Post on 11-Jan-2020
STUDI PERILAKU GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus)
UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN WISATA DI PUSAT KONSERVASI
GAJAH TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS
Skripsi
Oleh
Annisa Salsabila
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
Annisa Salsabila
ABSTRACT
BEHAVIOR STUDY OF SUMATRAN ELEPHANT (Elephas maximussumatranus) TO SUPPORT ECOTOURISM IN ELEPHANT
CONSERVATION CENTER WAY KAMBAS NATIONAL PARK
By
Annisa Salsabila
The sumatran elephant (Elephas maximus sumatranus) was known as the key
species in Way Kambas National Park. Sumatran elephant had important benefits
for human life such as for ecology, economic, and social, one of the example of it
was ecotourism. Studies of elephant behavior include the typical behavior of each
individual is important to support ecotourism activities in Elephant Conservation
Center. This study aimed to describe elephant behavior based on sex, age, origin
of arrest, and the length of education and to analyze elephant behavior to support
ecotourism activities in Elephant Conservation Center Way Kambas National
Park. The results of this study shown that male elephants were more aggressive
than female elephants. The older elephants were more easily instructed by
mahout compared to the younger elephants. The behavior of elephants that born
in Elephant Conservation Center was easier to tame than elephants from outside
Annisa SalsabilaElephant Conservation Center. The length of education was also affected the
elephants behavior because the longer the elephants get trained it would be more
tame.
Keywords : behavior, ecotourism, Elephas maximus sumatranus.
[Type text] [Type text]
Annisa Salsabila
ABSTRAK
STUDI PERILAKU GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus)UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN WISATA DI PUSAT KONSERVASI
GAJAH TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS
Oleh
Annisa Salsabila
Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan spesies kunci yang
ada di Taman Nasional Way Kambas. Gajah sumatera memiliki manfaat penting
bagi kehidupan manusia secara ekologi, ekonomi, maupun sosial budaya, salah
satunya yaitu ekowisata. Studi perilaku gajah sumatera yang meliputi perilaku
khas tiap individu gajah penting dilakukan untuk mendukung kegiatan ekowisata
di Pusat Konservasi Gajah (PKG). Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan perilaku gajah berdasarkan jenis kelamin, umur, asal
penangkapan, dan lama pendidikan serta menganalisis perilaku gajah untuk
mendukung kegiatan ekowisata di PKG Way Kambas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa gajah jantan memiliki perilaku yang lebih agresif
dibandingkan gajah betina. Gajah dewasa lebih mudah diinstruksikan oleh
mahout dibandingkan gajah bayi, anak-anak dan remaja. Perilaku gajah yang
[Type text] [Type text]
Annisa Salsabilalahir di PKG dan yang berasal dari tangkapan pun berbeda, gajah yang lahir di
PKG lebih mudah untuk dijinakkan dibandingkan gajah yang berasal dari luar
PKG. Lama pendidikan pun berpengaruh untuk perilaku gajah karena semakin
lama dilatih maka gajah akan semakin jinak.
Kata kunci : ekowisata, gajah sumatera, perilaku.
STUDI PERILAKU GAJAH SUMATERA (Elephas maximus sumatranus)
UNTUK MENDUKUNG KEGIATAN WISATA DI PUSAT KONSERVASI
GAJAH TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS
Oleh
Annisa Salsabila
(Skripsi)
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA KEHUTANAN
Pada
Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
UNIVERSITAS LAMPUNG
2018
iii
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung tanggal 31 Agustus 1995, merupakan anak
bungsu dari 4 bersaudara dari pasangan Bapak Fakhrudin dan Ibu Dharmaini
Azis. Pada tahun 2001 penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar
Negeri 1 Beringin Raya, kemudian melanjutkan pendidikan di Sekolah
Menengah Pertama Negeri 14 Bandar Lampung pada tahun 2007 dan melanjutkan
pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun
2010. Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Penulis aktif menjadi anggota Utama Himpunan Mahasiswa Kehutanan
(HIMASYLVA) Universitas Lampung dan menjabat sebagai Bendahara periode
(2016-2017). Penulis pernah menjadi anggota departemen minat dan bakat Badan
Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian Universitas Lampung periode
(2014–2015).
Pada bulan Juli Tahun 2016 penulis melakukan Praktek Umum selama 40 hari di
Divisi Regional Jawa Tengah KPH Purworejo BKPH Bruno Rejo. Pada tahun
2017 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Putra Lempuyang
Kabupaten Lampung Tengah selama 40 hari.
Untuk mama dan papa tercinta.
iiiii
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Studi Perilaku Gajah
Sumatera (Elephas maximus sumateranus) untuk Mendukung Kegiatan Wisata di
Pusat Konservasi Gajah Taman Nasional Way Kambas” sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada seua pihak
yang telah membantu dalam menyusun penulisan skripsi. Ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada beberapa pihak sebagai berikut.
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri. Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3. Bapak Dr. Ir. Gunardi Djoko Winarno, S.Hut., M.Si., selaku pembimbing
utama atas kesediaan memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
iiiiii
4. Bapak Dr. Arief Darmawan, S.Hut., M.Sc., selaku pembimbing kedua atas
kesediaan memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini.
5. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., selaku penguji utama dalam
penyusunan skripsi.
6. Bapak Duryat, S. Hut., M.Si,. selaku pembimbing akademik yang telah
membantu penulis dan menjadi orang tua selama menuntut ilmu di
Jurusan Kehutanan Universitas Lampung.
7. Seluruh Dosen Pengajar dan Staf Pegawai di Jurusan Kehutanan Universitas
Lampung yang telah memberikan ilmunya selama penulis menempuh
pendidikan di Jurusan Kehutanan Universitas Lampung.
8. Kepada Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas beserta staf yang telah
membantu dan memberikan izin kepada penulis selama penelitian
berlangsung.
9. Kepada Keluarga, Ayahanda Fakhrudin dan Ibunda Dharmaini Azis tercinta
yang selalu mendoakan keberhasilanku serta saudaraku Rizky Kurniawan,
Rico Akhmad Fauzan, Irma Nuryani dan Indra Setiawan terima kasih untuk
bantuan, senyuman semangat dan dukungannya selama ini.
