ISSN 2599-2449 (Print)
ISSN 2599-1280 (Online)
EDITORIAL TEAM
Editor in Chief : Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM)
Managing Editor : dr. I Made Dharmadi, MPH., PKK
Associate Editor : Nyoman Trisna Aryanata, S.Psi., M.A.
Editorial Boards : Prof. dr. I Dewa Putu Sutjana, PFK., M.Erg.
dr. I Gusti Ngurah Mayun, Sp.Hk
dr. I Gusti Lanang Rudiartha, MHA
Assistant Editors : I Putu Prisa Jaya, S.Pd., M.Fis.
dr. IB Amertha
Layout Editor : Agus Dedi Santosa S.Kom.
Marketing Manager : I Wayan Karyawan, S.Si, M.Si.
Reviewers : Prof. Dr. Ir. IB Putra Manuaba (Udayana University)
Prof Dr. dr. Mulyanto, Sp.PD (Udayana University)
Dr. dr. Ketut Suega, Sp.PD (KHOM) (Udayana
University)
Prof. dr. Putu Sutisna, DTM&H., Sp.ParK
(Warmadewa University)
Prof. Dr. dr. Ngurah Mahardika (Udayana University)
Prof. Dr. I Made Sutajaya, M.Kes (Ganesha
University of Education)
Prof. Dr. dr. Sri Maliawan, Sp.BS(K) (Udayana
University)
Publisher : Department of Research and Community Services, Bali
International University (Lembaga Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Bali
Internasional).
Publisher’s Address : Jl. Seroja Gang Jeruk No. 9A, Kel. Tonja, Kec.
Denpasar Utara, Denpasar – Bali, Indonesia 80239
Phone: +62 (0361) 474 7770.
Email: [email protected]
Web: http://ejournal.unbi.ac.id/index.php/BHJ
Bali Health Journal (BHJ) is an
official journal published by
Department of Research and Community Services of Bali
International University (Lembaga
Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat Universitas Bali Internasional). BHJ aims to provide
an information space for
researchers, educators, students,
health practitioners, and the general public who have an interest in health
sciences. We accept research papers
and literature reviews of various
topics in Health Sciences. The fields in health sciences covered by BHJ
are biochemistry, biotechnology,
biomedics, engineering,
epidemiology, genetics, nursing, pharmacology, pharmacy, public
health, health management,
psychology, physical therapy, and
medicine.
All accepted manuscripts will be
reviewed by independent reviewers
from various universities with relevant expertise, followed by an
editor's endorsement before being
published.
Bali Health Journal is published
twice a year, in May and November.
S-i
ISSN 2599-2449 (Print)
ISSN 2599-1280 (Online)
TABLE OF CONTENT
VOLUME 3 ISSUE 2 SUPPLEMENT 2 2020
Pengantar Editor................................................................................................................. S-ii
Gambaran Risiko Bahaya Kerja Pada Pabrik Tahu di Kelurahan Tonja
Ni Luh Gede Aris Maytadewi Negara, Ni Made Norma Ningrat ...................................... S65
Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Pada Murid TK Denpasar
Agnes Ayu Biomi, Ni Putu Diana Swandewi .................................................................... S70
Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja Lingkungan Kerja
Pada Masa Pandemi COVID-19 di Kedai Kopi XX
Komang Angga Prihastini, I Gusti Agung Haryawan ....................................................... S75
Analisis Kecelakaan Kerja Pada Penggalian Batu Pasir di
Desa Pejaten - Tabanan
Ni Luh Gede Aris Maytadewi negara, I Dewa Putu Sutjana ............................................. S82
Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Anak TK
Tentang Pendidikan Keselamatan
Cokorda Istri Dharmayanti, Agnes Ayu Biomi, Willy Heince Karubaba ......................... S87
Pendampingan Terhadap Masyarakat Dalam Pembuatan Minyak Kelapa
(Virgin Coconut Oil) Supaya Berkualitas Tinggi di Desa Senganan, Jatiluwih,
Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali
I Wayan Karyawan, I Gusti Agung Haryawan .................................................................. S93
Manuscript Guidelines ....................................................................................................... S99
Pedoman Penulisan Naskah ............................................................................................. S106
Subscription Guidelines (Petunjuk Berlangganan) .......................................................... S112
LP2M UNIVERSITAS BALI INTERNASIONAL
S-ii
ISSN 2599-2449 (Print)
ISSN 2599-1280 (Online)
PENGANTAR EDITOR
Editor’s Note
Meninjau Peran Ahli K3 Dalam Kasus-Kasus Kesehatan dan Keselamatan Dunia Kerja
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi produktivitas karyawan. Resiko kecelakaan serta penyakit akibat kerja sering
terjadi karena program K3 tidak berjalan dengan baik. Hal ini dapat berdampak pada tingkat
produktivitas karyawan. Pada umumnya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor yaitu
manusia dan lingkungan. Faktor manusia yaitu tindakan tidak aman dari manusia seperti
sengaja melanggar peraturan keselamatan kerja yang diwajibkan atau kurang terampilnya
pekerja itu sendiri. Sedangkan faktor lingkungan yaitu keadaan tidak aman dari lingkungan
kerja yang menyangkut antara lain peralatan atau mesin-mesin. Perlindungan tenaga kerja dari
bahaya dan penyakit akibat kerja atau akibat dari lingkungan kerja sangat dibutuhkan oleh
karyawan agar karyawan merasa aman dan nyaman dalam menyelesaikan pekerjaannya.
Tenaga kerja yang sehat akan bekerja produktif, sehingga diharapkan produktivitas kerja
karyawan meningkat.
Dengan begitu pentingnya peranan K3 dalam dunia kerja, kami menerbitkan edisi Bali
Health Journal Volume 3 Issue 2 Supplement 2, dimana terdiri dari 6 artikel mengenai peran
K3 dalam dunia kerja.
Artikel pertama memiliki judul Gambaran Risiko Bahaya Kerja Pada Pabrik Tahu Di
Kelurahan Tonja. Identifikasi bahaya kerja dilakukan untuk mengetahui risiko Bahaya yang
mungkin muncul di pabrik tahu sehingga bisa dilakukan manajement risiko yang tepat agar
tidak terjadi kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat kerja
Artikel kedua berjudul “Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan Pada Murid TK
Dharmapatni Denpasar”. Kecelakaan dapat terjadi dimana saja, kapan saja dan oleh siapa saja.
Kecelakaan merupakan kondisi yang tidak diharapkan yang dapat terjadi karena unsur
ketidaksengajaan. Oleh karena itu tidak terkecuali anak – anak, bisa mengalami kecelakaan
karena usia mereka yang masih dini dan perlu pengawasan serta pendampingan untuk terhindar
dari kecelakaan. Faktor keamanan dan keselamatan perlu diajarkan sejak dini bagi anak baik
di sekolah maupun di rumah. Di sekolah, anak – anak dalam hal ini murid TK masih perlu diawasi dan dibimbing mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan serta mana yang aman dan
tidak aman di sekolah,maka kerjasama orangtua dan guru sangat penting untuk mencegah
terjadinya kecelakaan
Artikel ketiga memiliki judul Implementasi kesehatan dan keselamatan kerja pada
lingkungan kerja di masa pandemi Covid-19 di kedai kopi XX. Identifikasi dilakukan untuk
mengetahui bagaimana penerapan protokol kesehatan yang merupakan salah satu program K3
yang harus diimplementasikan oleh pengelola usaha pada masa pandemic covid-19
S-iii
Artikel keempat memiliki judul Analisis Kecelakaan Kerja Pada Penggalian Batu Pasir
Di Desa Pejaten – Tabanan. Artikel ini mengkaji keselamatan kerja pada pekerja industri
informal yang khas pada wilayah Pejaten,Tabanan, Bali, yakni penggali batu pasir. Industri
sektor formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia.
Tenaga kerja sektor informal adalah tenaga kerja yang bekerja pada segala jenis pekerjaan
tanpa ada perlindungan negara dan atas usaha tersebut tidak dikenakan pajak. Industri
penggalian batu pasir di Desa Pejaten merupakan salah satu contoh industri informal, industri
tersebut di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak lain dapat menimbulkan
dampak negatif salah satunya kecelakaan kerja. Hal ini bertujuan untuk melihat angka
kecelakaan kerja yang terjadi pada proses penggalian batu pasir, sehingga dapat diterapkan
metode yang tepat pada proses penggalian batu pasir, dengan harapan angka kecelakaan kerja
dapat berkurang atau tidak terjadi.
Artikel kelima tentang “Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Anak TK Tentang Safety Education (Pendidikan Keselamatan).” Pengenalan Budaya
Keselamatan dikalangan anak anak TK sangat penting, karena dilihat dari aktivitas dan
tindakan anak mempunyai resiko yang dapat mengancam dirinya sendiri. Pemahaman anak
mengenal bahaya dilingkungan bermainnya baik itu didalam kelas ataupun diluar ruangan dan
pemahaman mengenai bahaya sangat perlu diberikan kepada anak anak dengan cara yang
inovatif sehingga anak TK bisa lebih memahami bahaya disekitar mereka dan cara
menanganinya. Sehingga Pendidikan Keselamatan (Safety Education) sangat penting diberikan
dalam pengajaran anak anak TK bila perlu dimasukan kekurikulum pendidikan
Artikel keenam berjudul Pendampingan Terhadap Masyarakat Dalam Pembuatan
Minyak Kelapa (Virgin Coconut Oil) Supaya Berkualitas Tinggi Di Desa Senganan Jatiluih
Kabupaten Tabanan. Pohon kelapa telah lama dikenal oleh masyarakat dan merupakan
tumbuhan penting yang tersebar luas. Begitu halnya di Desa Senganan hampir seluruh
penduduk memiliki pohon kelapa. Sebagian besar buah kelapa dimanfaatkan untuk dijadikan
minyak. Masyarakat di Desa Senganan diberikan pendampingan terhadap proses pembuatan
minyak kelapa berkualitas (Virgin Coconut Oil) yang bebas dari bau tengik.
Penting bagi pelaku ahli K3 untuk mengetahui serta menangani masalah-masalah K3
di tempat kerja. Semoga dengan diterbitkan artikel yang ada dalam edisi suplemen Bali Health
Journal ini dapat memberikan manfaat serta pengetahuan bagi khayalak pembaca.
Editor in Chief,
I Made Bakta
BHJ 3(2) Supplement 2 2020
BALI HEALTH JOURNAL ISSN 2599-1280 [Online]; ISSN 2599-2449 [Print]
http://ejournal.unbi.ac.id/index.php/BHJ
GAMBARAN RISIKO BAHAYA KERJA PADA PABRIK TAHU
DI KELURAHAN TONJA
Ni Luh Gede Aris Maytadewi Negara 1, Ni Made Norma Ningrat2
1,2 Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Universitas Bali Internasional
ABSTRAK
Latar belakang: Setiap jenis dan tempat kerja baik pada pekerja formal maupun informal memiliki bahaya dan risiko yang
dapat menyebabkan kecelakaan kerja dan kesehatan kerja. Umumnya, pekerja sektor informal kurang memiliki kesadaran
dan pengetahuan tentang bahaya di lingkungan kerja. Pabrik tahu merupakan industri yang bergerak disektor informal yang
memiliki potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja, sehingga dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran risiko bahaya kerja pada pabrik tahu di Kelurahan Tonja. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan analisis
kualitatif. Dilakukan identifikasi bahaya dan identifikasi risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3) pada pada pabrik tahu
di Kelurahan Tonja. Hasil: Hasil identifikasi bahaya diantaranya suhu panas dari aktivitas pembakaran tungku dan
pemasakan, lantai licin, luka bakar akibat tersulut api dari tungku pembakaran, penyimpanan bahan baku tidak tersusun rapi, alat kerja tidak tersusun rapi, uap panas dari aktivitas pemasakan, asap dari aktivitas pembakaran tungku, debu kayu dari
aktivitas pembakaran tungku, bahan kimia yang berasal dari bahan baku [asam cuka], lingkungan kurang bersih, proses
pembuatan tahu yang kurang hygienis, sikap kerja yang tidak ergonomis, gerakan repetitif/berulang akibat pekerjaan yang
dilakukan, kelelahan kerja, karena jam kerja melebihi 8jam/hari, dan pekerja tidak menggunakan APD. Hasil identifikasi Risiko terdapat risiko keluhan muskuloskeletal, risiko jatuh, risiko terkena gangguan pernapasan, serta risiko penyakit kulit .
Kata kunci: Bahaya, Risiko, Pabrik Tahu
ABSTRACT
Background: Every type and place of work in both formal and informal workers has hazards and risks that can cause
occupational accidents and occupational health. Generally, informal sector workers lack awareness and knowledge about
hazards in the work environment. Tofu factory is an industry that operates in the informal sector that has potential hazards
and risks of work accidents, so research is conducted to find an overview of the risks of occupational hazards in tofu
factories in Kelurahan Tonja. Method: This research is descriptive with a qualitative analysis approach. Hazard
identification and occupational health and safety (K3) risks were identified at the tofu factory in Kelurahan Tonja. Results:
Hazard identification results, heat temperatures from furnace and cooking combustion activities, slippery floors, burns due to
ignition from the furnace, storage of raw materials are not neatly arranged, work tools are not neatly arranged, hot steam
from cooking activities, smoke from combustion activities stoves, wood dust from furnace combustion activities, chemicals
derived from raw materials [vinegar], less clean environment, less hygienic tofu making processes, non-ergonomic work
attitudes, repetitive movements due to work, work fatigue, because working hours exceed 8 hours / day, and workers do not
use APD. Risk identification results there is a risk of musculoskeletal complaints, the risk of falling, the risk of respiratory
problems, and the risk of skin diseases.
Keywords: Danger, Risk, Tofu Factory
Korespondensi:
Ni Luh Gede Aris Maytadewi Negara
Email: [email protected]
Riwayat Artikel: Diterima 30 Oktober 2019
Disetujui 15 Januari 2020
Dipublikasikan 30 Januari 2020
Negara & Ningrat
S66
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
PENDAHULUAN
Sektor informal memiliki peran
yang besar di negara-negara sedang
berkembang termasuk Indonesia. Sektor
informal adalah sektor yang tidak
teroganisasi, tidak teratur, dan
kebanyakan legal tetapi tidak terdaftar.
Lapangan pekerjaan di sektor informal ini
sangat beraneka ragam jenisnya.
Sebagian besar bidang usaha sektor ini
dikategorikan sebagai usaha mikro, kecil
dan menengah (UMKM). Bidang-bidang
tersebut sering kali kurang mendapat
perhatian dari pemerintah. Setiap jenis
dan tempat kerja baik pada pekerja
formal maupun informal memiliki risiko
bahaya yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja maupun penyakit akibat
kerja. Pada umumnya, para pekerja sektor
informal kurang memiliki kesadaran dan
pengetahuan tentang bahaya di
lingkungan kerjanya.
Kelurahan Tonja memiliki sektor
informal yang bergerak dibidang
pengolahan kacang kedelai yaitu pabrik
tahu. Proses produksinya terdapat
kegiatan yang menimbulkan risiko
kecelakaan kerja di mulai dengan proses
distribusi bahan baku, pengolahan,
pencetakan, penyimpanan, dan distribusi
produk jadi. Seluruh kegiatan operasional
yang dilakukan di Pabrik Tahu memiliki
berbagai macam potensi bahaya
diantaranya bahaya fisik meliputi
konstruksi, mesin, ruang kerja, suhu,
cahaya. Bahaya kimia meliputi bahan
kimia yang digunakan sebagai zat
pengental pada adonan kedelai agar
menjadi tahu. Bahaya ergonomi meliputi
gerakan berulang, postur/posisi kerja,
pengangkutan manual, desain tempat
kerja/alat/mesin.
Pada penelitian ini, peneliti hanya
melakukan identifikasi risiko bahaya
kerja, karena di pabrik tahu Kelurahan
Tonja belum pernah di lakukan
identifikasi risiko bahaya kerja.
Identifikasi di analisis berdasarkan
tahapan pekerjaan untuk mengetahui
potensi bahaya dan risiko keselamatan
dan kesehatan kerja.
Pabrik tahu ini setiap harinya
memproduksi makanan dari olahan
kacang kedelai, serta waktu kerja dimulai
dari pukul 07.00 – 20.00 Wita dan
memiliki 5 (lima) orang karyawan.
Pabrik tahu ini berdiri kurang lebih 5
tahun, dan belum pernah dilakukan
identifikasi bahaya kerja, padahal dari
hasil observasi terdapat banyak risiko dan
bahaya yang dapat menyebabkan
kecelakaan kerja ataupun penyakit akibat
kerja. Kondisi tersebut yang menjadi latar
belakang peneliti untuk melakukan
identifikasi risiko bahaya kerja di
lingkungan kerja pabrik tahu Kelurahan
Tonja. Menyadari hal tersebut maka
peneliti tertarik untuk melakukan
identifikasi risiko bahaya kerja dengan
metode HIRADC (Hazard Identification,
Risk Assesment and Determining
Control) pada area produksi untuk
mengetahui potensi-potensi bahaya dan
risiko kecelakaan kerja ataupun penyakit
akibat kerja yang mungkin terjadi.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif.
Penelitian ini dilakukan di Pabrik Tahu
Kelurahan Tonja, yang memilik 5 orang
pekerja dan 1 orang pemilik. Waktu
penelitian dilaksanakan pada bulan
Desember 2019. Pengumpulan data
diperoleh dari wawancara kepada
informan dan observasi untuk
mengetahui suatu risiko bahaya di
lingkungan kerja. Observasi dilakukan
dengan metode HIRADC untuk
mengidentifikasi bahaya dan risiko.
Teknik triangulasi dilakukan untuk
membandingkan hasil observasi dan
wawancara bahwa data yang diperoleh
berdasarkan data yang faktual bukan
hanya sekedar kebetulan.
