Post on 12-Mar-2019
ANALISIS PENGGUNAAN MODEL Z-SCORE PADAPERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA
(Skripsi)
Oleh
KEVIN CHRISTYAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
ABSTRACT
ANALYSIS OF THE USE OF Z-SCORE MODELFOR THE COMPANIES THAT LISTED IN INDONESIAN STOCK EXCHANGE
By
Kevin Christyan
The goal of this research is to analyze is there is the difference between thecompanies that on time at reporting its financial report and the companies that late atreporting its financial report in its financial health condition according to z-scoremodel.
The population used are the companies that listed in Indonesian stock exchange until2015. The sample selection was done by purposive judgment sampling method. Thesample used was 94 companies from all sector listed in Indonesian stock exchangeexcept for the banking sector.
The result of this research showed that, in 2015 there are 5 manufacturing companiesthat qualified as companies with good financial condition according to z-score, 21manufacturing companies that qualified as companies in grey area according to z-score, 28 manufacturing companies that qualified as companies with bad financialcondition/bankrupt according to z-score, there are 11 non-manufacturing companiesthat qualified as companies with good financial condition according to z-score, 17non-manufacturing companies that qualified as companies in grey area according toz-score, and there are 12 non-manufacturing companies that qualified as companieswith bad financial condition/bankrupt according to z-score. Independent sample t testshow that there is a difference between the z-score value of manufacturing companiesthat on time at reporting its financial report and the z-score value of manufacturingcompanies that late at reporting its financial report with a probability level of 0,559higher than significance level of 0,05, independent sample t test also show that thereis a difference between the z-score value of non-manufacturing companies that ontime at reporting its financial report and the z-score value of non-manufacturingcompanies that late at reporting its financial report with a probability level of 0,023smaller than significance level of 0,05.
Keyword : Company’s bankruptcy analysis, Altman Z-Score
ABSTRAK
ANALISIS PENGGUNAAN MODEL Z-SCORE PADA PERUSAHAAN YANGTERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh
Kevin Christyan
Penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan tingkat kesehatankeuangan antara perusahaan yang melaporkan laporan keuangan tepat waktu danperusahaan yang terlambat melaporkan laporan keuangan berdasarkan perhitungan z-score.
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar di BEI hingga tahun2015. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel yangdigunakan dalam penelitian ini sebanyak 94 perusahaan dari seluruh sektor usahayang terdaftar di BEI kecuali perusahaan di sektor perbankan.
Hasil dari penelitian ini adalah pada tahun 2015 terdapat 5 perusahaan sektormanufaktur yang dikategorikan sehat menurut perhitungan z-score, 21 perusahaansektor manufaktur yang dikategorikan termasuk dalam grey area menurutperhitungan z-score, 28 perusahan sektor manufaktur yang dikategorikanbangkrut/tidak sehat secara keuangan menurut perhitungan z-score, terdapat 11perusahaan sektor non-manufaktur yang dikategorikan sehat menurut perhitungan z-score, 17 perusahaan sektor non-manufaktur yang dikategorikan termasuk dalam greyarea menurut perhitungan z-score, dan 12 perusahan sektor non-manufaktur yangdikategorikan bangkrut/tidak sehat secara keuangan menurut perhitungan z-score.Uji independent sample t test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaansignifikan antara nilai z-score perusahaan manufaktur yang tepat waktu melaporkanlaporan keuangan dan nilai z-score perusahaan manufaktur yang terlambatmelaporkan laporan keuangan dengan tingkat probabilitas 0,559 lebih besardibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05 dan uji independent sample t test jugamenunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara nilai z-score perusahaannon-manufaktur yang tepat waktu melaporkan laporan keuangan dan nilai z-scoreperusahaan non-manufaktur yang terlambat melaporkan laporan keuangan dengantingkat probabilitas 0,023 lebih kecil dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05.
Kata Kunci : Analisis kebangkrutan perusahaan, Altman Z-Score
ANALISIS PENGGUNAAN MODEL Z-SCORE PADAPERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
Oleh
KEVIN CHRISTYAN
SKRIPSISebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan AkuntansiFakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNISUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2017
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 31 Agustus 1994, sebagai anak
pertama dari tiga bersaudara dari bapak Perli dan Ibu Hamka Meidyanti.
Pendidikan Taman Kanak-kana (TK) Fransiskus 1 Bandar Lampung diselesaikan
tahun 2000, Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Fransiskus 1 Bandar Lampung
pada tahun 2006, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Fransiskus 1 Bandar Lampung
pada tahun 2009, Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Fransiskus Rajabasa
diselesaikan pada tahun 2012, dan LPBM Teknokrat pada tahun 2013.
Tahun 2013 , penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN. Selama menjadi
mahasiswa penulis pernah menjadi Board Divisi 2 EEC Unila pada tahun 2014.
Penulis juga telah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2015 selama 40
hari di Desa Wiratama, Kecamatan Penawartama, Kabupaten Tulang Bawang.
MOTTO
Stay hungry, stay foolish
(Steve Jobs)
Life become easier when you learn accept
the apology you never got.
(R. Brault)
It is not the strongest species that survive, nor the most intelligent,
but the most responsive to change.
(Charles Darwin)
Tuhan adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya.
Aku tertolong sebab itu beria-ria hatiku, dan dengan nyanyianku aku bersyukur
kepada-Nya.
(Mzm 28:7)
Be on your guard, stand firm in the faith, be courageous; be strong.
(1Cor 16:13)
PERSEMBAHAN
Puji dan syukurku persembahkan kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa serta Tuhan
Yesus, yang telah memberikan penyertaan, kekuatan dan pertolongan tiada henti
kepada penulis.
Kupersembahkan skripsi ini kepada :
1. Kedua orangtuaku tercinta, papa dan mama. Terimakasih atas segala kasih
sayang, doa, dukungan, pengorbanan, dan segala sesuatunya yang telah
diberikan.
2. Adik-adikku yang tercinta, atas segala dukungan, doa dan motivasi yang
selalu diberikan.
3. Sahabat dan teman-teman, atas dukungan dan keceriaan selama ini.
4. Almamaterku Tercinta, Universitas Lampung.
SANWACANA
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Bapa Yang Maha Kuasa,
Karena berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Skripsi dengan Judul “Analisis Penggunaan Model Z-Score pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia” adalah salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung.
Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang tulus kepada
semua pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan selama
proses penyelesaian skripsi ini. Secara khusus, penulis mengucapkan terimakasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Ibu Dr. Farichah, S.E.,M.Si.,Akt., selaku Ketua Jurusan Akuntansi.
3. Bapak Drs. Ahmad Zubaidi Indra, M.M., C.A., C.P.A., selaku Dosen
Pembimbing Utama, atas kesediaannya untuk memberikan waktu, bimbingan,
nasihat, dan dukungan selama proses penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si., selaku sekertaris Jurusan Akuntansi.
5. Ibu Yunia Amelia S.E., M.Acc., Akt. Selaku Pembimbing Pendamping, atas
kesediaannya untuk memberikan waktu, bimbingan, nasihat, dan dukungan
selama proses penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak Dr. Tri Joko Prasetyo, S.E., M.Si., M.S.Ak., Akt. Selaku Penguji
Utama, atas masukan, arahan, dan nasihat yang telah diberikan dalam
penyelesaian skripsi.
