1.docx
-
Upload
belikat-usang -
Category
Documents
-
view
6 -
download
0
description
Transcript of 1.docx
-
5/27/2018 1.docx
1/60
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan sedang mengalami krisis, perubahan-perubahan yang
cepat diluar pendidikan menjadi tantangan-tantangan yang harus dijawab oleh
dunia pendidikan. Jika praktik-praktik pengajaran dan pendidikan di Indonesia
tidak dirubah, bangsa Indonesia akan ketinggalan oleh negara-negara lain. Pada
saat ini, praktik-praktik pembelajaran dan pendidikan di sekolah-sekolah perlu
diperbaharui. Peranan dunia pendidikan dalam mempersiapkan peserta didik agar
optimal dalam kehidupan bermasyarakat, maka proses dan model pembelajaran
perlu terus diperbaharui.
Upaya pembaharuan proses tersebut, terletak pada tanggung jawab guru,
bagaimana pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami oleh peserta didik
secara benar. Dengan demikian, proses pembelajaran ditentukan sampai sejauh
mana guru dapat menggunakan metode dan model pembelajaran dengan baik.
Fisika sebagai suatu pertanda perkembangan intelegensi manusia, fisika
juga merupakan salah satu cara mengembangkan cara berpikir oleh karena itu
fisika sangat diperlukan baik untuk kehidupan sehari-hari maupun dalam
menghadapi kemajuan IPTEK. Mengingat siswa SMA pada dasarnya memiliki
perkembangan intelektual yang berada pada tahap operasi formal. Pada tahap ini,
siswa sudah mulai berpikir secara logika tanpa kehadiran benda-benda kongkrit,
sehingga fisika perlu dibekalkan pada peserta didik sejak usia dini.
-
5/27/2018 1.docx
2/60
2
MAN Tomini merupakan sekolah yang pada dasarnya input dari siswa
yang mendaftar rata-rata mempunyai kemampuan menegah kebawah. Sebagai
contohnya, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil ujian untuk seleksi calon
siswa baru yang telah dilakukan oleh pihak sekolah, dimana mata pelajaran yang
diujikan antara lain pelajaran agama, bahasa, serta matematika dan IPA.
Terkhusus untuk pelajaran IPA, mata pelajaran yang diujikan salah satunya adalah
pelajaran fisika. Adapun hasil ujian yang diperoleh siswa pada mata pelajaran
fisika dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Data Hasil Ujian Fisika Siswa Baru MAN Tomini Sumberagung
Tahun Ajaran 2011/2012.
Kelas Nilai rata-rata hasil ujian
XA
XB
XC
XD
XE
69,60
64,43
63,63
64,21
63,86(Sumber: MAN Tomini Sumberagung)
Berdasarkan tabel, ketuntasan hasil ujian hanya terjadi pada kelas XA saja.
Adapun nilai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan oleh sekolah yaitu 65,00.
Dari tabel dapat dilihat pula bahwa kelas XC merupakan kelas yang memperoleh
nilai rata-rata hasil ujian yang terendah, sehingga kelas XC dijadikan sebagai
subyek penelitian.Dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran fisika di MAN Tomini
Sumberagung, diketahui bahwa pada proses belajar-mengajar fisika di MAN
Tomini Sumberagung sering terjadi keluhan dari siswa. Siswa merasa bahwa
pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit karena banyak terdapat rumus-
rumus yang sulit untuk dipahami dan fisika adalah pelajaran yang membosankan.
-
5/27/2018 1.docx
3/60
3
Akibat dari paradigma siswa ini, sehingga minat siswa terhadap pelajaran fisika
menjadi kurang baik dan hasil belajar yang diperoleh menjadi rendah.
Berdasarkan hasil observasi, masalah yang menunjukan bahwa upaya
pembelajaran fisika pada siswa MAN Tomini Sumberagung belum mencapai hasil
yang maksimal (masih rendah) salah satunya adalah proses pembelajaran fisika
tidak berlangsung timbal balik, dimana guru hanya memfokuskan diri pada
penyampaian materi sedangkan siswa disibukan mencatat materi yang
disampaikan oleh guru. Guru menjadi pusat pembelajaran sedangkan siswa hanya
aktif sebagai pendengar dan perekam informasi melalui catatan mereka. Hal
tersebut mengakibatkan pelajaran menjadi tidak menarik dan membosankan bagi
siswa. Selain itu kurangnya kerjasama dan komunikasi antara siswa dalam proses
belajar mengajar juga merupakan salah satu penyebab rendahnya hasil belajar
siswa.
Bertolak dari masalah di atas, maka penulis menduga bahwa strategi dan
pendekatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru fisika di MAN Tomini
Sumberagung belum efektif terhadap upaya untuk meningkatkan hasil belajar
fisika. Menurut Wahyu Widyaningsih (2008: 8) salah satu upaya untuk dapat
memperbaiki proses pembelajaran adalah dengan menerapkan pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah merupakan sistem pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam tugas yang
berstruktur. Siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan
dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan
tugas, anggota saling bekerja sama dan membantu untuk memahami bahan
-
5/27/2018 1.docx
4/60
4
pembelajaran. Belajar belum selesai jika salah satu teman belum menguasai bahan
pembelajaran. Kecakapan kerja sama perlu dilatihkan pada siswa karena dengan
dimilikinya kecakapan kerja sama yang disertai saling pengertian, saling
menghargai, dan saling membantu siswa akan mampu untuk membangun
semangat komunitas yang harmonis.
Salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan interaksi berupa komunikasi dan kerja sama dalam
kelompok yaitu kooperatif tipe artikulasi. Suasana belajar demikian, perlu
diciptakan dalam proses pembelajaran agar memberikan peluang kepada seluruh
siswa untuk memunculkan aspek kecakapan, kerjasama dan komunikasi guna
meningkatkan hasil belajarnya.
Mengingat bahwa dalam pelajaran fisika banyak sekali materi pelajaran
yang bersifat abstrak sehinggga banyak siswa yang merasa kesulitan dalam
memahami dan mencerna materi pelajaran fisika serta implementasinya dalam
kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, guru sebagai pendidik harus bisa berupaya
bagamana caranya supaya materi fisika yang bersifat abstrak tersebut dapat
dengan mudah dipahami oleh siswa.
Salah satu bentuk upaya yang bisa diterapkan oleh seorang guru untuk
dapat menyampaikan materi fisika yang bersifat abstrak tersebut sehingga mudah
dipahami oleh siswa adalah dengan cara menampilkan konsep-konsep materi
fisika yang bersifat abstrak tersebut kedalam suatu bentuk animasi ataupun
dengan menampilkan simulasi-simulasi. Seiring dengan berkembangnya
kemajuan teknologi, maka pada saat ini telah ditemukan suatu aplikasi software
-
5/27/2018 1.docx
5/60
5
yang dapat menampilkan bentuk animasi tiga dimensi, sehingga konsep-konsep
fisika yang bersifat abstrak bisa dengan mudah dipahami oleh siswa. Aplikasi
software tersebut adalah Macromedia Flash. Menurut Eko Cahyono (2010: 9)
Macromedia Flash adalah suatu software animasi yang dapat digunakan untuk
mempermudah penyampaian suatu konsep yang bersifat abstrak yang dalam
penerapannya yaitu dengan menggunakan media komputer.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, menimbulkan minat
penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar
Fisika Dan Keterampilan Sosial Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Artikulasi Berbantuan Macromedia Flash Pada Siswa Kelas XC MAN Tomini
Sumberagung .
Penelitian model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi ini sebelumnya
telah dilakukan oleh Diana di SMP Negeri 35 Bandung (Diana : 2005), dari hasil
yang diperoleh model pembelajaran ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti akan menerapkan model pembelajaran
yang sama di MAN Tomini Sumberagung dengan berbantuan macromedia flash.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah hasil belajar fisika dan
keterampilan sosial dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe artikulasi berbantuan Macromedia Flash pada siswa kelas XC
MAN Tomini Sumberagung? .
-
5/27/2018 1.docx
6/60
6
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk meningkatkan hasil belajar fisika dan keterampilan sosial melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuanMacromedia Flashpada
siswa kelas XC MAN Tomini Sumberagung.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut:
1)Bagi siswa, diharapkan dapat membantu siswa untuk belajar lebih aktif, saling
bekerja sama dalam membagi pengalaman belajarnya, serta belajar
bertanggung jawab.
2)Bagi guru, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan
menerapkan bentuk pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar
mengajar.
3)Bagi sekolah, dapat dijadikan sebagai bahan masukan terutama dalam rangka
meningkatkan keterampilan sosial dan hasil belajar siswa.
-
5/27/2018 1.docx
7/60
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
2.1 Kajian Pustaka
2.2.1Pembelajaran Kooperatif Tipe Artikulasi
Cooperative learning merupakan suatu strategi pembelajaran yang
menitikberatkan pada pengelompokan siswa dengan tingkat kemampuan
akademik yang berbeda kedalam kelompok-kelompok kecil (Saptono, 2003:32).
Kepada siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja
sama dengan baik dalam kelompoknya, seperti menjelaskan kepada teman
sekelompoknya, menghargai pendapat teman, berdiskusi dengan teratur, siswa
yang pandai membantu yang lebih lemah, dan sebagainya. Agar terlaksana dengan
baik strategi ini dilengkapi dengan LKS yang berisi tugas atau pertanyaan yang
harus dikerjakan siswa. Selama bekerja dalam kelompok, setiap anggota
kelompok berkesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dan memberikan
respon terhadap pendapat temannya. Setelah menyelesaikan tugas kelompok,
masing-masing kelompok menyajikan hasil pekerjaannya didepan kelas untuk
didiskusikan dengan seluruh siswa.
Sementara itu, menurut Sri Sulastri (2001: 3) pembelajaran yang
menggunakan model cooperative learning pada umumnya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajarnya.
-
5/27/2018 1.docx
8/60
8
b.Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan
rendah.
c. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, bangsa, suku, dan jenis
kelamin yang berbeda-beda.
d. Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran fisika, perlu dipahami
terutama bagaimana cara menerapkannya dalam proses belajar. Pembelajaran
artinya cara menjadikan seorang belajar, sedangkan kooperatif artinya kerjasama
sebagai sifat. Sehingga dapat diambil makna bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan hal yang tepat untuk diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran
dan memungkinkan membuat siswa saling membantu dalam belajar guna
mencapai tujuan yaitu pencapaian hasil belajar yang tinggi.
Pada pembelajaran kooperatif tipe artikulasi, setiap siswa diberi
kesempatan untuk berinteraksi dengan saling mewawancarai langsung dan
menyampaikan kembali hasil wawancaranya serta dituntut untuk bisa bertanggung
jawab terhadap tugas yang diembannya sebagai salah satu pendukung
keberhasilan pencapaian tujuan (Suyatno, 2008).
Adapun tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe artikulasi:
1.Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2.Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3.Untuk mengetahui daya serap siswa, maka dibentuk kelompok berpasangan
dua orang atau lebih.
