USAHA-USAHA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM ...
Transcript of USAHA-USAHA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM ...
Vol. II No. 03 Pebruari 2019
301
USAHA-USAHA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
DALAM MENGEMBANGKAN KESADARAN SISWA UNTUK
BERBUSANA MUSLIMAH
Yusup Ridwan
Program Studi Pendidikan Agama Islam STAI Yamisa Soreang
ABSTRACT
This research is to identify the efforts of Islamic Religious Education Teachers in
Developing Student Awareness for Muslim dress. Expressing descriptive research
methodology or method. Descriptive is focused on solving problems that exist in the
present, descriptive methods are more general terms that include technical descriptive
"The author proposes this method, because the problem being studied is a problem that
occurs in the present. Collection of data through: observation; questionnaire; Interview;
and survey book. The results of the study show that: the efforts of PAI teachers, in
developing student awareness in Muslim dress, are quite good. This can be seen from
the reality of students' awareness in dressing Muslim women in Madrasah
Tsanawiyah in Garut quite enthusiastically, it was proven that the results of the
analysis obtained chi square results of 16.64. if compared with chi squared count and
chi squared table then the result is 3.8. thus it can be said that variable X has an effect
on variable Y. or in other words it can be said that in education subjects Islamic
teachings in Madrsahah Tsanawiyah in Garut have a significant influence for those
who wear Muslim clothing. While the configuration coefficient produced from the
calculation is 0.54. if this calculation is correlated, then 0.54 indicates a significant
realization or role.
Keywords: Education, Muslim Clothing, Teachers, Behavior.
PENDAHULUAN
Pendidikan agama islam tidak hanaya berusaha untuk mencerdaskan
anak didik terhadap pengetahuan keagamaan semata-mata, menjadi taat dan
patuh di dalam menjalankan agama islam. Karena pendidikan agama islam
mempunyai perasaan yang sangat tinggi di dalam menanamkan nilai-nilai
ajaran agama islam di kalangan anak didik dan kalangan masyarakat
umumnya. Menurut M Ngalim Purwanto ( 2001 : 11 ) bahwa pendidikan juga
dapat dikatakan sebagai suatu usaha orag dwasa dalam pergaulannya dengan
anak-anak memimpin perkembanagan jasmani dan rohani kea rah
kedewasaan.
Uraian diatas sesuai dengan tujuan umum dari pendidikan Nasional
(UUSPN No 2 Tahun 2004 )sebagai berikut : Pendidikan nasional bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
Vol. II No. 03, Pebruari 2019
302
yaitu manusia beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur
memiliki pegetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap serta mandiri, dan rasa tanggung jawab kemasyarakatan.
Konsep iman dan taqwa sebagaimana yang tertuangg di dalam tujuan
umum pendidikan nasional tersebut haruslah dapat direalisasikan dalam
prilaku sehari-hari, sehingga dengan demikian akan tercipta manusia
Indonesia yang seimbang antara lahir dan bathin, memahami ajaran dan taat
dalam menjalankan agamanya.
Al-Quran merupakan pedoman hiduo umat islam, yang salah satu
ajarannya megandung prinsip-prinsip umum tentang pendidikan islam, baik
tentang pendidikan akhlaq, aqidah, muamalah, atau yang lainnya. Salah satu
prinsip umum pendidikan islam berkaitan dengan tata cara sopan santun
kewanitaan adalah kewajiban manutup aurat mereka. Kewajiban menutup
seluruh tubuh dengan menggunakan busana muslimah yang sesuai dengan
keterangan yang ada dalam Al-Quran (33:59) berbunyi “
Artinya: Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-
anakperempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah
merekamengulurkan jilbabnya [1233] ke seluruh tubuh mereka".
Yangdemikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena
itumereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
MahaPenyayang. Jilbab ialah sejenis baju kurung yang lapang yang dapat
menutup kepala, muka dan dada.
Ayat diata mewajibkan kepada seluruh kaum waita muslimah untuk
mengenakan busana muslimah dan menutupi seluruh tubuh mereka yang
dianggap aurat. Tetapi karena secara lahiriah setiap orang mempunyai
pengetahuan dan pemahaman agama yang berbeda-beda, ada yang sudah
berbusana muslimah dalam kehidupan sehari-hari, tetapi banyak pula yang
berbusana muslimah jika hendak ke pengajian.
Adapun salah satu bentuk usaha guru untuk menanamkan kesadaran
siswa dalam berbusana muslimah adalah sebagai berikut : (1) Guru-guru
wanita memberikan contoh dengan selalu memakai busana muslimah dalam
setiap pertemuan belajar mengajar. (2) Guru bidang studi yang berbasis agama
islam selalu menjelaskan dan menerangkan tentang pentingnya wanita untuk
berbusana muslimah. (3) Memberikan penekanan terhadap siswa dengan
menghimbau mreka untuk berbusana muslimah dalam setiap kesempatan
bukan hanya di sekolah saja. (4) Siswa dibina dan diarahkan secara terus
menerus agar kesadaran dalam memakai busana muslimah menjadi
kepribadian yang menjiwai seetiap langkah-langkahnya.
