perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
KINERJA PADA SIMPANG BERSINYAL GEMBLEGAN,
GADING DAN BATURONO KOTA SURAKARTA
Performance Signalized Intersection Gemblegan, Gading And Baturono
Surakarta City
TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Vokasi Ahli Madya
Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun Oleh :
NUR MUHAMMAD ABDUL AZIZ
NIM. I 8208013
JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
KINERJA PADA SIMPANG BERSINYAL GEMBLEGAN,
GADING DAN BATURONO KOTA SURAKARTA
Performance Signalized Intersection Gemblegan, Gading And Baturono
Surakarta City
Disusun oleh:
NUR MUHAMMAD ABDUL AZIZ
NIM. I 8208013
Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji pendadaran
D-III Teknik Sipil Transportasi Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta, Juli 2012
Dosen Pembimbing
Ir. DJUMARI, MT
NIP. 19571020 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
Motto & Persembahan
MOTTO
Tujuan utama ku hidup didunia ini hanya
untuk Allah SWT.
Hidup adalah proses, hidup adalah belajar. Tanpa batas
umur, tanpa ada kata tua. JATUH berdiri lagi, KALAH
mencoba lagi, GAGAL bangkit lagi, sampai Allah
memanggil “Waktunya PULANG”.
PERSEMBAHAN
KARYA INI KU PERSEMBAHKAN UNTUK :
Allahh SWT.
Ibuk, Bapak, Eyang Putri & Adekku (d’Isti, d’Lulu, d’Nisa).
Tiara Charisma Asri, Semua Sahabatku, & Semua Teman
D3 Transport ’08.
Teman Transport ’07, 09, 11.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
NUR MUHAMMAD ABDUL AZIZ, 2012, “EVALUASI KINERJA SIMPANG
BERSINYAL GEMBLEGAN, GADING DAN BATURONO SURAKARTA”
Simpang bersinyal merupakan suatu elemen yang cukup penting dalam sistem
transportasi di kota besar. Pengaturan sinyal harus dilakukan semaksimal mungkin agar
dapat membantu kelancaran laju kendaraan yang melalui persimpangan. Simpang
Gemblegan, simpang Gading dan simpang Baturono merupakan simpang 4 bersinyal.
Simpang Gemblegan terdiri dari 4 fase, fase pertama dari arah Utara (Jl.Komondor Yos
Sudarso), fase kedua dari arah Barat (Jl.Veteran), fase ketiga dari arah Selatan
(Jl.Komondor Yos Sudarso) dan fase keempat dari arah Timur (Jl.Veteran). Simpang
Gading terdiri dari 4 fase, fase pertama dari arah Utara (Jl.Kasunanan), fase kedua dari
arah Barat (Jl.Veteran), fase ketiga dari arah Selatan (Jl.Brigadir Jenderal Sudiarto) dan
fase keempat dari arah Timur (Jl.Veteran). Simpang Baturono terdiri dari 3 fase, fase
pertama dari arah Timur (Jl.Veteran), fase kedua dari arah Utara (Jl.Kapten Mulyadi) dan
fase ketiga dari arah Barat (Jl.Veteran). Perhitungan ini diharapkan dapat mengetahui
kinerja simpang bersinyal Gemblegan, Gading, dan Baturono berdasarkan metode MKJI
(Manual Kapasitas Jalan Indonesia) 1997 dan melakukan desain ulang simpang untuk
mendapatkan kinerja yang lebih baik.
Perhitungan ini berdasarkan metode MKJI 1997. Data dalam perhitungan ini berdasarkan
dari data primer yaitu data yang diambil secara langsung di lapangan, meliputi: data
geometri, arus kendaraan, jarak dari garis henti ke tititk konflik masing-masing untuk
kendaraan berangkat dan datang. Kinerja yang diukur berdasarkan metode MKJI 1997
adalah: Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation/DS), Panjang Antrian (Que Length/QL)
dan Tundaan (Delay/D).
Hasil perhitungan di peroleh kinerja pada simpang bersinyal Gemblegan, DS pada
pendekat Utara sebesar 0,890, pendekat Selatan 0,881, pendekat Timur 0,895, dan
pendekat Barat 0,883, untuk QL (U) = 87m, QL (S) = 148m, QL (T) = 148m QL (B) =
120m, selain itu juga terjadi Tundaan rata-rata 71,22det/smp. Pada simpang bersinyal
Gading, DS pada pendekat Utara sebesar 0,873, pendekat Selatan 0,837, pendekat Timur
0,834, dan pendekat Barat 0,852, untuk QL (U) = 59m, QL (S) = 103m, QL (T) = 117m
QL (B) = 104m, selain itu juga terjadi Tundaan rata-rata 56,17 det/smp. Pada simpang
bersinyal Baturono, DS pada pendekat Utara sebesar 0,891, pendekat Timur 0,875, dan
pendekat Barat 0,893, untuk QL (U) = 155m, QL (T) = 80m QL (B) = 172m selain itu
juga terjadi Tundaan rata-rata 54,39 det/smp. Hasil perhitungan desain ulang kinerja pada
ketiga simpang tersebut didapatkan Derajat Kejenuhan sebesar 0,430-0,814, dari hasil
tersebut maka tingkat kinerja pada ketiga simpang tersebut masih bisa dikatakan baik.
Menurut MKJI 1997 derajat kejenuhan mendekati 0,85 (DS >0,85), maka diperlukan
evaluasi Kinerja.
Kata Kunci: Fase, Kinerja, Manajemen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
NUR ABDUL AZIZ MUHAMMAD, 2012, "PERFORMANCE EVALUATION OF SIGNAL
GEMBLEGAN INTERSECTION, GADING AND BATURONO SURAKARTA"
Signal intersection is an important element in transportation systems in major
cities. Signaling arrangements should be made as closely as possible in order to
help smooth the speed of vehicles through the intersection. Gemblegan
intersection, intersection and intersection Ivory 4 bersinyal Baturono an
intersection. Gemblegan intersection consists of four phases, the first phase of the
North (Jl.Komondor Yos Sudarso), the second phase of the West (Jl.Veteran), the
third phase of the South (Jl.Komondor Yos Sudarso) and the fourth phase of the
East ( Jl.Veteran). Gading intersection consists of four phases, the first phase of
the North (Jl.Kasunanan), the second phase of the West (Jl.Veteran), the third
phase of the South (Jl.Brigadir General Sudiarto) and the fourth phase of the East
(Jl. veterans). Baturono intersection consists of three phases, the first phase of the
East (Jl.Veteran), the second phase of the North (Jl.Kapten Mulyadi) and the third
phase of the West (Jl.Veteran), is part of the cycle phase of the signal with the
green light provided for a particular combination of moving traffic. This
calculation is expected to determine the performance of the intersection signal
Gemblegan, Ivory, and Baturono based method MKJI (Road Capacity Manual
Indonesia) 1997.
This calculation is based on the method MKJI 1997. Data in this calculation is
based on primary data from the data taken directly in the field, including:
geometry data, the flow of vehicles, the distance from the line to stop the conflict
tititk each vehicle to go and come.
Calculation results obtained at the intersection signal performance Gemblegan,
DS in North approach of 0.890, 0.881 South approach, Eastern approach 0.895,
0.883 and Western approach, for Sale halted average 0.971 stop/pcu, but it also
occurs on average delay 71 , 22sec/pcu. Signal at the intersection nGading, DS in
North approach of 0.873, 0.837 South approach, Eastern approach 0.834, 0.852
and Western approach, for an average vehicle stalled 0.971 stop/pcu, but it also
occurs on average 56.17 Delay sec/pcu. Signal at the intersection Baturono, DS in
North approach of 0.891, 0.875 eastern approach, and the Western approach
0.893, for Sale halted average 0.968 stop/pcu, but it also occurs on average 54.39
Delay sec/pcu. Redesigning the calculation results on the performance of the three
intersections is obtained degree of saturation of 0.430 to 0.814, from these results
is at the intersection level of performance can still be said to be good. According
to the 1997 degrees of saturation approaching MKJI 0.85 (DS> 0.85). Then the
necessary performance evaluation. From the study it can be seen very large
capacity road users, because the intersection is a road connecting the inter-city and
educational center.
Key words: Phase, Performance, Management.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohiim.
Assalaamu„alaikum Warokhmatullahi Wabarokaatuh.
Segala puji bagi Allah SWT dan syukur atas limpahan karunia serta rahmat Nya
sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Penyusunan Tugas Akhir ini
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Ahli Madya pada Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Studi mengenai evaluasi
kinerja Simpang Gemblegan, Gading dan Baturono dipilih sebagai wujud
kepedulian terhadap semakin tingginya arus kendaraan di wilayah Surakarta.
Penyusunan Tugas Akhir ini memerlukan data-data dari pengamatan langsung di
lapangan Permasalahan dalam penyusunan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan
dengan bantuan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih kami haturkan kepada :
1. Prof. Dr. Kuncoro Diharjo, MT selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Ir.Bambang Santoso, MT selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Achmad Basuki, ST.MT selaku Ketua Program D III Teknik Sipil Fakultas
Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Ir.Djumari, MT selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen
Pembimbing Tugas Akhir.
5. Dosen penguji yang telah memberikan segenap waktunya.
6. Rekan-rekan yang telah membantu penyusunan Tugas Akhir ini khususnya
Transport angkatan 2008 dan rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu
persatu.
Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan yang ada. Saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan.
Wassalaamu‟alaikum Warokhmatullahi Wabarokaatuh.
Surakarta,12 Juli 2012
Penulis
Nur Muhammad Abdul Aziz
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii
HALAMAN MOTTO & PERSEMBAHAN .................................................. iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xiv
DAFTAR GRAFIK .......................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
DAFTAR NOTASI ........................................................................................... xvii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
1.3. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 4
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1. Dasar Teori ........................................................................................ 6
2.2. Titik Konflik Pada Persimpangan ...................................................... 9
2.3. Jenis Simpang .................................................................................... 10
2.3.1. Simpang Menurut Perencanaannya ....................................... 10
2.3.2. Simpang Menurut Pengaturan Arus ...................................... 11
2.4. Kinerja Simpang ................................................................................ 12
2.4.1. Data Masukan ........................................................................ 13
2.4.2. Penggunaan Sinyal ................................................................ 14
2.4.3. Penentuan Waktu Sinyal ....................................................... 19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
2.4.4. Kapasitas ............................................................................... 28
2.4.5. Perilaku Lalu Lintas .............................................................. 29
BAB 3 METODOLOGI
3.1. Data Primer ........................................................................................ 35
3.1.1. Data Lalu Lintas .................................................................... 35
3.1.2. Traffic Signal......................................................................... 36
3.1.3. Data Geometri ....................................................................... 37
3.2. Data Sekunder .................................................................................... 38
3.3. Perbaikan ........................................................................................... 38
3.3.1. Traffic Signal......................................................................... 38
3.3.2. Geometri ................................................................................ 38
3.4. Lokasi Dan Waktu Pelaksanaan ........................................................ 39
3.5. Perhitungan Kinerja Simpang ............................................................ 42
3.6. Diagram Alir Perencanaan ................................................................. 43
BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum ............................................................................. 44
4.2. Data Survei Geometri Simpang ........................................................ 45
4.3. Data Volume Lalu Lintas ................................................................. 49
4.4. Data Masukan Dan Pembahasan ...................................................... 65
BAB 5 RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN TIME SCHEDULE PADA
ALTERNATIF
5.1. Analisa Perhitungan Volume Pekerjaan ............................................. 92
5.2. Analisa Perhitungan Waktu Pelaksanaan Proyek ............................... 97
5.3. Analisa Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan .................................... 99
5.4. Analisa Perhitungan Bobot Pekerjaan ................................................ 100
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 103
5.2. Saran .................................................................................................. 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
PENUTUP ........................................................................................................ 105
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 106
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Tipe Kendaraan ........................................................................ 13
Tabel 2.2. Daftar Faktor Konversi SMP .................................................... 14
Tabel 2.3. Faktor penyesuaian ukuran kota ............................................... 21
Tabel 2.4. Faktor Koreksi Hambatan Samping ......................................... 22
Tabel 2.5. Waktu siklus yang layak untuk simpang .................................. 26
Tabel 2.6. Perilaku Lalu lintas Tundaan Rata-rata .................................... 33
Tabel 4.1. Data Geometri Simpang Gemblegan ........................................ 45
Tabel 4.2. Data Geometri Simpang Gading .............................................. 47
Tabel 4.3. Data Geometri Simpang Baturono ........................................... 48
Tabel 4.4. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl.Komondor Yos
Sudarso Jam 06.00 – 08.00 ....................................................... 49
Tabel 4.5. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl.Komondor Yos
Sudarso Jam 06.00 – 08.00 ....................................................... 49
Tabel 4.6. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl.Veteran
Jam 06.00 – 08.00 ..................................................................... 50
Tabel 4.7. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl.Veteran
Jam 06.00 – 08.00 ..................................................................... 50
Tabel 4.8. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan
SMP Jl.Komondor Yos Sudarso Jam 06.00 – 08.00................. 51
Tabel 4.9. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan
SMP Jl.Komondor Yos Sudarso Jam 06.00 – 08.00................. 51
Tabel 4.10. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan
SMP Jl.Veteran Jam 06.00 – 08.00........................................... 52
Tabel 4.11. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan
SMP Jl.Veteran Jam 06.00 – 08.00........................................... 52
Tabel 4.12. Penentuan Jam Sibuk Simpang Gemblegan ............................. 53
Tabel 4.13. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam
Perhitungan Selanjutnya Jl.Komondor Yos Sudarso ................ 53
Tabel 4.14. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam
Perhitungan Selanjutnya Jl.Komondor Yos Sudarso ................ 53
Tabel 4.15. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam
Perhitungan Selanjutnya Jl.Veteran .......................................... 54
Tabel 4.16. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam
Perhitungan Selanjutnya Jl.Veteran Jam .................................. 54
Tabel 4.17. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl.Kasunanan
Jam 11.00 – 13.00 ..................................................................... 55
Tabel 4.18. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl.Brigadir
Jenderal Sudiarto Jam 11.00 – 13.00 ........................................ 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
Tabel 4.19. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl.Veteran
Jam 11.00 – 13.00 ..................................................................... 56
Tabel 4.20. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl.Veteran
Jam 11.00 – 13.00 ..................................................................... 56
Tabel 4.21. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan
SMP Jl.Kasunanan Jam 11.00 – 13.00 ..................................... 57
Tabel 4.22. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan
SMP Jl.Brigadir Jenderal Sudiarto Jam 11.00 – 13.00 ............. 57
Tabel 4.23. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan
SMP Jl.Veteran Jam 11.00 – 13.00........................................... 58
Tabel 4.24. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan
SMP Jl.Veteran Jam 11.00 – 13.00........................................... 58
Tabel 4.25. Penentuan Jam Sibuk Simpang Gading .................................... 59
Tabel 4.26. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam
Perhitungan Selanjutnya Jl.Kasunanan .................................... 59
Tabel 4.27. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam
Perhitungan Selanjutnya Jl.Brigadir Jenderal Sudiarto ............ 60
Tabel 4.28. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam
Perhitungan Selanjutnya Jl.Veteran .......................................... 60
Tabel 4.29. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam
Perhitungan Selanjutnya Jl.Veteran .......................................... 60
Tabel 4.30. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl. Kapten
Mulyadi Jam 11.00 – 13.00 ...................................................... 61
Tabel 4.31. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl. Veteran
Jam 11.00 – 13.00 ..................................................................... 61
Tabel 4.32. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl. Veteran
Jam 11.00 – 13.00 ..................................................................... 62
Tabel 4.33. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan
SMP Jl.Kapten Mulyadi Jam 11.00 – 13.00 ............................. 62
Tabel 4.34. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan
SMP Jl.Veteran Jam 11.00 – 13.00........................................... 63
Tabel 4.35. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan
SMP Jl.Veteran Jam 11.00 – 13.00........................................... 63
Tabel 4.36. Penentuan Jam Sibuk Simpang Baturono................................. 64
Tabel 4.37. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam
Perhitungan Selanjutnya Jl.Kapten Mulyadi ............................ 64
Tabel 4.38. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam
Perhitungan Selanjutnya Jl.Veteran .......................................... 64
Tabel 4.39. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam
Perhitungan Selanjutnya Jl.Veteran .......................................... 65
Tabel 4.40. Geometri, Pengaturan Lalu Lintas, dan Lingkungan pada
Simpang Gemblegan ................................................................ 71
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
Tabel 4.41. Arus Lalu Lintas Pagi ............................................................... 72
Tabel 4.42. Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang ..................................... 73
Tabel 4.43. Penentuan Waktu Sinyal dan Kapasitas ................................... 74
Tabel 4.44. Panjang Antrian, Jumlah Kendaraan Terhenti dan Tundaan .... 75
Tabel 4.45. Geometri, Pengaturan Lalu Lintas, dan Lingkungan pada
Simpang Gading ....................................................................... 78
Tabel 4.46. Arus Lalu Lintas Siang ............................................................. 79
Tabel 4.47. Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang ..................................... 80
Tabel 4.48. Penentuan Waktu Sinyal dan Kapasitas ................................... 81
Tabel 4.49. Panjang Antrian, Jumlah Kendaraan Terhenti dan Tundaan .... 82
Tabel 4.50. Geometri, Pengaturan Lalu Lintas, dan Lingkungan pada
Simpang Baturono .................................................................... 85
Tabel 4.51. Arus Lalu Lintas Siang ............................................................. 86
Tabel 4.52. Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang ..................................... 87
Tabel 4.53. Penentuan Waktu Sinyal dan Kapasitas ................................... 88
Tabel 4.54. Panjang Antrian, Jumlah Kendaraan Terhenti dan Tundaan .... 89
Tabel 5.1. Rekapitulasi Perkiraan Waktu Pekerjaan ................................. 102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Peta Lokasi Simpang Gemblegan, Gading, dan Baturono
Surakarta ................................................................................... 3
Gambar 2.1. Arus memisah ( Diverging ) ..................................................... 7
Gambar 2.2. Arus menggabung ( Merging ) ................................................. 7
Gambar 2.3 Arus Memotong ( crossing )..................................................... 8
Gambar 2.4. Arus menyilang ( weaving ) ..................................................... 8
Gambar 2.5. Konflik kendaraan pada persimpangan .................................... 9
Gambar 2.6. Pengaturan-pengaturan fase sinyal ........................................... 15
Gambar 2.7. Model Dasar untuk Arus Jenuh ................................................ 17
Gambar 2.8. Titik konflik kritis dan jarak untuk keberangkatan dan
Kedatangan ............................................................................... 18
Gambar 2.9. Penentuan tipe pendekatan ....................................................... 19
Gambar 3.1. Simpang Gemblegan Surakarta ................................................ 39
Gambar 3.2. Simpang Gading Surakarta ....................................................... 40
Gambar 3.3. Simpang Baturono Surakarta .................................................... 41
Gambar 3.4 Badan alir analisis simpang bersinyal ...................................... 42
Gambar 3.5 Diagram Alir Perencanaan ....................................................... 43
Gambar 4.1. Simpang Gemblegan Surakarta ................................................ 45
Gambar 4.2. Simpang Gading Surakarta ....................................................... 47
Gambar 4.3. Simpang Baturono Surakarta .................................................... 48
Gambar 5.1. Sket potongan melintang Selatan, Timur dan Barat ................. 93
Gambar 5.2. Sket lapis permukaan ( utara, timur, dan barat ) ....................... 94
Gambar 5.3. Sket lapis pondasi atas (utara, timur, dan barat) ....................... 95
Gambar 5.4. Sket lapis pondasi bawah (utara, timur, dan barat) .................. 95
Gambar 5.5. Sket marka jalan ....................................................................... 96
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 2.1. Arus Jenuh yang diamati per selang waktu 6 detik ....................... 16
Grafik 2.2. Arus jenuh dasar ............................................................................ 21
Grafik 2.3. Rasio belok kiri dan kanan 10% untuk ukuran kota 1-3juta .......... 22
Grafik 2.4 Faktor koreksi untuk kelandaian ..................................................... 23
Grafik 2.5. Faktor penyesuaian untuk pengaruh pakir dan lajur belok kiri
yang pendek (Fp)....................................................................... 23
Grafik 2.6. Faktor penyesuaian untuk belok kanan (FRT) ................................ 24
Grafik 2.7. Faktor penyesuaian untuk belok kiri (PLT) .................................... 24
Grafik 2.8. Penentuan waktu siklus sebelum penyesuaian .............................. 26
Grafik 2.9. Perhitungan Jumlah Antrian smp (NQmax) .................................... 30
Grafik 2.10. Perhitungan jumlah antrian (NQMAX) dalam smp ........................ 31
Grafik 2.11. Penetapan tundaan lalu lintas rata-rata (DT) ............................... 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A Soal Tugas Akhir
Lampiran B Lembar Komunikasi & Pemantauan
Lampiran C Kondisi Eksiting Asli Simpang Dilapangan
Lampiran D Desain Ulang Simpang
Lampiran E Diagram Waktu Siklus
Lampiran F Kurva S
Lampiran G Harga Satuan Pekerjaan
Lampiran H Gambar Arus Lalu Lintas Tiap Pendekat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR NOTASI
Pendekat : Daerah dari suatu lengan
Persimpangan jalan untuk kendaraan
mengantri sebelum keluar melewati garis
henti.
