7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
1/104
Via Campesina
i
LA VIA CAMPESINA
Potret Gerakan Tani Transnasional
Saturnino M. Borras Jr
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
2/104
Saturnino M. Borras Jr
ii
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
3/104
Via Campesina
iii
LA VIA CAMPESINA
Potret Gerakan Tani Transnasional
Saturnino M. Borras Jr
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
4/104
Saturnino M. Borras Jr
iv
Judul Asli : LA VIA CAMPESINA: an evolving Transnational Social Move-ment; Saturnino M. Borras Jr, 2004 Transnasional Institute, 2004
LA VIA CAMPESINA: Potret Gerakan Tani TransnasionalSaturnino M. Borras Jr
Hak cipta terjemahan: Garis Pergerakan, Bandungalih bahasa: Yudi Bachrioktora dan Rita Rahminur
setting isi: jiwocetakan pertama: April 2005
GP:070405-01
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Borras Jr, Saturnino MLa Via Campesina/Saturnino M. Borras Jr; alih bahasa, Yudi Bachrioktora &
Rita Rahminur; Pengantar: Dianto Bachriadicet 1Bandung: Garis Pergerakan, 2005
xxxvi+61 hlm; 14,5x21 cm,ISBN: 979-99501-1-2
Penerbit: Garis PergerakanJln. Tubagus Ismail VIII No. 1 Bandung 40134;Telp/Fax (62-22)2502524email: pergerakan @bdg.centrin.net.id; [email protected]
homepage: http://www.pergerakan.com
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
5/104
Via Campesina
v
PENGANTAR PENERBIT
BUKU terjemahan karya Saturnino Borras Jr. ini menggambarkan
tentang sebuah organisasi gerakan tani transnasional, bernama La
Via Campesina -Jalan Petani- yang dibentuk secara formal pada
tahun 1993. Sebuah organisasi yang mampu menyatukan lebih
dari seratus organisasi nasional dan sub-nasional dari Amerika
Latin, Amerika Utara, Asia, Karibia, Timur Tengah, Afrika, dan
Eropa. La Via Campesina secara ideologis merupakan koalisi yangotonom dan plural, hingga menjadi aktor sekaligus arena bagi
sejumlah organisasi yang menjadi anggotanya. Organisasi yang
mengklaim dirinya bersifat global dan populer ini, telah menjadi
aktor utama dalam perjuangan transnasional terhadap neo-
liberalisme, tuntutan akuntabilitas dari instansi antar pemerintahan,
menolak dan menentang penguasaan perusahaan atas sumber daya
alam dan teknologi, dan mengadvokasikan kedaulatan atas pangan,
serta berbagai isu lainnya. Meski kelompok-kelompok dariAmerika dan Eropa masih cukup dominan di dalamnya.
Pengalaman yang diperoleh dari munculnya gerakan sosial
pedesaan transnational, yang diwakili oleh La Via Campesina, sangat
kaya dan beragam. Termasuk pula beragam masalah yang muncul
berkaitan dengan bentuk organisasi yang tidak bersifat ekslusif
tapi menganut sistem keanggotaan terbuka, heterogen, pluralis,
dan membuka keanggotaan rangkap.
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
6/104
Saturnino M. Borras Jr
vi
Penerbitan buku ini dapat dikatakan tepat waktu, melihat
situasi dan kondisi global yang menekan kaum tani saat ini. Terlebih
karena sejak bulan Agustus 2004Sekretariat Internasional ViaCampesina telah dialihkan dari Honduras ke Indonesia yang
akan dituan rumahi oleh FSPI. Pengantar dari Dianto Bachriadi,
akan membantu kita untuk melengkapi pemahaman kita mengenai
peta gerakan tani di Indonesia dan hubungannya dengan La Via
Campesina.
Kehadiran buku ini dapat menambah pengetahuan kita tentang
gerakan tani, baik dinamika maupun masalah yang dihadapinya.
Sebab masih jarang ditemukan buku berbahasa indonesia yangmenggambarkan secara lugas liku-liku perjuangan organisasi tani
transnasional. Setidaknya kami, dari penerbit, mencoba untuk
membantu memberikan gambaran tentang pengalaman yang
diperoleh dari munculnya gerakan sosial pedesaan transnasional,
yang diwakili oleh La Via Campesina. Yang akan dapat mendorong
para akademisi, penggerak gerakan sosial, terutama aktivis gerakan
tani di Indonesia dan khalayak umum lainnya untuk belajar dari
pengalaman La Via Campesina dalam menghadapi gerak lajuneoliberalisme.
Terakhir, terjemahan buku ini, tentu saja, tidak luput dari kesalahan
dan kesilapan. Semua itu menjadi tanggung jawab kami sebagai
penerbit. Kami berharap para pembaca akan dapat menikmati isi
buku ini dengan baik.
Selamat membaca.
Bandung, Mei 2005
Yudi Bachrioktora
Editor
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
7/104
Via Campesina
vii
PENGANTAR
MENEMUKANVIACAMPESINADIINDONESIA:Gerakan Tani yang berderak dari aksi-aksi protes lokal
hingga terlibat dalam gerakan transnasional*
Dianto Bachriadi**
ADA SATU CERITA: Konon, suatu saat ada kunjungan dari
beberapa tokoh gerakan tani transnasional yang mewadahi diri
dalam satu organisasi tani tingkat antar bangsa datang berkunjung
ke Indonesia. Sebagai bagian dari rangkaian kunjungannya, mereka
juga mengadakan sejumlah kunjungan dan dialog dengan
kelompok-kelompok kecil petani di basis-basis pengorganisasian
suatu organisasi tertentu. Maksud kunjungannya sudah barangtentu hendak melihat secara langsung kemajuan-kemajuan dalam
gerakan tani di sini. Sebagai tuan rumah adalah satu organisasi tani
yang mengklaim dirinya sebagai federasi organisasi tani tingkat
nasional yang menjadi anggota dari organisasi tani transnasional
tersebut. Sementara kelompok-kelompok petani yang dipilih
untuk dikunjungi adalah bagian atau kelompok-kelompok yang
menjadi anggota dari satu organisasi atau serikat tani tertentu yang
menjadi bagian atau anggota dari organisasi federatif tadi.Sebagai sebuah federasi dari sejumlah organisasi tani tingkat
provinsial maupun wilayah administratif yang lebih rendah lagi,
* Penulis berterima kasih atas sejumlah masukan dan komentar-komentar yang
diberikan oleh sahabat Noer Fauzi dan Gunawan Wiradi terhadap naskah awal
tulisan ini.** Mantan Direktur PERGERAKAN People-Centered Advocacy Institute, anggota
Dewan Pakar Konsorsium Pembaruan Agrar ia (KPA), Indonesia.
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
8/104
Saturnino M. Borras Jr
viii
tentu saja para pengurus organisasi federatif ini relatif tidak
berhubungan secara langsung apalagi secara intens dengan
kelompok-kelompok petani di basis-basis pengorganisasian satuorganisasi/serikat tertentu yang menjadi anggota federasi organisasi
tingkat nasional yang mereka urus. Mereka hanya berhubungan
secara intens dengan para pengurus organisasi atrau serikat dimana
kelompok-kelompok petani di basis-basis tadi bergabung.
Dalam kunjungannya ke basis-basis pengorganisasian tersebut,
para tamu mendapat pertanyaan dari beberapa petani lokal, bapak-
bapak ini dari mana? (maksudnya dari negara mana dan organisasi
apa?). Menjelaskanlah para tamu tadi asal mereka, serayamenyebutkan organiasi tani transnasional yang diwakilinya tentu
saja dengan sedikit keheranan mengapa mereka ditanya organisasi
asalnya. Dalam hatinya bertanya-tanya, apakah pihak tuan rumah
maksudnya para pengurus federasi organisasi tani tingkat nasional
tidak menjelaskan sebelumnya siapa yang akan datang berkunjung.
(Tentu saja, pihak tuan rumah sebetulnya telah menjelaskan
sebelumnya kepada sejumlah organisasi tani di tingkat basis yang
akan dikujungi tersebut...).Kejutan terjadi ketika para tetamu menjelaskan bahwa
mereka mewakili organisasi yang bernama X yang merupakan
organisasi tani transnasional dimana sejumlah organisasi tani dari
berbagai negara bergabung, termasuk satu federasi organisasi tani
yang saat ini menjadi tuan rumah kunjungan mereka. Respon
sejumlah tokoh petani lokal adalah mengatakan oh, ada juga ya
organisasi petani tingkat internasional? ... Para tamu tentu terkejut
dengan pertanyaan naif ini. Tetapi kejutan masih berlanjut...Mereka para petani lokal tadi melanjutkan pertanyaannya,
dari negeri kami ada atau tidak organisasi yang menjadi anggota?
(nah lo...!). Sang tuan rumah pengurus federasi organisasi tani
tingkat nasional sudah barang tentu terkejut pula dengan
pertanyaan yang baru saja terlontar. Meskipun demikian, akhirnya
mereka menyela untuk menjawab, ya, organisasi Kita ini lah
(maksudnya federasi organisasi tani yang mereka wakili) yang
menjadi anggotanya. Tanpa peduli dengan penjelasan tersebut,
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
9/104
Via Campesina
ix
para petani lokal melanjutkan pertanyaannya, bagaimana caranya
agar kita juga bisa menjadi anggota? ... Keheranan tokoh gerakan
tani transnasional tadi bertambah, sementara pihak tuan rumahsegera menyambar lagi dengan menegaskan, kan organisasi Kita
sudah menjadi anggota! Sang penanya sekarang tidak kalah sengit,
dia menyatakan dengan tegas, kan organisasi federasi itu yang
menjadi anggota, organisasi kami belum...!
Kali ini, keheranan para tetamu sudah memuncak, dengan tak
sabar dia bertanya kepada petani-petani lokal tadi: Apakah bapak-
bapak ini bukan anggota dari federasi organisasi tani tingkat nasional
ini?. Kali ini jawaban para petani lokal betul-betul membuat semuatamu termasuk para pengurus federasi organisasi tani tingkat
nasional yang menjadi tuan rumah kunjungan bungkam. Mereka
mendapat jawaban dalam bentuk pertanyaan sekaligus: federasi
organisasi tani tingkat nasional itu siapa, pak? ... kami tidak
mengenalnya...! organisasi itu tidak ada di sini....
Twewew...!
* * *
Ilustrasi di atas entah merupakan cerita benar atau sekedar Cerita,
wallahualam bisawab... Meskipun demikian, terlepas dari kebenaran
peristiwanya, ilustrasi tadi merefleksikan beberapa hal yang menjadi
ciri dan problem dalam pengorganisasian gerakan tani di Indonesia
saat ini. Dari sekian banyak problem dalam kerja pengorganisasian
gerakan, ada dua yang hendak disorot dalam tulisan ini, yakni:
problem identifikasi diri, dan problem keterwakilan ataurepresentasi.
Masalah identifikasi diri adalah masalah penegasan seseorang
dalam hal ini petani secara sadar sebagai bagian dari dari satu
organisasi gerakan sosial tertentu. Sementara masalah keterwakilan
atau representasi adalah masalah kelayakan suatu jaringan atau
koalisi yang lebih besar dari sejumlah organisasi-organisasi tingkat
lokal secara langsung maupun yang terbentuk bertingkat-tingkat
untuk menyatakan dir i sebagai wakil atau representasi dar i
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
10/104
Saturnino M. Borras Jr
x
beragam-ragam organisasi gerakan tani yang beroperasi di sejumlah
wilayah/lokal atau basis-basis pengirganisasian tertentu.
