Download - Ushul Fiqh

Transcript
Page 1: Ushul Fiqh

USHUL

L E C T U R E N O T E S

ADITYA VAN ARJUNAQUEE

2009.031.0215

FIQH

NON BLOCK

EDITION

2010

Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.

Page 2: Ushul Fiqh

Table of Content P. 001

Ushul Fiqh 1 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.

P. 001

Ushul Fiqh 2 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.

P. 003

Ushul Fiqh 3 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.

P. 008

Ushul Fiqh 4 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.

P. 018

Ushul Fiqh 5 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.

P. 023

Ushul Fiqh 6 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.

P. 030

Ushul Fiqh 7 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.

P. 034

table of

C O N T E N T S

Page 3: Ushul Fiqh

1 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Jumat, 19 Februari 2010 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.

USHUL FIQH 1

DALIL

Jadi dari segi dalil dibagi menjadi 2 yaitu : khodlil dalalah dan muzammir dalalah, tergantung dengan karakter ayatnya.

Kalau ayatnya termasuk mukhtamat untuk 1 arti biasanya termasuk khodlil dalalah yang pasti.

Tapi kalau kalau karakter ayatnya bisa mengandung 2 pengertian atau lebih maka disitu terjadi perbedaan penafsiran, maka status dalalahnya yaitu muzammir dalalah.

Baik khodlil dalalah atau muzammir dalalah dua-duanya menjadi argument. Cuman bedanya kalau khodlil dalalah boleh dikatakan gak ada perbedaan pendapat tapi kalau muzammir dalalah masih dimungkinkan terjadinya perbedaan pendapat karena berbeda memahaminya.

HADIST

Al-hadist atau assunnah itu ulama berpendapat sama cuman beda istilahnya saja.

Hadist atau sunnah yaitu apa saja yang dimisbahkan oleh nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan , perbuatan, ketetapan dan sifat semuanya itu adalah hadist.

Yang dimaksud dimisbahkan oleh nabi yaitu yang berhubungan dengan hukum syari’a oleh sesuatu yang disebabkan manusiawi semata-mata yang bisa dijadikan khujjah atau dalil syar’i yang bernilai syar’i. walaupun tidak mudah memisahkan mana perbuatan nabi mana yang bernilai syar’i dan mana perbuatan nabi yang hanya sebagai bazhar atau manusiawi biasa.

Walaupun teorinya bisa dipisahkan tapi taklilnya diperlukan suatu ketelitian untuk memisahkan tidak semuanya dianggap syar’i dan tidak semuanya dianggap bazari atau manusiawi.

Misalkan saat nabi shalat lalu beliau berdiri ke arah kiblat itu namanya syar’i karena selalu menghadap kiblat , lalu nabi takbir mengangkat tangan berarti itu memang sudah syar’i dan tidak ada perbedaan pendapat, lalu membaca alfatihah tiba- tiba sampai di ayat “ihdianasshirotholmustaqim “ tiba-tiba nabi batuk ini dianggap syar’i tidak???

Kalau nabi batuk di ayat itu secara terus menerus berarti itu syar’i tapi kalau tidak yaitu hanya kebetulan saja nabi batuk saat membaca ayat itu.

Kalau setiap “ihdinasshirotholmustaqim” nabi batuk terus itu berarti syar’I tapi karna batuknya cuman sekali sekali maka batuknya itu walaupun perbuatan nabi tapi tidak dianggap sebagai hadist atau sunnah untuk menjadi sumber. Kalau mau dianggap jadi sumber bisa juga tapi kesimpulanya batuk tidak dianggap membatalkan shalat atau batuk tidak dianggap perkataan.

Page 4: Ushul Fiqh

2 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Misal nabi mengambil kurma dengan 3 jari itu adalah hadist karena itu perbuatan nabi tapi apa kesimpulannya? Hukum apa yang diambil dari situ?

Ada yang berkesimpulan bahwa itu cuman bazari atau perbuatan manusiawi karena orang kan normal kalau makan pakai 3 jari. Tapi ada lagi yang menyimpulkan bahwa makan 3 jari itu adalah sunnah karena nabi selalu makan pakai 3 jari dan dikaitkan dengan hikmanya makan pakai 3 jari yaitu makan pakai jari itu sedikit jadi berhenti sebelum kenyang dan ada yang dikaitkan dengan ukuran tenggorokan.

Hadist adalah semua perkataan, perbuatan, tafsir dan sifat yang dimisbahkan kepada Rosullullah SAW.

Kalau dikalangan ahli fiqih ditambahkan yang bernilai syar’i yang bisa dijadikan dalil syar’i tapi itu tidak harus ditambahkan karena sudah masuk kedalam penafsiran.

Taqrir adalah perbuatan sahabat dihadapan nabi yang tidak ditegur atau dikoreksi oleh nabi. Bukan nabi yang berkata atau berbuat tapi sahabat yang berkata atau berbuat yabg disaksikan oleh nabi dan tidak dilarang oleh nabi.

Misalnya pernah para sahabat makan dan minum didekat Rosullullah dimuka umum dan sedang berdiri tapi ternyata tidak dilarang oleh nabi dan ini namanya taqrir.

Misal lagi pernah ada seorang wanita yang bernama Ummu Waqah bertanya kepada Rosullulah “ya Rosullullah dirumah saya itu tidak ada laki laki dewasa adanya anak kecil laki laki, bolehkah saya mengimami ? Dan Rosullullah mengatakan boleh saja. Wanita boleh mengimami kalau laki lakinya bodoh (gak bisa baca Alqur’an dll), belum baliq.

Jalur meriwayatkan hadist yaitu :

Pertama hadist dari Nabi disampaikan kepada sahabat lalu disampaikan kepada tabi’in lalu disampaikan kepada tabi’at tabi’in lalu kegenerasi yang menuliskan dan membukukan.

Imam Maliq di Madinah dengan kitabnya Al-muaqqah, imam Akhmad dengan kitabnya Al-musnat, imam Al Bukhori dengan Said bukhori, Abu Daud dengan Sunnah Abu Daud, An-nasa’I dengan sunnah An-nasa’I, dll.

Orang orang inilah yang berjasa mengumpulkan hadist-hadist dengan sanetnya (jalur transmisinya). Lalu sebab itu harus diteliti, maka dari hasil penelitian itu munculah kategori kategori hadist :

1. Penelitian berdasarkan jumlah atau kuantitatifnya.

kalau jumlah prawinya banyak di setiap tingkatan maka disebut hadist mutawattir.

Jumlah banyaknya itu batasnya adalah mustahil mereka sepakat untuk berbohong. Walaupun mereka 10 orang dalam 1 rumah kemungkinan mereka bisa berbohong.

Missal sumber hadist Rosullullah SAW yang meriwayatkan para sahabat harus jumlahnya banyak lalu diriwayatkan oleh tabi’in (murid murid sahabat) maka jumlahnya harus banyak lalu diriwayatkan oleh tabi’at tabi’in (murid para tabi’in) jumlahnya juga harus banyak lalu ditulis dan dibukukan.

Ada 3,4 atau 5 tingkatan disemua tingkatan maka setiap tingkatan prawinya harus banyak dengan jumlah yang banyak mustahil mereka sepakat untuk berbohong.

Page 5: Ushul Fiqh

3 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Jumat, 05 Maret 2010 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.

USHUL FIQH 2

METODE IJTIHAD

Ijtihad ini dilakukan oleh para ulama jika tidak ada nash dalam al-quran maupun sunah yang mengatur tentang suatu hal. Ijtihad hanya berlaku jika benar-benar tidak ada nashnya.

1. ‘ijma

‘Ijma merupakan kesepakatan seluruh mujtahid pada suatu masa tentang suatu masalah hukum. Semakin kesini, ijma semakin jarang dilakukan karena masyarakat Islam jumlahnya semakin banyak dan tersebar di seluruh dunia.

2. Qiyas

Analogi hukum. Menyandarkan sesuatu yang belum ada hukumnya dengan menganalogikan hukum yang sudah ada dan dianggap sama. Contohnya, menurut nashnya zakat fitrah dilakukan dengan kurma atau gandum. Nah bagaimana jika zakat fitrah itu diganti dengan menggunakan beras? Menurut qiyas itu boleh karena setelah dipertimbangkan ternyata beras sama-sama makanan pokok seperti kurma dan gandum.