emp (Ekivaien Mobil Penumpang) : Faktor dari berbagai tipe kendaraan
sehubungan dengan keperluan waktu
hijau untuk keluar dari antrian apabila
dibandingkan dengan sebuah kendaraan
ringan(untuk mobil penumpang dan
kendaraan ringan yang sasisnya sama,
emp=1,0).
smp (Satuan Mobil Penumpang) : Satuan arus lalu lintas dari berbagai
tipe kendaraan yang diubah menjadi
kendaraan ringan (termasuk mobil
penumpang) dengan menggunakan
faktor emp.
Type O (Arus Berangkat Terlawan) : Keberangkatan dengan konflik antara
gerak belok kanan dan gerak lurus/belok
kiri dari bagian pendekat dengan lampu
hijau pada fase yang sama.
Type P (Arus Berangkat Terlindung) : Keberangkatan tanpa konflik antara
gerakan lalu lintas belok kanan dan
lurus.
LV (Kendaraan Ringan) : Kendaraan bemotor ber as 2 dengan
4 roda dan dengan jarak as 2,0-3,0 m
(melewati: mobil penumpang, oplet,
mikrobis, pick-up, dan truk kecil sesuai
sistim klasifikasi Bina Marga).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
HV (Kendaraan Berat) : Kendaraan bermotor dengan lebih
dari 4 roda (meliputi: bis, truk 2as, truk
3as, dan truk kombinasi sesuai sistim
klasifikasi Bina Marga).
MC (Sepeda Motor) : Kendaraan bermotor dengan 2 atau 3
roda (meliputi: sepeda motor dan
kendaraan roda 3 sesuai sistim
klasifikasi Bina Marga).
UM (Kendaraan Tak Bermotor) : Kendaraan dengan roda yang
digerakkan oleh orang atau hewan
(meliputi: sepeda, becak, kereta kuda,
dan kereta dorong sesuai sistim
klasifikasi Bina Marga).
LT (Belok Kiri) : Indeks untuk lalu lintas yang berbelok
kiri.
LTOR (Belok Kiri Langsung) : Indeks untuk lalu lintas belok kiri yang
diijinkan lewat pada saat sinyal merah.
ST (Lurus) : indeks untuk lalu lintas yang lurus.
RT (Belok Kanan) : Indeks untuk lalu lintas yang belok
kekanan.
T (Pembelokan) : Indeks untuk lalu lintas yang berbelok
PRT (Rasio Belok Kanan) : Rasio untuk lalu lintas yang belok
kekanan.
Q (Arus Lalu Lintas) : Jumlah unsur lalu lintas yang melalui
titik tak terganggu dihulu, pendekat per
satuan waktu (sbg. Contoh: kebutuhan
lalu lintas kend/jam; amp/jam).
QO (Arus Melawan) : Arus lalu lintas dalam pendekat yang
berlawanan, yang berangkat dalam fase
antar hijau yang sama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xix
QRTO (Arus Melawan Belok Kanan) : Arus dari lalu lintas belok kanan dari
pendekat yang berlawanan (kend/jam;
smp/jam).
S (Arus Jenuh) : Besarnya keberangkatan antrian di yang
ditentukan (smp/jam hijau).
SO (Arus Jenuh Dasar) : Besarnya keberangkatan antrian di
dalam pendekat selama kondisi ideal
(smp/jam hijau).
DS (Derajat Kejenuhan) : Rasio dari arus lalu lintas terhadap
kapasitas untuk suatu pendekat.
FR (Rasio Arus) : Rasio arus terhadap arus jenuh dari suatu
pendekat.
IFR (Rasio Arus Simpang) : Jumlah dari rasio arus kritis (=tertinggi)
untuk semua fase sinyal yang berurutan
dalam suatu siklus.
PR (Rasio Fase) : Rasio arus kritis dibagi dengan rasio arus
bersimpang.
C (Kapasitas) : Arus lalu lintas maksimum yang dapat
dipertahankan.
F (Faktor Penyesuaian) : Faktor koreksi untuk penyelesaian dari
nilai ideal ke nilai sebenernya dari suatu
variabel.
D (Tundaan) : Waktu tempuh tambahan yang
diperlukan untuk melalui simpang
apabila dibandingkan lintasan tanpa
melalui simpang.
QL (Panjang Antrian) : Panjang antrian kendaraan dalam suatu
pendekat (m).
NQ (Antrian) : Jumlah kendaraan yang antri dalam
suatu pendekat (kend;smp).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xx
NS (Angka Henti) : Jumlah rata-rata berhenti per kendaraan
(terberhenti berulang-ulang dalam
antrian).
PSV (Rasio Kendaraan Terhenti) : Rasio dari arus lalu lintas yang terpaksa
berhenti sebelum melewati garis henti
akibat pengendalian sinyal.
WA (Lebar Pendekat) : Lebar dari bagian pendekat yang
diperkeras, diukur dibagian tersempit
disebelah hulu (m).
WMASUK (Lebar Masuk) : Lebar dari bagian pendekat yang
diperkeras, diukur pada garis henti (m).
WKELUAR (Lebar Keluar) : Lebar dari bagian pendekat yang
diperkeras, yang digunakan oleh lalu
lintas buangan setelah melewati
persimpangan jalan (m).
We (Lebar Efektif) : Lebar dari bagian pendekat yang
diperkeras, yang digunakan dalam
perhitungan kapasitas (yaitu dengan
pertimbangan terhadap WA, WMASUK dan
WKELUAR dan gerakan lalu lintas
membelok; m).
L (Jarak) : Panjang jarak segmen jalan (m).
GRAD (Landai Jalan) : Kemiringan dari suatu segmen jalan
dalam arah perjalanan (+/-%).
COM (Komersial) : Tata guna lahan komersial (contoh: toko
restoran, kantor) dengan jalan masuk
langsung bagi perjalan kaki dan
kendaraan.
RES (Permukiman) : Tata guna lahan tempat tinggal dengan
jalan masuk langsung bagi perjalan kaki
dan kendaraan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xxi
RA (Akses Terbatas) : Jalan masuk langsung terbatas atau tidak
ada sama sekali (contoh: karena adanya
hambatan fisik, jalan samping,dsb).
CS (Ukuran Kota) : Jumlah penduduk dalam suatu daerah
perkotaan.
SF (Hambatan Samping) : Interaksi antara arus lalu lintas dan
kegiatan disamping jalan yang
menyebabkan pengurangan terhadap
arus jenuh di dalam pendekat.
i (Fase) : Bagian dari siklus sinyal dengan lampu
hijau disediakan bagi kombinasi tertentu
ari gerakkan lalu lintas (i = indek untuk
nomor fase).
c (Waktu siklus) : Waktu untuk urutan lengkap dari
indikasi sinyal (contoh: diantara dua saat
permulaan hijau yang berurutan didalam
pendekat yang sama; m).
g (Waktu hijau) : Waktu nyala hijau dalam pendekat (det).
M (Median) : Daerah yang memisahkan arah lalu lintas
pada suatu segmen jalan.
V (kecepatan perjalanan) : Kecepatan kendaraan (km/jam atau
m/det).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Simpang merupakan suatu daerah yang didalamnya terdapat dua atau lebih cabang
jalan yang bertemu atau bersilangan termasuk di dalamnya fasilitas-fasilitas yang
diperlukan untuk pergerakan lalu lintas. Simpang merupakan bagian penting dari
suatu jaringan jalan, mengingat fungsi simpang yaitu mengalirkan dan
mendistribusikan kendaraan yang lewat, maka diperlukan pengaturan simpang
untuk mengurangi konflik.
Simpang menurut MKJI 1997 terbagi menjadi 2 macam yaitu: simpang bersinyal
dan simpang tak bersinyal. Simpang bersinyal memiliki lampu lalu lintas yang
berfungsi untuk mengatur kegiatan di simpang sehingga pergerakan arus lalu
lintas di simpang menjadi teratur dan mengurangi terjadinya penumpukan arus.
Pada simpang tidak bersinyal, para pemakai jalan memutuskan sendiri apakah
mereka cukup aman untuk langsung melewati atau harus berhenti dahulu sebelum
melewati simpang, hal inilah yang menyebabkan terjadinya antrian dan tundaan.
Simpang bersinyal Gemblegan, Simpang bersinyal Gading dan Simpang bersinyal
Baturono merupakan simpang yang terletak di sepanjang Jl.Veteran kota
Surakarta. Simpang Gemblegan dan Simpang Gading merupakan simpang 4 yang
bersinyal terdiri dari 4 fase, sedang Simpang Baturono merupakan simpang 4
yang bersinyal terdiri dari 3 fase karena salah satu kaki simpangnya diberlakukan
arus lalu lintas satu arah.
Pada Simpang Gemblegan sering terjadi antrian panjang dari arah utara dan
selatan (Jl.Komondor Yos Sudarso), antrian juga terjadi dari arah timur dan barat
(Jl.Veteran).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Pada Simpang Gading antrian panjang terjadi dari arah selatan (Jl.Brigadir
Jenderal Sudiarto), antrian panjang juga terjadi dari arah timur dan barat
(Jl.Veteran). Karena akses jalan Keraton Surakarta Hadiningrat arah utara
(Jl.Kasunanan) antrian yang terjadi tidak begitu besar dibandingkan dari arah
barat, timur dan selatan.
Pada Simpang Baturono antrian panjang terjadi dari arah timur dan barat
(Jl.Veteran), antrian panjang juga terjadi dari arah utara (Jl.Kapten Mulyadi). Pada
arah selatan tidak terjadi antrian karena merupakan jalan satu arah ke selatan.
Tingkat kepadatan dan keramaian lalu lintas di ketiga simpang ini cukup besar
karena merupakan jalur utama yang menggunakan prasarana jalan raya untuk
menghubungkan antara kota Surakarta dengan kota-kota sekitar Surakarta seperti:
Wonogiri, Sukoharjo dan Solo Baru. Sistem pergerakan transportasi dari berbagai
macam karakteristik lalu lintas dan berbagai macam jenis kendaraan yang
mengakibatkan kondisi lalu lintas semakin padat terutama pada jam-jam puncak.
Menurut kondisi lapangan tersebut diatas perlu dilakukan pengamatan untuk
mengetahui tingkat kinerja simpang bersinyal Gemblegan, Gading, dan Baturono
kota Surakarta. Metode yang digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja suatu
simpang bersinyal Metode MKJI (Manual Kapasitas Jalan Indonesia) 1997. MKJI
(Manual Kapasitas Jalan Indonesia) 1997 merupakan metode yang dibuat
Indonesia oleh Direktoral Jenderal Bina Marga dan banyak digunakan dalam
pengamatan kinerja simpang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pengamatan pada ketiga simpang tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Lokasi dapat dilihat pada Gambar 1.1.
Gambar 1.1. Peta Lokasi Simpang Gemblegan, Gading, dan Baturono Surakarta
( Sumber: indonesia-tourism.com )
Keterangan :
: Lokasi Pengamatan
1.2. Tujuan Pengamatan
1. Menghitung dan mengetahui kinerja Simpang Gemblegan, Gading dan
Baturono berdasarkan MKJI 1997.
2. Menghitung tundaan dan derajat kejenuhan yang terjadi dengan
membandingkan nilai tundaan dan nilai derajat kejenuhan yang terdapat
pada program MKJI 1997.
3. Membuat desain ulang kinerja pada simpang jalan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
1.3. Ruang Lingkup Pengamatan
1. Lokasi survei adalah:
a. Simpang Gemblegan (Pertemuan Jl. Veteran dari arah timur dan barat
dengan Jl. Komondor Yos Sudarso dari arah utara dan selatan).
b. Simpang Gading (Pertemuan Jl. Veteran dari arah timur dan barat
dengan Jl. Kasunanan dari arah utara, Jl. Brigadir Jenderal Sudiarto
dari arah selatan).
c. Simpang Baturono (Pertemuan Jl. Veteran dari arah timur dan barat
dengan Jl. Kapten Mulyadi dari arah utara dan selatan).
2. Pelaksanaan waktu survei dilakukan pada jam puncak pagi dan siang,
(dengan anggapan kondisi saat jam puncak pagi sama dengan jam puncak
sore).
3. Kendaraan yang diamati adalah kendaraan berat, kendaraan ringan, sepeda
motor dan kendaraan tak bermotor.
4. Panduan yang digunakan adalah MKJI 1997 dengan data yang dicari
adalah derajat kejenuhan (Degree of Saturation/DS), panjang antrian (Que
Length/QL), tundaan (Delay/D), dan jumlah kendaraan terhenti (Number
of Stoped Vehicle/ Nsv).
5. Manusia dan Utilitas tidak diperhitungkan.
1.4. Manfaat Pengamatan
1. Dapat mengetahui tingkat kinerja simpang bersinyal setelah koordinasi
simpang dilakukan.
2. Hasil pengamatan kinerja simpang bisa digunakan sebagai masukan bagi
instansi terkait dalam pembangunan prasarana yang sesuai untuk keadaan
yang ada.
3. Untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai rekayasa
lalu lintas khususnya yang berkaitan dengan analisis kinerja simpang
bersinyal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
4. Memberikan informasi tentang cara menghitung tingkat kinerja suatu
simpang bersinyal menggunakan metode MKJI 1997 dan lebih baik
sehingga memberikan saran perbaikan yang sesuai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1. Dasar Teori
Simpang adalah sutu daerah yang di dalamnya terdapat dua atau lebih cabang
jalan yang bertemu/bersilangan, termasuk di dalamnya fasilitas yang diperlukan
untuk pergerakan lalu lintas ( Morlok 1978 ). Persimpangan merupakan bagian
penting dari suatu jaringan jalan, oleh karena itu efisien dari penggunaan jaringan
jalan tergantung dari pelayanan yang diberikan oleh persimpangan baik dari segi
keamanan maupun kenyamanan kendaraan.
Untuk mengukur suatu kapasitas j alandiperlukan arus lalu-lintas yang satuannya
dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp). Setiap jenis kendaraan
memiliki angka penyetara yang berbeda-beda dengan mobil penumpang yang
biasa disebut Ekivalensi Mobil Penumpang (emp). Ekivalensi mobil penumpang
menyatakan tingkat gangguan yang ditimbulkan oleh mobil penumpang dalam
kondisi lalu-lintas yang sama. Angka emp untuk setiap jenis kendaraan secara
garis besar dibagi menjadi dua bagian, yaitu angka emp pada Simpang dan pada
ruas jalan (DLLAJR, 1990). Pada persimpangan jalan sering terjadi alih gerak (
Manuver ). Dari sifat dan tujuan gerakan didaerah persimpangan dikenal beberapa
bentuk alih gerak,yaitu :
1. Diverging ( memisah )
2. Merging ( menggabung)
3. Crossing ( memotong )
4. Weaving (menyilang )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2.1.1. Diverging (Memisah)
Diverging adalah peristiwa memisahnya kenderaan dari suatu arus yang sama
kejalur yang lain.
