WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan...

52
Alih bahasa: Edi Cahyono WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja IUF / UITA / IUL Edi Cahyono’s Experience: [ http://www.geocities.com/edicahy ] Edi Cahyono’s experiencE

Transcript of WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan...

Page 1: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

Alih bahasa: Edi Cahyono

WTO dan Sistem PanganDunia: Suatu PendekatanSerikat Pekerja

IUF / UITA / IUL

Edi C

ahyo

no’s

Expe

rienc

e: [

http

://ww

w.ge

ociti

es.c

om/e

dica

hy ]

Edi Cahyono’s experiencE

Page 2: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

Diterjemahkan dari:The WTO and the World Food System: a trade unionapproach, IUF / UITA / IUL (International Union of Food, Agriculture,Hotel, Restaurant, Catering, Tobacco, and Allied Workers’ Associations),Geneva 2002.

daftar isi

1. pengantar: WTO dan “Pertanian Global”2. membangun suatu respon serikat pekerja: suatu

pendekatan hak-hak terpadu3. perjanjian-perjanjian WTO dan ketidak-samaan

global3.1 Boks Pembangunan3.2 Konsolidasi Pengawasan Lembaga Bisnis3.3 Harmonisasi Ke-bawah3.4 Serbuan pada Penggunaan Label GMOs

4. konteks lebih luas4.1 WTO sebagai sebuah Rejim4.2 Globalisasi Lembaga-Bisnis: Menjebol

Jurang-jurang4.3 Ketergantungan Ekspor dan Utang Luar-

Negeri5. rejim-rejim investasi global

5.1 Aturan-aturan Investasi Di WTO5.2 Bab 11 NAFTA5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral

6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi

Modified & Authorised by: Edi Cahyono, WebmasterDisclaimer & Copyright Notice © 2005 Edi Cahyono’s Experience

Edi Cahyono’s experiencE

Page 3: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

1. pengantar: WTO dan “pertanian global”Dapat dimengerti sistem pangan dunia saat ini adalah mudah dansekaligus kompleks. Adalah mudah bila kita mempertimbangkanpentingnya pangan dalam keberlanjutan kehidupan manusia.Setiap orang butuh makanan; akses yang memadai, aman danmakanan bergizi adalah suatu hak dasar manusia. Sekitar 1,3 milyarorang terkait dalam produksi pertanian, sektor pertanianmempekerjakan separuh angkatan kerja dunia. Termasuk 450 jutapekerja pertanian yang diupah. Di negeri-negeri berkembangpekerja pertanian membentuk mayoritas tenaga kerja, padabeberapa negara mencapai 80 persen. Terhitung lebih dari separuhangkatan kerja pertanian yang diupah adalah kaum perempuan,dan 70 persen dari seluruh pekerja anak dipekerjakan di pertanian.

Mayoitas kaum pekerja yang terkait dalam produksi pertanianterlibat dalam produksi pangan. Menurut Organisasi Pangan danPertanian PBB (FAO), kaum perempuan pedesaan bertanggung-jawab untuk separuh produksi pangan dunia dan antara 60 sampai80 persen dari negeri-negeri berkembang. Seluruh pekerja pertaniandan kaum petani kecil sekaligus produsen dan konsumen pangan,kehidupan mereka terkait pada kehidupan dari mereka yangmengkonsumsi pangan produk mereka sendiri. Ini sederhana tetapiberkait [secara] mendasar dalam sistem pangan dunia.

Suatu pandangan umum pendekatan untuk memahami sistempangan dunia mengangkat beberapa persoalan dasar. Bila aksespada keamanan, pangan sehat adalah suatu hak manusia yangmendasar, mengapa 820 juta orang saat ini hidup dalam kelaparan?Mengapa orang-orang di negeri-negeri pengekspor pangan hidupdalam lapar, dan mengapa para pekerja pertanian antaranya kuranggizi? Bila nilai ekspor global per tahun dalam produk-produkpertanian adalah USD 545 milyar, mengapa upah para pekerjapertanian dan kaum tani kecil tercantum di antara tingkat-tingkattertinggi dari kemiskinan global?

Lebih dari separuh tenaga kerja dunia terkait dalam produksipertanian. Mengapa kemudian kondisi-kondisi di bawah yangmana pangan dihasilkan, begitu destruktif pada kesehatan dankeberadaan orang-orang ini? Menurut ILO setiap tahunnya pal-ing tidak 170.000 pekerja pertanian terbunuh akibat kecelakaan

1Edi Cahyono’s experiencE

Page 4: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

1) Dikutip dari The Guardian, 15 Desember 1997.

di tempat kerja. Para pekerja pertanian yang meninggal dua kalilipat ketimbang pekerja yang bekerja di sektor lain. Di antara halfatal ini setiap tahun 40.000 meninggal terkena pestisida. Setiaptahun diperkirakan tiga hingga empat juta orang yang terkaitdengan kerja pertanian menderita keracunan berat, termasukterkena kanker dan perusakan reproduktif, dari pestisida berbahayayang dipaksa untuk mereka gunakan. Hanya lima persen dari 1,3milyar pekerja pertanian dunia mempunyai akses pada sisteminspeksi tenaga-kerja atau perlindungan legal atas hak-hakkesehatan dan keselamatan mereka. Namun agenda globalisasilembaga-bisnis (corporate) secara agresif dipromosikan oleh agen-agen seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mencarideregulasi lebih luas dan sedikit perlindungan sosial.

Melanjutkan seruan WTO pada 1999 “Kemuduran di Seatle,”pertemuan Ke Empat WTO tingkat menteri-menteri di Doha (9-15 Nopember 2001) meluncurkan satu putaran dari liberalisasiperdagangan. Pemenang ‘Putaran Pembangunan Doha’ yang baruini jelas Korporasi-Korporasi Transnasional (TNC) yangmendominasi perekonomian global. Ini termasuk pertanian danindustri-industri pengolahan pangan, di mana berbagai merger danakuisisi memperlihatkan pemusatan pengawasan pada tangan-tangan segelintir korporasi-korporasi global. Korporasi-korporasipemasok bibit disatukan dengan perusahaan-perusahaan kimia-tanaman (agrochemical) dan bio-tehnologi, secara efektifmempertajam sistem pangan dunia. Presiden divisi bibit Monsanto,Robert Fraley, mengatakan “Ini tidak hanya konsolidasiperusahaan-perusahaan bibit, tetapi benar-benar satu konsolidasidari seluruh rantai pangan.”1 )

Adalah melalui pengawasan ini seluruh rantai pangan yang sepertikorporasi-korporasi Du Pont dapat mengklaim–dalam “daftarpekerjaan untuk planet”nya–satu tugas sederhana: “Hidup dariPlanet.” Apa arti sebenarnya adalah bahwa orang-orang kurangdapat menghidupi dirinya tanpa korporasi-korporasi raksasa sepertiDu Pont sebagai mereka menjadi lebih bergantung pada produk-produk dan metode produksi dari TNC. Dalam pengertian ini,rantai pangan dikunci dan TNC memegang kunci. Hal inimenunjukkan globalisasi lembaga-bisnis membawa kita, dan

2Edi Cahyono’s experiencE

Page 5: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

putaran baru pembicaraan perdagangan WTO akan lebih cepatmembawa kita ke sana.

Ini bukan persoalan-persoalan filsafat atau refleksi-refleksi padamoralitas masa kini. Ada beberapa persoalan-persoalan politik pal-ing dasar yang harus ditanyakan tentang sistem di mana kita hidupdi dalamnya. Mereka berbalik mengajukan persoalan dasar lain:bila hal ini adalah masalah-masalah sangat serius yang saat inidihadapi milyaran orang, mengapa WTO bekerja begitu kerasuntuk memperburuk mereka? Kelaparan dan kurang gizi,ketahanan pangan dan keberlanjutan pertanian adalah garis-tepi“isu-isu non-perdagangan” pada final Deklarasi Tingkat MenteriWTO. Kondisi-kondisi kerja pada sektor pertanian sama sekalidiabaikan. Malahan dari serangan-serangan serius pada kesepakatandengan persoalan-persoalan ini, pembicaraan-pembicaraanperdagangan difokuskan pada bagaimana meningkatkan tekananpada para pekerja pertanian dan para petani kecil agar menjadilebih kompetitif, dan bagaimana membuka mereka benar-benarlebih mudah berubah, pasar fluktuatif. Ini adalah pasar yang samabahwa [pasar] telah menerlantarkan dan memelaratkan beratus-ratus dari beribu-ribu kaum petani kecil dan para pekerja pertanianyang menghadapi jatuhnya harga-harga kopi, gula dan produk-produk pertanian lainnya. Sementara kelaparan dan kebutuhanberjuta-juta rakyat untuk memperoleh akses pada pangan adalahsatu dari tantangan terbesar yang kita hadapi, agenda WTOmemberi prioritas untuk memperoleh “akses pasar” melaluikonsolidasi kekuasaan lembaga-bisnis dan keuntungan dalamindustri pangan pertanian.

Pada 1996 Konperensi Tingkat Tinggi Pangan Duniamengumumkan akan terjadinya separuh kelaparan dunia padatahun 2015. Namun dalam pembicaraan perdagangan WTO lebihmendesak batas-akhir penyusunan untuk ekspansi agribisnis glo-bal. Sementara batas-akhir untuk separuh kelaparan dunia adalah15 tahun yang akan datang, batas-akhir agar lebih cepat liberalisasipasar dalam pertanian akan dicapai dalam 15 bulan–dengankomitmen-komitmen baru direncanakan untuk pertemuanTingkat Menteri Kelima WTO di Meksiko dalam pertengahan2003.

3Edi Cahyono’s experiencE

Page 6: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

2) New York Times, 19 Juni 2001.

Kelaparan dan kurang gizi hanya masuk [ke dalam] gambar ketikamasalah dapat didefinisikan kembali bagi keuntungan agribisnis.Dalam bulan-bulan penting pertemuan Menteri-Menteri WTOdi Doha, Presiden AS Bush menyatakan: “Saya ingin Amerikamenghidupi dunia. Kita kehilangan beberapa kesempatan besar,tidak hanya pada belahan bumi kita, tetapi seluruh dunia.”2 )

Dengan jalan ini suatu krisis kemanusiaan global dan skala besarpelanggaran hak rakyat pada akses yang sama, keamanan pangandan sehat didefinisikan kembali sebagai suatu kesempatan bisnis.Di antara hal-hal yang akan “dihidupkan oleh Amerika” (yaituagribisnis AS) adalah kaum tani kecil dan para pekerja pertaniandi seluruh dunia yang kehidupannya dihancurkan oleh kompetisi,kemerosotan harga-harga komoditas, hutang dan pemindahan hasildari dumping produk di bawah-harga oleh lembaga-bisnis agribisnisdan tergantung pada harga-mahal pupuk dan bibit. Lebih lagi, 30juta orang di AS yang hidup kelaparan–termasuk lebih empat jutarakyat kurang gizi hidup dalam negara-bagian pengekspor panganKalifornia–sekarang hanya bila kelaparan mereka adalah suatukesempatan bisnis “Amerika menghidupi Amerika.”

Bagi pemerintah AS menghidupi kelaparan dunia dan memajukanekspor-ekspor pertanian AS adalah satu dan sama. Sepertidinyatakan Bush, “dimulai dengan memiliki satu jalan administrasiuntuk membongkar jurang-jurang pada perdagangan, dandemikianlah.”

Apakah “jurang-jurang” ini, bagaimana mereka “dibongkar” danapa konsekuensinya.

Singkatnya setelah pertemuan WTO di Doha, Sekretaris PertanianAS, Ann M. Veneman, menyatakan secara jelas bahwa “jurang-jurang” ini termasuk upaya-upaya dari pemerintah-pemerintahuntuk melindungi kesehatan publik dengan memastikan bahwakonsumen berhak untuk memilih bukan untuk mengkonsumsiproduk-produk pangan GMOs. Secara khusus, Venemanmengkritik langkah Uni Eropa (EU) yang secara ketat mengaturpangan GMOs dan memaksakan kewajiban penggunaan labelproduk-produk pangan GMOs. Seperti bentuk-bentuk lain dariperlindungan sosial dan lingkungan, pembatasan-pembatasan

4Edi Cahyono’s experiencE

Page 7: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

3) Pidato Sekretaris Pertanian AS Ann M. Veneman, Oxford, Inggris, 3 Januari2002.

GMOs nampaknya seperti “jurang-jurang” yang harus dibongkaratau dicegah ditegakan di tempat pertama.

Dalam pidato yang sama Veneman menegaskan lagi bahwa “...isu-isu non-perdagangan tidak dapat diijinkan merusak kunciketentuan-ketentuan WTO atau mengalihkan kita dari tujuanutama kita.” Tujuan itu tidak untuk memastikan hak universalpada kesamaan, keamanan dan kesehatan pangan, atau untukmengajukan keberlanjutan pertanian yang mendukung kehidupanberjuta-juta manusia, tetapi untuk menciptakan “pertanian glo-bal.”3 ) Di bawah visi global ini, “kebijakan-kebijakan pertanianmasa mendatang harus berorientasi pasar ... mereka harusmengintegrasikan pertanian ke dalam perekonomian global, tidakmengisolasi kita dari itu.” Adalah dalam konteks ini bahwaKesepakatan WTO tentang Pertanian dan Kesepakatan tentangSanitasi dan Ukuran-ukuran Pitosanitasi (SPS) dan Jurang-jurangTeknis Perdagangan (TBT) memainkan suatu peranan sentraldalam meruntuhkan jurang-jurang dan pengkonsolidasiandominasi lembaga-bisnis global sistem pangan dunia.

Tanpa menghiraukan perbedaan-perbedaan dalam pandangan-pandangan saat dan bagaimana meliberalisasikan pertanian danmendorong kepentingan-kepentingan agribisnis, mayoritaspemerintah yang hadir di pertemuan WTO di Doha secara diam-diam mendukung visi pemerintah AS suatu “pertanian global”berorientasi-pasar dan komersial. Dengan sedikit pengecualian,perselisihan-perselisihan utama di antara negosiator-negosiatorperdagangan, soal siapa mendapat apa pembagian laba dari“pertanian global,” bukan pelanggaran hak-hak rakyat pekerjadalam proses kehancuran pertanian yang diglobalkan.

Visi “pertanian global” ini gagal mengenali krisis-krisis lingkungandan sosial yang terbangun dalam sistem pangan dunia dan begitubesar biayanya dalam kehidupan manusia. Adalah penting, hak-hak dan kehidupan berjuta-juta pekerja pertanian dan pengolahpangan, para petani subsisten dan termarginalisasi/kaum petanikecil dan yang bekerja pada sistem keseluruhan ini, berdasar padapengabaian keseluruhan.