3. Mashlahan murslah (istishlah)

Menyatakan suatu hukum berdasarkan kebutuhan umum. Contohnya, suatu tanah yang strategis untuk jalan maka pemilik tanah itu menurut istishlah harus memberikan/menjual tanahnya tersebut. sifat-sifat istishlah:

Nyata, bukan berdasar penalaran

Untuk kepentingan umum

Tidak menyalahi nash atau ijma 4. Istihsan

Berpindah dari suatu hukum ke hukum lain karena adanya dalil syara yang menghendaki. Bisa juga diartikan merubah suatu hukum yang baik menjadi lebih baik, atau melanggar dalil syara untuk sesuatu yang lebih baik. Penggunaan istihsan ini harus berhati-hati karena bisa saja dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Contonya, menurut nashnya tanah wakaf itu didak boleh dijual dan sudah menjadi milik umum. Namun jika keadaan di sekitar masjid itu sudah tidak kondusif dan mengganggu kekhusyukan ibadah para jamaahnya maka tanah dan masjid itu boleh dijual tapi harus dibangun lagi mesjid pengantinya dengan biaya dari penjualan tanah dan masjid tadi di tempat yang lebih kondusif. Dengan dibangun kembali masjid di tempat lain, manfaat dari masjid itu akan lebih baik.

5. Istishab

Membiarkan tetap berlangsungnya suatu hukum di masa lampau karena belum ada dalil yang merubahnya.

Page 6: Ushul Fiqh

4 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

ASAS – ASAS HUKUM ISLAM 1. Nafy Al-Harj (memudahkan kesulitan)

Jadi prinsip hukum islam adalah tidak menyulitkan. Namun kesulitan disini bukan berarti kesulitan yang subjektif. Contoh kemudahan dalam islam, dalam keadaan sakit seseorang boleh mengganti wudlunya dengan tayamum.

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.(Al-Hajj 78)

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa di bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu,

Page 7: Ushul Fiqh

5 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (QS. 2:185)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdoa): Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (QS. 2:286)

2. Qillah At-Taklif (sedikit kewajiban)

Pada prinsipnya kewajiban kita hanya sedikit.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu, niscaya menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakannya di waktu Al quran itu sedang diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu. Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (Al-Maidah 101)

Contohnya, ketika turun ayat haji, “demi Allah, diwajibkan kepada orang yang mampu untuk menunaikan haji”. Kemudian ada sahabat yang bertanya, “apakah haji wajib itu dilakukan setiap tahun?”. Dengan pertanyaan demikian, maka akan membuat perintahnya semakin spesifik sehingga akan memperberat kewajibannya. Oleh karena itu, jika diperintahkan sesuatu tidah usah banyak bertanya tapi langsung dikerjakan

Page 8: Ushul Fiqh

6 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

3. At-Tadarruj Fiat-Tasyri (penurunan hukum secara bertahap)

Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:` Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya `. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah:` Yang lebih dari keperluan. `Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir, (Al-Baqarah 219) Tidak ada larangan minum khamr jika tidak memabukkan.

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci): Sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.(An-Nisa 43) Seseorang tidak boleh solat dalam keadaan mabuk. Artinya masih boleh minum khamr jika tidaka akan solat. Misalnya mabuknya setelah solat isya selama 4 jam. Hal ini masih merupakan haram sebagian.

Page 9: Ushul Fiqh

7 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingati Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu). (Al-Maidah 90-91) Setelah turun ayat ini, maka huku dari mabuk atau minumkhar adalah haram. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa turunnya suatu hukum itu secara bertahap.

4. Limashalih An-Nas (untuk kepentingan umat manusia)

Tidak ada hukum dalam Al-Quran dan sunah yang bertujuan mencelakakan umat manusia. Namun kadang-kadang manusianya sendiri yang tidak mau sadar. Misalnya saja, sudah jelas-jelas minum khamr itu dilarang Allah. Setelah dia merasakan akibat dari minum khamr itu biasanya barulah dia sadar bahwa perintah Allah untuk menjauhi khamr itu benar.

5. Al-Adalah Wa Al-Musawarah (keadilan dan persamaan)

Page 10: Ushul Fiqh

8 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Jumat, 12 Maret 2010 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.

USHUL FIQH 3

QAWAID FIQHIYYAH ( BEBERAPA KAIDAH FIQH) 1. Al-umuru bimaqooshidihaa

Setiap urusan itu harus sesuai dengan maksudnya. Hukum itu ada substansi dan formalnya. Keduanya harus dijalankan dengan seimbang.

2. Al-yakiin laa yazilu bisysyaq

Yakin tidak bisa dihilangkan dengan ragu. Contohnya, seseorang yang sudah wudu tapi dia tidak langsung solat. Ketika mau solat dia ragu apakah dia kentut atau tidak. Nah jika kasusnya demikian, dia meyakini bahwa dia sudah wudu tapi ragu-ragu kentut atau tidak. Maka karena dia lebih yakin sudah wudu, dia tidak batal wudunya.

3. Almasyaqqotu tajulub taisiirun

Artinya setelah kesulitan maka akan datang kemudahan. Dalam menjalankan ibadah

tentunya akan muncul kesulitan-kesulitan, tetapi Allah SWT telah memberikan ru’soh.

Contohnya saat perjalanan yang menyebabkan kita tidak dapat sholat tepat waktu,

maka kita mendapatkan ru’soh yaitu menqashar atau menjama’. Bila tidak dapat sholat

berdiri karena sakit misalnya, dibolehkan duduk. Bila tidak mampu duduk, boleh

berbaring. Bila tidak mampu menggerakkan tangan, boleh hanya dengan

menggerakkan bola mata. Contoh lainnya yaitu ru’soh menqadha puasa. Jadi tidak

alasan untuk meninggalkan ibadah karena Allah telah memberi kemudahan bagi

hambaNya.

4. Adhoror rizal

Artinya tatkala ada kemudharatan, maka kemudharatan itu haruslah dihilangkan.

Kaedah yang keempat terdapat beberapa subkaedah sbb:

ضرورات- يح ال ب محظورات ت (Adharurot tubihul mahdhurot) ال

Artinya keadaan darurat, membolehkan segala yang dilarang. Contohnya; saat kita

mendaki gunung atau tersesat di hutan kemudian kelaparan dan tidak ada makanan

kecuali babi, maka mengonsumsi babi diperbolehkan.

يح ما- ضرورة أب ل قدر ل قدرها ي (maubiha liddharuroti yuqodharu biqodariha) ب

Page 11: Ushul Fiqh

9 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Apa saja yang diperbolehkan dalam keadaan darurat hanya diperkenankan seperlunya.

Jadi seperti kasus di atas, dalam mengonsumsi babi karena keadaan darurat (jika tidak

makan babi maka akan mati kelaparan) tidak boleh berlebihan, artinya jika makan

seporsi ternyata rasanya enak lalu ada keinginan untuk makan lagi, maka hal itu

dilarang. Jadi kita makan sepotong daging babi untuk mengganjal perut, kemudian kita

diwajibkan mencari makanan lain yang halal. Jika ternyata tidak ditemukan, kita baru

diperbolehkan makan sepotong daging babi lagi, dst.

عذر جاز ما- طل ل ه ب زوال (majaza li’udri bathola bizawalihi) ب

Apa saja yang diperbolehkan karena udzur, maka hukum boleh itu batal ketika udzur

yang dimaksud sudah tak ada. Jadi ketika seseorang sakit sehingga tak mampu sholat

berdiri maka diperbolehkan duduk. Namun setelah ia mampu berdiri, maka izin

diperbolehkan sholat dengan duduk hilang.

زال- ضررالي له ال ث م (Adhororu layuzalu bimitslih) ب

Menolak kemudharatan tidak boleh dgn kemudharatan yang lain (jadi tidak boleh

berpindah dari satu mudharat ke mudharat yg lain)

سد درء- فا م قدم ال لى م لب ع ح ج صال م (darul mafasid muqoddamun ‘ala julbi masholih) ال

Menolak hal-hal yang merusak lebih diutamakan darapada mencari hal-hal yang baik.

