file · Web view4.Ada berapakah unsur dalam struktur internal sebuah tugas. a.3. b.5. c.1. d.4. e.6
Verleden isi Desember 2018 - journal.unair.ac.id filemerupakan proses menganalisis fakta guna...
-
Upload
duongxuyen -
Category
Documents
-
view
215 -
download
0
Transcript of Verleden isi Desember 2018 - journal.unair.ac.id filemerupakan proses menganalisis fakta guna...
118
Aktivitas Ekonomi Di Pasar Pabean Surabaya Tahun 1918-1982
Eka Diyah Ayu Lestari1)
Ikhsan Rosyid Mujahidul Anwar2)
AbstractThis article aims to describe the management and activities of the
Pabean Market The Pabean Market was managed by Pasar Bedrijf in 1918..The Problem of this is how the managed and activity in Pasar Pabeanresearchduring the year 1918 to 1982. This uses historical research methods,articleincluding heuristics, sources criticism, interpretation, and historiography.Through this research, it can be known that the Pabean Market was the largestcentral market, which used as grocery center in Surabaya. In addition, thisresearch also discusses market management, general market physical form,and implementation of market regulations. Market activity such astransactions, commodities, market revenues and market offenses also becamepart of the research.
Keywords: Market Activity, Market Management, Pabean Market
AbstrakArtikel ini bertujuan untuk menjelaskan pengelolaan dan aktivitas di
Pasar Pabean. Pasar Pabean dikelola oleh pada tahun 1918.Pasar BedrijfPermasalahan penelitian ini adalah bagaimana pengelolaan dan kegiatan diPasar Pabean selama tahun 1918 hingga 1982.Artikel ini menggunakan metodepenelitian sejarah, meliputi heuristik, kritik sumber, interpretasi, danhistoriografi. Melalui penelitian ini, dapat diketahui bahwa Pasar Pabeanmerupakan pasar induk terbesar yang digunakan sebagai pusat grosir diSurabaya. Selain itu, penelitian ini juga membahas tentang pengelola pasar,bentuk fisik umum pasar, dan pelaksanaan peraturan pasar. Aktivitas pasarmeliputi transaksi, komoditi, pendapatan pasar dan pelanggaran pasar jugamenjadi bagian dalam penelitian ini.
Kata kunci :Aktivitas Pasar, Pasar Pabean, Pengelolaan Pasar.
PENDAHULUAN
K e g i a t a n e k o n o m i m u l a i
berkembang pesat di Hindia Belanda pada
awal akhir abad ke-19. Kegiatan ekonomi
tersebut sangat erat kaitannya dengan
pemenuhan barang dan jasa. Faktor yang
mendorong perkembangan ekonomi pada
waktu itu salah satunya bersumber pada
keinginan untuk memenuhi kebutuhan
dasar seperti kebutuhan hidup atau
biologis (Titi Surti 2003:11).
Kegiatan ekonomi dikenal adanya
permasalahan ekonomi yang meliputi
masalah produksi, distribusi, dan
konsumsi. Selain itu, kegiatan ekonomi
sendiri dibedakan menjadi ekonomi
makro dan ekonomi mikro. Ekonomi
makro banyak berbicara mengenai fungsi
ekonomi secara menyeluruh. Sedangkan
ekonomi mikro banyak berbicara
mengenai perilaku masing-masing
1) Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UniversitasAirlangga, NIM 121411431033 email:
[email protected], alamat : Bluluk Kab. Lamongan, kode. 622742 ) Departemen Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga NIP 198110092008121002 email: [email protected]
119
komponen seperti adanya industri,
perusahaan dan rumah tangga (Samuelson
1993:4). Salah satu yang termasuk ke
dalam komponen ekonomi mikro adalah
pasar.Pasar Pabean yang berada di kota
Surabaya ikut ramai akibat adanya
aktivitas keluar masuk kapal di Pelabuhan
Kalimas. Pada sisi kanan pelabuhan dapat
dilihat kampung pelabuhan dengan segala
kesibukan aktivitasnya (Faber 1933:48).
Pasar Pabean berdiri di tanah partikelir
yang pengelolaannya masih dipegang oleh
pihak swasta. Pada tahun 1917,
pengelolaan Pasar Pabean baru diserahkan
kepada kotapraja Surabaya.Keberadaan pasar yang dekat
dengan jalur perdagangan juga membuat
pasar tersebut didatangi oleh berbagai
pedagang dari latar belakang etnis yang
berbeda. Etnis tersebut diantaranya adalah
etnis Eropa, Timur Asing dan Bumiputera.
Tulisan ini akan banyak mengulas
mengenai dinamika Pasar Pabean dari segi
manajemen pengelolaan, kebijakan yang
diterapkan di pasar, aktivitas ekonomi dan
tindakan kriminal yang terjadi di Pasar
Pabean.