-
5/27/2018 1.docx
9/60
9
4.Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menjelaskan materi yang baru
diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-
catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya.
5.Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak untuk menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah
menyampaikan hasil wawancaranya.
6.Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami
siswa.
7.Guru memberikan LKS yang berisi tugas/pertanyaan yang harus dijawab oleh
siswa pada setiap kelompok.
8.Kesimpulan/penutup.
2.1.2Hasil Belajar Fisika
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai
hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Hasil tidak lain
adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individu
maupun secara kelompok dalam bidang usaha tersebut (Slamet, 2003:2). Jadi
yang dimaksud hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa baik individu maupun
kelompok baik materi yang telah dilakukan dalam waktu tertentu, melalui proses
evaluasi yang dinyatakan dalam skor (angka). Untuk mengetahui hasil belajar
yang dicapai siswa diadakan penilaian. Penilaian dapat dilakukan setiap saat
selama kegiatan pembelajaran berlangsung dapat juga diadakan setelah siswa
-
5/27/2018 1.docx
10/60
10
menyelesaikan suatu program pembelajaran dalam kurun waktu tertentu, misalnya
setelah semester.
Adanya berbagai pandangan mengenai konsep belajar, membuktikan
bahwa masalah belajar adalah masalah yang menarik. Oleh karena itu, setiap
individu yang belajar perlu memahami prinsip-prinsip belajar tersebut, yakni:
1.Setiap belajar mempunyai tujuan baik secara tertulis maupun tidak tertulis
2.Setiap belajar menghendaki perubahan
3.Setiap belajar menghadapi bermacam-macam kesulitan
4.Setiap belajar memperlihatkan aktivitas
5.Setiap belajar terjadi transfer
6.Setiap belajar dapat memecahkan masalah
7.Setiap belajar memerlukan motivasi
Hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kecerdasan,
motivasi, kemampuan kognitif, yang semuanya berasal dari dalam diri siswa itu
sendiri. Hasil belajar siswa itu juga dipengaruhi dari luar diri siswa seperti faktor
lingkungan, sikap dan kemampuan motorik. Diantara hasil belajar, aspek
kognitiflah yang paling dinilai oleh para guru disekolah yang berkaitan dengan
kemampuan siswa dalam menguasai isi pelajaran.
Jadi, berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
fisika adalah tingkat keberhasilan siswa baik individual maupun kelompok
terhadap pelajaran fisika setelah mengikuti pembelajaran dalam waktu tertentu
yang dinyatakan dalam skor atau angka yang diperoleh melalui penilaian atau
evaluasi dan tes prestasi.
-
5/27/2018 1.docx
11/60
11
2.1.3Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial merupakan kemampuan untuk berinteraksi dengan
orang lain dalam konteks sosial dengan cara-cara khusus yang dapat diterima oleh
lingkungan dan pada saat bersamaan dapat menguntungkan individu, atau bersifat
saling menguntungkan atau menguntungkan orang lain. Menurut Libet (dalam
Fajar, 2007) yang menjelaskan bahwa keterampilan sosial merupakan suatu
kemampuan yang kompleks untuk melakukan perbuatan yang akan diterima dan
menghindari perilaku yang akan ditolak oleh lingkungan. Secara lebih spesifik,
Elksnin (dalam Fajar, 2007) mengidentifikasi keterampilan sosial dengan
beberapa ciri, yaitu:
1.Perilaku interpersonal
Merupakan perilaku yang menyangkut keterampilan yang dipergunakan
selama melakukan interaksi sosial. Perilaku ini disebut juga keterampilan
menjalin persahabatan, misalnya menawarkan bantuan, dan memberikan atau
menerima pujian.
2.Perilaku yang berhubungan dengan diri sendiri
Merupakan keterampilan mengatur diri sendiri dalam situasi sosial,
misalnya keterampilan memahami perasaan orang lain, mengontrol kemarahan
dan sejenisnya.
3.Perilaku yang berhubungan dengan kesuksesan akademis
Merupakan perilaku atau keterampilan sosial yang dapat mendukung
prestasi belajar di sekolah, misalnya mendengarkan dengan tenang saat guru
menerangkan pelajaran, mengerjakan pekerjaan sekolah dengan baik,
-
5/27/2018 1.docx
12/60
12
melakukan apa yang diminta oleh guru, dan semua perilaku yang mengikuti
aturan kelas.
4.Peer acceptanceMerupakan perilaku yang berhubungan dengan penerimaan sebaya,
misalnya memberi dan meminta informasi, mengajak teman terlibat dalam
suatu aktivitas, dan sejenisnya.
5.Keterampilan komunikasi
Keterampilan komunikasi merupakan salah satu keterampilan yang
diperlukan untuk menjalin hubungan sosial yang baik. Kemampuan anak dalam
berkomunikasi dapat dilihat dalam beberapa bentuk, antara lain menjadi
pendengar yang responsif, mempertahankan perhatian dalam pembicaraan dan
memberikan umpan balik terhadap kawan bicara.
Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa keterampilan sosial merupakan suatu kemampuan mengatur
pikiran, emosi dan perilaku untuk memulai dan memelihara hubungan atau
interaksi dengan lingkungan sosial secara efektif dengan mempertimbangkan
norma dan kepentingan sosial serta tujuan pribadi. Secara umum, keterampilan
sosial ini dapat dilihat dalam beberapa bentuk perilaku: pertama, perilaku yang
berhubungan dengan diri sendiri (bersifat intrapersonal) seperti mengontrol emosi,
menyelesaikan permasalahan sosial secara tepat, memproses informasi dan
memahami perasaan orang lain; kedua, perilaku yang berhubungan dengan orang
lain (bersifat interpersonel) seperti memulai interaksi dan komunikasi dengan
-
5/27/2018 1.docx
13/60
13
orang lain; dan ketiga perilaku yang berhubungan dengan akademis, seperti
mematuhi peraturan dan melakukan apa yang diminta oleh guru.
2.1.4Macromedia F lash
Menurut Eko Cahyono (2010: 9)Macromedia Flashadalah suatusoftware
animasi yang dapat digunakan untuk mempermudah penyampaian suatu konsep
yang bersifat abstrak yang dalam penerapannya yaitu dengan menggunakan media
komputer.
Andi Pramono (2007: 1) mengatakan bahwa Macromedia Flash adalah
sebuah software animasi yang saat ini menjadi software favorit dan banyak
digunakan para web designeruntuk membuat webnya lebih dinamis.Macromedia
Flash Professional 8 merupakan salah satu software animasi yang sudah tidak
asing lagi bagi kebanyakan orang yang berkecimpung dalam pembuatan program
animasi. software ini mempunyai banyak keunggulan dibandingkan dengan
software animasi lainnya diantaranya adalah program yang berorientasi objek,
mampu mendesain gambar berbasis vektor, kemampuannya menghasilkan
animasi gerak dan suara dan dapat dipergunakan sebagai softwarepembuat situs
website, serta masih banyak keunggulan lainnya dibandingkan dengan software
animasi lain. Dengan keunggulan dan kelebihan yang dimilikinya, Macromedia
Flash Professional 8 sebagai teknologi audiovisual, mampu menghasilkan fitur-
fitur baru yang dapat dimanfaatkan dalam pendidikan.
-
5/27/2018 1.docx
14/60
14
2.2 Bahan Ajar
2.2.1Besaran Fisika dan Pengukurannya
a. Besaran, Satuan, dan Dimensi
1. Besaran Pokok dan Besaran Turunan
Dalam ilmu fisika setiap besaran akan memiliki satuan-satuan tertentu.
Berdasarkan satuannya tersebut, besaran dibagi menjadi dua yaitu besaran
pokok dan besaran turunan. Besaran pokok adalah besaran yang satuannya
telah ditentukan terlebih dahulu. Satuan besaran-besaran itu telah ditentukan
sebagai acuan dari satuan besaran-besaran lain. Sedangkan besaran turunan
adalah besaran yang satuannya ditentukan dari penurunan satuan besaran-
besaran pokok penyusunnya.
Besaran pokok dan besaran turunan beserta dengan satuannya dapat
dilihat dalam tabel.
No. Besaran Pokok Satuan SI/MKS Singkatan
1 Panjang meter m
2 Massa kilogram kg
3 Waktu detik s
4 Suhu kelvin K
5 Kuat arus listrik ampere A
6 Intensitas cahaya candela cd
7 Jumlah zat kilo mol kmol
Selain tujuh besaran pokok di atas, terdapat dua besaran pokok
tambahan, yaitu sudut bidang datar dengan satuan radian (rad) dan sudut ruang
dengan satuan steradian (sr).
-
5/27/2018 1.docx
15/60
15
No. Besaran Turunan Lambang Satuan Sistem MKS
1 Luas L m2
2 Volume V m3 Massa Jenis kg/m
4 Kecepatan v m/s
5 Percepatan a m/s
6 Gaya F kg. m/s atau N
7 Usaha W Nm atau J
8 Daya P J/s atau Watt
2. Dimensi
Dimensi adalah cara penulisan suatu besaran dengan menggunakan
simbol (lambang) besaran pokok. Hal ini berarti dimensi suatu besaran
menunjukkan cara besaran itu tersusun dari besaran-besaran pokok.
No. Besaran Pokok Satuan Lambang Dimesi
1 Panjang meter (m) [L]
2 Massa kilogram (kg) [M]
3 Waktu sekon (s) [T]
4 Suhu kelvin (K) []
5 Kuat arus listrik ampere (A) [I]6 Intensitas cahaya kandela (cd) [J]
7 Jumlah zat mol (mol) [N]
Adapun manfaat dimensi antara lain dapat digunakan untuk
membuktikan kebenaran suatu persamaan dan dapat digunakan untuk
menurunkan persamaan suatu besaran dari besaran-besaran yang
mempengaruhinya.
b. Pengukuran dan Notasi Ilmiah
Pengukuran merupakan proses mengukur. Sedangkan mengukur
didefinisikan sebagai kegiatan untuk membandingkan suatu besaran dengan
besaran standart yang sudah ditetapkan terlebih dahulu. Dari pengertian ini dapat
diturunkan pengertian berikutnya yaitu besaran dan satuan. Besaran didefinisikan
-
5/27/2018 1.docx
16/60
16
sebagai segala sesuatu yang didapat dari hasil pengukuran yang dinyatakan dalam
bentuk angka dan satuannya.
1.Pengambilan Data dan Angka Penting
Proses pengukuran hingga memperoleh data hasil pengukuran itulah
yang dinamakan pengambilan data. Proses pengukuran banyak terjadi
kesalahan. Kesalahan bisa terjadi dari orang yang mengukur, alat ukur atau
lingkungannya. Untuk memuat semua keadaan itu maka pada hasil pengukuran
dikenal ada angka pasti dan angka taksiran. Gabungan kedua angka itu disebut
angka penting.