Misalnya ada suatu pilihan “Anda akan mendapat uang 1 juta, tapi dengan syarat harus

mau ditampar. Jika tidak bersedia, maka tidak mendapat apapun.” Dalam hal ini kita

harus memilih tidak ditampar tapi tidak dapat uang 1 juta. Kenapa? Karena ditampar

merupakan profesi merusak diri dan bertentangan dgn kaedah ini. Jadi profesi petinju

juga termasuk dilarang.

كا و اجب- ن أخف ب ارت ضرري (irtikabu akhofu adhororoini wajibun) ال

Kaedah yang dipakai ketika terdapat keadaan dilematis yaitu diantara dua

kemudharatan. Misalnya pergi ke suatu tempat merupakan mudharat tetapi tidak pergi

ke tempat itu juga mudharat. Maka dalam hal ini diutamakan untuk memilih keadaan

yang paling sedikit kemudharatannya.

Page 12: Ushul Fiqh

10 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

5. Al’adah muhakkamah

Yaitu kebiasaan/adat bisa dijadikan hukum. Hal ini tentu berlaku ketika tidak ada nash

dari Al-Quran dan Al-hadits. Kebiasaan yg dipakai haruslah tidak bertentangan dgn Al-

Quran dan Al-hadits.

6. Malayatimu wajibun illa bihi fahuwa wajibun

Suatu kegiatan yang menyebabkan suatu kewajiban tidak dapat dilakukan tanpa

kegiatan itu, maka melakukan kegiatan tersebut juga wajib hukumnya. Misalnya jika

kita pergi haji naik pesawat (tanpa pesawat kita tidak dapat pergi haji) maka

memproduksi pesawat dan mengatur kegiatan penerbangan adalah wajib hukumnya.

jika tidak dapat melakukan sendiri, maka mintalah bantuan dari pihak lain. Contoh lain,

umat muslimah diwajibkan mengenakan jilbab, maka membuat jilbab juga wajib

hukumnya. jika umat muslim belum mampu memproduksinya maka dibantu oleh umat

nonmuslim. Jilbab, tasbih, sajadah banyak diproduksi oleh china, jepang, dll (yang

mayoritas bukan orang nonmuslim). Ini juga merupakan contoh dari fardu kifayah.

FIQH IBADAH

1. Landasan Dasar Ibadah

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. “(Q.S. Adz-Dzariyat 51:56)

”Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu’, Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (Q.S. An-Nahl 16: 36)

[826] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.

Page 13: Ushul Fiqh

11 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

2. Pengertian Ibadah

a. Al Ibadah Al ‘amal

Mendekatkan diri kepada Allah dengan segala sesuatu yang diizinkan oleh Asy Syari’.

Jadi intinya “apa saja boleh kecuali yang dilarang”. Misalnya bisnis, bisnis apa saja diperbolehkan, tetapi bisnis orang/anak dilarang. Bisnis minuman apa saja dipebolehkan, kecuali minuman haram. Termasuk yang difatwakan haram akhir-akhir ini oleh Majelis Tarjih adalah rokok. Jadi bisnis pembuatan rokok haram hukumnya.

b. Al Ibadah Al Khasah atau al Mahdhah

Mendekatkan diri kepada Allah dgn segala rincian upacara dan tatacara yg telah ditetapkan oleh Asy-Syari’.

Dgn kata lain konsep ibadah al khasah adalah kebalikan dari al a’mal : segala sesuatu tidak diperbolehkan kecuali terdapat perintahnya. Contoh : saat sholat seluruh kegiatan dilarang kecuali gerakan sholat yang diperintahkan. Jika tidak ada perintah untuk melakukan maka hal itu dilarang. Membaca niat sebelum sholat tidak ada perintah dari al-Qur’an maupun Al-Hadits. Pak Yunahar said: “kalau tidak ada nash, paling tidak ada alasannya. Apa alasannya? Apa Anda membaca niat untuk memberi tahu Allah bahwa Anda sedang sholat? Bukankah Allah Maha Melihat? Lalu ada yang bilang bahwa membaca niat adalah untuk memantapkan hati. Alasan kemantapan ini kemudian diterapkan pada saat membaca Al-Fatihah. Seseorang baru mantap kalau dalam sholat membaca Al-Fatihah 3 kali. Tentu saja hal ini dilarang. Ada lagi seorang mantan petinju dan pemimpin aliran sesat, Kyai Yusman, menyatakan bahwa dia lebih mantap sholatnya kalau membaca bacaan sholat diikuti dengan terjemahan Indonesianya. Nah, ini juga dilarang. Oleh karena itu alasan kemantapan ini tidak dapat diberlakukan. Jadi dalam ushul fiqh, suatu metodologi jika diterima harus dapat diterapkan pada semua hal, tidak boleh pilih-pilih.”

3. Prinsip Ibadah

a. Yang berhak disembah hanyalah Allah SWT

Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan[7]. (Q.S. Al-Fatihah 1:5)

[6] Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, Karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.

[7] Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.

Page 14: Ushul Fiqh

12 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

”Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut[826] itu’, Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang Telah pasti kesesatan baginya[826]. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” (Q.S. An-Nahl 16: 36)

[826] Thaghut ialah syaitan dan apa saja yang disembah selain dari Allah s.w.t.

b. Langsung tanpa perantara

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. (Q.S. Al-Baqarah 2: 186)

Doa adalah inti ibadah. Maka ketika kita beribadah tidak boleh melalui perantara. Misalnya kita memohon kepada arwah orang yang sudah meninggal, hal itu merupakan bentuk tawashul dan termasuk syirik. Jika dia belum bertaubat sebelum meninggal maka diharamkan surga untuknya.

c. Ikhlas

Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan ikhlas memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus. (Q.S. Al-BAyyinah 2:5) [1595] Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan.

Page 15: Ushul Fiqh

13 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Beribadah harus dilaksanakan dengan niat semata-mata untuk mencari ridho Allah SWT. Jika beribadah dengan niat untuk dilihat orang lain maka termasuk riya. Riya menjadikan amal ibadah tsb sia-sia. Bisa jadi ad seseorang yg merasa di dunia ibadahnya banyak tetapi di akhirat ternyata kosong. Rasulullah SAW bersabda (yg terjemahan bebasnya sbb)

ada 3 golongan yg akan menyesal ketika di akhirat yaitu:

Orang yang meninggal karena perang tetapi niat berperangnya hanya karena ingin dikenang orang sebagai pahlawan. Jadi dia hanya mendapatkan apa yang menjadi niatnya, ia sudah dikuburkan di makam pahlawan dan dikenang orang sebagai pahlawan. Tetapi di akhirat ia tidak mendapat pahala.

Seorang Qori’ yang ingin dipuji orang. Jadi ia membaca Al-Qur’an dihadapan orang banyak dgn suara yang merdu di masjid, di surau, dsb, tapi niatnya hanya untuk dikenal sebagai seorang qori’ yang hebat.

Orang yang mengeluarkan hartanya untuk sedekah/zakat tetapi untuk dilihat orang. Misalnya X menyumbangkan 1 juta untuk korban gempa Padang agar namanya tercantum di koran sehingga orang tahu bahwa X adalah seorang dermawan. Maka X tidak mendapatkan pahala dari Allah.

o Pak Yunahar said : contoh lagi, ada seseorang yang berkata “Saya tidak mau sholat rawatib atau tahiyatul masjid ketika di masjid karena takut dipuji orang.” Nah tapi ini merupakan godaan syetan. Seharusnya ia melawan dengan meluruskan niatnya untuk mencari ridho Allah semata bukan malah tidak sholat. Kalau ada godaan riya maka disarankan istighfar”

d. Sesuai dengan tuntunan

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(Q.S. Ali Imron 3:31)

Jika seseorang beribadah tidak sesuai tuntunan maka ibadahnya ditolak. Jika dikurangi, ibadahnya batal, jika ditambah maka merupakan bid’ah. Baik pembuat bid’ah maupun yang mengikuti bid’ah tsb keduanya mendapat hukuman. Kepada pembuat bid’ah Rasulullah lebih keras : “Tidak termasuk umatku orang yang menambah-nambah atau memperbaharui cara ibadah yang aku ajarkan.” Jadi semua ibadah harus ada tuntunannya. Untuk melakukan ibadah tersebut maka kita perlu ilmu untuk mengetahui apakah ada tuntunannya atau tidak. Jika seseorang berilmu tetapi tidak mengamalkannya maka sama dengan yahudi, sebaliknya jika orang beramal tanpa mengetahui ilmunya maka sama dengan nasrani.