METODE
Penulisan mengenai aktivitas di
Pasar Pabean tentu menggunakan metode
sejarah. Metode tersebut mencakup
tahapan pemilihan topik, heuristik, kritik,
interpretasi dan yang paling akhir adalah
historiografi. Heuristik atau pengumpulan
sumber, di mencobatahap ini penulis
mengumpulkan sumber-sumber yang
berkaitan atau topikdengan masalah yang
akan dikaji berupa buku , koran-buku
sezaman arsip-arsip yang, mana sumber-
sumber tersebut dikumpulkan dari
berbagai dan badan arsipperpustakaan
yang ada di kota Surabaya. Penulis
melakukan kritik sumber yang terdiri dari
kritik eksternal yakni berupa pengujian
keaslian dan kredibilitas sumber, dan
kritik internal yang berupa pengujian isi
sumber. Tahap analisis dan intepretasi
merupakan proses menganalisis fakta
guna mencari sebuah fakta sehingga
ditemukan unsur-unsur dari sebuah fakta
yang dianggap dapat dipercaya dan bisa
dijadikan data dan kemudian menuju ke
t a h a p t e r a k h i r y a i t u p e n u l i s a n
(historiografi) setelah semua metode di
lakukan barulah penulis bisa menuliskan
hasil penelitian sesuai dengan tema
Aktivitas Ekonomi di Pasar Pabean
Surabaya Tahun 1918-1982.
HASILDAN PEMBAHASAN
Kondisi perekonomian Surabaya
tidak bisa dilepaskan dengan adanya
sungai dan pelabuhan. Sungai dan
pelabuhan memegang peranan penting
sekal igus banyak mempengaruhi
perkembangan kota Surabaya. Sungai
selain sebagai sumber air minum juga
sebagai alat transportasi perdagangan
yang dapat menghubungkan pedalaman ke
daerah pelabuhan.Pelabuhan Kalimas disebut
sebagai pelabuhan rakyat karena
fungsinya selain sebagai penyimpanan
komoditi ekspor dan impor, juga sebagai
tempat berdagang masyarakat untuk
menjual hasil panen. Pusat perdagangan
terletak di Kalimas (DukutOsterkade
2002:380). Pelabuhan Kalimas menjadi
pelabuhan penting di Surabaya karena
berfungsi sebagai jalur pelayaran.
Sehingga banyak dibangun kantor-kantor
dagang, bank-bank, pasar dan pabrik di
pinggir pelabuhan.A k i b a t s e m a k i n b e s a r n y a
permintaan akan barang ekspor, maka
fungsi dari pelabuhan sendiri mengalami
penurunan. Pelabuhan Kalimas tidak
mampu lagi menampung arus lalu lintas
pelayaran. Sehingga pada tahun 1910
dibangun Pelabuhan Tanjung Perak guna
melengkapi pelabuhan sebelumnya yang
sudah tidak mampu menampung
VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 13, No.2 Desember 2018
120
peningkatan volume perdagangan
(Nasution 2006:76). Selain pelabuhan
yang memegang peranan penting dalam
perekonomian, kegiatan ekspor dan impor
juga memiliki andil besar.Pertumbuhan hasil produksi
tanaman ekspor membuat dibangunnya
fasilitas transportasi darat berupa jalur
kereta api. Jalur kereta api mulai dibangun
di Surabaya pada akhir abad ke 19.
Awalnya jalur tersebut dibangun
mengikuti jalan sepanjang Kalimas yang
menuju ke pelabuhan Tanjung Perak. Jalan
kereta api yang pertama dibangun pada
tahun 1875 yang dilakukan oleh
p e r u s a h a a n k e r e t a a p i n e g a r a
( ) yang memiliki dua jalurstaatsspoorweg
utama. Jalur pertama yakni jalur kereta api
Surabaya-Pasuruan dan yang kedua jalur
kereta api Surabaya-Malang (Nasution
2006:76). Meningkatnya perekonomian
juga didukung oleh keberadaan pasar yang
ada di Surabaya.
Pada masa kolonial dikenal dua
jenis pasar, yaitu pasar pusat atau pasar
induk dan pasar lokal atau pasar domestik
kecil (Putri Agus 2008:24). Pasar induk
biasa dikenal dengan nama pasar besar
khusus menjual barang-barang dalam
jumlah besar serta barang-barang grosir.
Sedangkan pasar lokal khusus menjual
barang-barang dalam bentuk eceran.
Pengelolaan pasar masih berada di bawah
pengawasan langsung pemerintah
kolonial. Namun ada juga pasar yang
dikelola oleh pihak swasta yang lebih
dikenal dengan pasar partikelir. Pasar
partikelir dikuasai oleh pengusaha dan
pensiunan pejabat pribumi. Mereka
hampir tidak berbuat banyak mengenai
kondisi pasar baik dari segi kebersihan,
keamanan dan lainnya. Meskipun ada
usaha untuk melakukan perawatan, namun
hasilnya tidak memuaskan karena tujuan
u t a m a m e r e k a a d a l a h m e n c a r i
keuntungan.
Pengelolaan Pasar Pabean Tahun 1918-
1982
Pasar Pabean merupakan pasar
yang berdiri di tanah partikelir. Sebelum
diserahkan ke kotapraja Surabaya, Pasar
Pabean termasuk jenis pasar partikelir.
