Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

20
Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber’s Critics; Is It State Who Make Anarchy? DITUJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATA KULIAH PENGANTAR HUBUNGAN INTERNASIONAL I NAMA: ANISA INDAH PRATIWI NPM: 170210130067 PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2013

description

Menganalisa Konstruktivisme aliran Wendt beserta kritik yang ditulis oleh Chyntia Weber dengan Level of System Analysis.

Transcript of Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

Page 1: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber’s Critics;

Is It State Who Make Anarchy?

DITUJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATA KULIAH

PENGANTAR HUBUNGAN INTERNASIONAL I

NAMA: ANISA INDAH PRATIWI

NPM: 170210130067

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2013

Page 2: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

1

Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber’s Critics;

Is It State Who Make Anarchy?

Manusia menghidupi sebuah realitas yang dianggapnya merupakan sebuah

given. Banyak interpretasi yang karena telah tersosialisasikan dalam periode

waktu yang lama, kemudian menutup loophole untuk dikritisi. Interpretasi

tersebut terlanjur diadopsi dengan instan tanpa dianalisis terlebih dahulu, seperti

darimana datangnya, mengapa harus demikian, dan apakah kita tidak bisa

menciptakan interpretasi kita sendiri. Interpretasi dan nilai-nilai ini kemudian

mendarah daging dan dijadikan sebagai parameter sebuah tindakan yang

legitimate. Tanpa disadari, masih banyak sisi yang tidak dilihat dari sebuah

kenyataan atau interpretasi tersebut, sehingga keberadaannya dianggap tidak

sesuai dengan parameter yang ada, kemudian menyebabkannya termarginalisasi

dari publik.

Ketika sebuah pertanyaan dilontarkan, apakah indigenous people seperti

suku Maori di New Zealand menghidupi kehidupan yang modern, jawaban apa

yang akan mendominasi?(Kaituhi, 2014) Publik cenderung akan menjawab tidak.

Karena publik sudah terlanjur terkonstruk oleh sebuah persektif modernisasi ala

Barat yang kemudian dijadikan sebagai parameter yang legitimate. Di saat yang

sama, publik telah mengabaikan sejarah, bahwa sejarah yang dimiliki oleh setiap

bangsa, atau bahkan individu tentulah berbeda. Sejarah akan bergantung pada

budaya, lokasi geografis, dan identitas yang dimiliki. Jauh sebelum abad

pencerahan, ketika tidak ditemukan parameter modernitas, para pendahulu kita

tidak pernah menjustifikasi bangsa lain yang memiliki kebiasaan berbeda dengan

mayoritas. They are just simply different.

Dalam kesempatan ini, penulis akan membuat sebuah laporan baca dari

karya konstruktivisme secara umum, karya konstruktivisme Wendtian secara

khusus, kritik yang disampaikan oleh tokoh post-modernisme, Chyntia Weber,

dan Level of Analysis dari teori yang dikemukakan oleh keduanya.

Page 3: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

2

Konstruktivis,telah mengantarkan kita pada sebuah perkembangan definisi

mengenai berbagai hal. Sebutlah refugees atau pengungsi. Pengungsi telah ada

sejak berabad-abad yang lalu, hanya saja belum ada kata yang pas untuk dijadikan

sebutan atau definisi yang dianggap universal untuk mengkategorikan siapa saja

yang dapat didefinisikan sebagai refugees. Setelah terjadinya migrasi besar-

besaran di Eropa pada tahun 1951 juga didasari oleh kekhawatiran Negara barat

akan adanya imigrasi besar-besaran, yang kemudian akan menyebabkan

pemerintahannya harus bertanggung jawab akan kehidupan para pengungsi

tersebut, United Nations High Commissioner on Refugees mengeluarkan definisi

bagi refugees; as an individual outside country of his origin, owing to a well-

founded fear of persecution.(UNHCR, 2011, hal. 5)

Pada dasarnya, kita tidak pernah mempertanyakan mengapa kata refugees

dapat tercetuskan, dan apa saja yang sebenarnya mendasari definisi dari refugees.

Kini setelah mempelajari Konstruktivisme, kita mengetahui bahwa definisi

mengenai refugees dibuat demikian karena Negara-negara barat tidak ingin

merasa terlalu terbebani dengan obligasinya untuk juga menjamin kelayakan

hidup para pengungsi. Karena jika jumlah pengungsi yang masuk ke suatu Negara

membludak, pemerintah dapat kehilangan kontrolnya untuk tetap melakukan

obligasi utamanya; untuk terlebih dahulu menjamin kelayakan hidup warga

negaranya. Sehingga jika jumlah pengungsi dapat dikontrol melalui definisi

universal, pemerintah Negara barat akan memperoleh legitimasi untuk

meminimalisir dan juga menghindari anggapan adanya diskriminasi. Sesederhana

itu, karena jumlah pengungsi dapat dikontrol, ia akan mampu menciptakan

kesetaraan pada pelaksanaan obligasinya untuk memberikan kelayakan hidup.

