8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
1/207
Seminar Optima Preparation
Batch Mei 2015
Part II
No. 101-200
Office Address:
Jl Padang no 5, Manggarai, Setiabudi, JakartaSelatan(Belakang Pasaraya Manggarai)Phone Number : 021 8317064
Pin BB 2A8E2925WA 081380385694
Medan :Jl. Setiabudi No. 65 G, MedanPhone Number : 061 8229229Pin BB : 24BF7CD2
www.optimaprep.com
dr. Widya, dr. Eno, dr. Yolina
dr. Cemara, dr. Yusuf
dr. Reza
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
2/207
ILMU KESEHATAN ANAK
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
3/207
N O
P N E U M O N I A• No
tachypnea,no chestindrawing
P N E U M O N I A • Di
sampingbatukataukesulitan
bernapas,hanyaterdapatnapascepatsaja.
S E V E R E
P N E U M O N I A•Batuk dan/atau dyspnea
ditambah min salah satu:
•Kepala terangguk-angguk
•Pernapasan cupinghidung
•Tarikan dinding dada
bagian bawah ke dalam•Foto dada menunjukkan
infiltrat luas, konsolidasi
•Selain itu bisa didapatkanpula tanda berikut ini:
•takipnea
•Suara merintih (grunting)
pada bayi muda•Pada auskultasi
terdengar: crackles(ronkii), Suarapernapasan menurun,suara napas bronkial
V E R Y S E V E R E
P N E U M O N I A• Dalam keadaan
yang sangat beratdapat dijumpai:
• Tidak dapatmenyusu atau
minum/makan,ataumemuntahkansemuanya
• Kejang, letargisatau tidak
sadar• Sianosis
• Distrespernapasanberat
101. Diagnosis Pneumonia (WHO)
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
4/207
N O P
N E U M O N I A
• Donotadministeranantibiotic
P N E U M O N I A • rawat jalan
• Kotrimoksasol(4 mg TMP/kgBB/kali) 2 kalisehari selama3 hari atauAmoksisilin(25 mg/kgBB/kali) 2 kalisehari selama3 hari.
S E V E R E - V
E R Y S E V E R E P N E U M O N I A• ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgBB/kali IV atau
IM setiap 6 jam). Bila anak memberi respons yangbaik dlm 24-72 jam, lanjutkan selama 5 hari.Selanjutnya dilanjutkan dgn amoksisilin PO (15mg/ kgBB/kali tiga kali sehari) untuk 5 hariberikutnya.
• Bila keadaan klinis memburuk sebelum 48 jam,atau terdapat keadaan yang berat (tidak dapatmenyusu atau minum/makan, atau memuntahkansemuanya, kejang, letargis atau tidak sadar,sianosis, distres pernapasan berat) makaditambahkan kloramfenikol (25 mg/kgBB/kali IMatau IV setiap 8 jam).
• Bila pasien datang dalam keadaan klinis berat,segera berikan oksigen dan pengobatan kombinasiampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.Sebagai alternatif, beri seftriakson (80-100mg/kgBB IM atau IV sekali sehari).
• Gunakan nasal prongs, kateter nasal, atau kateternasofaringeal.
Tatalaksana Pneumonia
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
5/207
Mild Severe
stopped
Bleeding
intervention
continues
prolonged delayed
Platelet disorder Coagulation disorderKuliah Hemostasis FKUI.
102.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
6/207
Spontaneous bleeding (without injury)
superficial, multiple deep, solitary
petechiae,
purpura,
ecchymoses
hematoma,
hemarthrosis
platelet disorder coagulation disorder
Kuliah Hemostasis FKUI.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
7/207
Simple schematic diagram to diagnose hemostasic disorders
Kuliah Hemostasis FKUI.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
8/207
Bleeding Disorder
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
9/207
103. Hipotiroid kongenital pada Anak
• Hipotiroid kongenital (kretinisme)ditandai produksi hormon tiroid yanginadekuat pada neonatus
• Penyebab: – Defek anatomis kelenjar tiroid atau jalur
metabolisme hormon tiroid
– Inborn error of metabolism
• Merupakan salah satu penyebabretardasi mental yang dapat dicegah.Bila terdeteksi setelah usia 3 bulan,akan terjadi penurunan IQ bermakna.
• Tata laksana tergantung penyebab.Sebaiknya diagnosis etiologi
ditegakkan sebelum usia 2 minggudan normalisasi hormon tiroid(levotiroksin)sebelum usia 3 minggu.
• infants with severe hypothyroidism oftenhave a unique appearance, including:
– Dull look
– Puffy face
– Thick tongue that sticks out
• This appearance usually develops as thedisease gets worse. The child may alsohave:
– Choking episodes
– Constipation
– Dry, brittle hair
– Jaundice
– Lack of muscle tone (floppy infant)
–
Low hairline – Poor feeding
– Short height (failure to thrive)
– Sleepiness
– Sluggishness
Postellon DC. Congenital hypothyroidism. http://emedicine.medscape.com/article/919758-overview
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
10/207
Figure 3 Diagnostic algorithm for the detection of primary congenital hypothyroidism
Grüters, A. & Krude, H. (2011) Detection and treatment of congenital hypothyroidism
Nat. Rev. Endocrinol. doi:10.1038/nrendo.2011.160
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
11/207
104. Benda asing di saluran jalan
napas
• 3% in the larynx
• 13% in the trachea
• 52% in the right main bronchus
•6% in the right lower lobe bronchus
• fewer than 1% in the right middle lobe bronchus
• 18% in the left main bronchus
• 5% in the left lower lobe bronchus; 2% were
bilateral.• In a child in a supine position, material is more
likely to enter the right main bronchus.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
12/207
Bronchial ariway obstruction
• 80-90% of airway foreign bodies
• Right main stem most common(controversial)
• Additional history/physical: – Diagnostic triad (
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
13/207
105. Fluorosis Gigi
• Penggunaan fluor dalam waktu yang lamaselama pembentukan enamel mengakibatkanperubahan-perubahan klinik yang dimana dari
timbulnya garis putih yang kecil pada enamelsampai dengan yang parah yaitu enamelmenjadi putih seperti kapur dan opak danmungkin sebagian patah, segera sesudah gigi
erupsi.
• Risiko pada anak
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
14/207
Fluorosis Gigi
• The proper amount of fluoride helps prevent
and control dental caries.
• Severe forms of this condition can occur only
when young children ingest excess fluoride,
from any source, during critical periods of
tooth development.
• The severity of the condition depends on the
dose, duration, and timing of fluoride intake.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
15/207
106. LeukemiaCLL CML ALL AM L
The bone marrow makes abnormal leukocyte dont die when they
should crowd out normal leukocytes, erythrocytes, & platelets.
This makes it hard for normal blood cells to do their work.
Prevalence Over 55 y.o. Mainly adults Common in
children
Adults &
children
Symptoms &
Signs
Grow slowly may
asymptomatic, the disease is
found during a routine test.
Grow quickly feel sick & go to
their doctor.
Fever, swollen lymph nodes, frequent infection, weak,
bleeding/bruising easily, hepatomegaly/splenomegaly, weight loss,
bone pain.
Lab Mature
lymphocyte
Mature
granulocyte
Lymphoblast
>20%
Myeloblast
>20%
Therapy Can be delayed if asymptomatic Treated right away
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
16/207
Leukemia
• Jenis leukemia yang paling sering terjadi pada
anak-anak adalah Acute Lymphoblastic
Leukemia (ALL) dan Acute Myelogenous
Leukemia (AML)
• ALL merupakan keganasan yg paling sering
ditemui pada anak-anak (1/4 total kasus
keganasan pediatrik)
• Puncak insidens ALL usia 2-5 tahun
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
17/207
Clinical Manifestation
• More common in AML – Leukostasis (when blas count >50.000/uL): occluded
microcirculationheadache, blurred vision, TIA, CVA, dyspnea,hypoxia
– DIC (promyelocitic subtype)
– Leukemic infiltration of skin, gingiva (monocytic subtype)
– Chloroma: extramedullary tumor, virtually any location.
• More common in ALL – Bone pain, lymphadenopathy, hepatosplenomegaly (also seen in
–
monocytic AML) – CNS involvement: cranial neuropathies, nausea, vomiting,
headache, anterior mediastinal mass (T-cell ALL)
– Tumor lysis syndrome
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
18/207
Leukemia Limfoblastik Akut
• Merupakan keganasan yang paling sering ditemukan padamasa anak, meliputi 25-30% dari seluruh keganasan padaanak.
