Xer of Lamia

download Xer of Lamia

of 46

Transcript of Xer of Lamia

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    1/46

    DEPARTEMEN KESEHATAN RI

    DIREKTORAT JENDERAL BINA KESEHATAN MASYARAKAT

    DIREKTORAT GIZI MASYARAKAT

    2003

    617.7

    Ind

    d

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    2/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan

    617.7 Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan R.IIndd Indonesia. Departemen Kesehatan, Direktorat Jenderal

    Bina Kesehatan Masyarakat

    Deteksi dan tatalaksanakasus xeroftalmia :pedoman bagi tenaga kesehatan.-- Jakarta :Departemen Kesehatan, 2003

    I. Judul 1 XEROFTALMIA

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    3/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan

    KATA PENGANTAR i

    Sampai saat ini masalah Kurang Vitamin A (KVA) di Indonesia masih

    membutuhkan perhatian yang serius. Program penanggulangan KVA yang telah

    dijalankan untuk mempertahankan bebas buta karena KVA dengan suplementasi

    kapsul vitamin A dosis tinggi 2 kali per tahun kepada balita ternyata belum cukup.

    Masih ditemukannya kasus xeroftalmia di beberapa daerah mengingatkan kita

    semua bahwa perlu adanya upaya lain untuk menanggulangi masalah KVA dalam

    rangka mempertahankan kondisi bebas buta tersebut.

    Xeroftalmia yang disebabkan kurangnya konsumsi makanan yang mengandung

    vitamin A bila tidak segera diobati dengan benar akan dapat menyebabkan

    kebutaan. Bilamana hal ini terjadi pada usia balita akan menyebabkan balita

    tersebut kehilangan masa depannya karena akan mengalami kebutaan seumur

    hidupnya.

    Menurunnya jumlah kasus xeroftalmia karena keberhasilan program sebelum

    krisis menyebabkan tenaga kesehatan di lapangan (Puskesmas dan Rumah Sakit)

    kurang mengenal faktor-faktor risiko penyebab KVA serta tanda-tanda KVA

    khususnya xeroftalmia. Sehingga gejala-gejala xeroftalmia tidak terdeteksi secara

    dini saat kasus xeroftalmia mulai muncul kembali di berbagai daerah, oleh karena

    itu dirasakan perlu untuk menyusun Deteksi dan Tatalaksana Kasus

    Xeroftalmia: Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan agar mereka mampu dan

    terampil melakukan deteksi dini serta megobati kasus xeroftalmia.

    Pedoman ini melengkapi Buku Saku Deteksi Dini Xeroftalmia, Pedoman

    Pemberian Kapsul Vitamin A Dosis Tinggi dan Pedoman Akselerasi Cakupan

    Kapsul Vitamin A, pedoman ini menjelaskan secara klinis bagaimana mengenali

    dan mengobati kasus xeroftalmia.

    Diharapkan pedoman ini dapat menjadi acuan bagi tenaga kesehatan guna

    mendukung tercapainya Vision 2020 The Right To Sightdi Indonesia yang telah

    dicanangkan oleh Wakil Presiden Ibu Megawati Soekarnoputri pada tanggal 15

    Februari 2000 di Jakarta.

    Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

    penyusunan pedoman ini. Disadari bahwa pedoman ini masih banyak

    kekurangannya. Oleh karena itu sumbang saran, terutama dari pengguna sangat

    kami harapkan. Semoga pedoman ini bermanfaat bagi tenaga kesehatan di

    lapangan.

    Jakarta, Juni 2003Direktur Gizi Masyarakat

    Dr. Rachmi Untoro, MPH

    i

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    4/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    5/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatanii

    DAFTAR ISI i

    KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

    DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii

    DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH ............................................................... iii

    DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... iv

    I. Pendahuluan .............................................................................................. 1

    A. Latar belakang .......................................................................................1

    B. Tujuan ....................................................................................................2

    II. Mengenal Organ Mata ................................................................................3

    A. Gambar penampang organ mata.......................................................... 3

    B. Bagian-bagian mata serta fungsinya ..................................................... 3

    C. Tanda-tanda mata sehat ........................................................................ 4

    D. Fungsi vitamin A bagi penglihatan ........................................................4

    III. Mengenal Xeroftalmia ................................................................................5

    A. Pengertian .............................................................................................5

    B. Penyebab ............................................................................................... 5

    C. Tanda-tanda dan gejala klinis ................................................................5

    IV. Deteksi Dini dan Pelacakan Kasus Xeroftalmia .................................... 10

    A. Deteksi dini ..........................................................................................10

    B. Pelacakan kasus .................................................................................. 11

    V. Diagnosis, Pengobatan dan Rujukan Kasus Xeroftalmia ....................12

    A. Diagnosis .............................................................................................12B. Pengobatan .........................................................................................14

    C. Rujukan................................................................................................ 17

    VI. Pencegahan Kasus Xeroftalmia ............................................................. 19

    A. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) atau Promosi ......................19

    B. Suplementasi .......................................................................................21

    C. Fortifikasi .............................................................................................21

    VII. Pencatatan dan Pelaporan ...................................................................... 22

    VIII. PENUTUP ..................................................................................................24

    Daftar Pustaka ................................................................................................. 25

    Lampiran .......................................................................................................... 26

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    6/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehataniii

    DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH i

    1. AKG = Angka Kecukupan Gizi

    2. BKMM = Balai Kesehatan Mata Masyarakat

    3. UKK GIZI IDAI = Unit Kerja Koordinasi Gizi Ikatan Dokter Anak Indonesia

    4. PERDAMI = Persatuan Dokter Spesialis Mata Indonesia

    5. Xeroftalmia = kelainan pada mata akibat Kurang Vitamin A (KVA)

    6. Deteksi xeroftalmia = penemuan kasus dengan gejala-gejala Xeroftalmia

    7. Deteksi dini xeroftalmia = penemuan kasus Xeroftalmia dalam tahap sedini

    mungkin agar tidak terjadi kebutaan.

    8. Dietetik = praktek dan penerapan ilmu dan seni pengaturan macam dan

    jumlah makanan berdasarkan kondisi kesehatan, kebutuhan gizi dan sosial

    ekonomi klien.

    9. Konseling gizi = suatu proses komunikasi 2 (dua) arah antara konselor dan

    pasien/klien untuk membantu pasien/klien mengenali dan mengatasi masalah

    gizi.

    10. Nutrisionis = Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan

    wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan

    kegiatan teknis fungsional di bidang pelayanan gizi, makanan dan dietetik

    baik di masyarakat maupun rumah sakit, pada perangkat pemerintah Propinsi,Kabupaten, Kota dan unit pelaksana kesehatan lainnya.

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    7/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehataniv

    DAFTAR LAMPIRAN i

    1. Contoh Menu Makanan Lunak Kaya Vitamin A .......................................... 24

    2. Contoh Menu Makanan Biasa Kaya Vitamin A ............................................25

    3. Riwayat Pola Makan Anak ........................................................................... 26

    4. Tabel Baku Rujukan Penilaian Status Gizi Anak Laki-laki dan

    Perempuan WHO-NCHS .............................................................................28

    5. Contoh Formulir PencatatanDeteksi dan Tatalaksana Kasus Xeroftalmia ...30

    6. Contoh Form Laporan Kasus Xeroftalmia....................................................33

    7. Istilah Setempat Untuk Buta Senja .............................................................. 34

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    8/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    9/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan1

    PENDAHULUAN BAB I

    A. LATAR BELAKANG

    Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh

    dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur

    terutama pada masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan

    berbagai jenis penyakit yang merupakan Nutrition Related Diseasesyang

    dapat mengenai berbagai macam anatomi dan fungsi dari organ tubuh seperti

    menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan epitelisme sel-sel kulit.

    Salah satu dampak kurang vitamin A adalah kelainan pada mata yang

    umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan - 4 tahun yang menjadi penyebab

    utama kebutaan di negara berkembang.

    KVA pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi

    Protein (KEP) atau Gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang,termasuk zat gizi mikro dalam hal ini vitamin A. Anak yang menderita KVA

    mudah sekali terserang infeksi seperti infeksi saluran pernafasan akut,

    campak, cacar air, diare dan infeksi lain karena daya tahan anak tersebut

    menurun. Namun masalah KVA dapat juga terjadi pada keluarga dengan

    penghasilan cukup. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan orang tua/

    ibu tentang gizi yang baik. Gangguan penyerapan pada usus juga dapat

    menyebabkan KVA walaupun hal ini sangat jarang terjadi. Kurangnya

    konsumsi makanan (< 80 % AKG) yang berkepanjangan akan menyebabkan

    anak menderita KVA, yang umumnya terjadi karena kemiskinan, dimana

    keluarga tidak mampu memberikan makan yang cukup.

    Sampai saat ini masalah KVA di Indonesia masih membutuhkan perhatian

    yang serius. Meskipun hasil survei Xeroftalmia (1992) menunjukkan bahwaberdasarkan kriteria WHO secara Klinis KVA di Indonesia sudah tidak menjadi

    masalah kesehatan masyarakat (

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    10/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan2

    mengakibatkan masalah KVA muncul kembali. Berdasarkan laporan dari

    beberapa propinsi antara lain dari NTB dan Sumatera Selatan menunjukkan

    munculnya kembali kasus Xeroftalmia mulai dari tingkat ringan sampai berat

    bahkan menyebabkan kebutaan.

    Data laporan baik dari SP2TP maupun data dari survei tidak mendukung,

    karena selama ini kasus xeroftalmia tidak dilaporkan secara khusus dan

    dianggap sudah bukan menjadi prioritas masalah kesehatan di Indonesia.

    Ibarat fenomena gunung es dikhawatirkan kasus xeroftalmia masih banyak

    di masyarakat yang belum ditemukan dan dilaporkan oleh tenaga kesehatan.

    Oleh karena itu, penting sekali untuk mendeteksi secara dini dan menangani

    kasus xeroftalmia ini dengan cepat dan tepat agar tidak terjadi kebutaan

    seumur hidup yang berakibat menurunnya kualitas Sumber Daya Manusia.