Konstruktivisme merupakan sebuah teori sosial.( John Baylis. Steve

Smith. Patricia Owens., 2008, hal. 162) Teori sosial menganalisa bagaimana

hubungan yang terjalin antara struktur dan agen, singkatnya teori sosial

menjelaskan bagaimana seharusnya kita berpikir tentang hubungan antara Negara

dan struktur internasional politik. Hal ini yang tidak membuat konstruktivisme

masuk ke dalam teori substantive. Karena teori substantive menjelaskan klaim-

klaim secara spesifik dan hipotesis-hipotesis tentang corak-corak dalam politik

Page 4: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

3

dunia. Untuk singkatnya, teori substantif menjelaskan tentang mengapa Negara

demokratis cenderung tidak akan melangsungkan perang antara satu sama

lainnya.( John Baylis. Steve Smith. Patricia Owens., 2008, hal. 162) Dari sini

dapat dipahami bahwa konstruktivisme selalu memicu kita untuk berpikir

bagaimana suatu hal dapat terjadi, bukan mengapa hal tersebut dapat terjadi.

Sebelum mengidentifikasi konstruktivisme lebih jauh, ada baiknya kita

membandingkan konstruktivisme dengan rational choice. Rational Choice

merupakan sebuah teori sosial yang menyediakan kerangka berpikir tentang

bagaimana aktor berprilaku dalam sebuah kecenderunga yang pasti, dimana

mereka memiliki kehendak untuk memaksimalkannya di bawah batasan-batasan

yang ada.( John Baylis. Steve Smith. Patricia Owens., 2008, hal. 167) Hal inilah

yang kemudian membedakan teori sosial dan substantif. Meskipun teori neo-

realisme dan neo-liberalisme berangkat darai rational choice, perdebatan mereka

tiba pada klaim-klaim tentang kecenderungan Negara untuk bekerja sama atau

bertengkar dalam konflik. Di sisi lain, baik konstruktivisme maupun rational

choice tidak memiliki corak pasti tentang politik dunia, keduanya hanya sebatas

menganalisa hubungan antara sebuah struktur dan actor di belakangnya.

Lalu apa yang membedakan rational choice dan konstruktivisme?

Rational choice menyikapi aktor sebagai suatu entitas pre-social sedangkan

konstruktivisme memposisikan aktor sebagai entitas sosial.( John Baylis. Steve

Smith. Patricia Owens., 2008, hal. 167) Rational choice menyikapi kepentingan

sebagai sesuatu yang pasti dan tidak bisa diubah kembali, sedangkan

konstruktivisme menyikapi interest sebagai sebuah hasil dari interaksi dan

lingkungan aktor-aktor tersebut. Rational choice berargumen bahwa satu-satunya

dampak dari lingkungan adalah untuk membatasi atau mengatur tindakan aktor,

sedangkan konstruktivisme berpendapat bahwa lingkungan bahkan dapat

membentuk identitas dan interest dari aktor-aktor tersebut. Rational choice

menggunakan logic of consequences untuk memahami perilaku seorang individu,

sedangkan konstruktivisme menambahkan penggunaan logis of appropriateness.

Logic of consequences merupakan tolak ukur suatu perilaku yang

menyebabkan adanya costs and benefit.( John Baylis. Steve Smith. Patricia

Page 5: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

4

Owens., 2008, hal. 163) Sebagai contoh adalah security dilemma. Security

dilemma muncul ketika peningkatan keamanan militer suatu negara menyebabkan

adanya insecurity bagi negara lain.(Chris Brown. Kirsten Anley., 2009, hal. 41)

Jika Jepang memutuskan untuk memproduksi nuklir sebagai senjata, apa yang

akan terjadi pada China dan Korea Utara sebagai tetangga terdekatnya? Ketika di

satu sisi Jepang akan membangun imagenya sebagai negara yang kuat dan akan

ditakuti oleh negara lain, di sisi lainnya Korea Utara dan China bisa saja melihat

keputusan Jepang ini sebagai sebuah warning dan threats kepada keamanan

mereka, karenanya North Korea will most likely do a nuclear bomb to be able to

survive.

Sedangkan logic of appropriateness menjelaskan bagaimana para aktor

sebenarnya cenderung mematuhi peraturan yang ada, karena merasa insecure

kalau-kalau tindakannya tidak legitimate.( John Baylis. Steve Smith. Patricia

Owens., 2008, hal. 163) Suatu tindakan yang dianggap appropriate memiliki

kemungkinan untuk memberi dampak yang berbeda-beda; semakin illegitimate

sebuah tindakan, semakin tinggi potential cost yang harus dihadapi oleh suatu

negara. Sebagai ciontoh, ketika Amerika Serikat memutuskan untuk mengirim

tentaranya ke Iraq atas justifikasi bahwa Iraq memiliki nuclear weapons dan tidak

diberi restu oleh UNSC (United Nations Security Council), dunia akan menilai

bahwa tindakannya illegitimate atas alasan apapun. Ameika Serikat harus

menghadapi segala konsekuensi atas tindakannya, tidak ada yang bersedia untuk

menjadi aliansinya dan terbuka pula kemungkinan bahwa banyak pihak yang, atas

kejadian tersebut, memutuskan kerja samanya denga Amerika Serikat.

‘logic of consequences and logic of appropriateness does not necessarily distinct;

because the possible cause of logic of appropriateness exclude logic of

consequences‟

Ada banyak jenis konstruktivisme. Diantaranya konstruktivisme aliran

Alexander Wendt, konstruktivisme kritikal, konvensional, dan post-

positivist.(Robert Jackson & Georg Sorensen, 2010, hal. 167) Hal yang menarik

dari aliran konstruktivisme adalah satu sama lainnya memiliki pandangan yang

berbeda mengenai konstruksi itu sendiri. Seperti apa yang dikatakan oleh Michael

Page 6: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

5

Barnett dalam analisisnya mengenai konstruktivisme ( John Baylis. Steve Smith.