Gambaran Resiko Bahaya Kerja
S67
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
HASIL
Adapun gambaran hasil analisis
risiko bahaya kerja pada pabrik tahu,
diklasifikasikan menjadi empat, yaitu
bahaya fisik, bahaya kimia, bahaya
biologi dan ergonomi.
Tabel 1 Hasil Analisis Risiko Bahaya Fisik
No. Bahaya
1 Suhu panas dari aktivitas pembakaran
tungku dan pemasakan
2 Lantai licin
3 Luka bakar akibat tersulut api dari
tungku pembakaran
4 Penyimpanan bahan baku dan alat tidak
tersusun rapi
Tabel 2 Hasil Analisis Risiko Bahaya Kimia
No. Bahaya
1 Uap panas dari aktivitas pemasakan
2 Asap dari aktivitas pembakaran tungku
3 Debu kayu dari aktivitas pembakaran
tungku
4 Bahan kimia yang berasal dari bahan
baku (asam cuka)
Tabel 3 Hasil Analisis Risiko Bahaya Biologi
No. Bahaya
1 Lingkungan kurang bersih
2 Proses pembuatan tahu yang kurang
hygienis
Tabel 4 Hasil Analisis Risiko Bahaya Ergonomi
No. Bahaya
1 Sikap kerja yang tidak ergonomis
2 Gerakan repetitif/berulang akibat
pekerjaan yang dilakukan
3 Kelelahan kerja, karena jam kerja
melebihi 8jam/hari
4 Pekerja tidak menggunakan APD
PEMBAHASAN
Bahaya yang ada di pabrik tahu
dapat di klasifikasikan berdasarkan
sumber bahaya dan jenis bahaya. Pabrik
tahu memiliki jenis bahaya fisik, yaitu
suhu panas dari aktivitas pembakaran
tungku dan pemasakan, lantai licin, luka
bakar akibat tersulut api dari tungku
pembakaran, penyimpanan bahan baku
dan alat kerja tidak tersusun rapi. Bahaya
kimia yang terdapat di pabrik tahu, yaitu
uap yang panas dari aktivitas pemasakan,
asap dari aktivitas pembakaran tungku,
debu kayu dari aktivitas pembakaran
tungku, dan bahan kima yang berasal dari
bahan baku [asam cuka]. Bahaya biologi,
yaitu lingkungan yang kurang bersih dan
proses pembuatan tahu yang kurang
hygieneis. Bahaya ergonomi, sikap kerja
yang tidak ergonomis dan gerakan
repetitif/berulang akibat pekerjaan yang
dilakukan, kelelahan kerja akibat jam
kerja melebihi 8 jam/hari, pekerja tidak
menggunakan APD. Hal ini sejalan
dengan teori Arifin, klasifikasi bahaya
terdiri dari bahaya fisik, bahaya kimia,
bahaya biologi, dan bahaya ergonomi [1].
Risiko yang mungkin terjadi di
pabrik tahu berdasarkan identifikasi
risiko adalah uap/suhu yang panas, asap
dan aroma yang tidak sedap dari
pembuangan sisa limbah tahu dapat
menyebabkan risiko gangguan
pernapasan dan dehidrasi, tempat yang
kotor yang dapat menyebabkan infeksi
bakteri pada pekerja, lantai yang licin
dapat berisiko pekerja mengalami
terpeleset. Bahaya kimia yang berasal
dari bahan baku yaitu asam cuka dapat
berisiko pekerja mengalami gatal-gatal
pada kulit seperti penyakit kulit
dermatitis, serta sikap kerja yang tidak
ergonomis dan gerakan repetitif/berulang
dapat berisiko pekerja mengalami
keluhan muskuloskeletal, tersulut api
karena proses pembakaran dari tungku
dapat berisiko menyebabkan luka bakar,
penyimpanan bahan baku dan alat yang
tidak tersusun rapi dapat berisiko bagi
pekerja untuk tersandung, debu kayu dari
sisa pembakaran yang dapat
menyebabkan gangguan sistem
pernapasan. Hasil penelitian ini sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ferdian di industri tahu di kota
tanggerang membuktikan bahwa dari 4
pabrik tahu yang telah diteliti, pekerja di
industri pabrik tahu berisiko mengalami
penyakit kulit yang diketahui 37 dari 70
orang pekerja menderita dermatitis
kontak, hal tersebut diperkuat dengan
Negara & Ningrat
S68
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
diagnosa dokter [2]. Selain itu penelitian
dilakukan oleh Sriningsih yang berjudul
jenis pekerjaan dan sikap kerja dengan
keluhan muskuloskeletal pada pekerja
pabrik tahu yang menyatakan, sebanyak
44% pengrajin tahu di daerah Candisari
Semarang mengalami keluhan
musculoskeletal pada tangan bagian
kanan [3]. Hasil penelitian Sriningsih,
menjadi pendukung pada hasil penelitian
ini bahwa memang benar pekerja di
pabrik tahu Kelurahan Tonja berisiko
mengalami gangguan muskuloskeletal.
Sikap kerja tidak alamiah dapat memicu
kelelahan dan munculnya keluhan
muskuloskeletal, karena adanya sejumlah
tenaga yang harus dikeluarkan oleh
pekerja akibat dari beban tambahan
tersebut, disisi lain sikap paksa tersebut
mengakibatkan pekerja tidak mampu
mengerahkan kemampuanya secara
optimal. Dengan perbaikan metode kerja
yang sederhana, dimana tahapan kerja
mampu diminimalkan, yang berdampak
pada penurunan kelelahan kerja, rasa
sakit, penghematan waktu untuk jenis
pekerjaan yang sama dan peningkatan
produksi untuk jam kerja yang sama.
Penelitian yang dilakukan Artayasa,
dengan pendekatan ergonomi total dapat
menurunkan kelelahan pekerja sebesar
53,97% [4]. Penelitian lain yang dilakukan
Adiatmika yang mengatakan bahwa
kondisi kerja dengan pendekatan
ergonomi total dapat menurunkan
kelelahan 6,79% [5]. Demikian juga pada
penelitian model kerja berdasarkan
kaedah ergonomi, mendapatkan hasil
bahwa model kerja tersebut mampu
menurunkan kelelahan hingga 17,71% [6].
Upaya penurunan kelelahan pada perajin
atau pekerja melalui intervensi ergonomi
sesuai dengan pendapat Kimberley yang
menyatakan bahwa perlu adanya
perubahan sistem kerja untuk mengurangi
tingkat kelelahan pekerja [7]. Hal serupa
juga dinyatakan oleh Suardana bahwa
pendekatan ergonomi dalam perancangan
arsitektur (ergo-arsitektur) meningkatkan
kinerja dilihat dari penurunan kelelahan
penggunanya [8].
Identifikasi risiko dilakukan untuk
memantau dan memeriksa risiko atau
dampak yang akan ditimbulkan dari
sumber bahaya dan jenis bahaya pada
kondisi dilingkungan kerja. Risiko yang
dihadapi suatu perusahaan dipengaruhi
oleh berbagai macam hal, baik dari dalam
maupun dari luar [9]. Identifikasi risiko
dilakukan dengan metode HIRADC
untuk mengetahui risiko yang akan
ditimbulkan saat ini dan diwaktu yang
akan datang. Penerapan HIRADC
dilakukan berdasarkan standar OHSAS
18001;2007. Metode identifikasi risiko
harus bersifat proaktif atau prediktif
sehingga diharapkan dapat menjangkau
seluruh bahaya yang mengakibatkan
risiko baik yang nyata maupun yang
bersifat potensial [9].
SIMPULAN
Terdapat bahaya pada lingkungan
kerja yaitu, suhu panas dari aktivitas
pembakaran tungku dan pemasakan,
lantai licin, luka bakar akibat tersulut api
dari tungku pembakaran, penyimpanan
bahan baku tidak tersusun rapi, alat kerja
tidak tersusun rapi, uap panas dari
aktivitas pemasakan, asap dari aktivitas
pembakaran tungku, debu kayu dari
aktivitas pembakaran tungku, bahan
kimia yang berasal dari bahan baku
[asam cuka], lingkungan kurang bersih,
proses pembuatan tahu yang kurang
hygienis, sikap kerja yang tidak
ergonomis, gerakan repetitif/berulang
akibat pekerjaan yang dilakukan,
kelelahan kerja, karena jam kerja
melebihi 8jam/hari, dan pekerja tidak
menggunakan APD.
SARAN
Saran yang dapat dipertimbangkan
berdasarkan hasil penelitian ini sebagai
brikut :
Gambaran Resiko Bahaya Kerja
S69
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
1. Pihak pengelola atau pemilik agar
lebih memperhatikan hal-hal yang
dapat menyebabkan terjadinya
bahaya pada saat proses kerja
sehingga meminimalisir terjadinya
kecelakaan pada saat bekerja.
2. Peneliti berikutnya dapat
melakukan suatu intervensi, untuk
dapat meminimalkan risiko bahaya
kerja, intervensi yang dipilih dapat
dilakukan berdasarkan skala
prioritas sesuai dengan hasil
penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
1. Arifin S. Talking safety 7 Health
Bunga Rampai Artikel
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3). Yogyakarta: Deepublish;
2019. 2. Riska F. Faktor yang Berhubungan
Dengan Kejadian Dermatitis
Kontak Pada Pekerja Pembuat Tahu
di Wilayah Kecamatan Ciputat dan
Ciputat Timur. (Jakarta):
Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah; 2012.
3. Dayita S. Jenis Pekerjaan dan Sikap
Kerja Dengan Keluhan
Muskuloskeletal pada Pekerja
Pabrik Tahu di Kelurahan
Jomblang Kecamatan Candisari
Semarang. (Semarang): Universitas
Dian Nuswantoro; 2013.
4. Artayasa I. Pendekatan Ergonomi
Total Meningkatkan Kualitas
Hidup Pekerja Wanita Pengangkut
Kelapa di Banjar Semaja Antosari
Selemadeg Tibanan Bali. J Biomed
Sci. 2007;2(2).
5. Adiatmika IP. Perbaikan Kondisi
Kerja Dengan Pendekatan
Ergonomi Total Menurunkan
Keluhan Muskuloskeletal dan
Kelelahan Serta Meningkatkan
Produktivitas Perajin Pengecat
Logam di Kediri-Tabanan.
Udayana; 2007.
6. Rolles P. Model Aktivitas
Praktikum Lapangan Berbasis
Ergonomi (Apelerg) Memperbaiki
Respon Fisiologis Tubuh,
Menurunkan Kelelahan, Dan
Meningkatkan Kinerja,
Dibandingkan Dengan Model Lama
(Apel), Pada Mahasiswa FMIPA
Unima. Indones J Biomed Sci.
2009;3 (1).
7. Kimberly F. Pengaruh Shif Kerja
Terhadap Kelelahan Pekerja Pabrik
Kelapa Sawit Di PT. X Labuan
Batu. J Tek Ind. 2011;12 (2):110–7.
8. Suardana PG. Penggunaan Tangkai
Tambahan Pada Sekop
Menurunkan Beban Kerja serta
Keluhan Subjektif Penyekop Pasir.
(Denpasar) : Udayana; 2001.
9. Soehatman R. Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
OHSAS 18001. Jakarta; 2010.
BHJ 3(2) Supplement 2 2020
BALI HEALTH JOURNAL ISSN 2599-1280 [Online]; ISSN 2599-2449 [Print]
http://ejournal.unbi.ac.id/index.php/BHJ
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KECELAKAAN
PADA MURID TK DENPASAR
Agnes Ayu Biomi1, Ni Putu Diana Swandewi2
1,2 Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Universitas Bali Internasional
ABSTRAK
Latar Belakang: Kecelakaan dapat terjadi pada siapa saja termasuk anak-anak. Kecelakaan merupakan peristiwa yang tidak
diinginkan. Oleh karena itu, faktor penyebab terjadinya kecelakaan sangat banyak, bisa karena ketidaksengajaan, alat
bermain yang tidak aman, pengawasan guru yang kurang dan yang lainnya. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan pada murid TK Dharmapatni. Metode :Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode deskriptif kuantitatif dan data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang merupakan kasus
kecelakaan di sekolah yang dilengkapi juga dengan kuesioner dan wawancara kepada orang tua dan guru. Hasil: Hasil dari
penelitian ini menunjukkan bahwa dari total 10 kasus kecelakaan yang terjadi, anak laki-laki yang paling sering mengalami
kecelakaan (57%). Jenis kecelakaan berupa luka (50%) dan paling banyak luka di lutut (30%). Faktor penyebab terjadinya kecelakaan adalah bermain saat menunggu jemputan (29%) dan mengantri di alat permainan outdoor (29%). Simpulan:
Berdasarkan hasil penelitian, maka perlu adanya pengawasan dari orang tua dan guru agar terjadinya kecelakaan dapat
diminimalisir.
Kata kunci: kecelakaan, murid TK, sekolah
ABSTRACT
Background: Accidents can happen to anyone, including children. Accidents are undesirable events. Therefore, there are many factors causing the accident, it could be due to accidental, unsafe playing instruments, lack of teacher’s supervision
and others. Purpose: This study aims to determine the factors that can cause accidents in Dharmapatni Kindergarten
students. Method: This research is a quantitative descriptive study and data collected are secondary data which are cases of
accidents in schools which are also equipped with questionnaires and interviews with parents and teachers. Result: The
results of this study indicate that of total 10 cases accidents that occur, boys are the most frequently involved in accidents
(57%). Types of accidents in the form of injuries (50%) and most injuries in the knee (30%). Factors causing accidents are
playing while waiting for pickup (29%) and waiting in line at outdoor play equipment (29%). Conclusion: Based on the
results of the study, it is necessary to have supervision from parents and teachers so that accidents can be minimized.
Keywords: accident, kindergarten students, school
Korespondensi:
Agnes Ayu Biomi
Email: [email protected]
Riwayat Artikel: Diterima 30 Oktober 2019
Disetujui 15 Januari 2020
Dipublikasikan 30 Januari 2020
Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan
S71
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
PENDAHULUAN
Taman kanak-kanak disingkat TK
adalah jenjang pendidikan usia dini
dalam bentuk pendidikan formal.
Kurikulum TK lebih banyak difokuskan
pada pemberian rangsangan pendidikan
untuk perkembangan dan pertumbuhan
mental dan jasmani agar lebih siap ke
jenjang pendidikan selanjutnya. Teori
Practice for Adulthood dari k.groos
(1991) mengatakan bahwa “bermain
merupakan peluang bagi pengembangan
keterampilan dan pengetahuan anak yang
sangat penting fungsinya. Bermain
merupakan suatu kegiatan yang melekat
pada anak dan hal yang paling wajar
disukai anak.”[1] Taman kanak-kanak
mengandung makna tempat aman dan
nyaman (safe and comfortable) untuk
bermain sehingga pelaksanaan
pendidikan di TK sesuai dengan tumbuh
kembang anak [2] .
Dalam melaksanakan proses
pembelajaran di TK, seorang guru harus
dapat memahami dan menguasai metode
pembelajaran yang sesuai tahap-tahap
perkembangan anak untuk dapat
mengembangkan kemampuan fisik,
kognitif, bahasa, sosial emosional,
konsep diri, disiplin, kemandirian, seni,
moral dan nilai-nilai agama.
“Anak-anak adalah manusia yang
sedang mengalami proses pertumbuhan,
baik fisik maupun sosial, serta awal
dalam kehidupan manusia”[3]. Anak
adalah mereka yang belum berusia 21
tahun dan belum menikah”[4].
Berdasarkan definisi tersebut, anak
adalah manusia yang berusia kurang dari 21 tahun dan sedang mengalami masa
pertumbuhan, perkembangan serta
menemukan hal-hal baru yang menarik
bagi seorang anak. Pada rentang usia
tersebut, masih perlu dilakukan perhatian
dan pengawasan khusus terutama yang
perlu diperhatikan adalah keselamatan
dan keamanan anak terutama ketika
berada di sekolah. Saat berada di sekolah
yang bertanggungjawab adalah guru.
Oleh karena itu, guru harus mengetahui
dan memahami keselamatan dan
keamanan anak. Pada masa ini, anak-
anak memiliki kondisi fisik yang masih
lemah dan belum terlalu mengenal
kondisi lingkungannya, terlalu dini dalam
menghadapi kecelakaan misalnya terluka,
dan anak usia 4-6 tahun sering
mengalami kecelakaan, misalnya saat
berlari-larian, memanjat pohon dan lain
sebagainya.
Maka kecelakaan yang terjadi
pada anak seperti terjatuh, terkilir,
terbakar, terbentur, keracunan,
tenggelam, dan lain sebagainya
merupakan hal yang tidak diinginkan
oleh siapa pun termasuk orang tua dan
guru. Oleh karena itu keselamatan dan
keamanan anak sangat penting untuk
diperhatikan karena keselamatan adalah
suatu keadaan seorang anak atau lebih
yang terhindar dari ancaman bahaya atau
kecelakaan. Sedangkan keamanan adalah
keadaan aman dan tentram. Kebutuhan
keselamatan dan keamanan adalah
kebutuhan untuk melindungi diri dari
berbagai bahaya yang mengancam baik
terhadap fisik maupun mental. Penelitian
ini menjawab bagaimana kecelakaan di
sekolah dapat terjadi sehingga
keselamatan dan keamanan anak perlu
diperhatikan oleh berbagai pihak.
METODE
Penelitian menggunakan metode
deskriptif kuantitatif dengan analisis
cross sectional yang dilakukan pada salah
satu TK di Denpasar. Kuesioner dan
wawancara dilakukan kepada orang tua
dan guru. Data diambil sejak Agustus 2018 hingga Oktober 2018. Analisis
statistik pada penelitian ini menggunakan
teknik statistik deskriptif dan disajikan
dalam bentuk tabel yaitu untuk melihat
angka kejadian kecelakaan, jenis
kelamin, bentuk kecelakaan dan
penyebab kecelakaan.