10. Saudara-saudaraku FOCUS ’13 terima kasih atas dukungan serta
kebersamaannya baik dalam suka maupun duka.
Bandar Lampung, Januari 2018
Penulis,
Annisa Salsabila
iii
iv
DAFTAR ISI
HalamanDAFTAR TABEL .......................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii
I. PENDAHULUAN ...................................................................................... 1A. Latar Belakang........................................................................................ 1B. Rumusan Masalah................................................................................... 2C. Tujuan Penelitian .................................................................................... 3D. Manfaat Penelitian.................................................................................. 3E. Kerangka Pemikiran................................................................................ 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 6A. Gajah Sumatera .................................................................................... 6B. Status Perlindungan.............................................................................. 6C. Klasifikasi Gajah Sumatera.................................................................. 7D. Anatomi Gajah Sumatera ..................................................................... 8E. Penyebaran ........................................................................................... 9F. Populasi ................................................................................................ 10G. Perilaku ................................................................................................ 11H. Ekowisata ............................................................................................. 14I. Sistem Informasi Geografis (SIG) ...................................................... 15
III. METODE PENELITIAN ....................................................................... 17A. Waktu dan Lokasi Penelitian................................................................ 17B. Alat dan Objek Penelitian .................................................................... 17C. Batasan Penelitian ................................................................................ 17D. Jenis Data ............................................................................................ 18E. Metode Pengumpulan Data .................................................................. 18F. Analisis Data ........................................................................................ ....20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 22A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................... 22
1. Sejarah Pusat Konservasi Gajah .................................................... 222. Fungsi Pusat Konservasi Gajah ..................................................... 23
v
3. Struktur Organisasi Pusat Konservasi Gajah................................. 24B. Jenis Kelamin ...................................................................................... 25C. Struktur Umur...................................................................................... 26D. Tingkat Kemahiran.............................................................................. 27
1. Latihan dasar .................................................................................. 282. Latihan pengembangan .................................................................. 293. Latihan lanjutan.............................................................................. 29
E. Asal Kelahiran ...................................................................................... 30F. Pelatih Gajah di PKG........................................................................... 31G. Perilaku Khas Gajah di PKG................................................................ 32H. Keterampilan Gajah di PKG ................................................................ 34I. Peta Keberadaan Gajah......................................................................... 36J. Persepsi Masyarakat ............................................................................. 37K. Persepsi Wisatawan.............................................................................. 40L. Dukungan Perilaku Gajah untuk Kegiatan Wisata .............................. 41
V. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................... 44A. Simpulan............................................................................................... 44B. Saran..................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 46
LAMPIRANGambar 12-14................................................................................................... 51-52
Halaman
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman1. Rekapitulasi perilaku khas gajah sumatera di PKG Way Kambas ........... 32
2. Rekapitulasi waktu dan tempat untuk pengunjung dapat melihat danberinterakasi langsung dengan gajah ........................................................ 35
3. Titik keberadaan gajah di PKG Way Kambas .......................................... 38
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman1. Kerangka pemikirian................................................................................. 5
2. Peta penyebaran gajah di Asia .................................................................. 10
3. Struktur organisasi PKG TNWK .............................................................. 24
4. Perbandingan jenis kelamin gajah di PKG TNWK .................................. 26
5. Kelas umur gajah di PKG TNWK ............................................................ 27
6. Tingkat kemahiran gajah di PKG TNWK ................................................ 30
7. Asal kelahiran gajah di PKG TNWK........................................................ 31
8. Peta informasi keberadaan gajah di PKG TNWK .................................... 37
9. Persepsi masyarakat terhadap aktifitas gajah jinak di lahangarapan masyarakat................................................................................... 39
10. Persepsi masyarakat terhadap dampak positif ekonomiwisata gajah............................................................................................... 40
11. Persepsi wisatawan terhadap ekowisata gajah .......................................... 41
12. Foto bersama wisatawan ........................................................................... 52
13. Foto bersama kepala mahout..................................................................... 52
14. Foto pada saat menitik dengan GPS.......................................................... 53
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gajah sumatera (Elephas maximus sumateranus) merupakan mamalia terbesar di
Indonesia yang tersebar di sepanjang Pulau Sumatera. Gajah sumatera merupakan
satwa yang terancam punah, karena setiap tahun populasi gajah sumatera semakin
berkurang. Penyebab utama dari kelangkaan gajah sumatera adalah hilangnya
habitat gajah akibat konversi lahan (Saleh dan Adriani 2005).
Gajah sumatera memiliki beberapa perilaku dalam kehidupan sehari-hari seperti
perilaku makan, perilaku minum, perilaku istirahat, perilaku pergerakan, perilaku
sosial dan perilaku seksual. Herbivora raksasa ini sangat cerdas dan memiliki
otak yang lebih besar dibandingkan dengan mamalia darat lain. Ciri fisik gajah
adalah belalai dan gadingnya. Gajah sumatera jantan memiliki gading yang lebih
panjang, sementara gajah sumatera betina lebih unik lagi karena memiliki gading
yang sangat pendek bahkan hampir tak terlihat. Belalai pada gajah dapat
digunakan untuk memperoleh makanan seperti yang dikemukakan oleh Widiowati
(1985), bahwa gajah mempunyai keunikan tersendiri pada saat memperoleh
makanan yaitu dengan menggunakan belalainya. Gajah menggunakan belalai
untuk mengambil makanan dengan cara direnggut, dipatahkan, dan dirobohkan.
2
Selain menggunakan belalai, biasanya juga dibantu dengan anggota tubuh lainnya
yaitu gading, dahi, kaki depan, dan mulut.
Menurut Arief (2003), beberapa perilaku gajah tersebut dapat bermanfaat, baik
secara ekologi maupun ekonomi. Manfaat ekologi gajah salah satunya adalah
sebagai penyebar benih tanaman atau pepohonan dan sebagai pengendali
keseimbangan ekosistem di dalam hutan. Manfaat ekonomi gajah dalam
kehidupan manusia yaitu dijadikan untuk wisata.
