8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
1/20
DEFENISI TUBERKULOSIS PARU
Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang disebabkan
oleh infeksiMycobacterium tuberculosis.1,2
2. EPIDEMIOLOGI TUBERKULOSIS PARU
Indonesia sekarang berada pada ranking kelima negara dengan beban TB
tertinggi di dunia. Estimasi prevalensi TB semua kasus adalah sebesar 660,000
(WHO, 2010) dan estimasi insidensi berjumlah 430,000 kasus baru per tahun. Jumlah
kematian akibat TB diperkirakan 61,000 kematian per tahunnya.3
3. ETIOLOGI TUBERKULOSIS PARUTuberkulosis paru (TB) disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, sejenis
kuman berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um.
Sebagian besar didnding kuman terdiri atas asam lemak (lipid), kemudian
peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam (asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga
lebih tahan terhadap gangguankimia dan fisis. Kuman dapat tahan hidup pada udara
kering maupun dalam keadaan dingin. Hal ini terjadi karena kuman berada dalam
sifat dormant.Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadikan
penyakit tuberkulosis menjadi aktif lagi.1
Di dalam jaringan, kuman hidup sebagai parasit intraselular yakni dalam
sitoplasma makrofag. Makrofag yang semula memfagositasi justru disenangi karena
banyak mengandung lipid. Sifat lain kuman ini aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa
kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini
tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga
bagian apikal ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.1
4. PATOGENESIS TUBERKULOSIS PARU
4.1 Patogenesis Tuberkulosis Primer
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
2/20
Penularan tuberkulosis paru (TB) terjadi karena kuman dibatukkan atau
dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei dalam udara. Bila partikelinfeksi ini
terhisap oleh orang sehat, ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru.
Partikel ini dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
3/20
4.2 Tuberkulosis pasca primer (tuberkulosis sekunder)
Kuman yang dormant paada TB primer akan muncul bertahun-tahun
kemudian sebagai infeksi endogen menjadi TB dewasa (TB post primer= TB pasca
primer = TB sekunder). Mayoritas reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder
terjadi karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol, penyakit maligna,
diabeters, AIDS, gagal ginjal. TB pasca primer ini dimulai dengan sarang dini yang
berlokasi di regio atas paru (bagian apikal-posterior lobus superior atau inferior).
Invasinya adalah ke daerah parenkim paru-paru dan tidak ke nodus hiler paru.
Sarang ini mula-mula juga terbentuk sarang pneumonia kecil. Dalam 3-10
minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel
Histiosit dan sel Datia Langhans (sel besar banyak inti) yang dikelilingi oleh sel-sel
limfosit dan berbagai jaringan ikat.
TB pasca primer juga dapat berasal dari infeksi endogen dari usia muda
menjadi TB usia tua (elderly tubeculosis). Tergantung dari jumlah kuman,
virulensinya dan imunitas pasien, sarang dini ini dapar menjadi:
a. Direabsobsi kembali oleh tubuh tanpa meninggalkan cacat.b. Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera menyembuh dengan serbukan
jaringan fibrosis. Ada yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan
perkapuran. Sarang dini yang meluas sebagai granuloma berkembang
menghancurkan jaringan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami
nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju. Bila jaringan keju
dibatukkan keluar akan terjadilah kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding
tipis, lama-lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan fibroblas
dalam jumlah besar, sehingga menjadi kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya
perejuan dan kavitas adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam nukleat
oleh enzim yang diproduksi oleh makrofag, dan proses yang berlebihan
sitokin dengan TNF-nya. Bentuk perkejuan lain yang jarang adalah cryptic
disseminateTB yang terjadi pada imunodefisiensi dan usia lanjut.
