10
Audit Informasi pada Sistem Informasi Perpustakaan ITS Surabaya (SPITS): Studi
Kasus Bagian Pengolahan dan Layanan di Perpustakaan ITS Surabaya
Astutik Nur Qomariyah
Pustakawan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya
ABSTRACT – This study discusses the audit
information in the information system of the
library ITS Surabaya (SPITS). The purpose of this
research is to inventory the needs and use of
information on the management and the users of
the library in the activities collection and
processing services in hopes of providing inputs
(recommended) in the the development of an
integrated information system in the library of ITS
Surabaya. Data collected by observation,
documentation, interviews and questionnaires.
Data research results were analyzed with
descriptive qualitative approach through several
stages of the model audit information Susan
Henczel which is one of the methodology of the
audit the information by applying the stages of
planning, data gathering, analysis data, and the
evaluation of the data. From the results of the
research note that the implementation of the
automated information system based SPITS used
nowadays are still having some problems, which
is still not providing some of the information that
is required on either the management or users of
the library. For it to do the audit information so
that it can serve as inputs or recommendations in
the plan of development of the software SPITS
(the ITS Library information system) integrated
ABSTRAK- Penelitian ini membahas tentang
pelaksanaan audit informasi pada Sistem
Informasi Perpustakaan ITS Surabaya (SPITS).
Tujuan penelitian ini adalah untuk
menginventarisasi kebutuhan dan penggunaan
informasi pada pihak manajemen dan pengguna
perpustakaan dalam kegiatan pengolahan koleksi
dan layanan dengan harapan dapat memberikan
masukan-masukan (rekomendasi) dalam
pengembangan sistem informasi yang terintegrasi
di Perpustakaan ITS Surabaya.Data dikumpulkan
dengan observasi, dokumentasi, wawancara, dan
kuesioner. Data hasil penelitian dianalisis dengan
pendekatan deskriptif kualitatif melalui beberapa
tahapan model audit informasi Susan Henczel
yang merupakan salah satu metodologi audit
informasi dengan menerapkan tahapan
perencanaan, pengumpulan data, analisis data,
dan evaluasi data. Dari hasil penelitian diketahui
bahwa penerapan sistem informasi terautomasi
berbasis SPITS yang dipakai saat ini masih
mengalami beberapa permasalahan, yakni masih
belum tersedianya beberapa informasi yang
diperlukan baik pada pihak manajemen maupun
pengguna perpustakaan. Untuk itu perlu
dilakukan audit informasi sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan masukan atau
rekomendasi dalam rencana pengembangan
perangkat lunak SPITS (sistem informasi
Perpustakaan ITS) yang terintegrasi.
Kata kunci: audit informasi, sistem informasi
perpustakaan, pengolahan, layanan,
11
perpustakaan perguruan tinggi, Perpustakaan ITS
Surabaya
1. PENDAHULUAN
Sistem Informasi Perpustakaan Institut
Teknologi Sepuluh November Surabaya (SPITS)
adalah sebuah aplikasi sistem informasi
perpustakaan yang dibangun secara mandiri oleh
para staf Teknologi Informasi (TI) Perpustakaan
ITS Surabaya sesuai kebutuhan perpustakaan pada
umumnya.Dengan berbasis pada teknologi terbaru
saat ini, SPITS Pro mampu untuk melayani
kebutuhan pengolahan dan transaksi layanan
secara cepat, akurat dengan didukung kemudahan
operasional.Kelebihan dari SPITS ini adalah fitur
aplikasinya user friendly dan mudah digunakan.
Selain itu, aplikasi yang berbasis teknologi NET
ini mampu digunakan untuk kegunaan lintas
jaringan dan lokal karena semua fitur tersebut bisa
digunakan secara on line yang dapat diakses
melalui alamat: http://library.its.ac.id/opac/.
(Panduan SPITS: 2015).
Secara periodik, SPITS ini sudah digunakan
cukup lama, kurang lebih 10 tahun.Namun,
beberapa permasalahan masih kerapkali terjadi
dan hingga kini belum terselesaikan. Salah satu
diantaranya adalah belum tersedianya informasi
keberadaan koleksi pada OPAC atau katalog
perpustakaan dimana sebelumnya informasi
tersebut tersedia.Padahal data mengenai lokasi
koleksi telah diinput sebelumnya oleh
pustakawan/staf di bagian pengolahan dengan
menggunakan SPITS dan secara otomatis
terintegrasi dengan OPAC.Sedangkan koleksi
yang tersedia di Perpustakaan ITS Surabaya
berada di lantai 3, 4, dan 5−di mana tiap-tiap
lantai terdapat beberapa ruang koleksi. Sehingga
permasalahan ini telah menyulitkan pemustaka
dalam proses temu kembali koleksi secara
langsung (rak) dan juga menimbulkan
kesenjangan (gap) informasi dalam urusan fungsi
bagian pengolahan koleksi dan layanan kepada
para pemustaka. Sebagai sebuah sistem
informasi, seharusnya SPITS dapat mendukung
manajemen informasi yang efektif. Menurut OICT
(2002) dalam Information Management Audit
Guidlines, bahwa manajemen informasi yang
efektif akan memberikan kepastian bahwa nilai
informasi sebuah organisasi dapat diidentifikasi
dan dieksploitasi keberadaannya dalam kondisi
yang paling lengkap, sehingga dapat memenuhi
kebutuhan fungsi kegiatan organisasi tersebut baik
secara strategis maupun operasional.