    B. TUJUAN

    Program penanggulangan masalah KVA bertujuan untuk menurunkanprevalensi KVA terutama ditujukan kepada kelompok sasaran rentan yaitu

    balita. Program ini sejalan dengan Vision 2020 The Right to Sight yang

    bertujuan untuk menurunkan masalah kebutaan di Indonesia. Dari hasil survei

    kesehatan indera penglihatan dan pendengaran yang dilaksanakan di 8

    propinsi tahun 1993-1996 diperoleh prevalensi kebutaan 1,5 % dengan

    penyebab utama adalah katarak 0,78 %, sehingga prioritas ditujukan pada

    operasi katarak. Namun penanggulangan kebutaan karena KVA merupakan

    program yang harus dilakukan, mengingat dampak Xeroftalmia pada anak

    lebih berat karena akan menyebabkan penderitaan seumur hidup. Dampak

    kebutaan pada anak, akan sangat membebani bagi keluarga dan masyarakat

    sekitarnya, baik secara sosial maupun ekonomi.

    Program penanggulangan masalah KVA merupakan salah satu program

    perbaikan gizi masyarakat yang dilaksanakan secara promotif, preventif,

    kuratif dan rehabilitatif. Kegiatan promotif dapat dilakukan melalui promosi

    atau penyuluhan untuk meningkatkan konsumsi makanan kaya vitamin A dan

    secara preventif dapat dilakukan dengan suplementasi kapsul Vitamin A dosis

    tinggi dan fortifikasi bahan makanan dengan Vitamin A. Deteksi dini dan

    pengobatan kasus Xeroftalmia adalah merupakan kegiatan secara kuratif

    yang bertujuan rehabilitatif untuk mencegah terjadinya dampak lebih lanjut

    KVA kebutaan.

    Tujuan utama dari deteksi dan tatalaksana kasus Xeroftalmia adalah agar

    tenaga kesehatan melakukan pemeriksaan mata khususnya pada balita gizi

    buruk untuk mengetahui apakah telah terjadi kelainan pada mata akibat KVA(Xeroftalmia), memberikan pengobatan dan melakukan rehabilitasi pada

    kasus yang sudah lanjut. Buku pedoman ini dilengkapi dengan buku saku

    serta mini poster Deteksi Dini Xeroftalmia yang dapat menjadi acuan bagi

    tenaga kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit.

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    11/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan3

    7. RETINA

    1. KELOPAK MATA5. LENSA MATA 2. KONJUNGTIVA

    3. KORNEA 4. PUPIL

    6. IRIS

    MENGENAL ORGAN MATA BAB II

    A. GAMBAR PENAMPANG ORGAN MATA

    PENAMPANG ORGAN MATA

    Gambar penampang mata Gambar mata sehat

    B. BAGIAN BAGIAN MATA SERTA FUNGSINYA.

    Secara umum fungsi mata adalah sebagai indera pengelihatan yang

    menerima rangsangan cahaya pada retina dengan perantaraan serabut-

    serabut Nervus Optikus, menghantarkan rangsangan ini ke pusat penglihatan

    pada otak untuk ditafsirkan. Sedangkan fungsi dari tiap bagian mata adalah

    sebagai berikut :

    1. Kelopak mata

    - Kelopak mata terdiri dari kelopak mata atas dan bawah yang padasetiap tepinya terdapat bulu mata. Kelopak mata tersebut dapat

    menutup dan membuka dengan baik.

    - Gunanya untuk melindungi bola mata terhadap gangguan dari luar.

    2. Selaput lendir (konjungtiva)

    - Terdiri dari selaput lendir yang tipis yang menutupi bagian depan bola

    mata dan juga melapisi bagian dalam kelopak mata

    - Gunanya untuk melindungi bola mata.

    3. Selaput bening (kornea)

    - Merupakan selaput bening mata yang dapat dilalui cahaya dari luar ke

    dalam bola mata sehingga kita dapat melihat.

    - Gunanya untuk melindungi bola mata.4. Orang-orangan (pupil)

    - Adalah daerah iris yang terbuka.

    - Gunanya untuk meneruskan sinar yang masuk kedalam bola mata.

    - Ukuran pupil dipengaruhi oleh sinar, rangsangan psikis dan obat. Bila

    ada cahaya, pupil mengecil dan membesar sesuai cahaya yang masuk

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    12/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan4

    5. Lensa mata

    - Merupakan bagian mata yang bening, tembus cahaya, berbentuk

    cembung, terletak tepat di belakang orang-orangan mata (pupil). Dalam

    keadaan baik lensa tidak tampak dari luar, sehingga orang-orangan

    mata tampak benar-benar hitam.- Gunanya untuk memusatkan cahaya yang memasuki mata melalui

    kornea sehingga kita dapat melihat benda-benda dengan jelas.

    6. Iris (selaput pelangi)

    - Adalah membran yang dapat membesar dan mengecil, membatasi bilik

    mata depan dan bilik mata belakang.

    - Gunanya mengatur masuknya cahaya kedalam bola mata dengan

    mengatur besar pembukaan pupil.

    7. Retina (selaput jala)

    - Selaput jala adalah bagian mata yang yang mengandung reseptor saraf

    penglihatan.

    - Retina mata berbatasan dengan koroid- Gunanya menerima rangsangan cahaya.

    C. Tanda-tanda mata sehat

    Mata sehat pada umumnya dapat diketahui dari luar, dimana mata terlihat

    cerah dan bersinar. Untuk mengetahui apabila ada kelainan pada mata perlu

    pemeriksaan mata dari dekat yang memerlukan bantuan senter atau lampu.

    Mata yang sehat dapat diketahui, apabila dari pemeriksaan ditemukan tanda-

    tanda sebagai berikut:

    1. Kornea (selaput bening) benar-benar jernih dan letaknya ditengah

    (simetris) antar kedua mata

    2. Bagian yang putih benar-benar putih

    3. Pupil (orang-orangan mata) benar-benar terlihat hitam, jernih dan ada

    reflek cahaya, mengecil bila ada sinar

    4. Kelopak mata dapat membuka dan menutup dengan baik

    5. Bulu mata teratur dan mengarah keluar

    6. Tidak ada sekret atau kotoran pada mata

    7. Tidak ada benjolan pada kelopak mata.

    D. Fungsi vitamin A bagi penglihatan

    Fungsi vitamin A bagi mata terutama pada proses penglihatan dimana vitamin

    A berperan dalam membantu proses adaptasi dari tempat yang terang ke

    tempat yang gelap. Kekurangan vitamin A dapat mengakibatkan kelainan

    pada sel-sel epitel termasuk sel-sel epitel pada selaput lendir mata. Kelainan

    tersebut karena terjadinya proses metaplasi sel-sel epitel, sehingga kelenjar-

    tidak memproduksi cairan yang dapat menyebabkan terjadinya kekeringan

    pada mata, disebut xerosis konjungtiva. Bila kondisi ini berlanjut akan terjadi

    yang disebut bercak Bitot (Bitot Spot)

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    13/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan5

    MENGENAL XEROFTALMIA BAB III

    A. Pengertian

    Xeroftalmia adalah istilah yang menerangkan gangguan kekurangan vitamin

    A pada mata, termasuk terjadinya kelainan anatomi bola mata dan gangguan

    fungsi sel retina yang berakibat kebutaan.

    Kata Xeroftalmia (bahasa Latin) berarti mata kering, karena terjadi

    kekeringan pada selaput lendir (konjungtiva) dan selaput bening (kornea)

    mata.

    B. Penyebab

    Xeroftalmia terjadi akibat tubuh kekurangan vitamin A. Bila ditinjau dari

    konsumsi makanan sehari-hari kekurangan vitamin A disebabkan oleh :

    1. Konsumsi makanan yg tidak mengandung cukup vitamin A atau pro-

    vitamin A untuk jangka waktu yang lama.

    2. Bayi tidak diberikan ASI Eksklusif

    3. Menu tidak seimbang (kurang mengandung lemak, protein, seng/Zn atau

    zat gizi lainnya) yang diperlukan untuk penyerapan vitamin A dan

    penggunaan vitamin A dalam tubuh.

    4. Adanya gangguan penyerapan vitamin A atau pro-vitamin A seperti pada

    penyakit-penyakit antara lain penyakit pankreas, diare kronik, Kurang

    Energi Protein (KEP) dan lain-lain sehingga kebutuhan vitamin A

    meningkat.

    5. Adanya kerusakan hati, seperti pada kwashiorkor dan hepatitis kronik,menyebabkan gangguan pembentukan RBP (Retinol Binding Protein) dan

    pre-albumin yang penting untuk penyerapan vitamin A.

    C. Tanda-tanda dan gejala klinis

    Kurang vitamin A (KVA) adalah kelainan sistemik yang mempengaruhi jaringan

    epitel dari organ-organ seluruh tubuh, termasuk paru-paru, usus, mata dan

    organ lain, akan tetapi gambaran yang karakteristik langsung terlihat pada

    mata.

    Kelainan kulit pada umumnya tampak pada tungkai bawah bagian depan dan

    lengan atas bagian belakang, kulit tampak kering dan bersisik seperti sisik ikan.

    Kelainan ini selain disebabkan karena KVA dapat juga disebabkan karena

    kekurangan asam lemak essensial, kurang vitamin golongan B atau Kurang Energi

    Protein (KEP) tingkat berat atau gizi buruk.

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    14/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan6

    Gejala klinis KVA pada mata akan timbul bila tubuh mengalami KVA yang telah

    berlangsung lama. Gejala tersebut akan lebih cepat timbul bila anak menderita

    penyakit campak, diare, ISPA dan penyakit infeksi lainnya.

    Tanda-tanda dan gejala klinis KVA pada mata menurut klasifikasi WHO/USAID

    UNICEF/HKI/ IVACG, 1996 sebagai berikut :

    XN : buta senja (hemeralopia, nyctalopia)

    XIA : xerosis konjungtiva

    XIB : xerosis konjungtiva disertai bercak bitot

    X2 : xerosis kornea

    X3A : keratomalasia atau ulserasi kornea kurang dari 1/3 permukaan kornea.

    X3B : keratomalasia atau ulserasi sama atau lebih dari 1/3 permukaan kornea

    XS : jaringan parut kornea (sikatriks/scar)

    XF : fundus xeroftalmia, dengan gambaran seperti cendol.

    XN, XIA, XIB, X2 biasanya dapat sembuh kembali normal dengan pengobatan

    yang baik.

    Pada stadium X2 merupakan keadaan gawat darurat yang harus segera diobati

    karena dalam beberapa hari bias berubah menjadi X3.