Saat ini memang banyak sekali tumbuh organisasi-organisasitani di Indonesia, dari mulai tingkat lokal hingga tingkat nasional,
dari sebentuk organisasi yang hanya terdiri dari sejumlah orang
yang berasal dari beberapa kampung saja, hingga suatu bentuk
koalisi atau jaringan atau dalam bahasa cantiknya menyatakan diri
sebagai federasi organisasi tingkat nasional. Tetapi diakui atau tidak,
kenyataannya sangat sedikit dari organisasi-organisasi ini dimana
secara relatif seluruh orang yang dinyatakan sebagai anggotanya
akan secara sadar, tegas, jelas, percaya diri, dan dengan penuhkebanggaan menyatakan diri sebagai anggota dari organisasi-
organisasi tersebut. Atau dengan kata lain, masih sangat sedikit
jumlahnya organisasi-organisasi tani yang bermunculan bak jamur
di musim hujan saat ini yang memiliki anggota yang dapat secara
sadar segera mengidentifikasi diri dengan organisasi di mana
mereka bergabung, berjuang, dan menjadikan organisasinya
sebagai alat perjuangan kolektif. Apalagi yang secara sadar dapat
segera mengidentifikasi diri sebagai bagian dari suatu organisasijaringan atau koalisi atau federasi dimana organisasinya dinyatakan
ambil bagian.
Dalam suatu gerakan sosial, persoalan identifikasi diri yang
kemudian akan berimplikasi pada soal keterwakilan ini adalah soal
penting. Di satu sisi, bagi organisasi itu sendiri, identifikasi diri yang
jelas dar i orang-orang yang diklaim sebagai anggotanya
merefleksikan keberhasilan kerja pengorganisasian untuk
menempatkan organisasi sebagai bagian dari kehidupan keseharianorang-orang tersebut di mana mereka mengakumulasikan secara
sadar kepentingan-kepentingan dan aspirasi-aspirasinya secara tetap.
Identifikasi diri dari sejumlah orang yang menempatkan dirinya
sebagai bagian dari suatu gerakan sosial itu lah salah satu indikasi
untuk melihat apakah gerakan yang bersangkutan mengakar (rooted)
atau tidak dan seberapa luas akar-akar tersebut telah tertanam di
dalam tubuh masyarakat/komunitas. Di sisi lain, persoalan
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
11/104
Via Campesina
xi
identifikasi diri yang jelas dari orang-orang yang dinyatakan/
menyatakan diri sebagai anggota suatu organisasi atau suatu jaringan
organisasi atau suatu federasi tertentu akan membuat organisasitersebut mudah mengembangkan sistem dan mekanisme
perwakilan, pertanggungjawaban, dan akuntabilitas. Selain itu, bagi
organisasi-organisasi tersebut kemampuan para anggotanya untuk
segera secara tegas megidentifikasi dirinya sebagai bagian dari suatu
organisasi gerakan sosial tertentu merupakan langkah awal yang
penting untuk menumbuhkan dan mengembangkan budaya
gerakan massa di dalam organisasi dan kehidupan keseharian
anggota-anggotanya.
* * *
Organisasi-organisasi tani kontemporer1di Indonesia baru muncul
secara embrionik sekitar awal tahun 90an sebagai kelanjutan dari
aksi-aksi protes terhadap penggusuran dan pengambilalihan lahan-
lahan garapan petani untuk dialihkan menjadi fungsi-fungsi
ekonomis lainnya (Fidro dan Fauzi, 1995; Bachriadi dan Fauzi,
2001; Firmansyah, et.al, 1999). Aksi-aksi itu, yang mulai marak padaparuh ketiga dekade 80-an, pada mulanya adalah aksi-aksi protes,
pembelaan dan advokasi, maupun solidaritas yang digelar oleh
mahasiswa dan organisasi-organisasi non pemerintah (ornop) atas
kasus-kasus penggusuran yang banyak terjadi di berbagai daerah
di Indonesia khususnya yang terjadi di Jawa, Sumatera, Bali dan
1 Istilah ini untuk membedakan dengan fenomena maraknya organisasi-organisasi
tani yang tumbuh dan berkembang pada tahun-tahun sebelum pemerintahan
Soeharto berkuasakhususnya pada periode-periode waktu antara tahun 40-
an hingga 60-an. Pemilahan ini penting dilakukan karena adanya satu
keterputusan sejarah gerakan petani yang terorganisir dalam organisasi-
organisasi tani dan budaya gerakan massa tani akibat proses pergantian rezim
kepemimpinan politik di Indonesia yang terjadi pada tahun 1965-1966. Satu
tinjauan yang cukup baik untuk melihat dinamika dan konstelasi politik gerakan
tani pada periode ini dapat lihat misalnya pada Fauzi (1999).
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
12/104
Saturnino M. Borras Jr
xii
Lombok. Bersamaan dengan aksi-aksi pembelaan dan advokasi
tersebut, kelompok-kelompok solidaritas mahasiswa dan pemuda
serta jaringan kerja advokasi aktivis ornop-mahasiswa di berbagaikota tumbuh dengan subur. Misalnya: KSMURB2 (kelompok aksi
dan advokasi untuk Kasus Badega, berbasis di Bandung) yang
kemudian berkembang menjadi KPMURI (Komite Pembelaan
Mahasiswa untuk Rakyat Indonesia, yang juga berbasis di
Bandung); KSKPLGC3(kelompok aksi dan advokasi untuk Kasus
Cimacan yang dibangun sebagai poros aksi aktivis Jakarta-Bogor-
Bandung); KSKPKO4 (kelompok aksi dan advokasi untuk Kasus
Kedung Ombo yang berbasis di Salatiga dan Yogya); KIRAB5
(kelompok aksi mahasiswa beberapa dari kota di Jawa dalam kasus
pembangunan Pusat Latihan Tempur Marinir Blangguan Jawa
Timur); KMUWT6 di Surabaya, KSMMUWT7 di Malang, dan
KSMJ8 di Jember (merupakan kelompok-kelompok aksi
mahasiswa dalam kasus perluasan lahan eksploitasi pabrik semen
Gresik di Jawa Timur); KSMPSK9 (kelompok aksi dan advokasi
dalam Kasus Sumber Klampok di Bali) dan KSRB10 (kelompok
advokasi dalam Kasus Sendang Pasir) yang keduanya berbasis diBali; KSUMP11 (kelompok aksi dan advoksi dalam Kasus
Pemengkong) serta JAKAD12 (jaringan advokasi kasus-kasus
pertanahan di NTB) yang berbasis di Mataram; dan berbagai
kelompok-kelompok aksi dan advokasi lainnya.
2 Komite Solidaritas Mahasiswa untuk Rakyat Badega.3 Komite Solidaritas Korban Pembangunan Lapangan Golf Cimacan.4 Komite Solidaritas untuk Korban Pembangunan Kedung Ombo.5 Komite Solidaritas Rakyat Blangguan.6 Komite Mahasiswa untuk Warga Tuban.7 Komite Solidaritas Mahasiswa Malang untuk Warga Tuban.8 Komite Solidaritas Mahasiswa Jember.9 Komite Solidaritas Mahasiswa dan Pemuda untuk Sumber Klampok.10 Komite Solidaritas untuk Rakyat Bali.11 Komite Solidaritas Untuk Masyarakat Pemengkong.12 Jaringan Kerja Advokasi.
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
13/104
Via Campesina
xiii
Jaringan aksi dan advokasi yang dilakukan mahasiswa dan
organisasi non pemerintah (ornop) yang berkerjasama dengan
baik, terlepas dari dinamika konflik dan sentimen yangberkembang di antara mereka, dalam beberapa hal berhasil
menaikan isu-isu penggusuran dan hak-hak atas tanah ke tingkat
internasional dengan bungkusan utamanya pelanggaran hak-hak
asasi manusia. Dengan segera isu pelanggaran hak asasi manusia
dalam kasus-kasus penggusuran di Indonesia menjadi sorotan
internasional. Bahkan beberapa kasus sempat menjadi bahan
pembicaraan atau contoh kasus yang terus-menerus hidup di
lingkungan pergaulan aktivis ornop ataupun diskusi-diskusi dilingkup internasional, seperti: kasus Kedung Ombo13, Badega14,
Blangguan15, Cimacan16, Lomanis17, Sei Lepan18, Nipah19, dan
beberapa kasus lainnya.
Maraknya perkembangan kelompok-kelompok solidaritas
aksi di beberapa kota, secara aktif mereka juga membangun
jar ingan komunikasi dan jar ingan aksi antar kota untuk
memperbesar pengaruh serta daya dorong terhadap perubahan
politik di Indonesia. Pada titik tertentu gerak dari kelompok-
13 Kasus pembangunan waduk Kedung Ombo di Jawa Tengah.14 Kasus penyerobotan tanah garapan petani untuk perkebuanan besar di Garut,
Jawa Barat.15 Kasus penyerobotan tanah garapan petani untuk pengembangan areal latihan
militer di Jawa Timur.16 Kasus pembangunan lapangan golf di Cimacan (Jawa Barat) yang menyerobot
tanah garapan petani.17 Kasus pembangunan pabrik pengolahan kimia di Cilacap, perbatasan Jawa
Barat dan Jawa Tengah.18 Kasus pengembangan perkebunan kelapa sawit dengan pola perkebunan inti
rakyat transmigrasi lokal (PIR-Trans).19 Kasus pembangunan waduk Nipah di Madura Jawa Timur yang kemudian
menimbulkan korban jiwa sebanyak 4 orang akibat ditembak oleh aparat
militer setempat. Lihat: Hardiyanto, et.al.(ed.) (1995).
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
14/104
Saturnino M. Borras Jr
xiv
kelompok aksi yang dimotori oleh mahasiswa ini sesungguhnya
sudah meninggalkan esensi dan makna dari gerakan agraria yang
selama ini mereka geluti sendiri, karena yang lebih didorongkemudian adalah upaya untuk memunculkan satu gerakan sosial
yang meluas di Jawa khususnya yang berbasis pada mahasiswa
untuk penggulingan rezim yang berkuasa di Indonesia saat itu.
Pada titik ini, sesungguhnya gerakan mahasiswa pada tahun-
tahun tersebut yang mulanya menjadi motor dari gerakan agraria
(agrarian movement) yang telah mulai terbangun semakin berjarak
dengan kepentingan langsung kaum tani. Selain itu, mulai tampak
gejala kasus-kasus sengketa dan petani-petani atau rakyat korbanpenggusuran hanya dijadikan semacam kuda tunggangan oleh
sebagian aktivis dalam pergulatan untuk menggulingkan elite yang
sedang berkuasa: sesuatu yang sangat tipikal, menurut Skocpol,
dalam watak gerakan kaum menengah kota atau kaum terdidik
kota yang terlibat atau melibatkan diri dalam gerakan agraria atau
gerakan kaum tani (Skocpol, 1979).
Pada masa ini dapat dikatakan format isu yang menonjol dalam
keseluruhan gerakan agraria yang muncul adalah PengembalianTanah Rakyat yang Dirampas dan Hak-hak Rakyat atas Tanah.
Meskipun demikian, format isu ini baru menyentuh hak rakyat
atas tanah akibat perampasan langsung, belum menyentuh
persoalan hak rakyat atas tanah karena ketimpangan struktural dan
menjadi penyebab utama dari kemiskinan di pedesaan yang
karenanya pemerataan penguasaan tanah (land reform) kemudian
diyakini sebagai jalan keluar yang paling tepat. Dengan kata lain,
tema sentral yang berkembang pada saat itu baru menyentuhhilangnya hak-hak rakyat atas tanah yang selama ini mereka garap,
kuasai, miliki, duduki, atau tinggali. Gerakan yang ada belum
menyentuh persoalan hak-hak kaum buruh tani atau petani tak
bertanah, yang ironisnya justru oleh UUPA 1960 dan UU Land
Reform dikatakan secara eksplisit sebagai kelompok masyarakat
yang memiliki hak atas tanah. Dengan kata lain pula, gerakan yang
berkembang pada waktu itu baru menyentuh lapisan masyarakat
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
15/104
Via Campesina
xv
yang memiliki dan/atau menguasai tanah yang kehilangan haknya.