Untuk itu, terkait permasalahan belum
terpenuhinya kebutuhan dan penggunaan
informasi bagi fungsi kegiatan manajemen dan
pengguna perpustakaan dalam Sistem Informasi
Perpustakaan ITS Surabaya (SPITS) maka perlu
dilakukan audit informasi sehingga dapat
dijadikan sebagai bahan masukan atau
rekomendasi dalam rencana pengembangan
perangkat lunak SPITS (sistem informasi
Perpustakaan ITS) yang terintegrasi.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Dalam pengelolaan manajemen informasi di
perpustakaan, Kinnel (1994) menjelaskan bahwa
teknologi informasi memainkan peranan yang
sangat penting dalam manajemen dan penyebaran
layanan informasi perpustakaan. Artinya,
teknologi informasi yang dikembangkan di
perpustakaan atau pusat informasi lainnya
12
seharusnya tidak hanya ditujukan untuk
membantu fungsi-fungsi manajemen informasi
bagi para staf dan pimpinan saja, akan tetapi
seharusnya dapat juga menjadikan layanan bagi
para penggunanya semakin efektif dan efisien. Hal
ini merupakan isu yang sangat penting bagaiman
teknologi yang tepat dapat diidentifikasi dan
diterapkan, serta bagaimana langkah-langkah ini
ditinjau ulang untuk melihat efektivitasnya.
Henczel (2001) menyatakan bahwa untuk
menghadapi permasalahan ketersediaan informasi
dalam berbagai macam format dan pertumbuhan
informasi yang cukup cepat diperlukan suatu
evaluasi pada tingkat yang lebih tinggi dan
pengontrolan sejauh mana kualitas informasi yang
tersedia bagi yang membutuhkannya. Proses
evaluasi ini disebut audit informasi. Audit
informasi digambarkan sebagai cara yang efektif
untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi
organisasi, memetakan arus informasi dari dalam
dan luar, mengembangkan komunikasi antara
profesional informasi dengan para pekerja,
pemasaran layanan informasi, dan pengembangan
profil perpustakaan dalam organisasi.
Secara khusus, Henczel (2015) juga
menjelaskan audit informasi adalah sebuah proses
yang menyakan para pengguna infomasi tentang
layanan dan produk informasi apa yang mereka
butuhkan untuk melaksakan pekerjaannya. Selain
itu, ditanyakan juga bagaimana informasi tersebut
digunakan. Pelaksanaan audit informasi ini
berhubungan dengan tugas dan kegiatan masing-
masing unit, divisi, departemen atau bagian yang
membutuhkan informasi untuk mendukung
kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.
3. METODE
Metode yang dilakukan dalam pengumpulan
data meliputi observasi, wawancara mendalam,
dan kuesioner.Metode pertama, observasi
terhadap penggunaan SPITS oleh para pustakawan
atau staf, dan juga mahasiswa.Observasi ini
dilakukan bersamaan dengan memeriksa
dokumen-dokumen yang diperlukan untuk
penggalian visi-misi Perpustakaan ITS Surabaya.
Penggalian data-data ini dilakukan sebagai studi
pendahuluan untuk melihat tujuan-tujuan yang
ingin dicapai perpustakaan beserta
permasalahannya, khusunya berkaitan dengan
penerapan SPITS dalam mendukung kegiatan
pengolahan dan layanan.
Metode kedua, wawancara mendalam.
Wawancara mendalam yang pertama dilakukan
dengan Kepala Perpustakaan ITS Surabaya
sebagai informan kunci. Lalu dilanjutkan dengan
wawancara mendalam pada manajemen tingkat
atas (Koordinator Jasa Teknis dan Koordinator
Jasa Pengguna) mengenai kebutuhan dan
penggunanaan informasi dengan fokus masalah
pengolahan koleksi dan layanan pengguna, juga
masukan-masukan yang dibutuhkan dalam
pengembangan SPITS yang terintegrasi dengan
Ruang Baca Jurusan/Fakultas ataupun unit lain
yang terkait.
Menurut De Macro (seperti yang dikutip
Osborne: 2000) bahwa orang-orang yang
seharusnya terlibat dalam proses analisis sebuah
sistem adalah:
1) Client, yaitu orang yang menginginkan analisis
ini dilaksanakan dan kepadanya laporan-
laporan analisis ini diberikan. Dalam
kesempatan pelaksanaan audit sitem informasi
13
Perpustakaan ITS Surabaya ini, maka sebagai
Kepala Perpustakaan sebagai tingkat
manajemen atas yang menempati posisi di atas.
2) Analyst Designer, yaitu orang yang
mengerjakan dan mngembangkan sistem
informasi, yaitu Koordinator IT Perpustakaan
ITS Surabaya.
3) Manager, yaitu orang yang bertanggung jawab
terhadap operasional sistem. Dalam lingkungan
Perpustakaan ITS Surabaya, yang menduduki
posisi ini adalah Koordinator Jasa Teknis dan
Koordinator Jasa Pengguna.
4) Staf, yaitu orang yang menggunakan sistem.
Dalam lingkungan Perpustakaan ITS Surabaya
adalah para pustakawan atau staf pada masing-
masing bagian, baik di jasa teknis ataupun jasa
pengguna.
5) End User, yaitu orang yang menerima dan
memanfaatkan produk atau jasa sistem. Dalam
penelitian ini orang yang dimaksud tersebut
adalah para civitas akademika ITS Surabya,
khususnya mahasiswa.