Patricia Owens., 2008, hal. 162). Simply because different empirical puzzles drive

different approaches. Beberapa kaum konstruktivis berangkat dari pandangan

James March, John Meyer, dan teori organisasinya, dan lainnya berangkat dari

aktor post modernism yang terkenal dengan ucapannya Power is knowledge,

Michael Foucault dan analisa diskursusnya.(Foucault, 1980)

Meskipun banyak kesamaan fenomena yang dianalisis, perbedaan aktor,

identitas, dan kepentingan membuatnya menghasilkan analisis yang bervariasi.

Dari sanalah lahir teori-teori realism, liberalisme, marxisme, dan lainnya. Dan

juga melahirkan teori konstruktivisme yang berbeda, yang condong terhadap

neoklasik, modern, postmodern, analisis yang hanya sebagian atau bahkan

menyeluruh. Tapi pada akhirnya, yang menyatukan konstruktivisme adalah

tentang kesadaran manusia dan perannya dalam kehidupan internasional (Ruggie,

1998, hal. 856).

Poin pertama dari konstruktivisme adalah struktur dan aktor. Menurut

Wendt, Struktur Sosial memiliki tiga elemen dasar: shared knowledge, material

resources, and practices(Wendt, Anarchy is what States Make of It, 1992). Pada

mulanya, struktur sosial didefinisikan oleh aktor-aktor tertentu dengan

pemahaman, pengharapan, atau pengetahuan bersama. Hal inilah yang kemudian

mengkonstitusi cara berpikir individu, dan nature dari hubungan

intersubjectivenya. Dalam kasus realisme, para pemikirnya mengasumsikan

struktur internasional dalam kondisi terburuk yang mungkin terjadi. Hal inilah

yang menjadi dasar dari pemikiran-pemikirannya, bahwa dalam menjalin

hubungan antar sesamanya, negara selalu mengutamakan kepentingannya

sehingga tidak dapat dipastikan apakan ia akan memegang komitmennya saat

melakukan kerja sama. Hal ini pula yang memunculkan sebuah ide security

dilemma.

Dunia sosial bukanlah sebuah pemberian; it involves a various ideas and

interdependence relations with the actor itself. Dunia sosial bukanlah sebuah

keberadaan eksternal yang dapat diobservasi dan diukur dengan parameter yang

pasti.(Robert Jackson & Georg Sorensen, 2010, hal. 162) Sejarah sendiri bukanlah

Page 7: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

6

sebuah proses evolusi yang independen dari berbagai pemahaman dan ide. Sejarah

bukanlah variabel materialis yang kedudukannya pasti dan eksistensinya bersifat

independen. Maka dari itu, positivis yang mendasarkan pemikirannya pada

empirical studies dan memaksakan bahwa studi sosial harus memiliki formula

tetap yang dapat diaplikasikan pada setiap kejadian, mereka telah mengabaikan

bahwa manusia tidak akan pernah bisa objektif. Selalu ada alasan dibalik setiap

tindakannya. Dan pada konteks konstruktivisme, hal tersebut adalah hubungan

antar variabelnya.

The starting premise is that the material world is indeterminate and is

interpreted within a larger context of meaning. Idea thus define the meaning of

material power (Tannenwald, 2005) Wendt menjelaskan bahwa hal ini bukan

berarti konstruktivisme lebih mementingkan ide dibandingkan power interest. Ia

berargumen justru karena power and interest memberikan dampak yang terbukti

benar, maka penjelasan mengenai power and interest lah yang kemudian

memisalkan terlebih dulu sebuah ide. Sebagai contoh 500 nuklir Inggris tidak

akan sama sekali membuat Amerika Serikat merasa tidak aman dibandingkan

dengan lima nuklir Korea Utara. Hal ini karena material bersifat secondary

dibandingkan idenya. Karena idelah yang mengkonstruk materi itu sendiri.

Amerika tidak akan takut akan nuklir Inggris sesederhana karena mereka memiliki

perjanjian damai, sedangkan Amerika akan meningkatkan pertahanannya untuk

mengantisipasi nuklir Korea Utara karena Korea Utara tidak memiliki hubungan

diplomatis dengan Amerika Serikat.(Wendt, Anarchy is what States Make of It,

1992) Maka dari itu Korea Utaralah yang dalam perspektif Amerika Serikat, the

most likely party who will certainly dothe nuclear bombing.

Dalam bukunya, Wendt (1990: 135-6) berargumen ketika anda dihadapkan

pada suatu penjelasan yaang terlihat “material’, selalu lakukan sebuah pertanyaan

diskursus. Misalkan, ketika dihadapkan pada pandangan interdependence

liberalism, dengan teorinya yang menyebutkan bahwa kerja sama ekonomi antar

negara merupakan jalan keluar dari dunia internasional yang anarki. Karena

dengan adanya interdependensi antar negara, negara akan mempertimbangkan

advantages yang dimilikinya ketika melakukan suatu tindakan.( John Baylis.