Angka penting adalah angka yang didapat dari hasil pengukuran yang
terdiri dari angka pasti dan angka taksiran. Nilai setiap hasil pengukuran
merupakan angka penting. Angka pasti yaitu angka yang ditunjukkan pada
skala alat ukur dengan nilai yang ada, dan angka taksiran yaitu angka hasil
pengukuran yang diperoleh dengan memperkirakan nilainya. Nilai ini muncul
karena yang terukur terletak diantara skala terkecil alat ukur. Dalam setiap
pengukuran hanya diperbolehkan memberikan satu angka taksiran.
2.Pengolahan Data
Pengukuran dalam fisika bertujuan untuk mendapatkan data. Adapun
jenis-jenis pengolahan data diantaranya yaitu:
a. Metode Generalisasi (penarikan kesimpulan)
b. Metode Kesebandingan (perbandingan)
c. Metode Statistik (perhitungan rata-rata)
-
5/27/2018 1.docx
17/60
17
3.Alat Ukur Panjang, Massa, dan Waktu
a. Alat ukur panjang
Panjang, lebar atau tebal benda dapat diukur dengan mistar. Tetapi jika
ukurannya kecil dan butuh ketelitian maka dapat digunakan alat lain yaitu
jangka sorong dan mikrometer sekrup.
b. Alat ukur massa
Untuk mengetahui massa sebuah benda, maka digunakan alat ukur massa
yang disebut dengan timbangan atau neraca, seperti neraca pegas, neraca
ohaus, neraca digital dan lain-lain.
Gambar 2.1 Jangka Sorong dan Mikrometer Sekrup
Gambar 2.2 Neraca Analitis Dua Lengan, Neraca Digital, dan
Neraca Ohauss
-
5/27/2018 1.docx
18/60
18
c. Alat ukur waktu
c. Besaran Vektor dan Besaran Skalar
Berdasarkan nilai dan arahnya, besaran dapat dikelompokkan menjadi dua,
yaitu besaran vektor dan besaran skalar. Besaran vektor adalah besaran yang
memiliki nilai dan arah. Besaran ini selain dipengaruhi nilainya juga akan
dipengaruhi oleh arahnya. Contoh besaran ini adalah perpindahan, gaya,
momentum, dan kecepatan. Besaran skalar adalah besaran yang hanya memiliki
nilai saja. Contoh besaran skalar adalah massa, jarak, waktu, volume, dan energi.
1.Penggambaran Vektor
Untuk menulis suatu besaran vektor dapat langsung menyebutkan nilai
dan arahnya. Tetapi untuk mempermudah pemahaman dan analisa, besaran
vektor dapat diwakili dengan gambar yang berlaku secara universal yaitu
gambar anak panah. Panjang anak panah menggambarkan nilai vektor
sedangkan arah anak panah menggambarkan arah vektornya.
Gambar 2.3 Stopwatch dan Jam Tangan
-
5/27/2018 1.docx
19/60
19
2.Penguraian Vektor
Setiap vektor dapat diuraikan menjadi dua komponen yang saling tegak
lurus. Komponen-komponen penguraian vektor ini disebut juga proyeksi
vektor. Besar komponen atau proyeksi vektor ini memenuhi perbandingan
trigonometri seperti persamaan berikut.
Fx= Fcos . (1)
Fx= Fcos . (2)
Jika diketahui dua komponen vektornya maka vektor yang
diproyeksikan itu juga dapat ditentukan yaitu memenuhi dalil Pythagoras.
Persamaannya sebagai berikut.
F2= Fx
2+ Fy2..(3)
3.Resultan Vektor
Resultan vektor sejajar atau segaris dapat langsung dijumlahkan jika
searah dan dikurangkan jika berlawanan arah. Sedangkan dua vektor yang
saling tegak lurus maka resultannya dapat digunakan metode grafis (poligon)
sehingga membentuk segitiga siku-siku. Besar resultannya memenuhi dalil
Pythagoras.
Jika dua vektor membentuk sudut maka resultannya dapat digunakanmetode jajaran genjang,dan berlaku rumus aturan cossinus.
FR2= F1
2+ F22+ 2 F1F2 cos (4)
Metode poligon (metode grafis) merupakan cara meresultankan vektor
dengan menyambungkan gambar-gambar vektor tersebut. Untuk metode
analitis dapat dilakukan dengan langkah:
-
5/27/2018 1.docx
20/60
20
a. memproyeksikan vektor-vektor pada dua sumbu tegak lurus,
b. menentukan resultan setiap proyeksi:Fx danFy,
c. resultan vektor memenuhi dalil Pythagoras
FR= dan tg = (5)4.Perkalian Vektor
Perkalian vektor ada dua jenis, yaitu perkalian titik (dot product) dan
perkalian silang (cross product), yang masing-masing dapat dirumuskan
sebagai berikut.
()| | ()
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian pustaka tersebut, maka hipotesis tindakan penelitian
adalah sebagai berikut: Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
artikulasi berbantuan Macromedia Flashdapat meningkatkan hasil belajar fisika
dan keterampilan sosial pada siswa kelas XC MAN Tomini Sumberagung .
-
5/27/2018 1.docx
21/60
21
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
3.1.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Desain penelitian ini
mengacu pada model Kemmis dan MC.Taggart (dalam Depdiknas, 2004 : 19)
yang terdiri dari empat kelompok yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Diagram alur desain penelitian ini ditunjukan pada
Gambar 3.1 berikut :
Gambar 3. 1 Diagram Alur Desain Penelitian Model Kemmis dan Mc. Taggart.
a 1
2
3
4
0
b7
6
8
5
Keterangan:
0 : Pratindakan1 : Rencana siklus 1
2 : Pelaksanaan siklus 1
3 : Observasi siklus 1
4 : Refleksi siklus 1
5 : Rencana siklus 2
6 : Pelaksanaan siklus 2
7 : Observasi siklus 2
8 : Refleksi siklus 2
a : Siklus 1
b : Siklus 2
-
5/27/2018 1.docx
22/60
22
3.1.2 Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAN Tomini Sumberagung dan kelas yang
dijadikan subyek penelitian adalah kelas XC dengan jumlah siswa 34 orang yang
terdiri dari 13 orang siswa laki-laki dan 21 orang siswa perempuan. Data tahun
ajaran 2011/2012.
3.2 Tahap-tahap Penelitian
Secara umum kegiatan penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu
tahap pratindakan dan tahap pelaksanaan tindakan.
3.2.1 Tahap Pratindakan
Kegiatan awal yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan adalah:
a. Peneliti bersama kolaborator membahas metode kooperatif tipe artikulasi,
proposal penelitian beserta instrumen pengumpul data.
b.Menentukan materi pada setiap siklus penelitian beserta alokasi waktunya.
c. Memberi petunjuk cara belajar dengan metode kooperatif tipe artikulasi pada
siswa kelas XC MAN Tomini Sumberagung.
d.Memberikan tes awal pada siswa kelas XC MAN Tomini Sumberagung. Tes
yang diberikan berupa tes uraian. Tujuan pemberian tes awal ini dijadikan
dasar untuk pembentukan kelompok.
3.2.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dilakukan menurut alur siklus-
siklus, yang setiap siklusnya terdiri atas: perencanaan, implementasi tindakan,
observasi, dan refleksi.
-
5/27/2018 1.docx
23/60
23
3.2.2.1 Siklus 1
1. Perencanaan
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah sebagai
berikut:
a. Mempersiapkan buku teks pelajaran dan bahan-bahan lain yang berkaitan
dengan materi pelajaran.
b.Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang dilengkapi dengan skenario
pembelajaran (Lampiran 3 Hal 68 & Lampiran 4.a dan 4.b Hal 70 dan 76).
c. Membuat instrumen evaluasi (Lampiran 5.a dan 6.a Hal 83 dan 86).
d.Menyusun format lembar observasi aktivitas guru dan siswa (Lampiran 7.a dan
7.b Hal 89 dan 93 & Lampiran 8.a dan 8.b Hal 98 dan 101).
e. Membagi siswa dalam kelompok yang telah dibentuk dari hasil tes awal
(Lampiran 2 Hal 67).
2. Pelaksanaan Tindakan
1. Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan pada tahap ini yaitu memberikan
apersepsi dan motivasi pada siswa yang berkaitan dengan materi yang akan
diajarkan, dan menyampaikan inti tujuan pembelajaran.
2. Kegiatan Inti
1) Guru menjelaskan materi sebagaimana biasanya.
2) Guru membimbing siswa dalam pembentukan kelompok.
3) Meminta setiap siswa mengulangi informasi mengenai materi yang baru
diterima dari guru untuk disampaikan kepada teman kelompoknya dengan
-
5/27/2018 1.docx
24/60
24
saling mewawancarai, diskusi dalam kelompok, bertanya pada guru atau
memperhatikan bila ada teman yang bertanya.
4) Setiap siswa membuat catatan-catatan kecil yang diperoleh dari hasil
wawancara dengan teman sekelompoknya.
5) Meminta perwakilan salah seorang siswa dari setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil wawancaranya secara bergiliran.
6) Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum
dipahami oleh siswa.
7) Guru membagikan LKS yang berisi pertanyaan yang harus dijawab oleh
setiap siswa dalam kelompok.
3. Kegiatan Penutup
Membimbing siswa menyimpulkan hasil diskusi, memberi evaluasi
untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang telah
dipelajari dan memberikan tugas rumah.
3. Observasi
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini yaitu untuk mendokumentasikan
segala sesuatu berkaitan dengan pemberian tindakan, yaitu perilaku subyek
penelitian (siswa) dan guru (peneliti) selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Kegiatan ini didokumentasikan dengan menggunakan lembar observasi yang telah
disiapkan. Lembar observasi ini dijadikan sebagai alat evaluasi untuk
melaksanakan siklus selanjutnya.
-
5/27/2018 1.docx
25/60
25
4. Refleksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis hasil yang
diperoleh dalam tahap observasi, sekaligus mempertimbangkan hasil respon siswa
terhadap pelaksanaan pembelajaran
3.2.2.2 Siklus II
Pelaksanaan tindakan siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I, yang
berbeda hanyalah materi ajar dan apa yang dianggap kurang pada siklus I dapat
diperbaiki kemudian diterapkan pada siklus II.
3.3 Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data
3.3.1 Jenis Data
Jenis data yang didapatkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan
data kuantitatif.
1. Data Kualitatif
Data kualitatif yaitu data yang akan diperoleh dari hasil observasi aktivitas
siswa dan aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil tes yang diberikan pada
siswa dan sumber data dalam penelitian ini adalah siswa.
3.3.2Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1.Pemberian Tes, yang terdiri dari:
-
5/27/2018 1.docx
26/60
26
a. Tes awal, tes ini diberikan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan
awal siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan materi
yang akan diajarkan.
b.Tes akhir tiap tindakan, tes ini diberikan pada setiap akhir siklus dengan
tujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar fisika siswa setelah diajar
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi. Tes yang
diberikan dalam bentuk pilihan ganda.
