(Whitten - Blog Staff · - 151 - Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0...
Transcript of (Whitten - Blog Staff · - 151 - Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0...
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
- 150 -
PERANAN VEGETASI TERHADAP KEHADIRAN KUPU-KUPU
Graphium androcles Boisduval (LEPIDOPTERA:PAPILIONIDAE) DI
KAWASAN TAMAN WISATA ALAM NANGGALA III KOTA PALOPO
Harlina (1). Adi Basukriadi (1), Amran Achmad(2), Djunijanti Peggie (3)
Program Studi Pasca Sarjana Biologi Konservasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Indonesia (1) Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanuddin, Makassar (2)Bidang
Zoologi (Museum Zoologicum Bogoriense) LIPI, Cibinong(3)
Email : [email protected]
ABSTRAK
Tulisan ini menggambarkan tentang pemanfaatan tumbuhan oleh kupu-kupu Graphium androcles di sekitar Kawasan Taman Wisata Alam Nanggala III Kota Palopo,
Sulawesi Selatan. Penelitian telah dilaksanakan pada April 2014 hingga Maret 2015.
Metode pengamatan menggunakan analisis vegetasi. Inventarisasi jenis hostplant dan
foodplant dilakukan dengan metode observasi. Selain itu informasi diperoleh dari hasil
wawancara dengan masyarakat di sekitar kawasan TWA Nanggala III Kota Palopo.
Pengamatan dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat jenis tumbuhan yang
dihinggapi dan dimanfaatkan oleh kupu-kupu G.androcles. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa jumlah individu G. androcles 46 ekor. Beberapa tumbuhan berfungsi sebagai
pakan (pakan larva dan pakan imago) dan shelter. Kupu-kupu G.androcles betina
meletakkan telurnya pada daun Uvaria rufa (Annonaceae). G. androcles imago
mengkonsumsi lima spesies tumbuhan berbunga. Jenis tumbuhan tingkat pohon
didominasi oleh Ficus racemosa L (INP 30.31), Ardisia purpurea (INP 18.49, Caralia
brachiate (INP 17.79). Sedangkan INP yang terendah diduduki oleh Syzygium
polycephalum (INP 7.02) dan Syzygium pycnantum (INP 6.6). Kehadiran jenis tumbuhan
tersebut diduga berkaitan dengan kondisi dan letak plot. Potensi vegetasi sebagai pakan
kupu-kupu G.androcles dikawasan ini masih banyak belum diketahui. Untuk mencegah
kepunahan G.androcles di alam diperlukan penanaman jenis tumbuhan pakan baik
hostplant maupun foodplant dan juga shelter
Key word : Graphium androcles; kupu-kupu; TWA Nanggala III
1. PENDAHULUAN
Keberadaan kupu-kupu tidak lepas dari daya dukung habitatnya. Kehadiran sekelompok kupu-kupu disuatu tempat menandakan kondisi
lingkungan diwilayah tersebut masih baik (Odum, 1993). Di alam, kupu-kupu
banyak dijumpai di daerah tropika, hidup di dalam berbagai tipe habitat, mulai
dari dataran rendah sampai ke dataran tinggi. Kupu–kupu sering ditemukan di
daerah hutan, pinggiran hutan, semak belukar, ladang dan di sepanjang aliran air
(Whitten et al., 1987). Kehadiran dan keanekaragaman kupu-kupu di suatu tempat
berbeda-beda. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya jenis
tanaman, udara yang bersih, dan pencahayaan yang cukup (Wijayanto &
Agustinus, 2010). Kehadiran kupu-kupu juga dapat dijadikan bioindikator
terhadap perubahan kualitas lingkungan (Lewis, 2001; Basset, et al., 2011).
Indonesia memiliki keanekaragaman kupu-kupu yang cukup tinggi.
Diperkirakan 557 spesies kupu-kupu telah ditemukan di Pulau Sulawesi dan
sekitarnya. Sekitar 353 spesies diantaranya ditemukan di Sulawesi Selatan (Vane-
- 151 -
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
Wright & de Jong 2003). Di Pulau Sulawesi kehadiran kupu-kupu endemik dapat
dijumpai di sekitar kawasan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung
(TNBabul), Sulawesi Selatan (Durden, 2010). Alfred Russel Wallace pernah
meneliti di sekitar kawasan TNBabul pada abad ke XIX (1856-1857) menemukan
kelompok kupu-kupu yang terbang melintas bisa berjumlah ribuan, dan
digambarkan membentuk awan. Alfred Russel Wallace menemukan kupu-kupu
berekor sriti (Graphium androcles) dan berbagai jenis kupu-kupu lainnya, yang
sayapnya berukuran 7-8 inchi (17– 20 Cm). Akan tetapi setelah 25 tahun
kemudian (1882), G.androcles tidak lagi dapat ditemukan meskipun ribuan kupu-
kupu lainnya masih ada. Hal tersebut diduga merupakan pengaruh musim, karena
45 tahun kemudian kupu-kupu G.androcles dapat ditemukan kembali (Whitten et
al. (1987).