Gambar 2.1. Arus memisah ( Diverging )
2.1.2. Merging (Menggabung)
Merging adalah peristiwa menggabungnya kenderaan dari suatu jalur ke jalur
yang lain.
Gambar 2.2. Arus menggabung ( Merging )
2.1.3. Crossing (Memotong)
Crossing adalah peristiwa perpotongan antara arus kenderaan dari satu jalur ke
jalur yang lain pada persimpangan dimana keadaan yang demikian akan
menimbulkan titik konflik pada persimpangan tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Gambar 2.3. Arus Memotong ( crossing )
2.1.4. Weaving (Menyilang)
Weaving adalah pertemuan dua arus lalu lintas atau lebih yang berjalan menurut
arah yang sarna sepanjang suatu lintasan dijalan raya tanpa bantuan rambu lalu
lintas. Gerakan ini sering terjadi pada suatu kenderaan yang berpindah dari suatu
jalur kejalur lain misalnya pada saat kenderaan masuk kesuatu jalan raya dari
jalan masuk, kemudian bergerak kejalur lainnya untuk mengambil jalan keluar
dari jalan raya tersebut keadaan ini juga akan menimbulkan titik konflik pada
persimpangan tersebut.
Gambar 2.4. Arus menyilang ( weaving )
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
2.2. Titik Konflik Pada Persimpangan
Keberadaan persimpangan pada suatu jaringan jalan, ditujukan agar kenderaan
bermotor, pejalan kaki (pedestrian), dan kenderaan tidak bermotor dapat bergerak
dalam arah yang berbeda dan pada waktu yang bersamaan. Dengan demikian pada
persimpangan akan terjadi suatu keadaan yang menjadi karakteristik yang unik
dari persimpangan yaitu munculnya konflik yang berulang sebagai akibat dari
pergerakan ( manuver ) tersebut.
Berdasarkan sifatnya konflik yang ditimbulkan oleh manuver kenderaan dan
keberadaan pedestrian dibedakan 2 type yaitu :
1. Konflik primer,yaitu koflik yang terjadi antara arus lalu lintas yang saling
memotong.
2. Konflik sekunder,yaitu konflik yang terjadi antara arus lalu lintas kanan
dengan arus lalu lintas arah lainya dan atau lalu lintas belok kiri dengan para
pejalan kaki
Gambar 2.5. konflik kendaraan pada persimpangan
Pada dasarnya jumlah titik konflik yang terjadi dipersimpangan tergantung
beberapa faktor antara lain:
1 Jumlah kaki persimpangan yang ada
2. Jumlah lajur pada setiap kaki persimpangan
3. Jumlah arah pergerakan yang ada
4. Sistem pengaturan yang ada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
2.3. Jenis Simpang
2.3.1. Simpang menurut Perencanaanya
Simpang menurut perencanaanya dibedakan menjadi dua,yaitu :
1. Simpang Sebidang
Persimpangan sebidang adalah pertemuan dua ruas jalan atau lebih secara
sebidang tidak saling bersusun. Pertemuan ini direncanakan sedemikian
dengan tujuan untuk mengalirkan atau melewatkan lalu lintas dengan lancar
serta mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan/pelanggaran sebagai
akibat dari titik konflik yang ditimbulkan dari adanya pergerakan antara
kenderaan bermotor, pejalan kaki , sepeda dan fasilitas-fasilitas lain atau
dengan kata lain akan memberikan kemudahan , kenyamanan dan ketenangan
terhadap pemakai jalan yang melalui persimpangan. Perencanaan
persimpangan yang baik akan menghasilkan kualitas operasional yang baik
seperti tingkat pelayanan, waktu tunda, panjang antrian dan kapasitas.
Simpang jalan sebidang ada empat macam :
a. Simpang 3 lengan
b. Simpang 4 lengan
c. Simpang banyak
d. Simpang dengan bundaran ( rotary intersection )
2. Simpang tak sebidang ( interchange )
Persimpangan tidak sebidang adalah persimpangan dimana dua ruas jalan
atau lebih saling bertemu tidak dalam satu bidang tetapi salah satu ruas
berada diatas atau dibawah ruas jalan yang lain. Perencanaan simpang tidak
sebidang dilakukan bila volume lalu lintas yang melalui suatu pertemuan
sudah mendekati kapasitas jalan-jalannya, maka arus lalu lintas tersebut harus
bisa melewati pertemuan tanpa terganggu atau tanpa berhenti, baik itu
merupakan arus menerus atau merupakan arus yang membelok sehingga perlu
diadakan pemisahan bidang ( Grade sparation ) yang disebut sebagai
simpang tidak sebidang ( Interchange ).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2.3.2. Simpang menurut pengaturan arus
Berdasarkan pengaturan arus lalu lintas pada simpang, simpang dibedakan
menjadi dua yaitu :
1. Simpang Tak Bersinyal
Pada simpang tak bersinyal berlaku aturan yang disebut “General Priority
Rule” yaitu kendaraan yang terlebih dahulu berada di persimpangan
mempunyai hak untuk berjalan terlebih dahulu daripada kendaraan yang akan
memasuki persimpangan. Perilaku lalu lintas pada simpang bersinyal meliputi :
persiapan, panjang antrian, kendaraan terhenti, tundaan.
Simpang tak bersinyal terdiri dari beberapa macam,yaitu :
a. Simpang tanpa pengendali ( uncontrolled intersection )
b. Simpang dengan pengendali ( space sharin intersection )
c. Simpang dengan sistem prioritas ( priority intersection )
2. Simpang Bersinyal
Pada simpang jenis ini, arus kendaraan yang memasuki persimpangan diatur
secara bergantian untuk mendapatkan prioritas dengan berjalan terlebih dahulu
dengan menggunakan pengendali lalu lintas (traffic light). Perilaku lalu lintas
pada simpang tak bersinyal meliputi: derajat kejenuhan, tundaan, peluang
antrian, penilaian perilaku lalu lintas.
Penggunaan lampu lalu lintas pada simpang biasanya lebih ekonomis dalam hal
pemakaian ruang yang dibutuhkan dibandingkan dengan penggunaan bundaran
untuk suatu kapasitas simpang tertentu.
Kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh sistim pengendalian simpang dengan
lampu lalu lintas ini adalah meningkatnya tundaan dan biaya operasi kenderaan
pada suatu kondisi jalan tidak macet. Pada kondisi seperti ini lampu lalu lintas
akan mengakibatkan kerugian seperti tundaan dan biaya operasi yang lebih
besar jika dibandingkan dengan keuntungannya dalam memecahkan masalah
konflik pada simpang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2.4. Kinerja simpang
Adapun kinerja yang diukur pada MKJI 1997 adalah :
1. Derajat Kejenuhan (Degree of Saturation/DS)
Derajat kejenuhan (DS) adalah rasio arus lalu lintas terhadap kapasitas
(Catatan: biasanya dihitung per jam).
2. Panjang antrian (Que Length/QL)
Panjang antrian kendaraan (QL) adalah jarak antara muka kendaraan terdepan
hingga ke bagian belakang kendaraan yang berada paling belakang dalam
suatu antrian akibat sinyal lalu lintas.
3. Tundaan (Delay/D)
Tundaan (delay) adalah waktu tertundanya kendaraan untuk bergerak secara
normal. Tundaan pada suatu simpang dapat terjadi karena dua hal, yaitu
Tundaan lalu lintas (DT) dan Tundaan geometri (DG).
4. Jumlah kendaraan terhenti (Number of Stoped Vehicle/ Nsv)
Angka henti (NS) yaitu jumlah rata - rata berhenti per kendaraan (termasuk
berhenti berulang - ulang dalam antrian) sebelum melewati simpang.
Apabila simpang yang diamati memiliki derajat kejenuhan yang mendekati angka
lewat (over saturet) dari MKJI tahun 1997 sebesar 0,85 (DS > 0,85) maka
diperlukan perbaikan derajat kejenuhan pada simpang tersebut. Cara yang
digunakan dengan melalui perubahan waktu dan fase sinyal. Dengan waktu fase
sinyal yang baru, dihitung kembali besarnya derajat kejenuhan (DS) sampai DS ≤
0,85. Kemudian diperiksa derajat kejenuhan (DS) dengan menghitung besarnya
panjang antrian dan tundaan dipersimpangan.Adapun masalah yang akan
dianalisis meliputi hal-hal yang menyangkut aspek fisik dan non-fisik jalan, yaitu
1. Kapasitas jalan
2. Derajat Kejenuhan
3. Jumlah antrian
4. Kendaraan Terhenti
5. Tundaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
Adanya pemasangan lampu lalu lintas, maka kecelakaan yang timbul diharapkan
dapat berkurang, karena konflik yang timbul antara arus lalu lintas dapat
dikurangi (Munawar, 2004:44-45).
Pola urutan lampu lalu lintas yang digunakan di Indonesia mengacu pada pola
yang dipakai di Amerika Serikat, yaitu: merah (red), kuning (amber) dan hijau
(green). Hal ini untuk memisahkan atau menghindari terjadinya konflik akibat
pergerakan lalu lintas lainnya. Pemasangan lampu lalu lintas pada simpang ini
dipisahkan secara koordinat dengan sistem kontrol waktu secara tetap atau dengan
bantuan manusia.Langkah-langkah dalam menganalisis simpang dengan lampu
pengatur lalu lintas adalah sebagai berikut :
2.4.1. Data Masukan
a. Kondisi geometri dan lingkungan
Berisi tentang gambar tampak atas simpang,lebar lajur,bahu,median,tingkat
hambatan samping kelandaian dan jumlah penduduk kota tempat diadakan
pengamatan.
b. Kondisi arus lalu lintas
Jenis kendaraan dibagi dalam beberapa tipe, seperti terlihat pada Tabel 2.1 dan
memiliki nilai konversi pada tiap pendekat seperti tersaji pada Tabel 2.2.
Tabel 2.1 Tipe Kendaraan
No Tipe Kendaraan Definisi
1 Kendaraan tak bermotor (UM) Sepeda, becak
2 Sepeda bermotor (MC) Sepeda motor
3 Kendaraan ringan (LV) Colt, pick up, station wagon
4 Kendaraan berat (HV) Bus, truck
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Tabel 2.2 Daftar Faktor Konversi SMP
Jenis Kendaraan
EMP untuk tipe approach
Pendekat
Terlindung
Pendekat
Terlawan
Kendaraan Ringan (LV) 1.0 1.0
Kendaraan Berat (HV) 1.3 1.3
Sepeda Motor (MC) 0.2 0.4
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
2.4.2. Penggunaan Sinyal
1. Fase Sinyal
Fase adalah suatu rangkaian dari kondisi yang diberlakukan untuk suatu arus
atau beberapa arus, yang mendapatkan identifikasi lampu lalu lintas yang sama
(Munawar, 2004:45). Jumlah fase yang baik adalah fase yang menghasilkan
kapasitas besar dan rata-rata tundaan rendah.
Bila arus belok kanan dari satu kaki atau arus belok kanan dari kiri lawan arah
terjadi pada fase yang sama, arus ini dinyatakan sebagai terlawan (opossed).
Arus belok kanan yang dipisahkan fasenya dengan arus lurus atau belok kanan
tidak diijinkan, maka arus ini dinyatakan sebagai terlindung (protected).
Periode merah semua (all red) antar fase harus sama atau lebih besar dari LT
setelah waktu all red ditentukan, total waktu hilang (LT) dapat dihitung
sebagai penjumlahan periode waktu antar hijau (IG). Panjang waktu kuning
pada sinyal lalu lintas perkotaan di Indonesia biasanya 3 detik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Kasus Karakteristik
1 Pengaturan 2 fase, hanya konflik-konflik primer yang di pisahkan.
2 Pengaturan 3 fase, dengan pemutusan paling akhir pada pendekat Utara agar
menaikan kapasitas untuk belok kanan dari arah ini.
3 Pengaturan 3 fase dengan start-dini dari pendekat Utara agar menaikan
kapasitas untuk belok kanan dari arah ini.
4 Pengaturan 3 fase dengan belok kanan terpisah pada salah satu jalan.
5 Pengaturan 4 fase dengan belok kanan terpisah pada salah satu jalan.
Pengaturan 4 fase dengan belok kanan terpisah pada kedua jalan.
6 Pengaturan 4 fase dengan arus berangkat dari satu-persatu pendekat pada
saatnya masing-masing.
Gambar 2.6. Pengaturan-pengaturan fase sinyal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
2. Waktu Hijau Efektif dan Waktu Hilang
Pada saat periode dimulai kendaraan masih dalam kondisi terhenti, dan
memerlukan waktu lagi untuk mulai berjalan serta mempercepatnya sampai ke
suatu kecepatan normal, ini terjadi setelah menempuh waktu 10 sampai 15
detik kemudian. Kapasitas simpang akan menurun sedikit sampai akhir waktu
hijau seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini :
Grafik : 2.1. Arus Jenuh yang diamati per selang waktu 6 detik
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
Pada permulaan periode hijau akan menyebabkan terjadinya „kehilangan waktu
awal‟ dari waktu hijau efektif, arus yang berangkat setelah akhir periode waktu
hijau menyebabkan suatu „tambahan akhir‟ dari waktu hijau efektif. Jadi
besarnya waktu hijau efektif, yaitu lamanya waktu dimana arus berangkat
terjadi dengan besaran tetap sebesar S, adapun gambaran akhir dari waktu hijau
efektif dapat dilihat dalam gambar 2.8 dibawah ini :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Gambar : 2.7. Model Dasar untuk Arus Jenuh
Sumber ; Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
Titik konflik pada masing-masing fase adalah titik yang menghasilkan waktu
merah semua.
Merah Semuai =
MAXAV
AV
EV
EVEV
V
L
V
lL
Dimana :
LEV,LAV = Jarak dari garis henti ke titik konflik masing-masing untuk
kendaraan yang berangkat dan yang datang (m).
lEV = Panjang kendaraan yang berangkat (m).
VEV,VAV = Kecepatan masing-masing untuk kendaraan yang berangkat dan
yang datang (m/det).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Gambar : 2.8. Titik konflik kritis dan jarak untuk keberangkatan dan kedatangan
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997
Nilai-nilai sementara VEV, VAV dan lEV dapat dipilih dengan ketiadaan aturan di
Indonesia akan hal ini:
Kecepatan kendaraan yang datang VAV : 10 m/det (kend. bermotor)
Kecepatan kendaraan yang berangkat VEV : 10 m/det (kend. bermotor)
3 m/det (kend. tak bermotor misalnya
sepeda)
1,2 m/det (perjalan kaki)
Panjang kendaraan yang berangkat lEV : 5 m (LV atau HV)
2 m (MC atau UM)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
2.4.3. Penentuan Waktu Sinyal
1. Pemilihan tipe pendekat (approach)
Mengidentifikasi dari setiap pendekat apabila ada dua gerakan lalu-lintas yang
diberangkatkan pada fase yang berbeda. (misalnya, lalu-lintas lurus dan lalu-
lintas belok kanan dengan lajur terpisah), harus dicatat pada baris terpisah dan
diperlakukan sebagai pendekat-pendekat terpisah dalam perhitungan
selanjutnya.
Pemilihan tipe pendekat (approach) yaitu termasuk tipe terlindung
(protected = P) atau tipe terlawan (opossed = O).
Gambar 2.9. Penentuan tipe pendekatan
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
2. Lebar efektif pendekat (approach), We = effective Width
a) Untuk Pendekat Tipe O (Terlawan)
Jika WLTOR ≥ 2.0 meter, maka We = WA - WLTOR
Jika WLTOR ≤ 2.0 meter, maka We = WA x (1+PLTOR) -WLTOR.
keterangan:
WA : lebar pendekat
WLTOR : lebar pendekat dengan belok kiri langsung
b) Untuk Pendekat Tipe P
Jika Wkeluar < We x (1 - PRT - PLTOR),
We sebaiknya diberi nilai baru = Wkeluar
keterangan:
PRT : rasio kendaraan belok kanan
PLTOR : rasio kendaraan belok kiri langsung
3. Arus jenuh dasar (So)
Arus jenuh dasar merupakan besarnya keberangkatan antrian di dalam
pendekat selama kondisi ideal (smp/jam hijau). Untuk tipe pendekat P,
So = 600 x We .............................................................................................(2.1)
keterangan
SO : arus jenuh dasar
We : lebar efektif pendekat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Grafik 2.2. Arus jenuh dasar
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
4. Faktor Penyesuaian
a) Penetapan faktor koreksi untuk nilai arus lalu lintas dasar kedua tipe
pendekat (protected dan opposed) pada simpang adalah sebagai berikut:
i) Faktor koreksi ukuran kota (FCS), sesuai Tabel 2.3:
Tabel 2.3. Faktor penyesuaian ukuran kota
Penduduk kota
(juta jiwa)
Faktor penyesuaian ukuran kota
>3 1,05
1,0-3,0 1,00
0,5-1,0 0,94
0,1-0,5 0,83
<0,1 0,82
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Grafik 2.3. Rasio belok kiri dan kanan 10% untuk ukuran kota 1-3juta
ii) Faktor koreksi gangguan samping ditentukan sesuai Tabel 2.4 :
Tabel 2.4 Faktor Koreksi Hambatan Samping
Lingkungan
Jalan
Hambatan
Samping
Tipe Fase Rasio Kendaraan Tak Bermotor
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40
Komersial
(COM)
Tinggi
Sedang
Rendah
Terlawan
Terlindung
Terlawan
Terlindung
Terlawan
Terlindung
0.93
0.93
0.94
0.94
0.95
0.95
0.88
0.91
0.89
0.92
0.90
0.93
0.84
0.88
0.85
0.89
0.86
0.90
0.79
0.87
0.80
0.88
0.81
0.89
0.74
0.85
0.75
0.86
0.76
0.87
0.70
0.81
0.71
0.82
0.72
0.83
0.65
0.79
0.66
0.80
0.67
0.81
0.60
0.77
0.61
0.78
0.62
0.79
0.56
0.75
0.57
0.76
0.58
0.77
Pemukiman
(RES)
Tinggi
Sedang
Rendah
Terlawan
Terlindung
Terlawan
Terlindung
Terlawan
Terlindung
0.96
0.96
0.97
0.97
0.98
0.98
0.91
0.94
0.92
0.95
0.93
0.96
0.86
0.92
0.87
0.93
0.88
0.94
0.81
0.89
0.82
0.90
0.83
0.91
0.78
0.86
0.79
0.87
0.80
0.88
0.72
0.84
0.73
0.85
0.74
0.86
0.67
0.81
0.68
0.82
0.69
0.83
0.62
0.79
0.63
0.80
0.64
0.81
0.57
0.76
0.58
0.77
0.59
0.78
Akses
Terbatas
(RA)
Tinggi
Sedang
Rendah
Terlawan
Terlindung
1.00
1.00
0.95
0.98
0.90
0.95
0.85
0.93
0.80
0.90
0.75
0.88
0.70
0.85
0.65
0.83
0.60
0.80
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
iii) Faktor Penyesuaian untuk kelandaian sesuai Grafik 2.4
Grafik 2.4 Faktor koreksi untuk kelandaian
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
iv) Faktor Penyesuaian untuk pengaruh parkir dan lajur belok kiri yang
pendek sesuai Grafik 2.5
Grafik 2.5. Faktor penyesuaian untuk pengaruh pakir dan lajur belok kiri
yang pendek (Fp)
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
v) Faktor Penyesuaian untuk belok kanan sesuai Grafik 2.6
Grafik 2.6. Faktor penyesuaian untuk belok kanan (FRT)
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
vi) Faktor Penyesuaian untuk belok kiri sesuai Grafik 2.7
Grafik 2.7. Faktor penyesuaian untuk belok kiri (PLT)
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
b) Nilai arus jenuh
Jika suatu pendekat mempunyai sinyal hijau lebih dari satu fase, yang arus
jenuhnya telah ditentukan secara terpisah maka nilai arus kombinasi harus
dihitung secara proporsional terhadap waktu hijau masing-masing fase.