7. Ibu Dewi Sukmasari, S.E., M.S.A., C.A., Akt., sebagai Dosen Pembimbing
Akademik yang telah memberikan bimbingan, masukan, arahan dan nasihat
sehingga penulis dapat menyelesaikan proses belajar.
8. Seluruh Dosen dan Karyawan di Jurusan Akuntansi atas semua bimbingan,
pengajaran, pelayanan, serta bantuan yang telah diberikan.
9. Kedua Orangtua, Papa Perli dan Mama Hamka Meidyanti yang tiada hentinya
berdoa dan berjuang untuk kesuksesanku. Terimakasih atas doa, dukungan,
motivasi dan inspriasinya selama ini.
10. Kedua adikku, Ivan Sebastian dan Fraderico Marvel yang selalu memberikan
dukungan, doa, dan motivasi dalam kelancaran proses kuliah dan proses
penyelesaian skripsi ini.
11. Sahabat-sahabatku, Yonathan Samudro, Febriana Dwi Astuti, Yohanes Irfan
Sena, Made Yuddhistira, Wahyu Saputra, Julian Saputra, serta Aditya Rizki
Saputra, semoga selalu terjaga kekompakkannya.
12. Senior-seniorku, Bang Roy, Bang Regiza, Bang Fathur, Bang Argi, Bang
Fiqar, Beli Nyoman, terimakasih atas nasihat serta keceriaan selama ini.
13. Terimakasih untuk semua pihak yang telah membantu penulisdalam
menyelesaikan skripsi ini, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis berdoa semoga segala bantuan yang diberikan mendapatkan balasan dari
Allah Bapa Yang Maha Kuasa. Akhir Kata penulis memohon maaf jika terdapat
kekurangan dalam skripsi ini dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan
pengetahuan bagi para pembacanya.
Bandar Lampung, 8 November 2017Penulis,
Kevin Christyan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………... i
DAFTAR TABEL…….………………………………………………………….. iv
DAFTAR GAMBAR….………………………………………………………….. v
DAFTAR LAMPIRAN..………………………………………………………… vi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….. 1
1.2 Perumusan Masalah……………..…………………………………………. 4
1.3 Batasan Masalah………………………………………………………….. 4
1.4 Tujuan Penelitian…………………………………………………………. 4
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………………... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori dan Telaah Pustaka……………………………………… 6
2.1.1 Laporan Keuangan……………………………………………………….. 6
2.1.2 Analisis Laporan Keuangan……………………………………………… 9
2.1.3 Pengertian Perusahaan……………………………………………………. 11
2.1.4 Sektor-sektor usaha di Bursa Efek Indonesia…………………………….. 11
2.1.5 Pengertian Kebangkrutan………………………………………………….13
2.1.6 Model kebangkrutan Z-Score……………………………………………... 15
2.2 Penelitian Terdahulu……………………………………………………… 16
2.3 Hipotesis…………………………………………………………………. 19
2.4 Kerangka Pemikiran……………………………………………………… 19
III. METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Sumber Data…………………………………………………… 20
3.2 Teknik Pengumpulan Data………………………………………………. 20
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian………………………………………….. 20
3.4 Variabel Penelitian……………………………………………………….. 21
3.4.1 Model Kebangkrutan Z-Score……………………………………………..21
3.4.2 Peraturan Bapepam Nomor X.K.2………………………………………... 23
3.5 Teknik Analisis Data………………………………………………………24
3.6 Statistik Deskriptif……………………………………………………….. 24
3.6.1 Uji Normalitas……………………………………………………………..24
3.6.2 Uji Beda…………………………………………………………………... 25
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisis Data……………………………………………………………... 27
4.2 Deskriptif Variabel Penelitian……………………………………………. 28
4.2.1 Nilai Z-Score…………………………………………………………….. 28
4.2.2 Uji Normalitas…………………………………………………………….30
4.2.3 Uji Beda………………………………………………………………….. 31
4.2.3.1 Independent Sample t Test…………………………………………...… 31
4.3 Pembahasan………………………………………………………………. 33
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan………………………………………………………………. 39
5.2 Keterbatasan Penelitian……………………………………………………42
5.3 Saran……………………………………………………………………… 42
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Sembilan Sektor di BEI……………………………………………. 11
Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu……………………………………………….. 16
Tabel 4.1. Kriteria Pengambilan Sampel………………………………………. 27
Tabel 4.2. Statistik Deskriptif Perusahaan Manufaktur………………………... 28
Tabel 4.3. Statistik Deskriptif Perusahaan Non-maunfaktur…………………… 29
Tabel 4.4. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk pada Perusahaan Manufaktur….. 30
Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas Shapiro-Wilk pada Perusahaan Non-manufaktur 31
Tabel 4.6. Hasil Independent Sample t Test pada Perusahaan Manufaktur……… 32
Tabel 4.7. Hasil Independent Sample t Test pada Perusahaan Non-manufaktur… 33
Tabel 4.8. Matriks Perbandingan Besaran Nilai Z-Score Antara
Perusahaan Sektor Manufaktur yang Tepat Waktu
Melaporkan Laporan Keuangan dan yang Terlambat
Melaporkan Laporan Keuangan……………………………………… 34
Tabel 4.9. Matriks Perbandingan Besaran Nilai Z-Score Antara
Perusahaan Sektor Manufaktur yang Tepat Waktu
Melaporkan Laporan Keuangan dan yang Terlambat
Melaporkan Laporan Keuangan……………………………………… 36
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Hasil Uji Normalitas Perusahaan Manufaktur.
Lampiran II Hasil Uji Normalitas Kelompok Perusahaan Sektor Manufaktur
yang Tepat Waktu Melaporkan Laporan Keuangan Tahunan
Dengan Uji Shapiro-Wilk (Scatter Plot).
Lampiran III Hasil Uji Normalitas Kelompok Perusahaan Sektor Manufaktur
yang Terlambat Melaporkan Laporan Keuangan Tahunan
Dengan Uji Shapiro-Wilk.
Lampiran IV Statistik Deskriptif Perusahaan Manufaktur.
Lampiran V Hasil Independent Samples Test Perusahaan Manufaktur.
Lampiran VI Hasil Uji Normalitas Perusahaan Non-manufaktur.
Lampiran VII Hasil Uji Normalitas Kelompok Perusahaan Sektor Non-
manufaktur yang Tepat Waktu Melaporkan Laporan Keuangan
Tahunan Dengan Uji Shapiro-Wilk (Scatter Plot).
Lampiran VIII Hasil Uji Normalitas Kelompok Perusahaan Sektor Non-
manufaktur yang Terlambat Melaporkan Laporan Keuangan
Tahunan Dengan Uji Shapiro-Wilk.
Lampiran IX Statistik Deskriptif Perusahaan Non-manufaktur.
Lampiran X Hasil Independent Samples Test Perusahaan Non-manufaktur.
Lampiran XI Perhitungan Z-score Perusahaan Manufaktur.
Lampiran XII Perhitungan Z-score Perusahaan Non-manufaktur.
Lampiran XIII Perusahaan Manufaktur yang Tepat Waktu Melaporkan
Laporan Keuangan.
