemuan 2

    Skorperolehan

    Ketercapain(%)

    Skorperolehan

    Ketercapain(%)

    1 Kerajinan/Kehadiran 136 80,95 136 80,95

    2Perhatian mengikuti

    pelajaran120 71,43 122 72,62

    3 Kerjasama dalamkelompok

    122 72,62 120 71,43

    4 Kerapian tugas 112 66,67 109 64,88

    Skor Total 490 487

    Keberhasilan (%) 90,07 89,52

    Kategori Baik Baik

    Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa dari seluruh jenis

    penilaian afektif yang diamati dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), pada

    pertemuan pertama dan pertemuan kedua rata-rata aspek yang dinilai semuanya

    berada dalam kategori baik. Skor perolehan penilaian afektif masing-masing

    siswa dapat dilihat pada (Lampiran 9.a dan 9.b Hal. 105 & 108).

  • 5/27/2018 1.docx

    36/60

    36

    d.Penilaian Keterampilan Sosial Siswa

    Selanjutnya, untuk penilaian keterampilan sosial siswa pada siklus I dapat

    dilihat pada tabel 4.4 berikut.

    Tabel 4.4 Persentase Penilaian Katerampilan Sosial Siswa Pada Siklus INo.

    Aspek PenilaianKaterampilan Sosial

    Pertemuan 1 Pertemuan 2

    Skorperolehan

    Ketercapain(%)

    Skorperolehan

    Ketercapain(%)

    1Menawarkan bantuankepada teman

    105 62,50 111 66,07

    2

    Menjawab pertanyaan

    teman dengan tenangpada saat diskusi

    104 61,90 115 68,45

    3Mendengarkan dengantenang saat gurumenerangkan pelajaran

    116 69,05 119 71,00

    4

    Mengajak teman

    terlibat dalam aktivitasdiskusi

    112 66,67 116 69,05

    5Memberikan tanggapanterhadap pertanyaanguru

    106 64,00 109 64,88

    Skor Total 542 570

    Keberhasilan (%) 79,85 83,82

    Kategori Cukup Baik

    Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa dari seluruh jenis

    penilaian keterampilan sosial siswa yang diamati dalam kegiatan belajar

    mengajar (KBM), pada pertemuan pertama rata-rata aspek yang dinilai berada

    dalam kategori cukup dan pertemuan kedua rata-rata aspek yang dinilai berada

    dalam kategori baik. Skor perolehan penilaian keterampilan sosial masing-

    masing siswa dapat dilihat pada (Lampiran 11.a dan 11.b Hal. 119 & 122).

  • 5/27/2018 1.docx

    37/60

    37

    2) Analisis Observasi Aktivitas Guru

    Analisis terhadap guru dalam pembelajaran pada tindakan siklus I terdiri

    dari 2 kali pertemuan. Analisis didasarkan pada intisari kegiatan yang tertuang

    dalam skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

    kooperatif tipe artikulasi. Hasil analisis observasi aktivitas terhadap guru dapat

    dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

    Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I

    Tahap Indikator yang diamati SkorPert. I

    SkorPert. II

    Awal

    Menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran. 4 4

    Memotivasi siswa dan menyampaikan informasikepada siswa tentang penerapan pembelajarankooperatif tipe Artikulasi.

    3 4

    Inti

    Menyampaikan materi secara singkat dan jelas. 4 4

    Memberikan kesempatan bertanya. 4 4

    Membentuk kelompok belajar sesuai dengan penerapanpembelajaran kooperatif tipe Artikulasi.

    4 4

    Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Artikulasi. 4 4

    Meminta masing- masing kelompok untuk

    mempersentasekan hasil wawancaranya. 4 4Menjelaskan kembali materi yang sekiranya belumdipahami siswa.

    2 3

    Membagikan LKS kepada siswa 4 4

    PenutupMengarahkan siswa dalam membuat kesimpulan. 4 4

    Memberikan tugas rumah. 3 4

    Jumlah 40 43

    Skor Total 44 44

    Persentase Aktivitas Guru (%) 90,90 97,72

    Rata-rata Persentase Aktivitas (%) 94,31

    Kategori Sangat Baik

    Taraf Keberhasilan Tindakan :

    90 % NR 100 % : Sangat baik

    80 % NR < 90 % : Baik

    70 % NR < 80 % : Cukup

    60 % NR < 70 % : Kurang

    0 % < NR < 60 % : Sangat Kurang

  • 5/27/2018 1.docx

    38/60

    38

    Berdasarkan tabel di atas, skor rata-rata guru dalam pembelajaran dengan

    menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi pada pertemuan I,

    dan pertemuan II masing-masing 90,90% dan 97,72%. Hal ini berarti peniliti

    menurut observer berkategori sangat baik, jadi perlu di pertahankan lebih lanjut.

    Hasil observasi aktivitas guru selengkapnya pada (Lampiran 7.a dan 7.b Hal 89

    dan 93).

    3). Hasil Tes Akhir Tindakan Siklus I

    Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus I dengan

    menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuan

    Macromedia Flash, kegiatan selanjutnya pemberian tes atau alat evaluasi yang

    dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2011. Bentuk tes yang diberikan adalah berupa

    soal pilihan ganda dengan jumlah soal 20 nomor (Lampiran 13.a Hal. 128), Hasil

    analisis tes selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 13.c Hal. 134). Dan secara

    singkat dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.