6) Evaluator, yaitu orang yang terlibat dalam
sistem sebelum analisis dilaksanakan. Dalam
pelaksanaan audit ini orang yang dimaksud
adalah orang yang melaksanakan evaluasi
terhadap sistem yang ada (peneliti sendiri) yang
akan memberikan laporan-laporannya kepada
client dan designer sebagai bahan rekomendasi
untuk pengembangan sistem.
Dengan maksud tersebut sehingga ditentukan
delapan (8) informan dengan menggunakan teknik
purposive sampling, yakni Kepala Perpustakaan
ITS Surabaya (1 orang), Koordinator IT
Perpustakaan ITS Surabaya (1 orang),
Koordinator Jasa Teknis (1 orang), Koordinator
Jasa Pengguna (1 orang), Sub koordinator/staf
bagian pengolahan koleksi dan Sub
koordinator/staf bagian layanan (2 orang), dan
mahasiswa (2 orang).Purposive sampling yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah para
pengguna sistem yang mempunyai pengalaman
dalam menggunakan sistem tersebut.
Selanjutnya, metode terakhir, pengisian
kuesioner oleh empat (4) orang informan, yakni
Kepala Perpustakaan ITS Surabaya, Koordinator
Jasa Teknis, Koordinator Jasa Pengguna, dan
Mahasiswa. Data yang dihasilkan dari kuesioner
akan digunakan sebagai pendukung kredibilitas
terkait dengan kebutuhan, ketersediaan,
penggunaan, dan informasi yang tercipta, serta
gambaran sistem dan teknologi informasi yang
ada dan diharapkan. Sehingga bisa menjadi bahan-
bahan masukan (rekomendasi) bagi
pengembangan SPITS yang terintegrasi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk memperoleh gambaran bagaimana
pelaksanaan audit informasi pada Sistem
Informasi Perpustakaan ITS Surabaya (SPITS)
maka akan dilakukan beberapa tahapan dalam
pelaksanaan audit informasi, mulai dari
perencanaan sampai ke tahap merumuskan dan
melaksanakan rekomendasi. Sebagaimanan yang
diungkapkan oleh Henczel (2001) bahwabeberapa
tahap model pendekatan audit informasi akan
menyoroti aspek-aspek yang akan mendukung
keberhasilan proses audit informasi dan
permasalahan yang mungkin muncul ketika proses
audit informasi berlangsung.
14
1. Perencanaan
Tahap perencanaan ini merupakan langkah
pertama yang berisi deskripsi tentang bagaimana
merencanakan audit informasi. Tahap ini sangat
penting karena menentukan sukses atau gagal
pelaksanaan audit informasi. Dalam tahapan ini
akan diketahui bagaimana proses audit dilakukan,
dukungan informasi yang diperlukan, dan isu-isu
apa yang perlu dikomunikasikan. Ada lima (5)
langkah dalam tahap perencanaan ini, yaitu:
1.1 Memahami organisasi dan menentukan
tujuan
Menurut Henczel (2011), pada tahapan ini,
kita harus dapat menggambarkan mengapa
melakukan kegiatan audit informasi, pentingnya
untuk mengetahui struktur organisasi pada
perusahaan yang akan berdampak kepada arus dan
penggunaan informasi.
Dari beberapa dokumen yang ditemukan,
visi utama yang diemban oleh Perpustakaan ITS
Surabaya adalah “Perpustakaan sebagai Pusat
Sumber Belajar atau Learning Resource Center
dengan fasilitas dan jasa berbasis teknologi
informasi”.Visi ini kemudian dijabarkan dalam
enam (6) misi, sebagai berikut:
a. Mengumpulkan informasi dalam berbagai
bentuk yang relevan dengan bidang studi di
ITS
b. Mengorganisasi informasi agar mudah
ditemukan kembali
c. Mendistribusikan informasi secara efektif dan
efisien kepada pemustaka.
d. Mewujudkan SIM Perpustakaan, layanan
terintegrasi dengan Ruang Baca
Jurusan/Fakultas ataupun unit lain yang terkait.
e. Menyediakan fasilitas dan jasa berbasis
teknologi informasi
f. Mengelola sumberdaya perpustakaan
sehingga misi di atas dapat dicapai
Untuk mencapai misi di atas, maka
Perpustakaan ITS Surabaya mempunyai tujuan
sebagai berikut:
a. Menunjang kurikulum dengan menyediakan
informasi dan bahan pustaka yang memadai
untuk mahasiswa dan dosen, sehingga program
akademik dapat dilaksanakan secara efektif.
b. Memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi secara efektif untuk mengelola
informasi sehingga pemustaka dapat
mengakses berbagai jenis koleksi secara lebih
luas.
c. Memberi informasi kepada pemustaka agar
dapat memanfaatkan koleksi secara efektif
dan efisisen baik melalui: brosur, leaflet,
internet, pendidikan pemustaka dan lain-lain
dengan menekankan pentingnya konsep
pembelajaran sepanjang hayat (longlife
eduaction).
d. Membantu melestarikan karya ilmiah sivitas
akademika seperti, tugas akhir, skripsi, tesis,
disertasi, prosiding dan lain-lain.
e. Berpartisipasi aktif dalam komunitas
perpustakaan dan institusi pendidikan yang
lebih luas melalui program pengembangan
berkelanjutan, seminar, lokakarya, pelatihan,
konferensi dan lain-lain, dan kegiatan antar
perpustakaan dan terus mengembangkan sistem
jaringan baik secara internal, regional, nasional
maupun internasional.
15
f. Mengembangkan koneksi dengan semua Ruang
Baca Jurusan/Fakultas/ Lembaga dengan
memanfaatkan jaringan kampus sehingga
resource sharing dapat dicapai.
Berdasarkan gambaran visi, misi dan tujuan
tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan
pengembangan Sistem Informasi Perpustakaan
ITS Surabaya (SPITS) adalah sebagai salah satu
strategi yang dilakukan untuk memudahkan bagi
pustakawan/staf dalam mengelola sumber daya
informasi sehingga memudahkan pemustaka
untuk temu kembali informasi. Hal ini kemudian
dipertegas lagi dalam Program Kerja Perpustakaan
IT Surabaya Tahun 2015 bahwa terdapat program
pengembangan dan peningkatan kualitas dan
kuantitas layanan dimana salah satu kegiatan yang
dilakukan adalah pengembangan perangkat lunak
SPITS (sistem informasi Perpustakaan ITS).
Langkah selanjutnya pelaksanaan audit informasi
dalam memahami organisasi dan menentukan
tujuan adalah memahami struktur organisasi
Dari gambaran struktur organisasi, secara
garis besar dapat diketahui bahwa manajemen
yang ada di lingkungan Perpustakaan ITS
Surabaya terdiri dari 3 tingkatan manajemen, yaitu
manajemen tingkat atas, menengah dan bawah.
Dengan melihat struktur dan tingkatan manajemen
ini, maka informasi-informasi yang berhubungan
dengan kebutuhan dan penggunaan koleksi yang
diterima dari pihak pengguna perpustakaan oleh
para Koordinator masing-masing bagian akan
disaring dan langsung disampaikan kepada Kepala
Perpustakaan. Selanjutnya informasi ini akan
digunakan oleh Kepala Perpustakaan untuk
keperluan pengambilan keputusan dalam kegiatan
pengolahan dan layanan sumberdaya informasi.
Automasi perpustakaan di lingkungan
Perpustakaan ITS Surabaya telah direncanakan
untuk mendukung kebutuhan pengolahan dan
transaksi layanan secara cepat dan akurat
(Panduan SPITS: 2015). Dengan demikian,
seharusnya Sistem informasi berbasis SPITS yang
diterapkan di Perpustakaan ITS Surabaya ini telah
dapat memenuhi tugas-tugas sebagaimana yang
disebutkan sesuai dengan tujuan pengembangan
sistem tersebut.Namun berdasarkan hasil
pengamatan yang dilakukan, ternyata masih ada
beberapa permasalahan yang muncul dalam
penerapan program tersebut.
Masalah tersebut dapat juga dilihat dari
jawaban yang diberikan oleh Staf Pengolahan dan
Layanan pada hasil wawancara berikut ini:
“..masalahnya siih ga banyak, seringnya
cuma dari server aja mesti
error/lemot..pernah lebih dari
1jam...aslinya kalo ada pengguna pinjam
bisa diproses cuma lama sekali... jd kalau
ada 1 proses peminjaman munculnya bisa-
bisa sampe 10menit...”
“...mahasiswa sering banget komplain di
opac ga ada keterangan letak bukunya
di lt4 atau lt5... jadi kadang2 kita juga
bingung di opac tersedia di rak ko g
ada...”
1.2 Menentukan ruang lingkup dan alokasi
sumber daya.
Ruang lingkup evaluasi kebutuhan dan
penggunaan informasi dalam sistem informasi
16
perpustakaan terautomasi dalam penelitian ini
dibatasi pada sumber informasi hasil keluaran
(output) sistem yang berhubungan dengan
pengolahan dan layanan sumber daya informasi
perpustakaan, baik berupa laporan yang dapat
dicetak maupun yang hanya ditampilkan dalam
layar monitor.
Dari hasil analisis dokumen pada program
SPITS ini, terdapat beberapa menu untuk
mengolah bahan pustaka, diantara lain yang
pertama, Menu Master Data terdiri dari Data
Pegawai, Data Anggota, Data Organisasi. Yang
kedua adalah Menu Pengolahan yang terdiri dari
Koleksi Buku, Koleksi Artikel Jurnal, Koleksi
TA/Thesis/Disertasi, Koleksi Karya Institusi,
Koleksi Audio Visual, Koleksi Serial. Yang ketiga
Menu Sirkulasi terdiri dari Buku Umum, Buku
Tandon, Buku Referensi, Pemesanan Koleksi,
History Sirkulasi Buku, Laporan Statistik. Yang
ke empat adalah Menu Setting terdiri dari
Kebijakan/aturan, Hari Efektif dan Waktu Kerja.
Gambar 2. Menu pengolahan di SPITS
Gambar 3. Menu sirkulasi buku di SPITS
Gambar 4. Tampilan OPAC setelah
penelusuran koleksi
1.3 Memilih metodologi
Menurut Henczel (2001), memilih metodologi
adalah mendeskripsikan cara yang dapat
dilakukan dalam audit informasi dan dapat
membantu dalam memilih metode yang tepat
untuk pengumpulan data dan evaluasi, serta
metode komunikasi yang sesuai dalam
memberikan temuan audit dan rekomendasi.
Sebagai langkah pertama dalam pelaksanaan
pemilihan metodologi yang dilakukan dalam
pelaksanaan audit informasi sistem informasi
Perpustakaan ITS Surabaya (SPITS), peneliti
menggunakan metode berikut: observasi,
dokumentasi, dan wawancara. Metode observasi
dan dokumentasi ditetapkan sebagai studi awal
untuk mencari data-data yang akan dijadikan
bahan atau tujuan pelaksanaan audit informasi
yang seperti yang digambarkan dalam kegiatan
pengembangan tujuan sebagai langkah awal
proses perencanaan. Sedangkan metode
wawancara digunakan untuk menggali informasi
mengenai SPITS yang berhasil ditemukan dalam
studi awal tersebut secara lebih mendalam
lagi.Dengan langkah-langkah yang dilakukan ini
diharapkan permasalahan-permasalahan yang
17
ditemukan pada studi pendahuluandapat
dipertegas lagi dan dapat dicarikan solusinya
dalam bentuk rumusan rekomendasi
pengembangan sistem informasi terintegrasi di
lingkungan Perpustakaan ITS Surabaya.
Langkah selanjutnya adalah analisis
data.Langkah ini dilakukan untuk menganalisis
kebutuhan-kebutuhan informasi yang telah
dikumpulkan pada tahapan sebelumnya dengan
tugas-tugas yang harus dilakukan oleh masing-
masing tingkatan manajemen dan pengguna akhir
yang ada di lingkungan Perpustakaan ITS
Surabaya. Dengan demikian, diharapkan dapat
diketahui bagaimana informasi itu digunakan dan
apa yang dihasilkan untuk keperluan manajemen
informasi.
Kemudian pada tahap evaluasi data, peneliti
mencoba mengevaluasi apakah ketersediaan
informasi hasil keluaran sistem telah memenuhi
kebutuhan informasi yang sesuai dengan tugas-
tugas pada masing-masing tingkatan manajemen
dan pengguna akhir. Diharapkan dengan cara ini
dapat didentifikasi jika ada kesenjangan dan
duplikasi, sehingga dapat dirumuskan
rekomendasi-rekomendasi yang sesuai dengan
kebutuhan pengembangan sistem informasi
terintegrasi di Perpustakaan ITS Surabaya.
Langkah terakhir adalah bagaimana hasil
penelitian ini dikomunikasikan dan dapat
diimplementasikan dalam pengembangan sistem
informasi terintegrasi. Untuk maksud tersebut,
peneliti akan menjadikan laporan tertulis hasil
penelitian ini sebagai sarana media komunikasi
untuk bahan acuan dalam pembuatan kebijakan
pengembangan sistem informasi perpustakaan
terintegrasi yang akan diterapkan di Perpustakaan
ITS Surabaya. Dalam hal ini, Henczel (2001)
menyatakan bahwa laporan tertulis merupakan
salah satu alat yang paling umum dalam
mengkomunikasikan temuan-temuan atau
rekomendasi-rekomendasi yang akan disampaiakn
kepada pihak manajemen sebagai hasil dari audit
informasi yang telah dilaksanakannya.
1.4 Mengembangkan strategi komunikasi
Langkah keempat yang harus dilakukan
dalam perencanaan audit informasi ini adalah
mengembangkan strategi komunikasi yang
dikembangkan dalam pelaksanaan audit informasi
dapat dilakukan dengan beberapa cara. Untuk
keperluan pelaksanaan audit informasi dalam
penelitian ini dilakukan dengan cara
mengkomunikasikan terlebih dulu konsep audit
informasi terhadap pihak manajemen dan
pengguna. Hal ini dilakukan untuk memberikan
pengertian atau pemahaman yang sama mengenai
maksud dan tujuan pelaksanaan audit informasi
yang akan dilakukan. Dari beberapa hasil diskusi
yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa konsep
audit informasi ini merupakan suatu hal yang
baru, khususnya di lingkungan Perpustakaan ITS
Surabaya. Hal ini dapat dilihat dari komentar awal
dari sebagian stakeholder ketika konsep ini
dibicarakan.
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan
dalam pelaksanaan audit ini, diantaranya dengan
memperkenalkan proses audit tersebut sebelum
pelaksanaan audit ini dilakukan atau ketika proses
itu berlangsung. Namun, dapat juga dilakukan
dengan cara memberikan umpan balik terhadap
partisipan atau stakeholder tentang seberapa
bergunanya keterlibatan mereka dalam proses
18
audit ini. Terakhir dapat dilakukan dengan cara
menyajikan rekomendasi-rekomendasi hasil
temuan atau menfasilitasi penerapan hasil temuan
tersebut (Henczel: 2001).
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba
melakukan langkah yang pertama dengan cara
mengkomunikasikan terlebih dahulu konsep audit
informasi terhadap pihak manajemen dan
pengguna sebagaimana yang diuraikan di atas.
Selain itu, peneliti juga mencoba melakukannya
pada tahap proses pelaksanaan dengan cara
memberikan penjelasan tentang tujuan
pelaksanaan audit di awal proses pengumpulan
data penelitian. Hal ini dilakukan sebagai
penjelasan pendahuluan dalam proses wawancara.
1.5 Mendaftar dukungan manajemen
Henczel (2001) menjelaskan pentingnya
perekrutan suatu sponsor atau mendukung untuk
bertindak sebagai suatu penghubung antara
auditor dan bagian teratas manajemen. Hal ini
menekankan pentingnya mengembangkan suatu
kasus bisnis dalam ruang lingkup yang sama,
sumber daya, metodologi, timeframe dan sasaran
dari hasil manajemen audit informasi yang akan
menghasilkan manfaat dalam jangka waktu
singkat maupun dalam jangka waktu panjang
untuk kepentingan organisasi tersebut.
Dalam kesempatan ini, peneliti mencoba
menghubungi Kepala Perpustakaan sebagai
manajemen kunci dalam pelaksanaan audit ini.
Hal ini dilakukan dengan memberikan surat izin
penelitian di Perpustakaan ITS Surabaya. Selain
itu, peneliti juga mendapat sambutan yang baik
dari pihak staf perpustakaan dan pihak eksternal
organisasi yaitu dari kalangan pengguna
perpustakaan yang dibuktikan dengan kesediaan
mereka terlibat dalam wawancara.
2. Tahap Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data, peneliti
mencoba mengumpulkan informasi-informasi
tentang kebutuhan informasi yang berhubungan
dengan kegiatan pengolahan dan layanan koleksi,
serta keberadaanya dalam sistem informasi
terotomasi Perpustakaan ITS Surabaya dalam
mendukung kegiatan unit-unit yang ada dalam
struktur organisasi dan kebutuhan para pengguna
perpustakaan.
Untuk kasus yang ada di lingkungan
Perpustakaan ITS Surabaya, penggalian
kebutuhan informasi dalam sistem informasi
terautomasi saat ini dikategorikan dalam tiga
tingkatan manajemen. Kepala Perpustakaan
sebagai manajemen tingkat atas, para koordinator
sebagai tingkat menengah dan para sub
koordinator sebagai tingkat menengah bawah.
Gambaran mengenai kebutuhan informasi
yang telah berhasil dikumpulkan pada tahap
pengumpulan data ini akan diuraikan berdasarkan
kelompok pihak manajemen dan pengguna
perpustakaan dan dikumpulkan dalam sebuah
basis data (tabel) sumber informasi yang ditulis
secara manual seperti berikut:
Tabel 1. Kebutuhan informasi bagi pihak
manajemen dan pengguna perpustakaan
dalam kegiatan pengolahan dan layanan
koleksi
PENGGUNA
INFORMASI
KEBUTUHAN INFORMASI
Manajemen
Tingkat Atas
Daftar usulan koleksi dari
pengguna
Laporan jumlah ketersediaan
koleksi (dipinjam, rusak, hilang,
atau dipesan)
19
Manajemen
Tingkat
Menengah dan
Manajemen
Tingkat
Bawah
Update informasi mengenai
ketentuan denda keterlambatan
koleksi yang baru dan mulai
berlaku sejak tahun 2014 (di
SPITS masih terhitung
ketentuan denda lama Rp
200/hari, sedangkan sejak tahun
2014 ketentuan denda Rp
500/hari)
Informasi lokasi/letak koleksi
(lantai dan ruang)
Informasi-informasi yang
diperlukan dalam tugas masing-
masing (baik pengolahan dan
layanan) tersebut tersedia dalam
akses yang cepat ke SPITS.
Karena terkadang masih terjadi
error atau loading lambat baik
saat log in atau setelah log in
Pengguna
Perpustakaan
Informasi lokasi/letak koleksi
(lantai dan ruang)
Informasi status koleksi
(dipinjam, rusak, hilang, atau
dipesan)
Informasi data peminjam jika
koleksi sedang terpinjam oleh
pengguna lain (nama peminjam,
tanggal pinjam dan tanggal
kembali)
Informasi daftar isi atau abstrak
buku (koleksi)
Informasi cek peminjaman
koleksi (jumlah pinjaman
koleksi, tanggal pinjam, tanggal
kembali, dan denda)
Informasi usulan koleksi
Informasi-informasi (poin 1-5)
yang diperlukan tersebut
tersedia dalam bentuk jaringan
lokal dan WAN dengan fasilitas
OPAC berbasis web (bisa
diakses baik intranet maupun
internet)
3. Tahap Analisis Data
Analisa data pelaksanaan audit informasi
pada pelaksanaan ini dilakukan melalui
pendekatan deskripsi kualitatif. Data-data yang
berhasil dikumpulkan pada tahap pengumpulan
data dikelompokkan berdasarkan tugas yang ada
pada masing-masing tingakatan manajemen dan
pengguna dengan menggunakan sebuah tabel yang
telah dimodifikasi Henczel.Pada awalnya, di
dalam tabel tersebut hanya dikumpulkan data-data
dari hasil dokumentasi dan wawancara.Namun,
untuk memperkuat validitas data tersebut dicoba
kembali dikumpulkan data-data dalam bentul hasil
pertanyaan singkat (kuesioner).
Dari beberapa komentar dan hasil analisis
dokumen yang ada, serta hasil kuesioner
mengenai penggunaan informasi yang
berhubungan dengan pengolahan dan layanan
koleksi oleh pihak manajemen dan pengguna
dapat digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 2. Kebutuhan dan penggunaan informasi
bagi pihak manajemen dan pengguna
perpustakaan dalam kegiatan pengolahan dan
layanan koleksi
Pengguna
informasi
Kebutuhan
informasi
Tujuan penggunaan
informasi
Manajem
en
Tingkat
Atas
Daftar usulan
koleksi dari
pengguna
Menetapkan dan
membuat daftar
pemesanan
buku/penerbit yang
dibutuhkan untuk tahun
anggaran yang akan
berjalan serta
mengajukannya kepada
Rektor dan Unit
Layanan Pengadaan
(ULP) ITS
Laporan
jumlah
ketersediaan
koleksi
(dipinjam,
rusak, hilang,
atau dipesan)
Mempertimbangkan
jumlah usulan dengan
koleksi yang dimiliki,
koleksi yang dipakai,
koleksi yang diminta,
dan jumlah anggaran
yang tersedia
Manajem
en
Tingkat
Menenga
h dan
Bawah
Update
informasi
mengenai
ketentuan
denda
keterlambata
n koleksi
yang baru
dan mulai
berlaku sejak
tahun 2014
(di SPITS
Untuk menghitung uang
denda keterlambatan
koleksi secara otomatis
dan tepat sesuai dengan
kbijakan ketentuan yang
baru karena pengguna
kerpkali komplain
jumlah nominal denda
yang tidak sama dengan
SPITS.
20
masih
terhitung
ketentuan
denda lama
Rp 200/hari,
sedangkan
sejak tahun
2014
ketentuan
denda Rp
500/hari)
Informasi
lokasi/letak
koleksi
(lantai dan
ruang)
Untuk mengetahui
keberadaan koleksi di
lantai berapakah dan
ruang apakah koleksi
tesebut berada.
Sehingga dapat
membantu pengguna
mencarikan koleksi
dengan cepat karena
mengetahui informasi
lokasi yang tepat akan
keberadaan koleksi
Informasi-
informasi
yang
diperlukan
dalam tugas
masing-
masing (baik
pengolahan
dan layanan)
tersebut
tersedia
dalam akses
yang cepat
ke SPITS.
Karena
terkadang
masih terjadi
error atau
loading
lambat baik
saat log in
atau setelah
log in
Untuk mendukung
pekerjaan pengolahan
dan transaksi layanan
secara cepat.
Pengguna
Perpustak
aan
Informasi
lokasi/letak
koleksi
(lantai dan
ruang)
Untuk mengetahui
keberadaan koleksi di
lantai berapakah dan
ruang apakah koleksi
tesebut berada.
Informasi
status koleksi
(dipinjam,
rusak, hilang,
atau dipesan)
Untuk mengetahui
keberadaan koleksi
apakah ada di rak,
dipinjam, diperbaiki,
hilang, masih diolah
atau baru dipesan
Informasi Untuk mengetahui
data
peminjam
jika koleksi
sedang
terpinjam
oleh
pengguna
lain (nama
peminjam,
tanggal
pinjam dan
tanggal
kembali)
informasi lengkap
dengan alamat atau data
lainnya yang bisa
dihubungi dan / atau
peminjaman tiap
anggota
Informasi
daftar isi atau
abstrak buku
(koleksi)
Untuk mengetahui isi
atau pokok bahasan
yang ada pada tiap-tiap
koleksi
Informasi
cek
peminjaman
koleksi
(jumlah
pinjaman
koleksi,
tanggal
pinjam,
tanggal
kembali, dan
denda)
Untuk mengetahui
informasi jumlah
pinjaman koleksi,
tanggal pinjam, tanggal
kembali, dan denda.
Sehingga bisa
mengembalikan/
memperpanjang
pinjaman koleksi tepat
pada waktunya.
Informasi
usulan
koleksi
Untuk dapat
memberikan usulan
koleksi dibutuhkan
namun belum tersedia di
Perpustakaan ITS
Surabaya
Informasi-
informasi
(poin 1-5)
yang
diperlukan
tersebut
tersedia
dalam bentuk
jaringan
lokal dan
WAN
dengan
fasilitas
OPAC
berbasis web
(bisa diakses
baik intranet
maupun
internet)
Untuk mengakses
informasi yang tersedia
secara lokal dan yang
lebih luas lagi dengan
fasilitas OPAC berbasis
Web
21
4. Tahap Evaluasi Data
Pada tahap evaluasi data pelaksanaan audit
sistem informasi ini, peneliti mencoba
mengevaluasi permasalahan-permasalahan dari
data-data yang dihasilkan pada tahap analisis di
atas. Kemudian membandingkan situasi informasi
yang ada sekarangdengan situasi yang diharapkan
(idealnya). Sehingga dengan demikian, akan
didapatkan beberapa rekomendasi yang
erhubungan dengan pengembangan sistem
informasi terintegrasi sesuai dengan tingkatan
manajemen dan pengguna akhir yang ada di
Perpustakaan ITS Surabaya.
Henczel (2001) menjelaskan bahwa evaluasi
data merupakan sebuah tahapan dalam
pelaksanaan audit informasi yang
menggambarkan proses evaluasidan interpretasi
data-data hasil tahapan analisa data. Tahapan ini
dilakukan untuk menentukan apa maksud yang
sebenarnya dan hasil analisa data tersebut dalam
konteks organisasi dimana audit informasi ini
dilaksanakan.
4.1 Permasalahan ketersediaan informasi
Dari beberapa hasil analisa data tentang
kebutuhan dan penggunaan informasi yang ada
dalam sistem tersebut dapat digambarkan bahwa
permasalahan utama yang muncul adalah sistem
informasi terautomasi Perpustakaan ITS Surabaya
belum dapat memenuhi kebutuhan informasi baik
pada manajemen tingkat atas, menengah, bawah,
dan juga pengguna perpustakaan. Untuk lebih
jelasnya kebutuhan informasi mana saja yang
dapat dipenuhi dan belum dipenuhi dalam sistem
yang ada dapat dilihat dalam tabel berikut:
4.2 Rekomendasi pengembangan sistem
informasi perpustakaan
Untuk menagani permasalahan ketersediaan
informasi yang dibutuhakan, seperti yang
diuraikan sebelumnya, idealnya sistem informasi
terautomasi perpustakaan ini dikembangkan
dalam memenuhi keluaran-keluaran (informasi)
yang dibutuhkan tersebut.
Adapun strategi yang dapat dilakukan untuk
menangani permasalahan-permasalahan
tersebut.Alternatif pertama adalah dengan
mengembangakan sistem yang sudah ada (SPITS)
dengan menambahkan basis data yang mendukung
format output atau laporan-laporan yang
dibutuhkan dalam pengolahan dan layanan
koleksi. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan
Tiwari (2011) dan Claython (1992), bahwa
modul-modul dasar sistem informasi perpustakaan
paling tidak terdiri dari: fungsi pengadaan,
pengolahan, sirkulasi, pengawasan serial, dan
penelusuran katalog dengan memanfaatkan
sebuah basis data yang terintegrasi secara on line.
Dengan demikian, program SPITS di
Perpustakaan ITS Surabaya ini harus
dikembangkan untuk dapat menghasilkan
informasi-informasi yang dibutuhkan oleh pihak
manajemen dan pengguna perpustakaan. Dengan
cara ini diharapkan arus informasi dari bawah
akan sampai kepada manajemen tingkat atas
sebagai dasar pertimbangan dalam melaksanakan
kegiatan pengolahan dan layanan koleksi.
Sebagai bahan masukan dalam kebijakan
pengembangan sistem tersebut, hasil evaluasi dari
pelaksanaan audit informasi sistem informasi ini,
telah menghasilkan beberapa masukan
(rekomendas) yang didasarkan pada kebutuhan
22
dan penggunaan informasi bagi fungsi manajemen
dan pengguna perpustakaan. Masukan-masukan
ini pada dasarnyaadalah bagaimana sistem yang
ada ini dapat mendukung visi, misi dan tujuan-
tujuan yang ingin dicapai sebagaimana yang telah
dirumuskan oleh perpustakaan itu
sendiri.Rumusan rekomendasi untuk
pengembangan sistem informasi terintegrasi
Perpustakaan ITS Surabaya dapat dinyatakan
sebagai berikut:
1) Sistem informasi yang akan dikembangkan
harus dapat memenuhi kebutuhan dan
penggunaan informasi pada manajemen tingkat
atas, mengah, dan bawah dalam kegiatan
pengadaan, pengolahan, dan layanan koleksi
dengan menambahkan basis data yang
mendukung format output atau laporan-laporan
yang dibutuhkan dalam pengadaan, pengolahan
dan layanan koleksi.
2) Sistem informasi yang akan dikembangkan
harus dapat memenuhi kebutuhan dan
penyaluran informasi yang berhubungan
dengan kegiatan pengadaan, pengolahan dan
layanan koleksi dalam jaringan lokal dan
jangkauan yang lebih luas lagi dari/ ke
pengguna perpustakaan. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menyediakan OPAC
berbasis web yang lebih interaktif yang dapat
memberikan kemudahan saling tukar informasi
antar pengguna dan pihak manajemen.
3) Sistem informasi yang akan dikembangkan
harus didukung jaringan infrastruktur yang
lebih optimal.
5. KESIMPULAN
Pelaksanaan audit informasi pada sistem
informasi Perpustakaan ITS Surabaya dapat
menggambarkan bahwa terdapat beberapa
permasalahan mengenai kebutuhan informasi
yang belum terpenuhi baik bagi pihak manajemen
maupun pengguna perpustakaan. Dan juga, selama
ini diketahui telah mengalami penyumbatan
informasi dari pengguna perpustakaan ke pihak
manajemen.
Dari hasil evaluasi dari pelaksanaan audit
informasi sistem informasi ini, telah menghasilkan
beberapa masukan (rekomendasi) yang didasarkan
pada kebutuhan dan penggunaan informasi bagi
fungsi manajemen dan pengguna perpustakaan.
Masukan-masukan ini pada dasarnya adalah
bagaimana sistem yang ada ini dapat mendukung
visi, misi dan tujuan-tujuan yang ingin dicapai
sebagaimana yang telah dirumuskan oleh
perpustakaan itu sendiri.Pertama, menambahkan
basis data yang mendukung format output atau
laporan-laporan yang dibutuhkan dalam
pengadaan, pengolahan dan layanan
koleksi.Kedua, memberikan masukan tentang
perlunya pengembangan sistem yang diterapkan di
perpustakaan ITS Surabaya untuk dikembangkan
menjadi sistem informasi perpustakaan
terintegrasi berbasis WEB yang dapat mendukung
fungsi-fungsi yang ada di perpustakaan, terutama
dalam masalah kegiatan pengadaan, pengolahan,
dan layanan koleksi.Terakhir, ketiga, memberikan
masukan tentang perlunya dikembangkan sistem
informasi yang harus harus didukung jaringan
infrastruktur yang lebih optimal
23
DAFTAR PUSTAKA
Kinnell, Margaret, Bob Usherwood and Kathryn
Jones.(1999).Improving Library and
Information Services Through Self-Assessment.
London: Library Association Publishing.
Henczel. Susan. (2001). The Information Audit as
a First Step Towards Effective Knowledge
Management.
Henczel, Susan. (2001). The information Audit:
A Practical Guide. Saur: Munchen.
Henczel, Susan & Graham Robertson. (2015).
Demystifying the information audit. SLA
Master Class, Tuesday 16 June, 2015 SLA
2015, Boston
OICT.(2002). Information Management Audit
Guidlines.Australia: Department of
Commerce
Osborne, L. N., & Nakamura, M. (2000). Systems
Analysis for Librarians and Information
Professionals. Englewood, Colo: Libraries
Unlimited.
Tiwari, Aravaid (2002). Evaluation of Electronic
Libraries. New Delhi: Efficient Offset
Printers.
Panduan SPITS. (2015). Surabaya: Perpustakaan
ITS Surabayaa
Laporan Tahunan Perpustakaan ITS Tahun 2014
Top Related