Usaha guru diatas merupakan manifestasi rasa tanggung jawab mereka
terhadap ajaran agama islam. Jika tidak dimulai dari sejak dini ntuk
mengembangkan kesadaran siswa-siswinya agar senantiasa memakai busana
Vol. II No. 03 Pebruari 2019
303
muslimah, maka dikhawatirkan dikemudian hari akan timbul suatu asumsi dri
generasi islam yang akan datang bahwa berbusana muslimah itu tidak wajib
hukumnya. Apabila keadaan demikian terus dibiarkan oleh guru, maka secara
periodic akan defensial konsep ajaran islam kearah yang lebih memburuk lagi
yaitu ajaran islam yang lainnya akan termarginalisasi oleh ajaran-ajaran sesat
yang datang dari luar islam.
Sehubungan denagn keterbatasan yang dialami penulis dalam hal
waktu dan dana, maka dalam penelitian ini akan difokuskan terhadap kajian
tentang usaha guru agama dalam mengembangan kesadaran siswa berbusana
muslimah dengan rumusan “Usaha-usaha apa saja yang dilakukan oleh guru
pendidikan agama islam di Madrasah Tsanawiyah untuk mngembangkan
kesadaran siswa berbusana muslimah“
Dalam rangka mencari solusu agar para wanita merasa aman dan
terlindungi dari yang dibenci terhadap orang yang memakai jilbab dengan
berbagai tekanan baik dari teman, saudara, lingkungan keluarga atau karena
malu dan takut untuk tampil di keramaian maka penulis berasumsi dan
menetapkan dasar-dasar yang tersirat dalam Al-Quran dan Al-Hadist yang
berhubungan dengan juklak dalam mengembangkan siswa untuk berbusana
muslimah.
Islam dalam rangka memebentuk manusia yang berakhlaq mulia salah
satu diantaranya adalah dilarang bertelanjang dan menentukan batas aurat
bagi laki-laki dan wanita, yang dalam istilah syari’att aurat adalah sebagaian
anggota tubuh yang wajjib ditutup. Ada batas aurat wanita lebih luas
ketimbang aurat laki-laki, sebagaimana diterangkan dalam Al_quran surat An-
Nur ayat 31 yaitu :
Artinya:. “..Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahanpandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkanperhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.
Danhendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan
janganlahmenampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau
ayahmereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka,
atauputera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki
mereka,atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-
puterasaudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-
budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang
tidakmempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belummengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkankakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Danbertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang
yangberiman supaya kamu beruntung”.
Vol. II No. 03, Pebruari 2019
304
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa seluruh tubuh wanita merupakan
aurat yang ahrus ditutup kecuali kepada muhrimnya. Untuk melaksanakn hal
tersebut dirasakan berat kecuali abgi mereka yang emmpunyai iman yang
kokoh, iman yang tidak dapat digoyahkan karena gelombang fitnah dan
ancaman goncangan jaman. Selain dari Al-Quran surat An-Nur ayat 31, Alloh
berfirman pula dalam surat Al-A’raf ayat 26 yaitu:
Artinya:. “.. Hai anak Adam [530], sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamupakaian untuk menutup 'auratmu dan pakaian indah
untuk perhiasan. Danpakaian takwa [531] itulah yang paling baik. Yang
demikian itu adalahsebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-
mudahan merekaselalu ingat. [530] Maksudnya ialah: umat manusia[531]
Maksudnya ialah: selalu bertakwa kepada Allah.
KAJIAN PUSTAKA
Konsep Tentang Guru Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian usaha-usaha Guru Pendidikan Agama Islam
Usaha dalam bahasa inggris disebut dengan istilah exertion atau work
yang artinya segenap kemampuan yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Sedangkan yang dimaksud dengan usaha yang diungkapkan
oleh W.J.S. Poerwadarminta ( 2001, 1136 – 335 ) dan oleh Nasikun ( 1984 : 3 )
adalah kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran, atau badan untuk
mencapai sesuatu maksud, pekerjaaan yang dilaksanakan oleh orang untuk
melakukan aktivitas.
Adapun yang dimaksud dengan guru menurut Muhibbin Syah ( 2000 :
223 ) adalah sebagai berikut : “ Dalam kamus besar bahasa Indonesia edisi
kedua 1991, guru diartikan sebagai orang yang pekerjaannya ( mata
pencahariannya ) mengajar. Tetapi arti guru tersebut dapat disederhanakan
menjadi? Kata guru dalam bahasa arab disebut dengan Muallim dan dalam
bahasa inggris Teacher yang kedua kata tersebut memiliki arti yang sederhana,
yakni Person Whose Occupation Is Teaching Other ( Mc leod, 2002 ). Artinya guru
adalah seorang yang pekerjaaanya mengajar orang lain.
Pengertian-pengertian seperti itu masih bersifat umum dan oleh
karenanya dapat mengundang beberapa interpretasi dan bahkan juga konotasi
( arti lain ). Pertama kata seseorang ( a person ) bisa mengacu kepada siapa saja
asal pekerjaan sehari-harinya ( Profesinya ) pengajar. Dalam hal ini, berarti
bukan hanya dia yang dalam sehari-harinya mengajar disekolah yang dapat
disebut guru, melainkan juga “Dia-dia” lainnya yang berposisi dipesanteren,
instruktur dibalai pendidikan dan pelatihan, dan bahkan juga sebagai guru
silat disuatu padepokan.
Vol. II No. 03 Pebruari 2019
305
Istilah pendidikan sebenarnya berasal dari bahasa yunani, yaitu
paedagogie yang artinya pergaulan dengan anak-anak. Dari kata paedagogie
kemudian muncul istilah paedagagos yang artinya adalah seorang pelayan atau
bujang pada jaman yunani kuno, yang pekerjaannya adalah mengajar,
mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Perkataan
paedagogies semula mengandung pengertian rendah, sekarang berubah menjadi
pekerjaan yang mulia, yaitu pendidikan ( M. Ngalim Purwanto ).