S = SO x FCS x FSF x FG x FP x FRT x FLT ......................................(2.2)
Dimana:
SO : arus jenuh dasar
FCS : faktor koreksi ukuran kota
FSF : faktor koreksi hambatan samping
FG : faktor koreksi kelandaian
FP : faktor koreksi parkir
FRT : faktor koreksi belok kanan
FLT : faktor koreksi belok kiri
5. Perbandingan arus lalu lintas dengan arus jenuh (FR)
Perbandingan keduanya menggunakan rumus berikut:
FR =Q∕S ........................................................................................................(2.3)
Dimana:
FR : rasio arus
Q : arus lalu lintas (smp/jam)
S : arus jenuh (smp/jam)
Untuk arus kritis dihitung dengan rumus:
...........................................................................................(2.4)
dimana:
IFR : perbandigan arus simpang Σ(FRcrit)
PR : rasio fase
FRerit : nilai FR tertinggi dari semua pendekat yang berangkat pada suatu
fase sinyal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
6. Waktu siklus dan waktu hijau
a. Waktu siklus sebelum penyesuaian
menghitung waktu siklus sebelum waktu pentesuaian (Cua) untuk
pengendalian waktu tetap, dan masukan hasil kedalaman kotak dengan tanda
“waktu siklus” pada bagian terbawah kolom II dari formulir SIG-IV.
Waktu siklus dihitung dengan rumus:
... ...................................................................................(2.6)
Dimana:
cua : waktu siklus pra penyesuaian sinyal (detik)
LTI : total waktu hilang per siklus (detik)
IFR : rasio arus simpang
Grafik 2.8. Penentuan waktu siklus sebelum penyesuaian
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
Adapun waktu siklus yang layak untuk simpang adalah seperti terlihat pada
tabel 2.5
Tabel 2.5. Waktu siklus yang layak untuk simpang
Tipe pengaturan Waktu siklus (det)
2 fase 40-80
3 fase 50-100
4 fase 60-130
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Nilai-nilai yang lebih rendah dipakai untuk simpang dengan lebar jalan <10 ,
nilai yang lebih tinggi untuk jalan yang lebih lebar. Waktu siklus lebih rendah
dari nilai yang disarankan, akan menyebabkan kesulitan bagi para pejalan kaki
untuk menyebrang jalan. Waktu siklus yang melebihi 130 detik harus dihindari
kecuali pada kasus sangat khusus (simpang sangat besar) karena hal ini sering
kali menyebabkan kerugian dalam kapasitas keseluruhan.
b. Waktu hijau
Waktu hijau (green time) untuk masing-masing fase menggunakan rumus :
gi = ( Cua – LTI ) x PRi.................................................................................(2.7)
dimana:
gi : waktu hijau dalam fase-i (detik)
LTI : total waktu hilang per siklus (detik)
cua : waktu siklus pra penyesuaian sinyal (detik)
PRi : perbandingan fase FRkritis/Σ(FRkritis)
c. Waktu siklus yang disesuaikan
Waktu siklus yang telah disesuaikan (c) berdasarkan waktu hijau yang
diperoleh dan telah dibulatkan dan waktu hilang (LTI) dihitung dengan rumus:
c = LTI + Σg ...............................................................................................(2.5)
dimana:
c : waktu hijau (detik)
LTI : total waktu hilang per siklus (detik)
Σg : total waktu hijau (detik)
Waktu siklus yang disesuaikan berdasarkan pada waktu hijau yang telah
dibulatkan dan waktu hilang (LTI).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
2.4.4. Kapasitas
1) Kapasitas
Penentuan kapasitas masing-masing pendekat dan pembahasan mengenai
perubahan-perubahan yang harus dilakukan jika kapasitas tidak mencukupi.
a) Kapasitas untuk tiap lengan dihitung dengan rumus :
....................................................................................................(2.8)
Dimana:
C : kapasitas (smp/jam)
S : arus jenuh (smp/jam)
g : waktu hijau (detik)
c : waktu siklus yang disesuaikan (detik)
b) Derajat kejenuhan (DS) dihitung dengan rumus :
DS = Q / S .....................................................................................................(2.9)
Damana:
Q : arus lalu lintas (smp/jam)
C : kapasitas (smp/jam)
2) Keperluan untuk Perubahan
Jika waktu siklus yang telah dihitung memperoleh hasil lebih besar dari
batasan, biasanya derajat kejenuhan juga mempunyai nilai lebih tinggi dari
0,85 (Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997). Ini berarti bahwa simpang
tersebut mendekati lewat jenuh, yang akan menyebabkan antrian panjang pada
kondisi lalu lintas puncak. Alternatif tindakan yang diambil untuk menambah
kapasitas simpang antara lain dengan penambahan lebar pendekat, perubahan
fase sinyal dan pelarangan gerakan-gerakan belok kanan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
2.4.5. Perilaku Lalu Lintas
Perilaku lalu lintas pada simpang dipengaruhi oleh panjang antrian, jumlah
kendaraan terhenti dan tundaan. Panjang antrian adalah jumlah kendaraan yang
antri dalam satu pendekat.
1. Jumlah antrian (NQ) dan Panjang Antrian (QL)
Nilai dari jumlah antrian (NQ1) dapat dicari dengan formula:
a) bila DS > 0,5, maka:
NQ1 = 0.25 x C x .....................(2-10)
dimana:
NQ1 : jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya
C : kapasitas (smp/jam)
DS : derajat kejenuhan
b) Bila DS < 0,5, maka:
NQ1 = 0.......................................................................................................(2.11)
Jumlah antrian kendaraan dihitung, kemudian dihitung jumlah antrian satuan
mobil penumpang yang datang selama fase merah (NQ2) dengan formula:
Untuk DS > 0.5 ; selain dari itu NQ1= 0
...................................................................(2.12)
dimana :
NQ2 : jumlah antrian smp yang datang selama fase merah
DS : derajad kejenuhan
Q : volume lalu lintas (smp/jam)
c : waktu siklus (detik)
GR : gi/c
Untuk antrian total (NQ) dihitung dengan menjumlahkan kedua hasil
tersebut yaitu NQ1 dan NQ2 :
NQ = NQ1 + NQ2....................................................................................... (2.13)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Dimana:
NQ : jumlah rata-rata antrian smp pada awal sinyal hijau
NQ1 : jumlah smp yang tertinggal dari fase hijau sebelumnya
NQ2 : jumlah antrian smp yang datang selama fase merah
Nilai NQmax diperoleh dari gambar 2.11 sebagai fungsi dari jumlah antrian
kendaraan (NQ) rata-rata dan nilai probabilitas untuk terjadinya over loading (POL
%). Untuk perencanaan nilai POL = 5-10 % mungkin dapat diterima.
Grafik 2.9. Perhitungan Jumlah Antrian smp (NQmax)
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
Panjang antrian (QL) diperoleh dari perkalian (NQ) dengan luas rata-rata yang
dipergunakan per smp (20m2) dan pembagian dengan lebar masuk.
....................................................................................(2.14)
Dimana:
QL : panjang antrian
NQmax : jumlah antrian
Wmasuk : lebar masuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Nilai NQ max diperoleh dari Gambar E-2:2 MKJI hal 2-66 yang tersaji pada
Gambar 3.10, dengan anggapan peluang untuk pembebanan (POL) sebesar 5 %
untuk langkah perancangan
Grafik 2.10. Perhitungan jumlah antrian (NQMAX) dalam smp
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
2. Kendaraan terhenti (NS)
Jumlah kendaraan terhenti adalah jumlah kendaraan dari arus lalu lintas yang
terpaksa berhenti sebelum melewati garis henti akibat pengendalian sinyal.
Angka henti sebagai jumlah rata-rata per smp untuk perancangan dihitung
dengan rumus di bawah ini:
36009,0cQ
NQNS ……….......….....……………….……………. (2.15)
Dimana:
c : Waktu siklus (det).
Q : Arus lalu lintas (smp/jam).
Kendaraan terhenti dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
NSQN SV (smp/jsm) ……………......……….....………………...…. (2.16)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Dimana:
Q : Arus lalu lintas.
NS : Angka henti rata-rata.
Rasio kendaraan terhenti PSV merupakan rasio kendaraan yang harus berhenti
akibat sinyal merah sebelum melewati suatu simpang. Rasio kendaraan terhenti
dapat dihitung dengan rumus:
1,min NSPSV ……………………………………………………….. (2.17)
Sedangkan untuk menghitung angka henti seluruh simpang dengan rumus
sebagai berikut:
TOT
SV
TOTQ
NNS …………………………..……………………………. (2.18)
3. Tundaan (Delay)
Tundaan adalah waktu tempuh tambahan yang diperlukan untuk melalui
simpang apabila dibandingkan lintasan tanpa melalui suatu simpang. Tundaan
terdiri dari:
a) Tundaan Lalu lintas
Tundaan lalu lintas adalah waktu menunggu yang disebabkan interaksi lalu
lintas dengan gerakan lalu lintas yang bertentangan. Tundaan lalu lintas
rata-rata tiap pendekat dihitung dengan menggunakan formula:
Tundaan rata-rata suatu pendekat j dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
jjj DGDTD ………….......………………………..............….. (2.19)
Dimana:
Dj : Tundaan rata-rata untuk pendekat j.
DTj : Tundaan lalu lintas rata-rata untuk pendekat j.
DGj : Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Tabel 2.6. Perilaku Lalu lintas Tundaan Rata-rata.
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
Tundaan lalu lintas setiap pendekatan (DT) dapat dihitung dengan rumus:
C
NQAcDT
36001 ……………………...........………………. (2.20)
Dimana:
DT : Tundaan lalu lintas rat-rata (det/smp).
c : Waktu siklus yang disesuaikan (det).
A : DSGR
GR
1
15,02
GR : Rasio hijau.
DS : Derajat kejenuhan.
NQ1 : Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya.
C : Kapasitas (smp/jam).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Grafik 2.11. Penetapan tundaan lalu lintas rata-rata (DT)
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
b) Tundaan Geometri
Tundaan geometri disebabkan oleh perlambatan dan percepatan kendaraan
yang membelok di simpang atau yang terhenti oleh lampu merah. Tundaan
geometrik rata-rata (DG) masing-masing pendekat :
4611 SVTSV PPPDG …………........…………………… (2.21)
Dimana:
DG1 : Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (det/smp).
PSV : Rasio kendaraan terhenti pada pendekat = Min (NA,1).
PT : Rasio kendaraan berbelok pada pendekat.
Sedangkan tundaan rata-rata untuk menghitung seluruh simpang, dengan
rumus sebagai berikut:
TOT
IQ
DQD ……………………..…...………............…………… (2.22)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
BAB 3
METODOLOGI
3.1. Data Primer
Data primer adalah data yang hanya dapat kita peroleh dari sumber asli atau
pertama.
3.1.1. Data Lalu Lintas
Data lalu lintas diperoleh dengan cara menghitung arus lalu lintas yang melintas
pada lokasi survei yang telah ditentukan.
1. Survei pendahuluan: yang dimaksud untuk mengetahui latar belekang simpang
dan untuk menentukan jak sibuk. Jam sibuk diperoleh dari jumlah kendaraan
yang lewat pada simpang yang telah ditentukan.
2. Survei volume lalu lintas yang dilakukan pada jam sibuk yang telah didapat
dari survei pendahuluan.
3. Survei volume lalu lintas pada jam sibuk:
a. Dilakukan berdasarkan arus pada tiap pendekat yang dilakukan:
Simpang Gemblegan pada jam 06.00 – 08.00 dan jam 11.00 – 13.00
Simpang Gading pada jam 06.00 – 08.00 dan jam 11.00 – 13.00
Simpang Baturono pada jam 06.00 – 08.00 dan jam 11.00 – 13.00
b. Perhitungan dilakukan tiap 15 menit untuk setiap interval waktu.
c. Perhitungan dilakukan selama 2 jam.
d. Dilakukan perhitungan lampu lalu lintas/trafficlight tiap fase pada tiap
pendekat.
e. Dilakukan perhitungan panjang antrian pada tiap kaki simpang.
f. Peralatan yang digunakan saat survei:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
a. Alat tulis
b. Formulir SIG untuk perhitungan metode MKJI 1997
c. Jam, digunakan untuk mengetahui saat mulai dan berakhirnya waktu
pelaksanaan pengambilan data arus lalu lintas pada simpang.
g. Data lalu lintas yang disurvei adalah data lalu lintas terklasifikasi yaitu LV
(kendaraan ringan), HV (kendaraan berat), MC (sepeda motor) dan UM
(kendaraan tak bermotor).
h. Jumlah surveyor:
Pada simpang Gemblegan, survei volume lalu lintas dilakukan oleh 12
orang.
Pada simpang Gading, survei volume lalu lintas dilakukan 12 orang.
Pada simpang Baturono, survei volume lalu lintas dilakukan oleh 9
orang.
3.1.2. Traffic Signal
1. Data yang disurvei pada survei traffic signal adalah fase sinyal ( waktu
hijau, waktu kuning, waktu merah, dan waktu hilang ).
2. Jumlah surveior 4 orang pada tiap simpang.
3. Lokasi survei:
a. Simpang Gemblegan
b. Simpang Gading
c. Simpang Baturono.
4. Peralatan yang digunakan:
a. Alat tulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
b. Formulir perhitungan
c. Stopwatch, untuk menghitung waktu nyala lampu lalu lintas.
3.1.3. Data Geometri
Data geometri didapat dari survei langsung di lapangan.
1. Cara mengukur data geomeri simpang:
a. Menyiapkan gambar sketsa simpang, meteran dan alat penerangan
(pelaksanaan pada malam hari).
b. Satu orang petugas memegang alat penerang dan memberi tanda pada
pengguna jalan supaya hati-hati untuk melindungi petugas pengukur.
c. Dua orang petugas mengukur data geometrik yang dibutuhkan, dan
satu orang yang mencatat hasil pengukuran.
d. Hasil pengukuran dicatat pada formulir yang disediakan.
2. Jumlah surveior ada 4 orang.
3. Waktu survei: dilakukan pada malam hari jam 00.00WIB
4. Data yang disurvei adalah fase simpang, tipe lingkungan jalan, hambatan
samping, median (ada atau tidaknya median pada tiap kaki simpang),
belok kiri langsung (diperbolehkan atau tidaknya belok kiri langsung), dan
lebar pendekat (WA, WMASUK, WLTOR, dan WKELUAR).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
3.2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari
dan mengumpulkan. Data sekunder yang dibutuhkan dalam laporan ini yaitu:
1. Peta lokasi survei
2. Harga satuan pekerjaan.
3.3. Perbaikan Kinerja
Setelah dilakukan survei volume lalu lintas, traffic signal dan geometri maka
didapat analisis untuk mengetahui simpang yang telah disurvei perlu dilakukan
perbaikan atau tidak.
3.3.1. Traffic Signal
Yang perlu diperbaiki antara lain:
1. Perubahan fase sinyal.
2. Larangan belok kanan.
3. Larangan belok kiri langsung
3.3.2 Geometri
Perlu dilakukan perbaikan bila terjadi kerusakan geometri jalan supaya lalu lintas
pada suatu simpang lancar.