Biomi & Swandewi
S72
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
HASIL
Dalam pengambilan data yang
dilakukan selama 3 bulan, diperoleh 10
kasus yang merupakan total kasus
kecelakaan yang pernah terjadi di sekolah
dalam rentang waktu tiga bulan. Pada
tabel 1 dikatakan bahwa anak laki – laki
lebih sering mengalami kecelakaan
daripada anak perempuan. Penyebab
kecelakaan yang paling sering terjadi
adalah bermain saat menunggu jemputan
dan mengantri di permainan outdoor
dengan jumlah yang sama. Kemudian
untuk tertinggi selanjutnya adalah
berkejar – kejaran dengan teman, belajar
di kelas dan berkelahi dengan teman
adalah jumlah yang terendah.
Tabel 2 menunjukkan jenis
kecelakaan yang terjadi. Luka di lutut
adalah luka yang paling sering terjadi.
Diikuti dengan benjol di kepala, memar
di dahi dan luka di tangan memiliki
jumlah yang sama. Dalam jumlah yang
sedikit adalah memar di kepala dan luka
di betis.
Tabel 1. Persentase Karakteristik Kecelakaan
Variabel Jumlah Persentase
Jenis Kelamin
Laki – laki 20 57%
Perempuan 15 43%
Jenis Kecelakaan
Cedera Kepala 3 30%
Cedera Wajah 2 20%
Luka 5 50%
Penyebab
Kecelakaan
Bermain saat
menunggu jemputan 10
29%
Belajar di kelas 5 14%
Berkelahi dengan
teman 4
11%
Berkejar-kejaran
dengan teman 6
17%
Mengantri saat
bermain di
permainan outdoor
10
29%
Tabel 2. Jenis Kecelakaan yang Terjadi
Jenis
Kecelakaan
Jumlah Persentase
Cedera Kepala
Benjol di
kepala
2 20
Memar di
kepala
1 10
Cedera Wajah
Memar di dahi 2 20
Luka
Di Tangan 1 20
Di Lutut 3 30
Di betis 1 10
Tabel 3. Distribusi Kecelakaan Berdasarkan
Pengawasan Orang Tua dan Guru
Pengawasan
Orang Tua dan
Guru
Kecelakaan Persentase
Tidak ada
pengawasan
23 66
Ada pengawasan 12 34
Total 35 100
Tabel menunjukkan bahwa tidak
ada pengawasan dari orangtua dan guru
menyebabkan angka kecelakaan anak
lebih banyak (66%) dibandingkan dengan
adanya pengawasan (34%).
PEMBAHASAN
Kecelakaan dapat terjadi pada
siapapun termasuk pada anak karena
kecelakaan pada anak adalah masalah
serius yang harus ditangani dalam
kesehatan masyarakat. Kecelakaan adalah
peristiwa yang terjadi dengan tidak
sengaja. Secara teknis, kecelakaan
termasuk dalam peristiwa yang
diakibatkan oeh kesalahan seseorang.
Contohnya, seorang ahli farmasi salah
memberikan obat dan menyebabkan
pasiennya keracunan [5].
Berdasarkan tempat terjadinya
kecelakaan pada murid TK, kegiatan
belajar di sekolah dilakukan pada pagi
hari mulai pukul 08.00 sampai pukul
11.00 berisiko tinggi terjadinya
kecelakaan karena rentang waktu ini
dihabiskan anak di sekolah, sehingga
meningkatkan terjadinya kecelakaan di
Faktor Penyebab Terjadinya Kecelakaan
S73
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
sekolah. Kecelakaan paling sering terjadi
pada saat anak bermain. Saat di sekolah,
anak-anak bermain dengan teman
seusianya. Anak biasanya berkejar-
kejaran, berkelahi dan terjatuh. Hal ini
ditunjukkan dengan hasil penelitian
bahwa anak paling sering mengalami
kecelakaan ketika bermain saat
menunggu jemputan dan saat mengantri
alat permainan outdoor.
Bermain menggunakan alat
bermain dibedakan menjadi 2 jenis
berdasarkan ruangan, ada yang alat
bermainnya dalam ruangan (indoor) dan
ada yang di luar ruangan (outdoor).
Sarana prasarana di dalam atau di luar
ruangan, bentuk dan jenisnya bervariasi
disesuaikan dengan kondisi ruangan.
Ruang terbuka dapat menjadi wahana
beberapa alat permainan seperti jungkat
jungkit, titian, kolam renang, ayunan dan
ain sebagainya. Faktor keamanan pada
alat permainan di ruang terbuka tidak
boleh diabaikan. Guru dan orang tua
harus bisa menjamin dan memastikan
keselamatan anak. Pendampingan orang
tua dan guru tetap dilakukan mengingat
anak – anak yang tingkat keaktifannya
sangat tinggi terutama dalam kegiatan
fisik [6].
Pada usia prasekolah, kasus
tertinggi terjadi di rumah yaitu sebanyak
55,9%, kemudian jalan raya 21%. Dari
913 kasus kecelakaan yang terjadi,
terdapat dua tempat yang berpeluang
menyebabkan kecelakaan yaitu bangunan
publik dan sekolah[7]. Anak-anak yang
masuk dalam TK adalah anak-anak usia
4-6 tahun. Anak-anak tersebut adalah
anak-anak yang sangat aktif dalam
melakukan kegiatan. Perkembangan
kognitifnya juga semakin baik, sehingga
rasa ingin tahunya terhadap lingkungan
sekitar juga semakin besar. Bentuk
permainan masih bersifat individu bukan
yang bersifat social walaupun aktivitas
bermain dilakukan bersama-sama.
SIMPULAN
Faktor penyebab terjadinya
kecelakaan pada murid salah satu TK di
Denpasar adalah bermain yang dilakukan
tanpa pengawasan yang terjadi pada saat
menunggu jemputan dan mengantri saat
bermain permainan outdoor. Jenis
kecelakaan yang terjadi adalah luka pada
lutut dan dialami sebagian besar oleh
anak laki-laki. Menunggu bagi anak
adalah kegiatan yang membosankan jika
terlalu lama dijemput oleh orang tuanya
sehingga untuk menghilangkan
kebosanan tersebut mereka bermain tanpa
adanya pengawasan yang bagi guru sudah
melebihi waktu kerjanya. Oleh karena itu,
perlu adanya penelitian lebih lanjut
tentang factor-faktor lainya yang
berhubungan dengan terjadinya
kecelakaan pada anak terutama murid
TK.
SARAN
Pihak sekolah terutama guru dan
orang tua memahami factor-faktor
penyebab terjadinya kecelakaan pada
anak sehingga guru dan orang tua lebih
sigap dalam mencegah terjadinya
kecelakaan. Orang tua dan guru dapat
mengurangi faktor resiko terjadinya
kecelakaan terutaMa pada saat anak-anak
bermain baik saat di dalam ruangan atau
di luar ruangan. Perlu dilakukan
penelitian lanjutan ke depannya tentang
hubungan antara jenis kecelakaan dan
penyebab kecelakaan yang terjadi di
rumah atau di sekolah agar langkah
pencegahan yang dilakukan lebih tepat.
DAFTAR RUJUKAN
1. Groos, Karl. Practice for Adulthood. 2
nd ed. Canada:The Mead
Project;.2003.
2. Wijana, W.D. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Banten:
Universitas Terbuka; 2014.
Biomi & Swandewi
S74
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
3. Atli B, Eren SH, Coskun A, Korkmaz
I, Eren M. Evaluation of Pre-School
(0-6) Age Group Trauma Patients
Etiology. J Acad Emerg Med.
2014;152:3:37029.
4. Kushithawati S, Magetsari
5. Arezes P, Baptista JS, Barroso MP,
Carneiro P, Costa N, et al.
Occupational Safety and Hygiene. 1st
ed. Arezes, Pedro M. (University of
Minho, Guimares P,editor. London:
Tayor & Francis;2013.
6. Bulunuz M. Teaching Science
Through Play in Kindergarten: does
integrated play and science instruction
build understanding? Eur Early Child
Educ Res J. 2013;21 (2):226 – 49.
7. Peden M,Oyegbite K.World report on
child prevention World report child
injury prevention. WHO.2008.
BHJ 3(2) Supplement 2 2020
BALI HEALTH JOURNAL ISSN 2599-1280 [Online]; ISSN 2599-2449 [Print]
http://ejournal.unbi.ac.id/index.php/BHJ
IMPLEMENTASI KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
LINGKUNGAN KERJA PADA MASA PANDEMI COVID-19
DI KEDAI KOPI XX
Komang Angga Prihastini 1, I Gusti Agung Haryawan2
1,2 Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Universitas Bali Internasional
ABSTRAK
Latar belakang: Seiring dengan meningkatnya perkembangan jaman saat ini semakin banyak restoran, kedai kopi atau
pelaku usaha membuat dan menyediakan fasilitas yang memuaskan bagi konsumen. Untuk menarik minat para pelanggan supaya berkunjung, mereka menawarkan menu-menu makanan atau minuman dengan ciri khas tertentu. Di masa pandemi
covid-19 kedai kopi XX menerapkan program K3 yaitu dengan menerapkan protocol kesehatan untuk pegawai dan
customer. Tujuan: Melakukan obeservasi terhadap Kedai Kopi XX terhadap penerapan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
di masa Pandemi Covid-19 Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan dengan metode observasi dan wawancara. Hasil: menunjukkan bahwa kedai kopi XX menerapkan K3 dengan protocol kesehatan untuk mencegan
penulran virus dengan baik. fungsi dan manfaat dari implementasi K3 mencakup semua aspek dari kondisi lingkungan kerja,
penetapan protocol kesehatan, pemakaian peralatan kerja, dan kondisi fisik pekerja. Simpulan: penerapan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) di Kedai Kopi XX dilakukan dengan baik. Melihat dari beberapa indikator penting yang telah dilaksanakan sudah sesuai standar, maka resiko keselamatan dan kesehatan kerja dan pencegahan penularan covid 19 dapat
diminimalisir.
Kata Kunci : K3, Lingkungan Kerja, Protokol Kesehatan Covid-19
ABSTRACT
Background: Along with the increasing development of the current era, more and more restaurants, coffee shops or business
actors make and provide satisfying facilities for consumers. To attract customers to visit, they offer food or drink menus with
certain characteristics. During the Covid-19 pandemic, XX coffee shops implemented a K3 program, namely by implementing a health protocol for employees and customers. Objective: To observe implementation of occupational health
and safety at the XX coffee shop. Methods: This research is descriptive with an approach with observation and interview
methods. Results: showed that the XX coffee shop implemented K3 with health protocols to prevent virus transmission
properly. The functions and benefits of implementing K3 cover all aspects of the conditions of the work environment, the establishment of health protocols, use of work equipment, and the physical condition of workers. Conclusion: The
implementation of Occupational Safety and Health (K3) at the XX Coffee Shop was carried out well. Judging from several
important indicators that have been implemented according to standards, the risks of occupational safety and health and
prevention of transmission of Covid 19 can be minimized.
Keywords: Occupational health and safety, Work Environment, Covid-19 Health Protocol
Korespondensi:
Komang Angga Prihastini
Email: [email protected]
Riwayat Artikel: Diterima 30 Oktober 2019
Disetujui 15 Januari 2020
Dipublikasikan 30 Januari 2020
Prihastini & Haryawan
S76
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
PENDAHULUAN
Seiring berkembangnya industrialisasi
dan globalisasi serta kemajuan ilmu dan
teknologi, maka keselamatan dan kesehatan
kerja juga semakin berkembang. Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan[1] sebagai dasar hukum
penerapan K3 di Indonesia telah diperkuat
dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 36
Tahun 2009 tentang kesehatan[2] dimana pada
Pasal 164-165 tentang Kesehatan Kerja
dinyatakan bahwa semua tempat kerja wajib
menerapkan upaya kesehatan baik sektor
formal maupun informal
Era globalisasi, Kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) telah menjadi sebuah
kebutuhan dalam setiap bagian kerja baik
yang berada dilapangan ataupun didalam
ruangan. K3 adalah suatu bentuk usaha atau
upaya bagi para pekerja untuk memperoleh
jaminan atas keselamatan dan kesehatan
kerja dalam melakukan pekerjaan yang dapat
mengancam dirinya baik berasal dari
individu maupun lingkungan kerjanya.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun
1992 tentang Kesehatan[3], pasal 23
menyatakan bahwa upaya K3 harus
diselengarakan disemua tempat kerja.
Menurut International Labor
Organizational (ILO).[4] Keselamatan dan
Kesehatan Kerja merupakan suatu upaya
untuk mempertahankan dan meningkatkan
derajat kesejahtaraan fisik, mental dan sosial
yang setinggi-tingginya bagi pekerja di
semua jabatan, pencegahan penyimpangan
kesehatan diantara pekerja yang disebabkan
oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja
dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor
yang merugikan kesehatan, penempatan dan
pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan
kapabilitas fisiologi dan psikologi; dan
diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan
kepada manusia dan setiap manusia kepada
jabatannya. Dalam pedoman ILO tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (dikenal sebagai ILO-
OSH[3]), disebutkan bahwa tindakan
pencegahan dan perlindungan harus
dilaksanakan dalam urutan prioritas berikut:
(i) menghilangkan bahaya; (ii)
mengendalikan risiko pada sumber (melalui
penggunaan pengendalian rekayasa atau
tindakan organisasional); (iii) meminimalkan
risiko dengan merancang sistem kerja yang
aman (termasuk tindakan administratif yang
diambil untuk pengendalian risiko); dan (iv)
apabila risiko residual tidak dapat
dikendalikan dengan tindakan kolektif,
perusahaan harus menyediakan alat
pelindung diri (APD) yang sesuai tanpa biaya
dan mengambil tindakan untuk memastikan
penggunaan dan pemeliharaannya.[3]
Menerapkan program K3 dalam
lingkungan kerja dengan tujuan agar setiap
tenaga kerja berhak untuk mendapatkan
jaminan keselamatan dan kesehatan kerja.
Perlindungan tenaga kerja dari bahaya dan
penyakit akibat kerja atau lingkungan kerja
sangat dibutuhkan sehingga pekerja merasa
aman dan nyaman dalam menyelesaikan
pekerjaannya, sehingga diharapkan dapat
meningkatkan kepuasan kerja bagi pekerja
dan pelanggan, untuk dapat bekerja sebaik
mungkin dan juga dapat mendukung
keberhasilan serta target dalam pekerjaan
dapat tercapai.
Pandemi Covid-19 yang merebak di
seluruh penjuru dunia memberikan dampak
yang signifikan terhadap stabilitas ekonomi.
Pelaku usaha sebagai bagian dari pelaku
ekonomi, merasakan dampak yang sangat
besar atas wabah covid-19. Namun dalam
masa pandemi ini pelaku usaha berlomba-
lomba membuat ide-ide baru untuk menarik
pelanggan. Pelaku usaha juga merasakan
dampak pandemi corona. Sehingga dalam
upaya mencegah efek negatif corona bagi
industri maka saat ini setiap perusahaan
berupaya untuk mencegah penularan virus
pada pekerja diantaranya dengan mengukur
suhu semua orang yang datang, menghimbau
setiap orang harus mencuci tangan dan
menngunakan hand sanitizer, menggunakan
masker, menjaga jarak. Hal serupa juga
disampaikan oleh Lutfi Parinduri bahwa
sesuai dengan mekanisme protocol kesehatan
dalam perusahaan diterapkannya mengukur
suhu semua orang yang datang, menghimbau
setiap orang harus mencuci tangan dan
menngunakan hand sanitizer, menggunakan
masker, menjaga jarak.[5]
Seiring dengan meningkatnya
perkembangan jaman saat ini semakin
banyak restoran, kedai kopi atau pelaku
usaha membuat dan menyediakan fasilitas
yang memuaskan bagi konsumen. Untuk
menarik minat para pelanggan supaya
berkunjung, mereka menawarkan menu-
Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
S77
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
menu makanan atau minuman dengan ciri
khas tertentu. Ciri khas tersebut akan menjadi
pengingat bagi pengunjung yang datang ke
restoran. Untuk dapat memberikan pelayanan
yang memuaskan para pengunjung, maka
restoran tersebut harus dilengkapi juga
dengan sarana fasilitas fisik, lingkungan fisik
dan aspek Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) yang baik. Hal ini dilakukan agar
pengunjung merasa nyaman saat berkunjung
dan mau datang kembali ke restoran tersebut.
Kedai Kopi XX yang terletak di Kuta
Bali merupakan kedai kopi yang sudah lama
berdiri dan banyak diminati oleh berbagai
kalangan dari anak sekolahan, pegawai
kantoran dan wisatawan asing. Di kedai kopi
XX menyediakan fasilitas yang mendukung
kenyamanan customer yang datang untuk
sekedar menikmati kopi maupun melakukan
pertemuan terkait pekerjaan. Total pekerja di
Kedai Kopi XX adalah sebanyak 13 orang.
Kedai Kopi XX ini setiap harinya menjual
50-100 gelas kopi.
Pada penelitian ini, peneliti hanya
melakukan obeservasi terhadap Kedai Kopi
XX terhadap penerapan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja di masa Pandemi Covid-
19. Berangkat dari hal tersebut maka Kedai
Kopi XX perlu mengutamakan penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
dalam lingkungan kerja sebagai bentuk
pengendalian terhadap resiko kecelakaan
yang mengancam pekerja dan pengendalian
penularan virus covid-19 dalam masa
Pandemi Covid-19.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut
Nana Sukmadinata penelitian deskriptif
kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan
dan menggambarkan fenomena-fenomena
yang ada, baik bersifat alamiah maupun
rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan
mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan
antar kegiatan.[6] Selain itu, Penelitian
deskriptif tidak memberikan perlakuan,
manipulasi atau pengubahan pada variabel-
variabel yang diteliti, melainkan
menggambarkan suatu kondisi yang apa
adanya. Satu-satunya perlakuan yang
diberikan hanyalah penelitian itu sendiri,
yang dilakukan melalui observasi,
wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini
dilakukan di Kedai Kopi XX yang memiliki
13 orang pekerja. Penelitian ini dilaksanakan
pada bulan November 2020. Pengumpulan
data diperoleh dari wawancara kepada
informan yaitu pengelola kedai kopi XX dan
observasi pada lingkungan kerja untuk
mengetahui penerapan K3 dilingkungan kerja
Kedai Kopi XX. Observasi adalah
suatu metode pengumpulan data yang
digunakan dengan jalan mengadakan
pengamatan yang disertai dengan pencatatan
terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran
yang dilakukan secara langsung pada lokasi
yang menjadi objek.[7]
HASIL
Keadaan Lingkungan Kerja
Menurut Mangkunegara 2013[5],
keadaan tempat lingkungan kerja dapat
dilihat dari bagaimana penyusunan dan
penyimpanan barang-barang yang
terdapat di perusahaan diletakkan dalam
tempat yang tidak menimbulkan bahaya.