Pada tahun 1917, pengelolaan Pasar
Pabean diserahkan kepada kotapraja
Surabaya. Selain Pasar Pabean, ada pasar
lain yang juga ikut dikelola diantaranya
ada Pasar Genteng, Pasar Turi, Pasar
Bong, Pasar Peneleh, Pasar Kalianyar,
Pasar Ampel, Pasar Pegirian, Pasar
Keputran, Pasar Babaan dan Pasar
Kapasan (Putri Agus 2008:39). Adapun
pengelolaan Pasar Pabean di Surabaya
dapat diperiodesasikan sebagai berikut :Pada tahun 1915, pemerintah
kolonial mendirikan sebuah Pasar Bedrijf
yang telah mengelola 8 pasar di awal
berdirinya. Kemudian pada tahun 1918,
pasar-pasar yang berskala besar seperti
Pasar Pabean dan Pasar Turi mulai
dikelola oleh . PengelolaanPasar Bedrijf
pasar-pasar tersebut kemudian diserahkan
kepada Surabaya di tahun yanggemeente
sama. Setelah diserahkan ke gemeente
Surabaya, Pasar Pabean mulai dikelola
dengan baik . Pemer in tah mula i
merencanakan untuk membangun gedung
pasar yang baru. Pembangunan gedung
rencananya akan dilengkapi dengan
pemeliharaan drainase dan penerangan.
Material yang digunakan berupa bata
berat, kayu, pintu ganda untuk los daging,
semen dan lantai keramik. Pemasangan
kran air juga akan dilakukan di dekat
gudang agar kebutuhan air bagi pedagang
dapat terpenuhi. Sehingga pasar akan
terlihat bersih dan rapi setiap harinya
(Faber 1934:179).Rencana pembangunan Pasar
Pabean dimulai dengan pembuatan
ilustrasi gambar pasar. Ilustrasi desain
bangunan Pasar Pabean sempat dimuat di
koran kolonial yangDe Indische Courant
121
dibuat oleh Van Mierop (De Indische
Courant, 14 Desember 1937). Hasil karya
Van Mierop tersebut yang digunakan
sebagai dasar pembangunan Pasar Pabean.
Sedangkan usulan mengenai material
yang digunakan untuk pembangunan
pasar dikemukakan oleh pembantu
walikota saat itu yakni Van Gennep (De
Indische Courant, 04 Maret 1938).
Pengerjaan upgrading Pasar Pabean
dikerjakan oleh Hollandsche Beton
Maatschappij (HBM) dalam jangka waktu
sekitar 5 bulan. Selama waktu pengerjaan,
pembangunan pasar akan dibagi menjadi 4
bagian. Tujuannya agar suasana pasar
menjadi lebih nyaman, bersih dan modern
( , 1 DesemberSoerabaiasch Handelsblad
1938).Pembangunan Pasar Pabean
berakhir pada November 1939. Pasar
Pabean baru merupakan bangunan
bertingkat dimana kantor berada di atas
pintu masuk dan gudang berada di
sebelahnya ,(Soerabaiasch Handelsblad
15 Desember 1939). Sedangkan los-los
pedagang berada di dalam bangunan pasar
yang membentang luas. Setiap pedagang
disediakan stand dan diatur sesuai dengan
komoditi yang dijualnya. Setelah
dibangun ulang, Pasar Pabean memiliki
sekitar 1500 stand yang bisa disewa oleh
pedagang dan menghasilkan kurang lebih
f96.000 setiap tahunnya. Sehingga Pasar
Pabean menjadi salah satu pasar yang
terbesar di Hindia Belanda yang paling
modern pada masa itu (Soerabaiasch
Handelsblad, 17 Juli 1939).Meskipun tidak terlalu banyak
mengubah perekonomian Surabaya,
Jepang juga mulai memahami jika
perlunya memberikan perhatian masalah
pangan dalam mempersiapkan Perang
Asia Timur Raya. Sehingga dibentuklah
Beikoku Tyuoo Kobaisyo atau Kantor
Pusat Urusan Pembelian dan Pembelian
Beras serta dibentuk pula Beikoku Tosei
Kai atau Kantor Pengendalian Penjualan
dan Pembelian Beras (Suryanegara
2016:88). Menurut Undang-Undang
Nomor 2 tentang peredaran uang kertas
militer dan uang kecil nippon, Jepang
membatasi peredaran uang hanya terdiri
dari 7 macam yaitu f 10,- (sepuluh rupiah),
f 5,- (lima rupiah), f1,- (satu rupiah), 50
sen, 10 sen dan 1 sen. Selain itu Jepang
juga melarang untuk menerima dan
menggunakan mata uang lain dalam
transaksi jual beli selain mata uang militer
dan rupiah ( , 9 Maret 1943). NamaKan Po
Pasar Bedrijf bertahan hingga masa
pendudukan Jepang berakhir. Setelah
Indonesia merdeka, nama Pasar Bedrijf
berubah menjadi Dinas Pasar atau yang
lebih dikenal dengan Perusahaan Pasar.Pada tahun 1953, Pemerintah Kota
Surabaya menggabungkan antara
Perusahaan Pasar dan Perusahaan Rumah
dan Tanah yang diberi nama Perusahaan
Pasar, Tanah dan Rumah. Perusahaan
Pasar mempunyai dua fungsi utama, yakni
sebagai perusahaan sekaligus sebagai
dinas. Akibat penggabungan tersebut,
fungsi dari kedua perusahaan menjadi
kacau (AKS, Box 35, No 1289, 1953).