Pengertian itu sendiri adalah sebagai usaha orang dewasa dalam
pergaulannya dengan anak-anak untuk membimbing perkembangan jasmani
dan rohani kearah kekedewasaan. Selanjutnya Ahmad D Murimba ( 2003 : 19 )
menjelaskan bahwa “pendidikan adalah membimbing atau memimpin secara
sadar yang dilakukan oleh pendidik pada perkembangan jasmani dan rohani
anak didik menuju kepada terbentuknya kepribadian yang sempurna dan
kepribadian yang utama”.
Pengertian pendidikan tersebut masih dalam arti yang sangat sempit,
karena hanya menjelaskan hubungan dua arah antara si pendidik dengan anak
didik yang dibimbingnya, didalam kenyataan bisa terjadi dalam
pengembangan kepribadiannya, anak didik dipengaruhi oeh lingkungan
pergaulannya, kebudayaan serta potensi yang terdapat didalam dirinya
sendiri. Oleh karena itu perlu diperluas dan diperjelas kedalam pengertian
yang lebih luas.
Pengertian pendidikan dalam arti luas adalah sebagai mana yang
dikemukakan oleh Ahmad Tafsir (2000 :10 ) yang mengatakan bahwa
“Ensiklopedi pendidikan adalah pengembangan pribadi anak dalam segala
aspek,baik pengembangan itu oleh lingkungan, oleh dirinya sendiri maupun
oleh orang lain dalam hal ini guru yang meliputi seluruh aspek jasmani, akal,
dan hati.
Syahminan jaini ( 2003 : 12 ) mengatakan apa yang dimaksud dengan
pendidikan agama islam adaah merupakan usaha pengembangan fitrah
manusia didalam hidupnya degan ajaran islam agar terwujudnya kehidupan
yang makmur dan bahagia. Dengan kata lain dapat dikatakan yang dimaksud
dengan pendidikan agama islam itu adalah merupakan bimbingan yang
diberikan oleh seorang pendidik muslim agar menjadi anak didik muslim yang
sejati.
Munculnya istilah wanita muslimah berhubung dengan adanya
kewajiban muslimah menutupi auratnya dihadapan laki-laki yang bukan
muhrimnya, untuk menjaga hal-hal yang tidak diharapkan. Untuk
menghindari kesalah pahaman dalam pengertian jenis-jenis istilah tersebut
akan penulis jelaskan satu persatu. Istilah hijab diambil dari Al-Qur’an ( Depag
RI QS 38 :32 ) sebagai berikut : Arti dari kata hijab diatas mempunyai
pengertian sebagai penutup, karena mengacu kepada penutup yang biasa
Vol. II No. 03, Pebruari 2019
306
dipakai oleh wanita muslimah. Istilah hijab disini berkaitan erat dengan
adanya kewajiban kepada setiap wanita untuk menutup aurat atau sebluruh
anggota tubuh yang dilarang untuk tidak memamerkannya dihadapan laki-
laki yang bukan muhrimnya ketika berada didalam rumah maupun diluar
rumah ( Murthada Muthahari, 11-12 ).
Dengan demikian kewajiban menutup aurat bukan diistilahkan dengan
memakai kerudung saja, tetapi memakai kain penutup yang tidak tembus
pandang . sehingga apapun modelnya atau bagaimanapun trendnya asal dapat
menutup aurat itu semua diperbolehkan oleh ajaran agama islam yang
menjunjung tinggi harkat martabat wanita.
Kewajiban menutup seluruh tubuh wanita dalam arti jilbab disini,
berkaitan dengan batas-batas aurat, wanita yang dilarang memamerkannya,
tetapi mereka berbeda dalam hal muka dan pergelangan tangan sebab ada
sebagian diantara mereka menyatakan bahwa muka dan pergelangan tangan
juga merupakan aurat yang harus ditutupi.
Pendapat mengenai muka dan pergelangan tangan pun termasuk aurat
wanita wajib ditutupi adalah muncul dari kalangan yang dalam hal ini
menggunakan isitilah didalam mengartikan hijab itu sendiri, dimana dilihat
dari arti hijab itu sendiri mengandung pengertian suatu alat atau pakaian yang
dapat menutup seluruh tubuh, muka dan pergelangan tangan.
Bukti sejarah menunjukan pendapat mereka bahwa kaum wanita
muslimah pada awal sejarah islam tetap menutup wajah dan kedua
pergelangan tangan. Dikalangan bangsa arab jahiliyah tidak mengenakan
kerudung sehngga wajah mereka jelas kelihatan dan hal tersebut berlangsung
sampai kedatangan islam ketika pertama kalinya terhadap kehidupan mereka.
Akan tetapi bangsa yang membiasakan didalam kehidupan memakai
kerudung adalah bangsa Persia dan yahudi. Mereka mewajibkan kepada kaum
wanitanya agar menutupi wajah dan kedua pergelangan tangannya. Kemudian
setelah memeluk agama islam kebiasaan-kebiasaan tersebut tetap mereka
pertahankan secara ketat.
Uraian diatas menunjukan bahwa istilah hijab identik dengan istilah
wanita muslimah berpakaian lebar yang dapat menutupi seluruh tubuh
mereka termasuk muka dan dua pergelangan tangan, dengan tujuan agar bisa
memisahkan diri dari pergaulan dengan laki-laki.