Format isu yang lebih jauh dari itu yang juga nantinya akan
berimplikasi pada bentuk organisasi gerakannya belummenyeruak secara kuat. Sehingga tema-tema seperti pembaruan
agraria, land reform dan sebagainya yang lebih berorientasi pada
perombakan struktur agraria nyaris tidak terdengar.
* * *
Akhirnya sejumlah mantan aktivis gerakan sosial dan aktivis
Ornop yang tidak lain kebanyakan adalah sejumlah mantan aktivis
gerakan mahasiswa yang terlibat dalam gerakan protes danpembelaan petani, baik sebagai organizer maupun petugas
penghubung antara basis gerakan di desa dengan dunia luar-
nya, mulai melihat adanya gejala kesenjangan dalam proses
pencapaian tujuan gerakan selama ini. Kesenjangan itu adalah jarak
antara menggebu-gebunya aktivitas dan semangat kaum terdidik
kota dalam mengorganisir gerakan dan rakyat tani di basis dengan
kemampuan dan keterlibatan rakyat tani sendiri di dalam gerakan
itu yang pada akhirnya membuat bias capaian tujuan dari gerakan.Dalam sejumlah analisisnya kemudian disimpulkan bahwa selama
ini gerakan agraria atau gerakan pembelaan kaum tani yang
semestinya berangkat dari kepentingan pokok kaum tani untuk
memperjuangkan nasibnya telah terdistorsi karena motor-motor
gerakan ada di kota, bukan di basis-basis massa kaum tani sendiri
(Aditjondro, 1993; Saragih, 1993; Santoso, 1993; Suprapto, 1993;
Fauzi, 1993 dan 1995a). Sehingga yang tampak dalam setiap aksi
atau keseluruhan gerakan hampir seperti proses mobilisasi massatani oleh kaum terpelajar kota, ketimbang terbentuknya kesadaran
kaum tani sendiri yang lebih kokoh dan mengakar.
Berangkat dari keprihatinan ini, sejumlah aktivis dari
beberapa kota mulai membangun jaringan untuk membangun
komunikasi dan perumusan-perumusan model pengorganisasian
petani yang lebih berwawasan kader di dalam kantong-katong
basis petani itu sendiri. Dimotori oleh sejumlah aktivis dan Ornop
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
16/104
Saturnino M. Borras Jr
xvi
dari Bandung dan beberapa kota dibentuklah poros Kisaran-
Lampung-Bandung-Jogja-Denpasar. Di Kisaran, Sumatera Utara
harapan untuk munculnya satu bentuk baru pengorganisasianrakyat tani ditumpukan kepada Yayasan Sintesa. Di Lampung pada
LBH Pos Bandar Lampung, di Bandung pada Lembaga Pendidikan
dan Pengembangan Pedesaan (LP3), di Jogja pada Lembaga Kajian
Hak-hak Rakyat (Lekhat), dan di Denpasar pada Yayasan Manikaya
Kauci.
Langkah-langkah pertama, setelah sejumlah pertemuan sharing
pengalaman dan konsolidasi gagasan, pada tahun 1993 dibuatlah
satu pertemuan besar yang melibatkan sejumlah LSM yangbergerak dalam pembelaan rakyat dalam kasus-kasus sengketa
pertanahan dan sejumlah tokoh-tokoh dari rakyat korban itu
sendiri. Pertemuan yang disebut dengan Pertemuan Lembang I
itu berhasil membangun kesadaran baru diantara para peserta
tentang perlunya membangun organisasi rakyat tani yang genuine
dan perlunya disusun sebuah panduan khusus untuk
mengembangkan organisasi-organisasi tani tersebut.20
Pertemuan Lembang I juga menyepakati sejumlah LSM/Ornop dijadikan wadah untuk mulai mengembangkan organisasi-
organisasi tani yang genuinedi tingkat lokal hingga pembentukan
organisasi-organisasi tani tingkat regional atau propinsi. Pertemuan
Lembang I juga memandatkan untuk menyiapkan sebuah
pertemuan lanjutan untuk mengevaluasi seluruh usaha tersebut
dua tahun berikutnya.
Beberapa tahun sebelum petemuan Lembang I sebetulnya
sebuah embrio organisasi tani tingkat regional yang relatif genuinetelah muncul di Jawa Barat. Namanya Serikat Petani Jawa Barat
(SPJB). Organisasi ini didirikan pada tahun 1991 oleh sejumlah
20 Panduan itu kemudian terbit menjadi sebuah buku panduan pengorganisasian
kaum tani yang berjudul ABC Organiasi Tani dan diterbitkan secara terbatas
oleh LPPP. Buku panduan ini kemudian setelah diperluas menjadi Seri Panduan
Organisasi Taniyang diterbitkan oleh KPA (KPA, 1998).
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
17/104
Via Campesina
xvii
aktivis organisasi tani lokal dan aktivis pemuda serta mahasiswa.
Dilihat dari sejarah pembentukannya, SPJB dapat dikatakan
sebagai organisasi pelopor. Meskipun pada awal pembentukannyakepemimpinan kolektif organisasi masih melibatkan kekuatan-
kekuatan pemuda dan mahasiswa dalam struktur kepemimpinnya.
Tetapi setelah berjalan beberapa tahun, dan kelompok petani
merasa sudah memiliki kemampuan dan kemandirian, maka
kepemimpinan organisasi ini sepenuhnya dikuasai oleh kalangan
petani. Watak kepeloporan lainnya dari SPJB adalah perannya dalam
mengilhami pembentukan organisasi-organisasi sejenis di daerah-
daerah lain, juga dijadikannya SPJB sebagai model acuan (referencegroup) bagi organisasi-organisasi tani lainnya yang muncul
belakangan baik dalam hal metode pengorganisasian lokalnya,
kepemimpinannnya, maupun proses kaderisasi dan
konsolidasinya.21 Bahkan dapat dikatakan, sejumlah pengalaman
yang ada di SPJB lah yang dijadikan dasar bagi perluasan pengalihan
basis gerakan agraria dari perkotaan ke pedesaan seperti yang
dikehendaki oleh kekuatan poros Kisaran-Lampung-Bandung-
Jogja-Denpasar.Pasca pertemuan Lembang I mulai lah sejumlah aktivis
mengembangkan dan memperkuat basis-basis rakyat korban dalam
bentuk organisasi-organisasi tani lokal. Setelah sejumlah organisasi
tani lokal dianggap cukup solid serangkaian pertemuan lanjutan
diadakan untuk membangun organisasi tani tingkat regional atau
antar wilayah dalam satu propinsi. Sejumlah kerja pengorganisasi
dan konsolidasi ulang di berbagai basis petani yang berkasus22
kemudian berhasil membentuk sejumlah serikat petani tingkat
21 Lihat AD-ART SPJB dan Term Of Reference Kongres SPJB 1998 untuk
mengetahui lebih banyak tentang pandangan dasar dan pokok-pokok
perjuangan pembentukan SPJB.22 Istilah basis petani berkasus mengacu kepada sejumlah kasus konflik pertanahan
yang terjadi akibat penggusuran maupun perampasan tanah-tanah garapan petani
oleh pihak-pihak pemegang modal maupun oleh instansi-instansi pemerintah
dengan dukungan penuh dari nyaris seluruh aparat pemerintahan.
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
18/104
Saturnino M. Borras Jr
xviii
regional di beberapa propinsi. Misalnya Serikat Petani Sumatera
Utara (SPSU), Persatuan Insan Tani Lampung (PITL), Himpunan
Petani Mandiri Jawa Tengah, dan lainnya (Bachriadi dan Fauzi,2001).
Munculnya sejumlah organisasi tani regional yang memiliki
basis-basis massa di tingkat lokal sedikitnya berhasil mengubah
halauan sejumlah aktivis yang selama ini bergerak dalam aksi-
aksi pembelaan hak rakyat atas tanah dengan lebih memberi
perhatian pada hak-hak kaum tani yang lebih luas dari sekedar
hak atas tanah. Perhatian mereka mulai melebar pada hak-hak
produksi, hak-hak sosial-ekonomi, dan hak-hak politik kaum tanisecara umum. Pemindahan perhatian ini memberikan satu
perspektif baru dalam agenda-agenda perjuangan yang selama ini
telah digeluti. Jika pada awalnya agenda-agenda utama hanya
menyentuh soal hak rakyat atas tanah, khususnya hak pemilik dan/
atau kelompok masyarakat yang dapat menguasai tanah, serta
perilaku negara dan modal yang mengabaikan hak-hak tersebut,
maka sekarang perhatian sudah lebih mengarah kepada hak-hak
politik, sosial, dan ekonomi kaum tani khususnya dalam prosesproduksi serta perlunya dikembangkan suatu program pembaruan
agaria (Reforma Agraria) yang dapat memperkuat perekonomian
rakyat, khususnya kaum tani. Sedangkan analisis-analisis yang
berkembang sekarang didasari pada pertanyaan-pertanyaan:
Bagaimana nasib kaum tani, secara keseluruhan, di Indonesia saat
ini? Mengapa pembaruan agraria diperlukan di Indonesia?
Mengapa pemerintah selama ini tidak menjalankan pembaruan
agraria? Mengapa UUPA 1960 dan UU Land Reform yang adatidak bekerja sebagaimana mestinya? Apa faktor-faktor yang
membuat itu semua terjadi?
Dengan perpindahan tema atau agenda perjuangan, maka isu
hak rakyat atas tanah diperluas perspektifnya. Isu perjuangan mulai
mengarah tidak lagi pada kelompok-kelompok petani pemilik
tanah saja yang tergusur dari tanah-tanahnya akibat program-
program pembangunan, tetapi hak-hak kaum buruh tani dan
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
19/104
Via Campesina
xix
petani penggarap (land to the tillers) juga mulai muncul ke atas
permukaan. Meskipun pada kenyataannya di beberapa daerah
kantong organisasi tani yang ada basis pengorganisasiannya masihbanyak bertumpu pada kelompok-kelompok petani berkasus.
* * *
Pada tahun 1995 terjadi persimpangan modus operandi gerakan
agraria di Indonesia. Arus pertama ditandai dengan munculnya
satu organisasi yang merupakan koalisi nasional dari sejumlah
Ornop, organisasi petani, dan individu yang memiliki concerned
untuk mendorong pembaruan agraria di Indonesia. Organisasikoalisi nasional itu adalah Konsorsium Pembaruan Agraria (KPA).23
Disebutkan bahwa pembentukan KPA bertujuan untuk
menjalankan pembaruan agraria di Indonesia.24
Arus lainnya adalah proses konsolidasi dan pembentukan
federasi serikat-serikat tani yang bermuara pada pembentukan
Federasi Serikat Tani Indonesia (FSPI) yang dideklarasikan pada
tahun 1998.Dalam satu dokumen organisasi ini disebutkan tujuan
didirikannya FSPI adalah sebagai wadah bersama perjuangan
23 KPA sebetulnya dideklarasikan pada tahun 1994 oleh 13 organisasi non
pemerintah, yang kemudian selama satu tahun relatif masih bekerja di bawah
tanah dan berkonsentrasi untuk melakukan pelebaran koalisi dan konsolidasi
dengan melibatkan lebih banyak organisasi non pemerintah juga organisasi-organisasi tani dan individu khususnya kaum intelektual hingga
diselenggarakannya Musyawarah Nasional KPA yang pertama pada Desember
1995. Setelah itu KPA berkerja secara terbuka menantang rezim yang berkuasa
untuk menjalankan pembaruan agraria (reforma agraria) di Indonesia.24 Tujuan pembentukan KPA ini tertuang di dalam statutapembentukan KPA.