2. Observasi, dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung baik siklus I
maupun siklus II, pelaksanaan observasi terhadap guru (peneliti) dan siswa
bertujuan untuk mengetahui atau melihat keterlaksanaan pembelajaran yang
mengikuti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan skenario
pembelajaran.
Penggunaan Lembar Observasi
Kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran berupa pengamatan
terhadap aktivitas siswa dan guru. Dalam melakukan pengunaan lembar
observasi yaitu:
1.Lembar observasi untuk siswa, yakni lembar observasi aktivitas siswa
selama kegiatan pembelajaran berlangsung, yang juga dinilai meliputi aspek
psikomotor, afektif, dan keterampilan sosial siswa.
2.Lembar observasi untuk guru, yakni lembar observasi pengelolaan
pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti.
-
5/27/2018 1.docx
27/60
27
Pelaksanaannya dilakukan dengan mengisi analisa data yang telah
disiapkan oleh peneliti dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas siswa, dan
aktivitas guru pada saat pelaksanaan tindakan.
Aktivitas siswa yang akan diobservasi selama proses pembelajaran
berlangsung dipantau/diamati oleh observer dengan mengunakan panduan
observasi yang sudah disiapkan. Kegiatan ini dilakukan pada setiap
pelaksanaan tindakan tiap-tiap siklus penelitian.
3.4 Teknik Analisa Data
Teknik analisa data yang akan digunakan dalam menganalisa data
kuantitatif yang diperoleh dari hasil tes belajar siswa dan menentukan presentase
ketuntasan belajar siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
3.4.1 Analisa Data Kuantitatif
a) Daya Serap Individu (DSI)
Analisa data untuk mengetahui daya serap masing-masing siswa adalah
sebagai berikut:
DSI =
Sm
Mx 100 % .(1)
Dengan : M = Skor yang diperoleh siswa
Sm = Skor maksimal soal
DSI = Daya serap individu
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar secara individu jika presentase daya
serap individu sekurang-kurangnya 65% (MAN Tomini, 2011).
-
5/27/2018 1.docx
28/60
28
b) Ketuntasan Belajar Klasikal
Analisa data untuk mengetahui ketuntasan belajar seluruh siswa yang menjadi
sampel dalam penelitian ini digunakan rumus sebagai berikut:
KBK =N
n
x 100 % (2)
Dengan: n = Banyaknya siswa yang tuntas
N = Banyaknya siswa seluruhnya
KBK = Ketuntasan belajar klasikal
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal jika rata-rata 80% siswa telah
tuntas secara individual (MAN Tomini, 2011).
c.) Daya Serap Klasikal
Analisa data untuk mengetahui daya serap klasikal atau daya serap
seluruh sampel penelitian, maka digunakan rumus sebagai berikut :
DSK =y
x
x 100% ..(3)
Dengan: X = Skor total persentase
Y = Skor ideal seluruh siswa
DSK = Daya serap klasikal
Suatu kelas dikatakan tuntas belajar klasikal jika persentase daya serap
klasikal sekurang-kurangnya 80% (MAN Tomini, 2011).
3.4.2 Analisa Data Kualitatif
Analisa data dalam penelitian ini akan dilakukan selama dan setelah
pengumpulan data. Adapun tahap-tahap kegiatan analisis data kualitatif adalah
mereduksi data, menyajikan data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi.
-
5/27/2018 1.docx
29/60
29
a. Mereduksi Data
Mereduksi data adalah proses kegiatan menyeleksi, memfokuskan, dan
menyederhanakan semua data yang akan diperoleh.
b.Penyajian Data
Penyajian data akan dilakukan dalam rangka mengorganisasikan hasil reduksi
dengan cara menyusun secara naratif sekumpulan informasi yang akan
diperoleh dari hasil reduksi, sehingga dapat memberikan kemungkinan
penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.
c. Penarikan kesimpulan dan verifikasi
Penarikan kesimpulan adalah proses penampilan intisari terhadap hasil
penafsiran dan evaluasi. Kegiatan ini mencakup pencarian makna data serta
memberi penjelasan.
3.5 Indikator Kinerja
3.5.1 Indikator Data Kualitatif
Indikator kualitatif pembelajaran dapat dilihat dari observasi aktivitas
siswa dan pengelolaan pembelajaran oleh guru, hasil analisis terhadap penilaian
afektif siswa, penilaian psikomotor dan keterampilan sosial siswa. Penelitian ini
dinyatakan berhasil jika kualitas hasil belajar untuk aspek yang dinilai tersebut
telah berada dalam kriteria baik atau sangat baik dengan model pembelajaran yang
diterapkan.
-
5/27/2018 1.docx
30/60
30
3.5.2 Indikator Data Kuantitatif
Indikator keberhasilan penelitian tindakan ini apabila persentase daya
serap individual memperoleh nilai minimal 65% dan ketuntasan klasikal minimal
80 % (Depdiknas, 2004).
-
5/27/2018 1.docx
31/60
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1Hasil Penelitian
4.1.1Pra Tindakan
Sebelum melakukan tindakan siklus I dan siklus II, peneliti melakukan
kegiatan observasi awal di SMP Negeri 18 Palu. Peneliti melakukan observasi di
kelas VIIA SMP Negeri 18 Palu, yang dijadikan sebagai subyek penelitian. Pada
tahap ini untuk mengetahui kemampuan awal siswa terhadap materi fisika yang
telah diajarkan, peneliti memberikan tes awal pada tanggal 18 juli 2011. Tes awal
yang diberikan berjumlah 5 soal. Soal-soal tes awal dapat dilihat pada (Lampiran
1.a Hal. 62). Adapun hasil analisis tes awal dapat dilihat pada (Lampiran 1.d Hal.
66).
Kegiatan selanjutnya peneliti membentuk kelompok kooperatif yang
heterogen dimana kelompok tersebut terbentuk dari hasil tes awal. Selanjutnya
peneliti akan melaksanakan tindakan pembelajaran sesuai sekenario pembelajaran
yang akan diterapkan pada siswa kelas XC tersebut yaitu dengan model kooperatif
tipe artikulasi berbantuanMacromedia Flash.
4.1.2Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Penelitian tindakan siklus I dilakukan dari tanggal 18 Juli sampai 23 Juli
2011. Penelitian ini dilakukan 2 kali pertemuan untuk kegiatan belajar mengajar
(KBM) dan satu kali pertemuan untuk tes akhir tindakan. Bahan kajian siklus I
adalah Besaran, Satuan, Dimensi, dan Pengukuran. Pada kegiatan tindakan siklus
-
5/27/2018 1.docx
32/60
32
I ini peneliti bertindak sebagai pengajar yang didampingi oleh guru bidang studi
fisika, yakni Ibu Siti Ulfaniamah, S.Pd dan Bapak Kodirin, S.Pd sebagai observer
(pengamat).
Pada siklus I ini diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi
berbantuanMacromedia Flashsesuai dengan skenario pembelajaran (Lampiran 3.
Hal. 68), serta rencana pelaksanaan pembelajaran (Lampiran 4.a dan 4.b.Hal. 70
dan 76). Dalam proses pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi aktivitas
guru dan siswa. Adapun untuk aktivitas siswa, selain yang diamati adalah
aktivitas siswa seperti yang terdapat pada skenario pembelajaran juga yang
diamati berupa keterampilan sosial siswa, penilaian afektif siswa dan penilaian
psikomotor siswa.
4.1.2.1 Hasil Observasi Tindakan Siklus I
Observasi terhadap aktivitas siswa dan guru (peneliti) di kelas dilakukan
pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dimana observasi tersebut dilakukan
sebanyak 2 kali baik observasi aktivitas siswa maupun observasi aktivitas guru.
1) Analisis Observasi Aktivitas Siswa
Berdasarkan analisis seorang observer dalam hal ini adalah guru fisika
kelas XC diperoleh data hasil anlisis observasi aktivitas siswa selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung. Observasi aktivitas siswa itu antara lain:
-
5/27/2018 1.docx
33/60
33
a.Aktivitas Siswa
Kegiatan observasi ini dilakukan untuk melihat keaktifan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. Hasil observasi kegiatan siswa dapat dilihat
pada tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I
Tahap Indikator yang diamatiSkor
Pert. ISkor
Pert. II
Awal
Mencatat dan memperhatikan indikator dan tujuanpembelajaran yang disampaikan oleh guru
3 3
Memperhatikan penjelasan yang disampaikan olehguru tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe
artikulasi3 4
Inti
Menyimak penjelasan materi yang disampaikan olehguru dan menanyakan hal-hal yang belum dipahami
dari materi yang disajikan oleh guru.
3 3
Mencari anggota kelompoknya sesuai denganpembagian guru dan menyimak penjelasan materiyang disampaikan teman kelompoknya sambilmembuat catatan-catatan kecil
2 2
Menyimak penjelasan yang disampaikan oleh
temannya dan memberikan tanggapan daripenyampaian temannya tersebut
2 3
Menyimak penjelasan yang disampaikan oleh guru
dan melengkapi catatan-catatan yang diperoleh darihasil diskusi
3 3
Membaca dan mengerjakan soal yang diberikan olehguru
4 4
Penutup
Mendengarkan kesimpulan dan membuat kesimpulanberdasarkan hasil diskusi serta siswa menerima tugasdan mengerjakannya dirumah
3 3
Jumlah 23 25
Skor Total 32 32Persentase Aktivitas Siswa (%) 71,9 78,1
Rata-rata Persentase Aktivitas (%) 75,0
Kategori Cukup
Berdasarkan hasil observasi pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa
persentase keaktifan siswa pada siklus I adalah sebesar 75%. Hal ini berarti
taraf keaktifan siswa dalam melakukan proses pembelajaran di kelas tergolong
-
5/27/2018 1.docx
34/60
34
berkategori cukup. Hasil observasi aktivitas masing-masing siswa pada
(Lampiran 8.a dan 8.b Hal 98 dan 101).
b.Penilaian Psikomotor Siswa
Selanjutnya, untuk penilaian psikomotor siswa pada siklus I dapat dilihat pada
tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Persentase Penilaian Psikomotor Siswa Pada Siklus INo.
Aspek Penilaian
Psikomotor
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Skor
perolehan
Ketercapain
(%)
Skor
perolehan
Ketercapain
(%)
1Bertanggungjawabterhadap tugasnya
102 60,00 122 72,62
2Menghargai pekerjaanorang lain
93 55,36 121 72,02
3Mendengarkan gagasanorang lain
92 54,76 114 67,86
4 Meyakinkan orang lain 90 54,00 109 64,88
5Keterampilanmenyimpulkan
74 44,00 97 57,74
Skor Total 451 563
Keberhasilan (%) 66,32 82,79Kategori Kurang Baik
Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa dari seluruh jenis
penilaian psikomotor yang diamati dalam kegiatan belajar mengajar (KBM),
pada pertemuan pertama rata-rata aspek yang dinilai berada dalam kategori
kurang dan pertemuan keduarata-rata aspek yang dinilai berada dalam kategori
baik. Skor perolehan penilaian psikomotor masing-masing siswa dapat dilihat
pada (Lampiran 10.a dan 10.b Hal. 112 & 115).