Sedangkan istilah busana muslimah diambil dari Al-Qur’an dan dalam
surat Al-Ahzab ayat 59 yang berbunyi :
Artinya:”....Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-
anakperempuanmu dan isteri-isteri orang mu'min: "Hendaklah
merekamengulurkan jilbabnya [1233] ke seluruh tubuh mereka".
Yangdemikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena
Vol. II No. 03 Pebruari 2019
307
itumereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi
MahaPenyayang.
Istilah jilbab ditulis dalam bentuk istilah jamak “ jalbib “. dari ayat
diatas mengandung arti bahwa busana muslimah mengandung pengertian
sebagai pakaian kurung yang lapang dan dapat menutupi kepala, muka , dada
kaum muslimah di dalam berbusana.
Menurut Ahmad Mustafa Al-Maraghi, dalam tafsirnya mengatakan
bahwa busana mulimah adalah sejenis baju kurung yang menutupi seluruh
tubuh wanita lebih dari pada sekedar baju biasa dan kerudung ( Anwar
Rosyidi, 2001 : 59 )
Sedangkan pengertian busana muslimah menurut pendapat
Istadiyanata ( 2003, 15 ) adalah “ Pakaian wanita yang dapat menutupi seluruh
tubuh wanita kecuali muka dan telapak tangan. Jenis dan modelnya dibuat
sedemikian rupa sehingga tak menampakan bentuk dan lekuk tubuh wanita
yang dapat menimbulkan rangsangan bagi laki-laki “. Definisi busana
muslimah tersebut berbeda dengan definisi jilbab, karena menutupi bagian
muka serta dua telapak tangan dalam pengeertian busana muslimah adalah
tidak ditutupi. Mereka berpendapat bahwa kewajiban menutupi dan
menghalangi bagian muka dan dua telapak tangan itu tidak dibarengi dengan
kewajiban menutupi muka dan dua telapak tangan sebagaimana dikemukakan
oleh Husein Shahab ( 2002 : 72 ). Ia bersandar pada sabda Rosululloh SAW
yang melarang kaum wanita untuk menutupi muka dan pergelanagn
tangannya ketika ihram. ( HR Imam malik, Abu Daud, Tarmidzi ) lalu pada
suatu kesempatan Imam Muhammad Al- Baqir melihat ada seorang wanita
yang tengah ihram tertutup oleh bajunya akibat hembusan angin, serta merta
beliau membuka wajah si wanita itu dengan kayu yang ada ditangannya. Pada
suatu waktu ada seorang wanita yang sedang berikhram dan mengenakan
cadar seraya Imam Al- Baqir menyuruhnya untuk segera menanggalkannya
sambil mengatakan bahwa jika ia tidak menanggalkannya matahari tidak akan
mengubah kulitnya.
Istilah ketiga adalah wanita berkerudung. Hal iini didasarkan pada
surat An-nur ayat 31 yang berbunyi sebagai berikut :
Artinya:”....Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah
mereka menahanpandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkanperhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.
Danhendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan
janganlahmenampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau
ayahmereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka,
atauputera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki
mereka,atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-
puterasaudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-
Vol. II No. 03, Pebruari 2019
308
budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang
tidakmempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang
belummengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkankakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Danbertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang
yangberiman supaya kamu beruntung”.
2. Tujuan Usaha Guru
Kesadaran siswa dalam berbusana muslimah merupakan salah satu
tujuan pengembanagan aspek afektif siswa dalam suatu realita praktek.
Sedangkan pegembangan aspek kognitif dan psikomotor siswa sudah
ditanamkan dan diberikan dalam bentuk materi dan konsep ilmu pendidikan
di sekolah. Untuk memperkuat konsep diatas Muhibbin Syah ( 2000, 12 )
mengatakan bahwa tingkah laku afektif adalah tigkah laku yang menyangkut
keanekaragaman seperti : takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci,
was-was dan sebagainya. Tingkah laku seperti itu tidak terlepas dari pengaruh
pengamalan belajar. Oleh karena itu ia juga dapat dianggap perwujudan
prilaku belajar. Seorang siswa misalnya dapat dianggap sukses secara afektif
dalam belajar agama apabila ia telah menyenangi dan menyadari dengan
ikhlas kebenaran ajaran agama islam yang ia pelajari, contohnya kesadaran
dalam berbusana muslimah. Lalu menjadikannya sebagai “ sistem nilai diri “.
Kemudian pada gilirannya ia menjadikannya sistem nilai ini sebagai penuntun
hidup dan menjadi kebiasaan yang mengakar dalam kepribadian. Usaha guru
dalam mengembangkan kesadaran siswa berbusana muslimah harus
senantiasa seimbang dan selaras dengan tujuan pendidikan agama islam. Ini
dikarenakan untuk memperoleh keberhasilan pendidikan agama islam salah
satunya tuntunan yang sangat penting adalah kemampuan dan keterampilan
guru di dalam mentransformasikan nilai-nilai agama islam serta penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari melalui pelaksanaan dan pendidikan sebagai
tugas utama diantaranya mengembangkan kesadaran siswa untuk berbusana
muslimah karena berbusana menyangkut akhlaq.