Page 8: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

7

Steve Smith. Patricia Owens., 2008) Dalam kasus ini, konstruktivis harus dapat

menganalisis apa yang mengkonstitusi perbuatan negara dan identitasnya untuk

cenderung memilih kerja sama dibandingkan hal lainnya. Selalu akan ada hal

yang mendasari sebuah tindakan negara. Konstruktivis, karenanya, menolak teori

billyard ball yang dikemukakan oleh positivis. Hal ini karena kaum positivis tidak

dapat menjelaskan ide, kepercayaan, dan pemikiran yang dimiliki oleh negara

dalam sistem internasional. Konstruktivis menginginkan penjelasan yang lebih

mendalam tentang konflik seperti itu (Robert Jackson & Georg Sorensen, 2010,

hal. 164)

Struktur bukanlah sebuah pemberian, melainkan aktorlah yang kemudian

membentuk struktur tersebut. Struktur bukanlah sebuah objek konkrit yang

kepadanya aktor tidak dapat melakukan sesuatu, melainkan sesuatu dimana aktor

harus merespon pada keberadaannya. Sehingga pada konteks ini Wendt

berargumen bahwa aktor, melalui kehendak sosialnya, akan mengubah struktur.

Aktor mungkin saja akan melakukan emansipasi atau transisi dari sebuah kondisi

damai ke kondisi konfliktual(Copeland, 2000). Karena ide dapat berubah seiring

dengan dinamisnya perkembangan zaman. Negara tidak selamanya harus menjadi

musuh bagi satu sama lain. Karenanya, anarchy is what states make of it (Wendt,

1992: 132)

Poin kedua dari Konstruktivisme adalah penekanan pada maksud dan

pemahaman. Apakah ketika Amerika Serikat memberikan bantuan sembako

kepada Indonesia yang baru mengalami tsunami merupakan sebuah tujuan untuk

kemudian menjalin hubungan kerja sama ataukah untuk menyebarkan nilai-

nilainya di Aceh itu sendiri? Pada konteks ini, Weber menyimpulkan bahwa

pemahaman subjektif individual merupakan sebuah karakteristik dari pengetahuan

sosial yang tidak bisa dipisahkan (Weber M. , 1977, hal. 15). Konstruktivis

terpaku pada pandangan-pandangan seperti itu, tentang betapa pentingnya sebuah

maksud dan pemahaman (Fierke and Jorgensen 2001).

Page 9: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

8

Wendtian Constructivism

Dalam kesempatan ini, penulis akan mencoba menganalisa

konstruktivisme aliran Wendtian dan kritik terhadapnya yang dilontarkan oleh

Chyntia Weber. Alexander Wendt menyatakan ada dua landasan konstruktivisme,

yaitu idealisme dan holisme.( John Baylis. Steve Smith. Patricia Owens., 2008,

hal. 163) Idealisme sangat mementingkan keberadaan ide sebagai komponen

terpenting dari sebuah interpretasi. Segala macam kenyataan yang bersifat

material di dunia ini didefinisikan oleh sebuah ide. Tetapi pada praktiknya, ide

tidak berkaitan dengan kondisi psikologis atau kepercayaan yang ada dalam diri

kita. Ide berisfat sosial. Karenanya bagaimana cara individu menginterpretasikan

sebuah ide bergantung pada pemahaman kolektif yang ada di lingkungannya.

Sebagai contoh, masyarakat Indonesia yang terbiasa hidup dengan budaya

timur memiliki pola pikir bahwa minuman beralkohol merupakan sesuatu yang

dianggap tabu, berbeda dengan pandangan masyarakat Eropa. Karena masyarakat

Indonesia sudah terbiasa dengan pola pikir demikian selama berabad-abad,

mereka menutup kemungkinan bahwa tidak selamanya minuman beralkohol tidak

bermanfaat. Di lain sisi, Idealisme tidak menolak keberadaan kenyataan materi

tetapi mengobservasinya bahwa kenyataan material itu justru bergantung pada

ide-ide dan interpretasi yang dimiliki manusia.

Pada contoh kasus lain, the balance of power tidak secara objektif ada dan

menunggu untuk ditemukan; melainkan dikonstruksi oleh para kaum realis.

Bahwa negara melakukan debat tentang definisi the balance of power, apa

maksudnya, dan bagaimana ia harus disikapi. Hingga akhirnya interaksi yang

terjalin antar negara lah yang kemudian membuat the balance of power terlihat

menjadi nyata.( John Baylis. Steve Smith. Patricia Owens., 2008, hal. 163)

Di sisi lain, holisme menjelaskan bahwa dunia bersifat sosial dan tidak

bisa didekomposisi ke situasi dimana hanya ada properti dari aktor yang telah ada.

Ini bukan berarti holisme menolak hubungan agensi, melainkan menekankan

bahwa interaksi antara aktorlah yang kemudian mengkonstruksi sebuah

kenyataan. Sebagai contoh, meskipun situasi pada saat Perang Dingin seperti

Page 10: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

9

mengunci posisi Amerika Serikat dan Russia dalam sebuah pertengkaran hingga

mati, pemerintah Amerika Serikat dan Russia lah yang menentukan bagaimana

mereka hendak bertindak, karenanya tercipta kondisi balance of power tersebut.

