Post on 02-Jul-2015
46 x 2500 = 115.000
MANAJEMEN KUALITAS TOTAL DAN PILIHAN SISTEM GANJARAN DAN
INFORMASI
Ittner, Christopher D and David F. Larcker. 1995. Total
quality management and choice of information and reward
system. Journal of Accounting Research volume 33, pp. 1-
34
1. Pendahuluan
Paper ini mengkaji asosiasi antara penggunaan
praktek manufacturing maju dengan pilihan sistem
informasi dan ganjaran, dan menyelidiki dampak tiga
pilihan kinerja organisasi. Walaupun praktek
manufacturing maju seperti manajemen kualitas total (TQM)
telah digunakan secara luas selama beberapa dekade lalu,
survey menunjukkan bahwa sebagian besar dari inisiatif
ini belum menghasilkan keuntungan ekonomi signifikan
(Matthew and Ratel, 1992 and The Economist, 1992). Banyak
peneliti akuntansi menyatakan bahwa kinerja buruk dari
banyak inisiatif manufacturing baru sebagian berhubungan
dengan penggunaan secara kontinyu sistem akuntansi
manajemen tradisional yang tidak memberikan data problem
solving yang tepat, ukuran kinerja, dan sistem ganjaran.
Kami melakukan analisis explanatory dari klaim ini dengan
menggunakan database praktek TQM pada empat negara
(Kanada, Jerman, Jepang dan Amerika Serikat) dan dua
industri (otomotif dan komputer). Walaupun manajemen
kualitas total adalah satu dari banyak inisiatif
manufacturing baru, praktek terkait dengan TQM memberikan
sebuah landasan bagi teknik manufacturing maju lainnya
seperti produksi Just In Time, flexible manufacturing,
dan reengineering proses bisnis (Jay, 1988), Davenport
(1993). Konsekuensinya, praktek TQM yang diulas
seharusnya mewakili secara luas perubahan terbaru dalam
teknik manufacturing.
Hasil kami menunjukkan bahwa praktek TQM
berorientasi produksi dasar berhubungan dengan informasi
dan sistem ganjaran yang menekankan terhadap tim dan
kinerja non keuangan, ketentuan informasi kualitas yang
lebih teratur terhadap seluruh level organisasi, dan
penggunaan teknik pengumpulan data bottom up lebih besar
dari proses kontrol statistik. Dalam perusahaan-
perusahaan dengan praktek kualitas lebih maju,
benchmarking produk, proses dan jasa lebih sering,
informasi strategis dikomunikasikan secara luas melalui
organisasi, dan laporan tentang perencanaan kualitas dan
prestasi direview lebih sering oleh dewan direktur,
mencerminkan integrasi program kualitas ke dalam strategi
bisnis organisasi keseluruhan.
Bukti juga menunjukkan bahwa dalam organisasi tanpa
program kualitas formal luas, penggunaan informasi non
tradisional dan sistem ganjaran berhubungan dengan level
kinerja lebih tinggi. Namun demikian kami tidak menemukan
dukungan terhadap proposisi bahwa, dengan membiarkan
determinan kinerja lain konstan, level kinerja tertinggi
seharusnya dicapai oleh organisasi yang menggunakan
praktek TQM sebesar-besarnya dan sistem ganjaran dan
informasi non tradisional. Yang terakhir ini menghasilkan
inkonsistensi dengan preskripsi yang disampaikan oleh
konsultan (Rommel, Kempis and Kaas 1994; Johnson, 1991).
Bagian 2 membahas implikasi TQM terhadap informasi
dan sistem ganjaran dan mengembangkan pertanyaan-
pertanyaan penelitian. Bagian 3 menjelaskan sampel dan
mereview metodologi penelitian. Statistik deskriptif
untuk sampel disampaikan dalam bagian 4 dan 5 yang
menyelidiki hubungan antara praktek TQM dengan pilihan
informasi dan sistem ganjaran. Analisis konsekuensi
kinerja dari TQM dan informasi non tradisional dan sistem
ganjaran disampaikan dalam bagian 6. Terakhir, sebuah
ringkasan penelitian dan kesimpulan disampaikan dalam
bagian 7.
2. Implikasi manajemen kualitas total terhadap
sistem ganjaran dan informasi
Manajemen kualitas total adalah sebuah filosofi
organisasi luas dan metodologi problem solving yang
berfokus kepada secara sistematis dan kontinyu
memperbaiki kualitas produk, proses dan layanan. Elemen
kunci dari TQM meliputi fokus kinerja kuat, pengembangan
dan partisipasi pegawai luas, sebuah pendekatan yang
didefinisikan dan dilaksanakan dengan baik terhadap
manajemen proses dan penekanan kuat terhadap desain
kualitas (Departemen Perdagangan Amerika Serikat, 1994).
Pendukung perbaikan kualitas menyatakan bahwa
perubahan organisasional yang dibutuhkan untuk TQM
efektif membutuhkan pendekatan baru bagi pengendalian dan
akuntansi manajemen. Secara khusus, tiga rekomendasi
telah disampaikan untuk memperbaiki praktek akuntansi
manajemen dalam lingkungan TQM: (1) menggeser distribusi
informasi antar hirarki organisasi; (2) mengumpulkan tipe
informasi baru, dan (3) sistem ganjaran yang menekankan
pada kualitas dan kinerja berbasis tim.
Berbeda dengan lingkungan manufacturing tradisional,
di mana informasi dikontrol secara ketat oleh manajemen,
teori TQM membutuhkan aliran informasi kontinyu kepada
pegawai yang benar-benar melakukan pekerjaan. Informasi
rekomendasi mempunyai dua bentuk. Pertama adalah
informasi proses untuk mengidentifikasi sumber cacat dan
memantau konsekuensi dari aktivitas-aktivitas perbaikan
(Hayes, and Clark 1998; and Johnson, 1992). Memberikan
informasi proses kepada pekerja tidak saja memfasilitasi
identifikasi dan perbaikan problem, tetapi juga mendorong
komunikasi lebih dekat dan koordinasi antara kelompok
kerja, memungkinkan problem solving cross-functional
lebih cepat, dan aliran produksi lebih lancar ( Aoki,
1986).
Kedua, penelitian tentang prioritas dan perencanaan
strategis harus dikomunikasikan secara luas dalam
organisasi (Corbett and Harrison, 1992; Atkinson, Hamburg
and Ittner, 1994). Dengan mengkomunikasikan tujuan
strategis kepada pekerja, organisasi dapat membantu
memastikan bahwa proyek perbaikan yang dipilih memberikan
kontribusi bagi sasaran bisnis lebih luas. Lagipula,
dengan mendistribusikan strategi kualitas, perencanaan
dan tujuan kepada eksekutif dan anggota dewan dan
memasukkan informasi ini ke dalam proses perencanaan
strategis, peranan TQM dalam mencapai tujuan dapat
disampaikan secara eksplisit.