Adapun tujuan usaha guru dalam mengembangkan kesadaran siswa
untuk berbusana muslimah adalah sebagai berikut : (1) Untuk menanamkan
nilai-nilai ajaran islam terhadap siswa terutama menegenai kesadaran dalam
berbusana muslimah. (2) Untuk memanifestasikan aspek kognitif siswa dalam
relita asek efektif terutama mengenai kesadarannya untuk selalu berbusana
muslimah. (3) Untuk melatih siswa dalam hal belajar kebiasaan yang
merupakan proses pembentukan kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan
yang telah ada. (4) Menjadikan kepribadian siswa yang agamis, taat, tunduk
dan patuh terhadap ajaran agamanya. (5) Memprioritaskan belajar sikap dalam
Vol. II No. 03 Pebruari 2019
309
praktek sehari-hari terutama dalam mengembangkan kesadaran siswa dalam
berbusana muslimah.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Usaha Guru
Prestasi belajar berhubungan dengan pengalaman belajar yang
menimbulkan tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku sebagai hasil
belajar, mencakup aspek yang terdapat pada diri individu yang belajar. Jadi
pada prinsipnya prestasi belajar merupakan wujud dari hasil belajar. Oleh
sebab itu faktor yang mempengaruhi terhadap pretasi belajar.
Faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar di kelompokan
menjadi dua, yaitu faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor internal) dan
faktor yang terdapat diluar diri siswa (faktor eksternak). Dalam hubungan
dengan hal tersebut M Suryono (Ridwan, 2001 : 21 ) mengatakan bahwa: (1)
Faktor siswa yang meliputi: Kematangan mental dan kecepatan intelektual b.
Kondisi fisik dan kecepatan psikomotor. Karakteristik efektif . Pengaruh
kondisi rumah dan situasi sosial , dan Usia dan jenis kelamin; (2) Faktor guru .
pengajar yang meliputi: Karakteristik intelektuall; Kecakapan psikomotor;
Karakteristik efektif; Umur; Jenis Kelamin, dan Kelas sosial; (3) Faktor interaksi
pelajar dan pengajar yang meliputi: Proses belajar; Metode mengajar; dan
Interaksi pelajar dan pengajar; (4) Faktor kelompok yang meliputi: Jumlah
kelompok; Struktur kelompok; Sikap kelompok; dan Kepemimpinan
kelompok; (5) Faktor fasilitas fisik baik rumah maupun sekolah meliputi:
Perlengkapan untuk belajar; Ruangan untuk belajar; (6) Faktor lingkungan luar
yang meliputi: Kondisi keluarga; Keadaan masyarakat; Situasi cultural;
Keadaan sekolah secara keseluruhan; Sistem pendidikan; Organisasi dan
administrasi sekolah;
Kegiatan belajar di sekolah merupakan kegiatan yang sangat kompleks,
berbbagai faktor mempengaruhinya dan berbagai cara yang dtempuh untuk
mencapai prestasi belajar yang baik. Akan tetapi usaha untuk mencapai
prestasi itu tidaklah mudah, karena bukan hanya sekedar ditunjang oleh
intelegensi yang tinggi saja. Akan tetapi banyak faktor yang
mempengaruhinya. Sebagaimana Muhammad Ali (Ridwan,2000:22)
mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar
adalah: (1) Kesiapan (readiness) yaitu kapasitas baik fisik maupun mental
untuk melakuakan sessuatu. (2) Motivasi adalah dorongan dari dalam diri
sendiri; (3) Tujuan yang ingin dicapai.
Untuk mengetahui wujud dari prestasi belajaar siswa yang merupakan
hasil belajar dengan cara mengevaluasi ataau menilai. Karena evaluasi
menurut Nana Sujana (2002:111) mengatakan bahwa untuk dapat menentukan
tercapai tidaknya tujuan pendidikan dan pengajaran perlu dilakaukan usaha
Vol. II No. 03, Pebruari 2019
310
atau tindakan. Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan
pertimbangan atau harga berdasarkan criteria tertentu. Proses belajar dan
mengajar yang bertujuan dengan rumusan tingkah laku yang diharapkan
dimiliki siswa setelah menyelesaikan belajarnya.
3. Kesadaran Siswa Untuk Berbusana Muslimah
Untuk mengetahui tentang kesadaran siswa berbusana muslimah kita
dapat membagi kalimat tersebut kedalam beberapa kata yaitu: (1) Keadaan;
Manusia merupakan mahluk homodivinas yang mempumyai potensi untuk
bertuhan, potensi tersebut bersifat fitriyah, sehingga secara naluri illahiyah
manusia mempunyai suatu kesadaran dibawah sadar bahwa ada suatu
kekuatan yang maha dahsyat diluar kekuatan manusia. Sehingga definisi
kesadaran adalah keadaan hati, pikiran dan akal ynag bersatu untuk selalu
ingat dan mengejawantahkan dalam praktek hidup sehari-hari tentang suatu
nilai yang sudah kental dengan jiwanya. (2) Siswa Kata siswa bersinonim
dengan kata thalib atau muta’allim dalam bahasa arab yang mempunyai
pengertian orang yang mencari ilmu pengetahuan (Ahmad Warsono Munawir,
2001:115). Istilah siswa memang banyak kata sinonimnya yang diantaranya
murid, anak didik, peserta didik, orang yang belajar, orang yang sedang
mencari ilmu dan sebagainya. Sehingga apabila kita asumsikan kedalam suatu
definisi tentang siswa adalah sebagai berikut : Siswa adalah orang yang sedang
belajar mengetahui sesuatu; Siswa adalah orang yang sedang menuntut ilmu
pengetahuan; Siswa adalah seseorang yang sedang ingin mengetahui sesuatu
ilmu sedalam-dalamnya atau hanya sekedar untuk mengetahuinya saja.