Kedai Kopi XX memiliki lingkungan
kerja yang baik, hal ini terlihat dari
bagaimana mereka melakukan
penyusunan dan penyimpanan bahan
kimia secara teliti.
Gambar 1. Penempatan bahan kimia
Bahan kimia yang digunakan
didatangkan dari vendor dan digunakan
untuk pembersih kaca, sanitasi
lingkungan, dll dan disimpan dibawah
rak pada bar dan dibuatkan label. Limbah
yang dihasilkan dibuang pada Grasee
trap sebagai filter yang dimana ampas
Prihastini & Haryawan
S78
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
filter tersebut di saring setiap 3 kali sehari
sehingga vendor maupun pengelola kedai
selalu menerapkan go green.
Gambar 2. Kegunaan bahan kimia yang
digunakan
Penerapan Protokal Keseahatan
Pengelola sudah menerapkan
protocol kesehatan pencegahan penularan
virus covid-19 baik dalam melayani
customer maupun personal. Saat
customer masuk kedalam kedai akan
dicek suhu oleh pegawai, suhu diatas
37,6 oC dihimbau untuk menunggu diluar
15 menit karena biasanya dianggap
dipengaruhi oleh suhu diluar ruangan.
Lalu customer dihimbau selalu
menggunakan masker kecuali saat makan
dan minum di dalam kedai. Customer
juga diarahkan kearah hand sanitizer
setelah dilakukan pengecekan suhu
setelah itu dipersilakan untuk take order
dan menunggu orderan di handoff bar
dengan jarak 1 meter dari meja. Customer
yang telah mengambil orderannya
dipersilakan duduk di customer area yang
sudah di setting oleh pengelola kedai
sesuai dengan protokol kesehatan yaitu
menjaga jarak.
Gambar 3. Customer area
Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
S79
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
Gambar 4. Protokol kesehatan pada customer
Gambar 5. Pekerja menggunakan handscoon food grade
Pemakaian Peralatan Kerja
Peralatan kerja yang sudah usang
maupun rusak dilakukan penggantian
dengan yang baru secara berkala.
Peralatan yang sudah usang maupun
rusak tidak akan digunakan kembali demi
keamanan. Namun, jika peralatan yang
rusak masih memungkinkan untuk
diperbaiki maka akan dilakukan
perbaikan oleh teknisi yang bertanggung
jawab memelihara peralatan kerja. Para
pekerja sudah menggunakan handscoon
food grade selama menyentuh makanan
dan minuman dan selalu menggunakan
masker serta selalu mencuci tangan
setelah dan sebelum menggunakan
handscoon food grade serta
menggunakan apron.
Kondisi Fisik Pekerja
Untuk menjaga stamina dan
kesehatan fisik pekerja dimasa pandemi
covid-19 pengelola kedai kopi XX
menyediakan suplemen vitamin dan
makanan/minuman bergizi pun dilakukan
secara rutin setiap satu bulan sekali
Prihastini & Haryawan
S80
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
kepada para pekerja. Pekerja juga dijamin
dengan diberikannya BPJS. Hal ini
dilakukan agar para pekerja memiliki
stamina yang stabil serta fisik yang sehat
dan kuat, serta rasa aman sehingga
produktivitasnya pun akan meningkat
selama masa pandemi covid-19.
Pengelola kedai kopi juga menerapkan
atau melakukan family gathering
ditempat terbuka guna memanage stress
pekerja dalam masa pandemi ini.
PEMBAHASAN
Mengingat pentingnya K3,
perusahan/organisasi perlu mulai
mengutamakan program K3 dalam
pengoperasiannya. Pengetahuan tentang
K3 oleh pekerja maupun pihak
perusahaan terkadang masihlah rendah.
Namun, saat ini penerapan K3 dalam
masa pandemic covid-19 sangat penting
untuk upaya pencegahan penularan virus
covid-19. Kedai Kopi XX sudah
menerapkan protocol kesehatan yang
dimana merupakan salah satu program
penerapan K3.
Kedai kopi XX memiliki
lingkungan kerja yang baik, ruang kerja
yang luasnya memadai dan telah
menerapakan protokol kesehatan
diantaranya adalah saat customer masuk
kedalam kedai akan dicek suhu oleh
pegawai, suhu diatas 37,6 oC dihimbau
untuk menunggu diluar 15 menit karena
biasanya dianggap dipengaruhi oleh suhu
diluar ruangan. Lalu customer dihimbau
selalu menggunakan masker kecuali saat
makan dan minum di dalam kedai.
Customer juga diarahkan kearah hand
sanitizer setelah dilakukan pengecekan
suhu setelah itu dipersilakan untuk take
order dan menunggu orderan di handoff
bar dengan jarak 1meter dari meja.
Customer yang telah mengambil
orderannya dipersilakan duduk di
customer area yang sudah di setting oleh
pengelola kedai sesuai dengan protokol
kesehatan yaitu menjaga jarak. Selain itu
pengelola sudah menerapkan program K3
lainnya diantaranya adalah menyediakan
APAR, jalur evakuasi. Hal serupa
disampaikan pada penelitian Cindy Dwi
Yuliandai yang menyatakan bahwa
Pekerja di Balai Inseminasi Buatan (BIB)
Lembang menyatakan bahwa ruang kerja
yang dimiliki oleh staf bagian tata usaha,
seksi jasa produksi, seksi pelayanan
produksi sangat baik, hal ini diukur
dengan cukup luasnya ruang kerja yang
dimiliki sehingga pekerja tidak
merasakan sesak dan tidak nyaman.[9]
Untuk mengatasi ataupun
meminimalkan emosi pekerja yang tidak
stabil, kepribadian yang rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi yang
lemah, motivasi kerja rendah sikap yang
ceroboh, kurang cermat, dan kurang
pengetahuan dalam penggunaan fasilitas
kerja terutama fasilitas kerja yang
membawa resiko bahaya dalam masa
pandemi covid-19 pengelola selalu
berusaha menjaga kondisi fisik pekerja
dan mengatur organisasi diantaranya
mengadakan family gathering, hal ini
bertujuan agar pekerja tidak stress dalam
masa pandemic covid-19. Hal serupa juga
dinyatakan oleh Nurdin bahwa
memanage stress diperlukan agar pekerja
tetap dapat memiliki produktivitas yang
tinggi.[10]
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan, maka
dapat disimpulkan bahwa penerapan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di
Kedai Kopi XX dilakukan dengan baik.
Melihat dari beberapa indikator penting yang
telah dilaksanakan sudah sesuai standar,
maka resiko keselamatan dan kesehatan kerja
dan pencegahan penularan covid 19 dapat
diminimalisir.
Implementasi Kesehatan dan Keselamatan Kerja
S81
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
SARAN
Saran yang dapat dipertimbangkan
berdasarkan hasil penelitian ini sebagai
brikut :’
1. Pihak pengelola atau pemilik agar
lebih memperhatikan hal-hal yang
dapat menyebabkan terjadinya
bahaya pada saat proses kerja
sehingga meminimalisir terjadinya
kecelakaan pada saat bekerja.
2. Peneliti berikutnya dapat
melakukan suatu intervensi, untuk
dapat meminimalkan risiko bahaya
kerja, intervensi yang dipilih dapat
dilakukan berdasarkan skala
prioritas sesuai dengan hasil
penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun
2009 tentang kesehatan
2. Undang-Undang Nomor 23 tahun
1992 tentang Kesehatan
3. International Labour Organization.
Meningkatkan Keselamatan dan
Kesehatan Pekerja Muda.
http://www.oit.org/wcmsp5/groups/p
ublic/---asia/---ro-bangkok/---
ilojakarta/documents/publication/wc
ms_627174.pdf.
4. Lutfi Parinduri. Implementasi
Manajemen Keselamatan Kontruksi
Dalam Pandemi Covid-
19.Universitas Simalungun;2020
5. Sukmadinata, N. S. 2011. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
6. Deddy Mulyana, Metodologi
penelitian Kualitatif (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2004) 7. A.A. Prabu, Mangkunegara. 2013.
Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
8. Cindy Dwi Yuliandi. Penerapan
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
(K3) Di Lingkungan Kerja Balai
Inseminasi Buatan (Bib) Lembang
Manajerial, Vol. 18 No. 2, (2019),
Hal - 98
http://ejournal.upi.edu/index.php/ma
najerial/
9. Lazuardi Nurdin, 2020,
Implementasi K3 di Sektor
Konstruksi dalam Pandemi Covis-19,
Seminar Nasional (Online), Webinar
18 Mei 2020, Fakultas Teknik,
UISU, Medan.
BHJ 3(2) Suplement 2 2020
BALI HEALTH JOURNAL ISSN 2599-1280 (Online); ISSN 2599-2449 (Print)
http://ejournal.iikmpbali.ac.id/index.php/BHJ
ANALISIS KECELAKAAN KERJA PADA PENGGALIAN BATU PASIR
DI DESA PEJATEN - TABANAN
Ni Luh Gede Aris Maytadewi Negara1, I Dewa Putu Sutjana2
1,2 Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Universitas Bali Internasional
ABSTRAK
Latar Belakang: Industri sektor formal maupun informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada manusia. Tenaga
kerja sektor informal adalah tenaga kerja yang bekerja pada segala jenis pekerjaan tanpa ada perlindungan negara dan atas
usaha tersebut tidak dikenakan pajak. Industri pembuatan genteng di Desa Pejaten merupakan salah satu contoh industri
informal, industry tersebut di satu pihak akan memberikan keuntungan, tetapi di pihak lain dapat menimbulkan dampak
negatif salah satunya kecelakaan kerja. Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kecelakaan kerja yang terjadi
pada proses penggalian batu pasir di Desa Pejatan-Tabanan. Metode: Penelitian ini bersifat obsevasional. Dilakukan
observasi dan wawancara pada pekerja penggalian batu pasir sebanyak 13 orang pekerja dan kepala Desa Pejaten –
Kabupaten Tabanan. Hasil: Tercatat terjadi kecelakaan kerja pada penggalian batu pasir sebanyak 13 pekerja, dimana 4
orang meninggal dunia dan 9 diantaraya mengalami cedera fisik baik luka ringan sampai luka berat, sejak diterapakan metode
pembutan teras dan katrol angka kecelakaan kerja mulai berkurang. Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa kecelakaan kerja
pada proses penggalian batu pasir memiliki risiko tinggi. Kecelakaan kerja yang terjadi bukan hanya cedera fisik baik ringan
maupun berat tetapi sampai dengan menyebabkan kematian.
Kata kunci: Kecelakaan kerja, pekerja penggalian batu pasir
ABSTRACT
Background: Both formal and informal sector industries have a positive and negative impact on humans. Informal sector
workers are workers who work in all types of work without state protection and their business is not subject to tax. The tile
making industry in Pejaten Village is an example of an informal industry, the industry on the one hand will provide benefits,
but other parties can cause negative impacts, one of which is work accidents. Purpose: The study was conducted to avoid
work accidents that occurred during the sandstone excavation process in Pejatan-Tabanan Village. Methods: This study is
observational. Observations and interviews with 13 sandstone excavation workers and the head of Pejaten Village - Tabanan
Regency. Results: There were 13 workers recorded working accidents in the excavation of sandstone, where 4 people died
and 9 of them suffered physical injuries, both minor to severe injuries, since the application of the terracing and pulley
molding methods, the number of accidents began to decrease. Conclusion: Accidental work accidents in the sandstone
excavation process can have a high risk. Work accidents that occur are not only minor or serious physical injuries but also
cause death.
Keywords: Workload accidents, sandstone excavation workers
Korespondensi:
Ni Luh Gede Aris Maytadewi Negara Email: [email protected]
Riwayat Artikel:
Diterima 15 Oktober 2019
Disetujui 17 Januari 2020
Dipublikasikan 30 Januari 2020
Analisis Kecelakaan Kerja Pada Penggalian Batu Pasir
S83
Bali Health Journal
3(2) Suplement 2 2020
PENDAHULUAN
Industri sektor formal maupun
informal mempunyai dampak positif dan
negatif kepada manusia. Tenaga kerja
sektor informal adalah tenaga kerja yang
bekerja pada segala jenis pekerjaan tanpa
ada perlindungan negara dan atas usaha
tersebut tidak dikenakan pajak. Pekerja
sektor informal seperti buruh dianggap
sebagai pekerja kasar (blue collar)
sebagai pekerja pada pekerjaan yang
mengandalkan kekuatan fisik pada
kelompok lapangan usaha.[1]
Kesehatan dan keselamatan kerja
merupakan salah satu aspek perlindungan
tenaga kerja yang bertujuan agar tenaga
kerja dapat melaksanakan pekerjaan
dengan nyaman, sehat dan aman,
sehingga tercapai peningkatan
produktifitas kerja secara optimal. Oleh
karena itu tenaga kerja harus memperoleh
perlindungan dari berbagai masalah di
tempat kerja yang dapat menimbulkan
penyakit akibat keja dan kecelakaan
kerja.[2]
Industri pembuatan genteng di Desa
Pejaten merupakan salah satu contoh
industri informal, industry tersebut di
satu pihak akan memberikan keuntungan,
tetapi di pihak lain dapat menimbulkan
dampak negatif salah satunya kecelakaan
kerja. Sejak dipergunakannya mesin
milling dan hand press, produktivitas
industri rumah tangga genteng di Desa
Pejaten Kabupaten Tabanan meningkat.[2]
Meningkatnya produksi genteng
mendorong peningkatan kebutuhan bahan
baku (tanah liat dan batu pasir). Untuk
memenuhi kebutuhan bahan baku
khususnya batu pasir, mendorong para
pekerja untuk menggali lebih dalam lagi
membuat tebing terjal tinggi di sekitar
area penggalian. Sedangkan lapisan batu
pasir pada tebing yang terjal tidak terlalu
kuat dan landai mengikuti permukaan
bumi, sehingga mudah untuk longsor
terutama pada musim hujan. Sedangkan
gaji yang diterima pekerja menyesuaikan
dengan jumlah batu pasir yang bisa
digali, sehingga para pekerja terpaksa
menggali lebih banyak batu pasir tanpa
mewaspadai bahaya. Risiko yang
dihadapi oleh pekerja sangat beragam,
mulai dari risiko kecelakaan yang berasal
dari penggalian batu pasir yang
tradisional, kondisi lingkungan kerja,
hingga beban kerja yang dihadapi. Upaya
pencegahan kecelakaan akibat kerja dapat
direncanakan, dilakukan dan dipantau
dengan melakukan studi karakteristik
tentang kecelakaan agar upaya
pencegahan dan penananggulangnya
dapat dipilih melalui pendekatan yang
paling tepat. Secara garis besar ada empat
faktor utama yang mempengaruhi
kecelakaan yaitu faktor manusia, alat atau
mesin, material dan lingkungan kerja.[4]
Berdasarkan studi pendahuluan
yang telah dilakukan, pekerja pernah
mengalami terpeleset saat menggali,
pusing karena terlalu banyak terpapar
sinar matahari, meninggal dunia.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka
peneliti ingin menganalisis risiko
kecelakaan kerja pada penggalian batu
pasir di Desa Pejaten-Tabanan agar dapat
dilakukan pencegahan kecelakaan yang
sesuai dalam upaya meningkatkan
keselamatan kerja penggalian batu pasir.
METODE
Penelitian ini merupakan penelitian
pendahuluan, bersifat observasional yang
dilakukan di penggalian batu pasir.
Dilakukan observasi dan wawancara pada
pekerja penggalian batu pasir sebanyak 13
orang pekerja dan kepala Desa Pejaten –
Kabupaten Tabanan. Analisis deskriptif
dilakukan terhadap kecelakaan kerja pada
proses penggalian batu pasir.
HASIL
Dari hasil wawancara dengan
kepala desa tempat penggalian batu pasir,
terdapat 5 pelaku usaha penggalian batu
pasir dengan 13 pekerja di Desa Pejaten.
Negara & Sutjana
S84
Bali Health Journal
3(2) Suplement 2 2020
Setiap pelaku usaha memiliki 2-3
pekerja. Seluruh pekerja berjenis kelamin
laki-laki, dengan distribusi 5 orang
pekerja berasal dari Jawa, 4 orang pekerja
dari Lombok dan 4 orang pekerja dari
Bali. Jam kerja pekerja penggalian batu
pasir dari pukul 07.00 sampai 16.00 dan
jika permintaan batu pasir meningkat
pekerja memberlakukan lembur sampai
pukul 18.00.
Beban kerja tinggi, lingkungan
kerja yang tidak aman dan nyaman
merupakan faktor-faktor yang dapat
menyebabkan kecelakaan kerja. Hasil
wawancara kecelakaan kerja yang terjadi
pada proses penggalian batu pasir
ditampilkan dalam tabel 1.