Lampiran XIV Perusahaan Manufaktur yang Terlambat Melaporkan Laporan
Keuangan.
Lampiran XV Perusahaan Non-manufaktur yang Tepat Waktu Melaporkan
Laporan Keuangan.
Lampiran XVI Perusahaan Non-manufakturyang Terlambat Melaporkan
Laporan Keuangan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi global tentu tidak terlepas dari pertumbuhan penduduk dan
pertumbuhan teknologi. Meningkatnya pertumbuhan penduduk serta kemajuan
teknologi di masa sekarang menyebabkan banyak industri yang berlomba-lomba
dalam meningkatkan teknologinya dalam segala bidang untuk memenuhi
permintaan yang semakin bertambah tersebut serta untuk memperluas pasaran
produknya. Dengan adanya peningkatan teknologi dan perluasan pasar otomatis
perusahaan akan membutuhkan modal yang besar.
Salah satu cara untuk mendapatkan modal tersebut adalah melalui pasar modal
dengan cara menerbitkan saham. Dengan menerbitkan saham, perusahaan dapat
menghimpun dana dari para investor yang ingin menanamkan modalnya di
perusahaan tersebut. Agar dapat menarik minat investor tentu perusahaan harus
menyajikan kinerja keuangan mereka melalui laporan keuangan. Dengan
demikian para investor dapat melihat keuntungan yang dapat mereka peroleh jika
mereka menginvestasikan dana mereka di perusahaan tersebut.
2
Selain itu, laporan keuangan juga dapat menyajikan informasi mengenai potensi
yang dimiliki oleh perusahaan untuk going concern. Dengan demikian pihak-
pihak yang berkepentingan dengan perusahaan seperti pemilik, investor,
karyawan, pemerintah, serta pemasok dapat mengetahui apakah perusahaan dapat
terus menjalankan bisnis atau tidak (Gulung tikar) secara keuangan.
Gulung tikar atau yang lebih dikenal dengan istilah bangkrut atau kebangkrutan
adalah ketidakmampuan yang dinyatakan secara legal oleh individu atau
organisasi untuk membayar kreditur mereka. Menurut Supardi dan Mastuti(2003),
kebangkrutan (Bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan
dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Sedangkan
menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1998, kebangkrutan adalah keadaan
dimana suatu institusi dinyatakan oleh keputusan pengadilan bila debitur memiliki
dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh
tempo dan dapat ditagih. Untuk menprediksi kebangkrutan suatu perusahaan dapat
dilakukan beberapa analisa terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Salah
satunya dengan menggunakan model Z-Score.
Model Z-Score adalah suatu model prediksi kebangkrutan yang ditemukan oleh
Edward I. Altman(1968). Model Z-Score menggunakan metode Multiple
Discriminant Analysis dengan lima jenis rasio keuangan yaitu working capital to
total asset, retained earning to total asset, earning before interest and taxes to
total asset, market value of equity to book value of total debts, dan sales to total
asset. Menurut Letza, et al. (2003), model Z-score merupakan model yang
3
memelopori model multi discriminant analysis dan telah digunakan secara luas di
seluruh dunia.
Menurut Hadi dan Anggraeni (2008), model prediksi Altman atau Z-Score
merupakan prediktor terbaik diantara ketiga model prediksi kebangkrutan yaitu
model Zmijewski dan model Springate. Menurut Hadi dan Anggraeni (2008),
hasil studi Altman ternyata mampu memperoleh tingkat ketepatan prediksi
sebesar 95% untuk data satu tahun sebelum kebangkrutan, dan 72% untuk data
dua tahun sebelum kebangkrutan. Menurut Gamayuni (2011),model Z-Score
terbukti akurat untuk memprediksi kebangkrutan (dengan tingkat reliabilitas 70-
80%).
Hingga saat ini model Z-Score merupakan model yang paling banyak digunakan
oleh para peneliti, praktisi, maupun para akademisi di bidang akuntansi dalam
memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan dibandingkan model-model prediksi
kebangkrutan lainnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti ingin mengajukan judul penelitian
sebagai berikut : “Analisis Penggunaan Model Z-Score pada Perusahaan yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”
4
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan
permasalahan yang akan diteliti adalah sebagai berikut :
1. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai Z-score perusahaan
sektor manufaktur yang tepat waktu melaporkan laporan keuangan tahunan dan
perusahaan yang tidak tepat waktu melaporkan laporan keuangan tahunan pada
tahun 2015?
2. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai Z-score perusahaan
sektor non-manufaktur yang tepat waktu melaporkan laporan keuangan
tahunan dan perusahaan yang tidak tepat waktu melaporkan laporan keuangan
tahunan pada tahun 2015?
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini adalah model Z-Score hanya digunakan untuk
menguji tingkat kesehatan perusahaan yang tepat waktu dan yang tidak tepat
waktu melaporkan laporan keuangan.
1.4. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah untuk mengetahui Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai
Z-score perusahaan yang tepat waktu melaporkan laporan keuangan tahunan dan
perusahaan yang tidak tepat waktu melaporkan laporan keuangan tahunan pada
tahun 2015.
5
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan
untuk dapat memperbaiki hasil kinerja keuangan perusahaan sekaligus
dalam pengambilan keputusan.
2. Bagi calon investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
informasi dalam menentukan rencana investasi pada perusahaan-
perusahaan yang mewakili seluruh sektor industri yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
3. Bagi peneliti lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber
informasi bagi penelitian lanjutan tentang prediksi kebangkrutan model Z-
Score.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori dan Telaah Pustaka
2.1.1. Laporan Keuangan
Menurut Reeve et al (2009) laporan keuangan adalah laporan atas rangkuman
transaksi tercatat yang kemudian disiapkan bagi para pengguna yang
membutuhkan informasi akuntansi.
Menurut Harahap (2011), laporan keuangan merupakan media yang paling
penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan. Laporan
keuangan digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha
suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Pada dasarnya,
laporan keuangan adalah hasil dari proses pencatatan, penggolongan dan
peringkasan dari kejadian-kejadian yang bersifat keuangan sebagai alat
komunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-
pihak yang memerlukan laporan keuangan.
Menurut Kasmir (2011) laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan
kondisi perusahaan saat ini. Kondisi perusahaan terkini maksudnya adalah
keadaan keuangan perusahaan pada tanggal tertentu (untuk neraca) dan periode
7
tertentu (untuk laporan laba rugi). Menurut Kasmir (2011), pihak-pihak yang
memerlukan laporan keuangan diantaranya sebagai berikut:
1. Pemilik perusahaan
Pemilik perusahaan yang pimpinannya diserahkan kepada manajer,
memerlukan laporan keuangan untuk melihat perkembangan dan
kemajuan perusahaan dalam suatu periode. Kemajuan ini dilihat dari
kinerja manajer dalam memimpin perusahaannya dan kesuksesan seorang
manajer diukur atau dinilai dari laba yang diperoleh perusahaan.
2. Manajemen
Bagi pihak manajemen, laporan keuangan merupakan alat
pertanggungjawaban pengelolaan kepada pemilik perusahaan. Selain itu,
laporan keuangan digunakan manajemen untuk mengukur tingkat biaya
dari berbagai kegiatan perusahaan, menilai dan mengevaluasi kinerja
mereka dalam suatu periode untuk melihat kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki perusahaan sehingga dapat menjadi dasar untuk manajemen dalam
pengambilan keputusan di masa yang akan datang.