-
5/27/2018 1.docx
35/60
35
c. Penilaian Afektif Siswa
Selanjutnya, untuk penilaian afektif siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel
4.3 berikut.
Tabel 4.3 Persentase Penilaian Afektif Siswa Pada Siklus INo.
Aspek Penilaian Afektif
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Skorperolehan
Ketercapain(%)
Skorperolehan
Ketercapain(%)
1 Kerajinan/Kehadiran 136 80,95 136 80,95
2Perhatian mengikuti
pelajaran120 71,43 122 72,62
3 Kerjasama dalamkelompok
122 72,62 120 71,43
4 Kerapian tugas 112 66,67 109 64,88
Skor Total 490 487
Keberhasilan (%) 90,07 89,52
Kategori Baik Baik
Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa dari seluruh jenis
penilaian afektif yang diamati dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), pada
pertemuan pertama dan pertemuan kedua rata-rata aspek yang dinilai semuanya
berada dalam kategori baik. Skor perolehan penilaian afektif masing-masing
siswa dapat dilihat pada (Lampiran 9.a dan 9.b Hal. 105 & 108).
-
5/27/2018 1.docx
36/60
36
d.Penilaian Keterampilan Sosial Siswa
Selanjutnya, untuk penilaian keterampilan sosial siswa pada siklus I dapat
dilihat pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Persentase Penilaian Katerampilan Sosial Siswa Pada Siklus INo.
Aspek PenilaianKaterampilan Sosial
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Skorperolehan
Ketercapain(%)
Skorperolehan
Ketercapain(%)
1Menawarkan bantuankepada teman
105 62,50 111 66,07
2
Menjawab pertanyaan
teman dengan tenangpada saat diskusi
104 61,90 115 68,45
3Mendengarkan dengantenang saat gurumenerangkan pelajaran
116 69,05 119 71,00
4
Mengajak teman
terlibat dalam aktivitasdiskusi
112 66,67 116 69,05
5Memberikan tanggapanterhadap pertanyaanguru
106 64,00 109 64,88
Skor Total 542 570
Keberhasilan (%) 79,85 83,82
Kategori Cukup Baik
Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa dari seluruh jenis
penilaian keterampilan sosial siswa yang diamati dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM), pada pertemuan pertama rata-rata aspek yang dinilai berada
dalam kategori cukup dan pertemuan kedua rata-rata aspek yang dinilai berada
dalam kategori baik. Skor perolehan penilaian keterampilan sosial masing-
masing siswa dapat dilihat pada (Lampiran 11.a dan 11.b Hal. 119 & 122).
-
5/27/2018 1.docx
37/60
37
2) Analisis Observasi Aktivitas Guru
Analisis terhadap guru dalam pembelajaran pada tindakan siklus I terdiri
dari 2 kali pertemuan. Analisis didasarkan pada intisari kegiatan yang tertuang
dalam skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe artikulasi. Hasil analisis observasi aktivitas terhadap guru dapat
dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5 Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I
Tahap Indikator yang diamati SkorPert. I
SkorPert. II
Awal
Menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran. 4 4
Memotivasi siswa dan menyampaikan informasikepada siswa tentang penerapan pembelajarankooperatif tipe Artikulasi.
3 4
Inti
Menyampaikan materi secara singkat dan jelas. 4 4
Memberikan kesempatan bertanya. 4 4
Membentuk kelompok belajar sesuai dengan penerapanpembelajaran kooperatif tipe Artikulasi.
4 4
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Artikulasi. 4 4
Meminta masing- masing kelompok untuk
mempersentasekan hasil wawancaranya. 4 4Menjelaskan kembali materi yang sekiranya belumdipahami siswa.
2 3
Membagikan LKS kepada siswa 4 4
PenutupMengarahkan siswa dalam membuat kesimpulan. 4 4
Memberikan tugas rumah. 3 4
Jumlah 40 43
Skor Total 44 44
Persentase Aktivitas Guru (%) 90,90 97,72
Rata-rata Persentase Aktivitas (%) 94,31
Kategori Sangat Baik
Taraf Keberhasilan Tindakan :
90 % NR 100 % : Sangat baik
80 % NR < 90 % : Baik
70 % NR < 80 % : Cukup
60 % NR < 70 % : Kurang
0 % < NR < 60 % : Sangat Kurang
-
5/27/2018 1.docx
38/60
38
Berdasarkan tabel di atas, skor rata-rata guru dalam pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi pada pertemuan I,
dan pertemuan II masing-masing 90,90% dan 97,72%. Hal ini berarti peniliti
menurut observer berkategori sangat baik, jadi perlu di pertahankan lebih lanjut.
Hasil observasi aktivitas guru selengkapnya pada (Lampiran 7.a dan 7.b Hal 89
dan 93).
3). Hasil Tes Akhir Tindakan Siklus I
Setelah selesai pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus I dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuan
Macromedia Flash, kegiatan selanjutnya pemberian tes atau alat evaluasi yang
dilaksanakan pada tanggal 22 Juli 2011. Bentuk tes yang diberikan adalah berupa
soal pilihan ganda dengan jumlah soal 20 nomor (Lampiran 13.a Hal. 128), Hasil
analisis tes selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 13.c Hal. 134). Dan secara
singkat dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Analisi Tes Akhir Tindakan Siklus I
No. Aspek Perolehan Hasil
1 Skor Tertinggi 19 (2 orang)
2 Skor Terendah 8 (4 orang)
4 Banyaknya siswa yang belum tuntas 7 orang
5 Banyaknya siswa yang tuntas 27 orang
6 Presentase ketuntasan klasikal 79,0 %7 Presentase daya serap klasikal 69,70%
Dari data tabel terlihat bahwa jumlah siswa yang tuntas sebanyak 27 orang
dan yang belum tuntas sebanyak 7 orang siswa. Untuk presentase ketuntasan
klasikal pada siklus I diperoleh 79,00% dan presentase daya serap klasikal
diperoleh 69,70%. Dari hasil presentase ketuntasan klasikal, hasil ini belum
-
5/27/2018 1.docx
39/60
39
mencapai standar ketuntasan klasikal yang ditetapkan yaitu 80%. Maka
pembelajaran dilanjutkan pada siklus II.
4.1.2.2 Refleksi Tindakan Siklus I
Dari hasil observasi pada siklus pertama dan hasil belajar siswa siklus
pertama, dilihat kelemahan dan selanjutnya dievaluasi untuk melakukan tindakan
berikutnya. Adapun kelemahan pada siklus pertama ini dijadikan hasil evaluasi
sebagai perbaikan untuk melaksanakan tindakan pada siklus kedua yaitu:
Bagi Siswa
Untuk aktivitas siswa
Siswa masih kurang membuat catatan-catatan atau ringkasan hasil
wawancara bersama teman kelompoknya, kurang memberikan tanggapan
terhadap kelompok penyaji dan kurang mencatat setiap jawaban yang
diberikan oleh kelompok penyaji.
Untuk afektif siswa
Pengerjaan tugas yang diberikan guru kepada siswa masih banyak yang
dikerjakan siswa dengan kurang rapi.
Untuk psikomotor siswa
Sebagian besar siswa masih banyak yang kurang mendengarkan gagasan
yang disampaikan oleh temannya, masih kurang bisa menyakinkan
temannya dalam memberikan jawaban, serta kurang bersemangat dalam
menyimpulkan materi yang baru dipelajarinya.
-
5/27/2018 1.docx
40/60
40
Untuk keterampilan sosial siswa
Masih banyak siswa yang pada saat berdiskusi kurang menawarkan bantuan
kepada temannya, kurang menjawab pertanyaan teman pada saat
menyajikan materi, kurang mengajak teman sekelompoknya untuk terlibat
dalam aktivitas diskusi, dan kurang memberikan tanggapan terhadap
pertanyaan yang disampaikan oleh guru.
Analisis tes akhir siklus I diperoleh ketuntasan klasikal 79.0% dan daya
serap klasikal 69,70% dengan 7 orangsiswa yang belum tuntas.
Bagi Guru
Secara keseluruhan aktivitas guru dinilai oleh observer berada dalam kategori
sangat baik dalam menerapkan model pembelajaran, akan tetapi terdapat satu
aspek yang dinilai masih kurang yaitu dalam hal menjelaskan kembali materi
yang kurang dipahami oleh siswa.
Secara umum, kelemahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I, anlisis
penyebab, dan rekomendasi perbaikannya untuk diterapkan pada siklus II, dapat
dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut.
-
5/27/2018 1.docx
41/60
41
Tabel 4.7 Kelemahan siklus I, Analisis penyebab, dan Rekomendasi perbaikan
No. Kelemahan Analisis Penyebab Rekomendasi
1. Siswa belumseluruhnya siapmenerima materi
Sebagian siswa masihsibuk dengan kegiatanyang tidak berhubungandengan materi yang akandiajarkan.
Peneliti harusmeningkatkan kedisiplinansiswa
2. Sebagian siswabelum sepenuhnyamampu memahamimateri yangditerimanya
Ada beberapa siswa yangdaya serap terhadap materimasih rendah.
Peneliti harus lebih jeliimelihat kemampuan siswasehingga materi yangdijelaskan bisa dipahamiisiswa dengan baik
3. Penelitian
membutuhkan waktuyang lama
Peneliti kurang
mempersiapkan bahan/alatpelajaran sebelumpelajaran dimulai misalnyaalat eksperimen, dan lainsebagainya.
Sebelum pelajaran dimulai,
semua alat yang digunakandalam eksperimen sudahharus disiapkan.
4. Sebagian siswa masihada yang ragu-raguuntuk bertanya terkaitdengan materi yangdibahas
Siswa belum terbiasadalam model pembelajaranyang diterapkan olehpeneliti
Peneliti akan memberikankesempatan bertanyakepada siswa denganintensitas yang lebihbanyak dari pertemuan
sebelumnya
5. Hanya sebagian siswa
yang mendominasipembelajaran
Peneliti kurang tegas
menangani siswa yangkurang memperhatikanpembelajaran
Lebih tegas dan lebih
disiplin dalam mengelolakelas
6. Kerjasama kelompokmasih sangat kurang.
Kurangnya bimbingan dankontrol dari peneliti
Peneliti harus lebihmembimbing danmengontrol jalannya kerjakelompok
Dari hasil penelitian pada siklus I tersebut terlihat jelas masih terdapat
beberapa kelemahan. Oleh karena itu, peneliti membuat alternatif tindakan untuk
menutupi kekurangan pada siklus I tersebut yang selanjutnya diperbaiki pada
siklus II. Pada tabel 4.7 menjelaskan tentang kekurangan pada siklus I dan untuk
mengatasi kekukarangan pada siklus I tersebut maka harus dilakukan perbaikan
pada siklus II. Adapun yang harus dilakukan pada siklus II antara lain adalah
seperti yang tertuang pada tabel 4.8 sebagai berikut.