    X3A dan X3B bila diobati dapat sembuh tetapi dengan meninggalkan cacat yang

    bahkan dapat menyebabkan kebutaan total bila lesi (kelainan) pada kornea cukup

    luas sehingga menutupi seluruh kornea (optic zone cornea).

    1. Buta senja = Rabun Senja = Rabun Ayam= XN

    (Istilah lokal dapat dilihat di lampiran 8)

    Tanda-tanda :

    p Buta senja terjadi akibat gangguan pada sel batang retina.

    p Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi di ruang yang

    remang-remang setelah lama berada di cahaya terang

    p Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita tak dapat melihat di

    lingkungan yang kurang cahaya, sehingga disebut buta senja.

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    15/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan7

    Untuk mendeteksi apakah anak menderita buta senja dengan cara :

    a) Bila anak sudah dapat berjalan, anak tersebut akan membentur/ menabrak

    benda didepannya, karena tidak dapat melihat.

    b) Bila anak belum dapat berjalan, agak sulit untuk mengatakan anak tersebutbuta senja. Dalam keadaan ini biasanya anak diam memojok bila di dudukkan

    ditempat kurang cahaya karena tidak dapat melihat benda atau makanan di

    depannya.

    2. Xerosis konjungtiva = XIA

    Tanda-tanda :

    p Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat atau terlihat sedikit kering,

    berkeriput, dan berpigmentasi dengan permukaan kasar dan kusam.

    p Orang tua sering mengeluh mata anak tampak kering atau berubah warna

    kecoklatan.

    3. Xerosis konjungtiva dan bercak bitot = X1B.

    Tanda-tanda :

    p Tanda-tanda xerosis kojungtiva (X1A) ditambah bercak bitot yaitu bercak

    putih seperti busa sabun atau keju terutama di daerah celah mata sisi luar.

    p Bercak ini merupakan penumpukan keratin dan sel epitel yang merupakan

    tanda khas pada penderita xeroftalmia, sehingga dipakai sebagai kriteria

    penentuan prevalensi kurang vitamin A dalam masyarakat.

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    16/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan8

    Dalam keadaan berat :

    p Tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva.

    p Konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut.

    p Orang tua mengeluh mata anaknya tampak bersisik

    4. Xerosis kornea = X2

    Tanda-tanda :

    p Kekeringan pada konjungtiva berlanjut sampai kornea.

    p Kornea tampak suram dan kering dengan permukaan tampak kasar.

    p Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan menderita, penyakit

    infeksi dan sistemik lain)

    5. Keratomalasia dan ulcus kornea = X3A, X3B

    X3A X3B

    Tanda-tanda :

    p Kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus.

    p Tahap X3A : bila kelainan mengenai kurang dari 1/3 permukaan kornea.p Tahap X3B : Bila kelainan mengenai semua atau lebih dari 1/3 permukaan

    kornea.

    p Keadaan umum penderita sangat buruk.

    p Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea (kornea pecah)

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    17/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan

    Keratomalasia dan tukak kornea dapat berakhir dengan perforasi dan prolaps

    jaringan isi bola mata dan membentuk cacat tetap yang dapat menyebabkan

    kebutaan.

    Keadaan umum yang cepat memburuk dapat mengakibatkan keratomalasia dan

    ulkus kornea tanpa harus melalui tahap-tahap awal xeroftalmia.

    6. Xeroftalmia scar (XS) = sikatriks (jaringan parut) kornea

    Kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengecil. Bila luka

    pada kornea telah sembuh akan meninggalkan bekas berupa sikatrik atau jaringan

    parut.

    Penderita menjadi buta yang sudah tidak dapat disembuhkan walaupun dengan

    operasi cangkok kornea.

    7. Xeroftalmia Fundus (XF)

    Dengan opthalmoscope pada fundus tampak gambar seperti cendol

    9

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    18/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan10

    DETEKSI DINI DAN PELACAKAN BAB IV

    KASUS XEROFTALMIA

    A. DETEKSI DINI

    Masalah KVA diibaratkan sebagai fenomena gunung es dimana kasus

    xeroftalmia yang tampak dipermukaan hanya sedikit, sedangkan KVA sub klinis

    ditemukan banyak di masyarakat. Bila masalah ini tidak diatasi dengan segera,

    akan menyebabkan jumlah kasus bertambah banyak dan dapat terjadi ledakan

    kasus yang berakibat makin sulit untuk ditanggulangi.

    Untuk menjaring lebih dini kasus xeroftalmia, perlu diperhatikan berbagai faktor

    antara lain :

    1. Faktor Sosial budaya dan lingkungan dan pelayanan kesehatan

    a. Ketersediaan pangan sumber vitamin A

    b. Pola makan dan cara makan

    c. Adanya paceklik atau rawan pangan

    d. Adanya tabu atau pantangan terhadap makanan tertentu terutama yang

    merupakan sumber Vit A.

    e. Cakupan imunisasi, angka kesakitan dan angka kematian karena penyakit

    campak dan diare

    f. Sarana pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau

    g. Kurang tersedianya air bersih dan sanitasi lingkungan yang kurang sehat

    h. Keadaan darurat antara lain bencana alam, perang dan kerusuhan

    2. Faktor Keluarga

    a. Pendidikan :

    Pendidikan orang tua yang rendah akan berisiko lebih tinggi kemungkinan

    anaknya menderita KVA karena pendidikan yang rendah biasanya disertai

    dengan keadaan sosial ekonomi dan pengetahuan gizi yang kurang.

    b. Penghasilan :

    Penghasilan keluarga yang rendah akan lebih berisiko mengalami KVA

    Walaupun demikian besarnya penghasilan keluarga tidak menjamin

    anaknya tidak mengalami KVA, karena harus diimbangi dengan

    pengetahuan gizi yang cukup sehingga dapat memberikan makanan kaya

    vitamin A.c. Jumlah anak dalam keluarga

    Semakin banyak anak semakin kurang perhatian orang tua dalam

    mengasuh anaknya.

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    19/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan11

    d. Pola asuh anak.

    Kurangnya perhatian keluarga terhadap pertumbuhan dan perkembangan

    anak seperti pasangan suami istri (pasutri) yang bekerja dan perceraian.

    3. Faktor individu

    a. Anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BB < 2,5 kg).

    b. Anak yang tidak mendapat ASI Eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia

    2 tahun.

    c. Anak yang tidak mendapat MP-ASI yang cukup baik kualitas maupun

    kuantitas

    d. Anak kurang gizi atau dibawah garis merah (BGM) dalam KMS.

    e. Anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, Tuberkulosis (TBC),

    Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), pneumonia dan kecacingan.

    f. Frekuensi kunjungan ke posyandu, puskesmas/pelayanan kesehatan

    (untuk mendapatkan kapsul vitamin A dan imunisasi).

    Deteksi secara dini kasus xeroftalmia perlu dilakukan terutama di daerah-daerah

    dengan keadaan :

    1. Ditemukannya kasus gejala xeroftalmia dengan keluhan buta senja /

    gangguan penglihatan.

    2. Banyak ditemukan anak dengan gizi buruk.

    3. Banyak kasus infeksi cacing, TBC, ISPA pneumonia, malaria.

    4. Terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) diare, campak dan penyakit infeksi lain.

    5. Distribusi kapsul vitamin A rutin tidak mencukupi (< 80%)

    B. PELACAKAN KASUS

    Untuk melakukan pelacakan ke daerah diperlukan peran serta masyarakat dan

    kerja sama lintas program yang baik dengan memanfaatkan data surveilance,

    antara lain dengan melakukan :

    p Pelaporan ke petugas kesehatan setiap ditemukan kasus balita dengan gizi

    buruk, infeksi Campak, Diare, TBC, ISPA, Pnemonia dan kecacingan atau

    dengan kelainan mata xeroftalmia.

    p Pelacakan oleh petugas kesehatan ke daerah yang dilaporkan terdapat kasus

    yang berisiko terjadinya xeroftalmia.

    p Pengambilan riwayat (anamnesis) pola makan dan gejala awal KVA (buta

    senja) serta pemeriksaan fisik secara keseluruhan (termasuk pemeriksaanmata) pada semua anak dengan keadaan BGM atau yang menderita penyakit

    infeksi tersebut diatas.

    Catatan : Tehnik operasional pelacakan kasus dapat dilihat pada sistem

    surveillance Gizi dan Sentinel Gizi Mikro.

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    20/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan12

    DIAGNOSIS, PENGOBATAN DAN RUJUKAN BAB IV

    KASUS XEROFTALMIA

    A. Diagnosis

    Untuk mendiagnosis xeroftalmia dilakukan :

    1. Anamnesa, dilakukan untuk mengetahui faktor risiko tinggi yang

    menyebabkan anak rentan menderita xeroftalmia

    a. Identitas penderita

    p Nama anak

    p Umur anak

    p Jenis kelamin

    p Jumlah anak dalam keluarga

    p Jumlah anak balita dalam keluarga

    pAnak ke berapa

    p Berat Lahir : Normal/BBLR

    b. Identitas Orangtua

    p Nama ayah/ibu

    pAlamat/tempat tinggal

    p Pendidikan

    p Pekerjaan

    p Status Perkawinan

    2. Keluhan Penderita

    a. Keluhan Utama

    Ibu mengeluh anaknya tidak bisa melihat pada sore hari (buta senja)

    atau ada kelainan pada matanya. Kadang-kadang keluhan utama tidak

    berhubungan dengan kelainan pada mata seperti demam.

    b. Keluhan Tambahan

    Tanyakan keluhan lain pada mata tersebut dan kapan terjadinya ?

    Upaya apa yang telah dilakukan untuk pengobatannya ?

    3. Riwayat penyakit yang diderita sebelumnya

    p Apakah pernah menderita Campak dalam waktu < 3 bulan ?

    p Apakah anak sering menderita diare dan atau ISPA ?

    p Apakah anak pernah menderita Pneumonia ?

    p Apakah anak pernah menderita infeksi cacingan ?

    p Apakah anak pernah menderita Tuberkulosis ?

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    21/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan13

    4. Kontak dengan pelayanan kesehatan

    Tanyakan apakah anak ditimbang secara teratur mendapatkan imunisasi,

    mendapat suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi dan memeriksakan

    kesehatan baik di posyandu atau puskesmas (cek dalam buku KIA/KMS anak).

    5. Riwayat pola makan anak (lihat lampiran 3 & 4)

    p Apakah anak mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan?

    p Apakah anak mendapatkan MP-ASI setelah umur 6 bulan ?