• Lebih sering pada laki-laki, usia 3-4 tahun
•
Manifestasi klinis – Penekanan sistem hemopoetik normal, anemia (pucat),
neutropenia (sering demam), trombositopenia (perdarahan)
– Infiltrasi jaringan ekstramedular, berupa pembesaran KGB, nyeritulang, dan pembesaran hati serta limpa
–
Penurunan BB, anoreksia, kelemahan umum• Pemeriksaan Penunjang: Gambaran darah tepi dan pungsi
sumsum tulang untuk memastikan diagnosis
• Tatalaksana : Kemoterapi dan Pengobatan suportif
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
19/207
ALL AML
epidemiologi ALL merupakan keganasan yg paling
sering ditemui pada anak-anak (1/4
total kasus keganasan pediatrik)
Puncak insidens usia 2-5 tahun
15% dari leukemia pada pediatri, juga
ditemukan pada dewasa
etiologi Penyebab tidak diketahui Cause unknown. Risk factors: benzene
exposure, radiation exposure, prior
treatment with alkylating agents
Gejala dan
tanda
Gejala dan tanda sesuai dengan
infiltrasi sumsum tulang dan/atau
gejala ekstrameduler: konjungtiva
pucat, petekie dan memar akibat
trombositopenia; limfadenopati,
hepatosplenomegali.Terkadang ada
keterlibatan SSP (papil edem, canial
nerve palsy); unilateral painless
testicular enlargement.
Pucat, mudah lelah, memar, peteki,
epistaksis, demam, hiperplasia gingiva,
chloroma, hepatosplenomegali
Lab Anemia, Trombositopenia,
Leukopeni/Hiperleukositosis/normal,
Dominasi Limfosit, Sel Blas (+)
Trombositopenia,
leukopenia/leukositosis, primitif
granulocyte/monocyte, auer rods (hin,
needle-shaped, eosinophilic cytoplasmic
inclusions)
Terapi kemoterapi kemoterapi
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
20/207
107. Kelainan Pembekuan Darah
http://periobasics.com/wp-content/uploads/2013/01/Evaluation-of-bleeding-disorders.jpg
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
21/207
Mild Severe
stopped
Bleeding
intervention
continues
prolonged delayed
Platelet disorder Coagulation disorderKuliah Hemostasis FKUI.
107.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
22/207
Spontaneous bleeding (without injury)
superficial, multiple deep, solitary
petechiae,
purpura,
ecchymoses
hematoma,
hemarthrosis
platelet disorder coagulation disorder
Kuliah Hemostasis FKUI.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
23/207
Simple schematic diagram to diagnose hemostasic disorders
Kuliah Hemostasis FKUI.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
24/207
Bleeding Disorder
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
25/207
108. KONTRAINDIKASI IMUNISASIBerlaku umum untuk semua vaksin
Indikasi Kontra BUKAN Indikasi Kontra
• Reaksi anafilaksis terhadap
vaksin (indikasi kontra
pemberian vaksin tersebut
berikutnya)
• Reaksi anafilaksis terhadapkonstituen vaksin
• Sakit sedang atau berat, dengan
atau tanpa demam
• Reaksi lokal ringan-sedang (sakit, kemerahan,
bengkak) sesudah suntikan vaksin
• Demam ringan atau sedang pasca vaksinasi
sebelumnya
• Sakit akut ringan dengan atau tanpa demam ringan• Sedang mendapat terapi antibiotik
• Masa konvalesen suatu penyakit
• Prematuritas
• Terpajan terhadap suatu penyakit menular
• Riwayat alergi, atau alergi dalam keluarga
• Kehamilan Ibu
• Penghuni rumah lainnya tidak divaksinasi
• NB: Batuk pilek ringan tanpa demam boleh
diimunisasi, kecuali bila bayi sangat rewel, imunisasi
dapat ditunda 1 - 2 minggu kemudian.
Pedoman Imunisasi di Indonesia. Satgas Imunisasi – IDAI. 2008
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
26/207
109. Intususepsi/ Invaginasi
• Intussusception can occuressentially anywhere,although in children there is astrong predilection for theileocolic region. –
ileocolic - most common (75-95%), presumably due to theabundance of lymphoid tissuerelated to the terminal ileumand the anatomy of theileocaecal region
– ileoileocolic - second most
common – ileoileal and colocolic –
uncommon
• classic triad: intermittentabdominal pain, vomiting andright upper quadrant mass,plus occult or gross blood onrectal examination
•
The hallmark physical findingsin intussusception are a righthypochondrium sausage-shaped mass and emptiness inthe right lower quadrant(Dance sign).
• This mass is hard to detect andis best palpated betweenspasms of colic, when theinfant is quiet.
http://radiopaedia.org/articles/intussusception
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
27/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
28/207
110. Newborn Baby
• Neonatus Kurang Bulan (Pre-term infant) : Usia gestasi < 37minggu
• Neonatus Lebih Bulan (Post-term infant) : Usia gestasi > 42
minggu
•Neonatus Cukup Bulan (Term-infant) : Usia gestasi 37 s/d 42
• Small for Gestational Age (SGA, Kecil Masa Kehamilan) : Berat
lahir dibawah 2SD / persentil 10th dari populasi usia gestasi yang
sama
• Large for Gestational Age (LGA, Besar Masa Kehamilan) : Berat
lahir diatas persentil 90 untuk populasi usia gestasi yang sama
• Appropriate for Gestational Age (Sesuai Masa Kehamilan) :
Diantaranya
The Fetus and the Neonatal Infant. Nelson Textbook of
Pediatrics 17th ed
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
29/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
30/207
111. Limfadenitis TB
• Pembesaran kelenjar limfe di daerah leher, aksila,atau inguinal dapat menjadi tanda adanya TBanak
• Umumnya pembesaran kelenjar bersifat multipel,
tidak nyeri, tidak panas, perabaan kenyal, padaawalnya warna sama dengan sekitarnya lamakelamaan berubah menjadi livide (merahkebiruan)
• Pembesaran kelenjar ini harus dibedakan denganlimfadenitis akibat bakteri, umumnya bersifatsoliter, nyeri, warna lebih merah.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
31/207
Limfadenitis TB
• Gambaran PA TBkelenjar:
• Inflamasi granulomatosakronik spesifik dengannekrosis perkejuan/
kaseosa.• Karakteristik morfologik:
granuloma tuberkel:giant multinucleatedcells (Langhans cells),
dikelilingi denganagregasi sel-sel epiteloid,Limfosit sel T, danbeberapa fibroblas.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
32/207
Terapi
• Anak dengan TB paru atau limfadenitis TB
dapat diberikan regimen 2RHZ/4RH
– Kecuali pada anak yang tinggal di daerah dengan
prevalensi HIV yang tinggi atau resistensi isoniazidyang tinggi, atau anak dengan TB paru yang
ekstensif→ diberikan 2RHZE/4RH
WHO. Rapid advice treatment of tuberculosis in children.http://whqlibdoc.who.int/publications/2010/9789241500449_eng.pdf
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
33/207
112. Penyebab ikterik ec. Anemia Hemolisis
pada neonatusPenyakit Keterangan
Inkompatibilitas ABO Adanya aglutinin ibu yang bersirkulasi di darah anak
terhadap aglutinogen ABO anak. Ibu dengan golongan darah
O, memproduksi antibodi IgG Anti-A/B terhadap gol. darah
anak (golongan darah A atau B). Biasanya terjadi pada anak
pertama. Pemeriksaan: Coomb’s Test
Inkompatibilitas Rh Rh+ berarti mempunyai antigen D, sedangkan Rh – berarti
tidak memiliki antigen D. Hemolisis terjadi karena adanya
antibodi ibu dgn Rh- yang bersirkulasi di darah anak
terhadap antigen Rh anak (berati anak Rh+). Jarang pada
anak pertama krn antibodi ibu terhadap antigen D anak yg
berhasil melewati plasenta belum banyak.