Kondisi pasar di Kota Besar Surabaya juga
turut mengalami perombakan. Pasar
sempat dibagi menjadi 6 seksi guna
melancarkan pekerjaan perusahaan pasar.
Pembagian pasar menjadi 6 seksi tersebut
d ia jukan langsung oleh Kepala
Perusahaan Pasar yakni M. Prayitno yang
meminta Ketua Dewan Perwakilan
Dae rah Surabaya un tuk sege ra
mengesahkan pembagian tersebut.
Adapun pembagian 6 seksi yang dimaksud
di dalam surat No 7600/136/53 menunjuk
6 pasar yang dijadikan sebagai
koordinator dari pasar-pasar yang ada di
wilayah tersebut (AKS, Box 3, No 150,
1953).
Usulan pembagian wilayah pasar
menjadi 6 seksi tersebut tidak mendapat
jawaban dari Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Peralihan Kotapraja Surabaya.
Hingga akhirnya pada 19 Mei 1958,
DPRDP mengeluarkan Surat Keputusan
VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 13, No.2 Desember 2018
122
No. 98/DPRDP yang berisi mengenai
pembagian pasar lebih disederhanakan
menjadi 3 seksi, yakni wilayah utara,
tengah dan selatan (AKS, Box 3, No 150,
1953). Tujuan dari pembagian wilayah
m e n j a d i 3 s e k s i a d a l a h u n t u k
m e m p e r m u d a h k o o r d i n a s i d a n
menyempurnakan penyusunan pegawai
serta pembagian kerjanya.
Kotapra ja Surabaya mulai
merencanakan untuk membangun dan
memperluas Pasar Pabean. Akibat dari
adanya rencana tersebut, Persatuan
Pedagang Kecil Pasar Pabean yang
diwakili oleh Anwar Idris mengirim surat
kepada Ketua Pembangunan Daerah
Pabean guna untuk meminta penjelasan
mengenai pembangunan Pasar Pabean.
Anwar selaku sekretaris Persatuan
Pedagang menanyakan mengenai
pembangunan pasar darurat sebagai
penampung para penghuni pasar. Selain
itu, Persatuan Pedagang juga menghimbau
untuk mengadakan konsultasi dengan
penghuni pasar terlebih dahulu. Himbauan
dari Persatuan Pedagang tersebut juga
didukung oleh Camat Pabean. Melalui
surat Nomor 002/30/Pz camat Pabean
menginginkan adanya kesepakatan dari
pihak Kotapraja dengan penghuni pasar.
Selain itu, Camat Pabean juga
menginginkan untuk segera dibangun
pasar darurat untuk menampung para
pedagang (AKS, Box 18, No 840, 1965).
P e r b a i k a n p a s a r m e n j a d i
pekerjaan rumah yang cukup serius bagi
Perusahaan Pasar. Melalui surat Nomor
7600/U/413/70, Kepala Perusahaan Pasar
menghimbau kepada Dinas Pekerjaan
Umum untuk segera melakukan upgrading
pasar di kotamadya Surabaya yang
mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut
mencakup bangunan yang digunakan
sebagai kantor pasar, los pasar, lantai,
saluran air, jalan dan pemasangan beton
pada halaman pasar (AKS, Box 3, No 109,
1970). Perbaikan pasar tidak dapat
d i l a k u k a n s e k a l i g u s m e n g i n g a t
banyaknya pasar yang ada di kotamadya
Surabaya. Pasar yang harus diperbaiki
berjumlah 28 pasar. Namun akibat
banyaknya pasar yang membutuhkan
perbaikan secara bersamaan, akhirnya
dikeluarkan intruksi baru nomor
7600/U/811/70 Agar mendahulukan
perbaikan pasar yang mempunyai income
besar terlebih dahulu. Tujuannya agar
pasar-pasar yang mempunyai income
besar dapat beroperasi lebih dulu karena
sebagian besar hasil dari pasar-pasar
tersebut dibutuhkan oleh Kotamadya
Surabaya.Meskipun te lah di lakukan
upgrading pasar, namun permasalahan di
dalam Pasar Pabean sepenuhnya belum
terselesaikan. Pasar Pabean termasuk ke
dalam rayon utara dengan luas resmi 9600
m dan batas resmi 100 m serta jumlah2 2
pedagang resmi di dalam pasar ada 2400
pedagang dan 20 pedagang berada di luar
pasar. Meskipun telah dilakukan
upgrading pasar, namun masih banyak
permasalahan menyangkut fasilitas di
Pasar Pabean (AKS, Box 2, No 61, 1974).
Adapun permasalahan yang ada di Pasar
Pabean diantaranya sebagian area pasar
masih menggunakan jalan umum.
Penggunaan jalan umum terjadi akibat
banyaknya pedagang yang tidak
tertampung di dalam pasar. Terdapat
sekitar 20 pedagang yang berada di luar
pasar. Selain itu, kondisi lantai lebih
rendah dan jalan di lorong pasar
mengalami kerusakan. Instalasi listrik
yang digunakan juga sudah tua. Serta
permasalahan kebersihan mulai dari tidak
tersedianya WC untuk para pedagang dan
umum, saluran pembuangan air tidak
berfungsi, serta tidak tersedianya bak
p e n a m p u n g a n s a m p a h y a n g
mengakibatkan penumpukan sampah.