    Sebutkan jenis dan frekuensi pemberiannya

    p Bagaimana cara memberikan makan kepada anak : Sendiri / Disuapi.

    6. Pemeriksaan fisik

    Dilakukan untuk mengetahui tanda-tanda atau gejala klinis dan menentukan

    diagnosis serta pengobatannya, terdiri dari :

    a. Pemeriksaan umum

    dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit-penyakit yang terkait

    langsung maupun tidak langsung dengan timbulnya xeroftalmia seperti

    gizi buruk, penyakit infeksi, dan kelainan fungsi hati.

    Yang terdiri dari :

    p Antropometri

    Pengukuran berat badan dan tinggi badan

    p Penilaian Status gizi

    Apakah anak menderita gizi kurang atau gizi buruk

    Bila BB/TB : > -3 SD - < -2 SD, anak menderita gizi kurang atau kurus

    Bila BB/TB :

    3, anak menderita gizi buruk atau sangat kurus.p Periksa matanya apakah ada tanda-tanda xeroftalmia.

    p Kelainan pada kulit : kering, bersisik.

    b. Pemeriksaan Khusus

    p Pemeriksaan mata untuk melihat tanda Xeroftalmia dengan

    menggunakan senter yang terang. (Bila ada, menggunakan loop.)

    Apakah ada tanda kekeringan pada konjungtiva (X1A)

    Apakah ada bercak bitot (X1B)

    Apakah ada tanda-tanda xerosis kornea (X2)

    Apakah ada tanda-tanda ulkus kornea dan keratomalasia (X3A/

    X3B) Apakah ada tanda-tanda sikatriks akibat xeroftalmia (XS)

    Apakah ada gambaran seperti cendol pada fundus oculi dengan

    opthalmoscope (XF).

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    22/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan14

    7. Pemeriksaan Laboratorium

    p Pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk mendukung diagnosa

    kekurangan vitamin A, bila secara klinis tidak ditemukan tanda-tanda khas

    KVA, namun hasil pemeriksaan lain menunjukkan bahwa anak tersebutrisiko tinggi untuk menderita KVA.

    p Peneriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan serum retinol. Bila

    ditemukan serum retinol < 20 ug/dl, berarti anak tersebut menderita KVA

    sub klinis.

    p Pemeriksaan laboratorium lain dapat dilakukan untuk mengetahui penyakit

    lain yang dapat memperparah seperti pada :

    pemeriksaan darah malaria

    pemeriksaan darah lengkap

    pemeriksaan fungsi hati

    pemeriksaan radiologi untuk mengetahui apakah ada pneumonia atau

    TBC

    pemeriksaan tinja untuk mengetahui apakah ada infeksi cacing sertapemeriksaan darah yang diperlukan untuk diagnosa penyakit penyerta.

    p Pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan di Puskesmas, Rumah Sakit/

    Labkesda atau BKMM, sesuai dengan ketersediaan sarana laboratorium.

    B. PENGOBATAN

    1. Jadwal dan Dosis Pemberian Kapsul Vitamin A pada anak penderita

    Xeroftalmia

    2. Pemberian Obat Mata :

    Pada bercak Bitot tidak memerlukan obat tetes mata, kecuali ada infeksi

    yang menyertainya.

    Gejala Hari 1 Hari 2 Hari ke 15

    (minggu ke II)

    XN (buta senja), atau-

    XIA (Xerosis konjung-

    tiva) tanpa pernah sakitcampak 3 bulan terakhir

    Ada salah satu gejala

    - XIB (bercak Bitot-

    nanah/radang- kornea

    keruh- ulkus kornea-

    pernah sakit campak

    dalam 3 bulan terakhir

    Beri kapsul vitamin

    A dengan dosis

    sesuai umur

    Beri kapsul vitamin

    A dengan dosis

    sesuai umur

    Beri kapsul vitamin

    A dengan dosis

    sesuai umur

    Beri kapsul vitamin

    A dengan dosis

    sesuai umur

    Umur Dosis

    < 6 bulan 3 x 50.000 SI (1/2 kapsul biru)

    6 11 bulan 100.000 SI (1kapsul biru)

    1 5 200.000 SI (1 kapsul merah)

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    23/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan15

    Obat tetes/salep mata antibiotik tanpa kortikosteroid (Tetrasiklin 1%,

    Khloramfenikol 0.25-1% dan Gentamisin 0.3%)diberikan pada penderita X2,

    X3A, X3B dengan dosis 4 x 1 tetes/hari dan berikan juga tetes mata atropin

    1 % 3 x 1 tetes/hari.

    Pengobatan dilakukan sekurang-kurangnya 7 hari sampai semua gejala pada

    mata menghilang. Mata yang terganggu harus ditutup dengan kasa selama

    3-5 hari hingga peradangan dan iritasi mereda. Gunakan kasa yang telah

    dicelupkan kedalam larutan Nacl 0,26 dan gantilah kasa setiap kali dilakukan

    pengobatan. Lakukan tindakan pemeriksaan dan pengobatan dengan sangat

    berhati-hati. Selalu mencuci tangan pada saat mengobati mata untuk

    menghindari infeksi sekunder, Segera rujuk ke dokter spesialis mata untuk

    mendapat pengobatan lebih lanjut.

    3. Terapi Gizi Medis

    Pengertian

    Terapi Gizi Medis = adalah terapi gizi khusus untuk penyembuhan kondisi

    atau penyakit kronis dan luka-luka serta merupakan suatu penilaian terhadap

    kondisi pasien sesuai intervensi yang diberikan agar klien serta keluarganya

    dapat meneruskan penanganan diet yang telah disusun.

    Tujuan :

    p Memberikan makanan yang adekuat sesuai kebutuhan untuk mencapai

    status gizi normal.

    p Memberikan makanan tinggi sumber vit. A. untuk mengoreksi kurang

    vitamin A

    Syarat :

    a. Energi

    Energi diberikan cukup untuk mencegah pemecahan protein menjadi

    sumber energi dan untuk penyembuhan. Pada kasus gizi buruk, diberikan

    bertahap mengikuti fase stabilisasi, transisi dan rehabilitasi, yaitu 80-100

    kalori/kg BB, 150 kalori/ kg BB dan 200 kalori/ kg BB.

    b. Protein

    Protein diberikan tinggi, mengingat peranannya dalam pembentukan

    Retinol Binding Protein dan Rodopsin. Pada gizi buruk diberikan bertahap

    yaitu : 1 1,5 gram/ kg BB / hari ; 2 3 gram/ kg BB / hari dan 3 4

    gram/ kg BB / hari

    c. Lemak

    Lemak diberikan cukup agar penyerapan vitamin A optimal.

    Pemberian minyak kelapa yang kaya akan asam lemak rantai sedang

    (MCT=Medium Chain Tryglycerides). Penggunaan minyak kelapa sawit

    yang berwarna merah dianjurkan, tetapi rasanya kurang enak.

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    24/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan16

    d. Vitamin A

    Diberikan tinggi untuk mengoreksi defisiensi. Sumber vitamin A yaitu ikan,

    hati, susu, telur terutama kuning telur, sayuran hijau (bayam, daun

    singkong, daun katuk, kangkung), buah berwarna merah, kuning, jingga

    (pepaya, mangga dan pisang raja ), waluh kuning, ubi jalar kuning, Jagungkuning.

    e. Bentuk makanan

    Mengingat kemungkinan kondisi sel epitel saluran cerna juga telah

    mengalami gangguan, maka bentuk makanan diupayakan mudah cerna.

    f. Besar porsi dan jadwal makan

    Tabel : Kebutuhan Bahan Makanan Sehari Berdasarkan Kelompok Umur

    Bahan Satuan 7 12 bln 1 3 th 4 6 th 7 9 th

    makanan URT

    gr Urt Gr urt gr urt Gr urt

    Catatan :

    Untuk pemasakan sayuran dan lauk pauk dianjurkan selalu dengan cara

    menggoreng/menumis.

    Contoh menu terlampir dengan modifikasi sesuai kebiasaan setempat dan

    kemampuan keluarga

    4. Pengobatan penyakit infeksi atau sistemik yang menyertai

    Anak-anak yang menderita xeroftalmia biasanya disertai penyakit berat antara

    lain: infeksi saluran nafas, pnemonia, campak, cacingan, tuberkulosis (TBC),

    diare dan mungkin dehidrasi. Untuk semua kasus ini diberikan terapi

    disesuaikan dengan penyakit yang diderita (lihat Pedoman Tatalaksana Balita

    Gizi Buruk)

    gelas

    butir

    potong kecil

    potong

    sedang

    buah besar

    sd. makan

    gelas

    gelas

    gelas

    potong

    buah sedang

    potong

    sd. mkn peressd. mkn peres

    sd.mkn peres

    sd. Makan

    Nasi

    Telur

    Hati

    Daging sapi

    Tempe

    Tahu

    Kacang hijau

    Bayam

    Wortel

    Buncis

    Pepaya

    Pisang

    Biscuit

    Susu bayi/formulaSusu full cream

    Gula

    Minyak

    75

    25

    25

    25

    25

    -

    -

    30

    30

    -

    100

    -

    20

    60-

    -

    5

    1

    1

    -

    -

    1/3

    1/3

    -

    1

    -

    2

    6-

    -

    1/2

    125

    5.0

    25

    25

    50

    -

    -

    25

    25

    25

    100

    -

    20

    -30

    30

    10

    3/4

    1

    1

    1

    1

    -

    -

    1

    -

    2

    -3

    3

    1

    175

    50

    50

    50

    50

    -

    25

    50

    50

    50

    100

    50

    20

    -30

    30

    15

    11/4

    1

    2

    2

    1

    -

    21/2

    21/2

    1

    1

    2

    -3

    3

    11/2

    200

    50

    50

    50

    50

    100

    25

    50

    50

    50

    100

    50

    20

    -30

    30

    15

    11/3

    1

    2

    2

    1

    1

    21/2

    1

    1

    2

    -3

    3

    11/2

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    25/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan17

    5. Pemantauandan Respon Pengobatan dengan kapsul vitamin A

    XN Reaksi pengobatan terlihat dalam 1-2 hari setelah

    diberikan kapsul vitamin A

    XIA & XIB Tampak perbaikan dalam 2-3 hari, dan gejala-gejalamenghilang dalam waktu 2 minggu

    X2 Tampak perbaikan dalam 2-5 hari, dan gejala-gejala

    menghilang dalam waktu 2-3 minggu

    X3A & X3B Penyembuhan lama dan meninggalkan cacat

    mata.Pada tahap ini penderita harus berkonsultasi ke

    dokter spesialis mata Rumah Sakit/BKMM agar tidak

    terjadi kebutaan

    C. RUJUKAN

    p Anak segera dirujuk ke puskesmas bila ditemukan tanda-tanda

    kelainan XN, X1A, X1B, X2

    p Anak segera dirujuk ke dokter Rumah Sakit/ Spesialis Mata/BKMM bila

    ditemukan tanda-tanda kelainan mata X3A, X3B, XS

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    26/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan18

    ALUR PELAYANAN

    Pasien datang ke

    Posyandu/Puskesmas/Petugas kesehatan

    Dokter/Perawat/ Bidan

    Tanpa keluhan, tetapi terdapat Keluhan Penglihatan

    penyakit seperti gizi buruk, cacingan,

    campak, pnemonia, Tuberculosis (TBC),

    diare, infeksi saluran nafas.