METODE PENELITIAN
Penelitian mengemukakan metodologi atau metode penelitian
deskriptif. Winarno Surakhmad (1978:131) mengatakan bahwa: “Penyelidikan
deskriptif tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang,
metode deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup teknis
deskriptif” Penulis mengemukakan metode ini, sebab masalah yang diteliti
adalah masalah yang terjadi pada masa sekarang ini. Adapun teknik penelitian
yang digunakan adalah pengumpulan data, antara lain: (1) Teknik Observasi;
(2) Teknik Angket; (3) Wawancara; (4) Book Survei
Untuk memperoleh data dari objek penelitian maka diperoleh suatu
tahap-tahap penelitian yang sistematis. Adapun tahap penelitian yang penulis
lakukan adalah sebagai berikut: Menentukan Populasi dan Sampel; Menurut
Safari Imam Asy’ari dalam bukunya menyatakan bahwa: Populasi adalah
keseluruhan objek penelitian, mungkin berupa manusia, gejala-gejala benda-
benda, pola sikap, tingkah laku yang sebagainya yang menjadi objek penelitian
( 2000 : 69 )
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah para siswa
putrid di Madrasah Tsanawiyah di Garut sebanyak 38 orang dan selanjutnya
Vol. II No. 03 Pebruari 2019
311
akan dijadikan sampel penelitian sehingga sampel penelitiannya bersifat
sampel total kaena kurangdari 100 orang. Sebagaimana Suharsimi Arikunto (
2002 : 107 ) menyatakan bahwa untuk sekedar ancer-ancere subjeknya kurang
dari 100, lebh baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjeknya besar maka dapat
diambil antara 10-15 % atau 20-25 % atau lebih.
Sebagaimana telah dikemukakan dimuka bahwa penelitian ini adalah
untuk mendapatkan suatu gambaran yang jelas terhadap usaha guru
pendidikan agama islam dalam mengembangkan kesadaran siswa untuk
berbusana muslimah, maka penulis berkesimpulan bahwa metode penelitian
yang dianggap paling cocok adalah metode deskriptif, hal ini sesuai dengan
pendapat Winarno Surahmad ( 2001 : 139 ) menyatakan bahwa “ metode
deskriptif adalah suatu penyelidikan yang bertujuan menggambarkan keadaan
diri seseorang, keluarga atau masyarakat tertentu pada saat sekarang
berdasarkan faktor-faktor yang tampak saja di dalam situasi yang diselidiki”.
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan penulis adalahsebagai
berikut : Observasi; Angket; Wawancara, dan studi literaturr dan dokumentasi
Prosedur Pengumpulan Data
Langkah persiapan, meliputi kegiatan : Menyusun angket : Lay Out,
pertanyaan-pertanyaan dan alternative jawaban. Mencoba angket yang telah
disusun kepada sepuluh orang sebelum disebarkan, dengan tujuan untuk
menyeleksi apakah angket tersebut dapat di jawab atau tidak oleh responden
atau kalau ada kendala dapat dilakukan perbaikan seperlunnya dan setelah
diperbaiki kemudian diperbanyak sesuai dengan jumlah respondenyang
diteliti. Menyebarkan angket, yaitu sebelum menyebarkan angket penulis
meminta izin dari yang berwajib yang afda di sekitar sekolah. Pengumpulan
angket, yaitu setelah angket diisi oleh responden kemudian dikumpulkan
untuk diolah. Menyeleksi angket yaitu angket yang terkumpul diseleksi untuk
mengetahui angket yang kosong atau tidak diisi, setelah beres semua angket
diolah sebagaimana mestinya.
Langkah Pelaksanaan Penelitian Berdasarkan arahan dari dosen
pembimbing dan persetujuan pihak yang berwenang maka pelaksanaan
penelitian dilaksanakan sebagai mana alokasi waktu yang telah ditentukan.
Prosedur Pengolahan Data
Agar dalam pengolahan data tidak mengalami hambatan dan berjalan
dengan lancer, maka perlu ditempuh langkah-langkah sebagai berikut: (1).
