Post on 06-Mar-2019
1
DAYA SAING MINYAK KELAPA SAWIT DENGAN
ANALISIS TOTAL FACTOR PRODUCTIVITY PADA
PERUSAHAAN PLANTATION DALAM MENGHADAPI AFTA
(BERORIENTASI DI ASIA TENGGARA) YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)
YENSI ANGGRAINI
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
ABSTRACT
This study measured the ability of oil palm companies in generating profits in the
era globalization and to measure the competitiveness of Indonesia againts alaysia
in the Oil Palm Industry. This study has the objectives: 1) To find out how much
the value of Total Factor Productivity palm oil industry are listed on the
Indonesia Stock Exchange with the calculation of profit margins in its ability to
survive in situations of AFTA. 2) To find out how the state of competitiveness of
exports of palm oil industry in Indonesia compared to Malaysia as the strongest
competitor in the production of palm oil in Southeast Asia. This research uses
descriptive analytical tools that reveal profit development and competitiveness in
the face of AFTA. To measure a company's ability Palm generate profits by using
the Net Profit Margin (NPM) and Gross Profit Margin (GPM), and measure the
competitiveness of the oil palm industry using Comaparative Advanatage
Revealed (RCA) in the face of competitiveness. Based on Profit Margin analysis
using Revealed Comparative Advantage and the competitiveness of Indonesian
palm oil industry is still weak compared with Malaysia, making Malaysia more
countries outperformed the competition in the oil palm industry. The ability of oil
palm companies in generating the maximum profit is also weak. Can be seen from
the growth in Net Profit Margin and Gross Profit Margin company is still low.
Keywords: Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM), Revealed
Comparative Advantage (RCA).
2
I. Pendahuluan
Dalam era globalisasi sekarang ini, perdagangan internasional merupakan
mata rantai yang saling berkaitan satu sama lainnya. Dengan berkembangnya
sistem perekonomian dunia telah membawa perubahan besar terhadap paradigma
manusia yang menyebabkan peningkatan kompetisi antar dunia. Hal tersebut
ditandai dengan adanya perdagangan bebas oleh AFTA pada tahun 2003. APEC
pada tahun 2010, dan WTO pada tahun 2020. Perusahaan-perusahaan harus mulai
berfikir secara global untuk ikut serta bermain dalam kompetisi yang semakin
tajam (www.jurnalskripsi.com). Sebagai salah satu anggota ASEAN maka
indonesia secara otomatis tergabung dalam AFTA (ASEAN Free Trade Area).
AFTA (kawasan perdagangan bebas ASEAN) adalah salah satu pasar bebas yang
dibentuk untuk membebaskan segala hal yang menjadi penghambat dalam
melaksanakan transaksi perdagangan antar negara yang terhimpun dalam anggota
ASEAN. Tujuan dari AFTA adalah mengoptimalkan perdagangan antar negara di
kawasan regional (ASEAN) dan meningkatkan efisiensi dari para pelaku kegiatan
usaha sehingga dapat bersaing dipasar global (www.petra.co.id).
Dalam AFTA, peran negara dalam perdagangan sebenarnya akan direduksi
secara signifikan.Sebab, mekanisme tarif yang merupakan wewenang negara
dipangkas. Karena itu, diperlukan perubahan paradigma yang sangat signifikan,
yakni dari kegiatan perdagangan yang mengandalkan proteksi negara menjadi
kemampuan perusahaan untuk bersaing. Tidak saja secara nasional atau regional
dalam AFTA, namun juga secara global. Karena itu, kekuatan manajemen,
efisiensi, kemampuan permodalan, dan keunggulan produk menjadi salah satu
kunci keberhasilan (www.scribd.com).
Kerjasama AFTA merupakan peluang yang cukup terbuka bagi kegiatan
ekspor komoditas pertanian yang selama ini dihasilkan dan sekaligus menjadi
tantangan untuk menghasilkan komoditas yang kompetitif di pasar regional
3
AFTA. Produk Indonesia yang sudah siap menghadapi daya saing globalisasi
salah satunya adalah minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil).