3. Kreditor
Kreditor adalah pihak penyandang dana bagi suatu perusahaan seperti
bank atau lembaga keuangan lainnya. Pihak kreditor sebelum mengambil
keputusan untuk memberi atau menolak permintaan kredit dari suatu
perusahaan, perlu mengetahui terlebih dahulu posisi keuangan dari
perusahaan yang bersangkutan.Laporan keuangan diperlukan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang, beban bunga,
juga untuk mengetahui apakah kredit yang akan diberikan itu cukup
8
mendapat jaminan dari perusahaan tersebut. Bagi pihak kreditor, prinsip
kehati-hatian dalam menyalurkan dana (pinjaman) kepada berbagai
perusahaan sangat diperlukan karena pihak kreditor tidak ingin usaha yang
dibiayainya mengalami kegagalan dalam hal pembayaran kembali
peminjaman tersebut (macet).
4. Investor
Investor adalah pihak yang hendak menanamkan modal di suatu
perusahaan. Para investor berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu
perusahaan sebagai penentuan kebijaksanaan penanaman modalnya,
apakah perusahaan mempunyai prospek yang baik dan akan memperoleh
keuntungan dimasa mendatang.
5. Pemerintah
Pemerintah mewajibkan kepada setiap perusahaan untuk menyusun dan
melaporkan keuangan perusahaan secara periodik.Hal ini untuk
menentukan besarnya pajak yang harus dibayar perusahaan tersebut.
Laporan akuntansi yang disajikan harus relevan dengan kebutuhan dari masing-
masing pemakai.Oleh karena itu, analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan
untuk memahami informasi laporan keuangan.
Menurut Kasmir (2011), secara umum ada lima macam jenis laporan keuangan
yang biasa disusun, yaitu:
1. Laporan Posisi Keuangan (Statement Financial)
Laporan posisi keuangan adalah laporan yang menunjukkan posisi
keuangan perusahaan pada waktu tertentu.Laporan ini menggambarkan
9
posisi aset, kewajiban dan modal suatu perusahaan pada waktu/tanggal
tertentu.
2. Laporan Laba Rugi (Income Statement)
Laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang menggambarkan hasil
usaha perusahaan dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini
menunjukkan jumlah pendapatan dan jumlah biaya, yang jika terdapat
selisih akan menghasilkan laba/rugi.
3. Laporan Perubahan Modal (Statement of Owner Equity)
Laporan perubahan modal adalah laporan yang berisi jumlah dan jenis
modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini. Laporan ini dibuat jika
terjadi perubahan modal.
4. Laporan Arus Kas (Cash Flow Statement)
Laporan ini menyajikan informasi aliran kas masuk atau keluar pada suatu
periode yang merupakan hasil dari kegiatan pokok perusahaan, yaitu
operasi, investasi dan pendanaan.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
Catatan atas laporan keuangan adalah laporan yang memberikan informasi
apabila ada laporan keuangan yang memerlukan penjelasan tertentu.
2.1.2. Analisis Laporan Keuangan
Analisis Laporan Keuangan (Financial statement analysis) terdiri atas aplikasi
alat-alat dan teknik-teknik analitis laporan keuangan dan data relevan lainnya
untuk menggali informasi yang berfaedah. Analisis laporan keuangan biasanya
didasarkan pada laporan keuangan terbitan perusahaan dan informasi ekonomi
10
lainnya tentang perusahaan dan industrinya. Sumber utama informasi ini adalah
laporan tahunan. Tujuan pokok analisis keuangan adalah memprediksi kinerja
yang akan datang.
Menurut Kasmir (2011) langkah yang dilakukan dalam analisis laporan keuangan
adalah:
1. Mengumpulkan data keuangan dan data pendukung yang diperlukan
selengkap mungkin.
2. Melakukan pengukuran-pengukuran atas perhitungan-perhitungan dengan
rumus tertentu.
3. Melakukan perhitungan dengan memasukkan angka-angka yang ada
dalam laporan keuangan.
4. Memberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran yang
telah dibuat.
5. Membuat laporan tentang posisi keuangan perusahaan.
6. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil
analisis tersebut.
Analisis laporan keuangan tidak hanya dilakukan untuk satu periode laporan
keuangan saja, melainkan untuk beberapa periode tertentu.Hal ini dilakukan untuk
membandingkan laporan keuangan. Adapun jenis-jenis teknik analisis laporan
keuangan (Kasmir, 2011) adalah analisis perbandingan antar laporan keuangan,
analisis trend, analisis presentase per komponen, analisis sumber dan penggunaan
dana, analisis sumber dan penggunaan kas, analisis rasio, analisis kredit, analisis
laba kotor, dan analisis titik pulang pokok (break even point).
11
2.1.3. Pengertian Perusahaan
Menurut Polak (1979), pengertian perusahaan dari sudut komersil artinya baru
dikatakan perusahaan apabila diperlukan perhitungan laba rugi yang dapat
diperkirakan dan dicatat dalam pembukuan. Yang dimaksud dengan Laba adalah
tujuan utama dari setiap perusahaan, jika tidak demikian berarti bukan
perusahaan dan tidak mempersoalkan perusahaan sebagai badan usaha.
Menurut Muhammad,berdasarkan tinjauan hukum, istilah perusahaan mengacu
pada badan hukum dan perbuatan badan usaha dalam menjalankan usahanya.
Lebih lanjut, perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan
berkumpulnya semua faktor produksi.
2.1.4. Sektor-sektor Usaha di Bursa Efek Indonesia
Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dibagi menjadi sembilan
sektor. Pembagian perusahaan ke dalam sembilan sektor ini disebut juga JASICA
(Jakarta Industrial Classification). Pembagian ini mulai diperkenalkan pada
tanggal 28 Desember 1995.
Kesembilan sektor tersebut yaitu :
Tabel 2.1. Sembilan Sektor di Bursa Efek Indonesia
A. Sektor-sektor Primer (Ekstraktif)Sektor 1 : Pertanian : Perkebunan
PerternakanPerikananLainnya.
Sektor 2 : Pertambangan BatubaraMigasBatu-batuan
12
Lanjutan Tabel 2.1.
LainnyaB. Sektor-sektor Sekunder (Industri Pengolahan/ Manufaktur)
Sektor 3 : Industri Dasar dan Kimia SemenKeramik, porselen dan kacaKimiaPlastik dan kemasanPakan ternakKayu dan olahannyaPulp dan kertas
Sektor 4 : Aneka Industri OtomotifTekstil dan garmenAlas kakiKabelElektronikaLainnya
Sektor 5 : Industri Barang Konsumsi Makanan dan minumanRokokFarmasiKosmetik dan barang kebutuhan rumahtanggaPeralatan rumah tangga
C. Sektor-sektor TersierSektor 6 : Properti dan Real Estate Properti dan real estate
Konstruksi dan bangunanLainnya
Sektor 7 : Transportasi dan Infrastruktur EnergiJalan tol, pelabuhan, bandara dansejenisnyaTelekomunikasiKonstruksi Non-bangunan
Sektor 8 : Keuangan BankLembaga pembiayaanPerusahaan efekAsuransiLainnya
Sektor 9 : Perdagangan, Jasa danInvestasi
Perdagangan besar barang produksi(Grosir)Perdagangan eceran (Ritel)Advertising, printing dan mediaRestoran, hotel, dan pariwisataKesehatanJasa komputer dan perangkatnyaPerusahaan investasiLainnya
Sumber : www.sahamok.com
13
2.1.5. Pengertian Kebangkrutan
Menurut Supardi dan Mastuti (2003),kebangkrutan (Bankruptcy) dapat diartikan
sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk
menghasilkan laba. Menurut Lesmana (2003), kebangkrutan adalah sebagai
berikut “Resiko kebangkrutan berhubungan dengan ketidakpastian mengenai
kemampuan atas suatu perusahaan untuk melanjutkan kegiatan operasinya jika
kondisi keuangan yang dimiliki mengalami penurunan”.