-
5/27/2018 1.docx
42/60
42
Tabel 4. 8 Kekurangan siklus I dan PerbaikannyaNo. Kekurangan Siklus I Perbaikan
1. Pada umumnya siswa belumseluruhnya siap menerimamateri
Peneliti lebih mendisiplinkan siswaMenanyakan kesiapan siswa untuk menerima
materi sebelum pembelajarn dimulai.
Pembelajaran baru dimulai ketika semua siswasudah siap menerima materi.
2. Sebagian siswa belumsepenuhnya mampu menyerapmateri yang diterimanya
Peneliti lebih memperhatikan kemampuan siswadalam menerima materi
Mengulang materi yang belum dipahami siswa
3. Penelitian membutuhkan waktuyang lama
Skenario disusun dengan mengacu pada kondisi
real sekolah
Media pembelajaran yang digunakan harus telah
siap digunakanPenggunaan media yang tepat dan mudah
dimengerti siswa
4. Sebagian siswa masih ada yangragu-ragu dan takut untukbertanya dan mengajukan
pertanyaan terkait denganmateri yang dibahas
Memotivasi siswa untuk berani mengajukanpertanyaan dengan cara memberi penghargaanterhadap siswa yang berani bertanya ataumengajukan pendapat dengan memberi tepuktangan atau komentar positif.
Memberi kesempatan kepada siswa untuk
bertanya.
Membimbing siswa yang butuh bimbingankhusus.
5. Hanya sebagian siswa yang
mendominasi pembelajaranSiswa yang mendominasi pembelajaran
umumnya adalah yang kemampuannya lebih,mengatasi siswa tersebut adalah denganmeminta siswa tersebut membimbing temankelompoknya yang belum bisa dan meminta
agar jangan bersikap egois.
6. Kerjasama kelompok masihsangat kurang
Guru meningkatkan bimbingan dan kontrol atas
kerja sama siswa dalam kegiatan kelompok
Meminta agar siswa saling bekerjasama dan
tidak memonopoli pembelajaran
Selain kelemahan-kelemahan di atas, pada siklus I ini juga ditemukan
beberapa kelebihan antara lain: sebagian siswa antusias mengikuti proses belajar
mengajar, hal ini disebabkan karena pada saat proses belajar-mengajar guru
(peneliti) menampilkan materi beserta animasi yang berhubungan dengan materi
pembelajaran, sehingga siswa termotivasi untuk semangat belajar, sebagian siswa
-
5/27/2018 1.docx
43/60
43
sudah mulai berani mengemukakan pendapat serta menjawab pertanyaan dari guru
walaupun masih malu-malu dan ragu.
4.1.3 Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Penelitian tindakan siklus II dilaksanakan dari tanggal 25 sampai 29 Juli
2011 dengan bahan kajian Besaran Vektor dan Besaran Skalar. Seperti tindakan
yang dilaksanakan pada siklus I, penelitian pada siklus II dilaksanakan sebanyak 2
kali pertemuan untuk kegiatan belajar mengajar (KBM) dan 1 kali pertemuan
untuk tes akhir siklus.
Pada siklus II ini diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi
sesuai dengan skenario pembelajaran (Lampiran 14. Hal. 136), serta rencana
pelaksanaan pembelajaran (Lampiran 15.a dan 15.b. Hal. 138 dan 144). Dalam
proses pembelajaran berlangsung, dilakukan observasi yaitu observasi aktivitas
guru dan siswa, sebagaimana yang dilakukan pada siklus I.
4.1.3.1 Hasil Observasi Tindakan Siklus II
1). Analisis Observasi Aktivitas Siswa
Berdasarkan Analisis seorang observer dalam hal ini adalah guru fisika
kelas XC diperoleh data hasil anlisis observasi aktivitas siswa selama kegiatan
belajar mengajar berlangsung pada siklus II. Observasi aktivitas siswa itu antara
lain:
-
5/27/2018 1.docx
44/60
44
a.Aktivitas Siswa
Kegiatan observasi ini dilakukan untuk melihat keaktifan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran. Hasil observasi kegiatan siswa dapat dilihat
pada tabel 4.9 berikut :
Tabel 4.9 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II
Tahap Indikator yang diamatiSkor
Pert. ISkor
Pert. II
Awal
Mencatat dan memperhatikan indikator dan tujuanpembelajaran yang disampaikan oleh guru
3 4
Memperhatikan penjelasan yang disampaikan olehguru tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe
artikulasi4 3
Inti
Menyimak penjelasan materi yang disampaikan olehguru dan menanyakan hal-hal yang belum dipahami
dari materi yang disajikan oleh guru.
3 3
Mencari anggota kelompoknya sesuai denganpembagian guru dan menyimak penjelasan materi yangdisampaikan teman kelompoknya sambil membuatcatatan-catatan kecil
3 4
Menyimak penjelasan yang disampaikan oleh temannya
dan memberikan tanggapan dari penyampaian temannyatersebut
3 4
Menyimak penjelasan yang disampaikan oleh guru danmelengkapi catatan-catatan yang diperoleh dari hasil
diskusi
3 3
Membaca dan mengerjakan soal yang diberikan olehguru
4 4
Penutup
Mendengarkan kesimpulan dan membuat kesimpulan
berdasarkan hasil diskusi serta siswa menerima tugasdan mengerjakannya dirumah
4 4
Jumlah 27 29
Skor Total 32 32Persentase Aktivitas Siswa(%) 84,3 90,6
Rata-rata Persentase Aktivitas (%) 87,5
Kategori Baik
Berdasarkan hasil observasi pada tabel di atas, dapat dilihat bahwa
persentase keaktifan siswa pada siklus II adalah 87,5%. Hal ini berarti taraf
keaktifan siswa dalam melakukan proses pembelajaran di kelas tergolong
-
5/27/2018 1.docx
45/60
45
berkategori baik. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 19.a dan
19.b Hal 167 dan 170).
b.Penilaian Psikomotor Siswa
Selanjutnya, untuk penilaian psikomotor siswa pada siklus II dapat dilihat pada
tabel 4.10 berikut.
Tabel 4.10 Persentase Penilaian Psikomotor Siswa Pada Siklus II
No.Aspek Penilaian
Psikomotor
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Skor
perolehan
Ketercapain
(%)
Skor
perolehan
Ketercapain
(%)
1Bertanggungjawab
terhadap tugasnya117 69,64 123 73,21
2Menghargai
pekerjaan orang lain114 67,86 126 75,00
3Mendengarkan
gagasan orang lain125 74,40 124 73,81
4Meyakinkan orang
lain122 72,62 124 73,81
5Keterampilan
menyimpulkan
116 69,05 117 69,64
Skor Total 594 614
Keberhasilan (%) 87,35 90,29
Kategori Baik Baik
Berdasarkan tabel di atas memperlihatkan bahwa dari seluruh jenis
penilaian psikomotor yang diamati dalam kegiatan belajar mengajar (KBM),
pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua secara keseluruhan aspek yang
dinilai berada dalam kategori baik. Skor perolehan penilaian psikomotor
masing-masing siswa dapat dilihat pada (Lampiran 21.a dan 21.b Hal. 181 &
184).
-
5/27/2018 1.docx
46/60
46
c. Penilaian Afektif Siswa
Selanjutnya, untuk penilaian afektif siswa pada siklus II dapat dilihat pada
tabel 4.11 berikut.
Tabel 4.11 Persentase Penilaian Afektif Siswa Pada Siklus IINo.
Aspek Penilaian Afektif
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Skorperolehan
Ketercapain(%)
Skorperolehan
Ketercapain(%)
1 Kerajinan/Kehadiran 136 80,95 136 80,95
2Perhatian mengikuti
pelajaran122 72,62 124 73,81
3 Kerjasama dalamkelompok
120 71,43 126 75,00
4 Kerapian tugas 120 71,43 124 73,81
Skor Total 498 510
Keberhasilan (%) 91,54 93,75
Kategori Sangat Baik Sangat Baik
Berdasarkan tabel di atas, memperlihatkan bahwa dari seluruh jenis
penilaian afektif yang diamati dalam kegiatan belajar mengajar (KBM), pada
pertemuan pertama dan pertemuan kedua secara keseluruhan aspek yang dinilai
berada dalam kategori sangat baik. Skor perolehan penilaian afektif masing-
masing siswa dapat dilihat pada (Lampiran 20.a dan 20.b Hal. 174 & 177).
-
5/27/2018 1.docx
47/60
47
d.Keterampilan Sosial Siswa
Selanjutnya, untuk penilaian keterampilan sosial siswa pada siklus II dapat
dilihat pada tabel 4.12 berikut.
Tabel 4.12 Persentase Penilaian Keterampilan Sosial Siswa Pada Siklus IINo.
Aspek Penilaianketerampilan sosial
Pertemuan 1 Pertemuan 2
Skorperolehan
Ketercapain(%)
Skorperolehan
Ketercapain(%)
1Menawarkan bantuankepada teman
121 72,02 122 72,62
2
Menjawab pertanyaan
teman dengan tenangpada saat diskusi
118 70,24 121 72,02
3Mendengarkan dengantenang saat gurumenerangkan pelajaran
123 73,21 126 75,00
4
Mengajak teman
terlibat dalam aktivitasdiskusi
115 68,45 124 73,81
5Memberikan tanggapanterhadap pertanyaanguru
123 73,21 125 74,40
Skor Total 600 618
Keberhasilan (%) 88,24 90,88
Kategori Baik Baik
Berdasarkan tabel di atas, memperlihatkan bahwa dari seluruh jenis
penilaian keterampilan sosial siswa yang diamati dalam kegiatan belajar
mengajar (KBM), pada pertemuan pertama dan pertemuan kedua secara
keseluruhan aspek yang dinilai berada dalam kategori baik. Skor perolehan
penilaian keterampilan sosial masing-masing siswa dapat dilihat pada
(Lampiran 22.a dan 22.b Hal. 188 & 191).
2). Analisis Observasi Aktivitas Guru
Analisis terhadap guru dalam pembelajaran pada tindakan siklus II terdiri
dari 2 kali pertemuan. Analisis didasarkan pada intisari kegiatan yang tertuang
-
5/27/2018 1.docx
48/60
48
dalam skenario pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe artikulasi. Hasil analisis observasi aktivitas terhadap guru dapat
dilihat pada tabel 4.13 berikut ini:
Tabel 4.13 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Guru Siklus II
Tahap Indikator yang diamatiSkor
Pert. ISkor
Pert. II
Awal
Menyampaikan indicator dan tujuan pembelajaran. 4 4
Memotivasi siswa dan menyampaikan informasi kepadasiswa tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipeArtikulasi.