Indonesia merupakan negara produsen minyak sawit terbesar di dunia, dengan
produksi sebesar 20,6 juta ton yang menguasai hampir separuh dari pangsa pasar
minyak sawit dunia. Selama tiga puluh tahun terakhir, industri kelapa sawit
Indonesia berkembang cukup pesat, hingga mencapai 7,32 juta ha pada tahun
2009. Dengan luas lahan tersebut, lebih dari 80% produksi kelapa sawit nasional
merupakan komoditas ekspor dengan berbagai negara tujuan
(www.bappenas.go.id).
II. Metode Penelitian
1. Obyek Penelitian
Obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan bergerak di bidang
Plantation yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penulis memilih industri
kelapa sawit sebagai objek penelitian penulisan skripsi ini. Dibawah ini daftar
perusahaan bergerak di bidang Plantation yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) sebagai berikut:
Tabel 1.1
Daftar Perusahaan Plantation
No Perusahaan Plantation
1 Asia Agro Lestari Plantation Tbk
2 Bakrie Sumatera Plantation Tbk
3 BW Plantation
4 Gozco Plantation Tbk
5 PP London Sumatera Tbk
6 Sampoerna Agro Tbk
7 SMART Tbk
8 Tunas Baru Lampung Tbk
Sumber : Bursa Efek Indonesia (BEI)
4
Tabel dibawah ini merupakan langkah untuk memilih perusahaan yang
akan menjadi objek dari penelitian dalam penulisan ini, sebagi berikut:
Tabel 1.2 Data Perusahaan
Nama
Perusahaan
Laba yang
diperoleh tahun
2009
Laba yang
diperoleh tahun
2010
Pertumbuhan
Laba Keterangan
Perusahaan
yang akan
menjadi objek
penelitian
PT. Astra Agro
Lestari 1.660.649.000.000 2.016.780.000.000 21,45% Sedang Tidak
PT.Bakrie Sumatra
Palantation 252.783.327.000 805.630.448.000 218,7% Tinggi Ya
PT.BW Plantation 167.467.085.000 243.587.564.000 45,45% Sedang Tidak
PT.Gozco
Plantation 204.385.493.454 160.797.203.284 -21,33% Turun Ya
PT. London
Sumatra 286.701.000.000 417.777.000.000 45,72% Sedang Tidak
PT. Sampoerna
Agro 281.766.208.000 451.716.811.000 60,32% Sedang Tidak
PT. Smart Tbk 748.495.000.000 1.260.513.000.000 68,41% Sedang Ya
PT. Tunas Baru
Lampung 250.954.778.000 246.663.187.000 -1,71% Turun Ya
Sumber : Annual Report dari masing-masing perusahaan
Dari 8 perusahaan yang menjadi sampel, dipilih hanya 4 perusahaan yang
mewakili penelitian ini dengan kriteria pertumbuhan laba perusahaan yang
meningkat tinggi, rendah dan pertumbuhan laba yang menurun selama 2 periode
yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2010. Data ini digunakan untuk
mengetahui seberapa besar rasio daya saing ekspor kelapa sawit tiap perusahaan,
apakah sudah ada peningkatan tiap tahunnya, sehingga perusahaan mampu
menghadapi AFTA.
Ke 4 (empat) perusahaan yang terdaftar di PT. Bursa Efek Indonesia yang
menjadi objek penelitian antara lain:
1. PT. Bakrie Sumatra Plantation
2. PT. Gozco Plantation
3. PT. Smart Tbk
5
4. PT. Tunas Baru Lampung
2. Perkembangan Industri Kelapa Sawit di Indonesaia
Kelapa sawit sebagai tanaman penghasil minyak sawit dan inti sawit
merupakan salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber
penghasil devisa non migas bagi Indonesia. Cerahnya prospek komoditi
minyak kelapa sawit dalam perdagangan minyak nabati dunia telah mendorong
pemerintah Indonesia untuk memacu pengembangan areal perkebunan kelapa
sawit. Berkembangnya sub‐sektor perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak
lepas dari adanya kebijakan pemerintah yang memberikan berbagai insentif,
terutama kemudahan dalam hal perijinan dan bantuan subsidi investasi untuk
pembangunan perkebunan rakyat dengan pola PIR‐Bun dan dalam pembukaan
wilayah baru untuk areal perkebunan besar swasta (www.kppu.go.id).