Saat ini, tekanan terhadap keberadaan kupu-kupu G.androcles di Sulawesi
Selatan sangat tinggi. Tekanan ini berupa kondisi iklim, perubahan ekologi pada
habitat, dan penangkapan liar di alam. Menurut Asjulia (2007) selain di sekitar
TNBabul, kupu-kupu G.androcles pernah dijumpai di sekitar kawasan TWA
Nanggala III Palopo, akan tetapi jumlahnya sangat terbatas. Dalam kegiatan
inventarisasi kupu-kupu yang dilakukannya selama tiga bulan, jumlah
G.androcles yang berhasil dijumpai sebanyak dua ekor. Dengan kondisi demikian
sehingga dikhawatirkan kupu-kupu tersebut akan punah sebelum dilakukan
pengkajian tentang kondisi habitatnya di alam. Santosa (2006) menyatakan bahwa
habitat adalah totalitas dari lingkungan (abiotik seperti ruang, tipe substrat atau
medium, cuaca atau iklim, serta vegetasinya). Habitat merupakan tempat hidup
bagi mahluk hidup. Setiap mahluk hidup memerlukan tempat untuk hidup yang
dapat menyediakan makanan, air, tempat berlindung, beristirahat dan berkembang
biak, sehingga mereka akan menempati suatu habitat yang sesuai dengan
kebutuhan hidupnya. Menurut Soekardi (2009) habitat kupu-kupu ditandai
dengan tersedianya tumbuhan inang untuk pakan larva, serta tumbuhan penghasil
nektar bagi imagonya. Apabila kedua tumbuhan ini tersedia disuatu habitat, maka
memungkinkan kupu-kupu dapat melangsungkan hidupnya dari generasi ke
generasi di habitat tersebut. Dengan demikian untuk mengetahui kondisi
keberadaan kupu-kupu G.androcles di alam, maka diperlukan penelitian yang
akan mengkaji lebih dalam tentang peranan vegetasi sebagai habitat kupu-kupu
tersebut.
2. METODE PENELITIAN
Penelitian lapangan dilakukan pada April 2014 hingga Maret 2015. Lokasi penelitian terletak di sekitar Sungai Puncak dan Sungai Salu Tandung (TWA
Nanggala III) termasuk dalam wilayah Kecamatan Wara Utara, Kelurahan
Battang, Kota Palopo (Gambar 1). Pengamatan jumlah kehadiran kupu-kupu
G.androcles dilakukan dengan metode observasi. Penangkapan kupu-kupu
dilakukan dengan menggunakan jaring serangga dan umpan dari air seni dan busa
sabun cair. Kupu-kupu G.androcles yang berhasil ditangkap ditandai dengan cat
kuku agar tidak terjadi double catching, dan kemudian dilakukan pencatatan
sebelum kupu-kupu G.androcles dilepas. Inventarisasi jenis hostplant dan
foodplant dilakukan dengan metode observasi. Pengamatan tegakan profil
- 152 -
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
dilakukan berdasarkan analisis vegetasi dengan metode petak kuadrat. Pembuatan
plot disetiap lokasi penelitian lebih ditekankan pada daerah yang banyak
dimanfaatkan kupu-kupu G.androcles sebagai tempat makan, bermain, dan
istirahat.
TWA
NANGGALA
III
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Plot yang dibuat berukuran 10 m x 20 m. Untuk mempermudah pengambilan data, maka dibuat subplot berukuran 10 m x 10 m untuk ukuran
tiang, 5 m x 5 m untuk ukuran pancang dan 2 m x 2 m untuk semai. Semua plot
yang ditempatkan pada tiap lokasi pengamatan diberi batasan dengan tali rapiah.