5Edi Cahyono’s experiencE

Page 8: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

Inilah mengapa gerakan pekerja harus menemukan tantanganmembentuk suatu strategi jangka-panjang, komprehensif untukmemastikan bahwa sistem pangan dunia terutama sanggup menujupemenuhan hak keselamatan pangan, keamanan pangan,kedaulatan pangan dan hak-hak dan kehidupan rakyat pekerjaterkait dalam produksi pangan.

6Edi Cahyono’s experiencE

Page 9: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

2. membangun sebuah respon serikat pekerja: suatupendekatan hak-hak terpadu

Sebagai serikat buruh mengorganisir dan mewakili kepentinganpekerja pertanian dan pangan dan mendukung kepentingan-kepentingan kaum yang termarginal dan kaum tani kecil,bagaimana kita merespon tantangan-tantangan ini?

Adalah tidak cukup untuk menambahkan masalah-masalah sebagai“isu-isu” pada daftar hal yang akan dilakukan serikat-serikat kita.Kita perlu suatu pendekatan yang membangun suatu pemahamankritis tentang WTO, globalisasi dan pertanian, satu yang dapatdimengerti tentang apa yang terjadi dan meletakkan dasar bagirespon-respon serikat pekerja. Seperti respon-respon melibatkanstrategi-strategi dan taktik-taktik yang harus memperhitungkanmasalah-masalah kompleks tanpa mengejar teknik-teknik dandibingungkan oleh perdebatan negatif (minor). Seperti akan kitalihat di bawah (dalam bagian 4), membicarakan perjanjian-perjanjian WTO sebagai teks legal memerlukan suatu pemahamanteknis dan suatu teknik ‘pasti’ adalah strategi pembatasan-diri yanggagal untuk memperhitungkan kekuatan dan politik WTO.

Bagi strategi kita menjadi konsekuensi nyata pada anggota-anggotakita harus melibatkan suatu perspektif tentang globalisasi pertaniandan WTO yang menyediakan satu perangkat kriteria untukmemahami dampak semua itu pada para pekerja dan kaum tanikecil di seluruh dunia. Lebih lagi, harus menyediakan satu petajalan bagi serikat-serikat untuk memetakan respon-respon lokalnya.Kita perlu agenda umum yang memperkuat solidaritasinternasional dan membangun suatu respon yang dikoordinasikansecara internasional, sementara pada saat yang sama menghargaidan mendorong suatu keragaman strategi dan taktik pada tingkatnasional dan lokal.

Dalam bagian pengantar kita tunjukkan secara umum bahwaWTO, dan kebijakan-kebijakan neo-liberal, merusak kondisi-kondisi kerja dan kehidupan rakyat pekerja dan mengabaikan aksesyang sama, keamanan pangan dan pangan sehat. Cara lain untukmenyebutkan hal tersebut, hak yang sama, keamanan pangan danpangan sehat diabaikan oleh WTO dan kebijakan-kebijakan neo-

7Edi Cahyono’s experiencE

Page 10: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

liberal.

Makalah ini tidak menyampaikan suatu analisis komprehensifperjanjian-perjanjian WTO dan dampaknya pada pangan danpertanian, tetapi sebaliknya mencoba untuk mengembangkan suatukerangka bagi strategi serikat pekerja. Kerangka ini berawal dengansuatu perangkat prinsip-prinsip dan tujuan-tujuan–suatukomitmen terhadap hak-hak–dan menggunakan hal ini bagi aksesdampak WTO pada sistem pangan dunia, dan untukmengindentifikasi tantangan-tantangan yang dihadapi para pekerjapertanian dan kaum tani kecil. Apa yang dihadirkan di sini adalahsuatu pendekatan terpadu berbasiskan-hak untuk memahamidampak Perjanjian WTO tentang Pertanian, khususnya implikasi-implikasi dari putaran baru negosiasi-negosiasi yang akanberkulminasi pada pertemuan Tingkat Menteri WTO ke-Lima diMeksiko pada 2003, dan suatu kerangka untuk pendidikan danmobilisasi di antara anggota-anggota kita.

Satu pendekatan adalah untuk setuju pada satu perangkat hak-hak kolektif yang mencakup sebanyak mungkin isu, tetapi jelasdan dapat dikelola. Hak-hak ini harus diperlakukan sebagai sebuahpaket; tidak terpisahkan tidak hanya dalam prinsip namun dalampraktek. Ini penting mengingat satu perangkat hak-hak tidak dapatdirealisasikan tanpa yang lain. Sejak masalah-masalah yang kitahadapi adalah bersegi-banyak dan terkait pada suatu jangkauanluas berbagai soal, kita memerlukan suatu pendekatan yang terpaduyang dapat untuk merespon isu-isu berjangkauan banyak.

Prinsip interdependen, hak-hak tak-terpisah memang bukan baru.Kembali ke 1948, Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia,mengajukan gagasan ini. Dalam merefleksikan tentang hak-haktak terpisahkan ini FAO telah menyatakan bahwa:

Hak-hak sipil, budaya, ekonomik, politik dan sosialdiproklamirkan dalam Deklarasi Universal mempertimbangkanpentingnya saling-bergantung, saling-berhubungan, tak-dapat-dibagi dan sederajat. Dapat menikmati hak pangan sepenuhnya,rakyat perlu akses pada perawatan kesehatan dan pendidikan,penghargaan terhadap nilai-nilai budayanya, hak milik pribadidan hak mengorganisir diri secara ekonomi dan secara politik.

Argumen ini memperhatikan hak-hak saling-bergantung dan tak-

8Edi Cahyono’s experiencE

Page 11: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

dapat-dibagi juga diterapkan pada Covenant (Perjanjian)Internasional PBB tentang Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya(1966). Di antara hak-hak yang ditentukan, Artikel 8 dari Cov-enant menjamin hak untuk berorganisasi, kebebasan berserikat danhak mogok dan Artikel 11 menjamin hak pangan yang sama.

Bagaimanapun, suatu respon serikat pekerja yang menghubungkanpekerja dan hak-hak serikat pekerja dengan hak-hak panganmenjangkau mengatasi prinsip-prinsip semata pada praktek dibumi. Suatu pendekatan terpadu diperlukan tidak hanya karenajangkauan luas dari tantangan-tantangan sistem pangan duniasekarang bersama kita, tetapi juga dikarenakan dari rantai pangansendiri, di mana kepentingan-kepentingan para pekerja dankonsumen adalah terikat tak-terlepaskan.

Semuanya begitu sering hak keamanan pangan diperlakukansebagai sebuah prinsip yang harus disimpan dalam perjanjian-perjanjian multilateral seperti Perjanjian WTO tentang Pertanian.Adalah suatu prinsip penting, tetapi ada pertimbangan serius daripelaksanaannya di dalam praktek harus mempertimbangkanperanan yang dimainkan oleh para pekerja dalam memelihara danmengolah pangan ini. Apakah memperhatikan bahaya pestisidaatau mempercepat jalur-jalur produksi. Misalnya, memperluasmasalah luka-luka berulang dan insiden besar kecelakaan-kecelakaan industrial dan penderitaan fatal terhadap banyak pekerjadi industri pengolahan pangan secara langsung berhubungandengan produksi berkecepatan tinggi dan intensitas kerja.Pendobelan dan pentripelan dari pemotongan dan pengolahankecepatan line dalam dekade-dekade saat ini telah pula menjadiprinsip vektor untuk memperlebar penyakit (pathogen) dibalikmunculnya kecelakaan keracunan pangan yang berkait dengandaging. Sistem produksi yang menempatkan kesehatan dankeamanan pekerja pada resiko juga menyumbang pada pangantak-aman. Hak atas pangan aman untuk itu tak dapat dipisahkandari hak para pekerja pengolah pangan untuk berorganisasi danbargaining secara kolektif untuk memastikan suatu lingkungankerja yang aman. Lagi pula, bila satu perangkat hak tidak dapatdipisahkan dari lainnya dalam praktek, kemudian mereka tidakdapat dipisahkan dalam suatu strategi yang mencoba untukmenjalankan hak keamanan pangan pada tingkat internasional.

9Edi Cahyono’s experiencE

Page 12: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

Itu tepatnya mengapa Konvensi tentang Keselamatan danKesehatan dalam Pertanian ILO (diadopsi pada Juni 2001, dansekarang akan diratifikasi) harus diperlakukan oleh serikat pekerja,organisasi kaum tani kecil dan organisasi-organisasi konsumenserupa sebagai sebuah alat untuk memajukan tidak hanya hak-hak para pekerja pertanian, tetapi hak seluruh rakyat pekerjaterhadap pangan yang baik dan aman.

Boks 1: Konvensi-Konvensi ILO mengenai pertanian

Konvensi No. 87: Kebebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untukBerorganisasi.

Konvensi No. 98: Hak untuk berorganisasi dan Tawar-menawar secaraKolektif.

Konvensi No. 29: Kerja Paksa.

Konvensi No. 105: Penghapusan Kerja Paksa.

Konvensi No. 100: Upah yang sama.

Konvensi No. 111: Diskriminasi (Lapangan-kerja dan Pekerjaan)

Konvensi No. 138: Usia Minimum

Konvensi No. 11: Hak Berserikat (Pertanian)

Konvensi No. 141: Organisasi Kaum Perempuan Pedesaan

Konvensi No. 129: Inspeksi Perburuhan (Pertanian), 169

Konvensi No. 99: Upah Minimum Perbaikan Mesin (Pertanian)

Konvensi No. 101: Hari Libur dengan Pembayaran Upah (Pertanian)

Konvensi No. 25: Asuransi Sakit (Pertanian)

Konvensi No. 36: Asuransi Lanjut Usia (Pertanian)

Konvensi No. 38: Asuransi Cacat (Pertanian)

Konvensi No. 40: Asuransi Orang Yang Selamat (Pertanian)

Konvensi No. 12: Kompensasi Kaum Pekerja (Pertanian)

Konvensi No. 10: Usia Minimum (Pertanian)

Konvensi No. 110: Perkebunan

Perjuangan untuk mengkombinasi hak-hak pekerja pangan dan

10Edi Cahyono’s experiencE

Page 13: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

hak terhadap pangan baik dan aman bukan hal baru. IUF telahlama melakukan pertahanan dan mengajukan satu perangkatkomprehensif hak mengenai produksi pangan, distribusi dankonsumsi. Ini termasuk hak yang sama, keselamatan pangan dansehat dengan mana produksi pangan dilengkapi menuju kepuasankebutuhan manusia. Artikel 2, paragraf 6 Aturan IUF terbaca:

Dalam lingkungan aktivitas spesifiknya, IUF dapat secara aktifmemajukan organisasi sumber-sumber dunia dalam panganuntuk kebaikan bersama populasi secara keseluruhan, dan dapatmencari partisipasi sederajat dari kepentingan-kepentingankonsumen dan pekerja pada seluruh tingkat pembuat-kebijakannasional atau internasional yang berhubungan pada produksi,pengolahan dan distribusi pangan dan komoditas-komoditasyang berhubungan.

Tujuan mencari “partisipasi sederajat dari kepentingan-kepentingankonsumen dan pekerja pada seluruh tingkat pembuat-kebijakannasional atau internasional” menyatakan satu hak tertentu–hakorganisasi-organsasi pekerja, bersama dengan kepentingan-kepentingan konsumen, untuk membentuk kebijakan-kebijakanpangan nasional, sub-nasional dan internasional. Sekarang dalammengikuti diskusi WTO dan sistem pangan dunia, kita akanmelihat bahwa WTO secara sistematis menghapus hak tersebut,mengurangi ruang untuk kepentingan-kepentingan pekerja dankonsumen dalam menentukan kebijakan pangan dalam rangkamemajukan kekuasaan dan kepentingan-kepentingan korporasi-korporasi pangan-pertanian (agrifood), kimia dan bio-teknologi.Lebih lagi, pada seluruh pembuatan-kebijakan tingkat nasional daninternasional WTO menjalankan satu model berorientasi-pasar,pertanian industrial yang memberi prioritas pada produksi panganuntuk keuntungan lembaga-bisnis di atas kebajikan umum populasisecara keseluruhan.

Hak untuk keamanan pangan sendiri tidak cukup bila nyarisdiinterprestasikan dalam arti ketersediaan pangan. Siapamemproduksi pangan, bagaimana hal itu diproduksi dankeberlanjutan dan kapasitas jangka-panjang untuk memeliharasuatu pasokan pangan yang sama adalah faktor-faktor penting.Dalam Keputusan Tingkat Menteri WTO Marrakes konsepkeamanan pangan dimasukkan, tetapi didefinisikan kembali

11Edi Cahyono’s experiencE

Page 14: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

sebagai ketersediaan pangan di pasar, bukan kecukupan panganbagi penduduk atau kecukupan menerima pangan sehat. Dalampraktek Keputusan Marrakes hanya ijin negeri-negeri berkembangbahwa ada jaringan importir-pangan menyediakan bantuanpemerintah dan pembayaran-pembayaran langsung pada barang-barang pangan impor bila di sana ada satu kekurangan. Dengankata lain, di negeri-negeri berkembang diperkenankan subsidi-subsidi pemerintah untuk impor barang-barang pangan komersialpasar dunia, tetapi subsidi-subsidi tidak untuk produksi pangansetempat. Kontradiksi ini membawa pada desakan bahwakeamanan pangan asli dapat hanya dijamin melalui kedaulatanpangan.

Konsep kedaulatan pangan secara relatif adalah satu konsep baru,kembali ke tahun 1996, dan secara khusus setimpal dalammerespon ancaman sikap WTO terhadap kapasitas negeri-negerimiskin untuk membangun dan mengurus suatu pasokan sama daripangan-pangan pokok. Dalam konteks ini, ketersediaan panganbelaka (seperti didefinisikan oleh keamanan pangan) tidak lagimemadai, sejak kegagalan untuk mengenali sumber pangan ini,dan kehidupan bergantung pada produksi dan penggunaannya.Suatu definisi kerja kedaulatan pangan yang berguna dapatditemukan dalam Deklarasi Final Forum Dunia KedaulatanPangan, Havana, Kuba, 7 September 2001:

Kedaulatan pangan adalah berarti menghapus kelaparan dankurang gizi dan menjamin kekal dan berlanjut keamanan panganbagi seluruh rakyat. Kami mendefinisikan kedaulatan pangansebagai hak rakyat untuk mendefinisikan kebijakan-kebijakanmereka sendiri dan strategi-strategi untuk kelanjutan produksi,distribusi dan konsumsi pangan yang menjamin hak terhadappangan untuk keseluruhan populasi, pada basis produksiberukuran kecil dan menengah, menghargai budaya-budayamereka sendiri dan keragaman bertani, memancing dan bentuk-bentuk produksi pertanian adat (indigenous), pemasaran danmenejemen area-area pedesaan, dalam mana kaum perempuanmemainkan peran fundamental.