Ketika ibu Rh - hamil anak kedua dgn rhesus anak Rh +
antibodi yang terbentuk sudah cukup untuk menimbulkan
anemia hemolisis. Pemeriksaan: Coomb’s Test
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
34/207
Inkompatibilitas ABO vs Inkompatibilitas Rh
Inkompatibilitas ABO Inkompatibilitas Rh
Terjadi pada ibu dengan golongandarah O terhadap janin dengan
golongan darah A, B, atau AB
Ketika ibu Rh (-) hamil danmemiliki janin dengan Rh (+),
terekspos selama perjalanan
kehamilan melalui kejadian aborsi,
trauma, prosedure obstetrik
invasif, atau kelahiran normal
Biasanya timbul sejak anak
pertama
Terjadi pada anak kedua dengan
Rh +
Gejala yang timbul adalah ikterik,
anemia ringan, dan peningkatan
bilirubin serum, kadang
kernikterus
Gejala yang timbul mulai dari
anemia, hiperbilirubinemia,
hingga kernikterus, hidrop fetalis,
kematian in utero
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
35/207
Inkompatibilitas ABO Inkompatibilitas Rh
Inkompatibilitas ABO jarang
sekali menimbulkan hidrops
fetalis dan biasanya tidakseparah inkompatibilitas Rh
Gejala biasanya lebih parah jika
dibandingkan dengan
inkompatibilotas ABO, bahkanhingga hidrops fetalis
Risiko dan derajat keparahan
tidak meningkat di anak
selanjutnya
Risiko dan derajat keparahan
meningkat seiring dengan
kehamilan janin Rh (+) berikutnya,kehamilan kedua menghasilkan bayi
dengan anemia ringan, sedangkan
kehamilan ketiga dan selanjutnya
bisa meninggal in uteroapusan darah tepi memberikan
gambaran banyak spherocyte
dan sedikit erythroblasts
pada inkompatibilitas Rh banyak
ditemukan eritoblas dan sedikit
spherocyte
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
36/207
113. Risk Factor of UTI
• In girls, UTIs often occur at the onset oftoilet training. The child is trying to retainurine to stay dry, yet the bladder mayhave uninhibited contractions forcingurine out. The result may be high-pressure, turbulent urine flow orincomplete bladder emptying, both ofwhich increase the likelihood ofbacteriuria.
• Constipation can increase the risk of UTIbecause it may cause voiding dysfunction
• Babies who soil to diaper can alsosometimes get small particles of stool
into their urethra• Tindakan pencegahan: tidak menahan
kencing, memapaki lampin sekali pakai,menjaga higien periuretra dan perineum
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
37/207
114. Acetaminophen Toxicity
• Acute overdose is usuallyconsidered to be a singleingestion
• (therapeutic range in blood 10-30µg/ml)
• Generally, 7.5 gm in an adult or150 mg/kg in a child are thelowest threshold capable oftoxicity
• NAPQI (N-acetyl-p-benzoquinoneimine)-derived toxicity –
Liver – begins in zone 3(centrilobular) – Renal – Acute Tubular Necrosis
• Multiorgan failure – Heart, kidney
• Phase 1 – 0-24 hours – Nausea, vomiting
• Phase 2 – 24-72 hours – RUQ pain, elevated liver
enzymes, prolonged PT• Phase 3 – 72-96 hours
– Hepatic necrosis,encephalopathy,coagulopathy, ATN
• Phase 4 – 4 days- 2 weeks – If damage is not
irreversible, completeresolution of hepaticdysfunction will occur
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
38/207
Lab Values
Measure Indicative of Toxicity
Serum Creatinine (SrCr) Elevated over 3.4 mg/dL
Creatinine Clearance (CrCl) Lowered
International Normalized Ratio
(INR)
Elevated
Prothrombin Time (PT) Elevated over 100 seconds
Aspartate Aminotransferase (AST) Elevated
Alanine Transaminase (ALT) Elevated
Billirubin Elevated over 18 mg/dL
O'Malley, Gerald F. "Acetaminophen Poisoning: Poisoning: Merck Manual Professional." Merck & Co., Inc. Merck & Co. Web. 08 Oct. 2010.
http://www.merck.com/mmpe/sec21/ch326/ch326c.html >.
Schaefer, Jeffrey P. "Acetaminophen Intoxication." Dr. Jeffrey P Schaefer, 14 Oct. 2007. Web. 10 Oct. 2010..
http://www.merck.com/mmpe/sec21/ch326/ch326c.htmlhttp://www.merck.com/mmpe/sec21/ch326/ch326c.html
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
39/207
GI Decontamination
• Very rapid GIabsorption
• Activated Charcoal(AC)
– Very earlypresentation
– Don’t give AC tounconscious patient
– Effective ifadministered in 1 hour
– Co-ingestants
– Adsorbs to NAC
• N-Acetylcysteine therapy – Prevents toxicity by limiting
NAPQI formation
– Increases capacity to detoxifyformed NAPQI
– Treatment instituted within 6 to
8 hours after an acute ingestion – Late NAC therapy
• Decreased hepatotoxicity whentreatment begins 16-24 hourspost ingestion
– If IV NAC begun after onset of
fulminant hepatic failuredecreased need forvasopressors, and decreasedincidence of cerebral edemaand death
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
40/207
115. Food Poisoning
Staphylococcus aureus
• Gram positive cocci that occurs insingles, pairs, short chains, tetradsand irregular grape like clusters.
• Food is usually contaminated frominfected food handler.
• The food handler with an activelesion or carriage can contaminatefood.
• Custard and cream filled bakeryfood, ham, chicken, meat, milk,fish, salads, puddings, pie
• The bacteria produce enterotoxin
while multiplying in food.• Clinical features:
• The onset is sudden and ischaracterized by vomiting anddiarrhea but no fever.
• The illness lasts less than 12 hours.
Clostridium Botulinum
• It is a gram positive anaerobicspore bearing bacilli
• Incriminated food: Most cases ofbotulism are associated withhome canned or bottled meat,
vegetables and fish.• Incubation period: 12-36 hours
• Clinical features: Commonfeatures include vomiting, thirst,dryness of mouth, constipation,
ocular paresis (blurred-vision),difficulty in speaking, breathingand swallowing. Coma or deliriummay occur in some cases. Deathmay occur due to respiratoryparalysis within 7 days.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
41/207
Clostridium Perfringens
• It is a gram positive anaerobic spore bearing bacilli• Incriminated food: food-borne outbreaks of C.perfringens involve
meat products that are eaten 1- 2 days after preparation.
• Fish pastes and cold chicken too have been incriminated.
• Meats that have been cooked, allowed to cool slowly, and then held
for some time before eating are commonly incriminated.• Pathogenesis: Spores in food may survive cooking and then
germinate when they are improperly stored.
• When these vegetative cells form endospores in the intestine, theyrelease enterotoxins.
•Incubation period: 8-24 hours
• Clinical features: Illness is characterized by acute abdominal pain,diarrhea, and vomiting. Illness is self- limiting and patient recoversin 18-24 hours.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
42/207
Bacillus Cereus
• Gram positive aerobic sporebearing bacilli.
• Incriminated food: Commonlyassociated with rice andvegetables
• Pathogenesis: During the slow
cooling, spores germinate andvegetative bacteria multiply, thenthey sporulate again.
• The toxin is heat-stable, and caneasily withstand the brief hightemperatures used to cook fried
rice.• Long-incubation food poisoning is
frequently associated with meator vegetable-containing foodsafter cooking.
• Clinical features:• The ‘emetic-type’ or the short
incubation type has an incubationperiod of 1 to 6 hours.
• The short-incubation form is mostoften associated with fried rice
that has been cooked and thenheld at warm temperatures forseveral hours.
• Within 16 hours of eatingcontaminated fried rice, patientssuffer a bout of nausea, vomiting
and abdominal cramps thatgenerally lasts for less than a day.
• The second type is manifestedprimarily by abdominal crampsand diarrhea with an incubationperiod of 8 to 16 hours.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
43/207
116. Penanganan Diare
• Rehidrasi: dapat diberikan oral/parenteral tergantungstatus dehidrasinya – Tanpa dehidrasi TERAPI A
• 5 cc/kg ORS setiap habis muntah
• 10cc/kg ORS setiap habis mencret
– Dehidrasi ringan sedang TERAPI B• 75 cc/kg ORS dalam 3 jam
• Bila per oral tidak memungkinkan, dapat diberikan parenteraltergantung kebutuhan maintenance cairan + defisit cairan
– Dehidrasi berat (parenteral) TERAPI C
Golongan Umur
Pemberian Pertama
30 ml/kgbb selama :
Pemberian Berikut
70 ml/kgbb selama :
Bayi ( < umur 12 bulan ) 1 jam 5 jam
Anak ( 12 bln – 5 tahun ) 30 menit 2.5 jam
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
44/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
45/207
117. Bronchiolitis:
Management
Mild disease
• Symptomatic therapy
Moderate to Severe diseases
• Life Support Treatment : O2, IVFD• Etiological Treatment
– Anti viral therapy (rare)
– Antibiotic (if etiology bacteria)
• Symptomatic Therapy – Bronchodilator: controversial
– Corticosteroid: controversial (not effective)
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
46/207
Tatalaksana Bronkiolitis
• Walaupun pemakaian nebulisasidengan beta2 agonis sampai saatini masih kontroversi, tetapimasih bisa dianjurkan denganalasan: – Pada bronkiolitis selain terdapat
proses inflamasi akibat infeksi virus juga ada bronkospasme dibagianperifer saluran napas (bronkioli)
– Beta agonis dapat meningkatkanmukosilier
– Sering tidak mudah membedakanantara bronkiolitis denganserangan pertama asma
– Efek samping nebulasi beta agonisyang minimal dibandingkanepinefrin.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
47/207
118. Urine Specimen
• A midstream, clean-catch specimen may be obtained
from children who have urinary control.