3. Persaingan Industri Kelapa Sawit Indonesia dengan Malaysia
Perkembangan perkebunan kelapa sawit yang pada tahun 1979/1980 seluas
289.526 Ha dan hanya diusahakan dalam bentuk usaha perkebunan besar,
kemudian berkembang sampai 5.972 Ribu Ha pada tahun 2006 setidaknya
merupakan gambaran keberhasilan kebijakan pemerintah di sektor
bersangkutan dalam percepatan pembangunan perkebunan kelapa sawit di
Indonesia.
Seiring dengan meningkatnya konsumsi dunia, ekspor CPO dalam 5 (lima)
tahun terakhir juga menunjukkan tren meningkat, rata-rata peningkatannya
adalah sebesar 11%. Eksportir terbesar di dunia didominasi oleh Malaysia dan
Indonesia, kedua negara tersebut menguasai 91% pangsa pasar ekspor dunia.
Papua Nugini berada di urutan ke 3 dengan perbedaan share yang cukup jauh
yaitu hanya berkisar 1,3% (Anonymous, 2006).
Diprediksikan peningkatan konsumsi dan ekspor ini akan terus berlanjut
bahkan dalam persentase yang lebih besar mengingat faktor yang mendukung
6
hal tersebut cukup banyak, seperti: pertumbuhan penduduk, pertumbuhan
industri hilir, perkembangan energi alternatif, dan lain-lainl. Malaysia dan
Indonesia diprediksikan akan terus menjadi pemain utama dalam ekspor CPO
ini, mengingat belum ada perkembangan yang signifikan dari negara pesaing
lainnya. Bahkan Indonesia diprediksikan akan menyalip Malaysia baik dalam
produksi maupun ekspor CPO, karena didukung oleh luas lahan yang tersedia
dimana Malaysia sudah mulai terbatas.
4. Jenis dan Sumber Data
i. Data / Variabel
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau data
yang dilaporkan oleh suatu badan dimana badan ini tidak langsung
mengumpulkan sendiri melainkan diperoleh dari pihak lain, yaitu berupa:
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data dalam bentuk bilangan yang dapat diukur
yang terdiri dari beberapa dokumen yang terkait dengan penilaian kinerja
keuangan. Data kuantitatif yang dikumpulkan adalah data keuangan
perusahaan yang diperoleh berupa laporan keuangan tahunan perusahaan.
2. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak dapat diukur yang berupa kalimat.
Data kualitatif yang dikumpulkan berupa data umum perusahaan yang
diperoleh dari prospektus seperti : gambaran umum organisasi dan
kebijakan perusahaan.
ii. Sumber Data
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data eksternal. Data
eksternal umumnya disusun oleh suatu organisasi selain dilakukan oleh
perusahaan, berupa studi kepustakaan dengan mencari informasi yang relevan
dengan topik yang dibahas.
7
Sumber data dalam dalam penelitian adalah sumber data sekunder adalah
sumber data-data yang relevan dengan tujuan penelitian yang tidak langsung
dikumpulkan oleh penulis, melainkan sudah tersediah dalam bentuk dokumen-
dokumen dan laporan-laporan dari sumber-sumber di luar objek penelitian.
Data yang diperlukan adalah data keuangan tahunan perusahaan yang bergerak
di bidang Plantation dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
5. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang sesuai dengan bidang yang diteliti maka
terdapat 2 (dua) metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian,
yaitu:
1. Studi Kepustakaan
Studi Kepustakaan adalah mengumpulkan data-data teoritis dan
mempelajari dengan seksama teori-teori yang berkaitan langsung
dengan permasalahan yang dibahas untuk memberikan wawasan dan
landasan teori yang menjadi dasar untuk menganalisa dan menunjang
pembahasan masalah dalam penulisan skripsi.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data-data dan keterangan-
keterangan yang diperoleh berupa laporan keuangan yang berhubungan
dengan permasalahan dalam penelitian ini. Penulis mengumpulkan
data dengan cara melihat dokumen-dokumen perusahaan yang ada di
website masing-masing perusahaan.