Perilaku gajah yang unik dan atraktif dapat menunjang kegiatan berwisata, sehingga
dapat menarik para wisatawan untuk berwisata gajah. Data dan informasi terkait
perilaku gajah untuk mendukung kegiatan wisata di PKG belum memadai. Oleh
karena itu, perlu dilakukan penelitian studi perilaku gajah untuk mengetahui
perilaku gajah dalam mendukung kegiatan ekowisata di PKG Way Kambas.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini sebagai berikut.
1. Bagaimana perilaku gajah berdasarkan jenis kelamin, umur, asal penangkapan,
dan lama pendidikan ?
2. Bagaimana informasi perilaku gajah dapat mendukung kegiatan ekowisata ?
3
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan perilaku gajah berdasarkan jenis kelamin, umur, asal
penangkapan, dan lama pendidikan di Pusat Konservasi Gajah Way Kambas.
2. Menganalisis perilaku gajah untuk mendukung kegiatan ekowisata di Pusat
Konservasi Gajah Way Kambas.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi perilaku
gajah mendetail berdasarkan jenis kelamin, umur, asal penangkapan, dan lama
pendidikan serta pengaruh perilaku gajah terhadap wisatawan yang berkunjung di
Pusat Konservasi Gajah Way Kambas Lampung Timur.
E. Kerangka Pemikiran
Taman Nasional Way Kambas terdiri dari dua destinasi yaitu Pusat Konservasi
Gajah dan Camp Jagawana Resort Way Kanan. Pusat Konservasi Gajah
merupakan area konservasi gajah yang dapat dimanfaatkan oleh manusia sesuai
dengan prinsip konservasi. Salah satu pemanfaatannya yaitu dengan pembuatan
taman rekreasi/tempat wisata. Pengelolaan Pusat Konservasi Gajah diharapkan
mampu melepasliarkan gajah yang telah berhasil dikembangkan. Kecenderungan
populasi gajah liar di alam mengalami penurunan populasi, karena perburuan
manusia dan lain sebagainya (Hariadi, 1999).
4Gajah-gajah terlatih yang berada di PKG terdiri dari gajah tangkap, gajah
latih, gajah atraksi, gajah kerja dan kebutuhan lainnya. Pemanfaatan gajah antara
lain untuk membantu penanganan konflik manusia dan satwa, penyelamatan
satwa, patroli pengamanan dan alat transportasi dalam rangka mendukung
pengendalian kebakaran hutan. Selain itu pemanfaatan gajah dapat dijadikan
untuk wisata karena keunikan gajah tersebut.
Gajah dapat menampilkan pertunjukan menarik seperti berjoget, berdiri di
tonggak melangkahi manusia, dan bermain bola. Kegiatan wisata yang dapat
dilakukan diantaranya adalah safari gajah, pengamatan aktivitas pelatihan dan foto
hunting. Semakin berkembangnya pengelolaan ternyata PKG mampu menarik
wisatawan yang ingin melihat dari dekat aktivitas gajah yang telah dijinakkan.
Berdasarkan sifatnya gajah di PKG terbagi menjadi dua yaitu gajah liar dan gajah
jinak. Gajah yang diamati yaitu gajah yang telah jinak, oleh karena itu dapat
menggunakan metode interview dan kuesioner. Metode interview yang digunakan
menanyakan secara langsung kepada pawang gajah terkait perilaku gajah liar yang
perilakunya menjadi jinak karena sudah dilatih di PKG. Metode kuesioner yaitu
suatu metode yang menggunakan daftar pertanyaan terkait dengan masalah
penelitian. Kuesioner tersebut diberikan kepada responden untuk dimintakan
jawaban.
Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian studi perilaku gajah untuk mengetahui
perilaku gajah dalam mendukung kegiatan ekowisata di PKG Way Kambas.
Kerangka pemikiran secara garis besar digambarkan pada Gambar 1.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Gajah Sumatera
Gajah sumatera adalah subspesies dari gajah asia yang hanya berhabitat di Pulau
Sumatera, beratnya mencapai 6 ton dan tumbuh setinggi 3,5 meter pada bahu.
Herbivora raksasa ini sangat cerdas dan memiliki otak yang lebih besar
dibandingkan dengan mamalia darat lain. Gajah sumatera yang merupakan
subspesies dari gajah asia (Elephas maximus sumateranus) yang diperkenalkan
oleh Temninck dengan nama Elephas maximus dan merupakan satu-satunya
famili yang tersisa dari ordo Proboscidae. Populasinya semakin menurun dan
menjadi spesies yang sangat terancam. Sekitar 2.000 sampai 2.700 ekor gajah
sumatera yang tersisa di alam liar berdasarkan survei pada tahun 2.000. Sebanyak
65% populasi gajah sumatera lenyap akibat dibunuh manusia, dan 30%
kemungkinan dibunuh dengan cara diracuni oleh manusia. Sekitar 83% habitat
gajah sumatera telah menjadi wilayah perkebunan akibat perambahan yang agresif
(Martiani, 2002).
B. Status Perlindungan
CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Flora
and Fauna) atau Konvensi Perdagangan Internasional Spesies Terancam Punah
7Fauna dan Flora, gajah termasuk dalam daftar Appendix 1 yang secara resmi telah
dilindungi sejak 1931 dalam Ordonansi Perlindungan Binatang Liar Nomor 134
dan 226. Gajah sumatera tergolong satwa terancam punah (endangered) dalam
daftar Red List Data Book yang dikeluarkan oleh IUCN (International Union
for Conservation of Nature and Natural Resources). Spesies ini terancam punah
karena jumlahnya di alam sudah sangat sedikit dan dikhawatirkan akan punah.
Gajah sumatera juga masuk dalam satwa dilindungi menurut Undang-Undang No
5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya
dan diatur dalam peraturan pemerintah yiatu PP 7/1999 tentang Pengawetaan
Jenis Tumbuhan dan Satwa. Masuknya gajah sumatera dalam daftar tersebut
disebabkan oleh aktivitas pembalakan liar, penyusutan dan pembunuhan akibat
konflik dan perburuan. Perburuan biasanya hanya diambil gadingnya saja,
sedangkan sisa tubuhnya dibiarkan membusuk di lokasi (Ribai dkk, 2012).