Tabel 1. Angka Kecelakaan Kerja pada Penggalian Batu Pasir
Waktu Kecelakaan Kematian Cedera Fisik
(Luka Ringan – Berat)
Dirawat di Fasilitas Kesehatan
Januari 0 2 Tidak
Februari 1 2 Ya, selama 3 hari
April 1 2 Ya, selama 2 hari
September 0 1 Tidak
Desember 2 2 Ya, Selama 5 hari
TOTAL 4 9
PEMBAHASAN
Kecelakaan kerja adalah suatu
kejadian atau peristiwa yang tidak
diinginkan yang merugikan terhadap
manusia, merusak harta benda atau
kerugian terhadap proses. Kecelakaan
kerja juga dapat didefinisikan suatu
kejadian yang tidak dikehendaki dan
tidak diduga semula yang dapat
menimbulkan korban manusia dan atau
harta benda.[5]
Untuk menurangi angka kecelakaan
kerja, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah melakukan identifikasi
apa saja potensi bahaya yang ada dalam
organisasi atau perusahaan.[6] Bahaya
dapat bersumber dari proses produksi,
material atau bahan yang digunakan,
kegiatan kerja yang dijalankan dalam
perusahaan serta instalasi yang
mengandung potensi risiko.[7] Risiko
tertinggi pada proses penggalian batu
pasir terdiri dari proses menggali dan
proses pengangkutan batu pasir ke dalam
truk. Pada tahap penggalian batu pasir
terdapat potensi bahaya yang akan
menimbulkan risiko keselamatan dan
kesehatan kerja yaitu, terpeleset, terjatuh,
meninggal dunia akibat tertimpa batu
pasir, terpapar suhu yang terlalu panas
atau dingin. Tahap mengambil batu pasir
untuk dinaikkan ke truk, terdapat potensi
bahaya yang akan menimbulkan risiko
keselamatan dan kesehatan kerja yaitu
risiko terpeleset, kelelahan, nyeri pada
pinggang dan punggung karena
mengangkat beban yang berlebihan dan
metode angkat angkut yang tidak
ergonomis.
Pada umumnya batu pasir digali
sampai pada bagian yang mudah untuk
diangkat dan dibawa. Pekerja bekerja
secara manual menggunakan alat
sederhana seperti hue, hummer, souple.
Batu pasir tersebut diangkat dan dibawa
menggunakan keranjang melalui tangga
sederhana tanpa pegangan tangan, untuk
ditampung pada truk pengangkut batu
pasir. Rerata dalam sehari 2-3 orang
pekerja dapat menampung batu pasir
sebanyak 5 truk (10 m3).
Dahulu penggalian batu pasir
dilakukan membentuk terowongan yang
cukup terjal. Karena terowongan tersebut
sering runtuh dan menyebabkan
kecelakaan kerja, penggalian berupa
terowongan mulai dilarang, dan
disarankan membuat teras di sekitar area
penggalian. Kondisi penggalian batu
pasir yang sagat terjal dapat dilihat pada
Analisis Kecelakaan Kerja Pada Penggalian Batu Pasir
S85
Bali Health Journal
3(2) Suplement 2 2020
gambar 1. Sedangkan lapisan batu pasir
pada tebing yang curam tidak terlalu kuat
dan landai mengikuti permukaan bumi,
sehingga mudah longsor atau runtuh
terutama pada musim hujan.
Gambar 1. Area penggalian batu pasir Tahun 2018
Untuk mengatasi masalah
kecelakaan kerja akibat kondisi
penggalian batu pasir yang sagat terjal,
telah diperkenalkan suatu metode
pembuatan teras dan penggunaan katrol
untuk mengangkat batu pasir. Aplikasi
metode tersebut dapat dilihat pada
gambar 2.
Gambar 2. Teras dan penggunaan katrol untuk mengangkat batu pasir
Negara & Sutjana
S86
Bali Health Journal
3(2) Suplement 2 2020
Setelah menerapkan metode ini
kecelakaan kerja mulai berkurang,
sehingga bagi para pelaku usaha
penggalian batu pasir disarankan untuk
menggunakan metode ini untuk
mengurangi kecelakaan. Walaupun
demikian pelaku usaha penggalian batu
pasir belum semua menerapkan
pembuatan teras dan penggunaan katrol,
karena dianggap sebagai pengeluaran
biaya yang berlebih.
SIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa
kecelakaan kerja pada proses penggalian
batu pasir memiliki risiko tinggi.
Kecelakaan kerja yang terjadi bukan hanya
cedera fisik baik ringan maupun berat
tetapi sampai dengan menyebabkan
kematian.
SARAN
Adapun saran yang dapat
disampaikan yaitu menerapkan metode
pembuatan teras dan penggunaan katrol
pada proses penggalian batu pasir, selain
itu dapat memberikan intervensi ergonomi
dan kesehatan keselamatan kerja (K3)
untuk menjamin kondisi kerja pekerja
penggalian batu pasir dalam kondisi sehat,
aman, dan nyaman.
DAFTAR RUJUKAN
1. Kuemba, L.S. Buruh Bagasi Kapal di
Pelabuhan Kota Bitung. Jurnal
Holistik Tahun V No. 10A/Juli.2012
2. Silaban, G. 2014. Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Perc. CV. Prima
Jaya. Medan.
3. Sutjana, I D.P. 2000. Working
Accident Among Milling Operators
of Roof Tile Home Industry at
Pejaten and Nyitdah Villages
Tabanan Regency. J.Occ.Health. 42.
4. Suma’mur. Keselamatan Kerja dan
Pencegahan Kecelakaan. PT.Gunung
Agung. Jakarta;2009.
5. Candra, Lian. (2016). Analisis
Potensi Kecelakaan Akibat Kerja
Dengan Prosedur Hazard
Identification, Risk Assesment, and
Determing Control (HIRADC) Di PT
Aneka Adhilogam Karya. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
6. Alfatiyah, R. (2017). Analisis
Manajemen Risiko Keselamatan dan
Kesehatan Kerja dengan
Menggunakan Metode Hirarc Pada
Pekerjaan Seksi Casting. Jurnal
Mesin Teknologi, 11 (2), 88-101.
7. Soehatman R. Manajemen Risiko
dalam Perspektif K3 OHS Risk
Manajemen. Dian Rakyat. Jakarta;
2010.
BHJ 3(2) Supplement 2 2020
BALI HEALTH JOURNAL ISSN 2599-1280 (Online); ISSN 2599-2449 (Print)
http://ejournal.unbi.ac.id/index.php/BHJ
GAMBARAN FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGETAHUAN ANAK TK
TENTANG PENDIDIKAN KESELAMATAN
Cokorda Istri Dharmayanti1, Agnes Ayu Biomi2, Willy Heince Karubaba3
1,2,3 Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Universitas Bali Internasional
ABSTRAK
Latar Belakang : Anak – anak usia di bawah 7 tahun atau siswa sekolah TK adalah kelompok usia yang selalu bergerak
aktif dan mau tahu. Berbagai tindakan anak-anak TK ini sering membahayakan ketika mereka tidak sadar akan potensi
bahaya yang terjadi jika sedang bergurau, tidak memperhatikan rambu – rambu lalu lintas dan tidak melihat ke kanan dan
kekiri ketika menyebrang jalan. Keadaan tidak aman tersebut beresiko menimbulkan kecelakaan. Oleh karena itu penting bagi anak – anak sejak dini mendapatkan pendidikan keselamatan (Safety Education) terutama pada anak TK. Tujuan :
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan anak TK
tentang safety education (pendidikan keselamatan) di TK Suta Dharma Gianyar. Metode : Jenis dan rancangan penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Hasil : dari hasil penelitian diketahui gambaran penerapan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan anak TK tentang safety education (pendidikan keselamatan), skor
pemahaman bahaya anak TK Suta Dharma adalah baik. Skor cara menghindari bahaya anak TK Suta Dharma adalah baik.
kemampuan menceritakan konsep bahaya dan cara menghindarinya untuk anak laki – laki baik sedangkan kemampuan anak
perempuan cukup baik Kemampuan mengenali tempat/benda/perilaku anak laki – laki dan anak perempuan baik.Kesimpulan : Safety Education (pendidikan keselamatan) sangat penting diberikan dalam pengajaran dan dijadikan
kurikulum, namun dalam pengajarannya kepada anak TK lebih kepada cara yang kreatif dan inovatif sesuai usia anak TK
sehingga pemahaman mereka akan pentingnya keselamatan bisa tersampaikan dan diterapkan. Terbukti pada anak TK Suta
Dharma paham tentang safety education (pendidikan keselamatan) sehingga memperoleh hasil yang baik, namun pendidikan keselamatan ini perlu terus secara berkala diadakan.
Kata kunci : Anak TK, Pengetahuan, Safety education
ABSTRACT
Background: Children under 7 years of age or kindergarten students are an age group that is always active and curious. The various actions of kindergarten children are often dangerous when they are not aware of the potential dangers that occur if
they are joking, do not pay attention to traffic signs and do not look right and left when crossing the road. This unsafe
condition has the risk of causing accidents. Therefore it is important for children from an early age to get safety education,
especially for kindergarten children. Purpose: The purpose of this study was to describe the factors that influence kindergarten children's knowledge about safety education at Suta Dharma Gianyar Kindergarten. Method: The type and
research design used in this research is descriptive qualitative. Result: from the results of the study, it is known that the
description of the application of the factors that affect the knowledge of kindergarten children about safety education, the
score of understanding the dangers of TK Suta Dharma children is good. The score on how to avoid the dangers of Suta Dharma Kindergarten children is good. the ability to tell the concept of danger and how to avoid it for boys is good, while
the ability of girls is quite good The ability to recognize places / objects / behavior of boys and girls is good Conclusion:
Safety education is very important in teaching and making it curriculum, but in teaching kindergarten children more in creative and innovative ways according to the age of kindergarten children so that their understanding of the importance of
safety can be conveyed and applied. It is proven that Suta Dharma Kindergarten children understand about safety education
so that they get good results, but this safety education needs to be held regularly.
Keywords: Kindergarten children, Knowledge, Safety education
Korespondensi: Cokorda Istri Dharmayanti
Email: [email protected] Artikel:
Diterima 30 OKtober 2019
Disetujui 16 Januari 2020 Dipublikasikan 30 Januari 2020
Dharmayanti, Biomi & Karubaba
S88
Bali Health Journal
3 (2) Supplement 2 2020
PENDAHULUAN
Keselamatan adalah keadaan
dimana terhindar dari bahaya atau
kecelakaan yang dapat menimbulkan
kerugian bagi manusia. Keselamatan
merupakan sesuatu yang tidak bisa
ditawar, namun tidak banyak orang
yang sadar untuk menjaga
keselamatannya sendiri. Setiap orang
membutuhkan rasa aman sehingga
setiap orang harus berhati – hati
sehingga dengan adanya hal tersebut
setiap orang harus mengerti dan
mengetahui tentang pengertian serta
pemahaman akan keselamatan diri
yaitu pengetahuan yang dimiliki
seseorang mengenai bahaya dan cara-
cara menghindarkan diri dari hal-hal
yang membahayakan dan yang dapat
menimbulkan cedera [1].
Siswa Taman Kanak – kanak
atau TK adalah kelompok usia yang
masih mempunyai keinginan untuk
selalu bergerak karena pada masa
tersebut anak mempunyai kelebihan
energi sehingga disalurkan melalui
bergerak, keinginan untuk mengetahui
hal-hal baru yang berada di
lingkungan. Di sekolah dijumpai
kecelakaan ketika bermain,
berolahraga, belajar di kelas, ketika di
kantin dan lain sebagainya sehingga
menyebabkan kepanikan bagi pihak
sekolah, untuk itu guru sebagai orang
pertama di sekolah yang
bertanggungjawab mempunyai
peranan penting dalam mengenalkan
tentang budaya selamat. Pengenalan
budaya keselamatan dapat dilakukan
dengan cara kecil yaitu dengan
memberikan arahan pada saat upacara
mengenai keselamatan berjalan,
menyeberang, bersepeda, berolahraga,
bermain dan dalam kondisi darurat
bencana seperti kebakaran, gempa dan
lain-lain[2]. Jika dilihat dari hasil
observasi, maka semua aktivitas dan
tindakan anak mempunyai resiko yang
dapat mengancam keselamatan diri
sendiri bahkan orang lain. Kecelakaan
dapat terjadi karena dilatarbelakangi
oleh banyaknya faktor dan salah satu
faktor tersebut adalah pengetahuan
akan pendidikan keselamatan (Safety
Education) pada anak TK karena
sebagai akibat dari kecelakaan, korban
dapat mengalami cidera ringan atau
berat, pingsan, cacat seumur hidup
atau bahkan kematian. Dalam banyak
kasus, kecelakaan yang terjadi pada
anak-anak mengakibatkan cedera dan
bahkan kematian [3].
METODE
Jenis dan rancangan penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini
adalah deskriptif, karena mengambarkan
penerapan faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan anak TK
tentang Safety Education (pendidikan
keselamatan). Peneliti ingin
mengungkapkan dan menginterpretasikan
makna-makna secara tepat dari fakta
yang ada yang berhubungan dengan
pendidikan keselamatan diri anak usia
dini. Teknik pengumpulan data yang
digunakan berupa pengamatan,
wawancara, dan analisis dokumen.
Pengamatan dilakukan sejak awal
penelitian sampai berakhirnya
pengambilan data tentang pendidikan
keselamatan diri anak usia dini.
Wawancara dilakukan untuk
mendapatkan informasi secara langsung
dari pendidik tentang pelaksanaan
pendidikan keselamatan diri serta
perubahan sikap dan perilaku anak
tentang keselamatan diri. Analisis
dokumen digunakan untuk melengkapi
data yang diperoleh dari hasil
pengamatan dan wawancara.
Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
S89
Bali Health Journal
3 (2) Supplement 2 2020
Tabel 1 Skor Pemahaman Bahaya Anak TK Suta Dharma
Jawaban
Jenis kelamin Anak
Total Laki – laki Persentase
(%)
Perempuan Persentase
(%)
Baik 14 74 16 76 30
Cukup Baik 5 26 5 24 10
Total 19 100 21 100 40
Tabel 2. Skor Cara Menghindari Bahaya Anak TK Suta Dharma
Jawaban
Jenis kelamin Anak
Total Laki – laki Persentase
(%)
Perempuan Persentase
(%)
Baik 18 74 16 76 30
Cukup Baik 5 26 5 24 10
Total 19 100 21 100 40
HASIL
Tabel 1 menunjukkan adanya
pemahaman mereka tentang bahaya
adalah baik. Hal ini ditunjukkan pada
kemampuan anak dalam mengetahui cara
bermain yang benar di dalam ruangan
dan di luar ruangan. Anak-anak menjadi
lebih perhatian terhadap keselamatan
dirinya. Selain itu, anak juga berusaha
mencari pemecahan masalah misalnya
ketika temannya bermain dorong –
dorongan sehingga ada potensi bahaya
disitu dan anak menegur temannya
supaya tidak dorong – dorongan karena
dapat menyebabkan jatuh.
Skor cara menghindari bahaya
anak TK Suta Dharma adalah baik.
Dalam kegiatan bermain, anak-anak
berusaha melaksanakan aturan-aturan
main atau batasan – batasan yang
diberikan oleh guru. Kondisi ini
memungkinkan anak dapat menghindari
kecelakaan yang terjadi.
Tabel 3. Kemampuan Menceritakan Konsep Bahaya dan Cara Menghindarinya Anak TK Suta Dharma
Kemampuan
Jenis kelamin
Total Laki – laki Persentase
(%)
Perempuan Persentase
(%)
Baik 10 53 8 38 18
Cukup Baik 7 37 12 57 19
Kurang Baik 2 10 1 5 3
Total 19 100 21 100 40
Dalam tabel 3, kemampuan anak
laki – laki tergolong baik sedangkan
kemampuan anak perempuan cukup baik.
Beberapa anak laki - laki mampu
menyampaikan pendapat bahwa perilaku
yang baik akan menyebabkan benda
tertentu menjadi tidak berbahaya,
misalnya lantai yang basah bisa
menyebabkan licin dan terpeleset, namun
jika lantai tersebut dilap atau dipel maka
akan dapat dilewati dengan baik. Namun
masih terdapat anak yang baru mulai
berkembang karena anak-anak masih
malu-malu untuk bercerita di depan guru
dan teman-temannya.
Dharmayanti, Biomi & Karubaba
S90
Bali Health Journal
3 (2) Supplement 2 2020
Tabel 4.Kemampuan Mengenali Tempat/Benda/Perilaku Anak TK Suta Dharma
Kemampuan
Jenis kelamin
Total Laki – laki Persentase
(%)
Perempuan Persentase
(%)
Baik 12 63 16 76 28
Cukup Baik 3 16 2 10 5
Kurang Baik 4 21 3 14 7
Total 19 100 21 100 40
Kemampuan mengenali
tempat/benda/perilaku anak laki – laki
dan anak perempuan baik. Anak – anak
dalam mengeksplorasi lingkungan
sekolahnya yang memiliki potensi bahaya
seperti dalam ruangan kelas, ruang guru,
toilet, tempat bermain di dalam dan di
luar ruangan.
PEMBAHASAN
Pelaksanaan program anak TK Suta
Dharma merupakan integrasi dari
layanan pendidikan, pengasuhan,
perlindungan, kesehatan, dan gizi.
Keberhasilan layanan perlindungan anak
usia dini di sekolah dapat dilihat dari
terpenuhinya tiga komponen, yaitu
penyediaan lingkungan yang aman,
nyaman, dan menyenangkan,
penguasaan pengetahuan tentang
perlindungan anak, dan dimilikinya
sikap serta perilaku yang sesuai dengan
perlindungan anak. Pendidikan
keselamatan diri anak TK di TK Suta
Dharma Gianyar dilaksanakan melalui
kegiatan yang terintegrasi dengan
pembelajaran harian. Terdapat beberapa
anak yang mampu menyampaikan
pendapat bahwa perilaku yang baik akan
menyebabkan benda tertentu menjadi
tidak berbahaya, misalnya lantai dapur
yang licin bisa menyebabkan tergelincir,
namun jika lantai tersebut dilap dengan
kain yang kering maka akan dapat dilewati dengan baik. Begitu juga
sebaliknya, sebuah benda menjadi
berbahaya jika perilaku dalam
menggunakan benda tersebut tidak tepat,
misalnya pintu tidak berbahaya tetapi
jika menutupnya dengan cara yang tidak
benar maka jari tangan bisa terjepit [4].