Kriteria untuk menentukan tingkat pohon, tiang, pancang dan semai digunakan
kriteria menurut Kusmana (1995), yaitu sebagai berikut :
1. Tingkat semai (seedling) : permudaan pohon berkecambah sampai
setinggi 1,5 cm
2. Tingkat pancang (sapling) : permudaan yang tinggi >1,5 m, dengan
berdiameter sampai 10 cm dengan keliling batang < 6,3 cm
3. Tingkat tiang (pole) : tumbuhan berdiameter 10 – 20 cm,, dengan
keliling batang > 6,3 cm <31,40 cm
4. Pohon dewasa (tree) : pohon dewasa yang berdiameter lebih dari
20 cm, keliling batang > 31,40 cm
Identifikasi jenis tumbuhan di setiap lokasi penelitian dilakukan dengan
bantuan jasa identifikasi. Pengambilan sampel atau spesimen dilakukan dengan
menggunakan gunting tanaman. Tiap spesimen yang tidak dikenali diberi nama
sementara, setelah itu dilakukan pengambilan gambar (foto). Untuk menghindari
kekeliruan, semua jenis yang dijumpai diambil contoh spesimennya. Setiap
spesimen di bungkus dan diberikan alkohol 70% (herbarium), kemudian dipres
dengan kertas koran lalu dimasukkan dalam wadah atau kantongan plastik.
Identifikasi spesimen yang tidak dikenali dilakukandi Bidang Botani (Herbarium
Bogoriense) Puslit Biologi-LIPI Cibinong.
- 153 -
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
Analisis Data Data-data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode
eksploratif-deskriptif (Nasir, 1999). Pengelolaan data dilakukan dengan memilah,
mengevaluasi, membandingkan, dan menarik kesimpulan. Hasil analisis data
ditampilkan dalam bentuk tabulatif sehingga mudah untuk dibandingkan. Untuk
menghitung besarnya kerapatan (individu/hektar), frekuensi dan dominasi (m2/ha)
dan indeks nilai penting (INP) dari masing-masing jenis, rumus yang digunakan
sebagai berikut : Indrawan, (1976); Fandeli (1992)
Jumlah Individu dalam plot
Kerapatan (K) = --------------------------------------
Luas plot
K Suatu spesies
Kerapatan Relatif (KR) = ------------------------------------- X 100%
K Total seluruh spesies
Jumlah plot ditemukan suatu spesies
Frekuensi(F) = -------------------------------------------------------------
Jumlah seluruh plot
F Suatu spesies
Frekuensi Relatif (FR) = ----------------------------------------- X 100%
F Total seluruh sepsis
Luas bidang dasar suatu spesies
Dominasi = ---------------------------------------------------
Luas plot
Dominansi Suatu jenis
Dominasi Relatif (DR) = ------------------------------------- X 100%
Dominansi total seluruh jenis
Luas Bidang Dasar (LBD) = ¼ π d2
Nilai Indeks Penting (INP) untuk masing-masing tingkatan adalah
1. Tingkatan pohon dan tiang
INP = KR (%) + FR (%) + DR (%)
2. Tingkat pancang dan semai
INP = KR (%) + FR (%)
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah kupu-kupu G.androcles lebih banyak dijumpai di area Sungai Puncak dibandingkan dengan area Salu
Tandung. Jumlah individu pada tiap area penelitian dilihat pada Gambar 2.
- 154 -
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
jum
lah
Ind
ivid
u
12 11
10
6 6 5
4 6
4 4
00 00 00 0 0
42
00 00 00 00
Salu Tandung
Sungai Puncak
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu Penelitian
Gambar 2. Jumlah individu G. androcles pada setiap area penelitian
Jumlah kehadiran kupu-kupu G. androcles di area penelitian diduga
berkaitan dengan kondisi lingkungan dan ketersediaan pakan yang ada di areal
tersebut. Menurut Solomon (1977) perubahan jumlah individu dalam suatu
populasi kupu-kupu pada suatu areal tertentu dapat disebabkan oleh faktor biotik,
dalam hal ini berkaitan dengan kemampuan hayati dan faktor lingkungan. Potensi
biotik diantaranya adalah siklus hidup, yaitu lamanya perkembangan kupu-kupu
mulai dari telur hingga menjadi seekor kupu-kupu dewasa, kemudian kupu-kupu
tersebut meletakkan kembali telur untuk pertama kalinya. Menurut Scriber (1981);
Courtney (1984) semakin pendek siklus hidup maka perkembangan populasi akan
semakin cepat, yang antara lain ditentukan oleh kualitas dan kuantitas tumbuhan
pakannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah tumbuhan pakan di area
Sungai Puncak lebih banyak dijumpai dibandingkan dengan di area Salu Tandung.