C. Klasifikasi
Gajah sumatera termasuk ke dalam kelas Mammalia. Klasifikasi gajah sumatera
menurut Natalia (2014) adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Bangsa : Proboscidae
Suku : Elephantidae
Marga : Elephas
Jenis : Elephas maximus
Anak Jenis : Elephas maximus sumateranus
8D. Anatomi
Menurut Syarifuddin (2008), gajah ialah hewan yang sangat menarik untuk
dipelajari. Berikut ini adalah anatomi yang terdapat pada gajah sebagai berikut.
1. Bobot gajah sumatera sekitar 3-5 ton dengan tinggi 2-3 meter.
2. Gajah sumatera memiliki vertebrata yang berjumlah 326-351 tulang dan 21
pasang tulang rusuk.
3. Tengkorak gajah sangat kuat.
4. Telinga gajah sangat lebar dan gajah mampu menangkap serta mendengar
frekuensi rendah sampai 1 kHz. Telinga gajah sumatera lebih kecil dan
berbentuk segitiga sedangkan gajah afrika kupingnya besar dan berbentuk
kotak.
5. Belalai gajah merupakan bagian dari hidung dan bibir. Belalai ialah otot tanpa
tulang yang berfungsi fleksibel sebagai alat pernapasan , penciuman,
menyentuh, menggenggam, dan suara. Dengan belalai inilah, gajah menyedot
atau menyemprotkan air atau debu ke badan saat sedang mandi.
6. Jumlah gigi gajah 26 buah. Gading sebenarnya adalah gigi gajah yang telah
tumbuh.
7. Gajah sumatera memiliki 5 kuku di kaki bagian depan dan 4 kuku di kaki
belakang.
8. Kulit gajah umumnya tebal sampai 2,5 cm. Rona kulit gajah abu-abu, cokelat
atau kemerahan. Gajah afrika kulitnya terlihat lebih terang dibanding gajah
asia.
99. Hanya gajah jantan yang memiliki gading yang panjang. Pada betina,
kalaupun ada gadingnya pendek hampir tidak kelihatan. Berbeda dengan
gajah afrika dimana jantan dan betina sama-sama punya gading.
10. Seekor gajah terkadang mandi lumpur sebagai tabir surya sama seperti
manusia yang membutuhkan luluran. Lumpur berfungsi sebagai sinar
ultraviolet . Mandi lumpur berguna buat menahan gigitan serangga.
11. Testis gajah jantan berukuran panjang 100 cm diameter 16 cm, sedangkan
buat betina memiliki klitoris sampai 40 cm.
12. Kotoran gajah bisa diterima oleh hewan-hewan lain. Tidak seperti kotoran
dan kencing harimau yang umumnya ditolak oleh hewan lain.
13. Ciri mencolok lainnya ada pada bagian atas kepala. Gajah sumatera memiliki
dua tonjolan sedangkan gajah afrika cenderung datar.
E. Penyebaran
Abdullah dkk (2012), gajah sumatera merupakan salah satu anggota dari
ordo Proboscidea yang terancam kelestariannya. Gajah dapat dikelompokan ke
dalam dua kelompok yaitu gajah asia dan gajah afrika. Gajah sumatera
merupakan satwa langka yang dilindungi undang-undang sejak zaman Belanda
dengan Peraturan Perlindungan Binatang Liar Tahun 1931 No 134 dan 266.
Wilayah penyebaran gajah sumatera meliputi Provinsi Aceh, Sumatera Utara,
Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung yang dapat dilihat pada
Gambar 2.
10
Gambar 2. Peta penyebaran gajah di Asia.
F. Populasi
Pemerintah Indonesia sebenarnya juga telah melakukan upaya dalam mengatasi
penurunan populasi gajah sumatera yaitu dengan melakukan konservasi eksitu
gajah sumatera di luar habitat aslinya. Dengan konsep pengelolaan gajah oleh
pemerintah Indonesia pada saat itu adalah Tiga Liman yaitu terdiri dari: Bina
Liman, Tata Liman dan Guna Liman. Pada periode tahun 1986 hingga 1995,
lebih kurang 520 ekor gajah telah ditangkap untuk mengatasi konflik manusia dan
gajah. Gajah yang ditangkap ditempatkan di enam Pusat Latihan Gajah di
Sumatera. Pengelolaan gajah dengan konsep tersebut kemudian direvisi oleh
pemerintah Indonesia karena dianggap tidak berkesinambungan dan dapat
mempengaruhi kelestarian gajah di habitat aslinya. Selain itu, konsep Tiga Liman
juga mengakibatkan terjadinya penumpukan gajah di PKG yang konsekuensinya
mengakibatkan pengelolaan PKG membutuhkan dana yang sangat besar.
11Kemudian, Pemerintah Indonesia mencoba mengembangkan pengelolaan gajah
captive dengan pendekatan baru yang inovatif dan berusaha untuk tidak
menangkap gajah liar di alam sebagai salah satu upaya penanggulangan konflik
(Asiyah dan Fauzi, 2012).
G. Perilaku
1. Makan
Gajah merupakan mamalia yang aktif baik di siang maupun malam hari. Namun,
sebagian besar dari mereka aktif dari 2 jam sebelum petang sampai 2 jam setelah
fajar untuk mencari makan. Hal ini sependapat bahwa gajah sering mencari
makan sambil berjalan di malam hari selama 16-18 jam setiap hari. Gajah bukan
satwa yang hemat terhadap pakan sehingga cenderung meninggalkan banyak sisa
makanan apabila masih terdapat makanan yang lebih baik lagi. Gajah sumatera
memakan rumput-rumputan, daun, ranting, umbi-umbian dan kadang buah-
buahan. Setidaknya terdapat 69 spesies tumbuhan yang bisa dijadikan pakan
gajah. Tumbuhan tersebut terdiri dari 29 kelompok rumput-rumputan dan 40
kelompok tanaman non rumput. Gajah sumatera diketahui lebih menyukai
rumput-rumputan (Supartono, 2007).