6. Alat Analisis
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
dengan pendekatan kuantitatif yang merupakan suatu metode penelitian yang
mengungkapkan data dan mendeskripsikan sesuai dengan apa adanya.
Penelitian deskriptif bermaksud memaparkan suatu fenomena sebagaimana
adanya atau masalah dalam penelitian deskriptif terkait dengan situasi nyata
yang dihadapi.
8
A. Metode dan Teknik Analisis
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode dan teknik analisis
profitabilitas dengan cara membandingkan laporan laba rugi dengan
menunjukkan data absolut (jumlah dalam rupiah), kenaikkan dan penurunan
dalam jumlah rupiah, kenaikkan dan penurunan dalam persen, perbandingan
yang dinyatakan dalam rasio dan persentase dari total.
B. Alat Analisis Data
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini, penulis menggunakan
Net Profit Margin (NPM), Gross Profit Margin (GPM) dan rasio Revealed
Comparative Advantage (RCA) dengan rumus sebagai berikut:
1. Net Profit Margin (NPM)
Rasio ini menggambarkan secara relatif efisiensi perusahaan setelah
memperhatikan semua biaya dan pajak pendapatan , tetapi tidak termasuk
beban luar biasa.
Formula Net Profit Margin (NPM):
Net Profit Margin = = Net Profit After Tax
X 100 Sales
2. Gross Profit Margin (GPM)
Gross Profit Margin merupakan persentase dari laba kotor (sales – cost
of goods sold) dibandingkan dengan sales. Semakin besar GPM semakin
baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa cost
of goods sold relative lebih rendah dibandingkan dengan sales (Lukman
Syamsuddin, 1985).
9
Formula Gross Profit Margin (GPM):
Gross Profit Margin = = Sales-Cost of Goods Sold
X 100 Sales
Untuk mengukur daya saing suatu komoditas, menggunakan Reveal
Comparative Advantage (RCA), Formulanya sebagai berikut:
Rasio Perbandingan RCA :
X cpo
X total x 100%
10
III Pembahasan
1. Daya Saing Kelapa Sawit Indonesia Menghadapi AFTA
Pada saat ini pengekspor kelapa sawit ada dua negara yaitu, Indonesia dan
Malaysia (www.okezone.com). Dapat diketahui Malaysia mempunyai kendala
untuk mempertahankan pangsa pasarnya dikarenakan keterbatasan lahan untuk
perluasan tanaman. Maka kemapuan Indonesia untuk menggeser pesaing semakin
besar, hal ini disebabkan oleh area perkebunan Indonesia masih bisa diperluas dan
peningkatan produktivitas per unit lahan masih terbuka.
Untuk melihat daya saing industri kelapa sawit Indonesia dapat dilihat dari sisi
penawaran (supply side) dengan melihat biaya produksi yang mencerminkan
efisiensi. Menurut laporan Bank Dunia, industri minyak kelapa sawit Indonesia
adalah industri minyak nabati yang terendah biaya produksinya setelah minyak
kedelai Argentina dan Brazil (Sato, 1997). Menurut Yuri Sato (Sato, 1997),
rendahnya biaya produksi minyak kelapa sawit Indonesia disebabkan oleh
rendahnya tingkat upah buruh di Indonesia, dan karena adanya subsidi pupuk
sehingga harga pupuk menjadi lebih murah.
Indonesia mempunyai daya saing yang kuat dalam industri CPO, bahkan
dengan Malaysia sebagai kompetitor terkuat dalam persaingan di dunia
internasional. Sehingga di antara minyak nabati lainnya, minyak sawit merupakan
minyak nabati yang paling kompetitif di pasar dunia. Apabila kita melihat peluang
Indonesia pada industri minyak nabati, khususnya minyak sawit maka dapat
dikatakan peluang yang ada sangat besar baik pada pasar internasional maupun
domestik. Minyak kelapa yang diproduksi di Indonesia dapat dikatakan stagnan.
Sehingga peran minyak kelapa dalam perdagangan internasional hampir
dikatakan tidak ada, oleh karena itu andalan Indonesia dalam perdagangan
minyak nabati di pasar internasional hanya akan bertumpu pada minyak sawit.
