jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the...
Transcript of jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the...
![Page 1: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/1.jpg)
STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENGRAJIN ATAP DAUN DI KELURAHAN
TOAPAYA ASRI KECAMATAN TOAPAYA
ARTIKEL - E - JOURNAL
Oleh
EGI HATTA SIREGARNIM 110569201120
PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGIFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJITANJUNGPINANG
2016
0
![Page 2: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/2.jpg)
ABSTRACT
Craftsmen leaf roof is someone who makes the work with his own hands made from leaves, the leaves are arranged to resemble a roof, roof work is doing a long time no wonder craftsman leaf roof occurred poverty and dependence to the hotel dikeranakan how to make the long time so craftsmen do not have time to market their products.
The research objective is to know what strategy to survive craftsmen leaf roof in the of Kelurahan Toapaya Asri Kecamatan Toapaya.
This study is a qualitative descriptive study which is to seek the facts in accordance to the title and provides an overview of the social fanomena.
This study is a qualitative descriptive study authors seek the facts in accordance with the scope of the title of the study and provide an overview of their social fanomena.
This study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food coping strategies, namely malakukan activities that bring in revenue, make changes to diet (diet), berbagaio how to get (access to) food, a variety of ways to get (access ) money (cash), to the most drastic manner by migrating or reduce the number of family members.
The conclusion that can be drawn based on interviews survival strategy craftsmen leaf roofs in the Kelurahan Toapaya Asri is doing a side job in order to earn some cash and Regulates diet is by two times in a day, and developing a social network to keep the roof of leaves that have been made are not by to Hotel alone but to attempt to sell it to those in need.
Keywords: Craftsman Strategy leaf roof
1
![Page 3: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/3.jpg)
ABSTRAK
Pengrajin atap daun adalah seseorang yang membuat karya dengan tangannya sendiri dengan berbahan baku daun, daun tersebut dirangkai menyerupai atap, pembuatan atap ini melakukan waktu yang panjang tak heran pengrajin atap daun terjadi kemiskinan dan ketergantungan kepada pihak hotel dikeranakan cara membuat dengan waktu yang lama sehingga pengrajin tidak mempunyai waktu untuk memasarkan produknya.
Untuk mengetahui Strategi apa saja untuk bertahan hidup pengrajin atap daun di Kelurahan Toapaya Asri Kecamatan Toapaya.
Penelitian ini penelitian deskriptif kualitatif adalah penulis mencari fakta-fakta sesuai dengan ruang lingkup judul penelitian dan memberikan gambaran tentang adanya fanomena sosial.
Penelitian ini menggunakan teori Sen yang dikutif oleh Usfar (2002) untuk strategi pengrajin atap daun menggunakan food coping strategi yaitu malakukan aktivitas yang mendatangkan pendapatan, melakukan perubahan diet (pola makan), berbagaio cara mendapatkan (mengakses) makanan, berbagai cara untuk mendapatkan (mengakses) uang (tunai), hingga cara yang paling drastis dengan melakukan migrasi atau mengurangi jumlah anggota keluarga.
Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan wawancara strategi bertahan hidup pengrajin atap daun di Kelurahan Toapaya Asri yaitu dengan cara melakukan kerja sampingan agar mendapatkan uang tunai serta mengatur pola makan yaitu dengan dua kali dalam satu hari, dan mengembangkan jaringan social agar atap daun yang telah dibuat tidak dijualkan kepada Hotel saja tetapi berupaya untuk menjualkannya kepada masyarakat yang membutuhkan.
Kata Kunci : Strategi Pengrajin atap daun
2
![Page 4: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dipandang dari sudut kekayaan alam dan sumber daya manusia, maka secara
ekonomis daerah pedesaan indonesia merupakan wilayah yang potensial untuk landasan
pembangunan nasional. Setidak-tidaknya di pedesaan terdapat potensi tenaga manusia
yang dapat dimanfaatkan sebagai tenaga produktif dalam industri kecil dan kerajinan
maupun dalam kegiatan industri jasa. Dengan pertimbangan bahwa desa-desa di
Indonesia masih bersifat agraris/pertanian, maka industri yang sudah berkembang di
pedesaan dan dapat memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat adalah jenis industri yang
dapat memperoleh hasil-hasil pertanian.
Kemiskinan merupakan suatu masalah yang timbul akibat dari kekurangan dalam
diri manusia untuk kelompok sosial yang bersumber dari faktor ekonomi, sosial-psikologi
dan kebudayaan. Salah satu masalah sosial yang timbul dari sumber tersebut di atas
adalah problematik kemiskinan, kemiskinan diartikan sebagai suatu keadaan dimana
seseorang tidak sanggup melihat dirinya sesuai dengan taraf hidup kehidupan kelompok
dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental fisiknya dalam kelompok.
Kemiskinan merupakan problematika yang sifatnya Multidimensional, karena
kemiskinan tidak hanya melibatkan faktor ekonomi akan tetapi juga tekait pada aspek
sosial, budaya, dan struktur (politik). Kemiskinan dalam dimensi ekonomi adalah
dimensi yang paling jelas dimana dimensi ekonomi ini menjelma kedalam kebutuhan
dasar manusia yang sifatnya material seperti sandang, pangan, papan, perumahan,
kesehatan, dan lain-lainya.
Mubyarto dikutip dalam ( Hanafi, 1997:16 ) mengemukakan bahwa kemiskinan
itu multidimensi, karena disebabkan berbagai macam aspek seperti aspek primer berupa
miskin aset, organisasi sosial politik dan pengetahuan serta keterampilan. Aspek sekunder
berupa miskin jaringan sosial, sumber-sumber kemajuan dan informasi, dimensi-dimensi
kemiskinan tersebut termanifestasikan dalam bentuk kekurangan gizi, air bersih,
perumahan sehat, perawatan kesehatan yang kurang baik dan tingkat pendidikan yang
rendah, yang tertuang dalam table berikut ini
3
![Page 5: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/5.jpg)
Tabel 1.1
Penduduk yang bermata Pencaharian Sebagai Pengrajin Kelurahan Toapaya Asri
No LokasiPenduduk
Pengrajin Miskin (Jiwa)
Pengrajin Miskin (KK)
1.2.3.4.5.
RW 1RW 2RW 3RW 4RW 5
1210131514
65788
Jumlah 64 34
Sumber : Kantor Lurah Toapaya Asri
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa penduduk miskin di kelurahan Toapaya Asri
adalah sebanyak 64 Jiwa, dengan berbagai jenis mata pencaharian sedangkan yang
bermata pencaharian sebagai pengrajin atap daun yaitu sebanyak 34 KK.
Besarnya peranan pengrajin di Indonesia memberikan motivasi Masyarakat
pedesaan untuk memiliki keahlian dan skill dalam mengelola sumber daya alam yang ada
akan menjadikan sumber produksi. Oleh karena itu mereka berupaya dengan berbagai
cara untuk bahan yang baik yang ada di wilayah tempat tinggalnya ataupun diluar
desanya. Dengan hal tersebut, mereka akan membiayai kebutuhan hidup bagi
keluarganya. Mereka hanya bekerja disektor pengrajin atap daun karena disesuaikan
dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki.
Sturuktur ekonomi pedesaan akan lebih meningkat atau mengalami perubahan,
apabila pertumbuhannya akan bersandarkan kepada sumber alam yang ada atau
pelayanan jasa yang dapat diberikan oleh anggota masyarakat desa yang bersangkutan.
Salah satu yang dihadapi manusia dan aplikasi permasalahannya dapat melibatkan
keseluruhan aspek kehidupan manusia.
Dilihat dari konsep kemiskinan sangat berkaitan dengan sumber daya manusia,
dimana kemiskinan itu muncul karena sumber daya manusia yang tidak berkualitas.
peningkatan sumber daya manusia mengandung upaya menghapuskan kemiskinan,
oleh karena itu di dalam pengembangan sumber daya manusia salah satu program yang
harus dilakukan adalah mengurangi kemiskinan indikatornya adalah pendidikan,
keterampilan, dan pekerjaan.
4
![Page 6: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/6.jpg)
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang senantiasa hadir di tengah
masyarakat berkembang. Dalam konteks masyarakat Indonesia masalah kemiskinan juga
merupakan sebuah masalah sosial yang senantiasa relevan untuk dikaji secara terus-
menerus. Begitu juga dengan pengrajin atap daun kemiskinan selalu melanda dari keluarga
pengrajin tersebut selalu bekerja jika dibutuhkan oleh pihak hotel, pengrajin atap daun
selalu mendapatkan upah atau imbalan dari hotel untuk membuat atap daun biasa dalam
waktu tiga bulan sekali baru dibayarkan, pengrajin berlomba-lomba membuat atap daun
untuk memenuhi kebutuhan hotel, dalam pekerjaan atap daun pengrajin hanya
mendapatkan Rp. 2.500,- per satu atap, dalam waktu pekerjaan tiga bulan keluarga
pengrajin mendapatkan upah sebesar Rp. 3.000.000,-, dari anggaran inilah harus
mencukupi pengrajin atap daun untuk bertahan hidup selama 3 bulan.
Ketidakmerataan merupakan kenyataan dalam kehidupan masyarakat terjadi
karena adanya ketidakmerataan struktur dan karena faktor budaya. Yang pertama ditandai
dengan penyediaan kesempatan berusaha yang lebih luas kepada anggota masyarakat,
yang kedua ditangani dengan membangkitkan semangat kemandirian dan kewiraswastaan.
Sejalan dengan pembangunan ekonomi timbul peran-peranan yang baru dalam
masyarakat. Perkembangan sekarang memperlihatkan bahwa di pedesaan telah terjadi
perubahan sosial yang sangat pesat.
Dari permasalahan tersebut ada beberapa hal menjadi dampak sosial didalam
masyarakat Kelurahan Toapaya Asri Kecamatan Toapaya yaitu : (1). Terjadinya
ketergantungan masyarakat pengrajin atap daun kepada pihak hotel (2) Masyarakat merasa
cepat puas didalam menjalani kehidupannya. (3). Tidak adanya bantuan oleh pemerintah
daerah dalam bentuk jalan maupun bangunan dalam meningkatkan akses perekonomian,
dari permasalahan diatas penulis mesara didalam masyarakat menjalani kehidupannya
masih terletak dalam garis kemiskinan dimana masyarakat tetap bertahan hidup dan
menjalani kehidupannya sehari-hari tanpa mengeluh dan pindah ditempat lain yang baik
bagi seperti mencari pekerjaan-pekerjaan yang lebih baik lagi, dan menyekolahkan anak-
anaknya agar dapat meningkatkan tarap hidup kedepannya.
Bertitik tolak dari permasalahan diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut
tentang masalah diatas dengan judul “STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENGRAJIN
ATAP DAUN DI KELURAHAN TOAPAYA ASRI KECAMATAN TOAPAYA”.
5
![Page 7: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/7.jpg)
B. PERUMUSAN MASALAH
Dari deskripsi yang telah dipaparkan pada bagian latar belakang di atas, maka
untuk memudahkan proses penelitian guna menghindari pembahasan yang terlalu meluas
diperlukan adanya perumusan masalah.
Merujuk dari latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan terdahulu yang
terjadi di lokus penelitian yakni Kelurahan Toapaya Asri Kecamatan Toapaya, maka pada
penelitian ini perumusan masalah yang akan dicari jawabannya adalah sebagai berikut:
Bagaimana Strategi Bertahan Hidup Pengrajin Atap Daun Di Kelurahan Toapaya
Asri Kecamatan Toapaya ?
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tujuan yang hendak dicapai, yaitu
a. Untuk mengetahui Strategi apa saja untuk bertahan hidup pengrajin atap daun di
Kelurahan Toapaya Asri Kecamatan Toapaya
D. METODE PENELITIAN.
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis laksanakan ini merupakan jenis penenilitian deskriptif
kualitatif. Adapun pemilihan jenis metode deskriptif yang penulis lakukan dengan maksud
untuk memahami fenomena sosial, budaya, dan perilaku manusia secara keseluruhan
(holistic) dari sudut pandang manusia sebagai pelaku. Hal tersebut sebagaimana yang
dinyatakan Umar (2002:38),”Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk memaparkan atau
mendeskripsikan hal-hal yang ditanyakan dalam riset, seperti: siapa, yang mana, kapan,
dimana dan mengapa.
Penulis menggunakan penelitian kualitatif dengan maksud untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap situasi sosial. Selain itu, juga untuk
mendapatkan data yang mendalam, yaitu data-data yang berkaitan dengan Strategi bertahan
hidup pengrajin atap daun.
6
![Page 8: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/8.jpg)
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang sulit dituntaskan, kemiskinan
tidak hanya terjadi pada negara-negara berkembang tetapi juga terjadi di negara-negara
maju, namun umumnya tingkat kemiskinan di negara berkembang lebih tinggi
dibandingkan negara-negara yang sudah maju. Menurut Haughton dan Khandker (2012:1)
kemiskinan adalah kekurangan kesejahteraan sehingga masyarakat miskin diartikan
sebagai mereka yang tidak memiliki pendapatan dan konsumsi yang memadai untuk
membuat mereka berada di atas ambang minimal kategori sejahtera. Sedangkan menurut
Syaifullah (2008:18) kemiskinan didefinisikan sebagai kekurangan sumber daya yang
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan meningkatkan kesejahteraan
sekelompok orang atau individu.
Kemiskinan merupakan peristiwa yang mendunia, setiap negara memiliki
karakteristik kemiskinan tersendiri. Menurut Stamboel (2012:18-26) secara garis besar ada
tujuh karakteristik kemiskinan di Indonesia yaitu:
1) Mayoritas rumah tangga miskin menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.