    Anamnesa mengenai keluhan mata Pemeriksaan tanda-tanda Xeroftalmia

    Pemeriksaan tanda-tanda Xeroftalmia Melihat adanya penyakit lain atau tidak.

    DITEMUKAN GEJALA-GEJALA

    Xeroftalmia

    RINGAN XN, XIA,X1B, X2 SEDANG DAN BERAT : X3A, X3B, XS

    DITANGANI DI POSYANDU & DI RUJUK KE RUMAH SAKIT/

    PUSKESMAS DOKTER SPESIALIS MATA/BKMM

    Tindak lanjut : 2-3 hari tidak ada perbaikan rujuk ke Rumah Sakit/Dokter spesialis mata 2-3 hari ada

    perbaikan lanjutkan s/d 2 minggu untuk pemberian kapsul Vitamin A dosis tinggi.

    Perlu diingat : X2,X3A dan X3B cenderung berakhir dengan kebutaan.

    Untuk lebih jelas dapat dilihat bagan alur rujukan pelayanan kesehatan.

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    27/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan19

    PENCEGAHAN KASUS XEROFTALMIA BAB VI

    Prinsip dasar untuk mencegah xeroftalmia adalah memenuhi kebutuhan vitamin

    A yang cukup untuk tubuh serta mencegah penyakit infeksi terutama diare dancampak. Selain itu perlu memperhatikan kesehatan secara umum.

    Untuk mencegah xeroftalmia dapat dilakukan:

    1. Mengenal wilayah yang berisiko mengalami xeroftalmia (faktor social budaya

    dan lingkungan dan pelayanan kesehatan, faktor keluarga dan faktor individu)

    2. Mengenal tanda-tanda kelainan secara dini

    3. Memberikan vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan anak secara periodik,

    yaitu untuk bayi diberikan setahun sekali pada bulan Februari atau Agustus

    (100.000 SI), untuk anak balita diberikan enam bulan sekali secara serentak

    pada bulan Februari dan Agustus dengan dosis 200.000 SI.

    4. Mengobati penyakit penyebab atau penyerta

    5. Meningkatkan status gizi, mengobati gizi buruk6. Penyuluhan keluarga untuk meningkatkan konsumsi vitamin A / provitamin A

    secara terus menerus.

    7. Memberikan ASI Eksklusif

    8. Pemberian vitamin A pada ibu nifas (< 30 hari) 200.000 SI

    9. Melakukan imunisasi dasar pada setiap bayi

    Agar xeroftalmia tidak terjadi ulang diperlukan penyuluhan untuk masyarakat dan

    keluarga, karena kejadian xeroftalmia tidak lepas dari lingkungan, keadaan sosial

    ekonomi, pendidikan dan pengetahuan orang tua (terutama ibu).

    Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan sehubungan dengan hal tersebut diatas

    adalah :

    A. KOMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI (KIE) ATAU PROMOSI

    1. Tujuan

    Umum :

    KIE atau promosi bertujuan agar program penanggulangan masalah KVA

    untuk mencegah Xeroftalmia mendapat perhatian masyarakat.

    Khusus :

    a. Agar pemerintah daerah dan sektor lain mendukung pelaksanaan deteksi

    dan talalaksana kasus Xeroftalmia.

    b. Agar tenaga kesehatan melaksanakan deteksi dan tatalaksana kasus

    Xeroftalmia di institusi masing-masing(Puskesmas, Rumah Sakit, BKMM,

    Dinas Kesehatan Propinsi/Kabupaten).

    c. Agar masyarakat berpartisipasi dalam upaya pencegahan kasus

    Xeroftalmia.

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    28/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan20

    2. Sasaran

    Dalam melaksanakan kegiatan KIE atau promosi sasaran dibedakan menjadi

    a. Sasaran primer (Ibu balita, keluarga dan masyarakat umum)

    c. Sasaran sekunder (pengelola program)

    d. Sasaran tertier ( penentu kebijakan, pengambil keputusan dan pemerintah

    daerah)

    3. Strategi

    Strategi KIE pencegahan Xeroftalmia dapat dilakukan melalui pendekatan

    sebagai berikut :

    a. Advokasi :

    Berupa lobi, pendekatan dan lain-lain bentuk yang disertai dengan

    penyebarluasan informasi. Hal ini perlu dilakukan untuk meningkatkankepedulian dan tanggung jawab para pengambil keputusan dan penentu

    kebijakan dan pemerintah daerah mengenai masalah KVA dan

    dampaknya.

    b. Sosialisasi :

    Sosialisasi program penanggulangan xeroftalmia perlu dilakukan terhadap

    petugas kesehatan di Puskesmas, Rumah Sakit atau institusi pelayanan

    kesehatan lainnya agar terjalin kerjasama lintas program maupun lintas

    sektoral dalam pelaksanaan deteksi dan tatalaksana kasus Xeroftalmia.

    c. Bina Suasana :

    Dilakukan melalui forum komunikasi. Forum komunikasi ini bermanfaat

    sebagai wahana yang mendukung terlaksananya kegiatan KIE di berbagai

    sector yang terkait dalam kegiatan deteksi dan tatalaksana kasus

    Xeroftalmia.

    d. Gerakan Masyarakat :

    Dilakukan melalui kampanye. Kegiatan ini dilakukan guna

    memberdayakan keluarga dan masyarakat dalam program

    penanggulangan KVA/deteksi dan tatalaksana kasus Xeroftalmia.

    e. Konseling/konsultasi gizi :

    Kegiatan konseling/konsultasi gizi dilakukan oleh tenaga kesehatan di

    Puskesmas dan Rumah Sakit pada sasaran ibu anak. Kegiatan ini

    dilakukan agar ibu balita dapat memahami masalah xeroftalmia padaanaknya, cara pencegahan dan penanggulangannya.

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    29/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan21

    B. SUPLEMENTASI :

    Dalam upaya pencegahan kasus xeroftalmia melalui suplementasi vitamin A

    diperlukan perbaikan manajemen distribusi melalui program dan pengembangan

    swadaya masyarakat dalam wujud kemandirian penyediaan kapsul vitamin A yangdibutuhkan.

    Melalui penyediaan vitamin A mandiri nantinya diharapkan akan dapat me-

    numbuhkan rasa tanggung jawab masyarakat terhadap masalah KVA khususnya

    xeroftalmia yang ada di masyarakat. Disamping itu hal tersebut akan dapat

    mengurangi beban keuangan pemerintah untuk penyediaan kapsul vitamin A.

    C. FORTIFIKASI

    Kegiatanfortifikasi dapat dilakukan oleh pemerintah maupun swasta melalui upaya

    memproduksi bahan makanan kaya vitamin A yang dikonsumsi masyarakat luas.

    Pemerintah dalam hal ini perlu menyediakan sarana yang memadai dan perangkatperaturan perundangan yang dapat mendorong produsen bahan makanan

    berperan aktif dalam kegiatan fotifikasi vitamin A. Disamping itu adanya kesadaran

    masyarakat untuk mengkonsumsi bahan makanan alami dan produk bahan

    makanan sumber vitamin A akan sangat membantu kegiatan fortifikasi vitamin A

    dan secara tidak langsung berpartisipasi dalam pencegahan xeroftalmia di

    masyarakat.

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    30/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan22

    PENCATATAN DAN PELAPORAN BAB VII

    Pencatatan dan pelaporan merupakan kegiatan yang sangat penting. Hal-hal

    yang perlu dicatat dan dilaporkan dalam kegiatan deteksi dan tatalaksana kasusXeroftalmia adalah sebagai berikut :

    1. Jumlah kasus xeroftalmia yang ditemukan

    2. Jumlah kasus xeroftalmia yang diobati

    3. Jumlah kasus xeroftalmia yang diobati

    - Tanpa Kebutaan

    - Dengan Kebutaan

    4. Jumlah kasus xeroftamia yang dirujuk

    TUJUAN

    1. Identifikasi masalah

    2. Menentukan status daerah / pemetaan wilayah

    3. Melakukan tindak lanjut penanganan kasus

    MANFAAT

    1. Memonitor Prevalensi

    2. Perencanaan & Pengembangan deteksi dan talalaksana kasus

    Xeroftalmia

    PENCATATAN

    Pencatatan kasus Xeroftalmia dapat dilakukan di Posyandu dengan menggunakansarana Buku Register Penimbangan Balita (R/I/Gizi) yaitu dengan memberi tanda

    pada kolom hasil penimbangan untuk kasus xeroftalmia yang ditemukan oleh

    petugas kesehatan.

    Contoh : Adi pada bulan April baru pertama kali ditimbang dan menderita

    xeroftalmia dengan klasifikasi XN, maka pada kolom bulan April ditulis : B/XN.

    Jika pada bulan berikutnya berat badannya turun dan yang bersangkutan masih

    menderita Xeroftalmia, maka diberi kode T/XN dan seterusnya. Bila balita tersebut

    telah sembuh, maka ditulis sembuh pada bulan berapa.

    Pencatatan kasus xeroftalmia yang ditemukan petugas kesehatan di Puskesmas

    dan Rumah Sakit dilakukan pada buku pencatatan yang ada/digunakan di tempat

    pelayanan kesehatan tersebut. misalnya di Puskesmas dapat dilakukan pada

    buku sensus harian penyakit. Pencatatan kasus Xeroftalmia yang ada dijumlahkan

    termasuk pencatatan di Posyandu dan BKMM dan institusi pelayanan kesehatan

    mata seperti RS mata yang lain.