Di sini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat banyak. Kavitas dapat:
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
4/20
a. Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas inimasuk ke dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB milier. Dapat
juga masuk ke paru sebelahnya atau tertelan masuk lambung dan selanjutnya
ke usus jadi TB usus. Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti
yang disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi TB endobrokial dan TB
endotrakeal atau empiema bila ruptur ke pleura.
b. Memadat dan membungkus diri sehingga menjadi tuberkuloma. Tuberkulomaini dapat mengapur dan menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan
menjadi kavitas lagi. Komplikasi kronik kavitas adalah kolonisasi oleh fungus
seperti Aspergillus dan kemudian menjadi mycetoma.
c. Bersih dan menyembuh, disebut open healed cavity. Dapat juga menyembuhdengan membungkus diri menjadi kecil. Kadang-kadang berakhir sebagai
kavitas terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang disebut stellate
shaped.
Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang yakni: 1) sarang yang sudah
sembuh. Sarang bentuk ini tidak perlu pengobatan lagi; 2) sarang aktif eksudatif,
sarang ini perlu pengobaran yang lengkap dan sempurna; 3) sarang berada antara
aktif dan sembuh. Sarang bentuk ini dapat sembuh spontan, tetapi mengingat
kemungkinan terjadinyaeksaserbasi kembali, sebaiknya diberikan pengobatan yang
sempurna juga.1
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
5/20
5. KLASIFIKASI TUBERKULOSIS PARU
Kasus TB diklasifikasikan berdasarkan:
1. Letak anatomi penyakit2. Hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi (termasuk hasil resistensi)3. Riwayat pengobatan sebelumnya4. Status HIV pasien
\
1. Berdasarkan letak anatomi penyakitBerdasarkan letak anatomi penyakit, TB diklasifikasikan menjadi:
a. TB paru adalah kasus TB yang mengenai parenkim paru. TB milierdiklasifikasikan sebagai TB paru karena lesinya yang terletak dalam paru.
b. TB ekstraparu adalah kasus TB yang mengenai organ lain selain paru danpleura, kelenar getah benning (termasuk mediastinum dan/atau hilus),
abdomen, traktus genitourinarius, kulit, sendi, tulang, dan selaput otak.
2. Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologiBerdasarkan hasil pemeriksaan dahak atau bakteriologi dikelompokkan menjadi:
a. TB paru BTA positif, apabila:i. Minimal satu dari sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dahak
menunjukkan hasil positif pada laboratorium yang memenuhi syarat
quality external assurance (EQA). Sebaiknya satu kali pemeriksaan
dahak tersebut berasal dari dahak pagi hari.
ii. Pada negara atau daerah yang belum memiliki laboratorium dengansyarat EQA, maka TB paru BTA positif adalah:
Dua atau lebih hasil pemeriksaan dahak BTA positif, atau Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif dan didukung hasil
pemeriksaan foto toraks sesuai dengan gambaran TB yang
ditetapkan klinisi, atau
Satu hasil pemeriksaan dahak BTA positif ditambah hasil kulturM.tuberculosispositif.
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
6/20
b. Tuberkulosis paru BTA negatif, apabila:i. Hasil pemeriksaan dahak negatif tetapi hasil kultur positif.
Sedikitnya dua hasil pemeriksaan dahak BTA negatif padalaboratorium yang memenuhi syarat EQA
Dianjurkan pemeriksaan kultur pada hasil pemeriksaan dahak BTAnegatif untuk memastikan diagnosis terutama pada daerah dengan
prevalens HIV >1% atau pasien TB dengan kehamilan 5%.
ATAU
ii. Jika hasil pemeriksaan dahak BTA dua kali negatif di daerah yangbelum memiliki fasilitas kulturM. tuberkulosis
iii.
Memenuhi kriteria sebagai berikut: Hasil foto toraks sesuai dengan gambaran TB aktif dan disertai
salah satu di bawah ini:
o Hasil pemeriksaan HIV positif atau secara laboratoriumsesuai HIV, atau
o Jika HIV negatif (atau status HIV tidak diketahui atauprevalens HIV rendah), tidak menunjukkan perbaikan setelah
pemberian antibiotik spektrum luas (kecuali antibiotik yang
mempunyai efek anti TB seperti fluorokuinolon dan
aminoglikosida).
c. Kasus bekas TB:i. Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan
gambaran radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau
foto serial (dalam 2 bulan) menunjukkan gambaran yang menetap.
Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung.
ii. Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapatpengobatan OAT 2 bulan tetapi pada foto toraks ulang tidak ada
perubahan gambaran radiologi
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
7/20
3. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnyaRiwayat pengobatan sangat penting diketahui untuk melihat risiko resistensi
obat atau MDR. Pada kelompok ini perlu dilakukan pemeriksaan kultur dan uji
kepekaan OAT. Tipe pasien berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya, yaitu:
a. Pasien baru adalah pasien yang belumpernah mendapatkan pengobatan TBsebelumnya atau sudah pernah mendapatkan OAT kurang dari satu bulan.
Pasien dengan hasil dahak BTA positif atau negatif dengan lokasi anatomi
penyait di manapun.
b. Pasien dengan riwayat pengobatan sebelumnya adalah pasien yang sudahpernah mendapatkan pengobatan TB sebelumnya minimal selama satu bulan,
dengan hasil dahak BTA positif atau negatif dengan loksi anatomi penyakit
di manapun.
Tabel 1. Pencatatan kasus berdasarkan hasil pengobatan TB sebelumnya
Pencatatan
kasus
Hasil
BTA
Hasil pengobatan sebelumnya
Baru +/- -
Riwayat
pengobatan
sebelumnya
Kambuh +/- Sembuh
Pengobatan lengkap
Gagal + Pengobatan gagal
Lalai + Lalai berobat
Pindah +/- Masih dalam pengobatan
Lain-lain +/- Untuk semua kasus yang tidak
memenuhi kriteria diatas, seperti:
Pasien dengan riwayatpengobatan tidak diketahui
sebelumnya
Pasien dengan riwayatpengobatan sebelumnya tetapi
tidak diketahui hasil pengobatan
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
8/20
Pasien yang datang kembaliuntuk pengobatan dengan hasil
dahak BTA negatif atau
bakteriologis ekstraparu TB
negatif
Catatan:
Apabila dicurigai kasus kambuh dengan hasil BTA dahak negatif
(berdasarkan gejala klinis dan foto toraks perburukan) maka harus
disingkirkan dahulu penyakit selain TB misalnya pneumonia atau jamur
paru.
4. Status HIV (TB 2011)Status HIV pasien merupakan hal yang penting untuk keputusan pengobatan.
a. TB Paru BTA Positif, yaitu minimal satu hasil pemeriksaan dahakpositif.
b. TB Paru BTA negatif, yaitu hasil pemeriksaan dahak negatif dangambaran klinis & radiologis mendukung TB atau BTA negatif
dengan hasil kultur TB positif.
c. TB Ekstra Paru pada ODHA ditegakkan dengan pemeriksaan klinis,bakteriologis dan atau histopatologi yang diambil dari jaringan tubuh
yang terkena.
5. Luas lesi (radiologis) (ipd)a. TB minimal, jika terdapat sebagian kecilinfiltrat nonkavitas pada satu paru
maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
b. Moderately advanced tuberculosis. Ada kavitas dengan diameter tidaklebih dari 4 cm. jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu
bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih dari sepertiga bagian satu
paru.
c. Far advanced tuberculosis. Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihikeadaan pada moderately advanced tuberculosis.
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
9/20
6. Terapi, menurut WHO 1991a. Kategori I, ditujukan terhadap:
i. Kasus baru dengan sputum positifii. Kasus baru dengan bentuk TB berat
b. Kategori II, ditujukan kepada:i. Kasus kambuh
ii. Kasus gagal dengan sputum BTA positifc. Kategori III, ditujukan kepada:
i. Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luasii. Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I
d. Kategori IV, ditujukan kepada TB kronik.
6. DIAGNOSIS TUBERKULOSIS PARU
Diagnosis TB dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan bakteriologi, radiologi, dan pemeriksaan penunjang lainnya.