1. Pemanfaatan ruas jalan secara optimal.
2. Penambahan lebar pendekat.
3. Perbaikan jari-jari tikungan pada simpang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3.4. Lokasi dan Waktu yang Digunakan dalam Perhitungan
1. Nama simpang : Gemblegan
Lokasi : simpang Gemblegan Surakarta
Waktu : 2 jam
Pelaksanaan : pada jam puncak siang ( 06.00 – 08.00 )
Gambar 3.1. Simpang Gemblegan Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
2. Nama simpang : Gading
Lokasi : simpang Gading Surakarta
Waktu : 2 jam
Pelaksanaan : pada jam puncak pagi (11.00 – 13.00 )
Gambar 3.2. Simpang Gading Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3. Nama simpang : Baturono
Lokasi : simpang Baturono Surakarta
Waktu : 2 jam
Pelaksanaan : jam puncak sore ( 11.00 – 13.00 )
Gambar 3.3. Simpang Baturono Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
3.5 Perhitungan Kinerja Simpang
Untuk mengetahui kinerja simpang dilakukan survei. Diperoleh contoh dalam
diagram pada gambar 3.4 di bawah ini:
Ringkasan Prosedur Perhitungan
Gambar 3.4 Badan alir analisis simpang bersinyal
(Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia 1997)
PERUBAHAN
Ubah penentuan lebar
pendekat, fase sinyal,
aturan membelok dsb.
LANGKAH A: DATA MASUKAN
A-1 : Geometri, pengaturan lalu lintas dan
kondisi lingkungan
A-2 : Kondisi arus lalu lintas
LANGKAH B: PENGGUNAAN SINYAL
B-1 : Fase sinyal
B-2 : Waktu antara hijau dan hilang
LANGKAH C : PENENTUAN WAKTU
SINYAL
C-1 : Tipe pendekat
C-2 : Lebar pendekat efektif
C-3 : Arus jenuh dasar
C-4 : Faktor-faktor penyesuaian
C-5 : Rasio arus/arus jenuh
C-6 : Waktu siklus dan waktu hijau
LANGKAH D : KAPASITAS
D-1 : Kapasitas
D-2 : Keperluan untuk perubahan
LANGKAH E : PERILAKU LALULINTAS
E-1 : Persiapan
E-2 : Panjang antrian
E-3 : Kendaraan terhenti
E-4 : Tundaan
Bila DS > 0,85
Bila DS < 0,85
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
3.6 Diagram Alir Perencanaan
Gambar 3.5 Diagram Alir Perencanaan
Mulai
Persiapan
Data primer:
1. Data lalu lintas
2. Traffic light
3. Geometri
Data sekunder:
1. Peta lokasi survei
2. Harga satuan pekerjaan
Kinerja simpang:
Panjang antrian, derajat kejenuhan
dan tundaan.
DS > 0,85
ya
tidak
Perbaikan:
1. Traffic signal
2. Geometri
Perencanaan simpang:
1. Perubahan fase sinyal
2. Perambuan
3. Perubahan geometri tikungan (r)
4. Pelebaran bahu jalan
Tidak perlu
dilakukan
perbaikan.
selesai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
BAB 4
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum
4.1.1. Simpang Gemblegan, Surakarta
Ruas jalan Komondor Yos Sudarso dan jalan Veteran menjadi semacam koridor
utama dan pusat pelayanan lalu lintas kota Surakarta untuk arah barat daerah
Tipes, Baron, Laweyan, Kartasura dan sekitarnya. Mengacu pada karakteristik dan
kondisi eksisting kota Surakarta, dapat diperkirakan beberapa jenis pergerakan
yang ada di simpang Gemblegan, yaitu:
1. Pergerakan yang menuju luar kota Surakarta (Solo Baru, Wonogiri,
Sukoharjo dan sekitarnya) maupun sebaliknya.
2. Pergerakan menuju pusat pendidikan yaitu menuju Kampus di daerah
surakarta serta sekolah menengah yang ada di daerah Surakarta.
3. Pergerakan pada sektor ekonomi yang saling melengkapi antar dua daerah
atau lebih yang melewati simpang tersebut.
4.1.2. Simpang Gading, Surakarta
Simpang ini adalah merupakan simpang lanjutan dari simpang Gemblegan,
memiliki pergerakan lalu lintas yang hampir mirip dengan simpang Gemblegan.
Pada daerah simpang ini daerah sekitarnya lebih didominasi daerah comersil
dimana banyak pemukiman penduduk maupun pertokoan. Secara gambaran
umum simpang ini memiliki derajat kejenuhan yang lebih rendah dari simpang
Gemblegan, hal itu disebabkan karena salah satu kaki simpangnya (utara)
merupakan akses menuju Kraton Surakarta yang arus lalu lintasnya tidak besar.
4.1.3. Simpang Baturono, Surakarta
Simpang ini adalah merupakan simpang lanjutan dari simpang Gemblegan dan
simpang Gading, memiliki pergerakan lalu lintas yang hampir mirip dengan
simpang Gemblegan dan simpang Gading. Pada daerah simpang ini daerah
sekitarnya lebih didominasi daerah comersil dimana banyak pemukiman
penduduk maupun pertokoan. Secara gambaran umum yang membedakan
simpang Baturono dengan simpang Gemblegan dan simpang Gading yaitu kaki
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
simpang arah selatan merupakan akses jalan satu arah. Memiliki derajat kejenuhan
yang hampir sama dengan simpang Gemblegan.
4.2. Data Survei Geometri Simpang
4.2.1. Simpang Gemblegan, Surakarta
Simpang ini merupakan simpang empat bersinyal, 4 fase dengan terdapat median
untuk pendekat Utara dan Selatan dengan rincian sebagai berikut: Utara
(Jl.Komondor Yos Sudarso), Selatan (Jl.Komondor Yos Sudarso), Timur
(Jl.Veteran), Barat (Jl.Veteran).
Tabel 4.1. Data Geometri Simpang Gemblegan
Nama Jalan Lebar
( m ) Jumlah Lajur Median
Jl. Komondor Yos Sudarso 16,25 4 Ada (1m)
Jl. Komondor Yos Sudarso 15 4 Ada (1m)
Jl. Veteran 12,5 4 Tidak Ada
Jl. Veteran 12,5 4 Tidak Ada
Denah situasi geometrik simpang dapat dilihat pada gambar dibawah ini,
Gambar 4.1. Simpang Gemblegan Surakarta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Penentuan Wefektif
Gambar 4.1.a. Pendekat dengan dan tanpa pulau untuk penentuan Wefektif
a). Tanpa LTOR
Periksa lebar keluar (hanya untuk pendekat tipe P)
Jika WKELUAR < We x (1-PRT-PLTOR), We diberi nilai baru yang sama dengan
WKELUAR.
Contoh perhitungan:
Pendekat Selatan = WKELUAR < We x (1-PRT-PLTOR)
= 8m < 7,5m x (1-0,183-0)
= 8m < 6,1m (We = 8m)
tapi karena WKELUAR > We maka tetap digunakan We arah pendekat (S).
b). Dengan LTOR
We = WA - WLTOR
Contoh perhitungan:
Pendekat Utara = We = WA - WLTOR
= We = 8,25m – 2m = 6,25m
Tabel 4.1.a. Penentuan Wefektif simpang bersinyal gemblegan
Pendekat WA (m) We (m)
Arah pendekat
WLTOR (m) WKEUAR (m) We (m)
U 8,25 6,25 2 7,5 6,25
S 7,5 7,5 0 8 7,5
T 6,5 6,5 0 5,5 6,5
B 7 7 0 6 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
4.2.2. Simpang Gading, Surakarta
Simpang ini merupakan simpang empat bersinyal, 4 fase dengan tiap tiap
pendekat tidak memiliki median dengan rincian sebagai berikut: Utara
(Jl.Kasunanan), Selatan (Jl.Brigadir Jenderal Sudiarto), Timur (Jl.Veteran), Barat
(Jl.Veteran).
Tabel 4.2. Data Geometri Simpang Gading
Nama Jalan Lebar
( m ) Jumlah Lajur Median
Jl. Kasunanan 8 2 Tidak Ada
Jl. Brigadir Jenderal Sudiarto 13 4 Tidak Ada
Jl. Veteran 13 4 Tidak Ada
Jl. Veteran 13 4 Tidak Ada
Denah situasi geometrik simpang dapat dilihat pada gambar dibawah ini,
Gambar 4.2. Simpang Gading Surakarta
Tabel 4.2.a. Penentuan Wefektif simpang bersinyal gading
Pendekat WA (m) We (m)
Arah pendekat
WLTOR (m) WKEUAR (m) We (m)
U 4 4 0 7 4
S 6 6 0 4 6
T 5,5 5,5 0 6,5 5,5
B 6,5 6,5 0 7 6,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
4.2.3. Simpang Baturono, Surakarta
Simpang ini merupakan simpang empat bersinyal, 3 fase dengan tiap tiap
pendekat tidak memiliki median dengan rincian sebagai berikut: Utara (Jl.Kapten
Mulyadi), Selatan (Jl.Kapten Mulyadi), Timur (Jl.Veteran), Barat (Jl.Veteran).
Tabel 4.3. Data Geometri Simpang Baturono
Nama Jalan Lebar
( m ) Jumlah Lajur Median
Jl. Kapten Mulyadi 10,5 4 Tidak Ada
Jl. Kapten Mulyadi 7 1 Tidak Ada
Jl. Veteran 12 4 Tidak Ada
Jl. Veteran 12 4 Tidak Ada
Denah situasi geometrik simpang dapat dilihat pada gambar dibawah ini,
Gambar 4.3. Simpang Baturono Surakarta
Tabel 4.2.a. Penentuan Wefektif simpang bersinyal baturono
Pendekat WA (m) We (m)
Arah pendekat
WLTOR (m) WKEUAR (m) We (m)
U 5,5 5,5 0 7 5,5
T 6 6 0 6,5 6
B 5,5 5,5 0 6 5,5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
4.3. Data Volume Lalu Lintas
4.3.1 Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Simpang Gemblegan
1. Lokasi : Simpang Gemblegan kota Surakarta
Hari, Tanggal : Senin, 5 Maret 2012
Pendekat : Utara
Tabel 4.4. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl.Komondor Yos Sudarso
Jam 06.00 – 08.00
Pendekat : Selatan
Tabel 4.5. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl.Komondor Yos Sudarso
Jam 06.00 – 08.00
WAKTU LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
06.00 - 06.15 44 60 20 12 2 19 70 201 51 2 1 0
06.15 - 06.30 51 55 23 19 1 11 81 167 53 2 1 0
06.30 - 06.45 55 66 45 17 3 9 78 193 66 6 5 5
06.45 - 07.00 58 75 9 11 1 8 82 287 66 4 3 7
07.00 - 07.15 48 59 9 11 2 9 100 234 77 1 0 0
07.15 - 07.30 39 49 12 14 2 10 92 254 71 1 0 0
07.30 - 07.45 43 60 11 11 2 7 85 266 68 0 2 2
07.45 - 08.00 40 47 21 12 2 7 88 243 57 3 1 3
Jumlah 378 471 150 107 15 80 676 1845 509 19 13 17
(kendaraan)
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor Kend. Tak Bermotor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Pendekat : Timur
Tabel 4.6. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl.Veteran Jam 06.00 –
08.00
WAKTU LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
06.00 - 06.15 21 52 18 2 5 3 89 234 77 0 12 1
06.15 - 06.30 17 57 25 2 6 4 80 209 93 3 11 1
06.30 - 06.45 25 66 23 1 6 3 50 198 212 7 9 0
06.45 - 07.00 19 65 20 4 7 2 64 197 123 11 4 0
07.00 - 07.15 19 53 19 3 4 7 70 202 66 0 3 2
07.15 - 07.30 23 68 33 3 8 3 72 188 70 2 8 2
07.30 - 07.45 20 50 27 2 4 3 77 198 76 1 9 1
07.45 - 08.00 24 65 30 2 7 2 87 199 75 2 9 2
Jumlah 168 476 195 19 47 27 589 1625 792 26 65 9
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor Kend. Tak Bermotor
(kendaraan)
Pendekat : Barat
Tabel 4.7. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl.Veteran Jam 06.00 –
08.00
WAKTU LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
06.00 - 06.15 9 37 30 2 11 4 4 151 87 3 3 0
06.15 - 06.30 4 47 40 2 12 2 23 127 91 0 3 0
06.30 - 06.45 11 48 38 4 4 3 12 125 121 1 7 5
06.45 - 07.00 12 52 46 4 9 3 11 132 99 0 1 0
07.00 - 07.15 7 70 37 1 17 4 9 89 75 0 0 0
07.15 - 07.30 9 43 39 2 7 4 18 143 120 0 0 2
07.30 - 07.45 5 49 39 1 5 5 23 162 82 2 2 1
07.45 - 08.00 5 40 41 2 4 4 18 162 88 0 0 0
Jumlah 62 386 310 18 69 29 118 1091 763 6 16 8
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor Kend. Tak Bermotor
(kendaraan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
4.3.1.1 Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan SMP
1. Lokasi : Simpang Gemblegan kota Surakarta
Hari, Tanggal : Senin, 5 Maret 2012
Pendekat : Utara
Tabel 4.8. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan SMP
Jl.Komondor Yos Sudarso Jam 06.00 – 08.00
TOTAL
smp/15 menit
LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
06.00 - 06.15 23 33 6 0 3 3 8 29 2 107
06.15 - 06.30 17 49 11 0 3 0 11 36 2 128
06.30 - 06.45 20 37 11 1 4 5 9 41 4 132
06.45 - 07.00 19 66 4 1 4 1 9 24 6 134
07.00 - 07.15 23 42 7 1 3 0 13 25 5 119
07.15 - 07.30 33 50 8 1 1 0 11 40 3 149
07.30 - 07.45 17 48 8 1 3 1 8 56 4 147
07.45 - 08.00 17 40 5 1 3 0 10 37 2 116
Jumlah 169 365 60 8 22 10 79 288 28 1030
Kendaraan Ringan
emp terlindung = 1,0
smp = kend x empWAKTU
Kendaraan Berat
emp terlindung = 1,3
smp = kend x emp
Sepeda Motor
emp terlindung = 0,2
smp = kend x emp
Pendekat : Selatan
Tabel 4.9. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan SMP
Jl.Komondor Yos Sudarso Jam 06.00 – 08.00
TOTAL
smp/15 menit
LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
06.00 - 06.15 44 60 20 16 3 25 14 40 10 231
06.15 - 06.30 51 55 23 25 1 14 16 33 11 230
06.30 - 06.45 55 66 45 22 4 12 16 39 13 271
06.45 - 07.00 58 75 9 14 1 10 16 57 13 255
07.00 - 07.15 48 59 9 14 3 12 20 47 15 227
07.15 - 07.30 39 49 12 18 3 13 18 51 14 217
07.30 - 07.45 43 60 11 14 3 9 17 53 14 224
07.45 - 08.00 40 47 21 16 3 9 18 49 11 213
Jumlah 378 471 150 139 20 104 135 369 102 1868
emp terlindung = 1,0 emp terlindung = 1,3 emp terlindung = 0,2
WAKTUsmp = kend x emp smp = kend x emp
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor
smp = kend x emp
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Pendekat : Timur
Tabel 4.10. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan SMP
Jl.Veteran Jam 06.00 – 08.00
TOTAL
smp/15 menit
LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
06.00 - 06.15 21 52 18 3 7 4 18 47 15 184
06.15 - 06.30 17 57 25 3 8 5 16 42 19 191
06.30 - 06.45 25 66 23 1 8 4 10 40 42 219
06.45 - 07.00 19 65 20 5 9 3 13 39 25 198
07.00 - 07.15 19 53 19 4 5 9 14 40 13 177
07.15 - 07.30 23 68 33 4 10 4 14 38 14 208
07.30 - 07.45 20 50 27 3 5 4 15 40 15 179
07.45 - 08.00 24 65 30 3 9 3 17 40 15 206
Jumlah 168 476 195 25 61 35 118 325 158 1561
WAKTUsmp = kend x emp smp = kend x emp smp = kend x emp
emp terlindung = 1,3
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor
emp terlindung = 1,0 emp terlindung = 0,2
Pendekat : Barat
Tabel 4.11. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan SMP
Jl.Veteran Jam 06.00 – 08.00
TOTAL
smp/15 menit
LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
06.00 - 06.15 9 37 30 3 14 5 1 30 17 147
06.15 - 06.30 4 47 40 3 16 3 5 25 18 160
06.30 - 06.45 11 48 38 5 5 4 2 25 24 163
06.45 - 07.00 12 52 46 5 12 4 2 26 20 179
07.00 - 07.15 7 70 37 1 22 5 2 18 15 177
07.15 - 07.30 9 43 39 3 9 5 4 29 24 164
07.30 - 07.45 5 49 39 1 7 7 5 32 16 161
07.45 - 08.00 5 40 41 3 5 5 4 32 18 153
Jumlah 62 386 310 23 90 38 24 218 153 1303
smp = kend x emp smp = kend x emp smp = kend x emp
emp terlindung = 1,0 emp terlindung = 1,3 emp terlindung = 0,2
WAKTU
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
4.3.1.2 Mencari Jam Sibuk
Tabel 4.12. Penentuan Jam Sibuk Simpang Gemblegan
4.3.1.3 Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam Perhitungan
Selanjutnya pada Simpang Gemblegan
Pendekat : Utara
Tabel 4.13. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam Perhitungan
Selanjutnya Jl.Komondor Yos Sudarso
Pendekat : Selatan
Tabel 4.14. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam Perhitungan
Selanjutnya Jl.Komondor Yos Sudarso
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Pendekat : Barat
Tabel 4.15. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam Perhitungan
Selanjutnya Jl.Veteran
Pendekat : Timur
Tabel 4.16. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam Perhitungan
Selanjutnya Jl.Veteran Jam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
4.3.2 Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Simpang Gading
1. Lokasi : Simpang Gading kota Surakarta
Hari, Tanggal : Selasa, 6 Maret 2012
Pendekat : Utara
Tabel 4.17. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl.Kasunanan Jam 11.00 –