Kritik praktek akuntansi manajemen tradisional
menyatakan bahwa TQM efektif juga membutuhkan informasi
yang lebih tepat waktu dan tidak terlalu agregat
dibandingkan dengan data keuangan yang disampaikan dalam
laporan akuntansi (Reeve, 1990). Daripada memberi pekerja
informasi top down seperti standar anggaran dan variance,
problem solving membutuhkan informasi detail. Informasi
proses bottom up dapat dikumpulkan oleh pegawai sendiri
dengan menggunakan teknik seperti pengendalian proses
statistik (SPC), analisis Pareto, dan bagan aliran
proses. Ketentuan informasi problem solving yang sering
mempercepat identifikasi dan perbaikan terhadap problem,
dan mendorong pembelajaran dengan memberikan umpan balik
cepat dan hubungan antara kondisi situasional dengan
respon yang tepat (Ilgen, Fisher and Taylor, 1979) dan
Ashford and Cumming, 1983).
Sumber informasi baru untuk situasi target mungkin
juga dibutuhkan (Wruck and Jensen, 1994). Satu teknik
yang direkomendasikan secara luas adalah benchmarking
produk, jasa dan praktek terhadap pesaing atau pimpinan
industri lain. Literatur kualitas menyatakan bahwa
benchmarking memungkinkan organisasi menentukan berapa
level kinerja yang dapat dicapai, menentukan tujuan
menantang tetapi dapat dicapai, dan mengidentifikasi
metode unggul untuk mendesain produk dan proses.
Terakhir, sebagian besar pendukung kualitas
menyatakan bahwa TQM membutuhkan penekanan lebih besar
terhadap ukuran kinerja non keuangan seperti kualitas dan
kepuasan konsumen (Vollman, 1990; Wruck and Jensen,
1994). Dengan menghubungkan ganjaran kepada kinerja
kualitas, teori TQM menyatakan bahwa organisasi dapat
mendorong komitmen manajemen kepada program kualitas,
mengkomunikasikan signifikansi TQM kepada seluruh pegawai
dan memastikan bahwa hasil perbaikan kualitas dianggap
sebagai hasil yang sama pentingnya dengan keuangan.
Dengan cara yang sama, karena tim memberikan landasan
bagi TQM (Ishikawa, 1976, sebagian besar ganjaran
berbasis tim mengurangi disinsentif kerjasama yang
ditimbulkan oleh kinerja ganjaran individual (Gomez-Mejia
and Balkin, 1989; Snell and Dean, 1994).
Pembahasan sebelumnya menyampaikan bahwa praktek TQM
seharusnya dikaitkan dengan sistem ganjaran dan informasi
yang berbeda dari sistem tradisional. Namun demikian
penelitian sebelumnya telah menyampaikan sedikit bukti
tentang kecocokan yang tepat antara informasi rekomendasi
dan sistem ganjaran yang diatributkan dengan praktek TQM
khusus (Daniel and REitsperger, 1991). Penelitian tentang
program TQM menunjukkan bahwa inisiatif kualitas dapat
berkisar dari program berorientasi produksi dasar sampai
pada inisiatif strategis lebih maju yang memasukkan usaha
desain produk, proses bisnis keseluruhan, dan hubungan
supplier/konsumen sebagai tambahan terhadap aktivitas-
aktivitas berorientasi produksi (Rommel, Kempis and Kaas
1994). Dengan demikian pertanyaan penelitian kami adalah
sebagai berikut:
Apakah asosiasi antara praktek TQM individual dengan
atribut sistem ganjaran dan informasi ?
Dengan asumsi praktek dan sistem ganjaran dan
informasi adalah tidak independen, perusahaan-perusahaan
yang menggunakan sistem ganjaran dan informasi non
tradisional diharapkan mencapai level kinerja lebih
tinggi untuk level aktivitas perbaikan kualitas tertentu
dibandingkan dengan mereka yang menggunakan praktek
kualitas serupa, tetapi terus menggunakan sistem
tradisional. Beberapa pendukung kualitas bahkan mengklaim
bahwa kinerja tertinggi seharusnya dicapai oleh
organisasi dengan menggunakan sebaik-baiknya aktivitas-
aktivitas TQM dan sistem ganjaran dan informasi non
tradisional (Johnson, 1992), Rommel, Kempis and Kaas ,
1994). Namun demikian, dukungan empiris untuk klaim ini
hampir tidak ada, dengan Young and Selto (1993) menemukan
sedikit bukti yang menunjukkan informasi waktu siklus dan
biaya terhadap pekerja lini untuk perbaikan kinerja
workgroup. Dengan demikian pertanyaan penelitian kedua
kami adalah sebagai berikut:
Dengan membiarkan level aktivitas TQM konstan,
apakah organisasi yang menggunakan sistem ganjaran
dan informasi non tradisional secara lebih luas
dapat mencapai level kinerja lebih tinggi ?
Kedua pertanyaan penelitian ini membentuk dasar bagi
analisis kami
3. Metodologi penelitian.
3.1 Sampel
Data kami diambil dari survey perusahaan konsultan
tentang praktek manajemen kualitas mencakup industri
komputer dan automobile di Kanada, Jerman, Jepang, dan
se. Dalam industri automotif, seluruh manufaktur mobil
dengan pabrik perakitan di Kanada, Jepang, dan Amerika
Serikat plus sampel acak dari supplier, diajak untuk
berpartisipasi. Seluruh perakit di Jerman Barat juga
dibidik, bersama-sama dengan perusahaan terbesar dalam
deret pertama kelompok supplier.
Di dalam industri komputer, perusahaan-perusahaan
diklasifikasikan menurut Dun and Bradstreet sebagai
manufaktur elektronik dan telekomunikasi. Seluruh
perusahaan-perusahaan Jerman Barat dengan penjualan
tahunan lebih dari DM 100 juta yang diklasifikasikan
sebagai manufaktur komputer dan peripheral, supplier
terhadap industri, dan manufaktur komputer dan
perlengkapan elektronik yang berhubungan dengan produk
lain diajak untuk berpartisipasi. Populasi Jepang terdiri
dari seluruh mainframe assembler dan seleksi ajak dari
supplier suku cadang mereka. Terakhir, studi membidik
sampel acak perusahaan-perusahaan Amerika dari Gartner
Group Top 100 list yang tidak diidentifikasi sebagai
supplier software, jasa, komunikasi data atau CAD/CAM
Perusahaan-perusahaan yang diajak berpartisipasi
dijamin kerahasianannya, dan sebagai imbalan terhadap
partisipasi tersebut, mereka dijanjikan laporan umpan
balik yang membandingkan respon mereka dengan skor rata-
rata untuk industri mereka. Total 249 organisasi setuju
untuk berpartisipasi, di mana menampilkan 85 persen
tingkat respon. Berdasarkan ukuran, mean (median)
organisasi mempunyai 7394 (1800) pegawai. Tabel 1
menunjukkan partisipan menurut industri dan negara.
3.2 Desain survey
Instrumen survey yang digunakan oleh perusahaan
konsultan dikembangkan dan diperbaiki dalam beberapa
tahap. Sebuah kuesioner awal diadakan berdasarkan
literatur yang ada, wawancara dengan ahli internasional
dalam perbaikan kualitas, dan kelompok fokus di empat
negara. kuesioner diuji pilot dan dimodifikasi
berdasarkan kebutuhan. Terjemahan kembali (terjemahan
kuesioner ke bahasa Inggris dan kembali lagi ke bahasa
lain) digunakan untuk menjamin bahwa terjemahan tersebut
tidak mengubah tujuan dari pertanyaan-pertanyaan. Setiap
partisipan dikunjungi oleh perwakilan dari perusahaan
konsultan atau satu dari organisasi sponsor untuk
memberikan bantuan dalam menyelesaikan survey. Secara
rata-rata 4,7 persen manajer berpartisipasi dalam
menjawab kuesioner untuk organisasi. Rata-rata manajer
mempunyai pengalaman industri 19,9 tahun dan 10,8 tahun
pengalaman dengan perusahaan yang merespon.