2) Mayoritas rumah tangga miskin adalah petani kecil (petani gurem) dan buruh tani.
3) Disparitas tingkat kemiskinan yang tinggi antara kota dan desa.
4) Disparitas tingkat kemiskinan yang sangat tinggi antar provinsi
5) Dominasi pengeluaran belanja makanan terhadap garis kemiskinan
6) Sebagian besar penduduk masih berada digaris kemiskinan (near poor)
7) Kemiskinan bersifat multidimensi.
Secara garis besar kemiskinan yang ada dalam masyarakat dapat dipilah menjadi
dua yaitu kemiskinan relatif dan kemiskinan absolut. Menurut Tambunan (dalam Sukidin,
2009:250) kemiskinan relatif adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu
memenuhi standar hidup sesuai dengan standar kebutuhan yang diperlukan sehari-hari.
Kemiskinan relatif menggunakan garis kemiskinan (poverty line) sebagai dasar untuk
mengetahui suatu daerah berada di bawah atau di atas garis kemiskinan. Kemiskinan
relatif merupakan suatu ukuran mengenai kesenjangan dalam distribusi pendapatan,
kemiskinan relatif dapat diukur dari tingkat proporsi tingkat pendapatan rata-rata perkapita.
7
![Page 9: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/9.jpg)
Sebagai suatu ukuran kemiskinan relatif akan berbeda antar negara atau dari suatu periode
dengan periode lain dalam suatu negara. Sedangkan kemiskinan absolut adalah suatu
keadaan dimana seseorang berada pada tangga kemiskinan bawah. Seseorang yang
berada pada garis kemiskinan absolut cenderung tidak mampu memenuhi kebutuhan
minimum atau hanya untuk bertahan hidup. Jika pendapatan seseorang tidak mampu
memenuhi kebutuhan minimum maka seseorang tersebut masuk dalam klasifikasi miskin
secara absolut.
Keterbatasan yang dimiliki sebuah rumah tangga merupakan ciri dari
kemiskinan, umumya keluarga yang tergolong miskin memiliki keterbatasan baik
keterbatasan akses maupun aset yang dimiliki. Menurut Haughton dan Khandker (2012:1)
keluarga miskin dicirikan dengan kekurangan pangan atau kualitas pangan yang
rendah. Ciri umum kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat secara lebih rinci dijelaskan
oleh Suharto (2013:16) yang menyatakan ciri kemiskinan antara lain:
a. Ketidakmampuan memenuhi konsumsi dasar (pangan, sandang, papan)
b. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental.
c. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan social (anak terlantar, wanita korban ketidak
kekerasan rumah tangga, janda miskin kelompok marjinal dan terpencil.
d. Rendahnya kualitas sumberdaya manusia (buta huruf, rendahnya pendidikan dan
keterampilan, sakit-sakitan), dan keterbatasan sumber daya alam (tanah tidak subur,
lokasi terpencil, ketiadaan infrastruktur jalan, listrik, air).
e. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual (rendahnya pendapatan dan
asset), maupun masal (rendahnya modal sosial, ketiadaan fasilitas umum).
f. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang memadai dan
berkesinambungan.
g. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan, pendidikan,
sanitasi, air bersih, dan transportasi).
h. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk pendidikan dan
keluarga atau adanya perlindungan social dari Negara dan masyarakat
i. Ketidakmampuan dalam kegiatan sosial masyarakat.
Berdasarkan ciri di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan suatu rumah tangga
dalam memenuhi kebutuhan hidup dapat dijadikan ukuran apakah keluarga tersebut
8
![Page 10: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/10.jpg)
termasuk keluarga miskin atau tidak. Sedangkan menurut Stamboel (2012:25) ukuran
miskin dapat diukur dengan menggunakan garis kemiskinan dengan menghitung pendapat
perkapita keluarga, ukuran kemiskinan menurut Bank Dunia adalah US$ 2 per hari atau
sekitar 22.000 perhari.
Tingkat kemiskinan disetiap wilayah sangatlah bervariasi hal ini dikarenakan
faktor penyebab kemiskinan disetiap wilayah memiliki perbedaan. Tambunan (2003:156)
menjelaskan sumber penyebab kemiskinan yang terjadi pada pedesaan karena adanya
keterbatasan teknologi modern dan rendahnya pendidikan sehingga kegiatan pengrajin
atap daun kurang optimal. Pengetahuan pengrajin yang rendah terhadap potensi dan
perubahan pasar membuat pengrajin sulit untuk mendapatkan keuntungan yang besar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
kemiskinan adalah suatu keadaan dimana seseorang hanya memiliki sumber daya
serta aset yang terbatas, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya secara
layak yang menyebabkan kurangnya kesejahteraan.
Kemiskinan disebabkan oleh banyak faktor, jarang ditemukan kemiskinan hanya
disebabkan oleh faktor tunggal, seseorang atau keluarga miskin bisa disebabkan oleh
beberapa faktor yang saling terkait satu sama lain adapun faktor-faktor menurut Suharto
(2009:18) menjelaskan
1. Faktor indivual. Terkait dengan aspek patologis, termasuk kondisi fisik adan psikologis si miskin. Orang miskin disebabkan oleh pelaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin itu sendiri dalam menghadapi kehidupannya.
2. Faktor social. Kondisi-kondisi lingkungan sosial yang menjebak seseorang menjadi miskin. Misalnya, diskriminasi berdasarkan usia, gender, etnis, yang menyebabkan seseorang menjadi miskin. Termasuk dalam faktor ini adalah kondisi social dan ekonomi keluarga si miskin yang biasanya menyebabkan kemiskinan antar generasi.
3. Faktor kultural. Kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan. Factor ini secara khusus sering menunjuk pada konsep kemiskinan kultural atau budaya kemiskinan yang menghubungkan kemiskinan dengan kebiasaan hidup atau mentalitas
4. Faktor Struktural. Menunjuk pada struktur atau system yang tidak adil, tidak sensitif dan tidak accessible sehingga menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin. Sebagai contoh system ekonomi neoliberalisme yang diterapkan diindonesia yang telah menyebabkan para petani, nelayan, dan pekerja sector informal terjerat oleh dan sulit keluar dari kemiskinan.
Pandangan Elizabeth Nicholas lain lagi. Elizabeth (Irvan Arif, 2011) mengatakan
9
![Page 11: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/11.jpg)
bahwa: kebutuhan manusia terbagi menjadi empat kebutuhan, yakni: kebutuhan kasih
sayang, kebutuhan akan merasa aman, kebutuhan untuk mencapai sesuatu dan kebutuhan
agar diterima dalam kelompok. Sedangkan pandangan Laird&Laird (T. Sumarnonugroho,
1991) kebutuhan manusia terbagi menjadi lima yaitu:
1. Kebutuhan untuk hidup2. Kebutuhan merasa aman3. Kebutuhan untuk bertingkah laku sosial4. Kebutuhan untuk dihargai5. Melakukan pekerjaan yang disenangi
Dalam kebutuhan manusia yang telah lazim didengar adalah dari teori Abraham
Maslow bahwa:
“Ketika manusia sudah mengatasi semua kebutuhan dasarnya untuk bertahan hidup,
maka ia pun dimungkinkan untuk mengejar pencarian lebih tinggi : aktualisasi diri
pengetahuan tentang dirinya sendiri di level yang lebih dalam”. (Hindi 2006: 124)
Secara harfiah dalam kamus lengkap Indonesia, strategi diartikan sebagai cara
siasat perang (M.B Ali dan T.Deli, 1997). Dalam terjemahan bebas, strategi diartikan
sebagai taktik atau cara perhitungan dari rankaian kebijaksanaan dengan pelaksanaan
yang menggunakan metode atau teknik dalam memanfaatkan segala sumber daya
yang ada untuk digunakan sebaik mungkin agar tetap bertahan hidup. Dilihat dari
masyarakat miskin selain bertahan hidup dengan memanfaatkan keahlian yang dimilikinya,
masyarakat miskin menerapkan strategi kelangsungan hidup dengan melakukan pekerjaan
lain.
Strategi yang diterapkan masyarakat miskin tidak lepas dari masalah kebutuhan
hidup atau berkisar tentang masalah perut:
“Dalam tesis Karl Marx menulis bahwa “soal kedamaian dunia itu terletak pada
masalah perut. Setiap perut manusia kenyang dan senang, maka dunia dengan
sendirinya akan damai”. (Suara Hidayatullah, 2007:06).
Jika menunggu kedamaian sampai perut manusia kenyang, suatu hal yang
mustahil untuk diwujudkan. Perut manusia tidak akan kenyang sekalipun seluruh harta
di dunia dihabiskan. Tesis Karl Marx menjadi sebuah renungan bahwa kelangsungan
10
![Page 12: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/12.jpg)
hidup berkisar pada masalah perut atau pemenuhan kebutuhan hidup. Kebutuhan manusia
yang tidak terbatas dengan memenfaatkan kebutuhan ekonomi yang serba terbatas akan
memaksa manusia untuk melakukan strategi untuk bertahan hidup (life survive).
Penyebab kemiskinan pada keluarga pengrajin atap daun di Kelurahan Toapaya
Asri karena karakteristik rumah tangga pengrajin atap daun di Kelurahan Toapaya Asri
yang hanya memiliki aset yang terbatas dan keterbatasan teknologi dan kualitas
pendidikan yang masih tergolong sangat rendah. Kemiskinan mendorong pengrajin atap
daun untuk menerapkan berbagai macam strategi bertahan hidup untuk bisa memenuhi
kebutuhan pokok keluarga mereka sehingga keluarga mereka tetap bisa bertahan hidup.
2. Strategi bertahan hidup melalui jaringan sosial
Perumusan strategi dimulai dari identifikasi permasalahan, analisis faktor-faktor
yang mempengaruhi dengan pengamatan kondisi yang lalu, analisis lingkungan internal
dan analisis lingkungan eksternal sampai pada tahap penerapan strategi.
Strategi bertahan hidup menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman
bagaimana rumah tangga mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal
yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Suharto (2009:29) mendefinisikan
strategi bertahan hidup sebagai kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat
cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya, strategi
penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota
keluarga dalam mengelola aset yang dimilikinya. Pendapat lain mengenai strategi
bertahan hidup dikemukakan oleh Snel dan Staring (Setia, 2005:6) yang menyatakan
strategi bertahan hidup sebagai rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh
individu dan rumah tangga yang miskin secara sosial ekonomi.
Pengrajin atap daun merupakan pekerja yang tekun dan tidak pernah menyerah
dalam kondisi apapun walaupun penuh keterbatasan, mereka tetap bisa bertahan hidup.
Pengrajin atap daun akan mengoptimalkan segala sumber daya yang mereka miliki
agar tetap bisa menjaga kelangsungan hidup keluarganya. Secara spesifik strategi
penghidupan yang diterapkan oleh para pengrajin atap daun dapat dibagi menjadi tiga
dimana salah satu strategi tersebut adalah strategi survival atau strategi bertahan
hidup yang umumnya diterapkan oleh pengrajin atap daun, seperti yang dikemukaan oleh
White (Baiquni, 2007:47) yang menyatakan bahwa strategi survival atau strategi
11
![Page 13: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/13.jpg)
bertahan hidup merupakan strategi pengrajin atap daun yang memiliki lahan yang sempit
dan tergolong miskin. Petani dengan strategi survival biasanya mengelola sumber alam
yang sangat terbatas atau terpaksa menjadi buruh tani dan pekerja kasar dengan
imbalan yang rendah biasanya hanya cukup untuk sekedar menyambung hidup tanpa
bisa menabung untuk pengembangan
Rumah tangga pengrajin atap daun yang menerapkan strategi bertahan hidup
biasanya identik dengan pengeluaran rumah tangga didominasi oleh pengeluaran
kebutuhan pangan, memiliki anggota rumah tangga yang besar, dalam acara kegiatan
sosial seperti pernikahan atau kerja bakti, rumah tangga dengan strategi bertahan hidup
biasanya menyumbang tenaga karena tidak mampu memberi sumbangan berupa uang,
rumah tangga dengan strategi bertahan hidup memiliki rumah yang sederhana dan kecil,
umumnya pengrajin atap daun yang menerapkan strategi bertahan hidup memiliki
kemampuan yang sedikit, banyak pula pengrajin atap daun yang terpaksa menjadi buruh
tani, buruh bangunan dan bekerja secara serabutan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Kebutuhan merupakan segala sesuatu yang diperlukan manusia,
kebutuhan yang wajib dipenuhi manusia adalah kebutuhan hidup. Menurut Gilarso
(2002:19) kebutuhan hidup adalah kebutuhan yang minimal harus dipenuhi untuk
hidup layaknya manusia. Menurut Mangkunegara (2002:5) kebutuhan muncul akibat
adanya dorongan dalam diri manusia dan kenyataan bahwa manusia memerlukan
sesuatu untuk tetap bisa bertahan hidup.
Menurut Soekanto (2009:1) keluarga adalah unit pergaulan hidup yang paling
kecil dalam masyarakat, secara umum keluarga masih bisa dibagi menjadi keluarga
batih dan keluarga besar. Keluarga batih merupakan kelompok sosial yang terdiri
dari suami, isteri, dan anak-anak yang belum menikah, sedangkan keluarga besar
adalah keluarga yang terdiri dari beberapa keluarga batih. Dalam satu keluarga terdapat
kepala keluarga yang berkewajiban untuk bekerja agar bisa memenuhi kebutuhan hidup
keluarganya.