    Tabel 4.6 Analisi Tes Akhir Tindakan Siklus I

    No. Aspek Perolehan Hasil

    1 Skor Tertinggi 19 (2 orang)

    2 Skor Terendah 8 (4 orang)

    4 Banyaknya siswa yang belum tuntas 7 orang

    5 Banyaknya siswa yang tuntas 27 orang

    6 Presentase ketuntasan klasikal 79,0 %7 Presentase daya serap klasikal 69,70%

    Dari data tabel terlihat bahwa jumlah siswa yang tuntas sebanyak 27 orang

    dan yang belum tuntas sebanyak 7 orang siswa. Untuk presentase ketuntasan

    klasikal pada siklus I diperoleh 79,00% dan presentase daya serap klasikal

    diperoleh 69,70%. Dari hasil presentase ketuntasan klasikal, hasil ini belum

  • 5/27/2018 1.docx

    39/60

    39

    mencapai standar ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 80%. Maka

    pembelajaran dilanjutkan pada siklus II.

    4.1.2.2 Refleksi Tindakan Siklus I

    Dari hasil observasi pada siklus pertama dan hasil belajar siswa siklus

    pertama, dilihat kelemahan dan selanjutnya dievaluasi untuk melakukan tindakan

    berikutnya. Adapun kelemahan pada siklus pertama ini dijadikan hasil evaluasi

    sebagai perbaikan untuk melaksanakan tindakan pada siklus kedua yaitu:

    Bagi Siswa

    Untuk aktivitas siswa

    Siswa masih kurang membuat catatan-catatan atau ringkasan hasil

    wawancara bersama teman kelompoknya, kurang memberikan tanggapan

    terhadap kelompok penyaji dan kurang mencatat setiap jawaban yang

    diberikan oleh kelompok penyaji.

    Untuk afektif siswa

    Pengerjaan tugas yang diberikan guru kepada siswa masih banyak yang

    dikerjakan siswa dengan kurang rapi.

    Untuk psikomotor siswa

    Sebagian besar siswa masih banyak yang kurang mendengarkan gagasan

    yang disampaikan oleh temannya, masih kurang bisa menyakinkan

    temannya dalam memberikan jawaban, serta kurang bersemangat dalam

    menyimpulkan materi yang baru dipelajarinya.

  • 5/27/2018 1.docx

    40/60

    40

    Untuk keterampilan sosial siswa

    Masih banyak siswa yang pada saat berdiskusi kurang menawarkan bantuan

    kepada temannya, kurang menjawab pertanyaan teman pada saat

    menyajikan materi, kurang mengajak teman sekelompoknya untuk terlibat

    dalam aktivitas diskusi, dan kurang memberikan tanggapan terhadap

    pertanyaan yang disampaikan oleh guru.

    Analisis tes akhir siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 79.0% dan daya

    serap klasikal 69,70% dengan 7 orangsiswa yang belum tuntas.

    Bagi Guru

    Secara keseluruhan aktivitas guru dinilai oleh observer berada dalam kategori

    sangat baik dalam menerapkan model pembelajaran, akan tetapi terdapat satu

    aspek yang dinilai masih kurang yaitu dalam hal menjelaskan kembali materi

    yang kurang dipahami oleh siswa.

    Secara umum, kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I, anlisis

    penyebab, dan rekomendasi perbaikannya untuk diterapkan pada siklus II, dapat

    dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut.

  • 5/27/2018 1.docx

    41/60

    41

    Tabel 4.7 Kelemahan siklus I, Analisis penyebab, dan Rekomendasi perbaikan

    No. Kelemahan Analisis Penyebab Rekomendasi

    1. Siswa belumseluruhnya siapmenerima materi

    Sebagian siswa masihsibuk dengan kegiatanyang tidak berhubungandengan materi yang akandiajarkan.

    Peneliti harusmeningkatkan kedisiplinansiswa

    2. Sebagian siswabelum sepenuhnyamampu memahamimateri yangditerimanya

    Ada beberapa siswa yangdaya serap terhadap materimasih rendah.

    Peneliti harus lebih jeliimelihat kemampuan siswasehingga materi yangdijelaskan bisa dipahamiisiswa dengan baik

    3. Penelitian

    membutuhkan waktuyang lama

    Peneliti kurang

    mempersiapkan bahan/alatpelajaran sebelumpelajaran dimulai misalnyaalat eksperimen, dan lainsebagainya.

    Sebelum pelajaran dimulai,

    semua alat yang digunakandalam eksperimen sudahharus disiapkan.

    4. Sebagian siswa masihada yang ragu-raguuntuk bertanya terkaitdengan materi yangdibahas

    Siswa belum terbiasadalam model pembelajaranyang diterapkan olehpeneliti

    Peneliti akan memberikankesempatan bertanyakepada siswa denganintensitas yang lebihbanyak dari pertemuan

    sebelumnya

    5. Hanya sebagian siswa

    yang mendominasipembelajaran

    Peneliti kurang tegas

    menangani siswa yangkurang memperhatikanpembelajaran

    Lebih tegas dan lebih

    disiplin dalam mengelolakelas

    6. Kerjasama kelompokmasih sangat kurang.

    Kurangnya bimbingan dankontrol dari peneliti

    Peneliti harus lebihmembimbing danmengontrol jalannya kerjakelompok

    Dari hasil penelitian pada siklus I tersebut terlihat jelas masih terdapat

    beberapa kelemahan. Oleh karena itu, peneliti membuat alternatif tindakan untuk

    menutupi kekurangan pada siklus I tersebut yang selanjutnya diperbaiki pada

    siklus II. Pada tabel 4.7 menjelaskan tentang kekurangan pada siklus I dan untuk

    mengatasi kekukarangan pada siklus I tersebut maka harus dilakukan perbaikan

    pada siklus II. Adapun yang harus dilakukan pada siklus II antara lain adalah

    seperti yang tertuang pada tabel 4.8 sebagai berikut.