4 4
Inti
Menyampaikan materi secara singkat dan jelas. 4 4Memberikan kesempatan bertanya. 4 4
Membentuk kelompok belajar sesuai dengan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Artikulasi.4 4
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe Artikulasi. 4 4
Meminta masing- masing kelompok untukmempersentasekan hasil wawancaranya.
4 4
Menjelaskan kembali materi yang sekiranya belumdipahami siswa.
4 4
Membagikan LKS kepada siswa 4 4
PenutupMengarahkan siswa dalam membuat kesimpulan. 4 4
Memberikan tugas rumah. 4 4
Jumlah 44 44
Skor Total 44 44
Persentase Aktivitas Guru (%) 100 100
Rata-rata Persentase Aktivitas (%) 100
Kategori Sangat Baik
Berdasarkan data observasi di atas, skor rata-rata aktivitas guru dalam
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi
berbantuan Macromedia Flash pada pertemuan I dan II sebesar 100%. Hal ini
menunjukan ada peningkatan aktivitas guru pada semua aspek kegiatan. Hasil
selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 18.a dan 18.b Hal 158 dan 162).
3). Hasil Tes Akhir Tindakan Siklus II
Setelah selesai melaksanakan proses pembelajaran langkah selanjutnya
adalah pemberian tes akhir siklus II pada tangggal 29 Juli 2011, bentuk tes yang
-
5/27/2018 1.docx
49/60
49
diberikan adalah pilihan ganda dengan jumlah soal 20 nomor (Lampiran 24.a Hal.
197). Hasil analisis tes selengkapnya dapat dilihat pada (Lampiran 24.c Hal. 204).
Dan secara singkat dapat dilihat pada tabel 4.14 berikut ini.
Tabel 4.14 Hasil Analisis Tes Akhir Tindakan Siklus II
No. Aspek Perolehan Hasil
1 Skor tertinggi 19 (3 Orang)
2 Skor terendah 10 (1 Orang)
3 Banyak siswa yang tuntas 31 Orang
4 Banyak siswa yang belum tuntas 3 Orang
5 Persentase ketuntasan klasikal 91,00 %
6 Persentase daya serap klasikal 80,14 %
Dari data tabel di atas, hasil tes akhir tindakan siklus II dapat dikatakan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal telah meningkat dibandingkan siklus
I. Hal ini dapat dilihat jumlah siswa yang tuntas 31 orang dan 3 orang siswa yang
tidak tuntas. Untuk presentase ketuntasan klasikal pada siklus II diperoleh 91,00%
dan presentase daya serap klasikal diperoleh 80,14%. Hal ini menunjukkan bahwa
hasil pada siklus II telah memenuhi indikator kinerja yang telah ditetapkan.
4.1.3.2 Refleksi Tindakan Siklus II
Hasil penelitian pada siklus I, masih terdapat beberapa kelemahan (tabel
4.7). oleh karena itu peneliti membuat alternatif tindakan untuk menutupi
kekurangan pada siklus I tersebut yang selanjutnya diperbaiki pada siklus II. Pada
tabel 4.8 menjelaskan tentang kekurangan pada siklus I dan dilakukan perbaikan
pada siklus II.
-
5/27/2018 1.docx
50/60
50
Tabel 4. 15 Kelebihan siklus II, dan Analisis penyebabnyaNo. Kelebihan Analisis Penyebab
1. Siswa sudah lebih siapmenerima materi pelajarandan aktifitas siswa dalampembelajaran semakinmeningkat
Peneliti lebih mendisiplinkan siswaMenanyakan kesiapan siswa untuk menerima
materi sebelum pembelajarn dimulai.
Pembelajaran baru dimulai ketika semua siswasudah siap menerima materi.
Peneliti lebih memperhatikan kemampuan siswadalam menerima materi dan mengulang materi
yang belum dipahami siswa
2. Siswa lebih aktif dalammenanggapi dan bertanyaserta menjawab kuis
Memotivasi siswa untuk berani mengajukan
pertanyaan dengan cara memberi penghargaanterhadap siswa yang berani bertanya atau
mengajukan pendapat dengan memberi tepuktangan atau komentar positif.
Memberi kesempatan kepada siswa untukbertanya.
Membimbing siswa yang butuh bimbingan
khusus.
3. Kerjasama antar kelompokdan kinerja siswa sudah lebihbaik bila dibanding dengantindakan sebelumnya.
Guru lebih mengarahkan siswa dalamkelompok.
Guru meningkatkan bimbingan dan kontrol atas
kerja sama siswa dalam kegiatan kelompok
4. Siswa sudah lebih bisamengerjakan evaluasi yangdiberikan guru dan bisa
bekerjasama dengan baikpada kelompoknya
Guru meningkatkan bimbingan dan kontrol agarsiswa lebih bisa mengerjakan tugas berupaevaluasi dan bisa bekerja sama dengankelompoknya.
Meminta agar siswa saling bekerjasama dalamkelompoknya
5. Persentase hasil tes belajar
tuntas klasikal dari siklus Ike siklus II mengalamikenaikan 79,0% menjadi91,0% sedangkan persentasedaya serap klasikal dari
siklus I ke siklus IImengalami kenaikan 69,70%
menjadi 80,14% denganketuntasan siswa dari 27siswa tuntas belajar menjadi31 siswa tuntas belajar.
Guru sudah lebih bisa mengarahkan siswa padasaat pelaksanaan pembelajaran
Lebih memancing siswa untuk aktif dalamkegiatan pembelajaran, baik secara individumaupun kelompok, sehingga hasil pembelajaranlebih meningkat.
Membimbing siswa yang butuh bimbingan
khusus.
-
5/27/2018 1.docx
51/60
51
Setelah pelaksanaan siklus II dengan mengacu pada perbaikan kekurangan
siklus I, maka dapat dikemukakan kelebihan-kelebihan dari siklus II selaian yang
telah disebutkan diatas, yaitu antara lain:
1). Adanya peningkatan hasil belajar siswa
2). Adanya peningkatan aktifitas siswa dalam kelompok, peningkatan aspek
psikomotor, aspek afektif, dan peningkatan aspek keterampilan sosial.
3). Aktivitas peneliti dalam pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuan Macromedia Flash lebih
optimal
4.2 Pembahasan
4.2.1Kondisi Awal
Berdasarkan data tabel 1.1, terlihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa
belum mencapai standar yang telah ditetapkan oleh sekolah. Dari hasil tersebut
dapat dijelaskan bahwa sebelum diterapkannya model pembelajaran kooperatif
tipe artikulasi berbantuanMacromedia Flashpada siswa belum mampu mencapai
ketuntasan belajar dengan indikator 80% yaitu dengan syarat siswa mencapai nilai
minimal 65.
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tes pratindakan atau tes awal pada
siswa yang akan diteliti, dan selanjutnya membentuk suatu kelompok belajar.
Pembentukan kelompok diambil dari hasil tes awal yang telah diberikan, dalam
setiap kelompok terdiri dari siswa yang berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
-
5/27/2018 1.docx
52/60
52
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan
4.2.2.1 Aktivitas Siswa dan Guru
Penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe artikulasi berbantuan Macromedia Flash merupakan proses
pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar fisika dan
keterampilan sosial siswa.
Berdasarkan hasil analisis terhadap aktivitas guru dan siswa selama
kegiatan pembelajaran pada tiap siklus, diambil kesimpulan bahwa aktivitas guru
dan siswa selama mengikuti proses pembelajaran siklus I dan II menurut
pengamat sudah cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari grafik peningkatannya pada
gambar 4.1
Selain terjadi peningkatan aktivitas guru dan siswa, penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuan Macromedia Flash ini juga
dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa, hal ini dapat terlihat sebagaimana
digambarkan pada grafik 4.2 berikut.
0
20
40
60
80
100
Siklus I Siklus II
Aktivitas siswa
Aktivitas Guru
100%94,3%
75,0 %
87,5 %
Gambar 4.1 Grafik Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I dan Siklus II
-
5/27/2018 1.docx
53/60
53
Penekanan guru pada setiap tahap pembelajaran berpengaruh terhadap
aktivitas siswa. Guru berusaha mendorong siswa mengungkapkan ide-ide mereka
dan membangun konsepnya melalui pembelajaran. Guru juga berusaha
mendorong siswa agar lebih aktif dalam melakukan kegiatan pembelajaran karena
dari pelaksanaan kegiatan ini mereka diharapkan lebih aktif dalam mencari dan
memahami materi yang diajarkan.
Dari gambar grafik 4.1 dan 4.2 tersebut terlihat jelas ada peningkatan
aktivitas siswa dan keterampilan sosial siswa dari siklus I ke siklus II, sehingga
dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuan
Macromedia Flashdapat meningkatkan aktivitas dan keterampilan sosial siswa.
Keaktifan siswa baik dalam mengerjakan tugas maupun diskusi kelompok
dari siklus I ke siklus II relatif mengalami peningkatan. Peningkatan ini terjadi
karena kekurangan-kekurangan pada siklus I dapat diminimalisir. Adapun
kekurangan pada siklus I adalah masih banyak siswa yang kurang aktif dalam
pemecahan masalah ketika proses diskusi dan siswa kurang bisa menyelesaikan
tugas dengan baik. Selain itu sebagian siswa masih takut dalam mengeluarkan
pendapatnya dalam diskusi kelompok. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka
0
20
40
60
80
100
Siklus I Siklus II
Keterampilan Sosial Siswa
81,83 %
89,56 %
Gambar 4.2 Grafik Keterampilan Sosial Siswa Siklus I dan Siklus II
-
5/27/2018 1.docx
54/60
54
rekomendasi yang dilakukan peneliti adalah memberikan arahan agar siswa siap
mengikuti kegiatan pembelajaran, lebih banyak memberikan pertanyaan-
pertanyaan pada saat proses pembelajaran dan diskusi kelompok, membimbing
siswa bekerjasama dalam kelompoknya. Karena dengan adanya kerja sama dan
saling berinteraksi dalam kelompok menuntut siswa saling menghargai pendapat
dan berdiskusi untuk menyelesaikan pemecahan masalah atau tugas yang
diberikan oleh guru. Sehingga siswa bisa lebih mudah menyelesaikan pemecahan
masalah dan tugas yang diberikan oleh guru tersebut.
4.2.2.2 Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, memberikan informasi
bahwa model pembelajaran yang digunakan merupakan salah satu alternatif untuk
meningkatkan hasil belajar fisika. Hal ini dapat dilihat pada grafik 4.5
Meskipun demikian pada aspek menganalisis dan menggambarkan
informasi masih ada siswa belum dapat mengerjakan dengan baik. Hal ini
disebabkan siswa tersebut cenderung diam walaupun ada beberapa konsep yang
tidak dipahaminya baik kepada peneliti maupun dengan sesama anggota
0
20
40
60
80
100
Siklus I Siklus II
Gambar 4.3 Grafik Hasil Belajar Siswa Siklus I dan II
Ketuntasan Klasikal
Daya Serap Klasikal
69,7%
80,1%
79,0%
91,0%
-
5/27/2018 1.docx
55/60
55
kelompoknya. Siswa yang pintar telah menyelesaikan tugas dengan baik, untuk
siswa berkemampuan sedang dan rendah juga telah mampu menyelesaikan soal
dengan cukup baik. Penggunaan animasi Macromedia Flash juga sangat
membantu dalam kelancaran kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini
digunakan animasi Macromedia Flash untuk membantu pemahaman siswa
terhadap materi yang diajarkan, sehingga peningkatan hasil belajar dapat tercapai.