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    31/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan23

    PELAPORAN

    Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah telah terjadi perubahan kebijakan

    dalam hal sistem pencatatan dan pelaporan program kesehatan yang

    memungkinkan terjadinya perbedaan antar daerah. Perbedaan tersebut dalambentuk format dan mekanisme pelaporan. Dengan berpedoman pada ketentuan

    pelaporan Puskesmas dan Rumah sakit yang masih berlaku hingga saat ini, maka

    di Puskesmas kasus Xeroftalmia dapat dilaporkan dalam SP2 Puskesmas dan di

    Rumah Sakit dapat dimasukkan dalam laporan SP2RS. Adapun jalur pelaporan

    yang akan digunakan oleh tiap daerah dapat mengacu pada bagan jalur pelaporan

    pada buku pedoman ini, namun sepenuhnya hal ini diserahkan pada kebijakan

    masing-masing daerah. Agar kegiatan deteksi dan tatalaksana kasus dapat

    dilakukan monitoring dan evaluasi, maka variable Xeroftalmia supaya dimasukkan

    dalam format Pencatatan Pelaporan masing-masing daerah.

    ----------

    ------ ------

    ------

    ------

    ------

    ------

    CONTOHJALUR PELAPORAN

    RUMAH SAKIT DINAS BALAI

    PROPINSI KESEHATAN KESEHATAN

    PROPINSI MATA

    MASYARAKAT

    (BKMM)

    RUMAH SAKIT DINAS

    KABUPATEN / KESEHATAN

    SWASTA KABUPATEN /

    SWASTA

    PUSKESMAS

    POSYANDU

    LAPORAN

    UMPAN BALIK

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    32/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan24

    PENUTUP BAB VIII

    Secara garis besar buku ini menguraikan permasalahan tentang Xeroftalmia,deteksi dini, pengobatan dan rujukan kasus serta upaya pencegahannya.

    Buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman/rujukan utama bagi para

    tenaga kesehatan dalam pelaksanaan deteksi dan tatalaksana kasus Xeroftalmia

    di Puskesmas dan Rumah Sakit/BKMM.

    Seiring dengan era otonomi daerah, maka pelaksanaan deteksi dan tatalaksana

    kasus xeroftalmia dapat disesuaikan dengan kondisi di masing-masing daerah

    dengan memanfaatkan segala potensi yang ada dan dapat dilaksanakan bersama-

    sama pelatihan tatalaksana balita gizi buruk.

    Seyogyanya diselenggarakan pelatihan guna meningkatkan ketrampilan tenaga

    kesehatan puskesmas dan rumah sakit. Buku ini dilengkapi dengan PanduanPenyelenggaraan Pelatihan Deteksi dan Tatalaksana Kasus Xeroftalmia dan

    diharapkan Bapelkes terkait dapat ikut serta menyediakan modul pelatihan untuk

    melatih tenaga kesehatan setempat.

    Semoga buku bermanfaat bagi semua pihak dalam rangka menanggulangi

    masalah KVA.

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    33/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan25

    DAFTAR PUSTAKA i

    1. Departemen Kesehatan RI, Pedoman Kesehatan Mata Untuk Kader,Jakarta, 1992

    2. Direktorat Gizi Masyarakat, Buku Petunjuk Pojok Gizi (POZI),

    Jakarta, 2001

    3. Direktorat Gizi Masyarakat, Deteksi Dini Xeroftalmia, Jakarta, 2002

    4. Direktorat Giz i Masyarakat , Keputusan Menter i Negara

    Pendayagunaan Aparatur Negara Tentang: Jabatan Fungsional

    Nutrisionis dan Angka Kreditnya; Buku I, Jakarta, 2001

    5. Direktorat Gizi Masyarakat, Pedoman Distribusi Kapsul Vitamin A,

    Jakarta, 2000

    6. Donna Van Wynsberghe dkk, Human Anatomy & Physiology, Third

    Edition 1995

    7. Donald S Mc Laren & Martin Frigg, Sight and Life On Vitamin A

    Deficiency. Disorders (VADD), Task Force Sight and Life Switzerland,

    1998

    8. Fakultas Kedokteran UI, Ilmu Penyakit Mata, Jakarta, 2000

    9. Fakultas Kedokteran UI, Kedaruratan Dalam Ilmu Penyakit Mata,

    Jakarta, 2000

    10. Fakultas Kedokteran UI, Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Jakarta,

    2001

    11. Prof. dr. Sidarta I lyas dan Dr. Ramatjandra, Dasar Teknik

    Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit Mata, Jakarta,2000

    12. Prof. dr. Sidarta Ilyas dan Dr. Ramatjandra, Penyakit Mata Ringkasan

    dan Istilah, Jakarta, 1988

    13. Somer, A. Vitamin A deficiency and its consequences : a field guide

    to detection and control, 3rd edition, Geneva : World Health

    Organization, 1995

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    34/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan26

    Lampiran 1

    MAKANAN LUNAK KAYA VITAMIN A

    HARI I HARI II HARI III

    Makan Pagi

    - Bubur ayam + tomat

    cincang

    Selingan Pagi

    - Kue sus isi wortel

    Makan Siang

    - Bubur/Tim nasi

    - Semur daging giling

    - Oseng tempe

    - Sayur Lodeh (kc.panjang

    + daun melinjo)

    - Pepaya

    Selingan Sore

    - Kolak biji salak (ubi

    merah)

    Makan Malam

    - Lontong

    - Telur bumbu opor

    - Tumis buncis

    - Pisang ambon

    Selingan Malam

    - Susu

    Makan Pagi

    - Bubur manado + ikan

    Selingan Pagi

    - Bubur kacang hijau +

    santan

    Makan Siang

    - Bubur/Tim nasi

    - Ayam goreng

    - Sop kacang merah

    - Semangka

    Selingan Sore

    - Cake wortel

    Makan Malam

    - Bubur/Tim nasi

    - Ikan bumbu kuning

    - Sate tempe

    - Cah kangkung + bakso

    - Pisang raja

    Selingan Malam

    - Susu

    Makan Pagi

    - Mie + ati ayam

    Selingan Pagi

    - Dadar gulung

    Makan Siang

    - Tim Nasi

    - Sate daging

    - Perkedel kentang

    - Sop tomat + kapri

    - Jeruk

    Selingan Sore

    - Tart labu kuning

    Makan Malam

    - Bubur/Tim nasi

    - Daging bumbu serundeng

    - Perkedel tahu

    - Bening bayam + labu

    kuning- Jus mangga

    Selingan Malam

    - Susu

    Catatan : Ganti dengan bahan makanan lokal sesuaikan dengan daerah dan musim

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    35/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan27

    Lampiran 2

    MAKANAN BIASA KAYA VITAMIN A

    HARI I HARI II HARI III

    Makan Pagi

    - Lontong sayur + daging

    giling

    Selingan Pagi

    - Kroket kentang + sayur

    Makan Siang

    - Nasi

    - Bistik daging giling

    - Perkedel tahu

    - Gulai daun singkong

    - Pepaya

    Selingan Sore

    - Arem-arem mie

    Makan Malam

    - Nasi

    - Tumis telur puyuh + kapri

    - Kering tempe

    - Gulai daun singkong

    - Pisang raja

    Selingan Malam- Susu

    Makan Pagi

    - Nasi goreng

    - Telur ceplok (mata sapi)

    Selingan Pagi

    - Puding buah

    Makan Siang

    - Nasi

    - Goreng ayam mentega

    - Tumis kacang merah

    - Cah wortel + caisim

    - Semangka

    Selingan Sore

    - Pastel isi sayuran

    Makan Malam

    - Nasi

    - Pesmol ikan

    - Bakwan jagung kuning

    - Pecel sayur

    - Pisang susu

    Selingan Malam- Susu

    Makan Pagi

    - Mie goreng + ati ayam

    Selingan Pagi

    - Bakwan sayur

    Makan Siang

    - Nasi

    - Sambel kering teri +

    kacang tanah

    - Bumbu tomat isi tempe

    - Urapan

    - Jeruk

    Selingan Sore

    - Kolak labu kuning

    Makan Malam

    - Nasi

    - Gulai ikan

    - Tahu telur

    - Tumis kangkung

    - Stup nenas

    Selingan Malam- Susu

    Catatan : Ganti dengan bahan makanan lokal sesuaikan dengan daerah dan musim

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    36/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan28

    Lampiran 3a

    RIWAYAT POLA MAKAN ANAK

    No. : .

    Nama anak : .

    Nama Orang Tua : .

    1. Apakah sejak lahir bayi diberi ASI ?

    a. Ya b. Tidak

    2. Bila ya, apakah diberi ASI saja sampai dengan 6 bulan ?

    a. Ya b. Tidak

    3. Bila tidak, apakah makanan lain yang diberikan kepada bayi dan

    kapan mulai diberikan (termasuk susu kaleng) ?

    Riwayat Pola Makan Anak Pada Saat umur 0- 24 bulan

    Umur Jenis Bahan Makanan

    ........................................ ........................................................................

    ........................................ ........................................................................

    ........................................ ........................................................................

    ........................................ ........................................................................

    ........................................ ........................................................................

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    37/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan29

    Lampiran 3b

    RIWAYAT POLA MAKAN ANAK PADA SAAT INI

    Nama anak : ...