  • 5/27/2018 1.docx

    42/60

    42

    Tabel 4. 8 Kekurangan siklus I dan PerbaikannyaNo. Kekurangan Siklus I Perbaikan

    1. Pada umumnya siswa belumseluruhnya siap menerimamateri

    Peneliti lebih mendisiplinkan siswaMenanyakan kesiapan siswa untuk menerima

    materi sebelum pembelajarn dimulai.

    Pembelajaran baru dimulai ketika semua siswasudah siap menerima materi.

    2. Sebagian siswa belumsepenuhnya mampu menyerapmateri yang diterimanya

    Peneliti lebih memperhatikan kemampuan siswadalam menerima materi

    Mengulang materi yang belum dipahami siswa

    3. Penelitian membutuhkan waktuyang lama

    Skenario disusun dengan mengacu pada kondisi

    real sekolah

    Media pembelajaran yang digunakan harus telah

    siap digunakanPenggunaan media yang tepat dan mudah

    dimengerti siswa

    4. Sebagian siswa masih ada yangragu-ragu dan takut untukbertanya dan mengajukan

    pertanyaan terkait denganmateri yang dibahas

    Memotivasi siswa untuk berani mengajukanpertanyaan dengan cara memberi penghargaanterhadap siswa yang berani bertanya ataumengajukan pendapat dengan memberi tepuktangan atau komentar positif.

    Memberi kesempatan kepada siswa untuk

    bertanya.

    Membimbing siswa yang butuh bimbingankhusus.

    5. Hanya sebagian siswa yang

    mendominasi pembelajaranSiswa yang mendominasi pembelajaran

    umumnya adalah yang kemampuannya lebih,mengatasi siswa tersebut adalah denganmeminta siswa tersebut membimbing temankelompoknya yang belum bisa dan meminta

    agar jangan bersikap egois.

    6. Kerjasama kelompok masihsangat kurang

    Guru meningkatkan bimbingan dan kontrol atas

    kerja sama siswa dalam kegiatan kelompok

    Meminta agar siswa saling bekerjasama dan

    tidak memonopoli pembelajaran

    Selain kelemahan-kelemahan di atas, pada siklus I ini juga ditemukan

    beberapa kelebihan antara lain: sebagian siswa antusias mengikuti proses belajar

    mengajar, hal ini disebabkan karena pada saat proses belajar-mengajar guru

    (peneliti) menampilkan materi beserta animasi yang berhubungan dengan materi

    pembelajaran, sehingga siswa termotivasi untuk semangat belajar, sebagian siswa

  • 5/27/2018 1.docx

    43/60

    43

    sudah mulai berani mengemukakan pendapat serta menjawab pertanyaan dari guru

    walaupun masih malu-malu dan ragu.

    4.1.3 Pelaksanaan Tindakan Siklus II

    Penelitian tindakan siklus II dilaksanakan dari tanggal 25 sampai 29 Juli

    2011 dengan bahan kajian Besaran Vektor dan Besaran Skalar. Seperti tindakan

    yang dilaksanakan pada siklus I, penelitian pada siklus II dilaksanakan sebanyak 2

    kali pertemuan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) dan 1 kali pertemuan

    untuk tes akhir siklus.

    Pada siklus II ini diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi

    sesuai dengan skenario pembelajaran (Lampiran 14. Hal. 136), serta rencana

    pelaksanaan pembelajaran (Lampiran 15.a dan 15.b. Hal. 138 dan 144). Dalam

    proses pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi yaitu observasi aktivitas

    guru dan siswa, sebagaimana yang dilakukan pada siklus I.

    4.1.3.1 Hasil Observasi Tindakan Siklus II

    1). Analisis Observasi Aktivitas Siswa

    Berdasarkan Analisis seorang observer dalam hal ini adalah guru fisika

    kelas XC diperoleh data hasil anlisis observasi aktivitas siswa selama kegiatan

    belajar mengajar berlangsung pada siklus II. Observasi aktivitas siswa itu antara

    lain:

  • 5/27/2018 1.docx

    44/60

    44

    a.Aktivitas Siswa

    Kegiatan observasi ini dilakukan untuk melihat keaktifan siswa dalam

    mengikuti proses pembelajaran. Hasil observasi kegiatan siswa dapat dilihat

    pada tabel 4.9 berikut :

    Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II

    Tahap Indikator yang diamatiSkor

    Pert. ISkor

    Pert. II

    Awal

    Mencatat dan memperhatikan indikator dan tujuanpembelajaran yang disampaikan oleh guru

    3 4

    Memperhatikan penjelasan yang disampaikan olehguru tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe

    artikulasi4 3

    Inti

    Menyimak penjelasan materi yang disampaikan olehguru dan menanyakan hal-hal yang belum dipahami

    dari materi yang disajikan oleh guru.

    3 3

    Mencari anggota kelompoknya sesuai denganpembagian guru dan menyimak penjelasan materi yangdisampaikan teman kelompoknya sambil membuatcatatan-catatan kecil

    3 4

    Menyimak penjelasan yang disampaikan oleh temannya

    dan memberikan tanggapan dari penyampaian temannyatersebut

    3 4

    Menyimak penjelasan yang disampaikan oleh guru danmelengkapi catatan-catatan yang diperoleh dari hasil

    diskusi

    3 3

    Membaca dan mengerjakan soal yang diberikan olehguru

    4 4

    Penutup

    Mendengarkan kesimpulan dan membuat kesimpulan

    berdasarkan hasil diskusi serta siswa menerima tugasdan mengerjakannya dirumah

    4 4

    Jumlah 27 29

    Skor Total 32 32Persentase Aktivitas Siswa(%) 84,3 90,6

    Rata-rata Persentase Aktivitas (%) 87,5

    Kategori Baik

    Berdasarkan hasil observasi pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa

    persentase keaktifan siswa pada siklus II adalah 87,5%. Hal ini berarti taraf

    keaktifan siswa dalam melakukan proses pembelajaran di kelas tergolong

  • 5/27/2018 1.docx

    45/60

    45

    berkategori baik. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 19.a dan

    19.b Hal 167 dan 170).

    b.Penilaian Psikomotor Siswa

    Selanjutnya, untuk penilaian psikomotor siswa pada siklus II dapat dilihat pada

    tabel 4.10 berikut.