2. Sosial
Gajah merupakan hewan sosial yang hidup berkelompok. Kelompok berperan
penting dalam menjaga kelangsungan hidup gajah. Jumlah anggota kelompok
sangat bervariasi. Tergantung pada kondisi sumber daya alam dan luas habitat.
Gajah sumatera bisa ditemukan dalam kelompok yang terdiri dari 20-35 ekor,
12tetapi juga ada kawanan yang hanya 3 ekor saja. Setiap kelompok dipimpin oleh
seekor betina yang paling besar. Sedangkan yang jantan berada dalam kelompok
untuk periode tertentu saja. Gajah yang tua akan hidup memisahkan diri dari
kelompoknya hingga pada akhirnya mati. Gajah jantan muda dan sudah beranjak
dewasa dipaksa meninggalkan kelompoknya atau pergi dengan suka rela untuk
bergabung dengan kelompok jantan lain. Sementara itu, gajah betina muda
tetap menjadi anggota kelompok dan bertindak sebagai bibi, pengasuh pada
kelompok “taman kanak-kanak kindergarten” (Nawawi, 2003).
3. Seksual
Gajah betina bisa melahirkan anak setelah berumur di atas 9-10 tahun. Usia
kehamilan gajah sumatera mencapai 22 bulan, bayi gajah sumatera yang baru lahir
memiliki bobot tubuh sekitar 40-80 kg dengan tinggi 75-100 cm. Bayi tersebut
akan diasuh oleh induknya hingga berumur 18 bulan. Dalam satu kali kehamilan
biasanya terdapat satu bayi, namun dalam beberapa kasus ada juga yang
melahirkan hingga dua bayi. Jarak waktu antar kehamilan berkisar 4-4,5 tahun.
Gajah jantan memiliki periode musth, yaitu masa produksi hormon testosteron.
Musth menandakan bahwa gajah jantan sudah siap kawin. Secara umum gajah
jantan akan mengalami musth setelah berumur sekitar 12-15 tahun. Saat gajah
jantan memasuki periode musth akan terjadi perubahan perilaku, nafsu makannya
menurun, gerakannya lebih agresif dan suka mengendus-ngendus dengan
belalainya. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti sering meneteskan urin,
penis sering keluar dan dari dahinya mengeluarkan kelenjar berbau menyengat
(Anggraini, 2003).
134. Ruang atau wilayah jelajah (home range)
Titik koordinat lokasi gajah yang dikirimkan oleh GPS Collar yang telah
terpasang ke satelit, mengirimkan titik koordinat sebanyak 3 kali dalam sehari.
Data titik koordinat ini kemudian diolah menggunakan program Arcgis untuk
mendapatkan tampilan secara spasial dari pergerakan gajah sumatera ini.
Pemasangan dilakukan di luar Taman Nasional Tesso Nilo, dapat kita lihat bahwa
gajah hanya bermain di luar dari Taman Nasional, tidak sekalipun masuk kedalam
Taman Nasional, hal ini mungkin dikarenakan Taman Nasional tidak masuk ke
dalam wilayah jelajah klan gajah tersebut. Pergerakan dari klan gajah ini setiap
harinya terjadi secara acak, namun terdapat beberapa lokasi dimana klan gajah
hanya berputar-putar di lokasi tersebut, berdasarkan hasil survei ke lokasi, hal ini
dikarenakan lokasi tersebut memiliki sumber air maupun pakan dan juga tutupan
kanopi yang akan dibutuhkan oleh gajah, terlebih lagi pada lokasi ini memiliki
tingkat gangguan yang lebih rendah dibandingkan di tempat lain (Sukmantoro
dkk, 2011).
Gajah merupakan mamalia darat paling besar hidup pada zaman ini, sehingga
membutuhkan wilayah jelajah yang sangat luas. Ukuran wilayah jelajah gajah
asia bevariasi antara 32,4-166,9 km². Wilayah jelajah unit-unit kelompok gajah di
hutan-hutan primer mempunyai ukuran dua kali lebih besar dibanding dengan
wilayah jelajah di hutan-hutan sekunder. Secara alami gajah melakukan
penjelajahan dengan berkelompok mengikuti jalur tertentu yang tetap dalam satu
tahun penjelajahan. Jarak jelajah gajah bisa mencapai 7 km dalam satu malam,
bahkan pada musim kering atau musim buah-buahan di hutan mampu mencapai
1415 km per hari. Kecepatan gajah berjalan dan berlari di hutan (untuk jarak
pendek) dan di rawa melebihi kecepatan manusia di medan yang sama. Gajah
juga mampu berenang menyeberangi sungai yang dalam dengan menggunakan
belalainya sebagai "snorkel" atau pipa pernapasan. Selama menjelajah, kawanan
gajah melakukan komunikasi untuk menjaga keutuhan kelompoknya. Gajah
berkomunikasi dengan menggunakan soft sound yang dihasilkan dari getaran
pangkal belalainya. Dewasa ini ditemukan bahwa gajah juga berkomunikasi
melalui suara subsonik yang bisa mencapai jarak sekitar 5 km. Penemuan ini
telah memecahkan misteri koordinasi pada kawanan gajah yang sedang mencari
makanan dalam jarak jauh dan saling tidak melihat satu sama lain (Elly, 2001).
H. Ekowisata
Ekowisata adalah kegiatan perjalanan ke daerah-daerah yang masih alami dengan
kepedulian terhadap lingkungan hidup dan masyarakat sekitar baik di dalam
maupun di luar kawasan hutan. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh para
peminat khusus terhadap kawasan pelestarian alam. Biasanya dilakukan di
tempat-tempat alam terbuka yang relatif belum terjamah atau tercemar dengan
tujuan khusus untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan alam
beserta tumbuh-tumbuhan dan satwa liarnya, termasuk potensi kawasan berupa
ekosistem, keadaan iklim, fenomena alam, kekhasan jenis tumbuhan dan satwa
liar serta manifestasi kebudayaan yang ada baik dari masa lampau maupun masa
kini di tempat-tempat tersebut dengan tujuan untuk melestarikan lingkungan dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat (Lestari, 2006 ; Suhendra
2009).
15Hakim (2004), perencanaan tata ruang kawasan bagi aktivitas ekowisata menjadi
kunci sukses bagi keberlangsungan dan kesinambungan penyelanggaraannya.