Setiap keluarga memiliki tingkat kebutuhan yang berbeda dan beranekaragam.
Perbedaan tingkat kebutuhan keluarga juga terlihat pada keluarga Pengrajin atap daun
yang disebabkan oleh perbedaan tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga.
Semakin besar pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga pengrajin maka semakin
12
![Page 14: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/14.jpg)
beragam pula kebutuhan yang harus dipenuhi oleh keluarga petani begitupun
sebaliknya. Maslow (dalam Mangkunegara, 2002:6-7) membagi kebutuhan manusia
dalam beberapa tingkatan yaitu:
a. Kebutuhan fisiologisKebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan dasar atau tingkat terendah yang diperlukan seorang manusia seperti: kebutuhan akan makanan, minuman, pakaian, dan sebagainya.
b. Kebutuhan rasa amanKebutuhan rasa aman merupakan kebutuhan yang diperlukan seseorang agar tetap merasa aman dari ancaman, bahaya, pertentangan dan sebagainya.
c. Kebutuhan untuk merasa memilikiKebutuhan untuk merasa memiliki merupakan kebutuhan yang diperlukan seseorang untuk diterima oleh kelompok seperti berinteraksi dan kebutuhan untuk mencintai dan dicintai
d. Kebutuhan akan harga diriKebutuhan akan harga diri merupakan kebutuhan manusia untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain
e. Kebutuhan untuk mengaktualisasi diriKebutuhan untuk mengaktualisasi diri merupakan kebutuhan untuk menggunakan potensi dan skill yang dimiliki, kebutuhan untuk berpendapat, menentukan penilaian terhadap sesuatu.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
kebutuhan keluarga adalah segala sesuatu yang dibutuhkan keluarga baik untuk tetap
hidup maupun sebagai penunjang hidup. Pada penelitian ini peneliti hanya
memfokuskan pada kebutuhan keluarga Pengrajin yang bersifat fisiologis atau
kebutuhan pokok keluarga harus dipenuhi keluarga pengrajin. Menurut Gilarso
(2002:19) unsur kebutuhan pokok yang wajib dipenuhi oleh setiap masyarakat termasuk
masyarakat miskin antara lain: kebutuhan pangan, sandang atau pakaian, perumahan,
kesehatan dan pendidikan. Berdasarkan uraian di atas secara rinci kebutuhan pokok
yang wajib dipenuhi keluarga petani dapat dijelaskan sebagai berikut:
Kebutuhan pokok pertama yang wajib dipenuhi oleh setiap keluarga adalah
kebutuhan pangan atau makanan. Menurut Undang-undang RI nomor 7 tahun 1996
kebutuhan pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik
yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia.
Kebutuhan pangan merupakan kebutuhan yang sangat dasar dan wajib dipenuhi
13
![Page 15: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/15.jpg)
karena kebutuhan pangan adalah kebutuhan yang diperlukan manusia untuk tetap
hidup. Kekurangan kebutuhan pangan dapat berakibat negatif bagi tubuh seseorang
sebagaimana pendapat yang dikemukaan Tejasari (2005:1) yang menyatakan bahwa
kebutuhan pangan sangat dibutuhkan manusia untuk bartahan hidup, karena didalam
makanan mengandung senyawa kimia yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Senyawa
kimia dalam makanan yang mutlak diperlukan manusia adalah zat gizi karena jika tubuh
manusia kekurangan zat tersebut maka fungsi organ akan terganggu yang
mengakibatkan penyakit.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud kebutuhan
pangan adalah kebutuhan manusia akan makanan dan minuman yang diperlukan oleh
tubuh manusia kebutuhan pangan wajib dipenuhi oleh manusia untuk tetap bisa hidup.
Bagi petani yang tergolong miskin jumlah gizi yang terkandung dalam makanan
tidaklah penting karena yang terpenting bagi mereka adalah makanan yang mereka
makan bisa mangenyangkan Kebutuhan yang perlu dipenuhi setelah kebutuhan pangan
adalah kebutuhan sandang. Sandang adalah pakaian yang diperlukan oleh manusia
sebagai makhluk berbudaya. Pada zaman dahulu manusia membuat pakaian dari kulit
kayu dan kulit binatang yang berfungsi untuk melindungi tubuh dari cuaca. Kemudian
manusia mengembangkan teknologi pemintal kapas menjadi benang untuk ditenun
menjadi bahan pakaian.
Seiring berjalannya waktu fungsi pakaian tidak hanya digunakan sebagai
pelindung tubuh tetapi pakaian juga digunakan untuk menunjukkan kelas sosial
seseorang. Seseorang yang memiliki kedudukan tinggi atau berada pada kelas sosial
atas akan memilih pakaian dengan merk terkenal walaupun dengan harga mahal
sedangkan untuk seseorang dengan kelas sosial menengah kebawah akan membeli
pakaian sesuai kebutuhan tanpa melihat merk dengan harga relatif murah. Hal ini
sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sumardi dan Evers (1985:200) yang
menyatakan bahwa pakaian bagi seseorang dapat mencerminkan keadaan atau kelas
sosial keluarganya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan sandang atau
pakaian adalah kebutuhan pokok manusia selain makanan yang berfungsi untuk
melindungi tubuh dari panas dan dingin serta untuk menjaga nilai kesopanan
14
![Page 16: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/16.jpg)
manusia sebagai makhluk yang berbudaya. Model dan kualitas pakaian bukanlah hal
yang penting bagi keluarga pengrajin yang tergolong miskin, tetapi yang terpenting
bagi mereka adalah pakaian yang mereka pakai bisa menutupi anggota badan dan
melindungi mereka dari cuaca. Pada umumnya setiap anggota keluarga pengrajin yang
tergolong miskin hanya memiliki pakaian dalam jumlah yang terbatas, maka dari itu
diperlukan jaringan sosial antara pengrajin dengan pemasok agar supaya produk yang
dibuat oleh pengrajin dapat dengan banyak dan berkualitas.
Masalah ekonomi merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena
masalah ekonomi merupakan problema yang menyangkut pada kesejahteraan dalam
pemenuhan kebutuhan hidup orang banyak. Secara sederhana Malinoski (dalam Sairin,
2002:2) menyatakan bahwa kebutuhan hidup manusia dapat dibagi pada tiga ketegori
besar yaitu :
a. Kebutuhan alamiah-biologi : manusia harus makan dan minum untuk menjaga kestabilan temperatur tubuhnya agar tetap berfungsi dalam hubungan harmonis secara menyeluruh dengan organ-organ tubuh lainnya.
b. Kebutuhan kejiwaan / psikologi : manusia membutuhkan perasaan tenang yang jauh dari perasaan takut, keterpencilan, gelisah dan lain-lain.
c. Kebutuhan sosial : manusia membutuhkan hubungan untuk dapat melangsungkan keturunan, untuk tidak merasa dikucilkan, dapat belajar mengenai kebudayaannya, untuk dapat mempertahankan diri dari serangan musuh dan lain- lain.
Untuk mewujudkan kebutuhan manusia tersebut, maka manusia membutuhkan
kegiatan-kegiatan berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup. Kegiatan ini
dinamakan juga sebagai sebuah kegiatan ekonomi. Sebagaimana yang didefinisikan
Polanyi (dalam Sairin, 2002: 16-17) bahwa kegiatan ekonomi sebagai upaya manusia
untuk memenuhi kebutuhan hidup di tengah lingkungan alam dan lingkungan sosialnya.
Untuk itu perlunya strategi bertahan hidup yang selalu di sebut dengan coping
strategi, coping strategi merupakan berbagai upaya, baik mental maupun perilaku, untuk
menguasai, mentoleransi, mengurangi, atau minimalisasikan suatu situasi atau
kejadian yang penuh tekanan. Dengan perkataan lain strategi coping merupakan suatu
proses dimana individu berusaha untuk menanggani dan menguasai situasi stress yang
menekan akibat dari masalah yang sedang dihadapinya dengan cara melakukan
15
![Page 17: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/17.jpg)
perubahan kognitif maupun perilaku guna memperoleh rasa aman dalam dirinya
(Zainun : 2002).
Menurut Sen (1982); Anonymous (2004); Davies (1993) diacu dalam Usfar
(2002), coping strategi merupakan upaya yang dilakukan seseorang untuk mengatasi
keadaan yang tidak menguntungkan menurut kemampuan fisik, kemampuan biologi,
maupun kemampuan material. Food coping strategy biasanya dilakukan untuk
mendayagunakan alat tukar sebagai upaya meningkatkan kemampuan dalam
mengakses pangan untuk menjamin kelangsungan hidup seseorang dan anggota
keluarganya. Manifestasi food coping strategy setiap orang akan berbeda tergantung
dari masalah yang mereka hadapi. Keberhasilan upaya ini bergantung pada sistem nilai
yang mendukung dan berkembang dalam masyarakat (Sen 1982). Dalam Usfar (2002)
dinyatakan bahwa tindakan food coping dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu:
1. Melakukan aktivitas yang mendatangkan pendapatan, 2. Melakukan perubahan diet (pola makan), 3. Berbagai cara untuk mendapatkan (mengakses) makanan, 4. Berbagai cara untuk mendapatkan (mengakses) uang (tunai), 5. Hingga cara yang paling drastis dengan melakukan migrasi atau mengurangi
jumlah anggota keluarga.
Dari pendapat diatas dapat penulis jelaskan untuk melakukan aktifitas yang
mendatangkan pendapatan agar supaya didalam keluarga menghasilkan uang untuk
mencukupi kehidupan berbagai cara untuk mendapatkan pendapatan antara lain adalah
dengan cara bekerja tambahan, bertani, berkebun, nelayan dan beternak sehingga
kebutuhannya tercukupi pada masa itu dan masa yang akan datang, sedangkan
melakukan perubahan diet (pola makan) maksudnya adalah mengurangi jatah makan
runitas sehari-hari, seperti melakukan puasa, makan pagi dan sore hari, makan ditempat
teman, tempat saudara, atau makan ditempat acara-acara keagamaan. Dan maksud dari
berbagai cara untuk mendapatkan makanan adalah melakukan pertukarang barang
kerajinannya dengan makanan atau bahan pokok, mencari akses bantuan hibah dari
pemerintah maupun dari pihak ketiga. Maksud dari berbagai cara untuk mendapatkan
uang adalah strategi pengrajin untuk mendapatkan pinjaman atau hutang, bergadai,
menjual barang-barang yang tidak dibutuhkan lagi kepada tetangga maupun kepada
16
![Page 18: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/18.jpg)
lembaga lembaga kredit yang ada. Maksud dari melakukan migrasi atau mengurangi
jumlah anggota keluarga adalah memindahkan anak-anaknya kepada keluarga besar
yang dikota maupun ditempat lain, dan menganjurkan anaknya untuk bekerja maupun
sekolah pada saudara-saudaranya yang lebih mampu.
Menurut Maxwell (2001) terdapat empat kategori umum yang merupakan
ukuran dari coping strategy yang ditetapkan berdasarkan lokasi dan budaya yaitu:
1. Perubahan diet yaitu pengurangan pada makanan yang disukai dan berharga mahal;
2. Penambahan akses pangan dalam jangka waktu pendek seperti peminjaman, bantuan, pencarian jenis pangan yang saat kondisi normal jarang dikonsumsi, dan penggunaan persediaan pangan untuk dikonsumsi;
3. Pengurangan jumlah anggota dalam pemberian makan (migrasi jangka pendek); 4. Perubahan distribusi makan (prioritas istri untuk anak-anak terutama yang laki-
laki, pembatasan ukuran porsi makan, dan melewatkan waktu makan atau bahkan tidak makan seharian).
Untuk menciptakan strategi bertahan hidup secara spontan maka Maxwell
(2001), menggunakan bentuk-bentuk food coping strategy yang dilakukan
keluarga untuk memenuhi kebutuhannya akan pangan sehingga kebutuhannya akan
mencukupi, adapun bentuk – bentuknya adalah sebagai berikut :
1. Mengurangi makanan kesukaan dan membeli makanan yang lebih murah; 2. Meminjam makanan atau uang untuk membeli pangan; 3. Membeli makanan dengan berhutang; 4. Meminta bantuan kepada sanak saudara atau teman; 5. Membatasi dan membagi makanan pada waktu makan; 6. Menyisishkan sedikit uang dari anggota keluarga untuk membeli makanan
di jalan; 7. Membatasi konsumsi pangan pribadi untuk memastikan anak-anak
mendapat cukup makanan; 8. Mengurangi jenis makanan pada satu hari; dan 9. Menjalani hari tanpa makan.
Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak
individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok
lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun
bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan
koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat
resiprosikal (Damsar, 2002:157).
17
![Page 19: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/19.jpg)
Dalam hal ini analisis jaringan sosial lebih ingin mempelajari keteraturan
individu atau kelompok berperilaku ketimbang keteraturan keyakinan tentang
bagaimana mereka seharusnya berperilaku (Wafa, 2006:162). Analisis jaringan sosial
memulai dengan gagasan sederhana namun sangat kuat, bahwa usaha utama dalam
kajian sosiologis adalah mempelajari struktur sosial dalam menganalisis pola ikatan
yang menghubungkan anggota-anggota kelompoknya. Granovetter melukiskan
hubungan ditingkat mikro itu seperti tindakan yang melekat dalam hubungan pribadi
konkrit dan dalam struktur (jaringan sosial) terhadap hubungan itu. Hubungan ini
berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individu atau kolektivitas) mempunyai akses
berbeda terhadap sumber daya yang bernilai seperti kekayaan, kekuasaan, dan
informasi. Menurut Wellman dalam teori jaringan sosial terdapat sekumpulan prinsip-
prinsip yang berkaitan logis, yaitu sebagai berikut:
1. Ikatan antara aktor biasanya adalah simetris baik dalam kadar maupun intensitasnya. Aktor saling memasok dengan sesuatu yang berbeda dan mereka berbuat demikian dengan intensitas yang semakin besar atau semakin kecil.