Bila kita mengkombinasi gagasan kedaulatan pangan ini dengankeamanan pangan, dan menggabungkan satu perangkat kunci hak-hak menyatukan kepentingan-kepentingan rakyat pekerja seperti

12Edi Cahyono’s experiencE

Page 15: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

kaum pekerja berupah, kaum tani subsisten dan kecil sertakonsumen, perangkat hak-hak terpadu berikut dapat membentukbasis bagi strategi serikat pekerja:

• Hak sama, keselamatan pangan dan sehat • Hak keamanan pangan dan kedaulatan pangan • Hak berorganisasi dan bargaining secara kolektif dan

kebebasan berserikat • Hak keselamatan kerja dan lingkungan hidup • Hak perlindungan kehidupan

Diawali dengan hak-hak terpadu yang fundamental ini, kita dapatmenentukan apakah perjanjian-perjanjian seperti Perjanjiantentang Pertanian, dan WTO secara umum, cocok dengan hak-hak ini. Kita harus bertanya apakah aturan-aturan global ini untuksuatu “pertanian global” mengabaikan atau membatasi adanya hak-hak ini, dan apakah mereka dapat mendukung-keberadaan hak-hak ini. Suatu pendekatan berbasis hak-hak terpadu akan bertindakuntuk meningkatkan keperdulian kritis dari aspek-aspek kuncisistem pangan dunia saat ini dan dampak globalisasi lembaga-bisnis.Itu menghendaki kita berpikir melalui kontradiksi-kontradiksiantara permintaan-permintaan dan realitas-realitas sistem pangandunia, dan bekerja melalui strategi dan taktik untuk mencapaitujuan-tujuan kita.

Adalah bukan tujuan utama strategi ini untuk memutuskan apakahatau tidak mencari pencatuman hak-hak ini dalam Perjanjiantentang Pertanian atau digambarkan di dalam suatu reform yangsia-sia versus debat penghapusan. Lebih lagi, mencobamenampakkan bagaimana ketidak-cocokan hak-hak ini denganPerjanjian tentang Pertanian dan perdagangan global dan rejiminvestasi yang adalah satu bagian. Di sini fokus strategik kita bukantentang menyortir melalui teknik-teknik perjanjian atau mencarisuatu penyebutan-lain, tetapi lebih secara agresif menegaskan satuperangkat prioritas berbasis hak-hak, tujuan-tujuan dan proses-proses yang–bila semua itu diterima–akan memberikan Perjanjiantentang Pertanian tidak berguna bagi kepentingan-kepentinganlembaga-bisnis yang merangkainya.

Ini menimbulkan pertanyaan bagaimana pendekatan kita dapatmenggunakan traktat-traktat internasional yang ada yang

13Edi Cahyono’s experiencE

Page 16: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

diharapkan mengamankan hak-hak ini. Ada satu basis kongkrituntuk memperdebatkan bahwa traktat-traktat ini–sepertiKonvensi-Konvensi ILO menjamin basis serikat pekerja dan hak-hak pekerja dan hak-hak para pekerja pertanian (lihat Boks 1)–harus dijalankan melintasi dan di atas perjanjian-perjanjian WTO.Isu lebih kritis adalah cara dalam mana fokus menjamin hak-hakkolektif menekankan peranan pemerintah-pemerintah nasional,untuk suatu tingkat luas adalah hanya pada level nasional dansub-nasional yang mana hak-hak ini dapat terjamin dan dijalankansecara melembaga.

Kita dapat meringkas strategi dan keuntungan-keuntungannyasebagai berikut:

• Suatu pendekatan berbasis hak-hak terpadu digunakan untukakses dampak perdagangan global dan rejim-rejim investasidan mendefinisikan bentuk-bentuk tindakan kolektif yangdiperlukan.

• Penindasan hak-hak ini menyingkap logika politik danekonomik dibalik Perjanjian WTO tentang Pertanian danrejim-rejim semacam.

• Hak-hak ini tidak hanya diperlakukan sebagai satu perangkatprinsip-prinsip tetapi juga sebagai tujuan-tujuan, pondasirespon suatu serikat pekerja.

• Hak-hak ini bukan prinsip-prinsip pasif tetapi alat bagi rakyatpekerja memperjuangkan kembali dan menanggulangikemiskinan, kerentanan dan ketidak-amanan yang kita hadapisaat ini.

• Hak-hak ini adalah kebutuhan mempertinggi pengawasandemokratik dan mengembangkan kapasitas-kapasitas kolektif.

• Suatu pendekatan berbasis hak-hak adalah kebutuhan untukmeralat ketidak-samaan dan ketidak-imbangan antara dan didalam negeri-negeri.

• Pada saat yang sama suatu pendekatan berbasis hak-hakmembantu kita untuk memfokuskan pada pelanggaran-pelanggaran sistemik dan global dari hak-hak pekerja, dengandemikian menghindarkan suatu analisis negeri secara sempitdan suatu kefasihan dikotomi “Utara/Selatan.”

Akhirnya, suatu pendekatan berbasis hak-hak mengingatkan kita

14Edi Cahyono’s experiencE

Page 17: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

seberapa mendesak kita harus bertindak. Kelaparan dankekurangan gizi, dampak destruktif sistem pangan dunia saat inipada kesehatan manusia dan lingkungan, luka-luka serius dan fa-tal yang mengena pada pekerja industri pangan-pertanian,pelanggaran sistematik hak-hak pekerja dan menumbuhkan rasakerentanan yang dihadapi oleh rakyat pekerja pada pabrik-pabrik,perkebunan-perkebunan, peternakan-peternakan dan komunitas-komunitas mereka, tidak mengijinkan kita bersikap mewah“tunggu dan lihat.” Pun akankah mereka berhenti sejenaksementara kita me-lobby dan memperbaiki kebijakan-kebijakan.

15Edi Cahyono’s experiencE

Page 18: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

3. perjanjian-perjanjian WTO dan ketidak-samaanglobal

Pada pengantar kita lihat bagaimana masalah-masalah begitu seriusyang kita hadapi–kelaparan massal dan kurang gizi, kemiskinandan kondisi-kondisi kerja buruk–diabaikan oleh WTO. Ini bukansatu masalah prioritas sederhana, atau ketiadaan isu-isu kunci daripara pekerja pada agenda WTO. Kenyataannya, diperlukanukuran-ukuran sosial, politik, ekonomik untuk mengangkatkelaparan dan kurang gizi, meningkatkan kondisi-kondisi kerjapada pertanian dan melindungi kepentingan-kepentingan dankehidupan para pekerja pertanian dan kaum tani kecil,memperlihatkan satu perangkat hak-hak yang memerlukan regulasisosial dan perlindungan–regulasi sosial yang sangat baik danperlindungan dipelihara sebagai ‘jurang-jurang’ oleh WTO.Perjanjian tentang Pertanian, misalnya, membicarakan ukuran-ukuran nasional dan sub-nasional untuk melindungi kehidupankaum tani kecil dan subsidi-subsidi bagi produksi pangan setempatsebagai jurang-jurang yang harus dihapuskan. “Keamanan pangan”dapat hanya dicapai melalui pembelian dari pasar global dan bukandengan mengangkat kapasitas produksi pangan domestik.Perjanjian tentang Sanitasi dan ukuran-ukuran Pitosanitasi (SPS)memperlakukan higienis (hygiene) pangan dan ukuran-ukurankeamanan dirancang untuk mencegah barang-barang panganimpor pembawa penyakit dan hewan-hewan peliharaan atauperlindungan kesehatan publik melalui prosedur-prosedur inspeksipangan yang teliti sebagai ‘jurang-jurang’ yang harus dihapuskanatas nama perdagangan bebas.

Aturan-aturan dan obligasi-obligasi WTO tidak hanya perhatiandengan pembongkaran jurang-jurang. Mereka juga menentukanfungsi kebijakan-kebijakan terkait-pangan dan tujuan pertanian.Perjanjian WTO tentang Pertanian mempromosikan satu sistemperdagangan dan investasi pangan dan pertanian berbasiskan padaskala-luas, produksi industrial berorientasi-ekspor. Ini macampertanian yang menekankan keuntungan lembaga-bisnis di ataskebutuhan-kebutuhan manusia, dan pemaksaan untuk memasokpasar dunia melewati produksi pangan internal.

Perjanjian WTO tentang Pertanian dan perjanjian-perjanjian WTO

16Edi Cahyono’s experiencE

Page 19: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

terkait menghambat kapasitas pemerintah-pemerintah untukkeperluan memperkenalkan regulasi-regulasi ini berhadapandengan masalah-masalah kekurangan pangan, kelaparan dankemiskinan pedesaan, dengan nyaris mendefinisikan satu perangkatpilihan-pilihan kebijakan pro-pasar melalui mana pemerintah-pemerintah dapat merespon masalah-masalah ini. Sebagai satu hasilada masalah-masalah kemiskinan, perampasan dan pemindahanadalah buruk, dan hak pada keamanan pangan dan kedaulatanpangan dirusak.

WTO mengijinkan berlanjutnya macam subsidi-subsidi tertentu,khususnya subsidi-subsidi ekspor melalui kredit-kredit ekspor danketentuan pendapatan langsung bagi kaum tani. Subsidi-subsidiini umum pada negeri-negeri industrialis utama, tetapi negeri-negeri berkembang cenderung bersandar pada ukuran-ukuran lebihmurah seperti tariffs. Obligasi-obligasi WTO memerlukanpenghapusan tariffs, tetapi ijin subsidi-subsidi ekspor seperti skemakredit ekspor pemerintah AS dan transfer-transfer pendapatanlangsung. Pelanjutan menggunakan subsidi-subsidi ekspor danbentuk-bentuk lain dukungan domestik bagi agribisnis besar diAS dan Uni Eropa mengijinkan dumping masif produk-produkpangan-pertanian di bawah harga pada negeri-negeri berkembang.

Pemerintah-pemerintah AS dan Uni Eropa secara agresifmenghalangi isu dumping ekspor dimasukkan dalam agenda WTOdi Doha dan akan tetap tidak dibicarakan dalam agenda Meksikotahun depan–walaupun fakta bahwa dumping ekspor adalah satumasalah kunci yang mengancam kehidupan kaum tani kecil danpara pekerja pertanian di negeri-negeri miskin.

Dalam merespon masalah-masalah yang disebabkan oleh dump-ing ekspor, Konperensi Dunia ke-2 Kelompok Perdagangan KaumPekerja Pertanian IUF (Capetown, Afrika Selatan, 5-6 Oktober1998) mengadopsi satu resolusi yang menyerukan untukmengakhiri subsidi-subsidi ekspor di AS dan Uni Eropa.

3.1 Boks Pembangunan

Suatu dasar kritisisme Perjanjian tentang Pertanian adalah bahwahal itu memperburuk ketidak-samaan global–ketidak-samaanantara negeri-negeri maju dengan berkembang, dan ketidak-

17Edi Cahyono’s experiencE

Page 20: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

samaan di dalam negeri-negeri antara kaum tani agribisnis skalaluas dan skala-kecil. Sementara negeri-negeri berkembang dipaksamengurangi tariffs impor dan menghapus restriksi-restriksi impornon-tariffs yang bukan mengkonversi pada tariffs sederajat selamanegosiasi-negosiasi GATT, negeri-negeri industrialis utama sepertiAS, Uni Eropa dan Jepang secara significant mempertahankantingkat-tingkat tariffs lebih tinggi meskipun setelah berbagaireduksi.

Boks 2: resolusi IUF tentang dampak dari ekspor-eksporpertanian bersubsidi bagi negeri-negeri berkembang

Amerika Serikat dan Uni Eropa (EU) meneruskan satu kebijakanmengsubsidi ekspor-ekspor pertanian pada negeri-negeri target yangspesifik dengan tujuan menekan harga-harga secara artifisial. Kebijakanini terutama untuk membongkar peternakan-peternakan, perkebunan-perkebunan dan pekerjaan desa di Afrika sebelah Selatan, Timur danBarat dan wilayah-wilayah lain di dunia.

Ekspor-ekspor bersubsidi Uni Eropa dan AS karena itu menyumbangpada pertumbuhan kelaparan dan membongkar potensi untukmemperkuat produksi pertanian setempat dan regional di banyak wilayahdi dunia.

Karena itu konperensi dunia ke-2 AWTG IUF menyerukan pada:

Pemerintah-pemerintah dan perwakilan-perwakilan AS dan Uni Eropa

• Menghentikan ekspor barang-barang pertanian bersubsidi padawilayah-wilayah dunia yang miskin;

• Memonitor, bersama-sama dengan para produsen pedesaan danserikat-serikat pekerja pertanian, dampak ekspor-ekspor bersubsidipada produksi pertanian setempat, dan mempublikkan hasil-hasilmonitoring ini;

Gerakan serikat pekerja, masyarakat sipil demokratik, dan seluruh pihakprogresif bertindak untuk mengakhiri kebijakan destruktif ini.

Itulah sebabnya pemerintah-pemerintah beberapa negeri-negeriberkembang menuntut pencantuman satu “Boks Pembangunan”dalam Perjanjian tentang Pertanian. Boks proposal Pembangunanmerefleksikan satu upaya terbatas pada tingkat kebijakaninternasional untuk meralat ketidak-imbangan dalam aturan-

18Edi Cahyono’s experiencE

Page 21: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

aturan WTO dengan memberikan pemerintah-pemerintah dinegeri-negeri berkembang fleksibilitas lebih untuk melindungi“sumber pendapatan-rendah dan kaum tani miskin” dari impor-impor lebih-murah dan untuk menyediakan dukungan bagiproduksi domestik “keamanan pangan yang dipanen.” Keamananpangan yang dipanen ini termasuk pangan-pangan pokok ataupanen-panen yang adalah sumber pendapatan utama bagi keluarga-keluarga miskin dan berpendapatan-rendah. Boks Pembangunanakan mengecualikan keamanan pangan yang dipanen tertentu darikomitmen-komitmen reduksi tariff pada Perjanjian tentangPertanian. Boks Pembangunan menggabungkan satu proposal lebihawal untuk suatu “Boks Pangan” terpisah yang akan dikeluarkandari Perjanjian tentang Pertanian “ukuran-ukuran yang negeri-negeri dapat diperkenankan memastikan keamanan pangandomestik.” Ini adalah kontras untuk keamanan pangan yangberdasar pada impor-impor pangan.

Pada pertemuan menteri WTO di Doha, perwakilan-perwakilanpemerintah dari Kuba, Republik Dominika, El Salvador, Haiti,Honduras, Kenya, Nikaragua, Nigeria, Pakistan, Peru, Senegal,Sri Lanka, Uganda, dan Zimbabwe membentuk “KelompokTeman-Teman Boks Pembangunan” sebagai sebuah kelompoknegosiasi dalam pembicaraan tentang Perjanjian tentang Pertanian.Dalam pernyataan pers yang diterbitkan oleh Teman-Teman BoksPembangunan di Doha pada 10 Nepember 2001, ketidaksamaan-ketidaksamaan sistem saat ini dipertegas:

WTO seharusnya menjamin keadilan dalam perdagangan, tetapisistem perdagangan pertanian sekarang ini dalam praktekmelegitimasikan ketidaksamaan-ketidaksamaan, misalnya, denganmengijinkan dumping produk-produk pertanian dari Utara.Dukungan-dukungan domestik OECD telah meningkat 50persen sejak saat Putaran Uruguay melampaui USD 370 milyarhari ini—sejumlah USD 1 milyar sehari yang kira-kira samadengan penghasilan sehari 1 milyar rakyat miskin di dunia.Subsidi-subsidi terdiri dari 45 persen nilai produksi keseluruhan.Kaum tani kecil di negeri-negeri berkembang, sederhananya, tidakdapat berkompetisi dalam lingkungan yang tidak-wajar ini.