    Tabel 4.10 Persentase Penilaian Psikomotor Siswa Pada Siklus II

    No.Aspek Penilaian

    Psikomotor

    Pertemuan 1 Pertemuan 2

    Skor

    perolehan

    Ketercapain

    (%)

    Skor

    perolehan

    Ketercapain

    (%)

    1Bertanggungjawab

    terhadap tugasnya117 69,64 123 73,21

    2Menghargai

    pekerjaan orang lain114 67,86 126 75,00

    3Mendengarkan

    gagasan orang lain125 74,40 124 73,81

    4Meyakinkan orang

    lain122 72,62 124 73,81

    5Keterampilan

    menyimpulkan

    116 69,05 117 69,64

    Skor Total 594 614

    Keberhasilan (%) 87,35 90,29

    Kategori Baik Baik

    Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa dari seluruh jenis

    penilaian psikomotor yang diamati dalam kegiatan belajar mengajar (KBM),

    pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua secara keseluruhan aspek yang

    dinilai berada dalam kategori baik. Skor perolehan penilaian psikomotor

    masing-masing siswa dapat dilihat pada (Lampiran 21.a dan 21.b Hal. 181 &

    184).

  • 5/27/2018 1.docx

    46/60

    46

    c. Penilaian Afektif Siswa

    Selanjutnya, untuk penilaian afektif siswa pada siklus II dapat dilihat pada

    tabel 4.11 berikut.

    Tabel 4.11 Persentase Penilaian Afektif Siswa Pada Siklus IINo.

    Aspek Penilaian Afektif

    Pertemuan 1 Pertemuan 2

    Skorperolehan

    Ketercapain(%)

    Skorperolehan

    Ketercapain(%)

    1 Kerajinan/Kehadiran 136 80,95 136 80,95

    2Perhatian mengikuti

    pelajaran122 72,62 124 73,81

    3 Kerjasama dalamkelompok

    120 71,43 126 75,00

    4 Kerapian tugas 120 71,43 124 73,81

    Skor Total 498 510

    Keberhasilan (%) 91,54 93,75

    Kategori Sangat Baik Sangat Baik

    Berdasarkan tabel di atas, memperlihatkan bahwa dari seluruh jenis

    penilaian afektif yang diamati dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), pada

    pertemuan pertama dan pertemuan kedua secara keseluruhan aspek yang dinilai

    berada dalam kategori sangat baik. Skor perolehan penilaian afektif masing-

    masing siswa dapat dilihat pada (Lampiran 20.a dan 20.b Hal. 174 & 177).

  • 5/27/2018 1.docx

    47/60

    47

    d.Keterampilan Sosial Siswa

    Selanjutnya, untuk penilaian keterampilan sosial siswa pada siklus II dapat

    dilihat pada tabel 4.12 berikut.

    Tabel 4.12 Persentase Penilaian Keterampilan Sosial Siswa Pada Siklus IINo.

    Aspek Penilaianketerampilan sosial

    Pertemuan 1 Pertemuan 2

    Skorperolehan

    Ketercapain(%)

    Skorperolehan

    Ketercapain(%)

    1Menawarkan bantuankepada teman

    121 72,02 122 72,62

    2

    Menjawab pertanyaan

    teman dengan tenangpada saat diskusi

    118 70,24 121 72,02

    3Mendengarkan dengantenang saat gurumenerangkan pelajaran

    123 73,21 126 75,00

    4

    Mengajak teman

    terlibat dalam aktivitasdiskusi

    115 68,45 124 73,81

    5Memberikan tanggapanterhadap pertanyaanguru

    123 73,21 125 74,40

    Skor Total 600 618

    Keberhasilan (%) 88,24 90,88

    Kategori Baik Baik

    Berdasarkan tabel di atas, memperlihatkan bahwa dari seluruh jenis

    penilaian keterampilan sosial siswa yang diamati dalam kegiatan belajar

    mengajar (KBM), pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua secara

    keseluruhan aspek yang dinilai berada dalam kategori baik. Skor perolehan

    penilaian keterampilan sosial masing-masing siswa dapat dilihat pada

    (Lampiran 22.a dan 22.b Hal. 188 & 191).

    2). Analisis Observasi Aktivitas Guru

    Analisis terhadap guru dalam pembelajaran pada tindakan siklus II terdiri

    dari 2 kali pertemuan. Analisis didasarkan pada intisari kegiatan yang tertuang

  • 5/27/2018 1.docx

    48/60

    48

    dalam skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

    kooperatif tipe artikulasi. Hasil analisis observasi aktivitas terhadap guru dapat

    dilihat pada tabel 4.13 berikut ini:

    Tabel 4.13 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Guru Siklus II

    Tahap Indikator yang diamatiSkor

    Pert. ISkor

    Pert. II

    Awal

    Menyampaikan indicator dan tujuan pembelajaran. 4 4

    Memotivasi siswa dan menyampaikan informasi kepadasiswa tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipeArtikulasi.