2. Ikatan antar individu harus dianalisis dalam konteks struktur jaringan lebih luas.3. Terstrukturnya ikatan sosial menimbulkan berbagai jenis jaringan non- acak.
Disatu pihak, jaringan adalah transitif: bila ada ikatan antara A dan B dan C, ada kemungkinan adanya jaringan yang meliputi A dan C. Akibatnya adalah bahwa lebih besar kemungkinan adanya jaringan yang meliputi A, B, dan C.
4. Adanya kelompok jaringan yang menyebabkan terciptanya hubungan silang antara kelompok jaringan maupun antara individu.
5. Ada ikatan asimetris antara unsur-unsur di dalam sebuah sistem jaringan dengan akibat bahwa sumber daya yang terbatas akan terdistribusikan secara tidak merata.
6. Dengan adanya distribusi yang timpang dari sumber daya yang terbatas menimbulkan baik itu kerja sama maupun kompitisi. Beberapa kelompok akan bergabung untuk mendapatkan sumber daya yang terbatas itu dengan kerja sama, sedangkan kelompok lain bersaing dan memperebutkannya.
Jaringan yang terbangun adalah modal terpenting dalam mempertahankan
kelangsungan hidup ke depan, dengan kondisi yang serba terbatas baik fasilitas
pengrajin akan terus berusaha untuk membangun jaringan yang kuat baik antara
sesama pengrajin dengan pihak hotel, agar dapat membangun jaringan berdasarkan
kedekatan emosional serta kenyataan bahwa pengrajin tersebut berasal dari satu
kampung dan masih berhubungan keluarga. Jika jaringan antara pengrajin telah
terbentuk, akan terjadi sistem pinjam-meminjam bahan yang digunakan untuk
18
![Page 20: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/20.jpg)
membuat atap daun secara bergantian. Dan juga untuk mudahkan memperoleh
informasi tersebut. Selain itu jaringan juga berfungsi untuk memberikan kepastian
terhadap pengrajin untuk mengukur penghasilan mereka tiap kali berjualan.
Jaringan antara pengrajin berpengaruh besar terhadap kelangsungan usaha
mereka ini karena pasokan bahan akan mudah didapat jika telah terjalin komunikasi
dan saling mengenal antara pengrajin atau dengan pengrajin yang lain. Jaringan yang
terbangun juga berfungsi untuk mempermudah pasokan barang serta untuk
mendapatkan harga yang lebih murah target yang cepat sesuai dengan permintaan
hotel, agar kepercayaan pihak hotel dapat berjalan terus sampai kedepan agar sesama
pengrajin dapat terhidar dari masalah ekonomi didalam menjalani kehidupannya.
Menurut Damsar (2000), pada dasarnya setiap manusia yang terlibat dalam
aktivitas perekonomian akan mengalami hal sama. Baik masyarakat nelayan maupun
masyarakat metropolis. Apabila mereka menghadapi masalah yang disebut dengan
masalah subsistensi (keselamatan pribadi) atau resiprositas maka mereka akan mencoba
untuk melakukan tindakan-tindakan yang baru, seperti menjual, menggadai, meminjam
uang (berhutang) dan lain sebagainya atau bahkan mencuri sekalipun. Tujuan dari itu
semua adalah untuk mengamankan posisi mereka dalam aktivitas perekonomian guna
menghadapi persaingan yang ada.
Melihat dilema yang dialami oleh Pengrajin tersebut, Damsar dan Indrayani
(2015 : 169,176) menemukan lima solusi atau jalan keluar yang berbeda dengan apa
yang dilakukan pedagang maupun pengrajin dalam menghadapi dilema tersebut, yaitu:
1. Imigrasi penduduk minoritas.2. Pembentukan Kelompok-Kelompok Etnis atau Religius.3. Akumulasi Status Kehormatan (Budaya).4. Muculnya Pedagang kecil yang bercirikan “ada uang ada barang”.5. Meniru atau mencontek produk yang sudah maju.
3. Keterampilan Hidup
Kehidupan pengrajin ialah suatu kehidupan yang di dalamnya terdapat berbagai
macam warga mayarakat yang melakukan tindakan dan perbuatan sesuai kebutuhan
masing-masing, sedangkan dalam kehidupan pengrajin sendiri terlihat dimana semua
lapisan warganya bermata pencaharian sebagai pengrajin dalam kesehariannya yaitu
19
![Page 21: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/21.jpg)
dimana seseorang melakukan sesuatu yang menghasilkan barang melalui keterampilan
tangan.
Kehidupan secara sosial, jika kita membahas tentang kehidupan sosial maka
yang akan timbul dalam fikiran kita yang utama adalah makna hidup karena setiap
individu mempunyai jawaban dan pendapat yang berbeda-beda tentang arti hidup.
Kehidupan tergantung pada penafsiran individunya dan lebih jelas sebagai berikut:
“Ada yang berpendapat dan meyakini bahwa hidup adalah perjuangan akan
melihat bahwa hidup adalah sebuah perjuangan yang harus di perjuangkan. Maka
dari itu, hari-hari dalam hidupnya akan dijalani dengan berjuang. Sedangkan orang
yang meyakini bahwa hidup adalah tantangan, akan melihat bahwa hidup yang
dijalaninya adalah tantangan yang harus di pecahkan. Dia akan menjalani
kehidupannya dengan “memecahkan tantangan”. Orang yang meyakini bahwa hidup
adalah perjalanan akan melihat bahwa hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang
harus dicapai tujuannya.
Pengrajin ialah orang yang pekerjaannya membuat barang-barang kerajinan atau
orang yang mempunyai keterampilan berkaitan dengan kerajinan tertentu, seperti
kelompok penenun songket Palembang dapat disebut pengrajin songket dari
Palembang. Barang-barang tersebut tidak dibuat dengan mesin, tetapi dengan tangan
sehingga sering disebut barang kerajinan tangan.
Dalam kata lain perajin ialah “orang yang mempunyai sifat rajin”, bukan “orang
yang membuat barang-barang kerajinan”. Jadi dari segi makna perajin tidak tepat untuk
menggantikan kata pengrajin. Tidak setiap pengrajin itu rajin, ada juga pengrajin yang
malas. Tidak semua pengrajin itu perajin.Pengrajin dan perajin menyatakan makna yang
berbeda. Karena perajin sudah mempunyai makna tersendiri yang berbeda dengan
pengrajin, kata itu tidak dapat menggantikan kata pengrajin.
Pengrajin atap daun adalah seseorang yang membuat karya dengan tangannya
sendiri dengan berbahan baku daun, daun tersebut bukan daun sembarangan tetapi daun
yang dipilih yang tahan lama, yaitu daun ilalang sehingga daun tersebut dirangkai dengan
rapi yang menyerupai seng yang dimanfaatkan menjadi atap, didalam pengolahan atap
daun banyak berbagai keuntungan yang didapat dikarenakan atap daun ini sangat dingin
jika disiang hari dan juga atap daun ini bisa menetralisirkan ruangan sehingga ruangan
20
![Page 22: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/22.jpg)
didalamnya bisa dingin biarpun suasana diluar panas.
Atap daun sering dimanfaatkan oleh pihak hotel dikarenakan untuk menciptakan
suasana yang alami/natural sehingga hotel-hotel di bintan menggunakan atap daun ini di
setiap gazebo-gazebo hotel supaya dingin dan sejuk. Dari beberapa keterangan diatas
dapat penulis menyimpulkan pengrajin atap daun adalah seseorang yang bekarya
membuat atap dengan tangannya sendiri menggunakan bahan baku dari daun.
BAB IV
ANALISA STRATEGI BERTAHAN HIDUP PENGRAJIN ATAP DAUN DI
KELURAHAN TOAPAYA ASRI KECAMATAN TOAPAYA
A. Deskriptif Karakteristik Informan Pengrajin atap daun dalam bertahan hidup di
Kelurahan Toapaya Asri Kecamatan Toapaya.
Untuk melihat dan menganalisa serta mengungkapkan uraian-uraian Strategi apa
saja yang dilakukan oleh pengrajin atap daun dalam bertahan hidup maka terlebih dahulu
penulis mengetengahkan kondisi karakteristik agar responden dapat terwakili dalam
melakukan analisa, dengan mengkoordinasikan karakteristik atau identitas responden yang
ditinjau dari dari beberapa aspek antara lain, pengrajin atap daun yang bekerja minimal 5
tahun yaitu sebanyak 15 KK.
Setelah mengkaji lama bekerja sebagai pengrajin atap daun didalam pengambilan
data informan penulis mengambil jenis kelamin laki-laki maupun perempuan tergantung
yang ditemui dilapangan, dikarenakan pengrajin atap daun ini yang melaksanakan adalah
kaum perempuan sedangkan bahan-bahannya seperti ilalang dan kayu diambil oleh kaum
laki-laki, dan penulis mewawancarai kaum perempuan yang khusus menjadi Kepala
Keluarga seperti janda-janda yang salah satunya penghasilannya dari pengrajin atap daun
yaitu sebanyak 4 orang.
Tanggungan merupakan salah satu hal terpenting yang perlu dikaji dalam
mengupayakan strategi bertahan hidup, dikarenakan semakin banyaknya tanggungan maka
semakin banyak pula pengeluaran konsumsi didalam keluarganya, sehingga dapat melihat
21
![Page 23: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/23.jpg)
dengan jelas strategi apa saja yang dilakukan oleh Kepala Keluarga untuk bertahan hidup
dari hari ke hari, Untuk itu dapat dilihat dalam tabel dibawah ini
Tabel 3.1Jumlah Informan Pengrajin atap daun
No Nama Umur Jumlah Tanggungan
(Jiwa)
Lama Bekerja(Tahun)
1. Nurdin 39 4 152. Suki 54 3 113. Sanatang 55 4 104. Haran 40 4 105. Maria 40 5 116. Nasir 38 4 67. Zumaria 38 3 68. Deris 39 6 79. Edi 44 5 810. Denan 41 4 1111. Sakaria 36 5 612. Fian 55 4 613. Salek 55 2 1514. Merik 34 3 715. Palal 51 4 11
Sumber : Data Olahan Wawancara 2016
Pada tabel diatas menunjukkan bahwa pada umur 25 sampai 55 tahun masing
masing pengrajin sudah memiliki tanggungan yaitu istri dan anak, serta keluarga lainya
yang tinggal dirumahnya dalam responden ini penulis menemukan pengrajin yang jumlah
tanggungan 2 - 3 orang yaitu sebanyak 4 pengrajin, sedangkan pengrajin yang memiliki
tanggungan 4 - 6 orang yaitu sebanyak 11 pengrajin, ini menjelaskan bahwa pengrajin atap
daun masih berkumpul pada keluarga besarnya, dan menjalani kehidupannya bersama-
sama.
Agar dapat menganalisa lebih akurat lagi maka penulis mengetengahkan tingkat
pendidikan pengrajin agar bisa mengetahui seberapa tinggi tingkat pendidikan yang mereka
miliki dan pengalaman serta keterampilan yang sudah mereka dapat dalam bekerja sebagai
pengrajin atap daun untuk itu dapat dilihat dalam tabel dibawah ini
22
![Page 24: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/24.jpg)
Tabel 3.2Tingkat pendidikan Informan
No Pendidikan Informan Jumlah (Pengrajin )1. Tidak/tamat SD 10 Pengrajin2. Tamat SLTP 4 Pengrajin3. Tamat SLTA 1 Pengrajin
Sumber : Data Olahan Wawancara 2016
Dari tabel diatas menjelaskan bahwa pendidikan informan rata-rata berpendidikan
antara SD dan SLTP itu dikarenakan pada sewaktu dulu sekolah yang ada di Kelurahan
Toapaya Asri hanya sekolah SD dan SLTP saja itupun memakan jarak tempuh 2 KM,
sedangkan untuk sekolah SLTA pada masa itu tidak ada, hanya ada di Kota Tanjungpinang
SLTA yang terdekat yang dulunya merupakan satu Kabupaten yaitu Kabupaten Kepulauan
Riau, sehingga jika anak pengrajin mau sekolah maka harus mencari sewa rumah dan
konsumsi hari-hari, hal inilah yang mengakibatkan anak pengrajin tidak menyelesaikan
pendidikan SLTA.
Untuk menganalisa berbagai informasi yang akan di berikan oleh informan maka
penulis mengambil satu atau dua informan untuk dijadikan contoh atau mewakili dalam
menganalisa.
