Post on 16-Oct-2021
i
PENGEMBANGAN BUKU AJAR DRAMA BERBASIS TECHNOLOGICAL
PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE UNTUK MAHASISWA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Program Magister
JOHANES BAPTIS JUDHA JIWANGGA
NIM 181232004
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
PROGRAM MAGISTER
JURUSAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
ABSTRAK
Jiwangga, Johanes Baptis Judha. 2020. Pengembangan Buku Ajar Drama
Berbasis Technological Pedagogical Content Knowledge untuk Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Tesis.
Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Program
Magister, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan buku ajar drama yang
difokuskan pada pertunjukan drama realis sebagai bahan ajar mahasiswa program
studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Buku ajar drama menggunakan
pendekatan technological pedagogical content knowledge (TPACK) yang
memberikan pembahaman dasar dan umum tentang dinamika penciptaan
pertunjukan drama realis. Penelitian ini menggunakan metode penelitian
pengembangan dari Borg dan Gall yang dimodifikasi sesuai kebutuhan penelitian,
Tahapan penelitian terbagi menjadi lima tahap yaitu analisis kebutuhan,
penyusunan desain produk, penyusunan produk, penilaian produk dan revisi
produk.
Hasil penelitian yang dilakukan meliputi 1) desain produk berupa
Rancangan Perkuliahan Semester (RPS) beserta Rancangan Tugas Perkuliahan
(RTP) pada mata kuliah Pergelaran Sastra atau mata kuliah praktik drama, 2)
produk buku ajar pertunjukan drama realis, dan 3) video suplemen pembelajaran
yang menjadi pelengkap buku ajar. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang
dilakukan, buku ajar drama yang dibutuhkan harus menyesuaikan visi misi
program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia serta memberikan
pemahaman dasar maupun keterampilan aplikatif tentang pertunjukan yang
difokuskan pada pertunjukan drama realis. Hasil penilaian desain produk secara
keseluruhan oleh para ahli menunjukkan skor 0,72 pada kategori setuju atau layak
sehingga desain produk dapat digunakan untuk penyusunan produk buku ajar
drama dengan perbaikan sesuai tanggapan para penilai ahli. Hasil penilaian
produk secara keseluruhan oleh ahli dan mahasiswa menunjukan rentang skor
3,49 pada kategori sangat baik. Dengan hasil produk dalam kategori sangat baik,
produk yang telah disusun tersebut tidak dilakukan revisi produk kecuali
perbaikan sampul depan karena menyesuaikan penilaian mahasiswa pada
penilaian kemenarikan sampul depan buku ajar drama.
Kata Kunci: Pertunjukan Drama Realis, Buku Ajar, Pembelajaran Drama,
TPACK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRACT
Jiwangga, Johanes Baptis Judha. 2020. Development of Drama Textbooks Based
on Technological Pedagogical Content Knowledge for Indonesian
Language and Literature Education Study Program Students. Thesis.
Yogyakarta: Indonesian Language Education Study Program, Master
Program, Faculty of Teacher Training and Education, Sanata Dharma
University Yogyakarta.
This study aims to produce drama textbooks that are focused on realist
drama performances as teaching materials for students of the Indonesian
Language and Literature Education study program. The drama textbook uses a
technological pedagogical content knowledge (TPACK) approach which provides
a basic and general understanding of the dynamics of creating realist drama
performances. This study uses a development research method from Borg and
Gall which is modified according to research needs. The research stages are
divided into five stages, namely needs analysis, product design preparation,
product preparation, product assessment and product revision.
The results of the research carried out included 1) product design in the
form of Semester Lecture Design (RPS) along with Class Assignment Design
(RTP) in the Literary Performance course or drama practice course, 2) textbook
products for realist drama performances, and 3) instructional supplement videos
that become a complement to textbooks. Based on the results of the needs analysis
carried out, the required drama textbooks must adjust the vision and mission of
the Indonesian Language and Literature Education study program and provide
basic understanding and applicable skills about performances that are focused on
realist drama performances. The results of the overall product design assessment
by experts show a score of 0,72 in the agree or feasible category so that the
product design can be used for the preparation of drama textbook products with
improvements according to the expert assessors' responses. The results of the
overall product assessment by experts and students show a score range of 3,49 in
the very good category. With the results of the products in the very good category,
the products that have been compiled are not subject to product revisions except
for front cover repairs because they adjust student assessments to assess the
attractiveness of the front cover of drama textbooks.
Keywords: Realist Drama Performance, Textbook, Drama Learning, TPACK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur sebesar-besarnya, penulis haturkan kepada Tuhan Sang Pencipta
Kehidupan atas berkat dan rahmat sehingga terselesaikannya penyusunan tesis ini
sebagai tugas akhir menempuh program magister. Penelitian Pengembangan Buku
Ajar Drama Berbasis Technological Pedagogical Content Knowledge untuk
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ini ditujukan sebagai
tawaran literasi untuk pembelajaran drama di lingkup institusi jurusan non-seni
terutama persiapan calon guru bahasa Indonesia. Penelitian ini memberikan materi
konsep dasar, konvensi prosedur teknis, aktivitas pembelajaran, dan bentuk
evaluasi pembelajaran pada topik pertunjukan drama realis sehingga diharapkan
dapat menyiapkan kualifikasi pendidikan calon guru di program studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
Berbagai pihak telah membantu terwujudnya penulisan buku ajar pertunjukan
drama realis ini. Dukungan moril maupun materil telah diupayakan agar buku ajar
ini terselesaikan dengan baik dan dapat digunakan untuk kepentingan pengajaran
drama. Maka dari itu, saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya untuk
pihak-pihak yang telang mendukung yaitu;
1. Para jajaran dosen program studi Magister Pendidikan Bahasa Indonesia,
Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ruang diskusi
akademik dalam proses penggalian pengetahuan selama proses
perkuliahan.
2. Dr. B. Widharyanto, M.Pd. & Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. selaku
dosen pembimbing dalam penyusunan buku ajar ini.
3. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum selaku kaprodi Magister Pendidikan
Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma yang telah membantu
kelancaran dan motivasi dalam penyelesaian tesis ini.
4. Keluarga tercinta yang telah mendukung dan menyemangati proses
penyusunan buku ajar.
5. Yunita Dwi Rahmayani, S.Pd. yang juga membantu dan menyemangati
selama proses penyusunan buku ajar ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
6. Yohanes Padmo Adi, S.S. M.Hum. selaku guru teater saya dan rekan
diskusi dalam penyusunan buku ajar.
7. Soehardjoso S.K, M.Sn. selaku pembimbing saya dalam proses kesenian
saya di kancah perteateran Yogyakarta.
8. Para narasumber baik dari kalangan dosen-dosen, guru-guru bahasa
Indonesia, seniman-seniman teater, dan juga mahasiswa yang berkenan
untuk diwawancarai guna menyusun buku ajar ini.
9. Para rekan-rekan seniman teater Yogyakarta yang telah bersedia menjadi
narasumber dalam penyusunan video suplemen pembelajaran.
10. Para rekan-rekan tim sinematografi Studio Jiwangga yang telah
membantu proses syuting hingga editing materi video suplemen
pembelajaran.
11. Aldela Rose, A.Md.ds. selaku penata letak dan perancang desain grafis
buku.
12. Para rekan-rekan seniman teater Yogyakarta yang telah memberikan
sumbangan ilustrasi foto maupun video karya pertunjukan dalam buku
ajar dan video suplemen pembelajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................... iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ..................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................... v
ABSTRAK .................................................................................................................. vi
ABSTRACT ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................................ x
DAFTAR SKEMA, DIAGRAM DAN TABEL ..................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................................. 5
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................................ 6
1.5 Spesifikasi Produk ................................................................................................. 7
1.6 Batasan Istilah ..................................................................................................... 12
1.7 Sistematika Penulisan ......................................................................................... 13
BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................... 16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2.1 Buku Ajar Drama Berbasis Technological Pedagogical Content
Knowledge (TPACK) .............................................................................. 16
2.2 Pertunjukan Drama (Content & Knowledge) .................................................... 21
2.2.1 Pertunjukan Drama Realis .............................................................................. 23
2.2.2 Dramaturgi Realis ........................................................................................... 25
2.3 Pembelajaran Drama (Pedagogical) .................................................................. 32
2.3.1 Taksonomi Pembelajaran Drama ................................................................... 34
2.3.2 Pendekatan Pembelajaran Drama ................................................................... 36
2.3.3 Evaluasi Pembelajaran Drama ........................................................................ 42
2.4 Teknologi dalam Pembelajaran Drama (Technological) ................................. 44
2.5 Kerangka Berpikir .............................................................................................. 46
BAB III METODE PENELITIAN .......................................................................... 48
3.1 Model Pengembangan ........................................................................................ 48
3.2 Prosedur Pengembangan .................................................................................... 49
3.3 Sumber Data ........................................................................................................ 57
3.3.1 Sumber Data Analisis Kebutuhan .................................................................. 57
3.3.2 Sumber Data Penilaian Desain Produk ........................................................... 59
3.3.3 Sumber Data Penilaian Produk ....................................................................... 60
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ...................................................... 64
3.5 Teknik Analisis Data ........................................................................................... 68
3.5.1 Teknik Analisis Data Kebutuhan .................................................................... 68
3.5.2 Teknik Analisis Data Validasi Desain Produk ............................................... 70
3.5.3 Teknik Analisis Data Validasi Produk ........................................................... 71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ......................................... 72
4.1 Deskripsi Langkah-Langkah Pengembangan Buku Ajar Drama .................. 72
4.1.1 Analisis Kebutuhan ........................................................................................ 72
4.1.2 Penyusunan Desain Produk ............................................................................ 77
4.1.3 Penyusunan Produk Buku Ajar Drama ........................................................... 79
4.1.4 Penilaian Produk ............................................................................................. 80
4.2 Deskripsi Data ..................................................................................................... 81
4.2.1 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan ................................................................ 82
4.2.1.1 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Angket Mahasiswa PBSI ........... 84
4.2.1.2 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Wawancara dengan Dosen Ahli
Drama .................................................................................................. 86
4.2.1.3 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Wawancara dengan Dosen
Pengampu Mata Kuliah Pergelaran Sastra .......................................... 87
4.2.1.4 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Wawancara dengan Guru
Bahasa Indonesia ................................................................................. 89
4.2.1.5 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Wawancara dengan Ketua
Program Studi ...................................................................................... 90
4.2.1.6 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Dokumen RPS dan RTP Mata
Kuliah Pergelaran Sastra ..................................................................... 91
4.2.2 Deskiripsi Data Penyusunan dan Validasi Desain Produk .............................. 92
4.2.2.1 Deskripsi Data Penyusunan Desain Produk ........................................ 92
4.2.2.2 Deskripsi Data Validasi Desain Produk .............................................. 96
4.2.3 Deskripsi Data Penyusunan Produk ................................................................. 98
4.2.3.1 Deskripsi Data Penyusunan Buku Ajar Drama ................................... 98
4.2.3.2 Deskripsi Data Penyusunan Video Suplemen Pembelajaran ............ 105
4.2.4 Deskripsi Data Penilaian Produk ................................................................... 108
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
4.3 Hasil Analisis Data ............................................................................................ 108
4.3.1 Hasil Analisis Data Kebutuhan .................................................................... 108
4.2.1.1 Hasil Analisis pada Dokumen RPS dan RTP Mata Kuliah
Pergelaran Sastra ............................................................................... 109
4.2.1.2 Hasil Analisis pada Mahasiswa ......................................................... 121
4.2.1.3 Hasil Analisisi Data Wawancara ....................................................... 137
4.2.1.4 Pembahasan Hasil Analisis Kebutuhan ............................................. 172
4.3.2 Hasil Analisis Data Validasi Desain Produk ................................................ 176
4.3.2.1 Pembahasan Hasil Desain Produk ..................................................... 186
4.3.3 Hasil Analisis Data Penyusunan Produk ...................................................... 191
4.3.4 Hasil Analisis Data Penilaian Produk ........................................................... 201
4.4 Revisi Produk .................................................................................................... 230
BAB V PENUTUP .................................................................................................. 234
5.1 Simpulan ........................................................................................................... 234
5.2 Saran ................................................................................................................. 236
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 240
LAMPIRAN ............................................................................................................ 245
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR SKEMA, DIAGRAM DAN TABEL
Daftar Skema
Skema 2.1 Pembagian Aspek Penyusun TPACK ....................................................... 18
Skema 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian Pemgembangan Buku Ajar Drama ............ 47
Skema 3.1 Skema Umum Tahapan Penelitian Pengembangan Buku Ajar Drama
Berbasis TPACK ........................................................................................ 49
Skema 3.2 Skema Rinci Tahapan Penelitian Pengembangan Buku Ajar Drama
Berbasis TPACK ........................................................................................ 51
Daftar Diagram
Diagram 4.1 Rekapitulasi Penilaian Produk oleh Ahli Drama ................................. 203
Diagram 4.2 Rekapitulasi Penilaian Produk oleh Ahli Pedagogi ............................. 208
Diagram 4.3 Rekapitulasi Penilaian Produk oleh Ahli Bahan Ajar .......................... 215
Diagram 4.4 Rekapitulasi Penilaian Produk oleh Ahli Bahasa ................................. 221
Diagram 4.5 Rekapitulasi Penilaian Produk oleh Mahasiswa .................................. 226
Daftar Tabel
Tabel 3.1 Daftar Sumber Data Kuesioner Mahasiswa ................................................ 58
Tabel 3.2 Daftar Sumber Data Wawancara................................................................. 58
Tabel 3.3 Daftar Sumber Data Penilaian Desain Produk ............................................ 60
Tabel 3.4 Daftar Sumber Data Penilaian Produk oleh Ahli ........................................ 61
Tabel 3.5 Daftar Sumber Data Penilaian Produk oleh Mahasiswa ............................. 62
Tabel 3.6 Kisi-kisi Umum Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ....................... 67
Tabel 3.7 Kategori Interval Skala Guttman ................................................................ 70
Tabel 3.8 Kategori Interval Rating Scale .................................................................... 71
Tabel 4.1 Pemerolehan Data Analisis Kebutuhan....................................................... 82
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Tabel 4.2 Tanggapan Perbaikan Validator Terhadap Desain Produk ......................... 97
Tabel 4.3 Struktur Isi Buku ......................................................................................... 99
Tabel 4.4 Struktur Isi Video Suplemen Pembelajaran .............................................. 106
Tabel 4.5 Hasil Analisis Dokumen Keselarasan RPS dan RTP Mata Kuliah
Pergelaran Sastra ...................................................................................... 109
Tabel 4.6 Hasil Analisis Data Kebutuhan Kuesioner pada Mahasiswa .................... 122
Tabel 4.7 Hasil Keselarasan Capaian Pembelajaran Lulusan dengan Capaian
Pembelajaran Mata Kuliah ....................................................................... 179
Tabel 4.8 Hasil Keselarasan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah, Kompetensi dan
Indikator Kompetensi/Ketercapaian ......................................................... 181
Tabel 4.9 Hasil Keselarasan Kompetensi, Materi Pembelajaran, Proses
Pembelajaran, dan Evaluasi ...................................................................... 183
Tabel 4.10 Hasil Kesesuaian Rumusan Materi Pembelajaran dalam Mata Kuliah
Pergelaran Sastra ...................................................................................... 184
Tabel 4.11 Hasil Integrasi Kompetensi, Materi Pembelajaran, Proses
Pembelajaran, dan Evaluasi Berbasis Teknologi ...................................... 186
Tabel 4.12 Rekapitulasi Keseluruhan Hasil Penilaian Desain Produk ..................... 188
Tabel 4.13 Pemetaan Bab dalam Buku Ajar ............................................................. 192
Tabel 4.14 Pemetaan Video Suplemen Pembelajaran ............................................... 197
Tabel 4.15 Rekapitulasi Penilaian Produk oleh Ahli Drama .................................... 201
Tabel 4.16 Rekapitulasi Penilaian Produk oleh Ahli Pedagogi ................................ 205
Tabel 4.17 Rekapitulasi Penilaian Produk oleh Ahli Bahan Ajar ............................. 212
Tabel 4.18 Rekapitulasi Penilaian Produk oleh Ahli Bahasa .................................... 219
Tabel 4.19 Rekapitulasi Penilaian Produk oleh Mahasiswa ..................................... 223
Tabel 4.20 Rekapitulasi Keseluruhan Hasil Penilaian Produk.................................. 231
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Tabel 4.21 Revisi Sampul Buku Ajar Drama............................................................ 232
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Drama merupakan bagian dari genre sastra yang memiliki irisan dengan
bidang ilmu lainnya yaitu seni pertunjukan. Persinggungan inilah yang membuat
drama memiliki kompleksitas tersendiri dibandingkan genre sastra lainnya seperti
puisi dan prosa. Hal tersebut mewujud ke dalam bentuk naskah drama sebagai
manifestasi ilmu sastra dan pementasan sebagai manifestasi ilmu seni
pertunjukan. Walaupun berbeda, kedua bentuk tersebut selalu saling melengkapi
dan menunjang sebagai satu kesatuan. Konsep tersebut selaras dengan ungkapan
Satoto (2012: 6) yang mengatakan bahwa “seni drama memang belum mencapai
kesempurnaan apabila belum sampai ke tahap seni teater dalam bentuk
pementasan atau pergelaran sebagai perwujudan”. Maka, pemahaman naskah
lakon tanpa memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan pementasannya
belumlah cukup sehingga karya sastra drama tidak pernah bisa dipisahkan dengan
paradigma seni pertunjukan..
Dengan pandangan utuh mengenai drama, pengajaran drama pada
persiapan calon guru bahasa Indonesia menjadi hal yang perlu diperhatikan.
Pengajaran drama yang dimaksud akan diacukan pada perkuliahan di Program
Studi Bahasa Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma (PBSI USD). Mata
kuliah yang dimaksud adalah mata kuliah Pergelaran Sastra pada semester lma
sebagai mata kuliah yang mengharuskan mahasiswa untuk menciptakan
pertunjukan drama. Berdasarkan wawancara pementasan kelas angkatan tahun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
2015 yang dilakukan kepada dosen pengampu, mata kuliah ini menggunakan
metode project based learning yang mengharuskan mahasiswa melakukan
aktivitas mandiri dalam menciptakan suatu karya pentas drama. Sebagai mata
kuliah praktik, Pergelaran Sastra memiliki potensi aplikatif pada keterampilan
bahasa dan sastra sekaligus pengalaman belajar yang mampu merangsang
kemampuan berpikir tinggi mahasiswa untuk menyelesaikan masalah dalam
proyek yang sedang dijalankannya. Namun, karakteristik metode pembelajaran ini
memiliki potensi hambatan jika tidak memiliki panduan yang jelas pada proses
penciptaan proyek yang dilakukan oleh mahasiswa. Maka dari itu, pengajaran
drama yang dipersiapkan sebagai salah satu spesifikasi keahlian calon guru bahasa
Indonesia perlu mendapatkan perhatian dan tinjauan sehingga dapat membekali
calon guru bahasa melakukan pengajaran drama secara teoritis maupun
keterampilan.
Selain itu, kegelisahan seputar pengajaran drama dan sastra kian marak di
dunia pendidikan Marantika (dalam Waldji, 2017) menjelaskan faktor penyebab
gagalnya pembelajaran drama yaitu banyak pengajar yang masih belum
memahami secara baik, bagaimana mengajarkan drama. Drama hanya dimaknai
sebagai sandiwara yang akan sulit diajarkan di kelas karena berbagai kendala.
Setiaji (dalam Waldji, 2017) menambahkan persoalan pembelajaran drama yang
lain yaitu pemberian materi yang berkaitan dengan kemampuan memerankan
tokoh drama masih kurang. Peserta didik harus mencari dan mempraktikkan
sendiri teknik-teknik bermain drama. Pendapat serupa juga dikemukakan Hamid
(dalam Waldji, 2017) bahwa pengajaran sastra di lembaga pendidikan formal dari
hari ke hari semakin sarat dengan berbagai persoalan di antaranya: 1) pengetahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
kemampuan dasar dalam bidang kesustraan para guru sangat terbatas, 2) materi
kesastraan yang mereka peroleh selama mengikuti pendidikan formal di LPTK
yang sangat terbatas, 3) materi kesastraan yang mereka peroleh selama mengikuti
pendidikan formal di perguruan tinggi (PT) sangat terbatas, 4) Materi kuliah
kesastraan yang mereka peroleh lebih bersifat teoritis, sedangkan yang mereka
butuhkan di lapangan lebih bersifat praktis. Dengan penjabaran kegelisahan
tersebut, menjadi sangat penting inovasi dan pengembangan dalam pengajaran
drama dan sastra terlebih untuk mempersiapkan calon guru bahasa Indonesia.
Selain itu berdasarkan observasi pada proses Pergelaran Sastra angkatan
2015, rencana pembelajaran masih belum bisa memberikan panduan bagi para
mahasiswa untuk melaksanakan proyek pementasan kelas. Hal tersebut
ditunjukkan dengan masih belum ada contoh model pelatihan drama dan panduan
yang jelas sebagai referensi belajar pada mata kuliah Pergelaran Sastra baik
berupa panduan proyek pementaan atau buku ajar pembelajaran yang bisa
membantu mahasiswa. Berdasarkan wawancara, yang juga menjadi sutradara
pementasan kelas B angkatan 2016, mengatakan bahwa proses latihan yang
dilakukan hanya diadaptasikan pada pengalaman dia mengikuti proses teater di
luar perkuliahan dan bukan dari pengajaran di mata kuliah. Dari ungkapan
tersebut, mata kuliah Pergelaran Sastra dapat diasumsikan belum bisa
memberikan kebutuhan mahasiswa untuk menyusun proyek pementasan kelasnya
dan memberikan gambaran menyeluruh tentang apa yang harus dikuasai dalam
bidang drama sebagai guru bahasa Indonesia.
Untuk menjawab seluruh identifikasi masalah di atas, penelitian ini
diarahkan pada pembuatan produk berupa buku ajar berbasis technological
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pedagogical content knowledge yang dapat menjadi panduan mahasiswa dalam
pembekalan kemampuan drama dan menjalankan proyek pementasan kelas pada
mata kuliah Pergelaran Sastra. Tentu, produk buku ajar ini perlu disesuaikan
dengan desain pembelajaran yaitu rancangan pembelajaran semester sehingga
penelitian ini juga akan memodifikasi rancangan pembelajaran semester yang
mampu menggunakan buku ajar sebagai referensi. Produk buku ajar drama
diharapkan mampu meningkatkan pemahaman dan praktik mahasiswa dalam
menjalankan proyek pementasan kelas dan menambah kualifikasi mahasiswa
sebagai calon guru yang juga mengajarkan perihal pementasan drama.
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian pengembangan buku ajar drama untuk meningkatkan spesifikasi
calon guru bahasa Indonesia di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Universitas Sanata Dharma ini memiliki rumusan masalah umum yaitu bagaimana
pengembangan buku ajar drama berbasis technological pedagogical content
knowledge mampu menyiapkan calon guru bahasa Indonesia dalam pengajaran
drama. Rumusan masalah umum tersebut kemudian diperinci menjadi rumusan
masalah khusus yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Apa saja analisis kebutuhan yang diperlukan sebagai pemetaan kebutuhan
produk buku ajar drama berbasis technological pedagogical content
knowledge untuk mata kuliah Pergelaran Sastra di Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma?
b. Bagaimana desain produk yang disusun berupa rancangan pembelajaran
semester pada mata kuliah Pergelaran Sastra untuk penyusunan produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
buku ajar drama berbasis technological pedagogical content knowledge di
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma?
c. Bagaimana produk buku ajar drama berbasis technological pedagogical
content knowledge yang sesuai dengan desain rancangan pembelajaran
semester mata kuliah Pergelaran Sastra untuk menyiapkan spesifikasi
pengajaran drama calon guru bahasa Indonesia di Program Studi
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dijabarkan, tujuan penelitian dapat
dirumuskan menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan
umum penelitian ini adalah mengembangkan produk buku ajar drama berbasis
technological pedagogical content knowledge yang mampu menyiapkan calon
guru bahasa Indonesia dalam pengajaran drama. Tujuan khusus dari penelitian ini
dijelaskan sebagai berikut:
a. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan kebutuhan-kebutuhan dan hal-
hal mendasar dasar dalam urgensi pengembangan produk buku ajar drama
berbasis technological pedagogical content knowledge untuk mata kuliah
Pergelaran Sastra di Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia,
Universitas Sanata Dharma.
b. Penelitian ini bertujuan untuk membuat desain rancangan pembelajaran
semester pada mata kuliah Pergelaran Sastra disusun berbasis
technological pedagogical content knowledge sehingga dapat menjadi
acuan buku ajar drama yang memenuhi spesifikasi pengajaran drama calon
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
guru bahasa Indonesia di Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia,
Universitas Sanata Dharma.
c. Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk buku ajar drama
berbasis technological pedagogical content knowledge yang mampu
memberikan spesifikasi pengajaran drama pada calon guru bahasa
Indonesia di Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas
Sanata Dharma.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa manfaat praktis yang dapat dipetakan dan
dijabarkan sebagai berikut:
a. Bagi program studi Pendidikan Bahasa Indonesia, penelitian memberikan
referensi bahan ajar dalam perkuliahan mata kuliah Pergelaran Sastra
sehingga mempu meningkatkan pemahaman dan keterampilan drama
dalam rangka menyiapkan kualifikasi calon guru yang mumpuni.
b. Bagi para mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Indonesia,
penelitian ini memberikan contoh model dan acuan belajar praktik drama
yang dapat menjadi panduan dalam melaksanakan mata kuliah Pergelaran
Sastra yang hasil luarannya adalah pentas drama.
c. Bagi para pengajar drama dan dosen pengampu mata kuliah Pergelaran
Sastra, penelitian ini memberikan tawaran model rancangan pembelajaran
dan membantu pembelajaran drama dengan adanya bentuk buku ajarl ajar
drama.
d. Bagi guru bahasa Indonesia, buku ajar ini dapat menjadi referensi materi,
aktivitas, dan penugasan dalam pembelajaran drama di sekolah menengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
1.5 Spesifikasi Produk
Penilitian ini mengacu pada pembuatan buku ajar ajar yang mampu
memberikan bantuan pemahaman pada mahasiswa di bidang pementasan drama.
Sebagai suplemen dan bantuan pemahaman mahasiswa, buku ajar drama ini tidak
hanya memberikan pandangan teoritis mengenai pementasan drama tetapi juga
memberikan informasi praktis dalam penerapan pertunjukan drama. Asumsi ini
ingin membentuk kemampuan abstrak mahasiswa sehingga mampu menautkan
antara kompetensi pengetahuan, kompetensi keterampilan, dan juga kompetensi
sikap.
Dengan pemahaman dasar seperti itu, buku ajar drama ini kemudian
diarahkan pada paradigma technological pedagogical content knowledge.
Paradigma tersebut mengerucutkan orientasi buku ajar drama ini pada penyiapan
kemampuan pengajaran drama baik secara teori dan praksis. Melalui
technological pedagogical content knowledge, buku ajar drama ini akan
mengarahkan pemanfaatan serta antisipasi dari potensi dan hambatan dalam
rangka persiapan calon guru bahasa Indonesia.
Penyusunan buku ajar drama ini dilandaskan dari pernyataan Satoto (2012)
yang mengatakan bahwa tidak bisa dikatakan utuh jika tidak mempertimbangkan
unsur pertunjukannya. Dengan pandangan tersebut, buku ajar drama berbasis
technological pedagogical content knowledge akan memfasilitasi pemahaman
teoritis drama secara sastra maupun pertunjukan serta penerapan pertunjukan
drama. Buku ajar drama ini pun secara khusus hanya memilih gaya pertunjukan
drama realis yang dijadikan materi pembelajaran karena drama realis dianggap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
lebih obyektif untuk diterapkan dalam pembelajaran drama di prodi PBSI. Secara
lebih rinci, buku ajar ini dibagi menjadi delapan bab yang dijabarkan sebagai
berikut.
a. Bab 1 : Dramaturgi Realis
Pada bab ini, pertunjukan drama realis dijelaskan secara kaidah dan
karakteristik yang dibutuhkan untuk menganalisis naskah drama realis
sebelum dipentaskan. Kaidah dan karakteristik drama realis yang
dijelaskan terbagi menjadi dua hal yaitu struktur drama dan tekstur drama.
Tujuan dari pencantuman materi mengenai unsur dramaturgi realis
tersebut adalah mahasiswa mampu menganalisis dramaturgi realis sebuah
naskah untuk menyusun informasi naskah drama yang akan dimainkan.
Hasil analisis inilah yang menjadi dasar dari seluruh perwujudan
pementasan baik secara bidang produksi maupun artistik.
b. Bab 2 : Penyutradaraan Realis
Pada bab ini, pertunjukan drama dijelaskan secara konsep
penyutradaraan yang dibutuhkan untuk mengubah naskah drama menjadi
pertunjukan drama. Konsep penyutradaraan drama realis menjelaskan
mekanisme kerja sutradara untuk melakukan alih wahana dari sebuah
naskah menjadi pertunjukan. Tujuan dari pencantuman materi mengenai
unsur dramaturgi tersebut adalah mahasiswa mampu membuat konsep
penyutradaraan realis yang digunakan sebagai penerapan pertunjukan
drama realis. Hasil analisis inilah yang menjadi dasar dari proyek
pertunjukan drama realis yang dicanangkan oleh para mahasiswa sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
c. Bab 3 : Organisasi Pertunjukan
Pada bab ini, pertunjukan drama dijelaskan secara organisasi
pertunjukan yang dibutuhkan untuk membuat pertunjukan drama realis.
Organisasi pertunjukan menjelaskan bidang dan mekanisme sistem kerja
yang diperlukan untuk membuat sebuah pertunjukan drama realis. Tujuan
dari pencantuman materi mengenai organisasi pertunjukan adalah
mahasiswa mampu mempraktikan penyusunan organisasi pertunjukan
dalam pertunjukan drama. Hasil penyusunan organisasi pertunjukan inilah
yang menjadi pembagian bidang dan sistem kerja di antara para
mahasiswa dalam menyiapkan pertunjukan drama realis.
d. Bab 4 : Keaktoran
Pada bab ini, pertunjukan drama dijelaskan secara teknik bermain
peran yang dibutuhkan untuk pertunjukan drama realis. Teknik bermain
peran menjelaskan teknik akting yang dibutuhkan oleh aktor dalam
memainkan perannya di pertunjukan drama realis. Tujuan dari
pencantuman materi mengenai teknik bermain peran adalah mahasiswa
mampu mempraktikan teknik bermain peran yang dibutuhkan lalu
mengaplikasikannya ke dalam pertunjukan drama realis di panggung.
Hasil teknik bermain peran inilah yang menjadi aktualisasi dari konsep
dramaturgi dan penyutradaraan menjadi pertunjukan drama realis secara
utuh saat di panggung.
e. Bab 5 : Tata Suara
Pada bab ini, pertunjukan drama dijelaskan secara tata suara yang
dibutuhkan untuk pertunjukan drama realis. Tata suara menjelaskan desain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dan kebutuhan suara maupun musik yang dapat mendukung dalam
pertunjukan drama realis. Tujuan dari pencantuman materi mengenai tata
suara adalah mahasiswa mampu mempraktikan penyusunan desain tata
suara yang dibutuhkan untuk mendukung lalu mengaplikasikannya ke
dalam pertunjukan drama realis di panggung. Hasil tata suara inilah yang
menjadi aktualisasi dari salah satu bagian artistik pertunjukan yang dapat
dimanfaatkan untuk mendukung pertunjukan drama realis.
f. Bab 6 : Tata Latar dan Tata Cahaya
Pada bab ini, pertunjukan drama dijelaskan secara tata latar dan
tata cahaya yang dibutuhkan untuk pertunjukan drama realis. Tata latar
dan cahaya menjelaskan desain dan kebutuhan ruang, waktu maupun
lampu yang dapat mendukung dalam pertunjukan drama realis di
panggung. Tujuan dari pencantuman materi mengenai tata latar dan tata
cahaya adalah mahasiswa mampu mempraktikan penyusunan desain tata
latar dan cahaya yang dibutuhkan lalu mengaplikasikannya ke dalam
pertunjukan drama realis di panggung. Hasil tata latar dan tata cahaya
inilah yang menjadi aktualisasi dari salah satu bagian artistik pertunjukan
yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pertunjukan drama realis.
g. Bab 7 : Tata Rias dan Tata Busana
Pada bab ini, pertunjukan drama dijelaskan secara tata rias dan tata
busana yang dibutuhkan untuk pertunjukan drama realis. Tata rias dan
busana menjelaskan desain dan kebutuhan riasan beserta pakaian yang
dapat mendukung dalam pertunjukan drama realis di panggung. Tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
dari pencantuman materi mengenai tata rias dan tata busana adalah
mahasiswa mampu mempraktikan penyusunan desain tata rias dan busana
yang dibutuhkan untuk mendukung lalu mengaplikasikannya ke dalam
pertunjukan drama realis di panggung. Hasil tata rias dan tata busana
inilah yang menjadi aktualisasi dari salah satu bagian artistik pertunjukan
yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung pertunjukan drama realis.
h. Bab 8 : Dinamika Pertunjukan Drama Realis
Pada bab ini, pertunjukan drama dijelaskan secara dinamika mulai
dari persiapan, pelaksanaan hingga evaluasi pertunjukan. Keseluruhan
dinamika tersebut menjadi gambaran terhadap apa saja yang harus
dilakukan dan bagaimana harus mensiasati kendala yang dihadapi dalam
menciptakan pertunjukan drama realis. Tujuan dari pencantuman materi
mengenai dinamika pertunjukan drama adalah mahasiswa mampu
mengaitkan berbagai keterampilan drama yang telah dipelajari untuk
menciptakan pertunjukan drama realis. Hasil dinamika pertunjukan drama
realis inilah yang menjadi kristalisasi dari seluruh rangkaian pembelajaran
drama yang ditempuh dengan puncaknya yaitu pertunjukan drama realis
yang dibuat oleh para mahasiswa.
Untuk menunjukkan ciri khas dari buku ajar drama berbasis technological
pedagogical content knowledge, karakteristik buku ajar drama memanfaatkan
pemetaan materi dan pendekatan pembelajaran yang terintegrasi dengan
pemanfaat teknologi. Hal tersebut dapat dicermati dalam desain pembelajarn yang
disusun berupa Rencana Pembelajaran Semester (RPS) dan Rencana Tugas
Perkuliahan (RTP). Pendekatan pembelajaran yang dominan digunakan adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
Project Based Learning dengan mengadaptasi berbagai pendekatan lain seperti
Problem Based Learning dan juga Total Physical Response. Materi pembelajaran
drama yang digunakan adalah pertunjukan drama realis. Integrasi teknologi dapat
dicermati melalui media pembelajaran yang dicantumkan dengan memanfaatkan
video pembelajaran dan juga berbagai perangkat teknologi yang berhubungan
denga pertunjukan drama.
1.6 Batasan Istilah
a. Drama Realis
Drama realis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis
drama yang mengadaptasi aliran realisme. Harymawan (1988: 64)
menjelaskan bahwa realisme merupakan aliran seni yang berusaha
mencapai iusi atas penggambaran nyata. Hal tersebut ditambahkan oleh
Hassanudin (1996: 52) dengan mengatakan bahwa kenyataan hidup sehari-
hari sebagaimana adanya mewarnai pementasan realisme. Dalam
penelitian ini, drama realis diacukan sebagai drama yang mengadaptasi
kehidupan nyata secara obyektif ke dalam panggung dengan berbagai
unsur artistik panggungnya.
b. Technological pedagogical content knowledge
Berry, Depapepe & van Driel (2016: 347) menjabarkan
technological pedagogical content knowledge sebagai berikut, “ …
describe the knowledge that teachers use to transform particular subject
matter for student learning, taking into account possible (mis)conceptions
and learning difficulties”. Dalam penelitian ini, technological
pedagogical content knowledge diartikan sebagai spesifikasi kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
guru untuk mengintegrasikan penguasaan bidang materi ajar dan bidang
pedagogi. Secara spesifik, penelitian ini mengkhususkan pada penguasaan
sastra yaitu drama baik secara sastra maupun pertunjukan. Hal tersebut
dikarenakan tuntutan guru bahasa Indonesia diwajibkan untuk
mengajarkan drama hingga tataran pementasan kelas.
c. Buku Ajar Drama
Prastowo (2014) mengungkapkan bahwa buku ajar merupakan
buku berisi ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis, disusun
berdasarkan kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, digunakan
untuk proses pembelajaran, dan berisi bahan bahan atau materi pelajaran
yang akan diajarkan. Pengembangan buku ajar ini tentu akan disertai
dengan desain pembelajaran yang sesuai dengan spesisfikasi technological
pedagogical content knowledge sehingga antara pembelajaran dan media
pembelajaran berupa buku ajar dapat selaras. Dalam konteks penelitian
ini, buku ajar berbasis TPACK diasumsikan sebagai pembelajaran drama
secara teoritis maupun aplikatif untuk mencukupi spesifikasi pengajar
drama.
1.7 Sistematika Penulisan
Pada bab pertama, penelitian ini akan memamparkan perihal identifikasi
masalah yang menjadi landasan dari dilakukannya penelitian. Identifikasi masalah
tersebut yang merujuk pada latar belakang masalah seputar urgensi penyusunan
buku ajar ajar drama perlu dilaksanakan dalam konteks memenuhi kebutuhan
teoritis dan praktis di Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Tentu dalam
penyusunan latar belakang ini, peneliti memaparkan hal penting lainnya seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat, spesifikasi produk, dan juga batasan
istilah dalam rangka memberikan kerangka penelitian.
Pada bab kedua, penelitian ini akan memaparkan perihal tinjauan pustaka
yang diberikan sebagai acuan dasar pemikiran dilaksanakan penelitian ini. Tinjaun
pustaka merujuk pada penyusunan intisari pemikiran para pakar secara teoritis
yang ditemukan peniliti sebagai dasar pemikiran yang relevan dalam menunjang
kerangka pikir penelitian. Teori-teori dalam konteks sastra drama, pertunjukan,
dan pembelajaran dinarasikan lebih lanjut untuk memperjelas paradigma yang
digunakan peneliti sebagai pisau analisis dan pendekatan dalam menyelesaikan
masalah yang ada.
Pada bab ketiga, penelitian ini memaparkan perihal metodologi penelitian
yang dilakukan sebagai gambaran tahapan yang harus dilakukan. Penelitian ini
merujuk pada penggunaan metodologi penelitian pengembangan dan berorientasi
pada produk akhir buku ajar ajar drama. Melalui metodologi ini, penelitian ini
dapat dilihat karakteristik serta kegunaan yang akan dicapai dalam menjawab
permasalahan empiris. Tahapan-tahapan yang disusun sebagai langkah penelitian
juga akan mencerminkan dan memaparkan skema berpikir peneliti dalam
menjawab fakta empiris dan penyikapan terhadap fakta empiris tersebut sebagai
solusi yang mampu bermanfaat.
Pada bab empat, penelitian ini menjabarkan analisis kebutuhan dalam
penyusunan produk, desain produk berupa Rencangan Perkuliahan Semester
(RPS) dan Rencanan Tugas Perkuliahan (RTP), hasil validasi produk oleh ahli,
hasil penilaian produk, dan catatan revisi produk. Bab empat memberikan paparan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
terperinci dari deskripsi data dan analisis data yang mampu menggambarkan
ketercapaian penelitian ini dalam menyusun produk buku ajar drama. Paparan
tersebut berisi paparan dalam tiap tahapan yang ditempuh berdasarkan
karakteristik penelitian pengembangan sehingga mampu menggambarkan
relevansi produk dalam menjawab permasalahan penelitian.
Pada bab lima, penelitian ini menjabarkan mengenai simpulan hasil atas
seluruh rangkaian penelitian pengembangan yang telah dilakukan. Simpulan berisi
rangkuman dari serangkaian proses penelitian mulai dari analisis kebutuhan
hingga revisi produk akhir. Fokus dari simpulan adalah tinjauan terhadap produk
yang disusun berupa buku ajar drama berbasis TPACK untuk mahasiswa program
studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Selain simpulan, bab lima juga
berisi saran yang diberikan sebagai bentuk tanggapan rekomendasi dari penelitian
pengembangan yang dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Buku Ajar Drama Berbasis Technological Pedagogical Content Knowledge
Technological pedagogical content knowledge merupakan pendekatan
yang dikembangkan dari pedagogical content knowledge (PCK). PCK
diperkenalkan oleh Lee Shulman (1987) dan memberikan paradigma baru pada
dunia pendidikan. Lee Shulman memperkenalkan pedagogical content knowledge
sebagai kemampuan dan keterampilan pengajar dalam menciptakan proses
pembelajaran berdasarkan penguasaan materi dan pedagogi. Berry, Depapepe &
van Driel (2016: 347) menjabarkan sebagai berikut, “… describe the knowledge
that teachers use to transform particular subject matter for student learning ,
taking into account possible (mis)conceptions and learning difficulties”. Dengan
paradigma tersebut, pengajar atau guru dimungkinkan untuk memiliki pemetaan
terhadap apa yang harus diajarkan kepada pembelajar serta antisipasi terhadap
kesulitan yang ditemukan dalam proses pembelajaran.
PCK memberikan pemetaan spesifikasi yang diperlukan guru dalam
pembelajaran. Berry, Depapepe & van Driel (2016: 349) menjabarkannya sebagai
berikut, “ … , PCK may be seen as the professional knowledge that each teacher
develops on the basis of his/her experiences during teacher education and in
practice, and that is inseparably connected with the context in which it is
developed and used, and thus cannot be assessed in a comparative or normative
way”. Guru diharuskan memiliki keahlian khusus yang selalu dikembangkan dari
proses belajar di institusi persiapan calon guru maupun dalam praktik pengajaran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Hal tersebut pun juga berlaku pada persiapan calon guru bahasa atau dalam
konteks penelitian ini adalah calon guru bahasa Indonesia. Troyan, Cammarata &
Martel (2017: 460) menjelaskan, “… PCK can be translated into knowledge about
language and knowledge about language teaching. These distinct types of
knowledge represent the capacity of the teacher to transform his or her knowledge
about language as a discipline into pedagogically sound practices so that students
will be able to learn the language”.
Pada perkembangannya, konsep PCK mengalami perkembangan sesuai
perkembangan zaman. Mihsra & Koehler (2006) memperkenalkan kembangan
PCK yaitu Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK). Konsep ini
berkembangan sesuai dengan perkembangan teknologi yang merambah ke bidang
pendidikan. Konsep dasarnya adalah mengolaborasikan aspek teknologi pada
spesifikasi penguasaan pengajaran guru di bidang studi tertentu. Kocoglu (2009:
2734) memaparkan integrasi teknologi dalam pendidikan sebagai berikut,
“Current educational practice reflects a growing integration of computer tools
and technological applications into their curriculum. The idea of integrating the
knowledge of subject matter, teaching/learning, and technology has become
apparent today since the needs of students have increased with the increased use
and the need to learn with technology”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Skema 2.1 Pembagian Aspek Penyusun TPACK
Berdasarkan gambar 1, TPACK tersusun dari berbagai kriteria pendukung
dalam menciptakan kualifikasi pembelajaran. Rincian penjelasan dari irisan dari
tiap aspek pembangun TPACK (Cam & Koc, 2019) dapat dicermati seperti
berikut.
a. Technological Knowledge (TK): pengetahuan untuk menggunakan
berbagai macam teknologi dalam proses pembelajaran.
b. Pedagogical Knowledge (PK): pengetahuan pengajar dalam menggunakan
berbagai strategi pembelajaran untuk mengajarkan materi seperti metode
pembelajaran, teknik pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
c. Content Knowledge (CK): teori, konsep dan pemahaman dasar mengenai
subjek-subjek materi yang harus diajarkan dalam proses pembelajaran.
d. Technological Content Knowledge (TCK): pengetahuan pengajar tentang
teknologi yang digunakan untu mengajarkan topik materi tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
e. Pedagogical Content Knowledge (PCK): pengetahaun pengajar tentang
penggunaan metode pembelajaran yang tepat untuk topik materi yang
diajarkan.
f. Technological Pedagogical Knowledge (TPK): pengetahuan tentang
penggunaan fasilitas teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran
dan wawasan teknologi.
Berdasarkan paparan tiap irisan aspek TPACK, definisi TPACK terhadap proses
pembelajaran menyediakan rincian kebutuhan yang harus dikuasai oleh pengajar
dalam menciptakan pembelajaran yang ideal.
TPACK kemudian, diterapkan menjadi pengembangan produk berupa
buku ajar drama. Buku drama yang hendak disusun menggunakan pandangan
TPACK sehingga dapat menjawab tantangan spesifikasi kebutuhan calon guru
bahasa Indonesia. Pengembangan buku ajar ini tentu akan disertai dengan desain
pembelajaran yang sesuai dengan spesisfikasi technological pedagogical content
knowledge sehingga antara pembelajaran dan media pembelajaran berupa buku
ajar dapat selaras. Dalam konteks penelitian ini, buku ajar berbasis TPACK
diasumsikan sebagai pembelajaran drama secara teoritis maupun aplikatif untuk
mencukupi spesifikasi pengajar drama.
Prastowo (2014) mengungkapkan bahwa buku ajar merupakan buku berisi
ilmu pengetahuan yang disusun secara sistematis, disusun berdasarkan
kompetensi dasar yang tertuang dalam kurikulum, digunakan untuk proses
pembelajaran, dan berisi bahan bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan.
Ungkapan Prastowo (2014) mengenai buku ajar ini juga selaras dengan Majid
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
(2009) sebagai buku yang berisi ilmu pengetahuan hasil analisis terhadap
kurikulum dalam bentuk tertulis.
Menurut panduan pengembangan bahan ajar (Depdiknas, 2006) disebutkan
bahwa buku ajar berfungsi sebagai: 1) pedoman bagi guru yang akan
mengarahkan semua aktifitasnya dalam proses pembelajaran, sekaligus
merupakan substansi kompetensi yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik,
2) pedoman bagi peserta didik yang akan mengarahkan semua aktivitasnya dalam
proses pembelajaran, sekaligus merupakan substansi kompetensi yang seharusnya
dipelajari/dikuasainya, dan 3) alat evaluasi pencapaian/penguasaan hasil
pembelajaran. Pada penelitian ini, buku ajar diarahkan sebagai buku ajar mandiri
yang mengarahkan pembelajar untuk menciptakan pementasan drama berbasis
TPACK.
Kompleksitas pemahaman materi ajar dan pemahaman metode
pembelajaran inilah yang kemudian akan menentukan efektivitas proses belajar
yang dimiliki guru. Hal tersebut ditegaskan Shulman (dalam Mishra & Koehler,
2006:1021) yang berpendapat, “… having knowledge of subject matter of general
pedagogies strategy, through necessary, was not sufficient for capturing the
knowledge of good teacher”. Selanjutnya, Shulman (dalam Mishra & Koehler,
2006:1021) menegaskan faktor penting yang menentukan yaitu “the ways of
representing and formulating the subject that make it comprehensible to others”.
Maka dari itu, technological pedagogical content knowledge memberikan
wawasan penyusunan buku ajar ajar drama pada orientasi pemahaman materi ajar
serta pemahaman model pembelajaran untuk menciptakan kemampuan berpikir
abstrak pada pembelajar. Dengan paradigma tersebutlah, buku ajar ajar drama ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
diarahkan sebagai panduan bagi pernyiapan kualifikasi calon guru bahasa
Indonesia yang mampu menjawab tantangan teoritis serta praktis di dunia
pendidikan.
2.2 Pertunjukan Drama (Content & Knowledge)
Secara etimologi kata, drama berasal dari bahasa Yunani ‘draomai’ yang
memiliki arti berbuat, berlaku, bertindak, berekasi, dan sebagainya (Harymawan,
1988:1). Pengertian drama secara etimologis pun berkembang dengan munculnya
intepretasi dari berbagai pakar. Aristoteles menafsirkan drama sebagai imitasi
perbuatan manusia dalam kehidupan (Whiting, 1961: 130). Balthazar Verhagen
menjabarkan drama adalah kesenian melukiskan sifat dan sikap manusia dengan
gerak (dalam Harymawan, 1988:2). Dengan penjabaran tersebut, drama dapat
dicirikan sebagai rekaman kehidupan manusia yang memiliki bentuk dialog dan
aksi yang dipertunjukkan. Maka dari itu secara umum berdasarkan paparan istilah
drama yang sudah ada di atas, drama dapat diartikan sebagai karya sastra yang
merekam peristiwa kehidupan manusia melalui dialog dan aksi dengan tujuan
untuk dipertunjukkan.
Drama adalah salah satu genre sastra yang memiliki kompleksitas
tersendiri dibandingkan dengan genre sastra lainnya seperti puisi dan prosa.
Barranger (1993:4) mengatakan bahwa “... a play is often the most difficult type of
prose or poetry to read because it is written not only to be read but also to be
performed by actors before audiences”. Dengan pandangan Barranger, drama
dipahami juga memiliki unsur pertunjukan yang perlu diperhatikan kehadiran
riilnya di panggung selain sisi sastra yang tertulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Drama belum menjadi utuh secara keseluruhan jika hanya ditinjau dari
aspek sastra saja ataupun aspek pertunjukan karena muatan drama dihadirkan
dengan kesadaran bahwa drama adalah karya sastra yang ditulis untuk dimainkan
atau dipertunjukkan. Satoto (2012: 6) mengatakan, “seni drama memang belum
mencapai kesempurnaan apabila belum sampai ke tahap seni teater dalam bentuk
pementasan atau pergelaran sebagai perwujudan” Hal tersebut pun selaras dengan
penelitian Gothberg, Bjorck, & Makitalo (2018) yang menitikberatkan bahwa
naskah drama dan pertunjukan drama adalah sinergi yang tidak bisa dipisahkan
kehadirannya. Naskah drama memberikan makna dari teks tertulis sedangkan
pertunjukan drama memberikan makna dari teks audiovisual. Asumsi inilah yang
kemudian membuat drama perlu untuk dipahami melalui dua perspektif yaitu
konvensi sastra dan pertunjukan.
Perihal peristiwa komunikasi yang hadir di panggung mengacu pada
perubahan paradigma parsial yang mengganggap bahwa drama hanya bisa ditinjau
dari perspektif sastra ataupun pertunjukan saja. Dualitas tersebut perlu
disingkirkan agar peristiwa komunikasi yang dihadirkan drama dapat menjadi
efektif dan utuh. Franks (dalam Gothberg, Bjorck, & Makitalo, 2018:247)
memaparkan pentingnya kesinambungan dualitas tersebut dengan mengatakan, “A
drama text can be understood in terms of layers of cultural meaning for example,
historical time periods, literary conventions, lexical issues, characters and its
central themes, whereas a stage text additionally can be understood in terms of its
audio-spatial properties for example, how scenes are presented through actioss of
the stage characters and objects on stage”. Maka dari itu, simpulan seputar
dualitas itu dijabarkan Gothberg, Bjorck, & Makitalo, (2018:247) dengan, “… to
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
transform dram text to stage text thus need to engage in a range of communicative
projects to move the activity forwards”.
2.2.1 Pertunjukan Drama Realis
Aliran realisme juga mempengaruhi perkembangan drama secara
kesusastraan dan bentuk pertunjukan. Aliran realisme dalam drama ini hadir
menggantikan aliran-aliran drama yang sudah ada sebelumnya sehingga
menciptakan sebuah konvensi realis dalam drama. Aliran ini berkembang sekitar
tahun 1850 terutama di bidang teater Perancis. Ketidakpuasan terhadap konsepsi
aliran romantik adalah salah satu penyebab dari mengapa aliran realisme
berkembang (Dewojati, 2012:69).
Dengan semakin berkembangnya drama realis pada tahun 1850-an, salah
satu tokoh yang dianggap sebagai pionir drama realis adalah Hendrik Ibsen.
Hendrik Ibsen mendominasi gaya pertunjukan drama di Eropa akhir abad
kesembilan belas dengan dramanya yang berjudul Ghost. Pertunjukan drama
Ghost milik Hendrik Ibsen dianggap memiliki kekuatan dan provakasi sosial yang
kuat terhadap drama realis hingga mendapatkan nominasi sebagai Bapak Drama
Modern atau Father of Modern Drama (Cohen, 2011:167).
Pada gerakan drama realisme pertama, perubahan signifikan terlihat pada
perlakuan terhadap panggung mulai mengalami perubahan dan berbeda dengan
panggung di era romantik. Panggung dimodifikasi untuk bisa menciptakan latar
senyata mungkin dengan menghadirkan dinding-dinding yang menciptakan
dimensi dan segala perkakas yang ada dalam kehidupan sehari-hari (Cohen,
2011:166). Tujuannya adalah menciptakan citra kehidupan nyata di atas panggung
yang dapat dilihat oleh penonton. Panggung di era realisme pun menjadi sebuah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
lingkungan hidup dengan seluruh piranti artistik panggung hingga gaya
permainannya.
Secara spesifik, pengembangan produk buku ajar dalam penelitian ini
mengacu pada salah satu bentuk pertunjukan drama yaitu pertunjukan drama
realis. Gagasan utama dalam pertunjukan realis yaitu menghadiran ilusi realitas
secara ekstrem yang ditujukan untuk menciptakan kenyataan yang dilihat oleh
penonton sehingga penonton tidak lagi menganggap bahwa yang ditonton adalah
sebuah permainan (Dewojati, 2012:69). Pertunjukan drama realis menghadirkan
bukti-bukti kenyataan kepada penontonnya dan memberikan ruang bagi penonton
untuk menciptakan simpulan atas bukti tersebut (Cohen, 2011:165-166).
Drama realis menggunakan konsep representasional atau
representasionalisme sebagai konsep dasar. Konsep representasional itu biasanya
didekatkan dengan istiliah figurative dalam seni rupa. Figurative bertujuan untuk
menghadirkan deskripsi dari sebuah bentuk yang dapat dikenali secara rinci.
Penerapan konsep representasional ini dalam teater dituangkan menjadi berbagai
unsur artistik yang dihadirkan dalam panggung mampu diidentifikasi penonton
melalui referensi sehari-hari (Dewojati, 2012:70-71). Dengan kata lain, setiap
aspek yang dimunculkan dalam panggung harus mampu dikenali dan diintepretasi
oleh penonton dengan pengetahuan umum mereka dalam kehidupan nyata.
Drama realis dapat dikatakan seperti laboratorium. Subyek dari
penelitiannya adalah manusia dan obyek penelitiannya adalah fenomena serta
peristiwa hidup manusia. Drama realis harus menggunakan pendekatan saintifik
untuk bisa melakukan pengamatan dan penilaian terhadap masalah-masalah di
realitas (Cohen, 2011:165-166). Melalui laboratorium dengan pendekatan saintifik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
terhadap realitas, drama realis memberikan bukti-bukti nyata sebagai penilaian
akhir oleh penonton dan observer. Maka dari itu, bentuk pertunjukan realis dipilih
sebagai topik utama dalam pengembangan buku ajar drama karena
obyektivitasnya sehingga dapat dikaji dan dipelajari dengan acuan fakta empiris
yang konkrit, wujud visualnya, dan teknik-teknik penciptaannya.
2.2.2 Dramaturgi Realis
Dramaturgi memiliki berbagai macam interpretasi arti. Secara etimologi,
dramaturgi berasal dari bahasa Yunani ‘dramaturg’ yang secara sederhana
diartikan sebagai penulis naskah drama (Barranger, 1994:5). Dramaturgi juga
dianggap sebagai sebagai playwright’s craft atau keterampilan penulis naskah
drama yang didalamnya terkandung unsur-unsur, konvensi dan teknik untuk
menyusun drama (Barranger, 1994:5). Dramaturgi juga dijelaskan sebagai ajaran
tentang masalah hukum dan konvensi drama (Harymawan, 1988:1). Definisi
dramaturgi sebagai pola-pola dari aksi dramatik dalam sebuah drama (Cohen,
2011:28). Berdasarkan seluruh paparan definisi dari para ahli dapat ditarik
simpulan, dramaturgi adalah unsur-unsur yang menjadi bangunan dari sebuah
drama baik secara naskah maupun secara pertunjukan.
Dramaturgi menyediakan unsur-unsur yang rinci untuk memahami naskah
drama maupun pertunjukan drama. Unsur-unsur dramaturgi berisi kaidah-kaidah
dan konvensi untuk memahami dan menciptakan peristiwa hidup manusia dalam
drama baik secara naskah maupun pertunjukan (Cohen, 2011:28). Unsur-unsur
dramaturgi merupakan alat bantu untuk membedah bangunan informasi yang
terkandung dalam naskah drama dan membantu menciptakan aspek-aspek
tontonan dalam pertunjukan drama (Rendra, 1993:95). Selain itu, dramaturgi juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
mengikuti dari berbagai genre drama yang ada sehingga dramaturgi memiliki sifat
adaptatif dan aplikatif yaitu menyesuaikan genre drama yang diacu dan dapat
diterapkan untuk seluruh genre drama. Secara sederhana, dramaturgi menjadi
panduan bagi praktisi yang ingin menulis, memainkan dan menganalisis drama.
Dramaturgi yang diacu menggunakan teori George R. Kernodle (1961)
tentang struktur drama dan tekstur drama. Unsur-unsur dramaturgi tersebut
kemudian dijabarkan menjadi tema, penokohan, alur, latar, dialog, latar, mood
(nuansa), dan spectacle (tontonan). Unsur-unsur dramaturgi yang dibahas akan
diacukan kepada pertunjukan drama realis sehingga unsur-unsur dramaturgi
tersebut kemudian dipahami sebagai dramaturgi pertunjukan realis.
Elemen struktur yang pertama adalah tema. Tema merupakan gagasan
sentral atau dasar dari sebuah cerita. Tema dijelaskan sebagai sesuatu yang akan
diungkapkan untuk memberikan arah dan tujuan cerita (Dewojati, 2012:177).
Cohen (2011:29) menjelaskan tema sebagai keseluruhan argumen sebuah drama
yang berupa topik, ide sentral dan pesan. Dengan dua pandangan tersebut, tema
dapat disimpulkan sebagai ide dasar dari sebuah cerita yang hendak disampaikan
kepada pembaca naskah drama atau penonton pertunjukan drama.
Tema merupakan bentuk intelektualitas yang bersifat abstrak (Cohen,
2011:29). Abstraksi tersebut merujuk pada buah pemikiran yang hendak
disampaikan oleh penulis ataupun pembuat pertunjukan. Dalam drama, tema pada
dasarnya adalah pemikiran yang merupakan simpulan atas karakter tertentu atau
keseluruhan drama tersebut (Dewojati, 2012:178). Simpulan tersebut yang
kemudian mengandung nilai-nilai kehidupan dalam bentuk gagasan mengenai
hasil permenungan, moralitas, hukum, sistem sosial masyarakat, adat istiadat, dll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Dalam konteks drama realis, bentuk intelektualitas dan pemikiran tersebut
ditemukan dari realitas kehidupan manusia dan dihadirkan secara obyektif dalam
naskah drama maupun pertunjukannya.
Tema selalu mengandung permasalahan yang dijadikan sebagai ide
gagasan cerita. Permasalahan inilah yang kemudian disampaikan kepada pembaca
atau penonton. Melalui permasalahan yang muncul dalam tema, drama
menghadirkan ruang permenungan filosofis terhadap kehidupan manusia.
Kernodle (1961:355) menambahkan bahwa drama yang baik tidak hanya
memberikan pemahaman filosofis saja namun juga harus mampu menciptakan
rasa pembaharuan berupa harmonisasi spiritual yang dalam.
Elemen struktur yang kedua adalah tokoh atau penokohan. Tokoh
merupakan unsur yang paling aktif dalam menggerakkan alur cerita (Dewojati,
2012:175). Dalam konteks drama, tokoh merupakan figur manusia yang
kehadirannya memberikan aksi-aksi pada alur (Cohen, 2011:28-29). Kehadiran
tokoh memberikan aksi konkrit terhadap bentuk peristiwa kehidupan yang hadir di
panggung. Melalui aksi-aksi tokoh, masalah-masalah dimunculkan sebagai
gagasan ide cerita dan jalannya alur cerita dari permulaan hingga akhir.
Kehadiran tokoh pun memberikan pertanyaan pada cerita, mengapa
peristiwa ini bisa terjadi (Dewojati, 2012:175). Hal tersebut merujuk dengan
kehadiran tokoh yang memberikan motif dan juga emosi (Barranger, 1994:338).