Aktivitas di Pasar Pabean
Transaksi dan KomoditasPasar Pabean merupakan jenis
123
pasar induk yang menjual barang-barang
kebutuhan masyarakat dalam jumlah besar
atau grosir. Sehingga disebut pula dengan
pasar yang digolongkan ke dalam jenis
transaksi kedua di mana terdapat banyak
tengkulak yang menyuplai barang ke
pedagang-pedagang kecil lainnya. Tawar
menawar antara pedagang dan pembeli
merupakan cara dalam menentukan
kesepakatan harga di antara kedua belah
pihak (Dick 2002:192).
Pada tahun 1940, penjualan daging
babi sempat mengalami dumping akibat
adanya pembukaan stand baru bagi
pedagang daging babi. Para pedagang
lama mulai mengatur strategi dengan
menurunkan harga semurah mungkin
demi menarik pembeli. Harga daging babi
yang awalnya 30 sen per ekor menjadi 15
sampai 20 sen. Sedangkan lemak babi dari
20 sen menjadi 10 sen. Kondisi tersebut
dimanfaatkan oleh ibu-ibu rumah tangga
yang biasa membeli daging dan lemak
babi ( , 26Soerabaiasch-Handelsblad
Januari 1940).Pada masa pemerintahan Jepang,
kebutuhan bahan pangan sempat sulit
untuk didapatkan. Pengiriman beras yang
berasal dari Banyuwangi, Probolinggo,
Pasuruan dan Panarukan dilarang oleh
pemerintah Jepang. Setiap pedagang yang
hendak mengirim beras ke Pasar Pabean
harus mendapatkan izin terlebih dahulu
dari . Selain beras,Beikoku Tosei Kai
penjualan minyak kelapa juga diatur oleh
pemerintah Jepang. Pabrik minyak harus
memberikan laporan perkembangan
produksi minyak dan bagi pedagang kecil
yang ingin menjual minyak harus
mendapat izin dari pemerintah Jepang
terlebih dahulu ( , 25 AgustusKan Po
1942).Namun Jepang menyadari jika
persoalan ketersediaan bahan pangan di
Surabaya sangat penting. Sehingga Jepang
melakukan propaganda pendudukan
secara gencar pada tahun 1943 yang berisi
tentang ajakan untuk menabung, kerja
keras dan produktivitas. Produktivitas
diwujudkan dengan menjadikan
Surabaya sebagai pusat persediaan beras.
Pegawai pemerintahan mendapatkan jatah
beras dan bahan pokok lainnya secara
teratur. Sedangkan rakyat kampung
Surabaya dan para pendatang yang baru
pindah dari desa menderita kelaparan
(Frederick 1989: 130-131).Kondisi tersebut memunculkan
rasa tidak senang bagi masyarakat
Surabaya khususnya para kuli dan
pendatang. Sistem penjatahan yang
diberlakukan oleh Jepang menjadi
pembatas pembelian beras oleh seluruh
penduduk. Meskipun jumlah beras, hasil
bumi dan daging sangatlah terbatas,
namun penduduk menginginkan agar
penjatahan yang dilakukan Jepang
dihapuskan, terlepas penduduk dapat
membelinya atau tidak. Hingga menjelang
akhir tahun 1943, penduduk mulai
berganti dengan mengolah jagung dan
singkong setiap harinya (Frederick
1989:132).Pada akhir Januari 1952, harga
komoditi di Pasar Pabean mengalami
penurunan. Harga kentang Rp 2,50 per/kg,
wortel seharga 50 sen, kol seharga 2,25,
cabai rawit Rp 2,- dan cabai merah Rp 3,-
serta seledri Rp 3,-. Harga unggas yang
sempat naik menjadi 85 sen sebelum tahun
baru Cina, turun menjadi 65 sen.
Murahnya harga komoditi di Pasar Pabean
disebabkan karena banyak petani yang
panen tidak normal. Curah hujan yang
tinggi mengakibatkan ketakutan petani
jika tanamannya akan membusuk.
Sehingga petani banyak yang sudah panen
sebelum waktu panen tiba. Alhasil
komoditi berupa kentang, cabai, seledri,
wortel dan kol jumlahnya sangat banyak
dan menurunkan harga jualnya (De Vrije
Pers, 30 Januari 1952).P a d a t a h u n 1 9 7 0 m u l a i
diberlakukan peraturan untuk mengatur
para pedagang yang berdomisili di dalam
pasar. Kepala Perusahaan Pasar
VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 13, No.2 Desember 2018
124
mengajukan usulan kepada Kotamadya
Surabaya agar pedagang yang tinggal di
dalam pasar wajib memiliki kartu
penduduk. Usulan tersebut ditanggapi
secara positif oleh Wakil Kepala Urusan
Perusahaan-Perusahaan Kotamadya
Surabaya (AKS, Box 5, No 246, 1970).