Editing Data; Setelah angket terkumpul maka diadakan penelitian atau
pengecekan data atau bahan-bahan yang masuk ( dikumpulkan ) . sedangkan
yang dicek adalah kebenarannya dan up to date atau tidaknya. (2). Klasifikasi
Data; Pada tahap ini penulis mengelompokan data agar memudahkan
pengolahannya dan menyimpulkan data berdasarkan perhitungan prosentase
Vol. II No. 03, Pebruari 2019
312
yang akan dijadikan pegangan. Biasanya pengolongan-penggolongan dalam
bentuk pola kedudukan, kualitas atau data juga untuk menimbulkan suatu
gerakan ( dinamik ) atau fenomena – fenomena. (3) Tabulasi Data; Data yang
telah dikelompokan itu kemudian dimasukan dalam tabel, agar dapat
diketahui frekuensi dari tiap-tiap alternative jawaban dari setiap perntanyaan
yang diajukan. (4) Analisis Data; Untuk menganalisa data yang diperoleh,
penulis menggunakan perhitungan statistic dengan rumus sebagai berikut:
Analisis Parsial;
Yang dimaksudkan dengan analisis parsial adalah salah satu teknik
pengalisisan terhadap masing-masing variabel, adapun teknisnya adalah
sebagai berikut:
1) Menghitung rata-rata dari masing-masing indicator dengan menggunakan
rumus “ tendensi Mean “ yaitu :
)(
)ln(
ondenJumlahrespN
ilaiJumlahtotaFM =
2) Menganalisa Variabel X denga menggunakan rumus analisis variansi
secara klasifikasi tunggal ( anava tungal )
Analisis Keterkaitan
Menurut pendapat Nur Syam ( 2002 : 118 ) untuk melakukan analisis
keterkaitan harus ditempuh langkah-langkah :
1) Pengujian Chi Kuadrat ( 2X ) dengan rumus
( )( )( )( )( )dbcadcba
bcadNX
++++
−=
2
2
2) Menurut Soemadi Soeryabrata ( 2003 : 423 ) mengenai pengujian koefisien
kontongensi hasil perhitungan statistic dengan criteria sebagai berikut :
- 0,00 - 0,24 = Pengaruh rendah sekali
- 0,20 - 0,40 = Pengaruh rendah tetapi ada
- 0,40 - 0,70 = Pengaruh sedang benar ada
- 0,70 - 0,90 = Pengaruh tinggi meyakinkan
- 0,90 - 1,0 = Pengaruh sangat tinggi
Analisis Emp[irik
1) Mencari mean masing-masing variabel dipergunakan rumus :
N
FXX =
X = mean
FX = Skor Total
N = Responden
Jumlah skor dari variabel ( X ) adalah 638
Vol. II No. 03 Pebruari 2019
313
7,16
38
638
=
=
=
X
X
N
FXX
Jumlah skor dari variabel ( Y ) adalah 559
76,15
38
559
=
=
=
X
X
N
FYX
2) Membuat tabel skor masing-masing responden dan kategorinya
Perhitungan Ghi KUadrat adalah sebagai berikut :
Mencari db dengan menggunakan rumus ( Sudjana, a989 : 273 )
Db = ( b – 1 ) ( k – 1 )
Db = ( 2 – 1 ) ( 2 – 1 )
Db = 1 x 1
Db = 1
Membandingkan 2X ’ ( Chi Kuadrat hitung ) dengan 2X ( Chi kuadrat
tabel ). Dengan db ( derajat kebesaran ) 5 % 2X = 16,612 dan 2X = 3,841
Dengan demikian 2X lebih besar dari 2X t. sehingga Ho ( hipotesis
nihil ) ditolak dan Hk ( hipotesis kerja ) dapat diterima. Hal ini berarti ada
pengaruh variabel X kepada variabel Y, atau dengan kata lain bahwa peranan
bidang studi pendidikan agama islam di madrasah Tsanawiyah di Garut
mempunyai suatu pengaruh yang cukup berarti terhadap siswa untuk
berbusana muslimah.
3) Memasukan koefisien KK ( koefisien Kontingen )
Rumus koefisien kontingensi ( KK ) digunakan untuk menganalisis
sampai sejauhmana atau seberapa besar pengaruh dari variabel X terhadap
variabel Y dan rumus KK adalah kelanjutan dari penggunaan ru,us Chi
kuadrat ( 2X ).
Rumus koefisien kontingensi adalah sebagai berikut :
302,0
462,54
642,16
2
2
=
==
+=
KK
KK
NX
XKK
KK = 0,54
Vol. II No. 03, Pebruari 2019
314
Jika angka hasil perhitungan KK ini dikorelasikan dengan koefisien
korelasinya, maka 0,54 ini menunjukan adanya korelasi yang cukup berarti.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat kriteria koefisien korelasi sebagai berikut :
Kurang dari 0,20 hubungan mudah sekali, lemah sekali.
0,20 - 0,40 hubungan mudah tetapi pasti
0,40 - 0,70 hubungan yang cukup berarti.
0,70 - 0,90 hubungan yang tinggi sekali.
Lebih dari 0,90 hubungan sangat tinggi sekali (Sudjana, 1989 : 275 )
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Dari hasil analisis tersebut, hal ini menggunakan analisa statistik
diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Diperoleh masing-masing variabel yaitu :
76,1538
599==X
2. Diperoleh Chi Kuadrat ( )2X sebesar 16,642, jika dibanding ( Chi Kuadrat )
dari ( Chi Kuadrat ), maka hasilnya adalah 3,8 ( 3,481 ). Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa variabel X dapat berpengaruh terhadap variabel Y,
atau dengan kata lain dapat dikatakan bahwa dari mata pelajaran
pendidikan agama islam di sekolah Madrasah Tsanawiyah Ar-Roja Desa
Mekarsari Kecamatan Cilawu Kabupaten Garut. Mempunyai suatu
pengaruh yang cukup berarti bagi siswa untuk berbusana muslimah.
3. Sedangkan koefisien kontingensi yang diperoleh dari hasil perhitungan ii
dikorelasikan, maka 0,54 meninjukan adanya realisasi atau peranan yang
cukup berarti.