Dalam Musyawarah Nasional II KPA yang diselenggarakan tahun 1998, terjadi
sedikit perumusan ulang tujuan pembentukannya yang diubah menjadi
mendorong terwujudnya pembaruan agraria di Indonesia. Untuk jelasnya
lihat dokumen StatutaKonsorsium Pembaruan Agraria tahun 1995 dan 1998.
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
20/104
Saturnino M. Borras Jr
xx
petani Indonesia dalam upaya mewujudkan tatanan agraria yang
adil dan kehidupan politik yang demokratis di Indonesia.25
Sesungguhnya tidak ada perbedaan yang berarti dalam keduaarus ini kecuali keanggotaan dari masing-masing koalisi yang baru
terbentuk tersebut. Jika KPA diisi oleh lebih banyak organisasi
non pemerintah,26 maka FSPI menetapkan keanggotaan hanya
boleh diisi oleh serikat-serikat petani yang memenuhi sejumlah
kriteria tertentu yang diantaranya adalah: merupakan organisasi
petani di tingkat propinsi maupun yang dapat dianggap setingkat;
mempunyai minimal 50 organisasi tani di tingkat desa; dan tidak
menjadi organisasi lainnya.27
Dalam berbagai aktivitasnya, kedua koalisi tingkat nasional
ini relatif tidak memiliki perbedaan, kecuali sejumlah penekanan
pada hal-hal yang sifatnya programatik. Jika KPA menekankan
pada kerja-kerja advokasi kebijakan agraria di tingkat nasional,
maka FSPI pada mulanya menekankan pada kerja-kerja penguatan
organisasi tani di tingkat regional. Meskipun demikian, KPA juga
menekankan pentingnya memperkuat organisasi-organisasi tani
sebagai basis utama dalam memperbesar gerakan agraria. TetapiKPA menekankan pentingnya penguatan basis-basis dan organisasi
tani ini menjadi tanggung jawab langsung organisasi-organisasi
25 Dokumen yang dimaksud adalah Pembaruan Agraria Jalan Rakyat Indonesia
menuju Masyarakat Adil, Makmur dan Merdekayang dikeluarkan oleh Federasi
Serikat Petani Indonesia, 1999.26 Dalam perkembangan selanjutnya, KPA juga mulai berupaya menyeimbangkan
keanggotaannya agar terjadi keseimbangan komposisi antara organisasi-
organisasi non pemerintah dan serikat-serikat atau organisasi tani. Berdasarkan
pencatatan keanggotaan yang terakhir dimana anggota KPA saat ini berjumlah
lebih dari 130 organisasi terdapat sekitar 40 organisasi yang menyatakan
dirinya sebagai organisasi rakyat baik yang berbentuk organisasi tani,
organisasi nelayan, maupun persekutuan masyarakat adat.27 Mengenai kriteria-kriteria selengkapnya yang ditetapkan oleh FSPI lihat
dokumen Anggaran Rumah Tangga (ART) Federasi Serikat Petani Indonesia
(FSPI), 2003, khususnya Bab I.
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
21/104
Via Campesina
xxi
yang menjadi angotanya. Demikian pula dengan FSPI, secara nyata
organisasi ini juga melakukan kerja-kerja advokasi untuk
mendorong perubahan kebijakan agraria di Indonesia agar prokepada kepentingan petani. Di sisi lain, sebagian anggota FSPI
yang saat ini berjumlah 12 serikat tani28 juga menjadi anggota
KPA.
Saat ini dengan berbagai dinamika yang terjadi di dalam
beragam kerja pengorganisasi, konsolidasi gerakan, dan gerakan
advokasi telah memunculkan sejumlah aliansi organisasi tani yang
mengklaim diri berada di tataran nasional, seperti: Federasi Serikat
Tani Indonesia (FSPI), Aliansi Petani Indonesia (API), AliansiGerakan Reforma Agraria (AGRA), dan boleh juga disebut di
sini satu organisasi tani yang memiliki hubungan sangat dekat
dengan Partai Rakyat Demokratik (PRD) yakni Serikat Tani
Nasional (STN).
Jika FSPI telah disinggung sedikit latar belakang
pembentukannya, maka API merupakan hasil bentukan dari
sejumlah basis-basis pengorganisasian petani yang dilakukan oleh
sejumlah community organizers yang berinduk pada satu organisasinon pemerintah yang cukup berumur di Indonesia, yakni
28 Saat ini organisasi-organisasi tani tingkat regional atau provinsial yang menjadi
anggota FSPI adalah: Perhimpunan Masyarakat Tani Aceh (PERMATA), SerikatPetani Sumatera Utara (SPSU), Serikat Petani Sumatera Barat (SPSB),
Persatuan Petani Jambi (PERTAJAM), Serikat Petani Sumatera Selatan (SPSS),
Serikat Petani Lampung (SPL), Serikat Petani Jawa Barat (SPJB), Serikat
Petani Jawa Tengah (SPJT), Serikat Petani Jawa Timur (SPJatim), Federasi
Serikat Petani Jawa Timur (FSPJT), Serikat Petani Pasundan (SPP), dan Serikat
Petani Banten (SP-Banten). Daftar ini diperoleh dari daftar keanggotaan via
campesinadi mana FSPI sebagai anggota via campesinamencantumkan ke-12
organisasi tani ini sebagai organisasi-organisasi yang diwakilinya. Lihat:
www.viacampesina.org.
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
22/104
Saturnino M. Borras Jr
xxii
Sekretariat Bina Desa atau juga dikenal sebagai Indonesian
Secretariat for Development Human Resources in Rural Areas
(INDRHA) yang merupakan bagian dari ASIADRHA.29
SementaraAGRA adalah satu bentukan aliansi dari sejumlah organisasi tani
atau embrio-embrio serikat tani yang dimotori oleh sejumlah
aktivis KPA pasca 2002.30
Uniknya pula, organisasi-organisasi tersebut memiliki
keanggotaan yang saling tumpang tindih. Artinya ada satu organisasi
tani apakah berbentuk organisasi tani tingkat propinsi, kabupaten
maupun antar kabupaten yang menjadi anggota dari berbagai
organisasi tani tingkat nasional yang ada. Misalnya, Serikat PetaniPasundan (SPP) merupakan anggota FSPI, juga anggota API, dan
merupakan salah satu inisiator pembentuk AGRA pula selain sejak
awal pembentukannya langsung berafiliasi dengan KPA. Begitu
juga dengan Serikat Tani Bengkulu (STAB) sebagai contoh
lainnya dimana organisasi ini secara sekaligus juga menjadi
anggota atau partisipan aktif dari dua organisasi yang mengklaim
dirinya sebagai organisasi petani tingkat nasional yakni API, dan
AGRA selain selain juga menjadi anggota aktif dari KPA yang
29 Di tingkat Asia, API berafiliasi dengan Asian Farmers Association (AFA) yang
disinyalir memiliki hubungan dengan International Federation Agriculture
Producers (IFAP). Meskipun demikian, sesungguhnya antara AFA dan IFAP
tidak ada keterkaitan langsung apalagi terikat dalam suatu hubungan struktural
seperti afiliasi keanggotaan. AFA baru mengadakan Kongres (General Assembly)
yang pertamanya pada Februari 2004 di Indonesia. Sebelumnya AFA masihberbentuk embrio dari koalisi organiasi-organisasi tani di Asia. Penulis
mengucapkan terima kasih atas sejumlah informasi yang diberikan oleh Saiful
Bahari dari Sekretariat Bina Desa dan Tri Heru Wardoyo Chairpersondari
AFA.30 Tahun 2002 adalah tahun diselenggarakannya Musyawarah Nasional KPA
yang ke-3, dimana selain terjadi regenerasi kepemimpinan di dalam tubuh
organisasi koalisi nasional ini, juga semakin ditegaskan perlunya KPA
mendorong penguatan organisasi-organisasi tani sebagai motor utama gerakan
reforma agraria di Indonesia.
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
23/104
Via Campesina
xxiii
merupakan koalisi nasional untuk memperjuangkan pembaruan
agraria dan penguatan organisasi tani tetapi tidak menyatakan
dirinya sebagai organiasi petani meskipun memiliki cukup banyakanggota yang berbentuk organisasi tani.31
Satu hal yang penting untuk diperhatikan juga adalah kenyataan
bahwa seluruh organisasi tersebut lagi-lagi tidak
memperlihatkan suatu perbedaan yang signifikan di dalam
orientasi dan tujuan pembentukannya. Keseluruhannya
menempatkan Reforma Agraria sebagai agenda pokok
perjuangannya. Keseluruhannya juga sama-sama menegaskan
tantangannya kepada agenda-agenda neo-liberal yang dianalisisakan semakin menyengsarakan kehidupan petani kecil
khususnya petani tak bertanah di Indonesia.
* * *
Di tingkat lokal sendiri, kemajuan-kemajuan dan kemunduran dalam
pembentukan dan penguatan organisasi tani sangat berkait dengan
berbagai dinamika ekonomi dan politik makro yang terjadi di tingkat
nasional maupun internasional. Bahkan perkembangan baru
khususnya pasca tahun 1999 ketika kebijakan politik desentralisasi
dan otonomi daerah mulai diterapkan dinamika politik di tingkat
kabupaten menjadi faktor yang cukup signifikan mempengaruhi
dinamika kerja-kerja pengorganisasian petani di berbagai daerah.
Perubahan politik yang terjadi akibat gerakan reformasi yang
membuat ruang politik menjadi lebih longgar bagi kelompok-
kelompok masyarakat marjinal untuk mengorganisir diri jelas telah
menjadi faktor yang cukup penting dalam memperbesar peluang
bagi kemunculan organisasi atau serikat-serikat tani di berbagai
31 STAB sesungguhnya terlibat sejak awal dalam pembentukan FSPI. Tetapi satu
tahun setelah deklarasi FSPI, tepatnya pada awal tahun 2000 serikat tani ini
menyatakan keluar dari FSPI. Penulis berterima kasih kepada Agustam
Sekjen STAB untuk penjelasan mengenai hal ini.
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
24/104
Saturnino M. Borras Jr
xxiv
daerah secara terbuka. Sementara perkembangan praktek politik
daerah telah memaksa organisasi-organisasi atau serikat-serikat
tersebut untuk bereaksi secara langsung dengan berbagaiperubahan politik, kepemimpinan, dan kebijakan-kebijakan
pemerintah daerah yang secara langsung dianggap akan menjadi
ancaman sekaligus peluang baru dalam kehidupan petani. Ada
sejumlah organisasi tani yang relatif berhasil memainkan
perubahan-perubahan politik di tingkat lokal, seperti Serikat Petani
Pasundan (SPP) di Jawa Barat dan Serikat Petani Bengkulu (STAB)
di Bengkulu misalnya. Kedua organisasi ini secara aktif
memanfaatkan peluang perubahan konstelasi politik dan perebutankekuasaan formal di lembaga-lembaga legislatif maupun eksekutif
untuk memasukan pengaruhnya, mempengaruhi pembentukan
kebijakan lokal, maupun menempatkan orang-orangnya di dalam
lembaga-lembaga pemerintahan khususnya di tingkat kabupaten.