    4 4

    Inti

    Menyampaikan materi secara singkat dan jelas. 4 4Memberikan kesempatan bertanya. 4 4

    Membentuk kelompok belajar sesuai dengan penerapan

    pembelajaran kooperatif tipe Artikulasi.4 4

    Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Artikulasi. 4 4

    Meminta masing- masing kelompok untukmempersentasekan hasil wawancaranya.

    4 4

    Menjelaskan kembali materi yang sekiranya belumdipahami siswa.

    4 4

    Membagikan LKS kepada siswa 4 4

    PenutupMengarahkan siswa dalam membuat kesimpulan. 4 4

    Memberikan tugas rumah. 4 4

    Jumlah 44 44

    Skor Total 44 44

    Persentase Aktivitas Guru (%) 100 100

    Rata-rata Persentase Aktivitas (%) 100

    Kategori Sangat Baik

    Berdasarkan data observasi di atas, skor rata-rata aktivitas guru dalam

    pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi

    berbantuan Macromedia Flash pada pertemuan I dan II sebesar 100%. Hal ini

    menunjukan ada peningkatan aktivitas guru pada semua aspek kegiatan. Hasil

    selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 18.a dan 18.b Hal 158 dan 162).

    3). Hasil Tes Akhir Tindakan Siklus II

    Setelah selesai melaksanakan proses pembelajaran langkah selanjutnya

    adalah pemberian tes akhir siklus II pada tangggal 29 Juli 2011, bentuk tes yang

  • 5/27/2018 1.docx

    49/60

    49

    diberikan adalah pilihan ganda dengan jumlah soal 20 nomor (Lampiran 24.a Hal.

    197). Hasil analisis tes selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 24.c Hal. 204).

    Dan secara singkat dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini.

    Tabel 4.14 Hasil Analisis Tes Akhir Tindakan Siklus II

    No. Aspek Perolehan Hasil

    1 Skor tertinggi 19 (3 Orang)

    2 Skor terendah 10 (1 Orang)

    3 Banyak siswa yang tuntas 31 Orang

    4 Banyak siswa yang belum tuntas 3 Orang

    5 Persentase ketuntasan klasikal 91,00 %

    6 Persentase daya serap klasikal 80,14 %

    Dari data tabel di atas, hasil tes akhir tindakan siklus II dapat dikatakan

    kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal telah meningkat dibandingkan siklus

    I. Hal ini dapat dilihat jumlah siswa yang tuntas 31 orang dan 3 orang siswa yang

    tidak tuntas. Untuk presentase ketuntasan klasikal pada siklus II diperoleh 91,00%

    dan presentase daya serap klasikal diperoleh 80,14%. Hal ini menunjukkan bahwa

    hasil pada siklus II telah memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan.

    4.1.3.2 Refleksi Tindakan Siklus II

    Hasil penelitian pada siklus I, masih terdapat beberapa kelemahan (tabel

    4.7). oleh karena itu peneliti membuat alternatif tindakan untuk menutupi

    kekurangan pada siklus I tersebut yang selanjutnya diperbaiki pada siklus II. Pada

    tabel 4.8 menjelaskan tentang kekurangan pada siklus I dan dilakukan perbaikan

    pada siklus II.

  • 5/27/2018 1.docx

    50/60

    50

    Tabel 4. 15 Kelebihan siklus II, dan Analisis penyebabnyaNo. Kelebihan Analisis Penyebab

    1. Siswa sudah lebih siapmenerima materi pelajarandan aktifitas siswa dalampembelajaran semakinmeningkat

    Peneliti lebih mendisiplinkan siswaMenanyakan kesiapan siswa untuk menerima

    materi sebelum pembelajarn dimulai.

    Pembelajaran baru dimulai ketika semua siswasudah siap menerima materi.

    Peneliti lebih memperhatikan kemampuan siswadalam menerima materi dan mengulang materi

    yang belum dipahami siswa

    2. Siswa lebih aktif dalammenanggapi dan bertanyaserta menjawab kuis

    Memotivasi siswa untuk berani mengajukan

    pertanyaan dengan cara memberi penghargaanterhadap siswa yang berani bertanya atau

    mengajukan pendapat dengan memberi tepuktangan atau komentar positif.

    Memberi kesempatan kepada siswa untukbertanya.

    Membimbing siswa yang butuh bimbingan

    khusus.

    3. Kerjasama antar kelompokdan kinerja siswa sudah lebihbaik bila dibanding dengantindakan sebelumnya.

    Guru lebih mengarahkan siswa dalamkelompok.

    Guru meningkatkan bimbingan dan kontrol atas

    kerja sama siswa dalam kegiatan kelompok

    4. Siswa sudah lebih bisamengerjakan evaluasi yangdiberikan guru dan bisa

    bekerjasama dengan baikpada kelompoknya

    Guru meningkatkan bimbingan dan kontrol agarsiswa lebih bisa mengerjakan tugas berupaevaluasi dan bisa bekerja sama dengankelompoknya.

    Meminta agar siswa saling bekerjasama dalamkelompoknya

    5. Persentase hasil tes belajar

    tuntas klasikal dari siklus Ike siklus II mengalamikenaikan 79,0% menjadi91,0% sedangkan persentasedaya serap klasikal dari

    siklus I ke siklus IImengalami kenaikan 69,70%

    menjadi 80,14% denganketuntasan siswa dari 27siswa tuntas belajar menjadi31 siswa tuntas belajar.

    Guru sudah lebih bisa mengarahkan siswa padasaat pelaksanaan pembelajaran

    Lebih memancing siswa untuk aktif dalamkegiatan pembelajaran, baik secara individumaupun kelompok, sehingga hasil pembelajaranlebih meningkat.

    Membimbing siswa yang butuh bimbingan

    khusus.