Motif merupakan latar belakang alasan dari sebuah aksi yang dimunculkan oleh
tokoh dalam menanggapi sebuah masalah dalam peristiwa. Emosi merupakan latar
belakang kejiwaan yang mengandung kompleksitas dari tanggapan pemikiran dan
perasaan tokoh terhadap masalah dalam peristiwa. Dalam konteks drama realis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
motif dan emosi tokoh harus selalu diletakkan pada dasar kausalitas terhadap
realita kehidupan maupun realita dalam cerita yang selalu bertautan. Maka dari
itu, Kernodle (1961:350-353) menegaskan bahwa kehadiran karakter (tokoh)
diciptakan dengan sifat dan kualitas yang khusus.
Elemen struktur yang ketiga adalah alur. Alur berhubungan dengan
peristiwa yang dibangun dari permulaan hingga akhir untuk mewujudkan sebuah
cerita. Alur memberikan cerita berdasarkan peristiwa-peristiwa yang dibangun
dalam pertunjukan drama. Setiap momen dalam drama seolah penuh dengan janji
dan ancaman tetapi sekaligus mengandung masa depan (Kernodle, 1961:345).
Dengan kata lain, alur dapat dikatakan sebagai susunan tahapan peristiwa
kehidupan manusia yang mengandung permasalahan untuk disampaikan.
Melalui alur, kausalitas peristiwa juga dipahami dengan logis sehingga
tokoh-tokoh yang hadir dapat memberikan makna yang jelas terhadap alur cerita.
Pada dasarnya, alur dalam drama selalu disusun berdasarkan hukum sebab-akibat
(Barranger, 1994:57). Melalui tahapan peristiwa di dalamnya, alur memberikan
konflik yang menandai eksistensi kemanusiaan dari kehadiran tokoh. Pada
konteks drama realis, kata kunci dari alur adalah rasionalitas tahapan manusia
yang berlandaskan hukum sebab-akibat untuk mewujudkan obyektivitas sesuai
fakta-fakta empiris kehidupan.
Secara umum, alur dalam drama menggunakan alur dramatik yang
dijabarkan oleh Aristoteles (dalam Cohen, 2011:169) menjadi empat bagian
merujuk dalam bukunya berjudul Poetics. Alur dramatik menurut Aristoteles
(dalam Dewojati, 2012:169) dibagi menjadi empat; protasis/exposition
(perkenalan), epitasio/conflict (permasalahan), catharsis/climax (puncak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
masalah), catastrophe/denouement (penyelesaian). Tonggak peristwa tersebut
memberikan penjelasan terhadap titik peristiwa penting yang harus ada dalam
membangun masalah dalam menciptakan alur cerita. Dalam konteks drama realis,
tonggak-tonggak peristiwa tersebut dibangun maju, artinya dari konsep waktu alur
berjalan maju dan tidak ada peristiwa lampau.
Elemen struktur yang keempat adalah latar. Latar memiliki tujuan untuk
dihadirkan di panggung dalam pertunjukan drama. Secara mendasar, latar
memiliki dua tujuan yaitu memandu pemahaman penonton dan mengekspresikan
kualitas pertunjukan drama (Brockett, 1964). Yang dimaksud sebagai memandu
pemahaman penonton yaitu kehadiran latar memberikan informasi waktu dan
tempat peristiwa sehingga memberikan medium bagi penonton untuk memahami
kehidupan di dalam panggung dengan kehidupan di dunia nyata.Yang dimaksud
sebagai ekspresi kualitas pertunjukan drama adalah kehadiran latar membantu
penonton untuk membangun nuansa terhadap citra ruang dan waktu yang dilihat.
Kehadiran latar juga merupakan aspek penting dengan keharidran tokoh yang
menghidupkan latar. Latar di panggung membantu dalam pembentukan tokoh
(Brockett, 1964). Yang dimaksud dari membantu dalam pembentukan tokoh
adalah latar memberikan informasi status sosial, tingkat ekonomi, dan aspek
budaya masyarakat. Dalam drama realis, hubungan antara latar dan konteks yang
terkandung memiliki ikatan kausalitas yang kuat sehingga latar mendukung motif-
motif aksi pada tokoh. Pengaruh yang saling menguntungkan antara tokoh dan
lingkungan/latar tersebut harus dijaga konsistensinya (Brockett, 1964).
Elemen tekstur yang pertama adalah dialog. Dialog menjadi salah satu
bahan dasar dari pertunjukan drama. Berdasarkan teori tekstur Kernodle
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
(1961:355), tekstur tersebut muncul karena adanya produksi suara dan imaji
bahasa dalam dialog. Di dalam dialog, informasi-informasi disampaikan secara
tekstual sebagai referensi aksi-aksi dramatik di atas panggung. Selain itu, dialog
mengandung masalah-masalah yang kemudian berkembang sehingga menjadi
penggerak alur peristiwa.
Dialog bukan hanya mencakup tentang informasi tekstual dalam naskah
drama namun juga mencakup bagaimana cara untuk melafalkan dan
memainkannya. Dialog juga berorientasi pada bagaimana tokoh dibangun
berdasarkan substansi masalah yang dituturkan dalam dialog. Pembangunan tokoh
tersebut mengacu pada nada dan imaji melalui penuturan dialog. Penuturan dialog
inilah yang melibatkan kompleksitas organ bunyi manusia untuk menciptakan
nada-nada tertentu yang mengasosiasikan perasaan dan informasi. Cohen
(2011:29) yang mengatakan; “lebih penting lagi hal ini (dialog) merujuk pada
tokoh literer dalam sebuah naskah drama, termasuk nada, imaji, irama, dan
artikulasi, dan pada bentuk literer dan kiasan yang digunakan oleh penulis naskah
seperti bait, rima, metafora, tanda petik, gurauan, dan epigram”.
Elemen tekstur yang kedua adalah mood. Kernodle (1961:345)
mendefinisikan mood (suasana) sesuatu yang dirasa lewat pengalaman visual dan
aural. Melalui definisi tersebut, mood dapat diasumsikan dengan proyeksi rasa
yang dimunculkan dari suatu pertunjukan. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa
Indonesia, arti kata ‘rasa’ dijelaskan sebagai 1) tanggapan indra terhadap
rangsangan saraf; 2) apa yang dialami oleh badan; 3) sifat rasa suatu benda; 4)
tanggapan hati terhadap sesuatu; dan 5) pendapat mengenai baik atau buruk, salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
atau benar. Dari pengertian tersebut, rasa dapat diasumsikan pada tanggapan yang
kemudian berhubungan dengan ranah emosional yang dialami oleh manusia.
Penciptaan mood (suasana) dalam pertunjukan drama melibatkan banyak
unsur. Kesatuan unsur-unsur inilah yang kemudian memunculkan proyeksi rasa
pada penonton melalui tontonan pertunjukan drama. Dalam konteks naskah dan
pertunjukan drama, rasa inilah yang kemudian menjadi roh untuk dihadirkan
dalam bentuk pengucapan dialog, mimik wajah, gestur tubuh, respon terhadap
ruang, respon terhadap aktor lainnya dan juga aspek artistik panggung. Kernodle
(1961:357) menjabarkan bahwa mood ini hanya tercipta dan dapat dirasakan saat
unsur tersebut disampaikan secara langsung pada penonton.
Spectacle (tontonan) merupakan aspek-aspek visual panggung yang perlu
dihadirkan untuk menambah unsur dramatik sebuah pertunjukan. Secara etimologi
kata, spectacle berasal dari frasa something seen atau sesuatu yang dilihat.
Kehadiran unsur spectacle menjadi bagian yang sangat penting dalam pertunjukan
drama karena unsur spectacle yang menghidupkan pertunjukan drama. Spectacle
merupakan sebuah ekspresi yang ditunjukkan dari perubahan naskah drama
menjadi pertunjukan. Brockett (1964:36) menjelaskan bahwa pembaca naskah
drama harus bisa merasakan tontonan tersebut yang disediakan oleh penciptaan
panggung.
Cohen (2011:30) menjabarkan setidaknya membagi unsur-unsur spectacle
menjadi scenery (latar), costumes (pakaian aktor), lighting (tata lampu), makeup
(tata rias), properties (peralatan yang digunakan dalam permainan) dan apapun
yang terlihat di panggung. Selain aspek-aspek produksi yang dipenuhi sebagai
kriteria visualisasi, gestur dan blocking (gerak panggung) juga menjadi aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
yang membangun spectacle terutama membangun visualisasi dramatik dalam
permainan aktor. Semua unsur visual tersebut digunakan untuk menghidupkan
alur dan memberikan konteks peristiwa bagi para aktor yang memainkan peristiwa
di panggung.
2.3 Pembelajaran Drama (Pedagogical)
Heap (2013:1) memberikan paparan hal penting lain dalam drama yang
mampu menjadi potensi pembelajaran bahasa sebagai berikut;
“What is important, here, is that we understand that all these forms
of drama experience share the same common elements of theatre: focus,
metaphor, tension, symbol, contrast, role, time, space; and that when, as
teachers, we come to plan the drama experiences for the students we teach,
no matter what sort of drama we intend to do, we need to bear these
elements in mind”.
Kutipan tersebut kemudian memberikan pemahaman bahwa drama sebagai sebuah
pengalaman mampu memberikan potensi untuk pengembangan kognisi bahasa
dan aksi bahasa. Bahkan, drama mampu memberikan jembatan untuk
menyeimbangkan kemampuan kognitif, kemampuan keterampilan dan
kemampuan sikap. Hal tersebut juga dijelaskan Weltsek (2018:1) yang
mengatakan, “ … drama in and as education multiple studies have articulated a
strong connection between positive self perception, motivation, and involvement
within drama based experiences”. Melalui pernyataan tersebut, pengajaran drama
memiliki potensi pengalaman belajar yang mampu segala tuntutan aspek
kompetensi yang dibutuhkan, terlebih pada bidang mata pelajaran Bahasa
Indonesia
Sebagai sebuah pengalaman, drama mengharuskan laku nyata untuk
menerapakan seluruh gagasan sebagai media berbahasa. Tentu saja, ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
berhubungan dengan kognisi bahasa dan aksi bahasa. Maka tuntutan pun muncul
kepada pengajar untuk mampu memformulasikan pembelajaran bahasa yang
mencakup dua hal tersebut. Bowell dan Heap (2013:1) menjelaskannya sebagai
berikut;
“Teachers need to provide students with the opportunity to engage
in a range of challenging, exciting and stimulating drama experiences,
grounded in a range of genres that enable them to understand and
manipulate the art form of drama. Students should learn to use it not only to
develop an understanding of themselves within the world but also to
comment on their experiences of it”.
Dengan situasi belajar yang diciptakan pengajar, pembelar diharapkan akan
mengembangkan pengetahuannya berdasarkan pengalaman yang dialaminya.
Proses intepretasi dari pembelajar ini memberikan ruang kebermaknaan yang
lebih besar pada pembelajar daripada konsep hanya satu jalur diberikan oleh
pengajar.
Pengalaman kognisi dan aksi bahasa kemudian memberikan celah pada
pengembangan kemampuan kognitif bahasa dan keterampilan bahasa. Kognisi
bahasa akan diasah melalui proses pertemuan pembelajar dengan gagasan dalam
teks dan teks-teks lain yang digunakan untuk melengkapi teks utama. Selain itu,
penyusunan kata dan kalimat memberikan bentuk riil dalam penyusunan struktur
bahasa sehingga mampu menjadi contoh nyata yang akan dialami oleh
pembelajar. Namun, pengajar perlu secara bijak mencari naskah drama yang
relevan dengan situasi pembelajar, baik jenjang usia, lingkup kultural, dll. Selain
itu, keterampilan akan sangat terasah sebagai bentuk teknis untuk memainkan
peran dimana seluruh kemampuan membaca, menulis, berbicara dan menyimak
diperlukan secara bersamaan. Keterampilan itu mampu dielaborasian dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
teknik-teknik latihan yang diacukan pada luaran pertunjukan drama yang
diinginkan karena ada berbagai macam kembangan metode latihan yang bisa
diadaptasi sesuai kebutuhan.
Secara sederhana, pembelajaran drama di institusi pendidikan nonjurusan
seni dapat dikatergorikan menjadi dua materi pembelajaran yaitu mempelajari
drama sebagai teks yaitu naskah drama dan penciptaan pertunjukan drama.
Endraswara (2003:251-252) menegaskah bahwa pembelajaran drama secara garis
besar dapat dibagi menjadi dua kategori besar yaitu mempelajarai teks drama yang
mengutamakan apresiasi dan intepretasi dan pementasan drama sebagai sebuah
keterampilan yang menarik untuk dipelajari. Kedua kategori besar menjadi
integral karena perspektif drama tidak bisa dipisahkan antara teks dan bentuk
pertunjukan.
Dalam konteks pengembangan buku ajar drama, aspek pedagogi
dijabarkan menjadi beberapa komponen sesuai dengan karakteristik pendekatan
TPACK. Pembahasan teoritis mengenai komponen aspek pedagogi tersebut
meliputi taksonomi pembelajaran, pendekatan pembelajaran, penugasan dan
evaluasi. Pembahasan teoritis tersebut digunakan dalam implementasi topik
pertunjukan drama realis dalam pembelajaran.
2.3.1 Taksonomi Pembelajaran Drama
Taksonomi pembelajaran dimunculkan oleh pertama kali oleh Bloom
(1956) dan kemudian dikenal dengan istilah taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom
(Bloom, 1956) tersebut membagi tiga aspek besar yang perlu dicermati dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
perumusan tujuan pembelajaran. Rumusan tujuan pembelajaran tersebut
dijabarkan sebagai berikut,
1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan
keterampilan berpikir.
2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan
cara penyesuaian diri.
3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan,
mengetik,berenang, dan mengoperasikan mesin.
Taksonomi Bloom tersebut kemudian direvisi oleh Anderson & Krathwol
(2001) menjadi taksonomi yang lebih spesifik dalam mengembangkan domain
pembelajaran. Taksonomi Bloom revisi Anderson & Krathwol memperincikan
taksonomi dengan acuan proses berpikir tingkat tinggi termasuk dalam kategori
High Order Thinking Skills (HOTS) dan proses berpikir tingkat rendah termasuk
dalam kategori Lower Order Thinking Skills (LOTS) (Astuti & Amin, 2017).
HOTS didasarkan pada konten, kritis, dan berpikir kritis, sedangkan LOTS
menunjukkan masih rendahnya tingkat berpikir peserta didik. Jika masih di dalam
tataran mengigat dan memahami, maka termasuk LOTS. Taksonomi Bloom revisi
Anderson & Krathwol tersebut kemudian digunakan menjadi turunan komponen
pembelajaran drama.
Taksonomi Bloom tersebut kemudian direvisi oleh Anderson & Krathwol
dirincikan menjadi kompetensi yang relevan dalam bidang drama. Kompetensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
merupakan kemampuan dalam suatu bidang studi yang harus dimiliki oleh siswa
atau pembelajar (Nurgiyantoro, 2004). Kompetensi yang dirumuskan kemudian
dikembangkan menjadi penentuan standar kompetensi, kompetensi dasar,
pengembangan silabus, dan sistem pengujian yang berbasis topik drama.
Rumusan-rumusan dari kompetensi pembelajaran drama dituangkan dalam silabus
yang memberikan gambaran pembelajaran drama. Nurgiyantoro menegaskan
dengan mengatakan bahwa Silabus merupakan acuan untuk merencanakan dan
melaksanakan program pembelajaran (Nurgiyantoro, 2004).
Karakteristik utama pembelajaran drama di institusi pendidikan jurusan
nonseni adalah menggunakan bidang drama dengan tujuan pembelajaran secara
umum (Cohen, 2011:276). Penyesuaian kompetensi diperlukan sehingga terdapat
pembeda di antar orientasi drama sebagai pembelajaran dan drama sebagai bidang
professional. Cohen (2011:276) menambahkan bahwa drama dalam konteks
pembelajaran lebih mengacu pada eksplorasi karya sastra, pengamatan tingkah
laku manusia, wawasan sejah dan kebudayaan, pembelajaran keterampilan
berbicara di depan umum, presentasi diri dan penguasaan bahasa. Maka dari itu,
rumusan kompetensi juga yang mengacu pada taksonomi pembelajaran
disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik pembelajaran yang harus dicapai.
2.3.2 Pendekatan Pembelajaran Drama
Pendekatan pembelajaran memberikan kerangka aktivitas yang harus
dilakukan pembelajar untuk menguasai materi. Dalam konteks penelitian ini,
pendekatan pembelajaran yang digunakan yaitu pendekatan behaviorisme dan
pendekatan konstruktivisme. Pendekatan behaviorisme merupakan teori belajar
memahami tingkah laku manusia yang menggunakan pendekatan objektif,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
mekanistik dan materialistik sehingga perbuhan tingkah laku pada diri seseorang
dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian (Desmita, 2009:44). Pendekatan
konstruktivisme merupakan teori belajar yang melihat belajar sebagai proses aktif
pelajar mengkonstruksi arti baik dalam bentuk teks, dialog, pengalaman fisis,
ataupun bentuk lainnya (Waseso, 2018). Kedua pendekatan tersebut dipilih sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran dan karakteristik materi pembelajaran
pertunjunkan drama.
Pendekatan behaviorisme mengutamakan konsep stimulus dan respon. Hal
tersebut selaras dengan ungkapan Slavin (2000) yang mengatakan bahwa belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus dimaknai
sebagai perlakuan yang diberikan pengajar kepada pembelajar sedangkan respon
dimaknai sebagai tanggapan pembelajar atas perlakuan yang diberikan oleh
pengajar. Pada penelitian ini, pendekatan behaviorisme yang digunakan mengacu
pada metode total physical response pada materi keaktoran. Pemilihan pendekatan
behaviorisme berdasar pada karakteristik materi keaktoran yang membutuhkan
kerja psikomotorik yang dominan sekaligus konsep dasar akting yang dimulai dari
meniru atau mimikri.
Total physical response merupakan metode pembelajaran yang digunakan
dalam bidang pengajaran bahasa dengan berfokus pada pemberian stimulus dan
respon dengan gerakan seluruh tubuh (Ekawati, 2020. Widodo, 2005). Total
physical response memberikan proses pembelajaran yang efektif dan hasil yang
permanen (Onder, 2004). Drama pun memberikan kesempatan penerapan total
physical response pada kesempatan pembelajaran dengan memberikan
penyadaran pada muatan emosi dan imajinasi (Akdag & Tutkun, 2010). Secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
spesifik dalam penelitian ini, total physical response dikolaborasikan dengan
project based learning dan diterapkan pada materi keaktoran yang membutuhkan
banyak gerakan fisik.
Karakteristik utama yang diambil dari metode total physical response
dalam pembelajaran drama terlebih materi keaktoran adalah proses pembelajaran
yang membutuhkan aktivitas fisik setelah memproses input konseptual.
Karakteristik total physical response tersebut selaras dengan ungkapan Widodo
(2005) yang mengatakan bahwa total physical response memfokuskan pada aksi
fisik dan aktivitas yang dilakukan pembelajar. Selain itu pengajar mengambil
peran sebagai “sutradara” dan pembelajar mengambil peran sebagai “aktor”.
Dengan asumsi tersebut, total physical response digunakan untuk materi
keaktoran yang membutuhkan penguasaan gerak dan kontrol tubuh dalam
menghadirkan gagasan abstrak seperti imajinasi dan emosi serta pengungkapan
bahasa dengan dialog.
Pendekatan konstruktivisme mengutamakan keterlibatan aktif pembelajar
untuk membangun pengetahuannya sendiri. Hal tersebut mengacu pada
pandangan Von Glaserfeld (dalam Waseso, 2018) yang mengatakan bahwa belajar
memerlukan pengaturan diri dan pembetukan struktur konseptual melalui refleksi
dan abstraksi. Fosnot (dalam Waseso, 2018) menegaskan bahwa konsep belajar
dalam konstruktivisme lebih difokuskan pada pengembangan konsep dan
pemahaman mendalam daripada sekedar pembentukan perilaku atau keterampilan.
Pada penelitian ini, pendekatan konstruktivisme yang digunakan mengacu pada
dua metode yaitu problem based learning dan project based learning. Problem
based learning digunakan pada materi drama yang bersifat konseptual dan abstrak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
seperti dramaturgi dan penyutradaraan sedangkan project based learning
digunakan pada materi yang dominan aspek keterampilannya seperti elemen
artistik panggung.
Pendekatan project based learning dijadikan pendekatan utama dalam
rumusan aktivitas pembelajaran sesuai dengan beberapa hasil penelitian project
based learning pada materi drama yang dikemukakan oleh Nuninsari, Sutopo, &
Bharati (2020), Sulistyorini (2020), Amarullah & Rachmawaty (2019), dan Wajdi
(2017). Pendekatan project based learning tersebut dimodifikasi dan
dikolaborasikan dengan pendekatan problem based learning dan total physical
response pada beberapa materi khusus untuk membingkai materi drama sehingga
dapat menjadi pengalaman belajar sesuai dengan karakteristik tiap submateri
drama.
Project based learning digambarkan sebagai suatu pendekatan yang
mempromosikan masukan dan luaran yang dapat dipahami dengan penekanan
pada latihan keterampilan berbasis konten (Amarullah & Rachmawaty, 2020).
Project based learning merupakan pendekatan pendidikan yang berfokus pada
kreativitas berpikir, pemecahan masalah dan interaksi antara siswa dengan kawan
sebaya untuk menciptakan pengetahuan baru (Wadji, 2017). Project based
learning memberikan pengalaman belajar yang berfokus pada pembelajar untuk
mengintegrasikan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik sesuai karakteristik
pembelajaran drama.
Project based learning memiliki sintaks atau tahapan pembelajaran yang
harus dipenuhi sebagai kriteria penerapan pembelajarannya. The George Lucas
Educational Foundation (dalam Sulistyorini, 2020) menjabarkan enam tahapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
pembelajaran project based learning yang harus dilakukan. Tahapan tersebut
dijabarkan sebagai berikut
a. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start with the Essential Question)
Penggalian konteks awal dengan pertanyaan-pertanyaan yang dapat
memunculkan penugasan kepada siswa dalam melakukan aktivitas belajar.
Aktivitas ini dipandu dengan topik yang diberikan oleh pengajar dan
tuntutan materi pembelajaran. Hasil pembahasan dalam penggalian
konteks inilah yang akan menjadi acuan penugasan proyek yang akan
dilakukan oleh pembelajar.
b. Desain Perencanaan Proyek (Design a Plan for The Project)
Desain perancanaan proyek merupakan tahap untuk merancang
prosedur penyusunan proyek. Di dalam perencanaan desain proyek,
pengajar dan pembelajar saling berkolaborasi untuk merumuskan prosedur
dan kaidah proyek yang akan dikerjakan oleh pembelajar. Perencanaan
desain juga mengacu pada pemetaan segala kebutuhan yang diperlukan
dalam penyusunan proyek pembelajar.
c. Penjadwalan (Create a Schedule)
Penjadwalan berorientasi pada penyusunan rentang waktu dan
agenda penyusunan proyek. Di dalam penjadwalan, tenggat waktu dari
proyek ditentukan. Selain itu, penjadwalan juga menjabarkan metode kerja
dan target kerja dalam rangka penyusunan proyek oleh pembelajar.
d. Pengecekan Proses Proyek (Monitor the Students and the Progress of
the Project)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Pengecekan proses proyek berhubungan dengan peran pengajar
sebagai pendamping karena peran utama pengerjaan proyek dipegang oleh
pembelajar. Pengecekan berorientasi pada pengecekan keberlangsungan
proses penyusunan proyek. Pada tahapan ini, pengajar berperan sebagai
fasilitator yang ikut terlibat dalam memfasilitas proses penyusunan
proyek.
e. Penilaian Proyek (Asses the Outcome)
Penilaian proyek dilakukan pengajar untuk dapat mengukurt hasil
ketercapaian belajar para pembelajar dalam proyek yang telah disusun.
Penilaian yang dirumuskan dapat terbagi menjadi dua yaitu penilaian
kinerja dan juga penilaian produk akhir.
f. Evaluasi Proyek (Evaluate the Experience)
Evaluasi proyek merupakan tahapan evaluasi terhadap seluruh
pengalaman belajar yang dialami oleh pembelajar bersama pengajar.
Evaluasi dapat dilakukan dalam bentuk refleksi maupun laporan atas
dinamika dari awal hingga akhir penyusunan proyek.
Problem based learning merupakan pembelajaran berbasis permasalahan
empiris dalam lingkup materi dan lingkungan empiris pembelajar. Barrow (dalam
Saraswati, 2017) menjabarkan problem based learning sebagai pembelajaran yang
diperoleh melalui proses menuju pemahaman akan resolusi suatu masalah. Azis
(2018) mengungkapkan bahwa problem based learning menyajikan situasi
masalah yang autentik pada pembelajar dan bermakna sehingga pembelajar dapat
melakukan penyelidikan terhadap masalah. Problem based learning membantu
pembelajar untuk mandiri dan percaya diri pada keterampilan intelektual dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
kemampuan mereka sendiri (Azis, 2018). Dalam konteks penelitian ini, problem
based learning diintegrasikan dengan project based learning dan diterapkan pada
materi drama yang dominan penguasaan aspek kognitif pembelajarannya karena
karakteristik pembelajaran drama lebih didominasi dengan aspek keterampilan
atau psikomotorik.
Karakteristik pembelajaran problem based learning diarahkan untuk
penguasaan materi drama yang bersifat abstrak seperti dramaturgi dan
penyutradaraan. Kedua materi tersebut disesuaikan dengan sintaks problem based
learning yaitu 1) orientasi masalah pada pembelajar, 2) orientasi aktivitas pada
pembelajar, 3) investigasi masalah 4) pengembangan dan presentasi hasil kerja,
dan 5) analisis dan evaluasi untuk penyelesaian masalah (Agustina, Kristiyanto,
dan Noviandini, 2017). Pada materi dramaturgi, sintaks tersebut diarahkan untuk
memahami konsep, kaidah, dan konvensi drama untuk kebutuhan pemanggungan.
Pada materi penyutradaraan, sintaks tersebut diarahkan untuk menyusun desain
pertunjukan drama sehingga pembelajar dapat melakukan alih wahana dari naskah
menjadi pemanggungan.
2.3.3 Evaluasi Pembelajaran Drama
Evaluasi pembelajaran berhubungan dengan pemberian nilai dari kegiatan
penugasan yang diberikan kepada pembelajar. Suchman (dalam Arikunto, 1996)
menjelaskan evaluasi pembelajaran merupakan sebuah proses menentukan hasil
yang telah dicapai dari beberapa kegiatan yang direncanakan untuk mendukung
tercapainya tujuan. Wandt & Brown (dalam Maman, 2017) menjelaskan evaluasi
sebagai suatu tindakan atau kegiatan untuk menentukan nilai dari segala sesuatu
dalam dunia pendidikan. Berdasarkan paparan teoritis di atas, evaluasi dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
disimpulkan sebagai proses pengukuran ketercapaian hasil belajar pembelajar
terhadap suatu materi melalui aktivitas penugasan.
Evaluasi dalam penelitian ini mengacu pada karakteristik penilaian dalam
model pembelajaran project based learning yaitu penilaian proyek dan penilaian
produk. Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan
hingga hasil akhir proyek (Suwandi, 2011:99). Penilaian produk merupakan
penilaian terhadap keterampilan perserta didik dalam mengaplikasikan
pengetahuan yang dimilik ke dalam wujud produk dan penilaian kualitas produk
tersebut (Taufina, 2009). Dalam konteks penelitian ini, penilaian produk menjadi
bentuk penilaian penguasaan submateri sekaligus rangkaian dari penilaian tahapan
perencenaaan proyek dan penyusunan proyek. Penilaian proyek mengacu pada
pertunjukan akhir yang digelar secara kolektif dalam kelas sebagai produk akhir
atau hasil proyek akhir.
Pada penilaian produk sekaligus penilain proyek, tiga ranah pembelajaran
terinterasi dalam tiap bentuk aktivitas penugasan yang akan dinilai. Hal tersebut
didukung pendapat Pinilih, Budiharti, dan Ekawati (2013) yang mengatakan
bahwa penilaian produk dapat memberikan informasi kemampuan peserta didik
pada tiga ranah kompetensi yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Maka dari
itu, bentuk tugas sebagai sarana penilaian mencakup tiga ranah tersebut untuk bisa
mengukur ketercapaian pembelajaran pertunjukan drama yang diharapkan.
Instrumen peniliaian yang disusun berupa rubrik penilaian sesuai dengan
topik materi pertunjukan drama yang telah dirumuskan dalam produk buku ajar
drama yang disusun. Rubrik merupakan suatu alat penskoran yang terdiri dari
daftar seperangat kriteria atau apa yang harus dihitung (Andrade dalam Zainul,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
2005). Rubrik yang disusun dalam penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan
cakupan materi dan aspek penilaian dalam produk drama yang dihasilkan
pembelajar selaras dengan penelitian tentang penilaian drama oleh Wajdi (2017).
2.4 Teknologi dalam Pembelajaran Drama (Technological)
Teknologi dalam kerangka TPACK dibagi menjadi tiga aspek penyusun
dalam membentuk TPACK (Cam & Koc, 2019) yaitu TK (technological
knowledge), TCK (technological content knowledge) dan TPK (technological
pedagogical knowledge). Ketiga aspek tersebut membentu kerangka besar
penggunaan teknologi dalam pendekatan TPACK. Dalam konteks penelitian ini,
teknologi dikategorikan menjadi dua kategori sebagai rincian dari TK
(technological knowledge) yaitu teknologi pembelajaran dan teknologi dalam
bidang pertunjukan drama.
TCK (technological content knowledge) dijelaskan sebagai pengetahuan
pengajar tentang teknologi yang digunakan untu mengajarkan topik materi
tertentu (Cam & Koc, 2019). Dalam konteks penelitian ini, TCK yang dimaksud
adalah teknologi dalam bidang drama yang dijadikan materi pembelajaran.
Pertunjukan drama berhubungan dengan penggunaan beberapa teknologi dalam
menghadirkan pertunjuan di panggung yang meliputi penggunaan teknologi dalam
bidang artistik seperti tata lampu, tata suara, tata busana, tata rias, dan tata latar.
Teknologi dalam bidang artistik panggung tersebut merupakan bentuk
keterampilan tiap praktisi dalam menciptakan strategi visual guna menghadirkan
narasi panggung (Whittle, Gilchrist, Mueller, & Lenney, 2020).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
TCK dalam bidang drama mengacu pada keterampilan para praktisi dalam
mengolah dan mengaktualisasikan kebutuhan artistik panggung sesuai bidang
kerja panggung masing-masing. Keterampilan tersebut dibagi menjadi
keterampilan merancang desain dan keterampilan penguasaan instalasi (Cohen,
2011). Semisal, bagian tata cahaya panggung terbagi menjadi dua wilayah kerja
yaitu lighting desaigner dan lighting technicians. Lighting desaigner bertugas
merancang konsep visualisasi cahaya panggung dengan mempertimbangkan
kebutuhan piranti teknologi lampu panggung dan lighting technicians bertugas
untuk menerapkan konsep tersebut menjadi instalasi kelistrikan lampu panggung
(Brockett, 1964. Cohen, 2011). Berdasarkan penjelasan tersebut, teknologi dalam
konteks teknologi panggung dapat diklasifikasikan sebagai pemahaman konsep
pemanfaantan teknologi panggung dan keterampilan teknologi panggung.
TPK (technological pedagogical knowledge) merupakan pengetahuan
tentang penggunaan fasilitas teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran dan wawasan teknologi (Cam & Koc, 2019). Dalam konteks
penelitian ini, TPK pada penggunaan teknologi yang dapat digunakan sebagai
media pembelajaran. Media pembelajaran dapat berupa piranti pendukung seperti
proyektor, video, animasi materi dan sebagainya yang berisi materi pembelajaran.
Media pembelajaran juga dapat diacukan pada teknologi bidang pertunjukan
drama yang dikondisikan dalam kegiatan pembelajaran. Teknologi media
pembelajaran digunakan pada aktivitas pembelajaran maupun penugasan sehingga
keseluruhan kegiatan pembelajaran terintegrasi dengan teknologi.
Dalam penelitian pengembangan buku ajar drama ini, aspek teknologi
diintegrasikan antara teknologi pembelajaran dengan teknologi pertunjukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
drama. Penggunaan teknologi tersebut diintegrasikan ke dalam penjelasan materi,
aktivitas pembelajaran dan penugasan yang diberikan kepada mahasiswa. Hasil
pemanfaatan teknologi tersebut dapat dicermati pada hasil tugas (outcome) yang
telah disusun tiap mahasiswa dalam tiap topik materi.
2.5 Kerangka Berpikir
Penelitian ini bertujuan mengembangkan buku ajar drama mata kuliah
Pergelaran Sastra berbasis technological pedagogical content knowledge
(TPACK) pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengembangan buku ajar ini didasari
oleh pandangan Mihsra & Koehler (2006) yang mengatakan bahwa TPACK
merupakan hasil perpaduan antara pemahaman materi ajar, pemahaman cara
mendidik, dan penguasaan teknologi. Materi pembelajaran drama ini dikemas
dalam penyiapan spesifikasi profesi guru bahasa Indonesia sesuai dengan visi misi
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata
Dharma.
Sebelum merancang isi buku ajar, peneliti juga merumuskan desain
pembelajaran berupa RPS yang disertai indikator dan capaian pembelajaranannya
berdasarkan taksonomi Anderson dan Krathwohl untuk tiga domain pembelajaran.
Setelah itu, peneliti akan mengembangkan materi pembelajaran, menyusun sistem
penugasan dan penilaian yang nantinya akan dikemas dengan paradigma TPACK.
Dengan memperhatikan beberapa aspek tersebut, peneliti berharap dapat
mengembangkan sebuah buku ajar ajar digital yang interaktif yang dapat
digunakan dalam pembelajaran Pergelaran Sastra. Kerangka berpikir penelitian ini
akan digambarkan dalam skema berpikir yang disusun sebagai berikut;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BUKU AJAR
DRAMA
DRAMA
TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE
EVALUASI
PEMBELAJARAN
DESAIN PEMBELAJARAN
MATERI
PEMBELAJARAN
AKTIVITAS
PEMBELAJARAN
Skema 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian Pengembangan Buku Ajar Drama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Model Pengembangan
Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian dan pengembangan
atau Research and Development (R&D). Borg & Gall (dalam Sugiyono, 2014:28)
mengatakan bahwa penelitian dan pengembangan merupakan proses atau metode
yang digunakan untuk memvalidasi dan mengembangkan produk. Dalam konteks
penelitian ini, produk yang dirumuskan adalah buku ajar drama. Buku ajar darma
yang disusun digunakan sebagai bentuk pengembangan bahan ajar yang
membantu proses pembelajaran drama.
Penelitian ini mengarah pada penelitian pengembangan (R&D) untuk
memberikan tawaran inovasi pada perkuliahan Pergelaran Sastra di Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Penelitian
ini mengacu kategori tingkatan keempat yang diungkapakan oleh Sugiyono
(2014:33) yaitu menelti dan menciptakan produk baru. Dalam konteks penelitian
ini, produk yang dimaksudkan adalah buku ajar drama untuk membantu
mahasiswa dalam membuat sebuah pertunjukan drama yang disusun
menggunakan technological pedagogical content knowledge. Selain itu,
penelitian pengembangan ini juga menghasilkan produk penunjang yaitu video
suplemen pembelajarn yang menjadi bahan pengayaan materi buku ajar drama.
Tahapan penelitian pengembangan yang dilakukan menggunakan sepuluh
tahapan pengembangan Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2014: 35-37). Sepuluh
tahapan tersebut dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan penelitian menjadi enam
tahapan meliputi 1) analisis kebutuhan, 2) penyusunan desain produk, 3) validasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
desain produk, 4) penyusunan produk, 5) validasi produk, dan 6) revisi produk.
Pengujian lapangan tidak digunakan karena situasi perkuliahan yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan uji coba pada masa pandemi Covid-19 sehingga
hanya direpresentasikan dengan penilaian produk. Secara umum, tahapan
penelitian pengembangan produk buku ajar drama yang dilakukan dapat dicermati
pada skema berikut.
3.2 Prosedur Pengembangan
Penelitian pengembangan juga memiliki tahapan yang harus dilalui sebagai
sebuah metodologi ilmiah untuk menciptakan suatu produk. Dalam konteks
penelitian ini, model tahapan Borg & Gall digunakan sebagai tahapan
pengembangan buku ajar ajar drama. Borg & Gall (dalam Sugiyono, 2014: 35-37)
memaparkan bahwa penelitian pengembangan memiliki langkah-langkah yang
harus ditempuh yaitu penelitian dan pengumpulan data, perencananaan,
pengembangan produk awal, uji coba produk awal (uji coba terbatas),
Skema 3.1 Skema Umum Tahapan Penelitian Pengembangan
Buku Ajar Drama Berbasis TPACK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
penyempurnaan produk awal, uji coba lapangan lebih luas, penyempurnaan
produk lanjutan, uji coba produk akhir, revisi produk akhir, dan terakhir
implementasi. Dalam penelitian pengembagan buku ajar ajar drama ini, tahapan
umum dapat dicermati pada skema 1.
Secara rinci, tahapan penelitian yang dilakukan dimulai disusun dengan
memperhitungkan tahapan penyusunan instrumen penelitian dan penilaian dari
instrumen maupun produk yang telah disusun. Tahapan yang lebih rinci tersebut
meliputi 1) penyusunan instrument analisis kebutuhan, 2) validasi instrument
analisis kebutuhan, 3) penerapan analisis kebutuhan, 4) penyusunan desain
produk, 5) penyusunan instrument validasi desain produk, 6) validasi desain
produk, 7) penyusunan produk, 8) penyusunan instrument penilaian produk, 9)
validasi instrument penilaian produk, 10) penilaian produk, dan 11) revisi produk.
Rincian tahapan pengembangan yang telah dimodifikasi dapat dilihat pada skema
berikut;
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Skema 3.2 Skema Rinci Tahapan Penelitian Pengembangan Buku Ajar Drama Berbasis
TPACK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Skema penelitian yang dirumuskan tersebut telah disesuaikan dengan
kebutuhan penelitian pengembangan buku ajar drama berbasis TPACK. Skema
penelitian tersebut dijelaskan secara deskriptif dengan penjabaran sebagai berikut.
1. Penyusunan Instrumen Analisis Kebutuhan.
Penyusunan instrumen analisis kebutuhan merupakan tahapan menyiapkan
media pengumpulan data untuk mendapatkan data awal. Instrumen disusun
berdasarkan tinjauan potensi dan permasalahan awal yang telah diidentifikasi pada
bagian latar belakang masalah. Instrumen tersebut disusun dengan mengacu pada
teknik pengumpulan data yaitu analisis dokumen, kuesioner dan wawancara.
Instrumen yang disusun meliputi 1) form analisis dokumen RPS mata kuliah
Pergelaran Sastra, 2) Kuesioner untuk mahasiswa program studi PBSI, 3) daftar
pertanyaan wawancara untuk ketua program studi PBSI, dosen pengampu, dosen
ahli drama, dan guru bahasa Indonesia. Instrumen analisis kebutuhan dapat
dicermati di bagian lampiran.
2. Validasi Instrumen Analisis Kebutuhan.
Instrumen analisis kebutuhan yang telah disusun tersebut dinilai
kelayakannya. Penilaian diberikan oleh para ahli yang telah dipilih sesuai dengan
bidang keahlian yang relevan dengan substansi intrumen penelitian. Validator
yang menilai instrumen analisis kebutuhan terdiri dari tiga ahli yaitu Yohanes
Padmo Adi, S.S., M.Hum. (meninjau substansi drama sebagai pertunjukan), Dr.
Antonius Herujiyanto, M.A. (meninjau substansi drama sebagai sastra), dan Dr.
Yuliana Setyaningsih, M.Pd. (meninjau substansi pedagogi dan teknologi).
Setelah melalui validasi, instrumen diperbaiki sehingga dapat digunakan di tahap
selanjutnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
3. Penerapan Analisis Kebutuhan
Dalam tahapan ini, instrumen analisis kebutuhan yang telah dinilai
kelayakannya dan diperbaiki tersebut diterapkan untuk memperoleh data awal.
Tinjauan terhadap dokumen RPS mata kuliah Pergelaran Sastra dilakukan dengan
mengisi form analisis dokumen. Penerapan analisis kebutuhan dilakukan secara
daring atau jarak jauh karena situasi beberapa daerah yang mengharuskan adanya
karantina wilayah selama masa pandemi Covid-19. Kuesioner disebarkan melalui
medial google form untuk bisa diisi oleh para mahasiswa. Wawancara narasumber
dilakukan dengan berbagai cara meliputi wawancara daring menggunakan aplikasi
google meet dan juga melalui telefon. Beberapa narasumber ada yang
memungkinkan untuk melakukan wawancar secara langsung. Setelah seluruh data
terkumpul, data-data tersebut dirangkum dan disimpulkan untuk menyusun desain
pada tahapan selanjutnya.
4. Penyusunan Desain Produk
Penyusunan desain produk penelitian pengembangan buku ajar drama
berbasis TPACK berupa RPS mata kuliah Pergelaran Sastra. Desain tersebut
disusun berdasarkan hasil temuan data awal pada analisis kebutuhan. Desain
produk berupa RPS mata kuliah Pergelaran Sastra tersebut memuat kelengkapan
bentuk penerapan perkuliahan yang mengacu pada pendekatan TPACK dan hasil
analisis kebuttuhan. Berdasarkan desain produk RPS mata kuliah Pergelaran
Sastra, susunan isi buku ajar drama dan video suplemen pembelajaran dapat
dipetakan dan dijabarkan sesuai kebutuhan pembelajaran drama di program studi
PBSI.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
5. Penyusunan Instrumen Validasi Desain Produk
Penyusunan instrumen validasi desain produk merupakan tahapan
menyiapkan media pengumpulan data untuk mendapatkan penilaian terhadap
desain produk. Instrumen disusun berdasarkan aspek-aspek yang termuat dalam
desain produk berupa RPS mata kuliah Pergelaran Sastra. Instrumen tersebut
disusun dengan mengacu pada penilaian deskriptif yang ditujukan kepada ahli
dengan spesifikasi bidang keahlian yang relevan. Instrumen yang disusun meliputi
1) form validasi ahli drama, 2) form validasi ahli pedagogi, dan 3) form validasi
ahli teknologi pembelajaran. Instrumen validasi tersebut telah ditinjau
kelayakannya oleh Dr. B. Widharyanto, M.Pd. dan Dr. Yoseph Yapi Taum,
M.Hum.
6. Validasi Desain Produk
Desain produk yang telah disusun tersebut dinilai kelayakannya. Penilaian
diberikan oleh para ahli yang telah dipilih sesuai dengan bidang keahlian yang
relevan dengan substansi desain produk berupa RPS mata kuliah Pergelaran
Sastra. Validator yang menilai desain produk terdiri dari tiga ahli yaitu Yohanes
Padmo Adi, S.S., M.Hum. (meninjau substansi drama), Pius Nurwidasa Prihatin,
M.Ed., Ed.D. (meninjau substansi teknologi), dan Dr. Yuliana Setyaningsih,
M.Pd. (meninjau substansi pedagogi). Setelah melalui validasi, desain diperbaiki
sehingga dapat digunakan di tahap selanjutnya.
7. Penyusunan Produk
Penyusunan produk penelitian pengembangan buku ajar drama berbasis
TPACK berupa buku ajar drama dengan judul “Buku Ajar Pertunjukan Drama
Realis untuk Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
dan produk pelengkap berupa video suplemen pembelajaran berujudul “Catatan
Belakang Panggung”. Produk yang disusun tersebut mengacu pada pemetaan
kebuttuhan yang telah dilakukan dan desain RPS mata kuliah Pergelaran Sastra.
Buku ajar yang disusun mencakup penjabaran materi, aktivitas, penugasan dan
evaluasi pembelajaran pada topik proses penciptaan pertunjukan drama realis.
Video suplemen pembelajaran yang disusun mencakup penjelasan konsep dan
penerapan para praktisi bidang teater pada proses penciptaan pertunjukan drama
realis.
8. Penyusunan Instrumen Penilaian Produk
Penyusunan instrumen penilaian produk merupakan tahapan menyiapkan
media penilaian untuk menguji kelayakan produk yang telah dibuat. Instrumen
disusun berdasarkan aspek-aspek yang termuat produk buku ajar beserta video
suplemen pembelajaran. Instrumen tersebut disusun dengan mengacu pada
penilaian kuantitatif menggunakan skala Likert (Sugiyono, 2014:165) dengan
empat kriteria yaitu sangat tidak baik, tidak baik, baik, dan sangat baik yang
ditujukan kepada ahli dengan spesifikasi bidang keahlian yang relevan. Instrumen
yang disusun meliputi 1) form penilaian ahli pedagogi, 2) form penilaian ahli
bahan ajar, 3) form penilaian ahli bahasa, 4) form penilaian ahli drama, dan 5)
form penilaian mahasiswa.
9. Validasi Instrumen Peniliaian Produk
Instrumen penilaian produk yang telah disusun tersebut dinilai
kelayakannya. Penilaian diberikan oleh para ahli yang telah dipilih sesuai dengan
bidang keahlian yang relevan dengan substansi intrumen penilaian. Validator yang
menilai instrumen penilaian produk terdiri dari dua ahli yaitu Yohanes Padmo
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Adi, S.S., M.Hum. (meninjau substansi drama), dan Dr. Yuliana Setyaningsih,
M.Pd. (meninjau substansi pedagogi dan teknologi). Setelah melalui validasi,
instrumen diperbaiki sehingga dapat digunakan di tahap selanjutnya.
10. Penilaian Produk
Produk buku ajar drama dan video suplemen pembelajaran yang telah disusun
tersebut dinilai kelayakannya. Penilaian diberikan oleh para ahli yang telah dipilih
sesuai dengan bidang keahlian yang relevan dengan substansi produk berupa
“Buku Ajar Pertunjukan Drama Realis untuk Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia” dan video suplemen pembelajaran
“Catatan Belakang Panggung”. Validator yang menilai produk dibagi menjadi
beberapa bagian keahlian yaitu penilaian ahli pedagogi, penilaian ahli bahan ajar,
penilaian ahli drama, penilaian ahli bahasa, dan penilaian mahasiswa.
11. Revisi Produk
Revisi produk merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan yang
dilakukan. Revisi produk mengacu pada hasil penilaian para ahli yang telah
dilakukan sehingga dapat memetakan kelayakan produk yang telah disusun.
Selain itu, uji coba lebih lanjut tidak dapat dilakukan karena pembelajaran
dilakukan secara daring dan substansi pembelajaran diubah sesuai kebutuhan
pembelajaran daring akibat pandemic Covid 19 sehingga uji coba produk tidak
dapat dilakasankan. Dengan demikian, revisi produk menjadi tahapan akhir yang
dilakukan dalam penelitian pengembangan produk buku ajar drama untuk
mahasiswa program studi PBSI berbasis TPACK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
3.3 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi beberapa sumber sesuai
dengan tahapan prosedur pengembangan yang telah dirumuskan. Sumber data
yang dijabarkan dalam penelitian pengembangan ini meliputi 1) sumber data
analisis kebutuhan, 2) sumber data penilaian desain produk, 3) sumber data
penilaian produk. Sumber data yang muncul dalam penelitian ini dijabarkan lebih
lanjut sebagai berikut.
3.3.1 Sumber Data Analisis Kebutuhan
Sumber data analisis kebutuhan terdiri dari tiga sumber data yaitu sumber
data analisis dokumen, sumber data kuesioner, dan sumber data wawancara.
Sumber data yang dirumuskan pada tahap analisis kebutuhan digunakan untuk
mencari data awal pemetaan potensi pengembangan. Data yang dihasilkan berupa
tinjauan deskriptif keselarasan komponen RPS, data kuantitatif prosentase situasi
mahasiswa, dan data kualitatif berupa testimoni dari para narasumber.
Sumber data analisis dokumen diperoleh dari dokumen RPS mata kuliah
Pergelaran Sastra yang disusun oleh dosen pengampu mata kuliah tersebut di
program studi PBSI Universitas Sanata Dharma. RPS mata kuliah Pergelaran
Sastra terdiri dari beberapa komponen yaitu deskripsi mata kuliah, capaian
perkuliahan, tabel aktivitas perkuliahan, dan rancangan tugas perkuliahan.
Sumber data kuesioner kebutuhan mahasiswa diperoleh dari responden
yang terdiri dari mahasiswa program studi PBSI Universitas Sanata Dharma.
Kriteria mahasiswa yang mengisi adalah mahasiswa aktif dari angkatan 2019
hingga angkatan 2016. Mahasiswa tersebut dibagi menjadi dua kategori yaitu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mahasiswa yang sudah menempuh mata kuliah Pergelaran Sastra dan mahasiswa
yang belum menempuh mata kuliah Pergelaran Sastra. Responden yang mengisi
kuesioner tersebut yaitu lima puluh enam mahasiswa dari angkatan 2019 hingga
2016 program studi PBSI Universitas Sanata Dharma. Rincian responden
mahasiswa dapat dilihat dalam tabel berikut.
No. Angkatan Jumlah
Responden Status
1. 2019 18 belum mengikuti perkuliahan Pergelaran Sastra
2. 2018 16 belum mengikuti perkuliahan Pergelaran Sastra
3. 2017 6 sudah mengikuti perkuliahan Pergelaran Sastra
4. 2018 6 sudah mengikuti perkuliahan Pergelaran Sastra
Sumber data wawancara diperoleh dari narasumber dengan berbagai latar
belakang yang dianggap memiliki relevansi untuk analisis kebutuhan. Narasumber
terdiri dari ketua program studi PBSI Universitas Sanata Dharma, dosen
pengampu mata kuliah Pergelaran Sastra, dosen ahli bidang drama, dan guru
bahasa Indonesia sekaligus alumni program studi PBSI Universitas Sanata
Dharma. Narasumber yang dirumuskan sebagai sumber data analisis kebutuhan
dirincikan sebagai berikut.
No. Nama Kode
Data Profesi Lembaga
1. Rishe Purnama Dewi, KPS Dosen dan Ketua
Program Studi Universitas Sanata
Tabel 3.1 Daftar Sumber Data Kuesioner Mahasiswa
Tabel 3.2 Daftar Sumber Data Wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
S.Pd., M.Hum. PBSI Dharma
2.
J. Prapta Diharja,
M.Hum. DP 1 Dosen Pengampu
Mata Kuliah
Pergelaran Sastra
Universitas Sanata
Dharma P. Hariyanto, M.Pd. DP 2
3. Rukman Rosadi, M.Sn. DAJT Dosen dan Praktisi
Teater
Institus Seni
Indonesia
Yogyakarta
4.
Elizabeth Rizki, S.Pd. G1
Guru Mapel
Bahasa Indonsia &
Guru Mapel Seni
Drama
SMPK 5 Penabur
Jakarta Timur &
SMPK 2 Jakarta
Pusat
Dewi Puji Lestari,
S.Pd. G2
Guru Mapel
Bahasa Indonesia
SMAK Santo
Hendrikus
Surabaya
Andronikus Kresna,
S.Pd. G3
Guru Mapel
Bahasa Indonesia
dan Guru Ekskul
Teater
SMAK Penabur
Bintaro Jaya
3.3.2 Sumber Data Penilaian Desain Produk
Sumber data penilaian desain produk adalah para ahli yang memiliki
relevansi bidang keahlian pada pendekatan TPACK yang diterapkan pada desain
produk. Ahli yang menilai terdiri dari tiga ahli dengan spesifikasi keahlian drama,
pedagogi, dan teknologi. Desain produk yang dinilai adalah RPS mata kuliah
Pergelaran Sastra yang disusun berdasarkan pendekatan TPACK dan hasil analisis
kebutuhan. Rincian sumber data penilaian desain produk dapat dicermati pada
tabel berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
No. Nama Kode
Data Profesi Lembaga
Bidang
Keahlian
1. Yohanes Padmo
Adi, S.S. M.Hum. VDP 1
Dosen dan
Praktisi
Teater
Prodi Sastra
Jepang,
Universitas
Brawijaya
Malang
Drama
2.
Dr. Yuliana
Setyaningsih, M.
Pd.
VDP 2 Dosen
Prodi Magister
Pendidikan
Bahasa
Indonesia,
Universitas
Sanata Dharma
Pedagogi
3. Pius Nurwidasa,
M.Ed. Ed.D VDP 3 Dosen
Prodi Magister
Pendidikan
Bahasa
Indonesia,
Universitas
Sanata Dharma
Teknologi
Pembelajaran
3.3.3 Sumber Data Penilaian Produk
Sumber data penilaian produk adalah para ahli yang memiliki relevansi
bidang keahlian pada pendekatan TPACK yang diterapkan pada produk. Ahli
yang menilai dibagi dengan spesifikasi keahlian yaitu drama, pedagogi, bahan
ajar, dan bahasa. Selain itu, penilaian produk juga diarahkan pada penilaian
mahasiswa sebagai subjek pelaksana mata kuliah Pergelaran Sastra. Produk yang
dinilai berupa “Buku Ajar Pertunjukan Drama Realis untuk Mahasiswa
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia” dan video suplemen pembelajaran
“Catatan Belakang Panggung”. Rincian sumber data penilaian produk dapat
dicermati pada tabel berikut.
Tabel 3.3 Daftar Sumber Data Penilaian Desain
Produk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
No. Nama Kode
Data Profesi Lembaga
Bidang
Keahlian
1. Yohanes Padmo
Adi, S.S. M.Hum. VPP 1
Dosen dan
Praktisi
Teater
Prodi Sastra
Jepang,
Universitas
Brawijaya
Malang
Drama
2. Septina
Krismawati, M.A. VPP 2 Dosen
S1 Prodi
Pendidikan
Bahasa dan
Sastra
Indonesia,
Universitas
Sanata Dharma
Drama
3.
Dr. Yuliana
Setyaningsih, M.
Pd.
VPP 3 Dosen
Prodi Magister
Pendidikan
Bahasa
Indonesia,
Universitas
Sanata Dharma
Pedagogi
4.
Rishe Purnama
Dewi, S.Pd.,
M.Hum.
VPP 5 Dosen
S1 Prodi
Pendidikan
Bahasa dan
Sastra
Indonesia,
Universitas
Sanata Dharma
Bahan Ajar
5. Pius Nurwidasa,
M.Ed. Ed.D VPP 6 Dosen
Prodi Magister
Pendidikan
Bahasa
Indonesia,
Universitas
Sanata Dharma
Bahan Ajar
6. Prof. Dr. Pranowo VPP 7 Dosen Prodi Magister
Pendidikan
Bahasa
Bahasa
Tabel 3.4 Daftar Sumber Data Penilaian Produk oleh Ahli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Indonesia,
Universitas
Sanata Dharma
No. Nama Kode
Data Profesi Lembaga Status
1. Regina Dhea
Caesarine VPM 1
Mahasiswa
Angkatan
2018 A
S1 Prodi
Pendidikan
Bahasa dan
Sastra
Indonesia,
Universitas
Sanata Dharma
Sedang
Menempuh
Mata Kuliah
Pergelaran
Sastra di
Semester 5
2. Handranus
Rangga Wijaya VPM 2
Mahasiswa
Angkatan
2018 A
S1 Prodi
Pendidikan
Bahasa dan
Sastra
Indonesia,
Universitas
Sanata Dharma
Sedang
Menempuh
Mata Kuliah
Pergelaran
Sastra di
Semester 5
3. Franziska Cata
Danirmala VPM 3
Mahasiswa
Angkatan
2018 A
S1 Prodi
Pendidikan
Bahasa dan
Sastra
Indonesia,
Universitas
Sanata Dharma
Sedang
Menempuh
Mata Kuliah
Pergelaran
Sastra di
Semester 5
4. Gabriella Ogisa
Setiawan VPM 4
Mahasiswa
Angkatan
2018 A
S1 Prodi
Pendidikan
Bahasa dan
Sastra
Indonesia,
Universitas
Sanata Dharma
Sedang
Menempuh
Mata Kuliah
Pergelaran
Sastra di
Semester 5
5. Anik Mayangsari VPM 5 Mahasiswa
Angkatan
S1 Prodi
Pendidikan
Sedang
Menempuh
Tabel 3.5 Daftar Sumber Data Penilaian Produk oleh Mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
2018 A Bahasa dan
Sastra
Indonesia,
Universitas
Sanata Dharma
Mata Kuliah
Pergelaran
Sastra di
Semester 5
6. Elsa Bima
Bernata VPM 6
Mahasiswa
Angkatan
2018 B
S1 Prodi
Pendidikan
Bahasa dan
Sastra
Indonesia,
Universitas
Sanata Dharma
Sedang
Menempuh
Mata Kuliah
Pergelaran
Sastra di
Semester 5
7. Clara Wening
Larasati VPM 7
Mahasiswa
Angkatan
2018 B
S1 Prodi
Pendidikan
Bahasa dan
Sastra
Indonesia,
Universitas
Sanata Dharma
Sedang
Menempuh
Mata Kuliah
Pergelaran
Sastra di
Semester 5
8. Fransiska Yubelia
Leoni VPM 8
Mahasiswa
Angkatan
2018 B
S1 Prodi
Pendidikan
Bahasa dan
Sastra
Indonesia,
Universitas
Sanata Dharma
Sedang
Menempuh
Mata Kuliah
Pergelaran
Sastra di
Semester 5
9. Ananda Bagas
Sentana VPM 9
Mahasiswa
Angkatan
2018 B
S1 Prodi
Pendidikan
Bahasa dan
Sastra
Indonesia,
Universitas
Sanata Dharma
Sedang
Menempuh
Mata Kuliah
Pergelaran
Sastra di
Semester 5
10. Anastasia Niken VPM
10
Mahasiswa
Angkatan
2018 B
S1 Prodi
Pendidikan
Bahasa dan
Sastra
Indonesia,
Universitas
Sedang
Menempuh
Mata Kuliah
Pergelaran
Sastra di
Semester 5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Sanata Dharma
3.4 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Sugiyono (2014:193) menyatakan teknik pengumpulan data merupakan
langkah yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan
data yang digunakan dalam peneilitian ini berupa wawancara, kuesioner, dan
analisis dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan tersebut diwujudkan
ke dalam instrumen penelitian yang disesuaikan dengan tiap karakteristik tahapan
penelitian. Sugiyono (2014:172) menyatakan instrumen dalam penelitian dapat
berupa pedoman wawancara, pedoman observasi, dan pedoman kuesioner.
Penjabaran teknik dan instrumen pengumpulan data dijabarkan sebagai berikut.
1. Wawancara
Nurgiyantoro (2010:96) menyatakan wawancara (interview) merupakan
suatu cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi dari responden
(peserta didik, orang yang diwawancarai) dengan melakukan tanya jawab sepihak.
Dalam penelitian pengembangan buku ajar, teknik wawancara digunakan pada
tahap analisis kebutuhan dengan mewawancarai narasumber yang dianggap
relevan dengan topik penelitian. Instrumen penilaian yang disusun berupa kisi-kisi
pertanyaan dan daftar pertanyaan. Data yang diperoleh yaitu data kualitatif berupa
transkrip wawancara. Rincian kisi-kisi dan instrumen penelitian dapat dicermati
pada lampiran.
2. Analisis Dokumen
Analisis dokumen yang dimaksudkan adalah tinjauan terhadap dokumen
pembelajaran berupa Rancangan Pembelajaran Semester yang telah dirancang
oleh dosen pengampu mata kuliah Pergelaran Sastra. Dokumen tersebut menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
gambaran susunan materi yang telah dirancang guna mencapai indikator-indikator
pembelajaran pada perkuliahan yang sudah ada sehingga menjadi pembanding
untuk penyusunan pada materi buku ajar ajar drama. Instrumen yang digunakan
berupa form analisis keselarasan dokumen untuk meninjau tiap elemen isi RPS.
Data yang diperoleh yaitu data kualitatif berupa tinjauan keselarasan elemen isi
RPS. Rincian instrumen penelitian dapat dicermati pada lampiran.
3. Kuesioner
Kuesioner yang dimaksud merupakan kuesioner yang dipisahkan
berdasarkan kebutuhan penelitian yaitu kuesioner untuk analisis kebutuhan,
validasi instrumen analisis kebutuhan, validasi desain produk, validasi instrumen
penilaian produk, dan penilaian produk. Kebutuhan kuesioner tersebut digunakan
berdasarkan tahapan yang telah dirumuskan pada prosedur penelitian. Bentuk
kuesioner juga disesuaikan dengan kebutuhan data yang diharapkan. Kebutuhan
kuesioner tersebut dirumuskan menjadi instrumen penelitian sesuai tahapan
penelitian.