6.1 Gejala klinis
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
dejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala
respiratori (gejala lokal sesuai dengan organ yang terlibat).4
1. gejala respiratoria. batuk 2 minggub. batuk darahc. sesak napasd. nyeri dadagejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala
yang cukup berat bergantung dari luas lesi. Bila bronkus belum terlibat dalam
proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
10/20
pertama terjadi karena iritasi bronkus dan selanjutnya batuk diperlukan untuk
membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemika. Demamb. Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan
menurun.
c. Gejala TB ekstraparuGejala TB ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis TB akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidaak nyeri dari
kelenjar getah bening. Pada meningitis TB akan terlihat gejala meningitis.
Pada pleuritis TB terdapat gejala sesak napas kadang nyeri dada pada sisi
yang rongga pleuranya terdapat cairan.
6.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien mungkin ditemukn
konjungtiva mata atau kulit yang pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), dan
badan kurus atau berat badan menurun.
Pada pemeriksaan fisik, pasien sering tidak menunjukkan suatu kelainan
terutama pada kasus-kasus dini atau yang sudah terinfiltrasi secara asimtomatik.
Demikian juga bila fokus terletak di dalam, akan sulit menemukan kelainan pada
pemeriksaan fisik, karena hantaran/suara yang lebih dari 4 cm ke dalam paru sulit
dinilai secara palpasi, perkusi, dan auskultasi. Secara anamnesisTB paru sulit
dibedakan dengan pneumonia biasa.
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling disurigai adalah bagian apeks paru.
Bila dicurigai adanya infiltrat agak luas, maka didapatkan perkusi yang redup dan
auskultasi suara napas bronkial. Akan didaparkan suara napas tambahan berupa ronki
basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi oleh penebalan pleura,
suaranya menjadi vesikular melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi
akan memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi memberikan suara
amforik.
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
11/20
Pada TB yang lanjut dengan fibrosis yang luas sering ditemukan atrofi dan
retraksi otot-otot interkostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan menatik isi
mediastinum atau paru lainnya. Paru yang sehat akan menjadi lebih hiperinflasi. Bila
jaringan fibrotik amat luas yakni lebih dari setengah jumlah jaringan paru, akan
terjadi pengecilan daerah aliran darah paru dan selanjutnya meningkatkan tekanan
arteri pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti terjadinya kor pulmonal dan gagal
jantung kanan. Disini akan didapatkan tanda-tanda kor pulmonal dengan gagal
jantung kanan seperti takipnea, takikardi, sianosis, right ventricular lift, right atrial
gallop, murmur Graham-Steel, bunyi P2 mengeras, tekanan vena jugularis yang
meningkat, hepatomrgali, asites, dan edema.
Bila TB mengenai pleura, sering terbentuk efusi pleura. Paru yang sakit
terlihat agk tertinggal dalam pernafasan. Perkusi memberikan suara pekak. Auskultasi
memberikan suara nafas yang lemah sampai tidak terdengar sama sekali.
6.3 Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA. TB dapat memberi gambaran
bermacam-macam bentuk (multiform). Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai
lesi aktif adalah:
a. Bayangan berawan/nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dansegmen superior lobus bawah.
b. Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan ataunodular
c. Bayangan bercak milierd. Efusi pleura unilateral atau bilateral.
Gambaran radiologi yang dicurigai lesi TB inaktif:
a. Fibrotik (bayangan yang bergaris-garis)b. Kalsifikasi (fibrosis yang luas disertai penciutan yang dapat terjadi pada
sebagian atau satu lobus maupun pada satu bagian paru)
c. Schwarte atau penebalan pleura.
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
12/20
Gambaran lain adalah luluh paru (destroyed lung), yaitu gambaran radiologi
menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat. Gambaran terdiri dari: atelektasis,
ektasis/multikavitas, dan fibrosis parenkim paru.
6.4 Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum sangat penting, karena dengan ditemukannya
kumanBTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat dipastikan. Di samping itu
pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan yang
diberikan. Kriteria sputum BTA positif adalah ditemukan minimal 3 batang kuman
BTA dalam satu sediaan.