3.3 Ukuran manajemen kualitas total
Literatur manajemen kualitas telah mengidentifikasi
bermacam-macam praktek organisasi yang mempunyai
karakteristik manajemen kualitas total efektif.
Didasarkan pada review literatur luas, Saraph, Benson and
Schroeder (1989) menyatakan bahwa atribut kunci TQM
meliputi sebagai berikut: (1) partisipasi manajemen
puncak dalam usaha perbaikan kualitas, (2) departemen
kualitas yang melayani peranan koordinasi dan konsultasi,
(3) pelatihan pegawai luas, (4) keterlibatan seluruh
departemen yang terpengaruh dalam mendesain produk, (3)
interdependensi kuat dengan supplier dan konsumen,
termasuk asistensi dalam pengembangan produk dan
kebijakan-kebijakan pembelian yang menekankan kepada
kualitas, (6) teknik perbaikan proses yang berfokus
kepada proses bisnis keseluruhan juga operasi individual,
dan (7) keterlibatan pegawai luas, termasuk penggunaan
lingkaran kualitas dan tim, program saran, pemberdayaan
pegawai, dan inspeksi-diri karyawan,
Kami mengasumsikan bahwa praktek sebelumnya dapat
diaplikasikan antar industri dan antar negara, dan
kumpulan sampel kami. Kami menilai seberapa besar
pengadopsian TQM dengan menggunakan 41 pertanyaan-
pertanyaan survey yang berhubungan dengan atribut kunci
manajemen kualitas efektif yang disampaikan di atas.
Principal component analysis diaplikasikan untuk
mengurangi dimensionalitas dari 41 pertanyaan dan
memungkinkan perhitungan skala multi item untuk masing-
masing construct TQM. Hasil linear gabungan seharusnya
memberikan ukuran construct yang mengurangi error terkait
dengan ukuran item tunggal.
Dua belas faktor dengan Eigenvalue lebih besar dari
satu muncul, dengan solusi faktor sisanya 65 persen dari
total variance dalam data. Setelah rotasi oblique dari
solusi faktor, construct organisasi yang dihasilkan
meliputi sebagai berikut:
TRAIN: rata-rata jumlah pelatihan yang disediakan
kepada manajemen puncak , manajer menengah,
supervisor lini pertama dan personil non
manajer
EMPOW: Seberapa besar pegawai diberdayakan untuk
membuat keputusan-keputusan terkait konsumen
tanpa persetujuan pengawas
TEAM: prosentase pegawai yang terlibat dalam tim
perbaikan departemen dan lintas departemen
PROCESS: sebuah penggunaan teknik perbaikan proses
organisasi seperti proses analisis nilai,
penyederhanaan proses, studi kapabilitas
proses, dan analisis waktu siklus
CDESIGN: seberapa besar konsumen terlibat dalam
tahap desain produk
CPRODS: Pentingnya konsumen dalam identifikasi
produk dan proses baru
SPRODS: Pentingnya supplier dalam identifikasi
produk dan proses baru
QA_DEPT : peranan departemen dalam menjamin kualitas
untuk fasilitasi, pendidikan, dan problem
solving.
INSPECT: pertanggungjawaban utama untuk kepatuhan
dan inspeksi (misalnya departemen jaminan
kualitas atau pekerja produksi)
DESTTEAM: Seberapa besar tim cross functional
digunakan dalam tahap desain produk
SUGGEST: Program saran pegawai
SCHOICE: Pertimbangan faktor-faktor lain selain
harga (misalnya kualitas, reliabilitas,
kapabilitas, pengembangan hubungan strategi
jangka panjang) dalam seleksi supplier
Skor untuk masing-masing construct dihitung dengan
menstandarisasi 41 item-item kuesioner ke dalam zero mean
dan unit variance, dan kemudian menghitung rata-rata
bobot sama dari skor item-item standarisasi terkait
dengan masing-masing 12 construct.
3.4 Ukuran sistem ganjaran dan informasi
Kami menggunakan 33 pertanyaan survey untuk mengukur
pengadopsian sistem ganjaran dan informasi berorientasi
kualitas yang didukung dalam literatur manajemen kualitas
dan akuntansi manajemen. Principal component analysis
menunjukkan bahwa 33 pertanyaan dapat dikarakteristikkan
oleh tujuh faktor signifikan yang mempertahankan 66
persen dari variance dalam data. Rotasi oblique berikut
untuk solusi faktor, dan tujuh construct sistem ganjaran
dan informasi adalah meliputi
BOTTOM: penggunaan teknik pengumpulan data bottom up
seperti SPC, analisis Pareto, flowchart, dan
diagram sebab-akibat.
BENCH: Seberapa besar benchmark produk, jasa dan
proses digunakan oleh organisasi
BDINFO: Seberapa besar dewan direktur mereview
laporan dan perencanaan kualitas, problem dan
prestasi
FREQ: Frekuensi ukuran dan laporan informasi
kualitatif usaha, hasil dan konsekuensi bisnis
NFCOMP: Pentingnya kinerja non keuangan (kualitas,
market share, atau ukuran positional lainnya)
relatif terhadap kinerja keuangan (apresiasi
saham, profitabilitas, atau cash flow) dalam
menentukan kompensasi
TCOMP: Pentingnya kinerja tim relatif terhadap
kinerja individual dalam menentukan kompensasi
STRPLAN seberapa besar manajer menengah, supervisor
lini pertama dan personil non manajemen
memahami perencanaan strategis.
sama seperti construct TQM, ukuran multi item untuk
masing-masing construct sistem ganjaran dan informasi
dihitung dengan standarisasi item-item kuesioner menjadi
nol dan unit variance, dan kemudian menghitung bobot sama
dari skor standarisasi terkait dengan masing-masing
construct
3.5 Analisis Reliabilitas dan validitas
Kami melakukan sejumlah pengujian untuk menilai
reliabilitas dan validitas 12 TQM dan tujuh construct
ukuran sistem ganjaran dan informasi. reliabilitas
construct, seberapa besar kesalahan pengukuran dalam
sebuah ukuran, diestimasi dengan menggunakan koefisien
Cronbach’s Alpha. Koefisien Cronbach’s Alpha untuk
construct berkisar dari 0,51 sampai dengan 0,95, di atas
level minimum yang dapat diterima dari Nunally (196 7)
untuk penelitian tahap awal. Validitas construct didukung
oleh fakta bahwa tidak satupun pertanyaan yang digunakan
pada construct mempunyai ukuran load lebih besar dari
0,45 lebih besar dari sat faktor. Selain itu, korelasi di
antara item-item berbeda di dalam construct sama jauh
lebih besar dibandingkan dengan korelasi antara item-item
yang menjadi bagian berbeda di dalam TQM dan sistem
ganjaran dan informasi. Terakhir, interval kepercayaan
untuk korelasi di antara 12 TQM atau tujuh construct
sistem ganjaran dan informasi tidak memasukkan kesatuan
pada level signifikansi statistik konvensional, di mana
menunjukkan bahwa construct tersebut secara signifikan
berbeda.