Kuesioner yang digunakan pada tahapan analisis kebutuhan berupa
kuesioner analisis kebutuhan mahasiswa. Kuesioner disusun dengan mengacu
skala likert yang menyediakan lima kategori yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak
setuju (TS), ragu-ragu (RR), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Kisi-kisi kuesioner
disusun berdasarkan acuan terhadap topik penelitian yaitu topik drama dan
pendekatan TPACK. Data yang dihasilkan dari instrumen kuesioner analisis
kebutuhan mahasiswa berupa data kuantitatif yaitu data prosentase analisis
kebutuhan mahasiwa. Rincian instrumen kuesioner dapat dilihat pada lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Kuesioner yang digunakan pada tahapan penilaian instrumen analisis
kebutuhan berupa kuesioner penilaian ahli. Kuesioner disusun dengan mengacu
skala Guttman yang menyediakan dua kategori yaitu tidak setuju (TS), dan setuju
(S). Instrumen penilaian juga menyediakan catatan deskriptif yang memberikan
tanggapan terhadap aspek yang dinilai pada tiap poinnya. Instrumen kuesioner
dibagi menjadi dua kategori keahlian yaitu drama baik secara sastra maupun
pertunjukan dan pedagogi secara komprehensif. Data yang dihasilkan dari
instrumen penilaian instrumen analisis kebutuhan berupa data kualitatif kelayakan
instrumen analisis kebutuhan. Rincian instrumen kuesioner dapat dilihat pada
lampiran.
Kuesioner yang digunakan pada tahapan penilaian desain produk berupa
kuesioner penilaian ahli. Kuesioner disusun dengan mengacu skala Guttman yang
menyediakan dua kategori yaitu tidak setuju (TS), dan setuju (S). Instrumen
penilaian desain produk juga menyediakan catatan deskriptif yang memberikan
tanggapan terhadap aspek yang dinilai pada tiap poinnya. Instrumen kuesioner
dibagi menjadi tiga kategori keahlian yaitu drama baik secara sastra maupun
pertunjukan, pedagogi dan teknologi. Data yang dihasilkan dari instrumen
penilaian produk berupa data kualitatif kelayakan desain produk. Rincian
instrumen kuesioner dapat dilihat pada lampiran.
Kuesioner yang digunakan pada tahapan penilaian produk berupa
kuesioner penilaian ahli dan mahasiswa. Kuesioner disusun dengan mengacu
rating scale yang menyediakan empat kategori yaitu 1, 2, 3, dan 4. Kisi-kisi
kuesioner disusun berdasarkan acuan terhadap produk yang telah disusun yaitu
buku ajar drama dan video suplemen pembelajaran. Data yang dihasilkan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
instrumen kuesioner penilaian produk berupa data kuantitatif yaitu data hasil nilai
kelayakan produk. Rincian instrumen kuesioner dapat dilihat pada lampiran.
No.
Kode
Subjek
Penelitian
Teknik
Pengumpulan
Data
Instrumen Tahapan
AD Analisis
Dokumen
Form Analisis
Keselarasan
Analisis
Kebutuhan
KPS Wawancara
Daftar Pertanyaan
Wawancara Ketua
Program Studi
DAJT Wawancara
Daftar Pertanyaan
Wawancara Dosen
Ahli Jurusan Teater
DP 1 & DP
2 Wawancara
Daftar Pertanyaan
Wawancara Dosen
Pengampu
G1, G2, G3 Wawancara
Daftar Pertanyaan
Wawancara Guru
Bahasa Indonesia
M1 sampai
M56 Kuesioner
Form Kuesioner
Analisis Kebutuhan
Mahasiswa
VIAP 1,
VIAP 2,
VIAP 3
Kuesioner
Form Validasi
Instrumen Analisis
Kebutuhan
VDP 1, VDP
2, VDP 3 Kuesioner
Form Validasi Desain
Produk
Penilaian
Desain Produk
VPP 1, VPP
2, VPP 3 Kuesioner
Form Penilaian
Produk oleh Ahli
Drama Penilaian
Produk
VPP 4 &
VPP 5 Kuesioner Form Penilaian
Produk oleh Ahli
Tabel 3.6 Kisi-Kisi Umum Teknik Pengumpulan Data & Instrumen
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Pedagogi
VPP 6 &
VPP 7 Kuesioner
Form Penilaian
Produk oleh Ahli
Bahan Ajar
VPP 8 Kuesioner
Form Penilaian
Produk oleh Ahli
Bahasa
VPM 1
sampai 10 Kuesioner
Form Penilaian
Produk oleh
Mahasiswa
VIPP 1,
VIPP 2 Kuesioner
Form Validasi
Instrumen Penilaian
Produk
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dibagi menjadi
beberapa bagian sesuai karakteristik tiap tahapan penelitian. Berdasarkan prosedur
pengembangan yang telah dijabarkan, analisis data yang dilakukan tersebut
terbagi menjadi tiga yaitu 1) teknik analisis data kebutuhan, 2) teknik analisis data
validasi desain produk, dan 3) teknik analisis data validasi produk. Rincian
pemaparan teknik analisis data yang digunakan dapat dicermati sebagai berikut.
3.5.1 Teknik Analisis Data Kebutuhan
Analisis data kebutuhan terdiri dari data analisis dokumen, data kuesioner
mahasiswa, dan data wawancara para narasumber yang relevan dengan topik
penelitian. Teknik mengacu pada teknik analisis data oleh Miles dan Huberman
(dalam Sugiyono, 2014:369-375) yang meliputi reduksi data, sajian data, dan
simpulan. Reduksi data yang dilakukan adalah memilah dan merangkum data-data
yang penting sehingga dapat merumuskan pola yang muncul pada data. Sajian
data yang dilakukan adalah menyusun tampilan hasil data yang telah direduksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
sesuai dengan karakteristik data masing-masing. Setelah menyusun sajian data,
simpulan terhadap data diambil guna memberikan justifikasi pada kemunculan
data.
Bagian pertama teknik analisis data kebutuhan berdasarkan analisis
dokumen RPS mata kuliah Pergelaran. Reduksi data yang dilakukan dengan
mengkategorikan elemen RPS ke dalam fom analisis keselarasan sehingga
memunculkan aspek dan pola data pada elemen RPS. Sajian data yang dilakukan
adalah membuat penjabaran deskriptif terhadap hasil analisis data. Setelah
menyusun sajian data, simpulan terhadap data diambil guna memberikan
justifikasi pada kemunculan sajian data analisis dokumen RPS mata kuliah
Pergelaran Sastra.
Bagian kedua teknik analisis data kebutuhan berdasarkan kuesioner
kebutuhan mahasiswa. Kuesioner yang diajukan berupa pernyataan-pernyataan
yang sudah dikateogrikan sesuai dengan pendekatan TPACK dalam bidang
drama. Kuesioner disusun dengan mengacu skala likert yang menyediakan lima
kategori yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), ragu-ragu (RR), setuju
(S), dan sangat setuju (SS). Reduksi data yang dilakukan dengan mengkategorikan
jumlah hasil tiap pernyataan lalu menghitung prosentase dari tiap poin pernyataan
dengan rumus berikut.
Sajian data yang dilakukan adalah membuat tabel hasil prosentase dari tiap
pernyataan. Setelah menyusun sajian data, simpulan deskriptif kualitatif terhadap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel 3.7 Kategori Interval Skala Guttman
data diambil guna memberikan justifikasi pada kemunculan sajian data prosentase
jawaban mahasiswa.
Bagian ketiga teknik analisis data kebutuhan berdasarkan wawancara.
Reduksi data yang dilakukan dengan mengkategorikan jawaban narasumber ke
dalam transkrip form pertanyaan sehingga jawaban diselaraskan dengan topik
pertanyaannya. Sajian data yang dilakukan adalah membuat penjabaran deskriptif
terhadap hasil analisis data wawancara. Setelah menyusun sajian data, simpulan
terhadap data diambil guna memberikan justifikasi pada kemunculan sajian data
wawancara narasumber.
3.5.2 Teknik Analisis Data Validasi Desain Produk
Analisis data validasi desain produk terdiri dari data tanggapan ahli
terhadap desain produk berupa RPS mata kuliah Pergelaran Sastra yang sudah
disusun. Teknik mengacu pada teknik analisis data dengan skala Guttman (dalam
Sugiyono, 2014:169) yang merujuk pada penilaian dengan dua skala yaitu setuju
dan tidak setuju. Data yang diperoleh berupa jawaban tegas atas penilaian ahli
terhadap desain produk yang disusun. Rentang kategori skor (Widyoko dalam
Prasetyo, 2017) dalam penghitungan validasi yang menggunakan skala Guttman
mengacu pada interval berikut:
Nilai Interval Kriteria Konversi
1 0.5 < �̅�⩽ 1 Setuju Layak
0 0 < �̅�⩽ 0.5 Tidak Setuju Tidak Layak
Setelah menyusun sajian data, simpulan terhadap data diambil guna memberikan
justifikasi pada kemunculan data validasi desain produk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tabel 3.8 Kategori Interval Rating Scale
3.5.3 Teknik Analisis Data Validasi Produk
Analisis data validasi produk berdasarkan kuesioner penilaian ahli dan
mahasiswa. Kuesioner yang diajukan berupa pernyataan-pernyataan yang sudah
dikateogrikan sesuai dengan spesifikasi bidang keahlian dalam menanggapi
produk yang telah disusun. Kuesioner disusun dengan mengacu rating scale yang
menyediakan empat kategori yaitu 1, 2, 3, dan 4. Reduksi data yang dilakukan
dengan mengkategorikan jumlah hasil tiap pernyataan lalu menghitung rerata skor
dari tiap poin pernyataan dengan rumus berikut.
Sajian data yang dilakukan adalah membuat tabel hasil kategori skor dengan
panduan (Widyoko, 2015:106) sebagai berikut.
Skor tertinggi: 4 (sangat baik)
Skor terendah: 1 (sangat tidak baik)
Skala interval: = 0,75
Interval Skor Kategori
3,25 < X ≤ 4,00 Sangat Baik
2,50 < X ≤ 3,25 Baik
1,75 < X ≤ 2,50 Tidak Baik
1,00 ≤ X ≤ 1,75 Sangat Tidak Baik
Setelah menyusun sajian data, simpulan deskriptif kualitatif terhadap data diambil
guna memberikan justifikasi pada kemunculan sajian data skor penilaian produk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
Pada bagian ini, hasil penelitian diperinci untuk menjelaskan proses dan
hasil dari penelitian pengembangan buku ajar drama berbasis technological
pedagogical content knowledge (TPACK). Hasil dan pembahasan penilitian
dibagi menjadi empat subbab sebagai berikut. (1) deskripsi langkah-langkah
pelaksanaan pengembangan buku ajar drama berbasis technological pedagogical
content knowledge untuk mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, (2)
pemaparan deskripsi data, (3) hasil analisis data, dan (4) pembahasan produk.
4.1 Deskripsi Langkah-langkah Pengembangan Buku Ajar Drama .
Penelitian ini memiliki produk berupa buku ajar drama berbasis TPACK
untuk mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
Penelitian dan pengembangan buku ajar ini muncul sebagai solusi untuk
mempersiapkan pengajaran drama pada mahasiswa program studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia yang notabennya merupakan calon guru bahasa
Indonesia. Untuk mengembangkan buku ajar ini, peneliti melakukan beberapa
tahapan penelitian pengembangan yang dijabarkan sebagai berikut: 1) analisis
kebutuhan, 2) penyusunan desain, 3) penyusunan produk buku ajar 4) penilaian
produk, dan 5) revisi produk. Langkah-langkah tersebut diuraikan sebagai berikut.
4.1.1 Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan didasarkan pada pembelajaran praktik drama dalam
mata kuliah Pergelaran Sastra di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (PBSI USD). Mata kuliah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
tersebut memiliki karakteristik pembelajaran tentang pertunjukan drama yang
didominasi dengan penguasaan keterampilan walaupun juga tetap memberikan
penguasaan pengetahuan maupun sikap. Namun, implementasi pembelajaran
pertunjukan drama tersebut masih memiliki kendala-kendala baik dari pihak
pengajar maupun mahasiswa. Kendala dari pengajar adalah adanya perbedaan
persepsi konsep pertunjukan drama dan capaian pembelajaran yang dikehendaki.
Kendala dari mahasiswa adalah kurangnya ketersediaan referensi yang dapat
menjadi panduan belajar mengenai praktik pertunjukan drama. Berdasarkan
permasalahan tersebut, peneliti merumuskan analisis kebutuhan untuk melihat
urgensi permasalahan sebagai data awal dalam pengembangan buku ajar drama
yang tepat pada mata kuliah Pergelaran Sastra.
Analisis kebutuhan digunakan untuk menggali data-data awal yang
diperlukan bagi pengembangan produk buku ajar. Analisis kebutuhan dibagi
menjadi beberapa aspek yaitu 1) analisis dokumen RPS mata kuliah Pergelaran
Sastra, 2) penyebaran kuesioner kepada mahasiswa PBSI baik yang belum pernah
mengikuti mata kuliah Pergelaran Sastra maupun yang telah mengikuti mata
kuliah Pergelaran Sastra, dan 3) wawancara narasumber yang mencakup dosen
pengampu, ketua program studi PBSI USD, dosen ahli drama dari Institut Seni
Indonesia Yogyakarta, serta guru bahasa Indonesia yang juga lulusan program
studi PBSI USD. Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dirumuskan,
kebutuhan dan target pembelajaran pertunjukan drama yang dibutuhkan di prodi
PBSI USD tersebut dapat dipetakan sebagai acuan dasar dalam perancangan
desain pengembangan buku ajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Instrumen analisis kebutuhan telah divalidasi oleh ahli yang dianggap
memiliki kompetensi yang relevan yaitu aspek pendidikan, aspek drama sebagai
sastra, dan aspek drama sebagai pertunjukan. Validasi aspek pendidikan
dilakukan oleh Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd, dosen Magister Pendidikan
Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Validasi aspek drama sebagai
sastra dilakukan oleh Dr. Antonius Herujiyanto, M.A., dosen Magister
Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Validasi aspek drama
sebagai pertunjukan dilakukan oleh Yohanes Padmo Adi, S.S., M.Hum., praktisi
teater dan dosen prodi Sastra Jepang, Universitas Brawijaya Malang. Validasi
instrumen tersebut bertujuan untuk menguji kelayakan instrumen dalam
memperoleh data analisis kebutuhan dan hasil validasi menunjukan instrumen
dapat digunakan untuk tahapan analisis kebutuhan.
Analisis dokumen disusun dengan menganalisis dokumen RPS mata
kuliah Pergelaran Sastra yang ada di program studi PBSI USD. Analisis dokumen
yang dilakukan mencakup analisis keselarasan perangkat pembelajaran pada
rancangan pembelajaran semester dan rancangan tugas perkuliahan. Analisis
dokumen hendak memetakan keselarasan cakupan antar capaian pembelajaran,
indikator ketercapaian, materi pembelajaran, bentuk penugasan, luaran tugas, dan
juga aspek penilaian. Melalui analisis dokumen tersebut, pembelajaran drama
yang telah dilakukan pada mata kuliah Pergelaran Sastra dapat diperinci sehingga
menunjukkan karakteristik pembelajaran drama yang diharapkan.
Kuesioner mahasiswa disusun dengan mempertimbangkan pendekatan
TPACK yang dijadikan acuan penyusunan buku ajar drama. Kuesioner dibagi
menjadi empat aspek yaitu 1) materi drama, 2) pengajaran drama, 3) teknologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
dalam drama, dan 4) wawasan tentang drama. Aspek materi drama dibatasi
menjadi dua indikator yaitu 1) unsur dramaturgi dan 2) ruang lingkup pertunjukan
drama. Aspek pengajaran drama dibatasi menjadi empat indikator yaitu 1) kisi-
kisi drama dalam kurikulum nasional mata pelajaran bahasa Indonesia, 2)
pendekatan, model, dan teknik pembelajaran drama, 3) evaluasi pembelajaran
drama dan 4) pemilihan media pembelajaran drama. Aspek teknologi dalam
drama dibatasi menjadi dua indikator yaitu 1) pemahaman umum teknologi dalam
drama dan 2) ranah dan jenis teknologi dalam pertunjukan drama. Aspek
wawasan tentang drama dibagi menjadi dua indikator yaitu 1) apresiasi terhadap
karya drama dan 2) pengalaman dalam ruang lingkup drama. Keseluruhan
perumusan aspek dan indikator tersebut bertujuan untuk memetakan kemampuan
awal, pemahaman dasar dan juga hasil penguasaan materi pada mahasiswa PBSI
USD.
Kuesioner mahasiswa ini diberikan kepada mahasiswa aktif program studi
PBSI USD, baik yang belum pernah mengikuti mata kuliah Pergelaran Sastra
maupun yang sudah pernah mengikuti mata kuliah Pergelaran Sastra, dengan
cakupan mulai dari angkatan 2016 hingga angkatan 2019. Tahun angkatan
tersebut diklasifikasikan sebagai berikut yaitu angkatan 2016 dan 2017 telah
menempuh mata kuliah Pergelaran Sastra serta angkatan 2018 dan 2019 belum
menempuh mata kuliah Pergelaran Sastra . Mahasiswa angkatan 2016 yang
mengisi kuesioner ada enam orang. Mahasiswa angkatan 2017 yang mengisi
kuesioner ada enam orang. Mahasiswa angkatan 2018 yang mengisi kuesioner
ada enam belas orang. Mahasiswa angkatan 2019 yang mengisi kuesioner ada
delapan belas orang. Berdasarkan pemetaan penyebaran kuesioner, gambaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
penguasaan materi drama dapat tercermin guna melihat dan menakar kriteria
capaian dan target materi pada buku ajar drama yang dikembangkan.
Wawancara ditujukan kepada beberapa narasumber yang dianggap
mememiliki relevansi terhadap pengembangan buku ajar drama berbasis TPACK
untuk mahasiswa PBSI. Narasumber yang diwawancarai terdiri dari dua dosen
pengampu mata kuliah Pergelaran Sastra PBSI USD, ketua program studi PBSI
USD, satu dosen teater ISI Yogyakarta, dan tiga guru bahasa Indonesia lulusan
PBSI USD. Wawancara dosen pengampu ditujukan pada P. Hariyanto, M.Pd dan
J. Prapta Diharja, M.Hum untuk memperoleh informasi mengenai praktik
pembelajaran drama di mata kuliah Pergelaran Sastra. Wawancara ketua program
studi PBSI USD ditujukan pada Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum. untuk
memperoleh informasi mengenai visi-misi program studi dan target capaian
melalui mata kuliah Pergelaran Sastra. Wawancara dosen teater ISI Yogyakarta
ditujukan kepada Rukman Rosadi, M.Sn. untuk memperoleh informasi mengenai
karakteristik pembelajaran drama untuk institusi pendidikan non-jurusan seni.
Wawancara tiga guru bahasa Indonesia alumni PBSI USD ditujukan kepada Dewi
Puji Lestari, S.Pd., Elisabeth Rizki, S.Pd. dan Andronikus Kresna, S.Pd. untuk
memperoleh informasi mengenai praktik pembelajaran drama di sekolah dan
kendala guru dalam pengajaran drama.
Pertanyaan-pertanyaan wawancara diarahkan untuk mendapatkan data
tentang pembelajaran drama dengan spesifikasi bidang masing-masing
narasumber. Pertanyaan-pertanyaan wawancara yang diajukan pun menyesuaikan
pendekatan yang digunakan dalam pengembangan buku ajar drama berbasis
TPACK yaitu topik seputar materi drama, pembelajaran drama, teknologi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
drama dan wawasan drama. Informasi-informasi yang diperoleh dari wawancara
tiap narasumber tersebu digunakan sebagai informasi pendukung untuk menyusun
desain produk buku ajar drama berbasis TPACK untuk mahasiswa program studi
PBSI.
4.1.2 Penyusunan Desain Produk
Tahapan selanjutnya adalah penyusunan desain produk berupa Rancangan
Perkuliahan Semester (RPS) dan Rancangan Tugas Perkuliahan (RTP) mata
kuliah Pergelaran Sastra sebagai dasar untuk menyusun produk buku ajar drama.
RPS dan RTP memberikan gambaran rancangan kompetensi, materi, aktivitas dan
penugasan yang digunakan untuk penyusunan isi buku ajar drama untuk mata
kuliah Pergelaran Sastra. Garis besar RPS terdiri atas 1) Identitas Mata Kuliah, 2)
Deskripsi Mata Kuliah, 3) Capaian Pembelajaran Lulusan, 4) Capaian
Pembelajaran Mata Kuliah, 5) Tabel Rencana Pembelajaran, dan 6) Uraian Proses
Pembelajaran. Garis besar RTP terdiri atas 1) Identitas Mata Kuliah, 2)
Rancangan Tugas, dan 3) Rubrik Penilaian. Penyusunan RPS dan RTP tersebut
disesuaikan pendekatan yang digunakan dalam pengembangan produk buku ajar
yaitu TPACK.
Desain RPS dan RPS yang telah disusun tersebut mengacu pada salah satu
bentuk drama yang dinilai dapat menjadi dasar pembelajaran drama dalam
konteks pembelajaran drama di program studi PBSI USD yaitu pertunjukan
drama realis. Pertimbangan tersebut mengacu pada testimoni Rukman Rosadi,
M.Sn., dosen jurusan teater ISI Yogyakarta, yang mengatakan bahwa drama realis
dapat dijadikan pijakan pembelajaran karena sifat drama realis yang obyektif dan
logis (lih. Lampiran Transkrip Wawancara Dosen Ahli Drama). Ungkapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
tersebut juga didukung dengan pandangan Cohen (2011) yang menyebutkan
bahwa pertunjukan realis memiliki dimensi obyektivitas yang mengacu pada fakta
empiris kehidupan sebagai referen pertunjukannya. Selain itu, pertimbangan
karakteristik mata kuliah Pergelaran Sastra yang memberikan bekal keterampilan
pada mahasiswa terhadap praktik pembuatan pertunjukan dan kebutuhan
pembelajaran drama di sekolah dianggap lebih dekat untuk mempelajari proses
pertunjukan drama realis karena obyektivitasnya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara formal pembelajaran dan penilaian. Maka dari itu,
tema pertunjukan drama realis dijadikan kerangka besar dalam penyusunan desain
produk buku ajar drama berupa RPS dan RTP.
Desain produk berupa RPS dan RTP yang sudah disusun selanjutnya
divalidasi kelayakannya oleh tiga ahli dengan spesifikasi bidang yang berbeda.
Validator tersebut dibagi menjadi tiga bidang keahlian yaitu validator ahli
pedagogi, validator ahli drama (baik teori maupun praktik) dan validator ahli
teknologi pembelajaran. Validasi aspek pedagogi dilakukan oleh Dr. Yuliana
Setyaningsih, M.Pd, dosen Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas
Sanata Dharma. Validasi aspek drama baik teori maupun praktik dilakukan oleh
Yohanes Padmo Adi, S.S. M.Hum., praktisi teater dan dosen program studi Sastra
Jepang, Universitas Brawijaya Malang. Validasi aspek teknologi pembelajaran
dilakukan oleh Pius Nurwidasa, M.Ed. Ed.D, dosen Magister Pendidikan Bahasa
Indonesia, Universitas Sanata Dharma. Dari validasi itu, desain RPS dan RTP
dinyatakan layak dengan beberapa perbaikan yang harus dilakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
4.1.3 Penyusunan Produk Buku Ajar Drama
Berdasarkan desain RPS dan RTP yang telah disusun, peneliti melakukan
proses penyusunan produk buku ajar drama. Penyusunan produk buku ajar drama
dibagi menjadi dua produk yaitu buku ajar drama dan video suplemen
pembelajaran. Tema besar buku ajar drama dan video suplemen dispesifikan
untuk membahas drama dalam bentuk pertunjukan drama realis. Tema besar
tersebut dirumuskan dari pertimbangan analisis kebutuhan yang telah dilakukan
pada tahap awal penelitian dan desain produk yang telah disusun. Pertunjukan
drama realis dijelaskan secara konsep-konsep umum maupun teknis-teknis
penerapannya hingga menjadi sebuah pertunjukan di panggung.
Buku ajar drama yang disusun terdiri atas 1) sampul depan beserta sampul
belakang, 2) halaman judul, 3) ucapan terima kasih, 4) kata pengantar, 5) daftar
isi, 6) isi buku ajar berupa susunan materi dalam tiap bab, 7) daftar pustaka, 8)
daftar indeks gambar, dan 9) biografi penulis. Rincian isi buku ajar berupa
susunan materi tiap bab dibagi menjadi delapan bab yaitu 1) Dramaturgi Realis,
2) Penyutradaraan Realis, 3) Organisasi Pertunjukan, 4) Keaktoran, 5) Tata Suara,
6) Tata Latar dan Tata Cahaya, 7) Tata Rias dan Tata Busana, dan 8) Dinamika
Pertunjukan Drama Realis. Isi buku ajar dalam tiap bab dibagi mejadi beberapa
bagian yang meliputi pemaparan konsep dan hal teknis dalam elemen pertunjukan
drama realis, aktivitas pembelajarna yang harus dilakukan, bentuk penugasan
sesuai dengan topik pembahasan dan kriteria penilaian berupa rubrik penilaian.
Berikut ini adalah gambaran rancangan buku ajar tersebut.
Video suplemen pembelajaran disusun untuk menjadi pelengkap
pemahaman teoritis buku ajar drama yang berjumlah sepuluh video. Video
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
pembelajaran memberikan cerita pengalaman para seniman atau praktisi dalam
konteks pertunjukan drama realis. Video suplemen yang disusun merupakan
prototipe yang masih belum optimal dikarenakan kendala pandemi Covid-19 yang
menyebabkan tidak adanya pertunjukan teater yang diadakan sehingga tidak bisa
mengambil penerapan teknis panggung. Video suplemen pembelajaran disusun
dengan melibatkan enam narasumber yang merupakan seniman teater yaitu
Suhardjoso S.K., M.Sn. (bidang penyutradaraan), Muhammad Ramdan (bidang
keaktoran), Ibnu Shohib (bidang tata cahaya), Binti Wasingatul (bidang tata
busana), Juraiz Taftazani (bidang tata rias) Sambung Penumbra (bidang tata
suara) dan Natalius Yudha (bidang tata latar).
Video suplemen pembelajaran disusun dengan model dokumenter yaitu
menceritakan pemahaman dan pengalaman para seniman dalam pertunjukan
drama realis. Secara garis besar, video suplemen pembelajaran dibagi menjadi
dua yaitu video pemaparan konsep beserta pengalaman penerapannya dan video
contoh prakti elemen artistik sesuai topik pembahasan masing-masing. Isi video
suplemen pembelajaran terdiri atas 1) bumper judul, 2) cerita pemahaman dan
pengalaman narasumber, 3) ilustrasi teknis penerapan, dan 4) credit title. Berikut
ini adalah gambaran rancangan buku ajar tersebut.
4.1.4 Penilaian Produk Buku Ajar Drama
Penilaian produk merupakan tahapan penilaian produk yang dilakukan
oleh para ahli dengan spesifikasi bidang yang relevan dan mahasiswa untuk
menguji kelayakan produk yang telah disusun. Produk yang dinilai meliputi satu
buku ajar drama dan sepuluh video suplemen pembelajaran. Penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dikategorikan sesuai karakteristik pendekatan yang digunakan dalam penyusunan
produk yaitu TPACK dan materi isi yaitu pertunjukan drama realis.
Penilaian ahli terdiri dari validator yang memiliki relevansi keahlian
bidang dengan pendekatan TPACK. Penilaian aspek technological mengacu pada
bidang bahan ajar dan media pembelajaran. Penilaian aspek pedagogical mengacu
pada bidang perumusan kompetensi, susunan materi, aktivitas pembelajaran,
penugasan dan evaluasi pembelajaran. Penilaian aspek content dan knowledge
mengacu pada pemaparan isi materi seputar pertunjukan drama realis. Secara
lebih rinci, penialain ahli dibagi menjadi bidang yaitu dua ahli bidang drama, satu
ahli bidang pedagogi, satu ahli bidang bahasa, dan dua ahli bidang bahan ajar
Selain itu, penilaian juga mencakupa penilaian oleh mahasiswa sebagai
parameter untuk menguji kelayakan produk dari segi mahasiswa yang akan
menggunakan produk tersebut. Penilaian produk dari mahasiswa terdiri dari
sepuluh mahasiswa prodi PBSI USD angkatan 2018. Mahasiswa angkatan 2018
sedang melangsungkan mata kuliah Pergelaran Sastra di semester 5 pada tahun
ajaran 2020/2021. Penilaian oleh mahasiswa menggunakan kuesioner daring
melalui google form.
4.2 Deskripsi Data
Penelitian yang dilakukan menggunakan tahapan penelitian pengembangan
yang terdiri dari analisis kebutuhan, penyusunan desain produk, penyusunan
produk, penilaian produk dan revisi produk akhir. Melalui tahapan yang telah
ditemput, penelitian pengembangan bahan ajar drama ini menghasilkan data
berupa 1) data analisis kebutuhan, 2) data penyusunan dan validasi desain produk,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
3) data penyusunan produk, 4) data validasi produk, dan 5) data revisi produk.
Untuk memahami lebih lanjut, deskripsi data tersebut dijelaskan sebagai berikut.
4.2.1 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan
Data analaisis kebutuhan didapatkan menggunakan teknik pengumpulan
data berupa analisis dokumen, kuesioner dan wawancara. Data analisis kebutuhan
yang diperoleh tersebut terdiri dari 1) data analisis dokumen RPS dan RTP mata
kuliah Pergelaran Sastra, 2) data kuesioner mahasiswa, dan 3) data hasil
wawancara. Garis besar deskripsi data analisis kebutuhan digambarkan dalam
tabel sebagai berikut.
Tabel 4.1 Pemerolehan Data Analisis Kebutuhan
No. Instrumen
Penelitian Deskripsi Data Sumber Data
1. Form Analisis
Dokumen
Data keselarasan
capaian, indikator,
materi, aktivitas,
penugasan, dan
evaluasi pada mata
kuliah Pergelaran
Sastra.
Dokumen RPS dan RTP mata
kuliah Pergelaran Sastra PBSI
Perguruan Tinggi Swasta di
Yogyakarta
2. Kuesioner
Mahasiswa
Data kebutuhan
pembelajaran
mahasiswa S1
PBSI angkatan
2016-2019
56 mahasiswa S1 program studi
PBSI Perguruan Tinggi Swasta di
Yogyakarta
2.
Pedoman
Wawancara
Dosen Ahli
Data kebutuhan
pembelajaran
drama untuk
DAJT
Dosen Jurusan Teater, Fakultas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Jurusan Teater institusi
pendidikan jurusan
non-seni dan calon
guru bahasa
Indonesia.
Seni Pertunjukan, Institut Seni di
Yogyakarta
3.
Pedoman
Wawancara
Dosen
Pengampu
Mata Kuliah
Pergelaran
Sastra PBSI
Data kebutuhan
pembelajaran
drama pada mata
kuliah Pergelaran
Sastra.
DP 1
Dosen pengampu mata kuliah
Pergelaran Sastra di program studi
PBSI Perguruan Tinggi Swasta di
Yogyakarta.
DP 2
Dosen pengampu mata kuliah
Pergelaran Sastra di program studi
PBSI Perguruan Tinggi Swasta di
Yogyakarta.
4.
Pedoman
Wawancara
Guru Bahasa
Indonesia
Data kebutuhan
pembelajaran
drama pada praktik
pembelajaran
bahasa Indonesia
di sekolah
menengah.
G1
Guru Bahasa Indonesia di SMA
Swasta, Tangerang Selatan,
Banten
G2
Guru Bahasa Indonesia di SMP
Swasta Jakarta Pusat dan Guru
Seni Drama di SMP Swasta
Jakarta Timur.
G3
Guru Bahasa Indonesia di SMA
Swasta Surabaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
5.
Pedoman
Wawancara
Ketua Program
Studi PBSI
USD
Data kebutuhan
capaian
pembelajaran
drama pada
mahasiswa sesuai
dengan visi dan
misi institusi.
KPS
Ketua Program Studi PBSI
Perguruan Tinggi Swasta di
Yogyakarta
Untuk penjelasan lebih lanjut, data-data yang telah diperoleh dalam tahap analisis
kebutuhan dijelasakan sebagai berikut.
4.2.1.1 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Angket Mahasiswa PBSI
Data analisis kebutuhan yang menggunakan instrumen kuesioner tersebut
diperoleh dengan membagikan kuesioner secara acak pada mahasiswa PBSI
angkatan 2016-2017. Penyebaran kuesioner secara acak ini bertujuan untuk
memperoleh informasi tentang pemahaman dan penguasaan drama pada
mahasiswa dengan latar belakang yang bervariasi. Kuesioner disebarkan melalui
media digital secara daring yaitu menggunakan google form karena situasi
pandemi Covid-19 yang tidak memungkinkan untuk bertatap muka.
Data analisis kebutuhan yang diperoleh dari penyebaran kuesioner ini
didapatkan dari mahasiswa S1 program studi PBSI USD. Total mahasiswa PBSI
yang mengisi kuesioner berjumlah lima puluh enam orang dari angkatan 2016-
2019. Total tersebut diperinci sebagai berikut yaitu enam mahasiswa angkatan
2016, enam mahasiswa angkatan 2017, enam belas mahasiswa angkatan 2018, dan
delapan belas mahasiswa angkatan 2019. Data yang dihasilkan dari kuesioner ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
berwujud rekapitulasi skor dan prosentase yang disimpulkan menjadi data
kualitatif berupa penyimpulan atas hasil jawaban responden.
Kuesioner mahasiswa berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah
diklasifikasikan menggunakan pendekatan TPACK. Tujuan klasifikasi tersebut
yaitu mengkategorikam pemahaman dan kemampuan materi drama mahasiswa
untuk merumuskan kebutuhan pembelajaran drama. Data yang dihasilkan adalah
deskripsi mengenai materi drama, pengajaran drama, teknologi dalam drama, dan
wawasan mengenai drama itu sendiri. Pertanyaan-pertanyaan pada kuesioner
diarahkan untuk mendapatkan gambaran data pemahaman dan kemampuan
mahasiswa di bidang drama sebagai berikut.
a. Unsur Dramaturgi
b. Ruang Lingkup Pertunjukan Drama
c. Kisi-kisi Drama dalam Kurikulum Nasional Mata Pelajaran Bahasa
Indonesia.
d. Pendekatan, Model, dan Teknik Pembelajaran Drama.
e. Evaluasi Pembelajaran Drama.
f. Pemilihan Media Pembelajaran Drama.
g. Pemahaman Umum Teknologi dalam Drama.
h. Ranah dan Jenis Teknologi dalam Drama.
i. Apresiasi Terhadap Karya Drama.
j. Pengalaman dalam Ruang Lingkup Drama.
Rincian data pengisisan kuesioner mahasiswa secara lebih lanjut dapat dicermati
pada bagian lampiran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
4.2.1.2 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Wawancara Dosen Ahli Drama.
Data analisis kebutuhan yang menggunakan instrumen wawancara dosen
ahli drama tersebut ditujukan pada DAJT. selaku dosen jurusan Teater Institut
Negeri di Yogyakarta. Wawancara ditujukan untuk memperoleh data kebutuhan
pembelajaran drama untuk institusi pendidikan jurusan non-seni dan calon guru
bahasa Indonesia. Wawancara dilakukan dengan menggunakan media telepon
dikarenakan situasi pandemi Covid-19 yang tidak memungkinkan untuk bertemu
secara langsung. Peneliti mengajukan pertanyaan yang bertujuan untuk menggali
kebutuhan apa saja yang dibutuhkan dalam pembelajaran drama di perguruan
tinggi dan sekolah menengah serta menggali mengenai teknologi dalam
pementasan drama.
Wawancara dosen ahli drama berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah
diklasifikasikan berdasarkan orientasi pembelajaran drama di instiutsi pendidikan
non-jurusan seni dan penggunaan teknologi dalam drama. Tujuan klasifikasi
tersebut yaitu mengkategorikam gambaran ideal pembelajaran materi drama di
institusi pendidikan non-jurusan seni dan wawasan mengenai teknologi dalam
drama untuk merumuskan kebutuhan pembelajaran drama di institusi pendidikan
non-jurusan seni. Data yang dihasilkan adalah deskripsi mengenai pengajaran
drama di perguruan tinggi, pengajaran drama di sekolah menengah dan teknologi
dalam pertunjukan drama. Pertanyaan-pertanyaan wawancara diarahkan untuk
mendapatkan gambaran data kebutuhan pembelajaran drama untuk institusi
pendidikan jurusan non-seni dan calon guru bahasa Indonesia sebagai berikut.
a. Aspek dan Kemampuan yang Perlu Dikuasai dalam Pembelajaran Drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
b. Aspek dan Kemampuan yang Perlu Dikuasai dalam Memahami Naskah
Drama.
c. Aspek dan Kemampuan yang Dikuasai untuk Menciptakan Pertunjukan
Drama.
d. Pemetaan Materi Drama yang Diajarkan kepada Mahasiswa.
e. Evaluasi Pembelajaran Drama
f. Karakteristik Pembelajaran Drama di Sekolah Menengah.
g. Kompetensi Pembelajaran Drama di Sekolah Menengah.
h. Kompetensi Drama untuk Guru Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah.
i. Jenis Teknologi yang Digunakan dalam Pertunjukan Drama.
j. Metode Pengajaran Teknologi dalam Pertunjukan Drama.
4.2.1.3 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Wawancara Dosen Pengampu
Mata Kuliah Pergelaran Sastra
Data analisis kebutuhan yang menggunakan instrumen wawancara dosen
pengampu mata kuliah Pergelaran Sastra tersebut ditujukan pada DP 1.dan DP2,
selaku dosen PBSI PTS di Yogyakarta. Wawancara ditujukan untuk memperoleh
data kebutuhan pembelajaran drama pada mata kuliah Pergelaran Sastra.
Wawancara dilakukan dengan menggunakan dua yaitu wawancara langsung pada
DP2 dan wawancara dengan media email pada DP1 dikarenakan kondisi
kesehatan beliau dan situasi pandemi Covid-19 yang tidak memungkinkan untuk
bertemu secara langsung. Peneliti mengajukan pertanyaan yang bertujuan untuk
menggali kebutuhan dan karakterisitik mata kuliah Pergelaran Sastra yang
memberikan bekal praktik mahasiswa pada pertunjukan drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Wawancara dosen ahli drama berisi pertanyaan-pertanyaan yang telah
diklasifikasikan berdasarkan pendekatan TPACK dan visi misi program studi.
Tujuan klasifikasi tersebut yaitu mengkategorikan kebutuhan dan karakteristik
pembelajaran drama pada mata kuliah Pergelaran Sastra. Data yang dihasilkan
adalah deskripsi mengenai relevansi visi misi prodi pada mata kuliah Pergelaran
Sastra, materi drama, pengajaran drama, teknologi dalam drama, dan wawasan
mengenai drama itu sendiri. Pertanyaan-pertanyaan wawancara tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
a. Aspek dan Kemampuan yang Perlu Dikuasai dalam Pembelajaran Drama.
b. Aspek dan Kemampuan yang Perlu Dikuasai dalam Memahami Naskah
Drama.
c. Aspek dan Kemampuan yang Dikuasai untuk Menciptakan Pertunjukan
Drama.
d. Pemetaan Materi Drama yang Diajarkan kepada Mahasiswa.
e. Evaluasi Pembelajaran Drama
f. Karakteristik Pembelajaran Drama di Sekolah Menengah.
g. Kompetensi Pembelajaran Drama di Sekolah Menengah.
h. Kompetensi Drama untuk Guru Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah.
i. Jenis Teknologi yang Digunakan dalam Pertunjukan Drama.
j. Metode Pengajaran Teknologi dalam Pertunjukan Drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
4.2.1.4 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Wawancara dengan Guru Bahasa
Indonesia
Data analisis kebutuhan yang menggunakan instrumen wawancara guru
bahasa Indonesia tersebut ditujukan pada G1, G2, dan G3. selaku guru bahasa
Indonesia di sekolah menengah dan alumni PBSI PTS di Yogyakarta. Wawancara
ditujukan untuk memperoleh data kebutuhan pembelajaran drama pada praktik
pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah. Wawancara dilakukan
dengan menggunakan media daring yaitu google meets dikarenakan jarak
geografis yang berbeda. Peneliti mengajukan pertanyaan yang bertujuan untuk
menggali kebutuhan pembelajaran drama yang ada di sekolah menengah.
Wawancara guru bahasa Indonesia berisi pertanyaan-pertanyaan yang
telah diklasifikasikan berdasarkan pendekatan TPACK. Tujuan klasifikasi tersebut
yaitu mengkategorikan kebutuhan pembelajaran drama yang ada di sekolah
menengah sebagai rangkaian pembelajaran pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Data yang dihasilkan adalah deskripsi mengenai praktik pembelajaran drama di
sekolah menengah dan juga kendala-kendala yang ditemui. Pertanyaan-pertanyaan
wawancara tersebut dijelaskan sebagai berikut.
a. Kemampuan yang Perlu Dikuasai dalam Pembelajaran Naskah Drama.
b. Kemampuan yang Perlu Dikuasai dalam Pembelajaran Pertunjukan
Drama.
c. Pemetaan Materi Drama yang Diajarkan kepada Siswa di Sekolah.
d. Aktivitas Pembelajaran Drama bagi Siswa di Sekolah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
e. Cara Mengukur Ketercapaian Pembelajaran Drama pada Siswa Setelah
Menempuh Pembelajaran Drama.
f. Integrasi Pembelajaran Drama dengan Teknologi yang Mendukung
Pembelajaran di Sekolah.
g. Pembelajaran Teknologi yang Digunakan dalam Pertunjukan Drama.
h. Kendala Empiris yang Dialami dan Ditemui dalam Pembelajaran Drama di
Sekolah.
4.2.1.5 Deskripsi Data Analisis Kebutuhan Wawancara dengan Ketua
Program Studi
Data analisis kebutuhan yang menggunakan instrumen wawancara ketua
program studi PBSI tersebut ditujukan pada KPS, selaku dosen dan ketua program
studi S1 PBSI PTS di Yogyakarta. Wawancara ditujukan untuk memperoleh data
kebutuhan capaian pembelajaran drama pada mahasiswa sesuai dengan visi dan
misi institusi. Wawancara dilakukan dengan secara langsung. Peneliti mengajukan
pertanyaan yang bertujuan untuk menggali perwujudan visi misi dalam mata
kuliah Pergelaran Sastra dan orientasi persiapan calon guru bahasa Indonesia
melalui mata kuliah Pergelaran Sastra.
Wawancara ketua program studi S1 PBSI berisi pertanyaan-pertanyaan
yang telah diklasifikasikan berdasarkan visi misi program studi pada mata kuliah
Pergelaran Sastra. Tujuan klasifikasi tersebut yaitu mengkategorikan gambaran
ideal penerapan visi misi program studi pada mata kuliah Pergelaran Sastra. Data
yang dihasilkan adalah deskripsi mengenai karakteristik ideal visi misi dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
perisapan calon guru bahasa Indonesia melalui mata kuliah Pergelaran Sastra.
Pertanyaan-pertanyaan wawancara diarahkan sebagai berikut.
a. Dasar Perumusan Mata Kuliah Pergelaran Sastra Berdasarkan Visi Misi
Program Studi.
b. Karakteristik Pembelajaran Mata Kuliah Pergelaran Sastra Berdasarkan
Visi Misi Program Studi.
c. Kompetensi yang Dicapai pada Mata Kuliah Pergelaran Sastra
Berdasarkan Visi Misi Program Studi.
d. Evaluasi Program Studi Terhadap Pelaksanaan Mata Kuliah Pergelaran
Sastra.
e. Profil Lulusan yang telah Menempuh Mata Kuliah Pergelaran Sastra.
f. Saran untuk Pengembangan dan Perbaikan Mata Kuliah Pergelaran Sastra.
4.2.1.6 Deskripsi Data Analisis Dokumen RPS dan RTP Mata Kuliah
Pergelaran Sastra
Data analisis dokumen mengacu pada analisis dokumen RPS dan RTP
mata kuliah Pergelaran Sastra. Data yang diperoleh dari analisis dokumen tersebut
berupa data keselarasan capaian, indikator, materi, aktivitas, penugasan, dan
evaluasi pada mata kuliah Pergelaran Sastra. Analisis dokumen merupakan
teknik yang digunakan peneliti pada waktu pengumpulan data dari dokumen yang
dapat dijadikan pertimbangan bagi penyusunan desain buku ajar drama berbasis
TPACK.
Dokumen yang dianalisis dalam rangka pengumpulan data adalah Analisis
Keselarasan Perangkat Pembelajaran, Rancangan Pembelajaran Semester (RPS),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
dan Rancangan Tugas Perkuliahan Mata Kuliah Pergelaran Sastra. Analisis
tersebut dilakukan untuk melihat keselarasan tingkatan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik dalam elemen RPS dan RTP. Selain itu, analisis juga meninjau
katergori materi dan aktivitas yang dirumuskan. Keselarasan tingkatan ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik dalam elemen RPS dan RTP memberikan
gambaran tuntutan penguasaan materi yang menjadi target luaran pembelajaran.
Tinjauan kategori materi dan aktivitas pembelajaran memberikan gambaran
kesesuaian pemilihan pendekatan, model, dan teknik pembelajaran dalam
penguasaan materi drama yang diajarkan.
4.2.2 Deskripsi Data Penyusunan dan Validasi Desain Produk
Pada bagian ini, deskripsi data dibagi menjadi dua pemaparan yaitu 1) data
penyusunan desain produk dan 2) data validasi desain produk. Data penyusunan
desain produk berupa data gambaran isi RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran
Sastra yang disusun berdasarkan pemetaan analisis kebutuhan yang telah
dilakukan. Data validsai desain produk berupa data deskripsitif penilaian para ahli
terhadap desain produk RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran Sastra yang telah
disusun.
4.2.2.1 Deskripsi Data Penyusunan Desain Produk
Deskripsi data penyusunan desain produk merupakan tindak lanjut atas
hasil analisis kebutuhan yang dilakukan. Desain produk yang disusun berupa
dokumen RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran Sastra berbasis TPACK. Desain
produk yang disusun tersebut dikhususkan pada materi pertunjukan drama realis
yang dianggap relevan untuk memberikan pemahaman dasar mengenai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
pertunjukan drama. Desain produk RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran Sastra
berbasi TPACK yang telah disusun dibagi menjadi enam belas pertemuan dan
delapan topik materi mengenai proses penciptaan pertunjukan drama realis.
Desain produk RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran Sastra berbasis TPACK
tersebut terdiri dari beberapa bagian yaitu 1) identitas mata kuliah, 2) deskripsi
mata kuliah, 3) capaian pembelajaran lulusan, 4) capaian pembelajaran mata
kuliah, 5) tabel rencana pembelajaran, 6) uraian proses pembelajaran, dan 7)
rancangan tugas.
Identitas mata kuliah mencantumkan informasi singkat mengenai mata
kuliah Pergelaran Sastra. Elemen yang dicantumkan dalam identitas mata kuliah
terdiri dari nama mata kuliah, jumlah SKS, jumlah jam pertemuan, prasyarat mata
kuliah, semester mata kuliah beserta tahun akademik, dan nama penyusun.
Pengisian identitas mata kuliah tersebut dapat dicermati secara lengkap pada
lampiran desain produk RPS dan RTP mata kuliah Pergelara Sastra.
Deskripsi mata kuliah mencantumkan infomasi deskriptif mengenai
karakteristik mata kuliah Pergelaran Sastra. Elemen yang dicantumkan dalam
deskripsi mata kuiah terdiri dari pemaparan isi mata kuliah dan tujuan mata
kuliah. Dalam deskripsi mata kuliah, isi dan tujuan mata kuliah dirumuskan
sebagai mata kuliah yang memberikan penguasan keterampilan aplikatif yang
komprehensif tentang penerapan pembelajaran pertunjukan drama realis.
Pembelajaran penerapan pertunjukan drama realis ditujukan sebagai proses
persiapan calon guru bahasa Indonesia yang mampu mengajarkan kebutuhan
pembelajaran konsep dan praktik drama di sekolah. Pengisian deskripsi mata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
kuliah tersebut dapat dicermati secara lengkap pada lampiran desain produk RPS
dan RTP mata kuliah Pergelara Sastra.
Capaian pembelajaran lulusan mencantumkan kriteria capaian lulusan
yang dibentuk melalui proses pembelajaran mata kuliah Pergelaran Sastra.
Capaian pembelajaran lulusan tersebut disusun berdasarkan visi misi program
studi PBSI USD dan dokumen Capaian Pembelajaran dan Standar Nasional
Pendidkan Bahasa Indonesia oleh Asosiasi Program Studi Bahasa dan Sastra
Indonesia tahun 2014. Capain pembelajaran lulusan yang dicantumkan adalah
lima poin capaian pembelajaran lulusan yang meliputi aspek pengetahuan, sikap,
dan keterampilan. Pengisian capaian pembelajaran lulusan tersebut dapat
dicermati secara lengkap pada lampiran desain produk RPS dan RTP mata kuliah
Pergelara Sastra.
Capaian pembelajaran mata kuliah mencantumkan target-target
pembelajarna yang diharapkan pada mahasiswa setelah menempuh mata kuliah
Pergelaran Sastra. Capaian pembelajaran mata kuliah terdiri dari tiga belas poin
capaian pembelajaran yang meliputi aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan.
Perumusan capaian pembelajaran mata kuliah diturunkan dari deskripsi mata
kuliah dan capaian pembelajaran lulusan. Selain itu, capaian pembelajaran mata
kuliah disusun berdasarkan pendekatan TPACK dan konteks pertunjukan drama
realis. Pengisian capaian pembelajaran mata kuliah tersebut dapat dicermati secara
lengkap pada lampiran desain produk RPS dan RTP mata kuliah Pergelara Sastra.
Tabel rencana pembelajaran mencantumkan gambaran keseluruhan
pembelajaran yang dilakukan dalam mata kuliah Pergelaran Sastra. Elemen yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
dicantumkan dalam tabel rencana pembelajaran meliputi kompetensi, jumlah jam
pembelajaran beserta keterangan minggu pertemuan, materi pembelajaran, proses
pembelajaran, media pembelajaran, indikator ketercapaian, evaluasi dan referensi.
Perumusan tabel rencana pembelajaran diturunkan dari deskripsi mata kuliah,
capaian pembelajaran lulusan dan capaian pembelajaran. Selain itu, tabel rencana
pembelajaran disusun berdasarkan pendekatan TPACK dan konteks pertunjukan
drama realis. Pengisian tabel rencana pembelajaran tersebut dapat dicermati
secara lengkap pada lampiran desain produk RPS dan RTP mata kuliah Pergelara
Sastra.
Uraian proses pembelajaran mencantumkan gambaran rinci dari aktivitas
pembelajaran yang dilakukan selama proses perkuliahan Pergelaran Sastra.
Elemen yang dicantumkan dalam uraian proses pembelajaran meliputi keterangan
minggu pertemuan, materi pembelajaran, proses pembelajaran yang terdiri dari
konteks, pengalaman, evaluasi, refleksi serta aksi, dan alokasi waktu tiap bagian
aktivitas. Uraian proses pembelajaran memberikan rincian prosedur tahap
pembelajaran dan juga penugasan yang mencerminkan penerapan pembelajaran
materi, sintaks pendekatan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran pada tabel
rencana pembelajaran. Selain itu, uraian proses pembelajaran disusun berdasarkan
pendekatan TPACK dan konteks pertunjukan drama realis. Pengisian uraian
proses pembelajaran tersebut dapat dicermati secara lengkap pada lampiran desain
produk RPS dan RTP mata kuliah Pergelara Sastra.
Rancangan tugas mencantumkan gambaran rinci penugasan yang
diberikan sebagai tahap evaluasi pembelajaran yang mengukur hasil pembelajaran
mahasiswa pada mata kuliah Pergelaran Sastra. Elemen yang dicantumkan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
rancangan tugas meliputi keterangan tugas, tujuan tugas, obyek garapan, prosedur
pengerjaan tugas, metode pengerjaan tugas, deskripsi luaran tugas, kriteria
penilaian dan rubrik penilaian. Selain itu, rancangan disusun berdasarkan
pendekatan TPACK dan konteks pertunjukan drama realis. Pengisian rancangan
tugas tersebut dapat dicermati secara lengkap pada lampiran desain produk RPS
dan RTP mata kuliah Pergelara Sastra.
4.2.2.2 Deskripsi Data Validasi Desain Produk
Desain produk berupa RPS dan RTP berbasis TPACK yang sudah disusun
selanjutnya divalidasi kelayakannya oleh tiga ahli dengan spesifikasi bidang yang
berbeda. Validator tersebut dibagi menjadi tiga bidang keahlian yaitu validator
ahli pedagogi, validator ahli drama (baik teori maupun praktik) dan validator ahli
teknologi pembelajaran. Validasi aspek pedagogi dilakukan oleh Dr. Yuliana
Setyaningsih, M.Pd, dosen Magister Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas
Sanata Dharma. Validasi aspek drama baik teori maupun praktik dilakukan oleh
Yohanes Padmo Adi, S.S. M.Hum., praktisi teater dan dosen program studi Sastra
Jepang, Universitas Brawijaya Malang. Validasi aspek teknologi pembelajaran
dilakukan oleh Pius Nurwidasa, M.Ed. Ed.D, dosen Magister Pendidikan Bahasa
Indonesia, Universitas Sanata Dharma.
Model validasi yang digunakan berupa penilaian deskriptif yaitu
memberikan sikap setuju atau tidak setuju dengan mencantumkan alasan. Form
validasi untuk tiap ahli dibedakan sesuai dengan spesifikasi bidang keahlian
masing-masing. Form validasi ahli drama dikhususkan untuk menilai tentang
aspek materi dan wawasan dalam pemebelajaran drama. Form validasi ahli
pedagogi dikhususkan untuk menilai tentang keselarasan capaian pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
lulusan dengan capaian pembelajaran mata kuliah, keselarasan capaain
pembelajaran mata kuliah, kompetensi, dan indikator ketercapaian, serta
keselarasan kompetensi, materi pembelajaran, proses pembelajaran dan evaluasi.
Dari validasi itu, desain RPS dan RTP dinyatakan layak dengan perbaikan yang
harus dilakukan sebagai berikut Rincian form dapat dilihat di lampiran validasi
desain.
Tabel 4.2 Tanggapan Perbaikan Validator Terhadap Desain Produk
Kode Validator Tanggapan Perbaikan Produk
VDP 2
Pada bagian keselarasan capaian pembelajaran mata
kuliah, kompetensi dan indikator ketercapaian, kata kerja
operasional perlu dicari yang lebih tepat dan jelas terkait
materi yang dipelajari.
Pada bagian keselarasan kompetensi, materi pembelajaran,
dan proses pembelajaran, sintaks aktivitas pembelajaran
perlu diperjelas dengan mencantumkan istilah keterangan
langkah.
Pada bagian evaluasi, penilaian belum jelas dikarenakan
belum dicantumkan instrumen penilaian.
VDP 1
Pada bagian materi penyutradaraan, validator menyarankan
untuk meletakan materi tersebut setelah penguasaan
materi-materi elemen artistik lainnya. Tugas sutradara
adalah menyelaraskan/mengharmonikan semua unsur-
unsur artistik tersebut sehingga tercipta suatu karya. Tugas
ini tidak mudah, maka sebaiknya materi tentang
penyutradaraan ini diberikan kemudian.
Pada bagian materi organisasi pertunjukan, validator
menyarankan untuk meletakan materi tersebut setelah
materi penyutradaraan dikarenakan materi organisasi
dianggap tidak menarik minat pembelajar namun justru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
akan menarik setelah mendapatkan pemahaman tentang
elemen-elemen artistik dahulu.
VDP 3
Pada bagian pertemuan 1-3, unsur TPACK tidak nampak
dalam pembelajaran dan penggunaan video suplemen
pembelajaran tidak nampak.
Pada bagian tata suara, penggunaan dan pemanfaatan
software untuk pembelajaran perlu diperjelas nama
software dan aktivitas penggunaannya.
4.2.3 Deskripsi Data Penyusunan Produk
Pada bagian ini, deskripsi data dibagi menjadi dua pemaparan yaitu 1) data
penyusunan produk berupa buku ajar dan 2) data penyusunan produk berupa video
suplemen pembelajaran. Data penyusunan produk berupa data gambaran isi buku
ajar drama dan video suplemen pembelajaran yang disusun berdasarkan pemetaan
analisis kebutuhan yang telah dilakukan dan desain produk yang telah disusun.
Rincian produk berupa buku ajar drama dan video suplemen pembelajaran
diperjelas sebagai berikut.
4.2.3.1 Deskripsi Data Produk Buku Ajar Drama
Buku ajar drama berbasis TPACK untuk mahasiswa program studi PBSI
yang disusun merupakan produk utama dalam penelitian pengembangan ini
dengan mengambil tema pertunjukan drama realis. Buku ajar dirumuskan dari
desain produk berupa RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran Sastra. RPS dan RTP
mata kuliah Pergelaran tersebut diturunkan menjadi susunan materi, aktivitas yang
dicantumkan di buku, bentuk penugasan dan kriteria penilaian. Berdasarkan
desain RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran Sastra, materi terbagi menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
delapan bagian dan dirumuskan juga menjadi delapan bab dalam buku ajar drama
yaitu meliputi bab dramaturgi realis, bab penyutradaraan realis, bab, organisasi
pertunjukan, bab keaktoran, bab tata suara, bab tata latar dan tata cahaya, bab rias
dan tata busana, dan bab dinamika pertunjukan drama realis.
Struktur isi buku ajar dibagi menjadi beberapa elemen penting yang dapat
diamati dalam tabel berikut.
Tabel 4.3 Struktur Isi Buku
Struktur Buku Keterangan
Halaman Sampul Depan
Judul yang disusun yaitu “Buku Ajar
Pertunjukan Drama Realis untuk
Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
Halaman Judul Bagian Dalam
Halaman judul bagian dalam memuat
judul buku dan pihak-pihak yang
terlibat dalam penyusunan buku ajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih berisi ungkapan
terima kasih dari peneliti terhadap
berbagai pihak yang telah mendukung
dan membantu dalam penyusunan
buku ajar tersebut
Pengantar
Pengantar berisi esai singkat yang
memberikan latar belakang
penyusunan buku ajar drama, tujuan
buku ajar drama dan impelementasi
TPACK dalam buku ajar drama yang
telah disusun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Daftar Isi
Daftar isi merupakan gambaran materi
yang dicantumkan dalam buku ajar
drama dan keseluruhan isi buku ajar
drama. Delapan bab dicantumkan
dengan perincian pada subbab tentang
materi yang dibahas.
Halaman Bab
Sampul depan bab berisi pengantar
singkat dan juga kompetensi yang
hendak dicapai dalam pembahasan bab
tersebut. Kompetensi dijabarkan
menjadi tiga aspek yaitu aspek
pengetahuan, aspek sikap, dan aspek
keterampilan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
Halaman Materi
Materi berisi paparan konsep, kaidah,
prosedur dan juga konvensi-konvensi
yang ada dalam proses penciptaan
pertunjukan drama realis. Materi
diperinci menjadi subbab-subbab
tertentu yang relevan dengan
pembahasan materi. Penggunaan
kutipan dan ilustrasi digunakan untuk
memberikan contoh dan fokus pada
materi yang dibahas.
Halaman Aktivitas
Aktivitas yang dilakukan tersebut
dicantumkan dalam subbab Mari
Berlatih! Aktivitas memberikan
gambaran kegiatan yang dilakukan
untuk menguasai pembahasan materi
dalam buku ajar drama. Aktivitas yang
dilakukan juga mempertimbangkan
perumusan TPACK.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Halaman Penugasan
Penugasan yang dilakukan tersebut
dicantumkan dalam subbab Mari
Berlatih! Penugasan tiap bab berbeda-
beda bergantung pada kebutuhan
karakteristik penguasaan tiap materi.
Penugasan dirumuskan dengan
mempertimbangkan pendekatan
TPACK.
Halaman Kriteria Penilaian
Kriteria penilaian dicantumkan dalam
subbab Mari Berlatih! Kriteria
penilaian yang dicantumkan tersebut
merupakan batasan penilaian pada
penugasan yang telah dirumuskan
sekaligus menjadi acuan menilai tugas
mahasiswa.
Halaman Rujukan Pustaka
Daftar rujukan pusataka merupakan
daftar kutipan langsung yang
digunakan pada pembahasan materi di
dalam bab. Bentuk daftar rujukan
pustaka berupa endnote atau catatan
akhir di halaman terkahir bab.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Halaman Daftar Pustaka
Daftar pustaka merupakan daftar
kumpulan referensi yang digunakan
dalam keseluruhan isi buku.
Halaman Indeks Gambar
Indeks gambar merupakan daftar
sumber penggunaan gambar-gambar
dalam buku ajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Halaman Sampul Belakang
Halaman sampul belakang memuat
sinopsis atau gambaran umum isi dari
buku ajar drama.