Page 16: Ushul Fiqh

14 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

6. Tunjukilah kami jalan yang lurus,

7. (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai (Yahudi) dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat (Nasrani).

Dalam beribadah kita harulah mempunyai sikap terbuka. Artinya, kita siap untuk mengubah ibadah kita jikalau ada masukan baru yang lebih benar disertai dasar dan tuntunan yang kuat meskipun kita telah melakukan ibadah yang kurang benar tadi selama bertahun-tahun.

e. Menjaga keseimbangan jasmani dan rohani

Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.(Q.S. Al-Qashas 28:77)

Pernah 3 orang datang kepada Aisyah, mereka ingin menanyakan kpd Rasulullah SAW, tetapi beliau tidak ada. Terjemahan bebasnya sbb: mereka bertanya “manakah yang lebih bagus ibadah kami atau ibadah Rasulullah SAW?” Aisyah bertanya “Apa ibadah kalian?” Orang I menjawab : “Saya selalu sholat malam setiap hari dan tidak pernah tidur”. Orang II menjawab :”Saya puasa terus dan tidak pernah berbuka.” Orang III menjawab : “Saya ibadah terus dan tidak menikah.” Kemudian Aisyah menyampaikan kepada Rasulullah, dan Rasulullah menjawab : “Saya yang terbaik. Saya sholat malam dan saya juga tidur. Saya puasa dan saya juga berbuka. Saya beribadah dan saya juga punya anak.” Jadi jelas bahwa kita harus menjaga keseimbangan jasmani dan rohani.

f. Mudah dan meringankan

Page 17: Ushul Fiqh

15 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur. (Q.S. Al-Baqarah 2: 185)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. beri ma'aflah Kami; ampunilah Kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah penolong kami, Maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir."

(Q.S. Al-Baqarah 2: 286)

Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang Telah ditentukan[985] atas rezki yang Allah Telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak[986]. Maka makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. (Q.S. Al Hajj 22:28)

[985] Hari yang ditentukan ialah hari raya haji dan hari tasyriq, yaitu tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.

Page 18: Ushul Fiqh

16 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

[986] yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.

Allah tidak menjadikan agama itu sebagai hambatan karena prinsipnya ibadah itu mudah. Tapi bukan berarti dipermudah karena akan mendatangkan hawa napsu, jadi tetap harus ada dalilnya. Jika ada 2 dalil yg sama-sama benar maka dipilih salah satu yang paling mudah.

4. Tipologi manusia dalam Beribadah

a. Hanya semata-mata mengerjakan perintah Allah & RasulNya tanpa dapat mengambil hikmah & manfaat sama sekali.

Dengan beribadah kita haruslah dapat mengambil hikmah dari ibadah tersebut. Seringkali seseorang beribadah hanya sekedar menggugurkan kewajiban tanpa dapat mengambil hikmah dari ibadah tersebut. Contohnya seseorang sholat dan puasa rutin tapi tidak merasa bahwa ia mendapat hikmah dari ibadah tersebut, hanya sekedar rutinitas saja.

b. Mencari hikmah & manfaat ibadah namun menghilangkan ruh ‘ubudiyah itu sendiri yaitu taqorrub ilallah

Tipe ini merupakan kebalikan dari poin a, jadi yang dicari hanya hikmahnya saja. Misalnya sholat bisa memperlancar peredaran darah, puasa bisa melangsingkan tubuh; tetapi melalaikan ruh ibadah itu sendiri.

c. Ibadah hanya sekedar latihan spiritual untuk kepentingan mencari ilmu

Misalnya seperti pada perguruan tenaga dalam. Jadi sholat tahajud dan puasa hanya untuk sebagai syarat untuk mendapat tenaga dalam semata.

d. Beribadah dengan pemahaman yg benar bahwa:

Allah tidak memerlukan ibadah hamba-hambanya jika seluruh umat manusia menyembahNya tidak akan memberikan manfaat sedikit pun kepadaNya

Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah dialah yang Maha Kaya (Tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. (Q.S. Fathir 35:15)

Jika semua umat menyembah Allah SWT, maka hal itu tidak akan menambah ke-MahaKuasa-an Allah. Beda dgn pemimpin dunia, presiden misalnya, presiden tanpa rakyat maka presiden tidak punya kuasa. Sebaliknya jika semua umat durhaka kepada Allah maka Allah tidak akan terkurangi kekuasaanNya.justru ibadah itu untuk kepentingan kita, bukan kepentingan ALLAH.

Ibadah adalah hak Allah atas hamba-hambaNya

Allah berhak untuk disembah, sedangkan kita sebagai makhlukNya wajib menyembahNya. Suatu hadis mengatakan hak Allah adalah disembah oleh

Page 19: Ushul Fiqh

17 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

hambaNya dan hak hambaNya adalah memperoleh pahala dari Allah. Suatu hadits menyatakan:

Mu'adz bin Jabal radiyallahuanhu berkata:

"Aku pernah diboncengkan Nabi SAW di atas keledai, kemudian Beliau berkata kepadaku: "Wahai Muadz, tahukah kamu apakah hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba-hambaNya, dan apa hak hamba-hambaNya yang pasti dipenuhi oleh Allah? Aku menjawab: "Allah dan RasulNya yang lebih mengetahui", kemudian beliau bersabda: "Hak Allah yang harus dipenuhi oleh hamba hambaNya ialah hendaknya mereka beribadah kepadaNya dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, sedangkan hak hamba yang pasti dipenuhi oleh Allah ialah bahwa Allah tidak akan mengazab orang-orang yang tidak menyekutukanNya dengan sesuatupun, lalu aku bertanya: "ya Rasulullah, bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada orang-orang?, beliau menjawab: "Jangan engkau lakukan itu, karena khawatir mereka nanti bersikap pasrah" (HR. Bukhari, Muslim).

21.Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang Telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa,

22.Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; Karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah[30], padahal kamu Mengetahui. (Q.S. Al Baqarah 21-22)

[30] ialah segala sesuatu yang disembah di samping menyembah Allah seperti berhala-berhala, dewa-dewa, dan sebagainya.

Ibadah kepada Allah semata adalah pintu kemerdekaan

Kita di dunia ini dilarang untuk menghamba kepada sesame makhlukNya. Jadi hanya kepada Allah kita menhambakan diri kita.

Ibadah adalah makanan rohani

Jadi jika rohani kita tidak sering diberi makanan, maka bisa mati ruhani kita. Seringkali kita tidak peka terhadap musibah yang diderita orang lain. Contoh riilnya ada seorang dokter yang diprotes keluarga pasien yang meninggal di RS karena keluarganya merasa tersinggung. Saat pasien sedang sakaratul maut, si dokter tsb sedang bersenda gurau dgn perawatnya. Jadi jgn sampai kita mlakukan hal yg sama.

Ibadah adalah ujian bagi para hambanya

Page 20: Ushul Fiqh

18 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Jumat, 19 Maret 2010 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.

USHUL FIQH 4

THAHARAH (BERSUCI)

Materi kali ini adalah mengenai Thaharah atau dalam bahasa indonesia adalah bersuci. Pada umumnya mnurut air yang dipakai dapat dibagi menjadi dua, yaitu Air yang suci dan Air yang mensucikan, jelas pengertian antara keduanya sangat berbeda, bedanya yaitu air yang suci hanya bisa digunakan untuk minum dan tak dapat digunakan untuk beribadah contoh minuman kopi, sedangkan air yang mensucikan bisa digunakan untuk minum, bersih dan untuk beribadah. (air laut).