• In the infant or child unable to void on request, the
specimen for culture should be obtained by suprapubicaspiration or urethral catheterization.
• Suprapubic aspiration is also the method of choice for
obtaining urine from uncircumcised boys with a
redundant or tight foreskin, from girls with tight labialadhesions, and from children of either sex with
clinically significant periurethral irritation.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
48/207
Interpretasi Hasil Biakan Urin
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
49/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
50/207
Patofisiologi
• Saat pertama terjadi defisiensi iodium pembesaran
tiroid sbg proses adaptif (goiter) benjolan difus
lama kelamaan nodular beberapa nodul menjadi
autonomous & mensekresikan hormon tirod yg
tidakbergantung pada TSH. hormon tiroid yg
disekresikan oleh kelenjar normal berkurang untuk
menjaga euthyroidism sedangkan kelenjar yang
autonomous bisa menyebabkan hyperthyroidism.
• Ketika defisiensi iodium semakin parah produksi
hormon tiroid jauh berkurang pasien mengalami
hipotiroid
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
51/207
• Recommended daily
allowance (RDA) menurutWHO: – Adults and adolescents > 12
years - 150 mcg/day
– Pregnant women & Lactatingwomen - 200 mcg/day
– Children aged 7-12 years - 120mcg/day
– Children aged 2-6 years – 90mcg/day
– Infants – 50 mcg/day
• defisiensi iodium postnatal
pada bayi dan anak bisamengganggu perkembanganmental dan psikomotorik (terutama kemampuan memoridan bahasa)
• Retardasi mental yang
disebabkan karena kekuranganiodium posnatal bisa bersifatreversible dengan terapihormon tiroid.
• Retardasi mental karena
kekuraan iodium prenatalbersifat ireversibel
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
52/207
120. Hipoglikemia pada Neonatus
• Hipoglikemia adalah kondisi bayi
dengan kadar glukosa darah
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
53/207
Diagnosis
– Anamnesis: tremor, iritabilitas, kejang/koma, letargi/apatis, sulit menyusui,
apneu, sianosis, menangis lemah/melengking
– PF: BBL >4000 gram, lemas/letargi/kejang beberapa saat sesudah lahir – Penunjang: Pemeriksaan glukosa darah baik strip maupun darah vena, reduksi
urin, elektrolit darah
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
54/207
PPM IDAI jilid 1
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
55/207
121. Tatalaksana Pneumonia
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
56/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
57/207
122. Tatalaksana Demam Pada Anak
• Demam merupakan reaksi normal tubuh yangbermanfaat melawan kuman.
• Tujuan utama obat antipiretik adalah
membuat anak merasa nyaman, bukanmempertahankan suhu yang normal.
• Penurunan suhu tubuh dapat dibantu denganpenggunaan obat penurun panas (antipiretik),terapi fisik (nonfarmakologi) seperti istirahatbaring, kompres hangat, dan banyak minum.
Mulya Rahma Karyanti (Divisi Infeksi dan Pediatri Tropis RSCM)
Antipiretik Kompres air hangat (tepid sponging):
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
58/207
Antipiretik
• Parasetamol merupakan pilihan lini pertama
• Indikasi: suhu >38oC (aksila).
• Dengan menurunkan suhu tubuh maka
aktivitas dan kesiagaan anak membaik, dan
perbaikan mood dan nafsu makan jugasemakin membaik.
Tirah baring:
• Aktifitas fisik yang tinggi dapat meningkatkan
suhu tubuh anak dengan demam dan tanpa
demam.• Penelitian case control dari 1082 anak
dengan demam, ditemukan bahwa tirah
baring tidak menurunkan suhu secara
signifikan
Kompres alkohol:
• Kompres dengan menggunakan etil alkohol
70% / isopropil alkohol dalam air tidak efektif
menurunkan suhu
Kompres air hangat (tepid sponging):
• Penggunaan kompres air hangat di lipat
ketiak dan lipat selangkangan (inguinal )
selama 10-15 menit akan membantu
menurunkan panas dengan cara panas keluar
lewat pori-pori kulit melalui prosespenguapan.
• Kompres bisa dilakukan jika suhu tubuh tetap
tinggi walau sudah diberikan obat demam.
• Misalkan suhu meningkat lebih dari 40
derajat Celsius, berikan obat penurun panas
terlebih dahulu untuk menurunkan pusat
pengatur suhu di hipotalamus, kemudiandilanjutkan kompres air hangat.
Kompres dingin:
• Kompres dingin tidak direkomendasikan
untuk mengatasi demam karena dapat
meningkatkan pusat pengatur suhu (set point ) hipotalamus, mengakibatkan badan
menggigil sehingga terjadi kenaikan suhu
tubuh.
Mulya Rahma Karyanti (Divisi Infeksi dan Pediatri Tropis RSCM)
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
59/207
123. GENETIC DISORDERPatauSyndromeTrisomi 13noninherited
Mental retardation, heart defects, CNS abnormalities, microphthalmia, polydachtyly, acleft lip with or without a cleft palate, coloboma iris, and hypotonia, Clenched hands(with outer fingers on top of the inner fingers), Close-set eyes, Low-set ears, Singlepalmar crease, microcephaly, Small lower jaw (micrognathia), cryptorchidism, Hernia
Many infants with trisomy 13 die within their first days or weeks of life.
SindromKlinefelter
47,XXYnoninherited
cryptorchidism, hypospadias, or micropenis, small testes, delayed or incompletepuberty, gynecomastia, reduced facial and body hair, and an inability to have biological
children (infertility).Older children and adults tend to be taller. Increased risk of developing breast cancerand SLE.May have learning disabilities and delayed speech; tend to be quiet, sensitive, andunassertive.
Sindrom
EdwardTrisomi 18Noninherited
Clenched hands, Crossed legs, abnormally shaped head; micrognathia, Feet with a
rounded bottom (rocker-bottom feet), Low birth weight & IUGR, Low-set ears, Mentaldelay, microcephaly, Undescended testicle, coloboma iris, Umbilical hernia or inguinalhernia, congenital heart disease (ASD, PDA, VSD), kidney problems (i.e: Horseshoekidney, Hydronephrosis, Polycystic kidney), severe intellectual disability
It is three times more common in girls than boys. Many individuals with trisomy 18 diebefore birth or within their first month.
Sindrom Down mikrosefal; hypotonus, Excess skin at the nape of the neck, Flattened nose, Separated
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
60/207
Trisomi 21
noninherited
; yp , p , , p
sutures, Single palm crease, Small ears, small mouth, Upward slanting eyes, Wide, short
hands with short fingers, White spots on the colored part of the eye (Brushfield spots),
heart defects (ASD, VSD)
Physical development is often slower than normal (Most never reach their average adult
height), delayed mental and social development (Impulsive behavior, Poor judgment, Shortattention span, Slow learning)
Sindrom turner
45 + XO
noninherited
The most common feature is short stature, which becomes evident by about age 5. Ovarian
hypofunction. Many affected girls do not undergo puberty and infertile.
About 30 % have webbed neck, a low hairline at the back of the neck, limfedema
ekstrimitas, skeletal abnormalities, or kidney problem, 1/3 have heart defect, such as
coarctation of the aorta.
Most of them have normal intelligence. Developmental delays, nonverbal learning
disabilities, and behavioral problems are possible
Marfan
syndrome
3 dari 4 kasus
bersifatditurunkan
Mutasi pada fibrillin (protein pada jaringan ikat tubuh).
A tall, thin build, Long arms, legs, fingers, and toes and flexible joints, skoliosis, pektus
karinatum/ ekskavatum, Teeth that are too crowded, Flat feet.