Dalam hal ini satu hal yang mendasar dilakukan oleh serikat-serikat
tani tersebut adalah memasukan unsur penguasaan suara pemilih
pada Pemilu sebagai salah satu elemen baru yang dimasukan ke
dalam agenda pokok kerja-kerja pengorganisasiannya. Hasilnyasejumlah kader serikat-serikat tersebut kini ada yang berhasil
duduk di dalam Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD),
bahkan ada yang berhasil menjadi anggota Dewan Perwakilan
Daerah (DPD) yang berkedudukan di Jakarta yang dalam
berbagai hal dapat dipersamakan dengan posisi senator di dalam
sistem legislatif dua kamar (bikameral).
Otonomi daerah yang membuat ruang partisipasi politik rakyat
menjadi lebih besar di tingkat pedesaan juga secara efektif meskipun perlahan tetapi memperlihatkan kepastian telah
dimanfaatkan oleh serikat-serikat petani tersebut untuk mulai
menguasai arena kepemimpinan formal di pedesaan. Secara aktif
saat ini sejumlah organisasi tani telah menjadikan penguasaan
kepemimpinan formal di desa dengan mendudukkan kader-kader
mereka dalam Badan Perwakilan Desa (BPD) maupun sebagai
Kepala Desa sebagai salah satu agenda politiknya.
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
25/104
Via Campesina
xxv
Dalam konteks pengembangan aksi-aksi kolektif, secara kualitatif
juga telah terjadi pergeseran cukup signifikan. Sejak pertengahan
tahun 90-an serikat-serikat petani baik yang telah terbentukdan mulai memapankan diri, maupun yang masih bersifat embrional
lebih mengkonsentrasikan dirinya pada aksi-aksi pendudukan
tanah (land occupation) ketimbang sekedar melakukan pembelaan
terhadap kasus-kasus penggusuran tanah garapan petani seperti
yang lebih banyak terjadi pada tahun 80-an.
Dengan kata lain, sejak pertengahan tahun 90-an sesungguhnya
telah terjadi pergeseran dalam model aksi-aksi kolektif petani dan
kelompok-kelompok pendukungnya dari bentuk aksi-aksi protesdan pembelaan kepada bentuk-bentuk aksi pendudukan tanah
khususnya oleh petani-petani yang tak bertanah (landless peasant)
atau yang memiliki tanah garapan sempit (small peasant). Meskipun
perkembangan baru dalam aksi-aksi kolektif ini lebih banyak terjadi
di daerah-daerah dataran tinggi dan lebih banyak menyasar tanah-
tanah perkebunan besar yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan
negara maupun swasta atau tanah-tanah yang diklaim oleh
pemerintah sebagai Hutan Negara. Tampaknya trauma sosial akibatpembantaian petani yang terjadi pada tahun 1965-1966 masih terus
menghantui dengan kuat sehingga secara sadar kelompok-
kelompok petani tersebut relatif menghindari terjadinya bentrokan
langsung antara petani tak bertanah atau petani kecil dengan
kelompok-kelompok tuan tanah di pedesaan.
Berbagai aksi-aksi kolektif petani dan kelompok-kelompok
pendukungnya saat ini yang berpangkal dari aksi-aksi pendudukan
tanah yang disusul dengan pengembangan kemampuan ekonomilokal di tingkat komunitas sesungguhnya semakin mempertegas
perlunya memikirkan suatu strategi yang juga jelas untuk
mengembangkan jaringan aksi dan pengorganisasian dari tingkat
lokal hingga global. Walau bagaimana pun aksi-aksi lokal tersebut
telah menantang secara nyata kepentingan-kepentingan kapital
dengan berbagai instrumen termasuk aparatus negara yang
selama ini dikuasainya. Sementara dari arah yang berlawanan,
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
26/104
Saturnino M. Borras Jr
xxvi
kecenderungan-kecenderungan globalisasi yang diarahkan oleh
paham neo-liberalisme saat ini telah semakin jelas menjadi ancaman
yang nyata bagi kelompok-kelompok petani tersebut, sepertidikatakan oleh Boras (2004) dalam tulisannya yang diterjemahkan
menjadi buku ini. Dia mengatakan bahwa orientasi pasar dan
perdagangan bebas dari paham neo-liberal akan berkaitan erat
dengan kebijakan-kebijakan keuangan (fiskal) dan teknologi yang
akan bergerak semakin menjauh dari berbagai kepentingan petani
miskin di pedesaan bahkan mereka akan menjadi korban dari
berbagai kebijakan yang tidak pro-petani kecil. Sementara
kelompok-kelompok petani ini tidak akan dapat menagih tanggungjawab dan perlindungan dari negara karena peran dan posisi negara
juga telah dikurangi bahkan dijauhkan dari urusan memberikan
perlindungan kepada kelompok-kelompok rakyat miskin sebagai
akibat langsung dari keharusan menerapkan kebijakan pengurangan
berbagai subsidi, privatisasi, dan pengurangan campur tangan dalam
hal pengaturan penguasaan dan akses terhadap tanah serta
perlindungan (proteksi) terhadap produk-produk petani lokal.
* * *
Persinggungan langsung antara aktivis-aktivis gerakan reforma
agraria di Indonesia dengan La Via Campesina satu organisasi
gerakan tani transnasional yang dibentuk pada tahun 1993 terjadi
pada awal tahun 1996. Ketika itu, sejumlah aktivis gerakan
pembaruan agraria di Indonesia memperoleh kesempatan untuk
menghadiri Konferensi Petani se-Dunia yang ke-2 yang juga
merupakan kongres La Via Campesina yang ke-2 yangdiselenggarakan di negara bagian Tlaxcala, Meksiko. Kala itu, 5
orang aktivis yang mewakili sejumlah organisasi terlibat intens di
dalam pertemuan tersebut dan kemudian diundang untuk
bergabung dengan organisasi tani transnional tersebut. Kelimanya
adalah: seorang pimpinan Serikat Petani Sumatera Utara (SPSU),32
32 SPSU seperti telah disebut di awal tulisan ini adalah satu organisasi tani
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
27/104
Via Campesina
xxvii
seorang pimpinan gerakan/organisasi rakyat Badan Perjuangan
Rakyat Penunggu Indonesia (BPRPI) di Sumatera Utara yang
sejak tahun 50an memperjuangkan hak rakyat setempat atas tanahadat mereka,33 seorang pimpinan Serikat Petani Jawa Barat
(SPJB),34 seorang pimpinan organisasi non pemerintah yang
berbasis di Flores yang banyak melakukan pengorganisasi petani-
petani lokal di sana Yayasan Sanres,35dan seorang pimpinan dari
Badan Pelaksana KPA.
Meskipun keseluruhannya memperoleh undangan dan
kesempatan yang sama untuk bergabung dengan via campesina,
hingga kepulangan mereka kembali ke tanah air, tawaran tersebutbelum direspon secara langsung dengan berbagai pertimbangan.
Pertimbangan-pertimbangan tersebut intinya berkisar pada soal
diperlukannya proses pembahasan-pembahasan di masing-masing
internal organisasi. Dalam pertemuan di Meksiko tersebut juga
kuat dirasakan adanya dorongan dari sejumlah aktivis petani dan
aktivis-aktivis pembaruan agraria dari berbagai negara lain agar
segera dapat dibentuk satu organisasi tani di tingkat nasional
sebagai organisasi payung bagi gerakan petani dan organisasi-organisasi tani di Indonesia.
Segera setelah beberapa aktivis yang mendorong terbentuknya
organisasi tani tingkat nasional mulai menemukan jalan dan format
bagi pembentukan FSPI, organisasi ini secara resmi mendaftarkan
tingkat propinsi yang dibentuk akibat dorongan poros Kisaran-Lampung-Bandung-Yogya-Denpasar. SPSU sejak tahun 1995 menjadi salah satu dari
lima organisasi rakyat yang bergabung di KPA.33 BPRPI selain menjadi anggota FSPI dan anggota KPA sejak awal kemudian
juga terlibat dalam pembentukan dan menjadi anggota dari Aliansi Masyarakat
Adat Nusantara (AMAN).34 SPJB yang sejak awal pendirian KPA merupakan salah satu organisasi tani
pionir yang menjadi anggota KPA, dan kemudian juga bergabung dengan
FSPI, pada tahun 2002 menyatakan pengunduran diri dari keanggotaan KPA.35 Yayasan Sanres Flores sejak tahun 1998 bergabung menjadi anggota KPA.
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
28/104
Saturnino M. Borras Jr
xxviii
diri menjadi anggota via campesina. Selanjutnya, keanggota FSPI
di via campesinamenjadi kunci bagi keterlibatan gerakan tani di
Indonesia di dalam lingkaran gerakan tani transnasional yangdimotori oleh organisasi ini. Hingga saat ini hanya FSPI lah yang
menjadi angota via campesina. FSPI selama ini mengatasnamakan
posisinya sebagai satu organisasi tani tingkat nasional (dalam bentuk
federasi serikat-serikat tani) untuk mewakili gerakan tani
Indonesia dalam pusaran gerakan tani transnasional yang dimotori
oleh via campesina.
Pada kenyataannya masih banyak organisasi dan serikat tani
lainnya di Indonesia masih kesulitan untuk memperoleh aksesterlibat di dalam pusaran-pusaran gerakan tani transnasional,
meskipun secara faktual hal itu sangat diperlukan saat ini
khususnya dalam mengembangkan aksis perjuangan petani yang
berpangkal dari tingkat lokal hingga ke perjuangan internasional
atau perjuangan global untuk melawan kecenderungan-
kecenderungan globalisasi sekarang. Bahkan secara nyata masih
banyak basis-basis petani yang menjadi bagian dari FSPI secara
tidak langsung karena organisasi atau serikat mereka tergabung didalam organisasi federasi ini yang tetap merasa asing atau tidak
mengenal via campesina. Apalagi berharap mereka dapat
mengidentifikasikan diri dan perjuangannya sebagai bagian dari
perjuangan petani global yang dimotori oleh via campesina.
Inilah makna penting dari Cerita yang mengawali tulisan ini,
yakni pentingnya basis-basis pengorganisasian petani di Indonesia
yang pada kenyataannya telah bergabung dalam sejumlah serikat-
serikat atau organisasi tani tani tertentu memberikan identifikasidirinya sendiri sebagai bagian dari pusaran gerakan tani
transnasional yang direpresentasi oleh via campesina. Dengan kata
lain, pembumian via campesinadi Indonesia hanya bisa terjadi jika
telah terjadi proses pengidentifikasian diri dari organisasi-organisasi
tani lokal yang secara sadar, berani, dan bangga menyatakan dirinya
menjadi bagian dari organisasi gerakan tani transnasional tersebut.
Pada kenyataannya, melalui FSPI, secara bertingkat-tingkat
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
29/104
Via Campesina
xxix
sejumlah basis-basis pengorganisasian petani di tingkat lokal telah
digeret masuk ke dalam pusaran gerakan tani transnasional yang
coba direpresentasikan oleh via campesina. Tetapi pada kenyataannyapula, via campesina yang sesungguhnya dapat menjadi alat
perjuangan mereka tidak terlampau dikenal di negeri ini
khususnya oleh eksponen-eksponen akar rumput (grassroot)
gerakan tani itu sendiri.