2. Keadaan Industri Kelapa Sawit Indonesia
11
Minyak kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang sangat penting
dalam perekonomian Indonesia. Pentingnya kelapa sawit bagi ekonomi Indonesia
bukan saja disebabkan karena kelapa sawit merupakan salah satu sumber
pendapatan devisa negara tetapi kelapasawit juga merupakan sumber makanan
bagi rakyat Indonesia yaitu sebagai bahan baku industri minyak goreng. Produksi
minyak kelapasawit Indonesia meningkat dengan tajam dari 450.000 ton pada
tahun1976 menjadi 12,11 juta ton pada tahun 2005. Indonesia merupakan
produsen kelapa sawit kedua terbesar setelah Malaysia, yangmenyumbangkan
sebesar 34% dari total produksi minyak kelapa sawitdunia pada tahun 2005.
Sementara Malaysia sebagai produsen terbesar minyak kelapa sawit menyumbang
sebesar 54% dari totalproduksi minyak kelapa sawit dunia. Dalam satu dekade
terakhir, rata-rata pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit Indonesia
mencapai21,67% sementara Malaysia tingkat pertumbuhan produksinya hanya
mencapai 7,7%. Hal ini mengisyaratkan ekspansi yang cepat dari luas areal tanam
dan produksi minyak sawit di negeri ini.
Dengan diberlakukannya ASEAN Free Trade Area (AFTA),Indonesia sebagai
salah satu anggota ASEAN harus mengikuti perjanjian untuk menurunkan tarif
berdasarkan kerangka program CEPT. Perubahan ke arah liberalisasi perdagangan
ini diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan pokok terhadap industri
minyak kelapa sawit Indonesia yang merupakan industri yang sudah syarat
dengan campur tangan pemerintah dalam rangka untuk melindungi industri ini.
3. Analisis Daya Saing Ekspor Industri Kelapa Sawit Indonesia dengan
Negara Malaysia
Pada saat ini, Indonesia dan Malaysia merupakan produsen kelapa sawit
terbesar di dunia. Dalam mengahdapi AFTA Indonesia bersaing dengan negara-
negara ASEAN, terutama Malaysia. Malaysia merupakan kompetitor terkuat
dalam persaingan di dunia internasional.
12
Untuk mengukur daya saing industry Kelapa Sawit antar negara penulis
menggunakan rumus berikut :
Contoh perbandingan industry Kelapa Sawit Indonesia dengan Negara Malaysia :
RCA = X cpo
X total x 100%
Ket :
RCA = Revealed Comparative Advantage
Xcpo = Ekspor Kelapa Sawit Indonesia ( nilai )
Xtotal = Ekspor total Indonesia ( nilai )
Tabel 1.3
Data Pencapaian Hasil Ekspor
Negara Indonesia dan Negara Malaysia
Tahun 2010
Negara Total Ekspor
Total Ekspor
Kelapa Sawit
Indonesia Rp. 1.206.590.351.373.000 Rp. 107.096.081.400.000
Malaysia Rp. 1.606.441.221.000.000 Rp. 170.049.236.200.000
Sumber : www.google.com
Tabel data diatas digunakan untuk menganalisis daya saing ekspor tiap negara
yang menghasilkan Minyak kelapa sawit.
Menganalisis daya saing ekspor tiap Negara (RCA)
1. Indonesia
Rp. 107.096.081.400.000 x 100%
Rp. 1.206.590.351.373.000
= 8,88 %
13
Jadi, persentase daya saing ekspor Minyak Kelapa sawit Indonesia tahun
2010 adalah sebesar 8,88% dari keseluruhan ekspor Indonesia.
2. Malaysia
Rp. 170.049.236.200.000 x 100%
Rp. 1.606.441.221.000.000
= 10,59%
Jadi hasil persentase daya saing ekspor Minyak Kelapa sawit Negara
Malaysia pada tahun 2010 adalah 10,59%.