Dalam sebuah perencanaan wilayah, terutama kawasan lindung yang akan
disertakan dalam industri wisata harus memperhatikan tiga hal pokok berikut.
a. Komponen ekologis, yang terdiri atas kawasan lindung dan nilai
keanekaragaman hayati yang ada padanya.
b. Komponen ekonomi yang mendukung keberlanjutan manajemen yang akan
berlangsung dan penggunaan sumberdaya alam dalam matrik-matrik
pertanian, peternakan, hutan, industri, perkampungan dan infrastruktur yang
ada padanya.
c. Komponen sosial budaya yang dapat memfasilitasi partisipasi masyarakat
lokal dalam perencanaan sumberdaya dan proses pengambilan keputusan,
serta memberi kesempatan kepada seluruh orang untuk mencukupi
kebutuhannya.
I. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu alat berbasis komputer untuk
memetakan dan meneliti hal-hal yang ada dan terjadi di muka bumi. Sistem
informasi geografis mengintegrasikan operasi database umum seperti query dan
analisa statistik dengan visualisasi yang unik dan manfaat analisa mengenai ilmu
bumi yang ditawarkan oleh peta. Kemampuan ini menjadi penciri Sistem
Informasi Geografis dari sistem informasi lainnya, dan sangat berguna bagi suatu
cakupan luas perusahaan swasta dan pemerintah untuk menjelaskan peristiwa,
meramalkan hasil, dan strategi perencanaan (Pardede, 2006).
16Sistem Informasi Geografis atau Geographic Information Sistem (GIS)
merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer, dirancang untuk
bekerja dengan menggunakan data yang mamiliki informasi spasial (bereferensi
keruangan). Sistem ini menangkap, mengecek, mengitegrasikan, memanipulasi,
menganalisa, dan menampilkan data yang secara spasial mereferensikan kepada
kondisi bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi-operasi umum database,
seperti query dan analisa statistik, dengan kemampuan visualisasi dan analisa
yang unik yang dimiliki oleh pemetaan. Tujuan pokok dari pemanfaatan Sistem
Informasi Geografis adalah untuk mempermudah mendapatkan informasi yang
telah diolah dan tersimpan sebagai atribut suatu lokasi atau obyek. Ciri utama
data yang bisa dimanfaatkan dalam Sistem Informasi Geografis adalah data yang
telah terikat dengan lokasi dan merupakan data dasar yang belum dispesifikasikan
(Dulbahri, 1993).
17
III. METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 2 bulan yaitu pada bulan Juli hingga Agustus
2017. Lokasi penelitian di Pusat Konservasi Gajah Taman Nasional Way Kambas
Lampung Timur.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi jam digital, GPS,
dokumentasi berupa kamera, angket kuisioner, serta pencatatan berupa alat tulis
dan tally sheet. Bahan yang digunakan adalah spesies gajah yang teramati.
C. Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Objek pengamatan merupakan gajah yang ada di PKG.
2. Jumlah gajah yang diamati merupakan gajah jinak di PKG sebanyak 65 ekor.
18D. Jenis Data
1. Data primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan yaitu
data mengenai perilaku makan, minum, istirahat, sosial, dan seksual serta data
titik GPS gajah sumatera di Pusat Konservasi Gajah Taman Nasional Way
Kambas.
2. Data sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari
berbagai sumber yang telah ada. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi beberapa informasi mengenai gambaran umum Pusat Konservasi
Gajah Taman Nasional Way Kambas.
E. Metode Pengumpulan Data
1. Orientasi lapangan
Orientasi lapangan dilakukan sebelum pengamatan, dengan tujuan untuk
mengenal, kondisi lapangan, pemetaan dan titik pengamatan.
2. Data primer
Pengumpulan data perilaku harian dilakukan dengan menggunakan metode
wawancara (interview). Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan terhadap pawang gajah. Semua pawang gajah
diwawancarai dengan pertanyaan yang meliputi perilaku gajah berdasarkan
pengalaman mereka selama mengasuh gajah. Wawancara kualitatif dilakukan bila
19peneliti bermaksud untuk memperoleh pengetahuan tentang makna subyektif yang
dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan bermaksud
melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut.
3. Data sekunder
Data sekunder digunakan sebagai data pendukung hasil penelitian. Data sekunder
diperoleh dan dikutip dari studi literature yaitu buku-buku ilmiah, laporan
penelitian, jurnal, skripsi, tesis, disertasi, peraturan-peraturan, buku tahunan, dan
sumber-sumber tertulis lain baik cetak maupun elektronik.
4. Metode kuesioner
Kuisioner merupakan tekhnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden
untuk kemudian dijawab. Tipe pertanyaan pada kuesioner bersifat tertutup dan
terbuka. Kuesioner dengan pola pertanyaan tertutup, dimana jawaban telah
disediakan. One score one indicator adalah metode pemberian skor terhadap
jawaban yang telah disediakan, setiap indikator mempunyai penilaian dengan
menggunakan skala 1-5. Responden dapat menjawab dengan cepat karena
jawaban sudah terdapat dalam angket. Kuesioner dengan pertanyaan terbuka
bersifat untuk mengetahui karakteristik responden. Data yang di kumpulkan
menggunakan metode ini meliputi persepsi masyarakat mengenai gajah,
pemanfaat masyarakat terhadap gajah, kesukaan masyarakat terhadap gajah.
20F. Analisis Data
1. Analisis perilaku harian gajah
Analisis perilaku harian gajah dilakukan secara deskriptif dengan cara
membandingkan perilaku gajah satu dengan gajah yang lainnya. Seringkali
beberapa perilaku gajah secara individu tampak berbeda dengan lainnya
berdasarkan kelas umur dan jenis kelamin serta asal gajah tersebut didapatkan.
2. Analisis persepsi
Analisis persepsi dilakukan untuk mengetahui apakah persepsi masyarakat
cenderung positif ataupun negatif terhadap gajah dan ekowisata.