3.6. Kinerja organisasional
Kami mengevaluasi kinerja dengan menggunakan return
on asset (ROA) sebelum pajak dan kualitas produk (QUAL).
Construct QUAL didasarkan pada rata-rata standar respon
terhadap empat pertanyaan tentang ranking relatif
organisasi terkait dengan kesesuaian, reliabilitas (da
pertanyaan) dan kualitas keseluruhan. Pertanyaan tentang
kualitas mempunyai load faktor tunggal dengan Cronbach’s
Alpha 0,88. korelasi antara ROA dengan QUAL adalah 0,12
(p=0,16, two tail), di mana menunjukkan bahwa kedua
ukuran menunjukkan dimensi berbeda laporan kinerja
organisasi
3.7. Variabel kontrol
Kami memasukkan variabel indikator negara untuk
mengontrol variasi level kinerja yang mungkin
berhubungan dengan efek negara khusus, seperti perbedaan
pesaing, prinsip-prinsip akuntansi, dan kondisi
makroekonomi. Karena kinerja mungkin juga berbeda-beda
dalam industri dan karakteristik produk, variabel
indikator digunakan untuk mengontrol tipe produk.
Pengelompokan produk di dalam industri automobile
termasuk mobil (CARS), truk ringan (OTHER FEHICLE) dan
komponen-komponen (AUTO COMPOMNENT). Organisasi komputer
dibagi lagi ke dalam manufaktur dan microcomputer
(MICROCOMPUTERS), minicomputers (MINICOMPUTERS), KOMPUTER
MAINFRAME (mainframes), dan peripherals (PERIPHERALS.
Variabel UNION digunakan untuk mengontrol aturan
kerja serikat pekerja yang mungkin mempengaruhi praktek
dan perbedaan kinerja organisasi antar perusahaan
(Cowherd and Levine, 1992). Variabel ini diberi kode nol
jika serikat pekerja aktif atau jika hanya mempengaruhi
beberapa pegawai dalam program kualitas, dan nol jika
sebaliknya. Terakhir, variabel EMPLOYEES (didefinisikan
sebagai logaritma natural dari jumlah pegawai full time)
dimasukkan untuk mengontrol potensial efek ukuran
(Cowherd dan Levine, 1992).
4. Statistik deskriptif
Ringkasan statistik untuk pertanyaan-pertanyaan TQM
individual disajikan dalam tabel 2. Respon menunjukkan
variasi luas pada tingkat keterlibatan pegawai (TEAM and
SUGGEST). Namun demikian banyak dari metode TQM, seperti
teknik perbaikan terfokus proses (PROCESS) , pemberdayaan
pegawai (EMPOW), dan keterlibatan konsumen (CPRIODS) dan
CDESIGN) secara khusus digunakan, setidaknya jarang-
jarang.
Statistik deskriptif tentang informasi partisipan
dan sistem ganjaran ditunjukkan dalam tabel 3. Baik
prosentase pegawai yang terlibat dalam pengumpulan data
bottom up dan popularitas dari teknik problem solving
individual (BOTTOM) berbeda-beda sekali. Metode yang
paling banyak digunakan untuk mengumpulkan informasi
problem solving adalah analisis Pareto. Dan diagram sebab
akibat, flowcharting, dan bagan pengendalian proses
statistik, diagram hubungan, dan diagram pohon digunakan
kurang dari 10 persen pegawai. Sementara benchmarking
untuk penjualan pemasaran, dan sistem distribusi jarang
digunakan, banyak partisipan menggunakan benchmark
produk, jasa dan proses.
Sebagian besar organisasi sampel melaporkan
informasi kualitas setidaknya setiap bulan, dengan
frekuensi lebih besar pada level organisasi lebih rendah
(FREQ). Sebagian besar organisasi yang berpartisipasi jug
menunjukkan bahwa laporan tentang perencanaan kualitas,
problem dan prestasi kadang-kadang atau biasanya direview
oleh dewan direktur (BUDINFO), walaupun informasi
perencanaan strategis pada umumnya diberikan kepada
manajemen puncak pegawai.
Secara rata-rata, ukuran kinerja non keuangan
(kualitas, market share, atau ukuran posisi) dilihat
lebih kecil tentang aspeknya dibandingkan dengan keuangan
(profitabilitas, cash flow, atau apresiasi saham). Dalam
menentukan kompensasi, khususnya pada level manajemen
menengah dan level non manajer (NNCOMP). Pada level
organisasi kinerja individual cenderung melampaui kinerja
tim untuk perusahaan tujuan (TCQOM)
5. Asosiasi antara praktek TQM dengan pilihan sistem
dewan dan informasi
6.2 Metodologi
Pertanyaan penelitian pertama kami membahas hubungan
antara 12 construct TQM dan tujuh ukuran sistem ganjaran
dan informasi. Kami membahas pertanyaan ini dengan
menggunakan analisis korelasi canonical, di mana
memungkinkan kami secara simultan menganalisis korelasi
di dalam dan antar variabel (Hotelling, 1934, 1936; and
Fornel and Larcker 91980). Sasaran dari analisis korelasi
Canonical adalah menemukan kombinasi linear masing-masing
himpunan variabel yang menunjukkan korelasi maksimum
(disebut dengan canonical correlation, Rc). Empat problem
kami, bobot koefisien ditemukan untuk 12 ukuran TQM dan
tujuh ukuran sistem ganjaran menghasilkan gabungan linear
antara dua himpunan variabel yang mempunyai korelasi
secara maksimal. Setelah variasi pertama pasangan dengan
korelasi canonical diperoleh, dilakukan variasi pasangan
selanjutnya, tidak dihubungkan dengan sebelumnya dan
korelasi canonical lebih rendah dihitung. Jika data kira-
kira multivariate normal, signifikansi statistik dari
pasangan canonical variate dapat ditentukan dengan
menggunakan prosedur yang disampaikan oleh Bartlett
(1941). Secara khusus, rasio likelihood terkait dengan
masing-masing pasangan menguji hipotesis bahwa korelasi
canonical dan sub pasangan adalah nol. Jika rasio
likelihood untuk pasangan variate tidak signifikan, maka
pasangan tersebut dan seluruh pasangan selanjutnya tidak
mempunyai asosiasi linear secara statistik signifikan.
Jika satu dari korelasi canonical secara statistik
signifikan, dua vektor variabel selanjutnya dependen
diinterpretasikan sebagai independen. Hasil ini akan
menunjukkan bahwa praktek TQM tidak berhubungan dengan
penggunaan sistem ganjaran dan informasi non tradisional.
Dalam analisis kami diperoleh seluruh pasangan canonical
variate di mana rasio likelihood secara statistik
signifikan pada level 0,05 (two tail).
Untuk memfasilitasi interpretasi kami tentang
pasangan variate canonical secara statistik signifikan,
kami melakukan tiga analisis tambahan. Pertama, daripada
menggunakan bobot canonical untuk tujuan interpretive,
kami menghitung canonical loading (atau korelasi antara
masing-masing variabel individual dan canonical variate
yang berhubungan). Ini dilakukan karena bobot canonical
(di mana serupa dengan koefisien regresi berganda)
menunjukkan variabilitas sampling tinggi dan sulit
diinterpretasikan ketertarikan ada multikolinearitas
substansial. Canonical loading dihitung secara individual
untuk masing-masing variabel dan pasangan variabel, dan
dengan demikian tidak dipengaruhi oleh multicolinearitas.