Tabel 1.4 Data Hasil Perhitungan RCA
Negara Reveal Comparative Advantage
(RCA)
Malaysia 10,59%
Indonesia 8,88%
Sumber : Data yang diolah
Dapat dilihat dari tabel diatas RCA Indonesia lebih rendah dari RCA Malaysia,
maka dapat dikatakan hasil dari perbandingan antara total ekspor minyak kelapa
sawit dengan total ekspor keseluruhan tiap negara menyatakan malaysia memiliki
daya saing minyak kelapa sawit lebih unggul dalam menghadapi AFTA daripada
indonesia, karena hasil dari ekspor minyak kelapa sawit mencapai 10,59% dari
total keseluruhan ekspor Malaysia. Dalam Mengahadapi AFTA pada tahun 2010
Industri kelapa sawit Indonesia masih berada di bawah Malaysia.
14
4. Keadaan Daya Saing Ekspor Industry Minyak Kelapa Sawit Indonesia
Dibanding dengan Malaysia Sebagai Kompetitor Terkuat di Asia Tenggara
Kinerja industri kelapa sawit Indonesia dinilai masih kalah dibanding
Malaysia, terutama di industri olahan minyak sawit. Padahal Indonesia merupakan
produsen minyak sawit terbesar di dunia (www.neraca.co.id).
Menurut Sri Hadisetyana sebagai Kepala Sub Direktorat Industri Hasil
Perkebunan Non Pangan Lainnya Kementerian Perindustrian “Lemahnya daya
saing minyak kelapa sawit Indonesia terhadap Malaysia disebabkan Total ekspor
minyak sawit nasional baru 30% minyak sawit olahan, sedangkan sisanya non-
olahan. Sedangkan di Malaysia, sekitar 70% ekspornya adalah minyak sawit
olahan yang memiliki nilai tambah,”. Menurut Sri, untuk mengejar ketertinggalan
tersebut, saat ini sangat dibutuhkan program hilirisasi sawit. Ada beberapa
masalah dinilai masih menghambat kinerja industri sawit nasional, seperti
penerapan Bea Keluar dan keterbatasan teknologi (www.neraca.co.id).
Menurut Fadhil Hasan selaku Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha
Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Salah satu kebijakan yang masih menjadi
kendala adalah bea keluar (BK) ekspor produk sawit yang diterapkan secara
progresif. Menurutnya, BK progresif tidak tepat lagi diterapkan karena telah
melenceng dari tujuan awalnya untuk menstabilkan harga minyak goreng dalam
negeri. Lantaran itu, kebijakan tersebut dinilai tidak efektif mendorong hilirisasi
industri kelapa sawit (www.regionalinvestment.com).
5. Keterkaitan Perusahaan Kelapa Sawit Terhadap Ekspor di Indonesia
Tabel Dibawah ini menggambarkan keterkaitan perusahaan kelapa sawit
terhadap ekspor di indonesia dan perusahaan yang berpengaruh terhadap ekspor
di Indonesia adalah sebagai berikut:
Tabel 1.5
15
Pengaruh Orientasi Ekspor Perusahaan Kelapa Sawit
Terhadap Total Ekspor Kelapa Sawit di Indonesia
Tahun 2010
Perusahaan Penjualan Ekspor Pertumbuhan
Laba Orientasi Ekspor
Pengaruh
Terhadap Profit
Margin
Indonesia
PT Bakrie Sumatra
Plantation 3.004.453.565.000 527.424.594.000 218,7%
Tiongkok, Iran
Syria, India
,Taiwan,Turki
Ya
PT Gozco Plantation 454.523.171.818 - -21,33%
Fokus Wilayah
Domestik
Tidak
PT Smart Tbk 20.265.425.000.000 16.415.698.000.000 68,41%
China,Fhilipina,Kor
ea, Rusia, Afrika
Ya
PT Tunas Baru
Lampung 2.783.572.757.000 2.276.511.311.000 -1,71%
Rotterdam,Belanda Rendah
Sumber :Annual Report Masing-masing Perusahaan
Dari tabel diatas dapat dilihat PT.Bakrie Sumatera Plantation memiliki
pertumbuhan laba yang paling tinggi dengan peresentasenya sebesar 218,7% dan
segmen orientasi ekspor tersebar di beberapa negara seperti tiongkok, Iran, Syria,
India ,Taiwan,Turki. Maka dapat dikatakan bahwa ekspor kelapa sawit PT. Bakrie
Sumatera Plantation berpengaruh terhadap total ekspor kelapa sawit Indonesia.