Dalam teorinya, Wendt berusaha untuk menjembatani neo-realis dengan

teorinya “it is a structure that puts constraints on state behavior so that

competition and conflict are guranteed and much cooperation is ruled

out”(Waltz, 1979, hal. 91) dan neo-liberalis dengan teorinya “it is a place in

which processes of learning take place among states in their everyday

interactions so that more cooperative institutions and behaviors result(Kegley,

1993, hal. 131) . wendt pun berusaha untuk membuktikan bahwa konstruktivisme

berbeda dengan rational choice. Wendt menekankan pada aspek practices yang

telah menghasilkan suatu situasi di sistem internasional.

Pada teorinya, Wendt menjelaskan eksistensi institution, interest dan

identity. Sementara Institution merupakan sesuatu yang sulit untuk diubah,

interest, di lain sisi lahir dari sebuah interaksi antar negara. Interest membuka

kesempatan untuk aktor mengubah kecenderungannya seiring dengan dinamisnya

interaksi yang berlangsung. Sementara identity adalah faktor determinis dari

interaksi itu sendiri. Identity lah yang membentuk arahan interaksi yang

berlangsung.

Wendt juga menekankan pada tiga asumsi; social knowledge, social

practices, dan social identity and interest. Social Knowledge menjelaskan bahwa

pada dasarnya manusia bereaksi kepasa objek, termasuk aktor lainnya, pada basis

tujuan yang ditawarkan objek tersebut kepadanya. Social practices adalah suatu

tujuan dari sebuah tindakan yang dihasilkan dari interaksi. Sementara Social

Identity and interest diproduksi dalam dan lewar aktivitas pada situasi

tertentu.(Wendt, Collective Identity Formation and the International State, 1995,

hal. 135)

Tidak ada logika anarki yang terlepas dari praktik yang membuat dan

menginisisasi sebuah struktur identitas dan kepentingan-kepnetingan; struktur

tidak memiliki eksistensi atau sebab-sebab yang terlepas dari sebuah proses. Self-

Page 11: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

10

help dan power politics adalah institusi, bukan elemen dasar dari sistem anarki.

Karenanya, anarchy is what states make of it.(Wendt, Collective Identity

Formation and the International State, 1995, hal. 384)

Kritik Chyntia Weber

Chyntia Weber mengkritik Alexander Wendt dalam bukunya,

International Relations: A Critic Introduction. Ia menarasikan sebuah cerita

berjudul Wag The Dog untuk menggambarkan logika teorinya.(Weber C. , 2005,

hal. 68) Wag The Dog merupakan sebuah film pendek yang diproduksi untuk

melakukan pengalihan isu atas kasus sexual misconduct seorang wanita simpanan

Presiden yang akan di-publish oleh rival politiknya, sebelas hari sebelum

pemilihan umum. Agar mendapatkan visualisasinya, penulis akan mencoba untuk

menarasikannya. Ada lima tokoh dalam film pendek ini; Coonie sebagai asisten

presiden, Winifred sebagai teman Coonie, Stanley sebagai produser film, Senator

Neal sebagai rival presiden, dan presiden sendiri.

Film ini dimulai dengan sebuah iklah kampanye presiden tentang segala

keunggulannya dan orasi-orasinya agar masayarakat kembali memilihnya.

“A group calling itself Albania Unite has claimed responsibility for this

morning‟s bombing of the village of Close, Albania. The president could

not be reached for comment, but General William Scott of the Joint Chiefs

of Staff said he has no doubt we‟ll be sending planes and troops back in to

finish the job.”(Weber C. , 2005, hal. 75)

Coonie bertugas untuk mengalihkan perhatian publik dari kasus Presiden tepat

hingga pemilihan umum berakhir. Ia memiliki ide untuk membuat iklan palsu

tentang adanya perang di Albania terkait dengan kasus Kossovo. Dalam ceritanya,

teroris dari Albania mencoba menyembunyikan senjata nuklir ke Amerika Serikat

lewat Kanada. Dalam news footage, terdapat berita tentang anak perempuan yang

melarikan diri dari geng penjahat di Albania. Berita ini disiarkan di seluruh media,

seolah-olah seperti kenyataan, bertepatan dengan kedatangan presiden dari China.

Di saat yang sama, senator Neal mengumumkan bahwa perang di Albanis sudah

Page 12: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

11

berakhir sesuai dengan informasi yang didapatkan dari CIA. Stanley tidak terima

film karyanya diakhiri begitu saja.

Kemudian Stanley membuat cerita lain tentang seorang tentara yang

terjebak di Albania dan tidak mengetahui bahwa sebenarnya perang sudah

berakhir. Sehingga tentara Amerika harus kembali ke Albania untuk

menyelamatkannya. Meskipun tentara yang dimaksud Stanley diperankan oleh

seorang kriminal, publik tidak mengetahui kenyataan tersebut. Publik pun tidak

mengetahui bahwa pemeran dibunuh oleh seorang penjaga toko karena mencoba

memerkosa anaknya. Publik hanya mengetahui bahwa si pemeran merupakan

tentara yang layak digelari pahlawan, sehingga ia dikuburkan dengan hormat.

Cerita Wag The Dog merupakan sebuah media dalam media. Semua plot

dibuat seolah-olah nyata dan disiarkan di media. Media constructs reality. Weber

menganalogikan dog sebagai publik dan tail sebagai media dalam bukunya. Kita

mungkin menilai bahwa decison-makers dalam cerita ini adalah Presiden. Tetapi

menurut Weber, presiden tidak dengan serta merta mendelegasikan Coonie untuk

membuat sebuah pengalihan isu jika tidak ada suatu situasi yang memaksanya.