Tentu saja sejarah keterlibatan gerakan tani dan gerakan
reforma agraria di Indonesia dengan via campesina itu sendiri
menjadi salah satu faktor penting yang berpengaruh dalam
munculnya kesenjangan ini. Hal ini sedikit berbeda jika menengokpada keterlibatan sejumlah organisasi gerakan tani dan reforma
agraria di beberapa negara Amerika Latin, misalnya. Melalui
hubungan-hubungan dan pembangunan aliansi politik dengan
sejumlah gerakan tani dan reforma agraria dan kelompok-
kelompok politik kiri di Eropa, justru mereka lah yang turut serta
untuk menggagas pembentukan via campesina. Dengan sendirinya,
sejak awal, agenda mendorong munculnya pusaran gerakan tani
transnasional merupakan bagian dari agenda perjuangankelompok-kelompok petani tersebut. Agenda ini, yang dalam
penuturan Borras dengan mengutip pernyataan Joo Stedile
seorang tokoh penting dalam Gerakan Rakyat Tak Bertanah
(MST) dari Brazil,36merupakan konsekuensi logis dari kesadaran
yang tumbuh di dalam organisasi gerakan tani di sana terhadap
watak dan dari perkembangan gerak kapital itu sendiri yang bersifat
internasional dan tak mengenal batas-batas negara (Borras, 2004:
9-10).Sedangkan di sini, di Indonesia, meskipun kesadaran yang
sama mengenai pentingnya membangun aliansi internasional
36 Yang dimaksud di sini adalah satu organisasi rakyat tak bertanah (landless
people) dari Brazil yang bernama Movimento dos Trabalhadores Sem Terra
(MST).
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
30/104
Saturnino M. Borras Jr
xxx
untuk memperkuat gerakan sosial khususnya gerakan tani
sebagai akibat dari peningkatan kualitas dari gerak modal (capital
movement) juga telah muncul sejak fase awal dari kembalitumbuhnya embrio gerakan reforma agraria pada pertengahan
tahun 80-an (Wiradi, 1993; Thamrin, 1995; Bachriadi, 1996;
Djuweng, 1996, dan Setiawan, 1996), ruang politik, sejarah
kemunculan kembali gerakan sosial, dan kinerja gerakan itu sendiri
belum sampai menghasilkan suatu kapasitas gerakan di sini untuk
menjadi pendorong atau inisiator bagi munculnya gerakan tani
transnasional. Dengan sendirinya, sejarah keterlibatan gerakan tani
di Indonesia dengan pusaran gerakan tani transnasional sepertiyang direpresentasi oleh via campesinaadalah sejarah diikutkan
untuk terlibat sementara proses konsolidasi dan pengorganisasian
gerakan itu sendiri masih belum sampai pada tahap terbentuknya
secara mapan poros gerakan dari tingkat lokal antar lokal hingga
tingkat nasional. Bukan berarti keharusan untuk terlibat di dalam
pusaran gerakan sosial transnasional itu sendiri harus menunggu
mapannya poros gerakan lokal-antar lokal-nasional, tetapi
ketidakmapanan pembentukan poros tersebut akan berimplikasikuat pada soal keterwakilan (representativeness) dan identifikasi diri.
* * *
Inilah tantangan yang sesungguhnya dari FSPI dan elemen-elemen
gerakan tani dan reforma agraria lainnya di Indonesia saat ini,
khususnya ketika via campesinamelalui kongresnya di Sao Paolo,
Brazil bulan Juni 2004 yang lalu memutuskan untuk
memindahkan Sekretariat Internasional-nya ke Indonesia dan
menjadikan FSPI sebagai tuan rumah bagi via campesina sebagai
organisasi gerakan sosial transnasional. Tantangan itu adalah
bagaimana membumikan via campesina di kancah gerakan tani
dan reforma agraria di Indonesia sehingga bisa dengan mudah
ditemukan akar-akar baru dari organisasi gerakan transnasional
tersebut di sini.
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
31/104
Via Campesina
xxxi
Jadi, meskipun menurut Borras dalam tulisannya pada buku
ini (hal. 49) menyebutkan bahwa perpindahan Sekretariat
Internasional via campesina dari Honduras ke Indonesia yang disatu sisi menjadi kesempatan bagi via campesinauntuk memperbesar
pengaruhnya dan memperluas jaringan kerjanya, dan di sisi yang
lain menunjukan adanya sedikit geseran peta kekuatan di dalam
tubuh via campesina sendiri. Dalam penglihatan dari sudut dalam
gerakan tani di Indonesia sendiri hal itu masih menjadi suatu
pertanyaan besar. Apakah pergeseran peta kekuatan tersebut
memang telah terjadi di dalam tubuh via campesina atau
sesungguhnya hal itu hanya merupakan sejenis manuver politisdari para elite via campesinasendiri untuk sedikit mengurangi imej
bahwa via campesinaadalah gerakan tani transnasional yang latino-
sentris (latin american centric)?
Dalam konteks ini, sudah sepatutnya FSPI memikirkan secara
serius cara-cara untuk menginternalisasikan via campesina sebagai
sebuah organisasi gerakan dengan segala visi dan mandatnya ke
dalam lingkaran-lingkaran gerakan tani di Indonesia. Malah
seharusnya hal itu tidak dilakukan terbatas hanya pada anggota-anggotanya saja. Lebih jauh dari itu, selayaknya FSPI
mempertimbangkan untuk melakukan internalisasi agenda-
agenda perjuangan via campesinasaat ini ke dalam sistem dan materi
pendidikan politik dan kaderisasi yang (seharusnya pula sudah)
dimilikinya, atau ke dalam sistem dan materi pendidikan politik
dan kaderisasi dari serikat-serikat tani yang menjadi anggotanya.
Di sisi lain, jelas kemampuan FSPI dan anggota-anggotanya
untuk dapat mentransformasi agenda-agenda perjuangan globaldari gerakan tani transnasional yang seringkali sudah terformat
dalam tingkat abstraksi dan formalisasi isu-isu tertentu seperti:
kedaulatan pangan (food sovereignty), anti WTO dan agen-agen
pembangunan multilateral lainnya seperti Bank Dunia dan IMF,
anti GMOs, anti terhadap kebijakan pertanahan global yang pro
pasar, dan sebagainya ke dalam agenda-agenda dan isu-isu lokal
merupakan satu tantangan tersendiri. Acapkali, banyak aktivis
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
32/104
Saturnino M. Borras Jr
xxxii
gerakan sosial di Indonesia sesungguhnya masih tergagap-gagap
untuk mengolah sejumlah konsepsi dan gagasan-gagasan yang
telah terformat dalam isu-isu global tertentu ke dalam penjelasanyang membumi dan mempertemukannya dengan kenyataan
keseharian masyarakat di sini. Pada gilirannya kegagalan dalam
mentransformasi dan membumikan gagasan-gagasan perjuangan
global itu akan berakibat pada terasingnya basis-basis gerakan dari
isu-isu dan agenda perjuangan yang coba diusungnya sendiri. Jika
hal itu sampai terjadi, maknanya tidak lain dari gerakan sosial yang
dimaksud telah kehilangan basisnya, dan kerja-kerja
pengorganisasian telah kehilangan kreativitasnya!Dalam hal ini metode pembumian dan penyebaran gagasan serta
agenda perjuangan via campesinayang dilakukan dengan menggunakan
material-material kampanye seperti: poster, kalender, stiker, banner,
ataupun menyelipkan spanduk statement berlogo via campesinadalam
aksi-aksi petani, dan berbagai material kampanye lainnya yang sejenis
jelas jauh dari cukup untuk menanamkan agenda-agenda
perjuangan via campesinadi sini atau mempertemukan agenda-agenda
tersebut dengan agenda-agenda lokal petani di sini. Apalagi jikamenghendaki terjadinya pengidentifikasian diri dari aktivis-aktivis
gerakan tani dan reforma agraria di tingkat akar rumput (grassroot)
terhadap keberadaan via campesina sebagai alat perjuangan mereka di
tingkat global/transnasional.
Bagaimana jika pada kenyataannya organisasi-organisasi anggota
FSPI itu sendiri tidak atau belum memiliki suatu sistem pendidikan
politik dan kaderisasi yang ajeg? Itu lah justru yang pertama harus
dilakukan oleh para aktivis FSPI dan anggota-anggotanya untukmendorong terbangunnya suatu sistem pendidikan kader di
masing-masing serikat/organisasi yang mantap, sistematik, dan
terstruktur dengan baik. Hanya melalui sistem pendidikan kader
yang ajeg dan serangkaian aksi-aksi kolektif yang visioner
internalisasi gerakan dan agenda-agenda perjuangan via campesina
dapat hidup dan tumbuh di sini, lebih jauh dari itu kemudian
direpresentasikan oleh gerakan tani lokal itu sendiri. Bukan
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
33/104
Via Campesina
xxxiii
sebaliknya seperti yang cenderung terjadi saat ini agenda-
agenda perjuangan petani di tingkat lokal coba dibawa dan
direpresentasi secara bertingkat-tingkat hingga ke pusarantransnasional tetapi di tengah perjalanan kehilangan kaki dan akar
serta elannya sebagai bagian dari gerakan sosial transnasional yang
melebar secara horisontal.
* * *
Bagi organisasi semacam via campesina, kenyataan seperti yang terjadi
di Indonesia seharusnya menjadi bagian dari refleksi mereka untuk
memperbaiki diri dan membuka pintunya lebih besar bagiketerlibatan kelompok-kelompok petani lainnya yang secara
ideologis maupun strategis sesungguhnya berjalan seiringan dengan
visi-misi dan tujuan pembentukannya. Untuk itu, Borras dalam
salah satu bagian dari tulisannya mengatakan: tantangan untuk
mengembangkan konstituensi Via Campesina yang sesungguhnya
tetap ada. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk
membuat peraturan bagi keanggotaan baru yang sefleksibel
mungkin guna memfasilitasi jalur masuk bagi semua organisasiyang sejalan dengan ideologi dan politik Via Campesina (Borras,
2004: 23-24). Dalam konteks Indonesia, keterlibatan yang lebih
luas dari berbagai elemen gerakan tani di dalam via campesina
sedikitnya akan menolong dan mempercepat proses internalisasi
gagasan-gagasan dan agenda-agenda perjuangannya, bahkan dapat
memperkuat bangunan kaki-kaki akan akar gerakan tani
transnasional yang direpresentasinya.
Bagi FSPI khususnya para aktivisnya yang berada di sekretariatnasional sebagai satu entitas melepaskan kecenderungan
monolitiknya sebagai satu-satunya agen via campesina di Indonesia
akan menghindarkan dirinya dari jebakan eksklusivisme dan bias
representasi (politik atas nama) yang selalu menghantui
keberadaannya sejak awal pembentukannya. Saat ini dengan
kecenderungan untuk mengunci akses kepada via campesinadapat
menjebak FSPI pada satu gejala elitisme gerakan dan politik atas
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
34/104
Saturnino M. Borras Jr
xxxiv
nama suatu gejala yang telah dikritik bersama oleh sejumlah
aktivis gerakan reforma agraria di Indonesia sejak awal tahun 90-an
(Aditjondro, 1993; Fauzi, 1993 dan 1995b).Gejala politik atas nama meminjam istilah yang
dikemukakan oleh Fauzi (1995b) merujuk pada aktivitas ornop
atau aktivis-aktivis mahasiswa tahun 80-90an yang dalam kerja-
kerja advokasinya membangun pola hubungan yang tidak
seimbang dengan kelompok-kelompok rakyat marjinal atau yang
biasa diistilahkan dengan kelompok rakyat korban
pembangunan. Ornop dan aktivis-aktivisnya dengan segala
kemampuan, kompentensi, dan jangkauan serta akses terhadapinformasi, jaringan kerja, dan sumber daya kemudian bertindak
seolah-olah dapat menjadi perumus masalah dan penyusun
formula-formula pemecahan masalah yang dihadapi oleh
kelompok korban. Sebaliknya kelompok korban justru hanya
menjadi pensuplai informasi dan pada gilirannya kemudian hanya
menjadi konsumen dari tindak-tanduk para aktivis ornop yang
menjadi patron mereka. Gejala politik atas nama ini muncul
ketika gerakan advokasi dan pembelaan kasus-kasus pertanahanbanyak didominasi oleh aktivis-aktivis ornop dan mahasiswa yang
mengorganisir dirinya secara terpisah dengan basis-basis petani
di lapisan akar rumput (grassroot).