Pada banyak negeri berkembang, sampai 60-90 persen populasikami adalah kaum tani kecil. Produksi pertanian adalah kritissebagai kunci sumber-sumber pekerjaan dan keamanan pangan.

19Edi Cahyono’s experiencE

Page 22: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

Karena di sana tidak ada jaminan sumber-sumber pekerjaanalternatif untuk sejumlah besar, impor-impor pangan skala-luasbagi banyak [orang] negeri-negeri kami sinonim denganpengimpor pengangguran dan ketidak-amanan pangan.

Walaupun ada keprihatinan-keprihatinan ini proposal untuk suatuBoks Pembangunan dan seruan-seruan lain untuk “penanganankhusus dan berbeda” (S&D) bagi negeri-negeri berkembang dengankuat ditentang oleh AS, Uni Eropa dan Kelompok Cairns.Deklarasi akhir Tingkat Menteri Doha menolak untuk mengakuiseruan untuk suatu Boks Pembangunan.

Pada 4-6 Pebruari 2002, suatu sesi khusus pada Perjanjian tentangPertanian lagi menolak proposal Boks Pembangunan. PemerintahAS berargumen bahwa Boks Pembangunan adalah bertentangandengan arah yang dikemukakan pada Deklarasi Tingkat MenteriDoha dan bahwa setiap macam penanganan khusus dan berbedaharus disubordinasikan pada logika pasar secara keseluruhan dariPerjanjian tentang Pertanian, mempromosikan investasi danperdagangan berorientasi-pasar dalam produksi pertanian.

Pemerintah Amerika Serikat sebetulnya tepat dalam berargumenbahwa pencarian lebih fleksibel, kebijakan-kebijakan non-pasarmenentang logika Perjanjian tentang Pertanian. Di bawahpenjelasan perjanjian, para penandatangan tidak berhak untukmengembangkan kebijakan-kebijakan yang melindungi keamananpangan domestik dan kehidupan kaum tani miskin danberpenghasilan-rendah, yaitu kebijakan-kebijakan yang didasarkanpada keprihatinan-keprihatinan sosial ketimbang logika pasar.Mereka menyerahkan hak ini bila mereka menandatangani Perjanjiantentang Pertanian.

Pengeluaran Boks Pembangunan tidak dapat digabungkan padaPerjanjian tentang Pertanian karena pertentangannya dengantujuan riilnya, yang menyebabkan ketergantungan pasar.Ketergantungan ini membatasi kapasitas pemerintah-pemerintahuntuk mencari alternatif-alternatif non-pasar untuk memecahkankekurangan-kekurangan pangan dan melindungi kehidupan kaumtani. Ekspansi pertanian komersial skala-luas terkait padakebutuhan-kebutuhan ketidaksamaan-ketidaksamaan ekspor yangcoba diajukan Boks Pembangunan. Kesempatan-kesempatam pasar

20Edi Cahyono’s experiencE

Page 23: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

bagi agribisnis berorientasi-ekspor hanya ada karenaketidaksamaan-ketidaksamaan ini dan destruksi kapasitas lokaluntuk mandiri dalam hal pangan. Proposal Kelompok Teman-Teman Boks Pembangunan telah menjadi sifat cacat karena basisPerjanjian tentang Pertanian keseluruhan tidak untukmempromosikan perdagangan fair (adil) dan wajar, tetapi untukmemaksakan kembali ketidaksamaan-ketidaksamaan ini danketergantungan impor negeri-negeri berkembang secepatpertumbuhan pasar bagi agribisnis Uni Eropa dan AS.

Masalah lain dihadapi proposal-proposal bagi pengeluaran bokssemacam Boks Pembangunan adalah batas-waktu yang dipaksakanoleh Klausa Damai dalam Perjanjian tentang Pertanian. Hal inimenetapkan bahwa pengeluaran bermacam “boks” subsidi-subsiditertentu [menjadi] kadaluarsa ketika Putaran Uruguay berakhirdan digantikan dengan Putaran Pembangunan Doha–akandiluncurkan pada [pertemuan] WTO tingkat menteri berikutnyadi Meksiko pada 2003. Sekalipun negeri-negeri berkembangberhasil mendapatkan “Boks Pembangunan” atau “Boks Pangan”pengeluaran dari Perjanjian tentang Pertanian, adalah sangatmungkin bahwa negeri-negeri Uni Eropa, AS dan KelompokCairns akan menghubungkan boks-boks ini pada batas-waktuKlausa Damai 2003.

Sementara kita harus mendukung meningkatnya perhatian dalamproposal Boks Pembangunan pada basis hak atas keamanan pangandan kedaulatan pangan, kita harus mengenali fakta bahwa pro-posal Boks Pembangunan membisu tentang pekerjaan, kondisi-kondisi kerja dan perlindungan kehidupan para pekerja pertanianberupah terkait dalam produksi pangan. Faktanya, pemerintah-pemerintah yang bersama bekerja untuk membentuk kelompoknegosiasi ini telah tidak berbuat apa-apa untuk menjamin hak-hak pekerja dan serikat buruh dari pekerja pertanian dan telahmenolak perlindungan kehidupan kaum pekerja pertanian dankaum tani kecil.

Ada pembatasan pembentukan serius menjadi pendekatan “negeri-negeri berkembang,” yang tidak menantang definisi besarpembangunan nasional dan divisi-divisinya menjadi maju (devel-oped), berkembang (developing) dan miskin (least developed). Ini

21Edi Cahyono’s experiencE

Page 24: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

mengaburkan kemiskinan, ketidaksamaan dan keterbelakangandalam negeri-negeri, termasuk mereka yang dirancang sebagai‘maju.’ Dalam negeri-negeri maju kaum tani kecil dan koperasi-koperasi petani mengalami kompetisi destruktif, dipindahkan danutang sebagai satu hasil dari ekspansi pertanian pabrik skala-luasdan agribisnis. Ekspor-ekspor bersubsidi di AS, misalnya, tidakmenguntungkan mayoritas luas kaum tani. Peningkatankonsentrasi dan sentralisasi produksi pertanian telah membawameningkatnya pertanian-pertanian pabrik dan merosotnyapertanian-pertanian keluarga. Lebih 50 persen produksi AS datangdari hanya 2 persen pertanian, sementara 9 persen produksi datangdari 73 persen pertanian. Posisi memalukan dari para pekerjapertanian AS cukup diketahui dan di sini tidak perlu dielaborasi.

Pendekatan “negeri-negeri berkembang” pada akhirnya mengakhiridukungan teknokrat-teknokrat perdagangan dari “Selatan” (dankepentingan-kepentingan kapitalis domestik yang mereka wakili)sebagai pendukung dari suatu “pandangan alternatif.” Sebagaiaktivis serikat pekerja, fokus kami harus tidak menyiapkankesejahteraan lembaga-bisnis untuk para kapitalis lokal. Lebih lagi,kita harus mencari untuk membangun kapasitas-kapasitas bagipengawasan demokratik dan membatasi restriksi-restriksi padapengawasan itu.

3.2 Konsolidasi Pengawasan Lembaga-Bisnis

Isu riil yang mendasari ketidaksamaan global bukan dikotomi“Utara” versus “Selatan,” tetapi kekuatan TNC yang berpusat diUtara dan dukungan politik yang mereka terima dari elit-elit politikdi dalam dan luar negeri. Instusionalisasi WTO mendukung danmemberikan TNC pengawasan sejajar lebih luas atas pangan danpembuat-kebijakan pertanian di seluruh dunia.

Saat ini 10 besar perusahaan-perusahaan kimia-pertanian (agro-chemical) mengawasi sekitar 80 persen dari USD 32 milyar pasarglobal, sementara 80 persen padi dunia didistribusikan oleh hanyadua perusahaan, Cargill dan Archer Daniel Midland. Diperkirakan75 persen perdagangan pisang diawasi hanya oleh lima korporasi,sementara tiga korporasi mengawasi 83 persen perdagangan bijicoklat dan tiga korporasi lainnya mengawasi 85 persen dariperdagangan teh. Ini hanya sedikit contoh ilustrasi tingkat

22Edi Cahyono’s experiencE

Page 25: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

monopolisasi lembaga-bisnis dan pengawasan sistem pangan dunia.

Menurut FAO, lebih dari 30 tahun negeri-negeri berkembang telahmenyaksikan defisit perdagangannya pada biji-bijian meningkatdari 17 juta ton ke 104 juta ton. FAO melihat ini sebagai satu‘kecenderungan berbahaya’, sejak secara historis kemajuan danberkembang-[nya] negeri-negeri menjangkau keamanan panganmelalui mempertinggi produksi pangan domestik. Sekarang inibukan hanya hasil aturan-aturan tak-adil yang harus diralat melaluiukuran-ukuran sementara seperti satu Boks Pembangunan.Kenyataannya hasil sebuah strategi sengaja dari pangan-pertanianTNC untuk memperluas pasar bagi produk mereka di negeri-negeriberkembang, dan dilakukan untuk meningkatkan ketergantungannegeri-negeri berkembang pada impor-impor pangan. Inimelibatkan penghancuran kompetisi lokal dan menguntungkanpengawasan pasar-pasar yang sedang tumbuh ini. Konversipenggunaan tanah pada ekspor-ekspor pertanian non-tradisionalmenciptakan satu situasi paradoks meningkatkan ketergantunganpada TNC untuk akses pada pasar-pasar dan distribusi dan input-input–termasuk bibit–sementara mengimpor produk-produkpertanian disubsidi berat untuk menggantikan berpindahnyapanen-panen tradisional yang orisinil. Dari perspektif agribisnisini bermakna ‘akses pasar’ aman melalui Perjanjian tentangPertanian.

Misalnya, di Filipina, promosi pemerintah ekspor tanaman yangdipanen untuk mengganti beras dan jagung melibatkan konversi2,5 juta hektar tanah yang digunakan untuk menanam beras dan2,5 juta hektar jagung untuk produksi peternakan. Iniberhubungan dengan dukungan Departemen Pertanian AS atasrencana Cargill untuk menjadi suatu eksportir utama jagungFilipina, menjadikan Filipina suatu “importir jagung reguler.”

Bukan kebetulan bahwa mantan wakil presiden Cargill men-draftproposal AS tentang pertanian (yang belakangan menjadi draftPerjanjian tentang Pertanian) di Putaran Uruguay GATT, perangkatyang menggerakkan kebijakan-kebijakan ini.

Pada saat itu subsidi-subsidi ekspor membayar pada seorang petanijagung AS rata-rata 100 kali pendapatan petani jagung diMindanao. Hal itu disebabkan oleh subsidi berat ini bahwa ekspor-

23Edi Cahyono’s experiencE

Page 26: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

ekspor jagung AS menjual-lebih murah, lebih dari 20 persen,harga-harga jagung Filipina. Dikonversi untuk produksipeternakan, sektor ini sekarang menjadi “terbuka.” Subsidi beratdaging-babi AS dan unggas para eksportir mendapat keuntunganlebih besar akses terhadap Filipina, mengurangi saham pasar paraprodusen Filipina dari 82 ke 45 persen untuk daging-babi dandari 94 ke 49 persen untuk unggas. Satu aturan WTO tahun 1998mendukung AS menentang pengawasan-pengawasan impor padadaging-babi dan unggas di Filipina, lebih jauh membuka pasarbagi dominasi agribisnis AS.

Boks 3: Cargill

Cargill adalah satu dari dua eksportir teratas kedelai dari AS, Argentinadan Brazil, yang antara mereka mendominasi pasokan dunia. EksporCargill diperkirakan 40 persen jagung yang meninggalkan AS, yangkebalikannya memasok sekitar 30 persen pasar dunia. Cargill adalah suatueksportir jagung utama dan importir seluruh dunia, membeli,mengkapalkan dan menggiling beras di lebih banyak negeri ketimbangjumlah negeri anggota WTO (160 atau lebih). Ini macam kekuatan pasarsuatu aspek global perdagangan pertanian yang sama-sekali diabaikanoleh aturan-aturan saat ini tetapi muncul teriakan-teriakan untukperhatian, untuk memastikan distorsi-distorsi pasar dapat ditangani.Bahkan ukuran-ukuran transparansi sederhana pun belum ditempatkan.Aturan-aturan perdagangan perlu merefleksikan kondisi-kondisi aktualdi bawah mana pasar-pasar bekerja, dari pada model-model teoritis pasar-pasar efisien yang sedikit berkait dengan realitas.

Dikutip dari “Food Security and the WTO,” oleh Sophia Murphy, KertasPosisi CIDSE (September 2001)

Agribisnis TNC juga mengejar kepentingan-kepentingan merekamelalui penggunaan mekanisme perselisihan WTO–suatu sistemyang mengancam sanksi-sanksi perdagangan melawan negeri-negeriyang mempertahankan “jurang-jurang” terhadap ekspansipengawasan dan keuntungan lembaga-bisnis. Putusan WTO Sep-tember 1997 menentang skema impor pisang Uni Eropa dariAfrika, para eksportir Pasifik dan Karibia membuka perluasandominasi TNC. Protes menentang Uni Eropa dibuat oleh Ekuador,Guatemala, Honduras, Meksiko dan Amerika Serikat. PemerintahAS membuat kasus atas nama basis TNC AS Chiquita, meskipun

24Edi Cahyono’s experiencE

Page 27: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

Amerika Serikat tidak mengekspor pisang.

3.3 Harmonisasi Ke-bawah

Di bawah WTO, undang-undang dan regulasi-regulasi nasionaldan sub-nasional harus “diharmonisasi” dengan standar-standarinternasional. Meskipun standar-standar internasional ini dianggapsebagai basis untuk undang-undang dan regulasi-regulasi lokal,setiap standar lokal yang melampaui standar-standar internasionalini dicap jurang perdagangan yang tidak fair (adil). Sejak definisistandar-standar internasional baru di bawah WTO ditentukan olehindustri swasta, ada suatu pengelakan harmonisasi ke-bawah.

Satu contoh harmonisasi ke-bawah ini adalah Perjanjian WTOtentang Sanitasi dan Ukuran-ukuran Pitosanitasi (SPS)–seperangkat aturan dan obligasi penyelenggaraan harmonisasikesehatan internasional dan inspeksi impor-impor higienis.Faktanya bahwa inspeksi impor pangan dan ukuran-ukurankeamanan dimasukkan dalam perjanjian-perjanjian WTO artinyabahwa mereka telah siap mengidentifikasi sebagai jurang-jurangpotensial bagi kepentingan-kepentingan agribisnis.