13.00
WAKTU LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
11.00 - 11.15 2 12 2 0 0 0 12 53 7 2 0 0
11.15 - 11.30 0 14 3 0 0 0 11 41 12 0 0 0
11.30 - 11.45 0 8 2 0 0 0 23 36 9 3 0 0
11.45 - 12.00 4 12 1 0 0 0 8 39 14 0 0 0
12.00 - 12.15 0 17 1 0 0 0 13 43 16 0 0 0
12.15 - 12.30 0 15 4 0 0 0 14 38 17 3 0 1
12.30 - 12.45 1 11 7 0 0 0 17 41 12 0 0 0
12.45 - 13.00 0 21 3 0 0 0 14 46 10 0 0 0
Jumlah 7 110 23 0 0 0 112 337 97 8 0 1
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor Kend. Tak Bermotor
(kendaraan)
Pendekat : Selatan
Tabel 4.18. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl.Brigadir Jenderal
Sudiarto Jam 11.00 – 13.00
WAKTU LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
11.00 - 11.15 18 2 42 1 0 6 55 23 230 1 0 4
11.15 - 11.30 19 0 51 2 0 1 63 31 254 3 0 0
11.30 - 11.45 24 1 59 2 0 4 68 33 234 2 1 2
11.45 - 12.00 25 4 62 4 0 13 51 29 150 1 3 1
12.00 - 12.15 24 2 48 2 0 13 70 19 158 1 1 1
12.15 - 12.30 24 2 53 1 0 13 72 28 218 0 1 7
12.30 - 12.45 22 6 55 3 0 5 67 27 237 0 0 0
12.45 - 13.00 37 3 49 4 0 14 74 30 245 0 0 1
Jumlah 193 20 419 19 0 69 520 220 1726 8 6 16
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor Kend. Tak Bermotor
(kendaraan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Pendekat : Timur
Tabel 4.19. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl.Veteran Jam 11.00 –
13.00
WAKTU LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
11.00 - 11.15 37 58 0 0 0 1 149 196 5 2 0 7
11.15 - 11.30 25 53 1 0 0 1 170 164 8 2 0 5
11.30 - 11.45 23 62 0 1 0 1 144 194 4 5 0 8
11.45 - 12.00 31 49 2 0 0 1 200 173 4 1 0 6
12.00 - 12.15 25 66 1 1 1 0 217 166 6 2 0 3
12.15 - 12.30 22 59 1 0 0 0 199 194 4 1 0 5
12.30 - 12.45 30 60 0 1 0 2 222 178 3 5 1 8
12.45 - 13.00 32 62 0 1 0 3 234 212 5 2 0 7
Jumlah 225 469 5 4 1 9 1535 1477 39 20 1 49
(kendaraan)
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor Kend. Tak Bermotor
Pendekat : Barat
Tabel 4.20. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl.Veteran Jam 11.00 –
13.00
WAKTU LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
11.00 - 11.15 1 32 19 0 3 3 23 207 115 0 5 3
11.15 - 11.30 3 54 20 0 16 6 31 253 99 1 12 0
11.30 - 11.45 0 67 31 0 12 9 29 272 88 1 18 0
11.45 - 12.00 1 34 18 0 6 7 27 234 83 2 11 5
12.00 - 12.15 2 35 34 0 8 12 30 254 95 0 17 0
12.15 - 12.30 0 34 19 0 10 23 23 223 111 0 15 2
12.30 - 12.45 1 42 28 0 12 14 19 233 128 5 13 0
12.45 - 13.00 1 46 30 0 17 11 22 228 103 1 12 0
Jumlah 9 344 199 0 84 85 204 1904 822 10 103 10
(kendaraan)
Sepeda Motor Kend. Tak BermotorKendaraan Ringan Kendaraan Berat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
4.3.2.1 Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan SMP
1. Lokasi : Simpang Gading kota Surakarta
Hari, Tanggal : Selasa, 6 Maret 2012
Pendekat : Utara
Tabel 4.21. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan SMP
Jl.Kasunanan Jam 11.00 – 13.00
TOTAL
smp/15 menit
LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
11.00 - 11.15 2 12 2 0 0 0 2 11 1 30
11.15 - 11.30 0 14 3 0 0 0 2 8 2 30
11.30 - 11.45 0 8 2 0 0 0 5 7 2 24
11.45 - 12.00 4 12 1 0 0 0 2 8 3 29
12.00 - 12.15 0 17 1 0 0 0 3 9 3 32
12.15 - 12.30 0 15 4 0 0 0 3 8 3 33
12.30 - 12.45 1 11 7 0 0 0 3 8 2 33
12.45 - 13.00 0 21 3 0 0 0 3 9 2 38
Jumlah 7 110 23 0 0 0 22 67 19 249
smp = kend x emp smp = kend x emp
Kendaraan Berat Sepeda Motor
emp terlindung = 1,0 emp terlindung = 1,3 emp terlindung = 0,2
WAKTU
Kendaraan Ringan
smp = kend x emp
Pendekat : Selatan
Tabel 4.22. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan SMP
Jl.Brigadir Jenderal Sudiarto Jam 11.00 – 13.00
TOTAL
smp/15 menit
LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
11.00 - 11.15 18 2 42 1 0 8 17 7 69 164
11.15 - 11.30 19 0 51 3 0 1 19 9 76 178
11.30 - 11.45 24 1 59 3 0 5 20 10 70 192
11.45 - 12.00 25 4 62 5 0 17 15 9 45 182
12.00 - 12.15 24 2 48 3 0 17 21 6 47 168
12.15 - 12.30 24 2 53 1 0 17 22 8 65 193
12.30 - 12.45 22 6 55 4 0 7 20 8 71 193
12.45 - 13.00 37 3 49 5 0 18 22 9 74 217
Jumlah 193 20 419 25 0 90 156 66 518 1486
WAKTUsmp = kend x emp
emp terlindung = 1,3 emp terlindung = 0,2
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor
smp = kend x emp smp = kend x emp
emp terlindung = 1,0
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Pendekat : Timur
Tabel 4.23. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan SMP
Jl.Veteran Jam 11.00 – 13.00
TOTAL
smp/15 menit
LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
11.00 - 11.15 37 58 0 0 0 1 30 39 1 166
11.15 - 11.30 25 53 1 0 0 1 34 33 2 149
11.30 - 11.45 23 62 0 1 0 1 29 39 1 156
11.45 - 12.00 31 49 2 0 0 1 40 35 1 159
12.00 - 12.15 25 66 1 1 1 0 43 33 1 172
12.15 - 12.30 22 59 1 0 0 0 40 39 1 161
12.30 - 12.45 30 60 0 1 0 3 44 36 1 175
12.45 - 13.00 32 62 0 1 0 4 47 42 1 189
Jumlah 225 469 5 5 1 12 307 295 8 1327
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor
emp terlindung = 1,0 emp terlindung = 1,3 emp terlindung = 0,2
WAKTUsmp = kend x emp smp = kend x emp smp = kend x emp
Pendekat : Barat
Tabel 4.24. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan SMP
Jl.Veteran Jam 11.00 – 13.00
TOTAL
smp/15 menit
LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
11.00 - 11.15 1 32 19 0 4 4 5 41 23 129
11.15 - 11.30 3 54 20 0 21 8 6 51 20 182
11.30 - 11.45 0 67 31 0 16 12 6 54 18 203
11.45 - 12.00 1 34 18 0 8 9 5 47 17 139
12.00 - 12.15 2 35 34 0 10 16 6 51 19 173
12.15 - 12.30 0 34 19 0 13 30 5 45 22 167
12.30 - 12.45 1 42 28 0 16 18 4 47 26 181
12.45 - 13.00 1 46 30 0 22 14 4 46 21 184
Jumlah 9 344 199 0 109 111 41 381 164 1358
WAKTU
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor
emp terlindung = 1,0 emp terlindung = 1,3 emp terlindung = 0,2
smp = kend x emp smp = kend x emp smp = kend x emp
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
4.3.2.2 Mencari Jam Sibuk
Tabel 4.25. Penentuan Jam Sibuk Simpang Gading
4.3.2.3 Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam Perhitungan
Selanjutnya pada Simpang Gading
Pendekat : Utara
Tabel 4.26. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam Perhitungan
Selanjutnya Jl.Kasunanan
Pendekat : Selatan
Tabel 4.27. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam Perhitungan
Selanjutnya Jl.Brigadir Jenderal Sudiarto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Pendekat : Timur
Tabel 4.28. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam Perhitungan
Selanjutnya Jl.Veteran
Pendekat : Utara
Tabel 4.29. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam Perhitungan
Selanjutnya Jl.Veteran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
4.3.3 Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Simpang Baturono
1. Lokasi : Simpang Baturono kota Surakarta
Hari, Tanggal : Kamis, 8 Maret 2012
Pendekat : Utara
Tabel 4.30. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl. Kapten Mulyadi Jam
11.00 – 13.00
WAKTU LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
11.00 - 11.15 17 48 42 0 13 6 74 127 130 7 0 9
11.15 - 11.30 17 39 51 0 20 1 80 145 151 9 0 10
11.30 - 11.45 18 50 59 0 21 4 91 97 134 7 0 3
11.45 - 12.00 18 62 51 0 14 3 70 83 150 6 0 9
12.00 - 12.15 16 35 62 0 18 3 73 111 158 4 0 12
12.15 - 12.30 18 35 48 0 18 3 78 74 118 7 0 1
12.30 - 12.45 10 43 53 0 17 5 69 94 137 2 0 5
12.45 - 13.00 19 46 55 0 27 5 88 93 141 7 0 4
Jumlah 133 358 421 0 148 30 623 824 1119 49 0 53
(kendaraan)
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor Kend. Tak Bermotor
Pendekat : Timur
Tabel 4.31. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl. Veteran Jam 11.00 –
13.00
WAKTU LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
11.00 - 11.15 2 37 12 0 3 1 8 196 83 2 3 7
11.15 - 11.30 5 25 15 0 2 1 12 164 67 2 12 5
11.30 - 11.45 4 23 13 1 1 1 7 194 72 5 12 8
11.45 - 12.00 1 31 19 0 5 1 8 173 74 1 11 6
12.00 - 12.15 2 25 17 1 3 0 19 166 88 2 10 3
12.15 - 12.30 4 22 12 0 3 0 11 194 78 1 5 5
12.30 - 12.45 4 30 21 1 3 2 8 178 66 5 12 8
12.45 - 13.00 1 32 19 1 1 3 10 212 88 2 13 7
Jumlah 23 225 128 4 21 9 83 1477 616 20 78 49
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor Kend. Tak Bermotor
(kendaraan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Pendekat : Barat
Tabel 4.32. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas Jl. Veteran Jam 11.00 –
13.00
WAKTU LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
11.00 - 11.15 75 42 3 6 3 0 251 209 23 12 12 0
11.15 - 11.30 56 46 3 8 16 1 258 251 30 7 15 0
11.30 - 11.45 63 32 3 11 12 0 213 262 27 4 5 0
11.45 - 12.00 74 54 5 13 6 0 293 234 25 7 18 0
12.00 - 12.15 63 67 2 6 8 2 250 254 29 7 15 0
12.15 - 12.30 56 34 4 4 4 0 273 223 32 4 17 1
12.30 - 12.45 33 35 4 2 10 0 209 233 36 7 18 0
12.45 - 13.00 49 34 5 8 12 0 388 228 42 8 13 0
Jumlah 469 344 29 58 71 3 2135 1894 244 56 113 1
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor Kend. Tak Bermotor
(kendaraan)
4.3.3.1 Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan SMP
1. Lokasi : Simpang Baturono kota Surakarta
Hari, Tanggal : Kamis, 8 Maret 2012
Pendekat : Utara
Tabel 4.33. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan SMP
Jl.Kapten Mulyadi Jam 11.00 – 13.00
TOTAL
smp/15 menit
LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
11.00 - 11.15 17 48 42 0 17 8 15 25 26 198
11.15 - 11.30 17 39 51 0 26 1 16 29 30 210
11.30 - 11.45 18 50 59 0 27 5 18 19 27 224
11.45 - 12.00 18 62 51 0 18 4 14 17 30 214
12.00 - 12.15 16 35 62 0 23 4 15 22 32 209
12.15 - 12.30 18 35 48 0 23 4 16 15 24 182
12.30 - 12.45 10 43 53 0 22 7 14 19 27 195
12.45 - 13.00 19 46 55 0 35 7 18 19 28 226
Jumlah 133 358 421 0 192 39 125 165 224 1657
WAKTU
Kendaraan Ringan
smp = kend x emp
emp terlindung = 0,2
smp = kend x emp smp = kend x emp
Kendaraan Berat Sepeda Motor
emp terlindung = 1,0 emp terlindung = 1,3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Pendekat : Timur
Tabel 4.34. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan SMP
Jl.Veteran Jam 11.00 – 13.00
TOTAL
smp/15 menit
LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
11.00 - 11.15 2 37 12 0 4 1 2 59 25 142
11.15 - 11.30 5 25 15 0 3 1 4 49 20 122
11.30 - 11.45 4 23 13 1 1 1 2 58 22 126
11.45 - 12.00 1 31 19 0 7 1 2 52 22 135
12.00 - 12.15 2 25 17 1 4 0 6 50 26 131
12.15 - 12.30 4 22 12 0 4 0 3 58 23 127
12.30 - 12.45 4 30 21 1 4 3 2 53 20 138
12.45 - 13.00 1 32 19 1 1 4 3 64 26 152
Jumlah 23 225 128 5 27 12 25 443 185 1073
emp terlindung = 1,0
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat Sepeda Motor
smp = kend x emp smp = kend x emp
emp terlindung = 1,3 emp terlindung = 0,2
WAKTUsmp = kend x emp
Pendekat : Barat
Tabel 4.35. Rekapitulasi Pencacahan Arus Lalu Lintas dalam Satuan SMP
Jl.Veteran Jam 11.00 – 13.00
TOTAL
smp/15 menit
LTOR ST RT LTOR ST RT LTOR ST RT
11.00 - 11.15 75 42 3 8 4 0 50 42 5 228
11.15 - 11.30 56 46 3 10 21 1 52 50 6 245
11.30 - 11.45 63 32 3 14 16 0 43 52 5 228
11.45 - 12.00 74 54 5 17 8 0 59 47 5 268
12.00 - 12.15 63 67 2 8 10 3 50 51 6 259
12.15 - 12.30 56 34 4 5 5 0 55 45 6 210
12.30 - 12.45 33 35 4 3 13 0 42 47 7 183
12.45 - 13.00 49 34 5 10 16 0 78 46 8 246
Jumlah 469 344 29 75 92 4 427 379 49 1868
Sepeda Motor
emp terlindung = 1,0 emp terlindung = 1,3 emp terlindung = 0,2
WAKTUsmp = kend x emp smp = kend x emp smp = kend x emp
Kendaraan Ringan Kendaraan Berat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
4.3.3.2 Mencari Jam Sibuk
Tabel 4.36. Penentuan Jam Sibuk Simpang Baturono
4.3.3.3 Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam Perhitungan
Selanjutnya pada Simpang Gading
Pendekat : Utara
Tabel 4.37. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam Perhitungan
Selanjutnya Jl.Kapten Mulyadi
Pendekat : Timur
Tabel 4.38. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam Perhitungan
Selanjutnya Jl.Veteran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Pendekat : Barat
Tabel 4.39. Data Arus Lalu Lintas yang Digunakan dalam Perhitungan
Selanjutnya Jl.Veteran
4.4. Data Masukan Dan Pembahasan
a. Geometrik, Pengaturan Lalu-Lintas dan Kondisi Lingkungan
Informasi untuk diisi pada bagian atas Form SIG-I:
1) Umum
Isilah tanggal, Dikerjakan oleh, Kota, Simpang, Hal dan Waktu pada judul
formulir.
2) Ukuran kota
Masukkan jumlah penduduk perkotaan (ketelitian 0,1 jt penduduk).
3) Fase dan waktu sinyal
Pada kotak-kotak di bawah judul Formulir SIG-1 untuk menggambar diagram
diagram fase yang ada (jika ada). Masukkan waktu hijau (g) dan waktu antar
hijau (IG) yang ada pada setiap kotak, dan masukkan waktu siklus dan waktu
hilang total (LTI=∑IG) untuk kasus yang ditinjau (jika ada).
4) Belok kiri Iangsung
Tunjukkan dalam diagram-diagram fase dalam pendekat-pendekat mana
gerakan belok kiri langsung diijinkan atau tidak (gerakan membelok tersebut
dapat dilakukan dalam semua fase tanpa memperhatikan sinyal).
Pada bagian tengah dari formulir SIG I untuk membuat sketsa simpang tersebut
dan masukkan semua data masukan geometrik yang diperlukan:
a) Denah dan posisi dari pendekat-pendekat, pulau-pulau lalu-lintas, garis henti,
penyeberangan pejalan kaki, marka lajur dan marka panah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
b) Lebar (ketelitian sampai sepersepuluh meter terdekat) dari bagian pendekat
yang diperkeras, tempat masuk dan ke luar. Informasi ini juga dimasukkan
dibagian bawah formulir.
c) Panjang lajur dengan panjang terbatas (ketelitian sampai meter terdekat).
d) Gambar suatu panah yang menunjukkan arah Utara pada sketsa.
Keterangan:
Kolom (1) : Kode pendekatan yang digunakan penempatan arah (Utara,
Selatan, Timur dan Barat).
Kolom (2) : Tipe lingkungan jalan (COM = Komersial, RES = Pemukiman, RA
= Akses terbatas).
Kolom (3) : Tingkat Hambatan Samping (Tinggi: Besar arus berangkat pada
tempat masuk dan keluar berkurang oleh karena aktivitas di samping
jalan pada pendekat seperti angkutan umum berhenti, pejalan kaki
berjalan sepanjang atau melintasi pendekat, keluar-masuk halaman di
samping jalan. Rendah: Besar arus berangkat pada tempat masuk dan
keluar tidak berkurang oleh hambatan samping dari jenis-jenis yang
disambut di atas).
Kolom (4) : Median (jika terdapat median pada bagian kanan dari garis henti
dalam pendekatan).
Kolom (5) : Kelandaian (kelandaian dalam %, naik = +%; turun = - %).
Kolom (6) : Belok kiri langsung (LTOR diijinkan Ya/Tidak pada pendekat).