Dalam kerangka relasi organisasional yang bertingkat-tingkat
seperti yang saat ini terbangun di dalam tubuh FSPI, dimana basis-
basis pengorganisasian petani dipersatukan dalam organisasi-
organisasi serikat tani lokal baik di tingkat kabupaten maupun
antar kabupaten yang kemudian berafiliasi ke dalam satu federasi(FSPI) yang memiliki unsur pimpinan dan sekretariat di tingkat
nasional, maka pola dan kecenderungan politik atas nama juga
dapat muncul ketika pimpinan dan elemen-elemen organisasi di
dalam tubuh sekretariat nasional bertindak seperti halnya patron
bagi lapisan-lapisan organisasi di bawahnya. Dengan kata lain,
gejala politik atas nama juga dapat terjadi manakala satu organisasi
yang mengklaim diri sebagai federasi, seperti halnya FSPI, sebagai
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
35/104
Via Campesina
xxxv
satu entitas tersendiri disadari atau tanpa disadari telah menciptakan
jarak dengan basis-basis pengorganisasian yang diklaim sebagai
bagiannya. Sebaliknya, tindak-tanduknya kemudian tidak dianggapsebagai bagian dari manifestasi kepentingan dan keberadaan
kelompok-kelompok pengorganisasian yang berada di lapisan
akar rumput. Sehingga aspek representasi yang terbangun adalah
keterwakilan berdasarkan klaim sepihak atau sebatas pernyataan/
pemberian mandat di atas kertas.
Kegagalan FSPI selama ini untuk membumikan agenda-
agenda global dari perjuangan petani ke dalam konteks lokal dan
mempertemukannya dengan keberagaman isu, agenda lokal, danbahasa perjuangan gerakan tani di Indonesia akan semakin
mempertebal gambaran (image) tentang elitisme tersebut. Justru
ketika kegagalan-kegagalan tersebut dibarengi dengan terjadinya
peningkatan posisi unsur-unsur pimpinan FSPI di dalam tubuh
via campesina, gejala politik atas nama mendapatkan
pembenarannya. Sejumlah kritisisme yang berkembang saat ini
terhadap keberadaan FSPI di via campesina (sebagai sebuah
organisasi gerakan) telah memunculkan pertanyaan-pertanyaannaif tetapi mendasar yang seringkali muncul dalam perbincangan
maupun diskusi-diskusi reflektif tentang kemajuan gerakan tani
di Indonesia: Apakah FSPI hanya menjadi agen dari gerakan politik
transnasional yang membawa agenda-agenda dari luar tanpa
berhasil membumikannya, atau sesungguhnya dia dapat diharapkan
menjadi alat untuk memperbesar amplifikasi suara dan
kepentingan gerakan tani di Indonesia di tingkat internasional/
transnasional? Apakah keikutsertaan FSPI di via campesina telahmemperbesar dan memperkuat gerakan tani di Indonesia, atau
sebaliknya hanya sekedar untuk memenuhi ruang pelebaran
pengaruh dari elite-elite gerakan tani transnasional?
* * *
Akhirnya, sebagai penutup dari Pengantar yang cukup panjang
atas tulisan Borras yang tersaji dalam buku ini, patut lah
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
36/104
Saturnino M. Borras Jr
xxxvi
direnungkan sejumlah pertanyaan berikut: Apakah dengan
keterlibatan aktif FSPI saat ini FSPI menjadi tuan rumah bagi
sekretariat internasional dari via campesinadimana seorang pendiridan mantan pimpinan puncak FSPI saat ini menjadi koordinator
internasional dari organisasi ini di via campesina dan pusaran
gerakan tani transnasional telah semakin memperkuat organisasi-
organisasi tani lokal di Indonesia maupun memperkuat kerja-kerja
untuk mendorong terwujudnya reforma agraria di Indonesia? Atau
malah sebaliknya, dikarenakan kurangnya akses informasi dan
ketiadaan identifikasi diri dari sejumlah organisasi tani di sini atas
keterlibatannya dalam pusaran gerakan tani transnasional sepertiyang direpresentasikan oleh via campesinaakan membuat kelompok
pengusung dan penggiat via campesina di Indonesia menjadi
eksklusif dan pada akhirnya malah menciptakan bibit-bibit konflik
serta perpecahan di kalangan petani sendiri? Ini lah pertanyaan-
pertanyaan penting yang harus dijawab melalui serangkaian refleksi
(juga kajian) yang mendalam oleh semua pihak, pelaku, dan aktivis
gerakan tani dan gerakan pembaruan agraria di Indonesia saat ini.
- 0 -
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
37/104
Via Campesina
xxxvii
DAFTAR PUSTAKA
Aditjondro, G.J. (1993), Dimensi-dimensi Politis Masalah Pertanahan
di Indonesia, makalah untuk Latihan Analisis Sosial Masalah
Pertanahan yang diselenggarakan oleh Wahana Informasi
Masyarakat (WIM) dan Akatiga, di Medan 6-12 Juni 1993.
Bachriadi, Dianto (1996), Pembangunan, Konflik Pertanahan, dan
Resistensi Petani, paper untuk Konferensi INFID ke-10 dengan
tema Tanah dan Pembangunan, Canberra 26-28 April 1996.
(tt), Sejarah Gerakan Reforma Agraria di Indonesia Kontemporer,
manuskrip tidak/belum diterbitkan.
Bachriadi, Dianto dan Anton Lucas (2001), Merampas Tanah Rakyat:
Kasus Tapos dan Cimacan, Jakarta: Kepustakaan Populer
Gramedia.
Bachriadi, Dianto dan Noer Fauzi (2001), Dari Aksi-aksi Protes
Menuju Pembaruan Agraria di Indonesia Masa Kini: Tema dan
Gerakannya, makalah untuk acara Workshop on Reconstructing
the Historical Tradition of Twentieth Century Indonesian
Labour, yang diselenggarakan oleh CLARA (Changing
Labour Relations in Asia), CAPSTRANS (Centre for Asia
Pacific Social Transformation), dan LIPI (Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia), 4- 6 Desember 2001, Bali, Indonesia.
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
38/104
Saturnino M. Borras Jr
xxxviii
Boras Jr., Saturnino M. (2004), La Via Campesina: An Evolving
Transnational Social Movement, Amsterdam: Transnational
Institute.
Djuweng, Stepanus (1996), Land Disputes Cases The Strawberry of
Development; Global Causes of Local Conflicts vs Local Cost of Global
Problems, paper untuk Konferensi INFID ke-10 dengan tema
Tanah dan Pembangunan, Canberra 26-28 April 1996.
Fauzi, Noer (1993), Dari Aksi-aksi Protes Petani menuju Embrio
Organisasi Massa Petani, makalah untuk Lokakarya Antar
Wilayah Advokasi Kasus-kasus Tanah, yang diselenggarakanoleh Yayasan Sintesa LBH Pos Bandar Lampung - LP3 -
dan Lekhat di Lembang Jawa Barat, 8-11 November 1993.
(1995a), Anatomi Sengketa Tanah di Masa Orde Baru,
dalam Pembangunan Berbuah Sengketa: 29 Tulisan Pengalaman
Advokasi Tanah, Boy Fidro dan Noer Fauzi (ed.), hal. 1-28.
(1995b), Agenda Menuju Organisasi Rakyat: Membedah
Tindak-tanduk Politik Atas Nama Ornop, paper yang ditulisan
tahun 1995 dan tidak/belum dipublikasikan.
(1999), Petani dan Penguasa: Dinamika Perjalanan Politik
Agraria Indonesia, Yogyakarta: Insist Press, KPA dan Pustaka
Pelajar.
Fidro, Boy dan Noer Fauzi (ed.) (1995), Pembangunan Berbuah
Sengketa: 29 Tulisan Pengalaman Advokasi Tanah, manuskripkumpulan tulisan dari Lokakarya Advokasi Kasus-kasus Tanah
tahun 1993 di Lembang Jawa Barat yang tidak diterbitkan
tetapi disusun dan diedit layaknya sebuah buku dan
diperbanyak dengan cara fotokopi.
Firmansyah, et.al. (1999), Gerakan dan Pertumbuhan Organisasi Petani
di Indonesia: Studi Kasus Gerakan Petani Era 1980-an, Jakarta:
Sekretariat Bina Desa dan YAPPIKA.
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
39/104
Via Campesina
xxxix
FSPI (2004),Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART)
dan Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) Federasi Serikat
Petani Indonesia (FSPI), FSPI.
Hardiyanto, Andik, et.al. (ed.) (1995), Insiden Nipah: Sengkok Cinta
Tang Disa Mae Tembak, Surabaya: LBH Surabaya dan YLBHI.
Lucas, Anton dan Carol Warren (2003), The State, the People,
and Their Mediators: The Struggle over Agrarian Law Reform
in Post-New Order Indonesia, dalam IndonesiaNumber 76
October 2003, hal. 87-126.
Pembaruan Agraria Jalan Rakyat Indonesia menuju Masyarakat Adil,
Makmur dan Merdeka (1999), Medan: Federasi Serikat Petani
Indonesia.
Saragih, Henry (1993),Analisis Kasus-kasus Sengketa Tanah Sepanjang
Orde Baru, makalah untuk Lokakarya Antar Wilayah Advokasi
Kasus-kasus Tanah, yang diselenggarakan oleh Yayasan Sintesa
LBH Pos Bandar Lampung - LP3 - dan Lekhat di Lembang
Jawa Barat, 8-11 November 1993.
Santoso, Agus Edi (1993), Katakanlah dengan Seribu Satu Bunga Mawar
Merah, makalah untuk Lokakarya Antar Wilayah Advokasi
Kasus-kasus Tanah, yang diselenggarakan oleh Yayasan Sintesa
LBH Pos Bandar Lampung - LP3 - dan Lekhat di Lembang
Jawa Barat, 8-11 November 1993.
Seri Panduan Organisasi Tani (1998), Bandung: KPA.
Setiawan, Bonnie (1996), Perubahan Strategi Agraria: Kapitalisme
Agraria dan Pembaruan Agraria di Indonesia, paper untuk
Konferensi INFID ke-10 dengan tema Tanah dan
Pembangunan, Canberra 26-28 April 1996.
Skocpol, Theda (1979), State and Social Revolution, Cambridge:
Cambridge Univ. Press.
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
40/104
Saturnino M. Borras Jr
xl
Serikat Petani Jawa Barat (1994),Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga (AD/ART) Serikat Petani Jawa Barat (SPJB), SPJB.
Statuta Konsorsium Pembaruan Agraria(1995) dan (1998), KPA.
Suprapto, Eddy (1993), Pergulatan di Tengah Massa, makalah untuk
Lokakarya Antar Wilayah Advokasi Kasus-kasus Tanah, yang
diselenggarakan oleh Yayasan Sintesa LBH Pos Bandar
Lampung - LP3 - dan Lekhat di Lembang Jawa Barat, 8-11
November 1993.
Thamrin, Juni (1995), Advokasi Hak-hak Rakyat atas Tanah,dalam Pluralisme Hukum Pertanahan dan Kumpulan Kasus Tanah,
Benny K. Harman, et.al. (eds.), Jakarta: YLBHI, hal. 105-113.