Dalam referensi pengantar yang dibuat Sekretaris Pertanian AS,menargetkan prosedur-prosedur keamanan pangan dan inspeksihigienis sebagai jurang-jurang perdagangan. Perjanjian SPS adalahalat, digunakan untuk merobohkan jurang-jurang ini. Misalnya,pada Oktober 1998 WTO mengatur untuk kepentingan AS, dalamsatu perselisihan dengan Jepang, tentang inspeksi kesehatan akhirdan prosedur-prosedur karantina untuk produk-produk pertanianyang diimpor (khususnya buah-buahan). Disimpulkan bahwaukuran-ukuran ini melanggar Perjanjian SPS, walaupun faktanyabahwa proteksi atas panen-panen buah petani setempat menentangpenyakit-penyakit dan hewan-hewan peliharaan impor adalah isupenting berkaitan dengan hak-hak kaum tani ini. Pemerintah ASmenyangkutkan protes WTO dan menang atas nama kepentingan-kepentingan agribisnis AS yang mencari akses lebih luas ke pasarJepang. Ukuran-ukuran impor buah kemudian direvisi ke-bawahmengikuti garis putusan WTO.

Harmonisasi ke-bawah sistematik dari ukuran-ukuran higienis dankeamanan untuk impor-impor pangan di bawah Perjanjian SPS

25Edi Cahyono’s experiencE

Page 28: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

terjadi pada saat meningkatnya krisis-krisis keamanan pangan.Meluasnya BSE (“penyakit sapi gila”), meningkatnya kecelakaansalmonella dan e-coli dan kontaminasi toksis pada telur hanyalahsedikit ancaman kesehatan serius yang dihadapi para petani, parapekerja dan konsumen pangan dan pertanian dalam tahun-tahunsekarang. Krisis-krisis ini menegaskan keperluan mendesak untuklebih keras dan efektif inspeksi dan ukuran-ukuran keamananpangan dan pertanian. Diperlukan standar-standar lebih tinggidan penerapan standar-standar lebih keras. Sekarang WTOmembawa kita pada jurusan berseberangan dengan merendahkanstandar-standar dan menyatakan ilegal keamanan keras danukuran-ukuran higienis. Pada saat yang sama, TNC meletakkankeuntungan sebelum kesehatan publik selama krisis-krisis ini danoleh karena itu tidak dapat dipercaya dalam suatu lingkungan yangdideregulasi.

Standar-standar internasional di mana WTO menyelenggarakanPerjanjian SPS didasarkan pada standar-standar perlengkapanCodex Alimentarius Commission. Codex Alimentarius Commissionadalah sebuah lembaga perangkat standar internasional yangdidirikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan OrganisasiPangan dan Pertanian (FAO) dan adalah upaya perwakilan-perwakilan pemerintah dan para penasehat resmi dari bisnis swasta.Commission dipengaruhi berat oleh perwakilan-perwakilankorporasi-korporasi pangan dan kimia. TNC pangan-pertanianyang berbasis di AS berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuanCommission dan menentukan posisi yang diambil oleh pemerintah-pemerintah. Monsanto, misalnya, adalah satu TNC yangmenggunakan pengaruh kuat dalam Codex. AS memenangkankasusnya di WTO melawan pelarangan EU tentang impor-impordaging-sapi berhormon (hormone-fed beef) meskipun fakta ilmiahmenunjukkan efek-efek bahaya potensial pada kesehatan manusiadari pertumbuhan sisa-sisa (residue) hormon dalam daging-sapi.Sebabnya bahwa keputusan WTO didasarkan pada Codex, dankeprihatinan pertumbuhan hormon adalah produk Monsanto.

Sebagai satu hasil pengaruh langsung TNC dalam CodexAlimentarius Commission, standar-standar Codex sangat lemah,membolehkan penggunaan kimia-kimia berbahaya yang sebaliknyadilarang pada banyak negeri. Misalnya, Codex mengijinkan sisa

26Edi Cahyono’s experiencE

Page 29: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

DDT dalam susu, daging dan beras dan mengijinkan penggunaanbeberapa pestisida berbahaya yang dilarang oleh banyakpemerintahan dan dinilai sebagai sangat berbahaya oleh WHO.Standar-standar internasional baru tentang kimia-pertanian diWTO–yang di bawah standar-standar nasional yang ada di banyaknegeri–didasarkan pada standar-standar Codex.

Masalah ini tidak terbatas pada keamanan pangan tetapi jugamemperhatikan kesehatan dan keamanan para pekerja yang terlibatmemproduksi pangan itu. (Sub)-standar Codex untuk kemanananpangan menggulirkan ke belakang standar-standar nasional yangmembatasi atau melarang kimia-kimia berbahaya. Dapatdimengerti harmonisasi tidak hanya membawa undang-undangdan regulasi-regulasi nasional segaris dengan aturan-aturanperdagangan multilateral, pula memisah mereka dari tekanan-tekanan demokratik pada pemerintah-pemerintah nasional,mengunci mereka ke dalam satu perangkat obligasi dan aturanyang secara konstan meredefinisi standar-standar mengikutikepentingan-kepentingan industri swasta, khususnya TNC.

3.4 Serbuan pada Penggunaan Label GMOs

Di bawah Perjanjian WTO tentang Jurang-Jurang Teknik padaPerdagangan (TBT) “proses-proses produksi dan metode-metodeproduksi” (PPMs) dikeluarkan dari pertimbangan. Ini berartibahwa kondisi-kondisi sosial, kesehatan dan keselamatan,lingkungan dan politik di bawah mana barang-barang diproduksidianggap tidak relevan: komoditas-komoditas dengan karakteristik-karakteristik sama harus diperlakukan sebagai produk-produk“equivalent” di bawah undang-undang dan regulasi-regulasinasional dan sub-nasional. Ini juga menerapkan “standar-standar,”termasuk sukarela, mekanisme-mekanisme tak mengikat sepertipemberian label sukarela. Sebagai satu hasil meskipun berlabelsukarela dapat diperlakukan sebagai diskriminasi melawan produk-produk perusahaan-perusahaan yang tidak berpartisipasi dalamskema-skema label sukarela.

Pemisahan proses produksi dan produk berarti mengabaikan hakuntuk mengetahui apa [yang] ada dalam satu produk danbagaimana itu diproduksi. Pengeluaran PPMs dijalankan olehperjanjian TBT secara langsung menantang perjuangan historik

27Edi Cahyono’s experiencE

Page 30: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

gerakan serikat pekerja untuk mengenalkan pada buruh [hal]dibalik produk. Serikat-serikat selalu memperjuangkan agarproduk-produk dinilai menurut kondisi-kondisi di bawah manamereka diproduksi. Serikat-serikat secara efektif memobilisasikeperdulian konsumen untuk memberi tekanan pada kaum em-ployer agar mengungkapkan kondisi-kondisi di bawah mana satuproduk dibuat. Dengan mendesak pemisahan barang-barang yangdijual dan pelayanan-pelayanan dari metode-metode dan proses-proses produksinya, WTO telah membentuk landasan-landasanbagi tantangan undang-undang nasional yang mencoba membuatkaitan ini.

Pemanfatan WTO untuk menyerbu penggunaan label GMOs danpelarangan pada produk-produk pangan GMOs adalah satucontoh. AS mempertimbangkan pangan GM dan pangan non-GM menjadi produk-produk equivalent; oleh karena itu tidak adapengujian keamanan khusus, peninjauan-peninjauan, ataudiperlukan pencatuman label sebelum masuk pasar. Posisi inididukung oleh pengeluaran proses dan metode-metode produksidi dalam perjanjian TBT. Sebagai satu hasil, langkah pemerintah-pemerintah Sri Lanka dan Bolivia untuk memperkenalkan undang-undang pelarangan GMOs bertemu dengan ancaman-ancamanaksi dalam WTO oleh pemerintah AS, dan juga oleh pemerintah-pemerintah Argentina dan Australia.

Pada Januari 2001, Bolivia memperkenalkan suatu pelaranganduabelas bulan pada seluruh pangan dan produk-produk pertanianyang berasal dari panen-panen GMOs, tetapi tekanan daripemerintah Argentina dan korporasi-korporasi pangan-pertaniandan bio-tech memaksa penarikan kembali dari legislasi. Dalamrespon terhadap tekanan dari kelompok-kelompok lingkungan danorganisasi-organisasi petani kecil/pekerja pertanian, pemerintahBolivia mengumumkan pada Agustus 2001 bahwa pelarangan akandiangkat pada satu Dekrit Tertinggi, menjadikannya satu undang-undang permanen. Bagaimanapun, ancaman oleh pemerintah-pemerintah Argentina dan AS untuk melakukan aksi dalam WTOmemaksa pemerintah Bolivia mengakhiri larangan dua bulansebelum batas akhirnya. Misi Bolivia ke WTO di Jenewa telahmenginformasikan pemerintahnya bahwa ancaman Argentina danAS “sah di bawah aturan-aturan WTO.” Argentina adalah ekportir

28Edi Cahyono’s experiencE

Page 31: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

kedua terbesar kedelai GMOs setelah AS, dan Lingkaran pestisidaMonsanto digunakan secara ekstensif di Argentina.

Pada Mei 2001 pemerintah Sri Lanka mengajukan satu laranganpada impor-impor dari 21 kategori produk-produk pangan GMOs,termasuk kedelai GMOs, susu kedelai, saus kedelai dan kedelaigiling, tomat dan produk-produk berbasis tomat, dan jagung giling.Pada saat yang sama pemerintah menyatakan bahwa akanmenyelenggarakan pelarangan di bawah amandemen-amandemenUndang-Undang Pangan yang akan disahkan pada Septembertahun itu. Di bawah pelarangan sertifikasi bebas-GMOs yangdiperlukan untuk seluruh produk-produk pangan impor. Dalammerespon pemerintah-pemerintah AS dan Australiamemperingatkan pemerintah Sri Lanka bahwa mereka akanbertindak di WTO menentang pelarangan. Pemerintah ASmengindikasikan bahwa Sri Lanka dapat menghadapi sanksi USD190 juta bila diproses dengan undang-undang baru. Hasilnyapelarangan ditangguhkan. Sementara, WTO menyerukan padapemerintah Sri Lanka untuk menyediakan fakta-fakta ilmiah untukmendukung keputusannya dan memperingatkan bahwa pelaranganakan diperlakukan sebagai suatu jurang perdagangan tidak fair(adil).

Hanya enam minggu setelah bergabung ke WTO, Cinamenghadapi ancaman suatu kemungkinan perselisihan dalamregulasi-regulasi ber-label-kan GMOs-nya. Pemerintah ASmengancam mengajukan suatu keberatan formal di WTOmenentang regulasi-regulasi baru Cina tentang impor barang-barang pangan GMOs. Pemerintah AS menggambarkan regulasi-regulasi baru (dirancang untuk melindungi kesehatan publik danlingkungan) sebagai “suatu jurang perdagangan tidak fair.”

Kebutuhan meregulasi GMOs bukan hanya suatu isu keamananpangan karena proteksi kesehatan publik diperhatikan, tetapi jugamemperhatikan hak rakyat untuk memutuskan tidakmengkonsumsi pangan-pangan GMOs. Lebih lagi, ada satu isukritik bagi kaum tani kecil, termasuk kaum tani subsisten, yanghidupnya terancam oleh kompetisi dari agribisnis, yangmenggunakan GMOs untuk memotong harga-harga dan hasilsurplus untuk dumping internasional. Kehidupan mereka

29Edi Cahyono’s experiencE

Page 32: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

selanjutnya terancam oleh ketergantungan pada bibit GMOs danpestisida-pestisida dan pupuk-pupuk spesifik yang disediakan olehbibit-bibit GMOs. Dari suatu perspektif berbasis hak-hak kaumtani kecil, kaum tani subsisten dan kaum tani penggarap harusmempunyai hak untuk memilih, bukan untuk membudidayapanen-panen GMOs, dan juga harus punya hak menjadi bebasdari ketergantungan pada TNC dan dari destruksi kompetisidengan TNC yang memindahkan hasil kaum tani dari pasar-pasarlokal dan memaksa mereka dari tanah. Dalam arti ini kita harusbicara tentang hak untuk meregulasi GMOs sebagai sebuah maknauntuk melindungi hak-hak lain.

30Edi Cahyono’s experiencE

Page 33: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

4. konteks lebih luasDampak Perjanjian WTO tentang Pertanian dan SPS danPerjanjian-perjanjian TBT tidak terbatas pada pembalikan ataupembatalan kebijakan-kebijakan dan regulasi-regulasi tertentuuntuk tunduk pada aturan-aturan WTO. Sering perubahan-perubahan ini tidak dihasilkan dari perselisihan-perselisihan WTOatau aplikasi langsung aturan-aturan WTO. Dampaknya dirasakanmeskipun tanpa ada perselisihan di WTO atau peringatan jelasbahwa aturan-aturan telah dilanggar. Mekanisme PeninjauanKebijakan Perdagangan WTO, misalnya, memainkan suatuperanan penting dalam menginstitusionalisasikan aturan-aturanini. Sebagai bagian proses ini, para pembuat-kebijakan di tingkatnasional dan sub-nasional harus secara berlanjut mengevaluasikeberadaan atau kebijakan-kebijakan dan undang-undang yangdiajukan, dipandang dari tantangan potensial di bawah aturan-aturan WTO, termasuk sanksi-sanksi ancaman perdagangan yangmungkin pada setiap komoditas ekspor. Pembuatan keputusanpada tingkat nasional dan sub-nasional didesak oleh asesmen resikokonstan, artinya bahwa perhatian dan kepentingan-kepentinganpublik dapat diabaikan begitu lama seperti setiap legislasi yangdiajukan berpotensi melanggar aturan-aturan WTO. Lebih jauhini mengisolasi pemerintah-pemerintah dari tekanan buruh dangerakan-gerakan sosial.

Ini mengingatkan kita bahwa aturan-aturan memerintahperdagangan dunia, yang secara rutin ditampilkan sebagaimewujudkan perjanjian bulat tentang rasionalitas dan pikiran-sehatdari perdagangan bebas, nyatanya didasarkan pada ancaman sanksi-sanksi WTO. Apa yang muncul sebagai sukarela dan perjanjiannegosiasi secara terbuka nyatanya bargaining melalui suatu prosesancaman-ancaman, paksaan, konsesi-konsesi dan persetujuan-persetujuan bisnis yang adalah wewenang eksklusif kaum teknokratdan bisnis swasta. Pada bagian berikut kita akan menguji kekuatankoersif ini dan politik penyangga rejim WTO, dan juga kontekslebih luas globalisasi lembaga-bisnis.