Dalam mengerjakan tes pada setiap siklus, terlihat masih terdapat sejumlah siswa
yang belum bisa mengerjakan tes dengan baik, khususnya dalam mengerjakan tes
dalam bentuk pemahaman dan perhitungan.
Rendahnya persentase ketuntasan klasikal pada siklus I disebabkan karena
sejumlah konsep yang diberikan masih belum dapat dipahami dengan baik
oleh siswa khususnya tentang cara mengkonversi satuan. Hal ini menunjukan
hasil yang diperoleh masih jauh diatas indikator keberhasilan belajar pada
umumnya.
Hasil yang diperoleh pada siklus II lebih baik dari siklus I. Peningkatan
ini terjadi karena kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I dapat
diminimalisir. Peningkatan hasil yang signifikan dapat dilihat pada ketuntasan
belajar klasikal yang mencapai 91,00% atau terdapat 31 siswa yang tuntas dari 34
siswa yang mengikuti ujian.
Ketika siswa diberikan tugas untuk melakukan kegiatan
diskusi/wawancara secara kelompok, maka siswa akan melakukan interaksi
seperti berkomunikasi, mengeluarkan pendapat, mendengarkan pendapat sehingga
memunculkan aspek keterampilan sosial. Siswa akan menyadari bahwa mereka
-
5/27/2018 1.docx
56/60
56
akan belajar dengan baik ketika mereka saling bekerja sama.
Ketika siswa diberikan kuis yang berupa soal atau sejenisnya yang
menuntut mereka menjawabnya secara mandiri, maka setelah siswa
mendengarkan soal yang diberikan guru tersebut, siswa akan bertanya pada
dirinya sendiri tentanng konsep-konsep yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
soal tersebut. Tujuan kognitifnya adalah untuk memahami dan menyelesaikan
soal. Ketika siswa menemukan bahwa ia tidak bisa menjawab pertanyaan sendiri
atau siswa tidak dapat memahami soal yang diberikan, siswa kemudian
menentukan apa yang perlu dilakukan untuk memastikan bahwa ia mencapai
tujuan kognitif tersebut. Siswa akan mengulangi menanyakan soal kuis dan
mencari konsep-konsep yang dibutuhkan agar mampu menjawab pertanyaannya
sendiri atau yang diberikan oleh guru.
Pola pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi
berbantuan Macromedia Flash mengarahkan siswa tentang bagaimana mereka
belajar secara bersama-sama dalam suatu kelompok belajar, tujuan belajar yang
akan dicapai, melibatkan diri dalam proses belajar serta berdiskusi untuk
mempelajari dan memecahkan suatu materi/masalah agar lebih bermakna dalam
pelajaran fisika. Sehingga teori yang mereka terima memang dapat ditemui di
kehidupan nyata dan dapat mereka alami sendiri seperti contoh yang diperlihatkan
sebelumnya pada proses model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuan
Macromedia Flash.
Unsur penerapannya didalam metode diskusi dan eksperimen pada proses
belajar fisika, peneliti melakukan aktifitas tanya jawab, memberi kebebasan untuk
-
5/27/2018 1.docx
57/60
57
berbeda pendapat dalam kelompok, mengontrol proses belajar siswa, memberi
penguatan, memberi kesempatan bertanya serta membimbing siswa untuk
melakukan kerja sama, menugaskan kerja kelompok, mendiskusikan penyelesaian
masalah, memadukan mata pelajaran dengan gambar animasi yang mereka lihat
pada saat pembelajaran dan mengaitkannya dengan kehidupan sehari-hari,
memberikan bacaan sebagai tambahan pengetahuan serta memancing minat siswa
sehingga siswa lebih termotivasi untuk mengikuti pelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe artikulasi berbantuan Macromedia Flash dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar
fisika dan keterampilan sosial siswa. Hasil pelaksanaan tindakan siklus II,
diperoleh ketuntasan klasikal mencapai 91,00% dan daya serap klasikal 80,14%
dari perolehan tersebut menunjukan hasil lebih baik dari siklus I. Hal ini dapat
dilihat dari analisis kuantitatif telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan untuk daya serap individu 65% dan tuntas klasikal 80% serta daya
serap klasikal minimal 80% peningkatan tersebut menunjukkan bahwa tindakan
penelitian berhasil. Dan hasil analisis kualitatif, memperlihatkan bahwa peran
siswa yang sesuai dengan skenario dalam kegiatan pembelajaran telah terarah
dengan baik, sehingga proses pembelajaran tidak hanya didominasi oleh siswa
yang pintar saja.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
-
5/27/2018 1.docx
58/60
58
5.1Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan
bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuan
Macromedia Flash dapat meningkatkan hasil belajar fisika dan keterampilan
sosial siswa. Dari hasil siklus I diperoleh daya serap individu 69,71%, ketuntasan
belajar klasikalnya 79,00% serta daya serap klasikal sebesar 69,71%. Meningkat
untuk siklus II dengan daya serap individu 80,14%, ketuntasan belajar klasikalnya
91,00% serta daya serap klasikal sebesar 80,14%. Terlihat jelas bahwa analisis
hasil belajar siswa dari siklus I dan siklus II telah mengalami peningkatan.
Pencapaian ini bahkan melebihi indikator kinerja yang ada.
Untuk keterampilan sosial siswa, persentase ketercapaian rata-ratanya
adalah 81,84%, hal ini menunjukkan keterampilan sosial siswa dalam proses
pembelajaran selama siklus I berkategori baik dan keterampilan sosial siswa pada
siklus II mengalami peningkatan dengan persentase ketercapaian rata-ratanya
adalah sebesar 89,56% yang juga berkategori baik.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuan
Macromedia Flash diperoleh masukkan bagi peneliti untuk perbaikan
pembelajaran berikutnya. Saran bagi pembaca yang akan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe artikulasi berbantuan Macromedia Flash adalah
sebagai berikut:
-
5/27/2018 1.docx
59/60
59
1. Memilih materi yang sesuai untuk pembelajaran dengan model pembelajaran
kooperatif tipe artikulasi berbantuanMacromedia Flash.
2. Mempersiapkan terlebih dahulu materi atau animasi dalam bentuk
Macromedia Flashyang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan.
3. Menciptakan suasana yang menyenangkan, dan demokratis semangat belajar
di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
-
5/27/2018 1.docx
60/60
60
Bahri, Syamsul. 2011. Data Hasil Ujian Fisika Siswa Baru Semester Satu Kelas
X. Sumberagung: MAN Tomini.
Cahyono, Eko. 2010.Deskripsi Penggunaan Macromedia Flash Sebagai Media
dalam Pembelajaran Fisika.Bandung: CV. Diponegoro.
Depdiknas, 2004.Desain Penelitian. Jakarta.
Depdiknas., 2004.Penilaian. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional (Revisi 1
April 2004), Jakarta: Depdiknas.
Diana, 2005. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Artikulasi Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas
VIIIB SMP Negeri 35 Bandung. (http://re-
searchengines.com/0408diana.html,diakses tanggal 08-02-2010).
Fajar, 2007. Keterampilan Sosial Pada Anak Menengah Akhir.
(http://f4jar.multiply.com/journal/item/191/Keterampilan_Sosial_Pada_
Anak_Menengah_Akhir, diakses tanggal 23-02-2011).
Pramono, Andi. 2007. Pemanfaatan Macromedia Flash Dalam Proses
Pembelajaran. (http://www.dokterkimia.com/2007/05/manfaat-
penggunaan macromedia-flash.html,diakses tanggal 22-02-2011).
Saptono, 2003.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Slamet, 2003. Teori-teori Belajar.Jakarta: Erlangga.
Sulastri, Sri. 2001.Model-model Pembelajaran IPA, Bandung: Depdikbud.
Suyatno, 2008. Langkah-Langkah Pembelajaran Artikulasi. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Widyaningsih, Wahyu. 2008.Kooperative Learning Sebagai Model Pembelajaran
Alternatif Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Pada MataPelajaran Matematika. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: UNNES.
http://www.dokterkimia.com/2010/05/Deskripsi%20%20Penggunaan%20Macromedia%20Flash%20%20%20Sebagai%20Media%20%20dalam%20Pembelajaran%20Fisikahttp://www.dokterkimia.com/2010/05/Deskripsi%20%20Penggunaan%20Macromedia%20Flash%20%20%20Sebagai%20Media%20%20dalam%20Pembelajaran%20Fisikahttp://www.dokterkimia.com/2010/05/Deskripsi%20%20Penggunaan%20Macromedia%20Flash%20%20%20Sebagai%20Media%20%20dalam%20Pembelajaran%20Fisikahttp://re-searchengines.com/0408diana.htmlhttp://re-searchengines.com/0408diana.htmlhttp://f4jar.multiply.com/journal/item/191/Keterampilan_Sosial_Pada_Anak_Menengah_Akhir,%20diakses%20tanggal%2023-02-2011http://f4jar.multiply.com/journal/item/191/Keterampilan_Sosial_Pada_Anak_Menengah_Akhir,%20diakses%20tanggal%2023-02-2011http://www.dokterkimia.com/2007/05/manfaat-penggunaan%20macromedia-flash.htmlhttp://www.dokterkimia.com/2007/05/manfaat-penggunaan%20macromedia-flash.htmlhttp://www.dokterkimia.com/2007/05/manfaat-penggunaan%20macromedia-flash.htmlhttp://www.dokterkimia.com/2007/05/manfaat-penggunaan%20macromedia-flash.htmlhttp://f4jar.multiply.com/journal/item/191/Keterampilan_Sosial_Pada_Anak_Menengah_Akhir,%20diakses%20tanggal%2023-02-2011http://f4jar.multiply.com/journal/item/191/Keterampilan_Sosial_Pada_Anak_Menengah_Akhir,%20diakses%20tanggal%2023-02-2011http://re-searchengines.com/0408diana.htmlhttp://re-searchengines.com/0408diana.htmlhttp://www.dokterkimia.com/2010/05/Deskripsi%20%20Penggunaan%20Macromedia%20Flash%20%20%20Sebagai%20Media%20%20dalam%20Pembelajaran%20Fisikahttp://www.dokterkimia.com/2010/05/Deskripsi%20%20Penggunaan%20Macromedia%20Flash%20%20%20Sebagai%20Media%20%20dalam%20Pembelajaran%20Fisika