Tujuan diberlakukannya peraturan
tersebut adalah agar pendataan pedagang
yang tinggal di dalam pasar dapat
dikontrol dengan baik. Namun memasuki
tahun 1980an, para pedagang sudah tidak
diperbolehkan untuk menginap dan
tinggal di dalam pasar. Alasannya karena
pasar merupakan tempat untuk berdagang
dan menarik pembeli. Jika para pedagang
tinggal dan menetap di dalam pasar, maka
tingkat penggunaan listrik dan sampah
yang dihasilkan pedagang juga semakin
besar. Selain itu, pemandangan di pasar
akan tidak enak dilihat jika terdapat sekat-
sekat yang dibuat pedagang untuk tidur di
dalam stand miliknya.
Pendapatan PasarPendapatan pasar baru dapat
didata secara baik pada kisaran tahun
1920an. Pada tahun tersebut mulai
bermunculan pasar baru seperti Keputran,
Babaan dan Kapasan. Sedangkan untuk
pendapatan Pasar Pabean mengalami
kenaikan yang cukup signifikan
dibandingkan 5 tahun sebelumnya yakni
sebesar 120.887f Verslag van den(toestand der gemeente Soerabaja
gedurende het jaar 1929). Pada tahun
1927 hingga tahun 1929, pendapatan
Pasar Pabean sempat mengalami
penurunan. Adapun pendapatan Pasar
Pabean adalah sebesar 153.733 padaf
tahun 1927, 151.811 pada tahun 1928 danf
f 144.675 pada tahun 1929.Penurunan pendapatan di Pasar
Pabean dikarenakan adanya kemerosotan
dalam perdagangan barang yang berupa
batik, baik berupa sarung maupun kain.
A d a n y a k r i s i s m a l a i s e t e l a h
mempengaruhi perdagangan kain batik
seperti sarung, katun dan barang-barang
rumah tangga, serta rendahnya kualitas
kapas. Sungai Pegirian juga semakin
sulit untuk dilayari, sehingga para
pedagang Madura yang membawa buah-
buahan, sayuran dan tanaman harus
membawa dagangannya ke pasar yang
terletak di bagian selatan yang mudah
dicapai melalui Sungai Kalimas. Selain
itu, perluasan kota yang dilakukan oleh
pemerintah juga mengakibatkan para
pedagang di Pasar Pabean berpindah ke
pasar yang letaknya lebih ke selatan.
Sehingga jumlah pedagang juga turut
berkurang (PutriAgus 2008:62).Menurut peraturan pasar yang
ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Sementara Kota Besar Surabaya
tahun 1952, tarif harian pasar di Kota
Besar Surabaya dibebankan untuk
pekerjaan yang dilakukan di dalam los
pasar dan di lapangan pasar. Adapun tarif
untuk pekerjaan yang dilakukan di los
pasar adalah sebesar Rp 0,75 setiap meter
dan untuk pekerjaan di luar pasar
dikenakan biaya sebesar Rp 0,50 per
meternya. Tarif diberlakukan pula untuk
tempat hidangan di dalam pasar sebesar
Rp 1,50 per meter, tempat hidangan di
lapangan pasar sebesar Rp 0,75 per meter
dan perumahan pasar sebesar Rp 1,--
setiap meternya. Selain itu tempat
pemberhentian penumpang juga dikenai
tarif sesuai dengan jenis kendaraan yang
digunakan (AKS, Box 1, No 02, 1952).Adapun untuk menghindari
adanya praktek pemungutan uang retribusi
liar, Pemerintah Kotamadya Surabaya
telah mengeluarkan Surat Keputusan No.
58/K (AKS, Box 18, No 846, 1968 yang)
dengan jelas melarang adanya penarikan
atau pemungutan dana lain selain yang
diberlakukan seccara sah berdasarkan
peraturan pasar yang berlaku. Surat
Keputusan tersebut ditetapkan pada
tanggal 07 Februari 1968 di Surabaya.
125
Pelanggaran di Pasar Pabean
K a s u s - k a s u s p e n i p u a n ,
penggelapan uang, perampokan,
penganiayaan dan pembunuhan sering
terjadi di Pasar Pabean. Seperti halnya
kasus penipuan yang dilakukan oleh Loc
Giok Tjwie Nio terhadap salah satu
pedagang yang memperkerjakannya di
Pasar Pabean pada tahun 1927. Loc
membawa pergi kalung senilai 20.000f
dengan modus meminjam kalung untuk
pernikahan putrinya dan akan segera
kembali jika pernikahan telah usai digelar.
Namun hampir dua puluh hari berlalu,
kalung yang dipinjam belum juga
dikembalikan (Het Nieuws Van Den Dag,
6 Januari 1927).Pada awal bulan September 1938
( , 1 SeptemberHet Nieuws Van Den Dag
1938) juga te rca ta t sa tu kasus
pembunuhan di dalam Pasar Pabean yang
melibatkan komandan pos polisi dengan
beberapa orang Madura. Kronologi
kejadian berawal dari adanya laporan pada
pukul 19.30 yang mengabarkan jika di
Pasar Pabean Tengah telah berkumpul
beberapa orang Madura untuk melakukan
pesta minuman keras. Komandan pos
pilisi yang bernama Saliwon berangkat ke
sana untuk mengamankan orang-orang
tersebut. Setelah tiba di sana, orang-orang
Madura tersebut segera diamankan dan
digeledah kemungkinan jika membawa
senjata tajam. Setelah mengamankan
beberapa orang, tiba-tiba dia ditikam dari
belakang tepat di ulu hati dan akhirnya
jatuh tersungkur di lokasi kejadian.