Air yang mensucikan sendiri dapat dibagi menjadi 4,

1. Air Mutlak

Hukumnya ialah bahwa air suci lagi menyucikan, artinya bahwa ia suci pada dirinya dan menyucika bagi yang lainnya, di dalamnya termasuk air berikut

o Air hujan, salju, es, dan air embun

o Hal ini telah diterangkan pada alQuranulkarim pada Al-anfal:11 dan Al-Furqan:48

o Air Laut

o Air telaga

o Air yang berubah disebabkan lama tergenang atau tidak mengalir, atau disebabkan bercampur dengan apa yang menurut galibnya tak terpisah dari air seperti kiambang dan daun-daun kayu, maka menurut kesepakatan ulama air itu tetap termaksuk kedalam air mutlak

2. Air Musta’mal, yang terpakai

Air yang sudah dipakai masih bisa dipakai asal tidak menghilangkan salah satu sifatnya, yaitu rasa, warna dan baunya. Hukumnya suci lagi menyucikan sebagai halnya ia mutlak. Hal itu karena mengingat asalnya yang suci, sedang tidak dijumpai suatu alasan pun yang mengeluarkannya dari kesucian itu.

3. Air yang bercampur dengan barang yang suci

Misalnya dengan sabun, kiambang, tepung dan lain-lain yang biasanya terpisah dari air. Hukumnya tetap menyucikan selama kemutlaannya masih terpelihara.

4. Air yang bernajis

Pada macam air ini terdapat dua keadaan :

Page 21: Ushul Fiqh

19 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Pertama : Bila najis itu mengubah salah satu diantara rasa, warna dan baunya. Dalam keadaan seperti ini para ulama sepakat bahwa air tersebut tidak dapat dipakai untuk bersuci. Contoh sisa minuman anjing dan babi.

Kedua : bila air tetap dalam keadaan mutlak, dengab arti salah satu diantara sifatnya yang tiga tidak berubah hukumnya adalah suci dan menyucikan biar sedikit ataupun banyak contoh Sisa manusia, sisa binatang yang dimakan dagingnya, sisa kucing, keledai dan burung buas

WUDHU

Berwudhu adalah bersuci dengan air mengenai muka, kedua talapak tangan, kepala dan kedua kaki, ini telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam al-Quran pada Almaidah :6

1. Rukun Wudhu

Rukun berarti sesuatu yang apabila tidak dikerjakan maka tidak sah. Lalu apa sajakah rukun-rukun berwudhu:

a. Niat, Maksudnya adala kemauan yang tertuju pada perbuatan, demi mengharap keridhaan kepada ALLAH swt dan mematuhi peraturannya,

b. Membasuh Wajah, membasuh wajah 1 kali dengan mengalirkan air keatasnya, karena membasuh itu ialah mengalirkan. Batas muka itu panjangnya dari puncak kening sampai dagu, sedang lebar dari pinggir telinga sampai pinggir telinga yang satunya lagi.

c. Membasuh kedua tangan sampai siku,

d. Menyapu kepala, menyapu maksutnya melapkan sesuatu yang basah. Dilalukan dengan melapkan seluruh kepala mulai dari depan kebelakang dan dilanjutkan dengan menyapu kedua telinga, jika pada cuaca yang dingin maka cukup menyapu hanya pada serbannya saja. Seperti hadist dari bilal

“ Bahwa Nabi SAW bersabda: “sapulah kedua sepatu dan Khimar”. Khimar berarti kain yang biasa digunakan diatas kepala seperti serban dan lain-lain.

e. Membasuh kedua kaki dan mata kaki

f. Tertib(berurutan) : wudhuk adalah sebuah ibadah, sedang prinsip utama dalam beribadah adalah Ittiba’ (mengikut). Maka wajiblah mengikuti tata cara wudhuk yang telah dilakukan oleh Nabi dan telah dijelaskan pula dalam ayat-ayat Allah di Al-Maidah : 6

2. Sunat-sunat Wudhu

Yaitu ucupan atau perbuatan yang terus-menerus dilakukan oleh Nabi SAW. DAN Tidak pula dicegah orang meninggalkannya.

a. Memulai dengan basmalah

Membaca basmalah itu sendiri adalah baik, pada umumnya disyariatkan.

b. Menggosok gigi atau siwak

Page 22: Ushul Fiqh

20 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Siwak sendiri dapat diartikan sebagai kayu yang digunakan untuk menggosok gigi atau menggosok gigi itu sendiri, yaknimenyikat gigi dengan kayu tersebut atau dengan setiap benda kesat yang dapat dipakai untukmembersihkan gigi.

Menggosok gigi itu disunahkan pada setiap waktu, tetapi amat diutamakan pada lima waktu yaitu: ketika berwudhu, ketika hendak sholat, ketika hedak membaca Qur’an, ketika bangun tidur, dan ketika berbaunya mulut.

c. Mencuci kedua telapak tangan ketika hendak Wudhuk

d. Berkumur-kumur 3 kali

e. Memasukkan air kehidung kemudian mengluarkannya sebanyak 3 kali

f. Menyilang-nyilangi jenggot

g. Menyilang-nilangi anak-anak jari

h. Membasuh tiga-tiga kali

i. Tayamun

Artinya mendahulukan tangan maupun kaki yang yang kanan dari yang kiri

j. Menggosok

k. Muwalat

Artinya berturut-turut membasuh anggota demi anggota, jangan sampai orang yang berwudhu itu menyela wudhu dengan pekerjaan yang lain.

l. Menyapu kedua telinga

Menurut sunnah ialah menyapu bagian dalamnya dengan jari telunjuk, serta bagian dalamnya dengan ibujari yakni dengan memakai air untuk menyapu kepala.

m. Memanjangkan cahaya

Baik dibagian depan maupun bagian anggota-anggota lainnya. Memanjangkan bagian depan ialah dengan membasuh bagian depan kepala dengan melebihkan fardhu sewaktu membasuh muka, sedang mengenai batas-batas anggota lainnya ialah dengan membasuh lengan dengan melebihkan diatas siku, serta membasuh kaki melebihi mata kaki.

n. Sederhana tidak boros memakai air

Tidak boros menggonakan air walaupun diambil dari air laut

o. Berdoa sementara dan selesai wudhu

p. Shalat setelah berwudhu.

3. Yang Membatalkan Wudhu

Ada beberapa hal yang membatalkan wudhu dan menghalangi untuk mencapi faedahnya, seperti:

a. Apapun yang keluar dari salah satu dari kedua jalan, baik yang muka maupun yang blakang (qubul dan Dubur) termaksud

kencing

Page 23: Ushul Fiqh

21 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Buang air besar

Kentut

Mani, Madzi dan wadi :mengenai keluarnya mani maka diwajibkan untuk mandi sedangkan madzi dan wadi maka hendaklah membasuh daerah kemaluan dan sekitarnya kemudian berwudhu yakni wudhu untuk sholat.

b. Tidur nyenyak hingga tidak ada kesadaran lag, tanpa tetapnya pinggul diatas lantai, maksudnya jika tidur dalam keadaan duduk dan duduknya itu tetap maka wudunya tidaklah batal.

c. Hilang akal, baik karena gila, pingsan, mabok, atau diseabkan oleh obat, baik sedikit atau banyak.

d. Menyentuh kemaluan tanpa ada alas

4. Yang Tidak Membatalkan Wudhu

a. Menyentuh perempuan dengan batas atau pelindung (batal bila saling menyentuh atau timbal balik dalam ayat maksudnya adalah hubungan suami istri.)

b. Keluarnya darah dari jalan yang tidak lazim, baik dikarenakan luka atau berbekam, atau darah hidung baik sedikit atau banyak.

c. Muntah,

d. Memakan daging selain daging unta

e. Bila seseorang bimbang setelah berwhuduk apakah telah berhadast atau belum maka kebimbangan itu tidak menjadi soal, dan whuduknya tidak batal.

f. Ketawa terbahak-bahak

g. Memandikan mawat tidaklah wajib berwudhu

5. Hal-Hal yang Wajib Berwudhu

a. Sholat apapun

b. Thawaf dibaitullah

c. Menyentuh Mush-haf

THAYAMUM

a. Niat

b. Kedua telapak tangan ditempelkan kedinding atau tanah 1x

c. Ditepukkan atau ditiup

d. Usapkan ke muka

e. Pergelangan tangan

Thayamun dilakukan juga untuk mandi wajib…..

Page 24: Ushul Fiqh

22 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

MASKHUL KHUFAIN

Mengusap dua kaos kaki atau sepatu dilakukan jika merasakan kedinginan untuk berwhuduhk dengan menggunakan air.

a. Saya berwudhu dan wudhu saya niatkan untuk maskhul khufain

b. Berlaku hanya pada 1 hari satu malam

c. Musafir selama 3hari 3 malam.