Kupu-kupu G.androcles betina meletakkan telur pada jenis tumbuhan Uvaria rufa
Blume yang tergolong dalam famili Annonaceae. Bentuk morfologi daun dan
habitus U.rufa dapat dilihat pada Gambar 3
a b
Gambar 3. Morfologi Uvaria rufa; (a) habitus liana pada U.rufa, (b) Morfologi daun U.rufa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tumbuhan U.rufa pada umumnya
tumbuh di hutan dan pinggiran sungai. Daun muda adalah bagian yang
dikonsumsi larva G. androcles. Proses mencari makan, diawali dengan peletakan
- 155 -
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
telur G. androcles betina pada pucuk daun inangnya. Sebelum meletakkan
telurnya, kupu-kupu betina terbang mengelilingi tumbuhan U. rufa dan berhenti
untuk hinggap pada daun yang terletak dibagian ujung ranting tumbuhan, disaat
itu gerakan sayap melambat untuk menentukan posisi yang dianggap cocok.
Kupu-kupu G.androcles betina meletakkkan telurnya di bagian pangkal, tengah
dan ujung daun muda. Lama peletakan telur berkisar lima hingga tujuh detik.
Telur G. androcles biasanya ditemukan pada ketinggian 7 - 10 meter dari
permukaan tanah. Ada kemungkinan terdapat jenis tumbuhan lain yang menjadi
hostplant dari G.androcles pada areal tersebut, yang mana saat ini belum
diketahui. Hal ini didasarkan bahwa kupu-kupu membutuhkan nutrisi untuk dapat
melangsungkan hidupnya yaitu melakukan simbiosis mutualisme bersama
tumbuhan dengan cara mengkonsumsi nektar bunga dan meletakkan telur pada
tumbuhan yang menjadi inangnya (Borror et al., 1992). Selain faktor kehadiran
tumbuhan inang kehadiran kupu-kupu di suatu area juga dipengaruhi oleh jumlah
tumbuhan penghasil nektar. Dari hasi penelitian menunjukkan bahwa jumlah total
tumbuhan penghasil nektar di area pengamatan terdiri dari 5 spesies yang
tergolong dalam 3 famili. Jenis tumbuhan pakan G.androcles imago dilihat pada
Tabel.1
Tabel I. Tumbuhan pakan (Foodplant ) kupu-kupu G.androcles
No. Species Famili Nama Lokal
1 Lantana camara Linn Verbenaceae Lantana
2 Clerodendrum thomsonae Balf. Verbenaceae Bunga nona
3 Chromolaena odorata Asteraceae Gulma
4 Eupatorium inufolia Asteraceae Bunga pute
5 Dendrobium palaenopsis Orchidaceae Angrek
Kehadiran tumbuhan penghasil nektar diduga berkaitan dengan kondisi
dan letak plot. Seluruh plot terletak di areal hutan dataran tinggi dan memiliki
kelembapan tinggi yang memungkinkan pertumbuhannya. Menurut Steenis (1987)
L. camara merupakan tanaman hias atau pagar yang berasal dari Amerika Tropis,
sebagian besar tanaman ini tumbuh liar pada daerah tropis, sedangkan didaerah
luar tidak banyak tumbuh. Begitupun halnya dengan Dendrobium sp, dimana
dapat hidup di alam liar, dihutan ataupun dilereng bukit. Menurut Lavarack et al.
(2000) Dendrobium merupakan angrek yang unik dan mempunyai kecepatan
tumbuh yang berbeda dengan tanaman hias lainnya. Kemunculan bunga pada
tumbuhan Dendrobium dapat menjadi sumber nektar (Trubus, 2005) sehingga
dibutuhkan oleh kupu-kupu G. androcles.
Menurut Bima (2007) kupu-kupu mengunjungi tumbuhan dengan tiga
tujuan, yaitu mencari makanan berupa nektar, meletakkan telur pada bagian
tumbuhan dan tempat berlindung atau istirahat. Hubungan antara kupu-kupu
dengan bunga berjalan secara alamiah. Sebagian besar energi yang diperlukan
kupu-kupu berasal dari nektar, kemudian nektar kuntum bunga akan menarik
kupu-kupu untuk datang mengunjunginya. Menurut Rusfidra (2006) tumbuh-
tumbuhan memproduksi nektar sebenarnya hanya untuk bahan pemikat serangga,
sebab pada dasarnya nektar itu sendiri jika tidak dihisap oleh serangga maka akan
- 156 -
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
sia-sia, sehingga hubungan alamiah antara kupu-kupu dengan bunga dianggap
saling menguntungkan.