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena hasilnya kadang-kadang
meragukan, hasilnya tidak sensitif dan juga tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru
mulai (aktif) akan didapatkan leukositosis dengan hitung jenis pergeseran ke kiri.
Jumlah linfosit masih di bawah normal. Laju endap darah (LED) mulai meingkat.
Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit kembali normal dan jumlah limfosit
masih tinggi. LED mulai turun ke arah normal lagi.
6.5. Diagnosis
Alur diagonsis TB paru dapat dilihat pada gambar 1.
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
13/20
Gambar 1. Alur diagnosis TB paru4
Keterangan:
a. Suspek TB Paru: Seseorang dengan batuk berdahak selama 2 - 3 minggu ataulebih disertai dengan atau tanpa gejala lain.
b. Antibiotik non OAT : Antibiotik spektrum luas yang tidak memiliki efek anti TB(jangan gunakan fluorokuinolon)
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
14/20
7. PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU
Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,
mencegah kekambuhan, memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya
resistensi kuman terhadap Obat Anti Tuberkulosis (OAT).
Tabel 2. Pengelompokan OAT4
Tabel 3. Jenis, Sifat, dan Dosis OAT lini pertama4
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
1. OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalamjumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
15/20
gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap
(OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
2. Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasanlangsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).
3. Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan.a. Tahap awal (intensif)
Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari danperlu diawasi secara langsung untuk mencegah terjadinya
resistensi obat.
Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat,biasanya pasien menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2
minggu.
Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif(konversi) dalam 2 bulan.
b. Tahap Lanjutan Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit,
namun dalam jangka waktu yang lebih lama
Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persistersehingga mencegah terjadinya kekambuhan
Paduan OAT yang digunakan di Indonesia
Paduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di
Indonesia:4
1. Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3.2. Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3.3. Disamping kedua kategori ini, disediakan paduan obat sisipan (HRZE)4. Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resistan obat di Indonesia
terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamycin, Capreomisin, Levofloksasin,
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
16/20
Ethionamide, sikloserin dan PAS, serta OAT lini-1, yaitu pirazinamid and
etambutol.
Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa
obat kombinasi dosis tetap (OAT-KDT). Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi
2 atau 4 jenis obat dalam satu tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan
pasien. Paduan ini dikemas dalam satu paket untuk satu pasien. Paket Kombipak
Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid dan
Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister. Paduan OAT ini disediakan program
untuk digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami efek samping OAT KDT.
Panduan OAT lini pertama:
a. Kategori-1 (2HRZE/ 4H3R3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
Pasien baru TB paru BTA positif. Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif Pasien TB ekstra paru
Tabel 4. Dosis untuk panduan OAT KDT4
Tabel 5. Dosis untuk panduan OAT-Kombipak4
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
17/20
b. Kategori -2 (2HRZES/ HRZE/ 5H3R3E3)
Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah diobati sebelumnya:
Pasien kambuh Pasien gagal Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Tabel 6. Dosis untuk panduan OAT KDT4
Tabel 7. Dosis untuk panduan OAT Kombipak4
Catatan:
a. Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untukstreptomisin adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
b. Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.c. Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkan
aquabidest sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml (1ml = 250mg).
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
18/20
c. OAT Sisipan (HRZE)
Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari).
Tabel 8. Dosis untuk panduan OAT KDT4
Tabel 9. Dosis untuk panduan OAT Kombipak4
Pemantauan kemajuan pengobatan TB
Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan
dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis.Pemeriksaan dahak secara
mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis dalam
memantau kemajuan pengobatan. Laju Endap Darah (LED) tidak digunakan untuk
memantau kemajuan pengobatan karena tidak spesifik untuk TB. Untuk memantau
kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan spesimen sebanyak dua kali (sewaktu
dan pagi). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila ke 2 spesimen tersebut negatif.
Bila salah satu spesimen positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak
tersebut dinyatakan positif.
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
19/20
Tabel 10. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Ulang Dahak4
8/13/2019 Case - drug Induced Hepatitis
20/20
Top Related