B. Analisa Strategi Bertahan Hidup Pengrajin Atap Daun di Kelurahan Toapaya Asri
Kecamatan Toapaya
Dalam menganalisa strategi bertahan hidup penulis mengetengahkan dengan
menggunakan serta melihat Strategi apa saja yang dilakukan adalah menggunakan konsep
Stategi Food Coping dan Jaringan Sosial
Food coping Strategi adalah upaya meningkatkan kemampuan dalam mengakses
pangan untuk menjamin kelangsungan hidup seseorang dan anggota keluarganya. Food
coping merupakan sebuah strategi setiap orang, strategi ini berbeda tergantung dari masalah
yang mereka hadapi keberhasilannya tergantung dari upaya sistem nilai yang mendukung
perkembangan dalam masyarakat. Begitu pula halnya dengan pengrajin atap daun mereka
menggunkan strategi food coping terutama untuk mencukupi kehidupanya sehari-hari
konsumsi yang mereka milki harus mencukupi selama satu bulan hal ini akan merubah
kegiatan yang ada didalam kehidupan dikeluarganya. Menurut Sen (1982) didalam Usfar
23
![Page 25: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/25.jpg)
(2002) menjelaskan bahwa tindakan food Coping dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu :
Melakukan Aktivitas yang mendatangkan pendapatan, Melakukan perubahan diet (pola
makan), berbagai cara untuk mendapatkan (mengakses) makanan, berbagai cara untuk
mendapatkan ( mengakses) uang (tunai), Hingga cara yang paling derastis dengan
melakukan migrasi atau mengurangi jumlah anggota keluarga.
1. Strategi Bertahan Hidup dengan melakukan aktivitas yang mendatangkan
pendapatan
Strategi merupakan sifat senantiasa meningkat dan terus menerus, serta berdasarkan
sudut pansang tentang apa yang diharapkan kedepan atau masa yang akan datang, strategi
terjadi bukan dimulai dari apa yang terjadi tetapi membuat atau meraih keunggulan yang
mereka miliki. Straregi kerap terjadi disetiap kehidupan bermasyarakat terutama didalam
masyarakat miskin, mereka menggunakan strategi-strategi agar didalam kehidupannya
dapat bertahan dalam hidup terutama didalam mencukupi kehidupannya, memang hal yang
dilakukan tidaklah mudah dikarenakan konsumsi yang dilakukan oleh manusia kerap terus
terjadi tanpa melakukan konsumsi maka tubuh akan merasa lemah dan tidak berdaya,
begitu juga halnya pengrajin atap daun, mereka membutuhkan pangan, sandang dan papan.
Pengrajin atap daun merupakan masyarakat yang mencukupi kehidupanya dengan
mengandalkan merangkai atap untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, proses
pembuatan atap yang dilakukan oleh pengrajin sangat memakan waktu, bukan langsung
bisa dikerjakan melainkan tahap pertama adalah penyabit/memotong ilalang tersebut
kemudian menjemurkannya hingga agak kekuningan agar daun ilalang tersebut bisa
bertahan lama. Kemudian Tahap kedua yaitu mencari kayu-kayu kecil yang berukuran 2
sampai 3 meter dikarenakan fungsi kayu ini untuk mengikat daun ilang dikayu dan
dirangkai hingga menjadi atap. Tahap yang ketiga yaitu merangkai daun menjadi atap, serta
tahap keempat adalah menjualkannya, terdapat empat Tahapan yang dilakukan oleh
pengrajin atap daun dalam proses pembuatan atap daun dimana hal tersebut memakan
waktu yang tidak sedikit, sehingga penulis ingin mengetahui apa saja yang dilakukan oleh
pengrajin atap daun jika disela-sela pekerjaan atap mereka belum mengering dan belum
terangkai serta belum dapat dipasarkan seperti yang telah diungkapkan oleh Palal :
”Disela-sela menunggu ilalang yang mengering saya berkebun, dikarenakan tanah ada, dan memetik daun ubi untuk dijualkan”(wawancara tanggal 28 Mei 2016)
24
![Page 26: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/26.jpg)
Sedangkan menurut pendapat Sakaria
”Disela-sela pengerjaan atap daun saya membantu teman untuk membuat bedengan maupun memetik sayuran dan mendapatkan upah” (waancara tanggal 29 Mei 2016)Dari kedua pendapat diatas menjelaskan bahwa untuk disela-sela menunggu proses
perangkaian atap daun, kaum suami mempunyai pekerjaan lain yaitu berkebun dikala pagi
serta memetik daun ubi untuk dijualkan kepada penampung dengan harga yang relatif
rendah, dari biaya inilah keluarga pengrajin atap daun untuk membeli konsumsi mereka
sehari-hari, dikarenakan untuk sayur mereka tidak membelinya lagi hanya beras yang
mereka beli, jika ada penjualan pengrajin selalu membeli bahan-bahan pokok untuk
mencukupi kehidupannya selama dua minggu, dan beras selama satu bulan.
Dari pengamatan penulis melihat bahwa disela-sela aktifitas sebagai pengrajin,
masing-masing pengrajin membuat perkebunan yang cepat panen (seperti daun ubi, labu,
ketela pohon dan lain sebagainya) dengan konsep perkebunan yang mempunyai perawatan
yang rendah dan memelihara ayam kampung untuk dijualkan kepada penampung.
Setelah melihat dan mengamati disela-sela aktifitas pengrajin atap daun penulis ingin
melihat bagaimana modal pengrajin atap daun didalam membuat dan menjualkan
produknya sehingga menghasilkan uang, apakah modal atap daun itu merupakan modal
sendiri atau pinjaman dari penampung atau pihak ketiga seperti yang telah diungkapkan
oleh Salek menjelaskan
”Untuk modal atap daun ini kita tidak menggunakan modal uang tetapi hanya menggunakan modal keterampilan dan tenaga saja, dikarenakan didaerah sini masih banyak ilalang-ilang yang berada disekitar sini, dan kayu-kayu seperti ini kita tinggal ambil saja, sedangkan untuk tali pengikatnya, penampung yang memberikan secara gratis”. (wawancara tanggal 28 Mei 2016) Sedangkan menurut pendapat Sanatang :
”Kalau pekerjaan atap daun ini untuk modal hanya tali saja itupun ditanggung penampung, sedangkan bahan-bahan yang lain seperti kayu kita ambil sendiri dihutan, dan ilalangnya juga kita ambil disekitar sini”. (wawancara tanggal 29 mei 2016)
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa untuk modal pengrajin atap daun hanya
memerlukan keterampilan saja dikarenakan bahan-bahan untuk membuat atap tersebut
sudah ada disekitar diwilayahnya sehingga tidak perlu lagi membeli bahan-bahan atap
sedangkan talinya juga diberikan oleh Penampung yang membeli atap tersebut, hal ini yang
mengakibatkan bahwa masyarakat ini lebih menyukai kerja sebagai pengrajin atap daun
25
![Page 27: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/27.jpg)
dikarenakan selain atapnya yang sudah dirangkai tahan lama dan juga modal yang
dikeluarkan untuk pekerjaan ini hanya keterampilan dan tenaga sedangkan untuk bahan-
bahan sudah ada dilingkungan mereka tinggal sehingga pengrajin tersebut tidak
menginginkan lagi pindah dari daerah tersebut, biarpun kehidupan yang sedikit tertinggal
tetapi mempunyai penghasilan yang pasti tanpa ada rugi atau resiko yang besar.
Setelah melihat modal yang dikeluarkan oleh pengrajin maka penulis ingin melihat
berapa banyak atap daun yang dibutuhkan oleh pihak hotel setiap bulannya seperti yang
telah diungkapkan oleh Maria
”Untuk setiap bulannya kami dapat membuat 300-400 buah atap tergantung kondisi badan, jika badan sehat dapat banyak dan jika badan tidak sehat hanya sedikit yang dapat dibuat, untuk kapasitas hotel selalu membeli 1000 buah dalam waktu dua bulan”.(wawancara tanggal 28 Mei 2016)Sedangkan menurut Edi :
”Untuk setiap bulanya kami membuat 350-400 buah atap daun, tetapi tergantung bahan yang telah diambil jika musim panas ilalang cepat kering sedangkan pada musim hujan, daun ilalang tersebut sampai 3 hari baru kering, baru bisa kita rangkai”.(wawancara tanggal 30 Mei 2016)
Dari pendapat diatas dapat menjelaskan untuk kebutuhan Hotel sangat banyak
memerlukan atap daun didalam waktu 2 bulan memerlukan 1000 buah atap daun sedangkan
dalam satu bulan setiap pengrajin hanya dapat membuat 300 sampai dengan 400 buah saja,
sehingga dalam satu Penampung terdapat 2 orang pengrajin untuk mencukupi kebutuhan
atap daun tersebut dalam dua bulan.
Berdasarkan pengamatan penulis tidak semua penampung bisa menjualkan 1000
dalam satu bulan ada juga sampai 6 sampai 7 bulan cuma hanya bisa menjualkan atap daun
tersebut hanya 1000 buah, seperti yang telah diungkapkan oleh Palal
”Untuk penjulan atap daun yang dulunya bisa setiap dua bulan penampung mengambilnya 1000 buah tetapi sekarang sudah 7 bulan belum mengambilkannya disitu atap saya sudah 1000 lebih belum diambilkan oleh penampung”.(wawancara tanggal 28 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Salek”Untuk penjualan atap daun setiap dua bulan diambil oleh penampung yaitu sebanyak 1000 buah” (wawancara tanggal 28 Mei 2016)
Dari Pendapat diatas menjelaskan bahwa atap daun yang telah dijualkan oleh
penampung masing-masing tidak setiap 2 bulan sekali tetapi ada yang sampai 7 bulan
26
![Page 28: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/28.jpg)
belum bisa menjualkannya ini yang mengakibatkan atap yang ada masih bertumpuk
tergantung jaringan penampung yang ada, jika jaringan penampungnya luas maka banyak
pula yang bisa dijualkan oleh penampung, sedangkan jika jaringan penampungnya sedikit
maka sedikit pula permintaan atap daun yang diambilkannya.
Setelah melihat beberapa banyak yang dibutuhkan hotel setiap bulannya, penulis
ingin melihat bagaimana pengrajin mendapatkan keterampilan dalam merakit atap daun
seperti yang telah diungkapkan oleh Sanatang
”Keterampilan merakit atap daun ini didapat dari orang tuanya yang dulunya dikala membuat rumah masing-masing kaum perempuan dan laki-laki membantu merakit atap”(wawancara, tanggal 29 mei 2016)Sedangkan menurut Merik ”Untuk Keterampilan merakit atap daun ini didapat dari keluarga karena orang tua saya sewaktu saya kecil sudah menggunakan atap daun ini” (wawancara, tanggal 28 Mei 2016)
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa keterampilan dalam membuat atap daun
masing-masing pengrajin mendapatkan keterampilan ini dari orang tuanya, dikarenakan
pada zaman dulunya atap rumah dikampungnya terbuat dari atap daun tersebut, sehingga
masing-masing pengrajin mengetahui cara membuat atap ini, penulis melihat masyarakat
pengrajin ini rata-rata suku bugis, dikarenakan suku bugis didaerahnya masing-masing
rumah menggunakan atap dari daun ilalang, sehingga suku ini mengetahui cara merakit
atap daun tersebut, atap daun merupakan ciri khas rumah diperkampungan dikarenakan
dulunya sulitnya seng dan asbes yang masuk diwilayahnya sehingga masyarakat harus
menciptakan keterampilan khusus yaitu pengrajin atap daun sehingga mereka dapat
membuat rumah yang terbuat dari kayu dan atap daun, ini menjelaskan bahwa apapun yang
ada di alam ini jika dipelajari dengan benar akan sangat bermanfaat untuk kehidupan
manusia, seperti tak disangka-sangka ilalang yang sehariannya dibuang oleh kaum petani,
rupanya mempunyai manfaat untuk kehidupan manusia, untuk ketahanan atap ini 2 sampai
dengan 3 tahun jika sudah dirakit menjadi atap, dan selebihnya akan rusak dan diganti
kembali.
Setalah melihat bagaimana keterampilan ini didapat kemudian penulis ingin melihat
selain mempunyai keterampilan merakit atap daun, apakah mempunyai keterampilan lain
seperti yang telah diungkapkan oleh Deris
27
![Page 29: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/29.jpg)
”Selain bekerja sebagai pengrajin atap daun saya bekerja sebagai Tukang bangunan”(wawancara tanggal 29 Mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Nurdin”Selain sebagai pengrajin atap daun saya sebagai Nelayan”. (wawancara tanggal 30 Mei 2016)
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa selain kesehariannya sebagai pengrajin atap
daun masing-masing pengrajin atap daun, kaum laki-lakinya sudah memiliki keterampilan
yang lain yaitu sebagai tukang bangunan, buruh kasar, nelayan, berkebun dan beternak, hal
inilah yang menjadi keterampilan kaum laki-laki dalam mengisi kesehariannya selain
menjadi pengrajin atap daun
Dari pengamatan penulis melihat bahwa didalam mencarian bahan atap seperti ilalang
dan kayu kaum laki-laki mencarinya sedangkan untuk merakitnya yaitu kebanyakan kaum
perempuan, sehingga setelah kaum laki-laki mengambil bahan atap maka kaum laki-laki
dapat melakukan pekerjaan lain seperti tukang bangunan, nelayan dan berkebun, hal inilah
yang membuat pengrajin atap daun ini bisa bertahan hidup untuk mencukupi kehidupannya
sehari-hari, dan juga dengan sifat berkumpul dengan keluarga besarnya ini yang membuat
pendapatan mereka menjadi bertambah dikarenakan kaum perempuan bisa membuat atap
daun sedangkan kaum laki-laki mencari pekerjaan sampingan di sela-sela kehabisan bahan
untuk dibuat atap.