Sedangkan menurut Undang-Undang No. 4 Tahun 1998, kebangkrutan adalah
keadaan dimana suatu institusi dinyatakan oleh keputusan pengadilan bila debitur
memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu utang yang
telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Undang-undang ini juga menyatakan bahwa
apabila debitur adalah perusahaan perbankan, maka permohonan pernyataan pailit
hanya dapat di ajukan oleh Bank Indonesia. Menurut Martin et.al (1995),
kebangkrutan dapat didefinisikan kedalam beberapa pengertian :
1. Kegagalan ekonomi (economic failure)
Kegagalan dalam arti ekonomi biasanya berarti bahwa perusahaan kehilangan
uang atau pendapatan perusahaan tidak menutup biayanya sendiri, ini berarti
tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari arus kas
perusahaan lebih kecil dari kewajiban.Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya
dari perusahaan tersebut jatuh di bawah arus kas yang diharapkan.Bahkan
kegagalan dapat juga berarti bahwa pendapatan atas biaya historis dari
investasinya lebih kecil daripada biaya modal perusahaan.
14
2. Kegagalan keuangan (financial failure)
Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi yang membedakan antara
dasar arus kas dan dasar saham. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk:
Insolvensi teknis (technical insolvency).
Perusahaan dapat dianggap gagal jika perusahaan, tidak dapat memenuhi
kewajiban pada saat jatuh tempo. Walaupun total aktiva melebihi total utang
atau terjadi bila suatu perusahaan gagal memenuhi salah satu atau lebih
kondisi dalam ketentuan hutangnya seperti rasio aktiva lancar terhadap utang
lancar yang telah ditetapkan atau rasio kekayaan bersih terhadap total aktiva
yang disyaratkan. Insolvensi teknis juga terjadi bila arus kas tidak cukup
untuk memenuhi pembayaran bunga pembayaran kembali pokok pada tangga
tertentu.
Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan (Insolvency in Bankrupcy).
Dalam pengertian ini kebangkrutan didefinisikan dalam ukuran sebagai
kekayaan bersih negatif dalam neraca konvensional atau nilai sekarang dari
arus kas yang diharapkan lebih kecil dari kewajiban.
Legal Bankrupcy
Istilah kebangkrutan yang digunakan untuk setiap perusahaan yang gagal.
Setiap perusahaan tidak dapat dikatakan sebagai bangkrut secara hukum,
kecuali diajukan tuntutan secara resmi dengan undang-undang federal.
2.1.6. Model Kebangkrutan Z-Score
Model Z-Score adalah suatu model prediksi kebangkrutan yang ditemukan oleh
Edward I. Altman tahun 1968. Model Z-Score menggunakan metode Multiple
15
Discriminant Analysis dengan lima jenis rasio keuangan yaitu working capital to
total asset, retained earning to total asset, earning before interest and taxes to
total asset, market value of equity to book value of total debts, dan sales to total
asset. Menurut Letza, et al. (2003), model Z-score merupakan model yang
memelopori model multi discriminant analysis dan telah digunakan
secara luas di seluruh dunia.
Menurut Supardi (2003), metode Z-Score adalah skor yang ditentukan dari
hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat
kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Menurut Hadi dan Anggraeni (2008),
model prediksi Altman atau Z-Score merupakan prediktor terbaik diantara ketiga
model prediksi kebangkrutan yaitu model Zmijewski dan model Springate.
Menurut Hadi dan Anggraeni (2008), hasil studi Altman ternyata mampu
memperoleh tingkat ketepatan prediksi sebesar 95% untuk data satu tahun
sebelum kebangkrutan, dan 72% untuk data dua tahun sebelum kebangkrutan.
Menurut Gamayuni (2011),model Z-Score terbukti akurat untuk memprediksi
kebangkrutan (dengan tingkat reliabilitas 70-80%).
Hingga saat ini Model Altman Z-Score merupakan model yang paling banyak
digunakan oleh para peneliti, praktisi, maupun para akademisi di bidang akuntansi
dalam memprediksi kebangkrutan suatu perusahaan dibandingkan model-model
prediksi kebangkrutan lainnya.
16
2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan digunakan sebagai bahan
perbandingan dan referensi dalam penelitian ini, antara lain:
Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu
TahunPenelitian
Peneliti Judul Variabel Hasil
2011 RinduRika
Gamayuni
AnalisisKetepatan ModelAltman SebagaiAlat untukMemprediksiKebangkrutan(Studi Empirispada PerusahaanManufaktur BEI)
Variabel bebas :X1 : Working Capitalto TotalAssets
X2 : Retairned Earningto TotalAssetsX3 : Earning BeforeInterest andTax to Total AssetsX4 : Market ValueEquity toBook Value of TotalDebtX5 : Sales to TotalAssetsVariabel Terikat (Z) :Z : Merupakan nilaikeseluruhanpenjumlahanlima rasio keuangansetelahdikalikan dengankoefisienmasing-masing rasio
Z-scoreterbuktidapatmemprediksikebangkrutanpada 2,3 dan4 tahunsebelumterjadinyakebangkrutan.
2014 AsmaraJaya
LaporanKeuanganMerupakan AlatDalamMemprediksiKecendrunganTerjadinyaKebangkrutanPerusahaandenganMenggunakanModel Altman(Study Analisis)
Variabel Bebas (X) :X1 : Liquidity RatioX2 : Age of FirmCumulativeProfitability RatioX3 : Profitability RatioX4 : FinancialStructure RatioX5 : Capital TurnoverRatioVariabel Terikat (Z) :Z : Merupakan nilaikeseluruhan
ModelAltman dapatdigunakansebagai alatdalammemprediksikecendrungankebangkrutanperusahaan.