Perusahaan yang juga berpengaruh terhadap total ekspor Kelapa sawit adalah
PT. Smart tbk, dilihat dari tabel diatas PT. Smart Tbk mngalami pertumbuhan
laba yang cukup tinggi sebesar 68,42% dan mempunyai segmen orientasi ekspor
kebeberapa negara seperti China, Fhilipina, Korea, Rusia, Afrika.
PT. Tunas Baru Lampung mengalami pertumbuhan laba yang masih lemah
dengan persentase -1,71% dan segmentasi orientasi ekspornya hanya 2 negara,
meskipun masih lemah dalam menghasilkan laba yang maksimal PT. Tunas Baru
Lampung cukup berpengaruh terhadap total ekspor Kelapa sawit Indonesia.
Sedangkan , PT. Gozco Plantation mengalami pertumbuhan laba yang sangat
lemah. Karena, Perusahaan belum melakukan perluasan pasar atau belum
16
melakukan ekspor dan masih fokus melayani pasar Domestik. Maka dapat
dikatakan perusahaan tidak berpengaruh terhadap total ekspor Kelapa Sawit
Indonesia.
6. Kontribusi Perusahaan Kelapa Sawit Terhadap Total Ekspor Kelapa
Sawit Indonesia.
Tabel dibawah ini menggambarkan berapa besar kontribusi perusahaan
kelapa sawit terhadap total ekspor kelapa sawit Indonesia.
Tabel 1.6
Kontribusi Perusahaan Kelapa Sawit
Terhadap Total Ekspor Kelapa Sawit di Indonesia
Tahun 2010
Perusahaan Ekspor Total Ekspor Kelapa
Sawit Indonesia
Kontribusi Terhadap
Total Ekspor Kelapa
Sawit Indonesia
PT Bakrie Sumatra
Plantation 527.424.594.000 107.096.081.400.000
0,49%
PT Gozco Plantation - 107.096.081.400.000 -
PT Smart Tbk 16.415.698.000.000 107.096.081.400.000
15,39%
PT Tunas Baru
Lampung 2.276.511.311.000 107.096.081.400.000
2,13%
Perusahaan Kelapa
Sawit Indonesia
Lainnya
87.876.447.495.000 107.096.081.400.000 82,05%
Sumber : Annual Report masing-masing perusahaan
Dari tabel diatas PT. Bakrie Sumatera Plantation dan PT. Tunas Baru
Lampung memiliki kontribusi yang masih lemah terhadap Daya saing kelapa
sawit indonesia yaitu masing-masing sebesar 0,49% dan 2,13% disebabkan masih
rendahnya tingkat produksi kelapa sawit yang dihasilkan PT. Bakrie Sumatera
Plantation PT. Tunas Baru Lampung.
PT. Smart Tbk mempunyai kontribusi cukup besar terhadap Daya saing kelapa
sawit Indonesia dengan persentase kontribusi sebesar 15,39% karena PT. Smart
17
Tbk memiliki tingkat produksi yang cukup tinggi. Sedangkan, PT. Gozco
Plantation tidak memiliki kontribusi terhadap Daya saing Kelapa sawit Indonesia
karena masih fokus pada wilaya domestik.
BAB V
18
IV. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Berdasarka analisis yang dilakukan dari empat perusahaan yang mewakili
pengukuran seberapa besar perusahaan menghasilkan laba dengan
menggunakan Net Profit Margin (NPM) dan Gross Profit Margin (GPM)
perusahaan yang dapat bersaing di Industri Kelapa Sawit dengan negara lain
dalam AFTA adalah PT. Bakrie Sumatera Plantation, karena pertumbuhan
NPM dan GPM perusahaan selama periode yang dianalisis yaitu tahun 2009
sampai dengan tahun 2010 selalu mengalami peningkatan dengan persentase
yang lebih tinggi di bandingkan dengan perusahaan lain. Sedangkan PT.