4.2.3.2 Deskripsi Data Video Suplemen Pembelajaran
Video suplemen pembelajaran disusun merupakan produk sekunder dalam
penelitian pengembangan ini. Video suplemen pembelajaran dirumuskan dari
desain produk berupa RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran Sastra secara spesifik
bagian materi dan media pembelajaran. Video suplemen yang disusun merupakan
sampel dan prototipe dari keseluruhan target video untuk memberikan gambaran
bentuk dari video suplemen pembelajaran yang dibuat. Faktor yang menjadi
kendala dari penyusunan video suplemen tersebut sehingga hanya berupa sampel
dan prototipe yaitu ada pembatasan akses dan tidak adanya pertunjukan selama
pandemi Covid 19.
Video suplemen pembelajaran disusun dengan memilih bentuk
dokumenter yang merekam pemahaman dan pengalaman para seniman teater yang
berdomisili di Yogyakarta. Narasumber terdiri dari tujuh bidang yang dibahas di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
buku ajar drama. Narasumber yang memberikan pemaparan materi dan
pengalaman meliputi Suhardjoso S.K., M.Sn. (penyutradaraan realis), Muhammad
Ramdan (keaktoran), Sambung Penumbra (tata suara), Ibnu Shohib (tata cahaya),
Juraiz Taftazani (tata rias), Binti Wasingatul (tata busana), dan Natalius Yudha
(tata latar). Bagian isi video suplemen pembelajaran tersebut dikategorikan
menjadi dua yaitu video berisi pemaparan konsep-konsep elemen artistik dan
video berisi contoh penerapan elemen artistik.
Struktur isi video suplemen pembelajaran dibagi menjadi beberapa elemen
penting yang dapat diamati dalam tabel berikut.
Tabel 4.4 Struktur Video Suplemen Pembelajaran
Struktur Video Keterangan
Bumper Awal
Bumper awal merupakan rangkaian
video yang menjadi pengantar pada
materi utama video. Bumper awal
berisi logo kelompok yang membuat,
judul utama, topik-topik pembahasan
dan subjudul video.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Pemaparan Konsep dan Konvensi
Pemaparan konsep dan konvensi berisi
penjelasan mengenai konsep-konsep
dan konvensi-konvensi dalam elemen
artistik yang dibahas. Pemaparan
narasumber juga diintegrasikan
dengan pengalaman teknis di lapangan
sehingga memberikan gambaran
praktis pada mahasiswa.
Pemaparan Contoh
Pemaparan contoh berisi penjelasan
mengenai penerapan konsep dan
konvensi pada elemen artistik yang
dibahas. Pemaparan narasumber juga
diintegrasikan dengan pengalaman
teknis di lapangan sehingga
memberikan gambaran praktis pada
mahasiswa.
Bumper Akhir
Bumper akhir merupakan rangkaian
video yang menjadi penutup setelah
materi utama video. Bumper akhir
berisi judul penutup, credit title dan
logo komunitas yang membuat video.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
4.2.4 Deskripsi Data Penilaian Produk
Pada bagian ini, deskripsi data dibagi menjadi dua pemaparan yaitu 1) data
penilaian ahli dengan spesifikasi bidang keahlian yang berbeda-beda sesuai
kebutuhan penilaian produk dan 2) data penilaian oleh mahasiswa. Data penilaian
produk berupa skor penilaian yang kemudian disajikan dalam bentuk grafik. Skor
yang dirumuskan menggunakan rentang skor 1 sampai 4 dengan kategori sangat
tidak baik, tidak baik, baik, dan sangat baik. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan kuesioner daring berupa kuesioner google form yang dibagikan
pada penilai.
4.3 Hasil Analisis Data
Setelah memaparkan data-data penelitian yang diperoleh, tahapan selanjutnya
adalah analisis data. Analisis data yang dilakukan meliputi 1) data analisis
kebutuhan, 2) data penyusunan dan validasi desain produk, 3) data penyusunan
produk, 4) data validasi produk, dan 5) data revisi produk. Untuk memahami lebih
lanjut, analisis data dijelaskan sebagai berikut.
4.3.1 Hasil Analisis Data Kebutuhan
Hasil analisis data kebutuhan didapatkan melalui tinjauan terhadap data-
data yang diperoleh pada tahap analisis kebutuhan. Data analisis kebutuhan yang
diperoleh tersebut terdiri dari 1) hasil analisis dokumen RPS dan RTP mata kuliah
Pergelaran Sastra, 2) hasil analisis kebutuhan pada mahasiswa, dan 3) hasil
analisis dari wawancara narasumber. Pembahasan hasil analisis data kebutuhan
tersebut dijabarkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
4.3.1.1 Hasil Analisis Dokumen RPS dan RTP Mata Kuliah Pergelaran
Sastra
Dokumen yang dianalisis dalam rangka pengumpulan data adalah Analisis
Keselarasan Perangkat Pembelajaran, Rancangan Pembelajaran Semester (RPS),
dan Rancangan Tugas Perkuliahan Mata Kuliah Pergelaran Sastra. Analisis
tersebut dilakukan untuk melihat keselarasan tingkatan ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik dalam elemen RPS dan RTP. Selain itu, analisis juga meninjau
katergori materi dan aktivitas yang dirumuskan. Keselarasan tingkatan ranah
kognitif, afektif dan psikomotorik dalam elemen RPS dan RTP memberikan
gambaran tuntutan penguasaan materi yang menjadi target luaran pembelajaran.
Tinjauan kategori materi dan aktivitas pembelajaran memberikan gambaran
kesesuaian pemilihan pendekatan, model, dan teknik pembelajaran dalam
penguasaan materi drama yang diajarkan. Untuk memahami hasil analisis data
dari dokumen RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran Sastra, cermatilah tabel
berikut.
Tabel 4.5 Hasil Analisis Dokumen Keselarasan RPS dan RTP
Mata Kuliah Pergelaran Sastra
Elemen
RPS dan RTP
Hasil Analisis
Deskripsi Mata
Kuliah
a. Deskripsi mata kuliah Pergelaran Sastra
mencantumkan empat poin yang dianggap sebagai
muatan penting dalam perkuliahan. Poin pertama
mengenai jenis bahan perkuliahan yaitu kajian
teoritis dan kajian praktik perkuliahan. Poin kedua
mengenai rincian bahan kajian teoritis yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
digunakan dalam perkuliahan. Poin ketiga mengenai
rincian bahan kajian praktik yang digunakan dalam
perkuliahan. Poin keempat menjabarkan produk dari
perkuliahan berupa pementasan karya sastra,
laporan tertulis, dan rekaman pentas.
b. Berdasarkan poin pertama, karakteristik perkuliahan
lebih mengacu pada pembentukan keterampilan
psikomotorik (keterampilan konkret) dan
keterampilan perseptual (keterampilan abstrak)
dengan membekali konsep terlebih dahulu yang
kemudian diacukan pada praktik lapangan sebagai
bentuk penerapan konsep. Hal tersebut terafirmasi
dari salah satu penggalan kalimat pada poin tiga
bahwa perkuliahan ini menjadi bekal penunjang
kegiatan terlebih sebagai guru bahasa Indonesia
kelak.
c. Berdasarkan poin kedua, kajian teoritis yang
dimaksud adalah konsep dasar dari pemanggungan
atau pementasan. Namun pada poin kedua ini,
konsep lebih dijabarkan sebagai keterampilan tidak
hanya pada ranah kognitif saja. Maka dari itu, poin
kedua mengacu pada penguasaan keterampilan
perseptual (keterampilan abstrak) dan tidak hanya
berisi teori saja tetapi juga mencakup implementasi
teori yang dimaksud. Hal tersebut juga mengacu
pada penguasaan segala piranti dan teknologi yang
digunakan pembuatan sebuah pergelaran.
d. Berdasarkan poin ketiga, poin ketiga, kajian praktik
yang dimaksud adalah persiapan dan pelaksanaan
pergelaran sastra. Dalam poin ini, pergelaran sastra
didefinisikan sebagai pergelaran drama, pergelaran
prosa, dan pergelaran puisi. Praktik tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
diacukan pada penguasaan konsep pemanggungan
dan pementasan di poin kedua. Namun, istilah
pergelaran sastra menjadi ambigu karena tidak
semua genre sastra bisa diterapkan menggunakan
konsep pemanggungan seperti yang tertera di poin
kedua.
e. Berdasarkan poin keempat, produk perkuliahan
diacukan pada pementasan karya sastra di luar
kelas, penulisan laporan proyek, dan rekaman
pementasan. Dari produk tersebut dapat
diidentifikasi bahwa penguasaan konsep, teknik
aplikasi dan pemanfaatan teknologi menjadi aspek
sentral dalam penyusunan produk akhir. Produk
tersebut diasumsikan sebagai hasil akhir dari
perkuliahan. Hasil ini bisa menggambarkan
ketercapaian dari perkuliahan apakah tepat sasaran
atau tidak dalam pelaksanaan pembelajaran yang
menghasilkan luaran.
Capaian Akhir
Pembelajaran
a. Poin pertama capaian berisi pembentukan sikap
positif dan antusias pada mahasiswa dalam
menjalani pementasana karya sastra. Poin pertama
berada di taksonomi keterampilan P3 (presisi) pada
kriteria Low Order Thinking Skills (LOTS) dengan
kata kerja operasional ‘menunjukkan’ sehingga
tidak memenuhi tuntutan pembelajaran yang
merujuk pada High Order Thinking Skills (HOTS).
Definisi sikap pada poin pertama ini seharusnya
diukur dengan tingkatan afektif yang dibutuhkan
bukan menggunakan tuntutan tingkatan
keterampilan. Perumusan aspek sikap sebagai unsur
yang diamati memunculkan konsekuensi perumusan
teknik dan instrumen evaluasi yang mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
mencakup aspek sikap dalam pergelaran sastra.
Maka dari itu, poin pertama diperlukan perincian
lebih lanjut mengenai kriteria aspek apa yang
hendak dinilai, apakah sikap atau keterampilan.
b. Poin kedua hingga keempat berisi penguasaan
kaidah dalam proses pemanggungan atau
pementasan yang dibutuhkan dalam mata kuliah
pergelaran sastra. Poin kedua hingga keempat
berada di taksonomi keterampilan P4 (artikulasi)
pada kiriteria High Order Thinking Skills dengna
kata kerja operasional ‘menguasai’. Pada ketiga
poin ini, aspek keterampilan mencakup penguasaan
keterampilan konkret maupun keterampilan abstrak
yang merujuk pada penguasaan teoritis dan bentuk
penguasaan praktik. Yang belum terperinci adalah
cakupan materi yang terjabarkan sebagai kaidah
pergelaran karya sastra dalam tiga genre (drama,
prosa, dan puisi) sehingga cakupan materi masih
ambigu.
c. Pada poin kelima hingga ketujuh betujuan agar
mahasiswa mampu melaksanakan dan menanggapi
segala bentuk pementasan dalam pergelaran sastra.
Poin kelima hingga ketujuh berada di taksonomi
keterampilan P2 dengan kata kerja operasional
‘melaksanakan’ dan taksonomi afektif A2 dengan
kata kerja operasional ‘menanggapi’. Kedua ranah
yang dinilai tersebut masih menunjukkan tingkatan
Low Order Thinking Skills (LOTS) sehingga belum
mencapai pembelajaran pada tingkatan High Order
Thinking Skills. Selain itu, cakupan materi yang
terkandung belum terdefinisikan secara rinci masih
menggunakan istilah yang terlalu umum.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
d. Dari keseluruhan capaian yang dijabarkan, cakupan
materi yang hendak dicapai belum terinci secara
spesifik sehingga diperlukan definisi yang rinci
untuk aspek yang harus dikuasai oleh mahasiswa
ketika menempuh mata kuliah pergelaran sastra.
Selain itu sesuai dengan konteks penelitian yang
dilakukan, mata kuliah belum dikriteriakan dalam
pendekatan Technological Pedagogical Content
Knowledge sehingga belum jelas spesifikasi apa
saja yang perlu dikuasai oleh mahasiswa dalam
kerangka persiapan calon guru bahasa Indonesia
sesuai dari aspek teknologi, pedagogi, materi dan
pengetahuan umum mengenai pementasan.
Pertemuan 1-4
a. Kemampuan akhir, indikator ketercapaian, bentuk
tugas dan tujuan tugas telah memenuhi kesesuaian
di ranah kognitif C2 pada tingkat Low Order
Thinking Skills (LOTS)
b. Tipe materi konsep yang tercantum sudah
memenuhi kriteria tingkatan C2, namun tipe materi
prosedur membutuhkan belum sesuai dengan
bentuk aktivitas dan penugasan yang mengacu pada
keterampilan.
c. Cakupan materi yang diajarkan dengan bentuk
penugasan tidak selaras karena tuntutan materi ada
pada konsep dan prosedur seputar pertunjukan di
Pergelaran Sastra sedangkan penugasan mengacu
pada keterampilan berbicara di depan kelas.
d. Tuntutan penilaian yang diminta dalam RTP tidak
selaras dengan RPS karena aspek yang dinilai
mengacu pada keterampilan dan kognitif padahal di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
RPS hanya menuntut aspek kognitif.
e. Aspek penilian dan instrumen penilaian tidak
dijabarkan secara rinci.
Pertemuan 5-7
a. Kemampuan akhir, indikator ketercapaian, bentuk
tugas dan tujuan tugas telah tidak memenuhi
kesesuaian karena RPS menuntut ranah kognitif
pada tingkat C3 sedangkan RTP menuntuk ranah
afektif pada tingkat A2.
b. RPS dan RTP ada pada tingkatan Low Order
Thinking Skills (LOTS) yaitu C3 dan A2.
c. Tipe materi prosedur yang tercantum sudah
memenuhi kriteria tingkatan C3 yaitu penerapan
prosedur.
d. Aktivitas pada proses pembelajaran tidak sesuai
dengan tingkatan C3 yang menuntut pada aktivitas
penerapan prosedur tidak hanya pemaparan teoritis
mengenai langkah operasional perencanaan
pertunjukan.
e. Cakupan materi yang diajarkan dengan bentuk
penugasan tidak selaras karena tuntutan materi ada
pada prosedur perencanaan seputar pertunjukan di
Pergelaran Sastra sedangkan penugasan mengacu
pada keterampilan berbicara di depan kelas.
f. Tuntutan penilaian yang diminta dalam RTP tidak
selaras dengan RPS karena aspek yang dinilai
mengacu pada keterampilan dan kognitif padahal di
RPS hanya menuntuk aspek kognitif..
g. Aspek penilian dan instrumen penilaian tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
dijabarkan secara rinci.
Pertemuan 9-12
a. Kemampuan akhir, indikator ketercapaian, bentuk
tugas dan tujuan tugas telah tidak memenuhi
kesesuaian karena RPS menuntut ranah kognitif
pada tingkat C3 sedangkan RTP menuntuk ranah
afektif pada tingkat A2.
b. RPS dan RTP ada pada tingkatan Low Order
Thinking Skills (LOTS) yaitu C3 dan A2.
c. Tipe materi konsep yang tercantum sudah
memenuhi kriteria tingkatan C3 yaitu pemaparan
kaidah dalam Pergelaran Sastra.
d. Aktivitas pada proses pembelajaran tidak sesuai
dengan tingkatan C3 yang menuntut pada aktivitas
penerapan kaidah Pergelaran Sastra tidak hanya
pemaparan teoritis mengenai kaidah Pergelaran
Sastra.
e. Cakupan materi yang diajarkan dengan bentuk
penugasan tidak selaras karena tuntutan materi ada
pada penerapan kaidah di Pergelaran Sastra
sedangkan penugasan mengacu pada keterampilan
menulis sebagai bentuk tanggapan di depan kelas.
f. Tuntutan penilaian yang diminta dalam RTP tidak
selaras dengan RPS karena aspek yang dinilai
mengacu pada keterampilan dan kognitif padahal di
RPS hanya menuntut aspek kognitif.
g. Aspek penilian dan instrumen penilaian tidak
dijabarkan secara rinci.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Berdasarkan tabel hasil analisis keselarasan RPS dan RTP mata kuliah
Pergelaran sastra, elemen-elemen yang tertera mendapatkan banyak catatan agar
dapat dikatakan ideal untuk pembelajaran. Secara umum, hasil analisis dokumen
tersebut dapat ditarik simpulan dalam beberapa poin berikut.
1) Ketiadaan Keselerasan di antara Deskripsi Mata Kuliah, Capaian Akhir
Pembelajaran dan Tabel Rencana Pembelajaran Semester.
Deskripsi mata kuliah Pergelaran Sastra mencantumkan empat poin yang
dianggap sebagai muatan penting dalam perkuliahan. Poin pertama mengenai
jenis bahan perkuliahan yaitu kajian teoritis dan kajian praktik perkuliahan. Poin
kedua mengenai rincian bahan kajian teoritis yang digunakan dalam perkuliahan.
Poin ketiga mengenai rincian bahan kajian praktik yang digunakan dalam
perkuliahan. Poin keempat menjabarkan produk dari perkuliahan berupa
pementasan karya sastra, laporan tertulis, dan rekaman pentas.
Capaian akhir pembelajaran mata kuliah Pergelaran Sastra mencantumkan
tujuh poin yang menjadi panduan tujuan perkuliahan. Capain akhir pembelajaran
memuat kata kerja operasional yang menunjukan tingkatan dan tuntutan
pembelajaran pada mahasiswa. Berdasarkan dokumen RPS Pergelaran Sastra yang
digunakan selama ini, capaian akhir pembelajaran mengacu pada ranah afektif
berupa sikap positif pada pementasan, ranah kognitif berupa penguasaan kaidah
pergelaran, dan ranah psikomotorik berupa praktik pelaksanaan pementasan.
Melalui perbandingan antara deskripsi mata kuliah dan capaian akhir
pembelajaran, kesalarasan substansi telah terjadi. Deskripsi mata kuliah sudah
memaparkan mengenai karakteristik umum dalam mata kuliah dan capaian akhir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
pembelajaran telah memberikan rincian operasional luaran yang diharapkan dari
mata kuliah Pergelaran Sastra. Berdasarkan data yang diperoleh, deskripsi mata
kuliah dan capaian akhir pembelajaran telah selaras secara substansi.
Ketidakselarasan terjadi pada implementasi deskripsi mata kuliah beserta
capaian akhir pembelajaran pada tabel rencana pembelajaran semester.
Ketidakselarasan tersebut ditunjukan pada perumusan kemampuan akhir yang
diharapkan dan indikator ketercapaian. Dalam rumusan deskripsi mata kuliah
beserta capaian akhir pembelajaran, ranah yang dicantumkan meliputi ranah
kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik sedangkan perumusan tersebut
tidak ditemukan dalam susunan kemampuan akhir yang diharapkan dan indikator
ketercapaian. Rumusan kemampuan akhir yang diharapkan dan indikator
ketercapaian hanya merujuk pada ranah kognitif saja. Maka dari itu, penyusuan
desain produk berupa RPS mata kuliah Pergelaran Sastra berbasis TPACK harus
mempertimbangkan keselerasan komponen penyusun dalam RPS.
2) Ketidakselarasan di antara Rumusan RPS dan RTP.
Rumusan RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran Sastra memiliki
kesinambungan dalam menghadirkan pembelajaran secara komprehensif pada
mata kuliah Pergelearan Sastra. RPS merupakan rancangan pembelajaran semester
yang memuat kompetensi, indikator pembelajaran, materi, bentuk aktivitas dan
bentuk evaluasi pembelajarna yang dibutuhkan. RTP merupakan rancangan
penugasan dan kriteria penilaian yang diberikan kepada mahasiswa sehingga
dapat mengukur hasil belajar yang telah ditempuh di mata kuliah Pergelaran
Sastra. Secara ideal, rumusan RPS dan RTP seharusnya selaras secara substansi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
namun melalui tinjauain lebih lanjut ditemukan data bahwa substansi RPS dan
RTP tidak selaras. Keselarasan tersebut mengacu pada rumusan kompetensi,
karakteristik materi, bentuk penugasan, luaran pembelajaran dan aspek penilaian.
Berdasarkan dokumen RPS, bentuk evaluasi pembelajaran tidak
dicantumkan namun hanya mencantumkan kriteria penilaian. Kriteria penilaian
yang dirumuskan mengacu pada kemampuan menjelaskan kaidah pergelaran
sastra, penerapan langkah operasional pergelaran sastra, dan pelaksanaan
pergelaran sastra. Berdasarkan dokumen RTP, bentuk tugas mengacu pada materi
keterampilan menanggapi secara lisan, keterampilan menanggapi secara tulisan,
keterampilan berbicara monologis, dan keterampilan berbicara dialogis.
Ketidakselarasan terjadi pada substansi materi yang dijadikan evaluasi
pembelajaran sehingga antara konsep evaluasi pembelajaran di RPS dengan
konsep evaluasi di RTP tidak selaras. Maka dari itu, penyusunan desain
pembelajaran berupa RPS dan RTP harus mempertimbangkan keselarasan konsep
evaluasi pembelajaran dan substansi materi yang dijadikan penugasan kepada
mahasiwa.
3) Target Pembelajaran Mengacu Pada Low Order Thingking Skills (LOTS).
Berdasarkan rumusan kata kerja operasional dalam RPS dan RTP mata
kuliah Pergelaran Sastra, target pembelajaran hanya mengacu tingkatan berpikir
rendah atau LOTS. Selain itu, perumusan ranah yang dituju juga tidak memiliki
keselarasan antara rumusan kompetensi dalam RPS dengan kompetensi dalam
RTP. Mengacu pada perumusan kata kerja operasional RPS dan RTP, mahasiswa
tidak diarahkan untuk memiliki penguasaan materi mata kuliah Pergelaran Sastra
secara lebih karena tingkatan yang dituntut hanya pada taraf C3. Hal tersebut tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang diharapkan mampu mengakomodasi
kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS. Maka dari itu, penyusunan desain
produk berupa RPS dan RTP perlu mengakomodasi tingkatan yang mencukupi
yaitu HOTS dalam tiap ranah baik secara kognitif, afektif dan psikomotorik guna
membekali penguasaan mahasiswa terhadap praktik pertunjukan.
4) Susunan Materi Belum Jelas dan Terperinci.
Materi dalam RPS dijabarkan tidak secara terperinci dan sistematis.
Penjabaran materi hanya mengacu pada hal praktis tanpa memberikan pemahaman
konsep dan konvensinya terlebih dahulu. Hal tersebut dapat dilihat dalam
deskripsi mata kuliah maupun komponen materi ajar pada tabel rencana
pembelajaran. Materi yang dicantumkan hanya mengenai keterampilan mahasiswa
dalam menentukan bidang kerja dalam organisasi pertunjukan dan prosedur
pelaksanaan.
Pada bagian konsep pertunjukan, materi ajar yang dicantumkan hanya
mengacu pada pemilihan naskah dan kebutuhan sumber daya manusia untuk
bidang artistik serta nonartistik. Materi mengenai konsep, kaidah, dan konvensi
dari tiap bidang kerja organisasi tidak dicantumkan. Substansi dari bidang kerja
tidak tampak sebagai fokus pembelajaran hanya mengacu pada praktik langsung
tanpa pembekalan terlebih dahulu.
Pada bagian prosedur pergelaran sastra, materi ajar yang dicantumkan
tidak diperinci sehingga tidak tampak prosedur seperti apa yang diajarkan. Dalam
konteks pertunjukan, prosedur penerapan dapat berbeda-beda bergantung dengan
karakteristik bentuk pertunjukan yang hendak dicapai dan konvensi yang menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
ciri dari bentuk pertunjukan tersebut. Melalui data tersebut, materi berupa
prosedur dapat dikatakan belum mampu membekali mahasiswa untuk menerapkan
pergelaran sastra karena tidak memuat secara rinci prosedur apa yang hendak
diajarkan pada mahasiswa.
Dengan kondisi data berupa materi yang dicantumkan, simpulan yang
dapat diambil yaitu perumusan materi perlu diperinci dengan keselarasan
kompetensi yang dibutuhkan. Materi perlu diurutkan secara sistematis agar sesuai
dengan prosedur penciptaan sebuah pertunjukan. Hal tersebut mengacu pada
karakteristik mata kuliah Pergelaran Sastra sebagai mata kuliah yang memberikan
bekal keterampilan aplikatif pada mahasiswa untuk menciptakan sebuah
pertunjukan.
5) Pembelajaran dan Penggunaan Teknologi Belum Dimanfaatkan.
Dokumen RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran yang ada belum
menunjukan pemanfaatan teknologi baik berupa teknologi pembelajaran maupun
teknologi yang dibutuhkan dalam pertunjukan. Teknologi pembelajaran yang
dimaksdud adalah pemanfaatan piranti software maupun hardware yang
dirumuskan dalam materi pembelajaran, aktivitas pembelajaran, maupun evaluasi
pembelajaran. Teknologi yang dibutuhkan dalam pertunjukan merujuk pada
materi yang mencakup penggunaan teknologi untuk penciptaan pertunjukan pada
bidang artistik maupun nonartistik. Maka dari itu, penyusunan desain produk
berupa RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran Sastra harus merincikan
pemanfaatan teknologi yang relevan dalam pembelajaran pertunjukan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
mahasiswa PBSI baik teknologi pembelajaran maupun teknologi dalam
pertunjukan.
4.3.1.2 Hasil Analisis Kebutuhan Pada Mahasiswa
Hasil analisis kebutuhan pada mahasiswa yang diperoleh melalui
kuesioner ini didapatkan dari mahasiswa S1 program studi PBSI USD. Total
mahasiswa PBSI USD yang mengisi kuesioner berjumlah lima puluh enam orang
dari angkatan 2016-2019. Total tersebut diperinci sebagai berikut yaitu enam
mahasiswa angkatan 2016, enam mahasiswa angkatan 2017, enam belas
mahasiswa angkatan 2018, dan delapan belas mahasiswa angkatan 2019. Data
yang dihasilkan dari kuesioner ini berwujud rekapitulasi skor dan prosentase yang
disimpulkan menjadi data kualitatif berupa penyimpulan atas hasil jawaban
responden.
Tahapan yang dilakukan untuk menganalisis data kebutuhan pada
mahasiswa terdiri dari tiga tahap yaitu reduksi data, menyusun tampilan tabel
hasil data kuesioner. Reduksi data yang dilakukan adalah mengkategorikan data
berdasarkan kisi-kisi intrumen kuesioner yang telah disusun. Setelah data
dikateogrikan, tabel hasil data kuesioner disusun sebagai tampilan display data
untuk melihat prosentase hasil pengisian pernyataan-pernyataan. Melalui
rekapitulasi prosentase jawaban mahasiswa, kecenderungan pilihan pada
pernyataan kuesioner dapat menunjukan simpulan kebutuhan untuk penyusunan
desain produk buku ajar drama.
Kuesioner disusun dengan menggunakan skala kecenderungan sikap yang
dibagi menjadi lima poin yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), ragu-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
ragu (RR), setuju (S), dan sangat setuju (SS). Total pernyataan yang diajukan
yaitu tiga puluh tiga pernyataan yang terbagi dalam empat kategori meliputi aspek
materi drama (content), aspek pengajaran drama (pedagogical), aspek teknologi
dalam drama (technological), dan aspek wawasan tentang pertunjukan
(knowledge). Perhitungan prosentase kencederungan sikap diperoleh dengan
rumusan berikut:
Hasil rekapiltulasi jawaban mahasiswa dapat dicermati pada tabel berikut.
Tabel 4.6 Hasil Analisis Data Kebutuhan Kuesioner pada Mahasiswa
No. Pernyataan Hasil
Prosentase Analisis Data
A. Aspek Materi Drama (Content)
1. Saya mengetahui
tentang dramaturgi
STS: 1 (1,8%)
TS: 5 (8,9%)
RR: 29 (51,8%)
S: 21 (37,5%)
SS: 0 (0%)
Berdasarkan data, materi
dramaturgi secara rinci perlu
diberikan pada buku ajar karena
kebanyakan mahasiswa hanya
mengetahui secara umum dan
ragu-ragu terhadap pengetahuan
tentang dramaturgi.
2.
Saya mengetahui
tentang unsur
intrinsik drama
STS: 0 (0%)
TS: 0 (0%)
RR: 3 (5,3%)
S: 37 (66,1%)
Berdasarkan data unsur intrinsik
dan ekstrinsik, materi dramaturgi
harus dijelaskan sebagai
landasan dasar yang
mengandung unsur intrinsik dan
unsur ekstrinsik atau dalam
bidang drama lebih dikenal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
SS: 16 (29,6%) dengan istilah struktur dan
tekstur karena kebanyakan
mahasiswa hanya mengetahui
secara umum.
3.
Saya tidak
mengetahui
tentang unsur
ekstrinsik drama
STS: 14 (23%)
TS: 30 (53,5%)
RR: 7 (12,5%)
S: 5 (8,9%)
SS: 0 (0%)
4.
Saya mengetahui
tentang teknik
bermain peran
dalam pementasan
drama
STS: 0 (0%)
TS: 2 (3,6%)
RR: 26 (46.4%)
S: 25 (44,6%)
SS: 3 (5,4%)
Berdasarkan data unsur intrinsik
dan ekstrinsik, materi keaktoran
harus dijelaskan secara konsep,
penerapan, dan latihan yang
dibutuhkan karena kebanyakan
mahasiswa hanya mengetahui
secara umum dan juga ragu-ragu
terhadap materi keaktoran.
5.
Saya sering
mengaplikasikan
konsep dan
prosedur drama
dalam praktik
pementasan drama
STS: 0 (0%)
TS: 5 (8,9%)
RR: 25 (44,6%)
S: 23 (41,1%)
SS: 3 (5,3%)
Berdasarkan data, materi konsep
dan prosedur pertunjukan drama
harus dijelaskan secara rinci
pada konsep bidang drama,
wilayah kerja, tahapan kerja, dan
kaidah penerapan karena
kebanyakan mahasiswa hanya
mengetahui secara umum dan
juga ragu-ragu terhadap materi
penciptaan pertunjukan drama.
6.
Saya mengetahui
tentang bidang
manajemen
pertunjukan yang
dibagi dalam dua
sub yaitu produksi
dan artistik.
STS: 0 (0%)
TS: 8 (14,3%)
RR: 15 (26,9%)
S: 25 (44,6%)
SS: 8 (14,3%)
Berdasarkan data, materi
organisasi pertunjukan harus
dijelaskan secara rinci pada
konsep bidang kerja, wilayah
kerja, tahapan kerja, kaidah
penerapan, dan objek kerja
karena dominasi mahasiswa
mengetahui secara umum dan
beberapa mahasiswa ragu-ragu
terhadap materi organisasi
pertunjukan. Materi organisasi 7. Saya mengetahui STS: 0 (0%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
ranah kerja dari
sub bidang
produksi dalam
pementasan drama
TS: 5 (8,9%)
RR: 18 (32,1%)
S: 27 (48,2%)
SS: 6 (10,7%)
pertunjukan juga perlu diperinci
berdasarkan dua subbidang yaitu
produksi dan artistik. Selain itu
perlu juga ditunjukan proses
irisan kerja sama tiap bidang.
8.
Saya tidak
mengetahui ranah
kerja dari sub
bidang artistik
dalam pementasan
drama.
STS: 4 (7,1%)
TS: 25 (44,6%)
RR: 16 (28,6%)
S: 11 (19,6%)
SS: 0 (0%)
B. Aspek Pengajaran Drama (Pedagogical)
10.
Saya mengetahui
kisi-kisi materi
drama dalam
kurikulum
nasional untuk
mata pelajaran
Bahasa Indonesia
di jenjang SMP &
SMA
STS: 1 (1,8%)
TS: 3 (5,3%)
RR: 20 (35,7%)
S: 30 (53,6%)
SS: 2 (3,6%)
Berdasarkan data, separuh
mahasiswa mengetahui secara
umum kebutuhan pembelajaran
drama di sekolah menengah dan
sebagian kecil mahasiswa ragu-
ragu mengetahui kebutuhan
pembelajaran drama di sekolah
menengah. Maka dari itu,
susunan materi buku ajar
disesuaikan dengan kebutuhan
pembelajaran di sekolah
menengah yaitu pembelajaran
untuk dapat menganalisis naskah
beserta pertunjukan drama,
teknik keaktoran untuk ekspresi
dan dasar penciptaan pertunjukan
sesuai dengan kisi-kisi materi
drama di sekolah menengah.
11..
Saya tidak terbiasa
membaca silabus
mata pelajaran
bahasa Indonesia
topik drama dalam
kurikulum yang
berlaku di SMP &
SMA
STS: 0 (0%)
TS: 21 (37,5%)
RR: 19 (33,9%)
S: 16 (28,6%)
SS: 0 (0%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
12.
Saya tidak
mengetahui
kompetensi drama
yang dibutuhkan
dalam
pembelajaran
drama di SMP &
SMA
STS: 0 (0%)
TS: 24 (42,8%)
RR: 22 (39,3%)
S: 10 (17,8%)
SS: 0 (0%)
13.
Saya mengetahui
model aktivitas
pembelajaran
drama untuk mata
pelajaran Bahasa
Indonesia di
jenjang SMP &
SMA
STS: 1 (1,8%)
TS: 0 (0%)
RR: 21 (37,5%)
S: 30 (53,6%)
SS: 4 (7,1%)
Berdasarkan data, separuh
mahasiswa mengetahui secara
umum model aktivitas
pembelajaran drama di sekolah
menengah dan sebagian kecil
mahasiswa ragu-ragu
mengetahui model aktivitas
pembelajaran drama di sekolah
menengah. Maka dari itu,
susunan aktivitas belajar dalam
buku ajar lebih mengutamakan
kesesuaian prosedur dan
ketepatan prosedur dalam
menerpakan konsep dan kaidah
penciptaan pertunjukan sekaligus
terintegrasi dengan pemanfaatan
teknologi, baik teknologi untuk
penciptaan maupun teknologi
untuk dimanfaatkan dalam
aktivitas.
14.
Saya senang
mencari tahu
refernsi model
pembelajaran
drama yang dapat
diterapkan dalam
pembelajaran
drama sebagai
bekal wawasan
calon guru bahasa
Indonesia
STS: 0 (0%)
TS: 4 (7,1%)
RR: 13 (23,2%)
S: 34 (60,7%)
SS: 5 (8,9%)
15.
Saya mengetahui
model penilaian
pembelajaran
drama untuk mata
STS: 0 (0%)
TS: 5 (8,9%)
RR: 30 (53,6%)
Berdasarkan data, separuh
mahasiswa ragu-ragu
mengetahui model penilaian
pembelajaran drama di sekolah
menengah. Maka dari itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
pelajaran Bahasa
Indonesia di
jenjang SMP &
SMA
S: 20 (35,7%)
SS: 1 (1,8%)
susunan penugasan dan
instrumen penilaian dalam buku
ajar perlu diperinci sehingga
menjadi referensi model
penilaian drama yang obyektif.
Integrasi penugasan dan
penilaian juga mencakup
pemanfaatan teknologi baik
teknologi untuk penciptaan
maupun teknologi untuk
dimanfaatkan dalam aktivitas.
16.
Saya tidak
mengetahui model
penugasan yang
diberikan dalam
pembelajaran
drama untuk
mengasah
kemampuan
bermain drama
STS: 3 (5,3%)
TS: 25 (44,6%)
RR: 20 (35,7%)
S: 8 (14,2%)
SS: 0 (0%)
17.
Saya mampu
memilih contoh
naskah serta
rekaman video
yang dianggap
baik dan tepat
sebagai media
pembelajaran
STS: 0 (0%)
TS: 2 (3,6%)
RR: 15 (26,8%)
S: 34 (60,7%)
SS: 5 (8,9%)
Berdasarkan data, separuh
mahasiswa mampu memilih dan
memilah referensi video dan
naskah yang layak dijadikan
media pembelajaran. Maka dari
itu, susunan konsep dan kaidah
perlu diberikan ilustrasi yang
relevan sehingga mampu
menambah wawasan mahasiswa
sehingga mampu memanfaatkan
media pembelajaran drama yang
tepat dan relevan.
Saya biasanya
mencari berbagai
naskah dan
rekaman video
drama yang dapat
digunakan sebagai
media
pembelajaran
STS: 0 (0%)
TS: 4 (7,1%)
RR: 13 (23,2%)
S: 33 (58,9%)
SS: 6 (10,7%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
C. Aspek Teknologi dalam Drama (Technological)
18.
Saya senang
mempelajari
teknologi yang
digunakan dalam
pementasan drama.
STS: 0 (0%)
TS: 2 (3,6%)
RR: 11 (19,6%)
S: 38 (67,8%)
SS: 5 (8,9%)
Berdasarkan data, separuh
mahasiswa memiliki ketertarikan
untuk belajar teknologi dalam
drama. Namun, kebanyakan
mahasiswa hanya mengetahui
alat dan prosedur penerapan
secara umum. Maka dari itu,
teknologi baik teknologi untuk
penciptaan maupun teknologi
untuk dimanfaatkan dalam
pembelajaran harus dipaparkan
secara kaidah, prosedur
pengerjaan dan alat-alatnya.
19.
Saya tidak
mengetahui
prosedur
penerapan
teknologi yang
dimanfaatkan
dalam pementasan
drama.
STS: 0 (0%)
TS: 15 (26,8%)
RR: 27 (48,2%)
S: 13 (23,2%)
SS: 1 (1,8%)
20.
Saya biasa
menggunakan
teknologi
elektronik baik
hardware maupun
software yang
dapat
dimanfaatkan
untuk pementasan
drama.
STS: 1 (1,8%)
TS: 5 (8,9%)
RR: 28 (50%)
S: 20 (35,7%)
SS: 2 (3,6%)
21.
Saya mengetahui
mengenai tata
lampu dan piranti-
STS: 2 (3,6%)
TS: 15 (26,9%)
Berdasarkan data, kebanyakan
mahasiswa ragu-ragu dan tidak
mengetahui secara umum bidang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
piranti lampu yang
digunakan dalam
pementasan drama.
RR: 18 (32,1%)
S: 20 (35,7%)
SS: 1 (1,8%)
tata lampu dengan teknologi
pendukungnya. Maka dari itu,
konsep, prosedur dan teknologi
tata lampu baik teknologi untuk
penciptaan maupun teknologi
untuk dimanfaatkan dalam
pembelajaran harus dipaparkan
secara hal umum dan penting
yang perlu diketahui.
22.
Saya tidak
mengetahui
mengenai tata
suara dan piranti-
piranti suara secara
elektronik yang
digunakan dalam
pementasan.
STS: 1 (1,8%)
TS: 16 (28,6%)
RR: 17 (30,3%)
S: 19 (33,9%)
SS: 3 (5,3%)
Berdasarkan data, kebanyakan
mahasiswa ragu-ragu dan tidak
mengetahui secara umum bidang
tata suara dengan teknologi
pendukungnya. Maka dari itu,
konsep, prosedur dan teknologi
tata suara baik teknologi untuk
penciptaan maupun teknologi
untuk dimanfaatkan dalam
pembelajaran harus dipaparkan
secara hal umum dan penting
yang perlu diketahui.
23.
Saya mengetahui
mengenai tata latar
dan perkakas yang
digunakan dalam
menyusun latar
pementasan drama.
STS: 0 (0%)
TS: 7 (12,5%)
RR: 17 (30.3%)
S: 29 (51,8%)
SS: 3 (5,3%)
Berdasarkan data, kebanyakan
mahasiswa mengetahui secara
umum bidang tata latar dengan
teknologi pendukungnya. Maka
dari itu, konsep, prosedur dan
teknologi tata latar baik
teknologi untuk penciptaan
maupun teknologi untuk
dimanfaatkan dalam
pembelajaran lebih mengacu
pada penerapannya saja dan
penegasan konsep dan kaidah.
24.
Saya mengetahui
mengenai tata
busana dan piranti-
piranti yang
digunakan dalam
STS: 1 (1,8%)
TS: 8 (14,3%)
RR: 18 (32,1%)
S: 27 (48,2%)
Berdasarkan data, kebanyakan
mahasiswa mengetahui secara
umum bidang tata busana dengan
teknologi pendukungnya. Maka
dari itu, konsep, prosedur dan
teknologi tata busana baik
teknologi untuk penciptaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
membuat busana
pementasan drama.
SS: 2 (3,6%) maupun teknologi untuk
dimanfaatkan dalam
pembelajaran lebih mengacu
pada penerapannya saja dan
penegasan konsep dan kaidah.
25.
Saya mengetahui
mengenai tata rias
dan piranti-piranti
yang digunakan
dalam tata rias
pementasan drama.
STS: 1 (1,8%)
TS: 10 (17,8%)
RR: 20 (35.7%)
S: 23 (41,1%)
SS: 2 (3,6%)
Berdasarkan data, kebanyakan
mahasiswa mengetahui secara
umum bidang tata rias dengan
teknologi pendukungnya. Maka
dari itu, konsep, prosedur dan
teknologi tata rias baik teknologi
untuk penciptaan maupun
teknologi untuk dimanfaatkan
dalam pembelajaran lebih
mengacu pada penerapannya saja
dan penegasan konsep dan
kaidah.
D. Aspek Wawasan tentang Pertunjukan (Knowledge)
26.
Saya tidak senang
membaca naskah
drama
STS: 8 (14,3%)
TS: 37 (66,1%)
RR: 8 (14,3%)
S: 3 (5,3%)
SS: 0 (0%)
Berdasarkan data, kebanyakan
mahasiswa telah memiliki sikap
aprsiatif terhadap karya drama.
Maka dari itu, konsep, susunan
materi difokuskan pada
penjelasan konsep, kaidah,
prosedur penerapan, dan contoh-
contoh penerapan karena telah
dibantu dengan wawasan umum
yang dimiliki mahasiwa
mengenai drama. 27.
Saya sering
membaca naskah
drama asing yang
diterjemahkan ke
dalam bahasa
Indonesia maupun
naskah drama
sastrawan
Indonesia
STS: 2 (3,6%)
TS: 12 (21,4%)
RR: 25 (44,6%)
S: 16 (28,6%)
SS: 1 (1,8%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
28.
Saya biasa
menghadiri
pementasan drama
secara langsung.
STS: 0 (0%)
TS: 5 (8,9%)
RR: 20 (35,7%)
S: 25 (44,6%)
SS: 6 (10,7%)
29.
Saya sangat jarang
menonton rekaman
pementasan drama
yang ada dalam
media sosial
seperti Youtube.
STS: 3 (5,3%)
TS: 18 (32,1%)
RR: 12 (21,4%)
S: 20 (35.7%)
SS: 3 (5,3%)
30
Saya senang
terlibat dalam
proses kerja
pembuatan pentas
drama.
STS: 0 (0%)
TS: 1 (1,8%)
RR: 12 (21,4%)
S: 28 (50%)
SS: 15 (26,8%)
Berdasarkan data, kebanyakan
mahasiswa belum memiliki
cukup pengalaman dalam ruang
lingkup drama. Maka dari itu,
konsep, susunan materi
difokuskan pada penjelasan
konsep, kaidah, prosedur
penerapan, dan contoh-contoh
penerapan yang terintegrasi
dalam pemberian pengalaman
melalui penugasan.
31.
Saya mengetahui
cara mengubah
naskah drama
menjadi sebuah
pementasan drama.
STS: 1 (1,8%)
TS: 7 (12,5%)
RR: 26 (46,4%)
S: 20 (35,7%)
SS: 2 (3,6%)
32.
Saya mengetahui
berbagai jenis
bentuk pementasan
drama.
STS: 0 (0%)
TS: 4 (7,1%)
RR: 32 (57,1%)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
S: 16 (28,6%)
SS: 4 (7,1%)
33.
Saya tidak terbiasa
mengikuti
berbagai
workshop, seminar
atau diskusi
mengenai drama
dan seni
pertunjukkan.
STS: 1 (1,8%)
TS: 15 (26,8%)
RR: 17 (30,3%)
S: 21 (37,5%)
SS: 2 (3,6%)
Melalui tabel data hasil kuesioner analisis kebutuhan pada mahasiswa,
data berupa prosentase diperoleh. Prosentase tersebut menunjukan kecenderungan
sikap mahasiswa yang menjawab pada pernyataan yang diajukan. Berdasarkan
analisis data pengisisan kuesioner, kebutuhan pembelajar terhadap materi drama
berbasis TPACK dapat dirangkum sebagai berikut.
1) Aspek Materi Drama (Content)
Materi drama mengacu pada pemahaman konsep, kaidah, fakta dan
prosedur yang dijadikan sebagai materi pembelajaran drama di berbagai jenjang
pendidikan. Dalam kisi-kisi intrumen kuesioner analisis kebutuhan mahasiswa,
materi drama dijabarkan menjadi dua indikator yaitu unsur dramaturgi dan ruang
lingkup pertunjukan drama. Unsur dramaturgi mengacu pada pemahaman konsep
dan kaidah mengenai drama baik secara struktur drama maupun tekstur drama.
Ruang lingkup pertunjukan drama mengacu pada bentuk aplikatif berupa konvensi
dan prosedur dalam pertunjukan drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Indikator unsur dramaturgi dapat dilihat pada nomor pernyataan 1, 2 dan 3.
Berdasarkan rekapitulasi rerata prosentase indikator unsur dramaturgi, mahasiswa
yang menjawab sesuai dengan kriteria ideal pada pemahaman tentang unsur
dramaturgi yaitu 17,2%. Melalui hasil prosentase tersebut, sebanyak 82,8% hanya
sebatas menguasai dramaturgi namun tidak mendalam pemahamannya. Bahkan
pada pernyataan nomor 1, jawaban ideal hanya 0% sehingga menandakan tidak
ada mahasiswa yang mengetahui secara terperinci tentang dramaturgi. Maka dari
itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator unsur dramaturgi yaitu mahasiswa
membutuhkan pembalajaran mendasar mengenai dramatrugi sebagai konsep awal
dalam mempelajari pertunjukan drama.
Indikator ruang lingkup pertunjukan drama dapat dilihat pada nomor
pernyataan 4, 5, 6, 7 dan 8. Berdasarkan rekapitulasi rerata prosentase indikator
ruang lingkup pertunjukan drama, mahasiswa yang menjawab sesuai dengan
kriteria ideal pada pemahaman tentang ruang lingkup pertunjukan drama yaitu
8,58%. Melalui hasil prosentase tersebut, sebanyak 91,42% hanya sebatas
mengetahui ruang lingkup pertunjukan drama secara umum atau tidak mengetahui
sama sekali. Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator ruang
lingkup pertunjukan drama yaitu mahasiswa membutuhkan materi seputar
konvensi dan prosedur yang berupa penjelasan konsep beserta penerapannya
seputar pertunjukan drama.
2) Aspek Pengajaran Drama (Pedagogical)
Aspek pengajaran drama mengacu pada aspek pedagogi yang berhubungan
dengan pembelajaran drama baik secara rumusan tujuan pembelajaran drama,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
aktivitas pembelajaran drama, media pembelajaran drama dan evaluasi
pembelajaran drama. Dalam kisi-kisi intrumen kuesioner analisis kebutuhan
mahasiswa, aspek pengajaran drama dijabarkan menjadi empat indikator yaitu
kisi-kisi drama dalam kurikulum nasional mata pelajaran bahasa Indonesia,
aktivitas pembelajaran drama, evaluasi pembelajaran drama dan pemilihan media
pembelajaran drama. Perumusan indikator-indikator tersebut mengacu pada
pemahaman aspek pedagogi yang dapat diterapkan dalam pembelajaran dengan
materi drama.
Indikator kisi-kisi drama dalam kurikulum nasional mata pelajaran bahasa
Indonesia dapat dilihat pada nomor pernyataan 8, 9 dan 10. Berdasarkan
rekapitulasi rerata prosentase indikator kisi-kisi drama dalam kurikulum nasional
mata pelajaran bahasa Indonesia, mahasiswa yang menjawab sesuai dengan
kriteria ideal yaitu 1,2%. Melalui hasil prosentase tersebut, sebanyak 98,8% tidak
mengetahui atau hanya mengetahui sedikit tentang kompetensi dan kebutuhan
pembelajaran drama di tingkat sekolah menengah dalam mata pelajaran bahasa
Indonesia. Bahkan pada pernyataan nomor 9 dan 10, jawaban ideal hanya 0%
sehingga menandakan ada mahasiswa yang tidak mengetahui seluk-beluk
kebutuhan kompetensi pembelajaran materi drama di sekolah menengah dalam
mata pelajaran bahasa Indonesia. Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari
kisi-kisi drama dalam kurikulum nasional mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu
mahasiswa membutuhkan materi drama baik yang sesuai dengan karakteristik
pembelajaran drama pada mata pelajaran bahasa Indonesia di jenjang sekolah
menengah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Indikator aktivitas pembelajaran drama dapat dilihat pada nomor
pernyataan 12 dan 13. Berdasarkan rekapitulasi rerata prosentase indikator
aktivitas pembelajaran drama, mahasiswa yang menjawab sesuai dengan kriteria
ideal pada aktivitas pembelajaran drama yaitu 8%. Melalui hasil prosentase
tersebut, sebanyak 92% hanya sebatas mengetahui secara umum model aktivitas
pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran drama. Maka dari itu,
simpulan yang dapat diambil dari indikator aktivitas pembelajaran drama yaitu
buku ajar drama yang disusun memberikan bentuk tawaran aktivitas pembelajaran
yang berbeda dengan pembelajaran drama yang sering ada di sekolahan sekaligus
memberikan rambu-rambu tawaran bentuk latihan untuk menguasai materi
pertunjukan drama.
Indikator evaluasi pembelajaran drama dapat dilihat pada nomor
pernyataan 14 dan 15. Berdasarkan rekapitulasi rerata prosentase indikator
evaluasi pembelajaran drama, mahasiswa yang menjawab sesuai dengan kriteria
ideal pada evaluasi pembelajaran drama yaitu 3,6%. Melalui hasil prosentase
tersebut, sebanyak 96.4% tidak mengetahui atau hanya sebatas mengetahui secara
umum bentuk evaluasi pembelajaran dalam pembelajaran drama. Maka dari itu,
simpulan yang dapat diambil dari indikator evaluasi pembelajaran drama yaitu
buku ajar drama harus memberikan bentuk penilaian autentik dan konkrit yang
dapat mengukur pembelajaran drama sehingga dapat menjadi model penilaian
bagi mahasiswa.
Indikator pemilihan pembelajaran drama dapat dilihat pada nomor
pernyataan 16 dan 17. Berdasarkan rekapitulasi rerata prosentase indikator
pemilihan pembelajaran drama, mahasiswa yang menjawab sesuai dengan kriteria
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
ideal pada evaluasi pembelajaran drama yaitu 19,6%. Melalui hasil prosentase
tersebut, sebanyak 80.4% hanya mengetahui secara umum bentuk media
pembelajaran dalam pembelajaran drama. Maka dari itu, simpulan yang dapat
diambil dari indikator pemilihan media pembelajaran drama yaitu buku ajar drama
harus memberikan tawaran media pembelajaran yang dapat dimanfaatkan dalam
pembelajaran drama.
3) Aspek Teknologi dalam Drama (Technological)
Aspek teknologi dalam drama mengacu pada aspek teknologi yang
digunakan dalam ruang pertunjukan drama. Dalam kisi-kisi intrumen kuesioner
analisis kebutuhan mahasiswa, aspek teknologi dalam drama dijabarkan menjadi
dua indikator yaitu pemahaman umum teknologi dalam drama dan jenis teknologi
dalam pertunjukan drama. Perumusan indikator-indikator tersebut mengacu pada
bentuk-bentuk teknologi yang dapat dimanfaatkan dalam pertunjukan drama.
Indikator pemahaman umum teknologi dalam drama dapat dilihat pada
nomor pernyataan 18, 19 dan 20. Berdasarkan rekapitulasi rerata prosentase
indikator pemahaman umum teknologi dalam drama, mahasiswa yang menjawab
sesuai dengan kriteria ideal yaitu 4,7%. Melalui hasil prosentase tersebut,
sebanyak 95,3% tidak mengetahui atau hanya mengetahui sedikit tentang
teknologi dalam pertunjukan drama. Bahkan pada pernyataan nomor 19, jawaban
ideal hanya 0% sehingga ketidaktahuan mahasiswa tentang penerapan prosedur
penerapan teknologi dalam pertunjukan drama. Maka dari itu, simpulan yang
dapat diambil dari pemahaman umum teknologi dalam drama yaitu buku ajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
drama harus memuat materi prosedur penggunaan teknologi yang digunakan
dalam pertunjukan drama.
Indikator jenis teknologi dalam pertunjukan drama dapat dilihat pada
nomor pernyataan 21, 22, 23, 24 dan 25. Berdasarkan rekapitulasi rerata
prosentase indikator jenis teknologi dalam pertunjukan drama, mahasiswa yang
menjawab sesuai dengan kriteria ideal pada jenis teknologi dalam pertunjukan
drama yaitu 3,24%. Melalui hasil prosentase tersebut, sebanyak 96,76% hanya
sebatas mengetahui secara umum jenis-jenis. Maka dari itu, simpulan yang dapat
diambil dari indikator aktivitas jenis teknologi dalam pertunjukan drama yaitu
buku ajar drama yang disusun memberikan penjelasan jenis-jenis teknologi yang
digunakan dalam penciptaan pertunjukan drama.
4) Aspek Wawasan tentang Drama (Knowledge)
Aspek wawasan tentang drama mengacu pada pengetahuan umum dan
pengalaman empirik para mahasiswa terhadap wujud nyata pertunjukan drama di
lingkup sekitarnya. Dalam kisi-kisi intrumen kuesioner analisis kebutuhan
mahasiswa, aspek wawasan tentang drama dijabarkan menjadi dua indikator yaitu
apresiasi terhadap karya drama dan pengalaman dalam ruang lingkup drama.
Perumusan indikator-indikator tersebut mengacu pada tanggapan mahasiswa
terhadap lingkup pertunjukan drama yang ada sebagai fakta empirik di sekitarnya.
Indikator apresiasi terhadap karya drama dapat dilihat pada nomor
pernyataan 26, 27, 28 dan 29. Berdasarkan rekapitulasi rerata prosentase indikator
apresiasi terhadap karya drama, mahasiswa yang menjawab sesuai dengan kriteria
ideal yaitu 8,05%. Melalui hasil prosentase tersebut, sebanyak 91,95% mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
hanya mengetahui tentang karya-karya drama. Maka dari itu, simpulan yang dapat
diambil dari apresiasi terhadap karya drama yaitu buku ajar drama harus memuat
materi yang memberikan wawasan tentang karya drama dan menumbuhkan sikap
apresiatif terhadap karya drama.
Indikator pengalaman dalam ruang lingkup drama dapat dilihat pada
nomor pernyataan 30, 31, 32 dan 33. Berdasarkan rekapitulasi rerata prosentase
indikator pengalaman dalam ruang lingkup drama, mahasiswa yang menjawab
sesuai dengan kriteria ideal yaitu 9,82%. Melalui hasil prosentase tersebut,
sebanyak 90,18% mahasiswa belum memiliki pengalaman yang utuh dan empiris
di bidang pertunjukan drama. Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari
pengalaman dalam ruang lingkup drama yaitu buku ajar drama harus memberikan
pengalaman konseptual dan pengalaman konkrit dalam aktivitas yang dirumuskan
sehingga dapat menjadi pengalaman belajar yang nyata tentang pertunjukan
drama.
4.3.1.3 Hasil Analisis Data Wawancara
Data analisis kebutuhan data wawancara terdiri dari wawancara terhadap
pihak-pihak yang dianggap memiliki keterkaitan dengan analisis kebutuhan buku
ajar berbasis TPACK. Narasumber wawancara terdiri dari dosen ahli drama,
dosen pengampu mata kuliah, ketua program studi, dan guru bahasa Indonesia
yang mengajar drama baik secara kurikuler maupun ekstrakurikuler. Pertanyaan
yang diajukan juga disesuaikan dengan bidang masing-masing narasumber guna
memetakan kebutuhan pembelajaran drama berbasis TPACK. Data wawancara
tersebut dapat dicermati di bagian lampiran transkrip wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Berdasarkan hasil analisis wawancara, peniliti menyimpulkan pernyataan-
pernyataan narasumber untuk menemukan permasalahan empiris yang terjadi dan
gagasan ideal pembelajaran drama bagi calon guru bahasa Indonesia.
Penyimpulan tersebut digunakan sebagai pengembangan desain produk dan buku
ajar. Hasil analisis data wawancara dijabarkan sebagai berikut.
1) Wawancara Dosen Pengampu
Pembahasan hasil wawancara dosen pengampu merupakan hasil akumulasi
peryataan dari kedua dosen pengampu mata kuliah Pergelaran Sastra dengan kode
DP1 dan DP2. Analisis hasil wawancara disesuaikan dengan indikator yang telah
dirumuskan dalam kisi-kisi instrumen wawancara dosen pengampu mata kuliah
(lih. lampiran instrumen wawancara dosen pengampu). Total indikator yang
dirumuskan yaitu enam belas indikator dengan mengacu perumusan lima aspek
(aspek visi misi prodi, aspek pedagogical, aspek content, aspek technological, dan
aspek knowledge)
A. Aspek Visi Misi Prodi
Indikator dasar perumusan mata kuliah berdasarkan visi misi prodi dapat
dilihat pada nomor pertanyaan 1 dan 2. Berdasarkan pernyataan dari hasil
wawancara, DP1 dan DP2 mengatakan bahwa mata kuliah Pergelaran Sastra
merupakan mata kuliah yang membekali pengetahuan teoritis dan aplikatif pada
mahasiswa tentang pergelaran sastra (pertunjukan). Hal tersebut dapat dicermati
pada intisari pernyataan berikut,
Kuliah ini memberi ketrampilan & pengalaman kepada mahasiswa,
mengelola sebuah pagelaran Drama, Puisi maupun Cerita Pendek.
Tujuannya adalah dengan memberi ketrampilan & pengalaman tsb
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
mahasiswa dibentuk menjadi insan yg memiliki nilai-nilai estetis,
nilai humanis (kemanusiaan), serta cerdas-kreatif. (Pernyataan
DP1)
Pembelajaran pergelaran sastra diarahkan untuk membekali
mahasiswa untuk menjadi calon guru bahasa Indonesia. Ini yang
menjadi pembeda dengan jurusan sastra Indonesia. Di jurusan
sastra Indonesia, teori drama menjadi hal yang penting sedangkan
di PBSI, teori drama diarahkan ke ranah aplikatif dalam
pembelajaran. (Pernyataan DP2)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari dasar perumusan mata kuliah
berdasarkan visi misi prodi yaitu buku ajar drama harus disusun atas dasar
persiapan konsep teoritis dan kebutuhan keterampilan aplikatif yang dapat
digunakan dalam praktik pembelajaran dengan mengacu pada kaidah dan
konvensi seni pertunjukan drama yang dapat mengadaptasi puisi dan prosa
sebagai bahan pertunjukan.
Indikator penilaian pencapaian visi misi dalam mata kuliah Pergelaran
Sastra dapat dilihat pada nomor pertanyaan 3. Berdasarkan pernyataan dari hasil
wawancara, DP1 dan DP2 mengatakan bahwa mata kuliah Pergelaran Sastra telah
mencukupi kriteria prodi yaitu memberikan bekal pengalaman praktik di bidang
pertunjukan karya sastra sebagai calon guru bahasa Indonesia namun juga belum
mencukupi karena mahasiswa belum berani memainkan karya-karya klasik. Hal
tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Ya dan belum. Konsepnya jelas, untuk menjadi calon guru &
pendidik yang memiliki ketrampilan & pengalaman dalam bidang
pagelaran Sastra dan memiliki nilai-nilai estetis, nilai humanis
(kemanusiaan), serta cerdas-kreatif. Namun dalam prakteknya
mahasiswa belum berani menampilkan karya-karya dari sastra
klasik seperti Oedipus, Romeo & Yuliet, misalnya. (Pernyataan
DP1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Sejauh ini sudah memberikan bekal praktik dan pengalaman drama
untuk menjadi calon guru bahasa Indonesia. (Pernyataan DP2)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari penilaian pencapaian visi misi
dalam mata kuliah Pergelaran Sastra yaitu buku ajar drama harus disusun dengan
mempertimbangkan konsepsi sebagai persiapan calon guru bahasa Indonesia
sehingga akan terdapat modifikasi kebutuhan materi seni pertunjukan drama dan
harus mencakup apresiasi karya-karya klasik dalam lingkup pertunjukan drama.
Indikator profil lulusan dapat dilihat pada nomor pertanyaan 4.
Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara, DP1 dan DP2 mengatakan bahwa
mata kuliah Pergelaran Sastra bertujuan untuk menciptakan calon guru bahasa
Indonesia yang mampu mengaplikasikan pertunjukan dan memiliki sikap
apresiatif terhadap karya sastra. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari
pernyataan berikut,
Mahasiswa memiliki sikap, penguasaan, dan ketrampilan
mengelola pagelaran sastra. (Pernyataan DP1)
Calon guru yang sudah memiliki pengalaman untuk
mengaplikasikan drama dan memiliki sikap apresiatif pada karya
sastra. (Pernyataan DP2)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari profil lulusan yaitu buku ajar
drama harus disusun dengan mempertimbangkan konsepsi sebagai persiapan
calon guru bahasa Indonesia sehingga akan terdapat modifikasi kebutuhan materi
seni pertunjukan drama dan harus mampu mengolah sikap apresiatif pada
mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
B. Aspek Pedagogical
Indikator metode pengajaran dapat dilihat pada nomor pertanyaan 5 dan 6.
Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara, DP1 dan DP2 terdapat perbedaan
pada metode pembelajarannya dengan mengatakan bahwa DP1 mengacu
cooperative learning serta contextual laearning dan DP2 mengacu pada pedagogi
Ignasian beserta student center learning. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari
pernyataan berikut,
Model pembelajaran yang digunakan dalam perkuliahan
Pergelaran Sastra adalah model koperatif, kontekstual dan
langsung. Teknik pembelajaran yang digunakan adalah teknik
simulasi, eksperimen dan demonstrasi. (Pernyataan DP1)
Saya menggunakan model pedagogi Ignasian, bagaimana mereka
bisa merefleksikan proses pengalaman bermainan drama. Selain
itu, pembelajaran diarahkan pada proses kerja sama mahasiswa
untuk membuat sebuah pementasan drama. Saya selalu
mengutamakan pada pengalaman belajar mahasiswa yang
bereksplorasi untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan
dalam pementasan drama. Saya hanya selalu mengajak mereka
untuk merefleksikan apa yang sudah mereka lakukan, bagaimana
capaian belajar mereka dan apa manfaatnya. Saya hanya
memposisikan diri sebagai pembimbing. Mayoritas dari
pengalaman mahasiswa sudah memiliki inisiatif untuk menyusun
project pementasan kelas. (Pernyataan DP2)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari metode pengajaran yaitu buku
ajar drama diarahkan pada fokus aktivitas utama yang dilakukan oleh mahasiswa
sehingga pengalaman belajar merupakan pengalaman utuh dari mahasiswa dan
pengajar hanya berposisi sebagai pembimbing.
Indikator gaya belajar dapat dilihat pada nomor pertanyaan 7. Berdasarkan
pernyataan dari hasil wawancara, DP1 dan DP2 terdapat perbedaan pada indikator
gaya belajar yaitu DP1 hanya mengatakan ‘ya’ tanpa ada penjelasan lebih lanjut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
dan DP2 mengacu pada memahami latar belakang mahasiswa. Hal tersebut dapat
dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Saya mencoba untuk memahami latar mahasiswa yang beraneka
ragam. Saya arahkan mahasiswa untuk bisa saling meramu
perbedaan yang terjadi sehingga bisa menjadi aspek paduan
harmonis dalam pembelajaran. Jadi tiap perkuliahan selalu ada
pelaporan proses mereka lalu baru mengaruh pada latihan
pementasan mereka. (Pernyataan DP2)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari gaya belajar yaitu buku ajar
drama perlu mempertimbangkan gaya belajar mahasiswa dalam penyusunan
materi sehingga ada materi untuk gaya audio, gaya visual, gaya audiovisual, dan
gaya psikomotorik.
Indikator rumusan kompetensi dan indikator dapat dilihat pada nomor
pertanyaan 8 dan 9. Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara, DP1 dan DP2
mengatakan bahwa mata kuliah Pergelaran Sastra berorientasi pada pemberian
bekal teoritis dan keterampilan dalam konteks pertunjukan dan secara spesifik
kearah pertunjukan drama sekaligus sikap apresiatif terhadap proses penciptaan
pertunjukan. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Melalui perkuliahan Pergelaran Sastra ini mahasiswa mampu
mengaplikasikan teori drama ke dalam pentas. Mahasiswa
menggelar pentas sastra, bisa berupa drama, puisi maupun
pembacaan cerita. (Pernyataan DP1)
Tujuan utamanya adalah menumbuhkan apresiasi mahasiswa pada
karya sastra melalui kemampuan menciptakan sebuah pementasan.
Sasaran lainnya adalah memberikan ruang untuk membentuk
karakter karena dalam drama aspek pendidikan karakternya kuat.
Jadi mahasiswa memiliki kecerdasan sosial juga. Yang saya
utamakan adalah bagaimana mahasiswa bisa memahami dan
mempraktikan aspek-aspek drama sehingga bisa mewujudkan
kepaduan yang harmonis dalam karya pementasan. (Pernyataan
DP2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari rumusan kompetensi dan
indikator yaitu buku ajar drama harus mempertimbangkan tiga ranah
pembelajaran yaitu pengetahuan, afeksi, dan psikomotorik dalam lingkup
pertunjukan drama walaupun porsi terbanyak lebih berorientasi pada psikomotorik
atau keterampilan.
Indikator evaluasi pembelajaran dapat dilihat pada nomor pertanyaan 10
dan 11. Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara, DP1 dan DP2 memiliki
pendapat yang berbeda dengan mengatakan bahwa DP 1 hanya menyebutkan
bentuk evaluasi beserta aspeknya dan DP2 menjabarkan bentuk evaluasi sekaligus
jenis evaluasi namun tidak menyebutkan indikatornya. Hal tersebut dapat
dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Mahasiswa mengadakan pentas di dalam kelas maupun di luar
kelas. Penilaian yang baik harus mencakup tiga hal yaitu
ketuntasan, kelengkapan, dan kemenarikan. (Pernyataan DP1)
Ada beberapa tugas yang diberikan 1) Menjadi pemain/aktor, 2)
Menjadi kerabat kerja, 3) UTS (refleksi persiapan pementasan), 4)
UAS (refleksi pementasan akhir), dan 5) Menjadi penilai proses
drama kelas. Bentuk penilaiannya untuk menilai proses saya
menggunakan penilaian antarteman/penilaian kelas sehingga bisa
memberikan situasi proses yang dekat dengan proses kerja mereka.
Saya memberikan kolom yang berisi indikator tertentu untuk
menilai proses antarteman lalu saya memberikan ranking kepada
mereka. (Pernyataan DP2)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari rumusan kompetensi dan
indikator yaitu buku ajar drama harus memberikan evaluasi pembelajaran mulai
dari jenis evaluasi, bentuk penugasan, indikator penilaian, dan juga instrumen
penilaian yang lebih rinci dalam penguasaan konsep maupun keterampilan dalam
ruang lingkup drama berdasarkan cakupan materi penciptaan pertunjukan drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
C. Aspek Content
Indikator hakikat drama dapat dilihat pada nomor pertanyaan 12.
Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara, DP1 dan DP2 mengatakan bahwa
esensi dari mata kuliah Pergelaran Sastra adalah pembelajaran mengenai
pertunjukan yang memanfaat bahan karya sastra sehingga dapat menjadi bekal
untuk calon guru bahasa Indonesia. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari
pernyataan berikut,
Pementasan drama perlu dipelajari untuk menanamkan nilai-nilai
estetis, sikap apresiatif serta pengalaman pentas sebagai calon guru
agar memiliki kompetensi professional dan kependidikan.
(Pernyataan DP1)
Jika dari namanya Pergelaran Sastra mencakup tiga genre drama,
yaitu puisi, prosa, dan drama. Akhir-akhir ini hanya berfokus pada
drama. Tetapi menurut saya jika mahasiswa mampu menampilkan
drama pasti akan memiliki sikap apresiasi terhadap genre karya
sastra yang lain. Selain itu, pementasan drama juga perlu melihat
kondisi mahasiswa saat ini sehingga perlu juga selaras dengan isu
sosial yang berkembang. Untuk masalah bentuk, saya memberikan
kebebasan, mau realis atau absurd, intinya dosen dan mahasiswa
bersama mencari bentuk yang tepat. (Pernyataan DP2)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator hakikat drama yaitu
buku ajar drama harus berorientasi pada materi proses penciptaan pertunjukan
dengan bentuk pertunjukan yang disesuaikan kebutuhan pembelajaran dasar bagi
mahasiswa PBSI sehingga dapat digunakan sebagai landasan pembelajaran drama
di sekolah pada mata pelajaran bahasa Indonesia.
Indikator organisasi pertunjukan dapat dilihat pada nomor pertanyaan 13
dan 14. Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara, DP1 dan DP2 mengatakan
bahwa hanya beberapa bagian dari organisasi pertunjukan yang menjadi fokus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
pembelajaran sehingga memungkinkan ketimpangan porsi pembelajaran pada
materi penciptaan pertunjukan drama. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari
pernyataan berikut,
Unsur artistik pementasan tata panggung, akting, serta unsur
artistik pementasan sastrawi yang perlu dipelajari dalam kuliah ini.
Unsur manajemen organisatoris, manajeman kesutradaraan sangat
perlu dipelajari. (Pernyataan DP1)
Yang paling utama adalah belajar tentang teknik bermain peran.
Untuk aspek artistik lain, saya hanya memberikan pengantar umum
sisanya saya mendorong mereka untuk bereksplorasi dengan
pencarian mandiri. Untuk bidang manajemen, segala hal yang
mendukung untuk terciptanya sebuah pementasan. Jadi mahasiswa
juga mengalami menjadi kerabat kerja yang menyiapakan
kebutuhan pentas dari belakang panggung. (Pernyataan DP2)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator organisasi pertunjukan
yaitu buku ajar drama harus memberikan porsi yang seimbang pada penjelasan
mengenai bidang kerja dan wilayah kerja dalam pertunjukan drama karena sifat
kerja pertunjukan yang mengutamakan kerja tim dan kolektivitas sehingga
mahasiswa dapat bersinergi dengan pemahaman yang utuh dalam persiapan
pertunjukan.
Indikator keterampilan drama dapat dilihat pada nomor pertanyaan 15 dan
16. Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara, DP1 dan DP2 terdapat
perbedaan pendapat dengan mengatakan bahwa DP1 mengutamakan keterampilan
manajemen, akting beserta kerja sama sedangkan DP2 mengutamakan
pengalaman konkrit yang dapat dijadikan acuan kelak dalam pembelajaran di
sekolah. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Ketrampilan drama yang saya harapkan: ketrampilan manajemen,
akting dan kerja sama. Ketrampilan drama harus dikuasai oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
mahasiswa PBSI demi kompetensi professional, kependidikan, dll.
(Pernyataan DP1)
Yang penting adalah pernah mengalami sehingga besok setelah
menjadi guru mereka bisa menjelaskan secara rinci dari
pengalaman tersebut. (Pernyataan DP2)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator keterampilan drama
yaitu buku ajar drama harus memberikan pemaparan materi yang lebih rinci di
bidang keterampilan drama dengan porsi yang seimbang dan proporsional
sekaligus memberikan pemahaman sikap yang harus dihayati dalam penciptaan
pertunjukan drama.
D. Aspek Technological
Indikator pemetaan teknologi dalam mata kuliah Pergelaran Sastra dapat
dilihat pada nomor pertanyaan 17 dan 18. Berdasarkan pernyataan dari hasil
wawancara, DP1 dan DP2 terdapat perbedaan pendapat dengan mengatakan
bahwa DP1 mengutamakan definisi teknologi secara umum sedangkan DP2
mengutamakan definisi yang berhubungan dengan kebutuhan artistik pertunjukan.
Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Pembelajaran drama dalam Pergelaran Sastra perlu berbasis
teknologi agar mampu berkembang dengan pesat. Teknologi itu
antara lain teknologi digital, komunikasi, informasi, serta teknologi
arsitektur. (Pernyataan DP1)
Kalau saya mendorong mahasiswa untuk menggunakan teknologi
yang sudah sering digunakan dalam panggung, seperti lampu, film,
asap dll. Kalau mereka memang mampu silahkan digunakan untuk
menciptakan ilusi panggung yang cukup. Yang sebenarnya tepat
diharapkan dengan pemanfaatan teknologi adalah drama melalui
media film. Mahasiswa diharapkan mampu menguasai teknologi
yang digunakan dalam penciptaan film. (Pernyataan DP2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator pemetaan teknologi
dalam mata kuliah Pergelaran Sastra yaitu buku ajar drama harus memberikan dan
memanfaatkan rincian pemetaan teknologi baik teknologi dalam konteks media
pembelajaran maupun teknologi dalam konteks peralatan yang digunakan dalam
pertunjukan drama.
Indikator aplikasi teknologi dalam mata kuliah Pergelaran Sastra dapat
dilihat pada nomor pertanyaan 19. Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara,
DP1 dan DP2 mengatakan bahwa sudah menggunakan dan memperhatikan aspek
teknologi dalam perkuliahan Pergelaran Sastra. Hal tersebut dapat dicermati pada
intisari pernyataan berikut,
Teknologi informasi, komunikasi serta teknologi digital, dll.
(Pernyataan DP1)
Kalau saya mendorong mahasiswa untuk menggunakan teknologi
yang sudah sering digunakan dalam panggung, seperti lampu, film,
asap dll. Kalau mereka memang mampu silahkan digunakan untuk
menciptakan ilusi panggung yang cukup. Yang sebenarnya tepat
diharapkan dengan pemanfaatan teknologi adalah drama melalui
media film. Mahasiswa diharapkan mampu menguasai teknologi
yang digunakan dalam penciptaan film. (Pernyataan DP2)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator aplikasi teknologi
dalam mata kuliah Pergelaran Sastra yaitu buku ajar drama harus memberikan dan
memanfaatkan rincian pemetaan teknologi yang konkrit baik teknologi dalam
konteks media pembelajaran maupun teknologi dalam konteks peralatan yang
digunakan dalam pertunjukan drama.
Indikator evaluasi penerapan teknologi dalam mata kuliah Pergelaran
Sastra dapat dilihat pada nomor pertanyaan 20. Berdasarkan pernyataan dari hasil
wawancara, DP1 dan DP2 mengatakan bahwa sudah terjadi penerapan teknologi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
oleh mahasiswa dalam pertunjukan mereka namun kurang optimal dan hanya
terbatas pada mahasiswa yang memang sudah memiliki minat dan bakat dalam
bidang drama. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Ketrampilan teknologi pada mahasiswa yang sudah saya temui
dalam proses perkuliahan sebelumnya: teknologi informasi,
komunikasi serta teknologi digital, hanya saja belum
dikembangkan secara maksimal. (Pernyataan DP1)
Saya cukup kagum melihat hasil eksplorasi mahasiswa dalam
pentas yang sudah terjadi. Mereka kadang mampu memanfaatkan
berbagai piranti teknologi untuk menciptakan ilusi dalam
panggung. Tetapi sekali lagi, hal tersebut terjadi biasanya pada
mahasiswa yang memang sudah memiliki minat lebih pada bidang
drama. (Pernyataan DP2)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator evaluasi penerapan
teknologi dalam mata kuliah Pergelaran Sastra yaitu buku ajar drama perlu
memberikan penjelasan, pemaparan, dan sistematika penggunaan teknologi dalam
bidang pertunjukan drama sehingga dapat mendorong kreativitas mahasiswa pada
eksplorasi pertunjukan drama.
E. Aspek Knowledge
Indikator perkembangan drama Indonesia dapat dilihat pada nomor
pertanyaan 21 dan 24. Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara, DP1 dan
DP2 mengatakan bahwa sudah mengacu dan mendorong para mahasiswa untuk
mengikuti perkembangan drama di Indonesia serta mancanegeara dengan
mengarahkan untuk melihat melalui media daring serta mengeksplorasi naskah-
naskah yang ada. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Mahasiswa perlu diberi wawasan sejarah drama di Indonesia,
jenis-jenis drama & teater di Indonesia, diajak atau disuruh nonton
pementasan drama dari video, maupun nonton pementasan drama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
langsung di kampus maupun di luar kampus. Dalam kesempatan
pentas di luar kelas, mahasiswa diminta untuk mementaskan drama
klasik yang memiliki sifat keabadian, dan masih relevan di zaman
kontemporer. (Pernyataan DP1)
Saya biasanya melakukan pencarian di internet tentang drama-
drama yang berkembang. Selain itu juga melihat pementasan-
pementasan yang sudah ada. Saat ini kan sudah ada Youtube
sehingga kita bisa melihat berbagai contoh drama yang ada.
Pementasan drama juga perlu melihat kondisi mahasiswa saat ini
sehingga perlu juga selaras dengan isu sosial yang berkembang.
Untuk masalah bentuk, saya memberikan kebebasan, mau realis
atau absurd, intinya dosen dan mahasiswa bersama mencari bentuk
yang tepat. (Pernyataan DP2)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator perkembangan drama
Indonesia dalam mata kuliah Pergelaran Sastra yaitu buku ajar drama perlu
menyesuaikan isi materi dengan perkembangan pertunjukan drama di Indonesia
maupun mancanegara sehingga dapat merumuskan pembelajaran drama yang
kontekstual.
Indikator konvensi umum pementasan drama dapat dilihat pada nomor
pertanyaan 22. Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara, DP1 dan DP2 tidak
memberikan jawaban perihal konvensi umum pementasan drama. Pada kasus
DP1, narasumber tidak memberikan jawaban pada lembar wawancara yang
dikirimkan secara daring. Pada kasus DP2, narasumber tidak menjawab
pertanyaan namun mengalihakan pada sikap apresiatif terhadap pertunjukan
drama melalui kanal daring. Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari
indikator konvensi umum pementasan drama yaitu buku ajar drama perlu
memberikan materi berupa konvensi yang biasanya digunakan para praktisi teater
dalam menciptakan pertunjukan drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Indikator nilai-nilai dalam teater tradisional Indonesia dapat dilihat pada
nomor pertanyaan 23. Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara, DP1 dan
DP2 terdapat perbedaan pendapat dengan mengatakan bahwa DP1 mengacu pada
penampilan pertunjukan daerah dalam kelompok sedangkan DP2 mengacu pada
memanfaatkan lokalitas dan keanekaragaman latar budaya mahasiswa dalam
pementasan kelas. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Teater tradisional biasanya berkembang di masing-masing daerah
di Indonesia. Mahasiswa PBSI berasal dari pelbagai daerah di
wilayah Indonnesia. Dalam kesempatan pentas kelas, mahasiswa
bisa dibagi ke dalam kelompok daerah untuk mementaskan teater
daerah masing2. (Pernyataan DP1)
Biasanya saya mengarahkan mereka untuk mengolah latar lokalitas
dari latar belakang mahasiswa yang beranekaragam untuk bisa
menciptakan sebuah pementasan sehingga lokalitas itu lebih
mengarah pada bagaimana mereka memanfaatkan perbedaan suku
dalam pementasan. (Pernyataan DP2)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator nilai-nilai dalam teater
tradisional Indonesia yaitu buku ajar drama perlu menyesuaikan dan
mengakomodasi penciptaan pertunjukan yang mengacu pada keanekaragaman
latar budaya para mahasiswa dan nilai-nilai lokalitas yang baik untuk diterapkan
dalam proses pertunjukan drama.
2) Wawancara Ketua Program Studi PBSI (KPS)
Pembahasan hasil wawancara ketua program studi merupakan hasil
wawancara kepada pejabat program studi yang menjadi pemantau dalam
penerapan mata kuliah Pergelaran Sastra dan integrasinya dengan visi misi prodi.
Analisis hasil wawancara disesuaikan dengan indikator yang telah dirumuskan
dalam kisi-kisi instrumen wawancara ketua program studi (lih. lampiran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
instrumen ketua program studi). Total indikator yang dirumuskan yaitu enam
indikator yaitu dasar perumusan mata kuliah Pergelaran Sastra berdasarkan visi
misi prodi, karakteristik pembelajaran mata kuliah Pergelaran Sastra berdasarkan
visi misi prodi, kompetensi yang dicapai pada mata kuliah Pergelaran Sastra
berdasarkan visi misi prodi, evaluasi prodi terrhadap pelaksanaan mata kuliah
Pergelaran Sastra, profil lulusan yang telah menempuh mata kuliah Pergelaran
Sastra dan saran untuk pengembangan dan perbaikan mata kuliah Pergelaran
Sastra.
A. Dasar Perumusan Mata Kuliah Pergelaran Sastra Berdasarkan Visi Misi
Prodi
Indikator perumusan mata kuliah Pergelaran Sastra berdasarkan visi misi
prodi dapat dilihat pada nomor pertanyaan 1. Berdasarkan pernyataan dari hasil
wawancara, KPS mengatakan bahwa tiap mata kuliah yang dirumuskan di PBSI
mengacu ada learning outcome, visi misi prodi, dan visi misi universitas. Hal
tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Kalau dari penyusunan kurikulum, semua dosen itu berkontribusi
termasuk bagaimana menentukan capaian pembelajaran akhirnya.
Semua berkontribusi karena produk akhir itu yang diminta
sekarang berbasis outcome jadi kalau pagelaran sastra tidak hanya
mahasiswa itu menghasilkan pagelaran tetapi juga harus sesuai
dengan misi visi Prodi yang cerdas, humanis, profesional itu yang
pertama. Yang kedua juga harus sesuai dengan 3C Universitas
Sanata Dharma. (Pernyataan KPS)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator perumusan mata kuliah
Pergelaran Sastra berdasarkan visi misi prodi yaitu buku ajar drama perlu
menyesuaikan kriteria pembelajaran berbasis outcome, visi misi prodi dan visi
misi universitas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
B. Karakteristik Pembelajaran Mata Kuliah Pergelaran Sastra Berdasarkan
Visi Misi Prodi
Indikator karakteristik pembelajaran mata kuliah Pergelaran Sastra
berdasarkan visi misi prodi dapat dilihat pada nomor pertanyaan 2. Berdasarkan
pernyataan dari hasil wawancara, KPS mengatakan bahwa mata kuliah Pergelaran
Sastra telah mencakup tiga ranah pembelajaran dan menyediakan laboratorium
untuk penerapan visi misi prodi dalam proses penciptaan karya. Hal tersebut dapat
dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Menurut saya pagelaran sastra itu adalah mata kuliah yang sangat
lengkap paketnya. Mengapa? Karena mahasiswa diajarkan 3C dan
semua ada. Bagaimana berelasi dengan teman untuk menghasilkan
suatu karya dan produksi. Bagaimana berjibaku setiap hari harus
latihan begitu ya yang itu juga yang saya alami sejak menjadi
mahasiswa bahkan saya merasa sebenarnya kurang terbantu ya
kalau hanya berpaku pada dosen. Aspek pendalaman dan
pendidikan karaktrer menjadi sorotoan dengan aktivitas mahasiswa
dalam penyusunan pertunjukan drama. Proses pembelajaran dalam
pergelaran sastra adalah proses belajar dari pengalaman sehingga
mahasiswa akan bereksplorasi dengan segala kemampuannya
untuk membuat pementasan drama. (Pernyataan KPS)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator karakteristik
pembelajaran mata kuliah Pergelaran Sastra berdasarkan visi misi prodi yaitu
buku ajar drama perlu memperjelas bentuk aplikasi tiga ranah pembelajaran yang
sesuai dengan visi misi prodi sehingga dapat membentuk pemikiran tentang
pertunjukan drama (pengetahuan), etika kerja beserta interaksi sosial (sikap), dan
kemampuan praktik dalam pertunjukan drama (keterampilan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
C. Kompetensi yang Dicapai pada Mata Kuliah Pergelaran Sastra
Berdasarkan Visi Misi Prodi
Indikator kompetensi yang dicapai pada mata kuliah Pergelaran Sastra
berdasarkan visi misi prodi dapat dilihat pada nomor pertanyaan 3. Berdasarkan
pernyataan dari hasil wawancara, KPS mengatakan bahwa kompetensi yang
diharapkan mengacu pada outcome dan terintegrasi dengan penggunaan teknologi
yang relevan dengan mata kuliah yang bersangkutan. Hal tersebut dapat dicermati
pada intisari pernyataan berikut,
Semester ini di bawah arahan WR 1 dan fakultas sedang diadakan
perombakan kurikulum berbasis outcome berikut termasuk yang
diminta luar ya di luar sudah berbasis outcome. Kita harus
memenuhi itu menjadi tidak hanya monolog saja luarannya tetapi
sampai pementasan drama. Selain itu skill-nya perlu diadaptasikan
dengan teknologi. Sekarang kita mau tidak mau, perlu berbasis
outcome yang di dalamnya ada literasi teknologi di setiap mata
kuliah. Nah itu harus dipenuhi yang harus kita pikirkan dari
sekarang itu sudah keluar sejak tahun lalu. Saat ini, kita sedang
merombak besar-besaran. Kalau dilihat dari mata kuliah kita,
sudah baik hanya integrasinya yang belum ada di sana.
(Pernyataan KPS)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator kompetensi yang
dicapai pada mata kuliah Pergelaran Sastra berdasarkan visi misi prodi yaitu buku
ajar drama perlu mengikuti kriteria perumusan kompetensi sesuai dengan anjuran
prodi dan mengintegrasikan teknologi dalam pembelajaran.
D. Evaluaasi Prodi Terhadap Pelaksanaan Mata Kuliah Pergelaran Sastra
Indikator evaluasi prodi terrhadap pelaksanaan mata kuliah Pergelaran
Sastra dapat dilihat pada nomor pertanyaan 4. Berdasarkan pernyataan dari hasil
wawancara, KPS mengatakan bahwa karya pertunjukan dalam mata kuliah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Pergelaran Sastra harus ditingkatkan sesuai kebutuhan konteks zaman dan
perkembangan pertunjukan secara umum. Hal tersebut dapat dicermati pada
intisari pernyataan berikut,
Maka harapan saya kalau melihat mata kuliah pagelaran
sebenarnya ideal dapat membuat pertunjukan yang bagus seperti
itu. Kan anak SMA sudah bisa seperti itu loh kok mahasiswa
hanya seperti itu. Ada apa sebenarnya? Yang saya lihat adalah
orang yang mendukung mata kuliah itu ya harus mulai kenal dunia
yang sekarang. Masalahnya itu tidak kenal dan tidak menyelami
karya sastra lebih jauh itu juga repot. Saya melihat satu teman saya
bagus karena dia selalu menghasilkan karya dan yang satunya
faktor usia. (Pernyataan KPS)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator evaluasi prodi terrhadap
pelaksanaan mata kuliah Pergelaran Sastra yaitu buku ajar drama perlu mengikuti
dan menyesuaikan perkembangan pertunjukan baik secara presentasi karya
pertunjukan dan konvensi pertunjukannya.
E. Profil Lulusan yang telah Menempuh Mata Kuliah Pergelaran Sastra
Indikator profil lulusan yang telah menempuh mata kuliah Pergelaran
Sastra dapat dilihat pada nomor pertanyaan 5. Berdasarkan pernyataan dari hasil
wawancara, KPS mengatakan bahwa profil lulussan utama adalah calon pendidik
di bidang bahasa dan sastra Indonesia sehingga materi pertunjukan drama harus
disesuaikan dengan profil lulussan. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari
pernyataan berikut,
Sesuai dengan empat kompetensi profil lulusan yang dicanangkan
bersama di asosiasi. Bahwa itu ditentukan dan sastra masuk ke
sana yaitu menghasilkan calon pendidik yang profesional di bidang
bahasa dan sastra. Jadi kompetensinya harus lengkap. Idealnya
semua seimbang antara pengguasaan aspek bahasa dan sastra.
(Pernyataan KPS)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator profil lulusan yang
telah menempuh mata kuliah Pergelaran Sastra yaitu buku ajar drama perlu
mengikuti dan menyesuaikan materi pertunjukan drama yang sesuai kebutuhan
pengajaran calon guru bahasa dan sastra Indonesia.
F. Saran untuk Pengembangan dan Perbaikan Mata Kuliah Pergelaran
Sastra
Indikator saran untuk pengembangan dan perbaikan mata kuliah
Pergelaran Sastra dapat dilihat pada nomor pertanyaan 6. Berdasarkan pernyataan
dari hasil wawancara, KPS mengatakan bahwa perlu adanya pembaharuan
informasi sehingga dapat menyempurnakan materi pertunjukan drama yang
relevan dengan konteks zaman. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari
pernyataan berikut,
Ada kolaborasi antardosen dalam pertunjukan drama pada output
akhir. Karena pergelaran itu kan untuk semua, melingkupi seluruh
kompetensi dalam drama. Tenaga pengajar perlu menambah
pengetahuan dan wawasan tentang perkembangan drama hari ini.
Dosen perlu jeli membaca minat dan bakat mahasiswa sehingga
pembelajarannya merata. Dosen perlu bisa memotivasi mahasiswa
untuk menumbuhkan karakter positif pada mahasiswa. Dosen perlu
membaca peluang pementasan yang terintegrasi dengan teknologi.
RPS perlu tercapai dengan capaian yang sudah dicantumkan. Tidak
ada pengembangan RPS sehingga masih tertinggal informasinya.
(Pernyataan KPS)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator saran untuk
pengembangan dan perbaikan mata kuliah Pergelaran Sastra yaitu buku ajar
drama perlu mengikuti dan menyesuaikan materi pertunjukan drama yang sesuai
kebutuhan pengajaran calon guru bahasa dan sastra Indonesia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
3) Wawancara Dosen Ahli Jurusan Teater (DAJT)
Pembahasan hasil wawancara dosen ahli drama merupakan hasil
wawancara kepada dosen pengajar seni pertunjukan bidang teater. Analisis hasil
wawancara disesuaikan dengan indikator yang telah dirumuskan dalam kisi-kisi
instrumen wawancara dosen ahli drama (lih. lampiran instrumen dosen ahli
drama). Total indikator yang dirumuskan yaitu sebelas indikator dalam tiga aspek
umum.
A. Pengajaran Drama di Perguruan Tinggi
Indikator aspek dan kemampuan yang perlu dikuasi dalam belajar drama
dapat dilihat pada nomor pertanyaan 1. Berdasarkan pernyataan dari hasil
wawancara, DAJT mengatakan bahwa bentuk drama yang mendasar harus
diajarkan untuk meletakan konsep awal dan bentuk yang paling tepat adalah
drama realis. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Menurut saya yang paling baik digunakan dalam pembelajaran
drama adalah yang dilakukan oleh generasi realisme untuk untuk
dilakukan baik di SMA maupun di perkuliahan mahasiswa,
Apakah itu mahasiswa seni atau mahasiswa non-seni. Yang akan
dilakukan nanti di luar realism itu nanti ketika jadi seniman aja
karena melalui realisme, kita akan belajar tentang bagaimana
menyusun logika yang benar kemudian, bagaimana menyusun
secara sistematik pemetaan dan objektivitas tinggi yang harus
dicapai di dalam pelaksanaannya. Kalau sejak awal diberikan
kebebasan interpretasi dan kebebasan untuk berkreasi menurut
subjektivitasnya akan menjadi kacau karena logikanya belum
benar tetapi pemahamannya sudah lompat ke arah yang tidak
punya dasar. Jadi, mengapa saya sarankan untuk mempelajari
realism dulu karena ada dasar logika yang dipakai di sana. Dan di
sana ada ilmu bantu yang establish salah satunya psikologi menjadi
ilmu bantu karena kita di drama itu akan ngomongin tentang
manusia maka harus punya ilmu bantu yang jelas tidak tidak
ngarang atau asal membuat. Dramaturgi realism menjadi hal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
paling bisa dipertanggungjawabkan bersama-sama, bahkan
analisisnya, pemaknaannya, dan penafsirannya. (Pernyataan
KPS)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator aspek dan kemampuan
yang perlu dikuasai dalam belajar drama yaitu bentuk drama realis dapat dijadikan
acuan materi dalam buku ajar drama untuk memberikan dasar pertunjukan drama.
Indikator aspek dan kemampuan yang perlu dikuasai dalam memahami
naskah drama dapat dilihat pada nomor pertanyaan 2. Berdasarkan pernyataan dari
hasil wawancara, DAJT mengatakan bahwa pembelajaran naskah drama juga
perlu diacukan pada pertunjukan drama realis karena unsur dramaturginya sangat
jelas. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Naskah drama yang dipelajari juga menggunakan naskah drama
realisme karena drama realis plotnya pasti maju tidak mundur dan
semua peristiwa-peristiwa di dalam drama realis itu selalu
mengandung unsur kausalitas, sebab akibat. Jadi tujuan utamanya
dalam mempelajari naskah drama realis adalah mencapai
objektivitas tertinggi melalui unsur-unsur dramatiknya.
(Pernyataan KPS)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator aspek dan kemampuan
yang perlu dikuasai dalam memahami naskah drama yaitu bentuk naskah drama
realis dapat dijadikan acuan materi dalam buku ajar drama untuk memberikan
dasar tentang naskah pertunjukan drama.
Indikator aspek dan kemampuan yang dikuasai untuk menciptakan
pementasan drama dapat dilihat pada nomor pertanyaan 3. Berdasarkan
pernyataan dari hasil wawancara, DAJT mengatakan bahwa kemampuan drama
harus meliputi pemberian hal umum dan hal dasar tentang proses penciptaan
pertunjukan drama. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Yang pertama harus diketahui adalah unsur-unsur yang ada di
dalam sebuah karya drama, apa saja yang ada di sana. Ada
sutradara ,ada pemain, ada musik dan seluruh kerabat kerja yang
terlibat dalam proses penciptaan. Tetapi yang paling penting
adalah bagaimana cara sutradara memberikan pemahaman yang
seimbang. Pemahaman yang memadai secara bersama untuk
berangkat dengan pondasi yang sama dan itu harus dimulai dengan
proses menganalisa naskah, memahami naskah bersama agar
menjadi penafsiran yang berimbang. Berimbang ini belum tentu
hanya dari sutradara aja tapi bagaimana seluruh perangkat yang
ada di sana membuat penafsiran atas teks. Keberimbangan itu dulu
yang harus dicapai meskipun di awal tidak tahu apa-apa tapi
tujuannya adalah mencari kebenaran bersama mencari kebenaran
awal sehingga kerjanya harus dipahami bersama-sama. Jadi,
analisa struktur dan tekstur naskah drama menjadi hal yang
mendasar. Saya mengumpamakan proses penciptaan karya drama
itu, 30% adalah membaca naskah untuk memahami secara utuh
dan 70% adalah eksekusi menjadi bentuk riil berdasarkan dari
proses pembacaan naskah itu. Jadi ada tafsir dan wujud tafsir.
(Pernyataan KPS)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator aspek dan kemampuan
yang dikuasai untuk menciptakan pementasan drama yaitu buku ajar drama harus
memberikan pemaparan umum dan mendasar sehingga dapat membekali
mahasiswa untuk menciptakan pertunjukan drama.
Indikator pemetaan materi drama yang diajarkan kepada mahasiswa dapat
dilihat pada nomor pertanyaan 4. Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara,
DAJT mengatakan bahwa pemaparan materi dimulai dengan penjelasan hakikat
lalu dilanjutkan dengan proses implementasi darii hakikat pertunjukan drama. Hal
tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Di awal, proses memahami sebuah hakikat suatu materi, lalu apa
saja yang dibutuhkan pada ranah kerja yang dilakukan. Proses
selanjutnya adalah proses melatihkan hakikat materi-materi
tersebut dalam teknik-teknik implementasi drama secara individu.
Kadang analisis dan pemahamannya bagus, tetapi pembelajar
belum bisa mempraktikannya. Tahap selanjutnya adalah proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
penerapan teknik secara komunal karena kerja drama itu asamble
dan kolektif. Tahap akhir kemudian pembelajar menerapkan segala
proses pembelajarnya dalam suatu karya. (Pernyataan KPS)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator pemetaan materi drama
yang diajarkan kepada mahasiswa yaitu buku ajar drama harus dimulai dari
pemaparan hakikat lalu dilanjutkan dengan pemaparan penerapan teknisnya.
Indikator aktivitas pembelajaran drama bagi mahasiswa dapat dilihat pada
nomor pertanyaan 5. Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara, DAJT
mengatakan bahwa bentuk aktivitas harus disesuaikan kebutuhan pembelajaran
dan diutamakan pada praktik untuk mengasah keterampilan. Hal tersebut dapat
dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Yang pertama adalah perlu melihat kebutuhan, entah itu kebutuhan
naskah drama yang akan dimainkan atau kebutuhan dasar yang
diperlukan dalam menciptakan karya drama. Setelah itu, kebutuhan
itu dijabarkan menjadi aktivitas-aktivitas latihan mengasah teknik
berdasarkan tujuan kemampuan yang diinginkan. Sekali lagi,
seluruh aktivitas dalam pembelajaran drama diarahakan pada
aktivitas manusia pada keseharian karena drama selalu
bersinggungan dengan peristiwa hidup manusia. Tujuannya untuk
memperkaya motif dan referen yang akan digunakan dalam drama.
Jadi ada tahapan di mana, pemebelajar itu akan menirukan dan
bereksplorasi. Jadi pengajarnya harus bisa mengajarkan dan arahan
sehingga pengajar tidak hanya menyuruh. Pengajar harus bisa
mempraktikan sehingga pengajar bisa memberikan solusi ketika
pembelajar menemukan masalah. (Pernyataan KPS)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator aktivitas pembelajaran
drama bagi mahasiswa yaitu aktivitas dalam buku ajar drama diacukan pada
aktivitas praktik untuk mengasah keterampilan drama pada mahasiswa.
Indikator evaluasi pembelajaran drama dapat dilihat pada nomor
pertanyaan 6. Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara, DAJT mengatakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
bahwa bentuk evaluasi diarahkan pada wujud konkrit berupa karya yang dapat
dinilai wujudnya. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Proses evaluasi diarahkan dengan pembelajar membuat karya
berdasarkan materi yang dipelajari. Lalu aspek penilaiannya
didasarkan pada parameter sesuai materi yang dipelajari sehingga
bisa diamati bagaimana perkembangan kemampuannya. Model
evaluasi lebih mengutamakan pada produk akhir yang diciptakan
oleh pembelajar (project akhir). Untuk menghindari penilaian yang
subjektif maka drama yang digunakan adalah realism sehingga
penilaian akan berpacu pada unsur dramaturgi yang sudah jelas.
(Pernyataan KPS)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator evaluasi pembelajaran
drama yaitu bentuk evaluasi dalam buku ajar drama berorientasi pada produk baik
secara penilaian pada tiap submateri dan proyek akhir kelas.
B. Pengajaran Drama di Sekolah Menengah
Indikator karakteristik pembelajaran drama di sekolah menegah dapat
dilihat pada nomor pertanyaan 7. Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara,
DAJT mengatakan bahwa kebutuhan pembelajaran drama di sekolah menengah
harus memiliki landasan konsep dan praktik yang benar tentang pertunjukan
drama. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Menurut saya yang ideal dalam pembelajaran drama di sekolah
menengah adalah pertama, rujukan ilmu pengetahuan yang dipakai
oleh si pengajarnya harus jelas. Pengajarnya ini sudah punya ilmu
pengetahuan belum tentang drama, kalau belum kasihan siswanya.
Siswanya bisa tersesat ke mana-mana dulu. Jadi guru ini harus
punya ilmu yang jelas tentang drama, bagaimana melatihkan
drama, apalagi jika sampai ke pementasan harus punya referensi
referensi yang jelas tentang pementasan-pementasan drama paling,
tidak ya punya dokumentasi untuk ke sana atau kemudian
pembelajaran untuk menuju menuju ke sana. Kalau tidak punya
yang banyak terjadi, ya ini ini pengalaman-pengalaman saya
melihat pengalaman yang sering terjadi, pengajar atau bahkan
sutradara yang tidak memiliki ilmu pengetahuan yang memadai,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
pekerjaannya hanya marah-marah atau menyalakan pemain dan
siswanya karena mereka tidak punya solusi untuk permasalahan
yang dihadapi siswa. Seharusnya seorang pengajar harus memiliki
arahan yang jelas bukan marah-marah tanpa ada solusi dalam
kesulitan pembelajaran. (Pernyataan KPS)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator karakteristik
pembelajaran drama di sekolah menegah yaitu materi buku ajar diarahkan kepada
hal mendasar sebagai bekal mahasiswa agar bisa mengajar drama di sekolah
menengah.
Indikator kompetensi pembelajaran drama di sekolah menengah dapat
dilihat pada nomor pertanyaan 8. Jawaban nomor pertanyaan 8 juga dijawab
bersama dengan nomor pertanyaan 9 dengan indikator kompetensi drama untuk
guru bahasa Indonesia di sekolah menegah oleh responden. Berdasarkan
pernyataan dari hasil wawancara, DAJT mengatakan bahwa kompetensi utama
yaitu kompetensi untuk memberikan pemahaman dasar dan teknik dasar tentang
pertunjukan drama. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Pertama harus diperjelas dulu apa tujuannya di pembelajaran kelas
itu. Artinya jangan hanya berkeinginan harus bikin pertunjukan
atau harus bikin pentas jika skill atau pengetahuan dari pengajar
juga tidak sampai ke situ. Jika harus sampai ke situ, ya berarti
harus ada cara untuk membuat para guru ini bisa sampai ke sana.
Ini tujuannya harus jelas dulu dari pengajaran drama di SMA
artinya jangan sampai hanya ingin ideal tapi nggak punya ilmu
yang ideal untuk menuju ke sana. Jika tuntutan kurikulum di
sekolah sampai merujuk pada teknis-teknis pementasan drama,
maka guru-guru harus dibekali dengan ilmu-ilmu yang rinci dalam
pementasan drama.
Guru hanya menghantarkan siswa untuk memahami pengetahuan
umum dramanya. Kalau misalnya itu menjadi sulit, sederhananya
adalah belajar tentang hidup sehari-hari dan penerapannya ke
dalam ke dalam panggung berstandar hidup sehari-hari. Paling
tidak dapat dilihat apakah sudah benar belum melihat situasi di
panggung itu seperti kehidupan sehari-hari sehingga melihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
pementasan drama itu seperti sepenggal kehidupan yang bisa
dipercayai. (Pernyataan KPS)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari kedua indikator yaitu kompetensi
pertunjukan drama disusun secara rinci mulai dari tahap persiapan hingga akhir
sehingga bisa menjadi bekal bagi penerapan pembelajaran di sekolah menengah.
C. Teknologi dalam Pementasan Drama
Indikator jenis teknologi yang digunakan dalam pementasan drama dapat
dilihat pada nomor pertanyaan 10. Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara,
DAJT mengatakan bahwa teknologi yang diperkenalkan minimal teknologi yang
secara umum sering digunakan di pertunjukan. Hal tersebut dapat dicermati pada
intisari pernyataan berikut,
Yang perlu dikuasai secara umum adalah teknologi yang sering
digunakan dalam pementasan drama seperti lampu, teknis suara,
teknis dalam penciptaan latar. Teknologi yang seperti itu diajarkan
karena sudah sering digunakan sehingga tidak perlu sampai ke
teknologi yang kompleks dalam kategori high-tech. (Pernyataan
KPS)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator jenis teknologi yang
digunakan dalam pementasan drama yaitu buku ajar harus memperkenalkan
teknologi dalam pertunjukan drama yang mendasar dan sering digunakan di
pertunjukan.
Indikator metode pengajaran teknologi dalam pementasan drama dapat
dilihat pada nomor pertanyaan 11. Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara,
DAJT mengatakan bahwa teknologi yang dipelajari mulai dari konsep dahulu lalu
beranjak ke praktik yang dilatihkan terus-menerus. Hal tersebut dapat dicermati
pada intisari pernyataan berikut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Pembelajarannya mengenai teknologi biasanya dimulai dengan
penguasaan konsep dulu tentang pengenelan alat, aturan-aturannya
dan desain. Setelah itu pembelajaran lebih banyak ke praktik untuk
mengasah keterampilan dalam penguasaan teknologi tersebut.
(Pernyataan KPS)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator metode pengajaran
teknologi dalam pementasan drama yaitu buku ajar harus memberikan
pemahaman konsep teknologi dan aktivitas praktik untuk mengasah keterampilan
penggunaan teknologi dalam pertunjukan drama.
4) Wawancara Guru Bahasa Indonesia (G1, G2, G3)
Pembahasan hasil wawancara guru merupakan hasil akumulasi peryataan
dari ketiga guru bahasa Indonesia yang merupakan alumni prodi PBSI dengan
kode G1, G2 dan G3. Analisis hasil wawancara disesuaikan dengan indikator yang
telah dirumuskan dalam kisi-kisi instrumen wawancara guru bahasa Indonesia
(lih. lampiran instrumen wawancara guru bahasa Indonesia). Total indikator yang
dirumuskan yaitu delapan indikator dengan mengacu perumusan enam aspek
meliputi aspek kompetensi drama, materi ajar drama, kegiatan pembelajaran
drama, evaluasi pembelajaran drama, pembelajaran berbasis teknologi, dan
permasalahan dalam pembelajaran drama.
A. Kompetensi Drama
Indikator kemampuan yang perlu dikuasai dalam belajar naskah drama
dapat dilihat pada nomor pertanyaan 1. Berdasarkan pernyataan dari hasil
wawancara, G1, G2, dan G3 mengatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki
siswa di jenjang sekolah menengah mengacu pada kemampuan untuk memahami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
naskah drama dan kemampuan untuk menulis naskah drama. Hal tersebut dapat
dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Kemampuan yang dikuasai oleh siswa dapat dibagi menjadi dua
yaitu kemampuan memahami naskah dan kemampuan
menciptakan naskah drama. Untuk memahami naskah drama,
siswa perlu mempelajari unsur-unsur intrinsik drama. Bagaimana
kemudian tiap unsur dipahami dan diintepretasikan pada naskah
drama semisal bagaimana temanya, perwatakannya, alurnya, dll
yang dapat ditunjukan dari sebuah naskah drama. Kemudian, untuk
menciptakan naskah drama, siswa perlu mempelajari ide dasar
sebuah naskah terlebih bagaimana ide dan kreativitas digunakan
dalam membuat naskah drama. (Pernyataan G1)
Kalau saya yang pertama adalah mengajak siswa untuk masuk ke
dalam cerita, memposisikan diri mereka bahwa diri mereka ada
dalam cerita tersebut. Tujuannya adalah ada sikap apresiatif dulu
dari siswa. Selanjutnya baru masuk ke unsur-unsur intrinsik yang
ada dalam naskah. Itu pun harus didukung dengan penggunaan
contoh video untuk memberikan gambaran riil bagi siswa.
Selanjutnya diharapkan juga kemudian siswa juga bisa membuat
naskah sendiri yang ditampilkan di acara tertentu sekolah.
(Pernyataan G2)
Yang pertama siswa harus memahami dulu unsur-unsur dalam
naskah drama, baik intrinsik maupun ekstrinsik. Selain itu, siswa
juga harus punya referensi seputar naskah drama yang sudah ada
dengan membaca naskah-naskah drama yang ada. Nah, setelah itu
siswa harus bisa membuat naskah drama dengan bekal pengalaman
belajar secara teoritis dan literasi naskah yang sudah dibaca.
(Pernyataan G3)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator kemampuan yang perlu
dikuasai dalam belajar naskah drama yaitu buku ajar drama harus
mempertimbangkan kehadiran dalam dua wujud yaitu naskah dan pertunjukan
walaupun orientasi buku drama lebih dominan pada keterampilan mewujudkan
pertunjukan drama sehingga mahasiswa dibekali dengan konsep yang benar
tentang drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Indikator kemampuan yang perlu dikuasai dalam belajar pertunjukan
drama dapat dilihat pada nomor pertanyaan 2. Berdasarkan pernyataan dari hasil
wawancara, G1, G2, dan G3 mengatakan bahwa kompetensi yang harus dimiliki
siswa di jenjang sekolah menengah mengacu pemahaman tentang organisasi
pertunjukan dan pelaksanaan prosedur teknis dari tiap bidang kerja secara umum.
Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Yang pertama mereka perlu tahu mengenai apa saja yang
dibutuhkan dalam pentas baik di atas panggung maupun di
belakang panggung. Siswa perlu tahu juga sistem kerja dari tiap
subbidang yang berperan dalam pementasan baik yang di atas
panggung maupun di belakang panggung. Selanjutnya,
mengajarkan mengenai teknik-teknik yang digunakan dalam
permainan drama. (Pernyataan G1)
Capaian pertama adalah siswa dapat memerankan peran dengan
cara bermonolog sehingga dapat melatih imajinasi mereka.
Minimal mereka berani untuk bermonolog kemudian baru belajar
tentang permainan drama secara asambel. (Pernyataan G2)
Pertama siswa belajar tentang subbidang yang mendukung
pementasan drama baik secara produksi maupun artistik. Dari itu,
siswa akan belajar mengenai sistem kerja baik di atas panggung
maupun belakang panggung. Nah, selain itu, siswa juga harus
belajar mengenai teknik-teknik bermain peran serta unsur artistik
lainnya. (Pernyataan G3)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator kemampuan yang perlu
dikuasai dalam belajar pertunjukan drama yaitu buku ajar drama harus
memberikan pemaparan konsep bidang kerja organisasi pertunjukan dan teknik-
teknik mendasar dalam pengerjaan bidang kerja pertunjukan secara umum
sehingga dapat membekali pengetahuan dan keterampilan mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
B. Materi Ajar Drama
Indikator pemetaan materi drama yang diajarkan kepada siswa di sekolah
dapat dilihat pada nomor pertanyaan 3. Berdasarkan pernyataan dari hasil
wawancara, G1, G2, dan G3 mengatakan bahwa materi diarahkan pada pemberian
konsep awal terlebih dahulu lalu meengarah pada materi teknis penciptaan
pertunjukan drama. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Pertama, saya mengejarkan tentang apa itu drama dan konsep-
konsepnya baik secara naskah maupun pementasan melalui contoh
video yang dilihat bersama. Saya juga membagi materi pengajaran
drama menjadi dua yaitu monolog dan permainan bersama. Setelah
mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan konsep drama, saya
mengajarkan teknik-teknik yang dibutuhkan seperti bermain peran.
Untuk teknik-teknik artistik lain saya hanya memberikan gambaran
umum. Ketika siswa memiliki pemahaman dasar mengenai drama,
saya mulai masuk ke materi keterampilan yang merupakan aplikasi
dari konsep-konsep tersebut. Untuk materi-materi detail produksi
dan artistik tidak ada secara khusus waktu untuk penjelasannya
tetapi materi itu disisipkan selama proses pendampingan
pembuatan pentas. (Pernyataan G1)
Untuk jenjang kelas 8 di SMP, dimulai dengan pemahaman
tentang teori-teori teater rakyat atau teater tradisional lalu tingkatan
selanjutnya adalah pembelajaran seputar artistik panggung. Jadi
materi sampai ke jenjang penerapan tata rias, tata busana, tata
lampu, dll. (Pernyataan G2)
Pertama, saya mengajarkan jenis-jenis teater yang ada sekaligus
teori-teori tentang drama. Setelah materi seputar konsep, saya
kemudian mengajarkan tentang struktur organisasi dalam drama
baik secara produksi maupun artistik. Nah, setelah itu mereka akan
masuk ke project pementasan yang dilakukan oleh siswa sendiri.
(Pernyataan G3)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator pemetaan materi drama
yang diajarkan kepada siswa di sekolah yaitu buku ajar drama harus memberikan
pemaparan konseptul tentang drama dan teknik-teknik mendasar dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167
pengerjaan bidang kerja pertunjukan secara umum sehingga dapat membekali
pengetahuan dan keterampilan mahasiswa.
C. Kegiatan Pembelajaran Drama
Indikator aktivitas pembelajaran drama bagi siswa di sekolah dapat dilihat
pada nomor pertanyaan 4. Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara, G1, G2,
dan G3 mengatakan bahwa kegiatan pembelajaran lebih diarahkan dengan praktik
pembuatan pertunjukan drama sehingga pemahaman materi drama terbentuk dari
pengalaman langsung yang dilakukan siswa. Hal tersebut dapat dicermati pada
intisari pernyataan berikut,
Aktivitasnya pembelajaran lebih banyak ke praktik dengan
membagi siswa ke dalam kelompok. Tujuannya adalah semua
siswa mendapat kesempatan untuk mencobakannya di dalam
kelompok. Jadi, siswa diberikan tugas dalam kelompok, mereka
mencari tahu dalam kelompok dan melatihkan dalam kelompok,
lalu mempresentasikan hasil pencarian mereka di kelas. Selain itu
juga sejak awal siswa diberitahukan bahwa tujuan akhirnya akan
ada produk berupa pementasan sehingga seluruh aktivitas
diarahkan pada latihan-latihan untuk menciptakan produk
pementasan. (Pernyataan G1)
Model aktivitasnya biasanya adalah memberikan contoh video
kepada siswa, lalu penjelasan dari guru tentang materi yang
berhubungan dengan video dan tema pembelajaran, lalu siswa
mencoba. Selama ini, lebih banyak saya menggunakan ceramah
ketika teori lalu baru praktik oleh siswa. Selain itu pembelajaran
diarahkan pada produk dengan pemetaan setiap semester 2 produk
pementasan. Tetapi saya biasanya lebih dari 2 produk dalam satu
tahun pembelajaran. Biasanya produk yang saya jadikan penugasan
berupa rekaman-rekaman siswa. (Pernyataan G2)
Karena ekstrakurikuler, saya merumuskan kegiatan yang lebih
santai dengan mengutamakan aspek keterampilan. Saya lebih
memperbanyak praktik daripada teori. Jadi, model aktivitasnya
hanya, pertama saya berikan gambaran singkat, siswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168
bereksplorasi, lalu siswa presentasi hasil eksplorasi kemudian
diskusi bersama mengenai hasil latihan. (Pernyataan G3)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator aktivitas pembelajaran
drama bagi siswa di sekolah yaitu perumusan aktivitas drama harus memberikan
pengalaman praktik untuk mengintegrasikan tiga ranah dalam materi drama
sehigga dapat menjadi referensi proses penciptaan pertunjukan untuk pengajaran.
D. Evaluasi Pembelajaran Drama
Indikator cara mengukur ketercapaain pembelajaran drama pada siswa
setelah menempuh pembelajaran di kelas dapat dilihat pada nomor pertanyaan 5.
Berdasarkan pernyataan dari hasil wawancara, G1, G2, dan G3 mengatakan
bahwa evaluasi pembelajaran drama diarahkan dengan menggunakan rubrik
sehingga dapat mengukur ketercapaian siswa dalam tiga ranah pembelajaran
dalam materi drama. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Penilaian yang saya lakukan dibagi menjadi dua yaitu penilain
kognitif seputar pemahaman naskah dan penilaian keterampilan
seputar praktik pementasan drama. Untuk instrument penilaiannya
saya menggunakan rubrik dengan kriteria yang sudah saya
tentukan. (Pernyataan G1)
Penilaian yang saya lakukan menggunakan rubrik yang berisi
tentang teknik-teknik yang dijadikan penugasan. Jadi rubrik yang
disusun haru bisa menilai teknik-teknik yang bersifat aplikatif.
Selain itu saya juga menggunakan penilaian proses dengan
memanfaatkan jurnal pengamatan baik dilakukan oleh guru
maupun antarsiswa. (Pernyataan G2)
Saya menggunakan rubrik yang formnya sudah diberikan oleh
sekolah. Rubrik penilain yang digunakan berbeda dengan proses
regular pembelajaran kelas. Nah rubrik penilaian ekstrakurikuler
lebih mengarah pada penilain psikomotorik dan sikap. Selain itu
saya menggunakan penilaian proses juga untuk mengamati
perkembangan siswa yang terlibat di ekskul. Saya menggunakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169
jurnal pengamatan untuk mencatat tiap perkembangan siswa dalam
kegiatan ekskul. (Pernyataan G3)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator cara mengukur
ketercapaain pembelajaran drama pada siswa setelah menempuh pembelajaran di
kelas yaitu perumusan evaluasi drama berupa rubrik dalam buku ajar harus
diperinci dan dapat menilai pencapaian pembelajaran mahasiswa pada tiga ranah
pembelajaran.
E. Pembelajaran Berbasis Teknologi
Indikator integrasi pembelajaran drama dengan teknologi yang mendukung
pembelajaran di sekolah dapat dilihat pada nomor pertanyaan 6. Berdasarkan
pernyataan dari hasil wawancara, G1, G2, dan G3 mengatakan bahwa
pembelajaran teknologi yang digunakan dalam pertunjukan hanya pada
pemahaman konsep dan prosedur kerja karena faktor ketersediaan fasilitas untuk
mempelajarinya. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Saya hanya menyisipkan saja materi seputar teknologi-teknologi
yang digunakan dalam pementasan drama. Sifatnya lebih seperti
obrolan kepada siswa saat proses. Untuk pemanfaatan
sinematografi, siswa justru lebih aktif dengan inisiasi ide mereka
karena generasi hari ini yang sudah dekat dengan teknologi.
(Pernyataan G1)
Karena fasilitas sekolah tidak mendukung fasilitasnya, jadi
pembelajarannya tidak sampai ke penerapan tetapi hanya
pemehaman umum. Nah, pemahaman umum biasanya saya
tunjukan melalui contoh video pementasan. (Pernyataan G2)
Kalau pengajaran teknologi hanya seputar penggunaan secara
sederhana seperti penggunaan backsound dan tidak menggunakan
lampu. Jadi pengajaran seputar teknologi dalam drama hanya
dijelaskan secara konsep umum saja. (Pernyataan G3)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator kegiatan pembelajaran
drama yaitu pemaparan teknologi dalam buku ajar dijabarkan baik secara konsep
maupun prosedur teknis sekaligus dapat dilaksanakan dalam aktivitas
pembelajaran walaupun minim ketersediaan fasilittas yang mendukung.
Indikator aktivitas pembelajaran teknologi-teknologi yang digunakan
dalam pertunjukan drama dapat dilihat pada nomor pertanyaan 7. Berdasarkan
pernyataan dari hasil wawancara, G1, G2, dan G3 mengatakan bahwa
pembelajaran teknologi yang digunakan dalam pertunjukan hanya pada
pemahaman konsep dan prosedur kerja karena faktor ketersediaan fasilitas untuk
mempelajarinya. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Saya tidak memberikan waktu khusus untuk mengajarkan itu.
Materi itu diberikan selaras dengan proses latihan. Cara mereka
belajar pun lebih pada kreativitas siswa untuk bereksplorasi. Selain
itu ketika pementasan, penggunaan lampu dan sound system bisa
sewa dan diserahkan pada orang yang memang lebih mengerti dan
memahami. Maka dari itu, penerapan teknologi tidak dimasukkan
dalam penilaian siswa. (Pernyataan G1)
Cara saya mengajarkannya lebih banyak menggunakan video
sehingga mereka punya gambaran. (Pernyataan G2)
Cara mengajarnya hanya saya berikan konsep umumnya
sepemahaman saya dan juga dari contoh-contoh video yang ada.
Selebihnya, saya mengembalikan kepada kreativitas siswa untuk
bereksplorasi sendiri. Saya juga mengajak siswa saya untuk
bereksplorasi tentang drama dan sinematografi tetapi itu
berkolaborasi dengan ekskul lain yaitu ekskul fotografi.
(Pernyataan G3)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator aktivitas pembelajaran
teknologi-teknologi yang digunakan dalam pertunjukan drama yaitu aktivitas
pembelajaran teknologi drama harus dirumuskan secara inovatif sehingga dapat
menjadi referensi untuk pembelajaran teknologi drama di jenjang sekolahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171
F. Permasalahan dalam Pembelajaran Drama
Indikator kendala empiris yang dialami dan ditemui dalam pembelajaran
drama di sekolah dapat dilihat pada nomor pertanyaan 8. Berdasarkan pernyataan
dari hasil wawancara, G1, G2, dan G3 mengatakan bahwa ketiga responden
merasa kurang mendapatakan pemaparan konsep dan praktik selama kuliah
sehingga ketika sudah lulus mengalami kendala pada praktik pembelajaran drama
di sekolah. Hal tersebut dapat dicermati pada intisari pernyataan berikut,
Kendala pribadi adalah kekurangan pengalaman dalam
berkecimpung di teater sehingga kekurangan ide untuk
mengembangkan model pelatihan teknik-teknik. Kemudian, saya
kurang memahami juga tujuan dari sebuah bentuk latihan sehingga
saya perlu belajar sendiri untuk memberikan pemahaman pada
siswa tentang tujuan sebuah bentuk latihan. Jadi pemahaman saya
tentang pembelajaran drama, lebih banyak saya dapatkan dari saya
bergabung dengan kelompok teater saat kuliah bukan dari
pembelajaran regular perkuliahan. (Pernyataan G1)
Kendalanya yang pertama ada di penguasaan materi karena saya
tidak pernah belajar mengenai teater tradisional ketika di sekolah.