4.1 WTO sebagai sebuah Rejim

Negara-negara anggota WTO resminya diklasifikasi sebagai “maju,”“berkembang” dan “miskin.” Alasan resmi untuk ini adalah bahwa

31Edi Cahyono’s experiencE

Page 34: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

negeri-negeri berkembang dan miskin memerlukan lebih banyakwaktu untuk memenuhi obligasi-obligasi yang ditetapkan dalamperjanjian-perjanjian WTO. Ini dibenarkan oleh fakta bahwaperbedaan-perbedaan pada tingkat pembangunan menghasilkanperbedaan-perbedaan dalam kapasitas negeri-negeri untukmengikuti aturan-aturan dan disiplin-disiplin WTO. Sebagaisebuah hasil, saat dibuat kerangka-kerangka untuk menghapusmacam-macam jurang tertentu adalah lebih panjang untuk negeri-negeri yang miskin. Bagaimanapun, realitas adalah bahwa dalamlima tahun yang lalu Quad (pemerintah-pemerintah Uni Eropa,AS, Jepang dan Kanada) telah secara agresif menggunakanpenyelesaian perselisihan WTO dan mekanisme peninjauankebijakan perdagangan, menjalankan dengan tegas aturan-aturandan disiplin-disiplin WTO terhadap negeri-negeri miskin.Daripada membuat konsesi-konsesi untuk perbedaan-perbedaandalam tingkat pembangunan, WTO telah mendefinisikanpembangunan macam apa yang diijinkan, memaksa negeri-negeriberkembang untuk tunduk dengan model ini pada biaya politik,sosial dan ekologis yang besar. Lebih luas, harmonisasi hukum-hukum dan regulasi-regulasi nasional dan sub-nasional untukdisesuaikan dengan standar-standar global baru yang direncanakanoleh industri swasta dan dipaksakan oleh WTO, telah berhasildalam destruktif sistematik upaya-upaya untuk melindungi hak-hak, kesehatan, dan kehidupan rakyat pekerja, dan kapasitas kitauntuk menguji pengawasan demokratik terhadap modal.

Pondasi ini nyatanya bahwa WTO kurang beroperasi sebagai suatuorganisasi beranggotakan negara-negara ketimbang sebagai suaturejim pelaksana koersif yang mempertahankan ketidaksamaansistem ekonomik global, menjamin berlanjutnya dominasi negeri-negeri maju–khususnya Uni Eropa, AS dan Jepang, di manabermarkas lebih 480 dari 500 TNC terbesar di dunia. Macampembangunan diijinkan dan dipaksakan di bawah rejim WTOyang mana memberi kepentingan-kepentingan TNC-TNC ini,memperluas kekuasaan dan keuntungan-keuntungannya.

Dengan membatasi anggota negara-negara berkembang dan miskinpada model pembangunan macam ini, kemungkinan inisiatif-inisiatif demokratik untuk mengurangi kemiskinan dan membantupembangunan dengan jalan lebih kreatif dan berkelanjutan

32Edi Cahyono’s experiencE

Page 35: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

berkurang secara significant. Khususnya, upaya-upaya yangditujukan mendukung lokalisasi dan pembangunan yang berpusatpada komunitas, terpenggal oleh larangan-larangan pada subsidi-subsidi pemerintah dan restriksi-restriksi pada segala bentukdukungan publik yang dapat membatasi dominasi TNC di pasar-pasar lokal. Di bawah perjanjian WTO pemerintah-pemerintahnegeri-negeri berkembang tidak dapat menggunakan kebijakan-kebijakan industrial yang mempromosikan industri lokal ataumengadakan performa yang dibutuhkan untuk para investor asingmenyumbang pada pembangunan lokal (misalnya, kebijakan-kebijakan bermuatan domestik atau kebutuhan-kebutuhan trans-fer teknologi), meskipun kenyataan bahwa pemerintah-pemerintahdi negeri-negeri maju menggunakan kebijakan-kebijakan samadalam industrialisasi di masa lampau. Malahan, meningkatkanketergantungan pada TNC dikombinasi dengan meningkatnyaketidak-stabilan finansial, dan ketidaksamaan lebih-besar di dalamdan di antara negeri-negeri [berkembang].

Dengan jalan ini rejim WTO mengambil hirarkhi yang ada daribangsa-bangsa kaya dan miskin lalu membekukannya,mengekalkan ketidaksamaan perekonomian global dan kelahiran-kelahiran kolonialnya.

4.2 Globalisasi Lembaga-Bisnis: Menjebol jurang-jurang

Adalah dalam konteks ini bahwa kita harus kembali pada isuglobalisasi. Sebagai satu proses politik globalisasi terlibatpenghancuran jurang-jurang politik dan sosial bagi ekspansi modal,khususnya modal internasional yang diwakili oleh korporasi-korporasi internasional dan per-bank-kan dan lembaga-lembagafinansial. Jurang-jurang ini bukan tariff atau jurang-jurang lainyang mengalirkan barang-barang dan berbagai pelayanan lintasbatas. Mereka adalah jurang-jurang politik dan sosial, membentukdekade-dekade perjuangan buruh dan gerakan-gerakan sosial untukmelindungi hak-hak politik, ekonomik dan sosial kolektif rakyatpekerja dengan membatasi kekuasaan lembaga-bisnis dankeunggulan laba di atas rakyat. Hal ini memasukkan berbagaibentuk regulasi pemerintah dari aktivitas-aktivitas lembaga-bisnis,seperti undang-undang tentang lapangan-kerja, perlindunganlingkungan dan kesehatan publik. Pemilikan publik dan ketentuan

33Edi Cahyono’s experiencE

Page 36: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

layanan-layanan publik juga diserang sebagai jurang-jurang, sejakmereka menempatkan keadilan dan kebutuhan-kebutuhan sosialsebelum kebutuhan paling penting korporasi-korporasi–keuntungan swasta.

Dalam mengejar kebebasan lembaga-bisnis lebih luas, TNCmenempatkan perluasan tekanan pada pemerintah-pemerintahuntuk menderegulasi dan memprivatisasi. Dalam dekade terakhirsaja, 1.035 perubahan pada undang-undang investasi asing diseluruh dunia, 94 persen perubahan-perubahan ini menghadiahkankorporasi-korporasi kebebasan lebih luas dan kesanggupanmenurunkan–dan hak–pemerintah-pemerintah untukmeregulasikan itu. Bagaimanapun, ini masih belum cukup.Didasarkan pada ketakutan mereka bahwa gerakan-gerakan sosialdan buruh akan kembali pasang dan mengembalikan (ataumenciptakan) pengawasan-pengawasan demokratik pada modal,TNC menuntut bahwa perubahan-perubahan di bawahperdagangan bebas dikunci dalam ruang dan dibuat permanen.Oleh karena itu seperangkat aturan global baru diciptakan untukmemaksa masing-masing dan tiap-tiap pemerintah untukmelindungi dan menjaga hak-hak TNC, dengan ancaman sanksi-sanksi perdagangan dan isolasi ekonomik bagi negeri yang tidakmelakukan. Aturan-aturan ini tidak hanya menempatkan sistemglobal di atas lokal, tetapi memberi status pemerintah-pemerintah[pada] korporasi-korporasi global. Korporasi-korporasi terbesar initelah menjadi kaya dari hampir seluruh pemerintahan, jadikedudukan sama legal dan politik di bawah hukum internasionalterlihat sebagai langkah logis berikutnya.

Dalam konteks ini tujuan perjanjian-perjanjian WTO sebagaikomponen-komponen rejim WTO adalah untuk menguncinegara-negara pada tingkat nasional dan sub-nasional, melindungikemungkinan munculnya kembali jurang-jurang ini. Rejim dengancepat menrancang untuk mencegah satu pembalikan kebijakan-kebijakan neo-liberal dan kekuasaan lembaga-bisnis dikonsolidasidengan sanksi-sanksi ancaman melawan negeri-negeri yangpemerintahannya mencoba mendirikan kembali jurang-jurang ataumenciptakan bentuk-bentuk baru proteksi sosial dan/atau ekologisdalam merespon tekanan gerakan-gerakan sosial dan buruh.

34Edi Cahyono’s experiencE

Page 37: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

Seperti program penyesuaian struktural yang dipaksakan oleh IMF,harmonisasi di bawah WTO telah mentargetkan kemandirianpangan/keamanan pangan dan keselamatan pangan sebagai jurang-jurang untuk keuntungan lembaga-bisnis. WTO secara mendasarmenentang pertanian berkelanjutan yang menjamin keamananpangan, redistribusi lebih adil, dan perlindungan ekologis tepatnyakarena seperti praktek-praktek kendali membatasi maksimalisasi-keuntungan dan ekspansi pangan-pertanian TNC.

4.3 Ketergantungan Ekspor dan Utang Luar-Negeri

Ketidaksamaan dikekalkan dalam rejim WTO diilustrasikan olehpelarangan pada ukuran-ukuran perimbangan-perdagangan (dimana pemerintah-pemerintah memaksakan restriksi-restriksi padaimpor dari input-input suatu korporasi atau membatasi input-in-put mengikuti tingkat ekspor-ekspornya) dan diperlukanperimbangan perdagangan luar-negeri (di mana suatu korporasidiijinkan impor dikaitkan dengan nilai ekspornya jadi di situ adasatu pendapatan netto perdagangan internasional). Pelarangan inimengabaikan realitas-realitas sistem ekonomik global di mananegeri-negeri lebih miskin terkunci pada satu model industrialisasiorientasi-ekspor (EOI) dan utang luar-negeri masif. Nyatanya,banyak tekanan untuk menentukan performa ekspor keperluan-keperluan untuk investasi asing dan untuk memastikan satupemasukan netto perdagangan luar-negeri didasarkan padakebutuhan untuk mempertemukan obligasi-obligasi pembayaran-kembali utang dalam mata-mata uang asing. Pengabaian untukmempertemukan batas-waktu pembayaran-kembali utang hanyamenempatkan pemerintah-pemerintah negeri-negeri ini di bawahpengawasan lebih luas oleh bank-bank transnasional dan IMF.

Keseluruhan utang global seluruh negeri berkembang, menurutstatistik PBB, adalah pada 1980 USD 567 milyar, pada 1992 USD1,4 trilyun. Dalam periode 12 tahun yang sama, total pembayaranutang asing dari negeri-negeri “Dunia Ketiga” berjumlah USD1,6 trilyun. Ini artinya bahwa meskipun telah menerimapembayaran kembali tiga kali lipat atas pinjaman mereka USD567 milyar, pada 1992 mereka memiliki 250 persen dari apa yangmereka miliki pada 1980. Dari utang USD 226 milyar milik 93negeri-negeri miskin pada 1998, USD 209 milyar sebenarnya telah

35Edi Cahyono’s experiencE

Page 38: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

4) Joseph Hanlon, “How much debt must be cancelled?,” Journal of InternationalDevelopment, 12, 2000, hal. 877-901.

dibayar. Diperkirakan bahwa penggunaan ini lebih dari USD 70milyar telah dimanfaatkan untuk kesehatan, pendidikan danpembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan-kebutuhandasar dan hak-hak manusia.4 )

Utang negeri berkembang saat ini lebih USD 2,5 trilyun. Sebegitujauh, pemerintah-pemerintah negeri-negeri maju telah mengajukanpenghapusan hanya sekitar USD 100 milyar pada utang ini.Sekarang lebih dari USD 600 milyar utang milik 71 negeri-negeriyang tidak dapat mampu untuk membayar layanan utangkeseluruhan mereka harus segera dibatalkan, agar dapat memenuhihak-hak dasar manusia, termasuk hak yang sama, pangan yangaman dan sehat dan hak bagi perlindungan kehidupan.

Janji pengurangan utang diumumkan pada Konperensi TingkatTinggi (Summit) G8 di Okinawa pada tahun 2000, tak ada jalanmemecahkan masalah ini. Sementara negeri-negeri berutangterbesar segera diberi pengurangan sampai 25 persen dari totalutang mereka, pengurangan-pengurangan ini adalah kondisionalbagi secepatnya pembayaran kembali utang yang belumdiselesaikan, dan implementasi lebih jauh jangkauan kebijakan-kebijakan ekonomik neo-liberal, khususnya privatisasi layanan-layanan dan utilitas-utilitas publik. Negeri-negeri sepertiMozambique, di mana pembayaran kembali utang tahunannyamelebihi total ekspenditur untuk kesehatan dan pendidikan,mendapatkan dirinya menerima pemotongan lebih-lanjutketentuan publik atas kesehatan dan pendidikan (jadimemperdalam kemiskinan dan ketidaksamaan) dalam rangkakeuntungan dari reduksi utang.

Logika destruktif pondasi situasi ini jelas memaksakan kembalikebutuhan untuk gerakan serikat pekerja internasional untukmenuntut pembatalan seluruh dan tanpa syarat bagi utang negeriberkembang. Ini adalah satu langkah esensial dalam mengajukanketidaksamaan-ketidaksamaan yang diabadikan oleh rejim WTO.Itu juga akan menciptakan ruang untuk membangun model-modelpembangunan alternatif dalam mana kebutuhan-kebutuhan sosialdan kehidupan rakyat pekerja diletakkan sebelum keuntungan

36Edi Cahyono’s experiencE

Page 39: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

swasta.

Bila utang dibatalkan, apa yang akan menjadi biaya rakyat pekerjadi negeri-negeri maju? Menurut Koalisi Jubilee 2000 biayapembatalan utang dari negeri-negeri termiskin akan dapatdiabaikan. Bagi Inggris, biaya per orang per tahun adalah sepertimenjadi dua poundsterling, atau empat pence per pembayar-pajakper minggu. Di Kanada dampak pembatalan utang milik Kanadaoleh negeri-negeri miskin adalah equivalent diperkirakan CAD 15per tahun untuk tiga tahun bagi setiap orang Kanada.

Hubungan antara lingkaran setan utang dan ketergantungan ekspordan rejim WTO adalah krusial. Kekuatan negara-negara anggotaWTO untuk memaksakan sanksi-sanksi pada tiap-tiap anggotalainnya yang dianggap telah melanggar aturan-aturan adalahelemen kunci dalam otoritas rejim koersif. Tetapi sanksi-sanksiperdagangan, atau ancaman terhadap permintaan mereka, hanyaefektif melawan negeri-negeri yang tergantung pada ekspor-ekspor.

Kekuasaan sanksi-sanksi perdagangan kenyataannya [adalah] alasanbagi ketergantungan ekspor. Kebalikannya, sistem demokratik swa-sembada pangan dan pertanian berkelanjutan didasarkan pada hakatas keamanan pangan dan kedaulatan pangan yang akanmelindungi ancaman sanksi-sanksi dari mengalami dampakkeseluruhanya, dan dengan demikian akan memperlemahkemampuan WTO untuk menguji pengaruh atas pemerintah-pemerintah nasional untuk mengijinkan eksploitasi tak tebatas olehTNC.