Pendidikan keselamatan diri anak
usia dini di TK Suta Dharma lebih
mengutamakan faktor manusianya, yaitu
pemahaman anak. Terdapat dua
indikator, yaitu pemahaman anak
mengenal bahaya di lingkungan
bermainnya, baik lingkungan di dalam
ruangan (indoor) dan di luar ruangan
(outdoor) dan pemahaman cara
menghindari bahaya. Lingkungan
bermain merupakan lingkungan yang
memungkinkan anak cedera. Mampu
menyebutkan benda /tempat/ perilaku
yang memungkinkan adanya bahaya,anak
mampu menyebutkan aktivitas bermain
dalam ruangan yang berpotensi
membahayakan diri serta anak mampu
menyebutkan aktivitas bermain di luar
ruangan yang berpotensi membahayakan
diri, sedangkan subindikator pemahaman
cara menghindari bahaya terdiri dari anak
mampu mengetahui cara bermain yang
benar di dalam ruangan dan di luar
ruangan.
Berdasarkan indikator-indikator
tersebut, guru menilai tingkat
pemahaman bahaya dan cara
menghindarinya. Hal ini dapat dilihat dari
kemampuan anak dalam menyebutkan
benda/ tempat/perilaku yang berpotensi
membahayakan, kemampuan anak
menyebutkan aktivitas bermain dalam
ruangan dan di luar ruangan yang
berpotensi membahayakan diri. Kemampuan menyebutkan ini terkait
dengan kemampuan mengidentifikasi
lingkungan TK pada tahap belajar dan
survei bahaya. Terdapat anak yang
mampu mengingatkan untuk berperilaku
Gambaran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
S91
Bali Health Journal
3 (2) Supplement 2 2020
yang baik ketika temannya bermain
ayunan dengan cara tidak benar.
Anak -anak dikenalkan dengan
keselamatan dirinya melalui kegiatan
bermain yang menyenangkan. Selain itu,
anak juga dilibatkan secara langsung dan
aktif di dalamnya. Anak-anak diberi
kesempatan berpartisipasi untuk
mengidentifikasi lingkungan sekolahnya,
menemukan tempat-tempat yang
berpotensi membahayakan diri dan
mengetahui cara menghindarinya.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dikemukakan,
maka dapat disimpulkan bahwa
gambaran safety education (pendidikan
keselamatan) pada anak TK Suta Dharma
adalah baik. Pendidikan keselamatan diri
anak usia dini di TK Suta Dharma
dilaksanakan dengan memenuhi cara dan
prinsip belajar anak usia dini. Pendidikan
keselamatan diri ini merupakan salah satu
upaya preventif untuk mengurangi
kecelakaan di sekolah. Tujuannya adalah
memberikan pemahaman kepada anak
usia dini tentang bahaya dan cara
menghindarinya. Dalam pelaksanaannya,
anak-anak diberi kesempatan
berpartisipasi untuk mengindentifikasi
lingkungan bermainnya, menemukan
benda/tempat/perilaku yang berpotensi
membahayakan dirinya. Anak juga
terlibat aktif dalam kegiatan cara
menghindari bahaya tersebut.
SARAN
Pihak manajemen sekolah dan
komite sekolah perlu menyediakan dan
melengkapi proteksi aktif seperti:
detektor atau alarm kebakaran, APAR
dan hydrant, safety sign, jalur
evakuasi dan titik kumpul di
lingkungan sekolah. Sekolah melalui
kepala sekolah, komite sekolah dan
guru, sebaiknya mengadakan kembali
pelatihan tentang simulasi
kebencanaan atau kebakaran secara
rutin yaitu sekali atau 2 kali dalam
setahun kepada seluruh warga sekolah.
UCAPAN TERIMAKASIH
Kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar – besarnya kepada Prof. dr.
I Dewa Putu Sutjana, PFK., Sp.Erg. atas
bimbingan dan motivasinya kepada kami
untuk membuat penelitian ini. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada Rektor
Universitas Bali Internasional, Ketua
Program Studi Kesehatan dan
Keselamatan Kerja yang telah memberi
kesempatan kepada kami untuk
melakukan penelitian ini sehingga
penelitian ini dapat diselesaikan tepat
pada waktunya. Terakhir, kami
mengucapkan terimakasih kepada
Yayasan Tri Hita Karana, Komite
Sekolah, Kepala Sekolah dan guru TK
Suta Dharma yang telah membantu
berkontribusi dalam penelitian ini.
PENDANAAN
Penelitian ini dibiayai sepenuhnya
oleh Universitas Bali Internasional.
DAFTAR RUJUKAN
1. Andriani, Dina, dkk, 2013, Studi
Tentang Sanitasi Lingkungan
Sekolah Dasar Negeri Di
Kecamatan Sungai Beremas
kabupaten Pasaman Barat,
STKIP PGRI Sumatera Barat.
2. Kuschithawati, Susy dkk., 2007,
Faktor Resiko Terjadinya Cedera
Pada Anak Usia Sekolah Dasar,
BKM, Vol 23 No 3, September
2007, hlm 131.
3. Widayati, Tri. 2018. Pendidikan
Keselamatan Diri Anak Usia Dini
Dharmayanti, Biomi & Karubaba
S92
Bali Health Journal
3 (2) Supplement 2 2020
( Studi Kasus di Kelompok
Bermain (KB) Gaharu Plus Kutai
Kartanegara. urnal Ilmiah VISI
PGTK PAUD dan Dikmas - Vol.
13, No. 2, Desember 2018
4. Institute For Science And
Technologi Studies (ISTECS),
2011, Belajar dari Bencana
Jepang, Jakarta.
5. Hidayat, Edwin, 2012, Evaluasi
Tipikal Zona Selamat Sekolah
Pada Jalan Arteri Primer Yang
Masuk Wilayah Perkotaan, Jalan
Jembatan, Volume 26, No. 1,
April 2012, hlm 47-57.
BHJ 3(2) Supplement 2 2020
BALI HEALTH JOURNAL ISSN 2599-1280 (Online); ISSN 2599-2449 (Print)
http://ejournal.unbi.ac.id/index.php/BHJ
PENDAMPINGAN TERHADAP MASYARAKAT DALAM PEMBUATAN MINYAK
KELAPA (VIRGIN COCONUT OIL) SUPAYA BERKUALITAS TINGGI DI DESA
SENGANAN JATILUWIH KABUPATEN TABANAN, PROVINSI BALI
I Wayan Karyawan1, I Gusti Agung Haryawan 2
1,2 Program Studi Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan,
Universitas Bali Internasional
ABSTRAK
Latar belakang: Pohon kelapa telah lama dikenal oleh masyarakat dan merupakan tumbuhan penting yang tersebar luas.
Begitu halnya di Desa Senganan hampir seluruh penduduk memiliki pohon kelapa. Kelapa merupakan sumber makanan dan bahan mentah untuk industri kecil baik itu tempurungnya, kulitnya, daging maupun batangnya. Sebagian buah kelapa yang
dimanfaatkan untuk dijadikan minyak. Minyak yang ditambahkan pada bahan pangan yang akan digoreng perlu memenuhi
sifat-sifat dan persyaratan tertentu. Minyak kelapa (VCO) yang bebas dari ketengikan dan keracunan sehingga minyak
kelapa mempunyai peranan penting menjaga kesehatan tubuh manusia. Tujuan: untukn mengetahui Apa penyebab perubahan rasa (flavor) dari minyak kelapa dan apa penyebab bau tengik dari minyak kelapa Metode: adapun metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Qasi-experimental dengan post test only. Hasil: pengukuran angka peroksida pada
sampel minyak kelapa fermentasi yang diproduksi secara tradisional dengan 3 kali pengulangan memiliki bilangan peroksida
yang berbeda-beda pada setiap pengulangannya. Perubahan terlihat bahwa angka peroksida minyak kelapa fermentasi yang diproduksi secara tradisional terlihat dari lama fermentasi 0 jam (kontrol) yaitu; 0,232%, lama fermentasi 6 jam yaitu
0,0988%, lama fermentasi 12 jam yaitu 0,3494%, lama fermentasi 18 jam yaitu 0,4799%, lama fermentasi 24 jam yaitu
0,5630%. Simpulan: Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa angka peroksida yang paling rendah terdapat pada lama
fermentasi 6 jam yaitu 0,0988%. Hal ini disebabkan kerena asam lemak tidak jenuh yang terdapat dalam minyak kelapa fermentasi 6 jam relatif lebih kecil. Sifat dan daya tahan minyak terhadap kerusakan sangat tergantung pada komponen
penyusunnya, terutama kandungan asam lemak.
Kata kunci: VCO, Minyak, Bilangan Peroksida
ABSTRACT
Background: The coconut tree has long been recognized by the community and is an important and widespread plant.
Likewise in Senganan Village, almost all residents have coconut trees. Coconut is a source of food and raw materials for small industries, be it shells, skins, meat or stems. Some of the coconuts are used as oil. Oil added to food to be fried needs
to fulfill certain characteristics and requirements. Coconut oil (VCO) is free from rancidity and poisoning, so coconut oil has
an important role in maintaining the health of the human body. Purpose: to find out what causes the change in taste (flavor)
of coconut oil and what causes the rancid odor of coconut oil. Method: The method used in this research is Qasi-experimental with post test only. Result: measurement of peroxide value in fermented coconut oil samples produced
traditionally with 3 repetitions had different peroxide numbers for each iteration. The change shows that the peroxide rate of
fermented coconut oil that is traditionally produced can be seen from the fermentation time of 0 hours (control), namely;
0.232%, 6 hours fermentation time is 0.0988%, 12 hours fermentation time is 0.3494%, 18 hours fermentation time is 0.4799%, 24 hours fermentation time is 0.5630%. Conclusion: From the research results, it was found that the lowest
number of peroxide was found in the 6 hour fermentation period, namely 0.0988%. This is because the unsaturated fatty
acids contained in fermented coconut oil for 6 hours are relatively smaller. The nature and resistance of oil to damage is
highly dependent on its constituent components, especially the fatty acid content.
Keywords: VCO, Flavor, Peroxide Number
Korespondensi:
I Wayan Karyawan
Email: [email protected]
Riwayat Artikel:
Diterima 30 Oktober 2019 Disetujui 16 Januari 2020
Dipublikasikan 30 Januari 2020
Karyawan & Haryawan
S94
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
PENDAHULUAN
Pohon kelapa telah lama dikenal
oleh masyarakat dan merupakan
tumbuhan penting yang tersebar luas.
Begitu halnya di Desa Senganan hampir
seluruh penduduk memiliki pohon
kelapa. Kelapa merupakan sumber
makanan dan bahan mentah untuk
industri kecil baik itu tempurungnya,
kulitnya, daging maupun batangnya.
Sebagian buah kelapa yang dimanfaatkan
untuk dijadikan minyak. Minyaknya itu
dijadikan sebagai medium penghantar
panas dalam memasak bahan pangan,
misalnya minyak goreng.
Minyak yang ditambahkan pada
bahan pangan yang akan digoreng perlu
memenuhi sifat-sifat dan persyaratan
tertentu. Minyak kelapa yang bebas dari
ketengikan dan keracunan sehingga
minyak kelapa mempunyai peranan
penting menjaga kesehatan tubuh
manusia. Minyak kelapa yang masih
segar dicampurkan pada bahan pangan
akan menambah enaknya bahan pangan
tersebut. Tetapi kalau minyak kelapa
yang tengik dicampurkan ke dalam bahan
akan meracuni bahan pangan tersebut[1,2].
Untuk itu minyak kelapa dipersiapkan
untuk waktu yang lama harus
diperhatikan bagaimana caranya agar
minyak kelapa menjadi tidak rusak,
tengik dan beracun. Masyarakat Desa
Senganan khususnya yang membuat
minyak dari kelapa untuk keperluan
mencampur atau menggoreng bahan
makanan sangat penting sekali
memperhatikan minyak kelapa agar
minyak yang digunakan terutama untuk
keperluan jangka waktu yang lama bebas
dari ketengikan dan keracunan minyak.
Di Desa Senganan minyak kelapa
dibuat dengan cara tradisional yaitu;
daging buah kelapa yang sudah tua
diparut, kemudian dicampur dengan air
panas secukupnya lalu diperas atau
ditapis diambil santannya. Santan
kemudian direbus dengan panas api yang
merata, santan ditaruh didalam periuk
atau belanga. Setelah dalam waktu lebih-
kurang 30 menit santan tadi berubah agak
keruh dan larutan minyak mengambang
keatas, larutan minyak ditampung diatas
wajan kemudian dipanaskan lagi
sehingga menghasilkan minyak jeleg
yang gurih, tahan lama dan tidak amis.
Minyak yang masih segar
langsung digunakan untuk
mencampurkan bahan pangan atau untuk
medium memasak bahan pangan.
Penduduk setempat tidak mengetahui
cara menyimpan minyak untuk keperluan
jangka waktu lama. Paling lama
menyimpan dalam waktu seminggu. Jadi
dapat dipastikan penduduk membuat
minyak kelapa untuk keperluan saat itu
dan waktu dekat segera digunakan.
Penduduk setempat cukup besar
menghasilkan minyak kelapa tetapi
biasanya pembuatan minyak kelapa untuk
kepentingan keluarganya sendiri,
walaupun sebagian kecil ada yang dijual.
Hal ini disebabkan karena kurangnya
pengetahuan penduduk tentang cara
menjaga ketahanan mutu minyak kelapa
dalam penyimpanan waktu lama atau cara
mencegah ketengikan dan keracunan
pada minyak kelapa.
METODE
Rancangan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Quasi-experimental
dengan post test only. Pada penelitian ini
terdapat dua kelompok yaitu; kelompok
perlakuan dan kelompok kontrol.
Kelompok perlakuan diberi perlakuan
berupa perawatan kebersihan pencegahan
standar VCO sedangkan kelompok
kontrol hanya mendapat perawatan
kebersihan standar saja dalam proses
pembuatan VCO. Rancangan Penelitian
Pendampingan terhadap Masyarakat
S95
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
(Zα√2PQ + Zβ √P1Q1 + P2Q2)2
n1= n2=
(P1 - P2)
P = ½ (P1 + P2)
penelitian dapat dilihat pada gambar
berikut:
Gambar 1. Rancangan Penelitian penelitian
Keterangan:
O1= nilai yang diamati kelompok perlakuan
O2 = nilai yang diamati pada kelompok kontrol
X = perlakuan pada VCO
Jumlah asampel dalam penelitian
ini dihitung dengan rumus:
Keterangan:
P1 = Proporsi efek standar (ditetapkan
berdasarkan pustaka atau
pengalaman)
P2 = Proporsi efek yang diteliti
α = Tingkat kemaknaan ditentukan oleh
peneliti
Zβ = Power yang ditetapkan oleh peneliti
Berdasarkan perhitungan dengan
menggunakan rumus diatas maka
diperoleh sampel sebanyak 16 orang.
untuk mengantisipasi adanya drop out
dalam proses penelitian, maka dari
jumlah tersebut dilakukan koreksi 10%
dan dihitung dengan rumus:
n’ = n / (1-f)
Dimana n adalah besar sampel
yang dihitung dan f perkiraan drop out.
Dengan demikian maka besar sampel
dalam penelitian adalah 18 orang untuk
masing-masing kelompok sampel.
HASIL
Dalam penelitian ini dilakukan
penelitian terhadap penyimpanan minyak
kelapa baik itu pengaruh kemasan atau
botol minyak terhadap kecepatan
mengalami oksidasi di lingkungan
penyimpanan minyak kelapa. Banyaknya
tempat penyimpanan minyak kelapa tidak
tertutup karena hal ini menyebabkan
oksigen akan lebih banyak terlarut yang
akhirnya akan mempercepat proses
oksidasi atau banyaknya mikroba –yang
tumbuh dan berkembang biak yang
mempercepat ketengikan dan
menyebabkan minyak kelapa beracun.
Hasil penelitian angka peroksida minyak
kelapa fermentasi yang diproduksi secara
tradisional dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Nilai Peroksida Minyak Kelapa Fermentasi yang Diproduksi Secara Tradisional
Perlakuan Ulangan Total Rata-rata
% U1 U2 U3
L0 0,1993 0,2494 0,2473 0,696 0,232
L1 0,0987 0,0980 0,0997 0,2964 0,0988
L2 0,3493 0,3490 0,3499 1,0482 0,3494
L3 0,4493 0,4969 0,4937 1,4399 0,4799
L4 0,4953 0,5976 0,5962 1,6891 0,5630
Keterangan :
L0= control
L1= Lama permentasi 6 jam
L2= Lama permentasi 12 jam
L3= Lama permentas 18 jam
L4= lama permentasi 24 jam
O1
O2
(1,96√2x0,185x+0,842√((0,36x 0,64)+(0x 100))2
n1= n2 =
(0,36-0)2
n1 = n2 = 16 orang
Karyawan & Haryawan
S96
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Lama Permentasi Dengan Rata-rata Angka Peroksida
Tabel 1 menunjukan hasil
pengukuran angka peroksida pada sampel
minyak kelapa fermentasi yang
diproduksi secara tradisional dengan 3
kali pengulangan memiliki bilangan
peroksida yang berbeda-beda pada setiap
pengulangannya. Berdasarkan Tabel 1
terlihat bahwa angka peroksida minyak
kelapa fermentasi yang diproduksi secara
tradisional dengan lama fermentasi 0 jam
(kontrol) yaitu; 0,232%, lama fermentasi
6 jam yaitu 0,0988%, lama fermentasi 12
jam yaitu 0,3494%, lama fermentasi 18
jam yaitu 0,4799%, lama fermentasi 24
jam yaitu 0,5630%. Untuk selengkapnya
dapat dilihat perbandingan angka
peroksida rata-rata minyak kelapa
fermentasi yang diproduksi secara
tradisional pada Gambar 2.