Jenis tumbuhan tingkat pohon yang dijumpai pada plot 1 didominasi oleh
Ficus racemosa L dengan INP 30.31, kemudian disusul oleh Polyaltia rumphi
(INP 18.53), Dysoxylium sp dengan INP 15.29. Sedangkan INP yang terendah
diduduki oleh Syzygium polycephalum (INP 7.02) dan Polyaltia sp dengan INP
9.47. Pada jenis tingkat tiang didominasi oleh Ficus ribes (INP 6.91), Ardisia
laencoelata (INP 6.87) dan Polyaltia sp dengan INP 6.57. Sedangkan INP tingkat
tiang yang terkecil diduduki oleh Syzygium polycephalum (INP 4.39) dan
Syzygium malaecense (INP 4.37). Pada plot ini juga dijumpai jenis tumbuhan
bawah mendominasi yaitu Lantana camara (INP 13.78), berupa tumbuhan perdu
dan termasuk kategori pakan imago dari G.androcles. Selain itu juga dijumpai
Uvaria rufa (INP 9.09). Demikian juga halnya dengan jenis tumbuhan tingkat
pohon yang dijumpai pada plot 2 didominasi oleh Ardisia purpurea (INP 18.49),
Terminalia bellerica (INP 16.81), Ficus racemosa L (INP 16.23) dan Buchanania
arborescens (16.48), sedangkan INP yang terkecil dijumpai pada spesies
Syzygium pycnantum (INP 6.6). Jenis yang mendominasi pada tingkat tiang yaitu
Xylopia malayana (INP8.01) dan Eugenia sp dengan INP 8.09. Sedangkan INP
yang terkecil diduduki oleh Tristiropsis acutangula dengan INP 4.95. Jenis
tumbuhan bawah yang mendominasi pada plot ini yaitu Lantana camara (INP
16.76) dan Elastostema rostratum (INP 14.76). Pada plot ini tidak dijumpai
Uvaria rufa, namun dapat dijumpai tumbuhan liana jenis Bauhinia semibifida.
Sedangkan pada plot 3 yang ditempatkan pada areal lokasi Sungai Puncak
didominasi oleh jenis tumbuhan tingkat pohon yang berupa Caralia brachiate
(INP 17.79), Baccaurea javanica (INP 17.95), kemudian disusul oleh Dehaasia
caesia (INP15.45) dan Euodia hupehensis (INP 15.42). INP terkecil dijumpai
pada spesies Bischofia javanica (INP 7.2). Pada tingkat tiang didominasi oleh
Drypetes longlifolia dengan INP 16.16 dan INP yang terkecil yaitu pada spesies
Baccaurea javanica (INP 4.54) dan Euodia hupehensis dengan INP 4.36. Jenis
tumbuhan tingkat bawah yang mendominasi pada plot ini yaitu Xylofia malayana
(INP 5.73). Jenis tumbuhan merambat yang dijumpai yaitu Pothos tener Wall
(INP 9.95) Aristolochia tagala (INP 8.3), Piper cannium (INP 11.55) dan Uvaria
rufa (INP 8.57).
U.rufa dijumpai pada plot 1 dan 3, namun tidak dijumpai pada plot 2,
sehingga diduga ada kemungkinan kupu-kupu G.androcles meletakkan telurnya
pada jenis tumbuhan selain U. rufa. Beberapa tipe habitat di dalam area penelitian
dimanfaatkan kupu-kupu G.androcles dalam kegiatan sehari-harinya. Menurut
Odum (1993) komponen habitat yang penting bagi kehidupan kupu-kupu adalah
tersedianya vegetasi sebagai sumber makanan, sebagai tempat berlindung dari
serangan predator atau gangguan lainnya dan tempat untuk berkembang biak.