3. Pembuatan peta informasi perilaku gajah
3.1. Titik GPS dan Peta
Pembuatan peta adalah studi dan praktek membuat peta atau globe. Pemetaan
dilakukan dengan menandai titik yang dijadikan objek penelitian. Pencatatan titik
koordinat dilakukan dengan GPS. Titik yang didapat dari GPS lalu dipindahkan
ke Microsoft Excel. Titik koordinat yang sudah ditabulasikan lalu ditampilkan di
Google Earth atau ArcMap.
Selanjutnya peta Pusat Konservasi Gajah di digitasi. Hal ini dilakukan untuk
mengkonversikan peta raster (jpg) menjadi peta vektor. Selanjutnya dilakukan
proses Georeferencing untuk melihat objek berupa raster atau image ke dalam
system koordinat tertentu. Proses ini akan menghasilkan data spasial. Peta akan
ditampilkan bersamaan dengan titik koordinat yang sudah dipindahkan ke Arcmap
21maupun Google Earth. Sehingga, dapat dilihat peta Pusat Konservasi Gajah dan
titik-titik koordinat keberadaan gajah untuk memudahkan para wisatawan yang
sedang berkunjung.
45
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Dari penelitian yang sudah dilakukan dapat disimpulkan bahwa.
1. Perilaku gajah sumatera jinak dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin, umur,
asal penangkapan, dan lama pendidikan. Jenis kelamin jantan memiliki
perilaku yang lebih agresif dibandingkan gajah betina. Gajah jinak yang
memiliki umur dewasa lebih mudah diinstruksikan oleh mahout dibandingkan
gajah jinak yang berumur bayi, anak-anak dan remaja. Perilaku gajah yang
lahir di PKG dan yang berasal dari tangkapan pun berbeda, gajah yang lahir di
PKG lebih mudah untuk dijinakkan dibandingkan gajah yang berasal dari luar
PKG. Lama pendidikan pun berpengaruh untuk perilaku gajah karena semakin
lama dilatih maka gajah akan semakin jinak.
2. Gajah memiliki perilaku yang dapat mendukung kegiatan ekowisata.
Wisatawan dapat ikut serta memandikan gajah dan memberi makan gajah
secara langsung didampingi mahout, sehingga pengunjung dapat akrab dengan
gajah. Perilaku-perilaku gajah tersebut yang dapat menarik wisatawan untuk
berkunjung ke PKG Way Kambas.
45B. Saran
1. Pengelola TNWK dapat memperbaiki infrastruktur serta sarana dan prasarana
yang ada disana agar pengunjung merasa lebih nyaman.
2. Penambahan mahout di TNWK diusulkan tidak hanya laki-laki tetapi juga
perempuan, seperti halnya di PLG Bengkulu.
46
DAFTAR PUSTAKA
Abdillah, H. 2010. Gajah Sumatera: Mamalia Besar Sumatera yang DiambangKepunahan. Diakses 11 April 2018. http://www.indotoplist.com/info/.
Abdullah., Asisah dan Japisa, T. 2012. Karakteristik habitat gajah sumatera(Elephas maximus sumatranus) di kawasan ekosistem seulawah kabupatenaceh besar. Jurnal Ilmiah Pendidikan Biologi. 4(1) : 41–45.
Abdullah, 2009. Preferensi dan pendugaan produktivitas pakan alami gajah(Elephas maximus sumatranus) di hutan produksi khusus (hpkh) pusatlatihan gajah (PLG) sebelat, bengkulu utara. Jurnal Media Konservasi.15(3). 149-155
Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar. Buku. Institut Pertanian Bogor.Bogor. 368 hlm.
Anggraini, D. E. 2003. Sekelumit Tentang Gajah. Buku. Balai Taman NasionalWay Kambas. Lampung Timur. 161 hlm.
Asiyah, N., dan Fauzi, M. 2012. Perancang buku pop up sebagai mediapendidikan di organisasi wwf-indonesia. Jurnal Inosains. 7(2) : 80–86.
Arief, H. 2003. Studi Ekologi dan Pengelolaan Gajah Sumatera (Elephasmaximus sumatranus). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 124 hlm.
Balai Taman Nasional Way Kambas. 2011. Profile Taman Nasional WayKambas. Buku. Balai Taman Nasional Way kambas. Lampung.Timur.129 hlm.
Budianti, I. 2010. Kajian Konflik Manusia dengan Gajah di Sekitar HutanProduksi Khusus (HPKh) Seblat, Provinsi Bengkulu. Tesis. InstitutPertanian Bogor. Bogor. 145 hlm.
Claudya, L. 2012. Perilaku dan pola asuh anak gajah sumatera (Elephas maximussumatranus) di taman margasatwa ragunan. Jurnal Al-Azhar IndonesiaSeri Sains dan Teknologi. 3(4). 197-201.
47Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam. 2007. Strategi
dan Rencana Aksi Konservasi Gajah Sumatera dan Gajah Kalimantan2007-2017. Departemen Kehutanan RI. Jakarta.
Dulbahri. 1993. Sistem Informasi Geografi. Buku. Universitas Gajah MadaPress. Yogyakarta. 163 hlm.
Ely, T. 2001. Kajian Kurikulum Pelatihan Gajah Sumatera (Elephas maximussumateranus) di Pusat Latihan Gajah Taman Nasional Way Kambas.Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 84 hlm.
Hakim, L. 2004. Dasar-Dasar Ekowisata. Buku. Bayumedia. Surabaya.170 hlm.
Hariadi, S. 1999. Studi Manajemen Pusat Latihan Gajah di Pusat Latihan GajahTaman Nasional Way Kambas Lampung Timur. Skripsi. Institut PertanianBogor. Bogor. 115 hlm.
Harianto, S. P. dan Setiawan, A. 1999. Konservasi Sumber Daya Hutan. Buku.Dinas Pendidikan dan Kebudayaan. Bandar Lampung. 128 hlm.
Harsolumakso, A. H. 2008. Pedoman Geologi Lapangan. Buku. InstitutTeknologi Bandung. Bandung. 164 hlm.
Haryanto. 1994. Studi Pengaruh Pembukaan Wilayah Hutan TerhadapPenyebaran dan Habitat Gajah (Elephas maximus sumatranus) diSumatera Bagian Selatan. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.119 hlm.