Maka dari itu, bukan publik yang membuat media menjadi ada, atau sebaliknya.

Melainkan, sebuah situasilah yang kemudian membuat media mengkonstruk

kenyataan yang kemudian dianggap nyata oleh publik.

Ketika publik disuguhkan sebuah jalan cerita yang memaksanya untuk

percaya agar cerita itu terlihat seperti nyata, publik akan selalu dikelilingi rasa

penasaran, siapa yang sebenarnya ada di balik cerita ini? Siapakah decision-

makers nya? Daripada bertanya apa yang sebenarnya membuatnya menjadi

decision-makers? Dalam cerita wag the dog, kita dihadapkan pada situasi dimana

sang author tidak dapat dibuka kepada publik. Tetapi untuk keluar dari sebuah

konstruksi, kita memerlukan seorang aktor yang ada di belakangnyaa. Karena

segala sesuatunya tidak serta merta ada dengan sendirinya.

Iklan kampanya di awal pembuka film dapat menjelaskan dengan pasti

bahwa iklan tersebut dibuat oleh sebuah partai yang mendukung pencalonan

presiden. Sedangkan dalam film Wag the Dog sendiri, kita dihadapkan pada

Page 13: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

12

sebuah tantangan untuk keluar dari reifed object atau anggapan bahwa suatu hal

telah ada dengan sendirinya. Stanley sebagai produser film tidak dapat

memamerkan karyanya karena ia mendapat ancaman dari Coonie, sedangkan

tugas Coonie telah berakhir ketika pemilihan umum resmi selesai, dan begitupun

presiden. Sehingga kita pun sampai pada kesimpulan bahwa practices lah yang

telah mengkonstruk tindakan presiden untuk berbuat demikian.

Seperti bagaimana Weber berusaha menjelaskan bahwa film Wag the Dog

tidak ada dengan sendirinya, ia pun menjelaskan bahwa Alexander Wendt ingin

menjelaskan bahwa sistem anarki tidak ada dengan sendirinya. Seperti bagaimana

negara sebagai aktor utama yang menentukan kondisi sebuah sistem internasional,

dalam cerita ini produser film lah yang menentukan jalannya cerita. Jika dalam

konsep Wendt dog adalah sistem anarki dan tail adalah negara. Alexander Wendt

menekankan bahwa apa yang dilakukan negaralah yang kemudian membuat

sistem anarki itu ada. Sistem anarki bukanlah sesuatu pre-given, ia lahir dari

interaksi yang tejadi antar negara sebagai decision-makers.

Ada tiga inti dalam film Wag the Tail.(Weber C. , 2005, hal. 72) Pertama

adalah production is problrm solving. Hal ini yang dilakukan oleh Stanley ketika

Senator Neal mengumumkan bahwa berdasarkan informasi dari CIA, perang di

Albania telah selesai. Jika saja Stanley pada saat itu tidak bertindak apapun, maka

skenario yang telah disusunnya akan sia-sia. Tetapi Stanley memutuskan untuk

membuat skenario lain. Karenanya, producing is problem solving.

Pada inti kedua, producing is heroic. Karena Stanley telah berhasil

membuat publik percaya bahwa perang di Albania merupakan sebuah kenyataan

berikut dengan segala situasi yang ada di sana, hal ini telah menjustifikasi segala

tindakan Amerika Serikat di Albania. Publik akan terpengaruh oleh nilai-nilai

patriotik, seperti ketika perang versi CIA berakhir, Stanley membuat plot twist

bahwa ternyata ada tentara Amerika Serikat yang terjebak di medan perang.

Sehingga pemerintah Amerika Serikat memutuskan untuk kembali ke Albania dan

menyelamatkannya. Karenanya, producing is heroic.

Page 14: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

13

Poin inti terakhir adalah producing is invinsible. Jika keberadaan Stanley

sebagai produser hendak dimasukkan ke dalam credit, maka semua cerita hebat

tentang perang Albania tidak akan membuat publik tertarik lagi. Hal yang sama

terjadi pada konsep state dan anarchy. Ketika neo-realisme tidak memunculkan

seorang author dari sistem anarkinya, teorinya bahwa sistem internasional adalah

anarki menjadi nyata. Tetapi ketika Wendt mengekspos kenyataan tersebut, semua

teori tentang sistem internasional yang anarki menjadi bahan pertanyaan lagi,

apakah negara dapat menentukan tindakannya sendiri?

Lalu apa yang kemudian dianggap gagal oleh Weber dalam teori

Alexander Wendt? Wendt sendiri telah gagal untuk menjelaskan darimana

sebenarnya datangnya practices yang dilakukan oleh negara. Apa yang telah

membuat negara melakukan hal tersebut. Wendt tidak berhasil keluar dari teorinya

sendiri bahwa segala sesuatunya tidak ada dengan sendirinya dan menunggu

hingga seseorang menemukan eksistensinya. Wendt berusaha untuk membantah

teori neo-realis bahwa sistem internasional telah membatasi ruang gerak negara

untuk memilih pilihan selain menjadi anarki.