Dilihat dari realitas kesadaran siswa dalam berbusana muslimah di
Madrasah Tsanawiyah di Garut cukup antusias. Sedangkan secara empirik
dapat di buktikan bahwa hasil analisa di peroleh hasil chi kuadrat sebesar
16,64. jika di bandingkan dengan chi kuadrat hitung dan chi kuadrat tabel
maka hasilnya ialah 3,8. dengan demikian dapat di katakana bahwa variabel X
berpengaruh terhadap variabel Y. atau dengan kata lain dapat di katakana
bahwa pada mata pelajaran pendidikan ajaran agama islam di Madrsahah
Tsanawiyah di Garut mempunyai pengaruh yang cukup berarti bagi yang
berbusana muslimah. Sedangkan koefisien konfigurasi yang di hasilkan dari
perhitungan adalah 0,54. apabila dari penghitungan ini di korelasikan,
maka0,54 menunjukan adanya realisasi atau peran yang cukup berarti.
KESIMPULAN
Setelah mengadakan penelitian, selanjutnya mengolah data yang
didapat dari pengumpulan data, maka dapat disampaikan kesimpulan sebagai
berikut:
Vol. II No. 03 Pebruari 2019
315
1. Pelaksanaan serta keberadaan pengajaran pendidikan agama islam di
Madrasah Tsanawiyah di Garut dapat dikatakan mempunyai peranan
yang cukup berarti terhadap pengembangan kesadaran siswa berbusana
muslimah hal ini dapat dibuktikan dari hasil penelitian yang dapat
dilakukan penulis dilokasi penelitian, yang ditemukan bahwa siswa yang
bebusana muslimah semakin bertambah jumlahnya dari hari-kehari.
2. berdasarkan hasi perhitungan analisis diperoleh keterangan bahwa mata
pelajaran Pandidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah di Garut
Mempunyai peranan cukup berarti, hal ini dapat dibuktikan dari hasil
analisis statistic sebesar 0,54 dari hasil pengujian koefisien korelasi.
3. Dari hasil penelitian juga terungkap bahwa siswa yang berbusana
muslimah dipengaruhi factor-faktor seperti guru, orang tua, dan
lingkungan. Juga faktor-faktor lainnya seperti bacaan-bacaan yang
berhubungan dengan keislaman yang tersedia di perpustakaan sekolah.
Atas dasar itu, penelitian ini meromendasikan:
1. Hendaknya guru-guru pelajaran pendidikan agama islam di dalam
penyampaian materi pelajarannya lebih menitiik beratkan pada
penyampaian serta pengalaman melalui penyuluhan dan pembinaan
secara intensif sehingga masalah tersebut akan turut menentukan
keberhasilan proses pengajaran pendidikan agama islam dalam
mengembangkan kesaadran untuk berbusana muslimah.
2. Guru sebagai pendidik dan pengajar di tuntut memberikan sri tauladan
terhadap anak didiknya, oleh karena itu guru dituntut merealisasikan dan
megngaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Diperbanyak buku-buku bacaan tentang ajaran islam selain GBPP
madarasah Tsanawiyah, disampaikan secara variasi professional oleh guru
yang bersangkutan juga dengan mempergunakan berbagai mettode
sehingga akan mudah diterima oleh siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Tafsir 2000. Metose Khusus Pendidikan agama Islam. Bandung: Rosda
Karya: Bandung.
Ahmad Tantowi. 2001. Psikologi Pendidik. Bandung: Alfa Beta
Ahmad Warson Munawir. 2001Kamus Al-Munawir Arab – Indonesia. Yogyakarta:
Almunawir.
Ali Yusup Sabodri. . 2003. Psikologi Pendidikan.: Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya
Arief Ikhwanie. 2003. Ilmu Pendidikan Teoritis. Bandung. IAIN SGD.
Asad M Kalai, 2001 Kamus Indonesia Arab. Jakarta: Bulan Bintang.
Hadari Nawawi. 2003. Pendidikan agama Islam. Surabaya: Al-Ikhlas.
Hasbie As-sidiq. 2000. Sejarah dan pengantar Ilmu Tafsir Al-Quran. Jakarta: Bulan
Bintang.
Vol. II No. 03, Pebruari 2019
316
Ivor K Davis. 2003. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali CV.
Jhon Echol dan Hasan . 2002. Kamus Indonesia Inggris. Jakarta:.Gramedia
Juariah Dahlan. 2001. Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab. Surabaya: Al-Ikhlas.
Muhibbin Syah. 2000. Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru. Bandung:
Remaja Rosda Karya
Mahmud Yunus. 2002. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Yayasan penyelenggara
Penterjemah Al-Quran.
Mastuhu. 2002. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS
M. Aripin. 2003. Filsapat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Koentjoroningrat. 2003. Metode-metode penelitian MAsyarakat. Jakarta: Gramedia
Pustaka Umum.
Nasution. 2002. Didaktis Asas-asas mengajar. Bandung: Tarsito
Ngalim Purwanto. 2001. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers
Suharsimi Arikunto. 2002. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
------------------------ 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta:
Bumi Aksara.
Sutrisno Hadi 2003, Metodologi Riseach Untuk Penulisan Paper, Skripsi, Thesis
dan desertasi jilid I dan II. Yogyakarta:Yayasan penerbitan Fakultas
Psikologi UGM
Usman Effendi & Rustana Ardiwinata. 2003. Pengantar Psikologi. Bandung:
Angkasa.
Wayan Nurkancana . 2002. Evaluasi Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional
Winarno Surachmad. 2003. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Teknik.
Bandung: Tarsito .
W. S. Winkel. 2001. Psikologi Pendidikan Dan Evaluasi Pengajaran. Bandung:
Gramedia
Yusup Adnan 2003. Dasar-dasar Statistik Deskriptif. Bandung: Fakultas Tarbiyah
IAIN SGD.
Zakiyyah Daradjat. 2003. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Press.