Kedua, serupa dengan principal component analisis
tradisional, kami menggunakan rotasi orthogonal gabungan
loading untuk pasangan variate secara statistik
signifikan untuk mengubah solusi canonical kepada
struktur yang lebih sederhana dan lebih berguna.
Sebagaimana ditunjukkan oleh Cliff and Krus (1976),
rotasi ini mempertahankan independensi antara pasangan
variate dan meninggalkan sifat optimisasi dari solusi
canonical utuh. Terakhir, perlu menentukan apakah loading
individual secara statistik signifikan. Karena kesalahan
standar teori normal untuk loading ini sulit dihitung
(Bagozzi, Fornell and Larcker (1981) dan Cudeck and
O’Dell (1994), kami menggunakan metode bootstrapping
(Lambert and Wild, dan Durand (1991). Secara khusus kami
menghasilkan 500 sampel acak (masing-masing dengan 249
observasi) dan menggunakan rotasi canonical loading untuk
menghitung bias kepercayaan dengan bias dikoreksi untuk
masing-masing canonical loading (Stine (1989/90).
Signifikansi statistik rotated loading (p<0,05, two tail)
digunakan untuk mengidentifikasi variabel yang
berhubungan dengan masing-masing pasangan canonical.
5.2. Hasil korelasi canonical
Hasil korelasi canonical disajikan dalam tabel 4.
Dua pasangan variate canonical yang secara statistik
signifikan muncul, menunjukkan ada dua dimensi independen
dari variabel TQM yang secara statistik signifikan
berhubungan dengan variabel sistem ganjaran dan
informasi. canonical variate pertama
menunjukkan bahwa pelatihan (TRAIN) kerja tim (TEAM),
program saran (SUGGEST), teknik perbaikan proses
(PROCESS), dan keterlibatan supplier dalam identifikasi
proses dan produk baru (SPRODS) berhubungan dengan
penekanan terhadap tim (TCOMP) dan kinerja non keuangan
(NFCOMP) dalam kompensasi dan generasi (BOTTTOM) dan
pelaporan (FREQ) dari informasi problem solving dan
kualitas.
Pasangan Canonical variate kedua
menunjukkan bahwa kerja tim lintas fungsional (TEAM dan
DSTREAM), keterlibatan departemen kualitas lebih luas
dalam konsultasi dan problem solving (QA_DEPT) dan
kepatuhan (INSPECT), dan pengembangan hubungan supplier
yang didasarkan pada faktor-faktor lain selain harga
(SCHOICE) mempunyai asosiasi dengan penggunaan
benchmarking eksternal (BENCH) dan komunikasi lebih luas
informasi perencanaan strategis (STGRPLAN), dan review
lebih teratur terhadap perencanaan kualitas dan hasil
oleh dewan direktur (BDINFO). Yang mengherankan, tiga
praktek TQM berorientasi konsumen (CDESIGN, CPRODS dan
EMPOW) secara statistik tidak signifikan dalam pasangan
variate, di mana menunjukkan bahwa praktek ini tidak
tergantung kepada informasi dan sistem ganjaran yang
digunakan oleh organisasi dalam sampel kami.
Dengan kemungkinan pengecualian loading secara
statistik signifikan tentang keterlibatan supplier dalam
identifikasi produk baru dan proses, variabel-variabel
TQM dalam pasangan variate pertama menunjukkan aktivitas-
aktivitas yang akan secara khusus diimplementasikan dalam
program kualitas berorientasi produksi dasar (Garvin,
1986). Dengan cara yang sama, loading secara statistik
signifikan untuk tim lintas fungsional dalam desain
produk (DESTEAM), penggunaan departemen kualitas sebagai
konsultan atau fasilitator (QA_DEPT) dan pilihan supplier
didasarkan pada faktor-faktor lain selain harga (SCHOICE)
menunjukkan bahwa variate ini menangkap implementasi dari
praktek kualitas lebih maju.
Dukungan tambahan terhadap interpretasi disampaikan
oleh informasi secara statistik signifikan dan atribut
sistem ganjaran terkait dengan dua pasangan variate.
Program kualitas berorientasi produksi dasar berfokus
kepada penggunaan tim pemberdayaan untuk memecahkan
problem produksi dan memperbaiki efisiensi operasi .
Konsisten dengan hasil Canonical, praktek ini membutuhkan
penggunaan informasi problem solving dan kualitas yang
lebih teratur (BOTTOM and FREQ) dan sistem ganjaran yang
lebih menekankan pada motivasi kerja tim dan perbaikan
kualitas (TCOMP dan NFCOMP). Program kualitas lebih maju
mempunyai fokus strategis lebih komprehensif, seperti
tercermin dalam review dewan perencanaan kualitas dan
hasil (BDINFO), perbaikan komunikasi perencanaan
strategis (STRPLAN) dan benchmarking proses bisnis dan
produk eksternal yang lebih sering (BENCH). Secara
keseluruhan, hasil canonical menunjukkan bahwa program
TQM berhubungan dengan penggunaan sistem ganjaran dan
informasi non tradisional lebih besar, dan asosiasi ini
adalah fungsi dari praktek TQM organisasi khusus.
6. Efek kinerja TQM dan sistem ganjaran dan
informasi non tradisional
6.1 Metodologi
Pertanyaan penelitian kedua kami berfokus kepada
konsekuensi kinerja dari sistem ganjaran dan informasi
non tradisional. Secara khusus, literatur kualitas
menunjukkan bahwa informasi non tradisional dan sistem
ganjaran harusnya berinteraksi aktivitas-aktivitas TQM
untuk menghasilkan kinerja lebih tinggi dibandingkan
dengan bila aktivitas-aktivitas TQM diaplikasikan
sendirian. Untuk mengkaji klaim ini, kami membutuhkan
ukuran kecocokan yang tepat antara praktek TQM individual
dengan atribut sistem ganjaran dan informasi. sementara
penelitian teori kontingensi menunjukkan kesesuaian yang
tepat dapat ditentukan didasarkan pada teori ex ante
(Drazin and Van de Ven (1985) dan Van de Ven dan Drazin
(1985), kualitas dan literatur manajemen akuntansi
menyatakan sedikit hal tentang kecocokan yang tepat
antara praktek TQM individual dan informasi dan atribut
sistem ganjaran.
Sebuah pendekatan kedua yang digunakan dalam
penelitian kontingensi adalah mengasumsikan bahwa
observasi asosiasi empiris antara atribut organisasional
menampilkan praktek terbaik. Dengan mengikuti pendekatan
ini, kami mengasumsikan bahwa asosiasi yang
diidentifikasi oleh korelasi canonical dalam tabel 4
mengidentifikasi kesesuaian yang tepat di antara praktek
TQM individual dengan atribut sistem ganjaran dan
informasi. untuk masing-masing observasi, kami kemudian
menghitung bobot rata-rata sama untuk construct TQM yang
menunjukkan loading secara statistik signifikan dan
construct sistem ganjaran dan informasi yang menunjukkan
loading secara statistik signifikan. Contoh, untuk dua
pasangan variate pertama dalam tabel 4 (Panel A), ukuran
TQM (ditunjukkan dalam TQM1) adalah nilai rata-rata sama
skor untuk TRAIN, TEAM, PROCESS, SPRODS, dan SUGGEST.