Pierre robin
Syndrome
infant has a smaller-than-normal lower jaw, a tongue that falls back in the throat, and
difficulty breathing, Cleft soft palate, High-arched palate, Jaw that is very small with small
(receding) chin, Jaw that is far back in the throat, Repeated ear infections, Teeth that
appear when the baby is born (natal teeth), Tongue that is large compared to the jaw
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
61/207
124-125. Kejang demam
• Kejang yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh di atas38,4° C tanpa adanya infeksi SSP atau gangguan elektrolitpada anak di atas usia 1 bulan tanpa riwayat kejang tanpademam sebelumnya (ILAE, 1993)
• Umumnya berusia 6 bulan – 5 tahun
• Kejang demam sederhana (simpleks) – Berlangsung singkat, tonik klonik, umum, tidak berulang dalam
24 jam
• Kejang demam kompleks – Lama kejang > 15 menit
– Kejang fokal atau parsial menjadi umum
– Berulang dalam 24 jam
• Diagnosis banding: meningitis, ensefalitis,meningoensefalitis, APCD (pada infant), epilepsi
Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. IDAI. 2006
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
62/207
Pemeriksaan Penunjang
• Dilakukan sesuai indikasi untuk mencari penyebab demam/kejang: DPL, GDS, elektrolit, urinalisis, kultur darah/urin/feses
• Pungsi lumbal dilakukan utk menyingkirkan meningitis
• sangat dianjurkan untuk usia < 12 bulan dan dianjurkan untuk usia 12-18 bulan, > 18 bln tidak rutin dilakukan
• Kontraindikasi mutlak : Terdapat gejala peningkatan tekananintrakranial
– EEG tidak direkomendasikan, tetapi masih dapat dilakukanpada kejang demam yang tidak khas, mis: KDK pada anak
berusia lebih dari 6 tahun atau kejang demam fokal – CT scan/ MRI hanya jika ada indikasi, mis: kelainan neurologis
fokal yang menetap, edema papil, dst
Generalized epilepsy with febrile Febrile seizures plus
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
63/207
p p yseizures plus (GEFS+)
• A syndromic autosomal dominantdisorder where afflicted individuals
can exhibit numerous epilepsyphenotypes.
• Generalised epilepsy with febrileseizures plus (GEFS+) is an unusualepilepsy syndrome.
• It describes families who haveseveral members from differentgenerations with epileptic seizures.
• The epileptic seizures nearly alwaysstart after a family member has hadfebrile convulsions.
• In GEFS+ families, children may goon to have febrile seizures well
beyond this age.• They may also develop other
seizure types not associated with ahigh temperature.
Febrile seizures plus
• This is similar to febrile seizures,
but the child has seizures beyond
the normal age range.
• The seizures are always
associated with a high
temperature.
•
The seizures usually stop by thetime the child reaches the age of
10 or 12.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
64/207
126. Gagal Ginjal Akut
• Gagal ginjal akut (GGA) ialah penurunan fungsi ginjal mendadakyang mengakibatkan hilangnya kemampuan ginjal untukmempertahankan homeostasis
• Terdapat peningkatan kadar kreatinin darah secara progresif 0,5mg/dL per hari dan peningkatan ureum sekitar 10-20 mg/dL perhari.
• GGA dapat bersifat oligurik dan non-oligurik. – Oliguria ialah produksi urin
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
65/207
Tatalaksana Medikamentosa GGA
• Terapi sesuai penyakit primer• Bila terdapat infeksi, dosis
antibiotik disesuaikan denganberatnya penurunan fungsi ginjal
• Pemberian cairan disesuaikandengan keadaan hidrasi
• Koreksi gangguanketidakseimbangan cairanelektrolit
• Natrium bikarbonat untukmengatasi asidosis metaboliksebanyak 1-2 mEq/kgBB/ hari
sesuai dengan beratnya asidosis
• Pemberian diuretik pada GGArenal dengan furosemid 1-2mg/kgBB dua kali sehari dandapat dinaikkan secara bertahapsampai maksimum 10mg/kgBB/kali. (pastikan
kecukupan sirkulasi dan bukanmerupakan GGA pascarenal).
• Bila gagal denganmedikamentosa, maka dilakukandialisis peritoneal atauhemodialisis.
• Pada soal, pasien mengalami GGArenal akibat sindrom nefritik,dengan kadar ureum dankreatinin yang sangat tinggi,sehingga pilihan jawaban jatuhpada hemodialisa
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
66/207
127. Malnutrisi Energi Protein
• Malnutrisi: Ketidakseimbangan seluler antara asupan dan kebutuhanenergi dan nutrien tubuh untuk tumbuh dan mempertahankan fungsinya(WHO)
• Dibagi menjadi 3: – Overnutrition (overweight, obesitas)
– Undernutrition (gizi kurang, gizi buruk)
– Defisiensi nutrien spesifik• Malnutrisi energi protein (MEP):
– MEP derajat ringan-sedang (gizi kurang)• BB/TB (CDC) ≥80-90% mild malnutrition (KEP I)
• BB/TB (CDC) ≥70-80% moderate malnutrition (KEP II)
– MEP derajat berat (gizi buruk) (KEP III)
• BB/TB (CDC) ≤70% severe malnutrition• Malnutrisi energi protein berdasarkan klinis:
– Marasmus
– Kwashiorkor
– Marasmik-kwashiorkor
Sjarif DR. Nutrition management of well infant, children, and adolescents.Scheinfeld NS. Protein-energy malnutrition. http://emedicine.medscape.com/article/1104623-overview
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
67/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
68/207
edema
rambut kemerahan, mudah
dicabut
kurang aktif, rewel/cengeng
pengurusan otot
Kelainan kulit berupa bercak
merah muda yg meluas &
berubah warna menjadi coklat
kehitaman dan terkelupas (crazy
pavement dermatosis)
Kwashiorkor
128.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
69/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
70/207
ILMU KULIT DAN KELAMIN
D & C
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
71/207
129-130 Filariasis
•
Penyakit yang disebabkan cacing Filariidae, dibagi menjadi 3berdasarkan habitat cacing dewasa di hospes:
– Kutaneus: Loa loa, Onchocerca volvulus, Mansonella streptocerca
– Limfatik: Wuchereria bancroftii, Brugia malayi, Brugia timori
– Kavitas tubuh: Mansonella perstans, Mansonella ozzardi
• Fase gejala filariasis limfatik: – Mikrofilaremia asimtomatik
– Adenolimfangitis akut: limfadenopati yang nyeri, limfangitisretrograde, demam, tropical pulmonary eosinophilia (batuk, mengi,anoreksia, malaise, sesak)
– Limfedema ireversibel kronik
•Grading limfedema (WHO, 1992): – Grade 1 - Pitting edema reversible with limb elevation
– Grade 2 - Nonpitting edema irreversible with limb elevation
– Grade 3 - Severe swelling with sclerosis and skin changes
Wayangankar S. Filariasis. http://emedicine.medscape.com/article/217776-overview
WHO. World Health Organization global programme to eliminate lymphatic filariasis. WHO Press; 2010.
http://emedicine.medscape.com/article/217776-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/217776-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/217776-overviewhttp://emedicine.medscape.com/article/217776-overview
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
72/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
73/207
• Chyluria kencing seperti air susu – Muncul pada 2% penderita filariasis
– Cacing filaria dewasa menyebabkan limfangitis, hipertensi limfatik dan inkompetensi valviular terbentuk fistula limfourinaria chyluria
Penatalaksanaan Filariasis
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
74/207
Penatalaksanaan Filariasis
• Terapi filariasis bertujuan untuk mencegah atau
memperbaiki perjalanan penyakit, antara lain dengan: – Memelihara kebersihan kulit.
– Fisioterapi kadang diperlukan pada penderita limfedema kronis.
– Obatantifilaria adalah Diethyl carbamazine citrate (DEC) danIvermektin.
–DEC dapat membunuh mikrofilaria dan cacing dewasa,Ivermektin merupakan antimikrofilaria yang kuat, tetapi tidakmemiliki efek makrofilarisida.