PEMBAHASAN
Analisis keadaan sewaktu
mengadakan penelitian dengan
mengamati dan melihat pohon kelapa
cukup banyak berada didaerah Desa
Senganan dan penduduk mengetahui
buah kelapa bermanfaat bagi kebutuhan
hidupnya, salah satu hasilnya adalah
minyak. Dalam penelitian ini dilakukan
penelitian terhadap penyimpanan minyak
kelapa baik itu pengaruh kemasan atau
botol minyak terhadap kecepatan
mengalami oksidasi di lingkungan
penyimpanan minyak kelapa. Banyaknya
tempat penyimpanan minyak kelapa tidak
tertutup karena hal ini menyebabkan
oksigen lebih banyak terlarut yang
akhirnya akan mempercepat proses
oksidasi atau banyaknya mikroba –yang
tumbuh dan berkembang biak yang
mempercepat ketengikan dan
menyebabkan minyak kelapa beracun. Hasil penelitian menunjukan
bahwa pada setiap tindakan perlakuan
semakin lama fermentasi maka angka
peroksida minyak kelapa semakin
meningkat. Analisis angka peroksida
digunakan untuk menentukan tingkat
kerusakan oksidasi minyak. Kerusakan
oksidasi minyak berlangsung apabila
terjadi kontak antara sejumlah oksigen
dengan ikatan rangkap pada minyak. Dari
hasil penelitian, dapat diketahui bahwa
angka peroksida yang paling rendah
terdapat pada lama fermentasi 6 jam yaitu
0,0988%. Hal ini disebabkan kerena asam
lemak tidak jenuh yang terdapat dalam
minyak kelapa fermentasi 6 jam relatif
lebih kecil. Sifat dan daya tahan minyak
terhadap kerusakan sangat tergantung
pada komponen penyusunnya, terutama
kandungan asam lemak. Minyak yang
mengandung asam lemak tidak jenuh
cenderung mudah teroksidasi, sedangkan
yang banyak mengandung asam lemak
jenuh lebih mudah terhidrolisis. Asam
lemak pada umumnya bersifat semakin
reaktif terhadap oksigen.[2,7,9] Pada
perlakuan kontrol angka peroksidanya
lebih besar dari perlakuan lama
fermentasi 6 jam, hal ini disebabkan
Pendampingan terhadap Masyarakat
S97
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
karena perlakuan kontrol merupakan
proses pembuatan minyak kelapa dengan
cara tradisional.
Proses pembuatan minyak kelapa
dengan cara tradisional, minyak lebih
mudah tengik karena kadar air masih
sangat tinggi. Adanya kadar air maka
rantai karbon dalam minyak terputus,
rantai karbon yang terputus akan
berikatan dengan oksigen sehingga
peroksida minyak bertambah.[6] Sejumlah
air dalam lemak dapat menjadi medium
yang baik bagi pertumbuhan jamur yang
dapat menghasilkan enzim peroksida.
Enzim peroksida dapat mengoksidasi
asam lemak tidak jenuh sehingga
terbentuk peroksida, disamping itu juga
dapat mengoksidasi asam lemak jenuh
pada ikatan karbon atom sehingga
membentuk asam keton dan akhirnya
metil keton.[3,10] Dengan adanya air,
minyak dapat terhidrolisis menjadi
gliserol dan asam lemak. Reaksi ini dapat
dipercepat dengan adanya basa, asam,
dan enzim-enzim. Hidrolisis dapat
menurunkan mutu minyak.[12] Kandungan
air dalam minyak mampu mempecepat
kerusakan minyak.
Pada lama fermentasi 18 jam
angka peroksidanya yaitu 0,5630%, atau
lebih tinggi dari kontrol 0,232%, dan
lama fermentasi 12 jam yang angka
peroksidanya hanya 0,3494%, tetapi lama
fermentasi 18 jam memiliki angka
peroksida yang lebih rendah dari lama
fermentasi 24 jam. Pada lama fermentasi
24 jam angka peroksida minyak kelapa
meningkat dan lebih tinggi dari semua
perlakuan. Ini disebabkan karena semakin
lama waktu fermentasi maka asam lemak
tidak jenuh yang terdapat dalam minyak
kelapa akan semakin besar dan membuat
minyak dapat berkontak langsung dengan
oksigen, dengan demikian reaksi
pembentukan radikal bebas yang
selanjutnya diubah menjadi
hidroperoksida akan semakin meningkat.
Hal ini didukung oleh pendapat bahwa
reaksi oksidasi minyak dimulai dengan
pembentukan radikal-radikal bebas yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat
mempercepat reaksi seperti cahaya,
energi panas, katalis logam dan
enzim[4,5,12] Radikal bebas dengan
oksigen akan membentuk peroksida aktif
yang dapat membentuk hidroperoksida
yang bersifat sangat tidak stabil.
Menurut Jamieson, hasil yang
terbentuk pada kerusakan minyak atau
lemak antara lain adalah campuran
aldehid, keton, asam-asam hidroksi serta
asam lemak bebas dengan berat molekul
rendah, yang menyebabkan timbulnya
bau tengik dan rasa getir yang tidak
dikehendaki pada minyak.[11] Kandungan
asam lemak tidak jenuh yang tinggi dapat
menyebabkan kerusakan pada minyak
dan menimbulkan penyakit. Asam lemak
bebas sudah terdapat di dalam minyak
atau lemak sejak bahan tersebut mulai
dipanen dan jumlahnya akan terus
bertambah selama proses pengolahan dan
penyimpanan.[8]
SIMPULAN
Berdasakan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penyebab minyak kelapa menjadi tidak
berkualitas adalah bau tengik. Ketengikan
disebabkan oleh Reaksi oksidasi
(oxidative rancidity), Reaksi enzim
(enzimatic rancidity), reaksi hidrolisa
(hidrolitic rancidity) sebagai akibat pada
proses pemanasan banyak menambahkan
air.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih Saya ucapkan
kepada semua pihak yang membantu
dalam penyelesaian makalah ini terutama
kepada warga Senganan yang terlibat
dalam penelitian ini, serta Universitas
Bali Internasional.
Karyawan & Haryawan
S98
Bali Health Journal
3(2) Supplement 2 2020
DAFTAR RUJUKAN
1. Arthur I. Vogel. Textbook of
Practical Organic chemistry, Fourth
edition. Longmans london. 1984.
2. Alamsyah, Andi Nur. Virgin
Coconut Oil Minyak Penakluk
Aneka Penyakit. Jakarta. Agro
Media Pustaka. 2005.
3. Benjamin H. An Introduction to
organic Chemistry. Seventh
Edition. New York. London. 1986.
4. Durrant, P.J Organic Chemistry.
Seventh Edition. Longmans.
London 1985, 287-292.
5. Day Jr. A. L. Underwood. Analisis
Kimia Kuantitatif. Edisi IV.
Penerbit Erlangga. Jakarta. 1988. P.
286-290.
6. Farmakope Indonesia. 2014 Edisi V
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2014. P.330.
7. Hatman, R.J. Collid Chemistry.
London. 1984. Edisi 2.
8. Hartley, The Oil Palm. Longmans.
London, 1976.
9. Jamieson, GS. Vegetable fat and
Oils 2nd ed. Reinhold Publishing
Corporation. New York. 1943.
10. Morisson, R.T & Boyd R.N.
Organic Chemistry, edisi 3. Alyn
and Bacon. Inc. 1976.
11. William. T. Hall, S.B. Analitical
Chemistry. Nineth Edtion. New
York. 1980.
S99
MANUSCRIPT GUIDELINES
ABSTRACT FORMAT
1. File & Font Format
The authors must use Microsoft Word version 2003 or higher (file format is .doc or
.docx) for abstract preparation. For fonts, please use Times New Roman with font size of
12 point, for title please us Times New Roman with font size of 14 point.
2. Typing Area
The authors must use A4 size with top, bottom, and right margins of 2.5 cm and left
margin of 3 cm.
3. Organization of Abstract
a. Title
Please type title and bold letters, capitalize only the first letter of the first word, and
center on the width of the typing area and single-spaced if more than one line is
required. The title should be brief, descriptive and have all words spelled out.
b. Authors
Please list the author(s) name(s), single-spaced if more than one line is required.
Underline for the name of the presenter. Put asterisk sign “*” after the name of
corresponding author.
c. Author’s Affiliation
Please indicate institutional affiliation followed by city and country. In case that
authors are from different institutions, please use number typed in superscript for each
institution and author accordingly.
d. Abstract body
Objective: the purpose of the study
Methods: how the study was performed and statistical tests used
Results: the main findings
Conclusions: brief summary and potential implications
e. Keywords
Please list up to 5 keywords that best match the core content of the abstract.
S101
ABSTRACT EXAMPLE
THE COMPARATION EFFECTIVENESS OF AMITRIPTYLINE
VERSUS GABAPENTIN AND EVALUATION THEIR SIDE EFFECT AS
NEUROPHATIC PAIN THERAPY IN ELDERLY WITH TYPE II
DIABETES MELLITUS
Made Krisna Adi Jaya1, Tuty Kuswardhani2, Fauna Herawati1, I.B.N Maharjana3
1Department of Clinical Pharmacy, Institute Health Science Medika Persada Bali, Bali-
Indonesia. 2Geriatric Department, Sanglah General Hospital, Bali-Indonesia. 3Department of Clinical Pharmacy, Udayana University Hospital, Bali-Indonesia.
Background: Neuropathy in diabetes mellitus is a disorder that occurs in the peripheral
nervous system. The incidence of diabetic neuropathy was found more prevalent in elderly
(44%) compared to adult (24%). Amitriptyline and Gabapentin are widely used on treatment
of neuropathic pain. There were variations in the results of the studies that have been done
related to effectiveness and safety between both drugs, causes the need further research,
especially on geriatrics. Objective: The aim of this study was to compare the effectiveness of
Amitriptyline versus Gabapentin and evaluation there side effects to treat diabetic
neuropathic pain in geriatric. Methods: A prospective cohort study involving 70 elderly were
observed during 4 weeks. The outcome targets were neuropathy pain reduction (≥ 2 unit) and
incidence of side effect. Non-parametric Wilcoxon, Mann Whitney, and Chi-Square test were
used to analyze the outcome. Result: The whole subjects who got Amitriptyline or
Gabapentin decreased pain scale ≥ 2 units compared to baseline. Comparison head to head at
low doses, Amitriptyline showed reduce pain intensity greater than Gabapentin (p < 0.05),
while on therapeutic doses show there was no difference in efficacy between two drugs (p >
0.05). The adverse events on low doses showed Amitriptyline has significantly greater (p <
0.05) compared into Gabapentin, but there was no statisticaly difference on therapeutic doses
in both groups (p > 0.05). Conclusion: Amitriptyline was found better in reducing diabetic
neuropathic pain intensity compared to Gabapentin, but the side effect was higer than
Gabapentin.
Keywords: Diabetes Neuropatic Pain, Effectiveness, Side Effect, Amitrptyline, Gabapentin.
S102
FULL PAPER FORMAT
The text of articles amounting to up to 3000 words (excluding Abstract, references and
Tables) should be divided into sections with the headings Abstract (structured), Keywords,
Introduction, Methods, Results, Discussion, Conclusion, References, Tables and Figure
legends.
1. Abstract
Abstract preparation can be seen in the abstract preparation manual.
2. Introduction
State the purpose and summarize the rationale for the study or observation.
3. Methods
It should include ethics approval (for human being and animal used as subjects) and study
design and setting of the study, the characteristics of participants or description of
materials a clear description of all processes, interventions and comparisons. Generic
drug names should generally be used. When proprietary brands are used in research,
include the brand names in parentheses the type of statistical analysis used, including a
power calculation if appropriate.
4. Results
Present your results in a logical sequence in the text, tables, and illustrations, giving the
main or most important findings first. Do not repeat in the text all the data in the tables or
illustrations; emphasize or summarize only important observations. Restrict tables and
figures to those needed to explain the argument of the paper and to assess its support. Use
graphs as an alternative to tables with many entries; do not duplicate data in graphs and
tables.
5. Discussion
Include summary of key findings (primary outcome measures, secondary outcome
measures, results as they relate to a prior hypothesis); Strengths and limitations of the
study. Interpretation and implications in the context of the totality of evidence (what this
study adds to the available evidence, any new possible mechanisms etc); Controversies
raised by this study; and Future research directions (for this particular research
collaboration, underlying mechanisms, clinical research etc). Do not repeat in detail data
or other material given in the Introduction or the Results section. In particular,
contributors should avoid making statements on economic benefits and costs unless their
manuscript includes economic data and analyses. Avoid claiming priority and alluding to
work that has not been completed. New hypotheses may be stated if needed, however
they should be clearly labeled as such. About 30 references can be included.
6. Conclusion:
This should state clearly the main conclusions and provide an explanation of the
importance and relevance of the study reported.
7. References:
References should be numbered consecutively in the order in which they are first
mentioned in the text (not in alphabetic order). Identify references in text, tables, and
legends by Arabic numerals in square bracket after the punctuation marks.
S103
a. Articles in Journals
• Standard journal article (for up to six authors):
Gupta H, Aqil M, Khar RK, Ali A, Sharma A, Chander P. Development and
Validation of Stability Indicating RP-UPLC method for the Quantitative analysis
of Sparfloxacin. J Chromatogr Sci. 2010; 48 (1): 1-6.
• Standard journal article (for more than six authors):
List the first six contributors followed by et al. Nozari Y, Hashemlu A, Hatmi ZN,
Sheikhvatan M, Iravani A, Bazdar A, et al. Outcome of coronary artery bypass
grafting in patients without major risk factors and patients with at least one major
risk factor for coronary artery disease. Indian J Med Sci 2007;61:547-54
• Volume with supplement:
Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational
lung cancer. Environ Health Perspect 1994; 102 Suppl 1:275-82.
• Issue with supplement:
Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women's psychological reactions to breast
cancer. Semin Oncol 1996; 23(1, Suppl 2):89-97.
b. Books and Other Monographs
• Personal author(s):
Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed.
Albany (NY): Delmar Publishers; 1996.
• Editor(s), compiler(s) as author:
Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York:
Churchill Livingstone; 1996.
• Chapter in a book:
Phillips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM,
editors. Hypertension: pathophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New
York: Raven Press; 1995. pp. 465-78.
c. Electronic Sources as reference
• Journal article on the Internet
Abood S. Quality improvement initiative in nursing homes: the ANA acts in an
advisory role. Am J Nurs [serial on the Internet]. 2002 Jun [cited 2002 Aug
12];102(6):[about 3 p.]. Available from: http://www.nursingworld.org/AJN/
2002/june/ Wawatch.htm
• Monograph on the Internet
Foley KM, Gelband H, editors. Improving palliative care for cancer [monograph
on the Internet]. Washington: National Academy Press; 2001 [cited 2002 Jul 9].
Available from: http://www.nap.edu/books/0309074029/html/.
• Homepage/Web site
Cancer-Pain.org [homepage on the Internet]. New York: Association of Cancer
Online Resources, Inc.; c2000-01 [updated 2002 May 16; cited 2002 Jul 9].
Available from: http://www.cancer-pain.org/.
• Part of a homepage/Web site
American Medical Association [homepage on the Internet]. Chicago: The
Association; c1995-2002 [updated 2001 Aug 23; cited 2002 Aug 12]. AMA
Office of Group Practice Liaison; [about 2 screens]. Available from:
http://www.amaassn.org/ama/pub/category/1736.htm
S104
8. Illustrations And Figures (If Any)
a. Figures should be numbered consecutively according to the order in which they have
been first cited in the text.
b. Labels, numbers, and symbols should be clear and of uniform size. The lettering for
figures should be large enough to be legible after reduction to fit the width of a
printed column.
c. Symbols, arrows, or letters used in photomicrographs should contrast with the
background and should be marked neatly with transfer type or by tissue overlay and
not by pen.
d. Titles and detailed explanations belong in the legends for illustrations not on the
illustrations themselves.
e. When graphs, scatter-grams or histograms are submitted the numerical data on which
they are based should also be supplied.
f. The photographs and figures should be trimmed to remove all the unwanted areas.
g. If photographs of individuals are used, their pictures must be accompanied by written
permission to use the photograph.
h. If a figure has been published elsewhere, acknowledge the original source and submit
written permission from the copyright holder to reproduce the material. A credit line
should appear in the legend for such figures.
i. Legends for illustrations: Type or print out legends (maximum 40 words, excluding
the credit line) for illustrations using double spacing, with Arabic numerals
corresponding to the illustrations. When symbols, arrows, numbers, or letters are used
to identify parts of the illustrations, identify and explain each one in the legend.
Explain the internal scale (magnification) and identify the method of staining in
photomicrographs.
j. Final figures for print production: If the images uploaded are not printable quality, the
publisher office may request for higher resolution images which can be sent at the
time of aceptance of the manuscript. Send sharp, glossy, un-mounted, color
photographic prints, with height of 4 inches and width of 6 inches at the time of
submitting the revised manuscript. Print outs of digital photographs are not
acceptable. If digital images are the only source of images, ensure that the image has
minimum resolution of 300 dpi or 1800 x 1600 pixels in TIFF format. Send the
images on a CD. Each figure should have a label pasted (avoid use of liquid gum for
pasting) on its back indicating the number of the figure, the running title, top of the
figure and the legends of the figure. Do not write the contributor/s' name/s. Do not
write on the back of figures, scratch, or mark them by using paper clips.