Analisis pemaksaan kekuasaan utang ini juga berimplikasi akanpenggantian sederhana “perdagangan bebas” dengan perdaganganfair (adil), adalah bukan satu solusi di dalam dan [untuk] diri-sendiri. Perdagangan adil membuat tidak masalah bila satu negeritelah dipaksa untuk seratus tahun belakangan menanam danmengekspor kopi, atau bila rakyat kelaparan dan pada saat yangsama mengekspor beras. Sebaliknya, kita perlu secara fundamen-tal memikirkan-kembali mengapa kita berdagang, apa dagangankita dan kebutuhan untuk alternatif-alternatif lokal.

Bagi negeri-negeri berkembang, bagaimanapun, alternatif-alternatifapa pun tidak dapat tetap dipertimbangkan sepanjang mereka

37Edi Cahyono’s experiencE

Page 40: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

dibebani oleh utang luar-negeri. Tekanan pembayaran-kembaliutang adalah kekuatan pengendali dibalik ekspor-ekspor,penguncian negeri-negeri ini pada perdagangan bebas dan rejiminvestasi WTO dan kebijakan-kebijakan penyesuaian strukturalBank Dunia dan IMF.

Pembatalan keseluruhan dan segera utang negeri miskin danpeningkatan, bantuan sosial internasional tak-bersyarat diperlukansebelum sistem perdagangan adil apapun dapat benar-benar efektif.Pada saat yang sama, kekuasaan TNC harus diperhadapkan melaluiaksi serikat internasional yang lebih efektif, termasuk lebih agresifbargaining kolektif transnasional. Ini harus dikombinasi dengangerakan-gerakan sosial yang lebih-luas yang membangun tekananuntuk memerintah di dalam TNC, membatasi–lebih darimemperluas–hak-haknya.

38Edi Cahyono’s experiencE

Page 41: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

5. rejim-rejim investasi globalSatu hasil sangat penting pertemuan Menteri-Menteri WTO diDoha dan hasil ‘Putaran Pembangunan Doha’ adalah langkahuntuk memasukkan aturan-aturan investasi dalam WTO. Paragraf20 Deklarasi Menteri WTO di Doha mengakui “... kasus untuksuatu kerangka-kerja multilateral demi menjamin kondisi-kondisitransparan, stabil dan dapat diprediksi bagi investasi lintas-batasjangka panjang, khususnya investasi langsung asing (FDI) yangakan menyumbang pada ekspansi perdagangan.”

Hal ini secara efektif menyegarkan kegagalan upaya pada tahun1998 untuk membentuk MAI (Perjanjian Multilateral padaInvestasi) di OECD, seperangkat aturan-aturan mendirikan suatupiagam (charter) global dari hak-hak bagi TNC. Dengan membuatilegal segala macam regulasi pemerintah-pemerintah dari aktivitas-aktivitas TNC dan memperluas lembaga-bisnisnya menjangkaukesehatan, pendidikan dan lingkungan, MAI menjual hak asasimanusia dan demokrasi bagi hak-hak dan laba lembaga-bisnis.Usulan MAI tidak hanya dirancang untuk melindungi hak-hakmodal industrial, tetapi termasuk modal finansial. Dana-danapensiun dan kolektif (mutual), dana-dana jaminan, bank-bank,firma-firma sekuritas dan perusahaan-perusanaan asuransi akanmenjadi lebih-bebas dari regulasi-regulasi dan pengawasan-pengawasan pemerintah, meskipun kenyataannya bahwa korporasi-korporasi yang sama ini adalah suatu sumber primer dari instabilitasfinansial global, menghasilkan krisis-krisis finansial di Asia, EropaSelatan dan Amerika Latin yang memelaratkan berjuta-juta rakyatpekerja.

Adalah dalam konteks ini bahwa satu kemenangan paling pentingmelawan globalisasi neo-liberal dicapai pada 1998. Mobilisasi massadan protes-protes memaksa beberapa pemerintah untuk sadarbahwa biaya-biaya politik domestik dari MAI begitu tinggi–pal-ing tidak pada saat itu. Tidak lebih-menyenangkan mengalahkanMAI ketimbang kemunculan-kembali sebagai pengajuan MIA(Perjanjian Investasi Multilateral) dalam WTO, dan bermacamsamaran lain. Mengabaikan penolakan populer dari aturanlembaga-bisnis global, para pejabat perdagangan meletakkan MAIkembali dalam agenda dalam cara-cara baru, dan lebih bersifat

39Edi Cahyono’s experiencE

Page 42: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

rahasia.

5.1 Aturan-aturan Investasi dalam WTO

Beberapa hak lembaga-bisnis yang disandarkan dalam MAIkenyataannya siap masuk dalam WTO. Perjanjian tentang Ukuran-ukuran Investasi Terkait-Perdagangan (TRIMs) melarang hukum-hukum, kebijakan-kebijakan atau regulasi-regulasi administratifmendukung produk-produk domestik. Ini memasukkan insentif-insentif pemerintah untuk mendorong korporasi-korporasimenggunakan produk-produk yang dibuat secara domestik sebagaisuatu cara menciptakan atau melindungi kesempatan-kerja lokal.Ini menjadi percabangan-percabangan serius bagi kebijakan-kebijakan industrial yang dirancang untuk mendukungpembangunan dari kapasitas domestik, menjamin alirankeuntungan-keuntungan dari investasi asing atau membatasidampak dari kompetisi asing. Dengan membuat kebijakan-kebijakan bermuatan lokal dan performa yang diperlukan bagiinvestasi-investasi asing ilegal, kemampuan buruh terorganisiruntuk menekan pemerintah-pemerintah pada penerapan yangberguna secara sosial, kebijakan-kebijakan industrial menciptakanlapangan-kerja, jauh berkurang.

Kenyataan significant Perjanjian TRIMs bohong tentang apa yangseharusnya–bukan apakah itu. Aslinya hal itu mengajukan suatuperjanjian komprehensif tentang investasi akan dimasukkan dibawah rejim WTO. Ini akan menjamin perlakuan nasional bagikaum investor asing dan melarang setiap macam regulasipemerintah tentang investasi asing seperti syarat-syarat transferteknologi, restriksi pada transfer-transfer keuntungan-keuntunganinternasional, pengawasan-pengawasan pada arus perdaganganluar-negeri, peninjauan-peninjauan pemerintah atas performainvestasi asing, nasionalisasi, pengambil-alihan, dsb. Pemerintah-pemerintah Uni Eropa, AS, Jepang dan Kanada mencobamendorong proposal ini melalui, tetapi menghadapi perlawanankuat dari pemerintah-pemerintah negeri-negeri berkembang. SuatuPerjanjian TRIMs yang-lemah (cair) dihasilkan. Bagaimanapun,di sana masih ada tekanan untuk sebuah ekspansi, PerjanjianTRIMs yang lebih kuat yang akan bertindak seperti bill of rights(pernyataan hak-hak [asasi manusia]) lain bagi TNC. Setelah Doha,

40Edi Cahyono’s experiencE

Page 43: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

nampaknya suatu perjanjian investasi baru dalam WTO akandiperkenalkan melampaui Perjanjian TRIMs sekarang.

5.2 Bab 11 NAFTA

Teks draft MAI didasarkan pada aturan-aturan investasi Bab 11dari Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA). Olehkarena itu, penyerangan hak-hak dan keberadaan rakyat pekerjadi bawah Bab 11 NAFTA memegang pelajaran amat penting bagigerakan-gerakan serikat pekerja di seluruh dunia.

Bab 11 NAFTA menyatakan bentuk konsentrasi modal globalmembawa pada kebebasan untuk diri-sendiri dari seluruh restriksidari syarat-syarat dan kondisi-kondisi investasi-investasi lintas-batas. Bab 11 menyiapkan seperangkat “hak” investor dan proteksi-proteksi berujung pada hak korporasi-korporasi untuk secaralangsung menantang hukum-hukum, regulasi-regulasi dan praktek-praktek dari satu negeri penandatangan bila ini menimpa padakemampuan investor dalam mengeduk keuntungan maksimal. Dibawah Bab 11, adalah ilegal untuk memaksakan muatan lokal,transfer teknologi, atau syarat-syarat repatriasi keuntungan padainvestasi-investasi. Investor memperkarakan-hukum negara dapatdiajukan oleh korporasi-korporasi [yang] menuntut kompensasibagi hilangnya pendapatan potensial di masa-mendatang. Korporasidalam kasus-kasus seperti itu dianggap menjadi korban suatutindakan “serupa dengan pengambil-alihan.” Perselisihan-perselisihan disampaikan dalam pengadilan-pengadilan tertutupbermajeliskan “para pakar” arbitrasi. Tiada-guna untuk berkata,traktat menetapkan untuk tak ada hak timbal-balik pemerintahuntuk beraksi menentang korporasi-korporasi atas kerusakan sosial,ekonomik atau lingkungan, saat ini atau yang akan datang.

Hak korporasi-korporasi asing untuk menggugat pemerintah-pemerintah negeri-negeri lain melampaui hukum-hukum yangmempengaruhi aktual mereka atau aktivitas-aktivitas bisnis yangakan datang bermakna bahwa pemerintah-pemerintah tidak dapatlagi meng-draft dan mengimplementasi legislasi yang melindungilingkungan, kesehatan dan standar-standar sosial tanpa beresikoinvestor memperkarakan-hukum negara. Lebih lagi, mekanismekeberatan investor terhadap negara mengijinkan beberapa TNCuntuk memasukkan keberatan-keberatan individual atas isu yang

41Edi Cahyono’s experiencE

Page 44: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

sama, memperbanyak tekanan–dan pembayaran potensial dalamkerusakan-kerusakan–pada suatu pemerintahan. Klaim-klaim‘pengambil-alihan regulasi’ ini tidak hanya mengubah maknapengambil-alihan, menambahkan pada daftar hak-hak investorasing; mereka juga meredefinisi makna regulasi pemerintah. Suatutingkatan luas kebijakan-kebijakan pemerintah, ukuran-ukuranadministratif dan hukum-hukum yang membatasi, moderat,membimbing, membiasakan atau menghalangi aktivitas-aktivitaspara investor asing sekarang, dibahas sebagai tindakan-tindakan‘membawa pergi’ barang-milik korporasi-korporasi ini.

Pada 6 Nopember 2001, Crompton Corporation, sebuahperusahaan AS, memberitahukan pemerintah Kanada maksudnyamenuntut di bawah Bab 11 NAFTA untuk USD 100 juta padakerusakan-kerusakan. Crompton Corporation mengklaim bahwaukuran-ukuran yang diambil oleh Agen Regulasi ManajemenHama Kanada menghapuskan secara bertahap suatu perstisidaberbahaya, lindane, adalah “serupa dengan pengambil-alihan” dibawah aturan-aturan NAFTA. Lindane, yang mirip dengan DDT,dimanufaktur oleh Crimpton Corporation dan digunakanterutama dalam produksi canola/rapeseed. Lindane telahmemperlihatkan menyebabkan kanker payudara dan gelisah tak-terkendali dan konsekuensinya dilarang di tujuh negeri dan samasekali dilarang di negeri-negeri lainnya, termasuk di AS.

Pada 1997 raksasa kimia AS, Ethyl Corp, menggunakan Bab 11NAFTA menuntut pemerintah Kanada untuk satu pelarangan yangdipaksakan pada MMT, suatu bahan-campuran bensin diproduksioleh Ethyl Corp. yang adalah toksis dan berbahaya bagi kesehatanpublik. Ethyl mengklaim bahwa pelarangan “pengambil-alihan”aset-asetnya di Kanada dan bahwa “debat legisltif sendirimembentuk suatu pengambil-alihan aset-asetnya karena kiritsismepublik merusak reputasi perusahaan MMT.” Ethyl menuntutpemerintah Kanada USD 250 juta. Setahun kemudian, pada Juni1998, pemerintah Kanada bersama legislasi lingkungan melarangMMT dan membayar Ethyl Corp USD 13 juta untukmenghentikan kasus.

Tiga tahun kemudian, suatu korporasi Kanada, Methanex,mengajukan gugatan melawan pemerintah AS USD 970 juta

42Edi Cahyono’s experiencE

Page 45: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

sebagai kompensasi untuk undang-undang lingkungan diKalifornia yang melarang perusahaan yang menghasilkan kimiaberbahaya. Methanex mendesak bahwa undang-undang yangmelindungi kesehatan publik adalah “serupa dengan pengambil-alihan.”

Aturan-aturan investasi NAFTA yang sama digunakan olehMetalclad Corporation dalam gugatan-hukumnya menentangpemerintah Meksiko. Pada Oktober 1996, Metalclad Corpora-tion, suatu perusahaan pembuangan-limbah AS, menuduhpemerinah Meksiko melanggar Bab 11 NAFTA ketika negara-bagian San Luis Potosi menolak mengijinkan pembukaan-kembalifasilitas pembuangan-limbah. Gubernur San Luis Potosimemerintahkan penutupan lokasi (site) setelah suatu audit geologismenunjukkan fasilitas akan mengkontaminasi pemasokan airsetempat. Gubernur kemudian menyatakan lokasi bagian dari600.000 are zone ekologis. Metalclad mengklaim ini merupakansuatu tindakan pengambil-alihan dan meminta kompensasi USD90 juta. Pada Agustus 2000 Pengadilan NAFTA untuk kasusMetalclad Corp versus peraturan Meksiko untuk kepentinganMetalclad memerintahkan pemerintah Meksiko membayarkompensasi USD 16,7 juta.

Gugatan-gugatan hukum oleh Crompton dan Ethyl menentangpemerintah Kanada dan pengaturan NAFTA untuk kepentinganMetalclad melawan pemerintah Meksiko bukan hanya suatuserangan pada legislasi yang melindungi lingkungan dan kesehatanpublik. Mereka menyerang pada perjuangan-perjuangan lokal asli(original) yang membawa legislasi ini ada di posisinya. Dengandemikian, menggulirkan kembali legislasi lingkungan dan sosial dibawah perdagangan bebas dan menggulirkan kembali kemenangangerakan-gerakan sosial dan buruh yang lalu.

Pula, gugatan-gugatan hukum investor terhadap negara dariNAFTA menunjukkan bahwa pemerintah-pemerintah federalseringkali ingin mengalahkan kasus-kasus ini dalam rangka disiplinprovinsial, negara atau pemerintah-pemerintah kota yang telahmengadopsi kebijakan-kebijakan progresif [pada] lingkungan dansosial. Di mana pemerintah-pemerintah federal tidak mempunyaikekuatan legal atau politik untuk membalikkan legislasi, hal itu

43Edi Cahyono’s experiencE

Page 46: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

akan membolehkan intervensi eksternal dari NAFTA (atau WTO)untuk bertindak atas namanya.