Gozco Plantation mempunyai daya saing yang sangat sangat lemah, karena
selama dua periode tersebut NPM perusahaan mengalami penurunan yang
cukup signifikan yaitu sebesar 14,73%. Dari perusahaan industri kelapa sawit
yang diteliti, perusahaan yang masih lemah dalam menghadapi daya saing
adalah PT. Smart Tbk dan PT. Tunas Baru Lampung, karena kedua
perusahaan tersebut dalam menghasilkan laba masih lemah.
2. Indonesia dan Malaysia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia.
Dengan demikian, maka Malaysia merupakan kompetitor persaingan terkuat
bagi Indonesia dalam persaingan dalam menghadapi AFTA. Dari perhitungan
Revealed Comparative Advantage (RCA) yang digunakan untuk menentukan
persaingan di Industri Kelapa Sawit antara kedua negara yaitu Indonesia dan
Malaysia yang lebih unggul menghadapi daya saing Industri Kelapa Sawit
pada periode 2009 sampai dengan 2010. Dari perhitungan RCA kedua negara
tersebut, Malaysia memiliki daya saing yang lebih kuat dibandingkan dengan
Indonesia dengan rasio Revealed Comparative Advantage sebesar 10,59%
sedangkan indonesia 8,88%. Lemahnya Indonesia dalam menghadapi daya
saing kelapa sawit terhadap Malaysia disebabkan oleh beberapa masalah yang
19
masih menghambat kinerja industri sawit nasional, seperti penerapan Bea
Keluar dan keterbatasan teknologi.
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan diatas dapat dilihat bahwa produktivitas
kelapa sawit di indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara malaysia
sehingga membuat malaysia lebih unggul dalam industri kelapa sawit, maka
sebaiknya pemerintah lebih memperhatikan lagi untuk memperluas lahan industri
untuk meningkatkan produktivitas industri kelapa sawit di Indonesia dan harus
tetap mengutamakan kualitas agar tetap bertahan di AFTA.
20
DAFTAR PUSTAKA
Apridar. “ Ekonomi Internasional : Sejarah, Teori, Konsep dan Permasalahan
dalam Aplikasinya”, Graha Ilmu, 2009.
Zuhal. “Knowledge & Innovation : Platform Kekuatan Daya Saing”, Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama, 2010.
Tandjung, Martolop. “ Aspek dan Prosedur Ekspor-Impor” , Jakarta : Salemba
Empat, 2011.
Nuryanti, Sri. “Nilai Strategis Industri Sawit”, Jurnal Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2008.
Sari, Dewita Mega. “Analisis Daya Saing dan Strategi Ekspor Kelapa Sawit
(CPO) Indonesia di Pasar Internasional”, Jurnal Ekonomi, 2008.
http://www.depdag.go.id/files/publikasi/djkipi/afta.htm
http://www.scribd.com/doc/23830570/AFTA
http://andriaditya.wordpress.com/2007/06/21/indonesia-dan-afta/
http://organisasi.org/pengertian_definisi_macam_jenis_dan_penggolongan_indust
ri_di_indonesia_perekonomian_bisnis
http://www.export-import-indonesia.com/blog/daftar-produk-utama-
indonesia.html
http://www.bakriesumatera.com/new/index.php?option=com_financialinfo&task=
category&id=23&Itemid=38
http://www.gozco.com/investor/document/annual/Gozco%20Annual%20Report%
202010.pdf
http://www.smart-tbk.com/pdfs/Annual%20Report/AR%20SMART%202010.pdf
21
http://www.tunasbarulampung.com/investor/financial/financial-
statement/category/3-2010
http://www.kppu.go.id/docs/Positioning_Paper/sawit.pdf
http://www.infogue.com/viewstory/2010/08/20/potensi_indonesia_memenangi_pe
rsaingan_bisnis_komoditas_sawit_/?url=http://palmoil4nation.com/artikel/potensi
-indonesia-memenangi-persaingan-bisnis-komoditas-sawit
http://www.neraca.co.id/2011/10/04/industri-sawit-ri-masih-kalah-dari-malaysia/
http://www.idx.co.id