Tapi di sisi lain, Weber beranggapan bahwa Wendt hanya mengizinkan

adanya pergantian peran yang dimainkan oleh aktor, yaitu negara. Negara sebagai

produser dapat menjadi produser dari sistem anarki atau kerja sama, sama seperti

bagaimana Stanley yang berganti peran dari produser sebuah film menjadi

produser sebuah perang. Tetapi Wendt terlalu menekankan pada konsep practices

yang dilakukan oleh negara. Ia telah menutup ruang akan adanya kesempatan

untuk bertanya, siapa yang telah memproduksi negara? Pada poin ini, Weber

menganggap Wendt tidak konsisten karena telah menyatakan bahwa negara

merupakan pre given object.

Mitos dari anarchy is what states make of it milik Alexander Wendt telah

berhasil menjawab premis untuk mebebaskan kita dari logika deterministik dari

situasi anarki. Ia mengklaim telah menjembatani option yang ditawarkan neorealis

dan neoliberalis. Dan yang paling penting adalah ia berhasil menjawab pertanyaan

publik tentang siapa authornya? Weber berargumen bahwa hal seperti inilah yang

diinginkan oleh para penstudi hubungan internasional.

Page 15: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

14

Tetapi dengan diterimanya mitos ini, para penstudi berarti telah menerima

kekurangan dari konstruktivisme. Poin pertama, konstruktivisme ditujukan untuk

keluar dari lingkaran memposisikan sesuatu sebagai objek yang telah ada dari

sananya. Tetapi dengan mengaplikasikan mitos Wendt, konstruktivis berarti telah

mencoba untuk keluar dari persepsi bahwa anarki adalah pre given dengan

menjadikan negara sebagai pre given. Kedua, dengan mempertahankan

argumennya bahwa negara adalah decison-makers/authors dari semua fenomena

internasional, konstruktivis telah kehilangan kesempatan untuk menggali lebih

jauh lagi untuk mengembalikan fokusnya pada proses dan praktik dalam politik

internaisonal.

Sementara di sisi lain, Wag the Dog menginsentif kita untuk bertanya

bagaimana aktor tertentu dapat terlihat sebagai decison-makers / producers /

authors? Daripada menanyankan pertanyaan sederhana seputar siapa yang

menjadi decision-makers? Mungkin konstruktivis telah berhasil membuat negara

sebagai aktor yang bertanggung jawab jatas segala kejadian di sistem

internasional. Tetapi ia telah gagal untuk menginsentif kita untuk lebih

menginvestigasi mengenai proses menjadikan negara sebagai produsernya.

Dengan Wendtian Konstruktivisme, kitaa mengira bahw akita paham bahwa tail

lah yang menggoyangkan dog, tetapi dalam kenyataannya tales lah yang

mengkonstruksi tail untuk terlihat seolah-olah ia yang menggoyangkan dog.

Level of Analysis

Chyntia Weber dan Alexander Wendt memiliki objek analisis yang sama.

Pada level sistem, keduanya mencoba menjelaskan bahwa hubungan antar negara

dapat dijelaskan oleh faktor yang mempengaruhi sistem secara keseluruhan dan

berdasaran karakteristik juga kecenderungan dari sistem itu sendiri.(Genest, 2004,

hal. 6) Bagaimana hubungan sistem anarki yang menguasai hubungan antar

negara-negara? Keduanya membahas atas epistemologi dari sistem anarki itu

sendiri. Wendt berhenti pada poin dimana argumennya menjelaskan bahwa sistem

anarki dibentuk oleh interaksi antar negara. Sedangkan Weber berargumen bahwa

epistemologi sistem anarki berasal dari tales atau situasi dan kondisi yang telah

memaksa negara sebagai pemeran decision-makers. Keduanya bersifat terbuka

Page 16: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

15

bahwa seiring dengan berlangsungnya interaksi antar negara, mereka akan

cenderung mengubah perilakunya sesuai kebutuhan.

Level analisis kedua adalah negara. State-level analysis menjelaskan

tentang hubungan antara negara dan bagaimana mereka berprilaku terhadap

politik global sesuai dengan ideologinya.(Genest, 2004, hal. 7) Dalam konteks ini,

analisisnya ditekankan pada bagaimana negara mengatasi the myth of fear dalam

sistem internasional. Dalam bukunya, Alexander Wendt pernah menganalogikan,

ketika dua aktor tidak pernah berinteraksi sebelumnya, atau bahkan berselisih satu

sama lainnya, dan keduanya sama-sama ingin memastikan pertahanannya,

„If there were a group of aliens arrived in earth, would we assume, a

priori, that we were about to be attacked by members of an alien

sivilizatiom? I think not.”(Wendt, Collective Identity Formation and the

International State, 1995, hal. 144)

Dengan kata lain, tentu kita akan hati-hati dalam bersikap, tapi tidakkah kita mau

untuk terlihat seolah-olah mengancam keberadaan mereka kecuali merekalah yang

pertama-tama mengancam kita, karena pada dasarnya negara ingin menghindari

pembuatan keputusan yang terburu-buru untuk menjadikan aktor lain sebagai

musuh karena kita tidak mengetahui kekuatan sebenarnya. Maka dari itu, kedua

teori ini, khususnya Wendt, tidak menyarankan untuk memulai sebuah hubungan

dengan aliens tersebut dalam sebuah security dilemma; karena security dilemma

bukanlah sebuah konstuksi pasti dari anarki.(Wendt, Collective Identity

Formation and the International State, 1995, hal. 144)