Hedges, S., Tyson M. J., Sitompul A. F., Kinnaird M. F., Gunaryadi, D. danAslan. 2005. Distribution, status, and conservation needs of asian elephants(Elephas maximus) in lampung province, sumatra, indonesia. BiologicalConservation. 124: 35–48.
Hudiyono, M. Z. 2008. Sekilas Informasi Taman Nasional Way Kambas. Buku.Balai Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur. 93 hlm.
Indra, A. 2012. Daya dukung habitat gajah sumatera (Elephas maximussumatranus Temminck) di suaka margasatwa padang sugihan provinsisumatera selatan. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan SumberdayaAlam dan Lingkungan. 3(2) : 28-30.
Lair, R. 1997. Gone Astray The Care and Management of The Asian Elephant inDomesticity. Buku. FAO Regional Office for Asia and The Pacific.Bangkok. 218 hlm.
48Lestari, P. 2006. Kajian Potensi dan Pengembangan Objek dan Daya Tarik
Wisata Alam di Sekitar Gunung Ratai Taman Hutan Raya Wan AbdulRahman Provinsi Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. BandarLampung. 107 hlm.
Mahanani, A. I. 2012. Strategi Konservasi Gajah Sumatera (Elephas maximussumatranus) di Suaka Margasatwa Padang Sugihan Provinsi SumateraSelatan Berdasarkan Daya Dukung Habitat. Tesis. UniversitasDiponegoro. Semarang. 128 hlm.
Mahfud, M. 2011. Kajian Potensi dan Pengembangan Ekowisata GajahSumatera (Elephas maximus sumatranus) di Kawasan Hutan PusatLatihan Gajah (PLG) Seblat Bengkulu. Tesis. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta. 177 hlm.
Martiani, Y. 2002. Manajemen Pemeliharaan Gajah Sumatera di Taman SafariIndonesia. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 130 hlm.
Natalia, S. 2014. Karakteristik Habitat Gajah Sumatera (Elephas maximussumatranus) di Resort Pemerihan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan.Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 116 hlm.
Nawawi, H. 2003. Metode Penelitian Bidang Sosial. Buku. Gajah MadaUniversity Press. Yogyakarta. 164 hlm.
Pardede, F. A. 2006. Pemanfaatan Teknologi Sistem Informasi Geografis untukMenunjangPembangunan Daerah. Skripsi. Universitas Budi Luhur.Jakarta. 106 hlm.
Putri, M. 2014. Penyusunan kriteria domestikasi dan evaluasi praktekpengasuhan gajah : studi di taman nasional way kambas kabupaten lampungtimur. Jurnal Sylva Lestari. 2(2) : 79-88.
Reilly. 1998. The elephant training center at way kambas national park,sumatera: a review of the centres operations and recommendations for thefuture. Manchester University. Manchester. 155 hlm.
Ribai., Setiawan, A., dan Darmawan, A. 2012. Perilaku Menggaram GajahSumatera (Elephas maximus sumatranus) di Pusat Konservasi Gajah TamanNasional Way Kambas. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.128 hlm.
Saleh, C. dan Adriani. 2005. Petualangan Ghazu, Gajah Sumatera. Buku.WWF Indonesia. Jakarta. 164 hlm.
Shoshani, J., dan Eisenberg, J.F. 1982. Elephas Maximus. The AmericanSociety of Mammalogists. Diakses pada 11 November 2017.https://doi.org/10.2307/3504045.
49Suhendra, E. 2009. Studi Keberadaan Satwa untuk Pelengkap Ekowisata di
Wilayah Kelola SHK Lestari Tahura WAR. Skripsi. Universitas Lampung.Bandar Lampung. 108 hlm.
Sukmantoro, W., Samsuardi., Sudibyo, A., dan Fadli, N. 2011. Instalasi dan studigps collar untuk gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di tamannasional tesso nilo, provinsi riau tahun 2007 dan 2009. Jurnal MediaKonservasi. 21(2) : 152-158.
Sukumar, R. 2003. The Living Elephants; Evolutionary Ecology, Behavior, andConservation. Buku. Oxford University Press. Oxford. 284 hlm.
Supartono. 2007. Preferensi dan Pendugaan Produktivitas Pakan AlamiPopulasi Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus Temmick, 1847)di Hutan Produksi Khusus (HPKPh) Pusat Latihan Gajah (PLG) SebelatBengkulu Utara. Tesis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 132 hlm.
Susetyowati, A. 1990. Sebuah Pemikiran Tentang Pemeliharaan GajahSumatera. Buku. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 115 hlm.
Syahputa, H. F. 2016. Persepsi wisatawan terhadap atraksi patroli gajah tamannasional tesso nilo di kabupaten pelalawan provinsi riau. Jurnal JOMFISIP. 3(2) : 1-9.
Syamsuardi, W., Sukmantoro., Muslino., Nukman., N., Fadhli., A., Purwaka.,Riyadin., E. Heri., dan Prawoto. J. 2010. Standar Operasional Proseduruntuk Elephant Flying Squad dalam Mitigasi Konflik Manusia dan Gajah.Buku. WWF Indonesia. Jakarta. 151 hlm.
Syarifuddin, H. 2008. Survei populasi dan hijauan pakan gajah sumatera(Elephas maximus sumatranus) di kawasan seblat kabupaten bengkulu utara.Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Pertenakan. 11(1) : 42 – 51.
Tohir, R. K., Mustari, A. H., dan Masy’ud, B. 2017. Pengelolaan dan tingkatkesejahteraan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di flyingsquad wwf taman nasional tesso nilo riau. Jurnal Media Konservasi.21(2) : 152-158.
Widowati, A. 1985. Studi Perilaku Gajah Sumatera di Kawasan PelestarianAlam Way Kambas, Lampung Timur. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.Bogor. 118 hlm.
Winarno, D. G. Pengembangan Ekowisata Gajah di Taman Nasional BukitBarisan Selatan Provinsi Lampung. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.Bogor. 162 hlm.
50Zahra, L. N. 2016. Studi populasi siamang (Simphalangus syndactylus) di hutan
lindung register 25 pematang tanggang kabupaten tanggamus. Jurnal SylvaLestari. 5(3) : 66-76