Dari pendapat diatas dapat penulis menyimpulkan bahwa untuk Strategi bertahan
hidup pengrajin atap daun menggunakan konsep berkumpul dengan keluarga besarnya /
hidup bersama-sama dengan orang tuanya sehingga jika salah satu tidak menghasilkan uang
maka yang lainnya bisa membantu untuk membelikan konsumsi sehingga didalam
memenuhi kehidupnya dapat tercukupi dengan maksimal, dan masing-masing suami
mencari kerja sampingan untuk mencukupi kehidupannya seperti menjadi nelayan, buruh
tani, kerja bangunan yang sistem kerjanya tidak mengikat, banyaknya tanggungan yang
bisa bekerja dengan efektif dapat membantu proses percepatan pembuatan atap daun.
2. Strategi Bertahan hidup dengan melakukan diet ( Pola makan)
Konsumsi merupakan hal yang terpenting dalam memenuhi kehidupan sehari-hari,
mau-tak mau didalam kehidupan sehari-hari manusia mengkonsumsi makanan seperti nasi,
sayur dan lauk-pauk sehingga kalori yang dihasilkan dapat mencukupi tubuh didalam
beraktivitas kesehariannya. Begitu juga pengrajin atap daun konsumsi harus dilakukan
28
![Page 30: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/30.jpg)
setiap harinya dikarenakan konsumsi merupakan sumber energi yang harus lakukan setiap
hari, konsumsi didalam kehidupan biasanya 3 kali dalam sehari diwaktu pagi, siang dan
malam, ada juga melakukan makan 2 kali dalam sehari yaitu pagi menjelang siang dan sore
hari tergantung kebiasaan yang dilakukaan setiap harinya, setelah mengkaji dibidang
konsumsi penulis ingin mengetahui berapa kali pengrajin makan di setiap harinya, seperti
yang telah diungkapkan oleh Nurdin
”Untuk makan setiap harinya 2 kali sehari yaitu pagi menjelang siang dan pada sore hari”(wawancara tanggal 29 Mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Fian”Untuk Makan Setiap hari 2 kali sehari yaitu jam 10 dan biasanya jam 5 sore” (wawancara tanggal 30 Mei 2016)
Pendapat diatas menjelaskan bahwa untuk kegiatan konsumsi rata-rata pengrajin
atap daun makan pada waktu pagi menjelang siang yaitu sekitar jam 10 sampai dengan jam
11 siang sedangkan untuk makan yang keduanya yaitu sekitar jam 5 sampai jam 6 Sore ini
dikarenakan pengrajin mulai bekerja antara jam 10 sampai jam 5 sore sehingga sewaktu
pergi mencari ilalang pengrajin atap daun telah mengkonsumsi makanan baru bekerja atau
pergi kehutan setelah pulang sekitar jam 5 sore, setelah mandi baru makan malam atau
makan yang kedua kalinya, jadi kebiasaan ini biasa dilakukan sampai keanaknya sehingga
didalam keluarga pengrajin mengkonsumsi makanan dua kali dalam satu hari, setelah
melihat berapa kali pengrajin atap daun mengkonsumsi makanan pokok maka penulis ingin
melihat berapa kali pengrajin atap daun membeli daging sapi dan mengkonsumsinya,
dikarenakan daging sapi merupakan daging yang harganya mahal sehingga tak jarang
didalam keluarga miskin mengkonsumsi daging dua kali dalam satu tahun yaitu pada waktu
lebaran idul fitri dan lebaran idul adha seperti yang telah diungkapkan oleh Sanatang
”Untuk mengkonsumsi daging biasanya hanya sewaktu lebaran saja itupun anak saya yang membelinya jika lebaran idul adha dagingnya dikasi oleh mesjid”.(wawancara tanggal 28 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Nasir”Untuk konsumsi daging jarang biasanya sewaktu lebaran dan acara nikah serta kekah orang kampung sini”. (wawancara tanggal 29 Mei 2016)
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa rata-rata pengrajin atap daun membeli
daging hanya satu tahun sekali, jika mengkonsumsi daging tersebut biasanya pada acara
nikah maupun kekah tetangga baru merasakan daging tersebut, untuk mengkonsumsi
29
![Page 31: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/31.jpg)
daging jarang dilakukan oleh para pengrajin dikarenakan daging yang harganya melonjak
tinggi sehingga pengrajin tidak sanggup membelinya dengan harga perkilonya mencapai
100 sampai dengan 110 ribu rupiah lebih baik pengrajin membeli beras dengan harga yang
segitu pengrajin mendapatkan beras sebanyak 8 sampai 9 kg bisa dimanfaatkan untuk 7
sampai 8 hari.
Setelah melihat beberapa kali pengrajin makan didalam kesehariannya maka penulis
ingin melihat bagaimana mendapatkan sandang dan pangan untuk kebutuhan sehari-hari
seperti yang telah diungkapkan oleh Deman menjelaskan
”Untuk mendapatkan konsumsi hari-hari dengan menjual atap dan sebagai buruh tani” (wawancara, tanggal 30 Mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Deris”Untuk mendapatkan konsumsi sehari-hari selain dari penjualan atap daun dan sebagai tukang bangunan”. (wawancara tanggal 29 Mei 2016)
Dalam pendapat diatas menjelaskan bahwa untuk mendapatkan konsumsi
kesehariannya, pengrajin harus membagi kerja yang lain yaitu istri membuat atap dan
suami bekerja sampingan seperti buruh tani, maksud dari buruh tani inilah membantu dan
mendapatkan bayaran dari masyarakat sekitar didalam pembuatan bedeng pertanian serta
memetik hasil pertanian tersebut seperti memetik buah-buahan dan memetik sayur-
sayauran dari uang tersebut bisa dibelikan makanan untuk konsumsi sehari-hari, dan juga
dari penghasilan penjualan atap daun, difokuskan untuk membeli beras yang banyak jika
bisa dapat difokuskan untuk konsumsi selama dua bulan.
Setelah melihat bagaimana cara mendapatkan konsumsi maka dari itu penulis ingin
melihat apasaja yang dilakukan untuk mencukupi kehidupan sehari-hari seperti yang telah
diungkapkan oleh Nurdin menjelaskan
”Selain melakukan pekerjaan mencari ikan ditepi pantai untuk mencukupi konsumsi sehari-hari kalau mendapatkan banyak bisa langsung dijual atau dijaja dimasyarakat” (wawancara tanggal 30 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Fian”Mencari ikan dan membuat ikan asin serta menjualkannya di pasar”. (wawancara tanggal 29 Mei 2016).
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa apapun yang dikerjakan oleh pengrajin
atap daun selain melakukan rutinitas lainnya pengrajin juga mencari ikan ditepi pantai
untuk mendapatkan konsumsi dalam memenuhi kehidupannya sehari-hari, tertarik bagi
30
![Page 32: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/32.jpg)
penulis untuk melihat jika kerja sampingan yang dilakukan oleh para suami pengrajin tidak
mendapatkan hasil untuk membeli beras apakah para pengrajin melakukan hutang kepada
toko atau kepada penampung seperti yang telah dijelaskan oleh Edi
”Penampung kami tidak pernah memberikan hutang, alasannya tidak ada uang” (wawancara tanggal 30 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Denan”Untuk berhutang belum pernah karena belum ada yang mau memberikan hutang kepada kami, mungkin karena orang tidak percaya dengan pekerjaan yang kami lakukan”. (wawancara tanggal 30 Mei 2016)
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa pengrajin atap daun didalam memenuhi
kebutuhan kesehariannya tidak pernah dengan hutang jadi pendapatan sehari-hari tersebut
dihemat-hemat untuk mencukupi kehidupannya dikarenakan didaerahnya tidak ada yang
mau memberikan pinjaman kepada pengrajin atap daun dan jika ada yang mau memberikan
pinjaman, pengrajin atap daun juga ingin meminjam untuk membuat usaha yang lain agar
mendapatkan penghasilan yang lebih.
Dari beberapa pendapat diatas menjelaskan bahwa untuk konsumsi kehidupan
sehari-hari pengrajin atap daun tidak melakukan konsumsi yang berlebihan dikarenakan
pengrajin dengan mendapatkan uang dari penjualan atap pengrajin terlebih dahulu
memberikan beras untuk dikonsumsi selama 2 bulan, kemudian untuk penghasilan
sampingan pengrajin atap daun untuk mencukupi kebutuhan yang lain, seperti sayuran dan
lauk-pauk pengrajin selalu mencarinya dilaut maupun disungai-sungai sehingga tidak
membutuhkan biaya untuk membelinya, dan para pengrajin tidak pernah berhutang
dikarenakan tidak ada yang ingin meminjamkan hutang kepada pengrajin atap daun.
3. Strategi dengan cara mendapatkan (mengakses) makanan.
Strategi bertahan hidup dalam mengakses makanan adalah upaya-upaya yang
dilakukan oleh pengrajin atap daun untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan cara
yaitu dengan meminta bantuan kepada keluarga besarnya, melakukan peminjaman
konsumsi, maupun meminta bantuan kepada pemerintah terutama didalam mencukupi
konsumsi sehari-hari strategi ini harus dilakukan oleh pengrajin atap daun agar kebutuhan
didalam mencukupi pangan dapat tercukupi dengan maksimal.
Konsumsi sehari-hari secara umum tidak dapat dipungkiri dikarenakan hal ini
merupakan kebutuhan yang harus terpenuhi oleh pengrajin agar pengrajin mempunyai
31
![Page 33: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/33.jpg)
tenaga didalam bekerja, terutama mencari bahan-bahan untuk merakit atap daun untuk itu
penulis ingin melihat konsumsi yang dilakukan sehari-hari apakah ada bantuan dari pihak
keluarga yang lain untuk mencukupi konsumsi sehari-hari yang telah dijelaskan oleh Salek
menjelaskan
”Untuk keluarga yang lain tidak ada didekat sini, adik dan kakak saya berada dipalembang dan di jawa”(wawancara tanggal 28 mei 2016)Sedangkan menurut Pendapat Merik”kalau untuk bantuan konsumsi kami selalu meminjam beras dikarenakan keluarga saya dilingkungan sini jadi kalau tidak ada beras untuk dimakan sering meminjmkannya, setelah mendapatkan uang menggantikan dengan beras juga”. (wawancara 28 Mei 2016)
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa tidak ada bantuan dana kepada pihak
pengrajin atap daun dikarenakan saudara yang mereka miliki jauh dari daerah yang mereka
tinggal, dan ada juga yang memiliki keluarga dekat yang rata-rata juga sebagai pengrajin
atap daun, itu juga bisa meminjam beras jika tidak mendapatkan beras untuk dikonsumsi
setiap harinya dan setelah itu jika mendapatkan uang baru menggantikannya dengan beras
juga, berlakunya saling tolong menolong sehingga dapat mencukupi kehidupannya sehari-
hari.
Setelah melihat bantuan dari pihak keluarga tertarik bagi penulis untuk melihat
bantuan dari pihak hotel apakah ada bantuan kepada masyarakat sekitar seperti yang telah
diungkapkan oleh Fian menjelaskan
”Untuk bantuan dari pihak hotel ada bantuan listrik kami diberikan sekitar 450 watt, per rumah kemudian kami membayarnya hanya Rp.50.000,- perbulan selain itu tidak ada lagi” (wawancara tanggal 30 Mei 2016)Sedangkan menurut Pendapat Zumaria ”Dari Hotel ada bantuan listrik isekitar lingkungan ini, hotel memberikan sekitar 450 watt, perumah dan tidak gratis kami harus membayar Rp. 50.000,- Perbulan (wawancara tanggal 29 mei 2016)
Dari pendapat menjelaskan untuk bantuan dari pihak hotel hanya listrik saja yang
diberikan disekitar rumah warga, wargapun merasakan sangat terbantu dikarenakan
diwilayah tersebut listrik belum ada sehingga listrik yang dibantukan oleh hotel sangat
bermanfaat sekali oleh masyarakat, selain bantuan dari pihak hotel penulis ingin melihat
apakah ada bantuan dari pihak pemerintah seperti uang atau beras miskin seperti yang telah
diungkapkan oleh Maria
32
![Page 34: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/34.jpg)
”Untuk bantuan uang dari Pemerintah kami belum pernah mendapatkannya dan juga beras miskin juga belum dapat, sekalian pernah juga mendapatkan sembako sewaktu mau lebaran”(wawancara 30 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Suki”bantuan dari pemerintah seperti uang belum pernah dapat tetapi kemaren pernah mendapatkan bantuan sembako sewaktu mau lebaran” (wawancara tanggal 30 Mei 2016).
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa tidak ada bantuan dari pemerintah untuk
pengrajin atap daun ini bantuan pemerintah tidak pernah masuk kedaerah ini kecuali
sewaktu mau lebaran atau puasa ada bantuan sembako dari pemerintah sehingga didalam
mencukupi kehidupannya pengrajin harus mencarinya sendiri. Ini berati bahwa pengrajin
atap daun yang ada di Kelurahan Toapaya Asri tidak tergolong miskin dikarenakan bantuan
dari pemerintah tidak terjamah disana pemerintah menganggap bahwa pengrajin dapat
memenuhi kehidupannya dengan cara membuat atap dan belum pernah tidak konsumsi
makanan dalam seminggu, untuk itu penulis ingin melihat berapa kali pengrajin atap daun
membeli baju baru dalam setahun seperti yang telah diungkapkan oleh Merik menjelaskan
”Untuk membeli baju baru dalam setahun yaitu satu kali dikala lebaran lebaran idul fitri (wawancara 29 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Sakaria”Kalau membeli baju, kami biasa lakukan pada waktu menjelang lebaran idul fitri, maklum lah anak-anak kalau tak dituruti mereka merasa sedih (wawancara tanggal 29 mei 2016)
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa pengrajin atap daun setiap tahunnya
membelikan baju baru dikala lebaran idulfitri tiba ini berarti pengrajin atap daun telah dapat
mengumpulkan uang mereka agar dapat membeli baju baru untuk mereka dan anak-
anakknya, sehingga diwaktu lebaran tiba anak-anaknya memiliki baju baru untuk lebaran
bersama keluarga besarnya.