Jadi secara konsep dan praktik saya belum punya referensi. Yang
kedua adalah pengajaran ekspresi karena tidak pernah dapat secara
regular di kuliah. Saya hanya mendapatkannya di luar kuliah. Itu
pun hanya dua kali. (Pernyataan G2)
Secara penyampaian materi kendalanya adalah kurangnya referensi
mengenai subbidang produksi dan artistik dalam pementasan
drama. Hal itu terjadi karena saya ketika kuliah hanya pernah
menjadi aktor dan sutradara sehingga bidang-bidang lain saya
kurang fasih memberikan penjelasan. Selain itu karena waktu
kuliah hanya dijelaskan teori tapi tidak mendetail, saya pun hanya
mampu menjelaskan secara teori. Itu saya amati dari rekan-rekan
pengajar lainnya yang mungkin belum memiliki pengalaman
teater, mereka hanya mengajarkan konsep drama hanya sebatas
teori. (Pernyataan G3)
Maka dari itu, simpulan yang dapat diambil dari indikator kendala empiris yang
dialami dan ditemui dalam pembelajaran drama di sekolah yaitu buku ajar yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172
disusun dapat mengakomodasi kualifiakasi kebutuhan guru bahasa Indonesia baik
secara konsep drama maupun praktik penciptaan pertunjukan drama.
4.3.1.4 Pembahasan Hasil Analisis Kebutuhan
Berdasarkan hasil analisis kebutuhan, karakteristik pembelajaran drama
mengacu pada pendekatan TPACK. Pada bagian ini, pembahasan dikategorikan
pada aspek-aspek TPACK yaitu aspek pedagogi (pedagogical), aspek teknologi
(technological), aspek isi dan wawasan (content dan knowledge). Aspek-aspek
tersebut dijelaskan berdasarkan temuan yang didapatkan pada tahap analisis
kebutuhan.
Aspek pedagogi (pedagogical) merujuk pada komponen pembelajaran
pertunjukan drama. Pembelajaran pertunjukan drama dalam konteks institusi
pendidikan jurusan nonseni memiliki kebutuhan khusus dalam hal capaian
pembelajaran, materi, aktivitas dan evaluasi. Yang tetap menjadi titik berat dari
pembelajaran drama ada kesadaran bentuk drama yang dwitunggal (Satoto, 2012)
bahwa drama mengacu pada informasi tekstual dalam bentuk naskah dan
informasi audiovisual dalam bentuk pertunjukan.
Capaian pembelajaran pada konteks pembelajaran pertunjukan drama
merujuk pada tiga ranah yang dirumuskan oleh Bloom (1956) yaitu cognitive
domain (ranah kognitif), affective domain (ranah afektif), dan psychomotor
domain (ranah psikomotor). Cognitive domain (ranah kognitif) mengacu pada
perilaku intelektual dalam membangun pengetahuan, pengertian dan keterampilan
berpikir pada konsep penciptaan pertunjukan drama. Affective domain (ranah
afektif) mengacu pada aspek perasaan dan emosi seperti sikap apresiasi, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173
penyesuaian diri dalam konteks pembelajaran penciptaan pertunjukan drama.
Psychomotor domain (ranah psikomotor) mengacu pada perilalku yang
menekankan keterampilan motorik dalam konteks teknik-teknik terapan
penciptaan pertunjukan drama. Hal tersebut sesuai dengan hasil yang ditemukan
melalui wawancara terhadap ketua program studi PBSI, USD dan juga dua dosen
pengampu yang secara ringkas menyebutkan bahwa mata kuliah Pergelaran Sastra
berorientasi memberikan pengalaman nyata tentang konsep dan teknik pentas
drama sehingga menumbuhkan sikap apresiatif terhadap karya sastra.
Dengan landasan capaian pembelajaran yang mencakup tiga domain pada
pembelajaran drama di mata kuliah Pergelaran Sastra, kompentensi dan indikator
yang dirumuskan tersebut menggunakan tingkatan domain yang dijabarkan oleh
Anderson & Krathwol (2001). Rumusan tingkatan domain merujuk pada
kemampuan tingkat tinggi dalam tiap domain pembelajaran yang tersedia
sehingga kebutuhan pembelajaran drama juga membutuhkan penyesuaian tuntutan
pada kompetensi dan indikator. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan yang
dilakukan, tingkatan kompetensi juga disesuaikan dengan karakteristik
pembelajaran sesuai visi misi institusi pendidikannya. Hal tersebut merujuk pada
pembedaan tuntutan pembelajaran drama dalam institusi pendidikan nonjurusan
seni pertunjukan dengan institusi pendidikan jurusan seni pertunjukan namun
tetap mengacu pada rumusan tingkatan kemampuan tingkat tinggi dalam tiap
domain pembelajaran sesuai visi misi institusi pendidikan. Maka dari itu,
perumusan kompetensi dan indikator pada program studi PBSI, USD diarahkan
pada penguasaan konsep umum dan kebutuhan mendasar dalam mempelajari serta
menguasai materi pertunjukan drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174
Aspek pedagogi selanjutnya adalah materi pembelajaran. Materi
pembelajaran berhubungan dengan aspek content dan knowledge namun menjadi
rangkaian dalam komponen pembelajaran. Dari segi materi pembelajaran (aspek
content & knowledge), analisis kebutuhan menunjukan bahwa secara spesifik
diperlukan materi yang mampu memberikan gambaran mendasar dan konsep
umum tentang penciptaan pertunjukan drama.
Berdasarkan hasil wawancara DAJT, materi yang dianggap tepat untuk
diajarkan dalam pembelajaran drama di luar institusi pendidikan seni pertunjukan
adalah materi pertunjukan drama realis. Narasumber dengan kode DAJT
mengatakan bahwa pertunjukan drama realis memberikan rasionalitas dan
konvensi estetika yang dapat dipelajari secara sistematis dan obyektif sehingga
dapat merumuskan kebutuhan penguasaan teknik pertunjukan secara riil. Hal
tersebut juga didukung dengan pandangan Cohen (2011:165-166) yang
mengatakan bahwa drama realis harus menggunakan pendekatan saintifik untuk
bias melakukan pengamatan dan penilaian terhadap masalah-masalah di realitas.
Perumusan topik materi dalam pembelajaran drama di PBSI USD memilih
topik pertunjukan drama realis. Topik tersebut dibagi menjadi komponen-
komponen pendukung dalam penciptaan pertunjukan drama realis yang meliputi
mater sembilan sub pembahasan materi. Sub pembahasan tersebut terdiri dari
dramaturgi, penyutradaraan, organisasi pertunjukan, keaktoran, tata suara, tata
latar, tata cahaya, tata rias dan tata busana. Sembilan sub pembahasan yang
dirumuskan tersebut menjadi alat untuk menghadirkan informasi dalam naskah
dan membantu menciptakan aspek tontonan dalam pertunjukan drama (Rendra,
1993:95). Perumusan sub pembahasan tersebut juga mengacu pada rendahnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175
tingkat pemahaman para mahasiswa PBSI pada bagian materi pertunjukan drama
dalam kuesioner analisis kebutuhan mahasiswa.
Capaian dan materi pembelajaran dituangkan ke dalam aktivitas
pembelajaran. Berdasarkan tinjauan dokumen, wawancara kaprodi, dan
wawancara dosen pengampu, aktivitas yang dirumuskan diarahkan pada aktivitas
yang membekali pengalaman penciptaan pertunjukan drama. Aktivitas berfokus
pada aktivitas mandiri mahasiswa dalam dinamika penciptaan pertunjukan drama
yang diharapkan dapat menjadi bekal untuk melakukan pembelajaran ketika
menjadi guru bahasa Indonesia. Konsep pembelajaran drama berbasis pengalaman
tersebut selaras dengan pandangan Bowell dan Heap (2013:1) yang mengatakan
bahwa guru perlu menyediakan kesempatan untuk pembelajar dalam keterlibatan
yang menantang, menarik dan merangsang pengalaman drma.
Melalui karakteristik pembelajaran yang telah terumuskan, aktivitas yang
dianggap tepat dalam pengembangan pembelajaran drama adalah project based
learning. Project based learning dirumuskan karena dianggap relevan dengan
konsep aktivitas mandiri mahasiswa dalam membangun pengetahuan, sikap dan
keterampilan pada topik pertunjukan drama. Orientasi perumusan project based
learning tersebut juga selaras dengan perumusan aktivitas pembelajaran mata
kuliah Pergelaran Sastra yang sebelumnya telah dilaksanakan di prodi PBSI, USD
yang diperoleh dari hasil wawancara dua dosen pengampu mata kuliah.
Aspek teknologi (technological) yang dirumuskan mengacu pada dua hal
yaitu teknologi yang digunakan untuk pembelajaran dan teknologi yang
digunakan untuk penciptaan pertunjukan drama. Perumusan ini mengacu dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176
tinjauan dokumen RPS mata kuliah Pergelaran Sastra dan hasil kuesioner analisis
kebutuhan mahasiswa yang menunjukan bahwa penggunaan dan pemahaman
teknologi masih kurang. Teknologi pembelajaran mengacu pada media-media
yang digunakan untuk proses pembelajaran sehingga mahasiswa juga memiliki
referensi pemanfaatan teknologi pada pembelajaran drama. Teknologi dalam
penciptaan pertunjukan drama mengacu pada alat-alat elektronik yang digunakan
untuk menciptakan proyeksi artistik di panggung seperti lampu, sistem pengeras
suara, dll.
4.3.2 Hasil Analisis Validasi Desain Produk
Deskripsi data penyusunan desain produk merupakan tindak lanjut atas
hasil analisis kebutuhan yang dilakukan. Desain produk yang disusun berupa
dokumen RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran Sastra berbasis TPACK. Desain
produk yang disusun tersebut dikhususkan pada materi pertunjukan drama realis
yang dianggap relevan untuk memberikan pemahaman dasar mengenai
pertunjukan drama berdasarkan pemetaan kebutuhan. Desain produk RPS dan
RTP mata kuliah Pergelaran Sastra berbasi TPACK yang telah disusun dibagi
menjadi enam belas pertemuan dan delapan topik materi mengenai proses
penciptaan pertunjukan drama realis. Desain produk RPS dan RTP mata kuliah
Pergelaran Sastra berbasis TPACK tersebut terdiri dari beberapa bagian yaitu 1)
identitas mata kuliah, 2) deskripsi mata kuliah, 3) capaian pembelajaran lulusan,
4) capaian pembelajaran mata kuliah, 5) tabel rencana pembelajaran, 6) uraian
proses pembelajaran, dan 7) rancangan tugas. Rincian desain produk yang telah
disusun dapat dilihat di lampiran RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran Sastra
yang disusun oleh peneliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177
Untuk menilai desain produk berupa RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran
Sastra, peneliti meminta penilaian ahli untuk memvalidasi. Validasi yang
dilakukan merupakan penilain deskriptif dengan pernyataan sikap setuju atau
tidak setuju dengan melampirkan keterangan jika diperlukan. Validator dibagi
menjadi tiga kategori yaitu validator ahli pedagogi, validator ahli drama, dan
validator ahli teknologi pembelajaran.
Kuesioner yang digunakan pada tahapan penilaian desain produk berupa
kuesioner penilaian ahli. Kuesioner disusun dengan mengacu skala Guttman yang
menyediakan dua kategori yaitu tidak setuju (TS), dan setuju (S). Kategori yang
digunakan mengacu pada kategori interval skor sebagai berikut 0.5 < 𝑥 ̅⩽ 1 untuk
kriteria setuju dan 0 < �̅�⩽ 0.5 untuk kriteria tidak setuju. Instrumen penilaian desain
produk juga menyediakan catatan deskriptif yang memberikan tanggapan terhadap
aspek yang dinilai pada tiap poinnya. Hasil analisis yang diperoleh sebagai
berikut.
A. Validasi Ahli Pedagogi
Penilaian ahli pedagogi pada desain produk yang disusun tersebut
mengacu pada tinjauan 1) keselarasan capaian pembelajaran lulusan dengan
capaian pembelajaran mata kuliah, 2) keselarasan capaian pembelajaran mata
kuliah, capaian pembelajaran mata kuliah dan indikator ketercapaian/kompetensi
dan 3) keselarasan kompetensi, materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan
evaluasi. Fokus utamanya adalah menilai penerapan aspek pedagogical dari
pendekatan TPACK dalam desain RPS mata kuliah Pergelaran Sastra yang
disusun. Hasil validasi desain produk oleh validator ahli pedagogi dipaparkan
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178
1) Keselarasan Capaian Pembelajaran Lulusan dengan Capaian Pembelajaran
Mata Kuliah
Tabel 4.7 Hasil Keselarasan Capaian Pembelajaran Lulusan dengan Capaian
Pembelajaran Mata Kuliah
No Aspek Poin
Pernyataan Indikator Skor
1.
Kesesuaian
Capaian
Pembelajaran
Lulusan dengan
Capaian
Pembelajaran
Mata Kuliah
1 PP 1 dengan CPM 1 1
2 PP 1 dengan CPM 2 1
3 PP 1 dengan CPM 3 1
4 PP 1 dengan CPM 4 1
5 PP 1 dengan CPM 5 1
6 PP 1 dengan CPM 6 1
7 S 11 dengan CPM 13 1
8 KK 1 dengan CPM 10 1
9 KK 1 dengan CPM 11 1
10 KU 1 dengan CPM 7 1
11 KU 1 dengan CPM 8 1
12 KU 1 dengan CPM 9 1
13 KU 7 dengan CPM 12 1
Jumlah Skor 13
Rerata 1
Keterangan kode dalam tabel
PP : Penguasaan Pengetahuan
S : Sikap
KK : Keterampilan Khusus
KU : Keterampilan Umum
CPM : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
Berdasarkan tabel 4.7, validator menyatakan memberikan rerata skor 1
dengan kategori setuju mencakup rentang 0.5 < 𝑥 ̅⩽ 1 pada perumusan capaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179
pembelajaran pada desain produk berupa RPS mata kuliah Pergelaran Sastra.
Hasil penilaian menunjukan bahwa validator sudah menganggap perumusan
capaian pembelajaran dalam capaian lulusan dan capaian pembelajaran mata
kuliah sudah sesuai dengan kaidah perumusan kompetensi. Catatan lain yang
dicantumkan yaitu peniliti diharapkan untuk mencermati kembali kata kerja
operasional yang dicantumkan apakah sudah merepresentasikan kebutuhan
pembelajaran. Dari hasil tersebut, perumusan capaian pembelajaran dalam desain
produk sudah dianggap layak oleh validator ahli pedagogi.
2) Keselarasan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah, Capaian Pembelajaran Mata
Kuliah dan Indikator Ketercapaian/Kompetensi
Tabel 4.8 Hasil Keselarasan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah,
Kompetensi dan Indikator Ketercapaian/Kompetensi
No Aspek Poin
Pernyataan Indikator Skor
1.
Kesesuaian
Capaian
Pembelajaran
Mata Kuliah,
Kompetensi dan
Indikator
Ketercapaian/Ko
mpetensi
1 CPM 1, K 1.1, dan IK
1.1.1 1
2 CPM 2, K 2.1, dan IK
2.1.1 1
3 CPM 3, K 3.1, dan IK
3.1.1 1
4 CPM 4, K 4.1, dan IK
4.1.1 1
5 CPM 5, K 5.1, dan IK
5.1.1 1
6 CPM 5, K 6.1, dan IK
6.1.1 1
7 CPM 5, K 7.1, dan IK
7.1.1 0
8 CPM 6, K 8.1, dan IK
8.1.1 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180
9 CPM 7, K 1.3, dan IK
1.3.3 0
10 CPM 8, K 2.3, dan IK
2.3.3 0
11 CPM 9, K 3.3, dan IK
3.3.3 0
12 CPM 10, K 4.3, dan IK
4.3.3 1
13 CPM 11, K 5.3, dan IK
5.3.3 0
14 CPM 11, K 6.3, dan IK
6.3.3 0
15 CPM 11, K 7.3, dan IK
7.3.3 0
16 CPM 12, K 8.3, dan IK
8.3.3 1
17 CPM 13, K 1.2, dan IK
1.2.2 1
18 CPM 13, K 2.2, dan IK
2.2.2 1
19 CPM 13, K 3.2, dan IK
3.2.2 1
20 CPM 13, K 4.2, dan IK
4.2.2 1
21 CPM 13, K 5.2, dan IK
5.2.2 1
22 CPM 13, K 6.2, dan IK
6.2.2 1
23 CPM 13, K 7.2, dan IK
7.2.2 1
24 CPM 13, K 8.2, dan IK
8.2.2 1
Jumlah Skor 17
Rerata 0,71
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
181
Keterangan kode dalam tabel
CPM : Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
K : Kompetensi
IK : Indikator Kompetensi
Berdasarkan Berdasarkan tabel 4.8, validator menyatakan memberikan
rerata skor 0,71 dengan kategori setuju mencakup rentang 0.5 < �̅�⩽ 1 pada
perumusan kompetensi desain produk berupa RPS mata kuliah Pergelaran Sastra.
Hasil penilaian menunjukan bahwa validator sudah menganggap perumusan
capaian pembelajaran mata kuliah, kompetensi, dan indikator ketercapaian sudah
sesuai dengan kaidah perumusan kompetensi. Catatan lain yang dicantumkan
yaitu pada beberapa kompetensi dan indikator seperti kompetensi praktik artisitik
panggung diharapkan mencari kata kerja operasional yang lebih representatif
terhadap materi yang dibahas. Dari hasil tersebut, perumusan capaian
pembelajaran dalam desain produk sudah dianggap layak oleh validator ahli
pedagogi dengan catatan untuk mencari opsi kata kerja operasional yang lebih
tepat.
3) Keselarasan Kompetensi, Materi Pembelajaran, Prosses Pembelajaran, dan
Evaluasi
Tabel 4.9 Hasil Keselarasan Kompetensi, Materi Pembelajaran, Proses
Pembelajaran, dan Evaluasi
No Aspek Nomor
Pernyataan Indikator Skor
1.
Keselarasan
Kompetensi,
Materi
Pembelajaran,
Proses
Pembelajaran,
1 Pertemuan 1 1
2 Pertemuan 2 1
3 Pertemuan 3 1
4 Pertemuan 4 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
182
dan Evaluasi 5 Pertemuan 5 1
6 Pertemuan 6 1
7 Pertemuan 7 1
8 Pertemuan 8 1
Jumlah Skor 8
Rerata 1
Berdasarkan tabel 4.9, validator menyatakan memberikan rerata skor 1
dengan kategori setuju mencakup rentang 0.5 < �̅�⩽ 1 pada keselarasan kompetensi,
materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan evaluasi. Hasil persetujuan
validator menunjukan bahwa susunan tabel pembelajaran telah menunjukkan
keselarasan dari aspek kompetensi, materi pembelajaran, proses pembelajaran dan
evaluasi. Catatan lain dari validator merujuk pada rumusan proses pembelajaran
yang belum ditunjukan secara rinci sesuai sintaks pembelajaran yang digunakan
dan bentuk penilaian yang mengacu pada rubrik penilaian belum dicantumkan.
Dari hasil tersebut, kerangka desain produk berupa RPS mata kuliah Pergelaran
Sastra telah disetujui dengan perbaikan pada bagian rincian sintaks aktivitas dan
pencantuman instrumen penilaian.
B. Validasi Ahli Drama
Penilaian ahli drama pada desain produk yang disusun tersebut mengacu
pada tinjauan tingkatan materi dan evaluasi dalam pembelajaran drama. Penilaian
ahli drama berorientasi menilik pada substansi materi bentuk pertunjukan drama
realis yang dijabarkan dalam tiap pembagian minggu pertemuan. Fokus utamanya
adalah menilai penerapan aspek content dan aspek knowledge dari pendekatan
TPACK dalam desain RPS mata kuliah Pergelaran Sastra yang disusun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
183
Tabel 4.10 Hasil Kesesuaian Rumusan Materi Pembelajaran dalam Mata
Kuliah Pergelaran Sastra
No Aspek Nomor
Pernyataan Indikator Skor
1.
Kesesuaian rumusan
materi pembelajaran
dalam mata kuliah
Pergelaran Sastra
1 Pertemuan 1
Dramaturgi Realis
1
2
Pertemuan 2
Penyutradaraan
Realis
0
3
Pertemuan 3
Organisasi
Pertunjukan
0
4 Pertemuan 4
Keaktoran
1
5 Pertemuan 5
Tata Suara
1
6
Pertemuan 6
Tata Cahaya dan
Tata Latar
1
7
Pertemuan 7
Tata Rias dan Tata
Busana
1
8
Pertemuan 8
Pertunjukan Drama
Realis
1
Jumlah Skor 6
Rerata 0,75
Berdasarkan tabel 4.10, validator menyatakan memberikan rerata skor 0,75
dengan kategori setuju mencakup rentang 0.5 < 𝑥 ̅⩽ 1 pada susunan materi dalam
desain produk. Secara umum, validator menyatakan bahwa susunan materi telah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
184
sesuai untuk pembelajaran materi pertunjukan drama realis. Pada pertemuan
minggu ke 2 dan 3, validator menyatakan tidak setuju dengan topik materi yang
dicantumkan karena dianggap jika materi tersebut diberikan di awal dapat
mengurangi minat belajar dengan karakteristik materi yang sukar dipahami. Dari
hasil tersebut, kerangka materi yang dicantumkan dalam desain dianggap layak
dan pertimbangan pemindahan topik tidak dilakukan namun diantisipasi dengan
perumusan kegiatan pembelajaran dan susunan materi yang lebih mudah serta
menarik untuk dipelajari.
C. Validasi Ahli Teknologi Pembelajaran
Penilaian ahli teknologi pada desain produk yang disusun tersebut
mengacu pada tinjauan integrasi teknologi pada kompetensi, materi pembelajaran,
prose pembelajaran, dan evaluasi dalam pembelajaran. Penilaian ahli teknologi
berorientasi menilik pada substansi pemanfaatan teknologi yang dijabarkan dalam
tiap pembagian minggu pertemuan. Fokus utamanya adalah menilai penerapan
aspek technological dari pendekatan TPACK dalam desain RPS mata kuliah
Pergelaran Sastra yang disusun.
Tabel 4.11 Hasil Integrasi Kompetensi, Materi Pembelajaran, Proses
Pembelajaran, dan Evaluasi Berbasis Teknologi
No Aspek Nomor
Pernyataan Indikator Skor
1.
Kesesuaian Integrasi
Kompetensi, Materi
Pembelajaran, Prosses
Pembelajaran, dan Evaluasi
Berbasis Teknologi
1 Pertemuan 1 0
2 Pertemuan 2 0
3 Pertemuan 3 0
4 Pertemuan 4 0
5 Pertemuan 5 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
185
6 Pertemuan 6 1
7 Pertemuan 7 1
8 Pertemuan 8 1
Jumlah Skor 4
Rerata 0,5
Berdasarkan tabel 4.11, validator menyatakan memberikan rerata skor 0,5
dengan posisi nilai tengah sehingga kesesuaian integrasi teknologi dalam produk
dapat dikatakan setuju maupun tidak setuju. Hasil persetujuan validator
menunjukan bahwa beberapa materi yang bersifat praktik telah mengintegrasikan
penggunaan teknologi dalam rumusannya. Hasil ketidaksetujuan validator
merujuk pada beberapa materi yang bersifat keterampilan abstrak belum
menunjukan pemanfaatan teknologi. Dari hasil tersebut, kerangka desain produk
berupa RPS mata kuliah Pergelaran Sastra perlu diperincikan dan diperjelas
penggunaan teknologinya baik secara teknologi pembelajaran maupun teknologi
yang dibutuhkan dalam menciptakan pertunjukan drama.
D. Akumulasi Hasil Validasi Desain Produk
Akumulasi hasil validasi desain produk merupakan total keseluruhan skor
rerata yang diperoleh dari para validator. Total keseluruhan skor tersebut
kemudian dihitung reratanya untuk menilai kelayakan desain produk secara
akumulatif. Berdasarkan hasil rekapitulasi keseluruhan penilaian ahli pada desain
produk, data yang ditemukan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
186
Tabel 4.12 Rekapitulasi Keseluruhan Hasil Penilaian Desain Produk
No. Validator
Akumulasi
Nilai
Validasi
Kategori Konversi
1. Ahli pedagogi 0,9 Setuju Layak
2. Ahli drama 0,75 Setuju Layak
3. Ahli teknologi 0,5 Netral Netral
Jumlah 2,15
Rata-rata 0,72 Setuju Layak
Berdasarkan tabel 4.12, hasil rekapitulasi kesuluruhan hasil penialaian
adalah 0,72 dengan kategori setuju pada rentang 0.5 < �̅�⩽ 1. Secara umum,
penilaian desain produk disimpulkan layak untuk digunakan sebagai dasar
penyusunan produk buku ajar drama berbasis TPACK untuk mahasiswa program
studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Berdasarkan keterangan dan
catatan yang dicantumkan penilai, desain produk direvisi untuk menanggapi hasil
penilaian para ahli yang telah memvalidasi. Perbaikan yang dilakukan pada desain
produk RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran Sastra tersebut meliputi berikut.
a. Pergantian kata kerja operasional yang lebih konkrit
b. Penjabaran Sintaks pada Tabel Aktivitas Pembelajaran
c. Perincian penggunaan teknologi pada penjelasan aktivitas dan
penugasan.
4.3.2.1 Pembahasan Hasil Desain Produk
Berdasarkan tinjauan keseluruhan validasi desain produk, RPS mata kuliah
Pergelaran Sastra yang disusun sebagai desain produk pengembangan buku ajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
187
menunjukan bahwa desain telah mampu menunjukan penggunaan pendekatan
TPACK pada materi pertunjukan drama realis. Pada bagian ini, pembahasan
mengacu pada penjabaran temuan dari desain yang telah disusun dari segi
penerapan TPACK ke dalam RPS. Elemen-elemen RPS yang dibahas meliputi
perumusan capaian pembelajaran (capaian pembelajaran lulusan, capaian
pembelajaran mata kuliah, kompetensi dan indikator), materi, aktivitas, media
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
Dalam desain produk RPS Pergelaran Sastra berbasis TPACK, capaian
pembelajaran yang terbagi menjadi capaian pembelajaran lulusan, capaian
pembelajaran mata kuliah, kompetensi dan indikator tersebut diorientasikan pada
penguasaan kemampuan tingkat tinggi (Anderson & Krathwoll, 2001) pada tiga
domain ranah pembelajaran. Tingkatan domain ranah pembelajaran yang
dirumuskan dijelaskan sebagai berikut: 1) domain kognitif ada pada jenjang C4,
2) domain afektif ada pada jenjang A4 sampai A5, dan 3) domain psikomotorik
ada pada jenjang P3 sampai P5. Perumusan tingkatan pada domain pembelajaran
ini disesuaikan dengan hasil analisis kebutuhan yang mencerminkan bahwa mata
kuliah Pergelaran Sastra berorientasi memberikan pengalaman praktik bagi
mahasiswa sebagai bekal menjadi calon guru bahasa Indonesia.
Rumusan kemampuan tingkat tinggi yang tertuang dalam capaian
pembelajaran juga mempertimbangkan perbedaan karakteristik antara institusi
pendidikan jurusan seni pertunjukan dengan institusi pendidikan nonjurusan seni
pertunjukan. Hal tersebut dijelaskan oleh narasumber kode DAJT yang
mengatakan bahwa pendidikan di institusi seni mengacu pada penyiapan profesi
di bidang seni pertunjukan sehingga tuntutan penguasaan dan waktu pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
188
lebih banyak sedangkan untuk jurusan nonseni pertunjukan, pembelajaran dapat
diarahkan pada penguasaan konsep dasar tentang pertunjukan. Pandangan tersebut
selaras dengan ungkapan Cohen (2011:276) yang mengatakan bahwa drama
dalam konteks pembelajaran lebih mengacu pada eksplorasi karya sastra,
pengamatan tingkah laku manusia, wawasan sejarah dan kebudayaan,
pembelajaran keterampilan berbicara di depan umum, presentasi diri dan
penguasaan bahasa. Maka dari itu, rumusan kemampuan tingkat tinggi dalam
pembelajaran drama tidak dicanangkan pada tingkat C6 (kognitif), A5 (afektif)
dan P5 (psikomotor) karena tuntutan pembelajaran di PBSI tidak mewajibkan
mahasiswa menguasai materi drama dengan presisi tinggi dan profesionalitas di
bidang kesenian.
Berdasarkan hasil wawancara DAJT, materi yang dianggap tepat untuk
diajarkan dalam pembelajaran drama di luar institusi pendidikan seni pertunjukan
adalah materi pertunjukan drama realis. Narasumber dengan kode DAJT
mengatakan bahwa pertunjukan drama realis memberikan rasionalitas dan
konvensi estetika yang dapat dipelajari secara sistematis dan obyektif sehingga
dapat merumuskan kebutuhan penguasaan teknik pertunjukan secara riil. Hal
tersebut juga didukung dengan pandangan Cohen (2011:165-166) yang
mengatakan bahwa drama realis harus menggunakan pendekatan saintifik untuk
bias melakukan pengamatan dan penilaian terhadap masalah-masalah di realitas.
Perumusan topik materi dalam desain produk RPS mata kuliah Pergelaran
Sastra tersebut memilih topik pertunjukan drama realis. Topik tersebut dibagi
menjadi komponen-komponen pendukung dalam penciptaan pertunjukan drama
realis yang meliputi mater sembilan sub pembahasan materi. Sub pembahasan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
189
tersebut terdiri dari dramaturgi, penyutradaraan, organisasi pertunjukan,
keaktoran, tata suara, tata latar, tata cahaya, tata rias dan tata busana. Sembilan
sub pembahasan yang dirumuskan tersebut menjadi alat untuk menghadirkan
informasi dalam naskah dan membantu menciptakan aspek tontonan dalam
pertunjukan drama (Rendra, 1993:95). Urutan susunan materi dalam RPS juga
telah mencerminkan prosedur dan tahapan penciptaan pertunjukan drama realis
mulai dari tahap pengolahan naskah hingga pemanggungan.
Aktivitas pembelajaran yang tertuang dalam desain produk RPS mata
kuliah Pergelaran Sastra mengambil model project based learning sebagai model
pembelajaran yang utama. Hal tersebut selaras dengan hasil analisis kebutuhan
yang menunjukan bahwa karakteristik utama mata kuliah Pergelaran adalah
pembelajaran berbasis pengalaman sehingga melalui project based learning
mahasiswa membangun pengalaman belajar tentang penciptaan pertunjukan
drama. Dalam beberapa penelitian terkait pembelajaran drama (Nuninsari, Sutopo
& Bharati, 2020. Sulistyorini, 2020. Amarullah & Rachmawaty, 2019. Wajdi,
2017), project based learning dianggap mampu secara efektif memberikan
pengalaman belajar drama yang efektif dan efisien.
Selain menggunakan project based learning, desain produk RPS mata
kuliah Pergelaran Sastra juga mengolaborasikan beberapa metode pembelajaran
lain yaitu problem based learning dan total physical response. Problem based
learning diterapkan pada karakteristik materi yang lebih dominan pada ranah
kognitif seperti materi dramaturgi dan penyutradaraan. Hal tersebut selaras
dengan ungkapan Aziz (2018) yang mengatakan bahwa problem based learning
menyajikan situasi masalah yang autentik pada pembelajar dan bermakna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
190
sehingga pembelajar dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah. Secara
khusus, pandangan Azis (2018) tersebut diarahkan pada penyelesaian masalah
pada topik dramaturgi dan penyutradaraan yang bersifat gagasan abstrak
pemanggungan. Total physical response diterapkan pada karakteristik materi yang
lebih dominan pada ranah psikomotor terlebih pada materi gerak tubuh di bidang
keaktoran. Hal tersebut selaras dengan pandangan Akdag & Tutkun (2010) yang
mengatakan bahwa total physical response memberikan kesempatan pembelajaran
dengan memberikan penyadaran pada muatan emosi dan imajinasi. Secara khusus,
pandangan Akdag & Tutkun (2010) tersebut diarahkan pada topik keaktoran yang
membutuhkan eksplorasi tubuh, emosi dan imajinasi untuk bisa memainkan peran
dalam drama.
Evaluasi pembelajaran mengacu pada pemberian tugas untuk menilai
ketercapaian pembelajaran materi pertunjukan drama. Dalam desain RPS mata
kuliah Pergelaran Sastra, penialian yang digunakan mengacu pada dua model
yaitu penilaian produk dan penilaian proyek. Penilaian produk mengacu pada
penilaian tiap materi yang terbagi dalam bab di buku ajar sesuai alokasi
pertemuan sehingga mengukur penguasaan mahasiswa terhadap materi tentang
pertunjukan drama realis. Hal tersebut selaras dengan tujuan penilaian produk
yaitu penilaian terhadap keterampilan peserta didik dalam mengaplikasikan
pengetahuan yang dimiliki ke dalam wujud porduk dan penilaian kualitas produk
tersebut (Taufina, 2009). Penilaian proyek mengacu pada keseluruhan proses
pembelajaran yang dilaksanakan dari awal hingga akhir mulai dari perencanaan
pertunjukan hingga pelakasanaan pertunjukan karena susunan materi dalam tiap
pertemuan merujuk pada susunan prosedur penciptaan pertunjukan. Hal tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
191
selaras dengan ungkapan Suwandi (2011:99) yang mengatakan bahwa penilaian
proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, hingga hasil akhir
proyek. Maka dari itu, kedua model penilaian tersebut saling melengkapi antara
penilaian proses dengan penilaian akumulatif di akhir berupa pertunjukan drama
realis.
4.3.3 Hasil Analisis Data Penyusunan Produk
Penyusunan produk berupa buku ajar drama dengan judul “Buku Ajar
Pertunjukan Drama Realis untuk Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia” dan video suplemen pembelajaran dengan judul “Catatan Belakang
Panggung”. Produk buku ajar drama merupakan produk utama dalam penelitian
ini sedangkan produk video suplemen pembelajaran merupakan produk
pendukung untuk melengkapi penjelasan buku ajar drama. Penyusunan buku ajar
dan drama didasarkan pada pendekatan yang diambil yaitu TPACK.
Berdasarkan desain produk berupa RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran
Sastra yang telah disusun, buku ajar ditulis menjadi delapan bab. Fokus utama
materi disesuaikan dengan materi desain produk yaitu pertunjukan drama realis.
Susunan bab juga disusaikan dengan tahapan pembelajaran yang dilakukan
sehingga urutan bab mengacu pada pelaksaan pertemuan yang urut dari pertemuan
awal hingga akhir. Berikut gambaran isi bab dalam buku ajar drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
192
Tabel 4.13 Pemetaan Bab dalam Buku Ajar
Bab Rincian Isi Bab
1.1 Drama dan Teater
1.1.1 Sejarah Realisme
1.1.2 Intisari Gagasan Realime dalam
Pertunjukan Drama
1.2 Drama Realis
1.2.1 Sejarah Drama Realis
1.2.2 Intisari Gagasan Realisme dalam
Perunjukan Drama
1.3 Dramaturgi Realis
1.3.1 Definisi Dramatrugi
1.3.2 Unsur-Unsur Dramaturgi Realis
1.3.2.1 Tema
1.3.2.2 Tokoh
1.3.2.3 Alur
1.3.2.4 Latar
1.3.2.5 Dialog
1.3.2.6 Mood (Suasana)
1.3.2.7 Spectacle (Tontonan)
1.4 Mari Berlatih!
1.4.1 Aktivitas
1.4.2 Penugasan
1.4.3 Kriteria Penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
193
2.1 Sutradara
2.1.1 Ranah dan Mekanisme Kerja
Sutradara
2.2 Penyutradaraan Realis
2.2.1 Gagasan Penyutradaraan Realis
2.2.2 Teknik-Teknik Penyutradaraan
Realis
2.2.2.1 Pemilihan Naskah
2.2.2.2 Merumuskan Konsep
Pertunjukan
2.2.2.3 Pemilihan Pemain
2.2.2.4 Penataan Komposisi Permainan
2.3 Mari Berlatih!
2.3.1 Aktivitas
2.3.2 Penugasan
2.3.3 Kriteria Penilaian
3.1 Pemetaan Organisasi Pertunjukan
3.1.1 Pelaku dan Ranah Bidang
Produksi
3.1.2 Pelaku dan Ranah Bidang Artistik
3.2 Proposal Pertunjukan
3.3 Mari Berlatih!
3.3.1 Aktivitas
3.3.2 Penugasan
3.3.3 Kriteria Penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
194
4.1 Aktor dan Wilayah Kerja Aktor
4.1.1 Piranti Keaktorann
4.1.2 Gaya Keaktoran Realis
4.2 Teknik-Teknik Latihan Keaktoran
4.2.1 Teknik Olah Tubuh
4.2.1.1 Tubuh Aktor
4.2.1.2 Latihan Olah Tubuh
4.2.2 Teknik Olah Rasa
4.2.2.1 Rasa dan Intelektualitas
Aktor
4.2.2.2 Latihan Olah Tubuh
4.2.3 Teknik Olah Suara
4.2.3.1 Tindak Tutur Aktor
4.2.3.2 Latihan Olah Suara
4.2.4 Teknik Improvisasi
4.2.4.1 Kausalitas Bermain Peran
4.2.4.2 Latihan Improvisasi
4.3 Mari Berlatih!
4.3.1 Aktivitas
4.3.2 Penugasan
4.3.3 Kriteria Penilaian
5.1 Kaidah Tata Suara
5.1.1 Efek Suara
5.1.2 Musik Ilustrasi
5.1.3 Musik Tema
5.2 Wilayah Kerja Tata Suara
5.3 Desain Tata Suara Drama Realis
5.4 Mari Berlatih!
5.4.1 Aktivitas
5.4.2 Penugasan
5.4.3 Kriteria Penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
195
6.1 Konsep Latar dan Cahaya
6.1.1 Kaidah Tata Latar
6.1.2 Kaidah Tata Cahaya
6.2 Bidang Kerja Tata Latar dan Tata
Cahaya
6.2.1 Wilayah Kerja Tata Latar
6.2.2 Desain Tata Latar Drama Realis
6.2.3 Wilayah Kerja Tata Cahaya
6.2.4 Desain Tata Cahaya Drama Realis
6.3 Mari Berlatih!
6.3.1 Aktivitas
6.3.2 Penugasan
6.3.3 Kriteria Penilaian
7.1 Konsep Riasan dan Busana
7.1.1 Kaidah Tata Rias
7.1.2 Kaidah Tata Busana
7.2 Bidan Kerja Tata Rias dan Tata
Busana
7.2.1 Wilayah Kerja Tata Rias
7.2.2 Desain Tata Rias Drama Realis
7.2.3 Wilayah Kerja Tata Busana
7.2.4 Desain Tata Busana Drama Realis
7.3 Mari Berlatih!
7.3.1 Aktivitas
7.3.2 Penugasan
7.3.3 Kriteria Penilaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
196
8.1 Proses Persiapan Pertunjukan Drama
Realis
8.1.1 Perencanaan Pertunjukan Drama
Realis
8.1.2 Pembuatan Kebutuhan
Pertunjukan Drama Realis
8.2 Pelaksanaan Pertunjukan Drama
Realis
8.2.1 Geladi Pertunjukan
8.2.2 Pelaksanaan Acara Pertunjukan
8.3 Evaluasi Pertunjukan Drama Realis
8.3.1 Menilai Proses Persiapan
Pertunjukan Drama Realis
8.3.2 Menilai Produk Pertunjukan
Drama Realis
8.4 Mari Berlatih!
8.4.1 Aktivitas
8.4.2 Penugasan
8.4.3 Kriteria Penilaian
Berdasarkan rincian isi bab tersebut, pendekatan TPACK tercermin dari
tiap bagian isi bab. Aspek content dan knowledge terangkum dalam bagian
pemaparan materi tiap bab sesuai dengan topik pembahasan tiap bab. Aspek
pedagogical terangkum dalam subbab “Mari Berlatih!” yang menunjukkan
aktivitas pembelajaran beserta penugasan dan penilaiannya. Selain itu pada bab 8,
aspek pedagogical juga dijelaskan secara umum pada tahapan penciptaan
pertunjukan dengan mencantumkan kendala dan potensi dalam pembelajaran
drama realis. Aspek technological terangkum dalam isi materi yang meliputi
penggunaan teknologi pada pertunjukan drama realis. Selain itu, aspek
technological juga terangkum dalam aktivitas dan penugasan yang memanfaatkan
penggunaan teknologi sehingga mewujudkan pembelajaran berbasis teknologi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
197
Video suplemen pembelajaran merupakan media pendukung untuk
menjelaskan isi materi dalam bab buku drama. Video suplemen pembelajaran
yang disusun berupa dokumenter pemaparan pemahaman konvensi dan
pengalaman para seniman teater dalam penciptaan pertunjukan drama realis.
Video yang disusun ada sepuluh video sebagai prototipe video pembelajaran pada
beberapa bab saja dikarenakan kendala syuting di masa pandemi Covid 19
sehingga tidak memiliki akses leluasa karena pembatasan wilayah dan tidak
adanya pertunjukan. Berikut gambaran isi video suplemen pembelajaran yang
telah disusun.
Tabel 4.14 Pemetaan Video Suplemen Pembelajaran
Video Rincian Isi Video
Judul: Catatan Belakang Panggung
Subjudul: Penyutradaraan
Narasumber: Suharjoso S.K., M.Sn.
Durasi: 24 menit
Isi: Konsep Penyutradaraan Realis
Judul: Catatan Belakang Panggung
Subjudul: Keaktoran
Narasumber: Muhammad Ramdan
Durasi: 21 menit
Isi: Konsep dan Konvensi Keaktoran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
198
Judul: Catatan Belakang Panggung
Subjudul: Praktik Keaktoran
Narasumber: Muhammad Ramdan
dan Dama Saputri
Durasi: 6 menit
Isi: Monolog dan Asembel
Judul: Catatan Belakang Panggung
Subjudul: Tata Suara
Narasumber: Sambung Penumbra
Durasi: 7 menit
Isi: Kaidah dan Konvensi Tata Suara
Judul: Catatan Belakang Panggung
Subjudul: Tata Lampu
Narasumber: Ibnu Shohib
Durasi: 7 menit
Isi: Kaidah dan Konvensi Tata Lampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
199
Judul: Catatan Belakang Panggung
Subjudul: Tata Latar
Narasumber: Natalius Yuda
Durasi: 10 menit
Isi: Kaidah dan Konvensi Tata Latar
Judul: Catatan Belakang Panggung
Subjudul: Tata Busana
Narasumber: Binti Wasingatul
Durasi: 5 menit
Isi: Kaidah dan Konvensi Tata Busana
Judul: Catatan Belakang Panggung
Subjudul: Praktik Tata Busana
Narasumber: Binti Wasingatul
Durasi: 6 menit
Isi: Praktik Pemilihan Busana dan
Pergantian Busana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
200
Judul: Catatan Belakang Panggung
Subjudul: Tata Rias
Narasumber: Juraiz Taftazani
Durasi: 6 menit
Isi: Kaidah dan Konvensi Tata Rias
Judul: Catatan Belakang Panggung
Subjudul: Praktik Tata Rias
Narasumber: Juraiz Taftazani
Durasi: 5 menit
Isi: Praktik Riasan Tokoh
Penggunaan video suplemen pembelajaran yang digambarkan dari tabel di
atas memberikan wawasan tambahan berupa interpetasi konsep yang dijelaskan
oleh praktisi lapangan atau seniman teater. Konsep yang dipaparkan tersebut
merupakan hasil intepretasi para praktisi dengan pengalaman penerapan bidang
kerja masing-masing sehingga pemaparan konsep didasarkan pada pengalaman
empiris proses penciptaan pertunjukan. Video suplemen pembelajaran
memberikan gambaran konkrit tentang beberapa aspek penerapan dan prosedur
dari penerapan topik yang dibahas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
201
4.3.4 Hasil Analisis Data Penilaian Produk
Untuk melakukan penilaian produk buku ajar drama yang telah disusun
dan video suplemen pembelajaran drama, peneliti mengajukan penilaian kepada
para ahli sesuai spesifikasi bidang masing-masing ahli. Penilaian juga diajukan
kepada mahasiswa angkatan 2018 baik kelas A maupun kelas B yang sedang
menempunh mata kuliah Pergelaran Sastra di semester lima. Penilaian produk
tersebut dilakukan sebanyak satu kali menggunakan kuesioner digital yang
dibagikan kepada para penilai. Data penilaian yang diperoleh berupa data angka
yang berisi skor penilaian dari pernyataan yang disediakan pada kuesioner
penilaian. Berikut paparan data hasil penilaian para ahli dan mahasiswa.
Tabel 4.15 Rekapitulasi Penilaian Produk oleh Ahli Drama
No Pernyataan
Penilai Total
Skor
Rerata
Skor Kategori
VPP 1 VPP 2
Kelayakan Materi dalam Buku Ajar
1
Daftar materi yang
dicantumkan dalam
buku ajar telah
memenuhi kebutuhan
untuk mempelajari
pembelajaran
pertunjukan drama
realis
4 4 8 4 Sangat Baik
2
Urutan materi yang
dicantumkan dalam
buku ajar telah
memenuhi kebutuhan
untuk mempelajari
pembelajaran
pertunjukan drama
realis
4 4 8 4 Sangat Baik
3 Penjelasan pengertian,
konsep dan kaidah
pertunjukan drama
4 4 8 4 Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
202
realis di dalam buku
ajar telah memenuhi
teori-teori pertunjukan
drama realis.
4
Penjelasan langkah-
langkah dan teknik
penciptaan pertunjukan
drama realis di dalam
buku ajar telah
memenuhi konvensi
pertunjukan drama
realis.
4 3 7 3,5 Sangat Baik
5
Perumusan aktivitas
mampu mencerminkan
kemampuan yang harus
dikuasai untuk
mempelajari proses
penciptaan pertunjukan
drama realis.
4 3 7 3,5 Sangat Baik
6
Perumusan penugasan
mampu mencerminkan
kemampuan yang harus
dikuasai untuk
mempelajari proses
penciptaan pertunjukan
drama realis.
4 3 7 3,5 Sangat Baik
7 Keselarasan penjabaran
materi buku ajar dengan
video suplemen
pembelajaran
4 4 8 4 Sangat Baik
Keterangan: VPP – Validator Penilaian Produk
Berdasarkan tabel 4.9, penilaian ahli bidang yang dilakukan oleh dua ahli
di bidang drama menunjukan bahwa produk buku ajar drama telah memenuhi
kriteria sangat baik secara materi (content) dan wawasan (knowledge) pertunjukan
drama realis. Akumulasi nilai dari dua penilai menunjukan rerata skor 3,78 di
rentang 3,25 < X ≤ 4,00 yang merujuk kategori sangat baik. Secara diagram,
analisis hasil penilaian yang dikategorikan berdasarkan indikator kisi-kisi (lih.
lampiran kisi-kisi instrumen penilaian produk) ditunjukan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
203
A. Kelayakan Materi dalam Buku Ajar
1) Susunan Materi Drama Realis
Indikator susunan materi drama meliputi pernyataan nomor 1, 2 dan 7
dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian produk oleh ahli drama.
Berdasarkan rerata dua penilai pada pernyataan nomor 1, skor yang diperoleh
adalah 4 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rerata dua penilai pada
pernyataan nomor 2, skor yang diperoleh adalah 4 dengan kategori sangat baik.
Berdasarkan rerata dua penilai pada pernyataan nomor 7, skor yang diperoleh
adalah 4 dengan kategori sangat baik Rekapitulasi rerata dari indikator susunan
materi drama realis yaitu 4 dengan kategori sangat baik. Simpulan yang dapat
ditarik dari hasil penilaian adalah susunan materi drama realis yang dicantumkan
dalam buku ajar maupun video suplemen pembelajaran telah layak dan sesuai
dengan kriteria bidang pertunjukan drama realis.
2) Penjabaran Konsep, Kaidah dan Penerapan Drama Realis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
204
Indikator penjabaran konsep, kaidah dan penerapan drama realis meliputi
pernyataan nomor 3 dan 4 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian
produk oleh ahli drama. Berdasarkan rerata dua penilai pada pernyataan nomor 3,
skor yang diperoleh adalah 4 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rerata dua
penilai pada pernyataan nomor 2, skor yang diperoleh adalah 3,5 dengan kategori
sangat baik. Rekapitulasi rerata dari indikator penjabaran konsep, kaidah dan
penerapan drama realis yaitu 3,75 dengan kategori sangat baik. Simpulan yang
dapat ditarik dari hasil penilaian adalah pemaparan konsep, kaidah dan penerapan
drama realis dalam buku ajar telah sesuai serta relevan dengan kriteria bidang
pertunjukan drama realis.
3) Rumusan Latihan untuk Mengasah Keterampilan Drama
Indikator rumusan latihan untuk mengasah keterampilan drama meliputi
pernyataan nomor 5 dan 6 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian
produk oleh ahli drama. Berdasarkan rerata dua penilai pada pernyataan nomor 5,
skor yang diperoleh adalah 3,5 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rerata
dua penilai pada pernyataan nomor 6, skor yang diperoleh adalah 3,5 dengan
kategori sangat baik. Rekapitulasi rerata dari indikator penjabaran konsep, kaidah
dan penerapan drama realis yaitu 3,5 dengan kategori sangat baik. Simpulan yang
dapat ditarik dari hasil penilaian adalah rumusan latihan untuk mengasah
keterampilan drama dalam buku ajar telah memenuhi kebutuhan dan capaian
untuk mengasah keterampilan dalam bidang pertunjukan drama realis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
205
Tabel 4.16 Rekapitulasi Penilaian Produk oleh Ahli Pedagogi
No Pernyataan
Penilai Rerata
Skor Kategori
VPP 3
Keselarasan Aspek Pedagogi dalam Desain RPS dan Buku Ajar
1
Deskripsi mata kuliah
Pergelaran Sastra di dalam
desain RPS telah terwujud
dalam pada penjabaran tiap
bab baik secara materi,
aktivitas, penugasan, dan
penilaian dalam buku ajar.
4 4 Sangat Baik
2
Deskripsi capaian
pembelajaran mata kuliah
Pergelaran Sastra di dalam
desain RPS telah terwujud
dalam pada penjabaran tiap
bab baik secara materi,
aktivitas, penugasan, dan
penilaian dalam buku ajar.
4 4 Sangat Baik
3
Deskripsi kompetensi
Pergelaran Sastra di dalam
desain RPS telah terwujud
dalam pada penjabaran tiap
bab baik secara materi,
aktivitas, penugasan, dan
penilaian dalam buku ajar.
4 4 Sangat Baik
4
Rincian materi di dalam
desain RPS telah terwujud
dalam penjabaran materi tiap
bab di buku ajar drama.
4 4 Sangat Baik
5
Rincian aktivitas di dalam
desain RPS telah selaras
penjabarannya dalam bagian
aktivitas pada subbab Mari
Berlatih di buku ajar drama.
4 4 Sangat Baik
6
Rincian penugasan di dalam
desain RPS telah selaras
penjabarannya dalam bagian
aktivitas pada subbab Mari
Berlatih di buku ajar drama.
4 4 Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
206
7 Penugasan mengakomodasi
tingkatan HOTS pada ranah
pengetahuan yaitu C4 dan C5.
4 4 Sangat Baik
8
Penugasan mengakomodasi
tingakatan HOTS pada ranah
keterampilan baik
keterampilan motorik maupun
keterampilan abstrak yaitu P3
dan P4.
4 4 Sangat Baik
9 Penugasan mengakomodasi
tingkatan HOTS pada ranah
sikap yaitu A4 dan A5.
4 4 Sangat Baik
10
Rincian aspek penilaian di
dalam desain RPS telah
tertuang dalam bagian kriteria
penilaian pada subbab Mari
Berlatih di buku ajar drama.
4 4 Sangat Baik
11
Kriteria penilaian dalam buku
ajar telah memperinci
indikator penilaian ranah
pengetahuan tingkatan C4 dan
C5.
4 4 Sangat Baik
12
Kriteria penilaian dalam buku
ajar telah memperinci
indikator penilaian ranah
keterampilan tingkatan P3 dan
P4.
4 4 Sangat Baik
13
Kriteria penilaian dalam buku
ajar telah memperinci
indikator penilaian ranah sikap
tingkatan A4 dan A5.
4 4 Sangat Baik
Pemanfaatan Teknologi dalam Buku Ajar
14
Perumusan aktivitas buku ajar
menggunakan pemanfaatan
berbagai akses teknologi untuk
media pembelajaran.
3 3 Baik
15
Perumusan materi buku ajar
mengacu pada penggunaan
teknologi yang dibutuhkan
dalam bidang ilmu yang
dipelajari.
4 4 Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
207
16
Perumusan penugasan buku
ajar mengacu pada
pemanfaatan teknologi yang
relevan untuk pengerjaan
tugas
3 3 Baik
17
Keselarasan pemanfaatan
video pembelajaran sebagai
media pembelajaran berbasis
teknologi dengan buku ajar
3 3 Baik
Keterangan: VPP – Validator Penilaian Produk
Berdasarkan tabel 4.10, penilaian ahli bidang yang dilakukan oleh satu ahli
di bidang pedagogi menunjukan bahwa produk buku ajar drama telah memenuhi
kriteria sangat baik secara sangat baik pada aspek pedagogi dan teknologi.
Akumulasi nilai penilai menunjukan rerata skor 3.8 di rentang 3,25 < X ≤ 4,00
yang merujuk kategori sangat baik. Secara diagram, analisis hasil penilaian yang
dikategorikan berdasarkan indikator kisi-kisi (lih. lampiran kisi-kisi instrumen
penilaian produk) ditunjukan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
208
A. Keselarasan Aspek Pedagogi dalam Desain RPS dan Buku Ajar
1) Kesesuaian Kompetensi di RPS dengan Buku Ajar
Indikator kesesuaian kompetensi di RPS dengan buku ajar meliputi
pernyataan nomor 1, 2 dan 3 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian
produk oleh ahli pedagogi. Berdasarkan rerata penilai pada pernyataan nomor 1,
skor yang diperoleh adalah 4 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rerata
penilai pada pernyataan nomor 2, skor yang diperoleh adalah 4 dengan kategori
sangat baik. Berdasarkan rerata penilai pada pernyataan nomor 3, skor yang
diperoleh adalah 4 dengan kategori sangat baik. Rekapitulasi rerata dari indikator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
209
kesesuaian kompetensi di RPS dengan buku ajar yaitu 4 dengan kategori sangat
baik. Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penilaian adalah perincian dan
pemaparan kompetensi dari desain produk berupa RPS ke dalam produk buku ajar
telah memenuhi kriteria ideal dengan kategori sangat baik.
2) Kesesuaian Materi di RPS dengan Buku Ajar
Indikator kesesuaian materi di RPS dengan buku ajar meliputi pernyataan
nomor 4 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian produk oleh ahli
pedagogi. Berdasarkan rerata penilai pada pernyataan nomor 4, skor yang
diperoleh adalah 4 dengan kategori sangat baik. Rekapitulasi rerata dari indikator
kesesuaian materi di RPS dengan buku ajar yaitu 4 dengan kategori sangat baik.
Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penilaian adalah materi yang dicantumkan
dalam buku ajar telah memenuhi kesesuaiaan dan ketepatan pada desain produk
berupa RPS.
3) Kesesuaian Aktivitas di RPS dengan Buku Ajar
Indikator kesesuaian aktivitas di RPS dengan buku ajar meliputi
pernyataan nomor 5 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian produk
oleh ahli pedagogi. Berdasarkan rerata penilai pada pernyataan nomor 5, skor
yang diperoleh adalah 4 dengan kategori sangat baik. Rekapitulasi rerata dari
indikator kesesuaian materi di RPS dengan buku ajar yaitu 4 dengan kategori
sangat baik. Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penilaian adalah aktivitas yang
dicantumkan dalam buku ajar telah memenuhi kesesuaiaan dan ketepatan pada
desain produk berupa RPS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
210
4) Kesesuaian Penugasan dan Evaluasi di RPS dengan Buku Ajar
Indikator kesesuaian penugasan dan evaluasi di RPS dengan buku ajar
meliputi pernyataan nomor 6, 7, 8, 9, 10,11, 12 dan 13 dalam pernyataan yang
tertera di instrumen penilaian produk oleh ahli pedagogi. Berdasarkan rerata
penilai pada pernyataan nomor 6, skor yang diperoleh adalah 4 dengan kategori
sangat baik. Berdasarkan rerata penilai pada pernyataan nomor 7, skor yang
diperoleh adalah 4 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rerata penilai pada
pernyataan nomor 8, skor yang diperoleh adalah 4 dengan kategori sangat baik.
Berdasarkan rerata penilai pada pernyataan nomor 9, skor yang diperoleh adalah 4
dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rerata penilai pada pernyataan nomor
10, skor yang diperoleh adalah 4 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rerata
penilai pada pernyataan nomor 11, skor yang diperoleh adalah 4 dengan kategori
sangat baik. Berdasarkan rerata penilai pada pernyataan nomor 12, skor yang
diperoleh adalah 4 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rerata penilai pada
pernyataan nomor 13, skor yang diperoleh adalah 4 dengan kategori sangat baik.
Berdasarkan rerata penilai pada pernyataan nomor 14, skor yang diperoleh adalah
4 dengan kategori sangat baik. Rekapitulasi rerata dari indikator kesesuaian
penugasan dan evaluasi di RPS dengan buku ajar yaitu 4 dengan kategori sangat
baik. Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penilaian adalah penugasan dan
evaluasi yang dicantumkan dalam buku ajar telah memenuhi kesesuaiaan dan
ketepatan pada desain produk berupa RPS sehingga dapat digunakan untuk
mengukur capaian pembelajaran drama dalam buku ajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
211
B. Pemanfaatan Teknologi dalam Buku Ajar
1) Integrasi Teknologi dalam Aktivitas
Indikator integrasi teknologi dalam aktivitas meliputi pernyataan nomor 14
dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian produk oleh ahli pedagogi.
Berdasarkan rerata penilai pada pernyataan nomor 14, skor yang diperoleh adalah
3 dengan kategori baik. Rekapitulasi rerata dari indikator integrasi teknologi
dalam aktivitas yaitu 3 dengan kategori baik. Simpulan yang dapat ditarik dari
hasil penilaian adalah integrasi pemanfaatan teknologi telah terakomodasi dalam
rumusan aktivitas yang tertera pada buku ajar.
2) Integrasi Teknologi dalam Materi
Indikator integrasi teknologi dalam materi meliputi pernyataan nomor 15
dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian produk oleh ahli pedagogi.
Berdasarkan rerata penilai pada pernyataan nomor 15, skor yang diperoleh adalah
4 dengan kategori baik. Rekapitulasi rerata dari indikator integrasi teknologi
dalam aktivitas yaitu 3 dengan kategori baik. Simpulan yang dapat ditarik dari
hasil penilaian adalah integrasi pemanfaatan teknologi telah terwujud secara
sangat baik dalam rumusan penjelasan materi yang tertera pada buku ajar.
3) Integrasi Teknologi dalam Penugasan
Indikator integrasi teknologi dalam penugasan meliputi pernyataan nomor
16 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian produk oleh ahli
pedagogi. Berdasarkan rerata penilai pada pernyataan nomor 16, skor yang
diperoleh adalah 3 dengan kategori baik. Rekapitulasi rerata dari indikator
integrasi teknologi dalam penugasan yaitu 3 dengan kategori baik. Simpulan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
212
dapat ditarik dari hasil penilaian adalah integrasi pemanfaatan teknologi telah
terakomodasi dalam rumusan penugasan yang tertera pada buku ajar.
4) Video Suplemen Pembelajaran
Indikator video suplemen pembelajaran meliputi pernyataan nomor 17
dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian produk oleh ahli pedagogi.
Berdasarkan rerata penilai pada pernyataan nomor 17, skor yang diperoleh adalah
3 dengan kategori baik. Rekapitulasi rerata dari indikator video suplemen
pembelajaran yaitu 3 dengan kategori baik. Simpulan yang dapat ditarik dari hasil
penilaian adalah penjabaran isi pada video suplemen pembelajaran telah
memenuhi keselarasan dengan isi buku ajar drama yang disusun.
Tabel 4.17 Rekapitulasi Penilaian Produk oleh Ahli Bahan Ajar
No Pernyataan
Penilai Total
Skor
Rerata
Skor Kategori
VPP 5 VPP 6
Kelayakan Tata Letak dan Desain Grafis dalam Buku Ajar
1
Halaman sampul buku
ajar menarik sehingga
mengundang minat
baca bagi mahasiswa.
3 4 7 3,5 Sangat Baik
2
Komposisi tata letak
dan desain grafis buku
ajar menarik sehingga
menarik untuk dibaca
bagi mahasiswa.
4 4 8 4 Sangat Baik
3
Komposisi tata letak
dan desain grafis tidak
mengganggu substansi
buku ajar.
3 4 7 3,5 Sangat Baik
4 Penggunaan ilustrasi
gambar dan foto
4 4 8 4 Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
213
membuat buku ajar
menarik untuk dibaca.