Dengan cara yang sama, informasi pertama dan ukuran
sistem ganjaran (ditunjukkan SYS1) adalah rata-rata bobot
sama dari BOTTOM, NFCOMP, TCOMP, DAN FREQ. Perhitungan
erupsi digunakan untuk menghitung ukuran pasangan dari
canonical variate kedua (ditunjukkan oleh TQM2 dan SYS2)
Kami mengubah indeks skala interval TQM dan SYS ke
dalam ukuran kategoris. Ukuran TQM diklasifikasikan ke
dalam tiga kelompok pada percentile ke 33 dan 66. Ukuran
kategoris digunakan karena (1) mereka memungkinkan kami
melakukan pengujian ANOVA sederhana untuk mengetahui
perbedaan kinerja di antara enam kategori, (2) kami
percaya bahwa kesalahan pengukuran dalam skala interval
untuk TQM dan variabel SYS mencegah pengujian kuat
eksistensi interaksi antara TQM dan SYS dan (3) ukuran
kategoris memungkinkan identifikasi hubungan non linear
lebih kompleks antara kinerja perusahaan dengan interaksi
antara TQM dan SYS dibandingkan dengan kemungkinan
penggunaan skala interval. Jelasnya, jika TQM dan
variabel SYS mempunyai skala interval dengan
karakteristik memadai, pengujian kami akan mengurangi
kekuatan.
Model dasar yang digunakan untuk menguji pengujian
terdiri dari ukuran kinerja ROA dan QUAL) sebagai fungsi
dari variabel penanganan tiga level untuk TQM1 dan TQM2,
variabel perlakuan dua level untuk SYS1 dan SYS2, untuk
interaksi antara TQM1 dan SYS2, dan interaksi antara TQM2
dan SYS2. Kami memasukkan UNION, EMPLOYEES, dan indikator
pengelompokan produk dan negara sebagai variabel kontrol.
Tiga model distribusi dengan menggunakan metode
generalized linear model (GLM):
Model 1-3
Di mana PERF adalah kinerja organisasi (diukur
dengan ROA atau QUAL), TQM adalah variabel penanganan
untuk TQM1 dan TQM2, SYS adalah variabel pl untuk SYS1
dan SYS2, t adalah indeks kinerja organisasi atau praktek
organisasional tahun 1991, dan t-3 adalah indeks kinerja
organisasi atau praktek organisasional tahun 1988.
Model pertama mengasumsikan sebuah penggunaan
praktek TQM dan SYS organisasional relatif dan kinerja
relatif adalah stabil seiring waktu. Dengan demikian,
konsekuensi ekonomi dari TQM dan SYS seharusnya dapat
dideteksi dengan mengkaji asosiasi cross sectional
kontemporer antara ini dengan kinerja organisasi. Model
kedua berusaha untuk mengontrol faktor-faktor perusahaan-
spesifik stabil yang mempengaruhi ROA atau QUAL tetapi
tidak berhubungan dengan praktek TQM dan SYS sekarang.
Contoh, telah diketahui dengan baik bahwa ROA menunjukkan
autokorelasi positif substansial, dan penelitian terbaru
menunjukkan hasil serupa untuk kualitas (Anderson,
Fornell and Lehhman, 1994). Dengan menunjukkan ROA atau
QUAL dalam model tersebut, kami berusaha membuang bagian
kinerja yang dapat diprediksi tanpa pengetahuan praktek
TQM dan SYS sekarang. terakhir, model kami memungkinkan
mengetahui lag antara implementasi TQM dengan sistem
ganjaran dan informasi dan mengamati perbaikan kinerja.
Kami membuat sejumlah asumsi ketika
menginterpretasikan hasil estimasi dari tiga model.
Otomatis, kami mengasumsikan bahwa variabel kami
mempunyai kesalahan pengukuran rendah dan bahwa bentuk
fund ari model tersebut tepat. Kedua, kami mengasumsikan
bahwa TQM dan SYS adalah construct eksogen. Jika tidak,
koefisien estimasi untuk model kami akan tidak konsisten.
Lagipula, jika organisasi telah memilih ukuran kinerja
yang tepat dan diregresikan pada construct TQM dan SYS2
dan determinan eksogen, koefisien pada TQM dan SYS
seharusnya secara teori akan sama dengan nol. Dalam
analisis kami, diasumsikan bahwa beberapa organisasi
tidak memilih praktek TQM dan SYS secara optimal,
sehingga kinerja organisasi akan berbeda-beda secara
cross sectional dengan observasi pilihan TQM dan SYS.
Didasarkan pada pengetahuan terbatas kami tentang
determinan eksogen dan praktek akuntansi manajemen dan
manufacturing, sulit untuk menentukan sistem persamaan
lebih rumit yang dapat membahas problem ekonometri yang
ditimbulkan oleh endogenitas construct TQM dan SYS.
6.2 Efek praktek organisasional sekarang terhadap
return on asset
Efek kinerja dari praktek TQM dan SYS sekarang
terhadap current ROA dikaji dalam model 1 dan 2 pada
tabel 5. Model ini secara statistik signifikan (p<0,001,
two tail), dengan R2 28,56% dan 51,07 persen untuk
masing-masing. Walaupun variabel kontrol Kanada dan
Jerman signifikan pada dalam satu atau kedua model tetapi
ada sedikit bukti perbedaan ROA didasarkan pada
pengelompokan produk (dengan pengecualian komputer
mainframe dalam model 2), serikat pekerja atau ukuran
perusahaan. Yang lebih penting, interaksi antara TQM
dengan SYS adalah signifikan pada kedua model,
menunjukkan bahwa return akuntansi bersama-sama
dipengaruhi oleh penggunaan inisiatif kualitas dan
pilihan informasi dan sistem ganjaran.
Rata-rata kuadrat terkecil pada figure 1 menunjukkan
bukti grafik tentang return akuntansi terkait dengan
bermacam-macam kombinasi TQM dan SYS. Walaupun interaksi
dalam tabel 5 secara statistik signifikan, rata-rata
kuadrat terkecil individual hanya memberikan dukungan
parsial terhadap klaim keuntungan kinerja dari sistem
ganjaran dan informasi non tradisional. Return terendah
dalam model 1 ditemukan dalam organisasi yang tidak
menggunakan aktivitas TQM secara luas (TQM1=Lo atau Med)
tetapi juga relatif sedikit menggunakan sistem ganjaran
dan informasi non tradisional (SYS1=Lo). Namun demikian,
ketika organisasi dalam kelompok TQM sama (TQM1=Lo atau
Med) menyertai inisiatif kualitas dengan penggunaan
atribut sistem ganjaran dan informasi lebih luas yang
ditangkap dalam SYS1, mereka menunjukkan return akuntansi
secara signifikan lebih tinggi (p=0,001, two tail). Hasil
ini mendukung asosiasi positif antara penggunaan sistem
ganjaran dan informasi non tradisional dan kinerja yang
dibahas dalam literatur kualitas. Pola kinerja serupa
dalam model 2, memberikan bukti bahwa hasil tersebut kuat
terhadap spesifikasi model. Sebaliknya, penggunaan sistem
ganjaran dan informasi non tradisional menunjukkan
sedikit pengaruh terhadap kinerja perusahaan yang
menggunakan praktek kualitas luas terkait dengan TQM1.