17
Lanjutan Tabel 2.2.
penjumlahan lima rasiokeuangan setelahdikalikandengan koefisienmasing-masing rasio
2014 Putra danFerlina
Analisis PrediksiTingkatKebangkrutanPerusahaandengan ModelAltman Z-Scoredan Springate
Variabel Bebas :(Untuk Model Altman)X1 : Working Capitalto TotalAssetsX2 : Retairned Earningto TotalAssetsX3 : Earning BeforeInterest andTax to Total AssetsX4 : Book Value Equityto BookValue of TotalLiabilities
(Untuk ModelSpringate)A: Working Capital toTotalAssetsB : Net Profit BeforeInterest andTaxes to Total AssetsC : Net Profit BeforeTaxes toCurrent LiabilitiesD : Sales to TotalAssetsVariabel Terikat :Z : Model Altman Z-scoreS: Model Springate S-score
Hasilpenelitianmenunjukkanbahwaprediksikebangkrutanpadaperusahaansub sektorpertambangandan migasdengan modelAltman Z-Score, untukperusahaanARTI padatahun 2009masuk dalamkategoridistress zone,pada tahun-tahunberikutnyamasuk kedalamkategori greyzone. UntukperusahaanBIPI setiaptahunnyaselalu masukkedalam safezone. PadaperusahaanELSA tahun2009 dantahun 2010berada dalamkategori safezone, danpada duatahunberikutnyaberada pada
18
Lanjutan Tabel 2.2.
kategori greyzone. UntukperusahaanENRG setiaptahunnyaselalu masukdalamkategoridistress zone.SedangkanpadaperusahaanRUIS padatahun 2009masuk dalamkategori safezone, tahun2010 beradadalamkategori greyzone, danpada tahunberikutnyaberada dalamkategoridistress zone.
2014 Sheillyet.al.
Analisis AkurasiPrediksiKebangkrutanModel Altman Z-Score padaperusahaanManufaktur yangTerdaftar diBursa EfekIndonesia
Variabel Bebas (X) :X1 : Liquidity RatioX2 : Age of FirmCumulativeProfitability RatioX3 : Profitability RatioX4 : FinancialStructure RatioX5 : Capital TurnoverRatioVariabel Terikat (Z) :Z : Merupakan nilaikeseluruhanpenjumlahanlima rasio keuangansetelahdikalikandengankoefisienmasing-masing rasio
Hasilpenelitianmenunjukkanbahwaakurasi modelZ-Scoredalammemprediksitingkatkebangkrutandi Indonesiarelatif rendah.Hal inimengimplikasikan bahwamodeltersebut harusdigunakansecaraberhati-hatidalammemprediksikondisikesehatan
19
Lanjutan Tabel 2.2.
keuanganperusahaan diIndonesia.
Sumber : Data olahan
2.3. Hipotesis
Berdasarkan penelitian terdahulu maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:
H1: Terdapat perbedaan yang signifikan antara Z-score perusahaan sektor
manufaktur yang tepat waktu melaporkan laporan keuangan tahunan dan
perusahaan yang terlambat melaporkan laporan keuangan tahunan pada tahun
2015.
H2: Terdapat perbedaan yang signifikan antara Z-score perusahaan sektor non-
manufaktur yang tepat waktu melaporkan laporan keuangan tahunan dan
perusahaan yang terlambat melaporkan laporan keuangan tahunan pada tahun
2015.
2.4. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan pustaka, dan tinjauan penelitian-
penelitian terdahulu, maka dapat dirumuskan kerangka pemikiran penelitian
sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Tingkat kesehatan perusahaan yang tepat waktumelaporkan laporan keuangan menurut Z-score (≤ 90 hari)
Tingkat kesehatan perusahaan yang terlambat melaporkan
laporan keuangan menurut Z-score (> 90 hari)
Potensi Kebangkrutan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber data
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan yang
bersumber dari laporan publikasi Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesia
Stock Exchange (IDX) melalui situs resminya dengan alamat
http://www.idx.co.id. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan
keuangan auditan tahun 2015.
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dokumentasi yaitu dengan mengumpulkan sejumlah data yang berasal dari hasil
publikasi BEI serta sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.3. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh perusahaan yang terdaftar (listing) pada
Bursa Efek Indonesia sampai tahun 2015 berjumlah 525 perusahaan dan
sekaligus sebagai sampel penelitian ini. Pemilihan sampel menggunakan metode
purposive sampling yang dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut :
21
1. Terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia hingga 2015.
2. Menerbitkan laporan keuangan auditan tahun 2015.
3. Memenuhi semua unsur-unsur yang digunakan dalam penghitungan Z-
Score.
Dari kriteria diatas peneliti menggunakan 94 perusahaan sebagai sampel dalam
penelitian yang mencakup seluruh sub sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia kecuali sektor keuangan.
3.4. Variabel Penelitian
3.4.1. Model Kebangkrutan Z-Score
Model Z-Score adalah suatu model prediksi kebangkrutan yang ditemukan oleh
Edward I. Altman tahun 1968. Model Z-Score menggunakan metode Multiple
Discriminant Analysis dengan lima jenis rasio keuangan yaitu:
1. Working Capital to Total Assets Ratio (X1) adalah proporsi modal kerja bersih
(selisih aktiva lancar dengan hutang lancar) terhadap total aktiva, dan diukur
dalam satuan persen. Rumus (Gamayuni, 2011) :
= ( − ) X 100%2. Retained Earning to Total Assets Ratio (X2) adalah proporsi laba ditahan
terhadap total aktiva, dan diukur dalam satuan persen.
Rumus (Altman, 2000) :
= X 100%
22
3. Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio (X3) adalah proporsi
laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva, dan diukur dalam satuan
persen.
Rumus (Altman, 2000) :
= X 100%4. Market Value of Equity to Book Value of Total Liabilities (X4) adalah proporsi
nilai pasar sekuritas tehadap nilai pasar utang, dan diukur dalam satuan persen.
Rumus (Altman, 2000) :
Market Value of Equity to Book Value of Liabilities = Market Value of EquityBook Value of Total Liabilities X 100%5. Sales to Total Assets (X5) adalah proporsi penjualan terhadap total aktiva, dan
diukur dalam satuan persen.
Rumus (Altman, 2000) : Sales to Total Assets = SalesTotal Assets X 100%Model Z-Score untuk perusahaan sektor manufaktur adalah sebagai berikut :
Z = 1,2 (X1) + 1,4 (X2) +3,3 (X3) + 0,6 (X4) + 1 (X5)
Keterangan :
X1 = Working Capital to Total Assets Ratio.
X2 = Retained Earning to Total Assets Ratio.
X3 = Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio.
X4 = Market Value of Equity to Book Value of Liability.
X5 = Sales to Total Assets.
Kriteria yang digunakan untuk memprediksi tingkat kesehatan kinerja keuangan
perusahaan sektor manufaktur dalam model Z-Score ini adalah (1) Z-Score > 3,00
diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, dan (2) Z-Score < 1,80 diklasifikasikan
23
sebagai perusahaan yang berpotensi bangkrut, serta (3) Z-Score = 1,81 - 3,00
perusahaan diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area (Altman, 2000).
Model Z-Score untuk perusahaan sektor non-manufaktur adalah sebagai berikut :
Z = 6,56 (X1) + 3,26 (X2) +6,72 (X3) + 1,05 (X4)
Keterangan :
X1 = Working Capital to Total Assets Ratio.
X2 = Retained Earning to Total Assets Ratio.
X3 = Earning Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio.
X4 = Market Value of Equity to Book Value of Liability.
Kriteria yang digunakan untuk memprediksi tingkat kesehatan kinerja keuangan
perusahaan sektor manufaktur dalam model Z-Score ini adalah (1) Z-Score > 2,60
diklasifikasikan sebagai perusahaan sehat, dan (2) Z-Score < 1,10 diklasifikasikan
sebagai perusahaan yang berpotensi bangkrut, serta (3) Z-Score = 1,10 - 2,60
perusahaan diklasifikasikan sebagai perusahaan pada grey area (Altman, 2000).