  • 5/27/2018 1.docx

    51/60

    51

    Setelah pelaksanaan siklus II dengan mengacu pada perbaikan kekurangan

    siklus I, maka dapat dikemukakan kelebihan-kelebihan dari siklus II selaian yang

    telah disebutkan diatas, yaitu antara lain:

    1). Adanya peningkatan hasil belajar siswa

    2). Adanya peningkatan aktifitas siswa dalam kelompok, peningkatan aspek

    psikomotor, aspek afektif, dan peningkatan aspek keterampilan sosial.

    3). Aktivitas peneliti dalam pembelajaran dengan menggunakan model

    pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuan Macromedia Flash lebih

    optimal

    4.2 Pembahasan

    4.2.1Kondisi Awal

    Berdasarkan data tabel 1.1, terlihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa

    belum mencapai standar yang telah ditetapkan oleh sekolah. Dari hasil tersebut

    dapat dijelaskan bahwa sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif

    tipe artikulasi berbantuanMacromedia Flashpada siswa belum mampu mencapai

    ketuntasan belajar dengan indikator 80% yaitu dengan syarat siswa mencapai nilai

    minimal 65.

    Pada tahap ini peneliti melaksanakan tes pratindakan atau tes awal pada

    siswa yang akan diteliti, dan selanjutnya membentuk suatu kelompok belajar.

    Pembentukan kelompok diambil dari hasil tes awal yang telah diberikan, dalam

    setiap kelompok terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.

  • 5/27/2018 1.docx

    52/60

    52

    4.2.2 Pelaksanaan Tindakan

    4.2.2.1 Aktivitas Siswa dan Guru

    Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

    kooperatif tipe artikulasi berbantuan Macromedia Flash merupakan proses

    pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar fisika dan

    keterampilan sosial siswa.

    Berdasarkan hasil analisis terhadap aktivitas guru dan siswa selama

    kegiatan pembelajaran pada tiap siklus, diambil kesimpulan bahwa aktivitas guru

    dan siswa selama mengikuti proses pembelajaran siklus I dan II menurut

    pengamat sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari grafik peningkatannya pada

    gambar 4.1

    Selain terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa, penerapan model

    pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuan Macromedia Flash ini juga

    dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa, hal ini dapat terlihat sebagaimana

    digambarkan pada grafik 4.2 berikut.

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    Siklus I Siklus II

    Aktivitas siswa

    Aktivitas Guru

    100%94,3%

    75,0 %

    87,5 %

    Gambar 4.1 Grafik Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I dan Siklus II

  • 5/27/2018 1.docx

    53/60

    53

    Penekanan guru pada setiap tahap pembelajaran berpengaruh terhadap

    aktivitas siswa. Guru berusaha mendorong siswa mengungkapkan ide-ide mereka

    dan membangun konsepnya melalui pembelajaran. Guru juga berusaha

    mendorong siswa agar lebih aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran karena

    dari pelaksanaan kegiatan ini mereka diharapkan lebih aktif dalam mencari dan

    memahami materi yang diajarkan.

    Dari gambar grafik 4.1 dan 4.2 tersebut terlihat jelas ada peningkatan

    aktivitas siswa dan keterampilan sosial siswa dari siklus I ke siklus II, sehingga

    dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuan

    Macromedia Flashdapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan sosial siswa.

    Keaktifan siswa baik dalam mengerjakan tugas maupun diskusi kelompok

    dari siklus I ke siklus II relatif mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi

    karena kekurangan-kekurangan pada siklus I dapat diminimalisir. Adapun

    kekurangan pada siklus I adalah masih banyak siswa yang kurang aktif dalam

    pemecahan masalah ketika proses diskusi dan siswa kurang bisa menyelesaikan

    tugas dengan baik. Selain itu sebagian siswa masih takut dalam mengeluarkan

    pendapatnya dalam diskusi kelompok. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    Siklus I Siklus II

    Keterampilan Sosial Siswa

    81,83 %

    89,56 %

    Gambar 4.2 Grafik Keterampilan Sosial Siswa Siklus I dan Siklus II

  • 5/27/2018 1.docx

    54/60

    54

    rekomendasi yang dilakukan peneliti adalah memberikan arahan agar siswa siap

    mengikuti kegiatan pembelajaran, lebih banyak memberikan pertanyaan-

    pertanyaan pada saat proses pembelajaran dan diskusi kelompok, membimbing

    siswa bekerjasama dalam kelompoknya. Karena dengan adanya kerja sama dan

    saling berinteraksi dalam kelompok menuntut siswa saling menghargai pendapat

    dan berdiskusi untuk menyelesaikan pemecahan masalah atau tugas yang

    diberikan oleh guru. Sehingga siswa bisa lebih mudah menyelesaikan pemecahan

    masalah dan tugas yang diberikan oleh guru tersebut.

    4.2.2.2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa

    Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, memberikan informasi

    bahwa model pembelajaran yang digunakan merupakan salah satu alternatif untuk

    meningkatkan hasil belajar fisika. Hal ini dapat dilihat pada grafik 4.5

    Meskipun demikian pada aspek menganalisis dan menggambarkan

    informasi masih ada siswa belum dapat mengerjakan dengan baik. Hal ini

    disebabkan siswa tersebut cenderung diam walaupun ada beberapa konsep yang

    tidak dipahaminya baik kepada peneliti maupun dengan sesama anggota

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    Siklus I Siklus II

    Gambar 4.3 Grafik Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II

    Ketuntasan Klasikal

    Daya Serap Klasikal

    69,7%

    80,1%

    79,0%

    91,0%

  • 5/27/2018 1.docx

    55/60

    55

    kelompoknya. Siswa yang pintar telah menyelesaikan tugas dengan baik, untuk

    siswa berkemampuan sedang dan rendah juga telah mampu menyelesaikan soal

    dengan cukup baik. Penggunaan animasi Macromedia Flash juga sangat

    membantu dalam kelancaran kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini

    digunakan animasi Macromedia Flash untuk membantu pemahaman siswa

    terhadap materi yang diajarkan, sehingga peningkatan hasil belajar dapat tercapai.