Tersangka pembunuhan adalah dua
bersaudara yaitu Endoeng dan Endang
yang berasal dari Bangkalan Madura.
Setelah sadar dari pengaruh minuman
keras, keduanya telah mengaku jika
membunuh korban . Pemakaman
Komandan pos polisi tersebut dihadiri
oleh beberapa orang penting diantaranya
adalah Kepala Kantor Polisi Bagian ke-4,
seluruh personil layanan kriminal dan ada
pula beberapa priyayi yang datang ketika
itu.Kasus lain yang mengandung
unsur politik juga sempat mewabah di
Pasar Pabean. Ketika Surabaya sedang
g e n c a r n y a m e n y u a r a k a n u n t u k
pengembalian Irian Barat ke wilayah
Indonesia, Pasar Pabean menjadi salah
satu tempat yang tepat untuk memasang
spanduk maupun penyebaran pamflet-
pamflet yang berisi ajakan untuk melawan
p e m e r i n t a h d a n m e n g o b a r k a n
nasionalisme. Banyak pamflet dan
spanduk yang disita oleh polisi yang
melakukan operasi di seluruh kota
Surabaya. Penyitaan tersebut dilakukan
polisi untuk menetralisir tempat-tempat
umum yang tidak diperbolehkan untuk
dijadikan tempat orasi maupun menyebar
pamflet. Selain di Pasar Pabean, polisi
juga menyita pamflet yang di sebar di
sekolah Al Irsyad ( , 8Nieuw Courant
Januari 1951).Pemungutan uang retribusi liar
juga sempat dilakukan oleh beberapa
pihak di lingkungan pasar. Pemungutan
tersebut kerap dikenal dengan istilah
“dana” yang dibebankan kepada penghuni
pasar. Adanya praktek penarikan uang
dana tersebut secara tidak langsung dapat
merendahkan martabat dan kewibawaan
aparatur Pemerintah Daerah yang
bertanggung jawab atas penarikan dana
retribusi tersebut (AKS, Box 18, No 846,
1970). Sedangkan menurut Surat
Keputusan yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Kotamadya Surabaya dengan
je l a s me la rang adanya prak tek
pemungutan liar selain yang dilakukan
oleh aparatur pemerintah.Penyalahgunaan fungsi stand juga
kerap dilakukan oleh para pedagang. Pada
tahun 1981, terdapat satu laporan terkait
penyalahgunaan stand yang diadukan oleh
Amen Hermanto. Amen mengadukan
pemilik stand nomor 69 di Pasar Pabean
yang digunakan sebagai oplosing terasi.
Bau terasi yang menyengat sangat
mengganggu aktivitas jual beli. Sehingga
VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 13, No.2 Desember 2018
126
penyalahgunaan stand tersebut dilaporkan
kepada Kepala Perusahaan Pasar agar
ditindaklanjuti dengan pencabutan izin
pemakaian stand atau pembayaran denda
(AKS, Box 18, No 853, 1981).
SIMPULAN
Aktivitas di jalur perdagangan
pada masa kolonial telah melahirkan
banyak pasar di Surabaya. Salah satu pasar
yang muncul akibat adanya aktivitas di
jalur perdagangan adalah Pasar Pabean.
Pasar yang terletak di sisi kiri Pelabuhan
Kalimas tersebut mulai ramai setelah
adanya aktivitas bongkar muatan di
pelabuhan. Akibat bongkar muatan
tersebut banyak pedagang yang datang
untuk berjualan di sekitar pelabuhan.
Berdasarkan Verslag van den Toestand der
Gemeente Soerabaja gedurende het jaar
1929 pendapatan Pasar Pabean cukup
stabil dan mengalami kenaikan pada tahun
1915 hingga tahun 1925. Selepas tahun
tersebut pendapatan sempat mengalami
penurunan yang tidak begitu banyak.
Meskipun mengalami penurunan, namun
jumlah pendapatan Pasar Pabean setiap
tahunnya tetap menduduki posisi pertama
dibandingkan dengan pasar-pasar lainnya
di Surabaya.Pasar Pabean mulai diupgrading
pada tahun 1930. Namun pembangunan
ulang pasar masih mengalami kendala
karena pada tahun tersebut telah muncul
pasar-pasar baru yang menyita perhatian
pemerintah. Desain interior maupun
eksterior pasar baru disampaikan oleh Van
Mierop pada tahun 1937. Pembangunan
Pasar Pabean berakhir pada tahun 1939
dimana pasar dibangun bertingkat dengan
kantor berada di atas pintu masuk dan
gudang berada di sebelahnya. Pasar
Pabean dikelola oleh dua pengelola yakni
gemeente Pasar BedrijftSurabaya dan .