3.4.2. Peraturan Bapepam Nomor X.K.2
Peraturan Bapepam Nomor X.K.2 tentang kewajiban penyampaian laporan
keuangan berkala menyatakan bahwa perusahaan wajib mengumumkan neraca,
laporan laba rugi dan laporan lain yang dipersyaratkan oleh instansi yang
berwenang sesuai dengan jenis industrinya dalam sekurang-kurangnya 2 (dua)
surat kabar harian berbahasa Indonesia yang satu diantaranya memiliki peredaran
nasional dan lainnya yang terbit di tempat kedudukan Emiten atau Perusahaan
Publik, selambat-lambatnya pada akhir bulan ketiga setelah tanggal laporan
keuangan tahunan.
24
3.5. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif.
Menurut Syah (2010) penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya tehadap objek
penelitian pada suatu masa tertentu. Sedangkan menurut Sukamadinata (2006)
penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun
fenomena buatan manusia. Data yang digunakan adalah data kuantitatif, yaitu data
yang berbentuk bilangan dan diperoleh menggunakan perhitungan matematika
atau statistika.
3.6. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat
dari nilai rata-rata (mean), nilai tertinggi dan terendah. Menentukan perbedaan
nilai rata-rata (mean) tingkat kesehatan perusahaan antar sektor.
3.6.1. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013) uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi variable terikat dan variable bebas keduanya apakah mempunyai
distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik harus mempunyai distribusi
normal atau mendekati normal.
25
Pengujian dilakukan dengan analisis grafik (scatterplot) yakni dengan melihat
normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dengan
distribusi normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal
dan ploting data residual akan dibandingkan dengan garis diagonal. Jika distribusi
data residual normal maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya.
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Shapiro-Wilk.
Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas Shapiro-Wilk adalah sebagai
berikut :
1. Jika nilai Sig. > 0.05, maka data berdistribusi normal.
2. Jika nilai Sig. < 0,05, maka data tidak berdistribusi normal.
3.6.2. Uji Beda
Menurut Indrianto dan Supomo (2014) uji beda (perbedaan) dalam analisis
bivariate dapat berupa perbedaan dua kategori (kelompok) data atau perbedaan
antar tiga kelompok atau lebih kelompok data dari dua variable yang diteliti.
Uji beda yang digunakan untuk membandingkan dua variable bebas adalah uji
Independent Sample t-test. Independent sample t test bertujuan untuk mengetahui
apakah ada perbedaan mean atau rata-rata yang signifikan antara dua kelompok
bebas yang berskala data interval atau rasio. Dua kelompok bebas yang dimaksud
di sini adalah dua kelompok yang tidak berpasangan, artinya sumber data berasal
dari dua kelompok yang berbeda.
Asumsi yang harus dipenuhi pada independent t test yaitu:
1. Skala data interval/rasio.
26
2. Kelompok data saling bebas atau tidak berpasangan.
3. Data per kelompok berdistribusi normal.
4. Data per kelompok tidak terdapat outlier.
5. Varians antar kelompok sama atau homogen.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kelompok perusahaan manakah yang lebih berpotensi
mengalami kebangkrutan antara kelompok perusahaan yang tepat waktu menyampaikan laporan
keuangan tahunan dan kelompok perusahaan yang terlambat menyampaikan laporan keuangan
tahunan menurut model z-score pada tahun 2015. Penelitian ini menggunakan model
kebangkrutan Altman dalam menganalisis kondisi keuangan seluruh perusahaan. Berdasarkan
hasil analisis dengan menggunakan model Altman, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kondisi perusahaan sektor manufaktur yang dihitung dengan menggunakan model z-
score pada tahun 2015 adalah (a) 9,26% perusahaan berpotensi sehat, (b) 38,89%
perusahaan berpotensi mengalami kesulitan keuangan namun masih bisa diatasi (Grey
area), (c) 51,85% perusahaan berpotensi mengalami kebangkrutan menurut perhitungan
z-score.
2. Kondisi perusahaan sektor non-manufaktur yang dihitung dengan menggunakan model z-
score pada tahun 2015 adalah (a) 27,50% perusahaan berpotensi sehat, (b) 42,50%
perusahaan berpotensi mengalami kesulitan keuangan namun masih bisa diatasi (Grey
area), (c) 30,00% perusahaan berpotensi mengalami kebangkrutan menurut perhitungan
z-score.
40
3. Persentase perusahaan yang berpotensi sehat dari kelompok perusahaan sektor
manufaktur yang menyampaikan laporan keuangan tepat waktu adalah 15,00%,
persentase perusahaan yang berpotensi masuk dalam grey area dari kelompok perusahaan
sektor manufaktur yang menyampaikan laporan keuangan tepat waktu adalah 35,00%,
dan persentase perusahaan yang berpotensi mengalami kebangkrutan menurut
perhitungan z-score dari kelompok perusahaan sektor manufaktur yang menyampaikan
laporan keuangan tepat waktu adalah 45,00%.
4. Persentase perusahaan sektor manufaktur yang berpotensi sehat dari kelompok
perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan tidak tepat waktu adalah 5,71%,
persentase perusahaan sektor manufaktur yang berpotensi masuk dalam grey area dari
kelompok perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan tidak tepat waktu adalah
40,00%, dan persentase perusahaan sektor manufaktur yang berpotensi mengalami
kebangkrutan menurut perhitungan z-score dari kelompok perusahaan yang
menyampaikan laporan keuangan tidak tepat waktu adalah 54,29%.
5. Persentase perusahaan yang berpotensi sehat dari kelompok perusahaan sektor non-
manufaktur yang menyampaikan laporan keuangan tepat waktu adalah 45,00%,
persentase perusahaan yang berpotensi masuk dalam grey area dari kelompok perusahaan
sektor non-manufaktur yang menyampaikan laporan keuangan tepat waktu adalah
30,00%, dan persentase perusahaan yang berpotensi mengalami kebangkrutan menurut
perhitungan z-score dari kelompok perusahaan sektor non-manufaktur yang
menyampaikan laporan keuangan tepat waktu adalah 25,00%.
6. Persentase perusahaan sektor non-manufaktur yang berpotensi sehat dari kelompok
perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan tidak tepat waktu adalah 10,00%,
41
persentase perusahaan sektor non-manufaktur yang berpotensi masuk dalam grey area
dari kelompok perusahaan yang menyampaikan laporan keuangan tidak tepat waktu
adalah 55,00%, dan persentase perusahaan sektor non-manufaktur yang berpotensi
mengalami kebangkrutan menurut perhitungan z-score dari kelompok perusahaan yang
menyampaikan laporan keuangan tidak tepat waktu adalah 35,00%.
7. Berdasarkan Independent Sample t Test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
signifikan antara tingkat kesehatan kelompok perusahaan sektor manufaktur yang
menyampaikan laporan keuangan tahunan tepat waktu dan tingkat kesehatan kelompok
perusahaan sektor manufaktur yang terlambat menyampaikan laporan keuangan tahunan
dengan tingkat probabilitas 0,559 lebih besar dibandingkan dengan tingkat signifikansi
0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai z-score tidak berpengaruh secara langsung
terhadap ketepatan waktu perusahaan dalam melaporkan laporan keuangan tahunan pada
perusahaan sektor manufaktur.