    Dalam mengerjakan tes pada setiap siklus, terlihat masih terdapat sejumlah siswa

    yang belum bisa mengerjakan tes dengan baik, khususnya dalam mengerjakan tes

    dalam bentuk pemahaman dan perhitungan.

    Rendahnya persentase ketuntasan klasikal pada siklus I disebabkan karena

    sejumlah konsep yang diberikan masih belum dapat dipahami dengan baik

    oleh siswa khususnya tentang cara mengkonversi satuan. Hal ini menunjukan

    hasil yang diperoleh masih jauh diatas indikator keberhasilan belajar pada

    umumnya.

    Hasil yang diperoleh pada siklus II lebih baik dari siklus I. Peningkatan

    ini terjadi karena kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I dapat

    diminimalisir. Peningkatan hasil yang signifikan dapat dilihat pada ketuntasan

    belajar klasikal yang mencapai 91,00% atau terdapat 31 siswa yang tuntas dari 34

    siswa yang mengikuti ujian.

    Ketika siswa diberikan tugas untuk melakukan kegiatan

    diskusi/wawancara secara kelompok, maka siswa akan melakukan interaksi

    seperti berkomunikasi, mengeluarkan pendapat, mendengarkan pendapat sehingga

    memunculkan aspek keterampilan sosial. Siswa akan menyadari bahwa mereka

  • 5/27/2018 1.docx

    56/60

    56

    akan belajar dengan baik ketika mereka saling bekerja sama.

    Ketika siswa diberikan kuis yang berupa soal atau sejenisnya yang

    menuntut mereka menjawabnya secara mandiri, maka setelah siswa

    mendengarkan soal yang diberikan guru tersebut, siswa akan bertanya pada

    dirinya sendiri tentanng konsep-konsep yang dibutuhkan untuk menyelesaikan

    soal tersebut. Tujuan kognitifnya adalah untuk memahami dan menyelesaikan

    soal. Ketika siswa menemukan bahwa ia tidak bisa menjawab pertanyaan sendiri

    atau siswa tidak dapat memahami soal yang diberikan, siswa kemudian

    menentukan apa yang perlu dilakukan untuk memastikan bahwa ia mencapai

    tujuan kognitif tersebut. Siswa akan mengulangi menanyakan soal kuis dan

    mencari konsep-konsep yang dibutuhkan agar mampu menjawab pertanyaannya

    sendiri atau yang diberikan oleh guru.

    Pola pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi

    berbantuan Macromedia Flash mengarahkan siswa tentang bagaimana mereka

    belajar secara bersama-sama dalam suatu kelompok belajar, tujuan belajar yang

    akan dicapai, melibatkan diri dalam proses belajar serta berdiskusi untuk

    mempelajari dan memecahkan suatu materi/masalah agar lebih bermakna dalam

    pelajaran fisika. Sehingga teori yang mereka terima memang dapat ditemui di

    kehidupan nyata dan dapat mereka alami sendiri seperti contoh yang diperlihatkan

    sebelumnya pada proses model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuan

    Macromedia Flash.

    Unsur penerapannya didalam metode diskusi dan eksperimen pada proses

    belajar fisika, peneliti melakukan aktifitas tanya jawab, memberi kebebasan untuk

  • 5/27/2018 1.docx

    57/60

    57

    berbeda pendapat dalam kelompok, mengontrol proses belajar siswa, memberi

    penguatan, memberi kesempatan bertanya serta membimbing siswa untuk

    melakukan kerja sama, menugaskan kerja kelompok, mendiskusikan penyelesaian

    masalah, memadukan mata pelajaran dengan gambar animasi yang mereka lihat

    pada saat pembelajaran dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari,

    memberikan bacaan sebagai tambahan pengetahuan serta memancing minat siswa

    sehingga siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pelajaran.

    Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran

    kooperatif tipe artikulasi berbantuan Macromedia Flash dapat memberikan

    pengalaman bermakna kepada siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar

    fisika dan keterampilan sosial siswa. Hasil pelaksanaan tindakan siklus II,

    diperoleh ketuntasan klasikal mencapai 91,00% dan daya serap klasikal 80,14%

    dari perolehan tersebut menunjukan hasil lebih baik dari siklus I. Hal ini dapat

    dilihat dari analisis kuantitatif telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah

    ditetapkan untuk daya serap individu 65% dan tuntas klasikal 80% serta daya

    serap klasikal minimal 80% peningkatan tersebut menunjukkan bahwa tindakan

    penelitian berhasil. Dan hasil analisis kualitatif, memperlihatkan bahwa peran

    siswa yang sesuai dengan skenario dalam kegiatan pembelajaran telah terarah

    dengan baik, sehingga proses pembelajaran tidak hanya didominasi oleh siswa

    yang pintar saja.

    BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

  • 5/27/2018 1.docx

    58/60

    58

    5.1Kesimpulan

    Berdasarkan hasil analisis penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan

    bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuan

    Macromedia Flash dapat meningkatkan hasil belajar fisika dan keterampilan

    sosial siswa. Dari hasil siklus I diperoleh daya serap individu 69,71%, ketuntasan

    belajar klasikalnya 79,00% serta daya serap klasikal sebesar 69,71%. Meningkat

    untuk siklus II dengan daya serap individu 80,14%, ketuntasan belajar klasikalnya

    91,00% serta daya serap klasikal sebesar 80,14%. Terlihat jelas bahwa analisis

    hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II telah mengalami peningkatan.