– Dosis DEC 6 mg/kgBB, 3 dosis/hari setelah makan, selama 12hari, pada TropicalPulmonary Eosinophylia (TPE) pengobatandiberikan selama tiga minggu
– Ivermektin diberikan dosis tunggal 150 ug/kg BB efektifterhadap penurunan derajat mikrofilaria W.bancrofti, namun pada filariasis oleh Brugia spp. penurunan tersebut bersifatgradual.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
75/207
131. Akne Vulgaris
• Penyakit peradangan kronik folikel pilosebasea• Faktor: perubahan pola keratinisasi dalam folikel,
produksi sebum ↑, terbentuknya fraksi asam lemakbebas, peningkatan jumlah flora folikel(Propionibacterium acnes), pembentukan circulatingantibodies, peningkatan kadar hormon androgen, strespsikis, faktor lain (usia, ras, familial, makanan, cuaca)
• Gejala klinis: – Predileksi: muka, bahu, dada atas, punggung atas
– Erupsi kulit polimorfi:• Tak beradang: komedo, papula tidak beradang
• Beradang: pustula, nodus, kista beradang
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
76/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
77/207
CDK-203/ vol. 40 no. 4, th. 2013
A
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
78/207
132. Dermatofitosis• Infeksi fungsi superfisial yang mencerna
keratin sebagai nutrien serta berkoloni dengan
jaringan yang mengandung keratin (ektoderm)
stratum korneum epidermis, rambut dan
kuku• 3 jenis dermatofita :
1. Microsporum
2. Tricophyton
3. Epidermophyton
MIKOSIS
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
79/207
MIKOSIS
Superficialis Inter-
mediate
Profunda
Dermatofitosis Non
Dermatofitosis
Subcutis Sistemik
Tinea capitis
Tinea barbae
Tinea corporis
( T. imbrikata &
T. favosa )
Tinea manum
Tinea pedisTinea kruris
Tinea unguium
Pitiriasis
versikolor
Piedra hitam
Piedra putih
Tinea nigra
palmaris
Otomikosis
Kandidiasis
Aspergillosis
Misetoma
Kromomikosis
Sporotrikosis
Fikomikosis -
subkutan
Rinosporodiosis
Aktinomikosis
Nokardiosis
Histoplasmosis
Kriptokokosis
Koksidioidomikosis
Blastomikosis
Fikomikosis -sistemik
133. Tinea kapitis B
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
80/207
p• Kelainan pada kulit dan rambut kepala yang disebabkan oleh dermatofit
• Bentuk klinis:
– Grey patch ringworm (biasanya disebabkan Microsporum)
• Papul merah yang melebar, membentuk bercak, pucat, bersisik.
Rambut menjadi abu-abu, tidak berkilat, mudah patah dan
tercabut. Lampu Wood: hijau kekuningan.
– Kerion
• Reaksi peradangan berat pada tinea kapitis, pembengkakan
menyerupai sarang lebah dengan sebukan sel radang. Dapat
menimbulkan jaringan parut dan alopesia menetap.
– Black dot ringworm (biasanya disebabkan Tricophyton tonsurans dan
Trycophyton violaceum)
• Rambut yang terkena infeksi patah pada muara folikel, dan yang
tertinggal adalah ujung rambut yang penuh spora (black dot).
• Terapi: griseofulvin (lini pertama), ketokonazol, itrakonazol, terbinafin.
Pemberian topikal saja kurang efektif.
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
3 3 i i l iA & A
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
81/207
134-135. Psoriasis vulgaris
• Bercak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar berlapis-lapis dantransparan
• Predileksi: skalp, perbatasan skalp-muka, ekstremitas ekstensor (siku &lutut), lumbosakral
• Khas: fenomena tetesan lilin, Auspitz sign, Kobner sign
• Patofisiologi: – Genetik: berkaitan dengan HLA – Imunologik: diekspresikan oleh limfosit T, sel penyaji antigen dermal, dan
keratinosit
– Pencetus: stress, infeksi fokal, trauma, endokrin, gangguan metabolisme, obat,alkohol, dan merokok
• Tata laksana:
– Topikal: preparat ter, kortikosteroid, ditranol, tazaroen, emolien, dll – Sistemik: KS, sitostatik (metotreksat), levodopa, etretinat, dll
– PUVA (UVA + psoralen)
Djuanda A. Ilmu penyakit kulit dan kelamin, 5th ed. Balai Penerbit FKUI; 2007.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
82/207
5Tanda
Penjelasan
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
83/207
5Tanda Penjelasan
Fenomena tetesan
lilin
Skuama yang berubah warnanya menjadi putih pada goresan,
seperti lilin yang digores, akibat berubahnya indeks bias.
Fenomena Auspitz Tampak serum atau darah berbintik-bintik akibat papilomatosisdengan cara pengerokan skuama yang berlapis-lapis hingga
habis.
Fenomena Kobner Kelainan yang sama dengan kelainan psoriasis yang timbul
akibat trauma pada kulit sehat penderita psoriasis, kira-kira
muncul setelah 3 minggu.
Komplikasi Psoriasis :
• Artritis psoriasis
• Psoriasis pustulosa timbul pustul miliar di daerah eritema. Psoriasis tipe Zumbusch
bila pustul timbul pada lesi psoriasis dan kulit di luar lesi, disertai gejala sistemik
berupa panas/rasa terbakar•Psoriasis eritrodermia : lesi psoriasis berada di seluruh tubuh disertai dengan gejala
konstitusional
P l k P i i
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
84/207
Penatalaksanaan Psoriasis
• Pengobatan bersifat simtomatis sambil mencari /mengeliminasi faktor pencetus :
• Terapi Sistemik – Kortikosteroid (prednison dosis rendah 30-60 mg). Diberikan
pada psoriasis dengan komplikasi
– Metotreksat psoriasis resisten terhadap obat lain. dosis 2,5 – 5 mg/ hari selama 14 hari dengan istirahat yang cukup
• Terapi Topikal – Preparat ter dengan konsentrasi 2-5%. Dapat dikombinasi
dengan asam salisilat 2-10% dan sulfur presipitatum 3-5%
– Kortikosteroid topikal – Psoralen + UV A (PUVA). Psoralen diberikan dengan dosis 0,6
mg/kg BB, diberikan oral 2 jam sebelum disinar dengan sinar UV.Terapi sebanyak 2x/minggu
136 &137. Pioderma (Impetigo Bulosa) B & A
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
85/207
( p g )
• Folikulitis: peradangan folikel rambut yang ditandai dengan papul eritema
perifolikuler dan rasa gatal atau perih.
• Furunkel: peradangan folikel rambut dan jaringan sekitarnya berupa papul,
vesikel atau pustul perifolikuler dengan eritema di sekitarnya dan disertai rasa
nyeri.
• Furunkulosis: beberapa furunkel yang tersebar.
•
Karbunkel: kumpulan dari beberapa furunkel, ditandai dengan beberapafurunkel yang berkonfluensi membentuk nodus bersupurasi di beberapa
puncak.
• Impetigo krustosa: peradangan yang memberikan gambaran vesikel yang
dengan cepat berubah menjadi pustul dan pecah sehingga menjadi krusta
kering kekuningan seperti madu. Predileksi spesifik lesi terdapat di sekitarlubang hidung, mulut, telinga atau anus.
• Impetigo bulosa: peradangan yang memberikan gambaran vesikobulosa
dengan lesi bula hipopion (bula berisi pus).
• Ektima: peradangan yang menimbulkan kehilangan jaringan dermis bagian
atas (ulkus dangkal).
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
86/207
138 Mili iB
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
87/207
138. Miliaria
• Suatu dermatitis yang timbul akibat sumbatanpada kelenjar keringat
• Faktor resiko : udara panas, pakaian yang tidakmenyerap keringat
– Terjadi sumbatan pada pori – pori kelenjar keringatoleh bakteri inflamasi dan edema akibat keringattidak dapat dikeluarkan dan diabsorbsi oleh stratumkorneum
• Lokasi terutama pada anggota badan dan bagiantubuh lain seperti wajah, leher, kulit kepala danbadan
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
88/207
139 140 M l iE & A
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
89/207
139-140. Malaria
•Penyakit infeksi akut maupun kronik yang disebabkanoleh parasit Plasmodium yang menyerang eritrosit danditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual dalamdarah, dengan gejala demam, menggigil, anemia, dan
pembesaran limpa
• Faktor Risiko :
– Riwayat menderita malaria sebelumnya.
–Tinggal di daerah yang endemis malaria.
– Pernah berkunjung 1-4 minggu di daerah endemic malaria.
– Riwayat mendapat transfusi darah.
Kl ifik i M l i
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
90/207
Klasifikasi MalariaJenis Malaria Etiologi Keterangan
Malaria Falciparum /malaria tropikana
Plasmodium falciparum Periode tidak panas tiap 12 jam, demam muncul tiap
24, 36 atau 48 jam
Malaria ovale Plasmodium ovale -Terutama di daerah Afrika,
sifatnya ringan dan self
limiting-Tidak panas tiap 36 jam,
demam muncul tiap 48 jam
Malaria vivax / tertiana /
benigna
Plasmodium vivax Tidak panas tiap 36 jam,
demam muncul tiap 48 jam
Malaria malariae /
quartana
Plasmodium malariae Tidak panas selama 60 jam,
demam muncul tiap 72 jam
Malaria knowlesi Plasmodium knowlesi Parasit malaria terutama di
monyet, dapat menginfeksi
manusia juga
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
91/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
92/207
141 Malaria CerebralB
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
93/207
141. Malaria Cerebral
• Malaria cerebral (WHO) – Sindroma klinis yang dicirikan dengan koma yang berlangsung
minimal 1 jam setelah terjadinya kejang atau hipoglikemia,ditemukan bentuk aseksual plasmodium falciparum di darahtepi dan tidak ditemukan penyebab koma lainnya
• Koma pada infeksi plasmodium falciparum terjadi akibatbeberapa mekanisme kerusakan otak antara lain : – Sequestrasi parasit di mikrovaskulatur otak. Sekuestrasi terjadi
akibat sitoadherensi eristrosit ke sel endotel hipoperfusi danhipoksia otak koma
– Ketidakseimbangan sitokin pro dan antiinflamasi
– Kerusakan endotel, apoptosis dan disfungsi BBB meningkatkanhipertensi intrakranial
142. B
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
94/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
95/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
96/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
97/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
98/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
99/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
100/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
101/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
102/207
A
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
103/207
144.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
104/207
145 Larutan KompresA
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
105/207
145. Larutan Kompres
• Prinsip pemilihan vehikulum: – Basah dengan basah
– Kering dengan kering
– Pada dermatosis basah atau eksudatif diobati dengan
kompres. Jika dermatosis kering diobati misalnyadengan salep
• Manfaat Kompres –
Membersihkan, mendinginkan, anti radang,mempercepat epitelisasi, memperbaiki vaskularisasi,antiseptik, deodoran, vasokonstriksi, astrigen,antipruritus.