5
Penggunaan ilustrasi
gambar dan foto
menunjang penjelasan
dan pemaparan
substansi.
4 3 7 3,5 Sangat Baik
Kelayakan Materi Video Suplemen Pembelajaran
6
Susunan materi dalam
video suplemen
pembelajaran dapat
menjadi penunjang
pemaparan isi buku
ajar.
4 3 7 3,5 Sangat Baik
7
Susunan materi dalam
video suplemen
pembelajaran selaras
dengan pemaparan
teoritis dalam buku
ajar.
4 4 8 4 Sangat Baik
8
Pemaparan hal-hal
praktis dalam video
pembelajaran dapat
memberikan gambaran
praktik dalam proses
penyusunan drama
realis.
4 4 8 4 Sangat Baik
9
Kualitas gambar dan
suara baik sehingga
menarik untuk dilihat
dan disimak.
3 4 7 3,5 Sangat Baik
10
Kemasan video
suplemen pembelajaran
menarik dan dapat
membantu pemahaman
mahasiswa dalam
menggunakan buku
ajar.
4 3 7 3,5 Sangat Baik
Pemanfaatan Teknologi dalam Buku Ajar
11 Perumusan aktivitas
buku ajar menggunakan
pemanfaatan berbagai
4 3 7 3,5 Sangat Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
214
akses teknologi untuk
media pembelajaran.
12
Perumusan materi buku
ajar juga mengacu pada
penggunaan teknologi
yang dibutuhkan dalam
bidang ilmu yang
dipelajari.
3 3 6 3 Baik
13
Perumusan penugasan
buku ajar juga mengacu
pada pemanfaatan
teknologi yang relevan
untuk pengerjaan tugas
4 3 7 3,5 Sangat Baik
14
Keselarasan
pemanfaatan video
pembelajaran sebagai
media pembelajaran
berbasis teknologi
dengan buku ajar
4 3 7 3,5 Sangat Baik
Keterangan: VPP – Validator Penilaian Produk
Berdasarkan tabel 4.11, penilaian ahli bidang yang dilakukan oleh dua ahli
di bidang bahan ajar menunjukan bahwa produk buku ajar drama telah memenuhi
kriteria sangat baik dan baik secara bahan ajar dalam pembelajaran (pedagogical),
pemanfaatan teknologi (technological) dan desain grafis. Akumulasi nilai dari dua
penilai menunjukan rerata skor 3,6 di rentang 3,25 < X ≤ 4,00 yang merujuk
kategori sangat baik. Secara diagram, analisis hasil penilaian yang dikategorikan
berdasarkan indikator kisi-kisi (lih. lampiran kisi-kisi instrumen penilaian produk)
ditunjukan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
215
A. Kelayakan Tata Letak dan Desain Grafis dalam Buku Ajar
1) Kemenarikan Tata Letak dan Desain Grafis Buku Ajar
Indikator kemenarikan tata letak dan desain grafis buku ajar meliputi
pernyataan nomor 1, 2 dan 3 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian
produk oleh ahli bahan ajar. Berdasarkan rerata dua penilai pada pernyataan
nomor 1, skor yang diperoleh adalah 3,5 dengan kategori sangat baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
216
Berdasarkan rerata dua penilai pada pernyataan nomor 2, skor yang diperoleh
adalah 4 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rerata dua penilai pada
pernyataan nomor 3, skor yang diperoleh adalah 3,5 dengan kategori sangat baik.
Rekapitulasi rerata dari indikator kemenarikan tata letak dan desain grafis buku
ajar yaitu 3,7 dengan kategori sangat baik. Simpulan yang dapat ditarik dari hasil
penilaian adalah tata letak dan desain grafis menarik untuk dicermati sehingga
mengundang minat dalam membaca buku ajar yang sudah disusun.
2) Penggunaan Ilustrasi Foto atau Gambar dalam Buku Ajar
Indikator penggunaan ilustrasi foto atau gambar dalam buku ajar meliputi
pernyataan nomor 4 dan 3 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian
produk oleh ahli bahan ajar. Berdasarkan rerata dua penilai pada pernyataan
nomor 4, skor yang diperoleh adalah 4 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan
rerata dua penilai pada pernyataan nomor 2, skor yang diperoleh adalah 3,5
dengan kategori sangat baik. Rekapitulasi rerata dari indikator penggunaan
ilustrasi foto atau gambar dalam buku ajar yaitu 3,75 dengan kategori sangat baik.
Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penilaian adalah penggunaan ilustrasi foto
dan gambar membantu pemaparan isi materi dalam buku ajar drama.
B. Kelayakan Materi Video Suplemen Pembelajaran
1) Keselarasan Materi dalam Buku Ajar dan Video Suplemen Pembelajaran
Indikator keselarasan materi dalam buku ajar dan video suplemen
pembelajaran meliputi pernyataan nomor 6, 7 dan 8 dalam pernyataan yang tertera
di instrumen penilaian produk oleh ahli bahan ajar. Berdasarkan rerata dua penilai
pada pernyataan nomor 6, skor yang diperoleh adalah 3,5 dengan kategori sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
217
baik. Berdasarkan rerata dua penilai pada pernyataan nomor 7, skor yang
diperoleh adalah 4 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rerata dua penilai
pada pernyataan nomor 8, skor yang diperoleh adalah 4 dengan kategori sangat
baik. Rekapitulasi rerata dari indikator keselarasan materi dalam buku ajar dan
video suplemen pembelajaran yaitu 3,8 dengan kategori sangat baik. Simpulan
yang dapat ditarik dari hasil penilaian adalah materi yang dipaparkan dalam buku
ajar selaras dengan video suplemen pembelajaran yang disusun sehingga
penggunaan buku ajar dapat terintegrasi dengan video suplemen pembelajaran.
2) Tampilan Video Suplemen Pembelajaran
Indikator tampilan video suplemen pembelajaran meliputi pernyataan
nomor 9 dan 10 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian produk oleh
ahli bahan ajar. Berdasarkan rerata dua penilai pada pernyataan nomor 9, skor
yang diperoleh adalah 3,5 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rerata dua
penilai pada pernyataan nomor 10, skor yang diperoleh adalah 3,5 dengan kategori
sangat baik. Rekapitulasi rerata dari indikator tampilan video suplemen
pembelajaran yaitu 3,5 dengan kategori sangat baik. Simpulan yang dapat ditarik
dari hasil penilaian adalah tampilan video suplemen sudah layak untuk digunakan
sebagai media pembelajaran untuk melengkapi materi buku ajar.
C. Pemanfaatan Teknologi dalam Buku Ajar
1) Integrasi Teknologi dalam Aktivitas Pembelajaran
Indikator integrasi teknologi dalam aktivitas pembelajaran meliputi
pernyataan nomor 11 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian
produk oleh ahli bahan ajar. Berdasarkan rerata dua penilai pada pernyataan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
218
nomor 11, skor yang diperoleh adalah 3,5 dengan kategori sangat baik.
Rekapitulasi rerata dari indikator integrasi teknologi dalam aktivitas pembelajaran
yaitu 3,5 dengan kategori sangat baik. Simpulan yang dapat ditarik dari hasil
penilaian adalah aktivitas pembelajaran yang dirumuskan dalam buku ajar sudah
mengakomodasi penggunaan teknologi baik teknologi pembelajaran maupun
teknologi dalam ruang lingkup pertunjukan drama realis.
2) Integrasi Teknologi dalam Materi Pembelajaran
Indikator integrasi teknologi dalam materi pembelajaran meliputi
pernyataan nomor 12 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian
produk oleh ahli bahan ajar. Berdasarkan rerata dua penilai pada pernyataan
nomor 12, skor yang diperoleh adalah 3 dengan kategori baik. Rekapitulasi rerata
dari indikator integrasi teknologi dalam materi pembelajaran yaitu 3 dengan
kategori baik. Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penilaian adalah integrasi
aspek teknologi dalam materi telah mencukupi namun belum mencapai kriteria
sangat baik.
3) Integrasi Teknologi dalam Penugasan
Indikator integrasi teknologi dalam penugasan meliputi pernyataan nomor
13 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian produk oleh ahli bahan
ajar. Berdasarkan rerata dua penilai pada pernyataan nomor 13, skor yang
diperoleh adalah 3,5 dengan kategori baik. Rekapitulasi rerata dari indikator
integrasi teknologi dalam penugasan yaitu 3,5 dengan kategori baik. Simpulan
yang dapat ditarik dari hasil penilaian adalah integrasi aspek teknologi dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
219
penugasan yang diberikan kepada mahasiswa telah mencukupi dengan kriteria
sangat baik.
4) Penggunaan Video Suplemen Pembelajaran
Indikator penggunaan video suplemen pembelajaran meliputi pernyataan
nomor 14 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian produk oleh ahli
bahan ajar. Berdasarkan rerata dua penilai pada pernyataan nomor 14, skor yang
diperoleh adalah 3,5 dengan kategori baik. Rekapitulasi rerata dari indikator
penggunaan video suplemen pembelajaran yaitu 3,5 dengan kategori baik.
Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penilaian adalah penggunaan video
suplemen pembelajaran telah merujuk pada penggunaan media pembelajaran
berbasis teknologi yang selaras dengan buku ajar.
Tabel 4.18 Rekapitulasi Penilaian Produk oleh Ahli Bahasa
No Pernyataan
Penilai Total
Skor Kategori
VPP 7
Aspek Penulisan dan Penggunaan Bahasa dalam Buku Ajar
1
Penggunaan bahasa pada
buku ajar tidak berbelit-
belit dan lugas sehingga
mempermudah dalam
penjelasan materi
3 3 Baik
2
Penggunaan bahasa pada
buku ajar sesuai dengan
tingkat dan model
penggunaan bahasa
Indonesia di lingkup
mahasiswa.
3 3 Baik
3 Penggunaan bahasa
mampu memperjelas
panduan dan instruksi
3 3 Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
220
dalam buku ajar.
4
Penggunaan bahasa dalam
buku ajar telah sesuai
dengan kaidah penulisan
buku ajar.
3 3 Baik
5
Penggunaan bahasa dalam
buku ajar telah sesuai
dengan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan
benar.
3 3 Baik
6
Penggunaan sistem rujukan
endnote dalam tiap bab
sudah memenuhi kriteria
penulisan rujukan.
3 3 Baik
7 Penulisan daftar pustaka
telah memenuhi kaidah
penulisan rujukan.
3 3 Baik
Keterangan: VPP – Validator Penilaian Produk
Berdasarkan tabel 4.12, penilaian ahli yang dilakukan oleh satu ahli di
bidang bahasa menunjukan bahwa produk buku ajar drama telah memenuhi
kriteria baik secara kaidah kebahasaan dan penggunaan bahasa tulis yang
digunakan pada buku ajar. Akumulasi nilai dari dua penilai menunjukan rerata
skor 3 di rentang 2,50 < X ≤ 3,25 yang merujuk kategori baik. Secara diagram,
analisis hasil penilaian yang dikategorikan berdasarkan indikator kisi-kisi (lih.
lampiran kisi-kisi instrumen penilaian produk) ditunjukan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
221
A. Aspek Penullisan dan Penggunaan Bahasa dalam Buku Ajar
1) Kejelasan Penggunaan Bahasa dalam Buku Ajar
Indikator kejelasan penggunaan bahasa dalam buku ajar meliputi
pernyataan nomor 1, 2 dan 3 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian
produk oleh ahli bahasa. Berdasarkan rerata penilai pada pernyataan nomor 1,
skor yang diperoleh adalah 3 dengan kategori baik. Berdasarkan rerata dua penilai
pada pernyataan nomor 2, skor yang diperoleh adalah 3 dengan kategori baik.
Berdasarkan rerata dua penilai pada pernyataan nomor 3, skor yang diperoleh
adalah 3 dengan kategori baik. Rekapitulasi rerata dari indikator kejelasan
penggunaan bahasa dalam buku ajar yaitu 3 dengan kategori baik. Simpulan yang
dapat ditarik dari hasil penilaian adalah kejelasan bahasa dalam buku ajar telah
memenuhi kriteria baik sehingga bahasa tulis buku ajar dapat dipahami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
222
2) Kaidah Penulisan dan Penggunaan Bahasa dalam Buku Ajar
Indikator kaidah penulisan dan penggunaan bahasa dalam buku ajar
meliputi pernyataan nomor 4 dan 5 dalam pernyataan yang tertera di instrumen
penilaian produk oleh ahli bahasa. Berdasarkan rerata penilai pada pernyataan
nomor 4, skor yang diperoleh adalah 3 dengan kategori baik. Berdasarkan rerata
dua penilai pada pernyataan nomor 5, skor yang diperoleh adalah 3 dengan
kategori baik. Rekapitulasi rerata dari indikator kaidah penulisan dan penggunaan
bahasa dalam buku ajar yaitu 3 dengan kategori baik. Simpulan yang dapat ditarik
dari hasil penilaian adalah penulisan dalam buku ajar telah sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia dan kaidah penggunaan bahasa dalam buku ajar.
3) Sistem Penulisan Rujukan Daftar Pustaka
Indikator kaidah penulisan dan penggunaan bahasa dalam buku ajar
meliputi pernyataan nomor 4 dan 5 dalam pernyataan yang tertera di instrumen
penilaian produk oleh ahli bahasa. Berdasarkan rerata penilai pada pernyataan
nomor 4, skor yang diperoleh adalah 3 dengan kategori baik. Berdasarkan rerata
dua penilai pada pernyataan nomor 5, skor yang diperoleh adalah 3 dengan
kategori baik. Rekapitulasi rerata dari indikator kaidah penulisan dan penggunaan
bahasa dalam buku ajar yaitu 3 dengan kategori baik. Simpulan yang dapat ditarik
dari hasil penilaian adalah penulisan dalam buku ajar telah sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia dan kaidah penggunaan bahasa dalam buku ajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
223
Tabel 4.19 Rekapitulasi Penilaian Produk oleh Mahasiswa
No Pernyataan
Penilai
Total
Skor
Rerata
Skor Kategori
V
P
M
1
V
P
M
2
V
P
M
3
V
P
M
4
V
P
M
5
V
P
M
6
V
P
M
7
V
P
M
8
V
P
M
9
V
P
M
10
Kelayakan Materi dalam Buku Ajar
1
Penjelasan
pengertian, konsep
dan kaidah
pertunjukan drama
realis di dalam buku
ajar mudah untuk
dimengerti
4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 36 3,6 Sangat
Baik
2
Penjelasan langkah-
langkah dan teknik
penciptaan
pertunjukan drama
realis di dalam buku
ajar mudah untuk
dimengerti
4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 36 3,6 Sangat
Baik
3
Perumusan aktivitas
menarik dan mampu
mengasah
kemampuan yang
harus dikuasai untuk
menciptakan
pertunjukan drama
realis.
4 3 3 3 3 3 4 4 4 4 35 3,5 Sangat
Baik
4
Perumusan tugas di
subbab Mari
Berlatih!
memungkinkan untuk
dilaksanakan dan
dikerjakan oleh
mahasiswa
3 3 4 2 3 4 4 3 4 4 34 3,4 Sangat
Baik
Aspek Penulis4an dan Penggunaan Bahasa dalam Buku Ajar
5
Penggunaan bahasa
pada buku ajar tidak
berbelit-belit dan
lugas sehingga
mempermudah dalam
penjelasan materi
4 4 4 2 2 4 4 3 4 4 35 3,5 Sangat
Baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
224
6
Penggunaan bahasa
mampu memperjelas
panduan dan instruksi
dalam buku ajar.
4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 37 3,7 Sangat
Baik
Kelayakan Tata Letak dan Desain Grafis dalam Buku Ajar
7
Halaman sampul
buku ajar menarik
sehingga
mengundang minat
baca bagi mahasiswa.
3 3 3 2 2 3 4 4 3 4 21 2,1 Tidak
Baik
8
Komposisi tata letak
dan desain grafis
buku ajar menarik
sehingga menarik
untuk dibaca bagi
mahasiswa.
4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 38 3,8 Sangat
Baik
9
Komposisi tata letak
dan desain grafis
tidak mengganggu
substansi buku ajar.
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 Sangat
Baik
10
Penggunaan ilustrasi
gambar dan foto
membuat buku ajar
menarik untuk
dibaca.
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4 Sangat
Baik
11
Penggunaan ilustrasi
gambar dan foto
menunjang
penjelasan dan
pemaparan substansi.
4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 38 3,8 Sangat
Baik
Kelayakan Materi Video Suplemen Pembelajaran
12
Susunan materi
dalam video
suplemen
pembelajaran dapat
menjadi penunjang
pemaparan isi buku
ajar.
4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 39 3,9 Sangat
Baik
13 Susunan materi
dalam video
4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 38 3,8 Sangat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
225
suplemen
pembelajaran selaras
dengan pemaparan
teoritis dalam buku
ajar.
Baik
14
Pemaparan hal-hal
praktis dalam video
pembelajaran dapat
memberikan
gambaran praktik
dalam proses
penyusunan drama
realis.
4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 38 3,8 Sangat
Baik
15
Kualitas gambar dan
suara baik sehingga
menarik untuk dilihat
dan disimak.
3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 34 3,4 Sangat
Baik
16
Kemasan video
suplemen
pembelajaran
menarik dan dapat
membantu
pemahaman
mahasiswa dalam
menggunakan buku
ajar.
4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 38 3,8 Sangat
Baik
Keterangan: VPM – Validasi Penilaian Mahasiswa
Berdasarkan tabel 4.13, penilaian mahasiswa dilakukan oleh sepuluh
mahasiswa prodi PBSI USD angkatan 2018 yang sedang menempuh mata kuliah
Pergelaran Sastra di semester 5 tahun ajaran 2020/2021. Akumulasi nilai dari
penilaian mahasiswa menunjukan rerata skor 3,66 di rentang 3,25 < X ≤ 4,00 yang
merujuk kategori sangat baik. Secara diagram, analisis hasil penilaian yang
dikategorikan berdasarkan indikator kisi-kisi (lih. lampiran kisi-kisi instrumen
penilaian produk) ditunjukan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
226
3,6
3,5
3,4
3,5
3,3
3,9
3,8
3,6
3 3,2 3,4 3,6 3,8 4
PENJABARAN MATERI DALAM BUKU AJAR
AKTIVITAS DALAM BUKU
AJA
PENUGASAN DALAM BUKU AJAR
PENGGUNAAN BAHASA DALAM BUKU AJAR
KEMENARIKAN TATA LETAK
DAN DESAIN GRAFIS BUKU AJAR
PENGGUNAAN ILUSTRASI
FOTO ATAU GAMBAR DALAM BUKU AJAR
ISI MATERI DALAM VIDEO SUPLEMEN
PEMBELAJARAN
TAMPILAN VIDEO SUPLEMEN
PEMBELAJARAN
Diagram 4.5 Rekapitulasi Penilaian Mahasiswa
Rekapitulasi Rerata Skor Berdasarkan Indikator
A. Kelayakan Materi dalam Buku Ajar
1) Penjabaran Materi dalam Buku Ajar
Indikator penjabaran materi dalam buku ajar meliputi pernyataan nomor 1
dan 2 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian produk oleh
mahasiswa. Berdasarkan rerata penilaian pada pernyataan nomor 1, skor yang
diperoleh adalah 3,6 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rerata dua penilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
227
pada pernyataan nomor 2, skor yang diperoleh adalah 3,6 dengan kategori sangat
baik. Rekapitulasi rerata dari indikator penjabaran materi dalam buku ajar yaitu
3,6 dengan kategori sangat baik. Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penilaian
adalah penjelasan materi berupa pengertian, kaidah, konvensi dan prosedur
pertunjukan drama realis dapat dipahami oleh mahasiswa.
2) Aktivitas dalam Buku Ajar
Indikator penjabaran aktivitas dalam buku ajar meliputi pernyataan nomor
3 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian produk oleh mahasiswa.
Berdasarkan rerata penilaian pada pernyataan nomor 3, skor yang diperoleh
adalah 3,5 dengan kategori sangat baik. Rekapitulasi rerata dari indikator
penjabaran aktivitas dalam buku ajar yaitu 3,3 dengan kategori sangat baik.
Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penilaian adalah perumusan aktivitas untuk
melatih kemampuan dalam konteks pertunjukan drama realis dapat meningkatkan
keterampilan mahasiswa.
3) Penugasan dalam Buku Ajar
Indikator penjabaran penugasan dalam buku ajar meliputi pernyataan
nomor 4 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian produk oleh
mahasiswa. Berdasarkan rerata penilaian pada pernyataan nomor 4, skor yang
diperoleh adalah 3,4 dengan kategori sangat baik. Rekapitulasi rerata dari
indikator penjabaran penugasan dalam buku ajar yaitu 3,4 dengan kategori sangat
baik. Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penilaian adalah rumusan penugasan
dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam bidang pertunjukan drama
realis dan penugasan dapat dilaksanakan oleh mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
228
B. Aspek Penulisan dan Penggunaan Bahasa dalam Buku Ajar
1) Penggunaan Bahasa dalam Buku Ajar
Indikator penjabaran penggunaan bahasa dalam buku ajar meliputi
pernyataan nomor 5 dan 6 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian
produk oleh mahasiswa. Berdasarkan rerata penilaian pada pernyataan nomor 5,
skor yang diperoleh adalah 3,5 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rerata
dua penilai pada pernyataan nomor 6, skor yang diperoleh adalah 3,7 dengan
kategori sangat baik. Rekapitulasi rerata dari indikator penggunaan bahasa dalam
buku ajar yaitu 3,6 dengan kategori sangat baik. Simpulan yang dapat ditarik dari
hasil penilaian adalah penggunaan bahasa tulis dalam buku ajar dapat dipahami
secara jelas oleh mahasiswa.
C. Kelayakan Tata Letak dan Desain Grafis dalam Buku Ajar
1) Kemenarikan Tata Letak dan Desain Grafis Buku Ajar
Indikator kemenarikan tata letak dan desain grafis buku ajar meliputi
pernyataan nomor 7, 8 dan 9 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian
produk oleh mahasiswa. Berdasarkan rerata penilaian pada pernyataan nomor 7,
skor yang diperoleh adalah 2,1 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rerata
dua penilai pada pernyataan nomor 8, skor yang diperoleh adalah 3,8 dengan
kategori sangat baik. Berdasarkan rerata dua penilai pada pernyataan nomor 9,
skor yang diperoleh adalah 4 dengan kategori sangat baik. Rekapitulasi rerata dari
indikator penjabaran materi dalam buku ajar yaitu 3,6 dengan kategori sangat
baik. Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penilaian adalah tata letak dan desain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
229
grafis menarik dan mendukung pemaparan materi buku ajar secara umum namun
pada bagian halaman sampul dianggap kurang menarik oleh mahasiswa.
2) Penggunaan Ilustrasi Foto atau Gambar dalam Buku Ajar
Indikator penggunaan ilustrasi foto atau gambar dalam buku ajar meliputi
pernyataan nomor 10 dan 11 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian
produk oleh mahasiswa. Berdasarkan rerata penilaian pada pernyataan nomor 10,
skor yang diperoleh adalah 4 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rerata dua
penilai pada pernyataan nomor 11, skor yang diperoleh adalah 3,8 dengan kategori
sangat baik. Rekapitulasi rerata dari indikator penggunaan ilustrasi foto atau
gambar dalam buku ajar yaitu 3,9 dengan kategori sangat baik. Simpulan yang
dapat ditarik dari hasil penilaian adalah pemanfaatan foto dan gambar dapat
membantu menjelaskan isi materi yang relevan dalam buku ajar dan membuat
buku ajar menjadi menarik untuk dibaca.
D. Kelayakan Materi Video Suplemen Pembelajaran
1) Isi Materi dalam Video Suplemen Pembelajaran
Indikator isi materi dalam video suplemen pembelajaran meliputi
pernyataan nomor 12, 13 dan 14 dalam pernyataan yang tertera di instrumen
penilaian produk oleh mahasiswa. Berdasarkan rerata penilaian pada pernyataan
nomor 12, skor yang diperoleh adalah 3,9 dengan kategori sangat baik.
Berdasarkan rerata dua penilai pada pernyataan nomor 13, skor yang diperoleh
adalah 3,8 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rerata dua penilai pada
pernyataan nomor 14, skor yang diperoleh adalah 3,8 dengan kategori sangat baik.
Rekapitulasi rerata dari indikator isi materi dalam video suplemen pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
230
yaitu 3,8 dengan kategori sangat baik. Simpulan yang dapat ditarik dari hasil
penilaian adalah isi materi dalam video suplemen pembelajaran dapat membantu
penjabaran materi di buku ajar dan melengkapi pemahaman mahasiswa tentang
pertunjukan drama realis.
2) Tampilan Video Suplemen Pembelajaran
Indikator tampilan video suplemen pembelajaran meliputi pernyataan
nomor 15 dan 16 dalam pernyataan yang tertera di instrumen penilaian produk
oleh mahasiswa. Berdasarkan rerata penilaian pada pernyataan nomor 15, skor
yang diperoleh adalah 3,4 dengan kategori sangat baik. Berdasarkan rerata dua
penilai pada pernyataan nomor 16, skor yang diperoleh adalah 3,8 dengan kategori
sangat baik. Rekapitulasi rerata dari indikator tampilan video suplemen
pembelajaran yaitu 3,6 dengan kategori sangat baik. Simpulan yang dapat ditarik
dari hasil penilaian adalah tampilan video dan kemasan video secara teknis
sinematografi dapat disimak dengan sangat baik serta membantu pemahaman
materi dalam buku ajar.
4.4 Revisi Produk
Revisi produk merupakan tahapan lanjutan setelah melalui penilain produk
yang meliputi buku ajar drama maupun video suplemen pembelajaran. Revisi
produk ditentukan dari hasil rekapitulasi skor yang ditemukan melalui penialain
ahli dan mahasiswa Berdasarkan hasil rekapitulasi keseluruhan penilaian ahli dan
penilaian mahasiswa, data yang ditemukan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
231
Tabel 4.20 Rekapitulasi Keseluruhan Hasil Penilaian Produk
No. Validator
Akumulasi
Nilai
Validasi
Kategori
1. Ahli pedagogi 3.62 Sangat Baik
2. Ahli drama 3.75 Sangat Baik
3. Ahli bahan ajar 3.53 Sangat Baik
4. Ahli bahasa 3 Baik
5. Mahasiswa 3.57 Sangat Baik
Jumlah 17.47
Rata-rata 3.49 Sangat Baik
Berdasarkan tabel 4.14, hasil rekapitulasi kesuluruhan hasil penialaian
adalah 3.49 dengan kategori sangat baik pada rentang 3,25 < X ≤ 4,00. Melalui
hasil yang diperoleh, produk yang disusun baik buku ajar drama maupun video
suplemen pembelajaran telah memenuhi kriteria sangat baik sehingga tidak
membutuhkan revisi produk baik secara kemasan tampilan, susunan materi,
penerapan pendekatan TPACK dan kaidah penulisan buku ajar. Produk telah
dianggap mampu untuk memberikan pemahaman tentang penciptaan pertunjukan
yang diterapkan sebagai pembelajaran drama di program studi PBSI sebagai
persiapan kualifikasi calon guru bahasa Indonesia.
Catatan yang perlu diperhatikan terdapat pada penilaian tentang
kemenarikan halaman sampul depan. Pada validasi mahasiswa di pernyataan
sampul depan skor yang diperoleh 2,1 dengan kategori tidak baik namun pada
validasi ahli bahan ajar di pernyataan sampul depan skor yang diperoleh 3,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
232
dengan kategori sangat baik. Perbedaan penilaian tersebut ditanggapi peneliti
dengan melakukan revisi halaman sampul depan karena sasaran penggunaan
produk mengacu pada mahasiswa sehingga perlu mengikuti selera mahasiswa.
Tabel 4.21 Revisi Sampul Buku Ajar Drama
Bentuk Revisi Sampul Depan
Sampul Depan Buku
Ajar Drama Sebelum
Diperbaiki
Sampul Depan Buku
Ajar Drama Setelah
Diperbaiki
Perbaikan konsep sampul yang dilakukan yaitu mengubah konsep gambar
sketsa yang digunakan pada sampul pertama dan menggantinya dengan konsep
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
233
penggunaan foto pada sampul yang sudah mengalami perbaikan. Foto yang
digunakan merupakan bentuk foto dokumentasi pertunjukan drama realis dari
naskah “Ketika Hujan Bercerita di antara Kita” yang ditulis dan disutradarai oleh
Judha Jiwangga serta dipentaskan tahun 2017 di Yogyakarta. Penggunaan foto
diharapkan dapat memberikan gambaran konkrit mengenai bentuk drama yang
menjadi fokus materi dalam buku ajar. Selain itu, pemilihan jenis huruf
menggunakan jenis huruf yang bergaya santai sehingga menarik bagi target
pembaca yaitu mahasiswa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
234
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari tahapan analisis
kebutuhan hingga revisi produk, simpulan penelitian terhadap pengembangan
“Buku Ajar Drama Berbasis Technological Pedagogical Content Knowledge
untuk Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia” dapat
dijabarkan sebagai berikut.
a) Hasil analisis kebutuhan menunjukan bahwa diperlukan penyesuaian materi
drama yang relevan untuk pembelajaran bahasa Indonesia baik secara
substansi materi, aktivitas pembelajaran, evaluasi pembelajaran, dan luaran.
Hal tersebut mengacu dari kebutuhan pembelajaran drama di sekolah
menengah dan visi misi program studi untuk mempersiapkan calon guru mata
pelajaran bahasa Indonesia. Penyesuaian tersebut harus mempertimbangkan
bahwa pembelajaran drama di program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia (PBSI) hanya mengutamakan pada penguasaan konsep dasar dan
pemahaman umum untuk memunculkan sikap apresitaif terhadap karya
drama serta pengalaman praktik drama. Kualifikasi capaian pembelajaran
perlu dibedakan dengan jurusan yang berfokus pada seni pertunjukan
sehingga pada program studi PBSI tidak menuntut profesionalitas bidang seni
seni pertunjukan dan capaian estetika yang tinggi. Berdasarkan hasil analisis
kebutuhan yang dilakukan, karakteristik mata kuliah Pergelaran Sastra
berorientasi pada praktik penciptaan pertunjukan. Dengan fokus utama yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
235
tertuang dalam karakteristik mata kuliah Pergelaran Sastra, bentuk
pertunjukan yang dipilih adalah pertunjukan drama realis. Pertunjukan drama
realis dinilai mampu memberikan dasar penciptaan pertunjukan karena
konvensi dan bentuk estetika drama realis mengadaptasi konvensi baku, logis
dan sistematis dalam perumusan artistik pertunjukan. Maka dari itu,
penyesuaian capaian pembelajaran, materi pembelajaran, aktivitas
pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran disesuaikan dengan kriteria visi
misi prodi PBSI dengan fokus materi pertunjukan drama realis yang dianggap
tepat untuk memberikan pemahaman dasar tentang pertunjukan drama.
b) Desain produk yang disusun berupa RPS dan RTP mata kuliah Pergelaran
Sastra telah mencakup pemberian konsep dasar drama dalam tiga ranah
pembelajaran yang meliputi pengetahuan tentang pertunjukan drama realis,
sikap dalam proses penciptaan pertunjukan drama, dan keterampilan aplikatif
dalam pertunjukan drama. Selain itu, RPS dan RTP memuat komponen
pembelajaran yang rinci sehingga dapat menjadi kerangka dari implementasi
materi, aktivitas, penugasan dan penilaian dalam buku ajar. Konsep integrasi
teknologi juga terangkum dalam desain yang meliputi teknologi pembelajaran
pada media pembelajaran yang digunakan dan teknologi untuk penciptaan
pertunjukan drama realis pada substansi materi pertunjukan drama realis.
Berdasarkan rekapitulasi keseluruhan hasil penilaian oleh ahli, desain produk
yang terdiri RPS dan RTP mendapatkan kategori setuju atau layak dengan
skor 0,72 pada rentang 0.5 < �̅�⩽ 1. Maka dari itu, desain produk yang
disusun tersebut dianggap layak untuk menjadi desain penyusunan produk
dengan mempertimbangkan catatan-catatan perbaikan oleh para penilai ahli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
236
c) Produk yang disusun meliputi dua bentuk dengan produk utama yaitu buku
ajar pertunjukan drama realis dan produk sekunder yaitu video suplemen
pembelajaran. Buku ajar drama yang disusun mencakup materi yang
mencerminkan prosedur penciptaan pertunjukan drama realis. Materi yang
dicantumkan terdiri dari 1) dramaturgi realis, 2) penyutradaraan realis, 3)
organisasi pertunjukan, 4) keaktoran, 5) tata suara, 6) tata cahaya dan tata
latar, 7) tata rias dan tata busana, 8) dinamika pertunjukan drama realis.
Video suplemen pembelajaran yang disusun terdiri dari sepuluh video dengan
model penjelasan praktis dari para seniman teater. Video suplemen terbagi
menjadi dua penjelasan utama yaitu penjelasan mengenai konvensi
pertunjukan drama realis dan contoh aplikasi pada tiap bidang pertunjukan
yang diberikan oleh para praktisi bidang teater. Berdasarkan rekapitulasi
keseluruhan hasil penilaian baik penilaian ahli maupun penilaian mahasiswa,
produk yang terdiri dari buku ajar drama dan video suplemen pembelajaran
mendapatkan kategori sangat baik dengan skor 3,49 pada rentang 3,25 < X ≤
4,00. Maka dari itu, produk yang disusun tersebut dianggap layak untuk
menjadi bahan ajar yang berorientasi pada pembelajaran praktik drama
dengan pendekatan TPACK.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dari tahapan analisis
kebutuhan hingga revisi produk, simpulan penelitian terhadap penelitian
pengembangan “Buku Ajar Drama Berbasis Technological Pedagogical Content
Knowledge untuk Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia” dapat dijabarkan sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
237
a) Untuk pengembangan pembelajaran drama berbasis TPACK, model dan
materi pembelajaran perlu dikembangakan lagi pada bidang yang lebih
bersifat teknis seperti penyutradaraan, keaktoran, organisasi pertunjukan,
bidang artistik panggung. Perumusan model dan materi pembelajaran drama
berbasis TPACK tersebut diarahkan pada perumusan penggunaan pertunjukan
drama dalam koridor pendidikan yang tentu saja membutuhkan modifikasi
sesuai capaian pembelajaran yang diharapkan. Selain itu, perincian materi
drama berbasis TPACK yang rinci tersebut dapat menjabarkan kebutuhan
piranti teknologi, prosedur kerja yang rinci, pemanfaatan material dan teknik
penggarapan sehingga dapat menjadi panduan belajar yang konkrit.
b) Berdasarkan hasil penelitian pengembangan buku ajar drama yang dilakukan,
penelitian lanjutan diperlukan untuk mengembangkan model pembelajaran
drama dan bahan ajar drama yang lebih spesifik. Hal tersebut mengacu pada
hasil penelitian yang dilakukan masih mengacu pada pemberian konsep
umum dan materi dasar tentang elemen-elemen artistik panggung sehingga
dibutuhkan penelitian lanjutan yang dapat memerinci kebutuhan
pembelajaran drama. Pengembangan model pembelajaran mengacu pada
perumusan aktivitas pembelajaran dan model evaluasi pembelajaran pada
materi praktik drama. Pengembangan bahan ajar drama yang lebih spesifik
mengacu pada perincian teknik-teknik yang mendasar untuk kebutuhan
pembelajaran institusi pendidikan nonjurusan seni sehingga dapat menjadi
referensi pembelajaran drama yang umum.
c) Penggunaan produk berupa buku ajar pertunjukan drama realis dan video
suplemen pembelajaran perlu diintegrasikan dengan desain pembelajaran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
238
karena susunan materi, aktivitas, penugasan dan penilaian telah diurutkan
sesuai dengan tahapan kerja penciptaan pertunjukan drama realis. Durasi
yang dibutuhkan untuk pembelajaran adalah 6 bulan dengan 16 kali
pertemuan yang telah mencakup peletakan ujian tengah semester dan ujian
akhir semester. Untuk pengayaan materi, latihan dapat dilakukan di luar kelas
sebagai bentuk belajar mandiri mahasiswa karena pertunjukan drama
membutuhkan latihan yang intens. Jika terdapat fasilitas yang memadahi,
pembelajaran teknis artistik seperti tata suara, tata lampu, tata latar, tata
cahaya, tata rias, dan tata busana dapat diacukan pada praktik penggunaan
alat untuk menciptakan bentuk artistik pada pertunjukan drama. Jika tidak ada
fasilitas yang mendukung, pembelajaran teknis artistik dapat diarahkan pada
penyusunan desain sehingga membantu untuk memahami konsep dasar dan
kerangka prosedur penciptaan yang dapat membantu mahasiswa ketika
penerapan pertunjukan drama.
d) Untuk dosen yang menggunakan buku ajar dalam perkuliahan Pergelaran
Sastra, pengajar perlu memahami drama dari segi konsep pengetahuan dalam
pertunjukan drama realis, sikap-sikap yang diperlukan dalam menjalani
proses pertunjukan drama realis dan juga keterampilan aplikatif secara umum
pada bidang produksi maupun artistik pertunjukan drama realis. Pengajar juga
diharapkan memiliki wawasan tentang teknologi yang sering digunakan
dalam pembelajaran drama dan teknologi dalam pertunjukan drama sehingga
dapat mendampingi secara konsep maupun praktik pada mahasiswa.
e) Untuk mahasiswa yang menggunakan buku ajar dalam perkuliahan
Pergelaran Sastra, mahasiswa perlu membangun pemahaman bahwa drama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
239
memiliki dua wujud yang integratif yaitu drama sebagai sastra dan drama
sebagai pertunjukan. Pemahaman tersebut membantu mahasiswa untuk
menyinergikan pemahaman teoritis yang telah didapat dalam mata kuliah
yang relevan seperti teori sastra dan sejarah sastra sehingga membantu
praktik pertunjukan drama yang diakomodasi buku ajar drama pada mata
kuliah Pergelaran Sastra. Selain itu, mahasiswa harus memiliki inisiatif untuk
melakukan pengayaan dalam bentuk eksplorasi dan latihan mandiri dalam
mengasah keterampilan pertunjukan drama yang telah dipandu pada buku ajar
drama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
240
DAFTAR PUSTAKA
Achdiyat, Maman, dkk. 2017. Evaluasi Dalam Pembelajaran. Tangerang: Pustaka
Mandiri.
Akdag, Nazmiye. & Tutkun, Omer Faruk. 2010. “The Effect of Drama Method on
Achievement Level in English Teaching: Knowledge, Comprehension and
Application Levels”. International Journal of Human Sciences. Vol.7 Issue. 1.
Amarullah, A.K & Rachmawaty, Noor. (2020). Exploring Students’ Experience in
Project Based Drama Learnig and Their Perception on Their Speaking
Anxiety. Advances in Social Science, Education and Humanities Research,
volume 432.
Arikunto, Suharsimi. 1996. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Asosiasi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia. (2014). Capaian
Pembelajaran dan Standar Nasional Pendidikan Bahasa Indonesia.
Azis, Sitti Aida. 2018. “Aplikasi Problem Based Learning dalam Pembelajaran
Drama”.
Barranger, Milly S. 1993. Understanding Plays (2ed.). Massachusetts: Ally &
Bacon A Division of Simon & Schuster, Inc.
Batdi, Veli & Batdi, Hacer. 2015. “Effect of Creative Drama on Academic
Achievement: A Meta-analytic and Thematic Analysis”. Education Sciences:
Theory and Practices, 2015 December, 15 (6), hal. 1459-1470.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
241
Berry, Amanda; Depaepe, Fien; & van Driel, Jan. 2016. Technological
pedagogical content knowledge in Teacher Education. Springer.
Brockett, Oscar G. 1964. The Theatre: An Introduction. USA: Holt, Rinehart, and
Winston Inc.
Borg & Gall. 1983. Educational Research: An Introduction. New York: Longman
Inc.
Bowel, Pamela & Heap, Brian S. 2013. Planning Process Drama: Enriching
Teaching and Learning. Routledge: New York.
Cameron, Kenneth M & Hoffman, Theodore J. C. (1974). A Guide to Theatre
Study (2ed.). USA: Macmillan Publishing Co. Inc.
Cam, Sumeyye Sefika. & Koc, Gurcu Erdamar. (2019). Technological
Pedagogical Content Knowledge Practices in Higher Education: First
Impressions of Preservice Teachers. Technology, Knowledge and Learning:
Springer Nature B.V.
Cohen, Robert. 2011. Theatre 9th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.
Depdiknas. 2006. Pedoman Memilih dan Menyusun Bahan Ajar. Jakarta:
Direktorat Sekolah Menengah Pertama, Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional
Dewojati, Cahyaningrum. 2012. Drama: Sejarah, Teori, dan Penerapannya.
Yogyakarta: Javakarya Media.
Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
242
Ekawati, Anita Dewi. 2020. “Penerapan Metode Total Physical Response (TPR)
dalam Pengajaran Bahasa Inggris di TK”. E-DIMAS: Jurnal Pengabdian
Kepada Masyarakat. Volume 11, Nomor 1, Maret 2020.
Fitria Wahyu Pinilih, Rini Budiharti, Elvin Yusliana Ekawati. 2013.
“PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PRODUK PADA
PEMBELAJARAN IPA UNTUK SISWA SMP”. Jurnal Pendidikan Fisika (2013)
Vol.1 No.2 halaman 23-27
Gothberg, Martin, Bjorck, Cecilia & Makitalo, Asa. 2018. “From Drama Text to
Stage Text: Transitions of Text Understanding in A Student Theatre
Production”. Mind, Culture, and Activity 25:3, hal. 247-262.
Harymawan, RMA. 1988. Dramaturgi. Bandung: Rosda Offset.
Kernodle, George R. 1961. The Invitation to The Theatre. New York: Harcourt,
Brace, & World.
Majid, A. 2009. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mishra, Punya, & Koehler, Matthew J. 2006. “Technological Pedagogical Content
Knowledge: A framework for Teacher Knowledge”. Teacher Knowledge
Record, vol 108, no. 6, June 2006, hal. 1017-1054.
Nuninsari, Dessi Fajarika. Sutopo, Djoko. & Bharati, Dwi Anggani. 2020. “The
Implementation of Project Based Learning Strategy in Teaching Spoken
English”. English Educational Journal, UNNES. Vol. 10. No. 1.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis
Kompetensi. Yogyakarta: BPFE.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
243
Nurgiyantoro, Burhan. 2004. “Penilaian Pembelajaran Sastra Berbasis
Kompetensi”. DIKSI. Vol. 11. No. 1. Januari 2004.
Prastowo, Andi. 2018. Sumber Belajar dan Pusat Sumber Belajar: Teori dan
Aplikasinya di Sekolah/ Madrasah. Depok: Prenadamedia Group.
Rendra. 1993. Seni Drama untuk Remaja. Jakarta: Pustaka Jaya.
Satoto, Prof. Dr. H. Soediro. (2012). Analisis Drama dan Teater Bagian 1.
Yogyakarta: Penerbit Ombak.
Slavin, R.E. 2000. Educational Psychology: Theory and Practice. Massachusetts:
Allyn and Bacon.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan: Penelitian Kuantitatif, Penelitian
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sulistyorini, Haryati. (2020). Pembelajaran Berbasi Projek (Project Based
Learning) pada Pengajaran English Drama Appreciation dengan
Menggunakan Media Pementasan Drama Berbahasa Inggris Sangkuriang.
LITE: jurnal bahasa, sastra, dan budaya Vol. 16. No.1.
Suwandi, Sarwiji. 2010. Model Assesmen Dalam Pembelajaran. Surakarta: Yuma
Pustaka.
Taufina. 2009. “Authentic Assesment dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di
Kelas Rendah SD”. Pedagogi, IX(1) 113-120.
Troyan, Francis J.; Cammarata, Laurent; & Martel, Jason. 2017. “Integration
PCK: Modeling the Knowledge(s) Underlying a World Language Teacher’s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
244
Implementation of CBI”. Foreign Language Annals, vol 50, no.2, hal 458-
476.
Wajdi, Fathullah. 2017. “Implementasi Project Based Learning (PBL) dan
Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Drama Indonesia”. Jurnal Pendidikan
Bahasa dan Sastra, Volume 17, No. 1, April 2017, hal. 81-97.
Weltsek, Gustave J. 2018. “Theatre Programs in Community Colleges: A Policy
for Equity”. Arts Education Policy Review (2018), hal. 1-9.
Whiting, Frank M. 1961. An Introduction to The Theatre. New York: Harper &
Row Publisher.
Widodo, Handoyo Puji. 2005. “Teaching Children Using a Total Physical
Response (TPR) Method: Rethinking”. Bahasa dan Seni, Tahun 33, Nomor 2,
Agustus 2005, hal. 235-248.
Widoyoko, S. & Putro, Eko. 2015. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zainul, Asmawi. 2005. Tes dan Asesmen di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
245
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
246
ANALISIS KEBUTUHAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
247
PENGEMBANGAN BUKU AJAR DRAMA BERBASIS
TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE
UNTUK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
Oleh:
J.B. Judha Jiwangga, S.Pd.
Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
INSTRUMEN Wawancara Dosen Ahli
Jurusan Teater, Institut Seni Indonesia Yogyakarta
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
248
Wawancara Dosen Ahli
Nama : Rukman Rosadi, M.Sn.
Universitas : Institut Seni Indonesia Yogyakarta
Fakultas : Fakultas Seni Pertunjukan
Program Studi : Jurusan Teater
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
A. Pembelajaran Drama di Perguruan Tinggi
1.
Apa sajakah aspek dan kemampuan
yang perlu dikuasai oleh mahasiswa
ketika belajar mengenai drama?
Drama memiliki banyak sekali bentuknya, ada
drama klasik, eksistensialis, kontemporer, dll.
Menurut saya yang paling baik digunakan dalam
pembelajaran drama adalah yang dilakukan oleh
generasi realisme untuk untuk dilakukan baik di
SMA maupun di perkuliahan mahasiswa, Apakah
itu mahasiswa seni atau mahasiswa non-seni.
Yang akan dilakukan nanti di luar realism itu
nanti ketika jadi seniman aja karena melalui
realisme, kita akan belajar tentang bagaimana
menyusun logika yang benar kemudian,
bagaimana menyusun secara sistematik pemetaan
dan objektivitas tinggi yang harus dicapai di
dalam pelaksanaannya. Kalau sejak awal
diberikan kebebasan interpretasi dan kebebasan
untuk berkreasi menurut subjektivitasnya akan
menjadi kacau karena logikanya belum benar
tetapi pemahamannya sudah lompat ke arah yang
tidak punya dasar. Jadi, mengapa saya sarankan
untuk mempelajari realism dulu karena ada dasar
logika yang dipakai di sana. Dan di sana ada ilmu
bantu yang establish salah satunya psikologi
menjadi ilmu bantu karena kita di drama itu akan
ngomongin tentang manusia maka harus punya
ilmu bantu yang jelas tidak tidak ngarang atau
asal membuat. Dramaturgi realism menjadi hal
yang paling bisa dipertanggungjawabkan
bersama-sama, bahkan analisisnya,
pemaknaannya, dan penafsirannya.
2. Apa sajakah aspek dan kemampuan
yang diperlukan oleh mahasiswa
Naskah drama yang dipelajari juga menggunakan
naskah drama realisme karena drama realis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
249
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
untuk memahami suatu naskah
drama?
plotnya pasti maju tidak mundur dan semua
peristiwa-peristiwa di dalam drama realis itu
selalu mengandung unsur kausalitas, sebab akibat.
Jadi tujuan utamanya dalam mempelajari naskah
drama realis adalah mencapai objektivitas
tertinggi melalui unsur-unsur dramatiknya.
3. Apa sajakah aspek dan kemampuan
yang diperlukan oleh mahasiswa
untuk menciptakan suatu
pementasan drama?
Yang pertama harus diketahui adalah unsur-unsur
yang ada di dalam sebuah karya drama, apa saja
yang ada di sana. Ada sutradara ,ada pemain, ada
musik dan seluruh kerabat kerja yang terlibat
dalam proses penciptaan. Tetapi yang paling
penting adalah bagaimana cara sutradara
memberikan pemahaman yang seimbang.
Pemahaman yang memadai secara bersama untuk
berangkat dengan pondasi yang sama dan itu
harus dimulai dengan proses menganalisa naskah,
memahami naskah bersama agar menjadi
penafsiran yang berimbang. Berimbang ini belum
tentu hanya dari sutradara aja tapi bagaimana
seluruh perangkat yang ada di sana membuat
penafsiran atas teks. Keberimbangan itu dulu
yang harus dicapai meskipun di awal tidak tahu
apa-apa tapi tujuannya adalah mencari kebenaran
bersama mencari kebenaran awal sehingga
kerjanya harus dipahami bersama-sama. Jadi,
analisa struktur dan tekstur naskah drama menjadi
hal yang mendasar. Saya mengumpamakan proses
penciptaan karya drama itu, 30% adalah membaca
naskah untuk memahami secara utuh dan 70%
adalah eksekusi menjadi bentuk riil berdasarkan
dari proses pembacaan naskah itu. Jadi ada tafsir
dan wujud tafsir.
4. Bagaimana cara anda memetakan
materi drama yang hendak diajarkan
pada mahasiswa?
Di awal, proses memahami sebuah hakikat suatu
materi, lalu apa saja yang dibutuhkan pada ranah
kerja yang dilakukan. Proses selanjutnya adalah
proses melatihkan hakikat materi-materi tersebut
dalam teknik-teknik implementasi drama secara
individu. Kadang analisis dan pemahamannya
bagus, tetapi pembelajar belum bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
250
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
mempraktikannya. Tahap selanjutnya adalah
proses penerapan teknik secara komunal karena
kerja drama itu asamble dan kolektif. Tahap akhir
kemudian pembelajar menerapkan segala proses
pembelajarnya dalam suatu karya.
5. Bagaimana cara anda merumuskan
bentuk aktivitas pembelajaran
drama pada mahasiswa?
Yang pertama adalah perlu melihat kebutuhan,
entah itu kebutuhan naskah drama yang akan
dimainkan atau kebutuhan dasar yang diperlukan
dalam menciptakan karya drama. Setelah itu,
kebutuhan itu dijabarkan menjadi aktivitas-
aktivitas latihan mengasah teknik berdasarkan
tujuan kemampuan yang diinginkan. Sekali lagi,
seluruh aktivitas dalam pembelajaran drama
diarahakan pada aktivitas manusia pada
keseharian karena drama selalu bersinggungan
dengan peristiwa hidup manusia. Tujuannya untuk
memperkaya motif dan referen yang akan
digunakan dalam drama. Jadi ada tahapan di
mana, pemebelajar itu akan menirukan dan
bereksplorasi. Jadi pengajarnya harus bisa
mengajarkan dan arahan sehingga pengajar tidak
hanya menyuruh. Pengajar harus bisa
mempraktikan sehingga pengajar bisa
memberikan solusi ketika pembelajar menemukan
masalah.
6. Bagaimana cara anda mengukur
kemampuan dan capaian mahasiswa
setelah mengikuti proses
pembelajaran drama?
Proses evaluasi diarahkan dengan pembelajar
membuat karya berdasarkan materi yang
dipelajari. Lalu aspek penilaiannya didasarkan
pada parameter sesuai materi yang dipelajari
sehingga bisa diamati bagaimana perkembangan
kemampuannya. Model evaluasi lebih
mengutamakan pada produk akhir yang
diciptakan oleh pembelajar (project akhir). Untuk
menghindari penilaian yang subjektif maka drama
yang digunakan adalah realism sehingga penilaian
akan berpacu pada unsur dramaturgi yang sudah
jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
251
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
B. Pembelajaran Drama di Sekolah Menengah
7. Bagaimanakah karakteristik
pembelajaran drama yang dilakukan
pada jenjang sekolah menengah?
Menurut saya yang ideal dalam pembelajaran
drama di sekolah menengah adalah pertama,
rujukan ilmu pengetahuan yang dipakai oleh si
pengajarnya harus jelas. Pengajarnya ini sudah
punya ilmu pengetahuan belum tentang drama,
kalau belum kasihan siswanya. Siswanya bisa
tersesat ke mana-mana dulu. Jadi guru ini harus
punya ilmu yang jelas tentang drama, bagaimana
melatihkan drama, apalagi jika sampai ke
pementasan harus punya referensi referensi yang
jelas tentang pementasan-pementasan drama
paling, tidak ya punya dokumentasi untuk ke sana
atau kemudian pembelajaran untuk menuju
menuju ke sana. Kalau tidak punya yang banyak
terjadi, ya ini ini pengalaman-pengalaman saya
melihat pengalaman yang sering terjadi, pengajar
atau bahkan sutradara yang tidak memiliki ilmu
pengetahuan yang memadai, pekerjaannya hanya
marah-marah atau menyalakan pemain dan
siswanya karena mereka tidak punya solusi untuk
permasalahan yang dihadapi siswa. Seharusnya
seorang pengajar harus memiliki arahan yang
jelas bukan marah-marah tanpa ada solusi dalam
kesulitan pembelajaran.
8. Apa sajakah kompetensi yang
diperlukan oleh siswa pada jenjang
sekolah menengah dalam belajar
drama?
Pertama harus diperjelas dulu apa tujuannya di
pembelajaran kelas itu. Artinya jangan hanya
berkeinginan harus bikin pertunjukan atau harus
bikin pentas jika skill atau pengetahuan dari
pengajar juga tidak sampai ke situ. Jika harus
sampai ke situ, ya berarti harus ada cara untuk
membuat para guru ini bisa sampai ke sana. Ini
tujuannya harus jelas dulu dari pengajaran drama
di SMA artinya jangan sampai hanya ingin ideal
tapi nggak punya ilmu yang ideal untuk menuju
ke sana. Jika tuntutan kurikulum di sekolah
sampai merujuk pada teknis-teknis pementasan
drama, maka guru-guru harus dibekali dengan
ilmu-ilmu yang rinci dalam pementasan drama.
.9. Menurut anda, seperti apakah
kompetensi drama yang harus
dikuasai oleh seorang guru bahasa
Indonesia pada jenjang sekolah
menengah?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
252
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
Solusinya adalah ambil naskah-naskah drama
yang sederhana. Jangan mencari drama-drama
yang sulit dan membutuhkan kompleksitas
pemahaman yang lebih. Dari yang sederhana
mungkin tapi kemudian mengolah kualitasnya,
bagaimana yang sederhana itu bisa tercapai
kualitas yang maksimal dengan standar yang
objektif dan jelas. Jangan sampai ingin naskah
yang rumit seperti Hendrik Ibsen, dll tetapi tidak
punya kemampuan untuk mewujudkannya.
Sederhana dulu berimbang dengan pengetahuan-
pengetahuan pengajarnya dan kemudian juga dari
SDM siswanya seperti, masa pembelajar berapa
lama sehingga disesuaikan aja dengan itu. Jangan
sampai kemudian punya gol yang tinggi tapi
nggak punya etos kerja yang tinggi.
Guru hanya menghantarkan siswa untuk
memahami pengetahuan umum dramanya. Kalau
misalnya itu menjadi sulit ,sederhananya adalah
belajar tentang hidup sehari-hari dan
penerapannya ke dalam ke dalam panggung
berstandar hidup sehari-hari. Paling tidak dapat
dilihat apakah sudah benar belum melihat situasi
di panggung itu seperti kehidupan sehari-hari
sehingga melihat pementasan drama itu seperti
sepenggal kehidupan yang bisa dipercayai.
C. Teknologi dalam Pementasan Drama
10. Teknologi apa sajakah secara umum
yang digunakan dalam sebuah
pementasan drama?
Yang perlu dikuasai secara umum adalah
teknologi yang sering digunakan dalam
pementasan drama seperti lampu, teknis suara,
teknis dalam penciptaan latar. Teknologi yang
seperti itu diajarkan karena sudah sering
digunakan sehingga tidak perlu sampai ke
teknologi yang kompleks dalam kategori high-
tech.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
253
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
11. Bagaimana cara pengajaran
teknologi dalam pementasan drama
kepada mahasiswa di kampus anda?
Pembelajarannya mengenai teknologi biasanya
dimulai dengan penguasaan konsep dulu tentang
pengenelan alat, aturan-aturannya dan desain.
Setelah itu pembelajaran lebih banyak ke praktik
untuk mengasah keterampilan dalam penguasaan
teknologi tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
254
PENGEMBANGAN BUKU AJAR DRAMA BERBASIS
TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE
UNTUK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
Oleh:
J.B. Judha Jiwangga, S.Pd.
Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2020
INSTRUMEN Wawancara Dosen Pengampu Mata Kuliah Pergelaran Sastra
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
255
Wawancara Dosen Pengampu
Nama : JSS. Prapta Diharja, SJ, M. Hum.
Universitas : Universitas Sanata Dharma.
Fakultas : FKIP
Program Studi : PBSI
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
A. Visi Misi Prodi
1.
Bagaimana pertimbangan anda dalam penyusunan
dan pelaksanaan kurikulum Pergelaran Sastra yang
sesuai dengan visi dan misi?
Kuliah ini memberi ketrampilan
& pengalaman kepada mahasiswa,
mengelola sebuah pagelaran
Drama, Puisi maupun Cerita
Pendek. Tujuannya adalah dengan
memberi ketrampilan &
pengalaman tsb mahasiswa
dibentuk menjadi insan yg
memiliki nilai-nilai estetis, nilai
humanis (kemanusiaan), serta
cerdas-kreatif.
2.
Bagaimana karakteristik perkuliahan Pergelaran
Sastra yang dianggap sesuai dengan rancangan visi
misi program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia?
Perkuliahan Pagelaran Sastra
merupakan Kuliah Ketrampilan
yang memberi ketrampilan &
pengalaman kepada mahasiswa,
mengelola sebuah pagelaran
Drama, Puisi maupun Cerita
Pendek.
3. Apakah pembelajaran mata kuliah Pergelaran Sastra
yang anda dicanangkan telah mencapai konsep ideal
dari visi misi prodi?
Ya dan belum. Konsepnya jelas,
untuk menjadi calon guru &
pendidik yang memiliki
ketrampilan & pengalaman dalam
bidang pagelaran Sastra dan
memiliki nilai-nilai estetis, nilai
humanis (kemanusiaan), serta
cerdas-kreatif. Namun dalam
prakteknya mahasiswa belum
berani menampilkan karya-karya
dari sastra klasik seperti Oedipus,
Romeo & Yuliet, misalnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
256
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
4. Bagaimana profil lulusan yang anda harapkan
setelah menempuh perkuliahan Pergelaran Sastra
yang disesuaikan dengan visi misi prodi?
Mahasiswa memiliki sikap,
penguasaan, dan ketrampilan
mengelola pagelaran sastra.
B. Aspek Pedagogical (Pengajaran)
5. Bagaimanakah model pembelajaran yang anda
gunakan dalam perkuliahan Pergelaran Sastra?
Model pembelajaran yg
digunakan dalam perkuliahan
Pergelaran Sastra adalah model
koperatif, kontekstual dan
langsung.
6. Bagaimanakah teknik pembelajaran yang anda
gunakan dalam perkuliahan Pergelaran Sastra?
Teknik pembelajaran yang
digunakan adalah teknik simulasi,
eksperimen dan demonstrasi.
7. Apakah anda mempertimbangkan gaya belajar
mahasiswa untuk menentukan aktivitas
pembelajaran yang relevan dengan konteks
pembelajar dalam perkuliahan Pergelaran Sastra?
Ya.
8. Kompetensi apa sajakah yang hendak dicapai
melalui perkulihan Pergelaran Sastra?
Melalui perkuliahan Pergelaran
Sastra ini mahasiswa mampu
mengaplikasikan teori drama ke
dalam pentas.
9. Bagaimana anda merumuskan indikator
pembelajaran yang menggambarkan capaian mata
kuliah Pergelaran Sastra?
Mahasiswa menggelar pentas
sastra, bisa berupa drama, puisi
maupun pembacaan cerita.
10. Bagaimanakah cara anda merumuskan penugasan
yang mampu mengakomodasi pengukuran capaian
belajar mahasiswa dalam perkuliahan Pergelaran
Sastra?
Mahasiswa mengadakan pentas
di dalam kelas maupun di luar
kelas.
11. Bagaimanakah cara penilaian anda terhadap tugas-
tugas yang diberikan sehingga mampu mengukur
hasil capaian belajar mahasiswa dalam perkuliahan
Pergelaran Sastra?
Penilaian yg baik harus mencakup
antara lain:
a. Ketuntasan
b. Kelengkapan
c. Kemenarikan
C. Aspek Content (Materi)
.12. Bagaimanakah pemahaman drama sebagai
pementasan yang anda anggap perlu untuk
dipelajari dalam perkuliahan Pergelaran Sastra?
Pementasan drama perlu dipelajari
untuk menanamkan nilai-nilai
estetis, sikap apresiatif serta
pengalaman pentas sebagai calon
guru agar memiliki kompetensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
257
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
professional dan kependidikan.
