Download - Dermatitis Atopic

Transcript

Slide 1

Pembimbing: dr. Vitalis Pribadi, Sp.KK, M.KesPenyaji: Nofilia Citra Candra (07120090066)

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT KULIT KELAMINRUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. I RADEN SAID SUKANTOFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPANPERIODE 4 NOVEMBER 6 DESEMBER 2013JAKARTA TIMUR

Journal ReadingUpdate on the management of chronic eczema: New approaches and emerging treatment options

PendahuluanDermatitis atopik (atopic eczema) merupakan sebuah penyakit kronik dan berulang yang telah diderita oleh hampir seluruh penduduk dunia.

Dermatitis atopik mengenai anak-anak sekitar 20% dan 3% pada orang dewasa

Penyebab Dermatitis atopik merupakan suatu penyakit yang diturunkan secara genetik yang dipengaruhi oleh sistem imun dan faktor lingkungan.Sistem imun : - ketidakseimbangan sel T, dimana Th2 lebih responsif dari Th1, yang menyebabkan kerusakan sawar kulit melalui terjadinya mutasi protein flaggrin di epidermis yang berperan sebagai aktivasi pelembab kulit

Faktor lingkungan :- Kerusakan sawar kulit menyebabkan kulit semakin sesitif dalam terpapar alergen baik endogen maupun eksogen Gejala Klinis

TerapiTopical Therapy:EmollientsCorticosteroidCalcineurin inhibitorBarrier creamKombinasi

Phototherapy - ultraviolet A dan BExtracorporal phototherapies

3. Systemic therapyCorticosteroidCyclosporineMethotrexateAzathioprineMycophenolate mofetilBiologic agents

Topical therapy: Merupakan salah satu terapi yang paling efektif dalam pengobatan jangka pendek dan sebagai kontrol untuk jangka panjang

Emollients: Terapi pertama dalam mengobati kasus ringan mengingat keadaan kulit pada dermatitis atopik dalam keadaan kering. Pemberian ini bertujuan untuk mengurangi kulit kering sehingga tidak mudah iritasi

Kortikosteroid :-Sebagai anti radang dimana zat pembawa nya dapat berguna juga sebagai pelembabCorticosteroid memiliki tujuh kelas, yakni:High potency : Kelas I dan II : fluocinonide, desoximetasone, betamethasone dipropionate, clobetasol, halobetasol

Mid PotencyKelas III V : triamcinolone, mometasone, fluticasone

Low potencyKelas VI-VII : hydrocortisone, desonide

c. Calcineurin inhibitors (Tci) tacrolimus, pimecrolimus - - Calcineurin merupakan suatu protein yang mengaktifkan kinerja T-helper- Tci bekerja di jalur glucocorticoid dan lebih bersifat anti inflamasi dan terbukti lebih meringankan efek samping dari topikal corticosteroid.d. Barrier creamBersifat anti inflamasi, anti oxydant dan pelembab, seperti hyaluronic acid, glyrrhetinic acid dan telmesteine

e. Terapi kombinasi- Pemakaian Tcis, TCs dan emollients secara bersamaan telah terbukti meningkatkan tingkat kesembuhan secara signifikan pada kasus deratitis atopik yang berat2. PhototerapyBertujuan untuk mengurangi aktifitas dari sel langerhans , meningkatkan modulator terhadap cytokine dan mencetuskan apoptosis pada sel T lymphocyte.

UVA lebih efektif dalam mengatasi tanda radang akut sedankan pada kasus kronik lebih efektif dengan pemberian narrow band UVB

Extracorporeal phototerapy : menekan aktifitas T lymphocyte melalui pemberian radiasi di daerah kulit yang memiliki bercak pendarahan

3. Systemic therapyCorticosteroid : - menghentikan jalur inflamasi melalui pengikatan dengan nukleus sel dalam proses transkripsi

b. Cyclosporine :Dipertimbangkan oleh para peneliti sebagai suatu gold standart terapi sistemik dalam mengatasi kasus dermatitis atopik yang berat . Dengan mengikat diri dengan cyclophylin, mengakibatkan terhambatnya calcineurin sehingga aktifitas Tcell berkurang

c. MethotreaxateDapat mengatasi kasus kronik dalam kurang lebih 3 bulan , nemun obat ini memiliki efek samping yang cukup berat sepert i hepatotoxic, supresi sumsum tulang, gagal ginjal, dan toxic pada pulmonary.

d. AzathioprineMengaktivasi 6-thioguanine sehingga sintesis purine terhambat, menyebabkan gangguan dalam proliferasi sel T. e. Mycophenolate mofetil- Menghambat sintesis purin melalui blocking dari inosine monophosphate dehidrogenase. Biologic agentsTerapi yang berasal dari mahkluk hidup dan berbahan dasar protein dalam menjaga respon imun dimana lebih spesifik dan rendah efek samping.

InterferonPeningkatan interferon gamma dapat menghambat aktivasi IL-4 dan Th2.

b. Immunoglobulin ivTerapi lini pertama bagi pasien yang disertai immunodefisiensi

C. TNF- inhibitor-TNF alpha dan turunannya merupakan pencetus terjadinya inflamasi pada dermatitis atopice. AlefaceptMerupakan turunan dari immunoglobulin GI dan lymphocyte yang berfungsi untuk menghambat aktivasi dari T cell.

f. IgE/ IL- 5 pathway inhibitor :omalizumab :Aktivasi kerja belum dipengerti sepenuhnya, namun diyakini mengikat Ig E bebas di sel BMepolizumab:menghambat IL5 dimana dapat menghambat pematangan eosinofil

g. Ancillary therapy- Antihistamin merupakan salah satu terapi yang dapat mengurangi urtikaria

KesimpulanPengobatan kronik dermatitis atopik dapat bermacam-macam tergantung dari derajat berat serta periodic nya.

Pengobatan kronik dermatitis atopik lebih memberikan hasil memuaskan dengan penggunaan terapi topikal seperti corticosteroid maupun calcineurin inhibitor. Namun pada kasus yang berat, pemberian secara systemic perlu dipertimbangkan.