    Pencapaian ini bahkan melebihi indikator kinerja yang ada.

    Untuk keterampilan sosial siswa, persentase ketercapaian rata-ratanya

    adalah 81,84%, hal ini menunjukkan keterampilan sosial siswa dalam proses

    pembelajaran selama siklus I berkategori baik dan keterampilan sosial siswa pada

    siklus II mengalami peningkatan dengan persentase ketercapaian rata-ratanya

    adalah sebesar 89,56% yang juga berkategori baik.

    5.2 Saran

    Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran dengan

    menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuan

    Macromedia Flash diperoleh masukkan bagi peneliti untuk perbaikan

    pembelajaran berikutnya. Saran bagi pembaca yang akan menerapkan model

    pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuan Macromedia Flash adalah

    sebagai berikut:

  • 5/27/2018 1.docx

    59/60

    59

    1. Memilih materi yang sesuai untuk pembelajaran dengan model pembelajaran

    kooperatif tipe artikulasi berbantuanMacromedia Flash.

    2. Mempersiapkan terlebih dahulu materi atau animasi dalam bentuk

    Macromedia Flashyang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan.

    3. Menciptakan suasana yang menyenangkan, dan demokratis semangat belajar

    di kelas.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 5/27/2018 1.docx

    60/60

    60

    Bahri, Syamsul. 2011. Data Hasil Ujian Fisika Siswa Baru Semester Satu Kelas

    X. Sumberagung: MAN Tomini.

    Cahyono, Eko. 2010.Deskripsi Penggunaan Macromedia Flash Sebagai Media

    dalam Pembelajaran Fisika.Bandung: CV. Diponegoro.

    Depdiknas, 2004.Desain Penelitian. Jakarta.

    Depdiknas., 2004.Penilaian. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional (Revisi 1

    April 2004), Jakarta: Depdiknas.

    Diana, 2005. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Artikulasi Untuk

    Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas

    VIIIB SMP Negeri 35 Bandung. (http://re-

    searchengines.com/0408diana.html,diakses tanggal 08-02-2010).

    Fajar, 2007. Keterampilan Sosial Pada Anak Menengah Akhir.

    (http://f4jar.multiply.com/journal/item/191/Keterampilan_Sosial_Pada_

    Anak_Menengah_Akhir, diakses tanggal 23-02-2011).

    Pramono, Andi. 2007. Pemanfaatan Macromedia Flash Dalam Proses

    Pembelajaran. (http://www.dokterkimia.com/2007/05/manfaat-

    penggunaan macromedia-flash.html,diakses tanggal 22-02-2011).

    Saptono, 2003.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.

    Slamet, 2003. Teori-teori Belajar.Jakarta: Erlangga.

    Sulastri, Sri. 2001.Model-model Pembelajaran IPA, Bandung: Depdikbud.

    Suyatno, 2008. Langkah-Langkah Pembelajaran Artikulasi. Bandung: Remaja

    Rosdakarya.

    Widyaningsih, Wahyu. 2008.Kooperative Learning Sebagai Model Pembelajaran

    Alternatif Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada MataPelajaran Matematika. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: UNNES.

    http://www.dokterkimia.com/2010/05/Deskripsi%20%20Penggunaan%20Macromedia%20Flash%20%20%20Sebagai%20Media%20%20dalam%20Pembelajaran%20Fisikahttp://www.dokterkimia.com/2010/05/Deskripsi%20%20Penggunaan%20Macromedia%20Flash%20%20%20Sebagai%20Media%20%20dalam%20Pembelajaran%20Fisikahttp://www.dokterkimia.com/2010/05/Deskripsi%20%20Penggunaan%20Macromedia%20Flash%20%20%20Sebagai%20Media%20%20dalam%20Pembelajaran%20Fisikahttp://re-searchengines.com/0408diana.htmlhttp://re-searchengines.com/0408diana.htmlhttp://f4jar.multiply.com/journal/item/191/Keterampilan_Sosial_Pada_Anak_Menengah_Akhir,%20diakses%20tanggal%2023-02-2011http://f4jar.multiply.com/journal/item/191/Keterampilan_Sosial_Pada_Anak_Menengah_Akhir,%20diakses%20tanggal%2023-02-2011http://www.dokterkimia.com/2007/05/manfaat-penggunaan%20macromedia-flash.htmlhttp://www.dokterkimia.com/2007/05/manfaat-penggunaan%20macromedia-flash.htmlhttp://www.dokterkimia.com/2007/05/manfaat-penggunaan%20macromedia-flash.htmlhttp://www.dokterkimia.com/2007/05/manfaat-penggunaan%20macromedia-flash.htmlhttp://f4jar.multiply.com/journal/item/191/Keterampilan_Sosial_Pada_Anak_Menengah_Akhir,%20diakses%20tanggal%2023-02-2011http://f4jar.multiply.com/journal/item/191/Keterampilan_Sosial_Pada_Anak_Menengah_Akhir,%20diakses%20tanggal%2023-02-2011http://re-searchengines.com/0408diana.htmlhttp://re-searchengines.com/0408diana.htmlhttp://www.dokterkimia.com/2010/05/Deskripsi%20%20Penggunaan%20Macromedia%20Flash%20%20%20Sebagai%20Media%20%20dalam%20Pembelajaran%20Fisikahttp://www.dokterkimia.com/2010/05/Deskripsi%20%20Penggunaan%20Macromedia%20Flash%20%20%20Sebagai%20Media%20%20dalam%20Pembelajaran%20Fisika