5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral

Meskipun serangan publik menentang NAFTA, pemerintah-pemerintah AS dan Kanada telah siap memasukkan elemen-elemenesensial aturan-aturan investasi NAFTA dalam perjanjian-perjanjian investasi bilateral dengan negeri-negeri berkembang.Pemerintah Kanada telah siap menanda-tangani 25 perjanjian. Halini merefleksikan kenyataan bahwa sejak penanda-tangananPerjanjian Perdagangan Bebas (FTA) dengan AS pada 1998,pemerintah Kanada telah mengikuti strategi AS membangunlapisan-atas-lapisan dari perdagangan bebas bilateral dan multi-lateral dan rejim-rejim investasi untuk mengunci[nya] dalam hak-hak dan kekuasaan-kekuasaan TNC yang diperluas.

Perkembang-biakan perjanjian-perjanjian perdagangan bilateraladalah significant untuk dua alasan. Hal itu membuat tidak berlakusatu prinsip ideologis klaim-klaim terdepan atas nama WTO yangakan memberi kekuasaan lebih-luas bagi TNC dengan mendebatbahwa kekuatan (dikenal oleh investor) aturan-aturan global hanyaefektif ditangkal pada suatu perjanjian-perjanjian beragam danbilateral. Dan hal itu menampakkan muatan dibalik kendali untukmengakhiri perjanjian-perjanjian perdagangan dan investasi barumemperkuat yang ada.

Suatu bab sama tentang investasi dari Bab 11 NAFTA juga sedangdi-draft pada Area Perdagangan Bebas Amerika (FTAA) yang baru.FTAA adalah suatu ekspansi NAFTA untuk memasukkan 35 negeridi Amerika, kecuali Kuba. Pada 1998 suatu kelompok negosiasiFTAA tentang investasi dibentuk untuk men-draft bab baru padahak-hak TNC. Meskipun oposisi terhadap pencatuman Bab 11NAFTA atau MAI-seperti aturan-aturan pada FTAA, ada indikasikuat bahwa hal ini tetap berjalan. Meskipun suatu keberatan sisteminvestor-terhadap-negara akan berhasil ditentang, ada satu resikoriil bahwa perluasan definisi pengambil-alihan akan dimasukkan.Dibentuk pada rejim investasi NAFTA, FTAA mencari secararadikal membatasi ruang kita untuk bertindak mempertahankanstandar-standar kehidupan kita, kondisi-kondisi kerja kita,lingkungan kita dan hak-hak kita sebagai pekerja dan warga-negara

44Edi Cahyono’s experiencE

Page 47: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

dengan menelanjangi pemerintah-pemerintah dari kapasitasnyamelakukan tindakan pengaturan dalam kepentingan publik.

45Edi Cahyono’s experiencE

Page 48: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

46Edi Cahyono’s experiencE

6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategiKelahiran kembali MAI, dan penyebaran aturan-aturan investasiNAFTA dalam bentuk-bentuk baru, memegang pelajaran pentingbagi strategi-strategi serikat pekerja untuk merespon globalisasilembaga-bisnis dan WTO. Kita jelas tidak dapat membatasi dirikita untuk menentang perjanjian-perjanjian investasi tertentu (par-ticular) dan perjanjian-perjanjian perdagangan bebas. Di mana kitaberhasil dalam menghentikan satu perjanjian perdagangan bebas,yang lain akan [tampil] ke permukaan dalam suatu bentuk berbedauntuk menggantikannya. Pun dapat kita pisahkan dari satupertemuan global berikutnya, membiarkan anggota-anggota kitadengan tanpa peran lain selain sebagai pengamat-pengamat pasifpada suatu proses global puncak [yang] mengisolasi perjuangan-perjuangan mereka. Hal ini dapat hanya membawa padamelemahnya gerakan kita, malahan, adalah perlu melakukan padarejim-rejim investasi dan perdagangan bebas secara keseluruhan,tidak dengan melakukan bagian-bagian individualnya dalam isolasi,tetapi dengan membangun suatu strategi yang secara fundamen-tal menantang kepentingan-kepentingan rejim dan lembaga-bisnisyang bersandar dibalik semua itu.

Hal ini tidak berarti bahwa serikat-serikat harus membatalkankampanye menentang komponen-komponen yang ada atau barudari rejim. Kampanye-kampanye ini esensial. Hal ini,bagaimanapun, berarti, bahwa kampanye-kampanye individualharus secara bijaksana diintegrasikan pada suatu keseluruhan visistrategik.

Penerapan-penerapan dan juga upaya-upaya untuk memasukkanketentuan-ketentuan khusus atau syarat-syarat dalam teksperjanjian-perjanjian. Sering diasumsikan bahwa dampak sosialWTO dapat dijadikan moderat atau dialihkan denganmengindentifikasi apa yang hilang dalam perjanjian-perjanjianWTO dan mendesak untuk pencatumannya. Bagaimanapun,pengujian lebih-dekat dari kekuasaan dan politik rejim WTOmenampakkan batas-batas inheren dalam strategi-strategipencatuman (bahwa ada, upaya-upaya memasukkan hak-hak ataustandar-standar sosial dan lingkungan dalam perjanjian-perjanjianWTO).

Page 49: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

47Edi Cahyono’s experiencE

Ambiguitas sengaja dalam perjanjian-perjanjian WTO sepertiperjanjian TRIMs (lihat penjelasan di atas), dan kontradiksi-kontradiksi nyata dalam pengkalimatan dari beberapa perjanjianWTO, mengesankan bahwa mereka harus pertama-tama dipahamisebagai alat-alat politik dan hanya kemudian sebagai teks-teks le-gal. Pengalaman tujuh tahun belakangan menunjukkan bahwakekuasaan dan politik rejim WTO menentukan interpretasiperjanjian-perjanjian dan penggunaannya. Pencantuman“keamanan pangan” dalam Deklarasi Menteri-Menteri Marrakesmengacu pada Perjanjian tentang Pertanian [di mana] tidakmembawa perubahan apapun dalam pelaksanaan komersialisasi,pangan-pertanian berorientasi ekspor atau pengurangankemiskinan, tetapi malahan melibatkan suatu mutasi dalampemaknaan keamanan pangan. Dalam rejim WTO, kelaparan punmenjadi kesempatan bisnis.

Oleh karena itu pencantuman strategi-strategi: kontradiktif untukdua alasan. Pertama, karena pencarian hak-hak kolektif kita harussecara langsung melakukan ketidak-samaan global dan pelemahankekuasaan koersif perdagangan dan rejim-rejim investasi sepertiWTO, yang pada akhirnya kekuasaannya didapat dariketidaksamaan berat, yang kita akan cari untuk dikurangi. Kedua,karena rejim WTO, dengan mengunci negara-negara pada suatuagenda yang menjamin kebebasan dan hak-hak TNC dan model‘pembangunan’ yang menghalangi alternatif-alternatifketergantungan pasar, adalah bertentangan dengan penyelesaianjangka-panjang hak-hak ini. Hak yang sama, keselamatan pangandan sehat tidak dapat direalisir dalam sebuah dunia di mana TNCmendominasi pasar-pasar lokal dan menghancurkan produksilokal, dalam mana hak-hak korporasi-korporasi ini dijamin melaluiWTO. Pun hak atas suatu lingkungan hidup dan pekerjaan yangaman dapat dijangkau melalui suatu rejim investasi danperdagangan global yang memaksakan harmonisasi ke-bawahstandar-standar dan penanganan proteksi-proteksi kesehatan danlingkungan sebagai jurang-jurang untuk ekspansi keuntunganlembaga-bisnis.

Sejak kekuasaan koersif WTO disandarkan pada ketidaksamaanglobal, utang dan ketergantungan ekspor, aturan-aturan dandisiplin-disiplin WTO membatasi pencarian alternatif-alternatif

Page 50: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

yang dapat mengurangi efektivitas kekuasaan koersif (misalnya,kebijakan-kebijakan nasional yang menjamin kedaulatan pangan).Tetapi kekuasaan menghendaki kerelaan pemerintah-pemerintahnasional. Seperti kita dapat lihat dalam kasus ancaman untukmengadakan sanksi-sanksi WTO pada negeri-negeri [yang]memperkenalkan undang-undang penggunaan label GMOs danpembatasan-pembatasan impor, sering ancaman membawa suatukasus ke WTO cukup untuk memaksa pemerintah-pemerintah(khususnya di negeri-negeri yang tergantung pada ekspor) untukmengubah kebijakan-kebijakannya.

Perlawanan, bagaimanapun, adalah mungkin, dan hal inimemberikan satu kunci membuka gerakan buruh dan sekutu-sekutunya. Dalam lingkungan di mana kebijakan-kebijakan atauhukum-hukum nasional diperlukan untuk menghadapi masalah-masalah sosial mendesak (seperti kelaparan massal atau krisiskesehatan serius) gerakan buruh harus dengan kuat memimpinmenentang bahwa jalan ke luar masalah-masalah ini adalah lebihpenting dari keberatan terhadap aturan-aturan WTO. Sepertikenyataan ada basis untuk mobilisasi global bagi hak-hak parapenderita HIV/AIDS atas (jaminan WTO) hak-hak farmasitransnasional, dalam berhadapan dengan perusahaan-perusahaan,mendesakkan satu taktik mundur.

Dalam merespon seperti non-compliance (ketidak-relaan) negara-negara anggota WTO lainnya (bisanya negeri-negeri maju) dapatmengancam untuk mengajukan keberatan-keberatan dalam WTOdan mencari hak untuk memaksakan sanksi-sanksi atau menuntutkompensasi. Apakah ancaman-ancaman ini berhasil tergantungpada apakah secara internasional dan dalam negeri-negeri itu adacukup tekanan dari gerakan-gerakan sosial dan buruh demikeberhasilan membuat kasus non-compliance. Dalam analisis fi-nal, hasil-hasil akan ditentukan, tidak melalui yurisprudensi daninterpretasi teks-teks, tetapi dengan perimbangan kekuatan-kekuatan sosial dan politik.

Tidak ada alasan mengapa non-compliance, baik non-compliancedari bawah dan non-compliance yang ditegaskan sebagai pengabaiannegara dalam rejim WTO, harus dibatasi dalam aplikasinya dinegeri-negeri berkembang. Serikat-serikat di mana pun dapat

48Edi Cahyono’s experiencE

Page 51: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

mengkampanyekan bagi pemerintah-pemerintah di seluruhtingkatan (lokal, nasional, regional) untuk meninjau aturan-aturanperdagangan dan investasi yang ada dan traktat-traktat, mengingathak-hak yang dikemukakan pada awal makalah ini, dan untukmenolak seluruh bentuk perjanjian yang bertentangan dengan hak-hak ini. Melegitimasikan non-compliance adalah suatu maknapenting untuk menegaskan prioritas-prioritas kita (ditegaskandalam suatu perangkat hak-hak terpadu) atas prioritas-prioritasdari keuntungan lembaga-bisnis.

Serikat-serikat dapat dan harus berkampanye menentangpencatuman aturan-aturan dalam perjanjian-perjanjian investasiperdagangan yang bermodel pada Bab 11 NAFTA atau MAI, secarasederhana aturan-aturan apapun secara fundamental tidak-cocokdengan penyelesaian hak-hak dasar demokratik. Keberhasilanberkampanye dalam mengganjal saran-saran MAI bahwa opinipublik demokratik telah siap sebagian besar sensitif terhadap seruanapapun.

Tidak ada keberatan bahwa sejumlah variasi taktik akan digunakanuntuk memecahkan [persoalan] WTO dan globalisasi lembaga-bisnis. Suatu keragaman taktik terbukti bermanfaat di masa lalu.Bagaimanapun, sering timbul bahwa berbagai taktik diikuti olehserikat-serikat pekerja di tingkat-tingkat lokal, nasional daninternasional dalam ketiadaan suatu strategi efektif, masuk-akal(coherent) dan berkelanjutan.

Agar suatu strategi menjadi efektif, harus secara langsungmenantang kekuasaan politik dan kepentingan-kepentinganlembaga-bisnis pembentuk rejim WTO, sementara mengakuikonteks lebih-luasnya. Jelasnya, adalah perlu untuk melakukanlebih dari mengidentifikasi apa yang hilang atau untuk menyusun-kembali prioritas-prioritas yang direfleksikan dalam aturan-aturanWTO. Kita harus mengajukan konteks lebih luas rejim WTOdan meningkatkan pada masalah-masalah mana dalam sistempangan dunia [yang] disebabkan oleh sistem itu sendiri, tidak hanyakebijakan-kebijakan sesat. Dalam melakukan kita harusmenghindari pemutusan masalah-masalah ini dari yang lain, iniseperti kita menghindari pemutusan perangkat hak-hak terpadukami. Seperti ditunjukkan dalam bagian 2, hak-hak yang kita

49Edi Cahyono’s experiencE

Page 52: WTO dan Sistem Pangan Dunia: Suatu Pendekatan Serikat Pekerja · 5.2 Bab 11 NAFTA 5.3 FTAA dan Rejim-rejim Investasi Bilateral 6. kesimpulan: implikasi-implikasi untuk strategi ...

International Union of Food, Agricultural, Hotel, Restaurant,Catering, Tobacco and Allied Workers' Associations

Rampe du Pont-Rouge 8, CH-1213Petit-Lancy, Switzerland

Tel.: + 41 22 793 22 33Fax.: + 41 22 793 22 38

e-mail: [email protected] site: www.iuf.or

ajukan adalah saling-berkait dan tak-terpisahkan. Hal ini bukanhanya suatu masalah prinsip, tetapi suatu refleksi dari kenyataanbahwa masalah-masalah yang dihadapi rakyat pekerja adalahmereka saling-berkait dan tak-terpisahkan.

Agar suatu strategi menjadi masuk-akal harus didasarkan padasuatu prangkat umum tujuan-tujuan yang diikuti tanpa kompromi,dan yang–tanpa menghiraukan taktik-taktik yang digunakan dalamsituasi-situasi berbeda–harus diperlihatkan dalam suatu bahasayang masuk akal bagi anggota-anggota kita. Oleh karena itu halitu harus di-kerangka-kan dalam suatu bahasa hak-hak dankehidupan, dan bukan bahasa legal atau teknokratik. Dan untuksuatu strategi berkelanjutan, harus diikuti dengan suatu perasaanmendesak yang mengakui keseriusan masalah-masalah yangdihadapi dan pentingnya nilai-nilai yang diikuti. Sekarang perasaanmendesak harus tidak diterjemahkan kenjadi upaya-upayamenjangkau ‘perbaikan’ jangka pendek, tetapi malahan bentukdasar dari suatu strategi jangka-panjang yang memobilisasi rakyatpekerja untuk maju, melalui serikat-serikat pekerjanya, kapasitas-kapasitas kolektifnya untuk menguji pengawasan demokratik atasmodal dan membebankan hak-hak kolektif dan kepentingan-kepentingan lebih dari dan di atas keuntungan dan kekuasaanlembaga-bisnis.

________________

50Edi Cahyono’s experiencE