Dari pendapat diatas dapat penulis menyimpulkan bahwa pengrajin atap daun di
Kelurahan Toapaya Asri bukan tergolong masyarakat miskin dikarenakan untuk mencukupi
kehidupannya sehari hari masih bisa terpenuhi, kerja sampingan yang dilakukan kaum
suami disela-sela keringnya daun ilalang, pola makan dua kali sehari sehingga dapat
mengurangi jumlah konsumsi perharinya serta tidak membeli makanan yang harga tinggi
seperti daging, baju hanya satu tahun sekali membelinya, yaitu pada hari raya idul fitri.
33
![Page 35: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/35.jpg)
Sedangkan pengrajin atap daun tidak pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah
dikarenakan kelayakan kehidupan pengrajin atap daun masih diatas rata-rata kemiskinan.
4. Strategi untuk mendapatkan (mengakses) uang (tunai)
Strategi didalam mendapatkan uang tunai merupakan upaya didalam kehidupan
manusia berbagai cara untuk mendapatkan uang tunai seperti bekerja, berhutang,
menjualkan harta, meminta bantuan dan sebagainya, hal ini dikarenakan uang tunai dapat
membeli sesuatu yang diinginkan agar dapat menimbulkan kepuasan seseorang, begitu
halnya juga pengrajin atap daun, pengrajin berlomba-lomba bekerja untuk mencari uang
agar uang tersebut dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhan dan keinginannya agar menjalani
kehidupannya menjadi lebih terarah dan bahagia, untuk itu penulis ingin melihat apa saya
yang dilakukan pengrajin atap daun untuk mendapatkan uang tunai terutama didalam
mencukupi kehidupannya, dan juga tidak akan menimbulkan ketergantungan kepada pihak
manapun didalam memenuhi menjalani kehidupan.
Pengrajin atap daun dengan penampung merupakan hal yang tak terpisahkan
dikarenakan pemasok sanggup memberikan tali untuk merangkai atap daun dan
menjualkannya dengan pihak hotel sehingga hubungan antara pengrajin dengan pemasok
merupakan hal yang tak terpisahkan tanpa adanya pengrajin atap daun maka pemasok pun
tidak mendapatkan uang, oleh karena itu hubungan mereka saling ketergantungan pada
pihak satu sama lain, untuk lebih jelasnya penulis ingin melihat apakah penampung selalu
memberikan pinjaman modal kepada pengrajin atap daun seperti yang telah diungkapkan
oleh Haran menjelaskan
”Untuk pinjaman modal tidak pernah diberikan oleh penampung tetapi penampung memberikan modal tali untuk mengikat/menjalin atap”(wawancara tanggal 30 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Maria”Penampung tidak pernah memberikan pinjaman modal, alasannya belum ada uang, sedangkan kalau untuk bahan diberikan tali untuk modal merakit atap” (wawacara tanggal 30 Mei 2016)
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa modal yang dilaksanakan sebagai
pengrajin atap daun tidak memiliki modal/dana dikarenakan bahan dapat diambil dihutan
sedangkan tali pengikat sudah disediakan oleh penampung ini yang mengakibatkan
pengrajin atap daun sangat giat merangkai atap dikarenakan tidak menggunakan modal
34
![Page 36: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/36.jpg)
uang untuk membuatnya tetapi menggunakan modal tenaga dan waktu saja, mengkaji
pendapat diatas tertarik bagi penulis untuk melihat dukungan keluarga besar dari keluarga
besar pengrajin terhadap usaha yang telah digeluti selama ini yang telah diungkapkan oleh
merik menjelaskan
”Untuk dukungan keluarga besar saya sangat mendukung dikarenakan pekerjaan pengrajin atap daun ini tidak menggunakan modal tetapi hanya mencari bahan-bahan yang telah disiapkan oleh suami saya, setelah itu suami saya mencari pekerjaan lain”. (wawncara tanggal 29 Mei 2016) Sedangkan menurut pendapat Sakaria”Untuk Dukungan dari keluarga saya sangat mendukung dikarenakan kerja yang dilakukan hanya dirumah jadi kaum istri (perempuan) hampir semuanya mengerjakan atap daun”(wawancara tanggal 29 Mei 2016)
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa dukungan dari keluarga besarnya sangat
mendukung dikarenakan disamping sebagai pengrajin atap daun bisa juga mengerjakan
kegiatan lain yaitu kegiatan lain atau pekerjaan sampingan lainya dikarenakan perangkaian
atap ini hanya dikerjakan oleh kaum wanita saja sedangkan kaum suaminya mengambil
ilalang dan kayu untuk membuat atap ini.
Setelah melihat dukungan keluarga besar pengrajin penulis tertarik melihat
penghasilannya apakah setiap bulannya meningkat atau tidak seperti yang telah
diungkapkan oleh Nasir menjelaskan
”Untuk penjualan atap daun ini tergantung kebutuhan hotel jadi penampung hanya menjualkannya ke hotel dan lainnya sehingga jika permintaan banyak maka pendapatan meningkat pula sedangkan jika permintaan sedikit pendapatannya sedikit juga” (wawancara tanggal 28 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Denan ”Untuk penjualan tergantung kebutuhan hotel, jika pihak hotel buth banyak maka banyak juga atap yang harus kita buat setiap bulannya, sampai sekarang sedangkan untuk masyarakat lain jarang sekali membeli atap ini’. (wawancara tanggal 29 mei 2016)
Dari pendapat diatas dapat dijelaskan bahwa untuk pendapatan perbulannya
tergantung permintaan pasar jika permintaannya meningkat maka banyak pula pendapatan
yang didapat oleh pengrajin sedangkan jika permintaan menurun maka berkurang juga
pendapatan pengrajin dikarenakan pengrajin atap daun tidak bisa menjualkan produknya
sendiri sehingga pendapatan yang didapat mempengaruhi dari permintaan dari penampung,
35
![Page 37: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/37.jpg)
untuk pembuatan atap pengrajin setiap bulannya bisa merakit 300 sampai 400 buah
perorang.
Dari penjelasan diatas tertarik bagi penulis untuk melihat dalam satu bulan atau dua
bulan pernahkan tidak ada penjualan atau tidak ada pendapatan yang telah dijelaskan oleh
Deris menjelaskan
”Kadang-kadang didalam dua bulan pernah tidak diambil oleh penampung, kadang-kadang sampai 3 bulan baru diambil oleh penampung”(wawancara tanggal 29 Mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Palal”Pernah, sewaktu penampung tidak ada penjualan sampai 3 bulan belum diambil oleh penampung”. (wawancara tanggal 28 Mei 2016)
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa penjualan atap daun tidak sesuai target
yang diharapkan dikarenakan penampung juga masih mencari pembeli yang akan
memanfaatkan atap daun ini sehingga atap yang telah dibuat oleh pengrajin tidak bisa
diambil setiap dua bulan sekali melainkan sampai tiga bulan baru diambil oleh penampung,
melihat kendala seperti ini didalam penjualan atap daun maka penulis ingin melihat
bagaimana pembiayaan sekolah anak pengrajin sehingga dapat mengikuti pendidikan 12
tahun yang telah diungkapkan oleh Haran menjelaskan
”Untuk pembayaran anak sekolah sampai sekarang ini masih gratis hanya ada pembelian baju buku dan tas saja, kalau untuk bulanannya tidak dipungut biaya”(wawancara tanggal 29 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Deris”Untuk sekolah anak sampai sekarang masih gratis tidak ada biaya, kita hanya membeli baju, buku dan tas saja untuk anak selebihnya tidak ada biaya atau gratis’. (wawancara tanggal 29 mei 2016)
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa untuk pembiayaan sekolah sampai 12
tahun tidak dipungut biaya dikarenakan itu merupakan program Pemerintah Pusat dan
Daerah sehingga anak-anak yang menyandang pendidikan 12 tahun tidak dikenakan biaya
apapun, dan diwajibkan untuk wajib sekolah 12 tahun, hak inilah yang menjadi pengrajin
sangat mensyukuri program yang telah dibuat oleh pemerintah jika diberlakukan bayar
maka banyak anak-anak pengrajin atap daun yang tidak sekolah sampai pendidikan 12
tahun, pengrajin hanya mencari uang untuk pembelian baju dan sepatu saja jika sudah
rusak, melihat kurangnya pendapatan yang didapat oleh pengrajin tertarik bagi penulis
36
![Page 38: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/38.jpg)
untuk melihat kebanggan tersendiri yang diraih oleh pengrajin atap daun seperti yang telah
dijelaskan oleh Sakaria menjelaskan
”Kita sangat bangga sebagai pengrajin atap daun dikarenakan banyak masyarakat yang tidak bisa membuatnya, dan juga atap daun ini kita tidak mengeluarkan biaya yang besar dikarenakan bahan-bahan telah ada dilingkungan kita”. (Wawancara tanggal 29 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat merik”Bangga karena dilingkungan sekitar sini yang membuat pengrajin atap daun, lagi pula usaha yang dilakukan ini tidak membutuhkan modaldan juga pekerjaan yang dilakukan hanya dirumah saja”. (wawancara tanggak 28 mei 2016)
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa pengrajin atap daun mempunyai
kebanggaan tersendiri didalam menikmati pekerjaannya dikarenakan sebagai pengrajin atap
daun banyak yang tidak mengerti dan menggunakan karya seni merajutnya sehingga
banyak masyarakat tidak mengetahui cara ini, dan juga pengrajin tidak perlu mengeluarkan
modal yang besar didalam membuat atap daun tersebut sehingga masyarakat berlomba-
lomba dalam membuat atap daun, dapat penulis katakan bahwa pengrajin atap daun
merupakan suatu peluang usaha yang tidak menggunakan modal besar atau usaha tidak
pernah rugi dikarenakan ketahanannya yang kuat sampai 2 tahun baru rusak sehingga
pengrajin atap daun sangat menyukai pekerjaan ini.
Dari beberapa pendapat diatas menjelaskan pengrajin atap daun sangat
ketergantungan kepada pihak hotel, dikarenakan salah satu pembeli yang aktif adalah pihak
hotel, dan dukungan dari keluarga besarnya yang selalu memberikan motivasi didalam
pengembangan produksi atap daun biarpun penjulannya setiap bulannya yang kurang
meningkat, dikarenakan pemerintah memberikan pendidikan gratis bagi anak-anak
pengrajin sehingga pengrajin mempunyai kebanggaan tersendiri didalam memproduksi atap
daun. Jika nantinya hotel tidak membeli atap daun lagi maka begitu sulit pengrajin ini
untuk menjualkannya dikarenakan pemakai atap daun hanya dikawasan hotel saja, untuk
kawasan rumah tangga tidak menggunakan lagi atap daun tersebut dikarenakan daya
tahannya yang hanya 2 tahun sehingga masyarakat lebih menyukai menggunakan seng atau
asbes dari pada atap daun. Lama-kelamaan dengan perubahan zaman pengrajin atap daun
ini makin lama akan menghilang jika tidak dibantu oleh kebijakan pemerintah untuk
mengembangkan rumah yang menggunakan atap daun.
37
![Page 39: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/39.jpg)
5. Strategi bertahan hidup dengan melakukan migrasi dan pengembangan jaringan
Sosial
Migrasi merupakan strategi yang terakhir didalam menjalani kehidupan di suatu
daerah, dengan migrasi maka orang tersebut mempunyai harapan baru didalam menjalani
kehidupannya migrasi bertujuan untuk mencari kehidupan yang lebih baik agar didalam
kehidupannya nanti dapat tercukupi dengan maksimal, sebelum melakukan migrasi strategi
awal pengrajin atap daun adalah melakukan pengembangan jaringan sosial agar dapat lebih
mempermudah dalam menjual karyanya yaitu atap daun.
Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu
dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya.
Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun bentuk informal.
Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan koordinasi antar warga
yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal (Damsar, 2002:157).
Jaringan antara pengrajin berpengaruh besar terhadap kelangsungan usaha
mereka ini karena pasokan bahan akan mudah didapat jika telah terjalin komunikasi dan
saling mengenal antara pengrajin atau dengan pengrajin yang lain. Jaringan yang terbangun
juga berfungsi untuk mempermudah pasokan barang serta untuk mendapatkan harga yang
lebih murah target yang cepat sesuai dengan permintaan hotel, agar kepercayaan pihak
hotel dapat berjalan terus sampai kedepan agar sesama pengrajin dapat terhidar dari
masalah ekonomi didalam menjalani kehidupannya
Didalam pengembangan usaha tanpa jaringan yang banyak maka usaha pun kurang
berjalan dengan lancar, oleh karena itu diperlukan jaringan sosial untuk mengembangkan
usaha serta lembaga kredit dan pemasok juga sangat diperlukan didalam mengembangkan
usaha untuk itu penulis ingin melihat apakah lembaga kredit mau memberikan pinjaman
kepada pengrajin atap daun seperti yang telah diungkapkan oleh Sakaria
”Untuk lembaga kredit sampai sekarang belum ada yang mau memberikan pinjaman kepada kami”.(wawancara tanggal 29 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Denan”Untuk lembaga kredit belum pernah memberikan penjaman kepada kami,belum pernah menawarkan kepada kami, sedangkan kalau dari pemasok tidak pernah memberikan pinjaman”. (wawancara tanggal 29 mei 2016)
38
![Page 40: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/40.jpg)
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa lembaga kredit belum berani memberikan
pinjaman kepada pengrajin atap daun dikarenakan penghasilan yang kurang tepat waktu
dalam satu bulan sehingga lembaga kredit masih takut untuk memberikan pinjamannya
kepada pengrajin atap daun sehingga pengrajin atap daun belum pernah menggunakan dana
pinjaman untuk mengembangkan usaha mereka.