Page 25: Ushul Fiqh

23 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Jumat, 9 April 2010 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.

USHUL FIQH 5

SHALAT

Shalat menurut bahasa adalah doa. Tapi shalat tidak bisa diganti dengan doa walaupun artinya sama. Bahkan shalawat kepada Nabi juga disebut shalat. Ali Bin Abi Thalib pernah berkata “Aku shalat tanpa wudu” , maksudnya adalah beliau membaca shalawat kepada Nabi.

Menurut syar’i, shalat adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan bacaan takbir dan diakhiri dengan mengucapakan salam.

Ayat-ayat tentang shalat

1. Al-ankabut ayat 45

Artinya:

Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. 29:45)

Notes:

Jika seseorang shalat maka seharusnya tidak melakukan Fahsya (perbuatan keji) yaitu perbuatan yang dilarang oleh agama dan ditolak oleh hati nurani. Jadi tidak perlu menggunakan hukum al-Quran dan Hadist, hati nurani manusia sendiri sudah menolaknya. Contohnya zina, kikir. Munkar adalah segala yang dilarang oleh agama. Jika pada kenyataannya orang yang shalat itu masih melakukan perbuatan keji dan munkar, maka jawabannya yang secara lugas maka shalat orang tersebut tidak diterima. Tapi kalau dijawab dengan optimis, maka jawabannya adalah shalat orang tersebut bisa mengurangi dari perbuatan keji dan munkarnya. Contohnya, orang shalat masih tetap mencopet, mungkin saja kalau dia tidak shalat dia malah merampok dan jika dia terus-terusan melakukan shalat dia akan berhenti menjadi pencopet. Jadi intinya untuk orang yang optimis, shalatnya itu masih belum mencapai tingkat yang bisa membuat dia

Page 26: Ushul Fiqh

24 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

menghentikan perbuatan keji dan munkarnya. Shalat yang baik itu shalat yang bisa sampai menghentikan perbuatan keji dan munkar.

2. Al-baqarah 238

Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa[152]. Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'. (Al-baqarah 238)

Notes:

Ada 2 pendapat ulama tentang yang dimaksud shalat wustha. Shalat wustha adalah shalat pertengahan yang paling sering dilalaikan yaitu shalat fajar (subuh) dan shalat ashar. Kalau dilihat dari sudut pandang turunnya ayat ini, shalat wustha lebih mengarah pada shalat ashar. Karena pada waktu itu perang ahzab, 10000 pasukan mengepung madinah. Maka diperintahkanlah untuk membuat parit sebagai perlindungan. Parit tersebut dijaga 24 jam maka sering melalaikan shalat ashar, sehingga turunlah ayat ini.

Tapi jika dilihat dari namanya, shalat wustha adalah shalat yang ada ditengah-tengah, berarti semua shalat yang 5 waktu. Kenapa? Shalat subuh diapit oleh shalat isya dan magrib sebelumnya dan shalat duhur dan ashar setelahnya. Shalat duhur diapit oleh shalat subuh dan isya sebelumnya dan shalat ashar dan magrib setelahnya, begitu pula yang lain, semua shalat diapit oleh 2 shalat sebelum dan sesudahnya. Mengerti kan? Jadi semua shalat yang 5 waktu bisa menjadi shalat wustha, tergantung kita sering melalaikan shalat yang mana.

Tapi sepertinya untuk para mahasiswa sekarang, shalat yang paling dilalaikan adlah shalat shubuh. Karena mahasiswa sering begadang, dan bangunya kesiangan… Ayo ngaku,,,syp yang masih suka kesiangan bangunnya trus gak shalat subuh?? Hehe…

Jagalah solat yang 5 waktu terutama shalat fajar dan ashar. Hadist Nabi mengatakan bahwa Sebaik-baiknya shalat adalah di awal waktu. Tapi kalaupun tidak di awal waktu shalatnya tetap sah.

3. Al-baqarah 45-46

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu. (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rabb-nya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya. (QS.Al-baqarah 45-46)

Notes:

Page 27: Ushul Fiqh

25 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Menurut ayat ini, jika kita menghadapi kesulitan maka kuncinnya adalah sabar dan shalat. Perbanyaklah shalat ketika menghadapi kesulitan, bukannya malah menghindari kesulitan itu dengan melakukan hal-hal negatif seperti pergi ke dukun, mabuk-mabukan, dll.

Jika ingin khusyu dalam shalat, maka bayangkanlah dalam shalat kita bahwa itu sahalat yang terakhir setelah itu mati. Orang-orang tasyawuf megatakan jika ingin shalatnya khusyu, maka jadikalah shalat kita seolah-olah shalat terakhir (wada) dan setelah kematian datang ingatlah bahwa Allah akan minta pertanggungjawaban atas semua perbuatannya semasa hidup. Tapi susahnya banyak orang tidak mau membanyangkan kematian akan segera datang karena kebanyakan orang ingin umur yang panjang.

4. Al-mukminun 1-11

Artinya:

1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman

2. (yaitu) orang-orang yang khusyu dalam shalatnya

3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,

4. dan orang-orang yang menunaikan zakat

5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya,

6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela

7. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas.

8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya,

9. dan orang-orang yang memelihara shalatnya.

10. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,

11. (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya

Page 28: Ushul Fiqh

26 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Notes:

Orang islam seharusnya mempunyai mental pemenang. Bagaimanakah ciri punya mental pemenang itu? Kuncinya ada pada kepercayaan diri.

5. Al-mudatsir 38-48

Artinya:

38. Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya,

39. kecuali golongan kanan,

40. berada di dalam surga, mereka tanya menanya,

41. tentang (keadaan) orang-orang yang berdosa

42. Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?

43. Mereka menjawab: Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat,

44. dan kami tidak (pula) memberi makan orang miskin

45. dan adalah kami membicarakan yang bathil, bersama dengan orang-orang yang membicarakannya,

46. dan adalah kami mendustakan hari pembalasan,

47. hingga datang kepada kami kematian.

48. Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat.

Notes:

Dalam Al-Quran, orang-orang yang masuk surga disebut dengan ashabul yamiin (golongan kanan). Sedangkan orang yang masuk neraka disebut ashabul yasaar (golongan kiri). Nanti di surga, orang-orang golongan kanan ini akan saling bertanya siapa a’nil mujrimiin. Mereka bertanya kepada orang-orang yang masuk neraka, orang di neraka menjawab “kami masuk neraka karena kami tidak mengerjakan shalat, tidak memberi makan anak yatim, suka melecehkan agama dan mendustakan hari akhir sampai kami menghadapi kematian”. Kematian tidak bisa ditolak, orang yang tidak

Page 29: Ushul Fiqh

27 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

percaya pada Tuhan saja meyakini kematian. Fira’un pun yang menganggap dirinya tuhan, mengakui bahwa dia tidak akan hidup abadi dan suatu saat akan mati.

Setelah mati, setiap orang akan menyadari semua kesalahannya selama hidup dan mereka tidak akan mendapat pertolongan bahkan dari orang-orang yang semasa hidupnyya sering menolong mereka. Orang islam yang di hari akhir mengaku tidak shalat padahal sewaktu hidupnya shalat, maka shalatnya itu tidah diterima oleh Allah. Itulah yang menyebabkan mereka menjadi penghuni neraka.

6. Al-maun 4-7

Artinya:

4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,

5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.

6. orang-orang yang berbuat riya.

7. dan enggan (menolong dengan) barang berguna.

Notes:

Yang dimaksud lalai dalam shalat adalah

1. Menunda-nunda shalatnya tanpa ada alasan yang kuat atau tanapa alasan yang dibenarkan oleh agama. Bagaimana jika seorang dokter ketika operasi masuk waktu shalat? Dia boleh menunda shalatnya kerena lebih mengutamakan kehidupan pasiennya. Nabi mengatakan shalat yang baik adalah di awal waktu, itu adalah pendekatan aqidah. Dan pendekatan aqidah harus dilaksanakan secara maksimal.