8. Berdasarkan Independent Sample t Test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan
signifikan antara tingkat kesehatan kelompok perusahaan pada perusahaan sektor non-
manufaktur yang menyampaikan laporan keuangan tahunan tepat waktu dan tingkat
kesehatan kelompok perusahaan pada perusahaan sektor non-manufaktur yang terlambat
menyampaikan laporan keuangan tahunan dengan tingkat probabilitas 0,023 lebih kecil
dibandingkan dengan tingkat signifikansi 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai
z-score berpengaruh secara langsung terhadap ketepatan waktu perusahaan dalam
melaporkan laporan keuangan tahunan pada perusahaan sektor non-manufaktur.
42
5.2. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menggunakan satu model untuk menganalisis kebangkrutan.
Sedangkan masih banyak model yang dapat dijadikan model dalam menganalisis
kebangkrutan.
2. Tidak membandingkan faktor lain seperti indeks harga saham dalam penentuan tahun
penelitian analisis kebangkrutan.
3. Setelah dilakukan observasi lebih lanjut mengenai perusahaan yang dinyatakan
mengalami kebangkrutan menurut hasil perhitungan z-score hingga tahun 2017 tidak
terdapat satupun perusahaan yang dinyatakan bangkrut, sehingga dapat dikatakan bahwa
model z-score tidak cocok digunakan untuk mempredikasi tingkat kesehatan perusahaan
di Indonesia.
5.3. Saran
Berdasarkan hasil analisis, pembahasan, kesimpulan dan keterbatasan pada penelitian ini, ada
beberapa saran untuk penelitian selanjutnya, yaitu:
1. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan lebih dari satu model dalam menganalisis
kebangkrutan antar sektor sebagai perbandingan nilai tingkat kesehatan antar model.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan mempertimbangkan faktor lain seperti indeks harga saham
dalam penentuan tahun penentuan tahun penelitian analisis kebangkrutan perusahaan.
3. Peneliti selanjutnya diharapkan menggunakan model lain dalam menganalisis
kebangkrutan antar sektor.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Kadir,Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT Citra Buana, Bandung, PiutangMacet pada PUPN, BUPLN, Suatu Kajian Tiori dan Praktek,Pustaka Bangsa,Tahun 2001, halaman 41-42
Altman, E. I., Narayanan P. 1997. An international survey of business failure classificationmodels.Financial Markets, Institutions & Instrument Vol. 6 No. 2
Altman, Edward I.2000. "Predicting Financial Distress of Companies". Retrieved onSeptember 4th, 2009
Gamayuni, Rindu Rika. 2011. Analisis Ketepatan Model Altman sebagai Alat untukMemprediksi Kebangkrutan (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur di BEI).Jurnal Akuntansi dan Keuangan Vol.16 No.2.
Ghozali, Imam, 2013. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program IBM SPSS 21.Edisi 7,PenerbitUniversitasDiponegoro, Semarang.
Hadi, Syamsul., Atika Anggraeni. 2008. Pemilihan Prediktor Delisting Terbaik(Perbandingan Antara The Zmijewski Model, The Altman Model, Dan TheSpringate Model). Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia.
Harahap, Sofyan Safri. 2011. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta. RajaGrafindoPersada.
Indrianto, Nur., Bambang Supomo. 2014. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansidan Manajemen. Yogyakarta. BPFE-YOGYAKARTA.
Jaya, Ketut Asmara. 2014. Laporan Keuangan Merupakan Alat dalam MemprediksiKecendrungan Terjadinya Kebangkrutan Perusahaan dengan MenggunakanModel Altman (Study Analisis). Jurnal Akuntansi Vol. XVIII No. 02.
Kasmir. 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta. Rajawali Pers.
Lesmana, Rico.2003, “Pedoman Menilai Kinerja Untuk Perusahaan Tbk, Yayasan,BUMN, BUMD, dan Organisasi Lainnya”, EdisiPertama, Jakarta: Elex MediaKomputindo.
Letza S.R., Kalupa L., dan Kowalski T. 2003. Predicting corporate failure: How useful aremulti-discriminant analysis models? Vol. 3, No.2.
Marcelina, Sheilly Olivia., Hadi Paramu., Novi Puspitasari. 2014. Analisis Akurasi PrediksiKebangkrutan Model Altman Z-Score pada Perusahaan Manufaktur yangTerdaftar di Bursa Efek Indonesia. E-Journal Ekonomi Bisnis dan AkuntansiVol.1.
Martin et al. Claypool, 1995: Observation of Shoemaker-Levy impacts by the GalileoPhotopolarimeter Radiometer. Science, 268, 1875-1879,doi:10.1126/science.268.5219.1875.
Munawir, S. 2002. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua, YPKN, Yogyakarta.
Putra, Tri Utama., Arlin Ferlina Moch T. 2014. Analisis Prediksi Tingkat KebangkrutanPerusahaan dengan Metode Altman Z-Score dan Springate (Studi Kasus padaPerusahaan Sub Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi yang Tercatat diBursa Efek Indonesia pada Tahun 2009-2012).Jurnal Studi Manajemen dan BisnisVol.1 No.2.
Purnajaya, Komang Devi Methili., Ni K. Leli A. Merkusiwati. 2014. Analisis KomparasiPotensi Kebangkrutan dengan Metode Z-Score Altman, Springate, dan Zmijewskipada Industri Kosmetik yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. E-journalAkuntansi. Universitas Udayana.
Prihatini, Ni Made Evi Dwi., Maria M. Ratna Sari. 2013. Prediksi Kebangkrutan denganModel Grover, Altman Z-Score, Springate dan Zmijewski pada Perusahaan Foodand Beverage di Bursa Efek Indonesia. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.
Reeve, James M., Carl S. W., Jonathan E. D., Ersa T. W., Gatot Soepriyanto,Amir A. J., dan Chaerul D. D. 2011. Pengantar Akuntansi - AdaptasiIndonesia, Buku 1. Jakarta. Salemba Empat.
Scheltema, F. G.Mr. M. Polak’s Handboek voorhet Ned.Handels en Faillissementrecht(Dutch Edition).1979.5e druk edition.H.D. Tjeenk Willink.
Sheilly et al. 2014. Analisis Akurasi Prediksi Kebangkrutan Model Altman Z-Score padaPerusahaan Manufaktur yang Terdaftar di bursa Efek Indonesia. e-JournalEkonomi Bisnis dan Akuntansi, Volume 1 (1) : 1-3.
Sukmadinata. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Supardi dan Sri Mastuti. 2003. Validitas Penggunaan Z-Score untuk Meneliti KebangkrutanBank di Indonesia : Studi krisis Ekonomi Tahun 1997. Makalah dalam SimposiumNasional Akuntansi IV
Syachrudin, Deni. 2014. Analisis Prediksi Financial Distress Keuangan pada KoperasiBerbadan Hukum di Bandarlampung. Thesis. Universitas Lampung.
Syah, Hidayah. 2010. Penelititan Deskriptif. Jakarta. Rajawali.
http://www.idx.co.id
http://www.sahamok.com