Setelah melihat lembaga kredit untuk memberikan pinjaman penulis ingin melihat
apakah pernah pengrajin atap daun menggadaikan aset atau menjualkan hartanya untuk
mengembangkan usahanya seperti yang telah diungkapkan oleh Nasir menjelaskan
”Untuk menjualkan aset didalam pengembangan usaha masih belum pernah dikarenakan terbatasnya pesanan atap daun sehingga pengrajin hanya bisa mengelola seperti biasa”(wawancara tanggal 30 Mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Nurdin”Untuk mengembangkan usaha belum ada terpikirkan karena kita tergantung pesanan dari pihak hotel, jika kita menjual tanah biasanya untuk membangun rumah”. (wawancara tanggal 30 mei 2016).
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa usaha yang mereka geluti dari dulu sampai
sekarang masih berjalan seperti biasa, dan tidak menggunakan modal yang banyak untuk
mengembangkan lebih banyak lagi dikarenakan terbatasnya permintaan pasar terhadap atap
daun tersebut, jika pengrajin menjual asetnya seperti tanah dana tersebut dimanfaatkan
untuk membangunan rumahnya, rumah anak-anaknya, tidak untuk pengembangan usaha.
Setelah melihat pengembangan usaha atap daun penulis ingin melihat apakah setiap
pengrajin mempunyai jaringan lain selain hotel untuk menjualkan atap daun tersebut seperti
yang telah diungkapkan oleh Nurdin
”Untuk jaringan lain tidak ada, (wawancara tanggal 29 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Suki”Untuk jaringan lain belum ada, jika masyarakat membeli hanya sedikit biasanya untuk perbaikan dapur maupun atap wc dan kandang ayam saja”. (wawancara tanggal 30 mei 2016)
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa jaringan lain selain hotel masih belum ada
yang ingin membelikan atap daun tersebut adapun masyarakat yang membelinya hanya
sedikit saja hanya untuk memperbaiki atap didapur dan wcnya, untuk kandang ayam,
kandang sapi yang masih menggunakan atap daun tersebut, selebihnya yang paling banyak
menggunakannya adalah hotel. seperti yang telah diungkapkan oleh Suki
39
![Page 41: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/41.jpg)
”Untuk pembelian yang banyak hanya pihak hotel saja sedangkan untuk masyarakat hanya membeli beberapa keping saja ada 50 keping itu pun tidak sering, kalau sering membeli adalah hotel untuk menggantikan atapnya” (wawancara tanggal 30 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Palal”Kalau masyarakat selalu membelinya sedikit paling banyak 40 sampai dengan 50 keping saja”. (wawancara tanggal 28 mei 2016)
Jaringan yang kurang banyak mengakibatkan pengrajin atap daun sulit untuk
menjualkannya dikarenakan kebutuhan atap daun ini masih langka dikarenakan masyarakat
tidak mau menggunakan lagi atap tersebut. Sehingga pengrajin atap daun lebih banyak
menunggu atapnya dibeli dari pada membuat atap daun, sehingga pemasukan pengrajin
atap daun menunggu order dari pihak hotel, konsep bertahan seperti ini membuat penulis
tertarik untuk menanyakan kepada pengrajin untuk berfikir berpindah kekota dan beralih
profesi tidak menjadi pengrajin atap daun seperti yang telah diungkapkan oleh Nasir
”Kalau pindah kayaknya tidak, karena kita sudah memiliki rumah, kerja sampingan pun sudah ada kalau kita pidah kekota kita memulai dari awal lagi” (wawancara tanggal 30 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Fian ”Untuk pindah sepertinya belum terpikirkan dikarenakan disini kita sudah mempunyai rumah sendiri, sedangkan jika pindah kekota kita memulai kehidupan dari nol lagi’. (wawancara tanggal 30 mei 2016)
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa pengrajin atap daun sudah sangat
menyukai pekerjaannya apalagi setiap pengrajin sudah memiliki rumah dilingkungan
keluarga besarnya sehingga untuk migrasi kekota atau beralih profesi tidak mungkin terjadi
lagi dikarenakan setiap pengrajin sudah memiliki pekerjaan sampingannya masing-masing
untuk mencukupi kehidupannya, jadi pengrajin atap daun lebih menyukai konsep hidup
seperti sekarang.
Setelah melihat semangat pengrajin atap daun dalam mencukupi kehidupanya
dilokasi rumah tinggalnya maka penulis ingin melihat lebih jauh lagi apakah jaringan atap
daun yang dikembangkan apakah sudah bisa menjual didaerah lain seperti yang telah
diungkapkan oleh Edi menjelaskan
”Sampai sekarang kami belum bisa memasarkan diwilayah lain dikarenakan pengrajin atap daun diwilayah lain berbeda bahannya ada dari daun rumbia”. (wawancara tanggal 29 mei 2016)Sedangkan menurut pendapat Suki
40
![Page 42: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/42.jpg)
”Untuk pemasaran didaerah lain belum ada dikarenakan setiap wilayah mempunyai bahan atap yang berbeda-beda ada dari pohon rumbia maupun daun kelapa” (wawancara tanggal 30 mei 2016)
Dari pendapat diatas menjelaskan bahwa pengrajin atap daun tidak memiliki
jaringan diwilayah lain dikarenakan konsep bahan atap daunnya berbeda-beda tergantung
potensi yang ada diwilayahnya, ada yang membuat dari daun pohon rumbia maupun ada
juga yang membuat dari daun pohon kelapa ini yang mangakibatkan pengrajin atap daun
tidak bisa masuk kedaerah lain cukup bisa digunakan dan dibeli daerah sendiri, begitu juga
untuk sistem pengirimannya dikarenakan terbuat dari daun harus mengangkatnya dengan
hati-hati sehingga atap tidak menimbulkan rusak, jika rusak tidak bisa dijual lagi dengan
harga yang maksimal.
Dari beberapa pendapat diatas dapat penulis menyimpulkan bahwa untuk Strategi
Jaringan sosial pengrajin atap daun menjualkan atapnya kepada masyarakat yang akan
membelikannya, biarpun dengan jumlah yang tidak begitu banyak hal ini bisa dapat
mempertahankan hidupnya terutama didalam mencukupi kehidupan sehari-hari, memang
secara umum konsep usaha yang dilakukan oleh pengrajin masih bersifat tradisonal
sehingga lembaga kredit belum siap untuk memberikan pinjaman kepada pihak pengrajin,
pengrajin sangat sulit mengembangkan usahanya dikarenakan modal yang terbatas serta
kurangnya pengetahuan yang dimiliki pengrajin atap daun atas manfaat serta karya seni dan
pengrajin tetap tinggal didaerahnya tanpa harus pindah ditempat lain dikarenakan bahan
untuk membuat atap daun sudah ada dilingkunganya, produknya yang sederhana dan masih
tradisional membuat pengrajin sulit mempromosikan dan memasarkan kerajinan atap
dengan harga tinggi.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengrajin atap daun adalah seseorang yang membuat karya dengan tangannya
sendiri dengan berbahan baku dari daun ilalang, daun tersebut dirangkai dengan rapi yang
menyerupai seng yang dimanfaatkan menjadi atap. Pengrajin atap daun merupakan
pengrajin tradisional, tak heran pengrajin mengalami kemiskinan dan selalu ketergantungan
kepada pemasok, sehingga pengrajin tidak bisa mengembangkan usahanya menjadi lebih
41
![Page 43: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/43.jpg)
baik dan mempunyai harga jual yang tinggi maka dari itu penulis dapat merumuskan
beberapa kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :
Strategi bertahan hidup pengrajin atap daun menggunakan konsep berkumpul
dengan keluarga besarnya / hidup bersama-sama dengan orang tuanya sehingga jika salah
satu tidak menghasilkan uang maka yang lainnya bisa membantu untuk membelikan
konsumsi sehingga didalam memenuhi kehidupnya dapat tercukupi dengan maksimal, dan
masing-masing suami mencari kerja sampingan untuk mencukupi kehidupannya seperti
menjadi nelayan, buruh tani, kerja bangunan yang sistem kerjanya tidak mengikat.
Dari strategi diatas terlihat bahwa kondisi pengrajin atap daun di Kelurahan
Toapaya Asri bukan tergolong masyarakat miskin dikarenakan untuk mencukupi
kehidupannya sehari hari masih bisa terpenuhi, kerja sampingan yang dilakukan kaum
suami disela-sela keringnya daun ilalang, pola makan dua kali sehari sehingga dapat
mengurangi jumlah konsumsi perharinya serta tidak membeli makanan yang harga tinggi
seperti daging, baju hanya satu tahun sekali membelinya, yaitu pada hari raya idul fitri.
Ketergantungan pengrajin atap daun tak terlepas dari pihak hotel, dikarenakan salah
satu pembeli yang aktif adalah pihak hotel, dan dukungan dari keluarga besarnya yang
selalu memberikan motivasi didalam pengembangan produksi atap daun biarpun
penjulannya setiap bulannya yang kurang meningkat, dkarenakan pemerintah memberikan
pendidikan gratis bagi anak-anak pengrajin sehingga pengrajin mempunyai kebanggaan
tersendiri didalam memproduksi atap daun.
Strategi Jaringan sosial pengrajin atap daun dengan menjualkan atapnya kepada
masyarakat yang akan membelikannya, biarpun dengan jumlah yang tidak begitu banyak
tetapi hal ini bisa dapat mempertahankan hidupnya terutama didalam mencukupi kehidupan
sehari-hari, memang secara umum konsep usaha yang dilakukan oleh pengrajin masih
bersifat tradisonal sehingga lembaga kredit belum siap untuk memberikan pinjaman kepada
pihak pengrajin, pengrajin sangat sulit mengembangkan usahanya dikarenakan modal yang
terbatas serta kurangnya pengetahuan yang dimiliki pengrajin atap daun atas manfaat serta
karya seni dan pengrajin tetap tinggal didaerahnya tanpa harus pindah ditempat lain
dikarenakan bahan untuk membuat atap daun sudah ada dilingkungan wilayahnya.
42
![Page 44: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/44.jpg)
B. Saran-saran
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat penulis memberikan saran-saran agar
Pengrajin atap daun tidak terjadi ketergantungan terhadap pihak hotel dan kemiskinan :
1. Diharapkan kepada Pemerintah Daerah memberikan pelatihan kepada pengrajin atap
daun sehingga produk yang dibuat dapat menjual dengan harga tinggi.
2. Diharapkan kepada Pemerintah Kecamatan untuk terus mempromosikan manfaat dari
atap daun terhadap kehidupan sehari-hari sehingga penjualan atap daun dapat
meningkat setiap waktu.
3. Diharapkan kepada Pemerintah Kelurahan dapat mensosialisasikan Koperasi Usaha
Bersama untuk menampung semua produk yang dihasilkan, agar dapat memudahkan
pemasaran atap daun yang dihasilkan sttiap bulannya.
4. Diharapkan kepada Pengrajin atap daun untuk membentuk Kelompok Usaha Bersama
(KUBE) dan mengajukan kepada Pemerintah Daerah untuk memberikan pelatihan
standarisasi pengrajin atap daun agar atap yang dihasilkan dapat tahan lebih lama dan
mempunyai nilai jual yang tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-buku
Basrowi. M.S, Dr. 2005. Pengantar Sosiologi. Bogor : Ghalia Indonesia.
Hartini & G. Kartasapoetra. 1992. Kamus Sosiologi dan Kependudukan, Jakarta : Bumi Aksara.
Haughton jonathan dan Khandker Shahidur R. 2012. Pedoman Tentang Kemiskinan dan ketimpangan Handbook Poverty and Inequality, Jakarta : Selemba Empat
Johnson, Doyle Paul. 1986. Teori Sosiologi Klasik Dan Modern. ( Terj. Robert M.Z.Lawang). Jakarta : PT. Gramedia.
Kusnadi, 2003. Akar Kemiskinan Nelayan, Yogyakarta : LKIS Yogyakarta
............., 2006. Konflik Sosial Nelayan Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Alam. LKIS Pelangi Angkasa Yogyakarta.
Kuncoro, Mudrajat. 2010. Masalah, Kebijakan, Politik Ekonomi Pembangunan, Jakarta. Erlangga
43
![Page 45: jurnal.umrah.ac.idjurnal.umrah.ac.id/.../2016/08/e-jurnal-egi.docx · Web viewThis study uses the theory Sen dikutif by Usfar (2002) for the strategy craftsmen leaf roof using a food](https://reader034.fdocuments.in/reader034/viewer/2022050400/5f7e4c6aea66006cab1cc36b/html5/thumbnails/45.jpg)
Umar, Husein. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta, PT. Gramedia, Pustaka Umum
Ritzer, George. 2002. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
Sanjadmiko, Prihandoko. 2009. Orang turunan Cina di Tangerang, suatu kajian tentang faktor-faktor yang mendorong dan menghambat asimilasi antara penduduk golongan pribumi. Makara Jurnal Penelitian Universitas Indonesia No.3 Seri C Agustus 1999. ISSN. 1410-4595.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Administrasi. Bandung, Alfabeta
B. Dokumen
Profil kelautan dan perikanan Kabupaten Bintan tahun 2014
44