Memasuki masa pendudukan Jepang
kondisi pasar mengalami kesulitan dalam
penyediaan bahan dagangan. Namun hal
tersebut tidak terlalu berpengaruh bagi
Pasar Pabean sebagai pasar induk yang
dapat menyuplai pasar-pasar kecil
lainnya. bertahan hinggaPasar Bedrijft
masa pendudukan Jepang berakhir. Ketika
Indonesia merdeka pengelolaan Pasar
Pabean dipegang oleh Perusahaan Pasar.Pasar Pabean sempat menjadi
tempat yang dikenal membahayakan
karena banyaknya pelanggaran yang
dilakukan oleh penduduk di sana. Saat
malam hari , kasus pembunuhan,
pencurian, penganiayaan kerap terjadi di
sekitar Pasar Pabean. Hal tersebut
biasanya ditimbulkan akibat banyaknya
pedagang maupun penduduk sekitar
Pabean yang meminum minuman keras
dan berkumpul di salah satu sudut pasar.
Ketika ditertibkan bisanya mereka
m e l a w a n h i n g g a m e n y e r a n g
menggunakan senjata tajam. Pada bagian
akhir ini dapat kita tarik kesimpulan
bahwa keberadaan Pasar Pabean sangat
dibutuhkan bagi penduduk sekitar maupun
pasar-pasar kecil lainnya di Surabaya.
Pasar Pabean yang sudah dikenal sebagai
pasar induk sejak masa kolonial menjadi
pusat bagi pasar-pasar kecil diperkulakan
Surabaya. Selain itu aktivitas Pasar
Pabean tetap berjalan dan tidak terlalu
kesulitan dalam mendapatkan barang
dagangan meskipun terdapat banyak
permasalahan politik di Surabaya.
DAFTAR PUSTAKA
Arsip Kota Surabaya (disingkat AKS).
Box 1. No 02. 1952. Peraturan
P a s a r S u r a b a y a Te n t a n g
Penetapan Tarif Harian Pasar.
. Box 2. No. 61. Tahun 1974. Berkas
Keadaan dan Problema Pasar di
Surabaya
127
. Box. 3. No. 150.
Tahun 1953. Pembagian Daerah
Pasar Menjadi 6 Seksi.
. Box 3. No. 109.
Tahun 1970. Upgrading Pasar
yang Mempunyai Income Besar
. Box 5. No. 246. Tahun 1970. Pedagang
Yang Berdomisili di dalam Pasar
Wajib Memiliki Kartu Tanda
Penduduk.
. Box 18. No. 840.
Tahun 1965. Pembangunan Pasar
Pabean
. Box 18. No 846. Tahun 1968. Salinan
Surat Keputusan Walikota Kepala
Daerah Kotamadya Surabaya.
. Box 18. No 846. 1970. Laporan Hasil
Pemeriksaan Pasar Pabean.
. Box 18. No 853. 1981. Penertiban Stand
Sebagai Oplosing Terasi.
Lembaran Kota. Box 35. No 1289. 1953.
Besar Surabaya No 106/1953
De Indische Courant, 14 Desember 1937,
04 Maret 1938.
De Vrije Pers, 30 Januari 1952.
Dick, Howard, 2002, Surabaya City Of
Work : A Socioeconomic History
1900-2000, Ohio : Ohio University
Press.
Dukut Imam Widodo, 2002, Soerabaja
Tempo Doeloe I, Surabaya : Dinas
Pariwisata Surabaya.
Faber, G.H. Von, 1934, Nieuw Soerabaia :
De Geschiedenis Van Indie's
Voornaamste Koopstad In De
Eerste Kwarteeuw Sedert Hare
Instelling 1906-1931, Surabaya :
Gemeente Soerabaia
Het Nieuws Van Den Dag, 6 Januari 1927,
1 September 1938.
Kan Po, 25Agustus 1942, 9 Maret 1943.
Nasution, 2006, Ekonomi Surabaya Pada
Masa Kolonial 1830-1930 ,
Surabaya : Pustaka Intelektual.
Nieuw Courant, 8 Januari 1951
Paul A. Samuelson, Nordhaus D. William,
1993, Mikro-Ekonomi (Edisi
Keempatbelas) , Surabaya :
Penerbit Erlangga.
Putri Agus Wijayanti, 2008, Eksistensi
Pasar-Pasar Tradisional di
Surabaya Era Kolonial, Surabaya :
Unesa University Press.
Soerabaiasch Handelsblad, 17 Juli 1939,
1 Desember 1938, 15 Desember
1939, 26 Januari 1940
Suryanegara, Ahmad Mansur, 2016, Api
S e j a r a h I I : M a h a k a r y a
Perjuangan Ulama dan Santri
Dalam Menegakkan Negara
VERLEDEN : Jurnal Kesejarahan, Vol. 13, No.2 Desember 2018
128
Kesatuan Republik Indonesia,
Bandung : Surya Dinasti
Titi Surti Nastiti, 2003, Pasar di Jawa
Masa Mataram Kuna Abad VIII-XI
Masehi, Bandung : PT. Kiblat
Buku Utama.
Verlag van den Toestand der Gementee
Soerabaia Gedurende Het Jaar
1929
William. H. Frederick, 1989, Pandangan
dan Gejolak : Masyarakat Kota
dan Lahirnya Revolusi Indonesia
(Surabaya 1926-1946), Jakarta :
Gramedia.