2. Lalai memahami bacaan shalat. Jadi lalai tipe 2 ini seperti kita berbicara tapi tidak mengerti apa yang kita bicarakan. Seperti burung beo yang bisa bicara, ia tidak mengerti sama sekali dengan apa yang di ucapkan. Padahal jika kita mengerti arti dari doa-doa yang ada di dalam shalat, insya allah ita bisa memahami apa sebenarnya makna shalat itu sendiri.

Kedudukan shalat dalam Islam

1. Tiang agama Hadist mengatakan bahwa “Shalat adalah tiang agama. Barang siapa yang mendirikan shalat, maka dia mendirikan agama. Barang siapa yang meninggalakan shalat maka dia merobohkan agamanya”.

2. Amalan yang pertama akan dihitung diakhirat adalah shalat. Kalau shalatnya baik, pertanda seluruh amalannya baik. Namun jika shalatnya rusak, maka pertanda seluruh amalannya juga rusak.

3. Meninggalkan shalat hukumnya bisa kufur, fasiq dan lalai.

Page 30: Ushul Fiqh

28 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Dikatakan kufur jika menolak hukum shalat, dia mengatakan bahwa shalat itu tidak wajib padahal sudah jelas dalam al-quran maupun hadist hukum dari shalat adalah wajib. Fasiq, mengakui hukum shalat tapi secara sadar tidak mau melakukan shalat. Lalai, mengaku hukum shalat itu wajib, ingin melakukannya namun karena pengaruh keadaan shalatnya ditinggalkan. Jadi bukan sengaja shalatnya itu ditinggalkan. Nabi bersabda bahawa untuk membedakan seseorang yang kafir dan yang muslim adalah meninggalkan shalat.

Fungsi shalat di dunia

1. Membersihkan jiwa laksana air membersihkan kotoran Nabi pernah bertanya kepada sahabat, “bagaimana pendapat anda kalau slah seorang adari kalian ini punya rumah dipinggir sungai yang airnya jernih lalu dfia mandi 5 kali sehari semalamnya, apakah masih ada daki (kotoran) di tubuhnya?”. sahabat menjawab, “Tidak”. Nabi berkata kembali, “Begitulah perumpamaan orang yang shalat 5 waktu, maka jiwa dan hatinya akan bersih dari segala kotoran-kotoran hati”. Maka dengan demikian akan terhindar dari iri, dengki, putus asa, dll.

2. Kontrol diri dari kemungkaran Seseorang yang shalat tidak akan melakukan kemungkaran karena hidupnya senantiasa dikelilingi oleh waktu shalat. Semakin rajin orang shalat maka akan semakin terkontrol dirinya dari perbuatan-perbuatan yang munkar. Di indonesia yang disayangkan adalah masjid-masjid sepi pada waktu shalat kecuali shalat jumat. Bandingkan dengan Singapura, masjidnya selalu ramai dipadati oleh orang yang akan shalat berjamaah ketika masuk waktu shalat, bahkan subuhpun masyarakannya tetap semangat untuk shalat yang berjamaah di masjid. Menurut mazhab imam syafi’i, shalat berjamaah itu sunah muakad. Sedangkan mazhab imam Hambali mengatakan bahwa hukum shalat berjamaah adalah wajib, bagi laki-laki wajib di masjid.

3. Shalat meningkatkan kepedulian sosial

Nilai objektif shalat

1. Kebersihan Orang shalat paling bersih karena shalatnya tidah sah kalo tidak bersih pakaian, tempat, dan hati. Wudu itu simbol dari membersihkan hati.

2. Disipilin dan ketertiban Shalat harus dilaksanakan pada waktunya, tidak boleh mengerjakan shalat kalau belum masuk waktu shalat walaupun hanya kurang 1 menit saja. Inilah disiplin shalat. Bagaimana tertib dalam shalat itu? Hal ini dapat dilihat dari ketika shalat berjamaah dimulai, maka jamaat yang jumlahnya bisa mencapai ribuan (misal, di masjidil haram) dengan tertib sendirinya akan merapikan shafnya hanya dikomando oleh muadzin yang melantunkan iqomah. Dan setelah shalat dimulai, tidak ada lagi yang berbicara atau mengerjakan sesuatu di luar shalatnya.

3. Kejujuran Jika seseorang yang sedang shalat dan merasa dirinya kentut, maka dia akan mengakui bahwa wudunya batal. Ini bentuk kejujuran dalam shalat

4. Persatuan Saf yang rapat melambangkan persatuan dalam shalat.

Page 31: Ushul Fiqh

29 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

5. Menebarkan kesejahteraan Diakhir shalat membaca salam ke kanan dan ke kiri, ini artinya kita senantiasa menebarkan kesejahteraan kepada apapun dan siapapun seluruh makhluk yang ada di sebelah kita.

6. Kepemimpinan dan keumatan Ada imam, ada makmum. Makmum harus manut kepada imam. Jika imam takbir, maka makmum ikit takbir, dsb. Sebaliknya, imam juga harus memahami makmumnya. Misalnya saja imam rukuk lama sekali padahal makmumnya ada yang sudah tua dan tidak mampu lama-lama rukuk. Jika imam keliru harus diingatkan, untuk laki-laki membaca subhanallah dan untuk perempuan menepuk punggung tangannya.

7. Ukhuwah islamiyah

Page 32: Ushul Fiqh

30 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Jumat, 14 Mei 2010 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.

USHUL FIQH 6

ZAKAT

Zakat menurut bahasa adalah tumbuh, suci, dan berkah. Di sebut tumbuh karena dengan membayar zakat harta kita jadi bertambah. Secara logika hal ini tidak mungkin, bagaimana bisa kita mengeluarkan uang, tapi kemudian uang kita akan bertambah? Memang tidak mungkin jika dilihat secara logika seperti itu, tapi lihat kenyataannya, tidak ada pengusaha atau seorang pun yang usahanya bangkrut karena berzakat. Sedangkan begitu banyaknya orang yang bangkrut karena riba, hidupnya dikejar-kejar hutang dari bank.

Kenapa suci? Banyak orang yang menyalahartikan suci dalam zakat ini dengan menganggap bahwa dengan berzakat, uang yang haram bisa jadi suci kembali. Uang korupsi 10 milyar yang haram dapat menjadi bersih dengan membayar zakat 2,5%. Bukan seperti itu maksudnya. Jadi, di setiap harta kita terdapat 2,5% harta yang bukan hak kita, bila tidak zakat, sama saja kita mencuri karena menggunakan harta yang bukan milik kita. Maka dengan zakat, kita membersihkan harta tersebut sehingga menjadi suci kembali dan berkah bagi kita. Bukan mengembalikan uang haram menjadi suci, karena uang haram akan tetap haram walau kita sudah zakat berkali-kali.

Terakhir berkah. Dengan berzakat, harta yang kita miliki menjadi harta yang berkah, artinya kita dapat hidup tenang dan tentram dengan harta yang kita miliki. Selain itu ekonominya selalu tercukupi. Tidak seperti orang yang berhutang, tidak tenang hidupnya. Allah berfirman:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan[658] dan mensucikan[659] mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah:103)

[658] Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda

[659] Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.

Page 33: Ushul Fiqh

31 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Dari terminologi diatas kita bisa sepintas tahu tentang zakat. Sedangkan menurut syar’inya zakat adalah sesuatu yang dikeluarkan manusia berupa haq Allah (harta) kepada yang berhak menerimanya.

Tujuan-tujuan zakat adalah sebagai berikut:

Dengan zakat harta kita akan berkembang.

Menghindari kesenjangan sosial antara aghniya dan dhu'afa.

Pilar amal jama'i antara aghniya dengan para mujahid dan da'i yang berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.

Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk

Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.

Alat pembersih hati serperti pelit dan rakus

Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan

Untuk pengembangan potensi ummat

Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam

Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.

Harta kita akan menjadi berkah. (Arti berkah di sini adalah bisa menentramkan dan menenangkan jiwa).

Zakat itu posisinya ada di nomor tiga di urutan rukun islam. Tapi, banyak juga kalangan di Indonesia yang menunjukkan bahwa zakat berada di posisi nomor empat setelah puasa, mengingat zakat dilaksanakan setelah puasa. Tapi, sebenarnya posisi ini bukan karena pelaksanaannya melainkan anjuran dari al-qur’an yang menegaskan bahwa penegakkan zakat itu setelah shalat, misalnya di dalam al qur’an:

“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.” (QS. Albaqarah: 110).