Larutan Kompres
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
106/207
Larutan Kompres
• Permanganas kalikus 1:5000 atau 1:10000 – Untuk dermatosis akut dan eksudatif 1:10000.
– PK 1:5000 ulkus yang eksudatif.
• Asam salisilat dalam konsentrasi 1:1000 dapat
digunakan untuk kompres dan bersifat antiseptik
• Rivanol: zat kimia (etakridin laktat) yangmempunyai sifat bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan kuman). Biasanya lebih efektif padakuman gram positif daripada gram negatif.
146 Sediaan UrinalisisE
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
107/207
146. Sediaan Urinalisis
•Diagnosis didasarkan kultur kuantitatif dari spesimenurine yang telah dikumpulkan
• Urine midstream: pada anak yang telah dapatmengontrol kencing.
•
Aspirasi suprapubik: Bayi atau anak di bawah 2 tahundengan demam tanpa sumber tampak sakit berat,antibiotik diberikan dan contoh urin diambil untukkultur dengan cara aspirasi suprapubik atau kateter Kemungkinan kontaminasi pada urin yang diperoleh
dengan kedua cara tersebut sangat kecil sehinggakedua cara tersebut merupakan cara yang palingdiandalkan.
147 ProglotidA
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
108/207
147. Proglotid
Taenia Saginata
• Proglotid memiliki cabang
uterus sebanyak 15-30 buah
Taenia Solium
• Proglotid memiliki canag
uterus sebanyak 7-12 buah
148 Skabies dengan Infeksi SekunderA
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
109/207
148. Skabies dengan Infeksi Sekunder
• Adanya keterlibatan pakteri pioderm seperti s.Pyogens
• Erosi merupakan tanda yang paling sering munculpada lesi sekunder. Infeksi sekunder dapat
ditandai dengan munculnya pustul, supurasi, danulkus. Selain itu dapat muncul eritema, skuama,dan semua tanda inflamasi lain pada ekzemsebagai respon imun tubuh yang kuat terhadapiritasi.
• Th/: antibiotik dan kompres pada lesi basah setelah kering dan mereda terapi skabies
149. Kondiloma Akuminatum D
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
110/207
• PMS akibat HPV, kelainan berupa fibroepitelioma
pada kulit dan mukosa• Gambaran klinis: vegetasi bertangkai dengan
permukaan berjonjot dan bergabung membentukseperti kembang kol
• Pemeriksaan: bubuhi asam asetat berubahputih
• Terapi: tingtura podofilin 25%,
kauterisasi
Etiologi Gejala Sumber Infeksi150. Food-Borne Illness C
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
111/207
Bacillus cereus Pusing, diare berair, muntah-
muntah
Serealia, makanan kering, produk-
produk susu, daging
dan produk-produk daging,rempah-rempah, sayur-sayur
Clostridium
botulinum
Gangguan pencernaan akut diikuti
pusing, muntah, diare, sakit kepala.
Gejala lanjut: konstipasi, double
vision, kesulitan menelan dan
berbicara, kelumpuhan otot
Makanan kaleng dengan pH>4,6
Clostridium
perfringens
Sakit perut bagian bawah diikuti
diare dan kembung. Demam dan
pusing- pusing jarang terjadi
Daging ternak dan daging unggas,
makanan kering, rempah-rempah,
sayur-sayur
Staphylococcus
aureus
Pusing, muntah-muntah, diare
berdarah dan berlendir pada
beberapa kasus, sakit kepala, detak
jantung lemah, pembengkakan
saluran pernafasan
Makanan dingin, produk-produk
susu terutama jika
menggunakan bahan baku susu
mentah
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
112/207
152 Cutaneus larva migrans
A
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
113/207
152. Cutaneus larva migrans• Peradangan berbentuk linear,
berkelok-kelok, menimbul danprogresif
• Etio : Ancylostoma braziliense danAncylostoma caninum
•
Larva masuk ke kulit menimbulkanrasa gatal dan panas, diikuti lesi linearberkelok-kelok, menimbul,serpiginosa membentuk terowongan
• Gatal hebat pada malam hari
• Th/ Tiabendazole, Albendazole,Cryotherapy, Kloretil
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2008 , Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI Hal 125-126
153. TineaD
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
114/207
• Tinea kapitis: grey patch ringworm, kerrion,
black dot ringworm• Tinea korporis: polimorfis, polisiklik, central
healing
•Tinea kruris: tepi aktif, polisiklis, skuama,vesikel
• Tinea unguium: subungual distalis, leukonikiatrikofita, subngual proksimal
• Tinea pedis: intertriginosa, vesiculer akut,moccasin foot
Pemeriksaan KOH pada Tinea
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
115/207
Pemeriksaan KOH pada Tinea
The presence of spores andbranching hyphae
• gambaran hifa sebagai dua
garis sejajar terbagi oleh
sekat dan bercabang
maupun spora berderet(artrospora) pada Tinea
(Dermatofitosis)
• Terapi
KOH stain Gambaran Tinea
Terapi
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
116/207
• Pengobatan topikal
– Kombinasi asam salisilat (3-6%) dan asam benzoat (6-12%)
dalam bentuk salep ( Salep Whitfield). – Kombinasi asam salisilat dan sulfur presipitatum dalam bentuk
salep (salep 2-4, salep 3-10)
– Derivat azol : mikonazol 2%, klotrimasol 1%, ketokonazol 1% dll.
• Pengobatan sistemik
– Griseofulvin 500 mg sehari untuk dewasa, sedangkan anak-anak10-25 mg/kgBB sehari.
– Lama pemberian griseofulvin pada tinea korporis adalah 3-4minggu, diberikan bila lesi luas atau bila dengan pengobatan
topikal tidak ada perbaikan. – Ketokonazol 200 mg per hari selama 10 hari – 2 minggu pada
pagi hari setelah makan
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
117/207
Nama cacing Cacing dewasa Telur Obat
Ascaris
lumbricoides
Mebendazole,
pirantel pamoat
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
118/207
lumbricoides pirantel pamoat
Taenia solium Albendazole,
prazikuantel, bedah
Enterobius
vermicularis
Pirantel pamoat,
mebendazole,
albendazole
Ancylostomaduodenale
Necator
americanus
Mebendazole,pirantel pamoat,
albendazole
Schistosoma
haematobium
Prazikuantel
Trichuris
trichiura
Mebendazole,
albendazole
Brooks GF. Jawetz, Melnick & Adelberg’s medical microbiology, 23rd ed. McGraw-Hill; 2004.
155.
C
156. PiodermaB
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
119/207
156. PiodermaPenyakit Keterangan
Erisipelas -Infeksi akut oleh Streptococcus
-Eritema merah cerah, batas tegas, pinggirnya meninggi, tanda
inflamasi (+)
-Predileksi: tungkai bawah
-Lab: leukositosis
-Jika sering residif dapat terjadi elefantiasis
Selulitis -Infeksi akut oleh Streptococcus
-Infiltrat difus (batas tidak tegas) di subkutan, tanda inflamasi (+)
-Predileksi: tungkai bawah
-Lab: leukositosis
Impetigo
krustosa
-Impetigo kontagiosa=impetigo vulgaris=impetigo Tillbury Fox
-Etio : Streptococcus B hemolyticus
-Predileksi: muka, lubang hidung dan mulut
-Krusta tebal berwarna kuning seperti madu
Djuanda A., Hamzah M., Aisah S., 2008 , Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin edisi 5. Jakarta: FKUI Hal 58-61
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
120/207
157. Observasi Persalinan: Fase LatenA
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
121/207
• Denyut jantung janin : setiap 30 menit• Frekuensi dan lamanya kontraksi uterus : setiap 30
menit
• Nadi : setiap 30 menit
• Pembukaan serviks : setiap 4 jam
• Penurunan bagian terbawah janin : setiap 4 jam
• Tekanan darah dan temperatur tubuh : setiap 4 jam
•
Produksi urin, aseton dan protein : setiap 2 – 4 jam• Pencatatan Selama Fase Aktif Persalinan
• Sumber (JNPK-KR,2008).