Kolom (7) : Jarak ke Kendaraan Parkir (jarak normal antara garis henti dan
kendaraan pertama yang diparkir disebelah hulu pendekatan).
Kolom (8) : Lebar pendekat WA merupakan lebar dari bagian pendekat yang
diperkeras, diukur dibagian tersempit disebelah hulu (m).
Kolom (9) : Lebar pendekat WMASUK merupakan lebar dari bagian pendekat
yang diperkeras, diukur pada garis henti (m).
Kolom (10) : Lebar pendekat WLTOR merupakan dari bagian pendekat yang
diperkeras, yang digunakan untuk belok kiri langsung.
Kolom (11) : Lebar pendekat WE merupakan lebar dari bagian yang diperkeras,
yang digunakan dalam perhitungan kapasitas (yaitu dengan
pertimbangan terhadap WA, WMASUK, WLTOR dan gerakan lalu
lintas membelok, (m).
b. Data Arus Lalu Lintas (SIG II)
Data survei arus lalu lintas simpang Gemblegan, Gading dan Baturono pada jam
puncak pagi dan jam puncak siang. Dimulai pagi hari pukul 06.00-08.00 dan siang
hari pukul 11.00-13.00. Data berupa volume arus kendaraan yang melewati
simpang tersebut. Arus kendaraan yang terdiri dari kendaraan bermotor dan
kendaraan tak bermotor. Kemudian data dijadikan dalam satuan smp/jam dengan
menggunakan Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997 (MKJI 1997).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Cara memasukkan hasil survei arus lalu lintas dengan menggunakan MKJI 1997
lebih akurat dan efisien dari pada menghitung dengan secara manual. Setelah
dimasukkan hasil survei didalam MKJI 1997 khususnya dalam SIG II diketahui
besarnya arus lalu lintas yang melewati Simpang tersebut pada jam puncak.
Keterangan:
Kolom (1) : Kode pendekat terdiri arah Utara, Selatan, Timur dan Barat.
Kolom (2) : Arah arus kendaraan terdiri LT/LTOR (belok kiri/belok kiri
langsung), ST (lurus), RT (belok kanan).
Kolom (3) : Jumlah arus kendaraan/jam pada kendaraan ringan (LV).
Kolom (4) : Hasil kali kendaraan/jam dengan emp terlindung = 1,0 pada
kendaraan ringan (LV) (smp/jam).
Kolom (5) : Hasil kali kendaraan/jam dengan emp terlawan = 1,0 pada
kendaraan ringan (LV) (smp/jam).
Kolom (6) : Jumlah rus kendaraan/jam pada kendaraan berat (HV).
Kolom (7) : Hasil kali kendaraan/jam dengan emp terlindung = 1,3 pada
kendaraan berat (HV) (smp/jam).
Kolom (8) : Hasil kali kendaraan/jam dengan emp terlawan = 1,3 pada
kendaraan berat (HV) (smp/jam).
Kolom (9) : Jumlah arus kendaraan/jam pada sepeda motor (MC).
Kolom (10) : Hasil kali kendaraan/jam dengan emp terlindung = 0,2 pada sepeda
motor (MC) (smp/jam).
Kolom (11) : Hasil kali kendaraan/jam dengan emp terlawan = 0,4 pada sepeda
motor (MC) (smp/jam).
Kolom (12) : Hasil total seluruh kendaraan/jam.
Kolom (13) : Hasil total kendaraan terlindung (smp/jam).
Kolom (14) : Hasil total kendaraan terlawan (s,p/jam).
Kolom (15) : Rasio kendaraan belok kiri (PLT).
(PLT =
Kolom (16) : Rasio kendaraan belok kanan (PRT).
(PRT = .
Kolom (17) : Jumlah arus kendaraan tak bermotor (UM).
Kolom (18) : Rasio kendaraan tak bermotor (PUM).
c. Data Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang (SIG III)
Data yang terdiri dari Lalu Lintas Berangkat, Lalu Lintas Datang dan Waktu
Merah Semua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
d. Waktu Antar Hilang (SIG III)
1. Lalu Lintas Berangkat
Kolom (1) : Pendekat (Utara, Selatan, Timur dan Barat).
Kolom (2) : Kecepatan VEV (m/det).
Dimana:
VEV: kecepatan masing-masing untuk kendaraan yang
berangkat (m/det). Namun dalam MKJI untuk nilai VEV = 10
m/det (kendaraan bermotor), tergantung dari komposisi lalu
lintas dan kondisi kecepatan pada lokasi, dapat dipilih dengan
ketiadaan aturan di Indonesia akan hal ini.
2. Lalu Lintas Datang
Kolom (1) : Pendekat (Utara, Selatan, Timur dan Barat).
Kolom (2) : Kecepatan VAV (m/det).
Dimana:
VAV: kecepatan masing-masing untuk kendaraan yang datang
(m/det). Namun dalam MKJI untuk nilai VAV = 10 m/det
(kendaraan bermotor), tergantung dari komposisi lalu lintas dan
kondisi kecepatan pada lokasi, dapat dipilih dengan ketiadaan
aturan di Indonesia akan hal ini.
Kolom (3) : Jarak berangkat (LEV) - datang (LAV) (m).
Dimana:
(LEV) dan (LAV) jarak dari garis henti ke titik masing-masing
untuk kendaraan yang berangkat dan yang datang (m/det). IEV :
panjang kendaraan yang berangkat (m). namun dalam MKJI
untuk nilai IEV = 5 m (LV atau HV) dan 2 m (MC atau UM),
tergantung dari komposisi lalu lintas dan kondisi kecepatan pada
lokasi, dapat dipilih dengan ketiadaan aturan di Indonesia akan
hal ini.
Kolom (4) : Waktu berangkat (VEV) - datang (VAV) (m/det).
Dimana:
(VEV) dan (VAV) kecepatan masing-masing untuk kendaraan
yang berangkat dan yang datang (m/det). IEV : panjang
kendaraan yang berangkat (m). namun dalam MKJI:
untuk nilai VAV = 10 m/det
(kendaraan bermotor),
untuk nilai VEV = 10 m/det
(kendaraan bermotor)
3 m/det (kendaraan bermotor)
1,2 m/det (pejalan kaki), tergantung
dari komposisi lalu lintas dan kondisi
kecepatan pada lokasi, dapat dipilih
dengan ketiadaan aturan di Indonesia
akan hal ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
3. Waktu Merah Semua
Dapat dimasukkan dalam rumus sebagai berikut:
Merah semua =
e. Waktu Hilang
Waktu hilang (LTI) merupakan jumlah semua periode antar hijau dalam
siklus yang lengkap (det).
Waktu hilang total (LTI) dapat dihitung dengan waktu merah semua total
ditambah dengan waktu kuning.
f. Data Waktu Sinyal dan Kapasitas (SIG IV)
Keterangan:
Kolom (1) : Pendekat (Utara, Selatan, Timur dan Barat).
Kolom (2) : Nomor dari fase yang masing-masing pendekat atau geraknya
mempunyai nyala hijau.
Kolom (3) : Tipe dari setiap pendekat, terlindung (P) atau terlawan (O).
Kolom (4) : Rasio kendaraan berbelok kiri langsung (PLTOR).
Kolom (5) : Rasio kendaraan berbelok kiri (PLT).
Kolom (6) : Rasio kendaraan berbelok kanan (PRT).
Kolom (7) : Arus lurus arah dari.
Kolom (8) : Arus lurus arah dalam.
Kolom (9) : Lebar efektif WE (m).
Kolom (10) : Nilai dasar (SO)
Untuk tipe arus terlindung (P)
SO = 600 x WE
Sedangkan untuk arus terlawan (O) dapat dicari dengan
menggunakan grafik MKJI.
Kolom (11) : Tipe pendekat ukuran kota (FCS) dapat dilihat dalam table 2.4.
Kolom (12) : Tipe pendekat hambatan samping (FSF).
Kolom (13) : Tipe pendekat kelandaian (FG) dapat dilihat dalam grafik 2.6.
Kolom (14) : Tipe pendekat parkir (FP) dapat dilihat dalam grafik 2.7. dan dapat
dicari dengan rumus:
Kolom (15) : Tipe pendekat terlindung belok kanan (FRT) dapat dilihat dalam
grafik 2.9.
Kolom (16) : Tipe pendekat terlindung belok kanan (FLT) dapat dilihat dalam
grafik 2.8.
Kolom (17) : Nilai arus jenuh yang disesuaikan (S) dapat dihitung dengan rumus:
S = So x Fcs x FSF x FG x Fp x FRT x FLT smp/ jam hijau
Kolom (18) : Arus lalu lintas (Q) smp/jam.
Kolom (19) : Rasio arus (FR), dihitung dengan rumus:
FR = Q/S
Kolom (20) : Rasio fase (PR).
Kolom (21) : Waktu hijau (det).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Kolom (22) : Kapasitas (C), dihitung dengan rumus:
C = S x g / c
Kolom (23) : Derajat kejenuhan (DS), dapat dihitung dengan rumus:
DS = Q/C
g. Panjang Antrian, Jumlah Kendaraan Terhenti, Tundaan (SIG V)
Keterangan:
Kolom (1) : Kode pendekat terdiri arah Utara, Selatan, Timur dan Barat.
Kolom (2) : Arus lalu lintas (Q) smp/jam.
Kolom (3) : Kapasitas (C), dihitung dengan rumus:
C = S x g /c
Kolom (4) : Derajat kejenuhan (DS), dapat dihitung dengan rumus:
DS = Q/C
Kolom (5) : Rasio hijau (GR), dapat dihitung dengan rumus:
GR = g/c
Kolom (6) : Jumlah kendaraan antri (smp) (NQ1) yang tersisa dari fase hijau
sebelumnya, dapat dihitung dengan rumus:
NQ1 = 0.25 x C x
Untuk DS > 0.5 ; selain dari itu NQ1= 0
Kolom (7) : Jumlah kendaraan antri (smp) (NQ2) yang dating selama fase
merah, dapat dihitung dengan rumus:
Kolom (8) :
Jumlah kendaraan antri yang tersisa dari fase hijau sebelumnya
(smp) ditambah jumlah kendaraan antri yang dating selama fase
merah, dapat dihitung dengan rumus:
NQ = NQ1 + NQ2
Kolom (9) : Jumlah arus kendaraan antri max (NQMAX), dapat dilihat dengan
grafik 2.10.
Kolom (10) : Panjang antrian dengan mengalikan luas rata-rata yang digunakan
per smp (20m2).
Kolom (11) : Angka henti masing-masing pendekat.
Kolom (12) : Angka henti seluruh simpang dengan cara membagi jumlah
kendaraan terhenti pada seluruh pendekat dengan arus simpang total.
Kolom (13) : Tundaan lalu lintas rata-rata pendekat (DT) pengaruh timbal balik
dengan gerakan-gerakan lainnya.
Kolom (14) : Tundaan geometri rata-rata (DG) akibat perlambatan dan
percepatan ketika menunggu giliran pada suatu simpang.
Kolom (15) : Tundaan rata-rata (smp/jam), dapat dihitung dengan rumus:
D = DT + DG
Kolom (16) : Tundaan total (smp/jam), dapat dihitung dengan rumus:
D x Q.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
4.4.1 Simpang Gemblegan Surakarta
Tabel 4.40. Geometri, Pengaturan Lalu Lintas, dan Lingkungan pada Simpang
Gemblegan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Tabel 4.41. Arus Lalu Lintas Pagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Tabel 4.42. Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Tabel 4.43. Penentuan Waktu Sinyal dan Kapasitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Tabel 4.44. Panjang Antrian, Jumlah Kendaraan Terhenti dan Tundaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
4.4.1.1. Kinerja Simpang Gemblegan setelah desain ulang
Dengan menambah pelebaran pada beberapa kaki simpang
Skenario ini dibuat berdasarkan kondisi asli pergerakan lalu lintasnya yang
belok kiri langsung, tetapi juga melihat dari aturan yang benar bahwa belok
kiri tidak diijinkan tanpa adanya rambu tambahan, maka penyusun mencoba
untuk mengubah jumlah lajur asli dari dua lajur menjadi tiga lajur, maka
dengan itu perlu ditambahkan pelebaran pada sisi luar yang bertujuan untuk
kendaraan belok kiri langsung. Pelebaran dilakukan hanya pada arah
pendekat Selatan, Timur dan Barat saja dengan rincian sebagai berikut
pelebaran 2m SELATAN
W A (m) W entry (m) W ltor (m)
Eksiting 7,5 7,5 0
setelah pelebaran 9,5 3,75 2
pelebaran 2m TIMUR
W A (m) W entry (m) W ltor (m)
Eksiting 6,5 6,5 0
setelah pelebaran 8,5 3,25 2
pelebaran 2m BARAT
W A (m) W entry (m) W ltor (m)
Eksiting 7 7 0
setelah pelebaran 9 3,5 2
Hal yang perlu diubah dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini
a) Pada tabel formulir SIG – I diubah pada kolom lebar pendekat yaitu pada
kolom Wentry dan WLTOR otomatis menjadi lebih besar bila dibandingkan
dengan kondisi eksiting karena ditambah pelebaran .Pada kolom WLTOR
yang pada kondisi eksiting lebar 2 meter diubah dengan menambah
jumlah pelebaran.
b) Pada tabel SIG – II tidak terjadi perubahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
c) Pada tabel SIG – III perlu diubah pada kolom arus lalu lintas datang ( jarak
datang – jarak berangkat ) karena terjadi perubahan pada Wentry ( Sig – I )
yang mempengaruhi titik konflik kendaraan pada jarak datangnya.
d) Pada tabel SIG – IV diubah pada kolom 9 berisi lebar efektif (WE)
berdasar pada sig – I, secara otomatis perhitungan akan berubah dengan
sendirinya.Walaupun demikian tetap dilakukan pengecekan ulang secara
manual.
e) Pada SIG – V akan berubah dan dihitung kembali untuk pengecekan
Setelah dilakukan perhitungan ulang pada simpang Gemblegan Surakarta hasil
perbandingaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.44.a. Resume hasil perbandingan perhitungan ulang simpang.
Dari hasil perhitungan ulang diatas dengan pelebaran jalan pendekat dapat dilihat
telah terjadi perubahan nilai yang menunjukan kinerja simpang Gemblegan
Surakarta menjadi lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari penurunan jumlah
nilai Derajat kejenuhan (DS),Panjang antrian (QL) maupun Tundaan rata rata (D)
dari tiap tiap kaki simpangnya. Dari hasil perhitungan ulang pada simpang ini
pada desain yang memiliki kinerja simpang yang lebih baik yaitu dengan
mengubah pergerakan LTOR menjadi LT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
4.4.2 Simpang Gading Surakarta
Tabel 4.45. Geometri, Pengaturan Lalu Lintas, dan Lingkungan pada Simpang
Gading
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Tabel 4.46. Arus Lalu Lintas Siang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
Tabel 4.47. Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
Tabel 4.48. Penentuan Waktu Sinyal dan Kapasitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Tabel 4.49. Panjang Antrian, Jumlah Kendaraan Terhenti dan Tundaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
4.4.2.1. Kinerja Simpang Gading setelah desain ulang
Dengan menambah pelebaran pada beberapa kaki simpang
Skenario ini dibuat berdasarkan kondisi asli pergerakan lalu lintasnya yang
belok kiri langsung, tetapi juga melihat dari aturan yang benar bahwa belok
kiri tidak diijinkan tanpa adanya rambu tambahan, maka penyusun mencoba
untuk mengubah jumlah lajur asli dari dua lajur menjadi tiga lajur, maka
dengan itu perlu ditambahkan pelebaran pada sisi luar yang bertujuan untuk
kendaraan belok kiri langsung. Pelebaran dilakukan hanya pada arah
pendekat Selatan dan Timur saja dengan rincian sebagai berikut
pelebaran 2m SELATAN
W A (m) W entry (m) W ltor (m)
Eksiting 6 6 0
setelah pelebaran 8 3 2
pelebaran 2m TIMUR
W A (m) W entry (m) W ltor (m)
Eksiting 5,5 5,5 0
setelah pelebaran 7,5 2,75 2
Hal yang perlu diubah dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini
a) Pada tabel formulir SIG – I diubah pada kolom lebar pendekat yaitu pada
kolom Wentry dan WLTOR otomatis menjadi lebih besar bila dibandingkan
dengan kondisi eksiting karena ditambah pelebaran .Pada kolom WLTOR
yang pada kondisi eksiting lebar 2 meter diubah dengan menambah
jumlah pelebaran.
b) Pada tabel SIG – II tidak terjadi perubahan.
c) Pada tabel SIG – III perlu diubah pada kolom arus lalu lintas datang ( jarak
datang – jarak berangkat ) karena terjadi perubahan pada Wentry ( Sig – I )
yang mempengaruhi titik konflik kendaraan pada jarak datangnya.
d) Pada tabel SIG – IV diubah pada kolom 9 berisi lebar efektif (WE)
berdasar pada sig – I, secara otomatis perhitungan akan berubah dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
sendirinya.Walaupun demikian tetap dilakukan pengecekan ulang secara
manual.
e) Pada SIG – V akan berubah dan dihitung kembali untuk pengecekan
Setelah dilakukan perhitungan ulang pada simpang Gading Surakarta hasil
perbandingaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.49.a. Resume hasil perbandingan perhitungan ulang simpang.