Wiradi, Gunawan (1993), Kebijakan Agraria, Modal Besar dan Kasus-
kasus Sengketa Tanah, makalah untuk Lokakarya Antar Wilayah
Advokasi Kasus-kasus Tanah, yang diselenggarakan oleh
Yayasan Sintesa LBH Pos Bandar Lampung - LP3 - dan
Lekhat di Lembang Jawa Barat, 8-11 November 1993.
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
41/104
Via Campesina
xli
DAFTAR ISI
PENGANTAR v
PENDAHULUAN 1
NEOLIBERALISMEDANKEBANGKITANGERAKAN
SOSIALPEDESAANTRANSNASIONAL 5
KEBIJAKANTANAHKAUMNEOLIBERAL 9
LAVIACAMPESINA
Agenda dan Tujuan 15
Aliansi, Gerakan Tandingan, dan Isu Otonomi 26
Strategi dan Format Aksi Kolektif 37
Representasi dan Akuntabilitas 41
PENUTUP 51
BIBLIOGRAFI 53
INDEKS 57
TENTANG
PENGARANG
61
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
42/104
1
La Via Campesina
PENDAHULUAN
NEO-LIBERALISME telah menjadi ancaman strategis bagi mata
pencarian dan kehidupan banyak petani miskin dan tak bertanah,
tenaga kerja upahan dan petani kecil baik di negara-negara selatan
maupun utara.1Persepsi dan pengalaman nyata atas ancaman yang
telah menggusarkan banyak organisasi di sektor pedesaan yang
terpinggirkan kemudian membentuk suatu organisasi gerakan
transnasional yang bernama La Via Campesina. organisasi inidibentuk untuk memperjuangkan cara pandang dan kehidupan
petani. Memang masih dapat diperdebatkan, baik sebagai sebuah
gerakan yang merupakan gerakan tanpa bentuk maupun sebagai
sebuah organisasi dengan tingkat keterpaduan hubungan formal
dan pengaturan tertentu untuk menyediakan wadah yang
diperlukan bagi gerakan sosial pedesaan lebih luas yang
diwakilinya. Dipelopori oleh gerakan petani di Amerika Tengah,
1. Saya sangat berterima kasih kepada Annette Desmarais, Sofia Monsalve, Fiona Merpati,
Armin Paasch dan Jennifer Franco atas komentar dan saran mereka yang jujur, sangat
kritis, tajam namun membangun yang telah menyelamatkan naskah ini dari adanya
kesalahan yang memalukan dan memperbaiki kualitas naskah ini secara keseluruhan.
Saya juga berterima kasih kepada Daniel Chavez dan Brid Brennan atas dorongan
mereka untuk menulis naskah ini. Bagaimanapun, analisis akhir dan semua kekurangan
serta kesalahan yang ada di dalam naskah ini adalah tanggung jawab penulis. Beberapa
bagian dalam Bab 3 diambil dari artikel penulis yang dimuat dalam Journal of
Development Studies.
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
43/104
Saturnino Borras Jr
2
Selatan dan Utara, serta Kelompok petani di Eropa, La Via
Campesina dibentuk secara formal pada tahun 1993.
Saat ini, La Via Campesina menyatukan lebih dari seratusorganisasi nasional dan sub-national dari Amerika Latin, Amerika
Utara, Asia, Karibia, Timur Tengah, Afrika, dan Eropa yang menolak
neo-liberalism dan mendorong pembangunan pedesaan berbasis
hak lokal yang pro kaum miskin serta demokratisasi yang lebih
luas. Organisasi ini secara ideologis merupakan koalisi yang
otonom dan plural. Dia merupakan aktor sekaligus arena tempat
bertindak. Walaupun didominasi oleh kelompok-kelompok dari
Amerika dan Eropa, Via Campesina yang mengklaim bersifatglobal dan populer telah menjadi aktor utama dalam perjuangan
transnasional terhadap neo-liberalisme, menuntut akuntabilitas
dari instansi antar pemerintahan, menolak dan menentang
penguasaan perusahaan atas sumber daya alam dan teknologi, dan
mengadvokasikan kedaulatan atas pangan, serta berbagai isu
lainnya. Semuanya tergambar jelas dalam berbagai kampanye
politiknya seperti menentang WTO, perusahaan global raksasa
seperti Mcdonalds, dan perusahaan yang memodifikasi organismesecara genetik (GMOS) beserta perusahaan-perusahaan
transnational yang mendukungnya, seperti Monsanto.
Para sarjana, penentu kebijakan dan aktivis yang sepaham telah
berusaha untuk memahami secara penuh proses dan institusi yang
ada di dalam arena publik transnational. Karena itu suatu analisa
ilmiah dan literatur tentang jaringan atau gerakan transnational,
yang dalam banyak hal berhubungan dengan isu-isu pedesaan
sangat dibutuhkan. Meskipun demikian,masih sangat sedikit studidan analisa mengenai gerakan sosial pedesaan transnasional.2
2. Untuk Via Campesina, studi pertama dan yang paling berweang adalah studi-studi
yang dilakukan dan diterbitakan oleh tokoh aktivis dari Kanada yaitu Annette
Desmarais (2002; 2003a; 2003b), dimana di dalamnya ia menjelaskan secara
komprehensif asal, platform, dan struktur organisasi dan proses terbentuknya Via
Campesina. Lihat Desmarais (2002; 2003a; 2003b). Lihat juga Marc Edelman (2003).
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
44/104
3
La Via Campesina
Pengalaman yang diperoleh dari munculnya gerakan sosial
pedesaan transnational, yang diwakili oleh La Via Campesina,
sangat kaya dan beragam. Dengan Fokus utama kampanye globaluntuk perubahan agraria, tulisan ini diharapkan dapat memberi
suatu kontribusi lebih lanjut . Tulisan ini akan memusatkan
perhatian pada empat bidang yang berbeda namun sengat erat
berhubungan dengan perkembangan LaVia Campesina, yakni: i)
agenda dan tujuan, ii) persekutuan, persaingan dalam gerakan dan
sejumlah pertanyaan tentang otonomi, iii) strategi dan format aksi
kolektif, dan iv) representasi dan pertanggung-jawaban. Dalam
setiap kasus, gambaran tentang situasi yang yang dihadapi La ViaCampesina saat ini akan digambarkan baik dari sisi posisinya,
dilema maupun tantangan yang dihadapi.[]
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
45/104
Saturnino Borras Jr
4
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
46/104
5
La Via Campesina
NEO-LIBERALISME DAN KEBANGKITAN
GERAKAN SOSIAL PEDESAAN
TRANSNASIONAL
NEGARA bangsa, saat ini sedang mengalami tekanan yang terus
menerus dari tiga arah. Pertama, dari atas, melalui globalisasi, di
mana kekuasaan beberapa negara pembuat kebijakan semakin
meningkat dengan membagi kekuasaannya melalui institusi
internasional untuk melakukan pengaturan, seperti WTO, IMF dan
Bank Dunia. Kedua, dari bawah,melalui desentralisasi yang parsial
di bidang politik, fiskal dan kekuasaan administratif dari pemerintahpusat yang diberikan kepada daerah. Ketiga, dari samping melalui
privatisasi sebagian fungsi-fungsi negara (Fox, 2001).
Di tengah-tengah proses tersebut pemerintah pusat tetap
memainkan peran penting dalam bidang ekonomi dan politik di
tingkat lokal, nasional dan internasional, meskipun mengalami
beberapa perubahan. Ruang lingkup, langkah, luas dan arah
perubahan bentuk ini dilakukan oleh para aktor berbeda yang
saling bersekutu atau saling bersaing satu sama lain di tingkatekonomi dan politik yang berbeda-beda. Bentuk persaingan dalam
proses perubahan ini terjadi karena luasnya tingkat tanggung jawab
yang tidak seimbang dan bervariasinya kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan mengenai globalisasi, desentralisasi dan privatisasi
dengan dampak nan beragam di tingkat kelas sosial yang berbeda
antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya3.
3 Dalam konteks Amerika Latin, mengacu pada Robert Gwynne dan Cristbal Kay
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
47/104
Saturnino Borras Jr
6
Secara global, mungkin sektor pedesaan adalah sektor yang
sangat terpengaruh oleh proses ini. Orientasi perdagangan pasar
dunia neo-liberal terutama yang berhubungan dengan teknologidan kebijakan fiskalnya telah secara luas menjangkau dan
berdampak (umumnya merugikan) pada mata pencarian dan
kehidupan petani-petani kecil dan miskin. Mulai ditanggalkannya
tanggung jawab tradisional negara terhadap nasib masyarakat
pedesaan yang miskin serta derasnya arus privatisasi, sangat
mempengaruhi penguasaan masyarakat atas sumber daya alam dan
akses kebutuhan mendasar mereka, mengakibatkan hilangnya
perlindungan terhadap petani-petani kecil dan petani-petanimiskin atas tindak kekerasan yang dilakukan oleh kekuatan pasar
yang dikuasai perusahaan global raksasa. Terakhir, desentralisasi
kekuasaan negara di kebanyakan negara berkembang juga
memberikan dampak bagi kelembagaan negara yang
menghubungkan masyarakat miskin pedesaan dengan pemerintah
dan para elite.
Dengan demikian, perubahan yang sedang terjadi di tingkat
institusi internasional-nasional-lokal dimana struktur pengaturan didalamnya melibatkan masyarakat miskin, baik yang bergabung atau
yang menentang ekonomi dan politik global yang dikuasai
perusahaan-perusahaan besar, menunjukkan adanya peluang dan
ancaman bagi penduduk pedesaan di dunia. Keberadaan keduanya,
peluang dan ancaman, telah mendorong dan menggusarkan gerakan
sosial pedesaan tingkat nasional untuk selanjutnya menyesuaikan
gerakan mereka ke tingkat lokal (sebagai jawaban atas desentralisasi),
dan pada waktu yang sama membuat jaringan international (sebagaijawaban atas globalisasi). Meskipun kerja-kerja advokasi dan lobby,
serta aksi-aksi kolektif tetap berpegang pada karakter nasional mereka.
Salah satu hasil penyesuaian tersebut adalah munculnya pusat-pusat
(2004). Untuk perspektif global, mengacu pada Deborah Bryceson, Cristbal Kay
dan Jos Mooij (eds.) (2000).
7/24/2019 BUKU - La via Campesina - Potret Gerakan Tani Transnasional (Jun Boras)
48/104
7
La Via Campesina
gerakan sosial pedesaan yang beragam (polycentric)4 yang berjuang
membangun koordinasi struktural yang lebih padu dalam integrasi
vertikal lebih besar pada waktu yang bersamaan5.
Nampaknyakontradiksi dalam proses politik globalisasi dan desentralisasi yang
sangat mempengaruhi negara berimbas juga dalam proses internalisasi
politik dan pengorganisasian gerakan sosial pedesaan.6Proses politik
dan pengorganisasian tersebut, seperti dihadapi oleh negara-bangsa,
menjadi sangat dinamis dan mengakibatkan hasil yang bervariasi dan
tidak seimbang secara geografis maupun institusional.
Melalui perspektif diatas gerak laju yang mungkin dilakukan
secara politis dan organisasional oleh mereka kemudian dapatdipahami dan dilihat lebih baik. Fenomena jaringan transnasional
dan gerakan sosial bukanlah sesuatu yang baru dalam kehidupan
petani, karena jaringan transnasional atau gerakan para petani dan
pemilik tanah kecil secara umum telah lama ada.7Walaupun
demikian, hanya ada satu lembaga yang mengetahui dengan baik
cara mengembangkan jaringan transnasional petani untuk beberapa
dekade, yaitu: Federasi Internasional Pr
Top Related