    Frekuensi

    No Nama Bahan 1-3 x 4-7 x 1-3 x 2-3 x Tidak

    Makanan /hari /minggu /minggu /bulan Pernah

    1 Nasi/Bubur

    2 Jagung Kuning

    3 Ubi Kuning

    4 Daging

    5 Hati sapi/ayam

    6 Ayam

    7 Telur ayam/bebek

    8 Ikan

    9 Ikan asin

    10 Bakso

    11 Tahu/tempe

    12 Kacang kering

    13 Oncom

    14 Bayam

    15 Daun singkong

    16 Kangkung

    17 Wortel

    18 Labu Kuning

    19 Tomat

    20 Pisang kuning

    21 Jeruk

    22 Mangga

    23 Pepaya

    24 Susu segar

    25 Susu bubuk

    26 Susu kental manis

    27 Minyak/gorengan

    28 Margarin

    29 Gula

    Catatan : Nama bahan makanan dapat ditambah dengan bahan makanan lokal kaya vitamin A

    dari Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM)

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    38/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan30

    Lampiran 4

    BAKU RUJUKAN PENILAIAN STATUS GIZI

    ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUANMENURUT BERAT BADAN DAN PANJANG BADAN (BB / TB )

    Berat Laki-Laki (kg) Panjang Berat Perempuan (kg)

    - 4 S - 3 SD - 2 SD - 1 SD Median (cm) Median - 1 SD - 2 SD - 3 SD - 4 SD

    (60%) (70%) (80%) (90%) (90%) (80%) (70%) (60%)

    1.8 2.1 2.5 2.8 3.1 49 3.3 2.9 2.6 2.2 1.8

    1.8 2.2 2.5 2.9 3.3 50 3.4 3.0 2.6 2.3 1.9

    1.8 2.2 2.6 3.1 3.5 51 3.5 3.1 2.7 2.3 1.9

    1.9 2.3 2.8 3.2 3.7 52 3.7 3.3 2.8 2.4 2.0

    1.9 2.4 2.9 3.4 3.9 53 3.9 3.4 3.0 2.5 2.1

    2.0 2.6 3.1 3.6 4.1 54 4.1 3.6 3.1 2.7 2.2

    2.2 2.7 3.3 3.8 4.3 55 4.3 3.8 3.3 2.8 2.3

    2.3 2.9 3.5 4.0 4.6 56 4.5 4.0 3.5 3.0 2.4

    2.5 3.1 3.7 4.3 4.8 57 4.8 4.2 3.7 3.1 2.6

    2.7 3.3 3.9 4.5 5.1 58 5.0 4.4 3.9 3.3 2.7

    2.9 3.5 4.1 4.8 5.4 59 5.3 4.7 4.1 3.5 2.9

    3.1 3.7 4.4 5.0 5.7 60 5.5 4.9 4.3 3.7 3.1

    3.3 4.0 4.6 5.3 5.9 61 5.8 5.2 4.6 3.9 3.3

    3.5 4.2 4.9 5.6 6.2 62 6.1 5.4 4.8 4.1 3.5

    3.8 4.5 5.2 5.8 6.5 63 6.4 5.7 5.0 4.4 3.7

    4.0 4.7 5.4 6.1 6.8 64 6.7 6.0 5.3 4.6 3.9

    4.3 5.0 5.7 6.4 7.1 65 7.0 6.3 5.5 4.8 4.1

    4.5 5.3 6.0 6.7 7.4 66 7.3 6.5 5.8 5.1 4.3

    4.8 5.5 6.2 7.0 7.7 67 7.5 6.8 6.0 5.3 4.5

    5.1 5.8 6.5 7.3 8.0 68 7.8 7.1 6.3 5.5 4.8

    5.3 6.0 6.8 7.5 8.3 69 8.1 7.3 6.5 5.8 5.0

    5.5 6.3 7.0 7.8 8.5 70 8.4 7.6 6.8 6.0 5.2

    5.8 6.5 7.3 8.1 8.8 71 8.6 7.8 7.0 6.2 5.4

    6.0 6.8 7.5 8.3 9.1 72 8.9 8.1 7.2 6.4 5.6

    6.2 7.0 7.8 8.6 9.3 73 9.1 8.3 7.5 6.6 5.8

    6.4 7.2 8.0 8.8 9.6 74 9.4 8.5 7.7 6.8 6.0

    6.6 7.4 8.2 9.0 9.8 75 9.6 8.7 7.9 7.0 6.2

    6.8 7.6 8.4 9.2 10.0 76 9.8 8.9 8.1 7.2 6.4

    7.0 7.8 8.6 9.4 10.3 77 10.0 9.1 8.3 7.4 6.6

    7.1 8.0 8.8 9.7 10.5 78 10.2 9.3 8.5 7.6 6.7

    7.3 8.2 9.0 9.9 10.7 79 10.4 9.5 8.7 7.8 6.97.5 8.3 9.2 10.1 10.9 80 10.6 9.7 8.8 8.0 7.1

    7.6 8.5 9.4 10.2 11.1 81 10.8 9.9 9.0 8.1 7.2

    7.8 8.7 9.6 104 11.3 82 11.0 10.1 9.2 8.3 7.4

    7.9 8.8 9.7 10.6 11.5 83 11.2 10.3 9.4 8.5 7.6

    8.1 9.0 9.9 10.8 11.7 84 11.4 10.5 9.6 8.7 7.7

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    39/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan31

    Lampiran 4

    Berat Laki-Laki (kg) Panjang Berat Perempuan (kg)

    - 4 S - 3 SD - 2 SD - 1 SD Median (cm) Median - 1 SD - 2 SD - 3 SD - 4 SD

    (60%) (70%) (80%) (90%) (90%) (80%) (70%) (60%)

    7.8 8.9 9.9 11.0 12.1 85 11.8 10.8 9.7 8.6 7.6

    7.9 9.0 10.1 11.2 12.3 86 12.0 11.0 9.9 8.8 7.7

    8.1 9.2 10.3 11.5 12.6 87 12.3 11.2 10.1 9.0 7.9

    8.3 9.4 10.5 11.7 12.8 88 12.5 11.4 10.3 9.2 8.1

    8.4 9.6 10.7 11.9 13.0 89 12.7 11.6 10.5 9.3 8.2

    8.6 9.8 10.9 12.1 13.3 90 12.9 11.8 10.7 9.5 8.4

    8.8 9.9 11.1 12.3 13.5 91 13.2 12.0 10.8 9.7 8.5

    8.9 10.1 11.3 12.5 13.7 92 13.4 12.2 11.0 9.9 8.7

    9.1 10.3 11.5 12.8 14.0 93 13.6 12.4 11.2 10.0 8.8

    9.2 10.5 11.7 13.0 14.2 94 13.9 12.6 11.4 10.2 9.0

    9.4 10.7 11.9 13.2 14.5 95 14.1 12.9 11.6 10.4 9.1

    9.6 10.9 12.1 13.4 14.7 96 14.3 13.1 11.8 10.6 9.3

    9.7 11.0 12.4 13.7 15.0 97 14.6 13.3 12.0 10.7 9.5

    9.9 11.2 12.6 13.9 15.2 98 14.9 13.5 12.2 10.9 9.6

    10.1 11.4 12.8 14.1 15.5 99 15.1 13.8 12.4 11.1 9.8

    10.3 11.6 13.0 14.4 15.7 100 15.4 14.0 12.7 11.3 9.9

    10.4 11.8 13.2 14.6 16.0 101 15.6 14.3 12.9 11.5 10.1

    10.6 12.0 13.4 14.9 16.3 102 15.9 14.5 13.1 11.7 10.3

    10.8 12.2 13.7 15.1 16.6 103 16.2 14.7 13.3 11.9 10.5

    11.0 12.4 13.9 15.4 16.9 104 16.5 15.0 13.5 12.1 10.6

    11.2 12.7 14.2 15.6 17.1 105 16.7 15.3 13.8 12.3 10.8

    11.4 12.9 14.4 15.9 17.4 106 17.0 15.5 14.0 12.5 11.0

    11.6 13.1 14.7 16.2 17.7 107 17.3 15.8 14.3 12.7 11.2

    11.8 13.4 14.9 16.5 18.0 108 17.6 16.1 14.5 13.0 11.4

    12.0 13.6 15.2 16.8 18.3 109 17.9 16.4 14.8 13.2 11.6

    12.2 13.8 15.4 17.1 18.7 110 18.2 16.6 15.0 13.4 11.9

    12.5 14.1 15.7 17.4 19.0 111 18.6 16.9 15.3 13.7 12.1

    12.7 14.4 16.0 17.7 19.3 112 18.9 17.2 15.6 14.0 12.3

    12.9 14.6 16.3 18.0 19.6 113 19.2 17.5 15.9 14.2 12.6

    13.2 14.9 16.6 18.3 20.0 114 19.5 17.9 16.2 14.5 12.8

    13.5 15.2 16.9 18.6 20.3 115 19.9 18.2 16.5 14.8 13.0

    13.7 15.5 17.2 18.9 20.7 116 20.3 18.5 16.8 15.0 13.3

    14.0 15.8 17.5 19.3 21.1 117 20.6 18.9 17.1 15.3 13.6

    14.3 16.1 17.9 19.6 21.4 118 21.0 19.2 17.4 15.6 13.8

    14.6 16.4 18.2 20.0 21.8 119 21.4 19.6 17.7 15.9 14.1

    14.9 16.7 18.5 20.4 22.2 120 21.8 20.0 18.1 16.2 14.3

    15.2 17.0 18.9 20.7 22.6 121 22.2 20.3 18.4 16.5 14.6

    15.5 17.4 19.2 21.1 23.0 122 22.7 20.7 18.8 16.8 14.9

    15.8 17.7 19.6 21.5 23.4 123 23.1 21.1 19.1 17.1 15.1

    16.1 18.0 20.0 21.9 23.9 124 23.6 21.6 19.5 17.4 15.416.4 18.4 20.4 22.3 24.3 125 24.1 22.0 19.9 17.8 15.6

    16.7 18.7 20.7 22.8 24.8 126 24.6 22.4 20.2 18.1 15.9

    17.0 19.1 21.1 23.2 25.2 127 25.1 22.9 20.6 18.4 16.2

    17.3 19.4 21.5 23.6 25.7 128 25.7 23.3 21.0 18.7 16.4

    17.6 19.8 21.9 24.1 26.2 129 26.2 23.8 21.4 19.0 16.7

    17.9 20.1 22.3 24.5 26.8 130 26.8 24.3 21.8 19.4 16.9

    Sumber : Bulletin of World Health Organization (WHO)

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    40/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan32

    Lampiran 5

    CONTOH FORMULIR PENCATATAN

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    PUSKESMAS :

    KECAMATAN :

    KABUPATEN :

    TANGGAL PEMERIKSAAN :

    TENAGA KESEHATAN :

    I. IDENTITAS PENDERITA

    NAMA PENDERITA :UMUR :

    ANAK KEBERAPA

    DARI BERAPA

    BERSAUDARA :JENIS KELAMIN : L / P

    NAMA AYAH :PENDIDIKAN :

    PEKERJAAN :

    NAMA IBU :

    PEKERJAAN :

    ALAMAT :

    KMS BALITA/BUKU KIA :

    SAAT LAHIR TB :..Cm BB : Kg

    SAAT KINI UMUR :Bln BB : Kg

    TB/PB : Kg

    II. TANDA-TANDA KLINIS

    1. FAKTOR PENYAKIT SEBELUMNYA

    a. Apakah sebelum terjadi gizi buruk pernah mengidap penyakit ? jika ya, beri tanda ( ) :

    Sering Mencret Sering Panas

    (1 bulan berapa kali) (1 bulan berapa kali)

    Sering Batuk Kecacingan + -

    (1 bulan berapa kali)

    b. Tempat tinggal pasien di daerah kantong endemis, jika ya, beri tanda ( )

    Malaria Campak

    T B C G A K Y

    Tanda-tanda lainnya (sebutkan) :

    2. KLINIS GIZI BURUK

    a. Gizi Buruk dengan Kwashiorkor

    - Status mental apatis rewel

    - Edema pada : tungkai saja

    seluruh tubuh

    wajah

    - Otot-otot mengecil

    - Kelainan kulit

    - Rambut tipis mudah dicabut

    - Pembesaran hati

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    41/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan33

    - Penyakit yang diketemukan

    Gejala anemia (kl inis telapak tangan) Gejala ISPA

    - Gejala diare Gejala telinga

    - Gejala campak / cacar air keluar air

    - Gejala lainnya

    b. Gizi Buruk dengan Marasmus

    - Kurus dengan tulang terbungkus kulit - Perut cekung

    - Wajah seperti orang tua - Iga gambang

    - Status mental cengeng apatis

    - Penyakit yang diketemukan

    Gejala anemia (kl inis telapak tangan) Gejala campak

    - Gejala diare Gejala ISPA

    Gejala telinga keluar air

    - Gejala lainnya

    c. Gizi Buruk dengan Marasmus - Kwashiokor(diisi sesuai dengan gejala utama yang tampak pada penderita)

    .

    .

    .

    d. Gejala Mata

    - Buta Senja /XN

    - Xerosis Konjungtiva /X1A

    - Xerosis Konjungtiva disertai bercak bitot /X1B

    - Xerosis Kornea /X2

    - Keratomalasia atau

    Userasi kornea kurang dari 1/3 permukaan kornea /X3B

    - Keratomalasia atau

    Ulserasi kornea sama atau lebih dari 1/3 permukaan kornea /X3B

    - Cacad kornea (Sikatriks/Scar) /XS

    - Fundus Xeroftalmia dengan gambaran seperti cendol /XF

    III. FAKTOR GIZI

    1. Faktor yang mempengaruhi terjadinya gizi buruk

    a. Anak diasuh oleh : orang tua nenek

    keluarga lainnya (disebutkan)

    b. Status orang tua : kawin cerai

    c. Sanitasi lingkungan :

    Tempat tinggal baik

    Sumber air minum baik

    d. Konsistensi penimbangan di Posyandu

    setiap bulan jarang tidak pernah

    e. Waktu lahir(diisi sesuai dengan jawaban Responden)

    - Pemberian ASI Eksklusif : ..

    - MP - ASI : ..

    f. Imunisasi yang sudah diperoleh (lihat KMS Balita / buku KIA)

    tidak lengkap lengkap tidak pernah

    g. 2 kali pertahun minum kapsul Vitamin A

    kontinyu jarang tidak pernah

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    42/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan34

    h. Jumlah kelahiran dalam keluarga : ..

    i. Jumlah anak hidup : ..

    j. Alasan kematian anak : .

    k. Jumlah anak yang meninggal dunia

    l. Ibu balita menjadi peserta KB

    ya tidakJika ya, dengan metode :..

    m. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan oleh keluarga :

    ya tidak

    2. Pemahaman Makanan Bergizi dan manfaatnya

    a. Lihat jenis makanan yang dihidangkan oleh keluarga hari ini :

    Apakah sudah memenuhi gizi seimbang dan kaya vitamin A

    Hasil : ....

    ....

    ....

    b. Pola makan anak sehari-hari (diisi sesuai dengan jawaban responden)

    Apakah cukup memenuhi Angka Kecukupan Gizi (AKG)

    ..

    IV. FAKTOR PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG KESEHATAN

    (Diisi sesuai dengan jawaban responden dan pengamatan)

    a. Pemahaman manfaat KMS Balita dan Buku KIA

    Tahu Tidak tahu

    Pendapat Klien :

    ..

    ..

    b. Pengetahuan tentang tanda-tanda anak dengan gizi buruk dan bahayanya

    Tahu Tidak tahu

    Pendapat Klien :

    ..

    ..

    c. Pengetahuan tentang tanda-tanda Xeroftalmia pada bayi dan anak balita

    Tahu Tidak tahu

    Pendapat Klien :

    ..

    ..

    d. Pengetahuan tentang manfaat Posyandu, Polindes, Pustu dan Puskesmas

    Pendapat Klien :

    ..

    ..

    V. HASIL PEMERIKSAAN :

    1. Diagnosa Klinis dan Tindakan Klinis : ...

    ..

    ..

    ...

    2. KESIMPULAN : ...

    ..

    ..

    MENGETAHUI

    KEPALA PUSKESMAS TENAGA KESEHATAN

    ( ) ( )

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    43/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan35

    Lampiran 6

    CONTOH FORM LAPORAN KASUS XEROFTALMIA

    Bulan : . Tahun : .

    Puskesmas/Rumah Sakit : .

    Kecamatan : .

    Kabupaten/Kota : .

    Propinsi : .

    1. Jumlah kasus xeroftalmia yang ditemukan : ....anak

    XN : ..... anak

    XIA : . .. .. anak

    XIB : . .. .. anakX2 : ..... anak

    X3A : .... anak

    XS : ..... anak

    XF : ..... anak

    2. Jumlah kasus Xeroftalmia yang diobati : . anak

    3. Jumlah kasus Xeroftalmia yang diobati : : . anak

    - tanpa kebutaan : .. anak

    - dengan kebutaan : .. anak

    4. Jumlah kasus Xeroftalmia yang dirujuk : . anak

    ...............,..

    Pelapor

    (.)

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    44/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan36

    Lampiran 7

    ISTILAH SETEMPAT UNTUK BUTA SENJA

    No. PROVINSI BAHASA ISTILAH

    1.

    2.

    3.

    4.

    5.

    6.

    7.

    8.

    9.

    10.

    11.

    12.

    13.

    14.

    15.

    16.

    17.

    18.

    19.

    20.21.

    22.

    Aceh

    Sumatera Utara

    Sumatera Barat

    Riau

    Jambi

    Sumatera Selatan

    Bangka Belitung

    Bengkulu

    Lampung

    DKI Jakarta

    Banten

    Jawa Barat

    Jawa Tengah

    Yogyakarta

    Jawa Timur

    Kalimantan Barat

    Kalimantan Tengah

    Kalimantan Selatan

    Kalimantan Timur

    Sulawesi UtaraGorontalo

    Sulawesi Tengah

    Indonesia

    Aceh

    Batak Toba

    Minang

    Mandailing

    Riau

    Jambi

    Palembang

    Melayu Bangka

    Bengkulu

    Melayu

    Lampung

    Indonesia

    Sunda

    Sunda

    Cirebon

    Jawa

    Jawa

    Jawa

    Madura

    Melayu

    Dayak Kapuas

    Banjar

    Dayak

    Kutai

    ManadoIndonesia

    Kaili

    Rabun senja

    Rabun ayam

    Sapu manok

    Rambonon

    Rabun sanjo

    Rabun ayam

    Rabun ayam

    Buta senja

    Rabun ayam

    Buto ayaman

    Bute ayam

    Rabun malam

    Buta senja

    Buta senja

    Rabun manuk

    Rabun senja

    Rabun ayam

    Kotokeun

    Kotokeun

    Sisikeun

    Kotok ayam

    Kotok ayam

    Cado

    Rabun ayam

    Rabun ayam

    Rabun ajem

    Buta ayam

    Rabun ayam

    Haur manuk

    Buta ayaman

    Buta ayam

    Buta manok

    Rabun senjaButa senja

    Navundo

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    45/46

    DETEKSI DAN TATALAKSANA KASUS XEROFTALMIA

    Pedoman Bagi Tenaga Kesehatan37

    Buta-buta manu

    Buta-buta jangang

    Buta rarang

    Buta rarangan

    Pedole manu

    Morawu

    Mata manu

    Buta siap

    Rundam manuk

    Rundam kebian-bian

    Buta janggaButa rarang

    Buta ayam

    Buta ayam

    Buta ayam

    Buta senja

    Bugis

    Makasar

    Mandar

    Toraja

    Tolaki

    Buton

    Muna

    Bali

    Sasak

    BimaSamawa

    (terbanyak dipakai)

    Indonesia

    Indonesia

    Melayu

    Sulawesi Selatan

    Sulawesi Tenggara

    Bali

    NTB

    NTT

    Maluku

    Maluku Utara

    Papua

    23.

    24.

    25.

    26.

    27.

    28.

    29.

    30.

    Lampiran 7b

    No. PROVINSI BAHASA ISTILAH

  • 7/28/2019 Xer of Lamia

    46/46

    TIM PENYUSUN

    Prof. DR. Muhilal (Puslitbang Gizi dan Makanan)

    Dr. Anie Kurniawan, MSc. (Direktorat Gizi Masyarakat)Dr. Siti Farida S. Wibowo, SPM (BKMM- NTB)

    Dr. Bondan Harmani, SPM (Perdami)

    Dr. Aryono Hendarto, SPA (UKK Gizi IDAI)

    Ir. Sunarko, MSc (Direktorat Gizi Masyarakat)

    Dr. Siti Zainar, M.Kes (Direktorat Kesehatan Komunitas)

    S.A. Budi Hartati, SKM, M.Ep (RS. Cipto Mangunkusumo)

    Dr. M. Nazir, HZ, SpAK (RSMH Palembang)

    Dr. Bambang Setiohaji, SPM (RS. Mata Cicendo)

    Ir. Martini, MCN (Sekretariat ASUH)

    Riza Adirza (Helen Keller International)

    Ir. Eman Sumarna, MSc (Direktorat Gizi Masyarakat)

    Dr. Dina Dariana (Direktorat Gizi Masyarakat)

    Drg. Yeni Mulyawati (Direktorat Gizi Masyarakat)

    Sri Amelia, BSc (Direktorat Gizi Masyarakat)

    EDITOR

    Dr. Anie Kurniawan, MSc.

    Ir. Eman Sumarna, MSc

    Suroto, SKM

    Rose Wahyu Wardhani, DCN

    Nia Trisnawati, AMG