9. Tables And Captions
a. Tables should be self-explanatory and should not duplicate textual material.
b. Tables with more than 10 columns and 25 rows should be avoided.
c. Number tables, in Arabic numerals, consecutively in the order of their first citation in
the text and supply a brief title for each.
d. Place explanatory matter in footnotes, not in the heading.
e. Explain in footnotes all non-standard abbreviations that are used in each table.
f. Obtain permission for all fully borrowed, adapted, and modified tables and provide a
credit line in the footnote.
g. For footnotes use the following symbols, in this sequence: *, †, ‡, §, ||,¶ , **, ††, ‡‡
h. Tables with their legends should be provided at the end of the text after the references.
i. The tables along with their number should be cited at the relevant place in the text
S105
10. Declaration
a. List of abbreviations
If abbreviations are used in the text they should be defined in the text at first use, and
a list of abbreviations should be provided.
b. Ethics approval and consent to participate
Manuscripts reporting studies involving human participants, human data or human
tissue must:
1. include a statement on ethics approval and consent (even where the need for
approval was waived)
2. include the name of the ethics committee that approved the study and the
committee’s reference number if appropriate
c. Funding
All sources of funding for the research reported should be declared. The role of the
funding body in the design of the study and collection, analysis, and interpretation of
data and in writing the manuscript should be declared.
d. Acknowledgements
Please acknowledge anyone who contributed towards the article who does not meet
the criteria for authorship including anyone who provided professional writing
services or materials.
S106
PEDOMAN PENULISAN NASKAH
FORMAT ABSTRAK
1. Format Berkas (File) dan Font
Dalam penyusunan abstrak, penulis diwajibkan menggunakan format file Microsoft Word
Versi 2003 atau lebih tinggi (format file .doc atau .docx). Untuk font style penulis
diharapkan menggunakan tipe “Times New Roman” dengan ukuran 12 pt, dan gunakan
ukuran 14 pt untuk judul abstrak.
2. Format Margin Penulisan
Penulis diwajibkan untuk menggunakan ukuran kertas A4 (8,3 x 11,7 inch) dengan batas
tepi atas, kanan, dan bawah sebesar 2,5 cm, sedangkan batas tepi kiri sebesar 3 cm.
3. Konten Yang Wajib Terdapat Dalam Abstrak
b. Judul Abstrak
Judul Abstrak disusun dengan huruf bercetak tebal (bold), kapital, dan diatur berada
di tengah-tengah (center), dengan spasi 1 pt (single space). Judul abstrak disusun
dengan singkat, padat, dan jelas.
c. Nama Penulis utama dan penulis lainnya (first and co-author)
Nama penulis ditulis lengkap dan disertakan dengan nomor di blakang penulis.
Diawali dari penulis utama dan dilanjutkan dengan penulis tambahan. Tambahkan
tanda “*” pada nama penulis yang akan menjadi penulis koresponding.
d. Afiliasi penulis
Afiliasi penilis disusun berdasarkan asal institusi yang dilengkapi dengan informasi
kota dan negara institusi. Gunakan nomor yang terdapat pada nama author untuk
menunjukkan afiliasi penulis tersebut.
e. Konten di dalam abstrak
Penulisan abstrak direkomendasikan mengandung Latar Belakang (Objective),
Metode (Method), Hasil (Result), dan Kesimpulan (Conclusion). Abstrak ditulis
dengan satu spasi, tidak diperkenankan mengandung tabel atau gambar, dan tidak
diperkenankan mengandung lebih dari 250 kata.
• Objective : Mengandung masalah dan tujuan studi.
• Methods : Mengandung bagaimana studi dilakukan lengkap dengan
metode analisisnya.
• Result : Paparan hasil penelitian dan temuan-temuan yang didapatkan
dalam studi yang telah dilakukan
• Conclusions : Rangkuman singkat dari hasil studi dan implikasi
potensialnya yang dapat dimanfaatkan oleh kehidupan manusia.
f. Kata Kunci (keywords)
Kata kunci harus memiliki 3-5 kata. Pilih kata kunci yang berkaitan dengan konten
studi yang dilakukan.
S107
CONTOH ABSTRAK
PENDEKATAN ANALISIS FAKTOR KONFIRMATORI
PADA MOTIVASI PEGAWAI ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
Gde Palguna Reganata1, Anak Ayu Sri Sarawati2
1,2Program Studi Administrasi Rumah Sakit, Institut Ilmu Kesehatan Medika Persada Bali
Latar Belakang: Statistika merupakan suatu ilmu yang mempelajari karakteristik data.
Sebagai salah satu alat analisis, penggunaan analisis faktor baik konfirmatori maupun
eksploratori di bidang manajemen banyak dilakukan. Salah satu indikator dalam manajemen
adalah motivasi kerja. Penelitian ini akan dilakukan di RS Bros Kota Denpasar. Tujuan:
Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah dimensi-dimensi yang membentuk motivasi
seseorang. Metode: Pengambilan sampel ini menggunakan teknik total sampling. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis faktor. Hasil: Hasil penelitian dengan
menggunakan metode Principal Component Analysis (PCA) diperoleh 52 indikator yang
tersebar pada lima faktor yang dipertimbangkan pegawai ARS dalam motivasi bekerja pada
BROS. Kelima faktor ini mampu menjelaskan semua varian yang ada dalam data. Faktor
yang paling berpengaruh adalah faktor Physiological Needs, faktor ini memiliki eigen value
sebesar 8,755 dan memiliki variance sebesar 62,535 persen. Kesimpulan: Harga diri atau
kebutuhan atas status merupakan faktor dominan yang mempengaruhi motivasi. Saran kepada
pihak rumah sakit perusahaan dapat memberikan apresiasi dalam bentuk langsung
menyatakan keberhasilan ditempat pekerjaannya, lebih baik dilakukan sewaktu ada orang
lain, memberikan surat penghargaan, memberi hadiah berupa uang tunai, memberikan
medali, memberikan kenaikan gaji dan promosi, dan pekerjaan itu sendiri (the job itself).
Kata Kunci: motivasi, administrasi rumah sakit, analisis faktor
S108
FORMAT PENULISAN JURNAL (FULL TEXT)
Artikel yang akan dipublikasi diharapkan mengandung tidak lebih dari 3000 kata, tidak
termasuk abstrak, daftar rujukan, dan tabel. Artikel harus mengandung konten berupa
abatrak, kata kunci, pendahuluan, metode, hasil, pembahasan, kesimpulan, daftar rujukan,
tabel, gambar, dan deklarasi penulis. Konten-konten tersbut akan dijelaskan lebih rinci
sebagai berikut:
1. Abstrak
Penyusunan abstrak dapat dilihat pada petunjuk penyusunan abstrak.
2. Pendahuluan
Pada bagian ini, penulis diharapkan memaparkan latar belakang dan tujuan studi yang
relevan sesuai dengan permasalahan yang ditemukan.
3. Metode
Pada bagian metode, diharapkan menjelaskan dengan singkat dan jelas terkait desain
studi, rancangan penelitian, karakteristik subjek penelitian atau deskripsi bahan-bahan
dan material yang digunakan dalam penelitian beserta seluruh langkah-langkah kerja
yang dilakukan, jika penelitian klinis harus jelas klasifikasi kelompok penelitian
(kelompok intervensi/kontrol). Jika terdapat nama bahan berupa brand, diharapkan
menyebutkan nama generik setiap bahan atau obat yang digunakan. Setiap penelitian
yang melibatkan subjek manusia atau hewan, harus melampirkan persetujuan etik.
4. Hasil
Susun hasil penelitian secara sistematis, baik dalam bentuk tabel, gambar, maupun
ilustrasi. Paparkan temuan yang paling penting atau dominan terlebih dahulu. Jangan
membahasakan kembali data yang telah terpapar pada tabel, gambar, maupun
ilustrasi. Penekanan hasil dan rangkuman singkat diperbolehkan jika hasil tersebut
sangat penting dan diperlukan. Gunakan grafik / kurva untuk menghindari data dalam
tabel yang terlalu banyak. Jangan mengulang kembali data yang telah terpapar pada
tabel dan grafik/kurva.
5. Pembahasan
Bahas hasil penting yang telah dipaparkan dalam hasil seperti outcome primer,
sekunder, paparan hasil-hasil penelitian serupa dengan hipotesis yang sama, kekuatan
dan kelemahan penelitian. Jabarkan Implikasi dan interpretasi dari hasil penelitian
yang dikaitkan dengan evidence-evidence yang kuat. Jika diperlukan paparkan
kontroversi yang terjadi antara hasil penelitian dengan teori, dan rekomendasi untuk
arah penelitian selanjutnya. Jangan mengulangi kembali langkah kerja, bahan/material
penelitian, dan hasil yang telah terjabarkan dalam metode dan hasil penelitian secara
detail. Penulis disarankan untuk tidak memberikan pembahasan terkait keuntungan
ekonomis, kecuali konten dari studi mencakup penelitian analisis ekonomi. Hindari
penyampaian keterbatasan penelitian berupa kerjaan yang belum tuntas diselesaikan
oleh peneliti. Penyataan hipotesis baru dapat dilakukan, dengan catatan hipotesis baru
tersebut harus didukung minimal oleh 30 sumber terpercaya yang valid dan kredibel. 6. Kesimpulan
Pada bagian kesimpulan, harus menyatakan dengan jelas kesimpulan utama dan
penjelasan akan pentingnya penelitian yang dilaporkan serta relevansinya di lapangan.
S109
7. Daftar Rujukan
a. Catatan Kaki
Catatan kaki dicantumkan dengen memberi nomor refrensi rujukan secara
berurutan sesuai dengan urutan yang pertama kali disebutkan di dalam teks (tidak
dalam susunan alfabetis). Identifikasi refrensi dilakukan dengan penomoran arab
dengan tanda kurung bracket format superscript setelah tanda baca.
Contoh catatan kaki:
low irritation, adequate bioavailability, and compatibility with ocular tissues,
should be sought for every suspended drug.[13, 14]
b. Daftar Rujukan:
Daftar rujukan disusun dengan format vancouver style dengan contoh
penyuntungan refrensi yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Menyunting Artikel dalam Jurnal
• Artikel jurnal umum (tulis nama autor hingga penulis ke enam, jika lebih
dari 6 author, setelah penulis ke enam dilanjutkan dengan et al). Contoh:
a. Gupta H, Aqil M, Khar RK, Ali A, Sharma A, Chander P.
Development and Validation of Stability Indicating RP-UPLC method
for the Quantitative analysis of Sparfloxacin. J Chromatogr Sci. 2010;
48 (1): 1-6.
b. Nozari Y, Hashemlu A, Hatmi ZN, Sheikhvatan M, Iravani A, Bazdar
A, et al. Outcome of coronary artery bypass grafting in patients
without major risk factors and patients with at least one major risk
factor for coronary artery disease. Indian J Med Sci 2007;61:547-54
• Volume jurnal dengan data tambahan “supplement data”:
Shen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and
occupational lung cancer. Environ Health Perspect 1994; 102 Suppl
1:275-82.
• Issue jurnal dengan data tambahan “supplement data”:
Payne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women's psychological reactions to
breast cancer. Semin Oncol 1996; 23(1, Suppl 2):89-97.
2. Menyunting Buku dan Daftar Monografi
• Penulis perorangan (contoh) :
Ringsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd
ed. Albany (NY): Delmar Publishers; 1996.
• Editor, penyusun sebagai penulis (contoh) :
Norman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people.
New York: Churchill Livingstone; 1996.
• Bab dalam sebuah buku (contoh):
Phillips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH,
Brenner BM, editors. Hypertension: pathophysiology, diagnosis, and
management. 2nd ed. New York: Raven Press; 1995. pp. 465-78.
3. Menyunting informasi dari media elektronik
• Artikel jurnal di internet (contoh) :
Abood S. Quality improvement initiative in nursing homes: the ANA acts
in an advisory role. Am J Nurs [serial on the Internet]. 2002 Jun [cited
2002 Aug 12];102(6):[about 3p.]. Available from:
http://www.nursingworld.org/ AJN/2002/june/Wawatch.htm
• Data Monografi di Internet (contoh) :
S110
Foley KM, Gelband H, editors. Improving palliative care for cancer
[monograph on the Internet]. Washington: National Academy Press; 2001
[cited 2002 Jul 9]. Available from:
http://www.nap.edu/books/0309074029/ html/.
• Suatu beranda dalam website / Homepage-Web site (contoh) :
Cancer-Pain.org [homepage on the Internet]. New York: Association of
Cancer Online Resources, Inc.; c2000-01 [updated 2002 May 16; cited
2002 Jul 9]. Available from: http://www.cancer-pain.org/
• Sub bagian dari suatu beranda website / Part of a homepage-Web site
(contoh) :
American Medical Association [homepage on the Internet]. Chicago: The
Association; c1995-2002 [updated 2001 Aug 23; cited 2002 Aug 12].
AMA Office of Group Practice Liaison; [about 2 screens]. Available
from: http://www.amaassn.org/ama/pub/category/1736.htm
8. Format Ilustrasi Dan Gambar
a. Gambar harus diberi nomor sesuai dengan kemunculannya di dalam jurnal.
b. Judul, nomor, dan simbol dalam gambar harus jelas, seragam, dan konsisten.
Tulisan dalan gambar harus proporsional untuk dapat dilihat dengan nyaman.
c. Simbol, tanda panagh, atau huruf dalam sebuah gambar harus memiliki latar
belakang yang kontras, menghindari tidak jelas terbacanya gambar tersebut.
d. Judul dan penjelasan detail gambar, tidak dimuat di dalam gambar, tetapi
disusun diluar gambar.
e. Jika terdapat grafik, diagram, atau histogram yang penting untuk dimasukkan
ke dalam jurnal, maka data tersebut harus dilampirkan secara terpisah dengan
file data tambahan / supplementary data
f. Foto dan gambar disusun rapi, dengan membuang bagian – bagian pada area
yang tidak diperlukan.
g. Jika foto yang disertakan dalam jurnal, bukan merupakan milik penulis, maka
diwajibkan untuk menyertakan kepemilikan / nyunting pemilik gambar pada
jurnal.
h. Jika gambar yang akan dilampirkan telah terpublikasi sebelumnya,
penggunaan gambar tersebut harus mendapatkan persetujuan penulis dalam
jurnal yang terpublish tersebut.
i. Keterangan gambar: Ketik keterangan (maksimal 40 kata) menggunakan spasi
ganda, dengan angka Arab. Bila simbol, panah, angka, atau huruf digunakan
untuk mengidentifikasi bagian ilustrasi, identifikasi dan jelaskan masing-
masing gambar dengan jelas.
j. Gambar akhir untuk pencetakan: Jika gambar yang diupload tidak tercetak
kualitasnya, kantor penerbit dapat meminta gambar beresolusi lebih tinggi
yang dapat dikirim pada saat pengambilan manuskrip. Kirimkan cetakan foto
berwarna tajam, glossy, un-mounted, dengan tinggi 4 inci dan lebar 6 inci
pada saat mengirimkan manuskrip yang telah direvisi. Jika gambar digital
adalah satu-satunya sumber gambar, pastikan gambar memiliki resolusi
minimal 300 dpi atau 1800 x 1600 piksel dalam format TIFF.
9. Format Tabel Dan Tanda
a. Tabel harus cukup jelas dan tidak boleh menduplikat materi teks.
b. Tabel dengan lebih dari 10 kolom dan 25 baris harus dihindari.
S111
c. Nomor tabel, dalam angka Arab, berturut-turut sesuai urutan kutipan pertama
mereka dalam teks dan berikan judul singkat untuk masing-masing.
d. Tempatkan materi penjelasan dalam catatan kaki, bukan di judul.
e. Jelaskan dalam catatan kaki semua singkatan non-standar yang digunakan di
setiap tabel.
f. Untuk catatan kaki gunakan simbol berikut, dalam urutan ini: *, †, ‡, §, ||, ¶,
**, ††, ‡‡
g. Tabel bersama dengan nomor mereka harus dikutip di tempat yang relevan
dalam teks
10. Deklarasi Penulis
a. Daftar Singkatan
Jika singkatan digunakan dalam teks mereka harus didefinisikan dalam teks pada
penggunaan pertama, dan daftar singkatan harus disediakan.
b. Persetujuan Etik
Manuskrip yang melibatkan peserta manusia, data manusia atau jaringan
manusia harus:
1. Menyertakan sebuah pernyataan mengenai persetujuan dan persetujuan
etika
2. Sertakan nama komite etika yang menyetujui studi dan nomor referensi
panitia.
c. Pendanaan
Semua sumber pendanaan untuk penelitian yang dilaporkan harus diumumkan.
Peran lembaga pendanaan dalam perancangan studi dan pengumpulan, analisis,
dan interpretasi data dan penulisan manuskrip harus dideklarasikan.
d. Ucapan Terima Kasih
Sebutkan siapa saja yang berkontribusi terhadap artikel yang tidak memenuhi
kriteria kepengarangan termasuk siapa saja yang memberikan jasa menulis
profesional atau
S112
SUBSCRIPTION GUIDE
(PETUNJUK BERLANGGANAN)
English
Bali Health Journal (BHJ) is published through printed (ISSN 2599-2449) and online media
(ISSN 2599-1280). All BHJ issues are available online on our website:
http://ejournal.unbi.ac.id/index.php/BHJ
If you are interested in subscribing to our printed media, please email us to
[email protected] with information of your name or your institution’s name,
mailing address, and telephone number. We will contact you soon thereafter with payment
instruction and other additional information.
-----------------------------------------------------------------------
Bahasa Indonesia
Bali Health Journal (BHJ) terpublikasikan melalui media cetak (ISSN 2599-2449) dan media
online (ISSN 2599-1280). Anda dapat mengakses setiap edisi Bali Health Journal secara
online melalui tautan:
http://ejournal.unbi.ac.id/index.php/BHJ
Bila Anda berminat untuk berlangganan media cetak Bali Health Journal, Anda dapat
mengirimkan surel kepada kami ([email protected]) dengan memberikan
informasi nama penerima (sertakan nama organisasi / institusi bila diperlukan), alamat
lengkap, dan nomor telepon. Kami akan menghubungi Anda setelahnya dengan
menginformasikan mekanisme pembayaran maupun informasi tambahan lainnya.
Top Related