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
122/207
158. Indikasi VBACD
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
123/207
•
Proses melahirkan normal setelah pernah melakukan seksio sesarea
Menurut Cunningham FG (2001) kriteria seleksinya adalah berikut :
• Riwayat 1 atau 2 kali seksio sesarea dengan insisi segmen bawah
• rahim.• Secara klinis panggul adekuat atau imbang fetopelvik baik
• Tidak ada bekas ruptur uteri atau bekas operasi lain pada uterus
• Tersedianya tenaga yang mampu untuk melaksanakan monitoring,
• persalinan dan seksio sesarea emergensi.
• Sarana dan personil anastesi siap untuk menangani seksio sesarea• darurat
Kontra Indikasi VBAC
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
124/207
Menurut Depp R (1996) kontra indikasi mutlak melakukan VBAC adalah:
• Bekas seksio sesarea klasik
• Bekas seksio sesarea dengan insisi T
• Bekas ruptur uteri
•
Bekas komplikasi operasi seksio sesarea dengan laserasi serviksyang luas
• Bekas sayatan uterus lainnya di fundus uteri contohnyamiomektomi
• Disproporsi sefalopelvik yang jelas.
• Pasien menolak persalinan pervaginal
• Panggul sempit
• Ada komplikasi medis dan obstetrik yang merupakan kontra indikasipersalinan pervaginal
VBAC
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
125/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
126/207
159. Imunisasi TT pada KehamilanA
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
127/207
• Diberikan 2 kali (BKKBN, 2005; Saifuddin dkk, 2001),
dengan dosis 0,5 cc di injeksikan intramuskuler/subkutandalam (Depkes RI, 2000)
• Sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan untukmendapatkan imunisasi TT lengkap (BKKBN, 2005)
• Waktu Pemberian: – TT1 dapat diberikan sejak di ketahui positif hamil dimana
biasanya diberikan pada kunjungan pertama ibu hamil ke sarana
kesehatan (Depkes RI, 2000)
• Jarak pemberian imunisasi TT1 dan TT2 – Jarak pemberian (interval) imunisasi TT1 dengan TT2 adalah
minimal 4 minggu (Saifuddin dkk , 2001; Depkes RI, 2000).
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
128/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
129/207
Uterotonika
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
130/207
• Oksitosin (IM atau IV) – Perdarahan aktif infus dengan RL 20 IU/L
–Sirkulasi kolaps 10 IU intramiometrikal (IMM)
– Efek samping: nausea, vomitus, intoksikasi cairan
• Metilergonovin maleat (IM, IMM, IV) – IM 0,25 mg, dapat diulang setiap 5 menit sampai dosis maksimum 1,25 mg
– IMM atau IV bolus 0,125 mg
– Kontraindikasi: pasien dengan hipertensi – Efek samping: vasospasme perifer, hipertensi, nausea, vomitus
• Prostaglandin (IMM, intraservikal, transvaginal, IV, IM, dan rectal) – Pemberian secara IM/ IMM 0,25 mg, yang dapat diulang setiap 15 menit sampai
dosis maksimum 2 mg
– Pemberian secara rektal dapat dipakai untuk mengatasi perdarahan pospartum (5tablet 200 µg = 1 g)
– Kontra Indikasi: pasien dengan kelainan KV, pulmonal, disfungsi hepatik
– Efek samping: nausea, vomitus, diare, sakit kepala, hipertensi, bronkospasme,muka kemerahan, gelisah, penurunan saturasi oksigen
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
131/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
132/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
133/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
134/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
135/207
Diagnosis
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
136/207
• HCG measurement
• ultrasound examination
• detecting the fetal heart beat by ultrasound
Doppler
136
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
137/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
138/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
139/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
140/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
141/207
165. Shoulder PresentationD
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
142/207
Presentasi Bahu
• Aksis longitudinal fetus tidak sesuai dengan ibu
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
143/207
Aksis longitudinal fetus tidak sesuai dengan ibu
• Malpresentasi paling berbahaya karena penyulit mekanik saat lahir
•
Insidens: 3-4% pada trimester terakhir• Etiologi:
– Perubahan bentuk panggul, uterus, atau fetus
– Ibu:• Panggul teregang
• Gangguan dinding perut
• Uterus: bikornu, fibroid
• Massa pelvis
– Fetus:• Kehamilan ganda
• Polihidramnion
• Plasenta previa
• Prematuritas
• IUFD
• Diagnosis – Abdomen melebar ke samping
– Palpasi leopold: kepala pada Leopold II
• Tatalaksana – Sectio Caesarea Obstetrics Simplified - Diaa M. EI-Mowafi
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
144/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
145/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
146/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
147/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
148/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
149/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
150/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
151/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
152/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
153/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
154/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
155/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
156/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
157/207
173. Toksoplasma• Etiologi: Toxoplasma gondi
A
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
158/207
• Gejala dan Tanda:
– Tanpa disertai gejala yang spesifik. Hanya 10-20% kasus infeksi Toxoplasma yang disertai
gejala ringan, mirip gejala influenza, bisa timbul rasa lelah, malaise, demam
– Jika wanita hamil terinfeksi Toxoplasma maka akibat yang dapat terjadi adalah abortus
spontan atau keguguran (4%), lahir mati (3%) atau bayi menderita Toxoplasmosis bawaan.
pada Toxoplasmosis bawaan, gejala dapat muncul setelah dewasa, misalnya kelainan mata
dan telinga, retardasi mental, hidrosefalus, kejang-kejang dan ensefalitis.
• Diagnosis
– Gejala-gejalanya tidak spesifik atau bahkan tidak menunjukkan gejala (sub klinik).
– Pemeriksaan laboratorium: Anti-Toxoplasma IgG, IgM dan IgA, serta Aviditas Anti-
Toxoplasma IgG.
•
Pemeriksaan tersebut perlu dilakukan pada orang yang diduga terinfeksi Toxoplasma, ibu-ibusebelum atau selama masa hamil (bila hasilnya negatif perlu diulang sebulan sekali khususnya
pada trimester pertama, selanjutnya tiap trimeter), serta bayi baru lahir dari ibu yang terinfeksi
Toxoplasma.
Sumber :Pengertian TORCH Berikut Pencegahannya - Bidanku.comhttp://bidanku.com/pengertian-torch-berikut-
pencegahannya
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
159/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
160/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
161/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
162/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
163/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
164/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
165/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
166/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
167/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
168/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
169/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
170/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
171/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
172/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
173/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
174/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
175/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
176/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
177/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
178/207
185. Indikasi SC UlangA
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
179/207
•VBAC: risiko ruptur uteri apabila terdapatkomplikasi selama persalinan
• Faktor risiko: Distosia, gangguan kontraksi
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
180/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
181/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
182/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
183/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
184/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
185/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
186/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
187/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
188/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
189/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
190/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
191/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
192/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
193/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
194/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
195/207
Atonia Uteri
Tahap I : perdarahan yang tidak banyak dapat
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
196/207
Tahap III : bila belum tertolong maka usahaterakhir adalah menghilangkan sumberperdarahan dengan 2 cara yaitu meligasiarteri hipogastrika atau histerektomi.
Tahap I : perdarahan yang tidak banyak dapat
diatasi dengan memberikan uterotonika,
mengurut rahim (massage) dan memasang
gurita.
•Tahap II : bila perdarahan belum berhenti danbertambah banyak, selanjutnya berikan infus dan
transfusi darah lalu dapat lakukan : –Perasat (manuver) Zangemeister. –Perasat (manuver) Fritch. –Kompresi bimanual. –Kompresi aorta. –Tamponade utero-vaginal. –Jepit arteri uterina dengan cara Henkel.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
197/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
198/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
199/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
200/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
201/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
202/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
203/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
204/207
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
205/207
Plasenta Previa: Tatalaksana
Inspekulo + USG + Koreksi cairan dengan infus (NaCl 0,9%
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
206/207
atau RL).
SC tanpa memperhitungkan usiakehamilan
Waktu untuk mencapai 37
minggu masih lama rawat jalan kembali kerumah sakit jika terjadiperdarahan.
8/16/2019 Pembahasan Seminar Part II No. 101-200
207/207