Tahap level ketiga adalah individu. Pada level ini, keduanya membahas

tentang bagaimana collective understanding sangat berpengaruh terhadap

konstruksi dari identitas seorang individu. Seperti yang telah dijelaskan di atas,

bahwa proses merupakan elemen terpenting dari analisis teori Wendtian,

sedangkan tales merupakan elemen terpeting menurut Weber. Dapat kita

simpulkan bahwa ketika Wendt berhenti pada tahapan dimana dia menjelaskan,

institusi, identitas, dan interest lah yang mempengaruhi practices dari negara

tanpa menjelaskan darimana datangnya ketiga komponen tersebut. Weber

Page 17: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

16

menjelaskan bagaimana publik, secara individu, juga merupakan aktor yang telah

mengkonstruk identitas sesuai dengan latar belakangnyayang kemudian

membuatnya memiliki interest tertentu. Collective understanding, dalam konsep

ini adalah bagaimana publik sangat mudah untuk terbujuk oleh nilai-nilai yang

dianut secara universal. Seringkali publik, melakukan sesuatu bukan karena ia

menganggap hal itulah yang terbenar, tetapi karena mereka takut akan

tindakannya dinilai illegitimate karena berbeda dengan norma universal dan

kemudian memposisikannya dalam kerugian( John Baylis. Steve Smith. Patricia

Owens., 2008, hal. 163). Hal ini lah yang kemudian mempengaruhi bagaimana

pemerintah mengartikulasikan kebijakannya yang disesuaikan dengan

pengharapan publik dan kemudian berpengaruh terhadap sistem internasional.

Page 18: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

17

Kesimpulan

Setelah membaca karya Alexander Wendt dan Chyntia Weber, dapat

disimpulkan bahwa manusia telah memberikan kontribusi signifikan menganai

perkembangan pemahaman pada segala hal yang ada di dunia. Munculnya

berbagai perspektif dalam satu fenomena merupakan suatu bukti konkret;

lingkungan dimana seorang individu berkembang berkontribusi besar terhadap

caranya menyikapi hal.

Individu akan bereaksi terhadap suatu objek. Ketika dihadapkan dengan

negara lain, sebuah negara akan melakukan tindakan yang menurutnya sesuai

dengan identitasnya. Pada konteks ini kita dibawa kembali pada teori sosiologi

dimana interaksi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Interaksi

lah yang menentukan output dari hubungan antar aktor.

Weber berargumen bahwa situasi atau tales lah yang kemudian membuaat

negara berinteraksi dengan caranya. Penulis menilai bahwa konsep ini merupakan

sebuah siklus. Situasi yang dikatakan Weber pun terbentuk setelah adanya

interaksi antar aktor. Sehingga sulit bagi kita untuk benar-benar menentukan

bagaimana sebenarnya author dari segala kejadian dapat terbentuk. Tetapi pada

akhirnya, penulis menilai bahwa Weber, seorang postmodernis, telah berhasil

membuktikan logika dari bantahannya akan teori Konstruktivisme Wendtian.

Page 19: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

18

Daftar Pustaka

John Baylis. Steve Smith. Patricia Owens. (2008). The Globalization of World Politics: An

introduction to International Relations 4e. New York: Oxford University Press.

Chris Brown. Kirsten Anley. (2009). Understanding International Relations 4e. London:

Palgrave Macmillan.

Copeland, D. C. (2000). The Constructivist Challenge to Structural Realism. International

Security, 25/2 , 187-212.

Foucault, M. (1980). Power/Knowledge. Hemel Hampstead: Harvester Wheatsheaf.

Genest, M. A. (2004). Conflict and Cooperation; Evolving Theories of International

Relations, 2nd Edition. United States: Thomson Wadsworth.

Kaituhi, T. (2014). Maori. Intercontinentaly Cry .

Kegley, C. W. (1993). The Neoidealist Moment in International Studies? Realist Myths

and the New International Realities. International Studies Quarterly 37(June):131–46.

Robert Jackson & Georg Sorensen. (2010). Introduction to International Relations;

Theories and Approaches . Italy: MPS Limited, A Macmillan Company.

Ruggie, J. G. (1998). Constructing The World Polity: Essays on International

Institualizations. London: Routledge.

Tannenwald, N. (2005). Ideas and Explanation: Advancing the Theoretical Agenda.

Journal of Cold war Studies , 13-42.

UNHCR. (2011). The 1951 Convention Relating To The Status of refugees And Its 1967

Protocol. The 1951 Convention (p. 16). Geneva: UNHCR.

Waltz, K. (1979). Theory of International Politics. . Reading, MA: Addison-Wesley.

Weber, C. (2005). International Relations Theory; A Critical Introduction. Park Square,

Milton Park, Abingdon, Oxon: Routledge.

Weber, M. (1977). critique of Stammler (trans. Guy Oakes). New York: Free Press.

Wendt, A. (1992). Anarchy is what States Make of It. International Organization, The MIT

Press , 349-419.

Wendt, A. (1995). Collective Identity Formation and the International State. USA:

American Political Science Review 88(2).

Page 20: Wendtian Constructivism Under Chyntia Weber's Critic: Is It State Who Makes Anarchy?

19