Sesungguhnya, organisasi meranking Hi pada TQM1 dengan
menunjukkan kinerja lebih rendah dalam model 1 dan 2
ketika SYS1 lebih tinggi, walaupun rata-rata kuadrat
terkecil secara statistik tidak signifikan berbeda dengan
level konvensional. Bukti ini tidak saja bertentangan
dengan asersi bahwa kinerja lebih tinggi seharusnya
dicapai oleh organisasi yang menggunakan sistem ganjaran
dan informasi non tradisional tetapi juga konsisten
dengan klaim normatif bahwa return tertinggi seharusnya
diperoleh oleh organisasi yang menggunakan praktek TQM
dan SYS seluas-luasnya (Johnson 1992; Rommel, Kempis dan
Kaas, 1994).
Kelompok yang menunjukkan rata-rata ROA tertinggi
mempunyai ranking Hi pada TQM1 tetapi Lo pada SYS1.
(rata-rata ROA = 13,82 persen dan 11,78 persen dalam
model 1 dan 2), diikuti oleh ranking organisasi Hi pada
SYS1 tetapi Lo pada TQM1 (12,53 persen dan 10,73 persen).
Return secara statistik signifikan lebih tinggi pada dua
kelompok ini (relatif terhadap rata-rata sebagian besar
TQM1 dan SYS1 sisanya) mungkin mengimplikasikan bahwa
alternatif terhadap praktek formal yang ditangkap dalam
construct TQM1 dan SYS1 tersedia bagi organisasi. Contoh,
evaluasi manajer didasarkan pada kualitas dan kinerja tim
mungkin mendorong pegawai untuk berfokus kepada
aktivitas-aktivitas perbaikan tanpa membutuhkan program
saran formal, lingkaran kualitas, dan problem solving
kelompok yang ditangkap dalam ukuran kami (Feeder, 1994).
Alternatif terhadap kompensasi berbasis tim dan
berbasis kualitas formal mungkin juga muncul. Banyak ahli
kualitas menyatakan bahwa pengenalian terhadap program,
di mana memberikan ganjaran kecil dan pengakuan publik
untuk usaha kualitas yang ada, memberikan pesan kuat
bahwa usaha tersebut dihargai (Crosby 1989). Beberapa
ahli kualitas bahkan mendukung eliminasi ganjaran
berbasis kinerja (Crosby 1979). Argumen ini menunjukkan
bahwa perusahaan-perusahaan dengan program kualitas luas
mungkin mampu menggunakan insentif non ekonomi untuk
mendorong aktivitas problem solving. Walaupun tidak
tersedia data untuk menguji dugaan ini, bukti yang
diperoleh konsisten dengan klaim literatur manajemen
kualitas bahwa alternatif tersedia untuk praktek formal
yang ditangkap dalam TQM1 dan SYS1.
Kembali kepada interaksi antara TQM2 dan SYS2 dalam
figure 1, rata-rata kuadrat terkecil untuk model 1 dan 2
menunjukkan pola kinerja yang serupa dengan yang
menggunakan ukuran dari pasangan canonical variate
pertama. Dalam kedua model, organisasi dalam ranking
sepertiga bawah pada ukuran TQM2 menunjukkan return rata-
rata secara signifikan lebih tinggi ketika praktek sistem
ganjaran dan informasi terkait dengan SYS2 digunakan
secara luas. Organisasi dengan ranking TQM2 Med tidak
menunjukkan ROA lebih tinggi ketika SYS2 mempunyai
ranking tinggi.
Return terendah pada model 1 ditemukan dalam
organisasi dengan ranking Hi pada TQM2 dan SYS2 (rata-
rata ROA = 1,80 persen). Organisasi dengan ranking Hi
pada kedua construct juga menunjukkan return rata-rata
rendah dalam model 2 (rata-rata ROA = 4,23 versus 7,66
pada Hi TQM2/Lo SYS2) walaupun rata-rata kuadrat terkecil
secara statistik tidak signifikan pada level konvensional
(p=0,34, two tail). Hasil ini sekali lagi tidak konsisten
dengan klaim bahwa penggunaan sistem ganjaran dan
informasi non tradisional lebih besar seharusnya
berhubungan dengan kinerja lebih tinggi.
6.3 Efek praktek organisasional sebelumnya terhadap ROA
Kinerja lebih rendah bagi organisasi yang
menggunakan praktek TQM dan SYS secara luas mungkin
berhubungan dengan lag antara implementasi praktek
kualitas dan perbaikan kinerja (DeMeyer and Ferdows,
1990; Flynn, Schroeder and Sakakibara, 1995). Jika banyak
organisasi mempunyai ranking Hi pada TQM dan SYS pada
1991 yang baru-baru ini mengadopsi inisiatif kualitas
dalam merespon kinerja buruk, kami berharap untuk
mengamati kinerja terendah untuk kelompok ini pada tahun
1991. namun demikian, jika praktek TQM dan sistem
ganjaran dan informasi non tradisional menguntungkan,
kami juga berharap mendapatkan kinerja lebih tinggi pada
periode selanjutnya.
Dalam model 3 tabel 5 memberikan bukti lag potensial
kinerja dengan meregresikan ROA 1991 terhadap laporan
praktek TQM dan informasi dan sistem ganjaran tahun 1988.
Hasil dari model tersebut menunjukkan R2 31,41 persen
(p<0,001), two tailed). Indikator negara dan komputer
mainframe adalah satu-satunya variabel kontrol yang
secara statistik signifikan pada level konvensional. Yang
lebih penting, dua bentuk interaksi juga secara statistik
signifikan (p<0,009), two tailed), menunjukkan bahwa
current ROA (1991) perusahaan adalah fungsi gabungan dari
inisiatif kualitas masa lalu (1988) dan pilihan sistem
ganjaran dan informasi sebelumnya.
Serupa dengan model 1 dan 2, rata-rata kuadrat
terkecil untuk model 3 dalam figure 1 memberikan dukungan
campuran terhadap sistem ganjaran dan informasi non
tradisional. Dukungan terkuat ditemukan pada organisasi
yang mempunyai ranking ketiga terendah untuk variabel TQM
1988, di mana kami mengamati rata-rata ROA secara
signifikan lebih tinggi (p<0,002, two tailed) ketika
praktek SYS digunakan secara luas (1,37 persen versus
22,30 persen dalam kelompok TQM1 dan 1,75 versus 12,20
persen dalam kelompok TQM2). Namun demikian, praktek SYS
tidak berhubungan secara statistik dengan perbedaan
kinerja selanjutnya dalam kategori TQM lainnya.
Berbeda dengan hasil dalam model 1 dan 2, di mana
organisasi dalam kelompok TQM Hi mendapatkan return lebih
rendah ketika praktek SYS digunakan secara lebih luas,
hasil kinerja lag menunjukkan bahwa ROA 1991 untuk kedua
kategori ini (ketika dibuat berdasarkan praktek 1988)
hampir identik dan secara statistik ekuivalen. Temuan ini
memberikan dukungan terhadap penelitian sebelumnya yang
telah menunjukkan bahwa praktek TQM mungkin hanya
menghasilkan perbaikan kinerja dengan beberapa lag. Namun
demikian return tertinggi ditemukan pada kelompok Lo
TQM1/Hi SYS1 berbeda dengan klaim bahwa kinerja terbaik
seharusnya ditunjukkan oleh organisasi yang menggunakan
secara luas praktek TQM dan SYS.