13. Unsur artistik pementasan apakah yang anda anggap
perlu untuk dipelajari dalam perkuliahan Pergelaran
Sastra?
Unsur artistik pementasan tata
panggung, akting, serta unsur
artistik pementasan sastrawi yang
perlu dipelajari dlm kuliah ini,
14. Unsur manajemen pementasan apakah yang anda
anggap perlu untuk dipelajari dalam perkuliahan
Pergelaran Sastra?
Unsur manajemen organisatoris,
manajeman kesutradaraan sangat
perlu dipelajari.
15. Bagaimanakah keterampilan drama yang anda
harapkan setelah mahasiswa menempuh perkuliahan
Pergelaran Sastra?
Ketrampilan drama yang saya
harapkan: ketrampilan
manajemen, akting dan
kerjasama.
16. Sejauh mana keterampilan drama harus dikuasai
oleh mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia?
Ketrampilan drama harus dikuasai
oleh mahasiswa PBSI demi
kompetensi professional,
kependidikan, dll.
D. Aspek Technological (Teknologi)
17. Bagaimanakah anda merumuskan pembelajaran
drama berbasis teknologi dalam perkuliahan
Pergelaran Sastra?
Pembelajaran drama dalam
Pergelaran Sastra perlu berbasis
teknologi agar mampu
berkembang dengan pesat.
Teknologi itu antara lain
teknologi digital, komunikasi,
informasi, serta teknologi
arsitektur.
18. Penguasaan teknologi apa sajakah yang anda
anggap perlu dikuasai oleh mahasiswa dalam
perkuliahan Pergelaran Sastra?
Teknologi digital, komunikasi,
informasi, serta teknologi
arsitektur.
19. Aspek teknologi apa sajakah yang telah anda
gunakan untuk pembelajaran drama dalam
perkuliahan Pergelaran Sastra?
Teknologi informasi, komunikasi
serta teknologi digital.
20. Bagaimanakah menurut anda hasil keterampilan
teknologi pada mahasiswa dalam bidang
pementasan drama yang sudah anda temui dalam
proses perkuliahan sebelumnya?
Ketrampilan teknologi pada
mahasiswa yang sudah saya
temui dllm proses perkuliahan
sebelumnya: teknologi informasi,
komunikasi serta teknologi
digital, hanya saja belum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
258
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
dikembangkan secara maksimal.
E. Aspek Knowledge (Pengetahuan Umum)
21. Bagaimana cara anda memperkaya wawasan
mengenai perkembangan drama di Indonesia
sehingga mampu menjadi konteks pembelajaran?
Mahasiswa perlu diberi wawasan
sejarah drama di Indonesia, jenis-
jenis drama & teater di Indonesia,
diajak atau disuruh nonton
pementasan drama dari video,
maupun nonton pementasan
drama langsung di kampus
maupun di luar kampus.
22. Apakah anda mengetahui berbagai konvensi yang
digunakan dalam pementasan drama secara umum?
23. Apakah anda mengetahui nilai-nilai lokalitas dalam
teater tradisional Indonesia sehingga dapat
dimanfaatkan untuk memperkaya materi
pengajaran?
Teater tradisional biasanya
berkembang di masing2 daerah di
Indonesia. Mahasiswa PBSI
berasal dari pelbagai daerah di
wilayah Indonnesia. Dalam
kesempatan pentas kelas,
mahasiswa bisa dibagi ke dalam
kelompok daerah untuk
mementaskan teater daerah
masing2.
24. Bagaimana cara anda merumuskan sebuah
pertunjukan yang relevan dengan konteks zaman
dan perkembangan drama kontemporer?
Dalam kesempatan pentas di luar
kelas, mahasiswa diminta untuk
mementaskan s drama klasik
yang memiliki sifat keabadian,
dan masih relevan di zaman
kontemporer.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
259
PENGEMBANGAN BUKU AJAR DRAMA BERBASIS
TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE
UNTUK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
Oleh:
J.B. Judha Jiwangga, S.Pd.
Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2020
INSTRUMEN Wawancara Dosen Pengampu Mata Kuliah Pergelaran Sastra
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
260
Wawancara Dosen Pengampu
Nama : Petrus Hariyanto, M.Pd.
Universitas : Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
F. Visi Misi Prodi
1.
Bagaimana pertimbangan anda dalam penyusunan
dan pelaksanaan kurikulum Pergelaran Sastra yang
sesuai dengan visi dan misi?
Pembelajaran pergelaran sastra
diarahkan untuk membekali
mahasiswa untuk menjadi calon
guru bahasa Indonesia. Ini yang
menjadi pembeda dengan jurusan
sastra Indonesia. Di jurusan sastra
Indonesia, teori drama menjadi
hal yang penting sedangkan di
PBSI, teori drama diarahkan ke
ranah aplikatif dalam
pembelajaran. Selain itu, aspek
keanekaragaman latar belakang
pengetahuan dan pengalaman
mahasiswa akan menentukan
corak proses pembelajaran yang
terjadi.
2.
Bagaimana karakteristik perkuliahan Pergelaran
Sastra yang dianggap sesuai dengan rancangan visi
misi program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia?
Saya mengembalikan pada esensi
drama itu sendiri yaitu di satu sisi
sebagai karya sastra dan di sisi
lain merupakan sebuah
penampilan. Bahkan teori yang
diberikan mengikuti proses
praktik pembelajaran untuk
menampilkan drama itu sendiri.
Aspek pengetahuan dan
keterampilan menjadi fokus dalam
pembelajaran Maka yang
ditekankan adalah semua
mahasiswa harus menjalani proses
pentas dan juga kerabat kerja
untuk mendapatkan pengalaman
yang menyeluruh. Selain itu,
corak dominan pembelajaran lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
261
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
mengarah pada kerja kolektif,
mengasah kerja sama.
3. Apakah pembelajaran mata kuliah Pergelaran Sastra
yang anda dicanangkan telah mencapai konsep ideal
dari visi misi prodi?
Sejauh ini sudah memberikan
bekal praktik dan pengalaman
drama untuk menjadi calon guru
bahasa Indonesia.
4. Bagaimana profil lulusan yang anda harapkan
setelah menempuh perkuliahan Pergelaran Sastra
yang disesuaikan dengan visi misi prodi?
Calon guru yang sudah memiliki
pengalaman untuk
mengaplikasikan drama dan
memiliki sikap apresiatif pada
karya sastra.
G. Aspek Pedagogical (Pengajaran)
5. Bagaimanakah model pembelajaran yang anda
gunakan dalam perkuliahan Pergelaran Sastra?
Saya menggunakan model
pedagogi Ignasian, bagaimana
mereka bisa merefleksikan proses
pengalaman bermainan drama.
Selain itu, pembelajaran
diarahkan pada proses kerja sama
mahasiswa untuk membuat
sebuah pementasan drama.
Saya selalu mengutamakan pada
pengalaman belajar mahasiswa
yang bereksplorasi untuk
menemukan pengetahuan dan
keterampilan dalam pementasan
drama. Saya hanya selalu
mengajak mereka untuk
merefleksikan apa yang sudah
mereka lakukan, bagaimana
capaian belajar mereka dan apa
manfaatnya.
6. Bagaimanakah teknik pembelajaran yang anda
gunakan dalam perkuliahan Pergelaran Sastra?
Saya hanya memposisikan diri
sebagai pembimbing. Mayoritas
dari pengalaman mahasiswa sudah
memiliki inisiatif untuk menyusun
project pementasan kelas. Saya
hanya mendorong, memberikan
beberapa penjelasan dan juga
kadang menengahi masalah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
262
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
terjadi. Jadi saya hanya
memberikan rambu-rambu dan
para mahasiswa mencari sendiri.
7. Apakah anda mempertimbangkan gaya belajar
mahasiswa untuk menentukan aktivitas
pembelajaran yang relevan dengan konteks
pembelajar dalam perkuliahan Pergelaran Sastra?
Saya mencoba untuk memahami
latar mahasiswa yang beraneka
ragam. Saya arahkan mahasiswa
untuk bisa saling meramu
perbedaan yang terjadi sehingga
bisa menjadi aspek paduan
harmonis dalam pembelajaran.
Jadi tiap perkuliahan selalu ada
pelaporan proses mereka lalu baru
mengaruh pada latihan
pementasan mereka.
8. Kompetensi apa sajakah yang hendak dicapai
melalui perkulihan Pergelaran Sastra?
Tujuan utamanya adalah
menumbuhkan apresiasi
mahasiswa pada karya sastra
melalui kemampuan menciptakan
sebuah pementasan. Sasaran
lainnya adalah memberikan ruang
untuk membentuk karakter karena
dalam drama aspek pendidikan
karakternya kuat. Jadi mahasiswa
memiliki kecerdasan sosial juga.
9. Bagaimana anda merumuskan indikator
pembelajaran yang menggambarkan capaian mata
kuliah Pergelaran Sastra?
Yang saya utamakan adalah
bagaimana mahasiswa bisa
memahami dan mempraktikan
aspek-aspek drama sehingga bisa
mewujudkan kepaduan yang
harmonis dalam karya
pementasan. Jadi, arahnya adalah
aspek teoritis drama dan juga
keterampilan drama.
10. Bagaimanakah cara anda merumuskan penugasan
yang mampu mengakomodasi pengukuran capaian
belajar mahasiswa dalam perkuliahan Pergelaran
Sastra?
Ada beberapa tugas yang
diberikan:
1. Menjadi pemain/aktor
2. Menjadi kerabat kerja
3. UTS (refleksi persiapan
pementasan)
4. UAS (refleksi pementasan
akhir)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
263
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
5. Menjadi penilai proses
drama kelas
11. Bagaimanakah cara penilaian anda terhadap tugas-
tugas yang diberikan sehingga mampu mengukur
hasil capaian belajar mahasiswa dalam perkuliahan
Pergelaran Sastra?
Bentuk penilaiannya untuk
menilai proses saya menggunakan
penilaian antarteman/penilaian
kelas sehingga bisa memberikan
situasi proses yang dekat dengan
proses kerja mereka. Saya
memberikan kolom yang berisi
indikator tertentu untuk menilai
proses antarteman lalu saya
memberikan ranking kepada
mereka.
H. Aspek Content (Materi)
.12. Bagaimanakah pemahaman drama sebagai
pementasan yang anda anggap perlu untuk
dipelajari dalam perkuliahan Pergelaran Sastra?
Jika dari namanya Pergelaran
Sastra kan mencakup tiga genre
drama, yaitu puisi, prosa, dan
drama. Akhir-akhir ini hanya
berfokus pada drama. Tetapi
menurut saya jika mahasiswa
mampu menampilkan drama pasti
akan memiliki sikap apresiasi
terhadap genre karya sastra yang
lain. Selain itu, pementasan drama
juga perlu melihat kondisi
mahasiswa saat ini sehingga perlu
juga selaras dengan isu sosial
yang berkembang. Untuk masalah
bentuk, saya memberikan
kebebasan, mau realis atau
absurd, intinya dosen dan
mahasiswa bersama mencari
bentuk yang tepat.
13. Unsur artistik pementasan apakah yang anda anggap
perlu untuk dipelajari dalam perkuliahan Pergelaran
Sastra?
Yang paling utama adalah belajar
tentang teknik bermain peran.
Untuk aspek artistik lain, saya
hanya memberikan pengantar
umum sisanya saya mendorong
mereka untuk bereksplorasi
dengan pencarian mandiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
264
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
14. Unsur manajemen pementasan apakah yang anda
anggap perlu untuk dipelajari dalam perkuliahan
Pergelaran Sastra?
Segala hal yang mendukung untuk
terciptanya sebuah pementasan.
Jadi mahasiswa juga mengalami
menjadi kerabat kerja yang
menyiapakan kebutuhan pentas
dari belakang panggung.
15. Bagaimanakah keterampilan drama yang anda
harapkan setelah mahasiswa menempuh perkuliahan
Pergelaran Sastra?
Yang penting adalah pernah
mengalami sehingga besok setelah
menjadi guru mereka bisa
menjelaskan secara rinci dari
pengalaman tersebut. 16. Sejauh mana keterampilan drama harus dikuasai
oleh mahasiswa prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia?
I. Aspek Technological (Teknologi)
17. Bagaimanakah anda merumuskan pembelajaran
drama berbasis teknologi dalam perkuliahan
Pergelaran Sastra?
Kalau saya mendorong mahasiswa
untuk menggunakan teknologi
yang sudah sering digunakan
dalam panggung, seperti lampu,
film, asap dll. Kalau mereka
memang mampu silahkan
digunakan untuk menciptakan
ilusi panggung yang cukup.
18. Penguasaan teknologi apa sajakah yang anda
anggap perlu dikuasai oleh mahasiswa dalam
perkuliahan Pergelaran Sastra?
Yang sebenarnya tepat diharapkan
dengan pemanfaatan teknologi
adalah drama melalui media film.
Mahasiswa diharapkan mampu
menguasai teknologi yang
digunakan dalam penciptaan film.
19. Aspek teknologi apa sajakah yang telah anda
gunakan untuk pembelajaran drama dalam
perkuliahan Pergelaran Sastra?
Kalau saya mendorong mahasiswa
untuk menggunakan teknologi
yang sudah sering digunakan
dalam panggung, seperti lampu,
film, asap dll. Kalau mereka
memang mampu silahkan
digunakan untuk menciptakan
ilusi panggung yang cukup.
20. Bagaimanakah menurut anda hasil keterampilan
teknologi pada mahasiswa dalam bidang
pementasan drama yang sudah anda temui dalam
proses perkuliahan sebelumnya?
Saya cukup kagum melihat hasil
eksplorasi mahasiswa dalam
pentas yang sudah terjadi. Mereka
kadang mampu memanfaatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
265
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
berbagai piranti teknologi untuk
menciptakan ilusi dalam
panggung. Tetapi sekali lagi, hal
tersebut terjadi biasanya pada
mahasiswa yang memang sudah
memiliki minat lebih pada bidang
drama.
J. Aspek Knowledge (Pengetahuan Umum)
21. Bagaimana cara anda memperkaya wawasan
mengenai perkembangan drama di Indonesia
sehingga mampu menjadi konteks pembelajaran?
Saya biasanya melakukan
pencarian di internet tentang
drama-drama yang berkembang.
Selain itu juga melihat
pementasan-pementasan yang
sudah ada. Saat ini kan sudah ada
Youtube sehingga kita bisa
melihat berbagai contoh drama
yang ada.
22. Apakah anda mengetahui berbagai konvensi yang
digunakan dalam pementasan drama secara umum?
23. Apakah anda mengetahui nilai-nilai lokalitas dalam
teater tradisional Indonesia sehingga dapat
dimanfaatkan untuk memperkaya materi
pengajaran?
Biasanya saya mengarahkan
mereka untuk mengolah latar
lokalitas dari latar belakang
mahasiswa yang beranekaragam
untuk bisa menciptakan sebuah
pementasan sehingga lokalitas itu
lebih mengarah pada bagaimana
mereka memanfaatkan perbedaan
suku dalam pementasan.
24. Bagaimana cara anda merumuskan sebuah
pertunjukan yang relevan dengan konteks zaman
dan perkembangan drama kontemporer?
Pementasan drama juga perlu
melihat kondisi mahasiswa saat
ini sehingga perlu juga selaras
dengan isu sosial yang
berkembang. Untuk masalah
bentuk, saya memberikan
kebebasan, mau realis atau
absurd, intinya dosen dan
mahasiswa bersama mencari
bentuk yang tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
266
PENGEMBANGAN BUKU AJAR DRAMA BERBASIS
TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE
UNTUK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
Oleh:
J.B. Judha Jiwangga, S.Pd.
Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2020
INSTRUMEN Wawancara Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
267
Wawancara Ketua Program Studi
Nama Kaprodi : Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum.
Universitas : Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
A. Visi Misi Prodi pada Mata Kuliah Pergelaran Sastra
1.
Bagaimana pertimbangan prodi dalam
penyusunan dan pelaksanaan kurikulum
drama dalam mata kuliah pergelaran sastra
yang sesuai dengan visi dan misi program
studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia?
Kalau dari penyusunan kurikulum, semua
dosen itu berkontribusi termasuk
bagaimana menentukan capaian
pembelajaran akhirnya. Semua
berkontribusi karena produk akhir itu yang
diminta sekarang berbasis outcome jadi
kalau pagelaran sastra tidak hanya
mahasiswa itu menghasilkan pagelaran
tetapi juga harus sesuai dengan misi visi
Prodi yang cerdas, humanis, profesional itu
yang pertama. Yang kedua juga harus
sesuai dengan 3C Universitas Sanata
Dharma.
2.
Bagaimana karakteristik pembelajaran
bidang drama dalam mata kuliah
pergelaran sastra yang dianggap sesuai
dengan rancangan visi misi program studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia?
Menurut saya pagelaran sastra itu adalah
mata kuliah yang sangat lengkap paketnya.
Mengapa? Karena mahasiswa diajarkan 3C
dan semua ada. Bagaimana berelasi dengan
teman untuk menghasilkan suatu karya dan
produksi. Bagaimana berjibaku setiap hari
harus latihan begitu ya yang itu juga yang
saya alami sejak menjadi mahasiswa
bahkan saya merasa sebenarnya kurang
terbantu ya kalau hanya berpaku pada
dosen.
Aspek pendalaman dan pendidikan
karaktrer menjadi sorotoan dengan aktivitas
mahasiswa dalam penyusunan pertunjukan
drama. Proses pembelajaran dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
268
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
pergelaran sastra adalah proses belajar dari
pengalaman sehingga mahasiswa akan
bereksplorasi dengan segala
kemampuannya untuk membuat
pementasan drama.
3. Apa sajakah kompetensi yang hendak
dicapai dari mata kuliah pergelaran sastra
sesuai dengan visi misi program studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia?
Semester ini di bawah arahan WR 1 dan
fakultas sedang diadakan perombakan
kurikulum berbasis outcome berikut
termasuk yang diminta luar ya di luar sudah
berbasis outcome. Kita harus memenuhi itu
menjadi tidak hanya monolog saja
luarannya tetapi sampai pementasan drama.
Selain itu skill-nya perlu diadaptasikan
dengan teknologi. Sekarang kita mau tidak
mau, perlu berbasis outcome yang di
dalamnya ada literasi teknologi di setiap
mata kuliah. Nah itu harus dipenuhi yang
harus kita pikirkan dari sekarang itu sudah
keluar sejak tahun lalu. Saat ini, kita sedang
merombak besar-besaran. Kalau dilihat dari
mata kuliah kita, sudah baik hanya
integrasinya yang belum ada di sana.
4. Bagaimana penilaian prodi terhadap
pembelajaran bidang drama dalam mata
kuliah pergelaran sastra yang telah
berlangsung selama ini?
Maka harapan saya kalau melihat mata
kuliah pagelaran sebenarnya ideal dapat
membuat pertunjukan yang bagus seperti
itu. Kan anak SMA sudah bisa seperti itu
loh kok mahasiswa hanya seperti itu. Ada
apa sebenarnya? Yang saya lihat adalah
orang yang mendukung mata kuliah itu ya
harus mulai kenal dunia yang sekarang.
Masalahnya itu tidak kenal dan tidak
menyelami karya sastra lebih jauh itu juga
repot. Saya melihat satu teman saya bagus
karena dia selalu menghasilkan karya dan
yang satunya faktor usia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
269
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
5. Bagaimana profil lulusan yang diharapkan
setelah menempuh perkuliahan Pergelaran
sastra yang disesuaikan dengan visi misi
prodi?
Sesuai dengan empat kompetensi profil
lulusan yang dicanangkan bersama di
asosiasi. Bahwa itu ditentukan dan sastra
masuk ke sana yaitu menghasilkan calon
pendidik yang profesional di bidang bahasa
dan sastra. Jadi kompetensinya harus
lengkap. Idealnya semua seimbang antara
pengguasaan aspek bahasa dan sastra.
6. Apa sajakah yang dirasa perlu
dikembangkan dan diperbaiki oleh prodi
dalam mata kuliah Pergelaran Sastra
sehingga dapat terintegrasi dengan visi
misi serta kebutuhan dunia pendidikan?
Ada kolaborasi antardosen dalam
pertunjukan drama pada output akhir.
Karena pergelaran itu kan untuk semua,
melingkupi seluruh kompetensi dalam
drama. Tenaga pengajar perlu menambah
pengetahuan dan wawasan tentang
perkembangan drama hari ini. Dosen perlu
jeli membaca minat dan bakat mahasiswa
sehingga pembelajarannya merata. Dosen
perlu bisa memotivasi mahasiswa untuk
menumbuhkan karakter positif pada
mahasiswa. Dosen perlu membaca peluang
pementasan yang terintegrasi dengan
teknologi. RPS perlu tercapai dengan
capaian yang sudah dicantumkan. Tidak
ada pengembangan RPS sehingga masih
tertinggal informasinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
270
PENGEMBANGAN BUKU AJAR DRAMA BERBASIS
TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE
UNTUK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
Oleh:
J.B. Judha Jiwangga, S.Pd.
Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2020
INSTRUMEN Wawancara Guru Bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
271
Wawancara Guru
Nama : Andronikus Kresna Dewantara, S.Pd.
Sekolah : SMAK Penabur Bintaro Jaya
Alamat Sekolah : Jl. Panglima Polim Raya No. 1, Tangerang
Selatan, Banten
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
A. Pembelajaran Drama di Sekolah Menengah
1.
Apa sajakah kemampuan yang perlu
dikuasai oleh siswa ketika belajar
mengenai naskah drama berdasarkan
kurikulum yang berlaku dan
pengalaman pengajaran Anda di
sekolah?
Kemampuan yang dikuasai oleh siswa dapat
dibagi menjadi dua yaitu kemampuan
memahami naskah dan kemampuan
menciptakan naskah drama. Untuk memahami
naskah drama, siswa perlu mempelajari unsur-
unsur intrinsik drama. Bagaimana kemudian
tiap unsur dipahami dan diintepretasikan pada
naskah drama semisal bagaimana temanya,
perwatakannya, alurnya, dll yang dapat
ditunjukan dari sebuah naskah drama.
Kemudian, untuk menciptakan naskah drama,
siswa perlu mempelajari ide dasar sebuah
naskah terlebih bagaimana ide dan kreativitas
digunakan dalam membuat naskah drama.
Kendalannya selama ini karena generasi
milineal lebih dekat dengan tema percintaan,
naskah yang diciptakan cenderung naskah
drama percintaan yang klise. Jadi, naskah yang
diciptakan tidak jelas nih gagasannya apa dan
temanya apa. Maka dalam pembelajaran
menciptakan naskah drama, saya selalu
mengarahkan dan menajamkan pada ide dan
kreativitas siswa dulu.
2.
Apa sajakah kemampuan yang perlu
dikuasai oleh siswa ketika belajar
mengenai pertunjukan drama
berdasarkan kurikulum yang berlaku
dan pengalaman pengajaran Anda di
sekolah?
Yang pertama mereka perlu tahu mengenai apa
saja yang dibutuhkan dalam pentas baik di atas
panggung maupun di belakang panggung.
Siswa perlu tahu juga sistem kerja dari tiap
subbidang yang berperan dalam pementasan
baik yang di atas panggung maupun di
belakang panggung. Selanjutnya, mengajarkan
mengenai teknik-teknik yang digunakan dalam
permainan drama. Namun karena latar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
272
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
belakang saya yang bukan dari golongan teater,
saya masih minim dalam mengajarkan
beberapa teknik yang dapat digunakan secara
mendetail. Jadi saya hanya memberikan
pemhaman umumnya saja.
3. Bagaimana cara Anda memetakan
materi drama yang hendak diajarkan
pada siswa di sekolah?
Pertama, saya mengejarkan tentang apa itu
drama dan konsep-konsepnya baik secara
naskah maupun pementasan melalui contoh
video yang dilihat bersama. Saya juga
membagi materi pengajaran drama menjadi dua
yaitu monolog dan permainan bersama. Setelah
mengetahui kebutuhan-kebutuhan dan konsep
drama, saya mengajarkan teknik-teknik yang
dibutuhkan seperti bermain peran. Untuk
teknik-teknik artistik lain saya hanya
memberikan gambaran umum. Ketika siswa
memiliki pemahaman dasar mengenai drama,
saya mulai masuk ke materi keterampilan yang
merupakan aplikasi dari konsep-konsep
tersebut. Untuk materi-materi detail produksi
dan artistik tidak ada secara khusus waktu
untuk penjelasannya tetapi materi itu disisipkan
selama proses pendampingan pembuatan
pentas.
4. Bagaimana cara anda merumuskan
bentuk aktivitas pembelajaran drama
pada siswa di sekolah?
Aktivitasnya pembelajaran lebih banyak ke
praktik dengan membagi siswa ke dalam
kelompok. Tujuannya adalah semua siswa
mendapat kesempatan untuk mencobakannya
di dalam kelompok. Jadi, siswa diberikan tugas
dalam kelompok, mereka mencari tahu dalam
kelompok dan melatihkan dalam kelompok,
lalu mempresentasikan hasil pencarian mereka
di kelas. Selain itu juga sejak awal siswa
diberitahukan bahwa tujuan akhirnya akan ada
produk berupa pementasan sehingga seluruh
aktivitas diarahkan pada latihan-latihan untuk
menciptakan produk pementasan.
5. Bagaimana cara anda mengukur
kemampuan dan capaian siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran drama
di sekolah?
Penilaian yang saya lakukan dibagi menjadi
dua yaitu penilain kognitif seputar pemahaman
naskah dan penilaian keterampilan seputar
praktik pementasan drama. Untuk instrument
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
273
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
penilaiannya saya menggunakan rubrik dengan
kriteria yang sudah saya tentukan. Pada
penugasan penilain kognitif, rubrik mengacu
pada kesesuaian unsur-unsur intrinsik drama.
Jadi penilaian lebih berpacu pada penilain
guru.
6. Apakah Anda mengintegrasikan
pembelajaran drama di sekolah dengan
perkembangan teknologi yang
mendukung pembelajaran dan
pertunjukan drama?
Saya hanya menyisipkan saja materi seputar
teknologi-teknologi yang digunakan dalam
pementasan drama. Sifatnya lebih seperti
obrolan kepada siswa saat proses. Untuk
pemanfaatan sinematografi, siswa justru lebih
aktif dengan inisiasi ide mereka karena
generasi hari ini yang sudah dekat dengan
teknologi.
7. Bagaimana cara Anda mengajarkan
teknologi-teknologi yang digunakan
dalam pertunjukan drama di berbagai
aspek artistiknya?
Saya tidak memberikan waktu khusus untuk
mengajarkan itu. Materi itu diberikan selaras
dengan proses latihan. Cara mereka belajar pun
lebih pada kreativitas siswa untuk
bereksplorasi. Selain itu ketika pementasan,
penggunaan lampu dan sound system bisa sewa
dan diserahkan pada orang yang memang lebih
mengerti dan memahami. Maka dari itu,
penerapan teknologi tidak dimasukkan dalam
penilaian siswa.
8. Apakah Anda mengalami kesulitan dan
kendala dalam pengajaran drama di
sekolah baik dari segi konsep
pengetahuan drama, teknik-teknik
aplikatif drama yang dibutuhkan, dan
penciptaan pertunjukan drama?
Kendala pribadi adalah kekurangan
pengalaman dalam berkecimpung di teater
sehingga kekurangan ide untuk
mengembangkan model pelatihan teknik-
teknik. Kemudian, saya kurang memahami
juga tujuan dari sebuah bentuk latihan sehingga
saya perlu belajar sendiri untuk memberikan
pemahaman pada siswa tentang tujuan sebuah
bentuk latihan. Jadi pemahaman saya tentang
pembelajaran drama, lebih banyak saya
dapatkan dari saya bergabung dengan
kelompok teater saat kuliah bukan dari
pembelajaran regular perkuliahan.
Kendala lain yang saya amati dari rekan-rekan
saya adalah ada beberapa rekan saya yang lebih
memilih membayar orang yang professional
untuk membantu siswa membuat pentas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
274
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
Kesannya kemudian guru pengampu hanya
lepas tangan tahunya jadi dengan membayar
orang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
275
PENGEMBANGAN BUKU AJAR DRAMA BERBASIS
TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE
UNTUK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
Oleh:
J.B. Judha Jiwangga, S.Pd.
Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2020
INSTRUMEN Wawancara Guru Bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
276
Wawancara Guru
Nama : Dewi Puji Lestari, S.Pd.
Sekolah : SMAK Santo Hendrikus Surabaya
Alamat Sekolah : Jl. Arief Rachman Hakim No. 40-44, Sukolilo,
Surabaya Barat.
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
A. Pembelajaran Drama di Sekolah Menengah
1.
Apa sajakah kemampuan yang perlu
dikuasai oleh siswa ketika belajar
mengenai naskah drama berdasarkan
kurikulum yang berlaku dan
pengalaman pengajaran Anda di
sekolah?
Yang pertama siswa harus memahami dulu
unsur-unsur dalam naskah drama, baik intrinsik
maupun ekstrinsik. Selain itu, siswa juga harus
punya referensi seputar naskah drama yang
sudah ada dengan membaca naskah-naskah
drama yang ada. Nah, setelah itu siswa harus
bisa membuat naskah drama dengan bekal
pengalaman belajar secara teoritis dan literasi
naskah yang sudah dibaca.
2.
Apa sajakah kemampuan yang perlu
dikuasai oleh siswa ketika belajar
mengenai pertunjukan drama
berdasarkan kurikulum yang berlaku
dan pengalaman pengajaran Anda di
sekolah?
Pertama siswa belajar tentang subbidang yang
mendukung pementasan drama baik secara
produksi maupun artistik. Dari itu, siswa akan
belajar mengenai sistem kerja baik di atas
panggung maupun belakang panggung. Nah,
selain itu, siswa juga harus belajar mengenai
teknik-teknik bermain peran serta unsur artistik
lainnya.
3. Bagaimana cara Anda memetakan
materi drama yang hendak diajarkan
pada siswa di sekolah?
Pertama, saya mengajarkan jenis-jenis teater
yang ada sekaligus teori-teori tentang drama.
Setelah materi seputar konsep, saya kemudian
mengajarkan tentang struktur organisasi dalam
drama baik secara produksi maupun artistik.
Nah, setelah itu mereka akan masuk ke project
pementasan yang dilakukan oleh siswa sendiri.
Selama penyusunan project itu, saya
memberikan teknik-teknik yang mendukung
penerapan pementasan drama. Yang lebih rinci
adalah materi-materi bermain peran. Sedangkan,
materi artistik lainnya, sifatnya lebih
pendampingan selama proses. Selain itu ada
muatan materi pendidikan karakter karena di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
277
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
setiap teknik latihan pasti ada capaian dari sisi
karakter yang hendak diolah.
4. Bagaimana cara anda merumuskan
bentuk aktivitas pembelajaran drama
pada siswa di sekolah?
Karena ekstrakurikuler, saya merumuskan
kegiatan yang lebih santai dengan
mengutamakan aspek keterampilan. Saya lebih
memperbanyak praktik daripada teori. Jadi,
model aktivitasnya hanya, pertama saya berikan
gambaran singkat, siswa bereksplorasi, lalu
siswa presentasi hasil eksplorasi kemudian
diskusi bersama mengenai hasil latihan.
5. Bagaimana cara anda mengukur
kemampuan dan capaian siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran drama
di sekolah?
Saya menggunakan rubrik yang formnya sudah
diberikan oleh sekolah. Rubrik penilain yang
digunakan berbeda dengan proses regular
pembelajaran kelas. Nah rubrik penilaian
ekstrakurikuler lebih mengarah pada penilain
psikomotorik dan sikap.
Selain itu saya menggunakan penilaian proses
juga untuk mengamati perkembangan siswa
yang terlibat di ekskul. Saya menggunakan
jurnal pengamatan untuk mencatat tiap
perkembangan siswa dalam kegiatan ekskul.
6. Apakah Anda mengintegrasikan
pembelajaran drama di sekolah
dengan perkembangan teknologi yang
mendukung pembelajaran dan
pertunjukan drama?
Kalau pengajaran teknologi hanya seputar
penggunaan secara sederhana seperti
penggunaan backsound dan tidak menggunakan
lampu. Jadi pengajaran seputar teknologi dalam
drama hanya dijelaskan secara konsep umum
saja.
7. Bagaimana cara Anda mengajarkan
teknologi-teknologi yang digunakan
dalam pertunjukan drama di berbagai
aspek artistiknya?
Cara mengajarnya hanya saya berikan konsep
umumnya sepemahaman saya dan juga dari
contoh-contoh video yang ada. Selebihnya, saya
mengembalikan kepada kreativitas siswa untuk
bereksplorasi sendiri. Saya juga mengajak siswa
saya untuk bereksplorasi tentang drama dan
sinematografi tetapi itu berkolaborasi dengan
ekskul lain yaitu ekskul fotografi.
8. Apakah Anda mengalami kesulitan
dan kendala dalam pengajaran drama
di sekolah baik dari segi konsep
pengetahuan drama, teknik-teknik
aplikatif drama yang dibutuhkan, dan
Secara penyampaian materi kendalanya adalah
kurangnya referensi mengenai subbidang
produksi dan artistik dalam pementasan drama.
Hal itu terjadi karena saya ketika kuliah hanya
pernah menjadi aktor dan sutradara sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
278
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
penciptaan pertunjukan drama? bidang-bidang lain saya kurang fasih
memberikan penjelasan. Selain itu karena waktu
kuliah hanya dijelaskan teori tapi tidak
mendetail, saya pun hanya mampu menjelaskan
secara teori. Itu saya amati dari rekan-rekan
pengajar lainnya yang mungkin belum memiliki
pengalaman teater, mereka hanya mengajarkan
konsep drama hanya sebatas teori. Maka kalau
di tempat saya dapat dibedakan bahwa pentas
kelas dengan pentas ekskul teater berbeda
kualitasnya, baik secara pemahaman maupun
praktiknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
279
PENGEMBANGAN BUKU AJAR DRAMA BERBASIS
TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE
UNTUK MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA
DAN SASTRA INDONESIA
Oleh:
J.B. Judha Jiwangga, S.Pd.
Program Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
2020
INSTRUMEN Wawancara Guru Bahasa Indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
280
Wawancara Guru
Nama : Elizabeth Rizki S.Pd.
Sekolah : SMPK 5 Penabur Jakarta dan SMPK 2 Penabur
Jakarta
Alamat Sekolah : Jln. Tarum Barat Blok KK Cipinang, Jakarta
Timur dan Jln. Pembangunan III No. 1, Petojo.
Jakarta Pusat
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
A. Pembelajaran Drama di Sekolah Menengah
1.
Apa sajakah kemampuan yang perlu
dikuasai oleh siswa ketika belajar
mengenai naskah drama
berdasarkan kurikulum yang
berlaku dan pengalaman pengajaran
Anda di sekolah?
Kalau saya yang pertama adalah mengajak siswa
untuk masuk ke dalam cerita, memposisikan diri
mereka bahwa diri mereka ada dalam cerita
tersebut. Tujuannya adalah ada sikap apresiatif
dulu dari siswa. Selanjutnya baru masuk ke unsur-
unsur intrinsik yang ada dalam naskah. Itu pun
harus didukung dengan penggunaan contoh video
untuk memberikan gambaran riil bagi siswa.
Selanjutnya diharapkan juga kemudian siswa juga
bisa membuat naskah sendiri yang ditampilkan di
acara tertentu sekolah.
2.
Apa sajakah kemampuan yang perlu
dikuasai oleh siswa ketika belajar
mengenai pertunjukan drama
berdasarkan kurikulum yang
berlaku dan pengalaman pengajaran
Anda di sekolah?
Capaian pertama adalah siswa dapat memerankan
peran dengan cara bermonolog sehingga dapat
melatih imajinasi mereka. Minimal mereka berani
untuk bermonolog kemudian baru belajar tentang
permainan drama secara asambel.
3. Bagaimana cara Anda memetakan
materi drama yang hendak diajarkan
pada siswa di sekolah?
Pemetaan materi sudah dilakukan oleh yayasan
melalui forum guru-guru seni di yayasan sehingga
materi yang diajarkan dan diambil dari satu. Jadi,
semacam modul panduan untuk guru. Nah di sana
berisi teori dan bentuk praktiknya.
Untuk jenjang kelas 8 di SMP, dimulai dengan
pemahaman tentang teori-teori teater rakyat atau
teater tradisional lalu tingkatan selanjutnya adalah
pembelajaran seputar artistik panggung. Jadi
materi sampai ke jenjang penerapan tata rias, tata
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
281
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
busana, tata lampu, dll.
4. Bagaimana cara anda merumuskan
bentuk aktivitas pembelajaran
drama pada siswa di sekolah?
Model aktivitasnya biasanya adalah memberikan
contoh video kepada siswa, lalu penjelasan dari
guru tentang materi yang berhubungan dengan
video dan tema pembelajaran, lalu siswa
mencoba. Selama ini, lebih banyak saya
menggunakan ceramah ketika teori lalu baru
praktik oleh siswa. Selain itu pembelajaran
diarahkan pada produk dengan pemetaan setiap
semester 2 produk pementasan. Tetapi saya
biasanya lebih dari 2 produk dalam satu tahun
pembelajaran. Biasanya produk yang saya jadikan
penugasan berupa rekaman-rekaman siswa.
5. Bagaimana cara anda mengukur
kemampuan dan capaian siswa
setelah mengikuti proses
pembelajaran drama di sekolah?
Penilaian yang saya lakukan menggunakan rubrik
yang berisi tentang teknik-teknik yang dijadikan
penugasan. Jadi rubrik yang disusun haru bisa
menilai teknik-teknik yang bersifat aplikatif.
Selain itu saya juga menggunakan penilaian
proses dengan memanfaatkan jurnal pengamatan
baik dilakukan oleh guru maupun antarsiswa.
6. Apakah Anda mengintegrasikan
pembelajaran drama di sekolah
dengan perkembangan teknologi
yang mendukung pembelajaran dan
pertunjukan drama?
Karena fasilitas sekolah tidak mendukung
fasilitasnya, jadi pembelajarannya tidak sampai ke
penerapan tetapi hanya pemehaman umum. Nah,
pemahaman umum biasanya saya tunjukan
melalui contoh video pementasan.
7. Bagaimana cara Anda mengajarkan
teknologi-teknologi yang digunakan
dalam pertunjukan drama di
berbagai aspek artistiknya?
Cara saya mengajarkannya lebih banyak
menggunakan video sehingga mereka punya
gambaran.
8. Apakah Anda mengalami kesulitan
dan kendala dalam pengajaran
drama di sekolah baik dari segi
konsep pengetahuan drama, teknik-
teknik aplikatif drama yang
dibutuhkan, dan penciptaan
pertunjukan drama?
Kendalanya yang pertama ada di penguasaan
materi karena saya tidak pernah belajar mengenai
teater tradisional ketika di sekolah. Jadi secara
konsep dan praktik saya belum punya referensi.
Yang kedua adalah pengajaran ekspresi karena
tidak pernah dapat secara regular di kuliah. Saya
hanya mendapatkannya di luar kuliah. Itu pun
hanya dua kali. Kendala lain ketika saya melihat
rekan guru lainnya, saya melihat guru lain hanya
memberikan waktu yang singkat untuk persiapan
pementasan pada siswa. Menurut saya itu tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
282
No. Aspek yang ditanyakan Jawaban
masuk akal karena persiapannya pasti tidak
matang. Penugasan itu menurut saya terlalu
memaksakan siswa tanpa ada ruang dan waktu
belajar yang cukup. Kesulitan lainnya saya juga
diberikan tugas untuk mengurus pementasan
sekolah, apalagi bentuknya drama musikal.
Apalagi, saya belum pernah mendapatkan
pengajaran seputar itu walaupun saya pernah ikut
pentas musikal satu kali.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
283
KISI-KISI INSTRUMEN KUESIONER MAHASISWA
Kisi-kisi instrumen kuesinoner mahasiswa yang disusun mengacu pada
judul penelitian yang dilakukan yaitu Pengembangan Buku Ajar Drama Berbasis
Technological Pedagogical Content Knowledge untuk Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Kisi-kisi yang disusun memuat dua
puluh tiga puluh butir pertanyaan serta peryataan yang diajukan kepada mahasiwa
baik yang sudah menempuh maupun belum menempuh mata kuliah Pergelaran
Sastra di prodi PBSI, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pernyataan tertutup
dijabarkan dalam lima aspek yang dianggap mencakup tema penelitian yaitu
aspek visi-misi prodi, aspek pedagogical (pengajaran), aspek content (materi),
aspek technological (teknologi) dan aspek knowledge (pengetahuan umum).
Pertanyaan terbuka dijabarkan dalam dua pertanyaan untuk memberikan evaluasi
guna pengembangan dan perbaikan perkuliahan Pergelaran Sastra. Berbagai
rumusan pernyataan dan pertanyaan tersebut bertujuan sebagai analisis kebutuhan
untuk menyusun desain produk dan produk buku ajar drama.
Pernyataan Tertutup
No. Aspek Indikator
Nomor
Butir
Soal
Aspek
Soal
Kunci
Jawaban
Jumlah
Soal
Tiap
Aspek
1. Materi Drama
(Content)
Unsur
dramaturgi
1 Kognitif SS
8
2 Kognitif STS
3 Kognitif SS
Ruang lingkup
pertunjukan
drama
4 Kognitif SS
5 Konatif SS
6 Kognitif SS
7 Kognitif SS
8 Kognitif STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
284
2.
Pengajaran
Drama
(Pedagogical)
Kisi-kisi
drama dalam
kurikulum
nasional mata
pelajaran
bahasa
Indonesia
9 Kognitif SS
9
10 Konatif STS
11 Kognitif STS
Aktivitas
pembelajaran
drama
12 Kognitif SS
13 Afektif SS
Evaluasi
pembelajaran
drama
14 Kognitif SS
15 Kognitiff STS
Pemilihan
media
pembelajaran
drama
16 Konatif SS
17 Konatif SS
3
Teknologi
dalam Drama
(Technological)
Pemahaman
umum
teknologi
dalam drama
18 Afektif SS
8
19 Kognitif STS
20 Konatif SS
Ranah dan
jenis teknologi
dalam
pertunjukan
drama
21 Kognitif SS
22 Kognitif STS
23 Kognitif SS
24 Kognitif SS
25 Kognitif SS
4
Wawasan
tentang Drama
(Knowledge)
Apresiasi
terhadap karya
drama
26 Konatif STS
8
27 Konatif SS
28 Konatif SS
29 Konatif STS
Pengalaman
dalam ruang
lingkup drama
30 Afektif SS
31 Kognitif SS
32 Kognitif SS
33 Konatif STS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
285
Jumlah 33
HASIL JAWABAN KUESIONER VIA GOOGLE FORM
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
286
PENILAIAN DESAIN PRODUK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
287
KISI-KISI VALIDASI DESAIN PRODUK RPS PERGELARAN SASTRA
PENELITIAN PENGEMBANGAN BUKU AJAR DRAMA BERBASIS
TECHNOLOGICAL PEDAGOGICAL CONTENT KNOWLEDGE UNTUK
MAHASISWA PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
VALIDATOR ASPEK CONTENT DAN KNOWLEDGE DRAMA
No Aspek Nomor
Pernyataan Indikator Skor
1.
Kesesuaian rumusan
materi pembelajaran
dalam mata kuliah
Pergelaran Sastra
1 Pertemuan 1
Dramaturgi Realis
1
2
Pertemuan 2
Penyutradaraan
Realis
0
3
Pertemuan 3
Organisasi
Pertunjukan
0
4 Pertemuan 4
Keaktoran
1
5 Pertemuan 5
Tata Suara
1
6
Pertemuan 6
Tata Cahaya dan
Tata Latar
1
7
Pertemuan 7
Tata Rias dan Tata
Busana
1
8
Pertemuan 8
Pertunjukan Drama
Realis
1
Jumlah Skor 6
Rerata 0,75
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
288
VALIDATOR ASPEK PEDAGOGICAL
Keselarasan Capaian Pembelajaran Lulusan dengan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah
No Aspek Poin
Pernyataan Indikator Skor
1.
Kesesuaian Capaian
Pembelajaran Lulusan
dengan Capaian
Pembelajaran Mata Kuliah
1 PP 1 dengan CPM 1 1
2 PP 1 dengan CPM 2 1
3 PP 1 dengan CPM 3 1
4 PP 1 dengan CPM 4 1
5 PP 1 dengan CPM 5 1
6 PP 1 dengan CPM 6 1
7 S 11 dengan CPM 13 1
8 KK 1 dengan CPM 10 1
9 KK 1 dengan CPM 11 1
10 KU 1 dengan CPM 7 1
11 KU 1 dengan CPM 8 1
12 KU 1 dengan CPM 9 1
13 KU 7 dengan CPM 12 1
Jumlah Skor 13
Rerata 1
Keselarasan Capaian Pembelajaran Mata Kuliah, Capaian Pembelajaran Mata Kuliah dan Indikator
Ketercapaian/Kompetensi
No Aspek Poin
Pernyataan Indikator Skor
1.
Kesesuaian Capaian
Pembelajaran Mata Kuliah,
Capaian Pembelajaran
Mata Kuliah dan Indikator
Ketercapaian/Kompetensi
1 CPM 1, K 1.1, dan IK 1.1.1 1
2 CPM 2, K 2.1, dan IK 2.1.1 1
3 CPM 3, K 3.1, dan IK 3.1.1 1
4 CPM 4, K 4.1, dan IK 4.1.1 1
5 CPM 5, K 5.1, dan IK 5.1.1 1
6 CPM 5, K 6.1, dan IK 6.1.1 1
7 CPM 5, K 7.1, dan IK 7.1.1 0
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
289
8 CPM 6, K 8.1, dan IK 8.1.1 1
9 CPM 7, K 1.3, dan IK 1.3.3 0
10 CPM 8, K 2.3, dan IK 2.3.3 0
11 CPM 9, K 3.3, dan IK 3.3.3 0
12 CPM 10, K 4.3, dan IK 4.3.3 1
13 CPM 11, K 5.3, dan IK 5.3.3 0
14 CPM 11, K 6.3, dan IK 6.3.3 0
15 CPM 11, K 7.3, dan IK 7.3.3 0
16 CPM 12, K 8.3, dan IK 8.3.3 1
17 CPM 13, K 1.2, dan IK 1.2.2 1
18 CPM 13, K 2.2, dan IK 2.2.2 1
19 CPM 13, K 3.2, dan IK 3.2.2 1
20 CPM 13, K 4.2, dan IK 4.2.2 1
21 CPM 13, K 5.2, dan IK 5.2.2 1
22 CPM 13, K 6.2, dan IK 6.2.2 1
23 CPM 13, K 7.2, dan IK 7.2.2 1
24 CPM 13, K 8.2, dan IK 8.2.2 1
Jumlah Skor 17
Rerata 0,71
Keselarasan Kompetensi, Materi Pembelajaran, Prosses Pembelajaran, dan Evaluasi
No Aspek Nomor
Pernyataan Indikator Skor
1.
Keselarasan Kompetensi,
Materi Pembelajaran,
Prosses Pembelajaran, dan
Evaluasi
1 Pertemuan 1 1
2 Pertemuan 2 1
3 Pertemuan 3 1
4 Pertemuan 4 1
5 Pertemuan 5 1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
290
6 Pertemuan 6 1
7 Pertemuan 7 1
8 Pertemuan 8 1
Jumlah Skor 8
Rerata 1
VALIDATOR ASPEK TECHNOLOGICAL
Integrasi Kompetensi, Materi Pembelajaran, Prosses Pembelajaran, dan Evaluasi Berbasis
Teknologi
No Aspek Nomor
Pernyataan Indikator Skor
1.
Kesesuaian Integrasi
Kompetensi, Materi
Pembelajaran, Prosses
Pembelajaran, dan Evaluasi
Berbasis Teknologi
1 Pertemuan 1 0
2 Pertemuan 2 0
3 Pertemuan 3 0
4 Pertemuan 4 0
5 Pertemuan 5 1
6 Pertemuan 6 1
7 Pertemuan 7 1
8 Pertemuan 8 1
Jumlah Skor 4
Rerata 0,5
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
291
PENILAIAN PRODUK
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
292
KISI-KISI INSTRUMEN KUESIONER PENILAIAN PRODUK
UNTUK AHLI BAHAN AJAR
Pernyataan Tertutup
No. Aspek Indikator
Nomor
Butir
Soal
Rumusan
Pernyataan Skor
Jumlah
Soal
Tiap
Aspek
1.
Kelayakan
Tata Letak
dan Desain
Grafis dalam
Buku Ajar
Kemenarikan
Tata Letak
dan desain
grafis buku
ajar
1
Halaman sampul
buku ajar
menarik sehingga
mengundang
minat baca bagi
mahasiswa
3 2
Komposisi tata
letak dan desain
grafis buku ajar
menarik sehingga
menarik untuk
dibaca bagi
mahasiswa.
3
Komposisi tata
letak dan desain
grafis tidak
mengganggu
substansi buku
ajar.
Penggunaan
ilustrasi foto
atau gambar
dalam buku
ajar
4
Penggunaan
ilustrasi gambar
dan foto
membuat buku
ajar menarik
untuk dibaca.
2
5
Penggunaan
ilustrasi gambar
dan foto
menunjang
penjelasan dan
pemaparan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
293
substansi.
2.
Kelayakan
Materi Video
Suplemen
Pembelajaran
Keselarasan
materi dalam
buku ajar
dan video
suplemen
pembelajaran
6
Susunan materi
dalam video
suplemen
pembelajaran
dapat menjadi
penunjang
pemaparan isi
buku ajar.
3 7
Susunan materi
dalam video
suplemen
pembelajaran
selaras dengan
pemaparan teoritis
dalam buku ajar.
8
Pemaparan hal-hal
praktis dalam
video
pembelajaran
dapat memberikan
gambaran praktik
dalam proses
penyusunan drama
realis.
Tampilan
video
suplemen
pembelajaran
9
Kualitas gambar
dan suara baik
sehingga menarik
untuk dilihat dan
disimak.
2
10
Kemasan video
suplemen
pembelajaran
menarik dan dapat
membantu
pemahaman
mahasiswa dalam
menggunakan
buku ajar.
3.
Pemanfaatan
teknologi
dalam buku
ajar
Integrasi
teknologi
dalam
aktivitas
11
Perumusan
aktivitas buku ajar
menggunakan
pemanfaatan
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
294
berbagai akses
teknologi untuk
media
pembelajaran.
Integrasi
teknologi
dalam materi
12
Perumusan materi
buku ajar juga
mengacu pada
penggunaan
teknologi yang
dibutuhkan dalam
bidang ilmu yang
dipelajari.
1
Integrasi
teknologi
dalam
penugasan
13
Perumusan
penugasan buku
ajar juga mengacu
pada pemanfaatan
teknologi yang
relevan untuk
pengerjaan tugas
1
Penggunaan
Video
suplemen
pembelajaran
14
Keselarasan
pemanfaatan video
pembelajaran
sebagai media
pembelajaran
berbasis teknologi
dengan buku ajar
1
KISI-KISI INSTRUMEN KUESIONER PENILAIAN PRODUK
UNTUK AHLI BAHASA
Pernyataan Tertutup
No. Aspek Indikator Nomor
Butir
Rumusan
Pernyataan Skor Jumlah
Soal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
295
Soal Tiap
Aspek
1.
Aspek
Penulisan
dan
Penggunaan
Bahasa
dalam Buku
Ajar
Kejelasan
penggunaan
bahasa
dalam buku
ajar.
1
Penggunaan bahasa
pada buku ajar tidak
berbelit-belit dan
lugas sehingga
mempermudah dalam
penjelasan materi
3
2
Penggunaan bahasa
pada buku ajar sesuai
dengan tingkat dan
model penggunaan
bahasa Indonesia di
lingkup mahasiswa.
3
Penggunaan bahasa
mampu memperjelas
panduan dan instruksi
dalam buku ajar.
Kaidah
penulisan
dan
penggunaan
bahasa
dalam buku
ajar.
4
Penggunaan bahasa
dalam buku ajar telah
sesuai dengan kaidah
penulisan buku ajar.
2
5
Penggunaan bahasa
dalam buku ajar telah
sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia
yang baik dan benar.
Sistem
penulisan
rujukan
daftar
pustaka
6
Penggunaan sistem
rujukan endnote
dalam tiap bab sudah
memenuhi kriteria
penulisan rujukan.
2
7
Penulisan daftar
pustaka telah
memenuhi kaidah
penulisan rujukan.
KISI-KISI INSTRUMEN KUESIONER PENILAIAN PRODUK
UNTUK AHLI DRAMA
Pernyataan Tertutup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
296
No. Aspek Indikator
Nomor
Butir
Soal
Rumusan
Pernyataan Skor
Jumlah
Soal
Tiap
Aspek
1.
Kelayakan
Materi
dalam
Buku Ajar
Susunan
Materi
Drama
Realis
1
Daftar materi yang
dicantumkan dalam
buku ajar telah
memenuhi kebutuhan
untuk mempelajari
pembelajaran
pertunjukan drama
realis
2
2
Urutan materi yang
dicantumkan dalam
buku ajar telah
memenuhi kebutuhan
untuk mempelajari
pembelajaran
pertunjukan drama
realis
7
Keselarasan
penjabaran materi
buku ajar dengan
video suplemen
pembelajaran
Penjabaran
konsep,
kaidah, dan
penerapan
drama realis.
3
Penjelasan pengertian,
konsep dan kaidah
pertunjukan drama
realis di dalam buku
ajar telah memenuhi
teori-teori pertunjukan
drama realis.
2
4
Penjelasan langkah-
langkah dan teknik
penciptaan
pertunjukan drama
realis di dalam buku
ajar telah memenuhi
konvensi pertunjukan
drama realis.
Rumusan
latihan
untuk
mengasah
5
Perumusan aktivitas
mampu
mencerminkan
kemampuan yang
harus dikuasai untuk
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
297
keterampilan
drama
mempelajari proses
penciptaan
pertunjukan drama
realis.
6
Perumusan penugasan
mampu
mencerminkan
kemampuan yang
harus dikuasai untuk
mempelajari proses
penciptaan
pertunjukan drama
realis.
KISI-KISI INSTRUMEN KUESIONER PENILAIAN PRODUK
UNTUK AHLI PEDAGOGI
Pernyataan Tertutup
No. Aspek Indikator
Nomor
Butir
Soal
Rumusan
Pernyataan Skor
Jumlah
Soal
Tiap
Aspek
1.
Keselarasan
Aspek
Pedagogi
dalam
Desain RPS
dan Buku
Ajar
Keseuaian
kompetensi
di RPS
dengan buku
ajar.
1
Deskripsi mata
kuliah Pergelaran
Sastra di dalam
desain RPS telah
tertuang dalam
buku ajar drama.
3
2
Deskripsi capaian
pembelajaran mata
kuliah Pergelaran
Sastra di dalam
desain RPS telah
tertuang dalam
buku ajar drama.
3 Deskripsi
kompetensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
298
Pergelaran Sastra
di dalam desain
RPS telah tertuang
dalam buku ajar
drama.
Kesesuaian
materi di
RPS dengan
buku ajar.
4
Rincian materi di
dalam desain RPS
telah tertuang
dalam pembagian
subbab di buku ajar
drama.
1
Kesesuaian
aktivitas di
RPS dengan
buku ajar.
5
Rincian aktivitas di
dalam desain RPS
telah tertuang
dalam bagian
aktivitas pada
subbab Mari
Berlatih di buku
ajar drama.
1
Kesesuaian
penugasan
dan evaluasi
di RPS
dengan buku
ajar.
6
Rincian penugasan
di dalam desain
RPS telah tertuang
dalam bagian
penugasan pada
subbab Mari
Berlatih di buku
ajar drama.
8
7
Penugasan
mengakomodasi
tingkatan HOTS
pada ranah
pengetahuan yaitu
C4 dan C5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
299
8
Penugasan
mengakomodasi
tingakatan HOTS
pada ranah
keterampilan baik
keterampilan
motorik maupun
keterampilan
abstrak yaitu P3
dan P4.
9
Penugasan
mengakomodasi
tingkatan HOTS
pada ranah sikap
yaitu A4 dan A5.
10
Rincian aspek
penilaian di dalam
desain RPS telah
tertuang dalam
bagian kriteria
penilaian pada
subbab Mari
Berlatih di buku
ajar drama.
11
Kriteria penilaian
dalam buku ajar
telah memperinci
indikator penilaian
ranah pengetahuan
tingkatan C4 dan
C5.
12 Kriteria penilaian
dalam buku ajar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
300
telah memperinci
indikator penilaian
ranah keterampilan
tingkatan P3 dan
P4.
13
Kriteria penilaian
dalam buku ajar
telah memperinci
indikator penilaian
ranah sikap
tingkatan A4 dan
A5.
2.
Pemanfaatan
teknologi
dalam buku
ajar
Integrasi
teknologi
dalam
aktivitas
14
Perumusan
aktivitas buku ajar
menggunakan
pemanfaatan
berbagai akses
teknologi untuk
media
pembelajaran.
1
Integrasi
teknologi
dalam materi
15
Perumusan materi
buku ajar juga
mengacu pada
penggunaan
teknologi yang
dibutuhkan dalam
bidang ilmu yang
dipelajari.
1
Integrasi
teknologi
dalam
penugasan
16
Perumusan
penugasan buku
ajar juga mengacu
pada pemanfaatan
teknologi yang
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
301
relevan untuk
pengerjaan tugas
Video
Suplemen
Pembelajaran
17
Keselarasan
pemanfaatan video
pembelajaran
sebagai media
pembelajaran
berbasis teknologi
dengan buku ajar
1
KISI-KISI INSTRUMEN KUESIONER PENILAIAN PRODUK
UNTUK MAHASISWA
Pernyataan Tertutup
No. Aspek Indikator
Nomor
Butir
Soal
Rumusan
Pernyataan Skor
Jumlah
Soal
Tiap
Aspek
1.
Kelayakan
Materi dalam
Buku Ajar
Penjabaran
materi dalam
buku ajar
1
Penjelasan
pengertian, konsep
dan kaidah
pertunjukan drama
realis di dalam
buku ajar mudah
untuk dimengerti
4 2
Penjelasan
langkah-langkah
dan teknik
penciptaan
pertunjukan drama
realis di dalam
buku ajar mudah
untuk dimengerti
Aktivitas
dalam buku
ajar
3
Perumusan
aktivitas menarik
dan mampu
mengasah
kemampuan yang
harus dikuasai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
302
untuk menciptakan
pertunjukan drama
realis.
Penugasan
dalam buku
ajar
4
Perumusan tugas
dapat dikerjakan
oleh mahasiswa
2.
Aspek
Penulisan
dan
Penggunaan
Bahasa
dalam Buku
Ajar
Penggunaan
bahasa
dalam buku
ajar
5
Penggunaan
bahasa pada buku
ajar tidak berbelit-
belit dan lugas
sehingga
mempermudah
dalam penjelasan
materi
2
6
Penggunaan
bahasa mampu
memperjelas
panduan dan
instruksi dalam
buku ajar.
3.
Kelayakan
Tata Letak
dan Desain
Grafis dalam
Buku Ajar
Kemenarikan
Tata Letak
dan desain
grafis buku
ajar
7
Halaman sampul
buku ajar menarik
sehingga
mengundang minat
baca bagi
mahasiswa.
5
8
Komposisi tata
letak dan desain
grafis buku ajar
menarik sehingga
menarik untuk
dibaca bagi
mahasiswa.
9
Komposisi tata
letak dan desain
grafis tidak
mengganggu
substansi buku
ajar.
Penggunaan
ilustrasi foto
atau gambar
dalam buku
10
Penggunaan
ilustrasi gambar
dan foto
membuat buku
ajar menarik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
303
ajar untuk dibaca.
11
Penggunaan
ilustrasi gambar
dan foto
menunjang
penjelasan dan
pemaparan
substansi.
4.
Kelayakan
Materi Video
Suplemen
Pembelajaran
Isi materi
dalam video
suplemen
pembelajaran
12
Susunan materi
dalam video
suplemen
pembelajaran
dapat menjadi
penunjang
pemaparan isi
buku ajar.
5
13
Susunan materi
dalam video
suplemen
pembelajaran
selaras dengan
pemaparan teoritis
dalam buku ajar.
14
Pemaparan hal-hal
praktis dalam
video
pembelajaran
dapat memberikan
gambaran praktik
dalam proses
penyusunan drama
realis.
Tampilan
video
suplemen
pembelajaran
15
Kualitas gambar
dan suara baik
sehingga menarik
untuk dilihat dan
disimak.
16
Kemasan video
suplemen
pembelajaran
menarik dan dapat
membantu
pemahaman
mahasiswa dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
304
menggunakan
buku ajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI