8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)
1/12
PERENCANAAN RUNWAY, TAXIWAY , DAN APRON
BANDAR UDARA JALALUDIN GORONTALO
Yudy Doda1)
, Frice L. Desei2)
, Anton Kaharu3)
1Fakultas Teknik, Universitas Negeri Gorontalo.
Email : [email protected] Teknik, Universitas Negeri Gorontalo.
Email : [email protected] Teknik, Universitas Negeri Gorontalo.
Email : [email protected]
ABSTRAK Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui kondisi dari pergerakan lalu lintas penumpang,
pesawat dan kargo dengan menganalisa kondisi eksisting sisi udara (air side) runway,
taxiway, dan apron serta perencanaan dimensi sisi udara untuk pesawat rencana Boeing
747-400.
Tahapan penelitian dan analisis dimulai dengan menganalisa pergerakan lalu lintas bandar
udara. Tahapan ini terdiri dari: Pertama, mengevaluasi kondisi eksisting dan kedua,merencanakan dimensi sisi udara yang sesuai dengan pesawat rencana. Tahapan analisis
dan perencanaan geometrik menggunakan metode International Civil Aviation Organization
(ICAO).
Hasil evaluasi menunjukkan bahwa dimensi sisi udara untuk kondisi eksisting adalah
runway panjang 2705 meter dan lebar 45 meter, taxiway lebar 20 meter, apron panjang 275
meter dan lebar 95 meter. Hasil perencanaan sisi udara untuk pesawat rencana Boeing 747-
400 adalah: runway panjang 3848 meter lebar 60 meter, taxiway lebar 27,4 meter, exit
taxiway panjang 2214 meter dan dimensi apron panjang 342,5 meter lebar 175 meter. Dapat
disimpulkan bahwa kondisi pergerakan lalu lintas bandar udara pada kondisi eksisting tidak
memenuhi, sehingga perencanaan dimensi sisi udara untuk pesawat rencana harus
dilakukan penambahan dimensi mengikuti persyaratan yang telah ditetapkan oleh ICAO.
.Kata kunci: Runway, Taxiway, Apron, Boeing 747-400
ABSTRACT
This research was designed to determine the condition of the movement of passenger traffic,
aircraft and cargo by analyzing the existing condition of the air side, runway, taxiway and
apron as well as air side-dimensional planning for Boeing 747-400 aircraft.
To begin with, the movement of aerodrome traffic was evaluated. This step consists of: First,
evaluating the existing condition and second, planning the dimensions of the air side in
accordance with the planned aircraft. Both steps of analysis and geometric planning refer to
the methods of International Civil Aviation Organization (ICAO). As a result, the evaluation shows that the dimensions of the air side of the existing condition
are runway length of 2705 meters and a width of 45 meters, taxiway with a width of 20
meters, and apron length of 275 meters and width of 95 meters. The results of the planning
of the air side for the dimensions of the planned aircraft Boeing 747-400 are: Runway length
of 3848 meters with a width of 60 meters, taxiway width of 27.4 meters, exit taxiway length
of 2214 meters, and the apron length of 342.5 meters and a width of 175 meters. The results
indicate, overall, that the condition of the existing aerodrome traffic movement is
inadequate, so the planning of the air side for t he planned aircraft’s dimensions should beincreased to meet the requirements set by the ICAO.
Keywords: Runway, Taxiway, Apron, Boeing 747-400
8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)
2/12
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Prospek dunia penerbangan Provinsi
Gorontalo terus mengalami peningkatan,
hal ini tidak lepas dari posisi strategis
Gorontalo yang menghubungkan daerah
bagian Sulawesi Utara dengan Sulawesi
Tengah menjadikan Bandar Udara
Jalaludin Gorontalo sebagai bandar udara
yang penting untuk menghubungkan
wilayah yang sedang berkembang di
kawasan timur bagian utara Indonesia.
Seiring dengan rencana Pemerintah
Provinsi Gorontalo untuk melakukan
pengembangan Bandar Udara Jalaludin
Gorontalo sebagai bandar udara embarkasihaji di Indonesia Timur yang selama ini
hanya dilayani oleh Bandar Udara Sultan
Hassanudin Makassar, maka dengan
rencana Bandar Udara Jalaludin Gorontalo
menjadi embarkasi haji diharapkan mampu
mengurai kepadatan jamaah haji di
Indonesia Timur karena secara geografis
Gorontalo sangat strategis untuk menjadi
terminal haji untuk beberapa daerah di
Indonesia Timur.
1.2 Tujuan penelitianTujuan Penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pergerakan lalulintas
Bandar Udara Jalaludin Gorontalo.
2. Mengetahui Kondisi eksisting dimensi
sisi udara (air side) runway, taxiway,
dan apron Bandar Udara Jalaludin
Gorontalo.
3. Mengenalisis dan merencanakan
kebutuhan dimensi sisi udara (air
side) runway, taxiway, dan apron
dengan pesawat jenis Boeing 747-400
sebagai pesawat rencana.
2. LANDASAN TEORI
2.1 Umum
Bandar udara adalah lapangan terbang
yang dipergunakan untuk mendarat dan
lepas landas pesawat udara.
1. Sistem Lapangan Terbang
Fasilitas yang termasuk dalam sisi
darat (land side) meliputi : terminal
building, pelataran terminal (curb), jalan
masuk, dan area parkir. Fasilitas yang
termasuk dalam sisi udara (air side)
meliputi : runway, taxiway, dan apron.
2. Klasifikasi Lapangan Terbang
Internation Civil Aviation
Organization(ICAO), mengklasifikasikan
lapangan terbang dengan kode yang
disebut Aerodrome Reference Code dengan
mengkategorikan dalam dua elemen. Kode
nomor 1-4 mengklasifikasikan panjang
landas pacu minimum atau Aedrome
Reference Fieled Lenghth (ARFL),
sedangkan kode huruf A – Fmengklasifikasikan lebar sayap pesawat
(wingspan) dan jarak keluar pada roda
pendaratan dengan ujung sayap.
2.2 Arah Landas Pacu
Penentuan arah landas pacu (runway)
menggunakan analisis mawar angin
(windrose), yaitu merupakan gambar
beberapa lingkaran konsentris dengan jari-
jari berbeda. Mawar angin disesuikan
dengan skala kecepatan angin dan dibagi
menjadi 36 arah masing-masing 10° atau
biasa juga dibagi menjadi 16 arah masing-
masing 22,5°. Menentukan lebar jalur
kontrol angin disesuikan dengan
karekteristik maximum porsible cros wind yang bertiup pada arah kiri dan kanan.
Sebagai pedoman penentuan arah landas
pacu diperlukan data angin yang dapat
diperoleh dari Badan Meteorologi
Klimatologi dan Geofisika (BMKG) yang
berada dilokasi Bandar Udara Jalaludin
Gorontalo.
2.3 Landas Pacu
Landas pacu (runway) adalah daerah
yang diperkeras berbentuk persegi panjang
di bandar udara yang disediakan untuk melakukan pendaratan dan lepas landas
pesawat terbang (Basuki,2008).
1. Panjang Runway
Koreksi Elevasi :
L1 = LO × 1 + 0,07 × .....................(1)
Dimana :
LO = Panjang landas pacu minimum
pada kondisi standar (m)
H = Elevasi (m)
L1 = Panjang landas pacu setelah
dikoreksi terhadap elevasi
8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)
3/12
Koreksi Temperatur :L2 = L1×[1+0,01×(T- (15-0,0065×H))].....(2)
Dimana :
T = Temperatur (°C)
L1=Panjang landas pacu setelah
dikoreksi terhadap elevasi
L2=Panjang landas pacu setelah
dikoreksi terhadap temperatur (m)
Koreksi kemiringan (slope) :
L3 = L2 × 1 + 0,1 × ................(3)
Dimana :
L3 = Landasan yang dibutuhkan oleh
pesawat rencana (m)
2. Lebar runway
Lebar landas pacu (runway) Bandar
Udara yang dikeluarkan oleh InternationalCivil Aviation Organization (ICAO)).
Lebar runway yang disyaratkan oleh ICAO
ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Lebar Runway ICAO
Sumber : ICAO, 2006
2.4 TaxiwayFungsi utama taxiway adalah sebagai
jalan keluar masuk pesawat dari landas
pacu ke hanggar pemeliharaan pesawat
(Basuki, 2008).
Dalam menentukan lebar taxiway
selain memperhatikan rekomendasi yang
disyaratkan oleh ICAO juga
memperhatikan pesawat terbesar dengan
jarak outer main gear whellspan pesawat
ditambah clearence. Dapat dinyatakan
dengan Formula sebagai berikut
Wt = Tm + 2 C ....................................(4)
Dimana :
Wt = Lebar Taxiway
Tm = outer main gear wheelspan
C = Clearence
Lebar taxiway yang direkomendasikan
oleh (ICAO) ditunjukkan pada Tabel 2.2.
Tabel. 2.2. Lebar Taxiway (ICAO)
Sumber : ICAO, 2006
2.5 Exit Taxiway
Dalam menentukan exit taxiway
digunakan data-data sesuai dengan pesawat
rencana dengan menggunakan rumus
sebagai berikut.
Jarak lokasi exit taxiway :
L0 = Jarak Touchdown + (D).......(5)
Jarak dari Touchdown ketitik A :
(D) =² ²
a..............................(6)
Dimana :
S1= Kecepatan touchdown (m/det)
S2= Kecepatan awal ketika
meninggalkan landasan (m/det)
a = Percepatan (m/det)
Jarak exit taxiway (L0) yang telah
diperoleh harus di koreksi terhadap elevasi
dan temperatur dengan furmula sebagai
berikut.
Koreksi exit taxiway terhadap elevasi :
L1 = L0 × (1+0,07× ) ......................(7)
Koreksi exit taxiway terhadap temperatur :
Syarat ICAO setiap kenaikan 5,6°C diukur
dari 15°C, jarak bertambah 1%.
L2 = L1 1 + 0,01 × ( )
, ...........(8)
2.6 Apron
Apron atau latar tempat parkir
pesawat, merupakan bagian air side yang
dipergunakan pesawat udara untuk
keperluan menaikan dan menurunkan
penumpang, memuat dan membongkar
barang muatan, mengisi bahan bakar, serta
melakukan pemeliharaan bagi mesin
pesawat udara.
8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)
4/12
1. Gate Position
Dalam menentukan jumlah gate
position dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut
(Horonjef, 1988) :
G = ×
..............................................(9)
Dimana :
G = Jumlah gate position
V = Volume rencana pesawat yang tiba
dan berangkat
U = Faktor penggunaan (utility faktor)
Berdasarkan dari rumus diatas
ditentukan untuk penggunaan mutual U
yakni 0,6 – 0,8, sedangkan untuk penggunaan eksklusif U = 0,5 – 0,6 gateoccupancy time untuk tiap tipe pesawat
berbeda, sebagai berikut.
Pesawat Kelas A , nilai T = 60 Menit
Pesawat Kelas B, nilai T = 45 Menit
Pesawat Kelas C, nilai T = 30 Menit
Pesawat Kelas D, E, nilai T = 20 Menit
Dalam menentukan ukuran Gate
Position digunakan rumus :
Turning Radius (TR) = ½ (Wingspan +
Wheel track) + Forward roll..............(10)
Diameter (D) = (2 × TR ) + WingtipClearence...........................................(11)
Kategori Wing Tip Clearence
ditunjukkan pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Wing Tip ClearenceCode Letter Clearence
A 3 m
B 3 m
C 4,5 m
D 7,5 m
E 7,5 m
Sumber : (ICAO,2006)
2. Dimensi Apron
Untuk menghitung panjang apron
diperhitungkan menurut panjang pesawat,
berarti panjang apron perjenis pesawat
dijumlahkan. Panjang apron dihitung
menggunakan rumus sebagai berikut :
P = G x W + (G-1) C + (2x PB).........(12)
Dimana :
P = Panjang apron (m)
G = Gate position (buah)
C = wing tip clearence
W = Wingspan
PB = Panjang badan pesawat
Untuk menghitung lebar apron
menggunakan pesawat terpanjang (critical
aircraft), dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
L = 2 x PB + 3C................................(13)
Dimana :
L = Lebar Apron
Pb = Panjang badan pesawat (m)
C = Wing Tip Clearence (m)
.
3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Bandar UdaraJalaludin Gorontalo yang terletak di Jalan.
Satria/Angkasa Nomor 274 Isimu
Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo.
3.2 Pesawat Rencana
Boeing 747-400 adalah Pesawat yang
dikenal sebagai pesawat jumbo jet yang
merupakan pesawat terbesar kedua saat ini,
Spesifikasi lengkap Pesawat Boeing 747-
400 sebagai berikut :
Jenis Pesawat : Boeing 747-400
Kapasitas : 455 seetPanjang : 76,20 Meter
Lebar : 64,9 Meter
Tinggi : 19,51 Meter
Luas Sayap : 541 Meter²
Berat Bersih : 180800 Kg
Berat Maksimum terbang: 394626 Kg
Berat Maksimum landing : 286784 Kg
Kecepatan maksimum : 917 km/h
Panjang runway minimum : 3.200 Meter
3.3 Tahapan Penelitian
Tahapan-tahapan yang dilakukan padasaat penelitian adalah sebagai berikut :
1. Tahapan persiapan penelitian,
dilakukan dengan check list persiapan
penelitian, kajian hasil studi
kepustakaan dan kajian teknis yang
bisa dipertanggung jawabkan secara
ilmiah.
2. Tahap Pengumpulan data, yaitu
meliputi data Primer merupakan data
panjang dan lebar dimensi runway,
taxiway, dan apron serta data
8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)
5/12
sekunder meliputi data yang diperoleh
dari instansi terkait.
3. Tahap Analisis
a. Tahap Observasi, yaitu merupakan
pengamatan yang secara langsung
dilapangandengan.
b. Studi Literatur
a) Data perkembangan Bandar Udara
Jalaludin Gorontalo yakni jumlah
penumpang dan pesawat dari tahun
2002 sampai 2014.
b) Data eksisting Bandar Udara Jalaludin
Gorontalo yang diperoleh dari pihak
bandara dan Dinas Perhubungan
Provinsi Gorontalo.
c) Data pesawat yang menggunakan
bandar udara eksisting.d) Data pesawat rencana yang digunakan
dalam perencanaan.
e) Faktor lingkungan seperti frekwensi
angin, temperatur, kemiringan dan
elevasi.
f) Informasi tentang Jumlah kuota haji
Indonesia Timur dan Provinsi
Gorontalo untuk kondisi sementara
(2009-2016) dan untuk kondisi
normal (2017).
c. Analisa Data, yakni menganalisis
keadaan geometrik denganmenggunakan metode (ICAO).
Analisis yang dilakukan meliputi :
a. Analisis kebutuhan dimensi
runway, taxiway, dan apron untuk
bandar udara eksisting.
b. Analisis perencanaan dimensi
runway, taxiway, dan apron
dengan menggunakan pesawat
rencana Boeing 747-400.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Spesifikasi Bandar Udara
Bandar Udara Jalaludin Gorontalo
adalah bandar udara yang terletak di Desa
Satria, Kecamatan Isimu, Kabupaten
Gorontalo, Provinsi Gorontalo. Bandar
udara ini berjarak 32 Km dari pusat Kota
Gorontalo dengan koordinat 00° 38’ 17”LU dan 122° 51’ 07” BT, denganketinggian di atas permukaan laut 18
meter.
4.2 Data Umum Fasilitas Bandar Udara
Jalaludin
Fasilitas pendukung transportasi udara
yang terdapat di Kabupaten Gorontalo
Provinsi Gorontalo adalah Bandar Udara
Jalaludin Gorontalo. Bandar udara tersebut
termasuk bandar udara kelas II dengan data
teknis sebagai berikut :
A. Data Umum1. Nama Bandar Udara : Jalaludin
2. Alamat : Jalan Satria Angkasa No.
274 Isimu 96251
3. Kabupaten/ Kota : Gorontalo
4. Provinsi : Gorontalo
5. Kelas Bandar Udara : II
6. Arah Runway : 09-27
7. Elevasi : 60ft/ 18(MSL)8. Jenis Pelayanan : ADC/APP
9. Kode Bandara : WAMG/ GTO
10. Temperature maksimum : 32°
11. Slope : 0,5 %
12. Pelayanan Meteorologi : 24 Jam
B. Data Fasilitas Sisi Udara1. Runway
Dimensi : 2.500 ×45 m
Luas : 112.500 m²
Kemampuan : B737-400
1. Taxiway
Dimensi Taxiway A : 115 m × 23 mDimensi Taxiway B : 115 m × 23 m
Luas : 7.344 m²
Kemampuan : B 737-900 ER
2. Apron
Dimensi : 230 m × 80 m
Luas : 18.400 m²
Kemampuan : B 737-400
4.3.Perkembangan Lalu Lintas Bandar
Udara Jalaludin Gorontalo
1. Pergerakan Penumpang dan Pesawat
Perkembangan jumlah penumpangBandar Udara Jalaludin Gorontalo Pada
kurun waktu 2002 sampai 2012 Jumlah
penumpang mengalami peningkatan yang
signifikan dimana pada tahun 2002 jumlah
penumpang yaitu sebanyak 26.269
penumpang sedangkan pada tahun 2012
penumpang mencapai 373.257 penumpang
dan Pada tahun 2013 meningkat 15,94 %
menjadi 432.751 penumpang. Namun di
tahun 2014 pergerakan penumpang
mengalami penurunan 9,92 % menjadi
389.811.
8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)
6/12
Perkembangan pergerakan pesawat
pada tahun 2002 sebesar 1025 dan pada
tahun 2004 meningkat 36,59 %. Pada
tahun 2005 mengalami penurunan sebesar
52,64 % menjadi 1165. Namun tahun 2010
pergerakan pesawat mengalami kenaikan
sampai pada tahun 2013 mengalami
kenaikan mencapai 58,76 % menjadi 4047
pergerakan pesawat. Pada tahun 2014
pergerakan pesawat kembali mengalami
penurunan 6,39 % menjadi 3804
pergerakan pesawat.
Data statistik lalulintas pesawat dan
penumpang tiap tahunnya ditunjukkan
pada Tabel 4.1. dan pola pergerakan
ditunjukkan pada gambar 4.1.
Tabel. 4.1. Statistik Pergerakan Pesawat
dan Penumpang
Sumber : Dinas Perhubungan, 2014
Gambar 4.1. Pola Pergerakan Pesawat
dan Penumpang
2. Pergerakan Bagasi, Cargo dan Pos
Laju perkembangan bagasi, cargo, dan
pos yang melalui Bandar Udara Jalaludin
Gorontalo diperoleh data selama kurun
waktu (2006-2014). Statistik pergerakan
Bagasi, Cargo, dan Pos ditunjukkan pada
Tabel 4.2. dan pola pergerakannya
ditunjukkan pada Gambar 4.2.
Tabel. 4.2. Statistik Pergerakan Pesawat
dan Penumpang
Sumber : Dinas Perhubungan, 2014
Gambar 4.2. Pola Pergerakan Pesawat
dan Penumpang
Gambar 4.2. Pola Pergerakan
Bagasi, Cargo, dan pos
4.4. Arah Landas Pacu (Windrose)
Rangkuman presentase usability
factor setelah dianalisis dengan
menggonakan motode windroseditunjukkan pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Rangkuman Prosentase
Windrose Landas Pacu
Nomor Runway Prosentase
10 -190 97,29%
20 - 200 96,24%
30 - 210 94,66%
40 - 220 91,84%
50 - 230 89,94%
60 - 240 88,12%
70 - 250 87,18%
80 - 260 87,08%
90 - 270 87,69%
100 - 280 89,23%
110 - 290 91,01%
120 - 300 93,20%
130 - 310 95,41%
140 - 320 96,97%
150 - 330 98,66%
8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)
7/12
160 - 340 98,82%
170 - 350 98,51%
180 - 360 97,98%
Sumber : Hasil Analisis windrose
International Civil Aviation
Organization (ICAO) mensyaratkan
usability factor adalah ≥95%. Maka darihasil analisis mawar angin (windrose)
untuk prosentase kecepatan angin dalam
frekwensi selama 24 jam dengan
memperhitungkan maximum cros wind
component . Maka dapat disimpulkan
bahwa arah runway eksisting tidak
memenuhi usability factor karena hanya
menghasilkan prosentase sebesar 87,69%.
4.5. Tipe dan Karakteristik Pesawat
Tipe dan Karakteristik pesawat
eksisting ditunjukkan pada Tabel 4.4. dan
karakteristik pesawat rencana ditunjukkan
pada Tabel 4.5.
Tabel. 4.4 Karakteristik Pesawat Eksisting
Sumber : Airport Tecnology BoeingComertial Airlines
Tabel. 4.5. Karakteristik Pesawat rencana
Sumber : Airport Tecnology Boeing
Comertial Airlines
4.6. Analisis Runway, Taxiway, dan Apron
Eksisting
Data- data dan kondisi bandar udara
yang digunakan dalam analisis sebagai
berikut :
Diketahui :
Jenis pesawat terbesar : B 737-900ER
Landas Pacu Minimum (ARFL) : 2249 m
Ketinggian (Elevasi) (H) : 18 MSL
Temperature (T) : 28,93°C
Kemiringan (Efektif Slope) : 0,5 %
Runway orientasi : 09 – 27
Tabel 4.6. Temperatur Bandar Udara
Jalaludin GorontaloTahun T1°C T2°C
2009 27,29 32,892010 27,23 32,68
2011 26,85 32,41
2012 27,03 32,67
2013 27,13 32,42
2014 26,68 32,75
Rata - Rata 27,03 32,75
Sumber : BMKG Gorontalo,2014
Temperatur Reference=
Dimana :
T1°C = Temperatur rata – rata daritemperatur harian rata – ratadalam bulan terpanas .
T2°C = Temperatur rata – rata daritemperatur harian maksimum
dalam bulan terpanas.
Tref = 27,03+32,75+27,03
3Tref = 28,93° C
1. Dimensi Runway EksistingPanjang runway
Pajang landas pacu (runway)
minimum setelah diperoleh berdasarkan
karakteristik pesawat, maka landas pacu
tersebut akan di koreksi terhadap Elevasi,
temperature dan slope.
Koreksi terhadap elevasi :
L1 = ARFL × (1 + 7
100 ×
300)
L1 = 2249 × (1 + 7
100 ×
18
300)
= 2258,45 meter
8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)
8/12
Koreksi Temperatur :
L2 = L1 × [1+0,01×(T-(15-0,0065×H))]
L2 = 2258,45 × [1 + 0,01× (28,93 - (15 -
0,0065 × 18))]
= 2575,68 meter
Koreksi Kemiringan (slope) :
L3 = L2 × (1+0,1× Slope efektif )
L3 = 2575,68 × (1+0,1×0,5)
= 2704,46 ≈ 2705 meter
Hasil analisis di atas menunjukan
bahwa panjang landas pacu minimum
Bandar Udara Jalaludin Gorontalo untuk
kondisi eksisting yaitu 2705 meter. Maka
landas pacu eksisting yang telah ada, yaitu
sepanjang 2500 meter harus di perpanjang
sepanjang 205 meter.
Lebar RunwaySesuai dengan Aerodrome Reference
Code yang direkomendasikan ICAO untuk
landas pacu ≥1800 meter, maka diperoleh
kode angka 4 dan kode huruf C. Dari
kategori tersebut bandar udara untuk
eksisting disyaratkan memiliki lebar
landasan 45 meter, hasil ini sesuai dengan
lebar runway eksisting.
2. Dimensi Taxiway EksistingLebar taxiway dapat dinyatakan
sebagai berikut.
Wt = Tm + 2 C
Dimana :
Wt = Lebar taxiway
Tm = Outer main gear wheelspan
C = Clearence
Pesawat tebesar yang menggunakan
bandar udara eksisting yaitu pesawat
dengan Aerodrome reference Code C
wheelbase 17,17 m, Tm = 11 m ruang
bebas (Wing tip clearence) yangdibutuhkan adalah 4,5 meter, maka lebar
landas hubung yang dibutuhkan adalah 20
meter, lebar taxiway eksisting 23 meter
telah mampu memenuhi persyaratan.
3. Dimensi Apron Eksisting
Gate Position
Berdasarkan data pesawat yang
beroperasi pada bandar udara eksiting
sebagai berikut :
Pesawat B737-900ER (kelas C) : 2 buahPesawat B737-400 (Kelas C) : 1 buah
Pesawat B737-300 (Kelas C) : 1 buah
Pesawat ATR 72-500 (Kelas A) : 1 buah
Pesawat Boeing 737-900ER
G = × 60, = 1,56 ≈ 2 buah
Pesawat Boeing 737-300
G =2
2 × 30
600,8
= 1,56 ≈ 2 buah
Pesawat ATR 72-500
G = × 60 60
,= 0,62 ≈ 1 buah
Jadi Jumlah gate position yang dibutuhkan
yaitu sebanyak 5 buah gate.
Pesawat B 747-900ERWingspan (Ws) : 34,32 meter
Wheel track (Wt) : 5,72 meterForward roll (FR) : 3,048 meter
Wing tip clearence : 4,5 meter
Turning Radius : TR = ½ (Ws+Wt) + FR
TR = ½ (34,32 + 5,72) + 3,048
= 21,544 ≈ 22 meterDiameter (D) = ( 2 × TR ) + Wing tip
clearence
(D) = (2 × 22) + 4,5 = 48,5 meter
Pesawat B 737-300Wingspan (Ws) : 28,88 meter
Wheel track (Wt) : 5,23 meterForward roll (FR) : 3,048 meter
Wing tip clearence : 4,5 meter
Turning Radius : TR = ½ (Ws +Wt) + FR
TR = ½ (28,88 + 5,23) + 3,048
= 18,579 ≈ 19 meterDiameter (D) = ( 2 × TR ) + Wing tip
clearence
(D) = (2 × 19) + 4,5 = 42,5 meter
Pesawat ATR 72-500Wingspan (Ws) : 27,05 meter
Wheel track (Wt) : 4,10 meter
Forward roll (FR) : 3,048 meter
Wing tip clearence : 4,5 meter
Turning Radius : TR = ½ (Ws +Wt) + FR
TR = ½ (27,05 + 4,10) + 3,048
= 17,009 ≈ 17 meterDiameter (D) = ( 2 × TR ) + Wing tip
clearence
(D) = (2 × 17) + 4,5 = 38,5 meter
8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)
9/12
Dimensi ApronPanjang Apron :
P = G × W + (G-1) C + (2×PB)
Dimana :
G = Gate position (buah) : 5 buah
C = wing tip clearence : 4,5 meter
W = Wingspan : 34,32 meter
PB = Panjang badan pesawat:40,67 meter
P = 5 × 34,32 + (5-1) 4,5 + (2×40,67)
P = 270,94 ≈ 271 meter
Lebar Apron:
L = 2 x PB + 3C
Dimana :
PB = Panjang badan pesawat : 40,67 meter
C = Wing Tip Clearence (m) : 4,5 meter
L = 2 × 40,67 + (3 × 4,5)
= 94,84 ≈ 95 meter
Hasil analisis demensi apron bandar
udara untuk kondisi eksisting adalah
sebesar 271×95 meter, maka harus
diadakan penambahan dimensi apron.
4.7. Perencanaan Runway, Taxiway, dan
Apron
Bandar Udara Jalaludin Gorontalo
berdasarkan Rencana Induk
Pengembangan Bandar Udara akan
dikembangkan sebagai bandar udara
embarkasi pada tahap III yaitu tahun 2040.
Maka pada penelitian ini perencanaan
bandar udara dilakukan pada tahap II yaitu
pada saat ini sampai tahun 2029.
Perencanaan ini dilakukan untuk
memperhitungkan pengembangan bandar
udara agar mampu memenuhi syarat
sebagai bandar udara embarkasi haji.
Diketahui :Jenis pesawat rencana : B 747-400ER
Landas Pacu Minimum (ARFL) : 3200 m
1. Perencanaan dimensi runway
Perencanaan Panjang RunwayKoreksi terhadap elevasi :
L1 = × (1 + 7
100×
300)
L1 = 3200 × (1 + 7
100×
18
300)
= 3213,44 meter
Koreksi Temperatur :
L2 = L1 × [1+0,01×(T-(15-0,0065×H))]
L2 = 3213,44 × [1+0,01×(28,93- ( 15 -
0,0065 × 18))]
= 3664,83 meter
Koreksi Kemiringan (slope) :
L3 = L2 × (1+0,1× Slope efektif )
L3 = 3664,83 × (1+ 0,1 × 0,5)
= 3848 meter
Perencanaan Lebar runwaySesuai dengan Aerodrome Reference
Code yang di rekomendasikan ICAO untuk
landas pacu ≥1800 meter, maka diperoleh
kode angka 4 dan kode huruf E, untuk
pesawat rencana B 747-400 dengan
karakteristik wingspan (59,63).Berdasarkan kategori tersebut lebar
landasan direncanakan 45 meter.
Hasil analisis di atas menunjukan
bahwa panjang landas pacu minimum
(ARFL) untuk perencanaan pesawat
rencana yang melayani penerbangan haji
yaitu sepanjang 3848 meter dan lebar
minimum 45 meter dengan bahu landasan
7,5 meter untuk kedua sisi lebar total
menjadi 60 meter. Maka landas pacu
eksisting yaitu sepanjang 2500 meter harus
diperpanjang sebesar 1348 meter dan lebarrunway eksisting diperhitungkan telah
mampu untuk melayani pesawat rencana.
2. Perencanaan Taxiway
Dalam menentukan lebar taxiway
selain memperhatikan pesawat terbesar
juga ditentukan dengan jarak outer main
gear wheelspan pesawat ditambah faktor
clearence. Lebar taxiway dapat dinyatakan
sebagai berikut.
Wt = Tm + 2 C
Dimana :Wt = Lebar taxiway
Tm = Outer main gear wheelspan
C = Clearence
Pesawat tebesar yang menggunakan
bandar udara eksisting yaitu pesawat
dengan Aerodrome reference Code C
wheelbase 26,60 m, Tm = 12,40 m ruang
bebas yang dibutuhkan adalah 7,5 meter,
maka lebar landas hubung yang dibutuhkn
adalah 27,4 meter . maka berdasarkan
analisis diatas bahwa lebar taxiway
eksisting harus diperlebar.
8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)
10/12
3. Perencanaan Exit Taxiway
Dalam menentukan exit taxiway
digunakan data – data pesawat rencanasebagai pesawat terbesar. Pesawat terbesar
yang akan di rencanakan pada exit taxiway
Boeing 747-400 dengan desain group E
dengan data-data sebagai berikut.
S1 = Kecepatan Touchdown (m/det) :
259 Km/jam = 72 m/det
S2 = Kecepatan Awal (m/det) :
32 Km/jam = 9 m/det
a = percepatan : 1,5 m/det²
D =² S2²
D =( )² ( )²
= 1701
Lo = 450 + 1701= 2151
Kondisi Lo = 2151 meter, dihitung
berdasarkan kondisi sea level, lokasi exit
taxiway setelah dikoreksi terhadap elevasi
dan temperatur adalah sebagai berikut.
Koreksi terhadap elevasi :
L1 = 2151 × (1+0,07× )
= 2160,03 meter
Koreksi terhadap temperatur :
L2 = 2160,03 × [1 + 0,01 × ( , )
,]
= 2214 meterJadi jarak dari treshold sampai titik awalexit taxiway (distance to exit taxiway)
adalah 2214 meter.
4. Perencanaan Apron
Gate PositionBerdasarkan perencanaan jumlah gate
position disesuaikan dengan data pesawat
Rencana Induk Pengembangan Bandara
sebagai berikut :
Pesawat B 747-400 (kelas E) : 2 buah
Pesawat B737-900ER (kelas C) : 4 buahPesawat B 737-400 (Kelas C) : 2 buah
Pesawat ATR 72-500 (Kelas A) : 4 buah
Pesawat kelas E
G = × 20
, = 0,42 ≈ 1 buah
Pesawat kelas C
G = ×
, = 1,87 ≈ 2 buah
Pesawat Kelas A
G = × 60
, = 2,5 ≈ 3 buah
Jadi Jumlah gate position yang
dibutuhkan untuk perencanaan yaitu
sebanyak 6 buah gate.
Pesawat B 747-400
Wingspan (Ws) : 64,9 meter
Wheel track (Wt) : 11 m
Forward roll (FR) : 3,048 meterWing tip clearence : 7,5 meter
Turning Radius : TR = ½ (Ws +Wt) + FR
TR = ½ (64,9 + 11) + 3,048
= 40,998 ≈ 41 meterDiameter (D) = ( 2 × TR) + Wing tip
clearence
(D) = (2 × 41) + 7,5 = 89,5 meter
Pesawat B 747-900ERWingspan (Ws) : 34,32 meter
Wheel track (Wt) : 5,72 meterForward roll (FR) : 3,048 meter
Wing tip clearance : 4,5 meter
Turning Radius : TR = ½ (Ws +Wt) + FR
TR = ½ (34,32 + 5,72) + 3,048
= 21,544 ≈ 22 meterDiameter (D) = (2×TR)+ Wing tip
clearence
(D) = (2 × 22) + 4,5 = 48,5 meter
Pesawat B 737-300Wingspan (Ws) : 28,88 meter
Wheel track (Wt) : 5,23 meterForward roll (FR) : 3,048 meter
Wing tip clearence : 4,5 meter
Turning Radius : TR = ½ (Ws +Wt) + FR
TR = ½ (28,88 + 5,23) + 3,048
= 18,579 ≈ 19 meterDiameter (D) = ( 2 × TR ) + Wing tip
clearence
(D) = (2 × 19) + 4,5 = 42,5 meter
Pesawat ATR 72-500Wingspan (Ws) : 27,05 meter
Wheel track (Wt) : 4,10 meterForward roll (FR) : 3,048 meter
Wing tip clearence : 4,5 meter
Turning Radius : TR = ½ (Ws +Wt) + FR
TR = ½ (27,05 + 4,10) + 3,048
= 17,009 ≈ 17 meterDiameter (D) = ( 2 ×TR) + Wing tip
clearence
(D) = (2 × 17) + 4,5 = 38,5 meter
8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)
11/12
Panjang Apron :
P = G × W + (G-1) C + (2×PB)
Dimana :
G = Gate position (buah) : 6 buah
C = wing tip clearence : 7,5 meter
W = Wingspan : 64,9 meter
PB = Panjang Badan : 76,25 meter
P = 6 × 64,9 + (6-1) 7,5 + (2×76,25)
P = 342,5 meter
Lebar Apron :
L = 2 x PB + 3C
Dimana :
PB = Panjang badan pesawat : 76,25 meter
C = Wing Tip Clearence : 7,5 meter
L = 2 × 76,25 + (3× 7,5) = 175 meter
Berdasarkan hasil analisis demensi
apron bandar udara untuk perencanaan
menghasilkan dimensi dengan panjang
342,5 meter dan lebar 175 meter. Dimensi
apron Bandar Udara Jalaludin Gorontalo
saat ini adalah 230 × 80 meter dengan luas
18.400 m² maka harus diadakan
penambahan dimensi apron untuk dapat
memenuhi kondisi perencanaan.
5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Hasil analisis dan perencanaan Bandar
Udara Jalaludin Gorontalo pada sisi udara
(air side) untuk runway, taxiway, danapron dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Statistik pergerakan lalulintas
pesawat, penumpang, dan cargo
Bandar Udara Jalaludin Gorontalo
mengalami peningkatan sejak tahun
2002 sampai tahun 2013, sedangkanpada tahun 2014 mengalami
penurunan dalam jumlah penumpang
dan pesawat hal ini disebabkan oleh
adanya pengurangan rute penerbangan
yang dilakukan oleh maskapai yang
beroperasi di bandar udara.
2. Hasil analisis untuk kebutuhan sisi
udara (air side) runway, taxiway, dan
apron untuk bandar udara eksisting
dihasilkan. Dimensi runway yang
dibutuhkan untuk melayani jenis
pesawat terbesar pada kondisi
eksisting adalah sepanjang 2705
meter dan lebar 45 meter, dari
keadaan tersebut panjang runway
harus di tambah sebesar 205 meter
dengan hasil analisis arah runway
dengan (windrose) selama 24 jam
tidak memenuhi persyaratan usability
factor karena kurang dari 95% syarat
dari ICAO. Lebar taxiway yang
dibutuhkan untuk melayani pesawat
terbesar pada kondisi eksisting yaitu
sebesar 20 meter, lebar taxiway
eksisting sebesar 23 meter telah
memenuhi. Dimensi apron yang
dibutuhkan adalah 271× 95 meter,
maka dimensi eksisting sebesar
230×80 meter harus dilakukanpenambahan dimensi.
3. Hasil analisis perencanaan dimensirunway, taxiway, dan apron
menghasilkan dimensi runway yang
dibutuhkan untuk pesawat rencana
Boeing 747-400 adalah sepanjang
3848 meter dan lebar landas pacu
yang dibutuhkan adalah 45 meter
serta lebar landas pacu ditambah bahu
landasan adalah 60 meter, maka
dimensi runway harus di perpanjang
sepanjang 1348 meter. Lebar taxiwayyang dibutuhkan adalah 27,4 meter di
tambah shoulder sebesar 7,5 meter di
kedua sisi yaitu adalah 42,4 meter
dengan Exit taxiway dari treshold
sepanjang 2214 meter. Dimensi apron
yang dibutuhkan adalah 342,5 × 175
meter dengan luas 59937,5 m², maka
untuk memenuhi persyaratan harus
dilakukan penambahan dimensi
apron.
5.2 Saran1. Pada fasilitas runway Bandar udara
Jalalaludin Gorontalo perlu dilakukan
evaluasi kembali oleh pengelola
bandara untuk dimensi dan arah
landas pacu agar memenuhi
persyaratan sehingga menjamin
keselamatan dan kenyamanan
pengguna bandar udara.
2. Untuk perencanaan Bandar Udara
Jalaludin Gorontalo sebagai bandar
udara embarkasi haji harusmemperhatikan faktor-faktor lainnya
8/17/2019 6129-6106-1-PB (1)
12/12
seperti ketersediaan lahan, fasilitas
pendukung lainnya agar dapat
memenuhi syarat sebagai
penyelenggara transportasi haji.
3. Dalam penelitian ini bagian yang
dianalisis hanya dimensi sisi udara
(runway,taxiway dan apron) perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut
terhadap tebal perkerasan serta bagian
sisi darat bandar udara.
6. DAFTAR PUSTAKA
Basuki, H, 2008, Merancang dan
Merencana Lapangan Terbang,
penerbit P.T. Alumni Bandung.
Boeing. 2011. Airport Technology
Comercial Airlines company,
http;//www.boeing.com/comercial/air
ports/acaps/ diakses 12 November
2014
Federal Aviation Administration (FAA),
1989, Aiport Design, Advisory
Circular. Departement of
Transportation, Washington. D. C.
Horonjeff, R., Mc. Kelvey, F.X., 1988.
Perencanaan dan Perancangan
Bandar Udara Jilid II, Penerbit
Airlangga, Jakarta.
Hary Cristady, Aulia Muttaqin, Wardhani
Sartono., 2009. Analisis Geometrik
Fasilitas Sisi Udara Bandar Udara
International Lombok (BIL) Nusa
Tenggara Barat. Jurnal. Yogyakarta
:Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan
Universitas Gajah Mada.
http://id.wikipedia.org/wiki/Bandar Udara
Jalaludin Gorontalo diakses Tanggal
17 Agustus 2014.
International Civil Aviation Organization
(ICAO), 2006. Aedrome Design
Manual Part 1, Runways. 3 Edition,Canada.
Keputusan Menteri Perhubungan. Tentang
Rencana Induk Pengembangan
Bandar Udara Jalaludin Gorontalo.
Nomor : KM 50 2004
Keputusan Menteri Perhubungan. Tentang
Sertifikasi Operasi Penerbangan.
Nomor : KM 47 2005.
Keputusan Menteri Agama , Tentang
Penetapan Kuota Haji Indonesia.
Nomor : KM 64 Tahun 2014.
Laporan Statistik Lalu lintas Bandar Udara
Jalaludin Gorontalo, 2014, Dinas
Perhubungan Provinsi Gorontalo.
Laporan Data Cuaca Bandar Udara
Jalaludin Gorontalo, 2015, Badan
Klimatologi Klimatologi Geofisika
(BMKG) Provinsi Gorontalo.
Rencana Induk Pengembangan Bandar
Udara Jalaludin Gorontalo, 2014.
Dinas Perhubungan Provinsi
Gorontalo.
Rumayar A. L. E, Manopo M.R.E,
Dondokambey, F, G., Waani J.E.
2013 Perencanaan Pengembangan
Bandar Udara (Studi Kasus : Bandar
Udara Sepinggan Balikpapan).
Jurnal. Manado : Jurusan Teknik SipilFakultas Teknik Universitas Sam
Ratulangi.
Utami, Damar, A.H., 2012. Analisis
Pengembangan Runway dan Fasilitas
Alat Bantu Pendaratan di Bandar
Udara Depati Amir Bangka. Skripsi.
Yogjakarta : Jurusan Teknik
Penerbangan Sekolah Tinggi
Teknologi Adisutjipto Yogjakarta
2012.
Top Related