6.4. Efek praktek organisasional terhadap kualitas produk
Asosiasi antara TQM dengan SYS dan kualitas produk
dilaporkan dalam tabel 1, hasilnya secara konsisten lebih
lemah dibandingkan dengan yang menggunakan ROA sebagai
variabel dependen. Interaksi antara TQM2 dan SYS2
signifikan pada model 1 dan 2 (p=0,13 dan 0,07, two
tail), tetapi interaksi antara TQM1 dengan SYS1
signifikan hanya dalam model 2 (p<0,07, two tail). Tidak
satupun dari construct TQM1 atau SYS atau interaksi
mereka signifikan dalam model 3 (kualitas sekarang pada
praktek TQM dan SYS sebelumnya. Hasil ini memberikan
dukungan terbatas terhadap klaim keuntungan kinerja dari
sistem ganjaran dan informasi non tradisional.
Rata-rata kuadrat terkecil untuk dua model dengan
bentuk interaksi signifikan disampaikan dalam figure 2.
dalam model 1, tidak satupun dari TQM1 dan SYS1 mempunyai
hasil perbandingan secara statistik signifikan. Namun
demikian, pola kinerja mirip dengan yang diamati pada ROA
sebagai variabel dependen. Dalam kelompok TQM1 Lo dan
Med, level rata-rata kualitas adalah lebih tinggi ketika
sistem ganjaran dan informasi non tradisional digunakan
secara luas (walaupun perbedaan tersebut tidak
signifikan). Organisasi dengan ranking Hi tetapi Lo pada
SYS1 sekali lagi menunjukkan kinerja tertinggi (rata-rata
QUAL=21,65), sementara organisasi yang menggunakan TQM
dan SYS secara luas mempunyai kinerja terendah (rata-rata
QUAL-7,50_). Pola serupa terlihat pada kelompok TQM2 Hi
di mana laporan kualitas secara signifikan lebih tinggi
ketika SYS2 tidak digunakan secara luas (31,68 versus -
21,00, p=0,02, two tail_.
Dalam model 2, organisasi pada kelompok TQM1 Lo
menunjukkan kualitas secara statistik signifikan lebih
tinggi ketika penggunaan SYS1 lebih besar (14,34 versus -
20,33, p=0,01, two tail), di mana mendukung proposisi
bahwa penggunaan secara luas sistem ganjaran dan
informasi non tradisional menghasilkan kinerja lebih
tinggi. Sebaliknya, laporan kualitas pada kelompok TQM1
Hi sekali lagi lebih rendah (tetapi tidak berbeda secara
statistik) ketika SYS1 lebih besar (4,48 versus -0,54).
Dari interaksi antara pasangan TQM2 dan SYS2, hanya
perbandingan untuk kelompok TQM2 yang secara statistik
signifikan, dengan skor QUAL lebih tinggi dalam
organisasi yang tidak menggunakan SYS2 secara luas (9,80
versus -14,83, p=0,04, two tail). Bukti ini sekali lagi
bertentangan dengan klaim normatif bahwa kinerja
tertinggi harusnya terlihat pada organisasi yang
menggunakan praktek TQM1 dan SYS sebesar. besarnya.
7. Ringkasan dan kesimpulan
Konsisten dengan rekomendasi yang disampaikan dalam
akuntansi manajemen dan literatur manajemen kualitas,
kami menemukan bahwa praktek TQM berhubungan dengan
penggunaan sistem ganjaran dan informasi non tradisional
lebih besar, dan penggunaan tersebut berbeda-beda menurut
praktek TQM khusus. Program kualitas berorientasi
produksi dasar cenderung berfokus kepada ketentuan
informasi problem solving tepat waktu dan revisi sistem
ganjaran, di mana program kualitas lebih maju berfokus
kepada mengumpulkan data benchmarking eksternal dan
integrasi lebih dekat informasi strategis dan kualitas.
Analisis kami hanya memberikan dukungan berbeda
terhadap klaim bahwa kinerja organisasi adalah fungsi
dari interaksi antara penggunaan praktek TQM dan
penggunaan sistem ganjaran dan informasi non tradisional.
Di antara user praktek perbaikan kualitas formal yang
tidak luas, penggunaan sistem ganjaran dan informasi non
tradisional berhubungan dengan kinerja lebih tinggi.
Namun demikian, kami tidak menemukan bukti bahwa sistem
ganjaran dan informasi non tradisional memperbaiki
kinerja organisasi dengan program kualitas formal lebih
luas.
Sama seperti studi explanatory lainnya, ada beberapa
keterbatasan penting dari analisis kami. Pertama, serupa
dengan penelitian sebelumnya, kami menggunakan laporan-
diri ROA dan kualitas produk sebagai ukuran kinerja.
Namun demikian ukuran ini tidak terpercaya atau indikator
tidak lengkap untuk kinerja ekonomi aktual.. Walaupun
kami menggunakan sejumlah spesifikasi model alternatif
untuk menguji kekuatan dari hasil, temuan empiris mungkin
masih tidak mencerminkan kinerja sesungguhnya dari sampel
organisasi. Kedua, kami tidak mempunyai estimasi
eksplisit kinerja organisasi dengan absennya program
kualitas dan pilihan sistem, sehingga kami tidak dapat
secara langsung menentukan apakah kinerja mempunyai nilai
lebih rendah atau lebih tinggi daripada nilai amatan yang
tidak mempraktekkan TQM dan sistem ganjaran dan informasi
non tradisional. Namun demikian, kami percaya bahwa
variabel kontrol memberikan sebuah benchmark di dalam
sampel untuk mengevaluasi konsekuensi kinerja dari
inisiatif kualitas dan sistem ganjaran dan informasi non
tradisional
Ketiga, analisis kami mengasumsikan bahwa program
kualitas dan sistem ganjaran dan informasi non
tradisional adalah variabel eksogen. Sesungguhnya, kedua
variabel tersebut kemungkinan endogen, di mana cenderung
menghasilkan estimasi tidak konsisten untuk parameter
model linear umum. Keempat, kami mengasumsikan bahwa
responden tidak saja tahu jawaban terhadap item-item
kuesioner tetapi merespon secara benar. Walaupun
perusahaan konsultasi atau satu dari organisasi cosponsor
mendatangi perusahaan yang menjadi responden ketika
mengisi kuesioner, manajer dari fungsi-fungsi yang paling
tepat digunakan untuk menjawab bagian berbeda dari
kuesioner, sehingga ada kemungkinan bahwa respon tidak
menunjukkan praktek perusahaan aktual. Kelima, beberapa
ukuran kami mungkin tidak menangkap efektivitas
implementasi organisasi. Banyak construct didasarkan pada
prosentase angkatan kerja yang menggunakan alat perbaikan
atau frekuensi di mana metode tersebut digunakan, bukan
seberapa efektif organisasi menggunakan teknik ini.
Terakhir, industri otomotif dan komputer mungkin
tidak representatif, komposisi pasar luas dalam industri
ini mungkin mengendalikan seluruh partisipan untuk
mengadaptasikan praktek manajemen menguntungkan, sehingga
membatasi variasi variabel TQM dan SYS, juga variasi
dapat ukuran kinerja. Kedua faktor ini cenderung
membatasi kemampuan kami untuk mendeteksi asosiasi
sistematis di antara variabel-variabel (misalnya
pengujian kami akan cenderung konservatif).