Populasi kupu-kupu pada suatu daerah tergantung pada perkembangan botani
daerah tersebut yang selanjutnya berhubungan erat dengan kondisi fisik dan iklim
setempat (Vane-Wright & Ackery, 1989). Menurut Vane & De Jong (2003),
umumnya tumbuhan berupa pohon, perdu, semak, liana atau herba dapat
dimanfaatkan sebagai pakan larva dan imago kupu-kupu. Hubungan tumbuhan
- 157 -
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
dengan keberadaan kupu-kupu G.androcles dilokasi penelitian dilihat pada Tabel
2 Tabel 2. Fungsi tumbuhan terhadap kupu-kupu G. androcles
No. Spesies Kegunaan
Nektar T.inang Berlindung
1 Ficus sp - - √ 2 Ficus ribes Reinw.ex Blume - - √ 3 Macaranga sp - - √ 4 Dracontomen mangiferium - - √ 5 Dracontomelon dao - - √ 6 Uvaria rufa Blume - √ -
7 Dendrobium paleonopsis √ - -
8 Eugenia sp - - √ 9 Cananga odoratum - - √ 10 Lantana camara √ - -
4. KESIMPULAN 1. Jumlah kupu-kupu G. androcles lebih banyak dijumpai di Sungai Puncak (28
ekor) dibandingkan dengan Salu Tandung (18 ekor)
2. Jenis hostplant dari kupu-kupu G.androcles adalah Uvaria rufa Blume
(Annonaceaea), dan diduga masih ada jenis tumbuhan lainnya
3. Jenis pakan imago kupu-kupu G.androcles yang ditemukan di lokasi
penelitian sebanyak 5 spesies yang termasuk dalam 3 famili, antara lain L.
camara (Verbenaceae), D.palaenopsis (Orchidaceae), C. thomsonae
(Verbenaceae), C.odorata (Asteraceae) dan E. inufolia (Asteraceae).
4. Pada plot pengamatan didominasi oleh A.purpurea, T.bellerica, F.racemosa L.
Sedangkan pada jenis tumbuhan bawah dijumpai L. camara, E.rostratum,
P.tener Wall, A.tagala, P.cannium dan U.rufa.
5. UCAPAN TERIMA KASIH
Tulisan ini merupakan sebagian dari data penelitian disertasi yang difasilitasi oleh Balai Pengelolaan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung.
Ucapan terima kasih secara khusus kepada KSP Duta mandiri Cummunity yang
telah memberikan bantuan dana dalam penelitian ini.
6. DAFTAR PUSTAKA [1] Asjulia. 2007. Potensi Keanekaragaman Jenis Kupu-kupu dan Prospeknya
Dalam Mendukung Pengembangan Taman Wisata Alam Nanggala III
Kota Palopo. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin.
Makassar. 83 hlm.
[2] Bima. 2007. Penangkaran Kupu-kupu di Kepulauan Seribu. http://
www.pulauseribu.net. Diakses 24 Desember 2014.
[3] Borror, D.J., Triplehorn, C.A. & Johnson, N.F. 1992. Pengenalan Pelajaran
Serangga (Terjemahan oleh Partosoedjono, Soetiyono). Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. hal 455 - 456.
- 158 -
Prosiding Seminar Nasional Biologi 2016 ISBN 978-602-72198-3-0
[4] Durden, A.L. 2010. Lepidoptera Endemism In Sulawesi (Celebes), Indonesia.
Journal Southern Lepidoptersts News. Vol 32 (2): 62-70.
[5] Lavarack B.W.,Haris. Stocker G. 2000. Dendrobium Orchid. Kangaroo.
Australia
[6] Nasir, M., 1999. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta. hal
145-149.
[7] Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Edisi ketiga. Gajah mada University
Press. Jogjakarta. hal 134-162
[8]Rusfidra,. 2006. Bunga Pakan Lebah Madu.
http://www.bunghatta.info/content.php? articles.141. Diakses tanggal 17 Mei
2004.
[9] Soekardi H. 2009. Keterkaitan Kupu-kupu Papilionidae Dengan Tumbuhan
Inang Pakan Larvanya Di Taman Kupu-kupu Gita Persada Lampung.
Prosiding Seminar Nasional Sains Mipa dan Aplikasi (ISBN:978-602-98559-
1-3).Vol.3:3
[10]Steenis, C. G. G. J. Van., 2003. Flora. Cet. 9 PT Pradnya Paramitha, Jakarta.
485 hal.
[11]Vane, W. R. & Dejong R., 2003. The Butterflies of Sulawesi Annotated
Cheklist for a Critical Island Fauna. Zool. Verh - Leiden. p 343.
[12]Wijayanto A. 2000. Keragaman dan Penyebaran Jenis Kupu-kupu
(Lepidoptera :Papilionidae) di Beberapa Ketinggian Daerah
Aliran Sungai Kawasan Penyangga CAgar Alam Pegunungan
Manokwari. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Cendrawasih.
Manokwari. 45 hlm.
The author has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are linked to publications on ResearchGate.The author has requested enhancement of the downloaded file. All in-text references underlined in blue are linked to publications on ResearchGate.