Dari hasil perhitungan ulang diatas dengan pelebaran jalan pendekat dapat dilihat
telah terjadi perubahan nilai yang menunjukan kinerja simpang Gemblegan
Surakarta menjadi lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari penurunan jumlah
nilai Derajat kejenuhan (DS),Panjang antrian (QL) maupun Tundaan rata rata (D)
dari tiap tiap kaki simpangnya. Dari hasil perhitungan ulang pada simpang ini
pada desain yang memiliki kinerja simpang yang lebih baik yaitu dengan
mengubah pergerakan LTOR menjadi LT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
4.4.3 Simpang Baturono Surakarta
Tabel 4.50. Geometri, Pengaturan Lalu Lintas, dan Lingkungan pada Simpang
Baturono
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Tabel 4.51. Arus Lalu Lintas Siang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Tabel 4.52. Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Tabel 4.53. Penentuan Waktu Sinyal dan Kapasitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Tabel 4.54. Panjang Antrian, Jumlah Kendaraan Terhenti dan Tundaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
4.4.3.1. Kinerja Simpang Baturono setelah desain ulang
Dengan menambah pelebaran pada beberapa kaki simpang
Skenario ini dibuat berdasarkan kondisi asli pergerakan lalu lintasnya yang
belok kiri langsung, tetapi juga melihat dari aturan yang benar bahwa belok
kiri tidak diijinkan tanpa adanya rambu tambahan, maka penyusun mencoba
untuk mengubah jumlah lajur asli dari dua lajur menjadi tiga lajur, maka
dengan itu perlu ditambahkan pelebaran pada sisi luar yang bertujuan untuk
kendaraan belok kiri langsung. Pelebaran dilakukan hanya pada arah
pendekat Utara Timur dan Barat saja dengan rincian sebagai berikut
pelebaran 2m UTARA
W A (m) W entry (m) W ltor (m)
Eksiting 5,5 5,5 0
setelah pelebaran 7,5 2,75 2
pelebaran 2m TIMUR
W A (m) W entry (m) W ltor (m)
Eksiting 6 6 0
setelah pelebaran 8 3 2
pelebaran 2m BARAT
W A (m) W entry (m) W ltor (m)
Eksiting 5,5 5,5 0
setelah pelebaran 7,5 2,75 2
Hal yang perlu diubah dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini
a) Pada tabel formulir SIG – I diubah pada kolom lebar pendekat yaitu pada
kolom Wentry dan WLTOR otomatis menjadi lebih besar bila dibandingkan
dengan kondisi eksiting karena ditambah pelebaran .Pada kolom WLTOR
yang pada kondisi eksiting lebar 2 meter diubah dengan menambah
jumlah pelebaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
b) Pada tabel SIG – II tidak terjadi perubahan.
c) Pada tabel SIG – III perlu diubah pada kolom arus lalu lintas datang ( jarak
datang – jarak berangkat ) karena terjadi perubahan pada Wentry ( Sig – I )
yang mempengaruhi titik konflik kendaraan pada jarak datangnya.
d) Pada tabel SIG – IV diubah pada kolom 9 berisi lebar efektif (WE)
berdasar pada sig – I, secara otomatis perhitungan akan berubah dengan
sendirinya.Walaupun demikian tetap dilakukan pengecekan ulang secara
manual.
e) Pada SIG – V akan berubah dan dihitung kembali untuk pengecekan
Setelah dilakukan perhitungan ulang pada simpang Baturono Surakarta hasil
perbandingaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.54.a. Resume hasil perbandingan perhitungan ulang simpang.
Dari hasil perhitungan ulang diatas dengan pelebaran jalan pendekat dapat dilihat
telah terjadi perubahan nilai yang menunjukan kinerja simpang Baturono
Surakarta menjadi lebih baik. Hal tersebut dapat dilihat dari penurunan jumlah
nilai Derajat kejenuhan (DS),Panjang antrian (QL) maupun Tundaan rata rata (D)
dari tiap tiap kaki simpangnya. Dari hasil perhitungan ulang pada simpang ini
pada desain yang memiliki kinerja simpang yang lebih baik yaitu dengan
mengubah pergerakan LTOR menjadi LT.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
BAB 5
RENCANA ANGGARAN BIAYA DAN
TIME SCHEDULE PADA ALTERNATIF
5.1. Analisa Perhitungan Volume Pekerjaan Untuk Simpang
Gemblegan
5.1.1. Penghitungan Volume Pekerjaan Tanah
1. Pengupasan Tanah.
Pendekat Selatan (S)
Luas = Panjang x Lebar Jalan
= 100 m x 2,575 m
= 257,5 m²
Pendekat Timur (T)
Luas = Panjang x Lebar Jalan
= 100 m x 2,575 m
= 257,5 m²
Pendekat Barat (B)
Luas = Panjang x Lebar Jalan
= 100 m x 2,575 m
= 257,5 m²
Luas total = 257,5 m² + 257,5 m² + 257,5 m²
= 772,5 m²
2. Persiapan Badan Jalan (m²).
Pendekat Selatan (S)
Luas = Lebar lapis pondasi bawah x Panjang jalan
= 2,575 m x 100 m
= 257,5 m²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
Pendekat Timur (T)
Luas = Lebar lapis pondasi bawah x Panjang jalan
= 2,575 m x 100 m
= 257,5 m²
Pendekat Barat (B)
Luas = Lebar lapis pondasi bawah x Panjang jalan
= 2,575 m x 100 m
= 257,5 m²
Luas Total = 257,5 m² + 257,5 m² + 257,5 m²
= 772,5 m²
3. Galian Biasa (m³)
H = 50 cm = 0,5 m
Gambar 5.1. Sket potongan melintang Selatan, Timur dan Barat
Luas galian tanah (S) = ( 2 m + 0,575 ) x 100 m = 257,5 m²
Volume = 257,5 x 0,5
= 128,75 m³
Luas galian tanah (T) = 257,5 m²
Volume = 128,75 m³
Luas galian tanah (B) = 257,5 m²
Volume = 128,75 m³
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
Volume Galian = 128,75 m³ + 128,75 m³ + 128,75 m³
= 386,25 m³
5.1.2. Penghitungan Volume Pekerjaan Perkerasan
1. Lapis Permukaan (LASTON)
Gambar 5.2. Sket lapis permukaan ( utara, timur, dan barat )
V = 100075,02
15,22
= 16 m³
Vtotal = V (selatan) + V (timur) + V (barat)
= 16 m³ + 16 m³ + 16 m³
= 48 m³
2. Lapis Resap Pengikat (Prime Coat)
Luas ( S ) = Lebar pondasi atas x Panjang jalan
= 2 m x 100 m
= 200 m²
Luas ( T ) = Lebar pondasi atas x Panjang jalan
= 2 m x 100 m
= 200 m²
Luas ( B ) = Lebar pondasi atas x Panjang jalan
= 2 m x 100 m
= 200 m²
Luas Total = 600 m²
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
3. Lapis Pondasi Atas
Gambar 5.3. Sket lapis pondasi atas (utara, timur, dan barat)
Luas I = 2 m x 0,20 m
= 0,40 m²
Luas II = 0,2 m x 0,075 m
= 0,015 m²
Luas III = (0,275 m x 0,20 m)/2
= 0,0275 m²
Luas total = 0,40 m² + 0,015 m² + 0,0275 m²
= 0,4425 m²
V = 0,4425 m² x 100m
= 44,25 m³
Vtotal = V (selatan) + V (timur) + V (barat)
= 44,25 m³ + 44,25 m³ + 44,25 m³
= 132,75 m³
4. Lapis Pondasi Bawah
Gambar 5.4. Sket lapis pondasi bawah (utara, timur, dan barat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Luas I = 2 m x 0,30 m
= 0,60 m²
Luas II = 0,3 m x 0,275 m
= 0,0825 m²
Luas III = (0,30 m x 0,30 m)/2
= 0,045 m²
Luas total = 0,60 m² + 0,825 m² + 0,045 m²
= 0,7275 m²
V = 0,7275 m² x 100 m
= 72,75 m³
Vtotal = V (selatan) + V (timur) + V (barat)
= 72,75 m³ + 72,75 m³ + 72,75 m³
= 218,25 m³
5.1.3. Penghitungan Volume Pekerjaan Pelengkap
1. Pekerjaan Pengecatan Marka Jalan
Ukuran marka
Gambar 5.5. Sket marka jalan
Luas Marka = 100 m x 0,1 m
= 10 m²
Luas Total = 10 m² + 10 m² + 10 m²
= 30 m²
2. Rambu Jalan
Rambu lalu-lintas 3 buah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
5.2. Analisa Perhitungan Waktu Pelaksanaan Proyek
5.2.1 Pekerjaan Umum
1. Pekerjaan pengukuran diperkirakan dikerjakan selama 1 hari.
2. Pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi diperkirakan dikerjakan selama 1 hari.
3. Pembuatan papan nama proyek diperkirakan selama 1 hari.
4. Pembuatan Direksi Keet diperkirakan selama 1 hari.
5. Pekerjaan administrasi dan dokumentasi dilakukan selama proyek berjalan.
5.2.1. Pekerjaan Tanah
1. Pekerjaan pengupasan tanah:
Luas Lahan = 772,5 m²
Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas kerja untuk tenaga
diperkirakan 900 m²/hari
Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan pengupasan
tanah jika terdapat 1 regu kerja
= hari86,0900
772,51 hari
2. Pekerjaan persiapan badan jalan:
Luas Lahan = 772,5 m²
Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas kerja Vibratory Roller
adalah 250 m²/jam x 7 jam =1.750 m2
Misal digunakan 1 Vibratory Roller maka waktu yang dibutuhkan untuk
pekerjaan pembersihan :
hari44,01750
772,51 hari
3. Pekerjaan galian tanah:
Volume galian = 386,25 m³
Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas kerja Excavator adalah
285,71 m³/jam x 7 jam = 2.000 m3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Misal digunakan 1 buah Excavator maka waktu yang dibutuhkan untuk
pekerjaan galian :
hari1hari44,01750
386,25
5.2.2. Pekerjaan Perkerasan
1. Pekerjaan LPB (Lapis Pondasi Bawah):
Volume = 218,25 m³
Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas kerja Vibratory Roller
adalah 46,73 m²/jam x 7 jam =327,103 m2
Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan LPB :
hari 0,667103,327
218,251 hari
2. Pekerjaan LPA (Lapis Pondasi Atas):
Volume = 132,75 m3
Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas kerja Vibratory Roller
diperkirakan = 56,18 m³ x 7 jam = 393,26 m3
Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan LPA :
hari338,026,393
132,751 hari
3. Pekerjaan Prime Coat:
Luas perkerjaan untuk Prime Coat adalah 600 m2
Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas kerja Asphalt Sprayer
diperkirakan 333.33 m2/jam
x 7 jam = 2.333
Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan prime coat :
hari257,0333.2
3201 hari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
4. Pekerjaan LASTON:
Volume = 48 m3
Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas kerja Asphalt Finisher
diperkirakan 14,43 x 7 jam = 101,01 m3
Maka waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan LASTON =
hari475,001,101
481 hari
5.2.3. Pekerjaan Pelengkap
1. Pekerjaan marka jalan:
Luas = 30 m2
Kemampuan pekerjaan per hari berdasar kuantitas tenaga kerja diperkirakan
93,33 m2
Waktu yang dibutuhkan untuk pekerjaan marka :
= hari1321,033,93
30
2. Pekerjaan rambu jalan diperkirakan selama 1 hari.
5.3. Analisa Perhitungan Harga Satuan Pekerjaan
Perhitungan harga satuan pekerjaan dihitung dengan cara mengalikan volume
dengan upah atau harga tenaga /material dan peralatan,kemudian dijumlah
dikalikan 10 % (Overhead dan Profit).Hasil dari jumlah biaya ditambah dengan
hasil Overhead dan Profit dinamakan Harga Satuan Pekerjaan.
perhitungan pekerjaan penyiapan badan jalan:
a. Tenaga
1. Pekerja (jam) ; Volume 0,0161 ; Upah Rp 5.500,00
Biaya = Volume x Upah
= 0,0161 x 5.500,00
= 88,55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
2. Mandor (jam) ; Volume 0,004 ; Upah Rp 9.000,00
Biaya = Volume x Upah
= 0,004 x 5.714,29
= 36
Total biaya tenaga = 124,55
b. Peralatan
1. Motor Grader (jam) ; Volume 0,0025 ; Harga Rp 220.000,00
Biaya = Volume x Upah
= 0,0025 x 220.000,00
= 550
2. Vibro Roller (jam) ; Volume 0,004 ; Harga Rp 170.000,00
Biaya = Volume x Upah
= 0,004 x 170.000,00
= 680
3. Water Tanker (jam) ; Volume 0,0105 ; Harga Rp 108.000,00
Biaya = Volume x Upah
= 0,0105 x 108.000,00
= 1.134
Total biaya peralatan = 9.864
Total biaya tenaga dan peralatan = 9.988,55 (A)
Overhead dan Profit 10 % x (A) = 998,855 (B)
Harga Satuan Pekerjaan (A + B) = 10.987,405
5.4. Analisa Perhitungan Bobot Pekerjaan
Perhitungan bobot pekerjaan dihitung dengan membandingkan harga tiap
pekerjaan dengan jumlah harga pekerjaan (dalam persen).
Bobot = %100pekerjaan hargaJumlah
pekerjaan tiapargah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Contoh perhitungan :
Bobot pekerjaan pengukuran = %100pekerjaan hargaJumlah
pekerjaan tiapargah
= %100.344,00Rp.143.255
,00Rp.500.000
= 0,34 %
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Tabel 5.1. Rekapitulasi Perkiraan Waktu Pekerjaan
Dari hasil analisis perhitungan waktu pelaksanaan, analisis harga satuan pekerjaan
dan perhitungan bobot pekerjaan, maka dapat dibuat Rencana Anggaran Biaya
(RAB) dan Time Schedule pelaksanaan proyek dalam bentuk Bar Chard dan
Kurva S (Lampiran).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari hasil perhitungan yang dilakukan tentang kinerja simpang empat Gemblegan,
simpang empat Gading dan simpang empat Baturono dengan metode MKJI
1997,ternyata pada semua simpang memiliki derajat kejenuhan (DS) lebih tinggi
yang mendekati 0,85. Berikut adalah hasilnya:
a) Simpang empat Gemblegan
Eksiting Redesain Eksiting Redesain Eksiting Redesain Eksiting Redesain Eksiting Redesain Eksiting Redesain
U 19 12 0,890 0,799 87 52 1,070 1,019 91,4 48,0
S 41 16 0,881 0,782 148 60 0,931 0,934 62,9 40,2
T 37 19 0,895 0,777 148 70 0,967 0,917 69,0 38,0
B 28 16 0,883 0,786 120 64 0,977 0,939 74,3 40,6
Angka Henti (NS)
(stop/smp)
Tundaan (D)
(det/smp)
Waktu Hijau (g)
(detik)
Waktu Siklus (c)
(detik)
Derajat Kejenuhan
(DS)Pendekat
143 81
(m)
Panjang Antrian (QL)
b) Simpang empat Gading
Eksiting Redesain Eksiting Redesain Eksiting Redesain Eksiting Redesain Eksiting Redesain Eksiting Redesain
U 8 15 0,873 0,430 59 39 1,399 0,788 110,5 41,4
S 24 16 0,837 0,804 103 74 0,952 0,972 55,1 55,1
T 35 18 0,834 0,814 117 73 0,918 0,993 47,7 56,2
B 25 34 0,852 0,576 104 78 0,958 0,752 55,0 32,4
Pendekat
Waktu Hijau (g) Waktu Siklus (c) Derajat Kejenuhan Panjang Antrian (QL) Angka Henti (NS) Tundaan (D)
(detik) (detik) (DS) (m) (stop/smp) (det/smp)
111 102
c) Simpang empat Baturono
Eksiting Redesain Eksiting Redesain Eksiting Redesain Eksiting Redesain Eksiting Redesain Eksiting Redesain
U 37 17 0,891 0,715 155 59 0,966 0,853 54,7 21,7
T 17 9 0,875 0,685 80 37 1,067 0,941 74,4 28,0
B 50 13 0,893 0,691 172 46 0,929 0,896 46,0 24,6
(det/smp)Pendekat
Waktu Hijau (g) Waktu Siklus (c) Derajat Kejenuhan Panjang Antrian (QL) Angka Henti (NS)
117 52
Tundaan (D)
(detik) (detik) (DS) (m) (stop/smp)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Setelah dilakukan perhitungan ulang pada ketiga simpang maka dapat
disimpulkan bahwa untuk lebih mengoptimalkan kinerja simpang tersebut adalah
dengan melakukan pelebaran jalan sesuai dengan perhitungan.
6.2. Saran
Untuk lebih mengoptimakan kinerja simpang perlu dilakukan pengkajian serta
perhitungan ulang dengan berbagai desian yang sesuai dengan keadaan simpang,
tentunya dengan memperhatikan bahwa dalam desain ulang tersebut harus dapat
diterima oleh berbagai pihak serta dapat dipertanggung jawabkan sebagaimana
mestinya. Selain itu dalam melakukan desain ulang juga harus memperhatikan
kondisi eksiting simpang tersebut. Apabila memang harus dilakukan pelebaran
pada kaki simpangnya perlu diperhatikan biaya yang harus dikeluarkan.
Dalam lingkup pengerjaan ini, pada ketiga simpang disarankan untuk dilakukan
pelebaran pada beberapa kaki simpangnya sehingga terjadi perubahan jumlah
lajurnya dari 2 lajur menjadi 3 lajur.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
PENUTUP
Demikian Tugas Akhir Evaluasi Kinerja Pada Simpang Bersinyal Gemblegan,
simpang Gading dan simpang Baturono telah selesai kami susun.
Semoga apa yang telah kami sajikan ini dapat menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai Teknik Lalu Lintas khususnya masalah kinerja pada simpang
baik di bangku kuliah maupun di lapangan.
Kami menyadari Tugas Akhir ini jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan, maka kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan laporan ini selanjutnya.
Akhirnya kami mengharapkan semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
DAFTAR PUSTAKA
MKJI, 1997, Manual Kapasitas Jalan Indonesia, DEPARTEMEN PEKERJAAN
UMUM DIREKTORAT JENDRAL BINA MARGA, Jakarta.
Wiranto Edi, 2011, Evaluasi Kinerja Dan Manajemen Simpang Ngemplak Kota
Surakarta, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Rahmi Yulita N,2010, Evaluasi Kinerja Simpang Dan Manajemen Pada Simpang
Kartasura, Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
http://google.map.co.id/
ix
Top Related