Dalam ayat tersebut ditegaskan bahwa zakat diperintahkan setelah shalat, yang tidak melakukan zakat sama saja tidak melakukan shalat. Hal ini dipertegas dalam 82 ayat pada al-qur’an yang memerintahkan untuk melakukan zakat setelah shalat.

Syarat-syarat wajib zakat:

Muslim

Aqil (Berakal)

Page 34: Ushul Fiqh

32 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Baligh (dewasa)

Milik Sempurna

Cukup Nisab

Cukup Haul (satu putaran/satu tahun)

Golongan yang berhak menerima zakat (8 asnaf) berdasarkan QS.At-Taubah:60:

“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana[647].”(QS.At-Taubah:60)

1. Fakir, ukuran fakir adalah orang yang tak memiliki pendapatan.

2. Miskin, ukuran miskin adalah pemasukannya kurang dari pengeluarannya dan itu pun hanya cukup menutupi kebutuhan pokoknya.

3. Amil, petugas professional yang mengurusi zakat dan mendapat bagian maksimal 1/8 nya.

4. Mualaf, orang yang baru masuk islam dan tujuan pemberian zakat salah satunya untuk meneguhkan imannya.

5. Budak

6. Orang berhutang

7. Fi sabilillah, orang yang sedang berjuang di jalan Allah

8. Ibnu Sabil, orang yang sedang ada dalam perjalanan yang sangat jauh

Macam – Macam Zakat:

1. Emas Nisabnya 85 g, dimiliki 1 tahun dan dizakatkan 2,5%.

2. Perak Nisabnya 624 g, dimiliki 1 tahun dan dizakatkan 2,5%.

3. Uang Sudah mencapai nisab (uang yang nilainya sudah mencapai harga emas 85 g), dimiliki 1 tahun dan dizakatkan 2,5%.

4. Hasil pertanian Zakat hasil pertanian dikeluarkan ketika masa-masanya panen sebanyak 5% jika pertaniannya itu diairi oleh irigasi, tapi jika

Page 35: Ushul Fiqh

33 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

pertaniannya terrairi hujan maka zakatnya sebanyak 10%. Dan yang dizakatkan adalah makanan pokok.

5. Hasil peternakan Sapi 30 ekor zakatnya 1 ekor sapi berusai 1 tahun

Kambing 40-120 ekor zakatnya 1 ekor kambing yang berusia 1 tahun, kambing 200 ekor zakatnya 2 ekor kambing 1 tahun, 300 ekor zakatnya 3 ekor kambing 1 tahun.

6. Perniagaan, jasa, profesi Zakat ini terjadi beberapa pandangan, ada yang menyamakannya dengan zakat hasil panen, ada juga yang menyamakannya dengan zakat uang yang mesti dimiliki satu tahun dulu kemudian dizakatkan 2,5%. Tapi, yang lebih kuat adalah menyamakan dengan zakat uang, kalau memang ada zakat profesi, Rasulullah saw. sudah memerintahkannya sejak dulu, karena di zaman Rasul pun profesi dan perniagaan sudah ada.

7. Harta karun Dikeluarkan 20%

Ancaman bagi orang yang tidak mengeluarkan zakat adalah:

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih.” (QS.At-Taubah:34)

Page 36: Ushul Fiqh

34 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Jumat, 14 Mei 2010 Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.

USHUL FIQH 7

PUASA

Definisi puasa adalah menahan makan, minum, dan segala macam yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari yang semata-mata beribadah kepada Allah swt.

Dalam alqur’an telah dijelaskan:

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa. (QS.Al-Baqarah: 183)

Syarat-syarat wajib puasa:

Beragama Islam

Sudah baliqh (cukup umur)

Berakal sehat (tidak gila atau mabuk)

Suci dari haid dan nifas bagi perempuan

Sanggup berpuasa

Rukun-rukun puasa:

Niat

Manahan diri dari segala suatu yang membatalkan puasa, sejak terbit hingga terbenamnya matahari.

Hal-hal yang membatalkan puasa:

Makan dan minum yang dilakukan dengan sengaja

Bersetubuh atau berhubungan kelamin. Jika melanggar, maka hukumannya memerdekaan budak, puasa 2 bulan berturut-turut, dan memberi makan 60 orang fakir miskin.

Rasul pernah saat bulan Ramadhan mecium Aisyah pada siang hari. Lalu kemudian sahabat bertanya pada Aisyah bahwa bolehkah mencium istri saat shaum? Lalu

Page 37: Ushul Fiqh

35 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Aisyah menjawab “Iman kalian tidak sekuat iman Rasul”. Boleh sih, tapi nanti keterusan gitu karena iman kita tak sekuat iman Rasul, jadi intinya siy gak boleh…

Keluar mani dengan sengaja

Muntah dengan sengaja

Hilang akal (gila, mabuk)

Keluar haid dan nifas (khusus bagi wanita)

Membatalkan niat untuk berpusa.

Sunah-sunah puasa:

Mengakhirkan sahur

Menyegerakan buka

Macam-macam puasa:

Puasa Ramadhan yaitu puasa yang wajib dikerjakan pada bulan ramadhan selama satu tahun penuh

Puasa Qadha yaitu puasa yang wajib ditunaikan karena berbuka dalam bulan Ramadhan, disebabkan seperti safar, sakit, haid, atau dengan sebab yang lain.

Puasa kafarat yaitu puasa yang wajib dikerjakan untuk menutupi sesuatu keteledoran yang telah dilakukan

Puasa nazar yaitu puasa yang telah dijanjikan karena menginginkan sesuatau nikmat atau harapan tertentu.

Puasa sunat: puasa Senin-kamis, puasa hari putih: tanggal 13,14,15 di setiap bulan hijriyah, puasa 6 hari di bulan syawal (boleh tidak berturut-turut, tapi lebih baik berturut-turut), puasa Nabi Daud, puasa muharam, puasa Arafah, puasa Nisfu Sya’ban, puasa 9-10 Dzulhijjah, puasa remaja.

Waktu-waktu yang diharamkan berpuasa:

Dua hari raya, yaitu Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha,

Tiga hari tasyrik, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah,

Pada hari syak,

Puasa terus-menerus sepanjang tahun,

Puasa sunah seorang istri yang tidak izin pada suaminya,

Puasa yang makruh:

Puasa khusus hari Jum’at atau Sabtu,

Puasa Arafah bagi yang wukuf,

Puasa akhir Sya’ban

Page 38: Ushul Fiqh

36 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Orang-orang yang diperbolehkan berbuka puasa:

o Orang-orang dalam perjalanan atau musyafir

o Orang tua yang sudah lemah

o Wanita hamil atau menyusui

o Para pekerja berat

Orang yang wajib puasa Ramadhan:

o Muslim,

o Baligh,

o Berakal,

o Tidak berhalangan secara syar’i

Orang yang diberi keringanan untuk tidak berpuasa saat Ramadhan, tapi wajib menggantinya di hari lain:

o Orang sakit (sakit yang memberatkan jika ia harus berpuasa, jika tidak memberatkan maka tidak diberi keringanan. Panu misalnya, ga ngaruh kan kalo puasa juga…)

o Musafir,

Orang yang diberi keringanan untuk tidak berpuasa sata Ramadhan, tapi wajib membayar fidyah:

o Sakit berat

o Wanita hamil dan menyusui (diperbolehkan untuk mengganti hari jika tidak dapat membayar fidyah)

o Orang yang sudah uzur dan tidak dapat puasa lagi.

Hikmah puasa:

Latihan menahan nafsu

Sabar

Jujur

Kemauan keras

Pengendalian diri

Disiplin

Sehat

Solidaritas sosial

Menjaga keharmonisan keluarga

Page 39: Ushul Fiqh

37 | P a g e

A

di

ty

a

Va

n

Ar

ju

na

qu

ee

’s

fi

le

s

Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah SWT:

Artinya : “Jika diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu berbuka), maka (wajiblah baginya berbuka puasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari yang lain dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika meraka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebaikan, maka itulah yang lebih baik dari baginya. Dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (QS Al Baqorah :184)